PENYUSUN Indrijati Soerjasih, S.Sos., M.Si. ( PPPPTK PKn DAN IPS )
Usman Effendi, S.Sos., M.Pd. ( PPPPTK PKn DAN IPS )
PEMBAHAS Sri Endah Kinasih, S.Sos . M.Si. ( Universitas Airlangga Surabaya )
Antropologi SMA K - 10
i
MODUL PENGEMBANGAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN
MATA PELAJARAN
ANTROPOLOGI SMA KELOMPOK KOMPETENSI 10 PENYUSUN Indrijati Soerjasih, S.Sos., M.Si. ( PPPPTK PKn DAN IPS )
Usman Effendi, S.Sos., M.Pd. ( PPPPTK PKn DAN IPS )
PEMBAHAS Sri Endah Kinasih, S.Sos . M.Si. ( Universitas Airlangga Surabaya )
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN PUSAT PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL PPPPTK PKn DAN IPS 2015 Antropologi SMA K - 10
i
PENGANTAR
Salah satu komponen yang menjadi fokus perhatian dalam peningkatan kualitas pendidikan adalah peningkatan kompetensi guru. Hal ini menjadi prioritas baik oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Sejalan dengan hal tersebut, peran guru yang profesional dalam proses pembelajaran di kelas menjadi sangat penting sebagai penentu kunci keberhasilan belajar siswa. Disisi lain, Guru diharapkan mampu untuk membangun proses pembelajaran yang baik sehingga dapat menghasilkan pendidikan yang berkualitas. Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) diperuntukkan bagi semua guru. Sejalan dengan hal tersebut, pemetaan kompetensi baik Kompetensi Pedagogik maupun Kompetensi Profesional sangat dibutuhkan bagi Guru. Informasi, tentang peta kompetensi tersebut diwujudkan dalam buku modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan dari berbagai mata pelajaran. PPPPTK PKn dan IPS merupakan salah satu Unit Pelaksana Teknis
di
lingkungan Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan, mendapat tugas untuk menyusun Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB), khususnya modul PKB untuk
mata pelajaran PPKn SMP, IPS SMP, PPKn
SMA/SMK, Sejarah SMA/SMK, Geografi SMA, Ekonomi SMA, Sosiologi SMA, dan Antropologi SMA. Masing-masing modul Mata Pelajaran disusun dalam Kelompok Kompetensi 1 sampai dengan 10. Dengan adanya modul
ini,
diharapkan semua kegiatan pendidikan dan pelatihan baik yang dilaksan dengan pola tatap muka maupun on-line bisa mengacu dari modul-modul yang telah disusun ini. Semoga modul ini bisa dipergunakan untuk menjadi acuan dan pengembangan proses pembelajaran, khususnya untuk mata pelajaran PKn dan IPS.
Jakarta, Desember 2015 Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
Sumarna Surapranata, Ph.D NIP. 195908011985032001
Antropologi SMA K - 10
ii
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL..................................................................................
i
KATA PENGANTAR..................................………………………………
ii
DAFTAR ISI...............................................……………………………….
iii
BAB I : PENYUSUNAN BAHAN AJAR ……………………………….….
3
BAB II : PENYUSUNAN PERANGKAT PEMBELAJARAN….………….
50
BAB III : SEMINAR MATERI AJAR...………….………………………….
66
BAB IV : INOVASI DALAM PENDEKATAN SAINTIFIK………………….
74
BAB V : INOVASI MODEL – MODEL PEMBELAJARAN........………….
95
BAB VI : INOVASI MEDIA DAN SUMBER PEMBELAJARAN ANTROPOLOGI........................................................….……….
108
DAFTAR PUSTAKA................................................................……………
122
Antropologi SMA K - 10
iii
BAGIAN 1:PENDAHULUAN a. LATAR BELAKANG 1. Deskripsi Antropologi merupakan salah satu muatan kurikulum pendidikan dasar dan menengah sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 2, Pasal 3, dan Pasal 37 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Penjelasan Pasal 37 “... dimaksudkan untuk membentuk
peserta
didik
menjadi
manusia
yang
memiliki
rasa
kebangsaan dan cinta tanah air”. Berdasarkan rumusan tersebut, telah dikembangkan Mata pelajaran Antropologi yang diharapkan dapat menjadi wahana edukatif dalam mengembangkan peserta didik menjadi manusia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air yang dijiwai oleh nilai-nilai Pancasila, Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, semangat Bhinneka Tunggal Ika dan komitmen Negara
Kesatuan
perkembangan baru
Republik
Indonesia.
Untuk
mengakomodasikan
dan perwujudan pendidikan sebagai proses
pencerdasan kehidupan bangsa dalam arti utuh dan luas. Mata pelajaran Antropologi, secara utuh bersama mata pelajaran lainnya, sudah dimuat dalam semua ketentuan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) turunan dari Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 2013 yang merupakan Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan. Ketentuan tersebut berkaitan dengan Standar Kompetensi Lulusan (SKL), Kompetensi Inti (KI), Kompetensi Dasar (KD), Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum, Silabus, Buku Teks Siswa dan Buku Pedoman Guru, serta Pedoman Implementasi Kurikulum. Dengan kata lain tentang apa, mengapa, dan bagaimana mata pelajaran Antropologi secara imperatif berkedudukan dan berfungsi dalam konteks sistem pendidikan dan kurikulum secara nasional sudah didukung dengan regulasi yang sangat lengkap.
Antropologi SMA K - 10
1
2. Petunjuk Penggunaan Modul ini berisi kegiatan belajar yang disajikan konsep, materi, struktur dan pola pikir keilmuan; dan ruang lingkup antropologi. Kegiatan Belajar ini dirancang untuk pencapaian tujuan yang telah ditentukan. Untuk membantu Anda dalam mempelajari modul ini, ada baiknya diperhatikan beberapa petunjuk belajar berikut ini: a. Bacalah dengan cermat bagian pendahuluan modul ini sampai Anda memahami secara tuntas tentang apa, untuk apa, dan bagaimana mempelajari modul ini. b. Baca sepintas bagian demi bagian dan temukan kata-kata kunci dari kata-kata yang dianggap baru. Carilah dan baca pengertian kata-kata kunci tersebut dalam kamus yang anda miliki. c. Cobalah anda tangkap pengertian demi pengertian dari isi modul ini melalui pemahaman sendiri dan tukar pikiran dengan teman sejawat atau dengan tutor Anda d. Untuk memperluas wawasan, baca dan pelajari sumber-sumber lain yang relevan. Anda dapat menemukan bacaan dari berbagai sumber, termasuk dari internet. e. Mantapkan pemahaman anda dengan mengerjakan latihan dalam modul dan melalui kegiatan diskusi dalam kegiatan tutorial dengan pendidik lainnya atau teman sejawat. f.
Cobalah menjawab soal-soal yang dituliskan pada setiap akhir kegiatan belajar. Hal ini berguna untuk mengetahui apakah anda sudah memahami dengan benar isi yang terkandung dalam modul ini.
Selamat belajar ! 3. Tujuan Akhir Setelah mempelajari Modul ini, diharapkan Anda dapat: Menguasai konsep, Materi, struktur pola pikir keilmuan, dan ruang lingkup Antropologi
Antropologi SMA K - 10
2
BAGIAN 2: PEMBELAJARAN BAB I: PENYUSUNAN BAHAN AJAR Kegiatan Pembelajaran 1:Penyusunan Bahan Ajar 1. TUJUAN Setelah mempelajari materi Penyusunan bahan Ajar, peserta diklat mampu mengembangkan bahan ajar yang sesuai dengan ketentuan dan mekanisme yang telah ditetapkan
2. INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI Setelah mengikuti diklat ini, peserta diharapkan mampu dan berhasil: 1)
Menjelaskan keberadaan bahan ajar dalam pembelajaran
2)
Menjelaskan pengertian dan jenis bahan ajar
3)
Menjelaskan prinsip dan teknik (langkah-langkah) penyusunan bahan ajar Menyusun bahan ajar yang dapat dimanfaatkannya dalam pembelajaran di kelas
3. URAIAN MATERI Latar belakang Permendiknas nomor 16 tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru, mengatur berbagai kompetensi yang harus dimiliki oleh pendidik, baik yang bersifat kompetensi inti maupun kompetensi mata pelajaran. Bagi guru pada satuan pendidikan jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA), baik dalam tuntutan kompetensi pedagogik maupun kompetensi profesional, berkaitan erat dengan kemampuan guru dalam mengembangkan sumber belajar dan bahan ajar. Dalam penyajian materi ajar pada proses pembelajaran dan tingkat kemudahan
peserta
didik
untuk
mempelajarinya,
maka
guru
perlu
mengorganisasikan materi ajar yang telah dikembangkan ke dalam bahan ajar. Namun masih banyak guru yang masih belum mampu mengembangkan bahan ajar secara mandiri. Kondisi-kondisi yang sering terjadi adalah:
Antropologi SMA K - 10
3
-
Guru lebih banyak mengandalkan buku paket atau bahan ajar yang disusun pihak lain/guru lain
-
Guru kurang menyadari akan pentingnya menyusun bahan ajar yang sesuai kebutuhan, manfaat bahan ajar dalam penyiapan perangkat pembelajaran dan pelaksanaan pembelajaran
-
Guru kurang memahami mekanisme dan teknis menyusun bahan ajar yang benar
-
Terbatasnya sarana TIK di sekolah dan terbatasnya kemampuan guru dalam pemanfaatannya Sebagai respon atas permasalahan tersebut, maka dalam upaya membantu
guru dalam mengembangkan bahan ajar, perlu adanya informasi tentang penyusunan bahan ajar. Berdasarkan Undang-Undang Guru dan Dosen Nomor 14 Tahun 2005 Pasal 8 disebutkan bahwa “Guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikasi pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.” Kompetensi Guru sebagaimana dimaksud dalam undang-undang tersebut meliputi kompetensi pedagogis, kompetensi kepribadian, kompetensi social, dan kompetensi professional yang diperoleh melalui pendidikan profesi. Kompetensi-kompetensi inti yang wajib dimiliki seorang guru atau dosen di antaranya adalah “mengembangkan kurikulum yang terkait dengan bidang pengembangan yang diampu” dan “menyelenggarakan kegiatan pengembangan yang mendidik” untuk kompetensi pedagogis, serta “mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif” dan “memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dan mengembangkan diri” untuk kompetensi profesional. Berdasarkan tuntutan-tuntutan tersebut, maka guru ataupun dosen dituntut mampu menyusun bahan ajar yang sesuai dengan kurikulum, perkembangan kebutuhan peserta didik, maupun perkembangan teknologi informasi.
Pengertian Bahan Ajar Beberapa pengertian bahan ajar sebagai berikut (Depdiknas. 2008. Panduan Pengembangan bahan Ajar):
Antropologi SMA K - 10
4
Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru/instruktor dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Bahan yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis.
Bahan ajar atau teaching-material, terdiri atas dua kata yaitu teaching atau mengajar dan material atau bahan. Menurut University of Wollongong NSW 2522, AUSTRALIA pada website-nya, WebPage last updated: August 1998, Teaching is defined as the process of creating and sustaining an effective environment for learning (Melaksanakan pembelajaran diartikan sebagai proses menciptakan dan mempertahankan suatu lingkungan belajar yang efektif). Paul S. Ache lebih lanjut mengemukakan tentang material yaitu:Books can be used as reference material, or they can be used as paper weights, but they cannot teach (Buku dapat digunakan sebagai bahan rujukan, atau dapat digunakan sebagai bahan tertulis yang berbobot). Sumber lain dalam website Dikmenjur.net, diperoleh pengertian yang lebih aplikatif bahwa bahan ajar atau materi ajar merupakan seperangkat materi atau substansi pembelajaran (teaching material) yang disusun secara sistematis, yang menampilkan sosok utuh dari kompetensi yang akan dikuasai peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. Dengan bahan ajar memungkinkan peserta didik dapat mempelajari suatu kompetensi atau KD secara runtut dan sistematis sehingga secara akumulatif mampu menguasai semua kompetensi secara utuh dan terpadu. Menurut National Center for Competency Based Training (2007), bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru atau instruktur dalam melaksanakan proses pembelajaran di kelas. Bahan yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun tidak tertulis. Andi,(2015:16)
pandangan dari ahli lainnya mengatakan, bahwa bahan ajar
adalah seperangkat materi yang disusun secara sistematis, baik tertulis maupun tidak tertulis, sehingga tercipta lingkungan atau suasana yang memungkinkan peserta didik untuk belajar. Kemudian, ada pula yang berpendapat bahwa bahan ajar adalah informasi, alat, dan teks yang diperlukan guru atau instruktur untuk perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran. Antropologi SMA K - 10
5
Pandangan-pandangan tersebut juga dilengkapi oleh Pannen (2001). Yang mengungkapkan bahwa bahan ajar adalah bahan-bahan atau materi pelajaran yang disusun secara sistematis, yang digunakan guru dan peserta didik dalam proses pembelajaran. Berdasarkan pengertian di atas, dapat dipahami bahwa bahan ajar merupakan segala bahan (baik informasi, alat, maupun teks) yang disusun secara sistematis, yang menampilkan sosok utuh dari kompetensi yang akan dikuasai peserta didik dalam kegiatan pembelajaran.
Fungsi bahan ajar Bahan ajar merupakan bagian penting dalam pelaksanaan pendidikan di sekolah. Melalui bahan ajar guru akan lebih mudah dalam melaksanakan pembelajaran dan peserta didik akan lebih terbantu dan mudah dalam belajar. Bahan ajar dapat dibuat dalam berbagai bentuk sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik materi ajar yang akan disajikan. Materi ini diberikan dengan harapan bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan dengan pengembangan bahan ajar, seperti kepala sekolah, guru, pengawas sekolah menengah atas maupun pembina pendidikan lainnya. Bagi kepala sekolah buku ini dapat dijadikan bahan pembinaan bagi guru yang mengalami kesulitan dalam mengembangkan bahan ajar. Kepala sekolah dalam kegiatannya sehari-hari juga memerlukan bahan ajar sebagai alat bantu dalam melakukan promosi ataupun presentasi tentang hal-hal yang berkaitan dengan pengembangan sekolah. Bagi guru materi ini diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai rujukan dalam mengembangkan bahan ajar. Dengan mempelajari materi ini diharapkan para guru di sekolah akan mendapatkan informasi tentang pengembangan bahan ajar yang pada gilirannya para guru dapat mengembangkan bahan ajar untuk membantu dirinya dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Di samping itu diharapkan guru juga akan termotivasi untuk mengembangkan bahan ajar yang beragam dan menarik sehingga akan menghasilkan satu kegiatan belajar mengajar yang bermakna baik bagi guru maupun bagi peserta didiknya. Pengembangan bahan ajar adalah merupakan tanggung jawab guru sebagai pengajar bagi peserta didik di sekolah.
Antropologi SMA K - 10
6
Bagi pengawas sekolah menengah atas atau para pembina pendidikan lainnya keberadaan materi ini diharapkan juga bermanfaat. Karena setiap pengawas harus mengetahui berbagai hal yang dilakukan oleh guru, sehingga jika terdapat kesulitan yang dialami oleh guru, pengawas dapat segera membantunya. Dengan membaca materi ini pengawas akan mendapatkan pemahaman dan masukan-masukan tentang bahan ajar yang dapat dikembangkan oleh guru dalam meningkatkan kualitas kegiatan belajar mengajar. Dengan demikian maka pengawas akan mendapatkan bekal dalam melaksanakan tugas kepengawasan yaitu membina guru dalam mengembangkan bahan ajar. Ditjen Dikdasmen,2004,(dalam Andi), pada Pedoman Umum Pemilihan dan Pemanfaatan Bahan Ajar mengklasifikasikan fungsi bahan ajar sebagai berikut: 1)
Fungsi bahan ajar menurut pihak yang memanfaatkan bahan ajar
2)
Fungsi bahan ajar menurut strategi pembelajaran yang digunakan Berdasarkan pihak-pihak yang memanfaatkan bahan ajar, fungsi bahan ajar
dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu fungsi bagi pendidik dan bagi peserta didik. Fungsi bahan ajar bagi pendidik, antara lain: a) Menghemat waktu pendidik dalam mengajar b) Mengubah peran pendidik dari seorang pengajar menjadi fasilitator c) Meningkatkan proses pembelajaran menjadi lebih efektif dan interaktif d) Sebagai pedoman bagi pendidik yang akan mengarahkan semua aktivitasnya dalam proses pembelajaran dan merupakan substansi kompetensi yang semestinya diajarkan kepada peserta didik e) Sebagai alat evaluasi pencapaian atau penguasaan hasil pembelajaran Fungsi bahan ajar bagi peserta didik, antara lain: a) Peserta didik dapat belaja rkapan saja dan di mana saja ia kehendaki b) Peserta didik dapat belajar sesuai kecepatannya masing-masing c) Peserta didik dapat belajar menurut urutan yang dipilihnya sendiri d) Membantu peserta didik untuk menjadi pelajar yang mandiri e) Sebagai pedoman bagi peserta didik yang akan mengarahkan aktivitasnya dalam proses pembelajaran dan merupakan substansi kompetensi yang harus dipelajari atau dikuasainya.
Antropologi SMA K - 10
7
Berdasarkan strategi pembelajaran yang digunakan, fungsi bahan ajar dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu fungsi dalam pembelajaran klasikal, fungsi dalam pembelajaran individual, dan fungsi dalam pembelajaran kelompok. Fungsi bahan ajar dalam pembelajaran klasikal, antara lain: a) Sebagai satu-satunya informasi serta pengawas dan pengendali proses pembelajaran (dalam hal ini peserta didik bersifat pasif dan belajar sesuai kecepatan pendidik dalam mengajar); b) Sebagai bahan pendukung proses pembelajaran yang diselenggarakan Fungsi bahan ajar dalam pembelajaran individual, antara lain: a) Sebagai media utama dalam proses pembelajaran b) Sebagai alat yang digunakan untuk menyusun dan mengawasi proses peserta didik dalam mempersiapkan informasi c) Sebagai penunjang media pembelajaran individual lainnya. Fungsi bahan ajar dalam pembelajaran kelompok, antara lain: a) Sebagai bahan yang terintegrasi dengan proses belajar kelompok, dengan cara memberikan informasi tentang latar belakang materi, informasi tentang peran orang-orang yang terlibat dalam belajar kelompok, serta petunjuk tentang proses pembelajaran kelompoknya sendiri b) Sebagai bahan pendukung bahan belajar utama, dan apabila dirancang sedemikian rupa, maka dapat meningkatkan motivasi belajar peserta didik. Tujuan pembuatan bahan ajar Masih dalam Pedoman Umum Pemilihan dan Pemanfaatan Bahan Ajar, dijelaskan tujuan pembuatan bahan ajar, yaitu: a) Membantu peserta didik dalam mempelajari sesuatu b) Menyediakan berbagai jenis pilihan bahan ajar, sehingga mencegah timbulnya rasa bosan pada peserta didik c) Memudahkan peserta didik dalam melaksanakan pembelajaran d) Agar kegiatan pembelajaran menjadi lebih menarik Adapun manfaat atau kegunaan pembuatan bahan ajar dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu kegunaan bagi pendidik dan kegunaan bagi peserta didik. Manfaat bahan ajar bagi pendidik, antara lain sebagai berikut: Antropologi SMA K - 10
8
Ada sejumlah manfaat yang dapat diperoleh apabila seorang guru mengembangkan bahan ajar sendiri, yakni antara lain; pertama, diperoleh bahan ajar yang sesuai tuntutan kurikulum dan sesuai dengan kebutuhan belajar peserta didik, kedua, tidak lagi tergantung kepada buku teks yang terkadang sulit untuk diperoleh, ketiga, bahan ajar menjadi labih kaya karena dikembangkan dengan menggunakan berbagai referensi, keempat, menambah khasanah pengetahuan dan pengalaman guru dalam menulis bahan ajar, kelima, bahan ajar akan mampu membangun komunikasi pembelajaran yang efektif antara guru dengan peserta didik karena peserta didik akan merasa lebih percaya kepada gurunya. Sementara manfaat lain dari bahan ajar (Andi, 2015: 27-28): a) Pendidik akan memiliki bahan ajar yang dapat membantu dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran b) Bahan ajar dapat diajukan sebagai bahan ajar yang dapat dinilai untuk menambah angka kredit guna keperluan angka kredit c) Menambah penghasilan jika karyanya diterbitkan Sementa Manfaat bahan ajar bagi peserta didik, antara lain: a) Kegiatan pembelajaran menjadi lebih menarik b) Peserta didik lebih banyak mendapatkan kesempatan untuk belajar secara mandiri dengan bimbingan pendidik c) Peserta
didik
mendapat
kemudahan
dalam
mempelajari
setiap
kompetensi yang harus dikuasai. Dengan tersedianya bahan ajar yang bervariasi, maka mengurangi ketergantungan pesertya didik terhadap kehadiran guru.Peserta didik juga akan mendapatkan kemudahan dalam mempelajari setiap kompetensi yang harus dikuasainya. Bentuk-bentuk bahan ajar Para ahli telah membuat beberapa kategori untuk macam-macam atau bentukbentuk bahan ajar. Beberapa criteria yang menjadi acuan dalam membuat
Antropologi SMA K - 10
9
klasifikasi tersebut adalah berdasarkan bentuknya, cara kerjanya, dan sifatnya. Andi (2015: 40-43) menguraikan klasifikasi tersebut sebagai berikut: Bahan ajar berdasarkan bentuknya.Menurut bentuknya, bahan ajar dibedakan menjadi empat macam, yaitu bahan cetak, bahan ajar dengar, bahan ajar pandang dengar, dan bahan ajar interaktif (dalam Tian, 2003). a) Bahan cetak (printed), yakni sejumlah bahan yang disiapkan dalam kertas, yang dapat berfungsi untuk keperluan pembelajaran atau penyampaian informasi (Kemp dan Dayton, 1985). Contohnya: handout, buku, modul, lembar kerja peserta didik, brosur, leaflet, wallchart, foto atau gambar, dan model atau maket. Handout adalah bahan tertulis yang disiapkan oleh seorang guru untuk memperkaya pengetahuan peserta didik. Menurut kamus Oxford hal 389, handout is prepared statement given. Handout adalah pernyataan yang telah disiapkan oleh pembicara. Handout biasanya diambilkan dari beberapa literatur yang memiliki relevansi dengan materi yang diajarkan/ KD dan materi pokok yang harus dikuasai oleh peserta didik. Saat ini handout dapat diperoleh dengan berbagai cara, antara lain dengan cara down-load dari internet, atau menyadur dari sebuah buku. Buku adalah bahan tertulis yang menyajikan ilmu pengetahuan buah pikiran dari pengarangnya. Oleh pengarangnya isi buku didapat dari berbagai cara misalnya: hasil penelitian, hasil pengamatan, aktualisasi pengalaman, otobiografi, atau hasil imajinasi seseorang yang disebut sebagai fiksi. Book
Menurut kamus oxford hal 94, buku diartikan sebagai:
is number of sheet of paper, either printed or blank, fastened
together in a cover. Buku adalah sejumlah lembaran kertas baik cetakan maupun kosong yang dijilid dan diberi kulit. Buku sebagai bahan ajar merupakan
buku yang berisi suatu ilmu pengetahuan hasil analisis
terhadap kurikulum dalam bentuk tertulis. Buku yang baik adalah buku yang ditulis dengan menggunakan bahasa yang baik dan mudah dimengerti, disajikan secara menarik dilengkapi dengan
gambar
dan
keterangan-keterangannya,
isi
buku
juga
menggambarkan sesuatu yang sesuai dengan ide penulisannya. Buku pelajaran berisi tentang ilmu pengetahuan yang dapat digunakan oleh Antropologi SMA K - 10
10
peserta didik untuk belajar, buku fiksi akan berisi tentang fikiran-fikiran fiksi si penulis, dan seterusnya. Modul adalah sebuah buku yang ditulis dengan tujuan agar peserta didik dapat belajar secara mandiri tanpa atau dengan bimbingan guru, sehingga modul berisi paling tidak tentang: a.
Petunjuk belajar (Petunjuk peserta didik/guru)
b.
Kompetensi yang akan dicapai
c.
Content atau isi materi
d.
Informasi pendukung
e.
Latihan-latihan
f.
Petunjuk kerja, dapat berupa Lembar Kerja (LK)
g.
Evaluasi
h.
Balikan terhadap hasil evaluasi
Sebuah modul akan bermakna kalau peserta didik dapat dengan mudah menggunakannya. Pembelajaran dengan modul memungkinkan seorang peserta didik yang memiliki kecepatan tinggi dalam belajar akan lebih cepat menyelesaikan satu atau lebih KD dibandingkan dengan peserta didik lainnya. Dengan demikian maka modul harus menggambarkan KD yang akan dicapai oleh peserta didik, disajikan dengan menggunakan bahasa yang baik, menarik, dilengkapi dengan ilustrasi Lembar kegiatan peserta didik (student worksheet) adalah lembaranlembaran berisi tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik. Lembar kegiatan
biasanya
berupa
menyelesaikan suatu tugas.
petunjuk,
langkah-langkah
untuk
Suatu tugas yang diperintahkan dalam
lembar kegiatan harus jelas KD yang akan dicapainya. Lembar kegiatan dapat digunakan untuk mata pembelajaran apa saja.
Tugas-tugas
sebuah lembar kegiatan tidak akan dapat dikerjakan oleh peserta didik secara baik apabila tidak dilengkapi dengan buku lain atau referensi lain yang terkait dengan materi tugasnya.
Tugas-tugas yang diberikan
kepada peserta didik dapat berupa teoritis dan atau tugas-tugas praktis. Tugas teoritis misalnya tugas membaca sebuah artikel tertentu, kemudian membuat resume untuk dipresentasikan. Sedangkan tugas praktis dapat berupa kerja laboratorium atau kerja lapangan, misalnya survey tentang harga cabe dalam kurun waktu tertentu di suatu tempat. Keuntungan Antropologi SMA K - 10
11
adanya lembar kegiatan adalah bagi guru, memudahkan guru dalam melaksanakan pembelajaran, bagi peserta didik akan belajar secara mandiri dan belajar memahami dan menjalankan suatu tugas tertulis. Dalam menyiapkannya guru harus cermat dan memiliki pengetahuan dan keterampilan yang memadai, karena sebuah lembar kerja harus memenuhi paling tidak kriteria yang berkaitan dengan tercapai/ tidaknya sebuah KD dikuasai oleh peserta didik. Brosur adalah bahan informasi tertulis mengenai suatu masalah yang disusun secara bersistem atau cetakan yang hanya terdiri atas beberapa halaman dan dilipat tanpa dijilid atau selebaran cetakan yang berisi keterangan singkat tetapi lengkap tentang perusahaan atau organisasi (Kamus besar Bahasa Indonesia, Edisi Kedua, Balai Pustaka, 1996). Dengan demikian, maka brosur dapat dimanfaatkan sebagai bahan ajar, selama sajian brosur diturunkan dari KD yang harus dikuasai oleh peserta didik. Mungkin saja brosur dapat menjadi bahan ajar yang menarik, karena bentuknya yang menarik dan praktis. Agar lembaran brosur tidak terlalu banyak, maka brosur didesain hanya memuat satu KD saja. Ilustrasi dalam sebuah brosur akan menambah menarik minat peserta didik untuk menggunakannya. Leaflet. A separate sheet of printed matter, often folded but not stitched (Webster‟s New World, 1996) Leaflet adalah bahan cetak tertulis berupa lembaran yang dilipat tapi tidak dimatikan/dijahit. Agar terlihat menarik biasanya leaflet didesain secara cermat dilengkapi dengan ilustrasi dan menggunakan bahasa yang sederhana, singkat serta mudah dipahami. Leaflet sebagai bahan ajar juga harus memuat materi yang dapat menggiring peserta didik untuk menguasai satu atau lebih KD. Wallchart adalah bahan cetak, biasanya berupa bagan siklus/proses atau grafik yang bermakna menunjukkan posisi tertentu. Agar wallchart terlihat lebih menarik bagi peserta didik maupun guru, maka wallchart didesain dengan menggunakan tata warna dan pengaturan proporsi yang baik. Wallchart biasanya masuk dalam kategori alat bantu melaksanakan pembelajaran, namun dalam hal ini wallchart didesain sebagai bahan ajar.
Karena didesain sebagai bahan ajar, maka wallchart harus
memenuhi kriteria sebagai bahan ajar antara lain bahwa memiliki Antropologi SMA K - 10
12
kejelasan tentang KD dan materi pokok yang harus dikuasai oleh peserta didik,
diajarkan
untuk
menggunakannya. Sebagai
berapa
lama,
dan
bagaimana
cara
contoh wallchart tentang siklus makhluk
hidup binatang antara ular, tikus dan lingkungannya. Foto/gambar memiliki makna yang lebih baik dibandingkan dengan tulisan. Foto/gambar sebagai bahan ajar tentu saja diperlukan satu rancangan yang baik agar setelah selesai melihat sebuah atau serangkaian foto/gambar peserta didik dapat melakukan sesuatu yang pada akhirnya menguasai satu atau lebih KD. Menurut
Weidenmann
dalam
menggambarkan bahwa melihat
buku
Lehren
mit
Bildmedien
sebuah foto/gambar
lebih tinggi
maknanya dari pada membaca atau mendengar. Melalui membaca yang dapat diingat hanya 10%, dari mendengar yang diingat 20%, dan dari melihat yang diingat 30%. Foto/gambar yang didesain secara baik dapat memberikan pemahaman yang lebih baik. Bahan ajar ini dalam menggunakannya harus dibantu dengan bahan tertulis. Bahan tertulis dapat berupa petunjuk cara menggunakannya dan atau bahan tes.
Sebuah gambar yang bermakna paling tidak memiliki kriteria sebagai berikut: • Gambar harus mengandung sesuatu yang dapat dilihat dan penuh dengan informasi/data. Sehingga gambar tidak hanya sekedar gambar yang tidak mengandung arti atau tidak ada yang dapat dipelajari. • Gambar bermakna dan dapat dimengerti. Sehingga, si pembaca gambar benar-benar mengerti, tidak salah pengertian. • Lengkap, rasional untuk digunakan dalam proses pembelajaran, bahannya diambil dari sumber yang benar. Sehingga jangan sampai gambar miskin informasi yang berakibat penggunanya tidak belajar apa-apa. Bahan cetak dapat ditampilkan dalam berbagai bentuk. Jika bahan ajar cetak tersusun secara baik maka bahan ajar akan mendatangkan beberapa keuntungan antara lain (Depdiknas 2008):
Antropologi SMA K - 10
13
a. Bahan
tertulis
biasanya
menampilkan
daftar
isi,
sehingga
memudahkan bagi seorang guru untuk menunjukkan kepada peserta didik bagian mana yang sedang dipelajari b. Biaya untuk pengadaannya relatif sedikit c. Bahan tertulis cepat digunakan dan dapat dipindah-pindah secara mudah d. Susunannya menawarkan kemudahan secara luas dan kreativitas bagi individu e. Bahan tertulis relatif ringan dan dapat dibaca di mana saja f. Bahan ajar yang baik akan dapat memotivasi pembaca untuk melakukan aktivitas, seperti menandai, mencatat, membuat sketsa g. Bahan tertulis dapat dinikmati sebagai sebuah dokumen yang bernilai besar h. Pembaca dapat mengatur tempo secara mandiri
b) Bahan ajar dengar atau program audio, yakni semua sistem yang menggunakan sinyal radio secara langsung, yang dapat dimainkan atau didengar oleh seseorang atau sekelompok orang. Contohnya: kaset, radio, piringan hitam, dan compact disk audio c) Bahan ajar pandang dengar (audio visual), yakni segala sesuatu yang memungkinkan sinyal audio dapat dikombinasikan dengan gambar bergerak secara sekuensial. Contohnya, video compact disk dan film. d) Bahan ajar interaktif, yakni kombinasi dari dua atau lebih media (audio, teks, grafik, gambar, animasi, dan video) yang oleh penggunanya dimanipulasi atau diberi perlakuan untuk mengendalikan suatu perintah dan/atau perilaku alami dari suatu presentasi. Contohnya, compact disk interactive. Bahan ajar menurut cara kerjanya. Menurut cara kerjanya, bahan ajar dibedakan menjadi lima macam, yaitu bahan ajar yang tidak diproyeksikan, bahan ajar yang diproyeksikan, bahan ajar audio, bahan ajar audio, bahan ajar video, dan bahan ajar computer (Tian.2003). a) Bahan ajar yang tidak diproyeksikan, yakni bahan ajar yang tidak memerlukan perangkat proyektor untuk memproyeksikan isi di dalamnya, Antropologi SMA K - 10
14
sehingga peserta didik dapat langsung mempergunakan (membaca, melihat, dan mengamati) bahan ajar tersebut. Contohnya, foto, diagram, display, model dan lain sebagainya. b) Bahan ajar yang diproyeksikan, yakni bahan ajar yang memerlukan proyektor agar bisa dimanfaatkan dan/atau dipelajari peserta didik. Contohnya: slide, filmstrips, overhead transparancies, dan proyeksi computer c) Bahan ajar audio, yakni bahan ajar yang berupa sinyal audio yang direkam dalam suatu media rekam. Untuk menggunakannya, kita mesti memerlukan alat pemain (player) media rekam tersebut tape compo, CD Player, multimedia player, dan lain sebagainya. Contohnya: kaset, CD, flash disk, dan lain-lain. d) Bahan ajar video, yakni bahan ajar yang memerlukan alat pemutar yang biasanya berbentuk video tape player, VCD player, DVD player, dan sebagainya. Karena bahan ajar ini hampir sama dengan bahan ajar audio, maka media ini juga memerlukan media rekam. Hanya saja media ini dilengkapi dengan gambar. Sehingga dalam tapilannya diperoleh sebuah sajian gambar dan suara secra bersamaan. Contohnya:
computer
mediated
instruction
dan
computer
based
multimedia atauhypermedia. Bahan ajar menurut sifatnya. Rowntree dalam Andi (2015), mengatakan bahwa berdasarkan sifatnya, bahan ajar dapat dibagi menjadi empat macam, yaitu sebagai berikut: a) Bahan ajar yang berbasis cetak, misalnya: buku, pamflet, panduan belajar peserta didik, bahan tutorial, buku kerja peserta didik, peta, charts, foto bahan dari majalah serta Koran, dan lain sebagainya. b) Bahan ajar yang berbasis teknologi, misalnya audio cassette, siaran radio, slide, filmstrips, film, video cassette, siaran telivisi, , video interaktif, computer based tutorial, dan multimedia. c) Bahan ajar yang digunakan untuk praktik atau proyek, misalnya lembar observasi, lembar wawancara, dan lain sebagainya. d) Bahan ajar yang dibutuhkan untuk keperluan interaksi manusia (terutama untuk keperluan pendidikan jarak jauh), misalnya telepon, handphone, video conferencing, dan lain sebagainya. Antropologi SMA K - 10
15
Prinsip- prinsip dalam memilih bahan ajar Prinsip-prinsip dalam memilih materi pembelajaran meliputi: (a) prinsip relevansi, (b) konsistensi, dan (c) kecukupan. Prinsip
relevansi
artinyameteri
pembelajaran
hendaknya
relevanmemiliki
keterkaitan dengan pencapaian kompetensi inti dan kompetensi dasar. Prinsip konsistensi artinya adanya keajegan antara bahan ajar dengan kompetensi dasar yang harus dikuasai peserta didik.Misalnya kompetnsi dasar yang harus dikuasai peserta didik ada empat macam, maka bahan ajar yang harus diajarkan juga harus meliputi empat macam. Prisip kecukupan artinya materi yang diajarkan hendaknya cukup memadai dalam
membantu
peserta
didik
menguasahi
kompetensi
dasar
yang
diajarkan.Materi yang diajar tidak boleh terlslu sedikit atau terlalu banyak. Jika terlalu sedikit akan kurang membantu mencapai standar kompetensi inti dan kompetensi dasar. Sebaliknya, jika terlalu banyak akan membuang-buang waktu dan tenaga yang tidak perlu untuk mempelajarinya. Selain itu, dalam pengembangan bahan ajar hendaknya memperhatikan hal-hal sebagai berikut, antara lain: Mulai dari yang mudah untuk memahami yang sulit, dari yang kongkret untuk memahami yang abstrak. Peserta didik akan lebih mudah memahami suatu konsep tertentu apabila penjelasan dimulai dari yang mudah atau sesuatu yang kongkret, sesuatu yang nyata ada di lingkungan mereka. Misalnya untuk menjelaskan konsep pasar, maka mulailah peserta didik diajak untuk berbicara tentang pasar yang terdapat di tempat mereka tinggal. Setelah itu, kita bisa membawa mereka untuk berbicara tentang berbagai jenis pasar lainnya. Pengulangan akan memperkuat pemahaman. Dalam pembelajaran, pengulangan sangat diperlukan agar peserta didik lebih memahami suatu konsep. Dalam prinsip ini kita sering mendengar pepatah yang mengatakan bahwa 5 x 2 lebih baik daripada 2 x 5. Artinya, walaupun maksudnya sama, sesuatu informasi yang diulang-ulang, akan lebih berbekas pada ingatan peserta didik. Namun pengulangan dalam penulisan bahan belajar harus disajikan secara tepat dan bervariasi sehingga tidak membosankan. Umpan balik positif akan memberikan penguatan terhadap pemahaman peserta didik. Antropologi SMA K - 10
16
Seringkali kita menganggap enteng dengan memberikan respond yang sekedarnya atas hasil kerja peserta didik. Padahal respond yang diberikan oleh guru terhadap peserta didik akan menjadi penguatan pada diri peserta didik. Perkataan seorang guru seperti ‟ya benar‟ atau ‚‟ya kamu pintar‟ atau,‟itu benar, namun akan lebih baik kalau begini...‟ akan menimbulkan kepercayaan diri pada peserta didik bahwa ia telah menjawab atau mengerjakan sesuatu dengan benar. Sebaliknya, respond negatif akan mematahkan semangat peserta didik. Untuk itu, jangan lupa berikan umpan balik yang positif terhadap hasil kerja peserta didik.
Motivasi belajar yang tinggi merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan belajar. Seorang peserta didik yang memiliki motivasi belajar tinggi akan lebih berhasil dalam belajar. Untuk itu, maka salah satu tugas guru dalam melaksanakan pembelajaran adalah memberikan dorongan (motivasi) agar peserta didik mau belajar. Banyak cara untuk memberikan motivasi, antara lain dengan memberikan pujian, memberikan harapan, menjelas tujuan dan manfaat, memberi contoh, ataupun menceritakan sesuatu yang membuat peserta didik senang belajar, dll. Mencapai tujuan ibarat naik tangga, setahap demi setahap, akhirnya akan mencapai ketinggian tertentu. Pembelajaran adalah suatu proses yang bertahap dan berkelanjutan. Untuk mencapai suatu standard kompetensi yang tinggi, perlu dibuatkan tujuan-tujuan antara. Ibarat anak tangga, semakin lebar anak tangga semakin sulit kita melangkah, namun juga anak tangga yang terlalu kecil terlampau mudah melewatinya. Untuk itu, maka guru perlu menyusun anak tangga tujuan pembelajaran secara pas, sesuai dengan karakteristik peserta didik. Dalam bahan ajar, anak tangga tersebut dirumuskan dalam bentuk indikator-indikator kompetensi. Mengetahui hasil yang telah dicapai akan mendorong peserta didik untuk terus mencapai tujuan Ibarat menempuh perjalanan jauh, untuk mencapai kota yang dituju, sepanjang perjalanan kita akan melewati kota-kota lain. Kita akan senang apabila pemandu perjalanan kita memberitahukan setiap kota yang dilewati, sehingga kita menjadi Antropologi SMA K - 10
17
tahu sudah sampai di mana dan berapa jauh lagi kita akan berjalan. Demikian pula dalam proses pembelajaran, guru ibarat pemandu perjalanan. Pemandu perjalanan yang baik, akan memberitahukan kota tujuan akhir yang ingin dicapai, bagaimana cara mencapainya, kota-kota apa saja yang akan dilewati, dan memberitahukan pula sudah sampai di mana dan berapa jauh lagi perjalanan. Dengan demikian, semua peserta dapat mencapai kota tujuan dengan selamat. Dalam pembelajaran, setiap anak akan mencapai tujuan tersebut dengan kecepatannya sendiri, namun mereka semua akan sampai kepada tujuan meskipun dengan waktu yang berbeda-beda. Inilah sebagian dari prinsip belajar tuntas. Isi bahan ajar Dalam rangka mencapai kompetensi inti dan kompetensi dasar, maka bahan ajar seyogyanya berisi subtansi tentang pengetahuan (fakta, konsep, prinsip, dan prosedur), keterampilan, dan sikap (nilai). a)
Pengetahuan. Pengetahuan meliputi fakta, konsep, prinsip, dan prosedur. Fakta adalah segala hal yang berwujud kenyataan dan kebenaran, meliputi nama-nama objek, peristiwa sejarah, lambang, nama tempat, nama orang, nama bagian atau komponen suatu benda, dan sebagainya. Contohnya: setiap motif batik di Indonesia memiliki lambang-lambang tersendiri sesuai dengan ciri khas daerahnya; Candi Borobudut terletak di Propinsi Jawa Tengah. Konsep adalah segala hal yang yang timbul sebagai hasil pemikiran, meliputi definisi, pengertian, ciri khusus, hakikat, inti/isi, dan sebagainya. Prinsip adalahhal-hal utama, pokok, dan memiliki posisi terpenting, meliputi dalil, rumus, adagium, postulat, paradigm, teorema, serta hubungan antar konsep yang menggambarkan implikasi sebab akibat. Prosedur
adalah
langkah-langkah
sistematis
atau
berurutan
dalam
mengerjakansuatu aktivitas dan kronologi suatu sistem. b)
Keterampilan. Masih dalam Andi (2015, 45), ketrampilan adalah materi atau bahan pembelajaran yang berhubungan dengan, antara lain kemampuan mengembangkan
ide,
memilih,
menggunakan
bahan,
menggunakan
peralatan, dan teknik kerja. Ditinjau dari level terampilnya seseorang, aspek keterampilan dapat dibedakan menjadi gerak awal, semi rutin, dan rutin Antropologi SMA K - 10
18
(terampil). Keterampilan itu sendiri perlu disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik, denngan memperhatikan aspek bakat, minat, dan harapan peserta didik tersebut. Tujuannya, agar mereka mampu mencapai penguasaan keterampilan bekerja (prevocational skill) yang secara integral ditunjang oleh keterampilan hidup (life skill). c)
Sikap atau nilai. Bahan ajar jenis sikap atau nilai adalah bahan untuk pembelajaran yang berkenaan dengan sikap ilmiah, antara lain: i. Nilai-nilai kebersamaan, yakni mampu bekerja berkelompok dengan orang lain yang berbeda suku, agama, dan strata social. ii. Nilai-nilai kejujuran, yakni mampu jujur dalam melaksanakan observasi atau eksperimen, serta tidak memanipulasi data hasil pengamatannya. iii. Nilai kasih sayang, yakni tidak membeda-bedakan orang lain yang mempunyai karakter dan kemampuan sosial ekonomi yang berbeda, karena semua sama-sama mahluk Tuhan. iv. Nilai
tolong
menolong,
yakni
mau
membantu
orang
lain
yang
membutuhkan tanpa meminta dan mengharapkan imbalan apa pun. v. Nilai semangat dan minat belajar, yakni mempunyai semangat, minat, dan rasa ingin tahu. vi. Nilai semangat bekerja, yakni mempunyai rasa untuk bekerja keras dan belajar dengan giat. vii. Bersedia menerima pendapat orang lain dengan bersikap legowo, tidak alergi terhadap kritik, serta menyadari kesalahannya sehingga saran dari orang lain dapat diterima dengan hati terbuka dan tidak merasa sakit hati. Tahap-tahap penyusunan bahan ajar Langkah-langkah utama dalam penyusunan bahan ajar meliputi: analisis kebutuhan bahan ajar, menyusun peta bahan ajar, dan membuat bahan ajar berdasarkan struktur masing-masing bentuk bahan ajar. 1)
Analisis kebutuhan bahan ajar Analisis kebutuhan bahan ajar adalah suatu proses awal yang dilakukan untuk menyusun bahan ajar. Terdapat tiga tahapan dalam analisis kebutuhan bahan ajar, yaitu: analisis tehadap kurikulum, analisis sumber belajar, dan penentuan jenis serta judul bahan ajar. a) Analisis kurikulum
Antropologi SMA K - 10
19
Tujuan
dari
analisis
kurikulum
adalah
menentukan
kompetensi-
kompetensi yang memerlukan bahan ajar.Sehingga bahan ajar yang dibuat diharapkan mampu membuat peserta didik menguasai kompetensi yang telah ditentukan. Adapun hal-hal yang perlu dipelajari dalam analisis kurikulum adalah: i)
Kompetensi inti. Kurikulum 2013 menitik beratkan atau mengutamakan pembentukan sikap, keterampilan, dan pengetahuan secara utuh.Permendikbud No.59 Tahun 2014 Lampiran III menyebutkan bahwa Kompetensi inti berisi kebiasaan berpikir dan bertindak yang merupakan perwujudan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang dipelajari. Artinya, orang yang memiliki pengetahuan akan memiliki sikap yang sesuai dengan cakupan pengetahuan yang dimiliki serta menguasahi keterampilanketerampilan
yang
memudahkan
yang
bersangkutan
untuk
menggunakan pengetahuan dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Kurikulum 2013 mengkondisikan agar setiap peserta didik menerapkan secara langsung pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh melalui proses pembelajaran, dengan kata lain, bagaimana seorang guru mengkondisikan peserta didiknya agar mengamalkan ilmu yang telah diperoleh. Kurikulum menjadi wahana untuk melakukan perubahan sikap peserta didik sebagai hal utama. Kalau peserta didik mempunyai sikap yang baik, terpuji, jujur, dan disiplin maka mereka akan menyerap ilmu dengan baik, terarah, sadar tanpa merasa terpaksa. Dalam kontek pembuatan bahan ajar, maka tugas seorang guru adalah
menentukan
materi
yang
mempunyai
implikasi
pada
pembentukan sikap yang baik sesuai dengan harapan dan sasaran yang dituju. Selama
ini
diakui
bahwa
pembelajaran
antropologi
masih
menitikberatkan pada pengetahuan atau materi ilmu antropologi, sehingga
pembelajaran
antropologi
sangat
teoritis.Agar
mata
pelajaran antropologi lebih dapat dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari peserta didik, maka perlu disiapkanbahan ajar yang memuat pembiasaan bagaimana menyikapi berbagai perbedaan Antropologi SMA K - 10
20
secara simpatik, toleran, dan berempati sebagaimana yang dimaksud oleh Kurikulum 2013. Permendikbud No.59 Lampiran III menguraikan kompetensi inti dalam empat cakupan. Kompetensi Inti (KI-1) merupakan cakupan nilai-nilai spritiual,
Kompetensi
Inti
(KI-2)
mencakup
nilai-nilai
social-
kemanusiaan, Kompetensi Inti (KI-3) mencakup pengetahuan yang bersifat faktual, konseptual, dan prosedural, dan metakognitip, Kompetensi Inti (KI-4) mencakup proses atau tahapan pembelajaran. Kompetensi Inti 1 dan 2 merupakan values (nilai) dan bersifat indirect learning (pembelajaran tidak langsung), sedangkan Kompetensi Inti 3 dan 4 bersifat direct learning pembelajaran (pembelajaran langsung). Dengan demikian KI-1 dan KI-2 akan tercapai secara otomatis. Ini sangat tergantung pada kepiawaian guru dalam mengolah dan memproses peserta didik melalui pembelajaran aktif, kreatif, inovatif, dan menyenangkan. ii) Kompetensi dasar. Kompetensi dasar adalah sejumlah kemampuan minimal yang harus dimiliki
peserta
didik.Sehingga
kompetensi
dasar
adalah
pengetahuan, keterampilan dan sikap minimal yang harus dikuasahi oleh peserta didik dalam penguasaan materi pelajaran yang diberikan dalam kelas pada jenjang pendidikan tertentu. Oleh karena itu dalam pembuatan bahan ajar diperlukan identifikasi kompetensi dasar-kompetensi dasar dan diharapkan bisa dikuasahi oleh peserta didik. iii) Indikator ketercapaian hasil belajar Indikator
adalah
wujud
dari
kompetensi
dasar
yang
lebih
spesifik.Menurut E. Mulyasa indikator merupakan penjabaran dari kompetensi dasar yang menunjukkan tanda-tanda perbuatan dan respon yang dilakukan atau ditampilkan oleh peserta didik.Indikator juga dikembangkan sesuai dengan karakteristik satuan pendidikan potensi daerah dan peserta didik dan juga dirumuskan dalam rapat kerja operasional yang dapat diukur dan diobservasi sehingga dapat digunakan sebagai dasar penyusunan penilaian.
Antropologi SMA K - 10
21
Jadi indikator merupakan kompetensi dasar yang secara spesifik dapat dijadikan tolok ukur sejauh mana penguasaan peserta didik terhadap
suatu
topik
bahasan
dan
dapat
dijadikan
dasar
pertimbangan dalam penyusunan bahan ajar yang tepat. iv) Materi pokok materi pokok adalah sejumlah informasi tentang pengetahuan, keterampilan atau
nilai yang disusun sedemikian rupa yang
menunjang kompetensi dasar, sehingga diharapkan peserta didik bisa menguasahi kompetensi yang telah ditetapkan. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penyusunan materi adalah: -
Relevansi dengan karakteristik daerah
-
Tingkat perkembangan fisik, intelektual, emosional, dan spiritual peserta didik
-
Kebermanfaatan bagi peserta didik
-
Struktur keilmuan
-
Kedalaman dan keluasan materi pembelajaran
-
Relevansi
dengan
kebutuhan
peserta
didik
dan
tuntuttan
lingkungan -
Menarik minat untuk mempelajari
-
Alokasi waktu yang tersedia
Langkah-langkah
penyusunan
materi
pelajaran
hendaknya
memperhatikan: -menyiapkan materi pelajaran yang berisi pokok-pokok isimateri yang harus dipelajari peserta didik sebaagai sarana pencapaian kompetensi dasar dan indikator hasil belajar - Materi pelajaran dirinci atau diuraikan meliputi batasan ruang lingkup kognitip, afektif dan psikomotorik, kemudian diurutkan dan ditunjukkan keterkaitan antar isi materi. - Isi materi disesuaikan dengan kemampuan tingkat perkembangan berfikir dan kebutuhan peserta didik yang beragam - Mengidentifikasi butir-butir materi pelajaran berdasarkan indicator - Menentukan butir-butir materi pelajaran yang sesuai dengan indikator - Menyusun materi pelajaran Antropologi SMA K - 10
22
Konsekuensi dari pembelajaran berbasis kompetensi adalah materi yang
dipilih
hendaknya
yang
bermakna,
yakni
yang
dapat
memberikan kecakapan untuk memecahkan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari dengan menggunakan pengetahuan, sikap dan keterampilan yang telah dipelajarinya. v) Pengalaman belajar Menurut Andi (2015:52) pengalaman belajar adalah suatu aktivitas yang didesain oleh pendidik supaya dilakukan oleh para peserta didik agar mereka menguasahi kompetensi yang telah ditentukan melalui kegiatan pembelajaran yang diselenggarakan.Jadi, pengalaman belajar haruslah disusun secara jelas dan operasional, sehingga langsung bisa dipraktikkan dalam kegiatan pembelajaran. Contoh: Analisis kurikulum mata pelajaran antropologi Mata pelajaran
: Antropologi
Kelas
: XII
Semester
:1
Kompetensi Inti
:
Memahami,menerapkan,
pengetahuan
faktual,
berdasarkan
rasa
pengetahuan, humaniora
menganalisis
konseptual,
ingintahunya
teknologi, dengan
seni,
wawasan
prosedural
tentang
ilmu
budaya,
dan
kemanusiaan,
kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab
fenomena
dan
kejadian,
serta
menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah Kompetensi Dasar 3.1 Menganalisis berbagai masalah terkait dengan kesetaraan dan perubahan sosial-budaya
Antropologi SMA K - 10
Indikator
3.1.1 Menjelaskan konsep perubahan social-budaya 3.1.2 Mengidentifikasi jenis-jenis perubahan socialbudaya
Materi pokok
1. Konsep perubahan social-budaya 2. Jenis-jenis perubahan social-budaya
Pengalaman belajar Membuat makalah tentang hubungan perubahan social dengan kesetaraan
Jenis bahan ajar Video Modul LKS
3. Faktor-faktor
23
dalam masyarakat multikultur.
3.1.3 Menjelaskan faktor-faktor perubahan socialbudaya 3.1.4 Menjelaskan proses perubahan social budaya 3.1.5 Menjelaskan pengertian kesetaraan 3.1.6 Mengidentifikasi contoh kesetaraan yang ada di masyarakat 3.1.7 Menganalisis hubungan kesetaraan dan perubahan socialbudaya 3.1.8 Memberi contoh pengaruh kesetaraan pada perubahan social-budaya yang ada di masyarakat
perubahan social-budaya
4. Proses perubahan social-budaya 5. Konsep kesetaraan 6. Contoh-contoh kesetaraan
7. Hubungan kesetaraan dan perubahan social-budaya 8. Contohcontoh pengaruh kesetaraan dengan perubahan sosial-budaya
b) Analisis sumber belajar Sumber belajar merupakan segala sesuatu (benda, data, fakta, ide, orang, dan lain sebagainya) yang bisa menimbulkan proses belajar. Jadi bentuknya masih berupa bahan mentah untuk penyusunan bahan ajar.Meskipun sumber belajar mengandung materi pelajaran, namun sifatnya masih baru memiliki kemungkinan untuk dijadikan bahan ajar.Sumber belajar bisa dikatakan sebagai bahan ajar jika bahan-bahan sumber belajar tersebut sudah “dengan sengaja” dirancang secara sadar dan sistematis untuk pencapaian kompetensi peserta didik secara utuh dalam kegiatan pembelajaran. Analisis sumber belajar dilakukan setelah analisis kurikulum.Diknas dalam Andi (2015:56-57), menguraikan kriiteria analisis terhadap sumber belajar
Antropologi SMA K - 10
24
dilakukan berdasarkan ketersediaan, kesesuaian, dan kemudahan dalam memanfaatkannya. Ketersediaan.Kriteriteria ketersediaan berkenaan dengan ada atau tidaknya sumber belajar di sekitar kita. Kesesuaian.Criteria kesesuaian adalah apakah sumber belajar itu sesuai atau tidak dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Kemudahan.Criteria kemudahan adalah mudah atau tidaknya sumber belajar tersebut disediakan maupun digunakan.Sebaiknya memilih sumber
belajar
yang
mudah
pengadaan
maupun
pengoperasiannya.Dengan demikian, bahan ajar itu bisa benar-benar efektif membuat peserta didik menguasahi kompetensi yang telah ditetapkan.Contohnya, pemilihan penggunaan sumber belajar secara online menjadi tidak efektif jika tidak ditunjang dengan pengetahuan tentang cara-cara mendapatkan informasi secara online, tidak didukung sarana prasarana (jaringan internet, fasilitas) yang memadai. Terkait dengan kriteria pemilihan sumber belajarNana Sudjana dan Ahmad Rivai, Teknologi Pengajaran (Bandung: Sinar Bru Algesindo) (1989: 84-86)menyebutkan ada dua kriteria yang bisa digunakan dalam pemilihan sumber belajar, yaitu kriteria umum dan kriteria khusus. Kriteria Umum dalam pemilihan sumber belajar meliputi empat hal sebagai berikut: -
Ekonomis, artinya sumber belajar tidak mahal. Dengan harga yang terjangkau, semua lapisan masyarakat akan mampu mengadakan sumber belajar tersebut.
-
Praktis dan sederhana, artinya sumber belajar tidak memerlukan pelayanan yang sulit.
-
Mudah diperoleh, artinya sumber belajar dekat dan mudah dicari.
-
Fleksibel, artinya sumber belajar bisa dimanfaatkan untuk berbagai tujuan pembelajaran.
Kriteria khusus yang harus diperhatikan dalam pemilihan sumber belajar adalah sebagai berikut: -
Sumber belajar dapat memotivasi peserta didik dalam belajar
Antropologi SMA K - 10
25
-
Sumber belajar untuk tujuan pengajaran. Maksudnya, sumber belajar yang dipilih sebaiknya mendukung kegiatan belajar mengajar yang diselenggarakannya.
-
Sumber belajar untuk penelitian. Maksudnya, sumber belajar yang dipilih hendaknya dapat diobservasi, dianalisis, dicatat secara teliti, dan sebagainya.
-
Sumber belajar untuk memecahkan masalah. Maksudnya, sumber belajar yang dipilih hendaknya dapat mengatasi problem belajar peserta didik yang dihadapi dalam kegiatan belajar mengajar.
-
Sumber belajar untuk presentasi. Maksudnya, sumber belajar yang dipilih hendaknya bisa berfungsi sebagai alat, metode, atau strategi penyampaian pesan.
Berdasarkan criteria tersebut proses pemilihan sumber belajar menjadi lebih mudah, efektif, dan efisien. Selain itu sumber belajar diharapkan dapat lebih selaras dengan kebutuhan, lebih berdaya guna, terutama dalam peningkatan kualitas pembelajaran. c) Memilih dan menentukan bahan ajar Prinsip pemilihan bahan ajar meliputi: prinsip relevansi, prinsip konsistensi, prinsip kecukupan. Prinsip relevansi.Bahan ajar yang dipilih hendaknya ada relasi dengan pencapaiann standar kompetensi inti dan kompetensi dasar. Prinsip konsistensi.Bahan ajar yang dipilih hendaknya memiliki nilai keajegan.Jadi, antara kompetensi dasar yang harus dikuasahi peserta didik dengan bahan ajar yang disediakan memiliki keselarasan dan kesamaan. Prinsip kecukupan.Bahan ajar hendknya memadai untuk membantu peserta didik menguasahi kompetensi dasar yang diajarkan. Lebih lanjut Diknas dalam Andi menjelaskan tentang beberapa langkah pemilihan bahan ajar, diantaranya sebagai berikut: i) Mengidentifikasi aspek-aspek yang terdapat dalam kompetensi inti dan kompetensi dasar yang menjadi acuan atau rujukan pemilihan bahan ajar, apakah aspek kognitif, psikomotorik, atau motorik
Antropologi SMA K - 10
26
ii) Mengidentifikasi jenis-jenis materi bahan ajar, apakah termasuk aspek kognitif (fakta, konsep, prinsip, atau prosedur), afektif, atau motorik. iii) Memilih bahan ajar yang sesuai atau relevan dengan standar kompetensi inti dan kompetensi dasar yang telah teridentifikasi. Cara yang paling mudah untuk melakukannya adalah dengan mengajukan pertanyaan sebagai berikut: -
Apakah kompetensi dasar yang harus dikuasahi peserta didik berupa “mengingat”? Apabila jawabannya “ya” maka bahan ajar yang harus diajarkan adalah “fakta”.
-
Apakah kompetensi dasar yang harus dikuasahi peserta didik berupa kemampuan untuk menyatakan suatu definisi, menuliskan ciri khas sesuatu, atau mengelompokkan beberapa contoh objek sesuai dengan suatu definisi? Apabila jawabannya “ya”, maka bahan ajar yang harus diajarkan adalah “konsep”.
-
Apakah kompetensi dasar yang harus dikuasahi peserta didik berupa menjelaskan atau melakukan langkah-langkah secara urut ataukah membuat sesuatu? Apabila jawabannya “ya”, maka bahan yang harus diajarkan adalah “prosedur”.
-
Apakah kompetensi dasar yang harus dikuasahi peserta didik berupa menentukan hubungan antara beberapa konsep atau menerapkan
hubunngan
antara
berbagai
konsep?
Apabila
jawabannya “ya”, maka bahan ajar yang harus diajarkan adalah “prinsip”. -
Apakah kompetensi dasar yang harus dikuasahi peserta didik berupa memilih berbuat atau tidak berbuat sesuatu berdasarkan pertimbangan baik-buruk, suka-tidak suka, dan indah-tidak indah? Apabila jawabannya “ya”, maka bahan ajar yang harus diajarkan berupa “aspek afektif, sikap, atau nilai”.
-
Apakah kompetensi dasar yang harus dikuasahi peserta didik berupa melakukan perbuatan secara fisik? Apabila jawabannya “ya”, maka bahan ajar yang mesti diajarkan adalah “aspek motorik”.
2) Menyusun peta bahan ajar Antropologi SMA K - 10
27
Menurut Panen dan Purwanto (2004), penyusunan bahan ajar dapat dilakukan melalui beragam cara, dari yang termurah sampai yang termahal, dari yang paling sederhana sampai yang tercanggih. Secara umum ada tiga cara yang dapat ditempuh dalam menyusun bahan ajar, yaitu: a) Menulis sendiri (Starting From Scratch) Bahan ajar dapat ditulis sendiri oleh guru sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Selain ditulis sendiri guru dapat berkolaborasi dengan guru lain untuk menulis bahan ajar secara kelompok, dengan guru-guru bidang studi sejenis, baik dalam satu sekolah atau tidak. Penulisan juga dapat dilakukan bersama pakar, yang memiliki keahlian di bidang ilmu tertentu. Disamping penguasaan bidang ilmu, untuk dapat menulis sendiri bahan ajar, diperlukan kemampuan menulis sesuai dengn prinsip-prinsip instruksional. Penulisan bahan ajar selalu berlandaskan pada kebutuhan peserta didik, meliputi kebutuhan pengetahuan, keterampilan, bimbingan, latihan, dan umpan balik. Untuk itu dalam menulis bahan ajar didasarkan: (a) analisis materi pada kurikulum, (b) rencana atau program pengajaran, dan (c) silabus yang telah disusun. b) Pengemasan kembali informasi (Information Repackaging) Dalam pengemasan kembali informasi, penulis tidak menulis bahan ajar sendiri dari awal (from scratch), tetapi penulis memanfaatkan buku-buku teks dan informasi yang sudah ada untuk dikemas kembali sehingga berbentuk bahan ajar yang memenuhi karakteristik bahan ajar yang baik, dan dapat dipergunakan oleh guru dan peserta didik dalam proses instruksional. Bahan atau informasi yang sudah ada di pasaran dikumpulkan berdasarkan kebutuhan dan tujuan pembelajaran. Kemudian ditulis kembali/ulang dengan dengn gaya bahasa yang sesuai untuk menjadi bahan ajar (digubah), juga diberi tambahan kompetensi atau keterampilan yang akan dicapai, bimbingan belajar, latihan, tes, serta umpan balik agar mereka dapat mengukur sendiri kompetensinya yang telah dicapai. Keuntunganya, cara ini lebih cepat diselesaikan dibanding menulis sendiri. Sebaiknya memperoleh ijin dari pengarang buku aslinya. c) Penataan informasi (Compilation atau Wrap Around Text)
Antropologi SMA K - 10
28
Selain menulis sendiri bahan ajar juga dapat dilakukan melalui kompilasi seluruh materi yang diambil dari buku teks, jurnal, majalah, artikel, koran, dll. Proses ini disebut pengembangan bahan ajar melalui penataan informasi (kompilasi). Proses penataan informasi hampir mirip dengan proses pengemasan kembali informasi. Namun, dalam proses penataan informasi tidak ada perubahan yang dilakukan terhadap buku teks, materi audiovisual, dan informasi lain yang sudah ada di pasaran. Jadi buku teks, materi audiovisual dan informasi lain tersebut digunakan secara langsung, hanya ditambahkan dengan pedoman belajar untuk peserta didik tentang cara menggunakan materi tersebut, latihan-latihan dan tugas yang perlu dilakukan, umpan balik untuk peserta didik dan dari peserta didik
Menurut Diknas (2004), paling tidak ada tiga kegunaan penyusunan peta kebutuhan bahan ajar, yakni untuk mengetahui jumlah bahan ajar yang harus ditulis, mengetahui sekuensi atau urutan bahan ajar (urutan bahan ajar ini sangat diperlukan dalam menentukan prioritas penulisan), dan menentukan sifat bahan ajar.Bahan ajar bersifat dependent dan independent.Dependent adalah bahan ajar yang ada kaitannya antara bahan ajar yang satu dengan bahan ajar yang lain. Bahan ajar independent adalah bahan ajar yang berdiri sendiri atau tidak ada ikatan dengan bahan ajar yang lain. Contoh peta kebutuhan: Mata pelajaran
: Antropologi
Kelas
: XII
Semester
:1
Kompetensi Inti : Memahami,menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan,
kebangsaan,
kenegaraan,
dan
fenomena
dan
peradaban
terkait
penyebab
kejadian,
serta
menerapkan
pengetahuan
prosedural pada bidang kajian yang spesifik Antropologi SMA K - 10
29
sesuai
dengan
bakat
dan
minatnya
untuk
memecahkan masalah Kompetensi Dasar 3.1 Menganalisis berbagai masalah terkait dengan kesetaraan dan perubahan sosial-budaya dalam masyarakat multikultur.
Judul bahan ajar 1. Perubahan social-budaya 2. kesetaraan 3. Hubungan kesetaraan dan perubahan social-budaya
3) Membuat bahan ajar berdasarkan struktur masing-masing bentuk bahan ajar Struktur bahan ajar adalah susunan bagian-bagian yang membentuk bahan ajar. Dari beragam struktur bahan ajar yang ada, secara umum hanya ada tujuh komponen dalam setiap bahan ajar, yaitu judul, petunjuk belajar, kompetensi dasar atau materi pokok, informasi pendukung, latihan, tugas atau langkah kerja, dan penilaian (Andi, 2015:65). Departemen Pendidikan (2008:18-27) merinci struktur bahan ajar cetak sebagai berikut: Bahan ajar dapat berupa handout, buku, lembar kegiatan peserta didik (LKS), modul, brosur atau leaflet, Wallchart, Foto/Gambar, Model/Maket. Dalam menyusun bahan yang perlu diperhatikan adalah bahwa judul atau materi yang disajikan harus berintikan KD atau materi pokok yang harus dicapai oleh peserta didik, di samping itu menurut Steffen-Peter Ballstaedt bahan ajar cetak harus memperhatikan beberapa hal sebagai berikut: • Susunan tampilan, yang menyangkut: Urutan yang mudah, judul yang singkat, terdapat daftar isi, struktur kognitifnya jelas, rangkuman, dan tugas pembaca. • Bahasa yang mudah, menyangkut: mengalirnya kosa kata, jelasnya kalimat, jelasnya hubungan kalimat, kalimat yang tidak terlalu panjang. • Menguji pemahaman, yang menyangkut: menilai melalui orangnya, check list untuk pemahaman. • Stimulan, yang menyangkut: enak tidaknya dilihat, tulisan mendorong pembaca untuk berfikir, menguji stimulan.
Antropologi SMA K - 10
30
• Kemudahan dibaca, yang menyangkut: keramahan terhadap mata (huruf yang digunakan tidak terlalu kecil dan enak dibaca), urutan teks terstruktur, mudah dibaca. • Materi instruksional, yang menyangkut: pemilihan teks, bahan kajian, lembar kerja (work sheet). a. Handout
Istilah handout memang belum ada padanannya dalam bahasa Indonesia.
Handout biasanya merupakan bahan ajar tertulis yang
diharapkan dapat mendukung bahan ajar lainnya atau penjelasan dari guru. Steffen-Peter Ballstaedt mengemukakan dua fungsi dari handout yaitu: • Guna membantu pendengar agar tidak perlu mencatat. • Sebagai pendamping penjelasan si penceramah/guru.
Sebuah handout harus memuat paling tidak: • Menuntun pembicara secara teratur dan jelas • Berpusat pada pengetahuan hasil dan pernyataan padat. • Grafik dan tabel yang sulit digambar oleh pendengar dapat dengan mudah didapat.
Sesuai dengan yang telah dijelaskan di atas bahwa handout disusun atas dasar KD yang harus dicapai oleh peserta didik. Dengan demikian maka handout harus diturunkan dari kurikulum.
Handout biasanya
merupakan bahan tertulis tambahan yang dapat memperkaya peserta didik dalam belajar untuk mencapai kompetensinya.
Langkah-langkah menyusun handout adalah sebagai berikut: • Melakukan analisis kurikulum • Menentukan judul handout, sesuaikan dengan KD dan materi pokok yang akan dicapai. • Mengumpulkan referensi sebagai bahan penulisan.
Upayakan
referensi terkini dan relevan dengan materi pokoknya.
Antropologi SMA K - 10
31
• Menulis handout, dalam menulis upayakan agar kalimat yang digunakan tidak terlalu panjang, untuk peserta didik SMA diperkirakan jumlah kata per kalimatnya tidak lebih dari 25 kata dan dalam satu paragraf usahakan jumlah kalimatnya antara 3 – 7 kalimat saja. • Mengevaluasi hasil tulisan dengan cara dibaca ulang, bila perlu dibaca orang lain terlebih dahulu untuk mendapatkan masukan. • Memperbaiki handout sesuai dengan kekurangan-kekurangan yang ditemukan. • Gunakan berbagai sumber belajar yang dapat memperkaya materi handout misalnya buku, majalah, internet, jurnal hasil penelitian. b. Buku
Sebuah buku biasanya akan berisi tentang sesuatu yang menjadi buah pikiran dari seorang pengarangnya. Jika seorang guru menyiapkan sebuah buku yang digunakan sebagai bahan ajar maka buah pikirannya harus diturunkan dari KD yang tertuang dalam kurikulum, sehingga buku akan memberi makna sebagai bahan ajar bagi peserta didik yang mempelajarinya.
Sebuah buku akan dimulai dari latar belakang penulisan, definisi/ pengertian dari judul yang dikemukakan, penjelasan ruang lingkup pembahasan dalam buku, hukum atau aturan-aturan yang dibahas, contoh-contoh
yang
diperlukan,
hasil
penelitian,
data
dan
interpretasinya, berbagai argumen yang sesuai untuk disajikan. Langkah-langkah yang dapat dilakukan oleh seorang guru dalam menulis buku adalah sebagai berikut: • Mempelajari kurikulum dengan cara menganalisisnya • Menentukan judul buku yang akan ditulis sesuai dengan SK yang akan disediakan bukunya. • Merancang outline buku agar isi buku lengkap mencakup seluruh aspek yang diperlukan untuk mencapai suatu kompetensi. • Mengumpulkan referensi sebagai bahan penulisan, upayakan untuk menggunakan referensi terkini dan relevan dengan bahan kajiannya.
Antropologi SMA K - 10
32
• Menulis buku dilakukan dengan memperhatikan penyajian kalimat yang disesuaikan dengan usia dan pengalaman pembacanya. Untuk peserta didik SMA upayakan untuk membuat kalimat yang tidak terlalu panjang, maksimal 25 kata per kalimat dan dalam satu paragraf 3 – 7 kalimat. • Mengevaluasi/mengedit hasil tulisan dengan cara membaca ulang. Jika ada kekurangan segera dilakukan penambahan. • Memperbaiki tulisan • Gunakan berbagai sumber belajar yang dapat memperkaya materi misalnya buku, majalah, internet, jurnal hasil penelitian. c. Modul
Modul adalah seperangkat bahan ajar yang disajikan secara sistematis sehingga penggunanya dapat belajar dengan atau tanpa seorang fasilitator/guru.
Dengan demikian maka sebuah modul harus dapat
dijadikan sebuah bahan ajar sebagai pengganti fungsi guru.
Kalau
guru memiliki fungsi menjelaskan sesuatu maka modul harus mampu menjelaskan sesuatu dengan bahasa yang mudah diterima peserta didik sesuai dengan tingkat pengetahuan dan usianya. • Penulisan bahan ajar modul Dalam menulis bahan ajar khususnya modul terdapat beberapa tahapan yang harus dilalui, yaitu: - Analisis KI dan KD Analisis dimaksudkan untuk menentukan materi-materi mana yang memerlukan bahan ajar. Dalam menentukan materi dianalisis dengan cara melihat inti dari materi yang akan diajarkan, kemudian kompetesi yang harus dimiliki oleh peserta didik dan hasil belajar kritis yang harus dimiliki oleh peserta didik (critical learning outcomes) itu seperti apa.
- Menentukan judul-judul modul Judul modul ditentukan atas dasar KD-KD atau materi pembelajaran yang terdapat dalam silabus. Satu kompetensi dapat dijadikan sebagai judul modul apabila kompetensi itu tidak terlalu besar, sedangkan besarnya Antropologi SMA K - 10
33
kompetensi dapat dideteksi antara lain dengan cara apabila diuraikan ke dalam materi pokok mendapatkan maksimal 4 MP, maka kompetensi itu telah dapat dijadikan sebagai satu judul modul. Namun apabila diuraikan menjadi lebih dari 4 MP, maka perlu dipikirkan kembali apakah perlu dipecah misalnya menjadi 2 judul modul.
- Pemberian kode modul Kode modul sangat diperlukan guna memudahkan dalam pengelolaan modul. Biasanya kode modul merupakan angka-angka yang diberi makna, misalnya digit pertama, angka satu (1) berarti IPA, (2) : IPS. (3) : Bahasa. Kemudian digit kedua merupakan klasifikasi/kelompok utama kajian atau aktivitas atau spesialisasi pada jurusan yang bersangkutan. Misalnya jurusan bahasa, nomor 1 digit kedua berarti Antropologi, 2 Bahasa Perancis, 3 Bahasa Jepang dan seterusnya.
- Penulisan Modul Penulisan modul dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: * Perumusan KD yang harus dikuasai Rumusan KD pada suatu modul merupakan spesifikasi kualitas yang seharusnya telah dimiliki oleh peserta didik setelah ia berhasil menyelesaikan modul tersebut. KD yang tercantum dalam modul diambil dari pedoman khusus kurikulum 2004. Apabila peserta didik tidak berhasil memiliki tingkah laku sebagai yang dirumuskan dalam KD itu, maka KD pembelajaran dalam modul itu harus dirumuskan kembali. Dalam hal ini barangkali bahan ajar yang gagal, bukan peserta didik yang gagal. Kembali pada terminal behaviour, jika terminal behaviour diidentifikasi secara tepat, maka apa yang harus dikerjakan untuk mencapainya dapat ditentukan secara tepat pula. Menentukan alat evaluasi/penilaian adalah sejumlah pertanyaan atau tes yang digunakan untuk mengetahui tingkat keberhasilan peserta didik dalam menguasai suatu KD dalam bentuk tingkah laku. Karena pendekatan pembelajarannya yang digunakan adalah kompetensi, dimana sistem evaluasinya didasarkan Antropologi SMA K - 10
34
pada penguasaan kompetensi, maka alat evaluasi yang cocok adalah menggunakan pendekatan Panilaian Acuan Patokan (PAP) atau Criterion Referenced Assesment.
Evaluasi dapat segera disusun setelah ditentukan KD yang akan dicapai sebelum menyusun materi dan lembar kerja/tugas-tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik. Hal ini dimaksudkan agar evaluasi yang dikerjakan benar-benar sesuai dengan apa yang dikerjakan oleh peserta didik. Penyusunan Materi Materi atau isi modul sangat tergantung pada KD yang akan dicapai. Materi modul akan sangat baik jika menggunakan referensi–referensi mutakhir yang memiliki relevansi dari berbagai sumber misalnya buku, internet, majalah, jurnal hasil penelitian.
Materi modul tidak harus
ditulis seluruhnya, dapat saja dalam modul itu ditunjukkan referensi yang digunakan agar peserta didik membaca lebih jauh tentang materi itu.
Tugas-tugas
harus ditulis secara jelas guna mengurangi
pertanyaan dari peserta didik tentang hal-hal yang seharusnya peserta didik dapat melakukannya.
Misalnya tentang tugas diskusi. Judul
diskusi diberikan secara jelas dan didiskusikan dengan siapa, berapa orang dalam kelompok diskusi dan berapa lama.
Kalimat yang disajikan tidak terlalu panjang. Bagi peserta didik SMA upayakan untuk membuat kalimat yang tidak terlalu panjang, maksimal 25 kata per-kalimat dan dalam satu paragraf 3–7 kalimat.
Gambar-gambar yang sifatnya mendukung isi materi sangat diperlukan, karena di samping memperjelas penjelasan juga dapat menambah daya tarik bagi peserta didik untuk mempelajarinya.
* Urutan pembelajaran Urutan pembelajaran dapat diberikan dalam petunjuk menggunakan modul. Misalnya dibuat petunjuk bagi guru yang akan mengajarkan Antropologi SMA K - 10
35
materi tersebut dan petunjuk bagi peserta didik. Petunjuk peserta didik diarahkan kepada hal-hal yang harus dikerjakan dan yang tidak boleh dikerjakan oleh peserta didik, sehingga peserta didik tidak perlu banyak bertanya, guru juga tidak perlu terlalu banyak menjelaskan atau dengan kata lain guru berfungsi sebagai fasilitator.
* Struktur bahan ajar/modul Struktur modul dapat bervariasi, tergantung pada karakter materi yang akan disajikan, ketersediaan sumberdaya dan kegiatan belajar yang akan dilakukan. Secara umum modul harus memuat paling tidak: - Judul - Petunjuk belajar (Petunjuk peserta didik/guru) - Kompetensi yang akan dicapai - Informasi pendukung - Latihan-latihan - Petunjuk kerja, dapat berupa Lembar Kerja (LK) - Evaluasi/Penilaian d. Lembar Kegiatan Peserta didik (LKS)
Lembar kegiatan peserta didik (student work sheet) adalah lembaranlembaran berisi tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik. Lembar kegiatan peserta didik akan memuat paling tidak; judul, KD yang akan dicapai, waktu penyelesaian, peralatan/bahan yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas, informasi singkat, langkah kerja, tugas yang harus dilakukan, dan laporan yang harus dikerjakan.
Dalam menyiapkan lembar kegiatan peserta didik dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: • Analisis kurikulum Analisis kurikulum dimaksudkan untuk menentukan materi-materi mana yang memerlukan bahan ajar LKS. Biasanya dalam menentukan materi dianalisis dengan cara melihat materi pokok dan pengalaman
Antropologi SMA K - 10
36
belajar dari materi yang akan diajarkan, kemudian kompetesi yang harus dimiliki oleh peserta didik. • Menyusun peta kebutuhan LKS Peta kebutuhan LKS sangat diperlukan guna mengetahui jumlah LKS yang harus ditulis dan sekuensi atau urutan LKS-nya juga dapat dilihat. Sekuens LKS ini sangat diperlukan dalam menentukan prioritas penulisan. Diawali dengan analisis kurikulum dan analisis sumber belajar. • Menentukan judul-judul LKS Judul LKS ditentukan atas dasar KD-KD, materi-materi pokok atau pengalaman belajar yang terdapat dalam kurikulum. Satu KD dapat dijadikan sebagai judul modul apabila kompetensi itu tidak terlalu besar, sedangkan besarnya KD dapat dideteksi antara lain dengan cara apabila diuraikan ke dalam materi pokok (MP) mendapatkan maksimal 4 MP, maka kompetensi itu telah dapat dijadikan sebagai satu judul LKS. Namun apabila diuraikan menjadi lebih dari 4 MP, maka perlu dipikirkan kembali apakah perlu dipecah misalnya menjadi 2 judul LKS. • Penulisan LKS Penulisan LKS dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebaga berikut: - Perumusan KD yang harus dikuasai Rumusan KD pada suatu LKS langsung diturunkan dari dokumen SI. - Menentukan alat Penilaian Penilaian dilakukan terhadap proses kerja dan hasil kerja peserta didik. Karena
pendekatan
pembelajar-an
yang
digunakan
adalah
kompetensi, dimana penilaiannya didasarkan pada penguasaan kompeten-si, maka alat penilaian yang cocok adalah menggunakan pendekatan Panilaian Acuan Patokan (PAP) atau Criterion Referenced Assesment. Dengan demikian guru dapat menilainya melalui proses dan hasil kerjanya. - Penyusunan Materi Antropologi SMA K - 10
37
Materi LKS sangat tergantung pada KD yang akan dicapai. Materi LKS dapat berupa informasi pendukung, yaitu gambaran umum atau ruang lingkup substansi yang akan dipelajari. Materi dapat diambil dari berbagai sumber seperti buku, majalah, internet, jurnal hasil penelitian. Agar pemahaman peserta didik terhadap materi lebih kuat, maka dapat saja dalam LKS ditunjukkan referensi yang digunakan agar peserta didik membaca lebih jauh tentang materi itu. Tugas-tugas harus ditulis secara jelas guna mengurangi pertanyaan dari peserta didik tentang hal-hal yang seharusnya peserta didik dapat melakukannya, misalnya tentang tugas diskusi. Judul diskusi diberikan secara jelas dan didiskusikan dengan siapa, berapa orang dalam kelompok diskusi dan berapa lama. - Struktur LKS Struktur LKS secara umum adalah sebagai berikut: * Judul * Petunjuk belajar (Petunjuk peserta didik) * Kompetensi yang akan dicapai * Informasi pendukung * Tugas-tugas dan langkah-langkah kerja * Penilaian Brosur adalah bahan informasi tertulis mengenai suatu masalah yang disusun secara bersistem atau cetakan yang hanya terdiri atas beberapa halaman dan dilipat tanpa dijilid atau selebaran cetakan yang berisi keterangan singkat tetapi lengkap tentang perusahaan atau organisasi (Kamus besar Bahasa Indonesia, Edisi Kedua, Balai Pustaka, 1996).
Dalam menyusun sebuah brosur sebagai bahan ajar, brosur paling tidak memuat antara lain: • Judul diturunkan dari KD atau materi pokok sesuai dengan besar kecilnya materi. • KD/materi pokok yang akan dicapai, diturunkan dari SI dan SKL. • Informasi
pendukung
dijelaskan
secara
jelas,
padat,
menarik
memperhatikan penyajian kalimat yang disesuaikan dengan usia dan Antropologi SMA K - 10
38
pengalaman pembacanya. Untuk peserta didik SMA upayakan untuk membuat kalimat yang tidak terlalu panjang, maksimal 25 kata per kalimat dan dalam satu paragraf 3 – 7 kalimat. • Tugas-tugas dapat berupa tugas membaca buku tertentu yang terkait dengan materi belajar dan membuat resumenya. Tugas dapat diberikan secara individu atau kelompok dan ditulis dalam kertas lain. • Penilaian dapat dilakukan terhadap hasil karya dari tugas yang diberikan. • Gunakan berbagai sumber belajar yang dapat memperkaya materi misalnya buku, majalah, internet, jurnal hasil penelitian. Leaflet. A separate sheet of printed matter, often folded but not stitched (Webster‟s New World, 1996). Leatlet adalah bahan cetak tertulis berupa lembaran yang dilipat tapi tidak dimatikan/dijahit. Agar terlihat menarik biasanya leaflet didesain secara cermat dilengkapi dengan ilustrasi dan menggunakan bahasa yang sederhana, singkat serta mudah dipahami.
Leaflet sebagai bahan ajar juga harus memuat
materi yang dapat menggiring peserta didik untuk menguasai satu atau lebih KD.
Dalam membuat leaflet secara umum sama dengan membuat brosur, bedanya hanya dalam penampilan fisiknya saja, sehingga isi leaflet dapat dilihat pada brosur di atas. Leaflet biasanya ditampilkan dalam bentuk dua kolom kemudian dilipat. Wallchart adalah bahan cetak, biasanya berupa bagan siklus/proses atau grafik yang bermakna menunjukkan posisi tertentu. Misalnya tentang siklus makhluk hidup binatang antara ular, tikus dan lingkungannya atau
proses
dari
suatu
kegiatan
laboraturium.
Dalam
mempersiapkannya wallchart paling tidak berisi tentang: • Judul diturunkan dari KD atau materi pokok sesuai dengan besar kecilnya materi. • Petunjuk penggunaan wallchart, dimaksudkan agar wallchart tidak terlalu banyak tulisan. • Informasi pendukung dijelaskan secara jelas, padat, menarik dalam bentuk gambar, bagan atau siklus. Antropologi SMA K - 10
39
• Tugas-tugas ditulis dalam lembar kertas lain, misalnya berupa tugas membaca buku tertentu yang terkait dengan materi belajar dan membuat resumenya. Tugas lain misalnya menugaskan peserta didik untuk menggambar atau membuat bagan ulang. Tugas dapat diberikan secara individu atau kelompok. • Penilaian dapat dilakukan terhadap hasil karya dari tugas yang diberikan. • Gunakan berbagai sumber belajar yang dapat memperkaya materi misalnya buku, majalah, internet, jurnal hasil penelitian. Foto/gambar memiliki makna yang lebih baik dibandingkan dengan tulisan. Foto/gambar sebagai bahan ajar tentu saja diperlukan satu rancangan yang baik agar setelah selesai melihat sebuah atau serangkaian foto/gambar peserta didik dapat melakukan sesuatu yang pada akhirnya menguasai satu atau lebih KD.
Dalam menyiapkan sebuah gambar untuk bahan ajar dapat dilakukan dengan langkah sebagai berikut: • Judul diturunkan dari KD atau materi pokok sesuai dengan besar kecilnya materi. Jika foto, maka judulnya dapat ditulis dibaliknya. • Buat desain tentang foto/gambar yang dinginkan dengan membuat storyboard. Storyboard foto tidak akan sebanyak untuk video/film. • Informasi pendukung diambilkan dari storyboard secara jelas, padat, menarik ditulis dibalik foto. Gunakan sumber lain yang dapat memperkaya materi misalnya foto, internet, buku.
Agar foto enak
dilihat dan memuat cukup informasi, maka sebaiknya foto/gambar berukuran paling tidak 20-R. • Pengambilan gambar dilakukan atas dasar stroryboard. Agar hasilnya baik dikerjakan oleh orang yang menguasai penggunaan foto, atau kalau gambar digambar oleh orang yang terampil menggambar. • Editing terhadap foto/gambar dilakukan oleh orang yang menguasai substansi/isi materi video/film.
Antropologi SMA K - 10
40
• Agar hasilnya memuaskan, sebaiknya sebelum digandakan dilakukan penilaian terhadap program secara keseluruhan baik secara substansi, edukasi maupun sinematografinya. • Foto/gambar biasanya tidak interaktif, namun tugas-tugasnya dapat diberikan
pada
akhir
penampilan
gambar,
misalnya
untuk
pembelajaran bahasa Inggris peserta didik diminta untuk menceritakan ulang secara oral tentang situasi dalam foto/gambar. Tugas-tugas dapat juga ditulis dalam lembar kertas lain, misalnya berupa menceritakan ulang tentang foto/ gambar yang dilihatnya dalam bentuk tertulis. Tugas dapat diberikan secara individu atau kelompok. • Penilaian dapat dilakukan terhadap penampilan peserta didik dalam menceritakan kembali foto/gambar yang dilihatnya atau cerita tertulis dari foto/gambar yang telah dilihatnya. Model/maket yang didesain secara baik akan memberikan makna yang hampir sama dengan benda aslinya. Weidermann mengemukakan bahwa dengan meilhat benda aslinya yang berarti dapat dipegang, maka peserta didik akan lebih mudah dalam mempelajarinya. Misalnya dalam pembelajaran biologi peserta didik dapat melihat secara langsung bagian-bagian tubuh manusia melalui sebuah model. Biasanya model semacam ini dapat dibuat dengan skala 1:1 artinya benda yang dilihat memiliki besar yang persis sama dengan benda aslinya atau dapat juga dengan skala yang lebih kecil, tergantung pada benda apa yang akan dibuat modelnya. Bahan ajar semacam ini tidak dapat berdiri sendiri melainkan harus dibantu dengan bahan tertulis agar memudahkan guru dalam melaksanakan pembelajaran maupun peserta didik dalam belajar. Dalam memanfaatkan model/maket sebagai bahan ajar harus menggunakan KD dalam kurikulum sebagai acuannya. • Judul diturunkan dari kompeternsi dasar atau materi pokok sesuai dengan besar kecilnya materi. • Membuat
rancangan
sebuah
model
yang
akan
dibuat
baik
substansinya maupun bahan yang akan digunakan sebagai model. • Informasi pendukung dijelaskan secara jelas, padat, menarik pada selembar kertas. Karena tidak mungkin sebuah model memuat Antropologi SMA K - 10
41
informasi tertulis kecuali keterangan-keterangan singkat saja. Gunakan berbagai sumber yang dapat memperkaya informasi misalnya buku, majalah, internet, jurnal hasil penelitian. • Agar hasilnya memuaskan, sebaiknya pembuatan model atau maket dilakukan oleh orang yang memiliki keterampilan untuk membuatnya. Bahan yang digunakan tentu saja disesuaikan dengan kemampuan keuangan dan kemudahan dalam mencarinya. • Tugas dapat diberikan pada akhir penjelasan sebuah model, dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan oral. Tugas-tugas dapat juga ditulis dalam lembar kertas lain, misalnya berupa tugas menjelaskan secara tertulis tentang misalnya untuk pembelajaran biologi, fungsi jantung bagi kehidupan manusia. Tugas dapat diberikan secara individu atau kelompok. • Penilaian dapat dilakukan terhadap jawaban lisan atau tertulis dari pertanyaan yang diberikan. Penggunaan ilustrasi. Ilustrasi adalah alat komunikasi kasat mata (visual) yang menyertai naskah (text) di dalam buku. Ilustrasi pada prinsipnya untuk memperjelas gagasan penulis. Beberapa buku bahkan menggunakan ilustrasi sebagai bagian utama, dan naskahnya sebagai pendukung. Selain itu ilustrasi juga menyajikan sejumlah informasi dengan serempak dalam satu ruang. Ilustrasi yang digunakan dalam bahan ajar dapat berupa : daftar tabel, diagram, grafik, gambar, dan simbol. Adapun kegunaan ilustrasi tersebut adalah : 1. Memperjelas informasi yang diberikan 2. Memberikan variasi dan menarik 3. Membantu mengingat gagasan yang disampaikan 4. Mengurangi narasi/tulisan, menghemat tempat Langkah-langkah dalam pembuatan Ilustrasi, antara lain : 1. Identifikasi 1. Bagian bahan ajar yang perlu ilustrasi 2. Jenis ilustrasi yang dibutuhkan 3. Letak ilustrasi 4. Ukuran ilustrasi 2. Desain Antropologi SMA K - 10
42
1. Membuat ilustrasi sesuai dengan isi pesan 2. Memilih ilustrasi dari sumber yang ada 3. Modifikasi 4. Tata letak 3. Editing 1. Menilai ketepatan dengan isi pesan 2. Revisi kesalahan
Aspek-aspek pengembangan bahan ajar Pengembangan bahan ajar dilakukan berdasarkan suatu proses yang sistematik agar kesahihan dan keterpercayaan bahan ajar dapat dijamin. Ada beberapa faktor yang dapat berpengaruh terhadap kualitas bahan ajar dan harus selalu diperhatikan dalam proses pengembangan
bahan ajar, yaitu isi, cakupan,
keterbacaan, bahasa, ilustrasi, perwajahan dan pengemasan. Kualitas bahan ajar sangat tergantung pada ketepatan dalam memperhitungkan faktor-faktor tersebut dalam pengembangan bahan ajar. 1) Kecermatan isi 2) Ketepatan cakupan 3) Ketercernaan/keterbacaan bahan ajar 4) Pemaparan yang logis 5) Penyajian materi yang runtut 6) Contoh dan ilustrasi yang memudahkan pemahaman 7) Penjelasan tentang rtelevansi dan manfaaty bahan ajar 8) Penggunaan bahasa yang baik dan benar 9) Pengemasan/penataan letak informasi dalam satu halaman cetak 10) Ilustrasi
Strategi dalam memanfaatkan bahan ajar Secara garis besar dalam memanfaatkan bahan ajar terdapat dua strategi, yaitu (a) strategi penyampaian bahan ajar oleh guru dan (b) strategi mempelajari bahan ajar oleh peserta didik. Strategi penyampaian bahan ajar oleh guru. 1)
Strategi penyampaian bahan ajar oleh guru diantaranya:
Antropologi SMA K - 10
43
a) Strategi urutan penyampaian simultan b) Strategi urutan penyampaian suksesif c) Strategi penyampaian fakta d) Strategi penyampaian konsep e) Strategi penyampaian materi pembelajaran prinsip f) Strategi penyampaian prosedur Strategi
urutan
penyampaian
simultan
yaitu
jika
guru
harus
menyampaiakan materi pembelajaran lebih dari satu, maka menurut strategi urutan penyampaian simultan, materi secara keseluruhan disajikan secara serentak, baru kemudian diperdalam satu demi satu. Strategi urutan penyampaian suksesif, jika guru harus menyampaiakn materi pembelajaran lebih dari satu, maka menurut strategi urutan penyampaian suksesif, sebuah materi
satu demi satu disajikan secara
mendalam baru kemudian secara berurutan menyajikan materi berikutnya secara mendalam pula. Strategi
penyampaian fakta,
jika guru
harus menyajikan materi
pembelajaran yang termaswuk jenis fakta (nama-nama benda, namanama tempat, nama lambing dan symbol, dan sebagainya) Strategi penyampaian konsep.Materi pembelajaran jenis konsep adalah materi berupa definisi atau pengertian.Tujuan mempelajari konsep adalah agar
peserta
didik
paham,
dapat
menunjukkan
cirri-ciri,
unsur,
membedakan, membandingkan, menggenerallisasi, dsb. Langkah-langkah mengajarkan konsep: pertama sajikan konsep, kedua berikan bantuanj (berupa inti isi, cirri-ciri pokok, contoh dan bukan contoh), ketiga berikan latihan, misalnya berupa tugas untuk mencari contoh lain, keempat berikan umpan balik, dan kelima berikan tes. Strategi penyampaian materi pembelajaran prinsip.Termasuk materi pembelajaran jenis prinsip adalah dalil, rumus, hukum, dsb. Strategi penyampaian prosedur.Tujuan mempelajari prosedur adalah peserta didik dapat melakukan atau mempraktekkan prosedur tersebut dan bukan hanya sekedar hafalan atau sekedar paham.Termasuk materi pembelajaran jenis prosedur adalah langkah-langkah mengerjakan suatu
tugas secara urut. 2) Strategi mempelajari bahan ajar oleh peserta didik Antropologi SMA K - 10
44
Ditinjau dari peserta didik, perlakuan terhadap materi pembelajaran berupa mempelajari atau berinteraksi dengan materi pembelajaran. Secara khusus dalam mempelajari materi pembelajaran, kegiatan peserta didik dapat dikelompokkan menjadi empat, yaitu; (1) menghapal, (2) menggunakan, (3) menemukan, dan (4) memilih. a)
Menghafal. Ada dua jenis menghafal, yaitu menghafal verbal dan menghafal paraphrase. Menghafal verbal adalah menghafal persis seperti adanya, misalnya jenis-jenis symbol, nama temapat, nama kebudayaan local, dsb. Sebaliknya ada juga materi pembelajaran yang tidak harus dihafal persis seperti apa adanya tetapi dapat diungkapkan dengan bahasa atau kalimat sendiri (hafal paraphrase). Yang penting peserta paham atau mengerti, misalnya, makna pelaksanaan “Upacara Larung Sesaji”, dsb.
b)
Menggunakan/mengaplikasikan. Materi pembelajaran setelah dihafal atau dipahami kemudian digunakan atau diaplikasikan. Jadi dalam proses pembelajaran
peserta
didik
perlu
memiliki
kemampuan
untuk
menggunakan, menerapkan atau nengaplikasikan materi yang telah dipelajari. Penggunaan fakta atau data adalah untuk dijadikan bukti dalam rangka pengambilan keputusan.Penguasaan atas suatu konsep digunakan untuk menggeneralisasi atau membedakan. Penerapan atau pengvgunaan prinsip
adalah
untuk
memecahkan
masalah
pada
suatu
kasus.
Penggunaan materi prosedur adalah untuk dipraktekkan atau dikerjakan. Penggunaaan materi sikap adalah pembiasaan berperilaku sesuai nilai atau sikap yang telah dipelajari. c)
Menemukan.
Yang
dimaksud penemuan adalah menemukan cara
memecahkan masalah-masalah baru dengan menggunakan fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yangh telah dipelajari. Menemukan adalah tingkat belajar tingkat tinggi. Gagne (1987) menyebutkan sebagai strategi kognitif. Misalnya setelah mempelajari materi tentang metode penelitian kualitatif peserta didik dapat menemukan makna atau latar belakang suatu kegiatan budaya pada suatu masyarakat tertentu.. d)
Memilih. Memilih disini menyangkut aspek afektif atau sikap. Yang dimaksudkan dengan memilih atau berbuat atau tidak berbuat sesuatu.
Evaluasi dan revisi
Antropologi SMA K - 10
45
Setelah selesai menulis bahan ajar, selanjutnya yang perlu Anda lakukan adalah evaluasi terhadap bahan ajar tersebut. Evaluasi ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah bahan ajar telah baik ataukah masih ada hal yang perlu diperbaiki. Teknik evaluasi bisa dilakukan dengan beberapa cara, misalnya evaluasi teman sejawat ataupun uji coba kepada peserta didik secara terbatas. Respondenpun bisa anda tentukan apakah secara bertahap mulai dari one to one, group, ataupun class. Komponen evaluasi mencakup kelayakan isi, kebahasaan, sajian, dan kegrafikan. Komponen kelayakan isi mencakup, antara lain: 1.
Kesesuaian dengan KI, KD
2.
Kesesuaian dengan perkembangan anak
3.
Kesesuaian dengan kebutuhan bahan ajar
4.
Kebenaran substansi materi pembelajaran
5.
Manfaat untuk penambahan wawasan
6.
Kesesuaian dengan nilai moral, dan nilai-nilai sosial
Komponen Kebahasaan antara lain mencakup: 1.
Keterbacaan
2.
Kejelasan informasi
3.
Kesesuaian dengan kaidah Bahasa Indonesia yang baik dan benar
4.
Pemanfaatan bahasa secara efektif dan efisien (jelas dan singkat)
Komponen Penyajian antara lain mencakup: 1.
Kejelasan tujuan (indikator) yang ingin dicapai
2.
Urutan sajian
3.
Pemberian motivasi, daya tarik
4.
Interaksi (pemberian stimulus dan respond)
5.
Kelengkapan informasi
Komponen Kegrafikan antara lain mencakup: 1.
Penggunaan font; jenis dan ukuran
2.
Lay out atau tata letak
3.
Ilustrasi, gambar, foto
4.
Desain tampilan
Antropologi SMA K - 10
46
Contoh Format Instrumen Evaluasi Formatif Bahan Ajar INSTRUMEN EVALUASI Judul Bahan Ajar Mata Pelajaran Penulis Evaluator Tanggal
FORMATIF : ........... : ........... : ........... : ........... : ...........
Petunjuk pengisian Berilah tanda check (v) pada kolom yang paling sesuai dengan penilaian Anda.
Komentar/saran evaluator: .......................................................................................... .......................................................................................... .......................................................................................... 1 2 3 4 5
= = = = =
sangat tidak baik/sesuai kurang sesuai cukup baik sangat baik/sesuai No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
Komponen
1
2
3
4
KELAYAKAN ISI Kesesuaian dengan KI, KD Kesesuaian dengan kebutuhan peserta didik Kesesuaian dengan kebutuhan bahan ajar Kebenaran substansi materi Manfaat untuk penambahan wawasan pengetahuan Kesesuaian dengan nilai-nilai, moralitas, sosial KEBAHASAAN Keterbacaan Kejelasan informasi Kesesuaian dengan kaidah Bahasa Indonesia Penggunaan bahasa secara efektif dan efisien SAJIAN Kejelasan tujuan Urutan penyajian Pemberian motivasi Interaktivitas (stimulus dan respond) Kelengkapan informasi KEGRAFISAN Penggunaan font (jenis dan ukuran) Lay out, tata letak Ilustrasi, grafis, gambar, foto Desain tampilan
Antropologi SMA K - 10
47
5
Berdasarkan hasil evaluasi tersebut, selanjutnya Anda dapat melakukan revisi atau perbaikan terhadap bahan ajar yang Anda kembangkan. Setelah itu, bahan ajar siap untuk Anda manfaatkan dalam proses pembelajaran.
4. AKTIVITAS PEMBELAJARAN 5. LATIHAN/KASUS/TUGAS Susunlah bahan ajar berdasarkan pemahaman Anda tentang standar kompetensi inti, kompetensi dasar, silabus, dan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah ada! Penyusunan bahan ajar agar dilakukan secara individu. Satu bahan ajar seharusnya untuk satu pertemuan
6. RANGKUMAN Bahan ajar merupakan informasi, alat dan teks yang diperlukan guru/instruktur
untuk
perencanaan
dan
penelaahan
implementasi
pembelajaran. Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru/ instruk ur dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas. Bahan yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis. Bentuk bahan ajar atau materi pembelajaran antara lain: 1. Bahan cetak seperti; modul, buku , LKS, brosur, hand out, leaflet, wallchart. 2. Audio Visual seperti; video/ film,VCD. 3. Audio seperti; radio, kaset, CD audio, PH 4. Visual; foto, gambar, model/ maket 5. Multi Media; CD interaktif, computer Based, Internet. Ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam penyusunan bahan ajar atau materi pembelajaran. 1. Prinsip relevansi artinya keterkaitan. 2. Prinsip konsistensi artinya keajegan. 3. Prinsip kecukupan artinya materi yang diajarkan hendaknya cukup memadai dalam membantu peserta didik menguasai kompetensi dasar yang diajarkan. Kegunaan ilustrasi tersebut adalah : 1. Memperjelas informasi yang diberikan
Antropologi SMA K - 10
48
2. Memberikan variasi dan menarik 3. Membantu mengingat gagasan yang disampaikan 4. Mengurangi narasi/tulisan, menghemat tempat Langkah-langkah dalam pembuatan Ilustrasi, antara lain : 1. Identifikasi a. Bagian bahan ajar yang perlu ilustrasi b. Jenis ilustrasi yang dibutuhkan c. Letak ilustrasi d. Ukuran ilustrasi 2. Desain a.
Membuat ilustrasi sesuai dengan isi pesan
b.
Memilih ilustrasi dari sumber yang ada
c.
Modifikasi
d.
Tata letak
3. Editing a.
Menilai ketepatan dengan isi pesan
b.
Revisi kesalahan.
7. UMPAN BALIK DAN TINDAK LANJUT
8. KUNCI JAWABAN
Antropologi SMA K - 10
49
BABI II: PENYUSUNAN PERANGKAT PEMBELAJARAN Kegiatan Pembelajaran 1:Penyusunan Perangkat Pembelajaran 1. TUJUAN Melatih peserta diklat dapat menyusun dan mengembangkan sendiri perangkat-perangkat pembelajaran yang dibutuhkan dan berkualitas dalam melaksanakan kegiatan pembelajarannya, sehingga diharapkan mendukung kelancaran dan kebermaknaan kegiatan pembelajaran.
2. INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI Setelah mengikuti kegiatan ini, diharapkan peserta diklat mampu membuat pernagkat pembelajaran dengan baik dan benar, sehingga dapat mendukung kelancaran dan kebermaknaan kegiatan pembelajaran.
3. URAIAN MATERI Latar belakang Pembangunan pendidikan merupakan bagian internal dalam pembangunan nasional. Karena pada dasarnya proses pendidikan tidak dapat dipisahkan dari proses pembangunan nasional itu sendiri. Pembangunan nasional yang dilakukan diarahkan dan bertujuan untuk mengembangkan Sumber Daya Manusia agar berkualitas. Pembangunan dibidang pendidikan merupakan salah satu upaya yang harus dilakukan untuk mengembangkan SDM. Didalam proses pendidikan tentunya suatu lembaga sekolah melakukan rancangan-rancangan baik sistem maupun tatanan dalam suatu lembaga. Proses pendidikan akan berkasil dipengaruhi oleh guru, murid, dan lembaga terkait. Guru di tuntut untuk lebih professional dalam tugas-tugasnya yang antara lain harus bisa membuat perangkat pembelajaran dan mampu mengembangkannya sekaligus mampu menerapkannya. Perencanaan adalah menyusun langkah-langkah yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Perencanaan tersebut dapat disusun berdasarkan kebutuhan dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan keinginan pembuat perencanaan. Namun yang lebih utama adalah perencanaan yang dibuat harus dapat dilaksanakan dengan mudah dan tepat sasaran.
Antropologi SMA K - 10
50
Pengertian perangkat pembelajaran Dalam KBBI (2007: 17), perangkat adalah alat atau perlengkapan, sedangkan pembelajaran adalah proses atau cara menjadikan orang belajar. Menurut Sanjaya (2010:26), Perangkat adalah sejumlah bahan, alat, media, petunjuk dan pedoman yang akan digunakan dalam proses pencapaian kegiatan yang diinginkan. Dan pembelajaran adalah proses kerjasama antara Guru dan Peserta didik dalam memanfaatkan segala potensi dan sumber yang ada baik potensi yang bersumber dari dalam diri sisiwa itu sendiri seperti minat, bakat dan kemampuan dasar yang dimiliki termasuk gaya belajar maupun potensi yang ada di luar diri peserta didik seperti lingkungan, sarana dan sumber belajar sebagai upaya untuk mencapai tujuan belajar tententu.Jadi perangkat pembelajaran adalah serangkaian media atau sarana yang digunakan dan dipersiapkan oleh guru dan peserta didik dalam proses pembelajaran di kelas. Sedangkan Pengembangan perangkat pembelajaran adalah serangkaian proses atau kegiatan yang dilakukan untuk menghasilkan suatu perangkat pembelajaran berdasarkan teori pengembangan yang telah ada. Menurut Zuhdan, dkk (2011: 16) perangkat pembelajaran adalah alat atau perlengkapan untuk melaksanakan proses yang memungkinkan pendidik dan peserta didik melakukan kegiatan pembelajaran. Perangkat pembelajaran menjadi pegangan bagi guru dalam melaksanakan pembelajaran baik di kelas, laboratorium atau di luar kelas. Dalam Permendikbud No. 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah disebutkan bahwa penyusunan perangkat pembelajaran merupakan bagian dari perencanaan pembelajaran. Perencanaan pembelajaran dirancang dalam bentuk silabus dan RPP yang mengacu pada standar isi. Selain itu, dalam perencanaan pembelajaran juga dilakukan penyiapan media dan sumber belajar, perangkat penilaian, dan skenario pembelajaran.
Manfaat perangkat pembelajaran Manfaat pentingnya perangkat pembelajaran yang perlu dipersiapkan oleh seorang guru, antara lain : 1. Perangkat pembelajaran sebagai panduan
Antropologi SMA K - 10
51
Perangkat pembelajaran adalah sebagai panduan atau pemberi arah bagi seorang guru. Hal tersebut penting karena proses pembelajaran adalah sesuatu yang sistematis dan terpola. Masih banyak guru yang hilang arah atau bingung ditengah-tengah proses pembelajaran hanya karena tidak memiliki perangkat pembelajaran. Oleh karena itu, perangkat pembelajaran memberi panduan apa yang harus dilakukan seorang guru di dalam kelas. Selain itu, perangkat pembelajaran memberi panduan dalam mengembangkan teknik mengajar dan memberi panduan untuk merancang perangkat yang lebih baik. 2. Perangkat pembelajaran sebagai tolak ukur Seorang guru yang profesional tentu mengevaluasi setiap hasil mengajarnya. Begitu pula dengan perangkat pembelajaran. Guru dapat mengevaluasi diri nya sendiri sejauh mana perangkat pembelajaran yang telah dirancang teraplikasi di dalam kelas. Evaluasi tersebut penting untuk terus meningkatkan profesionalime seorang guru. Kegiatan evaluasi bisa dimulai dengan membandingkan dari berbagai aktivitas di kelas, strategi, metode atau bahkan langkah pembelajaran dengan data yang ada di perangkat pembelajaran. 3. Perangkat pembelajaran sebagai peningkatan profesionalisme Profesionalisme
seorang
guru
dapat
ditingkatkan
dengan
perangkat
pembelajaran. Dengan kata lain, bahwa perangkat pembelajaran tidak hanya sebagai kelengkapan administrasi. tetapi juga sebagai media peningkatan profesionalisme. Seorang guru harus menggunakan dan mengembangkan perangkat pembelajarannya semaksimal mungkin. Memperbaiki segala yang terkait dengan proses pembelajaran lewat perangkatnya. Jika tidak demikian, maka kemampuan sang guru tidak akan berkembang bahkan mungkin menurun. 4. Mempermudah Perangkat pembelajaran mempermudah seorang guru dalam membantu proses fasilitasi pembelajaran. Dengan perangkat pembelajaran, seorang guru mudah menyampaikan materi hanya dengan melihat perangkatnya tanpa harus banyak berpikir dan mengingat.
Jenis-jenis perangkat pembelajaran dan pengembangannya Diantara jenis-jenis perangkat pembelajaran yang harus diperhatikan dalam pembelajaran adalah : silabus, program tahunan, program semester, rencana pelaksanaan pembelajaran. Sedangkan pengembangan perangkat pembelajaran Antropologi SMA K - 10
52
adalah serangkaian proses atau kegiatan yang dilakukan untuk menghasilkan suatu perangkat pembelajaran berdasarkan teori pengembangan yang telah ada. 1. Silabus Silabus
adalah
rencana
pembelajaran
pada
suatu
kelompok
mata
pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar,
materi
pokok/pembelajaran,
kegiatan
pembelajaran,
indikator,
penilaian, alokasi waktu, dan sumber/bahan/alat belajar. Silabus merupakan penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian. Meskipun pada Kurikulum 2013, kemendikbud sudah menyiapkan silabus, namun guru berhak untuk mengembangkannya. Dalam kaitannya dalam pembuatan silabus, ada beberapa prinsip yang mendasari pengembangan silabus, yaitu antara lain: a. lmiah artinya Keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatan dalam silabus
harus
benar
dan
dapat
dipertanggungjawabkan
secara
keilmuan.Untuk mencapai kebenaran ilmiah tersebut, dalam menyusun silabus dilibatkan para pakar dibidang keilmuan masing-masing mata pelajaran. b. Relevan artinya Cakupan, kedalaman, tingkat kesukaran dan urutan penyajian materi dalam silabus sesuai dengan tingkat perkembangan fisik, intelektual, sosial, emosional dan spiritual peserta didik. c. Sistematis artinya Komponen-komponen silabus saling berhubungan secara fungsional dalam mencapai kompetensi d. Konsisten artinya Adanya hubungan yang konsisten (ajeg, taat asas) antara kompetensi dasar, indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar dan sistem penilaian. e. Memadai artinya Cakupan indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar dan sistem penilaian cukup untuk menunjang pencapaian kompetensi dasar. f. Aktual dan konstektual artinya Cakupan indikator, materi pokok, kegiatan pembelajaran, sumber belajar dan sistem penilaian memperhatikan perkembangan ilmu, teknologi, dan seni mutakhir dalam kehidupan nyata, dan peristiwa yang terjadi. Antropologi SMA K - 10
53
g. Fleksibel artinya Kesuluruhan komponen silabus dapat mengakomodasi keragaman peserta didik, pendidik, serta dinamika perubahan yang terjadi di sekolah dan tuntutan masyarakat. h. Menyeluruh artinya Komponen silabus mencakup keseluruhan ranah kompotensi (Kognitif, Afektif dan Psikomotor) Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) menetapkan tujuh langkah pengembangan silabus. Ketujuh langkah itu adalah: 1.
Mengkaji standar kompetensi dan kompetensi dasar
2.
Mengidentifikasi materi pokok/pembelajaran
3.
Mengembangkan kegiatan pembelajaran
4.
Merumuskan indikator pencapaian kompetensi
5.
Penentuan jenis penilaian
6.
Menentukan alokasi waktu
7.
Menentukan sumber belajar.
Ketujuh langkah tersebut perlu dicermati oleh pengembang silabus. Pencermatan itu dimaksudkan untuk menetapkan langkah-langkah yang lebih operasional, yang aplikatif, dan dapat memudahkan pengembang silabus dalam melaksanakan tugasnya. Sajian ini mengajak pengembang silabus mengikuti langkah-langkah praktis berikut ini. 1.
Mengkaji
Standar
Kompetensi
(sekarang
Kompetensi
Inti)
dan
Kompetensi Dasar Langkah pertama yang dilakukan pengembang silabus adalah mengkaji Kompetensi Inti dan kompetensi dasar mata pelajaran yang tercantum pada Standar Isi. Kajian dipusatkan pada: a.
Urutan hierarki konsep disiplin ilmu dan tingkat kesulitan materi.
b.
Keterkaitan antara standar kompetensi dan kompetensi dasar dalam mata
pelajaran c.
Keterkaitan antara standar kompetensi dan kompetensi dasar antar mata
pelajaran d.
Keterkaitan antara standar kompetensi dan komepetensi dasar dengan
standar kompetensi lulusan mata pelajaran.
Antropologi SMA K - 10
54
2.
Indikator Pencapaian Kompetensi
Indikator merupakan penanda pencapaian kompetensi dasar yang ditandai oleh perubahan perilaku yang dapat diukur yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta didik, mata pelajaran, satuan pendidikan, potensi daerah dan dirumuskan dalam kata kerja operasional yang terukur dan/atau dapat diobservasi. Indikator digunakan sebagai dasar penyusunan alat penilaian.
3.
Mengidentifikasi Materi Pokok/Pembelajaran
Mengidentifikasi materi pokok/pembelajaran yang menunjang pencapaian kompetensi dasar dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut: a.
Potensi peserta didik
b.
Relevansi dengan karakteristik daerah
c.
Tingkat perkembangan fisik, intelektual, emosional, sosial, dan spritual
peserta didik d.
Kebermanfaatan bagi peserta didik
e.
Struktur keilmuan
f.
Aktualitas, kedalaman, dan keluasan materi pembelajaran
g.
Relevansi dengan kebutuhan peserta didik dan tuntutan lingkungan
h.
Alokasi waktu.
4.
Mengembangkan Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran dirancang untuk memberikan pengalaman belajar yang melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi antarpeserta didik, peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya dalam rangka pencapaian kompetensi dasar. Pengalaman belajar yang dimaksud dapat terwujud melalui penggunaan pendekatan pembelajaran yang bervariasi dan berpusat pada peserta didik. Pengalaman belajar memuat kecakapan hidup yang perlu dikuasai peserta didik. Hal-hal
yang
harus
diperhatikan
dalam
mengembangkan
kegiatan
pembelajaran adalah sebagai berikut: a)
Kegiatan pembelajaran disusun untuk memberikan bantuan kepada para pendidik,
khususnya
guru,
agar
dapat
melaksanakan
proses
pembelajaran secara profesional. Antropologi SMA K - 10
55
b)
Kegiatan pembelajaran memuat rangkaian kegiatan yang harus dilakukan oleh peserta didik secara berurutan untuk mencapai kompetensi dasar melalui pencapaian indikator.
c)
Penentuan urutan kegiatan pembelajaran harus sesuai dengan hierarki konsep materi pembelajaran.
d)
Rumusan pernyataan dalam kegiatan pembelajaran minimal mengandung dua unsur penciri yang mencerminkan pengelolaan pengalaman belajar peserta didik, yaitu kegiatan peserta didik dan materi pembelajaran.
5. Penentuan Jenis Penilaian Penilaian pencapaian kompetensi dasar peserta didik dilakukan berdasarkan indikator. Penilaian dilakukan dengan menggunakan tes dan nontes dalam bentuk tertulis maupun lisan, pengamatan kinerja, pengukuran sikap, penilaian hasil karya berupa tugas, proyek dan/atau produk, penggunaan portofolio, dan penilaian diri. Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan. Kegiatan penilaian diawali kegiatan mengumpulkan informasi tentang proses dan hasil belajar peserta didik. Informasi itu kemudian diolah dan atau dianalisis sedemikian rupa sehingga dapat diberi makna atau ditafsirkan. Selanjutnya, ditafsirkan atau dimaknai. Hasil dari pemaknaan itulah yang dijadikan landasan untuk mengambil keputusan. Selain itu, penilaian haendaklah dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penilaian, yaitu: Penilaian diarahkan untuk mengukur pencapaian kompetensi. Penilaian menggunakan acuan criteria, yaitu berdasarkan apa yang bisa dilakukan peserta didik setelah mengikuti proses pembelajaran, dan bukan untuk menentukan posisi seseorang terhadap kelompoknya. Sistem yang direncanakan adalah sistem penilaian yang berkelanjutan. Berkelanjutan dalam arti semua indikator ditagih, kemudian hasilnya dianalisis untuk menentukan kompetensi dasar yang telah dimiliki dan yang belum, serta untuk mengetahui kesulitan peserta didik.
Antropologi SMA K - 10
56
Hasil penilaian dianalisis untuk menentukan tindak lanjut. Tindak lanjut berupa perbaikan proses pembelajaran berikutnya, program remedi bagi peserta didik yang pencapaian kompetensinya di bawah kriteria ketuntasan, dan program pengayaan bagi peserta didik yang telah memenuhi kriteria ketuntasan. Sistem penilaian harus disesuaikan dengan pengalaman belajar yang ditempuh
dalam
proses
pembelajaran.
Misalnya,
jika
pembelajaran
menggunakan pendekatan tugas observasi lapangan maka evaluasi harus diberikan baik pada proses (keterampilan proses) misalnya teknik wawancara, maupun produk/hasil melakukan observasi lapangan yang berupa informasi yang dibutuhkan.
6. Menentukan Alokasi Waktu Penentuan alokasi waktu pada setiap kompetensi dasar didasarkan pada jumlah minggu efektif dan alokasi waktu mata pelajaran per minggu dengan mempertimbangkan jumlah kompetensi dasar, keluasan, kedalaman, tingkat kesulitan, dan tingkat kepentingan kompetensi dasar. Alokasi waktu yang dicantumkan dalam silabus merupakan perkiraan waktu rerata untuk menguasai kompetensi dasar yang dibutuhkan oleh peserta didik yang beragam.
7. Menentukan Sumber Belajar Sumber belajar dapat berupa media cetak dan elektronik, nara sumber, serta lingkungan fisik, alam, sosial, dan budaya. Sumber belajar adalah rujukan, objek dan/atau bahan yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran. Penentuan sumber belajar didasarkan pada standar kompetensi dan kompetensi dasar serta materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi. Sumber belajar juga diartikan sebagai segala tempat atau lingkungan sekitar, benda, dan orang yang mengandung informasi dapat digunakan sebagai wahana bagi peserta didik untuk melakukan proses perubahan tingkah laku.
Bahan Ajar merupakan bagian dari sumber belajar. Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru/instruktor dalam Antropologi SMA K - 10
57
melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Bahan yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis.Sebuah bahan ajar paling tidak mencakup antara lain : a.
Petunjuk belajar (Petunjuk peserta didik/guru)
b.
Kompetensi yang akan dicapai
c.
Content atau isi materi pembelajaran
d.
Informasi pendukung
e.
Latihan-latihan
f.
Petunjuk kerja, dapat berupa Lembar Kerja (LK)
g.
Evaluasi
h.
Respon atau balikan terhadap hasil evaluasi
Pengembangan silabus Pembelajaran dapat dilakukan oleh para guru secara mandiri atau berkelompok dalamsebuah sekolah atau beberapa sekolah, kelompok Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) pada atau Pusat dan Kegiatan Guru (PKG), dan Dinas Pendidikan. a. Guru. Sebagai tenaga professional yang memiliki tangung jawab langsung terhadap kemajuan belajar peserta didik, seorangguru diharapkan mampu mengembangkan silabus sesuai dengan kompentensi mengajarnya secara mandiri. Disisi lain guru lebih mengenal karakteristik peserta didik dan kondisi sekolah serta lingkungannya. b. Kelompok Guru. Apabila guru kelas atau guru mata pelajaran karena sesuatu hal belum dapat melaksanakan pengembangansilabus secara mandiri, maka pihak sekolah dapat mengusahakan untuk membentuk kelompok guru kelas atauguru mata pelajaran untuk mengembangkan silabus yang akan dipergunakan oleh sekolah tersebut c. Kelompok Kerja Guru (MGMP/PKG). Sekolah yang belum mampu mengembangkan silabus secara mandiri, sebaiknya bergabung dengan sekolahlain
melalui
forum
MGMP/PKG
untuk
bersama-sama
mengembangkan silabus yang akan digunakan oleh sekolah-sekolah 2. Program tahunan dan Program semester Sebelum menguraikan tentang program tahunan dan program semester, maka akan dibahas dahulu kalender Pendidikan.
Antropologi SMA K - 10
58
Kalender pendidikan adalah pengaturan waktu untuk kegiatan pembelajaran peserta didik selama satu tahun ajaran yang mencakup permulaan tahun pelajaran, minggu efektif belajar, waktu pembelajaran efektif, dan hari libur. Permulaan tahun pelajaran adalah waktu dimulainya kegiatan pembelajaran pada awal tahun pelajaran.Minggu efektif belajar adalah jumlah minggu kegiatan pembelajaran untuk setiap tahun pelajaran. Waktu pembelajaran efektif adalah jumlah jam pembelajaran setiap minggu, meliputi jumlah jam pembelajaran untuk setiap mata pelajaran termasuk muatan lokal, ditambah jumlah jam untuk kegiatan pengembangan diri. Waktu libur adalah waktu yang ditetapkan untuk tidak diadakan kegiatan pembelajaran. Waktu libur dapat berbentuk jeda tengah semester, jeda antar semester, libur akhir tahun pelajaran, hari libur keagamaan, hari libur umum termasuk hari-hari besar nasional, dan hari libur khusus. Adapun cara menetapkan kalender pendidikan adalah sebagai berikut: 1. Permulaan tahun pelajaran adalah bulan Juli setiap tahun dan berakhir pada bulan Juni tahun berikutnya. 2. Hari libur sekolah ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan Nasional, dan/atau Menteri Agama dalam hal yang terkait dengan hari raya keagamaan, Kepala Daerah tingkat Kabupaten/Kota, dan/atau organisasi penyelenggara pendidikan dapat menetapkan hari libur khusus. 3. Pemerintah Pusat/Provinsi/Kabupaten/Kota dapat menetapkan hari libur serentak untuk satuan-satuan pendidikan. 4. Kalender pendidikan untuk setiap satuan pendidikan disusun oleh masingmasing satuan pendidikan berdasarkan alokasi waktu sebagaimana tersebut pada dokumen Standar Isi ini dengan memperhatikan ketentuan dari pemerintah/pemerintah daerah. Program tahunan. Langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk mengembangkan program tahunan adalah: a. Lihat berapa jam alokasi waktu setiap mata pelajaran dalam seminggu dalam struktur kurikulum seperti yang telah ditetapkan pemerintah. b. Analisis berapa minggu efektif dalam setiap semester, seperti yang telah kita tetapkan dalam gambaran alokasi efektif. Melalui analisis tersebut kita
Antropologi SMA K - 10
59
dapat menentukan berapa minggu waktu yang tersedia untuk pelaksanaan proses pembelajaran. Penentuan alokasi waktu didasarkan kepada jumlah jam pelajaran sesuai dengan struktur kurikulum yang berlaku serta keluasan materi yang harus dikuasai oleh peserta didik. 3. Program semester, Cara mengembangkan progam semester yaitu : a. Tentukan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang ingin dicapai. Dalam hal ini guru tidak perlu merumuskan KI dan KD, sebab semuanya sudah ditentukan dalam Standar Isi, kecuali dalam merumuskan kurikulum muatan lokal. b. Lihat program tahunan yang telah disusun untuk menentukan alokasi waktu atau jumlah jam pelajaran setiap KI dan KD itu. c. Tentukan pada bulan dan minggu keberapa proses pembelajaran KD itu akan dilaksanakan. 4. Rencana pelaksanaan pembelajaran langkah- langkah pengembangan RPP : a. Mengidentifikasi dan mengelompokkan kompetensi yang ingin dicapai setelah proses pembelajaran b. Mengembangkan materi standar yaitu isi kurikulum yang diberikan kepada peserta didik dalam proses pembelajaran, dan pembentukan kompetensi c. Menentukan metode yaitu dalam setiap pembelajaran dan pembentujkan kompetensi, guru dapat menggunakan berbagai variasi metode dan berbagai variasi media untuk mencapai tujuan pembelajaran d. Mengembangkan
rencana
pelaksanaan
pembelajaran
adalah
merencanakan penilaian. Kesalahan dalam penyusunan perangkat pembelajaran Prof. Dr. Mohammad Nur dalam tulisannya tentang tentang “Kesalahan yang Sering Dibuat dalam Menyusun Perangkat RPP”, adalah: 1. Daftar Isi a. Tidak dilengkapi daftar isi
Antropologi SMA K - 10
60
b. Urutan daftar isi adalah: Sampul (Kaver), Kata penganatr, Daftar Isi, Silabus, RPP, LKS dan Kuci LKS, Media, Bahan ajar yang lain, Tabel Spesifikasi LP, LP dan Kunci LP c. Tidak ada daftar isi. Daftar isi harus diletakkan setelah kaver depan. d. Daftar isi tidak urut. Urutan daftar isi adalah: Kaver, Daftar Isi, Silabus, RPP, Buku Peserta didik( atau lembar bacaan, modul, bila ada), LKS dan Kunci LKS, Media (bila ada), Tabel Spesifikasi, LP dan Kunci LP. 2.
Silabus a. Tidak dilengkapi silabus b. Pada kolom Evaluasi tertulis tiga instrumen, tetapi yang dibuat hanya satu. Semua Sumber Belajar yang ditulis di Silabus dan di RPP harus dibuat dan dilampirkan.
3.
Indikator a.
Indikator di RPP tidak sama dengan di Silabus, seharusnya keduanya sama.
b. Salah
menyebut
domain:
Domain
(Ranah)
pengetahuan/produk
dimasukkan ranah psikomotor, ranah produk dimasukkan ranah proses. c.
Indikator tidak diklasifikasikan menurut domainnya.
d. Indikator untuk ranah yang sesuai di LKS harus persis sama dengan indikator untuk ranah yang sesuai di RPP (copy paste). e. Bila materi pembelajaran sesuai, harus ada tiga ranah di RPP (kognitif: produk dan proses, psikomotor, dan afektif: keterampilan sosial atau karakter). f.
Indikator cukup B (behavior) saja.
g. B (behavior) di Indikator harus sama dengan B di Tujuan Pembelajaran. 4.
Tujuan pembelajaran/Indikator a. Tidak dibedakan atas produk, proses, psikomotor, dan afektif. b. Degree hanya ditulis dengan benar, contoh yang benar misalnya sesuai dengan Kunci LKS atau sesuai dengan Kunci LP, atau yang pernyataan operasional lain. c. Belum menggunakan format ABCD. d. Degree salah atau belum ada. e. Degree di tulis sesuai kunci jawaban atau Kunci LKS, seharusnya sesuai Kunci LP.
Antropologi SMA K - 10
61
f.
Isi tujuan tidak sama dengan indikator.
g. Ada di tujuan tetapi tak ada di indikator. h. Sistem penomoran indikator dan tujuan pembelajaran yang tidak mudah dimengerti. i.
Tujuan pembelajaran tidak sesuai indikator.
j.
Proses dimasukkan ke psikomotor.
k. Kognitif/produk/psikomotor dimasukkan afektif 5.
RPP a. Nama satuan pendidkan tidak lengkap b. Nomor fase model tidak ditulis atau salah. c. Materi ajar disebut di skenario tetapi tidak dilampirkan atau tidak dibuat. d. Materi ajar dibuat (misal Buku Peserta didik, Hand Out, Bahan Ajar) tetapi tidak diskenariokan di RPP. e. Banyak salah ketik. f.
Ada dan dilampirkan LKS 1 tetapi tidak diskenariokan.
g. Skenario tidak sesuai inditator. h. Menyampaikan informasi
atau
mendemonstrasikan
pengetahuan
prosedural tanpa mengacu LKS/bahan ajar. i.
Tidak dilengkapi kolom Terlaksana/Tidak.
j.
Memotivasi peserta didik tidak boleh hanya verbal (Salah fatal).
k. Buat satu RPP saja untuk tiap model, satu RPP dapat terdiri dari beberapa pertemuan. Bila lebih dari satu pertemuan, Indikator dan Tujuan Pembelajaran jangan disatukan tetapi ditulis untuk masing-masing pertemuan. l.
Ranah produk dimasukkan proses atau sebaliknya ranah proses dimasukkan produk.
m. Belum dilengkapi kolom penilaian keterlaksanaan RPP. n. Materi di RPP tidak perlu diuraikan rinci. Cukup disebut topik atau judul saja. Uraian rinci ada di LKS atau buku Peserta didik yang dilampirkan. o. Belum dilengkapi daftar pustaka p. Menyebut modul di RPP tetapi modul itu tidak ada. 6. Sumber pembelajaran a. Diketik Kunci LKS 1 dan LKS 2 tetapi tidak diketik LKS 1 dan LKS 2. b. Sejumlah sumber belajar ditulis, tetapi sumber belajar itu tidak ada. Antropologi SMA K - 10
62
7.
LKS a. Cukup dicantumkan iindikator atau tujuan pembelajaran saja, tidak duaduanya, tidak usah ada SK dan KD di LKS. b. Ukuran benda tidak realistis. c. Percobaan tanpa rumusan masalah, hipotesis, variabel, dsbnya. d. Tidak ada tabel data padahal seharusnya ada. e. LKS tidak boleh langsung dijadikan LP tanpa modifikasi. f.
Di LKS percobaan, rumusan masalah dan hipotesis satu saja.
g.
Variabel manipulasi satu saja.
h. Variabel kontrol tidak hanya satu, minimal tiga. i.
Hambatan
bukan
variabel,
yang
benar
adalah besar hambatan;
atau besar arus listrik. j.
Menulis percobaan padahal hanya pengamatan (Salah fatal).
k. Langkah-langkah/prosedur percobaan dibuat sesuai definisi operasional variabel. l.
Seharusnya LKS Pengamatan tetapi ditulis LKS Eksperimen (Salah fatal).
m. Aspek yang diamati pada Lembar Pengamatan Aktivitas, isinya tidak sesuai dengan aspek yang ditulis di indikator RPP/Silabus. n. Kunci LKS/Mini Lab tidak dibuat (Salah fatal). o. LKS disebut tanpa identitas yang jelas. p. LKS tidak dilengkapi daftar pustaka. q. Salah dalam mengidentifikasi variabel r. Pengamatan dikatakan percobaan. s. Melakukan percobaan dimasukkan ranah psikomotor, harusnya ranah proses. 8. Modul/Handout/Bahan ajar a. Format modul tidak standar. b. Tidak dilengkapi daftar pustaka 9. Kisi-kisi Lembar Penilaian a. Pada kolom LP dan Butir Soal hanya ditulis Nama LP tanpa butir soal. Cara menulis dibuat jelas, jelas setiap indikator diukur oleh butir yang mana. b. Tidak membuat Kisi-kisi Lembar Penilaian (Salah fatal) c. Indikator di tabel spesifikasi tidak sesuai dengan indicator di RPP. Antropologi SMA K - 10
63
d. Di tabel spesifikasi harusnya cukup kolom tujuan pembelajaran tidak perlu ada kolom indikator. 10. LP/Tes a. Tes produk diberi nama tes kinerja. b. Tes proses diberi nama tes psikomotor c. LP Percobaan untuk SMA tidak menanyakan rumusan masalah, hipotesis, variabel, dll. d. Kunci tidak sesuai soalnya. e. Tidak ada Tabel Spesifikasi LP (Salah fatal). f.
Soal tidak valid. Indikator kinerja diukur dengan tes paper and pencil/teori/pengetahuan (Salah fatal).
g. Pada LP Kinerja harus ada Petunjuk untuk guru: a.l. Ditulis bunyi perintah apa yang harus diketrjakan peserta didik. h. Tidak membuat Kunci LP. i.
LKS langsung dijadikan LP.
j.
Tidak dilengkapi daftar pustaka
k. Menguji sejumlah komponen keterampilan proses di LP tetapi tidak ada LKS/bahan ajar lain untuk melatihkan keterampilan prose situ. 11. Kelengkapan Perangkat RPP a. Tidak ada daftar isi. b. Tidak ada silabus (Salah fatal). c. Perangkat RPP untuk MPL dan MPK harus dijilid terpisah. d. Silabus diletakkan di depan setelah daftar isi. e. Perangkat RPP tidak diberi halaman. 12. Daftar Pustaka a. Tidak ada daftar pustaka pada setiap komponen RPP (Silabus, RPP, LKS dan Kunci, LP dan Kunci, Modul, Buku Peserta didik, Media, dll.).
4. AKTIVITAS PEMBELAJARAN 5. LATIHAN/KASUS/TUGAS 6. RANGKUMAN
Antropologi SMA K - 10
64
Perangkat pembelajaran adalah serangkaian media atau sarana yang digunakan dan dipersiapkan oleh guru dan peserta didik dalam proses pembelajaran di kelas. Silabus merupakan seperangkat rencana serta pengaturan pelaksanaan pembelajaran dan penilaian yang disusun secara sistematis memuat komponen-komponen yang saling berkaitan untuk mencapai penguasaan kompetensi dasar. Program tahunan adalah rencana penetapan alokasi waktu satu tahun ajaran untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Rencana program semester merupakan penjabaran dari program tahunan.Tetapi program semester diarahkan untuk menjawab minggu keberapa atau kapan pembelajaran untuk mencapai kompetensi dasar itu dilakukan. Rencana
pelaksanaan
pembelajaran
(RPP)
adalah
rancangan
pembelajaran mata pelajaran per unit yang akan ditetapkan guru dalam pembelajaran di kelas.
7. UMPAN BALIK DAN TINDAK LANJUT A. B.
Apa definisi perangkat pembelajaran ? Apa saja jenis-jenis perangkat pembelajaran dan bagaimana cara
mengembangkannya ? C.
Bagaimana pentingnya perangkat pembelajaran bagi seorang guru ?
8. KUNCI JAWABAN
Antropologi SMA K - 10
65
BAB III: SEMINAR MATERI AJAR Kegiatan Pembelajaran 1:Seminar Materi Ajar 1. TUJUAN Materi ini menyajikan prosedur seminar materi ajar
2. INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI Setelah melakukan kegiatan ini, peserta diklat diharapkan dapat menyusun materi ajar dengan labih baik.
3. URAIAN MATERI Setelah peserta diklat memperoleh materi dari beberapa mata diklat materi antropologi yang telah dipaparkan oleh Widyaiswara, maka peserta mendapat tugas untuk menyusun materi ajar. Setelah konsultasi judul, garis besar hal-hal yang akan ditulis, maka peserta dapat melakukan penulisan materi ajar bab demi bab sampai tuntas. Setelah materi ajar sudah selesai dibuat, maka peserta wajib mengumpulkannya kepada
widyaiswara/panitia
penyelenggara
untuk
diseminarkan.Dianjurkan
penyerahan materi ajar 1 atau 2 hari sebelum seminar supaya ada waktu untuk penggandaan dan penyampaian kepada moderator dan narasumber agar dapat dibaca sebelum seminar. Pengertian seminar Seminar adalah suatu kegiatan belajar mengajar yang melibatkan sekelompok orang yang mempunyai pengalaman dan pengetahuan yang mendalam, atau dianggap mempunyai pengalaman dan pengetahuan yang mendalam tentang sesuatu hal, dan membahas hal tersebut bersama-sama dengan tujuan agar setiap peserta saling belajar dan berbagi pengalaman dengan rekan-rekannya. Berdasarkan pengertian tersebut diatas, maka ada beberapa kata kunci dalam model seminar ini, yaitu: 1) Sekelompok orang (peserta diklat, Widyaiswara) 2) Memiliki pengalaman dan pengetahuan mendalam (ekspert) 3) Saling belajar dan berbagi pengalaman. Tujuan Seminar
Antropologi SMA K - 10
66
Sesuai dengan tujuan dan sasaran diklat, pendekatan yang yang diterapkan adalah “andragogi” dengan metode pendalaman materi, diskusi dan penulisan hasil. Seperti telah dikemukakan di atas bahwa “materi ajar antropologi terpilih” wajib diseminarkan, tujuannya adalah: 1) Proses “pendalaman” materi dengan melakukan komunikasi, interaksi antar peserta secara terorganisir dalam bentuk diskusi tukar menukar pengalaman, informasi, saling memperkaya gagasan, ide-ide konsep, prinsip-prinsip serta alternative-alternativ solusi pemecahan masalah dalam bentuk rencana kerja. 2) Perbaikan atau penyempurnaan materi ajar dengan cara memberi kesempatan masukan dari peserta lain, Nara Sumber dan dari Moderator. Adapun masukan dari peserta bisa berupa perbaikan koreksi, memberi masukan ide, konsep, prinsip-prinsip baik aspek substansi, analisis maupun sistem penulisan.Sementara masukan dari Nara Sumber sebagai praktisi, diharapkan masukan terutama aspek substansi atau hal-hal sehubungan dengan muatan teknik substansi, identifikasi masalah atau “Isu” yang aktual, serta alternative pemecahan isu sehingga dapat memperkaya
materi
ajar
peserta,
yang
pada
gilirannya
dapat
diaplikasikan atau dapat dipergunakan dalam pembelajaran. Sebagai narasumber, tugasnya member tanggapan, koreksi, informasi dan saransaran yang dipandang perlu terutama yang bersangkutan dengan materi ajar antropologi terpilih. Selain itu memberikan penilaian terhadap prestasi, sikap dan perilaku peserta selama seminar serta hasil materi ajar yang dipresentasikan, baik dari segi materi maupun teknik presentasinya. Moderator
memberikan
masukan
tentang
teknik
penulisan,
alur
pemikiran, konsistensi penulisan, obyektivitas pembahasan yang rasional, penggunaan analisis yang digunakan sesuai atau tidak dengan tujuan, sasaran, serta kegiatan yang diinginkan yaitu meningkatkan nilai, ketrampilan
dan
pengetahuan
dan
ada
tidaknya
korelasi
yang
bermakna.Peranan moderator sangat penting, karena peserta diklat yang terdiri dari berbagai latar belakang, kadang-kadang muncul perbedaan pendapat yang saling merasa benar.Disinilah selaku moderator harus Antropologi SMA K - 10
67
dapat merangkum berbagai pendapat tanpa harus menyinggung pendapat dari peserta penulis materi ajar. Adapun tugas moderator dalam seminar materi ajar antropologi adalah: 1) Membuka
seminar,
memperkenalkan
mereka
yang
hadir,
menjelaskan tata cara seminar dan pengantar poko-pokok bahasan dalam materi ajar antropologi terpilih. 2) Menjaga seminar agar dapat memanfaatkan waktu seoptimal mungkin untuk mencapai tujuan seminar. 3) Berusaha agar seminar tetap berjalan dengan”hidup”, hangat dan efektif, antara lain dengan: a) Selalu
mendorong
partisipasi
para
peserta,
pertukaran
gagasan/pendapat diantara peserta dan tanpa mengabaikan objektivitas, disiplin, keakraban dan kesopanan. b) Mendorong pembahasan suatu masalah lebih mendalam serta meluruskan apabila terjadi penyimpangan materi bahasan. c) Memberikan koreksi, menghilangkan kesalahpahaman dengan tidak mengabaikan pendapat atau saran narasumber. d) Menutup
seminar
dengan
terlebih
dahulu
menyampaikan
kesimpulan tentang jalannya seminar. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan menjelang seminar dan sesudah seminar: 1) Persiapan peserta untuk presentasi/penyajian. 2) Persiapan dan pelaksanaan seminar oleh panitia penyelenggara 3) Perbaikan atau penyempurnaan bahan seminar setelah diseminarkan 4) Penerapan/implementasi materi ajar antropologi terpilih setelah kembali ke unit kerja masing-masing. Presentasi materi ajar antropologi terpilih Presentasi merupakan bagian dari komunikasi. Dalam proses komunikasi ada isi (konten) yang dikomunikasikan, ada metode, ada media. semua komponen ini saling terkait dalam menghasilkan suatu presentasi yang optimal dan efektif. Oleh karena itu, sebaiknya setiap peserta memiliki pengetahuan
dan
keterampilan
teknik
presentasi/penyajian
dalam
seminar. Persiapan penyajian/presentasi
Antropologi SMA K - 10
68
Ada beberapa hal yang harus dipersiapkan sebelum melaksanakan presentasi atau penyajian materi hasil dalam sebuah seminar. Adapun hal-hal yang harus dipersiapkan sebelum melakukan presentasi adalah (Hermansjah: 2005:27-28): 1) Persiapan bahan akan disajikan 2) Persiapan media 3) Strategi presentasi 4) Sikap pada saat presentasi Persiapan bahan yang akan disajikan. Bahan yang akan disajikan diambil dari materi ajar antropologi terpilih, sebaiknya berupa butir-butir (pointer) yang inti dan esensi yang menjadi garis besar materi ajar antropologi terpilih. Persiapan media (alat bantu).Ada beberapa media yang dapat digunakan atau membantu ketika sedang melakukan presentasi. Antara lain: a) Transparansi. Untuk saat ini penggunaan transparansi sudah mulai ditinggalkan, karena sudah banyak yang beralih menggunakan LCD (Liquid Crystal Display). Jika menggunakan transparansi, diusahakan tiap transparan menggunakan huruf yang besar-besar dan tiap lembar tidak lebih dari 10 (sepuluh) baris. b) LCD
(Liquid
Crystal
Display).
Penggunaan
LCD
dengnan
laptop/notebook harus benar-benar dipersiapkan dan dicoba dahulu sebelum seminar. Penyajian dengan menggunakan LCD agar tetap dipersiapkan/di
back up dengan flashdisk, sehingga kalau terjadi
gangguan pada peralatan laptop dapat menggunakan laptop yang lain. c) Papan tulis. Penggunaan papan tulis jarang digunakan, namun tidak menutup kemungkinan bahwa penggunaan papan tulis masih diperlukan dalam sebuah seminar. Media papan tulis (white board) digunakan andai peserta mau menambah penjelasan dengan menulis pada papan tulis. Terkait dengan papan tulis, maka diperlukan juga spidol untuk white board. Strategi presentasi. Masih dalam penjelasannya tentang persiapan presentasi, Hermansjah menjelaskan tentang strategi presentasi agar presentasi efektif dan komunikatif, antara lain: Antropologi SMA K - 10
69
a) Optimalkan penggunaan waktu (hanya 10 menit) b) Usahakan audience memperhatikan penyajian c) Utamakan yang disajikan yang inti dan esensinya saja d) Kurangi tambahan penjelasan yang tidak penting Sikap pada saat presentasi.Sikap atau gesture pada saat penyajian, hendaknya memperhatikan hal-hal berikut: a) Selalu menghadap kepada audience dan hanya sesekali melihat layar. Tidak membelakangi audience. b) Percaya diri c) Nada suara jangan monoton usahakan bervariasi. d) Usahakan tidak tegang, harus tampak biasa-biasa saja. e) Menggunakan pakaian yang rapih, tidak kusut. f)
Menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
g) Menghindari penggunaan jari telunjuk untuk menunjuk pada audience, tapi menggunakan telapak tangan secara terbuka jika akan menunjuk pada audience. Mekanisme seminar Terdapat tiga kegiatan dalam tahapan pelaksanaan seminar, yaitu: pendahuluan, kegiatan seminar, dan penutup.Pelaksanaan seminar materi ajar antropologi terpilih dilakukan secara bergiliran.Pada awal pelaksanaan seminar sebaiknya ada penjelasan tentang tujuan dan mekanisme seminar sekitar 5 menit oleh moderator. Oleh karena itu kalau seminar akan dimulai pkl 08.00, sebaiknya waktuntadimajukan 07.55. Selesai penyajian, kesempatan pertama diberikan kepada 2 pembahas utama untuk menyampaikan bahasannya, masing-masing. Selanjutnya nara sumber dan moderator memberi masukan masing-masing. Pada tahap pendahuluan, yang harus diperhatikan, tata ruang (layout) atau
kelas
yang
digunakan,
kesiapan
para
pelaku
seminar,
pemberitahuan/informasi mengeai aturan lain dalam seminar, termasuk rentang waktu, serta hal-hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan dalam seminar. Pada
kegiatan
pelaksanaan
seminar,
moderator
pertama-tama
memperkenalkan topik seminar, para pembicara, aturan main seminar dan lain-lain. Antropologi SMA K - 10
70
Kemudian, penyaji mempresentasikan materi ajar sesuai waktu yang telah ditentukan oleh moderator. Dalam presentasi sebaiknya penyaji menggunakan alat bantu. Setelah penyaji selesai mempresentasikan materi ajarnya, moderator mengundang peserta seminar untuk bertanya ataum,enyampaikan komentar. Dalam hal ini moderatoe berhak membatasi jumlahpeserta yang bertanya dan juga menstimulasi para peserta seminar agar diskusi menjadi hidup dan bersemangat. Dalam kegiatan penutup, moderator menutup seminar dengan sedikit memberi kesimpulan/catatan kecil tentang materi yang telah dibahas. Pada tahap balikan/review: - Diberikan balikan kepada peserta seminar, yaitu mengenai proses seminar dan substansi seminar. Tentang proses seminar, diberikan komentar mengenai lancar tidaknya seminar, aktif tidaknya peserta seminar dalam diskusi, dan sebagainya. - Mengenai subtansi seminar, diketemukan apa yang telah dibahas dan yang belum dibahas, kedalaman pembahasan, dan jika diperlukan meluruskan atau membetulkan hal-hal yang kurang tepat. - Setelah
selesai
seminar
peserta
wajib
meemperbaiki
/
menyempurnakan materi ajarnya dan menyerahkan kembali kepada widyaiswara sebelum penutupan. Perlu diketahui ada 4 (empat) faktor pada saat menjelang seminarmaupun sesudah seminar, yaitu: 1. Persiapan peserta untuk preseentasi/penyajian materi ajar. 2. Persiapan dan pelaksanaan seminar. 3. Penyempurnaan materi ajar setelah diseminarkan 4. Penerapan/aplikasi materi ajar setelah peserta kembali ke instansi masing-masing. Untuk
lebih
mengoptimalkan kualitas materi
ajar,
peserta
perlu
memperhatikan komponen dasar, yaitu: a. Penyaji b. Pendengar/audience c. Moderator dan narasumber Adapun persiapan penyajian, yaitu: Antropologi SMA K - 10
71
a. Persiapan bahan yang akan disajikan b. Penggunaan media pembelajaran c. Strategi presentasi d. Sikap dan perilaku penyaji Dalam seminar materi ajar, perlu dikatahui mengenai tuijuan seminar dan mekanisme seminar, mencakup waktu, persiapan dan pelaksanaan seminar. Setelah dilaksanakan seminar, maka materi ajar disampaikan kepada pimpinan instansi untuk diperoleh tanggapan dan rencana tindak lanjut penerapan materi ajar dalam pembelajaran.
4. AKTIVITAS PEMBELAJARAN Strategi pembelajaran materi ini adalah ekperimen dan role playing.
5. LATIHAN/KASUS/TUGAS a. Persiapkan perangkat pembelajaran yang akan diseminarkan. b. Tentukan pihak-pihak yang terlibat dalam kegiatan seminar c. Persiapkan bahan-bahan, sarana dan prasarana untuk seminar. d. Lakukan seminar perangkat pembelajaran Bapak/Ibu sesuai denngan prosedur seminar yang baik. e. Lakukan tindak lanjut dari hasil seminar pernagakat bahan ajar bapak/Ibu. f. Laporkan hasil.
6. RANGKUMAN Perangkat pembelajaran merupakan komponen yang penting dalam kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu, sudah sewajarnya jika kesempurnaan/kelengkapan perangkat pembelajaran tersebut di siapkan. Untuk mengetahui kelayakan perangkat pembelajaran, perlu kiranya pendapat/masukan dari pihak lain/teman sejawat. Seminar merupakan salah satu sarana untuk menyempurnakan perangkat pembelajaran. Masukan-masukan yang bersifat inovatif
diharapkan muncul pada
kegiatan seminar ini.
7. UMPAN BALIK DAN TINDAK LANJUT a. Lakukan tindak lanjut dari kegiatan seminar ini untuk memperbaiki atau menyempurnakan perangkat Bapak/Ibu. b. Laporkan.
Antropologi SMA K - 10
72
8. KUNCI JAWABAN
Antropologi SMA K - 10
73
BAB IV: INOVASI DALAM PENDEKATAN SAINTIFIK Kegiatan Pembelajaran 1:Inovasi Dalam Pendekatan Saintifik 1. TUJUAN Materi
ini
menyajikan
invasi-inovasi
dalam
pelaksanaan
kegiatan
pembelajaran yang memuat langkah-langkah pendekatan saintifik.
2. INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI Setelah mengikuti kegiatan ini, diharapkan peserta diklat mampu menusun pernagkat pembelajaran dengan baik dan benar.
3. URAIAN MATERI Pembelajaran kurikulum 2013 adalah pembelajaran kompetensi dengan memperkuat proses pembelajaran dan penilaian autentik untuk mencapai kompetensi
sikap,
pengetahuan
dan
keterampilan.
Penguatan
proses
pembelajaran dilakukan melalui pendekatan saintifik, yaitu pembelajaran yang mendorong
siswa
lebih
mampu
dalam
mengamati,
menanya,
mencoba/mengumpulkan data, mengasosiasi/menalar, dan mengomunikasikan Pembelajaran adalah suatu kegiatan yang mengandung terjadinya proses penguasaan pengetahuan, keterampilan dan sikap oleh subjek yang sedang belajar. Pelaksanaan pembelajaran akan berjalan efektif apabila didahului dengan
penyiapan
rencana
pelaksanaan
pembelajaran
(RPP)
yang
dikembangkan oleh guru baik secara individual maupun kelompok yang mengacu pada Silabus. Dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 103 Tahun 2014 tentang Standar Proses memberi gambaran bahwa setiap pendidik pada satuan
pendidikan
berkewajiban
pembelajaran (RPP) secara lengkap berlangsung
secara interaktif,
menyusun dan
inspiratif,
sistematis
rencana
pelaksanaan
agar
pembelajaran
menyenangkan,
menantang,
memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Untuk itu setiap satuan pendidikan perlu melakukan perencanaan pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran serta penilaian proses pembelajaran dengan
Antropologi SMA K - 10
74
strategi yang benar untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas ketercapaian kompetensi lulusan. Strategi pembelajaran sangat diperlukan dalam menunjang terwujudnya seluruh kompetensi yang dimuat dalam Kurikulum 2013. Kurikulum memuat apa yang seharusnya diajarkan kepada peserta didik, sedangkan pembelajaran merupakan cara bagaimana apa yang diajarkan bisa dikuasai oleh peserta didik. Pelaksanaan
pembelajaran
didahului
dengan
penyiapan
RPP
yang
dikembangkan oleh guru baik secara individual maupun kelompok yang mengacu pada Silabus. Sedangkan Strategi penilaian disiapkan untuk memfasilitasi guru dalam mengembangkan pendekatan, teknik dan instrument penilaian hasil belajar dengan pendekatan autentik.Penilaian memungkinkan para pendidikmampu menerapkan program remedial bagi peserta didik yang tergolong pebelajar lambat dan program pengayaan bagi peserta didik yang termasuk kategori pebelajar cepat. Untuk menyiapkan kemampuan guru dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran saintifik serta melakukan penilaiain autentik dan menggunakan silabus sebagai acuan, perlu penjabaran operasional antara lain dalam mengembangkan materi pembelajaran, mengembangkan langkah pembelajaran serta merancang dan melaksanakan penilaian autentik. Oleh karena itu diperlukan rambu-rambu yang bisa memfasilitasi guru secara individual dan kelompok dalam mengembangkan dan melaksanakan pembelajaran dalam berbagai modus, strategi, dan model untuk muatan dan/atau mata pelajaran yang diampunya. Prinsip pembelajaran
pada kurikulum 2013 menekankan perubahan
paradigma: (1) pesertadidik diberi tahu menjadi pesertadidik mencari tahu; (2) guru sebagai satu-satunya sumberbelajar menjadi belajar berbasis aneka sumber belajar; (3) pendekatan tekstual menjadi pendekatan proses sebagai penguatan penggunaan pendekatan ilmiah; (4) pembelajaran berbasis konten menjadi pembelajaran berbasis kompetensi; (5) pembelajaran parsial menjadi pembelajaran terpadu; (6) pembelajaran yang menekankan jawaban tunggal menjadi pembelajaran dengan jawaban yang kebenarannya multi dimensi; (7) pembelajaran verbalisme menjadi keterampilan aplikatif; (8) peningkatan dan keseimbangan antara keterampilan fisikal (hardskills) dan keterampilan mental Antropologi SMA K - 10
75
(softskills);
(9)
pembelajaran
yang
mengutamakan
pembudayaan
danpemberdayaan peserta didik sebagai pembelajar sepanjang hayat; (10) pembelajaran yang menerapkan nilai-nilai dengan memberi keteladanan(ing ngarso sung tulodo), membangun kemauan (ing madyo mangun karso), dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran (tut wuri handayani); (11) pembelajaranyang berlangsung di rumah, di sekolah, dan di masyarakat; (12) pembelajaran
yang menerapkan prinsip bahwa siapa saja
adalah guru, siapa saja adalah siswa, dan di mana saja adalah kelas; (13) pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan efisiensi dan
efektivitas
pembelajaran;
dan
(14)
pengakuan
atas
perbedaan
individualdan latar belakang budaya peserta didik. Sesuai dengan Standar Kompetensi Lulusan, sasaran pembelajaran mencakup pengembangan ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dielaborasi untuk setiap satuan pendidikan. Ketiga ranah kompetensi tersebut memiliki
lintasan
perolehan
(proses psikologis)
yang
berbeda.
Sikap
diperoleh melalui aktivitas menerima,menjalankan, menghargai, menghayati, dan
mengamalkan.
memahami, Keterampilan
Pengetahuandiperoleh
menerapkan,
menganalisis,
diperoleh melalui aktivitas
melalui
aktivitas
mengevaluasi, mengamati,
mengingat,
dan
mencipta.
menanya,
mencoba,
menalar, menyaji, dan mencipta. Karaktersitik kompetensi beserta perbedaan lintasan perolehan turut serta mempengaruhi karakteristik standar proses. Penguatan pendekatan
saintifik perlu diterapkan pembelajaran berbasis
penyingkapan/penelitian
(discovery/inquiry
learning). Untuk mendorong
kemampuan peserta didik menghasilkan karya kontekstual, baik maupun
kelompok
pembelajaran
yang
maka
sangat
menghasilkan
disarankan karya
individual
menggunakan pendekatan
berbasis
pemecahan masalah
(project based learning). Pendekatan Saintifik Sebelum membicarakan mengenai pendekatan ilmiah (scientific), perlu dipahami terlebih dahulu mengenai metode ilmiah. Pada umumnya seseorang selalu
ingin
memperoleh
pengetahuan.
Pengetahuan
dapat
merupakan
pengetahuan ilmiah dan pengetahuan tidak ilmiah. Suatu pengetahuan ilmiah hanya dapat diperoleh dari metode ilmiah. Metode ilmiah pada dasarnya memandang fenomena khusus (unik) dengan kajian Antropologi SMA K - 10
76
spesifik dan detail untuk kemudian merumuskan pada simpulan. Dengan demikian diperlukan adanya penalaran dalam rangka pencarian (penemuan). Untuk dapat disebut ilmiah, metode pencarian (method of inquiry) harus berbasis pada bukti-bukti dari objek yang dapat diobservasi, empiris, dan terukur dengan prinsip-prinsip penalaran yang spesifik. Metode ilmiah umumnya memuat rangkaian kegiatan koleksi data atau fakta melalui observasi dan eksperimen, kemudian memformulasi dan menguji hipotesis. Sebenarnya apa yang kita bicarakan dengan metode ilmiah merujuk pada: (1) adanya fakta, (2) sifat bebas prasangka, (3) sifat objektif, dan (4) adanya analisa. Selanjutnya secara sederhana pendekatan ilmiah merupakan suatu cara atau mekanisme untuk mendapatkan pengetahuan dengan prosedur yang didasarkan pada suatu metode ilmiah. Pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau
menemukan
merumuskan
masalah),
hipotesis,
merumuskan
mengumpulkan
masalah,
data
dengan
mengajukan berbagai
atau teknik,
menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang “ditemukan”. Pendekatan saintifik dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik dalam mengenal, memahami berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada informasi searah dari guru.Oleh karena itu kondisi pembelajaran yang diharapkan tercipta diarahkan untuk mendorong peserta didik dalam mencari tahu dari berbagai sumber melalui observasi, dan bukan hanya diberi tahu. Penerapan keterampilan
pendekatan proses
saintifik seperti
dalam
pembelajaran
mengamati,
melibatkan
mengklasifikasi,
mengukur, menjelaskan, dan menyimpulkan. Dalam melaksanakan prosesproses tersebut, bantuan guru diperlukan.Akan tetapi bantuan guru tersebut harus semakin berkurang dengan semakin bertambah dewasanya siswa atau semakin tingginya kelas siswa. Pembelajaran dengan metode saintifik memiliki karakteristik sebagai berikut: 1. Berpusat pada siswa.
Antropologi SMA K - 10
77
2. Melibatkan keterampilan proses sains dalam mengonstruksi konsep, hukum atau prinsip. 3. Melibatkan proses-proses kognitif yang potensial dalam merangsang perkembangan intelek, khususnya keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa. 4. Dapat mengembangkan karakter siswa.
b.
Tujuan pembelajaran dengan pendekatan saintifik Tujuan pembelajaran dengan pendekatan saintifik didasarkan pada
keunggulan
pendekatan
tersebut.
Beberapa
tujuanembelajaran
dengan
pendekatan saintifik adalah: 1.
untuk meningkatkan kemampuan intelek, khususnya kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa.
2.
untuk membentuk kemampuan siswa dalam menyelesaikan suatu masalah secara sistematik.
3. terciptanya kondisi pembelajaran dimana siswa merasa bahwa belajar itu merupakan suatu kebutuhan. 4. diperolehnya hasil belajar yang tinggi. 5. untuk melatih siswa dalam mengomunikasikan ide-ide, khususnya dalam menulis artikel ilmiah. 6.
untuk mengembangkan karakter siswa.
c.
Prinsip-prinsip pembelajaran dengan pendekatan saintifik Beberapa prinsip pendekatan saintifik dalam kegiatan pembelajaran adalah sebagai berikut:
1.
pembelajaran berpusat pada siswa
2.
pembelajaran membentuk students‟ self concept
3.
pembelajaran terhindar dari verbalisme
4.
pembelajaran memberikan kesempatan pada siswa untuk mengasimilasi dan mengakomodasi konsep, hukum, dan prinsip
5.
pembelajaran mendorong terjadinya peningkatan kemampuan berpikir
siswa 6.
pembelajaran meningkatkan motivasi belajar siswa dan motivasi mengajar guru
Antropologi SMA K - 10
78
7.
memberikan kesempatan kepada siswa untuk melatih kemampuan dalam komunikasi
8.
adanya proses validasi terhadap konsep, hukum, dan prinsip yang dikonstruksi siswa dalam struktur kognitifnya.
Langkah-Langkah Umum Pembelajaran dan Pendekatan Saintifik Proses
pembelajaran
pada
Kurikulum
2013
untuk
semua
jenjang
dilaksanakan menggunakan pendekatan saintifik. Proses pembelajaran saintifik menyentuh
tiga
ranah
pembelajaran,
yaitu
sikap,
pengetahuan,
dan
keterampilan. Pendekatan ilmiah (scientific appoach) dalam pembelajaran sebagaimana dimaksud
meliputi
mengamati,
menanya,
mencoba,
mengolah,
dan
mengkomunikasikan untuk semua mata pelajaran.Untuk mata pelajaran, materi, atau situasi tertentu, sangat mungkin pendekatan ilmiah ini tidak selalu tepat diaplikasikan secara prosedural. Pada kondisi seperti ini, tentu saja proses pembelajaran harus tetap menerapkan nilai-nilai atau sifat-sifat ilmiah dan menghindari nilai-nilai atau sifat-sifat nonilmiah. Pendekatan ilmiah pembelajaran disajikan berikut ini. Mengamati Kegiatan mengamati mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran (meaningfull learning). Metode ini memiliki keunggulan tertentu, seperti menyajikan media obyek secara nyata, peserta didik senang dan tertantang, dan mudahpelaksanaannya.
Tentu
saja
kegiatan
mengamati
dalam
rangka
pembelajaran ini biasanya memerlukan waktu persiapan yang lama dan matang, biaya dan tenaga relatif banyak, dan jika tidak terkendali akan mengaburkan makna serta tujuan pembelajaran. Kegiatan mengamati sangat bermanfaat untuk memenuhi rasa ingin tahu peserta didik. Sehingga proses pembelajaran memiliki kebermaknaan yang tinggi. Kegiatan mengamati dalam pembelajaran dilakukan dengan menempuh langkah-langkah seperti berikut ini. a.
Menentukan objek apa yang akan diamati
b.
Membuat pedoman pengamatan sesuai dengan lingkup objek yang akan diamati
Antropologi SMA K - 10
79
c.
Menentukan secara jelas data-data apa yang perlu diobservasi, baik primer maupun sekunder
d.
Menentukan di mana tempat objek pengamatan
e.
Menentukan secara jelas bagaimana pengamatan dilakukan untuk mengumpulkan data agar berjalan mudah dan lancer.
f.
Menentukan cara dan melakukan pencatatan atas hasil pengematan, seperti menggunakan buku catatan, kamera, tape recorder, video perekam, dan alat-alat tulis lainnya.
Kegiatan pengamatan dalam proses pembelajaran meniscayakan keterlibatan peserta didik secara langsung. Dalam kaitan ini, guru harus memahami bentuk keterlibatan peserta didik dalam observasi tersebut. a.
Observasi biasa (common observation). Pada observasi biasa untuk
kepentingan pembelajaran, peserta didik merupakan subjek yang sepenuhnya melakukan observasi (complete observer). Di sini peserta didik sama sekali tidak melibatkan diri dengan pelaku, objek, atau situasi yang diamati. b.
Observasi terkendali (controlled observation). Seperti halnya observasi
biasa, padaobservasi terkendali untuk kepentingan pembelajaran, peserta didiksama sekali tidak melibatkan diri dengan pelaku, objek, atau situasi yang diamati.Merepa juga tidak memiliki hubungan apa pun dengan pelaku, objek, atau situasi yang diamati. Namun demikian, berbeda dengan observasi biasa, pada observasi terkendalipelaku atau objek yang diamati ditempatkan pada ruang atau situasi yang dikhususkan. Karena itu, pada pembelajaran dengan observasi terkendali termuat nilai-nilai percobaan atau eksperimen atas diri pelaku atau objek yang diobservasi. c.
Observasi partisipatif (participant observation). Pada observasi partisipatif,
peserta didik melibatkan diri secara langsung dengan pelaku atau objek yang diamati.Sejatinya, observasi semacam ini paling lazim dilakukan dalam penelitian antropologi khususnya etnografi.Observasi semacam ini mengharuskan peserta didik melibatkan diri pada pelaku, komunitas, atau objek yang diamati. Di bidang pengajaran bahasa, misalnya, dengan menggunakan pendekatan ini berarti peserta didik hadir dan “bermukim” langsung di tempat subjek atau komunitas tertentu dan pada waktu tertentu pula untuk mempelajari bahasa atau dialek setempat, termasuk melibakan diri secara langsung dalam situasi kehidupan mereka. Selama proses pembelajaran, peserta didik dapat melakukan observasi Antropologi SMA K - 10
80
dengan dua cara pelibatan diri. Kedua cara pelibatan dimaksud yaitu observasi berstruktur dan observasi tidak berstruktur, seperti dijelaskan berikut ini. Sedangkandalam pembelajaran di kelas, mengamati dapat dilakukan melalui berbagai media yang dapat diamati siswa, misalnya: video, gambar, grafik, bagan, dsb. Kegiatan mengamati dalam pembelajaran dilakukan dengan menempuh langkah-langkah seperti berikut ini.
Menentukan objek apa yang akan diobservasi
Membuat pedoman observasi sesuai dengan lingkup objek yang akan diobservasi
Menentukan secara jelas data-data apa yang perlu diobservasi, baik primer maupun sekunder
Menentukan di mana tempat objek yang akan diobservasi
Menentukan secara jelas bagaimana observasi akan dilakukan untuk mengumpulkan data agar berjalan mudah dan lancar
Menentukan cara dan melakukan pencatatan atas hasil observasi , seperti menggunakan buku catatan, kamera, tape recorder, video perekam, dan alat-alat tulis lainnya. Secara lebih luas, alat atau instrumen yang digunakan dalam melakukan
observasi, dapat berupa daftar cek (checklist), skala rentang (rating scale), catatan anekdot (anecdotal record), catatan berkala, dan alat mekanikal (mechanical device). Daftar cek dapat berupa suatu daftar yang berisikan namanama subjek, objek, atau faktor- faktor yang akan diobservasi. Skala rentang , berupa alat untuk mencatat gejala atau fenomena menurut tingkatannya. Catatan anekdot dapat berupa catatan yang dibuat oleh peserta didik dan guru mengenai kelakuan-kelakuan luar biasa yang ditampilkan oleh subjek atau objek yang diobservasi.Alat mekanik dapat berupa berupa alat mekanik yang dapat dipakai untuk memotret atau merekam peristiwa-peristiwa tertentu yang ditampilkan oleh subjek atau objek yang diobservasi.
Menanya Guru yang efektif mampu menginspirasi peserta didik untuk meningkatkan dan mengembangkan ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuannya.Pada Antropologi SMA K - 10
81
saat guru bertanya, pada saat itu pula dia membimbing atau memandu peserta didiknya belajar dengan baik.Ketika guru menjawab pertanyaan peserta didiknya, ketika itu pula dia mendorong siswa untuk menjadi penyimak dan pembelajar yang baik.Artinya guru dapat menumbuhkan sikap ingin tahu siswa, yang diekspresikan dalam bentuk pertanyaan. Misalnya: Mengapa sekarang muncul fenomena pemberian nama yang “tidak seperti pada umumnya”. Contoh: Mi Setan; Rawon Setan, Bakso Antariksa, Es Aljero, Es Ganja, dll.
Kriteria pertanyaan yang baik Singkat dan jelas.Contoh: (1) Seberapa jauh pemahaman Anda mengenai faktor-faktor yang menyebabkan generasi muda terjerat kasus narkotika dan obat-obatan terlarang? (2) Faktor-faktor apakah yang menyebabkan generasi muda terjerat kasus narkotika dan obat-obatan terlarang?Pertanyaan kedua lebih singkat dan lebih jelas dibandingkan dengan pertanyaan pertama. Menginspirasi jawaban. Contoh: Penyalagunaan obat-obat terlarang mulai merambah ke dunia anak-anak. Jika banyak usia dini sudah mulai mengenal narkoba, maka kemungkinan besar akan muncul beragam permasalahan social. Coba jelaskan dampak sosial apa saja yang muncul, jika seorang anak di usia muda sudah mulaia mengenala dan mempergunajanobat-obatn terlarang? Dua kalimat yang mengawali pertanyaan di muka merupakan contoh yang diberikan guru untuk menginspirasi jawaban peserta menjawab pertanyaan. Memiliki fokus. Contoh: Faktor-faktor apakah yang menyebabkan terjadinya penyalahagunaan obat-obat terlarang? Untuk pertanyaan seperti ini sebaiknya masing-masing peserta didik diminta memunculkan satu jawaban. Peserta didik pertama hingga kelima misalnya menjawab: ketagihan, kebodohan, pelarian, ekonomi, dan dijebak,. Jika masih tersedia alternatif jawaban lain, peserta didik yang keenam dan seterusnya, bisa dimintai jawaban. Pertanyaan yang luas seperti di atas dapat dipersempit, misalnya: Mengapa ketagihan menjadi penyebab
penyalahgunaan
obagt-obat
terlarang? Pertanyaan
seperti
ini
dimintakan jawabannya kepada peserta didik secara perorangan. Bersifat
probing
atau
divergen.Contoh:
(1) Untuk
menghindari
penyalahgunaan obat-obat terlarang, apakah peserta didik harus mengenal akibat dari penggunaan obat-obat narkoba?(2) Mengapa peserta didik dilarang mengkonsumsi narkoba?Pertanyaan pertama cukup dijawab oleh peserta didik Antropologi SMA K - 10
82
dengan Ya atau Tidak. Sebaliknya, pertanyaan kedua menuntut jawaban yang bervariasi urutan jawaban dan penjelasannya, yang kemungkinan memiliki bobot kebenaran yang sama. Bersifat validatif atau penguatan. Pertanyaan dapat diajukan dengan cara meminta kepada peserta didik yang berbeda untuk menjawab pertanyaan yang sama. Jawaban atas pertanyaan itu dimaksudkan untuk memvalidsi atau melakukan penguatan atas jawaban peserta didik sebelumnya. Ketika beberapa orang peserta didik telah memberikan jawaban yang sama, sebaiknya guru menghentikan pertanyaan itu atau meminta mereka memunculkan jawaban yang lain yang berbeda, namun sifatnya menguatkan. Contoh: Guru: “mengapa mengkonsumsi narkoba menjadi penyebab sakit”? Peserta didik I: “karena mengkonsumsi narkoba tidak sesuai aturan dokter.” Guru: “siapa yang dapat melengkapi jawaban tersebut?” Peserta didik II: “karena bisa menjadikan ketergantungan pada narkoba” Guru : “siapa yang dapat melengkapi jawaban tersebut?” Peserta didik III: “orang mengkonsumsi narkoba dengan tidak sesuai dengan penggunaannya dapat menjadikan ketergantungan pada obat tersebut, sehingga jika tidak mengkonsumsi badannya menjadi sakit”. Dan seterusnya Memberi kesempatan peserta didik untuk berpikir ulang.Untuk menjawab pertanyaan dari guru, peserta didik memerlukan waktu yang cukup untuk memikirkan jawabannya dan memverbalkannya dengan kata-kata. Karena itu, setelah mengajukan pertanyaan,guru hendaknya menunggu beberapa saat sebelum meminta atau menunjuk peserta didik untuk menjawab pertanyaan itu. Jika dengan pertanyaan tertentu tidak ada peserta didik yang bisa menjawah dengan baik, sangat dianjurkan guru mengubah pertanyaannya. Misalnya: (1) Apakah penyebab faktor perilaku menyimpang?; (2) Apakah factor penyebab munculnya perilaku menyimpang? Jika dengan pertanyaan pertama guru belum memperoleh jawaban yang memuaskan, ada baiknya dia mengubah pertanyaan seperti pertanyaan kedua. Merangsang peningkatan tuntutan kemampuan kognitif.Pertanyaan guru yang baik membuka peluang peserta didik untuk mengembangkan kemampuan berpikir yang makin meningkat, sesuai dengan tuntunan tingkat kognitifnya. Guru mengemas atau mengubah pertanyaan yang menuntut jawaban dengan tingkat Antropologi SMA K - 10
83
kognitif rendah ke makin tinggi, seperti dari sekadar mengingat fakta ke pertanyaan yang menggugah kemampuan kognitif yang lebih tinggi, seperti pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. Kata-kata kunci pertanyaan ini, seperti: apa, mengapa, bagaimana, dan seterusnya. Merangsang proses interaksi. Pertanyaan guru yang baik mendorong munculnya interaksi dan suasana menyenangkan pada diri peserta didik.Dalam kaitan ini, setelah menyampaikan pertanyaan, guru memberikan kesempatan kepada peserta didik mendiskusikan jawabannya.Setelah itu, guru memberi kesempatan kepada seorang atau beberapa orang peserta didik diminta menyampaikan jawaban atas pertanyaan tersebut.Pola bertanya seperti ini memposisikan guru sebagai wahana pemantul. Bobot pertanyaan yang menggambarkan tingkatan kognitif yang lebih rendah hingga yang lebih tinggi disajikan berikut ini. Tingkatan
Subtingkatan
Kognitif
yang
Pengetahuan
lebih (knowledge)
rendah
Kata-kata kunci pertanyaan
Apa...
Siapa...
Kapan...
Di mana...
Sebutkan...
Jodohkan
atau
pasangkan...
Pemahaman
(comprehension)
Antropologi SMA K - 10
Persamaan kata...
Golongkan...
Berilah nama...
Dll.
Terangkahlah...
Bedakanlah...
Terjemahkanlah...
Simpulkan...
Bandingkan...
Ubahlah...
Berikanlah interpretasi...
84
Tingkatan
Subtingkatan
Penerapan
(application
Kognitif yang
Analisis
lebih (analysis)
Kata-kata kunci pertanyaan
Gunakanlah...
Tunjukkanlah...
Buatlah...
Demonstrasikanlah...
Carilah hubungan...
Tulislah contoh...
Siapkanlah...
Klasifikasikanlah...
Analisislah...
Kemukakan
bukti-
bukti…
tinggi
Mengapa…
Identifikasikan…
Tunjukkanlah
sebabnya…
Sintesis
(synthesis)
Berilah alasan-alasan…
Ramalkanlah…
Bentuk…
Ciptakanlah…
Susunlah…
Rancanglah...
Tulislah…
Bagaimanakita
dapat
memecahkan…
Apa
yang
terjadi
seaindainya…
Bagaimana kita dapat
memperbaiki…
Evaluasi
(evaluation)
Kembangkan…
Berilah pendapat…
Alternatif
mana
yang
lebih baik…
Antropologi SMA K - 10
85
Tingkatan
Subtingkatan
Kata-kata kunci pertanyaan
Setujukah anda…
Kritiklah…
Berilah alasan…
Nilailah…
Bandingkan…
Bedakanlah…
Mengumpulkan informasi Mengumpulkan informasi adalah tindak lanjut dari bertanya. Dalam mengumpulkan informasi peserta didik menggali dan mengumpulkan informasi dari berbagai sumber melalui berbagai cara. Kegiatan mengumpulkan informasi pada mata pelajaran antropologi dapat dilakukan melalui: membaca dari sumber lain selain buku teks, mengamati objek atau kejadian, melakukan penelitian langsung dalam masyarakat dan wawancara dengan nara sumber. Contoh penerapan kegiatan mengumpulkan informasi dalam mata pelajaran antropologi, misalnya, pada materi keanekaragaman budaya, peserta didik dikenalkan pada macam-macam topeng.
Dalam rangka mengenal dan
memahami makna topeng, selain dari guru dan buku teks, peserta didik dapat mencari dan mendapatkan informasi dari observasi langsung ke tempat pembuatan topeng dan wawancara langsung dengan pembuatnya. Semua informasi dan pengalaman tersebut dikumpulkan dalam memori otaknya. Mengasosiasi/menalar Istilah
asosiasi
dalam
pembelajaran
merujuk
pada
kemampuan
mengelompokkan beragam ide dan mengasosiasikan beragam peristiwa untuk kemudian memasukkannya menjadi penggalan memori. Selama mentransfer peristiwa-peristiwa khusus ke otak, pengalaman tersimpan dalam referensi dengan peristiwa lain. Pengalaman-pengalaman yang sudah tersimpan di memori otak berelasi dan berinteraksi dengan pengalaman sebelumnya yang sudah tersedia. Proses itu dikenal sebagai asosiasi atau menalar. Dari perspektif Antropologi SMA K - 10
86
psikologi, asosiasi merujuk pada koneksi antara entitas konseptual atau mental sebagai hasil dari kesamaan antara pikiran atau kedekatan dalam ruang dan waktu. Istilah “menalar” dalam kerangka proses pembelajaran dengan pendekatan ilmiah yang dianut dalam Kurikulum 2013 untuk menggambarkan bahwa guru dan peserta didik merupakan pelaku aktif. Titik tekannya tentu dalam banyak hal dan situasi peserta didik harus lebih aktif daripada guru.Penalaran adalah proses berpikir yang logis dan sistematis atas fakta-fakta empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan.
Penalaran dimaksud
merupakan penalaran ilmiah, meski penalaran nonilmiah tidak selalu tidak bermanfaat. Cara menalar Seperti telah dijelaskan di muka, terdapat dua cara menalar, yaitu penalaran induktif
dan
penalaran
deduktif.
Penalaran
induktif
merupakan
cara
menalardengan menarik simpulan dari fenomena atau atribut-atribut khusus untuk hal-hal yang bersifat umum. Kegiatan menalar secara induktif lebih banyak berpijak pada observasi inderawi atau pengalaman empirik. Penalaran deduktif merupakan cara menalar dengan menarik simpulan dari pernyataan-pernyataan atau fenomena yang bersifat umum menuju pada hal yang
bersifat
khusus.
Pola
penalaran
deduktif
dikenal
dengan
pola
silogisme.Cara kerja menalar secara deduktif adalah menerapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu untuk kemudian dihubungkan ke dalam bagian-bagiannya yang khusus. Ada tiga jenis silogisme, yaitu silogisme kategorial, silogisme hipotesis, silogisme alternatif.Pada penalaran deduktif tedapat premis, sebagai proposisi menarik simpulan. Penarikan simpulan dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu langsung dan tidak langsung. Simpulan secara langsung ditarik dari satu premis, sedangkan simpulan tidak langsung ditarik dari dua premis. Aplikasi pengembangan aktivitas pembelajaran untuk meningkatkan daya asosiasi peserta didik dapat dilakukan dengan cara berikut ini. a.
Guru menyusun bahan pembelajaran dalam bentuk yang sudah siap
sesuai dengan tuntutan kurikulum.
Antropologi SMA K - 10
87
b.
Guru tidak banyak menerapkan metode ceramah atau metode kuliah.
Tugas utama guru adalah memberi instruksi singkat tapi jelas dengan disertai contoh-contoh, baik dilakukan sendiri maupun dengan cara simulasi. c.
Bahan pembelajaran disusun secara berjenjang atau hierarkis, dimulai dari
yang sederhana (persyaratan rendah) sampai pada yang kompleks (persyaratan tinggi). d.
Kegiatan pembelajaran berorientasi pada hasil yang dapat diukur dan
diamati e.
Setiap kesalahan harus segera dikoreksi atau diperbaiki
f.
Perlu dilakukan pengulangan dan latihan agar perilaku yang diinginkan
dapat menjadi kebiasaan atau pelaziman. g.
Evaluasi atau penilaian didasari atas perilaku yang nyata atau otentik.
h.
Guru mencatat semua kemajuan peserta didik untuk kemungkinan
memberikan tindakan pembelajaran perbaikan. Seperti telah dijelaskan di atas, ada dua cara melakukan asosiasi, yaitu dengan logika induktif dan deduktif. Logika induktif merupakan cara menarik kesimpulan dari fenomena atau atribut-atribut khusus untuk hal-hal yang bersifat umum. Sedangkan logika deduktif merupakan cara menarik kesimpulan dari pernyataanpernyataan atau fenomena yang bersifat umum menuju pada hal yang bersifat khusus. Dengan pola ini siswa dapat mengolah informasi dengan logika induktif dari percobaan yang telah dilakukan sebelumnya, dan dengan menggunakan logika deduktif dengan membandingkan teori-teori yang telah ada dengan hasil percobaannya. Mengkomunikasikan Langkah pembelajaran yang kelima adalah memberi kesempatan kepada siswa untuk mengkomunikasikan hasil percobaan dan asosiasinya kepada siswa lain dan guru untuk mendapatkan tanggapan. Langkah ini memberikan keuntungan kepada siswa dalam meningkatkan rasa percaya diri dan kesungguhan dalam belajar. Lebih dari 2400 tahun lalu Confucius menyatakan: apa yang saya dengar, saya lupa, apa yang saya lihat saya ingat, apa yang saya lakukan saya paham. Silberman telah memodifikasi penyataan tersebut menjadi: apa yang saya dengar saya lupa, apa yang saya dengar dan lihat saya ingat, apa yang saya dengar, lihat, dan diskusikan saya mulai paham, apa yang dengar, lihat, Antropologi SMA K - 10
88
diskusikan, dan lakukan, saya memperoleh pengetahuan dan keterampilan, apa yang saya ajarkan kepada yang lain, saya pemiliknya (Silberman, 2002: 1). Dengan mengkomunikasikan hasil percobaan dan asosiasi yang telah dilakukan peserta didik dalam pembelajaran akan memperkuat penguasaan siswa terhadap materi pelajaran yang telah disajikan dalam pembelajaran. Pada kegiatan akhir diharapkan peserta didik dapat mengkomunikasikn jasil pekerjaan yang telah disusun baik bersama-sama dalama kelompok dan atau secara individu dari hasil kesimpulan yang telah dibuat bersama. Kegiatan mengkomunikasikan ini dapat diberikan klarifikasi oleh guru agar supaya peserta didik akan mengetahui secara benar apakah jawaban yang telah dikerjakan sudah benar atau ada yang harus diperbaiki. Hal ini dapat diarahkan pada kegiatan konfirmasi sebagaimana pada standar proses. Agar pembelajaran terus menerus membangkitkan kreativitas dan keingintahuan siswa, kegiatan pembelajaran kompetensi dilakukan dengan langkah sebagai berikut: 1. Menyajikan atau mengajak siswa mengamati fakta atau fenomena baik secara langsung dan/ atau rekonstruksi sehingga siswa mencari informasi, membaca, melihat, mendengar, atau menyimak fakta/fenomena tersebut 2. Memfasilitasi diskusi dan Tanya jawab dalam menemukan konsep, prinsip, hukum,dan teori 3. Mendorong siswa aktif mencoba melalui kegiatan eksperimen 4. Memaksimalkan
pemanfaatan
tekonologi
dalam
mengolah
data,
mengembangkan penalaran dan memprediksi fenomena 5. Memberi kebebasan dan tantangan kreativitas dalam presentasi dengan aplikasi baru yang terduga sampai tak terduga Berikut ini contoh penggunaan pendekatan saintifik dalam pembelajaran antropologi. Materi Keanekaragaman Budaya dengan topik Seni Budaya Topeng di Kota Malang. Adapun Persiapan sebelum dilakukan pengamatan adalah: 1)
Menentukan objek apa yang akan diobservasi/diamati, misalnya Topeng itu sendiri sebagai hasil kebudayaan, pengrajin topeng, masyarakat sebagai pengguna.
Antropologi SMA K - 10
89
2)
Membuat pedoman observasi/pengamatan sesuai dengan lingkup objek yang
akan
diobservasi/diamati.
Pedoman
pengamatan
hendaknya
sistematis, menyeluruh, mengarah pada tujuan yang hendak dicapai. 3)
Menentukan secara jelas data-data apa yang perlu diobservasi/diamati, baik primer maupun sekunder. Misalnya, mencari data dari sumber langsung maupun dari buku atau sumber-sumber yang lain tentang jenis-jenis dan ciriciri topeng sebagai objek hasil budaya yang diamati, fungsi dan maknanya.
4)
Menentukan di mana tempat objek yang akan diobservasi. Di kelas atau di luar kelas pada jam pelajaran atau di luar jam pelajaran. Jika di luar kelas, peserta didik bisa diajak mengunjungi pengrajin topeng.
5)
Menentukan secara jelas bagaimana observasi/pengamatan akan dilakukan untuk mengumpulkan data agar berjalan mudah dan lancar. Misalnya, pakai angket, atau daftar cek (checklist), atau catatan-catatan tentang nama-nama subjek, objek atau faktor-faktor yang akan diobservasi.
6)
Menentukan cara dan melakukan pencatatan atas hasil observasi, seperti menggunakan buku catatan, kamera, tape recorder, video perekam, dan alat-alat tulis lainnya. Contoh lain penerapan kegiatan mengamati, misalnya pada materi Unsur-
Unsur Kebudayaan. Peserta didik diminta mengamati video/gambar/datang secara langsung pada salah satu upacara ritual yang ada di masyarakat.Setelah kegiatan mengamati tersebut, peserta didik diminta mengidentifikasi unsur-unsur kebudayaan (7 unsur kebudayaan) yang terdapat dalam upacara ritual tersebut. Selanjutnya
peserta
didik
diminta
untuk
menganalisis
setiap
unsur
kebudayaannya, misalnya: wujud, fungsi, makna, dsb. Contoh lain, pada materi penyimpangan budaya, peserta didik diberi tayangan video tentang pengguna obat-obat terlarang, sasaran korban, dan kondisi fisik serta psikologis akibat kecanduan narkoba. Setelah mengamati tayangan
tersebut,
peserta
didik
diminta
mengidentifikasi
faktor-faktor
penyebabnya, bentuk-bentuk penyimpangannya, mengenali upaya pencegahan dan penangannya, dsb.Dalam kegiatan pengamatan ini, peserta didik tidak berkontak langsung dengan pengguna. a.
Menanya Guru yang efektif mampu menginspirasi peserta didik untuk meningkatkan
dan mengembangkan ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuannya. Pada Antropologi SMA K - 10
90
saat guru bertanya, pada saat itu pula dia membimbing atau memandu peserta didiknya belajar dengan baik. Guru diharapkandapat menumbuhkan sikap ingin tahu peserta didik, yang diekspresikan dalam bentuk pertanyaan. Misalnya: Setelah mengamati tayangan video/gambar tentang penyimpangan pada salah satu sub kebudayaan, peserta didik diberi kesempatan mengomentari tayangan/gambar tersebut, baik berupa pertanyaan maupun hal-hal yang ingin disampaikan terkait isi dalam tayangan yang sudah diamati. Jadi diusahakan setelah ada pengamatan, yang bertanya bukan guru, tetapi yang bertanya peserta didik. Jika ada pertanyaan terhadap peserta didik, diusahakan memberikan dalam bentuk pertanyaan “tingkat tinggi”, misalnya: „Bagaimana sikap kalian jika suatu saat ada salah satu anggota keluarga kalian ada yang melakukan tindakan yang menyimpang dari kebudayaan?”, dsb. Pertanyaan tentang hasil pengamatan objek yang konkrit sampai pada yang abstrak berkenaan dengan fakta, konsep, prosedur, ataupun hal lain yang lebih abstrak. Misalnya: “Identifikasilah simbol-simbol yang terdapat pada motif batik di Nusantara dan jelaskan apa makna simbol-simbol tersebut”. Pada mata pelajaran antropologi, kegiatan bertanya tidak harus berupa pertanyaan, melainkan bisa berupa “pernyataan” namun memerlukan jawaban verbal. Misalnya, pada materi keragaman budaya, peserta didik diminta menceritakan tradisi di sekitar tempat tinggalnya, unsur-unsur yang terlibat, alasan diadakan tradisi tersebut, makna yang terkandung, bahkan mungkin perubahan-perubahan dalam pelaksanaannya, dsb. Bobot pertanyaan yang menggambarkan tingkatan kognitif yang lebih rendah hingga yang lebih tinggi telah disajikan pada pembahasan di awal. b.
Mengumpulkan Mengumpulkan informasi adalah tindak lanjut dari bertanya. Dalam
mengumpulkan informasi peserta didik menggali dan mengumpulkan informasi dari berbagai sumber melalui berbagai cara. Kegiatan mengumpulkan informasi pada mata pelajaran antropologi dapat dilakukan melalui: membaca dari sumber lain selain buku teks, mengamati objek atau kejadian, melakukan penelitian langsung dalam masyarakat dan wawancara dengan nara sumber. Contoh penerapan kegiatan mengumpulkan informasi dalam mata pelajaran antropologi, misalnya, pada materi keanekaragaman budaya, peserta didik Antropologi SMA K - 10
91
dikenalkan pada macam-macam topeng.
Dalam rangka mengenal dan
memahami makna topeng, selain dari guru dan buku teks, peserta didik dapat mencari dan mendapatkan informasi dari observasi langsung ke tempat pembuatan topeng dan wawancara langsung dengan pembuatnya. Semua informasi dan pengalaman tersebut dikumpulkan dalam memori otaknya. c.
Mengasosiasikan Istilah
asosiasi
dalam
pembelajaran
merujuk
pada
kemampuan
mengelompokkan beragam ide dan mengasosiasikan beragam peristiwa untuk kemudian memasukkannya menjadi penggalan memori. Selama mentransfer peristiwa-peristiwa khusus ke otak, pengalaman tersimpan dalam referensi dengan peristiwa lain. Pengalaman-pengalaman yang sudah tersimpan di memori otak berelasi dan berinteraksi dengan pengalaman sebelumnya yang sudah tersedia. Proses itu dikenal sebagai asosiasi atau menalar. Dari perspektif psikologi, asosiasi merujuk pada koneksi antara entitas konseptual atau mental sebagai hasil dari kesamaan antara pikiran atau kedekatan dalam ruang dan waktu. Informasi-informasi yang sudah dikumpulkan oleh peserta didik menjadi dasar bagikegiatan berikutnya yaitu memproses informasi untuk menemukan pola dari keterkaitan antar informasi. Pengolahan informasi yang dikumpulkan dari yang bersifat menambah keluasan dan kedalaman sampai pada pengolahan informasi yang bersifat mencari solusi dari berbagai sumber yang memiliki pendapat yang berbeda sampai kepada yang bertentangan. Dalam kegiatan ini peserta didik harus lebih aktif daripada guru. Penalaran adalah proses berfikir yang logis dan sistematis atas fakta-kata empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan. Contohnya: Dalam kegiatan mencari informasi tentang seni budaya local (misalnya, seni budayaTopeng), peserta didik diajak berfikir logis dan sistematis atas fakta-fakta empiris
yang
dapat
diobservasi
untuk
memperoleh
simpulan
berupa
pengetahuan. Kumpulan informasi tentang topeng yang sudah didapatkan, baik dari guru, buku maupun sumber lain, diolah mulai yang bersifat hanya menambah keluasan dan kedalaman sampai kepada pengolahan informasi yang bersifat mencari solusi, dari berbagai sumber yang memiliki pendapat yang berbeda sampai kepada yang bertentangan Antropologi SMA K - 10
92
Siapakah nama-nama tokoh yang diwakili oleh setiap bentuk topeng? Bagaimana spesifikasi topeng berdasarkan nama-nama tokoh yang diwakilinya ? Apakah peran dari masing-masing tokoh tersebut? Sarana dan prasarana apa saja yang harus disiapkan dalam pembuatan topeng? Apakah setiap tokoh dalam topeng tersebut memiliki makna? Bagaimana perkembangan seni budaya topeng sekarang? Apakah ada hambatannya dalam perkembangannya? Jika ada, bagaimana solusi dalam menyikapi kondisi tersebut? Pada tahapan ini, peserta didik sedapat mungkin dikondisikan belajar secara kolaboratif. d.
Mengkomunikasikan Hasil tugas peserta didik dikonsultasikan terlebih dahulu kepada guru. Pada
tahap ini kendatipun tugas dikerjakan secara berkelompok, tetapi sebaiknya hasil pencatatan dilakukan oleh masing-masing individu, sehingga portofolio yang masukkan ke dalam file atau map peserta didik terisi dari hasil pekerjaannya sendiri secara individu. Pada kegiatan akhir diharapkan peserta didik dapat mengkomunikasikn jasil pekerjaan yang telah disusun baik bersama-sama dalama kelompok dan atau secara individu dari hasil kesimpulan yang telah dibuat bersama. Kegiatan mengkomunikasikan ini dapat diberikan klarifikasi oleh guru agar supaya peserta didik akan mengetahui secara benar apakah jawaban yang telah dikerjakan sudah benar atau ada yang harus diperbaiki. Hal ini dapat diarahkan pada kegiatan konfirmasi sebagaimana pada standar proses.
4. AKTIVITAS PEMBELAJARAN Strategi pembelajaran materi ini adalah pembelajaran kooperatif.
5. LATIHAN/KASUS/TUGAS Susunlah rencana pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan Permendikbud No.59 dan No.103. dan No.104 tahun 2014.
6. RANGKUMAN
Antropologi SMA K - 10
93
7. UMPAN BALIK DAN TINDAK LANJUT 8. KUNCI JAWABAN
Antropologi SMA K - 10
94
BAB V: INOVASI MODEL-MODEL PEMBELAJARAN Kegiatan Pembelajaran 1:Inovasi Model-Model Pembelajaran 1.
TUJUAN
Materi ini menyajikan inovasi- model-modl pembelajaran, diharapkan setelah mengikuti kegiatan ini, peserta diklat mampu menyusun pengembangan modelmodel pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajran antropologi.
2. INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI Setelah mengikuti kegiatan ini, diharapkan mampu membuat pengembangan model-model pembelajaran.
3. URAIAN MATERI Berbagai
usaha
untuk
pembaharuan
pendidikan
umumnya
dan
pembelajarankhususnya telah dan terus dilakukan oleh pemerintah. Namun perbaikanyang dihasilkan umumnya bersifat sementara, belum berlanjut menjad ikebiasaan
baru
meningkatkan
yang
menyegarkan.
Banyak
kualitas
pembelajaran
untuk
pemikiran tingkat
inovatif
untuk
pendidikan
dasar
danmenengah, seperti penerapan konsep-konsep: Pembelajaran Siswa Aktif, Multiple Intellegence, Holistic Education, Experiencial Learning, ProblemBased Learning, Accelerated Learning, Cooperative Learning, CollaborativeLearning, Mastery Learning, Contextual Teaching and Learning,Constructivist Teaching and Learning dan lain sebagainya. Namun harusdiakui hasilnya belum maksimal, inovasi tersebut cenderung lebihbersifat individual, sporadis, dan kurang didukung oleh program pendidikandan pelatihan yang sistematik, sistemik dan berkelanjutan, sehingga inovasipembelajaran yang baik pada tataran teori, selalu saja kurang berhasilpada tataran implementasi di ruang kelas. Untuk
mencapai
tujuan
tersebut
sangat
penting
untuk
merencanakan
danmelaksanakan proses pembelajaran yang baik. Untuk itu diperlukan guru yang memberikan keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan potensi dan kreativitas peserta didik. Standar Proses yang pada prinsipnyamemberikan beberapa inovasi baru antara lain:
Antropologi SMA K - 10
95
1.
Adanya
pergeseran
pandangpembelajaran.
cara
pandang
Ditekankan
dari
bahwa
cara
pengajaran
pembelajaran
ke
adalah
cara
proses
interaksipeserta didik dengan guru dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Proses pembelajaran perlu direncanakan, dilaksanakan, dinilai, dan diawasiagar terlaksana secara efektif dan efisien. Mengingat kebhinekaan budaya,keragaman latar belakang dan karakteristik peserta didik, serta tuntutanuntuk menghasilkan lulusan yang bermutu, maka proses pembelajaran harusfleksibel, bervariasi, dan memenuhi standar. 2.
Kegiatan
inti
dalam
pembelajaran
merupakan
proses
pembelajaran
untukmencapai kompetensi dasar. Kegiatan pembelajaran dilakukan secara interaktif, inspiratif,
menyenangkan,menantang,
untukberpartisipasi
aktif,
serta
memotivasi
memberikan
ruang
peserta yang
didik
cukup
bagi
prakarsa,kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembanganfisik serta psikologis peserta didik. Kegiatan ini dilakukan secara sistematis dansistemik melalui proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. Dapat disepakai kiranya bahwa karakteristik pembelajaran yang baik daninovatif diantaranya adalah menyenangkan, menantang, mengembangkanpenalaran dan keterampilan
berfikir,
mendorong
siswa
untuk
bereksplorasi,memberi
kesempatan untuk sukses. Harapanya adalah agar siswa dapattumbuh utuh dengan rasa percaya diri, sebagai manusia yang bermartabatsebagai insane individu maupun insan sosial yang cerdas, dan kompetitif.Konsep tentang karakteristik pembelajaran yang berkualitas dan tentu sajaberguna untuk keberhasilan peserta didik telah dikembangkan dengan sangatantusias dalam beberapa tahun terakhir ini, tetapi implementasi masihmemerlukan kerja keras semua pihak, terutama guru dan tenaga kependidikanlainnya. 1.2 Masalah-Masalah Pembelajaran. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap proses pembelajaran siswa, baiksecara eksternal
maupun
internal
dap
at
diidentifikasi
sebagai
berikut.
Faktorfaktoreksternal mencakup guru, materi, pola interaksi, media dan teknologi,situasi belajar, dan sistem. Masih ada guru yang kurang menguasai materipembelajaran,
kurang
memperhatikan
karakter
peserta
didik,
kurangmemberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir dan bertindak Antropologi SMA K - 10
96
kreatif,produktif,
berpikir
alternativ
dan
divergen,
masih
terpaku
pada
pengembanganketerampilan dasar semata, sebaliknya kurang memberi ruang yang luas untukbereksplorasi guna mengembangkan kompetensi yang lebih tinggi (higherorder competence) dan sebagainya. Sementara itu materi pembelajarancenderung
terlalu
kering,
teoritis,
statis,
kurang
autentik,
kontekstual, danmemberi peluang untuk pembentukan kompetensi utuh yang dituntut oleh jamanyang serba kompleks ini. Model, strategi maupun metode pembelajaran yangditerapkan sering atau cenderung bersifat monoton, kaku, semu, hanyadipermukaan, kurang memanfaatkan berbagai media dan sumber pembelajaranyang bervariasi dan kaya yang mengacu pada konsep multichannel learning.Faktor-faktor yang bersifat internal, yang berasal dari siswa itu sendiri, mencakup minat dan motivasi, rasa percaya diri, kemampuan awal, kemampuan belajar mandiri, penguasaan bahasa, kesenjangan belajar dan lain sebagainya. Motivasi
yang
rendah
ditandai
dengan
cepatnya
mereka
merasa
bosan,berekspektasi instan, sukar berkonsentrasi, tidak dapat mengatur waktu, danmalas mengerjakan pekerjaan rumah. Kemampuan awal yang lemah ditandai dengan sulitnya mereka mencerna pelajaran (termasuk sulit memahami buku teks), sulit memahami tugas-tugas, dan tidak menguasai strategi belajar. Kesenjangan belajar dapat terjadi antara: a) hafalan dengan pemahaman, b) pemahaman
dengan
kompetensi,
c)
kompetensi
dengan
kemauan
untukmelakukan, d) kemauan untuk melakukan dengan benar-benar melakukan, dan e) benar-benar melakukan dengan menghasilkan perubahan secara terusmenerus.Merujuk
kepada
"Bagaimanakahmerencanakan,
hal-hal
tersebut,
melaksanakan,
timbul
memantau,
pertanyaan: mengevaluasi
pembelajaran denganbaik, sehingga diharapkan dapat menjawab permasalahan tersebut? Tentu sajahal ini tidak semudah membalikkan telapak tangan. Yang pasti kerja keras,komitmen, dan dukungan semua pihak sangat diperlukan. 1.3 Tujuan Tujuan penulisan materi pelatihan ini adalah untuk menggugah kembalipikiran kita
semua,
terutama
para
guru,
pengawas,
kepala
sekolah,
dan
tenagakependidikan lainnya tentang inovasi pembelajaran berkualitas. Tentu saja tidak hanya menggugah pikiran semata, tetapi juga merangsang tindakan nyata di sekolah sehari-hari. Melalui pelatihan ini para guru diharapkan dapat: 1. Mengidentifikasi permasalahan pembelajaran yang ditemui dalam tugasnya Antropologi SMA K - 10
97
sehari-hari. 2. Menganalisis praktek pembelajaran di sekolah dan membandingkan dengan contoh-contoh model pembelajaran yang dilandasi oleh teori yang relevan. 3. Membangun perspektif baru tentang pembelajaran yang berkualitas. 4. Mengembangkan dan menerapkan inovasi model pembelajaran dengan pendekatan yang baru yang lebih efektif dalam membangun insan peserta didik yang cerdas berbudi luhur yang kompetitif.
PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN 2.1.Konsep Kualitas PembelajaranKonsep peningkatan kualitas berkelanjutan pendidikan merupakanparadigma baru pengelolaan pendidikan yang perlu mendapat dukungansemua pihak di Indonesia. Beberapa hal penting berkaitan dengana
ini
adalahadanya
kebutuhan
masyarakat
untuk
mendapatkan
pendidikan yang berkualitas,adanya suasana akademik dan lingkungan kerja yang baik, komitmen dandukungan kepemimpinan, dukungan pengawasan, sarana dan prasarana danlain-lain sangat penting dalam pengembangan, perencanaan dan pelaksanaanpendidikan yang berorientasi pada peningkatan kualitas yang berkelanjutan.Kualitas perlu diperlakukan sebagai dmensi kriteria yang harus dijadikansebagai tolok ukur dalam kegiatan pengembangan pendidikan danpembelajaran. Hal ini diperlukan karena beberapa alasan berikut: a. Dengan meletakan aspek kualitas secara sadar dalam kegiatanpendidikan dan pembelajaran sekolah akan berkembang secarakonsisten dan mampu bersaing di era informasi dan globalisasi. b. Kualitas perlu dikaji secara terus menerus, karena substansikualitas pada dasarnya dinamis dan terus berkembang sesuaidengan tuntutan kebutuhan masyarakat dan perkembangan IPTEKS. c. Kriteria dan substansi kualitas perlu dikaji secara cermat danmenyeluruh, karena terkait bukan saja pada kegiatan sekolah,tetapi juga pengguna lain di luar sekolah sebagai "Stakeholders”. d. Untuk dapat bersaing di tingkat regional dan internasional, Indonesiadalam hal ini sekolah harus dibangun atas konsep pengembangankeunggulan.Pengertian kualitas pembelajaran dapat dituliskan secara sederhanasebagai kemampuan sekolah
untuk
menghasilkan
"better
students‟
learningcapacity”.
Dalam
pengertian itu terkandung pertanyaan seberapa jauh semuakomponen masukan Antropologi SMA K - 10
98
instrumental
ditata
sedemikian
rupa,
sehingga
secarasinergis
mampu
menghasilkan proses, hasil, dan dampak belajar yang optimal. Yang tergolong masukan instrumental yang berkaitan langsung dengan "better students‟ learning capacity" adalah pendidik, kurikulum dan bahan ajar, iklim pembelajaran, media belajar, fasilitas belajar, dan materi belajar. Sedangkan masukan potensial adalah peserta didik dengan segala karakteristiknya seperti; kesiapan belajar, motivasi, latar belakang sosial budaya, bekal ajar awal, gaya belajar, serta kebutuhan dan harapannya. Dari sisi guru, kualitas pembelaj aran dapat dilihat dari seberapa optimalmereka mampu memfasilitasi proses belajar siswa. Sementara itu dari sudutkurikulum dan bahan belajar kualitas dapat dilihat dari seberapa luwes danrelevan kurikulum dan bahan belajar mampu menyediakan aneka stimulidan fasilitas belajar yang beragam. Dari segi iklim belajar, suasana belajarmendukung terciptanya kegiatan pembelajaran yang menarik, menantang,menyenangkan dan bermakna bagi pembentukan kompetensi siswa secara utuh.Dari sisi media belajar, kualitas pembelajaran dapat dilihat dari seberapaefektif media belajar digunakan untuk meningkatkan intensitas belajarsiswa. Dari sudut fasilitas belajar, kualitas dapat dilihat dari kontribusi fasilitasfisik terhadap terciptanya situasi belajar yang aman dan nyaman.Sedangkan darisegi materi, kualitas dapat dilihat dari kesesuaiannya dengan tujuan dankompetensi yang harus dikuasai siswa. Oleh karena itu, kualitas pembelajaransecara operasional dapat diartikan sebagai intensitas keterkaitan sistemikdan sinergis guru, siswa, kurikulum dan bahan belajar, media, fasilitas, dan modelpembelajaran dalam menghasilkan proses dan hasil belajar yang optimalsesuai dengan tuntutan masyarakat yang terus berkembang dan berubah. 2.2 Kriteria Kualitas Pembelajaran Secara kasat mata indikator kualitas pembelajaran dapat dilihat antaralain dari perilaku pembelajaran guru dan dampak belajar siswa, iklimpembelajaran, materi pembelajaran, media pembelajaran, dan sistempembelajaran. Masing-masing indikator tersebut secara singkat dapatdijabarkan sebagai berikut: 1. Perilaku guru dilihat dari kinerjanya antara lain: a. Membangun persepsi dan sikap positif siswa terhadap belajar danprofesi pendidik.
Antropologi SMA K - 10
99
b. Menguasai disiplin ilmu berkaitan dengan keluasan dan kedalamanjangkauan substansi
dan
metodologi
mampumemilih,menata,mengemas
dasar dan
keilmuan,
serta
merepresentasikan
materi
sesuaikebutuhan siswa. c. Agar dapat memberikan layanan pendidikan yang berorientasi padakebutuhan siswa, Guru perlu memahami keunikan setiap siswadengan segenap kelebihan, kekurangan, dan kebutuhannya.Memahami lingkungan keluarga, sosial-budaya dan kemajemukanmasyarakat tempat siswa berkembang. d. Menguasai pengelolaan pembelajaran yang mendidik berorientasipada siswa tercermin dalam kegiatan merencanakan,melaksanakan, serta mengevaluasi dan memanfaatkan hasil evaluasipembelajaran secara dinamis untuk membentuk kompetensi siswayang dikehendaki. e. Mengembangkan kepribadian dan keprofesionalan sebagaikemampuan untuk dapat mengetahui, mengukur, dan mengembangmutakhirkankemampuannya secara mandiri. 2. Perilaku dan dampak belajar guru dapat dicermati darikompetensinya sebagai berikut: a. Memiliki persepsi dan sikap positif terhadap belajar, termasuk persepsidan sikap terhadap mata pelajaran, guru, media dan fasilitas belajar,serta iklim belajar. b. Mampu mendapatkan dan mengintegrasikan pengetahuan danketrampilan serta membangun sikapnya. c. Mampu memperluas serta memperdalam pengetahuan dan ketrampilanserta memantapkan sikapnya. d.
Mampu
menerapkan
pengetahuan,
ketrampilan,
dan
sikapnya
secarabermakna. e. Mampu membangun kebiasaan berpikir, bersikap dan bekerjaproduktif. f. Mampu menguasai substansi dan metodologi dasar keilmuan bidangstudinya. g. Mampu menguasai materi mata pelajaran dala kurikulum sekolah Model sesuai dengan bidang studinya. h. Mampu memahami karakteristik, cara belajar, potensi awal, danlatar belakang sosial dan kultural peserta didik. i.
Mampu
menguasai
prinsip,rancangan,
pelaksanaan,
dan
penilaianpembelajaran yang mencerdaskan, mendidik, dan membudayakan. Antropologi SMA K - 10
100
j. Mampu menguasai strategi dan teknik pengembangan kepribadiandan keprofesionalan sebagai guru. 3. Iklim pembelajaran mencakup: a. Suasana kelas yang kondusif bagi tumbuh dan berkembangnyakegiatan pembelajaran yang menarik,menantang,menyenangkan danbermakna bagi pembentukan profesionalitas guru. b. Perwujudan nilai dan semangat ketauladanan, prakarsa, dankreatifitas guru. c. Suasana sekolah latihan dan tempat berpraktek lainnya yang kondusifbagi tumbuhnya penghargaan guru terhadap jabatan dan kinerjaprofesional guru. 4. Materi pembelajaran yang berkualitas tampak dari: a. Kesesuaiannya dengan tujuan pembelajaran dan kompetensi yangharus dikuasai siswa. b. Ada keseimbangan antara keluasan dan ke dalaman materi denganwaktu yang tersedia. c. Materi pembelajaran sistematis dan kontekstual. d. Dapat mengakomodasikan partisipasi aktif siswa dalam belajar semaksimal mungkin. e. Dapat menarik manfaat yang optimal dari perkembangan dan kemajuan bidang ilmu, teknologi, dan seni. f. Materi pembelajaran memenuhi kriteria filosofis, profesional, psikopedagogis, dan praktis. 5. Kualitas media pembelajaran dapat dicermati dari: a. Dapat menciptakan pengalaman belajar yang bermakna. b. Mampu memfasilitasi proses interaksi antara siswa dan guru, siswadan siswa, serta siswa dengan ahli bidang ilmu yang relevan. c. Media pembelajaran dapat memperkaya pengalaman belajar siswa. d. Melalui media pembelajaran, mampu mengubah suasana belajardari siswa pasif dan guru sebagai sumber ilmu satu-satunya,menjadi siswa aktif berdiskusi dan mencari informasi melaluiberbagai sumber belajar yang ada. 6. Sistem pembelajaran di sekolah mampu menunjukkankualitasnya jika: a. Sekolah dapat menonjolkan ciri khas keunggulannya, memilikipenekanan dan kekhususan lulusannya, berbagai tantangan secarainternal maupun eksternal.
Antropologi SMA K - 10
101
b. Memiliki perencanaan yang matang dalam bentuk rencana strategisdan rencana operasional sekolah, agar semua upaya dapatdilaksanakan secara sinergis oleh seluruh komponen sistempendidikan dalam tubuh sekolah. a. Ada semangat perubahan yang dicanangkan dalam visi dan misisekolah yang mampu membangkitkan upaya kreatif dan inovatifdari semua komponen melalui berbagai aktivitas pengembangan. b. Dalam rangka menjaga keselarasan antar komponen sistempendidikan di sekolah,
pengendalian
dan
penjaminan
mutuperlu
menjadi
salah
satu
mekanismenya. 2.3 Strategi Pencapaian Kualitas Untuk mencapai kualitas pembelajaran dapat dikembangkan antara lain menggunakan strategi sebagai berikut: 1. Pada Tingkat Sekolah a. Perlu dikembangkan berbagai fasilitas sekolah dalam membangunsikap, semangat, dan budaya perubahan b. Peningkatan kemampuan pembelajaran paraguru dapat dilakukanmelalui berbagai kegiatan professional secara periodik danberkelanjutan, misalnya: i. sekali dalam setiap semester yang dilaksanakan oleh masingmasingsekolah ii. sebelum awal setiap semester dimulai c. Peningkatan kemampuan pembimbingan profesional guru oleh pakar dan praktisi pendidikan, misalnya peguruan tinggi, pengawas, dinaspendidikan, maupun teman sejawat yang lebih berpengalaman. 2. Pada Tingkat Individu Guru: Secara operasional hal yang terkait pada kinerja profesional guruadalah: a. Melakukan perbaikan pembelajaran secara terus menerusberdasarkan hasil penelitian tindakan kelas atau catatanpengalaman kelas dan/atau catatan perbaikan. b. Mencoba menerapkan berbagai model pembelajaran yang relevanuntuk pembelajaran maupun kegiatan praktikum. c. Membangun sikap positif terhadap belajar, yang bermuara padapeningkatan kualitas proses dan hasil belajar siswa. Untuk itu perludikembangkan berbagai diskursus akademis antar guru dalammenggali, mengkaji dan memanfaatkan berbagai temuanpenelitian dan hasil kajian konseptual untuk meningkatkan
Antropologi SMA K - 10
102
kualitas pembelajaran.Strategi di atas perlu direncanakan dan dilaksanakan secara sistematikdan sistemik, oleh karena itu, strategi apapun yang digunakan diperlukankegiatan sebagai berikut; i. Melaksanakan siklus:merencanakan,mengerjakan, memeriksadan mengambil langkah-langkah untuk memacu prosespembelajaran. ii. Menggunakan data empirik dan kerangka konseptual untukmembangun pengetahuan,mengambil keputusan, danmenentukan efektivitas perubahan tingkah laku. d. Penggunaan pendekatan bersiklus dan terrencana yang meliputi: i. Merencanakan perbaikan proses (PLAN). ii. Mengerjakan perbaikan (DO). iii. Memeriksa proses dan hasil perbaikan (CHECK) iv. Menganbil langkah-langkah memacu proses perbaikan (ACT)
MODEL PEMBELAJARAN INOVATIF Pengertian Sebenarnya
makna
teknik,
metode,
pendekatan,
strategi,
dan
model
pembelajaran adalah berbeda.Namun istilah-istilah ini dalam prakteknya sering dipertukarkan atau digunakan silih berganti. Istilah model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas daripada keempat istilah yang lain. Model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang menggambarkan prosedur sistimatis dalammengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan tertentu
serta
berfungsi
sebagai
pedoman
dalam
merencanakan
dan
melaksanakan pembelajaran. Menurut Arends (1998), model pembelajaran mempunyai 4 (empat) ciri, yaitu: 1. rasional teoretik; pandangan dan landasan berpikir bagaimana hakikat peserta didik dapat belajar dengan baik, 2. tujuan pembelajaran; apa tujuan peserta didik belajar 3. sintaks; bagaimana pola urutan perilaku siswa-guru dan 4. bagaimana lingkungan belajar yang mendukung Sedangkan
Sudiarta
(2005)
menguraikan
lebih
rinci
mengenai
model
pembelajaran
Antropologi SMA K - 10
103
sebagai kerangka konseptual yang menggambarkan prosedur sistimatis dalammengorganisasikan pengalaman belajar peserta didik yang meliputi hal-hal sbb: 1. rasional teoretik; landasan berpikir bagaimana hakikat peserta didik dapat belajar dengan baik, 2. sintaks; bagaimana pola urutan perilaku siswa-guru 3. prinsip interaksi; bagaiman guru memposisikan diri terhadap siswa, maupun sumber-sumber belajar 4. sistem sosial; bagaimana cara pandang antar komponen dalam komunitas belajar 5. sistem pendukung; bagaimana lingkungan belajar yang mendukung 6.
dampak
pembelajaran;
bagaimana hasil dan dampak
pembelajaran
yangdiharapkan dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang Model Model pembelajaran dapat digolong-golongkan sesuai dengan kriteria didepan. Secara umum dapat dituliskan beberapa contoh model pembelajaran sbb: 1. Model pembelajaran langsung 2. Model Pembelajaran Kooperatif dengan berbagai tipe seperti: a. STAD (Student Teams Achievement Divisions), b. JIGSAW, c. Investigasi Kelompok atau Kelompok Penyelidikan, d. Pendekatan Struktural 3. Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah Antropologi 4. Model Pembelajaran Pemecahan Masalah Antropologi-Terbuka 5. Model Pembelajaran Metakognitif, 6. Model Pembelajaran IKRAR dan lain sebagainya. Dalam konteks model pembelajaran inovatif, pantas dipertanyakan: 1. Seberapa inovatifkah model pembelajaran yang diklaim sebagai model pembelajaran inovatif tersebut? 2. Apakah makna inovatif dalam hal ini? Barangkali dapat disepakati bahwa kata ”inovatif ” hendaknya bermakna: lebih aik, lebih bermanfaat, dan lebih baru. Sudiarta (2007) menekankan bahwa parameter untuk dapat dikatakan sebagai ”pembelajaran inovatif” paling tidak hendaknya mengadopsi paling tidak 10 prinsip sbb: Antropologi SMA K - 10
104
1. student-centered: menekankan pada pembelajaran siswa aktif daripada sekedar siswa mencatat, menghafal 2. multiple intellegence: mengakomodasi seluruh potensi dan aspekbelajar, karena siswa memiliki kecerdasan yang multi dan bervariasi. 3. holistic education: memandang siswa sebagai mahluk belajar secarautuh 4. experiencial learning: mengedepankan pengalaman belajar bermakna 5. problem based learning: membuka ruang untuk pemecahan masalah 6. cooperative learning: membuka kesempatan belajar melalui kerjasama 7. contextual teaching and learning: membuka ruang belajar darikehidupan nyata 8. constructivist teaching and learning: membuka belajar bermaknasecara bertanggungjawab sebagai pebelajar yang otonom 9. metacognitif : membuka ruang untuk belajar bermakna melalui prosesberpikir secara utuh, sistemik dan sistematik 10. learning with understanding: mengedepankan belajar bermaknadengan pemahaman yang mendalam 3.2 Beberapa Contoh Model Pembelajaran Antropologi Inovatif Diantara model pembelajaran yang dituliskan di depan, akan diuraikan beberapa yang dianggap sangat inovatif, dan tepat diterapkan dalam pembelajaran antropologiantara lain: 1. Model Pembelajaran Pemecahan Masalah Antropologi-Terbuka 2. Model Pembelajaran Metakognitif Hal ini bukan berarti model pembelajaran yang lain tidak baik, namun model pembelajaran tersebut sudah sering dibahas dan dapat dengan mudah ditemukandalam literatur. Model Pembelajaran Pemecahan Masalah Antropologi-Terbuka a. Rasional Tak dapat dipungkiri adanya kenyataan, bahwa pembelajaran antropologi di sekolahsangat teoretik dan mekanistik. Proses pembelajaran biasanya dimulai denganpenjelasan konsep disertai contoh, dilanjutkan dengan mengerjakan latihan soal-soalantropologi. Pendekatan pembelajaran ini didominasi oleh penyajian masalahantropologi dalam bentuk tertutup (closed problem atau highly structuredproblem),
yaitu
permasalahan
antropologi
yang
dirumuskan
sedemikian rupa,sehingga hanya memiliki satu jawaban yang benar dengan satu cara pemecahannya. Antropologi SMA K - 10
105
Di samping itu closed problem ini biasanya disajikan secara terstruktur dan explisit,mulai dengan apa-apa yang diketahui, apa yang ditanyakan, dan metode apa yangdigunakan. Artinya; ide-ide, konsep-konsep dan pola-pola hubungan antropologi,serta strategi, teknik dan algoritma pemecahannya diberikan secara explisit(predetermined dan prescribed), sehingga siswa dapat dengan mudah menebak danmendapat solusinya (immediate solution), tanpa melalui proses mengerti. Sebaliknya, siswa akan mengalami masalah besar atau gagal mengerjakan tugasantropologi, jika soalnya sedikit saja diubah atau jika konteksnya dibuat sedikitberbeda dari contoh-contoh yang telah diberikan. Keluhan guru-guru antropologitentang hal ini bukanlah hal baru.Banyak pendapat ahli yang didukung oleh hasilhasilpenelitian, bahwa pendekatan pembelajaran antropologi seperti ini, cenderunghanya melatih skill dasar antropologi secara terbatasdan terisolasi, yang akhirnya berujung pada rendahnya minat dan prestasi belajarantropologi siswa.Kenyataan ini menuntut adanya reorientasi, bahwa pembelajaranantropologi seharusnya tidak boleh berhenti pada penyajian masalah-masalahantropologi tertutup, yang hanya melatih routine basic skills saja.
Sebaliknya,
memberikan
harusdikembangkan
ruang
yang
cukup
pembelajaran
bagisiswa,
untuk
antropologi
yang
membangun
dan
mengembangkan pemahaman konsep antropologisecara mendalam (depth understanding), khususnya untuk mengembangkankompetensi antropologi siswa dalam; (1) menginvestigasi dan memecahkan masalah(problem posing & problem solving), (2) berargumentasi dan berkomunikasi secaramatematis (mathematical reasoning and communication), (3) melakukan penemuankembali (reinvention) dan membangun (construction) konsep antropologi secaramandiri, (4) berfikir kreatif dan inovatif, yang melibatkan imajinasi, intuisi, dalammencobacoba (trial and error), penemuan (discovery), prediksi (prediction) dangeneralisasi (generalization) melalui pemikiran divergen, dan orisinal. Pembelajaran yang cocok untuk cita-cita ini adalah pembelajaran yang berorientasipada masalah antropologi kontekstual terbuka (contextual open ended problemsolving), karena sesuai dengan kealamian dari masalah-masalah antropologi openended, yang memang memberikan ruang dan dukungan luas terhadappengembangan keempat butir kompetensi antropologi tadi.
Antropologi SMA K - 10
106
4. AKTIVITAS PEMBELAJARAN Strategi pembelajaran materi ini adalah eksperimen dan kooperatif.
5. LATIHAN/KASUS/TUGAS Buatlah pengembangan model pembelajaran antropologi.
6. RANGKUMAN Pengembanngan model-model pembelajaran sangat diperlukan karena tidak semua model yang ada sesuai digunakan. Oleh karena itu kegiatan pengembangan model sangat penting.
7. UMPAN BALIK DAN TINDAK LANJUT Buatlah pengembangan model-model pembelajaran yang ada, sehingga dapat memunculkan model pembalajaran yang baru dan bisa diterpkan pada kegiatan pemebelajaran antropologi. Laporkan.
Antropologi SMA K - 10
107
BAB VI: INOVASI MEDIA DAN SUMBER PEMBELAJARAN ANTROPOLOGI Kegiatan Pembelajaran 1:Inovasi Media Dan Sumber Pembelajaran Antropologi 1. TUJUAN 1. Mata Diklat Sistem Bahasa ini ditujukan pada peserta pelatihan Diklat PKB DGuru Antropologi Tingkat SMA Grade 2 2. Modul ini dapat membantu peserta diklat dalan menambah wawasan keilmuan antropologi di mana isi mata diklat ini adalah Pengertian Bahasa, Variasi Bahasa, dan Keterkaitan antara Bahasa dan Dialek 3. Peserta diklat yang memiliki wawasan dan pengetahuan ini, diharapkan mampu menyampaikan media pembelajaran sederhana secara komplit.
2. INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI Setelah mengikuti pelatihan maka diharapkan peserta diklat menguasai: 1. Membuat media sederhana yaitu papan temple. 2. Membuat media sederhana yaitu bagan (chart) 3. Membuat media sederhana yaitu poster 4. Membuat media sederhana yaitu diorama 5. Membuat media sederhana yaitu boneka 6. Membuat media sederhana yaitu topeng 7. Membuat media sederhana yaitu permainan gaple
3. URAIAN MATERI Media pembelajaran sederhana yang akan dibahas pada Lembar Kerja Siswa ini diantaranya papan tempel, bagan, dan poster. 1. Papan Tempel Papan ini digunakan untuk menyampaikan informasi kepada siswa, halhal yangb perlu diketahui oleh siswa, sesuatu peristiwa yang sifatnya biasa maupun tidak.Banyak hal yang dapat ditempelkan pada papan tempel ini.Papan tempel ini memiliki tujuan untuk mengembangkan kreativitas dan rasa tanggung jawab serta menanamkan rasa kebersamaan dalam karya di sekolah. Bahan-bahan pembuatan papan tempel diantaranya sebagai berikut: a. Keperluan bahan tempel hendaknya yang kuat dan lembut yaitu soft board, namun bahan ini bisa diganti dengan lembaran dari anyaman bambu yang dianyam tipis, kemudian didalamnya dilapisi kain goni atau Antropologi SMA K - 10
108
tikar. Lembaran ini hendaknya diberi bingkai kayu supaya kuat, warna papan hendaknya warna muda atau menyesuaikan dengan dinding kelas sedangkan bingkainya diberi warna yang lebih tua. b. Kertas berwarna c. Kertas gambar putih d. Majalah e. Kliping f.
Letter press beberapa ukuran
g. Peta berwarna h. Lem i.
Cat kayu
j.
Gunting/cutter
k. Paku payung/paku biasa l.
Alat penggantung pada paku
m. Alat tulis/spidol Obyek yang akan ditempel dapat diperoleh dengan mengambil gambar atau tulisan-tulisan dari surat kabar atau majalah yang sesuai dengan topic yang sedang dibahas atau guru bersama siswa membuat gambar sendiri. Penggunaan papan tempel ini juga bisa dipergunakan untuk memajang hasil pekerjaan kelompok maupun individu supaya bisa dilihat temannya.
2. Bagan (chart) Bagan menurut Nana Sujana dalam Daryanto (2010:119) adalah kombinasi antara media grafis, gambar, dan foto yang dirancang
untuk
memvisualisasikan secara logis dan teratur mengenai fakta pokok atau gagasan. Bagan menurut Bardi (1999:112) adalah suatu lambing visual (visual symbol) untuk mengikhtisarkan, membandingkan, dan mempertentangkan kenyataankenyataan. Kegunaan bagan yaitu untuk menunjukkan hubungan, keterkaitan, perbandingan, jumlah yang relative, perkembangan tertentu, proses tertentu mengklasifikasikan dan pengorganisasian. Dalam pelajaran antropologi dapat dibuat bagannya diantaranya:
perkembangan makhluk hidup melalui evolusi
Antropologi SMA K - 10
109
selamatan life circle
silsilah dalam sistem organisasi social dan kekerabatan
Pembuatan bagan: a. Flip chart (2) Bahan
Kertas manila atau karton putih/berwarna
Lem
Kawat kecil untuk engsel atau belahan bamboo/kayu
Plastic tipis putih
(3) Alat
Pelubang kertas
Gunting/pisau lipat/silet
Pensil, spidol, dan cat air
(4) Cara pembuatan:
Kertas dipotong dalam ukuran yang sama. Besar kecilnya tergantung pada besar kecilnya jumlah siswa yang akan dilayani
Buat gambar atas tulisan sesuai dengan out line. Gambar dapat pula digunting dari majalah, kalender, lalu ditempelkan. Begitu pula dapat kita pakai letranset. Jangan lupamemberi nomor penyajiannya
Beri dua buah lubang di sisi tiap-tiap chart
Bentuklah kawat menjadi gelang sebanyak dua buah. Masukkan chart-chart tersebut sesuai dengan urutan ke dalam gelang. Bila menggunakan bamboo maka jepitlah chart-chartnya menjadi satu lalu ikat ujungnya dengan kawat. Dengan demikian siaplah flip chart untuk diujicobakan
b. Hidden chart (1) Bahan
Kertas manila atau kertas gambar
Koran bekas atau kertas lain yang tidak tembus pandang
(2) Alat
Pensil, spidol
Antropologi SMA K - 10
110
Gunting/silet
(3) Cara membuat
Kertas dipotong sesuai kebutuhan, bisa berbentuk persegipanjang dan bisa juga memanjang
Tulislah atau gambarlah sesuai dengan outline yang telah dibuat
Gunting Koran sebesar bagian-bagian tulisan atau gambar yang akan ditutup
Tempelkan
guntingan-guntingan
tadi
dengan
menggunakan
selotape di sisi atas. Usahakan agar bagian yang akan ditutupitu tertutup baik
Dengan
demikiansiaplah
chart
untuk
diuji
coba.
Cara
penggunaanya adalah dengan menempelkan kertas dasar pada papan tulis/papan tempel/tembok. 3. Poster Salah satu kekuatan yang nampak pada media grafis sebagai media penyampai pesan. Poster mampu mempengaruhi perilaku, sikap, dan tata nilai masyarakat untuk berubah atau melaukakn sesuatu nana Sujana dalam Daryanto (2010:129) mengatakan bahwa poster adalah media yang kuat dengan warna serta pesan dengan maksud untuk menangkap perhatian orang yang lewat tetapi cukup lama menanamkan gagasan yang berarti dalam
angatannya.
Kekuatan
poster
ini
bisa
dimanfaatkan
dalam
pembelajaran dapat dilakukan dengan dua cara yaitu: i. Digunakan sebagai bagian dari kegiatan belajar-mengajar dalam hal ini poster digunakan guru saat menerangkan sebuah materi kepada siswa namun demikian poster harus relevan dengan tujuan dan materi. Poster yang dipakai bisa membuat sendiri ataupun membeli. ii. Digunakan di luar pembelajaran yang bertujuan untuk memotivasi siswa sebagai peringatan, ajakan, propaganda atau ajakan melakukan sesuatu yang positif dan penanaman nilai-nilai sosial dan keagamaan. Dalam hal ini poster tidak digunakan dalam pembalajaran namun dipajang di dalam kelas atau sekitar sekolah seperti ajakan untuk menjaga kebersihan, ajakan gemar menabung dan sebagainya. Cara membuatnya:
Antropologi SMA K - 10
111
Mula-mula kita buat rencana gambar dengan sketsa kasar
Setelah adaide mengenai poster yang akan kita gambar kita buat sketsasketsa kecil sebanyak mungkin. Dengan demikian dapat diketahui beberapa kemungkinan yang dapat dibuat. Ada banyak keuntungan yang dapat diperoleh dari sketsa yang berukuran kecil yaitu: 1. Tidak banyak membutuhkan waktu untuk membuatnya 2. Bahan yang dipergunakan seperti kertas dan alat tulis tidak terlalu banyak 3. Komposisi dapat dilihat dengan mudah
Kemudian
dari
sketsa-sketsa
ini
dipilih
satu
untuk
diperbesar.
Pembesaran ukuran sketsa sesuai dengan ukuran yang kita kehendaki. Salah satu cara untuk memperbesar ialah dengan mempergunakan skala, yaitu gambar yang kecil tadi diberi garis tegak dan mendatar sehingga merupakan bujur sangkar. Demikian pula pada kertas gambar yang kecil. Selanjutnya kita pindahkan gambar ke kertas yang besar.
Pemberian warna, untuk memperoleh suatu komposisi yang sebaikbaiknya, kita coba membuat berbagai kombinasi warna pada kertas sketsa dengan ukuran kecil, kemudian kita ambil kombinasi yang terbaik dari berbagai warna yang kita anggap terbaik.
4. Diorama Diorama denganlatar
yaitu
belakang
menggambarkan
suatu
kotak
perspektif
yang
yang
melukiskan
sebenarnya
pemandangan
sehingga
dapat
suatu suasana yang hamper sama dengan keadaan
sebenarnya. Adapun hal-hal yang perlu dipikirkan sebelum membuat diorama ialah: diorama harus sesuai dengan pokok bahasan yang akan disajikan sehingga diorama yang kita buat merupakan media yang efektif dalam pencapaian tujuan pengajaran sebagaimana yang telah dirumuskan:
Hal-hal yang dimuat dalam diorama tidak terlalu kompleks artinya terbatas pada hal-hal yang penting saja
Ukuran diorama disesuaikan dengan kebutuhan (misalnya apakahakan dipakai untuk belajar kelompok atau klasikal)
Antropologi SMA K - 10
112
Sedapat mungkin agar benda-benda yang menjadi bahan pembicaraan dalam benda asli atau model.
Hendaknya disediakan tempat penyimpanan diorama yang baik agar tidak mudah kotor dan rusak
Bahan-bahan yang dipakai untuk pembuatan diorama: a. Semen b. Air c. Papan alas d. Bahan-bahan atau benda-benda yang diperlukan untuk melengkapi diorama yang disesuaikan dengan panorama yang telah direncanakan Cara pembuatan diorama: a. Rencanakan panorama yang akan dijadikan diorama misalnya mengambil dari gambar atau foto b. Buatlah gambar pada dinding sebagai latar belakang diorama c. Kemudian tentukan di mana benda-benda akan diletakkan dalam diorama d. Lalu buat adukan semen batu secukupnya e. Selanjutnya buat diorama yang telah direncanakan benda-benda atau model-model kita pasang pada tempat yang telah ditetapkan f.
Terakhir dicat pada bagian-bagian yang perlu
5. Boneka Boneka yang biasa dipakai di sekolah adalah boneka tangan dan jari. Adapun bahan atau alat yang dapat digunakan untuk boneka ialah misalnya tutup botol, bola pingpong, tempurung kelapa, pinang, dan sebagainya. Bahan-bahan itu lalu digambari bisa muka orang atau yang lainnya, diletakka pada ujung jari.Melalui boneka ini guru dapat menceritakan hal-hal yang menarik dari pokok bahasannya atau murid dapat juga mempergunakannya untuk bercerita. a. Boneka Tangan Bahan boneka tangan dapat dibuat dari kertas dan perekat, bahan yang diperlukan adalah: i
kertas bekas (Koran, buku tulis, majalah, dan lain-lain)
ii perekat iii sepotong bamboo kecil, lubangnya cukup untuk dimasuki jari telunjuk Antropologi SMA K - 10
113
iv kapas kasar v
kertas layang-layang 3 atau 4 lembar
vi benang kasar misalnya tali rami dan lain-lain vii wol, bekas benang tenun halus, ijuk dan sebagainya yang baik untuk membuat rambut boneka viii cat dan kuas ix ember untuk menyimpan air Cara membuatnya i membuat kepala
Mula-mula sediakan bambu kecil sepanjang 10 cm yang kulitnya sudah dikupas serta lubangnya cukup untuk dimasuki jari telunjuk dan salah satu ujungnya berbatasan dengan buku. Bagian yang berbuku diarahkan ke bawah. Cara lain untuk menggantikan bamboo ini ialah dengan membuat pipa dari karton yang lubangnya bisa dimasuki jari telunjuk.
Membuat perekat dari tepung kanji yang cukup kental
Potong-potongan kertas yang tersedia, jangan memakai gunting karena hasilnya kurang bagus. Sobekan kertas ini hendaknya direndam dalam air selama satu atau dua malam supaya hasilnya lebih bagus
Selanjutnya masukkanlah sobekan kertas ke dalam Waskom yang berisi perekat kanji dan kertas diremas-remas dengan kanji hingga menjadi satu atau kental
Bentuklah kepala boneka dari bubur kertas tadi pada bambu atau pipa karton yang telah tersedia yang disesuaikan dengan gambar atau pola yang direncanakan. Kepala boneka jangan terlalu padat supaya mengeringkannya tidak terlalu lama namun juga jangan terlalu lunak.
Setelah itu membentuk muka dengan mempergunakan kapas kasar, bagian leher hendaknya dikerjakan dengan teliti
Untuk memperhalus muka boneka, maka muka boneka dilapisi dengan kertas layang-layang sebanyak 2 atau 3 lapis
Akhirnya keringkan kepala boneka
Antropologi SMA K - 10
114
ii membuat tangan dan jari
Tangan dan jari dapat dibuat tersendiri, mula-mula jari tangan diberi rangka. Keunggulan membuat rangka yaitu tangan ini bisa dipakai untuk boneka lain.
iii member warna Adapun urutan pemberian warna pada boneka adalah sebagai berikut:
Pertama-tama boneka tersebut diberi warna dasar dengan cara mengoleskan warna tingkatan pertengahan misalnya warna merah muda
Kemudian diberi warna tingkat tinggi, misalnya warna yang lebih muda dari warna pertama seperti untuk pipi, bibir, kening, dan lainlain.
Terakhir diberi warna tingkat rendah yaitu warna yang lebih tua misalnya merah tua
Warna boneka harus menarik, kadang-kadang ia memperlihatkan warna congkak, alim, suka menolong, dan sebagainya.
Warna juga menunjukkan sifat tokoh yang digambakan, misalnya boneka yang dibuat cerdik diberi bentuk dan warna istimewa seperti telinga yang besar (lebar), mata yang sempit, dan hidung yang panjang dan sebagainya. Raja yang gagah perkasa mukanya diberi warna yang menyala dan watak yang kuat.
Warna rambut harus disesuaikan dengan tokoh yang hendak digambarkan, misalnya rambut yang halus untuk orang yang muda dan cantik, rambut putih atau coklat untuk orang tua.
iv membuat baju
Untuk membuat baju boneka perlu diperhatikan ukuran kepala dan baju. Hendaknya perbandingan kepala dan baju 2 : 5
v pemberian symbol
Untuk melengkapi cirri boneka perlu diberi symbol perhiasan. Karena pemebrian symbol perhiasan akan mempertinggi nilai boneka tersebut. Symbol-simbol ini dapat berbentuk bulu ayam, tanda-tanda kerajaan, keris, dan lain-lain.
Antropologi SMA K - 10
115
Vi persiapan pementasan
Penggunaan
boneka
sebagai
media
pengajaran
umumnya
menggunakan teknik permainan sandiwara, untuk keperluan ini diperlukan panggung boneka
Panggung boneka dapat dibuat dari alat atau bahan yang sederhana atau dapat juga dilengkapi dengan sarana lain seperi dekorasi, lampu dan lainnya
Buatlah iringan lagu yang sesuai dengan cerita yangakan dipentaskan
Latihlah
para
siswa
untukmemainkan
peran-peran
yang
direncanakan secara bergiliran
Sebelum pertunjukan dimulai berikan pengarahan apa yang harus diperhatikan dari pertunjukan itu
Adakanlah pertunjukan secara kontinyu/periodic, missal tiap bulan.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan boneka sebagai mediapengajaran adalah: -
Buat rumusan tujuan yang jelas
-
Periksa kembali apakah dengan menggunakan boneka sebagai media pengajaran, tujuannya akan tercapaisecara tepat guna
-
Prlu dibuat suatu naskah untuk sandiwara tersebut secara terinci dari cerita yang akan dimainkan
-
Pertunjukan boneka yang akan dimainkan menggunakan kata dan gerak, karena itu perlu pembicaraan yang jelas dan tidak terlalu panjangsupaya tidak membosankan
-
Waktu pentas hendaknyaantara 10 – 15 menit
-
Supaya pementasan menarik, sebaiknya ada selingan berupa musik atau nyanyian
-
Isi cerita perlu disesuaikan dengan umur serta minat siswa
-
Sete;ah pementasan selesai dapat dilanjutkan dengan kegiatan diskusi, tanya jawab atau siswa diminta member ulasan, alasan, saran, kritik atau mencertakan kembali isi pementasan kembali
-
Akan
lebih
baik
apabila
siswa
diberi
kesempatan
untuk
memainkannya lagi
Antropologi SMA K - 10
116
b. Boneka Biasa Bahan-bahan yang diperlukan:
Kertas/gabus/karet/busa
Kawat/benang/tali
Cat
Kain
Pembuatan boneka biasa
Potonglah bahan gabus sesuai dengan bagian-bagian anggota tubuh
Potongan-potongan tersebut dihaluskan sehingga menyerupai bentuk anggota tubuh (tangan, kaki, dan sebagainya)
Bundarkan setiap ujung potongan tersebut untuk memudahkan penyambungan dengan kawat atau bennag darinsetiapnanggota badan
Lengan dan kaki dapat diperinci lagi menjadi bagian-bagian yang lebih kecil
Berilah warna bagian-bagian anggota badan serta pakaiannya
Pasanglah tali atau benang pada tiap anggota badan yang akan digerak-gerakan jika boneka dimainkan di atas panggung
6. Topeng Bahan yang diperlukan untuk membuat topeng adalah:
Kertas bekas seperti Koran, majalah, dan lain-lain
Kertas layang-layang
Kertas roti atau kertas transparan
Tanah liat
Perekat (tapioca atau gluton)
Sabun hijau atau minyak kelapa
Alas dari papan 40 x 40 cm
Sendok-sendok pencukil
Cat dan kuas
Ember atau Waskom
Antropologi SMA K - 10
117
Wool, bekas benang yang bersih
Gunting, jarum, benang, dan sebagainya
Lap bersih
Cara pembuatan:
Pertama-tama buatlah gambar atau pola
Kemudian sediakan alas untuk bekerja
Ambilah tanah liat sebesar kepalan tangan lalu letakkanlah di atas papan
Baru membuat tiruan wajah sesuai dengan rencana gambar atau polanya
Biarkanlah tiruan wajah dari tanah liat untuk beberapa waktu hingga tanah setengah kering
Kemudian lumurilah seluruh permukaan wajah tiruan (cetakan topeng) itu dengan sabun atau minyak kelapa
Setelah dilumuri sabun atau minyak kelapa, rekatkanlah sobekan atau irisan kertas besar selebar materi diatas lapisan sabun secara berangsur-angsur. Lebar irisan adalah adalah tergantung pada tinggi rendahnya permukaan. Bagi daerah yang banyak relief biasanya digunakan irisan kertas yang sempit. Sedangkan bagi permukaan yang rata digunakan irisan yang lebih lebar
Guna merapikan permukaan topeng, lapisilah wajah topeng itu dengan kertas layang-layang, dikeringkan dan setelah kering topeng dilepas dari cetakannya
Akhirnya topeng diberi warna seperti boneka dan dengan demikian topeng tersebut dipakai
Berilah lubang pada mata dan pada bagian kanan kiri topeng untuk tempat tali pengikat.
7. Permainan gaple
Antropologi SMA K - 10
118
Bentuk permainan ini menyerupai kartu gaple, hanya saja gambar gaple diganti dengan konsep dari sosiologi dan sebelahnya adalah definisinya. Bahan-bahan dan alat: a. Kertas karton b. Kertas HVS c. Lem atau perekat d. Gunting e.
Alat tulis
Cara membuat: a. Guntinglah kertas karton persegi panjang seukuran dengan kartu gaple sejumlah 42 untuk satu set b. Kemudian guntinglah kertas HVS seukuran dua kali kartu gaple sebanyak 42 untuk satu set c. Lalu kertas karton dibungkus dan dilem d. Selanjutnya kartu-kartu ditulis konsep-konsep sosiologi di sebelah kiri dan definisinya ada di sebelah kanan. e. Penulisan enam konsep dan enam definisi, sedangkan ada yang konsepnya kosong, definisi 1, definisi 2, hingga definisi 6 f.
Begitupula ada konsep 1 hingga konsep 6 namun definisinya kosong
g. Ada juga konsep 1, definisi kosong, definisi 1, definisi 2, hingga definisi 6 begitu begitu seterusnya h.
Ada juga konsep kosong, konsep 1, konsep 2, hingga konsep 6, sedangkan definisinya 1 dan seterusnya
i.
Apabila satu
set
sudah jadi maka permainan gaple siap
dilaksanakan. Satu set gaple ini dapat dimainkan untuk empat siswa, jadi bila dikelas ada 20 siswa maka bisa dibuat 5 set. Namun permainan ini juga bisa dilakukan oleh dua atau tiga siswa
4. AKTIVITAS PEMBELAJARAN
Antropologi SMA K - 10
119
Untuk
mengasah
dan
memantapkan
penguasaan
materi
“Media
Pembelajaran Sederhana”, maka Anda perlu mengikuti aktivitas pembelajaran sebagai berikut. 1. Memberikan motivasi peserta diklat untuk mengikuti proses pembelajaran dan kebermaknaan mempelajari materi modul “Media Pembelajaran Sederhana”. 2. Menginformasikan judul modul, lingkup Kegiatan Pembelajaran dan tujuan yang hendak dicapai pada modul ini. 3. Menyampaikan skenario kerja diklat dan gambaran tugas serta tagihan hasil
kerja
sebagai
indikator
capaian
kompetensi
peserta
dalam
penguasaan materi modul baik yang dikerjakan secara individual atau kelompok. 4. Mempersilahkan peserta diklat (secara individual) membaca cerdas terhadap materi modul 5. Membagi peserta diklat
ke dalam beberapa kelompok (sesuai dengan
keperluan); 6. Mempersilahkan kelompok untuk berdiskusi materi latihan/kasus/tugas sebagaimana yang telah dipersiapkan di dalam modul. 7. Presentasi kelompok, pertanyaan, saran dan komentar. 8. Penyampaian hasil diskusi; 9. Memberikan klarifikasi berdasarkan hasil pengamatannya pada diskusi dan kerja kelompok 10. Menyimpulkan hasil pembelajaran 11. Melakukan refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan. 12. Memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran 13. Merencanakan kegiatan tindak lanjut
5. LATIHAN/KASUS/TUGAS Setelah membaca dengan cermat seluruh uraian di atas serta mengerjakan tugas diskusi yang diberikan kegiatan belajar, kini tiba saatnya anda meningkatkan pemahaman dengan mengerjakan latihan berikut.Anda dapat mengerjakan latihan secara individual atau bersama dengan teman anda. Dari tujuh media sederhana yang disajikan, buatlah 2 media sederhana yang anda sukai!
Antropologi SMA K - 10
120
6. RANGKUMAN Setelah semua kegiatan latihan Anda kerjakan, ada baiknya Anda membuat rangkuman dan butir-butir yang telah Anda capai. Anda dapat mencocokkan rangkuman Anda dengan rangkuman berikut ini: 1. Membuat media sederhana yaitu papan temple. 2. Membuat media sederhana yaitu bagan (chart) 3. Membuat media sederhana yaitu poster 4. Membuat media sederhana yaitu diorama 5. Membuat media sederhana yaitu boneka 6. Membuat media sederhana yaitu topeng Membuat media sederhana yaitu permainan gaple
7. UMPAN BALIK DAN TINDAK LANJUT Anda telah mempelajari Sistem Bahasa; yang isinya tentang berbagai variasi bahasa yang ada di masyarakat. Untuk pengembangan dan implementasinya, Anda dapat menerapkannya dalam proses pembelajaran Antropologi. Hasil pemahaman Anda terhadap materi modul ini akan sangat bermanfaat pada kegiatan pembelajaran
Antropologi SMA K - 10
121
DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2006. Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Badan Standar Nasional Pendidikan. Gafur A. 2004. Pedoman Penyusunan Materi Pembelajaran (Instructional Material. Jakarta: Depdiknas Mulyasa E. 2006. Kurikulum Yang Disempurnakan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Tri widodo A. 1993. Tingkat Keterbacaan Teks. Suatu Evaluasi Terhadap Buku Teks Ilmu Kimia Kelas 1 SMA. Disertasi. Jakarta: IKIP Jakarta. Panen, P & Purwanto, 1997. Penulisan Bahan Ajar. Jakarta: Ditjen Dikti Depdikbud Prof. Dr. Mohammad Nur.(4 Des 2010) http://fisika-dan-pembelajaran.blogspot.co.id/2010/12/kesalahan-yang-seringdibuat-dalam.html Wina sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran (Jakarta: Kencana, 2010), Cet III, Hlm. 26. Zuhdan Kun Prasetyo, dkk. 2011. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Sains Terpadu Untuk Meningkatkan Kognitif, Keterampilan Proses, Kreativitas serta Menerapkan Konsep Ilmiah Peserta Didik SMP. Program Pascasarjana UNY. Source: http://www.eurekapendidikan.com/2015/02/definisi-perangkatpembelajaran.html AECT.The definition of educational technology. Washington, D.C.: Association for Educational Communication and Technology.1977. Daryanto.Media Pembelajaran, Peranannya Sangat Penting dalam Mencapai Tujuan Pembelajaran. Yogyakarta: Gava Media. 2010 Munadi, Yudhi. Media Pembelajaran, Sebuah Pendekatan Baru. Jakarta: Gaung Persada Press. 2008 Nuryanto, Apri. Media Pembelajaran. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta. (tanpa tahun) Sadiman, Arief S., et.al. Media Pendidikan, Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya. Jakarta: Raja Grafindo. 2009. Nana Sudjana, Teknologi Pengajaran, Bandung: Sinar Baru 1989 Antropologi SMA K - 10
122
Widodo, et.al.Pengembangan Kurikulum Bahan Ajar II. Jakarta: Universitas Terbuka. 1999. http://sosiologie.blogspot.com/2009/11/manfaat-media-pembelajaran.htmldiambil (6 April 2015) http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/Sisca%20Rahmadonna,%20S.P d.,%20M.Pd./Sumber%20Belajar.pdf diambil tanggal 6 April 2015
Antropologi SMA K - 10
123
Antropologi SMA K - 10
124