FINESTA Vol. 3, No. 2, (2015) 7-11
7
Kesediaan untuk Membayar pada Properti Komersial Melisa Margaretha dan Njo Anastasia Program Manajemen, Program Studi Manajemen Keuangan Fakultas Ekonomi, Universitas Kristen Petra Jl. Siwalankerto 121-131, Surabaya E-mail:
[email protected] ;
[email protected] Abstrak— Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh faktor hukum, ekonomi, fisik, dan lingkungan dengan indikator yang terdiri dari sertifikat, ROI, capital gain, harga properti komersial, ukuran luas, arah hadap, jumlah lantai, jumlah kamar, kualitas finishing bangunan, view, dan aksesbilitas terhadap kesediaan untuk membayar pada properti komersial. Metode yang digunakan adalah Analisa Regresi Binomial Logistik, dengan populasi penelitian yaitu investor properti komersial yang berkeinginan maupun sudah membeli properti komersial dengan penghasilan menengah ke atas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara bersama-sama faktor hukum, ekonomi, fisik, dan lingkungan berpengaruh signifikan terhadap kesediaan untuk membayar pada properti komersial. Namun secara parsial, ROI, kualitas finishing bangunan, view, dan aksesbilitas berpengaruh signifikan terhadap kesediaan untuk membayar pada properti komersial. Kata Kunci— Faktor Ekonomi, Fisik dan Lingkungan, Hukum, Kesediaan Untuk Membayar, Properti Komersial. Abstract—The objective of this study is to identify the effect of legal, economic, physical, and environmental factors consisting indicators of certificate, ROI, capital gain, Commercial property prices, size area, direction toward, number of floors, number of rooms, quality of building finishing, view, and accessibility on willingness to pay for commercial property. The analysis method is Binomial Logistic Regression Analysis. The population of this research are commercial property investors are who desired or have already purchased a commercial property with middle high income level. The result of this research showed that legal, economic, physical, and environmental factors simultaneous significant by impact on willingness to pay on commercial property. However partially, ROI, quality of building finishing, view, and accessibility significant by impact on willingness to pay on commercial property. Keyword— Economic Factor, Physical and Environmental Factor, Legal Factor, Willingness to Pay, Commercial Property.
1. PENDAHULUAN Menurut Simanungkalit (2013), booming industri properti komersial selain di Jakarta juga terjadi di kota-kota besar seperti Bali, Bandung, Medan, Semarang, Makassar, Manado, Balikpapan, Pekanbaru, dan juga Surabaya. Pertumbuhan pembangunan apartemen di Surabaya diikuti kenaikan harga jual yang mencapai 20% tiap tahunnya (Prasetyo, 2013). Surabaya adalah kota metropolitan kedua setelah Jakarta, Surabaya juga menjadi tempat yang banyak diminati bagi pengusaha properti. Adanya keterbatasan lahan untuk pembangunan properti yang sesuai dengan permintaan pasar, mendorong pembangunan properti gedung bertingkat seperti apartemen. Hal tersebut membuat pasar properti residensial berubah menjadi properti komersial (Hamidi, 2015). Sugwantono Tanto sebagai Direktur Ciputra Grup mengatakan bahwa properti yang diminati pasar di Surabaya adalah konsep hunian kondominium hotel (kondotel) (Khartika, 2014). Peningkatan permintaan properti komersial
tergolong tinggi yaitu mengalami peningkatan sebesar 60% sampai 100% (Lukito, 2014). Willingness to pay (WTP) atau kesediaan untuk membayar merupakan salah satu metode yang dapat digunakan untuk menentukan seberapa besar kesediaan konsumen untuk membayar suatu barang atau jasa. Dengan kata lain, WTP merupakan ketersediaan pengguna untuk mengeluarkan imbalan atas barang atau jasa yang diterimanya. Pendekatan yang digunakan dalam analisis WTP didasarkan pada preferensi dan persepsi pengguna terhadap tarif dari barang atau jasa tersebut. Contohnya, terkait dengan aksesbilitas ke tempat kerja, status sosial ekonomi pembeli (Hu, Geertman, & Hooimeijer, 2014). Faktor-faktor yang mempengaruhi willingness to pay (WTP) pada properti komersial yaitu property rights, keuntungan investor, lokasi, view, fasilitas internal, dan keadaan fisik bangunan. 2. TEORI PENUNJANG Menurut Pearce, Turner, & Bateman (1994), willingness to pay (WTP) atau kesediaan untuk membayar merupakan kesediaan individu untuk membayar suatu barang atau jasa. Willingness to Pay (WTP) adalah harga maksimum yang konsumen ingin bayar untuk barang atau jasa dan mengukur berapa nilai yang ingin konsumen bayar untuk barang atau jasa (Prasmatiwi, Irham, Suryantini, & Jamhari, 2011). Menurut Dinauli (2001) willingness to pay (WTP) dinilai penting untuk melindungi konsumen dari penyalahgunaan kekuasaan monopoli yang dimiliki oleh perusahaan. Investor adalah seseorang yang membeli aset untuk menghasilkan pendapatan dan bertujuan membangun kekayaan dengan membeli properti residensial maupun komersial, atau kombinasi dari keduanya. Properti yang telah dibeli dengan tujuan mendapatkan laba atas investasi didapat melalui sewa (pendapatan), penjualan kembali pada masa mendatang saat menguntungkan, atau keduanya. Investasi pada properti dapat menjadi usaha jangka panjang, seperti sebuah gedung apartemen (Farlex Financial Dictionary, 2012) Menurut Centre for Architecture and Urban Studies (CAUS, 2001) properti komersial adalah jenis properti yang mempunyai kemampuan komersial untuk menghasilkan arus kas dan semua aspek komersialnya. Beberapa jenis properti komersial yaitu apartemen adalah bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu lingkungan, yang terbagi dalam bagian-bagian yang distrukturkan secara fungsional dalam arah horizontal maupun vertikal dan merupakan satuan-satuan yang masing-masing dapat dimiliki dan digunakan secara terpisah, terutama untuk tempat hunian, yang dilengkapi dengan bagian-bersama, benda-bersama dan tanah bersama (UU RI No.16 tahun 1985 tentang rumah susun).
FINESTA Vol. 3, No. 2, (2015) 7-11 Perkantoran merupakan suatu bentuk bangunan komersial dengan ruang-ruang yang khusus didesain untuk perkantoran. Gedung perkantoran memerlukan rancangan yang dapat mengakomodasi perkembangan teknologi. Dalam perancangan gedung perkantoran, tata ruang menjadi penting karena berpengaruh pada seberapa banyak ruang yang bisa disewakan dan menghasilkan keuntungan bagi pemilik bangunan (Marlina, 2008). Hotel adalah salah satu jenis akomodasi yang mempergunakan sebagian atau keseluruhan bangunan untuk jasa pelayanan penginapan, penyedia makanan dan minuman serta jasa lainnya bagi masyarakat umum yang dikelola secara komersial (Keputusan Menteri Parpostel no Km 94/HK/ 103/MPPT 1987). Dalam perkembangannya, di Indonesia kondominium hotel (kondotel) merupakan penggabungan dari konsep kepemilikan kondominium dan sistem pengoperasian hotel dalam suatu bangunan bertingkat. Kondotel adalah suatu kegiatan yang bergerak di bidang jasa dengan menawarkan sebuah bangunan sebagai tempat penginapan yang memiliki fasilitas rumah, hiburan serta layanan yang mewah dan lengkap seperti hotel berbintang (Khrisna, Warsika, & Frederika, 2013). Faktor-Faktor Properti Komersial terdiri dari hukum, ekonomi, fisik, dan lingkungan. Dalam properti, terdapat hukum properti yang berlaku di Indonesia dan diatur dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (UU Agraria). Terdapat beberapa hak atas tanah dalam UU Agraria khususnya pada properti komersial yaitu Surat Hak Milik Strata Title (SHM Strata Title), Hak Guna Bangunan (HGB), dan Hak Pakai. Faktor ekonomi dalam bentuk kenaikan harga properti yang terus menerus mengakibatkan adanya capital gain yang merupakan selisih antara harga jual yang lebih tinggi dibandingkan harga beli yang lebih rendah sehingga memberikan keuntungan bagi seorang investor (Tambunan, 2014). Selain itu, properti komersial menawarkan keuntungan yang lebih tinggi dengan pembagian omset (ROI) sebagai periode sewa komersial biasanya lebih lama dengan memiliki minimal 3 tahun lamanya (Jufri, 2013). Aspek fisik seperti penampilan bangunan dari luar, luas, jumlah lantai, jumlah kamar, arah hadap, kualitas finishing bangunan (fully furnish) (Arifin, 2011). Sedangkan lingkungan yang perlu dipertimbangkan adalah ukuran dan lokasi lahan yang merupakan gambaran dimana letak suatu lahan tersebut berada mempengaruhi faktor aksesibilitas ke pusat kota, jalan tol, bandara udara (Mubayyinah & Utomo, 2012). Faktor hukum atau legalitas properti menentukan status dan kepemilikan suatu properti. Menurut Yusrizal (2013), faktor hukum meliputi surat-surat tanah, ijin, hak milik, hak guna bangunan, hak pakai, dan lain-lain. Fanning (2005) juga mengatakan bahwa faktor hukum memiliki pengaruh yang positif terhadap nilai properti. Faktor ekonomi menurut Mandell & Wilhelmsson (2010), secara umum diwakili oleh keluarga dengan penghasilan tinggi bersedia membayar lebih untuk perubahan nonmarjinal, namun perbedaan antara rumah tangga yang sadar lingkungan dan yang tidak sadar kurang lebih sama seperti untuk semua jenis rumah tangga. Sekitar setengah dari rumah itu, pada saat pembelian, membutuhkan pemeliharaan interior atau eksterior sesuai dengan penghasilan pembeli. Faktor fisik dan lingkungan terhadap kesediaan untuk membayar pada properti komersial, Akhlagh et al. (2011)
8 menggunakan metode Conceptual Valuation Method (CVM) untuk mengukur kesediaan individu dan keluarga dalam membayar tempat tinggal pada kondominium di provinsi Ishafan, hasil penelitian menunjukkan bahwa diantara 272 warga yang telah diwawancarai, 70% (188 orang) dari individu yang bersedia tinggal di kondominium dan 30% (84 orang) tidak bersedia untuk tinggal di sana. Sebesar 70% individu dan keluarga yang terdiri dari dua sampai tujuh anggota bersedia untuk tinggal di kondominium dan membayar harga 50%-60% lebih tinggi dari harga perumahan umum. Mandell & Wilhelmsson (2010) melakukan penelitian kepada 618 keluarga single family di Stockholm dimana sekitar 5% dari pembeli hunian memilih view laut dan 29% berada dekat dengan jalan utama. Penelitian yang dilakukan oleh Hu et al. (2014) menilai kesediaan untuk membayar oleh kelompok sosial ekonomi yang berbeda di Nanjing, China. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa harga rumah, pencemaran lingkungan, dan aksesbilitas ke pusat kota dan pekerjaan dengan transportasi publik merupakan faktor penting ketika pembeli memilih sebuah apartemen di Nanjing. Pembeli akan membayar 2.147 yuan/ m2 lebih untuk akses ke pekerjaan yang dapat ditempuh dalam waktu 20-30 menit dibandingkan dengan waktu 30-40 menit, dan 1.832 yuan/ m2 lebih mahal selama waktu tempuh 30-40 menit dibandingkan dengan waktu tempuh lebih dari 40 menit. Hukum Ekonomi
Willingness to Pay Properti Komersial
Fisik dan Lingkungan Hipotesa dalam penelitian ini adalah adanya pengaruh hukum, ekonomi, fisik, dan lingkungan yang signifikan secara bersama-sama dan parsial terhadap willingness to pay properti komersial. 3. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Dalam penelitian ini, metode penelitian yang digunakan tergolong dalam jenis penelitian eksploratif. Menurut Arikunto (2006) menjelaskan penelitian eksploratif adalah penelitian yang bertujuan untuk menggali secara luas tentang sebab-sebab atau hal-hal yang mempengaruhi terjadinya sesuatu dimana belum diketahui secara pasti dan spesifik mengenai objek penelitian. Penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi konsumen dalam kesediaannya untuk membayar (willingness to pay) pada properti komersial dan seberapa besar respon responden terhadap kesediaan tersebut. B. Populasi dan Sampel Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah investor properti komersial di Surabaya. Sampel yang digunakan akan diambil dengan menggunakan metode simple random sampling (sampling acak sederhana). Sampel yang digunakan yaitu investor properti komersial di Surabaya yang
FINESTA Vol. 3, No. 2, (2015) 7-11
9
berkeinginan untuk membeli atau sudah membeli properti komersial dan memiliki penghasilan Rp 2.600.000 sampai Rp26.000.000 (kelas menengah). C. Teknik Analisa Data Teknik analisa data yang digunakan adalah Analisa Regresi Binomial Logistik. Sebelumnya dilakukan Uji Validitas dan Uji Reliabilitas. Terdapat beberapa asumsi yang harus dipenuhi, yaitu data pada variabel bebas seharusnya berdistribusi normal multivariat. Uji Omnibus Test of Model Coefficient dilakukan untuk mengetahui signifikansi model logistik secara bersama-sama atau simultan dapat menjelaskan atau memprediksi variabel independen terhadap variabel dependen. Uji Wald dilakukan untuk uji signifikansi tiap-tiap parameter atau secara parsial. Lalu Uji -2Log Likelihood, Koefisien Determinasi, dan Matriks Kualifikasi juga dilihat untuk mengetahui kecocokan model dan ketepatan alat.
B. Hasil Analisa Data Persamaan model regresi logistik binomial dapat dituliskan sebagai berikut: Ln P/(1-P) = -1,092 - 0,841 CRTF + 0,521 – 0,710 CAPG + 0,145 PRC + 0,037 WIDE + 0,033 TWRD + 0,049 LVL + 0,089 TYPE – 1,264 FURN+ 1,183 VIEW + 1,402 ACCS Tabel 2. Hasil Uji Omnibus Tests of Model Coefficients Omnibus Tests of Model Coefficients Sig. Model
0,000
Berdasarkan dari tabel 2. nilai p value< 0,05 yaitu 0,000 artinya terdapat pengaruh yang signifikan antara faktor hukum, ekonomi, fisik dan lingkungan secara bersama-sama terhadap willingness to pay properti komersial.
4. ANALISA DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Tabel 1. Karakteristik Umum Karakteristik % Kesediaan Untuk Responden Membayar Lebih Mahal 0%-2% 2,1%-15%
Total
Jenis Kelamin: Laki-laki
33
36
69
Perempuan
22
24
46
55
60
Kepemilikan Properti Komersial: Sudah Memiliki
11
32
43
Belum Memiliki
44
28
72
55
60
Jenis Properti Komersial: Apartemen Sewa
34
39
73
Apartemen Jual
6
8
14
Kondominium Hotel
15
13
28
55
60
Berdasarkan tabel 1., dapat dilihat bahwa jenis kelamin laki-laki dan perempuan paling banyak bersedia untuk membayar lebih mahal pada kisaran 2,1%-15%. Dari 72 responden yang belum pernah memiliki properti komersial bersedia membayar lebih mahal pada kisaran 0%-2%, tetapi 39% diantaranya bersedia membayar tinggi pada kisaran 2,1%-15%. Sedangkan dilihat dari jenis properti komersial, paling banyak responden yaitu 73 responden yang memilih apartemen sewa 53% diantaranya bersedia untuk membayar lebih mahal pada 2,1%-15%. Pada apartemen jual, responden bersedia membayar lebih mahal 2,1% sampai 15%, dan 28 responden yang memilih properti komersial kondominium hotel hanya bersedia membayar lebih pada 0%-2%.
Tabel 3. Uji Wald Indikator Sig. Sertifikat 0,078 ROI 0,038 Capital Gain 0,080 Harga Properti 0,618 Ukuran Properti 0,926 Arah Hadap 0,958 Lantai Properti 0,935 Jumlah Kamar 0,872 Kualitas Finishing 0,005 View 0,001 Aksesbilitas 0,016 Constant 0,547 Dapat dilihat bahwa sertifikat, capital gain, harga properti komersial per m2, ukuran properti komersial, arah hadap, jumlah lantai properti komersial, dan jumlah kamar memiliki nilai signifikansi >0,05 yang artinya secara parsial tidak memilki pengaruh yang signifikan terhadap kesediaan untuk membayar pada properti komersial. Sedangkan ROI, kualitas finishing bangunan, view, dan aksesbilitas memiliki signifikansi <0,05 dimana secara parsial memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kesediaan untuk membayar pada properti komersial. Uji -2Log Likelihood menyimpulkan bahwa variabel independen yang ditambahkan kedalam model secara signifikan memperbaiki model. Uji koefisien determinasi dengan melihat nilai Nagelkerke R2, variabel hukum, ekonomi, fisik dan lingkungan dapat menjelaskan variasi dari variabel willingness to pay properti komersial dengan kontribusi sebesar 36,9% dan sisanya sebesar 63,1% dijelaskan oleh variabel lain diluar model. Dari 55 responden yang memilih 0%-2%, 42 responden diantaranya sesuai dengan yang diprediksi dan dari 60 responden yang memilih 2,1%-15%, 46 responden diantaranya sesuai dengan yang diprediksi. Hasil dari overall percentage 76,5% yang artinya model regresi logistik mampu menerangkan kondisi yang sebenarnya.
FINESTA Vol. 3, No. 2, (2015) 7-11 C. Pembahasan Dari hasil penelitian yang sudah dilakukan, didapatkan hasil uji hipotesisnya bahwa faktor hukum, ekonomi, dan fisik dan lingkungan secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap kesediaan konsumen untuk membayar pada properti komersial. Secara parsial, didapatkan ROI, kualitas finishing bangunan, view, dan aksesbilitas berpengaruh terhadap kesediaan untuk membayar pada properti komersial. Faktor hukum yang diukur dengan menggunakan indikator sertifikat, tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kesediaan untuk membayar pada properti komersial. Pada faktor ekonomi yang diukur dengan indikator ROI, capital gain, dan harga properti komersial per m2, hanya ROI yang secara signifkan berpengaruh pada kesediaan untuk membayar pada properti komersial. Dari faktor fisik dan lingkungan, dengan indikator ukuran properti komersial, arah hadap, lantai unit, jumlah kamar, kualitas finishing bangunan, view, dan aksesbilitas. Kualitas finishing bangunan, view, dan aksesbilitas berpengaruh signifikan terhadap kesediaan untuk membayar pada properti komersial. Terkait dengan aksesbilitas ke bandara udara, pusat kota, dan jalan tol, sebesar 36 responden bersedia membayar lebih mahal sebesar 2,1% sampai 15% untuk kemudahan aksesbilitas ke bandara udara sejauh 10-15 km dari properti komersial, dari 53 responden yang bersedia membayar lebih mahal sebesar 2,1% sampai 15% untuk kemudahan aksesbilitas sejauh 0-5 km ke pusat kota, dan 46 responden memiliki kesediaan untuk membayar sebesar 2,1% sampai 15% untuk 5-10 km aksesbilitas dari properti komersial ke jalan tol. Dalam penelitian ini menghasilkan persentase kesediaan konsumen untuk membayar properti komersial. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 115 responden terbukti bahwa 52% diantaranya memiliki kesediaannya untuk membayar lebih mahal pada properti komersial paling banyak sebesar 2,1% sampai 15%. Hal ini menunjukkan bahwa respon konsumen yang belum memiliki properti komersial memiliki preferensi yang cukup tinggi dalam kesediaannya untuk membayar lebih mahal pada properti komersial. 5. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan maka simpulan yang dapat dikemukakan faktor-faktor hukum, ekonomi, fisik dan lingkungan memiliki pengaruh yang signifikan secara bersama-sama terhadap kesediaan untuk membayar pada properti komersial. Secara parsial, ROI, kualitas finishing bangunan, view, dan aksesbilitas berpengaruh signifikan terhadap kesediaan untuk membayar pada properti komersial. Konsumen di Surabaya memiliki respon yang positif dalam hal kesediaannya untuk membayar lebih pada properti komersial. Sebesar 60 responden (52%) bersedia untuk membayar lebih mahal sebesar 2,1% sampai 15%. Bagi Peneliti selanjutnya, penelitian ini dapat dikembangkan lagi dengan menambahkan variabel independen yaitu faktor sosial, willingness to pay dapat diukur tidak hanya dari sensitivitas persentase tetapi juga dari harga properti yang diinginkan investor dalam berinvestasi, dan dapat ditambahkan pertimbangan ROI dari sisi investor yang sudah
10 pernah dan telah merasakan keuntungan investasi yaitu ROI pada properti komersial, serta disarankan dalam penyebaran kuesioner jumlahnya dapat ditingkatkan sehingga mendapatkan hasil yang lebih baik. DAFTAR PUSTAKA Akhlagh, R. K., Akbari N.,& Farahmand S. (2011). Measurement of individuals' willingness to pay for habitation in condominium in Isfahan province (Case study: District 13 of municipality). Interdisciplinary Journal of Contemporary Research in Business, 3(6), 596-605. Arifin, M. Y., (2011). Analisis Tingkat Kapitalisasi Nilai Properti Perumahan di Kabupaten Klaten. Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Arikunto. (2006). Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. CAUS. (2001). Real Estate Invesment. Center for Architecture and Urban Studies. Dinauli, H. (2001), Analisis Ability To Pay dan Willingness To Pay Tarif Angkutan Kota (Studi Kasus: Kotamadya Medan). ITB Central Library, Bandung. Fanning, S.F. (2005). Market Analysis for Real Estate. United States of America: Appraisal Institute Farlex Financial Dictionary. (2012) Retrieved From http://financialdictionary.thefreedictionary.com/investment+property Hamidi, A. (2015, Februari 1). Properti Sekunder Beralih ke Komersil dengan Tren Gedung Bertingkat. Surya Online. Retrieved from http://surabaya.tribunnews.com/2015/02/01/properti-sekunderberalih-ke-komersil-dengan-tren-gedung-bertingkat Hu, H., Geertman S., & Hooimeijer P. (2014). The willingness to pay for green apartments: The case of Nanjing, China. Urban Studies, 51(16), 3459-3478. Jufri. (2013, Juni 15). Perbedaan Dasar Antara Residential Dan Komersial Investasi Real Estat. Retrieved from http://yukbisnisproperty.blogspot.com/2013/06/perbedaan-dasarantara-residential-dan.html Keputusan Menparpostel KM 94/HK103/MPPT tahun 1987 tentang Ketentuan Usaha dan Penggolongan Hotel. Khartika, R. (2014, Juni 13). Kondotel Tren Properti di Surabaya. Sindonews.com. Retrieved from http://ekbis.sindonews.com/read/873155/34/kondotel-tren-propertidi-surabaya-1402651925 Lukito, J. (2014, Oktober 15). Harga Lahan di Surabaya Tembus Rp 60 Juta Per Meter Persegi. Kompas.com. Retrieved from http://properti.kompas.com/read/2014/10/15/151315021/Harga.Lah an.di.Surabaya.Tembus.Rp.60.Juta.Per.Meter.Persegi Mandell, S. & Wilhelmsson M. (2010). Willingness to Pay for Sustainable Housing. Journal of Housing Research, 20(1), 35-51. Marlina, E. (2008). Panduan Perancangan Bangunan Komersial. Yogyakarta: ANDI. Mubayyinah, M. & Utomo C. (2012). Analisa Highest and Best Use (HBU) Lahan “X” Untuk Properti Komersial. Institut Teknologi Sepuluh November, Surabaya.
FINESTA Vol. 3, No. 2, (2015) 7-11
Pearce, D.W., R.K. Turner & I. Bateman. (1994). Economics of Natural Resources and the Environment. New York: Harvester Wheatsheaf. Prasetyo, B. (2013, Maret 3). Harga Properti Diprediksi Naik 20 Persen. Tribun News. Retrived from www.tribunnews.com/bisnis/2013/01/14/harga-properti-diprediksinaik-20-persen Prasmatiwi, F. E., Irham, Suryantini A., & Jamhari. (2011). Kesediaan Membayar Petani Kopi untuk Perbaikan Lingkungan. Jurusan Ekonomi Pembangunan Volume 12, Nomor 2, Desember 2011, 187-199. Simanungkalit, P. (2013). Booming Properti 2013. Retrieved from http://emafitriyani.blogspot.com/2013/03/booming-properti-2013oleh-ema.html Tambunan, P. (2014, Oktober 30). Pengertian Capital Gain Dalam Properti. Usaha Properti. Retrieved from http://www.usahaproperti.com/pengertian-capital-gain-dalamproperti/ UU No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria. UU No. 16 Tahun 1985 tentang Rumah Susun. Retrieved from https://www.pu.go.id/uploads/services/2011-11-29-12-27-41.pdf Yusrizal, M., (2013). Tata Cara Pemberian Hak Milik Atas Tanah Negara. Retrieved from http://myrizal-76.blogspot.com/2013/02/tata-cara-pemberian-hakmilik-atas.html
11