PERKEMBANGAN PROPERTI KOMERSIAL
Triwulan I - 2010
Perkembangan Properti Komersial di wilayah Jabodebek (qtq) : Jumlah pasokan properti komersial di Jabodebek pada triwulan I-2010 meningkat pada beberapa jenis properti dengan kecenderungan melambat dibandingkan triwulan sebelumnya, kecuali pasokan ritel sewa dan lahan industri yang meningkat lebih besar dibandingkan triwulan lalu. Tingkat hunian cenderung menurun sementara tingkat penjualan mengalami kenaikan, kecuali pada tingkat hunian ruang perkantoran dan apartemen yang menunjukkan peningkatan, sementara penurunan tingkat penjualan hanya terjadi pada lahan industri. Untuk tarif sewa dan harga jual cenderung mengalami penurunan, kecuali harga jual ruang perkantoran dan ritel yang sedikit meningkat. Perkembangan Properti Komersial di wilayah Banten (qtq) : Peningkatan pasokan properti komersial di Banten pada triwulan I-2010 hanya terjadi pada hotel. Tingkat hunian dan tingkat penjualan pada semua subsektor properti komersial cenderung meningkat, penurunan hanya terjadi pada tingkat hunian hotel. Tarif sewa dan harga jual mengalami penurunan namun harga jual ruang ritel mengalami peningkatan.
GEDUNG PERKANTORAN Perkantoran Sewa ( leased-office) di Jakarta Jakarta: jumlah pasokan stagnan, tingkat hunian meningkat dan tarif sewa menurun.
Jumlah pasokan ruang perkantoran sewa pada triwulan I-2010 tidak mengalami perubahan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, tetap sebesar 6,14 juta m2, namun secara tahunan meningkat sebesar 3,64%. Sementara itu, pada tahun 2010 diperkirakan akan terdapat penambahan pasokan ruang perkantoran sewa sebesar 40.000 m2 dari pembangunan Ciputra World Office yang terletak di Jl. Dr. Satrio Grafik 1 Tingkat Hunian dan Tarif Sewa Perkantoran di Jakarta 100%
Rp170,000
95%
Rp160,000
90%
Rp150,000
85%
Rp140,000
80%
Rp130,000
75%
Rp120,000
70%
Rp110,000 I
II
III
2006
IV
I
II
III
2007 Tingkat Hunian (%)
IV
I
II
III
2008
IV
I
II
III
2009
IV
I
2010
(Rp) Tarif Sewa/m2/bulan
Metodologi Perkembangan Properti Komersial dipublikasikan sejak triwulan I-1996 dengan cakupan wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi. Sejak triwulan I-2006, data properti komersial mengalami perluasan, yaitu memasukkan wilayah Banten (Serang dan Cilegon). Data property komersial ini diperoleh dari sekitar 706 perusahaan properti di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Bekasi dan Banten (Tangerang, Serang, dan Cilegon) dan 60 perusahaan di wilayah Bandung. Cakupan data properti komersial terdiri dari 5 jenis, yaitu : pusat perbelanjaan, perkantoran, hotel, apartemen, dan lahan industri. Pengumpulan data dilakukan oleh pihak ketiga (outsourcing) dengan menghubungi responden secara langsung (face to face) dan melakukan pencatatan data atas tingkat hunian, harga jual, dan tarif sewa properti komersial. Pengolahan data dilakukan dengan metode rata-rata tertimbang terhadap luas atau jumlah unit masing-masing properti. Perkembangan data properti komersial dapat digunakan untuk mengetahui secara dini arah dan tekanan harga properti komersial sebagai salah satu indikator perkembangan inflasi harga aset. Note : Tingkat penjualan : merupakan angka kumulatif yang dihitung dari perbandingan jumlah yang terjual dengan tambahan pasokan baru dengan stok lama
Tim Statistik Sektor Riil
1
Survei Properti Komersial
Realisasi komitmen ANZ untuk menyewa UOB Plaza, perpindahan Medco Energy ke The Energy, serta kenaikan tingkat hunian di Menara Bidakara 2 dan The Plaza telah mendorong tingkat hunian meningkat dari 86,37% (IV-2009) menjadi 87,57% (I-2010). Sementara itu, tarif sewa mengalami penurunan sebesar 0,17% (qtq) atau 4,29% (yoy), yang disebabkan oleh menguatnya nilai tukar rupiah terhadap USD.
Perkantoran Jual (strata title) di Jakarta Jakarta: jumlah pasokan stagnan, tingkat penjualan dan harga jual meningkat.
Seperti halnya perkantoran sewa, jumlah pasokan ruang perkantoran jual pada triwulan I-2010 secara triwulanan tidak mengalami perubahan, tetap sebesar 731.162 m2, namun secara tahunan pertumbuhannya cukup signifikan, sebesar 18,15% (yoy). Sementara itu, tingkat penjualan sedikit meningkat dibandingkan triwulan IV-2009, dari 95,26% menjadi 95,59%. Sementara itu, harga jual mengalami sedikit peningkatan sebesar 1,52% (qtq). Namun secara tahunan mengalami penurunan sebesar 9,94% menjadi Rp.15,29 juta/m2, yang didorong oleh menguatnya nilai tukar rupiah terhadap USD. Perkiraan ke depan, sejalan dengan membaiknya perekonomian Indonesia maka pasar perkantoran diperkirakan menunjukkan perbaikan terkait dengan meningkatnya permintaan pasar terhadap perkantoran jual, baik untuk relokasi usaha maupun untuk ekspansi bisnis.
PUSAT PERBELANJAAN (RITEL) Ritel Sewa di Jabodebek (Jakarta, Bogor, Depok, dan Bekasi) Jabodebek: jumlah pasokan meningkat sementara tingkat hunian dan tarif sewa mengalami penurunan.
Seiring dengan selesainya pembangunan Rasuna Epicentrum, jumlah pasokan ruang ritel sewa pada triwulan I-2010 meningkat sebesar 1,44% (qtq) atau 6,09% (yoy) menjadi 3,30 juta m2. Pada triwulan mendatang, pasokan ruang ritel diperkirakan akan mengalami penambahan sekitar 29.450 m2 yang berasal dari pembangunan Galeria Glodok dan Blue Mall Extension. Masih lemahnya penyerapan ruang ritel menyebabkan tingkat hunian secara keseluruhan mengalami penurunan dari 88,17% menjadi 87,52%. Penurunan tersebut terjadi di kawasan primer sedangkan kawasan sekunder sedikit meningkat. Secara umum, penyerapan pada triwulan I-2010 didominasi oleh jenis usaha restoran dan kafe. Tarif sewa ruang ritel baik di kawasan primer maupun sekunder secara keseluruhan pada triwulan I-2010 sedikit menurun, yaitu sebesar 0,35% (qtq) menjadi Rp.471.275/m2/bulan. Sementara secara tahunan, meningkat sebesar 1,35% (yoy). Grafik 2 Tingkat Hunian dan Tarif Sewa Ritel di Jabodebek 92%
Rp500,000
91%
Rp462,500
90%
Rp425,000
88%
Rp387,500
87%
Rp350,000 I
II
III
2006
IV
I
II
III
IV
2007
Tingkat Hunian (%)
Tim Statistik Sektor Riil
I
II
III
2008
IV
I
II
III
IV
2009
I
2010
(Rp) Tarif Sewa/m2/bulan
2
Survei Properti Komersial
Ritel Jual (strata-title) di Jabodebek Jabodebek: jumlah pasokan dan harga jual stabil, sementara tingkat penjualan sedikit meningkat.
Selama triwulan I-2010 tidak terdapat tambahan pasokan ruang ritel jual di wilayah Jabodebek, jumlah pasokan tetap sebesar 1,72 juta m2. Namun jika dibandingkan dengan triwulan I-2009, jumlah pasokan meningkat 15,68% (yoy). Pada triwulan II-2010, pasokan ritel jual diperkirakan meningkat sebesar 177.300 m2 yang berasal dari pembangunan Atrium Pondok Gede dan Plaza Mobil Kemayoran. Tingkat penjualan pada triwulan I-2010 sedikit meningkat atau 0,38% (qtq) menjadi 76,58%. Sementara itu, secara triwulanan harga jual relatif tidak mengalami perubahan, tetap sebesar Rp.42,9 juta/m2. Sampai dengan akhir tahun 2010, pasar ritel terutama di Jakarta diperkirakan meningkat seiring dengan maraknya kegiatan bisnis retail yang berhubungan dengan life style.
Ritel Sewa di Banten (Tangerang, Serang dan Cilegon) Banten: jumlah pasokan dan tarif sewa stagnan sementara tingkat hunian meningkat
Pasokan ruang ritel sewa di Banten sampai dengan triwulan I-2010 tetap sebanyak 226.175 m2, namun secara tahunan meningkat, sebesar 4,87%. Pada triwulan mendatang, diperkirakan akan terdapat penambahan pasokan seluas 17.900 m2, yang berasal dari Tangerang City Mall dan Carrefour Serang. Tingkat hunian ritel sewa meningkat dari 91,96% menjadi 92,45%. Tarif sewa masih relatif stabil dibandingkan triwulan lalu, sebesar Rp.370 ribu/m2/bulan, namun secara tahunan meningkat 3,88%.
Ritel Jual (strata-title) di Banten Banten: jumlah pasokan tetap, sementara tingkat penjualan dan harga jual meningkat.
Jumlah pasokan ritel jual di Banten pada triwulan I-2010 tetap stabil dibandingkan triwulan lalu, sementara tingkat penjualan sedikit meningkat dari 78,88% menjadi 78,96%. Kenaikan juga terjadi di harga jual ritel sebesar 1,31% (qtq) seiring dengan meningkatnya permintaan masyarakat terhadap ritel jual.
APARTEMEN Apartemen Sewa ( leased apartment ) di Jakarta Jakarta: jumlah pasokan tetap, sementara tingkat hunian meningkat didorong oleh tarif sewa yang menurun.
Jumlah pasokan apartemen sewa tidak mengalami perubahan sejak 3 triwulan terakhir, tetap sebesar 11.616 m2. Untuk meningkatkan tingkat hunian, tarif sewa apartemen mengalami penurunan sebesar 2,90% (qtq) menjadi Rp.152.114/m2/bulan sehingga tingkat hunian sedikit meningkat dari 70,32% menjadi 72,32%. Pasar apartemen sewa di tahun 2010 mulai menunjukkan pertumbuhan, terutama di kawasan sekunder. Harga sewa yang lebih rendah dibandingkan di kawasan primer menyebabkan banyak penyewa yang memilih untuk menyewa di kawasan sekunder. Selain itu, mulai kembalinya beberapa ekspatriat yang berasal dari Jepang dan Korea ke Indonesia yang disebabkan oleh membaiknya kondisi perekonomian negara-negara tersebut akibat krisis global diperkirakan menjadi salah satu faktor yang mendorong tingginya pemintaan terhadap apartemen sewa. Grafik 3 Tingkat Hunian dan Tarif Sewa Apartemen 90%
Rp170,000
85%
Rp160,000
80%
Rp150,000
75%
Rp140,000
70%
Rp130,000
65%
Rp120,000
60%
Rp110,000
I
II
III
2006
IV
I
II
III
IV
I
2007 Tingkat Hunian (%)
Tim Statistik Sektor Riil
II
III
2008
IV
I
II
III
2009
IV
I 2010
(Rp) Tarif Sewa/m2/bulan
3
Survei Properti Komersial
Apartemen Jual (Condominium ) di Jakarta Jakarta: jumlah pasokan meningkat diikuti oleh meningkatnya penjualan, sementara tarif sewa menurun.
Selesainya pembangunan Tamansari Sudirman Apartmen Tower A di kawasan CBD dan Urbana Apartment di kawasan sekunder memberikan pasokan baru sebanyak 561 unit, atau meningkat 0,82% (qtq) dan 8,13% (yoy). Dengan penambahan ini, jumlah pasokan menjadi sebanyak 69.304 unit. Pada triwulan mendatang penambahan pasokan diperkirakan sekitar 1.700 unit, yang berasal dari pembangunan Centro City Tower, Gandaria Height Tower A, Mapple Park Tower B dan The Groove. Peningkatan jumlah pasokan tersebut diikuti dengan kenaikan permintaan sehingga tingkat penjualan meningkat 0,57% (qtq) menjadi 93,15%. Hal ini didukung oleh kegiatan promo diskon yang diberikan oleh pengembang untuk menarik minat konsumen sehingga ratarata harga jual apartemen mengalami penurunan sebesar 0,51% (qtq) menjadi Rp.10,85/m2. Pada triwulan mendatang, pasar apartemen jual diperkirakan akan mulai pulih seiiring dengan meningkatnya kepercayaan konsumen terhadap kestabilan kondisi ekonomi dan suku bunga KPA yang semakin menurun.
HOTEL Hotel di Jabodebek Jabodebek : jumlah pasokan kamar bertambah namun tingkat hunian dan tarif kamar menurun.
Jumlah pasokan baru kamar hotel pada triwulan I-2010 berasal dari Hotel Kawanua Aerotel di Cempaka Putih sebanyak 79 kamar dan Grand Zuri Hotel di kawasan Jababeka sebanyak 134 kamar, namun demikian penjualan dan penghentian operasi Hotel Sofyan Cikini dengan jumlah kamar sebanyak 111 kamar, menyebabkan jumlah kamar hotel hanya bertambah sebanyak 102 kamar (0,43%, qtq), sehingga jumlah kamar hotel secara keseluruhan sebanyak 23.908 kamar. Secara tahunan, jumlah pasokan mengalami peningkatan sebesar 2,75% (yoy). Pada triwulan mendatang penambahan pasokan diperkirakan sebanyak 2.019 kamar yang berasal dari beberapa hotel, antara lain Aston, Bidakara Hotel 2, dan Merlynn Park. Tingkat hunian hotel pada triwulan I-2010 mengalami penurunan pada semua jenis hotel berbintang (bintang 3, 4 dan 5), yang terbesar pada hotel bintang 5 dari 61,33% (IV-2009) menjadi 58,88% (I-2010). Sementara untuk hotel bintang 4 dan 3, masing-masing mengalami penurunan dari 66,83% menjadi 66,43% dan dari 71,03% menjadi 70,15%. Penurunan terjadi pula pada tarif kamar hotel sebesar 0,89% (qtq) atau 6,12% (yoy) menjadi Rp.802.816/kamar/malam. Secara triwulanan, penurunan terbesar terjadi pada hotel bintang 3 sebesar 4,04% (qtq) menjadi Rp.480.278/kamar/malam, hotel bintang 4 turun 0,28% menjadi Rp.669.593/kamar/malam dan hotel bintang 5 yang hanya turun 0,04% (qtq) menjadi Rp.1.140.679/kamar/malam. Grafik 4 Tingkat Hunian dan Tarif Kamar Hotel Jabodebek 80%
Rp950,000
75%
Rp875,000
70%
Rp800,000
65%
Rp725,000
60%
Rp650,000
55%
Rp575,000
50%
Rp500,000 I
II
III
2006
IV
I
II
III
IV
2007
Tingkat Hunian (%)
Tim Statistik Sektor Riil
I
II
III
2008
IV
I
II
III
IV
2009
I 2010
(Rp) Tarif Sewa kamar/malam
4
Survei Properti Komersial
Hotel di Banten Setelah stagnan selama 3 triwulan, jumlah pasokan kamar hotel pada triwulan I-2010 bertambah sebanyak156 kamar dengan beroperasinya Hotel Aston di Taman Palem, sehingga jumlah pasokan kamar hotel di Banten menjadi 2.104 kamar. Jika dibandingkan dengan triwulan I-2009, peningkatan pasokan kamar hotel cukup signifikan yaitu sebesar 17,02% (yoy).
Banten: jumlah pasokan meningkat, namun tingkat hunian dan tarif kamar mengalami penurunan.
Sementara itu, tingkat hunian hotel pada triwulan I-2010 mengalami penurunan dari 58,54% menjadi 56,50%. Penurunan terjadi pula pada tarif kamar hotel, sebesar 4,98% (qtq) atau 6,12% (yoy) menjadi Rp.671.538/malam. Sejalan dengan liburan panjang anak sekolah pada triwulan mendatang, tingkat hunian hotel diperkirakan akan meningkat, terutama hotel yang berada di lokasi wisata seperti di Pantai Anyer, Carita dan daerah lainnya.
LAHAN INDUSTRI Lahan Industri di Jabobeka (Jakarta, Bogor, Bekasi, dan Karawang) Jumlah lahan industri pada triwulan I-2010 mengalami penambahan sebanyak 200 hektar (3,34%, qtq) atau 6,53% (yoy), yang berasal dari Kawasan Industri Delta Silikon 3 sehingga jumlahnya mencapai 6.197 hektar.
Jabobeka: jumlah pasokan meningkat, sementara tingkat penjualan dan harga jual menurun. Penurunan terjadi pula pada tingkat hunian dan tarif sewa.
Sementara itu tingkat penjualan lahan industri pada triwulan I-2010 menurun dari 73,20% menjadi 71,27%, dimana sebagian besar (77,04%) penyerapan lahan industri tersebut berasal dari wilayah Bekasi. Penurunan terjadi pula pada harga jual sebesar 2,57% (qtq) menjadi Rp.713.257/m2. Tingkat hunian lahan industri sewa pada triwulan I-2010 tercatat mengalami penurunan, dari 69,85% menjadi 67,83%. Penurunan juga terjadi pada tarif sewa, secara triwulan penurunannya sebesar 3,21% (qtq) namun secara tahunan cukup signifikan sebesar 18,98% menjadi Rp.39.254/m2/bulan. Grafik 5 Tingkat Hunian dan Tarif Sewa Lahan Industri di Jabobeka 80%
Rp50,000
75%
Rp45,000
70%
Rp40,000
65%
Rp35,000
60%
Rp30,000
55%
Rp25,000 I
II
III
IV
2006
I
II
III
2007 Tingkat Hunian (%)
IV
I
II
III
2008
IV
I
II
III
2009
IV
I 2010
(Rp) Tarif Sewa/m2/bulan
Lahan Industri di Banten Banten: jumlah pasokan dan tingkat hunian stabil, sedangkan harga jual mengalami penurunan.
•
Jumlah lahan industri di Banten tidak mengalami perubahan, tetap seluas 5.388 ha, demikian pula dengan tingkat hunian relatif stabil sebesar 70,09%. Sementara itu, harga jual lahan industri mengalami penurunan (-0,53%, qtq) menjadi sebesar Rp.607.592/m2. Pada triwulan II-2010, pasokan baru lahan industri diperkirakan berasal dari pengembangan Milenium Industrial Estate tahap 2 di kawasan Tigaraksa, Tangerang seluas 169 hektar.
Tim Statistik Sektor Riil
5
Survei Properti Komersial
KREDIT PROPERTI BANK UMUM Kredit Properti: kredit KPR/KPA mengalami penurunan, sementara kredit real estate dan konstruksi mengalami peningkatan.
Berdasarkan data dari LBU, penyaluran kredit properti1 oleh bank umum sampai dengan triwulan I-2010 (Maret 2010) tercatat sebesar Rp.200,74 triliun. Pangsa kredit properti tersebut sebesar 14,00% dari total outstanding kredit bank umum yang berjumah Rp.1.433,65 triliun. Jumlah kredit properti pada triwulan I-2010 mengalami penurunan sebesar 6,26% (qtq), sementara pada triwulan lalu pertumbuhannya tercatat sebesar 3,94% (qtq). Penurunan kredit properti tersebut disebabkan oleh terjadinya kontraksi pada kredit KPR/KPA2 dan kredit konstruksi3, masing-masing sebesar 8,06% (qtq) dan 14,47% (qtq), sementara kredit real estate4 masih meningkat sebesar 21,69% (qtq). Dengan berkurangnya jumlah kredit KPR/KPA, maka pangsa kredit KPR/KPA mengalami penurunan dari 64,29% menjadi 56,67%. Sementara pangsa kredit untuk kegiatan konstruksi pada triwulan I-2010 tercatat sebesar 27,17% dan kredit untuk subsektor real estate sebesar 16,16%. Grafik 6 Realisasi Kredit Perbankan Terhadap Properti Nasional 225.0
Rp. Triliun
200.0 175.0 150.0
Distribusi Kredit Properti Triwulan I-2010 (%)
Properti (total)
125.0 100.0
KPR dan KPA
75.0
56.67
50.0
Konstruksi
25.0
27.17
Real Estate
16.16
0.0 I
II
III
IV
I
2006
II
III
IV
I
II
2007
III
IV
I
II
2008
III
IV
I
2009
2010
Kons Real KPR & truksi Estate KPA
Penyaluran kredit properti antara lain juga dipengaruhi oleh tingkat suku bunga kredit. Berdasarkan grafik 7, secara umum terlihat bahwa tingkat suku bunga kredit yang relatif rendah akan mendorong penyaluran kredit yang lebih besar. Namun di triwulan 1-2010, meskipun suku bunga kredit di sektor konstruksi menurun dari triwulan sebelumnya, yaitu dari 13,58% menjadi 12,5%, namun pertumbuhan kredit properti mengalami penurunan sebesar 6,26% (qtq). Grafik 7. Pertumbuhan Kredit Properti dan Suku Bunga Kredit Sektor Konstruksi %
15.0 10.0
16.0 15.0
5.0 14.0 13.0
(5.0)
(10.0)
12.0 II
III
2006
IV
I
II
III
2007
IV
I
II
III
2008
IV
I
II
III
2009
IV
I
2010
Sk. Bunga Kr. Sektor Konstruksi (kiri) Pertumbuhan Kredit Properti (qtq)
Kredit Properti: mencakup kredit yang diberikan kepada kontraktor untuk pembangunan perkantoran, perhotelan, rumah dan pertokoan serta kredit kepada perorangan untuk kepemilikan serta pemugaran rumah 2 KPR/KPA : pemberian kredit untuk membeli atau memperbaiki/memugar rumah atau apartemen. 3 Konstruksi: usaha yang dilakukan kontraktor untuk pembangunan dan perbaikan gedung, jalan, pasar, dan kegiatan konstruksi untuk fasiltias umum lainnya. 1
4
Real estate : usaha-usaha membangun gedung, flat, rumah tempat tinggal, pasar dan sebagainya, baik untuk disewakan maupun dijual.
Tim Statistik Sektor Riil
6
Lampiran Laporan Survei Properti Komersial Triwulan I-2010 PERKEMBANGAN PROPERTI KOMERSIAL DI WILAYAH JABODEBEK DAN BANTEN 2009
KETERANGAN I
II
III
2010 III
III
IV
I
PERTUMBUHAN (%) Triwulanan IV-2009
I-2010
Tahunan IV-2009
I-2010
JABODEBEK Jakarta, Bogor, Depok, Bekasi
A PERKANTORAN Sewa = Stok (m2) = Tingkat hunian / Lease = Tarif sewa (Rp/m2/bulan)
5,919,897 87.83% 161,378
6,059,297 86.23% 156,776
6,115,535 85.69% 153,544
6,135,335 86.37% 154,726
6,135,335 87.57% 154,461
0.32% 0.80% 0.77%
0.00% 1.39% -0.17%
4.49% -1.32% 0.46%
3.64% -0.29% -4.29%
618,862 95.72% 16,975,649
693,862 95.31% 15,753,730
714,262 95.72% 15,071,535
731,162 95.26% 15,060,352
731,162 2.37% 95.59% -0.47% 15,288,628 -0.07%
0.00% 0.34% 1.52%
24.22% 0.62% -5.31%
18.15% -0.13% -9.94%
B. SEKTOR RITEL Sewa = Stok (m2) = Tingkat hunian = Tarif sewa (Rp/m2/bulan)
3,111,970 88.40% 464,979
3,111,970 88.99% 477,212
3,254,759 87.80% 473,655
3,254,759 88.17% 472,894
3,301,559 0.00% 87.52% 0.42% 471,257 -0.16%
1.44% -0.74% -0.35%
8.49% -1.08% 3.98%
6.09% -0.99% 1.35%
Jual = Stok (m2) = Tingkat Penjualan (%) = Harga Jual (Rp/m2)
1,488,172 79.55% 43,083,028
1,488,172 79.64% 43,506,814
1,708,982 76.11% 44,063,802
1,721,582 76.29% 42,860,534
1,721,582 0.74% 76.58% 0.24% 42,865,161 -2.73%
0.00% 0.38% 0.01%
15.68% -3.32% -0.51%
15.68% -3.73% -0.51%
11,524 72.29% 157,919
11,594 72.55% 156,388
11,616 70.43% 156,558
11,616 70.32% 156,653
11,616 0.00% 72.32% -0.16% 152,114 0.06%
0.00% 2.84% -2.90%
0.80% -6.90% -1.10%
0.80% 0.04% -3.68%
64,093 94.30% 10,617,690
66,371 92.93% 10,581,958
67,162 92.24% 10,836,489
68,743 92.63% 10,911,460
2.35% 0.42% 0.69%
0.82% 0.57% -0.55%
11.07% -1.62% 2.00%
8.13% -1.22% 2.21%
D HOTEL (Bintang 3, 4, 5) = Stok (kamar) = Tingkat hunian = Tarif kamar (Rp/malam)
23,268 70.62% 855,180
23,268 71.56% 831,074
23,268 65.19% 828,977
23,806 65.75% 810,056
23,908 2.31% 64.44% 0.86% 802,816 -2.28%
0.43% -2.00% -0.89%
2.31% -13.40% -2.71%
2.75% -8.75% -6.12%
E LAHAN INDUSTRI* = Stok (ha) = Tingkat penjualan = Harga jual (Rp/m2) = Tingkat Hunian = Tarif sewa (Rp/m2/bulan)
5,817 74.99% 773,401 69.45% 48,447
5,997 72.85% 762,369 69.65% 43,438
5,997 72.98% 741,878 69.72% 41,487
5,997 73.20% 732,086 69.85% 40,554
6,197 0.00% 71.27% 0.29% 713,257 -1.32% 67.83% 0.19% 39,254 -2.25%
3.34% -2.63% -2.57% -2.89% -3.21%
215,675 91.57% 356,517
226,175 90.41% 372,236
226,175 91.65% 338,649
226,175 91.96% 371,102
226,175 92.45% 370,344
0.00% 0.34% 9.58%
0.00% 0.53% -0.20%
4.87% 0.99% 4.87%
4.87% 0.96% 3.88%
524,670 78.69% 34,820,004
524,670 78.81% 34,878,565
524,670 78.82% 34,878,565
524,670 78.88% 34,878,565
524,670 78.96% 35,333,895
0.00% 0.07% 0.00%
0.00% 0.10% 1.31%
0.00% 0.35% 0.40%
0.00% 0.33% 1.48%
B. HOTEL (Bintang 3, 4, 5) = Stok (kamar) = Tingkat hunian = Tarif kamar (Rp/malam)
1,798 53.11% 742,219
1,948 54.21% 710,365
1,948 56.66% 704,157
1,948 58.54% 706,711
2,104 56.50% 671,538
0.00% 3.32% 0.36%
8.01% -3.48% -4.98%
8.34% -5.26% -4.34%
17.02% 6.38% -9.52%
C. LAHAN INDUSTRI = Stok (ha) = Tingkat penjualan = Harga jual (Rp/m2)
5,388 69.75% 630,972
5,388 69.83% 618,676
5,388 69.96% 613,369
5,388 70.06% 610,834
5,388 0.00% 70.09% 0.14% 607,592 -0.41%
0.00% 0.05% -0.53%
0.00% 0.78% -2.33%
0.00% 0.50% -3.71%
Jual = Stok (m2) = Tingkat Penjualan = Harga jual (Rp/m2)
C APARTEMEN Sewa = Stok (unit) = Tingkat hunian = Tarif sewa (Rp/m2/bulan) Jual / Kondominium = Stok (unit) = Tingkat penjualan = Harga jual (Rp/m2)
69,304 93.15% 10,851,899
3.09% 6.53% -2.05% -4.96% -4.23% -7.78% 1.15% -2.32% -9.26% -18.98%
* wilayah Jakarta, Bogor, Bekasi dan Kerawang
BANTEN Tangerang, Cilegon, Serang, Pandeglang A. SEKTOR RITEL Sewa = Stok (m2) = Tingkat hunian = Tarif sewa (Rp/m2/bulan) Jual = Stok (m2) = Tingkat Penjualan = Harga Jual (Rp/m2)
Tim Statistik Sektor Riil
7