PENYUSUN Drs. M. Aunur Rofiq, M.A. ( PPPPTK PKn DAN IPS )
Andik Suwastono, M.Pd. ( PPPPTK PKn DAN IPS )
PEMBAHAS Prof. Dr. Sugeng Utaya, M.Si.. ( Universitas Negeri Malang )
Antropologi SMA K-1
1
MODUL PENGEMBANGAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN
MATA PELAJARAN
GEOGRAFI SMA KELOMPOK KOMPETENSI 10
PENYUSUN Drs. M. Aunur Rofiq, M.A. ( PPPPTK PKn DAN IPS )
Andik Suwastono, M.Pd. ( PPPPTK PKn DAN IPS )
PEMBAHAS Prof. Dr. Sugeng Utaya, M.Si.. ( Universitas Negeri Malang )
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN PUSAT PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL PPPPTK PKn DAN IPS 2015
Geografi SMA K - 10
i
PENGANTAR
Salah satu komponen yang menjadi fokus perhatian dalam peningkatan kualitas pendidikan adalah peningkatan kompetensi guru. Hal ini menjadi prioritas baik oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Sejalan dengan hal tersebut, peran guru yang profesional dalam proses pembelajaran di kelas menjadi sangat penting sebagai penentu kunci keberhasilan belajar siswa. Disisi lain, Guru diharapkan mampu untuk membangun proses pembelajaran yang baik sehingga dapat menghasilkan pendidikan yang berkualitas. Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) diperuntukkan bagi semua guru. Sejalan dengan hal tersebut, pemetaan kompetensi baik Kompetensi Pedagogik maupun Kompetensi Profesional sangat dibutuhkan bagi Guru. Informasi, tentang peta kompetensi tersebut diwujudkan dalam buku modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan dari berbagai mata pelajaran. PPPPTK PKn dan IPS merupakan salah satu Unit Pelaksana Teknis di lingkungan Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan, mendapat tugas untuk menyusun Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB), khususnya modul PKB untuk mata pelajaran PPKn SMP, IPS SMP, PPKn SMA/SMK, Sejarah SMA/SMK, Geografi SMA, Ekonomi SMA, Sosiologi SMA, dan Antropologi SMA. Masing-masing modul Mata Pelajaran disusun dalam Kelompok Kompetensi 1 sampai dengan 10. Dengan adanya modul
ini, diharapkan semua kegiatan pendidikan dan pelatihan baik yang dilaksan
dengan pola tatap muka maupun on-line bisa mengacu dari modul-modul yang telah disusun ini. Semoga modul ini bisa dipergunakan untuk menjadi acuan dan pengembangan proses pembelajaran, khususnya untuk mata pelajaran PKn dan IPS.
Jakarta, Desember 2015 Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
Sumarna Surapranata, Ph.D NIP. 195908011985032001
Geografi SMA K - 10
ii
DAFTAR ISI Halaman Halaman Judul………………………………………………………………...
i
Kata Pengantar…………………………………………………………….......
ii
Daftar Isi…………………………………………………………………………
iii
Daftar Gambar…………………………………………………………………..
iv
Daftar Tabel……………………………………………………………………..
1
BAGIAN 1:
PENDAHULUAN………………………………………………
2
BAGIAN 2:
PEMBELAJARAN
5
1. BAB I
METODE PENELITIAN…………………………………..
5
2. BAB II
PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN…………………………………………
3.
BAB III
INOVASI PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN…………………………………………….
4.
BAB IV
27
53
ANALISIS BUTIR SOAL MENGGUNAKAN ITEMAN…………………………………………………
76 97
5.
BAB V
PENGEMBANGAN RPP……………………………
6.
BAB VI
PUBLIKASI PTK…………………………………………
128
PENUTUP………………………………………………………
158
Daftar Pustaka…………………………………………………………………..
159
BAGIAN 3:
Geografi SMA K - 10
iii
DAFTAR GAMBAR Judul Gambar
Halaman
Gambar 1. Kaitan antara Populasi dan Sampel……………………………..
12
Gambar 2. Contoh Multistage Random Sampling…………………………..
16
Gambar 3. Perbedaan stratified dan cluster…………………………………
19
Gambar 4. Gerak Epirogenetik Positif………………………………………..
37
Gambar 5. Gerak Epirogenetik Negatif………………………………………
38
Gambar 6. Patahan arah Endogen secara Vertikal…………………………
39
Gambar 7. Patahan arah Endogen secara Horizontal……………………..
40
Gambar 8. Proses Gerakan Lipatan…………………………………………
40
Gambar 9. Jenis-jenis Lipatan…………………………………………………
40
Gambar 7. Patahan arah Endogen secara Horizontal………………………
40
Gambar 7. Patahan arah Endogen secara Horizontal………………………
40
Gambar 9. Jenis-jenis Lipatan…………………………………………………
40
Gambar 10. Jenis-jenis Gunung Api…………………………….……………
43
Gambar 11. Tipe-tipe Erupsi…………………………………………………..
44
Gambar 12. Prakiraan Jumlah Air Potensial dan Ketersediaan air Per
58
Kapita.................................................................................... Gambar 13. Proses Pembentukan Sungai................................................
63
Gambar 14. Data Hujan Harian.................................................................
65
Gambar 15. Sumber Evaporasi………………………………………..
68
Gambar 16. Penampang Air Tanah……………………………………
69
Gambar 17. Sebaran Air Tanah……………………………………………….
73
Gambar 18. Grafik Faktor Masuknya Air ke dalam tanah…………………..
74
Gambar 19. Danau Glasial........................................................................
80
Gambar 20. Danau Tektonik.......................................................................
81
Geografi SMA K - 10
iv
DAFTAR TABEL Gambar 21. Danau Vulkano-Tektonik………………………………………..
81
Gambar 22. Danau Fluvial (Oxbow)………………………………………….
83
Gambar 23. Pengaruh Aktivitas Manusia terhadap Lingkungan…………..
99
Gambar 24. Grafik Pertumbuhan Penduduk Geometri dan Exponensiil...
130
Gambar 25. Penampang Bumi Dari Inti Ke Eksosfer ………………………
153
Gambar 26. Perubahan Temperatur Pada Lapisan Atmosfer……………..
159
Gambar 27. Sungai dan Danau ………………………………………………
161
Gambar 28. Siklus Kegiatan PTK…………………………………………….
256
Geografi SMA K - 10
v
BAGIAN 1: PENDAHULUAN
Pengembangan keprofesian berkelanjutan sebagai salah satu strategi pembinaan guru
dan tenaga kependidikan diharapkan dapat menjamin guru dan tenaga
kependidikan secara terus menerus memelihara, meningkatkan, dan mengembangkan kompetensi sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Pelaksanaan kegiatan PKB akan mengurangi kesenjangan antara kompetensi yang dimiliki guru dan tenaga kependidikan dengan tuntutan profesional yang dipersyaratkan. Guru dan tenaga kependidikan wajib melaksanakan PKB baik secara mandiri maupun kelompok. Khusus untuk PKB dalam bentuk diklat dilakukan oleh lembaga pelatihan sesuai dengan jenis kegiatan dan kebutuhan guru. Penyelenggaraan diklat PKB dilaksanakan oleh PPPPTK dan LPPPTK KPTK atau penyedia layanan diklat lainnya. Pelaksanaan diklat tersebut memerlukan modul sebagai salah satu sumber belajar bagi peserta diklat. Modul merupakan bahan ajar yang dirancang untuk dapat dipelajari secara mandiri oleh peserta diklat berisi tujuan, indikator pencapaian kompetensi, uraian materi, aktivitas pembelajaran, latihan/kasus/tugas, rangkuman, umpan balik dan tindak lanjut yang disusun secara sistematis dan menarik untuk mencapai tingkatan kompetensi yang diharapkan sesuai dengan tingkat kompleksitasnya. Modul ini dapat digunakan dengan baik dengan cara mempelajarinya sebagai berikut. 1. Deskripsi Modul ini berisi materi yang terdiri atas statistika deskriptif, pembentukan permukaan bumi, perubahan iklim global, perairan laut, permasalahan lingkungan dan roadmap pembangunan Indonesia, planet bumi untuk kehidupan, analisis model-model pembelajaran, analisis kebutuhan media pembelajaran, penyusunan instrument penilaian, implementasi RPP dalam pembelajaran geografi, dan analisa data PTK. Kegiatan pembelajaran dalam mempelajari modul ini terdiri atas melaksanakan aktivitas pembelajaran, mengerjakan latihan/kasus/tugas, mencermati rangkuman, dan memberikan umpan balik serta tindak lanjut. 2. Prasyarat Prasayarat penggunaan modul ini adalah guru atau tenaga kependidikan yang mengampu mata pelajaran geografi pada jenjang SMA/MA. Telah mengikuti Uji Kompetensi
Guru
yang
diselenggarakan
oleh
Direktorat
Guru
dan
tenaga
Kependidikan.
Geografi SMA K - 10
1
3. Petunjuk Penggunaan Modul ini dapat digunakan dan berhasil dengan baik dengan memperhatikan petunjuk penggunaan berikut. a. Baca deskripsi, prasyarat, dan petunjuk penggunaan modul dengan cermat. b. Cermati tujuan, Kompetensi Inti, dan Kompetensi Dasar, serta peta konsep/alur pencapaian kompetensi yang akan dicapai selama maupun setelah proses pembelajaran dengan menggunakan modul ini. c. Baca dan simak uraian materi sebagai bahan untuk mengingat kembali (refresh) atau menambah pengetahuan. Kegiatan membaca dilakukan secara individual. d. Lakukan aktivitas pembelajaran sesuai dengan urutan yang dijabarkan dalam modul untuk mencapai kompetensi. Disarankan aktivitas pembelajaran dilakukan secara berkelompok dengan metode diskusi sehingga terjalin prinsip saling berbagai pengalaman (sharing) dengan asas asih, asah, dan asuh. e. Laporkan hasil aktivitas pembelajaran Ibu/Bapak secara lisan, tertulis, atau pajangan (display). f. Kerjakan latihan/kasus/tugas yang diuraikan dalam modul untuk memperkuat pengetahuan dan/atau keterampilan dalam penguasaan materi, sekaligus untuk mengetahui tingkat penguasaan (daya serap) Ibu/Bapak (self assessment). g. Berikan umpan balik yang bermanfaat untuk perbaikan pembelajaran Ibu/Bapak dan perbaikan modul ini pada masa-masa mendatang. h. Simpan seluruh produk pembelajaran Ibu/Bapak sebagai bagian dari dokumen portofolio yang bermanfaat bagi pengembangan keprofesian berkelanjutan. 4. Tujuan Akhir Tujuan akhir setelah mempelajari modul ini adalah dikuasainya kompetensi dasar dan minimal untuk geografi jenjang SMA/MA. 5. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Kompetensi inti yang harus dikuasai adalah kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan selama pelatihan. Sedangkan kompetensi dasar yang harus dicapai adalah kompetensi yang mencakup materi dan pembelajarannya tentang statistika deskriptif, pembentukan permukaan bumi, perubahan iklim global, perairan laut, permasalahan lingkungan dan roadmap pembangunan Indonesia, planet bumi untuk kehidupan,
analisis
pembelajaran,
model-model
penyusunan
pembelajaran,
instrument
penilaian,
analisis
kebutuhan
implementasi
RPP
media dalam
pembelajaran geografi, dan analisa data PTK. Geografi SMA K - 10
2
6. Peta konsep/Alur Pencapaian Kompetensi Bahan: Statistika deskriptif, pembentukan permukaan bumi, perubahan iklim global, perairan laut, permasalahan lingkungan dan roadmap pembangunan Indonesia, planet bumi untuk kehidupan, analisis model-model pembelajaran, analisis kebutuhan media pembelajaran, penyusunan instrument penilaian, implementasi RPP dalam pembelajaran geografi, dan analisa data PTK.
Geografi SMA K - 10
Pembelajaran: Menggali informasi dari uraian materi melakukan aktivitas pembelajaran mengerjakan latihan/kasus/tugas
Hasil: Peningkatan kompetensi Produk bukti kinerja
mencermati rangkuman memberikan umpan balik dan tindak lanjut
3
BAGIAN 2: PEMBELAJARAN
A. BAB I METODE PENELITIAN
1. Kegiatan Belajar 1 Penulisan dan Jenis Artikel. a. Indikator Pencapaian Kompetensi. •
Mendeskripsikan pengertian artikel.
•
Menganalisis artikel sesuai jenisnya.
•
Menulis artikel sesuai jenisnya.
b. Uraian Materi Penulisan Artikel. Artikel dalam bahasa Inggris ditulis “article”, sedang menurut kamus lengkap Inggris-Indonesia karangan Prof. Drs. S. Wojowasito dan W.J.S. Poerwodarminto, article berarti “karangan”. Sedangkan “artikel” dalam bahasa Indonesia, menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia berarti karangan di surat kabar, majalah dan sebagainya. Dalam lingkup jurnalistik, para pakar komunikasi menerjemahkan artikel, berdasarkan sudut pandang masing-masing. Menurut R. Amak Syarifudin (Djuroto dan Bambang, 2003:3-4), artikel adalah suatu tulisan tentang berbagai alat, mulai politik, sosial, ekonomi, budaya, teknologi, olah raga dan lain-lain. Misalnya tulisan mengenai kehidupan kewanitaaan, pemuda, sejarah, film, drama dan sebagainya. Tulisan semacam ini tidak terikat gaya bahasa maupun format tulisan. Tetapi
untuk
mendapatkan
audience-nya,
penulis
artikel
harus
pandai
mengungkapkan gaya tulisannya, agar tidak membosankan. Penulisan artikel di media massa (surat kabar atau majalah), tidak harus dilakukan oleh wartawannya sendiri, orang luar pun bisa menyumbangkan artikelnya. Dalam prakteknya penulisan artikel pada surat kabar atau majalah kebanyakan dari luar. Sedang menurut Tjuk Swarsono bahwa artikel adalah karangan yang menampung gagasan dan opini penulis, bisa berupa gagasan murni atau memungut dari sumber lain, referensi, perpustakaan, pernyataan orang dan sebagainya. Artikel mengharuskan penulis mencantumkan namanya secara lengkap (by name), sebagai tanggung jawab atas kebenaran tulisannya. Juga Asep Syamsul M. Romli menyebut artikel sebagai subuah karangan faktual (non fiksi), tentang suatu masalah secara lengkap, yang panjangnya tidak ditentukan, untuk dimuat disurat kabar, majalah, bulletin dan sebagainya, dengan tujuan untuk menyampaikan Geografi SMA K - 10
4
gagasan dan fakta guna meyakinkan, mendidik, menawarkan pemecahan suatu masalah, atau menghibur. Artikel termasuk tulisan ketegori views (pandangan), yaitu tulisan yang berisi pandangan, ide, opini, penilaian penulisnya tentang suatu masalah atau peristiwa. Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa semua tulisan di surat kabar atau majalah yang bukan berbentuk berita, bisa disebut artikel. Yang membedakan salah satunya adalah pemuatan artikel tersebut. Jika artikel itu dimuat pada halaman opini, disebut artikel umum. Bila diletakkan di halaman seni dan hiburan dikatakan esai, dan jika dimuat di kolom khusus redaksi, diberi nama tajuk rencana dan sebagainya. Menulis artikel pada media massa, dan karya ilmiah pada jurnal ilmiah bagi para guru, dosen, peneliti, mahasiswa dan siapa saja yang berkecimpung di dunia ilmu pengetahuan, memang sangat penting dan dibutuhkan. Ini karena, dengan menulis artikel dan karya ilmiah, mereka akan terus berlatih untuk memecahkan permasalahan-permasalahan yang timbul baik dalam kancah keilmuan, maupun permasalahan sosial yang dihadapi pada kehidupan sosial sehari-hari. Dengan upaya memecahkan permasalahan itulah, daya pikir para guru, dosen, peneliti maupun mahasiswa terus terasah, sementara pemikiran kritis mereka semakin tajam. Ini sangat diperlukan bagi kalangan intelektual untuk terus mengembangkan ilmu pengetahuan. Menulis artikel dan karya ilmiah, kini bukan lagi sekedar hobi tetapi sudah menjadi kebutuhan bagi kaum intelektual, terutama mereka yang menduduki jabatan fungsional, seperti guru, dosen, peneliti, dan sebagainya. Bagi mereka, menulis artikel di media massa, dan karya ilmiah pada jurnal penelitian, merupakan syarat mutlak untuk mendapatkan angka kredit untuk menaikan jenjang jabatan fungsionalnya. Bagi mahasiswa, menulis karya ilmiah merupakan kewajiban, sebelum mereka menyelesaikan masa studinya dan diwisuda menjadi seorang sarjana. Namun demikian menulis artikel atau karya ilmiah tidaklah semudah membuat karangan biasa. Ide-ide atau gagasan-gagasan yang ada dalam benak kita, tidak bisa begitu saja kita tuangkan menjadi suatu tulisan artikel atau karya ilmiah. Karena untuk menjadi artikel atau karya ilmiah, apalagi yang dipublikasikan melalui media cetak, ide atau gagasan itu, terlebih dulu harus disesuaikan dengan visi dan
Geografi SMA K - 10
5
misi media cetak yang akan memuatnya, atau harus mematuhi kaidah-kaidah ilmiah dalam
prosedur karya tulis ilmiah. Inilah kendala yang selama ini dihadapi oleh para dosen, guru, peneliti dan pejabat fungsional lainnya. Ditambah lagi belum banyak buku panduan atau contoh tulisan yang dapat mereka jadikan rujukan. Menulis artikel berbeda dengan menulis berita. Kalau berita, apa yang ditulisnya itu harus berdasarkan fakta atas kejadian atau peristiwa yang terjadi. Boleh juga penulisan berita ditambah dengan interpretasi, sepanjang itu diperuntukkan bagi penjelasan fakta. Tetapi menulis berita, sama sekali tidak diperbolehkan memasukkan opini. Untuk mewadahi penyampaian opini masyarakat pada surat kabar atau majalah, disediakan kolom khusus yaitu halaman opini (opinion page). Lantas apakah penulisan artikel harus full opinion? Menulis artikel boleh dimulai dengan pemaparan fakta sebagai data dari apa yang akan ditulisnya. Dari data yang ada itulah penulis bisa memberikan pendapat, pandangan, gagasan, atau bahkan interpretasi dari fakta yang ada pada data tersebut. Agar tidak dibingungkan oleh istilah fakta, interpretasi dan opini, berikut perbedaan ketiga istilah tersebut. Fakta adalah kenyataan yang ada sesuai dengan data yang sebenarnya. Fakta bukan buah pikiran atau pernyataan. Namun demikian, buah pikiran atau pernyataan bisa menjadi fakta asalkan dilatarbelakangi oleh peristiwa yang sebenarnya. Ini disebut dengan fact in idea. Interpretasi adalah hasil pemikiran berupa penafsiran, pengertian atau pemahaman. Boleh jadi penafsiran, pemikiran atau pemahaman seseorang dengan orang lain akan berbeda. Sedangkan opini adalah pendapat atau pandangan seseorang atau kelompok terhadap masalah atau peristiwa yang terjadi. Kesimpulannya, menulis berita bisa gabungan antara fakta dan interpretasi. Sedangkan ertikel bisa terdiri dari ketiganya, yaitu fakta, interpretasi, dan opini. Penulisan artikel berbeda dengan komentar. Jika komentar tulisannya terfokus untuk menanggapi, atau mengomentari nuansa atau fenomena dari suatu permasalahan yang terjadi. Sedangkan artikel, penulisannya tidak sekadar mengomentari masalah, tetapi bisa juga mengajukan pandangan, pendapat atau pemikiran lain, baik yang sudah banyak diketahui masyarakat maupun yang belum diketahui. Kegunaan artikel bagi penerbit surat kabar atau majalah adalah untuk membedakan pemuatan antara berita (fakta) dan opini. Hampir semua penerbitan Geografi SMA K - 10
6
surat kabar menyediakan satu halaman. Khusus untuk artikel yang disebut opinion page. Halaman ini memberi kesempatan kepada khalayak pembacanya untuk menyampaikan pendapatnya
(opini). Bagi penerbit media massa pengiriman artikel oleh pembacanya, merupakan bukti umpan balik bagi penerbitannya. Bagi pembaca surat kabar atau majalah, halam artikel atau opinion page, dapat dimanfaatkan untuk menyampaikan pandangan, gagasan serta argumentasi dari berita-berita atau situasi yang terjadi dan terekam dalam banaknya. Artikel tidak sekadar sebagai penyampaian tanggapan atas suatu peristiwa yang termuat dalam suatu penerbitan surat kabar atau majalah, tetapi juga untuk kepentingan penulisannya sendiri. Bagi pegawai negeri atau karyawan swasta yang mempunyai jabatan fungsional seperti peneliti, dosen, guru dan sebagainya, artikel di media massa digunakan untuk memenuhi angka kredit bagi kenaikan jabatannya. Kenaikan jabatan fungsional bagi pegawai negeri atau perusahaan swasta, salah satu persyaratannya adalah dengan menulis artikel di media massa. Dalam menulis artikel, memilih judul memerlukan perhatian khusus. Jika judul itu pas dan menarik, redaktur media massa tertarik pula untuk memuatnya. Itulah sebabnya
memilih
judul
dalam
penulisan
artikel,
memerlukan
pemikiran,
pertimbangan dan penyesuian secara khusus. Ada sebagian penulis yang menentukan judul artikelnya pada akhir dari proses penulisannya. Artinya, setelah semua permasalahan diungkapkan dalam bentuk artikel, baru ia menentukan judulnya. Tetapi ada juga justru sebaliknya, judul ditentukan terlebih dulu baru menulis isinya. Judul sebuah artikel sebaiknya memenuhi kriteria berikut: (1) atraktif dan baru. Artinya judul itu harus bersifat atraktif dan belum pernah dipakai oleh penulis lain. Sebaiknya judul dikaitkan dengan permasalahan inti dari artikel tersebut. Ini akan menarik dan mengundang rasa ingin tahu baik dari pembaca maupun oleh redaktur media massa; (2) tidak panjang. Membuat judul artikel jangan terlalu panjang, sebaiknya terdiri dari subjek dan predikat saja. Apabila ingin judul yang panjang, buatlah judul utama dan sub judul. Judul yang terlalu panjang, selain tidak menarik, juga menghabiskan kolom pada surat kabar, hal ini justru dihindari oleh redaktur media massa; (3) punya relevansi. Judul harus memiliki relevansi dengan isi artikel, sekaligus mencerminkan gagasan sentralnya. Artinya, jika artikel yang ditulis itu Geografi SMA K - 10
7
tentang dampak ekonomi, maka judulnya jangan berisi masalah ekonomi. Harusnya tentang dampak yang timbul dari gejolak ekonomi yang muncul. Menurut Dr. H. Endang Danial AR., M.Pd. (2001) bahwa karya ilmiah adalah berbagai macam tulisan yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok dengan
menggunakan tata cara ilmiah. Tata cara ilmiah adalah suatu sistem penulisan yang didasarkan pada sistem, masalah, tujuan, teori dan data untuk memberikan alternatif pemecahan masalah tertentu. Sedangkan Djuroto dan Bambang (2003) bahwa karya tulis ilmiah adalah suatu tulisan yang membahas suatu masalah. Pembahasan itu dilakukan berdasarkan penyelidikan, pengamatan, pengumpulan data yang didapat dari suatu penelitian, baik penelitian lapangan, tes laboratorium ataupun kajian pustaka. Maka dalam memaparkan dan menganalisis datanya harus berdasarkan pemikiran ilmiah. Pemikiran ilmiah adalah pemikiran yang logis dan empiris. Logis artinya masuk akal, sedangkan empiris adalah dibahas secara mendalam, berdasarkan fakta yang dapat dipertanggung jawabkan (dapat dibuktikan). Langkah-langkah Menulis Artikel Secara Umum Secara garis besar, langkah-langkah menulis artikel dapat kita bagi menjadi 5 poin penting berikut ini: 1. Tentukan Tema. Tema haruslah spesifik. Semakin spesifik semakin menarik minat baca. 2. Tetapkan Tujuan penulisan. Kebanyakan artikel, apalagi dalam artikel jenis deskripsi dan narasi, tidak menyatakan tujuan penulisan secara tersurat, melainkan tersirat. 3. Rumuskan ide pokok atau masalah. Biasanya perumusan masalah dalam bentuk pertanyaan. Hanya saja dalam penulisan artikel deskripsi dan narasi, rumusan masalahnya tidak tersurat tapi tersembunyi dibalik alur tulisan (Nanti saya jelaskan dengan contoh di bawah). 4. Kembangkan tema dan pembahasan sesuai dengan jenis artikel 5. Buatlah kesimpulan. Kesimpulan bikinnya mudah. Anda bisa membuatnya dengan baik bila logika atau alur artikel anda benar. Demikian langkah-langkah penulisan artikel secara umum. Sedangkan langkah-langkah rincinya harus anda sesuaikan dengan bentuk artikel yang ingin anda tulis. Sebab tiap bentuk artikel memiliki cara penulisan berbeda.
Geografi SMA K - 10
8
Jenis Artikel
Artikel ada beberapa jenis, yang dapat dijelaskan seperti berikut ini :
1. Artikel Deskripsi Artikel deskripsi adalah karangan yang bertujuan untuk menulis gambaran suatu fakta sehingga pembaca dapat membayangkannya di dalam benak. Saya lebih suka menjulukinya sebagai artikel gambar. Cara Penulisan Artikel Deskripsi 1. Tentukan objek, baik berupa keadaan atau konsep yang mau dideskripsikan 2. Tentukan juga tujuan penulisan (tersirat). 3. Tentukan rumusan ide pokok (tersirat). 4. Kembangkan tulisan menjadi urut-urutan. Apakah berdasarkan urutan waktu: pagisiang-sore; atau urutan jam 1, jam 2, jam 3; atau urutan tahun: tahun 2000, tahun 2003, tahun 2005; atau menggunakan urutan tempat: dari pinggir ke tengah; dari pangkal ke ujung; atau kita ingin memakai urutan kepentingan: dari yang paling penting, penting ke yang kurang penting. 5. Tutup dengan paragraf yang menyimpulkan obyek yang dideskripsikan. 2. Artikel Narasi Artikel jenis ini ditujukan untuk menceritakan suatu keadaan atau situasi, baik berdasarkan urutan waktu atau urutan kejadian. Saya lebih suka menamainya sebagai artikel cerita. Dalam artikel narasi harus ada penokohannya, seperti dalam cerita pada umumnya. Sang tokoh digambarkan sebagai sosok yang bergulat dengan masalah kehidupan dan berusaha memenangkan pergulatan tersebut. Adanya konflik kehidupan membuat tulisan jenis ini menarik minat baca. Sebab bila tidak ada konflik, maka sebuah narasi akan menjadi hambar. Cara penulisan artikel narasi Geografi SMA K - 10
9
1. Tentukan tema. 2. Tentukan tujuan (tersirat). 3. Tentukan rumusan ide pokok (tersirat).
4. Kembangkan tulisan dengan membuat alur cerita: awal – tengah – akhir. Bagian awal buatlah pembukaan yang menarik; Bagian tengah gambarkan pergulatan hidup sang tokoh sampai pada puncak konflik alias klimaks; 5. Setelah itu, buatlah anti klimaks sebagai penutup. 3. Artikel Eksposisi Ertikel jenis ini merupakan karangan yang bertujuan untuk menguraikan suatu topik. Dapat berupa uraian tentang definisi, fungsi, bagian dan kegunaan suatu konsep. Dapat juga berupa langkah, cara atau proses mengerjakan sesuatu. Saya lebih suka menyebutnya sebagai artikel penjabaran. Cara Penulisan Artikel Eksposisi 1. Tentukan tema. 2. Tentukan tujuan (tersurat). 3. Tentukan rumusan ide pokok (tersurat). 4. Kembangkan tulisan sesuai tujuan. Bila karangan ditujukan untuk menjelaskan pengertian, maka kembangkan karangan dengan menyajikan data dan fakta untuk menguatkan definisi atau proses. Bila anda ingin menjelaskan cara, buatlah tahapan-tahapan dari awal sampai akhir secara sistematis. Bila anda ingin menjelaskan kegunaan, buatlah kegunaannya satu persatu. Dan bila karangan ditujukan untuk menjelaskan proses, maka detilkan prosesnya. 5. Berikan kesimpulan Contoh artikel ini dapat anda temukan bertebaran di internet yang berkenaan dengan: definisi, fungsi, manfaat, peran, atau artikel yang berisi panduan melakukan sesuatu alias How To. Contoh artikelnya silakan lihat disini. Jenis tulisan pada contoh ini adalah berjenis How To. 4. Artikel Argumentasi Artikel ini berupa karangan adu argumen. Penulisannya dilatarbelakangi oleh kritik terhadap suatu pendapat. Penulis biasanya akan memasukkan opini pribadi kedalam Geografi SMA K - 10
10
tulisan, tentu dengan data atau fakta yang mendukung, sehingga pendapatnya bisa menarik dukungan dari pembaca. Saya lebih suka menjulukinya sebagai artikel pendapat. Cara Penulisan Artikel Argumentasi 1. Tentukan tema. 2. Tentukan tujuan (tersurat). 3. Tentukan rumusan ide pokok (tersurat). 4. Kembangkan karangan dengan menyajikan data dan fakta untuk menguatkan pendapat sendiri dan juga dapat melemahkan pendapat orang lain. 5. Berikan kesimpulan
5. Artikel Persuasi Artikel jenis ini terkenal juga dengan arikel motivasi. Sebab penulisannya bersifat membujuk alias persuasif. Efeknya dapat menggerakkan pembaca untuk melakukan atau mengikuti sesuatu. Saya lebih suka menjulukinya sebagai artikel bujukan. Cara Penulisan Artikel Persuasi 1. Tentukan tema. 2. Tentukan tujuan (tersurat). 3. Tentukan rumusan ide pokok (tersurat). 4. Kembangkan karangan dengan menyajikan data dan fakta untuk meyakinkan orang lain sehingga dapat menggerakkan pembaca untuk mengerjakan kebaikan dan menjauhi keburukan. 5. Berikan kesimpulan
c. Uraian Kegiatan/Aktivitas Pembelajaran •
Perhatikan cara penulisan artikel.
•
Bacalah salah satu contoh artikel yang dapat anda temukan di media cetak maupun elektronik.
•
Analisislah dan identifikasilah tulisan tersebut termasuk jenis artikel apa.
•
Cobalah menulis artikel sesuai jenis yang anda pilih.
•
Diskusikan bersama kelompok hasil tulisan tersebut.
d. Evaluasi kegiatan belajar dan kunci jawaban •
Apa yang dimaksud dengan menulis artikel.
•
Bagaimana langkah-langkah memulai menulis artikel.
•
Sebutkan dan jelaskan jenis-jenis artikel.
Geografi SMA K - 10
11
•
Bacalah dan analisislah serta kemudian berikan kesimpulan pada artikel di bawah ini.
Contoh Artikel. NASKAH PUBLIKASI
Pengembangan Materi Pokok Mata Pelajaran Muatan Lokal Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) Pada Jenjang Pendidikan SMP Di Jawa Timur
Oleh: Prof. Dr. Sugeng Utaya, M.Si Dr. Ach Amirudin, M.Pd
RINGKASAN
Sebagian besar Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur menetapkan mata pelajaran PLH sebagai muatan lokal (mulok) pada berbagai jenjang pendidikan, termasuk jenjang pendidikan
SMP. Mulok PLH bertujuan menanamkan sikap,
pengetahuan, dan ketrampilan dibidang LH, sehingga siswa memiliki kepeduian terhadap masalah LH yang mengancam kehidupan. Sampai saat ini implementasi mulok PLH pada pendidikan formal di SMP belum optimal, karena kurangnya dukungan sarana/prasarana belajar PLH terutama buku ajar PLH, sehingga para guru masih mengalami kesulitan dalam mengajar PLH. Penelitian pengembangan buku ajar PLH SMP perlu dilakukan untuk mendukung program mulok PLH di SMP di Jawa Timur. Penelitian tahap I bertujuan menyusun draf buku ajar Mulok PLH SMP, yang dilaksanakan melalui kajian literatur, observasi lapang/sekolah, identifikasi kebutuhan materi, dan survei metode pembelajaran di lapang. Hasil kajian dianalisis dan digunakan sebagai basis data untuk penyusunan draf kurikulum PLH SMP. Untuk menghasilkan kurikulum yang vaid dilakukan uji validasi oleh ahli kurikulum, Geografi SMA K - 10
12
ahli materi LH, dan praktisi guru PLH di lapang. Uji validasi mencakup kegiatan review, revisi, dan konfirmasi kepada validator. Selanjutnya draf kurikulum yang telah divalidasi digunakan sebagai acuan dalam penyusunan draf buku ajar PLH. Penelitian tahun I ini telah memperoleh hasil yaitu kurikulum PLH tervalidasi dan draf buku ajar PLH SMP yaitu Buku I, Buku II, dan Buku III. Berdasarkan analisis kebutuhan materi dan
wawancara dengan guru lapang, diperoleh temuan bahwa kurikulum mulok PLH di Jawa Timur perlu dibedakan antara sekolah yang berada di daerah pantai, dataran pedalaman, dan pegunungan. Hal ini karena masalah lingkungan hidup yang terjadi di tiga wilayah tersebut memang berbeda. Sehubungan dengan itu kurikulum PLH dan buku ajar mulok PLH mengacu pada temuan tersebut. Buku ajar PLH yang dikembangkan tidak mengikuti urutan jilid 1, 2, dan 3 untuk SMP kelas 1, 2, dan 3; tetapi berupa buku 1 (daerah pantai), buku 2 (daerah dataran pedalaman), dan buku 3 (daerah pegunungan), yang masing-masing berdiri sendiri. Hal ini sesuai dengan ketentuan Permendikbud No: 81-A Tahun 2013, yang mengatur tentang muatan lokal; bahwa muatan lokal di SMP tidak harus diberikan selama 3 tahun berturut-turut, tetapi diserahkan kepada sekolah untuk menetapkannya, apakah diberikan 3 tahun, 2 tahun, 1 tahun, atau 1 semester. Draf buku ajar PLH ini akan divalidasi dan diujicobakan pada penelitian tahun kedua, agar mendapatkan hasil buku ajar Mulok PLH final yang valid dan siap dicetak sebagai buku ber-ISBN.
Kata kunci: buku ajar, pendidikan lingkungan hidup, muatan lokal
Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) yang dicanangkan Pemerintah Indonesia sejak tahun 1973 (Pasca Konferensi Stockholm tahun 1972), dan ditindaklanjuti pada era orde baru, era reformasi, dan terakhir PLH abad 21 menunjukkan bahwa PLH merupakan isu penting bagi bangsa Indonesia. Pada awal penggagasan, Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) meyakini bahwa PLH merupakan
kunci
Lingkungan
(PBBL)
keberhasilan di
abad
Pembangunan 21
(Purnomo,
Berkelanjutan 1999).
Berwawasan
Menurut
Direktorat
Pengembangan SDM Kemdiknas (1999) tujuan PLH adalah (1) Memberikan wawasan lingkungan hidup kepada seluruh stakeholder pendidikan (internal dan eksternal sekolah) dalam menyelesaikan permasalahan lingkungan, (2) Menyiapkan sumberdaya manusia yang memiliki sikap profesional sesuai dengan tuntutan Geografi SMA K - 10
13
perkembangan
Iptek
dan
tuntutan
pembangunan
berkelanjutan,
dan
(3)
Meningkatkan pengetahuan, kesadaran, dan keterampilan bagi usia dini sebagai cerminan perilaku yang rasional dan bertanggung jawab terhadap lingkungan hidup. Sebagai suatu materi yang memiliki peran penting dalam kehidupan dan kesejahteraan manusia, pendidikan lingkungan hidup harus disampaikan kepada seluruh lapisan masyarakat baik masyarakat terpelajar di sekolah, maupun
masyarakat umum. Pendidikan lingkungan hidup dirasakan dan dinyatakan sebagai model pendidikan yang dirancang untuk meningkatkan kesadaran publik mengenai masalah lingkungan (Tumisem, 2009). Sasaran PLH diarahkan pada penguasaan wawasan pengetahuan dan atau ilmu lingkungan guna memberikan pemahaman holistik, sesuai dengan kaidah ilmiah
dalam kehidupan akademik
berdasarkan atas referensi ilmiah, hasil penelitian, dan buku baku (Burhan, 2009). Sampai saat ini PLH yang telah mengalami proses perjalanan panjang tersebut, belum berhasil mendapat posisi mapan di dalam kurikulum pendidikan di Indonesia, bahkan dalam implementasinya belum memenuhi harapan para tokoh penggagas PLH di Indonesia. Padahal, peningkatan intensitas pembangunan nasional yang selalu diikuti oleh munculnya masalah lingkungan hidup di berbagai pelosok tanah air, sangat membutuhkan solusi yang tepat melalui
pendidikan
(Resosoedarmo, 2002). Pendidikan merupakan faktor penting dalam membentuk sikap dan perilaku positif masyarakat terhadap
lingkungan hidup, yang dapat
dilakukan melalui PLH (Direktorat Pengembangan SDM Kemdiknas, 1999). Nilainilai sikap dan perilaku positif yang telah tertanam dalam diri siswa, dalam jangka panjang dapat menjadi modal tumbuhnya sikap dan perilaku peduli pada lingkungan hidup. Rendahnya kesadaran dan kepedulian pada lingkungan hidup disebabkan oleh
ketidaktahuan masyarakat terhadap masalah lingkungan, karena belum
pernah menerima PLH sehingga kurang memperoleh informasi yang cukup mengenai masalah lingkungan hidup. Urgensi PLH tersebut telah mendorong sebagian besar pemerintah kabupaten/kota di Jawa Timur menetapkan PLH sebagai muatan lokal (mulok) pada berbagai jenjang pendidikan, termasuk jenjang pendidikan SMP. Muatan Lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk mengembangkan kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas dan potensi daerah, termasuk keunggulan daerah, yang materinya tidak dapat dikelompokkan ke dalam mata pelajaran yang ada. Keberadaan mata pelajaran Muatan Lokal merupakan bentuk penyelenggaraan pendidikan yang tidak Geografi SMA K - 10
14
terpusat, sebagai upaya agar penyelenggaraan pendidikan di masing-masing daerah lebih meningkat relevansinya terhadap keadaan dan kebutuhan daerah yang bersangkutan (Direktorat Pembinaan, 2008) Kebijakan pro-lingkungan dibidang pendidikan tersebut ternyata belum dapat berjalan efektif, karena belum memadainya dukungan sarana pembelajaran berupa ketersediaan buku ajar PLH. Wawancara dengan guru mulok PLH di lapang
menunjukkan bahwa guru merasa belum mampu mengajar PLH secara baik dan
efektif
dikarenakan
belum
memiliki
buku pegangan
yang
memadai.
Sehubungan dengan itu dukungan berupa tersedianya buku ajar PLH sangat mendesak diwujudkan; agar kebijakan mulia memberi bekal pengetahuan, keterampilan, dan kesadaran tentang lingkungan hidup kepada anak-anak Indonesia dapat terwujud. Buku ajar PLH SMP mungkin sudah tersedia di lapangan dengan berbagai versinya, tetapi buku ajar yang secara utuh dan komprehensif untuk SMP kelas VII sampai kelas IX tampaknya belum tersedia. Apalagi dengan diberlakukannya kurikulum 2013 (Permendikbud No 68 tahun 2013, Tentang Kompetensi Dasar dan Struktur Kurikulum SMP/MTs) dan terutama Permendikbud No 81-A Tahun 2013, Lampiran ke-2 tentang
Tentang Pedoman Pengembangan Muatan Lokal, yang
secara struktur, isi, dan implementasinya sangat berdeda, maka jelas bahwa ketersediaan buku ajar PLH yang semula belum tersedia secara memadai, saat ini menjadi semakin jauh dari memadai. Pengembangan buku PLH bagi daerah seperti Jawa Timur yang menerapkan PLH sebagai Mulok perlu dilakukan, agar kebutuhan para guru PLH dapat segera diatasi. Pengembangan buku PLH ditujukan untuk mewujudkan peserta didik yang memiliki kesadaran dan kepedulian lingkungan (Sulistyowati, 2009). Untuk mencapai target pengajaran dan pendidikan maka disusunlah kurikulum, silabus, dan buku ajarnya (Burhan, 2009). Pengembangan kurikulum buku PLH dapat dilakukan melalui: (1) penentuan kebijakan kurikulum berbasis pada kondisi lingkungan, (2) perencanaan konsep proses belajar mengajar PLH, (3) pengimplementasian materi pembelajaran PLH dalam kehidupan peserta didik, dan (4) membangun kultur dan budaya peduli dan sadar lingkungan di sekolah (Sulistyowati, 2009). Pengembangan buku PLH berbasis riset harus melibatkan para pihak (stakeholder) yaitu ahli pendidikan, ahli lingkungan hidup, ahli kurikulum, ahli bahasa, ahli disain, dan guru dan siswa di lapang. Dalam penyusunan buku ajar Geografi SMA K - 10
15
PLH SMP tersebut, para pihak dilibatkan baik
sebagai reviewer, pengguna,
maupun objek uji coba dalam format penelitian. Pengembangan buku ajar PLH berbasis riset dapat menghasilkan bahan ajar yang sesuai dengan kebutuhan dan kondisi lapang. Selain itu buku yang dihasilkan juga mudah dicerna dan efektif dalam proses pembelajaran PLH di SMP. Pengembangan buku PLH untuk SMP di Jawa Timur, diharapan dapat membantu para guru SMP yang mengampu mata pelajaran PLH sebagai mulok,
karena memiliki buku pegangan dalam mengajarkan materi lingkungan hidup yang tepat. Buku PLH yang dikembangkan harus memiliki metode pembelajaran yang tepat. Metode yang disarankan adalah aktivitas langsung di lapang melalui eksplorasi dan penelitian. Menurut Sulistyowati (2009) prinsip pembelajaran PLH harus memuat aspek kepemimpinan dan keteladanan, edukasi dan pelatihan, struktur penyanggah, komunikasi, penghargaan dan apresiasi, dan keterukuran. Penelitian pengembangan buku ajar PLH akan efektif jika menerapkan model pengembangan buku ajar yang sesuai. Model pengembangan bahan ajar 4D yang dikemukakan Thiagarajan terdiri dari 4 tahap (sintak) yaitu define, desain, develop, dan disseminate (4D). Model ini tergolong model yang sederhana karena hanya terdiri dari 4 sintak. Namun demikian dengan sintak yang sederhana maka model ini punya kelebihan yaitu mudah dilakukan improvisasi (Amin, 2009). Menurut Purwanto, dkk (2010) model pengembangan buku ajar yang lebih sederhana dapat dilakukan melalui 3 cara yaitu memilih bahan yang sudah ada, memilih dan menata bahan menjadi bahan ajar tersusun, dan menulis bahan ajar. Nemun demikian dalam penelitian pengembangan bahan ajar, Gall, Gall, dan Borg (2003) menerapkan 10 prosedur utama sebagai berikut: (1) melakukan studi literatur, (2) menyusun atau perencanaan produk, (3) mengembangkan bentuk/model produk awal (model teoritis/hipotesis), (4) melakukan uji lapangan terhadap produk awal, (5) merevisi produk awal untuk menghasilkan produk utama, (6) melakukan uji produk utama, (7) merevisi produk utama untuk memperoleh produk operasional sebagai model empiris, (8) melakukan uji lapangan terhadap model empiris, (9) melakukan revisi model empiris untuk menghasilkan produk akhir, dan (10) mendiseminasikan dan mendistribusikan produk akhir.
Geografi SMA K - 10
16
Penelitian ini bertujuan: (a) merumuskan rancangan kurikulum Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) untuk jenjang pendidikan SMP; (b) menguji validitas kurikulum PLH SMP dari segi sistematika dan isi oleh ahli kurikulum, guru lapang, dan ahli lingkungan hidup untuk menghasilkan kurikulum PLH SMP yang sesuai dengan kebutuhan lapang; dan (c) menyusun draf buku ajar mulok PLH untuk siswa SMP.
METODE PENELITIAN Buku ajar Mulok PLH SMP ini dikembangkan dengan menggunakan model pengembangan buku ajar PLH dari Gall, Gall dan Borg yang terdiri dari 10 sintak. Model ini dipilih karena alasan kelengkapan sintak yang sesuai dengan rencana penelitian ini. Secara teknis model tersebut sedikit dimodifikasi sesuai kebutuhan tahapan penelitian. Penelitian pengembangan buku ajar PLH ini dilakukan selama tiga tahap (tahun). Kegiatan penelitian tahap I adalah:
(a) Studi Literatur dan
Observasi Lapang, yang bertujuan memperoleh materi LH dan metodologi pembelajaran yang cocok untuk siswa SMP. Kajian kebijakan pemerintah di bidang PLH dilakukan untuk mendapatkan landasan yuridis dan format-format standar PLH yang
telah
ditetapkan
pemerintah.
Observasi
lapang
bertujuan
untuk
mengidentifikasi materi dan kegiatan PLH yang sudah dilakukan oleh guru SMP. Hasil studi literatur dan observasi lapang berupa bahan dan format-format untuk penyusunan kurikulum PLH SMP; (b) Perencanaan pengembangan buku ajar PLH dengan prosedur kegiatan: (1) pengembangan draf kurikulum, (2) melakukan uji validasi draf kurikulum oleh ahli kurikulum (2 orang) dan ahli LH (2 orang), (3) revisi draf kurikulum, (4) konfirmasi draf revisi kepada ahli kurikulum dan ahli LH, dan (5) Finalisasi kurikulum PLH SMP. Kurikulum ini digunakan sebagai acuan untuk pengembangan buku ajar PLH; dan (c) Penyusunan Draf Buku Ajar PLH dengan menggunakan kurikulum tersebut. Penyusunan draf buku ajar merupakan kegiatan utama pada penelitian tahun pertama. Hasil tahapan penyusunan draf buku ajar berupa draf buku ajar PLH SMP buku 1, 2, dan 3. Teknik sampling penelitian dikenakan pada sekolah, guru mulok PLH, dan tenaga ahli sebagai reviewer bidang pendidikan, bidang LH, bidang bahasa, dan Geografi SMA K - 10
17
bidang desain buku. Ahli desain buku diambil satu dari akademisi dan satu dari praktisi. Untuk mengidentifikasi sumber data awal guna penyusunan kurikulum dan draf buku ajar PLH SMP. Penentuan sampel sekolah dan guru untuk identifikasi data awal dilakukan secara sengaja (purpossive sampling), dengan kriteria sekolah adiwiyata dan guru yang memiliki kompetensi cukup. Penentuan sampel reviewer draf kurikulum ditetapkan secara purpossive sampling, dengan tujuan agar diperoleh reviewer yang kompeten dengan jenjang pendidikan S-3. Data yang dikumpulkan terdiri dari data sekunder dan data primer. Data sekunder berupa kurikulum, silabus, RPP, dan buku ajar PLH yang selama ini digunakan oleh guru SMP. Teknik pengumpulan data secara dokumentasi, dan data yang dikumpulkan mencakup dokumen fisik dan non-fisik seperti bentuk file. Selain itu juga akan dilakukan observasi lapang/sekolah tentang pelaksanaan dan prestasi bidang PLH. Data sekunder dianalisis dan digunakan sebagai pijakan untuk penyusunan kurikulum PLH SMP, dan selanjutnya digunakan untuk penyusunan draf buku ajar PLH. Pengumpulan data primer dilakukan melalui wawancara kepada para fihak yang terlibat dalam kegiatan PLH di sekolah. Selain wawancara, pengumpulan data primer juga dilakukan dengan menggunakan angket untuk menjaring data kebutuhan, saran, dan pendapat guru mulok PLH SMP. Selain itu data yang berupa catatan dan masukan pada proses validasi oleh ahli kurikulum dan ahli Lingkungan hidup juga dikumpulkan pada penelitian ini. Analisis deskriptif digunakan untuk menganalisis hasil kajian literatur, wawancara guru, dokumen PLH, dan hasil observasi sekolah, untuk kepentingan penyusunan draf kurikulum PLH. Selanjutnya untuk revisi draf kurikulum juga digunakan analisis deskriptif dari data saran masukan reviewer. Analisis data pada penelitian tahun I menggunakan analisis deskriptif. Instrumen penilaian oleh para reviewer menggunakan 4 kategori yaitu sangat valid (skor 4), valid (skor 3), kurang valid (skor 2), dan tidak valid (skor 1). Skor kurikulum dan buku ajar dinyatakan valid bila mencapai skor minimal 3 (kategori valid).
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Kebutuhan Materi PLH Analisis kebijakan dan referensi tentang muatan materi pendidikan lingkungan hidup (PLH) menghasilkan pokok-pokok bahasan yang perlu dicantuman di dalam Geografi SMA K - 10
18
buku Muatan Lokal (MULOK) PLH SMP yang akan dikembangkan. Kebijakan utama yang dirujuk dalam penelitian pengembangan ini adalah Permendikbud RI No 81A Tahun 2013 Tentang Implementasi, memperoleh hasil berupa kurikulum dan pokokpokok materi, kompetensi dasar, dan indikator mata pelajaran muatan lokal untuk MULK PLH siswa SMP dan sederajat. Sedangkan kajian buku-buku referensi menghasilkan pokok-pokok materi baik mencakup aspek teoritik maupun empirik berupa fakta dan fenomena peristiwa lingkungan hidup yang terjadi di tengah masyarakat. Analisis terhadap hasil kajian kebijakan dan buku referensi dan eksplorasi kebutuhan lapang dari para guru Mulok PLH, menghasilkan kumpulan pokok-pokok
materi yang perlu diajarkan pada Mapel Mulok PLH SMP. Penelitian pada tahap ini memperoleh hasil: (1) Pokok-pokok materi buku PLH berdasarkan hasil kajian buku referensi, kebijakan, observasi, dan wawancara dengan guru, dan (2) Saran masukan dari guru PLH dari SMP Adiwiyata, tentang kebutuhan materi pokok PLH di wilayah pantai, pedalaman, dan pegunungan. Selain hasil pokok tersebut, beberapa informasi penting terkait dengan pelaksanaan Mulok PLH di sekolah yang berhasil diidentifikasi yaitu: (1) PLH penting diajarkan pada siswa SMP sebagai muatan lokal karena agar siswa memahami masalah lingkungan, pentingnya memelihara alam, dan kepedulian pada lingkungan dapat tertanam jiwa, sehingga sikap dan perilakunya baik bagi alam, (2) Para guru PLH Jatim rata-rata sudah mengajar mapel ini selama 3 sampai 5 tahun; Hal ini sesuai dengan wantu penetapan PLH sebagai Mulok di kabupaten/kota masingmasing, (3) Cara membelajarkan PLH bervariasi, tetapi 75% mengajarkan melalui outdoor stdy atau oberservasi lapang, (4) Kendala utama yang dihadapi guru PLH adalah keterbatasan bahkan ketiadaan buku referensi PLH yang cocok diajarkan di sekolahnya; Selain itu kendala waktu yang sangat terbatas dan media yang juga belum tersedia, (5) Untuk mengatasi kendala tersebut, dalam pelaksanaan pembelajaran PLH, para guru memberi tugas kepada siswa untuk mencari sumber bacaan lain dari internet dengan tema yang ditetapkan guru. Selain itu ada guru yang memberi tugas dalam bentuk pengamatan lapang dengan menggunakan LKS yang dibuat oleh guru, (6) Dalam pembelajaran PLH sebagian besar siswa menunjukkan semangat dan mativasi tinggi, karena pembelajaran PLH yang dilaksanakan di luar kelas sangat disukai oleh siswa, (7) Penilaian guru terhadap hasil belajar PLH baik yang dilakukan secara monolitik maupuan terintegrasi tergolong baik, (8) Menurut Geografi SMA K - 10
19
pendapat guru, para siswa setelah memperoleh pelajaran PLH menunjukkan sikap dan memiliki ketrampilan yang baik, sehingga berdampak pada keberhasilan sekolah dalam mewujudkan sekolah yang bersih dan sehat, (9) Terkait dengan ketersediaan buku referensi penunjang pembelajaran PLH, 50% guru menyatakan sudah tersedia dan diperkaya dengan LKS buatan guru sendiri. Sedangkan 50% lain mengatakan bahwa belum memiliki buku yang memadai untuk mengajar PLH. Mengenai materi PLH yang masih dianggap sulit oleh guru adalah: (1) Bencana alam dan dampak lingkungannya, (2) Ekosistem pesisir dan laut, (3) Dampak negatif pencemaran pada kesehatan, dan (4) Penerapan prinsip 4R dalam menangani sampah. Sedangkan materi yang dianggap sulit oleh siswa antara lain: (1) Bencana
alam dan dampak lingkungannya, (2) Pengelolaan sumber daya alam, (3) Sumberdaya air, (4) Pengelolaan sampah, (5) Pencemaran air (kualitas air), dan (6) Pengaruh globalisasi terhadap perilaku manusia. Berdasarkan hasil eksplorasi lapang di tiga kota yaitu Kota Madiun, Tuban, dan Malang, berikut dikemukakan pendapat guru tentang konten buku ajar Mulok PLH pada tabel 1 berikut ini. Tabel 1. Pendapat Guru Tentang Materi PLH yang dibutuhkan siswa Pada Mulok PLH
No
Guru Di Daerah Pokok Bahasan
Pantai
Pedalaman
Pegununga n
1
Manusia dan Lingkungan
√
√
√
2
Memelihara Kebersihan
√
√
√
Lingkungan 3
Sumberdaya Alam
√
√
√
4
Sumberdaya Air
√
√
√
5
Pencemaran Udara
√
√
-
6
Sumberdaya Lahan dan Tanah
√
√
√
7
Sumberdaya Energi
√
√
√
8
Sumberdaya Hutan
√
√
√
9
Bencana Alam
√
√
√
Geografi SMA K - 10
20
10
Perubahan Iklim
√
--
√
11
Pesisir dan Laut
√
--
--
12
Lainnya
--
--
--
Pada tabel tersebut tampak terdapat sedikit perbedaan antara kebutuhan materi siswa yang tinggal di daerah pantai, dataran pedalaman, dan pegunungan. Namun demikian walaupun tema yang diinginkan sama, tetapi sesungguhnya isi materi yang disajikan harus berbeda, dan disesuaikan dengan kasus yang terjadi di daerah masing-masing. Pada saat wawancara mendalam, para guru lapang memberikan saran terhadap buku Mulok PLH SMP yang akan disusun pada penelitian pengembangan,
yaitu: (1) Buku perlu diperbanyak gambar/simulasi agar lebih menarik, (2) Perlu menyempurnakan petunjuk teknis praktek pengamatan lapang, (3) Perlu pedoman praktis seperti pembuatan kompos dan sebagainya, (4) Materi sebaiknya tidak terlampau banyak/padat, tetapi buku yang lebih singkat, padat, dan bermakna, (5) Buku Mulok PLH yang dihasilkan dalam penelitian ini seyogyanya segera diperbanyak dan disebarluaskan kepada guru/siswa pengguna, karena dalam pengajaran Mulok PLH para guru masih mengalami keterbatasan referensi. Silabus dan Kurikulum Mulok PLH SMP Silabus, kurikulum, dan sistematika buku Mulok PLH yang telah disusun berdasarkan analisis kebutuhan dan studi eksplorasi tersebut, selanjutnya dilakukan validasi kepada guru lapang dan ahli kurikulum/Lingkungan Hidup. Dalam validasi tersebut para responden guru berpendapat bahwa silabus/kurikulum yang disusun peneliti sudah termasuk dalam kategori baik sampai sangat baik. Secara rinci hasil validasi oleh para guru lapang disajikan pada tabel 2 berikut ini. Tabel 2. Hasil Validasi Silabus/Kurikulum Mulok PLH SMP
No 1
Indikator Kelengkapan identitas mapel, kompetensi dasar,
Penilaian Validator 4
4
3
3
dan indikator PLH 2
Rumusan kompetensi sesuai kebutuhan siswa
4
4
3
3
3
Kesesuaian indikator dan tujuan dgn kompetensi
3
3
3
3
Geografi SMA K - 10
21
4
Kebenaran struktur kalimat KD dan indicator
3
3
3
3
5
Rencana isi/materi buku memenuhi urutan logis
3
3
3
3
6
Kedalaman isi sesuai dengan jenjang pendidikan
2
2
3
2
SMP 7
Isi materi memuat kasus lingkkungan penting
4
4
3
3
8
Isi materi up to date
3
3
3
3
9
Sistematika memenuhi kebuthan sebagai buku
4
4
3
3
10
Volume materi sesuai dengan waktu yang
3
3
3
2
tersedia Keterangan: 1=Kurang; 2=Sedang; 3=baik ; 4=sangat baik
Selain memberikan pendapat dalam rangka validasi, para guru lapang juga memberikan saran perbaikan terhadap silabus/kurikulum buku Mulok PLH antara lain : (1) Masih ada pokok bahasan yang terulang-ulang, sebaiknya perlu diseleksi dan dicermati lagi, (2) Pembahasan tentang solusi penanggulangan pencemaran perlu ditambahkan agar siswa secara praktis dapat melakukannya, (3) Sebagian materi kurang penting, maka perlu ada penambahan materi baru yang up to date dan esensial. Dari kajian dan analisis materi hingga penyusunan silabus/kurikulum telah dihasilkan silabus/kurikulum buku Mulok PLH SMP. Selain itu sampai pada tahap penyusunan laporan kemajuan penelitian, telah dihasilkan pula Sistematika Buku Mulok PLH SMP yang siap dan telah mulai disusun menjadi draf buku PLH.
Draf Buku Mulok PLH Tahap akhir dari kegiatan penelitian tahun I berupa penyusunan draf buku ajar Mulok PLH SMP telah dilaksanakan, dan menghasilkan tiga set buku PLH yaitu Buku I (untuk SMP daerah pantai), Buku II (untuk SMP daerah dataran di pedalaman), dan Buku III (untuk SMP di daerah pegunungan). Pengembangan draf buku ajar PLH ini didasarkan pada silabus/kurikulum yang telah disusun dan divalidasi oleh para ahli dan gulu lapang, sehingga kurikulum sudah memadai untuk dikembangkan menjadi draf buku ajar. Keberadaan silabus/kurikulum yang telah tervalidasi sangat membantu dan mempermudah peneliti dalam mengembangkan dan menyusun buku ajar. Hal ini disebabkan isi dan arah tulisan sudah tersusun dengan baik. Materimateri PLH apa yang perlu diberikan kepada siswa sudah sesuai dengan kondisi lingkungan tempat tinggal masing-masing. Kasus-kasus lingkungan Geografi SMA K - 10
22
hidup yang dicantumkan juga sesuai fakta/fenomena yang terjadi di masingmasing wilayah. Dengan demikian amanah Permendikbud No. 81-A tentang Pedoman Mata Pelajaran Muatan Lokal dapat diwujudkan dalam buku Mulok PLH SMP hasil penelitian pengembangan ini.
Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat ditarik disimpulkan: (1) Analisis kebutuhan materi melalui eksplorasi buku referensi, kebutuhan lapang, dan diskusi ahli menghasilkan pokok-pokok isi buku PLH yang memadai, (2) Pengembangan poin-poin kebutuhan materi menjadi kurikulum PLH
dan validasi ahli dan guru lapang, menghasilkan kurikulum buku ajar PLH yang tervalidasi, dan (3) Pengembangan draf buku ajar PLH dapat dilakukan dengan baik, karena didasarkan atas kurikulum yang telah tervalidasi. e. Umpan balik dan tindak lanjut •
Tulislah artikel yang terkait dengan pembelajaran bidang studi geografi.
•
Analisislah tulisan anda tersebut, apakah sudah memenuhi kriteria artikel yang baik dan benar
f. Kunci jawaban •
Dapat digunakan untuk self assesment sekiranya diperlukan sebagai tolak ukur untuk mengetahui keberhasilan diri sendiri.
Geografi SMA K - 10
23
2. Kegiatan Belajar 2 Publikasi Ilmiah a. Indikator Pencapaian Kompetensi. •
Mengacu pada indikator.
•
Jumlah tujuan pembelajaran dapat lebih dari satu butir tujuan
b. Uraian Materi Publikasi ilmiah adalah sistem publikasi yang dilakukan berdasarkan peer review dalam rangka untuk mencapai tingkat obyektivitas setinggi mungkin. "Sistem" ini, bervariasi tergantung bidang masing-masing, dan selalu berubah, meskipun seringkali secara perlahan. Sebagian besar karya akademis diterbitkan dalam jurnal ilmiah atau dalam bentuk buku. Sebagian besar bidang akademik yang telah mapan memiliki jurnal dan bentuk publikasi tersendiri, meskipun banyak pula terdapat jurnal akademik yang bersifat interdisipliner (antar cabang) dan mempublikasikan karya dari beberapa bidang yang berbeda. Jenis-jenis publikasi yang dapat diterima sebagai kontribusi terhadap bidang ilmu pengetahuan dan penelitian sangat bervariasi di antara berbagai bidang. Publikasi ilmiah saat ini sedang mengalami perubahan yang besar, yang muncul akibat transisi dari format penerbitan cetak ke arah format elektronik, yang memiliki model bisnis berbeda dengan pola sebelumnya. Tren umum yang berjalan sekarang, akses terhadap jurnal ilmiah secara elektronik disediakan secara terbuka. Hal ini berarti semakin banyak publikasi ilmiah yang dapat diakses secara gratis melalui internet, baik yang disediakan oleh pihak penerbit jurnal, maupun yang disediakan oleh para penulis artikel jurnal itu sendiri.
Dalam publikasi ilmiah, sebuah artrikel (karangan) adalah sebuah karya akademis yang umumnya diterbitkan dalam suatu jurnal ilmiah. Artikel ini dapat berisi hasil penelitian orisinil atau berupa telaah dari hasil-hasil yang telah ada sebelumnya. Artikel seperti ini baru dapat dianggap valid setelah melalui proses peer review oleh satu atau beberapa pemeriksa (yang juga merupakan akademisi di bidang yang sama) dalam rangka untuk memeriksa isi artikel apakah telah sesuai untuk dipublikasikan di jurnal. Sebuah artikel dapat mengalami beberapa kali pemeriksaan dan revisi, sebelum akhirnya dapat diterima untuk publikasi. Hal ini dapat berlangsung hingga beberapa tahun, khususnya untuk jurnal penerbitan yang sangat populer.
Geografi SMA K - 10
24
c. Uraian Kegiatan/Aktivitas Pembelajaran •
Peserta mengobservasi atau membaca kembali hasil penelitiannya sendiri
•
Jika peserta belum pernah melakukan penelitian maka digunakan hasil penelitian orang lain.
•
Selanjutnya peserta membuat suatu artikel dari hasil tulisan yang dibacanya.
•
Merencanakan publikasi dari hasil tulisannya melalui seminar, atau media cetak/elektronik.
d. Evaluasi kegiatan belajar dan kunci jawaban •
Apa yang dimaksud dengan publikasi.
•
Jelaskan perbedaan publikasi ilmiah dan non ilmiah.
e. Umpan balik dan tindak lanjut •
Tuliskan perbedaan penulisan artikel ilmiah dan non ilmiah menggunakan format berikut. No.
•
Artikel Ilmiah
Artikel non Ilmiah
Bagaimana cara mempublikasikan artikel, baik yang ilmiah maupun non ilmiah.
f. Kunci jawaban •
Dapat digunakan untuk self assesment sekiranya diperlukan sebagai tolak ukur untuk mengetahui keberhasilan diri sendiri.
Geografi SMA K - 10
25
BAGIAN 2: PEMBELAJARAN H. BAB VIII PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN 1. Kegiatan Belajar 1.
Mengidentifikasi Kebutuhan Model Pembelajaran (3 JP)
a. Tujuan Melalui kegiatan diskusi, peserta diklat dapat menganalisis dan menentukan kebutuhan model pembelajaran
b. Indikator Pencapaian Kompetensi 1)
Menjelaskan teori yang melandasi pengembangan model pembelajaran
2)
Mengidentifikasi model-model pembelajaran yang telah diterapkan di kelas
3)
Menganalisis permasalahan penerapan model-model pembelajaran di kelas berdasarkan teori pengembangan model pembelajaran
4)
Mengidentifikasi model pembelajaran yang sesuai kebutuhan kompetensi
5)
Menentukan
model pembelajaran yang sesuai kebutuhan materi
pembelajaran.
c. Uraian Materi 1)
Konsep Pengembangan Model Pembelajaran Model adalah sesuatu yang menggambarkan adanya pola berpikir. Sebuah model biasanya menggambarkan keseluruhan konsep yang saling berkaitan. Model juga dapat dipandang sebagai upaya dan untuk mengkonkretkan sebuah teori sekaligus Modul merupakan sebuah analogi dan representasi dari variabel-variabel yang terdapat di dalam teori tersebut. Menurut Robins, “A model is an abstraction of reality; a simplified representation of some real-world phenomenon.”.
Maksud dari definisi
tersebut, bahwa model merupakan representasi dari beberapa fenomena yang ada di dunia nyata. Model adalah representasi suatu proses dalam bentuk grafis dan/atau naratif dengan menunjukkan unsur-unsur utama serta strukturnya. Dalam hal ini dimungkinkan penafsiran model naratif ke dalam bentuk grafis, atau sebaliknya. Berdasarkan definisi-definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa model merupakan suatu proses pola pikir dan komponen-komponen yang terdapat di dalamnya, yang direpresentasikan dalam bentuk grafis dan/atau naratif. Geografi SMA K - 10
26
2)
Teori-teori yang Mendasari Pengembangan Model Pembelajaran a) Teori Belajar Asosiasi Teori ini berasal dari ilmu jiwa asosiasi yang dirintis oleh John Lock dan Herbart. Menurut teori ini belajar adalah mengambil tanggapantanggapan
dan
menggabung-gabung
tanggapan
dengan
jalan
mengulang-ulang. Tanggapan yang dimaksud adalah suatu lukisan yang
timbul
dalam
jiwa
sesudah
diadakan
pengamatan
atau
penginderaan . Tanggapan yang telah ada saling berhubungan, yang baru bertemu dengan cara menggabungkan (mengasosiasikan diri) dengan tanggapan lama. Penggabungan itu menyebabkan adanya penarikan dari tanggapan-tanggapan yang sudah ada. Pada umumnya tanggapan lama mengendap dalam alam ketidaksadaran jiwa. Apabila sebagian dari tanggapan itu muncul ke alam kesadaran, maka tanggapan lain yang berasosiasi erat akan muncul bersama-sama. Terjadinya asosiasi tanggapan yang erat satu dengan yang lain, dan supaya setia untuk dimunculkan kembali ke alam sadar, dapat dipermudah dengan pengualangan-pengulangan rangsangan (stimulus). Jadi dapat diperjelas lagi bahwa belajar ialah mengulang-ulang di dalam mengasosiasikan tanggapan-tanggapan, sehingga reproduksi yang satu dapat menyebabkan reproduksi yang lain dalam ingatan kita. Tujuan belajar adalah mereproduksikan gabungan tanggapantangggapan dengan cepat dan dapat dipercaya. Konsekuensi dari teori ini ialah bahwa pengajar harus sebanyak mungkin memberikan Stimulus (S) kepada subyek belajar untul menimbulkan Respons (R). Makin banyak terjalin S dan R, makin mendalam peserta didik mendapatkan pembelajaran.
b) Teori Koneksionisme Thorndike Menurut Thorndike, belajar merupakan peristiwa terbentuknya asosiasi-asosiasi antara peristiwa-peristiwa yang disebut stimulus (S) dengan respon (R ). Stimulus adalah suatu perubahan dari lingkungan Geografi SMA K - 10
27
eksternal yang menjadi tanda untuk mengaktifkan organisme untuk beraksi atau berbuat sedangkan respon adalah sembarang tingkah laku yang dimunculkan karena adanya perangsang. Eksperimen thorndike ini menggunakan hewan-hewan terutama kucing untuk mengetahui fenomena belajar. Dari eksperimen kucing lapar yang dimasukkan dalam sangkar (puzzle box) diketahui bahwa supaya tercapai hubungan antara stimulus dan respons, perlu adanya kemampuan untuk memilih respons yang tepat serta melalui usahausaha atau percobaan-percobaan (trials) dan kegagalan-kegagalan (error) terlebih dahulu. Bentuk paling dasar dari belajar adalah “trial and error learning atau selecting and connecting learning” dan berlangsung menurut hukum-hukum tertentu. Oleh karena itu teori belajar yang dikemukakan oleh Thorndike ini sering disebut dengan teori belajar koneksionisme atau teori asosiasi. Edward L. Thorndike menyimpulkan bahwa belajar dengan trial and error. Trial and error ini merupakan asosiasi yang kuat untuk menimbulkan kembali gerak seperti yang lalu karena itu ia mudah menyesuaikan diri dengan masalah yang sama.
c) Teori Insight Teori Insight Gestalt dikembangkan oleh Kohler dan kawan-kawan. Teori ini berbeda dengan teori – teori yang telah dijelakan terdahulu. Menurut teori Gestalt, belajar adalah proses mengembangkan insight. Insight adalah pemahaman terhadap hubungan antarbagian di dalam suatu situasi permasalahan. Berbeda dengan teori behaviouristik yang menganggap belajar atau tingkah laku itu bersifat mekanistis sehingga mengabaikan atau mengingkari peranan insight. Teori ini berasal dari ilmu jiwa, dimana Gestalt beranggapan bahwa setiap fenomena terdiri atas suatu kesatuan essensial yang melebihi jumlah dari unsur-unsurnya. Bahwa keseluruhan (gestalt itu tidak sama dengan penjumlahan, keseluruhan Iebih dari bagian bagianny). Di dalam belajar, keseluruhan situasi belajar itu penting, sebab belajar merupakan interaksi dengan lingkungan. Hubungan itu dinamis dan berubah-ubah, tidak terjadi pengulangan yang sama benar situasinya. Seorang dikatakan belajar bila ia memperoleh insight (pemahaman) dalam suatu situasi yang problematis. Untuk memperoleh Geografi SMA K - 10
28
pemahaman itu kita harus berhadapan dengan problem solving. Ini berarti bahwa belajar yang sejati adalah apabila seseorang menghadapi problem dan pemecahannya. Teori Gestalt beranggapan bahwa insight adalah inti dari pembentukan tingkah laku. Dengan demikian, maka belajar itu akan terjadi manakala dihadapkan kepada suatu persoalan yang harus dipecahkan. Belajar bukanlah menghafal fakta. Melalui persoalan yang dihadapi itu anak akan mendapat insight yang sangat berguna untuk menghadapi setiap masalah. Timbulnya insight pada individu tergantung pada kesanggupan berkaitan dengan kemampuan inteligensi individu, pengalaman misalnya dengan belajar individu akan mendapatkan suatu pengalaman dan pengalaman itu akan menyebabkan munculnya insight, taraf kompleksitas dari suatu situasi dimana semakin kompleks masalah maka akan semakin sulit untuk diatasi, latihan yang rutin akan meningkatkan kemampuan insight dalam situasi yang bersamaan, dan terakhir trial and error. d) Teori Behavioristik Teori
belajar
behavioristik
menjelaskan
belajar
itu
adalah
perubahan perilaku yang dapat diamati, diukur dan dinilai secara konkret. Perubahan terjadi melalui rangsangan (stimulans) yang menimbulkan hubungan perilaku reaktif (respon) berdasarkan hukumhukum mekanistik. Stimulans tidak lain adalah lingkungan belajar anak, baik yang internal maupun eksternal yang menjadi penyebab belajar. Sedangkan respons adalah akibat atau dampak, berupa reaksi fisik terhadap stimulans. Belajar berarti penguatan ikatan, asosiasi, sifat dan kecenderungan perilaku S-R (stimulus-Respon). Teori ini mementingkan faktor lingkungan, menekankan pada faktor bagian tingkah laku yang Nampak dengan menggunakan metode obyektif, sifatnya mekanis. Menurut Robert M. Gagne belajar mempunyai 8 tipe. Kedelapan tipe ini bertingkat- ada hirarki dalam masing-masing tipe. Setiap tipe belajar merupakan prasyarat bagi tipe belajar di atasnya. Tipe belajar dikemukakan oleh Gagne pada hakekatnya merupakan prinsip umum baik dalam belajar maupan mengajar. Artinya, dalam mengajar atau Geografi SMA K - 10
29
membimbing siswa belajarpun terdapat tindakan sebagaimana tingkatan belajar tersebut di atas. Kedelapan tipe belajar itu adalah : (1) belajar isyarat (signal learning), (2) belajar stimulus (stimulus respons learning), (3) rantai atau rangkaian (Chaining learning) (4) asosiasi verbal (Verbal association), (5) belajar diskriminasi (Discrimination learning), (6) belajar konsep (Concept learning), (7) belajar aturan (Rule learning), (8) memecahkan masalah (problem solving)
e) Teori Konstruktivis Menurut
Piaget
(Deti,
2012),
pendekatan
kontruktivisme
merupakan landasan berfikir pendekatan kontekstual, yaitu bahwa pendekatan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak dengan tiba-tiba. Kelebihan pendekatan konstruktivisme ialah peserta didik berpeluang membina pengetahuan secara aktif melalui proses saling pengaruh antara
pembelajaran
terdahulu
dengan
pembelajaran
terbaru.
Pembelajaran terdahulu dikaitkan dengan pembelajaran terbaru. Keterkaitan ini dibina sendiri oleh peserta didik. Menurut teori konstruktivisme, konsep-konsep yang dibina pada struktur kognitif seseorang akan berkembang dan berubah apabila ia mendapat pengetahuan atau pengalaman baru. Seseorang akan dapat membina konsep dalam struktur kognitifnya dengan menghubungkan pengetahuan baru dengan pengetahuan yang ada padanya. Pendekatan
konstruktivisme
sangat
penting
dalam
proses
pembelajaran kerana belajar digalakkan untuk membina konsep sendiri dengan menghubungkan/mengkaitkan permasalahan yang dipeserta didiki dengan pengetahuan yang sedia ada pada mereka. Dalam proses ini, peserta didik dapat meningkatkan pemahaman mereka tentang sesuatu perkara.
f) Contextual Teaching and Learning
Geografi SMA K - 10
30
Contextual teaching and learning adalah model pembelajaran yang lahir dari pemikiran konstruktivis, Model pembelajaran ini memberikan pemikiran bahwa anak akan lebih baik jika lingkungan di ciptakan alamiah. Belajar akan lebih bermakna jika anak „mengalami‟ apa yang dipeserta didikinya, bukan „mempengaruhi‟-nya. Berlatar belakang bahwa peserta didik belajar lebih bermakna melalui kegiatan mengalami sendiri dalam lingkungan alamiah, tidak hanya
sekedar
mengetahui,
mengingat,
dan
memahami
saja.
Pembelajaran tidak hanya berorientasi pada target penguasaan materi, yang akan gagal dalam membekali peserta didik untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya. Dengan demikian, proses pembelajaran lebih diutamakan dari pada hasil belajar sehingga guru dituntut untuk merencanakan strategi pembelajaran yang variatif dengan prinsip membelajarkan, memberdayakan peserta didik, bukan mengajar peserta didik Dalam
pembelajaran
kontekstual,
guru
memilih
konteks
pembelajaran yang tepat bagi peserta didik dengan cara mengaitkan pembelajaran dengan kehidupan nyata, lingkungan di mana anak hidup dan berada, serta dengan budaya yang berlaku dalam masyarakatnya (Borko dan Putnam, 20011). Pemahaman, penyajian ilmu pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang ada dalam materi dikaitkan dengan apa yang dipeserta didiki dalam kelas dan dengan kehidupan sehari-hari (Dirjen Dikdasmen, 2001). Dengan memilih konteks secara tepat, maka peserta didik dapat diarahkan kepada
pemikiran
agar
tidak
hanya
berkonsentrasi
dalam
pembelajaran di lingkungan kelas saja tetapi diajak untuk mengaitkan aspek-aspek yang benar-benar terjadi dalam kehidupan mereka sehari-hari, masa depan mereka, dan lingkungan masyarakat luas. Dalam kelas dengan pendekatan kontekstual, tugas guru adalah membantu peserta didik dalam mencapai tujuannya. Guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada memberi informasi. Guru bertugas mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk merumuskan, menemukan sesuatu yang baru bagi kelas yang dapat berupa pengetahuan, keterampilan dari hasil “menemukan sendiri” dan bukan dari “apa kata guru”. Geografi SMA K - 10
31
Penggunaan pembelajaran kontekstual memiliki potensi tidak hanya untuk mengembangkan ranah pengetahuan dan keterampilan proses, tetapi juga untuk mengembangkan sikap, nilai, serta kreativitas peserta didik dalam memecahkan masalah yang terkait dengan kehidupan mereka sehari-hari melalui interaksi dengan sesama teman, misalnya
melalui
pembelajaran
kooperatif,
sehingga
juga
mengembangkan ketrampilan sosial (social skills) (Dirjen Dikmenum, 2002). Lebih lanjut Schaible, Klopher, dan Raghven, dalam Joyce-Well (2000) menyatakan bahwa pendekatan kontekstual melibatkan peserta didik dalam masalah yang sebenarnya melalui dengan menghadapkan anak
didik
pada
bidang
penelitian
akan
membantu
mereka
mengidentifikasi masalah yang konseptual atau metodologis dan mengajak mereka untuk merancang cara dalam mengatasi masalah. Berikut adalah pilar pendekatan pembelajaran kontekstual atau contextual teaching and learning. (1) Konstruktivisme (Constructivism) Konstruktivesme
merupakan
landasan
berpikir
(filosofi)
pendekatan pembelajaran kontekstual, yaitu bahwa pengetahuan bukanlah seperangkat fakta, konsep atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Peserta didik perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya dan bergelut dengan ide-ide. Peserta didik harus mengkonstruksikan pengetahuan di benak mereka sendiri bukan menerima informasi dari guru secara instan. Dengan dasar itu, maka
pembelajaran
harus
dikemas
menjadi
proses
”mengkonstruksi” bukan “menerima” pengetahuan. Dalam proses pembelajaran, peserta didik membangun sendiri pengetahuan mereka melalui keterlibatan aktif dalam proses belajar dan mengajar. Peserta didik menjadi pusat kegiatan, bukan guru yang menjadi pusat kegiatan. Dalam pandangan konstruktivisme, strategi memperoleh lebih diutamakan
dibandingkan
seberapa
banyak
peserta
didik
memperoleh dan mengingat pengetahuan. Untuk itu, tugas seorang guru adalah menfasilitasi proses tersebut dengan: (a) Menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan bagi peserta didik; Geografi SMA K - 10
32
(b) Memberi
kesempatan
peserta
didik
menemukan
dan
menerapkan idenya sendiri; dan (c) Menyadarkan peserta didik agar menerapkan strategi mereka sendiri dalam belajar. (2) Inkuiri (Inquiry) Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh peserta didik diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri. Pembelajaran berdasarkan inkuiri mendorong seluruh pikiran dan tubuh untuk bersam-sama aktif baik di dalam maupun di luar kelas. Guru harus selalu merancang kegiatan yang merujuk pada kegiatan menemukan, apapun materi yang diajarkan. Misalnya topik mengenai macam-macam kebutuhan hidup manusia, sudah saatnya ditemukan sendiri oleh peserta didik, bukan menurut buku atau menurut guru. Siklus inkuiri yang dapat membantu peserta didik menemukan sendiri pengetahuannya tetapi hal ini sekali lagi bukan dogma yang harus diikuti dengan kaku. Siklus inkuiri tersebut adalah melalui kegiatan: (a) Merumuskan masalah; (b) Mengamati atau melakukan observasi; (c) Menganalisis dan menyajikan hasil dalam
tulisan, gambar,
laporan, bagan, tabel dan karya lainnya; (d) Mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya pada pembaca, teman sekelas, guru, atau audien yang lain; (e) Mengevaluasi hasil temuan bersama.
(3) Bertanya (Questioning) Pengetahuan yang dimiliki seseorang selalu bermula dari bertanya.
Bertanya
merupakan
strategi
utama
dalam
pembelajaran berbasis kontekstual. Bertanya dalam pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berpikir peserta didik. Bagi peserta didik, kegiatan
bertanya
merupakan
bagian
penting
dalam
melaksanakan pembelajaran yang berbasis inquiri, yaitu menggali Geografi SMA K - 10
33
informasi, mengkonfirmasikan apa yang sudah diketahui dan mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahuinya. Dalam segala aktivitas belajar, questioning dapat diterapkan: antara peserta didik dengan peserta didik, antara guru dengan peserta didik, antara peserta didik dengan guru, antara peserta didik dengan orang lain dan sebagainya Dalam pembelajaran yang produktif, kegiatan bertanya berguna untuk: (a) Menggali informasi, baik administrasi maupun akademis; (b) Mengecek pemahaman peserta didik; (c) Membangkitkan respon peserta didik; (d) Mengetahui sejauhmana keingintahuan peserta didik; (e) Mengetahui hal-hal yang sudah diketahui peserta didik; (f) Menfokuskan perhatian peserta didik pada sesuatu yang dikehendaki guru; (g) Untuk membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari peserta didik; (h) Untuk menyegarkan kembali pengetahuan peserta didik. (4) Masyarakat Belajar (Learning Community) Konsep masyarakat belajar adalah hasil pembelajaran yang diperoleh dari kerjasama dengan orang lain. Misalnya seorang yang belum bisa memperkecil atau memperbesar peta dapat dibantu
oleh
teman
yang
sudah
bisa
membuat
dengan
menunjukkan cara membuatnya. Kedua orang tersebut sudah membentuk masyarakat belajar (learning community) Dalam kelas dengan pendekatan pembelajaran kontekstual, guru disarankan selalu melaksanakan pembelajaran dalam kelompok-kelompok belajar. Peserta didik dibagi dalam kelompokkelompok yang anggotanya heterogen. Peserta didik yang pandai mengajari yang lemah, yang sudah tahu memberi tahu yang belum tahu, dan seterusnya. Belajar yang baik adalah bersifat sosial, lebih lebih untuk mata peserta didikan Ilmu Pengetahuan Sosial yang di dalamnya termasuk mata peserta didikan Sosiologi.. Model pembelajaran dengan teknik “Learning community” sangat membantu proses pembelajaran di kelas. Prakteknya dalam pembelajaran terwujud dalam: (a) Geografi SMA K - 10
Pembentukan kelompok kecil; 34
(b)
Pembentukan kelompok besar;
(c)
Mendatangkan “ahli” ke kelas (tokoh, olahragawan, dokter, perawat, petani, pengurus organisasi, polisi, tukang kayu dan sebagainya);
(d)
Bekerja dengan kelas sederajat;
(e)
Bekerja kelompok dengan kelas di atasnya;
(f)
Bekerja dengan masyarakat.
(5) Pemodelan (Modelling) Dalam sebuah pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu, ada model yang bisa ditiru. Model itu bisa berupa tokohtokoh masyarakat yang diceritakan dalam pembelajaran atau cara berinteraksi sesuai norma masyarakat. Dengan demikian, guru memberi model tentang “bagaimana cara belajar”. Model berarti contoh artinya tidak ada satu cara terbaik. Kepatuhan pada satu model “harus ini” atau “harus itu” sebaiknya diganti dengan “boleh ini atau itu”. Yang penting bahwa peserta didik dapat bertanggung jawab atas pilihannya. Dalam pendekatan kontekstual, guru bukan satu-satunya model, model dapat dirancang dengan melibatkan peserta didik. Seorang peserta didik bisa ditunjuk untuk memberi contoh temannya melafalkan suatu kata dan bagaimana contoh praktek pemodelan di kelas. Beberapa contoh yang dapat dijadikan model dalam pembelajaran antara lain: (a) Peserta didik yang berperan sebagai seorang pedagang; (b) Gambar berbagai pakaian dan rumah adat, senjata dan alat musik tradisional di indonesia; (c) Tulisan prasasti dari beberapa kerajaan di indonesia; (d) Teks proklamasi dan cara proklamator membacanya. (6) Refleksi (Reflection) Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipeserta didiki atau berpikir ke belakang tentang apa yang sudah di lakukan di masa lalu. Refleksi merupakan respon terhadap kejadian, aktivitas atau pengetahuan yang baru diterima. Misalnya, ketika peserta didikan berakhir, peserta didik merenung” Kalau begitu, cara saya membeli jajan di kantin selama ini salah, Geografi SMA K - 10
35
mestinya dengan cara yang baru saya peserta didiki, saya antri membeli berdasarkan kedatangan” Pengetahuan diperoleh melalui proses, pengetahuan dimiliki peserta didik diperluas melalui konteks pembelajaran yang kemudian diperluas sedikit demi sedikit. Guru membantu peserta didik membuat hubungan-hubungan antara pengetahuan yang dimiliki sebelumnya dengan pengetahuan yang baru. Dengan demikian peserta didik merasa memperoleh sesuatu yang berguna bagi dirinya tentang apa yang baru dipeserta didikinya. Kegiatan mengevaluasi diri sendiri baik dilakukan karena merupakan siklus kehidupan yang nyata. Mengalami, umpan balik, dan berusaha kembali berkali-kali akan lebih efektif daripada jika peserta didik dibiarkan memahami pengetahuan secara sepotongsepotong dan mengandalkan penilaian dari orang lain (guru). (7) Penilaian otentik (Authentic Assessment) Penilaian otentik adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar peserta didik. Gambaran perkembangan belajar peserta didik perlu diketahui oleh guru agar bisa memastikan bahwa peserta didik mengalami proses pembelajaran dengan benar. Atau dengan kata lain penilaian otentik adalah penilaian yang sebenarnya. Apabila data yang dikumpulkan guru teridentifikasi bahwa peserta didik mengalami kemacetan dalam belajar, maka guru segera bisa mengambil tindakan yang tepat dan benar sehingga peserta didik terbebas dari kemacetan belajar. Gambaran tentang kemajuan belajar diperlukan di sepanjang proses pembelajaran, sehingga penilaian tidak hanya dilakukan di akhir periode belajar (semester). Pembelajaran dilakukan bersama secara selaras terintegrasi (tidak terpisahkan) dari kegiatan pembelajaran. Berikut karakteristik dari penilaian otentik adalah:
Geografi SMA K - 10
36
(a) Dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung; (b) Bisa digunakan untuk formatif maupun sumatif; (c) Yang diukur keterampilan dan performansi, buka mengingat fakta; (d) Berkesinambungan; (e) Terintegrasi; (f) Dapat digunakan sebagai feed back. Penilaian otentik menjadi diperlukan untuk pendidikan jaman sekarang dengan mengingat proses-proses di atas dibandingkan dengan penilaian tradisional yang mengandalkan paper and pencil test. Materi dan presentasi tetap perlu, namun itu semua digunakan untuk mendukung pengalaman belajar peserta didik bukan untuk menggantikannya. Penilaian yang berbasis pengalaman seperti karya peserta didik, demonstrasi, laporan, jurnal, portofolio menjadi bukti kongkrit yang sesungguhnya/otentik tentang apa yang sudah dimiliki atau dikuasai peserta didik.
3)
Langkah-langkah Pengembangan Model-Model Pembelajaran Dalam
sistem
pengembangan
pembelajaran,
model
biasanya
menggambarkan langkah-langkah atau prosedur yang perlu ditempuh untuk menciptakan aktivitas pembelajaran yang efektif, efisien, dan menarik. Sistem pembelajaran dapat diibaratkan sebagai proses produksi yang terdiri atas bagian input-proses-output, yang saling terintegrasi. Dengan
demikian,
pembelajaran
suatu
model
dalam
pengembangan
adalah suatu proses yang sistematik dalam kerangka
desain, konstruksi, pemanfaatan, pengelolaan, dan evaluasi sistem pembelajaran. Mengacu pada pengertian pengembangan pembelajaran, maka diperlukan sekurang-kurangnya lima kriteria yang harus dipenuhi dalam model pembelajaran yaitu mempunyai tujuan, keserasian dengan tujuan, sistematik, mempunyai kegiatan evaluasi, dan menyenangkan. Menurut Atwi Suparman (Fadli, 2011), bahwa langkah-langkah pengembangan model pembelajaran terdiri atas 3 tahap, yaitu tahap mengidentifikasi, mengembangkan, dan mengevaluasi serta memperbaiki. Geografi SMA K - 10
37
Secara rinci tahap tersebut seperti dalam matrik berikut. Tahapan Pengembangan Model Pembelajaran Tahap
Kegiatan
Tahap Mengidentifikasi
1. Mengidentifikasi kebutuhan instruksional dan menulis tujuan instruksional umum 2. Melakukan analisis instruksional Mengidentifikas perilaku dan karakteristik siswa
Tahap
1. Menulis tujuan instruksional
Mengembangkan
khusus 2. Menulis tes acuan patokan 3. Menyusun strategi instruksional 4. Mengembangkan bahan instruksional
Tahap
Mengevaluasi
1. Mendesain
dan Merevisi
dan
melaksanakan
evaluasi formatif yang termasuk di dalamnya kegiatan merevisi
Keterangan tahap di atas sebagai berikut. a)
Tahap Mengidentifikasi (1) Mengidentifikasi
Kebutuhan
Pembelajaran
dan
Menulis
Tujuan Pembelajaran `
Tahap mengidentifikasi merupakan suatu proses untuk
menentukan kesenjangan yang terjadi dalam pembelajaran dan merumuskan dalam tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. (2) Melakukan Analisis Pembelajaran Analisis pembelajaran adalah proses menjabarkan perilaku umum menjadi perilaku khusus yang tersusun secara logis dan sistematis.
Kegiatan tersebut dilakukan untuk mengidentifikasi
perilaku-perilaku khusus yang dapat menggambarkan perilaku umum secara terperinci. Perilaku-perilaku khusus disusun sesuai dengan kedudukannya, misalnya kedudukannya sebagai perilaku prasyarat, perilaku yang menurut urutan gerakan fisik berlangsung Geografi SMA K - 10
38
lebih dulu, perilaku yang menurut proses psikologi muncul lebih dulu atau secara kronologis terjadi lebih awal. (3) Mengidentifikas Perilaku dan Karakteristik Peserta Didik Mengidentifikasi perilaku awal peserta didik dimaksudkan untuk mengetahui siapa kelompok sasaran, populasi sasaran, serta sasaran didik dari kegiatan pembelajaranl. Istilah tersebut digunakan untuk menanyakan siswa yang mana atau siswa sekolah apa, serta sejauh mana pengetahuan dan keterampilan yang telah mereka miliki sehingga dapat mengikuti peserta didikan tersebut. Langkah selanjutnya mengidentifikasi karakteristik siswa yang
berhubungan
dengan
keperluan
pengembangan
pembelajaran. Informasi yang dikumpulkan terbatas kepada karakteristik
siswa
yang
ada
manfaatnya
dalam
proses
pengembangan pembelajaran. Misalnya minat siswa, kemampuan siswa dalam membaca, atau informasi lain yang berhubungan dengan pengembanganpembelajaran. b) Tahap Pengembangan (1) Menulis Tujuan Instruksional (Pembelajaran). Tujuan pembelajaran dirumuskan dalam bentuk kata kerja yang dapat dilihat mata (observable) karena menjadi acuan bagi penyusun tes. Biasanya rumusan tujuan pembelajaran dikenal dengan ABCD berasal dari kata A = Audience, adalah siswa B = Behavior, adalah perilaku spesifik C = Condition, adalah kondisi D = Degree.
adalah tingkat keberhasilah siswa dalam mencapai perilaku tersebut.
(2)
Menulis Tes Acuan Patokan Tes acuan patokan dimaksudkan untuk mengukur tingkat penguasaan setiap siswa terhadap perilaku yang tercantum dalam tujuan pembelajaran.
(3)
Geografi SMA K - 10
Menyusun Strategi Instruksional
39
Strategi pembelajaran dalam menyampaikan materi atau isi peserta didikan harus secara sistematis, sehingga kemampuan yang diharapkan dapat dikuasi oleh siswa secara efektif dan efisien. (4)
Mengembangkan Bahan Pembelajaran Pemilihan format media dalam pembelajaran virtual kadangkadang tidak sesuai dalam pratek, walaupun secara teori telah dilakukan dengan benar. Untuk itu diperlukan kompromi untuk mendapatkan
produk
pembelajaran
yang
sesuai
dengan
lingkungan belajar. c)
Tahap Mengevaluasi dan Merevisi (1) Mendesain dan Melaksanakan Evaluasi Formatif Evaluasi formatif bertujuan untuk menentukan apa yang harus ditingkatkan atau direvisi agar produk lebih efektif dan lebih efisien. Selain itu, evaluasi formatif sebagai proses mnyediakan dan menggunakan informasi untuk dijadikan dasar pengambilan keputusan dalam rangka meningkatkan kualitas produk atau program pembelajaran.
Langkah-langkah pengembangan model pembelajaran menurut Mustaji (2005), dalam tulisannya beliau menuangkannya ke dalam 5 tahap sebagai berikut. a)
Tahap identifikasi, Pada tahap identifikasi ada 3 kegiatan yang dilakukan, yaitu melakukan kajian teoritis melalui studi pustaka atau literature, melakukan kajian empiris melalui observasi di kelas, dan menuliskan kondisi nyata di kelas/lapangan.
b) Tahap Desain Pada tahap desain kegiatan yang dilakukan meliputi kegiatan mengidentifikasi kemampuan awal, merumuskan tujuan pembelajaran, mengorganisasikan isi bidang studi, dan melakukan studi kelayakan. Pada tahap desain ini, Willis (2000) menganjurkan agar pengembang membentuk tim partisipasi (team partisipatory).
c)
Tahap pengembangan
Geografi SMA K - 10
40
Pada tahap Pengembangan dilakukan kegiatan penerjemahan spesifikasi desain ke dalam bentuk fisik/produk. Ada 2 kategori komponen produk yang dikembangkan pada tahap ini, yaitu model pembelajaran berbasis masalah dengan pola belajar kolaborasi dan perangkat pembelajaran yang terdiri atas silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran, bahan pembelajaran, lembar tugas, dan lembar penilaian pembelajaran. d) Tahap uji coba Pada tahap ini terdiri atas 3 tahap kegiatan yaitu uji individu, uji kelompok, dan uji lapangan. Ketiga tahapkegiatan tersebut selalu diawali dengan review oleh ahli, yaitu
ahli pembelajaran dan ahli isi bidang studi
(konten), dan ahli media pembelajaran. Ahli isi bidang studi, diharapkan dapat memberikan masukan tentang kebenaran isi, kekinian, dan organisasi isi bidang studi. e)
Tahap desiminasi Pada tahap desiminasi dilakukan penyusunan laporan hasil kegiatan pengembangan. Laporan tersebut diseminarkan yang dihadiri oleh
para
ahli
isi bidang
studi sosiologi,
teknisi
pembelajaran, teknolog pembelajaran, teknolog pembelajaran, dan ahli penilaian pembelajaran, dan para pengambil kebijakan dalam bidang pembelajaran. Kegiatan lain adalah menyajikan hasil pengembangan dalam suatu jurnal pendidikan. Hal yang perlu ditegaskan dalam konteks pengembangan model pembelajaran di sini, bahwa produk model pembelajaran yang dihasilkan, kemungkinan hanya sesuai diimplementasikan pada konteks lokal, dimana latar pengembangan ini didesain dan dikembangkan. Lokal dalam pengertian kontekstual (ruang, waktu, kasus, masalah, isi bidang studi), sehingga produk model hasil pengembangan tidak dapat digeneralisasikan untuk semua latar. Mengacu pada berbagai pendapat tentang langkah-langkah pengembangan model pembelajaran, disimpulkan bahwa produk model yang dikembangkan itu didasarkan pada masalah dalam Geografi SMA K - 10
41
pembelajaran, menggunakan hasil penelitian yang relevan untuk mengembangkan produk, melakukan uji coba produk dan uji lapangan, melakukan revisi sesuai kriteria dan tujuan yang telah ditentukan yaitu tidak menguji teori, namun mengembangkan dan menyempurnakan produk, dan produk yang dihasilkan bermanfaat
untuk
perbaikan/peningkatan
kualitas
pembelajaran. Berdasarkan
bebrapa
referensi
di
atas,
maka
pemgembangan model pembelajaran yang dilatihkan dalam diklat dengan modul ini menyesuaikan dengan kondisi dan tuntutan kebutuhan lapangan. Penyederhanaan langkah-langkah pengembangan model pembelajaran dalam pelatihan menjadi sedemikian rupa, yaitu: a) Tahap identifikasi teori yang melandasi pengembangan model pembelajaran. b) Tahap mengidentifikasi
model-model pembelajaran yang
telah diterapkan di kelas, yaitu berdasarkan pengalaman peserta mengajar. c) Tahap permasalahan penerapan model-model pembelajaran di
kelas
berdasarkan
teori
pengembangan
model
pembelajaran d) Tahap mengidentifikasi model pembelajaran yang sesuai kebutuhan e) Tahap menentukan
model pembelajaran yang sesuai
kebutuhan. f) Tahap merancang/membuat model pembelajaran g) Tahap ujicoba model pembelajaran h) Tahap evaluasi model dan revisi.
d.
Aktivitas Pembelajaran 1)
Pembelajaran diawali dengan penyampaian tujuan pembelajaran, yaitu melalui
kegiatan
diskusi
peserta
diklat
dapat
menganalisis
dan
menentukan kebutuhan model pembelajaran
Geografi SMA K - 10
42
2)
Peserta secara mandiri untuk membaca beberapa referensi tentang teoriteori pembelajaran
3)
Peserta secara berkelompok diminta membuat resume tentang teori-teori belajar sebagai dasar pengembangan model pembelajaran dengan bantuan format berikut untuk menuangkannya. Format Resume Teori-Teori Belajar No.
Teori –Teori Belajar
Deskripsi Ringkas
1.
Teori Behaviouristik
…..
2.
Teori …
….
3 4 5
4)
Peserta secara berkelompok mengidentifikasi model-model pembelajaran yang telah diterapkan dalam kelas
5)
Peserta secara berkelompok mengidentifikasi permasalahan yang dialami dalam menerapkan model pembelajaran tersebut di kelas.
Format Identifikasi Model yang Diterapkan dan Permasalahannya
No.
1
Model yang Pernah Permasalahan
dalam
Diterapkan
Penerapan
Make a match
Peserta lambat memasangkan jawaban
6)
Peserta secara berkelompok menganalisis kesenjangan yang terjadi antara teori belajar dengan permasalahan dalam menerapkan model yang dialami (kondisi nyata).
Geografi SMA K - 10
43
Format Analisis Kesenjangan Pembelajaran No.
Kondisi Nyata (Permasalahan) dalam
1.
Pembelajaran
Teori Pendukung
Saat menggunakan model
Peserta tidak belajar secara
Make a Match, peserta
alamiah tetapi hanya atas
didik lambat dalam
dasar perintah dan
mencari pasangan
berorientasi target hasil.
pertanyaan dengan
Tidak ada reinforcement
jawaban.
Tidak ada reward Kurang stimulus
7)
Peserta secara berkelompok mengidentifikasi model-model pembelajaran yang dapat menjembatani kesenjangan/gap yang mereka alami di kelas Format Identifikasi Model-Model Pembelajaran yang Sesuai Permasalahan
No.
Model-Model
Kondisi
Solusi/rasional
Pembelajaran
kesenjangan yang diantisipasi
1.
Make a match
Respon
dalam Membuat
mencari
rwward
bagi
pasangan antara yang tercepat pertanyaan
dalam
dengan jawaban
memasangkan pertanyaan dengan jawaban
Geografi SMA K - 10
44
8)
Peserta secara berkelompok merumuskan dan menetapkan model pengembangan yang sesuai dengan kebutuhan di kelas
9)
Klarifikasi hasil diskusi kelompok oleh fasilitator
10) Refleksi
a.
Latihan/Kasus/Tugas Berikan jawaban pada soal-soal berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan Ibu/Bapak terhadap materi yang telah dipelajari. Jelaskan pandangan Piaget dan Vigotsky yang menekankan adanya hakikat sosial dalam belajar, sehingga mereka menyarankan untuk menggunakan kelompok-kelompok belajar!
b.
Rangkuman Pengembangan model pembelajaran tidak lepas dari teori-teori belajar . Pengembangan model dalam rangka memenuhi kebutuhan/ permasalahan yang ditemui guru dalam pembelajaran dan ingin ditingkatkan menjadi lebih baik. Pengembangan model pembelajaran juga diperoleh dari hasil sebuah rumusan melalui tahapan-tahapan pengembangan yang mengarah pada inovasi pembelajaran.
c.
Umpan Balik dan Tindak Lanjut
Geografi SMA K - 10
45
Setelah kegiatan pembelajaran,Bapak/ Ibu dapat meberikan umpan balik dengan menjawab pertanyaan berikut ini : 1) Apa yang Ibu/Bapak pahami setelah menganalisis dan menentukan kebutuhan model pembelajaran? 2)
Pengalaman penting apa yang Ibu/Bapak peroleh setelah menganalisis dan menentukan kebutuhan model pembelajaran?
3)
Apa manfaat kegiatan menganalisis dan menentukan kebutuhan model pembelajaran terhadap tugas Ibu/Bapak?
4)
Apa rencana tindak lanjut Ibu/Bapak setelah kegiatan pelatihan ini?
2. Kegiatan Belajar 2.
Merancang dan Pembuatan Model Pembelajaran (3 JP)
a. Tujuan Melalui kegiatan diskusi, peserta diklat dapat merancang model pembelajaran dan pembuatannya b. Indikator Pencapaian Kompetensi 1)
Menyusun rancangan pengembangan model pembelajaran
2)
Membuat produk berupa model pembelajaran
3)
Melakukan uji coba produk model hasil pengembangan
4)
Mengevaluasi produk hasil model pengembangan
5)
Merevisi produk berupa model pembelajaran
c. Uraian Materi 1)
Konsep Model Model adalah sesuatu yang menggambarkan adanya pola berpikir. Sebuah model biasanya menggambarkan keseluruhan konsep yang saling berkaitan. Model juga dapat dipandang sebagai upaya dan untuk mengkonkretkan sebuah teori sekaligus Modul merupakan sebuah analogi dan representasi dari variabel-variabel yang terdapat di dalam teori tersebut. Menurut Robins, “A model is an abstraction of reality; a simplified representation of some real-world phenomenon.”.
Maksud dari definisi
tersebut, bahwa model merupakan representasi dari beberapa fenomena yang ada di dunia nyata. Model adalah representasi suatu proses dalam Geografi SMA K - 10
46
bentuk grafis dan/atau naratif dengan menunjukkan unsur-unsur utama serta strukturnya. Dalam hal ini dimungkinkan penafsiran model naratif ke dalam bentuk grafis, atau sebaliknya. Berdasarkan definisi-definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa model merupakan suatu proses pola pikir dan komponen-komponen yang terdapat di dalamnya, yang direpresentasikan dalam bentuk grafis dan/atau naratif. 2)
Langkah-langkah Pengembangan Model-Model Pembelajaran Dalam
sistem
pengembangan
pembelajaran,
model
biasanya
menggambarkan langkah-langkah atau prosedur yang perlu ditempuh untuk menciptakan aktivitas pembelajaran yang efektif, efisien, dan menarik. Sistem pembelajaran dapat diibaratkan sebagai proses produksi yang terdiri atas bagian input-proses-output, yang saling terintegrasi. Dengan
demikian,
pembelajaran
suatu
model
dalam
pengembangan
adalah suatu proses yang sistematik dalam kerangka
desain, konstruksi, pemanfaatan, pengelolaan, dan evaluasi sistem pembelajaran. Mengacu pada pengertian pengembangan pembelajaran, maka diperlukan sekurang-kurangnya lima kriteria yang harus dipenuhi dalam model pembelajaran yaitu mempunyai tujuan, keserasian dengan tujuan, sistematik, mempunyai kegiatan evaluasi, dan menyenangkan. Menurut
Atwi
Suparman
(2004),
bahwa
langkah-langkah
pengembangan model pembelajaran terdiri atas 3 tahap, yaitu tahap mengidentifikasi, mengembangkan, dan mengevaluasi serta memperbaiki. Langkah-langkah
pengembangan
model
pembelajaran
menurut
Mustaji (2015), dalam tulisannya beliau menuangkannya ke dalam 5 tahap sebagai berikut. a)
Tahap identifikasi, Pada tahap identifikasi ada 3 kegiatan yang dilakukan, yaitu melakukan kajian teoritis melalui studi pustaka atau literature, melakukan kajian empiris melalui observasi di kelas, dan menuliskan kondisi nyata di kelas/lapangan.
b) Tahap Desain
Geografi SMA K - 10
47
Pada tahap desain kegiatan yang dilakukan meliputi kegiatan mengidentifikasi kemampuan awal, merumuskan tujuan pembelajaran, mengorganisasikan isi bidang studi, dan melakukan studi kelayakan. Pada tahap desain ini, Willis (dalam Deti, 2012) menganjurkan agar pengembang membentuk tim partisipasi (team partisipatory). c)
Tahap pengembangan Pada
tahap
Pengembangan
dilakukan
kegiatan
penerjemahan
spesifikasi desain ke dalam bentuk fisik/produk. Ada 2 kategori komponen produk yang dikembangkan pada tahap ini, yaitu model pembelajaran berbasis masalah dengan pola belajar kolaborasi dan perangkat pembelajaran yang terdiri atas silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran, bahan pembelajaran, lembar tugas, dan lembar penilaian pembelajaran. d) Tahap uji coba Pada tahap ini terdiri atas 3 tahap kegiatan yaitu uji individu, uji kelompok, dan uji lapangan. Ketiga tahapkegiatan
tersebut selalu
diawali dengan review oleh ahli, yaitu ahli pembelajaran dan ahli isi bidang studi (konten), dan ahli media pembelajaran. Ahli isi bidang studi, diharapkan dapat memberikan masukan tentang kebenaran isi, kekinian, dan organisasi isi bidang studi. e)
Tahap desiminasi Pada tahap desiminasi dilakukan penyusunan laporan hasil kegiatan
pengembangan.
Laporan
tersebut
diseminarkan
yang dihadiri oleh para ahli isi bidang studi
d. Aktivitas Pembelajaran 11) Pembelajaran diawali dengan penyampaian tujuan pembelajaran, yaitu melalui kegiatan diskusi peserta diklat dapat menyusun rancangan dan membuat produk model pembelajaran 12) Peserta secara berkelompok diminta mencermati kembali hasil tugastugas di kegiatan 1. 13) Peserta secara berkelompok menyusun rancangan model pembelajaran yang telah ditetapkan pada kegiatan pembelajaran 1. 14) Penyusunan rancangan dapat menggunakan sistematika sebagai berikut.
Geografi SMA K - 10
GRAND DESIGN PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN A. Judul Model Pembelajaran: B. Rasional Pengembangan Model (Dasar teori yang digunakan,
48
15) Hasil rancangan dipresentasikan dan ditanggapi kelompok lain untuk dikaji draft produk berupa model baik dari aspek konten, teknis, maupun bahasa. 16) Setelah selesai pengkajian draft produk, maka setiap kelompok merevisi sehingga menjadi sebuah produk berupa naskah pengembangan model pembelajaran. 17) Setiap kelompok membuat perencanaan kegiatan ujicoba produk model pembelajaran, dimana ujicoba dapat dilakukan langsung di sekolah sendiri, sekolah lain, atau melalui simulasi dalam pelatihan. 18) Peserta secara berkelompok membuat erencanaan kegiatan ujicoba produk
model
pembelajaran
dengan
terlebioh
dahulu
menyusun
instrumen uji produk 19) Selanjutnya menyusun perencanaan teknis pelaksanaan uji produk menggunakan format berikut. No
Hari,
Bahan/Alat/Sumber
Person
Perkiraa
.
Waktu, dan
/ Media yang
yang terlibat
n Biaya
Geografi SMA K - 10
49
Tempat
diperlukan
ujicoba
20) Peserta
secara
dan Peranannya
berkelompok
melakukan
ujicoba
sesuai
dengan
perencanaannya. Selama kegiatan ujicoba, dilakukan pemantauan keterlaksanaan rancangan model pembelajaran dengan menggunakan instrumen ujicoba produk. 21) Setelah ujicoba produk dilakukan, hasilnya
dipresentasikan dan
ditanggapi kelompok lain untuk memberikan masukan perbaikan baik dari aspek konten, teknis, dan bahasa. 22) Peserta secara berkelompok melakukan revisi terhadap produk yang telah diujicoba dan dievaluasi berdasarkan masukan-masukan perbaikan. 23) Pembelajaran pengembangan model pembelajaran diakhiri dengan klarifikasi dari fasilitator. 24) Refleksi. e.
Latihan/Kasus/Tugas Berikan jawaban pada soal-soal berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan Ibu/Bapak terhadap materi yang telah dipelajari!
Geografi SMA K - 10
50
Berikan pendapat Ibu/Bapak jika dalam pengembangan model pembelajaran setelah diujicobakan dan dievaluasi dinyatakan lebih banyak kelemahankelemahan dari pada keunggulannya!
f.
Rangkuman Pengembangan model pembelajaran tidak lepas dari teori-teori belajar . Pengembangan model dalam rangka memenuhi kebutuhan/ permasalahan yang ditemui guru dalam pembelajaran dan ingin ditingkatkan menjadi lebih baik. Pengembangan model pembelajaran juga didapat dari hasil sebuah rumusan yang mengarah pada inovasi pembelajaran.
d.
Umpan Balik dan Tindak Lanjut Setelah kegiatan pembelajaran,Bapak/ Ibu dapat melakukan umpan balik dengan menjawab pertanyaan berikut ini : 1) Apa yang Ibu/Bapak pahami setelah merancang dan membuat? 2)
Pengalaman penting apa yang Ibu/Bapak peroleh setelah merancang dan membuat model pembelajaran?
3)
Apa manfaat
setelah merancang dan membuat terhadap tugas
Ibu/Bapak? 4)
e.
Apa rencana tindak lanjut Ibu/Bapak setelah kegiatan pelatihan ini?
Kunci Jawaban Kegiatan pengembangan model terus dilakukan dengan memperhatikan kelemaham-kelemahan yang ditunjukkan dari hasil ujicoba dan evaluasi. Lakukan penelaahan secara komprehensif mulai dari perancangan hingga ujicoba. Pengembangan model terus dilakukan dengan tidak ada batasan waktu sehingga upaya peningkatan kualitas pembelajaran dapat tercapai.
Geografi SMA K - 10
51
BAGIAN 2: PEMBELAJARAN B. BAB II INOVASI PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN 1.
Kegiatan Belajar 1. Inovasi Pengembangan Media Pembelajaran Geografi a. Indikator Pencapaian Kompetensi 1) menganalisi kriteria pemilihan media pembelajaran 2) melalui praktik peserta dapat mengembangan media pembelajaran
b.
Uraian Materi 1) Peranan Media Pembelajaran Media pembelajaran bukan hanya sekedar alat bantu belaka, melainkan
sebagai media penyalur pesan pembelajaran dalam bentuk audio dan visual dari pemberi pesan (guru, instruktur, tutor, penulis, dan lain-lain) ke penerima pesan (peserta didik/warga belajar). Sebagai pembawa pesan, media pembelajaran tidak hanya digunakan untuk membantu si pembuat pesan (guru, instruktur, dan lain-lain), tetapi yang lebih penting lagi bahwa media pembelajaran dapat digunakan atau dimanfaatkan oleh sasaran didik. Oleh karena itu, sebagai penyalur pesan media pembelajaran harus mampu mewakili pendidik menyampaikan informasi secara lebih teliti, jelas dan menarik, dan fungsi tersebut harus tetap berlangsung dengan baik walaupun tanpa kehadiran guru/pendidik. Dalam memerankan
peranannya dirinya
yang
sebagai
demikian sumber
itu,
media
belajar
pengajaran
sehingga
telah
dimungkinkan
terlaksananya proses belajar secara mandiri oleh sasaran didik dengan bantuan seminimal mungkin dari orang lain. Peran tersebut akan bisa dijalani dengan baik karena media pembelajaran mempunyai nilai-nilai praktis berupa kemampuan untuk: (1) membuat konsep yang abstrak menjadi konkret; (2) melampaui batas indera, waktu, dan ruang; (3) meng-hasilkan keseragaman pengamatan; (4) memberi kesempatan pengguna mengontrol arah ataupun kecepatan belajar; (5) membangkitkan keingintahuan dan motivasi belajar; dan (6) dapat memberikan pengalaman belajar yang menyeluruh dari yang abstrak hingga yang konkret. 2) Manfaat Media Pembelajaran Secara
umum
manfaat
media
dalam
proses
pembelajaran
adalah
memperlancar interaksi antara guru dengan siswa sehingga kegiatan pembelajaran akan lebih efektif dan efisien. Tetapi secara lebih khusus ada Geografi SMA K - 10
52
beberapa manfaat media yang lebih rinci. Kemp dan Dayton (1985), misalnya mengidentifikasi beberapa manfaat media dalam pembelajaran, yaitu: (a)
Penyampaian materi pelajaran dapat diseragamkan Setiap guru mungkin mempunyai penafsiran yang berbeda-beda terhadap suatu konsep materi pelajaran tertentu. Dengan bantuan media, penafsiran yang tidak seragam tersebut dapat dihindari sehingga dapat disampaikan kepada siswa secara seragam. Setiap siswa yang melihat atau mendengar uraian suatu materi pelajaran melalui media yang sama, akan menerima informasi yang persis sama seperti yang diterima oleh siswa-siswa lain. Dengan demikian, media juga dapat mengurangi terjadinya kesenjangan informasi di antara siswa di manapun berada.
(b)
Proses pembelajaran menjadi lebih jelas dan menarik Dengan berbagai potensi yang dimilikinya, media dapat menampilkan informasi melalui suara, gambar, gerakan, dan warna, baik secara alami maupun manipulasi. Materi pelajaran yang dikemas melalui program media, akan lebih jelas, lengkap, dan menarik minat siswa. Dengan media, bahkan materi sajian bisa mem-bangkitkan rasa keingintahuan siswa, merangsang siswa bereaksi baik secara fisik maupun emosional. Pendeknya, media dapat membantu guru untuk menciptakan suasana belajar menjadi lebih hidup, tidak monoton, dan tidak membosankan.
(c)
Proses pembelajaran menjadi lebih efektif Jika dipilih dan dirancang secara baik, media dapat membantu guru dan siswa melakukan komunikasi dua arah secara aktif selama proses pembelajaran. Tanpa media, seorang guru mungkin akan cenderung berbicara satu arah kepada siswa. Namun dengan media, guru dapat mengatur kelas sehingga bukan hanya guru sendiri yang aktif, melainkan juga siswanya.
(d)
Efisiensi dalam waktu dan tenaga Keluhan yang selama ini sering kita dengar dari guru adalah selalu kekurangan waktu untuk mencapai target kurikulum. Sering terjadi guru menghabiskan banyak waktu untuk menjelaskan suatu materi pelajaran. Hal ini sebenarnya tidak harus terjadi jika guru dapat memanfaatkan media secara maksimal. Misalnya, tanpa media seorang guru tentu saja
Geografi SMA K - 10
53
akan menghabiskan banyak waktu untuk menjelaskan sistem peredaran darah manusia atau proses terjadinya gerhana matahari. Padahal dengan bantuan media visual, topik ini dengan cepat dan mudah dijelaskan kepada anak. Biarkanlah media menyajikan materi pelajaran yang memang sulit untuk disajikan oleh guru secara verbal. Dengan media, tujuan belajar akan lebih mudah tercapai secara maksimal dengan waktu dan tenaga semaksimal mungkin. Dengan media, guru tidak harus menjelaskan materi ajaran secara berulang-ulang sebab hanya dengan sekali sajian menggunakan media, siswa akan lebih mudah memahami pelajaran.
(e)
Meningkatkan kualitas hasil belajar siswa Penggunaan media tidak hanya membuat proses pembelajaran lebih efisien, tetapi juga membantu siswa menyerap materi belajar lebih mendalam dan utuh. Bila hanya dengan mendengarkan informasi verbal dari guru saja, siswa mungkin kurang memahami pelajaran secara baik. Tetapi jika hal itu diperkaya dengan kegiatan melihat, menyebut, merasakan, atau mengalami sendiri melalui media, maka pemahaman siswa pasti akan lebih baik.
(f)
Media memungkinkan proses belajar dapat dilakukan di mana dan kapan saja Media pembelajaran dapat dirancang sedemikian rupa sehingga siswa dapat melakukan kegiatan belajar secara lebih leluasa, kapanpun dan di manapun, tanpa bergantung pada keberadaan seorang guru. Programprogram pem-belajaran audio visual, termasuk program pembelajaran menggunakan komputer, memungkinkan siswa dapat melaksanakan kegiatan belajar secara mandiri, tanpa terikat oleh waktu dan tempat. Penggunaan media akan menyadarkan siswa betapa banyak sumbersumber belajar yang dapat mereka manfaatkan untuk belajar. Perlu kita sadari bahwa alokasi waktu belajar di sekolah sangat terbatas, waktu terbanyak justru dihabiskan di luar lingkungan sekolah.
(g)
Media dapat menumbuhkan sikap positif siswa terhadap materi dan proses belajar. Dengan media proses pembelajaran menjadi lebih menarik sehingga mendorong siswa untuk mencintai ilmu pengetahuan
Geografi SMA K - 10
54
dan gemar mencari sendiri sumber-sumber ilmu pengetahuan. Kebiasaan siswa
untuk
belajar
dari
berbagai
sumber
tersebut
akan
bisa
menanamkan sikap kepada siswa untuk senantiasa ber-inisiatif mencari berbagai sumber belajar yang diperlukan.
(h)
Mengubah peran guru ke arah yang lebih positif dan produktif Dengan memanfaatkan media secara baik, seorang guru bukan lagi menjadi satu-satunya sumber belajar bagi siswa. Seorang guru tidak perlu menjelaskan seluruh materi pelajaran karena bisa berbagi peran dengan media. Dengan demikian, guru akan lebih banyak memiliki waktu untuk memberi perhatian kepada aspek-aspek edukatif lainnya, seperti membantu kesulitan belajar siswa, pembentukan kepribadian, memotivasi belajar dan lain-lain.
Selain beberapa manfaat media seperti yang dikemukakan oleh Kemp dan Dayton tersebut, tentu saja kita masih dapat menemukan banyak manfaat-manfaat praktis yang lain. Manfaat praktis media pembelajaran antara lain dijelaskan sebagai berikut: (a) Media dapat membuat materi pelajaran yang abstrak menjadi lebih konkret. Hukum Permintaan misalnya dapat dijelaskan melalui media grafis berupa tabel dan kurva. Demikian pula, materi pelajaran yang rumit dapat disajikan secara lebih sederhana dengan bantuan media. Misalnya materi yang membahas per-hitungan pajak (PBB) dapat disederhanakan melalui Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang (SPPT) PBB.
(b) Media juga dapat mengatasi kendala keterbatasan ruang dan waktu. Sesuatu yang terjadi di luar ruang kelas, bahkan di luar angkasa dapat dihadirkan di dalam kelas melalui bantuan media. Demikian pula beberapa peristiwa yang telah terjadi di masa lampau, dapat kita sajikan di depan siswa sewaktu-waktu. Dengan media pula suatu peristiwa penting yang sedang terjadi di benua lain dapat dihadirkan seketika di ruang kelas.
(c) Media dapat membantu mengatasi keterbatasan indera manusia. Objek-objek pelajaran yang terlalu kecil, terlalu besar, atau terlalu jauh, dapat kita pelajari melalui bantuan media. Demikian pula objek berupa proses/kejadian yang Geografi SMA K - 10
55
sangat cepat atau sangat lambat, dapat kita saksikan dengan jelas melalui media, dengan cara memperlambat atau mempercepat kejadian. Misalnya, proses perkembangan janin dalam kandungan selama sembilan bulan, dapat dipercepat dan disaksikan melalui media hanya dalam waktu beberapa menit saja. Sebaliknya, ketika anak belajar teknik menendang bola atau melakukan smash permainan bulu tangkis yang sangat cepat, dapat kita pelajari dengan cara memperlambat gerakan tersebut melalui bantuan media (slow motion).
(d) Media juga dapat menyajikan objek pelajaran berupa benda atau peristiwa langka dan berbahaya ke dalam kelas. Peristiwa terjadinya gerhana matahari total yang jarang sekali terjadi, dapat disaksikan oleh siswa setiap saat melalui media rekaman. Terjadinya gunung meletus yang berbahaya dapat pula disaksi-kan siswa di kelas melalui media.
(e) Informasi pelajaran yang disajikan dengan media yang tepat akan memberikan kesan mendalam dan lebih lama tersimpan pada diri siswa.
3) Keterampilan Guru Dalam Menggunakan Sumber dan Media Pembelajaran. Berbagai media akan berfungsi dengan baik kalau guru trampil dalam menggunakan media tersebut. Untuk itu guru harus berlatih keterampilan menggunakan berbagai media dan memilih mana yang cocok sesuai dengan kemampuannya, keterampilan umum yang harus dimiliki adalah: (a) Media sangat erat hubungannya dengan metode karena itu keterampilan penggunaan media harus sejalan dengan metode. (b) Media banyak terdiri dari gambar-gambar, bagan, skema dan lain-lain, oleh karena itu guru dituntut untuk trampil menggambar, membuat sketsa, menempel dan seterusnya. (c) Media bersangkutan dengan alat oleh karena itu guru harus trampil mengoperasikan peralatan tersebut. (d) Guru harus terampil memelihara, menyimpan dan memperbaiki alat peralatan dan bahan-bahan media pendidikan. (e) Guru harus terampil membuat alat peraga sederhana. (peta timbul, denah, maket, miniatur dan model-model bentangan alam dari berbagai situasi) Disamping kemampuan diatas guru harus memiliki keterampilan khusus dalam memilih, menggunakan sumber dan media pembelajaran, misalnya: (a) Guru harus terampil menggunakan sumber-sumber bacaan. Geografi SMA K - 10
56
(b) Guru harus terampil mengadakan karyawisata, observasi, wawancara, menggunakan alam sekitar, situasi masyarakat, lingkungan budaya sebagai sumber belajar langsung. (c) Guru harus terampil menggunakan foto, gambar, menggunakan grafik dan menerangkan serta melatih anak didiknya.
4) Kriteria Pemilihan Media Media pembelajaran memiliki karakteristiknya tersendiri, oleh karena itu tidak ada media yang dapat digunakan untuk semua keperluan proses pembelajaran. Menentukan dan memilih media mana yang akan digunakan guru, harus disesuaikan dengan kompetensi yang diharapkan, bahan ajar, dan ketersediaan media yang dimaksud. Guru menggunakan
harus media
mampu
merancang,
pembelajaran
yang
menentukan, sesuai
memilih,
dengan
dan
karakteristik
pembelajaran yang sedang dilakukannya. Dalam kaitannya dengan media pembelajaran, guru juga harus mampu memilih dan menggunakan metode pembelajaran yang tepat untuk menyampaikan materi ajar melalui media yang telah dipilih. Selain dapat mempermudah guru dalam menyampaikan bahan ajar, banyak keuntungan yang diperoleh dari penggunaan alat bantu belajar (media pembelajaran). Tidak semua anggapan yang menyatakan bahwa semakin canggih media yang digunakan akan semakin tinggi hasil belajar yang didapatkan adalah benar. Untuk tujuan pembelajaran tertentu dapat saja penggunaan papan tulis lebih efektif dan lebih efesien daripada penggunaan LCD, apabila bahan ajarnya dikemas dengan tepat serta disajikan kepada siswa yang tepat pula. Menurut Arif S. Sadiman dkk, menjelaskan bahwa faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan media adalah tujuan instruksional yang ingin dicapai, karakteristik siswa, jenis rangsangan belajar yang diinginkan, keadaan latar belakang dan lingkungan siswa, situasi kondisi setempat dan luas
Geografi SMA K - 10
57
jangkauan yang ingin dilayani. Faktor-faktor tersebut pada akhirnya harus diterjemahkan dalam norma/kriteria keputusan pemilihan. Dalam pemilihan media untuk kepentingan pengajaran sebaiknya memperhatikan kriteria-kriteria sebagai berikut: (a) Ketepatan dengan tujuan pengajaran (b) Bahan pengajaran bersifat fakta, prinsip dan mudah dipahami, (c) Media mudah didapat setidaknya mudah dibuat oleh guru dan biayapun terjangkau dan mudah digunakannya. (d) Adanya ketrampilan guru dalam menggunakannya (e) Tersedia waktu untuk menggunakannya. Dari beberapa kriteria tersebut banyak digunakan oleh guru-guru yakni dengan mempertimbangkan bahan pengajaran yang akan disampaikan serta kegiatan-kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa. Kecocokan terhaap kedua hal itu menjadi pertimbangan apakah suatu media dipilih atau tidak. Dalam hubungan ini berlaku prinsip selection by rejection, guru hanya memilih media pengajaran yamg bermanfaat dan tidak memilih media yang tidak dipakai. Disamping itu, segi ekonomis dan hambatan-hambatan praktis yang mungkin dihadapi oleh siswa dan guru yang menjadi dasar pertimbangan, faktor lainnya adalah faktor efektifitas dan komunikasi dalam kaitannya dengan siswa, bahan pengajaran dan tujuan yang hendak dicapai,merupakan dasar pertimbangan yang mempengaruhi pemilihan media pengajaran. Tentunya setiap media mempunyai karakteristik tersendiri sehingga tingkat keefektifannya terbatas demi mencapai tujuan-tujuan yang akan dicapai. Oleh sebab itu, guru diharuskan untuk dapat melaksanakan pembelajaran yang multi media. Dengan menggunakan media secara tepat dan bervariasi akan menimbulkan gairah belajar siswa dan memungkinkan interaksi anak didik dengan guru, sehingga siswa dapat belajar sesuai dengan kemampuannya dan minatnya masing-masing. Seorang guru harus mempunyai strategi dalam kegiatan pembelajaran. Strategi yang dimiliki bukan saja untuk mencapai tujuan pembelajaran atau menumbuhkan minat belajar siswa. Tetapi seorang guru yang berkompetensi, cerdas,dan profesional, memiliki seperangkat cara khusus di dalam kelas. Dengan itu, ia akan menjadi guru yang dirindukan kehadirannya di dalam kelas. Kalau demikian halnya seberat apapun materi yang diajarkan akan diminati dan dianggap mudah. Geografi SMA K - 10
58
Salah satu bagian dari penentuan strategi adalah penentuan media, media itu sendiri masih harus dikembangkan lagi untuk memenuhi persyaratan sebagai media pengajaran. Dalam pemilihan media, media harus sesuai dengan katakteristik materi yang akan diajarkan, sehingga dengan adanya media mampu membantu mempercepat belajar dengan hasil yang lebih baik. Media harus didukung oleh fasilitas yang ada dan dapat dioperasionalkan dengan baik oleh pemakainya dan media yang dipailih itu hendaknya tidak memberatkan (dilihat dari segi biaya),mudah digunakan, dan dapat dipakai berulang-ulang.
5) Prosedur Pengembangan Media Pembelajaran Secara garis besar kegiatan pengembangan media pembelajaran terdiri atas tiga langkah besar yang harus dilalui, yaitu kegiatan perencanaan, produksi dan penilaian. Sementara itu, dalam rangka melakukan desain atau rancangan
pengembangan
program
media.
Arief
S.Sadiman,
2005:
menganalisis kebutuhan dan karakteristik siswa, merumuskan kompetensi dan indikator hasil belajar, merumuskan butir-butir materi secaa terperinci yang mendukung
tercapainya
kompetensi,
mengembangkan
alat
pengkur
keberhasilan, menulis naskah media, mengadakan tes dan revisi, yang bila digambarkan dalam bentuk flowchart akan diperoleh model pengembangan sebagai berikut:
Gambar Flow Chart Pengembangan Media (Sumber: Arif S. Sadiman 2005) Geografi SMA K - 10
59
(a) Menganalisis kebutuhan dan karakteristik siswa Kebutuhan dalam proses belajar mengajar adalah kesenjangan antara apa yang dimiliki siswa dengan apa yang diharapkan. Setelah analisis kebutuhan siswa, maka karakteristik siswanya perlu dianalisis untuk memahami kemampuan pengetahuan atau keterampilan yang telah dimiliki siswa sebelumnya. Cara mengetahuinya bisa dengan tes atau dengan yang lainnya. Langkah ini dapat disederhanakan dengan cara mengenalisa topic-topik materi ajar yang dipandang sulit dan karenanya memerlukan bantuan media. Pada langkah ini sekaligus pula dapat ditentukan ranah tujuan pembelajaran yang hendak dicapai, termasuk rangsangan indera mana yang diperlukan (audio, visual, gerak atau diam).
(b) Merumuskan tujuan pemebelajaran dengan operasional dan khas Tujuan merupakan sesuatu yang sangat penting dalam kehidupan kita. Tujuan dapat memberikan arah tindakan yang kita lakukan. Dalam proses belajar mengajar, tujuan ipembelajaran merupakan faktor yang sangat penting. Tujuan dapat memberikan arah kemana siswa akan pergi, bagaimana ia harus pergi kesana, dan bagaimana ia tahu bahwa telah sampai ke tempat tujuan. Tujuan ini merupakan pernyataan yang menunjukkan perilaku yang harus dapat dilakukan siswa setelah ia mengikuti proses instruksional tertentu. Untuk dapat merumuskan tujuan dengan baik, ada beberapa ketentuan yang harus diingat, yaitu: Tujuan harus berorientasi kepada siswa (learner oriented). Artinya tujuan instruksional itu benar-benar harus menyatakan adanya perilaku siswa yang dapat dilakukan atau diperoleh setelah proses belajar dilakukan. Selain itu, perilaku yang diharapkan dicapai harus mungkin dapat dilakukan siswa dan bukan perilaku yang tidak mungkin dilakukan siswa Sehingga dalam perumusannya kata-kata siswa secara eksplisit dituliskan.. Tujuan itu berorientasi pada hasil, sehingga secara kuantitas dapat diukur Tujuan harus dinyatakan dengan kata kerja yang operasional, artinya kata kerja itu menunjukkan suatu perilaku/perbuatan yang dapat diamati atau diukur. Perumusan tujuan harus dibuat secra spesifik dan operasional sehingga mudah untuk mengukur tingkat Geografi SMA K - 10
60
keberhasilannya. Tujuan spesifik ini terkait dengan penggunaan kata kerja. Kata kerja yang umum akan menghasilkan perilaku atau tindakan siswa yang juga bersifat umum, namun sebaliknya kata yang khusus maka akan menghasilakan perilaku siswa yang khusus pula.
Tabel Kata kerja Operasional
Sebuah tujuan pembelajaran hendaknya memiliki empat unsur pokok yang dapat kita akronimkan dalam ABCD (Audience, Behavior, Condition, dan Degree). Penjelasan dari masing-masing komponen tersebut sebagai berikut: A = Audience adalah menyebutkan sasaran/audien yang dijadikan sasaran pembelajaran B = Behavior adalah menyatakan prilaku spesifik yang diharapkan atau yang dapat dilakukan setelah pembelajaran berlangsung C = Condition adalah menyebutkan kondisi yang bagaimana atau dimana sasaran dapat mendemonstrasikan kemampuannya atau keterampilannya D =Degree adalah menyebutkan batasan tingkatan minimal yang diharapkan dapat dicapai.
(c) Merumuskan butir-butir materi secara terperinci yang mendukung tercapainya tujuan
Geografi SMA K - 10
61
Penyusunan rumusan butir-butir materi adalah dilihat dari sub kemampuan atau keterampilan yang dijelaskan dalam tujuan khusus pembelajaran, sehingga materi yang disusun adalah dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan dari kegiatan proses belajar mengajar tersebut. Setelah daftar butir-butir materi dirinci maka langkah selanjutnya adalah mengurutkannya dari yang sederhana sampai kepada tingkatan yang lebih rumit, dan dari hal-hal yang konkrit kepada yang abstrak. Materi perlu disusun dengan memperhatikan kriteriakriteria tertentu, diantaranya: Sahih atau valid, materi yang dituangkan dalam media untuk pembelajaran benar-benar telah teruji kebenarannya. Hal ini juga berkaitan dengan keaktualan materi sehingga materi yang disisipan tidak ketinggalan zaman, dan memberikan kontribusi untuk masa yang akan datang. Tingkat kepentingan (significant), dalam memilih materi perlu dipertimbangkan pertanyaan sebagai berikut, sejauhmana materi tersebut untuk dipelajari? Pentig untuk siapa? Dimana dan mengapa? Dengan demikian materi yang diberikan kepada siswa benar-benar yang dibutuhkannya. Kebermanfaatan (utility) kebermanfaatan yang dimaksud haruslah dipandang dari dua sudutpandang yaitu kebermanfaatan secara akademis dan non akademis, secara akademis materi harus bermanfaat untuk meningkatkan kemampuan siswa, sedangkan non akademis materi harus menjadi bekal berupa life skill baik berupa pengetahuan aplikatif, keterampilan dan sikap yang dibutuhkannya dalam kehidupan keseharian. Learnability artinya sebuah program harus dimungkinkan untuk dipelajari, baik dari aspek tingkat kesulitannya (tidak terlalu mudah, sulit ataupun sukar) dan bahan ajar tersebut layak digunakan sesuai dengan kebutuhan setmpat. Menarik minat (interest) materi yang dipilih hendanknya menarik minat dan dapat memotivasi siswa untuk mempelajarinya lebih lanjut. Setiap materi yang diberikan kepada siswa harus menimbulkan keingintahuan siswa lebih lanjut, sehingga memunculkan dorongan lebih tinggi untuk belajar secara aktif dan mandiri. Geografi SMA K - 10
62
(d) Mengembangkan alat pengukur keberhasilan Alat pengukur keberhasilan seyogyanya dikembangkan terlebih dahulu sebelum naskah program ditulis. Dan alat pengukur ini harus dikembangkan sesuai dengan tujuan yang akan dicapai dan dari materimateri pembelajaran yang disajikan. Bentuk alat pengukurnya bisa dengan tes, pengamatan, penugasan atau cheklist prilaku. Instrumen tersebut akan digunakan oleh pengembang media, ketika
melakukan
tes
uji
coba
dari
program
media
yang
dikembangkannya. Misalkan alat pengukurnya tes, maka siswa nanti akan diminta mengerjakan materi tes tersebut. Kemudian dilihat bagaimana hasilnya. Apakah siswa menunjukkan penguasaan materi yang baik atau tidak dari efek media yang digunakannya atau dari materi yang dipelajarinya melalui sajian media. Jika tidak maka dimanakah letak kekurangannya. Dengan demikian, maka siswa dimintai tanggapan tentang media tersebut, baik dari segi kemenarikan maupun efektifitas penyajiannya. Alat pengukur keberhasilan belajar ini perlu
dikembangkan
dengan
berpijak
pada
tujuan
yang
telah
dirumuskan dan harus sesuai dengan materi yang sudah disiapkan. Yang perlu diukur adalah tiga kemampuan utama yaitu: pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang telah dirumuskan secara rinci dalam tujuan. Dengan demikian terdapat hubungan yang erat antara tujuan, materi dan tes pengukur keberhasilan
(e) Menulis naskah media Naskah media adalah bentuk penyajian materi pembelajaran melalui media rancangan yang merupakan penjabaran dari pokok-pokok materi yang telah disusun secara baik seperti yang telah dijelaskan di atas. Supaya materi pembelajaran itu dapat disampaikan melalui media, maka materi tersebut perlu dituangkan dalam tulisan atau gambar yang kita sebut naskah program media. Naskah program media maksudnya adalah sebagai penuntun kita dalam memproduksi media. Artinya menjadi penuntut kita dalam mengambil gambar dan merekam suara. Karena naskah ini berisi urutan gambar dan grafis yang perlu diambil oleh kamera atau bunyi dan suara yang Geografi SMA K - 10
63
harus direkam. Dalam teknis penulisannya, naskah tersebut dilakukan melalui tahapan-tahapan. Tahapan dalam pembuatan atau penulisan naskah adalah berawal dari adanya
ide
dan
gagasan
yang
disesuaikan
dengan
tujuan
pembelajaran. selanjutnya pengumpulan data dan informasi, penulisan sinopsis dan treatment, penulisan naskah, pengkajian naskah atau revisi naskah, revisi naskah sampai naskah siap diproduksi. Ada beberapa macam bentuk materi/naskah program media, namun pada prinsipnya mempunyai maksud yang sama, yaitu sebagai penuntun dan usaha memproduksi media pembelajaran. Pemaparan dibawah merupakan perancangan penfembangan media jenis audia video. Naskah program media terdiri dari urutan gambar, caption atau grafis yang perlu diambil dengan alat kamera dan suara atau bunyi yang diambil dengan alat perekam suara. Lembaran naskah tersebut dibagi menjadi dua kolom, di sebelah kiri terdiri dari gambar, caption atau grafis. Sedangkan di sebelah kanan berisi narasi atau percakapan yang dibaca narator atau pelaku, dan suara lain yang diperlukan. Secara umum naskah dalam media pembelajaran diartikan sebagai pedoman tertulis yang berisi informasi dalam bentuk visual, grafis, dan audio sebagai acuan dalam pembuatan media tertentu, sesuai dengan tujuan dan kompetensi tertentu. Secara sederhana naskah juga dapat berupa gambaran umum media atau juga outline media yang akan dibuat. Fungsi naskah adalah sebagai pedoman bagi pengguna dan terutama
pembuat
media.
Seorang
programer
pembuat
media
pembelajaran berbantuan komputer, mengacu pada naskah, jika tidak ada naskah maka tidak mungkin program itu terwujud. Tahapan pembuatan naskah meliputi : ide dan gagasan yang disesuaikan dengan tujuan pembelajaran. Selanjutnya pengumpulan data dan informasi, penulisan sinopsisdan treatment, penulisan naskah, pengkajian naskah atau reviw naskah, revisi naskah sampai naskah siap diproduksi, jenis naskah media meliputi: Naskah Media Audio Media audio adalah media yang menyajikan informasi dalam bentuk audio
atau
suara
dan
untuk
menerima
informasi
tersebut
menggunakan indra pendengar. Format audio yang dapat disajikan Geografi SMA K - 10
64
adalah suara manusia ( naratif ), musik, lagu / vokal, dan sound efek. Dilihat dari bentuknya yang termasuk media audio diantaranta audio rekaman, radio siaran, dan audio di laboratorium bahasa. Sajian informasi dalam media audio dapat dikemas menjadi beberapa format sajian, diantaranya : o
Dialog atau diskusi. Format ini menyajikan dua orang atau lebih yang memiliki kedudukan yang sama, membicarakan satu tema yang berisi materi pembelajaran.
o
Tutorial. Cirri khas dari format ini didalamnya terlibat dua pihak, yaitu siswa yang diberi bimbingan dan tutor yang memberi bimbingan. Pola tutorial biasanya lebih interaktif dan terbimbing, materi yang dibahas bias lebih intensif karena jumlah siswa sedikit.
o
Magazine. Sesuai dengan namanya magazine yaitu majalah, maka informasi yang disajikan pada program audio jenis magazine lebih banyak dan bervariasi. Namun demikian informasi yang dibahas tidak terlalu mendalam.
o
Drama. Format ini menyajikan informasi dalam bentuk sajian drama.
Seperti
halnya
drama,
maka
diperlukan
adanya
penokohan, alur cerita atau plot yang jelas, konflik dan penyelesaian konflik. Format ini banyak digunakan untuk menyajikan
informasi
pembelajaran,
karena
salah
satu
kelebihannya menarik dan tidak membosankan, namun jangan sampai substansi materi menjadi terabaikan. o
Untuk dapat membuat naskah audio yang baik, terlebih dahulu harus memahami unsur-unsur dalam media audio, sehingga unsur-unsur tersebut dapat dikombinasikan dalam naskah dengan baik. Unsur yang dimaksud adalah :
o
Naratif atau suara yang dihasilkan dari suara manusia, baik dalam bentuk sajian informasi oleh narrator, dialog antar pemain ataupun monolog atau bicara sendiri. Bahasa yang digunakan pada program audio adalah bahasa percakapan, bahasa lisan, dan bukan bahasa buku atau bahasa tulisan, dengan demikian gunakanlah kalimat tunggal, kalimat pendek-pendek. Sedapat
Geografi SMA K - 10
65
mungkin kita menyajikan informasi dengan kalimat sederhana namun mudah dicerna. o
Musik. Musik merupakan bagian penting dalam audio setelah narasi. Musik memiliki fungsi untuk menimbulkan suasana yang mendorong siswa untuk memudahkan mencerna informasi. Selain
itu
musuk
juga
menimnulkan
ketertarikan
siswa,
mengurangi kebosanan. Musik juga dapat mempengaruhi kejiwaan pendengarnya, jika saja informasi lebih bersifat persuasive maka diperlukan musik dengan bit yang cepat dan semangat juga sebaliknya. o Naskah Media Audio Media video adalah media yang menyajikan informasi dalam bentuk suara dan visual. Unsure suara yang ditampilkan berupa : narasi, dialog, sound effect dan musik, sedangkan unsure visual berupa : gambar/foto diam (still image), gambar bergerak (motion picture), dan animasi.
Format Naskah Dalam pembuatan program film maupun video skrip atau naskah program ini merupakan daftar rangkaian peristiwa yang akan dipaparkan gambar demi gambar dan penuturan demi penuturan menuju tujuan perilaku belajar yang ingin dicapai. Format penulisan skrip untuk program film dan program video pada prinsipnya sama, yaitu dalam bentuk halaman berkolom dua, sebelah kiri untuk menampilkan bentuk visualisasinya dan sebelah kanan untuk segala sesuatu yaqng berhubungan dengan suara termasuk dialog, narasi, musik maupun efek suara.. tujuan utama suatu skrip atau naskah program adalah sebagai
peta
atau
pedoman
bagi
sutradara
dalam
mengendalikan penggarapan substansi materi ke dalam suatu program.
Shooting Skript / Skenario Skenario merupakan pelaksanaan
produksi
atau
petunjuk pembuatan
operasional dalam programnya.
Jadi
scenario sangat bermanfaat bagi teknisi dan kerabat produksi yang akan melaksanakannya dengan tanggung jawab teknis Geografi SMA K - 10
66
operasional. Petugas yang membutuhkannya diantaranya : editor / penyunting gambar, kameramen, pencatat adegan, sound man dan lain-lain. Dalam scenario inilah beda antara film dan video akan tampak karena video mempunyai efek visual tertentu yang tidak
dimiliki
oleh
media
film,
misalnya
dissolve,
wipe,
superimpose, split image dan sebagainya. Pengaruh lain yang akan tercermin dalam penulisan scenario adalah beda dalam pendekatannya. Bila dalam pendekatan film perpindahannya umumnya bersifat “ cut-to-cut” dan pengambilannya boleh loncat-loncat dengan pengelompokan menurut keadaan waktu, cuaca, lokasi maupun sifatnya (di dalam atau di luar gedung studio). Naskah media grafis Media grafis adalah media yang dihasilkan dengan cara dicetak melalui teknik manual atau dibuat dengan cara menggambar, tekni printing, sablon, sehingga media ini disebut disebut juga
media
printed material atau bahan-bahan yang dicetak. Contoh media grafis adalah bagan, poster, grafik diagram, kalikatur, komik pendidikan dan sebagainya. Prosedur umum dalam merancang media grafis yaitu 1. Pertama, mengidentifikasi program, dalam hal ini tentukanlah : Nama mata pelajaran, pokok bahasan dan sub pokok bahasan, tujuan pembelajaran, dan sasaran. 2. Kedua, mengkaji litelatur, yaitu guru menentukan isi materi yang akan disajikan pada media tersebut. 3. Ketiga, membuat naskah. Naskah untuk media grafis berisi sketsa visual yang akan ditampilkan berisi objek gambar, grafik, diagram, objek foto, isi pesan dalam bentukteks. 4. Keempat, kegiatan produksi. Media cetak dapat dibuat secara manual
atau
mengunakan
komputer.
Cara
manual
yaitu
menggambar, melukis, atau membuat dekorasi objek grafis. Cara kedua menggunakan komputer grafis dengan software aplikasi pengolah gambar dan di cetak secara digital menggunakan printer warna.
Geografi SMA K - 10
67
(f) Mengadakan penilaian (evaluasi media) dan revisi Penilaian media adalah kegiatan untuk menguji atau mengetahui tingkat efektifitas dan kesesuaian media yang dirancang dengan tujuan yang diharapkan dari program tersebut. Sesuatu program media yang oleh pembuatnya dianggap telah baik, tetapi bila program itu tidak menarik, atau sukar dipahami atau tidak merangsang proses belajar bagi siswa yang ditujunya, maka program semacam ini tentu saja tidak dikatakan baik. Evalusi media pembelajaran adalah suatu tindakan proses atau kegiatan yang dilaksanakan dengan maksud untuk menentukan nilai dari segala media atau alat yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar. Penilaian ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah media yang dibuat tersebut dapat mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan atau tidak. Dalam
melakukan
evaluasi
terhadap
media
pembelajaran,
pertanyaan pokok yang sering muncul adalah apa yang harus dievaluasi. Ini berarti, setiap evaluator untuk melihat kembali fungsi dan prinsip penggunaan media. Dalam melakukan evaluasi terhadap media pembelajaran, aspek psikologis perlu dipertibangkan. Sebab aspek psikologis inilah yang membuat orang memiliki gaya belajar berbeda. Menurut Michael Gardner ada tiga gaya belajar yang dimiliki manusia yakni: gaya belajar visual (belajar dengan cara melihat), gaya belajar audiotorial (belajar dengan cara mendengar) dan gaya belajar kinestetik (belajar dengan cara bergerak, bekerja dan menyentuh). Tes
atau
uji
coba
tersebut
dapat
dilakukan
baik
melalui
perseorangan atau melalui kelompok kecil atau juga melalui tes lapangan, yaitu dalam proses pembelajaran yang sesungguhnya dengan menggunakan media yang dikembangkan. Sedangkan revisi adalah kegiatan untuk memperbaiki hal-hal yang dianggap perlu mendapatkan perbaikan atas hasil dari tes. Apabila dikaitkan dengan tujuan evaluasi sebagaimana yang telah dikemukakan, maka ada berbagai jenis evualuasi terhadap media pembelajaran. Berdasarkan prosesnya, evaluasi media ini terdiri dari evaluasi formatif dan evaluasi sumatif. Geografi SMA K - 10
68
Evaluasi
formatif
adalah
proses
yang
dimaksudkan
untuk
mengumpulkan data tentang efektifitas dan efisien bahan-bahan pembelajaran (dalam hal ini medianya) untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Data-data tersebut dimaksudkan untuk memperbaiki dan menyempurnakan media yang bersangkutan agar lebih efektif dan efisien. Dalam bentuk finalnya, setelah media tersebut diperbaiki dan disempurnakan, maka data akan dikumpulkan untuk menentukan apakah media tersebut patut digunakan dalam situasi-situasi tertentu atau media tersebut benar-benar efektif seperti yang dilaporkan. Jenis evaluasi inilah yang kemudian disebut dengan evaluasi sumatif. Ada 3 tahapan dalam mengevaluasi atau menilai suatu media pembelajaran diantaranya adalah : Evaluasi satu lawan Satu Pada tahap ini seorang designer memiilih beberapa orang siswa (tidak lebih dari tiga orang) yang dapat mewakili populasi target dari media yang dibuat. Sajikan media tersebut kepada mereka secara individual. Kalau media itu didesain untuk belajar mandiri, biarkan siswa
mempelajarinya,
sementara
pengembang
(developer)
mengamatinya. Kedua orang siswa yang telah dipilih tersebut hendaknya satu orang dari populasi target yang berkemampuan yang umumnya sedikit di bawah rata-rata dan satu orang lagi diatas ratarata. Dengan kata lain, dalam menentukan kelompok ini variasi kemampuan akademis populasi target dipertimbangkan. Evaluasi kelompok kecil Pada tahap ini media perlu dicobakan kepada 10-12 orang siswa yang dapat mewakili populasi target. Jumlah 10 merupakan jumlah minimal, sebab kalau kurang dari jumlah tersebut data yang diperoleh kurang dapat menggambarkan populasi target. Sabaliknya jika lebih dari 12, data atau informasi melebihi yang diperlukan, akbibatnya kurang bermanfaat untuk dianalisis dalam kelompok kecil. Siswa yang dipilih dalam kegiatan ini hendaknya mencerminkan karakteristik populasi.Usahakan sampel tersebut terdiri dari siswa-
Geografi SMA K - 10
69
siswa yang kurang pandai, sedang, dan pandai, laki-laki dan perempuan, berbagai usia dan latar belakang. Evaluasi Lapangan Evaluasi lapangan adalah tahap akhir dari evaluasi formatif yang perlu dilakukan. Evaluasi lapangan diusahakan situasinya semirip mungkin dengan situasi sebenarnya. Setelah melalui dua tahap evaluasi di atas tentulah media yang dibuat sudah mendekatki kesempurnaan. Namun dengan hal itu masih harus dibuktikan. Melalui evaluasi lapangan inilah, kebolehan media yang kita buat itu diuji. Dalam melakukan evaluasi lapangan seorang designer memilih sekitar 30 orang siswa sambil memperhatikan beragam karakteristik seperti kepandaian, kelas sosial, latar belakang, jenis kelamin, usia, kemajuan belajar, dan lain sebagainya sesuai dengan karakteristik sasaran.
Jika semua langkah-langkah tersebut telah dilakukan dan telah dianggap tidak ada lagi yang perlu direvisi, maka langkah selanjutnya adalah media tersebut siap untuk diproduksi. akan tetapi bisa saja terjadi setelah dilakukan produksi ternyata setalah disebarkan atau disajikan ada beberapa kekurangan dari aspek materi atau kualitas sajian medianya (gambar atau suara) maka dalam kasus seperti ini dapat pula dilakukan perbaikan (revisi) terhadap aspek yang dianggap kurang. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan kesempurnaan dari media yang dibuat, sehingga para penggunanya akan mudah menerima pesan-pesan yang disampaikan melalui media tersebut. Pada
akhirnya,
kegiatan
mengajar
merupakan
upaya
kegiatan
menciptakan suasana yang mendorong inisiatif, motivasi dan tanggung jawab kepada siswa untuk selalu menerapkan potensi diri dalam membangun gagasan melalui kegiatan mengajar. Oleh sebab itu diperlukan tingkat kekreatifan seorang guru untuk dapat menciptakan media yang baik, sehingga apa yang akan disampaikan dapat tersampaikan dengan baik kepada para siswanya, karena cara penyampaian media yang baik dapat menimbulkan kegairahan atau perasaan senang untuk mempelajari apa yang disampaikan guru. Sebaliknya cara penyampaian media yang tidak menarik cenderung akan diabaikan oleh siswa. Sehingga tujuan-tujuan dari pengajaran itu dapat tepat tersampaikan kepada siswa. Geografi SMA K - 10
70
a. Uraian Kegiatan/Aktivitas Pembelajaran 1)
Penyampaian tujuan pembelajaran, yaitu melalui kajian referensi dan diskusi, peserta pelatihan dapat mempraktikan rancangan pengembangan media.
2)
Peserta diminta melakukan aktivitas belajar sebagai berikut: Tugas Individu: a)
Baca dan cermati uraian materi inovasi pengembangan media media
b)
Pilih dan rencanakan jenis-jenis media yang dapat digunakan pada pembelajaran geografi berdasarkan kompetensi dasarnya. Tulislah pada lembar kerja 1 yang tersedia.
Tugas Kelompok: a)
Peserta dibagi menjadi beberapa kelompok. dengan jumlah kelompok ideal, yaitu maksimal 5 orang.
b)
Dalam kelompok setiap individu memaparkan rancangan dan pemiliahan jenis dan penggunaan media dalam pembelajaran geografi berdasar kompetensi dasar.
c)
Anggota kelompok lain menanggapi dan berdiskusi untuk mentukan kesepakatan kelompok mengenai pemilihan dan pengembangan jenis dan penggunaan media dalam pembelajaran geografi berdasar kompetensi dasar
d)
Kelompok menyusun pemilihan dan pengembngan media tersebut dalam format pengembangan media, gunakan Lembar kerja 2
e)
Kelompok membuat dan memproduksi media dengan tahapan dan bahan yang tersedia
f)
Hasil kelompok dipresentasikan agar kelompok lain dapat mencermati dan mempelajari.
b. Evaluasi kegiatan belajar Berikan jawaban pada soal-soal berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan Ibu/Bapak terhadap materi yang telah dipelajari! 1. Jelaskan kriteria yang harus dipenuhi dalam pemilihan dan penggunaan media pembelajaran? Geografi SMA K - 10
71
2. Jelaskan langkah-langkah yang harus dilakukan guru dalam pengembangan media pembelajaran di kelas! 3. Jelaskan tahapan nyata dalam merancang, mengembangkan , membuat atau memanfaatkan media tiga dimensi atau model yang dapat digunakan untuk media pembelajaran Geografi! c. Umpan Balik dan Tindak Lanjut Setelah kegiatan pembelajaran,Bapak/ Ibu dapat melakukan umpan balik dengan menjawab pertanyaan berikut ini : 1) Apa yang Bapak/Ibu pahami setelah mempelajari materi pengembangan media pembelajaran geografi? 2) Pengalaman penting apa yang Bapak/Ibu peroleh setelah mempelajari materi pengembangan media pembelajaran geografi? 3) Apa manfaat
materi pengembangan media pembelajaran geografi,
terhadap tugas Bapak/Ibu ? 4) Apa rencana tindak lanjut Bapak/Ibu setelah kegiatan pelatihan ini ?
Geografi SMA K - 10
72
Lembar Kerja 1 ANALISIS KEBUTUHAN MEDIA PEMBELAJARAN Jenjang Pendidikan
: ……………………………………
Mata Pelajaran
: ……………………………………
Kelas/Semester
: ……………………………………
Standar Kompetensi
: ……………………………………
No 1
Kompetensi Dasar
Materi Pokok
2
3
Alternatif
Media
Media
Terpilih
4
5
Keterangan 6
Petunjuk pengisian: Kolom 1 jelas Kolom 2 jelas Kolom 3 jelas Kolom 4 inventarisasi media yang dapat digunakan/mendukung Kolom 5 media yang akhirnya terpilih digunakan dngan berbagai pertimbangan (skala prioritas) Kolom 6 bagaimana media yang digunakan dalam PBM, termasuk metode yang akan digunakan.
Geografi SMA K - 10
73
Lembar Kerja 2 DESAIN PEMBUATAN MEDIA PEMBELAJARAN Jenjang Pendidikan
: ……………………………………
Mata Pelajaran
: ……………………………………
Kelas/Semester
: ……………………………………
Media yang akan dibuat
: ……………………………………
Kompetensi Dasar
: ……………………………………
A. Sketsa/Gambar
B. Bahan/Alat: 1. …………………………………………………………………………… 2. …………………………………………………………………………… 3. dst. C. Teknik Pembuatan: 1. …………………………………………………………………………… 2. …………………………………………………………………………… 3. dst. D. Teknik penerapan dalam KBM: 1. …………………………………………………………………………… 2. …………………………………………………………………………… 3. dst.
Geografi SMA K - 10
74
C. BAB III ANALISIS BUTIR SOAL MENGGUNAKAN ITEMAN 1. Kegiatan Belajar 1 Daya Pembeda dan Tingkat Kesukaran a. Tujuan Pembelajaran •
Mendeskripsikan daya pembeda item tes.
•
Mendeskripsikan tingkat kesukaran item tes.
b. Uraian Materi Analisis Kuantitatif. Analisis kuantitatif digunakan untuk mengetahui sejauh mana soal dapat membedakan antara peserta tes yang kemampuannya tinggi dalam hal yang didefinisikan oleh kriteria dengan peserta tes yang kemampuannya rendah (melalui analisis statistik). Analisis soal secara kuantitatif menekankan pada analisis karakteristik internal tes melalui data yang diperoleh secara empiris. Karakteristik internal secara kuantitatif dimaksudkan meliputi parameter soal tingkat kesukaran, daya pembeda, dan reliabilitas. Khusus soal-soal pilihan ganda, dua tambahan parameter yaitu dilihat dari peluang untuk menebak atau menjawab soal dengan benar dan berfungsi tidaknya pilihan jawaban, yaitu penyebaran semua alternatif jawaban dari subyeksubyek yang dites. Daya Pembeda. Salah satu tujuan analisis kuantitatif soal adalah untuk menentukan dapat tidaknya suatu soal membedakan kelompok dalam aspek yang diukur sesuai dengan perbedaan yang ada dalam kelompok itu. Indeks yang digunakan dalam membedakan antara peserta tes yang berkemampuan rendah adalah indeks daya pembeda (item discrimination). Indeks daya pembeda soal-soal yang ditetapkan dari selisih proporsi yang menjawab dari masing-masing kelompok. Indeks ini menunjukkan kesesuaian antara fungsi soal dengan fungsi tes secara keseluruhan. Dengan demikian validitas soal ini sama dengan daya pembeda soal yaitu daya dalam membedakan antara peserta tes yang berkemampuan tinggi dengan peserta tes yang berkemampuan rendah. Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda berkisar antara -1 sampai dengan +1. Tanda negatif menunjukkan bahwa peserta tes yang kemampuannya rendah dapat menjawab benar sedangkan peserta tes yang kemampuannya tinggi menjawab salah. Dengan demikian soal indeks daya pembedanya negatif menunjukkan terbaliknya kualitas peserta. Geografi SMA K - 10
75
Indeks diskriminasi item umumnya diberi lambang dengan huruf D (singkatan dari discriminatory power).
Indeks
Dsikriminasi Item (D)
Klasifikasi
Interpretasi Butir item yang bersangkutan
< 0,20
Poor
daya pembedanya lemah sekali (jelek), dianggap tidak memiliki daya pembeda yang baik Butir item yang bersangkutan
0,20 – 0,40
Satisfactory
telah memiliki daya pembeda yang cukup (sedang) Butir item yang bersangkutan
0,40 – 0,70
Good
telah memiliki daya pembeda yang baik Butir
0,70 – 1,00
Excellent
item
yang
bersangkutan telah memiliki daya pembeda yang baik sekali Butir item yang bersangkutan
Bertanda negatif (-)
-
daya pembedanya negative sekali (jelek sekali)
Rumus statistik untuk daya pembeda : Daya Beda = BA-BB 1/2N BA = Jumlah jawaban benar kelompok atas BB = Jumlah jawaban benar kelompok bawah N
= Jumlah peserta tes
Tingkat Kesukaran. Ada beberapa alasan untuk menyatakan tingkat kesukaran soal. Bisa saja tingkat kesukaran soal ditentukan oleh kedalaman soal, kompleksitas, atau hal-hal lain yang berkaitan dengan kemampuan yang diukur oleh soal. Namun demikian, ketika kita mengkaji lebih mendalam terhadap tingkat kesukaran soal, akan sulit
Geografi SMA K - 10
76
menentukan mengapa sebuah soal lebih sukar dibandingkan dengan soal yang lain. Secara umum, menurut teori klasik, tingkat kesukaran dapat dinyatakan melalui beberapa cara diantaranya (1) proporsi menjawab benar, (2) skala kesukaran linear, (3) indeks Davis, dan (4) skala bivariat. Proporsi jawaban benar (p), yaitu jumlah peserta tes yang menjawab benar pada butir soal yang dianalisis dibandingkan dengan jumlah peserta tes seluruhnya merupakan tingkat kesukaran yang paling umum digunakan.
Tingkat Kesukaran = Jumlah siswa menjawab benar N
Intinya, bermutu atau tidaknya butir-butir item tes hasil belajar pertama-tama dapat diketahui dari derajat kesukaran atau taraf kesukaran yang dimiliki oleh masing-masing butir item tersebut. Butir-butir item tes hasil belajar dapat dinyatakan sebagai butir-butir item yang baik, apabila butir-butir item tersebut tidak terlalu sukar dan tidak pula terlalu mudah dengan kata lain derajat kesukaran item itu adalah sedang atau cukup. Angka yang dapat memberikan petunjuk mengenai tingkat kesulitan item itu dikenal dengan istilah difficulty index (angka indeks kesukaran item), yang dalam dunia evaluasi hasil belajar umumnya dilambangkan dengan huruf P, yaitu singkatan dari kata proportion (proporsi = proporsa).
Kategori Tingkat Kesukaran Nilai p
Kategori
P < 0.3
Sukar
0.3 ≤ p ≤ 0.7
Sedang
P > 0.7
Mudah
c. Uraian Kegiatan/Aktivitas Pembelajaran •
Perhatikan kembali tentang pengertian daya pembeda dan tingkat kesukaran.
•
Cobalah perhatikan data berikut.
Geografi SMA K - 10
77
Hasil tes 15 siswa dengan 10 soal pilihan ganda seperti berikut : No
Nama
Nomor Item B
S
v
7
3
v
v
9
1
v
v
v
5
5
v
v
v
v
10
0
x
x
v
v
x
2
8
v
v
x
v
x
x
6
4
v
x
x
v
v
v
x
7
3
x
x
x
x
x
v
x
x
2
8
x
x
x
x
x
v
x
x
x
1
9
x
v
x
v
x
x
v
v
v
v
6
4
K
x
v
v
v
x
x
x
x
v
v
5
5
12
L
v
x
x
x
v
v
v
v
v
v
7
3
13
M
v
v
v
v
v
v
v
v
x
v
9
1
14
N
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
10
0
15
O
x
x
v
v
v
v
v
x
x
x
5
5
Jumlah
9
10
8
9
8
8
9
11
10
9
91
Siswa
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
1
A
v
v
v
x
v
v
x
x
v
2
B
x
v
v
v
v
v
v
v
3
C
v
v
x
x
x
x
x
4
D
v
v
v
v
v
v
5
E
x
x
x
x
x
6
F
v
v
x
v
7
G
v
v
v
8
H
v
x
9
I
x
10
J
11
B (betul)
Geografi SMA K - 10
78
Berdasarkan data di atas hitung :
1. Tingkat kesukaran
2. Daya pembeda
d. Evaluasi kegiatan belajar dan kunci jawaban •
Buatlah soal pilihan ganda.
•
Jelaskan secara lengkap tentang prosedur, tujuan dan manfaat dilakukan analisis tingkat kesukaran item tes.
•
Jelaskan secara lengkap tentang prosedur, tujuan dan manfaat dilakukan analisis daya pembeda item tes.
e. Umpan balik dan tindak lanjut •
Lakukan tes pada peserta didik anda menggunakan tes pilihan ganda.
•
Cermati hasil tes tersebut, dan lakukan pengolahan dalam bentuk tabel.
•
Lakukan analisis butir soal untuk mengetahui tingkat kesukaran dan daya pembeda.
f. Kunci jawaban •
Dapat digunakan untuk self assesment sekiranya diperlukan sebagai tolak ukur untuk mengetahui keberhasilan diri sendiri.
2. Kegiatan Belajar 2 Analisis Butir Soal Menggunakan ITEMAN a. Tujuan Pembelajaran •
Menganalisis daya pembeda item tes.
•
Menganalisis tingkat kesukaran item tes.
b. Uraian Materi Pengertian
Kegiatan menganalisis butir soal merupakan suatu kegiatan yang harus dilakukan guru untuk meningkatkan mutu soal yang telah ditulis. Kegiatan ini merupakan proses pengumpulan, peringkasan, dan penggunaan informasi dari Geografi SMA K - 10
79
jawaban siswa untuk membuat keputusan tentang setiap penilaian. Tujuan penelaahan adalah untuk mengkaji dan menelaah setiap butir soal agar diperoleh soal yang bermutu sebelum soal digunakan. Di samping itu, tujuan analisis butir soal juga untuk membantu meningkatkan tes melalui revisi atau membuang soal yang tidak efektif, serta untuk mengetahui informasi diagnostik pada siswa apakah mereka sudah/belum memahami materi yang telah diajarkan. Soal yang bermutu adalah soal yang dapat memberikan informasi setepat tepatnya sesuai dengan tujuannya di antaranya dapat menentukan peserta didik mana yang sudah atau belum menguasai materi yang diajarkan guru.
Manfaat Soal yang Telah Ditelaah
Tujuan utama analisis butir soal dalam sebuah tes yang dibuat guru adalah untuk
mengidentifikasi
kekurangan-kekurangan
dalam
tes
atau
dalam
pembelajaran. Berdasarkan tujuan ini, maka kegiatan analisis butir soal memiliki banyak manfaat, di antaranya adalah: (1) dapat membantu para pengguna tes dalam evaluasi atas tes yang digunakan, (2) sangat relevan bagi penyusunan tes informal dan lokal seperti tes yang disiapkan guru untuk siswa di kelas, (3) mendukung penulisan butir soal yang efektif, (4) secara materi dapat memperbaiki tes di kelas, (5) meningkatkan validitas soal dan reliabilitas . Di samping itu, manfaat lainnya adalah: (1) menentukan apakah suatu fungsi butir soal sesuai dengan yang diharapkan, (2) memberi masukan kepada siswa tentang kemampuan dan sebagai dasar untuk bahan diskusi di kelas, (3) memberi masukan kepada guru tentang kesulitan siswa, (4) memberi masukan pada aspek tertentu untuk pengembangan kurikulum, (5) merevisi materi yang dinilai atau diukur, (6) meningkatkan keterampilan penulisan soal.
Analisis butir soal biasanya didesain untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut ini. (1) Apakah fungsi soal sudah tepat? (2) Apakah soal ini memiliki tingkat kesukaran yang tepat? (3) Apakah soal bebas dari hal-hal yang tidak relevan? (4) Apakah pilihan jawabannya efektif? Kegunaan analisis butir soal bukan hanya terbatas untuk peningkatkan butir soal, tetapi ada beberapa hal, yaitu bahwa data analisis butir soal bermanfaat sebagai dasar: (1) diskusi kelas efisien tentang hasil tes, (2) untuk kerja remedial, (3) untuk peningkatan secara umum pembelajaran di kelas, dan (3) untuk peningkatan keterampilan pada konstruksi tes. Geografi SMA K - 10
80
Berbagai uraian di atas menunjukkan bahwa analisis butir soal adalah: (1) untuk menentukan soal-soal yang cacat atau tidak berfungsi penggunaannya; (2) untuk meningkatkan butir soal melalui tiga komponen analisis yaitu tingkat kesukaran, daya pembeda, dan pengecoh soal, serta meningkatkan pembelajaran melalui ambiguitas soal dan keterampilan tertentu yang menyebabkan peserta didik sulit. Di samping itu, butir soal yang telah dianalisis dapat memberikan informasi kepada peserta didik dan guru
Analisis Butir Soal Untuk menelaah atau menganalisis butir soal dapat dilakukan secara kualitatif maupun kuantitatif. Penelaah secara kualitatif pada prinsipnya dilaksanakan berdasarkan kaidah penulisan soal (tes tertulis, perbuatan, dan sikap). Penelaahan ini biasanya dilakukan sebelum soal digunakan/diujikan. Aspek yang diperhatikan di dalam penelaahan secara kualitatif ini adalah setiap soal ditelaah dari segi materi, konstruksi, bahasa/budaya, dan kunci jawaban/pedoman penskorannya. Dalam melakukan penelaahan setiap butir soal, penelaah perlu mempersiapkan bahanbahan penunjang seperti: (1) kisi-kisi tes, (2) kurikulum yang digunakan, (3) buku sumber, dan (4) kamus bahasa Indonesia. Sedangkan penelaahan secara kuantitatif adalah penelaahan butir soal yang didasarkan pada data empirik dari butir soal yang bersangkutan. Data empirik ini diperoleh dari soal yang telah diujikan lalu dianalisis dengan berbagai tehnik seperti manual, kalkulator maupun komputer. Saat ini analisis dengan memanfaatkan software komputer sering digunakan misalnya excel, SPSS dan Iteman. Aspek yang perlu diperhatikan dalam analisis butir soal secara kuantitatif adalah setiap butir soal ditelaah dari segi: tingkat kesukaran butir, daya pembeda butir, dan penyebaran pilihan jawaban (untuk soal bentuk obyektif) atau frekuensi jawaban pada setiap pilihan jawaban. Untuk kali ini akan diuraikan analisis butir soal dengan menggunakan software ITEMAN.
Item And Analysis (ITEMAN) ITEMAN merupakan program komputer yang digunakan untuk menganalisis butir soal secara klasik. Program ini termasuk satu paket program dalam MicroCAT°n Geografi SMA K - 10
81
yang dikembangkan oleh Assessment Systems Corporation mulai tahun 1982 dan mengalami revisi pada tahun 1984, 1986, 1988, dan 1993; mulai dari versi 2.00 sampai dengan versi 3.50. Alamatnya adalah Assessment Systems Corporation, 2233 University Avenue, Suite 400, St Paul, Minesota 55114, United States of America.
Program ini dapat digunakan untuk: (1) menganalisis data file (format ASCII) jawaban butir soal yang dihasilkan melalui manual entry data atau dari mesin scanner; (2) menskor dan menganalisis data soal pilihan ganda dan skala Likert untuk 30.000 siswa dan 250 butir soal; (3) menganalisis sebuah tes yang terdiri dari 10 skala (subtes) dan memberikan informasi tentang validitas setiap butir (daya pembeda, tingkat kesukaran, proporsi jawaban pada setiap option), reliabilitas (KR20/Alpha), standar error of measurement, mean, variance, standar deviasi, skew, kurtosis untuk jumlah skor pada jawaban benar, skor minimum dan maksimum, skor median, dan frekuensi distribusi skor,
Saat ini telah tersedia ITEMAN tinder Windows 95, 98, NT, 2000, ME, dan XP dengan
harga
$299.
Sebelum
menggunakan
program
Iteman,
bacalah
manualnya/buku petunjuk pengoperasionalnya secara seksama. Sebagai contoh, tahap awal adalah membuat "file data" (control file) yang berisi 5 komponen utama, yaitu: 1.
Baris pertama adalah baris pengontrol yang mendeskripsikan data.
2.
Baris kedua adalah daftar kunci jawaban setiap butir soal.
3.
Baris ketiga adalah daftar jumlah option untuk setiap butir coal.
4.
Baris keempat adalah daftar butir soal yang hendak dianalisis (jika butir yang akan dianalisis diberi tanda Y (yes), jika tidak diikutkan dalam analisis diberi tanda N (no).
5.
Baris kelima dan seterusnya adalah data siswa dan pilihan jawaban siswa.
Setiap pilihan jawaban siswa (untuk soal bentuk pilihan ganda) diketik dengan menggunakan huruf, misal ABCD atau angka 1234 untuk 4 pilihan jawaban atau ABCDE atau 12345 untuk 5 pilihan jawaban. Langkah-Langkah Menggunakan Program ITEMAN
Pertama, data diketik di DOS atau Windows. Cara termudah adalah menggunakan Geografi SMA K - 10
82
program Windows yaitu dengan mengetik data di tempat Notepad. Caranya adalah klik Start-Programs-Accessories-Notepad.
Geografi SMA K - 10
83
Lalu muncul tampilan notepad
Kedua, Masukan data dengan memperhatikan format penulisan sesuai program ITEMAN.
Geografi SMA K - 10
84
Jumlah butir soal Spasi Jawaban kosong Spasi Butir soal yang belum dikerjakan Sp asi Jumlah ketukan Kunci penulisan jawaban identitas Jumlah data pilihan/option Soal dianalisis (Y) / Tidak (N) Identitas dan Jawaban Siswa
Contoh pengetikan data untuk soal bentuk pilihan ganda:
Ketiga, data yang telah diketik disimpan dalam folder yang didalamnya sudah terisi program ITEMAN. Misal disimpan dengan nama file: SOAL1
Geografi SMA K - 10
85
Keempat, buka program Iteman untuk mulai melakukan analisis yaitu dengan mengklik icon file Iteman.
Tunggu sampai muncul tampilan berikut ini:
Kemudian isilah pertanyaan-pertanyaan yang muncul di layar computer seperti berikut.
Enter the name of the input file: SOALl.txt <enter> Enter the name of the output file: SOALlout.txt <enter> Do you want the scores written to a file? (Y/N) Y <enter>
Kelima, membaca hasil analisis yaitu: 1) Buka kembali program notepad 2) Klik open 3) Klik file SOALlout (jika file SOALlout tidak muncul gantilah Text Documents dengan All Files)
Geografi SMA K - 10
86
4) Maka akan muncul tampilan data berikut ini:
a. Interpretasi Hasil Analisis Program ITEMAN
Geografi SMA K - 10
87
Hasil dari analisis ITEMAN dapat berupa dua file yaitu file statistik dan file skor. Keduanya berupa file ASCII yang dapat dilihat dengan menggunakan program pengolah kata (word processor). File statistik hasil analisis ITEMAN dapat dibedakan ke dalam 2 bagian, yaitu : Statistik butir soal dan statistik tes (skala). Gambar 4 di atas menunjukkan hasil analisis statistik butir soal, sedangkan gambar 5 menunjukkan hasil analisis statistik tes. Interpretasi kedua gambar di atas dapat diuraikan sebagai berikut :
Statistik Butir Soal Untuk tes/skala yang terdiri dari butir-butir soal yang bersifat dikotomi misalnya pilihan ganda, statistik berikut adalah output dari setiap butir soal yang dianalisis : (lihat gambar 4) 1. Seq. No adalah nomor urut butir soal dalam file data. 2. Scala-item adalah nomor urut butir soal dalam skala (tes/subtes) 3. Prop. Correct adalah proporsi siswa( peserta tes) yang menjawab benar butir soal. Nilai ekstrim (mendekati nol atau satu) menunjukan bahwa butir soal tersebut terlalu sukar atau terlalu mudah untuk peserta tes. Indeks ini disebut juga indeks tigkat kesukaran soal secara klasikal. 4. Biser adalah indeks daya pembeda soal dengan menggunakan koefisien korelasi biserial. Nilai positif menunjukan bahwa peserta tes yang menjawab benar butir soal, mempunyai skor yang relatif tinggi dalam tes/skala tersebut. Sebaliknya nilai negatif menunjukan bahwa peserta tes yang menjawab benar butir soal, memperoleh skor yang relatif rendah dalam tes/skala tersebut. Untuk statistik pilihan jawaban (alternative) korelasi biserial negatif sangat tidak dikehendaki untuk kunci jawaban dan sangat dikehendaki untuk pilihan jawaban yang lain (pengecoh). 5. Point-biser adalah juga indeks daya pembeda soal dan pilihan jawaban (alternatif)
dengan
menggunakan
koefisien
korelasi
point-biserial.
Penafsirannya sama dengan statistik biserial. Catatan : Nilai -9.000 menunjukan bahwa statistik butir soal atas pilihan jawaban tidak dapat di hitung. Hal ini sering kali terjadii apabila tidak ada peserta tes yang menjawab butir soal/ pilihan jawaban tersebut 6. Statistik pilihan jawaban (alternative) memberikan informasi yang sama dengan statistik butir soal. Perbedaannya adalah bahwa statistik pilihan jawaban dihitung secara terpisah. Untuk setiap piihan jawaban dan didasarkan pada dipilih tidaknya alternatif tersebut, bukan pada benarnya Geografi SMA K - 10
88
jawaban. Tanda (*) yang muncul di sebelah kanan hasil analisis menunjukan kunci jawaban.
Statistik Tes/Skala Gambar 5 menunjukkan hasil analisis statistik untuk tes/skala dengan interpretasi berikut : 1. N of items adalah jumlah butir soal dalam tes/skala yang ikut dianalisis. Untuk tes/skala yang terdiri dari butir-butir soal dikotomi, hal ini merupakan jumlah total butir soal dalam tes /skala. 2. N of examines adalah jumlah peserta tes yang digunakan dalam analisis. 3. Mean adalah skor rata-rata peserta tes. 4. Variance adalah varian dari distribusi skor peserta tes yang memberikan gambaran tentang sebaran skor peserta tes. 5. Std. Dev adalah deviasi standar dari distribusi skor peserta tes. Deviasi standar adalah akar dari variance. 6. Skew adalah kemiringan distribusi skor peserta tes yang memberikan gambaran tentang bentuk distribusi skor peserta tes. Kemiringan negatif menunjukan bahwa sebagian besar skor berada pada bagian atas (skor tinggi) dari distribusi skor. Sebaliknya kemiringan positif menunjukan bahwa sebagian besar skor berada bagian bawah (skor rendah) dari distribusi skor. Kemiringan nol menunjukan bahwa skor berdistribusi secara simetris di sekitar skor rata-rata (Mean). 7. Kurtosis adalah puncak distribusi skor yang menggambarkan kelandaian distribusi skor dibanding dengan distribusi normal. Nilai positif menunjukan distribusi yang lebih lancip (memuncak) dan nilai negatif menunjukan distribusi yang lebih landai (merata). Kurtosis untuk distribusi normal adalah nol. 8. Minimun adalah skor terendah peserta tes dalam tes/skala tersebut. 9. Maximum adalah skor tertinggi peserta tes dalam tes/skala tersebut. 10. Median adalah skor tengah dimana 50% skor berada pada atau lebih rendah dari skor tersebut. 11. Alpha adalah koefisien reliabilitas alpha untuk tes/skala tersebut yang merupakan indeks homogenitas tes/skala. Koefisien alpha bergerak dari 0,0 sampai 1,0. Koefisien alpha hanya cocok digunakan pada tes yang bukan mengukur kecepatan (speeded test ) dan yang hanya mengukur satu dimensi (single-trait). Geografi SMA K - 10
89
12. SEM adalah kesalahan pengukuran standar untuk setiap tes/skala. SEM merupakan estimit dari deviasi standar kesalahan pengukuran dalam skor tes. 13. Mean P adalah rata-rata tingat kesukaran semua butir soal dalam tes secara klasikal dihitung dengan cara mencari rata-rata proporsi peserta tes yang menjawab benar untuk semua butir soal dalam tes/skala. 14. Mean item-Tot nilai rata-rata indeks daya pembeda dari semua soal dalam tes/skala yang diperoleh dengan menghitung nilai rata-rata point biserial dari semua soal dalam tes/skala. 15. Mean-Biserial adalah juga nilai rata-rata indeks daya pembeda yang diperoleh dengan menghitung nilai rata-rata korelasi biserial dari semua butir soal dalam tes/skala. Scale intercorrelation adalah indeks korelasi antara skor-skor peserta tes yang diperoleh dari setiap subtes/subskala
Membaca data hasil analisis ITEMAN:
1. Untuk melihat tingkat kesulitan butir soal maka data yang dilihat adalah data pada kolom Prop.Correct 2. Untuk melihat daya beda option butir soal maka data yang dilihat adalah data pada kolom Point Biser 3. Untuk melihat keberfungsian distraktor maka data yang dilihat adalah data pada kolom Prop.Endorsing 4. Untuk melihat koefisien reliabilitas maka data yang dilihat adalah data Scale Statistics pada point Alpha 5. Untuk melihat rata-rata tingkat kesukaran/kesulitan semua butir soal maka data yang dilihat adalah data Scale Statistics pada point Mean P 6. Untuk melihat rata-rata daya beda semua butir soal maka data yang dilihat adalah data Scale Statistics pada point Mean Item-Tot.
Untuk menginterpretasikan data maka dapat dilihat rmbu-rambu penerimaan butir menurut beberpa ahli teori klasik berikut ini:
Kriteria baik tidaknya butir soal menurut Ebel dan Frisbie (1991) dalam Essentials of Educational Measurement halaman 232 adalah bila korelasi point biserial: >0.40
= butir soal sangat baik;
0.30 - 0.39
= soal baik, tetapi perlu perbaikan;
0.20 - 0.29
= soal dengan beberapa catatan, biasanya diperlukan perbaikan;
Geografi SMA K - 10
90
< 0. 19
= soal jelek, dibuang, atau diperbaiki melalui revisi.
Adapun tingkat kesukaran butir soal memiliki skala 0 - 1. Semakin mendekati 1 soal tergolong mudah dan mendekati 0 soal tergolong sukar. Menurut Dawson (1972) butir soal yang memiliki tingkat kesulitan 0,25 – 0,75 dikatakan baik.
Ebel (1972) mengatakan bahwa alat ukur yang memiliki koefisien reliabilitas 0,8 sudah baik. Feldt & Brehmman (1989) menyatakan soal pilihan ganda yang memiliki koefsien reliabilitas lebih besar atau sama dengan 0,70 sudah dikatakan baik.
Menurut Ebel (1972) butir yang memiliki daya pembeda lebih besar atau sama dengan 0,41 dikatakan baik atau menurut Fernandes (1984) butir soal yang memiliki daya pembeda lebih besar dari 0,2 sudah bisa dikatakan baik.
Nitko (1996) menyatakan distraktor dikatakan berfungsi jika paling sedikit dipilih oleh satu orang peserta tes dari kelompok rendah. Menurut Fernandes (1984) distraktor butir soal dikatakan baik jika paling tidak dipilih oleh 2% dari seluruh peserta.
Untuk mempermudah membuat kesimpulan dan tindak lanjut maka dapat dibuat tabel berikut ini:
Tingkat
Daya
Keberfungsian
Kesulitan
Beda
Distraktor
1
0,600
0,425
….
….
….
12
0,800
-0,144
13
0,700
0,360
No.butir
Semua pilihan ada yang memilih ….. Pilihan D tidak ada yang memilih Pilihan A dan D tidak ada yang memilih
Keterangan
diterima ….. revisi
revisi
c. Uraian Kegiatan/Aktivitas Pembelajaran •
Bacalah secara cermat tentang analisis butir soal.
Geografi SMA K - 10
91
•
Sebelum melakukan analisis butir soal secara digital, sebaiknya peserta sudah memahami analisis butir soal secara manual.
•
Perhatikan data hipotetik di bawah ini hasil uji kompetensi guru. 10 o n 18 ABCDEABCDE 5555555555 YYYYYYYYYY ANDANG
ABCDEABCDE
BUDI SUSILO
ACDDEABBDD
CITRA LESTA
BBBEEBBCCE
DEWI ISMOYO CACEDBCBEB EVIWATI
ADCBCCEDBA
ARIFIN
AADCBABDBB
WAHYU TRIS
BEACABDCBA
EFENDI DWI
ABCEABCDAE
BAMBANG
CCEDDABBAB
LILIK KURNIA
ABABCEDAEB
•
Analisislah data tersebut menggunakan Iteman.
•
Buatlah dalam daftar tabel tingkat kesukaran, daya pembeda, soal yang perlu revisi dan berapa reliabilitas serta meannya.
Nomor Tingkat
Daya
Soal
Item
Pembeda
Diterima/
Kesukaran
Tes
Mean
Reliabilitasnya
Revisi
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Geografi SMA K - 10
92
9. 10.
d. Evaluasi kegiatan belajar dan kunci jawaban •
Buatlah soal pilihan ganda sebanyak 30 item tes.
•
Berikan 5 option jawaban untuk masing-masing item tes.
•
Gunakan untuk mengukur ketercapaian kompetensi peserta didik melalui ujian/tes.
•
Tabulasikan hasil tes peserta didik dalam notepad seperti dalam langkahlangkah memulai Iteman.
•
Analisislah hasilnya, perhatikan apakah item tes kita memiliki daya beda yang baik.
•
Analisislah apakah tingkat kesukarannya menyebar merata dari yang mudah, sedang, dan sukar.
•
Perhatikan apakah kunci jawaban tidak bias.
•
Perhatikan apakah distraktor/pengecoh berfungsi.
e. Umpan balik dan tindak lanjut •
Perhatikan data hasil analisis item tes menggunakan program Iteman berikut ini.
Item analysis for data from file UKG.txt
Item Statistics
Page 1
Alternative Statistics
----------------------- ----------------------------------Seq. Scale Prop.
Point
Prop.
Point
No. -Item Correct Biser. Biser. Alt. Endorsing Biser. Biser. Key ---- ----- ------- ------ ------ ----- --------- ------ ------ ---
1
0-1
0.067
Geografi SMA K - 10
0.166 0.086
A
0.000
-9.000 -9.000 93
B
0.067
0.166 0.086 *
C
0.100
0.028 0.016
D
0.833
-0.106 -0.071
Other 0.000
2
0-2
0.733 -0.195 -0.145
CHECK THE KEY D was specified, B works better
-9.000 -9.000
A
0.167
-0.179 -0.120
B
0.100
0.620 0.363 ?
C
0.000
-9.000 -9.000
D
0.733
-0.195 -0.145 *
Other 0.000
3
0-3
0.833
0.354 0.237
-9.000 -9.000
A
0.833
0.354 0.237 *
B
0.067
-0.045 -0.023
C
0.067
-0.637 -0.330
D
0.033
-0.002 -0.001
Other 0.000
4
0-4
0.667 -0.070 -0.054
CHECK THE KEY C was specified, A works better
A
0.067
0.335 0.174 ?
B
0.200
0.074 0.052
C
0.667
-0.070 -0.054 *
D
0.067
-0.299 -0.155
Other 0.000
5
0-5
0.233
0.210 0.152
0-6
0.500
Geografi SMA K - 10
0.254 0.202
-9.000 -9.000
A
0.233
0.210 0.152 *
B
0.367
0.067 0.053
C
0.400
-0.232 -0.183
D
0.000
-9.000 -9.000
Other 0.000
6
-9.000 -9.000
-9.000 -9.000
A
0.133
-0.486 -0.308
B
0.500
0.254 0.202 *
C
0.200
0.211 0.148
D
0.167
-0.222 -0.149 94
Other 0.000
7
0-7
0.267
0.062 0.046
A
0.267
-9.000 -9.000
0.062 0.046 *
B
0.033
-0.297 -0.123
C
0.200
-0.023 -0.016
D
0.500
0.021 0.016
Other 0.000 •
-9.000 -9.000
Dari hasil Iteman di atas analisislah tingkat kesukaran, daya pembeda, kunci jawaban, dan pengecoh/distraktornya.
•
Gunakan bantuan tabel berikut untuk membuat kesimpulan.
Geografi SMA K - 10
95
Nomor
Tingkat
Daya
Kunci
Pengecoh/
Item
Kesukaran
Pembeda
Jawaban
Distraktor
tes 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. •
Kesimpulan: ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ………………………………………………
f. Kunci jawaban •
Dapat digunakan untuk self assesment sekiranya diperlukan sebagai tolak ukur untuk mengetahui keberhasilan diri sendiri.
Geografi SMA K - 10
96
E. BAB V PENGEMBANGAN RPP
1. Kegiatan Pembelajaran 1 Pengertian dan komponen RPP a. Tujuan Pembelajaran 1) Melalui membaca dapat menjelaskan pengertian RPP 2) Melalui membaca dapat menganalisis RPP kurikulum 2006 dengan RPP kurikulum 2013 b. Indikator Pencapaian Kompetensi 1) Menjelaskan pengertian RPP 2) menganalisis RPP kurikulum 2006 dengan RPP kurikulum 2013
c. Uraian Materi RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RPP merupakan langkah-langkah yang harus dikerjakan oleh guru dalam melaksanakan pembelajaran. Dengan kata lain RPP merupakan pedoman bagi guru dalam kegiatan belajar mengajar. RPP biasanya berupa petunjuk, langkahlangkah untuk memandu guru. RPP dapat digunakan untuk semua mata pelajaran. Tugas-tugas dalam sebuah RPP
ditulis secara rinci tentang apa yang harus
dilakukan oleh guru maupun oleh peserta didik. Lebih jelasnya RPP adalah rencana atau program yang disusun oleh guru untuk satu atau dua pertemuan, untuk mencapai target satu kompetensi dasar. RPP diturunkan dari silabus yang telah disusun dan bersifat aplikatif di kelas. RPP berisi gambaran tentang kompetensi dasar yang akan dicapai, yang dijabarkan pada indikator, tujuan, materi, skenario pembelajaran tahap demi tahap serta authentic assesmentnya. Tujuan
pembuatan
RPP
adalah
mempermudah,
memperlancar
dan
meningkatkan hasil proses belajar mengajar. Dengan menyusun RPP secara profesional, sistematik dan berdayaguna maka guru akan mampu melihat, mengamati, menganalisis dan memprediksi program pembelajaran sebagai kerangka kerja yang logis dan terencana. Fungsi Rencangan Pelaksanaan Pembelajaran adalah sebagai acuan bagi guru untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar agar lebih terarah dan berjalan secara efektif dan efisien serta untuk meningkatkan hasil belajar sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai. KOMPONEN RPP Geografi SMA K - 10
97
RPP dijabarkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan belajar peserta didik dalam upaya mencapai KD. Setiap guru sebelum mengajar wajib membuat RPP secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspratif, menyenangkan , menantang, memotivasi peserta didik .untuk berpartisi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa , kreatifitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
Komponan RPP adalah : 1. Identitas mata pelajaran Satuan Pendidikan
:
Mata Pelajaran
:
Kelas/semester
:
Alokasi waktu
:
Pertemuan ke-
:
Contoh identitas RPP sebagai berikut. RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Satuan Pendidikan
:
SMA................................
Mata Pelajaran
:
Geografi
Kelas / Semester
:
X/2
Alokasi waktu
:
2 x 45 menit
Pertemuan ke -
:
2
2. Standar Kompetensi Standar Kompetensi merupakan kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan penguasaan sikap pengetahuan dan ketrampilan yang diharapkan dicapai pada setiap tingkat atau semester pada suatu mata pelajaran. Standar Kompetensi diambil dari Standar Isi. Contoh Standar Kompetensi untuk Mata Pelajaran Geografi Kelas X semester 2 Standar Kompetensi : 3. Menganalisis unsur-unsuR geosfer
3.
Kompetensi Dasar
Geografi SMA K - 10
98
Kompetensi dasar merupakan penjabaran lebih lanjut dari standar kompetensi adalah sejumlah kemampuan yang harus dikuasai peserta didik dalam
mata
pelajaran
tertentu
sebagai
rujukan
menyusun
indikator
kompetensi dalam suatu pelajaran. Kompetensi Dasar telah ditetapkan dalam Standar Isi. Contoh Kompetensi Dasar dari Standar Kompetensi di atas. Kompetensi Dasar
: 3.2. Menganalisis atmosfer dan dampaknya terhadap kehidupan di muka bumi
4. Indikator Pencapain Kompetensi Indikator
kompetensi
adalah
perilaku
yang
dapat
diukurdan/atau
diobservasi untuk menenunjukkan ketercapaian kompetensi dasar tertentu yang menjadi acuan penilaian mata pelajaran. Indikator pencapaian kompetensi dirumuskan dengan menggunakan kata kerja operasional (KKO) yang dapat diamati dan diukur
yang mencakup sikap, pengetahuan dan
ketrampilan. Contoh indikator untuk Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar di atas. Indikator:
Mengukur suhu udara di dalam ruangan dan di luar ruangan.
Membandingkan suhu udara di dalam ruangan dan di luar ruangan.
Menganalisis dampak suhu udara terhadap kehidupan di muka bumi.
Menentukan pergerakan (arah dan kecepatan) angin.
Menganalisis dampak angin terhadap kehidupan di muka bumi.
5. Tujuan Pembelajaran Tujuan pembelajaran menggambarkan proses dan hasil belajar yang diharapkan dicapai oleh peserta didik sesuai dengan Kompetensi Dasar (KD). Contoh tujuan pembelajaran seperti: Setelah melakukan pengamatan dan diskusi, siswa dapat : 1.
Mengukur suhu udara di dalam ruangan dan di luar ruangan.
2.
Membandingkan suhu udara di dalam ruangan dan di luar ruangan.
3.
Menganalisis dampak suhu udara terhadap kehidupan di muka bumi.
4.
Menentukan pergerakan (arah dan kecepatan) angin.
5.
Menganalisis dampak angin terhadap kehidupan di muka bumi.
Geografi SMA K - 10
99
6. Materi ajar Materi ajar memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indukator pencapaian kompetensi.
Agar penjabaran dan penyusunan kemampuan dasar tidak
meluas dan melebar, maka perlu diperhatikan kriteria untuk menyeleksi materi yang perlu diajarkan. Kriteria tersebut antara lain:
Sahih (Valid) Materi yang akan dituangkan dalam pembelajaran benar-benar telah teruji kebenaran dan kesahihannya. Pengertian ini juga berkaitan dengan keaktualan materi, sehingga materi yang diberikan dalam pembelajaran tidak ketinggalan jaman dan memberikan kontribusi untuk pemahaman kedepan. Tingkat Kepentingan Dalam memilih materi perlu dipertimbangkan pertanyaan berikut : sejauh mana materi tersebut penting dipelajari? Penting untuk siapa? Dimana dan mengapa penting? Dengan demikian, materi yang dipilih untuk diajarkan tentunya memang yang benar-benar diperlukan oleh siswa. Kebermanfaatan Manfaat harus dilihat dari semua sisi, baik secara akademis maupun non akademis. Bermanfaat secara akademis artinya guru harus yakin bahwa materi yang diajarkan dapat memberikan dasar-dasar pengetahuan dan keterampilan yang akan dikembangkan lebih lanjut pada jenjang pendidikan selanjutnya. Bermanfaat secara non akademis maksudnya adalah bahwa materi yang diajarkan dapat mengembangkan kecakapan hidup (life skill) dan sikap yang dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari.
Layak Dipelajari
Geografi SMA K - 10
100
Materi memungkinkan untuk dipelajari, baik dari aspek tingkat kesulitannya (tidak terlalu mudah, atau tidak terlalu sulit) maupun aspek kelayakannya tehadap pemanfaatan bahan ajar dan kondisi setempat.
Menarik Minat Materi yang dipilih hendaknya menarik minat dan dapat memotivasi siswa untuk mempelajarinya lebih lanjut. Setiap materi yang diberikan kepada siswa harus mampu menumbuhkan rasa ingin tahu, sehingga memunculkan dorongan untuk mengembangkan sendiri kemampuan mereka. Contoh Materi Ajar berdasarkan SK KD dan indikator di atas: 1.
Dinamika cuaca dan iklim Cuacar adalah.......... Iklim adalah.........
2.
Unsur-unsur cuaca dan iklim Unsur-unsur cuaca terdiri atas...... Faktor iklim adalah......
3.
Dampak cuaca dan iklim terhadap kehidupan di muka bumi Dampak cuaca terhadap kehidupan di bumi.... Dampak iklim bagi kehidupan di muka bumi adalah... Materi ajar berisi materi esensial hendaknya diuraikan berkaitan dengan
fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator pencapaian kompetensi.
7. Alokasi Waktu Alokasi waktu ditentukan sesuai dengan keperluan untuk mencapai KD dan beban belajar (lihat contoh alokasi waktu yang terdapat pada identitas RPP di atas)
8. Metode Pembelajaran Metode pembelajaran digunakan oleh guru untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik mencapai kompetensi dasar atau seperangkat indikator yang telah ditentukan. Penggunakan metode pembelajaran disesuaikan dengan situasi dan kondisi peserta didk serta karakterisatik dari setiap indikator dan kompetensi yang hendak dicapai pada
Geografi SMA K - 10
101
setiap mata pelajaran. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam PBM antara lain : a.
Berikan kebebasan dan bimbingan kepada siswa dalam memaknai (konseptualisasi) materi yang sedang dibahas, (pembelajaran pencapaian konsep dan konstruktivistik).
b.
Upayakan penciptaan kegiatan yang memungkinkan siswa bekerjasama, kolaborasi dalam memahami materi yang sedang dibahas (pembelajaran kooperatif).
c.
Berikan kesempatan kepada siswa untuk mencoba atau menerapkan materi yang telah dipelajari.
d.
Gunakan berbagai macam media pembelajaran untuk memfasilitasi siswa dalam mempertajam dan memahami materi yang sedang dipelajari.
e.
Pelihara
kedisiplinan
dan
tanggungjawab
siswa
selama
proses
pembelajaran dan hindari kegiatan yang berdampak mengendornya semangat
belajar
siswa,
sehingga
menghambat
aktivitas
dan
kreativitasnya. f.
Akhir pelajaran upayakan untuk dapat menciptakan kegiatan-kegiatan yang dapat memelihara motivasi belajar siswa, sehingga mereka terlatih untuk mencari tahu di luar sekolah tentang sejauh mana kebenaran dari apa yang telah dipelajari di sekolah. Kegiatan seperti mencari umpan balik perlu dilakukan, karena dalam mengakhiri pelajaran tanpa umpan balik akan menjadikan siswa bingung dalam mengukur perolehan belajarnya. Di samping itu perlu ada tindak lanjut yang perlu dilakukan siswa dalam rangka mengaplikasikan perolehan belajarnya di sekolah dalam situasi kehidupan nyata. Pelaksanaan pembelajaran tersebut hendaknya berpedoman kepada RPP. Untuk beberapa alternatif kegiatan dalam proses pembelajaran itu secara tertulis perlu dicantumkan pentahapannya dalam mempersiapkan rencana pelaksanaan
pembelajaran yaitu pada komponen kegiatan
pembelajaran. Contoh Metode Pembelajaran yang digunakan berdasarkan lanjutan rancangan di atas sebaga berikut. Pendekatan
: Contextual Teaching and Learning
Strategi
: Cooperative Learning
Metode
: Investigasi Kelompok dan Diskusi
Geografi SMA K - 10
102
9. Kegiatan Pembelajaran Untuk mencapai suatu kompetensi dasar harus dicantumkan langkahlangkah kegiatan setiap pertemuan. Pada dasarnya, langkah-langkah kegiatan memuat unsur kegiatan pendahuluan/pembuka, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Langkah-langkah standar yang harus dipenuhi pada setiap unsur kegiatan pembelajaran adalah sebagai berikut: a.
Kegiatan pendahuluan Pendahuluan merupakan
kegiatan awal dalam suatu pertemuan
pembelajaran yang ditunjukkan unuk membangkitkan motivasi dan memfokuskan perhatian peserta didik untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran. Dalam kegiatan pendahuluan guru : 1) Menyipakan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran 2) Mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan sebelumnya dengan materi yang akan diajar 3) Menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai 4) Menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian kegiatan sesuai silabus
Berikut contoh kegiatan pendahuluan berdasarkan lanjutan RPP di atas.
1. Kegiatan Pendahuluan a. Apersepsi dan motivasi memberi salam kepada siswa dan berdoa mengecek kehadiran siswa dengan menanyakan yang tidak hadir. menunjukan gambar bermain layang-layang dan meminta siswa mencermatinya. tanya jawab tentang makna gambar bermain layang-layang yang dihubungakan dengan konsep cuaca dan unsur-unsur cuaca, konsep suhu dan
angin yang telah dipelajari pada pertemuan
sebelumnya. Misalnya permainan apakah yang tampak di gambar? Geografi SMA K - 10
103
Pada cuaca yang bagaimana permainan layang-layang dapat dimainkan? Apakah cuaca itu? Apa syarat-syarat cuaca? b. Menyampaikan tujuan pembelajaran pada hari itu, yaitu mengukur suhu udara di dalam ruangan dan di luar ruangan, dampak suhu udara terhadap kehidupan di muka bumi, menentukan pergerakan dan arah angin, serta dampak angin terhadap kehidupan di muka bumi.
2. Kegiatan Inti Pelaksanan kegiatan inti merupkan proses mencapai
KD
menyenangkan,
yang
dilakukan
menantang,
pembelajaran untuk
secara
memotivasi,
interaktif, peserta
inspiratif,
didik
untuk
memotivasi peserta didik berpartisi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreatifitas dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Kegiatan inti merupakan metode yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran yang dapat meliputi proses eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi. 1) Eksplorasi Dalam kegiatan eksplorasi guru : (a) Melibatkan peserta didik untuk mencari informasi yang luas dan dalam tentang topik/tema materi yang akan dipelajari dengan menerapkan prinsip alam takambang jadi guru dan belajar dari aneka sumber (b) Menggunakan
beberapa
pendekatan
pembelajaran,
media
pembelajaran dan sumber belajar yang lain (c) Memfasilitai terjadinya interaksi antar peserta didik serta antara peserta didik denga guru, lingkungan
dan sumber belajar
lainnya. (d) Melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran (e) Memfasilitasi
peserta
didik
melakukan
percobaan
di
laboratorium, studio atau lapangan 2) Elaborasi Dalam kegiatan elaborasi guru :
Geografi SMA K - 10
104
(a) Membiasakan peserta didik membaca dan menulis yang beragam melalui tugas-tugas tertentu yang bermakna (b) Memfasilitai peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi dan lain-lain untuk memunculkan gagasan baru baik secra lisan maupun tertulis (c) Memberi
ketrampilan
untuk
berpikir,
menganalisis,
menyelesaikan masalah dan bertindak tanpa rasa takut (d) Memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dan kolaboratif (e) Memfasilitasi peserta didik dalam berkompetensin secara sehat untuk meningkatkan prestasi belajar (f) Memfasilitasi peserta didik dalam membuat laporan eksplorasi yang dilakukan baik lisan maupun tertulis secara individu maupun kelompok (g) Memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja individu maupun kelompok (h) Memfasilitasi peserta didik
melakukan pameran, turnamen,
festival, serta produk yang dihasilkan (i)
Memfasilitasi
peserta
didik
melakukan
kegiatan
yang
menumbuhkan kebanggaan dan rasa percaya diri peserta didik. 3)
Konfirmasi Dalam kegiatan komfirmasi guru : (a) Memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat, maupun hadih terhadap keberhasilan peserta didik (b) Memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi peserta didik melalui berbagai sumber (c) Memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk memperoleh pengalaman belajar yang telah dilakukan (d) Memfasilitasi peserta didik untuk memperoleh pengalaman yang bermakna dalam mencapai kompetensi dasar (1) Berfungsi sebagai nara sumber dan fasilitator dalam menjawab pertanyaan peserta didik yang menghadapi kesulitan, dengan menggunakan bahasa yang baku dan benar (2) Membantu menyelesaikan masalah
Geografi SMA K - 10
105
(3) Memberi acuan agar peserta didik dapat melakukan pengecekan hasil eksplorasi (4) Memberi informasi untuk bereksplorasi lebih jauh (5) Memberikan motivasi kepada peserta didik yang kurang atau belum berpartisi aktif. Berikut contoh kegiatan inti meliputi proses eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi sebagai lanjutan dari kegiatan pendahuluan di atas.
2.
Kegiatan Inti a.
Menjelaskan kegiatan yang akan dilaksanakan siswa selama proses pembelajaran. Misalnya: siswa
akan
belajar secara
berkelompok untuk melakukan pengamatan, pengukuran , pencatatan dan penyelesaian tugas tentang suhu udara dan angin menggunakan beberapa peralatan dengan panduan LKS b.
Membagi kelas menjadi 8 kelompok sesuai dengan pembagian kelompok yang telah ditetapkan pada pertemuan sebelumnya (kelompok Celcius, kelompok Fahrenheit, kelompok Reamour, kelompok Schmidt, kelompok Ferguson, kelompok Yunghuhn, kelompok Koppen, kelompok Oldeman)
c.
Membagi alat-alat pengukuran ( termometer, anemometer / kincir angin,
kantong angin/Bendera) dan Lembar Kegiatan Siswa
(LKS). d.
Menjelaskan cara kerja
pengukuran suhu udara,
penentuan
arah dan kecepatan angin. e.
Melaksanakan investigasi dengan melakukan pengukuran suhu udara, pergerakan dan kecepatan angin dengan pembagian tugas sebagai berikut:
di tempat yang terkurung bangunan untuk kelompok Celcius dan Fahrenheit
di lapangan rumput untuk kelompok Reamour dan Schmidt
di lapangan basket untuk kelompok Ferguson dan Yunghuhn
di bawah pohon rindang untuk kelompok Koppen dan
Oldeman f.
Membimbing
siswa
dalam
melaksanakan
pengamatan,
pengukuran dan pencatatan suhu serta arah dan kecepatan angin selama 10 menit. Geografi SMA K - 10
106
g.
Bersama-sama siswa kembali ke dalam kelas.
h.
Pelaporan hasil pengamatan, pengukuran dan pencatatan suhu serta pergerakan angin oleh masing-masing kelompok secara lisan. Setiap kelompok mencatat hasil pengukuran suhu, arah dan kecepatan angin yang dilakukan oleh kelompok lain ke dalam format yang tersedia (LKS), sehingga menjadi sebuah data/informasi yang lengkap selama 10 menit.
i.
Setiap kelompok kembali berdiskusi dan menyelesaikan kembali beberapa
tugas
yang
terdapat
dalam
LKS
dengan
bimbingan/fasilitasi guru
menggambar diagram batang dari hasil data pencatatan suhu di empat tempat tersebut.
Menganalisis perbedaan suhu dan kecepatan angin di 4 tempat
menganalisis faktor penyebab terjadinya perbedaan di 4
merumuskan
tempat rekomendasi
tentang
lingkungan
tempat
tinggal atau sekolah yang nyaman berdasarkan teori dan hasil analisis di lapangan. j.
Guru menentukan kelompok yang akan mewakili presentasi dari hasil diskusi
dengan cara diundi.Kelompok lain memberi
tanggapan berdasarkan hasil diskusi kelompok. k. 3.
Klarifikasi guru dari hasil investigasi dan diskusi siswa.
Kegiatan Penutup Penutup merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengakhiri aktivitas
pembelajaran
yang
dapat
dilakukan
dalam
bentuk
rangkuman atau kesimpulan, penilaian dan refleksi, umpan balik dan tindak lanjut. Dalam kegiatan penutup guru : 1)
Bersama-sama dengan peserta didik dan/atau sendiri membuat rangkuman/simpulan pelajaran
2)
Melakukan penilaian dan atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan secara konsisten dan terprogram
Geografi SMA K - 10
107
3)
Memberikan
umpan balik terhadap
proses dan hasil
pembelajaran 4)
Merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajara remidi,
program
pengayaan,
layanan
konseling
dan/atau
memberikan tugas baik tugas individu maupun kelompok sesuai hasil belajar peserta didik 5)
Menyampaikan rencana pembalajaran pada pertemua brikutnya.
Berikut Contoh Kegiatan Penutup sebagai lanjutan dari kegiatan inti di atas. 3.
Kegiatan Penutup a. Bersama-sama siswa menyimpulkan hasil pengamatan dan diskusi kelas. b. Melakukan refleksi tentang kegiatan yang telah dilakukan hari itu dengan meminta seorang siswa memberikan kesan setelah mengikuti pembelajaran pada pertemuan itu. c. Melaksanakan tes tertulis (soal terlampir) d. Tindak lanjut dengan memberikan penugasan kepada siswa Membuat kliping secara individu mengenai “Pemanasan Global (Global Warming)” Mengamati awan dan embun secara individu selama 1 minggu dengan menggunakan format (terlampir) Membaca
buku
Geografi
SMA
karangan….halaman…tentang
”Unsur
Kelembaban
persiapan
Udara”
untuk
Kelas
Cuaca: materi
Awan
X dan
pertemuan
berikutnya. 10. Penilain Hasil Belajar Prosedur
dan instruman penilaian proses hasil belajar
disesuaikan
dengan indikator pencapaian kompetensi dan mengacu kepada standar Penilaian. Penilaian dilakukan oleh guru terhadap proses dan hasil pembelajaran untuk mengukur tingkat pencapaian kompetensi peserta didik yang meliputi penilaian kognitif, afektif dan psikomotor, serta digunakan sebagai bahan penyusunan laporan kemajuan hasil belajar, dan memperbaiki proses pembelajaran. Geografi SMA K - 10
Penilaian
dilakukan
secara
konsisten,
sistematik,
dan 108
terprogram dengan menggunakan tes dan non tes dalam bentuk tertulis atau lisan, pengamatan kinerja, pengukuran sikap, penilaian hasil karya berupa ugas, proyek dan/atau produk, portopolii, dan penilaian diri, Penilaian hasil pembelajaran menggunakan standar penilaian Nomor 30 Tahun 2007 Tentang Standar Penilaian. Berikut satu contoh penilaian non tes berupa produk dari kegiatan penugasan Kliping berdasarkan RPP di atas. Produk Berupa Kliping Tema : Pemanasan Global dan Perubahan Iklim
No.
Nama
Aspek
Siswa
Tema
Jumlah Sumber
Isi
Skor
Analisis
Nilai
Ket.
Keterangan Skor: Tema:
Isi:
1 = Tidak ada
1 = Tidak sesuai tema
2 = Ada tetapi kurang tepat dan krg menarik 2 = Sesuai tema, kurang berbobot & aktual 3 = Ada tetapi kurang tepat/kurang menarik 3 = Sesuai tema, kurang berbobot/kurang aktual 4 = Ada, tepat, dan menarik
Sumber:
4 = Sesuai tema, berbobot dan aktual
Analisis:
1 = Tidak ada
1 = Tidak ada analisis
2 = Ada tetapi tidak lengkap, tidak akurat
2 = Ada analisis, kurang tepat & kurang berbobot
3 = Ada dan akurat , tidak lengkap/tdk akurat
3
=
Ada
analisis,
tetapi
kurang
tepat/krg.berbobot 4 = Ada, akurat dan lengkap
4 = Ada analisis, tepat dan berbobot
Skor perolehan Nilai =
X 100 Skor Maksimal
Geografi SMA K - 10
109
Kriteria Nilai A
=
80 – 100 :Baik Sekali
B
=
70 – 79
:Baik
C
=
60 – 69
:Cukup
D
=
‹ 60
:Kurang
(Contoh jika KKM =60)
11. Sumber Belajar Penentuan sumber belajar didasarkan pada standar kompetensi dan komptensi dasar, serta materi ajar, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi. Berikut
contoh
Sumber
belajar
yang
digunakan
dalam
kegiatan
pembelajaran dengan rancangan kegiatan inti tersebut di atas. 1.
Standar Isi Mata Pelajaran Geografi SMA
2.
Buku-buku sumber:
1) Judul Buku
: Geografi Kelas X
Pengarang
: K. Wardiyatmoko
Penerbit 2) Judul Buku Pengarang
: ................................ : Pengetahuan Sosial Geografi SMA / MA Kelas X : Pabundu Tika, Hermanto, Amin, Anik Arofah
Penerbit 3) Judul Buku Pengarang
: ................................ : Pelajaran Geografi untuk SMA / MA Kelas X : Gatot Harmanto
Penerbit
: ................................
3.
Gambar Bermain Layang-Layang (Terlampir)
4.
LKS (Terlampir)
5.
Termometer
6.
Anemometer / Kincir Angin
7.
Kantong Angin/Bendera Kecil
8.
Stopwatch
9.
Lembar nama kelompok untuk undian presentasi
PRINSIP PENYUSUNAN RPP 1.
Memperhatikan perbedaan individu peserta didik
Geografi SMA K - 10
110
RPP disusun dengan memperhatikan perbedaan jenis kelamin, kemampuan awal, tingkat intelektual, minat, motivasi belajar, bakat, potensi, kemampuan sosial, emosi, gaya belajar, kebutuhan khusus, kecepatan belajar, latar belakang budaya, norma,nilai, dan/atau lingkungan peserta didik. 2. Mendorong partisipasi aktif peserta didik Proses pembelajaran dirancang dengan berpusat pada peserta didik untuk mendorong motivasi, minat, kreativitas, inisiatif, inspirasi kemandirian dan semangat belajar. 3. Mengembangkan budaya membaca dan menulis Proses pembelajaran dirancang untuk mengembangkan kegemaran membaca,, pemahaman beragam bacaan dan berekspresi dalam berbagai bentuk tulisan.
4. Memberikan umpan balik dan tindak lanjut RPP membuat rancangan program pemberian umpan balik positif penguatan , pengayaan dan remidi.
5. Keterkaitan dan keterpaduan RPP disusun dengan memperhatikan keterkaitn dan keterpaduan antara SK, KD, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi, penilaian dan sumber belajar dalam satu kebutuhan pengalaman belajar.
RPP
disusun
dengan
mengakomodasi
pembelajaran
tematik,
keterpaduan lintas mata pelajaran, lintas aspek belajar dan keragaman budaya.
6. Penerapan teknologi informasi dan komunikasi RPP disusun dengan mempertimbangkan penerapan teknologi informasi dan komunikasi secara terintegrasi, sistematis, dan efektif sesuai dengan situasi dan kondisi
Keberhasilan dalam melaksanakan proses belajar mengajar tidak dapat dilepaskan dari proses perencanaan pembelajaran Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
Oleh karena itu, guru hendaknya menyusun dan
mengembangkan RPP sesuai dengan kondisi dan potensi siswa, sekolah sekolah, masyarakat, dan lingkungannya . Agar tujuan pembelajaran tercapai secara optimum, maka RPP dirancang lebih operasional dan rinci.
Geografi SMA K - 10
111
Geografi SMA K - 10
112
Contoh format RPP. RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN : ……………………..
Satuan Pendidikan Mata Pelajaran
: .................................
Kelas/Semester
: ……………..............
Alokasi Waktu
: ……………………
Pertemuan ke-
: …………………….
A.Standar Kompetensi
: ……………............................
B.Kompetensi Dasar
: ................................................
C.Indikator
: ................................................
D.Tujuan
: ................................................
E.Materi Ajar
: ................................................
F. Metode Pembelajaran
: ................................................
G Langkah-langkah Pembelajaran 1.
Kegiatan Pendahuluan
2.
Kegiatan Inti
3.
Kegiatan Penutup
H.Alat dan Bahan/Sumber Belajar I.Penilaian
Mengetahui
: ................................................
:..................................................
: .................................................
Guru Kelas,
Kepala Sekolah,
__________________ NIP.
Geografi SMA K - 10
_____________________ NIP
113
Contoh RPP Geografi SMA RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Satuan Pendidikan
:
SMA................................
Mata Pelajaran
:
Geografi
Kelas / Semester
:
X/2
Alokasi waktu Pertemuan Ke-
: 2 x 45 menit :2
A. Standar Kompetensi
:
B. Kompetensi Dasar
3. Menganalisis unsur unsur geosfer
: 3.2. Menganalisis atmosfer dan dampaknya
terhadap
kehidupan di muka bumi C. Indikator
: Mengukur suhu udara di dalam ruangan dan di luar ruangan. Membandingkan suhu udara di dalam ruangan dan di luar ruangan. Menganalisis dampak suhu udara terhadap kehidupan di muka bumi. Menentukan pergerakan (arah dan kecepatan) angin. Menganalisis dampak angin terhadap kehidupan di muka bumi.
D. Tujuan Pembelajaran Setelah melakukan pengamatan dan diskusi, siswa mampu : 1. Mengukur suhu udara di dalam ruangan dan di luar ruangan. 2. Membandingkan suhu udara di dalam ruangan dan di luar ruangan. 3. Menganalisis dampak suhu udara terhadap kehidupan di muka bumi. 4. Menentukan pergerakan (arah dan kecepatan) angin. 5. Menganalisis dampak angin terhadap kehidupan di muka bumi.
E. Materi Ajar 1. Dinamika cuaca dan iklim 2. Unsur-unsur cuaca dan iklim 3. Dampak cuaca dan iklim terhadap kehidupan di muka bumi Geografi SMA K - 10
114
F.
G.
Metode Pembelajaran 1.
Pendekatan
: Contextual Teaching and Learning
2.
Strategi
: Cooperative Learning
3.
Metode
: Investigasi Kelompok dan Diskusi
Kegiatan Pembelajaran 1. Kegiatan Pendahuluan a. Apersepsi dan Motivasi
memberi salam kepada siswa dan berdoa
mengecek kehadiran siswa dengan menanyakan yang tidak hadir.
menunjukan gambar bermain layang-layang dan meminta siswa mencermatinya.
tanya jawab tentang makna gambar bermain layang-layang yang dihubungakan dengan konsep cuaca dan unsur-unsur cuaca, konsep suhu dan angin yang telah dipelajari pada pertemuan sebelumnya. Misalnya permainan apakah yang tampak di gambar? Pada cuaca yang bagaimana permainan layang-layang dapat dimainkan? Apakah cuaca itu? Apa syarat-syarat cuaca?
b. Menyampaikan tujuan pembelajaran pada hari itu, yaitu mengukur suhu udara di dalam ruangan dan di luar ruangan, dampak suhu udara terhadap kehidupan di muka bumi, menentukan pergerakan dan arah angin, serta dampak angin terhadap kehidupan di muka bumi.
2. Kegiatan Inti a. Menjelaskan kegiatan yang akan dilaksanakan siswa selama proses pembelajaran. Misalnya: siswa akan belajar secara berkelompok untuk melakukan pengamatan, pengukuran , pencatatan dan penyelesaian tugas tentang suhu udara dan angin menggunakan beberapa peralatan dengan panduan LKS b. Membagi kelas menjadi 8 kelompok sesuai dengan pembagian kelompok yang telah ditetapkan pada pertemuan sebelumnya (kelompok Celcius,
115
kelompok Fahrenheit, kelompok Reamour, kelompok Schmidt, kelompok Ferguson, kelompok Yunghuhn, kelompok Koppen, kelompok Oldeman) c. Membagi alat-alat pengukuran ( termometer, anemometer / kincir angin, kantong angin/Bendera) dan Lembar Kegiatan Siswa (LKS). d. Menjelaskan cara kerja pengukuran suhu udara, penentuan arah dan kecepatan angin. e. Melaksanakan investigasi dengan melakukan pengukuran suhu udara, pergerakan dan kecepatan angin dengan pembagian tugas sebagai berikut: di tempat yang terkurung bangunan untuk kelompok Celcius dan Fahrenheit di lapangan rumput untuk kelompok Reamour dan Schmidt di lapangan basket untuk kelompok Ferguson dan Yunghuhn di bawah pohon rindang untuk kelompok Koppen dan Oldeman f. Membimbing siswa dalam melaksanakan pengamatan, pengukuran dan pencatatan suhu serta arah dan kecepatan angin selama 10 menit. g. Bersama-sama siswa kembali ke dalam kelas. h. Pelaporan hasil pengamatan, pengukuran dan pencatatan suhu serta pergerakan angin oleh masing-masing kelompok secara lisan. Setiap kelompok
mencatat hasil pengukuran suhu, arah dan kecepatan angin
yang dilakukan oleh kelompok lain ke dalam format yang tersedia (LKS), sehingga menjadi sebuah data/informasi yang lengkap selama 10 menit. i. Setiap kelompok kembali berdiskusi dan menyelesaikan kembali beberapa tugas yang terdapat dalam LKS dengan bimbingan/fasilitasi guru menggambar diagram batang dari hasil data pencatatan suhu di empat tempat tersebut. Menganalisis perbedaan suhu dan kecepatan angin di 4 tempat menganalisis faktor penyebab terjadinya perbedaan di 4 tempat merumuskan rekomendasi tentang lingkungan tempat tinggal atau sekolah yang nyaman berdasarkan teori dan hasil analisis di lapangan (Nilai karakter bangsa: peduli lingkungan, peduli sosial, dan disiplin). j. Guru menentukan kelompok yang akan mewakili presentasi dari hasil diskusi
dengan
cara
diundi.Kelompok
lain
memberi
tanggapan
berdasarkan hasil diskusi kelompok. k. Klarifikasi guru dari hasil investigasi dan diskusi siswa. Geografi SMA K - 10
116
3. Kegiatan Penutup a. Bersama-sama siswa menyimpulkan hasil pengamatan dan diskusi kelas. b. Melakukan refleksi tentang kegiatan yang telah dilakukan hari itu dengan meminta
seorang
siswa
memberikan
kesan
setelah
mengikuti
pembelajaran pada pertemuan itu. c. Melaksanakan tes tertulis (soal terlampir) d. Tindak lanjut dengan memberikan penugasan kepada siswa Membuat kliping secara individu mengenai “Pemanasan Global (Global Warming)” Mengamati awan dan embun secara individu selama 1 minggu dengan menggunakan format (terlampir) Membaca buku Geografi SMA Kelas X karangan….halaman…tentang ”Unsur Cuaca: Awan dan Kelembaban Udara” untuk persiapan materi pertemuan berikutnya. Menyampaikan pesan untuk menjaga lingkungan agar tercipta suhu udara yang sejuk dan nyaman dengan menanam pohon di halaman rumah baik secara langsung di tanah atau dalam pot). Salam penutup.
H. Sumber/Media/Alat/Bahan 1.
Standar Isi Mata Pelajaran Geografi SMA
2.
Buku-buku sumber: a.
b.
c.
Judul Buku
: Geografi Kelas X
Pengarang
: K. Wardiyatmoko
Penerbit
: ................................
Judul Buku
: Pengetahuan Sosial Geografi SMA / MA Kelas X
Pengarang
: Pabundu Tika, Hermanto, Amin, Anik Arofah
Penerbit
: ................................
Judul Buku
: Pelajaran Geografi untuk SMA / MA Kelas X
Pengarang
: Gatot Harmanto
Penerbit
: ................................
3.
Gambar Bermain Layang-Layang (Terlampir)
4.
LKS (Terlampir)
5.
Termometer
6.
Anemometer / Kincir Angin
7.
Kantong Angin/Bendera Kecil 117
8.
Stopwatch
9.
Lembar nama kelompok untuk undian presentasi
I. Penilaian 1. Non Tes: a. Kinerja ketika melakukan pengukuran dan diskusi kelompok (Terlampir) b. Produk: hasil kerja individu dalam bentuk kliping (Terlampir) 2. Tes: a. Tulis : Uraian (Terlampir)
Malang, 18 Maret 2010 Mengetahui
Guru Kelas,
Kepala Sekolah, __________________
_____________________
NIP.
NIP
LAMPIRAN RPP 1. PENILAIAN DALAM BENTUK TES . Penilaian Tes Ulangan Harian dalam bentuk Esay Jawablah pertanyaan berikut ini secara jelas dan singkat! 1. Identikasikan faktor-faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya suhu di suatu tempat! 2. Jelaskan pengaruh tinggi rendahnya suhu terhadap kehidupan makluk hidup di muka bumi! 3. Identikasikan faktor-faktor yang mempengaruhi arah dan kecepatan angin di suatu tempat! 4. Jelaskan pengaruh arah dan kecepatan angin terhadap kehidupan makluk hidup di muka bumi!
Petunjuk Penskoran : Soal no 1 : - sempurna skor 15 - kurang sempurna Geografi SMA K - 10
10 118
- tidak sempurna
5
- salah
0
Soal no 2 : - sempurna skor 20 - kurang sempurna
15
- tidak sempurna
10
- salah
5
Soal no 3 : - sempurna skor 15 - kurang sempurna
10
- tidak sempurna
5
- salah
0
Soal no 4 : - sempurna skor 20 - kurang sempurna
15
- tidak sempurna
10
- salah
5
Skor Maksimum adalah 4 x 70 = 280
Skor perolehan Nilai
=
X 100 Skor Maksimum
Kriteria Nilai A =
80 – 100 :
Baik Sekali
B =
70 – 79
:
Baik
C =
60 – 69
:
Cukup
D =
‹ 60
:
Kurang
PENILAIAN NON TES
RUBRIK KEGIATAN PENGAMATAN DAN DISKUSI ”SUHU UDARA DAN ANGIN”
119
No.
Nama Siswa
Jumlah
Aspek Kedisiplinan
Skor
Nilai
Ket.
Keaktifan Kerjasama
Keterangan: Aspek Kedisiplinan Skor
3
=mengerjakan tugas sesuai prosedur dan tepat waktu 2
=mengerjakan tugas sesuai prosedur/tepat waktu
1
=tidak mengerjakan tugas sesuai prosedur dan tidak tepat waktu
Aspek Keaktifan Skor
1 =
3
= melakukan pengukuran, pencatatan dan urun pendapat/solusi
2
= melakukan pengukuran/pencatatan/urun pendapat atau solusi
tidak melakukan pengukuran, pencatatan dan tidak urun pendapat/solusi
Aspek Kerjasama: Skor
3 =melakukan pengamatan, pencatatan dan penyelesaian tugas secara
bersama 2=melakukan pengamatan/pencatatan/penyelesaian tugas secara bersama 1=melakukan pengamatan/pencatatan/penyelesaian tugas secara individual Skor Maksimum adalah 3 x 3 = 9
Skor perolehan Nilai
=
X 100 Skor Maksimum
Geografi SMA K - 10
120
Kriteria Nilai A =
80 – 100 :
Baik Sekali
B =
70 – 79
:
Baik
C =
60 – 69
:
Cukup
D =
‹ 60
:
Kurang
121
Lampiran LKS LEMBAR KEGIATAN SISWA
1. Judul
:
Suhu Udara dan Pergerakan Angin
2. Mata Pelajaran : Geografi 3. Kelas/Semester : X/2 4. Alokasi Waktu : 40 Menit 5. Kompetensi Dasar:
3.2. Menganalisis atmosfer dan dampaknya terhadap kehidupan di muka bumi.
6. Petunjuk Belajar : a. Baca secara cermat LKS ini sebelum Anda Mengerjakan tugas. b. Lakukan pengamatan dan pencatatan sesuai prosedur c. Diskusikan tugas/permasalahan secara bersama dalam kelompok d. Apabila Anda/kelompok Anda menemui kendala/permasalahan dalam menyelesaikan tugas, konsultasikan kepada Gurumu.
Wacana: Suhu udara merupakan salah satu unsur cuaca yang setiap saat dapat dirasakan oleh manusia. Unsur cuaca dipengaruhi oleh berbagai faktor yang ada di lingkungan tempat tersebut. Thermometer merupakan alat yang digunakan untuk mengukur suhu udara yang menggunakan pipa kacakapiler, berisi alkohol atau air raksa dan tertutup rapat . Jika suhu udara meningkat biasanya ditandai dengan udara terasa panas, maka alkohol atau air raksa akan mengembang (expanding) Gambar.Thermometer
Geografi SMA K - 10
Angin merupakan udara yang bergerak akibat adanya perbedaan tekanan di atmosfer dan dipengaruhi oleh adanya suhu yang bervariasi. Karena angin tidak dapat dilihat tetapi dapat dirasakan, maka pergerakannya dapat diketahui dan dirasakan melalui benda-benda
122
.
Gambar Kincir Angin
Sumber: Encarta Premium 2006
7.
Sumber/Bahan/Alat: a. Thermometer b. Anemometer/kincir angin c. Kantong angin/bendera d. Stopwatch
8. Tugas: a.
Lakukan pengamatan terhadap suhu udara dan pergerakan angin di 4 tempat dengan pembagian tugas sebagai berikut: di ruang kelas untuk kelompok Celcius dan Fahrenheit di lapangan rumput untuk kelompok Reamour dan Schmidt di lapangan basket/Volley untuk kelompok Ferguson dan Yunghuhn di bawah pohon rindang untuk kelompok Koppen dan Oldeman
b. Amati kondisi lingkungan tempat pengamatan berlangsung. c. Deskripsikan/ceritakan kondisi lingkungan tempat pengamatan. d. Lakukan pengukuran suhu udara dengan menggunakan termometer. e. Tentukan arah angin dengan menggunakan anemometer/kincir angin, kantong angin, atau bendera.
123
f. Lakukan
pengukuran
kecepatan
angin
dengan
menggunakan
anemometer/kincir angin dan stopwatch. g. Catatlah hasil pengamatan dan pengukuran ke dalam format di bawah ini! FORMAT DATA HASIL PENGAMATAN SUHU UDARA DAN ANGIN Kelompok :.
......................
Anggota :1. ..................... 2.
.....................
3.
.....................
4.
.....................
5.
.....................
Angin No.
Temperatur Arah
Kecepatan
Deskripsi
(per menit)
Lingkungan tempat
h. Laporkan hasil pengamatan dan pengukuran tiap kelompok
Kondisi
secara
lisan! i. Masing-masing kelompok melengkapi data suhu udara dan angin berdasarkan laporan hasil kerja kelompok lain sehingga menjadi data yang lengkap (4 tempat)!
1.2 1 0.8 0.6 0.4 0.2 0
di
bawah ini!
La p. R
um pu La t p. Ba sk et /V ol le y Ba wa h Po ho n
Y
R. K
Geografi SMA K - 10
tempat
DIAGRAM PERBEDAAN SUHU UDARA
el as
TEMPERATUR (oC)
j. Gambarkan dalam diagram batang perbandingan suhu udara di 4
TEMPAT PENGUKURAN
124
k. Berdasarkan hasil gambar di atas, lakukan analisis mengapa terjadi perbedaan suhu dan apakah faktor penyebabnya! l. Berdasarkan hasil pengamatan pergerakan angin, jelaskan tentang terjadinya perbedaan arah dan kecepatan, serta faktor penyebabnya! m. Buatlah rekomendasi untuk perencanaan sekolah atau tempat tinggal yang nyaman berdasarkan teori dari hasil diskusi kelompokmu! n. Selamat bekerjasama dan sukses! 9. Penilaian Selama siswa melakukan pengamatan, pengukuran dan penyelesaikan tugas kelompok maka akan dilakukan penilaian dengan kriteria seperti
tertera dalam rubrik dalam
lampiran instrumen penilaian.
RUBRIK PENGAMATAN KEGIATAN DAN DISKUSI ”SUHU UDARA DAN ANGIN”
No.
Nama Siswa
Jumlah
Aspek Kedisiplinan
Skor
Nilai
Ket.
Keaktifan Kerjasama
Keterangan: Aspek Kedisiplinan Skor
3 =mengerjakan tugas sesuai prosedur dan tepat waktu 2=mengerjakan tugas sesuai prosedur/tepat waktu 1=tidak mengerjakan tugas sesuai prosedur dan tidak tepat waktu
Aspek Keaktifan 125
Skor
3 =melakukan pengukuran, pencatatan dan urun pendapat/solusi 2 =melakukan pengukuran/pencatatan/urun pendapat atau solusi 1 =tidak
melakukan
pengukuran,
pencatatan
dan
tidak
urun
pendapat/solusi Aspek Kerjasama: Skor
3 =melakukan pengamatan, pencatatan dan penyelesaian tugas secara
bersama 2 =melakukan
pengamatan/pencatatan/penyelesaian
tugas
secara
1 =melakukan
pengamatan/pencatatan/penyelesaian
tugas
secara
bersama
individual Skor Maksimum adalah 3 x 3 = 9
Skor perolehan Nila
X 100 Skor Maksimum
Kriteria Nilai A =
80 – 100 :
Baik Sekali
B =
70 – 79
:
Baik
C =
60 – 69
:
Cukup
D =
‹ 60
:
Kurang
Lampiran Kegiatan Tindak Lanjut
Pengamatan Awan dan Kelembaban Panduan: 1.
Lakukan pengamatan terhadap awan dan kelembaban/embun di lingkungan
tempat tinggal masing-masing! Geografi SMA K - 10
126
2.
Gunakan format di bawah ini untuk merekam hasil pengamatan Anda!
3.
Bacalah buku Geografi SMA Kelas X yang kamu milik atau sumber-sumber lain
yang akan membantu Anda dalam memahami dan mempersiapkan materi berikutnya, yaitu ”Unsur Cuaca: Awan dan Kelembaban” FORMAT PENGAMATAN AWAN Hari Ke-
Pukul
Bentuk
Warna
Ketebalan
1. 2. 3. 4. 5.
FORMAT PENGAMATAN KELEMBABAN/EMBUN Hari Ke-
Ada/Tidak
ada Tingkat kerapatan titik- Kondisi
embun
titik embun
permukaan
tanah/halaman
1. 2. 3. 4. 5.
d. Aktivitas Pembelajaran Pembelajaran
diawali
dengan
penyampaian
tujuan
pembelajaran,
yaitu
mengidentifikasi pengembangan RPP Peserta diminta membaca dan mencermati uraian materi di atas e. Latihan/ Kasus /Tugas Cermati RPP berdasarkan permendikbud 81A serta bandingkan dengan RPP pada permendikbud 103 serta buat satu RPP sesuai dengan permendikbud 103 tahun 2014 f. Umpan Balik dan Tindak Lanjut Setelah kegiatan pembelajaran ini dapat melakukan umpan balik dengan menjawab pertanyaan di bawah ini: 127
1). Apa yang saudara pahami setelah mempelajari materi pengembangan RPP 2) Pengalaman penting apa yang diperoleh setelah mempelajari materi pengembangan RPP 3) apa rencana tindak lanjut setelah kegiatan pelatihan ini
Geografi SMA K - 10
128
F. BAB VI PUBLIKASI PTK 1. Kegiatan Belajar 1 Permasalahan , Analisa, dan Interpretasi Data a. Tujuan Pembelajaran •
Memilih fokus permasalahan PTK
•
Menyajikan data kualitatif dan data kuantitatif
•
Menganalisis data kualitatif dan data kuantitatif.
•
Menginterpretasikan hasil analisis data.
b. Uraian Materi
Fokus Permasalahan PTK Sebelum suatu masalah ditetapkan/dirumuskan, perlu ditumbuhkan sikap dan keberanian untuk mempertanyakan, misalnya tentang kualitas proses dan hasil pembelajaran yang dicapai selama ini. Sikap tersebut diperlukan untuk menumbuhkan keinginan peneliti memperbaiki kualitas pembelajaran. Tahapan ini disebut dengan tahapan merasakan adanya masalah. Jika dirasakan ada hal-hal yang perlu diperbaiki dapat diajukan pertanyaan seperti di bawah ini. Apakah kompetensi awal siswa yang mengikuti pelajaran cukup memadai? Apakah proses pembelajaran yang dilakukan cukup efektif? Apakah sarana pembelajaran cukup memadai? Apakah hasil pembelajaran cukup berkualitas? Bagaimana melaksanakan pembelajaran dengan strategi inovatif tertentu? Secara umum karaktersitik suatu masalah yang layak diangkat untuk PTK adalah sebagai berikut. Masalah itu menunjukkan suatu kesenjangan antara teori dan fakta empirik yang dirasakan dalam proses pembelajaran. Apabila hal ini terjadi, guru merasa prihatin atas terjadinya kesenjangan, timbul kepedulian dan niat untuk mengurangi tersebut dan berkolaborasi dengan dosen/widyaiswara/pengawas untuk melaksanakan PTK. Masalah tersebut memungkinkan untuk dicari dan diidentifikasi faktor-faktor penyebabnya.
Faktor-faktor
tersebut
menjadi
dasar
atau
landasan
untuk
menentukan alternatif solusi. Adanya kemungkinan untuk dicarikan alternatif solusi bagi masalah tersebut melalui tindakan nyata yang dapat dilakukan guru/peneliti. Dianjurkan agar masalah yang dipilih untuk diangkat sebagai masalah PTK adalah yang memiliki nilai yang bukan sesaat, tetapi memiliki nilai strategis bagi keberhasilan pembelajaran lebih lanjut dan memungkinkan diperolehnya model 129
tindakan efektif yang dapat dipergunakan untuk memecahkan masalah serumpun. Pertanyaan yang dapat diajukan untuk menguji kelayakan masalah yang dipilih antara lain seperti di bawah ini. 1. Apakah masalah yang dirasakan secara jelas teridentifikasi dan terformulasikan dengan benar? 2. Apakah ada masalah lain yang terkait dengan masalah yang akan dipecahkan? 3. Apakah ada bukti empirik yang memperlihatkan nilai guna untuk perbaikan praktik pembelajaran jika masalah tersebut dipecahkan? Pada tahap selanjutnya dilakukan identifikasi masalah yang sangat menarik perhatian. Aspek penting pada tahap ini adalah menghasilkan gagasan-gagasan awal mengenai permasalahan aktual yang dialami dalam pembelajaran. Tahap ini disebut identifikasi permasalahan. Cara melakukan identifikasi masalah antara lain sebagai berikut.
Menuliskan semua hal (permasalahan) yang perlu diperhatikan karena akan mempunyai dampak yang tidak diharapkan terutama yang berkaitan dengan pembelajaran.
Memilah dan mengklasisfikasikan permasalahan menurut jenis/ bidangnya, jumlah siswa yang mengalaminya, serta tingkat frekuensi timbulnya masalah tersebut.
Mengurutkan dari yang ringan, jarang terjadi, banyaknya siswa yang mengalami untuk setiap permasalahan yang teridentifikasi.
Dari setiap urutan diambil beberapa masalah yang dianggap paling penting untuk dipecahkan sehingga layak diangkat menjadi masalah PTK. Kemudian dikaji kelayakannya dan manfaatnya untuk kepentingan praktis, metodologis maupun teoretis.
Setelah memperoleh sederet permasalahan melalui identifikasi, dilanjut- kan dengan analisis untuk menentukan kepentingan. Analisis terhadap masa- lah juga dimaksud untuk mengetahui proses tindak lanjut perbaikan atau pemecahan yang dibutuhkan. Adapun yang dimaksud dengan analisis masalahdi sini ialah kajian terhadap permasalahan dilihat dari segi kelayakannya. Sebagai acuan dapat diajukan antara lain pertanyaan sebagai berikut.
(1) Bagaimana konteks, situasi atau iklim di mana masalah terjadi? (2) Apa kondisi-kondisi prasyarat untuk terjadinya masalah? (3) Bagaimana keterlibatan masing-masing komponen dalam terjadinya masalah? Geografi SMA K - 10
130
(4) Bagaimana kemungkinan alternatif pemecahan yang dapat diajukan? (5) Bagaimana ketepatan waktu, dan lama atau durasi yang diperlukan untuk pemecahan masalah?
Analisis masalah dipergunakan untuk merancang tindakan baik dalam bentuk spesifikasi tindakan, keterlibatan peneliti, waktu dalam satu siklus, indikator keberhasilan, peningkatan sebagai dampak tindakan, dan hal-hal yang terkait lainya dengan pemecahan yang diajukan. Pada tahap selanjutnya, masalah-masalah yang telah diidentifikasi dan ditetapkan dirumuskan secara jelas, spesifik, dan operasional. Perumusan masalah yang jelas memungkinkan peluang untuk pemilihan tindakan yang tepat. Contoh rumusan masalah yang mengandung tindakan alternatif yang ditempuh antara lain sebagai berikut. (1) Apakah strategi pembelajaran menulis yang berorientasi pada proses dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis? (2) Apakah pembelajaran berorientasi proses dapat meningkatkan partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran? (3) Apakah penyampaian materi dengan menggunakan LKS dapat meningkatkan partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran? (4) Apakah
penggunaan
strategi
pembelajaran
inkuiri
dapat
meningkatkan
pemahaman siswa terhadap materi pelajaran IPS? Dalam memformulasikan masalah, peneliti perlu memperhatikan beberapa ketentuan yang biasa berlaku meliputi hal-hal di bawah ini.
(1) Aspek substansi menyangkut isi yang terkandung, perlu dilihat dari bobot atau nilai kegunaan manfaat pemecahan masalah melalui tindakan seperti nilai aplikatifnya untuk memecahkan masalah serupa yang dihadapi guru, kegunaan metodologi dan kegunaan teori dalam memperkaya keilmuan pendidikan/pembelajaran.
(2) Aspek orisinalitas (tindakan), yang menunjukan bahwa pemecahan dengan model tindakan itu merupakan suatu hal baru yang yang belum pernah dilakukan guru sebelumnya.
(3) Aspek formulasi, dalam hal ini masalah dirumuskan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Rumusan masalah harus dinyatakan secara lugas dalam arti eksplisit
131
dan spesifik tentang apa yang akan dipermasalahkan serta tindakan yang diharapkan dapat mengatasi masalah tersebut.
(4) Aspek teknis, menyangkut kemampuan dan kelayakan peneliti untuk melakukan penelitian terhadap masalah yang dipilih. Pertimbangan yang dapat diajukan seperti kemampuan teoretik dan metodologik pembelajaran, penguasaan materi ajar, teori, strategi dan metodologi pembelajaran, kemampuan fasilitas untuk melakukan PTK (dana, waktu, dan tenaga). Oleh karena itu, disarankan bagi peneliti untuk berangkat dari permasalahan sederhana tetapi bermakna, memiliki nilai praktis bagi guru dan semua yang berkolaborasi dapat memperoleh pengalaman belajar dalam rangka pengembangan keprofesionalannya. Perencanaan Tindakan Setelah masalah dirumuskan secara operasional, perlu dirumuskan alternatif tindakan yang akan diambil. Alternatif tindakan yang dapat diambil dapat dirumuskan ke dalam bentuk hipotesis tindakan dalam arti dugaan mengenai perubahan yang akan terjadi jika suatu tindakan dilakukan. Perencanaan tindakan memanfaatkan secara optimal teori-teori yang relevan dan pengalaman yang diperoleh di masa lalu dalam kegiatan pembelajaran/penelitian sebidang. Bentuk umum rumusan hipotesis tindakan berbeda dengan hipotesis dalam penelitian formal. Hipotesis tindakan umumnya dirumuskan dalam bentuk keyakinan tindakan yang diambil akan dapat memperbaiki sistem, proses, atau hasil. Hipotesis tindakan sesuai dengan permasalahan yang akan dipecahkan dapat dicontohkan seperti di bawah ini. (1) Strategi pembelajaran menulis yang berorientasi pada proses dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis. (2) Pembelajaran berorientasi proses dapat meningkatkan partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran. (3) Penyampaian materi dengan menggunakan LKS dapat meningkatkan partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran. (4) Penggunaan strategi pembelajaran inkuiri dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran IPS.
Secara rinci, tahapan perencanaan tindakan terdiri atas kegiatan- kegiatan sebagai berikut. (1) Menetapkan cara yang akan dilakukan untuk menemukan jawaban, berupa rumusan hipotesis tindakan. Umumnya dimulai dengan menetapkan berbagai Geografi SMA K - 10
132
alternatif tindakan pemecahan masalah, kemudian dipilih tindakan yang paling menjanjikan hasil terbaik dan yang dapat dilakukan guru. (2) Mentukan cara yang tepat untuk menguji hipotesis tindakan dengan menjabarkan indikator-indikator keberhasilan serta instrumen pengumpul data yang dapat dipakai untuk menganalisis indikator keberhasilan itu. (3) Membuat secara rinci rancangan tindakan yang akan dilaksanakan mencakup; (a) Bagian isi mata pelajaran dan bahan belajarnya; (b) Merancang strategi dan skenario pembelajaran sesuai dengan tindakan yang dipilih; serta (c) Menetapkan indikator ketercapaian dan menyusun instrumen pengumpul data.
Pelaksanaan Tindakan Pada tahapan ini, rancangan strategi dan skenario pembelajaran diterap- kan. Skenario tindakan harus dilaksanakan secara benar tampak berlaku wajar. Pada PTK yang dilakukan guru, pelaksanaan tindakan umumnya dilakukan dalam waktu antara 2 sampai 3 bulan. Waktu tersebut dibutuhkan untuk dapat menyesaikan sajian beberapa pokok bahasan dan mata pelajaran tertentu. Berikut disajikan contoh aspek-aspek rencana (skenario) tindakan yang akan dilakukan pada satu PTK. 1. Dirancang penerapan metode tugas dan diskusi dalam pembelajaran X untuk pokok bahasan : A, B, C, dan D. 2. Format tugas: pembagian kelompok kecil sesuai jumlah pokok bahasan, pilih ketua, sekretaris, dll oleh dan dari anggota kelompok, bagi topik bahasan untuk kelompok dengan cara random, dengan cara yang menyenangkan. 3. Kegiatan kelompok; mengumpulkan bacaan, melalui diskusi anggota kelompok bekerja/ belajar memahami materi, menuliskan hasil diskusi dalam OHP untuk persiapan presentasi. 4. Presentasi dan diskusi pleno; masing-masing kelompok menyajikan hasil kerjanya dalam pleno kelas, guru sebagai moderator, lakukan diskusi, ambil kesimpulan sebagai hasil pembelajaran. 5. Jenis data yang dikumpulkan; berupa makalah kelompok, lembar OHP hasil kerja kelompok, siswa yang aktif dalam diskusi, serta hasil belajar yang dilaksanakan sebelum (pretes) dan setelah (postes) tindakan dilak- sanakan.
Pengamatan/Observasi dan Pengumpulan Data
133
Tahapan ini sebenarnya berjalan secara bersamaan pada saat pelaksa- naan tindakan. Pengamatan dilakukan pada waktu tindakan sedang berjalan, keduanya berlangsung dalam waktu yang sama. Pada tahapan ini, peneliti (atau guru apabila ia bertindak sebagai peneliti) melakukan pengamatan dan mencatat semua hal-hal yang diperlukan dan terjadi selama pelaksanaan tindakan berlangsung. Pengumpulan data ini dilakukan dengan menggunakan format observasi/penilaian yang telah disusun. Termasuk juga pengamatan secara cermat pelaksanaan skenario tindakan dari waktu ke waktu dan dampaknya terhadap proses dan hasil belajar siswa. Data yang dikumpulkan dapat berupa data kuantitatif (hasil tes, hasil kuis, presensi, nilai tugas, dan lain-lain), tetapi juga data kualitatif yang menggambarkan keaktifan siswa, atusias siswa, mutu diskusi yang dilakukan, dan lain-lain. Instrumen yang umum dipakai adalah (a) soal tes, kuis; (b) rubrik; (c) lembar observasi; dan (d) catatan lapangan yang dipakai untuk memperoleh data secara obyektif yang tidak dapat terekam melalui lembar observasi, seperti aktivitas siswa selama pemberian tindakan berlangsung, reaksi mereka, atau pentunjuk-petunjuk lain yang dapat dipakai sebagai bahan dalam analisis dan untuk keperluan refleksi. Sebagai contoh pada satu usulan PTK akan dikumpulkan data seperti: (a) skor tes essai; (b) skor kualitas (kualitatif) pelaksanaan diskusi dan jumlah pertanyaan dan jawaban yang terjadi selama proses pembelajaran; serta (c) hasil observasi dan catatan lapangan yang berkaitan dengan kegiatan siswa. Berdasarkan data-data yang akan dikumpulkan seperti di atas, maka akan dipakai instrumen; (a) soal tes yang berbentuk essai; (b) pedoman dan kriteria penilaian/skoring baik dari tes essai maupun untuk pertanyaan dari jawaban lisan selama diskusi; (c) lembar observasi guna memperoleh data aktivitas diskusi yang diskor dengan rubrik; dan (d) catatan lapangan. Data yang dikumpulkan hendaknya dicek untuk mengetahui keabsahannya. Berbagai teknik dapat dilakukan untuk tujuan ini, misalnya teknik triangulasi dengan cara membandingkan data yang diperoleh dengan data lain, atau kriteria tertentu yang telah baku, dan lain sebagainya. Data yang telah terkumpul memerlukan analisis lebih lanjut untuk mempermudah penggunaan maupun dalam penarikan kesimpulan. Untuk itu berbagai teknik analisis statistika dapat digunakan. Refleksi Tahapan ini dimaksudkan untuk mengkaji secara menyeluruh tindakan yang telah dilakukan, berdasar data yang telah terkumpul, dan kemudian melakukan evaluasi guna menyempurnakan tindakan yang berikutnya. Refleksi dalam PTK mencakup Geografi SMA K - 10
134
analisis, sintesis, dan penilaian terhadap hasil pengamatan atas tindakan yang dilakukan. Jika terdapat masalah dan proses refleksi, maka dilakukan proses pengkajian ulang melalui siklus berikutnya yang meliputi kegiatan: perencanaan ulang, tindakan ulang, dan pengamatan ulang sehingga permasalahan yang dihadapi dapat teratasi. Data PTK Setelah melaksanakan tindakan dan mengumpulkan berbagai data sesuai dengan tujuan perbaikan pembelajaran, maka langkah selanjutnya yang harus dilakukan oleh guru adalah menelaah atau menganalisis data tersebut. Jika kegiatan ini tidak dilakukan data yang telah dikumpulkan tersebut tidak akan mempunyai makna. Untuk membuat data tersebut bermakna, perlu mengelompokkan, dan menyajikan data dalam berbagai bentuk sesuai dengan kebutuhan agar data tersebut dapat dengan mudah dibaca. Guru juga perlu menganalisis dan menginterpretasikan hasilnya untuk mengevaluasi proses dan hasil perbaikan pembelajaran yang dilakukan. Oleh karena itu analisis dan interpretasi data merupakan bagian yang juga amat penting dalam PTK. Data dalam PTK adalah segala bentuk informasi yang terkait dengan kondisi, proses, dan keterlaksanaan pembelajaran, serta hasil belajar yang diperoleh siswa. Analisis data dalam PTK adalah suatu kegiatan mencermati atau menelaah, menguraikan dan mengkaitkan setiap informasi yang terkait dengan kondisi awal, proses belajar dan hasil pembelajaran untuk memperoleh simpulan tentang keberhasilan
tindakan
perbaikan
pembelajaran.
Data
yang
diperoleh
dapat
dikelompokkan menjadi dua, yaitu data kualitatif dan data kuantitatif.
Data Kuantitatif. Data kuantitatif merupakan data yang berupa angka atau bilangan, baik yang diperoleh dari hasil pengukuran maupun diperoleh dengan cara mengubah data kualitatif menjadi data kuantitatif. Contoh data kuantitatif: skor tes awal Tina untuk matapelajaran matematika= 65, berat badan Tini 47 kg, panjang meja tulis 150 cm. Data Kualitatif. Data kualitatif merupakan data yang berupa kalimat-kalimat, atau data yang dikategorikan berdasarkan kualitas objek yang diteliti, misalnya: baik, buruk, pandai, dan sebagainya. Contoh data kualitatif: siswa berdiskusi secara aktif, perhatian siswa terhadap matapelajaran Geografi rendah, dan rata-rata skor UAS semester ini naik. 135
Teknik Analisis Data Kualitatif. 1) Ada berbagai teknik analisis data, seperti teknik analisis data kualitatif dengan model interaktif. Analisis interaktif terdiri dari tiga tiga komponen, yakni: reduksi data, paparan data, dan penarikan kesimpulan. Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam analisis data seperti ini adalah sebagai berikut. a) Memilih data (reduksi data) Pada langkah pemilihan data ini, pilihlah data yang relevan dengan tujuan perbaikan pembelajaran. Data yang tidak relevan dapat dibuang, dan jika dianggap perlu, guru dapat menambahkan data baru dengan mengingat kembali peristiwa atau fenomena yang terjadi selama pelaksanaan rencana tindakan. b) Mendeskripsikan data hasil temuan (memaparkan data) Pada kegiatan ini, guru membuat deskripsi dari langkah yang yang dilakukan pada kegiatan a) di atas. c) Menarik kesimpulan hasil deskripsi Berdasarkan deskripsi yang telah dibuat pada langkah b) di atas, selajutnya dapat ditarik kesimpulan hasil pelaksanaan rencana tindakan yang telah dilakukan. Analisis dan interpretasi data juga dapat dilakukan dengan mencari ”pattern” atau pola (Guba dan Lincoln, 1981). Analisis dan interpretasi data juga dapat dilakukan dengan cara mencari pola atau esensi dari hasil refleksi diri yang dilakukan guru kemudian, digabung dengan data yang diperoleh dari beberapa pengamat yang membantu. Perhatikan contoh hasil refleksi dan analisis berikut ini (Tabel 5.3). Teknik Analisis Data Kuantitatif. Data kuantitatif dalam PTK umumnya berupa angka-angka sederhana, seperti nilai tes hasil belajar, disktribusi frekuensi, persentase, skor dari hasil angket, dan sebagainya. Data kuantitatif dapat dianalisis secara deskriptif, antara lain dengan cara: -
Menghitung jumlah,
-
Menghitung rata-rata (rerata),
-
Menghitung nilai persentase,
-
Menghitung nilai kuartil, desil, dan persentil,
-
Membuat grafik,
-
Dan lain sebagainya.
Geografi SMA K - 10
136
Cara menganalisis data kuantitatif, dengan mengikuti langkah-langkah seperti di bawah ini.
Contoh: skor hasil tes akhir semester matematika 40 siswa: 65 72 67 82 72 91 67 73 71 70 85 87 68 86 83 90 74 89 75 61 65 76 71 65 91 79 75 69 66 85 95 74 73 68 86 90 70 71 88 68 Tentukan rentang skor yaitu skor tertinggi dikurangi skor terendah. Jadi rentang skor = 95 – 61 = 34. Tentukan banyak kelas yang akan digunakan. Untuk menghitung banyak kelas. Gunakan aturan Sturges dengan rumus: Banyak kelas (k) = 1 + 3,3 log n, dimana k adalah banyak kelas yang akan dibuat dan n adalah banyak data. Untuk data di atas maka banyak kelas yang akan dibuat adalah: k = 1 + 3,3 log 40 = 1 + 3,3 x 1,6021 = 6,2869 Banyak kelas yang harus dibuat dapat 6 atau 7. Hitung panjang kelas interval dengan rumus: rentang Panjang kelas (p) = ----------------banyak kelas 34 p = -------- = 4,86 , dibulatkan jadi 5 7 Tentukan data untuk ujung bawah kelas interval pertama. Data untuk ujung bawah kelas interval pertama dapat diambil dari skor terkecil dari data yang diperoleh atau dapat diambil dari skor yang lebih kecil dari skor terkecil dengan syarat bahwa skor terbesar harus masuk dalam kelas interval terakhir yang akan dibuat. Masukkan semua skor ke dalam kelas interval yang terbentuk. Hasil tabel frekuensi distribusi data hasil tes matematika di atas adalah sebagai berikut. 137
Tabel Contoh Distribusi Hasil Ujian Akhir Semester Mata Pelajaran Geografi Tahun 2014
Skor matematika
Tally
Banyak siswa
61 – 65
////
4
66 – 70
///// ////
9
71 – 75
///// ///// /
11
76 – 80
//
2
81 – 85
////
4
86 – 90
///// //
7
91 - 95
///
3
Jumlah
40
Untuk melengkapi, dapat menyajaikan data dalam tabel tersebut ke dalam bentuk diagram batang. Caranya, dibuat dulu dua sumbu, yaitu sumbu datar dan sumbu tegak. Sumbu datar memuat bilangan-bilangan yang merupakan titik tengah dari setiap kelas interval, sedangkan sumbu tegaknya memuat frekuensi dari setiap kelas interval. Dari data tersebut, dapat digambarkan grafik batang sebagai berikut:
Grafik Hasil Ujian Akhir Semester Mata Pelajaran Geografi Tahun 2014
Geografi SMA K - 10
138
Analisis data kuantitatif dapat dilakukan secara sederhana dengan menggunakan analisis deskriptif. Analisis deskriptif dapat dilakukan dengan memanfaatkan statistika sederhana seperti menghitung rata-rata (mean) dan menghitung persentase. Menghitung skor rata-rata dapat dengan mudah dilakukan yaitu dengan cara menjumlahkan semua data kemudian dibagi dengan banyaknya data. Dengan menggunakan cara di atas maka:
65 + 72 + 67 + .... + 68 Skor rata-rata tes akhir semester matematika = -----------------------------40 = 76,25
Jika data sudah berbentuk tabel frekuensi distribusi seperti pada tabel 1 maka dapat menghitung nilai rata-ratanya dengan terlebih dulu mencari nilai tengah untuk setiap kelas interval. Kemudian kalikan setiap nilai tengah dengan frekuensi di kelas interval masing-masing. Jumlahkan perkalian antara nilai tengah dengan frekuensi untuk setiap kelas interval kemudian dibagi dengan jumlah data. Untuk mempermudah hitungan atau membacanya maka data pada tabel
di atas dapat diubah seperti
berikut ini.
Tabel Rentang Sekor, Nilai Tengah, dan Frekuensi Hasil Ujian Akhir Semester Mata Pelajaran Geografi Tahun 2014
Skor matematika
Nilai Tengah
Banyak siswa
61 – 65
63
4
66 – 70
68
9
71 – 75
73
11
76 – 80
78
2
81 – 85
83
4
86 – 90
88
7
91 - 95
93
3
Jumlah
40
4x63 + 9x68 + 11x73 + 2x78 + 4x83 + 7x88 + 3x93 Nilai rata-ratanya = ----------------------------------------------------------------139
40
252 + 612 + 803 + 156 + 332 + 616 + 279 = --------------------------------------------------------40 = 76,25
Dengan menyajikan data kuantitatif dalam bentuk tabel atau grafik, dapat dengan mudah mendeskripsikan data yang diperoleh. Misal, dari data pada tabel 1, dapat dengan mudah menghitung persentase siswa yang memperoleh skor antara 71 – 77 yaitu: 11 = ----- x 100 % = 27,5 %. 40
c. Uraian Kegiatan/Aktivitas Pembelajaran
Sebelum memulai melakukan analisis data masing-masing, peserta diminta mempelajari analisis dan interpretasi data yang ada pada contoh laporan PTK
Setelah peserta memahami tentang jenis-jenis data, peserta kegiatan diminta untuk mengelompokkan data yang diperoleh pada saat ”open class”atau yang diperoleh dari pelaksanaan pelaksanaan tindakan/pembelajaran di kelas masingmasing dengan menggunakan format berikut.
Geografi SMA K - 10
140
Tabel Format untuk Pengelompokkan Jenis data Data yang diperoleh
Jenis Data Kualitatif
Kuantitatif
1) 2) 3)
Selanjutnya peserta diajak berlatih menganali sis data kualitatif dengan menggunakan data hasil open class bersama atau menggunakan data yang diperoleh dari pelaksanaan tindakan di kelas masing-masing. Gunakan tabel berikut untuk memudahkan kerja. Tabel Format Analisis Data Kualitatif
•
Tujuan Perbaikan
Data yang
pembelajaran
diperoleh
Deskripsi
Kesimpulan
Setelah peserta berlatih analisis data kuantitatif dengan contoh di atas, peserta berlatih menganalisis data dari hasil open class atau pelaksanaan tindakan di kelas masing-masing. Kerja latihan analisis dilakukan secara berkelompok atau berpasangan.
•
Jika data yang diperoleh dari open class hanya berupa data kualitatif maka setiap kelompok diberi tugas untuk membahas data yang sama. Tetapi jika data yang diperoleh dari open class berupa data kualitatif dan kuantitatif maka jumlah kelompok yang ada dibagi dua. Setengah dari jumlah kelompok diberi tugas menganalisis dan interpretasi data kualitatif dan sisanya menganalisis dan menginterpretasikan data kuantitatif.
141
•
Hasil latihan dari kelompok-kelompok kecil tersebut kemudian dipresentasikan dalam diskusi kelas. Namun jika waktu tidak memungkinkan analisis data dilakukan sebagai tugas terstruktur di rumah masing-masing.
d. Evaluasi kegiatan belajar dan kunci jawaban Penilaian Kognitif. •
Jelaskan perbedaan data kualitatif dan kuantitatif.
•
Bagaimana menganalisis data kualitatif.
•
Bagaimana menganalisis data kuantitatif. Penilaian ketrampilan. Penilaian Produk.
N
Aspek Yang Dinilai
Skor
o . 1 1
Kemampuan dalam
.
menyajikan tabel dan
2
3
4
gambar/diagram 2
Ketepatan memilih analisis
. 3
Kemampuan menganalisis
.
data kualitatif
4
Kemampuan menganalisis
.
data kuantitatif Jumlah Skor Nilai
e. Umpan balik dan tindak lanjut •
Lakukan penggalian data hasil observasi pembelajaran yang digunakan untuk PTK.
•
Buatlah penyajian data dalam tabulasi dan diagram.
•
Lakukan analisis data dari hasil pengolahan, baik untuk data yang kualitatif maupun yang kuantitatif.
Geografi SMA K - 10
142
2. Kegiatan Belajar Interpretasi Data a. Tujuan Pembelajaran •
Menjelaskan pengertian interpretasi data.
•
Menginterpretasikan data hasil penelitian.
b. Uraian Materi Interpretasi Data. Interpretasi data merupakan suatu kegiatan yang menggabungkan hasil analisis dengan pernyataan, kriteria, atau
standart tertentu untuk menemukan
makna dari data yang dikumpulkan untuk menjawab permasalahan pembelajaran yang sedang diperbaiki. Interpretasi data perlu dilakukan peneliti untuk memberikan arti mengenai bagaimana tindakan yang dilakukan mempengaruhi peserta didik. Interpretasi data juga penting untuk menantang guru agar mengecek kebenaran asumsi atau keyakinan yang dimilikinya. Ada berbagai teknik dalam melakukan interpretasi data, antara lain dengan: 1) menghubungkan data dengan pengalaman diri guru atau peneliti, 2) mengaitkan temuan (data) dengan hasil kajian pustaka atau teori terkait, 3) memperluas analisis dengan mengajukan pertayaan mengenai penelitian dan implikasi hasil penelitian, dan/atau meminta nasihat teman sejawat jika mengalami kesulitan. Pengertian Interpretasi Data Interpretasi Interpretasi data adalah upaya peneliti memaknai data yang dapat ditempuh dengan cara meninjau kembali gejala-gejala berdasarkan sudut pandangnya, perbandingan dengan penelitian yang pernah dilakukan (misanya oleh peneliti lain). Interpretasi adalah proses memberi arti dan signifikansi terhadap analisis yang dilakukan, menjelaskan pola-pola deskriptif, mencari hubungan dan keterkaitan antar deskripsi-deskripsi data yang ada (Barnsley & Ellis, 1992). Kajian interpretasi ini melibatkan beberapa hal yang penting dalam sebuah penelitian yaitu berupa diskusi, kesimpulan, dan implikasi seperti: kilas balik temuan utama dan bagaimana pertanyaan penelitian terjawab, refleksi peneliti terhadap makna data, pandangan peneliti yang dikontraskan dengan kajian literatur (teoretik), batasan penelitian, dan saran untuk penelitian selanjutnya. 143
Dalam interpretasi dibahas bagaimana cara menemukan makna atau implikasi dari data yang diperoleh. Hasil interpretasi data digunakan untuk mengevaluasi proses dan hasil perbaikan pembelajaran yang dilakukan. Penafsiran data Penafsiran data sangat penting kedudukannya dalam proses analisis data penelitian karena kualitas analisis dari suatu peneliti sangat tergantung dari kualitas penafsiran yang diturunkan oleh peneliti terhadap data. Penafsiran adalah penjelasan yang terperinci tentang arti yang sebenarnya dari materi yang dipaparkan. Penafsiran berkehendak untuk membangun suatu konsep yang bersifat menjelaskan Fungsi Interpretasi Data Interpretasi data berfungsi untuk mengevaluasi atau merefleksi proses dan hasil perbaikan pembelajaran yang dilakukan.
Teknik Interpretasi Data Ada berbagai teknik dalam melakukan interpretasi data, antara lain dengan: 1. menghubungkan data dengan pengalaman peneliti, 2. mengaitkan temuan (data) dengan hasil kajian pustaka atau teori terkait, 3. memperluas analisis dengan mengajukan pertayaan mengenai penelitian dan implikasi hasil penelitian, dan/atau 4. meminta nasihat teman sejawat jika mengalami kesulitan. Meskipun analisis data dan interpretasi data dilakukan sambil berjalan, tetapi harus dihindari analisis dan interpretasi data yang terlalu dini. Para peneliti yang belum berpengalaman seringkali tergesa-gesa untuk melakukan hal ini. Analisis dan interpretasi data diperlukan untuk merengkumkan apa yang telah diperoleh, menilai apakah data tersebut berbasis kenyataan, teliti, ajeg, dan benar. Analisis dan interpretasi data juga diperlukan untuk memberi jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan yang diajukan. Hasil analisis dan interpretasi data akhirnya digfunakan untuk memberikan masukan bagi perbaikan kegiatan baik bagi kegiatan peneliti sendiri maupun teman satu tim. Pada akhir kegiatan penelitian, hasil analisis dan interpretasi data digunakan untuk menarik kesimpulan dalam laporan. Tabel Contoh Hasil Refleksi dan Analisis Data
Geografi SMA K - 10
144
Tujuan
Refleksi diri guru
Hasil Observasi Pengamat 1
Hasil Observasi Penga
1. Kegiatan awal
Setelah saya membaca
Pada saat guru mengajukan
Pada saat guru menga
yang dilakukan
naskah Case Study saya
apersepsi dengan
pertanyaan untuk men
guru dapat
tentang pembelajaran
mengajukan pertanyaan:
pengetahuan prasyara
memotivasi
asam, basa, dan garam
“ Coba sebutkan bahan apa
hanya 3 orang yang m
siswa.
berulang-ulang , saya
saja yang ada di rumah yang
respon, yang lain diam
merasa masih belum
berwujud cair dan larutan?”
Mungkin pertanyaan a
optimal terutama pada saat
Ada 3 siswa dalam kelompok
harus diubah:
penggalian pengetahuan
yang saya amati, tidak paham
Coba sebutkan zat-zat
awal siswa, yaitu mengenai
dengan istilah bahan, dia
yang ada di rumahmu!
sifat bahan. Saya merasa
hanya diam saja.
Kalau garam dimasukk
2. Kegiatan awal
agak memaksakan siswa
Sebaiknya, guru Respon siswa untuk
dalam air siswa: disebut apa? Jawaban
dapat
untuk mengerti dan siap
mengingatkan arti bahan dan menjawab pertanyaan
Sifatnya bagaimana? 3 orang siswa dalam k
meningkatkan
untuk belajar konsep
zat pada kegiatan apersepsi apersepsi dan motivasi tidak
Tampaknya siswamenja tida yang saya amati
respons siswa.
asam, basa, dan garam
terlalu banyak
dengan istilah mengali bahan. Zat cair dapat
sehingga siswa kurang
(10 orang dari 40 siswa)
menempati wadah, ad
termotivasi.
sebab guru tidak memberikan
berwarna dan ada juga
pertanyaan untuk semua
berwarna
Perbaikan
anak. Jawaban siswa hanya sifat fisis dari zat cair.
Guru tidak mengejar ja
siswa untuk menyebut lainnya c. Uraian Kegiatan/Aktivitas Pembelajaran •
Dengan menggunakan data dan hasil analisis data dari kegiatan open class atau pelaksanaan tindakan di sekolah masing-masing secara berkelompok peserta mencoba untuk melakukan interpretasi. Hasil interpretasi dituliskan dalam bentuk poin-poin penting.
•
Hasil interpretasi data akan digunakan untuk mengevaluasi atau merefleksi proses dan hasil perbaikan pembelajaran yang dilakukan.
•
Setelah selesai kegiatan 4, setiap peserta diminta untuk menuliskan hasil refleksi diri pemahaman guru tentang pengelompokan data, penyajian data,
145
analisis data kualitatif, analisis data kuantitatif, serta interpretasi hasil analisis pada buku kerja masing-masing. •
Hasil refleksi dan rencana tindak lanjutnya diuraikan dalam bentuk paragraf naratif. Perhatikan format berikut ini.
Rumusan
(seperti yang dihasilkan dari pertemuan ke-2)
Masalah: Hasil
(beberapa paragraf)
Refleksi:
Rencana
(beberapa paragraf)
Tindak Lanjut:
•
Setelah masing-masing orang menyelesaikan refleksinya, mereka diminta berdiskusi dalam kelompok kecil atau saling berpasangan untuk mendiskusikan atau memberi masukan pada hasil refleksi dan tindak lanjut masing-masing.
d. Evaluasi kegiatan belajar dan kunci jawaban •
Jelaskan pengertian interpretasi data.
•
Jelaskan fungsi dan tujuan interpretasi data.
•
Apa tujuan dari rencana tindak lanjut setelah interpretasi data selesai dilakukan.
e. Umpan balik dan tindak lanjut Langkah-langkah melakukan refleksi:
Cermati tujuan dalam PTK dalam upaya memperbaiki pembelajaran yang diinginkan.
Cari penyebab keberhasilan atau kekurang-berhasilan dari analisis dan interpretasi.
Cermati uraian pada deskripsi temuan
Buat ringkasan naratif dari hasil refleksi tersebut tersebut.
Langkah-langkah menentukan tindak lanjut untuk siklus berikutnya:
Geografi SMA K - 10
146
Berdasarkan hasil refleksi rumuskan tindak lanjut yang harus dilakukan untuk memperbaiki atau meningkat kualitas pembelajaran. Langkah tindak lanjut meliputi: a. memilih atau menetapkan topik pembelajaran berikutnya, b. menetapkan strategi pembelajaran yang sesuai, c. menyuun skenario pembelajaran (RPP), d. penyuun perangkat pembelajaran yang diperlukan, e. menyuun atau memperbaiki instrumen untuk pengambilan data. f. menetapkan jadwal pelaksanaan tindakan, g. jika diperlukan dapat dilakukan simulasi atau ujicoba skenario dan perangkat.
f. Kunci jawaban Dapat digunakan untuk self assesment sekiranya diperlukan sebagai tolak ukur untuk mengetahui keberhasilan diri sendiri.
2. Kegiatan Belajar 2 Penulisan Artikel. a. Indikator Pencapaian Kompetensi. •
Mendeskripsikan pengertian artikel.
•
Menganalisis artikel sesuai jenisnya.
•
Menulis artikel sesuai jenisnya.
•
Mempublikasikan hasil PTK.
b. Uraian Materi Penulisan Artikel. Artikel dalam bahasa Inggris ditulis “article”, sedang menurut kamus lengkap Inggris-Indonesia karangan Prof. Drs. S. Wojowasito dan W.J.S. Poerwodarminto, article berarti “karangan”. Sedangkan “artikel” dalam bahasa Indonesia, menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia berarti karangan di surat kabar, majalah dan sebagainya. Dalam lingkup jurnalistik, para pakar komunikasi menerjemahkan artikel, berdasarkan sudut pandang masing-masing. Menurut R. Amak Syarifudin (Djuroto dan Bambang, 2003:3-4), artikel adalah suatu tulisan tentang berbagai alat, mulai politik, sosial, ekonomi, budaya, teknologi, olah raga dan lain-lain. Misalnya tulisan mengenai kehidupan kewanitaaan, pemuda, sejarah, film, drama dan sebagainya. Tulisan semacam ini tidak terikat gaya bahasa maupun format tulisan. Tetapi
untuk
mendapatkan
audience-nya,
penulis
artikel
harus
pandai
mengungkapkan gaya tulisannya, agar tidak membosankan. Penulisan artikel di
Geografi SMA K - 10
147
media massa (surat kabar atau majalah), tidak harus dilakukan oleh wartawannya sendiri, orang luar pun bisa menyumbangkan artikelnya. Dalam prakteknya penulisan artikel pada surat kabar atau majalah kebanyakan dari luar. Sedang menurut Tjuk Swarsono bahwa artikel adalah karangan yang menampung gagasan dan opini penulis, bisa berupa gagasan murni atau memungut dari sumber lain, referensi, perpustakaan, pernyataan orang dan sebagainya. Artikel mengharuskan penulis mencantumkan namanya secara lengkap (by name), sebagai tanggung jawab atas kebenaran tulisannya. Juga Asep Syamsul M. Romli menyebut artikel sebagai subuah karangan faktual (non fiksi), tentang suatu masalah secara lengkap, yang panjangnya tidak ditentukan, untuk dimuat disurat kabar, majalah, bulletin dan sebagainya, dengan tujuan untuk menyampaikan gagasan dan fakta guna meyakinkan, mendidik, menawarkan pemecahan suatu masalah, atau menghibur. Artikel termasuk tulisan ketegori views (pandangan), yaitu tulisan yang berisi pandangan, ide, opini, penilaian penulisnya tentang suatu masalah atau peristiwa. Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa semua tulisan di surat kabar atau majalah yang bukan berbentuk berita, bisa disebut artikel. Yang membedakan salah satunya adalah pemuatan artikel tersebut. Jika artikel itu dimuat pada halaman opini, disebut artikel umum. Bila diletakkan di halaman seni dan hiburan dikatakan esai, dan jika dimuat di kolom khusus redaksi, diberi nama tajuk rencana dan sebagainya. Menulis artikel pada media massa, dan karya ilmiah pada jurnal ilmiah bagi para guru, dosen, peneliti, mahasiswa dan siapa saja yang berkecimpung di dunia ilmu pengetahuan, memang sangat penting dan dibutuhkan. Ini karena, dengan menulis artikel dan karya ilmiah, mereka akan terus berlatih untuk memecahkan permasalahan-permasalahan yang timbul baik dalam kancah keilmuan, maupun permasalahan sosial yang dihadapi pada kehidupan sosial sehari-hari. Dengan upaya memecahkan permasalahan itulah, daya pikir para guru, dosen, peneliti maupun mahasiswa terus terasah, sementara pemikiran kritis mereka semakin tajam. Ini sangat diperlukan bagi kalangan intelektual untuk terus mengembangkan ilmu pengetahuan. Menulis artikel dan karya ilmiah, kini bukan lagi sekedar hobi tetapi sudah menjadi kebutuhan bagi kaum intelektual, terutama mereka yang menduduki jabatan fungsional, seperti guru, dosen, peneliti, dan sebagainya. Bagi mereka, menulis artikel di media massa, dan karya ilmiah pada jurnal penelitian, merupakan syarat mutlak untuk mendapatkan angka kredit untuk menaikan jenjang jabatan Geografi SMA K - 10
148
fungsionalnya. Bagi mahasiswa, menulis karya ilmiah merupakan kewajiban, sebelum mereka menyelesaikan masa studinya dan diwisuda menjadi seorang sarjana. Namun demikian menulis artikel atau karya ilmiah tidaklah semudah membuat karangan biasa. Ide-ide atau gagasan-gagasan yang ada dalam benak kita, tidak bisa begitu saja kita tuangkan menjadi suatu tulisan artikel atau karya ilmiah. Karena untuk menjadi artikel atau karya ilmiah, apalagi yang dipublikasikan melalui media cetak, ide atau gagasan itu, terlebih dulu harus disesuaikan dengan visi dan misi media cetak yang akan memuatnya, atau harus mematuhi kaidah-kaidah ilmiah dalam prosedur karya tulis ilmiah. Inilah kendala yang selama ini dihadapi oleh para dosen, guru, peneliti dan pejabat fungsional lainnya. Ditambah lagi belum banyak buku panduan atau contoh tulisan yang dapat mereka jadikan rujukan. Menulis artikel berbeda dengan menulis berita. Kalau berita, apa yang ditulisnya itu harus berdasarkan fakta atas kejadian atau peristiwa yang terjadi. Boleh juga penulisan berita ditambah dengan interpretasi, sepanjang itu diperuntukkan bagi penjelasan fakta. Tetapi menulis berita, sama sekali tidak diperbolehkan memasukkan opini. Untuk mewadahi penyampaian opini masyarakat pada surat kabar atau majalah, disediakan kolom khusus yaitu halaman opini (opinion page). Lantas apakah penulisan artikel harus full opinion? Menulis artikel boleh dimulai dengan pemaparan fakta sebagai data dari apa yang akan ditulisnya. Dari data yang ada itulah penulis bisa memberikan pendapat, pandangan, gagasan, atau bahkan interpretasi dari fakta yang ada pada data tersebut. Agar tidak dibingungkan oleh istilah fakta, interpretasi dan opini, berikut perbedaan ketiga istilah tersebut. Fakta adalah kenyataan yang ada sesuai dengan data yang sebenarnya. Fakta bukan buah pikiran atau pernyataan. Namun demikian, buah pikiran atau pernyataan bisa menjadi fakta asalkan dilatarbelakangi oleh peristiwa yang sebenarnya. Ini disebut dengan fact in idea. Interpretasi adalah hasil pemikiran berupa penafsiran, pengertian atau pemahaman. Boleh jadi penafsiran, pemikiran atau pemahaman seseorang dengan orang lain akan berbeda. Sedangkan opini adalah pendapat atau pandangan seseorang atau kelompok terhadap masalah atau peristiwa yang terjadi. Kesimpulannya, menulis berita bisa gabungan antara fakta dan interpretasi. Sedangkan ertikel bisa terdiri dari ketiganya, yaitu fakta, interpretasi, dan opini. Penulisan artikel berbeda dengan komentar. Jika komentar tulisannya terfokus
Geografi SMA K - 10
149
untuk menanggapi, atau mengomentari nuansa atau fenomena dari suatu permasalahan yang terjadi. Sedangkan artikel, penulisannya tidak sekadar mengomentari masalah, tetapi bisa juga mengajukan pandangan, pendapat atau pemikiran lain, baik yang sudah banyak diketahui masyarakat maupun yang belum diketahui. Kegunaan artikel bagi penerbit surat kabar atau majalah adalah untuk membedakan pemuatan antara berita (fakta) dan opini. Hampir semua penerbitan surat kabar menyediakan satu halaman. Khusus untuk artikel yang disebut opinion page. Halaman ini memberi kesempatan kepada khalayak pembacanya untuk menyampaikan pendapatnya (opini). Bagi penerbit media massa pengiriman artikel oleh pembacanya, merupakan bukti umpan balik bagi penerbitannya. Bagi pembaca surat kabar atau majalah, halam artikel atau opinion page, dapat dimanfaatkan untuk menyampaikan pandangan, gagasan serta argumentasi dari berita-berita atau situasi yang terjadi dan terekam dalam banaknya. Artikel tidak sekadar sebagai penyampaian tanggapan atas suatu peristiwa yang termuat dalam suatu penerbitan surat kabar atau majalah, tetapi juga untuk kepentingan penulisannya sendiri. Bagi pegawai negeri atau karyawan swasta yang mempunyai jabatan fungsional seperti peneliti, dosen, guru dan sebagainya, artikel di media massa digunakan untuk memenuhi angka kredit bagi kenaikan jabatannya. Kenaikan jabatan fungsional bagi pegawai negeri atau perusahaan swasta, salah satu persyaratannya adalah dengan menulis artikel di media massa. Dalam menulis artikel, memilih judul memerlukan perhatian khusus. Jika judul itu pas dan menarik, redaktur media massa tertarik pula untuk memuatnya. Itulah sebabnya
memilih
judul
dalam
penulisan
artikel,
memerlukan
pemikiran,
pertimbangan dan penyesuian secara khusus. Ada sebagian penulis yang menentukan judul artikelnya pada akhir dari proses penulisannya. Artinya, setelah semua permasalahan diungkapkan dalam bentuk artikel, baru ia menentukan judulnya. Tetapi ada juga justru sebaliknya, judul ditentukan terlebih dulu baru menulis isinya. Judul sebuah artikel sebaiknya memenuhi kriteria berikut: (1) atraktif dan baru. Artinya judul itu harus bersifat atraktif dan belum pernah dipakai oleh penulis lain. Sebaiknya judul dikaitkan dengan permasalahan inti dari artikel tersebut. Ini akan menarik dan mengundang rasa ingin tahu baik dari pembaca maupun oleh redaktur media massa; (2) tidak panjang. Membuat judul artikel jangan terlalu panjang, sebaiknya terdiri dari subjek dan predikat saja. Apabila ingin judul yang panjang, buatlah judul utama dan sub judul. Judul yang terlalu panjang, selain tidak menarik, juga menghabiskan kolom pada surat kabar, hal ini justru dihindari oleh redaktur Geografi SMA K - 10
150
media massa; (3) punya relevansi. Judul harus memiliki relevansi dengan isi artikel, sekaligus mencerminkan gagasan sentralnya. Artinya, jika artikel yang ditulis itu tentang dampak ekonomi, maka judulnya jangan berisi masalah ekonomi. Harusnya tentang dampak yang timbul dari gejolak ekonomi yang muncul. Menurut Dr. H. Endang Danial AR., M.Pd. (2001) bahwa karya ilmiah adalah berbagai macam tulisan yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok dengan menggunakan tata cara ilmiah. Tata cara ilmiah adalah suatu sistem penulisan yang didasarkan pada sistem, masalah, tujuan, teori dan data untuk memberikan alternatif pemecahan masalah tertentu. Sedangkan Djuroto dan Bambang (2003) bahwa karya tulis ilmiah adalah suatu tulisan yang membahas suatu masalah. Pembahasan itu dilakukan berdasarkan penyelidikan, pengamatan, pengumpulan data yang didapat dari suatu penelitian, baik penelitian lapangan, tes laboratorium ataupun kajian pustaka. Maka dalam memaparkan dan menganalisis datanya harus berdasarkan pemikiran ilmiah. Pemikiran ilmiah adalah pemikiran yang logis dan empiris. Logis artinya masuk akal, sedangkan empiris adalah dibahas secara mendalam, berdasarkan fakta yang dapat dipertanggung jawabkan (dapat dibuktikan).
Langkah-langkah Menulis Artikel Secara Umum Secara garis besar, langkah-langkah menulis artikel dapat kita bagi menjadi 5 poin penting berikut ini: 1.
Tentukan Tema. Tema haruslah spesifik. Semakin spesifik semakin menarik minat baca.
2. Tetapkan Tujuan penulisan. Kebanyakan artikel, apalagi dalam artikel jenis deskripsi dan narasi, tidak menyatakan tujuan penulisan secara tersurat, melainkan tersirat. 3. Rumuskan ide pokok atau masalah. Biasanya perumusan masalah dalam bentuk pertanyaan. Hanya saja dalam penulisan artikel deskripsi dan narasi, rumusan masalahnya tidak tersurat tapi tersembunyi dibalik alur tulisan (Nanti saya jelaskan dengan contoh di bawah). 4. Kembangkan tema dan pembahasan sesuai dengan jenis artikel 5. Buatlah kesimpulan. Kesimpulan bikinnya mudah. Anda bisa membuatnya dengan baik bila logika atau alur artikel anda benar.
Geografi SMA K - 10
151
Demikian langkah-langkah penulisan artikel secara umum. Sedangkan langkah-langkah rincinya harus anda sesuaikan dengan bentuk artikel yang ingin anda tulis. Sebab tiap bentuk artikel memiliki cara penulisan berbeda. Jenis Artikel. Artikel ada beberapa jenis, yang dapat dijelaskan seperti berikut ini. Artikel Deskripsi Artikel deskripsi adalah karangan yang bertujuan untuk menulis gambaran suatu fakta sehingga pembaca dapat membayangkannya di dalam benak. Saya lebih suka menjulukinya sebagai artikel gambar. Cara Penulisan Artikel Deskripsi 1. Tentukan objek, baik berupa keadaan atau konsep yang mau dideskripsikan 2. Tentukan juga tujuan penulisan (tersirat). 3. Tentukan rumusan ide pokok (tersirat). 4. Kembangkan tulisan menjadi urut-urutan. Apakah berdasarkan urutan waktu: pagisiang-sore; atau urutan jam 1, jam 2, jam 3; atau urutan tahun: tahun 2000, tahun 2003, tahun 2005; atau menggunakan urutan tempat: dari pinggir ke tengah; dari pangkal ke ujung; atau kita ingin memakai urutan kepentingan: dari yang paling penting, penting ke yang kurang penting. 5. Tutup dengan paragraf yang menyimpulkan obyek yang dideskripsikan. Artikel Narasi Artikel jenis ini ditujukan untuk menceritakan suatu keadaan atau situasi, baik berdasarkan urutan waktu atau urutan kejadian. Saya lebih suka menamainya sebagai artikel cerita. Dalam artikel narasi harus ada penokohannya, seperti dalam cerita pada umumnya. Sang tokoh digambarkan sebagai sosok yang bergulat dengan masalah kehidupan dan berusaha memenangkan pergulatan tersebut. Adanya konflik kehidupan membuat tulisan jenis ini menarik minat baca. Sebab bila tidak ada konflik, maka sebuah narasi akan menjadi hambar. Cara penulisan artikel narasi 6. Tentukan tema. 7. Tentukan tujuan (tersirat). 8. Tentukan rumusan ide pokok (tersirat).
Geografi SMA K - 10
152
9. Kembangkan tulisan dengan membuat alur cerita: awal – tengah – akhir. Bagian awal buatlah pembukaan yang menarik; Bagian tengah gambarkan pergulatan hidup sang tokoh sampai pada puncak konflik alias klimaks; 10. Setelah itu, buatlah anti klimaks sebagai penutup. Artikel Eksposisi Ertikel jenis ini merupakan karangan yang bertujuan untuk menguraikan suatu topik. Dapat berupa uraian tentang definisi, fungsi, bagian dan kegunaan suatu konsep. Dapat juga berupa langkah, cara atau proses mengerjakan sesuatu. Saya lebih suka menyebutnya sebagai artikel penjabaran. Cara Penulisan Artikel Eksposisi 1. Tentukan tema. 2. Tentukan tujuan (tersurat). 3. Tentukan rumusan ide pokok (tersurat). 4. Kembangkan tulisan sesuai tujuan. Bila karangan ditujukan untuk menjelaskan pengertian, maka kembangkan karangan dengan menyajikan data dan fakta untuk menguatkan definisi atau proses. Bila anda ingin menjelaskan cara, buatlah tahapan-tahapan dari awal sampai akhir secara sistematis. Bila anda ingin menjelaskan kegunaan, buatlah kegunaannya satu persatu. Dan bila karangan ditujukan untuk menjelaskan proses, maka detilkan prosesnya. 5. Berikan kesimpulan
Contoh artikel ini dapat anda temukan bertebaran di internet yang berkenaan dengan: definisi, fungsi, manfaat, peran, atau artikel yang berisi panduan melakukan sesuatu alias How To. Contoh artikelnya silakan lihat disini. Jenis tulisan pada contoh ini adalah berjenis How To. Artikel Argumentasi Artikel ini berupa karangan adu argumen. Penulisannya dilatarbelakangi oleh kritik terhadap suatu pendapat. Penulis biasanya akan memasukkan opini pribadi kedalam tulisan, tentu dengan data atau fakta yang mendukung, sehingga pendapatnya bisa menarik dukungan dari pembaca. Saya lebih suka menjulukinya sebagai artikel pendapat. Cara Penulisan Artikel Argumentasi 6. Tentukan tema. 7. Tentukan tujuan (tersurat).
Geografi SMA K - 10
153
8. Tentukan rumusan ide pokok (tersurat). 9. Kembangkan karangan dengan menyajikan data dan fakta untuk menguatkan pendapat sendiri dan juga dapat melemahkan pendapat orang lain. 10. Berikan kesimpulan
Artikel Persuasi Artikel jenis ini terkenal juga dengan arikel motivasi. Sebab penulisannya bersifat membujuk alias persuasif. Efeknya dapat menggerakkan pembaca untuk melakukan atau mengikuti sesuatu. Saya lebih suka menjulukinya sebagai artikel bujukan. Cara Penulisan Artikel Persuasi 1. Tentukan tema. 2. Tentukan tujuan (tersurat). 3. Tentukan rumusan ide pokok (tersurat). 4. Kembangkan karangan dengan menyajikan data dan fakta untuk meyakinkan orang lain sehingga dapat menggerakkan pembaca untuk mengerjakan kebaikan dan menjauhi keburukan. 5. Berikan kesimpulan
c. Uraian Kegiatan/Aktivitas Pembelajaran •
Perhatikan cara penulisan artikel.
•
Bacalah salah satu contoh artikel yang dapat anda temukan di media cetak maupun elektronik.
•
Analisislah dan identifikasilah tulisan tersebut termasuk jenis artikel apa.
•
Cobalah menulis artikel sesuai jenis yang anda pilih.
•
Diskusikan bersama kelompok hasil tulisan tersebut.
d. Evaluasi kegiatan belajar dan kunci jawaban •
Apa yang dimaksud dengan menulis artikel.
•
Bagaimana langkah-langkah memulai menulis artikel.
•
Sebutkan dan jelaskan jenis-jenis artikel.
e. Umpan balik dan tindak lanjut •
Tulislah artikel yang terkait dengan pembelajaran bidang studi geografi.
•
Analisislah tulisan anda tersebut, apakah sudah memenuhi kriteria artikel yang baik dan benar
Geografi SMA K - 10
154
f. Kunci jawaban •
Dapat digunakan untuk self assesment sekiranya diperlukan sebagai tolak ukur untuk mengetahui keberhasilan diri sendiri.
Geografi SMA K - 10
155
3. Kegiatan Belajar 2 Publikasi Ilmiah a. Indikator Pencapaian Kompetensi. •
Mengacu pada indikator.
•
Jumlah tujuan pembelajaran dapat lebih dari satu butir tujuan
b. Uraian Materi FENOMENA akhir-akhir ini, guru disibukkan untuk mengikuti bimbingan teknis Karya Tulis Ilmiah (KTI) dan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) terkait diterapkannya Permenneg PAN dan RB No.16/2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya sebagai pengganti Permenneg PAN No. 84/1993 tentang hal yang sama.
Beberapa perubahan terjadi, terutama pada unsur publikasi ilmiah. Peraturan lama mewajibkan publikasi ilmiah mulai kenaikan ke pangkat/jabatan guru Pembina TKI/IVB, sementara Permen baru lebih awal, yakni ke pangkat/jabatan Guru Muda/IIIC. Ketika diperlakukan Permenneg lama dimana keharusan publikasi ilmiah bagi guru yang naik pangkat/jabatan ke Pembina/IVB tidak kurang 800.000 orang guru di Indonesia tidak naik
pangkat/golongan
karena
ketidakmampuannya
meneliti,
menulis
dan
mempublikasikan karya tulis ilmiahnya sekalipun mereka sudah mengikuti diklat, bimtek dan sejenisnya tentang KTI dan PTK tersebut, terutama para guru di provinsi Kalimantan Barat. Hal ini terjadi disebabkan beberapa hal, diantaranya; (1) literasi menulis dan meneliti para guru belum tumbuh subur atau belum membudaya; (2) masih kurang seriusnya pemerintah mendorong dan memfasilitasi guru dalam kegiatan meneliti dan menulis, barangkali akibat kurang dan salah paham mereka tentang profesi guru sebagai pendidik professional, bermartabat dan sejahtera. Terbukti, ketidakseriusan pemerintah provinsi dan kabupaten/kota saat ini antara lain terlihat masih belum dan/atau lambatnya pembentukan tim penilai jabatan fungsional guru dan angka kreditnya secara definitif, belum efektif dan efisiennya implementasi penilaian kinerja guru yang akan berdampak pada penilaian angka kredit guru, belum tersosialisasi dengan baik Permenneg PAN dan RB No16/2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya di kalangan guru, terutama berkaitan dengan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan; (3) belum secara sungguh-sungguh dilakukan pendampingan kepada guru dalam kegiatan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
dan
Karya
Tulis
Ilmiah.
Harus dipahami dan disadari, terutama oleh para guru dan pemangku kepentingan lainnya bahwa kegiatan menulis karya ilmiah dan melakukan Penelitian Tindakan Geografi SMA K - 10
156
Kelas (PTK) tersebut berdampak sangat luas, tidak hanya untuk mempercepat prosen Perolehan Angka Kredit (PAK) guna memenuhi persyaratan kenaikan pangkat dan jabatan fungsional guru, melainkan jauh lebih penting adalah meningkatkan profesionalisasi guru berkelanjutan secara mandiri. Jika dicermati permen baru tentang jabatan fungsional guru terlihat jelas bahwa pengakuan tinggi terhadap guru karena mereka melakukan publikasi ilmiah yang dilakukan secara mandiri; menulis buku pelajaran dan melakukan penelitian tindakan kelas, misalnya.
Argumentasi lain, penting dan strategisnya profesionalisasi guru melalui meneliti dan menulis sebagaimana diperkuat oleh Richardson yang menyatakan; ”Jika kita ingin para guru mengadopsi sesuatu yang baru, maka kita harus memberi waktu kepadanya untuk merefleksi teori tentang bagaimana peserta didik belajar atau memperoleh informasi. Para guru berfungsi sebagai reflective practitioner, researcher dan melaksanakan action research, demikian Bracey dalam artikelnya berjudul ”Teachers as
Researchers”
pada
Phi
Delta
Kappan,
edisi
Januari
1991.
Kehadiran Permenneg PAN dan RB No.16/2009, Juklak Nomor 03/V/PB/2010 dan No. 14 /2010, Juknis No.35/ 1020 mengakomodasi asumsi tersebut di atas dan memberi akses pada guru untuk tumbuh kembang dalam jabatannya sebagai pendidik professional, bermartabat dan sejahtera.
Publikasi Ilmiah, meliputi 2 (dua) kegiatan, yakni; publikasi ilmiah atas hasil penelitian atau gagasan inovatif pada bidang pendidikan formal dan publikasi buku teks pelajaran, buku pengayaan dan pedoman guru. Dua kegiatan tersebut dijabarkan menjadi 10 (sepuluh) jenis kegiatan, yakni; (1) menulis makalah pemrasaran/nara sumber dalam Forum Ilmiah; pada seminar atau lokakarya ilmiah, kologiun dan diskusi ilmiah; (2) Laporan Hasil Penelitian, terutama PTK, baik berupa buku yang diterbitkan ber ISBN dan diedarkan secara nasional atau adanya pengakuan dari BSNP, berupa tulisan atau artikel ilmiah yang dimuat di jurnal ilmiah tingkat nasional dan provinsi yang terakreditasi dan diterbitkan di jurnal ilmiah tingkat kabupaten/kota; (3) makalah Tinjauan Ilmiah di Bidang Pendidikan Formal dan Pembelajaran; (4) Artikel ilmiah populer di bidang pendidikan formal dan pembelajaran, tingkat nasional dan tingkat provinsi; (5) Artikel di bidang pendidikan formal dan pembelajaran, jurnal tingkat nasional
dan
Geografi SMA K - 10
provinsi
terakreditasi,
serta
jurnal
tingkat
lokal,
yakni
157
kabupaten/kota/sekolah/madrasah; (6) Buku pelajaran; (7) Modul dan diktat yang digunakan di tingkat provinsi, kota/kabupaten dan di sekolah/madrasah. (8) Buku pendidikan; (9) Karya Terjemahan, dan (10) Buku Pedoman Guru. Karya tulis ilmiah guru dapat ditulis secara kolektif sebanyak 2-4 orang guru dengan penghargaan yang
berbeda
sesuai
proporsi
masing-masing.
Selama ini Karta Tulis Ilmiah dan Penelitian Tindakan Kelas menjadi kendala utama percepatan karier guru, karena itu tidak semua karya tulis ilmiah dan PTK yang mereka usulkan disetujui oleh tim penilai. Rambu yang digunakan oleh tim penilai KTI dan PTK adalah;
Asli,
Perlu,
Ilmiah,
dan
Konsisten,
disingkat
APIK.
Publikasi Ilmiah DITOLAK, karena diragukan ke-ASLIANNYA: (1) terdapat banyak data yang tidak konsisten, seperti nama penulis, nama sekolah, lampiran, foto dan data yang tidak sesuai; (2) waktu yang digunakan untuk penelitian kurang wajar; (3) adanya perbedaan kualitas; cara penulisan, gaya bahasa yang menjolok diantara karya-karya yang dibuat oleh guru yang sama; (4) terlalu banyak kesamaan yang menjolok diantara publikasi ilmiah yang dibuat pada waktu yang berbeda, seperti foto, dokumen, surat penyataan sama antara satu dan yang lain; (5) adanya banyak kesamaan yang dibuat guru lain dari daerah yang sama; sekolah, kab/kota, dan wilayah yang sama.
Publikasi Ilmiah DITOLAK, karena alasan PERLU tidaknya: (1) terlalu luas, umum, tidak terkait permasalahan nyata di sekolah/kelas, tidak berkaitan langsung dengan kegiatan guru di kelas; (2) tidak terkait dengan hal spesifik bidang keilmuan; (3) tidak sesuai tugas sebagai guru, dan (4) karya tulis yang disampaikan berupa RPP, soal ujian, LKS, dan sebagainya yang tidak dapat digolongkan sebagai KTI. Publikasi Ilmiah DITOLAK, karena alasan ILMIAH; (1) belum memenuhi kaidah umum karya tulis ilmiah yang sistematis dan sistemik, seperti adanya kesatuan yang utuh dari unsur berikut ini; (2) masalah; belum menunjukkan adanya kesenjangan antara harapan dan kenyataan yang didukung data dan fakta; (2) lemahnya teori digunakan; (3) kesalahan metodologis; (4) kesalahan data dan analisisnya; (5) kesimpulan tidaksesuai masalah.. Publikasi Ilmiah DITOLAK, karena alasan KONSISTEN tidaknya; (1) KTI tidak sesuai tugas guru; (2) telah kadaluarsa; (3) pernah dinilai dan disarankan untuk perbaikan, namun tidak dilakukan; (4) sudah ditolak, dan disarankan membuat yang baru, namun masih diusulkan;(5) permasalahan tidak sesuai dengan tugas si penulis sebagai guru; (6) tidak jelas jenis karya tulisnya sebagaimana aturan yang berlaku Geografi SMA K - 10
158
(Penulis, Dosen FKIP Untan, Tim Penilai Pusat Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya). Publikasi ilmiah adalah sistem publikasi yang dilakukan berdasarkan peer review dalam rangka untuk mencapai tingkat obyektivitas setinggi mungkin. "Sistem" ini, bervariasi tergantung bidang masing-masing, dan selalu berubah, meskipun seringkali secara perlahan. Sebagian besar karya akademis diterbitkan dalam jurnal ilmiah atau dalam bentuk buku. Sebagian besar bidang akademik yang telah mapan memiliki jurnal dan bentuk publikasi tersendiri, meskipun banyak pula terdapat jurnal akademik yang bersifat interdisipliner (antar cabang) dan mempublikasikan karya dari beberapa bidang yang berbeda. Jenis-jenis publikasi yang dapat diterima sebagai kontribusi terhadap bidang ilmu pengetahuan dan penelitian sangat bervariasi di antara berbagai bidang. Publikasi ilmiah saat ini sedang mengalami perubahan yang besar, yang muncul akibat transisi dari format penerbitan cetak ke arah format elektronik, yang memiliki model bisnis berbeda dengan pola sebelumnya. Tren umum yang berjalan sekarang, akses terhadap jurnal ilmiah secara elektronik disediakan secara terbuka. Hal ini berarti semakin banyak publikasi ilmiah yang dapat diakses secara gratis melalui internet, baik yang disediakan oleh pihak penerbit jurnal, maupun yang disediakan oleh para penulis artikel jurnal itu sendiri. Dalam publikasi ilmiah, sebuah artrikel (karangan) adalah sebuah karya akademis yang umumnya diterbitkan dalam suatu jurnal ilmiah. Artikel ini dapat berisi hasil penelitian orisinil atau berupa telaah dari hasil-hasil yang telah ada sebelumnya. Artikel seperti ini baru dapat dianggap valid setelah melalui proses peer review oleh satu atau beberapa pemeriksa (yang juga merupakan akademisi di bidang yang sama) dalam rangka untuk memeriksa isi artikel apakah telah sesuai untuk dipublikasikan di jurnal. Sebuah artikel dapat mengalami beberapa kali pemeriksaan dan revisi, sebelum akhirnya dapat diterima untuk publikasi. Hal ini dapat berlangsung hingga beberapa tahun, khususnya untuk jurnal penerbitan yang sangat populer.
c. Uraian Kegiatan/Aktivitas Pembelajaran •
Peserta mengobservasi atau membaca kembali hasil penelitian tindakan kelasnya, atau artikel lain yang terkait dengan pendidikan dan atau pembelajaran.
•
Jika peserta belum pernah melakukan penelitian tindakan kelas maka peserta mencoba membuat artikel tentang permasalahan dan keberhasilan pembelajaran yang dilakukan di kelasnya.
Geografi SMA K - 10
159
•
Merencanakan publikasi dari hasil tulisannya melalui seminar, atau media cetak/elektronik.
d. Evaluasi kegiatan belajar dan kunci jawaban •
Apa yang dimaksud dengan publikasi ilmiah.
•
Jelaskan perbedaan publikasi ilmiah dan non ilmiah.
e. Umpan balik dan tindak lanjut •
Tuliskan tema rencana penulisan artikel ilmiah dan non ilmiah tentang pendidikan dan atau pembelajaran menggunakan format berikut. No.
Artikel Ilmiah
Artikel non Ilmiah
f. Kunci jawaban •
Dapat digunakan untuk self assesment sekiranya diperlukan sebagai tolak ukur untuk mengetahui keberhasilan diri sendiri.
BAGIAN 3: PENUTUP Setelah mempelajari serangkaian materi yang terdiri atas statistika deskriptif, pembentukan permukaan bumi, perubahan iklim global, perairan laut, permasalahan lingkungan dan roadmap pembangunan Indonesia, planet bumi untuk kehidupan, analisis
model-model
pembelajaran,
analisis
kebutuhan
media
pembelajaran,
penyusunan instrument penilaian, implementasi RPP dalam pembelajaran geografi, dan analisa data PTK dengan berbagai aktivitas pembelajaran, maka untuk memperkuat dan memperkaya pemahaman Ibu/bapak dipersilakan membaca referensi dari berbagai sumber.
Kegiatan tersebut juga merupakan bagian penting untuk
mempelajari modul selanjutnya.
Geografi SMA K - 10
160
Daftar Pustaka
......... Tanpa Tahun. Fundamentals of Remote Sensing. A Canada Centre for Remote Sensing Remote Sensing Tutorial. Canada: Natural Resources Canada ......... Tanpa Tahun. Modul Dasar-dasar Penginderaan Jauh Dan Penggunaanya Dibidang Kebumian. Jakarta:Bakosurtanal 2000, Pembelajaran Kooperatif, Surabaya : University Press. Albanese, M.A. & Mitchell, S.. (1993). Problem Based Learning: a Review of The Literature on Outcomes and Implementation Issues. Journal of Academic Medicine Amin, Mohamad. 2009. Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Lingkungan Untuk Pembelajaran Kontekkstual Materi Biologi SMA Bahasan Keragaman Genetika. Makalah disajikan pada Seminar Nasional PLH di Universitas Negeri Malang, tanggal 20 Juni 2009. An,
La.
2007.
sistem
informasi
geografi-sig.
(http://mbojo.
wordpress.com/2007/04/08/). Anonymous. 2006. Model Penilaian Kelas, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SMA/MA.
Pusat
Kurikulum,
Badan
Penelitian
dan
Pengembangan,
Departemen Pendidikan Nasional. Arikunto, Suharsimi. 2007. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. PT Bumi Aksara. Jakarta. As-syakur, Rahman, Abd. 2006. Modul Pengenalan ArcView Untuk Dasar Analisis Sistem Informasi Geografi (SIG) ~ www.mbojo.wordpress.com 29. Atwi, Suparman 2004. Desain Instruksional. Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka. Badrun Kartowagiran. 2005. Item and Test Analysis (ITEMAN); Makalah Penyegaran Metodologi Penelitian Pascasarjana UNY Yogyakarta 21-30 Mart 2005. Barrows, H.S. & Tamblyn, R.M.. (1980). Problem Based Learning: an Approach to Medical Education. New York: Springer Publishing Bruce Joyce, Marsha Weil, dan Emily Calhoun. 2009. Models of Teaching. ModelModel Pengajaran. Edisi kedelapan. Jogyakarta: Pustaka Peserta didik.
Geografi SMA K - 10
161
Burhan, Latief. 2009. Pendidikan Lingkungan Hidup Oleh Masyarakat. Makalah disajikan pada Seminar Nasional PLH di Universitas Negeri Malang, tanggal 20 Juni 2009. C.P.LO. 1996.
Penginderaan Jauh Terapan. Jakarta:UI Press.
Charter, Denny dan Agtrisari, Irma 2002. Desain dan Aplikasi GIS, Penerbit Elexmedia Komputindo, Bandung. Dahlan, M.D. (1990). Model-Model Mengajar . Bandung: Diponegoro. Sugiyono, Prof. Dr. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta Danudoro, Projo. 2004. Sains Informasi Geografi. Yogyakarta:Jurusan Kartografi – Penginderaan Jauh, Fak Geografi UGM. Darmawan, Arief. 2008. Sekilas tentang Sistem Informasi Geografis (Geographyc Information System). Http://fetsi.wordpress.com . Diakses tanggal 28 Agustus 2008. Das Salirawati, 2009, Penerapan Problem Based Learning Sebagai Upaya Meningkatkan Kemampuan Peserta Didik Dalam Memecahkan Masalah, Makalah Departemen Pendidikan Nasional. Direktorat Jenderal PMPTK. 2009. Pendekatan, Strategi, dan Model Pembelajaran. Bahan TOT Calon Pengawas dan Kepala Sekolah. Jakarta: Depdiknas Depdiknas, Dirjen Dikdasmen, 2003, Pendekatan Kontektual (Contextual Teaching and Learning – CTL), Jakarta : Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama. Deti, Hendarni. 2012. Modul Model-model Pembelajaran Sosiologi. Malang: PPPPTK PKn dan IPS Direktorat Pembinaan SMA. Ditjen Manajemen Pendidikan Dasar Dan Menengah. 2008. Rancangan Penilaian hasil Belajar. Departemen Pendidikan Nasional. Duch, J. Barbara. (1995). Problems: A Key Factor in PBL. [Online]. Tersedia : http://www.udel.edu/pbl/cte/spr96-phys.html. [21 Juli 2010]. Dulbahri. 1985. Interpretasi Citra Untuk survey Vegetasi. Yogyakarta:Puspics – Bakorsurtanal – UGM. Fadli, Bae. 2011. Konsep Pengembangan Model-Model Pembelajaran .https://fadlibae.wordpress.com/2011/12/03/konsep-pengembangan-modelpembelajaran-instruksional/ Gall, M.D., Gall,J.P., and Borg, W.R. 2003. Education Research, an Introduction. (7th ed.). USA: Pearson Education, Inc.
Geografi SMA K - 10
162
Glazer, Evan. (2001). Problem Based Instruction. In M. Orey (Ed.), Emerging Perspectives on Learning, Teaching, and Technology [Online]. Tersedia: http://www.coe.uga.edu/epltt/ProblemBasedInstruct.htm. [17 Juni 2005]. Ibrahim, M dan Nur. (2005). Pengajaran Berdasarkan Masalah. Surabaya: University Press Ismail, 2002. Model-model Pembelajaran. Jakarta : Direktorat Karim, S., et al. (2007). Penerapan Pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Fisika serta Mengembangkan Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi dan Kecakapan Ilmiah. Proposal Hibah Kompetitif UPI 2007. Bandung: Tidak diterbitkan. Kementerian Lingkungan Hidup. 2005. Kebijakan Pendidikan Lingkungan Hidup. Jakarta:Kmenterian Lingkungan Hidup Indonesia Lillesand, Thomas M., Ralph W Kiefer. 1990. Penginderaan Jauh dan Interpretasi Citra. Jogyakarta:Gajah Mada University Press. Made Agus Suryadarma Prihantana. 2011. Pendekatan, Strategi, dan Metode Pembelajaran. http://suryadharma.wordpress.com/2008/09/ 12/pendekatanstrategi-metode- teknik-dan-model-pembelajaran/ Major, Claire,H dan Palmer, Betsy. 2001. Assessing the Effectiveness of ProblemBased Learning in Higher Education: Lessons from the Literature. [Online]. Tersedia : http://www.rapidintellect.com/AE Qweb/mop4spr01.htm [14 Juli 2010] Mel Silberman, 2002, Active Learning, Yogyakarta : Yappendis. Mel Silberman, 2002, Active Learning, Yogyakarta : Yappendis. Melvin L. & Silberman. (1996). Active Learning: 101 Strategies to Teach any Subject. USA: Allyn & Bacon Murni, Aniati, 2001, Sistem Inderaja dan GIS, Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, Jakarta. Muslimin Ibrahim dan Mohamad Nur, Muslimin Ibrahim dan Mohamad Nur, Made Agus Suryadarma Prihantana. 2011. Pendekatan,
Strategi,
dan
Metode
Pembelajaran.
http://suryadharma.wordpress.com/2008/09/ 12/pendekatan-strategi-metodeteknik-dan-model-pembelajaran/ Mustaji. 2005. Teori, Model-Model dan Penelitian Pengembangan dalam Perspektif Teknologi Pembelajaran. http://pasca.tp.ac.id/site/teori-modeldan-penelitian-pengembangan-dalam-perspektif-teknologi-pembelajaran
Geografi SMA K - 10
163
Mustari, K., Ahmad, K., dan Badruzzaman. 2009. Pengintegrasian Muatan Lingkungan Dalam Pembelajaran Pada Madrasah Aliyah Di Kawasan Timur Indonesia. Makalah disajikan pada Seminar Nasional PLH di Universitas Negeri Malang, tanggal 20 Juni 2009. Nomura, K dan Hendarti, L. 2005. Environment Education and NGOS in Indonesia. Jakarta: Yayasan Obor. Poernomo,
Sidik.
1999.
Pembangunan
Pendidikan
Berkelanjutan
Lingkungan
Berwawasan
Dalam
Mewujudkan
Lingkungan,
Makalah
disajikan dalam Seminar PLH Kerjasama UT dan HSF Jerman, tanggal 5 Maret 1999 di Jakarta. Prahasta, Eddy, 2002, Sistem Informasi Geografis : Tutorial ArcView, Penerbit Informatika, Bandung. Prahasta, Eddy, 2002, Sistem Informasi Geografis, Konsep-Konsep Dasar, Penerbit Informatika, Bandung. Prasetyo, Hary, Daniel. 2003. Sistem Informasi Geografi (SIG) Untuk Tata Guna Lahan. http://if2.ubaya.ac.id/-daniel. Proyek
DUeLike
Universitas
Indonesia.
(2002).
Panduan
Pelaksanaan
Collaborative Learning & Problem Based Learning. Depok: UI Purwadhi, Sri Hardiyanti. 2001. Interpretasi Citra Digital. Jakarta:Grasindo. Sistem Informasi Geografi. Bandung:ITB Purwanto,
Edy,
dkk.
2010.
Pengembangan
Bahan
Ajar.
Lembaga
Pengembangan Pendidikan Dan Pembelajaran (LP3) Universitas Negeri Malang. Purwanto, Ngalim. 1991. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. PT Remaja Rosdakarya. Bandung. Resosoedarmo, RS; Kartawinata K; dan Soegiarto, A. 2002. Pengantar Ekologi. Bandung: Remaja Rosdakarya. Salladien. 2009. Pendidikan Lingkungan Merupakan Salah Satu Upaya Mengatasi Semakin Rapuhnya Sistem Lingkungan Kita Di Era Milenium. Makalah disajikan pada Seminar Nasional PLH di Universitas Negeri Malang, tanggal 20 Juni 2009.
Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Dirjen Dikdasmen Depdiknas. Siburian, Jodion. 2010. Model Pembelajaran Sains, Jambi: Universitas Jambi Sidi, Indra Djati. 1999. Kebijakan Dasar Pendidikan Lingkungan Hidup Jalur Sekolah,
Makalah disajikan dalam Seminar PLH Kerjasama UT dan
HSF Jerman, tanggal 5 Maret 1999 di Jakarta. Geografi SMA K - 10
164
Sudijono, Anas. 2007. Pengantar Evaluasi Pendidikan. PT Radja Grafindo Persada. Jakarta. Sudjana, D. (1982). Model Pembelajaran Pemecahan Masalah. Bandung : Lembaga Penelitian IKIP Bandung Sulistyowati, Endang. 2009. Inovasi Dalam Pembelajaran Pendidikan Lingkungan Hidup Sebagai Strategi Mewujudkan Kompetensi Sadar dan Peduli Lingkungan Pada Peserta Didik. Makalah disajikan pada Seminar Nasional PLH di Universitas Negeri Malang, tanggal 20 Juni 2009. Sunata, Wayan, I. 2002. Evaluasi Pembelajaran Geografi. Direktorat Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Departemen Pendidikan Nasional. Suryantoro, Agus. 2003. Interpertasi Foto Udara, Handout. Malang:Jurusan Geografi FMIPA, Universitas Negeri Malang Suryantoro, Agus. 2004. Pengantar Penginderaan Jauh, Handout. Malang:Jurusan Geografi FMIPA, Universitas Malang. Susilowati, SME. 2009. Pelatihan Pembelajaran PLH Dengan Pendekatan Partisipatif Di SD Se Kecamatan Cepogo Kabupaten Boyolali. Makalah disajikan pada Seminar Nasional PLH di Universitas Negeri Malang, tanggal 20 Juni 2009. Sutanto. 1985. Teknik Interpretasi Foto Udara, Handout, Jur KPJ FGE, UGM, Yogyakarta. Sutanto. 1986. Penginderaan Jauh Jilid 1. Yogyakarta:Gadjah Mada University Press. Sutanto. 1987. Penginderaan Jauh Jilid 1, Yogyakarta:Gadjah Mada University Press. Suyatna, Agus, Abdurrahman, dan Rosana. 2010. Pengembangan Program Pembelajaran Mitigasi Bencana Gempa Bumi Bagi Siswa SMP. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran (JPP), Vol. 17 No. 2, 2 Oktober 2010. LP3 Universitas Negeri Malang. Thiagarajan, S,D., Semmel, S. & Semmel, M.L. 1974. Instructional Development for Training Teacher of Exceptional Children, A Source Book. Bloomington: Center for Innovation on Teaching the handicap. Tim. 2008. Panduan Analisis Butir Soal, Jakarta: Dirjen Dikdasmen Depdiknas Tumisem. 2009. Model Pendidikan Lingkungan Terpadu di Sekolah Dasar Melalui Kegiatan Ekstrakurikuler Untuk Meningkatkan Environmental
Geografi SMA K - 10
165
Literacy. Makalah disajikan pada Seminar Nasional PLH di Universitas Negeri Malang, tanggal 20 Juni 2009. Yamin, Martinis. 2011. Paradigma Baru Pembelajaran, Jambi: Gaung Persada Press Yulianto, Widi. 2003. Aplikasi AutoCad 2002 Untuk pemetaan dan SIG, Penerbit Elexmedia Komputindo, Bandung.
Geografi SMA K - 10
166
Geografi SMA K - 10
167
Geografi SMA K - 10
168