UNIVERSITAS INDONESIA
AUDIT PADA PIUTANG USAHA PT XYZ
LAPORAN MAGANG
DEWI NURAINI RAIDY 0906525081
FAKULTAS EKONOMI PROGRAM STUDI AKUNTANSI DEPOK DESEMBER 2012
Audit pada..., Dewi Nuraini Raidy, FE UI, 2012
UNIVERSITAS INDONESIA
AUDIT PADA PIUTANG USAHA PT XYZ
LAPORAN MAGANG Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi
DEWI NURAINI RAIDY 0906525081
FAKULTAS EKONOMI PROGRAM STUDI AKUNTANSI DEPOK DESEMBER 2012
Audit pada..., Dewi Nuraini Raidy, FE UI, 2012
ii
Audit pada..., Dewi Nuraini Raidy, FE UI, 2012
iii
Audit pada..., Dewi Nuraini Raidy, FE UI, 2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas rahmat dan karuniaNya, penulis mampu menyelesaikan laporan magang dengan judul ”Audit pada Piutang Usaha PT XYZ”. Penulisan laporan magang ini ditujukan untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan dalam rangka memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Program S-1 Reguler jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada pihakpihak yang selama ini mendukung dan membantu penulis dalam penyelesaian laporan magang, yaitu kepada: 1. Allah Swt karena telah memberikan kesehatan, kesabaran, dan jalan sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini. 2. Orang tua, kakak, dan keluarga saya yang telah memberikan dukungan serta mendoakan penulis sehingga penulis mampu bertahan dan melakukan yang terbaik yang penulis mampu lakukan untuk menyelesaikan laporan magang ini. 3. Bapak Firdaus Ahmad Dunia, selaku dosen pembimbing, yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk membimbing penulis dalam penyusunan laporan magang ini. Terima kasih atas bantuan dan kesabarannya. 4. Ibu Evony Silvino dan Bapak Eko Wisnu Warsitosunu, selaku dosen penguji, yang telah memberikan masukan-masukan membangun yang berguna bagi penulis untuk dapat memperbaiki laporan magang ini. 5. Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia serta Pihak Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia yang memberikan pembelajaran selama penulis menyelesaikan studi akademis. Tidak lupa juga terima kasih kepada Para Petugas Perpustakaan FEUI yang selalu dengan senyum dan tawa membantu para mahasiswa. 6. Pihak RSM AAJ Associates yang telah banyak membantu dalam pelaksanaan program magang, khususnya kepada Mas Bayu, Pak IW, Kak Dona, Kak Leo, Kak Zia, Pak Mumu, Kak Dita, Kak Rizva, Kak Shinta, dan rekan lainnya. iv
Audit pada..., Dewi Nuraini Raidy, FE UI, 2012
Kebersamaan yang relatif singkat telah memberikan penulis kesan mendalam, bukan hanya sebagai pengemban profesi auditor, tetapi sebagai rekan satu tim. Penulis juga tidak lupa menyampaikan terima kasih kepada rekan-rekan klien yang telah memberikan kerjasama dan kenangan yang menyenangkan selama proses magang. Terima kasih pula atas kerjasamanya serta kebersamaannya kepada teman-teman FEUI yang menjalankan magang bersama-sama penulis di RSM AAJ Associates. 7. Terima kasih penulis ucapkan kepada sahabat-sahabat satu kosan, Rahma Dewi Pandiangan dan Ferina Debby Natashya Hutahaean, atas kerjasamanya menjaga kekondusifan serta sahabat-sahabat sepermainan, Benmarch Pranto Simanjuntak dan Adi Nugroho, atas bantuannya, doanya, penghiburannya selama penulis menyelesaikan laporan magang. 8. Kepada teman-teman di UKF Tae Kwon Do FEUI, terima kasih atas dukungannya dan pengertiannya pada penulis selama penulis menyelesaikan laporan magang ini. Terima kasih atas kebersamaannya selama 3,5 tahun ini. Tae Kwon Do FEUI: Emas! Emas! Emas! 9. Terima kasih pula kepada teman-teman di Badan Otonom Economica, khususnya pada Bunga Aulia Juhedi, M. Fikruzzaman Rahawarin, Atrifia Aulia, Chrystine Tampubolon, Prasetya Bhagasnara, Radot Kornelius, dan Edo Irfandi, atas dukungan, bantuan, dan pengertiannya pada selama penulis menyelesaikan laporan magang ini. BOE: Sekedar Kata-kata Bukan Budaya Kami! 10. Terima kasih kepada segala pihak yang telah membantu, mendukung, dan mendoakan penulis selama magang serta selama penyelesaian laporan magang ini.
Akhir kata semoga, semoga laporan magang ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan.
Depok, Desember 2012 Penulis
v
Audit pada..., Dewi Nuraini Raidy, FE UI, 2012
vi
Audit pada..., Dewi Nuraini Raidy, FE UI, 2012
ABSTRAK
Nama
: Dewi Nuraini Raidy
Program Studi : Akuntansi Judul
: Audit pada Piutang Usaha PT XYZ
Laporan ini membahas mengenai proses audit atas piutang usaha dari perusahaan yang bergerak dalam industri manufaktur untuk produk tekstil, dalam kasus ini adalah PT XYZ. Secara lebih rinci, dibahas mengenai pengendalian internal secara keseluruhan, PSAK No. 7 mengenai pihak-pihak berelasi, PSAK No. 10 mengenai transaksi dalam mata uang asing, PSAK No. 23 mengenai pengakuan pendapatan, prosedur audit, dan temuan hasil audit piutang usaha PT XYZ. Berdasarkan proses audit yang dijalankan tim audit KAP, dapat diambil kesimpulan bahwa piutang usaha PT XYZ telah disajikan secara wajar dan sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yang berlaku umum.
Kata Kunci: Proses Audit, Piutang Usaha, Industri Manufaktur
vii
Audit pada..., Dewi Nuraini Raidy, FE UI, 2012
Universitas Indonesia
ABSTRACT
Name
: Dewi Nuraini Raidy
Major
: Accounting
Title
: Audit for PT XYZ Trade Receivables
The report describes the audit process of trade receivables that incurred by company engaged in manufacturing industry for textile product, in this case is PT XYZ. Furthermore the report describes the internal control, PSAK 7 about related parties, PSAK 10 about transaction in foreign currency, PSAK 23 about the revenue recognition, audit procedure, and findings from the trade receivables audit on PT XYZ. Based on the audit process that applied by the public accountant firm, can be concluded that trade receivables account of PT XYZ has been fairly presented in accordance with the generally accepted accounting principles and standards.
Key words: Audit Process, Trade Receivables, Manufacturing Industry
viii
Audit pada..., Dewi Nuraini Raidy, FE UI, 2012
Universitas Indonesia
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS .................................................... ii LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................. iii KATA PENGANTAR ......................................................................................... iv LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ............................ vi ABSTRAK ........................................................................................................... vii DAFTAR ISI ........................................................................................................ ix DAFTAR TABEL ................................................................................................ xi DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xii DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xiii 1. PENDAHULUAN ......................................................................................... 1.1. Latar Belakang Pelaksanaan Program Magang ....................................... 1.2. Tujuan Program Magang ......................................................................... 1.3. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Magang ............................................... 1.4. Ruang Lingkup Kegiatan Magang .......................................................... 1.5. Ruang Lingkup Penulisan Laporan Magang ........................................... 1.6. Sistematika Penulisan Laporan Magang .................................................
1 1 1 2 2 3 3
2. LANDASAN TEORI .................................................................................... 2.1. Piutang .................................................................................................... 2.1.1. Definisi Piutang ............................................................................. 2.1.2. Klasifikasi Piutang ........................................................................ 2.1.3. Pengendalian Internal atas Piutang ............................................... 2.1.4. Piutang Tak Tertagih ..................................................................... 2.1.5. Penyajian Piutang di Laporan Posisi Keuangan ............................ 2.2. Pengauditan ............................................................................................. 2.2.1. Definisi Audit ................................................................................ 2.2.2. Jenis-jenis Audit ............................................................................ 2.2.3. Peranan dari Audit atas Laporan Keuangan .................................. 2.2.4. Tujuan Audit atas Laporan Keuangan ..........................................` 2.2.5. Proses Audit atas Laporan Keuangan ........................................... 2.3. Audit atas Piutang ................................................................................... 2.3.1. Tujuan Audit atas Piutang ............................................................. 2.3.2. Pengujian Audit atas Piutang ........................................................ 2.4. Standar Akuntansi yang Terkait dengan Audit atas Piutang ................... 2.4.1. PSAK No. 7 (revisi 2010) mengenai Pihak-pihak Berelasi .......... 2.4.2. PSAK No. 10 mengenai Transaksi dalam Mata Uang Asing ....... 2.4.3. PSAK No. 23 mengenai Pendapatan .............................................
5 5 5 5 6 7 9 9 9 10 11 12 15 24 24 26 38 38 39 40
3. PROFIL KANTOR AKUNTAN PUBLIK DAN KLIEN ......................... 3.1. Profil KAP Aryanto, Amir Jusuf, Mawar & Saptoto .............................. 3.1.1. AAJ Smart ..................................................................................... 3.2. Profil PT XYZ .........................................................................................
42 42 44 45
ix
Audit pada..., Dewi Nuraini Raidy, FE UI, 2012
Universitas Indonesia
3.2.1. Penerapan PSAK dalam Akuntansi PT XYZ ................................ 45 4. ANALISIS / DESKRIPSI HASIL MAGANG DAN PEMBAHASAN .... 4.1. Pendekatan Audit KAP AAJ ................................................................... 4.1.1. Client Acceptance and Re-evaluation .......................................... 4.1.2. Preplanning / Understanding the Client’s Business .................... 4.1.3. Audit Planning and Risk Materiality Analysis ............................. 4.1.4. Fieldwork / Conduct the Audit ..................................................... 4.1.5.Completion and Reporting ............................................................ 4.2. Gambaran Umum Piutang PT XYZ ........................................................ 4.3. Program Audit KAP AAJ atas Piutang Usaha ........................................ 4.4. Pelaksanaan Prosedur Audit atas Piutang Usaha PT XYZ ..................... 4.5. Hasil Audit atas Piutang Usaha PT XYZ ................................................
47 47 48 48 49 52 52 52 53 60 67
5. KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................... 5.1. Kesimpulan ............................................................................................. 5.2. Saran ........................................................................................................ 5.2.1. Saran untuk KAP Aryanto, Amir Jusuf, Mawar & Saptoto ......... 5.2.2. Saran untuk PT XYZ ....................................................................
71 71 72 72 72
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 74
x
Audit pada..., Dewi Nuraini Raidy, FE UI, 2012
Universitas Indonesia
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Asersi Manajemen untuk Setiap Kategori Asersi ............................. 12 Tabel 4.1. Persentase berdasarkan Kategori Klien ............................................. 50 Tabel 4.2. Perhitungan Overall Materiality ....................................................... 51 Tabel 4.3. Perhitungan Performance Materiality .............................................. 51 Tabel 4.4. Tujuan Audit atas Akun Piutang KAP AAJ ...................................... 53 Tabel 4.5. Program Audit Akun Piutang KAP AAJ .......................................... 54 Tabel 4.6. Analisis Piutang Usaha PT XYZ ...................................................... 63 Tabel 4.7. Analisis Piutang Usaha terhadap Penjualan PT XYZ ....................... 64 Tabel 4.8. Aging Schedule Piutang Usaha PT XYZ ........................................... 64 Tabel 4.9. Saldo Akun Pihak Berelasi ............................................................... 69 Tabel 4.10. Sifat Transaksi Pihak Berelasi ........................................................ 69 Tabel 4.11. Piutang dalam Laporan Posisi Keuangan PT XYZ ......................... 70
xi
Audit pada..., Dewi Nuraini Raidy, FE UI, 2012
Universitas Indonesia
DAFTAR GAMBAR
Gambat 2.1. Pemisahan Fungsi-fungsi Piutang .................................................
6
Gambar 2.2. Metodologi Desain Pengujian Perincian Saldo Piutang Usaha ..... 27 Gambar 3.1. Langkah Penting KAP AAJ .......................................................... 42 Gambar 3.2. Struktur Organisasi KAP AAJ ...................................................... 44 Gambar 4.1. Pendekatan Audit KAP AAJ ........................................................ 47 Gambar 4.2. Flowchart Alur Dokumen Penjualan ............................................ 62
xii
Audit pada..., Dewi Nuraini Raidy, FE UI, 2012
Universitas Indonesia
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1: Perhitungan Materialitas ................................................................ 75 Lampiran 2: Lead Schedule Piutang Usaha PT XYZ ......................................... 76 Lampiran 3: Rincian Piutang Usaha per 30 Juni 2012 ....................................... 77 Lampiran 4: Confirmation Control Piutang Usaha PT XYZ ............................. 78 Lampiran 5: Perhitungan Revaluasi Piutang Usaha – Ekpor ............................. 79 Lampiran 6: Perhitungan Revaluasi Piutang Usaha – Lokal ............................. 80 Lampiran 7: Vouching Piutang Usaha PT XYZ ................................................. 81
xiii
Audit pada..., Dewi Nuraini Raidy, FE UI, 2012
Universitas Indonesia
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Pelaksanaan Program Magang Dewasa ini, Indonesia telah masuk dalam era globalisasi. Di era globalisasi ini, persaingan dalam dunia pekerjaan sangatlah ketat. Setiap orang dituntut untuk memiliki kemampuan dan kompetensi yang mumpuni untuk dapat bersaing dalam memperoleh pekerjaan. Salah satu caranya yakni melalui jalur akademis. Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia dalam rangka menghasilkan lulusan yang memiliki kemampuan dan kompetensi yang unggul, membuka program magang, selain sebagai pengganti skripsi, agar para mahasiswa akuntansi dapat siap masuk dalam dunia kerja dengan memperoleh pengalaman kerja. Melalui program magang, mahasiswa dapat mengaplikasikan secara langsung teori-teori yang telah dipelajari selama kuliah ke dalam dunia nyata serta memperoleh pengetahuan lebih dimana praktek kerja nyatanya seringkali berbeda dengan apa yang dipelajari ketika kuliah. Mahasiswa yang mengikuti program magang akan memiliki nilai jual yang lebih tinggi ketika melamar kerja karena perusahaan akan lebih memilih tenaga kerja yang berpengalaman. Selain itu, mahasiswa juga berkembang dari sisi softskill, seperti kemampuan komunikasi, bekerja sama, disiplin, dan lain sebagainya, karena pada saat melaksanakan magang, mahasiswa harus dapat beradaptasi dengan cara kerja perusahaan yang profesional dan pada umumnya berbentuk tim. Dengan banyaknya benefit yang diperoleh mahasiswa dengan mengikuti program magang, mahasiswa akan lebih percaya diri untuk memasuki dunia kerja. Karena sebab itulah, penulis mengambil keputusan untuk memilih program magang sebagai tugas akhir perkuliahan penulis.
1.2. Tujuan Program Magang Program
magang
bertujuan
agar
mahasiswa
akuntansi
dapat
mengaplikasikan teori-teori yang telah dipelajari dalam perkuliahan ke dalam praktek kerja yang nyata dan langsung sehingga memperoleh pemahaman secara 1
Audit pada..., Dewi Nuraini Raidy, FE UI, 2012
Universitas Indonesia
2
mendalam mengenai prosedur kerja suatu profesi. Program magang juga memberikan gambaran kepada mahasiswa mengenai dunia kerja yang sebelumnya terkesan abstrak dan awam bagi mahasiswa. Dengan mengikuti program magang, mahasiswa diharapkan mampu beradaptasi dengan baik serta mampu terjun langsung dalam dunia kerja karena telah memiliki pengalaman sebelumnya selepas dari kegiatan perkuliahannya.
1.3. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Magang Penulis mendapat kesempatan untuk menjalankan magang di Kantor Akuntan Publik Aryanto, Amir Abadi, Jusuf, Mawar, dan Saptoto (KAP AAJ), yang merupakan KAP terbesar nomor 5 di Indonesia dan merupakan aliansi dari salah satu kantor akuntan publik besar di dunia yaitu RSM International. KAP AAJ berkantor pusat di Gedung ABDA, Jalan Jenderal Sudirman Kavling 59, Jakarta. Program magang ini dilaksanakan selama tiga bulan yaitu dimulai sejak tanggal 11 Juni 2012 hingga tanggal 10 September 2012. Posisi penulis di KAP AAJ adalah sebagai junior auditor. Penulis ditempatkan dalam divisi Red, salah satu divisi di KAP AAJ yang menangani jasa di bidang auditing dan assurance.
1.4. Ruang Lingkup Kegiatan Magang Selama tiga bulan menjalankan program magang di KAP AAJ, penulis ditugaskan bersama dua tim audit yang berbeda. Tim pertama terdiri dari seorang assistant manager, seorang senior auditor, tiga orang junior auditor yang dua di antaranya merupakan mahasiswa magang dan penulis dalam melakukan audit atas laporan keuangan tahunan yang berakhir pada periode 31 Desember 2011 atas PT AR dan PT DP yang bergerak dalam bidang pertambangan. Penulis ditugaskan melakukan audit lapangan di kantor klien selama empat minggu. Untuk klien ini, penulis memegang tanggung jawab untuk akun piutang usaha, piutang pihak berelasi, beban umum dan administrasi, beban yang masih harus dibayar, beban dibayar di muka, dan persediaan. Proses audit klien sempat terhenti dikarenakan ketidaktersediaan data di kantor klien yakni masih belum fix-nya laporan keuangan 2011 dan adanya masalah dengan laporan keuangan audited tahun 2010 sehingga KAP yang mengeluarkannya harus melakukan re-issue terlebih dahulu Universitas Indonesia
Audit pada..., Dewi Nuraini Raidy, FE UI, 2012
3
atas laporan keuangan tersebut, serta kantor klien yang pindah sehingga mereka sedang fokus pada proses pindahan tersebut. Penulis tidak mengikuti proses audit atas klien ini hingga selesai karena penulis ditugaskan ke dalam tim dan klien yang lain. Tim kedua terdiri dari seorang manager, seorang senior auditor, dan tiga orang
junior auditor yang satu diantaranya merupakan penulis dalam
melakukan audit atas laporan keuangan interim yang berakhir pada periode 30 Juni 2012 atas PT XYZ yang bergerak dalam bidang industri manufaktur. Penulis ditugaskan melakukan audit lapangan di kantor klien selama 6 minggu. Untuk klien ini, penulis memegang tanggung jawab untuk akun kas dan setara kas, piutang, beban dibayar di muka, beban yang masih harus dibayar, hutang lainlain, beban umum dan administrasi, serta memegang tanggung jawab atas semua konfirmasi selama proses audit.
1.5. Ruang Lingkup Penulisan Laporan Magang Dalam laporan magang ini, penulis akan memberikan gambaran mengenai proses audit atas akun piutang usaha PT XYZ. Hal-hal yang akan dibahas lebih dalam lagi di dalam laporan magang ini adalah: 1.
Pembahasan praktik perlakuan akuntansi atas piutang usaha pada PT XYZ.
2.
Pembahasan program audit atas akun piutang usaha yang diterapkan KAP AAJ.
3.
Analisis terhadap kesesuaian kebijakan akuntansi atas piutang usaha PT XYZ dibandingkan dengan teori dan aturan yang terkait.
4.
Analisis terhadap kesesuaian proses audit atas piutang usaha KAP AAJ dibandingkan dengan teori yang terkait.
1.6. Sistematika Penulisan Laporan Magang Laporan magang ini disusun dalam 5 bab dan dilengkapi dengan lampiran pendukung. Berikut ini adalah sistematika penulisan laporan magang: 1.
Bab 1 – Pendahuluan Di dalam bab ini penulis menjelaskan latar belakang pelaksanaan program magang, tujuan program magang, tempat dan waktu pelaksanaan magang serta ruang lingkup kegiatan magang yang menjelaskan aktivitas yang Universitas Indonesia
Audit pada..., Dewi Nuraini Raidy, FE UI, 2012
4
dilakukan oleh penulis selama periode magang, ruang lingkup laporan magang, dan sistematika penulisan laporan magang yang menjadi gambaran dari isi laporan magang secara keseluruhan. 2.
Bab 2 – Landasan Teori Bab ini membahas teori-teori yang berkaitan dengan laporan magang yaitu mengenai teori yang berkaitan dengan akuntansi keuangan dan pengauditan. Teori yang diambil bersumber dari text book dan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK), Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP), serta sumber-sumber lainnya yang penulis peroleh ketika menjalankan kegiatan magang.
3.
Bab 3 – Profil Kantor Akuntan Publik dan Klien Bab ini berisi gambaran umum perusahaan tempat penulis melaksanakan kegiatan magang dan juga profil singkat mengenai perusahaan klien (PT XYZ) yang menjadi sumber penulis dalam menyusun laporan magang.
4.
Bab 4 – Analisis / Deskripsi Hasil Magang dan Pembahasan Di dalam bab ini penulis menjabarkan proses audit atas piutang usaha yang dilaksanakan serta menganalisis dan membandingkan teori yang telah dibahas pada bab sebelumnya. Penulis akan memaparkan proses audit yang dilakukan oleh KAP AAJ terhadap akun piutang usaha berdasarkan pedoman dari KAP dimana penulis menjalankan kegiatan magang.
5.
Bab 5 – Kesimpulan dan Saran Bab ini merupakan bagian penutup laporan magang yang terdiri dari kesimpulan dari pembahasan dan analisis yang telah dipaparkan pada babbab sebelumnya serta berisi saran yang diharapkan dapat bermanfaat bagi KAP serta perusahaan klien dimana penulis menjalankan kegiatan magang.
Universitas Indonesia
Audit pada..., Dewi Nuraini Raidy, FE UI, 2012
BAB II LANDASAN TEORI
2.1. Piutang Dalam bagian awal landasan teori ini, penulis akan memberikan gambaran mengenai akun yang menjadi fokus pembahasan dalam laporan magang ini yaitu mengenai piutang serta praktek akuntansi terkait dengan piutang.
2.1.1. Definisi Piutang Dalam menjual produk ataupun jasanya, perusahaan sering kali tidak hanya mengandalkan penjualan secara tunai, tetapi juga penjualan secara kredit. Piutang yang timbul akibat dari aktivitas penjualan seperti itu biasanya diklasifikasikan sebagai piutang usaha ataupun wesel tagih. Menurut Warren, et al. (2008), istilah piutang (receivables) meliputi semua klaim dalam bentuk uang terhadap pihak lainnya, termasuk individu, perusahaan, atau organisasi lainnya. Piutang biasanya memiliki bagian yang signifikan dari total aset lancar perusahaan. Menurut Dunia (2010), piutang adalah klaim dalam bentuk uang terhadap perusahaan atau perseorangan.
2.1.2. Klasifikasi Piutang Piutang dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa jenis terkait dengan umur dari piutang tersebut serta terkait aktivitas yang menimbulkan adanya piutang. Warren, et al. (2008) mengklasifikasikan piutang ke dalam tiga jenis yaitu: 1.
Piutang Usaha Penjualan barang dagang atau jasa secara kredit merupakan transaksi paling umum yang dapat menciptakan adanya piutang. Transaksi ini dicatat dengan mendebit akun piutang usaha dan mengkredit akun penjualan. Piutang usaha (account receivable) semacam ini normalnya diperkirakan akan tertagih dalam periode waktu yang relatif pendek, seperti dalam 30 hari atau 60 hari. Piutang usaha diklasifikasikan di laporan posisi keuangan (neraca) sebagai aset lancar.
5
Audit pada..., Dewi Nuraini Raidy, FE UI, 2012
Universitas Indonesia
6
2.
Wesel Tagih Wesel tagih (notes receivable) adalah jumlah yang terutang bagi pelanggan di saat perusahaan telah menerbitkan surat utang formal. Sepanjang wesel tagih
diperkirakan
akan
tertagih
dalam
setahun,
maka
biasanya
diklasifikasikan dalam neraca sebagai aset lancar. Namun, biasanya wesel tagih digunakan untuk periode kredit lebih dari enam puluh hari. 3.
Piutang Lain-lain Piutang lain-lain (other receivable) biasanya disajikan secara terpisah dalam laporan posisi keuangan. Jika piutang ini diharapkan akan tertagih dalam jangka waktu satu tahun, maka piutang tersebut diklasifikasikan sebagai aset lancar. Jika penagihannya lebih dari satu tahun, maka piutang ini diklasifikasikan sebagai aset tidak lancar. Piutang lain-lain meliputi piutang bunga, piutang pajak, piutang dari pejabat perusahaan, dan piutang karyawan perusahaan.
2.1.3. Pengendalian Internal atas Piutang Dalam menangani pengendalian internal atas piutang, perusahaan perlu untuk melakukan pemisahan fungsi-fungsi piutang, seperti contoh dalam gambar 2.1. di bawah ini.
Gambar 2.1. Pemisahan Fungsi-fungsi Piutang Sumber: Carl S. Warren, James M. Reeve, dan Philip E. Fess. Accounting. Universitas Indonesia
Audit pada..., Dewi Nuraini Raidy, FE UI, 2012
7
Warren, et al. (2008) menjelaskan bahwa individu yang bertanggung jawab dalam menangani penjualan harus dipisahkan dari individu yang menangani akuntansi untuk piutang dan persetujuan kredit. Dengan melakukan hal tersebut maka fungsi akuntansi dan persetujuan kredit bertindak sebagai pemeriksa independen atas fungsi penjualan. Karyawan yang menangani akuntansi untuk piutang tidak boleh terlibat dalam penagihan piutang. Pemisahan fungsi-fungsi ini mengurangi kemungkinan terjadinya kesalahan dan penyalahgunaan dana. Dalam bukunya, Dunia (2010) mengemukakan beberapa aspek dari pengendalian internal yang baik atas piutang adalah sebagai berikut: a.
Memisahkan fungsi pegawai atau bagian yang menangani transaksi penjualan (operasi) dan fungsi akuntansi untuk piutang. Dengan demikian pegawai yang menangani akuntansi untuk piutang usaha dan wesel tagih tidak boleh dilibatkan dengan aspek operasi seperti menyetujui kredit.
b.
Pegawai yang menangani akuntansi piutang harus dipisahkan dari fungsi penerimaan hasil tagihan piutang.
c.
Semua transaksi pemberian kredit, pemberian potongan, dan penghapusan piutang harus mendapat persetujuan dari pejabat yang berwenang.
d.
Piutang harus dicatat dalam buku-buku tambahan piutang (accounts receivable subsidiary ledger). Total dari saldo-saldo buku tambahan ini harus dicocokkan dengan buku besar yang bersangkutan, paling tidak sebulan sekali. Di samping itu, pada akhir bulan para pelanggan (debitur) harus dikirimkan surat pernyataan piutang (statement of account).
e.
Perusahaan harus membuat daftar piutang berdasarkan umurnya (aging schedule).
2.1.4. Piutang Tak Tertagih Menurut Warren, et al. (2008), tidak ada satu pun ketentuan umum yang dapat digunakan untuk menentukan kapan suatu piutang atau wesel menjadi tidak tertagih. Jika seorang debitor gagal untuk membayar piutang sesuai dengan kontrak penjualan ataupun weselnya belum dibayar saat jatuh tempo, tidak berarti bahwa piutang-piutang tersebut tidak akan dapat ditagih. Bangkrutnya debitor adalah salah satu petunjuk yang paling signifikan mengenai tidak tertagihnya Universitas Indonesia
Audit pada..., Dewi Nuraini Raidy, FE UI, 2012
8
sebagian atau seluruh piutang. Petunjuk lainnya meliputi penutupan bisnis pelanggan atau gagalnya upaya penagihan setelah dilakukan beberapa kali usaha. Tanpa memerhatikan kriteria yang digunakan dalam pemberian kredit dan prosedur penagihan yang diterapkan, biasanya sebagian dari penjualan kredit dipastikan tidak akan tertagih. Beban operasi yang muncul karena tidak tertagihnya piutang dinamakan beban piutang tak tertagih (uncollectible accounts expense / bad debt expense / doubtful accounts expense). Warren, et al. (2008) menyatakan bahwa terdapat dua metode akuntansi untuk mencatat piutang yang diperkirakan tidak akan tertagih yaitu: 1.
Metode Penyisihan (Allowance Method) Metode penyisihan menekankan pada pelaporan beban piutang tak tertagih dalam periode dimana penjualan yang terkait terjadi. Metode ini diterapkan dengan mengestimasi besarnya piutang tak tertagih di muka sebelum piutang tersebut dihapus. Estimasi piutang tak tertagih pada akhir periode fiskal didasarkan pada pengalaman perusahaan di masa lalu dan prediksi kegiatan perusahaan di masa depan. Estimasi tersebut dapat dilakukan dengan dua cara yaitu estimasi berdasarkan penjualan dan estimasi berdasarkan analisis piutang. Metode estimasi berdasarkan penjualan menekankan pengaitan antara beban piutang tak tertagih dengan penjualan sepanjang periode terkait. Metode estimasi berdasarkan analisis piutang didasarkan pada seberapa lama piutang tersebut telah beredar yaitu dengan menggunakan proses penentuan umur piutang usaha (aging the receivable).
2.
Metode Penghapusan Langsung (Direct Write-Off Method) Berdasarkan metode penghapusan langsung, beban piutang tak tertagih tidak dicatat sampai piutang tersebut diputuskan tidak akan tertagih lagi sehingga akun penyisihan dan ayat jurnal penyesuaian tidak diperlukan pada akhir periode. Metode ini biasanya diterapkan apabila perusahaan menjual sebagian besar barang dan jasanya secara tunai. Selain itu, metode ini biasanya juga diterapkan apabila piutang selalu tertagih berdasarkan pengalaman perusahaan, serta apabila piutang perusahaan terdiri dari banyak pelanggan namun dengan jumlah nominal yang kecil.
Universitas Indonesia
Audit pada..., Dewi Nuraini Raidy, FE UI, 2012
9
2.1.5. Penyajian Piutang di Laporan Posisi Keuangan Dalam laporan posisi keuangan, menurut Warren, et al. (2008), semua aset yang diperkirakan akan terealisasi menjadi kas dalam setahun disajikan pada bagian aset lancar dan biasanya dicantumkan menurut urutan likuiditasnya. Urutan likuiditas ini mencerminkan seberapa cepat aset tersebut dapat dikonversi menjadi kas dalam operasi normal perusahaan. Selain itu, penyisihan piutang tak tertagih dilaporkan sebagai pengurang terhadap piutang usaha ataupun juga piutang usaha dapat disajikan dalam laporan posisi keuangan pada nilai realisasi bersihnya tetapi dengan mencantumkan catatan yang menjelaskan jumlah penyisihan tersebut. Warren, et al. (2008) menjelaskan pula bahwa pengungkapan lainnya yang berhubungan dengan piutang disajikan dalam bagian utama laporan keuangan ataupun dalam catatan yang menyertainya. Pengungkapan semacam itu mencakup nilai yang dapat terealisasi (realizable value) atas piutang.
2.2. Pengauditan Setelah membahas mengenai akun piutang, pada bagian ini penulis akan membahas mengenai audit dan tahapan proses audit secara umum.
2.2.1. Definisi Audit Definisi dari auditing menurut Arens, et al. (2009) yaitu: “Auditing is accumulation and evaluation of evidence about information to determine and report on a degree of correspondence between the information and establish the criteria. Auditing is should be done by a competent, independent person”. Dari definisi tersebut, dapat diperoleh pemahaman bahwa auditing merupakan proses pengumpulan serta pengevaluasian bahan bukti, tentang informasi yang dapat diukur, mengenai suatu entitas ekonomi yang dilakukan oleh seorang yang berkompeten dan independen, untuk dapat menentukan serta melaporkan kesesuaian informasi yang dimaksud dengan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan. Agoes (2008) mendefinisikan auditing sebagai suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis, oleh pihak yang independen, terhadap Universitas Indonesia
Audit pada..., Dewi Nuraini Raidy, FE UI, 2012
10
laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen, beserta catatan-catatan pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya, dengan tujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut. Kritis dan sistematis dalam pengertian tersebut dapat diartikan bahwa dalam melakukan pemeriksaan, auditor berpedoman pada standar profesional serta standar akuntansi yang berlaku. Di Indonesia sendiri, standar profesional yang dijadikan pedoman adalah Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) yang dikeluarkan oleh Dewan Standar Profesional Akuntan Publik Institut Akuntan Publik Indonesia (DSPAPIAPI) dan standar akuntansi yang biasanya menjadi panutan yakni Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang dikeluarkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia (DSAK-IAI).
2.2.2. Jenis-jenis Audit Menurut Arens, et al. (2009), terdapat tiga jenis audit yang dapat dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik, yaitu: 1.
Audit Laporan Keuangan (Financial Statement Audit) Audit laporan keuangan merupakan audit yang bertujuan untuk menentukan apakah laporan keuangan organisasi (yang merupakan informasi terukur yang akan diverifikasi) telah disajikan sesuai dengan kriteria tertentu, seperti standar akuntansi yang berlaku.
2.
Audit Operasional (Operational Audit) Audit operasional merupakan audit yang bertujuan untuk mengevaluasi efektifitas serta efisiensi setiap bagian dari prosedur dan metode operasi suatu organisasi. Dari hasil audit operasional ini, auditor diharapkan dapat memberikan rekomendasi kepada manajemen yang dapat berguna dapat meningkatkan kinerja operasional dari organisasi.
3.
Audit Kepatuhan (Compliance Audit) Audit kepatuhan merupakan audit yang bertujuan untuk menentukan apakah pihak yang diaudit telah mengikuti prosedur, peraturan, regulasi, ataupun ketentuan tertentu yang telah ditetapkan oleh otoritas yang lebih tinggi, seperti pemerintah. Hasil dari audit kepatuhan bukan digunakan untuk memberikan informasi kepada pihak luar, namun akan digunakan oleh pihak Universitas Indonesia
Audit pada..., Dewi Nuraini Raidy, FE UI, 2012
11
manajemen karena mereka adalah pihak utama yang bertanggung jawab atas kepatuhan organisasi dalam pelaksanaan prosedur, peraturan, serta regulasi yang telah ditentukan.
Ditinjau dari luas pemeriksaannya, Agoes (2008) membedakan audit ke dalam dua jenis, yaitu: 1.
Pemeriksaan Umum (General Audit) Pemeriksaan umum adalah pemeriksaan yang bertujuan untuk bisa memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan secara keseluruhan.
2.
Pemeriksaan Khusus (Special Audit) Pemeriksaan khusus adalah pemeriksaan terbatas (sesuai dengan permintaan auditee) dan pada akhir pemeriksaannya auditor tidak perlu memberikan pendapat terhadap kewajaran laporan keuangan secara keseluruhan melainkan hanya atas pos atau masalah tertentu yang diperiksa.
2.2.3. Peranan dari Audit atas Laporan Keuangan Menurut Dunia (2010) dalam bukunya “Ikhtisar Lengkap Pengantar Akuntansi”, audit laporan keuangan adalah suatu proses mengumpulkan dan menilai bukti mengenai laporan keuangan dari suatu kesatuan bisnis tertentu, untuk tujuan menentukan dan melaporkan atau memberikan pendapat apakah laporan keuangan tersebut disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Proses audit ini haruslah dilaksanakan oleh pihak yang kompeten dan independen. Dunia (2010) juga menjelaskan bahwa audit atas laporan keuangan mempunyai peran sosial yang sangat besar. Hal ini terkait dengan kemungkinan akan adanya suatu risiko informasi yaitu risiko dimana pemakai akan salah mengambil keputusan sebagai akibat adanya salah saji yang material dalam laporan
keuangan.
Di
sisi
lain,
laporan
keuangan
juga
merupakan
pertanggungjawaban manajemen atas pengelolaan perusahaan. Dengan demikian, terdapat pertentangan kepentingan antara pihak manajemen yang ingin menampilkan kinerja yang baik dengan pihak pemakai laporan keuangan yang Universitas Indonesia
Audit pada..., Dewi Nuraini Raidy, FE UI, 2012
12
menginginkan informasi yang relevan dan akurat. Oleh karena itu, disinilah peranan akuntan publik diperlukan untuk mengaudit laporan keuangan sehingga dapat meningkatkan kredibilitas laporan keuangan serta untuk menghindari kemungkinan adanya biaya sosial yang tinggi sebagai akibat adanya kesalahan dalam mengambil keputusan ekonomi.
2.2.4. Tujuan Audit atas Laporan Keuangan Tujuan audit atas laporan keuangan oleh auditor independen pada umumnya yang dinyatakan dalam Standar Profesional Akuntan Publik (PSA 02, SA 110) (2001) yaitu untuk menyatakan pendapat tentang kewajaran, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas, dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Standar Profesional Akuntan Publik (PSA 07, SA 326) (2011) menyatakan bahwa terdapat asersi manajemen sehubungan dengan tujuan audit yang diklasifikasian ke dalam tiga kategori, yaitu: 1.
Asersi atas kelas-kelas transaksi dan kejadian untuk periode yang diaudit, yang meliputi occurence, completeness, accuracy, classification, dan cutoff.
2.
Asersi atas saldo laporan posisi keuangan pada akhir periode, yang meliputi existence, completeness, valuation and allocation, dan rights and obligation.
3.
Asersi atas penyajian dan pengungkapan, yang meliputi occurence and rights and obligation, completeness, accuracy and valuation, dan classification and understandability.
Penjelasan lebih lanjut atas ketiga kategori asersi diatas dapat dilihat pada tabel 2.1. berikut ini: Tabel 2.1. Asersi Manajemen untuk Setiap Kategori Asersi Asersi atas Kelas-Kelas
Asersi atas Saldo Laporan
Asersi atas Penyajian
Transaksi dan Kejadian
Posisi Keuangan
dan Pengungkapan
Occurence – Transaksi Existence
–
dan kejadian yang telah kewajiban,
dan
tercatat
benar-benar benar-benar ada.
Aset, Occurence ekuitas and
and
Rights
Obligations
–
Kejadian dan transaksi Universitas Indonesia
Audit pada..., Dewi Nuraini Raidy, FE UI, 2012
13
terjadi.
yang diungkapkan benarbenar terjadi.
Completeness – Semua Completeness – Semua aset, Completeness – Semua transaksi
dan
kejadian kewajiban, dan ekuitas yang hal
yang seharusnya dicatat seharusnya telah dicatat.
dicatat
yang
diungkapkan
telah yang seharusnya ada di
tercatat.
laporan
keuangan
telat
tercatat. Accuracy – Nilai dan data Valuation and Allocation – Accuracy and Valuation – lain yang berhubungan Aset, dengan
transaksi
kejadian
telah
kewajiban,
dan Informasi keuangan dan
dan ekuitas yang ada di laporan informasi lainnya telah
tercatat keuangan
tercatat
sesuai diungkapkan dengan tepat
sesuai dengan nilai yang dengan nilai sebenarnya dan dan pada nilai sebenarnya. sebenarnya.
setiap
hasil
dari
penyesuaian penilaian telah tercatat dengan benar. Classification – Transaksi
Classification
dan kejadian telah tercatat
Understandability
pada
Informasi keuangan dan
akun
yang
seharusnya.
and –
lainnya telah disajikan, dideskripsikan, diungkapkan
dan dengan
jelas. Cutoff – Transaksi dan kejadian tercatat dalam periode yang benar. Right and Obligation – Entitas
yang
memegang
atau memiliki kontrol atas aset dan kewajiban adalah kewajiban entitas tersebut. Sumber: Randal J. Elder, Mark S. Beasley, Alvin A. Arens, dan Amir Abadi Jusuf. Auditing and Assurance Services. Universitas Indonesia
Audit pada..., Dewi Nuraini Raidy, FE UI, 2012
14
Arens, et al. (2009) mengemukakan bahwa terdapat enam tujuan audit umum yang terkait dengan transaksi dan sembilan tujuan audit yang terkait dengan saldo. Letak perbedaan antara keduanya berada pada sasaran dari pengaplikasiannya. Tujuan audit yang terkait dengan transaksi diaplikasikan terhadap kelas-kelas transaksi, seperti transaksi penjualan atau transaksi pengeluaran kas, sedangkan tujuan audit yang terkait dengan saldo diaplikasikan terhadap saldo akun-akun. Tujuan audit umum berkaitan dengan transaksi berfungsi sebagai kerangka kerja bagi auditor dalam mengumpulkan bukti-bukti kompeten dan memutuskan bukti-bukti yang pantas untuk dikumpulkan sesuai dengan keadaan. Adapun keenam tujuan audit yang terkait dengan transaksi yang dikemukakan oleh Arens, et al. (2009) tersebut yaitu: 1.
Existence, yang bertujuan untuk memeriksa apakah transaksi yang dicatat benar-benar terjadi.
2.
Completeness, yang bertujuan untuk memeriksa apakah semua transaksi yang seharusnya dicatat telah tercatat.
3.
Accuracy, yang bertujuan untuk memerika apakah informasi dan data lain yang terkait dengan transaksi telah tercatat dengan akurat sesuai dengan nilai yang sebenarnya.
4.
Classification, yang bertujuan untuk memeriksa apakah transaksi telah tercatat pada klasifikasi akun yang seharusnya.
5.
Timing, yang bertujuan untuk memeriksa apakah transaksi telah dicatat pada waktu yang seharusnya.
6.
Posting and Summarization, yang bertujuan untuk memeriksa apakah pemindahan informasi dari jurnal pencatatan ke buku besar telah tercatat dengan akurat. Tujuan audit yang terkait dengan saldo biasanya diterapkan pada saldo akhir
di akun-akun laporan posisi keuangan. Dengan tujuan ini maka auditor tidak hanya memverifikasi saldo akun itu sendiri, tetapi juga mengumpulkan buktibukti pendukung terkait rincian saldo akun tersebut. Adapun kesembilan tujuan audit yang terkait dengan saldo yang dikemukakan oleh Arens, et al. (2009) tersebut yaitu: Universitas Indonesia
Audit pada..., Dewi Nuraini Raidy, FE UI, 2012
15
1.
Existence, yang bertujuan untuk memeriksa apakah jumlah yang tercatat memang telah dimasukkan dalam pembukuan.
2.
Completeness, yang bertujuan untuk memeriksa apakah jumlah yang seharusnya tercatat memang sudah tercatat.
3.
Accuracy, yang bertujuan untuk memeriksa apakah jumlah yang tercatat telah dicatat dengan akurat.
4.
Classification, yang bertujuan untuk memeriksa apakah akun yang tercatat telah diklasifikasikan dengan tepat.
5.
Cutoff, yang bertujuan untuk memeriksa apakah transaksi telah dicatat pada periode pembukuan yang tepat.
6.
Detail Tie-In, yang bertujuan untuk memeriksa apakah saldo akun sesuai dengan pencatatan dan daftar yang disiapkan oleh klien.
7.
Realizable Value, yang bertujuan untuk memeriksa apakah saldo akun sudah mencerminkan nilai yang sebenarnya.
8.
Rights and Obligations, yang bertujuan untuk memeriksa apakah penyajian aset memang menjadi hak perusahaan dan utang menjadi liabilitas perusahaan.
9.
Presentation and Disclosure, yang bertujuan untuk memeriksa apakah akun telah disajikan dengan benar dan mempunyai penjelasan yang sesuai dalam laporan keuangan.
2.2.5. Proses Audit atas Laporan Keuangan Menurut Arens, et al. (2009), guna memberikan keyakinan bahwa laporan keuangan yang dibuat oleh perusahaan telah sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku, proses audit dapat dikategorikan dalam empat tahap. Tahap-tahap tersebut, antara lain: 1.
Tahap 1: Merencanakan dan Mendesain Suatu Pendekatan Audit Tujuan utama perencanaan audit adalah untuk mendapatkan pemahaman atas bisnis dan industri klien, yang digunakan untuk menilai risiko audit yang dapat diterima, risiko bisnis klien, dan risiko salah saji material dalam laporan keuangan.
Universitas Indonesia
Audit pada..., Dewi Nuraini Raidy, FE UI, 2012
16
a.
Menerima Klien dan Melaksanakan Perencanaan Awal Perencanaan awal audit melibatkan empat hal, yang seluruhnya harus dilakukan segera dalam pengauditan. Keempat hal tersebut adalah: - Auditor menentukan apakah akan menerima klien baru atau melanjutkan memberikan jasa pada klien lama. Penentuan ini biasanya dilakukan oleh auditor yang berpengalaman yang berada dalam posisi untuk mengambil keputusan. Auditor diharapkan membuat keputusan ini segera, sebelum terjadi biaya-biaya yang signifikan yang tidak dapat kembali lagi. - Auditor mengidentifikasikan mengapa klien memerlukan atau menginginkan pengauditan. Informasi ini akan memengaruhi keseluruhan bagian dari proses perencanaan. - Untuk menghindari terjadinya kesalahpahaman, auditor harus mendapatkan kesepemahaman dengan klien mengenai kondisi kontrak kerja. - Auditor
mengembangkan
keseluruhan
strategi
pengauditan,
termasuk penugasan audit dan spesialis-spesialis audit yang diperlukan. b.
Memahami Bisnis dan Industri Klien Pemahaman yang menyeluruh atas bisnis dan industri klien serta pengetahuan atas operasional perusahaan merupakan hal yang penting untuk melakukan audit dengan memadai. Auditor harus mendapatkan pemahaman yang memadai atas entitas dan lingkungannya, termasuk pengendalian internalnya, untuk menilai risiko salah saji material dalam laporan keuangan, baik disebabkan karena kesalahan atau kecurangan, dan untuk merancang sifat, waktu, dan keluasan prosedur audit yang lebih lanjut. Sifat bisnis dan industri klien memengaruhi risiko bisnis klien dan risiko salah saji material dalam laporan keuangan. Dalam beberapa tahun terakhir, beberapa faktor berikut telah meningkatkan pentingnya pemahaman atas bisnis dan industri klien:
Universitas Indonesia
Audit pada..., Dewi Nuraini Raidy, FE UI, 2012
17
- Teknologi informasi menghubungkan klien perusahaan dengan pelanggan dan pemasok utamanya. Akibatnya, auditor harus memiliki pengetahuan yang lebih luas mengenai pelanggan dan pemasok utama dan risiko-risiko yang terkait. - Klien yang telah memperluas usahanya secara global, sering kali melalui modal ventura dan aliansi strategis. - Teknologi informasi memengaruhi proses pengendalian internal klien, meningkatkan kualitas dan ketepatan waktu informasi keuangan. - Makin pentingnya sumber daya manusia dan aset tak berwujud lainnya telah meningkatkan kompleksitas akuntansi dan pentingnya penilaian dan estimasi manajemen. - Audit perlu memiliki pemahaman yang lebih baik terhadap bisnis dan industri klien untuk memberikan jasa yang memiliki nilai tambah pada kliennya. c.
Menilai Risiko Bisnis Klien Auditor menggunakan pengetahuan yang didapatnya dari pemahaman strategis atas bisnis dan industri klien untuk menilai risiko bisnis klien, yaitu risiko bahwa klien akan gagal mencapai tujuannya. Risiko bisnis klien dapat muncul dari setiap faktor yang memengaruhi klien dan lingkungannya. Perhatian utama auditor adalah risiko salah saji material dalam laporan keuangan yang disebabkan oleh risiko bisnis klien. Penilaian auditor atas risiko bisnis klien mempertimbangkan industri klien dan faktor-faktor eksternal lainnya, serta strategi bisnis klien, proses, dan faktor-faktor internal lainnya. Auditor juga harus mempertimbangkan pengendalian manajemen yang dapat mengurangi risiko, seperti praktik-praktik penilaian risiko yang efektif dan tata kelola perusahaan. Setelah mempertimbangkan risiko bisnis klien, auditor kemudian dapat menilai risiko salah saji material dalam laporan keuangan.
Universitas Indonesia
Audit pada..., Dewi Nuraini Raidy, FE UI, 2012
18
d.
Melakukan Prosedur Analitis Awal Auditor melakukan prosedur analitis awal agar dapat memahami dengan lebih baik bisnis klien dan untuk menilai risiko bisnis klien. Salah satu prosedur yang digunakan adalah membandingkan rasiorasio klien dengan industri atau kompetitor yang dijadikan acuan untuk memberikan indikasi kinerja perusahaan. Pengujian awal tersebut dapat mengungkapkan perubahan-perubahan yang tidak biasa dalam rasio-rasio dibandingkan dengan tahun sebelumnya, atau dengan
rata-rata
industri,
dan
membantu
auditor
dalam
mengidentifikasi bagian-bagian yang mengalami peningkatan risiko salah saji yang membutuhkan perhatian lebih lanjut selama menjalankan pengauditan. Selain melaksanakan prosedur analitis awal, auditor juga kemudian melakukan prosedur analitis. Prosedur analitis didefinisikan dalam PSA 22 (SA 329) sebagai evaluasi terhadap informasi keuangan yang dibuat dengan mempelajari hubungan yang masuk akal antara data keuangan yang satu dengan data keuangan lainnya, atau antara data keuangan dengan data non keuangan. Asumsi dasar penerapan prosedur analitis adalah bahwa hubungan yang masuk akal di antara data dapat diharapkan tetap ada dan berlanjut, kecuali jika timbul kondisi yang sebaliknya. Kondisi tertentu yang dapat menimbulkan penyimpangan dalam hubungan ini mencakup antara lain peristiwa atau transaksi yang tidak biasa, perubahan akuntansi, perubahan usaha, fluktuasi acak, atau salah saji. Prosedur analitis meliputi perbandingan jumlah-jumlah yang tercatat, dibandingkan dengan harapan yang dikembangkan oleh auditor. Auditor mengembangkan harapan
tersebut
dengan
mengidentifikasi
dan
menggunakan
hubungan yang masuk akal, secara pantas diharapkan terjadi berdasarkan pemahaman auditor mengenai klien dan industrinya. Arens,
et
al.
(2009)
menjelaskan
bahwa
prosedur
analitis
menggunakan perbandingan-perbandingan dan hubungan-hubungan untuk menentukan apakah saldo akun-akun atau data lainnya disajikan Universitas Indonesia
Audit pada..., Dewi Nuraini Raidy, FE UI, 2012
19
secara wajar relatif terhadap ekspektasi auditor. Prosedur analitis berikut dapat dilakukan pada setiap fase selama sebuah penugasan kerja berlangsung: - Prosedur analitis diperlukan dalam fase perencanaan untuk membantu menentukan sifat, keluasan, dan waktu dalam prosedur pengauditan. Hal ini membantu auditor dalam mengidentifikasi halhal penting yang membutuhkan pertimbangan khusus lebih lanjut dalam penugasan kerja. - Prosedur analitis seringkali dikerjakan selama fase pengujian audit sebagai pengujian substantif untuk mendukung saldo-saldo akun. Pengujian-pengujian ini seringkali dikerjakan dalam kaitannya dengan prosedur audit lainnya. - Prosedur analitis juga diperlukan selama fase penyelesaian audit. Pengujian semacam ini merupakan penelaahan akhir atas salah saji material atau masalah keuangan dan membantu auditor dalam mengambil suatu pandangan akhir yang objektif atas laporan keuangan yang telah diaudit. e.
Menetapkan Materialitas dan Menilai Risiko Audit yang Dapat Diterima serta Risiko Bawaan Arens, et al. (2009) mencantumkan definisi materialitas menurut FASB yaitu sebagai besar nilai yang dihilangkan atau salah saji informasi akuntansi yang dilihat dari keadaan yang melingkupinya dapat mengakibatkan perubahan atas atau pengaruh terhadap pertimbangan orang yang meletakkan kepercayaan terhadap informasi tersebut, karena adanya penghilangan atau salah saji tersebut. Dalam menerapkan materialitas, terdapat lima langkah yang harus auditor ikuti
yaitu
menetapkan
pertimbangan
materialitas
awal,
mengalokasikan pertimbangan materialitas awal ke setiap bagian pengauditan, mengestimasikan salah saji total di setiap bagian pengauditan,
mengestimasikan
salah
saji
gabungan,
dan
membandingkan estimasi salah saji gabungan dengan materialitas dalam penilaian awal atau penilaian yang direvisi. Universitas Indonesia
Audit pada..., Dewi Nuraini Raidy, FE UI, 2012
20
Menurut Tuanakotta (2011), auditor berhadapan dengan berbagai risiko selama auditnya berlangsung. Risiko-risiko tersebut yaitu: - Risiko audit (audit risk), yakni risiko seorang auditor tidak menemukan suatu salah saji yang material yang terdapat dalam suatu asersi yang dibuat manajemen. - Risiko bawaan (inherent risk), yakni kerentanan suatu asersi terhadap salah saji yang material, dengan asumsi tidak adanya pengendalian intern yang terkait dengan salah saji tersebut. - Risiko pengendalian (control risk), yakni risiko tidak tercegahnya dan/atau tidak ditemukannya kekeliruan dan salah saji yang material, dalam waktu singkat, oleh sistem pengendalian intern pada entitas itu. - Risiko deteksi (detection risk), yakni risiko seorang auditor menemukan suatu salah saji yang material yang terdapat dalam suatu asersi yang dibuat manajemen. Untuk menekan risiko audit, upaya audit harus ditingkatkan. Jika risiko bawaan dan risiko pengendalian tinggi, upaya auditnya harus lebih besar lagi, dimana auditor harus bekerja lebih keras dan lebih cerdas. f.
Memahami Pengendalian Internal dan Menilai Risiko Pengendalian Sebuah sistem pengendalian internal terdiri dari kebijakan dan prosedur yang dirancang agar manajemen mendapatkan keyakinan yang memadai bahwa perusahaan mencapai tujuan dan sasarannya. Kebijakan
dan
pengendalian,
prosedur dan
secara
tersebut kolektif,
seringkali
disebut
akan
membentuk
sebagai suatu
pengendalian internal entitas. Manajemen biasanya memiliki tiga tujuan umum dalam merancang sistem pengendalian internal yaitu keandalan laporan keuangan, efisiensi dan efektivitas kegiatan operasi, dan kepatuhan terhadap hukum dan peraturan. Fokus auditor dalam pengauditan atas laporan keuangan maupun audit atas pengendalian internal terletak pada pengendalian terhadap keandalan laporan keuangan ditambah beberapa pengendalian terhadap kegiatan Universitas Indonesia
Audit pada..., Dewi Nuraini Raidy, FE UI, 2012
21
operasional dan kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang dapat berdampak secara signifikan pada laporan keuangan. Auditor mendapatkan
pemahaman
pengendalian
internal
atas
untuk
rancangan
membuat
dan
penilaian
implementasi awal
risiko
pengendalian sebagai bagian dari penilaian keseluruhan auditor terhadap risiko salah saji yang material. g.
Mengumpulkan
Informasi
untuk
Menilai
Risiko
Terjadinya
Kecurangan Dalam konteks audit atas laporan keuangan, kecurangan didefinisikan sebagai salah saji dalam laporan keuangan yang dilakukan dengan sengaja. Dua kategori utama dari kecurangan yaitu kecurangan dalam laporan keuangan (salah saji atau penghapusan terhadap jumlah ataupun pengungkapan yang sengaja dilakukan dengan tujuan untuk mengelabui
para
penggunanya)
dan
penyalahgunaan
asset
(kecurangan yang melibatkan pencurian atas asset milik suatu entitas). h.
Melaksanakan Keseluruhan Rencana dan Prosedur Audit Langkah ini merupakan langkah terakhir dalam tahap perencanaan audit dan merupakan langkah terpenting karena menjadi penentu keseluruhan program audit yang akan dilakukan oleh auditor, termasuk semua prosedur audit, ukuran sampel, unsur-unsur yang dipilih, serta waktunya.
2.
Tahap 2: Melakukan Test of Controls dan Substantive Tests of Transactions Auditor melakukan pengujian pengendalian dan pengujian substantive transaksi selama fase ini. Tujuan dari fase kedua ini adalah untuk: a.
Mendapatkan bukti yang mendukung pengendalian tertentu yang berkontribusi terhadap penilaian risiko pengendalian yang dilakukan oleh auditor untuk audit atas laporan keuangan dan untuk audit pengendalian internal atas laporan keuangan dalam suatu perusahaan publik.
Universitas Indonesia
Audit pada..., Dewi Nuraini Raidy, FE UI, 2012
22
b.
Mendapatkan bukti yang mendukung ketepatan moneter dalam transaksi-transaksi.
Tujuan pertama terpenuhi dengan melakukan pengujian pengendalian dan yang kedua dengan melakukan pengujian terperinci transaksi. Seringkali kedua jenis pengujian ini dilakukan secara simultan untuk satu transaksi yang sama. Hasil dari pengujian pengendalian dan pengujian substantif transaksi merupakan penentu utama dari keluasan pengujian terperinci saldo.
3.
Tahap 3: Melakukan Analytical Procedures dan Test of Details of Balances Tujuan dari tahapan ini adalah untuk mendapatkan bukti tambahan yang memadai untuk menentukan apakah saldo akhir dan catatan-catatan kaki dalam laporan keuangan telah disajikan secara wajar. Sifat dan keluasan pekerjaan akan sangat bergantung pada temuan-temuan dari dua tahap sebelumnya. Dua kategori umum dalam prosedur pada tahap ini adalah: 1.
Prosedur analitis substantive yang menilai keseluruhan kewajaran transaksi-transaksi dan saldo-saldo akun
2.
Pengujian terperinci saldo, yang mana prosedur audit digunakan untuk menguji salah saji moneter dalam saldo-saldo akun di laporan keuangan.
4.
Tahap 4: Menyelesaikan Audit dan Menerbitkan Laporan Audit Setelah tiga tahap pertama diselesaikan, auditor harus mengumpulkan bukti tambahan terkait dengan tujuan penyajian dan pengungkapan, ikhtisar hasil, penerbitan laporan audit dan melakukan bentuk-bentuk komunikasi lainnya. Tahapan ini memiliki beberapa bagian antara lain: a.
Melakukan pengujian Tambahan untuk Tujuan Penyajian dan Pengungkapan Dalam tahap ini, auditor melakukan prosedur audit terkait dengan liabilitas kontijensi dan kejadian-kejadian setelah tanggal laporan posisi keuangan. Liabilitas kontijensi harus diungkapkan dalam Universitas Indonesia
Audit pada..., Dewi Nuraini Raidy, FE UI, 2012
23
catatan kaki klien dan auditor harus yakin bahwa pengungkapan telah lengkap dan akurat. Peristiwa setelah tanggal laporan posisi keuangan menggambarkan kejadian-kejadian yang terjadi setelah tanggal laporan posisi keuangan, namun sebelum penerbitan laporan keuangan dalam laporan audit yang berpengaruh terhadap laporan keuangan. b.
Pengumpulan Bukti Akhir Selain bukti yang didapatkan dari setiap siklus selama tahap 1 dan 2 serta untuk setiap akun selama tahap 3, auditor juga diharuskan untuk mendapatkan bukti-bukti akhir untuk laporan keuangan secara keseluruhan selama fase penyelesaian. Bukti-bukti tersebut yakni: - Melakukan prosedur analitis akhir - Mengevaluasi asumsi keberlangsungan usaha (going concern) - Mendapatkan surat representasi klien - Membaca informasi dalam laporan tahunan untuk meyakinkan bahwa informasi yang disajikan konsisten dengan laporan keuangan
c.
Menerbitkan Laporan Audit Jenis laporan audit yang akan diterbitkan bergantung pada bukti yang dikumpulkan dan temuan-temuan auditnya.
d.
Komunikasi dengan Komite Audit dan Manajemen Apabila auditor menemukan adanya kekurangan yang signifikan dalam
pengendalian
internal,
auditor
diharuskan
untuk
mengomunikasikan setiap kekurangan tersebut kepada komite audit ataupun manajemen senior. Standar audit juga mengharuskan auditor untuk mengomunikasikan beberapa hal pada pihak yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan tata kelola perusahaan, seperti pada komite audit atau badan yang sejenis pada saat menjelang penyelesaian audit, atau sesegera mungkin. Seringkali auditor juga memberikan saran pada manajemen dalam hal peningkatan kinerja bisnis klien, meskipun tidak diharuskan.
Universitas Indonesia
Audit pada..., Dewi Nuraini Raidy, FE UI, 2012
24
2.3. Audit atas Piutang Setelah membahas audit serta tahapan proses audit secara umum, pada bagian ini penulis akan berfokus pada audit atas akun piutang serta prosedurprosedur audit yang terkait dengan akun piutang.
2.3.1. Tujuan Audit atas Piutang Arens, et al. (2009) menyatakan bahwa dalam mendesain pengujian perincian saldo piutang usaha, auditor harus memenuhi delapan tujuan audit terkait saldo piutang usaha. Kedelapan tujuan tersebut adalah sebagai berikut: 1.
Untuk memastikan apakah piutang usaha dalam saldo laporan posisi keuangan sesuai dengan jumlah pada berkas utama sesuai dengan saldo buku besar
2.
Untuk memastikan apakah piutang usaha yang dicatat benar-benar terjadi
3.
Untuk memastikan apakah seluruh piutang usaha sudah dicatat
4.
Untuk memastikan apakah piutang usaha telah dicatat dengan jumlah yang tepat
5.
Untuk memastikan apakah piutang usaha telah diklasifikasikan dengan benar
6.
Untuk memastikan apakah pisah batas waktu piutang usaha sudah dilakukan dengan tepat
7.
Untuk memastikan apakah piutang usaha telah dinyatakan dalam nilai yang dapat direalisasikan
8.
Untuk memastikan apakah klien benar-benar memiliki hak atas piutang usaha
Dalam menjalankan audit atas akun piutang, Agoes (2008) mengemukakan lima tujuan audit atas piutang. Kelima tujuan tersebut yakni: 1.
Untuk mengetahui apakah terdapat pengendalian intern (internal control) yang baik atas piutang dan transaksi penjualan, piutang, dan penerimaan kas.
Universitas Indonesia
Audit pada..., Dewi Nuraini Raidy, FE UI, 2012
25
Jika auditor dapat meyakinkan dirinya bahwa internal control atas piutang dan transaksi penjualan, piutang dan penerimaan kas berjalan efektif maka luasnya pemeriksaan dalam melakukan substantive test bisa dipersempit. 2.
Untuk memeriksa validity (keabsahan) dan authenticity (keotentikan) dari pada piutang. Validity di sini memiliki maksud apakah piutang itu sah, masih berlaku, dalam arti diakui oleh yang mempunyai utang. Authenticity memiliki maksud apakah piutang itu didukung oleh bukti-bukti yang otentik seperti sales order, delivery order yang sudah ditandatangani oleh pelanggan sebagai bukti bahwa pelanggan telah menerima barang yang dipesan, dan faktur penjualan.
3.
Untuk memeriksa collectibility (kemungkinan tertagih) piutang dan cukup tidaknya perkiraan allowance for bad debts (penyisihan piutang tak tertagih). Piutang harus disajikan di laporan posisi keuangan sebesar jumlah yang diperkirakan bisa ditagih. Oleh karena itu jumlah yang diperkirakan tidak bisa ditagih harus dibuatkan penyisihan dalam jumlah yang cukup. Selain itu, piutang yang sudah pasti tidak bisa ditagih harus dihapuskan.
4.
Untuk mengetahui apakah ada kewajiban bersyarat (contingent liability) yang timbul karena pendiskontoan wesel tagih (notes receivable). Jika perusahaan mempunyai wesel tagih yang didoskontokan ke bank sebelum tanggal jatuh temponya, maka pada tanggal laporan posisi keuangan harus diungkapkan adanya contingent liability yang berasal dari pendiskontoan wesel tagih tersebut. Karena jika pada tanggal jatuh tempo si penarik wesel tidak sanggup melunasi wesel tersebut ke bank, maka perusahaan, yang mendiskontokan wesel tersebut ke bank, yang harus melunasi wesel berikut bunganya ke bank.
5.
Untuk memeriksa apakah penyajian piutang di laporan posisi keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum (Standar Akuntansi Keuangan).
Universitas Indonesia
Audit pada..., Dewi Nuraini Raidy, FE UI, 2012
26
Menurut SAK: - Piutang usaha, wesel tagih dan piutang lain-lain harus disajikan secara terpisah dengan identifikasi yang jelas. - Piutang dinyatakan sebesar jumlah kotor tagihan dikurangi dengan taksiran jumlah yang tidak dapat ditagih. Jumlah kotor piutang harus tetap disajikan pada neraca diikuti dengan penyisihan untuk piutang yang diragukan atau taksiran jumlah yang tidak dapat ditagih. - Saldo kredit piutang individual jika jumlahnya material harus disajikan dalam kelompok kewajiban. - Jumlah piutang yang dijaminkan harus diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan. - Kewajiban bersyarat dalam hubungannya dengan penjualan piutang yang disertai perjanjian untuk dibeli kembali (sale of accounts receivable / notes receivable discounted with recourse / kepada suatu lembaga keuangan harus dijelaskan secukupnya). Selain itu, Agoes (2008) berpendapat bahwa piutang pegawai, piutang direksi, pemegang saham, piutang perusahaan afiliasi harus dilaporkan tersendiri dan dijelaskan apakah dikenakan bunga atau tidak.
2.3.2. Pengujian Audit atas Piutang Arens, et al. (2009) mengemukakan metodologi desain pengujian perincian saldo piutang usaha, seperti yang dapat dilihat pada gambar 2.2. berikut ini.
Universitas Indonesia
Audit pada..., Dewi Nuraini Raidy, FE UI, 2012
27
Mengidentifikasi risiko bisnis klien yang memengaruhi piutang usaha Menetapkan salah saji yang dapat diterima dan menilai risiko bawaan untuk piutang usaha Menilai risiko pengendalian dalam siklus penjualan dan penagihan Mendesain dan melakukan pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi pada siklus penjualan dan penagihan Mendesain dan melakukan prosedur analitis untuk piutang usaha Prosedur audit
Mendesain uji perincian piutang usaha untuk memenuhi tujuan audit terkait saldo
Sampel yang dipilih Jumlah sampel Penetapan waktu
Gambar 2.2. Metodologi Desain Pengujian Perincian Saldo Piutang Usaha Sumber: Randal J. Elder, Mark S. Beasley, Alvin A. Arens, dan Amir Abadi Jusuf. Auditing and Assurance Services.
1.
Mengidentifikasi Risiko Bisnis Klien yang Memengaruhi Piutang Usaha (Tahap I) Pengujian atas piutang usaha didasarkan pada prosedur penilaian risiko
audit agar auditor memahami bisnis dan industri klien. Sebagai bagian dari pemahaman tersebut, auditor mempelajari lingkungan bisnis dan industri klien serta mengevaluasi tujuan manajemen dan proses bisnis untuk mengidentifikasi risiko bisnis klien yang secara signifikan dapat memengaruhi pelaporan keuangan, termasuk piutang usaha. Untuk mendapatkan pemahaman tersebut, auditor juga melakukan prosedur analitis awal untuk mendeteksi peningkatan risiko piutang usaha. Universitas Indonesia
Audit pada..., Dewi Nuraini Raidy, FE UI, 2012
28
2.
Menetapkan Salah Saji yang Dapat Diterima dan Mengevaluasi Risiko Bawaan (Tahap I) Auditor terlebih dahulu memberikan penilaian awal mengenai materialitas
untuk keseluruhan laporan keuangan, lalu mengalokasikan jumlah yang dianggap material untuk setiap akun laporan posisi keuangan, termasuk piutang usaha. Alokasi ini disebut salah saji yang dapat diterima (tolerable misstatement). Piutang usaha biasanya merupakan salah satu bagian terpenting dari pelaporan keuangan bagi perusahaan dengan penjualan kredit. Meskipun saldo piutang usaha tersebut kecil, transaksi dalam siklus penjualan dan penagihan yang memengaruhi saldo tersebut biasanya berjumlah besar. Auditor menentukan risiko yang tak terhindarkan untuk masing-masing akun dengan mempertimbangkan risiko bisnis dan industry perusahaan klien. PSA 70 (SA 316) mengindikasikan bahwa auditor harus bisa mengidentifikasikan risiko pelanggaran dalam pengakuan pendapatan. Hal ini biasanya memengaruhi evaluasi auditor terhadap risiko tersebut untuk tujuan: eksistensi, batas waktu penjualan, pengembalian barang dagangan, dan batas penetapan beban piutang tak tertagih.
3.
Mengevaluasi Risiko Pengendalian dalam Siklus Penjualan dan Penagihan (Tahap I) Pengendalian internal atas penjualan dan bukti penerimaan kas yang
berhubungan dengan piutang usaha biasanya berlangsung efektif di banyak perusahaan karena manajemen sangat peduli dengan pencatatan yang akurat untuk menjaga hubungan baik dengan pelanggan. Auditor umumnya memperhatikan tiga aspek pengendalian internal, yaitu: 1.
Pengendalian untuk menghindari atau mendeteksi pencurian
2.
Pengendalian atas penetapan pisah batas
3.
Pengendalian yang berhubungan dengan penyisihan piutang tak tertagih Auditor harus menghubungkan risiko pengendalian atas tujuan audit terkait
transaksi dan tujuan audit terkait saldo, terutama untuk merencanakan risiko deteksi dan bukti-bukti yang akan digunakan dalam pengujian perincian saldo.
Universitas Indonesia
Audit pada..., Dewi Nuraini Raidy, FE UI, 2012
29
4.
Mendesain dan Melakukan Pengujian Pengendalian dan Pengujian Substantif atas Transaksi (Tahap II) Hasil pengujian pengendalian menentukan apakah risiko pengendalian atas
penjualan dan penerimaan kas perlun direvisi. Auditor menggunakan hasil pengujian substantif atas transaksi untuk menentukan apakah perencanaan risiko deteksi sudah memenuhi untuk setiap tujuan audit terkait saldo piutang usaha.
5.
Mendesain dan Melakukan Prosedur Analitis (Tahap III) Prosedur analitis umumnya dilakukan selama tahap pengujian diselesaikan
setelah tanggal laporan posisi keuangan, namun sebelum dilakukan pengujian perincian saldo. Auditor menjalankan prosedur analitis untuk seluruh siklus penjualan dan penagihan, tidak hanya piutang usaha. Hal ini perlu dilakukan karena terdapat hubungan erat antara laporan laba rugi dengan akun-akun pada laporan posisi keuangan. Jika prosedur analitis dalam siklus penjualan dan penagihan mengungkapkan adanya fluktuasi yang tidak biasa, maka auditor perlu meminta informasi kepada manajemen. Tanggapan dari manajemen perlu dievaluasi dengan kritis, apakah mampu menjelaskan mengenai fluktuasi tersebut dan mampu menunjukkan bukti pendukungnya.
6.
Mendesain dan Melakukan Pengujian Perincian Saldo Piutang Usaha (Tahap III) Tahapan ini menjelaskan prosedur pengujian yang dapat dilakukan auditor
dengan menyesuaikannya dengan tujuan-tujuan terkait saldo piutang yang sudah dijelaskan sebelumnya. a.
Piutang usaha ditambahkan secara tepat dan sesuai dengan berkas utama dan buku besar. Pada umumnya, pengujian atas piutang usaha dan penyisihan piutang tak tertagih dilakukan berdasarkan laporan posisi keuangan saldo. Sebuah laporan posisi keuangan saldo menyajikan saldo piutang usaha pada tanggal laporan posisi keuangan, termasuk data saldo piutang untuk setiap pelanggan disertai perincian saldo untuk kurun waktu antara tanggal penjualan dan tanggal laporan posisi keuangan. Biasanya auditor melakukan Universitas Indonesia
Audit pada..., Dewi Nuraini Raidy, FE UI, 2012
30
pengujian atas informasi yang didapatkan dari kecocokan perincian (detail tie-in) dalam neraca saldo, sebelum melakukan pengujian lainnya. Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah populasi yang diuji sama dengan buku besar dan piutang usaha pada berkas utama. Total kolom dan kolom yang berkaitan dengan umur piutang harus diuji dan total pada neraca saldo dibandingkan dengan buku besar. Auditor seringkali menggunakan peranti lunak audit untuk menjumlah ke bawah (foot) dan ke samping (cross-foot) pada neraca saldo dan menghitung ulang taksiran umur piutang. b.
Piutang usaha dicatat sesuai dengan keberadaannya Konfirmasi atas saldo tagihan pelanggan merupakan pengujian paling penting untuk menentukan keberadaan piutang usaha yang dicatat. Ketika pelanggan tidak menanggapi konfirmasi, maka auditor perlu memeriksa dokumen pendukung untuk mengecek pengiriman barang, juga menguji bukti penerimaan kas selama masa tenggat (subsequent) untuk mengetahui apakah pembayaran sudah dilakukan.
c.
Piutang usaha dicatat secara lengkap Bagi auditor, sulit untuk melakukan pengujian saldo rekening di luar neraca saldo, kecuali bergantung pada perimbangan data piutang usaha di berkas utama. Contohnya, jika klien tanpa sengaja tidak memasukkan piutang usaha pada neraca saldo, kemungkinan hal ini akan dapat dideteksi ketika auditor melakukan penjumlahan ke bawah terhadap piutang usaha di neraca saldo, kemudian melakukan rekonsiliasi saldo melalui akun pengontrol di buku besar.
d.
Akurasi piutang usaha Konfirmasi rekening yang diambil dari neraca saldo merupakan bentuk pengujian perincian saldo yang paling umum dilakukan untuk mengetahui akurasi piutang usaha. Bila pelanggan tidak merespons permintaan konfirmasi, auditor dapat melihat data pendukung untuk memperoleh keyakinan atas keberadaan piutang tersebut. Auditor melakukan pengujian debet dan kredit pada saldo pelanggan individu dnegan memeriksa dokumen pendukung untuk pengiriman dan penerimaan kas.
Universitas Indonesia
Audit pada..., Dewi Nuraini Raidy, FE UI, 2012
31
e.
Piutang usaha diklasifikasikan dengan benar Umumnya, auditor dapat mengevaluasi klasifikasi piutang usaha dengan mudah, yaitu dengan menelaah neraca saldo untuk piutang yang jumlahnya material dari afiliasi, karyawan, direktur, atau pihak terkait lainnya. Auditor perlu juga mengecek apakah piutang yang sifatnya jangka panjang sudah dipisahkan dari piutang usaha biasa, dan saldo kredit pada piutang usaha yang jumlahnya besar diklasifikasikan kembali menjadi utang usaha. Untuk memenuhi persyaratan penyajian dan pengungkapan, auditor harus memastikan bahwa klasifikasi disajikan secara benar dengan menentukan apakah transaksi antara pihak-pihak yang terkait dengan perusahaan telah dicatat secara tepat dalam laporan keuangan selama menyelesaikan tahapan audit.
f.
Penetapan pisah batas (cut-off) piutang usaha secara tepat Salah saji akibat pisah batas terjadi ketika transaksi dalam waktu berjalan dicatat selama jeda waktu antara pembuatan pelaporan dan waktu audit, atau sebaliknya. Tujuan pengujian pisah batas adalah untuk melihat apakah transaksi yang terjadi di akhir periode akuntansi dicatat pada periode yang tepat. Hal ini adalah salah satu tujuan terpenting dari siklus karena salah saji dalam pisah batas memengaruhi laba periode berjalan. Salah saji akibat penetapan pisah batas dapat terjadi pada penjualan, retur, dan barang dagangan, serta penerimaan kas. Untuk masing-masing hal tersebut, auditor perlu melakukan tiga pendekatan dalam menetapkan kewajaran pisah batas yaitu: 1. Menetapkan kriteria pisah batas yang tepat 2. Mengevaluasi apakah klien telah melakukan prosedur yang memadai untuk menentukan tingkat kewajaran pisah batas 3. Menguji apakah pisah batas yang ditetapkan adalah tepat
g.
Piutang usaha dinyatakan dalam nilai terealisasi Dalam mencatat piutang usaha, perusahaan harus mencatat dalam jumlah tertinggi yang dapat ditagih. Nilai terealisasi piutang usaha sama dengan jumlah total piutang usaha dikurangi dengan penyisihan piutang tak tertagih. Untuk menghitung penyisihan, klien mengestimasi jumlah total piutang Universitas Indonesia
Audit pada..., Dewi Nuraini Raidy, FE UI, 2012
32
usaha yang diperkirakan tidak dapat ditagih. Prediksi ini tentunya tidak dapat dilakukan secara tepat, tetapi auditor perlu mengevaluasi apakah klien sudah
menetapkan
penyisihannya
secara
masuk
akal
dengan
mempertimbangkan semua fakta. h.
Klien berhak atas piutang usaha Hak klien atas piutang usaha biasanya tidak menyebabkan masalah audit karena piutang umumnya memang miliki klien. Untuk mendapatkan informasi mengenai keterbatasan hak klien atas piutangnya, auditor perlu mendiskusikan dengan klien, melakukan konfirmasi ke bank, atau memeriksa kontrak utang sebagai bukti bahwa apakah piutang usaha dipakai sebagai jaminan, serta memerika berkas korespondensi.
i.
Penyajian dan pengungkapan piutang usaha Untuk mengevaluasi kecukupan penyajian dan pengungkapan tersebut, auditor perlu memiliki pemahaman SAK dan persyaratan penyajian dan pengungkapan secara menyeluruh. Bagian penting dari evaluasi meliputi keputusan apakah klien telah memisahkan hal-hal material yang memerlukan pengungkapan terpisah dalam laporan keuangan. Contohnya, piutang dari pegawai atau perusahaan afiliasi harus dipisahkan dari piutang dengan pelanggan lainnya, jika jumlahnya material.
Agoes (2008) menyarankan mengenai prosedur-prosedur audit yang dapat auditor terapkan ketika mengaudit akun piutang: 1.
Pahami dan evaluasi internal control atas piutang dan transaksi penjualan, piutang dan penerimaan kas. Proses memahami dan mengevaluasi internal control akan mempengaruhi luasnya pengujian atas kewajaran saldo piutang per tanggal laporan posisi keuangan dan saldo penjualan untuk periode yang diperiksa.
2.
Buat Top Schedule dan Supporting Schedule Piutang per tanggal neraca. Untuk menghemat waktu pemeriksaan, auditor harus meminta rincianrincian dari piutang usaha, piutang pegawai, wesel tagih, uang muka, piutang bunga, piutang afiliasi, piutang direksi, piutang pemegang saham
Universitas Indonesia
Audit pada..., Dewi Nuraini Raidy, FE UI, 2012
33
dan piutang lain-lain. Rincian-rincian yang berasal dari klien dicantumkan tanggal terimanya dan tuliskan PBC (prepared by client). 3.
Minta aging schedule dari piutang usaha per tanggal neraca. Analisa umur piutang harus menunjukkan nama pelanggan, saldo piutang, umur piutang (belum jatuh tempo, 0-30 hari, 31-60 hari, 61-90 hari, 91-120 hari, >120 hari), dan kalau bisa penagihan sesudah tanggal neraca (subsequent collection). Selain itu, perlu juga diminta rincian piutang pegawai, piutang direksi, piutang pemegang saham, wesel tagih, uang muka dan lain-lain, per tanggal neraca dan harus dijelaskan apakah dikenakan bunga atau tidak dan bagaimana pembayaran kembalinya.
4.
Periksa mathematical accuracy-nya dan check individual balance ke subledger lalu totalnya ke general ledger. Auditor harus memeriksa penjumlahan (footing dan cross footing) dari rincian-rincian yang diberikan klien dan saldo masing-masing pelanggan atau pegawai harus dicocokkan dengan saldo menurut subledger piutang, lalu total dari masing-masing rincian dicocokkan dengan saldo general ledger-nya. Jika ada saldo yang tidak cocok atau ditemukan kesalahan penjumlahan, beritahukan kepada klien dan minta mereka memperbaikinya.
5.
Test check umur piutang dari beberapa customer ke subledger piutang dan sales invoice. Pengecekan umur piutang akan mempengaruhi penilaian mengenai kecukupan atas penyisihan piutang tak tertagih. Pengecekan umur piutang dilakukan dengan memeriksa subledger piutang dan faktur penjualan: perhatikan apakah tanggal faktur penjualan dicatat dengan benar di subledger tersebut dan apakah umur piutang sesuai dengan jangka waktu antara tanggal faktur dengan tanggal neraca. Selain itu harus diperhatikan juga term of credit yang diberikan perusahaan kepada para pelanggan yang biasanya dicantumkan dalam invoice.
6.
Kirimkan konfirmasi piutang. PSA 07 (SA 330) mendefinisikan konfirmasi sebagai proses pemerolehan dan penilaian suatu komunikasi langsung dari pihak ketiga sebagai jawaban
Universitas Indonesia
Audit pada..., Dewi Nuraini Raidy, FE UI, 2012
34
atas suatu permintaan informasi tentang unsur tertentu yang berdampak terhadap asersi laporan keuangan. Proses konfirmasi mencakup: a.
Pemilihan unsur yang dimintakan konfirmasi.
b.
Pendesainan permintaan konfirmasi.
c.
Pengkomunikasian permintaan konfirmasi kepada pihak ketiga yang bersangkutan.
d.
Pemerolehan jawaban dari pihak ketiga.
e.
Penilaian terhadap informasi, atau tidak adanya informasi, yang disediakan oleh pihak ketiga mengenai tujuan audit, termasuk keandalan informasi tersebut.
Adapun definisi konfirmasi piutang menurut Agoes (2008) adalah surat yang ditandatangani klien, ditujukan ke pelanggannya untuk meminta penegasan (konfirmasi) mengenai saldo utang pelanggan tersebut per tanggal
tertentu
(biasanya
tanggal
neraca).
Pelanggan
diminta
menandatangani surat tersebut dan mengembalikan langsung ke KAP. Surat konfirmasi tersebut harus dikirim oleh KAP untuk mencegah jangan sampai surat tersebut lupa atau tidak dikirim oleh klien serta untuk menjaga independensi dari auditor. Surat konfirmasi terdiri dari bagian atas yang merupakan surat pengantar dan bagian bawah yang akan dikembalikan langsung ke KAP setelah ditandatangani oleh pelanggan. Jika setelah satu bulan konfirmasi positif belum dijawab, auditor harus mengirim surat konfirmasi yang kedua. Berikut ini merupakan langkah-langkah dalam mengirimkan konfirmasi piutang menurut Agoes (2008): a.
Tentukan dan tuliskan dasar pemilihan pelanggan yang akan dikirimi surat konfirmasi. Pemilihan pelanggan yang akan dikirimi surat konfirmasi dapat menggunakan metode statistical sampling atau random/judgement sampling, misalnya dengan memilih pelanggan dengan saldo > Rp 10.000.000,- ditambah dengan 5 pelanggan dengan saldo < Rp 10.000.000,-
b.
Tentukan apakah akan digunakan konfirmasi positif atau konfirmasi negatif. Universitas Indonesia
Audit pada..., Dewi Nuraini Raidy, FE UI, 2012
35
Terdapat dua jenis konfirmasi piutang yaitu: - Konfirmasi positif: Pada konfirmasi positif, pelanggan diminta untuk memberikan jawaban baik saldonya cocok maupun tidak cocok. Konfirmasi positif digunakan dalam keadaan saldo piutang per pelanggan relatif besar; jumlah pelanggan sedikit; dan pengendalian intern atas piutang yang (agak) lemah. - Konfirmasi negatif: Pada konfirmasi negatif, pelanggan diminta untuk memberikan jawaban hanya jika saldonya tidak cocok, sehingga jika pelanggan tidak menjawab akan dianggap bahwa saldonya cocok. Konfirmasi negatif digunakan dalam keadaan saldo piutang per pelanggan relatif kecil; jumlah pelanggan yang (cukup) banyak; dan pengendalian intern atas piutang yang (cukup) kuat. c.
Cantumkan nomor konfirmasi baik di schedule piutang maupun di surat konfirmasi. Surat konfirmasi piutang harus diberi nomor dan nomor tersebut dicantumkan juga pada kertas kerja, sehingga pada saat jawaban konfirasi diterima kembali (hanya bagian bawahnya) bisa diketahui untuk klien yang mana dan untuk perkiraan apa.
d.
Jawaban konfirmasi yang berbeda harus diberitahukan kepada klien untuk dicari perbedaannya. Jawaban konfirmasi dapat digolongkan dalam beberapa bentuk: - Confirmed Balance (CB), berarti saldo menurut pelanggan cocok dengan surat konfirmasi - Reporting Difference (RD), berarti saldo menurut pelanggan berbeda dengan surat konfirmasi. Jika saldonya berbeda, auditor harus mencari tahu alasan perbedaanya. Perbedaan tersebut mungkin bisa direkonsiliasi sehingga bisa diketahui saldo mana yang benar, mungkin juga tidak direkonsiliasi. - Dikembalikan oleh Kantor Pos (Returned by Post Office – RPO) - Tidak dijawab (No Reply – NR)
Universitas Indonesia
Audit pada..., Dewi Nuraini Raidy, FE UI, 2012
36
e.
Buat ikhtisar (summary) dari hasil konfirmasi Tujuannya untuk mengetahui berapa banyak konfirmasi yang dijawab dengan saldo yang sesuai maupun yang berbeda, yang akan mempengaruhi keyakinan auditor terhadap kewajaran saldo piutang.
7.
Periksa subsequent collections Hal ini dilakukan dengan memeriksa buku kas dan bukti penerimaan kas untuk periode sesudah tanggal neraca sampai dekat tanggal penyelesaian pemeriksaan lapangan. Perhatikan bahwa yang dicatat sebagai subsequent collections hanyalah yang berhubungan dengan penjualan dari periode yang sedang diperiksa.
8.
Periksa apakah ada wesel tagih (notes receivable) yang didoskontokan untuk mengetahui kemungkinan adanya contingent liability. Hal ini dilakukan dengan menanyakan kepada client apakah terdapat pendiskontoan wesel tagih, jika ada maka periksa pencatatan transaksi pendiskontoan tersebut; memeriksa buku besar wesel tagih, jika terdapat pengkreditan di perkiraan wesel tagih, maka periksa bukti pendukungnya untuk mengetahui apakah berasal dari pelunasan wesel tagih yang jatuh tempo atau dari pendiskontoan wesel tagih; dan melihat jawaban konfirmasi bank, apakah terdapat penjelasan mengenai pendiskontoan wesel tagih.
9.
Periksa dasar penentuan allowance for bad debts dan cukup tidaknya allowance tersebut. Cukup dalam arti tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil, karena jika allowance terlalu besar berarti laba perusahaan akan terlalu kecil (understated), jika allowance terlalu kecil berarti laba perusahaan akan overstated. Dalam hal ini, auditor harus mempelajari dasar penentuan allowance yang digunakan oleh klien apakah berdasarkan persentase tertentu dari penjualan kredit; apakah berdasarkan analisa umur piutang; apakah berdasarkan persentase tertentu dari saldo piutang; dan apakah dasar penentuan allowance dan perhitungan client sudah masuk akal (reasonable) dan konsisten dengan tahun-tahun sebelumnya.
Universitas Indonesia
Audit pada..., Dewi Nuraini Raidy, FE UI, 2012
37
10.
Test sales cut-off Pemeriksaan cut-off penjualan akan meyakinkan auditor bahwa penjualan sudah dicatat pada periode terjadinya untuk kepentingan proper matching cost against revenue dan tidak ada pergeseran waktu pencatatan. Hal ini dilaksanakan dengan jalan memeriksa sales invoice, credit note, dan lainlain, lebih kurang 2 (dua) minggu sebelum dan sesudah tanggal neraca. Periksa apakah barang-barang yang dijual melalui invoice sebelum tanggal neraca, sudah dikirim per tanggal neraca. Kalau belum dikirim cari tahu alasannya. Periksa apakah ada faktur penjualan dari tahun yang diperiksa, yang dibatalkan dalam periode berikutnya.
11.
Periksa notulen rapat, surat-surat perjanjian, jawaban konfirmasi bank dan correspondence file untuk mengetahui apakah ada piutang yang dijadikan sebagai jaminan. Piutang dapat dijadikan salah satu jaminan dari kredit yang diperoleh perusahaan dari bank. Kalau hal tersebut terjadi, maka harus diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan.
12.
Periksa apakah penyajian di neraca dilakukan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Dalam hal ini maka piutang pemegang saham, piutang direksi, dan piutang perusahaan afiliasi harus dilaporkan tersendiri, terpisah dari piutang usaha; dan piutang dinyatakan sebesar jumlah tagihan, dikurangi penyisihan untuk piutang yang tidak dapat ditagih.
13.
Tarik kesimpulan mengenai kewajaran saldo piutang yang diperiksa berdasarkan prosedur audit yang dijalankan dan sesuai dengan audit program piutang.
Universitas Indonesia
Audit pada..., Dewi Nuraini Raidy, FE UI, 2012
38
2.4. Standar Akuntansi yang Terkait dengan Audit atas Piutang Pada bagian ini, penulis akan membahas mengenai standar-standar akuntansi yang terkait dengan penerapan dan pelaksanaan audit atas piutang.
2.4.1. PSAK No. 7 (revisi 2010) mengenai Pihak-pihak Berelasi Dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 7 (revisi 2010) mengenai pihak-pihak berelasi, pihak-pihak berelasi adalah orang atau entitas yang terkait dengan entitas yang menyiapkan laporan keuangannya (dalam pernyataan ini dirujuk sebagai “entitas pelapor”) yakni: a.
Orang atau anggota keluarga terdekat mempunyai relasi dengan entitas pelapor jika orang tersebut: i. Memiliki pengendalian atau pengendalian bersama atas entitas pelapor; ii. Memiliki pengarug signifikan atas entitas pelapor; atau iii. Personil manajemen kunci entitas pelapor atau entitas induk entitas pelapor.
b.
Suatu entitas berelasi dengan entitas pelapor jika memenuhi salah satu hal berikut: i. Entitas dan entitas pelapor adalah anggota dari kelompok usaha yang sama (artinya entitas induk, entitas anak, dan entitas anak berikutnya terkait dengan entitas lain). ii. Satu entitas adalah entitas asosiasi atau ventura bersama dari entitas lain (atau entitas asosiasi atau ventura bersama yang merupakan anggota suatu kelompok usaha, yang mana entitas lain tersebut adalah anggotanya). iii. Kedua entitas tersebut adalah ventura bersama dari pihak ketiga yang sama iv. Satu entitas adalah ventura bersama dari entitas ketiga dan entitas lain adalah entitas asosiasi dari entitas ketiga. v. Entitas tersebut adalah suatu program imbalan pascakerja untuk imbalan kerja dari salah satu entitas pelapor atau entitas yang terkait dengan entitas pelapor. Jika entitas pelapor adalah entitas yang
Universitas Indonesia
Audit pada..., Dewi Nuraini Raidy, FE UI, 2012
39
menyelenggarakan program tersebut, maka entitas sponsor juga berelasi dengan entitas pelapor. vi. Entitas yang dikendalikan atau dikendalikan bersama oleh orang yang diidentifikasi dalam huruf (a). vii. Orang yang diidentifikasi dalam huruf (a) (i) memiliki pengaruh signifikan atas entitas atau personil manajemen kunci entitas (atau entitas induk dari entitas). Transaksi pihak berelasi adalah suatu pengalihan sumber daya, jasa atau kewajiban antara entitas pelapor dengan pihak-pihak berelasi, terlepas apakah ada harga yang dibebankan. Hubungan antara entitas induk dan entitas anak diungkapkan terlepas dari apakah telah terjadi transaksi antara mereka. Jika entitas memiliki transaksi dengan pihak-pihak berelasi selama periode yang dicakup dalam laporan keuangan, maka entitas mengungkapkan sifat dari hubungan dengan pihak-pihak berelasi serta informasi mengenai transaksi dan saldo, termasuk komitmen, yang diperlukan untuk memahami potensi dampak hubungan tersebut dalam laporan keuangan. Sekurang-kurangnya, pengungkapan meliputi: a.
Jumlah transaksi
b.
Jumlah saldo, termasuk komitmen, dan; i. Persyaratan dan ketentuannya, termasuk aoakah terdapat jaminan, dan sifat imbalan yang akan diberikan, untuk penyelesaian; dan ii. Rincian garansi yang diberikan atau diterima;
c.
Penyisihan piutang ragu-ragu terkait dengan jumlah saldo tersebut; dan
d.
Beban yang diakui selama periode dalam hal piutang ragu-ragu atau penghapusan piutang dari pihak-pihak berelasi.
2.4.2. PSAK No. 10 mengenai Transaksi dalam Mata Uang Asing Dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 10 mengenai transaksi dalam mata uang asing, suatu transaksi dalam mata uang asing adalah suatu transaksi yang didenominasi atau membutuhkan penyelesaian dalam suatu mata uang asing, termasuk transaksi yang timbul ketika suatu perusahaan: a.
Membeli atau menjual barang atau jasa yang harganya didenominasi dalam suatu mata uang asing; Universitas Indonesia
Audit pada..., Dewi Nuraini Raidy, FE UI, 2012
40
b.
Meminjam (hutang) atau meminjamkan (piutang) dana yang didenominasi dalam suatu mata uang asing;
c.
Menjadi suatu pihak untuk suatu perjanjian dalam valuta asing yang belum terlaksana; atau
d.
Memperoleh atau melepaskan aset, menimbulkan atau melunasi kewajiban, yang didenominasi dalam suatu mata uang asing. Transaksi dalam mata uang asing dibukukan dengan menggunakan kurs
pada saat terjadinya transaksi. Kurs tunai yang berlaku pada tanggal transaksi sering disebut kurs spot (spot rate). Untuk alasan praktis, suatu kurs yang mendekati kurs tanggal transaksi sering digunakan, contohnya, suatu kurs ratarata selama seminggu atau sebulan mungkin digunakan untuk seluruh transaksi dalam setiap mata uang asing yang terjadi selama periode itu. Namun, jika kurs berfluktuasi secara signifikan, penggunakan kurs rata-rata untuk satu periode tidak dapat diandalkan. Selisih kurs timbul apabila terdapat perubahan kurs antara tanggal transaksi dan tanggal penyelesaian (settlement date) pos moneter yang timbul dari transaksi dalam mata uang asing. Bila timbulnya dan penyelesaian suatu transaksi berada dalam suatu periode akuntansi yang sama, maka seluruh selisih kurs diakui dalam periode tersebut. Namun jika timbulnya dan diselesaikannya suatu transaksi berada dalam beberapa periode akuntansi, maka selisih kurs harus diakui untuk setiap periode akuntansi dengan memperhitungkan perubahan kurs untuk masingmasing periode.
2.4.3. PSAK No. 23 (revisi 2010) mengenai Pendapatan Pendapatan adalah penghasilan yang timbul dari pelaksanaan aktivitas entitas yang normal dan dikenal dengan sebutan yang berbeda, seperti penjualan, penghasilan jasa, bunga, dividen, royalti, dan sewa. Terkait dengan piutang usaha, maka dalam pembahasan PSAK ini lebih berfokus pada klasifikasi pendapatan dari penjualan barang. Pendapatan dari penjualan barang diakui jika seluruh kondisi berikut dipenuhi: a.
Entitas telah memindahkan risiko dan manfaat kepemilikan barang secara signifikan kepada pembeli; Universitas Indonesia
Audit pada..., Dewi Nuraini Raidy, FE UI, 2012
41
b.
Entitas tidak lagi melanjutkan pengelolaan yang biasanya terkait dengan kepemilikan atas barang ataupun melakukan pengendalian efektif atas barang yang dijual;
c.
Jumlah pendapatan dapat diukur secara andal;
d.
Kemungkinan besar manfaat ekonomi yang terkait dengan transaksi tersebut akan mengalir ke entitas; dan
e.
Biaya yang terjadi atau akan terjadi sehubungan transaksi penjualan tersebut dapat diukur secara andal. Penentuan kapan entitas telah memindahkan risiko dan manfaat kepemilikan
secara signifikan memerlukan pengujian atas keadaan transaksi tersebut. Pada umumnya, pemindahan risiko dan manfaat kepemilikan terjadi pada saat yang bersamaan dengan pemindahan hak milik atau penguasaan atas barang tersebut. Pendapatan juga diakui hanya jika kemungkinan besar manfaat ekonomi sehubungan dengan transaksi tersebut akan mengalir ke entitas. Namun, jika ketidakpastian timbul dari kolektibilitas jumlah tertentu yang telah termasuk dalam pendapatan, maka jumlah yang tidak tertagih atau jumlah pemulihan yang kemungkinannya tidak besar lagi diakui sebagai beban bukan sebagai penyesuaian terhadap jumlah pendapatan yang diakui semula. Pendapatan dan beban sehubungan dengan transaksi dan peristiwa lain yang sama diakui secara bersamaan. Proses ini biasanya mengacu pada pengaitan pendapatan dengan beban. Beban, termasuk jaminan dan biaya lain yang terjadi setelah pengiriman barang, biasanya dapat diukur secara andal jika kondisi lain untuk pengakuan pendapatan telah dipenuhi. Tetapi, pendapatan tidak diakui jika beban yang berkaitan tidak dapat diukur secara andal. Dalam keadaan tersebut, setiap imbalan yang diterima untuk penjualan barang tersebut diakui sebagai liabilitas.
Universitas Indonesia
Audit pada..., Dewi Nuraini Raidy, FE UI, 2012
BAB III PROFIL KANTOR AKUNTAN PUBLIK DAN KLIEN
3.1. Profil KAP Aryanto, Amir Jusuf, Mawar & Saptoto KAP Aryanto, Amir Jusuf, Mawar & Saptoto (KAP AAJ) adalah kantor akuntan publik yang berdiri sejak tahun 1985 dengan nama awal KAP Amir Abadi Jusuf. Sejak didirikan, KAP AAJ telah berhasil mengembangkan dan menumbuhkan jasa profesional akuntansi dan konsultasi yang besar, memiliki reputasi yang baik, serta terintegrasi. Seiring dengan eksistensinya yang telah lebih dari 25 tahun, KAP AAJ telah menunjukkan komitmen untuk selalu menyediakan aturan kualitas pelayanan yang bertujuan untuk meningkatkan nilai bagi klien. Adapun beberapa langkah penting dari KAP AAJ dapat dilihat pada gambar 3.1. berikut ini:
Gambar 3.1. Langkah Penting KAP AAJ Sumber: Employee Handbook RSM AAJ Associates
Saat ini, KAP AAJ merupakan perusahaan accounting and auditing practice terbesar ke-5 di Indonesia dan memiliki 2 kantor yang terletak di Jakarta dan Surabaya. Pada tahun 1992, KAP ini bergabung dengan RSM International yang berkantor pusat di London, Inggris. RSM International merupakan jaringan kantor akuntan publik dan konsultan terbesar ke-6 di dunia, dengan lebih dari 700 kantor di 90 negara dan lebih dari 32.500 karyawan. 42
Audit pada..., Dewi Nuraini Raidy, FE UI, 2012
Universitas Indonesia
43
Visi dari KAP AAJ adalah “to be the right partner to its stakeholders” (untuk menjadi mitra yang tepat bagi setiap stakeholder) dan visi tersebut dijalankan dengan beberapa misi yaitu dengan mendukung pencapaian keunggulan klien dengan memberikan jasa profesional kelas dunia, dengan menyediakan lingkungan bekerja dan belajar profesional yang bermanfaat dan menyenangkan, dan dengan memberikan kontribusi kepada profesi dan kepada ekonomi Indonesia. Selain visi dan misi diatas, dalam setiap menjalankan aktivitas, KAP AAJ selalu menerapkan nilai yang disebut STAR yaitu Smart, Trust, Action, dan Respect dan nilai-nilai tersebut dimasukkan sebagai faktor penilaian dari evaluasi kinerja setiap karyawan. Adapun jasa yang ditawarkan oleh KAP AAJ meliputi lima area di bawah ini, yaitu: 1.
Audit and assurance services, yang meliputi jasa terkait general audit, special audit, review & compliation, attestation engagement, dan financial due diligence.
2.
Risk and internal audit services, yang meliputi jasa terkait corporate governance, audit internal, managemen risiko, teknologi informasi, peningkatan kinerja / audit operasional, dan peningkatan sistem & prosedur.
3.
IFRS services, yang meliputi jasa terkait IFRS conversion project, due diligence in IFRS environment, valuations relating to purchasing price allocation process, shared-based payment, dan audit on IFRS financial statement.
4.
Tax and corporate services, yang meliputi jasa terkait konsultasi pajak, kepatuhan pajak, accounting services, payroll & administration services, business establishment services, dan corporate secretarial.
5.
Transaction support and capital market services, yang meliputi jasa terkait analisis transaksi, solusi bisnis, divestment and mergers & acquisition, business turnaround, dan fund arranger & valuation. KAP AAJ terdiri dari beberapa divisi dengan spesifikasi jasa yang berbeda
yaitu divisi red, divisi blue, dan divisi green yang memegang bidang audit and assurance services dan IFRS serta divisi purple yang memegang bidang tax and corporate services, divisi white yang memegang bidang risk & internal audit Universitas Indonesia
Audit pada..., Dewi Nuraini Raidy, FE UI, 2012
44
services, dan divisi orange yang memegang bidang transaction support and capital market services, serta divisi brown (Surabaya) yang menerima semua jenis jasa yang ditawarkan KAP AAJ. KAP AAJ dikelola oleh dewan eksekutif disebut board of partners dan dibantu oleh managing partners, Division Chief Operating Officers (DCOOs), partner, direktur, dan lainnya yang secara kolektif disebut board of management seperti yang dapat dilihat dalam struktur organisasi pada gambar 3.2. dibawah ini:
Gambar 3.2. Struktur Organisasi KAP AAJ Sumber: Employee Handbook RSM AAJ Associates
3.1.1. AAJ SMART Untuk mendukung pekerjaannya, KAP AAJ mengembangkan AAJ SMART®, sebuah perangkat aplikasi audit yang praktis dan sistematis untuk memastikan pencakupan semua saldo dan risiko setiap akun. AAJ SMART® adalah suatu aplikasi audit berbasis objek yang dimaksudkan untuk membantu auditor dalam melaksanakan penugasannya. AAJ SMART® merupakan singkatan dari Auditing and Assurance Job using a Standardized Materiality through an Analysis of Risk Trigger atau dalam bahasa Indonesia dapat diterjemahkan menjadi Alat Audit yang Jelas dan Standar berbasis Materialitas dengan Analisis atas Risiko secara Terukur. KAP AAJ mulai menggunakan aplikasi ini pada 13 Oktober 2006. Dengan menggunakan AAJ SMART®, penugasan audit diekspektasikan untuk mengkonsumsi waktu yang lebih sedikit. AAJ SMART® Universitas Indonesia
Audit pada..., Dewi Nuraini Raidy, FE UI, 2012
45
akan menggantikan sebagian besar aktivitas audit berbasis kertas dan mengurangi penggunaan kertas dan map.
3.2. Profil PT XYZ PT XYZ merupakan perusahaan swasta yang bergerak di bidang industri manufaktur produk tekstil dan berlokasi di daerah Tangerang. PT XYZ didirikan pada tahun 2009. PT XYZ merupakan pihak berelasi dari PT D yang merupakan perusahaan industri tekstil dan garmen dan PT XYZ merupakan salah satu pemasok bahan baku produksi PT D. Adapun ruang lingkup kegiatan perusahaan meliputi: a.
bidang perdagangan, yang berkaitan dengan perdagangan lokal dan ekspor benang, importir kapas, dan importir mesin, peralatan, serta suku cadang dari mesin-mesin yang berhubungan dengan kegiatan usaha dan produksi.
b.
bidang perindustrian tekstil, yang berkaitan dengan industri pemintalan benang. PT XYZ dipimpin oleh seorang komisaris, seorang direktur utama, dan
seorang direktur. Per tanggal 31 Desember 2011 perusahaan memiliki karyawan tetap sebanyak 31 karyawan dan per tanggal 30 Juni 2012 sebanyak 20 karyawan. Dalam pelaksanaan kegiatan operasionalnya, bagian akuntansi PT XYZ menggunakan software SAP (Systems Applications and Products). SAP merupakan sistem akuntansi dan pelaporan keuangan yang membantu perusahaan dalam melakukan pencatatan atas transaksi sehari-hari, melaporkan data operasi, serta menganalisis data keuangan.
3.2.1. Penerapan PSAK dalam Akuntansi PT XYZ PT XYZ menerapkan PSAK 7 (revisi 2010) mengenai pengungkapan pihakpihak berelasi. Standar ini menyempurnakan panduan untuk pengungkapan hubungan pihak-pihak berelasi, transaksi dan saldo termasuk komitmen. Standar juga memberikan penjelasan bahwa anggota personil manajemen kunci adalah pihak berelasi, sehingga mengharuskan pengungkapan atas kompensasi personil manajemen kunci untuk masing-masing kategori. Perusahaan telah melakukan evaluasi terhadap hubungan pihak-pihak berelasi dan memastikan laporan Universitas Indonesia
Audit pada..., Dewi Nuraini Raidy, FE UI, 2012
46
keuangan telah disusun menggunakan persyaratan pengungkapan yang telah direvisi. Penerapan PSAK ini mengakibatkan penambahan pengungkapan dalam laporan keuangan perusahaan. Terkait dengan PSAK 10 mengenai transaksi dalam mata uang asing, dimana dinyatakan bahwa transaksi dalam mata uang asing dibukukan dengan menggunakan kurs pada saat terjadinya transaksi, PT XYZ mencatat transaksi tersebut dengan kurs pajak karena menilai kurs pajak tidak terlalu fluktuatif dibandingkan kurs BI. Namun terkait adanya suatu transaksi yang diselesaikan dalam beberapa periode akuntansi, dimana selisih kurs harus diakui untuk setiap periode akuntansi dengan memperhitungkan perubahan kurs untuk masing-masing periode, PT XYZ belum melakukan perhitungan tersebut yang seharusnya diadjust sesuai dengan nilai pada akhir periode akuntansi tersebut. PT XYZ mengakui dan mencatat pendapatannya atas penjualan benang pada saat barang diantarkan beserta dikeluarkannya bill of lading dan invoice (shipping point). Apabila dikaitkan dengan PSAK 23 (revisi 2010) mengenai pendapatan, dimana pendapatan dari penjualan barang dapat diakui salah satu syaratnya jika entitas telah memindahkan risiko dan manfaat kepemilikan barang secara signifikan kepada pembeli, PT XYZ sudah tepat dalam menetapkan kebijakan tersebut karena setelah mengantarkan barangnya risiko atas barang tersebut telah berpindah pada pihak pembeli.
Universitas Indonesia
Audit pada..., Dewi Nuraini Raidy, FE UI, 2012
BAB IV ANALISIS / DESKRIPSI HASIL MAGANG DAN PEMBAHASAN
4.1. Pendekatan Audit KAP AAJ Dalam melakukan audit, KAP AAJ memiliki pendekatan audit, seperti yang terlihat pada gambar 4.1, yang menjelaskan mengenai tahap-tahap yang harus dilakukan KAP AAJ dalam melakukan jasa audit pada suatu perusahaan.
Gambar 4.1. Pendekatan Audit KAP AAJ Sumber: RSMi Methodology “telah diolah kembali”
47
Audit pada..., Dewi Nuraini Raidy, FE UI, 2012
Universitas Indonesia
48
4.1.1. Client Acceptance and Re-evaluation Pada tahap ini, auditor memahami latar belakang dari perusahaan untuk mengestimasi engagement risk yang mungkin terjadi. Client acceptance dilakukan untuk klien baru sedangkan re-evaluation dilakukan untuk klien lama KAP AAJ. Proses re-evaluation dilakukan untuk mengevaluasi kembali klien lama dengan risiko yang baru yang mungkin terjadi akibat adanya perubahan kondisi ataupun prosedur yang diterapkan oleh klien. Bagi PT XYZ, tahun 2012 merupakan tahun kedua menjadi klien KAP AAJ sehingga KAP AAJ hanya melakukan proses reevaluation.
4.1.2. Preplanning / Understanding the Client’s Business Setelah melakukan re-evaluation, tahap berikutnya yakni preplanning atau perencanaan pendekatan audit. Pada tahap ini, auditor melakukan pemahaman kembali mengenai bisnis klien. Karena KAP AAJ menggunakan risk-based audit, maka setiap tahun auditor akan selalu me-review bisnis kliennya. Review yang dilakukan didukung pula dengan adanya permanent file dari tahun audit sebelumnya. Permanent file ini disimpan dan dikelola dengan baik oleh KAP AAJ serta dapat digunakan untuk penugasan audit pada tahun-tahun ke depan. Dari data yang ada, auditor memastikan kepada manajemen PT XYZ apakah terdapat perubahan struktur ataupun prosedur yang terjadi. Sebelum berjalannya fieldwork, auditor melakukan penilaian akan kemungkinan terjadinya fraud. Auditor menilai bahwa risiko fraud PT XYZ cenderung tinggi terutama pada bagian bahan baku karena jumlahnya yang banyak dan penyusunannya yang tidak rapi. Terkait dengan risiko bisnis, auditor menilai risiko bisnis PT XYZ terkait dengan fluktuasi nilai tukar mata uang asing yang dapat mempengaruhi harga pokok penjualan serta gross profit margin dari PT XYZ dikarenakan bahan baku serta penjualan dari produk berkaitan dengan transaksi dengan luar negeri. Pengendalian internal PT XYZ terhadap asetnya terutama pabrik dan gudang dinilai masih lemah terutama terkait keamanan. Selain itu, sistem penyimpanan benang tidak tertata rapi sehingga memiliki risiko kehilangan yang cukup tinggi.
Universitas Indonesia
Audit pada..., Dewi Nuraini Raidy, FE UI, 2012
49
Terkait dengan akun piutang usaha, dalam penilaian pengendalian internal terkait risiko akuntansi, auditor menilai pencatatan akuntansi PT XYZ tidak berisiko karena perusahaan sudah menerapkan kebijakan akuntansi sesuai dengan aturan yang berlaku di Indonesia serta didukung adanya karyawan accounting yang memahami dengan baik akuntansi perusahaannya. Selain itu, bukti-bukti terkait dengan siklus penjualan terdokumentasikan secara lengkap.
4.1.3. Audit Planning and Risk Materiality Analysis Pada tahap ini, auditor melakukan penetapan atas materialitas serta penetapan financial statements worksheet areas. Pertimbangan atas kedua prosedur ini memutuskan tingkat risiko dari luasnya pemeriksaan audit atas laporan keuangan klien yang akan mempengaruhi prosedur audit selanjutnya. 1.
Penetapan materialitas Dalam menetapkan materialitas, auditor mengacu pada Best Practices
Memo yaitu suatu panduan penentu materialitas yang diterbitkan oleh Head of Audit KAP AAJ secara berkala. Berdasarkan RSM AAJ Audit Manual Versi 2010.1, materialitas secara kuantitatif ditentukan pada tingkat laporan keuangan sebagai panduan dalam merancang prosedur audit dan mengevaluasi temuan audit. Untuk menentukan overall materiality, auditor harus melakukan langkahlangkah berikut ini: a.
Menentukan pengguna utama dari laporan keuangan.
b.
Menentukan benchmark/patokan (elemen laporan keuangan atau ukuran keuangan lainnya yang diturunkan dari elemen laporan keuangan) yang paling penting bagi pengguna utama.
c.
Menentukan overall materiality dengan menggunakan persentase yang sesuai dengan patokan yang telah dipilih. Sesuai dengan manual yang ada, dalam menentukan overall materiality,
auditor harus menggunakan salah satu dari patokan antara lain:
Total assets atau revenue
Net assets
Income before taxes
Universitas Indonesia
Audit pada..., Dewi Nuraini Raidy, FE UI, 2012
50
Persentase yang diterapkan berbeda-beda tergantung dari kategori klien pada tabel 4.1 berikut ini:
Tabel 4.1. Persentase berdasarkan Kategori Klien Types of Clients
Percentage
Significant and High Risk Clients (except Bank and Financial Institution):
Total assets or Revenues
0.5 %
Net Assets
3.0 %
Normalized income from continuing operations before taxes
5.0 %
Bank and Financial Institution:
Total Assets or Revenues
0.5 %
Net Assets
3.0 %
Low Risk Clients:
Total assets or Revenues
Net Assets
Normalized income from continuing operations before taxes
1.25 % 4% 7.5 %
Sumber: Best Practices Memo KAP AAJ 8 Desember 2010
Sebelum menetapkan materialitas, auditor terlebih dahulu menilai risiko dari PT XYZ. Auditor menetapkan bahwa PT XYZ memiliki risiko rendah dengan beberapa pertimbangan yakni pengguna utama dari laporan keuangan hanyalah pihak manajemen PT XYZ, klien merupakan perusahaan tertutup bukan perusahaan publik (Tbk.), serta klien bukan merupakan perusahaan dengan akuntabilitas publik. Dalam menentukan patokan, total asset dipilih auditor sebagai patokan karena auditor melihat dari sisi pemakai laporan keuangan dan rencana perusahaan di masa yang akan datang yaitu: a.
Pemakai laporan keuangan perusahaan adalah pihak manajemen dan pihak kreditur.
b.
Pada 30 Juni 2012, Perusahaan memiliki pinjaman ke Bank BCA dan UOB
Dari dua alasan diataslah auditor menetapkan total asset PT XYZ patokan untuk materiality limit.
Universitas Indonesia
Audit pada..., Dewi Nuraini Raidy, FE UI, 2012
51
Tabel 4.2. Perhitungan Overall Materiality Overall Materiality TA
Percentage
OM
1.25%
38,645,315,350
3,091,625,227,965
Sumber: Working Paper Materiality Limit PT XYZ June 2012
Setelah melakukan perhitungan overall materiality dalam tabel 4.2, kemudian hasil Rp38.645.315.350,- tersebut menjadi patokan dalam perhitungan performance materiality. Perhitungan performance materiality perlu dilakukan untuk menentukan apakah suatu akun bernilai material atau tidak, sehingga digunakan sebagai batas materialitas untuk akun piutang usaha.
Tabel 4.3. Perhitungan Performance Materiality OM
Percentage
PM
38,645,315,350
80%
30,916,252,280
Sumber: Working Paper Materiality Limit PT XYZ June 2012
Auditor kemudian menghitung materiality net of allowance yang merupakan batas materialitas transaksi yaitu sebesar Rp11,593,594,605,- yang didapat dari pengurangan antara overall materiality dengan allowance for undetected material misstatement sebesar 70% dan menghitung nilai materiality threshold adalah 3% x Rp38,645,315,350,- = Rp 1,159,359,460,-. Nilai materiality threshold inilah yang menjadi batas maksimum apakah salah saji pada suatu akun tertentu bernilai material atau tidak. Apabila salah saji yang ditemukan nilainya
berada
di
bawah
nilai
materiality
threshold
maka
auditor
mengumpulkannya ke dalam summary of unadjusted yang berisi akun-akun salah saji dan tidak dilakukan adjustment.
2.
Penetapan financial statements worksheet areas Setelah penetapan materialitas dilakukan, selanjutnya auditor akan menilai
apakah saldo setiap akun-akun PT XYZ termasuk high risk material, low risk material, atau tidak material. Penentuan ini akan berpengaruh terhadap luasnya pemeriksaan audit dari setiap akun klien. Prosedur ini tidak dilakukan karena Universitas Indonesia
Audit pada..., Dewi Nuraini Raidy, FE UI, 2012
52
auditor biasanya langsung melanjutkan ke tahap fieldwork setelah penentuan materialitas.
4.1.4. Fieldwork / Conduct the Audit Pada tahapan ini, auditor akan melakukan evaluasi serta pengujian pengendalian dari PT XYZ serta melakukan pengujian substantive. Segala prosedur-prosedur audit untuk tiap-tiap akun yang telah direncanakan sebelumnya dilaksanakan saat tahapan ini. Prosedur audit terkait akun piutang yang merupakan fokus dari laporan magang akan dijelaskan pada bagian selanjutnya.
4.1.5. Completion and Reporting Setelah melaksanakan keseluruhan prosedur audit untuk PT XYZ, pada bagian akhir auditor akan melakukan penilaian terhadap going concern dari perusahaan, pengevaluasian salah saji yang ditemukan selama pelaksanaan audit. Selain itu, auditor juga akan menetapkan opini apa yang akan diberikan kepada PT XYZ atas pelaksanaan audit laporan keuangannya.
4.2. Gambaran Umum Piutang PT XYZ Pada bagian ini, penulis akan menjelaskan mengenai gambaran umum dari piutang usaha PT XYZ yang dapat dijelaskan sebagai berikut: a.
Sifat dari akun piutang usaha PT XYZ adalah segala pendapatan yang dilakukan secara kredit. Pendapatan merupakan penjualan yang berasal dari dalam negeri (lokal) serta dari luar negeri (ekspor).
b.
Berdasarkan hasil audit laporan keuangan per 30 Juni 2012, piutang usaha PT XYZ per 30 Juni 2012 adalah sebesar Rp 526.696.266.062,- dan diklasifikasikan menjadi piutang usaha kepada pihak ketiga yaitu sebesar Rp 34.209.394.237,- yang terbagi kedalam penjualan kredit lokal sebesar Rp 12.714.231.930,- dan penjualan kredit ekspor sebesar Rp 21.495.162.307,dan pihak lainnya yaitu pihak berelasi sebesar Rp 492.486.871.825,- . Besarnya piutang usaha berelasi adalah sebesar 93,5% dari keseluruhan jumlah piutang yang dimiliki PT XYZ.
Universitas Indonesia
Audit pada..., Dewi Nuraini Raidy, FE UI, 2012
53
c.
Piutang usaha PT XYZ terjadi berkaitan dengan penjualan benang yang merupakan kegiatan bisnis PT XYZ. Piutang usaha PT XYZ per 30 Juni 2012 terdiri dari sembilan debitur yang tidak hanya berasal dari dalam negeri tetapi juga luar negeri yaitu 4 debitur asal luar negeri dan 5 debitur dari dalam negeri. Dari kesembilan perusahaan tersebut, terdapat satu perusahaan yang digolongkan menjadi pihak berelasi dengan PT XYZ yaitu PT D. PT D membeli benang hasil produksi PT XYZ yang kemudian diproduksi kembali menjadi handuk dan pakaian.
d.
PT XYZ mengakui piutang usaha pada saat dikeluarkannya bill of lading dan invoice (FOB shipping point). Pencatatan jurnal piutang usaha untuk PT XYZ antara lain: - Pencatatan piutang usaha: Dr. Trade Receivables
xxx
Kr. Sales
xxx
Kr. Tax Payable - VAT Out
xxx
- Pencatatan penerimaan pelunasan piutang usaha: Dr. Bank
xxx Kr. Trade Receivables
xxx
4.3. Program Audit KAP AAJ atas Piutang Usaha KAP AAJ menerapkan metodogi audit yang disebut RSMi Methodology dalam menjalankan setiap pelaksanaan audit. Di dalam RSMi Methodogy terdapat audit program yang teridi dari prosedur audit dan asersi yang terkait dengan prosedur tersebut untuk masing-masing akun. Adapun tujuan dari audit atas akun piutang yang dilakukan KAP AAJ dapat dilihat pada tabel 4.4 sebagai berikut: Tabel 4.4. Tujuan Audit atas Akun Piutang KAP AAJ Audit Objective (1) Piutang usaha yang tercatat benar-benar terjadi dan merupakan aset asli dari bisnis (existence). (2) Semua piutang usaha telah masuk dalam laporan posisi keuangan (completeness). Universitas Indonesia
Audit pada..., Dewi Nuraini Raidy, FE UI, 2012
54
(3) Piutang usaha milik bisnis dan pengungkapan yang tepat telah dilakukan dari setiap perjanjian, diskon, atau penentuan piutang (rights and obligations). (4) Piutang usaha tidak mengandung jumlah yang signifikan yang harus dihapuskan dan penyisihan untuk piutang tak tertagih memadai tapi tidak berlebihan (valuation). (5) Piutang usaha diklasifikasikan, dijelaskan, dan diungkapkan secara tepat dalam laporan keuangan (presentation and disclosure). Sumber: Working Paper Audit PT XYZ 30 Juni 2012
Adapun program audit atas akun piutang berdasarkan RSMi Methodology seperti yang dapat dilihat pada tabel 4.5. adalah sebagai berikut: Tabel 4.5. Program Audit Akun Piutang KAP AAJ No. A.
Audit Procedure
Assert
For manual listings: Obtain the client’s detailed aged trade accounts receivable listing at the period end and: a) Agree to general ledger
A
BASIC PROCEDURES
Accounts Receivable Listing 1.
b) Test mathematical accuracy
2.
c) Select a sample of ___ - invoices from the AR listing and vouch to supporting documents. Ensure that aging of selected invoices is accurate. For electronic listings: Obtain electronically the entity's detailed aged trade accounts receivable listing
A
a) Agree control total to general ledger to ensure the listing was imported accurately and completely. b) Using the IDEA Audit Automation Tool, re-age the client's AR listing and ensure that aging is accurate. c) Select a sample of ___ - invoices from the AR listing and vouch to supporting documents to ensure integrity of listing. Credit Balances 3.
4.
For manual listings: Investigate significant credit balances and consider their transfer to accounts payable. For electronic listings:
A
A
Universitas Indonesia
Audit pada..., Dewi Nuraini Raidy, FE UI, 2012
55
Using the IDEA Audit Automation Tool, extract credit balances. Investigate significant credit balances and consider their transfer to accounts payable. Related Party Transactions 5.
6. 7.
Enquire of management whether all related party transactions were appropriately identified (e.g. major cancelable contract or transact a significant volume of business with a sole customer) and recorded. Document transactions and ending balances with related parties and ensure they are disclosed in the financial statements. For inter-entity accounts, assess and document collectibility by examining the other entity's financial statements and discussing with a responsible official.
C
A V
8.
C, E, A
9.
V
Verify that inter-entity accounts are in agreement if we are the auditors of both entities; if not, obtain written confirmation Translation Verify that trade receivables denominated in foreign currencies were translated at the appropriate exchange rate. Factored Accounts Receivable Allowance for Doubtful Accounts IDEA not used: 10. Ensure allowance for doubtful accounts is adequate by performing the following a) Discuss with management key assumptions used in preparing the allowance. b) Document procedures followed by management to determine allowance for doubtful accounts.
V
c) Verify subsequent receipts by selecting a sample of ___ - cash receipts and vouching to supporting documentation. (If possible, obtain an aged trial balance as at the period end date with subsequent collections posted on it). d) Select account balances with past due balances which have not been paid at the date subsequent receipts were verified, discuss account status with the credit manager and determine if an allowance should be taken on each of those account balances. e) Agree bad debt expenses and related bad debt write offs to supporting documentation, (e.g., letter from trustees in bankruptcy) and ensure proper approval of write offs. Bad Debt Write-Off 11.
Examine bad debt write offs subsequent to the statement date and verify if they should have been reflected in the current period
V
Universitas Indonesia
Audit pada..., Dewi Nuraini Raidy, FE UI, 2012
56
No. B. 12. 13.
Audit Procedure NON-ASSURANCE ANALYTICAL REVIEW PROCEDURES Compare accounts receivable to the current year's budget and/or to prior year's actual. Compare the current year accounts receivable as a percentage of net sales with prior year percentage.
Assert C, E, A C, E, A
14.
Compare the current year's accounts receivable turnover and number of day's sales with prior year.
C, E, A
15.
Compare the aging of accounts receivable totals with the prior year.
C, E, A
16.
Compare allowance for doubtful accounts as a percentage of accounts receivable with prior year percentage.
C, E, A
17.
Compare total of credit balances in accounts receivable with prior year.
C, E, A
No.
Audit Procedure EXTENDED PROCEDURES
Assert
C.
Accounts Receivable Confirmations Fraud Risk 18.
Where a risk of fraud exists,
E
a) Verify a sample of names, addresses, fax, and phone numbers of customers selected to telephone or business directories to ensure that they are valid businesses. b) Consider calling some customers in addition to sending a confirmation to verify account details and sales terms/conditions. Ask about any side deals or special terms. c) Consider accepting only original (signed) copies of confirmations or following up all faxed confirmations with a phone call. Bad Debt Write-Off Have a responsible official who is not involved with any phase of the 19. receivables function, initial the schedule of bad debts write offs during the period. Material Accounts Receivable For material accounts receivable which have not been collected after the period end prior to the release of the financial statements, consider obtaining a credit report or equivalent to verify the customer's credit worthiness. Scanning of Journals For the period audited, scan the accounts receivable journal noting 21. large or unusual entries in amount and nature and investigate any significant transactions and coordinate with substantive testing. 20.
Allowance for Doubtful Accounts IDEA used: 22.
V
V
C, A
V Universitas Indonesia
Audit pada..., Dewi Nuraini Raidy, FE UI, 2012
57
Ensure allowance for doubtful accounts is adequate as follows: a) Discuss with management key assumptions used in preparing the allowance. b) Document procedures followed by management to determine allowance for doubtful accounts and ensure allowance is reasonable. c) Select a sample of ___- cash receipts from the subsequent cash receipts listing/subsequent accounts receivable listing and vouch to supporting documents to ensure the integrity of the report. d) Using the IDEA Audit Automation Tool, determine which receivables at year end have been subsequently paid. e) Summarize by unpaid amounts by customer. f) Include in the file account balances with past due balances over and days in excess of which have not been paid at the date subsequent receipts were verified, discuss account status with the credit manager and determine if an allowance should be taken on each of those account balances. Agree bad debt expenses and related bad debt write-offs to supporting 23. documentation (example: letter from trustees in bankruptcy) and ensure proper approval of write-offs. Using the IDEA Audit Automation Tool, identify all customers with 24. outstanding receivables in excess of credit limits. Discuss account status with credit manager. Confirmations Confirm trade accounts receivable: 25.
A
V
E
a) Obtain from client all necessary information in order to perform selection of accounts to be confirmed. b) Select invoices or balances to be confirmed. (IDEA should be used if accounts receivable listing has been obtained electronically) c) Review with a responsible official the list of invoices/customers we propose to confirm. d) If client prefers that we do not confirm certain invoices/customers, document reasons why and discuss with manager/partner. e) Verify the customers' address with the client. f) Mail confirmations with postage paid return envelope and retain control over mailing process. Confirmations must be mailed and received directly by RSM Richter. g) Send necessary second requests after a reasonable period has past since first mailing was done.
Universitas Indonesia
Audit pada..., Dewi Nuraini Raidy, FE UI, 2012
58
h) Perform alternative procedures for invoices/customers that client does not want us to confirm and on confirmations not returned or those that are unsatisfactory (e.g., agree subsequent payments to the account and to duplicate deposit slips; agree shipping records and sales invoices to the account; examine other supporting documentation). i) Complete the circularization worksheet. j) Forward copies of all confirmations indicating differences to client to clear. Obtain satisfactory explanations for these differences. Confirmation - Other Than Period End If confirmation is carried out at a date other than period end: 26.
C, E, A
a) Review the accounts receivable control account from confirmation date to period end date. Investigate and explain unusual items. Agree major entries to source documentation (i.e., sales and cash receipts journals). b) Obtain period end accounts receivable listing and perform the following: (i) Agree to general ledger. (ii) Ensure mathematical accuracy. (iii) Compare individual customers' account balances to balances at confirmation date and request positive confirmation of new, significant accounts. c) Test mathematical accuracy of the sales ledger in the intervening period.(Consider using CAATs) d) Review sales, credit notes, cash receipts and other entries for evidence of unusual high value entries (or their absence) and investigate unusual items. No. D.
Audit Procedure EVIDENCE OF IRREGULARITIES
27.
a) Document the findings and the supporting evidence.
Assert
b) Perform additional procedures (if necessary) to either confirm or dispel the concerns identified. c) Verify the facts with the entity personnel most directly involved. d) Obtain and document management's explanations. e) Discuss the implications of findings with the audit team. Address questions such as: - Management override of controls; - The reliability of other management representations; - Possibility of fraud; - Ability to obtain sufficient appropriate evidence to complete the audit; and Universitas Indonesia
Audit pada..., Dewi Nuraini Raidy, FE UI, 2012
59
- The wording of the audit opinion. f) Report findings and planned course of action to the audit committee or equivalent. Keterangan C E
: :
Completeness Existence
A V
: :
Accuracy Valuation
Sumber: RSMi Methodology “telah diolah kembali”
Dari program audit di atas, beberapa prosedur dasar yang biasanya dilakukan dalam pelaksanaan audit atas piutang usaha antara lain yaitu: 1.
Daftar Piutang Pada tahap ini, auditor mengumpulkan data terkait dengan daftar piutang.
Asersi untuk prosedur ini adalah accuracy. Dari daftar piutang akan terlihat besaran piutang untuk tiap-tiap pelanggan serta umur piutang yang digolongkan ke dalam kategori lama piutang yaitu kurang dari 3 bulan, 3 - 6 bulan, 6 - 9 bulan, 9 - 12 bulan, dan lebih dari 12 bulan. Daftar piutang yang auditor terima kemudian dicocokan dengan buku besar untuk memastikan bahwa daftar tersebut telah dibuat dengan akurat dan komplit. Walaupun dalam daftar piutang telah menyediakan aging piutang, namun auditor harus membuat aging piutang tersendiri untuk memastikan bahwa aging piutang klien telah dibuat secara akurat. Untuk memastikan integritas dari daftar, auditor akan memilih sampel invoice dari daftar piutang dan dilakukan vouching pada supporting documents.
2.
Saldo Kredit Seperti yang diketahui bersama, akun piutang memiliki saldo normal pada
sisi debit, sehingga apabila terdapat piutang yang bersaldo kredit maka auditor harus mempertimbangkan untuk melakukan reklas piutang tersebut ke dalam akun utang. Asersi dari prosedur ini yakni accuracy. Dalam melakukan pertimbangan, auditor harus mengumpulkan informasi terlebih dahulu dari klien mengenai alas an adanya piutang bersaldo kredit tersebut.
Universitas Indonesia
Audit pada..., Dewi Nuraini Raidy, FE UI, 2012
60
3.
Transaksi Pihak Berelasi Untuk prosedur ini, auditor mengumpulkan informasi dari pihak manajemen
PT XYZ terkait pihak-pihak mana saja yang merupakan pihak berelasi dari perusahaan. Auditor kemudian memeriksa transaksi-transaksi serta laporan keuangan perusahaan apakah telah menyajikan dan mengungkapkan transaksi yang berkaitan dengan pihak berelasi secara menyeluruh. Hal ini terkait dengan PSAK 7 mengenai pihak berelasi.
4.
Translasi Dalam melaksanakan prosedur terkait dengan translasi, auditor mengecek
apakah piutang yang menggunakan mata uang asing telah ditranslasikan sesuai dengan nilai tukar yang tepat. Asersi dari prosedur ini adalah valuation. Piutang dengan mata uang asing harus dinilai kembali berdasarkan nilai tukar pada tanggal akhir laporan posisi keuangan. Hal ini dilakukan agar pengguna laporan keuangan dapat mengetahui nilai piutang tersebut pada tanggal akhir periode bukan pada saat terjadinya piutang.
5.
Konfirmasi Konfirmasi merupakan salah satu bukti audit yang kuat dikarenakan
diperoleh dari pihak ketiga yaitu pelanggan PT XYZ. Untuk prosedur ini, auditor akan menentukan sampel dari pelanggan PT XYZ yang akan dikirimkan konfirmasi dengan tujuan memberikan keyakinan kepada auditor bahwa piutang usaha yang dicatat PT XYZ benar-benar terjadi.
4.4. Pelaksanaan Prosedur Audit atas Piutang Usaha PT XYZ Berikut ini merupakan penjelasan mengenai langkah-langkah yang dilakukan penulis dalam pemeriksaan akun piutang pada PT XYZ: 1.
Melakukan evaluasi atas pengendalian internal. Evaluasi pengendalian internal pada PT XYZ tidak dilakukan secara mendalam oleh penulis dan tim audit dikarenakan PT XYZ merupakan klien KAP pada tahun-tahun sebelumnya. Selain itu, keterbatasan waktu yang ada juga menjadi salah satu alasan mengapa tim audit tidak melakukan evaluasi Universitas Indonesia
Audit pada..., Dewi Nuraini Raidy, FE UI, 2012
61
atas pengendalian internal PT XYZ. Hal ini sebenarnya penting dilakukan untuk mencegah kemungkinan terjadinya fraud dan salah saji dalam laporan keuangan dalam hal ini terkait piutang usaha. Tim audit menanyakan kepada klien mengenai apakah terdapat perubahan prosedur piutang selama satu tahun terakhir. Klien telah memberikan jawaban bahwa selama satu tahun terakhir tidak terdapat perubahan dalam prosedur piutang. Dalam pelaksanaan audit, seharusnya prosedur evaluasi pengendalian internal ini selalu dilakukan walaupun klien merupakan klien lama bagi KAP. Hal ini dibutuhkan agar auditor benar-benar mengevaluasi perusahaan klien dengan risiko dan keadaan saat ini, tidak hanya mengandalkan risiko dan keadaan tahun sebelumnya, karena bukan tidak mungkin bahwa telah terjadi perubahan pada prosedur dan kebijakan perusahaan klien tetapi tidak dikomunikasikan kepada auditor. Auditor melakukan evaluasi terhadap pengendalian internal dengan melakukan walkthrough alur dokumen serta melakukan wawancara dengan klien untuk lebih memastikan mekanisme dari alur tersebut. Adapun terkait dengan piutang usaha, maka walkthrough yang harus dilakukan yakni terkait dengan alur dokumen penjualan. Alur tersebut dapat dilihat melalui flowchart pada gambar 4.2. Dari purchase order yang diterima maka kemudian sales admin akan mengajukan sales order untuk disetujui oleh direktur. Billing of lading harus dibubuhi tanda tangan dari kepala gudang serta bagian penerima barang ketika loading dari gudang selesai dilakukan. Dari flowchart yang ada dapat dinilai bahwa pengendalian internal PT XYZ cukup baik karena perusahaan memisahkan fungsi pegawai atau bagian yang menangani transaksi operasi penjualan dan fungsi akuntansi untuk piutang. Dengan demikian pegawai yang menangani akuntansi untuk piutang usaha tidak dilibatkan dengan aspek operasi. Selain itu, pegawai yang menangani akuntansi piutang juga terpisah dari fungsi penerimaan hasil tagihan piutang usaha karena pembayaran atas piutang selalu dilakukan melalui transfer antar bank. Otorisasi pun dilakukan oleh direktur mengingat besarnya setiap transaksi penjualan yang dilakukan PT XYZ dan untuk otorisasi Universitas Indonesia
Audit pada..., Dewi Nuraini Raidy, FE UI, 2012
62
pengeluaran barang setiap dokumen dibubuhi tandatangan kepala gudang PT XYZ untuk menghindari pengeluaran barang yang tidak sesuai dengan sales order yang telah disetujui.
Gambar 4.2. Flowchart Alur Dokumen Penjualan 2.
Membuat lead schedule dan supporting schedule piutang per tanggal laporan posisi keuangan. Lead schedule merupakan lembar utama dalam bagian dari sebuah working paper audit. Tujuannya adalah untuk menghubungkan angka ditampilkan dalam akun-akun dengan supporting schedule yang terdapat dalam working paper. Dalam pembuatannya, auditor meminta kepada klien terkait rincian-rincian piutang usaha. Setiap rincian yang diperoleh dari klien harus dicantumkan tanggal auditor menerimanya serta dberikan tanda PBC (prepared by client).
Universitas Indonesia
Audit pada..., Dewi Nuraini Raidy, FE UI, 2012
63
3.
Melakukan prosedur analitis. Pada tahap awal, auditor melakukan prosedur analitis untuk melihat kewajaran dari akun piutang yang terjadi pada periode terkait. Dalam pelaksanaannya, auditor membandingkan piutang usaha periode saat ini dengan periode sebelumnya seperti yang dapat dilihat pada tabel 4.6, serta membandingkan piutang usaha dengan penjualan yang terjadi pada periode saat ini dengan periode sebelumnya seperti yang dapat dilihat pada tabel 4.7. Dari analisis yang dilakukan pada tabel 4.6, dapat diketahui bahwa piutang usaha PT XYZ mengalami peningkatan yang signifikan karena adanya peningkatan pada penjualan, khususnya pada penjualan lokal. Dari identifikasi auditor, diketahui bahwa hal ini terjadi karena PT XYZ memiliki pelanggan lokal baru. Selain itu, dari tabel 4.7 terlihat bahwa persentase piutang usaha terhadap penjualan meningkat secara signifikan dari 27% menjadi 73%. Hal ini dikarenakan bahwa perbandingan dilakukan antara akhir periode 31 Desember 2011 dan 30 Juni 2012, sehingga pada tanggal 30 Juni 2012 banyak pelanggan yang belum melunasi utang-utangnya pada klien. Dengan analisis dan penjelasan dari klien, maka auditor dapat memiliki keyakinan bahwa jumlah transaksi terkait piutang usaha terjadi secara wajar.
Tabel 4.6. Analisis Piutang Usaha PT XYZ 30-Jun-12 Description Amount
31-Dec-11
% to Total AR
Amount
Movement
% to Total AR
Amount
%
Trade Receivable - Export
21,495,162,306
4.08%
18,157,524,893
10.90%
3,337,637,413
18.38%
Trade Receivable - Local
505,201,103,756
95.92%
148,407,826,282
89.10%
356,793,277,474
240.41%
TOTAL A/R
526,696,266,062
100%
166,565,351,175
100%
360,130,914,887
216.21%
Sumber: Working Paper Audit PT XYZ 30 Juni 2012 “telah diolah kembali”
Universitas Indonesia
Audit pada..., Dewi Nuraini Raidy, FE UI, 2012
64
Tabel 4.7. Analisis Piutang Usaha terhadap Penjualan PT XYZ 30-Jun-12 Description
Amount Receivable
31-Dec-11
Amount Sales
%
Amount Receivable
Amount Sales
%
Trade Receivable – Export
21,495,162,306
115,568,663,746
18.60%
18,157,524,893
63,327,094,980
28.67%
Trade Receivable – Local
505,201,103,756
609,121,188,098
82.94%
148,407,826,282
564,590,134,891
26.29%
526,696,266,062
724,689,851,844
73%
166,565,351,175
627,917,229,871
27%
TOTAL A/R
Sumber: Working Paper Audit PT XYZ 30 Juni 2012 “telah diolah kembali”
4.
Meminta klien untuk membuat daftar umur piutang (aging schedule) pada akhir tahun berjalan. Daftar umur piutang mencantumkan nama pelanggan, saldo piutang, serta penggolongan saldo piutang ke dalam kategori-kategori umur piutang (kurang dari 3 bulan, 3 – 6 bulan, 6 – 9 bulan, 9 – 12 bulan, dan lebih dari 12 bulan), seperti yang dapat dilihat pada tabel 4.8 dibawah ini. Daftar umur piutang yang diperoleh dari klien kemudian auditor bandingkan dengan daftar umur piutang yang dibuat oleh auditor. Hal ini dilakukan untuk mengecek apakah klien telah membuat daftar umur piutang secara tepat.
Tabel 4.8. Aging Schedule Piutang Usaha PT XYZ 2012 Rp Umur Piutang kurang dari 3 bulan 3 - 6 bulan 6 - 9 bulan 9 - 12 bulan lebih dari 12 bulan Jumlah Piutang
358,134,356,545 168,561,044,467 865,050 --526,696,266,062
2011 Rp 166,556,553,921 8,797,254 ---166,565,351,175
Aging Schedule less than 3 months 3 - 6 months 6 - 9 months 9 - 12 months more than 12 months Total Trade Receivables
Sumber: Catatan atas Laporan Keuangan PT XYZ 30 Juni 2012 “telah diolah kembali”
Asersi dari pengetesan ini adalah accuracy. Dalam prosedur audit atas piutang KAP AAJ tertulis bahwa auditor harus melakukan re-age atau membuat aging schedule tersendiri dari daftar piutang yang diberikan klien. Dari hasil pemeriksaan, penulis menyimpulkan bahwa aging piutang yang dibuat klien telah memenuhi asersi keakuratan. Universitas Indonesia
Audit pada..., Dewi Nuraini Raidy, FE UI, 2012
65
5.
Memeriksa kebenaran penjumlahan piutang dan menelusurinya ke buku besar. Rincian yang diperoleh auditor dari klien kemudian dicek kebenarannya dengan melakukan footing dan crossfooting dan kemudian dicocokkan saldonya masing-masing ke buku besar. Kemudian auditor akan mengambil beberapa transaksi untuk melakukan vouching untuk lebih memastikan bahwa piutang usaha yang tercatat benar-benar terjadi dan akurat.
6.
Melakukan pengecekkan klasifikasi dari piutang. Auditor melakukan pengecekan apakah piutang yang disajikan telah diklasifikasikan secara tepat. PT XYZ mengklasifikasikan piutang usahanya menjadi piutang usaha lokal dan piutang usaha ekspor berdasarkan dari penjualannya. Selain itu, auditor juga mengklasifikasikan piutang tersebut sesuai dengan PSAK 7 yaitu memisahkan piutang yang terkait pihak berelasi dengan piutang yang terkait dengan pihak ketiga.
7.
Melakukan analisis atas piutang tak tertagih (Allowance For Doubtful Account) PT XYZ tidak melakukan penyisihan atas piutang tak tertagihnya. PT XYZ berargumen
bahwa
mereka
tidak
melakukan
penyisihan
tersebut
dikarenakan mereka yakin bahwa piutang-piutang tersebut pasti akan tertagih. Auditor kemudian melakukan analisis atas piutang-piutang PT XYZ dengan merujuk pada aging schedule yang telah dibuat. Dari aging schedule, terlihat bahwa mayoritas piutang usaha PT XYZ berumur di bawah 6 bulan, sehingga dengan melihat tidak adanya piutang yang berumur panjang yang mengindikasikan adanya kemungkinan tidak tertagih maka auditor menyetujui argumen PT XYZ.
8.
Mengirimkan konfirmasi piutang kepada pelanggan. Konfirmasi yang auditor buat adalah konfirmasi positif, dimana dalam konfirmasi tercantum saldo piutang pelanggan dan pihak pelanggan diharapkan dapat mengirim kembali bagian konfirmasi yang menerangkan Universitas Indonesia
Audit pada..., Dewi Nuraini Raidy, FE UI, 2012
66
apakah saldo yang tercantum sudah sesuai atau belum. Konfirmasi piutang merupakan surat yang ditandatangani dan menggunakan kop surat PT XYZ dan
ditujukan
kepada
masing-masing
pelanggan
untuk
meminta
penegasan/konfirmasi atas saldo piutang pelanggan tersebut pada tanggal neraca. Setiap konfirmasi di-fotokopi dan di-scan oleh auditor sebagai bukti bahwa auditor telah mengirimkan konfirmasi serta sebagai cadangan apabila auditor harus mengirimkan konfirmasi kedua. Dasar penentuan sampel pelanggan yang dimintai konfirmasi yakni pelanggan yang memiliki saldo piutang yang auditor anggap besar. Untuk PT XYZ sendiri sampel yang diambil untuk dilakukan konfirmasi yaitu pelanggan dengan nilai piutang diatas 700 juta rupiah. Jumlah piutang yang dikonfirmasi sebesar 97% dari total saldo piutang, hal ini dikarenakan piutang PT XYZ terdiri dari jumlah pelanggan yang sedikit tetapi memiliki jumlah yang besar. Menurut penulis jumlah tersebut sangat kuat dalam merepresentasikan total saldo piutang yang dimiliki perusahaan. Hingga berakhir masa magang, dari delapan surat konfirmasi yang dikirim kepada pelanggan PT XYZ, terdapat lima surat yang kembali dan menunjukkan angka yang sama dengan catatan klien. Kelima surat tersebut mewakili 93% dari keseluruhan jumlah piutang usaha PT XYZ, sehingga representatif sebagai acuan penilaian bahwa piutang usaha PT XYZ yang telah dicatat benar-benar terjadi dan memenuhi asersi existence.
9.
Membuat confirmation control atas semua konfirmasi yang auditor kirimkan. Confirmation control merupakan ringkasan dari semua konfirmasi yang auditor kirimkan untuk dapat mengetahui berapa banyak konfirmasi yang dijawab dan untuk mengetahui kesesuaian saldonya dengan catatan klien. Confirmation control mencantumkan nama dan alamat pelanggan, tanggal mengirimkan konfirmasi, tanggal menerima konfirmasi, saldo piutang per catatan perusahaan, dan saldo piutang per hasil konfirmasi.
Universitas Indonesia
Audit pada..., Dewi Nuraini Raidy, FE UI, 2012
67
4.5. Hasil Audit atas Piutang Usaha PT XYZ Terdapat dua treatment yang dapat auditor lakukan atas kesalahan pencatatan klien yaitu PAJE (Proposed Adjustment) untuk melakukan koreksi atas kesalahan pencatatan dan PRJE (Proposed Reclassifications) untuk melakukan reclass transaksi atau saldo akun. Pada akun piutang PT XYZ, koreksi yang dilakukan auditor antara lain: 1.
Revaluasi Piutang Adanya koreksi terhadap revaluasi saldo piutang pada akhir tahun dilakukan karena PT XYZ belum melakukan revaluasi saldo akhir piutang ke kurs tengah BI. Dalam operasional sehari-hari, translasi transaksi dilakukan menggunakan kurs pajak. Namun, untuk penyajian pelaporan laporan keuangan, perusahaan klien menetapkan untuk menyeragamkan dengan menggunakan kurs tengah BI mengikuti translasi pada akun kas dan bank. Sistem SAP yang digunakan PT XYZ secara otomatis akan melakukan translasi untuk transaksi dengan mata uang asing ke dalam mata uang rupiah seketika saat transaksi itu dimasukan dan sistem selalu secara otomatis merevaluasinya pada setiap akhir bulan ke dalam akun revaluation foreign currency trade receivable, sehingga akun tersebut merupakan penambahan atau pengurangan nilai dari piutang usaha yang dimiliki PT XYZ. Karena hal itulah PT XYZ harus melakukan revaluasi kembali pada tanggal akhir laporan posisi keuangan dengan menggunakan kurs tengah BI pada tanggal akhir laporan posisi keuangan. Dengan demikian, terdapat adjustment untuk menghapus akun revaluation foreign currency trade receivable dengan menambahkannya ke dalam akun piutang usaha dan adjustment untuk mencatat perbedaan nilai revaluasi dari awalnya menggunakan kurs pajak menjadi menggunakan kurs tengah BI. Adapun jurnal adjustment yang dilakukan adalah sebagai berikut: Trade Receivable – Export
318.156.781
Other Expense – Unrealized Loss
38.254.129
Revaluation Foreign Currency Trade Receivable Export
356.410.910
(PAJE: Revaluasi saldo Piutang usaha – Ekspor) Universitas Indonesia
Audit pada..., Dewi Nuraini Raidy, FE UI, 2012
68
Trade Receivable – Local
13.999.328.155
Other Expense – Unrealized Loss
3.969.290
Revaluation Foreign Currency Trade Receivable Local
14.003.297.445
(PAJE: Revaluasi saldo Piutang usaha – Lokal)
2.
Piutang dengan Saldo Negatif Dalam rincian piutang usaha, terdapat satu pelanggan yaitu PT J yang memiliki akun negatif. Padahal seperti yang diketahui bersama bahwa piutang memiliki saldo piutang pada sisi debit. PT XYZ menjelaskan bahwa hal ini terjadi karena PT XYZ kurang mengirimkan barang dan PT J telah membayar pembeliannya, sehingga PT KH terdapat lebih bayar. Dengan demikian, terdapat reclass sebagai berikut: Trade Receivable – Export (PT J)
120.547.049
Sales Advance – Export (PT J)
120.547.049
(PRJE: Eliminasi Negative Balance – Trade Receivable)
Reklas dilakukan ke dalam akun sales advance karena untuk mengapus akun ini, PT XYZ memiliki kewajiban di masa mendatang untuk mengirimkan barang yang kurang dikirimkan terlebih dahulu kepada PT J.
3.
Transaksi dan Saldo dengan Pihak Berelasi a.
Transaksi dan saldo kepada pihak berelasi PT XYZ terdapat dalam akun piutang usaha, utang usaha, dan utang pemegang saham, seperti yang dapat dilihat lebih jelas pada tabel 4.9 dibawah ini.
Universitas Indonesia
Audit pada..., Dewi Nuraini Raidy, FE UI, 2012
69
Tabel 4.9. Saldo Akun Pihak Berelasi Jumlah/ Amount
2012 Rp Aset Piutang Usaha PT D
Persentase Terhadap Jumlah Aset / Kewajiban Percentage to Total Assets/ Liabilities 2012 2011 % %
2011 Rp
492,486,871,825
141,945,306,992
0.1611
0.0560
Asset Trade Receivables PT D
443,905,076
--
0.00015
--
Other Receivables PT D
492,930,776,901
141,945,306,992
0.1613
0.0560
Piutang Lain-lain PT D
Sumber: Catatan atas Laporan Keuangan PT XYZ 30 Juni 2012 “telah diolah kembali”
b.
Sifat transaksi pihak berelasi di atas adalah sebagai berikut: Tabel 4.10. Sifat Transaksi Pihak Berelasi
Perusahaan PT D
Hubungan Memiliki manajemen kunci yang sama
Sifat Transaksi Utang – Piutang Afiliasi
Sumber: Catatan atas Laporan Keuangan PT XYZ 30 Juni 2012 “telah diolah kembali”
Pada awalnya, PT XYZ tidak mengakui PT D sebagai salah satu dari pihak berelasi. Pihak manajemen PT XYZ berargumen bahwa PT D tidak memiliki saham dalam PT XYZ sehingga tidak dapat digolongkan sebagai pihak berelasi. Tetapi dengan merujuk pada PSAK 7 (revisi 2010) mengenai Pihak Berelasi, maka PT D sudah semestinya diakui sebagai pihak berelasi dari PT XYZ karena kedua perusahaan memiliki manajemen kunci yang sama sehingga pengungkapan transaksi antara PT XYZ dengan PT D harus dilakukan. Dari hasil argumentasi yang dilakukan, PT XYZ menyetujui auditor untuk melakukan pengungkapan transaksi atas PT D sebagai pihak berelasi dari perusahaan.
Universitas Indonesia
Audit pada..., Dewi Nuraini Raidy, FE UI, 2012
70
4.
Penyelesaian dan Pelaporan Pada awalnya, PT XYZ menyajikan piutang usahanya dengan hanya memisahkan antara piutang usaha lokal dengan piutang usaha ekspor. Setelah dilakukan pelaksanaan audit, dihasilkan bahwa piutang usaha PT XYZ harus disajikan dengan memisahkan antara piutang usaha pihak berelasi dengan pihak ketiga dikarenakan adanya transaksi dengan PT D yang memiliki manajemen kunci yang sama dengan PT XYZ sehingga antara kedua perusahaan dapat digolongkan sebagai pihak berelasi. Dengan demikian, maka piutang usaha disajikan dalam laporan posisi keuangan PT XYZ seperti pada tabel 4.11 berikut:
Tabel 4.11. Piutang Usaha dalam Laporan Posisi Keuangan PT XYZ 2012
2011
Rp
Rp
Piutang Usaha
Trade Receivables
Pihak Berelasi
492,486,871,825
141,945,306,992
Related Party
Pihak Ketiga
34,209,394,237
24,620,044,183
Third Parties
Sumber: Laporan Posisi Keuangan PT XYZ 30 Juni 2012 “telah diolah kembali”
Atas pelaksanaan audit atas laporan keuangan per 30 Juni 2012 pada PT XYZ, KAP AAJ memberikan opini wajar tanpa pengecualian untuk segala hal yang material, termasuk juga pada akun piutang usaha.
Universitas Indonesia
Audit pada..., Dewi Nuraini Raidy, FE UI, 2012
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan Piutang usaha biasanya merupakan salah satu bagian terpenting dari pelaporan keuangan bagi perusahaan dengan penjualan kredit. Meskipun saldo piutang usaha tersebut kecil, transaksi dalam siklus penjualan dan penagihan yang memengaruhi saldo tersebut biasanya berjumlah besar. Sebagai perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur dalam industri tekstil, PT XYZ mengakui pendapatannya ketika bill of lading dan invoice dikeluarkan yakni pada saat barang dikirimkan atau lebih dikenal dengan istilah FOB shipping point. Pelanggan umumnya melakukan pembayaran secara kredit atas pembeliannya sehingga akun piutang usaha merupakan akun yang signifikan dalam proses audit ini. Piutang usaha merupakan piutang yang muncul karena adanya penjualan atas benang yang merupakan produk utama dari kegiatan produksi PT XYZ. Piutang usaha pada laporan keuangan PT XYZ diklasifikasikan menjadi dua bagian: piutang usaha pihak berelasi dan piutang usaha pihak ketiga. Terkait dengan pengendalian internal, setelah penilaian dilakukan maka disimpulkan bahwa pengendalian internal atas piutang usaha telah sesuai dengan prosedur yang telah dilakukan perusahaan. Dalam melakukan audit, KAP AAJ menggunakan RSMi Methodology yang merupakan standar audit yang diterapkan oleh seluruh RSM International di seluruh dunia. Berdasarkan hasil audit interim yang dilaksanakan untuk laporan keuangan per 30 Juni 2012, piutang usaha PT XYZ telah disajikan secara wajar sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku umum. Pengungkapan piutang terkait dengan PSAK No. 7 (revisi 2010) mengenai pihak berelasi juga telah terpenuhi dengan mengungkap pemisahan antara piutang pihak ketiga dengan piutang pihak berelasi. Selain itu terkait dengan PSAK No. 10 mengenai transaksi dengan mata uang asing, PT XYZ juga telah menerapkan pencatatan dengan menggunakan kurs pada saat tanggal transaksi dan telah memasukkan perhitungan selisih kurs pada akhir periode secara tepat.
71
Audit pada..., Dewi Nuraini Raidy, FE UI, 2012
Universitas Indonesia
72
5.2. Saran 5.2.1. Saran untuk KAP Aryanto, Amir Jusuf, Mawar & Saptoto a.
Manager ataupun assistant manager in charge sebaiknya secara berkala datang untuk mengevaluasi pekerjaan dari auditor bawahannya. Hal ini sebaiknya dilakukan untuk menghindari adanya kesalahan yang dilakukan oleh auditor dan diketahui ataupun dikoreksi oleh pihak klien. Jangan sampai kerjaan auditor dievaluasi oleh klien karena hal ini akan membawa kesan ketidakprofesionalan pada KAP sendiri.
b.
Perlu dipikirkan kembali prosedur penerapan dari AAJ SMART karena dalam prakteknya perangkat ini hanya dianggap sebagai suatu formalitas semata dan bahkan seringkali tidak digunakan.
c.
Untuk pihak HRD, apabila sering terjadi konflik mengenai absensi, sebaiknya HRD melakukan ”jemput bola” dengan menyediakan alat absensi pada tiap tingkat lantai kantor, sehingga karyawan dapat melakukan absensi dengan lebih praktis.
5.2.2. Saran untuk PT XYZ a.
Sebaiknya dilakukan pemerataan kemampuan pada tiap-tiap karyawan pada divisi akuntansi. Hal ini sebaiknya dilakukan mengingat ketergantungan pada satu pihak dapat mengganggu berjalannya kegiatan operasional apabila pihak tersebut tidak dapat hadir ketika diperlukan.
b.
Pendokumentasian bukti-bukti transaksi sebaiknya dilakukan lebih rapih dan menggunakan daftar indeks. Hal ini sebaiknya dilakukan mengingat pada saat dilakukan vouching, auditor maupun pihak akuntansi PT XYZ mengalami kesulitan dalam menemukan bukti yang dijadikan sampel.
c.
Terkait dengan rendahnya pengendalian internal fisik atas aset tetap yaitu pabrik dan gudang, maka sebaiknya PT XYZ dapat meningkatkan pengamanan atas aset tersebut dengan menyediakan tenaga pengaman serta membuat kebijakan mengenai pihak-pihak yang diperbolehkan untuk memasuki area tersebut.
Universitas Indonesia
Audit pada..., Dewi Nuraini Raidy, FE UI, 2012
73
d.
Penyimpanan persediaan sebaiknya digolongkan berdasarkan jenisnya. Hal ini perlu dilakukan mengingat susahnya menemukan beberapa jenis persediaan pada saat stock opname dilakukan.
Universitas Indonesia
Audit pada..., Dewi Nuraini Raidy, FE UI, 2012
DAFTAR PUSTAKA
Anggraeni, Wieke. 2006. Prosedur Audit atas Akun Kas dan Setara Kas serta Akun Piutang Usaha pada PT AE. Depok: Departemen Akuntansi FEUI Arens, Alvin A, Ranald J Elder, Mark S Beasley, and Amir Abadi Jusuf. 2009. Auditing and Assurance Services: An Integrated Approach. New Jersey: Prentice Hall Agoes, Sukrisno. 2008. Auditing (Pemeriksaan Akuntan) oleh Kantor Akuntan Publik. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia Dunia, Firdaus Ahmad. 2010. Ikhtisar Lengkap Pengantar Akuntansi. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia Fitriah, Lisda. 2012. Prosedur Audit Terdaftar Piutang Usaha dan Piutang Lainlain pada PT AGB. Depok: Departemen Akuntansi FEUI Ikatan Akuntan Indonesia. 2009. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Salemba Empat Ikatan Akuntan Indonesia. 2001. Standar Profesional Akuntan Publik. Jakarta: Salemba Empat Nafarin M. 2007. Penganggaran Perusahaan. Jakarta: Salemba Empat Rahmah, Adzka Innayati. 2012. Analisis Perbedaan Prosedur Audit Klien Lama dan Klien Baru pada KAP AAJ. Depok: Departemen Akuntansi FEUI RSM AAJ Associates. 2012. Employee Handbook RSM AAJ Associates. 2010. RSMi Methodology Tuanakotta, Theodorus M. 2011. Berpikir Kritis dalam Auditing. Jakarta: Salemba Empat Warren, Carl S, James M Reeve, Jonathan E. Duchac, Ersa Tri Wahyuni, Gatot Soepriyanto, Amir Abadi Jusuf, and Chaerul D. Djakman. 2008. Principles of Accounting: Indonesia Adaptation. Jakarta: Salemba Empat
74
Audit pada..., Dewi Nuraini Raidy, FE UI, 2012
Universitas Indonesia
75
Lampiran 1: Perhitungan Materialitas
Client
: PT XYZ
Dasar penentuan persentase
Periode
: 30 Juni 2012
Subject
: Materiality Limit Determination
Index
: 0410 Overall Materiality 3,091,625,227,965
TA
Best Practices Memo - December 2010
1.25%
OM 38,645,315,350
Keterangan : Total Aset dipilih Auditor sebagai benchmark karena Auditor melihat dari sisi pemakai Laporan Keuangan dan rencana Perusahaan di masa yang akan datang yaitu : 1
Pemakai Laporan Keuangan Perusahaan adalah pemegang saham (pihak manajemen) dan pihak kreditur.
2
Pada 30 Juni 2012, Perusahaan memiliki pinjaman ke Bank BCA dan UOB
Dari alasan diataslah Auditor menetapkan Total Aset Perusahaan sebagai benchmark untuk Materiality Limit. Performance Materiality The auditor shall determine Performance Materiality by applying (by means of multiplication) the following percentages to Overall Materiality: ? Low overall audit risk = 80%; or ? High overall audit risk = 70% Performance Materiality = Overall Materiality × Overall Audit Risk Percentage (70% or 80%) Audit Risk Company
LOW
*) harus
diisi (judgment)
Perusahaan asuransi dikategorikan sebagai Low Risk, sehinnga menggunakan nilai 80% PM = OM x Overall Audit Risk Percentage % OM
38,645,315,350
PM
30,916,252,280
PM Rounded down
30,916,252,000
80% (low overall audit risk)
Conclution Overall Materiality:
38,645,315,350
Overall Audit Risk (High/Low):
LOW
Allowance for undetected material misstatement (%):
70%
Allowance for undetected material misstatement:
27,051,720,745
Materiality, net of allowance:
11,593,594,605
Unadjusted Errors
1,159,359,460
Audit pada..., Dewi Nuraini Raidy, FE UI, 2012
Universitas Indonesia
76
Lampiran 2: Lead Schedule Piutang Usaha PT XYZ
Audit pada..., Dewi Nuraini Raidy, FE UI, 2012
Universitas Indonesia
77
Lampiran 3: Rincian Saldo Piutang Usaha per 30 Juni 2012
Rincian Saldo Piutang Usaha per 30 Juni 2012
Local PT D
492,486,871,825
PT G
7,709,433,151
PT E
3,315,668,754
PT H
921,250,153
PT F
767,879,872
Sub Total
505,201,103,756
Export PT B
10,964,400,196
PT A
8,692,206,644
PT C
1,837,690,416
PT I Sub Total Total
865,050 21,495,162,306 526,696,266,062
Audit pada..., Dewi Nuraini Raidy, FE UI, 2012
Universitas Indonesia
78
Lampiran 4: Confirmation Control Piutang Usaha PT XYZ
Audit pada..., Dewi Nuraini Raidy, FE UI, 2012
Universitas Indonesia
79
Lampiran 5: Perhitungan Revaluasi Piutang Usaha – Ekspor PBC GL 115100 - Trade Receivable Export 1000059 1000083 1000094 1000100
PT I PT A PT B PT C
824,809 8,446,900,984 10,899,124,683 1,830,155,049
Total Rincian Based on G/L Diff
21,177,005,525 21,177,005,525 0
IDR IDR IDR IDR
Recalculate PT I PT A PT B PT C
USD
Kurs
91.25 916,899.44 1,156,582.30 193,849.20 2,267,422.18
9,480 9,480 9,480 9,480
865,050 8,692,206,644 10,964,400,196 1,837,690,416 21,495,162,306
Based on GL Total Diff
21,177,005,525 318,156,781
Reval on GL Diff
356,410,910 (38,254,129)
Audit pada..., Dewi Nuraini Raidy, FE UI, 2012
List
Diff
824,809 8,446,900,984 10,899,124,683 1,830,155,049 21,177,005,525
40,241 245,305,660 65,275,513 7,535,367
Universitas Indonesia
80
Lampiran 6: Perhitungan Revaluasi Piutang Usaha – Lokal PBC GL 115200 - Trade Receivable Local Account 2000000 Account 2000046 Account 2000061 Account 2000380 Account 2000417
PT D PT E PT F PT G PT H
478,647,074,392 3,222,264,987 743,069,875 7,678,433,773 910,932,574
Total Rincian Based on G/L Diff
491,201,775,601 491,201,775,601 0
IDR IDR IDR IDR IDR
Recalculate PT D PT E PT F PT G PT H Total AR Local in USD Total AR Local in IDR
USD 50,397,535.49 349,754.09 80,999.99 813,231.35 97,178.29 51,738,699.20
Kurs 9,480 9,480 9,480 9,480 9,480
Reval on GL Diff
Audit pada..., Dewi Nuraini Raidy, FE UI, 2012
477,768,636,458 3,315,668,754 767,879,872 7,709,433,151 921,250,153 490,482,868,389 14,718,235,367 505,201,103,756 491,201,775,601 13,999,328,155 14,003,297,445 (3,969,290)
Universitas Indonesia
81
Lampiran 7: Vouching Piutang Usaha PT XYZ (1/3) Data Vouching Document Posting Date
Type
Doc. Date
Cur
DEBIT
4310003267
19. Jan. 2012
4310005109
CREDIT
Text
RV
19. Jan. 2012
IDR
457,702,834
NE23/1-CARDED/XX/KNITING-ZL(PACK)
18. Apr. 2012
RV
18. Apr. 2012
IDR
293,407,959
NE 16/1-CARDED/XX/WEAAVING-ZL (PACK)
4310005107
18. Apr. 2012
RV
18. Apr. 2012
IDR
316,330,486
NE 20/1-CARDED/XX/WEAVING-ZL(PACK)
4310005254
20. Apr. 2012
RV
20. Apr. 2012
IDR
694,437,071
NE 32/1-CARDED/COMPAC/KNIT-ZE (PACK)
4310005655
10. May. 2012
RV
10. May. 2012
IDR
755,796,303
NE 32/1-CARDED/COMPAC/KNIT-ZE (PACK)
4310006604
20. Jun. 2012
RV
20. Jun. 2012
IDR
654,053,400
NE 32/1-CARDED/XX/KNITTING-ZE (PACK)
4310006744
29. Jun. 2012
RV
29. Jun. 2012
IDR
772,799,113
NE 32/1-COMBED/XX/KNITITNG-ZE (PACK)
4310006745
29. Jun. 2012
RV
29. Jun. 2012
IDR
772,799,113
NE 32/1-COMBED/XX/KNITITNG-ZE (PACK)
No.
Audit pada..., Dewi Nuraini Raidy, FE UI, 2012
Universitas Indonesia
82
Lampiran 7: Vouching Piutang Usaha PT XYZ (2/3) “lanjutan” PO
Invoice Existence
Existence Doc
PO No.
PO Date
Doc &
Doc Date Number
Authorize
Delivery
Customer
Number
No.
Doc &
Customer
Material / Desc
Authorize
7000022798
11-Jan-12
ada
4310003267
19-Jan-12
Ada
3110002925
2000000
PT D
23/1-CDXXKN-ZL
B1203210045
22-Mar-12
ada
4310005109
18-Apr-12
Ada
3110004845
2000061
PT F
NE16/1-CARDED/XX/WEAVING-ZL(PACK)
3-Apr-12
ada
4310005107
18-Apr-12
Ada
3110004842
2000046
PT E
NE20/1-CARDED/XX/WEAVING-ZL (PACK)
7000024375
22-Mar-12
ada
4310005254
20-Apr-12
Ada
3110004925
2000000
PT D
NE32/1-CARDED/COMPACT/KNIT-ZE (PACK)
7000024375
22-Mar-12
ada
4310005655
10-May-12
Ada
3110005360
2000000
PT D
NE32/1-CARDED/COMPACT/KNIT-ZE (PACK)
7000026523
19-Jun-12
ada
4310006604
20-Jun-12
Ada
3110006317
2000000
PT D
NE32/1-CARDED/XX/KNITTING-ZE (PACK)
7000025519
9-May-12
ada
4310006744
29-Jun-12
Ada
3110006501
2000000
PT D
NE32/1-COMBED/COMPACT/KNIT-ZE (PACK)
7000025519
9-May-12
ada
4310006745
29-Jun-12
Ada
3110006502
2000000
PT D
NE32/1-COMBED/COMPACT/KNIT-ZE (PACK)
001/PO-PIJ/IV/2012
Audit pada..., Dewi Nuraini Raidy, FE UI, 2012
Universitas Indonesia
83
Lampiran 7: Vouching Piutang Usaha PT XYZ (3/3) “lanjutan” Kalkulasi
Quantity
Unit Price
Sales Value
VAT
Receivable Value
Kurs KMK Konversi IDR
Selisih
Doc Date
75
604.5454
$45,340.91
$4,534.09
$49,875.00
9177
Rp
457,702,833.70
Rp 0.19
50
581.82
$29,090.91
$2,909.09
$32,000.00
9169
Rp
293,407,958.74
Rp (0.06)
50
627.27
$31,363.64
$3,136.36
$34,500.00
9169
Rp
316,330,486.25
Rp 0.31
103.75
663.64
$68,852.27
$6,885.23
$75,737.49
9169
Rp
694,437,070.91
Rp 0.10
112.5
663.64
$74,659.08
$7,465.91
$82,124.99
9203
Rp
755,796,302.53
Rp (0.25)
105
600
$63,000.00
$6,300.00
$69,300.00
9438
Rp
654,053,400.00
Rp
99.75
745.4545
$74,359.09
$7,435.91
$81,795.00
9448
Rp
772,799,112.88
Rp (0.93)
99.75
745.4545
$74,359.09
$7,435.91
$81,795.00
9448
Rp
772,799,112.88
Rp (0.93)
Audit pada..., Dewi Nuraini Raidy, FE UI, 2012
-
Universitas Indonesia