UNIVERSITAS INDONESIA
ANALISIS PROSES AUDIT DAN PERLAKUAN AKUNTANSI ATAS PERUBAHAN ESTIMASI UMUR MANFAAT ASET TETAP PT X
LAPORAN MAGANG
SABRINA TATYA APRISASURI 1206266694
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI DEPOK JUNI 2016
Analisis proses ..., Sabrina Tatya Aprisasuri, FEB UI, 2016
Universitas Indonesia ii Analisis proses ..., Sabrina Tatya Aprisasuri, FEB UI, 2016
Universitas Indonesia iii Analisis proses ..., Sabrina Tatya Aprisasuri, FEB UI, 2016
Universitas Indonesia iv Analisis proses ..., Sabrina Tatya Aprisasuri, FEB UI, 2016
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis sampaikan kepada Allah SWT atas berkah dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan laporan magang ini. Penulisan laporan magang ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia. Penulis menyadari dalam laporan ini masih banyak terdapat kekurangan dan keterbatasan. Namun demikian, penulis berharap laporan ini dapat memberikan manfaat bagi para pembacanya. Dalam penyusunan laporan ini Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
(1) Budi Prasongko dan Lisa Sulistiowati selaku orang tua penulis yang telah membesarkan dan mendidik penulis hingga saat ini. Terima kasih untuk setiap doa, nasihat, dan dukungan yang tiada henti. Terima kasih tidak akan pernah cukup untuk membalas semua yang telah mama dan papa berikan.
(2) Ibu Desi Adhariani selaku dosen pembimbing, terima kasih banyak Bu untuk waktu dan bimbingan selama kurang lebih empat bulan dalam proses penulisan laporan ini. Semoga kedepannya Ibu selalu diberikan kemudahan, kesehatan, dan rezeki atas bantuan Ibu kepada saya.
(3) Tim Dosen Penguji: Bu Fitriany dan Bu Evony, terimakasih atas saran dan kritik ketika proses sidang laporan magang saya.
(4) Kantor Akuntan Publik tempat Penulis melaksanakan magang. Terima kasih banyak atas kesempatan yang telah diberikan kepada penulis untuk mendapatkan banyak pengalaman berarti di sana. Ucapan terima kasih yang spesial dan mendalam kepada manajer, senior, serta teman-teman sesama pejuang magang yang telah berbagi suka dan duka dalam empat bulan yang singkat, Bang Jelo, Kak Cynthia, Kak Haredha, Bang Ipul, Kak Martha, Edwin, Oetari, Dion, dan Vandy.
(5) The Moms, awalnya kami berempat, namun berakhir dengan bertiga. Uje Zavira teman sedari SD yang selalu satu sekolah dan sekarang satu kuliah, terima kasih Je udah selalu care sama semua temen lo termasuk gw. Bunga Astrinadifa, walaupun suka ngeselin karena lemot, Bunga tetep selalu ngangenin kalau lama udah nggak ketemu. Reine Endika Juwita, mungkin lo sekarang merasa nggak dianggap, tapi lo
Universitas Indonesia v Analisis proses ..., Sabrina Tatya Aprisasuri, FEB UI, 2016
tetep sahabat terbaik gw, terima kasih udah jadi personal reminder gw selama kuliah ini, semoga cita-cita kita pas OPK, yaitu lulus dan wisuda bareng bisa tercapai ya.
(6) Teman-teman SPArkling, terima kasih untuk setiap malam yang kita lalui untuk begadang demi sebuah nilai disertai tawa canda yang kadang suka nggak jelas tapi selalu menyenangkan.
(7) Teman-teman akuntansi lainnya yang tidak pernah pelit dalam berbagi ilmu, informasi, serta canda tawa; Nahdia, Difa, Achi, Levi, Natria, dan lainnya yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
(8) Ladyboy, walaupun kita pada akhirnya jarang pergi, namun terima kasih atas pertemanan yang telah kalian berikan. Especially, Avi sahabat dari SMP yang selalu membanggakan dan dapat diandalkan, Anggy yang baru kenal di kuliah tapi klop banget dan selalu optimis, Eno yang mulutnya pedas tapi sebenarnya penuh cinta.
(9) Sister from another Mister, Kak Dinkal, terima kasih udah selalu ada dan siap siaga dicurhatin, diajak berantem, diajak bercanda, diajak makan, diajak minum, diajak olahraga, dan diajak berteman selama ini.
(10) Senior dan Junior FEB UI, terutama kakak, teman, adik yang tergabung dalam keluarga BSO Band dari 2013 sampai dengan 2015.
(11) Kopi manyar dan kru, terima kasih atas pelayanan yang diberikan selama proses penulisan laporan magang ini.
(12) Cantik.com, terima kasih atas hiburan dan gosip yang tidak ada habisnya di grup dan di kesempatan kala bertemu, serta teman SMA lainnya; Arindra, Hana, Nina, Adis, dan yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
(13) Dosen-dosen pengajar FEBUI yang senantiasa memberikan dedikasinya dalam membantu penulis dan mahasiswa lainnya dalam menuntut ilmu selama empat tahun ini.
(14) Last but not least, kamu yang telah kembali untuk pergi, terima kasih atas doa dan semangat yang dialirkan melalui setiap inci dalam jarak 10.979,84 kilometer.
Universitas Indonesia vi Analisis proses ..., Sabrina Tatya Aprisasuri, FEB UI, 2016
Akhir kata, penulis berharap semoga kebaikan dari pihak-pihak yang telah membantu dibalas oleh Tuhan Yang Maha Esa. Semoga laporan magang ini membawa manfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan.
Depok, 16 Juni 2016
Penulis
Universitas Indonesia vii Analisis proses ..., Sabrina Tatya Aprisasuri, FEB UI, 2016
Universitas Indonesia viii Analisis proses ..., Sabrina Tatya Aprisasuri, FEB UI, 2016
ABSTRAK Nama : Sabrina Tatya Aprisasuri Program Studi : S1 Reguler Akuntansi Judul : Analisis Proses Audit dan Perlakuan Akuntansi atas Perubahan Estimasi Umur Manfaat Aset Tetap PT X Laporan magang ini membahas tentang analisis prosedur audit atas akun aset tetap dan perlakuan akuntansi atas perubahan umur manfaat atas aset tetap di PT X. PT X merupakan entitas anak dari PT XYZ Tbk, yang merupakan perusahaan yang bergerak di bidang pengadaan, pengelolaan, dan distribusi air bersih. Prosedur audit yang dilakukan terbatas pada Uji Substantif. Uji Substantif ditekankan pada Pengujian Terperinci Saldo yang dilakukan dengan membuat lead schedule, menguji pergerakan atas aset tetap, dan menguji beban penyusutan. PT X melakukan perubahan estimasi umur manfaat pada tahun 2012 untuk aset tetap yang diakuisi di tahun 2011, dari umur manfaat 5 tahun menjadi 8 tahun, namun perhitungan manajemen belum menunjukkan adanya perubahan tersebut. Auditor melakukan perhitungan ulang atas penyusutan dan mengajukan jurnal penyesuaian untuk akun aset tetap. Kata kunci: Prosedur Audit, Perlakuan Akuntansi, Aset Tetap, Perubahan Estimasi, Umur Manfaat, Uji Substantif, Pengujian Terperinci Saldo
ABSTRACT This internship report discusses about the analysis of audit procedures and accounting treatment towards changes of estimated useful lives of fixed assets in PT X. PT X which is one of subsidiaries of PT XYZ Tbk, is a company focusing in procurement, management, and distribution of clean water. Audit procedures are limited to Substantive Testing. Substantive Testing is emphasized in a form of Test of Details. In Test of Details which is conducted by preparing a lead schedule, test of fixed assets’ movement, and recalculation of depreciation expense. PT X make changes in their estimated useful lives in 2012 for fixed assets which are acquired in 2011, from 5 years to 8 years of useful lives, but the calculation of management has not shown any changes of the estimated useful lives. Auditors are recalculating the depreciation and proposing the adjusting entries for fixed assets account. Key words: Audit Procedures, Accounting Treatment, Fixed Assets, Changes of Estimate, Useful Lives, Substantive Testing, Test of Details
Universitas Indonesia ix Analisis proses ..., Sabrina Tatya Aprisasuri, FEB UI, 2016
DAFTAR ISI HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS................................................. ii TANDA PERSETUJUAN LAPORAN AKHIR MAGANG ............................ iii HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iv KATA PENGANTAR ........................................................................................... v HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ........................... viii ABSTRAK ............................................................................................................ ix ABSTRACT .......................................................................................................... ix DAFTAR ISI .......................................................................................................... x DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiii DAFTAR TABEL............................................................................................... xiv DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xv BAB 1 PENDAHULUAN ..................................................................................... 1 1.1Latar Belakang Pemilihan Topik ....................................................................... 1 1.2 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Magang ......................................................... 2 1.3 Aktivitas Magang Secara Umum ...................................................................... 2 1.4 Tujuan Penulisan Laporan Magang .................................................................. 3 1.5 Ruang Lingkup Laporan Magang ..................................................................... 3 1.6 Metode Penelitian.............................................................................................. 4 1.7 Sistematika Penulisan Laporan Magang ........................................................... 4 BAB 2 LANDASAN TEORI ................................................................................ 6 2.1 Aset Tetap ......................................................................................................... 6 2.1.1 Definisi Aset Tetap ..................................................................................... 6 2.1.2 Biaya Perolehan Aset Tetap ........................................................................ 7 2.1.3 Pengukuran Aset Tetap ............................................................................... 8 2.1.4 Penyusutan Aset Tetap ................................................................................ 9 2.1.5 Pengungkapan Aset Tetap ......................................................................... 12 2.2 Perubahan Estimasi Akuntansi (PSAK 25) ..................................................... 13 2.2.1 Perubahan Estimasi Akuntansi .................................................................. 13 2.2.2 Pengakuan Perubahan Estimasi Akuntansi ............................................... 14 2.2.3 Pengungkapan Perubahan Estimasi Akuntansi ......................................... 14
Universitas Indonesia x Analisis proses ..., Sabrina Tatya Aprisasuri, FEB UI, 2016
2.3 Pembahasan Mengenai Audit .......................................................................... 15 2.3.1 Definisi Audit dan Tujuan Audit............................................................... 15 2.3.2 Asersi Manajemen ..................................................................................... 15 2.3.3 Materialitas ................................................................................................ 17 2.3.4 Proses Audit .............................................................................................. 18 2.3.5 Bukti Audit ................................................................................................ 22 2.3.3 Kualitas Audit ........................................................................................... 24 2.4 Beberapa Penelitian Terkait Pengungkapan Aset Tetap dan Perubahan Estimasi Akuntansi................................................................................................ 24 BAB 3 PROFIL PERUSAHAAN ....................................................................... 26 3.1 Profil Kantor Akuntan Publik ......................................................................... 26 3.1.1 Lini Jasa yang Ditawarkan oleh KAP ....................................................... 26 3.1.1.1 Audit and Assurance ....................................................................... 26 3.1.1.2 Business Services ............................................................................ 27 3.1.1.3 Corporate Finance .......................................................................... 27 3.1.1.4 Governance Risk Control ................................................................ 27 3.1.1.5 Tax ................................................................................................... 28 3.1.1.6 Transaction Support ........................................................................ 28 3.2 Profil Perusahaan Klien................................................................................... 28 3.2.1 Gambaran Umum ...................................................................................... 28 3.2.2 Dasar Penyusunan Laporan Keuangan...................................................... 29 3.2.3 Daftar Aset Tetap ...................................................................................... 30 BAB 4 PEMBAHASAN ...................................................................................... 31 4.1 Kebijakan Akuntansi Aset Tetap .................................................................... 31 4.1.1 Pengakuan Aset Tetap ............................................................................... 31 4.1.2 Pengukuran Aset Tetap ............................................................................. 32 4.1.3 Beban Penyusutan Aset Tetap PT X ......................................................... 32 4.1.4 Pelepasan Aset Tetap ................................................................................ 33 4.1.5 Pengungkapan Aset Tetap ......................................................................... 34 4.2 Proses Audit atas Aset Tetap PT X ................................................................. 34 4.2.1 Tahap Pra-Perencanaan ............................................................................. 35 4.2.2 Tahap Perencanaan.................................................................................... 36
Universitas Indonesia xi Analisis proses ..., Sabrina Tatya Aprisasuri, FEB UI, 2016
4.2.2.1 Penentuan Batas Materialitas ........................................................... 37 4.2.3 Audit Lapangan ......................................................................................... 40 4.2.3.1 Pengujian Pengendalian Internal (Test of Control) .......................... 40 4.2.3.2 Pengujian Substantif (Substantive Testing) ...................................... 40 4.2.3.2.1 Pengujian Terperinci Saldo (Test of Details) ............................. 41 4.4 Analisis Perbandingan ..................................................................................... 52 BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 61 5.1 Kesimpulan ..................................................................................................... 61 5.2 Saran ................................................................................................................ 63 5.2.1 PT X .......................................................................................................... 63 5.2.2 KAP ABC.................................................................................................. 63 DAFTAR REFERENSI ...................................................................................... 65 LAMPIRAN ......................................................................................................... 66
Universitas Indonesia xii Analisis proses ..., Sabrina Tatya Aprisasuri, FEB UI, 2016
DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Tahapan Audit ................................................................................... 19 Gambar 3.1 Struktur Kepemilikan PT XYZ Tbk .................................................. 29 Gambar 4.1 Pengungkapan Aset Tetap PT X Tahun 2015 ................................... 34 Gambar 4.2 Prosedur Audit Aset Tetap KAP ABC .............................................. 42
Universitas Indonesia xiii Analisis proses ..., Sabrina Tatya Aprisasuri, FEB UI, 2016
DAFTAR TABEL Tabel 4.1 Aset Tetap PT X .................................................................................... 31 Tabel 4.2 Umur Manfaat Aset Tetap PT X ........................................................... 33 Tabel 4.3 Analytical Review Akun Aset Tetap PT X ............................................ 36 Tabel 4.4 Penentuan Level OM Berdasarkan Benchmark .................................... 38 Tabel 4.5 Perhitungan Overall Materiality PT X.................................................. 38 Tabel 4.6 Perhitungan Performance Materiality PT X ......................................... 39 Tabel 4.7 Perhitungan Summary of Unadjusted Difference PT X ........................ 40 Tabel 4.8 Prosedur Pengujian Terperinci Saldo Aset Tetap PT X ........................ 41 Tabel 4.9 Pergerakan Aset Tetap PT X selama Tahun 2015 ................................ 45 Tabel 4.10 Rekalkulasi Awal Aset Tetap PT X .................................................... 47 Tabel 4.11 Pergerakan Aset Tetap PT X 2015 ...................................................... 52 Tabel 4.12 Perbandingan Proses Audit ................................................................. 52 Tabel 4.13 Perbandingan Perlakuan Akuntansi .................................................... 57
Universitas Indonesia xiv Analisis proses ..., Sabrina Tatya Aprisasuri, FEB UI, 2016
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Tampilan Data Request PT X ............................................................ 66 Lampiran 2 Rekalkulasi Aset Tetap Bangunan ..................................................... 67 Lampiran 3 Rekalkulasi Aset Tetap Sarana dan Prasarana ................................... 68 Lampiran 4 Rekalkulasi Aset Tetap Mesin dan Perlengkapan ............................. 69 Lampiran 5 Rekalkulasi Aset Tetap Peralatan ...................................................... 70
Universitas Indonesia xv Analisis proses ..., Sabrina Tatya Aprisasuri, FEB UI, 2016
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Pemilihan Topik Aset tetap merupakan bagian yang penting bagi suatu perusahaan; selain berperan sebagai modal kerja, aset tetap pada umumnya juga digunakan sebagai alat investasi jangka panjang bagi perusahaan. Terkait dengan cukup besarnya nilai aset tetap bagi suatu perusahaan, maka proses pengadaan serta cara perolehan dan pemilihan metode akuntansi dari aset tetap memerlukan pertimbangan yang cukup matang. Perhatian lain yang diperlukan dalam aset tetap terletak pada penggunaan dan operasinya, serta dalam akuntansinya yang biasanya mencakup pengakuan, pengukuran, penghentian atau pelepasan, penurunan nilai, serta penyajian dan pengungkapannya. Perhitungan dan pencatatan aset tetap memiliki pengaruh terhadap laporan keuangan yang disajikan oleh suatu perusahaan,
seperti
perhitungan
dan
pencatatan
akumulasi
penyusutan
berpengaruh terhadap nilai buku yang disajikan dalam neraca, serta perhitungan dan pencatatan beban yang berpengaruh terhadap laporan laba rugi komprehensif. Mengingat pengaruh yang cukup besar tersebut, aset tetap harus disajikan secara wajar dalam laporan keuangan agar memberikan informasi yang andal bagi para pengguna laporan keuangan. Oleh sebab itu peran audit atas aset tetap diperlukan untuk memastikan bahwa penyajian dalam laporan keuangan sudah dilakukan secara wajar dan masih dalam batas material. Pemeriksaan yang dilakukan biasanya terkait pengendalian yang dimiliki oleh perusahaan atas aset tetap yang dimilikinya, peninjauan kebijakan akuntansi perusahaan, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan atas kewajaran nilai aset perusahaan. Selain itu pemilihan topik ini didasari pada pekerjaan yang diberikan kepada penulis pada saat menjalani kegiatan magang. Aset tetap dalam PT X memiliki isu yang menarik dikarenakan adanya kebijakan perusahaan untuk mengubah estimasi umur manfaat pada tahun 2012 untuk aset tetap yang diakuisisi di tahun 2011, dari umur manfaat selama 5 tahun menjadi 8 tahun, namun perhitungan manajemen belum menunjukkan adanya perubahan tersebut,
Universitas Indonesia 1 Analisis proses ..., Sabrina Tatya Aprisasuri, FEB UI, 2016
2
sehingga hal yang dilakukan auditor dalam mengaudit aset tetap menjadi topik yang penting dan menarik untuk diangkat dalam laporan magang ini dan akan dibahas secara lebih lanjut pada bab 4. 1.2 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Magang Pada pelaksanaan program magang ini, penulis melaksanakan kegiatan magang di KAP ABC. Kegiatan magang dilaksanakan selama 4 (empat) bulan terhitung sejak 4 Januari 2016 sampai dengan 30 April 2016. Penulis ditugaskan sebagai Audit Assurance Intern pada divisi Blue, yaitu divisi yang melakukan proses audit terfokus pada industri Trading, Service, & Investment dan perusahaan atau organisasi Not for Profit. Sebagian besar perusahaan yang diaudit oleh divisi Blue merupakan perusahaan BUMN. 1.3 Aktivitas Magang Secara Umum Dalam kegiatan magang, penulis ditugaskan pada dua engagement team dengan klien yang berbeda, dimana klien pertama merupakan sebuah Badan Usaha Milik Daerah dan klien kedua merupakan sebuah organisasi internasional pemberi hibah untuk dana kesehatan di Indonesia. Penulis berperan sebagai Audit Intern yang berada di bawah bimbingan seorang Senior Associate dan diawasi oleh seorang Manajer. Penulis diberikan kepercayaan oleh Manajer, bersama dengan engagement team yang bersangkutan, untuk melakukan prosedur audit terhadap perusahaan klien dengan gambaran umum pekerjaan yang dilakukan oleh penulis selama kegiatan magang adalah sebagai berikut: 1. PT XYZ, merupakan Badan Usaha Miliki Daerah (BUMD) yang bergerak dalam industri real estat berupa pembangunan, penjualan, dan penyewaan bangunan dan penjualan tanah kavling, serta industri pariwisata, yaitu mengelola pasar seni dan dermaga. PT XYZ memiliki pengendalian atas 6 (enam) entitas anak, dengan salah satu anaknya adalah PT X, yang merupakan perusahaan yang akan dibahas pada laporan ini. Pada engagement ini penulis bertanggung jawab atas uji substantif dengan membuat working paper dari seluruh akun atas 2
Universitas Indonesia Analisis proses ..., Sabrina Tatya Aprisasuri, FEB UI, 2016
3
(dua) entitas anak PT XYZ, yaitu PT X dan PT Z, selain itu penulis juga bertanggung jawab atas 3 (tiga) akun dari PT XYZ, yaitu aset tetap, properti investasi, dan construction in progress. Penulis juga turut terlibat dalam proses reporting dengan membuat report bilingual (dalam bahasa inggris). 2. KLM, merupakan sebuah lembaga internasional pemberi hibah untuk pengendalian penyakit AIDS, Tuberculosis, dan Malaria. Indonesia merupakan salah satu negara penerima hibah sejak tahun 2003. Proses audit yang dilakukan melalui Principal Recipient dan Sub Recipient yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia, antara lain Dinas Kesehatan Provinsi dan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sebagai penanggung jawab di wilayahnya. Selain itu juga melalui Kementrian Kesehatan, institusi pemerintah, serta organisasi non pemerintah. Pada engagement ini, penulis melakukan prosedur uji substantif dengan melakukan prosedur pengujian atas kas, konfirmasi bank, vouching uang muka dan beban, serta observasi aset tetap dan persediaan dengan mengacu pada buku Pedoman Pelaksanaan Pengelolaan Keuangan Hibah The Global Fund (P3KH) untuk komponen Tuberculosis. 1.4 Tujuan Penulisan Laporan Magang Penulisan laporan magang ini memiliki beberapa tujuan, yaitu: 1. Menganalisis prosedur audit yang dilakukan KAP ABC dan temuan audit pada akun aset tetap PT X 2. Menganalisis perlakuan akuntansi atas perubahan estimasi umur manfaat aset tetap PT X 1.5 Ruang Lingkup Laporan Magang Dalam laporan magang ini, penulis akan membahas analisis mengenai proses audit atas akun aset tetap yang dilakukan oleh KAP ABC dari PT X, yang merupakan entitas anak PT XYZ. Pembahasan akan mencakup perhitungan serta analisis faktor-faktor lain terkait kebijakan akuntansi yang dipilih oleh manajemen.
Universitas Indonesia Analisis proses ..., Sabrina Tatya Aprisasuri, FEB UI, 2016
4
Pada program magang ini, penulis juga melakukan prosedur audit terhadap beberapa akun lain pada PT X, namun dalam laporan magang ini pembahasan akan lebih difokuskan pada pengujian terperinci saldo untuk akun aset tetap PT X selaku entitas anak dari PT XYZ, dan tidak melakukan analisis atas prosedur audit dari PT XYZ selaku perusahaan induk, maupun perusahaan lain yang memiliki kendali atas PT X. 1.6 Metode Penulisan Metode penulisan yang digunakan dalam menyusun laporan magang ini adalah berupa (1) studi literatur yang berhubungan dengan kebijakan akuntansi mengenai aset tetap, perubahan estimasi akuntansi, perlakuan akuntansi atas aset tetap, dan perhitungan aset tetap, (2) mengumpulkan dan mengkaji data sekunder yang mendukung analisis perlakuan akuntansi untuk aset tetap, (3) wawancara untuk mendukung analisis atas perubahan nilai aset tetap yang terjadi. 1.7 Sistematika Penulisan Laporan Magang Laporan magang ini tersusun atas 5 (lima) bab untuk mempermudah penjelasan setiap pokok bahasan yang akan dijabarkan. Berikut ini merupakan sistematika penulisan laporan magang: a. Bab 1 Pendahuluan Bab ini membahas mengenai latar belakang pemilihan topik laporan magang, tujuan pelaksanaan magang, serta tempat dan waktu pelaksanaan magang. Selanjutnya, bab ini memaparkan aktivitasaktivitas dilakukan saat melaksanakan magang, ruang lingkup penulisan laporan magang, dan sistematika penulisan laporan magang b. Bab 2 Landasan Teori Bab ini berisikan kerangka teori yang digunakan sebagai dasar pemikiran dalam melakukan pembahasan dan analisis. Adapun teori yang dibahas pada bab ini adalah teori mengenai aset tetap serta teori mengenai audit dan proses audit itu sendiri. Selain itu di dalam bab ini juga memaparkan teori-teori dari penelitian terdahulu baik terkait
Universitas Indonesia Analisis proses ..., Sabrina Tatya Aprisasuri, FEB UI, 2016
5
dengan penggunaan aset tetap ataupun perubahan kebijakan metode akuntansi. Teori yang digunakan diambil dari beberapa sumber seperti buku teks kuliah, buku umum, jurnal terkemuka, ketentuan dari bahan regulasi seperti PSAK dan ISA. c. Bab 3 Profil Perusahaan Bab ini berisi gambaran umum mengenai profil kantor akuntan publik tempat penulis melaksanakan program magang dan penjelasan mengenai gambaran umum dari klien perusahaan yang merupakan sumber dalam penulisan laporan magang yakni PT X yaitu suatu perusahaan yang bergerak di bidang industri pengelolaan dan distribusi air bersih. d. Bab 4 Pembahasan Bab ini akan menjelaskan dengan rinci prosedur audit dengan penekanan pada Uji Substantif yang dilakukan dalam mengaudit aset tetap PT X. Pembahasan terakhir akan berisi analisis penulis mengenai kesesuaian praktek di lapangan dengan teori audit dan teori akuntansi. e. Bab 5 Kesimpulan dan Saran Bab ini merupakan bab penutup dari laporan magang ini yang berisi kesimpulan yang diperoleh atas seluruh proses audit terkait aset tetap pada PT X. Selain itu, pada bab ini juga terdapat saran yang ditujukan untuk perusahaan klien yakni PT X terkait kebijakan akuntansinya atas aset tetap.
Universitas Indonesia Analisis proses ..., Sabrina Tatya Aprisasuri, FEB UI, 2016
BAB 2 LANDASAN TEORI
2.1 Aset Tetap 2.1.1 Definisi Aset Tetap Definisi aset tetap berdasarkan PSAK 16 (Revisi 2011) adalah aset berwujud yang dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa untuk direntalkan kepada pihak lain, atau untuk tujuan administratif, dan diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode. Sedangkan, Kieso et al (2011) mendefinisikan aset tetap sebagai berikut: “Aset berwujud yang dimiliki untuk digunakan dalam proses produksi atau pengadaan suatu barang atau jasa, untuk disewakan, atau untuk tujuan administratif, dan akan digunakan dalam jangka waktu lebih dari satu tahun.” Aset tetap dapat berupa tanah, struktur bangunan (kantor, pabrik, dan gudang), serta mesin dan peralatan. Karakteristik utama yang dimiliki oleh sebuah aset tetap antara lain: 1. Aset tetap dibeli untuk digunakan dalam proses operasi, dan bukan untuk dijual kembali. Suatu aset dapat diklasifikasikan sebagai aset tetap jika aset tersebut digunakan dalam proses operasi bisnis. 2. Aset tetap bersifat jangka panjang dan pada umumnya didepresiasikan. Aset tetap memiliki masa manfaat lebih dari satu tahun. Perusahaan mengalokasikan biaya investasi dalam aset ini untuk periode mendatang melalui biaya penyusutan periodik. Pengecualian untuk tanah, dimana hanya dapat terdepresiasi jika terjadi penurunan nilai yang material. 3. Aset tetap memiliki substansi secara fisik. Artinya, aset tetap merupakan aset berwujud yang dikarakteristikkan oleh keberadaan atau substansi fisik. Dari dua definisi aset tetap di atas, dapat disimpulkan bahwa suatu aset tetap adalah aset berwujud yang dimiliki dan digunakan untuk menunjang
6
Analisis proses ..., Sabrina Tatya Aprisasuri, FEB UI, 2016
7
aktivitas operasi perusahaan dalam produksi atau pengadaan barang atau jasa, dan digunakan dalam jangka waktu lebih dari satu tahun. Karena memiliki umur manfaat yang panjang, aset tetap akan mengalami depresiasi atau penyusutan atas umur manfaatnya yang akan mengurangi kapasitas atau kemampuan aset tetap dalam menunjang suatu operasi bisnis sebuah entitas. Semua aset tetap kecuali tanah akan mengalami depresiasi. Terkait dengan aset yang diperoleh dengan cara leasing diatur dalam PSAK 30. 2.1.2 Biaya Perolehan Aset Tetap Definisi biaya perolehan aset tetap menurut PSAK 16 (Revisi 2011) adalah jumlah kas atau setara kas yang dibayarkan atau nilai wajar dari imbalan lain yang diserahkan untuk memperoleh suatu aset pada saat perolehan atau konstruksi atau, jika dapat diterapkan, jumlah yang diatribusikan ke aset pada saat pertama kali diakui sesuai dengan persyaratan tertentu dalam PSAK lain. Paragraf 7 PSAK 16 (Revisi 2011) menyebutkan bahwa pengakuan biaya perolehan aset tetap sebagai aset dilakukan jika dan hanya jika kemungkinan besar entitas akan memperoleh manfaat ekonomik masa depan dari aset tersebut dan biaya perolehan aset dapat diukur secara andal. Biaya perolehan aset dibagi menjadi: 1. Biaya Perolehan Awal Perolehan aset tetap untuk alasan keamanan atau lingkungan, walaupun tidak secara langsung meningkatkan manfaat ekonomik masa depan dari suatu aset tetap yang ada, mungkin diperlukan bagi entitas untuk memperoleh manfaat ekonomik masa depan dari aset lain yang terkait. Dalam keadaan ini, perolehan aset tetap semacam itu memenuhi kualifikasi untuk diakui sebagai aset, karena aset tersebut memungkinkan entitas memperoleh manfaat ekonomik masa depan yang lebih besar dari aset-aset terkait dibandingkan dengan manfaat ekonomik yang dihasilkan seandainya aset tersebut tidak diperoleh. 2. Biaya-biaya Setelah Biaya Perolehan Biaya yang terkait dengan biaya penggantian, perbaikan, serta inspeksi yang signifikan dapat diakui sebagai aset jika memenuhi kriteria aset dan komponen yang diganti atau nilai inspeksi terdahulu tidak lagi dicatat
Universitas Indonesia Analisis proses ..., Sabrina Tatya Aprisasuri, FEB UI, 2016
8
sebagai aset. Sedangkan, berdasarkan PSAK 16 (Revisi 2011) paragraf 12 disebutkan bahwa biaya pemeliharaan dan perbaikan diakui sebagai beban dan dicatat pada laba rugi komprehensif periode berjalan. Berikut ini adalah komponen biaya perolehan aset tetap, yaitu: a. harga perolehannya, termasuk bea impor dan pajak pembelian yang tidak boleh dikreditkan setelah dikurangi diskon pembelian dan potonganpotongan lain; b. biaya biaya yang dapat diatribusikan secara langsung untuk membawa aset ke lokasi dan kondisi yang diinginkan agar aset siap digunakan sesuai dengan intensi manajemen (biaya imbalan kerja, biaya penyiapan lahan untuk pabrik, biaya handling dan penyerahan awal, biaya perakitan dan instalasi, biaya pengujian aset, serta komisi profesional); c. estimasi awal biaya pembongkaran dan pemindahan aset tetap dan restorasi lokasi aset. Kewajiban atas biaya tersebut timbul ketika aset tersebut diperoleh atau karena entitas menggunakan aset tersebut selama periode tertentu untuk tujuan selain untuk menghasilkan persediaan. Biaya-biaya yang bukan merupakan biaya perolehan aset tetap antara lain: a. biaya pembukaan fasilitas baru; b. biaya pengenalan produk baru (termasuk biaya iklan dan aktivitas promosi); c. biaya penyelenggaraan bisnis di lokasi baru atau kelompok pelanggan baru (termasuk biaya pelatihan staf); dan d. administrasi dan biaya overhead umum lainnya.
2.1.3 Pengukuran Aset Tetap Biaya perolehan dari suatu aset tetap diukur pada nilai wajar kecuali: a. transaksi pertukaran tidak memiliki substansi komersial; atau b. nilai wajar dari aset yang diterima dan diserahkan tidak dapat diukur secara andal. Jika aset yang diperoleh tidak dapat diukur dengan nilai wajar, maka biaya perolehannya diukur dengan jumlah tercatat dari aset yang diserahkan. Nilai wajar
Universitas Indonesia Analisis proses ..., Sabrina Tatya Aprisasuri, FEB UI, 2016
9
aset dapat diukur secara andal meskipun tidak ada transaksi pasar yang sejenis, jika variabilitas rentang estimasi nilai wajar yang masuk akal (wajar) untuk aset tersebut tidak signifikan, atau probabilitas dari berbagai estimasi dalam rentang tersebut dapat dinilai secara rasional dan digunakan dalam mengestimasi nilai wajar. Model biaya seperti yang dijelaskan pada paragraf 30 PSAK 16 (Revisi 2011), yaitu setelah diakui sebagai aset, aset tetap dicatat sebesar biaya perolehan dikurangi akumulasi penyusutan dan akumuluasi rugi penurunan nilai aset. Model revaluasi pada paragraf 31 PSAK 16 (Revisi 2011) menjelaskan bahwa setelah aset diakui, aset tetap yang nilai wajarnya dapat diukur secara andal harus dicatat pada jumlah revaluasian, yaitu nilai wajar pada tanggal revaluasi dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai yang terjadi setelah tanggal revaluasi. Revaluasi harus dilakukan secara konsisten untuk memastikan tidak ada perbedaan material pada jumlah tercatat dari jumlah yang ditentukan dengan nilai wajar pada akhir periode pelaporan. 2.1.4 Penyusutan Aset Tetap Kieso et al (2014) mendefinisikan penyusutan sebagai proses akuntansi atas alokasi biaya dari aset berwujud menjadi beban secara sistemasis dan rasional selama periode yang diharapkan dapat memberi manfaat dari aset tetap tersebut. Penyusutan menurut PSAK 16 (Revisi 2011) adalah alokasi sistematis jumlah yang dapat disusutkan (depreciable amount) dari suatu aset selama umur manfaatnya (useful life). Paragraf 49 PSAK 16 (Revisi 2011) menjelaskan bahwa beban penyusutan untuk setiap periode harus diakui dalam laba rugi kecuali jika beban tersebut dimasukkan dalam jumlah tercatat aset lainnya. Nilai residu dan umur manfaat aset tetap di-review minimum setiap akhir tahun buku. Pada paragraf 56 PSAK 16 (Revisi 2011) disebutkan bahwa penyusutan aset dimulai pada saat aset tersebut siap untuk digunakan, yaitu pada saat aset tersebut berada pada lokasi dan kondisi yang diinginkan agar aset siap digunakan sesuai dengan intensi manajemen. Penyusutan aset dihentikan lebih awal ketika aset tersebut diklasifikasikan sebagai aset dimiliki untuk dijual (atau aset tersebut termasuk dalam kelompok aset lepasan yang diklasifikasikan sebagai dimiliki
Universitas Indonesia Analisis proses ..., Sabrina Tatya Aprisasuri, FEB UI, 2016
10
untuk dijual) sesuai dengan PSAK 58 (Revisi 2009): Aset Tidak Lancar yang Dimiliki untuk Dijual dan Operasi yang Dihentikan serta pada saat aset tersebut dilepaskan. Oleh sebab itu depresiasi tidak dihentikan pengakuannya ketika aset tidak digunakan atau dihentikan penggunaannya kecuali telah habis disusutkan. Namun, apabila metode penyusutan yang digunakan adalah usage method (seperti unit of production method) maka beban penyusutan menjadi nol bila tidak ada produksi. Umur manfaat aset ditentukan berdasarkan kegunaan yang diharapkan oleh entitas. Kebijakan manajemen aset suatu entitas dapat meliputi pelepasan aset yang bersangkutan setelah jangka waktu tertentu atau setelah pemanfaatan sejumlah proporsi tertentu dari manfaat ekonomis masa depan yang melekat pada aset. Estimasi umur manfaat suatu aset merupakan hal yang membutuhkan pertimbangan berdasarkan pengalaman entitas terhadap aset yang serupa. Faktor-faktor yang diperhitungkan dalam menentukan umur manfaat dari setiap aset tetap adalah: a. Ekspektasi daya pakai dari aset. Daya pakai atau daya guna dinilai dengan merujuk pada ekspektasi kapasitas aset atau keluaran fisik dari aset; b. Ekspektasi
tingkat
keausan
fisik,
yang
tergantung
pada
faktor
pengoperasian aset tersebut seperti jumlah penggiliran (shift) penggunaan aset dan program pemeliharaan aset dan perawatannya, serta perawatan dan pemeliharaan aset pada saat aset tersebut tidak digunakan; c. Keusangan teknis dan keusangan komersial yang diakibatkan oleh perubahan atau peningkatan produksi, atau perubahan permintaan pasar atas produk atau jasa yang dihasilkan dari aset tersebut; dan d. Pembatasan penggunaan aset karena aspek hukum atau peraturan tertentu. Terdapat tiga metode berdasarkan PSAK 16 (Revisi 2011) yang secara umum dapat digunakan untuk menghitung penyusutan aset tetap seperti: •
Metode garis lurus (straight line method) Metode ini menghasilkan pembebanan yang tetap selama umur manfaat aset jika nilai residunya tidak berubah.
•
Metode saldo menurun (diminishing balance method)
Universitas Indonesia Analisis proses ..., Sabrina Tatya Aprisasuri, FEB UI, 2016
11
Metode ini menghasilkan pembebanan yang menurun selama umur manfaat aset. •
Metode jumlah unit (sum of unit method) Metode ini menghasilkan pembebanan berdasarkan pada penggunaan atau output yang diperkirakan dari aset.
Sedangkan metode penghitungan penyusutan aset tetap menurut Kieso et al adalah sebagai berikut: •
Activity Method Biasa disebut dengan variable-charge or units of production. Pada metode ini diasumsikan bahwa penyusutan diukur berdasarkan fungsi penggunaan atau produktivitas dan bukan berdasarkan waktu. Perusahaan menghitung umur aset dari output yang dihasilkan aset tersebut ataupun ukuran input seperti jumlah jam kerja aset tersebut. Rumus dari metode ini adalah: Depreciation charge
•
=
(cost - residual value) x hours this year Total estimated hours
Straight Line Method Pada metode ini, penyusutan dihitung menggunakan fungsi waktu. Metode ini merupakan metode yang banyak digunakan oleh entitas karena dianggap paling mudah dan efisien. Dengan menggunakan metode ini entitas mendapatkan nilai penyusutan yang sama setiap tahunnya selama umur manfaat aset. Rumus dari metode ini adalah: Depreciation charge
•
=
Cost - residual value Estimated service life
Diminishing (Accelerated)-Charge Method Penggunaan metode ini akan menghasilkan nilai penyusutan yang berbeda di setiap tahunnya dimana pada umumnya nilai
Universitas Indonesia Analisis proses ..., Sabrina Tatya Aprisasuri, FEB UI, 2016
12
penyusutan lebih besar pada tahun-tahun awal dan nilai yang lebih kecil pada tahun-tahun selanjutnya. Metode ini terbagi atas dua yaitu; o Sum of the year digit Biaya
penyusutan
akan
menurun
seiring
dengan
menurunnya bilangan pengali yaitu berkurangnya tahun berjalan. Bilangan pengali terdiri dari pembilang yaitu sisa umur manfaat aset dan penyebut yaitu rumus n(n+1)/2 dengan n adalah masa manfaat aset. o Declining-balance method Menggunakan tingkat penyusutan yang merupakan dua kali dari tingkat penyusutan metode garis lurus. Dengan contoh yang sama, inilah penyusutan menggunakan declining-balance method. Entitas memilih metode yang paling mencerminkan pola pemakaian yang diperkirakan atas manfaat ekonomik masa depan aset. Metode yang digunakan harus diterapkan secara konsisten dari periode ke periode, kecuali terdapat perubahan dalam pola pemakaian manfaat ekonomis masa depan yang diperkirakan aset tersebut. 2.1.5 Pengungkapan Aset Tetap Dalam sebuah laporan keuangan, beberapa hal yang perlu diungkapkan untuk setiap kelompok aset tetap adalah: a. Dasar pengukuran yang digunakan dalam menentukan jumlah tercatat bruto; b. Metode penyusutan yang digunakan; c. Umur manfaat atau tarif penyusutan yang digunakan; d. Jumlah tercatat bruto dan akumulasi penyusutan (dijumlahkan dengan akumulasi rugi penurunan nilai) pada awal dan akhir periode; dan e. Rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir periode yang menunjukkan mutasi penambahan atau pengurangan, klasifikasi aset yang tersedia untuk dijual atau termasuk kelompok lepasan (disposal), akuisisi
Universitas Indonesia Analisis proses ..., Sabrina Tatya Aprisasuri, FEB UI, 2016
13
melalui kombinasi bisnis, penurunan atau peningkatan akibat dari revaluasi, rugi penurunan nilai, penyusutan, selisih nilai tukar , serta perubahan lainnya. Selain itu, laporan keuangan juga mengungkapkan: a. Keberadaan dan jumlah restriksi atas hak milik, dan aset tetap yang dijaminkan untuk liabilitas; b. Jumlah pengeluaran yang diakui dalam jumlah tercatat aset tetap yang sedang dalam pembangunan; c. Jumlah komitmen kontraktual dalam perolehan aset tetap; dan d. Jumlah kompensasi dari pihak ketiga untuk aset tetap yang mengalami penurunan nilai, hilang atau dihentikan yang dimasukkan dalam laba rugi, jika tidak diungkapkan secara terpisah pada pendapatan komprehensif lain. Metode penyusutan dan estimasi umur manfaat aset merupakan hal-hal yang memerlukan pertimbangan, sehingga perlu dilakukan pengungkapan terkait informasi tersebut untuk me-review kebijakan yang dipilih manajemen dan memungkinkan perbandingan dengan entitas lain. Untuk itu, perlu juga diungkapkan metode pengakuan penyusutan, serta pengakuannya baik dalam laba rugi maupun diakui sebagai bagian dari biaya perolehan aset lain selama satu periode dan akumulasi penyusutan pada akhir periode. 2.2
Perubahan Estimasi Akuntansi (PSAK 25)
2.2.1
Perubahan Estimasi Akuntansi Adanya ketidakpastian dalam menjalankan aktivitas bisnis menyebabkan
banyak unsur dalam laporan keuangan yang tidak dapat diukur secara tepat, namun hanya dapat diestimasi. Sebuah estimasi melibatkan pertimbangan berdasar pada informasi terkini yang tersedia dan andal. Contoh penerapan estimasi adalah pada piutang tak tertagih, persediaan rusak, nilai wajar aset keuangan atau liabilitas keuangan, umur manfaat atau ekspektasi pola konsumsi manfaat ekonomi di masa mendatang yang melekat pada aset yang didepresiasikan, serta kewajiban garansi. Perubahan kebijakan akuntansi dengan perubahan estimasi akuntansi merupakan dua hal yang berbeda. Suatu perubahan dalam dasar pengukuran yang
Universitas Indonesia Analisis proses ..., Sabrina Tatya Aprisasuri, FEB UI, 2016
14
digunakan adalah perubahan kebijakan akuntansi, dan bukan perubahan estimasi akuntansi. Ketika terjadi kesulitan dalam membedakan kedua antara perubahan kebijakan dan perubahan estimasi, maka perubahan tersebut diperlakukan sebagai perubahan estimasi akuntansi. 2.2.2
Pengakuan Perubahan Estimasi Akuntansi Jika perubahan estimasi akuntansi mengakibatkan perubahan aset dan
liabilitas, atau terkait dengan suatu item ekuitas, perubahan estimasi akuntansi tersebut diakui dengan menyesuaikan jumlah tercatat item aset, liabilitas, atau ekuitas yang terkait pada periode perubahan. Sedangkan, paragraf 36 PSAK 25 (Revisi 2009) menyebutkan dampak perubahan estimasi akuntansi, selain daripada yang telah disebutkan di atas, diakui secara prospektif dalam laporan laba rugi pada periode perubahan (jika dampak perubahan hanya pada periode itu) atau periode perubahan dan periode mendatang (jika perubahan berdampak pada keduanya). Paragraf 38 PSAK 25 (Revisi 2009) menjelaskan bahwa penerapan prosektif merupakan penerapan perubahan untuk transaksi, peristiwa, dan kondisi lain sejak tanggal perubahan dalam estimasi. Suatu perubahan dalam estimasi akuntansi dapat hanya berpengaruh pada laba rugi periode berjalan, atau pada keduanya, yaitu pada laba rugi periode berjalan dan mendatang. Misalnya, umur manfaat dari suatu aset tetap berdampak pada beban penyusutan untuk periode berjalan dan setiap periode mendatang selama sisa umur manfaat. Maka jika perubahan yang terkait diakui dalam penghasilan dan beban pada periode berjalan dan periode mendatang. 2.2.3
Pengungkapan Perubahan Estimasi Akuntansi Dalam laporan keuangan, jika terdapat perubahan estimasi akuntansi,
maka entitas perlu mengungkapan hal berikut: a.
Sifat dan jumlah perubahan estimasi akuntansi yang berdampak pada periode berjalan atau diperkirakan akan berdampak pada periode mendatang, kecuali tidak praktis untuk mengestimasi dampak tersebut.
b.
Jika jumlah dampak pada periode mendatang tidak praktis untuk
Universitas Indonesia Analisis proses ..., Sabrina Tatya Aprisasuri, FEB UI, 2016
15
diungkapan, maka entitas perlu mengungkapkan pertimbangan tersebut. 2.3
Pembahasan Mengenai Audit
2.3.1
Definisi Audit dan Tujuan Audit
Arens et al (2014) mendefinisikan audit sebagai berikut: “Suatu proses pengumpulan dan evaluasi bukti mengenai informasi untuk menentukan dan melaporkan tingkat kesesuaian antara informasi tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan, dimana audit harus dilakukan oleh orang yang kompeten dan independen.” Informasi yang dikumpulkan adalah berupa bukti yang dapat diverifikasi atau diuji kebenarannya sesuai dengan standar atau prinsip akuntansi yang berlaku, seperti di Indonesia maka informasi diuji apakah sudah sesuai dengan standar PSAK. Di Indonesia, proses audit yang diterapkan oleh auditor mengacu pada standar yang berlaku, yaitu Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) sebagai ukuran mutu dan wajib dipatuhi oleh Akuntan Publik dalam memberikan jasanya. Standar SPAP ini merupakan adopsi dari standar internasional, International Standards on Auditing (ISA). Berdasarkan ISA 200, audit didefinisikan berdasarkan tujuannya yaitu untuk memungkinkan auditor menyatakan opini mengenai apakah suatu laporan keuangan telah dipersiapkan dan disajikan, dalam segala hal yang material, sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku. Secara umum menurut Hayes et al (2014) definisi audit adalah: “Proses sistematis yang secara objektif mengumpulkan dan mengevaluasi bukti terkait asersi mengenai tindakan ekonomik dan kejadian untuk memastikan tingkat korespondensi antara asersi tersebut dengan kriteria yang ditetapkan, dan mengkomunikasikan hasil temuan kepada pihak terkait.” 2.3.2
Asersi Manajemen Asersi manajemen merupakan sebuah representasi dari manajemen atas
akun-akun transaksi secara ekplisit (berupa pernyataan) ataupun implisit (tersirat) yang terkandung dalam laporan keuangan.Berdasarkan ISA 315 dijelaskan bahwa
Universitas Indonesia Analisis proses ..., Sabrina Tatya Aprisasuri, FEB UI, 2016
16
kelompok asersi yang dapat digunakan auditor untuk mempertimbangkan berbagai salah saji dalam laporan keuangan dapat dibagi menjadi 3 (tiga) berdasarkan tujuan auditnya, yaitu asersi untuk jenis-jenis transaksi (classes of transaction), asersi untuk saldo akun (account balances), dan asersi untuk penyajian dan pengungkapan (presentation and disclosure). a.
Asersi untuk Jenis Transaksi (classes of transaction) •
Keterjadian (occurance) Transaksi dan peristiwa yang telah dicatat memang benar terjadi dan bersangkutan dengan entitas.
•
Kelengkapan (completeness) Seluruh transaksi dan peristiwa yang
seharusnya dicatat
memang telah dicatat. •
Keakuratan (accuracy) Angka-angka dan data terkait transaksi dan peristiwa yang dicatat telah dicatat secara benar (akurat).
•
Pemisahaan Batas Waktu (cutoff) Transaksi dan peristiwa telah dicatat dalam periode waktu yang tepat.
•
Klasifikasi (classification) Transaksi dan peristiwa telah dicatat dalam akun yang tepat.
b. Asersi untuk Saldo Akun (account balances) •
Eksistensi (existence) Aset, liabilitas, dan ekuitas benar-benar ada.
•
Hak dan Kewajiban (rights and obligations) Entitas memiliki dan menguasai hak aset yang dimiliki, dan liabilitas merupakan kewajiban bagi entitas.
•
Kelengkapan (completeness) Seluruh aset, liabilitas, dan ekuitas yang seharusnya dicatat telah dicatat.
•
Valuasi dan Alokasi (valuation and allocation) Aset, liabilitas, dan ekuitas yang dicatat pada laporan keuangan telah dicatat pada angka yang tepat dan seluruh hasil valuasi
Universitas Indonesia Analisis proses ..., Sabrina Tatya Aprisasuri, FEB UI, 2016
17
atau alokasi penyesuaian telah dicatat. c. Asersi untuk Penyajian dan Pengungkapan (presentation and disclosure) •
Keterjadian, Hak, dan Kewajiban (occurance, rights, and obligations) Peristiwa, transaksi, dan hal lain yang berkaitan yang telah diungkapkan memang telah terjadi dan bersangkutan dengan entitas.
•
Kelengkapan (completeness) Seluruh pengungkapan yang seharusnya dimasukkan ke dalam laporan keuangan telah dimasukkan.
•
Klasifikasi
dan
Kepemahaman
(classification
and
understandability) Informasi
keuangan
telah
disajikan,
dijelaskan,
dan
diungkapkan dengan tepat dan jelas. •
Keakuratan dan Valuasi (accuracy and valuation) Informasi keuangan dan lain-lain telah diungkapkan secara wajar dan dalam jumlah yang tepat.
2.3.3
Materialitas Materialitas merupakan dasar penentu untuk penilaian risiko dan penentu
lingkup prosedur audit. ISA 320 alinea 8 menyebutkan bahwa tujuan auditor adalah untuk menerapkan secara tepat konsep materialitas dalam merencanakan dan melaksanakan audit. Jika dalam proses audit ditemukan salah saji yang material, maka auditor harus melakukan proses tindak lanjut atas salah saji agar menjadi perhatian klien sehingga dapat dilakukan penyesuaian atas salah saji yang material tersebut. Jika klien melakukan penolakan, maka auditor harus menerbitkan opini wajar dengan pengecualian atau tidak wajar. Materialitas dapat ditentukan berdasarkan faktor kualitatif dan kuantitatif yang didasarkan pada professional judgment oleh auditor. Faktor kualitatif ditentukan berdasarkan pertimbangan profesional auditor, sedangkan faktor kuantitatif ditentukan atas dasar perhitungan suatu ukuran (benchmark) tertentu,
Universitas Indonesia Analisis proses ..., Sabrina Tatya Aprisasuri, FEB UI, 2016
18
seperti pendapatan, total aset, laba sebelum pajak, dan lainnya. Nilai materialitas dapat berubah seiring berjalannya proses audit apabila terdapat informasi yang mengubah pemahaman baru auditor mengenai klien. Tuannakota (2013) membagi materialitas ke dalam 2 (dua) jenis, yaitu: a. Overall materiality Overall materiality merupakan materialitas untuk laporan keuangan secara keseluruhan. b. Specific materiality Specific materiality merupakan materialitas untuk jenis transaksi, saldo akun, atau pengungkapan tertentu. 2.3.4
Proses Audit Menurut Hayes et al. (2014), sebuah proses audit hampir serupa dengan
siklus ilmiah empiris, yaitu proses sistematis atas penelitian yang diawali dengan sebuah pertanyaan, kemudian perencanaan untuk uji empiris dari pertanyaan tersebut, tes dilakukan, analisis feedback, dan kemudian peneliti membuat suatu penilaian (judgment). Begitupun dengan proses audit yang menggunakan pendeketan proses sistematis, diawali dengan permohonan audit dari klien, yang dilanjutkan dengan perencanaan audit dan pengumpulan serta evaluasi buktibukti, dan melaporkan hasil audit melalui sebuah opini. Terdapat 4 (empat) tahapan audit, yaitu:
Universitas Indonesia Analisis proses ..., Sabrina Tatya Aprisasuri, FEB UI, 2016
19
Gambar 2.1 Tahapan Audit
Sumber : Hayes et al (2014)
I.
Penerimaan Klien Pada proses penerimaan klien, auditor dapat menerima baik itu klien lama ataupun klien baru. Untuk keterikatan audit dengan klien baru, pada umumnya
lebih
banyak
aktivitas
perencanaan
yang
dilakukan
dibandingkan dengan klien lama. Karena ketika auditor melakukan keterikatan audit dengan klien baru, auditor perlu mempelajari bisnis perusahaan, laporan keuangan, serta industri yang dijalankan oleh klien. Sebelum melakukan proses audit, selain harus memahami latar belakang bisnis yang dijalankan oleh klien tersebut, auditor juga harus menyiapkan tim audit, serta menyiapkan kebutuhan yang diperlukan untuk pelaksanaan audit lapangan. II.
Perencanaan Untuk dapat menjalankan proses audit yang efektif dan efisien, maka diperlukan adanya perencanaan guna mengembangkan strategi audit. Sebuah perencanaan audit dikembangkan dari pengumpulan pemahaman mengenai bisnis klien, internal kontrol perusahaan, prosedur kontrol,
Universitas Indonesia Analisis proses ..., Sabrina Tatya Aprisasuri, FEB UI, 2016
20
sistem akuntansi klien, dan prosedur analitikal. Kemudian, auditor juga perlu melakukan penilaian risiko dan penetapan tingkat materialitas. Setelah
itu,
barulah
auditor
dapat
menentukan
strategi
dalam
melaksanakan program audit. III.
Pengujian dan Pengumpulan Bukti Auditor perlu mengumpulkan bukti audit yang mencukupi melalui kinerja kontrol perusahaan dan prosedur substantif untuk dapat menjadi dasar pemberian laporan atas opini audit. Tahap pengujian dan pengumpulan bukti ini harus diawali dengan sebuah test of control, atau pengujian terhadap pengendalian kontrol perusahaan yang dapat diandalkan oleh auditor. Test
of
control
merupakan
tes
yang
dilakukan
untuk
mengumpulkan keyakinan yang memadai bahwa laporan keuangan sudah berdasarkan sistem kontrol yang tepat dan efektif. Hal ini dilakukan untuk mengetahui pada tingkat mana auditor perlu melakukan pengujian mendalam, kapan dapat dilakukan pengujian, serta berapa banyak bukti yang harus dikumpulkan untuk diuji. Setelah melakukan uji keandalan kontrol perusahaan, maka dilakukan pengujian selanjutnya, berupa tes substantif. Tes Substantif dilakukan untuk mengumpulkan bukti keakuratan, kelengkapan, serta kevalidan data dari sistem akuntansi perusahaan. Tes substantif dapat dilakukan dengan prosedur analitis dan test of details (uji terperinci saldo). Prosedur analitis merupakan pengujian dengan melihat pergerakan angka-angka dalam suatu akun, dan menganalisis penyebab pergerakan tersebut. Test of details (uji terperinci saldo) dilakukan dengan mencocokkan angka yang tertera pada neraca saldo dengan daftar yang diberikan oleh klien, serta menguji dokumen pendukung dan perhitungan kembali. IV.
Evaluasi dan Pelaporan Audit Beberapa hal yang perlu menjadi perhatian auditor dalam melakukan
Universitas Indonesia Analisis proses ..., Sabrina Tatya Aprisasuri, FEB UI, 2016
21
evaluasi dimana hal ini akan menjadi dasar dari opini audit yang dikeluarkan, antara lain apakah sebuah laporan keuangan: •
Dibuat dan diterapkan secara konsisten sesuai dengan standar atau prinsip yang berlaku, Patuh terhadap peraturan dan perundang-undangan yang
•
berlaku, Disajikan seluruhnya konsisten sesuai dengan pengetahuan
•
auditor terhadap bisnis perusahaan, Pengungkapan terhadap hal-hal yang material terkait dengan
•
penyajian laporan keuangan. Selain itu, sebelum sebuah laporan audit diterbitkan, auditor perlu melakukan prosedur final seperti pengumpulan surat-surat hukum, identifikasi
peristiwa
setelah
tanggal
neraca,
melakukan
review
keseluruhan, membuat sebuah management representations letter terkait temuan, analisis final, serta mempersiapkan untuk diajukan dan diperiksa oleh partner. Setelah melakukan finalisasi atas audit laporan keuangan, kemudian auditor memberikan opini atas prosedur audit yang telah dilakukan berupa pernyataan tertulis. Opini audit dibagi menjadi empat, yaitu: •
Unqualified Opinion (Wajar Tanpa Pengecualian) Sebuah laporan keuangan dengan opini audit unqualified atau wajar tanpa pengecualian, berarti laporan keuangan telah disajikan bebas dari salah saji material serta telah sesuai dengan peraturan yang beraku, dan informasi yang diberikan telah mencukupi.
•
Qualified Opinion (Wajar dengan Pengecualian) Opini qualified atau wajar dengen pengecualian, artinya laporan keuangan telah disajikan secara wajar dari salah saji yang bersifat material dan telah sesuai dengan peraturan yang berlaku, kecuali untuk dampak hal-hal yang berhubungan
Universitas Indonesia Analisis proses ..., Sabrina Tatya Aprisasuri, FEB UI, 2016
22
dengan yang dikecualikan. •
Adverse Opinion (Tidak Wajar) Menyatakan pendapat bahwa laporan keuangan tidak disajikan secara wajar dengan peraturan yang berlaku.
•
Disclaimer Opinion (Tidak Memberi Opini) Auditor tidak memberikan pendapat, karena informasi yang disediakan oleh manajemen tidak mencukupi untuk dapat mengumpulkan bukti audit.
2.3.5
Bukti Audit Arens et al (2014) mendefinisikan bukti audit sebagai segala informasi
yang digunakan auditor untuk menentukan apakah informasi yang sedang di audit telah dinyatakan sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. Dalam mengumpulkan bukti, terdapat dua determinan yang dipertimbangkan untuk mendapatkan bukti yang andal, yaitu appropriateness dan sufficiency. Appropriateness atau ketepatan bukti adalah pengukuran terhadap kualitas bahan bukti, artinya bukti tersebut harus relevan dan andal dalam memenuhi tujuan audit. Relevansi hanya terkait dengan tujuan audit tertentu, karena bukti audit dapat menjadi relevan untuk satu tujuan audit namun tidak untuk tujuan lainnya. Sedangkan keandalan bukti mengacu pada tingkat suatu bukti dikatakan layak atau dapat dipercaya. Sufficiency berarti kecukupan dari jumlah sampel yang diambil sebagai bukti. Kecukupan bukti umumnya diukur berdasarkan ukuran sampel yang dipilih oleh auditor. Selain ukuran sampel, setiap unsur yang diuji akan memengaruhi kecukupan bukti. Sampel yang berisi unsur-unsur populasi dengan nilai nominal yang tinggi, unsur-unsur yang memiliki kemungkinan salah saji tinggi, dan unsur-unsur yang mewakili populasi biasanya dianggap memadai. Arens et al (2014) menjelaskan bahwa terdapat 8 (delapan) jenis bukti audit, antara lain: 1. Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan fisik dapat berupa pemeriksaan atau perhitungan yang dilakukan auditor atas suatu aset berwujud untuk memverifikasi
Universitas Indonesia Analisis proses ..., Sabrina Tatya Aprisasuri, FEB UI, 2016
23
keberadaan aset tersebut. 2. Konfirmasi Konfirmasi merupakan jawaban baik secara lisan maupun tulisan yang diterima dari pihak ketiga independen untuk memverifikasi keakuratan suatu informasi yang diperoleh dari klien. 3. Dokumentasi Dokumentasi
merupakan
pemeriksaan
auditor
atas
dokumen
pendukung terkait dan catatan klien untuk memperkuat informasi yang tertera dalam laporan keuangan. Terdapat 2 (dua) jenis dokumentasi, yaitu dokumentasi internal dan dokumentasi eksternal. Dokumentasi internal berupa dokumentasi yang disiapkan dan digunakan dalam organisasi
klien,
sedangkan
dokumentasi
eksternal
berupa
dokumentasi yang disediakan atau ditandatangani oleh pihak luar yang bertransaksi dengan pihak klien. 4. Prosedur Analitis Prosedur analitis adalah dengan melakukan perbandingan untuk menilai kewajaran atas saldo-saldo akun dengan perkiraan auditor. 5. Tanya Jawab dengan Klien Tanya jawab dengan klien digunakan adalah berupa bukti yang diperoleh secara langsung dari klien atas pertanyaan yang diajukan oleh auditor. 6. Perhitungan Ulang Perhitungan ulang dilakukan dengan melakukan perhitungan kembali atas perhitungan yang telah dilakukan oleh klien, untuk menguji akurasi secara matematis. 7. Pengerjaan Ulang Pengerjaan ulang merupakan pengujian yang dilakukan terhadap prosedur pembukuan atau pengendalian internal klien. 8. Pengamatan atau Observasi Pengamatan dilakukan dengan menggunakan panca indera untuk menilai aktivitas klien, seperti melakukan kunjungan ke pabrik untuk mengetahui kondisi aset yang dimiliki oleh klien.
Universitas Indonesia Analisis proses ..., Sabrina Tatya Aprisasuri, FEB UI, 2016
2.3.6
24
Kualitas Audit Auditor dievaluasi berdasarkan elemen kualitas teknis dan fungsional,
dimana kualitas teknis audit merupakan derajat atau tingkatan auditor mampu mendeteksi salah saji dan eror atas laporan keuangan yang diaudit sesuai dengan ekspektasi klien. Sedangkan, kualitas fungsional audit didefinisikan sebagai derajat atau tingkatan dimana proses audit dan hasil audit sesuai dengan ekspektasi klien, pada elemen ini, kualitas audit tidak hanya dilihat dari hasilnya, namun juga pada prosesnya. Untuk menjaga kualitas audit yang baik, jangka waktu sebuah audit engagement perlu dibatasi. Umumnya, jangka waktu audit engagement yang ideal adalah 5 – 10 tahun. Lebih dari itu, auditor dapat kehilangan sikap professional skepticism. 2.4
Beberapa
Penelitian
Terkait
Pengungkapan
Aset
Tetap
dan
Perubahan Estimasi Akuntansi Untuk dapat memperkaya analisis, pada laporan magang ini dibahas beberapa penelitian terdahulu mengenai pengungkapan aset tetap dan perubahan estimasi akuntansi. Penelitian mengenai perubahan akuntansi bertujuan agar terdapat gambaran secara empiris dalam melakukan analisis atas pengungkapan perubahan akuntansi terkait adanya perubahan estimasi umur manfaat pada aset tetap yang akan dibahas dalam laporan magang ini. Bauman (2013) menyebutkan bahwa laporan keuangan yang dipublikasi tidak disesuaikan untuk memenuhi kebutuhan informasi pengguna laporan keuangan secara spesifik. Catatan kaki (footnotes) dan pengungkapan lainnya merupakan informasi penting yang dapat membantu proses analisis. Bagi perusahaan-perusahaan padat modal, pengungkapan aset tetap sendiri memiliki kepentingan dalam memahami kinerja perusahaan. Penelitian ini juga membahas mengenai perbedaan persyaratan dalam melakukan pengungkapan aset tetap berdasarkan standar akuntansi yang dianut. Zimmerman dan Christie (1994) melakukan penelitian terkait pemilihan kebijakan akuntansi yang dilakukan oleh manajemen suatu perusahaan apakah dilandasi oleh motif efisien atau adanya oportunistik. Hasil dari penelitian ini
Universitas Indonesia Analisis proses ..., Sabrina Tatya Aprisasuri, FEB UI, 2016
25
adalah meskipun ditemukan adanya oportunisme manajemen dalam melakukan pemilihan kebijakan akuntansi, namun pemilihan masih lebih banyak dilandasi motif efisiensi. Elliot dan Philbrick (1990) menemukan bahwa pengungkapan terkait perubahaan akuntansi suatu perusahaan dilakukan pada perusahaan yang memiliki pengaruh dari perubahan akuntansi paling besar terhadap laba. Tanpa mengetahui semua biaya dan manfaat dari pengungkapan yang lebih lengkap, implikasi kebijakan terkait pengungkapan atas perubahan akuntansi adalah tidak menentu.
Universitas Indonesia Analisis proses ..., Sabrina Tatya Aprisasuri, FEB UI, 2016
BAB 3 PROFIL PERUSAHAAN
3.1 Profil Kantor Akuntan Publik Kantor Akuntan Publik (KAP) ABC merupakan salah satu anggota dari jaringan KAP ABC Internasional yang terdiri dari berbagai perwakilan dari lebih 110 negara. KAP ABC yang telah didirikan sejak tahun 1985 berlokasi di Sudirman, Jakarta Pusat. Didasarkan oleh komitmen dalam menyediakan jasa audit, tax, dan consulting terbaik di beragam area penting untuk pertumbuhan dan kelangsungan suatu organisasi. Memiliki 4 (empat) nilai utama yang dianut dengan istilah STAR (smart, trust, action, and respect) menjadi dasar panduan dalam budaya perusahaan menjadikan KAP ABC memiliki strong local presence di Indonesia, hingga saat ini memiliki dua kantor di Jakarta dan Surabaya. KAP ABC telah berperan baik selama lebih dari 30 tahun dalam pertumbuhan industri dan ekonomi di Indonesia. 3.1.1
Lini Jasa yang Ditawarkan oleh KAP Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa KAP menyediakan
beberapa jasa yang dibagi ke dalam 6 (enam) Line of Business (LOB) sebagai berikut: 3.1.1.1
Audit and Assurance Lini jasa Assurance memberikan jasa audit dalam review informasi
keuangan klien, melakukan audit umum terhadap laporan keuangan dengan menerapkan metodologi audit berbasis risiko, serta mendukung dan membimbing bisnis klien melalui berbagai potensi isu IFRS yang sifatnya sangat kompleks. Jasa audit yang ditawarkan dapat memberikan nilai tambah terhadap bisnis klien, serta memberikan solusi terhadap permasalahan bisnis klien sesuai dengan peraturan yang berlaku. LOB Audit Assurance dibagi menjadi 4 (empat) divisi berdasarkan fokus industri perusahaan yang diaudit, yaitu divisi Blue, Green, Red, dan Tosca.
26
Analisis proses ..., Sabrina Tatya Aprisasuri, FEB UI, 2016
27
• Blue Division: Divisi ini meliputi industri perdagangan, jasa, dan investasi, selain itu juga perusahaan yang tidak bertujuan untuk meraih keuntungan (Not for Profit Organization), yang biasanya terdiri dari Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan Non Government Organization (NGO). • Green Division: Divisi ini meliputi industri manufaktur dan pertambangan. • Red Division: Divisi ini meliputi jasa keuangan dan industri pertanian. • Tosca Division: Divisi ini meliputi industri properti dan real estat, serta industri infrastruktur, utilitas, dan transportasi. 3.1.1.2 Business Services Jasa yang ditawarkan adalah berbagai bantuan untuk kebutuhan bisnis yang terus berkembang, seperti jasa untuk pendirian dan perijinan usaha, keskretariatan perusahaan, serta jasa advisory atau konsultan perusahaan. 3.1.1.3 Corporate Finance Tim corporate finance akan membantu klien dalam berbagai keputusan, termasuk dalam memberi saran terkait pengembangan dan perumusan strategi merger, akuisisi, dan divestasi, serta mengidentifikasi potensial risiko baik dari sisi pembeli ataupun target akuisisi, dan mengembangkan alternatif serta merekomendasikan program dengan tindakan yang tepat. 3.1.1.4 Governance Risk Control Membantu dalam mengembangkan solusi-solusi untuk masalah yang dihadapi oleh sebuah organisasi dan menyediakan bantuan dalam mengelola bisnis, meliputi dalam hal tata kelola, audit internal, sistem informasi, manajemen risiko dan kontrol internal, serta whistleblowing solution.
Universitas Indonesia Analisis proses ..., Sabrina Tatya Aprisasuri, FEB UI, 2016
28
3.1.1.5 Tax Jasa yang ditawarkan berupa perhitungan corporate & monthly taxes, perpajakan internasional, tax litigation & disputes dan transfer pricing. 3.1.1.6 Transaction Support Menawarkan jasa deal structuring, pre-acquisition due dilligince, post merger integration, vendor due dilligence, dan working capital review. 3.2 Profil Perusahaan Klien Perusahaan yang menjadi sumber penulisan laporan magang ini adalah PT X yang merupakan entitas anak dari PT XYZ. Nama dan data-data yang digunakan akan disamarkan untuk menjaga kerahasiaan dan informasi klien. 3.2.1
Gambaran Umum PT X merupakan perusahaan yang bergerak di bidang jasa, khususnya
dalam penjernihan dan pengelolaan air bersih dan limbah, pengadaan dan penyaluran air bersih, serta pendistribusian air bersih. PT X didirikan sejak tahun 2010 dan mulai beroperasi secara komersial pada Bulan Mei 2011. PT X berdomisili di Jakarta, tepatnya di daerah Ancol, Jakarta Utara. PT X adalah salah satu entitas anak dari PT XYZ, sebuah Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) yang bergerak di bidang real estate dan pariwisata. Berikut merupakan bagan struktur kepemilikan PT XYZ Tbk
Universitas Indonesia Analisis proses ..., Sabrina Tatya Aprisasuri, FEB UI, 2016
29
Gambar 3.1 Struktur Kepemilikan PT XYZ Tbk
Sumber : Laporan keuangan PT XYZ (telah diolah kembali)
Seperti yang terlihat pada bagan kepemilikan di atas, PT X merupakan entitas anak yang secara langsung dimiliki oleh PT XYZ dengan persentase kepemilikan sebesar 65% sebagai pemegang saham mayoritas. Seluruh pendapatan yang diperoleh PT X merupakan transaksi pada pihak berelasi, yaitu berupa penjualan air bersih hasil pengelolaan kepada PT W, yang merupakan perusahaan yang pemegang utamanya sama dengan PT X. 3.2.2
Dasar Penyusunan Laporan Keuangan Berdasarkan laporan keuangan PT X periode 31 Desember 2015 yang
telah diaudit disebutkan bahwa dasar pengukuran dalam penyusunan laporan keuangan PT X adalah konsep biaya perolehan (historical cost), kecuali untuk beberapa akun tertentu disusun berdasarkan pengukuran lain sebagaimana diuraikan dalam kebijakan akuntansi tiap-tiap akun tersebut. Laporan keuangan disusun dengan menggunakan metode akrual kecuali untuk laporan arus kas. Laporan arus kas disusun dengan menggunakan metode langsung (direct method) dengan mengelompokkan arus kas ke dalam aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan. Mata uang pelaporan yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan PT X adalah Rupiah.
Universitas Indonesia Analisis proses ..., Sabrina Tatya Aprisasuri, FEB UI, 2016
30
3.2.3 Daftar Aset Tetap PT X Aset tetap yang dimiliki oleh PT X dan diakui pada tahun 2015 dibagi ke dalam beberapa kelompok sebagai berikut: - Bangunan : terdiri dari bangunan, instalasi bangunan, dan renovasi bangunan - Sarana dan Prasarana : berupa sarana dan prasarana seperti jalan, taman, saluran air, lampu jalan, dan renovasi terkait - Mesin dan Perlengkapan : terdiri dari mesin, pompa, AC, kipas angin, komputer, printer, amplifier, UPS, CCTV, dan lain lain - Peralatan : terdiri dari peralatan kantor, seperti meja, kursi, lemari, lemari arsip, rak, dan lain lain - Akumulasi penyusutan bangunan - Akumulasi penyusutan sarana dan prasarana - Akumulasi penyusutan mesin dan perlengkapan - Akumulasi penyusutan peralatan Berikut adalah jenis pengelompokan aset tetap beserta estimasi umur manfaatnya: Bangunan
: 20 tahun
Sarana dan Prasarana
: 4 – 8 tahun
Mesin dan Perlengkapan
: 4 – 20 tahun
Peralatan
: 8 tahun
Universitas Indonesia Analisis proses ..., Sabrina Tatya Aprisasuri, FEB UI, 2016
BAB 4 PEMBAHASAN
4.1 Kebijakan Akuntansi Aset Tetap PT X 4.1.1 Pengakuan Aset Tetap PT X Seperti yang telah dijelaskan sekilas pada Bab III mengenai daftar aset tetap PT X, pada bab ini akan dijelaskan lebih terperinci mengenai aset tetap yang dimiliki oleh PT X dan diakui pada tahun 2015 yang dibagi ke dalam beberapa kelompok sebagai berikut : - Bangunan : terdiri dari bangunan, instalasi bangunan, dan renovasi bangunan - Sarana dan Prasarana : berupa sarana dan prasarana seperti jalan, taman, saluran air, lampu jalan, dan renovasi terkait - Mesin dan Perlengkapan : terdiri dari mesin, pompa, AC, kipas angin, komputer, printer, amplifier, UPS, CCTV, dan lain lain - Peralatan : terdiri dari peralatan kantor, seperti meja, kursi, lemari, lemari arsip, rak, dan lain lain - Akumulasi penyusutan bangunan - Akumulasi penyusutan sarana dan prasarana - Akumulasi penyusutan mesin dan perlengkapan - Akumulasi penyusutan peralatan Dalam pencatatan pada buku besar, aset tetap yang dimiliki PT X dikelompokkan sebagai berikut : Tabel 4.1 Aset Tetap PT X
31
Analisis proses ..., Sabrina Tatya Aprisasuri, FEB UI, 2016
32
Sumber : Data internal PT X (telah diolah kembali)
Seluruh aset tetap yang dimiliki oleh PT X merupakan aset yang memiliki kepemilikan langsung. 4.1.2 Pengukuran Aset Tetap PT X Pengukuran aset tetap PT X menggunakan model biaya (historis) dan dicatat berdasarkan biaya perolehan dikurangi akumulasi penyusutan selama periode berjalan dan estimasi kerugian penurunan nilai. Pada setiap akhir tahun buku, nilai residu, masa manfaat, dan metode penyusutan aset tetap ditelaah, dan jika sesuai dengan keadaan akan disesuaikan dengan metode prospektif. 4.1.3 Beban Penyusutan Aset Tetap PT X Penghitungan beban penyusutan terhadap aset tetap dimulai sejak saat aset tetap telah siap digunakan atau pada saat aset tersebut telah berada di lokasi dan dalam kondisi yang telah sesuai dengan intensi manajemen. Kebijakan PT X dalam menentukan beban penyusutan yang terjadi setiap periode adalah dengan menggunakan metode garis lurus (straight line method) untuk semua aset tetap yang dimilikinya. Berikut ini merupakan pengelompokan aset tetap PT X berdasarkan umur manfaat :
Universitas Indonesia Analisis proses ..., Sabrina Tatya Aprisasuri, FEB UI, 2016
33
Tabel 4.2 Umur Manfaat Aset Tetap PT X Jenis Aset Tetap
Umur Manfaat
Bangunan
20 tahun
Sarana dan Prasarana
4 – 8 tahun
Mesin dan Perlengkapan
4 – 20 tahun
Peralatan
8 tahun Sumber : Data internal PT X (telah diolah kembali)
Pencatatan beban penyusutan aset tetap PT X adalah sebagai berikut :
Dr. Beban penyusutan – Bangunan
xxx
Cr. Akumulasi penyusutan – Bangunan xxx
4.1.4 Pelepasan Aset Tetap PT X Pelepasan aset terjadi ketika aset tersebut telah habis umur manfaatnya atau sudah usang. Jika terdapat pelepasan aset tetap, maka aset beserta akumulasi penyusutannya dikeluarkan dari kelompok aset tetap. Keuntungan atau kerugian akibat pelepasan aset tetap tersebut dibukukan dalam laporan laba rugi komprehensif pada tahun bersangkutan. Pada tahun buku 2015, PT X tidak melakukan pelepasan atas aset tetap yang dimiliki, sehingga tidak terdapat keuntungan atau kerugian atas pelepasan baik yang dibuang atau yang dijual kembali ke pihak ketiga.
Universitas Indonesia Analisis proses ..., Sabrina Tatya Aprisasuri, FEB UI, 2016
34
4.1.5 Pengungkapan Aset Tetap PT X Dalam mengungkapkan aset tetap yang dimiliki oleh PT X dalam laporan keuangannya, PT X telah mencantumkan hal-hal terkait aset tetap, antara lain masa manfaat aset tetap, nilai penambahan, penyusutan, dan pelepasan aset, metode penyusutan, dan residu yang tidak memiliki perubahan metode dan asumsi, pernyataan manajemen atas pemberian asuransi pada aset tetap, dan kebijakan lain terkait pencatatan aset tetap. Berikut adalah pengungkapan aset tetap pada laporan keuangan PT X.
Gambar 4.1 Pengungkapan Aset Tetap PT X tahun 2015
Sumber : Laporan Keuangan PT X 31 Desember 2015
4.2 Proses Audit atas Aset Tetap PT X Dalam melakukan proses audit atas aset tetap PT X, penulis tidak terlibat ke dalam seluruh rangkaian proses, mengingat kebijakan KAP ABC untuk kapasitas peserta magang memang tidak dilibatkan dalam proses penyelesaian dan pelaporan audit. Penulis dilibatkan pada tahap pra-perencanaan, perencanaan, dan pada pengujian terinci atas saldo. Untuk tahap penyelesaian dan pelaporan aset tetap PT X dilakukan oleh Senior yang juga bertugas melakukan supervisi pada
Universitas Indonesia Analisis proses ..., Sabrina Tatya Aprisasuri, FEB UI, 2016
35
penulis. Oleh sebab itu, dengan tujuan agar tidak melampaui batas kemampuan serta keterlibatan penulis dalam proses audit aset tetap PT X, maka penulis akan membahas tahap-tahap yang terdapat keterlibatan penulis di dalamnya. 4.2.1 Tahap Pra-Perencanaan Pada tahap pra-perencanaan audit, auditor melakukan penilaian risiko dengan menggali pemahaman mengenai industri dan lingkungan bisnis PT X. PT X merupakan salah satu entitas anak dari PT XYZ Tbk yang bergerak di bidang pengolahan dan distribusi air bersih. Konsumen utama PT X adalah PT W yang juga merupakan entitas anak dari PT XYZ. Walaupun PT X bukan merupakan perusahaan yang memperdagangkan sahamnya di bursa, PT X dituntut oleh Perusahaan Induk, yaitu PT XYZ Tbk untuk membuat laporan keuangan yang harus diaudit karena informasi dari laporan keuangan PT X akan masuk ke dalam laporan keuangan konsolidasian PT XYZ Tbk. Penilaian risiko PT X dilakukan berdasarkan judgment auditor dengan mempertimbangkan ukuran dan pendapatan perusahaan. Basis pertama yang digunakan sebagai judgment adalah berdasarkan fakta bahwa PT X bukan merupakan perusahaan yang terdaftar di bursa. Selain itu, PT X merupakan salah satu anak perusahaan PT XYZ Tbk yang memiliki kontribusi pendapatan cukup kecil dan tidak material dalam laporan konsolidasian PT XYZ Tbk. Dengan demikian, berdasarkan judgment auditor, maka PT X dikategorikan sebagai perusahaan low risk. Setelah memiliki pemahaman yang cukup mengenai lingkungan bisnis klien, sesuai dengan ISA 315 alinea 12, auditor perlu memiliki pemahaman mengenai pengendalian internal klien. Dalam melakukan pemahaman terhadap pengendalian internal, auditor perlu memahami lingkungan pengendalian dengan mengevaluasi nilai-nilai etika dan penerapan tata kelola perusahaan, selain itu juga perlu adanya penilaian risiko terkait pengendalian internal, pemahaman mengenai sistem informasi dan peran komunikasi, serta pengawasan terhadap aktivitas pengendalian klien. Pengendalian internal PT X masih dilakukan secara manual dan rentan terhadap kesalahan, oleh sebab itu auditor memutuskan untuk tidak bergantung pada pengendalian internal PT X.
Universitas Indonesia Analisis proses ..., Sabrina Tatya Aprisasuri, FEB UI, 2016
36
Auditor juga mengumpulkan pemahaman mengenai pemilihan kebijakan akuntansi yang diterapkan oleh perusahaan, serta mengevaluasi apakah kebijakan tersebut telah diterapkan secara sesuai dan konsisten dengan kerangka laporan keuangan dan dapat diterapkan terhadap industri yang relevan. Selanjutnya, auditor melakukan prosedur analitis atau analytical review terhadap pergerakan angka-angka akun aset tetap yang terjadi dari tahun sebelumnya. Hal ini dilakukan untuk mengetahui berapa besar kenaikan atau penurunan saldo akun aset tetap dan dengan menanyakan kepada manajemen PT X terkait kenaikan atau penurunan tersebut. Tabel 4.3 Analytical Review akun aset tetap PT X Unaudited December 31, 2015 17,057,416,700 2,558,103,000 29,161,964,305 112,360,000
Akun Bangunan Sarana Dan Prasarana Mesin & Perlengkapan Peralatan
Audited
Kenaikan
December 31, 2014
(Penurunan)
17,057,416,700 2,558,103,000 29,161,964,305 112,360,000
% -
Explanation
0% 0% 0% 0%
Akml. Peny. Bangunan
(3,761,848,202)
(2,908,977,362)
(852,870,840)
29%
Terdapat penyusutan tahun berjalan
Akml. Peny. Sarana Dan Prasarana
(1,352,657,957)
(1,032,295,708)
(320,362,249)
31%
Terdapat penyusutan tahun berjalan
Akml. Peny. Mesin & Perlengkapan
(10,073,007,562)
(7,848,149,649)
(2,224,857,913)
28%
Terdapat penyusutan tahun berjalan
(36,959,690)
(22,914,687)
(14,045,003)
61%
Terdapat penyusutan tahun berjalan
Akml. Peny. Peralatan
Sumber : Kertas kerja audit PT X (telah diolah kembali)
Selama tahun 2015 tidak terdapat penambahan atau pengurangan aset tetap PT X, sehingga kenaikan atau penurunan yang terjadi hanyalah berupa adanya beban penyusutan tahun berjalan atas aset tetap yang dimiliki. 4.2.2 Tahap Perencanaan Pada tahap perencanaan audit, auditor melakukan perencanaan serta menentukan strategi untuk pelaksanaan audit. Karena PT X merupakan perusahaan dengan risiko yang rendah (low risk), dan proses pengendalian internal PT X masih dilakukan secara manual, serta guna efisiensi waktu dalam proses audit, KAP ABC memutuskan untuk tidak bergantung pada pengendalian internal atas aset tetap PT X. Pelaksanaan audit untuk PT X lebih ditekankan pada uji substantif (substantive testing) dengan melakukan pengujian terperinci saldo atau Test of Details (TOD) untuk mendapatkan bukti audit yang akan mendukung opini yang akan dikeluarkan oleh auditor.
Universitas Indonesia Analisis proses ..., Sabrina Tatya Aprisasuri, FEB UI, 2016
37
Sebelum mengunjungi lokasi PT X, KAP ABC terlebih dahulu membuat data request yang berisi daftar dokumen-dokumen pendukung yang diperlukan dalam pelaksanaan proses audit keseluruhan akun PT X untuk selanjutnya data request tersebut dikirimkan melalui e-mail kepada Divisi Akunting PT X agar dapat segera disiapkan sebelum kedatangan KAP ABC. Tampilan data request PT X untuk audit umum periode 31 Desember 2015 dapat dilihat pada Lampiran 1. Untuk efisiensi waktu dalam pelaksanaan audit lapangan PT X, KAP ABC menetapkan jadwal pelaksanaan audit untuk kemudian dikomunikasikan dengan PT X dengan harapan PT X dapat mengikuti dengan mempersiapkan dokumen pendukung tepat waktu, serta untuk menghindari kemunduran atau keterlambatan jadwal pelaksanaan audit. Pelaksanaan audit umum PT X untuk periode 31 Desember 2015 pada awalnya dijadwalkan selama 3 (tiga) bulan, dimulai dari Oktober 2015 sampai dengan akhir Januari 2016, namun mengalami sedikit kemunduran dari jadwal yang ditetapkan, dan baru difinalisasi di pertengahan Bulan Februari 2016. Selain itu, untuk dapat mengetahui batas material salah saji yang untuk setiap akun, KAP ABC melakukan penentuan batas materialitas untuk PT X. 4.2.2.1 Penentuan Batas Materialitas Penentuan materialitas PT X dilakukan berdasarkan metodologi audit yang dimiliki oleh KAP ABC, yaitu dengan membagi 3 (tiga) tingkatan materialitas, sebagai berikut : 1. Overall Materiality (OM)
Penentuan Overall Materiality (OM) dilakukan untuk mengetahui batas materialitas atas sebuah laporan keuangan secara keseluruhan, yang akan berguna bagi para pengguna laporan keuangan dalam menentukan keputusan-keputusan ekonomi suatu perusahaan. Sebelum menentukan tingkat OM, auditor perlu terlebih dahulu mengidentifikasi pengguna utama dari laporan keuangan, selain itu juga auditor perlu menentukan benchmark yang dapat berupa elemen laporan keuangan atau perhitungan yang diturunkan dari elemen laporan keuangan yang memiliki pengaruh yang sangat penting bagi pengguna laporan keuangan tersebut. Setelah
Universitas Indonesia Analisis proses ..., Sabrina Tatya Aprisasuri, FEB UI, 2016
38
penentuannya, nilai OM kemudian akan dijadikan acuan dalam perhitungan nilai Performance Materiality (PM) dan Summary of Unadjusted Difference (SUD). Penentuan nilai OM dilakukan berdasarkan beberapa benchmark, antara lain Total Aset atau Pendapatan, Net Aset, serta Earning Before Income Taxes (EBIT), seperti pada tabel berikut: Tabel 4.4 Penentuan level OM berdasarkan benchmark
Sumber : Metodologi audit KAP ABC
Dalam menentukan OM PT X, benchmark yang digunakan adalah Total Aset yang berada pada Level I dengan persentase 2%. Penentuan level ini didasarkan pada perhitungan Total Aset PT X yang disetarakan dengan Dolar US menggunakan kurs tengah Bank Indonesia 31 Desember 2015, yaitu sebesar Rp13.795. Maka perhitungan OM PT X adalah: Tabel 4.5 Perhitungan overall materiality PT X Level Total Aset % Overall Materiality I 42,445,913,027 2.00% 848,918,261 II 1.50% III 1.00% IV 0.75% Balance 0.50% Overall Materiality 848,918,261 Sumber : Data internal PT X (telah diolah kembali)
2. Performance Materiality (PM) Berdasarkan ISA 320 alinea 11, auditor perlu menentukan Performance Materiality (PM) dengan tujuan untuk menilai risiko atas salah saji material serta untuk menentukan sifat, waktu, dan tingkat seberapa jauh prosedur audit perlu dilakukan. PM bukanlah sebagai penentu apakah suatu salah saji yang material perlu adanya penyesuaian. Namun demikian, penentuan PM merupakan hal yang penting dalam tahap
Universitas Indonesia Analisis proses ..., Sabrina Tatya Aprisasuri, FEB UI, 2016
39
perencanaan serta audit lapangan atas setiap saldo akun, transaksi, serta pengungkapan laporan keuangan, sebagai acuan dalam pengambilan jumlah sampel. Untuk penentuan PM suatu perusahaan, KAP ABC membagi tingkat risiko material audit keseluruhan ke dalam 2 (dua) jenis perusahaan, yaitu: •
Low overall audit risk : 80%
•
High overall audit risk : 70%
Perhitungan PM sendiri adalah dengan mengalikan OM dengan persentase overall audit risk. PT X dikategorikan sebagai perusahaan low risk yang memiliki overall audit risk sebesar 80%, sehingga perhitungan PM PT X adalah sebagai berikut : Tabel 4.6 : Perhitungan performance materiality PT X Overall Materiality 848,918,261
Overall Audit Percentage Performance Materiality 80% 679,134,608.80
Sumber : Data internal PT X (telah diolah kembali)
3. Summary of Unadjusted Difference (SUD) Materialitas ini memiliki nilai terendah dibandingkan dengan 2 materialitas lainnya, hal ini juga menyebabkan summary of unadjusted difference (SUD) menjadi dasar penentuan atas salah saji suatu akun dapat dianggap material atau tidak material untuk dilakukan penyesuaian. SUD dapat berpengaruh kepada keputusan pengguna laporan keuangan. Semakin kecil nilai SUD menandakan semakin tinggi risiko atas salah saji suatu perusahaan. Penentuan bahwa suatu salah saji bersifat material atau tidak ditentukan dengan melihat besar salah saji tersebut. Jika suatu salah saji dinilai lebih kecil daripada SUD, maka angka tersebut tidak material dan tidak diperlukan adanya penyesuaian, sedangkan jika suatu salah saji dinilai sama dengan atau lebih besar daripada SUD, maka angka tersebut merupakan salah saji material dan diperlukan adanya penyesuaian atas akun tersebut. Dalam menentukan SUD, KAP ABC menetapkan sebesar 3% dari OM sebagai batas materialitas atas salah saji. Perhitungan untuk SUD PT X adalah sebagai berikut:
Universitas Indonesia Analisis proses ..., Sabrina Tatya Aprisasuri, FEB UI, 2016
40
Tabel 4.7 Perhitungan summary of unadjusted difference PT X Overall Materiality 848,918,261
3%
SUD 25,467,547.83
Sumber : Data internal PT X (telah diolah kembali)
4.2.3 Audit Lapangan Audit lapangan bertujuan untuk mengumpulkan bukti-bukti audit yang akan mendukung opini auditor terhadap laporan keuangan klien, tahap ini dilakukan dengan mengunjungi lokasi kantor perusahaan klien. Dalam melaksanakan audit lapangan PT X, auditor berfokus pada uji substantif dengan pengujian terperinci saldo (test of details). 4.2.3.1 Pengujian Pengendalian Internal (Test of Control) ISA 330 alinea 8 menyebutkan bahwa pengujian pengendalian internal dilakukan apabila terdapat ekspektasi bahwa kontrol telah dijalankan secara efektif dalam penilaian auditor terhadap risiko salah saji material pada level asersi, artinya efektivitas operasi perusahaan dapat diandalkan; atau ketika auditor tidak bisa hanya melakukan pengujian substantif dalam mengumpulkan buktibukti yang cukup pada level asersi. Pada proses audit aset tetap PT X, KAP ABC tidak bergantung pada pengendalian internal PT X, dikarenakan kontrol terhadap pengendalian manajemen masih dilakukan secara manual, dan belum dilakukan secara menyeluruh, serta dalam upaya efisiensi waktu. Oleh sebab itu, KAP ABC tidak melakukan tahap pengujian pengendalian internal, dan langsung melakukan pengujian substantif untuk proses audit PT X. 4.2.3.2 Pengujian Substantif (Substantive Testing) Pengujian substantif terdiri dari 2 (dua) pengujian, yaitu pengujian terperinci saldo (test of details) dan pengujian analitis (substantive analytical procedures). Pada dasarnya, dalam proses audit lapangan atas aset tetap PT X, KAP ABC lebih menekankan pada pengujian terperinci saldo, sedangkan untuk pengujian analitis lebih ditekankan pada proses pra-perencanaan audit, untuk melihat fluktuasi kenaikan atau penurunan suatu akun.
Universitas Indonesia Analisis proses ..., Sabrina Tatya Aprisasuri, FEB UI, 2016
41
4.2.3.2.1 Pengujian Terperinci Saldo (Test of Details) Dalam melakukan audit atas aset tetap, KAP ABC mengacu kepada standar berlaku di Indonesia yang relevan dengan akun aset tetap, yaitu PSAK 16. KAP ABC membagi asersi manajemen ke dalam 4 (empat) kategori sendiri berdasarkan metodologi audit yang dimiliki, yaitu completeness, accuracy, existence, dan valuation. Walaupun hanya dibagi ke dalam 4 (empat) kategori, beberapa asersi dapat mencakup ke dalam asersi lainnya, sebagai contoh pada asersi accuracy, juga mencakup asersi right and obligation dan presentation and disclosure di dalamnya. Asersi tersebut juga telah mencakup ketiga tujuan audit yang telah dijelaskan oleh Hayes et al (2014). Auditor KAP ABC menjalankan prosedur audit yang masing-masing berdasarkan asersinya. Tabel 4.8 berikut merupakan daftar prosedur audit berdasarkan asersi sesuai dengan metodologi audit KAP ABC, serta keterangan mengenai pelaksanaan prosedur audit tersebut dalam pengujian terperinci saldo aset tetap PT X. Dalam satu prosedur audit dapat memungkinkan adanya 2 (dua) asersi sekaligus. Tabel 4.8 Prosedur Pengujian Terperinci Saldo Aset Tetap PT X No 1 2 3
Prosedur Audit Menyiapkan Lead Schedule Melakukan pengujian terhadap pergerakan aset tetap Melakukan pengujian kewajaran beban penyusutan
Asersi
Keterangan
A
DONE
EA
DONE
A
DONE
Sumber : Kertas kerja audit aset tetap PT X (telah diolah kembali)
Keterangan A : Accuracy E : Existence Secara umum, proses pengujian terperinci saldo atas akun aset tetap berdasarkan prosedur KAP ABC adalah sebagai berikut:
Universitas Indonesia Analisis proses ..., Sabrina Tatya Aprisasuri, FEB UI, 2016
42
Gambar 4.2 Prosedur Audit Aset Tetap KAP ABC
Sumber : Metodologi audit KAP ABC
Gambar di atas menunjukkan prosedur yang diterapkan oleh auditor dalam menjalankan proses audit atas aset tetap. Namun, pada pelaksanaannya, tidak semua prosedur applicable untuk dilakukan, auditor juga harus menyesuaikan dengan kondisi aset tetap di lapangan. Oleh sebab itu, KAP ABC hanya melakukan prosedur audit yang relevan dengan kondisi aset tetap PT X. Sebelum melengkapi kertas kerja sesuai dengan prosedur audit terkait, auditor harus dibiasakan terlebih dahulu mengisi keterangan mengenai kertas kerja tersebut yang biasanya berada pada bagian atas sebuah kertas kerja, sesuai dengan template yang telah disediakan. Keterangan yang harus diisi oleh auditor adalah nama klien atau perusahaan yang sedang diaudit, nama akun yang diaudit, periode audit yang dilakukan, indeks untuk akun tersebut (setiap akun memiliki indeks yang berbeda), inisial nama auditor yang membuat atau menyiapkan kertas kerja, tanggal kertas kerja dibuat, inisial nama auditor yang memeriksa (reviewer) kertas kerja, serta tanggal kertas kerja diperiksa atau di-review. Berikut ini merupakan prosedur terkait yang dijalankan oleh KAP ABC: 1.
Menyiapkan Lead Schedule Lead schedule merupakan bagian yang memiliki peran cukup
penting dan merupakan bagian paling utama dalam menyusun sebuah kertas kerja audit untuk memenuhi asersi Accuracy dalam proses audit
Universitas Indonesia Analisis proses ..., Sabrina Tatya Aprisasuri, FEB UI, 2016
43
umum perusahaan. Lead schedule menampilkan seluruh daftar aset tetap perusahaan beserta angka saldo pada tahun berjalan dan tahun sebelumnya, untuk audit umum PT X maka auditor mengisi angka saldo aset tetap pada tahun 2015 dan 2014 yang berasal dari neraca saldo perusahaan, atau yang biasa disebut dengan istilah longform di PT X. Auditor akan melakukan komparasi atas kenaikan atau penurunan saldo atas saldo yang telah diaudit pada tahun 2015 dan 2014 untuk melihat fluktuasi dari setiap akun aset tetap selama dua tahun terakhir. Sebuah lead schedule terdiri dari beberapa kolom yang berisi komponen-komponen yang harus dilengkapi oleh auditor. Selain mengisi angka-angka saldo pada tahun berjalan dan tahun sebelumnya, auditor juga harus melengkapi komponen-komponen yang terdiri dari account number, account name, WP Reff, unaudited current year balance (2015), AJE/RJE/CAJE, audited current year balance (2015), audited prior year balance (2014), serta increase/decrease amount and percentage. Neraca saldo perusahaan memiliki kemungkinan untuk berubah, sehingga manajemen PT X dapat melakukan beberapa penyesuaian atau reklasifikasi akun yang angkanya akan masuk ke dalam Client Adjudtment (CAJE). Karena angka pada lead schedule merupakan representasi dari neraca saldo perusahaan, maka seluruh angka unaudited balance tersebut akan menjadi acuan untuk disamakan dengan saldo pada listing aset tetap PT X. Hal ini dilakukan untuk menguji akurasi dari setiap saldo yang disajikan oleh klien. Kemudian apabila pada proses audit atas aset tetap terdapat temuan yang signifikan baik itu berupa perbedaan jumlah saldo pada neraca saldo dengan listing klien atau temuan lain terkait akun aset tetap, auditor akan mengajukan management letter dan mengusulkan adanya penyesuaian atau reklasifikasi akun yang terkait untuk dimasukkan ke dalam AJE/RJE. Penyesuaian-penyesuaian yang dimasukkan ke dalam kolom AJE/RJE/CAJE pada lead schedule tersebut akan mempengaruhi angka unaudited current year balance dan akan menjadi angka audited current year balance.
Universitas Indonesia Analisis proses ..., Sabrina Tatya Aprisasuri, FEB UI, 2016
44
Lead schedule aset tetap PT X terdiri dari 2 (dua) bagian, yaitu harga perolehan aset tetap dan akumulasi penyusutan aset tetap. Berikut ini merupakan total saldo yang tertera pada lead schedule aset tetap periode 31 Desember 2015: Total Unaudited Balance 31 Dec 2015 Total Adjustment Total Audited Balance 31 Dec 2015 Total Audited Balance 31 Dec 2014 Total Increase (Decrease) Total % Increase (Decrease)
Rp Rp Rp Rp Rp
33,665,370,594 25,522,729 33,690,893,323 37,077,506,599 (3,386,613,276) -9%
Sumber : Kertas kerja audit PT X (telah diolah kembali)
Lead schedule aset tetap PT X menunjukkan adanya adjustment sebesar Rp25,522,729 yang merupakan total penyesuaian atas aset tetap. Penyesuaian akan dijelaskan pada prosedur pengujian beban penyusutan aset tetap secara lebih terperinci. Terjadinya penurunan aset tetap sebesar 9% disebabkan oleh adanya beban penyusutan pada tahun berjalan. 2.
Melakukan Pengujian Terhadap Pergerakan Aset Tetap Pada tahap ini, auditor membuat tabel yang berisi pergerakan atau
mutasi saldo aset tetap PT X yang terjadi akibat penambahan ataupun penghapusan aset dari awal tahun 2015 hingga akhir tahun 2015 berdasarkan informasi yang diperoleh dari listing aset tetap klien. Di bawah ini merupakan tabel yang merangkum mutasi aset tetap PT X selama tahun 2015:
Universitas Indonesia Analisis proses ..., Sabrina Tatya Aprisasuri, FEB UI, 2016
45
Tabel 4.9 Pergerakan aset tetap PT X selama tahun 2015 Account Number
Description
Beginning Balance 2015 PY
As of Des 31, 2015 Add Deduct/Disposal GL
Ending Balance 2015
GL
GL
Consist of: AT COST 1600-05 1600-10 1600-15 1600-20
Bangunan Sarana dan Prasarana Mesin & Perlengkapan Peralatan
17,057,416,700 2,558,103,000 29,161,964,305 112,360,000
17,057,416,700 2,558,103,000 29,161,964,305 112,360,000
48,889,844,005
TOTAL AT COST
-
-
48,889,844,005
ACCUMULATED DEPRECIATION 1750-05 1750-10 1750-15 1750-20
Akm. Penyusutan Bangunan Akm. Penyusutan Sarana dan Prasarana Akm. Penyusutan Mesin dan Perlengkapan Akm. Penyusutan Peralatan
TOTAL ACCUMULATED DEPRECIATION TOTAL FIXED ASSET - NET
2,908,977,362 1,032,295,708 7,848,149,649 22,914,687
852,870,840 320,362,249 2,224,857,913 14,045,003
11,812,337,406
3,412,136,005
3,761,848,202 1,352,657,957 10,073,007,562 36,959,690
-
37,077,506,599
15,224,473,410 33,665,370,595
Sumber : Kertas kerja audit PT X (telah diolah kembali)
Selama tahun 2015, PT X tidak melakukan penambahan ataupun penghapusan aset tetap yang dimiliki. Mutasi aset tetap PT X selama tahun 2015 hanya berasal dari akumulasi dari beban penyusutan tahun berjalan, yang totalnya adalah sebesar Rp3,412,136,005 terdiri dari akumulasi penyusutan bangunan, sarana dan prasarana, mesin dan perlengkapan, serta peralatan. Setelah menyusun tabel mutasi aset tetap PT X dan mendapat pemahaman atas pergerakan tersebut, auditor kemudian melakukan pencocokkan kembali atas nilai akhir (ending balance) atas total nilai buku aset tetap yang berasal dari listing klien dengan nilai yang tertera pada neraca saldo. Pencocokkan tersebut bertujuan untuk memastikan akurasi dari seluruh saldo aset tetap yang telah dicatat pada pembukuan PT X. Auditor juga memastikan bahwa seluruh aset tetap adalah benar-benar dimiliki oleh PT X. Total Net Book Value per Listing Total Net Book Value per Trial Balance Difference
Rp Rp Rp
33,665,370,595 33,665,370,594 1 immaterial passed
Universitas Indonesia Analisis proses ..., Sabrina Tatya Aprisasuri, FEB UI, 2016
46
Dari hasil pencocokkan antara saldo listing dengan saldo neraca PT X, terdapat perbedaan sebesar Rp1. Perbedaan tersebut tidak material, sehingga tidak diperlukan adanya penyesuaian atas perbedaan tersebut. Untuk memastikan akurasi dari rincian masing-masing akun aset tetap, akan dibahas lebih lanjut dalam pengujian terperinci saldo. 3.
Melakukan Pengujian Beban Penyusutan Aset Tetap Dikarenakan tidak adanya penambahan ataupun penghapusan aset
tetap PT X, maka prosedur yang harus dilakukan selanjutnya adalah menguji kewajaran atas perhitungan beban penyusutan dan saldo akumulasi penyusutan aset tetap PT X. Pengujian tersebut dilakukan dengan perhitungan kembali atau rekalkulasi atas beban penyusutan PT X. Dalam melakukan rekalkulasi beban penyusutan aset tetap PT X, selain listing aset tetap, auditor memerlukan informasi lain yang terkait beban penyusutan, yaitu tanggal akuisisi, nilai residu aset tetap, estimasi umur manfaat, serta metode penyusutan yang digunakan. Sebelum
melakukan
rekalkulasi,
auditor
terlebih
dahulu
mencocokkan atas saldo akumulasi penyusutan yang berasal dari perhitungan PT X (listing) dengan saldo akhir akumulasi penyusutan yang berada pada neraca saldo, untuk memastikan bahwa angka yang tertera pada listing telah secara akurat dicatat dalam pembukuan PT X. Akumulasi Penyusutan 31 Desember 2015 : Akumulasi Penyusutan per Listing
Rp
15,224,473,411
Akumulasi Penyusutan per Trial Balance
Rp
15,224,473,411
Difference
Rp
(1) immaterial passed
Dari hasil pencocokkan atas saldo listing dengan neraca saldo diketahui bahwa hanya terdapat perbedaan sebesar Rp1 yang berada di bawah SUD PT X sehingga tidak bersifat material dan tidak diperlukan adanya penyesuaian. Proses rekalkulasi beban penyusutan yang dilakukan oleh KAP ABC adalah dengan menghitung kembali estimasi umur manfaat dalam bulan, kemudian menghitung berapa bulan umur manfaat yang telah digunakan hingga 31 Desember 2015, agar dapat dihitung akumulasi
Universitas Indonesia Analisis proses ..., Sabrina Tatya Aprisasuri, FEB UI, 2016
47
penyusutan dan nilai buku aset tetap per 31 Desember 2015. Rekalkuasi beban penyusutan dilakukan secara terperinci berdasarkan jenis aset tetap dan dilakukan sebanyak dua kali. Di bawah ini merupakan tabel rekalkulasi awal auditor atas penyusutan aset tetap PT X: Tabel 4.10 Rekalkulasi awal aset tetap PT X Fixed Assets Bangunan Sarana dan Prasarana Mesin dan Perlengkapan Peralatan
Perhitungan PT X Akumulasi Nilai Buku Penyusutan 3,761,848,200 13,295,568,500
Auditor's Recalculation Difference Akumulasi Akumulasi Nilai Buku Nilai Buku Penyusutan Penyusutan 3,761,848,200 13,295,568,500 (0) 0
1,352,657,958
1,205,445,042
1,375,470,958
1,182,632,042
(22,813,000)
22,813,000
10,073,007,565
19,088,956,740
11,053,863,565
18,108,100,740
(980,856,000)
980,856,000
36,959,687
75,400,313
38,427,188
73,932,813
(1,467,500)
1,467,500
Sumber : Kertas kerja audit PT X (telah diolah kembali)
Tabel 4.10 di atas menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan pada akun aset tetap sarana dan prasarana, mesin dan perlengkapan, serta peralatan sebesar Rp1,005,136,501. Angka tesebut merupakan jumlah yang sangat signifikan dan material melebihi SUD PT X. Auditor kemudian mengkomunikasikan hasil temuan atas perbedaan yang signifikan ini kepada manajemen PT X untuk diberikan penjelasan atas perbedaan tersebut. a.
Bangunan Jenis aset tetap bangunan ini terdapat 3 (tiga) jenis yang
diakuisi pada tahun 2011 dan 2012. Ketiga jenis bangunan ini memiliki estimasi umur manfaat selama 20 tahun. Hasil perhitungan aset tetap bangunan yang dilakukan oleh PT X dengan rekalkulasi yang dilakukan oleh auditor tidak menunjukkan perbedaan, sehingga dapat disimpulkan bahwa perhitungan aset bangunan telah sesuai dan tidak terdapat kesalahan. Hasil dari perhitungan rekalkulasi bangunan dapat dilihat pada Lampiran 2. b. Sarana dan Prasarana Hasil
rekalkulasi
aset
tetap
sarana
dan
prasarana
menunjukkan adanya perbedaan yang cukup signifikan sebesar Rp22,813,000. Perbedaan ini secara terperinci berasal dari perbedaan
Universitas Indonesia Analisis proses ..., Sabrina Tatya Aprisasuri, FEB UI, 2016
48
rekalkulasi untuk aset prasarana sebesar Rp23,156,750 serta aset instalasi pipa dan header SWRO sebesar Rp343,750. Auditor KAP ABC kemudian menanyakan perihal perbedaan hasil rekalkulasi ini kepada manajemen PT X, terutama untuk aset prasarana yang jumlah perbedaannya material (berada di atas SUD PT X). PT X memberikan penjelasan bahwa perbedaan rekalkulasi aset prasarana disebabkan adanya perubahan umur manfaaat dari 5 tahun menjadi 8 tahun. Aset prasarana merupakan aset yang diakuisisi pada Bulan Juni tahun 2011, dan mengalami perubahan umur manfaat di tahun 2012. Hal ini berpengaruh pada perhitungan nilai buku di tahun 2012 yang akan menjadi saldo perolehan awal untuk perhitungan penyusutan tahun-tahun selanjutnya. Perhitungan rekalkulasi perlu dilakukan beberapa tahap. Tahap pertama adalah dengan melakukan perhitungan penyusutan untuk tahun 2011 dengan menggunakan umur manfaat sebesar 5 tahun, agar dapat mengetahui nilai buku per Desember 2011. Tahap selanjutnya adalah dengan melakukan perhitungan penyusutan dari tahun 2012 dengan menggunakan nilai buku per Desember 2011 dan estimasi umur manfaat 8 tahun. Kemudian menghitung akumulasi penyusutan dan nilai buku per Desember 2015. Hasil perhitungan dari rekalkulasi kedua untuk aset sarana dan prasarana dapat dilihat pada Lampiran 3. Dari hasil perhitungan rekalkulasi tersebut masih terdapat perbedaan sebesar Rp32,850,934 yang merupakan understatement beban penyusutan akibat dari perubahan umur manfaat. PT X kemudian segera mengajukan penyesuaian atas perbedaan tersebut yang akan masuk ke dalam CAJE. Penyesuaian dilakukan dengan jurnal sebagai berikut :
Dr. Beban penyusutan – Sarana 32,850,934 Cr. Akumulasi penyusutan – Sarana 32,850,934
Universitas Indonesia Analisis proses ..., Sabrina Tatya Aprisasuri, FEB UI, 2016
49
c.
Mesin dan Perlengkapan Perbedaan yang paling besar ditunjukkan dari aset mesin dan
perlengkapan, yaitu sebesar Rp980,856,000. Setelah menindaklanjuti temuan atas selisih ini dan banyak berdiskusi dengan manajemen PT X, diketahui bahwa selisih ini merupakan akibat adanya perubahan umur manfaat di tahun 2012 untuk aset yang diakuisisi pada tahun 2011. Aset yang diakuisisi di Bulan Agustus 2011 itu sendiri dibeli secara kesatuan dalam satu kali pembelian aset, yaitu aset SWRO dengan umur manfaat 5 tahun, maka diperlukan perhitungan untuk rincian setiap asetnya. Pertama, untuk mengetahui akumulasi penyusutan per 31 Desember 2011 kita perlu mengetahui persentase tiap rincian aset atas nilai perolehan aset SWRO, kemudian mengalikan persentase tersebut dengan total akumulasi aset SWRO per Desember 2011. Dari menghitung total akumulasi penyusutan per Desember 2011, auditor dapat mengetahui nilai buku per Desember 2011. Untuk menghitung sisa umur manfaat yang baru dari setiap rincian aset yang diakuisisi 2011, auditor mengurangi umur manfaat setiap rincian akun aset SWRO dengan jumlah umur manfaat yang telah terpakai di tahun 2011, yaitu selama 5 bulan, dari Agustus 2011 sampai dengan Desember 2011. Lalu, menghitung penyusutan perbulan dengan membagi nilai buku per Desember 2011 dan sisa umur manfaat yang baru. Selanjutnya, auditor menghitung akumulasi penyusutan dari tahun 2012 – 2015 atas aset-aset tersebut dengan mengalikan penyusutan perbulan dengan jumlah bulan dari 2012 – 2015, yaitu 48 bulan. Sehingga, untuk mengetahui akumulasi penyusutan per Desember
2015,
adalah
dengan
menjumlahkan
akumulasi
penyusutan per Desember 2011 dengan akumulasi penyusutan dari 2012 – 2015. Setelah mendapatkan akumulasi penyusutan per
Universitas Indonesia Analisis proses ..., Sabrina Tatya Aprisasuri, FEB UI, 2016
50
Desember 2015, maka dapat didapat pula nilai buku per Desember 2015. Hasil perhitungan dari rekalkulasi kedua untuk aset mesin dan perlengkapan dapat dilihat pada Lampiran 4. Dari hasil perhitungan rekalkulasi tersebut masih terdapat perbedaan karena overstatement beban penyusutan akibat adanya perubahan umur manfaat, sebesar Rp59,351,992. PT X kemudian segera mengajukan penyesuaian atas perbedaan tersebut yang akan masuk ke dalam CAJE. Penyesuaian dilakukan dengan jurnal sebagai berikut:
Dr. Akumulasi Peny. – Mesin
59,351,992
Cr. Beban Penyusutan – Mesin 59,351,992
d. Peralatan Perhitungan rekalkulasi aset peralatan PT X juga mengalami perbedaan sebesar Rp1,467,500. Hal ini kemudian diketahui karena adanya lag waktu pemakaian aset tetap dari tanggal akuisisi. Untuk seluruh aset yang diakuisisi pada tahun 2012 baru digunakan dua bulan setelah tanggal akuisisi. Auditor kemudian melakukan rekalkulasi kedua untuk kembali menghitung akumulasi penyusutan yang seharusnya dicatat oleh PT X, dan melihat berapa besar selisih dari akumulasi yang telah dicatat oleh manajemen PT X, agar dapat dilakukan penyesuaian. Perhitungan rekalkulasi dapat dilihat pada Lampiran 5. Setelah dilakukan rekalkulasi untuk kedua kalinya, selisih pada aset peralatan yang diakuisisi di tahun 2012 adalah sejumlah dua kali beban penyusutan perbulan, yaitu sebesar Rp978,334 yang merupakan understatement dari beban penyusutan, sehingga perlu
Universitas Indonesia Analisis proses ..., Sabrina Tatya Aprisasuri, FEB UI, 2016
51
dilakukan penyesuaian untuk masuk ke dalam jurnal CAJE. Berikut ini merupakan jurnal penyesuaian untuk aset tetap peralatan :
Dr. Beban Penyusutan – Peralatan Cr. Akumulasi Peny. – Peralatan
978,334 978,334
Setelah kembali melakukan rekalkulasi dan mendapatkan penyesuaian yang diajukan oleh PT X, selanjutnya auditor akan mengolah kertas kerja dengan memasukkan kolom CAJE. Kemudian auditor kembali mencocokkan apakah ada salah saji lain yang belum dikoreksi oleh manajemen PT X dan mungkin masuk ke dalam AJE/RJE. Namun, tidak terdapat salah saji material lain yang belum dikoreksi oleh PT X. Peninjauan kembali atas salah saji ini dilakukan untuk dapat mengetahui mutasi aset tetap yang sesungguhnya (setelah adanya penyesuaian) selama tahun 2015, serta untuk kemudian ditampilkan ke dalam Catatan atas Laporan Keuangan (CALK) PT X. Mutasi aset tetap PT X yang sesungguhnya adalah sebagai berikut:
Universitas Indonesia Analisis proses ..., Sabrina Tatya Aprisasuri, FEB UI, 2016
52
Tabel 4.11 Pergerakan Aset Tetap PT X 2015 2015 Saldo Awal
Penambahan
Pengurangan
Saldo Akhir
Rp
Rp
Rp
Rp
Biaya Perolehan Bangunan
17,057,416,700
17,057,416,700
Mesin
29,161,964,305
29,161,964,305
2,558,103,000
2,558,103,000
112,360,000
112,360,000
Prasarana Peralatan Jumlah
48,889,844,005
--
Bangunan
2,908,977,365
852,870,840
Mesin
7,848,149,646
2,224,857,915
Prasarana
1,032,295,708
353,213,182
--
48,889,844,005
Akumulasi penyusutan:
Peralatan
22,914,687
Jumlah
11,812,337,406
Jumlah Tercatat
37,077,506,599
3,761,848,205 (59,351,992)
10,013,655,569 1,385,508,890 37,938,022
15,023,335 3,445,965,272
--
15,198,950,686
33,690,893,319
Sumber : Kertas kerja audit PT X (telah diolah kembali)
4.4 Analisis Perbandingan Berikut ini merupakan analisis perbandingan dari proses audit yang diterapkan oleh tim audit KAP ABC untuk akun aset tetap PT X dengan teori yang berlaku di Indonesia, baik menurut ISA maupun PSAK. Analisis perbandingan ini bertujuan untuk melihat kesesuaian penerapan proses audit yang dilakukan KAP ABC berdasarkan standar yang berlaku di Indonesia. Tabel 4.12 Perbandingan Proses Audit Teori
Praktik Tahap Pra-Perencanaan
Hayes et al (2014) menyebut tahap ini Berdasarkan metodologi audit KAP dengan tahap penerimaan klien. Pada ABC, proses penerimanaan klien tidak tahap penerimaan klien, auditor termasuk dalam tahap pra-perencanaan,
Universitas Indonesia Analisis proses ..., Sabrina Tatya Aprisasuri, FEB UI, 2016
53
melakukan tahapan berikut : 1. Mengevaluasi latar belakang klien 2. Menilai risiko terkait dengan penerimaan klien 3. Penunjukkan tim audit untuk suatu klien 4. Pertimbangan untuk kebutuhan jasa profesional audit lain
dan dilakukan sebelum tahap praperencanaan ini dilakukan. Sehingga, pada tahap ini, auditor KAP ABC melakukan : 1. Penilaian risiko 2. Penilaian risiko kecurangan 3. Pemahaman lingkungan bisnis 4. Pemahaman pengendalian internal klien 5. Evaluasi kebijakan yang diterapkan klien 6. Prosedur analitis
Tahap Perencanaan Pada tahap ini, Hayes et al (2014) Pada tahap ini, auditor KAP ABC melakukan perencanaan dalam sudah memiliki pemahaman mengenai menetapkan strategi audit berdasarkan lingkungan bisnis klien, termasuk penilaian terhadap : pengendalian internal klien, serta telah 1. Pemahaman lingkungan bisnis melakukan penilaian risiko. klien, serta pengendalian Dengan demikian, pada tahap internal klien; perencanaan, auditor KAP ABC - lingkungan pengendalian, mengembangkan strategi audit dengan - penilaian risiko, lingkup, waktu, - sistem informasi dan mengidentifikasi penentuan batas materialitas, dan komunikasi, prosedur yang perlu dilakukan dalam - prosedur pengendalian, - pengawasan atas melakukan audit. pengendalian 2. Penilaian risiko 3. Menentukan tingkat materialitas 4. Persiapan dalam melaksanakan program audit klien Tahap Audit Lapangan Hayes, et al (2014) menyebut audit Metodologi audit KAP ABC membagi lapangan dengan istilah Fase Pengujian audit lapangan ke dalam tahapan dan Pengumpulan Bukti. Fase ini terdiri pengujian berikut : dari: 1. Pengujian Pengendalian 1. Pengujian Pengendalian Internal (Test of Control) 2. Pengujian Substantif 2. Pengujian Substantif 3. Prosedur Analitis (Substantive Testing) 4. Pengujian Terperinci Saldo a. Prosedur Analitis (Analytical Procedures) b. Uji Terperinci Saldo (Test of Details) Dalam melaksanakan audit lapangan atas aset tetap PT X, engagement team
Universitas Indonesia Analisis proses ..., Sabrina Tatya Aprisasuri, FEB UI, 2016
54
memutuskan untuk tidak bergantung pada pengendalian internal PT X, sehingga tidak melakukan test of control, dan langsung melakukan substantive testing melalui test of details. Prosedur analitis tidak terlalu ditekankan karena dalam prosedur ini diperlukan pertimbangan yang kuat dalam membuat estimasi dari setiap fluktuasi yang terjadi. Prosedur analitis biasanya ditekankan pada tahap praperencanaan. Materialitas Tuanakotta (2014) melakukan Metodologi audit KAP ABC membagi penentuan materialitas yang didasarkan materialitas ke dalam 3 (tiga) tingkatan, pada faktor kualitatif dan faktor yaitu : kuantitatif melalui professional a. Overall Materiality: digunakan judgement dari auditor. untuk pengambilan keputusan ekonomik Materialitas dibagi ke dalam 2 (dua) b. Performance Materiality: tingkatan, yaitu: digunakan untuk pengambilan • Overall Materiality: digunakan keputusan terkait pengambilan untuk laporan keuangan secara sampel keseluruhan c. Summary of Unadjusted • Specific Materiality: digunakan Difference: untuk penentuan untuk jenis transaksi, saldo salah saji material ataupun akun, dan pengungkapan immaterial pass tertentu. Dalam menentukan materialitas, professional judgment dari auditor dibutuhkan, baik itu dalam menentukan benchmark, maupun penetapan overall audit risk. Asersi Manajemen dan Tujuan Audit Hayes et al (2014) membagi asersi KAP ABC membagi asersi ke dalam 4 manajemen ke dalam 3 (tiga) kategori (empat) kategori yang telah mencakup tujuan audit, yaitu: tujuan audit, yaitu: 1. Asersi terkait kelas transaksi 1. Completeness 2. Asersi terkait saldo akun 2. Accuracy 3. Asersi terkait penyajian dan 3. Valuation pengungkapan laporan keuangan 4. Existence Masing-masing dari kategori tersebut memiliki asersi yang diantaranya:
Universitas Indonesia Analisis proses ..., Sabrina Tatya Aprisasuri, FEB UI, 2016
55
• • • • • • •
Occurance atau Existence Completeness Right and Obligation Cut-off Accuracy Valuation Presentation and Disclosure Bukti Audit
Arens et al (2014) menjelaskan bahwa terdapat 8 jenis bukti audit yang dapat diperoleh auditor, yaitu: 1. Pemeriksaan Fisik 2. Konfirmasi 3. Dokumentasi 4. Prosedur Analitis 5. Tanya Jawab Dengan Klien 6. Perhitungan Ulang 7. Pengerjaan Ulang 8. Observasi
Dalam melakukan proses audit atas aset tetap PT X, tim audit KAP ABC mengumpulkan bukti berupa dokumentasi atas dokumen aset tetap, serta menekankan pada perhitungan ulang beban penyusutan, serta tanya jawab berupa diskusi dengan klien ketika terdapat kejanggalan atau kesulitan auditor dalam melakukan pemahaman.
Sumber : Hasil olahan penulis
Dalam melakukan proses audit atas aset tetap PT X, tim audit telah melaksanakan prosedur berdasarkan metodologi audit KAP ABC dengan baik, disesuaikan dengan kondisi aset tetap PT X dan berbagai pertimbangan auditor yang dilakukan secara matang. Pada tahap pra-perencanaan, tim audit KAP ABC menggali pemahaman mengenai PT X. PT X merupakan salah satu entitas anak dari PT XYZ Tbk yang bergerak di bidang pengolahan dan distribusi air bersih. Konsumen utama PT X adalah PT W yang juga entitas anak dari PT XYZ. Walaupun PT X bukan merupakan perusahaan yang memperdagangkan sahamnya di bursa, PT X dituntut oleh Perusahaan Induk, yaitu PT XYZ Tbk untuk membuat laporan keuangan yang harus diaudit karena informasi dari laporan keuangan PT X akan masuk ke dalam laporan keuangan konsolidasian PT XYZ Tbk. Namun, melihat dari ukuran dan pendapatan PT X yang terbilang kecil dan tidak material dalam laporan konsolidasian PT XYZ Tbk, maka PT X dikategorikan sebagai low risk. Pengendalian internal PT X masih dilakukan secara manual dan rentan terhadap kesalahan, oleh sebab itu auditor memutuskan untuk tidak bergantung pada pengendalian internal PT X. Selanjutnya auditor melakukan prosedur analitis atas
Universitas Indonesia Analisis proses ..., Sabrina Tatya Aprisasuri, FEB UI, 2016
56
pergerakan (mutasi) angka-angka akun aset tetap yang terjadi dari tahun sebelumnya. Setelah melakukan pemahaman yang mendalam mengenai bisnis klien, selanjutnya pada tahap perencanaan auditor mengembangkan pemahaman tersebut untuk membentuk suatu strategi audit untuk mengidentifikasi lingkup audit, pembuatan jadwal audit, dan penetapan batas materialitas. Tim audit awalnya menjadwalkan proses audit PT X untuk dilakukan selama 3 bulan, namun karena satu dan lain hal terjadi kemunduran selama 1 bulan. Pada tahap ini, auditor juga mengirimkan data request agar manajemen PT X dapat segera mempersiapkan dokumen yang diperlukan dan diberikan kepada auditor dengan tepat waktu. Dalam menetapkan materialitas PT X, tim audit telah melakukan sesuai metodologi audit KAP ABC dengan membagi 3 jenis materialitas, yaitu OM, PM, dan SUD. Benchmark yang digunakan tim audit untuk menentukan OM dari PT X adalah Total Aset. Atas dasar pertimbangan auditor untuk tidak bergantung pada pengendalian internal PT X dan guna efisiensi waktu pelaksanaan audit, tim audit menetapkan lingkup prosedur audit yang ditekankan pada pengujian saldo terperinci. Audit lapangan dilaksanakan oleh auditor dengan mendatangi langsung lokasi kantor PT X agar dapat memudahkan komunikasi dengan manajemen dan serah terima dokumen-dokumen yang dibutuhkan dalam proses audit. Karena tim audit tidak bergantung pada pengendalian internal PT X, maka tim audit tidak melakukan prosedur pengujian pengendalian (test of control) dan lebih menekankan pada pengujian terperinci saldo dalam mengumpulkan bukti-bukti. Secara keseluruhan, proses audit dalam metodologi audit KAP ABC telah mencakup prosedur yang dijelaskan pada teori audit berbasis International Standards on Auditing (ISA) yang berlaku serta teori pendukung yang telah penulis jelaskan di bab 2, dengan penyesuaian terkait kebijakan KAP ABC. Walaupun terdapat beberapa perbedaan pada beberapa prosedur, keduanya memiliki tujuan yang sama yang ingin dicapai dari suatu proses audit, yaitu untuk menyatakan opini mengenai kewajaran dari suatu laporan keuangan, dari salah saji yang material, dan telah disusun sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku.
Universitas Indonesia Analisis proses ..., Sabrina Tatya Aprisasuri, FEB UI, 2016
57
Tabel 4.13 Perbandingan Perlakuan Akuntansi Teori
Praktik PSAK 16: Aset Tetap
Biaya perolehan aset tetap ditentukan PT X menentukan biaya perolehan aset sebesar jumlah kas atau setara kas yang tetap sebesar biaya pembelian aset dibayarkan atau nilai wajar dari imbalan tersebut. Biaya pembelian mencakup lain yang diserahkan untuk memperoleh harga pokok barang, bea impor, dan suatu aset pada saat perolehan atau pajak pembelian. Selain itu, biaya konstruksi. Biaya perolehan aset tetap perolehan juga termasuk dalam biaya dapat diakui sebagai aset jika dan hanya angkut dan pemasangan yang jika besar kemungkinan bagi dikeluarkan hingga aset tersebut siap perusahaan mendapat manfaat ekonomi untuk digunakan. dari aset tersebut dimasa yang akan datang dan biaya tersebut dapat diukur dengan andal. Yang termasuk biaya perolehan mencakup: 1. Harga perolehan beserta bea impor dan pajak pembelian 2. Biaya yang dapat didistribusikan secara langsung untuk membawa aset ke lokasi dan siap digunakan 3. Estimasi pembongkaran awal serta biaya dan restorasi pemindahan, lokasi aset tetap Terdapat 2 metode pengukuran aset Dalam melakukan pengukuran aset tetap, yaitu : tetap, PT X menggunakan model biaya, 1. Model biaya: biaya perolehan yaitu dengan mengurangi biaya dikurangi akumulasi penyusutan perolehan dengan akumulasi dan akumulasi rugi penurunan penyusutan dan akumulasi rugi nilai penurunan nilai. 2. Model revaluasi: nilai wajar pada tanggal revaluasi dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai setelah tanggal revaluasi PSAK 16 menjelaskan 3 jenis metode PT X menggunakan metode perhitungan penyusutan aset tetap, penyusutan berupa metode garis lurus yaitu: yang dilakukan secara konsisten, dan 1. Metode garis lurus dimulai pada saat aset tesebut diperoleh 2. Metode saldo menurun dan siap digunakan. 3. Metode unit produksi PSAK 25: Perubahan Estimasi Akuntansi Terdapat 2 kondisi dalam melakukan Penerapan pada perubahan estimasi pengakuan terhadap perubahan estimasi umur manfaat aset tetap PT X
Universitas Indonesia Analisis proses ..., Sabrina Tatya Aprisasuri, FEB UI, 2016
58
akuntansi, yaitu: 1. Jika mengakibatkan perubahan aset dan liabilitas, atau terkait dengan suatu item ekuitas, perubahan estimasi akuntansi tersebut diakui dengan menyesuaikan jumlah tercatat item aset, liabilitas, atau ekuitas yang terkait pada periode perubahan 2. Penerapan perubahan untuk transaksi, peristiwa, dan kondisi lain sejak tanggal perubahan dalam estimasi, diakui secara prospektif pada laba rugi periode perubahan ataupun periode perubahan dan periode mendatang Pengungkapan perubahan estimasi umur manfaat: a. Sifat dan jumlah dampak perubahan estimasi yang berdampak pada periode berjalan dan periode mendatang b. Pengungkapan atas ketidakpraktisan pengungkapan jumlah dampak pada periode berjalan dan periode mendatang
dilakukan secara prospektif, yaitu dengan menerapkan perubahan untuk transaksi, peristiwa, dan kondisi lain sejak tanggal perubahan dalam estimasi tersebut.
Dalam laporan keuangan, PT X belum melakukan pengungkapan terkait dengan sifat dan jumlah dampak perubahan estimasi umur manfaat aset tetap
Sumber : Hasil olahan penulis
Untuk perlakuan akuntansi terkait akun aset tetap, PT X telah berusaha menyesuaikan dengan standar akuntansi aset tetap yang berlaku di Indonesia, yaitu PSAK 16 mengenai Aset Tetap. Sedangkan, dalam menjalankan perlakuan akuntansi untuk perubahan estimasi akuntansi terkait umur manfaat aset tetap, PSAK 25 mengenai Perubahan Estimasi Akuntansi belum diterapkan secara konsisten. Hal ini terlihat dari adanya perubahan estimasi yang dilakukan pada tahun 2012 untuk aset tetap yang diakuisisi pada tahun 2011 dari 5 tahun menjadi 8 tahun. Terdapat kesalahan estimasi umur manfaat atas aset tetap yang awalnya diestimasi oleh manajemen selama 5 tahun di tahun 2011 ternyata seharusnya diestimasi selama 8 tahun, karena umur manfaat selama 5 tahun terutama untuk mesin, akan menyebabkan pembengkakan pada beban penyusutan, sehingga manajemen melakukan penyesuaian estimasi di tahun 2012 dan mengubah
Universitas Indonesia Analisis proses ..., Sabrina Tatya Aprisasuri, FEB UI, 2016
59
estimasi umur manfaat menjadi 8 tahun di tahun 2012. Hal ini menjadi perhatian auditor karena perhitungan manajemen belum menunjukkan adanya perubahan tersebut, terkait perhitungan beban penyusutan pada tahun 2011 dan tahun selanjutnya dengan nilai buku yang telah disesuaikan. Manajemen melakukan perhitungan dengan langsung
membagi nilai perolehan 2011 dengan umur
manfaat yang baru. Sedangkan auditor melakukan perhitungan dengan menghitung terlebih dahulu penyusutan di tahun 2011 berdasarkan nilai perolehan 2011 dibagi dengan umur manfaat yang lama, kemudian sisa penyusutan di tahun 2012 – 2015 dihitung berdasarkan nilai buku per Desember 2011 dibagi sisa umur manfaat yang baru. Selanjutnya akumulasi penyusutan di tahun 2015 adalah dengan menjumlahkan akumulasi penyusutan di tahun 2011 dengan akumulasi penyusutan di tahun 2012 sampai dengan 2015. Akibat perbedaan perhitungan tersebut, terdapat jurnal penyesuaian yang diajukan oleh auditor dan manajemen menerima penyesuaian tersebut karena memang terdapat kesalahan pada perhitungan manajemen. Berdasarkan hasil tanya jawab dan diskusi dengan pihak manajemen perusahaan, diketahui bahwa perubahan estimasi umur manfaat dilakukan berdasarkan keputusan direksi yang dicantumkan dalam sebuah Surat Keterangan Direksi. Motif perusahaan melakukan perubahan estimasi umur manfaat aset tetap disebabkan oleh estimasi umur manfaat aset tetap awal dirasa kurang sesuai, yaitu lebih kecil daripada yang seharusnya. Hal ini menyebabkan terjadinya pembebanan yang berlebih atas beban depresiasi. Berdasarkan teori yang dibahas pada bab 2, perubahan estimasi umur manfaat aset tetap ini dilakukan berdasarkan motif efisien, walaupun terdapat kemungkinan adanya motif oportunistik melalui praktik earnings management yang dilakukan oleh perusahaan. Namun untuk kemungkinan terakhir tidak terdapat indikasi yang menyebabkan auditor yakin bahwa terdapat motif oportunistik. Auditor melihat indikasi yang kuat terhadap motif efisien, karena perubahan ini memang didasarkan pada adanya kesalahan estimasi umur manfaat pada awal akuisisi, yang menyebabkan terjadi pembengkakan pada beban penyusutan. Penerapan perubahan estimasi umur manfaat aset tetap PT X ternyata tidak terdeteksi oleh auditor di tahun-tahun sebelumnya, yang merupakan engagement
Universitas Indonesia Analisis proses ..., Sabrina Tatya Aprisasuri, FEB UI, 2016
60
team berbeda dari KAP yang sama, yaitu KAP ABC. Perubahan ini baru diakui secara prospektif setelah engagement team KAP ABC di tahun 2015 melakukan follow up terhadap selisih dari perhitungan ulang atas beban penyusutan. Hal ini sebaiknya juga menjadi perhatian untuk tim audit lainnya dari KAP ABC agar lebih teliti dan tidak terburu-buru dalam melakukan audit serta mendeteksi temuan untuk klien. Dampak perubahan estimasi umur manfaat inipun belum dilakukan pengungkapan pada laporan keuangan. Dokumen dan laporan keuangan tahun 2012 tidak dibahas pada laporan ini karena berada di luar lingkup penulisan. Atas temuan ini, penulis tidak menemukan adanya dampak terhadap laporan audit tahun-tahun sebelumnya.
Universitas Indonesia Analisis proses ..., Sabrina Tatya Aprisasuri, FEB UI, 2016
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan KAP ABC melakukan audit umum atas laporan keuangan PT X untuk periode 31 Desember 2015 dilakukan selama 4 (empat) bulan, mengalami keterlambatan selama satu bulan dari jadwal yang semula ditentukan, dimulai sejak Bulan Oktober 2015 sampai dengan Bulan Februari 2016. Proses audit atas aset tetap PT X yang dilakukan oleh tim audit KAP ABC dilaksanakan mengacu pada metodologi audit KAP ABC yang telah disesuaikan dengan ISA. Meskipun saham PT X tidak terdaftar di bursa, namun PT X dituntut oleh Perusahaan Induk, yaitu PT XYZ untuk menyiapkan laporan keuangan yang harus diaudit karena laporan keuangan PT X akan masuk ke dalam laporan konsolidasian Perusahaan Induk. Proses audit dilakukan melalui tahap pra-perencanaan, perencanaan, audit lapangan, hingga tahap penyelesaian dan pelaporan, namun laporan magang ini hanya berfokus pada tahap pra-perencanaan, perencanaan, dan audit lapangan. Tahap pra-perencanaan dilakukan dengan menggali pemahaman yang mendalam mengenai lingkungan bisnis perusahaan dan penilaian risiko. Auditor juga melakukan pemahaman mengenai pengendalian internal klien, serta pemahaman mengenai kebijakan akuntansi aset tetap yang dibuat oleh PT X. Pemahaman diperoleh melalui proses tanya jawab dan diskusi dengan manajemen PT X. Pada tahap perencanaan, auditor mengembangkan pemahaman yang telah diperoleh menjadi sebuah perencanaan dan strategi program audit, yang mencakup penetapan batas materialitas, jadwal proses audit, serta lingkup program audit. Atas pertimbangan efisiensi waktu dan keputusan untuk tidak bergantung pada pengendalian internal klien yang masih dilakukan secara manual, sehingga rentan terhadap kesalahan, maka auditor memutuskan untuk tidak melakukan pengujian pengendalian atas aset tetap dan memfokuskan pada pengujian terperinci saldo.
61
Analisis proses ..., Sabrina Tatya Aprisasuri, FEB UI, 2016
62
Audit lapangan dilakukan dengan pengujian terperinci saldo yang mencakup pembuatan lead schedule, membuat daftar pergerakan (mutasi) aset tetap, dan perhitungan ulang beban penyusutan. Dari seluruh pengujian tersebut, auditor menemukan beberapa kejanggalan terutama dalam perhitungan ulang beban penyusutan. Setelah melakukan follow up dan diskusi dengan manajemen PT X diketahui bahwa selisih yang terjadi merupakan akibat dari adanya perubahan umur manfaat aset tetap yang diakuisisi pada tahun 2011. Setelah melakukan perhitungan ulang, auditor melakukan penyesuaian atas angka tersebut. Terkait kesesuaian perlakukan akuntansi aset tetap PT X dengan standar akuntansi yang berlaku, secara keseluruhan PT X telah sesuai dengan PSAK 16, namun untuk perlakuan akuntansi terkait perubahan estimasi umur manfaat aset tetap, PT X belum menerapkan PSAK 25 secara konsisten. PT X melakukan perubahan estimasi umur manfaat pada tahun 2012 untuk aset yang diakuisisi di tahun 2011 dari 5 tahun menjadi 8 tahun, namun perhitungan manajemen belum menunjukkan adanya perubahan tersebut. Manajemen melakukan perhitungan dengan langsung membagi nilai perolehan 2011 dengan umur manfaat yang baru. Sedangkan auditor melakukan perhitungan dengan menghitung terlebih dahulu penyusutan di tahun 2011 berdasarkan nilai perolehan 2011 dibagi umur manfaat yang lama, kemudian sisa penyusutan di tahun 2012 – 2015 dihitung berdasarkan nilai buku per Desember 2011 dibagi sisa umur manfaat yang baru. Akibat perbedaan perhitungan tersebut, terdapat jurnal penyesuaian yang diajukan oleh auditor dan manajemen menerima penyesuaian tersebut karena memang terdapat kesalahan pada perhitungan manajemen. Terdapat kemungkinan adanya motif efisien dan motif oportunistik melalui praktik earnings management dalam perubahan estimasi tersebut. Namun demikian, auditor melihat indikasi motif efisien yang lebih kuat pada kasus ini, karena memang terdapat kesalahan estimasi di awal menyebabkan pembengkakan pada beban penyusutan.
Universitas Indonesia Analisis proses ..., Sabrina Tatya Aprisasuri, FEB UI, 2016
63
5.2 Saran Selama 4 bulan mengikuti program magang yang diselenggarakan oleh KAP ABC, Penulis mendapatkan berbagai ilmu dan pengalaman baru dalam praktik akuntansi di lapangan. Namun, dalam segala keterbatasan yang dimiliki, Penulis juga masih menemukan beberapa hal yang dapat diperbaiki, baik untuk PT X maupun untuk KAP ABC. 5.2.1 PT X •
Sebaiknya komunikasi antara direksi dan staff akuntansi dilakukan secara lebih baik agar tidak terdapat miskomunikasi antara keputusan direksi dengan staff akuntansi perusahaan dalam menjelaskan kebijakankebijakan terkait aset tetap.
•
PT X perlu melakukan perbaikan dalam pros es pengendalian internal, agar dilakukan secara terkomputerisasi dan otomatis. Sehingga dapat mengurangi risiko yang terjadi akibat kesalahan manusia karena dilakukan secara manual.
•
Dalam audit lapangan, manajemen membutuhkan waktu yang lama untuk menindaklanjuti temuan yang diperoleh auditor, sehingga auditor sulit untuk melanjutkan tahapan selanjutnya dan memakan cukup banyak waktu yang membuat pergeseran dari jadwal yang ditetapkan semula.
•
PT X perlu melakukan penerapan PSAK 25 secara konsisten terkait perubahan estimasi umur manfaat yang dilakukan pada tahun 2012 untuk aset tetap yang diakuisisi tahun 2011. PT X perlu menyiapkan dan melengkapi dokumen terkait perubahan estimasi serta melakukan perhitungan ulang terhadap penyusutan dan nilai buku dari aset tetap tersebut.
5.2.2 KAP ABC •
Sebelum menyerahkan tanggung jawab suatu pekerjaan kepada peserta magang, senior in-charge telah memberikan penjelasan umum mengenai industri dan bisnis klien yang sedang diaudit, namun sebaiknya penjelasan
Universitas Indonesia Analisis proses ..., Sabrina Tatya Aprisasuri, FEB UI, 2016
64
yang diberikan lebih mendalam agar peserta magang memiliki pemahaman yang cukup dalam melakukan proses audit. •
Dalam pembagian tugas, sebaiknya senior in-charge melakukan pendelegasian tugas dengan jelas sejak awal agar jelas pembagian tugas dan tanggung jawab setiap anggota tim, dan tidak terdapat penumpukan pekerjaan pada satu orang.
•
Senior in-charge sebaiknya bertanya terlebih dahulu mengenai pekerjaan yang sedang dilakukan anggota tim sebelum meminta bantuan di luar pembagian dan tanggung jawab tugas anggota tim tersebut.
•
Sebaiknya KAP ABC dapat lebih teliti dan tidak terburu-buru dalam melakukan prosedur audit agar dapat mendeteksi temuan-temuan yang cukup krusial seperti audit atas aset tetap ini.
•
Sebaiknya review terhadap hasil pekerjaan anggota tim oleh senior incharge dilakukan setiap akhir minggu, agar tidak menumpuk di satu waktu, dan anggota tim harus memperbaiki pekerjaan dalam jumlah yang langsung banyak.
Universitas Indonesia Analisis proses ..., Sabrina Tatya Aprisasuri, FEB UI, 2016
DAFTAR REFERENSI
ABC. (2015). ABC Audit Manual Version 2015.1: ABC International. Arens, Alvin A., Randal J. Elder, Mark S. Beasley, Amir Abadi Jusuf. (2014). Auditing
and
Assurance Services: An Integrated Approach,An
Indonesian
Adaptation Edition. NewJersey: Pearson Education.
Bauman, Mark P. (2013, November). The Adequacy of Fixed Asset Disclosures under U.S. GAAP. Research in Accounting Regulation, Volume 25, 149156. Christie, Andrew A. and Zimmerman, Jerold L. (1994, October). Efficient and Opportunistic Choices of Accounting Procedures: Corporate Control Contests. The Accounting Review, Volume 69, 539-566. Elliott, John A. and Philbrick, Donna R. (January, 1990). Accounting Changes and Earnings Predictability. The Accounting Review, Volume 65, 157-174. Hayes, R., Dassen, R., Schilder, A., & Wallage, P. (2014). Principle of Auditing An Introduction to International Standard on Auditing. England: Pearson Education Limited. Ikatan Ikatan Akuntan Indonesia. (2011). Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 16 Aset Tetap. Jakarta: IAI. Ikatan Ikatan Akuntan Indonesia. (2009). Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 25 Perubahan Estimasi Akuntansi. Jakarta: IAI. Kieso, Donald E., Weygandt, Jerry J., Warfield, Terry D. (2011). Intermediate Accounting Volume 2 (IFRS Edition). New Jersey: John Wiley & Sons, Inc. Tuannakota, Theodorus. (2014). Audit Berbasis ISA – International Standards on Auditing. Jakarta: Salemba Empat Universitas Indonesia. (2008). Pedoman Teknis Penulisan Tugas Akhir Mahasiswa. Depok: Universitas Indonesia.
65
Analisis proses ..., Sabrina Tatya Aprisasuri, FEB UI, 2016
66
LAMPIRAN
Lampiran 1: Tampilan Data Request PT X
Universitas Indonesia 66 Analisis proses ..., Sabrina Tatya Aprisasuri, FEB UI, 2016
67
Lampiran 2 : Rekalkulasi Aset Tetap Bangunan
Analisis proses ..., Sabrina Tatya Aprisasuri, FEB UI, 2016
68
Lampiran 3 :
Rekalkulasi Aset Tetap Sarana dan Prasarana
Analisis proses ..., Sabrina Tatya Aprisasuri, FEB UI, 2016
Universitas Indonesia
69
Lampiran 4 : Rekalkulasi Aset Tetap Mesin dan Perlengkapan
Analisis proses ..., Sabrina Tatya Aprisasuri, FEB UI, 2016
Universitas Indonesia
70
Lampiran 5 : Rekalkulasi Aset Tetap Peralatan
Analisis proses ..., Sabrina Tatya Aprisasuri, FEB UI, 2016
Universitas Indonesia