PENYUSUN Yasser Awaluddin, S.E., M.Ed ( PPPPTK PKn DAN IPS )
Dra. Hj. Widarwati, M.S.Ed., M.Pd ( PPPPTK PKn DAN IPS )
Dr. I Nyoman Ruja, S.U. ( Universitas Negeri Malang )
PEMBAHAS Drs. I Komang Astina, M.S., Ph.D. ( Universitas Negeri Malang )
IPS SMP K-10
i
MODUL PENGEMBANGAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN
MATA PELAJARAN
IPS SMP KELOMPOK KOMPETENSI 10
PENYUSUN Yasser Awaluddin, S.E., M.Ed ( PPPPTK PKn DAN IPS )
Dra. Hj. Widarwati, M.S.Ed., M.Pd ( PPPPTK PKn DAN IPS )
Dr. I Nyoman Ruja, S.U. ( Universitas Negeri Malang )
PEMBAHAS Drs. I Komang Astina, M.S., Ph.D. ( Universitas Negeri Malang )
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN PUSAT PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL PPPPTK PKn DAN IPS 2015
IPS SMP K-10
i
PENGANTAR Salah satu komponen yang menjadi fokus perhatian dalam peningkatan kualitas pendidikan adalah peningkatan kompetensi guru. Hal ini menjadi prioritas baik oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Sejalan dengan hal tersebut, peran guru yang profesional dalam proses pembelajaran di kelas menjadi sangat penting sebagai penentu kunci keberhasilan belajar siswa. Disisi lain, Guru diharapkan mampu untuk membangun proses pembelajaran yang baik sehingga dapat menghasilkan pendidikan yang berkualitas. Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) diperuntukkan bagi semua guru. Sejalan dengan hal tersebut, pemetaan kompetensi baik Kompetensi Pedagogik maupun Kompetensi Profesional sangat dibutuhkan bagi Guru. Informasi, tentang peta
kompetensi
tersebut
diwujudkan
dalam
buku
modul
Pengembangan
Keprofesian Berkelanjutan dari berbagai mata pelajaran. PPPPTK PKn dan IPS merupakan salah satu Unit Pelaksana Teknis di lingkungan Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan, mendapat tugas untuk menyusun Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB), khususnya modul PKB untuk mata pelajaran PPKn SMP, IPS SMP, PPKn SMA/SMK, Sejarah SMA/SMK, Geografi SMA, Ekonomi SMA, Sosiologi SMA, dan Antropologi SMA. Masing-masing modul Mata Pelajaran disusun dalam Kelompok Kompetensi 1 sampai dengan 10. Dengan adanya modul
ini, diharapkan semua kegiatan
pendidikan dan pelatihan baik yang dilaksandengan pola tatap muka maupun on-line bisa mengacu dari modul-modul yang telah disusun ini. Semoga modul ini bisa dipergunakan untuk menjadi acuan dan pengembangan proses pembelajaran, khususnya untuk mata pelajaran PKn dan IPS.
Jakarta, Desember 2015 Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
Sumarna Surapranata, Ph.D NIP. 195908011985032001
IPS SMP K-10
ii
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ……………………………………………….................
i
KATA PENGANTAR……………………………………………………………
ii
DAFTAR ISI………………………………………………………………….....
iii
PENDAHULUAN………………………………………………......................
1
A. Latar Belakang…………………………………………………………….
1
B. Tujuan…………………………………………….......……………………
2
C. Peta Kompetensi………………………............………………………..
3
D. Saran Cara Penggunaan Modul.......…………………………………..
4
Kegiatan Pembelajaran 1 : Pengembangan Materi IPS Terpadu............
5
A. Tujuan ………………………………..................................................
5
B. Indikator Pencapaian Kompetensi ……………………....................
5
C. Uraian Materi ………………………………......................................
5
D. Aktivitas Pembelajaran …………………………………………..........
15
E. Latihan/Kasus/Tugas ……………………….....................................
15
F. Rangkuman ……………………………….........................................
16
G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut ……………....................................
17
H. Kunci Jawaban ……….....................................................................
17
Lampiran ................................................................................................
18
Kegiatan Pembelajaran 3 : Penelitian Kualitatif Lanjut Bidang IPS A. Tujuan ……………………………….................................................
31
B. Indikator Pencapaian Kompetensi ……………………....................
31
C. Uraian Materi ………………………………......................................
31
D. Aktivitas Pembelajaran ……………………………………….......... E. Latihan/Kasus/Tugas ……………………….....................................
50
F. Rangkuman ……………………………….........................................
51
G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut ……………....................................
IPS SMP K-10
iii
H. Kunci Jawaban ………..................................................................... Kegiatan Pembelajaran 4 : Penelitian Kuantitatif lanjut Bidang IPS.......
53
A. Tujuan ……………………………….................................................
53
B. Indikator Pencapaian Kompetensi ……………………....................
53
C. Uraian Materi ………………………………......................................
53
D. Aktivitas Pembelajaran ………………………………………..........
76
E. Latihan/Kasus/Tugas ……………………….....................................
80
F. Rangkuman ……………………………….........................................
83
G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut....................................................
83
H. Kunci Jawaban…………………….................................................
83
Kegiatan Pembelajaran 4 : Analisis data Kualitatif...................................
84
A. Tujuan ……………………………….................................................
84
B. Indikator Pencapaian Kompetensi ……………………....................
84
C. Uraian Materi ………………………………......................................
84
D. Aktivitas Pembelajaran ……………………………………….......... E. Latihan/Kasus/Tugas ……………………….....................................
92
F. Rangkuman ………………………………......................................... G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut.................................................... H. Kunci Jawaban..............………………………………………………
Kegiatan Pembelajaran 6 : Pengembangan Instrumen Penelitian Sosial
97
A. Tujuan ……………………………….................................................
97
B. Indikator Pencapaian Kompetensi ……………………....................
97
C. Uraian Materi ………………………………......................................
97
D. Aktivitas Pembelajaran ……………………………………….......... E. Latihan/Kasus/Tugas ……………………….....................................
115
F. Rangkuman ……………………………….........................................
115
G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut.................................................... H. Kunci Jawaban..............……………………………………………… Kegiatan Pembelajaran 7 : Problematika Penilaian Autentik.....................
117
A. Tujuan ……………………………….................................................
117
IPS SMP K-10
iv
B. Indikator Pencapaian Kompetensi ……………………....................
117
C. Uraian Materi ………………………………......................................
117
D. Aktivitas Pembelajaran ………………………………………..........
146
E. Latihan/Kasus/Tugas ……………………….....................................
146
F. Rangkuman ………………………………......................................... G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut....................................................
146
H. Kunci Jawaban...........................................................................
147
Daftar Rujukan ........................................................................................
148
Daftar Pustaka.........................................................................................
149
IPS SMP K-10
v
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan.
Guru
dan tenaga kependidikan
wajib
melaksanakan kegiatan
pengembangan keprofesian secara berkelanjutan agar dapat melaksanakan tugas profesionalnya.Program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) adalah pengembangan kompetensi Guru dan Tenaga Kependidikan yang dilaksanakan sesuai
kebutuhan,
bertahap,
dan
berkelanjutan
untuk
meningkatkan
profesionalitasnya.
Pengembangan keprofesian berkelanjutan sebagai salah satu strategi pembinaan guru dan tenaga kependidikan diharapkan dapat menjamin guru dan tenaga kependidikan agar mampu secara terus menerus memelihara, meningkatkan, dan mengembangkan
kompetensi sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
Pelaksanaan kegiatan PKB akan mengurangi kesenjangan antara kompetensi yang dimiliki guru dan tenaga kependidikan dengan tuntutan profesional yang dipersyaratkan.
Profesi guru dan tenaga kependidikan harus dihargai dan dikembangkan sebagai profesi yang bermartabat sebagaimana diamanatkan Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Hal ini dikarenakan guru dan tenaga kependidikan merupakan tenaga profesional yang mempunyai fungsi, peran, dan kedudukan yang sangat penting dalam mencapai visi pendidikan 2025 yaitu ―Menciptakan Insan Indonesia Cerdas dan Kompetitif‖. Untuk itu guru dan tenaga kependidikan yang profesional wajib melakukan pengembangan keprofesian berkelanjutan.
IPS SMP K-10
1
Guru dan tenaga kependidikan wajib melaksanakan PKB baik secara mandiri maupun kelompok. Khusus untuk PKB dalam bentuk diklat dilakukan oleh lembaga pelatihan sesuai dengan jenis kegiatan dan kebutuhan guru. Penyelenggaraan diklat PKB dilaksanakan oleh PPPPTK dan LPPPTK KPTK atau penyedia layanan diklat lainnya. Pelaksanaan diklat tersebut memerlukan modul sebagai salah satu sumber belajar bagi peserta diklat. Modul merupakan bahan ajar yang dirancang untuk dapat dipelajari secara mandiri oleh peserta diklat berisi materi, metode, batasan-batasan, dan cara mengevaluasi yang disajikan secara sistematis dan menarik untuk mencapai
tingkatan
kompetensi
yang
diharapkan
sesuai
dengan
tingkat
kompleksitasnya. Modul diklat PKB bagi guru dan tenaga kependidikan ini merupakan salah satu bahan referensi bagi pelaksanaan pendidikan dan pelatihan kegiatan PKB. Penyusunan modul ini telah melalui beberapa proses dan mekanisme yaitu tahap: persiapan, penyusunan, pemantapan (sanctioning), dan pencetakan. Modul
ini
disusun
untuk
memberikan
informasi/gambaran/deskripsi
dan
pembelajaran mengenai materi-materi yang relevan, serta disesuaikan dengan standar isi kurikulum. B. Tujuan
Tujuan penyusunan modul diklat PKB secara umum adalah memberikan pemahaman dan sebagai salah satu referensi bagi peserta diklat PKB, sehingga kompetensi ranah profesional dan paedagogik tercapai. Kompetensi inti dalam ranah profesional yang hendak dicapai dalam pembelajaran pada modul ini mencakup: 1. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial SMP. 2. Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaranIlmu Pengetahuan Sosial SMP. 3. Mengembangkan materi pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial SMPsecara kreatif.
IPS SMP K-10
2
Sedangkan kompetensi inti dalam ranah paedagogik yang hendak dicapai dalam pembelajaran pada modul ini mencakup: 1. Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, spiritual, sosial, kultural, emosional dan intelektual. 2. Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik 3. Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran yang diampu. 4. Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik. 5. Memanfaatkan
teknologi
informasi
dan
komunikasi
untuk
kepentingan
pembelajaran 6. Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki. 7. Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar. 8. Melakukan tindakan reflektif untukpeningkatan kualitas pembelajaraN
B. Peta Kompetensi Kompetensi yang ingin dicapai setelah peserta diklat mempelajari Modul ini adalah : Kegiatan Pembelajaran ke 1
2
3
4 5
6
IPS SMP K-10
Nama Mata Diklat
Kompetensi
Pengembangan Materi IPS Terpadu (W&E) Penelitian Kualitatif Lanjut Bidang IPS (Y) Penelitian Kuantitatif lanjut Bidang IPS (Y) Analisis data kualitatif 2(Y) Statistika Multivariate dan Multilevel(Y) Pengembangan Instrumen Penelitian Sosial(Y)
3
Problematika Penilaian Autentik (W)
7
C. Saran Cara Penggunaan Modul Petunjuk penggunaan modul ini adalah sebagai berikut: 1. Membaca judul modul dengan teliti 2. Membaca pendahuluan agar memahami latar belakang penulisan modul, tujuan penyusunan modul, peta kompetensi dalam modul, ruang lingkup pembahasan, serta petunjuk penggunaan modul yang termuat dalam saran cara penggunaan modul 3. Mengikuti alur kegiatan pembelajaran mulai dari kegiatan pembelajaran 1 sampai dengan kegiatan pembelajaran 9. Kegiatan pembelajaran menunjukan mata diklat atau topik yang akan dibahas dalam kegiatan diklat. Setiap kegiatan pembelajaran memiliki tujuan, indikator pencapaian, aktivitas pembelajaran, latihan/ kasus /tugas, rangkuman materi, umpan balik dan tindak lanjut, serta kunci jawaban yang berbeda. 4.
Selanjutnya, membaca penutup, daftar pustaka, dan glosarium
IPS SMP K-10
4
Kegiatan Pembelajaran 1
PENGEMBANGAN MATERI IPS TERPADU Dra.Hj.Widarwati, M.S.Ed., M.Pd
A. Tujuan Pembelajaran Tujuan disusunnya modul diklat ini sebagai panduan belajar bagi guru IPS dalam memahami pembelajaran Ilmu Pengetahuan Pembelajaran (IPS). Tujuan lain ditulisnya modul ini untuk memberikan pencerahan tentang pengembangan materi IPS. Manfaat dari naskah ini adalah dapat digunakan sebagai salah satu referensi dalam mengembangkan pembelajaran IPS di SMP.
B. Indikator Kinerja Kompetensi
Setelah mempelajari modul ini dan pengerjaan tugas serta latihan, para guru dan tenaga pendidik lainnya yang mengikuti diklat dapat: 1.
menjelaskan pengembangan bahan ajar/materi pembelajaran IPS
2.
mengidentifikasi prinsip-prinsip memilih bahan ajar
3.
mendeskripsikan langkah-langkah dalam memilih bahan ajar
4.
menjabarkan cara menentukan cakupan dan urutan bahan ajar
5.
mencari sumber bahan ajar
6.
menentukan strategi dalam memanfaatkan bahan ajar
7.
memilah materi prasyarat dan perbaikan dan pengayaan
C. Uraian Materi 1. Pengembangan Bahan Ajar /Materi Pembelajaran IPS a. Apa yang dimaksud dengan bahan ajar /materi pembelajaran. Bahan ajar atau materi pembelajaran (instructional materials) adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dipelajari dan dikuasai oleh peserta didik dalam rangka IPS SMP K-10
5
mencapai kompetensi inti yang telah ditentukan. Secara terperinci, jenis-jenis materi pembelajaran
terdiri
dari
pengetahuan
(fakta,
konsep,
prinsip,
prosedur),
keterampilan, dan sikap atau nilai.
https.//www.google.co.id 2. Prinsip-prinsip dalam memilih bahan ajar Prinsip-prinsip dalam pemilihan materi pembelajaran meliputi: (a) prinsip relevansi, (b) konsistensi, dan (c) kecukupan. Prinsip relevansi artinya materi pembelajaran hendaknya relevan memiliki keterkaitan dengan pencapaian kompetensi inti dan kompetensi dasar. Prinsip konsistensi artinya adanya keajegan antara bahan ajar dengan kompetensi dasar yang harus dikuasai peserta didik. Misalnya, kompetensi dasar yang harus dikuasai peserta didik empat macam, maka bahan ajar yang harus diajarkan juga harus meliputi empat macam. Prinsip kecukupan artinya materi yang diajarkan hendaknya cukup memadai dalam membantu peserta didik menguasai kompetensi dasar yang diajarkan. Materi tidak boleh terlalu sedikit, dan tidak boleh terlalu banyak. Jika terlalu sedikit akan kurang membantu mencapai kompetensi inti dan kompetensi dasar. Sebaliknya, jika terlalu banyak akan membuang-buang waktu dan tenaga yang tidak perlu untuk mempelajarinya.
IPS SMP K-10
6
3. Langkah-langkah dalam memilih bahan Materi pembelajaran yang dipilih untuk dibelajarkan guru dan harus dipelajari serta dikuasai peserrta didik hendaknya berisikan materi atau bahan ajar yang benarbenar menunjang tercapainya kompetensi inti dan kompetensi dasar. Secara garis besar langkah-langkah pemilihan bahan ajar meliputi : (a) mengidentifikasi aspekaspek yang terdapat dalam kompetensi inti dan kompetensi dasar yang menjadi acuan atau rujukan pemilihan bahan ajar, (b) mengidentifikasi jenis-jenis materi bahan ajar, (c) memilih bahan ajar yang sesuai atau relevan dengan kompetensi inti dan kompetensi dasar yang telah teridentifikasi tadi., dan (d) memilih sumber bahan ajar. Secara lengkap, langkah-langkah pemilihan bahan ajar dapat lakukan sebagai berikut: a.
Mengidentifikasi aspek-aspek yang terdapat dalam kompetensi inti dan kompetensi dasar. Sebelum menentukan materi pembelajaran terlebih dahulu perlu diidentifikasi aspek-aspek kompetensi inti dan kompetensi dasar yang harus dipelajari atau dikuasai peserta didik. Aspek tersebut perlu ditentukan, karena setiap aspek kompetensi inti dan kompetensi dasar memerlukan jenis materi yang berbeda-beda dalam kegiatan pembelajaran. Sejalan dengan berbagai jenis aspek kompetensi inti, materi pembelajaran juga dapat dibedakan menjadi jenis materi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Materi pembelajaran aspek kognitif secara terperinci dapat dibagi menjadi empat jenis, yaitu: fakta, konsep, prinsip dan prosedur (Reigeluth, 1987). Materi jenis fakta adalah materi berupa nama-nama objek, nama tempat, nama orang, lambang, peristiwa sejarah, nama bagian atau komponen suatu benda, dan lain sebagainya. Materi konsep berupa pengertian, definisi, hakekat, inti isi. Materi jenis prinsip berupa dalil, rumus, postulat adagium, paradigma, teorema.Materi jenis prosedur berupa langkah-langkah mengerjakan sesuatu secara urut, misalnya langkah-langkah menelpon, cara-cara pembuatan telur asin atau caracara pembuatan bel listrik.Materi pembelajaran aspek afektif meliputi: pemberian respon, penerimaan (apresisasi), internalisasi, dan penilaian. Materi pembelajaran aspek motorik terdiri dari gerakan awal, semi rutin, dan rutin.
IPS SMP K-10
7
b.
Memilih jenis materi yang sesuai dengan kompetensi inti dan kompetensi dasar. Materi yang akan diajarkan perlu diidentifikasi apakah termasuk jenis fakta, konsep, prinsip, prosedur, afektif, atau gabungan lebih daripada satu jenis materi. Dengan mengidentifikasi jenis-jenis materi yang akan diajarkan, maka guru akan mendapatkan kemudahan dalam cara mengajarkannya. Setelah jenis materi pembelajaran teridentifikasi, langkah berikutnya adalah memilih jenis materi tersebut yang sesuai dengan kompetensi inti atau kompetensi dasar yang harus dikuasai peserta didik. Identifikasi jenis materi pembelajaran juga penting
untuk
keperluan
mengajarkannya.
Sebab,
setiap
jenis
materi
pembelajaran memerlukan strategi pembelajaran atau metode, media, dan sistem evaluasi/penilaian yang berbeda-beda. Misalnya, metode mengajarkan materi fakta atau hafalan adalah dengan menggunakan ―jembatan keledai‖, ―jembatan ingatan‖ (mnemonics), sedangkan metode untuk mengajarkan prosedur adalah ―demonstrasi‖. c.
Memilih sumber bahan ajar.Setelah jenias materi ditentukan langkah berikutnya adalah menentukan sumber bahan ajar. Materi pembelajaran atau bahan ajar dapat kita temukan dari berbagai sumber seperti buku pelajaran, majalah, jurnal, koran, internet, media audiovisual, dsb.
4.
Cara menentukan cakupan dan urutan bahan ajar
a. Menentukan cakupan bahan ajar Dalam menentukan cakupan atau ruang lingkup materi pembelajaran harus diperhatikan apakah jenis materinya berupa aspek kognitif (fakta, konsep, prinsip, prosedur) aspek afektif, ataukah aspek psikomotorik. Selain itu, perlu diperhatikan pula prinsip-prinsip yang perlu digunakan dalam menentukan cakupan materi pembelajaran yang menyangkut keluasan dan kedalaman materinya.
IPS SMP K-10
8
Misal, Tema: Keadaan alam dan aktivitas penduduk indonesia. Secara berurutan materi pokok yang berhubungan dengan tema ini adalah: (1) , (2) Kehidupan Pada Masa Pra Aksara di Indonesia. (3) Ekonomi.
(4) Manusia Sebagai Makhluk Sosial dan
(5) Tindakan, Motif, dan Prinsip Ekonomi.(6) Peta, Atlas, dan Globe.
(7)Sketsa dan Peta Wilayah. (8) Kondisi dan Geografi Penduduk Indonesia.
Keluasan cakupan materi berarti menggambarkan berapa banyak materi-materi yang dimasukkan ke dalam suatu materi pembelajaran, sedangkan kedalaman materi menyangkut seberapa detail konsep-konsep yang terkandung di dalamnya harus dipelajari/dikuasai oleh peserta didik. Prinsip berikutnya adalah prinsip kecukupan (adequacy). Kecukupan (adequacy) atau memadainya cakupan materi juga perlu diperhatikan dalam pengertian. Cukup tidaknya aspek materi dari suatu materi pembelajaran akan sangat membantu tercapainya penguasaan kompetensi dasar yang telah ditentukan. Cakupan atau ruang lingkup materi perlu ditentukan untuk mengetahui apakah materi yang harus dipelajari oleh murid terlalu banyak, terlalu sedikit, atau telah memadai sehingga sesuai dengan kompetensi dasar yang ingin dicapai. Untuk membantu Anda menetapkan materi esensial secara mudah sebaiknya Anda; (1) membaca dan menganalisis KD yang digunakan dalam tema tersebut, (2) mempelajari silabus yang ada, (3) buku siswa/buku guru.
Dalam pembelajaran IPS, bilamana kegiatan di atas belum memenuhi persayaratan pembelajaran IPS yang kajiannya harus tampak secara terpadu, maka tugas Anda untuk menambahkan sub tema IPS sesuai keempat kajian.
b. Menentukan urutan bahan ajar Urutan penyajian (sequencing) bahan ajar sangat penting untuk menentukan urutan mempelajari atau mengajarkannya. Tanpa urutan yang tepat, jika di antara beberapa materi pembelajaran mempunyai hubungan yang bersifat prasyarat (prerequisite) akan menyulitkan peserta didik dalam mempelajarinya. Peserta didik akan mengalami kesulitan mempelajari perkalian jika materi penjumlahan belum dipelajari. Peserta didik akan mengalami kesulitan membagi jika materi pengurangan belum dipelajari. Materi pembelajaran yang sudah ditentukan ruang lingkup serta IPS SMP K-10
9
kedalamannya dapat diurutkan melalui dua pendekatan pokok , yaitu: pendekatan prosedural, dan hierarkis. Pendekatan prosedural yaitu urutan materi pembelajaran secara prosedural menggambarkan langkah-langkah secara urut sesuai dengan langkah-langkah melaksanakan suatu tugas. Misalnya langkah-langkah menelpon, langkah-langkah mengoperasikan peralatan kamera video. Sedangkan pendekatan hierarkis menggambarkan urutan yang bersifat berjenjang dari bawah ke atas atau dari atas ke bawah. Materi sebelumnya harus dipelajari dahulu sebagai prasyarat untuk mempelajari materi berikutnya.
5.Sumber bahan ajar Sumber bahan ajar merupakan bahan- bahan untuk dibelajarkan pada peserta didik. Dalam mencari sumber bahan ajar, peserta didik dapat dilibatkan untuk mencarinya. Berbagai sumber dapat digunakan untuk mendapatkan materi pembelajaran dari setiap kompetensi inti dan kompetensi dasar.
Sumber-sumber dimaksud dapat disebutkan di bawah ini: (a) buku teks yang diterbitkan oleh berbagai penerbit. Gunakan sebanyak mungkin buku teks agar dapat diperoleh wawasan yang luas, (b) laporan hasil penelitian yang diterbitkan oleh lembaga penelitian atau oleh para peneliti sangat berguna untuk mendapatkan sumber bahan ajar yang atual atau mutakhir, (c) Jurnal penerbitan hasil penelitian dan pemikiran ilmiah. Jurnal-jurnal tersebut berisikan berbagai hasil penelitian dan pendapat dari para ahli di bidangnya masing-masing yang telah dikaji kebenarannya, (d) Pakar atau ahli bidang studi penting digunakan sebagai sumber bahan ajar yang dapat dimintai konsultasi mengenai kebenaran materi atau bahan ajar, ruang lingkup, kedalaman, urutan, dsb., (e) Profesional yaitu orang-orang yang bekerja pada bidang tertentu. Kalangan perbankan misalnya tentu ahli di bidang ekonomi dan keuangan, (f) Buku kurikulum penting untuk digunakan sebagai sumber bahan ajar. Karena berdasar kurikulum itulah kompetensi inti, kompetensi dasar dan materi bahan dapat ditemukan. Hanya saja materi yang tercantum dalam kurikulum hanya berisikan pokok-pokok materi, (g) Penerbitan berkala seperti harian, mingguan, dan bulananyang banyak berisikan informasi yang berkenaan dengan bahan ajar suatu matapelajaran, (h) Internet yang yang banyak ditemui segala macam sumber bahan ajar. Bahkan satuan pelajaran harian untuk berbagai matapelajaran dapat kita IPS SMP K-10
10
peroleh melalui internet. Bahan tersebut dapat dicetak atau dikopi, (i) Berbagai jenis media audiovisual berisikan pula bahan ajar untuk berbagai jenis mata pelajaran. Kita dapat mempelajari gunung berapi, kehidupan di laut, di hutan belantara melalui siaran televisi, dan (j) lingkungan ( alam, sosial, senibudaya, teknik, industri, ekonomi).
Perlu diingat, dalam menyusun rencana pembelajaran berbasis kompetensi, bukubuku atau terbitan tersebut hanya merupakan bahan rujukan. Artinya, tidaklah tepat jika hanya menggantungkan pada buku teks sebagai satu-satunya sumber bahan ajar. Tidak tepat pula tindakan mengganti buku pelajaran pada setiap pergantian semester atau pergantian tahun.
Buku-buku pelajaran atau buku teks yang ada perlu dipelajari untuk dipilih dan digunakan sebagai sumber yang relevan dengan materi yang telah dipilih untuk diajarkan. Mengajar bukanlah menyelesaikan satu buku, tetapi membantu peserta didik mencapai kompetensi. Karena itu, hendaknya guru menggunakan banyak sumber materi. Bagi guru, sumber utama untuk mendapatkan materi pembelajaran adalah buku teks dan buku penunjang yang lain. Akan tetapi, proses pembelajaran berbasis Kurikulum 2013 menghendaki level SMP sudah berbasis teknologi, oleh karenanya sumber belajar di atas hendaknya ditambah internet 8. Strategi dalam memanfaatkan bahan ajar Secara garis besarnya, dalam memanfaatkan bahan ajar terdapat dua strategi, yaitu: (a) Strategi membelajarkan bahan ajar oleh Guru dan (b) Strategi mempelajari bahan ajar oleh peserta didik
a. Strategi pembelajarkan bahan ajar oleh guru Strategi membelajarkan bahan ajar oleh guru, diantaranya: (1) Strategi urutan membelajarkan secara simultan; (2)Strategi urutanmembelajarkan suksesif; (3) Strategi membelajarkan fakta; (4) Strategi membelajarkan konsep; (5) Strategi membelajarkan materi pembelajaran prinsip; dan (6) Strategi membelajarkan prosedur.
IPS SMP K-10
11
(a) Strategi urutan membelajarkan secara simultan yaitu jika guru harus menyampaikan materi pembelajaran lebih daripada satu, maka menurut strategi urutan membelajarkan simultan, materi secara keseluruhan disajikan secara serentak, baru kemudian diperdalam satu demi satu (Metode global); (b) Strategi urutan membelajarkan suksesif, jika guru harus manyampaikan materi pembelajaran lebih daripada satu, maka menurut strategi urutan panyampaian suksesif, sebuah materi satu demi satu disajikan secara mendalam baru kemudian secara berurutan menyajikan materi berikutnya secara mendalam pula. (c) Strategi membelajarkan fakta, jika guru harus manyajikan materi pembelajaran termasuk jenis fakta (nama-nama benda, nama tempat, peristiwa sejarah, nama orang, nama lambang atau simbol, dsb.), (d) Strategi membelajarkan konsep, materi pembelajaran jenis konsep adalah materi berupa definisi atau pengertian. Tujuan mempelajari konsep adalah agar peserta didik paham, dapat menunjukkan ciri-ciri, unsur, membedakan, membandingkan, menggeneralisasi, dsb.Langkah-langkah mengajarkan konsep: Pertama sajikan konsep, kedua berikan bantuan (berupa inti isi, ciri-ciri pokok, contoh dan bukan contoh), ketiga berikan latihan (exercise) misalnya berupa tugas untuk mencari contoh lain, keempat berikan umpan balik, dan kelima berikan tes; (e) Strategi
membelajarkan
materi
pembelajaran
prinsip,
termasuk
materi
pembelajaran jenis prinsip adalah dalil, rumus, hukum (law), postulat, teorema, dsb. (f) Strategi membelajarkan prosedur, tujuan mempelajari prosedur adalah agar peserta didik dapat melakukan atau mempraktekkan prosedur tersebut, bukan sekedar paham atau hafal. Termasuk materi pembelajaran jenis prosedur adalah langkah-langkah mengerjakan suatu tugas secara urut.
b. Strategi mempelajari bahan ajar oleh peserta didik
Ditinjau dari guru, perlakuan (treatment) terhadap materi pembelajaran berupa kegiatan guru menyampaikan atau mengajarkan kepada peserta didik. Sebaliknya, ditinjau dari segi peserta didik, perlakuan terhadap materi pembelajaran berupa mempelajari atau berinteraksi dengan materi pembelajaran. Secara khusus dalam IPS SMP K-10
12
mempelajari materi pembelajaran, kegiatan peserta didik dapat dikelompokkan menjadi empat, yaitu : (1) menghafal; (2) menggunakan; (3) menemukan; dan (4) memilih.
Menghafal (verbal parafrase). Ada dua jenis menghafal, yaitu menghafal verbal (remember verbatim) dan menghafal parafrase (remember paraphrase). Menghafal verbal adalah menghafal persis seperti apa adanya. Terdapat materi pembelajaran yang memang harus dihafal persis seperti apa adanya, misalnya nama orang, nama tempat, nama zat, lambang, peristiwa sejarah, nama-nama bagian atau komponen suatu benda, dsb. Sebaliknya ada juga materi pembelajaran yang tidak harus dihafal persis seperti apa adanya tetapi dapat diungkapkan dengan bahasa atau kalimat sendiri (hafal parafrase). Yang penting peserta didik paham atau mengerti, misalnya paham inti isi Pembukaan UUD 1945, definisi saham, dalil Archimides, dsb.
Menggunakan/mengaplikasikan (Use). Materi pembelajaran setelah dihafal atau dipahami
kemudian
digunakan
atau
diaplikasikan.
Jadi
dalam
proses
pembelajaran peserta didik perlu memiliki kemampuan untuk menggunakan, menerapkan atau mengaplikasikan materi yang telah dipelajari. Penggunaan fakta atau data adalah untuk dijadikan bukti dalam rangka pengambilan keputusan. Penggunaan materi konsep adalah untuk menyusun proposisi, dalil, atau rumus. Selain itu, penguasaan atas suatu konsep digunakan untuk menggeneralisasi dan membedakan. Penerapan atau penggunaan prinsip adalah untuk memecahkan masalah pada kasus-kasus lain. Penggunaan materi prosedur adalah untuk dikerjakan atau dipraktekkan. Penggunaan materi sikap adalah berperilaku sesuai nilai atau sikap yang telah dipelajari. Misalnya, peserta didik berhemat air dalam mandi dan mencuci setelah mendapatkan pelajaran tentang pentingnya bersikap hemat.
Menemukan. Yang dimaksudkan penemuan (finding) di sini adalahmenemukan cara memecahkan masalah-masalah baru dengan menggunakan fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang telah dipelajari. Menemukan merupakan hasil tingkat belajar tingkat tinggi. Gagne (1987) menyebutnya sebagai penerapan strategi kognitif. Misalnya, setelah mempelajari hukum bejana berhubungan seorang
IPS SMP K-10
13
peserta didik dapat membuat peralatan penyiram pot gantung menggunakan pipa-pipa paralon. Contoh lain, setelah mempelajari sifat-sifat angin yang mampu memutar baling-baling peserta didik dapat membuat protipe, model, atau maket sumur kincir angin untuk mendapatkan air tanah.
Memilih di sini menyangkut aspek afektif atau sikap. Yang dimaksudkan dengan memilih di sini adalah memilih untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu. Misalnya memilih membaca novel dari pada membaca tulisan ilmiah. Memilih menaati peraturan lalu lintas tetapi terlambat masuk sekolah atau memilih melanggar tetapi tidak terlambat, dsb.
6. Materi Prasyarat dan Perbaikan, dan Pengayaan
Dalam mempelajari materi pembelajaran untuk mencapai kompetensi dasar terdapat beberapa kemungkinan pada diri peserta didik, yaitu peserta didik belum siap bekal pengetahuannya, peserta didik mengalami kesulitan, atau peserta didik dengan cepat menguasai materi pembelajaran. Kemungkinan pertama peserta didik belum memiliki pengetahuan psyarat. Pengetahuan prasyarat adalah bekal pengetahuan yang diperlukan untuk mempelajari suatu bahan ajar baru. Misalnya, untuk mempelajari perkalian peserta didik harus sudah mempelajari penjumlahan. Untuk mengetahui apakah peserta didik telah memiliki pengetahuan prasyarat, guru harus mengadakan tes prasyarat (prequisite test). Jika berdasar tes tersebut peserta didik belum memiliki pengetahuan prasyarat, maka peserta didik tersebut harus diberi materi atau bahan pembekalan.
Bahan pembekalan (matrikulasi) dapat diambil dari materi atau modul di bawahnya. Dalam menghadapi kemungkinan kedua, yaitu peserta didik mengalami kesulitan atau hambatan dalam menguasai materi pembelajaran, guru harus menyediakan materi perbaikan (remedial). Materi pembelajaran remedial disusun lebih sederhana, lebih rinci, diberi banyak penjelasan dan contoh agar mudah ditangkap oleh peserta didik.
Untuk keperluan remedial perlu disediakan modul remidial. Dalam menghadapi kemungkinan ketiga, yaitu peserta didik dapat dengan cepat dan mudah menguasai IPS SMP K-10
14
materi pembelajaran, guru harus menyediakan bahan pengayaan (enrichment). Materi pengayaan berbentuk pendalaman dan perluasan. Materi pengayaan baik untuk pendalaman maupun perluasan wawasan dapat diambilkan dari buku rujukan lain yang relevan atau disediakan modul pengayaan. Selain pengayaan, perlu dipertimbangkan adanya akselerasi alami di mana peserta didik dimungkinkan untuk mengambil pelajaran berikutnya. Untuk keperluan ini perlu disediakan bahan atau modul akselerasi.
D. Aktivitas Pembelajaran
1. Untuk memahami sekaligus menguasai modul ini, sebaiknya Anda membaca semua informasi kemudian pelajari contoh-contoh yang ada 2. Siapkan dokumen kurikulum KI-KD dan silabus/Buku Siswa 3. Tentukan satu tema saja, kemudian buat pemetaan KI, KD, indikator, pemetaan materi,kegiatan pembelajaran 4. Pilih salah satu tema yang ada (boleh kelas VII,VIII, IX) kemudian kembangkan materi IPS 5. Setelah selesai, presentasikan hasil diskusi Anda 6. Perbaiki hasil kerja Anda jika ada masukan dari teman yang lain
A. Latihan
1. Kembangkan materi lain sesuai tema/sub tema yang Anda pilih ke dalam IPK dan materi pembelajaran untuk kelas VII, VIII, IX 2. Kerjakan sesuai format yang telah ditetapkan
IPS SMP K-10
15
3. Gunakan format berikut a.
Pengembangan materi IPS SMP kelas VII, Tema: 1. Keadaan alam dan aktivitas penduduk indonesia
Bentuk-Bentuk Muka Bumi.
Kehidupan Pada Masa Pra Aksara di Indonesia.
Interaksi Sosial dan Sosialisasi. Manusia Sebagai Makhluk Sosial dan Ekonomi. Tindakan, Motif, dan Prinsip Ekonomi. Peta, Atlas, dan Globe. Sketsa dan Peta Wilayah. Kondisi dan Geografi Penduduk Indonesia.
b. Pelajari contoh berikut, kemudian lakukan analisis sesuai tema yang dibelajarkan (lihat lampiran)
F. Rangkuman Bahan ajar /materi pembelajaran. Bahan ajar atau materi pembelajaran (instructional materials) adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dipelajari dan dikuasai oleh peserta didik dalam rangka mencapai kompetensi inti yang telah ditentukan. Secara terperinci, jenis-jenis materi pembelajaran terdiri dari pengetahuan (fakta, konsep, prinsip, prosedur), keterampilan, dan sikap atau nilai. Prinsip-prinsip dalam pemilihan materi pembelajaran meliputi: (a) prinsip relevansi, (b) konsistensi, dan (c) kecukupan Strategi membelajarkan bahan ajar oleh guru, diantaranya: (1) Strategi urutan membelajarkan secara simultan; (2)Strategi urutanmembelajarkan suksesif; (3) Strategi membelajarkan fakta; (4) Strategi membelajarkan konsep; (5) Strategi membelajarkan materi pembelajaran prinsip; dan (6) Strategi membelajarkan prosedur.
IPS SMP K-10
16
B. Umpan Balik Setelah kegiatan pembelajaran Anda dapat melakukan umpan balik dengan menjawab pertanyaan berikut: 1. Apakah Anda paham tentang pengembangan materi IPS? 2. Apakah Anda dapat menemukan keterkaitan tema dan pengembangan materi IPS dan IPK? 3. Apakah Anda paham dengan penjabaran tiap-tiap pengembangan materi IPS dalam pencapaian IPK dan materi pembelajaran seperti pada format yang telah dicontohkan?
C. Kunci jawaban, mengarahkan pada jawaban: 1. Konsep pengembangan materi IPS 2. Menunjukkan keterkaitan tema dengan pengembangan materi IPS 3. Format isian keterkaitan pengembangan materi IPS dengan
Daftar Pustaka
Tim Pengembang-Widarwati. 2013. Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013. Mata Pelajaran IPS. Jakarta: Pusbangprodik Widarwati. 2015. Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013 Tahun 2015.SMP/MTs Mata Pelajaran IPS. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan: Jakarta
IPS SMP K-10
17
Lampiran: Satuan Pendidikan : Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Wagir Kelas/Semester : VII/1 Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Tema/Topik : Keadaan Alam dan Aktivitas Penduduk Indonesia Sub Tema : Manusia Sebagai Makhluk Sosial Pertemuan Ke : 1 dan 2 A. KOMPETENSI INTI : 1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya 2. Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan 18nstru dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaan 3. Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural)berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata. 4. Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori B. KOMPETENSI DASAR: 1.1 Menghargai karunia Tuhan YME yang telah menciptakan waktu dengan segala perubahannya 2.3. Menunjukkan perilaku santun toleran dan peduli dalam melakukan interaksi sosial dengan lingkungan dan teman sebaya 3.4. Memahami pengertian dinamika interaksi manusia dengan lingkungan alam, sosial,budaya, dan ekonomi 4.3 Mengobservasi dan menyajikan bentuk- bentuk dinamika interaksi manusiadengan lingkungan alam, sosial, budaya, dan ekonomi di lingkungan masyarakat sekitar C. Indikator: Menjelaskan konsep lingkungan (fisik, non fisik, dan sosial) Mengidentifikasi bentuk lingkungan sosial, budaya, dan ekonomi Menjelaskan pengertian manusia sebagai mahluk sosial dalam kehidupan sehari-hari Mengidentifikasi bentuk-bentuk dinamika interaksi manusia (hasil budaya) pada masa praaksara Membedakan bentuk interaksi manusia masa praaksara dengan masa sekarang Memberikan contoh dinamika interaksi manusia terhadap lingkungan sekitar
IPS SMP K-10
18
Mengidentifikasi permasalahan manusia hubungannya dengan interaksi sosial budaya Menjelaskan faktor pendorong interaksi sosial yang mendasari aktifitas manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya Menganalisis dinamika interaksi manusia dalam pemecahan masalah pokok ekonomi Mengidentifikasi permasalahan manusia hubungannya dengan sosial budaya Menjelskan macam-macam kebutuhan pada masa praaksara, Hindu Budha dan Islam Menjelaskan bentuk interaksi sosial pada masa praaksara, Hindu Budha dan Islam dalam memenuhi kebutuhan Menganalisis permasalahan pokok ekonomi yang dialami manusia sebagai mahluk sosial dalam kehidupan sehari-hari Menjelaskan hubungan antar ruang dan waktu Mengevaluasi permasalahan manusia hubungannya dengan lingkungan sekitar
Mengobservasi bentuk-bentuk interaksi sosial, budaya, ekonomi hubungannya dengan lingkungan
Membuat rencana tindak untuk menanggulangi permasalahan manusia hubungannya dengan lingkungan, sosial, ekonomi dan budaya
Mempresentasikan data hasil observasi hubungannya dengan bentuk-bentuk dinamika manusia dengan lingkungan, sosial, ekonomi dan budaya
C. Tujuan Pembelajaran : Melalui diskusi siswa dapat : 1. Mendeskripsikan hasil budaya manusia pada masa praaksara sebagai makhluk sosial. 2. Mendeskripsikan proses interaksi sosial yang dilakukan manusia sebagai makhluk sosial. 3. Mencari alternatif upaya pemecahan masalah pokok ekonomi, yang dilakukan manusia sebagai mahluk sosial 4. Menganalis pemanfaatan lingkungan hubungannya dengan kegiatan manusia (ekonomi, sosial, budaya) 5. Memiliki rasa perduli terhadap keadaan social masyarakat sekitar D. Materi Pembelajaran: 1. Konsep lingkungan Lingkungan Fisik Lingkungan Non fisik Lingkungan sosial 2. Pengertian manusia sebagai mahluk sosial dalam kehidupan sehari-hari
IPS SMP K-10
19
3.
4.
5.
6.
1.
Konsep makhluk social Aktivitas manusia dalam kehidupan sehari-hari Bentuk-bentuk dinamika interaksi manusia (hasil budaya ) pada masa praaksara Bentuk-bentuk interaksi masa praaksara Bentuk-bentuk interaksi masa kini Dinamika interaksi manusia dalam pemecahan masalah pokok ekonomi Permasalahan pokok ekonomi Bentuk-bentuk pemecahan masalah pokok ekonomi Dinamika interaksi manusia terhadap lingkungan sekitar Hubungan manusia dengan alam Interdependensi manusia dengan alam Permasalahan manusia hubungannya dengan interaksi sosial Interaksi social Permasalahan manusia (sosial, ekonomi, budaya) Konsep Sumber Daya Alam: SDA adalah segala sesuatu yg muncul secara alami yg dapat digunakan untuk pemenuhan kebutuhan manusia SDA Hayati: adalah sumber-sumber daya alam yang hidup seperti tumbuhan, hewan (Dr.Mukminan) SDA non hayati adalah SDA yg dapat diusahakan kembali keberadaannya dan dapat digunakan terus menerus (air, angin,sinar matahari)
http://2bp.blogspot.com
Gambar: SDA hayati dan Non hayati. Sumber: https://www.google.co.id
E. Gambar: tanaman herbal dan rempah-rempah/kekayaan alam hayati
IPS SMP K-10
20
Gb Sumber: https://www.google.co.id Gambar: simbul gold, glory dan gospel
Gambar: SDA hayati Sumber: https://www.google.co.id F.
Kartu pembelajaran: Alasan Mengapa Indonesia Jadi Sasaran Penjajah! Kartu 1
Bangsa Indonesia hidup dalam kedamaian, se belum bangsa Eropa datang dengan motif berdagang. Khususnya setelah perang salib, mereka mengetahui bahwa wilayah Nusantara kaya akan SDA seperti karet, lada, dan rempah-rempah lainnya serta emas dan batu permata, iklimnya sangat bersahabat,dan alamnya sangat indah. Pada tahun 1494, Paus Alexander VI memberikan mandat resmi gereja kepada Kerajaan Katolik Portugis dan Spanyol melalui Perjanjian Tordesillas. Dengan adanya perjanjian ini, Paus Alexander dengan seenaknya membelah dunia di luar daratan Eropa menjadi dua kapling untuk dianeksasi. Garis demarkasi dalam perjanjian Tordesilas itu mengikuti lingkaran garis lintang dari Tanjung Pulau Verde, melampaui kedua kutub bumi. Ini memberikan Dunia Baru—kini disebut Benua Amerika—kepada Spanyol. Afrika serta India diserahkan kepada Portugis. Paus menggeser garis demarkasinya ke arah timur sejauh 1.170 kilometer dari Tanjung
IPS SMP K-10
21
Pulau Verde. Brazil pun jatuh ke tangan Portugis. Jalur perampokan bangsa Eropa ke arah timur jauh menuju kepulauan Nusantara pun terbagi dua. Spanyol berlayar ke Barat dan Portugis ke Timur, keduanya akhirnya bertemu di Maluku, di Laut Banda. Sumber: http://serbamacem.blogspot.com Perintah: Baca wacana yang ada dan gunakan sumber lain (buku peserta didik, internet, serta media lainnya) untuk membantumu menjelaskan pertanyaan berikut: 1. Mengapa bangsa barat datang ke Indonesia? 2. Mengapa Indonesia Jadi Sasaran Penjajah ? hubungkan dengan politik 3G 3. Diskripsikan factor penyebab kedatangan bangsa barat ke Indonesia ditinjau dari sisi geografis, ekonomi, social dan politik 4. Lakukan analisis dampak kedatangan bangsa barat terhadap kehidupan social, ekonomi dan budaya bangsa Indonesia Kartu 2 Sebelumnya, jika dua kekuatan yang tengah berlomba memperbanyak harta rampokan berjumpa tepat di satu titik maka mereka akan berkelahi, namun saat bertemu di Maluku, Portugis dan Sanyol mencoba untuk menahan diri. Pada 5 September 1494, Spanyol dan Portugal membuat perjanjian Saragossa yang menetapkan garis anti-meridian atau garis sambungan pada setengah lingkaran yang melanjutkan garis 1.170 kilometer dari Tanjung Verde. Garis itu berada di timur dari kepulauan Maluku, di sekitar Guam.Sejak itulah, Portugis dan Spanyol berhasil membawa banyak rempah-rempah dari pelayarannya. Seluruh Eropa mendengar hal tersebut dan mulai berlomba-lomba untuk juga mengirimkan armadanya ke wilayah yang baru di selatan. Ketika Eropa mengirim ekspedisi laut untuk menemukan dunia baru, pengertian antara perdagangan, peperangan, dan penyebaran agama Kristen nyaris tidak ada bedanya. Misi imperialisme Eropa ini sampai sekarang kita kenal dengan sebutan ―Tiga G”: Gold, Glory, dan Gospel. Seluruh penguasa, raja-raja, para pedagang, yang ada di Eropa membahas tentang negeri selatan yang sangat kaya raya ini. Mereka berlomba-lomba mencapai Nusantara dari berbagai jalur. Sayang, saat itu belum ada sebuah peta perjalanan laut yang secara utuh dan detil memuat jalur perjalanan dari Eropa ke wilayah tersebut yang disebut Eropa sebagai Hindia Timur. Peta bangsa-bangsa Eropa baru mencapai daratan India, sedangkan daerah di IPS SMP K-10
22
sebelah timurnya masih gelap. Namun, pada akhirnya peta atau jalur pelayaran bangsa
Portugis
tersebut
akhirnya
diketahui
Belanda.
Sumber:
http://serbamacem.blogspot.com Perintah: Baca wacana yang ada, kemudian jawab pertanyaan yang ada! Baca buku peserta didik halaman 42 untuk menjawab pertanyaan berikut; 1. Jelaskan tentang maksud kedatangan bangsa barat ke Indonesia 2. mengapa Indonesia menjadi penting bagi perdagangan internasional? 3. Lakukan evaluasi akibat imperialisme bangsa barat terhadap timbulnya pergerakan nasionalisme di Indonesia 4. Mengapa hubungan dagang antara bangsa barat dengan bangsa Indonesia akhirnya menjadi praktek imperialisme? Syair Lagu: “Maju Tak Gentar” (C.Simanjutak) Maju tak gentar Membela yang benar Maju tak gentar Hak kita diserang Maju serentak Mengusir penyerang Maju serentak Tentu kita menang Bergerak-bergerak Serentak-serentak Menyerang menerkam terjang Tak gentar-tak gentar Menyerang-menyerang Majulah-majulah menang Kartu 1. Praktek imperialisme baru Setelah mempelajari materi tentang kedatangan bangsa barat yang akhirnya berubah
menjadi
bentuk
penjajahan,
bagaimana
menurutmu
tentang
imperialisme sekarang? Apakah penjajahan tersebut masih ada di bumi pertiwi kita? Amati gambar-gambar berikut, kemudian jelaskan pendapatmu tentang konsep mperialisme baru!
Bagaimana pendapatmu tentang gaya hidup
masyarakat yang menyukai kepraktisan? Salah satu contohnya adalah makanan siap saji yang tersedia di mana-mana, bagaimana dengan kamu?
IPS SMP K-10
KREATIVITAS Prepared by Valentino
http://www.google(12-01-2014)
23 Dinsi
Apakah kamu juga suka makan makanan siap saji dan bentuk lainnya? Anak-anak putri sekarang jika ditanya tentang komposisi bumbu nasi goreng saja kurang dapat menjelaskannya karena ketika memasak bumbunya sudah tersedia dalam kemasan.Bagaimana pendapatmu tentang masyarakat Indonesia jaman dulu atau se belumnya? Tugas: 1. Baca wacana yang ada, gunakan juga fasilitas internet kemudian diskusikan dengan kelompokmu untuk membahas tentang bentuk-bentuk mperialisme baru 2. Bagaimana caranya kita menjadi bangsa yang mandiri sehingga dapat terlepas dari bentuk mperialisme baru. Buatkan alternative pemecahan masalah ini! 3. Ungkapkan pendapatmu tentang hubungan gaya hidup yang menyukai kepraktisan dengan mperialisme! Kartu 2 Hubungan kekayaan SDA dengan praktek mperialisme
Tinggal di negara yang kaya akan SDA sangat menyenangkan karena untuk kebutuhan pokok yang diperlukan manusia yang tinggal di wilayah tersebut sudah tersedia, seperti yang dijeaskan dalam buku peserta didik dengan temaMasyarakat Indonesia, Lingkungan dan Pembangunan Nasional SDA sangat berpotensi dimanfaatkan untuk pemenuhan kebutuhan, sehingga perekonomian masyarakat dapat berkembang pesat,perhatikan gambar yang ada.
Buku Siswa
IPS SMP K-10
24
Sumber: https://www.google.co.id
Berbagai kekayaan SDA tersebut dalam satu sisi merupakan berkah bagi bangsa Indonesia. Namun di sisi lain, kekayaan SDA mendorong bangsa-bangsa lain untuk memilikinya. Salah satunya adalah bangsa-bangsa Barat yang berusaha menguasai Indonesia. Tugas: Baca wacana yang ada, gunakan buku peserta didik juga untuk membantumu menjawab pertanyaan yang ada. Berdasarkan wacana yang ada, jawab pertanyaan berikut: a. Jelaskan tentang hubungan antara SDA dengan praktek imperialisme! b. Identifikasi, jenis SDA yang ada di lingkungan sekitar tempat tinggalmu c. Bagaimana cara kamu menjaga dan melestarikan SDA tersebut? d. Upaya apa yang dapat dilakukan agar Negara kita dapat terhindar dari praktek imperialisme e. Buatkan sketsa/poster yang dapat membangkitkan kepedulian masyarakat dalam menjaga SDA yang ada Kartu 3: Jumlah penduduk yang besar
(Sumber kmkalbar.blogspot.com) Perhatikan gambar dan tabel di atas, apa yang terlintas dalam piiranmu tentang jumlah penduduk di negri ini? Publikasi Badan Pusat Statistik/ BPS pada bulan Agustus 2010, jumlah penduduk Indonesia berdasarkan hasil sensus adalah sebanyak 237.556.363 orang,terdiri dari 119.507.580 laki-laki dan 118.048.783 perempuan. Jumlah ini masih menempatkan Indonesia di urutan keempat populasi
IPS SMP K-10
25
terbesar penduduk dunia di bawah Cina, India, dan Amerika Serikat. Jumlah penduduk yang besar ini tentunya memiliki dampak tertentu baik secara positif maupun negatif. Dalam dunia ekonomi, jumlah penduduk yang besar dapat menciptakan peluang pasar yang besar. Para penjajah sangat paham dan berusaha memanfaatkan peluang yang ada. Coba kamu amati, barang-barang yang ada di dalam kelompokmu, kemudian kamu identifikasi, bedakan barang-barang tersebut mana yang diproduksi di dalam negeri dan mana yang dibuat di luar negri. Negara kita dikenal sebagai negara agraris, tetapi beras sebagian masih diimpor dari luar negri. Barang lain seperti daging, buah-buahan juga banyak yang berasal dari luar negeri, bahkan Hand Phone yang kita gunakan untuk berkomunikasi, komputer yang ada di sekolah kita, juga kendaraan yang mengantarkan kita setiap hari dari satu tempat ke tempat yang lain, semua berasal dari luar negeri. Dapat dikatakan, banyaknya kebutuhan yang dipasok dari luar negeri menunjukkan bahwa secara terselubung kita masih dijajah oleh pihak lain. Penjajahan seperti itu memang tidak secara langsung merampas kedaulatan politik negri ini, namun kedaulatan politik ekonomi dicengkeram oleh pihak asing. Penjajahan ekonomi semacam ini dikenal dengan imperialisme gaya baru atau penjajahan. Imperialisme baru tidak lagi menggunakan gold, gospel, dan glory sebagai semboyannya secara kaku, namun tetap saja imperialisme gaya baru ini merugikan kita semua. Tugas: 1. Identifikasi barang-barang elektronik yang ada di rumahmu masing-masing dan identifikasi nama-nama negara pembuat barang-barang elektronik tersebut! 2. Apakah jumlah penduduk yang banyak berdampak positif atau negatif? 3. Bagaimana pendapatmu tentang bentuk imperialism baru tersebut? 4. Bagaimana caranya agar negara kita yang memiliki jumlah penduduk yang besar ini dapat terlepas dari penggunaan produk-produk asing? Kartu 4: Politik Etis
IPS SMP K-10
26
Perhatikan gambar yang ada, dia adalah tokoh politik Etis atau Politik Balas Budi, yaitu sebuah kebijakan politik yang didasari oleh pemikiran bahwa Pemerintah Kolonial Belanda memegang tanggung jawab moral terhadap kesejahteraan penduduk pribumi di negeri jajahan. Pemikiran ini pada awalnya merupakan gagasan dari Van Deventer, seorang politikus dan ahli hukum Belanda. Selama di Indonesia, ia melihat nasib bangsa Indonesia yang tanah airnya dijadikan daerah jajahan dan eksploitasi demi kemakmuran negeri Belanda. Realitas kehidupan ia saksikan di Indonesia mendorongnya menulis sebuah artikel dalam majalah De Gids yang
berjudul
Een Ereschuld (Hutang Budi/Hutang
Kehormatan).Dalam
artikelnya ia meminta kepada negaranya (Belanda) untuk mengembalikan hak kaum bumiputera (di Hindia Belanda) yang telah memberikan kemakmuran bagi negeri Belanda. Oleh karena itu, ia mengusulkan tiga hal pokok kepada pemerintah Belanda yang dikenal dengan politik etis atau politik balas budi. Tulisannya itu mendesak parlemen Belanda dan menggugah Ratu Belanda untuk mengeluarkan maklumat etis.(Sumber: wikipedia.org) Menanggapi situasi yang berkembang, Ratu Belanda dalam pidato tahun 1901 menyatakan bahwa Negeri Belanda memiliki hutang budi atau kehormatan kepada negara jajahan. Oleh karena, itu ada kewajiban untuk membayar hutang budi tersebut dengan cara memakmurkan negeri jajahan. Sebagai tahap awal, Belanda memberikan bantuan kepada negara jajahan sebesar 40 juta gulden. Politik Etis dalam pelaksanaannya terbagi dalam tiga bidang kebijakan yang dikenal dengan nama Trilogi Van Deventer, yang meliputi: (1) Irigasi, (2) edukasi dan (3) emigrasi. Irigasi/pengairan, merupakan kebijakan untuk memperbaiki kesejahteraan rakyat dengan cara membangun sarana dan prasarana terutama dalam bidang pertanian dan perkebunan,dengan membuat waduk-waduk besar penampung air hujan untuk petanian dan melakukan perbaikan sanitasi untuk mengurangi penyakit kolera dan pes. Edukasi/pendidikan, merupakan kebijakan meningkatkan mutu SDM dan pengurangan jumlah buta huruf, dengan membangun sekolah-sekolah untuk anakanak kaum priyayi dan sekolah rakyat biasa. Lulusan sekolah-sekolah tersebut banyak yang dijadikan pegawai rendahan di kantor-kantor Belanda.
IPS SMP K-10
27
Emigrasi/transmigrasi, merupakan kebijakan untuk pemerataan penduduk Jawa dan Madura yang telah padat dengan jumlah sekitar 14 juta jiwa pada tahun 1900. Selain padat, jumlah perkebunan pun sudah begitu luas, maka kawasan untuk pemukiman semakin sempit. Untuk hal itu di buatlah permukiman baru di Sumatra Utara dan Selatan seiring dengan dibukanya perkebunan-perkebunan baru yang membutuhkan banyak sekali pekerja. Lampung adalah salah satu daerah yang ditetapkan sebagai pusat transmigrasi dari Jawa dan Madura Tugas: 1. Jelaskan tentang arti hutang budi/hutang kehormatan 2. Jelaskan pendapatmu tentang Trilogi Van Deventer 3. Fakta apa yang menjadi latar belakang penyebab lahirnya Politik Etis! 4. Gunakan buku peserta didik, dan buku lain serta sumber lain seperti internet untuk mencari informasi tentang dampak pelaksanaan Politik Etis!
Kartu 5 Pergerakan Nasionalisme Bangsa Indonesia Bangsa Indonesia mengalami masa
penjajahan yang
panjang dan
menyakitkan sejak masa Portugis. Politik devide et impera, monopoli perdagangan, sistem tanam paksa, dan kerja rodi merupakan bencana bagi rakyat Indonesia. Penderitaan itu menjadikan rakyat Indonesia muncul kesadaran nasionalnya dan mulai memahami perlunya menggalang persatuan. Atas prakarsa para kaum intelektual, persatuan itu dapat diwujudkan dalam bentuk perjuangan yang bersifat modern. Perjuangan tidak lagi menggunakan kekuatan senjata tetapi dengan menggunakan organisasi-organisasi pemuda. Terjadinya perubahan di Indonesia banyak dipengaruhi oleh keadaan yang terjadi di negeri Belanda. Tekanan datang dari Partai Sosial Demokrat yang di dalamnya ada van Deventer. Pada tahun 1899, Mr.Courad Theodore van Deventer melancarkan kritikan-kritikan yang tajam terhadap pemerintah.Berkembangnya sistem pendidikan barat melahirkan golongan terpelajar yang mempelopori pergerakan nasionalisme bangsa Indonesia. Dampak edukasi memunculkan kaum intelektual sebagai pionir munculnya pergerakan nasional sebagai embrio munculnya nasionalisme di Indonesia. Faktor internal dan eksternal pergerakan nasional Indonesia IPS SMP K-10
28
Adanya diskriminasi dalam pendidikan warga negara dan tidak adanya kesempatan bagi penduduk pribumi untuk mengenyam pendidikan, mendorong kaum terpelajar untuk mendirikan sekolah untuk kaum pribumi. Sekolah ini juga dikenal sebagai sekolah kebangsaan sebab bertujuan untuk menanamkan rasa nasionalisme di kalangan rakyat dan mencetak generasi penerus yang terpelajar dan sadar akan nasib bangsanya. Selain itu sekolah tersebut terbuka bagi semua masyarakat pribumi dan tidak membedakan dari kalangan mana pun. Tokohtokoh pribumi yang mendirikan sekolah kebangsaan antara lain Ki Hajar Dewantara mendirikan Taman Peserta didik, Douwes Dekker mendirikan Ksatrian School, dan Moh. Syafei mendirikan perguruan Indonesische Nederlandsche School Kayu Tanam (INS Kayu Tanam) Tugas: Baca wacana yang ada, gunakan juga fasilitas internet, kemudian jawab pertanyaan yang ada 1. Faktor apa yang menyebabkan lahirnya Pergerakan nasionalisme bangsa Indonesia? 2. Lakukan analisis tentang hubungan Van Deventer dengan lahirnya pergerakan nasionalisme bangsa Indonesia 3. Jelaskan tentang dampak imperialisme terhadap ekonomi, social dan budaya
E. Kesimpulan Bahan
ajar
atau
materi
pembelajaran
(instructional
materials)
adalah
pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dipelajari dan dikuasai oleh peserta didik dalam rangka mencapai kompetensi inti yang telah ditentukan. Secara terperinci, jenis-jenis materi pembelajaran terdiri dari pengetahuan (fakta, konsep, prinsip, prosedur), keterampilan, dan sikap atau nilai.
Prinsip-prinsip dalam pemilihan materi pembelajaran meliputi: (a) prinsip relevansi, (b) konsistensi, dan (c) kecukupan
IPS SMP K-10
29
Materi pembelajaran yang dipilih untuk dibelajarkan guru dan harus dipelajari serta dikuasai peserrta didik hendaknya berisikan materi atau bahan ajar yang benar-benar menunjang tercapainya kompetensi inti dan kompetensi dasar
Dalam pembelajaran IPS, bilamana kegiatan di atas belum memenuhi persayaratan pembelajaran IPS yang kajiannya harus tampak secara terpadu, maka tugas Anda untuk menambahkan sub tema IPS sesuai keempat kajian.
IPS SMP K-10
30
Kegiatan Belajar 3
Penelitian Kualitatif Bidang IPS 2 (Lanjutan) I Nyoman Ruja Tujuan Tujuan disusunnya modul diklat ini adalah untuk panduan belajar bagi guru-guru matapelajaran IPS dalam belajar Penelitian Kualitatif kegiatan belajar 3 dengan materi penelitian kualitatif bidang IPS lanjutan. Manfaat dari modul Penelitian Kualitatif ini antara lain dapat digunakan sebagai salah satu referensi
dalam
meningkatkan kompetensi inti guru-guru matapelajaran IPS yaitu mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan yang reflektif. Indikator Pencapaian Kompetensi Setelah mempelajari modul Penelitian kualitatif ini, peserta diklat diharapkan dapat memahami indikator esensial yaitu; menganalisis karakteristik dari beberapa metode penelitian kualitatif yang dijabarkan ke dalam beberapa indikator antara lain; 1. Menjelaskan Pendekatan penelitian kualitatif studi naratif, 2. Menjelaskan pendekatan penelitian kualitatif studi fenomenologi, 3. Menjelaskan pendekatan penelitian kualitatif studi grounded theory, 4. Menjelaskan pendekatan penelitian kualitatif studi etnografi 5. Menjelaskan pendekatan penelitian kualitatif studi studi kasus.
Uraian Materi Kegiatan belajar 3 ini akan mengajak peserta diklat untuk mempelajari penelitian kualitatif tingkat lanjut. Pada kegiatan belajar ini akan dijelaskan penelitian kualitatif dengan berbagai pendekatan penelitian secara lebih mendalam. Pendekatan yang dimaksud adalah penelitian kualitatif studi
naratif, studi fenomenologi, grounded
theory, studi etnografi, dan studi kasus. Dalam kegiatan belajar ini akan membahas tiap-tiap pendekatan, dan membahas asal mulanya, ciri utamanya, beragam jenis IPS SMP K-10
31
cara dalam penggunaannya, langkah-langkah dalam melaksanakan studi dalam pendekatan
tersebut.
Studi Naratif Studi naratif memiliki banyak bentuk, menggunakan beragam praktik analitis, dan berakar pada beragam disiplin sosial dan humaniora (Daiute & Lightfoot, 2004). Naratif di sini mungkin adalah fenomena yang sedang dipelajari, misalnya narasi tentang kecanduan narkoba yang dimasukkan kedalam penyimpangan atau patologi social. (Chase, 2005; Clandinin & Connolly, 2000; Pinnegar & Daynes, 2007). Sebagai metode, studi naratif ini dimulai dengan pengalaman yang diekspresikan dalam cerita yang disampaikan oleh individu. Penulis mencari cara untuk menganalisis dan memahami cerita tersebut seseorang yang kecanduan narkoba tersebut. Czamiawska (2004) mendefinisikan studi naratif sebagai tipe desain kualitatif yang spesifik yang narasinya dipahami sebagai teks yang dituturkan atau dituliskan dengan menceritakan tentang peristiwa/aksi atau rangkaian peristiwa/aksi, yang terhubung secara kronoiogis. Prosedur dalam pelaksanaan studi ini dimulai dengan memfokuskan pada pengkajian terhadap satu atau dua individu, pengumpulan data melalui cerita mereka, pelaporan pengalaman individual, dan penyusunan kronologis atas makna dan pengalaman tersebut (life course stages). Studi ini umum digunakan pada ilmu sosial humaniora. Dengan buku-buku mutakhir dan jurnal tentang studi naratif, yang sudah beredar pendekatan ini terus menjadi pendekatan yang populer. Ciri Utama studi Naratif Bacalah sejumlah artikel naratif yang diterbitkan dalam jurnal-jurnal dan dengan mempelajari buku-buku penting tentang penelitian naratif, akan terlihat serangkaian ciri
khas
yang
memperlihatkan
batasan-batasannya.
Para
peneliti
naratif
mengumpulkan cerita dar individu (dan dokumen, dan percakapan kelompok) tentang pengalaman individual yang dituturkan. Cerita tersebut mungkin muncul dari cerita yang dituturkan kepada peneliti, cerita yang dibentuk bersama oleh peneliti
IPS SMP K-10
32
dan partisipan, dan cerita yang disampaikan melalui penampilan/pertunjukan (drama) untuk menyampaikan pesan tertentu (Riessman, 2008). Maka dari itu, mungkin terdapat ciri kolaboratif yang kuat dalam penelitian naratif ketika ceritanya muncul melalui interaksi atau dialog antara peneliti dan partisipan. Adapu cirri-ciri studi naratif antara lain; a. Studi naratif menuturkan pengalamanindividual, dan cerita itu mungkin saja memperlihatkan identitasdari individu dan bagaimana mereka melihat diri mereka. b. Peneliti studi naratif mengumpulkan cerita dari individu (dokumen, percakapan kelompok) tentang pengalaman individual yang dituturkan. c. Cerita naratif dikumpulkan melalui beragarn bentuk data. Antara lain; melalui wawancara yang menjadi bentuk utama pengumpulan data, melalui pengamatan, dokumen, gambar. d. Studi naratif sering kali didengar dan kemudian disusun oleh para peneliti menjadi suatu kronologimeskipun cerita tersebut mungkin tidak diceritakan secara kronologis oleh (para) partisipan/informan kunci. e. Studi naratif dianalisisdalam beragam cara. Suatu analisis dapat dibuat tentang apa yang dikatakan secara tematis, sifat dan penuturan ceritanya /struktural, atau kepada siapakah cerita tersebut ditujukan. f. Studi naratif sering kali mengandung titik batik(Denzin, 1989a) atau ketegangan atau interupsi spesifik yang diperlihatkan oleh peneliti dalam penuturan cerita tersebut. g. Studi naratif berlangsung di tempat atau situasiyang spesifik. Konteks cerita menjadi penting bagi penuturan cerita tersebut. Tipe
Narasi
Chase (2005), Riessman (2008), Denzin ( 2009) menjelaskan studi naratif dapat dibagi menjadi dua bagian yang berbeda. Bagian pertama mempertimbangkan strategi analisis data yang digunakan oleh peneliti naratif. Terdapat beberapa strategi analisis yang dapat digunakan membahas studi narasi yang penelitinya mengekstraksi tema yang terdapat dalam cerita atau taksonomi dari jenis cerita, dan suatu model penuturan-cerita yang penelitinya membentuk cerita tersebut berdasarkan pada alur atau pendekatan literer dalam analisis. Dengan
IPS SMP K-10
33
mengombinasikan kedua pendekatan ini, maka suatu analisis strategi yang jeli untuk menganalisis studi narasi. Terdapat tiga jenis pendekatan yang bisa digunakan
untuk
menganalisis
cerita
naratif
yaitu;
a. Analisis tematik yang penelitinya mengidentifikasi tema yang dituturkan oleh seorang Partisipan/informan kunci b. Analisis struktural yang pemaknaannya bergeser pada penuturan tersebut dan ceritanya dapat dibentuk selama percakapan dalam bentuk antara lain; komik, tragedi, roman. c. Analisis dialogis/permainan drama yang fokusnya beralih pada bagaimana cerita tersebut dihasilkan. Yaitu, secara interaktif antara peneliti dan partisipan dan ditampilkan dalam permainan/drama
bertujuan
untuk
menyampaikan
pesan.
Bagian yang kedua adalah mempertimbangkan tipe dan narasi. Beragam pendekatan telah dikembangkan (Chase (2005), Riessman (2008), Denzin ( 2009) , Creswell (2014)berikut adalah beberapa pendekatan yang popular antara lain; a. Studi biografis adalah satu bentuk studi naratif yang penel itinya menulis dan merekam pengalaman dan kehidupan orang lain. b. Studi auto-etnografi ditulis dan direkam oleh individu yang menjadi subjek penelitian. Hal tersebut mendefinisikan auto-etnografi sebagai ide dan beragam lapisan kesadaran, diri yang rentan, dan yang koheren, kritik-diri dalam konteks sosial, perongrongan terhadap diskursus yang dominan. c. Studi Sejarah kehidupan menggambarkan kehidupan seseorang secara utuh, sementara itu cerita pengalaman pribadi adalah studi naratif tentang pengalaman pribadi seseorang yang terjadi dalam satu atau beberapa episode, situasi pribadi, atau cerita rakyat. IPS SMP K-10
34
d. Studi Sejarah tutur atau sejarah lisan adalah pengumpulan refleksi pribadi tentang peristiwa dan sebab/efeknya terhadap satu atau beberapa individu. Studi naratif memiliki fokus kontekstual yang spesifik, misalnya cerita yang dituturkan oleh para pengajar atau anak-anak di kelas atau cerita yang dituturkan tentang organisasi. Narasi mungkin dapat dipandu oleh kerangka penafsiran.
Prosedur Pelaksanaan Studi Narati Clandinin dan Connelly (2000), Carter (1993). Riessman (2008), Creswell (2014) menjelaskan bahwa panduan prosedural umum pelaksanaan studi narasi antara lain; a. Menentukan apakah problem atau pertanyaan risetnya sudah cocok untuk riset naratif. Riset naratif sangat sesuai untuk menangkap cerita atau pengalaman hidup yang terperinci dan seorang individu tunggal. b. Memilih satu atau lebih individu yang memiliki cerita atau pengalaman hidup yang unik. c. Mempertimbangkan bagaimana pengumpulan data dan perekamannya dapat dilakukan dalam beragam cara. d. Mengumpulkan informasi tentang konteks dari cerita yang diungkap (pekerjaan mereka, rumah tempat tinggal mereka, kebudayaan, konteks ruang dan waktu ). e. Menganalisis cerita dari para partisipan/informan kunci. Peneliti dapat mengambil peran aktif dan menyusun kembali (restory) cerita tersebut ke dalam kerangka yang bermakna. Satu aspek penting dari kronologi adalah cerita itu memiliki permulaan, pertengahan, dan akhir. f. Berkolaborasi dengan para partisipan/informan kunci secara aktif .
Studi
Fenomenologis
Studi fenomenologismendeskripsikan pemaknaan umum dari sejumlah individu terhadap berbagai pengalaman hidup terkait dengan konsep atau fenomena. Para fenomenolog memfokuskan untuk mendeskripsikan apa yang sama/umum dari IPS SMP K-10
35
semua partisipan ketika mereka mengalami fenomena (misal; dukacita yang dialami secara universal). Tujuan utama dari fenomenologi adalah untuk mereduksi pengalaman individu pada fenomena menjadi deskripsi tentang esensi atau intisari universal (pemahaman tentang sifat yang khas dari sesuatu) Manen (1990), Moustakas (1994), Rulam (2014), Creswell (2014). Pengalaman manusia ini dapat berupa fenomena, antara lain;
insomnia, kesendirian, kemarahan, dukacita,
pengalaman operasi. Peneliti mengumpulkan data dari individu yang telah mengalami fenomena tersebut. Deskripsi ini terdiri dari apa yang mereka alami dan bagaimana mereka mengalaminya.
Studi fenomenologi memiliki komponen filosofis yang kuat. Tokoh-tokoh studi fenomenologi antara lain; Edmund Husserl, Heidegger, Sartre, Merleau-Ponty (dalam Spiegelberg, 1982, Borgatta & Borgatta, 1992, Rulam, 2014, Creswell, 2014). Fenomenologi sangat populer dalam ilmu sosial, sosiologi, humaniora. Pada level yang lebih luas, menekankan empat perspektif filosofisdalam studi fenomenologi yaitu; a. Filsafat tanpa persangkaan. Pendekatan fenomenologis adalah menahan semua pertimbangan dari
penilaian tentang apakah yang riil, sikap yang
mereka ditemukan pada landasan
alami hingga
yang lebih pasti. Penundaan ini oleh Husserl
disebut
epoche.
b. Intensionalitas kesadaran. Idenya adalah kesadaran selalu diarahkan pada objek. Maka dari itu, realitas dan objek tidak terelakkan terkait dengan
kesadaran
seseorang tentangnya. c. Penolakan terhadap dikotomi subjek-objek. Tema ini mengalir secara alamiah dari kesengajaan (intensionalitas) kesadaran. Realitas dan objek hanya dipahami dalam makna dari pengalaman seorang individu. d. Seorang individu yang menulis fenomenologi tidak lupa untuk memasukkan sebagian pembahasan tentang asumsi-asumsi filosofis tentang fenomenologi di samping metode dalam bentuk penelitian. Ciri-ciri Studi Fenomenologis Terdapat beberapa ciri yang secara khas terdapat dalam studi fenomenologis Chase (2005),
IPS SMP K-10
36
Riessman (2008), Denzin ( 2009), Creswell (2014). Ciri yang dimaksud antara lain; a. Penekanan pada fenomenayang hendak dieksplorasi berdasarkan sudut pandang konsep atau ide tunggal, misalnya ide patologi sosial tentang penyalah gunaan narkoba konsep psikologis tentang dukacita. b. Eksplorasi fenomena pada kelompok individuyang semuanya telah mengalami fenomena tersebut. Maka dari itu, kelompok heterogen diidentifikasi yang mungkin beragam dalam ukurannya. d. Pembahasan filosofistentang ide dasar yang dilibatkan dalam studi fenomenologi. Pembahasan ini menelusuri pengalaman hidup dari individu dan bagaimana mereka memiliki pengalaman subjektif dari fenomena tersebut maupun pengalaman objektif dari sesuatu yang sama dengan orang-orang lain. Maka dari itu, ada penolakan terhadap perspektif subjektif-objektif, dan, karena alasan ini fenomenologi terletak pada kontinum antara penelitian kualitatif dan kuantitatif. e. Pada sebagian bentuk fenomenologi, peneliti mengurung dirinya di luar dan studi tersebut dengan membahas pengalaman pribadinya dengan fenomena tersebut. Hal ini tidak sepenuhnya mengeluarkan peneliti dari studi tersebut, tetapi hal ini berfungsi untuk mengidentifikasi pengalaman pribadi dengan fenomena tersebut dan sebagian untuk menyingkirkan pengalaman itu, sehingga peneliti dapat berfokus pada pengalaman dari para partisipan. f. Prosedur pengumpulan data yangsecara khas melibatkan wawancara terhadap individu yang telah mengalami fenomena tersebut. Akan tetapi, ini bukan ciri yang universal, karena sebagian studi fenomenologis melibatkan beragam sumber data, misalnya puisi, pengamatan, dan dokumen. g. Analisis datayang dapat mengikuti prosedur sistematis yang bergerak dari satuan analisis yang sempit (misalnya, pemyataan penting) menuju satuan yang lebih luas (misalnya, satuan makna) kemudian menuju deskripsi yang detail yang merangkum dua unsur, yaitu apa yang telah dialami oleh individu dan bagaimana mereka mengalaminya. h. Fenomenologi diakhiri dengan bagian deskriptif yang membahas esensidari pengalaman yang dialami individu tersebut dengan melibatkan apa yang telah mereka alami dan bagaimana mereka mengalaminya. Tipe Studi Fenomenologi IPS SMP K-10
37
Ada dua pendekatan dalam fenomenologi yang disoroti dalam pembahasan ini (van Manen, 1990), Chase (2005), Riessman (2008), Denzin ( 2009), Creswell (2014) yaitu; fenomenologi hermeneutik dan fenomenologi empiris, transendental, atau psikologis. Meskipun para ahli tidak mendekati fenomenologi dengan serangkaian aturan atau metode, mereka membahasnya sebagai jalinan dinamis yaitu; Para peneliti pertama-tama menuju fenomena, kepedulian yang abadi yang sungguh
menarik
bagi
mereka
(misalnya,
membaca,
berlari,
berkendara,
mengasuh). Dalam proses tersebut, mereka becermin pada tema-tema inti, yang menyusun watak dan pengalaman hidup. Mereka menulis deskripsi tentang fenomena tersebut, memelihara hubungan yang kuat dengan topik penelitian dan menyeimbangkan bagian-bagian dan tulisan tersebut terhadap keseluruhannya. Fenomenologi bukan hanya deskripsi, tetapi juga merupakan proses penafsiran yang penelitinya membuat penafsiran yaitu, peneliti memediasi antara makna yang berbeda;
tentang
makna
dari
pengalaman-pengalaman
hidup
mereka.
Fenomenologi transendental atau psikologis kurang berfokus pada penafsiran dari peneliti, namun lebih berfokus pada deskripsi tentang pengalaman dari para partisipan. Di samping itu, berfokus pada salah satu konsep dari Husseris, epoche (atau pengurungan), yang para penelitinya menyingkirkan pengalaman mereka, sejauh mungkin, untuk memperoleh perspektif yang baru terhadap fenomena yang sedang dipelajari. Maka dari itu, transendental berarti Segala sesuatunya dipahami secara
baru.
Fenomenologi transendentalempiris juga mengadopsi Duquesne Studies in Phenomenological Psychology . Prosedur tersebut diilustrasikan sebagai berikut; mengidentifikasi fenomena yang hendak dipelajari, mengurung pengalaman sendiri, dan mengumpulkan data dan beberapa orang yang telah mengalami fenomena tersebut Chase (2005), Riessman (2008), Denzin ( 2009), Creswell (2014). Peneliti kemudian menganalisis data tersebut dengan mereduksi informasi menjadi pernyataan atau kutipan penting dan memadukan pernyataan tersebut menjadi tema.
Prosedur Pelaksanaan Studi Fenomenologis Pendekatan psikolog memiliki langkah-langkah sistematis dalam prosedur analisis
IPS SMP K-10
38
datanya dan garis-garis panduan untuk menyusun deskripsi-deskripsi tekstual dan strukturalnya. Langkah-langkah prosedural yang utama dalam proses tersebut antara lain; a. Peneliti menentukan apakah problem risetnya paling baik dipelajari dengan menggunakan pendekatan fenomenologis. b. Tipe permasalahan yang paling cocok untuk bentuk riset ini adalah permasalahan untuk memahami pengalaman yang sama atau bersama dan beberapa individu pada fenomena. c. Penting untuk memahami pengalaman yang sama ini dalam rangka mengembangkan praktik atau kebijakan, atau untuk mengembangkan pemahaman yang lebih mendalam tentang ciri-ciri dan fenomena tersebut. d. Fenomena yang menarik untuk dipelajari misalnya, kemarahan, profesionalisme, apa yang dimaksud dengan kurang berat badan (underweight), fenomena seperti pengalaman dalam belajar, mengendarai sepeda, atau permulaan sebagai ayah. e. Peneliti mengenali dan menentukan asumsi filosofis yang luas dan fenomenologi. Misalnya, seseorang dapat menulis tentang kombinasi dan realitas objektif dari pengalaman individual. Pengalaman hidup ini lebih lanjut bersifat sadar dan diarahkan pada objek. Untuk dapat mendeskripsikan secara penuh bagaimana para partisipan melihat fenomena tersebut, para peneliti harus menyingkirkan, sejauh mungkin, pengalaman mereka. f. Data dikumpulkan dari individu yang telah mengalami fenomena tersebut. Sering kali pengumpulan data dalam studi fenomenologis dilakukan melalui wawancara yang mendalam dengan para IPS SMP K-10
39
partisipan. g. Para partisipan diberi dua pertanyaan umum yaitu Apakah yang telah Anda alami terkait dengan fenomena tersebut? Konteks atau situasi apakah yang biasanya memengaruhi pengalaman Anda dengan fenomena tersebut? h. Deskripsi struktural dan tekstural tersebut, peneliti kemudian menulis deskripsi gabungan yang mempresentasikan esensi dan fenomena, disebut struktur invarian esensial (atan esensi). Terutama, bagian ini berfokus pada pengalaman yang sama dari para partisipan. Contohnya, bahwa semua pengalaman memiliki struktur dasar (dukacita itu semuanya sama, baik yang dicintai itu sebuah boneka, seekor burung, atau seorang anak). RISET GROUNDED THEORY
Tujuan dari studi grounded theory adalah untuk bergerak ke luar dari deskripsi dan untuk memunculkan atau menemukan teori, penjelasan teoretis gabungan bagi proses atau aksi (Corbin & Strauss, 2007), Creswell (2014), Kaelan (2012). Ide penting adalah pengembangan teori tidak muncul dengan sendirinya, tetapi dimunculkan atau didasarkan pada data dan para partisipan yang telah mengalami proses. Maka dari itu, grounded theory merupakan desain riset kualitatif yang penelitinya memunculkan penjelasan umum (teori) tentang proses, aksi, atau interaksi yang dibentuk oleh pandangan dan sejumlah besar partisipan. Desain kualitatif ini dikembangkan dalam sosiologi pada 1967 oleh dua orang peneiiti, Barney Glaser dan Anseim Strauss, yang merasa bahwa teori-teori yang digunakan dalam riset sering kali kurang cocok untuk para partisipan dalam studi. Mereka menjabarkan ide-ide mereka melalui beberapa buku (Corbm & strauss, 2007; Giaser, 1978; Glaser & Strauss, 1967; Strauss, 1987; Strauss & Corbin, 1998; Creswell, 2014; Kaelan , 2012). Berbeda dengan orientasi teoretis sosiologi, para teoretisi grounded theory berpandangan bahwa teori harus didasarkan pada data dari lapangan. Maka dan itu, grounded theory disediakan untuk memunculkan teori (lengkap dengan diagram dan hipotesis) tentang aksi, interaksi, atau proses dengan
IPS SMP K-10
40
saling menghubungkan kategori informasi berdasarkan pada data yang dikumpulkan dar individu/informan kunci. Perspektif grounded theory yang mutakhir adalah dari Clarke (2005), Clarke mengemukakan bahwa situasi sosial harus membentuk satuan analisis dalam grounded theory. Tiga corak sosiologis dapat berguna dalam menganalisis situasi yaitu; kerangka situasional, kerangka dunia sosial/arena, dan kerangka kartografis posisional untuk mengumpulkan dan menganalisis data kualitatif. Clarke lebih lanjut mengembangkan grounded theory setelah peralihan postmodem (Clarke, 2005; Creswell ,2014; Kaelan, 2012).) dan bersandar pada berbagai perspektif postmodern (yaitu, watak politis dan penelitian dari penafsiran, refleksivitas dari para peneliti, pengakuan tentang permasalahan dalam menyajikan informasi, persoalan tentang legitimasi dan otoritas, dan pereposisian peneliti dengan meninggalkan prinsip analis serba tahu menuju prinsip partisipan yang diakui. Ciri Utama Grounded Theory Ada beberapa ciri utama dari grounded theory yang mungkin terdapat dalam penelitian kualitatif antara lain; a. Peneliti memfokuskan pada proses atau aksi yang memiliki tahapan atau fase khas yang terjadi sepanjang waktu. b. Peneliti berusaha untuk mengembangkan teori tentang proses atau aksi tertntu. Ada banyak definisi tentang teori yang terdapat dalam literatur, tetapi secara umum, teori adalah suatu penjelasan tentang sesuatu atau pemahaman yang dikembangkan oleh peneliti. Penjelasan atau pemahaman ini menyatu dalam grounded theory. Kategori teoretis yang dirangkai untuk memperlihatkan bagaimana mereka bekerja. c. Memoing menjadi bagian dan pengembangan teori ketika peneliti menuliskan ide berdasarkan data yang telah dik umpulkan dan dianalisis. Dalam memo mi, ide tersebut berusaha untuk merumuskan proses yang sedang dilihat oleh peneliti dan untuk menggambar aliran dari proses ini. d. Bentuk utama dan pengumpulan data sering kali adalah wawancara yang penelitinya secara
IPS SMP K-10
41
konstan membandingkan data yang dikumpulkan dari para partisipan dengan ide tentang teori baru. Prosesnya adalah pergi bolak-balik di antara para partisipan, mengumpulkan wawancara baru, dan kemudian kembali pada teori baru tersebut untuk mengisi kesenjangan dan untuk menjabarkan bagaimana prosesnya bekerja. e. Analisis data dapat distrukturkan dan mengikuti pola pengembangan kategori terbuka, memilih satu kategori untuk menjadi fokus dari teori tersebut, dan kemudian memerinci kategori tambahan (coding aksial) untuk membentuk model teoretis. Perpotongan dari kategori tersebut menjadi teori (disebut coding selektif). Teori ini dapat disajikan sebagai diagram, sebagai proposisi (atau hipotesis), atau sebagai pembahasan. Analisis data dapat saja tidak terstruktur dan didasarkan pada pengembangan teori dengan menyusun makna implisit dan kategori. Prosedur Pelaksanaan Grounded Theory Peneliti perlu memulai dengan menentukan apakah grounded theory paling cocok untuk mempelajari problem risetnya. Grounded theory adalah desain yang baik untuk digunakan ketika tidak didapatkan teori untuk menjelaskan atau memahami proses(Corbin & Strauss, 2007), Creswell (2014), Kaelan (2012). Pada praktiknya, teori mungkin dibutuhkan untuk menjelaskan bagaimana masyarakat mengalami fenomena, dan grounded theory yang dikembangkan oleh peneliti akan menyediakan kerangka umum semacam itu. Pertanyaan riset yang diajukan oleh peneliti kepada para partisipan akan diarahkan untuk memahami bagaimana individu mengalami proses tersebut dan mengidentifikasi tahap dalam proses tersebut Apa prosesnya..? Bagaimana hal itu terungkap..?. Setelah dimulai dengan mengeksplorasi persoalan ini, peneliti kemudian beralih pada para partisipan dan mengajukan pertanyaan yang lebih detail yang akan membantu membentuk tahap coding aksial. Apakah yang memengaruhi atau menyebabkan fenomena ini terjadi (kondisi kausal) Apa sajakah strategi yang digunakan selama proses tersebut (strategi) Apa efek yang terjadi (konsekuensi). Pertanyaan ini biasanya ditanyakan dalam wawancara, meskipun bentuk data yang lain mungkin juga dikumpulkan, misalnya pengamatan, dokumen, dan bahan audiovisual. Tujuannya adalah untuk mengumpulkan sebanyak mungkin informasi IPS SMP K-10
42
untuk dapat sepenuhnya mengembangkan (atau menjenuhkan )modelnya. Analisis data berlangsung secara bertahap. Dalam coding terbuka, peneliti membentuk kategori informasi tentang fenomena yang sedang dipelajari dengan mensegmentasi informasi. Pada masing‗ masing kategori, peneliti menemukan beberapa sifat (properties), atau subkategori, dan mencari data untuk didimensionalisasi, atau memperlihatkan kemungkinan ekstrem pada kontinum dan sifat roperty) tersebut. Coding aksial, peneliti menyusun data dalam cara baru setelah coding terbuka. Dalam pendekatan terstruktur ini, peneliti menyajikan paradigma coding atau diagram . Penelitinya mengidentifikasi fenomena sentral (yaitu, kategori sentral tentang fenomena tersebut), mengeksplorasi kondisi kausal (yaitu, kategori dan kondisi yang memengaruhi fenonomena tersebut), menentukan strategi (yaitu, aksi atau interaksi yang hasilkan dan fenomena sentral), mengidentifikasi konteks dan pengganggu (yaitu, kondisi yang sempit maupun luas yang mengaruhi strategi), dan menggambarkan konsekuensi dan fenomena iain. Proses coding selektif, peneliti dapat menulis alur cerita yang nghubungkan beberapa kategori. Atau, proposisi atau hipotesis dapat ditentukan yang menyatakan hubungan yang diprediksi.
Studi Etnografis Seorang etnografer tertarik dalam mempelajari pola berfokus pada kelompok yang memiliki kebudayaan yang sama. Boleh jadi, kelompok kebudayaan ini mungkin kecil, tetapi biasanya besar, melibatkan banyak orang yang berinteraksi sepanjang waktu. Maka dari itu, etnografi merupakan suatu desain kualitatif yang penelitinya mendeskripsikan dan menafsirkan pola yang sama dari nilai, perilaku, keyakinan, dan bahasa dari suatu kelompok berkebudayaan-sama(Denzin, 2009, Creswell (2014), Kaelan (2012).Sebagai suatu proses sekaligus hasil riset, etnografi merupakan suatu cara untuk mempelajari sebuah kelompok berkebudayaan. Sekaligus produk akhir tertulis dari riset tersebut. Sebagai proses, enografi melibatkan pengamatan yang luas terhadap kelompok tersebut, sering kali melalui pengamatan partisipan, yang penelitinya menenggelamkan diri dalam kehidupan sehari-hari dari masyarakat tersebut, mengamati dan mewawancarai para partisipan dalam kelompok tersebut. Etnografi mulai muncul dalam antropologi kebudayaan komparatif yang dilakukan oleh para antropolog pada awal abad ke-20, seperti Boas, Malinowski, IPS SMP K-10
43
Radcliffe-Brown, dan Mead ( Bogdan & BikIen, 1992), (Corbin & Strauss, 2007), Creswell (2014), Kaelan (2012), Fatchan (2011). Meskipun para peneliti ini awalnya mengambil ilmu-ilmu pengetahuan alam sebagai model riset, mereka berbeda dan para peneliti lain yang pendekatan ilmiah tradisionalnya melalui pengumpulan data dari tangan pertama yang berkenaan dengan kebudayaan primitif. Pada tahun 1920an dan 1930-an, para sosiolog, seperti Park, Dewey, dan Mead mengadaptasi metode bidang antropologi untuk mempelajari kelompok kebudayaan di Amerika Serikat. Sekarang, pendekatan ilmiah dalam etnografi telah meluas mencakup ajaran atau sub-sub tipe etnografi dengan beragam tujuan dan orientasi teoretis, seperti fungsionalisme struktural, interaksionisme simbolis, antropologi budaya dan kognitif, feminisme, Marxisme, etnometodologi, teori kritis, studi kebudayaan, dan postmodemisme. Hal ini telah membawa pada kurangnya ortodoksi dalam etnografi dan telah menghasilkan berbagai pendekatan yang pluralistik.
Ciri Utama Etnografi Beberapa cirri utama etnografi Creswell (2014), Kaelan (2012), Fatchan (2011) antara lain; a. Etnografi berfokus pada pengembangan deskripsi yang kompleks dan lengkap tentang kebudayaan dan kelompok, yaitu kelompok berkebudayaan sama. Etnografi tersebut mungkin saja membahas keseluruhan kelompok atau bagian dari kelompok. Sebagaimana disebutkan etnografi bukan studi tentang kebudayaan, tetapi studi tentang perilaku sosial dan kelompok masyarakat yang dapat diidentifikasi. b. Dalam etnografi, peneliti mencari berbagai pola (juga dideskripsikan sebagai ritual, perilaku sosial adat, atau kebiasaan) dan aktivitas mental kelompok tersebut, misalnya ide dan keyakinan yang diekspresikan melalui bahasa, atau aktivitas material, misalnya bagaimana mereka berperilaku dalam kelompok yang diekspresikan melalui tindakan mereka yang diamati oleh peneliti. c. Hal ini berarti bahwa kelompok berkebudayaan sama tersebut telah lengkap dan berinteraksi dalam waktu yang cukup lama hingga dapat membangun pola kerja yang jelas.
IPS SMP K-10
44
d. Teori memainkan peran penting dalam memfokuskan perhatian peneliti ketika melaksanakan etnografi. Contohnya, para etnografer memulai dengan teori suatu penjelasan umum tentang apa yang mereka harapkan untuk ditemukan yang diambil dari ilmu pengetahuan kognitif untuk memahami ide dari keyakinan atau dari teori materialis, misalnya teknoenviromental, Marxisme, akulturasi, atau inovasi, untuk mengamati bagaimana individu dalam kelompok berkebudayaan sama tersebut berperilaku atau berbicara. e. Untuk dapat menggunakan teori tersebut dan untuk menemukan pola dan kelompok berkebudayaan sama peneliti harus terlibat dalam kerja lapangan yang lama, mengumpulkan data terutama melalui wawancara, pengamatan, simbol, artefak, dan beragam sumber data. f. Dalam menganalisis data, peneliti bersandar pada pandangan dari para partisipan sebagai perspektif emic view dan melaporkanya dalam kutipan, dan kemudian menyintesis data tersebut, menyaringnya melalui perspektif ilmiah etis dan peneliti untuk mengembangkan suatu penafsiran kebudayaan yang menyeluruh. g. Analisis ini menghasilkan pemahaman tentang bagaimana kelompok berkebudayaan sama berjalan, yaitu bagaimana kelompok tersebut berfungsi, dan bagaimana cara hidup dari kelompok tersebut. Prosedur Pelaksanaan Etnografi Sebagaimana semua penelitian kualitatif, tidak terbatas hanya satu cara dalam menyelenggarakan riset etnografis Creswell (2014), Kaelan (2012), Fatchan
IPS SMP K-10
45
(2011) Denzin (2009). Beberapa langkah pelaksanaan etnografi antara lain; a. Menentukan apakah etnografi merupakan desain yang paling tepat digunakan untuk mempelajari permasalahan riset yang dimaksud. Etnografi sangat tepat digunakan jika kebutuhannya adalah untuk mendeskripsikan bagaimana kelompok kebudayaan beijalan dan untuk mengeksplorasi berbagai keyakinan, bahasa, prilaku, dan persoalan yang mereka hadapi, misalnya masalah kekuasaan, perlawanan, dan dominasi. b. Mengidentifikasi dan menentukan suatu kelompok berkebudayaan sama yang hendak dipelajari. Biasanya, kelompok ini adalah kelompok yang para anggotanya telah hidup bersama dalam waktu yang lama, sehingga bahasa, pola perilaku, dan sikap mereka telah terbentuk menjadi pola yang dapat dilihat. c. Menyeleksi berbagai tema, permasalahan, atau teori kebudayaan yang hendak dipelajari dari kelompok tersebut. Tema, permasalahan, atau teori ini menyediakan suatu kerangka pengarah bagi studi tentang kelompok berkebudayaansama tersebut. Ker angka itu juga akan memengaruhi analisis tentang kelompok berkebudayaansama tersebut. Temanya dapat mencakup beberapa topik, seperti enkuiturasi, sosialisasi, pembelajaran, kognisi, dominasi, ketidaksetaraan, atau perkembangan anak dan orang dewasa. d. Dari banyak sumber data yang telah dikumpulkan, etnografer menganalisis data tersebut untuk menyusun suatu deskripsi tentang kelompok berkebudayaan sama tersebut, tema yang muncul dari kelompok tersebut. Sang etnografer kemudian berlanjut pada analisis pola atau topik yang memperlihatkan bagaimana kelompok kebudayaan tersebut berjalan, dan diakhiri dengan suatu gambaran menyeluruh tentang bagaimana suatu sistem berjalan. e. Menyusun rangkaian aturan atau teori tentang bagaimana kelompok berkebudayaan sama tersebut berjalan sebagai hasil akhir dari analisis ini. Hasil akhimya adalah potret kebudayaan yang holistik dan kelompok tersebut yang mencakup pandangan dari para partisipan (emis) dan juga pandangan dari peneliti (etis). Peneliti mungkin juga memberikan advokasi bagi kebutuhan dan kelompok tersebut atau menyarankan perubahan dalam masyarakat. IPS SMP K-10
46
Studi Kasus Riset studi kasus mencakup studi tentang suatu kasus dalam kehidupan. Dalam konteks atau setting kontemporer Creswell (2014), Kaelan (2012), (Yin, 2009) menyatakan bahwa studi kasus bukanlah metodologi, melainkan pilihan tentang sesuatu yang hendak dipelajari. Kasus dalam sistem terbatas, yang dibatasi oleh waktu dan tempat, yang lain menganggapnya sebagai strategi penelitian atau strategi riset komprehensif. Penelitian studi kasus adalah pendekatan kualitatif yang mengeksplorasi kehidupanyata, sistem terbatas kontemporer (kasus). Satuan analisis dalam studi kasus bisa berupa kasus majemuk (studi multi situs) atau kasus tunggal. Pendekatan studi kasus sangat familier bagi para ilmuwan sosial karena popularitasnya dalam psikologi (Freud), hukum (hukum kasus), dan sains politik (laporan kasus). Riset studi kasus memiliki sejarah yang panjang dan khas dalam banyak disiplin. Studi kasus tentang Kepulauan Trobriand dan antropolog situs Malmowski, studi tentang keluarga dan sosiolog Perancis LePlay, dan studi kasus dan Jurusan Sosiologi Universitas Chicago dari 1920-an dan 1930-an hingga 1950an (misalnya, studi 1958 oleh Thomas dan Znaniecki tentang para petani Polandia di Eropa dan Amerika) sebagai anteseden dan riset studi kasus kualitatif. Sekarang, para penulis studi kasus memiliki banyak teks dan pendekatan yang dapat dipilih. Buku paling mutakhir dan Stake (2006) tentang analisis studi kasus majemuk menyajikan pendekatan langkah-demi-langkah (step-by-step) dan menyediakan banyak ilustrasi tentang studi kasus majemuk di Ukraina, Slowakia, dan Rumania.
Ciri Studi Kasus Tinjauan singkat terhadap berbagai studi kasus kualitatif yang dilaporkan dalam berbagai literatur menghasilkan beberapa ciri khas Denzin (2009), Creswell (2014), Kaelan (2012) antara lain; a. Riset studi kasus dimulai dengan mengidentifikasi satu kusus yang spesifik.
IPS SMP K-10
47
b.Kasus dapat berupa entitas yang konkret, misalnya individu, kelompok kecil, organisasi, atau kemitraan. c. Pada level yang kurang konkret, kasus bisa komunitas, proses keputusan, atau proyek yang spesifik. Kuncinya adalah untuk mendefinisikan kasus yang dapat dibatasi atau dideskripsikan dalam parameter tertentu, misalnya tempat dan waktu yang spesifik. d. Peneliti studi kasus mempelajari kasus kehidupannyata yang mutakhir yang sedang berlangsung sehingga mereka dapat mengumpulkan informasi akurat tanpa kehilangan waktu. e. Ciri utama dari studi kasus kualitatif yang baik adalah kasus itu memperlihatkan pemahaman mendalam. Dalam rangka menyempumakan penelitian , peneliti mengumpulkan beragam bentuk data kualitatif, mulai dari wancara, pengamatan, dokumen, hingga bahan audiovisual. f. Pemilihan pendekatan untuk analisis data dalam studi kasus akan berbeda-beda. Sebagian studi kasus melibatkan analisis terhadap unit-unit dalam kasus tersebut. Demikian juga, pada sebagian studi, peneliti memilih kasus majemuk untuk dianalisis dan diperbandingkan, sementara itu dalam studi kasus yang lain, dipilih kasus tunggal untuk dianalisis. g. Agar analisisnya dapat dipahami dengan baik, riset studi kasus yang baik juga melibatkan deskripsi tentang kasus tersebut. Deskripsi berlaku untuk studi kasus intrinsik maupun instrumental. Agar studi kasus dapat menghasilkan temuan yang lengkap, maka harus melibatkan deskripsi tentang kasus tersebut dan tema atau masalah yang telah diungkap oleh peneliti ketika mempelajari kasus
IPS SMP K-10
48
tersebut. h. Tema atau masalah itu dapat diorganisasikan menjadi kronologi oleh peneliti, menganalisis keseluruhan kasus untuk mengetahui berbagai persamaan dan perbedaan di antara kasus tersebut, atau menyajikannya dalam suatu model teoretis. i. Studi kasus sering diakhiri dengan kesimpulan yang dibentuk oleh peneliti tentang makna keseluruhan yang diperoleh dari kasus tersebut.
Tipe Studi Kasus Tipe studi kasus kualitatif itu dibedakan berdasarkan ukuran batasan dan kasus tersebut, misalnya apakah kasus tersebut melibatkan satu individu, beberapa individu, suatu kelompok, suatu program besar, atau suatu aktivitas. Studi kasus juga dapat dibedakan dalam hal tujuan dan analisis kasusnya. Terdapat tiga variasi hal tujuan: studi kasus instrumental tunggal, studi kasus koata majemuk, dan studi kasus intrinsik. Dalam studi kasus trumental tunggal peneliti memfokuskan pada atau persoalan, kemudian memilih satu kasus terbatas untuk lustrasi persoalan. Dalam studi kasus kolektif (atau kasus majemuk), satu isu atau persoalan juga dipilih, tetapi peneliti memilih beragam studi kasus untuk mengilustrasikan atau persoalan tersebut. Peneliti juga dapat mempelajari satu dari beberapa tempat riset atau beragam program di satu tempat tertentu. Sering kali peneliti memilih kasus majemuk untuk perlihatkan beragam perspektif tentang isu tersebut. Pada umumnya, para peneliti kualitatif enggan membuat generalisasi dan satu kasus kasus lain karena konteks dan kasus tersebut berbeda. Untuk membuat generalisasi yang baik, peneliti perlu menyeleksi yang representatif untuk dimasukkan dalam studi kualitatif. Tipe terakhir dari desain studi kasus adalah studi kasus kolektif yang fokusnya adalah pada kasus itu sendiri (misalnya, evaluasi program, atau mempelajari seorang siswa yang mengalami kesulitan) karena kasus tersebut mengemukakan situasi yang tidak-biasa atau unik. Pelaksanaan Studi Kasus Ada beberapa prosedur dalam pelaksanaan studi kasus(Creswell (2014), IPS SMP K-10
49
Kaelan (2012), Fatchan (2011) yaitu; a. a. Para peneliti menentukan terlebih dahulu apakah pendekatan studi kasus sudah tepat untuk mempelajari permasalahan risetnya. Studi kasus menjadi pendekatan yang bagus ketika peneliti memiliki kasus berbatas yang dapat diidentifikasi dengan jelas atau peneliti ingin menyediakan pemahaman mendalam tentang kasus atau perbandingan dari beberapa kasus. b. Selanjutnya, para peneliti perlu mengidentifikasi kasus atau beberapa kasus mereka. Kasus ini mungkin melibatkan satu individu, beberapa individu, sebuah program, suatu peristiwa, atau suatu akt ivitas. Dalam melaksanakan riset studi kasus, hal yang penting adalah para peneliti pertama-tama mempertimbangkan tipe studi kasus apa yang paling menjanjikan dan berguna. c. Pengumpulan data dalam riset studi kasus biasanya meluas, mengambil beragam sumber informasi, misalnya pengamatan, wawancara, dokumen, dan bahan audiovisual. d. Tipe analisis data dapat berupa analisis holistik dari keseluruhan kasus atau analisis melekat dari salah satu aspek dari kasus tersebut.
Latihan Setelah membaca dan memahami uraian materi di atas, untuk lebih menguasai materi maka kerjakanlah latihan berikut: 1. Jelaskan Pendekatan penelitian kualitatif studi naratif, 2. Jelaskan pendekatan penelitian kualitatif studi fenomenologi, 3. Jelaskan pendekatan penelitian kualitatif studi grounded theory, 4. Jelaskan pendekatan penelitian kualitatif studi etnografi 5. Jelaskan pendekatan penelitian kualitatif studi studi kasus.
IPS SMP K-10
50
Rangkuman 1. Penelitian kualitatif studi naratif sebagai tipe desain kualitatif yang spesifik yang narasinya
dipahami sebagai teks yang dituturkan atau dituliskan dengan
menceritakan tentang peristiwa/aksi atau rangkaian peristiwa/aksi, yang terhubung secara kronoiogis. Prosedur dalam pelaksanaan studi ini dimulai dengan memfokuskan pada pengkajian terhadap satu atau dua individu, pengumpulan data melalui cerita mereka, pelaporan pengalaman individual, dan penyusunan kronologis atas makna dan pengalaman tersebut (life course stages). Studi ini umum digunakan pada ilmu sosial humaniora. 2. Studi fenomenologismendeskripsikan pemaknaan umum dari sejumlah individu terhadap berbagai pengalaman hidup terkait dengan konsep atau fenomena. Para fenomenolog memfokuskan untuk mendeskripsikan apa yang sama/umum dari semua partisipan ketika mereka mengalami fenomena (misal; dukacita yang dialami secara universal). Tujuan utama dari fenomenologi adalah untuk mereduksi pengalaman individu pada fenomena menjadi deskripsi tentang esensi atau intisari universal (pemahaman tentang sifat yang khas dari sesuatu). Pengalaman manusia ini dapat berupa fenomena, antara lain; insomnia, kesendirian, kemarahan, dukacita, pengalaman operasi. Peneliti mengumpulkan data dari individu yang telah mengalami fenomena tersebut. Deskripsi ini terdiri dari apa yang mereka alami dan bagaimana mereka mengalaminya. 3. Tujuan dari studi grounded theory adalah untuk bergerak ke luar dari deskripsi dan untuk memunculkan atau menemukan teori, penjelasan teoretis gabungan bagi proses atau aksi. Ide penting dalam studi grounded theory adalah pengembangan teori tidak muncul dengan sendirinya, tetapi dimunculkan atau didasarkan pada data dan para partisipan yang telah mengalami proses. Maka dari itu, grounded theory merupakan desain riset kualitatif yang penelitinya memunculkan penjelasan umum (teori) tentang proses, aksi, atau interaksi yang dibentuk oleh pandangan dan sejumlah besar partisipan/informan kunci.
IPS SMP K-10
51
4. Seorang etnografer tertarik dalam mempelajari pola berfokus pada kelompok yang memiliki kebudayaan yang sama. Boleh jadi, kelompok kebudayaan ini mungkin kecil, tetapi biasanya besar, melibatkan banyak orang yang berinteraksi sepanjang waktu. Maka dari itu, etnografi merupakan suatu desain kualitatif yang penelitinya mendeskripsikan dan menafsirkan pola yang sama dari nilai, perilaku, keyakinan, dan bahasa dari suatu kelompok berkebudayaan-sama.Sebagai suatu proses sekaligus hasil riset, etnografi merupakan suatu cara untuk mempelajari sebuah kelompok berkebudayaan. Sekaligus produk akhir tertulis dari riset tersebut. Sebagai proses, enografi melibatkan pengamatan yang luas terhadap kelompok tersebut, sering kali melalui pengamatan partisipan, yang penelitinya menenggelamkan diri dalam kehidupan sehari-hari dari masyarakat tersebut, mengamati dan mewawancarai para partisipan dalam kelompok tersebut/komunitas tertentu. 5. Riset studi kasus mencakup studi tentang suatu kasus dalam kehidupan. Dalam konteks atau setting kontemporer dijelaskan bahwa studi kasus bukanlah metodologi, melainkan pilihan tentang sesuatu yang hendak dipelajari. Kasus dalam sistem terbatas, yang dibatasi oleh waktu dan tempat, yang lain menganggapnya sebagai strategi penelitian atau strategi riset komprehensif. Penelitian studi kasus adalah pendekatan kualitatif yang mengeksplorasi kehidupan nyata, sistem terbatas kontemporer (kasus). Satuan analisis dalam studi kasus bisa berupa kasus majemuk (studi multi situs) atau kasus tunggal. Pendekatan studi kasus sangat familier bagi para ilmuwan sosial karena popularitasnya dalam psikologi (Freud), hukum (hukum kasus), dan sains politik (laporan kasus). Riset studi kasus memiliki sejarah yang panjang dan khas dalam banyak disiplin.
IPS SMP K-10
52
Kegiatan Pembelajaran 4
PENELITIAN KUANTITATIF LANJUT Yasser Awaluddin, S.E, M.Ed
A. TUJUAN Peserta memahami langkah-langkah dalam melaksanakan peneliltian kuantitatif dengan menggunakan metode eksperimen dan korelasional.
B. INDIKATOR Mengidentifikasi eksperimen.
ciri-ciri
penelitian
yang
dapat
diteliti
dengan
metode
dengan
metode
Mengidentifikasi jenis-jenis desain penelitian eksperimen. Mengidentifikasi korelasional.
ciri-ciri
penelitian
yang
dapat
diteliti
Mengidentifikasi jenis-jenis penelitian korelasional Menyebutkan langkah-langkah penelitian eksperimen. Menyebutkan langkah-langkah penelitian korelasional.
C. URAIAN MATERI PENELITIAN EKSPERIMEN Dalam sebuah penelitian eksperimen, peneliti menguji sebuah ide (praktek atau prosedur tertentu) untuk menentukan apakah ide tersebut (disebut dengan variabel bebas) mempengaruhi hasil tertentu (disebut dengan variabel terikat). Pertamatama, peneliti memutuskan ide apa yang akan dijadikan eksperimen, menerapkan ide tersebut pada sekelompok orang, kemudian memastikan apakah orang yang telah menerima penerapan ide tersebut memberikan hasil akhir yang lebih baik, sama, atau lebih buruk daripada orang tidak menerapkannya. Peneliti mengadakan sebuah penelitian eksperimen jika dia ingin membuktikan kemungkinan adanya hubungan sebab akibat diantara variabel bebas dan terikat.
IPS SMP K-10
53
Ini berarti bahwa peneliti harus berusaha mengontrol semua variabel yang dapat mempengaruhi hasil akhir, kecuali variabel bebas yang dimaksud. Kemudian ketika variabel bebas mempengaruhi variabel terikat, peneliti bisa mengatakan bahwa variabel bebas menyebabkan atau mungkin menyebabkan perubahan pada variabel terikat. Karena kondisi pada penelitian eksperimen tersebut dikendalikan, maka jenis penelitian ini merupakan rancangan penelitian kuantitatif terbaik yang dapat digunakan untuk meneliti kemungkinan sebab dan akibat. Contohnya, jika peneliti membandingkan hasil belajar antara sebuah kelompok yang mendapatkan ceramah dan kelompok lain yang melakukan diskusi, peneliti mengontrol semua yang faktor yang mungkin mempengaruhi hasil dari nilai tes kecuali kedua strategi mengajar diatas. Jika fokus dari penelitian adalah dampak dari strategi diskusi terhadap hasil tes, maka kelompok yang menerapkan strategi diskusi disebut dengan kelompok ―eksperimen‖ dan kelompok yang menerima strategi ceramah disebut dengan kelompok kontrol. Peneliti perlu memastikan bahwa kemampuan awal individu dan lingkungan tes sama pada kedua kelompok tersebut dan kedua kelompok diberi pertanyaan yang sama.
Peneliti juga menggunakan eksperimen ketika ada dua
kelompok atau lebih untuk diteliti, seperti pada contoh pengajaran melalui ceramah dibandingkan diskusi diatas.
1. Macam Desain Penelitian Eksperimen Secara garis besar, penelitian eksperimen dapat dibagi dua, yaitu Desain Antar Kelompok (Eksperimen Riil, Eksperimen Semu, dan Eksperimen Faktorial) dan Desain Dalam Kelompok (Eksperimen Rangkaian Waktu, Eksperimen Pengukuran Berulang, Eksperimen Subjek Tunggal). a. Desain Antar Kelompok Eksperimen Riil (True Experiment). True Experiment merupakan jenis penelitian eksperimen yang paling ketat dari sisi persyaratan yang harus dipenuhi. Dalam desain ini, subjek penelitian secara acak ditempatkan ke dalam kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Dengan menempatkan responden secara acak ke dalam dua kelompok tersebut, diasumsikan bahwa kedua kelompok akan memiliki karakteristik yang relatif sama, sehingga jika ada perbedaan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol IPS SMP K-10
54
setelah treatment diberikan dapat diyakini sebagai akibat dari treatment dan bukan karena perbedaan karakteristik responden dalam dua kelompok tersebut. Eksperimen Semu (quasi experiment). Dalam penelitian pendidikan khususnya dalam proses pembelajaran sangat sulit untuk dapat secara acak menempatkan responden ke dalam kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, karena dalam hal tersebut dapat mengganggu proses-proses pembelajaran. Karena itu seringkali penelitian eksperimen dalam dunia pendidikan hanya menggunakan kelompok-kelompok responden yang sudah terbentuk, satu kelompok menjadi kelompok eksperimen dan yang lain menjadi kelompok kontrol. Penelitian dengan desain seperti ini disebut dengan eksperimen semu (quasi experiment). Karena faktor pengacakan peserta tersebut, validitas dari penelitian dengan eksperimen semu dapat dikatakan selalu lebih rendah dari penelitian dengan eksperimen riil. Baik pada eksperimen riil maupun eksperimen semu, peneliti dapat menerapkan model pretes-postes atau hanya postes saja. Jika digunakan pretes, kedua kelompok mengerjakan pretes kemudian kelompok eksperimen mendapatkan treatment khusus, sedangkan kelompok kontrol tidak. Setelah treatment selesai dilakukan diadakan postes. Selisih skor antara pretes dan postes pada masingmasing kelompok dihitung, kemudian selisih dari skor dari kedua kelompok dibandingkan untuk mengukur dampak dari treatment. Selain dengan cara menggunakan skor pretes sebagai pengurang bagi skor postes, hasil pretes juga dapat digunakan sebagai kovariat pada kedua kelompok. Dengan menggunakan skor pretes sebagai kovariat, peneliti mengurangi dampak dari pretes pada perubahan-perubahan yang terjadi pada skor postes, sehingga selisih yang terjadi antara skor postes pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol bersih dari pengaruh pretes. Menggunakan pretes sebagai kovariat dapat dilakukan dengan teknik statistika yang disebut dengan Analisis of Covariance (ANCOVA). Selain pretes, kovariat dapat berupa variabel lain seperti status sosial-ekonomi siswa, minat terhadap pelajaran IPS (jika treatment terkait dengan strategi pembelajaran IPS), bahkan gender siswa.
IPS SMP K-10
55
Eksperimen faktorial Kadangkala dalam penelitian eksperimen, diperlukan untuk menginvestigasi dampak lebih dari satu variabel bebas terhadap variabel terikat. Misalnya peneliti ingin meneliti
dampak
dari
strategi
diskusi
terhadap
hasil
tes
IPS
dengan
mengikutsertakan aspek minat siswa terhadap IPS. Dalam ekseperimen ini yang menjadi variabel bebas 1 adalah strategi mengajar yang terdiri dari 2 level (diskusi dan ceramah), variabel bebas 2 adalah minat terhadap IPS yang ditentukan memiliki 3 level (tinggi, sedang, rendah). Variabel terikat adalah hasil tes IPS. Pola eksperimen seperti ini disebut dengan eksperimen faktorial. Pada contoh diatas masing-masing strategi mengajar diterapkan pada tiga kelompok siswa berdasarkan tingkat minat terhadap IPS, sehingga total ada enam kelompok siswa yang terlibat pada penelitian ini. Strategi yang digunakan bisa menggunakan pretes-postes atau hanya menggunakan postes saja. Analisis statistika yang digunakan untuk menganalisis hasil penerapan kedua jenis strategi adalah Analysis of Variance (ANOVA). Mengingat tingkat kerumitan dari eksperimen faktorial ini, baik dari segi prosedur pelaksanaan maupun dana yang dibutuhkan, umumnya peneliti membatasi jumlah variabel bebas yang diteliti maksimal tiga. b. Desain Dalam Kelompok Jika penelitian eksperimen tidak mungkin dilakukan terhadap lebih dari satu kelompok siswa maka eksperimen tersebut merupakan eksperimen dengan desain dalam kelompok (within group design), bahkan eksperimen juga dapat hanya diterapkan pada satu orang saja yang disebut dengan eksperimen desain subjek tunggal (within individual design) (tidak akan dibahas dalam modul ini). Eksperimen Rangkaian Waktu (time series) Jika peneliti ingin menguji strategi diskusi terhadap hasil belajar IPS hanya pada satu kelompok siswa namun dalam rentang waktu yang relatif panjang, peneliti akan menggunakan desain eksperimen rangkaian waktu. Dalam desain ini peneliti akan melakukan beberapa kali pretes dan postes dan diselingi dengan penerapan strategi diskusi. Ada dua jenis desain rangkaian waktu: interrupted time series dan equivalent time series.
IPS SMP K-10
56
Pada desain yang pertama, peneliti akan melakukan beberapa kali pretes, jeda dan memberikan treatment berupa penerapan strategi diskusi, kemudian melakukan beberapa kali postes. Data dianalisis dengan membandingkan hasil-hasil pretes dengan hasil-hasil postes atau dengan membandingkan hasil-hasil postes saja dimana setiap pretes menjadi kovariat dari setiap poster. Pada desain yang kedua, peneliti mengadakan beberapa kali tes dan diselingi dengan penerapan strategi diskusi. Pelaksanaan tes 1 dilanjutkan dengan penerapan strategi diskusi-1 diikuti dengan tes 2
dilanjutkan dengan penerapan strategi diskusi-2, pola seperti ini
dilakukan beberapa kali untuk mengukur kenaikan hasil tes. Langkah dalam kedua jenis desain ini dapat digambarkan dengan diagram dibawah ini:
Interrupted Menetapk an responden dalam kelompok
Pretes1 (observ asi-1)
Equivalent Menetapk
time
series
Pretes-1 (observa si-1)
Pretes1 (observ asi-1)
Treatme nt-1 (strategi pembelaj aran diskusi)
Postes-1 (observa si-1)
Postes2 (observ asi-2)
Postes -3 (obser vasi-3)
Treatme nt-1 (strategi pembelaj aran diskusi)
Tes-3
Treatme nt-1 (strategi pembela jaran diskusi)
Tes-4
time series
Tes-1
an responden dalam
Treatme nt-1 (strategi pembelaj aran diskusi)
Tes-2
kelompok
Eksperimen Pengukuran Berulang (repeated measures) Pada desain pengukuran berulang, beberapa jenis perlakuan/intervensi /treatment dilakukan
pada
kelompok
yang
sama.
Setiap
penerapan
sebuah
perlakuan/intervensi/treatment peneliti melakukan tes untuk mengukur efektifitas dari perlakuan/intervensi
/treatment
tersebut.
Sebagai
contoh
peneliti
ingin
mengujicobakan beberapa strategi mengajar pada siswa kelas VIII: strategi pembelajaran diskusi, dan strategi pembelajaran projek, strategi pembelajaran ceramah. Setiap strategi akan dilakukan untuk membahas tema yang berbeda namun diasumsikan bahwa tema-tema yang akan diajarkan tersebut
IPS SMP K-10
semuanya
57
merupakan pengetahuan baru bagi para siswa sehingga diasumsikan bahwa pengetahuan awal siswa pada setiap tema adalah sama dan karena setiap tema berbeda maka pembahasan tema yang satu tidak akan menambah pengetahuan pada tema berikutnya. Pola pelaksanaan desain eksperimen ini dapat digambarkan dengan diagram dibawah ini: Eksperimen Pengukuran Berulang Menetapkan
Penerapan
Tes-
Penerapan
kelompok
strategi 1
1
strategi 2
Tes-2
Penerapan
Tes-3
strategi 3
eksperimen
Langkah-Langkah Penelitian Eksperimen Meskipun tidak ada langkah baku untuk melakukan penelitian eksperimen, akan lebih mudah jika peneliti mengetahui langkah-langkah umumnya. 1. Identifikasi apakah rumusan masalah dapat dijawab dengan menggunakan metode eksperimen Masalah/isu yang dapat diteliti dengan menggunakan metode eksperimen adalah masalah-masalah yang berkaitan dengan apakah penerapan suatu perlakuan (treatment) tertentu dapat memberi pengaruh terhadap aspek-aspek tertentu. Di dunia pendidikan, penelitian eksperimen adalah cara terbaik untuk menganalisa hubungan kausal atau sebab-akibat. Akan tetapi, perlu dicermati bahwa model penelitian ini mengharuskan peneliti untuk mengontrol kondisi eksperimen dan memastikan bahwa perlakuan (treatment variabel bebas) dapat diterapkan. Penelitian eksperimen tidak dapat diterapkan jika: 1) suatu penelitian bertujuan untuk menarik generalisasi dari hasil penelitian pada keseluruhan populasi dan 2) peneliti tidak dapat merekayasa kondisi penelitian.
2. Rumuskan hipotesis untuk menguji hubungan kausal Hipotesis dirumuskan peneliti untuk memprediksi hasil penelitian. Peneliti membuat prediksi (dalam bentuk hipotesis nol atau hipotesis alternatif) dan mengumpulkan data untuk menguji hipotesis yang telah dibuatnya. Dalam penelitian eksperimen,
IPS SMP K-10
58
hipotesis lebih umum digunakan daripada batasan masalah penelitian (research questions) meskipun keduanya dapat digunakan. Untuk merumuskan hipotesis, perhatikan petunjuk berikut:
Dalam penelitian eksperimen paling tidak terdapat satu variabel bebas (independent) yang dimanipulasi oleh peneliti sehingga variabel bebas tersebut paling tidak memiliki dua kondisi (level) yang berbeda untuk tujuan penelitian. Sementaravariabel terikat (dependent) menggambarkan dampak dari dua kondisi (level) variabel bebas tersebut. Seringkali, peneliti ingin mengetahui dampak dari perlakuan tertentu terhadap beberapa variabel terikat (seperti pembelajaran dan sikap).
Dampak dari perlakuan terhadap variabel terikat harus diukur dengan menggunakan instrument penelitian atau observasi dan menghasilkan skor yang valid dan reliabel. Pemilihan instrumen pengukuran atau observasi harus dilakukan dengan seksama agar memberikan hasil yang valid.
Hipotesis seringkali dirumuskan berdasarkan kajian dan temuan dari penelitian terdahulu atau dari teori-teori dasar yang terus-menerus dikaji dan direvisi. Berikut adalah salah satu contoh hipotesis dalam penelitian mengenai kemauan siswa untuk mengkonsultasikan masalahnya pada pengajar a) siswa akan merasa lebih terdorong untuk menyampaikan masalah yang ia hadapi di tengah lingkungan yang suportif (mendukung), b) siswa yang lebih muda cenderung lebih pasif, dan c) siswa cenderung lebih terbuka dalam menyampaikan keluhannya jika jumlah siswa berada dalam kelas kecil. Tiga hipotesis diatas menunjukkan prediksi yang akan peneliti temui dalam penelitian. Pada contoh a peneliti membagi subjek penelitian ke dalam dua kelompok: kelompok eksperimen yang mendapatkan dukungan dari pengajar, dan kelompok kontrol yang tidak mendapatkan dukungan serupa. Peneliti kemudian mengukur
sejauh
mana
siswa
pada
dua
kelompok
tersebut
akan
mengkomunikasikan kesulitan-kesulitannya. Sementara, pada hipotesis b dan c, kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dibedakan berdasarkan usia dan jumlah siswa dalam kelompok.
IPS SMP K-10
59
3. Tentukan unit eksperimen dan identifikasi subjek penelitian Unit eksperimen adalah unit terkecil yang mendapatkan perlakuan eksperimen peneliti dalam suatu penelitian. Penggunaan istilah unit eksperimen dalam suatu penelitian bisa jadi berbeda dengan penelitian lain karena subjek yang diteliti berbeda. Unit eksperimen dapat berupa perseorangan, kelompok,
kumpulan
kelompok, maupun suatu organisasi. Subjek penelitian dipilih untuk menguji apakah perlakuan yang diterapkan peneliti akan mempengaruhi hasil dibanding jika perlakuan tidak diterapkan. Subjek dapat dipilih karena keinginan peneliti maupun karena keinginan subjek sendiri untuk berpartisipasi. Sebagai alternatif, peneliti dapat memilih subjek peneliti yang telah ada di lapangan dan memungkinkan untuk diteliti. Contohnya, dalam studi tentang kemampuan membaca siswa kelas tiga, peneliti dapat memilih siswa kelas tiga dari kelas-kelas yang tersedia. Faktor etika perlu mendapat perhatian, yaitu jangan sampai penelitian eksperimen hanya menguntukan kelompok eksperimen dan merugikan kelompok kontrol. Dalam penelitian eksperimen, peneliti harus terlebih dahulu membentuk kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Pada kebanyakan eksperimen jumlah responden pada masing-masing kelompok ditentukan oleh berapa banyak orang yang mau berpartisipasi atau dapat dilibatkan oleh peneliti. Namun analisis dengan menggunakan teknik statistika mensyaratkan jumlah minimal yang harus dipenuhi. Bagaimana subjek penelitian dalam kedua kelompok ini dipilih? Jika memungkinkan, peneliti hendaknya melakukan sampling acak sehingga peneliti dapat menarik kesimpulan dari hasil penelitian untuk seluruh populasi. Proses sampling acak dapat dilakukan dengan cara memberi nomor pada setiap individu dalam suatu populasi dan memilih subjek secara acak dari nomor yang telah diberikan. Akan tetapi, akan tetapi seringkali peneliti tidak memiliki kesempatan untuk melakukan hal tersebut karena keterbatasan waktu, dana, dan akses. Namun, mengingat premis dasar dari penelitian kuantitatif yang mengharuskan peneliti untuk dapat menarik generalisasi dari hasil penelitian pada sampel terhadap keseluruhan populasi, jika sampling acak tidak memungkinkan untuk dilakukan, peneliti dapat mengulang penelitian yang sama dengan subjek yang berbeda dari populasi yang telah dipilih.
IPS SMP K-10
60
Selain itu sebisa mungkin peneliti memasukkan para responden tersebut ke dalam kelompok eksperimen dan kelompok kontrol secara acak untuk menghindari pengaruh-pengaruh dari variabel lain selain perlakuan yang akan diterapkan. Jika tindakan ini tidak dapat dilakukan, peneliti harus berupaya untuk mengatasi pengaruh dari variabel-variabel lain, misalnya dengan menggunakan teknik pretes – postes. 4. Tentukan perlakuan yang akan diterapkan dan menginformasikannya pada responden. Peneliti perlu menetapkan dua kelompok, satu kelompok akan menerima treatment dan kelompok yang lain tidak. Dampak yang terjadi pada kedua kelompok tersebut kemudian dibandingkan. Perlakuan/intervensi dapat berupa pelaksanaan program atau kegiatan tertentu. Dalam menentukan treatmentyang akan diberikan pada kelompok eksperimen, peneliti hendaknya memperhatikan hal-hal berikut:
Treatment yang diberikan pada kelompok eksperimen harus diberikan pada kadar yang cukup. Artinya, treatment tersebut harus memberikan dampak yang kuat pada hasil yang diinginkan peneliti.
Treatment yang baik adalah treatment yang telah digunakan peneliti lain dalam penelitian terdahulu dan mampu memberikan gambaran prediksi pada hasil penelitian. Kajian ilmiah terhadap penelitian yang telah dilakukan peneliti lain akan membantu peneliti dalam memprediksi hasil penelitian.
Untuk mencegah munculnya faktor lain yang mencemari hasil penelitian, peneliti hendaknya memilih treatment yang dapat diimplementasikan dengan baik oleh subjek penelitian pada lingkungan dimana penelitian tersebut dilaksanakan. Peneliti harus menjalin kerja sama yang baik dengan pihakpihak yang terkait dengan penelitian.
Sebelum memilih treatment bagi kelompok eksperimen, peneliti hendaknya mengadakan studi pendahuluan. Peneliti hanya perlu memilih satu kelompok dari populasi yang ada dan menerapkan treatment yang diinginkan dalam waktu yang singkat untuk mempermudah pelaksanaan studi pendahuluan. Subjek yang dipilih dapat berjumlah 5 hingga 6 orang saja. Dari studi
IPS SMP K-10
61
pendahuluan ini, peneliti akan lebih mudah memprediksi dampak dari pemberian treatment pada hasil penelitian.
5. Tentukan jenis penelitian eksperimen yang akan digunakan Salah satu aspek penting dalam mempersiapkan penelitian eksperimen adalah menentukan desain yang telah akan dipilih, diantaranya: true/quasi experiment, time series,
factorial,
mempertimbangkan
repeated
measures,
ketersediaan
atau
subjek
single
penelitian
subject. dan
Peneliti
kemampuan
harus untuk
mengontrol munculnya faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil penelitian. Lihat tabel ..... untuk mengetahui kriteria dalam memilih desain penelitian.
6. Lakukan eksperimen Jika desain penelitian telah dipilih, peneliti dapat melakukan eksperimen sesuai dengan langkah-langkah berikut:
Memberikan pre-test jika diperlukan..
Menerapkan treatmenteksperimen pada kelompok eksperimen.
Melakukan pemantauan secara teliti dan mendalam selama proses penelitian
sehingga
kemungkinan
munculnya
faktor-faktor
yang
mempengaruhi validitas dapat diminimalisir.
Mengumpukan hasil post-test atau dampak dari treatment.
Melaksanakan langkah etik dengan menerapkan treatment tersebut kepada kelompok kontrol jika hal tersebut akan memberikan keuntungan bagi mereka..
7. Pengorganisasian dan analisa data Proses pengorganisasian dan analisa data dilakukan melalui 3 tahap, yakni pengumpulan data, analisa data, dan penulisan laporan penelitian. Dalam melakukan pengumpulan data, peneliti harus mengumpulkan hasil penelitian dari semua instrumen yang telah digunakan dan menempatkannya pada satu file komputer agar siap untuk dianalisis. Langkah ini diawali dengan membersihkan data, yaitu memastikan bahwa tidak ada kesalahan ketik waktu data dimasukkan. Dengan menggunakan teknik analisis deskriptif yang ada pada berbagai program
IPS SMP K-10
62
komputer,peneliti dapat mengidentifikasi kesalahan-kesalahan tersebut. Hasil analisis deskriptif ini memberikan gambaran awal mengenai dampak dari penerapan treatment terhadap variabel terikat yang sedang diukur. Analisis deskriptif merupakan tahap pertama dari analisis data. Selanjutnya, peneliti dapat melanjutkan analisa data dengan membandingkan hasil penelitian pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Analisa ini adalah bagian terpenting dari penelitian eksperimen yang menyajikan jawaban terhadap hipotesa atau rumusan masalah penelitian. Model statistik yang dipilih dalam penelitian ini adalah analisa perbandingan, seperti t-test atau ANOVA.
8. Buat laporan penelitian Laporan penelitian eksperimen dibuat dengan mencontoh format standar penelitian. Dalam bab ―Metodologi Penelitian‖, peneliti pada umumnya menyertakan informasi berikut:
Subjek penelitian dan tugas yang mereka kerjakan selama penelitian
Desain penelitian eksperimental yang dipilih peneliti
Treatment yang diberikan pada kelompok eksperimen dan materi terkait
Kontrol
yang
diberikan
peneliti
terhadap
variabel
ekstra/tambahan
(extraneous variable)
Jenis variabel terikat yang diukur.
Seperti dijumpai pada penelitian kuantitatif pada umumnya, laporan ditulis dengan menggunakan istilah yang umum digunakan (seperti intervensi/pemberian treatment pada suatu variabel, penjelasan mengenai kelompok kontrol dan kelompok eksperimen, serta pre- dan posttest).
PENELITIAN KORELASIONAL 1. Pengertian Dalam penelitian korelasional, peneliti berusaha menghubungkan suatu variabel dengan variabel yang lain untuk memahami suatu fenomena dengan cara menentukan tingkat atau derajat hubungan di antara variabel-variabel tersebut. IPS SMP K-10
63
Dalam bidang pendidikan, contoh variabel yang umum dijadikan objek penelitian adalah nilai yang dicapai siswa. Tidak seperti penelitian eksperimen yang dilakukan dengan cara memanipulasi atau memberikan treatment pada variabel yang ada dalam penelitian, penelitian korelasional berusaha menghubungkan variabel yang ada (contoh: hubungan antara motivasi dan raihan nilai siswa). Korelasi dihitung dengan menggunakan perhitungan statistika untuk menjelaskan pola hubungan dua variabel, dimana terjadi perubahan secara bersama (co-vary) diantara kedua variabel tersebut secara konsisten. Jika dalam suatu penelitian hanya terdapat dua variabel yang saling berhubungan, ini berarti bahwa kedua variabel tersebut mengalami perubahan secara bersama-sama secara konsisten. Dengan meneliti pola yang muncul, peneliti dapat dengan mudah melihat skor yang mungkin muncul di suatu grup hanya dengan melihat skor individu di grup lain. Sebagai contoh, terdapat suatu kasus dimana nilai IPS siswa kelas VII berkisar antara 40 hingga 90. Peneliti ingin menginvestigasi apakah dengan mengetahui tingkat minat siswa (variabel 1), peneliti dapat memprediksi nilai hasil ujianIPS siswa (variabel 2). Jika tingkat minat siswa terhadap IPS tidak memiliki kaitan apapun dengan hasil ujian IPS, maka peneliti hanya dapat memberikan prediksi bahwa nilai ujian IPS yang akan muncul berada pada rentangan 40 hinggga 90. Analisa statistik yang digunakan untuk menjelaskan hubungan linear antar variabel adalah Koefisien Korelasi Product Moment. Istilah lain yang kerap kali digunakan adalah korelasi bivariat dan disimbokkan dengan ―r‖ untuk notasinya.
2. Jenis penelitian korelasional a. Desain eksplanatori Desain eksplanatori adalah jenis penelitian korelasional yang bertujuan untuk mengetahui sejauh mana dua variabel atau lebih berhubungan. Karena terdapat hubungan antar variabel, perubahan yang terjadi pada satu variabel akan tercermin pada variabel lainnya. Contoh dari penelitian korelasional desain eksplanatori adalah ―hubungan antara tipe kepribadian siswa minat terhadap pelajaran IPS‖. b. Desain prediksi
IPS SMP K-10
64
Desain prediksi adalah jenis penelitian korelasional yang bertujuan untuk menggunakan nilai dari satu variabel untuk memprediksi nilai dari variabel yang lain. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini disebut dengan variabel prediktor dan variabekl kriterion. Contoh dari penelitian korelasional dengan desain prediksi adalah ―memperkirakan nilai akhir mata pelajaran IPS berdasarkan tingkat keaktifan siswa di kelas‖. 3. Karakteristik Utama Penelitian Korelasional Penelitian korelasi memiliki beberapa karakteristik, seperti:
Penyajian data skor (diagram pencar dan matriks)
Hubungan antar data skor (arah, bentuk, dan kekuatan hubungan)
Analisis hubungan beberapa variabel (korelasi parsial atau regresi berganda)
a. Penyajian skor Jika peneliti memiliki dua skor, keduanya dapat digambarkan pada grafik (atau diagram pencar) atau menyajikannya dalam bentuk tabel (atau matriks korelasi). Diagram Pencar (plot). Setiap skor yang diambil peneliti merepresentasikan satu variabel. Penyajian skor dalam bentuk diagram bertujuan untuk memberikan gambaran visual terkait dengan skor yang telah diambil. Melalui diagram ini, peneliti dapat mengidentifikasi jenis keterkaitan antar variabel dan mengetahui nominal skor tertinggi dan terendah. Dengan menggunakan diagram, peneliti dapat mengetahui apakah skor membentuk pola linear (mengikuti garis lurus) atau kurvalinear (membentuk huruf U). Peneliti juga dapat melihat arah keterkaitan antar skor (jika satu skor menunjukkan peningkatan, skor lain menunjukkan hal serupa atau sebaliknya), dan tingkat kekuatan
hubungan
(dapat
dikategorikan
sebagai
korelasi
sempurna
jika
menunjukkan korelasi 1). Dengan menggunakan diagram plot, keterkaitan antar variabel akan lebih mudah dianalisa. Diagram plot adalah gambaran grafis dari dua jenis skor yang diperoleh peneliti. Kedua skor ini umumnya diidentifikasi sebagai X dan Y, dengan X digambarkan pada sumbu horizontal dan Y pada sumbu vertikal. Titik bertemunya X dan Y menunjukkan skor individu yang diperoleh subjek penelitian. IPS SMP K-10
65
Gambar 10.1 menunjukkan data mengenai skor 10 siswa dalam suatu penelitian dan diagram plot yang menggambarkan data tersebut. Dalam penelitian ini, peneliti hendak mempelajari apakah penggunaan internet oleh siswa sekolah menengah atas berpengaruh pada tingkat depresi yang mereka alami (dengan asumsi bahwa siswa yang menggunakan internet secara berlebihan cenderung mengalami depresi karena mereka memilih untuk mencari pelarian masalah, bukan menghadapi situasi yang ada). Prediksi ini diambil dari hasil penelitian terdahulu. Skor mengenai waktu penggunaan internet per satu minggu didapatkan dari proses tanya jawab antara peneliti dengan subjek penelitian. Sementara, tingkat depresi siswa diukur menggunakan instrumen penelitian yang telah teruji validitas dan reliabilitasnya. Siswa menjawab 15 pertanyaan terkait dengan depresi yang mereka alami dengan menggunakan skala penilaian dari rentang 1 (sangat tidak setuju) hingga 5 (sangat setuju) sesuai dengan kondisi yang mereka alami. Rentangan skor yang mungkin diperoleh adalah antara 15 – 45.
Siswa Adi Buana Citra Dony Denny Eka Eko Faris Farid Fira rerata
penggunaan skor Internet/ming depresi gu (jam) (15-45) 17 30 13 41 5 18 9 20 5 25 15 44 7 20 6 30 2 17 18 45 9.7 29
HUBUNGAN PENGGUNAAN INTERNET DAN DEPRESI 50 45 40 35 30 25 20 15 10 5 0 0
5
10
15
20
Skor rata-rata atau mean (M) pada masing-masing variabel juga dapat digambarkan pada diagram. Rata-rata penggunaan internet per minggu
adalah 9,7 jam,
sementara rata-rata nilai depresi terletak pada angka 29,3. Dengan menarik garis horizontal dan vertikal yang bersinggungan dengan mean (M), kita dapat membagi diagram menjadi 4 kuadran dan memberikan tanda negatif (-) pada kuadran yang
IPS SMP K-10
66
area skornya dinyatakan ―negatif‖ dan tanda positif (+) pada kuadran yang area skornya dinyatakan ―positif‖. Berdasarkan contoh ini,
skor dibawah 29,3 (M)
dinyatakan positif yang menunjukkan bahwa siswa mengalami tingkat depresi yang rendah. Skor diatas 29.3 dinyatakan negatif yang artinya siswa mengalami tingkat depresi yang lebih tinggi. Sementara, penggunaan internet dibawah 9,7 jam per minggu dinyatakan positif (memungkinkan siswa untuk menyediakan lebih banyak waktu untuk mengerjakan tugas sekolah) sementara dan penggunaan internet diatas 9,7 jam per minggu dinyatakan negatif (penggunaan internet secara lebih untuk hal selain tugas sekolah). Ada tiga aspek utama yang dapat diperhatikan dari skor yang ditunjukkan pada diagram plot. Pertama, jika nilai pada X mengalami peningkatan, maka nilai Y mengalami hal yang serupa, mengindikasikan adanya asosiasi positif. Kedua, titiktitik yang tergambar pada diagram plot cenderung membentuk garis lurus. Ketiga, titik-titik yang ada pada diagram akan membentuk garis yang nyaris lurus jika dihubungkan. Ketiga hal ini berhubungan dengan arah, bentuk, dan derajat asosiasi yang dapat kita simpulkan dari gambaran diagram plot. Matriks korelasi Matriks korelasi menyajikan data mengenai koefisien korelasi antar variabel dalam bentuk tabel. Contoh matriks korelasi dapat dilihat pada tabel 12.1. 1
Variabel
2
3
4
5
1. Kepuasan terhadap sekolah
-
2. Ekstrakurikuler
-0,33**
-
3. Pertemanan
0,24*
-0,03
-
4. Kebanggaan diri
0,17
0,65**
0,24*
-
5. Kebanggaan pada sekolah
-0,09
-0,2
0,49**
0,16
-
6. Kesadaran diri
0,29**
-0,1
0,39**
0,03
0,22
IPS SMP K-10
6
-
67
Dalam contoh ini, peneliti bertujuan untuk menganalisa tingkat kepuasan terhadap sekolah berdasarkan 6 variabel. Subjek penelitian yang dilibatkan adalah siswa sekolah menengah pertama. Keenam variabel ditampilkan dalam baris horizontal dan kolom vertikal. Untuk mempermudah analisa, peneliti hanya menuliskan nomor pada bagian teratas kolom sehingga tidak mengulang penulisan nama variabel. Koefisien korelasi berkisar pada angka -,33 hingga +.65. Bagian dari tabel yang perlu diisi hanya sebagian karena jika mengisi kesuluruhan tabel, data yang tertulis hanya berupa pengulangan saja. Tanda asterisk pada tabel mengindikasikan apakah koefisien statistik yang ada pada tabel berkaitan secara signifikan pada p <,05 dan p<,01.
b. Hubungan antar skor Setelah peneliti menampilkan data dalam bentuk grafik maupun matriks, interpretasi mengenai hubungan antar skor kemudian dapat dianalisa. Pemahaman tentang arah hubungan, bentuk hubungan, dan kekuatan asosiasi antar variabel sangat dibutuhkan peneliti untuk menerjemahkan arti data. Pengertian arah asosiasi/hubungan Dalam menganalisa grafik, hal terpenting yang harus diperhatikan adalah mengidentifikasi apakah titik pertemuan bergerak menuju arah yang sama atau berlawanan. Pada korelasi positif (ditandai dengan koefisien ―+), titik-titik tersebut bergerak menuju satu arah yang sama, artinya jika X mengalami kenaikan maka Y mengalami hal serupa; sebaliknya, jika X mengalami penurunan, maka Y juga mengalami hal serupa. Pada korelasi negative (ditandai dengan koefisien korelasi ――), titik-titik tersebut bergerak berlawanan arah, artinya jika X mengalami kenaikan maka Y mengalami penurunan, begitu pula sebaliknya. Jika skor pada satu variabel tidak menunjukkan keterkaitan dengan variabel lain, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada anatr variabel tidak menunjukkan hubungan linear. Pengertian bentuk asosiasi Terdapat dua bentuk asosiasi pada penelitian korelasional, yakni linear dan non linear. Pada contoh penelitian tentang kaitan antara penggunaan internet dan tingkat
IPS SMP K-10
68
depresi, bentuk asosiasi yang nampak adalah asosiasi linear positif. Bentuk asosiasi ini hanyalah salah satu contoh dari berbagai bentuk asosiasi yang mungkin terbentuk dari suatu data. Bentuk asosiasi lain yang mungkin muncul dapat dilihat di figur 12.2. Korelasi linear Bentuk korelasi linear positif dapat dilihat pada contoh penelitian mengenai korelasi penggunaan internet dan tingkat depresi seorang siswa diatas. Skor yang rendah pada penggunaan internet akan diikuti dengan skor yang rendah pada tingkat depresi. Gambar dibawah ini menunjukkan korelasi linear negatif dimana nilai yang rendah pada satu variabel justru terkait dengan nilai yang tinggi pada variabel lain.
Korelasi nonlinear dan tidak berkorelasi Gambar dibawah ini tidak menunjukkan adanya korelasi apapun antar skor. Skor pada satu variabel tidak memberikan prediksi apapun mengenai skor pada variabel lain. Tidak ada pola yang membentuk keterkaitan antar skor pada kedua variabel.
IPS SMP K-10
69
Distribusi kurvalinear (atau korelasi nonlinear) ditandai oleh hubungan antar skor yang membentuk grafik menyerupai huruf U. Bentuk distribusi pada gambar dibawah ini menunjukkan adanya peningkatan, datar, dan penurunan pada nilai Y sepanjang sumbu X.
Jika dikaitkan dengan contoh penelitian sebelumnya, maka pola data yang muncul adalah sebagai berikut: saat siswa menggunakan internet secara berlebihan, efek yang muncul adalah rasa depresi (Y meningkat). Akan tetapi, terdapat suatu titik dimana internet justru mengatasi perasaan depresi yang dialami seorang siswa. Saat itulah depresi mulai menunjukkan penurunan (Y menurun). Koefisien korelasi product moment ( r ) dapat digunakan untuk menilai dan menjelaskan hubungan antar variabel pada korelasi berpola linear. Khusus pada korelasi yang membentuk pola kurvalinear, koefisien r tidak dapat digunakan. Pada pola kurvalinear, koefisien korelasi yang digunakan adalah Spearman rho (rx), serta untuk data yang berasal dari skala pengukuran ordinal (ranking). Jika salah satu variabel adalah kontinyu yang diukur dengan skala interval atau rasio, dan variabel yang lain adalahkategori dengan skala pengukuran nominal (misal laki-laki dan
IPS SMP K-10
70
perempuan), maka koefisien yang digunakan adalah point-biserial correlation. Contohnya, jika peneliti ingin mengaitkan nilai interval kontinyu mengenai tingkat depresi dengan variabel dikotomi berupa jenis kelamin (perempuan dan laki-laki), point-biserial correlation digunakan untuk mengubah variabel dikotomi menjadi nilai numerik (1 untuk laki-laki dan 2 untuk perempuan). Jenis koefisien korelasi lain adalah koefisien phi yang digunakan untuk menentukan derajat dan arah asosiasi pada kondisi dimana kedua variabel bersifat dikotomi. Contohnya, pada suatu penelitian, peneliti ingin mengaitkan penggunaan obatobatan terlarang dengan jenis kelamin (jawaban yang diharapkan adalah iya dan tidak). Kedua variabel dikotomi pada penelitian diatas akan dikonversikan menjadi nilai
nominal
(laki-laki=1,
perempuan=2;
tidak
menggunakan
obat-obatan
terlarang=1,menggunakan obat-obatan terlarang=2). Penghitungan selanjutnya menggunakan rumusan Pearson. Pengertian derajat/kekuatan korelasi Derajat korelasi ditandai dengan koefisien korelasi antar variabel yang berada pada rentang -1,00 hingga +1,00, dimana nilai 0,00 menunjukkan tidak adanya korelasi sama sekali. Hubungan antar variabel/skor ini dapat memberikan gambaran mengenai ada/tidaknya hubungan antar skor yang dapat diprediksi. Kekuatan korelasi antar variabel ditandai dengan simbol matematika berupa + atau – dan angka (+1,00 dan -1,00). Simbol matematika menunjukkan arah korelasi dan angka
menunjukkan
kekuatan
korelasi.
Selain
itu,
peneliti
kerap
kali
mengkuadratkan nilai korelasi yang hasilnya merujuk pada seberapa besar perubahan pada variabel terikat dapat dijelaskan oleh variabel bebas. Angka yang menunjukkan proporsi penjelasan variabel terikat oleh variabel bebasn disebut dengan koefisien determinasi. Sebagai contoh, jika r = +,70 (atau -,70), hasil pengkuadratannya adalah r2 = .49 (atau 49%). Hal ini menunjukkan bahwa hampir separuh (49%) variabilitas Y dapat dihitung dengan menggunakan X. Dalam penelitian, misalnya, dapat dikatakan bahwa tingkat pendidikan orang tua memiliki pengaruh sebesar 49% terhadap tingkat kepuasan siswa pada sekolah (r2 = 49). Teori lain yang menjelaskan tentang standar penafsiran kekuatan hubungan antar variabel dikemukakan oleh Cohen dan Manion (1994) melalui penjelasan berikut:
IPS SMP K-10
71
Koefisien .20 - .35: hubungan yang sangat minim. Nilai koefisien memungkinkan untuk mengetahui hubungan antar variabel tapi tidak memungkinkan untuk mengkaji prediksi.
Koefisien .35 -.65: Jika koefisien korelasi berada pada nilai diatas .35, peneliti dapat melakukan prediksi dalam lingkup yang terbatas.
Koefisien .66 - .85: Jika korelasi berada pada rentangan ini, maka hubungan antar variabel dapat diprediksi dengan baik. Koefisien pada rentangan ini dianggap sangat baik.
Koefisien .86 keatas: Korelasi jenis ini umumnya dijumpai pada penelitian mengenai construct validity atau test-retest reliability. Setiap peneliti tentunya menginginkan validitas dan reliabilitas instrumen penelitiannya pada rentangan ini. Jika dua variabel dalam penelitian (atau lebih) menunjukkan keterkaitan, koefisien korelasi setinggi ini sangat jarang diperoleh.
Adanya hubungan antar variabel tidak cukup hanya dengan menghitung koefisien korelasi, namun juga harus memastikan bahwa hubungan itu bersifat signifikan secara statitistika. Untuk memastikannya perlu dilakukan uji hipotesis dengan menetapkan level signifikansinya, misalnya p>0,05 atau p >0,01. Jika koefisien korelasi dua variabel dapat mencapai derajat signifikan diatas, maka peneliti dapat menyatakan dengan yakin bahwa terdapat hubungan antara dua variabel tersebut.
C. Langkah-langkah melakukan penelitian korelasional 1. Identifikasi kesesuaian penelitian dengan rumusan masalah penelitian Penelitian korelasional bertujuan untuk mengidentifikasi arah dan derajat asosiasi antar dua set data skor. Dengan mengetahui arah dan derajat asosiasi tersebut, peneliti dapat mengetahui jenis hubungan, menjelaskan proporsi perubahan pada satu variabel dengan variabel yang lain, dan memprediksi nilai suatu variabel dari satu atau lebih variabel yang lain. Penelitian korelasional tidak membuktikan adanya hubungan, melainkan memberikan indikasi akan adanya hubungan antar satu variabel dengan yang lainnya.
IPS SMP K-10
72
Karena penelitian korelasi tidak menerapkan perbandingan skor, maka peneliti tidak perlu merumuskan hipotesis penelitian dan dapat menggunakan rumusan masalah. Beberapa contoh rumusan masalah dalam penelitian korelasional adalah:
Apakah kreativitas berkaitan dengan skor IQ? (mengkorelasikan dua variabel)
Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi sikap siswa pada pembelajaran yang melibatkan peran siswa menjadi tutor sebaya? (mengidentifikasi kompleksitas hubungan)
Apakah ranking yang diperoleh siswa pada pendidikan menengah atas (SMA) mempengaruhi IPK semester 1 pada pendidikan lanjutan (perkuliahan)? (prediksi)
2. Mengidentifikasi subjek penelitian Idealnya,
peneliti
harus
melakukan
sampling
secara
acak
untuk
dapat
menggeneralisasikan hasil penelitian pada keseluruhan populasi dan meminta izin untuk melakukan penelitian pada institusi tempat diadakannya penelitian. Jumlah subjek harus disesuaikan dengan penghitungan statistik yang dilakukan peneliti. Semakin banyak jumlah subjek yang diambil, kesalahan dapat diminimalisir dan tingkat representasi subjek penelitian terhadap populasi juga semakin baik. Semakin sedikit jumlah subjek yang dilibatkan, maka semakin sempit rentangan nilai yang dapat diambil peneliti. Hal ini akan berpengaruh pada kekuatan hubungan korelasional dalam suatu penelitian. 3. Mengidentifikasi setidaknya dua skor karakteristik dari satu subjek penelitian Karena premis dasar dari penelitian korelasional adalah membandingkan subjek penelitian berdasarkan dua karakteristik atau lebih, jenis-jenis variable yang akan dikaji harus dinyatakan dalam rumusan masalah (dapat diperoleh dari kajian penelitian terdahulu) dan instrumen pengukuran yang akan digunakan peneliti harus dikembangkan terlebih dahulu. Instrumen yang digunakan harus terbukti validitas dan reliabilitasnya. Peneliti dapat meminta izin dari penerbit atau pengarang buku jika ingin menggunakan isntrumen dari sumber yang telah dipublikasikan. Umumnya, satu variabel dinilai menggunakan satu instrumen, tapi sangat memungkinkan jika satu instrumen digunakan untuk menilai kedua variabel yang dikorelasikan dalam penelitian.
IPS SMP K-10
73
4. Mengumpulkan data dan memantau adanya hambatan dalam penelitian Selanjutnya, peneliti akan menggunakan instrumen penelitian untuk mengumpulkan data. Skor yang diambil dari satu subjek penelitian setidaknya berjumlah 2. Data yang telah dikumpulkan dapat dipresentasikan dalam bentuk tabel seperti contoh di bawah ini Subjek
Nilai
Siswa 1
01
02
Siswa 2
01
02
Siswa 3
01
02
hasil observasi
Ilustrasi diatas digunakan pada penelitian sederhana yang hanya melibatkan 2 variabel atau untuk memprediksi satu hasil penelitian dengan satu variabel sebagai prediktor untuk variabel lainnya. Untuk meneliti hubungan korelasional yang lebih kompleks, peneliti dapat mengumpulkan data dari lebih banyak variabel. Contoh pengumpulan data sederhana dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Penelitian ini melibatkan 10 siswa kelas VII SMP.Tujuan penelitian adalah untuk menjelaskan satu atau beberapa faktor yang mempengaruhinilai rata-rataIPS pada semester satu (Y). Dari hasil kajian penelitian terdahulu tiga prediktor diidentifikasi dapat menjelaskan nilai rata-rata pada satu semester yaitu: minat terhadap IPS (X1), skor IQ (X2), dan nilai rata-rata matematika (X3).Dari ketigaprediktor yang ada, peneliti ingin mengidentifikasi faktor atau kombinasi faktor manakah yang paling berpengaruh pada nilai rata-rata pada semester satu. Siswa
Nilai IPS
Minat IPS
IQ
Nilai Mat
A
7,9
8,5
114
7,8
B
8,5
9
117
7,5
C
8,0
8,5
113
8,9
D
8,2
8
116
7,2
F
7,4
7,5
115
9,3
IPS SMP K-10
74
G
7,6
7,5
114
8,9
H
8,1
8
114
7,3
Dari data yang ada, dapat disimpulkan bahwa skor minat terhadap IPS memiliki variabilitas lebih tinggi jika dibandingkan dengan skor IQ dan nilai rata-rata matematika pada semester 1. Hal lain yang dapat diamati adalah nilai rata-rata pada semester satuberkorelasi positif dengan minat siswa terhadap IPS dan berkorelasi negatif dengan nilai rata-rata matematika pada semester 1. 5. Analisa data dan tingkat representasi subjek penelitian Tujuan penelitian korelasional adalah untuk menjelaskan derajat asosiasi antar variabel yang ada pada suatu penelitian. Hasil perhitungan statistika yang menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antar variabel tidak mengindikasikan hubungan sebab akibat apapun. Kesimpulan ini mungkin dapat ditarik dari hasil penelitian eksperimental, bukan korelasional. Analisa data dimulai dengan pengkodean data dari semua instrumen yang telah digunakan dan ditempatkan pada satu file komputer. Dari pengumpulan data ini, peneliti dapat mengidentifikasi model penghitungan stastika yang paling sesuai. Pertanyaan pertama yang mungkin muncul dari proses pengumpulan data adalah apakah data terkait secara linear atau kurvalinear. Peneliti dapat menggunakan diagaram pencar (plot) untuk menjawab pertanyaan ini. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah:
Jika hanya satu variabel yang menjadi fokus penelitian, gunakan koefisien korelasi Pearson.
Jika terdapat variabel mediasi yang dapat menjelaskan variabel bebas dan variabel tergantung (dependent) sehingga perlu dikontrol, gunakan koefisien korelasi parsial.
Jika penelitian bertujuan untuk meneliti lebih dari satu variabel bebas untuk menjelaskan variabilitas pada satu variabel tergantung (dependent), gunakan koefisien multiple regression.
IPS SMP K-10
75
Berdasarkan jenis penghitungan statistik yang paling sesuai dengan jenis penelitian, selanjutnya, peneliti harus menghitung signifikansi hasil statistik berdasarkan skor-skor yang diperoleh subjek penelitian. Contohnya, nilai p (probabilitas) diperoleh dari analisa bivariat dengan cara sebagai berikut:
Menentukan level alfa (alpha level)
Menentukan nilai kritis dari tabelr, dapat dilihat di buku statistika
Menggunakan derajat kebebasan (df) dengan N=2 pada tabel tersebut
Menghitung koefisien r dan membandingkannya dengan nilai kritis r.
Menolak hipotesis nol pada nilai signifikansi tertentu, seperti pada p < 0,05
6. Menafsirkan hasil penelitian Langkah akhir dari pelaksanaan penelitian korelasional adalah penafsiran hasil penelitian. Hal utama yang harus menjadi fokus peneliti adalah menindaklanjuti apakah data penelitian mendukung teori, hipotesa, atau rumusan masalah yang ada. Peneliti juga perlu mempertimbangkan apakah penelitian yang telah dilakukan menunjukkan hasil yang sama dengan penelitian-penelitian terdahulu atau justru mematahkan teori yang ada. Analisa terhadap hambatan yang muncul dalam penelitian juga perlu dijelaskan agar dapat menjadi bahan pertimbangan bagi peneliti selanjutnya.
D. AKTIVITAS PEMBELAJARAN Agar peserta lebih memahami uraian materi diatas, lakukanlah aktivitas-aktivitas pembelajaran dibawah ini. Aktivitas Pembelajaran 10.1 Deskripsikan secara singkat karakteristik dari masing-masing desain penelitian eksperimen, baik berbentuk desain antar kelompok maupun desain dalam kelompok. Gunakan Lembar Kerja 10.1 untuk mengerjakannya.
LEMBAR KERJA 10.1: Desain Penelitian Eksperimen
IPS SMP K-10
76
Desain Eksperimen Antar Kelompok Eksperimen rill:
Eksperimen semu:
Eksperimen faktorial:
Desain Eksperimen Dalam Kelompok Eksperimen rangkaian waktu:
Eksperimen pengkuran berulang:
Aktivitas Pembelajaran 10.2. Uraikan secara singkat langkah-langkah dari penelitian eksperimen. Gunakanlah Lembar Kerja 10.2 untuk mengerjakannya.
LEMBAR KERJA 10.2:Langkah-Langkah Penelitian Eksperimen Langkah 1:
IPS SMP K-10
77
Langkah 2:
Langkah 3:
Langkah 4:
Langkah 5:
Langkah 6:
Langkah 7:
IPS SMP K-10
78
Langkah 8:
Aktivitas Pembelajaran 10.3 Pada aktivitas pembelajaran berikut anda diminta untuk menguraikan 2 jenis penelitian korelasional. Gunakan Lembar Kerja 10.3 untuk mengerjakannya.
LEMBAR KERJA 10.3: Jenis penelitian korelasional Eksplanatori:
Prediksi:
Aktivitas Pembelajarn 10.4 Dalam penelitian korelasional, hubungan antara dua variabel dapat dinyatakan dari segi arah, bentuk, dan kekuatan hubungan. Gunakanlah Lembar Kerja 10.4 untuk menjelaskan masing- masing hubungan tersebut.
LEMBAR KERJA 10.4: Hubungan antar variabel Hubungan antar variabel
Uraian
Arah
IPS SMP K-10
79
Bentuk
Kekuatan
E. LATIHAN
IPS SMP K-10
80
1. Metode penelitian apakah yang tepat untuk digunakan jika peneliti ingin mengetahui dampak dari penerapan pendekatan saintifik terhadap hasil belajar IPS siswa di kota Malang? A. Korelasional B. Eksperimen C. Survey D. Penelitian Tindakan Kelas
2. Jika sebuah eksperimen akan meneliti dampak dari strategi pembelajaran projek terhadap pemahaman materi IPS dimana strategi pembelajaran projek tersebut diterapkan pada tiga kelompok siswa berdasarkan kemampuan ekonomi orang tua (tinggi, sedang, rendah), maka peneliti tersebut menggunakan jenis eksperimen ... A. Faktorial B. Rill C. Semu D. Rangkaian waktu
3. Jika seorang peneliti ingin menginvestigasi efektivitas dari tiga strategi meningkatkan kemampuan bertanya siswa, namun ia hanya dapat mengujicobakan ketiga strategi tersebut pada satu kelas, maka desain eksperimen yang akan dipilih adalah ... A. Single subject B. Interrupted time series C. Equivalent time series D. repeated measures
4. Jika variabel X menunjukkan peningkatan dan variabel Y juga menunjukkan peningkatan, maka dikatakan bahwa X dan Y memiliki hubungan ….
IPS SMP K-10
81
A. B. C. D.
Positif Negatif Kuat Lemah
5. Dibawah ini adalah hal-hal yang bisa diungkap dari hubungan antara 2 variabel, KECUALI … A. B. C. D.
6.
Arah hubungan Bentuk hubungan Kekuatan hubungan Jumlah hubungan
Untuk mengetahui dengan cepat bentuk hubungan antara dua variabel peneliti dapat menggunakan ... A. Matriks B. Diagram plot C. Diagram Pie D. Histogram
7.
Jika variabel terikat adalah skor hasil tes, sementara variabel bebasnya adalah gender, maka hubungan antara kedua variabel dihitung dengan menggunakan koefisien … A. B. C. D.
Product moment Point biserial Spearman rho Chi-square
8. Jika koefisien korelasi product moment dari dua variabel adalah 0,84, maka dikatakan kedua variabel tersebut memiliki derajat hubungan yang … A. Lemah B. Sedang C. Kuat D. Sangat kuat 9. Jika koefisien korelasi variabel dan Y adalah 0,8 (r =0, 8), berapakah proporsi perubahahan (variability) dari Y yang dapat dijelaskan oleh X? A. 16 %
IPS SMP K-10
82
B. 48 % C. 64 % D. 72 % 10. Besarnya nilai koefisien korelasi antara dua variabel, tidak serta merta menunjukkan adanya hubungan, adanya hubungan antara dua variabel harus ditunjukkan oleh probabilitas pada angka ... A. < 0,05 B. < 0,10 C. < 0,15 D. < 0, 25
F. RANGKUMAN
G. UMPAN BALIK/TINDAK LANJUT H. KUNCI JAWABAN 1.
B
2.
A
3.
D
4.
A
5.
D
6.
B
7.
B
8.
C
9.
C
10. A
IPS SMP K-10
83
Kegiatan Belajar 4
Analisis Data Kualitatif 2 (Lanjut) Oleh: I Nyoman Ruja Tujuan Tujuan disusunnya modul diklat ini adalah untuk panduan belajar bagi guru-guru matapelajaran IPS dalam belajar Penelitian Kualitatif. Manfaat dari modul Penelitian Kualitatif ini antara lain dapat digunakan sebagai salah satu referensi dalam meningkatkan kompetensi inti guru-guru matapelajaran IPS yaitu mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan yang reflektif. Indikator Pencapaian Kompetensi Setelah mempelajari modul analisis data kualitatif lanjutan ini, peserta diklat diharapkan dapat memahami indikator esensial yaitu; Menganalisis data penelitian kualitatif yang dijabarkan ke dalam beberapa indikator antara lain; 1. Menjelaskan proses analisis data penelitian kualitatif studi naratif, 2. Menjelaskan proses analisis penelitian kualitatif studi fenomenologi, 3. Menjelaskan proses analisis penelitian kualitatif studi grounded theory, 4. Menjelaskan proses analisis penelitian kualitatif studi etnografi 5. Menjelaskan proses analisis penelitian kualitatif studi studi kasus.
Uraian Materi Analisis dan Penyajian Studi Naratif Riessman (2008) menjelaskan bahwa analisis naratif merujuk pada sekumpulan metode untuk menafsirkan teks yang sama-sama memiliki bentuk paparan. Data yang dikumpulkan dalam studi naratif perlu dianalisis untuk cerita yang dituturkan, kronologi dan peristiwa yang tidak terungkap, dan titik-titik balik atau epiphanies. Dalam sketsa analisis yang luas ini, terdapat beberapa pilihan/opsi untuk penelitian naratif. Seorang peneliti naratif dapat menggunakan orientasi untuk analisisnya. Misalnya, dengan menggunakan cerita tentang pendidikan IPS yang dituturkan oleh
IPS SMP K-10
84
beberapa siswa di sebuah sekolah SMP. Yussen dan Ozcan (1997) Creswell (2014), Denzin (2009) melibatkan beberapa pendekatan untuk analisis naratif. Salah satu pendekatan itu adalah proses yang disajikan oleh yang melibatkan analisis data lima unsur dan struktur alur yaitu; a. Karakter, b. Setting, c. Aksi, d. Problem, dan e. Resolusi. Seorang peneliti naratif dapat menggunakan pendekatan yang melibatkan beragam unsur yang masuk dalam cerita tersebut. Pendekatan ruang tiga-dimensi dari Clar Connelly (2000) Creswell (2014), Denzin (2009) mencakup analisis data untuk tiga unsur yakni; a. Personal dan sosial, b. Kontinuitas (masa lalu, masa sekarang, dan masa depan), c. Situasi (tempat fisik/ruang atau tempat dari penutur cerita). Analisis data narasi dari Ollerenshaw dan Creswell dapat melihat unsurunsur yang umum. Dalam analisis naratif mengumpulkan cerita tentang pengalaman personal dalam bentuk teks lapangan seperti wawancara atau percakapan atau menuturkan kembali cerita tersebut berdasarkan pada unsur narasi. Misalnya; pendekatan ruang tiga dimensi dan lima unrur alur, menulis-kembali cerita tersebut menjadi rangkaian kronologis, dan memasukkan lingkungan atau tempat dari pengalaman partisipan/informan kunci. Pendekatan kronoiogis juga dapat digunakan dalam analisis studi naratif. Creswell (2014), Denzin (2009) menyarankan agar seorang peneliti memulai analisis biografis dengan mengidentifikasi seranngkaian pengalaman objektif dalam kehidupan sang subjek. Meminta individu untuk mencatat sketsa tentang kehidupannya juga menjadi titik permulaan yang baik untuk analisis data studi naratif. Pada sketsa tentang kehidupannya, peneliti mencari tahapan atau pengalaman dalam hidup. Misalnya; Masa kanak-kanak, Pernikahan, untuk mengembangkan kronologi dari kehidupan individu. Cerita atau epiphanies akan muncul dari catatan
IPS SMP K-10
85
individu tersebut atau dari hasil wancara. Peneliti memeriksa database hasil wawancara atau dokumen untuk bahan biografis yang konkret dan kontekstual. Selama wawancara, peneliti mendorong partisipan/informan kunci untuk lebih menjelajah beragam bagian dan cerita dan meminta partisipan/informan kunci untuk membuat teori tentang kehidupannya. Teori tersebut juga berhubungan dengan model karier, proses dalam perjalanan hidup, model dunia sosial, model biografi relasional, dan model sejarah alamiah tentang perjalanan hidup. Peneliti kemudian, mengorganisasikan pola yang lebih besar dan memaknai segmen dan kategori narasi tersebut. Terakhir, biografi sang individu dikonstruksi, dan peneliti mengidentifikasi faktor yang telah memt tuk kehidupan tersebut. Hal ini mengantar pada penulisan tentang abstraksi analisis dari kasus tersebut yang memperlihatkan antara lain; a. Proses dalam kehidupan sang individu, b. Beragam teori yang berkaitan dengan pengalaman kehidupan. c. Ciri unik dan umum dari kehidupan tersebut. Pendekatan lain dalam analisis studi naratif berfokus pada bagaimana peran naratif disusun. Gee (1991), Riessman (2008), Chan (2010), Creswell (2014), Denzin (2009) mengemukakan empat tipologi strategi analisis yang merefleksikan keragaman dalam menyusun cerita. Pertama analisis ini oleh ahli studi narasi disebut dengan analisis tematis. Analisis ini dilakukan ketika peneliti menganalisis (apa) yang dibicarakan atau ditulis selama pengumpulan data. Dia berkomentar bahwa pendekatan ini adalah bentuk yang paling populer dari studi naratif. Bentuk kedua dalam tipologi disebut bentuk struktural, dan hal ini menekankan (bagaimana) cerita dituturkan. Hal ini melibatkan analisis linguistik di mana individu yang mengelurkan cerita tersebut menggunakan bentuk dan bahasa untuk mencapai efek tertentu. Analisis diskursus, berdasarkan pada metoda yang mengkaji paparan dari individu untuk unsur-unsur seperti rangkaian pengucapan, nada suara, dan intonasi. Bentuk ketiga adalah analisis dialogis/penampilan di mana pembicaraan dihasilkan secara interaktif oleh peneliti dan partisipan/informan kunci atau secara aktif ditampilkan oleh partisipan melalui aktivitas seperti pembacaan puisi atau permainan drama. Bentuk keempat adalah analisis visual terhadap gambar atau menafsirkan gambar yang menyertai kata-kata. Analisis ini juga dapat berupa suatu cerita tentang IPS SMP K-10
86
produksi gambar atau gaimana beragam audiensi melihat gambar tersebut. Analisis Data Fenomenologis Analisis data fenomenologi memiliki metode-metode analisis yang terstruktur dan spesifik. Metode ini dikembangkan oleh ahli fenomenologi Moustakas. Moustakas mengulas beberapa pendekatan yang dimodifikasi dengan metode Stevick-Colaiz sehingga menyediakan pendekatan yang praktis dan berguna. Terdapat juga analisis versi yang lebih sederhana Moustakas (1994), Creswell (2014), Denzin (2009) antara lain; a. Mendeskripsikan pengalaman personal dengan fenomena yang sedang dipelajari. Peneliti mulai dengan deskripsi utuh tentang pengalamannya. Hal ini merupakan usaha untuk menyingkirkan pengalaman pribadi peneliti (yang tidak dapat dilakukan sepenuhnya) sehingga fokus dapat diarahkan pada partisipan/informan kunci. b. Membuat daftar pernyataan penting. Peneliti kemudian menemukan pernyataan (dalam wawancara atau sumber data yang lain) tentang bagaimana individu mengalami topik tersebut, mendaftar pernyataan penting dan mengasumsikan bahwa masing-masing pernyataan memiliki nilai yang setara. c. Mengambil pernyataan penting, kemudian mengelompokkannya menjadi unit informasi yang lebih besar, yang disebut unit makna atau tema. d. Menulis deskripsi tentang apakah yang dialami oleh partisipan dengan fenomena tersebut. Hal mi disebut deskripsi tekstural. e. Menulis deskripsi tentang bagaimana pengalaman terse- but terjadi. Langkah ini sering disebut dengan deskripsi structural. Pada langkah ini peneliti membahas tentang latar dan konteks di mana fenomena tersebut dialami. f. Menulis deskripsi gabungan tentang fenomena tersebut dengan memasukkan deskripsi tekstural dan deskripsi struktural. Bagian ini merupakan esensi dari pengalaman tersebut dan menanpilkan aspek puncak dari studi fenomenologis. Biasanya berupa paragraf yang menuturkan pada pembaca apa yang dialami partisipan dengan fenomena tersebut dan bagaimana mereka mengalaminya. Riemen (1986) Moustakas (1994), Giorgi (2009), Creswell (2014), Denzin (2009) membahas bagaimana para peneliti membaca untuk memaknai data. Baik secara keseluruhannya, menentukan satuan-satuan makna, mentransformasi IPS SMP K-10
87
ekspresi dari para partisipan/ informan kunci menjadi ekspresi yang sensitif secara psikologis. Kemudian menulis deskripsi tentang ―esensi‖ fenomena tersebut. Van Manen (1990), Creswell (2014), Denzin (2009) memberikan penekanan pada bagaimana usaha memperoleh pemahaman tentang tema dengan bertanya, apa..? Proses tersebut dimulai dengan memahami keseluruhan teks (pendekatan pembacaan holistik), mencari pernyataan atau frasa (pendekatan seleksi atau penyorotan), dan mempelajari setiap kalimat (pendekatan detail atau baris perbaris). Memahami empat panduan refleksi juga penting yaitu; Ruang yang dirasakan oleh individu (misalnya, bank modern, pasar tradisional, sekolah yang maju). Kehadiran fisik atau jasmani (misalnya, terlihat seperti apakah seseorang yang dang jatuh cinta, orang yang sedang sedih, orang yang sedang marah). Waktu (misainya, dimensi dan masa lalu, masa sekarang, dan masa depan). Hubungan dengan orang lain misalnya, diekspresikan melalui jabat tangan, mengucapkan kata salam. Mengnalisis data untuk tema menggunakan beragam pendekatan untuk mempelajari informasi, dan memikirkan panduan refleksi untuk menghasilkan struktur makna yang eksplisit dari pengalaman hidup partisipan/ informan kunci.
Analisis dan Penyajian Data Grounded Theory Serupa dengan fenomenologi, grounded theory menggunakan prosedur analisis yang detail. Menurut Strauss dan Corbin (1990), Denzin 2009) Grounded theory terdiri dari tiga fase pengodean yaitu; a. Coding terbuka. b. Coding aksial. c. Coding selektif. Grounded theory menyediakan prosedur untuk mengembangkan kategori informasi (coding terbuka), saling menghubungkan tegori (coding selektif), dan mengakhirinya dengan serangkain proposisi teoretis. Fase coding terbuka, peneliti mempelajari teks (transkrip, catatan lapangan, dokumen) untuk kategori formasi yang menonjol yang didukung oleh teks tersebut. Mengunakan pendekatan komparatif konstan, peneliti berusaha menjenuhkan kategori, untuk mencari contoh yang menyajikan kategori tersebut dan terus mengamati (dan mewawancarai) hingga informasi baru yang diperoleh tersebut tidak
IPS SMP K-10
88
menyediakan pemahaman lebih lanjut ke dalam kategori itu. Kategori ini tersusun dari sub-sub kategori, yang disebut properti, yang menyajikan beragam perspektif tentang kategori tersebut. Properti, pada gilirannya, didimensionalisasi dan disajikan sebagai kontinum. Secara keseluruhan ini adalah proses mereduksi database menjadi serangkaian kecil tema atau kategori yang mencirikan proses aksi yang sedang diteliti dalam studi grounded theory. Ketika serangkaian awal kategori telah dikembangkan, peneliti mengidentifikasi kategori tunggal dan daftar coding terbuka bagai fenomena sentralnya. Kategori coding terbuka yang dipilih untuk tujuan ini adalah kategori yang banyak dibahas oleh partisipan atau kategori yang memiliki daya tarik konsep tertentu karena kategori tersebut tampak sentral pada proses yang sedang dipelajari dalam grounded theory. Secara spesifik, peneliti terlibat dalam proses pengodean. Yang disebut coding aksial di mana database tersebut diulas (atau data baru dikumpulkan) untuk menyediakan pengetahuan tentang kategori coding spesifik yang berkaitan dengan atau menjelaskan fenomena sentral. Informasi dari fase coding kemudian dikategorganisasikan ke dalam bagan, paradigma pengodean, yang menampilkan model teoretis dari proses yang sedang diteliti. Dalam cara ini, teori akan dibentuk. Dan teori tersebut, peneliti membuat proposisi (atau hipotesis) atau rnyataan yang saling menghubungkan kategori dalam paradigma coding. Kategori ini disebut coding selektif. Terakhir, pada level analisis yang paling luas, peneliti dapat menciptakan matriks kondisional. Matriks ini merupakan alat bantu analitis. Atau diagram yang membantu peneliti memvisualisasikan beragam kondisi dan konsekuensi (misalnya, masyarakat, dunia) yang terkait dengan fenomena sentral Strauss & Corbin, 1990, Denzin, 2009. Satu kunci untuk memahami perbedaan pada analisis data grounded theory adalah dengan mendengar kenyataannya: hindari memaksakan kerangka. Charmaz menekankan proses baru dalam pembentukan teori langkah analisisnya dimulai dengan fase awal pengodean masing- masing kata, baru, atau segmen data. Pada tahap awal ini, kode awal tersebut ditangani secara analitis untuk memahami proses dan kategori teoretis yang lebih besar. Fase awal diikuti dengan coding terfokus,
IPS SMP K-10
89
menggunakan kode awal untuk bergerak melalui banyak data, menganalisis sintesis dan penjelasan yang lebih luas. Dia tidak mendukung prosedur formal coding aksial dari Strauss dan Corbin (1998), Creswell (2014), Denzin (2009) yang mengorganisasikan menjadi kondisi, aksi/interaksi, konsekuensi, dan seterunya. Akan tetapi, Charmaz (2006) juga mempelajari kategori dan ngembangkan hubungan di antara kategori tersebut. Penggunaan coding teoretis, yang pertama kali dikembangkan oleh Glaser (1978). Tahap ini melibatkan penentuan hubungan yang mungkin antara kategori berdasarkan pada kelpok coding a priori (misalnya, sebab, konteks, pengurutan).! tetapi, Charmaz (2006) kemudian mengatakan bahwa kode teoretis perlu menemukan jalanya ke dalam grounded theory. Teori yang muncul tersebut, menurut Charmaz, menekan kan pemahaman daripada penjelasan. Teori itu memiliki beragam realitas yang bersifat baru; hubungan dan fakta dan nilai; informasi sementara; dan narasi tentang kehidupan sosial sebagai proses. Teori itu dapat disajikan sebagai bagan atau sebagai narasi yang menyatukan pengalaman dan memperlihatkan keragaman makna. Bentuk spesifik untuk menyajikan grounded theory sangat beragam. Menyajikan pembahasan tentang model teoretis gaimana ditampilkan dalam bagan dengan tiga fase. Dalam Studi yang dilakukan Harley, analisisnya dimulai dengani mengutip Strauss dan Corbin (1998) dan kemudian menciptakan kodede, mengelompokkan kode menjadi konsep, dan membentuk kerangka teoretis. Langkah yang spesifik dari coding terbuka.
Analisis dan Penyajian Etnografis Riset etnografis, merekomendasikan tiga aspek analisis data yang dikembangkan oleh Wolcott (1994): deskripsi, analisis, dan penafsiran tentang kelompok berkebudayaan sama. Salah satu titik-tolak yang baik untuk menulis etnografi adalah dengan mendeskripsikan kelompok berkebudayaan-sama tersebut dan lingkungannya. Melalui perspektif interpretatif, peneliti hanya dapat menyajikan satu rangkaian fakta; fakta lain dan penafsirannya menunggu bacaan etnografi tersebut oleh partisipan dan yang lain. Akan tetapi, deskripsi dapat dianalisis dengan menyajikan
IPS SMP K-10
90
informasi dalam urutan kronologis. Peneliti membuat deskripsi dengan cara semakin memfokuskan deskripsi tersebut atau menyusun rencana cerita satu hari dalam kehidupan dan kelompok atau individu tersebut. Terakhir, teknik lain melibatkan fokus pada peristiwa kritis atau penting, mengembangkan cerita lengkap dengan alur dan karakter, menulisnya sebagai misteri, mempelajari kelompok yang sedang berinteraksi; mengikuti kerangka analisis, atau memperlihatkan beragam perspektif melalui pandangan dari partisipan/informan kunci. Analisis ini meIibatkan penyorotan bahan spesifik yang dimasukkan dalam fase deskriptif atau menampilkan temuan melaiui tabel, grafik, diagram, bagan. Peneliti juga menganalisis dengan menggunakan prosedur sistematis seperti yang dikembangkan oieh Spradley (1979), yang menyarankan pembentukan taksonomi, pembuatan tabel. Prosedur analisis yang paling populer, yang juga disebutkan ( Wolcott (1994), adalah pencarian keteraturan berpola dalam bentuk analisis lain di antaranya adalah dengan membandingkan kelompok kebudayaan di suatu tempat dengan yang lain, mengevaluasi kelompok tersebut dalam sudut pandang standar, dan hubungan antara kelompok berkebudayaan sama tersebut kerangka teoretis yang lebih besar. Langkah analisis lain diantaranya adalah dengan mengkritisi proses riset dan mengusulkan perancangan kembali suatu studi tertentu. Membuat penafsiran etnografis tentang kelompok berkebudayaan sama juga merupakan rangkaian langkah transformasi data. Di sini peneliti keluar dari database dan menyelidiki apa yang dihasilkan dari database (Wolcott, 1999). Peneliti membuat spekulasi penafsiran komparatif yang memunculkan keraguan atau pertanyaan dari pembaca. Peneliti menarik kesimpulan data atau beralih pada teori untuk menyediakan struktur bagi penafsirannya.
Analisis Studi Kasus Analisis pada studi kasus berupa pembuatan deskripsi detail tentang kasus dan settingnya. Lebih lanjut, masalah setting atau lingkungan sangat penting. Dalam studi kasus menganalisis informasi untuk menentukan bagaimana insiden tertentu dihubungkan dengan settingnya yakni, situasi suatu komunitas yang sedang diteliti. Di samping itu Stake (1995) Creswell (2014), Denzin (2009) mendukung empat bentuk analisis dari IPS SMP K-10
91
penafsiran data dalam riset studi kasus. Dalam pengelompokan kategorikal, peneliti mencari kumpulan contoh dan data tersebut, berharap bahwa makna yang relevan akan muncul. Dalam penafsiran langsung di sisi lain, peneliti studi kasus melihat satu contoh tunggal dan menarik makna darinya tanpa mencari beragam contoh. Hal ini merupakan proses memisah-misahkan data dan mengumpulkannya dalam caracara yang lebih bermakna. Selain itu, peneliti menetapkan pola dan berusaha menemukan korespondensi antara dua atau lebih kategori. Korespondensi ini dapat berbentuk tabel, memperlihatkan hubungan antara dua kategori. Yin (2009), Creswell (2014), Denzin (2009) mengajukan sintesis lintas-kasus sebagai salah satu teknik analisis ketika peneliti mempelajari dua atau lebih kasus. Dikemukakan bahwa tabel kata dapat dibuat untuk menampilkan data dan kasus individual menurut sebagian kerangka yang seragam. Implikasi dan hal ini adalah peneliti kemudian dapat mencari persamaan dan perbedaan di antara kasus tersebut. Terakhir, peneliti mengembangkan generalisasi naturalistik dan analisis data tersebut, generalisasi yang dipelajari oleh masyarakat dan kasus tersebut baik untuk din mereka sendiri atau untuk diterapkan pada berbagai kasus yang lain. Langkah analisis ini, akan menambahkan deskripsi tentang kasus tersebut, pandangan detail tentang aspek di seputar kasus tersebut yaitu fakta. Studi kasus mendeskripsikan peristiwa yang terjadi setelah suatu insiden terjadi, menyoroti pemain utama, tempat, dan aktivitas. Kemudian mengelompokkan data tersebut menjadi beberapa kategori (agregasi kategorikal), kemudian menyederhanakan menjadi beberapa tema. Di bagian akhir dari studi tersebut, mengembangkan generalisasi tentang kasus tersebut dalam sudut pandang tema dan bagaimana mereka dibandingkan dan dikontraskan dengan literatur terkait.
Latihan Setelah membaca dan memahami uraian materi di atas, untuk lebih menguasai materi maka kerjakanlah latihan berikut: 1. Jelaskan proses analisis data penelitian kualitatif studi naratif, 2. Jelaskan proses analisis penelitian kualitatif studi fenomenologi, 3. Jelaskan proses analisis penelitian kualitatif studi grounded theory, IPS SMP K-10
92
4. Jelaskan proses analisis penelitian kualitatif studi etnografi 5. Jelaskan proses analisis penelitian kualitatif studi kasus.
Rangkuman Berdasarkan uraian dan pembahasan pada analisis data penelitian kualitatif lanjutan kegiatan belajar 4 di atas, dapat dikemukakan butir-butir rangkuman sebagai berikut; 1. Analisis data kualitatif studi naratif merujuk pada sekumpulan metode untuk menafsirkan teks yang sama-sama memiliki bentuk paparan. Data yang dikumpulkan dalam studi naratif perlu dianalisis untuk cerita yang dituturkan, kronologi dan peristiwa yang tidak terungkap, dan titik-titik balik atau epiphanies. Dalam sketsa analisis yang luas ini, terdapat beberapa pilihan/opsi untuk penelitian naratif. Seorang peneliti naratif dapat menggunakan orientasi untuk analisisnya. Misalnya, dengan menggunakan cerita tentang pendidikan IPS yang dituturkan oleh beberapa siswa di sebuah sekolah SMP. Yussen dan Ozcan (1997) Creswell (2014), Denzin (2009) melibatkan beberapa pendekatan untuk analisis naratif. Salah satu pendekatan itu adalah proses yang disajikan oleh yang melibatkan analisis data lima unsur dan struktur alur yaitu; a. Karakter, b. Setting, c. Aksi, d. Problem, dan e. Resolusi. Seorang peneliti naratif dapat menggunakan pendekatan yang melibatkan beragam unsur yang masuk dalam cerita tersebut. Pendekatan ruang tiga-dimensi mencakup analisis data untuk tiga unsur yakni; a. Personal dan sosial, b. Kontinuitas (masa lalu, masa sekarang, dan masa depan), IPS SMP K-10
93
c. Situasi (tempat fisik/ruang atau tempat dari penutur cerita). 2. Analisis data kualitatif studi fenomenologi memiliki metode-metode analisis yang terstruktur dan spesifik. Metode ini dikembangkan oleh ahli fenomenologi yang dimodifikasi sehingga menyediakan pendekatan yang praktis dan berguna. Analisis yang dimaksud adalah; a. Mendeskripsikan pengalaman personal dengan fenomena yang sedang dipelajari. Peneliti mulai dengan deskripsi utuh tentang pengalamannya. Hal ini merupakan usaha untuk menyingkirkan pengalaman pribadi peneliti (yang tidak dapat dilakukan sepenuhnya) sehingga fokus dapat diarahkan pada partisipan/informan kunci. b. Membuat daftar pernyataan penting. Peneliti kemudian menemukan pernyataan (dalam wawancara atau sumber data yang lain) tentang bagaimana individu mengalami topik tersebut, mendaftar pernyataan penting dan mengasumsikan bahwa masing-masing pernyataan memiliki nilai yang setara. c. Mengambil pernyataan penting, kemudian mengelompokkannya menjadi unit informasi yang lebih besar, yang disebut unit makna atau tema. d. Menulis deskripsi tentang apakah yang dialami oleh partisipan dengan fenomena tersebut. Hal ini disebut deskripsi tekstural. e. Menulis deskripsi tentang bagaimana pengalaman terse- but terjadi. Langkah ini sering disebut dengan deskripsi structural. Pada langkah ini peneliti membahas tentang latar dan konteks di mana fenomena tersebut dialami.
IPS SMP K-10
94
f. Menulis deskripsi gabungan tentang fenomena tersebut dengan memasukkan deskripsi tekstural dan deskripsi struktural. Bagian ini merupakan esensi dari pengalaman tersebut dan menanpilkan aspek puncak dari studi fenomenologis. Biasanya berupa paragraf yang menuturkan pada pembaca apa yang dialami partisipan dengan fenomena tersebut dan bagaimana mereka mengalaminya. 3. Prosedur analisis data pada grounded theory terdiri dari tiga fase pengodean yaitu; a. Coding terbuka. b. Coding aksial. c. Coding selektif. Grounded theory menyediakan prosedur untuk mengembangkan kategori informasi (coding terbuka), saling menghubungkan tegori (coding selektif), dan mengakhirinya dengan serangkain proposisi teoretis ( coding Selektif). 4. Prosedur analisis yang paling popular pada analisis data studi etnografis, adalah pencarian keteraturan berpola dalam bentuk analisis lain di antaranya adalah dengan membandingkan kelompok kebudayaan di suatu tempat dengan yang lain, mengevaluasi kelompok tersebut dalam sudut pandang standar, dan hubungan antara kelompok berkebudayaan sama tersebut kerangka teoretis yang lebih besar. Langkah analisis lain diantaranya adalah dengan mengkritisi proses riset dan mengusulkan perancangan kembali suatu studi tertentu. Membuat penafsiran etnografis tentang kelompok berkebudayaan sama juga merupakan
IPS SMP K-10
95
rangkaian langkah transformasi data. Di sini peneliti keluar dari database dan menyelidiki apa yang dihasilkan dari database (Wolcott, 1999). Peneliti membuat spekulasi penafsiran komparatif yang memunculkan keraguan atau pertanyaan dari pembaca. Peneliti menarik kesimpulan data atau
beralih pada teori untuk menyediakan struktur bagi penafsirannya.
5. Analisis data kualitatif pada studi kasus berupa pembuatan deskripsi detail tentang kasus dan settingnya. Lebih lanjut, masalah setting atau lingkungan sangat penting. Dalam studi kasus menganalisis informasi untuk menentukan bagaimana insiden tertentu dihubungkan dengan settingnya yakni, situasi suatu komunitas yang sedang diteliti. Di samping itu mendukung empat bentuk analisis dari penafsiran data dalam riset studi kasus. Dalam pengelompokan kategorikal, peneliti mencari kumpulan contoh dari data tersebut, berharap bahwa makna yang relevan akan muncul. Dalam penafsiran langsung di sisi lain, peneliti studi kasus melihat satu contoh tunggal dan menarik makna darinya tanpa mencari beragam contoh. Hal ini merupakan proses memisahmisahkan data dan mengumpulkannya dalam cara-cara yang lebih bermakna. Selain itu, peneliti menetapkan pola dan berusaha menemukan korespondensi antara dua atau lebih kategori. Korespondensi ini dapat berbentuk tabel, memperlihatkan hubungan antara dua kategori.
IPS SMP K-10
96
Kegiatan Belajar 5
Pengembangan Instrumen Penelitian Sosial danTeknik Pengumpulan Data I Nyoman Ruja
Tujuan Tujuan disusunnya modul diklat ini adalah untuk panduan belajar bagi guru-guru matapelajaran IPS dalam belajar Penelitian Kualitatif. Manfaat dari modul Penelitian Kualitatif ini antara lain dapat digunakan sebagai salah satu referensi dalam meningkatkan kompetensi inti guru-guru matapelajaran IPS yaitu mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan yang reflektif.
Indikator Pencapaian Kompetensi Setelah mempelajari modul Penelitian kualitatif ini, peserta diklat diharapkan dapat memahami indikator esensial yaitu; Menulis butir Instrumen kuesioner sesuai kaidah penelitian kualitatif yang dijabarkan ke dalam beberapa indikator antara lain; 1. Menjelaskan pengertian instrument penelitian kualitatif. 2. Mendeskripsikan cirri-ciri peneliti sebagai instrumen kunci dalam penelitian kualitatif. 3. Menjelaskan bila mana wawancana mendalam sangat baik dilakukan dalam penelitian kualitatif. 4. Menjelaskan tiga kelemahan wawancara mendalam pada penelitian kualitatif.
Uraian Materi Instrumen Penelitian kualitatif Penelitian kualitatif memiliki ciri yang khas yaitu peneliti sebagai instrument, bahkan peneliti merupakan alat utama dalam penelitian(key instrument). Hal ini dilakukan karena sesuai dengan paradigma penelitian kualitatif yaitu paradigma fenomenologis, interaksi simbolik dan berkaitan dengan kebudayaan.
IPS SMP K-10
97
Oleh karena itu sangat tepat peranan peneliti sebagai instrumen mengingat objek material yang diteliti adalah terkait dengan kualitas yang sifatnya kompleks dan holistik. Dalam penelitian kualitatif yang diungkap dan digali adalah nilai (values), makna serta kualitas yang harus dipahami dan dianalisis melalui peranan akal manusia, sehingga peranan peneliti Sebagai instrumen menjadi sangat sentral. Peneliti sebagai instrumen secara epistemologis akan menentukan hubungan subjek dan objek penelitian yang realitasnya berupa makna karena harus dipahami, diinterpretasi, dihayati dan ditafsirkan secara utuh dan menyeluruh. Peneliti dalam penelitian kualitatif sebagai instrumen berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpu1an data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data dan membuat suatu kesimpulan atas temuan dalam penelitiannya. Sebagaimana dipahami bahwa dalam penelitian kualitatif memiliki asumsi bahwa realitas sebagai objek penelitian itu adalah bersifat kompleks dan holistik dinamis dan memiliki dimensi ganda. Segala sesuatu yang akan dicari dari objek penelitian masih belum dapat ditentukan secara pasti. Konsekuensinya setelah peneliti melakukan penelitian masalah penelitian serta sumber datanya dapat berkembang (Sugiyono, 2008, Fatchan 2011). Dalam pengertian inilah maka pada penelitian kualitatif peneliti sebagai instrument kunci (the researcher is the key instrument). Pengertian manusia sebagai instrument (human instrument) dapat dipahami sebagai alat yang utama dalam mengungkap fakta-fakta dalam penelitian. Nampaknya tidak ada alat yang paling fleksibel untuk mengungkap data kualitatif kecuali peneliti itu sendiri. Manusia sebagai instrumen dalam pengumpulan data memberikan keuntungan, karena dapat bersifat fleksibel dan adaptif, serta dapat menggunakan alat inderanya dalam memahami sesuatu fenomena di lapangan (Lincoln dan Guba, 1985, Denzin 2009, Creswell, 2014). Pernyataan peneliti sebagai instrumen kunci dikatakan oleh Bogdan dan Bikien (1982), sebagai berikut: Qualitative research has the natural setting as the direct source of data and the researcher is the key instrument. Jadi peneliti dalam penelitian kualitatif mempunyai setting yang alami sebagai sumber langsung dan peneliti itu adalah merupakan instrumen kunci. Pengertian instrumen kunci adalah bahwa peneliti pada hakikatnya sebagai alat utama dalam pengumpulan data.
IPS SMP K-10
98
Peneliti dalam penelitian kualitatif memiliki keleluasaan yang bertanggungjawab untuk mengembangkan penelitian berdasarkan etika dan fisibilitas kondisi lapangan yang terealisasikan dalam rancangan yang bersifat emergent. Berdasarkan pada suatu alasan bahwa penelitilah yang memiliki judgement yang tepat untuk menilai apakah rancangan perlu direvisi sesuai dengan situasi dan kondisi lapangan, atau rancangan tetap seperti semula. Tentunya pertimbangan akan didasarkan pada temuan-temuan yang dijadikan skala prioritas atau keunikan suatu temuan. Kenyataan dalam praktek penelitian kualitatif di lapangan. Meskipun peneliti sebagai instrumen kunci namun selanjutnya setelah fokus penelitian menjadi jelas maka, kemungkinan dapat dikembangkan instrumen penelitian sederhana. Hal ini diharapkan dapat melengkapi data dan membandingkan dengan data yang telah ditemukan melalui observasi dan wawancara. Peneliti akan terjun ke lapangan sendiri, baik pada pengambilan data (grand tour question), tahap memfokuskan dan seleksi data (focused and selection), melakukan pengumpulan data lanjutan, analisis data dan membuat kesimpulan (Sugiyono, 2008, Creswell, 2014). Hanya peneliti sebagai instrumen yang dapat memahami makna interaksi antar manusia, membaca ekspresi muka, menyelami perasaan dan mengungkap nilai yang terkandung dalam ucapan, gerak dan perbuatan responden. Bahkan dalam penelitian kepustakaan dan budaya peneliti sebagai instrumen dapat mengungkap makna yang terkandung dalam objek data. Misalnya bahasa, simbol, kaidah dan tanda. Sebagai instrument, peneliti membuat sendiri seperangkat alat observasi, pedoman wawancara, dan pedoman penilaian dokumentasi yang digunakan sebagai panduan umum dalam proses pencatatan. Karakteristik fleksibelitas itulah yang menyebabkan peneliti diposisikan sebagai instrument kunci (keyinstrument) yang tidak bisa digantikan. Menurut Nasution (1988), Denzin (2009), Creswell (2014) ciri-ciri peneliti sebagai instrumen kunci dalam penelitian kualitatif antara lain; 1. Peneliti sebagai alat peka dan dapat bereaksi terhadap Segala stimulus dan lingkungan yang harus diperkirakannya bermakna atau tidak bagi penelitian. 2. Peneliti sebagai instrumen dapat menyesuaikan diri terhadap semua aspek keadaan dan IPS SMP K-10
99
dapat mengumpulkan aneka ragam data sekaligus. 3. Tiap situasi merupakan suatu keseluruhan, karena tidak ada suatu instrumen berupa tes atau angket yang dapat menangkap keseluruhan situasi. 4. Suatu situasi yang melibatkan interaksi manusia, tidak dapat dipahami dengan pengetahuan semata. Untuk memahaminya kita perlu sering merasakannya, menyelaminya berdasarkan pengetahuan yang dimiliki. 5. Peneliti sebagai instrumen dapat segera menganalisis data yang diperoleh. Dapat menafsirkannya, melahirkan hipotesis kerja dengan segera, untuk selanjutnya menentukan cara pengamatan berikutnya. 6. Hanya manusia sebagai instrumen dapat mengambil kesimpulan berdasarkan data yang dikumpulkan pada suatu saat dan menggunakan segera sebagai balikan untuk memperoleh penegasan, perubaan dan perbaikan. Kedudukan penelti Sebagai instrumen, bahkan instrumen utama menegaskan sifat khas penelitian kualitatif secara epistemologis. Artinya suatu penelitian adalah suatu kegiatan untuk menemukan dan mengungkapkan suatu fakta dan realitas yang sifatnya tidak semata-mata empiris, melainkan berupa suatu kualitas yang melekat pada suatu objek penelitan yang sifatnya kompleks, holistik, ganda dan tidak dapat diukur dengan parameter matematis. Realitas ini hanya dapat ditemukan dan dipahami oleh manusia melalui akal budinya. Oleh karena itu proses pemahaman, penghayatan, interpretasi dan penafsiran menjadi sangat penting dalam penelitan kualitatif. Hal ini hanya dapat dicapai melalui kemampuan akal manusia, sehinga dalam hubungan inilah manusia merupakan suatu instrumen utama dalam penelitian kualitatif. Teknik Pengumpulan Data Data kualitatif berbentuk deskriptif, berupa kata-kata lisan atau tulisan tentang tingkah laku manusia yang dapat diamati Patton ( 1990), Taylor dan IPS SMP K-10
100
Bogdan (1984), Denzin ( 2009), Creswell
( 2014) data kualitatif dapat dipilah
menjadi tiga jenis yaitu; 1. Hasil pengamatan: uraian rinci tentang situasi, kejadian, interaksi, dan tingkah laku yang diamati di lapangan. 2. Hasil pembicaraan: kutipan langsung dari pernyataan partisipan/instrument kunci, sikap, keyakinan, dan pemikiran mereka dalam kesempatan wawancara mendalam 3. Bahan tertulis: petikan atau keseluruhan dokumen, surat menyurat, rekaman, dan kasus sejarah. Denzin ( 2009), Creswell ( 2014), Fatchan (2011 ) menjelaskan bahwa terdapat perbedaan-perbedaan antara data kualitatif dan data kuantitatif; 1. Data kualitatif adalah data mentah dari dunia empiris. Data kualitatif itu berujud uraian terinci, kutipan langsung, dan dokumentasi kasus. Data ini dikumpulkan sebagai suatu cerita terbuka ( open-ended narrative ) , tanpa mencoba mencocokkan suatu gejala dengan kategori baku yang telah ditetapkan sebelumnya 2. Data kualitatif adalah tangkapan atas perkataan subyek penelitian dalam bahasanya sendiri. Pengalaman orang diterangkan secara mendalam, menurut makna kehidupan, pengalaman, dan interaksi sosial dari partisipan/instumen kunci. Dengan demikian peneliti dapat memahami masyarakat menurut pengertian mereka sendiri. Hal ini berbeda dari penelitian kuantitatif, yang membakukan pengalaman responden ke dalam kategorikategori baku peneliti sendiri. Dengan kata lain, peneliti ke lapangan sudah membawa ukuran
IPS SMP K-10
101
untuk memasukkan data yang didapatkan ke dalam katagori-katagori tertentu (etic view). 3. Data kualitatif bersifat mendalam dan rinci, sehingga juga bersifat panjang-lebar. Akibatnya analisis data kualitatif bersifat spesifik, terutama untuk meringkas data dan menyatukannya dalam suatu alur analisis yang mudah dipahami pihak lain. Sifat data ini berbeda dari data kuantitatif yang relatif lebih sistematis, terbakukan, dan mudah disajikan dalam format ringkas, atau dalam suatu tabel. Teknik pengumpulan data perlu disesuaikan dengan tipe data Denzin ( 2009), Creswell
( 2014). Pilihan teknik tersebut didasari berbagai
pertimbangan antara lain; 1. syarat kecukupan informasi: apakah teknik tersebut memberi peluang peneliti untuk memperoleh pengertian yang mendalam dan tepat terkait dengan fenomena yang akan diungkap. 2. syarat efisiensi: data diperoleh secara mencukupi dengan korbanan sekecilkecilnya dalam hal waktu, akses dan biaya. Sehingga laporan bisa diselesaikan dan tepat pada waktu yang sudah dijadwalkan. 3. syarat pertimbangan etika: tidak mengusik rasa aman atau privasi subjek yang diteliti, tidak mengandung bahaya atau resiko, serta tidak menyalahi hak-hak asasi manusia. Peneliti perlu mempertimbangkan dirinya dalam menentukan informan kunci agar penelitian bisa terselesaikan tepat waktu dan berkualitas (Denzin, 2009, Creswell 2014), fatchan (2011). Pertimbangan yang dimaksud antara lain; 1. Peneliti kualitatif cukup dekat dengan orang-orang atau situasi yang diteliti, sehingga dimungkinkan pemahaman mendalam dan rinci tentang hal-hal yang sedang berlangsung, untuk mendapatkan data yang valid.
IPS SMP K-10
102
2. Peneliti kualitatif berupaya menangkap hal-hal yang secara aktual terjadi dan yang dikatakan subyek penelitian. Fokus dalam menterjemahkan simbul-simbul yang muncul/ada sehingga tidak salah memaknai. Sumber data primer adalah responden dan informan. Responden berbeda dari informan. Responden adalah sumber data tentang keragaman dalam gejala-gejala, berkaitan dengan perasaan, kebiasaan, sikap, motif dan persepsi. Sedangkan informan ialah sumber data yang berhubungan dengan pihak ketiga, dan data tentang hal-hal yang melembaga atau gejala umum (informan pendukung). Namun perlu ditegaskan bahwa dalam menggunakan istilah informan, ada informan pendukung dan ada informan kunci. Maka dari itu responden adalah memiliki makna yang sama dengan informan kunci. Sesuai dengan sifat luwes dalam desain penelitian kualitatif, maka tidak ada rincian jumlah dan tipe informan secara pasti. Hanya ada rencana umum mengenai siapa yang akan diwawancarai (responden/informan kunci) dan bagaimana menemukannya di lapangan. Responden dipilih secara sengaja, setelah sebelumnya membuat tipologi (ideal) individu dalam masyarakat. Yang penting di sini bukanlah jumlah responden kasusnya, tetapi potensi setiap responden kasus untuk memberi pemahaman teoretis yang lebih baik mengenai aspek yang dipelajari. Peneliti dianjurkan mewawancarai orang yang benar-benar mengenal suatu topik atau peristiwa. Penting untuk mengubah-ubah tipe orang yang diwawancarai, sampai peneliti dapat mengungkapkan keseluruhan pandangan subyek penelitian. Titik ini dianggap tercapai apabila tambahan responden atau informan tidak lagi menghasilkan pengetahuan baru (titik
IPS SMP K-10
103
jenuh). Jika sudah menemukan titik jenuh, maka pencarian data boleh dihentikan. Pilihan informan tergantung kepada jenis informasi yang hendak dikumpulkan, yang ditemukan dari teknik bola salju ( snow ball ). Dalam teknik ini peneliti harus mengenal beberapa informan kunci dan meminta mereka memperkenalkannya kepada informan lain. Informan kunci dapat ditemukan antara lain melalui cara: 1. Melalui informan pendukung (Bertanya kepada teman, saudara, dan kontak pribadi mendekati berbagai organisasi dan badan terkait). 2. Terlibat bersama masyarakat yang ingin dipelajari ( partisipasi aktif )
Pengamatan Berperanserta Peneliti kualitatif otomatis akan melakukan pengamatan berperanserta terhadap subyek penelitiannya. Pengamatan berperanserta merujuk pada proses studi yang mempersyaratkan interaksi sosial antara peneliti dan subyek penelitiannya dalam lingkungan subyek penelitian itu sendiri, guna memperoleh data melalui teknik yang sistematis (Sitorus, 1998, Denzin, 2009, Creswell 2014). Alasan metodologis penggunaan teknik ini antara lain: 1. Pengamatan memungkinkan peneliti untuk melihat, merasakan, dan memaknai dunia beserta ragam peristiwa dan gejala sosial di dalamnya, sebagaimana subyek penelitian melihat, merasakan dan memaknainya. 2. Pengamatan memungkinkan pembentukan pengetahuan secara bersama-sama antara peneliti dan subyek penelitiannya. Proses inilah dalam penelitian kualitatif disebut dengan intersubyektifitas. Berdasarkan sejumlah aspek, teknik pengamatan terbagi menjadi beberapa tingkatan (Sitorus, 1998, Denzin, 2009, Creswell 2014) yaitu; 1. Berdasarkan tingkat peranserta peneliti: peranserta penuh (partisipasi aktif), peranserta terbatas, dan tanpa berperanserta/peneliti bertindak sebagai penonton (partisipasi pasif).
IPS SMP K-10
104
2. Berdasarkan tingkat keterbukaan peran peneliti: keterbukaan penuh (semua subyek penelitian mengenal peneliti dan mengetahui kegiatan pengamatannya), keterbukaan terbatas (hanya sebagian subyek penelitian mengenal peneliti dan mengetahui kegiatan pengamatannya), tertutup penuh (subyek penelitian tidak mengenal peneliti dan tidak tahu-menahu tentang kegiatan pengamatannya). 3. Berdasarkan tingkat keterbukaan tujuan penelitian: terbuka penuh (dijelaskan seluruhnya kepada subyek penelitian), keterbukaan terbatas (dijelaskan sebagian kepada sebagian subyek penelitian), tertutup penuh (tanpa penjelasan kepada subyek penelitian), dan pemalsuan (memberikan penjelasan palsu atau bohong kepada subyek peneliti). 4. Berdasarkan tingkat kedalaman dan keluasan atau jangka waktu pengamatan: jangka waktu pendek (pengamatan tunggal dalam waktu singkat, misalnya 2 jam), dan jangka waktu panjang ( pengamatan berganda dalam waktu lama, misalnya bulanan atau tahunan ). 5. Berdasarkan himpunan pengamatan: himpunan sempit (terhimpun pada suatu unsur saja), dan himpunan luas ( tinjauan holistik yang mencakup semua unsur). Pedoman pengamatan berperanserta dapat juga dijelaskan sebagai berikut (Sitorus, 1998, Denzin, 2009, Creswell 2014): 1. Pembatasan tegas terhadap sasaran pengamatan, sehingga pengamatan terarah. Pembatasan ini disesuaikan dengan tujuan dan masalah penelitian, apa yang akan ingin diterangkan, dan fakta apakah sangat dibutuhkan yang digunakan untuk menerangkan.
IPS SMP K-10
105
2. Pengamatan didasarkan pada suatu kerangka pemikiran, data apa saja yang dibutuhkan untuk memenuhi tuntutan dalam kerangka pemikiran sehingga mampu menghasilkan pengamatan yang berkualitas. Kerangka pemikiran ini bukanlah untuk diuji secara empiris, melainkan sebagai pedoman pengumpulan data. Dengan demikian menjadi jelas persitiwa atau gejala apakah yang perlu diperhatikan, serta bagaimana kaitan antar peristiwa/gejala tersebut. Menurut beberapa ahli penelitian kualitatif Denzin (2009), Creswell (2014), teknik pengamatan berpartisipasi memiliki berbagai kekurangan antara lain: 1. Peneliti tidak tertutup kemungkinannya menjadi orang dalam sebagaimana subyek penelitian. Atau dapat menjadi (going native atau etnosentis), sehingga tidak bisa secara jernih merumuskan hasil penelitian. 2. Masalah validitas, ketika berbeda peneliti maka kemungkinan kesimpulan penelitian akan berbeda, sebagai akibat dari persepsi dan penilaian selektif peneliti, kehadiran peneliti berefek kepada perubahan subyek penelitian, peneliti tidak mungkin menyaksikan seluruh aktivitas budaya masyarakat. Kecuali peneliti berpartisipasi dalam jangka waktu yang lama (tahunan).
Wawancara Mendalam Wawancara mendalam ialah temu muka berulang kali antara peneliti dan subyek penelitian, dalam rangka memahami pandangan subyek penelitian mengenai hidupnya, pengalamannya, ataupun situasi sosial sebagaimana diungkapkan dalam bahasanya sendiri (Taylor dan Bogdan, 1984, Creswell, 2014, Denzin, 2009). Wawancara mendalam adalah percakapan dua arah dalam
IPS SMP K-10
106
suasana kesetaraan, akrab dan informal. Teknik ini sangat penting agar mampu mengungkap secara keseluruhan fenomena yang sedang menjadi sorotan. Wawancana mendalam sangat baik dilakukan sesuai pada situasi antara lain; 1. Aspek yang menjadi perhatian penelitian sudah jelas dan dirumuskan dengan tepat. 2. Ajang dan orang-orang yang menjadi subyek penelitian tidak terjangkau, misalnya menyangkut peristiwa masa lalu. 3. Peneliti menghadapi kendala waktu, sehingga tidak mungkin melakukan pengamatan berpartisipasi penuh. 4. Penelitian tergantung pada orang-orang dalam skala luas/besar. 5. Peneliti ingin menjelaskan pengalaman subyek manusia: riwayat hidup memungkinkan peneliti mengenal subyek penelitian secara akrab, melihat dunia lewat mata mereka dan masuk lewat pengalaman mereka. Wawancara mendalam bersifat luwes, terbuka, tidak terstruktur, dan tidak baku. Intinya ialah pertemuan berulang kali secara langsung antara peneliti dan subyek penelitian. Tujuannya untuk memahami pandangan subyek penelitian tentang kehidupan, pengalaman, atau situasi subyek penelitian, sebagaimana diungkapkan dalam bahasanya sendiri. Dalam status sebagai teknik metodologis, maka pewawancara dituntut untuk memenuhi dua hal sekaligus yaitu: 1. Mempelajari pertanyaan yang ditanyakan, dan bagaimana menjawabnya. 2. Memperoleh jawaban dari pertanyaan yang diajukan. Berdasarkan substansinya, wawancara mendalam dibedakan menjadi tiga jenis yaitu; 1. Wawancara untuk menggali riwayat hidup sosiologis. Riwayat hidup menyajikan pandangan orang mengenai kehidupannya dalam bahasanya sendiri. Peneliti berupaya menangkap pengalaman penting dalam kehidupan seseorang menurut definisi orang tersebut.
IPS SMP K-10
107
2. wawancara untuk mempelajari kejadian dan kegiatan, yang tak dapat diamati secara langsung. Orang yang diwawancarai ialah responden/informan yang hidup di lingkungan sosial yang diteliti. Mereka bertindak sebagai ―pengamat‖ bagi peneliti, mata dan telinganya di lapangan. Responden/informan kunci tidak saja mengungkapkan pandangannya, tetapi juga menjelaskan apa yang terjadi dan bagaimana orang lain memandang. 3. wawancara untuk menghasilkan gambaran luas mengenai sejumlah ajang, situasi atau orang. Wawancara lebih tepat untuk mempelajari sejumlah besar orang dalam waktu relatif singkat dibandingkan pengamatan berpartisipasi. Pembedaan dari segi jumlah orang yang diwawancarai, wawancara mendalam dibedakan menjadi dua jenis, yaitu wawancara perorangan dan wawancara kelompok (Sitorus, 1998, Denzin, 2009, Creswell 2014). Riwayat hidup individu lazimnya dikumpulkan melalui wawancara perorangan. Beberapa kelemahan dalam wawancara mendalam antara lain; 1. Sebagai suatu percakapan, wawancara terbuka kemungkinan ada pemalsuan, penipuan, pelebihlebihan, dan penyimpangan (distortion). Dapat terjadi kesenjangan besar antara yang dikatakan dan dilakukan responden/informankunci. 2. Orang mengatakan dan melakukan hal yang berbeda dalam situasi yang berbeda. Tidak dapat dianggap bahwa apa yang dikatakan seseorang pada saat wawancara adalah apa yang diyakini dan dikatakannya dalam situasi lain. 3. Sejauh pewawancara tidak mengamati langsung orang-orang dalam kehidupan mereka sehari-hari,
IPS SMP K-10
108
maka pewawancara akanterjauhkan dari konteks yang penting guna memahami banyak pandangan yang disorotinya. Pedoman Pertanyaan Terutama dalam penelitian besar yang melibatkan sejumlah pewawancara, suatu pedoman pertanyaan memungkinkan pewawancara untuk menggali topik-topik kunci yang sama dari responden/informan kunci. Pedoman pertanyaan bukanlah daftar pertanyaan terstruktur, melainkan berupa aspek-aspek yang hendak digali dari responden/informan kunci. Bagaimana aspek tersebut ditanyakan perlu diputuskan oleh peneliti sendiri di lapangan. Syarat penyusunan pedoman wawancara mendalam antara lain; pengetahuan awal perihal topik wawancara (misalnya dari literatur), dan orang yang hendak diwawancarai. Pertemuan pertama sebaiknya diarahkan pada pembinaan ( rapport ) yang baik. Pada tahap ini pertanyaan bersifat umum saja. Jangan langsung masuk pada inti persoalan, sehingga bisa merepotkan responden/informan kunci yang belum siap diwawancarai. Pewawancara harus menemukan cara terbaik untuk menuntun responden/informan menjadi terbuka. Terbuka berarti mereka bersedia mengungkapkan pandangannya dan pengalamannya secara jujur. Situasi hendaknya dijaga dengan baik sehingga tidak membakukan percakapan dan membatasi hal-hal yang harus mereka katakan. (Taylor dan Bogdan, 1984, Sitorus, 1998, Denzin, 2009, Creswell 2014). Untuk itu ada sejumlah cara yaitu; 1. Pertanyaan deskriptif. Wawancara sebaiknya dimulai dengan meminta responden/ Informan kunci untuk menjelaskan, mendaftar atau menguraikan ragam kejadian, pengalaman, tempat, dan orang-orang yang memiliki arti penting dalam kehidupannya. Pertanyaan deskriptif memungkingkan orang untuk menceritakan secara bebas apa yang dianggapnya penting.
IPS SMP K-10
109
2. Meminta responden/informan kunci untuk menuliskan kisahnya atau riwayat hidupnya. Peneliti memberi petunjuk penulisan. Setelah selesai tulisan itu dibicarakan bersama untuk melengkapinya. 3. Wawancara berdasarkan catatan kegiatan harian. Responden/informan kunci diminta untuk membuat catatan selengkap mungkin tentang kegiatan mereka dalam periode waktu tertentu. Catatan tersebut perlu dilengkapi perihal siapa, apa, kapan, di mana dan bagaimana kegiatan tersebut. Catatan ini kemudian dijadikan dasar atau acuan untuk melakukan wawancara mendalam. 4. Dokumen pribadi, seperti catatan harian, surat, potret atau gambar, rekaman, kenang-kenangan. Benda-benda ini dapat digunakan untuk menuntun wawancara tanpa memaksakan suatu struktur pembicaraan terhadap responden/informan kunci. Situasi wawancara akan mempengaruhi kualitas informasi yang diperoleh dari responden/informan kunci. Semakin formal situasi yang tercipta, maka semakin rendah kualitas informasi yang didapatkan. Wolters (1979), Denzin (2009) menjelaskan bahwa berdasarkan kualitas informasi yang didapatkan dalam suatu wawancara, maka kualitas informasi dapat dibedakan menjadi empat tingkatan yaitu; 1. informasi umum, yaitu informasi yang diketahui dan dapat dibicarakan oleh siapapun, misalnya berita yang terdapat dalam surat kabar lokal. 2. Informasi kepercayaan, yaitu informasi yang diberikan atas dasar kepercayaan, misalnya tentang konflik di suatu wilayah. Jika peneliti memperoleh informasi ini, maka ia harus melindungi identitas responden/informan kunci. 3. Informasi rahasia, yaitu informasi yang hanya diketahui oleh anggota suatu kelompok IPS SMP K-10
110
eksklusif, sehingga sukar diperoleh. Untuk memperoleh informasi rahasia, peneliti harus mampu masuk ke dalam lingkaran kelompok eksklusif tersebut untuk mendapatkan data yang valid. 4. Informasi pribadi, yaitu rahasia pribadi yang sangat jarang dibicarakan. Peneliti harus memperlakukan responden/informan kunci ini dengan ekstra hati-hati agar tidak terjadi kesalah pahaman. Para ahli penelitian kualitatif Creswell (2014), Denzin ( 2009 ), Kaelan ( 2012 ) memberikan beberapa petunjuk untuk membangun situasi wawancara yang kondusif agar mendapatkan data yang valid dan menyeluruh yaitu; 1. Tidak menghakimi. Pewawancara harus menahan diri untuk tidak menilai responden/informan kunci secara negatif, dan menerima mereka apa adanya. Tenteramkanlah hati mereka saat mengungkapkan informasi yang bersifat personal atau memalukan. Sampaikan pengertian dan empati, misalnya pewawancara dengan mengatakan, Saya dapat memakluminya, sehingga mereka bersedia mengungkapkan informasi secara terbuka dan jujur. 2. Biarkan mereka bicara. Ketika responden/informan kunci berbicara panjang lebar tentang halhal yang tidak bersangkut paut dengan topik penelitian. Peneliti perlu berusaha untuk tidak memotongnya, apalagi pada wawancara pendahuluan. Mereka dapat diarahkan dengan cara, misalnya peneliti berhenti manggut-manggut, atau mengalihkan topik pembicaraan pada waktu jeda bicara. Sebaliknya, ketika responden/informan mulai bicara tentang hal penting bagi studi,
IPS SMP K-10
111
biarkan pembicaraan mengalir. Berikan respons positif lewat gerakan tubuh atau pertanyaan yang relevan. 3. Berikan perhatian. Pewawancara harus menunjukkan perhatian serius kepada apa saja yang dikatakan responden/informan kunci. Peneliti juga sebaiknya mengetahui kapan dan bagaimana menggali maupun mengemukakan pertanyaan yang mengena dan mendalam. Salah satu kunci keberhasilan wawancara mendalam ialah mengetahui kapan dan bagaimana cara menggali informasi lebih jauh ( probing ). Artinya peneliti menindaklanjuti topik yang terungkap dengan berbagai cara atau pengembangan pembicaraan sehingga mereka mau dengan sukarela memberikan informasiinformasi yang penting (Denzin 2009, Creswell 2014, Fatchan 2011). Langkahlangkah tersebut antara lain; 1. Menanyakan pertanyaan spesifik 2. Mendorong responden/informan kunci untuk menerangkan rincian pengalaman 3. Meminta penjelasan lanjut mengenai ucapan responden/informan kunci Taylor dan Bogdan (1984), Denzin ( 2009 ), Ftchan (2011), Creswell ( 2014 ) memberikan arahan sebagai pedoman pokok dalam penggalian informasi kepada responden/informan kunci antara lain; 1. Rumuskan ucapkan responden/informan dan mintalah konfirmasi 2. Mintalah responden/informan kunci untuk menyajikan contoh tentang apa yang mereka maksudkan 3. Katakan kepada responden/informankunci jika ada sesuatu yang kurang jelas Triangulasi ialah kombinasi beragam sumber data, tenaga peneliti, teori, dan teknik metodologis dalam suatu penelitian atas gejala sosial. Triangulasi diperlukan karena setiap teknik memiliki keunggulan dan kelemahannya masing-masing (Denzin, 2009), Creswell ( 2014 ). Dengan demikian triangulasi memungkinkan tangkapan realitas secara lebih valid. Terdapat empat tipe triangulasi yaitu: 1. triangulasi data: penggunaan beragam sumber data dalam suatu penelitian IPS SMP K-10
112
2. triangulasi peneliti: penggunaan beberapa peneliti yang berbeda disiplin ilmunya dalam suatu penelitian 3. triangulasi teori: penggunaan sejumlah perspektif dalam menafsir satu set data 4. triangulasi teknik metodologis: penggunaan sejumlah teknik dalam suatu penelitian Catatan harian atau catatan lapangan merupakan instrumen utama yang melekat pada beragam teknik pengumpulan data kualitatif (Sitorus, 1998, Denzin, 2009, Creswell 2014). Terdapat tiga jenis catatan harian yaitu: 1. Catatan fakta: data kualitatif hasil pengamatan dan wawancara dalam bentuk uiraian rinci maupun kutipan langsung. 2. Catatan teori: hasil analisis peneliti di lapangan untuk menyimpulkan struktur masyarakat yang ditelitinya, serta merumuskan hubungan antara topik-topik (―variabel‖) penting penelitiannya secara induktif sesuai fakta-fakta di lapangan. 3. Catatan metodologis: pengalaman peneliti ketika berupaya menerapkan metode kualitatif di lapangan. Isi masing-masing catatan harian berisi dua bagian: bagian deskriptif, dan bagian reflektif/memo. Bagian deskriptif merupakan bagian utama, sedangkan memo merupakan catatan peneliti sebagai kritiknya terhadap bagian deskriptif. Catatan fakta. Isi catatan fakta tidak boleh berupa penafsiran pribadi peneliti, melainkan fakta-fakta apa adanya dan telah teruji kesahihannya. Peneliti mencatat fakta lengkap dan serinci mungkin. Catatan harus berisi hal-hal kongkrit. Hal-hal yang bersifat abstrak hanya bisa dimasukkan ketika benar-benar dapat dipercaya atau diandalkan (Sitorus, 1998, Denzin, 2009, Creswell 2014). Setiap fakta mewakili peristiwa penting yang akan dimasukkan ke dalam proposisi-proposisi yang nanti hendak disusun, atau sebagai konteks dari suatu kegiatan. IPS SMP K-10
113
Isi fakta mencakup deskripsi tentang siapa, apa, bilamana, di mana dan bagaimana dari kegiatan yang dilakukan subyek penelitian. Secara rinci bagian ini berisi antara lain: 1. Gambaran diri subyek penelitian: penampilan fisik, cara berpakaian, cara bertindak, sampai gaya bicara. Usahakan menemukan suatu ciri khas pada suyek penelitian. 2. Rekonstruksi dialog: dicatat rinci pertanyaan dan jawaban responden/informan kunci. Jika ungkapan mereka terlalu panjang maka dapat dibuat ikhtisar yang tepat. Ekspresi mereka turut dicatat. 3. Deskripsi latar fisik: dapat berupa uraian, gambar, atau peta konteks (peta, sketsa, diagram, foto). 4. Catatan tentang peristiwa khusus: siapa yang hadir, apa yang dilakukan, bagaimana peristiwa Berlangsung. 5. Gambaran kegiatan: uruaian rinci tentang kegiatan responden sehingga diperoleh gambaran tentang pola tindakan. Catatan metodologi berisi kegiatan peneliti ketika menggali dan memperoleh data, hubungannya dengan responden atau informan kunci, kritik terhadap teknik yang ada selama ini sesuai dengan pengalaman lapangan yang dialaminya. Dari catatan metodologi ini seharusnya dapat dirumuskan suatu metode yang lebih cepat dan tepat dalam menggali data tertentu pada subyek penelitian tertentu, di tempat dan masa tertentu pula. Catatan teori dapat menghasilkan hipotesis-hipotesis yang dicari kebenarannya di lapangan secara langsung. Setelah jenuh (tidak ada hasil yang menyimpang), maka hipotesis tersebut layak dijadikan bahan kesimpulan studi. Di sini disajikan
IPS SMP K-10
114
salah satu petunjuk teknik penulisan catatan harian, terutama jika analisis data tidak hendak menggunakan program komputer kualitatif: 1. Satu catatan untuk setiap satu topik studi. Jika beragam topik campur aduk dalam catatan harian, maka peneliti dapat kebingunan untuk menganalisisnya; jika yang terakhir ini terpaksa dipilih, ada baiknya menggunakan memo di pinggir catatan harian. 2. Harus ada identitas catatan, mencakup topik, sumber informasi (identitas responden /informan /sumber sekunder), tempat dan waktu perolehan data, serta identitas peneliti. 3. Catatan sebaiknya dilakukan dalam waktu sehari atau semalam, utamakan sebelum tidur. Kalau dicatat selebihnya, dikhawatirkan peneliti tidak bisa mengingat detil fakta Lapangan. Untuk membantu ingatan dapat pula peneliti membuat catatan sementara selama wawancara, atau mempergunakan tape perekam.
Latihan Setelah membaca dan memahami uraian materi di atas, untuk lebih menguasai materi maka kerjakanlah latihan berikut: 1. Jelaskan pengertian instrument penelitian kualitatif. 2. Deskripsikan cirri-ciri peneliti sebagai instrumen kunci dalam penelitian kualitatif. 3. Jelaskan bila mana wawancana mendalam sangat baik dilakukan dalam penelitian kualitatif. 4. Jelaskan tiga kelemahan wawancara mendalam pada penelitian kualitatif.
Rangkuman 1. Penelitian kualitatif memiliki ciri yang khas yaitu peneliti sebagai instrument, bahkan peneliti merupakan alat utama dalam penelitian(key instrument). Hal ini dilakukan karena sesuai dengan paradigma penelitian kualitatif yaitu paradigma fenomenologis, interaksi simbolik dan berkaitan dengan kebudayaan. Oleh karena itu sangat tepat peranan peneliti sebagai instrumen mengingat objek material yang diteliti adalah terkait dengan kualitas yang sifatnya kompleks dan IPS SMP K-10
115
holistik. Dalam penelitian kualitatif yang diungkap dan digali adalah nilai (values), makna serta kualitas yang harus dipahami dan dianalisis melalui peranan akal manusia, sehingga peranan peneliti Sebagai instrumen menjadi sangat sentral. Peneliti sebagai instrumen secara epistemologis akan menentukan hubungan subjek dan objek penelitian yang realitasnya berupa makna karena harus dipahami, diinterpretasi, dihayati dan ditafsirkan secara utuh dan menyeluruh (holistic). 2. Peneliti kualitatif otomatis akan melakukan pengamatan berperanserta terhadap subyek penelitiannya. Pengamatan berperanserta merujuk pada proses studi yang mempersyaratkan interaksi sosial antara peneliti dan subyek penelitiannya dalam lingkungan subyek penelitian itu sendiri, guna memperoleh data melalui teknik yang sistematis. Alasan metodologis penggunaan teknik ini antara lain: 1) Pengamatan memungkinkan peneliti untuk melihat, merasakan, dan memaknai dunia beserta ragam peristiwa dan gejala sosial di dalamnya, sebagaimana subyek penelitian melihat, merasakan dan memaknainya. 2) Pengamatan memungkinkan pembentukan pengetahuan secara bersama-sama antara peneliti dan subyek penelitiannya. Proses inilah dalam penelitian kualitatif disebut dengan intersubyektifitas.
IPS SMP K-10
116
Kegiatan Pembelajaran 7 PROBLEMATIKA PENILAIAN AUTENTIK (Dra.Hj.Widarwati, M.S.Ed., M.Pd)
A. Tujuan Tujuan disusunnya modul diklat ini untuk panduan belajar bagi guru IPS dalam memahami Problematika penilaian autentik dalam pembelajaran IPS. Tujuan lain ditulisnya modul ini untuk memberikan pencerahan tentang konsep, karakteristik, tujuan, konsep pembelajaran terpadu dalam IPS. Manfaat dari naskah ini adalah dapat digunakan sebagai salah satu referensi atau pedoman dalam mengembangkan pembelajaran IPS di SMP.
B. Indikator Kunci Kinerja Setelah mempelajari seluruh materi dan berdiskusi, peserta diklat dapat: 1. memahami penilaian autentik dengan baik 2. merencanakan penilaian sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai, 3. menerapkan penilaian autentik dengan benar
C. Uraian Materi 1.
Penilaian Hasil Belajar a. Konsep Penilaian Penilaian (assesment) adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik. Pada Standar Nasional Pendidikan, penilaian pendidikan merupakan salah satu standar yang yang bertujuan untuk menjamin: perencanaan penilaian peserta didik sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai dan berdasarkan prinsip-prinsip penilaian; pelaksanaan penilaian peserta didik secara profesional, terbuka, edukatif,efektif,
IPS SMP K-10
117
efisien, dan sesuai dengan konteks sosial budaya; dan pelaporan hasil penilaian peserta didik secara objektif, akuntabel, dan informatif. Penilaian Hasil Belajar oleh pendidik memiliki fungsi untuk memantau kemajuan belajar, memantau hasil belajar, dan mendeteksi kebutuhan perbaikan hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan. Dalam konteks pendidikan berdasarkan standar
(standard-based education), kurikulum berdasarkan
kompetensi (competency-based curriculum), dan pendekatan belajar tuntas (mastery learning)
penilaian proses dan hasil belajar merupakan parameter
tingkat pencapaian kompetensi minimal. Untuk itu, berbagai pendekatan,
strategi,
metode, teknik, dan model
pembelajaran perlu dikembangkan untuk memfasilitasi peserta didik agar mudah dalam belajar dan mencapai keberhasilan belajar secara optimal. Kurikulum 2013 mempersyaratkan penggunaan penilaian autentik (authentic assesment). Secara paradigmatik penilaian autentik memerlukan perwujudan pembelajaran autentik (authentic instruction) dan belajar autentik (authentic learning). Hal ini diyakini bahwa penilaian autentik lebih mampu memberikan informasi kemampuan peserta didik secara holistik dan valid. b. Tujuan Penilaian 1) Mengetahui tingkat penguasaan kompetensi dalam sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang sudah dan belum dikuasai seorang/sekelompok peserta didik untuk ditingkatkan dalam pembelajaran remedial dan program pengayaan. 2) Menetapkan ketuntasan penguasaan kompetensi belajar peserta didik dalam kurun waktu tertentu, yaitu harian, tengah semesteran, satu semesteran, satu tahunan, dan masa studi satuan pendidikan. 3) Menetapkan program perbaikan atau pengayaan berdasarkan tingkat penguasaan kompetensi bagi mereka yang diidentifikasi sebagai peserta didik yang lambat atau cepat dalam belajar dan pencapaian hasil belajar. Memperbaiki proses pembelajaran pada pertemuan semester berikutnya
c. Prinsip Penilaian IPS SMP K-10
118
Prinsip Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik meliputi prinsip umum dan prinsip khusus.
Prinsip umum dalam Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik adalah
sebagai berikut: (a) Sahih, berarti penilaian didasarkan pada data yang mencerminkan kemampuan yang
diukur, (b)
Objektif, berarti penilaian
didasarkan pada prosedur dan kriteria yang jelas, tidak dipengaruhi subjektivitas penilai (c) Adil, berarti penilaian tidak menguntungkan atau merugikan peserta didik karena berkebutuhan khusus serta perbedaan latar belakang agama, suku, budaya, adat istiadat, status sosial ekonomi, dan gender. (d) Terpadu, berarti penilaian oleh pendidik merupakan salah satu komponen yang tak terpisahkan dari kegiatan pembelajaran. (e) Terbuka, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar pengambilan keputusan dapat diketahui oleh pihak yang berkepentingan. (f) Holistik dan berkesinambungan, berarti penilaian oleh pendidik mencakup semua aspek kompetensi dan dengan menggunakan berbagai teknik penilaian yang sesuai dengan kompetensi yang harus dikuasai peserta didik.
Prinsip khusus dalam Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik berisikan (a) Sistematis, berarti penilaian dilakukan secara berencana dan bertahap dengan mengikuti langkah-langkah baku.(b) Akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan, baik dari segi teknik, prosedur, maupun hasilnya. (c) Edukatif, berarti penilaian dilakukan untuk kepentingan dan kemajuan peserta didik dalam belajar.
Prinsip khusus dalam Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik Pendidik berisikan prinsip-prinsip Penilaian Autentik sebagai berikut. (a) Materi penilaian dikembangkan dari kurikulum. (b) Bersifat lintas muatan atau mata pelajaran. (c) Berkaitan dengan kemampuan peserta didik. (d) Berbasis kinerja peserta didik. (e) Memotivasi belajar peserta didik. (f) Menekankan pada kegiatan dan pengalaman belajar peserta didik. (g) Memberi kebebasan peserta didik untuk mengkonstruksi responnya.
(h) Menekankan keterpaduan sikap,
pengetahuan, dan keterampilan. (i) Mengembangkan kemampuan berpikir divergen. (j) Menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari pembelajaran. (k)
IPS SMP K-10
119
Menghendaki balikan yang segera dan terus menerus. (l) Menekankan konteks yang mencerminkan dunia nyata. (m) Terkait dengan dunia kerja. (n) Menggunakan data yang diperoleh langsung dari dunia nyata. (o) Menggunakan berbagai cara dan instrumen. d. Lingkup Penilaian Lingkup Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik mencakup kompetensi sikap (spiritual dan sosial), pengetahuan, dan keterampilan (Permendikbud No. 104 Tahun 2014). Sasaran Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik pada ranah sikap, pengetahuan dan keterampilan adalah sebagai berikut. 1) Sikap (Spiritual dan Sosial) Sasaran Penilaian Hasil Belajar
pada ranah sikap spiritual dan sikap sosial
adalah pada beberapa tingkatan sikap yakni: menerima nilai, menanggapi nilai. menghargai nilai, menghayati nilai, mengamalkan nilai.
a) Pengetahuan Sasaran Penilaian Hasil Belajar pada kemampuan berpikir adalah kemampuan berpikir mengingat, memahami, menerapkan menganalisis, mengevaluasi dan mencipta. Sasaran Penilaian Hasil Belajar
pada dimensi pengetahuan adalah
dimensi pengetahuan Faktual, Konseptual, Prosedural, Metakognitif.
b) Keterampilan Sasaran Penilaian Hasil Belajar pada keterampilan abstrak berupa kemampuan belajar
mengamati,
menanya,
mengumpulkan
informasi/mencoba,
menalar/mengasosiasi, mengomunikasikan. Sasaran penilaian hasil belajar pada keterampilan kongkret adalah keterampilan persepsi (perception), kesiapan (set), meniru (guided response), membiasakan gerakan (mechanism), mahir (complex or overt response), menjadi gerakan alami (adaptation), menjadi tindakan orisinal (origination).
c) Sasaran penilaian Sikap
IPS SMP K-10
120
Sasaran dari masing-masing penilaian jika digambarkan dalam bentuk Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik pada ranah sikap spiritual dan sikap sosial adalah sebagai berikut.
Tingkatan Sikap Menerima nilai Menanggapi nilai Menghargai nilai Menghayati nilai Mengamalkan nilai
Deskripsi Kesediaan menerima suatu nilai dan memberikan perhatian terhadap nilai tersebut Kesediaan menjawab suatu nilai dan ada rasa puas dalam membicarakan nilai tersebut Menganggap nilai tersebut baik; menyukai nilai tersebut; dan komitmen terhadap nilatersebut Memasukkan nilai tersebut sebagai bagian dari sistem nilai dirinya Mengembangkan nilai tersebut sebagai ciri dirinya dalam berpikir, berkata, berkomunikasi, dan bertindak (karakter)
2) Sasaran Penilaian Pengetahuan Sasaran Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik pada kemampuan berpikir adalah sebagai berikut. Kemampuan Berpikir Mengingat: mengemukakan kembali apa yang sudah dipelajari dari guru, buku, sumber lainnya sebagaimana aslinya, tanpa melakukan perubahan
Memahami: Sudah ada proses pengolahan dari bentuk aslinya tetapi arti dari kata, istilah, tulisan, grafik, tabel, gambar, foto tidak berubah.
Menerapkan: Menggunakan informasi, konsep, prosedur, prinsip, hukum, teori yang
IPS SMP K-10
Deskripsi Pengetahuan hafalan: ketepatan, kecepatan, kebenaran pengetahuan yang diingat dan digunakan ketika menjawab pertanyaan tentang fakta, definisi konsep, prosedur, hukum, teori dari apa yang sudah dipelajari di kelas tanpa diubah/berubah. Kemampuan mengolah pengetahuan yang dipelajari menjadi sesuatu yang baru seperti menggantikan suatu kata/istilah dengan kata/istilah lain yang sama maknanya; menulis kembali suatu kalimat/paragraf/tulisan dengan kalimat/paragraf/tulisan sendiri dengan tanpa mengubah artinya informasi aslinya; mengubah bentuk komunikasi dari bentuk kalimat ke bentuk grafik/tabel/visual atau sebaliknya; memberi tafsir suatu kalimat/paragraf/tulisan/data sesuai dengan kemampuan peserta didik; memperkirakan kemungkinan yang terjadi dari suatu informasi yang terkandung dalam suatu kalimat/paragraf/tulisan/data. Kemampuan menggunakan pengetahuan seperti konsep massa, cahaya, suara, listrik, hukum penawaran dan permintaan, hukum
121
sudah dipelajari untuk sesuatu yang baru/belum Dipelajari
Menganalisis: Menggunakan keterampilan yang telah dipelajarinya terhadap suatu informasi yang belum diketahuinya dalam mengelompokkan informasi, menentukan keterhubungan antara satu kelompok/ informasi dengan kelompok/ informasi lainnya,antara fakta dengan konsep, antara argumentasi dengan kesimpulan, benang merah pemikiran antara satu karya dengan karya lainnya
Mengevaluasi: Menentukan nilai suatu benda atau informasi berdasarkan suatu kriteria
Mencipta: Membuat sesuatu yang baru dari apa yang sudah ada sehingga hasil tersebut merupakan satu kesatuan utuh dan berbeda dari komponen yang digunakan untuk membentuknya
Boyle, hukum Archimedes, membagi/ mengali/menambah/mengurangi/menjumlah, menghitung modal dan harga, hukum persamaan kuadrat, menentukan arah kiblat, menggunakan jangka, menghitung jarak tempat di peta, menerapkan prinsip kronologi dalam menentukan waktu suatu benda/peristiwa, dan sebagainya dalam mempelajari sesuatu yang belum pernah dipelajari sebelumnya. Kemampuan mengelompokkan benda berdasarkan persamaan dan perbedaan ciricirinya, memberi nama bagi kelompok tersebut, menentukan apakah satu kelompok sejajar/lebih tinggi/lebih luas dari yang lain, menentukan mana yang lebih dulu dan mana yang belakangan muncul, menentukan mana yang memberikan pengaruh dan mana yang menerima pengaruh, menemukan keterkaitan antara fakta dengan kesimpulan, menentukan konsistensi antara apa yang dikemukakan di bagian awal dengan bagian berikutnya, menemukan pikiran pokok penulis/pembicara/nara sumber,menemukan kesamaan dalam alur berpikir antara satu karya dengan karya lainnya,dan sebagainya Kemampuan menilai apakah informasi yang diberikan berguna, apakah suatu informasi/benda menarik/menyenangkan bagi dirinya, adakah penyimpangan dari kriteria suatu pekerjaan/keputusan/ peraturan, memberikan pertimbangan alternatif mana yang harus dipilih berdasarkan kriteria, menilai benar/salah/bagus/jelek dan sebagainya suatu hasil kerja berdasarkan kriteria. Kemampuan membuat suatu cerita/tulisan dari berbagai sumber yang dibacanya, membuat suatu benda dari bahan yang tersedia, mengembangkan fungsi baru dari suatu benda, mengembangkan berbagai bentuk kreativitas lainnya.
Sasaran Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik pada dimensi pengetahuan adalah sebagai berikut. Dimensi Pengetahuan Faktual
IPS SMP K-10
Deskripsi Pengetahuan tentang istilah, nama orang, nama benda, angka, tahun, dan hal-hal yang terkait secara khusus dengan suatu mata
122
pelajaran. Pengetahuan tentang kategori, klasifikasi, keterkaitan antara satu kategori dengan lainnya, hukum kausalita, definisi, teori. Pengetahuan tentang prosedur dan proses khusus dari suatu mata pelajaran seperti algoritma, teknik, metoda, dan kriteria untuk menentukan ketepatan penggunaan suatu prosedur. Pengetahuan tentang cara mempelajari pengetahuan, menentukan pengetahuan yang penting dan tidak penting (strategic knowledge), pengetahuan yang sesuai dengan konteks tertentu, dan pengetahuan diri (self-knowledge).
Konseptual
Prosedural
Metakognitif
(Sumber: Olahan dari Andersen, dkk., 2001)
3) Keterampilan Sasaran Penilaian Hasil Belajar
oleh
Pendidik
pada
keterampilan abstrak berupa kemampuan belajar adalah sebagai berikut.
Kemampuan Belajar Mengobservasi /Mengamati
Menanya
Mengumpulkan informasi/mencoba
Menalar/mengasosiasi
Mengomunikasikan
IPS SMP K-10
Deskripsi Perhatian pada waktu mengamati suatu objek/membaca suatu tulisan/mendengar suatu penjelasan, catatan yang dibuat tentang yang diamati, kesabaran, waktu (on task) yang digunakan untuk mengamati Jenis, kualitas, dan jumlah pertanyaan yang diajukan peserta didik (pertanyaan faktual, konseptual prosedural, dan hipotetik) Jumlah dan kualitas sumber yang dikaji/digunakan, kelengkapan informasi, validitas informasi yang dikumpulkan, dan instrumen/alat yang digunakan untuk mengumpulkan data. Mengembangkan interpretasi, argumentasi dan kesimpulan mengenai keterkaitan informasi dari dua fakta/konsep, interpretasi argumentasi dan kesimpulan mengenai keterkaitan lebih dari dua fakta/konsep/teori, mensintesis dan argumentasi serta kesimpulan keterkaitan antar berbagai jenis fakta/konsep/teori/ pendapat; mengembangkan interpretasi, struktur baru, argumentasi, dan kesimpulan yang menunjukkan hubungan fakta/ konsep/teori dari dua sumber atau lebih yang tidak bertentangan; mengembangkan interpretasi, struktur baru, argumentasi dan kesimpulan dari konsep/teori/pendapat yang berbeda dari berbagai jenis sumber Menyajikan hasil kajian (dari mengamati sampai
123
menalar) dalam bentuk tulisan, grafis, media elektronik, multi media dan lain-lain.
(Sumber: Olahan Dyers) Sasaran Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik pada keterampilan kongkret adalah sebagai berikut.
Keterampilan kongkret Persepsi (perception) Kesiapan (set) Meniru (guided response) Membiasakan gerakan (mechanism) Mahir (complex or overt response) Menjadi gerakan alami (adaptation) Menjadi tindakan orisinal (origination)
Deskripsi Menunjukan perhatian untuk melakukan suatu gerakan Menunjukan kesiapan mental dan fisik untuk melakukan suatu gerakan Meniru gerakan secara terbimbing Melakukan gerakan mekanistik Melakukan gerakan kompleks dan termodifikasi Menjadi gerakan alami yang diciptakan sendiri atas dasar gerakan yang sudah dikuasai sebelumnya Menjadi gerakan baru yang orisinal dan sukar ditiru oleh orang lain dan menjadi ciri khasnya
(Sumber: Olahan dari kategori Simpson)
2. Penilaian Autentik Penilaian autentik memiliki relevansi kuat terhadap pendekatan ilmiah (scientific approach) dalam pembelajaran sesuai dengan tuntutan Kurikulum 2013. Karena penilaian semacam ini mampu menggambarkan peningkatan hasil belajar peserta didik, baik dalam rangka mengobservasi, menanya, menalar, mencoba, dan membangun jejaring. Penilaian autentik cenderung fokus pada tugas-tugas kompleks atau kontekstual, memungkinkan peserta didik untuk menunjukkan kompetensi mereka yang meliputi sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Karenanya, penilaian autentik sangat relevan dengan pendekatan saintifik dalam pembelajaran di IPS. Penilaian Autentik adalah bentuk penilaian yang menghendaki peserta didik menampilkan sikap, menggunakan pengetahuan
dan keterampilan
yang
diperoleh dari pembelajaran dalam melakukan tugas pada situasi yang sesungguhnya.
IPS SMP K-10
124
Penilaian autentik merupakan pendekatan dan instrumen penilaian yang memberikan kesempatan luas kepada peserta didik untuk menerapkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang sudah dimilikinya dalam bentuk tugas-tugas: membaca dan meringkasnya, eksperimen, mengamati, survei, projek, makalah, membuat multi media, membuat karangan, dan diskusi kelas. Kata lain dari penilaian autentik adalah penilaian kinerja, termasuk di dalamnya penilaian portofolio dan penilaian projek. Hasil penilaian autentik dapat digunakan oleh pendidik untuk merencanakan program perbaikan (remedial), pengayaan (enrichment), atau pelayanan konseling. Selain itu, hasil penilaian autentik dapat digunakan sebagai bahan untuk memperbaiki proses pembelajaran yang memenuhi Standar Penilaian Pendidikan. a.
Prinsip-prinsip Penilaian Autentik sebagai berikut.
(1) Materi penilaian dikembangkan dari kurikulum. (2) Bersifat lintas muatan atau mata pelajaran. (3) Berkaitan dengan kemampuan peserta didik. (4) Berbasis kinerja peserta didik. (5) Memotivasi belajar peserta didik. (6) Menekankan pada kegiatan dan pengalaman belajar peserta didik. peserta didik untuk mengkonstruksi responnya. sikap, pengetahuan, dan keterampilan. berpikir divergen.
(7) Memberi kebebasan
(8) Menekankan keterpaduan
(9) Mengembangkan kemampuan
(10) Menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari
pembelajaran. (11) Menghendaki balikan yang segera dan terus menerus. (12) Menekankan konteks yang mencerminkan dunia nyata. (13) Terkait dengan dunia kerja. (14) Menggunakan data yang diperoleh langsung dari dunia nyata. (15) Menggunakan berbagai cara dan instrumen.
b.
Problematika Penilaian Autentik
Perubahan penggunaan kurikulum dari KTSP ke Kurikulum 2013 khususnya berkenaan dengan penilaianautentik, direaksi bervariasi oleh guru-guru dan tenaga pendidik. Ada yang langsung
menerima, ada pula yang setengah
setengah dan bahkan ada yang sangat frontal dalam bersikap. Pertanyaannya, mengapa mereka bersikap demikian? Hal itu dapat terjadi karena kurangnya
IPS SMP K-10
125
pemahaman terhadap konsep peniaian autentik. Berdasarkan diskusi dengan para guru yang menjadi peserta diklat di PPPPTK PKn dan IPS, diketahui bahwa mereka salah pemahaman tentang penerapan penilaian autentik. Sebagai contoh; mereka mengira se belumnya bahwa untuk penilaian sikap yang jenisnya ada empat (4) macam yaitu penilaian diri, penilaian antar teman, penilaian pengamatan dan jurnal, harus dilaksanakan semuanya dalam satu kali tatap muka. Padahal, dari keempat jenis penilaian sikap yang ada merupakan alternatif cara menilai. Artinya, guru dapat memilih salah satu untuk sekali tatap muka. Dengan begitu peserta didik tidak mengalami kebosanan. Berikut akan dibahas tentang problematika penerapan penilaian autentik. 1) Penilaian kompetensi sikap melalui observasi
Lembar Penilaian Sikap pada Kegiatan Praktikum Mata Pelajaran
:
IPS
Kelas/Semester:
VII
Topik/Subtopik :
Keadaan
alam
dan
aktivitas
penduduk
di
Indonesia/Interaksi manusia dengan alam Indikator
: Peserta didik menunjukkan perilaku ilmiah disiplin, tanggung jawab, jujur,
teliti dalam
merancang dan melakukan
kegiatan IPS
Berikan skor pada kolom-kolom sesuai hasil pengamatan terhadap peserta didik selama kegiatan . a. jika tidak pernah berperilaku dalam kegiatan b. jika kadang-kadang berperilaku dalam kegiatan c. jika sering berperilaku dalam kegiatan d. jika selalu berperilaku dalam kegiatan
No 1.
IPS SMP K-10
Nama Siswa
Disiplin
Tanggung Jujur jawab
Teliti
Kreatif
Peduli
Jumlah Skor
............
126
......... 2.
Lembar Penilaian Kegiatan Diskusi Mata Pelajaran
:
Kelas/Semester : Topik/Subtopik
IPS VII / 2
: Keadaan alam dan aktivitas penduduk di Indonesia/Interaksi manusia dengan alam
Indikator
:
Peserta didik
menunjukkan perilaku
kerja sama, santun,
toleran, responsif dan proaktif serta bijaksana sebagai wujud kemampuan memecahkan masalah dan membuat keputusan. Berikan skor pada kolom-kolom sesuai hasil pengamatan. a. jika tidak pernah berperilaku dalam kegiatan b. jika kadang-kadang berperilaku dalam kegiatan c. jika sering berperilaku dalam kegiatan d. jika selalu berperilaku dalam kegiatan No
Nama
Kerja
Siswa
sama
1.
................
2.
................
Santun
Toleran Responsif Proaktif
Bijaksana Jumlah Skor
Penilaian sikap untuk setiap peserta didik dapat menggunakan rumus berikut
IPS SMP K-10
127
Dengan predikat: PREDIKAT
NILAI
Sangat
80 ≤ AB ≤ 100
Baik (
SB) Baik (B)
70 ≤ B ≤ 79
Cukup (C)
60 ≤ C ≤ 69
Kurang (K)
<60
1. Penilaian Sikap melalui Penilaian Diri Penilaian
diri
dapat
dilakukan
pada
setiap
selesai
mempelajari satu KD.Contoh Format Penilaian Diri untuk Tugas IPS Bacalah baik-baik setiap pernyataan dan berilah tanda V pada kolom yang sesuai dengan keadaan dirimu yang sebenarnya. No
Pernyataan
1
Selama
YA melakukan
tugas
kelompok
TIDAK
saya
bekerjasama dengan teman satu kelompok 2
Saya mencatat data dengan teliti dan sesuai dengan fakta
3
Saya melakukan tugas sesuai dengan jadwal yang telah dirancang
4
Saya
membuat
membaca
tugas
terlebih
literature/browsing
dahulu internet
dengan yang
mendukung tugas 5
……………………………………….
Dari penilaian diri ini Anda dapat memberi skor misalnya YA=2, Tidak =1 dan membuat rekapitulasi bagi semua peserta didik. Penilaian diri juga dapat diberikan untuk mengukur pencapaian kompetensi pengetahuan, misalnya peserta didik
IPS SMP K-10
128
diminta mengerjakan soal-soal sebelum ulangan akhir bab dilakukan dan mencocokan dengan kunci jawaban yang tersedia pada buku siswa. Berdasarkan hasilnya, diharapkan peserta didik akan belajar kembali pada topik-topik yang belum mereka kuasai. 2. Penilaian Sikap melalui Penilaian antar Peserta Didik Penilaian sikap pada Kurikulum 2013 juga dapat diperoleh dari Penilaian Antar Peserta Didik. Penilaian ini merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta didik untuk saling menilai terkait dengan pencapaian kompetensi. Instrumen yang digunakan berupa lembar penilaian antarpeserta didik. Dalam bentuk daftar cek dan skala penilaian (rating scale). Kalimat pernyataan dibuat dirumuskan secara sederhana, namun jelas dan tidak berpotensi munculnya penafsiran makna ganda/berbeda dan penilaian dapat dilakukan oleh peserta didik Contoh penilaian antar peserta didik
Mata Pelajaran
:
IPS
Kelas/Semester :
VII / 2
Tema/Sub Tema
:
Indikator
:
...................................
Peserta didik
menunjukkan perilaku
kerja sama, santun,
toleran, responsif dan proaktif serta bijaksana sebagai wujud kemampuan memecahkan masalah dan membuat keputusan. -
Amati perilaku temanmu dengan cermat selamat mengikuti pembelajaran IPS
-
Berikan tanda v pada kolom yang disediakan berdasarkan hasil pengamatannu.
-
Serahkan hasil pengamatanmu kepada gurumu Dilakukan/muncul
No
Perilaku
1
Mau menerima pendapat teman
2
Memaksa teman untuk menerima pendapatnya
3
Memberi
YA
solusi
terhadap
pendapat
TIDAK
yang
bertentangan 4
Mau bekerjasama dengan semua teman
IPS SMP K-10
129
5
......................................
Keterangan: 1. Perilaku/sikap pada instrumen di atas ada yang positif (no 1.2dan 4) dan ada yang negatif (no 2) Pemberian skor untuk perlaku positif = 2, Tidak = 1. Untuk yang negatif Ya = 1 dan Tidak = 2 2. Selanjutnya
guru dapat membuat rekapitulasi
hasil penilaian menggunakan
format berikut. Skor Perilaku No
Nama
1
…….
2
Ami
Jumlah 1
2
3
4
5
2
2
1
2
2
Nilai
9
3
Nilai peserta didik dapat menggunakan rumus:
3. Penilaian Sikap melalui Jurnal Jurnal merupakan catatan pendidik di dalam dan di luar kelas yang berisi informasi hasil pengamatan tentang kekuatan dan kelemahan peserta didik yang berkaitan dengan sikap dan perilaku. Jurnal dapat memuat penilaian peserta didik terhadap aspek tertentu secara kronologis. Kriteria jurnal:
-
Mengukur capaian kompetensi sikap yang penting.
-
Sesuai dengan kompetensi dasar dan indikator.
-
Menggunakan format yang sederhana dan mudah diisi/digunakan.
-
Dapat dibuat rekapitulasi tampilan sikap peserta didik secara kronologis.
-
Memungkinkan untuk dilakukannya pencatatan yang sistematis, jelas dan komunikatif.
IPS SMP K-10
130
-
Format pencatatan memudahkan dalam pemaknaan terhadap tampilan sikap peserta didik
-
Menuntun guru untuk mengidentifikasi kelemahan dan kekuatan peserta didik.
Kelebihan yang ada pada jurnal adalah peristiwa/kejadian dicatat dengan segera. Dengan demikian, jurnal bersifat asli dan objektif dan dapat digunakan untuk memahami peserta didik dengan lebih tepat. Sementara itu, kelemahan yang ada pada jurnal adalah reliabilitas yang dimiliki rendah, menuntut waktu yang banyak, perlu kesabaran dalam menanti munculnya peristiwa sehingga dapat mengganggu perhatian dan tugas guru, apabila pencatatan tidak dilakukan dengan segera, maka objektivitasnya berkurang. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam membuat jurnal adalah: 1) Catatan atas pengamatan guru harus objektif 2) Pengamatan dilaksanakan secara selektif, artinya yang dicatat hanyalah kejadian / peristiwa yang berkaitan dengan Kompetensi Inti. 3) Pencatatan segera dilakukan (jangan ditunda-tunda) Pedoman umum penskoran jurnal: 1) Penskoran pada jurnal dapat dilakukan dengan menggunakan skala likert. Sebagai contoh skala 1 sampai dengan 4. 2) Guru menentukan aspek-aspek yang akan diamati. 3) Pada masing-masing aspek, guru menentukan indikator yang diamati. 4) Setiap aspek yang sesuai dengan indikator yang muncul pada diri peserta didik diberi skor 1, sedangkan yang tidak muncul diberi skor 0. 5) Jumlahkan skor pada masing-masing aspek. 6) Skor yang diperoleh pada masing-masing aspek kemudian direratakan 7) Nilai
Sangat Baik (SB), Baik (B), Cukup (C), dan Kurang (K) ditentukan
dengan cara menghitung rata-rata skor dan membandingkan dengan kriteria penilaian Model Pertama Petunjuk pengisian jurnal (diisi oleh guru):
IPS SMP K-10
131
1) Tulislah identitas peserta didik yang diamati, tanggal pengamatan dan aspek yang diamati oleh guru. 2) Tuliskan kejadian-kejadian yang dialami oleh Peserta didik baik yang merupakan kekuatan
maupun kelemahan Peserta didik sesuai
dengan pengamatan guru terkait dengan Kompetensi Inti. Tulislah dengan segera kejadian 3) Setiap kejadian per anak ditulis pada kartu yang berbeda. 4) Simpanlah kartu tersebut di dalam folder masing-masing Peserta didik
Contoh Format Jurnal
Jurnal Aspek yang diamati:
Nama Peserta Didik:
………………………….
………………………….
Kejadian
: ………………………….
Tanggal: ………………………….
Nomor peserta Didik: ………………………….
Catatan Pengamatan Guru: ............................................................................................................................ .................................................................................................................. ....................................................................................................
Model Kedua Petunjuk pengisian jurnal sama dengan model ke satu (diisi oleh guru) Contoh Format Jurnal
Jurnal Nama Peserta Didik : ……………….. Aspek yang diamati
IPS SMP K-10
: ………………..
132
NO
b.
HARI/TANGGAL
KEJADIAN
KETERANGAN/ TINDAK LANJUT
TANDA TANGAN PESERTA DIDIK
Penilaian Pengetahuan
Penilaian pengetahuan dapat berupa tes tulis, lisan dan penugasan. Instrumen tes tulis umumnya menggunakan soal pilihan ganda dan soal uraian. Pada pembelajaran IPS yang menggunakan pendekatan scientific, instrumen penilaian harus dapat menilai keterampilan berpikir tingkat tinggi (HOTS,―Higher Order thinking Skill”) menguji proses analisis, sintesis, evaluasi bahkan sampai kreatif. Untuk menguji keterampilan berpikir peserta didik, soal-soal untuk menilai hasil belajarIPS dirancang sedemikian rupa sehingga peserta didik menjawab soal melalui proses berpikir yang sesuai
dengan
kata
kerja
operasional
dalam
taksonomi
Bloom.Misalnya
untukmenguji ranah analisis peserta didik pada pembelajaranIPS, guru dapat membuat soal dengan menggunakan katakerja operasional yang termasuk ranah analisis seperti menganalisis, mendeteksi, mengukur, dan menominasikan. Ranah evaluasi contohnya membandingkan, menilai, memprediksi, dan menafsirkan. Penugasan adalah penilaian yang dilakukan oleh pendidik yang dapat berupa pekerjaan rumah baik secara individu ataupun kelompok sesuai dengan karakteristik tugasnya. Teknik dan bentuk instrumen penilaian kompetensi pengetahuan dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 10…….. Teknik dan Bentuk Instrumen Penilaian Teknik Penilaian
Bentuk Instrumen
Tes tulis
Pilihan
ganda,
isian,
jawaban
singkat,
benar-salah,
menjodohkan, dan uraian. Tes lisan
Daftar pertanyaan.
Penugasan
Pekerjaan rumah dan/atau tugas yang dikerjakan secara individu atau kelompok sesuai dengan karakteristik tugas.
IPS SMP K-10
133
1. Soal Pilihan Ganda a.
2. Soal Uraian
Indikator : Merancang kegiatan untuk menyelidiki aktivitas manusia hubungannya dengan struktur muka bumi Soal
:
Kalian dengan teman-temanmu akan , melakukan kegiatan penyelidikan, tetapi se belum melaksanakan kegiatan coba jawablah pertanyaan berikut
a. Diskripsikan tentang pengertian manusia sebagai makhluk sosial dengan disertai 5 contoh aktifitas masyarakat yang ada di sekitarmu! b. Gunakan fasilitas internet dan atau buku IPS lainnya untuk mencari informasi tentang penyebab permasalahan pokok ekonomi beserta contoh c. Diskripsikan dengan disertai contoh riil yang ada di sekitarmu, bahwa didalam
memecahkan
permasalahan
pokok
ekonomi
harus
mengaplikasikan prinsip ekonomi! d. Jelaskan tentang nilai apa yang kamu pelajari dari materi ini! e. Laporkan hasil diskusi kelompokmu secara tertulis! f.
Presentasikan hasil diskusimu didepan kelas!
Contoh Pedoman Penskoran No
Jawaban
Skor
a.
- Gambar rangkaian alat uji elektrolit benar, 30 keterangan lengkap dan menarik
- Gambar rangkaian alat uji elektrolit benar,
IPS SMP K-10
20
134
keterangan lengkap dan kurang menarik
- Gambar rangkaian alat uji elektrolit benar, 10 keterangan kurang lengkap dan menarik - Variabel manipulasi, respon dan kontrol 30
b.
benar
20
- hanya dua variable yang tepat
c.
- hanya satu variable yang benar
10
- Uraian sistematis dan benar
20
- Uraian kurang sistematis dan benar
10
Skor maksimal
Indikator :
80
Menjelaskan perbedaan larutan elektolit kuat dan elektroit lemah berdasarkan data hasil percobaan
Soal
:
Mengapa daya hantar listrik larutan asam klorida dengan larutan cuka berbeda. Jelaskan perbedaannya berdasarkan data dan teori ionisasi.
Contoh pedoman penskoran No Jawaban 2
Skor
- Larutan asam klorida termasuk larutan elektolit kuat, 10 larutan asam cuka termasuk elektrolit lemah
- Perbedaan elektrolit kuat dan elektrolit lemah 20
Elektrolit kuat: Dalam air akan terionisasi sempurna, Jumlah ion dalam larutan
relatif
banyak.
Dari
data
percobaan
uji
elektrolitlampu menyala terang dan menghasilkan banyak gelembung gas Elektrolit lemah:
20
Dalam air hanya terionisasi sebagian, Jumlah ion dalam
IPS SMP K-10
135
larutan
relativ
sedikit.
Dari
data
percobaan
uji
elektrolitlampu menyala redup dan menghasilkan sedikit gelembung gas
Jumlah
50
1. Instrumen Penilaian Pengetahuan Indikator : .......................................................................................................................... ..........................................................................................................................
a. Tes Tertulis -
Pilihan Ganda
-
Uraian
b. Tes Lisan c. Tes Penugasan
2. Instrumen Penilaian Keterampilan Indikator: .......................................................................................................................... .......................................................................................................................... a. Tes Praktik
b. Tes Proyek - Proyek - Produk c. Portofolio
IPS SMP K-10
136
2. Instrumen tes lisan berupa daftar pertanyaan. Pada pembelajaran IPS umumnya tes jarang dilakukan dengan tes lisan. Jika guru ingin mengembangkannya, guru dapat membuat daftar pertanyaan dan cara menjawabnya. 3. Instrumen penugasan berupa pekerjaan rumah dan/atau projek yang dikerjakan secara individu atau kelompok sesuai dengan karakteristik tugas. Contoh isntrumen tugas untuk suatu topik dan KD 3.1
Memahami hakikat ilmu IPS, metode ilmiah dan keselamatan kerja di laboratorium serta peran IPS dalam kehidupan.
4.1
Menyajikan hasil pengamatan tentang hakikat ilmu IPS, metode ilmiah dan keselamatan kerja dalam mempelajari IPS serta peran IPS dalam kehidupan.
Indikator: Melakukan
penelitian IPS
sederhana dengan menerapkan metode
ilmiah Soal: Tugas: Untuk berlatih sebagai seorang peneliti, cobalah kalian lakukan penelitian sederhana dengan tema berkaitan dengan keadaan alam dan aktivitas penduduk. Pilihlah sub tema yang menarik untuk diteliti. Lakukan dalam kelompok kerja. Buat laporan sesuai dengan sistematika yang disepakati bersama pada pertemuan minggu lalu, kemudian kumpulkan tepat waktu
Penilaian Keterampilan Pendidik menilai kompetensi keterampilan melalui penilaian kinerja, yaitu penilaian yang menuntut peserta didik mendemonstrasikan suatu kompetensi tertentu dengan menggunakan tes praktik, projek, dan penilaian portofolio. Instrumen yang digunakan berupa daftar cek atau skala penilaian (rating scale) yang dilengkapi rubrik. Rubrik adalah daftar kriteria yang menunjukkan kinerja, aspek-aspek atau konsep-konsep yang akan dinilai, dan gradasi mutu, mulai dari tingkat yang paling
IPS SMP K-10
137
sempurna sampai yang paling buruk. Rubrik kunci adalah rubrik sederhana berisi seperangkat kriteria yang menunjukkan indikator esensial paling penting yang dapat menggambarkan capaian kompetensi peserta didik. 1. Tes Praktik Tes praktik adalah penilaian yang menuntut respon berupa keterampilan melakukan suatu aktivitas atau perilaku sesuai dengan tuntutan kompetensi. Contoh Tes Praktek
Tema : KI
Keadaan alam dan aktivitas penduduk di Indonesia :
5. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya 6. Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan 138nstru dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaan 7. Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural)berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata. 8. Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori KD: 1.1 Menghargai karunia Tuhan YME yang telah menciptakan waktu dengan segala perubahannya 2.3. Menunjukkan perilaku santun toleran dan peduli dalam melakukan interaksi sosial dengan lingkungan dan teman sebaya 3.4. Memahami pengertian dinamika interaksi manusia dengan lingkungan alam, sosial,budaya, dan ekonomi
IPS SMP K-10
138
Indikator :
Menjelaskan faktor pendorong interaksi sosial yang mendasari aktifitas manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya
Mengevaluasi permasalahan manusia hubungannya dengan lingkungan sekitar
Lembar Pengamatan Pelaksanaan
No
Nama
1.
………………………
kegiatan
Rujukan
Kegiatan
Jumlah
Akhir /laporan
Skor
2.
Rubrik No 1
Keterampilan yang dinilai Pelaksanaan
Skor
Rubrik
30
- kerjasama - kekompakan
kegiatan
- keseriusan
2
3
Referensi
Kegiatan
IPS SMP K-10
20
Ada 3 aspek yang tersedia
10
Ada 2 aspek tang tersedia
30
argumen/informasi dilengkapi dengan beberapa referensi
20
Ada 3 aspek yang tersedia
10
Ada 2 aspek tang tersedia
akhir 30
- diskripsi laporan disusun secara sistematis
139
- kesesuaian naskah dengan tema
/pelaporan
- penggunaan bahasa 20
Ada 3 aspek yang tersedia
10
Ada 2 aspek tang tersedia
2. Tes Proyek Projek adalah tugas-tugas belajar (learning tasks) yang meliputi kegiatan perancangan, pelaksanaan, dan pelaporan secara tertulis maupun lisan dalam waktu tertentu. Pada pembelajaran IPS tugas proyek dapatberupa tugas wawancara atau penelitian sederhana a. Penilaian Produk Pengertian Penilaian produk adalah penilaian terhadap proses pembuatan dan kualitas suatu produk. Penilaian produk meliputi penilaian kemampuan peserta didik membuat produk-produk teknologi dan seni, seperti: makanan, pakaian, hasil karya seni (patung, lukisan, gambar), barang-barang terbuat dari kayu, keramik, plastik, dan logam atau alat-alat teknologi tepat guna yang sederhana. Pengembangan produk meliputi 3 (tiga) tahap dan setiap tahap perlu diadakan penilaian yaitu: 1) Tahap
persiapan,
meliputi:
penilaian
kemampuan
peserta
didik
dan
merencanakan, menggali, dan mengembangkan gagasan, dan mendesain produk. 2) Tahap pembuatan produk (proses), meliputi: penilaian kemampuan peserta didik dalam menyeleksi dan menggunakan bahan, alat, dan teknik. 3) Tahap penilaian produk (appraisal), meliputi: penilaian produk yang dihasilkan peserta didik sesuai kriteria yang ditetapkan. Teknik Penilaian Produk Penilaian produk biasanya menggunakan cara holistik atau analitik. 1) Cara holistik, yaitu berdasarkan kesan keseluruhan dari produk, biasanya dilakukan pada tahap appraisal.
IPS SMP K-10
140
2) Cara analitik, yaitu berdasarkan aspek-aspek produk, biasanya dilakukan terhadap
semua
kriteria
yang
terdapat
pada
semua
tahap
proses
pengembangan.
Contoh Format Penilaian Produk Materi Pelajaran
:
Nama Proyek : Alokasi Waktu
No
Nama Peserta didik: Kelas :
:
Tahapan
Skor ( 1 – 5 )*
1
Tahap Perencanaan Bahan
2
Tahap Proses Pembuatan : a. Persiapan alat dan bahan b. Teknik Pengolahan c. K3 (Keselamatan kerja, keamanan dan kebersihan)
3
Tahap Akhir (Hasil Produk) a. Bentuk fisik b. Inovasi
TOTAL SKOR Catatan : *) Skor diberikan dengan rentang skor 1 sampai dengan 5, dengan ketentuan semakin lengkap jawaban dan ketepatan dalam proses pembuatan maka semakin tinggi nilainya.
Setelah proyek selesai guru dapat melakukan penilaian menggunakan rubrik penilaian proyek. Peserta didik melakukan presentasi hasil proyek, mengevaluasi hasil proyek, memperbaiki sehingga ditemukan suatu temuan baru untuk menjawab permasalahan yang diajukanpada tahap awal. Teknik Penilaian Proyek
IPS SMP K-10
141
Penilaian proyek dilakukan mulai dari perencanaan, proses pengerjaan, sampai hasil akhir proyek. Untuk itu, guru perlu menetapkan hal-hal atau tahapan yang perlu dinilai, seperti penyusunan disain, pengumpulan data, analisis data, dan penyiapkan laporan tertulis. Laporan tugas atau hasil penelitian juga dapat disajikan dalam bentuk poster. Penilaian dapat menggunakan instrumen penilaian berupa daftar cek ataupun skala penilaian. Aspek yang dinilai disesuaikan dengan tugas proyek. Contoh format penilaian proyek diantaranya adalah sebagai berikut.
Contoh Format Penilaian Proyek Mata Pelajaran
:
Guru Pembimbing
:
Nama Proyek :
Nama
:
Alokasi Waktu :
Kelas
:
No.
ASPEK
1
PERENCANAAN :
SKOR (1 - 5)
a. Rancangan Alat -
Alat dan bahan
-
Gambar
b. Uraian cara menggunakan alat 2
PELAKSANAAN : a. Keakuratan Sumber Data / Informasi b. Kuantitas Sumber Data c. Analisis Data d. Penarikan Kesimpulan
3
LAPORAN PROYEK : a. Sistematika Laporan b. Performans c. Presentasi TOTAL SKOR
IPS SMP K-10
142
2. Penilaian Portofolio Penilaian portofolio adalah penilaian yang dilakukan dengan cara menilai kumpulan seluruh karya peserta didik dalam bidang tertentu yang bersifat reflektif-integratif untuk mengetahui minat, perkembangan, prestasi, dan/atau kreativitas peserta didik dalam kurun waktu tertentu. Salah satu contoh portofolio adalahmembuatan laporan praktikum atau laporan proyek Penilaian Portofolio Penilaian
dengan
memanfaatkan
portofolio
merupakan
penilaian
melalui
sekumpulan karya peserta didik yang tersusun secara sistematis dan terorganisasi yang dilakukan selama kurun waktu tertentu. Portofolio digunakan oleh guru dan peserta didik untuk memantau secara terus menerus perkembangan pengetahuan dan keterampilan peserta didik dalam bidang tertentu. Dengan demikian penilaian portofolio
memberikan
gambaran
secara
menyeluruh
tentang
proses
dan
pencapaian hasil belajar peserta didik.Portofolio merupakan bagian terpadu dari pembelajaran sehingga guru mengetahui sedini mungkin kekuatan dan kelemahan peserta didik dalam menguasai kompetensi pada suatu tema. Berikut ini hal-hal yang harus dilakukan dalam menggunakan portofolio. -
masing-masing peserta didik memiliki portofolio sendiri yang di dalamnya memuat hasil belajar siswa setiap muatan pelajaran atau setiap kompetensi.
-
menentukan hasil kerja apa yang perlu dikumpulkan/disimpan.
-
sewaktu waktu peserta didik diharuskan membaca catatan guru yang berisi komentar, masukan dan tindakan lebih lanjut yang harus dilakukan peserta didik dalam rangka memperbaiki hasil kerja dan sikap.
-
peserta didik dengan kesadaran sendiri menindaklanjuti catatan guru.
-
catatan guru dan perbaikan hasil kerja yang dilakukan peserta didik perlu diberi tanggal, sehingga perkembangan kemajuan belajar peserta didik dapat terlihat.
Penilaian portofolio merupakan penilaian atas kumpulan artefak yang menunjukkan kemajuan dan dihargai sebagai hasil kerja dari dunia nyata. Penilaian portofolio bisa berangkat dari hasil kerja peserta didik secara perorangan atau diproduksi secara
IPS SMP K-10
143
berkelompok, memerlukan refleksi peserta didik, dan dievaluasi berdasarkan beberapa dimensi.
Penilaian portofolio merupakan penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada kumpulan informasi yang menunjukkan perkembangan kemampuan peserta didik dalam satu periode tertentu. Informasi tersebut dapat berupa karya peserta didik dari proses pembelajaran yang dianggap terbaik, hasil tes (bukan nilai), atau informasi lain yang relevan dengan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang dituntut oleh topik atau muatan pelajaran tertentu. Fokus penilaian portofolio adalah kumpulan karya peserta didik secara individu atau kelompok pada satu periode pembelajaran tertentu. Penilaian terutama dilakukan oleh guru, meski dapat juga oleh peserta didik sendiri. Melalui penilaian portofolio guru akan mengetahui perkembangan atau kemajuan belajar peserta didik. Misalnya, hasil karya mereka dalam menyusun atau membuat karangan, puisi, surat, komposisi musik, gambar, foto, lukisan, resensi buku/literatur, laporan penelitian, sinopsis, dan lain-lain. Atas dasar penilaian itu, guru dan/atau peserta didik dapat melakukan perbaikan sesuai dengan tuntutan pembelajaran. Penilaian portofolio dilakukan dengan menggunakan langkah-langkah seperti berikut ini. -
Guru menjelaskan secara ringkas esensi penilaian portofolio.
-
Guru atau guru bersama peserta didik menentukan jenis portofolio yang akan dibuat.
-
Peserta didik, baik sendiri maupun kelompok, mandiri atau di bawah bimbingan guru menyusun portofolio pembelajaran.
-
Guru menghimpun dan menyimpan portofolio peserta didik pada tempat yang sesuai, disertai catatan tanggal pengumpulannya.
-
Guru menilai portofolio peserta didik dengan kriteria tertentu.
-
Jika memungkinkan, guru bersama peserta didik membahas bersama dokumen portofolio yang dihasilkan.
-
Guru memberi umpan balik kepada peserta didik atas hasil penilaian portofolio.
IPS SMP K-10
144
Contoh Penilaian proyek dan Laporan dapat dilihat pada modul RPP
Lembar Kerja
PERANCANGAN PENILAIAN DALAM PEMBELAJARAN IPS Tujuan Kegiatan:
Pada kegiatan ini diharapkan
peserta mampu merancang
instrumen penilaian sikap, pengetahuan dan keterampilan dalam pembelajajaran IPS Langkah Kegiatan : 1. Kerjakan dalam kelompok, cermati contoh-contoh pengembangan instrumen penilaian sikap, pengetahuan dan keterampilan serta lembar kerja perancangan instrumen penilaian 2. Pilihlah satu subtopik/submateri/subtema untuk dari satu KD, sebaiknya topic/materi yang dipilih sesuai dengan model-model pembelajaran yang telah dikembangkan oleh kelompok Anda 3. Isilah Lembar Kerja perancangan
penilaian sikap, pengetahuan dan
keterampilan dengan contoh instrumen untuk masing-masing bentuk penilaian 4. Presentasikan hasil kerja kelompok Anda 5. Perbaiki rancangan instrumen penilaian jika ada saran atau usulan perbaikan
Format: Identitas Materi Kompetensi Dasar
:
Topik/Materi Sub Topik/Sub Materi
: :
3. ..…………………................................................................. 4…. ………………..............................................................….. 2......................................................................................... ……………………………….....................................................….. ...........................................................................................
3. Instrumen Penilaian Sikap Indikator: ..........................................................................................................................
IPS SMP K-10
145
.......................................................................................................................... a. Observasi
b. Penilaian Diri
c. Antar Peserta Didik
d. Jurnal
D. Aktivitas Pembelajaran 7. Untuk memahami sekaligus menguasai modul ini, sebaiknya Anda membaca semua informasi kemudian pelajari contoh-contoh penilaian yang ada 8. Siapkan dokumen kurikulum KI-KD dan silabus/Buku Siswa 9. Pilih salah satu tema yang ada (boleh kelas VII,VIII, IX) kemudian kembangkan penilaian sesuai dengan tema Anda 10.
Setelah selesai, presentasikan hasil diskusi Anda
11.
Perbaiki hasil kerja Anda jika ada masukan dari teman yang lain
E. Latihan
4. Kembangkan penilaian lain sesuai tema/sub tema yang Anda pilih ke dalam IPK dan materi pembelajaran untuk kelas VII, VIII, IX 5. Kerjakan sesuai format yang telah ditetapkan F. Umpan Balik Setelah kegiatan pembelajaran Anda dapat melakukan umpan balik dengan menjawab pertanyaan berikut: 4. Apakah Anda paham tentang penilaian autentik? 5. Apakah Anda dapat menemukan keterkaitan penilaian autentik dan IPK? IPS SMP K-10
146
6. Apakah Anda paham dengan penjabaran tiap-tiap penilaian dalam pencapaian IPK dan materi pembelajaran seperti pada format yang telah dicontohkan? G. Kunci jawaban, mengarahkan pada jawaban: 4. Konsep penilaian autentik 5. Menunjukkan keterkaitan tema dengan model penilaian 6. Format isian keterkaitan penyusunan penilaian dengan tema yang Anda pilih
IPS SMP K-10
147
Daftar Rujukan Ahmadi, Rulam. 2014. Metodologi Penelitian Kualitatif. Yogyakarta. Ar-Ruz Media Creswell, John W. 2014. Penelitian Kualitatif & Desain Riset: Memilih di antara Lima Pendekatan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Denzin, Norman K. 2009. Handbook of Qualitative Research. California. Sage Publication. Denzin, NK. 1978. The Research Act: A Theoretical Introduction in Sociological Methods. New York. McGraw-Hills. Fatchan, A & Dasna, I Wayan. 2009. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Surabaya: Jenggala Pustaka Utama & Lemlit Universitas Negeri Malang. Fatchan, A. 2009. Metode Penelitian Kualitatif: Beserta Contoh Proposal Skripsi, Tesis dan Disertasi. Surabaya: Jenggala Pustaka Utama & Lemlit Universitas Negeri Malang. Fatchan, A. 2011. Metode Penelitian Kualitatif: Beserta Contoh Proposal Skripsi, Tesis dan Disertasi. Surabaya: Jenggala Pustaka Utama. Fatchan, A. 2013. Metode Penelitian Kualitatif 10 Langkah Penelitian Kualitatif Pendekatan Konstruksi dan Fenomenologi. Malang: Penerbit Universitas Negeri Malang (UM PRESS). Miles, MB dan AM Huberman. Qualitative Data Analysis: A Sourcebook of New Methods. Beverly Hills. SAGE. Moleong, LJ. 1989. Metodologi Penelitian Kualitatif. Remaja Rosdakarya. Bandung. Patton, MQ. 1990. Qualitative Evaluation Methods. Beverly Hills. SAGE. Salim, Agus. 2002. Perubahan Sosial: Sketsa Teori dan Refleksi Metodologi Kasus Indonesia. Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya. Sitorus, MTF. 1998. Penelitian Kualitatif: Suatu Perkenalan. Bogor. Dokis. Sugiyono. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: cv ALFABETA. Taylor, SJ dan R Bogdan. 1984. Introduction to Qualitative Research Methods: The Search for Meanings, Second Edition. Toronto. John Wiley and Sons. Wallace, Walter R. 1994. Metode Logika Ilmu Sosial. Jakarta: Bumi Aksara.
IPS SMP K-10
148
Daftar Pustaka: American Association for the Advancement of Science (1970) "Science A Process Approach" USA : AAAS / Xerox Corporation. Helmenstine, A.M. , Ph.D Scientific Method Steps. http://chemistry.about.com/od/sciencefairprojects/a/Scientific-MethodSteps.htm. last update Februari 2013 Nuryani_Rustaman, http://file.upi.edu/Direktori/SPS/PRODI.PENDIDIKAN_IPS/195012311979032NURYANI_RUSTAMAN/Asesmen_pendidikan_IPS.pdflast update Januari 2013 Sudarwan. (2013). Pendekatan-pendekatan Ilmiah dalam Pembelajaran. Pusbangprodik Tim Pengembang. ( 2013) Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013. Mata Pelajaran IPS. Pusbangprodik
IPS SMP K-10
149
IPS SMP K-10
150