UNIVERSITAS INDONESIA
AUDIT ATAS ASET TETAP PT STD,Tbk
LAPORAN MAGANG
FIONA MUSSRI ASTUTI 1006756401
FAKULTAS EKONOMI PROGRAM STUDI AKUNTANSI DEPOK JUNI 2014
Audit atas..., Fiona Mussri Astuti, FE UI, 2014
UNIVERSITAS INDONESIA
AUDIT ATAS ASET TETAP PT STD,Tbk
LAPORAN MAGANG Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi
FIONA MUSSRI ASTUTI 1006756401
FAKULTAS EKONOMI PROGRAM STUDI AKUNTANSI DEPOK JUNI 2014
Audit atas..., Fiona Mussri Astuti, FE UI, 2014
Audit atas..., Fiona Mussri Astuti, FE UI, 2014
Audit atas..., Fiona Mussri Astuti, FE UI, 2014
Audit atas..., Fiona Mussri Astuti, FE UI, 2014
KATA PENGANTAR Puji Syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan limpahan karunia-NYA atas selesainya laporan ini dengan judul “Audit Atas Aset Tetap PT STD,Tbk”. Dimana laporan ini bertujuan sebagai prasyarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Ekonomi jurusan Akuntansi di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Penyusunan laporan ini tentunya tidak terlepas dari bantuan dan dorongan dari banyak pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis akan mengucapkan terima kaish kepada semua pihak yang memberi bantuan, dorongan serta semangat baik secara moril dan materil yaitu kepada: 1. Kedua orang tua penulis, H Muzhardi Kahar dan Muji Susilawati yang telah tulus memberikan kasih sayang yang penuh kepada penulis serta dorongan yang kuat secara materil hingga penulis dapat menempuh pendidikan hingga bangku perkuliahan. Sulit bagi penulis untuk mengungkapkan dengan kata-kata betapa besar rasa terima kasih kepada keduanya. Serta kakak laki-laki tertua dan satu-satunya yang penulis miliki Satria Hardi, terima kasih atas dorongan semangat yang diberikan. Sukses untuk kita bang!. Semoga perjuangan ini memberikan kebahagian bagi papa, mama, abang, i love you all. 2. Bapak M.Slamet Wibowo selaku dosen pembimbing selama penulis melaksanakan pengerjaan laporan ini, yang bersedia meluangkan waktu, memberikan pengarahan dan masukan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan ini. 3. Bapak Lufti Julian dan Ibu Dyah Setyaningrum selaku dosen penguji yang telah menyediakan waktu dan pikiran serta memberikan masukan yang sangat berguna dalam usaha penyempurnaan tugas akhir ini. Terima kasih telah meluluskan penulis hingga akhirnya resmi menjadi sarjana. 4. KAP ABC Associate, selaku tempat magang penulis selama 4bulan. Begitu banyak pengalaman yang penulis dapatkan selama magang disana. PT STD,Tbk selaku klien KAP ABC Associate yang membantu penulis dalam mengumpulkan data untuk keperluan laporan magang. Pak Didik
iv Audit atas..., Fiona Mussri Astuti, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
Wahyudianto selaku Partner in charge penulis selama magang, Ko TjunTjun selaku Manager in charge penulis selama magang, Kak Oja, Kak Agnes, Kak Yenni, Kak Sita dan senior-senior divisi tosca yang bersedia membimbing, mengajak dan memberikan ide-ide serta pengalaman yang berharaga kepada penulis. 5. Dosen-dosen FEUI yang telah memberikan yang telah memberikan ilmu dan pengajaran kepada penulis sehingga penulis bisa menyelesaikan laporan ini dengan ilmu yang telah diberikan., pegawai biro pendidikan FEUI serta bapak-bapak di sekretariat Departemen Akuntansi FEUI yang telah membantu penulis dalam memenuhi kebutuhan administrasi selama penulis berkuliah di FEUI. 6. Sahabat terdekat penulis, Puteri Hardianty yang selalu ada disaat senang maupun sedih, yang selalu memberikan semangat dan dorongan kepada penulis dalam menyelesaikan laporan ini. Semangat kita pasti bisa pinces! Dan Ramya Sausan yang selalu memberi dorongan dari jauh untuk penulis. 7. Eva Ngalisca, Halida Ramadhani, Rika Fauzana, Farahdiba Arianti sahabat sepenanggungan di FEUI. Terima kasih atas segala macam dorongan, bantuan, kerjakeras yang kita lakukan akan membuahkan hasil yang membanggakan. Keep moving forwards geng serta teman-teman FEUI angkatan 2010 yang telah berbagi keceriaan dan pertemanan selama empat tahun ini, serta rekan-rekan kepanitian yang pernah bekerja sama dengan penulis. 8. Keluarga besar Kahar yang telah memberikan doa yang terbaik bagi penulis, terutama kepada saudara sekaligus sahabat seperrmainan penulis Nikita, Puput, Dara terima kasih atas keceriaan yang telah dibagi bersama penulis. 9. The last but not least, Fadhil Akbar ST yang selalu menemani, memberikan
masukan,
dorongan
kepada
penulis
sehingga
dapat
menyelesaikan laporan ini.
v Audit atas..., Fiona Mussri Astuti, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
ABSTRAK
Nama
: Fiona Mussri Astuti
Program Studi
: Akuntansi
Judul
: Audit Atas Aset Tetap PT STD,Tbk
Laporan magang ini menjabarkan kegiatan penulis dalam pelaksanaan audit atas aset tetap pada PT STD,Tbk untuk periode tahun 2013. Beberapa akun yang terkait dengan siklus ini adalah akun aset tetap, penyusutan, dan nilai revaluasi. Penulis menemukan bahwa pengendalian internal pada penilaian aset tetap belum sepenuhnya efektif, khususnya dalam hal perhitungan nilai revaluasi dan klasifikasi aset yang dinilai secara revaluasi. Berdasarkan prosedur audit yang telah dilaksanakan, auditor menyimpulkan bahwa nilai aset tetap, penyusutan dan penyajian dilaporan keuangan telah disajikan secara wajar dan sesuai dengan PSAK 16 (revisi 2011).
Kata kunci: aset tetap, audit, penyusutan, PSAK 16 (revisi 2011)
vi Audit atas..., Fiona Mussri Astuti, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
ABSTRACT
Name
: Fiona Mussri Astuti
Studi Program
: Accounting
Title
: Audit for Fixed Asset PT STD,Tbk
This internship report explains author’s activities when conducting audit on fixed assets of PT STD,Tbk for the year 2013. Several included are fixed assets, depreciation, and revaluation of values. I found that the internal control in the in the valuation of fixed assets has not been fully effective, particularly in terms of the calculation of the value of revaluation and classification of revaluation assets. Based on the audit procedures performed, the auditor concludes that the value of fixed assets, depreciation and finance are reported presentation has been presented fairly and accordance with PSAK 16 (revised 2011).
Key words: audit, depreciation, fixed asset, PSAK 16 (revised 2011)
vii Audit atas..., Fiona Mussri Astuti, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
DAFTAR ISI
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ................................................. i HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... ii LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ......................... iii KATA PENGANTAR .......................................................................................... iv ABSTRAK ............................................................................................................ vi ABSTRACT ......................................................................................................... vii DAFTAR ISI ....................................................................................................... viii DAFTAR TABEL ................................................................................................. x BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1 1.1 Latar Belakang Pelaksanaan Magang............................................................ 1 1.2 Tujuan Penulisan Laporan Magang...............................................................2 1.3 Tempat dan Waktu Magang .......................................................................... 2 1.4 Pelaksanaan Kegiatan Magang ...................................................................... 3 1.4.1 PT. T ....................................................................................................... 3 1.4.2 PT STD, Tbk ........................................................................................... 4 1.5 Ruang Lingkup Penulisan Laporan Magang ................................................. 6 1.6 Metode Penulisan .......................................................................................... 6 1.7 Sistematika Penulisan Laporan Magang ....................................................... 6 BAB II LANDASAN TEORI ............................................................................... 8 2.1
Aset Tetap................................................................................................. 8
2.1.1 Definisi Aset Tetap ................................................................................ 8 2.1.2 Pengakuan Aset tetap ............................................................................ 10 2.1.3 Pengukuran Aset Tetap ......................................................................... 11 2.1.4 Penyusutan Aset tetap ........................................................................... 15 2.1.5 Pengungkapan Aset tetap ...................................................................... 18 2.2.1 Definisi Auditing .................................................................................. 19 2.2.2 Tujuan audit .......................................................................................... 21 2.2.3 Bukti audit............................................................................................. 23 2.3 Audit atas Aset Tetap .................................................................................. 25
viii Audit atas..., Fiona Mussri Astuti, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
2.3.1 Tujuan Audit atas aset tetap .................................................................. 26 2.3.2 Prosedur audit atas aset tetap ................................................................ 27 BAB III PROFIL KAP & PERUSAHAAN KLIEN ........................................ 43 3.1 Profil Kantor Akuntan Publik (KAP) RSM AAJ Associate........................ 43 3.1.1 Gambaran Umum .................................................................................. 43 3.1.2 Visi dan Misi RSM International .......................................................... 43 3.1.3 Lini Bisnis dan Jasa KAP RSM AAJ Associate ................................... 44 3.1.4 Struktur Organisasi KAP RSM AAJ Associate .................................... 45 3.1.4.1 Divisi .............................................................................................. 45 3.2 Profil Umum Perusahaan Klien (PT STD, Tbk) ......................................... 46 3.2.1 Gambaran Umum .................................................................................. 46 3.2.2 Tujuan, Visi dan Nilai-nilai Perusahaan ............................................... 48 3.2.3 Jenis Usaha dan Produk ........................................................................ 49 3.2.4 Kebijakan Aset Tetap PT STD, Tbk ..................................................... 50 BAB IV PEMBAHASAN.................................................................................... 54 4.1 Akuntansi atas Aset Tetap PT STD, Tbk .................................................... 54 4.1.1 Metode Penyusutan dan Masa Manfaat Aset Tetap PT STD,Tbk ....... 58 4.2 Proses Audit PT STD,Tbk ........................................................................... 59 4.2.1 Client acceptance and Re-evaluation ................................................... 59 4.2.2 Preplanning .......................................................................................... 60 4.2.3 Planning ................................................................................................ 65 4.2.4 Fieldwork .............................................................................................. 71 4.2.5 Completion and Reporting .................................................................... 86 BAB V KESIMPULAN & SARAN ................................................................... 87 5.1 Kesimpulan .................................................................................................. 87 5.2 Saran ............................................................................................................ 88 5.2.1 Saran bagi KAP RSM AAJ Associate .................................................. 88 5.2.2 Saran bagi PT STD,Tbk ........................................................................ 89 DAFTAR REFERENSI
ix Audit atas..., Fiona Mussri Astuti, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
DAFTAR TABEL Tabel 2.4.1 : Alternative audit strategy for income & expenditure accounts ....... 36 Tabel 2.4.2 : Audit Respone Table........................................................................ 36 Tabel 2.4.3 : Penentuan jumlah sample ................................................................ 37 Tabel 2.4.4 : Penentuan respon audit .................................................................... 38 Tabel 3.1.1.1 : Jenis jasa yang ditawarkan ............................................................ 44 Tabel 3.1.4 .1 : Struktur Perusahaan KAP RSM AAJ Associates ........................ 45 Tabel 4.1.1 Masa Manfaat Ekonomis berdasarkan Jenis Aset Tetap dan Aset tetap lainnya PT STD,Tbk ............................................................................................. 59 Tabel 4.2.3.1 : Audit Respon Decision Tree ......................................................... 66 Tabel 4.2.3.2 : Penentuan Overall Materiality Limit (OML) untuk high risk client ............................................................................................................................... 68 Tabel 4.2.3.3 : Penentuan Overall Materiality Limit (OML) untuk low risk client ............................................................................................................................... 68 Tabel 4.2.4.5 : Penentuan Sample ......................................................................... 80 Tabel 4.2.4.6 : Penentuan Sampling reklamasi AUC ........................................... 83
x Audit atas..., Fiona Mussri Astuti, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah Aset tetap merupakan salah satu aset yang penting didalam kegiatan produksi perusahaan. Tujuan utama dari pengadaan aset tetap adalah sebagai modal kerja perusahaan tidak untuk diperjual-belikan, sehingga proses pengadaan hingga penilaiannya harus dilakukan dengan tepat dan benar. Keputusan perusahaan seringkali dihadapkan dengan permasalahan bagaimana cara memperoleh aset tetap dengan modal biaya seminimal mungkin. Pada teorinya perusahaan dapat memperoleh aset tetap dari beberapa metode seperti dengan membeli secara tunai atau kredit, atau dengan cara sewa guna usaha. Nilai aset tetap perusahaan akan mengalami peningkatan seiring dengan kondisi perekonomian di Indonesia. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu inflasi dan menurunnya nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing. Meningkatnya harga-harga di pasaran menyebabkan nilai dari suatu aset tetap yang dimiliki oleh entitas usaha menjadi tidak wajar. Nilai sekarang suatu aset tetap yang diperoleh beberapa tahun lalu tidak sama dengan harga perolehan aset tersebut yang tercatat pada laporan posisi keuangan. Hal ini bisa terjadi karena akuntansi menganut prinsip harga perolehan (historical cost), dimana nilai suatu aset dicatat sebesar harga perolehannya. Faktor ini mendorong perusahaan untuk melakukan revaluasi pada aset tetapnya agar sesuai dengan nilai yang wajar. Kewajaran penilaian aset tetap suatu perusahaan dapat disesuaikan dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 16 (revisi 2011). Dalam PSAK ini dinyatakan bahwa aset tetap adalah aset berwujud yang dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa, untuk direntalkan kepada pihak lain, atau tujuan administratif dan diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode. Seiring waktu berjalan, aset tetap akan mengalami penyusutan (kecuali tanah). Revaluasi Aset Tetap adalah penilaian kembali aset tetap perusahaan, yang diakibatkan adanya kenaikan nilai aset tetap
1 Audit atas..., Fiona Mussri Astuti, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
2
tersebut dipasaran atau karena rendahnya nilai aset tetap dalam laporan keuangan perusahaan yang disebabkan oleh devaluasi atau sebab lain, sehingga nilai aset tetap dalam laporan keuangan perusahaan tidak lagi mencerminkan nilai yang wajar. Berdasarkan uraian diatas penulis ingin membahas lebih dalam mengenai metode revaluasi aset tetap pada perusahaan dan proses audit yang dilaksanakan untuk aset tetap tersebut. Dalam pelaksanaan magang, penulis melakukan prosedur audit untuk aset tetap PT STD,Tbk terkait dengan aset tetap dan metode revaluasi yang mereka terapkan. Penulis memilih pembahasan ini karena penulis ingin melihat apakah metode yang perusahaan terapkan itu sudah efektif dan efisien menurut ketentuan akuntansi yang berlaku di Indonesia serta apakah metode revaluasi menjadi solusi yang baik bagi perusahaan dalam menilai aset tetap.
1.2 Tujuan Penulisan Laporan Magang Menjelaskan prosedur audit yang dilaksanakan untuk aset tetap PT STD,Tbk.
1.3 Tempat dan Waktu Magang Program magang dilaksanakan di Kantor Akuntan Publik ABC Associate yang merupakan afiliasi dari ABC Internasional dan berlokasi di Jakarta, Indonesia. Kegiatan ini berlangsung selama 3 bulan, dimulai dari 02 Januari 2014 sampai dengan 02 april 2014. Penulis ditempatkan sebagai junior auditor pada divisi Tosca dengan line business audit assurance services.
1.4 Pelaksanaan Kegiatan Magang Selama pelaksanaan proses magang di KAP ABC, penulis bertindak sebagai junior auditor dan diberikan kesempatan untuk bergabung disalah satu tim dan mengerjakan beberapa jenis klien. Sebagai junior auditor penulis bertugas
Audit atas..., Fiona Mussri Astuti, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
3
sebagai asisten senior in charge dalam melaksanakan audit lapangan. KAP ABC memberikan perlakuan yang sama terhadap seluruh karyawan, baik peserta magang ataupun karyawan tetap perusahaan. KAP ABC memberikan kewajiban dan hak yang telah ditentukan sebelumnya didalam kontrak kerja. Peserta magang wajib melaksanakan setiap peraturan yang ada. Peserta magang juga berkewajiban melaksanakan tugasnya dengan penuh rasa tanggung jawab. Selama proses magang berlangsung penulis mendapatkan 2 jenis klien dengan industri yang berbeda, dimana salah satunya adalah PT STD,Tbk yang akan dibahas pada laporan magang ini. Aktivitas yang penulis lakukan selama proses magang berlangsung adalah audit laporan keuangan dimulai dari identifikasi jenis klien, memahami nature akun klien, hingga mendokumentasikan atas penugasan yang dilakukan dalam bentuk sebuah kertas kerja atau disebut juga dengan workingpaper. Workingpaper atau wp yang disiapkan atas akun tertentu seperti kas dan setara kas, aset tetap, beban operasional, equity dan other income (expense). Selain itu penulis juga berlaku sebagai profesional audit ketika melakukan inquiry kepada klien, seperti melakukan stock opname, menyiapkan konfirmasi bank, vouching (memeriksa dokumen pendukung dan mencocokan dengan data yang diterima dari klien) serta merekap data sebagai bukti dalam prosedur audit. Penulis berpedoman kepada prosedur audit yang diterapkan oleh KAP tersebut selain itu penulis juga dibimbing dan diberikan arahan oleh senior in charge dalam melaksanakan proses audit.
1.4.1 PT. T Klien pertama yang penulis dapatkan adalah merupakan sebuah perusahaan publik yang sahamnya diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia dimana perusahaan ini bergerak dibidang jasa sistem teknologi yang terintegrasi, termasuk impor, perdagangan distribusi serta jasa perawatan komputer. Perusahan ini memiliki 17 entitas anak belum termasuk entitas-entitas anak yang belum beroperasi, yang mana sebagian besar dari entitas anak tersebut diaudit oleh auditor KAP ABC (perusahaan induk). Team audit yang telah ditentukan mempersiapkan proses audit interim untuk bulan september 2013. Namun, ditengah proses audit berlangsung
Audit atas..., Fiona Mussri Astuti, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
4
engagement tersebut dibatalkan oleh pihak managemen klien, sehingga proses audit pun dihentikan demi hukum untuk periode september 2013. Proses audit ini disebut dengan limited review. Selama proses audit berlangsung penulis mendapatkan
kesempatan
untuk
membantu
senior
dalam
menyiapkan
workingpaper atau wp beberapa akun dan mereview atas laporan keuangan klien as of september 2013. Workingpaper yang penulis siapkan adalah kas & setara kas dan beban operasional. Penulis melakukan analytical review pada laporan keuangan perusahaan untuk dapat mengetahui nature akun yang ada dilaporan keuangan tersebut. Penulis mendokumentasikan pada sebuah workingpaper atau wp dan memastikan apakah ada kenaikan/penurunan dari mutasi akun selama tahun berjalan. Selain itu penulis juga mendapatkan kesempatan berdiskusi bersama senior untuk melakukan inquiry kepada klien. Proses tersebut tidak berlangsung lama karena dokumen pendukung yang auditor butuhkan belum terpenuhi oleh klien. Sehingga proses tersebut tidak dapat dilanjutkan.
1.4.2 PT STD, Tbk Klien kedua yang penulis dapatkan adalah PT STD,Tbk yang merupakan perusahaan manufaktur yang menjalankan industri logam besi dan baja serta industri sarana penunjang industri untuk otomotif dan kendaraan bermotor. Perusahaan berkedudukan di Surabaya. Prosedur yang penulis lakukan selama proses audit adalah : a.
Melakukan pemahaman terhadap bisnis klien. Penulis diarahkan untuk mengenali line bisnis klien secara keseluruhan melalui berbagai sumber seperti laporan keuangan, laporan hasil audit dan dari beberapa sumber lainnya. Karena dengan memahami bisnis klien secara umum maupun mendetail maka akan memudahkan kita untuk mengetahui nature dari akunakun yang disajikan klien.
b.
Melakukan prosedur pengujian subtantif pada beberapa akun klien diantaranya kas & setara kas dan aktiva tetap Penulis diberikan kepercayaan dan tanggung jawab dalam mengerjakan workingpaper dari kedua akun tersebut. Prosedur
Audit atas..., Fiona Mussri Astuti, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
5
yang penulis lakukan adalah pengujian subtantif dari kedua akun. Untuk akun kas & setara kas beberapa prosedur yang dilakukan adalah : •
Dokumentasi atas konfirmasi bank yang didapatkan atas klien tersebut.
•
Dokumentasi pernyataan bank (bank statement) yang didapatkan dari bank klien yang bersangkutan.
•
Melakukan pengecekan dan rekap rekening koran yang telah diterima, dimana kita harus memastikan bahwa nilai nominal yang tercantum didalam rekening koran adalah sama dengan nilai nominal yang tercantum didalam neraca saldo. Penulis juga diarahkan untuk melihat mutasi dan penyesuaian yang ditemukan.
•
Melakukan uji valuasi kas atas kurs dari nilai mata uang yang digunakan oleh PT STD yaitu Dollar Amerika dan Rupiah. Pengujian yang dilakukan adalah mentranslasi mata uang kedalam kurs utama yang digunaka PT STD, Tbk.
Kurs tersebut merupakan kurs tengah Bank
Indonesia yang mana akan dicocokan dengan nilai yang tercatat. c.
Melakukan vouching terhadap dokumen-dokumen pendukung atas akun aset tetap seperti untuk mengetahui berapa besar beban penyusutan yang dikeluarkan setiap tahunnya dan untuk melihat tanggal pengakuannya. Selanjutnya penulis akan mulai dengan melihat efek yang diberikan oleh beban penyusutan pada tahun berjalan. PT STD,Tbk menggunakan metode revaluasi eliminasi untuk penghitungan aset tetap mereka. Aset tetap ini dinilai oleh profesional yang disebut dengan apraisal.
1.5 Ruang Lingkup Penulisan Laporan Magang Ruang lingkup penulisan laporan magang ini adalah menjelaskan beberapa hal mengenai :
Audit atas..., Fiona Mussri Astuti, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
6
1. Perlakuan akuntansi atas aset tetap pada PT STD, Tbk 2. Prosedur audit yang dilakukan oleh KAP ABC atas akun aset tetap pada perusahaan yang bergerak di indusri manufaktur yaitu PT STD, Tbk
1.6 Metode Penulisan Metode penulisan dalam laporan magang ini adalah studi pustaka dan observasi. Studi pustaka digunakan untuk membuat landasan teori dalam laporan magang ini. Selain itu observasi merupakan suatu cara dimana penulis terlibat langsung dilapangan dalam proses audit selama menjalankan magang di KAP ABC.
1.7 Sistematika Penulisan Laporan Magang BAB I : Pendahuluan Bab ini berisikan latar belakang dan tujuan program magang, tempat dan waktu pelaksanaan magang, pelaksanaan kegiatan magang, ruang lingkup penulisan laporan magang, metode penulisan dan sistematika penulisan laporan magang.
BAB II : Landasan Teori Bab ini berisikan kerangka teori yang digunakan sebagai dasar pemikiran dalam melakukan pembahasan dan analisis. Adapun teori yang dibahas pada bab ini adalah teori mengenai aset tetap. Selain itu didalam pembahasan ini tertuang landasan teori mengenai tujuan audit, tahapan dalam proses audit, dan materi pengauditan secara detail untuk aset tetap. Teori yang digunakan diambil dari beberapa sumber seperti buku teks kuliah, buku umum, ketentuan dari badan regulasi seperti PSAK dan ISA serta webside resmi perusahaan.
BAB III : Profil KAP dan Perusahaan Bab ini berisikan tentang profil dari KAP ABC tempat pelaksanaan magang. Selain itu dijelaskan juga profil perusahaan klien yang merupakan
Audit atas..., Fiona Mussri Astuti, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
7
obyek dalam proses audit dan pembahasan dalam laporan magang penulis yaitu PT STD, Tbk. Profil perusahaan mencakup sejarah singkat perusahaan, susunan organisasi dan kebijakan akuntansi terkait aset tetap di PT STD, Tbk.
BAB IV : Pembahasan dan Analisis Bab ini berisikan tentang perlakuan akuntansi yang digunakan oleh PT STD, Tbk pada akun aset tetap. Selain itu bab ini juga membahas keterkaitan dengan regulasi akuntansi yang ada di Indonesia. Hal terpenting lainnya adalah pada bab ini akan dibahas analisa prosedur audit menurut KAP ABC yang akan dilaksanakan pada akun aset tetap PT STD, Tbk tersebut.
BAB V : Kesimpulan dan Saran Bab ini berisikan tentang kesimpulan dari seluruh isi laporan magang dan memuat saran yang ditujukan kepada perusahaan klien dan KAP ABC untuk meningkatkan kinerja masing-masing pihak.
Audit atas..., Fiona Mussri Astuti, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Aset Tetap 2.1.1 Definisi Aset Tetap Aset tetap merupakan aset yang digunakan untuk proses produksi suatu entitas dan tidak untuk dijual. Aset tetap atau aktiva tetap merupakan bagian dari aset tidak lancar dan memiliki masa ekonomis yang lebih dari setahun. Menurut Kieso, Weygandt dan Warfield (2011) aset tetap adalah : “ Aset berwujud yang dimiliki untuk digunakan dalam proses produksi suatu entitas bisnis untuk
penyediaan barang atau jasa yang dijual atau
disewakan untuk tujuan administratif dan digunakan dalam lebih dari satu periode (satu tahun.)” Yang termasuk kedalam golongan aset tetap menurut Kieso, Weygandt dan Warfield adalah tanah, bangunan dan prasarana, serta mesin atau alat-alat. Adapun karakteristik yang diungkapkan untuk menentukan sebuah aset tetap menurut Kieso et al., (2011) adalah : 1. Aset tetap digunakan untuk operasi dan tidak untuk dijual Adapun semua aset yang digunakan dalam proses produksi dapat diklasifikasikan sebagai aset tetap. Sebagai contoh tanah yang digunakan untuk membangun sebuah gudang yang berfungsi untuk sebagai tempat memproduksi barang yang akan dijual. 2. Aset tetap bersifat jangka panjang dan biasanya terjadi penyusutan Entitas akan mengestimasi biaya yang digunakan untuk berinvestasi pada aset tetap dengan mempertimbangkan periode dimasa depan disebut dengan penyusutan. Entitas bisnis akan mendapatkan manfaat atas aset tetap selama masa ekonomis masih berjalan.
8 Universitas Indonesia Audit atas..., Fiona Mussri Astuti, FE UI, 2014
9
3. Aset tetap memiliki substansi secara fisik Aset tetap itu terlihat fisiknya sehingga dapat digunakan bertahuntahun. Hal inilah yang membedakan aset tetap dengan aset tidak berwujud yang mana entitas bisnis hanya dapat merasakan manfaat atas nilainya saja. Selain itu aset tetap berbeda dengan bahan baku yang mana aset tetap tidak merupakan bagian dari produk yang akan dijual karena aset tetap tidak bertujuan untuk dijual.
Berdasarkan PSAK 16 (revisi 2011), yang dimaksud aset tetap adalah : “aset berwujud yang dimiliki untuk digunakan dalam proses produksi atau penyediaan barang atau jasa untuk direntalkan kepada pihak lain atau untuk tujuan administratif dan diperkirakan untuk digunakan selama lebih dari satu periode.”
Sedangkan menurut Arens at.el, (2009) aset tetap merupakan: “aset yang memiliki masa ekonomis yang lebih dari satu tahun dan digunakan dalam proses bisnis serta tidak untuk dijual.”
Adapun definisi lain yang dikemukakan Horngren & Harison (2007) adalah : “Aset yang dapat digunakan dalam jangka yang lama dan bentuk fisiknya memberikan kegunaan dari aset tersebut.”
Dapat disimpulkan bahwa aset tetap merupakan aset berwujud yang digunakan dalam proses produksi suatu entitas bisnis dan memiliki masa manfaat jangka panjang. Contoh aset tetap antara lain adalah properti, bangunan, pabrik, alat-alat produksi, mesin, kendaraan bermotor, furnitur, komputer dan tanah serta aset tetap lainnya tergantung entitas masing-masing menentukan aset tersebut tergolong aset tetap yang digunakan dalam proses produksi. Karena memiliki masa manfaat jangka panjang maka aset tetap mengalami sebuah penyusutan. Menurut Arens at.el, (2009) yang disebut dengan penyusutan adalah alokasi sistematis jumlah yang dapat disusutkan dari suatu aset selama umur manfaatnya. Semua jenis aset tetap yang telah disebutkan diatas adalah aset tetap yang menjadi
Audit atas..., Fiona Mussri Astuti, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
10
subjek penyusutan kecuali untuk tanah atau lahan. Untuk menentukan besarnya penyusutan yang terjadi pada aset tetap tersebut dapat digunakan beberapa jenis metode seperti metode garis lurus (straight-line methode), metode saldo menurun, dan metode jumlah unit. Metode penyusutan yang digunakan harus mencerminkan ekspektasi pola konsumsi manfaat ekonomi masa dengan dari aset oleh entitas dan metode penyusutan direview setiap akhir tahun buku, jika terdapat perubahan diperlakukan sebagai perubahan estimasi akuntansi. Penyusutan akan dimulai saat aset tersebut digunakan dan akan berakhir ketika dijual atau dimaksudkan untuk dijual dan habis masa manfaat ekonomisnya. Beban penyusutan untuk setiap periode harus diakui dalam laporan laba rugi kecuali jika beban tersebut dimasukkan dalam jumlah tercatat aset lainnya.
2.1.2 Pengakuan Aset tetap Menurut Kieso et al (2011), biaya perolehan aset tetap dapat diakui sebagai aset tetap jika besar kemunginan manfaat ekonomis dimasa depan atas aset tersebut mengalir ke entitas dan biaya perolehan dapat diukur secara andal. Selain itu nilai-nilai yang dapat diakui sebagai aset tetap menurut PSAK 16 (revisi 2011) jika dan hanya jika kemungkinan besar entitas akan memperoleh manfaat ekonomis masa depan dari aset tersebut dan biaya perolehannya dapat diukur secara andal. Yang dimaksud dengan biaya perolehan adalah jumlah kas atau setara kas yang dibayarkan atau nilai wajar dari imbalan lain yang diserahakn untuk memperoleh suatu aset pada saat perolehan atau konstruksi atau jika dapat diterapkan, jumlah yang diatribusikan pada aset ketika pertama kali diakui sesuai dengan prasyarat tertentu. Biaya perolehan tersebut dapat dikategorikan menjadi dua jenis yaitu biaya perolehan awal dan biaya selanjutnya. Biaya perolehan awal dimaksudkan aset tetap dapat diperoleh untuk alasan keamaan dan lingkungan. Meskipun tidak secara langsung meningkatkan manfaat ekonomis masa depan dari suatu aset tetap yang ada, mungkin diperlukan bagi entitas untuk memperoleh manfaat ekonomis masa depan dari aset lain, maka aset tetap itu memenuhi syarat pengakuan sebagai aset. Dimana kemungkinan pengadaan aset tersebut tidak secara langsung memberikan memberikan manfaat
Audit atas..., Fiona Mussri Astuti, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
11
ekonomis bagi entitas akan tetapi tanpa adanya aset tersebut maka entitas tidak dapat memperoleh manfaat ekonomis masa di masa depan. Hal ini lah yang dapat melandasi pengakuan aset tetap.Untuk biaya selanjutnya tidak dapat digolongkan semua biaya kedalam pengakuan sebagai aset tetap. Biaya-biaya tersebut dapat dikapitalisasi, jika memenuhi syarat dengan memberikan manfaat ekonomis kepada entitas dimasa depan. Selanjutnya menurut PSAK 16 (revisi 2011) paragraf 13, apabila suatu entitas melakkan pergantian secara periodik terhadap komponen aset tetap dan entitas mengakui biaya penggantian komponen aset tetap dalam jumlah tercatat aset tetap yang terjadi oleh karena memenuhi kriteria pengakuan sebagai aset tetap.
2.1.3 Pengukuran Aset Tetap Menurut Kieso et al (2011), entitas dapat menggunakan biaya historis untuk menghitung nilai aset mereka, artinya mereka mengukur nilai tunai atau setara kas untuk memperoleh aset dan membawanya kelokasi dituju dengan kondisi yang baik untuk dapat digunakan sesuai tujuan manajemen. Untuk pengakuannya Kieso mengatakan bahwa aset tetap tersebut ketika biaya yang dikeluarkan terukur secara andal dan berasumsi bahwa entitas atau perusahaan akan mendapatkan manfaat dimasa depan. PSAK 16 (revisi 2011) menjelaskan bahwa aset tetap yang telah memenuhi pengakuan sebagai aset tetap dapat diukur sebesar biaya perolehan yang meliputi : a) harga perolehan, termasuk bea impor dan pajak pembelian yang tidak dapat dikreditkan setelah dikurangi diskon pembelian dan potongan lain; b) setiap biaya yang dapat diatribusikan secara langsung untuk membawa aset ke lokasi dan kondisi yang diinginkan agar aset tersebut siap digunakan sesuai maksud manajemen; c) estimasi awal biaya pembongkaran dan pemindahan aset tetap dan restorasi lokasi aset. Kewajiban ini akan muncul ketika aset tetap
Audit atas..., Fiona Mussri Astuti, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
12
diperoleh atau sebagai konsekuensi pengguna aset tetap selama periode tertentu untuk tujuan selain menghasilkan persediaan. Selain itu menurut PSAK 16 (revisi 2011) ada beberapa biaya yang dapat diatribusikan secara langsung, biaya-biaya tersebut yakni : •
biaya imbalan kerja (definisi PSAK 24 : imbalan kerja);
•
biaya penyiapan lahan untuk pabrik;
•
biaya penanganan dan penyerahan awal;
•
biaya perakitan dan instalasi;
•
biaya pengujian aset, melihat apakah aset dapat berfungsi dengan baik;
•
komisi profesional.
Adapun contoh biaya yang bukan merupakan biaya perolehan adalah biya pembukaan fasilitas baru, biaya pengenalan produk dan jasa baru (marketing), biaya penyelenggaraan bisnis baru di lokasi baru atau kelompok pelanggan baru termasuk didalamnya biaya fasilitas staff, dan biaya administrasi serta overhead umum lainnya. Pengakuan sebesar biaya perolehan dapat disebut dengan pengukuran awal. Pengukuran ini akan dihentikan ketika aset tetap tersebut berada pada lokasi dan kondisi yang dinginkan untuk siap dipergunakan, oleh karena itu biaya pemakaian dan penyusutan dalam kegiatan operasi tidak dapat dimasukkan dalam pengukuran awal. Hal ini sama ketika aset tetap didapat dengan cara konstruksi sendiri. Biaya perolehan yang diakui adalah biaya yang dikeluarkan ketika aset tersebut kita peroleh bukan akumulasi biaya konstruksi yang dikeluarkan. Jika entitas membuat aset tersebut serupa untuk dijual dalam usaha normal maka biaya perolehan aset biasanya sama dengan biaya konstruksi aset yang ingin dijual tersebut. Secara akuntansi biaya perolehan awal yang dimaksud diatas adalah nilai tunai dari aset yang didapat pada tanggal pengakuan. Jika aset diperoleh dengan cara pembayaran tangguhan maka perbedaan harga tunai dengan total kredit yang dibayarkan akan dicatat sebagai beban bunga pada masa angsuran, pengecualian untuk beban yang dikapitalisasikan (PSAK 26 : biaya pinjaman).
Audit atas..., Fiona Mussri Astuti, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
13
Setelah pengakuan aset tetap diperoleh dan siap digunakan sebagai maksud manajemen, maka akan muncul biaya-biaya terkait dengan penggunaan aset tetap tersebut nantinya dalam proses produksi. Biaya-biaya yang muncul itu akan ditentukan oleh entitas untuk dapat dicatat dalam aset tetap yang bersangkutan. Entitas dapat memilih dua motode pengakuan yakni model biaya (historis) atau model revaluasi. Model yang nantinya akan dipilih akan diterapkan pada seluruh aset tetap dalam kelompok yang sama. Menurut PSAK 16 (revisi 2011) yang dimaksud dengan pengukuran dengan menggunakan model biaya itu adalah aset tetap dicatat pada biaya perolehan dikurangi dengan akumulasi penyusutan yang terjadi selama satu periode tertentu dan akumulasi rugi atas penurunan nilai (paragraf 30), sedangkan yang dimaksud dengan model revaluasi adalah aset tetap yang nilai wajarnya dapat diukur secara andal dicatat pada jumlah revaluasian yaitu nilai wajar pada tanggal revaluasi dikurangi dengan akumulasi penyusutan yang terjadi pada satu periode tertentu dan akumulai penurunan nilai setelah tanggal revaluasi (paragraf 31). Jika entitas menggunakan model revaluasi maka revaluasi harus dilakukan secara reguler untuk memastikan bahwa nilai tercatat tidak berbeda secara material dengan jumlah yang ditentukan dengan menggunakan nilai wajar pada tanggal neraca. Frekuensi revaluasi tergantung dengan perubahan nilai wajar dari aset tersebut. Yang dimaksud dengan nilai wajar adalah suatu jumlah yang digunakan untuk mengukur aktiva yang dapat dipertukarkan melalui suatu transaksi yang wajar (arm's length transaction) yang melibatkan pihak-pihak yang berkeinginan dan memiliki pengetahuan yang memadai. Berdasarkan PSAK 16 (revisi 2011) nilai wajar dari tanah dan bangunan ditentukan melalui penilaian oleh seorang penilai profesional atau disebut juga dengan appraisal berdasarkan bukti pasar, sedangkan untuk pabrik dan peralatan nilai wajar yang digunakan adalah ditentukan oleh penilai. Jika tidak ada nilai pasar yang dapat menjadi penentu nilai wajar maka pendekatan yang digunakan adalah pendekatan penghasilan atau biaya pengganti yang telah disusutkan (depreciated replacement cost). Menurut PSAK 16 (revisi 2011), jika aset tetap direvaluasi maka akumulasi penyusutan pada tanggal revaluasi akan diperlakukan dengan dua cara yaitu :
Audit atas..., Fiona Mussri Astuti, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
14
•
Disajikan kembali secara proporsional dengan perubahan dalam jumlah tercatat bruto dari aset sehingga jumlah tercatat aset setelah revaluasi sama dengan nilai revaluasian. Dilakukan apabila aset direvaluasi
dengan
memberi indeks untuk mebentukan biaya pengganti yang telah disusutkan. •
Dieliminasi terhadap jumlah tercatat bruto dari aset dan jumlah tercatat neto setelah eliminasi disajikan kembali sebesar jumlah revaluasian dari aset tersebut. Metode ini sering dipakai untuk bangunan. Dalam perhitungan revaluasi akan terjadi kenaikan atau penurunan nilai
aset yang diharapkan tidak memiliki perbedaan yang material. Jika nilai aset meningkat akibat revaluasi, maka berdasarkan PSAK 16 (revisi 2011) yakni paragraf 39 maka kenaikan tersebut dikredit pada bagian surplus revaluasi. Namun kenaikan tersebut harus diakui dalam laporan laba rugi hingga sebesar jumlah penurunan nilai aset akibat revaluasi yang pernah diakui sebelumnya dalam laporan laba rugi. Dan sebaliknya jika jumlah tercatat aset menurun akibat revaluasi maka penurunan tersebut diakui dalam laporan laba rugi. Namun penurunan nilai akibat revaluasi tersebut langsung didebit ke ekuitas pada bagian surplus revaluasi selama penurunan tersebut tidak melebihi saldo kredit surplus revaluasi untuk aset tersebut. Kieso et al. (2011), mengatakan bahwa terkadang aset tetap dapat dicatat pada fair value ketika hal itu memungkinkan untuk dilakukan. Fair value yang didapat harus memenuhi bukti yang cukup dengan penilaian seorang yang berkompeten. Akan tetapi pada dasarnya kebanyakan entitas menggunakan model biaya (historis) karena dianggap lebih mudah untuk diterapkan. Akan tetapi terkadang ada entitas yang mengkombinasikan antara model biaya dan revaluasi untuk aset tetap perusahaan. Dengan menggunakan model biaya entitas akan dapat menekan biaya yang dikeluarkan untuk aset, sedangkan jika entitas menggunakan model revaluasi umumnya akan menghasilkan nilai aset yang lebih tinggi sehingga beban penyusutan yang dihasilkan juga akan tinggi. Hal ini berakibat pada laba bersih yang akan didapat menjadi lebih rendah. Jika entitas telah menerapkan model revaluasi maka akan diterapkan kepada seluruh aset tetap pada kelompok
Audit atas..., Fiona Mussri Astuti, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
15
yang sama dan jika pada suatu masa entitas merubah model yang digunakan maka perubahannya bersifat prospektif.
2.1.4 Penyusutan Aset tetap Menurut PSAK 16 (revisi 2011) yang dimaksud dengan penyusutan adalah alokasi sistematis jumlah yang dapat disusutkan dari suatu aset selama umur manfaatnya sedangkan rugi penurunan nilai (impairment loss) adalah selisih dari jumlah tercatat suatu aset dengan jumlah yang dapat diperoleh kembali dari aset tersebut. Didalam aset tetap itu sendiri terdapat komponen-komponen yang memiliki biaya perolehan ynag signifikan sehingga harus disusutkan secara terpisah. Jika entitas menghitung penyusutan yang terjadi pada aset maka entitas akan membebankan biaya penyusutan tersebut untuk setiap periode harus diakui dalam laporan laba rugi kecuali jika beban tersebut dimasukkan dalam jumlah tercatat aset lainnya. Jumlah yang dapat disusutkan dari suatu aset dialokasikan secara sistematis sepanjang umur manfaatnya sedangkan nilai residu dan masa manfaat akan direview diakhir tahunnya. Sebuah aset tetap telah dapat disusutkan ketika aset tetap tersebut telah siap digunakan oleh entitas. Dan nilai penyusutan tersebut akan terhenti ketika aset tersebut siap untuk dijual, penyusutan itu tidak akan terhenti ketika aset tersebut tidak digunakan. Nilai penyusutan akan mengurangi nilai aset itu sendiri. Penyusutan akan diakui walau nilai wajar aset melebihi jumlah tercatat, sepanjang nilai residu yang terjadi tidak melebihi nilai tercatat. Komponen yang menyangkut dengan penyusutan itu sendiri adalah berapa jumlah yang dapat disusutkan dan berapa umur manfaat yang akan ditentukan. Untuk jumlah yang dapat disusutkan PSAK 16 (revisi 2011) menjelaskan bahwa nilai tersebut akan didapat setelah dikurangi nilai residualnya dan akan dialokasikan selama masa manfaat aset tersebut. Nilai residual sebagai jumlah yang diperkirakan akan diperoleh entitas setelah pelepasan aset setelah dikurangi dnegan taksiran biaya pelepasan. Akan tetapi terkadang nilai residual aset tidak dianggap signifikan sehigga tidak material dalam perhitungan jumlah tersusutkan.
Audit atas..., Fiona Mussri Astuti, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
16
Menurut Kieso, Weygandt dan Warfield
(2011) entitas jarang untuk
mengalokasikan nilai residu aset sehingga dianggap nol “0”, akan tetapi untuk beberapa jenis aset yang memiliki masa manfaat yang cukup panjang maka nilai residual termasuk yang subtantial. Selain jumlah yang tersusutkan komponen lainnya adalah umur aset atau masa manfaat yang akan diterima oleh entitas jika menggunakan aset tersebut. Masa manfaat atau umur ekonomis adalah lamanya waktu atau suatu periode yang diperlukan sebuah aset tetap untuk memberikan manfaat selama digunakan dalam operasi entitas. Entitas akan mendapatkan manfaat dari aset ketika telah digunakan. Menurut Kieso, Weygandt dan Warfield (2011) ada beberapa hal yang mengakibatkan entitas berhenti untuk menggunakan aset tersebut yaitu adanya faktor fisik dan ekonomis. Faktor fisik yang dimaksud adalah terjadinya keusangan secara teknis dari aset tersebut sehingga tidak dapat memberikan manfaat terhadap kepentingan entitas. Dilihat dari faktor ekonomis terdapat beberapa hal yang dapat menentukan umur manfaat sebuah aset tetap yaitu : •
Adanya perubahan atau peningkatan produksi barang karena terjadinya perubahan permintaan dipasar sehingga mngakibatkan aset tidak efektif lagi untuk digunakan oleh perusahaan;
•
Dikarenakan perubahan itu mengharuskan entitas menukar aset yang lama dengan aset yang baru yang mana lebih efektif dan efisien untuk memnuhi permintaan atas barang;
•
Kondisi hukum atau perjanjian yang mana tidak tergolong diantara dua klasifikasi diatas.
Hal lain yang harus ditentukan oleh manajemen aset tetap adalah metode penyusutan yang akan digunakan untuk menentukan berapa jumlah penyusutan yang harus dikurangi dari penggunaan aset tetap. Metode penyusutan yang digunakan harus mencerminkan ekspektasi pola konsumsi manfaat ekonomi masa dengan dari aset oleh entitas. Metode penyusutan direview setiap akhir tahun buku, jika terdapat perubahan diperlakukan sebagai perubahan estimasi akuntansi. Metode yang akan dipilih akan diterapkan secara konsisten oleh entitas setiap periodenya. Adapun jenis metode menurut yang dapat digunakan PSAK 16 (revisi 2011) yaitu :
Audit atas..., Fiona Mussri Astuti, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
17
•
Metode garis lurus (straight line method) Pada metode ini nilai penyusutan yang dihasilkan adalah sama setiap tahunnya selama umur manfaat dengan asumsi nilai residu tidak berubah.
•
Metode saldo menurun (diminishing balance method) Pada metode ini nilai penyusutan akan menurun sepanjang umur ekonomis.
•
Metode jumlah unit (sum of unit method) Pada metode ini penyusutan yang terjadi berdasarkan besarnya pengguanan atau output yang dihasilkan dari suatu aset.
Sedangkan menurut Kieso, Weygandt dan Warfield (2011) adalah: •
Activity method (unit of use or production) Biasa disebut dengan variable-charge or units of production mengasumsikan bahwa penyusutan diukur berdasarkan produktivitas dan bukan berdasarkan waktu. Acuan yang digunakan adalah berapa banyak jumlah unit yang diproduksi. Tetapi ada dibeberapa kasus unit produksi sulit untuk diukur sehingga digunakan jumlah jam untuk memproduksi. Dapat dirumuskan sebagai berikut:
ℎ
•
=
cost − residual value x Hours this year Total estimated hours
Straight line method Penghitungan penyusutan melalui estimasi waktu tidak berdasarkan fungsi penggunaan. Metode ini sangat banyak digunakan oleh entitas karena dianggap paling mudah dan efisien. Dengan menggunakan metode ini entitas mendapatkan nilai yang disusutkan setiap tahunnya adalah sama selama masa manfaat aset. Dapat dirumuskan sebagai berikut: ℎ
=
Cost − residual value Estimated service life
Audit atas..., Fiona Mussri Astuti, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
18
•
Diminishing (accelerated)-charge method Metode ini memberikan nilai penyusutan yang berbeda disetiap tahunnya dimana pada umumnya penyusutan ditahun pertama akan lebih besar dan akan mengecil ditahun-tahun selanjutnya. Metode ini terbagi atas dua yaitu; o Sum of the year digit Biaya penyusutan akan menurun seiring dengan menurunnya bilangan pengali yaitu berkurangnya tahun berjalan.
ℎ
=
N N+1 2
o Declining-balance method Menggunakan tingkat penyusutan yang merupakan dua kali dari tingkat penyusutan metode garis lurus. Depreciation charge = /
100% nilai perolehan x 23 x umur ekonomis nilai buku
2.1.5 Pengungkapan Aset tetap
Berdasarkan PSAK 16 (revisi 2011) dalam laporan keuangan hal-hal yang diungkapkan terkait nilai aset tetap yaitu: a. Dasar pengukuran yang digunakan dalam menentukan jumlah tercatat bruto; b. Metode penyusutan yang digunakan; c. Umur manfaat atau tarif penyusutan yang digunakan; d. Jumlah tercatat bruto dan akumulasi penyusutan awal dan akhir periode e. Rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akir periode f. Keberadaan dan jumlah restristik atas hak milik dan aset tetap yang dijaminkan atas hutang;
Audit atas..., Fiona Mussri Astuti, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
19
g. Jumlah pengeluaran yang diakui dalam jumlah tercatat aset tetap yang sedang dalam pembangunan; h. Jumlah komitmen kontraktual dalam perolehan aset tetap; i. Jumlah kompensasi pihak ketiga untuk aset yang mengalami penurunan nilai, hilang/dihentikan yang dimasukan dalam laporan laba rugi, jika tidak diungkapkan secara terpisah dari laporan laba rugi. Hal diatas dapat dijadikan dasar untuk pengungkapan aset tetap selain hal diatas, entitas sebaiknya mengungkapkan metode yang digunakan beserta jumlah dan akumulasi penyusutan diakhir periode serta
penentuan estimasi umur oleh
manajemen entitas, dimana hal ini dapat menjadi informasi bagi pengguna laporan keuangan entitas.
2.2 Audit 2.2.1 Definisi Audit Menurut Arens et al., (2009) audit adalah sebagai suatu proses pengumpulan dan evaluasi bukti mengenai informasi untuk menentukan dan melaporkan kesesuaian atas informasi tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan, dimana audit harus dilakukan oleh orang yang kompeten dan independen. Audit merupakan suatu tindakan untuk mencari kebenaran atas suatu laporan keuangan yang dimiliki satu entitas. Audit dilakukan untuk meminimalisir risiko bisnis yang akan timbul dari laporan keuangan entitas. Informasi yang dimaksud adalah berupa bukti yang dapat mendukung opini audit nantinya. Informasi-informasi tersebut akan dievaluasi oleh auditor sesuai dengan standar yang berlaku sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku di Indonesia seperti PSAK. Selain itu auditor juga dibekali oleh sebuah peraturan internasional yakni ISA (International Standart on Auditing). Audit yang berdasarkan ISA dilakukan pada asumsi dimana manajemen bertanggung jawab atas penyajian laporan keuangan dimana hal ini menjadi dasar untuk dilakukannya audit. Audit terhadap sebuah laporan keuangan tidak membebaskan manajemen atau pihak yang bertanggung jawab dalam tata kelola perusahaan atas tanggung jawab yang
Audit atas..., Fiona Mussri Astuti, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
20
mereka pegang (ISA 200.4). Dalam melaksanakan tugasnya auditor berpedoman pada sebuah standar yang berlaku di Indonesia yaitu Standar Profesional Akuntan Publik biasa disebut dengan SPAP. Didalam SPAP terdapat enam tipe standar profesi yang dikodifikasikan yaitu: •
Kode Etik Profesi Akuntan Publik
•
Standar Auditing Merupakan suatu panduan audit atas laporan keuangan historis dimana terdiri atas 10 standar dan dirinci dalam bentuk Pernyataan Standar Auditing (PSA).
•
Standar Atestasi Merupakan kerangka fungsi atestasi bagi jasa akuntan publik yang mana didalamnya tercakup keyakinan tertinggi yang diberikan dalam jasa audit atas laporan keuangan historis, pemeriksaan atas laporan keuangan prospektif, serta tipe perikataan aatestasi lain yang memberikan keyakinan yang lebih rendah seperti review, pemeriksaan, dan prosedur-prosedur yang telah ditetapkan. Standar ini dirinci dalam bentuk Pernyataan Standar Atestasi (PSAT).
•
Standar Jasa Akuntansi dan Review Merupakan kerangka fungsi nonatestasi bagi jasa akuntan publik yang mencakp jasa akuntasi dan review. Standar ini dirinci dalam bentuk Pernyataan Standar Jasa Akuntansi dan Review (PSAR).
•
Standar Jasa Konsultasi Merupakan penduan bagi praktisi yang menyediakan jasa konsultasi bagi pengguna jasa melalui kantor akuntan publik. Standar ini dirinci dalam sebuah Pernyataan Standar Jasa Konsultasi (PSJK).
•
Standar Pengendalian Mutu Standar ini diberlakukan untuk menjaga kualitas mutu yang dijalankan oleh kantor akuntan publik dalam memberikan jasa. Dalam perikatan jasa profesional akuntan publik bertanggung jawab untuk memenuhi
Audit atas..., Fiona Mussri Astuti, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
21
berbagai standar profesi yang relevan.standar ini dirinci dalam sebuah Pernyataan Standar Pengendalian Mutu (PSPM). Menurut Arens et.al,(2009) hasil dari sebuah kegiatan audit adalah opini audit. Opini audit akan dikeluarkan oleh seorang auditor yang telah berkompeten dan independen dalam tugasnya. Opini yang dimaksud adalah opini kewajaran atas penyajian laporan keuangan entitas dimana asumsinya adalah laporan keuangan tersebut disajikan menurut prinsip-prinsip akuntansi secara wajar. Landasan dari sebuah opini audit adalah reasonable assurance dimana penyajian atas laporan keuangan entitas telah lepas dari kesalahan yang material termasuk didalamnya kecurangan dan kesalahan yang tidak disengaja. Kesalahan yang material akan mempengaruhi opini audit yang akan dikeluarkan. Konsep dari materiality itu sendiri adalah ditentukan oleh auditor dengan perencanaan dan hasil audit serta efek dari evaluasi dari identifikasi kesalahan pencatatan atau ketidaksengajaan pelaporan yang ada di laporan keuangan. Kerangka pelaporan keuangan yang dianut oleh manajemen harus berdasarkan prinsip akuntansi yang berlaku di Indonesia dan sesuai dengan sifat entitas. Seorang auditor harus bertindak kompeten dan independen, auditor harus memiliki suatu kualifikasi dalam memahami bisnis entitas klien. Para auditor diharapkan mempertahankan tingkat independensi yang tinggi untuk menjaga kepercayaan para klien yang mengandalkan laporan mereka. Karena peran penting auditor menjadi bagian terpenting dari audit laporan keuangan, maka tanggung jawab seorang auditor diatur dalam ISA 200:11 yaitu diantaranya : •
Untuk mendapatkan reasonable assurance terkait laporan keuangan yang disajikan entitas tersebut lepas dari kesalahan yang material, kecurangan dan kesalahan yang tidak disengaja dimana nantinya auditor akan menyiapkan laporan audit dengan segala hal yang material serta berlaku sejalan dengan kerangka pelaporan laporan keuangan; dan
•
Untuk melaporkan didalam laporan keuangan dan mengkomunikasikannya berdasarkan ketentuan ISA jika ada temuan yang material.
Audit atas..., Fiona Mussri Astuti, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
22
2.2.2 Tujuan audit Arens et al,. megelompokan beberapa jenis tujuan audit diantaranya: a. Tujuan audit terkait kelompok transaksi Tujuan audit ini terkait dengan asersi manajemen. Pada dasarnya tujuan audit terkait transaksi membantu auditor untuk menemukan bukti audit yang memadai. Dalam tujuan audit ini terdapat tujuan umum dan tujuan khusus, perbedaannya adalah untuk tujuan audit khusus dapat diterapkan pada setiap kelompok transaksi akan tetapi harus dinyatakan dalam istilah yang disesuaikan dengan kelompok transaksi tersebut. Enam tujuan audit terkait transaksi diantaranya keterjadian (occurrence), kelengkapan (completeness), akurasi (accuracy), pemindahbukuan dan pengikhtisaran, klasifikasi (classification), dan penetapan waktu. b. Tujuan audit terkait saldo Tujuan audit ini mengikuti asersi manajemen dan memberikan kerangka kerja untuk membantu auditor untuk mengumpulkan bahan bukti yang memadai terkait saldo. Perbedaan antara tujuan audit saldo dan transaksi adalah audit terkait saldo diterapkan pada saldo akun seperti piutang dagang, persediaan dan lainnya bukan pada transaksi terkait seperti penjualan dan pembelian. Delapan macam tujuan audit terkait saldo diantaranya keberadaan (existence), kelengkapan (completeness), akurasi (accuracy), klasifikasi (classification), pisah batas (cutoff), keterkaitan perincian saldo akun, nilai realisasi, serta hak dan kewajiban (right & obligations). c. Tujuan audit terkait penyajian dan pengungkapan Tujuan audit ini mengikuti asersi manajemen dengan meningkatnya kompleksitas transaksi dan kebutuhan untuk meningkatkan pengungkapan terkait transaksi-taransaksi yang dilakukan. Empat macam tujuan audit terkait penyajian dan pengungkapan diantaranya keterjadian dan hak serta kewajiban,
kelengkapan,
penilaian
dan
alokasi,
klasifikasi
dan
pemahaman. Selain itu secara garis besar SPAP mengatakan bahwa tujuan audit atas laporan keuangan oleh auditor independen adalah menyatakan pendapat tentang
Audit atas..., Fiona Mussri Astuti, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
23
kewajaran, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas, dan arus kas sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia. Didalam memberikan atau tidak memberikan pendapat auditor harus menyatakan bahwa auditnya telah dilaksanakan menurut standar audit yang ditetapkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia. Dalam memenuhi tujuan-tujuan audit diatas, auditor harus mengikuti beberapa fase dalam pengauditan laporan keuangan. Fase ini merupakan dasar auditor memulai audit terhadap laporan keuangan entitas. Arens et.al (2009) membagi jenis fase tersebut menjadi: Fase I
: Merencanakan dan merancang pendekatan audit
Fase II
: Menjalankan tes pengendalian dan subtantif tes transaksi
Fase III
: Menjalankan prosedur analisis dan tes rician saldo
Fase IV
: Melengkapi audit dan menerbitkan laporan audit
Didalam fase II - III auditor akan merangkum bukti-bukti audit untuk mencapai sebuah kesimpulan wajar atas laporan keuangan tersebut. Oleh karena itu untuk mencapai tujuan audit tidak terlepas dari tanggung jawab manajemen atas laporan keuangan yang tersajikan beserta bukti-bukti audit tertentu terkait pada akun-akun tertentu. Tanggung jawab manajemen adalah menerapkan prinsipprinsip akuntansi yang berlaku dengan memadai, cukup dengan pengendalian internal serta menyajikan semua hal tersebut dalam kondisi wajar. Tanggung jawab menejemen ini akan diungkapkan dalam sebuah respresentasi (asersi) pada laporan keuangan. Asersi menejemen merupakan sebuah pernyataan yang tersirat atau tertulis oleh manajemen mengenai kelompok-kelompok transaksi dan akunakun terkait serta pengungkapan dalam laporan keuangan. Dalam kebanyakan kasus dinyatakan secara tidak tertulis.
2.2.3 Bukti audit Bukti audit merupakan suatu hal yang mendasar yang dibutuhkan dalam proses audit. Bukti audit dapat mendukung opini audit yang akan dikeluarkan oleh auditor independen. Dalam melakukan proses audit, auditor harus dapat menentukan jenis bukti audit serta jumlah bukti yang tepat dan dapat mendukung
Audit atas..., Fiona Mussri Astuti, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
24
proses audit yang akan dilakukan. Dalam memilih dan menetapkan bukti audit ada empat hal yang harus dipertimbangkan yaitu: 1. Prosedur audit 2. Ukuran sample 3. Pemilihan item 4. Pemilihan waktu Kesalahan dalam pemilihan bukti audit maka akan menjadikan auditor salah mengambil kesimpulan. Oleh karena itu auditor harus melihat kelayakan dan yakin atas bukti audit yang dipilih berdasarkan sample. Adapun beberapa tipe-tipe bukti audit yaitu; a. Pemeriksaan fisik (physical examination) Auditor dapat melihat secara langsung tentang keberadaan sebuah aset. Dapat dicontohkan seperti auditor melakukan stock opname, disini auditor mengumpulkan bukti audit dari keberadaan persediaan barang entitas atau melihat keberadaan sebuah aset tetap entitas yang digunakan untuk proses produksi. Selain itu pemeriksaan fisik dapat meyakinkan auditor apakah barang atau aset tersebut masih layak atau tidak sehingga auditor dapat menyimpulkan dari temuan-temuan yang ada. b. Konfirmasi (confirmation) Konfirmasi biasanya didapat dari pihak ketiga dimana hal ini didapatkan dengan otorisasi dari pihak ketiga tersebut. Bukti audit ini digunakan
untuk
melihat
akurasi
informasi
yang
disajikan
manajemen. Konfirmasi didapat dari pihak ketiga yang independen sehingga dianggap bahwa tingkat keandalan bukti audit ini sangat tinggi. Konfirmasi mengandung tanggung jawab pihak ketiga dalam pengakuannya. Contoh dari bukti audit ini adalah auditor dapat mengirimkan surat konfirmasi kepada bank atas persetujuan manajemen. Biasanya konfirmasi dilakukan sampai dengan dua kali jika dibutuhkan.
Audit atas..., Fiona Mussri Astuti, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
25
c. Dokumentasi (documentation) Bukti audit yang didapatkan dari investigasi auditor terhadap datadata yang disajikan. Terdapat dua jenis dokumentasi yaitu dokumentasi internal yang dibuat oleh pihak entitas dan dokumentasi eksternal yang dibuat oleh pihak ketiga. d. Prosedur analitik (analytical prosedure) Perbandingan informasi keuangan entitas dengan beberapa informasi terkait, perbandingan dengan entitas lain tetapi dalam satu jenis industri, memahami sifat alami entitas serta komparasi antar performance entitas e. Meminta keterangan dari klien (inquiry) Bukti audit yang akan didapatkan melalui inquiry adalah bukti audit yang berupa hasil wawancara antara auditor dan klien. Auditor dapat meminta keterangan langsung dari klien terkait temuan yang didapatkan. Dengan meminta keterangan langsung auditor juga dapat memahami bisnis klien secara detail. f. Perhitungan kembali (recalculate) Untuk memastikan apakah tidak ada salah saji pada akun-akun tertentu
auditor
dapat
menghitung
kembali
sehingga
ada
perbandingan sama atau tidaknya antar klien dan auditor. g. Penilaian atas performa Melihat perbandingan keadaan entitas selama tahun berjalan. h. Pengamatan Pengamatan dapat dilakukan dengan cara melihat langsung bisnis klien, turun kelapangan ataupun berada diperusahaan klien untuk beberapa waktu.
2.3 Audit atas Aset Tetap Aset tetap yang memiliki perhitungan dan masa manfaat yang panjang melebihi satu peride menimbulkan potensi terjadinya salah saji. Salah saji ini dapat muncul dari berbagai aspek aset tetap salah satunya adalah umur ekonomis
Audit atas..., Fiona Mussri Astuti, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
26
dari aset tersebut. Oleh sebab itu diperlukan suatu prosedur untuk audit terhadap aset tetap.
2.3.1 Tujuan Audit atas aset tetap Menurut Arens et al., tujuan terhadap audit aset tetap dapat dibagi atas dua yaitu tujuan audit terkait transaksi dan terkait saldo. Tujuan audit terkait transaksi. 1. Keberadaan (existence) Transaksi perolehan yang tercatat adalah untuk barang yang diterima sehingga aset tetap tersebut terjamin ada secara fisik. Contoh : jumlah aset tetap yang tercatat di faktur pembelian sama jumlahnya dengan yang diterima secara fisiknya. 2. Akurasi (accuracy) Transaksi perolehan aset telah dicatat oleh kedua pihak (supplier dan pembeli) secara akurat. Contoh : nilai yang tercatat pada faktur pembelian sama dengan nilai yang dicatat pada buku klien dengan harga yang samasama telah disetujui sebelumnya. Adanya otorisasi dari pihak supplier dan pembeli sehingga dipastikan faktur akurat. 3. Kelengkapan (completeness) Pada saat transaksi perolehan aset dipastikan telah dicatat didalam buku klien dan terdapat dokumen-dokumen pendukung dalam memastikan transaksi tersebut. Contoh : dipastikan bahwa semua aset yang akan diterima telah tercantum didalam faktur pembelian. Faktur pembelian juga harus didukung dnegan dokumen-dokumen lain seperti bukti order, bukti jalan dan sebagainya. 4. Klasifikasi (classification) Transaksi perolehan telah diklasifikasikan secara tepat dan benar. Contoh : setiap aset yang bersifat material maka akan diklasifikasikan sebagai aset bukan beban. 5. Validasi (validation) Setiap penerimaan atas aset tetap harus diketahui oleh pihak-pihak terkait dan diotorisasi sehingga dapat dipertanggung jawabkan. Contoh : faktur
Audit atas..., Fiona Mussri Astuti, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
27
pembelian di tanda-tangan oleh menejer keuangan, pemindahan aset diterima dan ditanda-tangan oleh kepala bagian produksi dan setiap dilakukannya pemesanan atas aset tetap harus di otorisasi oleh manajer keuangan dan manajer produksi terkait pertanggung jawabannya. Tujuan audit terkait saldo. 1. Akurasi (accuracy) Jumlah saldo yang diperoleh telah dicatat secara akurat. Contoh : nilai perolehan yang dicatat sama dengan yang ada di faktur pembelian. 2. Klasifikasi (classification) Detail nilai yang diperoleh dengan yang tercatat diklasifikasikan dengan benar. Contoh : tidak ada aset yang salah dicatat sebagai beban atau aset sewa. 3. Kelengkapan (completeness) Dokumen detail jumlah perolehan terkait jumlah saldo sudah tercatat. Contoh : aset tetap yang telah diterima secara fisik telah tercatat nilainya pada jurnal, pembayaran yang dilakukan telah tercantum pada jurnal payable. 4. Waktu (timing) Nilai perolehan dicatat pada periode penerimaan atas aset. Contoh : nilai perolehan diakui diawal atau diakhir tahun sesuai dengan tanggal yang tercantum pada faktur pembelian. 5. Keberadaan (existence) Detail saldo perolehan yang tercatat tahun ini benar-benar ada. Contoh : aset tetap pada sub-ledger harus sama dengan aset secara fisik. 6. Detail tie-in Nilai perolehan aset perolehan sama dengan detail saldo penerimaan di sub-ledger aset tetap. Contoh : jumlah detail saldo aset tetap harus sama dengan saldo aset tetap
2.3.2 Prosedur audit atas aset tetap Arens (2009) menyatakan pada dasarnya prosedur audit pada aset tetap sama dengan prosedur audit secara keseluruhan. Akun aset tetap memiliki
Audit atas..., Fiona Mussri Astuti, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
28
komponen yang harus dipastikan nilainya tercatat dengan benar, yaitu komponen nilai aset tetap itu sendiri dan komponen nilai beban penyusutan serta akumulasi beban penyusutan dari aset tetap itu sendiri. Sebelum melihat lebih jauh auditor harus melihat terlebih dahulu internal control yang dilakukan oleh menejemen. Karena dari situlah auditor dapat menilai bagaimana penggunaan aset tersebut selama periode berjalan. Selanjutnya prosedur analitik yang harus dilakukan adalah melihat perbandingan informasi keuangan entitas dengan informasi yang sebanding untuk periode sebelum, keinginan klien seperti anggaran atau prakiraan, atau yang di harapan dari auditor seperti perkiraan depresiasi, serta informasi industri serupa, seperti perbandingan rasio entitas dari penjualan piutang dengan rata-rata industri atau dengan entitas lain dengan ukuran yang sebanding dalam industri yang sama. Prosedur analitis juga mencakup pertimbangan hubungan, misalnya di antara unsur-unsur informasi keuangan yang akan diharapkan untuk menyesuaikan diri dengan pola diprediksi berdasarkan pengalaman entitas, seperti persentase gross margin dan serta antara informasi keuangan dan informasi non-keuangan yang relevan, seperti biaya gaji untuk jumlah karyawan. Prosedur yang diterapkan untuk aset tetap adalah : 1. Melakukan prosedur analitik Melihat apakah ada salah saji yang kemungkinan terjadi pada penyusutan dan akumulasi nilai aset diakhir periode. 2. Verifikasi mutasi aset Memastikan apakah terdapat penambahan atau pengurangan aset selama tahun berjalan. Auditor harus memastikan umur ekonomis setiap aset sehingga mengetahui aset mana saja yang sudah usang dan masih baik. transaksi mutasi akan terlihat dari kontrol internal perusahaan. Artinya untuk penambahan dan pelepasan aset perusahaan harus memiliki alur yang jelas sehingga dapat mengidentifikasi pembebanan yang harus mengurangi nilai aset tersebut. Kesalahan dalam perhitungan dan pencatatan akan berdampak pada over/under-statement aset tetap.
Audit atas..., Fiona Mussri Astuti, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
29
3. Identifikasi beban penyusutan Melihat perbandingan
penyutuan
yang dibebankan
setiap
tahunnya dengan perhitungan yang sama ditahun berjalan. Auditor harus melihat apakah klien menggunakan metode yang sama untuk penyusutan dalam tahun berjalan hingga umur manfaat aset tersebut habis. Sehingga mengurangi kemungkinan munculnya salah saji pada pencatatan. Perbandingan ini dilakukan dengan tahun sebelumnya. 4. Verifikasi akumulasi penyusutan Memastikan apakah pencatat yang dilakukan telah akurat sesuai pembebanan yang dilakukan setiap tahunnya sehingga tidak ada salah saji pada akumulasi penyusutan. 5. Verifikasi saldo akhir dalam aset tetap Dari mutasi aset dan dikurangi akumulasi penyusutan maka auditor harus memastikan saldo perhitungan tersebut adalah sama dengan laporan keuangan dan sesuai denagn pencatatan jurnal umum. Adapun prosedur audit yang diterapkan oleh KAP ABC untuk aset tetap adalah : 1. Client acceptance and re-evaluation Pada fase ini KAP diwakili oleh partner in charge membuat sebuah penilaian terhadap kelayakan klien sebelum mengikat kontrak jasa dengan KAP ABC. Auditor melakukan komunikasi awal dengan klien untuk mendiskusikan kontrak audit. Penilaian terkait dengan integritas manajemen, penerapan akuntansi, sumber daya yang terkait dengan klien, jika klien merupakan klien lama yang sebelumnya diaudit oleh KAP ABC maka akan dievaluasi kembali. Risiko yang akan muncul pada fase ini adalah risiko yang muncul setelah penerimaan perusahaan tersebut menjadi klien terkait dengan inherent risk dan risiko audit yang muncul setelah auditor memberikan opininya.
Audit atas..., Fiona Mussri Astuti, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
30
Pada prinsipnya KAP dapat menerima klien yang mampu bekerjasama secara profesional, oleh karena itu menurut ABC methodology jenis klien yang dapat diterima oleh KAP ABC Associate sebagai berikut : − Perjanjian kerja hanya dapat dilakukan dengan klien yang memiliki integritas tinggi dan mampu untuk saling membantu dalam proses audit nantinya, dimana manajemen tidak diperkenankan mempersulit proses audit, tidak memiliki riwayat melakukan tindakan ilegal dan kecurangan tertentu. − Entitas calon klien diyakini telah dikelola dengan baik dalam artikata klien memiliki pengendalian internal yang baik. − Klien yang akan diterima adalah perusahaan yang tidak memiliki hubungan istimewa dengan KAP karena KAP ABC sebagai pelaku penyedia jasa yang bersifat independen. Sebagai penyedia jasa profesional yang independen KAP harus bertindak sebagai berikut: − Partner in charge harus mengetahui kebutuhan dan persyaratan layanan jasa klien. − KAP memiliki kemampuan yang diperlukan dalam hal sumber daya dan keahlian. KAP dapat mempertimbangkan penerimaan klien dalam fase ini dengan kualifikasi atas risiko yang muncul pada perusahaan klien. Perusahaan seperti bank, perusahaan asuransi, brokers/dealers, perusahaan dibidang properti, perusahaan penyedia jasa sewa guna usaha pembiayaan (leasing) merupakan kelompok perusahaan yang memiliki risiko tinggi terhadap laporan keuangannya dimana terkait hal tersebut akan muncul berbagai macam isu yang harus dapat diselesaikan oleh auditor bersama dengan menejemen dalam hal penyedia informasi. Untuk penerimaan klien lanjutan KAP harus mempertimbangkan dan mengevaluasi kembali apakah terjadi perubahan dalam industri bisnis klien dan melihat adakah kenaikan tingkat risiko terkait industri klien. Setelah pertimbangan mengenai persyaratan etika yang harus dilalui oleh calon klien maka selanjutnya auditor dapat melaksanakan proses penerimaan klien baik klien baru maupun klien yang lama. adapun proses yang harus dilakukan yaitu:
Audit atas..., Fiona Mussri Astuti, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
31
1. Memperoleh pemahaman atas calon klien, seperti: − Bisnis dan industri klien − Manajemen klien − Siklus akuntansi − Kontrol internal − Informasi relevan lainnya 2. Mempertimbangakan segala bentuk ancaman auditor sebagai penyedia jasa independen. 3. Memperoleh pemahaman risiko yang akan muncul terkait penerimaan klien. 4. Menyediakan dokumen penyelesaian penerimaan klien, diantaranya: − Kuesioner evaluasi penerimaan klien − Kuesioner independen − Kuesioner perjanjian risk assessment 5. Memilih partner in charge kedua jika diperlukan 6. Mempertimbangkan isu, risiko dan menetapkan menerima atau menolak klien atas pertimbangan proses sebelumnya
2. Preplanning Pada fase ini auditor in charge akan mulai menyiapkan rancangan strategi audit untuk menilai risiko-risiko audit akan muncul pada saat proses audit berlangsung. Perencanaan penilaian risiko audit harus didukung dengan buktibukti audit, rancangan strategi ini akan disusun lebih lanjut pada fase berikutnya. Menurut ABC methodology prosedur yang dapat dilaksanakan dalam menilai risiko yang akan muncul adalah: 1. Bertanya
kepada
manajemen
atau
pihak
terkait
untuk
dapat
mengidentifikasi risiko yang. Sebagian besar dari informasi berasal dari bertanya kepada manajemen. Beberapa hal yang kita bisa dapatkan dari penyelidikan
kepada
manajemen
adalah
pemahaman
lingkungan
perusahaan dalam mempersiapkan laporan keuangan, pertanyaan terkait dengan bagian internal perusahaan, efektifitas operasional perusahaan dan
Audit atas..., Fiona Mussri Astuti, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
32
kontrol terhadap internal perusahaan, pertanyaan terkait kebijakan hukum/legal dan regulasi serta pertanyaan terkait dengan bagian pemasaran dan penjualan misalkan informasi kontrak dengan distributor dan pelanggannya. 2. Melakukan prosedur analitis risiko pengendalian pada tingkatan entitas. Tim audit dari KAP ABC akan menilai seberapa besar tingkat risiko pengendalian di entitas klien dengan melihat pengendalian apa saja yang dilakukan guna meminimalisir risiko ini. Selanjutnya auditor akan menilai pengendalian internal pada transaksi tertentu pada laporan ini akan dibahas pengendalian terhadap aset tetap PT STD,Tbk. Seluruh pengendalian yang telah diterapkan oleh PT STD,Tbk merupakan pengendalian kunci atau pengendalian utama dalam meminimalisir risiko terkait. Oleh karena itu, pengendalian tersebut dinilai efektif oleh tim audit KAP ABC dalam mencegah, mendeteksi, dan memperbaiki kemungkinan salah saji material. 3. Pengamatan dan prosedur inspeksi. Pengamatan dapat mendukung kegiatan penyelidikan manajemen dan akan mendapatkan informasi yang sesuai dengan lingkungan perusahaan. Auditor harus mampu mengidentifikasi dan menilai risiko atau kesalahan material melalui laporan keuangan, pernyataan atas transaksi, saldo awal dan pengungkapan. Dalam fase ini auditor merancang untuk dapat menemukan bukti audit sebagai landasan untuk meyakini tidak adanya kesalahan yang material. Dalam merancang dilevel asersi ini auditor dapat mengklasifikasikan risiko kesalahan yang material (jika ada, risiko yang relevan, risiko yang signifikan) dalam beberapa kategori dibawah ini: •
Risiko tersebut merupakan salah satu bagian yang berpegaruh pada banyak hal seperti terhadap akun transaksi, saldo awal dan pengungkapan,
•
Risiko tersebut merupakan salah satu yang berpengaruh pada laporan keuangan secara keseluruhan; atau
•
Risiko tersebut merupakan salah satu yang berpengaruh pada program audit yang akan dijalankan (seperti, going concern)
Audit atas..., Fiona Mussri Astuti, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
33
3. Planning Pengujian yang dilakukan untuk melihat efektifitas pengendalian internal tersebut adalah: a. Penjualan yang tercatat adalah penjualan untuk barang yang pelanggan benar-benar ada (keterjadian) b. Transaksi penjualan yang ada telah dicatat (kelengkapan) c. Jumlah barang yang dikirim tercatat oleh sistem harus sama dengan dokumen faktur penjualan yang terjadi (akurasi) d. Transaksi penjualan dicatat dengan benar di arsip utama piutang dan telah diotorisasi oleh manajer keuangan (keterjadian dan kelengkapan) e. Tanggal penjualan yang dicatat pada jurnal siklus penjualan dengan salinan faktur penjualan dan slip pengiriman barang (timing) Dari hasil pengujian sampel PT STD,Tbk dengan ketentuan diatas, disimpulkan bahwa pengendalian internal perusahaan telah memadai dan auditor yakin pada pengendalian internal perusahaan karena telah bekerja secara efektif. 1. Prosedur audit dapat dibuat untuk merespon penilaian terhadap risiko yang telah dirangkum pada aktivitas pre-planning. Menurut Interational Standart Auditing (ISA) prosedur audit dapat dibangun melalui: 1. Respon atas dokumentasi penilaian risiko (ISA 240). 2. Munculnya strategi audit, dimana auditor menentukan batasan audit dari pemahaman dokumentasi atas risiko yang akan muncul (ISA 300). 3. Pengembangan rencana audit (ISA 300), dimana didalamnya terkait hal dasar, batasan, penilaian atas prosedur penilaian risiko (ISA 315); dasar, batasan dan penilaian atas perencanaan prosedur audit pada level asersi (ISA 330). 4. Dokumentasi atas respon auditor (ISA 240.45)
4. Fieldwork Pada fase ini auditor akan mulai melaksanakan rencana audit dengan menguji transaksi, nilai saldo, dan pengungkapan pada laporan keuangan. Menurut ABC methodology hal-hal yang terkait pada fase ini adalah:
Audit atas..., Fiona Mussri Astuti, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
34
a) Tes pengendalian internal Untuk meyakini bahwa pengendalian internal perusahaan telah berjalan dengan efektif maka auditor harus meyakini adanya bukti yang relevan untuk menghindari munculnya risiko kesalahan. Pengujian ini dapat melalui test of controls yang telah dilakukan. Beberapa uji pengendalian (test of control) yang harus dilakukan menurut ABC methodology yaitu : 1. Meminta keterangan dari klien (inquiry) 2. Observasi (observation) 3. Inspeksi (inspection) 4. Penilaian atas performa (re-performa) 5. Pengujian ulang (testing) b) Substantive Analytical Procedures Dalam melakukan analitikal prosedur auditor dipastikan mencapai tujuan audit yang relevan dan terpercaya. Dalam mempersiapkan substantive analytical procedures auditor harus mengacu pada kebijakan prosedur subtantif (ISA 520.5) yaitu diantaranya: •
Menentukan substantive analytical procedures untuk setiap tuntutan atau asersi transaksi, saldo awal dan pengakuan atau untuk setiap dilaksanakannya test of details.
•
Menguji kembali keyakinan atas data yang didapatkan dari klien apakah data tersebut telah sesuai dengan ekspektasi auditor.
•
Mengembangkan nilai ekspektasi dari saldo atau rasio dan menguji
kembali
apakah
ekspektasi
tersebut
dapat
mengidentifikasi kesalahan. •
Menentukan saldo dari setiap saldo yang dicatat berbeda dari nilai ekspektasi yang mana dianggap dapat diterima tanpa melakukan investasi lanjutan.
Sedangkan dasar prinsip tindakan yang harus dilaksanakan oleh auditor dalam substantive analytical procedures adalah sebagai berikut: •
Mengidentifikasi faktor-faktor yang memberikan efek pada saldo akun dan menentukan hubungan diantara faktor tersebut
Audit atas..., Fiona Mussri Astuti, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
35
•
Mendokumentasikan ekspektasi yang muncul dari saldo tercatat
•
Membandingkan nilai ekspektasi dengan nilai yang tercatat
•
Menyelidiki manajemen untuk dapat menjelaskan perbedaan yang signifikan atau disebut dengan significant variances
•
Jika dibutuhkan maka auditor sebaiknya meninjau kembali asumsi dan mengulang proses yang dianggap belum tepat
•
Menyimpulkan kelayakan atas laporan neraca
Keputusan yang akan didapat dari prosedur analitis ini adalah merupakan dasar bagi auditor untuk memberikan pendapat mengenai ekspektasi efisiensi dan efektifitas yang terdapat dalam prosedur auditor untuk mengurangi risiko audit dalam sebuah tingkat tuntutan atau asersi tertentu menjadi dapat diterima pada tingkat yang terendah. c) Audit sampling and JSSD testing. Tujuan dilaksanakanya audit sampling adalah untuk memastikan bahwa auditor mendapatkan dasar dalam mengambil kesimpulan tentang populasi. Audit sampling dapat membantu auditor untuk menguji hipotesis pada keseluruhan populasi dimana ditetapkan toleransi pada kesalahan sama dengan 110% dari ekspektasi kesalahan itu sendiri. Didalam menentukan ekspektasi tersebut auditor menggunakan Judgemental Sample Size Determination Testing (JSSD Testing) atau prosedur teknik audit sample untuk melihat efektifitas dan efisiensi dari respon audit. Hal yang dilakukan untuk audit sampling adalah: •
Key, large and unusual item. Auditor harus menghapus perhitungan yang terkunci, nilai yang besarnya lebih dari 33% dari performa materialitas dan hal yang tidak biasa seperti saldo yang negatif.
•
Rumus yang digunakan dalam audit sampling adalah: Sample size = (Population being subject to sampling × Assurance Factor) ÷ (Performance Materiality – (Expected Error × Expansion Factor)) Sedangkan dengan menggunakan JSSD testing, auditor dapat menentukan jumlah sample yang akan diambil yang mana
Audit atas..., Fiona Mussri Astuti, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
36
didalamnya telah dipisahkan bagian key, large dan unusual item. Auditor dapat menentukan ekspektasi kesalahan atau expected error secara keseluruhan populasi. Jika jumlah sample berkurang maka ekspektasi kesalahan akan berkurang dimana akan digambarkan pada tabel dibawah ini: Tabel 2.3.1 : Alternative audit strategy for income & expenditure accounts Classes of transaction
Minimum JSSD Maximum JSSD testing sample size testing sample size
Income accounts
25
50
Expenditure accounts
See formula below
15
Tabel 2.3.2 : Audit Respone Table
Risk Materiality Assessment
Assurance from Tests of Controls
Tests of detail
Assurance from Analytical Procedures
JSSD testing
No
Sampling AF
EF
N/A
3.0
1.9
Yes
N/A
2.5
1.6
No
N/A
1.6
1.5
Yes
5 to 15
1.0
1.3
No
N/A
1.8
1.5
Yes
0 to 10
N/A
No
4 to 10
N/A
Yes
N/A
N/A
No High Yes
No Low Yes AF = Assurance Factor, EF = Expansion Factor Sumber : ABC Methodology 2010
Audit atas..., Fiona Mussri Astuti, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
37
Didalam ABC Methodology diatur berapa banyak jumlah sample yang bisa digunakan oleh auditor untuk mengontrol level dari penilaian risiko pada bagian transaksi, saldo awal serta pengungkapan. Tabel 2.3.3 : Penentuan jumlah sample
Frequency
High risk
Low risk
Daily or more
23
12
Weekly
5
3
Monthly
3
2
Quarterly
2
1
Biannual
1
1
Annual
1
1
Sumber : ABC Methodology (2010)
d) Scoping adalah pemilihan dengan nilai besar yang dipilih secara acak sehingga nilai-nilai tersebut telah ditentukan terlebih dahulu. Jika prosedur analitis telah ditentukan layak maka auditor akan dapat menentukan persentasenya. Adapun prosedur scoping adalah sebagai berikut: •
Mengeluarkan saldo yang negatif
•
Memilih nilai yang akan diuji dengan ketentuan audit response table
•
Memilih teknik pengujian
•
Melaksanakan audit performance
•
Mengevaluasi hasil dari prosedur audit yang dijalankan
•
Unadjusted errors yang didapat dengan menyesuaikan kesalahan tidak lebih dari 3% dari keseluruhan materiality
Audit atas..., Fiona Mussri Astuti, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
38
Tabel 2.3.4 : Penentuan respon audit
Risk Materiality Assessment
Assurance from Tests of Controls
Assurance from Analytical Procedures
Scoping
No
55%
Yes
50%
No
40%
Yes
25%
No
35%
Yes
15%
No
15%
Yes
N/A
No High Yes
No Low Yes Sumber : ABC Methodology 2010 e) Test of Detail adalah menguji kekuatan bukti untuk penilaian risiko audit maka prosedur ini harus direncanakan dan dilaksanakan.Uji kebenaran ini terkait dengan akun transaksi, saldo awal dan pengungkapan. Auditor dapat mengkombinasikan prosedur subtantif dengan test of details untuk mendapatkan hasil yang lebih diyakini kebenarannya. f) Perhitungan persediaan dilakukan untuk menunjang tujuan audit keberadaan dan keakuratan persediaan yang dimiliki oleh klien dimana jumlah yang dihitung secara fisik adalah sama nilainya dengan yang tercatat didalam laporan keuangan. Hal-hal yang menjadi fokus auditor adalah perpindahan persediaan, cut-off inventory, dokumentasi, inspeksi persediaan, membuat uji penghitungan dan menyimpulkan hasil prosedur. Dari kasus laporan ini auditor melaksanakan penghitungan persediaan ke gudang PT STD,Tbk di Surabaya, penghitungan dilakukan didua gudang persediaan selama dua hari berturut-turut. Dari hasil tersebut perhitungan
Audit atas..., Fiona Mussri Astuti, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
39
auditor tidak jauh berbeda dengan nilai yang ada didalam laporan keuangan klien. g) Konfirmasi ekternal merupakan informasi yang didapat oleh pihak ketiga seperti bank, induk perusahaan, atau pihak-pihak yang berelasi dan memiliki hubungan istimewa lainnya serta pihak hukum / legal institution. h) Estimasi akuntansi Contoh estimasi akuntansi adalah: •
Penyisihan yang mengurangi persediaan dan debitur yang menjadi nilai realisasi yang diperkirakan oleh mereka.
•
Profisi penyusutan
•
Pendapatan atau beban yang masih harus dibayar
•
Ketentuan untuk pajak tangguhan
•
Ketentuan untuk kerugian yang diakibatkan oleh perkara hukum
•
Laba dan rugi atas konstruksi yang masih berjalan
•
Ketentuan atas klaim surat jaminan
•
Pengukuran nilai wajar
i) Pihak berelasi merupakan pihak-pihak yang memilliki hak dan kewajiban atas perusahaan. Pihak-pihak ini dapat mempengaruhi keberlangsungan perusahaan. Auditor akan memastikan bahwa perusahaan ini memiliki transaksi dengan pihak berrelasi yang berisiko tinggi. ABC methodology mengatur tindakan auditor seperti: •
Memastikan bahwa adanya hubungan dengan pihak berrelasi
•
Memastikan bahwa transaksi dengan pihak berelasi dicatat dengan ketentuan yang umum
•
Memastikan bahwa transaksi tersebut diungkapkan dalam laporan keuangan
j) Risiko salah saji material meresap kedalam laporan keuangan secara keseluruhan. Sehubungan dengan risiko salah saji material meresap atas laporan keuangan secara keseluruhan (dan, bila relevan, Risiko Signifikan) diidentifikasi
pada
tahap
pra-perencanaan
audit,
auditor
harus:
• Menilai kemungkinan dan dampak Risiko Salah Saji Material • Memahami respon dokumen manajemen untuk risiko salah saji material
Audit atas..., Fiona Mussri Astuti, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
40
• Mendapatkan bukti yang tepat dan memadai sehubungan dengan risiko • Pertimbangkan dampak dari risiko salah saji material, tanggapan manajemen terhadap risiko salah saji material dan bukti audit terhadap laporan keuangan dan komunikasi untuk pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola. k) Saldo akun awal dan konsistensi terhadap kebijakan akuntansi Auditor harus melakukan review dan memeriksa prosedur pembukaan saldo untuk mendapatkan jaminan yang cukup bahwa saldo pembukaan dapat diandalkan sebagai membuka angka untuk tahun audit yang baru. Jaminan atas saldo pembukaan pada periode diperlukan untuk menentukan laba atau rugi periode tersebut, menilai kewajaran laporan arus kas, kelengkapan transaksi dan pengungkapan. Sifat dan luas prosedur audit yang diperlukan untuk memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat mengenai saldo pembukaan bergantung pada hal-hal: •
Kebijakan akuntansi yang diikuti oleh entitas
•
Sifat dari saldo rekening, kelas transaksi dan pengungkapan serta risiko dari salah saji material dalam laporan keuangan periode berjalan
•
Pentingnya saldo pembukaan relatif terhadap laporan keuangan periode berjalan
•
Apakah laporan keuangan periode sebelumnya yang telah diaudit dan, jika demikian, apakah pendapat auditor pendahulu telah dimodifikasi.
Tanggung jawab manajemen untuk memilih konsisten mengikuti kebijakan akuntansi yang tepat dalam presentasi mereka laporan keuangan perusahaan. Ini adalah tanggung jawab auditor untuk menilai kesesuaian kebijakan akuntansi yang dipilih, dan apakah kebijakan tersebut diterapkan secara konsisten dalam laporan keuangan dari satu tahun anggaran ke depan. l) Going concern Dalam hubungannya dengan going concern auditor mengevaluasi kemampuan perusahaan untuk melajutkan kelangsungan hidup untuk
Audit atas..., Fiona Mussri Astuti, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
41
jangka waktu tidak lebih dari satu tahun setelah tanggal laporan keuangan yang diaudit. Hal yang perlu dipertimbangkan oleh seorang auditor dalam mengevaluasi laporan keuangan entitas untuk mengetahui tingkat adanya going concern adalah : a.
Auditor mempertimbangkan hal-hal seperti tren negatif dalam hasil
operasi, kredit macet, penolakan kredit perdagangan dari pemasok ekonomis komitmen jangka panjang, dan proses hukum dalam memutuskan jika ada keraguan substansi atas kemampuan entitas untuk mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan. Jika auditor yakin ada keraguan substansial tentang kemampuan perusahaan untuk melanjutkan kelangsungan hidup untuk jangka waktu yang wajar, ia harus memperoleh informasi tentang
rencana manajemen yang dimaksudkan untuk
mengurangi dampak dari kondisi atau peristiwa dan menilai kemungkinan bahwa rencana tersebut dapat dilaksanakan secara efektif. b.
Auditor memberikan pedoman dalam menyediakan kerangka kerja
untuk membantu direksi, komite audit dan tim keuangan apakah sesuai untuk mengadopsi dasar kelangsungan usaha dalam penyusunan laporan keuangan dalam membuat pengungkapan yang seimbang, proporsional dan jelas. Perusahaan dikatakan memenuhi standar going concern apabila didalam laporan keuangan pencatatan aset dan kewajiban adalah tepat atas dasar bahwa perusahaan akan dapat merealisasikan aktiva dan kewajiban dalam kegiatan usaha normal. Auditor didalam memberikan opini going concern harus mempertimbangkan atas kondisi / peristiwa keungan yang ada. m) Mematuhi hukum dan regulasi Setiap entitas yang berada dibawah ketentuan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia maka harus mengikuti dan mematuhi hukum peraturan
yang
berlaku.
Dibagian-bagian
tertentu
auditor
harus
memastikan bahwa klien telah berada dibawah lindungan hukum yang berlaku. Auditor dapat meminta data-data terkait pelaksanaan hukum yang dipatuhi oleh perusahaan, seperti akta notaris, akta perjanjian dan standartoperasi perusahaan.
Audit atas..., Fiona Mussri Astuti, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
42
n) Proses pengadilan dan klaim o) Subsequent event Adalah kejadian yang terjadi setelah tanggal neraca. Tujuan audit dilaksanakan subsequent event yaitu: 1. Membutuhkan
penyesuaian
terhadap
laporan
keuangan
atau
memerlukan pengungkapan dalam catatan atas laporan keuangan agar tidak menyesatkan pengguna laporan keuangan 2. Menentukan kemungkinan tertagihnya piutang 3. Memastikan bahwa “barang dalam perjalanan” yang tercantum di neraca per tanggal neraca, masih di perjalanan 4. Untuk memastikan kewajiban dan beban yang masih harus dibayar yang tercantum di neraca per tanggal neraca, merupakan kewajiban perusahaan yang akan dilunasi pada saat jatuh temponya (sesudah tanggal neraca) 5. Memastikan bahwa tidak ada kewajiban perusahaan yang belum dicatat per tanggal neraca p) Melaksanakan komitmen dan mengurangi kemungkinan munculnya risiko setalah prosedur audit dilaksanakan
Audit atas..., Fiona Mussri Astuti, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
BAB III PROFIL KAP & PERUSAHAAN KLIEN Pada bab ini akan dibahas profil Kantor Akuntan Publik (KAP) tempat penulis melaksanakan kegiatan magang dan profil perusahaan klien yang menjadi obyek pembahasan penulis pada laporan ini. Bab ini meliputi gambaran umum perusahaan, visi dan misi perusahaan, barang dan jasa yang disediakan serta struktur organisasi yang ada.
3.1 Profil Kantor Akuntan Publik (KAP) ABC Associate 3.1.1 Gambaran Umum KAP ABC Associate merupakan anggota dari ABC International, salah satu organisasi global yang terkemuka dan independen. KAP ABC memiliki dua kantor yaitu di Jakarta dan Surabaya. Penulis melaksanakan program magang dikantor pusat yang terletak di Jakarta. Pertama kali didirikan oleh Amir Abadi Jusuf pada tahun 1985 dengan terdaftar sebagai jasa akuntan publik yang mana berkecimpung dibawah jasa audit dan assurance. KAP ABC merupakan anggota dari ABC global, yang merupakan organisasi global yang menyediakan jasa profesional yang independen. Berdiri sejak lebih dari 25 tahun yang lalu kini KAP ABC berada pada peringkat 5 kantor akuntan publik terbaik di Indonesia. KAP ABC terdiri atas KAP ABC, PT ABC Bismatamma; PT ABC Kapital; dan banyak lainnya yang berada dibawah ABC Group dan KAP ABC Brand.
3.1.2 Visi dan Misi ABC International Visi : “for our members to be provider of choice to internationally active growing organizations who are looking for accounting, tax, consulting and specialist advisory service that will create lasting success and help them reach their goals”.
43 Audit atas..., Fiona Mussri Astuti, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
44
Misi : “the ABC difference lies in the close and enduring relationships between our member firms, and is grounded on the quality and commitment of our people. ABC member firms share a common belief that it is through constantly striving for excellence and by working closely together that lasting success is generated”.
3.1.3 Lini Bisnis dan Jasa KAP ABC Associate
Tabel 3.1.3.1 – Jenis jasa yang ditawarkan
Line of Business Audit Assurance
Tax & Outsourcing
Service Covered 1. General Audit on Financial Statements 2. Financial Information Review 3. IFRS 1. Tax litigation & Tax Disputes, Transfer Pricing Reviews & Documentation, Internal tax structuring, Tax Compliance, Tax Audits dan Tax Consulting 2. Company Incorporation & Representative Office Establishmnt, Corporate Secretarial, Executive Search & Recuitment, Accounting & Payroll 1. Financial Forecast & Working Capital Review, Due Diligence,
Transaction Analysis, Post Merger Integration 2. Pre-IPO Preparation & Grooming, IPO Support, Post IPO Advisory Corporate Finance Servie & Transaction 3. Merger & Acquisition, Disposals Support 4. Deal Structuring & Origination, Business Planning 5. Governance Advisory & Assurance 6. Internal Audit 1. Information System Advisory & Assurance Risk Advisory 2. Risk Management & Internal Control Advisory Sumber : handbook dan situs resmi KAP ABC (http://abc.associates.com)
Audit atas..., Fiona Mussri Astuti, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
45
3.1.4 Struktur Organisasi KAP ABC Associate
Tabel 3.1.4.1 – Struktur Perusahaan KAP ABC Associates
Board of Partners
Chief Executive Partners
RSM Related Function
MP LOB Audit Assurance
MP LOB Tax & Outsourcing
MP Corporate Finance & Transaction Support
MP LOB Risk Advisory
Operation Support
Sumber : handbook dan situs resmi KAP ABC (http://abc.associates.com)
3.1.4.1 Divisi Terdapat beberapa kategori divisi pada masing-masing lini bisnis yang tersedia di KAP ABC Associate diantaranya yaitu: •
Lini bisnis Audit Assurance 1. Blue : divisi ini membawahin beberapa industri seperti Trading service & Investment dan perusahaan BUMN. 2. Green : divisi ini membawahi beberapa industri seperti Manufaktur dan Pertambangan. 3. Tosca : divisi ini membawahi beberapa industri seperti Property
& Real
estate,
Infrastruktur,
Utilities
&
Transportasi
Audit atas..., Fiona Mussri Astuti, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
46
4. Red : divisi ini membawahi beberapa industri seperti Entitas Jasa Keuangan dan Agrikultur. Selama program magang penulis ditempatkan di divisi tosca pada lini bisnis Audit Assurance ini. •
Lini bisnis : Risk Advisory 1. White : hanya ada satu divisi yang mana biasanya sebagai divisi internal kontrol sehingga hanya ada satu lingkup pengembangan lini bisnis yaitu Risk Advisory
•
Lini Bisnis : Corporate Finance & Transaction Support 1.
Orange : divisi ini terkait dengan keuangan internal perusahaan.
•
Lini bisnis : Tax & Outsourcing 1. Purple : hanya ada satu divisi yang membawahi semua layanan jasa perpajakan.
Pada praktiknya divisi-divisi terkait bisa mendapatkan klien dari lintas grup industri hal ini bergantung pada klien yang diterima oleh partner in charge, sebagai contoh penulis ditempatkan di divisi tosca akan tetapi mendapatkan klien yang seharusnya merupkan industri yang tergolong dibawah divisi green, karena pada dasarnya divisi tosca sebelumnya merupakan bagian dari divisi green.
3.2 Profil Umum Perusahaan Klien (PT STD, Tbk) 3.2.1 Gambaran Umum Sebuah perusahaan domestik yang berpengalaman dalam memproduksi berbagai baja pipa dan tabung serta produk terkait lainnya untuk memenuhi spesifikasi yang paling inovatif dan kebutuhan-kebutuhan spesifik para konsumen. Didirikan pada tahun 1971 di Surabaya. Perusahaan berdomisili dan bertempat produksi di Surabaya akan tetapi memiliki perwakilan di Jakarta. Saat
Audit atas..., Fiona Mussri Astuti, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
47
ini perusahaan mengoperasikan lima unit pabrik yang modern. Selain unit usaha diatas perusahaan juga bergerak dibidang perdagangan hasil-hasil industri tersebut seperti ekspor, impor, interinsulair (antar pulau), dan lokal, leveransier, dealer, distributor dan keagenan / perwakilan dari perusahaan didalam negeri maupun diluar negeri dari barang-barang tersebut diatas. Jaminan mutu produk selalu dilakukan oleh perusahaan dengan penerapan suatu sistem evaluasi mutu yang ketat dan selaras dengan telah diterimanya sertifikat international ISO 9002 dan API 5L oleh perusahaan ini. Sesuai dengan persyaratan mutu international PT STD, Tbk memenuhi standar ASTM, BS, JIS, ISO, API, AS dan SNI. Standar peralatan uji coba selalu dilakukan oleh perusahaan seperti Hidrostatic, Mechine, Ultrasonicte test & Evaluasi Machine, Holiday Detector, Thickness Gauge dsb. Berdasarkan keputusan dan persetujuan Menteri Hukum dan HAM serta telah diselesaikannya proses IPO (Initial Public Offering) tahun 2012 lalu terdapat perubahaan anggaran dasar dan perubahan status perusahaan dari Perseroan Terbatas Tertutup
menjadi Perseroan Terbatas Terbuka dan merubah nama
menjadi PT STD, Tbk. Terakhir PT STD,Tbk merupakan entitas anak dari PT CBPP,Tbk.
Audit atas..., Fiona Mussri Astuti, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
48
3.2.2 Struktur Organisasi PT STD,Tbk
Sumber : data internal PT STD,Tbk (telah diolah kembali) 3.2.3 Tujuan, Visi dan Nilai-nilai Perusahaan Tujuan perusahaan adalah menjadi sebuah industri barang dan jasa untuk memenuhi kualitas hidup masyarakat. Visi perusahaan adalah menghasilkan barang dan jasa yang berkualitas internasional. Nilai-nilai yang dianut oleh perusahaan snediri adalah : •
SMART (Specific, Measurable, Agree, Realistic, Trackable)
Audit atas..., Fiona Mussri Astuti, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
49
Nilai-nilai ini akan membawa perusahaan mencapai tujuan utamanya. •
Professional & Credible
3.2.4 Jenis Usaha dan Produk PT STD, Tbk berada di industri manufaktur lebih spesifiknya menjalankan industri logam besi dan baja. Pada umumnya unit usaha PT STD, Tbk adalah sebagai produsen pipa besi. Hingga september 2013 lalu PT STD, Tbk memiliki lima unit pabrik besar untuk memproduksi barang dan jasa besi dan baja serta elemen dijenis yang sama. Adapun produk yang dihasilkan diantaranya : •
ERW Pipes Merupakan pipa baja, pita baja dan plat baja untuk memenuhi permintaan dari industri minyak bumi dan gas alam, industri konstruksi baja dan sejenisnya.
•
SAW Spiral Welded Pipes Merupakan plat baja spiral untuk memenuhi permintaan dari industri konstruksi. Jenis pipa yang dihasilkan adalah water pipes line, steel pipe, oil and gas pipe line, general purpose ASTM a 53.
•
Stainless Welded Pipes Merupakan pipa baja untuk keperluan umum. Jenis pipa yang dihasilkan
Decoration
/Ornamental
Stainless
Steel
pipe,
industrial/chemical pipe SUS 304. •
Produk lain Jenis produk yang dihasilkan fish box, lighting pole, telephone pole, electrical pole, and scaffolding.
Audit atas..., Fiona Mussri Astuti, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
50
•
Jasa yang diberikan Jenis jasa yang ada yaitu Coating (pembuatan lapisan), Shearing (pengguntingan), Slitting (pemotongan).
3.2.5 Kebijakan Aset Tetap PT STD, Tbk Perusahaan ini menganut kebijakan akuntansi sesuai dengan standar akuntansi keuangan (SAK) di Indonesia. Prinsip akuntansi yang digunakan sesuai dengan berbagai PSAK, ISAK serta PPSAK. Adapun PSAK yang berdampak signifikan terhadap laporan konsolidasi yaitu PSAK no 24 revisi 2010 telah disesuaikan pada tahun berjalan. Prinsip akuntansi ini telah diterapkan secara konsisten dalam penyusunan laporan keuangan perusahaan untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2013. Untuk hal-hal yang berhubungan dengan aset tetap perusahaan menerapkan sesuai dengan PSAK 16 revisi 2011. Untuk aset tetap berupa tanah, bangunan dan prasarana serta mesin dan peralatan dicatat pada jumlah revaluasian yaitu nilai wajar pada tanggal revaluasi dikurangi dengan akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai yang terjadi setelah tanggal revaluasi. Revaluasi yang dilakukan adalah secara keteraturan yang cukup reguler untuk memastikan bahwa jumlah tercatat tidak berbeda secara material dari yang ditentukan dengan menggunakan nilai wajar pada tanggal posisi keuangan. Sedangkan untuk penyusutan dihitung menggunakan metode garis lurus untuk kelompok bangunan dan prasarana, untuk kelompok aset tetap lainnya disusutkan dengan menggunakan metode saldo menurun ganda berdasarkan taksiran masa manfaat ekonomis sebagai berikut: •
Bangunan dan prasarana
20 tahun
•
Mesin dan peralatan
4-25 tahun
Kenaikan yang terjadi dan memengaruhi nilai aset merupakan kenaikan yang berasal dari nilai revaluasi tanah, bangunan, dan mesin tersebut langsung dikreditkan ke surplus revaluasi pada pendapatan komprehensif lain kecuali sebelumnya penurunan revaluasi atas aset yang sama pernah diakui dalam laporan
Audit atas..., Fiona Mussri Astuti, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
51
laba rugi komprehensif, dalam hal ini kenaikan revaluasi hingga sebesar penurunan nilai aset akibat revaluasi tersebut, dikreditkan dalam laporan laba rugi komprehensif. Penurunan jumlah tercatat yang berasal dari revaluasi aset tetap dibebankan dalam laporan laba rugi komprehensif apabila penurunan tersebut melebihi saldo akun surplus revaluasi aset tetap yang berasal dari revaluasi sebelumnya, jika ada. Akumulasi penyusutan pada tanggal revaluasi diperlakukan dengan cara dieliminasi terhadap jumlah tercatat bruto dari aset dan jumlah tercatat neto setelah eliminasi disajikan kembali sebesar jumlah revaluasian dari aset tersebut. Keuntungan dan kerugian yang timbul dari penjualan atau penghentian tanah, bangunan dan prasarana serta mesin dan peralatan ditentukan sebesar perbedaan antara jumlah, neto hasil pelepasan dan jumlah tercatat dari aset tetap tersebut dan dicatat dalam laporan laba rugi. Untuk aset tetap lainnya dinyatakan berdasarkan biaya perolehan setelah dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi kerugian penurunan nilai. Penyusutan dinilai dengan metode saldo menurun ganda berdasarkan taksiran masa manfaat ekonomis aset tetap sebagai berikut: •
Kendaraan
2-4 tahun
•
Inventaris kantor
2-4 tahun
Sedangkan aset sewa (leasing) pembiayaan disusutkan berdasarkan taksiran manfaat ekonomi yang sama dengan aset yang dimiliki sendiri. Adapun daftar aset tetap PT STD,Tbk adalah sebagai berikut:
Audit atas..., Fiona Mussri Astuti, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
52
Aset Tetap PEMILIKAN LANGSUNG : Tanah Bangunan dan Prasarana Mesin dan Peralatan Kendaraan Inventaris Kantor AKTIVA DALAM PENYELESAIAN Bangunan dan Prasarana Mesin dan Peralatan Inventaris Kantor AKTIVA SGU Mesin dan Peralatan Kendaraan
31-Dec-13
472.838.489.498 58.153.874.890 221.256.311.720 11.358.018.644 11.234.807.399
266.807.100.000 53.852.400.000 196.853.300.000 8.871.199.306 10.620.643.597
14.244.198.307 19.490.092.544 14.731.500
10.429.330.920 6.162.087.882 75.796.472
16.825.499.554 -
10.174.475.854 -
Inventaris Kantor TOTAL HARGA PEROLEHAN
Aset Tetap
31-Dec-12
825.416.024.056
563.846.334.031
31-Dec-13
31-Dec-12
-
-
6.663.739.542 7.828.507.422
5.130.214.454 9.046.291.863
650.766.160 15.143.013.124 810.273.010.931
2.643.701.786 -
Accumulated Depreciation : PEMILIKAN LANGSUNG Acc Tanah Acc.Dep Bangunan dan Prasarana Acc.Dep Mesin dan Peralatan Acc.Dep Kendaraan Acc.Dep Inventaris Kantor AKTIVA SGU Acc.Dep Mesin dan Peralatan Acc.Dep Kendaraan Acc.Dep Inventaris Kantor Total Akumulasi penyusutan Net Book Value
16.820.208.104 547.026.125.926
Sumber : Laporan keuangan 2013 PT STD,Tbk (telah diolah kembali)
Audit atas..., Fiona Mussri Astuti, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
53
Pada tabel diatas tergambarkan bahwa PT STD,Tbk memiliki tiga jenis aset tetap dimana didalamnya terdapat beberapa contoh aset tetap yang digunakan dalam proses produksi perusahaan. Perusahaan memiliki jenis aset yang diperoleh dari pembelian langsung aset tetap secara tunai maupun kredit, aset tetap dalam penyelesaian dan aset tetap sewa guna usaha. Pada umumnya aset tetap perusahaan merupakan aset tetap yang dimiliki langsung oleh PT STD,Tbk. perusahaan memilih untuk memiliki aset tersebut secara langsung karena pada dasarnya aset yang berupa mesin dan peralatan merupakan aset yang dirakit sendiri oleh perusahaan dan jarang disediakan oleh jasa penyewaan pada umumnya. Mesin akan dirakit menurut bagiannya (sparepart) masing-masing dimana bagian-bagian tersebut akan dipesan secara independen, sehingga membutuhkan waktu yang cukup lama untuk perusahaan dapat menikmati manfaat dari mesin tersbut. Dikarenakan hal tersebut maka mesin-mesin yang masih dalam proses perakitan akan dimasukan ke dalam aset dalam penyelesaian. Untuk inventaris kantor pada umumnya perusahaan juga memesan secara independen seperti spesifikasi inventaris kantor berupa meja, kursi, serta proyek cctv untuk masing-masing plant dan inventaris lainnya sehingga jika manfaat dari inventaris tersebut belum mengalir kepada perusahaan maka akan digolongkan kedalam aset tetap dalam penyelesaian. Selain kepemilikan langsung perusahaan juga menggunakan alternatif penyewaan aset teap berupa mesin dan peralatan. Jenis mesin yang disewa bukan merupakan mesin yang dirakit sendiri melainkan mesin atau peralatan yang digunakan untuk produksi lainnya. Keputusan perusahaan untuk mengadakan investasi melalui pembiayaan aktiva tetap menjadi hal yang menarik untuk dilakukan, namun seringkali perusahaan dihadapkan pada masalah bagaimana cara memperoleh barang-barang modal atau aset tetap yang dibutuhkan dengan biaya seminimal mungkin. Oleh karena itu perusahaan memilih alternatif sewa guna usaha pembiayaan. Alternatif yang dipilih perusahaan untuk pembiayaan aktiva tetap akan sangat berdampak untuk perusahaan itu sendiri, seperti biaya yang dibutuhkan tidak sebesar biaya pengadaan mesin baru. Sewa guna usaha (leasing) adalah setiap kegiatan pembiayaan perusahaan dalam bentuk penyediaan barangbarang modal untuk digunakan oleh suatu perusahaan untuk jangka waktu
Audit atas..., Fiona Mussri Astuti, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
54
tertentu, berdasarkan pembayaran-pembayaran secara berkala disertai dengan hak opsi bagi perusahaan tersebut untuk membeli barang-barang modal yang bersangkutan atau memperpanjang jangka waktu sewa guna usaha (leasing) berdasarkan nilai sisa uang yang telah disepakati bersama. Melalui pembiayaan sewa guna usaha (leasing) perusahaan dapat memperoleh barang-barang modal untuk operasional dengan mudah dan cepat. Pada tabel akumulasi penyusutan aset tetap PT STD,Tbk terlihat bahwa aset bangunan dan prasarana serta mesin dan peralatan mengalami penyusutan sebesar nol “0” hal ini dikarenakan kedua jenis aset ini dinilai dengan metode revaluasi dan nilai akumulasi penyusutan pada tanggal revaluasi diperlakukan dengan cara dieliminasi terhadap jumlah tercatat bruto aset. Hal ini akan diilustrasikan lebih lanjut pada bab pembahasan.
Audit atas..., Fiona Mussri Astuti, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
BAB IV PEMBAHASAN
Pada bab ini akan dibahas perlakuan akuntansi yang diterapkan oleh PT STD,Tbk atas aset tetap. Apakah kebijakan akuntansi yang digunakan telah sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku di Indonesia. Dengan melihat penerapan tersebut maka dapat dilakukan suatu analisis mengenai proses audit yang dijalankan oleh KAP ABC terhadap PT STD, Tbk. Selain itu analisis yang dilakukan akan dikomparasikan dengan teori yang merujuk pada buku Arens et.al., (2009).
4.1 Akuntansi atas Aset Tetap PT STD, Tbk PT STD, Tbk merupakan perusahaan yang bergerak di industri pengolahan pipa baja, dimana fokus utama lini bisnis mereka adalah penjualan pipa baja. Untuk memproduksi berbagai macam jenis produk perusahaan memerlukan berbagai jenis alat produksi yang tergolong kedalam aset tetap. Pengelompokan aset tetap dilakukan berdasarkan penggunaan dari aset tetap masing-masing unit, adapun pengelompokkan aset tetap yang dimiliki PT STD,Tbk adalah sebagai berikut: •
Tanah
•
Bangunan
•
Mesin dan Peralatan
•
Kendaraan
•
Inventaris Kantor
•
Aset tetap dalam penyelesaian
•
Aset tetap Sewa Guna Usaha (SGU) 55 Audit atas..., Fiona Mussri Astuti, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
56
Aset tetap yang memiliki kepemilikan langsung adalah berupa tanah, bangunan dan prasarana, mesin dan peralatan, kendaraan dan inventaris kantor. Sedangkan aset tetap dalam penyelesaian dan aset tetap sewa guna usaha merupakan bagian dari aset tetap yang belum dapat menjadi milik perusahaan. Aset tetap dalam penyelesaian adalah segala jenis aset yang mana masih dalam tahap penyelesaian contohnya bangunan & prasarana, mesin dan peralatan. Aset tetap sewa guna usaha adalah jenis aset yang didapat dari kegiatan sewa guna usaha (leasing) dimana menurut PSAK 30 dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu sewa pembiayaan dan sewa operasi. Contoh aset yang menjadi bagian dari aset sewa guna usaha adalah mesin dan peralatan, kendaraan dan inventaris kantor. Untuk menilai aset tetap yang dimiliki perusahaan menggunakan metode revaluasi. Metode revaluasi adalah penilaian nilai wajar dari sebuah aset yang ditentukan oleh penilai profesional berdasarkan bukti pasar, nilai wajar pada tanggal revaluasi akan dikurangi dengan akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai yang terjadi setelah tanggal revaluasi. Metode ini dilakukan oleh perusahaan secara periodik dengan melihat tingkat materialitas perbedaan nilai buku dan nilai wajar. PT STD,Tbk melakukan perubahan kebijakan akuntansi atas aset tetap pada tahun 2009 dimana dari kebijakan akuntansi metode biaya menjadi metode revaluasi. Aset yang menggunakan metode revaluasi adalah aset berupa tanah, bangunan dan prasarana serta mesin dan peralatan. Revaluasi dilakukan dengan keteraturan yang cukup reguler untuk memastikan bahwa jumlah tercatat tidak berbeda secara material dari jumlah yang ditentukan dengan menggunakan nilai wajar pada tanggal posisi keuangan. Atas perubahan kebijakan akuntansi dari model biaya ke model revaluasi, maka perubahan tersebut berlaku secara prospektif. Untuk aset tetap lainnya dinilai dengan biaya perolehan (cost method). PT STD,Tbk telah melakukan proses revaluasi pada tahun 2009, 2011, 2012 ketika perusahaan melakukan Initial Public Offering (IPO) dan 2013. Ditahun 2010 aset tetap tidak dilaksanakan revaluasi karena perubahan
nilai wajar dari aset tetap tidak
signifikan sehingga revaluasi dilanjutkan ditahun 2011. Beban penyusutan akan dihitung dengan metode garis lurus terkecuali untuk kelompok bangunan dan prasarana disusutkan dengan metode saldo menurun ganda. Estimasi masa
Audit atas..., Fiona Mussri Astuti, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
57
manfaat ekonomis, nilai residu dan metode penyusutan akan diniali kembali setiap akhir tahun/periode. Jenis metode revaluasi yang digunakan adalah jenis kedua menurut PSAK 16 (revisi 2011) yaitu dieliminasi terhadap jumlah tercatat bruto dari aset dan jumlah tercatat neto setelah eliminasi disajikan kembali sebesar jumlah revaluasian dari aset tersebut. Metode ini sering dipakai untuk aset tetap berupa bangunan, sebagai contoh jurnal: 20x1 Pembelian aset seharga 1000 Dr. Bangunan A
1000
Cr. Kas
1000
Dr. Beban penyusutan
50
Cr. Akumulasi penyusutan
50
Nilai buku bangunan adalah 950 20x1 direvaluasi dengan nilai pasar adalah 970 Dr.Beban Penyusutan Cr.Bangunan A
50 50
Nilai aset yang dikreditkan ditahun revaluasi ini yang akan menjadi nilai buku yang dikomparasikan dengan nilai wajar. Inilah yang disebut dengan eliminasi jumlah tercatat bruto dari asset, dimana jumlah bruto tersebut adalah akumulasi penyusutan aset tetap dari tahun berjalan sesuai dengan masa manfaatnya. Dengan menggunakan metode revaluasi ketika ada perbedaan antara nilai buku dan hasil appraisal, atau kenaikan atas nilai revaluasi di tahun perhitungan maka nilai kenaikan tersebut akan dikreditkan ke surplus revaluasi pada pendapatan komprehensif lainnya. Jika terjadi penurunan jumlah tercatat hasil revaluasi maka aset tetap akan dibebankan dalam laporan laba rugi komprehensif, apabila penurunan tersebut melebihi nilai saldo akun surplus revaluasi yang berasal dari revaluasi sebelumnya. Adapun contoh jurnalnya yaitu :
Audit atas..., Fiona Mussri Astuti, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
58
20x2 Kenaikan revaluasi : Dr. Akumulasi penyusutan
50
Cr. Asset
30
Cr. Surplus Revaluasi
20
Jika terjadi penurunan nilai revaluasi : Dr. Akumulasi penyusutan
50
Dr. Rugi penurunan revaluasi
20
Cr. Asset
70
Perlakuan terhadap aset tetap lainnya seperti aset tetap dalam penyelesaian dan aset tetap sewa guna usaha berbeda dengan perlakuan aset tetap pada umumnya. Untuk aset tetap tersebut perusahaan menghitung berdasarkan biaya perolehan dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi kerugian penurunan nilai. Dalam menjalankan operasional perusahaan dapat melakukan penambahan dan pengurangan aset tetap selama tahun berjalan hal ini terkait dengan kebutuhan operasional perusahaan tersebut. penambahan atau pembelian aset tetap PT STD,Tbk melakukan prosedur siklus pembelian yang sama dengan siklus pembelian pada umumnya. Pertama, pengajuan pembelian aset tetap akan diajukan oleh masing-masing departemen dilengkapi dengan menggunakan formulir pengajuan yang mana formulir ini akan diotorisasi oleh kepala bagian departemen yang mengajukan. Kemudian akan dikirimkan kepada divisi pembelian untuk dibuatkan purchase order dan akan diotorisasi langsung oleh kepala bagian divisi pembelian. Selanjutnya akan diserahkan kepada direktur untuk diminta persetujuannya, jika disetujui maka akan diotorisasi dan dilanjutkan ke divisi pengadaan aset tetap yang akan memesan barang ke vendor, jika barang telah dipesan maka divisi pengadaan akan menerima invoice dari vendor. Setelah diterima invoice maka akan dibuatkan payment voucher yang diotorisasi oleh
Audit atas..., Fiona Mussri Astuti, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
59
kepala divisi keuangan dan dilanjutkan ke bagian kasir untuk pembayaran pengadaan aset tetap tersebut baik berupa tunai ataupun kredit. Jika dalam waktu yang telah ditentukan barang yang dipesan akan dikirim maka bagian pengadaan barang akan menerima dokumen berupa delivery order untuk aset tetap berupa mesin dan peralatan, sedangkan untuk tanah dan bangunan akan diterima dokumen terkait kepemilikan tanah dan bangunan serta dokumen lainnya. Untuk pelepasan aset PT STD,Tbk hanya melakukan pelepasan aset tetap ketika aset tetap tersebut sudah habis masa manfaatnya atau sudah usang. Setiap divisi mempunyai daftar aset tetap yang telah usang dan rusak kemudian daftar itu diserahkan dan disetujui oleh manajer masing-masing divisi, dan jika telah disetujui maka aset tersebut akan dilepaskan/dijual. Jika hasil penjualan tersebut besar daripada estimasi nilai buku maka akan dimasukan kedalam akun pendapatan komprehensif lainnya.
4.1.1 Metode Penyusutan dan Masa Manfaat Aset Tetap PT STD,Tbk Penyusutan terhadap aset tetap dimulai pada saat aset tersebut telah siap digunakan yaitu pada saat aset tersebut telah berada dilokasi dalam kondisi yang diinginkan oleh manajemen. Untuk menentukan beban penyusutan yang terjadi setiap periode, PT STD,Tbk menggunakan metode garis lurus untuk semua aset tetap kecuali untuk aset tetap berupa bangunan dan prasarana yang mana akan disusutkan dengan metode saldo menurun ganda dihitung berdasarkan taksiran masa manfaat ekonomis. Sedangkan untuk aset sewa guna usaha pembiayaan (leasing) akan disusutkan berdasarkan taksiran masa manfaat ekonomis yang sama dengan aset yang dimiliki sendiri. Berikut adalah jenis pengelompokan aset tetap beserta estimasi masa manfaatnya :
Audit atas..., Fiona Mussri Astuti, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
60
Tabel 4.1.1 Masa Manfaat Ekonomis berdasarkan Jenis Aset Tetap dan Aset tetap lainnya PT STD,Tbk Jenis Aset Tetap dan Aset Tetap
Masa Manfaat
Lainnya
Ekonomis (tahun)
Bangunan dan Prasarana
20
Mesin dan Peralatan
4 - 20
Kendaraan
2-5
Inventoris Kantor
2-5
(Sumber : Laporan keuangan PT STD,Tbk. Data diolah kembali)
4.2 Prosedur Audit PT STD,Tbk KAP ABC melakukan audit terhadap PT STD,Tbk untuk memperoleh keandalan laporan keuangan PT STD,Tbk apakah sesuai dengan standar akuntansi umum yang berlaku di Indonesia. Terkait dengan proses audit yang dilaksanakan, KAP ABC memiliki proses audit dalam bentuk ABC methodology. ABC methodology berisikan panduan yang dimulai dari penilaian dan penerimaan klien hingga proses akhir penerbitan opini audit. Terdapat lima fase didalam ABC methodology yaitu Client acceptance and Re-evaluation, Preplanning, Planning, Fieldwork dan Completion & Repporting. Selama proses magang berlangsung penulis berperan dalam penyelesaian fase fieldwork. Adapun pembahasannya sebagai berikut.
4.2.1 Client acceptance and Re-evaluation PT STD,Tbk merupakan klien lanjutan bagi KAP ABC, pada fase ini auditor in charge akan melakukan evaluasi dibeberapa bagian laporan keuangan perusahaan. PT STD,Tbk telah diaudit oleh KAP ABC kurang lebih tiga tahun berturut-turut
Audit atas..., Fiona Mussri Astuti, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
61
sehingga sebagian besar lini bisnis perusahaan telah diketahui oleh partner in charge,selama tiga tahun ini tidak tidak terjadi pelanggaran yang memunculkan isu tertentu, maka prosedur pada fase ini dilaksanakan secara singkat oleh partner in charge KAP ABC.
4.2.2 Preplanning Secara garis besar pada fase ini diterapkan prosedur sebelum membangun sebuah rencana rancangan audit. Hal-hal yang harus diperhatikan pada fase ini adalah: a) Menilai bisnis klien termasuk didalamnya jenis-jenis usaha, industri klien, segala macam bentuk peraturan khusus terkait industri klien serta pihak-pihak internal yang terkait dan berkepentingan didalam perusahaan. Pemahaman dasar perusahaan dapat dilihat dari tiga kategori yaitu diantaranya: •
Operasional bisnis klien, contoh: − Dasar dari sumber pendapatan barang atau jasa serta pasar yang menjadi tujuan − Kegiatan operasional − Persekutuan, joint venture atau kegiatan outsourcing − Segmen industri dan keadaan secara geologi − Lokasi fasilitas produksi, gudang dan kantor − Pelanggan, distibutor dan pekerja − Kegiatan pengembangan dan penelitian − Transaksi dengan pihak berelasi
•
Kegiatan Investasi, contoh: − Aktifitas akuisisi (akan, atau sebelumnya sudah) − Investasi dan disposisi hutang dan securities. − Capital investment
•
Aktifitas keuangan, contoh: − Struktur kepemilikan anak dalam konsolidasi atau diluar konsolidasi
Audit atas..., Fiona Mussri Astuti, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
62
− Struktur
dan
jangka
waktu
hutang
termasuk
didalamnya perjanjian sewa dan sejenisnya − Beneficial owners dan pihak berelasi − Penggunaan instrumen derifatif •
Laporan keuangan termasuk didalamnya: − Prinsip akuntansi yang digunakan − Praktek pengakuan pendapatan − Nilai wajar dalam perhitungan akuntansi − Aset dalam mata uang asing, kewajiban serta transaksi terkait − Transaksi akuntansi yang tidak dianggap wajar
b) Melakukan prosedur analitis awal dengan menilai performa klien pada periode
tersebut.
Dalam
penilaian
performa,
auditor
dapat
membandingkan nilai saldo akun tertentu pada tahun berjalan ataupun membandingkan dengan industri lain dengan lini bisnis yang sama. c) Memahami pengendalian internal klien untuk mencapai empat tujuan pengendalian internal. Dalam hal ini manajemen harus memastikan keandalan atas laporan keuangan, operasional yang efektif dan efisien, pemeliharaan aset dan sadar hukum serta regulasi-regulasi yang terkait. d) Auditor menganalisis terkait ketahanan bisnis perusahaan dan melakukan prediksi melalui rumus Altman Z-Score yang digunakan untuk menilai seberapa baik going concern suatu entitas. Terdapat perbedaan rumus antara perusahaan publik dan perusahan non-publik, yang mana rumusnya dapat dijelaskan sebagai berkut: Listed company Z-score = Net current assets × 1.2 ÷ Total assets Plus
Retained earnings × 1.4 ÷ Total assets
Plus
Profit before interest and tax × 3.3 ÷ Total assets
Plus
Market capitalisation × 0.6 ÷ Liabilities
Audit atas..., Fiona Mussri Astuti, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
63
Plus
Turnover × 1.0 ÷ Total assets
Note : Model ini merupakan Z-score untuk perusahaan publik dibidang manufaktur atau perusahaan jasa. Asumsinya harus menambahkan back significant goodwill written-off to reserves; dan kesimpulannya jika Z-score turun mencapai dibawah 3.0, pemecahan masalah bagi perusahaan harus lebih complex. Jika turun dibawah 1.8 maka terdapat potensi yang kuat tanpa pemecahan masalah yang komplex untuk dua tahun kedepan. Tabel 4.2.2.1 dibawah ini akan menjabarkan hasil perhitungan Altman’s Z-score PT STD,Tbk dengan menggunakan dasar tahun 2012 dan 2013. Tabel 4.2.2.1 Perhitungan Altman’s Z-score PT STD,Tbk Factor
2013
2012
(Net current assets / Total asset) x 1,2
0,82
0,85
(Retained earnings on balance sheet / Total assets) x 1,4
0,003
0,004
(Profit before interest and tax / Total assets) x 3,3
0,14
(Maket capitalisation/ Total liabilities) x 0,6
0,1 0,17
0,102
Total Z-score
1,093
1,096
Sumber: Data Pre-Eliminary Going concern RSM AAJ “telah diolah kembali”
Tabel 4.3 menunjukkan bahwa PT STD,Tbk dapat memenuhi kriteria going concern. PT STD,Tbk dinilai mampu untuk memecahkan masalah seperti pembayaran hutang untuk periode dua tahun mendatang. Data keuangan yang digunakan oleh tim audit dalam menghitung Altman’s Z-score adalah sebagai berikut:
Audit atas..., Fiona Mussri Astuti, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
64
Tabel 4.2.2.2 Data Keuangan yang Digunakan Dalam Menghitung Altman’s Z-score Data Keuangan Net current assets
2013
2012
2.102.345.000.000
1.635.899.300.000
Retained earnings on balance sheet
149.964.500.000
7.469.000.000
Profit before interest and tax
175.880.600.000
104.377.000.000
Maket capitalisation
503.019.300.000
300.019.300.000
Total assets
3.075.503.900.000
3.075.503.900.000
Total liabilities
1.721.382.600.000
1.759.867.200.000
Sumber: Laporan Keuangan PT STD,Tbk “telah diolah kembali”
Private company Z-score = Net current assets × 6.6 ÷ Total assets Plus
Retained earnings × 3.3 ÷ Total assets
Plus
Profit before interest and tax × 6.7 ÷ Total assets
Plus
Shareholders funds × 1.0 ÷ Total liabilities
Note : Model Z-score ini digunakan untuk perusahaan non-publik dibidang manufaktur dan jasa. Asumsinya harus menambahkan back significant goodwill written-off to reserves; dan kesimpulannya jika Zscore turun mencapai dibawah 2.6, pemecahan masalah bagi perusahaan harus lebih complex dan berhati-hati. Jika turun dibawah 1.1 maka terdapat potensi yang kuat tanpa pemecahan masalah yang komplex untuk dua tahun kedepan. Pemahaman terhadap going concern ini dapat mengungkapkan risiko terhadap bisnis klien. Risiko bisnis biasanya akan muncul ketika perusahaan mengembangkan produk baru, terdapat peningkatan perkembangan pasar serta pergerakan produk dipasaran yang menyebabkan timbulnya risiko reputasi perusahaan. Selain internal perusahaan, auditor harus
menilai faktor-faktor lain yang dapat
Audit atas..., Fiona Mussri Astuti, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
65
memengaruhi ketahanan bisnis klien ini seperti faktor industri terkait, regulasi, dan kondisi perekonomian. e) Menilai risiko audit yang akan muncul seperti penyalahgunaan wewenang ataupun risiko kecurangan. Beberapa tahap penilaian terhadap penilaian risiko kecurangan menurut International Standard Auditing (ISA) yaitu: •
Profesional
Scepticism.
Seorang
auditor
harus
mempertahankan sikap profesional sebagai menyedia jasa independen. Jika terdapat hal-hal yang meragukan dan dicurigai sebagai suatu kecurangan maka auditor akan mampu bertindak dan mencari informasi yang benar melalui berbagi tindakan seperti melaksanakan introgasi manajemen, observasi atau melakukan investigasi. (ISA 240) •
Menerapkan prosedur penilaian risiko dan aktifitas pendukung lainnya. Prosedur-prosedur ini dapat dimulai dengan penilaian manajemen
terkait
adanya
kecurangan
atau
tidak,
pertimbangan terhadap entitas kecil, lokasi yang banyak, penyelidikan atas manajemen dan entitas yang memiliki hubungan langsung, penyelidikan terhadap pengendalian internal, memperoleh pemahaman atas tindakan yang salah berdasarkan peraturan, memperoleh informasi tambahan, memperoleh entitas kecil yang spesifik, dan mengevaluasi faktor kemunculan risiko kecurangan. •
Mengidentifikasi dan menilai risiko yang material terhadap kecurangan.
Auditor
dapat
menyadari
adanya
risiko
kecurangan didalam pengakuan pendapatan, pengendalian entitas terseut, dan laporan keuangan secara keseluruhan. f) Diskusi bersama tim audit terkait prosedur yang akan diterapkan pada klien. Auditor dapat menyimpulkan prosedur yang akan diterapkan melalui pemahaman yang telah dilakukan sebelumnya baik terkait dengan sifat dasar entitas, strategi bisnis klien, operasional klien,
Audit atas..., Fiona Mussri Astuti, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
66
lingkungan bisnis klien, pengendalian internal klien, faktor-faktor eksternal disekitar klien, dan ketahanan bisnis klien. Dari keseluruhan prosedur diatas, auditor dapat merangkum suatu laporan atas kemungkinan munculnya risiko klien secara keseluruhan. Dari dokumen terkait hal tersebut (risk report) auditor dapat memutuskan untuk melakukan test of control pada proses pengakuan pendapatan sebagai proses yang memiliki peluang yang tinggi terhadap kemunculan risiko audit.
4.2.3 Planning Pada fase ini auditor menguji efektifitas atas pengendalian internal, menentukan batas materialitas, test of controls, dan merancang prosedur audit. Menurut ABC methodology prosedur yang dilaksanakan pada fase ini adalah: 1. Efektifitas pengendalian internal Melalui ABC methodology auditor dapat menguji keefektifan pengendalian internal entitas klien dapat dilakukan melalui: •
Pemahaman pengendalian internal entitas
•
Memahami dasar pengendalian yang relevan terhadap lingkungan bisnis klien
•
Pengendalian lingkungan seperti manajemen dan elemen-elemen secara kolektif
•
Memahami proses penilaian risiko entitas
•
Memahami sistem informasi yang digunakan klien yang berkaitan dengan proses bisnis dan relevan dengan laporan keuangan serta komunikasinya.
•
Pengendalian yang berkaitan dengan audit
•
Pengendalian pengawasan
•
Memahami hukum dan regulasi yang berlaku
2. Penentuan batas materialitas Selanjutnya auditor dapat menentukan batas materialitas. Penentuan ini akan dinilai oleh manager in charge dan disetujui oleh partner in charge. Hal-hal terkait penentuan batas materialitas adalah:
Audit atas..., Fiona Mussri Astuti, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
67
•
Batas kewajaran dapat ditentukan melalui tahap penentuan overall
materiality seperti jenis klien, pertimbangan kualitatif, isu-isu terdahulu dan kondisi perekonomian. Dari hal tersebut maka dapat ditentukan ditentukan akun-akun yang material berdasarkan overall materiality limit (OML). Hal ini terkait dengan indentifikasi para pengguna laporan keuangan tersebut. Dalam hal ini PT STD,Tbk merupakan perusahaan terbuka maka pengguna laporan keuangannya adalah masyarakat masyarakat dan pemegang saham, maka digolongkan
kedalam high risk audit, sesuai dengan ABC methodology PT STD,Tbk memiliki 70% performance material limit dari keseluruhan batas materialitas. Setelah mengetahui bahwa PT STD,Tbk adalah perusahaan yang high risik
audit maka auditor akan mengidentifikasi audit strategi yang akan diterapkan pada akun transaksi, saldo awal, dan pengungkapan dengan menggunakan satu atau lebih teknik yang sesuai diantaranya test of cotrols, subtantive analytical review procedures dan test of detail. Auditor dapat mengkombinasi ketiga teknik tersebut jika terdapat dasar dan batasan yang sama diantara penilaian risiko materialitasnya. Diagram dibawah ini akan menyajikan pilihan yang tersedia beserta dampak bahwa pilihan ini memiliki sifat, waktu dan dapat
memperluas test of detail. Tabel 4.2.3.1 : Audit Respon Decision Tree
Sumber : ABC manual (2010) •
Menentukan benchmark dari laporan keuangan klien. Berdasarkan ABC
method batas materialitas dapat ditentukan melalui total net asset, total
Audit atas..., Fiona Mussri Astuti, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
68
revenue, net income before tax, total asset. Subtantif perusahaan bisanya tertuju pada total aset atau total revenue. Menurut ABC methodology persentase benchmark yang akan ditentukan merupakan tarif progresif. Jika alternatif benchmark telah digunakan, auditor harus mendokumentasikan benchmark yang digunakan dan percaya dengan alasan auditor, bahwa hal tersebut relevan dengan pengguna utama laporan keuangan. Ketika benchmark lain digunakan, maka harus didasarkan pada ukuran keuangan yang dianggap paling relevan kepada pengguna laporan keuangan utama, relatif stabil dan dapat diprediksi serta berhubungan dengan laporan keuangan yang diaudit. Misalnya, jika neraca yang sedang diaudit maka tidak akan sesuai jika menggunakan pendapatan atau laba bersih sebagai basisnya. Jika laporan laba rugi yang diaudit kurang dari satu tahun maka tidak akan sesuai dengan pendapatan tahunan atau laba sebelum pajak untuk dijadikan benchmark. Selain itu, jika auditor akan menerbitkan laporan audit terpisah pada laporan keuangan dari setiap komponen yang terpisah dari entitas, maka batas materialitas kuantitatif terpisah harus ditetapkan untuk masing-masing komponen tersebut. Benchmark yang digunakan harus diterapkan secara konsisten dari tahun ke tahun kecuali salah satu pengguna utama laporan keuangan atau unsur-unsur laporan keuangan yang menjadi dasar keputusan ekonomi mereka berubah pada tahun berjalan. Jika auditor percaya bahwa hal tersebut adalah tepat untuk mengubah benchmark dari benchmark yang digunakan pada tahun sebelumnya, pembenaran untuk perubahan harus didokumentasikan. Adapun cara pemilihan benchmark dapat ditentukan melalui persentase berikut:
Audit atas..., Fiona Mussri Astuti, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
69
Tabel 4.2.3.2 : Penentuan Overall Materiality Limit (OML) untuk high risk client
Minimum
Maximum
percentage
percentage
Total assets or Revenues
0.5%
2.0%
Net assets
3.0%
5.0%
Normalised income from continuing operations
5.0%
10.0%
before taxes Sumber: ABC Methodology “telah diolah kembali”
Tabel 4.2.3.3 : Penentuan Overall Materiality Limit (OML) untuk low risk client
Minimum
Maximum
percentage
percentage
Total assets or Revenues
1.25%
2.0%
Net assets
4.0%
5.0%
Normalised income from continuing operations
7.5%
10.0%
before taxes Sumber: ABC Methodology “telah diolah kembali”
Ketika benchmark alternatif digunakan, auditor harus menentukan persentase yang sesuai untuk diterapkan pada benchmark
alternatif yang akan
menanggung hubungan yang wajar dengan persentase yang ditetapkan di atas, dan memberikan pertimbangan karena adanya hubungan normalisasi tolak ukur dan acuan yang telah dipilih. Auditor harus mendokumentasikan pembenaran untuk menentukan persentase yang sesuai. Secara keseluruhan meterialitas akan digunakan untuk:
Audit atas..., Fiona Mussri Astuti, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
70
− Penentuan apakah perhitungan secara kuantitatif, nilai masingmasing kelas transaksi, saldo akun atau pengungkapan material; dan − Mengevaluasi pada akhir audit, apakah salah saji yang diidentifikasi dari prosedur audit material, baik secara individu maupun secara agregat •
Selanjutnya auditor menentukan performance materiality. Performance
materiality merupakan angka yang ditentukan oleh auditor yang mana jumlahnya lebih kecil dari materialitas dari laporan keuangan entitas secara keseluruhan. Jika auditor menyimpulkan bahwa performa materialitas lebih kecil dari materialitas laporan keuangan secara keseluruhan maka dapat diaplikasikan dalam pengujian pada transaksi, account balance, atau pengungkapan. Contohnya melihat apakah perusahaan klien tergolong low risk atau high risk. Jika low risk maka akan dihitung 80% dari overall materiality sedangkan untuk high risk akan dihitung 70% dari overall materiality. Adapun rumus penentuan performance materiality adalah Performance Materiality = Overall Materiality × Overall Audit Risk Percentage (70% or 80%) Pada kasus ini, nilai overall materiality limit (OML) pada PT STD,Tbk dengan dasar penetapan materialitas adalah total aset pada tanggal pelaporan 31 Desember 2013 dan tingkat materialitasnya adalah sebesar 1% maka nilainya sebesar Rp 30,755,039,000 sehingga akun-akun yang memiliki nilai saldo lebih tinggi dari OML dianggap material. Sedangkan nilai performance materiality adalah 70% (high risk audit) dari nilai OML sehingga besaran saldonya senilai Rp 21,528,527,300. 3. Test of Controls Pengujian ini dapat dilakukan berdasarkan hasil penilaian pada fase sebelumnya yang didokumentasikan didalam sebuah risk report. Pengujian ini bertujuan untuk melihat efektifitas pengendalian internal dalam mencapai tujuan tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya. Pada proses ini auditor tidak melaksanakan test of controls atas nilai aset tetap perusahaan melaikan
Audit atas..., Fiona Mussri Astuti, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
71
melaksanakan test of controls pada transaksi pengadaan aset tetap. Karena berdasarkan analisis, inquiry kemungkinan salah saji pada nilai aset tetap sangat kecil oleh untuk memitigasi resiko salah sajinya dalam fixed aset terdapat banyak prosedur yang dilakukan (test of details), test opening balance, recalculate, stock opname fixed assets, cek additional and disposal, cek to appraisal. Prosedur test of controls pada transaksi pengadaan aset tetap dilakukan dengan memeriksa dokumen, catatan, dan laporan dari sampel pengadaan aset tetap yang signifikan dilakukan pada tahun 2013. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa tidak ada nilai transaksi yang material yang dapat mempengaruhi kewajaran penyajian akun yang bersangkutan. Tujuan yang dicapai pada proses ini adalah occurrence dimana pembelian yang dibukukan adalah untuk barang dan jasa yang diterima dan konsisten dengan kebutuhan auditee, completeness dimana seluruh transaksi pembelian sudah tercatat, accuracy
dimana
transaksi
pembelian
telah
dicatat
dengan
akurat,
classification dimana transaksi pembelian telah diklasifikasikan ke account yang benar dan timing dimana transaksi pembelian telah dibukukan pada tanggal (periode) yang tepat. Sample yang digunakan berasal dari dokumen terkait penjualan seperti form permintaan pelanggan, pesanan penjualan, pemberian kredit (jika ada), dokumen pengiriman barang, faktur penjualan, jurnal atau daftar penjualan, slip pembayaran (jika sudah dibayar), sebanyak 23 samples diambil selama 3 bulan dengan tingkat keyakinan 5%. Pengendalian internal kunci yang seharusnya ada dalam pengendalian internal pada proses penjualan PT STD,Tbk diantaranya: a. Auditor memastikan adanya pemisahan tugas yang memadai untuk setiap kegiatan terkait informasi penjualan pada PT STD,Tbk. Untuk mencegah kecurangan (fraud) maka diperlukan seseorang yang bertanggung jawab untuk memasukkan informasi transaksi penjualan dan penerimaan kas ke dalam suatu sistem yang mana tidak dapat diakses oleh selain yang memiliki wewenang dan PT STD,Tbk telah melaksanakan hal tersebut dimana akses itu hanya dapat diotorisasi oleh bagian internal kontrol perusahaan. Karena pada dasanya kegiatan
Audit atas..., Fiona Mussri Astuti, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
72
usaha mereka yang utama adalah kegiatan jual barang (plat besi atau baja). b. Semua dokumen terkait harus diotorisasi dengan semestinya. Tiga jenis titik kunci otorisasi oleh PT STD,Tbk yang harus dilaksanakan pada siklus ini yaitu: − Penjualan secara kredit harus diotorisasi oleh bagian keuangan sebelum penjualan dilakukan − Barang yang dikirim hanya yang telah diotorisasi oleh bagian penjualan − Harga termasuk syarat penjualan selain itu syarat penjualan seperti ongkos angkut dan potongan harga harus diberitahukan terlebih dahulu c. Dokumen dan catatan dipastikan memadai. Setiap perusahaan memiliki sistem penyiapan, pemrosesan dan pencatatan transaksi yang berbeda. Akan sulit untuk mengevaluasi apakah prosedur-prosedur yang dirancang untuk memberikan pengendalian yang optimal, akan tetapi prosedur tersebut harus ada untuk memenuhi tujuan pengendalian internal. Sistem yang digunakan PT STD,Tbk telah memenuhi syarat tersebut. d. Menyiapkan dokumen yang prenumbered. Hal ini untuk mencegah kegagalan dalam penagihan atau pencatatan penjualan dan terjadinya penagihan dan pencatatan dua kali. e. Pengiriman
rekening
bulanan
dilakukan
oleh
seorang
yang
bertanggung jawab dan telah diotorisasi oleh kepala bagian divisi keuangan. f. Melaksanakan prosedur verifikasi internal dengan mempekerjakan seseorang yang independen untuk mengecek proses dan pencatatan transaksi penjualan untuk memenuhi masing-masing tujuan dari enam tujuan pengendalian internal. g. Meyakini bahwa aset tetap telah dicover oleh asuransi tertentu. Berdasakan inquiry auditor seluruh aset tetap PT STD,Tbk kecuali tanah, telah diasuransikan kepada PT KUT, PT Asuransi AU, PT
Audit atas..., Fiona Mussri Astuti, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
73
Jasindo dan PT Asuransi WT terhadap risiko kebakaran, pencurian dan risiko lainnya dengan jumlah pertanggungan sebesar Rp306.401 dan Rp365.292 masing-masing pada tanggal 31 Desember 2013 dan 2012. Manajemen berpendapat bahwa jumlah pertanggungan asuransi tersebut adalah cukup untuk menutup kerugian dari risiko atas aset yang dipertanggungkan Setelah menyimpulkan keempat prosedur tersebut maka auditor dapat melakukan pengembangan prosedur pemeriksaan terkait dengan materialitas terhadap PT STD,Tbk, hal ini dilakukan dengan cara berkoordinasi dengan klien terkait informasi dan hal-hal yang diperlukan dalam proses audit.
4.2.4 Fieldwork Pengujian audit yang dilakukan pada fase ini adalah sebagai beritkut: 1. Data Requesting Auditor dapat meminta data-data terkait pada klien (data requesting). Tujuan audit yang akan dicapai pada tahap ini adalah accuracy dimana semua data yang disajikan telah tercatat dengan akurat baik dalam bentuk transaksi maupun terkait saldo akun dan completeness dimana data yang disajikan telah lengkap sesuai dengan kebutuhan prosedur audit. Permintaan data ini untuk mendukung serangkaian pengujian audit. Terdapat dua sifat data yaitu umum dan khusus. Data umum terkait dengan keseluruhan hal yang terkait dengan kegiatan audit sedangkan data khusus terkait dengan akun-akun tertentu. Contoh data yang bersifat umum adalah Laporan posisi keuangan untuk tahun yang berakhir pada 31 Desember 2013(non-audit), Laporan laba rugi per 31 Desember 2013, Laporan arus kas per 31 Desember 2013, Trial Balance hingga 31 Desember 2013 dan Buku besar sampai dengan 31 Desember 2013. Sedangkan data-data khusus yang dibutuhkan oleh auditor terkait aset tetap adalah daftar aset tetap yang mendeskripsikan saldo awal, penambahan, pelepasan, dan saldo akhir aset tetap per 31 Desember 2013; Daftar aset tetap yang mendeskripsikan biaya perolehan, tanggal perolehan, masa manfaat, penyusutan & akumulasi penyusutan per 31 Desember 2013; Laporan appraisal
Audit atas..., Fiona Mussri Astuti, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
74
atas aset tetap sampai dengan 31 Desember 2013; Daftar aset tetap dalam penyelesaian dan aset tetap sewa guna usaha sampai dengan 31 Desember 2013. Manajemen akan mempersiapkan data-data yang ada didalam data requesting auditor, jika data yang diminta tidak terpenuhi maka akan dimasukan kedalam data pending hingga nantinya akan diminta kembali secara bertahap. Dari data yang didapatkan auditor akan mendokumentasikan prosedur audit pada tahap pecatatan kedalam working papers. Manajemen keuangan akan mengkoordinir data permintaan auditor terkait dengan data umum PT STD,Tbk pihak manajemen masih melakukan penyesuaian dimana angka/saldo terkait masih bergerak/berubah. Hal ini menjadi hambatan bagi auditor dalam proses audit. Selain itu dalam penyediaan data khusus PT STD,Tbk mempunyai respon yang cepat, sehigga hal ini membantu kinerja auditor dalam proses audit. Selama proses audit berlangsung semua data yang didapatkan oleh auditor diyakini kebenarannya, sehingga auditor dapat mencapai dua tujuan audit yaitu accuracy dan completeness. Dalam hal audit atas aset tetap PT STD,Tbk auditor akan meminta list aset sebagai data requesting awal untuk dapat dibandingkan nilainya dengan dengan general ledger perusahaan. 2. Test opening balance Dilanjutkan dengan recalculate and comparing amount dari aset tetap tersebut terhadap laporan laba rugi. Tujuan audit yang akan dicapai pada tahap ini adalah tujuan terkait saldo akun aset tetap yaitu accuracy dimana jumlah saldo pembukaan sama dengan saldo diakhir tahun sebelumnya dimana nilai ini telah dicatat secara akurat, existence dimana saldo perolehan yang tercatat tahun ini benar-benar ada dan terkait dengan transaksi penambahan aset pada tahun yang sama maka auditor harus memastikan bahwa aset tetap yang dibeli ada secara fisik. Untuk memastikan hal tersebut auditor akan melakukan stoke take terhadap aset tetap PT STD,Tbk. Dari hal ini auditor akan dapat kepastian atas list data aset yang diberikan oleh manajemen. Meminta kertas kerja appraisal kepada manajemen karena PT STD,Tbk melakukan metode revaluasi dalam tahap penilaian aset tetap perusahaan. Disini auditor hanya bertindak sebagai reviewer bukan menilai kembali karena perusahaan telah memutuskan untuk
Audit atas..., Fiona Mussri Astuti, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
75
menggunakan jasa independen appraisal. Manajemen harus menjamin bahwa pada saat appraisal menilai aset seharusnya mereka telah mengecek dengan benar kondisi aset tetap dilapangan. Dalam hal ini manajemen juga menjamin bahwa estimasi umur manfaat ekonomis aset telah dihitung secara benar, jika tidak maka akan memengaruhi nilai dari aset tersebut pada saat appraisal menilai dilapangan. Hal-hal lainnya yang harus dipastikan oleh auditor adalah terkait dengan asuransi. Perusahaan seperti PT STD,Tbk merupakan perusahaan yang bergerak dijual beli barang, maka sebaiknya dipastikan bahwa perusahaan memiliki asuransi yang menjamin aset tersebut, karena aset merupakan salah satu bagian penting dalam kegiatan operasional perusahaan. 3. Dokumentasi Awal Dokumentasi awal berupa mempersiapkan kertas kerja awal. Tujuan audit yang akan dicapai adalah tujuan audit terkait transaksi diantaranya accuracy dimana auditor akan melakukan pengujian apakah pada saat transaksi perolehan aset telah dicatat oleh kedua pihak yang terkait dan classification dimana pada saat transaksi perolehan aset dipastikan bahwa telah tercatat dengan benar dan tepat. Kertas kerja atau working papers merupakan dasar bagi auditor untuk membuat laporan audit, karena kertas kerja merupakan bukti dimana auditor mencapai tujuan-tujuan audit yang berdasarkan pemenuhan bukti audit yang didapat dari berbagai macam prosedur. Tahap awal yang dapat dilakukan oleh auditor adalah menyiapkan dokumentasi dari data-data umum yang telah diberikan oleh klien, biasanya klien memberikan laporan keuangan sementara dan trial balance diawal, proses audit dari data tersebut auditor dapat mulai mendokumentasikan
kedalam
kertas
kerja.
Hal
yang
utama
bisa
didokumentasikan ke dalam kertas kerja adalah lead schedule. Bentuk dari lead schedule dapat dilihat pada lampiran pertama dari laporan ini. Secara keseluruhan lead schedule berisikan perbandingan nilai laporan keuangan tertanggal 31 Desember 2013 dengan nilai Laporan keungan tertanggal 31 Desember 2012. Untuk kertas kerja aset tetap PT STD,Tbk perbandingan ini dilakukan antara laporan keuangan tertanggal 31 Desember 2013 dengan nilai dilaporan keuangan audit interim sebelumnya yaitu tertanggal 31 Oktober
Audit atas..., Fiona Mussri Astuti, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
76
2013. Hal ini dilakukan karena KAP ABC melakukan audit interim untuk laporan keuangan tertanggal 31 Oktober 2013 PT STD,Tbk melakukan revaluasi aset sehingga nilai aset 2013 harus dilihat berapa besar berubahan nilai pasar yang terjadi diakhir tahun 2013. Nilai penambahan ataupun pengurangan aset tetap serta surplus revaluasi tercatat pada bagian ini, sehingga nantinya didapatkan nilai yang telah diaudit tertanggal 31 Desember 2013. Adapun proses pembuatan lead schedule didalam sebuah kertas kerja adalah sebagai berikut: − Auditor mengisi bagian atas lead schedule dengan keterangan nama perusahaan, periode audit, subjek audit (aset tetap), index atau kode kertas kerja (1200), kode auditor yang mempersiapkan beserta tanggal persiapan dan kode nama auditor yang memeriksa beserta tanggal pemeriksaan. − Mengisi tabel kedua yaitu berisikan kode akun, nama akun seperti bangunan, tanah, mesin, aset dalam penyelesaian dan aset sewa guna usaha beserta akumulasi penyusutan masing-masing aset, nilai aset pada tanggal yang ditentukan, pengurangan atau penambahan, surplus revaluasi, jurnal eliminasi, audit balance, preliminary analytical dan final analytical. Nilai yang akan diisikan adalah nilai yang berasal dari trial balance klien sesuai dnegan tanggal yang ditentukan. Klien akan memberikan detail penambahan dan pengurangan serta nilai revaluasi kepada auditor. − Memberikan simbol pada kolom referensi. Untuk nilai yang diisikan auditor akan memberikan simbol “TB” jika nilai yang diberikan telah sesuai dengan trial balance dan buku besar maka auditor berhak memberi simbol “GL” pada masing-masing saldo akun. Hal ini bertujuan untuk menjamin tercapainya tujuan audit akurasi. Pada nilai saldo akhir tanggal 30 Oktober 2013 diberikan simbol “PY” pada masing-masing saldo akun apabila auditor sudah yakin nilai pada kolom tersebut sama dengan nilai saldo yang ada dilaporan keuangan yang telah diaudit.
Audit atas..., Fiona Mussri Astuti, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
77
− Mengisi keterangan yang menjelaskan simbol yang telah diberikan seperti “GL”, “PY” dan “TB”. Auditor mencantumkan kontrol pada setiap jumlah saldo akun, menjelaskan dasar akun, dan mengisikan bagian workdone yang menjelaskan prosedur apa saja yang telah dikerjakan pada akun di kertas kerja tersebut, mencantumkan review tahun lalu, memberikan kesimpulan awal yang berisikan akun yang disajikan didalam kertas kerja tersebut secara wajar pada hal-hal yang material serta jika ada data pending yang berisikan data-data yang belum diserahkan oleh klien hingga waktu fieldwork berakhir. 4. Memverifikasi akumulasi penyusutan dan beban penyusutan Tujuan audit dari prosedur ini adalah accuracy dimana memastikan bahwa klien menggunakan metode penyusutan secara konsisten ditahun berjalan dan memastikan bahwa klien menghitung penyusutan secara akurat. Auditor akan mendapatkan data saldo awal, penambahan dan saldo akhir perhitungan aset tetap. Auditor akan menguji akumulasi penyusutan serta beban penyusutan ditahun berjalan dengan cara merekalkulasi aset tetap berdasarkan data dari klien. Penyusutan terkait jenis masing-masing aset tetap oleh karena itu teknik yang digunakan oleh auditor adalah penyelidikan atau bertanya pada klien. Dari penyelidikan yang dilakukan auditor terhadap manajemen PT STD,Tbk dapat disimpulkan beberapa hal: •
Klien menggunakan metode garis lurus (straight-line) untuk aset mesin dan peralatan, sedangkan metode saldo menurun ganda (double declining) untuk aset bangunan dan prasarana serta aset tetap lainnya.
•
Umur manfaat aset tetap telah ditentukan berdasarkan masing-maisng kelompok aset tetap tersebut.
•
Pada tahun 2012 terdapat kesalahan dalam penghitungan nilai revaluasi aset tetap. Dimana manajemen melaksanakan revaluasi dan menghasilkan nilai aset yang lebih tinggi dari nilai buku pada tahun sebelumnya. Akan tetapi manajemen tidak menyesuaikan umur manfaat dari aset tesebut. Asumsinya ketika nilai appraisal terus membaik disetiap tahunnya maka tidak relevan jika umur ekonomis aset tersebut berkurang atau tetap karena masih bisa dianggap
Audit atas..., Fiona Mussri Astuti, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
78
memiliki nilai ekonomis dalam jangka waktu yang panjang, akan tetapi manajemen memutuskan tidak mengevaluasi umur manfaat aset tersebut sehingga beban penyusutan pada tahun 2012 menjadi lebih besar. Auditor menganggap bahwa perhitungan ini tidak relevan, sehingga harus dilakukan penyesuaian kembali terhadap umur ekonomis aset tetap tersebut, hal ini menjadi sebuah temuan bagi auditor karena nilai beban penyusutan semakin membesar. Setelah melakukan pembuktian dan perhitungan kembali aset tetap bersama appraisal, ditahun
2013 klien memperbaiki perhitungan tersebut.
mereka melakukan penyesuaian terhadap umur manfaat aset tetap. Aset tetap yang sering menjadi objek kesalahan ini adalah peralatan dan mesin. •
Nilai penyusutan pada saat pelepasan aset tetap dinilai sesuai penggunaan masa manfaat ekonomis.
Informasi yang didapat dari penyelidikan diatas dapat membantu auditor menjalankan prosedur audit selanjutnya. Auditor akan menghitung beban penyusutan setiap bulannya dan akan diakumulasikan diakhir tahun 2013. Untuk aset tetap yang baru diperoleh pada tahun ini maka penyusutannya dihitung dari tanggal penggunaan hingga akhir pengakuan 31 Desember 2013. Setelah melakukan perhitungan maka auditor akan membandingkan nilai hasil perhitungannya dengan trial balance perusahaan klien tertanggal 31 Desember 2013. Berdasarkan hasil tes yang dilakukan auditor, ditahun 2013 tidak ditemukan kesalahan yang material dalam pengakuan beban penyusutan dan akumulasi penyusutannya. Hasil ini akan didokumentasikan pada kertas kerja auditor disertai dengan workdone yang menggambarkan pengujian ini telah selesai dilaksanakan. Melakukan rekapitulasi hasil dari penilaian appraisal kedalam kertas kerja. Laporan hasil revaluasi didapatkan dari eksternal menejemen klien. Appraisal merupakan hasil perhitungan dari penilai aset yang bersifat independen. Dari laporan tersebut auditor dapat melihat surplus revaluasi yang terjadi. Adapun dokumen pendukung yang didapat oleh auditor adalah summary dari nilai appraisal dari masig-masing aset.
Audit atas..., Fiona Mussri Astuti, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
79
5. Test of Detail penambahan aset tetap tahun 2013 Sebelum mencapai sheet ini auditor harus melampirkan list masing-masing aset dengan nilai saldo dari bulan januari 2013 hinggal desember 2013. Hal ini bertujuan untuk mengidentifikasi adanya penambahan atau pengurangan nilai aset tetap selama tahun berjalan. Test of detail penambahan aset tetap dilakukan untuk memastikan penambahan aset tetap selama tahun berjalan adalah benar secara fisik dan dimiliki secara keseluruhan oleh entitas, hal ini untuk pencapaian tujuan audit yaitu keterjadian. Daftar aset tersebut harus dipastikan sama dengan buku besar klien selama tahun 2013. Selanjutnya auditor melakukan sampling atas penambahan aset tetap. Pada sheet ini auditor akan memilih beberapa transaksi dari populasi penambahan aset tetap klien secara keseluruhan ditahun 2013. ABC methodology telah mengatur metode sampling yang akan digunakan.
Tabel 4.2.4.1 : Penentuan Sample
Risk Materiality Assessment
Assurance
from
from
Tests of
Analytical
JSSD
Controls
Procedures
testing
AF
EF
No
N/A
3
1,9
Yes
N/A
2,5
1,6
No
N/A
1,6
1,5
Yes
5 to 15
1
1,3
No
N/A
1,8
1,5
Yes
0 to 10
N/A
No
4 to 10
N/A
Yes
N/A
N/A
No
High
Yes
No
Low
Tests of detail
Assurance
Yes
Sampling
Sumber : ABC Methodology (2010)
PT STD,Tbk
tergolong perusahaan yang memiliki risiko tinggi sehingga
berdasarkan audit program yang ditetapkan pada aset tetap hanya dilakukan
Audit atas..., Fiona Mussri Astuti, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
80
test of detail, maka sampling akan ditentukan oleh assurance factor 3, expansion factor sebesar 1.9 dan expected error sebesar 5% dan rumus yang akan digunakan oleh auditor adalah: 5 6 7 89 =
:;<=>?@A;B C=DEFG@ H IJJ=K?BGF L?G@;K
:FKM;KN?BGF O?@FKA?>A@PQ{SH
Setelah mendapatkan jumlah sample dari perhitungan diatas maka auditor akan memilih transaksi penambahan aset tetap secara acak dan akan diminta datanya kepada klien. Jika auditor telah mendapatkan data pendukung penambahan aset tetap tersebut maka akan dilakukan tahap berikutnya yaitu vouching document dimana auditor memverifikasi bukti transaksi untuk setiap penambahan aset tetap seperti purchase order, invoice, payment order, delivery order dan bank statement. Didalam bukti transaksi tersebut akan terdapat informasi-informasi yang menjelaskan penambahan aset tetap, informasi tersebut diantaranya tanggal pembelian aset tetap, deskripsi aset tetap yang dibeli, jumlah dan harga pembelian aset tetap, nama vendor, kode semua bukti transaksi dan otorisasi bank penerima dana pembelian aset tetap. Langkah selanjutnya auditor akan mendokumentasikan kedalam sheet kertas kerja yang sama berikut dengan keterangan workdone. Jika tujuan audit atas keterjadian telah terpenuhi maka berdasarkan hasil test ini, auditor menyimpulkan bahwa tidak ditemukan atas kesalahan pada penambahan aset tetap selama tahun 2013. Contoh pengerjaan test of detail terdapat pada Lampiran 5 laporan ini. 6. Test of Detail pelepasan aset tetap tahun 2013 Tujuan dari pengujian ini adalah pelepasan aset tetap benar-benar terjadi dan tercatat dalam laporan keuangan klien dan memastikan bahwa perhitungan umur aset secara tepat. Hal-hal yang termasuk pelepasan aset tetap adalah penjualan aset, pengalihan aset tetap ke anak perusahaan atau hubungan istimewa lainnya. Sebelum melakukan pengujian lebih lanjut auditor harus mendapatkan daftar pelepasan aset tetap dari klien. Dari daftar inilah auditor akan menetapkan jumlah sample yang akan diambil. Dikarenakan aset tetap merupakan aset yang digunakan untuk kegiatan operasional perusahaan maka pelepasan aset tetap tidak banyak sehingga auditor tidak diperlukan untuk
Audit atas..., Fiona Mussri Astuti, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
81
sampling, kegiatan yang diperlukan hanya vouching document. Jenis dokumen yang didapatkan adalah journal voucher dan invoice. Dari dokumen tersebut auditor akan mendapatkan informasi deskripsi aset tetap yang dijual, tanggal penjualan, nomor voucher, jumlah dan harga aset aset. Auditor memastikan perhitungan yang akan dilakukan adalah nilai realisasi aset dan akumulasi penyusutan
aset
tetap.
Setelah
mendapatkan
perhitungannya,
auditor
menyimpulkan bahwa tidak ditemukan salah saji pelepasan aset tetap selama 2013. Pada sheet selanjutnya auditor menambahkan workdone atas pelepasan aset tetap tersebut sehingga akan terdapat dua jenis sheet yang memverifikasi penjualan aset tetap. . Contoh test of detail penjualan aset terdapat pada Lampiran 6 laporan ini. 7. Test of Detail atas keuntungan penjualan aset tetap Tujuan audit pengujian ini adalah occurance dimana setelah aset itu dijual auditor harus memastikan terdapat keuntungan atas penjualan tersebut, pengujian ini dilakukan setelah perhitungan atas penjualan aset tetap berlangsung, selain itu mencapai tujuan completeness dan accuracy dimana auditor harus memastikan bahwa dokumen terkait penjualan dan keuntungan telah dicatat pada jurnal yang tepat dan akurat. Auditor akan melakukan vouching document untuk memastikan bahwa perhitungan didalam bukti transaksi dan perhitungan oleh menejemen adalah sama dengan auditor. 8. Test of Detail atas reklamasi dari Aset dalam penyelesaian Memasukan data perkembangan penyelesaian aset dalam penyelesaian. Data ini didapatkan dengan vouching document yang berasal dari klien. Dari data ini auditor dapat mengestimasi aset mana saja yang masih dalam proses penyelesaian. Hal ini bertujuan untuk memastikan bahwa aset tersebut ada dan tujuan audit yang diharapkan adalah keberadaan. Pengujian yang dilakukan sama dengan pengujian yang dilakukan pada penambahan aset tetap. Dimulai dengan penentuan sampling hingga workdone. Dokumen utama yang digunakan adalah berita acara penutupan proyek. Test of detail yang diterapkan pada kegiatan ini sama dengan pengujian yang dilakukan pada penambahan aset tetap 4.2.5 Completion and Reporting
Audit atas..., Fiona Mussri Astuti, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
82
Fase ini merupakan fase akhir dimana auditor melakukan penyesuaian terhadap hasil test of detail. Auditor sudah mengumpulkan segala bukti audit untuk membuat opini audit atas kewajaran laporan keuangan klien. Pemeriksaan kembali atas fase fieldwork akan dilakukan pada tahap ini untuk mengurangi kemungkinan yang terjadi setelah tanggal laporan keuangan diterbitkan (subsequent event). Berdiskusi dengan manajemen dan komite audit atas temuan yang didapat selama proses audit dilakukan hingga opini audit akan dikeluarkan. Dari kasus, PT STD,Tbk telah merubah perhitungan beban penyusutan diawal tahun 2013, auditor telah melakukan test of details untuk aset tetap. Surplus revaluasi yang merupakan kenaikan dari nilai pasar aset telah disesuaikan dan dimasukan kedalam laporan laba rugi komprehensif lainnya. Setelah semua dirasa lengkap dan diyakini benar sesuai dengan bukti audit maka auditor dapat melakukan tahap akhir yaitu review workingpaper yang telah dikerjakan dan manajer in charge akan melakukan penyerahan laporan akhir dari proses audit kepada partner in charge untuk dapat di review dan opini audit dapat diberikan.
Audit atas..., Fiona Mussri Astuti, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis proosedur audit yang dilakukan oleh KAP ABC Assoiciate atas laporan keuangan PT STD untuk periode yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2013 terlihat bahwa laporan ini telah disusun dan disajikan dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Secara garis besar auditor telah mengumpulkan bukti audit yang dapat mendukung opini melalui teknik ABC Methodology. Audit atas aset tetap merupakan salah satu bagian dari audit ataas laporan keuangan klien, dimana aset tetap merupakan bagian terpenting dalam proses kegiatan bisnis PT STD,Tbk. Sebagaimana yang telah dijelaskan pada bagian pembahasan PT STD,Tbk merupakan perusahaan manufaktur yang memproduksi barang yakni pipa besi dan baja dan jumlah aset tetap yang digunkan dalam kegiatan operasional cukup signifikan. Pendekatan audit berdasarkan ABC Methodology sudah mencakup penilaian dan evaluasi risiko sebelum menyetujui penugasan audit pada klien. Serangkaian teknik dilakukan untuk melakukan pengujian terhadap laporan keuangan klien. Fase yang menggambarkan keseluruhan pengujian adalah fase fieldwork, dimana auditor mengumpulkan berbagai bukti pendukung dalam proses audit. Dari buktibukti audit tersebut dapat memenuhi tujuan audit seperti kelengkapan, keterjadian, akurasi, valuasi dan keberadaan. Dalam memulai proses audit, auditor diharuskan mengetahui kebijakan akuntansi yang diterapkan oleh PT STD,Tbk terutama atas aset tetap yang mana dibahas dalam laporan magang ini. Perusahaan telah menerapkan kebijakan akuntansi atas aset tetapp sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku di Indonesia yaitu PSAK 16 (revisi 2011) dan PT STD,Tbk telah memperbaiki pengendalian perhitungan beban penyusutan aset tetap.
83 Audit atas..., Fiona Mussri Astuti, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
84
KAP ABC Associate telah menerapkan proosedur audit atas aset tetap PT STD,Tbk meliputi prosedur subtantif yang merupakan prosedur verifikasi kesesuaian anatara buku besar dengan pencatatan aset tetap PT STD,Tbk, test of details penambahan dan pelepasan aset tetap serta penghitungan kembali nilai aset tetap beserta beban penyusutan dan akumulasi penyusutan. Hasil dari pengujian tersebut
menggambarkan
bahwa
pengendalian
kontrol
pencatatan
dan
pengendalian internal perusahaan berjalan efektif. Namun ada beberapa kelemahan dalam sistem akuntansi aset tetap PT STD,Tbk karena perusahaan baru menyesuaikan estimasi masa manfaat aset tetap PT STD,Tbk tahun 2013 ini dan perusahaan melakukan perhitungan nilai aset tetap melalui metode revaluasi dengan tidak secara berkala. Secara keseluruhan ABC methodology akan mengacu pada prosedur audit secara keseluruhan. Mengacu pada ISA, prosedur audit yang dilakukan KAP ABC terhadap aset tetap adalah : 1. Pemahaman terhadap bisnis klien 2. Melakukan pengecekan antara general ledger dan laporan keuangan. Auditor melihat nilai aset yang tercatat pada periode tertentu. 3. Memahami perhitungan klien 4. Melakukan perhitungan kembali terhadap beban penyusutan 5. Verifikasi terhadap akun akumulasi beban penyusutan 6. Test of detail pada mutasi aset
5.2 Saran 5.2.1 Saran untuk KAP ABC Associate a) Prosedur pemeriksaan aktiva tetap pada PT STD,Tbk sudah sesuai dengan prosedur yang ada. Namun akan lebih baik seiring dengan berjalanya waktu jika terus dilakukan evaluasi – evaluasi terhadap prosedur aset tetap
Audit atas..., Fiona Mussri Astuti, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
85
yang ada agar tetap bisa dijadikan pedoman untuk pemeriksaan aktiva tetap di perusahaan. b) Meningkatkan kerjasama dan komunikasi antara pihak-pihak yang terlibat dan membuat aturan mengenai pemberian informasi yang sejelas-jelasnya oleh pihak yang diperiksa kepada pihak auditor.
c) Pihak auditor harus memastikan penerapan standar akuntansi yang dijalankan PT STD,Tbk telah sesuai. d) Auditor memastikan bahwa manajemen melakukan klasifikasi aset tetap sesuai dengan metode penilaian aset tetap mereka.
5.2.2 Saran bagi PT STD,Tbk a) Menyesuaikan lebih lanjut sistem akuntansi atas aset tetap PT STD,Tbk untuk tahun berjalan b) Menerapkan sistem pengawasan fisik secara berkala terhadap aset tetap c) Melakukan pembenaran pada penyusutan aset tetap secara teratur dan melakukan penyesuaian nilai saldo akhir setelah dilakukan audit sama dengan saldo awal pada buku besar periode berikutnya dan tidak mengulangi kesalahan pencatatan periode sebelumnya.
d) Sebelum penerapan kebijakan revaluasi aktiva tetap, manajemen dan pemilik harus mempertimbangkan secara sungguh-sungguh dan hati-hati tentang manfaat dan kerugian yang akan dialami akibat penerapan kebijakan ini.
Audit atas..., Fiona Mussri Astuti, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
DAFTAR REFERENSI Arens, A.A., Elder, R.J., M.S., & Jusuf, A.A. (2009). Auditing and Assurance Service an Integrated Approach (Indonesian Adaptation). Singapore : Pearson Education South Asia. Charles T.Horngren dan Walter T.Harrison Jr. (2007). Accounting 7th edition. New Jersey: Prentice Hall. Ikatan Akuntan Indonesia.(2012). Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan per 1 Juni 2012. Jakarta :
Salemba Empat.
Ikatan Akuntan Indonesia.(2012). Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Nomor 16 Revisi
2011:Aset tetap. Jakarta : IAI.
Institut Akuntan Publik Indonesia. (2011). Standar Profesional Akuntan Publik per 31 Maret 2011.
Jakarta : Salemba Empat.
Kieso, D.E., Weygandt, J.J., Warfield, T.D. (2011). Intermediate Accounting Volume 1 IFRS edition.
New Jersey : John Wiley & Sons, Inc.
Tuanakotta.Theodorus M. (2013). Audit berbasis ISA (International Standards on Auditing). Jakarta: Slemba Empat ABC International.(2010). RSM Audit Manual. London : ABC International ABC Associate. April 14, 2014 http://www.abc.com/about.php?menu=6&id=2 ; april 14,2014 08:00 wib http://www.abcassociate.com/services.php?menu=1&id=2 april 14,201408:00 wib
Audit atas..., Fiona Mussri Astuti, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
Lampiran 1 : Lead Schedule Working Paper Aset Tetap
Client : PT STD,Tbk Acc. Period : 31-Des-13 Subject : Fixed Asset Index : 1200,05
Description
Unaudited Balance 31/10/2013
Ref
Movement
Unaudited Balance 31-Des-13
Unaudited Balance 31-Des-13
RJE, PAJE Dr
Cr
Jurnal Eliminasi
After Eliminasi 31-Des-13
Dr
Cr
W
-
-
359.319.776.824
W
-
-
W
-
-
W
-
-
W
-
-
61.536.831.148 190.003.942.906 11.358.018.644 11.221.612.889
-
-
633.440.182.411
As of Financial Statement's : Harga Perolehan : PEMILIKAN LANGSUNG : Tanah
1200 Rinc tangible aset Juni 2012 (dengan & Tanpa Nilai VPC 348.094.212.436 11.225.564.388
359.319.776.824 TB
Bangunan dan Prasarana
1200 Rinc tangible aset Juni 2012 (dengan & Tanpa Nilai VPC 58.810.867.684 2.725.963.464
61.536.831.148 TB
1301030000
Mesin dan Peralatan
1200 Rinc tangible aset Juni 2012 (dengan & Tanpa Nilai VPC 217.428.966.372 20.936.493.681
238.365.460.053 TB
1301040000
Kendaraan
1200 Rinc tangible aset Juni 2012 (dengan & Tanpa Nilai VPC 10.331.468.644 1.026.550.000
11.358.018.644 TB
1301050000
Inventaris Kantor
1200 Rinc tangible aset Juni 2012 (dengan & Tanpa Nilai VPC 11.221.612.889
11.221.612.889 TB
1,3E+09 1,3E+09 1,3E+09
Total 1301070000AKTIVA DALAM PENYELESAIAN Bangunan dan Prasarana
Mesin dan Peralatan
645.887.128.025
-
35.914.571.533
7.702.219.164 TB 19.490.092.544 TB
AKTIVA SGU 1301060000 Mesin dan Peralatan
33.526.919.308
1200 Rinc tangible aset Juni 20124.614.616.479 (dengan & Tanpa Nilai VPC 8.629.477.282
14.731.500 TB
13.244.093.761 PY
1200 Rinc tangible aset Juni 2012 (dengan & Tanpa Nilai VPC -
-
PY
Inventaris Kantor
1200 Rinc tangible aset Juni 2012 (dengan & Tanpa Nilai VPC -
-
PY
Total Harga Perolehan
-
27.207.043.208
Kendaraan
Total
359.319.776.824 61.536.831.148 190.003.942.906 11.358.018.644 11.221.612.889 633.440.182.411
1200 Rinc tangible aset Juni 2012 (dengan & Tanpa Nilai VPC 24.224.139.274
Total
48.361.517.147
681.801.699.558
1200 Rinc tangible aset Juni 20129.296.374.334 (dengan & Tanpa Nilai VPC
1200 Rinc tangible aset Juni 2012 (dengan & Tanpa Nilai VPC 6.405.700
Inventaris Kantor
-
-
7.702.219.164 W 19.490.092.544 W 14.731.500 W
-
-
7.702.219.164
-
-
19.490.092.544
-
-
14.731.500
27.207.043.208
-
-
27.207.043.208
13.244.093.761 W W W
-
-
13.244.093.761
-
-
-
-
-
-
13.244.093.761
-
-
673.891.319.380
4.614.616.479
13.244.093.761
13.244.093.761
684.028.663.812
722.252.836.527
673.891.319.380
-
-
Accumulated Depreciation : PEMILIKAN LANGSUNG (dengan & Tanpa Nilai VPC 1.459.772.316 1302010000 Acc.Dep Bangunan dan Prasarana 1200 Rinc tangible aset Juni 20122.782.354.617
4.242.126.933 TB
-
4.242.126.933 W
-
-
4.242.126.933
Acc.Dep Mesin dan Peralatan
1200 Rinc tangible aset Juni 2012 (dengan & Tanpa Nilai VPC 30.238.212.843 19.977.937.237
50.216.150.080 TB
-
50.216.150.080 W
-
-
50.216.150.080
1302030000
Acc.Dep Kendaraan
1200 Rinc tangible aset Juni 20126.028.429.799 (dengan & Tanpa Nilai VPC668.255.801
6.696.685.599 TB
-
-
6.696.685.599
Acc.Dep Inventaris Kantor
1200 Rinc tangible aset Juni 20127.060.158.937 (dengan & Tanpa Nilai VPC729.149.094
7.789.308.031 TB
6.696.685.599 W 7.789.308.031 W
-
1302040000
-
-
7.789.308.031
1302020000
Total 1302050000AKTIVA SGU Acc.Dep Mesin dan Peralatan
46.109.156.195
1200 Rinc tangible aset Juni 20121.342.426.579 (dengan & Tanpa Nilai VPC298.917.773
-
68.944.270.643
68.944.270.643
1.641.344.352 TB
-
-
-
-
68.944.270.643
1.641.344.352 W
-
-
1.641.344.352
Acc.Dep Kendaraan
1200 Rinc tangible aset Juni 2012 (dengan & Tanpa Nilai VPC
TB
-
W
-
-
Acc.Dep Inventaris Kantor
1200 Rinc tangible aset Juni 2012 (dengan & Tanpa Nilai VPC
TB
-
W
-
-
-
-
1.641.344.352
-
-
^
^
70.585.614.996 603.305.704.385 ^
Total Total Akumulasi penyusutan Net Book Value
1.342.426.579
1.641.344.352
1.641.344.352
47.451.582.774 731.480.246.587
70.585.614.996 651.667.221.531 ^
70.585.614.996 603.305.704.385
^ Control Conclusion : Berdasarkan prosedur audit yang kami lakukan, akun ini telah disajikan secara wajar
Audit atas..., Fiona Mussri Astuti, FE UI, 2014
-
Lampiran 1 : Lead Schedule Working Paper Aset Tetap
Prepared By : Date : Reviewed By : Date :
Surplus Revaluasi D
K
Audited
Audit Balance Konsol 31-Dec-13
SEI
31-Dec-13
-
-
359.319.776.824
-
-
-
61.536.831.148
-
-
-
190.003.942.906
-
-
-
11.358.018.644
-
-
-
11.221.612.889
-
-
633.440.182.411
-
-
7.702.219.164
-
-
-
19.490.092.544
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Audited Balance Konsol 31-Mar-13
Konsol (Dengan SEI) Audited Balance 30 Juni 2012
Audited Balance Konsol 31-Des-12
Audited Balance 31 Desember 2011
Final Analytical Review
Preliminary Analytical Review Rp
%
Rp
%
266.807.100.000
266.807.100.000
253.519.690.000
235.834.000.000
81.287.112.436
30%
92.512.676.824
35%
58.776.106.428
53.852.400.000
79.100.700.000
80.060.956.000
4.958.467.684
9%
7.684.431.148
14%
206.711.081.259
196.853.300.000
278.483.000.000
268.478.448.405
20.575.666.372
10%
(6.849.357.094)
-3%
9.515.641.006
8.871.199.306
10.857.752.133
10.822.952.133
1.460.269.339
16%
2.486.819.339
28%
13.194.510
359.319.776.824 61.536.831.148 190.003.942.906 11.358.018.644 11.234.807.399
10.874.546.159
10.620.643.597
14.074.604.755
13.329.912.321
600.969.292
6%
600.969.292
6%
13.194.510
633.453.376.921
552.684.474.851
537.004.642.903
636.035.746.888
608.526.268.859
108.882.485.122
17%
96.435.539.509
18%
6.357.229.755
14.899.044.171
10.571.971.514
14.217.806.695
(5.602.669.837)
-38%
12.136.307.595
8.802.982.689
9.956.165.142
6.011.783.164
15.421.156.585 (101.874.974)
175%
121%
14.731.500
-
7.702.219.164 19.490.092.544 14.731.500
108.280.674
133.330.674
-94%
(7.196.825.007) 10.687.109.855 (93.549.174)
27.207.043.208
-
27.207.043.208
18.427.161.416
23.810.307.534
20.661.467.330
20.229.589.859
9.716.611.774
47%
3.396.735.674
35%
13.244.093.761
-
13.244.093.761
10.234.216.479
10.174.475.854
13.967.009.255
13.969.009.255
(5.559.859.375)
-55%
3.069.617.907
30%
685.300.001
685.300.001
-
-
-
-
13.244.093.761 673.891.319.380
13.194.510
(66.375.934)
-
-
-
-
-
-
10.234.216.479
10.174.475.854
14.652.309.256
14.654.309.256
(5.559.859.375)
673.904.513.890
581.345.852.746
570.989.426.291
671.349.523.474
643.410.167.974
50.903.313.053
-86%
-
-
13.244.093.761
-48%
-55%
3.069.617.907
30%
8%
2.541.795.906
0%
-14%
-
-
4.242.126.933
-
4.242.126.933
804.111.016
-
-
-
2.782.354.617
-
-
50.216.150.080
-
50.216.150.080
8.309.631.540
-
-
-
-
-
6.696.685.599
-
6.696.685.599
5.377.886.651
5.130.214.454
7.142.393.287
6.758.772.354
-
-
7.789.308.031
13.194.510
7.802.502.541
9.221.995.915
9.046.291.863
12.495.722.023
11.975.815.075
30.238.212.843 898.215.344 (1.986.132.927)
-22%
4.242.126.933 50.216.150.080 1.566.471.145 (1.256.983.832)
68.944.270.643
13.194.510
68.957.465.153
23.713.625.122
14.176.506.318
19.638.115.310
18.734.587.429
31.932.649.877
225%
54.767.764.325
386%
-
-
1.641.344.352
2.963.681.012
2.643.701.786
3.066.572.877
2.266.943.734
(1.322.336.660)
-50%
(1.002.357.434) -
-38%
-
-
67.468.160
67.468.160
-
-
-
-
1.641.344.352
-
70.585.614.996 603.305.704.385
-
1.641.344.352
-
-
-
-
13.194.510 -
-
-
-
18%
31%
-
1.641.344.352
2.963.681.012
2.643.701.786
3.134.041.037
2.334.411.894
70.598.809.506 603.305.704.385
26.677.306.134 554.668.546.612
16.820.208.104 554.169.218.186
22.772.156.347 648.577.367.127
21.068.999.323 622.341.168.651 ^
(1.322.336.660)
-50%
(1.002.357.434)
-38%
30.610.313.217 20.292.999.836 ^
182% 4%
53.765.406.891 (51.223.610.985) ^
320% -9%
Audit atas..., Fiona Mussri Astuti, FE UI, 2014
Vouching penambahan aset tetap PT STD,Tbk
Lampiran 2 Workdone
No
KI KI KI
Description
No Aset
Date
Document
Nilai Aset A
B
C
D
A
B
C
1-Oct-13
12.687.112.436
v
v
v
v
x
x
x
Tanah Cgk
13-Aug-13
68.600.000.000
v
v
v
v
v
v
v
3
Reklasifikasi atas tanah Dps
31-Dec-13
11.219.600.000
v
v
v
v
v
v
v
4
1 Unit DC Drive XYZ
301301430021 15-Nov-13
112.142.285
v
v
v
v
v
v
v
1
Tanah cgk
2
100000000001
Tickmark : √ Ok X Tidak Ok Notes : Penambahan Aset Tetap, dapat berasal dari 3 hal : - Pemakaian persediaan, sehingga yang ada hanya bukti dokumen pemakaian bahan. (Workdone : Cek to Akun Persediaan) - Pembelian aset tetap baru - Reklas dari AUC Document : A Bukti Memorial B Laporan Pemakaian Bahan C Berita Acara Penutupan Proyek Workdone : A Nilai saldo yang tercatat di GL telah sesuai dengan dokumen pendukung yang ada (sesuai dengan Kontra Akunnya) B Kalkulasi yang terdapat pada Dokumen pendukung telah dihitung dengan benar C Setiap dokumen pendukung telah diotorisasi dengan benar oleh pihak yang berwenang D Periode pencatatan/pengakuan aset dicatat pada periode yang sama
Audit atas..., Fiona Mussri Astuti, FE UI, 2014
VO VO VO VO
Vouching document penambahan AUC Populasi Sampel Vouch
48.389.117.982 12.400.503.953 26% Sample Size =
No 1 2 3 4
Lampiran 3
Description Pry Mesin Sliter ABC Pry Tube OPQ Pry Tube Making XYZ Pry Mesin Haven SKF
4
No Document
No Aset
3301988146 3302008811 3302231193 3302355289
70310000073 70350000040 70350000040 70350000042
Date 16-Feb-13 4-Mar-13 3-Sep-13 4-Dec-13
Nilai Aset 2.558.682.000 1.918.859.986 807.696.624 3.395.114.157
Tickmark : √ Ok X Tidak Ok
A √ √ √ √
Workdone B √ √ √ √
24.085.291.478
Notes : - Penambahan AUC berasal dari Pemakaian persediaan, sehingga yang ada hanya bukti dokumen pemakaian bahan. (Workdone : Cek to Akun Persediaan) Document : A Laporan Pemakaian Bahan Workdone : A Nilai saldo yang tercatat di GL telah sesuai dengan dokumen pendukung yang ada (sesuai dengan Kontra Akunnya) B Kalkulasi yang terdapat pada Dokumen pendukung telah dihitung dengan benar C Setiap dokumen pendukung telah diotorisasi dengan benar oleh pihak yang berwenang D Periode pencatatan/pengakuan aset dicatat pada periode yang sama
Audit atas..., Fiona Mussri Astuti, FE UI, 2014
C √ √ √ √
D √ √ √ √
Document A √ √ √ √
VO VO VO VO
Vouching dokumen Reklamasi AUC Populasi Sampel
No 1 2 3 4 5 6
Lampiran 4
33.880.831.437 13.743.451.562 40,56% Sample Size =
Document Number Postg Date 1000001120 28-Mar-13 1000001137 30-Apr-13 1000001129 28-Mar-13 1000001116 28-Mar-13 3600086150 10-Dec-13 1000001233 31-Dec-13
6
No Aset
200400000055 300410130000 200400000054 200500000024 310140430034 301601440000
Amount in local cur. 401.360.400 507.295.209 2.431.755.113 2.044.115.340 2.341.274.369 4.586.046.536
Description Perbaikan Jln paving open storage sblh barat ccl U Threading Machine 10 (THRD-110) U1 RECLASS AUC KE FA 06/MTC-BApt/IV/13 RECLASS AUC KE FA 02/BA-ASSET/2013 Pondasi/pancang u/ 2 unit Gantry Crane STAHL 20T U Msn Pot Plat (Shearing Mcn) CUT-401 U4
Workdone : A Nilai saldo yang tercatat di GL telah sesuai dengan dokumen pendukung yang ada B Kalkulasi yang terdapat pada Dokumen pendukung telah dihitung dengan benar C Setiap dokumen pendukung telah diotorisasi dengan benar oleh pihak yang berwenang D Periode pencatatan/pengakuan beban dan Dokumen Pendukung dicatat pada periode yang sama Document : A Berita Acara Penutupan Proyek Tickmark : √ Ok X Tidak Ok N/a Not Applicable
Audit atas..., Fiona Mussri Astuti, FE UI, 2014
A √ √ √ √ v v
Workdone B √ √ √ √ v v
C √ √ √ √ v v
D √ √ √ √ v v
Document A √ √ √ √ v v
VO VO VO VO VO VO
Lampiran 5
Client : Acc. Period : Subject : Index :
Risk Materiality Assessment
PT STD,Tbk 31-Des-13 TOD Penambahan Aset Tetap 1200,13
Prepared By : Date : Reviewed By : Date : Assurance from Analytical Procedures No
JSSD testing N/A
AF 3
EF 1,9
Yes
N/A
2,5
1,6
No
N/A
1,6
1,5
Yes
5 to 15
1
1,3
No
N/A
1,8
No
Yes
0 to 10
N/A
No
4 to 10
N/A
Yes
Yes
N/A
N/A
Assurance from Tests of Controls
No High
Yes
Low
Assurance Factor Expansion Factor Expected Error OM PM Polulation Sample Size =
Sample Size =
Sample Size =
: : : : : :
3 1,9 5% 30.755.039.000 21.528.527.300 26.653.989.192
Tests of detail Sampling
Key Item : Key Item :
1,5
7.176.175.767 tanah cemengkalang tanah kalideres tanah gresik 1 unit krane Kato
Population Subject to Sampling x Assurance Factor Performance Materiality-(Expected Error x Expansion Factor) 79.961.967.576 18.996.398.327 4 2 Key Item
Notes : Penambahan Aset Tetap, dapat berasal dari 3 hal : - Pemakaian persediaan, sehingga yang ada hanya bukti dokumen pemakaian bahan. (Workdone : Cek to Akun Persediaan) - Pembelian aset tetap baru - Reklas dari AUC
Audit atas..., Fiona Mussri Astuti, FE UI, 2014
(Perikatan jual beli) Selain minta bv, sudah cek ke rekenik koran (Akta jual beli) Selain minta bv, sudah cek ke rekenik koran (tanah petok2 sudah mendapat hak pelepasan tanah)
68.600.000.000 12.687.112.436 11.219.600.000 5.219.739.028
Lampiran 6 Client : Acc. Period : Subject : Index :
HP ACC NB
PT STD,Tbk 31-Des-13 TOD Pelepasan FA 1200,10
Prepared By : Date : Reviewed By : Date :
300302130001 (Retirement) Nilai after reval 45.454.877 8.522.789 36.932.088 Seharusnya yang diakui di loss on disposal
Menurut SAP yang belum reval HP ACC NB
116.042.868 77.326.544 38.716.325 Yang diakui di SAP 1.784.237 Perusahaan lebih besar mengakui loss on disposal immaterial
HP ACC NB
HP ACC NB
300201330010 HANYA KOREKSI 25.013.333 12.506.667 12.506.666 Hanya jurnal koreksi karena pemakaian Sparepart yang tidak jadi dipakai tidak ada loss or gain on disposal dalam kasus ini
301001330001 (Retirement) Nilai after reval 619.975.648 87.432.463 532.543.185
Menurut SAP yang belum reval HP ACC NB
94.450.000 45.429.034 49.020.966 (483.522.219) Perusahaan lebih kecil mengakui loss on disposal
HP ACC NB
400001020001 Pengahpusan dari Harga Perolehan 58.100.000 58.100.000 -
Menurut SAP yang belum reval HP ACC NB
58.100.000 58.100.000 - Tidak ada loss or gain dalam penjualan ini krn hyn penghapusan
KEUNTUNGAN PENJUALAN AKTIVA TETAP NB 0 B 8505 PQ Cash Received 40.250.000 Gain 40.250.000 SAP Diff NB Cash Received Gain SAP Diff
(already crosscheck NB to detail FA)
40.250.000 O
L-8049 NS
(already crosscheck NB to detail FA)
34.860.000 34.860.000 34.860.000 -
Audit atas..., Fiona Mussri Astuti, FE UI, 2014
Universitas Indonesia