UNIVERSITAS INDONESIA
AUDIT ATAS ASET TETAP PADA PT FRS
LAPORAN MAGANG
FLORENSIA RIAMA 1106136095
FAKULTAS EKONOMI PROGRAM STUDI EKSTENSI AKUNTANSI SALEMBA JULI 2013
Audit atas ..., Florensia Riama, FE UI, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
AUDIT ATAS ASET TETAP PADA PT FRS
LAPORAN MAGANG
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi
FLORENSIA RIAMA 1106136095
FAKULTAS EKONOMI PROGRAM STUDI EKSTENSI AKUNTANSI SALEMBA JULI 2013
Audit atas ..., Florensia Riama, FE UI, 2013
Audit atas ..., Florensia Riama, FE UI, 2013
Audit atas ..., Florensia Riama, FE UI, 2013
Audit atas ..., Florensia Riama, FE UI, 2013
KATA PENGANTAR Melalui halaman ini, penulis ingin mengekspresikan puji syukur, apresiasi, penghargaan, dan rasa terima kasih bagi pihak yang telah memberikan bimbingan, dukungan, dan kontribusi dalam berbagai bentuk sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan magang ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Kehidupan penulis hingga mencapai titik ini, tidak akan sama tanpa kehadiran pihak-pihak berikut ini ; 1. Tuhan Yang Mahaesa. Atas kesempurnaan dan rencana-Nya yang sangat indah. Atas keberadaan-Nya yang selalu membuat saya percaya bahwa semua yang terjadi adalah hal yang terbaik. 2. Orang tuaku yang luar biasa, Vinantius Parlindungan Situmorang dan Valentina Punia simarmata. Untuk dukungan yang tidak pernah abis, untuk perhatiannya, untuk keprecayaannya, untuk ocehannya, untuk selalu menjadi inspirasi yang terbaik, dan terlebih-lebih untuk selalu ada. Papi dan Mami selalu menjadi alasan dan motivasi terbesar dalam setiap langkah riama. I love you both forever and ever muahhh. 3. Diana Yotoria Situmorang, Agnes Melinawaty Situmorang, Pontas Poncius Parlindungan Situmorang, Valencius Sopardo Situmorang. Untuk selalu bertanya kapan lulus kuliah dan membantu papi mami dirumah, Thankyou sister brother i love you. 4. Adriana Renata Tobing, Christovorus Snadov Situmorang. Malaikat kecilnya aunty pyoyen, terimakasih sudah hadir di keluarga situmorang, terimakasih sudah jadi malaikat kecil yang lucu dan menggemaskan, terimakasih karena aunty sayang kalian, muahh. 5. Fernandes Raja Saor Butar-butar. Terimaksih karena selalu cuek dan tidak mau membantu kalau tidak dipaksa. Terimakasih juga sayang buat ocehannmu, marahmu, ternyata di laporan magang kedua ini namamu “tetap ada”, dan selalu ada juga di hatiku eeeaaa muah!. Semangat v
Audit atas ..., Florensia Riama, FE UI, 2013
Thesisnya FRS!. Dan tak lupa untuk Afidavit butar-butar dan Theodore butar-butar hihi love you both. 6. Ibu Sri Nurhayati. Selaku dosen pembimbing yang banyak membantu penulis dalam penyusunan laporan magang ini. Terimakasih untuk kritik dan saran yang membangun, kesabaran, dan segala ilmu yang telah diberikan. Terima kasih bu, untuk setiap bimbingan yang memotivasi dan menegangkan. 7. Teman-teman terbaik di Ekstensi Salemba FEUI,
Aghnia Mirra, Dian
Susiliowaty, Meta Natasha, Nanetha Hardini, Ruth Daniella. Terimakasih atas persahabatan dan pengalaman-pengalaman yang telah kita lalui bersama di Salemba, dari anggapan orang kita adalah geng terdepan, sampai anggapan bahwa kita adalah seven iconnya salemba yang selalu bersama kemanapun. Terimakasih semua, bersama kita bisa, bersama kita galau, bersama kita lulus!! Semangat. 8. Fittry Sijabat, Gladys Rosadaria, Hana Ayu Belatrix Jacob, Ignatia Cancery Pasaribu, Jeniusi Ratri Arindi, dan Jesi Karina Bangun, sebagai sahabat pertama penulis di Depok. Terimakasih atas persahabatan dan pengalaman-pengalamannya selama menjalani hidup sebagai mahasiswa love you forever muahh. 9. Afza Riyani Imes, Sthepani. Sahabat semasa SMA sampai sekarang, terimakasih buat dukungan tidak langsung kalian selama ini my petsskuuu, i love you banget. 10. Teman seperjuangan (se-Dosepem) dalam laporan magang Isni Asysyfa’ul Khusna. Terimakasih atas semangatnya “kita pasti bisa, kita pasti wisuda tahun 2013” . Semangat isni teman seperjuangan yang sama-sama panik! 11. Terimakasih untuk Pak Jim, Pak Iwan selaku partner dan manajer KAP Darmawan, Hendang, dan Yogi yang telah memberikan banyak pelajaran untuk penulis. vi
Audit atas ..., Florensia Riama, FE UI, 2013
Tim Audit di KAP DHY yang telah memberikan pengalaman magang yang sangat berkesan dan penuh pembelajaran selama 4 bulan. Purwatiningsih untuk pertemanannya di awal magang. Dias, David, Oji, Aya, Arman, Lulu, Wiwin, Yanti terimakasih untuk pertemananya selama magang yang sangat menyenangkan dan dengan keluh kesah bersama hidup di kadin dan semangatnya yang selalu bilang “flo kan pinter nilai sidang A+ lah”. Terimakasih semua.
12. Teman-teman mahasiwa FEUI terutama dan berbagai angkatan dan jurusan. Saya yakin di masa depan kita semua akan sukses dan akan menjadi orang yang membanggakan. 13. Dosen, Staff Pengajar, Asisten Dosen, dan segenap Staff FEUI, terimakasih untuk ilmu, bimbingan, dan bantuannya selama perkuliahan di FEUI. 14. Semua pihak yang belum disebutkan dalam kata pengantar ini, yang telah berkontribusi baik secara langsung maupun tidak langsung, atas pencapaiannya penulis akan segera sarjana. Terimakasih! Tak lupa Juga untuk segenap keluarga besar dan kerabat yang senantiasa memotivasi saya dengan pertanyaan “kapan lulus?”, Terima Kasih.
Akhir kata, penulis berharap laporan magang ini dapat bermanfaat bagi pihak yang membaca sebagai bahan informasi dan sumber ilmu pengetahuan. Penulis juga menyadari dalam laporan magang ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis mohon maaf dan membuka diri untuk saran dan kritik yang membangun dan meningkatkan laporan magang ini.
Salemba, 08 Juli 2013
Penulis vii
Audit atas ..., Florensia Riama, FE UI, 2013
Audit atas ..., Florensia Riama, FE UI, 2013
ABSTRAK
Nama
: Florensia Riama
Program studi : Ekstensi Akuntansi Judul
: Audit Atas Aset Tetap Pada PT FRS
Laporan magang ini menggambarkan dan membahas audit atas akun aset tetap yang merupakan bagian dari audit laporan keuangan pada PT FRS, sebuah perusahaan yang bergerak di bidang sekuritas. Dalam laporan ini dijelaskan mengenai kebijakan akuntansi atas aset tetap PT FRS, prosedur audit aset tetap oleh KAP DHY dan temuan audit. Berdasarkan pengujian subtantif atas akun aset tetap, ditemukan adanya kesalahan perhitungan dalam pengakuan beban penyusutan terkait perubahan masa manfaat aset tetap. Tetapi, kesalahan tersebut telah dibuat jurnal penyesuainya. Kesimpulan dari audit ini adalah perusahaan telah menyajikan laporan keuangannya, terutama untuk akun aset tetap, secara wajar sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku.
Kata kunci : Audit, aset tetap, pengendalian internal
ix
Audit atas ..., Florensia Riama, FE UI, 2013
ABSTRACT
Name
: Florensia Riama
Study Program
: Extension of Accounting
Title
: Audit of Fixed Asset PT FRS
This internship report ilustrates and discusses the audit process of fixed assets, as a part of financial statement audit in PT FRS, a securities company. This report describes about the company policy of fixed assets in PT FRS, audit procedures of public accountant DHY, and audit findings. Subtantive testing for fixed assets have found an error in the calculation of depreciation expense related to change in estimated useful life of fixed assets. But, that misstatement has been adjusted. The conclusion of this audit process is that fixed assets has been presented fairly in company’s financial statement.
Keywords : Audit, fixed assets, internal control
x
Audit atas ..., Florensia Riama, FE UI, 2013
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL......................................................................................................... i HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ............................................................. ii TANDA PERSETUJUAN LAPORAN AKHIR MAGANG ........................................... iii HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................................... iv KATA PENGANTAR ..................................................................................................... v HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ......................................................................... viii ABSTRAK ....................................................................................................................... ix ABSTRACT ..................................................................................................................... x DAFTAR ISI .................................................................................................................... xi DAFTAR TABEL ............................................................................................................. xiv DAFTAR GAMBAR ....................................................................................................... xv DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................................... xvi BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................................. 1 1.1 Latar Belakang Pelaksanaan Program Magang ........................................... 1 1.2 Tujuan Pelaksanaan Program Magang ........................................................ 2 1.3 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Program Magang ..................................... 3 1.4 Pelaksanaan Kegiatan Magang .................................................................... 3 1.4.1 PT XYZ ................................................................................................ 3 1.4.2 PT FRS ................................................................................................. 4 1.4.3 PT ABC ................................................................................................ 6 1.5 Latar Belakang Tema .................................................................................. 7 1.6 Ruang Lingkup Penulisan Laporan Magang ............................................... 7 1.7 Tujuan Penulisan Laporan Magang ............................................................. 7 1.8 Sistematika Penulisan Laporan Magang ..................................................... 8 BAB 2 LANDASAN TEORI ........................................................................................ 9 2.1 Akuntansi Atas Aset Tetap .......................................................................... 9 2.1.1 Definisi Aset tetap ............................................................................... 9 2.1.2 Biaya Perolehan Aset Tetap ................................................................ 10 2.1.3 Biaya setelah Perolehan Aset tetap ..................................................... 12 xi
Audit atas ..., Florensia Riama, FE UI, 2013
2.1.4 Pengukuran Aset Tetap ....................................................................... 13 2.1.5 Penyusutan Aset Tetap ........................................................................ 15 2.5.1.1 Definisi Penyusutan Aset Tetap ................................................. 15 2.5.1.2 Perubahan Estimasi Masa Manfaat ............................................ 17 2.1.6 Penurunan Nilai ................................................................................... 18 2.1.7 Pelepasan Aset Tetap........................................................................... 19 2.1.8 Pengungkapan Aset Tetap ................................................................... 19 2.2 Pengendalaian Internal ................................................................................ 21 2.2.1 Definisi Pengendalian Internal ............................................................ 21 2.2.2 Komponen Pengendalian Internal ....................................................... 21 2.3 Pengauditan ................................................................................................. 23 2.3.1 Auditing Secara Umum ....................................................................... 23 2.3.2 Audit Atas Aset Tetap ......................................................................... 24 2.3.2.1 Tujuan Audit Terkait Aset Tetap .............................................. 25 2.3.2.2 Jenis-jenis Pengujian .................................................................. 30 2.3.3.3 Prosedur Audit atas Aset Tetap .................................................. 33 BAB 3 GAMBARAN UMUM TEMPAT MAGANG ................................................. 41 3.1 Profil Kantor Akuntan Publik DHY ............................................................ 41 3.1.1 Gambaran Umum ................................................................................ 41 3.1.2 Visi, Misi, Strategi dan Nilai Organisasi ............................................. 42 3.1.3 Pelayanan Jasa Yang diberikan ........................................................... 43 3.1.4 Struktur Organisasi Kantor Akuntan Publik DHY .............................. 44 3.2 Profil PT FRS .............................................................................................. 45 3.2.1 Gambaran Umum ................................................................................ 45 3.2.2 Divisi-divisi PT FRS ........................................................................... 48 3.2.3 Struktur Organisasi PT FRS ................................................................ 51 3.2.4 Aset Tetap Pada PT FRS ..................................................................... 51 BAB 4 PEMBAHASAN DAN ANALISIS ................................................................... 54 4.1 Kebijakan Akuntansi Atas Aset Tetap Pada PT FRS .................................... 54 4.2 Audit Aset Tetap Pada PT FRS ..................................................................... 56 4.2.1 Pre-planning ( pra-perencanaan) .......................................................... 57 xii
Audit atas ..., Florensia Riama, FE UI, 2013
4.2.2 Perencanaan ........................................................................................... 60 4.2.3 Fieldwork............................................................................................... 62 4.2.4 Reporting ............................................................................................... 75 4.3 Hasil Temuan Audit ...................................................................................... 76 4.4 Analisis .......................................................................................................... 77 4.4.1 Analisis Kebijakan Aset Tetap PT FRS ................................................ 77 4.2.1.1 Analisi Kebijakan Penyusutan Aset Tetap ................................... 77 4.2.1.2 Analisi Kebijakan Penambahan Aset Tetap ................................. 77 4.2.1.3 Analisi Kebijakan Pelepasan Aset Tetap...................................... 78 4.4.2 Analisis Prosedur Audit Atas Aset Tetap PT FRS ................................ 78 4.2.2.1 Analisi Prosedur Evaluasi Pengendalian ...................................... 78 4.2.2.2 Analisis Prosedur Pengujian Substantif ...................................... 78 BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................................... 80 5.1 Kesimpulan .................................................................................................. 80 5.2 Saran ............................................................................................................ 80 5.2.1 Saran kepada PT FRS ......................................................................... 81 5.2.2 Saran Kepada KAP Darmawan, Hendang, dan Yogi (DHY) ............. 81 DAFTAR REFERENSI .................................................................................................. 82 LAMPIRAN
xiii
Audit atas ..., Florensia Riama, FE UI, 2013
DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Prosedur analitis Pada Aset Tetap .................................................................... 33 Tabel 2.2 Verifikasi Penambahan Aset Tetap .................................................................. 35 Tabel 3.1 Estimasi Umur Manfaat Aset Tetap PT FRS ................................................... 52 Tabel 4.1 Kebijakan akuntansi untuk Aset Tetap PT FRS .............................................. 56 Tabel 4.2 Prosedur Analitis yang dilakukan oleh Auditor ............................................... 59 Tabel 4.3 Approval Authority Matrix PT FRS ................................................................ 64 Tabel 4.4 Penambahan dan Pengurangan Aset Tetap PT FRS ........................................ 67 Tabel 4.5 Perubahan Masa Manfaat PT FRS ................................................................... 71 Tabel 4.6 Perhitungan Penyusutan Aset Tetap oleh Manajemen .................................... 72 Tabel 4.7 Perhitungan Penyusutan Aset Tetap oleh Tim Audit ....................................... 72 Tabel 4.8 Rincian Perhitungan Penyusutan menurut Manajemen dan Auditor .............. 73
xiv
Audit atas ..., Florensia Riama, FE UI, 2013
DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Empat Langkah Dalam Proses Audit ........................................................... 24 Gambar 3.1 Sejarah PT. FRS ........................................................................................... 47 Gambar 3.2 Divisi-divisi PT FRS .................................................................................... 48
xv
Audit atas ..., Florensia Riama, FE UI, 2013
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Leadschedule Aset Tetap .............................................................................. 83 Lampiran 2 Daftar Penjualan Aset Tetap PT FRS ........................................................... 84 Lanjutan Lampiran 2 Daftar Penjualan Aset Tetap PT FRS ............................................ 85
xvi
Audit atas ..., Florensia Riama, FE UI, 2013
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab pendahuluan ini, penulis akan menjelaskan apa yang menjadi latar belakang dan tujuan penulisan laporan magang Program Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Setelah itu, penulis juga akan menjelaskan waktu dan tempat pelaksanaan, gambaran umum mengenai tempat program magang serta kegiatan yang penulis lakukan selama menjadi junior auditor.
Sehubungan dengan tema yang penulis angkat pada laporan magang, bab ini akan menjelaskan apa yang melatarbelakangi penulis memilih tema aset tetap, ruang lingkup penulisan dan juga sistematika penulisan laporan magang.
1.1 Latar Belakang Pelaksanaan Program Magang Sekarang ini, perkembangan zaman mengindikasikan lapangan pekerjaan sudah tidak mampu menampung sekian banyak permintaan dari pencari kerja, dimana titik penawaran dan permintaan pekerjaan sudah tidak mencapai titik temu. Hal ini juga ditambah dengan semakin terbukanya gerbang antarnegara dan interaksi antarbangsa di dunia internasional sehingga persaingan untuk mencapai titik temu tersebut diramaikan tidak hanya oleh penduduk bangsa melainkan juga dengan penduduk asing. Mahasiswa perguruan tinggi tidak hanya menjadi salah satu penduduk dunia yang harus berjuang untuk meningkatkan kompetensi dan meningkatkan daya juang untuk memperebutkan berbagai peluang dan kesempatan.
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia dan Departemen Akuntansi, menyadari tuntutan untuk selalu meningkatkan kualitas pembelajaran bagi mahasiswanya sebagai bekal utama dalam menghadapi persaingan di dunia pekerjaan. Penyempurnaan kualitas bukan hanya diwujudkan dalam bentuk penyempurnaan metode dan kurikulum pembelajaran di ruang kuliah, namun juga diwujudkan dalam bentuk penyediaan kesempatan bagi mahasiswa untuk melaksanakan 1
Audit atas ..., Florensia Riama, FE UI, 2013
Universitas Indonesia
2
program magang, yang juga merupakan salah satu pilihan bagi mahasiswa sebagai prasyarat kelulusan di akhir masa studi. Dilatarbelakangi hal diatas, penulis memutuskan untuk mengambil kesempatan untuk melaksanakan program magang. Hal ini didasari kesadaran untuk selalu mengembangkan diri sebagai bekal penulis untuk menghadapi dunia kerja selepas menyelesaikan studi di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
1.2 Tujuan Pelaksanaan Program Magang Program magang merupakan salah satu pilihan yang dapat menjadi prasyarat kelulusan sebagai pengganti penyusunan skripsi bagi mahasiswa yang menginjak tingkat akhir di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (FEUI).
Program magang FEUI diharapkan dapat menjadi sarana bagi mahasiswa untuk terlibat langsung didalam dunia kerja profesional. Peserta magang juga akan mendapat kesempatan untuk mengaplikasikan teori yang telah dipelajari selama berada di ruang kuliah secara jelas ke dalam kehidupan kerja nyata. Dengan adanya program magang akan membantu membiasakan mahasiswa dengan kultur bekerja yang sangat berbeda dengan kultur belajar dari segi manajemen waktu, ketrampilan komunikasi, kerjasama tim serta tekanan yang lebih tinggi untuk menyelesaikan pekerjaan dengan tepat waktu.
Pelaksanaan program magang akan memberikan pengalaman tersendiri dan terutama untuk mengembangkan diri mahasiswa dari sisi profesional. Hal ini merupakan salah satu dari misi FEUI yaitu menghasilkan lulusan dalam bidang Ekonomi yang berkualitas tinggi.
Dilain pihak, program magang juga memberikan manfaat bagi perusahaan tempat pelaksanaan magang antara lain: 1. Perusahaan dapat memanfaatkan tenaga terdidik dalam proses kegiatan usaha secara lebih efisien.
Universitas Indonesia
Audit atas ..., Florensia Riama, FE UI, 2013
3
2. Perusahaan memperoleh kesempatan sebagai penyedia sumber daya manusia yang kompeten. 3. Perusahaan telah turut serta dalam program link and match pada sistem pendidikan di Indonesia.
1.3 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Program Magang Penulis melaksanakan program magang di KAP Darmawan, Hendang dan Yogi yang merupakan afiliasi dari AGN International yang berada di Menara Kadin Indonesia FI. 27, JL. HR Rasuna Said Blok X-5 Kav. 2-3, Jakarta 12950. Waktu pelaksanaan magang berkisar selama 3 (tiga) bulan yang dimulai pada tanggal 21 Januari 2013 dan diakhiri pada tanggal 21 April 2013.
1.4 Pelaksanaan Kegiatan Magang Selama mengikuti program magang, penulis bekerja dalam satu tim yang terdiri dari: Partner
: Jim S. Darmawan
Manager in charge
: Iwan heriawan
Senior Auditor in Charge
: Diaz Nurachmat
Senior Auditor
: Purwaningsih
Junior Auditor
: Muhamad Fauzi
Selama melaksanakan kegiatan magang, penulis dibimbing oleh senior auditor in charge. Penulis ditempatkan sebagai junior auditor di KAP Darmawan, Hendang & Yogi. Selama pelaksanaan program magang penulis ditugaskan untuk mengaudit 3 (tiga) perusahaan yaitu PT. XYZ, PT FRS, dan PT ABC.
Berikut ini adalah penjelasan tentang uraian kegiatan yang dilakukan oleh penulis selama 3 (tiga) bulan magang : 1.4.1 PT XYZ Penugasan pertama adalah PT XYZ, sebuah perusahaan yang melakukan kegiatan usaha sebagai manajer investasi. Perusahaan ini merupakan anak perusahaan dari PT FRS yang bergerak dalam bidang perantara pedagang efek, dan penjamin Universitas Indonesia
Audit atas ..., Florensia Riama, FE UI, 2013
4
emisi efek yang diaudit oleh auditor yang sama dengan auditor PT XYZ. Selama penugasan yang dilakukan oleh penulis adalah membaca permanent file dan working paper klien PT XYZ untuk audit tahun 2011, membuat worksheet PT XYZ, serta membuat working paper atas akun prepaid expense, interest income, cash and bank, dan fixed assets. Setelah melakukan perhitungan aset tetap penulis melakukan cek fisik terhadap penambahan aset tetap yang terjadi di periode audit untuk memastikan apakah penambahan aset tetap tersebut benar-benar ada. Setelah itu, penulis kemudian membuat berita acara terkait pemeriksaan fisik tersebut.
1.4.2 PT FRS Penugasan kedua adalah PT FRS, sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang perantara pedagang efek dan penjamin emisi efek yang merupakan perusahaan induk dari PT XYZ.
Prosedur yang dilakukan penulis selama melakukan proses audit pada PT FRS antara lain : Membuat Worksheet Penulis diberikan kepercayaan untuk membuat worksheet PT FRS, dengan memasukkan nilai-nilai yang terdapat di dalam laporan keuangan perusahaan yaitu balance sheet, income statement, dan trial balance per 2012 dengan tepat dan balance.
Melakukan Prosedur Substantif atas Akun Kas Penulis diberikan kepercayaan untuk membuat working paper atas akun kas selama proses audit. prosedur yang penulis lakukan sehubungan dengan prosedur subtantif dari akun kas adalah : Membuat konfirmasi untuk bank dan memastikan bahwa nominal yang tercantum pada pencatatan klien di neraca saldo telah sesuai. Melakukan pengecekan atas rekonsiliasi bank yang telah dilakukan klien. Disini penulis meminta seluruh rekening koran, dan mencocokkan dengan pencatatan di neraca saldo. Penulis juga mengidentifikasi seluruh item Universitas Indonesia
Audit atas ..., Florensia Riama, FE UI, 2013
5
penyesuaian yang ditemukan, termasuk cek beredar, deposit dalam perjalanan, kesalahan pencatatan, biaya administrasi bank, atau kategori lain. Melakukan prosedur pengujian kas kecil, dengan melakukan pemeriksaan fisik kas kecil untuk memastikan nominal yang tertera pada neraca saldo telah sesuai dengan nominal yang diperiksa auditor pada pemeriksaan kas kecil. Setelah diperiksa dan tidak ada perbedaan penulis membuat berita acara atas pemeriksaan kas kecil tersebut.
Menghitung Interest Income Melakukan perhitungan ulang atas bunga dari time deposit yang dimiliki oleh PT FRS, dan memfotokopi dokumen deposito sebesar nilai yang tertera di general ledger sebagai bukti pendukung auditor.
Melakukan Prosedur Subtantif atas Akun Biaya Dibayar Dimuka (Prepaid expense) Penulis diberikan kepercayaan untuk membuat working paper atas akun prepaid expense selama proses audit. Pada akun prepaid expense penulis meminta perhitungan prepaid expense klien, setelah itu penulis melakukan perhitungan ulang atas akun prepaid expense tersebut untuk memastikan bahwa perhitungan yang dilakukan klien telah benar dan nominal telah sesuai dengan pencatatan perusahaan di dalam general ledger.
Melakukan Prosedur Subtantif atas Akun Aset Tetap (Fixed assets) Penulis diberikan kepercayaan untuk membuat working paper atas akun aset tetap selama proses audit. prosedur yang penulis lakukan sehubungan dengan prosedur subtantif dari akun aset tetap adalah : Meminta detail fixed assets kepada klien untuk membantu auditor melakukan prosedur audit terhadap aset tetap. Membuat perhitungan penyusutan aset tetap perusahaan sesuai dengan data yang terdapat didalam detail fixed assets yang telah diberikan oleh klien ke auditor. Selama proses audit berlangsung ternyata terdapat perubahan masa Universitas Indonesia
Audit atas ..., Florensia Riama, FE UI, 2013
6
manfaat terhadap aset tetap perusahaan dan penulis melakukan perhitungan ulang atas penyusutan aset tetap sesuai dengan perhitungan prospektif. Melakukan vouching dokumen pendukung atas penambahan aset tetap untuk memastikan keberadaan dan keakuratan data, maupun tanggal pengakuan aset serta tanggal dimulainya penyusutan.
Berawal dari prosedur perhitungan penyusutan aset tetap, penulis mengetahui banyak hal mengenai aset tetap perusahaan PT FRS. Hal ini sangat menarik perhatian penulis untuk menjadikan prosedur audit atas akun aset tetap sebagai bahasan utama dalam laporan ini.
Membuat Surat Pernyataan Management (SPM) Penulis membuat SPM untuk klien yang ditujukan untuk menyatakan pendapat apakah laporan keuangan telah menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas Perusahaan sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia.
Membuat Draft Report Selama kurang lebih 2 (dua) minggu, penulis membantu senior auditor dalam membuat Draft laporan keuangan yang nantinya akan diberikan kepada PT. FRS. Penulis juga melakukan penyusunan (filing) terhadap working paper dan supporting document yang terkait dengan fieldwork audit PT. FRS.
1.4.3. PT ABC Penugasan ketiga adalah PT ABC, sebuah peusahaan manufaktur yang bergerak di bidang furniture dan pakaian yang identik dengan nuansa batik. Penulis ditugaskan untuk membuat worksheet PT ABC, serta melakukan vouching atas beban-beban yang terdapat di dalam laporan keuangan perusahaan. Jumlah yang di-vouch adalah 80% dari total masing-masing akun yang di-vouch. Kemudian penulis mengambil sampel nilai yang paling besar dari akun-akun yang telah divouch sebagai bukti pendukung auditor. Universitas Indonesia
Audit atas ..., Florensia Riama, FE UI, 2013
7
1.5 Latar Belakang Tema Informasi dalam laporan keuangan perusahaan bernilai sangat penting dalam proses pengukuran dan penilaian kinerja perusahaan serta bermanfaat dalam pengambilan keputusan. Banyak pihak seperti manajemen, pemegang saham, kreditur, pemerintah dan lain-lainnya yang berkepentingan dengan laporan keuangan. Oleh karena itu, semua pihak berharap agar penyajian nilai akun dalam laporan keuangan dapat diyakini dengan pemeriksaan yang dilakukan oleh pihak independen, dalam hal ini adalah auditor.
Aset tetap merupakan salah satu aspek yang penting dalam perusahaan. Karena menurut PSAK 16 (Revisi 2011), aset tetap adalah aset berwujud yang dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa untuk direntalkan kepada pihak lain, atau untuk tujuan administratif dan diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode. Pada perusahaan, aset tetap merupakan bagian yang cukup penting untuk aktivitas perusahaan sehari-hari yang digunakan dalam menunjang kegiatan operasional perusahaan. Oleh karena itu, penting dilakukan pemeriksaan atas penyajian akun ini dalam laporan keuangan perusahaan untuk memastikan apakah telah disajikan dengan memenuhi penyajian akun aset tetap dan konsisten oleh manajemen. 1.6 Ruang Lingkup Penulisan Laporan Magang Ruang lingkup penulisan laporan magang ini adalah menjelaskan sistem akuntansi terkait akun aset tetap di PT FRS, Prosedur KAP DHY dalam melakukan audit atas akun aset tetap PT FRS pada periode Desember 2012, pembahasan dari sudut pandang penulis. Selain itu, penulis juga akan membahas mengenai beberapa temuan terkait penyusutan aset tetap PT FRS di periode Desember 2012.
1.7 Tujuan Penulisan Laporan Magang Berdasarkan ruang lingkup, tujuan penulisan laporan magang ini adalah : 1. Untuk memaparkan dan menganalisis kebijakan akuntansi atas aset tetap, 2. Untuk memaparkan dan menganalisis prosedur audit KAP DHY, 3. Untuk menganalisis temuan audit. Universitas Indonesia
Audit atas ..., Florensia Riama, FE UI, 2013
8
1.8 Sistematika Penulisan Laporan Magang Penulisan laporan magang ini dilakukan dengan lima tahap diantaranya adalah : I.
BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini, penulis menjelaskan mengenai latar belakang pelaksaan program magang, tujuan pelaksaan program magang, tempat dan waktu pelaksanaan magang, latar belakang tema, pelaksaan kegiatan magang, ruang lingkup penulisan laporan magang, dan sistematika penulisan laporan magang. Bab pendahuluan memberikan gambaran umum mengenai isi laporan magang.
II.
BAB 2 LANDASAN TEORI Bab ini membahas secara singkat teori-teori dasar, serta teori-teori yang relevan lainnya yang digunakan penulis agar dapat menyusun laporan magang dengan baik, seperti PSAK (Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan) terkait dengan pencatatan, pengungkapan, perolehan, serta penyusutan aste tetap, dan prosedur audit atas aset tetap.
III.
BAB 3 GAMBARAN UMUM TEMPAT MAGANG Bab ini akan memberikan gambaran dan keterangan mengenai KAP DHY selaku tempat penulis melaksanakan laporan magang dan PT FRS selaku perusahaan yang merupakan sumber penulisan laporan magang ini.
IV.
BAB 4 PEMBAHASAN DAN ANALISIS Bab ini akan berisi pembahasan mendalam mengenai sistem akuntansi aset tetap PT FRS, prosedur audit atas aset tetap yang dilakukan tim audit terhadap PT FRS pada periode 31 Desember 2012, dan menjelaskan temuan yang penulis temukan saat mengaudit PT FRS. Penulis juga akan melakukan analisis terkait aset tetap PT FRS.
V.
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini mencakup kesimpulan atas hasil pembahasan dan analisis yang telah disajikan di bab sebelumnya. Penulis juga memberikan saran terkait dengan PT FRS dan KAP DHY sebatas pandangan dan pengalaman penulis selama melaksanakan program magang.
Universitas Indonesia
Audit atas ..., Florensia Riama, FE UI, 2013
BAB 2 LANDASAN TEORI
Pada bab ini penulis akan menjelaskan teori-teori yang dipakai dalam penulisan laporan magang. Dimulai dari definisi aset tetap secara umum, biaya perolehan aset tetap, biaya setelah perolehan awal aset tetap, pengukuran, penyusutan beserta penjelasan tentang perubahan estimasi masa manfaat, pelepasan, dan juga pengungkapan terhadap aset tetap. Penulis juga akan menjelaskan teori tentang pengendalian internal, dan juga penjelasan teori tentang audit atas akun aset tetap, yang terlebih dahulu penulis ingin menjelaskan definisi audit secara umum dalam proses audit suatu perusahaan. Dalam bab ini, penulis juga akan menguraikan dengan jelas pengujian audit atas akun aset tetap yang akan dilakukan oleh seorang auditor. 2.1 Akuntansi Atas Akun Aset Tetap Perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasionalnya tentu harus memiliki aset tetap. Keberadaan aset tetap tersebut diharapkan dapat memberikan pendapatan bagi perusahaan di masa sekarang dan masa mendatang. Oleh sebab itu, penting bagi seorang auditor untuk mengetahui akuntansi atas akun aset tetap.
2.1.1 Definisi Aset Tetap Menurut Kieso, Weygandt, dan Warfield (2011) dan berdasarkan
PSAK 16
(revisi 2011), mendefinisikan aset tetap sebagai aset berwujud yang dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau menghasilkan barang atau jasa, dapat direntalkan kepada pihak lain, atau untuk tujuan administratif dan suatu aset tetap diharapkan akan digunakan selama lebih dari satu periode.
Menurut Firdaus A. Dunia (2005), aset tetap didefinisikan sebagai aset yang diperoleh untuk digunakan dalam kegiatan perusahaan untuk jangka waktu lebih dari satu tahun, tidak dimaksudkan untuk dijual kembali dalam kegiatan normal perusahaan, dan merupakan pengeluaran yang nilainya besar atau material. 9
Audit atas ..., Florensia Riama, FE UI, 2013
Universitas Indonesia
10
2.1.2 Biaya Perolehan Aset Tetap PSAK 16 (revisi 2011), menyatakan bahwa biaya perolehan aset tetap harus diakui sebagai aset jika memenuhi prinsip dibawah ini, yaitu : a. Kemungkinan besar perusahaan akan memperoleh manfaat ekonomis di masa depan dari aset tersebut, dan b. Biaya perolehan aset dapat diukur secara andal.
Prinsip diatas harus dapat diterapkan pada semua biaya perolehan aset tetap. Biaya perolehan aset tetap meliputi biaya awal untuk memperoleh aset tetap dan biaya-biaya selanjutnya yang timbul untuk menambah, mengganti atau memperbaiki aset tetap.
PSAK 16 (revisi 2011), menyebutkan bahwa suatu aset yang memenuhi kualifikasi untuk diakui sebagai aset tetap, pada awalnya harus diukur sebesar biaya perolehan aset tetap, meliputi : a. Harga perolehan, termasuk bea impor dan pajak pembelian yang tidak boleh dikreditkan setelah dikurangi diskon pembelian dan potonganpotongan lain, b. Biaya yang dikeluarkan untuk membawa aset ke tempat tujuan sampai aset tersebut siap untuk digunakan. Sebagai contoh biaya pengiriman, biaya pemasangan, dan biaya pengujian aset, dan c. Estimasi awal biaya pembongkaran dan pemindahan aset tetap dan restorasi lokasi aset. Kewajiban atas biaya tersebut timbul ketika aset diperoleh atau karena perusahaan menggunakan aset tersebut selama periode tertentu untuk tujuan lain bukan untuk menghasilkan persediaan.
Selanjutnya, metode biaya mengharuskan perusahaan mencatat aset tetap pada harga perolehan. Harga perolehan tersebut terdiri dari semua pengeluaran yang dibutuhkan untuk memperoleh aset hingga siap digunakan. Secara lebih jelas, Kieso, Weygent, dan Warfield (2011), menjelaskan mengenai biaya perolehan pada tanah, bangunan, dan peralatan yaitu :
Universitas Indonesia
Audit atas ..., Florensia Riama, FE UI, 2013
11
a. Biaya Aset Tetap berupa Tanah Biaya perolehan atas tanah adalah semua pengeluaran untuk mendapatkan tanah dan membuatnya hingga siap untuk digunakan. Biaya tanah biasanya mencakup, harga pembelian, biaya pindah tangan (seperti biaya notaris), biaya perolehan hak atas tanah dan bangunan, biaya pengacara, biaya yang dikeluarkan untuk mempersiapkan tanah hingga siap digunakan (seperti meratakan, menimbun, mengosongkan, dan membersihkan), biaya yang terkait hipotek tanah, dan biaya lain yang terkait dalam perbaikan nilai tanah. Ketika tanah tersebut dibeli untuk tujuan membangun sebuah bangunan, maka tanah akan dicatat sebagai investasi, dan jika tanah tersebut dibeli untuk kemudian dijual kembali, maka tanah akan dicatat sebagai persediaan. b. Biaya Aset Tetap berupa Bangunan Biaya perolehan atas bangunan adalah semua pengeluaran yang berhubungan secara langsung dengan akuisisi atau konstruksinya. Untuk aset yang dibangun, maka biaya-biaya tersebut umumnya mencakup bahan baku pembangunan, tenaga kerja, biaya overhead yang terjadi selama pembangunan, honor profesional dan biaya perizinan mendirikan bangunan. Sementara, untuk biaya yang terkait dengan bangunan namun tidak berhubungan secara langsung, seperti biaya promosi dan administratif, tidak dapat dikatakan biaya perolehan bangunan, dan tidak dapat dikapitalisasi. c. Biaya Aset Tetap berupa Peralatan Peralatan yang dimaksud didalam akuntansi meliputi peralatan yang digunakan dalam pengiriman, peralatan kantor, mesin, perabotan dan perkakas, peralatan pabrik dan aset tetap sejenis lainnya. Biaya perolehan dari jenis aset semacam ini termasuk biaya untuk membeli dan mempersiapkan peralatan hingga siap digunakan. Biaya-biaya tersebut mencakup harga pembelian, biaya pengiriman, asuransi selama dalam perjalanan, biaya pemasangan, serta biaya yang dikeluarkan selama masa percobaan peralatan tersebut. Jika dalam proses pemasangan peralatan tersebut, terdapat item yang diproduksi (misalnya berupa sampel) dari Universitas Indonesia
Audit atas ..., Florensia Riama, FE UI, 2013
12
peralatan yang bersangkutan, dan item tersebut dijual, maka hasil penjualan akan mengurangi biaya perolehan peralatan.
2.1.3
Biaya Setelah Perolehan Awal Aset Tetap
Setelah suatu aset siap untuk digunakan, kadang terdapat biaya-biaya yang muncul terkait dengan aset tersebut, seperti biaya perbaikan hingga penambahan aset. Perusahaan kemudian akan menentukan apakah biaya tersebut dapat dicatat dalam aset tetap yang bersangkutan.
Masalah yang sering muncul adalah untuk menentukan apakah suatu pengeluaran diperlakukan sebagai aset (dikapitalisasi) atau sebagai beban dan langsung dibebankan saat terjadinya. Untuk menentukan hal ini, kriteria yang digunakan untuk setiap perusahaan umumnya memiliki perbedaan, tergantung batasan nilai yang ditetapkan sebagai batas kapitalisasi. Namun, secara umum dasar yang dapat digunakan adalah PSAK 16 (revisi 2011) paragraf 12 dan 13.
Dalam paragraf 12 menyatakan bahwa : “Sesuai dengan prinsip pengakuan dalam paragraf 07, Perusahaan tidak boleh mengakui biaya perawatan sehari-hari aset tetap sebagai bagian dari aset bersangkutan. Biaya-biaya ini diakui dalam laba rugi saat terjadinya. Biaya perawatan sehari-hari terutama terdiri atas biaya tenaga kerja dan bahan habis pakai (consumables) termasuk di dalamnya suku cadang. Pengeluaranpengeluaran untuk hal tersebut sering disebut “biaya pemeliharaan dan perbaikan aset tetap”. Dari paragraf 12, dapat disimpulkan, bahwa biaya yang telah dikeluarkan seharihari yang berhubungan dengan perawatan aset tetap, tidak dapat dikapitalisasi dan dibebankan ketika terjadinya. Kemungkinan biaya yang dimaksud adalah biaya yang sering dikeluarkan dan nominalnya tidak terlalu besar.
Kemudian, dalam paragraf 13 menyatakan bahwa : “Bagian-bagian tertentu aset tetap mungkin perlu diganti secara periodik. Contoh, tungku pembakaran perlu diganti lapisannya setelah digunakan sekian jam, demikian juga interior pesawat terbang seperti tempat duduk dan dapur perlu diperbarui beberapa kali sepanjang umur rangka pesawat. Perusahaan dapat juga memperoleh komponen aset tetap tertentu untuk melakukan Universitas Indonesia
Audit atas ..., Florensia Riama, FE UI, 2013
13
penggantian yang tidak terlalu sering dilakukan, seperti mengganti dinding interior suatu bangunan, atau melakukan suatu penggantian yang tidak berulang. Sesuai dengan prinsip pengakuan dalam paragraf 07, Perusahaan mengakui biaya penggantian komponen suatu aset dalam jumlah tercatat aset saat biaya itu terjadi jika pengeluaran tersebut memenuhi kriteria untuk diakui sebagai bagian dari aset. Jumlah tercatat komponen yang diganti tersebut tidak lagi diakui apabila telah memenuhi ketentuan penghentian pengakuan”. Dari paragraf 13, dapat disimpulkan, bahwa jika suatu biaya dapat dikapitalisasi biaya tersebut harus memenuhi syarat seperti yang tercantum pada paragraf 7 PSAK 16 (revisi 2011).
2.1.4 Pengukuran Aset Tetap Berdasarkan PSAK 16 (revisi 2011), Setelah diakui sebagai aset, maka suatu Perusahaan harus melakukan pengukuran atas aset tetap tersebut. Perusahaan dapat memilih salah satu dari model di bawah ini, sebagai kebijakan akuntansinya dan menerapkan kebijakan tersebut : 1.
Cost Model Menyatakan bahwa pada model biaya setelah diakui sebagai aset, suatu aset tetap akan dicatat sebesar biaya perolehan dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai aset.
2.
Revaluation Model Menyatakan bahwa pada model revaluasi setelah diakui sebagai aset, suatu aset tetap yang nilai wajarnya dapat diukur secara andal harus dicatat pada jumlah revaluasian, yaitu nilai wajar pada tanggal revaluasi dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai yang terjadi setelah tanggal revaluasi. Revaluasi harus dilakukan secara teratur untuk memastikan, bahwa jumlah tercatat tidak berbeda secara material dari jumlah yang ditentukan dengan menggunakan nilai wajar pada akhir periode pelaporan.
Frekuensi revaluasi tergantung perubahan nilai wajar dari suatu aset tetap yang direvaluasi. Jika nilai wajar dari aset yang direvaluasi berbeda secara material dari jumlah tercatatnya, maka revaluasi lanjutan perlu dilakukan. Universitas Indonesia
Audit atas ..., Florensia Riama, FE UI, 2013
14
Beberapa aset tetap mengalami perubahan nilai wajar secara signifikan dan fluktuatif, sehingga perlu direvaluasi secara tahunan. Revaluasi tahunan seperti itu tidak perlu dilakukan apabila perubahan nilai wajar tidak signifi kan. Namun demikian, aset tersebut mungkin perlu direvaluasi setiap tiga atau lima tahun sekali.
Ketika aset meningkat akibat revaluasi Kenaikan tersebut diakui dalam pendapatan komprehensif lain dan terakumulasi dalam ekuitas pada bagian surplus revaluasi. Namun, kenaikan tersebut harus diakui dalam laba rugi hingga sebesar jumlah penurunan nilai aset akibat revaluasi yang pernah diakui sebelumnya dalam laba rugi.
Ketika aset turun akibat revaluasi Penurunan tersebut diakui dalam laba rugi. Namun, penurunan nilai tercatat diakui dalam pendapatan komprehensif lain selama penurunan tersebut tidak melebihi saldo kredit surplus revaluasi untuk aset tersebut. Penurunan nilai yang diakui dalam pendapatan komprehensif lain mengurangi akumulasi dalam ekuitas pada bagian surplus revaluasi.
Menurut Kieso, weygant, dan Warfield (2011), dalam melakukan pencatatan aset tetap, umumnya suatu perusahaan menggunakan model biaya. Model biaya mengukur harga perolehan aset termasuk biaya pengadaan aset hingga aset tetap berada pada tempat pemakaian dan siap untuk digunakan. Aset tetap akan diakui ketika biaya perolehan dapat diukur dengan andal dan perusahaan mendapatkan keuntungan ekonomis dimasa mendatang. Perusahaan lebih banyak menggunakan model biaya, dengan alasan lebih mudah digunakan dan membutuhkan biaya yang lebih rendah, karena tidak membutuhkan jasa penilai aset tetap (yang dibutuhkan dalam model revaluasi).
Universitas Indonesia
Audit atas ..., Florensia Riama, FE UI, 2013
15
2.1.5 Penyusutan Aset tetap 2.1.5.1 Definisi Penyusutan Aset Tetap Menurut PSAK 16 (revisi 2011), mendefinisikan penyusutan sebagai alokasi sistematis jumlah yang dapat disusutkan dari suatu aset selama umur masa manfaatnya. Untuk aset tetap, harus diperhatikan bahwa jika dalam aset tetap terdapat komponen yang memiliki biaya perolehan cukup signifikan, terhadap total biaya perolehan seluruh aset harus disusutkan secara terpisah. Beban penyusutan tersebut nantinya akan diakui dalam laporan laba rugi pada setiap periode.
Menurut Kieso, Weygandt, dan Warfield (2011), mendefinisikan Penyusutan sebagai suatu proses pengalokasian biaya aset tetap menjadi beban dengan cara yang sistematis dan rasional selama periode yang diharapkan mendapat manfaat dari penggunaan aset tersebut.
Menurut PSAK 16 (revisi 2011), aset terhitung mulai disusutkan ketika aset tersebut berada pada kondisi siap digunakan sesuai dengan keinginan manajemen. Penyusutan aset dapat dihentikan lebih awal ketika aset tersebut diklasifikasikan sebagai aset yang dimiliki untuk dijual, ataupun ketika aset yang bersangkutan dihentikan pengakuannya. Berikut ini adalah hal-hal yang harus diperhatikan dalam menghitung penyusutan aset tetap :
Jumlah yang dapat disusutkan Menurut PSAK 16 (revisi 2011), Jumlah yang dapat disusutkan adalah biaya perolehan aset, atau jumlah lain yang merupakan pengganti biaya perolehan, dikurangi nilai residunya. Kieso, Weygant, dan Warfield (2011), menyebutkan bahwa dalam praktek nyata, umumnya perusahaan tidak mengalokasikan nilai residu (nilai residu sama dengan nol). Namun, untuk beberapa aset yang memiliki umur yang panjang, nilai residu dapat bernilai cukup substansial.
Umur manfaat (usefull life) PSAK 16 (revisi 2011), mendefinisikan umur manfaat (useful life) sebagai periode suatu aset yang diharapkan dapat digunakan oleh Perusahaan, atau Universitas Indonesia
Audit atas ..., Florensia Riama, FE UI, 2013
16
dapat pula didefinisikan sebagai jumlah produksi atau unit serupa yang diharapkan akan diperoleh dari aset tersebut oleh Perusahaan. Umur manfaat suatu aset ditentukan berdasarkan kegunaan yang diharapkan oleh Perusahaan, dimana dalam penentuannya Perusahaan mengestimasi dan mempertimbangkan berdasarkan pengalaman Perusahaan terhadap aset serupa.
Metode penyusutan PSAK 16 (revisi 2011), mengatakan bahwa berbagai metode penyusutan dapat digunakan untuk mengalokasikan jumlah yang disusutkan secara sistematis dari suatu aset selama umur manfaatnya. Metode manapun yang akan dipilih, konsistensi dalam penggunaannya adalah perlu, tanpa memandang
tingkat
profitabilitas
perusahaan
dan
pertimbangan
perpajakan, agar dapat menyediakan daya banding hasil operasi perusahaan dari periode ke periode. Kecuali perubahan keadaan yang memberi alasan atau dasar suatu perubahan metode. Dalam suatu periode akuntansi di mana metode penyusutan berubah, perubahan harus dikuantifikasikan dan harus diungkapkan.
Berbagai metode penyusutan dapat digunakan perusahaan dalam aset tetap yang dimiliki secara sistematis selama masa manfaat aset itu berlangsung. Menurut PSAK 16 (revisi 2011), metode penyusutan yang digunakan, yaitu : 1. Metode Garis Lurus (Straight LineMethod) Metode ini akan menghasilkan pembebanan yang tetap selama umur manfaat aset tetap jika nilai residunya tidak berubah. 2. Metode saldo menurun (Diminishing balance method) Metode ini akan menghasilkan beban penyusutan yang terus menurun selama umur manfaat aset. 3. Metode jumlah unit (Sum of the unit method) Metode ini akan menghasilkan pembebanan berdasarkan pada penggunaan atau output yang diharapkan dari suatu aset.
Universitas Indonesia
Audit atas ..., Florensia Riama, FE UI, 2013
17
Sedangkan, menurut Kieso, Weygandt, dan Warfield (2011), metode penyusutan yang digunakan oleh perusahaan, yaitu : 1. Metode aktivitas (Activity method) Metode ini akan menghasilkan pembebanan berdasarkan penggunaaan atau produktivitas dan bukan dari berlalunya waktu. 2. Metode Garis Lurus (Straight LineMethod) Metode ini akan menghasilkan pembebanan yang tetap selama umur manfaat aset tetap jika nilai residunya tidak berubah. 3. Dimishing charge method :
Metode jumlah angka tahun (Sum of the years digits method) Metode ini akan menghasilkan beban penyusutan yang menurun berdasarkan pecahan yang menurun dari biaya yang dapat disusutkan (biaya awal dikurangi nilai sisa).
Metode saldo menurun (Declaning balance method) Metode ini menyediakan penyusutan yang lebih tinggi pada tahun awal dan beban yang lebih rendah pada periode mendatang.
Metode penyusutan yang digunakan untuk aset tetap harus di-review minimum setiap tahun oleh manajemen. Oleh sebab itu, jika terjadi perubahan yang signifikan, misalnya perubahan masa manfaat, metode penyusutan yang sebelumnya, harus diubah untuk mencerminkan perubahan yang signifikan.
2.1.5.2 Perubahan Estimasi Masa Manfaat Menurut Kieso, Weygandt, dan Warfield (2011), Perubahan estimasi akuntansi di suatu perusahaan, umumnya akan berubah apabila terjadi peristiwa baru, seperti diperlukannya pengalaman yang banyak atau karena diperolehnya informasi tambahan. Sebagai contoh adalah perubahan estimasi masa manfaat aset tetap yang dapat disusutkan. Perubahan estimasi masa manfaat yang terjadi harus diterapkan sesuai dengan PSAK 25 (revisi 2009).
Kieso, Weygandt, dan Warfield (2011), menyatakan bahwa perubahan estimasi yang terjadi pada suatu perusahaan harus ditangani secara prospektif, karena jika Universitas Indonesia
Audit atas ..., Florensia Riama, FE UI, 2013
18
perusahaan menghitung perubahan estimasi tersebut secara prospektif, tidak ada perubahan yang harus dibuat di dalam hasil yang dilaporkan perusahaan sebelumnya. Saldo awal di periode terjadinya perubahan tersebut tidak perlu disesuaikan, laporan keuangan di periode sebelumnya juga tidak perlu dilaporkan. Oleh sebab itu, pengaruh dari semua perubahan estimasi yang terjadi diperhitungkan pada periode perubahan, jika perubahan itu hanya mempengaruhi periode bersangkutan atau perubahan estimasi dapat diperhitungkan juga pada periode perubahan dan periode di masa mendatang, jika perubahan tersebut mempengaruhi keduanya. Akibatnya perubahan estimasi dipandang sebagai koreksi atau penyesuaian normal yang berulang, maka perlakuan retroaktif dilarang didalam perubahan estimasi. Jika perubahan estimasi ditangani atas dasar retroaktif, atau atas dasar pengaruh kumulatif, maka penyesuaian yang terus menerus terhadap laba tahun sebelumnya akan harus dilakukan. Hal ini dipandang cukup tepat untuk menerima pendapat bahwa, karena munculnya kondisi atau situasi baru, maka revisi yang sesuai harus dilakukan terhadap situasi baru dan harus ditangani dalam periode berjalan serta di masa depan (prospektif).
2.1.6 Penurunan Nilai Menurut PSAK 16 (revisi 2011), dalam menentukan apakah suatu aset tetap mengalami penurunan nilai, entitas menerapkan PSAK 48 (revisi 2009) tentang penurunan nilai aset. Pernyataan tersebut menjelaskan bagaimana entitas mereview jumlah tercatat asetnya, bagaimana menentukan jumlah terpulihkan dari aset dan kapan mengakui atau membalik rugi penurunan nilai. Penurunan nilai harus di-review dengan mempertimbangkan informasi baik dari sumber internal (misalnya perubahan kinerja) atau dari sumber eksternal (misalnya perubahan peraturan tentang lingkungan). Jika indikator penurunan nilai muncul, maka harus dilakukan uji penurunan nilai (impairment test).
Pengujian ini dilakukan dengan cara membandingkan jumlah tercatat (carrying amount) dan jumlah yang dapat diperoleh kembali (recoverable amount). Jumlah tercatat (carrying amount) adalah nilai yang disajikan dalam neraca setelah dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai, sedangkan Universitas Indonesia
Audit atas ..., Florensia Riama, FE UI, 2013
19
jumlah yang dapat diperoleh kembali (recoverable amount) adalah nilai yang lebih tinggi antara harga jual neto (fair value less cost to sell) dan nilai pakai (value in use) suatu aset. Jika jumlah tercatat lebih kecil daripada jumlah yang dapat diperoleh kembali maka tidak terjadi penurunan nilai. Sebaliknya jika jumlah tercatat lebih besar daripada jumlah yang dapat diperoleh kembali maka terjadi kerugian atas penurunan nilai. Kerugian atas penurunan nilai ini diklasifikasikan kedalam akun pendapatan dan beba lain-lain dalam laporan laba rugi.
2.1.7 Pelepasan Aset Tetap Menurut PSAK 16 (revisi 2011), Pelepasan aset tetap merupakan kegiatan pengurangan atau penghentian pengakuan sejumlah aset yang dilakukan perusahaan karena berbagai alasan. Pelepasan suatu aset oleh perusahaaan biasanya disebabkan oleh habisnya masa manfaat dari aset tetap tersebut atau perusahaan mengganti dengan aset yang baru karena aset lama sudah tidak sesuai lagi dengan operasi perusahaan dan sudah tidak dapat memberikan manfaat yang diinginkan. Pertimbangan efisiensi telah menjadi acuan penting dalam memutuskan kebijakan aset.
Menurut PSAK 16 (revisi 2011), terdapat pada paragraf 67 menyatakan bahwa jumlah tercatat aset tetap dihentikan pengakuannya pada saat : a.
Dilepas, dan
b.
Ketika tidak terdapat lagi manfaat ekonomis masa depan yang diharapkan dari penggunaan atau pelepasannya.
2.1.8 Pengungkapan Aset Tetap Beberapa hal yang disyaratkan PSAK 16 (revisi 2011), untuk diungkapkan dalam laporan keuangan setiap kelompok aset tetap, yaitu : a. Dasar pengukuran yang digunakan dalam menentukan jumlah tercatat bruto, b. Metode penyusutan yang digunakan, c. Umur manfaat atau tarif penyusutan yang digunakan, Universitas Indonesia
Audit atas ..., Florensia Riama, FE UI, 2013
20
d. Jumlah tercatat bruto dan akumulasi penyusutan (dijumlahkan dengan akumulasi rugi penurunan nilai) pada awal dan akhir periode, dan e. Rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir periode yang menunjukkan : -
Penambahan,
-
Aset diklasifikasi sebagai tersedia untuk dijual atau termasuk dalam kelompok pelepasan yang diklasifikasikan sebagai tersedia untuk dijual sesuai PSAK 58 (revisi 2009). Aset Tidak Lancar yang dimiliki untuk dijual dan operasi yang dihentikan dan pelepasan lainnya,
-
Akuisisi melalui kombinasi bisnis,
-
Peningkatan atau penurunan akibat dari revaluasi sesuai paragraf 31, 39, dan 40 serta dari rugi penurunan nilai yang diakui atau dijurnal balik dalam pendapatan komprehensif lain sesuai PSAK No. 48 (revisi 2009): Penurunan Nilai Aset,
-
Rugi penurunan nilai yang diakui dalam laba rugi sesuai PSAK 48.
-
Rugi penurunan nilai yang dijurnal balik dalam laba rugi sesuai PSAK 48,
-
Penyusutan, dan
-
selisih nilai tukar neto yang timbul dalam penjabaran laporan keuangan dari mata uang fungsional menjadi mata uang pelaporan yang berbeda, termasuk penjabaran dari kegiatan usaha luar negeri menjadi mata uang pelaporan dari Perusahaan pelapor dan perubnahan lainnya.
Pemilihan metode penyusutan dan estimasi umur manfaat aset adalah hal-hal yang sangat memerlukan pertimbangan. Oleh karena itu, pengungkapan metode yang digunakan dan estimasi umur manfaat atau tarif penyusutan memberikan informasi bagi pengguna laporan keuangan dalam me-review kebijakan yang dipilih manajemen dan memungkinkan perbandingan dengan perusahaan lain. Oleh sebab itu, untuk alasan yang serupa juga perlu diungkapkan: a. Penyusutan, apakah diakui dalam laba rugi atau diakui sebagai bagian dari biaya perolehan aset lain, selama suatu periode, dan Universitas Indonesia
Audit atas ..., Florensia Riama, FE UI, 2013
21
b. Akumulasi penyusutan pada akhir periode.
2.2 Pengendalian Internal 2.2.1 Definisi Pengendalian Internal menurut Arens et al., (2009), suatu sistem pengendalian internal terdiri dari kebijakan dan prosedur yang dibuat untuk memberikan manajemen jaminan yang wajar, bahwa perusahaan telah mencapai tujuan dan sasarannya. Menurut Romney dan Steinhart (2012), pengendalian internal adalah rencana organisasi dan metode bisnis yang digunakan untuk menjaga aset, memberikan informasi yang akurat dan handal, mendorong dan memperbaiki efisiensi jalannya organisasi, serta mendorong kesesuaian dengan kebijakan yang telah ditetapkan. 2.2.2 Komponen Pengendalian Internal Menurut Romney, dan Steinbart (2012), kerangka pengendalian internal yang banyak dipakai adalah kerangka pengendalian internal yang di kembangkan oleh Commitee of Sponsoring Organizations of the Treadway Commission (COSO). Kerangka pengendalian internal ini banyak dipakai oleh perusahaan-perusahaan sekarang. Lima komponen model pengendalian internal COSO yang saling berhubungan adalah : 1. Pengendalian Lingkungan (control environment) Pengendalian Lingkungan terdiri dari tindakan kebijakan dan prosedur yang mencerminkan semua tingkah laku dari manajemen atas, direktur, dan pemilik perusahaan tentang pengendalian internal dan pentingnya pengendalian internal terhadap sebuah perusahaan. Pengendalian lingkungan terdiri dari faktor-faktor berikut ini : a. Integritas dan nilai etika, b. Filosofi pihak manajemen dan gaya operasional, c. Struktur organisasi, d. Partisipasi Dewan Direktur, Komisaris, ataupun Komite Audit, e. Metode untuk memberikan otoritas dan tanggung jawab, f. Kebijakan dan praktek sumber daya manusia, dan g. Pengaruh-pengaruh eksternal. Universitas Indonesia
Audit atas ..., Florensia Riama, FE UI, 2013
22
2. Aktivitas Pengendalian (control activities) Aktivitas pengendalian, yang merupakan kebijakan dan peraturan yang membantu perusahaan untuk menyediakan keyakinan atas pentingnya tindakan yang diambil dalam menangani risiko. Secara umum, Aktivitas pengendalian internal terkait aset tetap yang dilakukan oleh auditor adalah : Pemisahan tugas (separation of duties). Pemisahan tugas antara yang melakukan otorisasi dan yang melakukan pembayaran atau yang melakukan pencatatan harus dilakukan dalam transaksi terkait aset tetap. Hal ini harus dilakukan untuk mencegah kecurangan yang mungkin saja terjadi mengingat jumlah aset tetap yang cukup material.
Otorisasi transaksi dan kegiatan yang memadai (proper authorization of transaction and activities). Dalam pengendalian aset tetap, otorisasi yang tepat sangat diperlukan mengingat transaksi ini biasanya bernilai material. Persetujuan untuk pembelian dan penjualan aset tetap biasanya dilakukan oleh berbagai tingkatan manajemen, tergantung pada jenis dan nilai aset tetap yang bersangkutan.
Dokumen dan catatan yang memadai (adequate dicuments and records). Dalam pengendalian aset tetap perlu dilakukan pendokumentasian yang layak dan memadai, melalui pembuatan buku-buku tambahan atau daftar aset tetap, agar setiap aset tetap memiliki catatan tersendiri. Selain itu, diperlukan juga kebijakan akuntansi atas aset tetap secara tertulis terkait penambahan, pelepasan dan sebagainya.
Pengendalian fisik terhadap aset dan dokumen (physical control over assets and records). Pengendalian fisik terhadap aset tetap dengan melakukan cek fisik atas aset tetap, serta pengendalian atas dokumen persetujuan atas transaksi aset tetap yang hanya dimiliki oleh pihak yang berwenang.
Universitas Indonesia
Audit atas ..., Florensia Riama, FE UI, 2013
23
3. Penilaian Risiko (Risk Assesment) Penilaian risiko merupakan proses identifikasi manajemen dan analisa terhadap risiko yang relevan terhadap pembuatan laporan keuangan dan sesuai dengan peraturan akuntansi yang berlaku umum. Penilaian risiko ini dilakukan oleh manajemen perusahaan, penilaian yang dilakukan seperti menilai kemungkinan adanya risiko, menilai apakah risiko yang ada akan berpengaruh secara signifikan terhadap perusahaan, dan membuat tindakan untuk menghambat atau mengurangi risiko tersebut.
4. Informasi dan komunikasi (information and communication) Sistem informasi akuntansi bertujuan untuk mencatat, memproses dan melaporkan transaksi perusahaan dan untuk memelihara akuntabilitas dari aset yang terkait.
5. Pengawasan (monitoring) Pengawasan
merupakan
aktivitas
secara
berkala
terhadap
kualitas
pengendalian internal oleh manajemen, untuk menentukan apakah bisa dimodofikasi dengan layak jika kondisi mengalami perubahan. Pengawasan atas aset tetap bisa dilakukan dengan cara melakukan observasi terhadap aset tetap tersebut.
2.3 Pengauditan 2.3.1 Auditing Secara Umum Menurut Arens et al., (2009), mendefinisikan auditing sebagai proses pengumpulan dan pengevaluasian bukti-bukti tentang informasi yang dapat diukur, untuk menentukan dan melaporkan tingkat kesesuaian informasi tersebut dengan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan. Proses auditing ini dilaksanakan oleh seorang yang kompeten dan independen.
Informasi yang dimaksud dalam definisi diatas harus tersedia dalam bentuk yang dapat diverifikasi agar dapat dibandingkan dengan standar serta dievaluasi oleh auditor. standar kriteria juga dapat bervariasi , tergantung dengan informasi yang Universitas Indonesia
Audit atas ..., Florensia Riama, FE UI, 2013
24
sedang diaudit. Untuk audit laporan keuangan misalnya, standar yang digunakan adalah prinsip-prinsip akuntansi yang berlakaku umum di indonesia. Untuk audit pengendalian internal, standar yang dapat digunakan adalah kerangka kerja yang sudah diakui untuk mengembangkan pengendalian internal, seperti kerangka kerja yang dikeluarkan committee of sponsoring organization (COSO).
Proses Audit secara Umum Menurut Arens et al., (2009), Proses audit merupakan suatu metodologi yang digunakan untuk mengorganisir suatu audit dan menyakinkan bahwa tujuan audit terpenuhi dan bukti-bukti yang dikumpulkan adalah cukup dan kompeten. Berikut ini adalah tahapan proses audit yaitu :
Gambar 2.1 Empat Langkah Dalam Proses Audit
(Sumber : Arens et al., (2009)
2.3.2 Audit atas Aset Tetap Aset tetap merupakan salah satu akun yang memiliki proporsi cukup signifikan dalam total aset suatu perusahaan. Audit atas aset tetap merupakan hal yang penting karena terdapat beberapa risiko terkait aset tetap, misalnya risiko salah
Universitas Indonesia
Audit atas ..., Florensia Riama, FE UI, 2013
25
saji material. Berikut ini akan disajikan teori pengauditan secara umum, termasuk teori atas prosedur audit atas aset tetap.
2.3.2.1 Tujuan Audit Terkait Aset Tetap Menurut SA seksi 110, tujuan pelaksanaan audit adalah untuk menyatakan pendapat atas kewajaran, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha serta arus kas sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum.
Ketika auditor menyakini bahwa laporan keuangan tidak disajikan secara wajar, atau jika auditor tidak dapat menarik kesimpulan karena tidak memadainya bukti, maka auditor memiliki tanggung jawab untuk menginformasikan hal ini kepada para pengguna laporan keuangan melalui laporan auditnya.
Arens et al., (2009), menyebutkan bahwa untuk setiap kelompok transaksi yang telah ditentukan, beberapa tujuan audit harus terpenuhi sebelum auditor dapat menyimpulkan bahwa transaksi tersebut telah dicatat dengan tepat dan wajar, hal Ini disebut tujuan audit terkait transaksi. Selain itu tujuan audit juga harus terpenuhi oleh masing-masing saldo akun, yang dinamakan tujuan audit terkait saldo.
Tujuan audit terkait transaksi dimaksudkan untuk memberikan kerangka dalam membantu auditor untuk mengumpulkan bahan bukti yang memadai dari setiap kelompok aset tetap. Tujuan audit terkait transaksi tersebut terdiri dari : 1. Keberadaan (existence) Tujuan audit ini membahas, apakah seluruh transaksi aset tetap yang dicatat dalam buku jurnal memang benar-benar ada pada tanggal neraca tersebut. Untuk akun aset tetap, tujuan audit ini mengimplikasikan bahwa aset tetap memang benar adanya. Prosedur yang dilakukan adalah :
Menelaah sub-ledger perolehan, general ledger, dan sub-ledger terkait aset tetap. Universitas Indonesia
Audit atas ..., Florensia Riama, FE UI, 2013
26
Menilai kewajaran dan keaslian dari dokumen faktur pembelian, laporan penerimaan, pemesanan, dan order pembelian.
Memeriksa aset tetap yang diperoleh.
2. Kelengkapan (completeness) Tujuan audit ini membahas, apakah transaksi yang seharusnya disajikan dalam laporan keuangan tekah disajikan secara keseluruhan. Untuk akun aset tetap, tujuan audit ini mengimplikasikan bahwa semua transaksi aset tetap yang seharusnya dicatat telah dicatat secara menyeluruh oleh perusahaan. Prosedur yang dilakukan adalah :
Menelusuri laporan penerimaan ke jurnal pembelian
Menelusuri faktur pembelian ke jurnal pembelian
3. Akurasi (accuracy) Tujuan audit ini untuk menentukan, apakah informasi atas transaksi perusahaan dalam laporan keuangan telah disajikan secara wajar, dan apakah yang dilaporkan telah tepat dan akurat. Untuk akun aset tetap, tujuan audit ini mengimplikasikan bahwa transaksi aset tetap yang dicatat oleh perusahaan dengan jumlah yang akurat.
Membandingkan traksaksi pada jurnal pembelian dengan faktur pembelian, laporan penerimaan dan dokumen pendukung lainnya,
mengkalkulasi ulang perhitungan dalam faktur pembelian dari vendor, termasuk diskon dan biaya pengangkutan.
4. Klasifikasi (classification) Tujuan audit ini untuk menentukan, pengklasifikasian dalam laporan keuangan, perusahaan harus mengklasifikasikan jumlah-jumlah dengan tepat, serta harus memberikan penjelasan terkait apa yang dibukukan secara jelas dan dapat dipahami oleh pengguna laporan keuangan. Untuk akun aset tetap, tujuan audit ini mengimplikasikan bahwa perusahaan telah mengklasifikasikan aset tetap secara benar. Universitas Indonesia
Audit atas ..., Florensia Riama, FE UI, 2013
27
Prosedur yang dilakukan adalah :
Membandingkan klasifikasi aset tetap dengan daftar aset tetap yang mengacu pada faktur pembelian.
5. Penetapan Waktu (timing) Tujuan audit ini untuk mengetahui, apakah suatu transaksi benar dicatat pada tanggal-tanggal saat transaksi tersebut terjadi. Untuk akun aset tetap, seperti saat pembelian dan penjualan aset tetap, tujuan audit ini untuk memastikan bahwa traksaksi aset tetap tersebut telah dicatat pada tanggal saat transaksi terjadi. Prosedur yang dilakukan adalah :
Membandingkan tanggal laporan penerimaan dan faktur pembelian dengan tanggal pada jurnal pembelian.
6. Pemindahbukuan dan Pengikhtisaran (posting and summarization) Tujuan audit ini untuk memastikan, bahwa transaksi yang dicatat telah dimasukkan dalam arsip utama dengan tepat dan telah diikhtisarkan dengan benar. Untuk akun aset tetap, tujuan audit ini untuk memastikan bahwa semua transaksi aset tetap telah dibukukan dan diikhtisarkan dengan benar. Prosedur yang dilakukan adalah :
Menguji akurasi perhitungan dengan melakukan footing jurnal dan menelusuri posting ke general ledger dan sub-ledger hutang dan aset tetap.
Sedangkan, tujuan audit terkait saldo hampir sama dengan tujuan umum audit terkait transaksi. Tujuan audit ini memberikan kerangka kerja untuk membantu auditor dalam mengumpulkan bahan bukti yang memadai terkait saldo akun aset tetap. Tujuan audit terkait dengan saldo terdiri dari : 1. Keberadaan (existence) Tujuan audit ini menentukan, apakah jumlah yang dimasukan di dalam laporan keuangan memang seharusnya dimasukan ke dalam laporan Universitas Indonesia
Audit atas ..., Florensia Riama, FE UI, 2013
28
keuangan tersebut. Misalnya, auditor harus memastikan bahwa pembelian aset baru benar-benar ada dan transaksi atas aset tersebut sudah terjadi. Tujuan audit ini adalah untuk memastikan bahwa perusahaan tidak melakukan lebih catat pada saldo akunnya. Prosedur yang dilakukan adalah :
Memeriksa faktur pembelian dan laporan penerimaan.
Melakukan pemeriksaan fisik aset tetap.
2. Kelengkapan (completeness) Tujuan audit ini menentukan, apakah semua nilai-nilai yang seharusnya dimasukan ke dalam laporan keuangan telah benar-benar dimasukan. Pada akun aset tetap, seluruh aset tetap yang dimiliki perusahaan harus tercatat tanpa ada yang terlewat.
Memeriksa faktur pembelian untuk akun aset tetap.
Menelaah perjanjian sewa dan sewa guna usaha.
3. Akurasi (accuracy) Tujuan audit ini, mengacu pada nilai-nilai yang tercantum dalam laporan keuangan sebagai nilai yang secara perhitungan sistematis benar adanya. Prosedur yang dilakukan adalah :
Memeriksa faktur pembelian.
Melakukan footing atas daftar perolehan aset tetap.
4. Klasifikasi (classification) Tujuan audit ini untuk menentukan, apakah item yang terdapat dalam daftar aset tetap klien telah dimasukan dengan benar dan tepat ke dalam akun buku besar. Pada aset tetap, auditor harus memastikan bahwa klien mengklasifikasikan aset tetap secara benar. Prosedur yang dilakukan adalah :
Memeriksa faktur pembelian, dan daftar aset tetap.
Universitas Indonesia
Audit atas ..., Florensia Riama, FE UI, 2013
29
5. Pisah Batas (cutoff) Tujuan audit ini menentukan, apakah transaksi yang telah dicatat dan dimasukan ke dalam saldo akun pada periode waktu yang tepat. Sebuah saldo akun dapat menjadi salah saji, terutama ketika transaksi tersebut mendekati tanggal neraca. Pada aset tetap, tujuan audit untuk saldo terkait pisah batas misalnya pengakuan beban penyusutan untuk setiap tahunnya harus diakui di dalam periode yang tepat. Prosedur yang dilakukan adalah :
Menelaah transaksi yang terjadi dekat dengan tanggal neraca untuk penentuan periode yang tepat.
6. Keterikatan Perincian (detail tie-in) Tujuan audit ini menekankan, bahwa rincian pada daftar telah disusun secara akurat, dan dijumlahkan dengan benar, serta apakah memiliki jumlah yang sama dengan buku besar. Tujuan audit kaitan rinci untuk saldo akun aset tetap misalnya, adanya kecocokan antara pencatatan dalam buku besar dengan daftar aset tetap yang dimiliki perusahaan. Prosedur yang dilakukan adalah :
Me-recalculate total ase tetap yang ada di laporan keuangan dengan daftar aset tetap.
7. Hak dan Kewajiban (rights) Tujuan audit ini untuk memastikan, bahwa aset yang dimiliki oleh perusahaan dapat diakui dan dimasukan ke dalam laporan keuangan. Tujuan audit ini terkait akun aset tetap yaitu apakah saldo akun aset tetap di laporan keuangan memang benar menunjukkan aset yang telah dimiliki atau belum. Prosedur yang dilakukan adalah :
Memeriksa faktur pembelian.
Memeriksa bukti kepemilikan aset tetap.
Universitas Indonesia
Audit atas ..., Florensia Riama, FE UI, 2013
30
2.3.2.2 Jenis-jenis Pengujian Arens et al., (2009), menyatakan bahwa dalam mendisain perencanaan audit secara keseluruhan, auditor menggunakan lima jenis pengujian untuk menentukan, apakah laporan keuangan telah disajikan secara wajar. Kelima pengujian dibagi menjadi dua bagian, yaitu risk assesment procedures untuk pengujian pertama dan further audit proscedures untuk empat pengujian selanjutnya. 1. Risk Assesment Procedures Risk assesment procedures dilakukan untuk menilai kesalahan pencatatan yang cukup material di laporan keuangan. Penilaian risiko ini dimulai dari memahami bisnis dan industri klien untuk menilai risiko inheren dari perusahaan, kemudian auditor harus memahami pengendalian internal untuk menilai risiko pengendalian. Kedua hal tersebut jika digabungkan sudah merepresentasikan risk assesment procedures yang dilakukan auditor. setelah itu, sebagai respon dari risk assesment procedures, auditor melakukan empat pengujian selanjutnya atau yang biasa disebut further audit procedures yaitu test of control, subtantive test of transaction, analytical procedures, dan test of detail balance.
2. Test of Control Pemahaman auditor terhadap pengendalian internal klien digunakan untuk menilai risiko pengendalian untuk setiap tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi. Ketika kebijakan dan prosedur pengendalian diyakini didisain secara efektif, auditor menilai risiko pengendalian ditingkat yang merefleksikan efektivitas pengendalian tersebut. Dalam rangka mengumpulkan bukti yang memadai dan layak untuk mendukung penilaian itu, auditor melakukan test of control atau pengujian pengendalian. Biasanya pengujian ini menggunakan bukti audit yaitu meminta keterangan kepada pihak klien yang layak dan tepat, memeriksa dokumen, catatan dan laporan, dan mengobservasi pengendalian yang berkaitan dengan transaksi.
Universitas Indonesia
Audit atas ..., Florensia Riama, FE UI, 2013
31
3. Substantive Tests of Transactions Substantive tests of transactions merupakan prosedur yang didisain untuk menguji kesalahan yang secara langsung berpengaruh terhadap saldo laporan keuangan pada setiap kelas transaksi. Hal ini dicapai dengan menetapkan apakah setiap transaksi telah dibukukan dan diklasifikasikan dengan benar ke jurnal dan buku besar. Biasanya dalam pengujian ini auditor melakukan perhitungan ulang (recalculation) dan memeriksa dokumen yang terkait.
4. Analytical Procedures (prosedur analitis) Menurut PSA No.22 (SA Seksi 329) dalam Arens et al., (2009), analytical procedures didefinisikan sebagai pengevaluasian terhadap informasi keuangan dengan mempelajari hubungan logis antara data keuangan dan data nonkeuangan yaitu, pengujian dengan cara membandingan jumlah nominal yang tercatat dengan jumlah nominal yang dihitung oleh auditor. Analytical procedures dapat dilakukan dalam tiga tahap selama penugasan audit berlangsung yaitu pertama dalam tahap perencanaan audit membantu auditor untuk mendapatkan sebuah pemahaman akan bisnis dan industri klien, kedua dalam tahap pengujian substantif membantu auditor untuk memperoleh bukti tentang tujuan audit yang berhubungan dengan saldo atau golongan transaksi, dan yang terakhir dalam tahap penyelesaian audit sebagai review akhir dalam menilai kewajaran penyajian laporan keuangan yang telah diaudit secara keseluruhan.
Menurut Arens et al., (2009), tujuan dari prosedur analitis dalam audit atas laporan keuangan adalah : a) Memahami sifat industri dan usaha perusahaan. Auditor harus mendapatkan pengetahuan mengenai sifat industri dan usaha perusahaan sebagai bagian dari perencanaan audit. Umumnya auditor mempertimbangkan pengetahuan dan pengalaman tentang auditan yang diperoleh di tahun sebelumnya sebagai titik tolak perencanaan audit tahun berjalan. Dengan melaksanakan analytical procedures,perubahan yang terjadi dapat diamati dari informasi nilai aset tetap yang belum diaudit Universitas Indonesia
Audit atas ..., Florensia Riama, FE UI, 2013
32
dibandingkan dengan informasi nilai aset tetap tahun lalu yang telah diaudit, perubahan yang terjadi dapat teridentifikasi. Perubahan-perubahan ini dapat mewakili kecenderungan-kecenderungan yang penting atau kejadian-kejadian
tertentu
dimana
semuanya
akan
mempengaruhi
perencanaan audit. Sebagai contoh penambahan saldo dari aktiva tetap mungkin mengindikasikan perolehan signifikan yang harus diperiksa. b) Mengindikasikan terjadinya kemungkinan salah saji dalam laporan keuangan. Perbedaan yang signifikan antara data keuangan yang belum diaudit dengan data lain yang digunakan sebagai pembanding, sering disebut fluktuasi yang tidak biasa (unusual fluctuations). Fluktuasi yang tidak biasa terjadi ketika perbedaan signifikan yang seharusnya tidak muncul tetapi ada dalam laporan keuangan, atau perbedaan yang seharusnya muncul tetapi tidak ada. Pada dua kasus ini, satu alasan yang mungkin untuk fluktuasi yang tidak biasa ini adalah kesalahan pencatatan akuntansi. Karena itu apabila fluktuasi yang tidak biasa ini terjadi dalam jumlah besar, auditor harus menemukan alasan sehingga mendapatkan keyakinan bahwa penyebabnya adalah kejadian ekonomi yang valid dan bukan karena adanya salah saji. c) Mengurangi pengujian terinci. Ketika prosedur analitis tidak mengungkapkan adanya fluktuasi yang tidak biasa, maka kemungkinan adanya salah saji yang material telah berkurang. Dalam kasus ini, prosedur analitis adalah bagian dari bukti substantif yang mendukung penyajian secara layak atas akun-akun yang berkaitan, dan memungkinkan untuk melaksanakan pengujian terinci yang lebih sedikit atas akun-akun tersebut. Dengan kata lain beberapa prosedur audit tertentu dapat dihapuskan, jumlah sampel dapat dikurangi, atau waktu pelaksanaan prosedur audit ini dapat dipindahkan lebih jauh dari tanggal neraca. d) Memperkirakan kemampuan perusahaan untuk melanjutkan usahanya (going concern) Analytical procedures berguna sebagai indikasi jikalau perusahaan sedang mengalami masalah keuangan. Beberapa prosedur analitis akan sangat Universitas Indonesia
Audit atas ..., Florensia Riama, FE UI, 2013
33
membantu auditor dalam memperkirakan kemungkinan kegagalan keuangan. Sebagai contoh jika terjadi kombinasi antara perbandingan di atas normal dari hutang jangka panjang dengan kekayaan bersih dan perbandingan di bawah rata-rata dari penghasilan dengan total aktiva, maka risiko kegagalan keuangan yang tinggi mungkin terindikasi. Hal ini bukan hanya mempengaruhi perencanaan audit, tetapi mempengaruhi modifikasi laporan audit jika analytical procedure ini dilakukan pada tahap penyelesaian.
5. Test of Detail Balance Test of detail balance fokus terhadap saldo akhir di saldo buku besar baik akun-akun di neraca maupun di laporan laba rugi. Test of detail balance digunakan untuk melihat apakah tujuan dari audit terkait saldo telah terpenuhi. Pengujian ini sangat cocok untuk akun aset tetap. Misalnya saja, untuk mengetahui kebenaran pembelian aset tetap, maka dilakukan pemeriksaan terhadap invoice dari pihak penjual. Auditor memverifikasi aset tetap dengan cara yang berbeda dari aset lancar lainnya karena alasan sebagai berikut, yaitu biasanya transaksi akuisisi sedikit di periode akuntansi berjalan, biasanya nominal akuisisi besar dan biasanya aset tetap disimpan dan dipelihara di dalam catatan akuntansi untuk beberapa tahun. Berikut adalah pengujian dalam audit atas aset tetap yang dibagi menjadi beberapa kategori :
2.3.3.3 Prosedur Audit Atas Aset Tetap Audit atas aset tetap merupakan hal yang cukup penting, mengingat umur aset tetap lebih dari satu periode dan memiliki nilai yang cukup material, sehingga kesalahan pencatatan dan penyajian aset tetap pada suatu periode dapat terus mempengaruhi periode-periode selanjutnya. Arens et al., (2009) menyebutkan, catatan akuntansi yang utama untuk aset tetap umumnya berupa daftar aset tetap (detail fixed asset). Daftar aset tetap ini meliputi catatan yang terinci atas setiap bagian aset tetap yang dimiliki perusahaan, berupa tanggal perolehan, nama aset tetap, harga perolehan, masa manfaat, penambahan/pengurangan aset tetap, dasar depresiasi, akumulasi depresiasi pada awal dan akhir periode, beban depresiasi Universitas Indonesia
Audit atas ..., Florensia Riama, FE UI, 2013
34
perbulan dan totalnya dalam 1 tahun serta nilai buku bersih awal dan akhir periode.
Umumnya, audit atas aset tetap lebih menekankan pada verifikasi akuisisi yang dilakukan pada periode berjalan dan tidak menekankan pada saldo akun yang dibawa pada periode sebelumnya. Selain itu karena karakteristik aset tetap memiliki umur manfaat lebih dari satu tahun, maka aset tetap memerlukan akun beban penyusutan dan akumulasi penyusutan.
Berikut ini merupakan prosedur audit atas aset tetap secara umum yang dapat dilakukan dalam mengaudit suatu perusahaan, menurut Arens et al., (2009), yaitu:
1.
Melakukan Prosedur Analitis
Prosedur analitis atas aset tetap dilaksanakan untuk menilai kemungkinan salah saji yang material di dalam akun beban penyusutan dan akumulasi penyusutan. Prosedur analitis yang perlu dilakukan dalam audit aset tetap yaitu :
Tabel 2.1 Prosedur Analitis Pada Aset Tetap No.
Prosedur Analitis
Kemungkinan salah saji
1
membandingkan beban penyusutan Salah saji pada beban penyusutan yang dibagi dengan biaya aset tetap, dan akumulasi penyusutan. tahun ini dengan tahun sebelumnya.
2
Membandingkan
akumulasi Salah
saji
pada
akumulasi
penyusutan yang dibagi dengan penyusutan. biaya aset tetap, tahun ini dengan tahun sebelumnya. 3
Membandingkan biaya aset tetap Aset tetap yang tidak digunakan yang
dibagi
dengan
beberapa atau yang telah dilepaskan namun
ukuran produksi tahun ini dengan tidak dihapuskan. tahun sebelumnya. Sumber Arens et al., (2009) Universitas Indonesia
Audit atas ..., Florensia Riama, FE UI, 2013
35
2. Melakukan Verifikasi Akuisisi/Penambahan Aset Tetap Tahun Berjalan Penambahan aset tetap selama tahun berjalan harus dicatat dengan benar karena memiliki pengaruh jangka panjang terhadap laporan keuangan. Kegagalan dalam mencatat penambahan aset tetap pada jumlah yang salah, akan mempengaruhi neraca, selama jangka waktu sebelum perusahaan melepaskan aset tersebut. Tidak hanya neraca, laporan laba rugi juga akan terpengaruh hingga aset tetap tersebut habis disusutlkan.
Pengujian audit serta ukuran sampel sangat bergantung pada salah saji yang dapat ditoleransi, risiko inheren, dan penilaian atas risiko kontrol klien. salah saji yang dapat ditoleransi merupakan hal penting dalam melakukan verifikasi aset tetap tahun berjalan, karena transaksi tersebut bervariasi dari jumlah yang tidak material dalam beberapa tahun hingga sejumlah besar penambahan yang signifikan dalam tahun lainnya. Luas pengujian tergantung pada risiko kontrol yang dinilai auditor atas Penambahan dan materialitas penambahan aset tetap tersebut.
Karena alasan-alasan yang telah dijelaskan diatas, maka mengharuskan auditor untuk melakukan verifikasi terhadap penambahan akuisisi tahun berjalan menggunakan tujuan audit terkait saldo, yaitu sebagai berikut :
Tabel 2.2 Verifikasi Penambahan asset tetap Tujuan audit atas saldo
Prosedur uji atas detail saldo
Kaitan rinci Akuisisi aset tetap di tahun berjalan
Melakukan
dalam daftar penambahan sama
akuisisi.
dengan jumlah di daftar aste tetap,
Menelusuri setiap akuisisi ke daftar
dan totalnya sama dengan general
aset tetap untuk mengetahui jumlah
ledger.
dan deskripsinya.
Menelusuri
footing
jumlah
pada
ke
daftar
general
ledger.
Universitas Indonesia
Audit atas ..., Florensia Riama, FE UI, 2013
36
Keberadaan Penambahan aset tetap pada tahun
Memeriksa invoice dari pemasok
ini benar-benar ada.
dan laporan penerimaan.
Memeriksa aset secara fisik.
Kelengkapan Semua penambahan aset tetap telah
Memeriksa invoice dari pemasok
dicatat
yang berhubungan erat dengan akun seperti perbaikan dan pemeliharaan untuk
melihat
apakah
ada
komponen yang belum tercatat.
Melakukan review atas perjanjian dan kotrak sewa.
Akurasi Semua penambahan aset tetap yang
Memeriksa invoice dari pemasok.
ada disajikan dengan akurat. Klasifikasi Semua penambahan aset tetap telah
Memeriksa invoice dari pemasok
diklasifikasikan dengan benar
untuk mengungkapkan item-item yang seharusnya diklasifikasikan dalam akun lain.
Pisah batas Penambahan aset tetap dicatat dalam
Melakukan review atas transaksi
periode yang benar
yang mendekati tanggal neraca apakah sudah tercatat pada periode yang benar.
Hak Klien memiliki hak atas penambahan
Memeriksa invoice dari pemasok
aset tetap di tahun berjalan Sumber Arens et al., (2009)
Universitas Indonesia
Audit atas ..., Florensia Riama, FE UI, 2013
37
3. Melakukan Verifikasi Pelepasan/Penjualan Aset Tetap Tahun Berjalan Pengendalian internal yang paling penting untuk pelepasan aset tetap adalah adanya suatu metode formal untuk memberikan informasi kepada manajemen mengenai penjualan, pembuangan, pelepasan, penghapusan atau pencurian aset yang tercatat, serta ketentuan otorisasi untuk penjualan atau pelepasan lainnya atas aset. Oleh sebab itu, hal ini dapat menjadi salah satu penyebab salah saji dan transaksi yang melibatkan pelepasan aset tetap. Metode yang seharusnya ada misalnya otorisasi yang tepat atas pelepasan aset tetap, dan verifikasi internal yang memadai atas pelepasan yang tercatat untuk memastikan bahwa aset tetap telah dihapus dari catatan akuntansi.
Tujuan audit dalam melakukan verifikasi pelepasan aset tetap adalah untuk mengumpulkan bukti yang cukup bahwa pelepasan aset tetap telah dicatat dalam jumlah yang benar (akurasi), dan memastikan semua pencatatan atas transaksi pelepasan aset telah dicatat semuanya (kelengkapan). Karena, Jika perusahaan lalai dalam mencatat pelepasan aset tetap, hal ini dapat berpengaruh secara signifikan ke dalam laporan keuangan. Prosedur yang dapat dilakukan misalnya :
Melakukan verifikasi pelepasan pada skedul klien yang berisi pencatatan tentang pelepasan aset tetap.
Melakukan pengujian kaitan rinci atas skedul, yaitu melakukan footing skedul, melakukan total pada skedul ke pelepasan yang tercatat dalam general ledger, serta menelusuri biaya dan akumulasi penyusutan ke daftar aset tetap.
Oleh karena itu, penting bagi auditor untuk memverifikasi pelepasan aset tetap yang belum tercatat. Berikut beberapa prosedur yang biasa dilakukan auditor untuk memverifikasi pelepasan aset tetap tahun berjalan, yaitu :
Mempelajari dan mengevaluasi internal control perusahaan ketika melakukan verifikasi pelepasan tahun berjalan,
Melakukan evaluasi pada pembelian aset tetap yang mungkin menggantikan aset tetap yang lama,
Menganalisa keuntungan dan kerugian akibat pelepasan aset tetap dan pendapatan lain-lain dari pelepasan aset, Universitas Indonesia
Audit atas ..., Florensia Riama, FE UI, 2013
38
Melakukan evaluasipadaperubahan atau modifikasi pabrik, perubahan lini produk, pajak-pajak properti dan asuransi untuk melihat indikasi pelepasan aset tetap, dan
Bertanya dengan manajemen mengenai pelepasan aset tetap.
Selain mencari transaksi penjualan aset yang mungkin belum tercatat, auditor juga melakukan evaluasi atas penjualan aset dengan cara tukar tambah, pada penjualan aset, auditor dapat meneliti invoice penjualan dan daftar aset tetap, serta meneliti jurnal pelepasan aset tetap yang dibuat oleh klien. sedangkan pada penjualan aset dengan cara tukar tambah, auditor harus memastikan bahwa aset yang baru telah dikapitalisasi dan aset yang digantikan sudah dihapus dalam sistem akuntansi. Selain itu auditor juga harus melakukan evaluasi pada nilai buku aset yang diperdagangkan dan tambahan biaya untuk aset baru.
4. Melakukan Verifikasi terhadap Saldo Akhir Aset tetap Pengendalian internal merupakan pengendalian penting yang mencakup penelusuran daftar aset untuk aset tetap yang dapat dengan mudah dipindahpindahkan seperti komputer dan kendaraan, penetapan nomor identifikasi untuk setiap aset tetap, perhitungan fisik secara periodik terhadap aset tetap dan rekonsiliasi oleh pelaksana akuntansi. Suatu metode formal untuk memberikan informasi kepada bagian akuntansi mengenai pelepasan aset tetap juga merupakan pengendalian penting terhadap saldo aset tetap yang berasal dari tahun-tahun sebelumnya.
Prosedur audit yang biasa dilakukan auditor untuk memverifikasi saldo akhir aset tetap yaitu : mempelajari dan mengevaluasi internal control atas aset tetap, melakukan footing dan cross footing lalu cocokan totalnya dengan general ledger, saldo awal dengan working paper tahun lalu, Periksaan fisik aset tetap dan periksa kondisi dan nomor kode dari pada aset tetap tersebut, Universitas Indonesia
Audit atas ..., Florensia Riama, FE UI, 2013
39
Melakukan verifikasi pengungkapan atas kemungkinan adanya rintangan hukum. Hal-hal yang dapat dilakukan untuk memenuhi prosedur audit ini misalnya dengan membaca persyaratan perjanjian hutang dan kredit, mengirim konfirmasi hutang kepada bank dan institusi pemberi pinjaman, dan melakukan tanya jawab dengan klien, Memeriksa bahwa semua pengungkapan dan penyajian telah dibuat sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Misalnya memastikan aset yang disewakan secara terpisah serta hak gadai dicantumkan dalam catatan kaki, dan Jika aset tetap telah diverifikasi dalam audit sebelumnya ketika diperoleh, umumnya auditor tidak perlu menguji akurasi dan klasifikasi yang dicatat pada periode sebelumnya, namun auditor harus memeriksa apakah terdapat aset yang tidak lagi digunakan dalam operasi.
5. Melakukan Verifikasi Beban Penyusutan Tujuan audit terkait saldo yang penting dalam beban penyusutan adalah akurasi, dengan menentukan apakah klien mengikuti kebijakan penyusutan yang konsisten dari periode ke periode dan apakah klien sudah benar melakukan pencatatan. Dalam
mempertimbangkan
kebijakan
penyusutan,
auditor
harus
mempertimbangkan aspek :
Umur ekonomis untuk akuisisi di masa sekarang,
Metode depresiasi,
Estimasi masa manfaat, dan
Kebijakan mendepresiasi aset selama tahun akuisisi dan penghentian.
Auditor dapat melakukan diskusi dengan klien mengenai kebijakan dan membandingkan dengan informasi yang ada pada permanent file auditor. selain itu, auditor juga harus memastikan ketepatan perhitungan beban penyusutan klien dengan melakukan perhitungan dimana auditor mengalikan nilai aset yang belum disusutkan dengan tingkat penyusutan tahun tersebut, serta membandingkannya dengan perhitungan klien. jika hasilnya tidak berbeda secara material dan penilaian risiko pengendalian untuk penyusutan adalah rendah, maka auditor Universitas Indonesia
Audit atas ..., Florensia Riama, FE UI, 2013
40
dapat berkesimpulan bahwa beban penyusutan yang dihitung oleh klien adalah tepat.
Namun, jika pengujian kelayakan secara keseluruhan tidak dapat dicapai, biasanya dibutuhkan pengujian yang lebih terinci, misalnya dengan melakukan perhitungan ulang beban penyusutan atas aset tersebut. Selain itu auditor dapat melakukan footing beban penyusutan pada daftar aset tetap dan membandingkannya dengan general ledger.
6. Melakukan Verifikasi Saldo Akhir Akumulasi Penyusutan Dalam melakukan verifikasi atas saldo akhir akumulasi penyusutan, auditor menekankan pada tujuan audit saldo yaitu kaitan rinci dan akurasi. Untuk memenuhi tujuan audit kaitan rinci, auditor harus memastikan bahwa akumulasi penyusutan yang dinyatakan dalam daftar aset tetap sama dengan yang berada di general ledger. Hal ini bisa diuji dengan melakukan footing atas akumulasi penyusutan dalam daftar aset tetap dan membandingkan dengan general ledger. Kemudian untuk tujuan audit akurasi auditor harus memastikan bahwa akumulasi penyusutan di daftar aset tetap sudah akurat.
Adapun tujuan pemeriksaan aset tetap di atas adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui apakah telah terdapat pengendalian internal yang cukup atas aset tetap, 2. Untuk memeriksa apakah penambahan aset tetap dalam tahun berjalan benarbenar merupakan suatu aset, diotorisasi oleh pejabat yang berwenang, terdpaat bukti-bukti yang lengkap, dan diklasifikasikan dengan benar, 3. Untuk memeriksa apakah aset tetap yang tercantum di neraca benar-benar ada serta masih digunakan dan dimiliki oleh perusahaan, dan 4. Untuk memeriksa apakah beban penyusutan dalam periode pemeriksaan telah dilakukan dengan cara yang sesuai dengan peraturan yang berlaku (PSAK), konsisten, dan perhitungannya telah dilakukan dengan benar.
Universitas Indonesia
Audit atas ..., Florensia Riama, FE UI, 2013
BAB 3 GAMBARAN UMUM TEMPAT MAGANG
Pada bab ini penulis akan menjelaskan profil tempat penulis melaksanakan kegiatan magang yang dimulai dari gambaran umum, Visi, Misi, Strategi dan Nilai Organisasi, pelayanan dan jasa yang diberikan, dan struktur organisasi dari tempat magang penulis. Selain itu, pada bab ini penulis juga akan menjelaskan perusahaan yang akan digunakan sebagai sumber penelitian berupa laporan magang, yang meliputi gambaran umum perusahaan, divisi, struktur manajemen, dan penjelasan aset tetap secara umum dari perusahaan tersebut. 3.1 Profil Kantor Akuntan Publik (KAP) DHY 3.1.1 Gambaran Umum KAP Darmawan didirikan pada tahun 1958 oleh Hendra Darmawan yang sebelumnya merupakan anggota dari Touche Ross International selama 14 (empat belas) tahun. Hendra Darmawan merupakan salah satu pendiri Ikatan Akuntan Indonesia dan aktif dalam asosiasi tersebut semasa hidupnya. Setelah Hendra Darmawan meninggal dunia, KAP Darmawan diambil alih oleh Jim S Darmawan pada bulan Agustus 1995. Beliau merupakan anak dari Hendra Darmawan yang lulus dari Golden Gate University, San Fransisco, U.S.A dan memulai karir sebagai auditor di Touche Ross & CO, San Fransisco, U.S.A pada tahun 1978 selama 4 (empat) tahun. Prestasi yang telah diraih Jim S Darmawan selama ini yaitu sertifikasi akuntan publik negara bagian California U.S.A serta sertifikasi dari Departemen Keuangan Indonesia. Jim S Darmawan juga merupakan salah satu pendiri dari Information System & Control Association – Indonesia Chapter.
Pada tanggal 1 Agustus 2010, KAP Darmawan melakukan merger dengan Hendang Tanusdjaja, dan Robert Yogi yang beroperasi di Jakarta, sehingga berubah nama menjadi Darmawan, Hendang & Yogi (DHY). DHY merupakan anggota dari Accountants Global Networks (AGN) International, yang kantor utamanya berkedudukan di London, Inggris. AGN memberikan pelayanan jasa
41
Audit atas ..., Florensia Riama, FE UI, 2013
Universitas Indonesia
42
dalam bidang akuntansi, pajak, dan konsultasi bisnis perusahaan yang terdapat di lebih dari 90 (sembilan puluh) negara di seluruh dunia.
3.1.2 Visi, Misi, Strategi dan Nilai Organisasi Visi Menjadi Kantor Akuntan Publik (KAP) dengan pelayanan penuh terhadap segala sesuatu yang berhubungan dengan keuangan perusahaan klien.
Misi 1.
Menyediakan jasa ahli yang kompeten dengan integritas yang tinggi untuk membantu dan mendukung klien KAP DHY dalam mencapai tujuannya secara efektif dan efisien.
2.
Menjawab pertanyaan klien dengan baik dan tepat
3.
Selalu ada di saat klien membutuhkannya
4.
Mengetahui bisnis klien serta kebutuhannya.
5.
Menjadi kantor akuntan terbaik di Indonesia.
Strategi 1.
Menciptakan suasana kerja yang aman dan nyaman bagi karyawan.
2.
Bekerja secara profesional.
Nilai 1.
Klien diatas segalanya
2.
Integritas dan etika bisnis
3.
Tanggung jawab sosial
4.
Kerja keras dan peningkatan diri yang berkesinambungan
5.
Kepercayaan, keterbukaan, kejujuran.
Universitas Indonesia
Audit atas ..., Florensia Riama, FE UI, 2013
43
3.1.3 Pelayanan Jasa Yang Diberikan KAP DHY memiliki 3 (tiga) jenis pelayanan yang utama, yaitu jasa pelayanan audit, jasa konsultasi pajak, dan jasa konsultasi manajemen. Berikut ini adalah penjelasan dari pelayanan jasa-jasa tersebut:
Jasa Pelayanan Audit Pada KAP DHY, jasa pelayanan audit merupakan bagian utama dari kegiatan operasional. Selama bertahun-tahun KAP ini telah menyediakan pelayanan audit yang obyektif dan independen bagi perusahaan lokal maupun multinasional yang beroperasi di Indonesia. Jasa audit umum meliputi jasa yang sesuai dengan peraturan dan ketentuan Indonesia untuk memberikan opini mengenai kewajaran laporan keuangan dan juga audit spesial untuk keperluan khusus seperti merger, akuisisi, dan restrukturisasi. Berikut ini adalah pelayanan-pelayanan audit KAP DHY :
Audit Laporan Keuangan
Audit Operasional atau Manajemen
Outsourcing Audit Internal
Review Due Deligence
Kompilasi dan Review Laporan Keuangan
Jasa Konsultasi Pajak Bisnis banyak dihadapkan pada berbagai peraturan pajak, baik langsung maupun tidak langsung, yang semakin meningkat, kompleks dan terus berubah, pajak kini menjadi bagian biaya yang sangat penting. KAP DHY mencoba untuk mencari solusi pajak yang terbaik sesuai dengan peraturan yang berlaku. Berikut adalah jasa pelayanan pajak di KAP DHY:
Konsultasi dan perencanaan pajak
Review dan kompilasi pajak
Persiapan pengembalian pajak
Verifikasi pajak
Perizinan pajak
Universitas Indonesia
Audit atas ..., Florensia Riama, FE UI, 2013
44
Jasa Konsultasi Manajemen KAP DHY memahami bisnis kliennya dan juga mengerti akan lingkungan komersil serta hukum dari bisnis klien. Dengan ini klien akan mendapat keuntungan dari pengetahuan dan keahlian yang dimiliki auditor-auditor KAP DHY, yang meliputi perbankan, keuangan, manufaktur perdagangan, jasa, konstruksi, real estate, dan lembaga-lembaga non-profit. Berikut adalah jasa pelayanan konsultasi manajemen KAP DHY :
Disain akuntansi dan sistem informasi manajemen
Disain struktur organisasi dan deskripsi pekerjaan
Studi fisibilitas
Penilaian saham perusahaan
Intial Public Offering Assistance
Rekrutmen eksekutif
Pada umumnya, orang berpendapat bahwa KAP memberikan jasa-jasa identik, namun pada kenyataannya jasa KAP sangat bervariasi dalam hal-hal seperti kualitas, rehabilitas dan nilai-nilainya. Perbedaan tersebut berasal dari perbedaan filosofi, pendekatan bisnis dan nilai serta budaya dari KAP. KAP DHY memahami bisnis klien beserta risikonya dan menjadikan pemahaman tersebut menjadi kekuatan untuk memberikan pelayanan yang terbaik. Kekuatan tersebut meliputi :
Pemahaman bisnis klien,
Kemampuan untuk menyediakan pelayanan dengan kualitas tinggi berbasis personal, dan
Kemampuan untuk meningkatkan efisiensi dari kegiatan operasional klien dan menciptakan alternatif untuk proses pemecahan masalah dan pengambilan keputusan.
3.1.4 Struktur Organisasi KAP DHY Struktur organisasi KAP DHY menggambarkan arus wewenang dan tanggung jawab dalam perusahaan. Dengan adanya struktur organisasi ini, diharapkan
Universitas Indonesia
Audit atas ..., Florensia Riama, FE UI, 2013
45
pelaksanaan kegiatan perusahaan akan berjalan lancar sehingga tujuan perusahaan akan tercapai dengan tepat.
Karena KAP ini termasuk KAP yang berskala kecil, maka struktur organisasinya sederhana, hal ini juga mencerminkan adanya efisiensi dalam penggunaan tenaga kerja. Berikut uraian mengenai struktur organisasi KAP DHY : 1.
Managing Partner Bertugas memimpin dan mengkoordinasikan semua kegiatan kantor, mengadakan perjanjian dengan klien dan memeriksa laporan audit sebagai hasil review kertas kerja pemeriksaan yang sebelumnya telah dilakukan oleh senior auditor.
2.
Senior Manager Senior manager bertugas mengawasi jalannya audit, memeriksa jalannya pemeriksaan, memberikan laporan-laporan temuan audit, me-review kembali kelengkapan kertas kerja pemeriksaan yang telah dilakukan oleh senior auditor dan mengajukan saran-saran kepada klien.
3.
Senior Auditor Bertugas untuk membuat audit plan, menyiapkan prosedur audit yang akan dijadikan pedoman dalam pelaksaan audit, memberikan arahanarahan kepada junior auditor yang membantunya dalam proses pemeriksaan, me-review kertas kerja yang telah dibuat oleh junior auditor, melaporkan hasil temuan pemeriksaan kepada managing partner, menyiapkan dan menyusun draft laporan audit.
4.
Junior Auditor Bertugas membantu proses penyusunan audit planing yang dilakukan senior auditor, membantu dalam pelaksanaan proses audit yang telah ditugaskan oleh audit in change.
3.2 Profil PT FRS 3.2.1 Gambaran Umum PT. FRS merupakan perusahaan yang didirikan pada tanggal 23 Oktober 1989. Semenjak PT FRS didirikan, perusahaan ini telah beberapa kali berganti nama Universitas Indonesia
Audit atas ..., Florensia Riama, FE UI, 2013
46
perusahan dan juga telah berganti-ganti struktur pemegang saham. Adapun PT FRS memiliki 2 (dua) pemegang saham dengan struktur sebagai berikut : 1. AmBank Group memiliki penguasaaan sebesar 99% (sembilan puluh sembilan persen). 2. Aminvestment Management Sdn. Bhd. memiliki penguasaan sebesar 1% (satu persen). PT FRS adalah salah satu perusahaan sekuritas yang paling aktif bergerak di pasar modal yang memiliki kegiatan usaha yang terintegrasi di seluruh wilayah Indonesia. Kegiatan usaha inti (core business) yang dikelola oleh PT. FRS meliputi bisnis-bisnis sebagai berikut: 1. Pialang Saham (equity broking), 2. Perdagangan pendapatan tetap (fixed income trading), 3. Manajemen investasi (investment management), 4. Pergadangan Online (online trading).
Sedangkan secara hukum, berdasarkan Pasal 3 Anggaran Dasar PT FRS secara limitatif menyebutkan ruang lingkup kegiatan usaha perusahaan untuk dapat bertindak sebagai : 1. perantara pedagang efek, 2. penjamin emisi efek dan 3. manajer investasi.
Dalam rangka menunjang kegiatan usaha PT FRS, maka PT FRS telah mendirikan beberapa cabang pada beberapa kota di Indonesia, dengan perincian sebagai berikut : 1. Jakarta, a. Sudirman, b. Pondok Indah, c. Pluit, 2. Semarang, dan 3. Surabaya.
Universitas Indonesia
Audit atas ..., Florensia Riama, FE UI, 2013
47
Selanjutnya, PT FRS memiliki jumlah karyawan sejumlah 93 (sembilan puluh tiga) orang. Adapun dalam menjalankan kegiatan usahanya, PT FRS telah memenuhi kaidah-kaidah hukum ketenagakerjaan yang berlaku, termasuk namun tidak
terbatas
Ketenagakerjaan
pada
Undang-Undang
serta
peraturan
Nomor
13
Tahun
perundang-undangan
2003
terkait
di
tentang bidang
ketenagakerjaan. Gambar 3.1 Sejarah PT. FRS
23 oktober 1989
Didirikan dibawah nama PT. Multipengelola Danaprima
9 Maret 1992
Memperoleh izin usaha sebagai Perantara Perdagangan Efek dari BAPEPAM
11 November 1993
Berubah nama menjadi PT. Multidana Sekurindo
26 April 1994
Memperoleh izin usaha dari BAPEPAM sebagai Manajer Investasi
6 Juli 1994
Memperoleh izin usaha dari BAPEPAM sebagai Penjamin Emisi
1995
Arab Malaysia Securities Memegang Sdn, Bhd. Bergabung sebagai pemegang saham mayoritas dari perusahaan dan nama perusahaan diubah menjadi PT. Arab-Malaysia Capital Indonesia.
6 March 2003
Nama Perusahaan diubah menjadi PT. FRS
Sumber : CompanyProfile PT FRS (2012)
Universitas Indonesia
Audit atas ..., Florensia Riama, FE UI, 2013
48
3.2.2 Divisi-divisi PT FRS PT FRS dalam rangka menjalankan kegiatan usahanya, membagi secara sistematis setiap kegiatan usaha dalam beberapa unit bisnis. Selanjutnya, masing-masing divisi pada PT FRS, memiliki beberapa hak dan kewajiban yang berbeda-beda sesuai dengan kompetensi, dengan penjelasan sebagai berikut:
Gambar 3.2 Divisi-divisi PT FRS
Pialang Saham (equity broking),
PT FRS
Perdagangan pendapatan tetap (fixed income trading),
Manajemen investasi (investment management),
Pergadangan Online (online trading).
Sumber : company profile PT FRS (2012)
a.
Divisi Pialang Saham (equity broking)
Divisi Pialang Saham (equity broking) pada PT FRS, pada intinya menyediakan jasa pialang saham yang mengikutsertakan adanya fasilitas pinjaman marjin bagi nasabah ritel dan institusional. Divisi Pialang Saham (equity broking) PT FRS didukung oleh tim penjualan yang berdedikasi dan memiliki jaringan luas terhadap ritel dan institusional. Tim riset perusahaan ini terdiri dari tim penelitian yang komprehensif, meliputi beberapa sektor sebagai berikut : 1. perbankan, 2. pertambangan, 3. perkebunan, 4. semen. Universitas Indonesia
Audit atas ..., Florensia Riama, FE UI, 2013
49
Selain itu, PT FRS memiliki hubungan kerja yang erat dengan peneliti-peneliti diluar negeri, termasuk perusahaan terafiliasi (affiliated company) PT FRS yang berada di Malaysia dan Singapura. PT FRS memiliki keunggulan dengan adanya sebuah sistem yang dinamakan Sistem Eksekusi Penjaluran (Routing Execution System) yang dapat berfungsi kepada nasabah untuk : 1. mengintegrasikan secara langsung nasabah ke Bursa Efek Indonesia, 2. menyediakan akses ke perdagangan saham asing di Singapura, Hong Kong, dan/atau Inggris, 3. menyediakan marjin dengan suku bunga yang kompetitif, dan juga 4. menyediakan rekening saham, dengan nama rekening “T +”.
b.
Divisi perdagangan pendapatan tetap (fixed income trading)
Divisi perdagangan pendapatan tetap (fixed income trading) PT FRS dapat memfasilitasi transaksi obligasi (bond), termasuk obligasi pemerintah (goverment bond) dan obligasi korporasi (corporate bond). Kemampuan khusus divisi perdagangan pendapatan tetap (fixed income trading) adalah kemampuan untuk menyepakati negosiasi dengan berbagai obligasi perusahaan di Indonesia. Divisi perdagangan pendapatan tetap (fixed income trading) PT FRS didukung oleh dealer yang berpengalaman. Divisi perdagangan pendapatan tetap (fixed income trading) PT FRS memiliki jaringan yang cukup baik terhadap beberapa nasabah, termasuk namun tidak terbatas pada nasabah Badan Usahan Milik Negara (BUMN) di seluruh Indonesia. PT FRS juga mempertahankan produktifitas kegiatan usaha yang baik dalam perdagangan obligasi pemerintah yang dibuktikan dengan kinerja perusahaan melalui divisi perdagangan pendapatan tetap (fixed income trading) PT FRS.
c.
Divisi manajemen investasi (investment management)
Divisi manajemen investasi (investment management) PT FRS menyediakan kebutuhan jasa keuangan (financial) nasabah melalui berbagai reksadana dan dana kebebasan (discretionary funds). Saat ini divisi manajemen investasi (investment management) sudah dipisahkan dari perusahaan induk, sebagaimana diatur dalam peraturan Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (BAPEPAMUniversitas Indonesia
Audit atas ..., Florensia Riama, FE UI, 2013
50
LK). Sekarang ini, Divisi manajemen investasi (investment management) sedang menunggu untuk lisensi investasi yang akan dikeluarkan oleh BAPEPAM-LK. Mengingat potensi pengembangan usaha dari manajemen investasi di Indonesia selama awal tahun 2008, para pemegang saham PT FRS memutuskan untuk mengaktifkan kembali Divisi manajemen investasi (investment management), kemudian memenuhi semua ketentuan yang
ditetapkan oleh BAPEPAM-LK
termasuk merekrut pekerja yang berpengalaman dan mampu bekerja di daerah dan menerapkan sistem operasiaonal Information Technologi (IT) yang terintegrasi dari aktivitas front-liner hingga ke bagian back-office dalam rangka untuk memberikan pelayanan terbaik bagi nasabah PT FRS. Tujuan utama PT FRS adalah untuk menawarkan solusi manajemen investasi yang komprehensif dengan memberikan penasehat yang terbaik dan layanan untuk nasabah PT FRS baik nasabah perorangan maupun nasabah korporasi (perusahaan pengelola dana pensiun, yayasan, perusahaan asuransi, bank).
d.
Divisi pergadangan Online (online trading)
Divisi pergadangan Online (online trading) PT FRS memiliki nama dagang “AmClicks” yaitu sebuh divisi perdagangan yang menjual produk-produk PT FRS secara online. Dalam hal ini, PT FRS menyediakan fasilitas kepada nasabah ritel dan institusi untuk mengakses secara langsung ke perdagangan saham. AmClicks merupakan sebuah perangkat (platform) perdagangan Online (online trading) yang telah digunakan secara luas oleh beberapa perusahaan sekuritas di Singapura, Malaysia, Vietnam, dan Uni Emirat Arab. Platform pergadangan Online (online trading) PT. FRS tidak hanya menyediakan layanan bagi investor perorangan tetapi juga digunakan oleh investor institusional asing di Asia. Lebih dari 100.000 (seratus ribu) investor telah menggunakan platform pergadangan Online (online trading). Fitur-fitur unggul dalam AmClicks diantaranya technical chart dan automatic trading untuk membantu investor dalam melakukan trading dan investasi. AmClicks mempunyai beberapa keuntungan diataranya yaitu : 1. AmClicks menyediakan biaya transaksi yang paling kompetitif 2. AmCliks didukung oleh layanan pelanggan yang profesional serta sistem back-office yang handal, Universitas Indonesia
Audit atas ..., Florensia Riama, FE UI, 2013
51
3. AmClicks menyediakan data-data penelitian yang komprehensif dan berita ter-update, 4. AmCliks memerlukan modal investasi awal yang rendah untuk pembukaan rekening baru, 5. AmCliks memliki Real-time quotes dan dapat melakukan transaksi di gadget anda termasuk PC, Laptop, dan Mobile Phone, dan 6. AmCliks menawarkan akses yang mudah ke pergadangan Online (online trading) asing dan pergadangan Online (online trading) derivatif.
3.2.3 Struktur Organisasi PT. FRS Dalam rangka perubahan dan perbaikan manajeman PT FRS, Pemegang Saham PT FRS telah menunjuk dewan direksi dan dewan komisaris, dengan struktur jabatan sebagai berikut: 1. Dewan Komisaris. a. Komisaris Utama, berjumlah 1 (satu) orang, b. Komisaris berjumlah 3 (tiga) orang, 2. Dewan Direksi. a. Presiden Direktur berjumlah 1 (satu) orang,1 b. Direktur berjumlah 2 (dua) orang,
3.2.4 Aset Tetap Pada PT. FRS Aset tetap dinyatakan sebesar harga perolehan dikurangi dengan akumulasi penyusutan. Dalam menetapkan penyusutan, PT FRS menerapkan metode garis lurus untuk aset tetap yang didasarkan pada masa manfaat ekonomi. Aset tetap PT FRS disusutkan dengan metode garis lurus (straight line method).
1
Pada saat ini Presiden Direktur PT FRS merangkap Komisaris Bursa Efek Indonesia dan Ketua Asosiasi Perusahaan Efek Indonesia Universitas Indonesia
Audit atas ..., Florensia Riama, FE UI, 2013
52
Tabel 3.1 Estimasi Umur Manfaat Aset Tetap PT FRS Jenis aset tetap
Tahun
Persentase (%)
Leasehold improvement
5
20%
4
25%
Computer
5
20%
Office equipment
5
20%
Vehicle
5
20%
(renovation) Leasehold improvement (furniture)
Sumber : Laporan keuangan PT FRS periode Desember 2012
Nilai aset tetap PT. FRS merupakan nilai yang kurang material dalam laporan posisi keuangan. Hal ini dapat dilihat pada laporan keuangan perusahaan tahun 2012. KAP DHY mengukur tingkat material suatu perusahaan dengan cara 5% dari Rp. 500.714.054.242 (total aset sebelum audit) dan mempunyai batas nilai material sebesar Rp. 25.035.702.712, karena PT. FRS memiliki total aset tetap sebesar Rp 12.120.406.842 maka nilai tersebut kurang material jika dilihat dari tingkat materialitas perusahaan.
Berdasarkan laporan audit tahun 2012, Penyusutan aset tetap untuk Leasehold Improvement dan Vehicle telah dihitung dengan nilai masa manfaat masingmasing 5 (Lima) tahun dan 4 (Empat) tahun. Namun, pada bulan Agustus 2012 perhitungan penyusutan aset tetap PT FRS mengalami perubahan masa manfaat sesuai dengan kebijakan dari kantor pusat (AmBank Groups) yaitu masing-masing 4 (Empat) tahun dan 5 (lima) tahun. Perubahan masa manfaat tersebut berlaku prospektif. Hal tersebut menuntut perusahaan untuk melakukan revaluasi (penilaian kembali) dengan menggunakan masa manfaat yang baru. Berdasarkan PSAK Nomor 16 (revisi 2011) suatu perusahaan harus memilih model biaya atau model revaluasi sebagai kebijakan akuntansi suatu perusahaan dan menerapkan kebijakan tersebut. Dalam PT FRS metode yang digunakan adalah metode yang kedua yaitu revaluasi, jadi nilai aset tetap yang nilai wajarnya dapat diukur secara andal harus dicatat pada jumlah revaluasian, yaitu nilai wajar pada tanggal Universitas Indonesia
Audit atas ..., Florensia Riama, FE UI, 2013
53
revaluasi dikurangi dengan akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai yang terjadi setelah tanggal revaluasi.
Aset tetap PT FRS dinilai berdasarkan harga perolehan dikurangi akumulasi penyusutannya, namun dengan adanya perubahan masa manfaat untuk leasehold improvement dan vehicle aset tetap tersebut dinilai berdasarkan nilai buku dikurangi akumulasi penyusutan dengan sisa manfaat yang masih ada dan seterusnya.
Universitas Indonesia
Audit atas ..., Florensia Riama, FE UI, 2013
BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS
Pada pembahasan bab ini, penulis akan menjelaskan kebijakan akuntansi atas akun aset tetap pada PT FRS, serta proses audit atas akun aset tetap tersebut secara lebih jelas, mulai dari tahap pra-rencana sampai dengan tahap reporting. Pada akhir pembahasan akan dijabarkan temuan auditor atas perubahan masa manfaat terhadap beberapa aset tetap PT FRS. 4.1 Kebijakan Akuntansi Atas Aset Tetap Pada PT FRS Sebelum penulis menjelaskan mengenai prosedur-prosedur audit yang dilakukan oleh auditor, terlebih dahulu penulis akan menjelaskan secara singkat kebijakan akuntansi yang ditetapkan oleh perusahaan dalam melakukan pencatatan terhadap aset tetap dan transaksi yang berkaitan dengan aset tetap. Sesuai dengan teori akuntansi dan prinsip akuntansi yang berlaku umum atas aset tetap, perusahaan menggunakan model biaya untuk pencatatan aset tetapnya, maka aset tetap yang dimiliki oleh PT FRS dinyatakan berdasarkan harga perolehan. Penyajian aset tetap di dalam neraca sebesar harga perolehan dikurangi dengan akumulasi penyusutan sampai tahun berjalan. Beban penyusutan aset tetap PT FRS diklasifikasikan kedalam beban usaha. PT FRS mengakui beban penyusutan atas aset tetap dengan metode garis lurus (straight line method) dengan ketentuan, penyusutan mulai dihitung pada bulan dimana aset tetap tersebut dibeli. Sedangkan untuk nilai residu, kebijakan awal untuk semua aset tetap yang dimiliki perusahaan memiliki nilai residu sama dengan nol. Aset tetap yang dimiliki oleh PT FRS, semua digunakan dalam menunjang kegiatan operasional perusahaan. Aset tetap yang dimiliki PT FRS diklasifikasikan ke dalam 4 (empat) kelompok, dimana pengelompokkan aset tetap pada perusahaan didasarkan pada jenis dan masa manfaat yang dimiliki oleh perusahaan tersebut, yaitu sebagai berikut :
54
Audit atas ..., Florensia Riama, FE UI, 2013
Universitas Indonesia
55
Tabel 4.1 Kebijakan Akuntansi untuk Aset Tetap PT FRS PPE classification
Annual depreciation
Type of expenditure
rate Leasehold improvement
5 tahun (20%)
Renovasi (ubin, plesteran, dan pemasangan jendela, pintu
dan
lainnya)
perbaikan
Masa
manfaat
yang digunakan
sebesar
20% atau 5 (lima) tahun. 4 tahun (25%)
sedangkan untuk furnitur (rak, kursi, meja, dll) masa manfaat sebesar 25% atau 4 (empat) tahun.
Computer
5 tahun (20%)
Semua aset yang terkait perangkat
keras
(seperti
server,
kabel
data,
komputer,
peralatan
jaringan, dan sebagainya). Office Equipment
5 tahun (20%)
Terdiri dari TV, telepon, voice recording, speaker dan
sebagainya
digunakan
untuk
yang dalam
mendirikan kantor cabang. Vehicle
5 tahun (20%)
Terdiri yang
dari
kendaraan
digunakan
perusahaan
oleh dan
digolongkan sebagai aset perusahaan.
Sumber : Laporan Keuangan PT FRS (2012) Apabila suatu aset tetap yang sudah tidak digunakan lagi atau dijual, nilai tercatat dan akumulasi penyusutan aset tetap tersebut harus dikeluarkan dari pencatatannya sebagai aset tetap dan keuntungan atau kerugian yang terjadi diperhitungkan dalam laporan laba rugi tahun yang bersangkutan. Universitas Indonesia
Audit atas ..., Florensia Riama, FE UI, 2013
56
PT FRS tidak memiliki Tanah, karena gedung yang dipakai untuk beroperasi selama ini adalah hasil menyewa di Wisma GKBI. Oleh sebab itu, penulis memeriksa surat perjanjian sewa menyewa, dan mencocokkan saldo sewa kantor yang ada pada laporan laba rugi PT FRS, dalam hal ini dialokasikan pada beban umum dan administratif. 4.2 Audit Aset Tetap Pada PT FRS Prosedur audit yang mengacu pada Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) merupakan hal yang sangat penting bagi auditor, karena dapat memberikan panduan dalam pelaksanaan audit. Oleh karena itu, KAP DHY menetapkan prosedur audit yang mengacu pada SPAP untuk membantu auditor dalam melakukan audit lapangan (fieldwork). Audit atas PT FRS dilakukan dua kali yaitu audit interm di bulan Desember 2012 dan yang kedua pada bulan Februari 2013. Pada saat audit interm penulis tidak ikut serta dalam proses audit tersebut, karena penulis baru memulai mengaudit PT FRS pada bulan Februari 2013. Berikut ini penulis akan menjelaskan tahapan proses audit yang dilakukan KAP DHY dari tahap prosedur untuk memenuhi tujuan audit pre-planning, planning, fieldwork dan diakhiri dengan tahap reporting, dengan penekanan pada prosedur audit terkait aset tetap. Gambar 4.1 Tahapan prosedur Audit Aset Tetap PT FRS Preplanning
Planning
Fieldwork
Reporting
Prosedur Audit
Sumber : Arens et al,. (2009)
Universitas Indonesia
Audit atas ..., Florensia Riama, FE UI, 2013
57
4.2.1 Pre-Planning (pra-perencanaan) Pada tahap ini, tim audit mencari segala bentuk informasi mengenai aset tetap perusahaan. Tahap tersebut dapat dirinci sebagai berikut : 1.
Memahami kebijakan akuntansi terkait aset tetap, yaitu :
Kebijakan penyusutan Pada bagian ini, penulis memahami kebijakan penyusutan berupa metode penyusutan yang digunakan, masa manfaat aset tetap, nilai residu, dan pengakuan beban penyusutan perusahaan.Dalam melakukan penyusutan, PT FRS menerapkan metode garis lurus untuk aset tetapnya dengan nilai residu dari aset tetap sama dengan nol.
Kebijakan Revaluasi Pada bagian ini, penulis mencari tahu apakah perusahaan melakukan revaluasi terhadap aset tetap yang dimilikinya. Hal ini terkait dengan point mengenai model revaluasi dalam PSAK No. 16 revisi 2011.Tidak terdapat revaluasi terhadap aset tetap PT FRS, karena perusahaan menerapkan model biaya.
2.
Melakukan peninjauan atas pengendalian internal perusahaan (termasuk pengendalian internal atas aset tetap). Pada tahap ini, penulis memeriksa apakah perusahaan memilikiinternal control yang baik atas aset tetap. Jika internal control perusahaan baik, maka luas pemeriksaan dalam subtantive testdapat dikurangi. Ciri-ciriinternal control yang baik atas aset tetap sebagai berikut : a.
Setiap penambahan dan pengurangan aset tetap harus diotorisasi oleh pejabat yang berwenang,
b.
Adanya kebijakan dari manajemen mengenaikebijakan penyusutan,
c.
Terdapat detail fixed asset (buku pembantu aset), yang mencantumkan tanggal perolehan, nama aset, harga perolehan, masa manfaat, penambahan/pengurangan aset tetap, dasar depresiasi, beban penyusutan, akumulasi penyusutan, nilai buku awal dan akhir periode, Universitas Indonesia
Audit atas ..., Florensia Riama, FE UI, 2013
58
d.
Setiap aset tetap memiliki nomor kode,
e.
Minimal setahun sekali dilakukan inventarisasi (pemeriksaan fisik aset tetap), untuk mengetahui keadaan dan kondisi aset tetap, dan
f.
Bukti-bukti pemilikan aset tetap disimpan di tempat yang aman.
Dalam memahami internal control, senior in-charge melakukan tanya jawab dengan klien. Dari hasil tanya jawab yangdilakukan senior auditor, disimpulkan perusahaan telah memilikiinternal control atas aset tetap yang baik. KAP DHY telah mengaudit PT FRS selama 10 tahun, internal control perusahaan tentu sudah sangat diperhatikan sejak dulu.
3.
Melaksanakan prosedur analitis awal Sebagai langkah awal untuk menilai aset tetap PT FRS adalah dengan melakukan prosedur analisa awal.Tujuan tim audit melakukan prosedur analitis awal, untuk mencapai pemahaman akan industri dan bisnis kliendengan mempertimbangkan pengetahuan dan pengalaman tentang audit yang diperoleh di tahun sebelumnya, sebagai titik tolak perencanaan audit tahun berjalan. perubahan yang terjadi dapat diamati dari perbandingan nilai aset tetap tahun 2012 (yang belum diaudit) dengan nilai aset tetap tahun 2011 yang telah diaudit untuk mengetahui peningkatan dan penurunan yang signifikan.
Dengan membandingkan nilai aset tetap 2012 dengan nilai aset tetap 2011, auditor dapat mengetahui bahwa pada periode audit Desember 2012, terdapat penambahan dan penjualan aset tetap, sehingga auditor memiliki gambaran untuk melakukan pengujiankhususnya pada penambahan dan penjualan aset tetap, karena dengan adanya penambahan aset tetap dalam jumlah besar di periode tersebut, terdapat kemungkinan lebih besar bagi akuntan untuk melakukan kesalahan.
Universitas Indonesia
Audit atas ..., Florensia Riama, FE UI, 2013
59
Tabel 4.2 Prosedur Analitis yang dilakukan oleh Auditor W/P Reff
G.6
Acc #
Description
Acquisition Cost Leasehold improvement
Final Prior Year Dec 31, 2011
Balance Per Ledger Dec 31, 2012
Increase/ Decrease IDR %
3.336.599.825
3.064.383.935
(272.215.890)
-8,16%
Computer
5.489.957.410
5.679.533.704
189.576.294
3,45%
Office equipment
1.970.179.608
1.978.178.708
7.999.100
0,41%
Vehicle
1.323.669.999
1.323.669.999
-
0,00%
12.120.406.842
12.045.766.346
Total acquisition cost Accumulated Depreciation Leasehold improvement
(74.640.496)
-0,62%
2.219.001.462
2.417.413.351
198.411.889
8,94%
Computer
3.682.120.821
4.305.274.022
623.153.201
16,92%
Office equipment
1.742.255.326
1.814.015.208
71.759.882
4,12%
824.977.284
924.715.824
99.738.540
12,09%
8.468.354.892
9.461.418.404
3.652.051.950
2.584.347.942
Vehicle Total accumulated depreciation BOOK VALUE
993.063.512 (1.067.704.008)
11,73% -29,24%
Sumber informasi laporan keuangan PT FRS (2012) Prosedur analitis diatas akan menjadi salah satu dasar dalam penyusunan strategi audit yang dilakukan penulis. Berdasarkan prosedur analitis tersebut, telah terjadi penurunan aset tetap perusahaan sebesar Rp.74.640.496 yaitu 0,62%. Penurunan aset tetap tersebut dianggap wajar oleh auditor, karena adanya aset tetap perusahaan yang dijual di bulan September untuk semua aset tetap yang berada di Semarang karena cabang tersebut sudah ditutup, dan juga terdapat pengalihan aset tetap yang diberikan perusahaan induk (PT FRS) ke anak perusahaan (PT. XYZ). Prosedur analitis juga dilakukan pada tahap pengujian subtantif untuk memperoleh bukti tentang tujuan audit yang berhubungan dengan saldo atau transaksi apakah terdapat salah saji dan juga pada tahap penyelesaian audit, dengan tujuan sebagai review akhir dalam menilai kewajaran penyajian laporan keuangan yang telah diaudit secara keseluruhan. Umumnya, yang melakukan prosedur analitis akhir adalah seorang manajer yang memiliki pengetahuan mendalam mengenai bisnis klien. Pelaksanaaan prosedur analitis memberikan keyakinan lebih bagi auditor akan kondisi aset tetap PT FRS pada periode tersebut. 4.
Melakukan penilaian atas risiko aset tetap perusahaan Aset tetap yang dimiliki perusahaan umumnya bernilai cukup material. Oleh karena itu, manajemen harus melakukan penilaian risiko atas aset tetap yang Universitas Indonesia
Audit atas ..., Florensia Riama, FE UI, 2013
60
ada. Risiko inheren aset tetap umumnya adalah pencurian, kehilangan, kebakaran, dan sebagainya. Dengan adanya risiko inheren tersebut auditor melakukan pemeriksaan terhadap asset tetap tersebut, apakah manajemen telah menempatkan aset tetap tersebut dengan baik. 4.2.2 Perencanaan Hal-hal utama yang terdapat dalamprosedur audit tahap kedua yaitu perencanaan antara lain : 1.
Melakukan Risk Materiality Analysis (RMA) RMA yaitu menentukan batas materialitas perusahaan apabila ditemukan adanya penyimpangan dalam pembukuan perusahaan serta menganalisis tingkat materialitas akun-akun yang ada. Pada RMA, hal pertama yang dilakukan adalah menentukan batas materialitas (materiality limit) yang merupakan nilai maksimum yang diyakini merupakan keyakinan kesalahan penyajian yang mungkin masih terdapat dalam laporan keuangan, tetapi tidak mempengaruhi keputusan-keputusan yang diambil pengguna laporan keuangan, KAP DHY telah menentukan batas materialitas yaitu sebagai berikut :
Dalam KAP DHY Total aset adalah sebagai dasar penentuan nilai materiality limit. Berdasarkan laporan keuangan 2012 PT FRS, saldo total aset perusahaan mempunyai nilai total aset (Rp. 500.714.054.242) dan akan dijadikan dasar penentuan nilai materiality limit.
Nilai total aset dikalikan standar persentase tingkat materialitas KAP DHY, yaitu sebagai berikut : Materiality limit = Rp. 500.714.054.242 x 5% = Rp. 25.035.702.712
Universitas Indonesia
Audit atas ..., Florensia Riama, FE UI, 2013
61
Dengan demikian ditentukan bahwa materiality limit PT FRS adalah sebesar Rp. 25.035.702.712 dan ditetapkan sebagai tolerable materiality untuk setiap akun. Berdasarkan materiality limit PT FRS, penulis menyimpulkan bahwa nilai aset tetap PT FRS merupakan nilai yang kurang material dalam laporan posisi keuangan. Hal ini dapat dilihat pada laporan keuangan perusahaan tahun 2012, yaitu PT. FRS memiliki total aset tetap sebesar Rp 12.120.406.842 yang berada dibawah tingkat materiality PT FRS yaitu sebesar Rp. 25.035.702.712. 2.
Melakukan persiapan working paper dan pengumpulan dokumen perusahaan. Langkah selanjutnya adalah persiapan working paper yang disertai dengan pengumpulan dan perlengkapan dokumen-dokumen (permanent file dan current file) yang informatif dan terkait dengan aktivitas audit. Untuk akun aset tetap, tim audit memperoleh data berupa detailfixed asset yang mencatat semua data mengenai aset tetap yang dimiliki perusahaan. Detail fixed asset mengandung informasi mengenai tanggal perolehan, nama aset, harga perolehan, masa manfaat, penambahan/pengurangan aset tetap, dasar depresiasi, akumulasi depresiasi pada awal dan akhir periode, beban depresiasi perbulan dan totalnya dalam 1 (satu) tahun serta nilai buku bersih awal dan akhir periode.
3.
Pematangan audit program atas aset tetap Selain itu pada tahap perencanaan dilakukan juga pematangan program dalam mengaudit PT FRS. Adapun audit objectives dan audit program untuk akun aset tetap yang akan dijabarkan secara rinci pada penjelasan tahap fieldwork di bawah ini.
Universitas Indonesia
Audit atas ..., Florensia Riama, FE UI, 2013
62
4.2.3 Fieldwork Pada tahap fieldwork, proses audit yang dilakukan oleh tim audit meliputi uji pengendalian dan uji substantif. Berikut ini akan dijabarkan secara rinci prosedur audit yang dilakukan pada masing-masing pengujian tersebut. a.
Uji pengendalian (test of control)
Setelah melakukan tahap perencanaan, langkah audit yangdilakukan adalah pengujian terhadap pengendalian perusahaan (test of control). Pada praktiknya, terkadang auditor tidak melakukan pengujian pengendalian karena merasa sudah cukup mengenal proses pengendalian klien, sebab sudah melakukan proses audit selama beberapa kali, seperti pada PT FRS yang sudah diaudit oleh KAP DHY selama 10 (sepuluh) tahun. Hal ini merupakan praktik yang salah, karena tentunya kondisi dari klien bisa berubah-ubah tanpa sepengetahuan auditor. Pengujian pengendalian internal atas aset tetap pada PT FRS dilakukan oleh penulis bersamaan dengan proses audit di lapangan (fieldwork) dan berdasarkan arahan dan bimbingan dari senior in charge. Karena PT FRS sudah diaudit oleh KAP DHY selama 10 tahun, maka senior in charge memberitahukan kepada penulis poin-poin apa yang harus penulis uji, terutama tentang permasalahan pengendalian internal atas aset tetap PT FRS. Pada periode audit tahun 2012 ini, penulis fokus pada pengendalian internal aset tetap PT FRS, walaupun nilai aset tetap itu sendiri kurang material.Penulis melakukan inquiries kepada akuntan klien dan melihat working paper pada periode audit tahun sebelumnya. Selain itu, penulis juga melakukan pengujian terhadap dokumen-dokumen transaksi atas aset tetap dan mengamati aktivitas pengendalian terkait aset tetap dengan melakukan observasi berdasarkan hasil wawancara (inquiries) dengan akuntan perusahaan dan data yang ada. Untuk mengetahui bagaimana pengendalian internal atas aset tetap PT FRS pada tahun berjalan 2012, penulis mencoba membandingkan hasil pengujian pengendalian internal atas aset tetap yang telah penulis lakukan dengan komponenpengendalian internal yang dikeluarkan oleh COSO (Committee of Universitas Indonesia
Audit atas ..., Florensia Riama, FE UI, 2013
63
Sponsoring Organizations).Penulis hanya mengandalkan sistem kepercayaan antar individu di dalam pelaksanaannya, maka penulis fokus kepada aktivitas pengendalian (control activities) PT FRS berdasarkan COSO (Committee of Sponsoring Organizations). Pengujian Aktivitas Pengendalian PT FRS Berdasarkan COSO Aktivitas
pengendalian
berhubungan
dengan
4
(empat)
jenis
aktivitas
pengendalian secara spesifik, yaitu pemisahan kewajiban yang memadai, otorisasi yang tepat atas transaksi dan aktivitas, dokumen dan catatan yang memadai, dan pengendalian fisik atas aset dan catatan yang memadai. Berdasarkan hasil pengujian aktivitas pengendalian yang penulis lakukan dan membandingkannya dengan kriteria aktivitas pengendalian berdasarkan COSO, penulis mencoba menjabarkan hasil yang penulis dapat sebagai berikut: 1.
Pemisahan tugas yang Memadai PT FRS telah melakukan pemisahan tugas yang memadai dalam melakukan setiap transaksi yang berhubungan dengan aset tetap.Bagian pengajuan pembelian aset tetap, pembelian aset tetap dan pengeluaran kas untuk membeli aset tersebut dilakukan oleh orang yang berbeda. Dan otorisasi atas setiap transaksi yang terkait dengan aset tetap dilakukan oleh beberapa pihak, mulai dari bagian pengajuan pembelian aset tetap, bagian keuangan dalam pengeluaran kas untuk pembelian aset tetap, bagian akunting untuk pencatatan serta dewan direksi untuk melakukan kendali atas setiap transaksi terkait aset tetap.
2.
Otorisasi yang Tepat atas Transaksi dan Aktivitas Dalam transaksi yang terkait dengan aset tetap, PT FRS selalu ada otorisasi dari pihak yang mengajukan adanya transaksi tersebut sampai dengan pihak tertinggi yang bertanggungjawab atas seluruh kegiatan operasional PT FRS.Berikut ini adalah tabel approval otorisasi untuk pembelian/penjualan aset tetap PT FRS.
Universitas Indonesia
Audit atas ..., Florensia Riama, FE UI, 2013
64
Tabel 4.3Approval Authority PT FRS Delegate Purchase/sales of FA ≥ 100 million CEO ≥ 50 million COO 50 Million HR and Admin, Director ≤ Sumber : Manajemen PT FRS 3.
Dokumen dan Catatan yang Memadai Setiap transaksi yang dilakukan PT FRS telah di dokumentasikan dengan cukup jelas.Seperti pemberian nomor urut dokumen, diurutkan berdasarkan waktu terjadinya transaksi dan dibangun dengan cara-cara yang mendorong penyusunan yang benar, misalnya memberikan ruang untuk otorisasi, bagian kolom yang dirancang untuk data numerik dan lain sebagainya.
4.
Pengendalian Fisik atas Aset dan Catatan yang Memadai Pengendalian
fisik
baikkeberadaannya.
aset Hal
tetap tersebut,
perusahaan terlihat
telah
saat
dijaga
penulis
dengan
melakukan
pemerikasaan fisik terhadap beberapa penambahan aset tetap perusahaan. Pemeriksaan yang telah dilakukan penulis sudah berjalan dengan baik, karena bentuk fisik aset tetap PT FRStelah baik disimpan dan staff yang menemani penulis untuk melakukan pengujian aset tetap sangat baik memberitahukan semua letak aset tetap tersebut dengan cepat dan benar.
Pemeriksaan aset tetap PT FRS dilakukan di home office dan tidak dilakukan untuk semua aset tetap, Dalam melakukan pengecekan fisik, penulis mengambil sampel dengan menggunakan metode scoping, yaitu memilih beberapa sampel dengan nilai terbesar. Penulis mengambil sampel dari 5 (lima) nilai terbesar di setiap kategori aset tetap. Setelah pemeriksaan fisik selesai penulis membuat berita acara atas prosedur cek fisik tersebut yang di tandatangani oleh auditor dan bagian accounting. Dari hasil pemeriksaan tersebut dimana kondisi fisik aset tetap sesuai dengan yang ada dalam dokumen, dan auditor berkeyakinan bahwa aset tetap yang tercantum dalam neraca memang benar ada dan digunakan dalam kegiatan operasional perusahaan.
Universitas Indonesia
Audit atas ..., Florensia Riama, FE UI, 2013
65
Berdasarkan dari hasil pengujian aktivitas pengendalian PT FRS berdasarkan COSO yang penulis lakukan, manajemen PT FRS sudah baik di dalam melakukan aktivitas pengendaliannya (control activities).
b. Uji Substantif (substantive test) Tahap ini merupakan tahap yang penting dalam melakukan audit terhadap aset tetap. Pengujian substantif atas aset tetap yang dipakai adalah test of detail balance dan analytical procedures. Test of detail balance digunakan untuk melihat apakah tujuan dari audit terkait saldo telah terpenuhi. Analytical procedures merupakan pengujian dengan cara membandingkan nilai aset tetap yang tercatat dengan nilai aset tetap yang dihitung oleh auditor. Pada pengujian substantif atas aset tetap, penulis melakukan beberapa hal yaitu : 1.
Melakukan Analytical Procedure Terhadap Saldo Aset Tetap.
Analytical procedure yang dilakukan dalam pengujian substantiveini sebenarnya sama dengan analytical procedures di awal. Namun, pada tahap ini auditordapat melakukan pengujian untuk mengaudit suatu saldo akun karena bisa mengindikasikan, jika terjadi kesalahan pencatatan dan juga menyediakan bukti yang penting dengan melihat peningkatan maupun penurunan aset tetap. Dalam penggujian ini penulis membuat leadschedule untuk akun aset tetap perusahaan. Didalam leadschedule, penulis membandingkan saldo akun aset tetap yang terdapat di dalam general ledger PT FRS per 31 Desember 2012, dengan saldo audit akun aset tetap yang penulis hitung per 31 Desember 2012. Saldo menurut audit, didapatkan dari saldo “beginning balance”ditambah dengan “penambahan aset tetap” dan dikurangi dengan “pengurangan aset tetap”. Penambahan Asset tetap adalah pembelian aset tetap PT FRS selama tahun berjalan, sedangkan pengurangan aset tetap adalah penjualan aset tetap PT FRS selama tahun berjalan. Begitupun juga dengan akun akumulasi penyusutan per audit, yang diperoleh dari saldo “beginning balance” ditambah dengan “penyusutan aset tetap tahun berjalan” dan dikurangi dengan “penyusutan aset tetap untuk aset PT FRS yang telah dijual”. Penurunan saldo aset tetap sebesar Universitas Indonesia
Audit atas ..., Florensia Riama, FE UI, 2013
66
Rp.1.067.704.008 atau turun sekitar 29.24 % dari aset tetap.(leadschedule di lampiran 1) berikut ini adalah transaksi terkait pembelian dan penjualan aset tetap : a.
Penurunanleasehold improvementdengan jumlah Rp.272.215.890 sebagian besar karena adanya penjualan aset di semarang sebesar Rp.324.860.890, dengan nilai akumulasi penyusutan Rp.118.658.983, dan penambahan sebesar Rp.52.645.000.Jumlah tersebut penulis dapat dengan melakukan walthrough ke detail fixed asset.
b. Kenaikan computerdengan jumlah Rp. 189.576.294 sebagian besar karena adanya
penambahan
asettetap
penjualanberupa penghapusan
sejumlah
aset
Rp.
tetap di
301.421.494,
semarang sebesar
dan Rp.
67.100.200dan pengalihan harta ke PT ABC sebesar Rp. 44.745.000 dengan nilai akumulasi penyusutan masing-masing sebesar Rp.24.695.873 dan Rp. Rp. 30.270.166,67. c. Kenaikan
officeequipment
penambahan
sebesar
asetsejumlahRp.
7.999.100
51.258.100
dikarenakan dan
adanya
penjualanoffice
equipmentberupa penghapusan aset tetap di semarang sebesar 36.839.000dan pengalihan harta ke PT ABC sebesar Rp. 6.400.000, dengan nilai akumulasi penyusutan masing-masing sebesar Rp. 12.125,283. d. Pada aset tetap vehicle tidak terdapat penambahan maupun penjualan aset tetap di PT FRS. e. Untuk kenaikan akumulasi penyusutan aset tetap perusahaan terjadi karena pengakuan beban penyusutan dari aset tetap yang dimiliki perusahaan sepanjang tahun 2012 dan pengurangan akumulasi penyusutan karena penjualan aset tetap.
Universitas Indonesia
Audit atas ..., Florensia Riama, FE UI, 2013
67
Tabel 4.4 Penambahan dan Pengurangan Aset Tetap PT FRS Jenis aset tetap
Penambahan
Pengurangan
Increse/decrese
ACQUISITION COST 52.645.000
324.860.890
(272.215.890)
Computer
301.421.494
111.845.200
189.576.294
Office equipment
51.258.100
43.259.000
7.999.100
0
0
0
405.324.594
479.965.090
(74.640.496)
395.077.428
118.658.983
276.418.445
Computer
698.389.314
57.203.290
641.186.024
Office equipment
97.642.878
17.443.617
80.199.261
Vehicle
238.875.000
0
238.875.000
1.429.984.620
193.305.890
1.236.678.730
Leasehold improvement
Vehicle
TOTAL ACC. DEPRE Leasehold improvement
TOTAL
Sumber : Laporan Keuangan PT FRS (2012) 2.
Melakukan Verifikasi Atas Akuisisi/Penambahan Aset Tetap
Penambahan aset tetap adalah salah satu bentuk pergerakan aset tetap di dalam perusahaan. Penambahan aset tetap biasanya bernilai cukup material dan akan membutuhkan pengujian yang tepat untuk menguji penambahan aset tetap yang terdapat pada detail fixed asset sepanjang tahun 2012. Hal ini dilakukan dengan melakukan inquiry kepada manajemen perusahaan, serta melakukan peninjauan pada detail fixed asset dan penelusuran ke buku besar (general ledger) untuk memastikan terdapat penambahan yang dilakukan oleh PT FRS selama periode 2012 yaitu sebesar Rp. 405.324.594. Keputusan penambahan mana yang dijadikan sampel dilakukan oleh auditor. Untuk audit kali ini, penulis memverifikasi sampel audit untuk penambahan sebanyak 5(lima) sampel dengan nominal paling besar dari masing-masing kelompok aset tetap yang ada di PT FRS. Universitas Indonesia
Audit atas ..., Florensia Riama, FE UI, 2013
68
Penulis melakukan vouching terhadap 5 (lima) transaksi penambahan untuk aset tetap. Penulis memeriksa kelayakan dokumen pendukung untuk memverifikasi kebenaran penambahan aset tetap, dokumen-dokemen tersebut antara lain : -
Payment Voucher Payment voucher harus diotorisasi oleh manajer akuntansi dan direktur keuangan, dan untuk penambahan aset tetap yang terjadi dokumen tersebut telah diotorisasi.
-
Purchase Order(PO) Pesanan pembelian dapat dilakukan dengan cara menerbitkan dokumen purchase order. Dokumen purchase order menginformasikan barang yang dipesan, jumlah, harga, tanggal pengiriman, dan jangka waktu pembayaran yang diinginkan oleh perusahaan.
-
Nota atas pembelian aset tetap Nota pembelian aset tetap merupakan dokumen bukti pembelian dari supllier, yang menginformasikan mengenai barang yang dibeli, kuantitas, dan harga.
-
Request Form Formulir untuk internal perusahaan, yang berfungsi untuk mencatat permintaan pembelian barang kepada bagian pembelian.
-
Bukti transfer atas nama PT FRS kepada PT FFF Merupakan dokumen pembayaran yang telah dilakukan perusahaan.
PT FRSmelakukan pencatatan untuk penambahan aset tetap tersebut dengan jurnal sebagai berikut : (Dr)Aset Tetap
Rp. XXX
(Dr)PPN Masukan
Rp. XXX
(Cr)Cash
Rp. XXX Universitas Indonesia
Audit atas ..., Florensia Riama, FE UI, 2013
69
PT FRS melakukan jurnal seperti diatas, dengan melakukan mekanisme pengkreditan pajak masukan dengan pajak keluaran. Hal tersebut diperbolehkan karena jasa yang diberikan oleh PT FRS termasuk jasa kena pajak (JKP).oleh sebab itu, pajak masukan atas penambahan aset tetap tersebut tidak dijadikan biaya atas perolehan aset tetap. Jadi, menurut tim audit jurnal atas penambahan aset tetap diatas sudah benar. 3.
Melakukan Verifikasi Atas Pelepasan/Penjualan Aset Tetap
Tujuan diadakannya verifikasi atas penjualan aset tetap adalah untuk memastikan bahwa aset tetap yang terjual telah dikeluarkan seluruhnya danjuga memastikan bahwa akumulasi penyusutan aset tetap yang terjual telah dikeluarkan seluruhnya dari pembukuan (completenes) dan telah dicatat pada jumlah yang benar (accuration). Penulis melakukanvouching atas dokumen-dokumen pendukung yang menjadi bukti penjualan dan menjadi dasar pencatatan transaksi untuk membuktikan ketepatan pencatatan. Dokumen tersebut yaitu jurnal penjualan aset tetap, berita acara atas penjualanaset tetap, bukti transfer pembayaran, dan rekening koran.Vouching dilakukan dengan cara mengamati, mempelajari dan memahami bukti penjualan dan kemudian membandingkannya (compare) dengan pencatatan perusahaan. Penulis melakukan penelusuran pada bukti penjualan, dan didapatkan data sebagai berikut : -
Jumlah nominal dan tanggal transaksi dan data bukti penjualan, dengan pencatatan pada buku besar sudah sesuai.
-
Transaksi penjualan telah diotorisasi dengan benar Contoh Jurnal untuk tansaksi penjualan aset tetap di Semarang adalah : (Dr)Cash
Rp.18.000.000
(Dr)Akumulasi penyusutan leasehold equip
Rp. 118.658.982
(Dr)Akumulasi penyusutan computer
Rp. 24.695.875 Universitas Indonesia
Audit atas ..., Florensia Riama, FE UI, 2013
70
(Dr)Akumulasi penyusutan office equipment
Rp. 12.125.285
(Dr)Loss on sales
Rp. 255.339.948
(Cr)Leasehold equipment
Rp.324.860.890
(Cr)Computer
Rp.67.100.200
(Cr) Office equipment
Rp.36.869.000
Dengan latar belakang penggunaan model biaya terhadap aset tetap yang dimiliki perusahaan, maka PT FRS mengalami kerugian yang diperoleh dalam penjualan aset tetap tersebut sebesar Rp. 255.339.948 (perbandingan nilai buku dengan harga jual). Selain
mendapatkandokumen
bukti
penjualan,
penulis
juga
melakukan
walkthrough terhadap pengakuan kerugian dari penjualanaset, dan juga akumulasi penyusutan ke buku besar perusahaan. Hal penting yang penulis lakukan untuk verifikasi terhadap penjualan ini yaitu memeriksa apakah akumulasi penyusutan dan aset tetap itu sendiri sudah dihapus dalam daftar aset tetap perusahaan. Hal tersebut dilakukan untuk mecegah adanya pengakuan terhadap aset tetap yang sudah bukan lagi menjadi hak dari perusahaan. Untuk mendapatkan keyakinan atas kerugian dari penjualan aset tetap ini, auditor melakukan rekalkulasi atas nilai kerugian itu dengan mengurangi harga jual dengan nilai buku dari aset tersebut. Setelah dilakukan rekalkulasi ternyata perhitungan yang dilakukan PT FRS dan penulis tidak ada perbedaan, setelah melakukan
rekalkulasi
tersebut
penulis
melakukan
tracing
atas
saldo
kerugianpenjualan aset tersebut ke dalam general ledger untuk menentukan apakah saldo tersebut telahdiklasifikasikan secara benar dan akurat. Dan pengakuan atas saldo itu telah dilakukan secara benar oleh perusahaan didalam laporan laba rugi. Penulis melampirkan Detail fixed asset yang terjual pada lampiran 2.
Universitas Indonesia
Audit atas ..., Florensia Riama, FE UI, 2013
71
4.
Melakukan
Verifikasi
Atas
Beban
Penyusutan
dan
Akumulasi
Penyusutan Aset Tetap. Tujuan audit dilakukannya verifikasi atas beban penyusutan aset tetap adalah untuk memastikan bahwa jumlah beban penyusutan tersebut telah dihitung dan dicatat dengan tepat (accuration). Sedangkan tujuan audit dilakukannya verifikasi atas akumulasi penyusutan aset tetap adalah untuk mengetahui keakuratan pencatatan karena hal ini dapat mempengaruhi ketepatan pencatatan jumlah gain/loss yang didapat perusahaan pada saat terjadi penjualan/realisasi aset tetap. Dalam melakukan pengujian atas saldo penyusutan, penulis melakukan recalculate atas saldo beban penyusutan itu. recalculate atas beban penyusutan ini dilakukan dengan meminta detail fixed asset kepada klien berupa tanggal perolehan, nama aset, harga perolehan, masa manfaat, penambahan/pengurangan aset tetap, dasar depresiasi, akumulasi depresiasi pada awal dan akhir periode, beban depresiasi perbulan dan totalnya dalam 1 tahun serta nilai buku bersih awal dan akhir periode. Setelah itu, penulis melakukan inquiry kepada manajer bagian akuntansi apakah tahun ini terjadi perubahan masa manfaat, metode penyusutan, nilai residu dan semua kebijakan dari aset tetap. Menurut informasi manajer bagian akuntansi, pihak manajemen telah merubah masa manfaat dari aset tetap terhitung sejak bulan September. Tabel 4.5 Perubahan Masa Manfaat PT FRS Jenis aset tetap
Masa manfaat lama
Leasehold improvement
Masa manfaat baru
20% (5 tahun)
25% (4 tahun)
25% (4 tahun)
20% (5 tahun)
(berupa furniture) Vehicle
Sumber informasi dari Manajemen PT FRS Berdasarkan informasi dari bagian akuntansi PT FRS, aset tetap dalam bentuk leasehold equipment yang berubah adalah leasehold equipment yang berupa furniture (seperti rak,kursi, dll). Kemudian auditor mengelompokan aset tetap yang berubah masa manfaatnya dari detail fixed asset. Perusahaan salah dalam melakukan perhitungan penyusutan dengan adanya perubahan masa manfaat, Universitas Indonesia
Audit atas ..., Florensia Riama, FE UI, 2013
72
yaitu tidak menghitung secara prospektif. Setelah mendapatkan jumlah beban penyusutan dari hasil recalculate tersebut, penulis membandingkannya dengan buku besar (general ledger) perusahaan. Berikut ini adalah Perbandingan untuk total aset tetap antara pencatatan PT FRS dan hasil perhitungan ulang tim audit : Tabel 4.6 Perhitungan Penyusutan Aset Tetap oleh Manajemen A. Perhitungan Manajemen
Jumlah
Acquisition Cost
Rp. 12.045.766.346
Acc. Depr. 31 Desember 2012
Rp. 9.461.418.404
NBV per 31 Desember 2012 (detail FA)
Rp. 2.584.347.942
Depr. Exp. 31 Desember 2012
Rp. 1.186.369.403
Sumber : Laporan Keuangan PT FRS (2012) Tabel 4.7 Perhitungan Penyusutan Aset Tetap oleh Tim Audit B. Perhitungan Ulang Tim Audit
Jumlah
Acquisition Cost
Rp. 12.045.766.346
Acc. Depr. 31 Desember 2012
Rp. 9.572.346.376
NBV per 31 Desember 2012 (perhitungan
Rp. 2.473.419.970
auditor) Depr. Exp. 31 Desember 2012
Rp. 1.297.297.374
Universitas Indonesia
Audit atas ..., Florensia Riama, FE UI, 2013
73
Tabel 4.8 Rincian Perhitungan Penyusutan menurut Manajemen dan Auditor
Jenis Aset Tetap
Perhitungan Penyusutan manajemen
Perhitungan penyusutan auditor
Increse/Decrese
Leasehold Improvement
317.070.872
315.677.504
1.393.368
Computer
680.356.491
680.356.491
0
Office Equipment Vehicle
89.203.500
89.203.500
0
99.738.540
212.059.879
(112.321.339)
1.186.369.403
1.297.297.374
(110.927.971)
TOTAL
Dapat terlihat pada tabel 4.8 , bahwa terdapat perbedaan antara perhitungan beban
penyusutan antara tim audit dengan pencatatan perusahaan. Hal tersebut dikarenakan, adanya perubahan masa manfaat yang dilakukan klien terhadap aset tetap leasehold equipmentyang berupa furniture dan vehicle. Perusahaan mencatat beban penyusutan tahun 2012 sebesar Rp.1.186.369.403, sedangkan hasil perhitungan tim audit secara prospektif memberikan hasil beban penyusutan tahun 2012 sebesar Rp.1.297.297.374.. Atas temuan ini, tim audit mengusulkan untuk melakukan pemyesuaian (adjusment) atas beban penyusutan tersebut. Penulis akan mengilustrasikan penyesuaian atas recompute yang telah di hitung oleh tim audit dan juga bagian akuntansi dari perusahaan terkait perubahan masa manfaat untuk aset tetap vehicle. Jurnal pertama untuk penyesuaian perubahan masa manfaat PT FRS, tim audit menjurnal balik nilai akumulasi penyusutan aset tetap, sehingga didapatkan nilai akumulasi penyusutan sebelum perubahan masa manfaat.Jurnal balik tersebut dibuat karena pada bulan September perusahaan telah menghapus nilai akumulasi penyusutan dengan rate lama (20%) sebesar Rp.847.602.292dan mengganti nilai akumulasi penyusutan dengan rate baru (25%) sebesar Rp.738.065.833, jurnal balik tersebut sebagai berikut :
Universitas Indonesia
Audit atas ..., Florensia Riama, FE UI, 2013
74
(Dr) Acc. Depre. Exp. Motor vehicle Rp.738.065.833 (Dr) Acc. Depre. Exp. Motor vehicle Rp.109.536.459 (Cr) Acc. Depre. Exp. Motor vehicle
Rp.847.602.292
Sebagai konsekuensinya perusahaan salah dalam menghitung beban penyusutan, maka yang dilakuan tim audit adalah pertama membalik jurnal dengan perhitungan beban penyusutan yang salah kemudian membuat jurnal dengan perhitungan beban penyusutan yang benar. Jurnal tersebut sebagai berikut : (Dr) Acc. Depre. Exp. Motor Vehicle
Rp.52.463.332
(Cr) Depre. Exp. Motor Vehicle
Rp.52.463.332
Jurnal setelah dilakukan perhitungan secara prospektif : (Dr) Depre. Exp. Motor Vehicle
Rp.29.594.880
(Cr) Acc. Depre. Exp. Motor Vehicle
Rp.29.594.880
Sebagai contoh, Penulis akan mengilustrasikan perhitungan ulang beban penyusutan secara prospektif yang dilakukan penulis untuk aset tetap vehicle, yaitu : Tanggal
Description
perolehan
02 maret
1 unit toyota
2010
innova
Book Value
Masa
Masa
September
manfaat
manfaat
lama
baru
4 tahun
5 tahun
Rp.236.800.000
Sumber : Daftar Aset Tetap PT FRS (2012)
Universitas Indonesia
Audit atas ..., Florensia Riama, FE UI, 2013
75
Perhitungan secara prospektif : Beban Penyusutan Prospektif
=
Book value per tanggal perubahan dibagi dengan sisa masa manfaat
=
Rp. 88.800.000 30 bulan
=
Rp. 2.960.000
Catatan : Sudah disusutkan 03 maret 2010 – 31 Desember 2010 = 10 bulan 1 januari 2011 – 31 Desember 2011 = 12 bulan 1 januari 2012 – 30 September 2012 = 08 bulan Sisa masa manfaat Masa manfaat 5 tahun = 60bulan – (30 bulan) = 30 bulan
Setelah dilakukan perhitungan ulang secara prospektif, atas beban penyusutan yang mengalami perubahan masa manfaat untuk aset tetap leasehold improvement berupa furniture dan aset tetap vehicle PT FRS. Nilai akun akumulasi penyusutan bulan September diperoleh dari akumulasi penyusutan bulan Agustus ditambah dengan beban penyusutan yang telah dihitung ulang, dan untuk saldo book value perhitungan tetap menerapkan model biaya yaitu harga perolehan dikurangi akumulasi penyusutan, begitupun untuk aset tetap yang lainnya. 4.2.4 Reporting Pada tahap penyelesaian audit, prosedur analitis harus dilakukan untuk terakhir kali dengan tujuan untuk memberikan pengamatan akhir untuk mengetahui kesalahan yang mungkin dilakukan klien. Selain itu, prosedur analitis pada tahap penyelesaian ini dilakukan untuk antisipasi diperlukannya pengungkapan tambahan terkait hal-hal yang terjadi dalam masa subsequent. Prosedur analitis pada tahap ini tidak teridentifikasi adanya kesalahan. umumnya yang melakukan prosedur analitis akhir adalah seorang manajer yang memiliki pengetahuan mendalam megenai bisnis klien. pada tahap penyelesaian audit PT FRS, baik Universitas Indonesia
Audit atas ..., Florensia Riama, FE UI, 2013
76
manajer maupun partner melakukan review keseluruhan atas laporan keuangan PT FRS untuk mengantisipasi adanya kemungkinan kesalahan yang belum diidentifikasi oleh tim audit. Pada tahap akhir ini, tim audit mengulas kembali pemeriksaan atas akun aset tetap yang telah dilakukan penulis sampai dengan tahap substantive test. Setelah melalui pengujian dan pemeriksaan, tidak terdapat kesalahan dalam pencatatan tansaksi penjualan ataupun penambahan aset tetap perusahaan. Tetapi, tim audit menemukan adanya kesalahan perhitungan beban penyusutan atas aset tetap yangdisebabkan pererubah masa manfaatnya. Atas hasil temuan tersebut, tim audit mengajukan jurnal adjusment dan telah disetujui oleh perusahaan. Setelah dilakukan adjusment atas temuan-temuan audit tersebut, tim audit kemudian melakukan review dan menyusun kembali laporan keuangan perusahaan terkait adjusment yang telah dibuat. Berdasarkan pemeriksaaan yang telah dilakukan, tim audit dapat memberikan opini bahwa laporan keuangan perusahaan terkait akun aset tetap telah disajikan dengan wajar. 4.3 Hasil Temuan Audit Dalam
melaksanakan
kegiatan
audit
di
lapangan,
manajer
akuntansi
menginformasikan bahwa terdapat perubahan kebijakan masa manfaat dibulan September terhadap aset tetap PT FRS yaitu untuk aset tetap leasehold improvementberupa furniture (seperti rak, kursi, dll),yang masa manfaatnya berubah dari 5 (lima) tahun menjadi 4 (empat) tahun, dan untuk aset tetap vehicle masa manfaatnya berubah dari 4 (empat) tahun menjadi 5(lima) tahun. Penulis mempelajari, memahami, dan mengecek pencatatan dan perhitunganbeban penyusutan atas perubahan masa manfaat aset tetap perusahaan. Setelah mengecek pencatatan aset tetap tersebut, penulis menemukan kesalahan perhitungan beban penyusutan aset tetap yang dilakukan klien. Kesalahan tersebut tidak material namun sangat mempengaruhi laporan audit pada tahun sebelumnya yang membuat auditor harus melakukan pengujian rinci atas akun beban penyusutan PT FRS. Oleh karena itu, Dan selanjutnya, penulis menjelaskan masalah tersebut
Universitas Indonesia
Audit atas ..., Florensia Riama, FE UI, 2013
77
kepada manager dan partner KAP DHY,mengenai hal-hal yang harus dilakukan untuk masalah ini. Berdasarkan pengetahuan penulis dalam akuntansi,penulis memberi saran kepada klien untuk mengubah perhitungan penyusutan aset tetap dengan perubahan masa manfaat tersebut secara prospektif dan klien menyetujui saran dari penulis untuk melakukan perhitungan ulang dan membuat jurnal penyesuaian. 4.4
Analisis
4.4.1
Analisis Kebijakan Aset Tetap PT FRS
4.4.1.1 Analisi Kebijakan Penyusutan Aset Tetap Kebijakan aset tetap PT FRS telah mengikuti peraturan berdasarkan PSAK 16 (revisi 2011) dan teori yang telah penulis jelaskan di bab landasan teori. Perusahaan menggunakan model biaya untuk pencatatan aset tetapnya, maka aset tetap yang dimiliki oleh PT FRS dinyatakan berdasarkan harga perolehan. Penyajian aset tetap di dalam neraca sebesar harga perolehan dikurangi dengan akumulasi penyusutan sampai tahun berjalan. PT FRS mengakui beban penyusutan aset tetap menggunakan metode garis lurus (straight line method) dengan ketentuan, penyusutan mulai dihitung pada bulan dimana aset tetap tersebut dibeli. Sedangkan untuk nilai residu, kebijakan awal untuk semua aset tetap yang dimiliki perusahaan memiliki nilai residu sama dengan nol. Aset tetap yang dimilki oleh PT FRS, semua digunakan dalam menunjang kegiatan operasional perusahaan. 4.4.1.2 Analisis Kebijakan Penambahan Aset Tetap Kebijkan penambahan aset tetap PT FRS sudah mengikuti PSAK 16 (revisi 2011) dan teori yang telah penulis jelaskan di bab landasan teori. Semua biaya yang boleh dimasukkan dalam kebijakan penambahan aset tetap PT FRS sama dengan kategori biaya menurut PSAK 16 (revisi 2011).Namun PT FRS belum memiliki peraturan yang jelas terkait nilai aset tetap yang akan dikapitalisasi.
Universitas Indonesia
Audit atas ..., Florensia Riama, FE UI, 2013
78
4.4.1.3 Analisis Kebijakan Pelepasan Aset Tetap Kebijakan pelepasan aset tetap PT FRS, yaitu dengan menghapus nilai aset dalam daftar aset tetap dan laporan keuangan perusahaan. Pelepasan aset tetap PT FRS ada dua cara, pertama dilakukan saat menjual aset tetap dan kedua saat pengalihan aset tetap yang diberikan perusahaan induk (PT FRS) ke anak perusahaan (PT. XYZ). Kebijakan pelepasan PT FRS sudah sesuai dengan ketentuan dalam PSAK 16 (revisi 2011). 4.4.2
Analisis Prosedur Audit Atas Aset Tetap PT FRS
Berdasarkan teori mengenai audit aset tetap berdasarkan arens et al (2009) dan praktik yang dijelaskan pada bab pembahasan, dapat dikatakan bahwa antara teori dan praktik tidak ada perbedaan yang signifikan dalam prosedur. Semua prosedur telah dilakukan auditor dalam audit aset tetap PT FRS dan sebagian besar telah sesuai dengan SPAP. 4.4.2.1 Analisis Prosedur Evaluasi Pengendalian Arens et al (2009) mengatakan ada trade-off antara test of control dengan substantive test.Jika auditor menilai risiko pengendalian adalah rendah, maka auditor harus melakukan test of control untuk mendukung penilaian atas pengendalian internal tersebut.Jika hasil pengujian pengendalian internal mendukung penilaian risiko pengendalian tersebut, substantive test dapat dikurangi. Namun strategi KAP DHY atas audit aset tetap PT FRS yaitu, melaksanakan semua pengujian baik test of control berdasarkan COSO yang dapat disimpulkan bahwa pengendalian internal telah sangat baik dan tim audit juga melaksanakan substantive test dengan lebih terinci akibat adanya perubahan masa manfaat aset tetap PT FRS. 4.4.2.2
Analisis Prosedur Pengujian Substantif
Tidak ada perbedaan dari pengujian substantif dalam SPAP sesuai SA Seksi 313 tentang pengujian substantif dan pengujian yang dilakukan auditor KAP DHY. Universitas Indonesia
Audit atas ..., Florensia Riama, FE UI, 2013
79
Semua pengujian telah dilakukan oleh tim audit dari prosedur analitis, verifikasi penambahan, penjualan, beban penyusutan dan akumulasi penyusutan telah dilakukan tim audit pada saat mengaudit PT FRS. Selain itu dalam melakukan verifikasi beban penyusutan, tim audit memeriksa dan menganalisis perhitungan dan pencatatan yang dilakukan PT FRS atas perubahan masa manfaat yang terjadi. Tim audit menemukan ketidaksesuaian dengan PSAK 16 (revisi 2011), yaitu perhitungan beban penyusutan yang mengalami perubahan masa manfaat tidak dilakukan secara prospektif seperti yang tertera di PSAK. Namun, tim audit telah melakukan penyesuaian akibat kesalahan tersebut.
Universitas Indonesia
Audit atas ..., Florensia Riama, FE UI, 2013
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Aset tetap merupakan salah satu sarana bagi PT FRS untuk menghasilkan pendapatan. Maka dari itu informasi tentang aset tetap merupakan salah satu informasi penting yang akan dilihat oleh pengguna laporan keuangan untuk menilai kelanjutan usaha PT FRS. Di sini peran auditor menjadi penting untuk menyatakan kewajaran penyajian laporan keuangan secara umum, dan akun aset tetap secara khusus.
Berdasarkan hasil laporan magang penulis, mengenai pelaksanaan prosedur audit atas aset tetap PT FRS, maka penulis memberikan beberapa kesimpulan mengenai pelaksanaan audit atas aset tetap PT FRS, yaitu sebagai berikut : 1. Kebijakan akuntansi terkait aset tetap PT FRS sebagian besar telah sesuai dengan ketentuan PSAK 16 (revisi 2011) tentang aset tetap. Walaupun, perusahaan salah dalam melakukan perhitungan penyusutan aset tetap, tim audit sudah membuat penyesuaiannya atas kesalahan perhitungan perusahaan sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku umum. 2. Prosedur audit yang dilakukan KAP DHY dalam audit atas aset tetap PT FRS telah mengikuti Standar Profesional Akuntan Publik. 3. Berdasarkan audit yang telah dilaksanakan, terdapat temuan audit terkait penrubahan masa manfaat, sehingga dilakukan perhitungan ulang sesuai dengan ketentuan PSAK 16 (revisi 2011), yaitu secara prospektif.
5.2 Saran Selama melaksanakan program magang di KAP DHY, penulis merasa terdapat beberapa hal, dimana penulis perlu untuk memberikan saran, baik untuk KAP DHY maupun PT FRS guna membangun suatu perubahan yang lebih baik lagi kedepannya.
80
Audit atas ..., Florensia Riama, FE UI, 2013
Universitas Indonesia
81
5.2.1
Saran Kepada PT FRS
Saran yang ingin disampaikan penulis terhadap PT FRS selaku klien adalah PT FRS perlu meningkatkan kecermatan dan pengetahuan yang lebih baik lagi dalam melakukan perhitungan penyusutan dan juga melakukan review terhadap beberapa aset tetap yang mengalami perubahan masa manfaat.
5.2.2
Saran Kepada KAP Darmawan, Hendang, dan Yogi (DHY)
Saran yang perlu penulis sampaikan untuk KAP DHY selaku tempat magang penulis adalah sebagai berikut : 1. Penjelasan dan pelaksanaan prosedur audit yang telah ditetapkan KAP DHY secara rinci dan terstruktur merupakan hal yang penting dalam audit lapangan. Penjelasan atas tiap-tiap prosedur audit seharusnya dapat dilakukan terhadap mahasiswa magang, sehingga mahasiwa yang melaksanakan magang di KAP DHY dapat lebih memahami bagaimana teori yang didapatkan mahasiswa magang di universitasnya dapat diterapkan di dalam praktek kerja audit secara nyata. 2. Usahakan untuk tetap menjaga kredibilitas yang tinggi dengan menyelesaikan audit sesuai kontrak dan tepat waktu, sehingga hubungan baik dengan klien akan terus terjaga sampai akhirnya mampu mempertahankan klien sampai dengan tahun-tahun berikutnya.
Universitas Indonesia
Audit atas ..., Florensia Riama, FE UI, 2013
DAFTAR REFERENSI
Arens, Alvin A., Mark S. Beasley, Randal J. Elder, dan Amir Abadi Jusuf. (2009). Auditing and Assurance Services an Integrated Approach – an Indonesian Adaptation. Singapore: Prentice Hall. Christina. (2013, 14 Februari). Wawancara Personal. Dunia, Firdaus A. (2005). Ikhtisar Lengkap Pengantar Akuntansi. Jakarta: Penerbit Salemba Empat. http://www.dhycpas.com/contact.html (Website resmi KAP DHY), diakses pada tanggal 09 Maret 2013, pukul 20.00. Ikatan Akuntan Indonesia. (2012). Standar Professional Akuntan Publik. Analytical Procedures. PSA No. 22 ( SA Seksi 329). Jakarta. Ikatan Akuntan Indonesia. (2011). Pernyataan standar Akuntansi Keuangan Indonesia Nomor 16 Revisi 2011: Aset Tetap. Jakarta: IAI. Ikatan Akuntan Indonesia. (2009). Pernyataan standar Akuntansi Keuangan Indonesia Nomor 25 Revisi 2009: Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi, Akuntansi, dan Kesalahan. Jakarta: IAI. Ikatan Akuntan Indonesia. (2009). Standar Professional Akuntan Publik. Tujuan Audit ( SA Seksi 329). Jakarta. Kieso, Donald E., Jerry J. Weygandt, dan Terry D. Warfield. (2011). Intermediate Accounting Volume 1 IFRS edition. New Jersey: John Wiley & Sons, Inc. Kieso, Donald E., Jerry J. Weygandt, dan Terry D. Warfield. (2011). Intermediate Accounting Volume 2 IFRS edition. New Jersey: John Wiley & Sons, Inc. Romney, Marshall
B.,
Paul,
Steinbart. (2012)
“Accounting
Information
System”. 12 th edition. Pearson Prentice Hall. New Jersey.
82
Audit atas ..., Florensia Riama, FE UI, 2013
Universitas Indonesia
Lampiran 1 : Leadschedule Fixed Asset PT FRS periode 31 Desember 2012
83 Audit atas ..., Florensia Riama, FE UI, 2013
Universitas Indonesia
Lampiran 2 : Daftar Penjualan Aset Tetap PT FRS
84 Audit atas ..., Florensia Riama, FE UI, 2013
Universitas Indonesia
Lanjutan Lampiran 2 : Daftar Penjualan Aset Tetap PT FRS
85 Audit atas ..., Florensia Riama, FE UI, 2013
Universitas Indonesia