PENYUSUN Indrijati Soerjasih, S.Sos., M.Sos. ( PPPPTK PKn DAN IPS )
Usman Effendi, S.Sos., M.Pd. ( PPPPTK PKn DAN IPS )
Sri Endah Kinasih, S.Sos., M.Si ( UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA )
Anggaunitakiranantika, S.Sos., M.Sosio. ( UNIVERSITAS NEGERI MALANG )
PEMBAHAS Drs. Pudjio Santoso, M.Si. ( UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA )
Antropologi SMA K - 6
1
MODUL PENGEMBANGAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN
MATA PELAJARAN
ANTROPOLOGI SMA KELOMPOK KOMPETENSI 6 PENYUSUN Indrijati Soerjasih, S.Sos., M.Sos. ( PPPPTK PKn DAN IPS )
Usman Effendi, S.Sos., M.Pd. ( PPPPTK PKn DAN IPS )
Sri Endah Kinasih, S.Sos., M.Si ( UIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA )
Anggaunitakiranantika, S.Sos., M.Sosio. ( UNIVERSITAS NEGERI MALANG )
PEMBAHAS Drs. Pudjio Santoso, M.Si. ( UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA )
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN PUSAT PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL PPPPTK PKn DAN IPS 2015
Antropologi SMA K - 6
i
PENGANTAR
Salah satu komponen yang menjadi fokus perhatian dalam peningkatan kualitas pendidikan adalah peningkatan kompetensi guru. Hal ini menjadi prioritas baik oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Sejalan dengan hal tersebut, peran guru yang profesional dalam proses pembelajaran di kelas menjadi sangat penting sebagai penentu kunci keberhasilan belajar siswa. Disisi lain, Guru diharapkan mampu untuk membangun proses pembelajaran yang baik sehingga dapat menghasilkan pendidikan yang berkualitas. Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) diperuntukkan bagi semua guru. Sejalan dengan hal tersebut, pemetaan kompetensi baik Kompetensi Pedagogik maupun Kompetensi Profesional sangat dibutuhkan bagi Guru. Informasi, tentang peta kompetensi tersebut diwujudkan dalam buku modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan dari berbagai mata pelajaran. PPPPTK PKn dan IPS merupakan salah satu Unit Pelaksana Teknis
di lingkungan
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan, mendapat tugas untuk menyusun Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB), khususnya modul PKB untuk mata pelajaran PPKn SMP, IPS SMP, PPKn SMA/SMK, Sejarah SMA/SMK, Geografi SMA, Ekonomi SMA, Sosiologi SMA, dan Antropologi SMA. Masing-masing modul Mata Pelajaran disusun dalam Kelompok Kompetensi 1 sampai dengan 10. Dengan adanya modul
ini, diharapkan semua kegiatan pendidikan dan pelatihan baik yang dilaksan
dengan pola tatap muka maupun on-line bisa mengacu dari modul-modul yang telah disusun ini. Semoga modul ini bisa dipergunakan untuk menjadi acuan dan pengembangan proses pembelajaran, khususnya untuk mata pelajaran PKn dan IPS.
Jakarta, Desember 2015 Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
Sumarna Surapranata, Ph.D NIP. 195908011985032001 Antropologi SMA K - 6
ii
DAFTAR ISI Hal HALAMAN JUDUL
i
KATA PENGANTAR
ii
DAFTAR ISI
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
DAFTAR BAGAN
v
BAGIAN 1: PENDAHULUAN
1
BAB 1 BUDAYA MASSA
2
BAB 2 MASYARAKAT TRADISIONAL
23
BAB 3 MASYARAKAT MODERN
34
BAB 4 STRATEGI KEBUDAYAAN DI INDONESIA
46
BAB 5 PROBLEMATIKA PENYIMPANGAN SOSIAL
62
BAB 6 PERMASALAHAN PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA
80
BAB 7 PROBLEMATIKA GLOBALISASI DALAM PEMBENTUKAN GAYA HIDUP
95
BAB 8 PROBLEMATIKA SUMBER DAN MEDIA PEMBELAJARAN
108
BAB 9 METODE PENELITIAN KUALITATIF
125
BAB 10 PROBLEMATIKA SAINTIFIK DALAM PEMBELAJARAN
143
BAB 11 PROBLEMATIKA PENERAPAN MODEL – MODEL PEMBELAJARAN ANTROPOLOGI
155
BAB 12 PROBLEMATIKA PENERAPAN PENILAIAN PADA SATUAN PENDIDIKAN
168
BAB 13 PROBLEMATIKA SILABUS DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) ANTROPOLOGI
193
PENUTUP
203
DAFTAR PUSTAKA
204
GLOSARIUM
203
Antropologi SMA K - 6
iii
DAFTAR GAMBAR DAFTAR GAMBAR
Hal
Gambar 1 Masyarakat senang belanja di mall daripada pasar tradisional 9 Gambar 2 Ibdu-ibu sedang makan di fast foo
12
Gambar 3 Anak-anak melihat tayangan yang ada di televisi
13
Gambar 4 Masyarakat tradisional lebih mengandalkan alat manual
26
Gambar 5 Peralatan music yang digunakan masih sederhana
26
Gambar 6 Gambaran di masyarakat modern
36
Gambar 7 Kebudayan
49
Gambar 8 Alam pikiran mitis
50
Gambar 9 Alam pikiran Ontologis
53
Gambar 10 Alam pikiran fungsional
55
Gambar 11Aksi protes dan demonstrasi
68
Gambar 12 Kriminalitas yang sering terjadi
69
Gambar 13 Tawuran antar pelajar
70
Gambar 14 Komunikasi bisa lebih cepat meskipun jarak jauh
82
Gambar 15 Demo dan perlawanan melawan keputusan hukum
85
Gambar 16 Komunikasi lebih cepat tanpa memerlukan waktu lama
87
Gambar 17 Mengonsumsi obat terlarang
99
Gambar 18 fast food yang dikonsumsi sebagai gaya hidup
100
Gambar 19 Trend mode dan bentuk pakaian mini dan terbuka
101
Gambar 20 Tingkat kesulitan memahami materi
110
Gambar 21 Angklung sebagai media tiga dimensi
116
Gambar 22 OHP
119
Gambar 23 Proyektor film Strip
120
Gambar 24 Karakteristik Penelitian Kualitatif
130
Gambar 25 Metode Saintifik
145
Antropologi SMA K - 6
iv
DAFTAR TABEL Judul Tabel
Hal
Tabel 1. Analisis Media Pembelajaran...............................……………..
122
Tabel 2. Analisis Kekuatan dan Kelemahan Pendekatan
145
Saintifik.................................................................................... Tabel 3. Analisis Problematika Penerapan Saintifik.........……………
153
Tabel 4. Analisis Problematika Model Pembelajaran Antropologi..........
165
Tabel 5. Lembar Penilaian Kompetisi Sikap pada saat Diskusi.…………
170
Tabel 6. Penilaian Diri Setelah Melaksanakan Suatu Tugas.........………
172
Tabel 7. Penilaian Sikap.................................................................……..
189
Tabel 8. Penilaian Pengetahuan............……………………………………
189
Tabel 9. Penilaian Keterampilan……………………………………………
190
Antropologi SMA K - 6
v
DAFTAR BAGAN DAFTAR BAGAN
HAL
Bagan 1 Proses Komunikasi dari Duncan 109
Antropologi SMA K - 6
vi
BAGIAN 1: PENDAHULUAN 1. Deskripsi Antropologi merupakan salah satu muatan kurikulum pendidikan dasar dan menengah sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 2, Pasal 3, dan Pasal 37 Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional dan Penjelasan Pasal 37 “... dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air”. Berdasarkan rumusan tersebut, telah dikembangkan Mata pelajaran Antropologi yang diharapkan dapat menjadi wahana edukatif dalam mengembangkan peserta didik menjadi manusia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air yang dijiwai oleh nilai-nilai Pancasila, Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, semangat Bhinneka Tunggal Ika dan komitmen Negara Kesatuan Republik Indonesia. Untuk mengakomodasikan perkembangan baru dan perwujudan pendidikan sebagai proses pencerdasan kehidupan bangsa dalam arti utuh dan luas. Mata pelajaran Antropologi, secara utuh bersama mata pelajaran lainnya,
sudah
dimuat
dalam
semua ketentuan
Peraturan
Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) turunan dari Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 2013 yang merupakan Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan. Ketentuan tersebut berkaitan dengan Standar Kompetensi Lulusan (SKL), Kompetensi Inti (KI), Kompetensi Dasar (KD), Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum, Silabus, Buku Teks Siswa dan Buku Pedoman Guru, serta Pedoman Implementasi Kurikulum. Dengan kata lain tentang apa, mengapa, dan bagaimana mata pelajaran Antropologi secara imperatif berkedudukan dan berfungsi dalam konteks sistem pendidikan dan kurikulum secara nasional sudah didukung dengan regulasi yang sangat lengkap.
2. Petunjuk Penggunaan Modul ini berisi kegiatan belajar yang disajikan konsep, materi, struktur dan pola pikir keilmuan; dan ruang lingkup antropologi. Kegiatan Belajar ini dirancang untuk pencapaian tujuan yang telah ditentukan. Untuk membantu
Antropologi SMA K - 6
1
Anda dalam mempelajari modul ini, ada baiknya diperhatikan beberapa petunjuk belajar berikut ini: a. Bacalah dengan cermat bagian pendahuluan modul ini sampai Anda memahami secara tuntas tentang apa, untuk apa, dan bagaimana mempelajari modul ini. b. Baca sepintas bagian demi bagian dan temukan kata-kata kunci dari kata-kata yang dianggap baru. Carilah dan baca pengertian kata-kata kunci tersebut dalam kamus yang anda miliki. c. Cobalah anda tangkap pengertian demi pengertian dari isi modul ini melalui pemahaman sendiri dan tukar pikiran dengan teman sejawat atau dengan tutor Anda d. Untuk memperluas wawasan, baca dan pelajari sumber-sumber lain yang relevan. Anda dapat menemukan bacaan dari berbagai sumber, termasuk dari internet. e. Mantapkan pemahaman anda dengan mengerjakan latihan dalam modul dan melalui kegiatan diskusi dalam kegiatan tutorial dengan pendidik lainnya atau teman sejawat. f.
Cobalah menjawab soal-soal yang dituliskan pada setiap akhir kegiatan belajar. Hal ini berguna untuk mengetahui apakah anda sudah memahami dengan benar isi yang terkandung dalam modul ini.
Selamat belajar ! 3. Tujuan Akhir Setelah mempelajari Modul ini, diharapkan Anda dapat: Menguasai konsep, Materi, struktur pola pikir keilmuan, dan ruang lingkup Antropologi 4. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar 5. Peta konsep/Alur Pencapaian Kompetensi
Antropologi SMA K - 6
2
BAGIAN 2: PEMBELAJARAN A. BAB I BUDAYA MASSA Kegiatan Belajar 1 Budaya Massa 1. Tujuan Pembelajaran Materi antropologi sebagai ilmu dan metode disajikan untuk membekali peserta diklat tentang budaya massa. Diharapkan setelah mempelajari materi ini peserta diklat mampu menggunakan ilmu antropologi untuk menganalisis fenomena munculnya budaya massa yang ada di masyarakat. 2. Indikator Pencapaian Kompetensi a. Peserta diklat mampu menjelaskan pengertian Budaya Massa. b. Peserta diklat mampu mengidentifikasi bentuk – bentuk dan contoh Budaya Massa c. Peserta diklat menjelaskan faktor – faktor penyebab terjadinya Budaya Massa d. Peserta diklat mampu menjelaskan beberapa karakteristik Budaya Massa e. Peserta diklat mampu menjelaskan latar belakang terjadinya Budaya Massa f.
Peserta diklat mampu menjelaskan ciri – ciri Budaya Massa
3. Uraian Materi a. Definisi Budaya Badaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Bahasa, sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang – orang yang berbeda budaya dan meyesuaikan perbedaan – perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu dipelajari. Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. Budaya bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur – unsur sosio-budaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia.
Antropologi SMA K - 6
3
b. Pengertian Massa Menurut Dennis McQuail (1994:31), kata massa berdasarkan sejarah mempunyai dua makna, yaitu positif dan negatif. Makna negatifnya adalah berkaitan dengan kerumunan (mob), atau orang banyak yang tidak teratur, bebal, tidak memiliki budaya, kecakapan dan rasionalitas. Makna positif, yaitu massa memiliki arti kekuatan dan solidaritas di kalangan kelas pekerja biasa saat mencapai tujuan kolektif.Sehubungan dengan makna komunikasi terutama komunikasi massa, makna kata massa mengacu pada kolektivitas tanpa bentuk, yang komponenkomponannya sulit dibedakan satu dengan yang lainnya. Dengan demikian, maka massa sama dengan suatu kumpulan orang banyak yang tidak mengenal keberadaan individualitas. Blumer dalam McQuail (1994:31), mengemukakan ada empat komponen yang mengandung arti massa, yaitu: 1) Anggota massa adalah orang-orang dari posisi kelas sosial yang berbeda, jenis pekerjaan yang berlainan, dengan latar belakang budaya yang bermacam-macam, serta tingkat kekayaan yang beraneka atau berasal dari segala lapisan kehidupan dan dari seluruh tingkatan sosial. 2) Massa terdiri dari individu-individu yang anonim. 3) Biasanya secara fisik anggota massa terpisah satu sama lainnya dan hanya terdapat sedikit interaksi atau penukaran pengalaman antar anggota-anggota massa dimaksud. 4) Keorganisasian dari suatu massa bersifat sangat longgar, dan tidak mampu untuk bertindak bersama atau secara kesatuan, seperti halnya suatu kerumunan (crowd). Secara umum pengertian massa ditandai dengan:
Kurang memiliki kesadaran diri.
Kurang memiliki identitas diri.
Tidak mampu bergerak secara serentak dan terorganisir untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
Massa ditandai oleh komposisi yang selalu berubah dan berada dalam batas wilayah yang selalu berubah pula.
Massa tidak bertindak dengan dirinya sendiri, tetapi dikooptasi untuk melakukan suatu tindakan.
Antropologi SMA K - 6
4
Meski anggotanya heterogen, dan dari semua lapisan sosial, massa selalu bersikap sama dan berbuat sesuai dengan persepsi orang yang akan mengkooptasi mereka. Kata massa juga sering kali digunakan untuk menyebutkan kata konsumen
di pasar massal, sejumlah besar pemilih dalam pemilu. Konsep massa kemudian mengandung pengertian masyarakat secara keseluruhan “masyarakat massa” (the mass society). Menurut McQuail (1994:31), massa ditandai oleh (1) memiliki agregat yang besar; (2) tidak dapat dibedakan; (3) cenderung berpikir negatif; (4) sulit diperintah atau diorganisir; dan (5) refleksi dari khalayak massa. c. Pengertian Budaya Massa Dalam arti sebenarnya, Budaya Massa dianggap sebagai milik mayoritas masyarakat tak berbudaya dan tak berpendidikan. Dalam sosiologi, istilah “massa” mengandung pengertian kelompok manusia yang tak bisa dipilah-pilah, bahkan semacam kerumunan (crowd) yang bersifat sementara dan dapat dikatakan: segera mati. Dalam kelompok manusia yang seperti ini, identitas seseorang biasanya tenggelam. Masing-masing akan mudah sekali meniru tingkah laku orang-orang lain yang “sekerumunan.” Puncak dari tingkah laku mereka akan dilalui, katakanlah maksudnya selesai, apabila secara fisik mereka sudah lelah dan tujuan bersamanya tercapai. Kebudayaan Massa adalah “seperangkat ide bersama dan pola perilaku yang memintas garis sosio-ekonomi dan pengelompokan sub-kultural dalam suatu masyarakat yang kompleks. Sementara menurut aliran Frankfurt, budaya populer adalah budaya massa yang dihasilkan industri budaya untuk stabilitas maupun kesinambungan kapitalisme. Budaya massa adalah budaya populer yang dihasilkan industri produksi massa
dan
dipasarkan
untuk
mendapatkan
keuntungan
pada
khalayak
konsumen. Budaya massa adalah hasil budaya yang dibuat secara massif demi kepentingan pasar. Budaya massa lebih bersifat massal, terstandarisasi dalam sistem pasar yang anonim, praktis, heterogen, lebih mengabdi pada kepentingan pemuasan selera “dangkal”. Zaman dulu secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa budaya massa adalah simbol kedaulatan kultural dari orang-orang yang tidak terdidik.
Antropologi SMA K - 6
5
Dari asal katanya Budaya massa merupakan istilah untuk mass culture, istilah inggris yang berasal dari bahasa Jerman yaitu Masse dan kultur. Di Eropa budaya massa ditujukan kepada mayoritas masyarakat Eropa kelas menengah ke bawah yang tak terpelajar,seperti kelas pekerja dan kaum miskin yang disebut mass atau masse. Karena itu istilah budaya massa di Eropa diidentikkan dengan ejekan atau merendahkan terhadap apa yang menjadi pilihan-pilihan kaum kelas
menengah
ke
bawah
ini.
Pilihan
-
pilihan
itu
seperti
pilihan
produk,ide,perasaan,pikiran dan sikap masyarakat Eropa yang tidak terpelajar. Sementara istilah lain yang berlawanan dengan istilah masse kultur adalah istilah high culture yang berarti kebudayaan tinggi atau kebudayaan elit. Disebut kebudayaan elit karena istilah ini digunakan untuk menyebut atau mengacu kepada kaum terpelajar dan kelas menengah ke atas di Eropa. Terkait dengan berbagai pilihan produk kesenian dan segala sesuatu yang berkaitan dengan pikiran dan perasaan mereka yang menjatuhkan kepada pilihan atas jenis produk simbolik yang bernilai tinggi. Jika dibandingkan,pemakaian kedua istilah di atas untuk menyebutkan perbedaan selera berupa pilihan-pilihan produk antara kedua kelas sosial diatas. Yaitu antara kaum tidak terpelajar yang sebagian besar adalah kelas menengah ke bawah dan kaum terpelajar yang masuk dalam golongan kelas atas. Jelas bahwa pemakaian istilah masse kultur (budaya massa) mengandung ejekan atau sikap merendahkan terhadap apa yang menjadi pilihan produk, ide dan pemikiran mayoritas kelas menengah bawah. Budaya massa merupakan produk kebudayaan yang secara terus-menerus direproduksi sekaligus dikonsumsi secara massal, sehingga industri yang tercipta dari budaya massa ini berorientasi pada penciptaan untuk memperoleh keuntungan sebesar-besarnya pada khalayak konsumen. Munculnya budaya tersebut akibat dari massifikasi industrialisasi dan komersialisasi yang berorientasi pada keuntungan sebesar-besarnya untuk kaum konglomerat media. Budaya massa juga diartikan sebagai perilaku konsumerisme. Konsumerisme yang berwujud kesenangan universal ini bersifat sementara yang mengacu pada produk budaya seperti trend dan mode yang sedang diminati oleh pasar. Dalam pembentukan budaya massa, komunikasi massa memiliki peranan yang penting dan efektif untuk mempengaruhi perilaku dan homogenitas budaya di dalam masyarakat. Komunikasi massa tersebut dijadikan sebagai wadah untuk pemasaran dan sasaran iklan. Selain itu, produk buAntropologi SMA K - 6
6
daya semakin dikembangkan dan direkontruksi sesuai dengan selera dan cita rasa agar memunculkan minat masyarakat terhadapnya. d. Ciri – ciri Budaya Massa Ciri-ciri dari budaya massa (Burhan Bungin,2009: 77-78): 1) Nontradisional, yaitu umumnya komunikasi massa berkaitan erat dengan budaya populer. acara-acara infotainmen atau hiburan. 2) Budaya massa juga bersifat merakyat, tersebar di basis massa sehingga tidak mengerucut di tingkat elit, namun apabila ada elit yang terlibat dalam proses ini maka itu bagian dari basis massa itu sendiri. 3) Budaya massa juga memproduksi seperti infotainmen yang merupakan produk pemberitaan yang diperuntukan kepada massa secara meluas. Semua orang dapat memanfaatkannya sebagai hiburan umum. 4) Budaya massa sangat berhubungan dengan budaya popular sebagai sumber budaya massa. Budaya tradisional dapat menjadi budaya popular apabila menjadi budaya massa. 5) Budaya massa yang diproduksi oleh media massa membutuhkan biaya cukup besar karena dana yang besar harus menghasilkan keuntungan untuk kontinuitas budaya massa itu sendiri. Oleh karena itu, budaya massa diproduksi secara komersial agar tidak saja menjadi jaminan keberlangsungan sebuah kegiatan budaya massa namun juga menghasilkan keuntungan bagi modal yang diinvestasikan pada kegiatan tersebut. 6) Budaya massa juga diproduksi secara eksklusif menggunakan simbo-simbol kelas sehingga terkesan diperuntukan kepada masyarakat modern yang homogen, terbatas, dan tertutup. Syarat utama dari eksklusifitas budaya massa ini adalah keterbukaan dan ketersediaan terlibat dalam perubahan budaya secara massal. Konsep massa kemudian mengandung pengertian masyarakat secara keseluruhan “masyarakat massa” (the mass society). Menurut McQuail (1994:34), massa ditandai oleh a) memiliki agregat yang besar; b) tidak dapat dibedakan; c) cenderung berpikir negatif;
Antropologi SMA K - 6
7
d) sulit diperintah atau diorganisasi; dan e) refleksi dari khalayak massa. Contoh Budaya Massa 1. Baju Batik Dalam buku laporan Gubernur Jenderal Sir Thomas Stamford Raffles, tentang Jawa yang sudah bersifat kanonik (buku induk), The History of Java, batik diletakkan sebagai bagian dari cara penduduk Jawa memproduksi dan mengenakan pakaian, Ia menjelaskan prinsip cara hidup orang Jawa yang ia sebut ”sederhana”, yang
bisa
memenuhi
sendiri
semua
kebutuhan
domestik
lingkungannya
(sekampung), termasuk berpakaian dengan batik. Sehingga pekerjaan membatik ini sudah lama dibuat dan hingga sekarang masih terus berjalan, sehingga demikian, batik bisa disebut istimewa karena mampu bertahan sebagai subkebudayaan Jawa, meski cenderung dideskripsikan oleh Raffles sebagai budaya yang ”sederhana” dan ”tidak menimbulkan daya tarik bagi orang Eropa” Batik juga telah ditransformasikan bentuknya dalam hal barang apapun, seperti dijadikan jaket, baju, peralatan rumah tangga dan sebagainya, sehingga budaya yang tadinya primitife, menjadi budaya massa.
2. Mesin Uap dan Tenaga Listrik Sejak ± 1700, dengan ditemukannya mesin uap dan tenaga listrik, hingga 1940an, dianggap sebagai bagian awal perkembangan budaya industri. Masa ini disebut zaman modern. Revolusi industri adalah awal dari cepatnya perkembangan teknologi dalam kehidupan manusia. Perkembangan zaman pencerahan yaitu ilmu pengetahuan dan pandangan rasional di abad-19, tidak hanya ditandai oleh relativitas Einsten dan Psikoanalisa Freud, perkembangan dan penemuanpenemuan teknologi yang belum pernah terjadi telah menyebabkan priode baru: industrialisasi. Awal dimulainya era industrialisasi produksi. Kemudian di abad XX, Frankfurt School, dikenal juga sebagai Neo-Marxis, menyatakan masyarakat massa dihubungkan (diciptakan) ke suatu masyarakat individualis yang terasing dengan tetap menjaga kesatuan melalui budaya industri yang ditangani kapitalisme. Budaya ini terhasil melalui logika massification of product dan homogenization of taste. Sedikit terkesan sinis, Chaney berpendapat
konsumerisme menjadi pusat
perkembangan sosial modernitas. Dia berpendapat, “periode setengah terakhir Antropologi SMA K - 6
8
abad 19 dan dekade pertama abad 20, tema budaya dasar mengenai masyarakat massa abad ke 20 telah terbentuk, terutama keinginan dari orang-orang biasa untuk menginvestasikan sumber daya dalam memburu gaya.” Sekarang dengan kecepatan dan kecanggihan teknologi, maka akses pada informasi bisa cepat didapat, pemanfaatan teknologi ini mengakibatkannya Saat ini dianggap sebagai membaurnya antara realitas dan ilusi (melalui bentukan simulasi, yang kemudian disebut hyper realitas), digital mendominasi berbagai citraan atau visual yang hadir. Shoping Mall
Gambar 1 masyarakat senang belanja di mall daripada pasar tadisional Sumber https://jilbablovers.files.wordpress.com/2012/01/jilbab-loversgadis-aman-belanja-di-mall-tree-some-jakarta-yogya-megel Shopping mall disebut oleh sebagai manifestasi budaya massa yang bersifat fantasi. Dalam shopping mall, kegiatan belanja yang semata-mata transaksi jual beli mengalami perubahan. Dalam shopping mall kegiatan belanja berubah fungsi sebagai pengisi waktu senggang (leisure time) atau tempat membolos bagi siswa sekolah yang nakal. Ini dapat kita lihat pada berapa banyak setiap harinya orangorang berkeliling shopping mall tanpa berbelanja apapun. Terkadang mereka cuma berkeliling, berbincang, atau mengagumi barang-barang produk baru. Shopping mall memuaskan rasa penasaran manusiawi akan hal baru. Shopping mall terus meremajakan diri lewat sajiannya atas wahana-wahana toko baru, permainan kanak-kanak, serta lingkungan yang semakin nyaman (taman, tempat Antropologi SMA K - 6
9
duduk, AC, dan kebersihan). Jumlah shopping mall ini terus bertambah setiap tahunnya di Indonesia. Di Jakarta terdapat kurang lebih 60 shopping mall yang tersebar di kota-kota madyanya seperti Mall of Indonesia, Tamini Square, Town Square, Mal Kelapa Gading, Kota Casablanca atau Grand Indonesia. Di Sulawesi Selatan sekurangnya 6 mall telah beroperasi seperti Mall Ratu Indah, Makassar Trade Center, Mall Panakukang, Pusat Grosir Butung, Pusat Souvenir Somba Opu, dan Global Trade Center. Bahkan di wilayah Nusa Tenggara Timur, sekurangnya satu mall telah berdiri yaitu Mall Flobamora. Pada satu sisi, berdirinya mall merupakan upaya dari para pemerintah daerah untuk menggerakkan pertumbuhan ekonomi daerah. Mall terdiri atas beragam diversifikasi usaha seperti bank, toko makanan, toko buku, toko mainan, taman bermain prabayar, bioskop, dan sejenisnya. Tenaga kerja yang direkrut pun cukup banyak, termasuk potensi-potensi yang dibawanya yaitu bergeliatnya kegiatan ekonomi di sekeliling mall seperti rumah kontrakan, kos, angkutan umum, warung makan, dan sebagainya. Namun, dari sisi budaya, mall menjadi agen massalisasi. Produk-produk barang dan jasa yang ditawarkan setiap mall cenderung homogen. Bioskop, sebagai misal, adalah Twenty One yang menjadi milik dari satu perusahaan. Lalu, hampir di setiap mall, department-department store relatif homogen seperti Naga, Matahari, Ramayana, Borobudur, dan sejenisnya. Departmentdepartment store tersebut menawarkan produk-produk barang pabrikan yang jenis produknya relatif sama dari satu tempat ke tempat lain. Jadi, pabrik menggunakan agen mereka (department store) untuk memasarkan produk mereka. Maka jadilah produk-produk mereka digunakan secara massal oleh masyarakat. Dari penghujung mall yang ada di Aceh hingga Papua, tawaran produk relatif sama. Kapitalisasi produk – bahkan manusia – pun berlangsung di mall. Relatif sering terlihat di hampir setiap department store, manusia (umumnya kaum perempuan) dipajang menjajakan produk pabrikan tertentu seperti kosmetik dan pakaian. Layaknya manequin mereka berdiri statis dan bedanya sekadar bisa tersenyum dan menyapa. Selain shopping mall, kini berkembang pula fenomena hypermall, yang berbeda dengan shopping mall yang beraneka agen. Hypermall ditandai satu agen tunggal. Homogennya produk dijual lebih tinggi dalam hypermall. Ia pun seolah memindahkan satu pasar tradisional ke dalam sebuah toko tunggal. Carrefour, Giant, Hypermart, dan sejenisnya kini pun telah berkembang di Indonesia. Barang yang mereka jual, kendati satu agen tunggal, sangat bervariasi dari bahan mentah Antropologi SMA K - 6
10
makanan hingga barang elektronik canggih semisal televisi flat dan laptop. Terkadang kendaraan roda dua dan empat pun dijajakan di sana. Konsumen begitu dimanjakan dengan sifat segala ada, nyaman, cepat, terklasifikasi, seperti disediakan oleh hypermall. Fenomena hypermall ini mendukung teori penciptaan kebutuhan konsumen oleh produsen barang. Hypermall adalah sekadar agen, barang-barang yang mereka jual berasal dari beragam produsen. Namun, produsen tersebut biasanya tetap. Misalnya untuk pasta gigi, merk-merk seperti Pepsodent, Formula, Oral-B, dan sejenisnya pasti ditemukan di setiap hypermall. Fenomena homogenisasi produk dapat dilihat dalam Carrefour. Carrefour tersebar di Jakarta (25 lokasi), Tangerang (5 lokasi), Bekasi (4 lokasi), Bandung (4 lokasi), Jawa – Bali (18 lokasi), Sumatera (2 lokasi), dan Sulawesi (3 lokasi). Jumlah ini merupakan jumlah yang cukup signifikan mengingat Carrefour termasuk debutan baru di kalangan mall di Indonesia. Group yang didirikan oleh keluarga Fournier and Defforey dari Perancis pada tahun 1959 ini kini berkembang pesat di seluruh penjuru dunia, dan CEO-nya kini dipegang oleh Lars Olofsson. Berbeda dengan pasar tradisional, interaksi sosial antara penjual dan pembeli di hypermall sepenuhnya ditentukan pengelola. Misalnya, barcode yang ditempelkan di setiap barang adalah harga pasti tanpa bisa ditawar. Negosiasi harga tidak ada antara penjual dan pembeli dan demikian satu aspek interaksi sosial berkurang. Kemasan setiap produk lebih menentukan ketimbang isi, dan ini berbeda dengan pasar tradisional di mana hampir seluruh produk dagangan tidak dikemas (kecuali produk-produk pabrikan). Pembeli sulit memaknai barang akibat pemaknaan disekat kemasan. Pembeli jadi amat bergantung pada informasi yang terkandung di dalam kemasan, dan kalaupun bertanya, paling banter ia akan dilayani oleh tenaga marketing produk bersangkutan yang intinya memperkuat informasi tertoreh di kemasan. McDonald-ization
Antropologi SMA K - 6
11
Gambar (2) ibu – ibu sedang makan di fast-food Sumber http://www.cikopi.com/wp-content/uploads/2011/06/ct2.jpg
Fenomena restoran fast-food juga merupakan bentuk umum budaya massa. Perlu diingat, makanan adalah salah satu komponen material budaya. Restoran yang di Negara asalnya disebut menyediakan junk-food (makanan sampah), di Indonesia justru dimaknai secara baru: high-class. Hampir seluruh kalangan masyarakat (kaya, miskin, tua, muda) menemui pemenuhan kebutuhan sosial mereka di restoran fast-food McDonald, termasuk ke dalamnya Kentucy Fried Chicken, Hoka-hoka Bento, Pizza Hut, dan sejenisnya. Jika ditelusuri mendalam maka penyebaran restoran-restoran fast-food ini di-stir oleh satu perusahaan yaitu Frenchise. Mereka menjalankan manipulasi publik dengan menawarkan kelezatan, kecepatan, dan kenyamanan. McDonald adalah milik Ray Croc yang ia bangun pada tahun 1955. McDonald mengklaim memiliki 30.000 anjungan di seluruh dunia dan seharinya dikunjungi 50.000.000 orang. Bidikan utamanya adalah penjualan produk makanan dan mereka memiliki sentra-sentra anjungan dalam negara-negara dengan tingkat kepadatan penduduk tinggi dan ada dalam peralihan masyarakat agraris ke industrial. Homogenisasi budaya merupakan konsekuensi tidak terelakkan dari fenomena McDonald-ization ini. Hamburger, Coca Cola, Fanta, Walls Ice Cream, merupakan beberapa jenis makanan yang dijajakan di McDonald. Di 30.000 anjungan McDonald seluruh dunia, jenis-jenis makanan tersebut dijajakan dalam format dan rasa serupa. Publik tidak dapat menentukan sendiri selera mereka di restoran cepat saji, tetapi dengan dukungan strategi marketing dan maraknya iklan, akhirnya ilusi
Antropologi SMA K - 6
12
penentu pun dapat dikondisikan di dalam benak audiens. Ini berbeda tatkala kita memasuki rumah makan Padang yang menyediakan ayam bakar, ayam goreng, ikan panggang, rendang, kikil, dan ragam lainnya yang masing-masing memiliki bumbu spesifik. Selain itu, menu rumah makan Padang sesungguhnya memiliki bahan dasar bumbu dan varietas makanan yang biasa dikonsumsi orang Indonesia sehari-hari. Makanan Padang merupakan folk culture yang beralih menjadi popular culture. Hal yang mirip juga terdapat dalam fenomena tahu gejrot, gado-gado, karedok, ataupun rujak petis.
Televisi
Gambar (3) anak – anak melihat tayangan yang ada di televisi Sumber http://assetsa2.kompasiana.com/statics/crawl/5561756a0423bd0e7b8b4567.jpeg?t=o&v=760 Jika dibandingkan media lain seperti radio dan surat kabar/majalah, maka di Indonesia, televisi satu-satunya media di mana pemirsanya terus meningkat, dan dapat dilihat pada gambar diatas. Pemirsa radio dan surat kabar atau majalah di Indonesia cenderung menurun sejak 2003 hingga 2009. Hanya televisi satu-satunya yang mampu meningkatkan jumlah pemirsa mereka dalam kurung waktu tersebut. Televisi mampu menyajikan hot issue dalam format audio visual. Dalam format ini pemirsa dirambah ranah kognisi dan afeksinya. Dalam konteks televisi ini, budaya massa merambah layar elektronik. Acara televisi seperti opera sabun dalam wadah sinema elektronik (sinetron), program-program penggalian bakat (new idol), talk-show, dan sejenisnya. Bayangkan, sejumlah program seperti Who wants to be a Millionaire? yang pada tahun 2004 saja telah dijual ke 106 negara, rekaman kompilasi hits The Beatles terAntropologi SMA K - 6
13
jual 12 juta kopi dalam 2 bulan di akhir tahun 2000, atau Elvis Presley yang telah menjual kurang lebih 1 milyar rekaman baik dalam bentuk kaset ataupun CD di seluruh penjuru dunia pada tahun 2005 kendati bintang tersebut telah meninggal dunia sejak 1977. Hal yang perlu diingat, dalam komoditas budaya yang dijadikan mass culture, audiens (pemirsa) dianggap lembek, tidak kritis, dan mudah dibujuk. Sebab itu, produk-produk mass culture dapat langsung dikonsumsi tanpa melalui filter yang mencukupi. Misalnya, produk-produk sinetron Indonesia yang banyak mengumbar bentakan-bentakan kasar (bullying), penyederhanaan karakter yang cenderung hitam-putih (tidak mendalam), alur cerita yang cenderung berputar-putar dan seolah tidak pernah selesai (episode diperpanjang jika kontrak diperpanjang oleh saluran televisi), termasuk gaya laki-laki yang mewadam hampir setiap hari disajikan. Semua produk tersebut dikonsumsi oleh mayoritas audiens hampir tanpa reserve. Audiens cuma memilih antara tidak menonton lalu berpindah ke saluran televisi lain. Namun, akhirnya mereka pun menemui tayangan-tayangan sejenis dan suka atau tidak suka, harus menikmatinya.
Beberapa contoh produk kebudayaan massa Fenomena empat mata sebagai acara yang sukses jika diukur dengan rating, tak ayal menimbulkan praktik "penjiplakan" oleh stasiun – stasiun televisi lain. Triyono Lukmantoro, Dosen Jurusan Ilmu Komunikasi Undip, dalam tulisannya "rating televisi : komodifikasi estetika dan standarisasi selera” mencermati program – program acara yang memiliki substansi acara yang sama dengan empat mata, seperti program SMS (Senin Malam Show) yang dipandu oleh Indro Warkop (indosiar), Midnight Show yang digawangi Komeng dan Deni Project Pop (SCTV), Dewi – Dewi Malam yang ditangani oleh Eko Patrio (TPI), Catatan Si Tukul, Catatan Si Eko dan Catatan Si Tessy (RCTI) (Sasangka, 2008 : 60). Bisa dicermati keseluruhan tayangan talk show itu mirip dengan empat mata, namun berbeda dalam hal pembawa acaranya saja. Contoh lainya dari menjamurnya produk – produk tayangan kebudayaan massa bisa dilihat dari muncul ke permukaan sebuah tayangan yang mengangkat nilai – nilai privat ke ranah massa, sehingga tidak ada lagi batasan antara yang layak diangkat sebagai berita dengan yang tabu. Salah satu jenis tayangan itu dikenal dengan nama populer Infotainment, sebuah perpaduan antara informasi dan enterAntropologi SMA K - 6
14
tainment. Tayangan yang isinya mengangkat kehidupan pribadi selebritis yang dipaksakan masuk ke ranah publik. Uniknya, setiap stasiun televisi mempunyai lebih dari satu acara yang banyak membahas gosip selebritis ini, tentunya dengan tema dan isi yang hampir semua sama. Dimulai dengan kemunculan Cek & Ricek, acara infotainment produksi Bintang Group dan ditayangkan RCTI dengan bangganya menyebut sebagai "pelopor jurnalisme infotainment".Saat ini tayangan yang mengedepankan sensasionalitas selebriti serupa Cek & Ricek semakin banyak menghiasi televisi kita, bahkan dengan frekuensi jam tayang yang relatif tinggi. Triyono Lukmantoro (Barker:2015) kembali mencermati tayangan – tayangan seperti Silet & Kabar Kabari (RCTI), Was Was, Bibir Plus, Sketsa Selebriti, Otista, Ada Gosip, Hot Shot, dan Kasak Kusuk (SCTV), Espreso, Double Espresso, dan Espresso Prime Time (ANTV), Kassel, Go Show, dan Kasuss (TPI), Kiss dan Kiss Sore (Indosiar), Infotainment Pagi dan Infotainment Siang (Trans 7), Genie dan Obsesi (Global TV), Expose Pagi dan Expose Siang (Lativi) (sekarang menjadi Xpose (TV One)), serta insert pagi, Insert Siang, Insert Investigasi dan kroscek (Trans). Keseluruhan acara tersebut isinya memang seragam, namun tetap saja mengundang banyak penonton dan mendatangkan perolehan iklan tentunya. Beberapa contoh mungkin akan membantu memperjelas masalah ini. Budaya populer bagi para kritikus budaya massa dapat didefinisikan sebagai budaya rakyat di dalam masyarakat pra –industri, atau budaya massa dalam masyarakat industri. Menurut Mazhab Frankfurt, budaya populer adalah budaya massa, yang dihasilkan oleh industri budaya, yang mengamankan stabilitas maupun kesinambungan kapitalisme. Mazab Frankfurt memiliki kesamaan dengan versi teori Marxis lainya. Sebuah konsepsi budaya populer sebagai salah satu ideologi dominan. Perspektif ekonomis politik Marxis juga erat kaitanya dengan pemahaman budaya populer ini, meskipun varian – varian teori feminis mendefinisikanya sebagai suatu bentuk ideologi patriarkat yang bekerja demi kepentingan kaum lelaki dan menentang kaum perempuan. Sekalipun kecenderungan utama untuk menekankan pada budaya populer dalam mengaburkan kepentingan pihak yang berkuasa dalam pandangan Borjuis sejumlah teori strukturalis memandang budaya populer sebagai suatu ekspresi struktur sosial dan menal universal.
e. Latar Belakang Munculnya Budaya Massa
Antropologi SMA K - 6
15
Dominic Strinati dalam bukunya (2004:97) Popular Culture, menulis bahwa menurut para ahli munculnya budaya massa sudah sejak zaman Romawi, menunjuk pada fungsi sirkus dan roti – roti yang populer pada saat itu. Pendapat lain juga menyatakan bahwa budaya massa muncul seiring perkembangan ekonomi pasar. Menurut Strinati (2004:97), implikasi – implikasi bertolak belakang dalam kaitannya dengan sejarah dari munculnya ide budaya populer. Sebagaimana dikutip Stinati (2004:97), merujuk pada “ pergeseran sudut pandang” antara adat ke-18 dan ke 19, Williams menulis : Populer dipandang dari sudut pandang orang dan bukannya dari mereka yang mencari persetujuan atas kekuasaan mereka. Sekalipun demikian, pengertian awal tidaklah mati. Budaya populer bukan diidentifikasi oleh rakyat tapi oleh orang lain, dan masih menyandang dua makna kuno : jenis karya interior (bdk, Sastra populer, pers populer yang dibedakan dengan pers berkualitas), dan karya yang dibuat agar disukai orang (jurnalisme populer dibedakan dengan jurnalisme demokratik, atau hiburan populer) maupun pengertian modern yang disukai banyak orang, yang tentunya pada banyak kasus bertumpang tindih dengan pengertian lama. Pengertian mutakhir budaya populer sebagai kebudayaan yang sebenarnya dibuat orang – orang untuk kpentingan mereka sendiri yang sama sekali berbeda dengan semua pengertian di atas. Pengertian ini sering kali digantikan pada masa lalu sebagai budaya rakyat, tapi pengertian ini juga merupakan salah satu penekan modern penting. Strinarti (2004:97) berdasarkan perkembangan gagasan budaya populer terkait perselisihan atas makna dan interprretasi yang menonjol dalam budaya massa, memberikan tiga argumen yang menjadi inti teori budaya populer abad 20. Pertama, apa atau siapa yang menentukan budaya populer. Darimana datangnya budaya massa? apakah ia lahir dari orang awam sendiri sebagai salah satu bentuk ekspresi mandiri atas kepentingan mereka dan berbagai bentuk kontrol sosial? Kedua, berkenaan dengan pengaruh komersialisasi dan industrialisasi terhadap budaya populer. Apakah lahirnya budaya dalam berbagai bentuk komoditas berarti bahwa kriteria nilai keuntungan dari nilai jual lebih penting dari kualitas, keindahan, integritas, dan tantangan intelektual? Ataukah semakin banyaknya pasar universal bagi budaya populer menjamin bahwa budaya populer benar – benar populer karena budaya ini menyediakan komoditas yang benar – benar dibutuhkan orang kebanyakan? Siapa yang menang jika budaya populer secara industrialisasi dan dijual sesuai dengan kriteria nilai jual dan nilai keuntungan. Antropologi SMA K - 6
16
Secara sederhana , menurut Strinati (2004:99), dapat dikatakan bahwa budaya massa adalah budaya populer yang dihasilkan melalui teknik – teknik industrial produksi massa dan dipasarkan untuk mendapatkan keuntungan kepada khalayak konsumen massa. Budaya massa adalah budaya populer yang diproduksi untuk pasar massa. Industrialiasi dan urbanisasi punya porsi yang cukup besar bagi penciptaan “massa”. Disharmonisasi masyarakat pasca revolusi industri menyeret pergerakan sosial pada kondisi anomie (meminjam istilah Durkheim), dan menganggapnya ikatan sosial. Tranformasi radikal dengan bangkitnya jenis – jenis produksi industri mekanis dan berskala besar, menciptakan pertumbuhan kata – kata besar yang padat penduduk, dan menciptakan berkurangnya stabilitas dan mengikis struktur sosial serta struktur nilai yang sebelumnya sangat dipertahankan. Berkurangnya kerja berbasis agraria berhubungan dengan tanah, kemunduran komunitas desa yang terjalin kuat, runtuhnya agama dan sekularisasi masyarakat yang terkait dengan perkembangan pengetahuan ilmiah, penyebaran pabrik – pabrik yang mekanis, monoton dan teralienasi, pola – pola kehidupan anomie di kota – kota besar dimana banyak penduduk yang tidak dikenal, relatif tidak adanya integrasi moral yang ada dibalik kelahiran masyarakat massa dan budaya massa. Konsepsi budaya massa menjelaskan bahwa industrialisasi dan urbanisasi berfungsi menciptakan apa yang disebut sebagai “atomisasi”. Maksudnya bahwa masyarakat massa terdiri dari orang – orang yang hanya bisa berhubungan satu sama lainnya seperti atom dalam sebuah senyawa fisika atau kimia. Masyarakat massa terdiri atas orang – orang yang diatomisasi, orang – orang yang kurang memiliki hubungan satu sama lainya yang bermakna dan koheren secara moral. Hubungan – hubungan sosial yang terjadi tidak dipahami sebagai atom- atom yang terisolasi, tetapi hubungan tersebut bersifat kontraktual, berjarak, sporadis, dan tidak bersifat komunal dan benar – benar terintergrasi. Individu – individu dalam masyarakat massa dibiarkan bertindak bebas, semakin sedikit memiliki komunitas atau institusi untuk menemukan identitas atau nilai – nilai hidup, semakin sedikit memiliki gagasan mengenai cara hidup yang layak secara moral, karena masyarakat massa, disebabkan proses yang memunculkanya, tidak bisa memberi solusi yang tepat dan efektif bagi permasalahan tersebut. Budaya massa dalam hal ini , memainkan peran sebagai salah satu sumber utama moralitas pengganti dan palsu. Dengan tiadanya organisasi perantara yang memadai, individu – individu rentan terhadap manipulasi dan eksploitasi dari lemAntropologi SMA K - 6
17
baga – lembaga utama semisal media massa dan budaya populer. Tidak adanya perangkat moral yang bisa mencegah terjadinya hal ini. Religiusitas runtuh dan bergeser pada kesiapan moral individualisme, rasional dan anomie sekuler yang dikaitkan dengan bangkitnya konsumsi massa dan budaya massa , placebo moral masyarakat massa. Dalam penyampain berbagai produk tayangan media massa berupaya menyesuaikan dengan khalayak yang heterogen dan berbagai sosioekonomi, kultural, dan lainnya. Di sisi lain, media juga sering menyajikan berita, film, informasi lain dari berbagai negara sebagai upaya media memuaskan khalayaknya. Produk media baik yang berupa berita, program keluarga , kuis, film, dan sebagainya, disebut juga upaya massa yaitu karya budaya. Budaya massa di bentuk di sebabkan: 1. Tuntutan industr kepada pencipta untuk menghasilkan karya yang banyak dalam tempo singkat. Maha pencipta untuk menghasilkan karya yang banyak dalam tempo singkat, tak sempat lagi berfikir, dan dengan secepatnya menyelesaikan karyanya, dan memiliki target dalam waktu tertentu. 2. Karena massa cenderung „latah‟ menyulap atau meniru sesuatu yang sedang naik daun atau laris, sehingga media mencari keuntungan sebesarbesarnya. Pada umumnya budaya massa dipengaruhi oleh budaya popular. Pemikiran tentang budaya popular menurut Ben Agger (1992;24) dapat dikelompokan pada empat aliran yaitu: a. Budaya dibangun berdasarkan kesenangan namun tidak substansial dan mengentaskan orang dari kejenuhan kerja sepanjang hari. b. Kebudayaan popular menghancurkan nilai budaya tradisional c. Kebudayaan menjadi masalah besar dalam pandangan ekonomi kapitalis Marx d. Kebudayaan popular merupakan budaya yang menetes dari atas. 4. Aktifitas Pembelajaran Strategi pembelajaran yang digunakan oleh peserta diklat ini menggunakan model pembelajaran Awareness Training. Metode ini dipandang tepat karena menyesuaikan materi yaitu Budaya Massa. Awarenes Training ini aalah model pembelajaran yang diarahkan untuk memperluas kesadaran diri dan kemampuan untuk
Antropologi SMA K - 6
18
merasa dan berpikir (Andi Nur Indah , dkk ,2015:17). Tahap-tahap pelaksanaan model Awarness Training a. Penyiapan masalah didalam modul b. Peserta diklat diberi masalah sebagai pemecahan dalam model diskusi/kerja kelompok. c. Peserta diklat ditugaskan untuk mengevaluasi (evaluating) masalah yang dipecahkan tersebut. d. Peserta memberikan kesimpulan pada jawaban yang diberikan pada sesi akhir kegiatan belajar. e. Penerapan pemecahan masalah diberlakukan sebagai model penilaian dan pengujian kebenaran jawaban peserta diklat. 5. Latihan Soal 1. Apa pengertian Budaya Massa (Mass Culture)? 2. Bagaimana karakteristik Budaya Massa (Mass Culture)? 3. Jelaskan tiga tahapan perkembangan media massa dalam kaitannya dengan budaya massa? 4. Suatu cara yang dinyatakan landasan objektif bagi kritik budaya massa adalah? 5. Konsep massa kemudian mengandung pengertian masyarakat secara keseluruhan “masyarakat massa” (the mass society). Menurut McQuail, massa ditandai oleh ? 6. Rangkuman Pada hakikatnya manusia pasti memiliki apa yang disebut kebudayaan, namun pada kenyataannya tidak ada kebudayaan yang tidak mempengaruhi pola perilaku masyakarat yang menganut budaya tersebut. Karena budaya mencakup keseluruhan dari cara berfikir dan bertingkah laku masyarakat. Seiring berjalannya waktu, di dalam kehidupan sehari-sehari ada banyak perubahan yang terjadi di masyarakat, baik perubahan sosial maupun perubahan kebudayaan. Budaya tersebut seakan telah mengalami metamorfosa yang awalnya bersifat budaya tradisional berubah menjadi budaya modern (budaya massa – budaya popular). Ciri-ciri dari budaya massa (Bungin,2009: 77-78): 1) Nontradisional, yaitu umumnya komunikasi massa berkaitan erat dengan budaya populer. acara-acara infotainment atau hiburan. 2) Budaya massa juga bersifat merakyat, tersebar di basis massa sehingga tidak merucut di tingkat elite, namun apabila ada elite yang terlibat dalam proses ini Antropologi SMA K - 6
19
maka itu bagian dari basis massa itu sendiri. 3) Budaya massa juga memproduksi seperti infotainment yang merupakan produk pemberitaan yang diperuntukan kepada massa secara meluas. Semua orang dapat memanfaatkannya sebagai hiburan umum.
7. Umpan Balik dan Tindak Lanjut Setelah kegiatan pembelajaran,Bapak/ Ibu dapat melakukan umpan balik dengan menjawab pertanyaan berikut ini : a. Apa yang Bapak/Ibu pahami setelah mempelajari materi Budaya Massa ? b. Pengalaman penting apa yang Bapak/Ibu peroleh setelah mempelajari materi Budaya Massa? c. Apa manfaat materi Budaya Massa terhadap tugas Bapak/Ibu ?
d. Apa rencana tindak lanjut Bapak/Ibu setelah kegiatan pelatihan ini ? 8. Kunci jawaban 1. Budaya massa adalah budaya populer yang dihasilkan melalui teknik-teknik industrial produksi massa dan dipasarkan untuk mendapatkan keuntungan dari khalayak konsumen massa. Budaya massa ini berkembang sebagai akibat dari kemudahan-kemudahan reproduksi yang diberikan oleh teknologi seperti percetakan, fotografi, perekaman suara, dan sebagainya. Akibatnya musik dan seni tidak lagi menjadi objek pengalaman estetis, melainkan menjadi barang dagangan yang wataknya ditentukan oleh kebutuhan pasar. 2. a) Nontradisional, yaitu umumnya komunikasi massa berkaitan erat dengan budaya populer. Misalnya, acara-acara yang ada di televise seperti Indonesian Idol, Penghuni terakhir, dll. `
b) Bersifat merakyat. c) Budaya massa juga memproduklsi budaya massa seperti infotainment adalah produk pemberitaan yang diperuntukan kepada massa secara meluas. Semua orang dapat memanfaatkannya sebagai hiburan umum. d)
Budaya massa sangat berhubungan dengan budaya popular sebagai sumber budaya massa. Contohnya srimulat, ludruk, maupun campursari. Pada mulanya kesenian tradisional ini berkembang di masyarakat tradisional
Antropologi SMA K - 6
20
dengan karakter-karakter tradisional, namun ketika kesenian ini dikemas di media massa, maka sentuhan popular mendominasi seluruh kesenian tradisional itubaik kostum, latar, dan sebagainya tidak lagi menjadi konsumsi masyarakat pedesaan namun secara missal menjadi konsumsi semua lapisan masyarakat di pedesaan dan perkotaan. e)
Budaya massa, terutama yang diproduksi oleh media massa diproduksi dengan menggunakan biaya yang cukup besar, karena itu dana yang besar harus menghasilkan keuntungan untuk kontinuitas budaya massa itu sendiri, karena itu budaya massa diproduksi secara komersial agar tidak saja menjadi jaminan keberlangsungan sebuah kegiatan budaya massa namun juga menghasilkan keuntungan bagi capital yang diinvestasikan pada kegiatan tersebut.
f)
Budaya massa juga diproduksi secara eksklusif menggunakan simbosimbol kelas sehingga terkesan diperuntukan kepada masyarakat modern yang homogen, terbatas dan tertutup. Syarat utama dari eksklusifitas budqaya massa ini adalah keterbukaan dan ketersediaan terlibat dalam perubahan budaya secara massal.
3. - Tahap Elit, budaya elit merupakan budaya yang dimonopoli oleh orangorang yang berpendidikan dan kaum kaya raya atau kaum aristroktrat. budaya elti pada awalnya mengacu pada budaya menengah ke atas. pada saat itu pemisahan antara masyarakat menengah ke atas dengan masyarakat menengah ke bawah masih sangat terasa - Tahap Populer, masa budaya elit tidak bertahan lama, setelah budaya elit memudar muncullah budaya populer dimana media massa memungkinkan masyarakat biasa menikmati, mengikuti, mempelajari, segala sesuatu yang sebelumnya hanya dapat dinikmati oleh kaum atas/kaum elit saja -Tahap Spesialisasi, pada tahap ini media dikelola secara professional kemudian diarahkan kepada khalayak yang sudah diarahkan terlebih dahulu. 4. Melalui pretensi pembicaraan atas nama rakyat, dan menghargai autentitas budaya mereka yang bertolak belakang dengan sifat artifisial budaya massa. Karena menurut definisinya , budaya massa tidak bisa lahir relevan dengan kehidupan maupun pengalaman orang – orang sebagaimana hal-
Antropologi SMA K - 6
21
nya yang terjadi pada budaya populer atau budaya rakyat yang murni dan autentik. 5. (1) memiliki agregat yang besar; (2) tidak dapat dibedakan; (3) cenderung berpikir negatif; (4) sulit diperintah atau diorganisasi; dan (5) refleksi dari khalayak massa.
Antropologi SMA K - 6
22
BAGIAN 2 PEMBELAJARAN BAB 2 MASYARAKAT TRADISIONAL Kegiataan Pembelajaran 1 Masyarakat Tradisional 1. Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari materi masyarakat tradisional
peserta diklat
mampu menganalisis fenomena masyarakat tradisional. 2. Indikator Pencapaian Kompetensi Pada bahan belajar mandiri ini, peserta Diklat akan mempelajari tentang Masyarakat Tradisional secara lebih rinci, kompetensi yang diharapkan adalah sebagai berikut: a. Peserta diklat mampu untuk memahami pengertian masyarakat tradisional b. Peserta diklat mampu untuk melakukan identifikasi pada karakteristik masyarakat tradisonal c. Peserta diklat mampu untuk menganalisis perilaku masyarakat tradisonal sesuai dengan perkembangan masyarakat
3. Uraian Materi a. Pengertian Masyarakat Tradisional Masyarakat merupakan sekumpulan individu-individu yang hidup bersama. Istilah masyarakat berasal dari bahasa Arab dengan kata "syaraka". Syaraka, yang artinya ikut serta (berpartisipasi). Sedangkan dalam bahasa Inggris, masyarakat disebut dengan "society" yang pengertiannya adalah interaksi sosial, perubahan sosial, dan rasa kebersamaan. Menurut Koentjraningrat pengertian masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama dan menghasilkan kebudayaan. pengertian masyarakat juga dapat diartikan sekumpulan orang banyak yang berbeda-beda tetapi menyatu dalam ikatan kerjasama, dan mematuhi peraturan yang disepakati bersama. Begitu pula menurut pendapat para ahli dibidangnya bahwa pengertian atau definisi masyarakat pada dasarnya adalah sama yaitu sejumlah manusia yang merupakan satu kesatuan golongan yang berhubungan tetap dan mempunyai kepentingan yang sama. Meski pada konteksnya berbeda-beda. Dari pengertian itu maka dapat kita pahami mengenai anatomi dari masyarakat yang berbeda-beda. Dapat dijumpai misalnya ada masyarakat Antropologi SMA K - 6
23
desa, masyarakat kota, masyarakat Indonesia, masyarakat dunia, masyarakat Jawa, masyarakat Islam, masyarakat pendidikan, masyarakat politik dan sebagainya.Semua jenis masyarakat tersebut pastilah terdiri dari unsur-unsur yang berbeda-beda tetapi mereka menyatu dalam satu tatanan sebagai wujud dari kehendak bersama. Ada beberapa pengertian masyarakat menurut para ahli antara lain sebagai berikut : 1) Ralplh Linton dalam bukunya “The Study of Man” mengemukakan bahwa Masyarakat adalah setiap kelompok Manusia yang telah cukup lama hidup dan bekerjasama, Sehingga mereka dapat mengorganisasikan dirinya dan berpikir tentang dirinya sebagai satu kesatuan sosial dengan batasan-batasan. Masyarakat adalah setiap kelompok manusia yang telah hidup dan bekerja sama cukup lama sehingga mereka dapat mengatur diri mereka dan mengganggap diri mereka sebagai suatu kesatuan sosial dengan batas-batas yang telah dirumuskan dengan jelas. 2) J.L. Gillin dan J.P. Gillin dalam bukunya “Cultural Sociology” mendefinisikan Masyarakat adalah kelompok manusia yang terbesar yang mempunyai kebiasaan, tradisi, sikap dan perasaan persatuan yang sama. 3) M.J. Herskovits dalam buku “Man and His Works” menjelaskan definisi masyarakat sebagai kelompok individu yang diorganisasikan yang mengikuti suatu cara hidup tertentu. 4) Menurut Maclver, Pengertian Masyarakat adalah suatu sistem dari kebiasaan dan tata cara dari wewenang dan kerja sama antara berbagai kelompok, berbagai golongan dan pengawasan tingkah laku serta kebebasan-kebebasan individu (manusia). Keseluruhan yang selalu berubah inilah yang dinamakan dengan masyarakat. Masyarakat merupakan jalinan hubungan sosial dan masyarakat selalu berubah. 5) Emile Durkheim : Menurut Emile Durkheim, pengertian masyarakat adalah suatu kenyataan objektif dari individu-individu yang merupakan anggotanya. 6) Max Weber : Menurut Max weber, pengertian masyarakat adalah suatu struktur atau aksi yang pada pokoknya ditentukan oleh harapan dan nilai-nila yang dominan pada warganya. 7) Paul B. Horton : Menurut Paul B. Horton, pengertian masyarakat adlaah sekumpulan manusia yang relatif mandiri dengan hidup bersama dalam Antropologi SMA K - 6
24
jangka waktu cukup lama, mendiami suatu wilayah tertentu dengan memiliki kebudayaan yang sama, dan sebagian besar kegiatan dalam kelompok itu. . 8) Soerjono Soekanto: Menurut Soerjono Soekanto, masyarakat pada umumnya memiliki ciri-ciri antara lain sebagai berikut;
Manusia yang hidup bersama; sekurang-kurangnya terdiri atas dua orang
Bercampur atau bergaul dalam jangka waktu yang cukup lama. Berkumpulnya manusia akan menimbulkan manusia baru. Sebagai akibat dari hidup bersama, timbul sistem komunikasi dan peraturan yang mengatur hubungan antarmanusia.
Sadar bahwa mereka merupakan satu kesatuan Merupakan suatu sistem hidup bersama. Sistem kehidupan bersama menimbulkan kebudayaan karena mereka merasa dirinya terkait satu sama lain.
b. Pengertian Masyarakat Tradisional Tradisonal merupakan suatu kebiasaan yang ada dalam sistem masyarakat dalam melakukan aktivitas kehidupan. Tradisi merupakan akar dari kebudayaan yang berawal dari rasa nyaman dalam melakukan kegiatan sehingga menciptakan suatu kebiasaan yang terus dilakukan secara berulang dalam berbagai kehidupan bermasyarakat. Tradisional berasal dari bahasa latin yaitu “Traditum” yang memiliki makna Transmitted yaitu pewarisan sesuatu dari satu generasi ke generasi berikutnya. Masyarakat tradisional adalah masyarakat yang kehidupannya masih banyak dikuasai oleh adat istiadat lama. Adat istiadat adalah suatu aturan yang sudah mantap dan mencakup segala konsepsi sistem budaya yang mengatur tindakan atau perbuatan manusia dalam kehidupan sosialnya. Jadi, masyarakat tradisional di dalam melangsungkan kehidupannya berdasarkan pada cara-cara atau kebiasaan-kebiasaan lama yang masih diwarisi dari nenek moyangnya. Kehidupan mereka belum terlalu dipengaruhi oleh perubahan-perubahan yang berasal dari luar lingkungan sosialnya. Kebudayaan masyarakat tradi-
Antropologi SMA K - 6
25
sional merupakan hasil adaptasi terhadap lingkungan alam dan sosial sekitarnya tanpa menerima pengaruh luar. Jadi, kebudayaan masyarakat tradisional tidak mengalami perubahan mendasar. Karena peranan adat-istiadat sangat kuat menguasai kehidupan mereka.
Gambar 4: masyarakat tradisional lebih mengangandalkan alat manual Sumber: https://www.google.com/=gambar+masyarakat+tradisional.
Gambar 5 peralatan masak yang digunakan masih sangat sederhana Sumber : https://www.google.com/=gambar+masyarakat+tradisional. c. Karakteristik Masyarakat Tradisonal Masyarakat tradisional adalah masyarakat yang menjunjung tinggi leluhurnya dan memegang teguh adat istiadatnya dalam setiap kegiatan yang dilakukannya. Pada umumnya masyarakat tradisional adalah masyarakat yang memiliki pandangan bahwa melaksanakan warisan nenek moyangnya
Antropologi SMA K - 6
26
yang berupa nilai-nilai hidup, norma, harapan, cita-cita, merupakan kewajiban, kebutuhan, dan kebanggaan. Melaksanakan tradisi leluhur berarti menjaga keharmonisan masyarakat, berbanding terbalik jika masyarakat tidak melakukan suatu kebiasaan dari nenek moyang akan merusak keharmonisan dan tatanan nenek moyang mereka. Maka dari itu masyarakat tradisional tidak heran biasa bersifat tertutup dan mencurigai budaya-budaya baru yang ditakutkan mengancam keharmonisan masyarkat,. Adanya pelanggaran terhadap nilai dan norma yang berlaku akan mendapat reaksi keras dari anggota masyarakat karena kontrol sosial sesama warga masyarakatnya sangat kuat. Masyarakat tradisional cenderung bersikap primordial sehingga apabila terjadi pelanggaran terhadap tradisi akan mendapat sanksi dan pengucilan sampai dengan pengusiran. Sanksi bagi masyarakat tradisional tidak hanya berupa hukuman fisik, tetapi juga hukuman batin karena rasa ketergantungan antara anggota masyarakat kuat. Masyarakat tradisional pada umumnya tinggal di daerah yang terisolir sehingga masyarakatnya dapat mempertahankan kebudayaannya dari pengaruh budaya luar, seperti tinggal di desa-desa sehingga ada yang menganggap masyarakat tradisional identik dengan masyarakat desa. Pandangan ini tidak seluruhnya benar karena dewasa ini banyak masyarakat desa yang telah maju (modern) dan pengertian desa menunjuk pada kriteria wilayah, bukan pada sikap semata. Masyarakat tradisional kadang-kadang diartikan sebagai masyarakat primitif yaitu masyarakat dengan penguasaan teknologi yang masih rendah. Namun kenyataannya masyarakat tradisional seperti di Jepang dan Inggris telah memiliki teknologi yang tinggi namun masyarakatnya masih menjunjung tinggi nilai-nilai tradisi. Demikian juga beberapa etnis di Indonesia, di satu pihak mereka telah hidup dengan teknologi maju (modern) namun dilain pihak mereka masih memegang teguh tradisinya. Jadi ukuran masyarakat tradisional identik dengan masyarakat primitif kurang tepat. Secara umum ciri-ciri masyarakat tradisional antara lain : 1) Jumlah anggotanya relatif kecil sehingga hubungan antar warga masyarakat cukup kuat
Antropologi SMA K - 6
27
2) Masyarakat homogen dilihat dari keturunan, tradisi dan mungkin mata pencahariannya 3) memiliki orde (aturan) yang mengikat anggota masyarakatnya (dipatuhi) 4) Bersikap tertutup dan cenderung curika pada unsur budaya asing 5) Kehidupan sosial cenderung statis (lambat untuk maju) 6) Mobilitas sosialnya relatif rendah karena mereka sudah puas pada sesuatu yang telah dimilikinya. 7) Hubungan emosional dengan alam tempat asal usul (kelahirannya) sangat kuat, dan alam dipandang sebagai sesuatu yang dahsyat dan tak terelakkan sehingga manusia harus tunduk kepadanya. 8) Sikap religius sangat kuat yaitu kepatuhan terhadap sesuatu yang menjadi kepercayaan (agama) sangat kuat. 9) Masyarakat yang terikat kuat dengan tradisi. Dapat disimpulkan bahwa masyarakat tradisional adalah kelompok masyarakat yang menjalankan kehidupan berdasarkan dengan adat kebiasan, norma dan kepercayaan yang ada sejak zaman dahulu dan diwariskan secara turun temurun tanpa terpengaruh faktor eksternal yang dapat merubah sisem tersebut. Perilaku Masyarakat Tradisonal Perilaku masyarakat tradisional yang berkaitan dengan tata kehidupan masyarakat tradisonal meliputi corak atau pola tata pergaulan dan ikatan-ikatan warga desa. Secara sosial kehidupan masyarakat tradisonal sering dinilai sebagai kehidupan yang tenteram, damai, selaras, jauh dari perubahan yang dapat menimbulkan konflik. Oleh karena itu, masyarakat tradisional dianggap sebagai tempat yang cocok untuk menenangkan pikiran atau melepaskan lelah dari kehidupan kota. Akan tetapi, sebaliknya, adapula kesan yang menganggap masyarakat tradisonal adalah bodoh, lambat dalam berpikir dan bertindak, sulit menerima pembaharuan, mudah ditipu dan sebagainya. Kesan semacam ini timbul karena pengamatan kehidupan masyarakat tradisonal secara sepintas dan kurang mengetahui tentang kehidupan mereka sebenarnya. Ciri yang paling pokok dalam kehidupan masyarakat tradisional adalah ketergantungan mereka terhadap lingkungan alam sekitarnya. Faktor
Antropologi SMA K - 6
28
ketergantungan masyarakat tradisional terhadap alam ditandai dengan proses penyesuaian terhadap lingkungan alam itu. 4. AKTIVITAS PEMBELAJARAN Strategi
pembelajaran
yang
digunakan
oleh
peserta
diklat
ini
menggunakan model pembelajaran problem solving. Metode ini dipandang tepat karena menyesuaikan materi yaitu masyarakat tradisional. Problem Solving ini adalah suatu model pembelajaran yang melakukan pemusatan kepada pengajaran dan keterampilan pemecahan masalah yang diikuti dengan penguatan keterampilan (Pepkin,2004:1). Dalam hal ini masalah didefinisikan sebagai suatu persoalan yang tidak rutin dan belum dikenal penyelesaiannya.Jadi, dengan problem solving lah masalah ini dipecahkan. Tahap-tahap pelaksanaan model problem solving: a. Penyiapan masalah didalam modul b. Peserta diklat diberi masalah sebagai pemecahan dalam model diskusi/kerja kelompok. c. Peserta diklat ditugaskan untuk mengevaluasi (evaluating) masalah yang dipecahkan tersebut. d. Peserta memberikan kesimpulan pada jawaban yang diberikan pada sesi akhir kegiatan belajar. e. Penerapan pemecahan masalah diberlakukan sebagai model penilaian dan pengujian kebenaran jawaban peserta diklat.
5. Latihan/ Kasus /Tugas 1. Kesetiaan tradisional merupakan sikap masyarakat yang berpegang teguh kepada hal-hal yang dibawa sejak lahir dalam kelompoknya, disebut…. a.Chauvinisme b.Patriotisme c.Idealisme d.Primordialisme e. Moralitas 2. Ciri-ciri kelembagaan sosial masyarakat tradisional yang mudah dijumpai di Indonesia adalah dalam bentuk … a. pandangan hidup Antropologi SMA K - 6
d. adat istiadat 29
b. kepercayaan
e. sikap apatis
c. gotong royong 3. Perhatikan pernyataan-pernyataan berikut! 1. Unsur baru yang berlawanan dengan unsur lama kemungkinan besar tidak diterima 2. Adanya suatu pengakuan bahwa unsur baru tersebut mempunyai kegunaan 3. Kemampuan untuk mendemonstrasikan manfaat penemuan baru tersebut 4. Pemimpin dapat membatasi proses difusi 5. Adanya pengakuan terhadap kegunaan penemuan baru Pernyataan yang termasuk ke dalam faktor-faktor yang mempengaruhi difusi intramasyarakat adalah . . . . a.1,2,dan 3
b. 1,2,dan 4
c.1,3,dan 5
d.2,3,dan 4
e.2,3,dan 5 4. Perhatikan pernyataan-pernyataan berikut! 1.pola pikir cenderung rasional 2.cenderung bersifat sekuler 3.religius magis 4.tingkat mobilitas sosial rendah 5.sangat tergantung pada alam Yang termasuk ke dalam cirri masyarakat desa adalah . . . . a. 1,2,dan 3
b.1,2,dan 4
c. 2,3,dan 4
d. 2,3,dan 5
e. 3,4,dan 5 5. masyarakat adalah suatu struktur atau aksi yang pada pokoknya ditentukan oleh harapan dan nilai-nila yang dominan pada warganya. Pengertian masyarakat menurut…………………… a.Max Weber
b. Paul B. Horton
c. Talcon Parsons
d. Soerjono Soekanto
e. Emile Durkheim
Antropologi SMA K - 6
30
6. Masyarakat yang kehidupannya masih banyak dikuasai oleh adat istiadat lama dan di dalam melangsungkan kehidupannya berdasarkan kekuasaan nenek moyang disebut……. a. Masyarakat madani b. Masyarakat kuno c. Masyarakat modern d.Masyarakat Tradisional e. Masyarakat majemuk 7. Salah satu ciri masyarakat tradisional adalah pola pikir yang berdasarkan kebudayaan. Sebagian masyarakat Indonesia beranggapan bahwa kebudayaan Barat lebih tinggi daripada kebudayaan sendiri dan tidak lain proses meniru budaya barat. Penyebab sikap keliru tersebut adalah a. Masyarakat Indonesia lebih terbuka b. Kurang kreatif dalam menemukan penemuan baru c. Kurang memahami makna modernisasi d. Menggunakan produk asing meningkatkan status sosialnya e. Bangga memiliki barang impor yang berasal dari barat 8. Yang bukan termasuk ciri-ciri masyarakat tradisional yaitu: a. Hubungan antar masyarakat yang kuat b. Mengacu pada tradisi c. Bersikap tertutup d. Bersikap religius e. Kehidupan sosial cenderung dinamis 9. Pernyataan yang benar pada pengendalian sosial yang ada pada masyarakat tradisional adalah a. Dikenakan hukuman kurungan ketika melakukan pelanggaran b. Peneguran secara lisan maupun tulis c. Diharuskan membayar denda uang atau barang d. Penurunanan pendapatannya e. Dikucilkan dari kelompok masyarakatnya 10. Kemajuan IPTEK memiliki dampak bagi masyarakat tradisional. Sikap benar dalam menghadapi perkembangan tersebut antara lain: a.Terbuka dan inovatif dalam arti menyaring hal positif tanpa menghilangkan unsur budaya Antropologi SMA K - 6
31
b. Melakukan aksi protes atau demonstrasi terhadap teknologi yang masuk karena mengancam hilangnya budaya yang ada. c. Bersikap irasional d. Menggunakan teknologi baru untuk merubah budaya e. berperilaku ketimur-timuran
6. Rangkuman Masyarakat tradisional adalah kelompok manusia yang menjalankan kehidupan berdasarkan dengan adat kebiasaan, norma dan kepercayaaan yang sudah ada sejak zaman dahulu yang diwariskan secara turun temurun tanpa terpengaruh faktor eksternal yang dapat merubah sistem tersebut. Masyarakat tradisional biasanya dianggap masyarakat yang tertinggal atau primitif, karena mereka menutup diri akan perkembangan zaman misalnya dalam bidang perkembangan teknologi, mereka lebih suka menggunakan alat-alat tradisional daripada alat-alat yang modern dalam hal ini dalam bidang pertanian mereka lebih suka menggunakan bajak sapi di bandingkan dengan bajak mesin. Masyarakat tradisional pada umumnya tinggal di daerah yang terisolir sehingga masyarakatnya dapat mempertahankan kebudayaannya dari pengaruh budaya luar, seperti tinggal di desa-desa sehingga ada yang menganggap masyarakat tradisional identik dengan masyarakat desa. Pandangan ini tidak seluruhnya benar karena dewasa ini banyak masyarakat desa yang telah maju (modern) dan pengertian desa menunjuk pada kriteria wilayah, bukan pada sikap semata. Perilaku masyarakat tradisional yang berkaitan dengan tata kehidupan masyarakat tradisional meliputi corak atau pola tata pergaulan dan ikatanikatan warga desa. Secara sosial kehidupan masyarakat tradisional sering dinilai sebagai kehidupan yang tenteram, damai, selaras, jauh dari perubahan yang dapat menimbulkan konflik. 7. UMPAN BALIK DAN TINDAK LANJUT Setelah kegiatan pembelajaran, Bapak/ Ibu dapat melakukan umpan balik dengan menjawab pertanyaan berikut ini :
Antropologi SMA K - 6
32
1. Apa yang Bapak/Ibu pahami setelah mempelajari materi Masyarakat Tradisional?
2. Pengalaman penting apa yang Bapak/Ibu peroleh setelah mempelajari Masayarakat Tradisional ? 3. Apa manfaat materi Masyarakat Tradisional tugas Bapak/Ibu ? 8. KUNCI JAWABAN 1. D 2. D 3. E 4. E 5. A 6. D 7. C 8. E 9. E 10. A
Antropologi SMA K - 6
33
BAGIAN 2 PEMBELAJARAN BAB 3 MASYARAKAT MODERN Kegiatan Pembelajaran 1 Masyarakat Modern 1. Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari materi masyarakat modern peserta diklat mampu menganalisis fenomena yang terjadi pada masyarakat modern 2.
Indikator Pencapaian Kompetensi Pada bahan belajar mandiri ini, peserta Diklat akan mempelajari tentang
Masyarakat modern secara lebih rinci, kompetensi yang diharapkan adalah sebagai berikut: a. Peserta diklat mampu memahami dan melakukan deskripsi pengertian masyarakat modern b. Peserta diklat mampu melakukan klasifikasi pada ciri-ciri masyarakat modern c. Peserta diklat mampu untuk meakukan analisis mengenai perilaku masyarakat modern sesuai dengan perkembangan masyarakat.
3. Uraian Materi a. Pengertian Masyarakat Masyarakat adalah sejumlah manusia yang merupakan satu kesatuan golongan yang berhubungan tetap dan mempunyai kepentingan yang sama. Seperti: sekolah, keluarga, perkumpulan, negara semua adalah masyarakat. Definisi lain dari masyarakat merupakan salah satu satuan sistem sosial, atau kesatuan hidup manusia. Istilah inggrisnya adalah society. Sedangkan masyarakat itu sendiri berasal dari bahasa Arab Syakara yang berarti ikut serta atau partisipasi, kata Arab masyarakat berarti saling bergaul yang istilah ilmiahnya berinteraksi. Dalam ilmu sosiologi kita mengenal ada dua macam masyarakat, yaitu masyarakat paguyuban dan masyarakat patambayan. Masyarakat paguyuban terdapat hubungan pribadi antara anggotaanggota yang menimbulkan suatu ikatan batin antara mereka. Kalau pada masyarakat
patambayan
terdapat
hubungan
pamrih
antara
anggota-
anggotanya
Antropologi SMA K - 6
34
a. Menurut Selo Sumarjan (1974) masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan b. Menurut Koentjaraningrat (1994) masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksimenurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontinyu dan terikat oleh suatu rasa identitas yang sama. c. Menurut Ralph Linton (1968) masyarakat adalah setiap kelompok manusia yang hidup dan bekerja sama dalam waktu yang relatif lama dan mampu membuat keteraturan dalam kehidupan bersama dan mereka menganggap sebagai satu kesatuan sosial. d. Menurut Paul B. Horton & C. Hunt (1999), masyarakat merupakan kumpulan manusia yang relatif mandiri, hidup bersama-sama dalam waktu yang cukup lama, tinggal di suatu wilayah tertentu, mempunyai kebudayaan sama serta melakukan sebagian besar kegiatan di dalam kelompok/ kumpulan manusia tersebut.
b. Pengertian Masyarakat Modern Masyarakat modern adalah masyarakat yang sebagian besar warganya mempunyai orientasi nilai budaya yang terarah ke kehidupan dalam peradaban masa kini. Pada umumnya masyarakat modern tinggal di daerah perkotaan, sehingga disebut masyarakat kota. Namun tidak semua masyarakat kota dapat disebut masyarakat modern, karena tidak memiliki orientasi ke masa kini, misalnya gelandangan.Masyarakat modern adalah masyarakat yang sebagian besar warganya mempunyai orientasi nilai budaya yang terarah ke kehidupan dalam peradaban masa kini. Masyarakat modern juga bisa diartikan masyarakat yang mengalami transformasi ilmu pengetahuan dan teknologi yaitu masyarakat yang mampu menyesuaikan dengan situasi dan kondisi zamannya atau hidup sesuai dengan konstelasi zamannya. Karena kondisi dan situasi setiap masyarakat berbeda, maka modernisasi(proses menuju masyarakat modern)antara masyarakat satu dengan masyarakat yang lain berbeda, misalnya modernisasi bangsa-bangsa bekas jajahan (baru merdeka) yang rakyatnya masih miskin, bodoh dan terbelakang akan lebih banyak menekan pada penguasaan teknologi dan ilmu pengetahuan. Sedangkan pada bangsa yang sudah maju dalam bidang Iptek dan
Antropologi SMA K - 6
35
perekonomiannya, mungkin menekankan pada bidang non-material seperti masalah moral religi.
Gambar 6 gambaran dari masyrakat modern Sumber: https://www.google.com/search?q=gambar+masyarakat+modern
c. Ciri-ciri Masyarakat Modern Hubungan
antar
manusia
terutama
didasarkan
atas
kepentingan-
kepentingan pribadi. Hubungan dengan masyarakat lain dilakukan secara terbuka dengan suasana yang saling mempengaruhi. Kepercayaan yang kuat akan Ilmu Pengetahuan Teknologi sebagai sarana untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Anggota masyarakatnya tergolong ke dalam berbagai macam profesi yang dapat dipelajari dan ditingkatkan dalam lembaga pendidikan, keterampilan dan kejuruan, Tingkat pendidikan formal pada umumnya tinggi dan merata.Hukum yang berlaku adalah hukum tertulis yang sangat kompleks. Ekonomi hampir seluruhnya merupakan ekonomi pasar yang didasarkan atas penggunaan uangdan alat-alat pembayaran lain. Adapun ciri-ciri masyarakat modern secara garis besar menurut Soerjono Soekanto(1990) antara lain :
1) Bersikap
terbuka
terhadap
pengalaman-pengalaman
baru
dan
penemuan-penumuan-penemuan baru.
Antropologi SMA K - 6
36
2) Sikap
penerima
perubahan
setelah
menilai
kekurangan
yang
dihadapinya.
3) Peka terhadap masalah-masalah yang terjadi di lingkungannya 4) Berorientasi ke masa kini dan masa yang akan datang 5) Menggunakan perencanaan dalam segala tindakannya. 6) Yakin akan manfaat IPTEK 7) Menghormati hak dan kewajiban dan kehormatan pihak lain (HAM) 8) Tidak mudah menyerah atau pasrah terhadap nasib (selalu berusaha untuk memecahkan masalah). Berikut ini ciri-ciri masyarakat modern menurut Talcott Parsons(1902-1979): 1) Netralitas afektif
Netralitas afektif yaitu sikap netral dan acuh terhadap semua permasalahan yang tidak ada sangkut pautnya dengan pribadi dan terbuka setiap menerima kritik dan saran dari luar. 2) Orientasi diri
Orientasi diri yaitu senang menonjolkan diri demi tercapainya kepentingan pribadi maupun kelompok, dan tidak segan-segan menolak atau menentang sesuatu hal yang dirasa melanggar kepentingannya. 3) Universalisme
Universalisme yaitu mempunyai sikap kritis, terbuka, berpikir secara objektif, rasional, dan logis dalam setiap menanggapi permasalahan-permasalahan baru. Sesuatu yang baru dipandang hal yang biasa, tidak secara berlebihan. Hal tersebut disebabkan oleh daya nalar yang dipadukan dengan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga sesuatu dipandang secara realistis dan objektif. 4) Prestasi
Prestasi yaitu terjadinya kompetisi di berbagai bidang, terutama dalam bidang karya cipta. Oleh karena itu, masyarakat modern senang mengejar prestasi karena prestasi akan mendorong seseorang untuk lebih maju dalam berkarya.Masyarakat modern sangat menghargai seseorang yang memiliki prestasi, terampil, dan mempunyai keahlian profesi di bidangnya.Hal itu dijadikan dasar dalam menentukan lapisan sosial. Mobilitas vertikal masyarakat modern lebih terbuka daripada masyarakat tradisional.
Antropologi SMA K - 6
37
5) Spesifitas
Spesifitas merupakan ciri yang muncul karena masyarakat modern mempunyai pola pikir yang kritis, objektif, dan rasional.Setiap hubungan dalam bidang apa pun yang bersifat pribadi harus jelas dan tegas sehingga masyarakat modern yang mempunyai bentuk ikatan sosial mengutamakan kepentingan pribadi daripada kelompok.
d. Ciri-Ciri Masyarakat Modern Secara Umum 1)
Hubungan antar manusia terutama didasarkan atas kepentingankepentingan pribadi.
2)
Hubungan dengan masyarakat lain dilakukan secara terbuka dengan suasana yang saling memepengaruhi
3)
Keprcayaan yang kuat akan Ilmu Pengetahuan Teknologi sebagai sarana untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat
4)
Masyarakatnya tergolong ke dalam macam-macam profesi yang dapat dipelajari dan ditingkatkan dalam lembaga pendidikan, keterampilan dan kejuruan
5)
Tingkat pendidikan formal pada umumnya tinggi dan merata.
6)
Hukum yang berlaku adalah hukum tertulis yang sangat kompleks
7)
Ekonomi hampir seluruhnya merupakan ekonomi pasar yang didasarkan atas penggunaan uang dan alat-alat pembayaran lain.
Faktor-faktor yang mendorong perubahan masyarakat menjadi masyarakat yang modern 1)
perkembangan ilmu
2)
perkembangan teknologi
3)
perkembangan industri
4)
perkembangan ekonomi.
e.Gejala-gejala Modernisasi
Antropologi SMA K - 6
38
1. adanya penemuan dan pembaharuan unsur teknologi baru yang dapat meningkatkan kemakmuran masyarakat. 2. meningkatnya produktivitas ekonomi dan efisiensi sumber daya yang tersedia, serta pemanfaatan SDA yang memperhatikan kelestarian alam sekitar. 3. adanya sistem pemerintahan perwakilan yang demokratis, pemerintah yang diawasi dan dibatasi kekuasaanya, dihormati hak-hak asasinya serta dijaminnya hak-hak sosial. 4. adanya pengembangan nalar (rasio) dan kebahagiaan kebendaan (materi), yang pada akhirnya akan menimbulkan paham sekularisasi dan sekularisme. Tantangan Kebudayaan Masyarakat Modern: 1. Kebudayaan Modern Tiruan 2. Bagaimana Memberi Makan, Sandang, dan Rumah 3. Masalah Pendidikan yang Tepat 4. Mengejar Kemajuan Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi 5. Kondisi Alam Global
Dampak positif dari adanya modernisasi : 1. Manusia diringankan beban pekerjaannya dengan adanya alat-alat teknologi informasi dan komunikasi serta sarana transportasi yang serba canggih dan modern. 2. Gaya hidup delivery order membantu manusia jika ia sibuk namun membutuhkan barang atau makanan yang kondisi tokonya jauh maka ia tinggal memesan apa yang ia butuhkan. 3. Memperkaya unsur-unsur kebudayaan karena budaya yang datang akan melakukan suatu peleburan budaya dengan budaya yang lama dan menghasilkan budaya yang baru. Di samping dampak positif ada pula dampak negatif yang ditimbulkan dari adanya modernisasi. Yaitu: 1. manusia dimanjakan oleh berbagai macam kecanggihan dan sesuatu hal yang ia butuhkan akan terpenuhi dengan cepat. Hal tersebut akan menimbulkan sifat ketergantungan, dan sifat yang tak mau berusaha keras (Malas). Antropologi SMA K - 6
39
2. Terkadang jika kita sering memainkan gadget yang telah kita miliki kita sibuk dengannya sehingga kita lupa dengan waktu kita. Waktu untuk makan dan pemenuhan kehidupan jasmaniah, sosialisasi dengan lingkungan, bahkan relasi kita dengan Tuhan sering terlupakan karena kita jarang beribadah padaNya. 3. Dengan adanya arus modernisasi manusia akan timbul rasa anti sosial karena ia berpendapat “Walaupun saya tidak bersosialisasi di kehidupan nyata dan tidak diterima di lingkungan saya, saya masih bisa bersosialisasi di dunia maya dan saya dapat diterima di komunitas yang saya ikuti di dunia maya tersebut”. 4. Sebelum adanya pengaruh modernisasi, masyarakat sangat menghargai dan menerapkan nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku sebagai masyarakat dengan adat dan budaya ketimuran, seperti sopan santun, tata krama, kerukunan dan sebagainya. Sekarang, nilai-nilai dan norma-norma tersebut mulai bergeser. Akibat pengaruh tekhnologi dan budaya asing, nilainilai dalam kehidupan kemasyarakatan seperti nilai kerukunan, gotong royong sekarang ini sudah mulai luntur. Apalagi di kota-kota besar nilai-nilai semacam ini sudah jarang ditemui. 5. Manusia akan cenderung memiliki sifat sombong atas gaya hidup yang mereka jalani saat ini. Dengan gaya hidup mewah manusia akan mencoba untuk memamerkan apa yang baru ia miliki kepada orang lain di sekitarnya. Serta orang lain tersebut akan tergerak hatinya untuk membeli sesuatu tersebut tanpa melihat kondisi ekonominya yang terpenting ia dapat memiliki hal tersebut yang sama dengan teman-teman sosialnya yang bergaya hidup serba mewah. 6. Fakta baru mengejutkan bahwa dengan adanya arus modernisasi, Bahwa Tuhan hampir dipensiunkan dari kehidupan ini. Dalam arti kata, manusia tidak lagi memerlukan campur tangan Tuhan dalam mengatasi kehidupannya. Mereka telah menganggap diri mereka sebagai makhluk yang telah dewasa dan bebas menentukan pilihan sesuai dengan kehendak sendiri. Ucapan selamat tinggal kepada Tuhan pun dikumandangkan seiring berlangsungnya proyek modernisme. 4. AKTIVITAS PEMBELAJARAN
Antropologi SMA K - 6
40
Strategi pembelajaran yang digunakan oleh peserta diklat ini menggunakan model pembelajaran problem solving. Metode ini dipandang tepat karena menyesuaikan materi yaitu masyarakat modern .Problem Solving ini adalah suatu model pembelajaran yang melakukan pemusatan kepada pengajaran dan keterampilan pemecahan masalah yang diikuti dengan penguatan keterampilan (Pepkin,2004:1). Dalam hal ini masalah didefinisikan sebagai suatu persoalan yang tidak rutin dan belum dikenal penyelesaiannya.Jadi, dengan problem solving lah masalah ini dipecahkan. Tahap-tahap pelaksanaan model problem solving: a. Penyiapan masalah di dalam modul b. Peserta diklat diberi masalah sebagai pemecahan dalam model diskusi/kerja kelompok. c. Peserta diklat ditugaskan untuk mengevaluasi (evaluating)masalah yang dipecahkan tersebut. d. Peserta memberikan kesimpulan pada jawaban yang diberikan pada sesi akhir kegiatan belajar. e. Penerapan pemecahan masalah diberlakukan sebagai model penilaian dan pengujian kebenaran jawaban peserta diklat. 5. LATIHAN/ KASUS /TUGAS 1. Pertumbuhan ekonomi dan modernisasi yang menyentuh berbagai bidang kehidupan kehidupan dapat mengubah tatanan nilai dan pola hidup menjadi cenderung sekuler, serta materialistis. Dampak negatif dari contoh di atas bagi kehidupan masyarakat adalah………. a. Masa depan dianggap lebih penting daripada masa lalu b.
Hanya mementingkan kehidupan dunia
c. Lebih mengutamakan cara hidup yang baik d. Menekankan pada efisiensi penggunaan sumber daya e. Menguatkan nilai-nilai moral dalam pergaulan 2. Berkembangnya internet memungkinkan generasi muda mengakses informasi tentang apa saja dari mana pun sumbernya. Akibatnya mereka lebih mengenal dan lebih bangga kepada simbol-simbol budaya bangsanya. Kasus di atas menunjukkan bahwa modernisasi menjadi tantangan bagi kita karena menyebabkan…………… Antropologi SMA K - 6
41
a. Meningkatnya angka kriminalitas b. Masyarakat semakin peduli dengan budaya bangsa c. Budaya konsumerisme meningkat d. Simbol-simbol budaya asing menjadi kebanggaan e. Lunturnya jati diri bangsa 3. Saskia berasal dari kalangan orang kaya sehingga dalam memilih teman selalu diukur dengan kepemilikan harta bendanya. Sikap Saskia tersebut menujukkan. a. Materialisme b. Sekularisme c. Hedonisme d. Liberialisme e. Ekstremisme 4. Sifat kekeluarga dan gotong royong yang menepis merupakan dampak negatif dari modernisasi kondisi tersebut terjadi karena…………. a. Pola hidup individualisme b. Dekadensi moral masyarakat c. Kebutuhan hidup semakin tinggi d. Kualitas sumber daya manusia yang rendah e. Perkembangan transportasi dikota-kota besar 5. Proses industrialisasi pada masyarakat modern membawa dampak terhadap pola pembentukan pola pelapisan sosial. pengaruh tersebut antara lain terjadinya pelapisan sosial yang lebih kompleks, yaitu ………. a. Beragamnya pilihan status dan pekerjaan b. Adanya perubahan tata nilai c. Terjadinya perubahan dalam perilaku d. Munculnya pemikiran yang dekratis e. Meningkatnya kecenderungan gaya hidup mewah 6. Sebagian masyarakat Indonesia beranggapan bahwa kebudayaan Barat lebih tinggi daripada kebudayaan sendiri dan modernisasi tidak lain proses meniru budaya Barat. Penyebab sikap yang keliru tersebut adalah ... a. Masyarakat Indonesia lebih terbuka Antropologi SMA K - 6
42
b. Kurang memahami makna modernisasi c. Kurang kreatif dalam menemukan penemuan baru d. Menggunakan produk asing meningkatkan status sosial e. Bangga memiliki barang impor yang berasal dari barat 7. Pengaruh perkembangan ilmu pengetahuan terhadap modernisasi antara lain ... a. Menimbulkan pemikiran yang rasional pada masyarakat b. Menjadikan masyarakat lebih menghargai waktu c. Memberikan perasaan percaya diri pada masyarakat d. Meningkatnya kontrol sosial sehingga terwujud keteraturan e. Dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat 8. Pelapisan sosial pada masyarakat modern bersifat terbuka dan demokratis, sehingga garis pemisah antara lapisan sosial kelas atas, kelas menengah, dan kelas bawah tidak bersifat tegas dan kaku.Kondisi tersebut terjadi karena adanya…. a. Perlakuan istimewa b. Perbedaan gaya hidup c. Mobilitas sosial vertikal d. Perubahan secara otomatis e. Perlakuan sama di depan hukum 9. Salah satu faktor pendorong terjadinya perubahan yang berasal dari luar masyarakat adalah…. a. Konflik dalam masyarakat b. Terjadinya revolusi atau pemberontakan c. Bertambah atau berkurangnya penduduk d. Terjadi penemuan-penemuan baru e. Pengaruh kebudayaan masyarakat lain 10. Perhatikan indikator berikut ini ! 1) banyak perusahaan multinasional 2) pencemaraan udara akibat perkembangan alat transporatasi 3) intensitas ekonomi yang tinggi mengeser fungsi keluarga 4) penerapan sistem perdagangan bebas 5) peningkatan transmigrasi diberbagai pulai di Indonesia
Antropologi SMA K - 6
43
Modernitas mendorong pembangunan berpusat di daerah perkotaan. Dampak negatif pembangunan di daerah perkotaan ditunjukkan oleh indikator nomor… a. 1) dan 2) b. 1) dan 4) c. 2) dan 3) d. 3) dan 4) e. 4) dan 5)
6. RANGKUMAN Masyarakat modern adalah masyarakat yang sebagian besar warganya mempunyai orientasi nilai budaya yang terarah ke kehidupan dalam peradaban masa kini. Masyarakat modern juga bisa diartikan masyarakat yang mengalami transformasi ilmu pengetahuan dan teknologi yaitu masyarakat yang mampu menyesuaikan dengan situasi dan kondisi zamannya atau hidup sesuai dengan konstelasi zamannya. Faktor-faktor yang Mendorong Perubahan Masyarakat Menjadi Masyarakat yang Modern a. perkembangan ilmu b. perkembangan teknologi c. perkembangan industri d. perkembangan ekonomi 7.
UMPAN BALIK DAN TINDAK LANJUT
Setelah kegiatan pembelajaran, Bapak/ Ibu dapat melakukan umpan balik dengan menjawab pertanyaan berikut ini : a. Apa yang Bapak/Ibu pahami setelah mempelajari materi Masyarakat Modern? b. Pengalaman penting apa yang Bapak/Ibu peroleh setelah mempelajari materi tentang Masyarakat modern ? c. Apa manfaat materi Masyarakat Modern
terhadap tugas
Bapak/Ibu? 8. Kunci Jawaban
Antropologi SMA K - 6
44
1.B
3.A
5.A
7.A
9. E
2. E
4.D
6.B
8.C
10. C
Antropologi SMA K - 6
45
BAGIAN 2 PEMBELAJARAN BAB 4 STRATEGI KEBUDAYAAN DI INDONESIA Kegiatan 1 Strategi Kebudayaan di Indonesia 1. Tujuan Pembelajaran Materi ini disajikan untuk membekali peserta diklat tentang strategi kebudayaan di Indonesia. Diharapkan setelah mempelajari materi ini peserta diklat mampu menggunakan konsep strategi dan pandangan kebudayaan untuk menganalisis strategi kebudayaan di Indonesia
2. Indikator Pencapaian Kompetensi Setelah mengikuti kegiatan ini, peserta diklat diharapkan dapat:
1. Menjelaskan Pengertian Strategi Kebudayaan 2. Menjelaskan Pandangan Terhadap Strategi Kebudayaan 3. Menjelaskan Strategi Kebudayaan di Indonesia 3. Uraian Materi
Pengertian Strategi Kebudayaan Kebudayaaan diartikan sebagai manifestasi kehidupan setiap orang atau kelompok orang yang selalu mengubah alam. Kebudayaan merupakan semacam sekolah di mana manusia dapat belajar, manusia tidak hanya bertanya tetapi juga bagaimana harus menyikapi segala sesuatu yang ada dan terjadi di alam. Sebuah batu menjadi tantangan bagi pemahat, banjir menjadikan manusia harus berpikir bagaimana mengantisipasi, udara dingin mendorong manusia membuat baju dari bahan-bahan yang dapat melindungi tubuh dari kedinginan. Manusia juga tidak bertopang dagu dengan atau membiarkan dirinya hanyut dengan proses-proses alam, bisa jadi manusia melawan arus dalam artian tidak hanya mengikuti arus alam, tetapi juga mengikuti kata hati. Salah satu tindakan mengikuti kata hati adalah dengan menilai serta mengevaluasi alam sekitarnya serta alam manusia sendiri. Dalam mengevaluasi alam bukan hanya terbatas pada sesuatu yang sifatnya rohani, misalnya ilmu pengetahuan, kesadaran moril, keyakinan, religius, kesadaran sosial dan ilmu kemasyarakatan. Lebih dari pada itu manusia juga mengevaluasi norma-norma serta perubahan baik jasmaniah maupun alamiah.
Antropologi SMA K - 6
46
Strategi berasal dari kata stratus yang berarti pasukan dan kata agein yang berarti memimpin, sehingga strategi berarti memimpin pasukan. Sehingga strategi kebudayaan mengandung pengertian bagaimana cara atau usaha merencanakan dapat diwujudkan. Menurut Supelli (2015 ; 4) strategi idealnya berisi kebijakan umum yang memberi haluan ke mana dan bagaimana sesuatu akan ditangani. Strategi berisi visi serta asumsi-asumsi dasar yang dilaksanakan berdasarkan tahapan, penentuan target setiap tahapan, serta langkah pencapaiannya. Dalam bukunya Strategi Kebudayaan, C. A. van Peursen (1988) menjelaskan bahwa dewasa ini terdapat pergeseran-pergeseran arti kebudayaan. Disamping tidak melihat seseorang sebagai orang yang modern atau primitif, van Peursen membagi beberapa tahap yang menjelaskan kebudayaan seseorang. Tahap tersebut bukan merupakan tingkatan, melainkan mengenai pandangan kebudayaan. Terdapat 3 tahap yaitu: tahap mitis, tahap onologis, dan tahap fungsional. Dalam menjalankan tahap tersebut, khususnya pada tahap ketiga yaitu fungsional, diperlukan strategi-strategi agar kebudayaan yang sedang dijalankan atau kebudayaan ke depan bisa berjalan dengan matang. Strategi kebudayaan inilah yang menurut Van Peursen perlu diperhatikan untuk mencermati ketegangan antara sikap terbuka (transendensi) dengan sikap tertutup (imanensi) dalam hubungan antara manusia dan kekuasaan-kekuasaan disekitarnya yang saling mempengaruhi. Hal mengenai kebudayaan ini menurut van Peursen dibagi menjadi 3 tahap yang bukan berupa tingkatan-tingkatan, melainkan merupakan pandangan-pandangan khusus, yaitu: tahap mitis, tahap onologis dan tahap fungsional (van Peursen, 1988 : 18).
Tiga tahap yang dimaksud pada bagian ini adalah tahap mitis, tahap ontologis, dan tahap fungsional. Tahap mitis ialah sikap manusia yang merasakan dirinya terkepung oleh kekuatan-kekuatan gaib di sekitarnya, yaitu kekuasaan dewa-dewa alam raya atau kekuasaan kesuburan. Tahap ontologis adalah sikap manusia yang tidak lagi dalam kepungan kekuasaan mitis, melainkan secara bebas ingin meneliti segala hal ihwal, dalam tahap ini manusia mulai mengambil jarak terhadap segala sesuatu yang dirasakan mengepung manusia. Pada tahap ini manusia mulai menyusun suatu ajaran atau teori mengenai dasar hakekat segala sesuatu dan segala sesuatu menurut perinciannya. Tahap fungsionalialah Antropologi SMA K - 6
47
sikap dan alam pikiran yang tidak begitu terpesona lagi oleh sikap mitis. Tahap ini lebih mengadakan relasi-relasi baru. Dari ketiga tahap tersebut baik mitis, ontologis, maupun fungsional bukan merupakan bagian yang terpisah-pisah. Manusia primitif dengan dongengdongeng mitisnya juga dapat mendekati sesuatu secara fungsional. Sebaliknya masyarakat yang berada pada masa modern tidak lepas dari unsur-unsur magis serta masih dapat dipengaruhi oleh mitos-mitos. Sejarah kebudayaan manusia tidak dengan sendirinya memperlihatkan suatu garis yang menanjak yang akhirnya mengharuskan manusia mengatur strategi kebudayaannya. Pertama, kebudayaan diartikan sebagai manifestasi kehidupan setiap orang dan setiap kelompok orang. Perbedaan ini terlihat dari, misalnya saja, kehidupan manusia dan kehidupan hewan. Tidak seperti hewan, manusia tidak dapat hidup di tengah-tengah dunia dengan tidak memperhatikan jangka waktu, melainkan harus bekerja untuk mengubah alam itu, yang sebenarnya disebut sebagai “kebudayaan” itu sendiri. Jaquetta Hawkes mengatakan, “…. Kera-kera dapat menjelma sebagai tukang reparasi arloji jika mereka mengembangkan kesadaran tentang waktu.” (van Peursen, 1988 : 28). Manusia memperhatikan waktu sehingga mereka sampai saat ini menciptakan banyak kebudayaan yang bermacammacam. Pergeseran kedua juga terjadi dalam konsep kebudayaan yang dipandang sebagai sesuatu yang lebih dinamis, bukan lagi kaku dan statis. Kebudayaan, kita pandang sebagai kata kerja, bukan kata benda lagi. Kebudayaan yang tidak jauh dari keberadaan manusia secara sadar-tidak sadar selalu diperluas dan dinamis sendirinya oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan akan „sesuatu‟.
Antropologi SMA K - 6
48
KEBUDAYAAN Mitis
Ontologis Fungsional Gambar 7 kebudayaan
Sumber: C.A. van Peursen,Strategi Kebudayaan (1988) Alam Pikiran Mitis Orang menyebut budaya yang lama dengan istilah ”primitif. Kendati sebutan itu menurut Peursen sudah tidak relevan lagi. Karena, menurutnya, dunia alam pikirannya mengandung suatu filsafat yang dalam, gambaran yang ajaib dan adat istiadat yang beragam. Runutan epistemologis akan menemukan kata mitos dari kata mitis ini, kata mitos sendiri berarti sebuah cerita yang memberikan pedoman dan arah tertentu untuk sekompok orang. Mitos bukan hanya reportase peristiwa-peristiwa yang dulu terjadi, tetapi mitos memberikan arah kepada kelakuan manusia dan merupakan pedoman dalam menentukan kebijaksanaan manusia. Mitos biasanya diturunkan oleh pendahulu dan akan diteruskan lagi. Begitulah kemudian akhirnya sebuah mitos bergulir dari jaman ke jaman. Cerita atau tuturan penurunan ini dapat diungkapkan dengan kata-kata, taritarian, atau pementasan lain, wayang misalnya. Tarian di samping sebagai salah satu wujud tradisi lisan, juga sekaligus sebagai suatu bentuk seni pertunjukan. Dikatakan sebagai suatu tradisi lisan karena tarian tersebut mengandung dimensi mithologi atau pesan tertentu yang hanya dipahami oleh pendukung tarian tersebut, dengan demikian menjadi sarana komunikasi, sosialisasi atau sebagai suatu proses reproduksi kebudayaan baik dalam konteks ritual, seni, maupun dalam bentuk pertunjukan lainnya. Dengan asumsi bahwa tarian merupakan bagian dari media pertunjukan dan Antropologi SMA K - 6
49
performan itu selalu mengharapkan adanya audiens. Selain Kapferer, Bauman juga menekankan bahwa performance merupakan suatu bentuk perilaku yang komunikatif dan sebagai suatu peristiwa komunikasi, atau “performance usually of communication, framed in a special way and put on display for an audiens”Ini menunjukkan bahwa bahwa tarian sebagai suatu bentuk seni pertunjukan sama dengan seni pertunjukan lainnya dimana audience menjadi bagian darinya. Disamping itu, tarian juga merupakan salah satu alat atau media komunikasi yang bersifat lisan (non-verbal), baik dalam konteks seni maupun ritual. Proses transformasi makna lewat komunikasi tersebut, berbeda dengan bahasa (narasi dan visual), dimana makna yang diekspresikan lewat tarian melalui perilaku atau gerakan.Mitos tidak hanya sebuah reportase akan apa yang telah terjadi saja, namun mitos itu memberikan semacam arah kepada kelakuan manusia dan digunakan sebagai pedoman untuk kebijaksanaan manusia. Lewat mitos manusia mengambil bagian (ber-part-sipasi). Partisipasi manusia dalam alam pikiran mitis ini dilukiskan sederhana sebagai berikut:
O S
Gambar 8 Alam Pikiran Mitis
Katerangan:
O= objék/jagat/daya-daya kakuatan alam
S = subjék/manusa
Sumber: C.A. van Peursen,Strategi Kebudayaan (1988)
Antropologi SMA K - 6
50
Terdapat subjek, yaitu manusia (S) yang dilingkari oleh dunia, obyek (O). Tetapi subjek itu tidak bulat sehingga daya-daya kekuatan alam dapat menerobosnya. Manusia (S) itu terbuka dan dengan demikian berpartisipasi dengan daya-daya kekuatan alam (O). Partisipasi tersebut berarti bahwa manusia belum mempunyai identitas atau individualitas yang bulat, masih sangat terbukn dan belum merupakan suatu subjek yang berdikari sehingga dunia sekitarnya pun belum dapat disebut (O) yang sempurna dan utuh. Mitos memiliki beberapa fungsi, fungsi yang pertama ialah menyadarkan manusia bahwa ada kekuatan-kekuatan ajaib. Mitos tidak memberikan bahan informasi mengenai kekuatan itu tetapi membantu manusia agar dapat menghayati daya-daya itu sebagai kekuatan yang mempengaruhi dan menguasai alam kehidupan. Fungsi yang kedua dari mitos sangat bertalian erat dengan fungsi yang pertama yaitu perantara manusia dengan kekuatan gaib. Sedang fungsi yang ketiga yaitu memberikan pengetahuan tentang terjadinya dunia. Fungsi-fungsi tersebut memaparkan strategi secara menyeluruh, mengatur dan mengarahkan hubungan antara manusia dan daya-daya kekuatan alam. Pada tahap mitis ungkapan “itu ada” merupakan puncak pengalaman yang dialami manusia. Dalam dunia mitis manusia belum merupakan seorang individu (subyek) yang bulat, ia dilanda oleh gambaran-gambaran dan perasaan-perasaaan ajaib, seolah-olah ia diresapi oleh roh-roh dan daya-daya dari luar. Ia terpesona oleh dunia ajaib, penuh teka-teki tentang kesuburan, hidup dan mati, pertalian suku. Mau tidak mau ia harus mengakui bahwa sesuatu berada hingga sampai pada puncaknya yaitu sesuatu itu ada. Pada tahap mitis ada dua hal yang sangat berlawanan yaitu mitos religius dan praktek magi. Dalam kehidupan manusia primitive magi memainkan peranan besar. Dalam, dunia mitos manusia mengaraahkan pandangannya dari dunia ini kepada dunia yang penuh kekuasaan yang tinggi, dalam magi manusia bertitik tolak dari dunia penuh kekuasaan. Atau lebih sederhana mitos lebih mirip dengan pujaan religius sedang magi lebih condong menguasai lewat beberapa kepandaian. Magi mau menangkis mara
Antropologi SMA K - 6
51
bahaya, mempengaruhi daya-daya kekuatan alam, menguasai orang-orang yang mau membunuh orang lain dengan menusuk-nusuk gambarnya.
Alam Pikiran Ontologis Dalam alam pikiran ontologis, manusia mulai mengambil jarak terhadap segala sesuatu yang mengitarinya. Manusia tidak begitu terkurung lagi, bahkan kadang manusia bertindak sebagai penonton atas hidupnya sendiri. Manusia berusaha memperoleh pengertian mengenai daya-daya kekuatan yang menggerakkan alam dan manusia. Perkembangan ini pernah disebut sebagai perkembangan dari ”mitos” ke ”logos”. Kata ”logos” mengandung arti sesuatu yang mirip dengan ”logis”. Namun dalam tahap ini memang manusia tidak hanya melulu berpikir secara logis, tapi emosi dan harapan juga bermain di sini, pun agama dan keyakinan juga tetap berpengaruh. Sekarang ajaran mengenai dunia mitologis berubah menjadi metafisika. Refleksi atas kehidupan manusia dengan para pemikir besar Yunani, sebut saja Aristoteles, Plato, dan dedengkot filsafat yang lain meramaikan alam pikiran ontologis ini. Pertanyaan yang diajukan dalam alam pikiran ini adalah tentang dunia transenden, tentang kebebasan manusia, pengertian mengenai dosa dan kehidupan, eskaton (akhir jaman) dan lain-lain. Sebagaimana dalam tahap mitis. Tahap ontologis juga memilki beberapa fungsi yaitu membuat suatu
peta mengenai segala sesuatu
mengenai manusia. Sikap ontologis berusaha menampakkan dunia transendensi sehingga dapat dimengerti. Sebagai contoh adalah pembuktian adanya Tuhan. Hal ini diawali dari pengalaman manusia mengenai dayadaya kekuatan yang direnungkan dalam alam filsafat. Sikap mitis dan renungan ontologis berhubungan namun pendekatannya berbeda. Dalam sikap mitis manusia mengambil bagian dalam daya-daya yang meresapi alam dan manusia sedangkan dalam perenungan ontologis manusia mengambil jarak terhadap segala sesuatu yang mengitarinya agar dengan demikian lewat pengertian dapat dibuktikan adanya sesuatu kekuasaan yang lebih tinggi. Fungsi mitos yang kedua adalah jaminan mengenai hari ini. Prosesproses yang terjadi di alam raya dan dalam hidup menusia mulai diterangkan dengan bertitik pangkal pada hukum-hukum abadi. Mitos-mitos masih dipaAntropologi SMA K - 6
52
kai, tetapi sekarang lebih sebagai suatu alat atau sarana untuk menerangkan sesuatu atau menuturkan sesuatu yang sukar diungkapkan dengan cara lain. Fungsi ketiga dari ontologis adalah menyajikan pengetahuan. Dalam alam pikiran ontologis yang dipentingkanadalah hakekat sesuatu pada tahap ini manusia juga ingin mengakui daya-daya yang menguasai kehidupan manusia beserta alam raya tetapi lewat jalan memperoleh pengetahuan dan mengakui adanya. Manusia berusaha menempatkan diri dalam hubungan baik dan dalam alam ontologis hubungan tersebut tak lain daripada hubungan yang masuk akal menurut arti harfiah, akal budi harus mengakui hakekat manusia, dunia dan dewa-dewa dengan demikian akan menampilkan kebenaran. Tetapi kedua sikap itu tidak selalu sepi dari kesombongan. Dalam duinia mitis kesombongan menghasilkan magi, sedang dalam ontologism kesombongan menghasilkan substansialisme.
O S
Gambar 9 Alam Pikiran Ontologis Katerangan: O = objék/jagat/daya-daya kakuatan alam S = subjék/manusia Sumber: C.A. van Peursen,Strategi Substansialisme berasal dari kata substansi yang berarti sesuatu Kebudayaan (1988) yang dapat berdiri sendiri yang mempunyai landasan sendiri dan tidak perlu bersandar atau bergantung pada sesuatu yang berada di luar. Dengan Antropologi SMA K - 6
53
demikian hubungan makhluk yang satu dengan yang lain dapat diputuskan. Substansialisme mengadakan isolasi. Memisahkan manusia, barang-barang, dunia nilai-nilai, Tuhan, dipandang sebagai lingkaran-lingkaran yang berdiri sendiri lepas antara yang satu dengan yang lain. Substansialisme merupakan bahaya yang selalu menyergap alam pikiran ontologism. Nilai-nilai dan konsep-konsep dijadikan substansisubstansi yang terlepas. Bahkan manusia dijadikan dua substansi yaitu badan dan jiwa. Masyarakat tak lain daripada suatu penjumlahan individuindividu. Distansi menjadi keretakan dan masyarakat dijadikan sistem tertutup yang tak dapat diganggu gugat, entah karena sistem feudal, kapitalis, atau disiplin partai.
Alam Pikiran Fungsional Fungsional dapat dilihat sebagai suatu pembebasan dari substansialisme. Alam pikiran fungsional menyangkut hubungan, pertautan dan relasi. Alam pikiran manusia selalu mengandung aspek-aspek fungsionil. Alam pikiran ini meliputi baik teori maupun praktek, perbuatan etis dan karya artistik, sektor pekerjaan dan keputusan-keputusan politis. Tetapi di tengah gejala-gejala nampak adanya sikap dasar dalam alam fungsional yaitu orang mencari hubungan-hubungan antara semua bidang, arti sebuah kata atau perbuatan atau barang dipandang menurut peran dan fungsi yang dimainkan dalam keseluruhan yang saling berhubungan. Dalam alam pikiran fungsionil nampak bagiamana manusia dan dunia saling menunjukkan, relasi, kebertautan antara yang satu dengan yang lain. Ada tiga aspek dalam pikiran fungsionil. Aspek pertama yaitu bagaimana manusia ingin memperlihatkan daya-daya kekuatan sekitarnya atau menjadikan semuanya itu sesuatu yang dialami. Dalam pikiran refleksi, kesadaran sosial, kesenian dan religi, manusia berusaha mewujudkannya, bagaimana sesuatu mempunyai arti atau tidak berarti. Aspek yang kedua adalah bagaimana memberi dasar kepada masa kini. Di sini akan terlihat bagaimana manusia dan struktur sosialnya dapat diberi arti dan dibenarkan. Tehnik dan rekreasi, psikoterapi, kesenian, teologi dan sopan-santun sangat erat hubungannya secara fungsionil, asal bidangbidang itu mampu memberi arti kepada situasi-situasi konkrit. Antropologi SMA K - 6
54
Aspek ketiga yang menyerupai aspek-aspek semacam itu dalam tahap mitis dan ontologism ialah peran ilmu pengetahuan. Pada tahap inipun orang ingin menambah pengetahuan. Jika dalam mitis ada magi, dalam ontologis ada substansialisme, maka dalam alam fungsionil ada operasional. Gejala operasional adalah suatu bahaya yang melampaui batas-batas yang merongrong sesuatu. Operasionalisme selalu membayangi pikiran fungsionil; bagaikan suara hati yang gelisah. Manusia menjadi terkurung dalam operasi-operasi dan akalakalnya sendiri. Sikap fungsionil lebih menunjukkan suatu tanggung jawab daripada suatu tahap yang telah tercapai.
O
S
Gambar 10 Alam Pikiran Fungsional
Katerangan: O = objék/jagat/daya-daya kakuatan alam S = subjék/manusa Sumber: C.A. van Peursen, Strategi Kebudayaan (1988)
Kebudayaan Sebagai Strategi di Indonesia Proses belajar dalam kebudayaan menghasilkan bentuk-bentuk baru dan menimbun (akumulasi) pengetahuan dan kepandaian. Ini tidak berarti bahwa lewat proses belajar selalu dihasilkan buah-buah yang positif. Lewat
Antropologi SMA K - 6
55
trial and error manusia menjadi bijaksana, kekeliruan dan kesalahan ada manfaatnya. Dengan belajar manusia dapat mengenal tanda-tanda dan tidak hanya tanda-tanda yang diikutsertakan. Tanda mempunyai pertalian tertentu dan tetap dengan apa yang ditandai. Manusia dapat menciptakan tandatanda yang akhirnya disebut dengan lambang. Lambang-lambang yang menceritakan pengalaman merupakan ilustrasi mengenai proses belajar yang luas dan biasanya kita sebut kebudayaan. Masalah kebudayaan nasional yang ingin diciptakan telah di pikirkan oleh bangsa Indonesia selama dasawarsa 30an yang kemudian di himpun dalam buku Polemik Kebudayaan. Dalam buku Polemik Kebudayaan menurut Sutan Takdir Alisyahbana (Mihardja, 1998), kebudayaan nasional Indonesia yang disebutnya Kebudayaan Indonesia Raya harus diciptakan sebagai sesuatu yang baru dengan mengambil banyak unsur dari kebudayaan barat. Unsur – unsur tersebut antara lain adalah teknologi, orientasi ekonomi, keterampilan berorganisasi, dan ilmu pengetahuan. Sedangkan Sanusi Pane (Mihardja, 1998), berpendapat bahwa kebudayaan nasional Indonesia sebagai kebudayaan timur harus mementingkan kerohanian, perasaan, dan gotong royong. Menurut Prof. Dr. M. Mahfud MD, S.H. (2015) terdapat empat strategi untuk menumbuhkembangkan kebudayaan di Indonesia yaitu : Strategi pertama : Integrasi Budaya, yakni menyatukan ide Nusantara dengan ide Indonesia. Nusantara sebagai akar sekaligus ruh dari kebudayaan Indonesia. Integrasi antara budaya dan seni berbasis maritimagraris dengan berbasisi industri juga perlu kita lakukan. Integrasi cita-cita seni budaya yang berorientasi pada masa silam, masa depan dan keperluan kita hari ini.
Strategi kedua : Strategi Transformasi Budaya, yakni memanfaatkan atau mengolah khazanah budaya lama yang kita miliki untuk keperluan kita hari ini dan masa depan, atau dalam bahasa Islam ini disebut dengan "Ijtihad Budaya".
Antropologi SMA K - 6
56
Strategi ketiga : Strategi Komunikasi dan Produksi Budaya, yakni mempresentasikan dan memproduksi karya-karya budaya dan seni sebanyak-banyaknya, hingga kita mampu mengekspor karya-karya tersebut. Strategi keempat : Strategi Independensi Budaya, yakni strategi kemandirian budaya kita sendiri. Ini merupakan pilihan untuk membangun budaya yang berakar pada budaya Nusantara dan Indonesia disesuaikan dengan kondisi dan tuntutan jaman. Heddy Shri Ahimsa-Putra (Purwanto, 2014 : xvii) dalam paparannya, mengajukan sejumlah usulan mengenai revolusi mental dilihat sebagai sebuah strategi kebudayaan. Ia melihat ada sejumlah sebab mengapa mentalitas manusia Indonesia tidak berkembang dengan baik menjadi sifat unggul bangsa. Berbagai mentalitas negatif, sebagaimana diungkapkan Koentjaraningrat, yang menurutnya harus dicarikan antitesisnya. “Mentalitet anti: yang harus dicari itu, yaitu : (1) anti-kebodohan dan pembodohan; (2) anti-kecurangan dan pencurangan; (3) anti-kesenjangan dan penyenjangan; (4) anti-rendah diri dan perendahan; (5) anti-kerusuhan dan perusuhan. Itulah yang harus dikembangkan sebagai sebuah startegi kebudayaan. Di dalam teorinya mengenai kebudayaan, Ahimsa melihat adanya unsur kebudayaan yang terdiri dari 10 perangkat atau institusi yaitu : perangkat keagamaan, klasifikasi, komunikasi, permainan, pelestarian, reproduksi, kesehatan, ekonomi, kesenian, dan transportasi. Kesepuluh unsur ini mewujud dalam empat aspek yaitu: aspek gagasan, bahasa, perilaku dan material. Menurutnya, revolusi mental akan operasional pada tiga unsurdengan harus memenuhi keempat aspek perwujudannya-yaitu pada unsur kegamaan, komunikasi, dan pelestarian. Pada tataran gagasan, Ahimsa-Putra berpendapat bahwa revolusi mental dapat dilakukan dengan membangun dan menanamkan pandangan serta keyakinan keagamaan, nilai-nilai, norma-norma, dan aturan-aturan yang bersesuaian atau sejalan dengan “mentalitet anti” di atas. Kemudian, pada tataran bahasa, yang bermain adalah unsur budaya komunikasi dan pelestarian. Mentalitet lima anti dapat disebarkan dalam masyarakat yang Antropologi SMA K - 6
57
lebih luas daripada masyarakat atau komunitas pemiliknya, antara lain dnegan berbagai cerita (sastra) yang baru. Selanjutnya, pada tataran perilaku unsur budaya yang dapat dimanfaatkan adalah unsur budaya pelestarian. Perangkat simbol
berupa perilaku, tindakan dan aktivitas mewariskan,
mengajarkan “mentalitet anti” dari generasi yang satu ke generasi yang lain, dari kelompok yang satu ke kelompok yang lain, dari golongan yang satu ke golongan yang lain adalah wujud dari unsur pelestarian bagi revolusi mental. Terakhir, pada tataran material, revolusi mental dapt mengambil manfaat dari kemajuan teknologi komunikasi dan internet. Selain memudahkan dan mempercepat penyebaran mentalitas yang diharapkan, teknologi ini juga dapt mengurangi unsur subjektivitas dalam berbagai transaksi yang melibatkan keuangan. Munculnya e-budgeting, misalnya, merupakan salah satu kontrol untuk mengurangi praktik korupsi.
Revolusi Mental dan Indonesia Baru Kalau sungguh mau dilaksanakan sebagai wahana untuk melahirkan Indonesia Baru, Revolusi Mental perlu menjadi strategi kolosal berskala nasional. Salah satu lokus bagi perubahan tersebut adalah pendidikan, formal maupun informal (Supelli, 2015 : 8-9). Apabila kita sepakat bahwa salah satu kunci pendidikan untuk menghadirkan manusia berbudaya adalah orientasi kepada
nilai
(value-oriented),
maka
pendidikan
tidak
semata-mata
mengajarkan pengetahuan tentang baik dan buruk, tetapi melatih hasrat peserta didik sampai terbentuk disposisi batin untuk selalu menghendaki yang baik. Di sinilah kita perlu menambahkan sebuah catatan akhir. Revolusi Mental yang membidik transformasi karakter hendaknya tidak diartikan sebagai pengurangan porsi pendidikan kognitif demi menambah porsi pendidikan karakter. Hendaknya kritik terhadap model pendidikan yang dianggap berat ke aspek kognitif dimengerti sebagai kritik terhadap model pendidikan yang hanya mengembangkan daya-daya kognitif paling rendah (menumpuk informasi dan mengingat), sebagaimana berlangsung selama ini. Sebaiknya, kita justru memerlukan model pendidikan yan dapat meningkatkan kemampuan kognitif secara lebih utuh (kemampuan analitik, logika, daya-daya reflektif kritis imajinatif, kreatif), namun terintegrasi ke keAntropologi SMA K - 6
58
mampuan afektif dan komitmen untuk bertindak (aspek ragawi). Di dalam pengintergrasian ketiga aspek manusia itulah daya-daya reflektif manusia akan berkembang. Tanpa kemampuan reflektif, yang memberi kita pemahaman matang namun realistik tentang kinerja dunia kontemporer, mustahil kita memulai Revolusi Mental.
4. Aktivitas Pembelajaran Aktivitas pembelajaran merupakan hal yang sangat penting bagi peserta, karena memberikan kesempatan kepada peserta untuk bersentuhan dengan obyek yang sedang dipelajari seluas mungkin, karena dengan demikian proses konstruksi pengetahuan yang terjadi akan lebih baik. Aktivitas pembelajaran ini perlu keterlibatan peserta dalam bentuk sikap, pikiran, perhatian dalam kegiatan belajar guna menunjang keberhasilan proses belajar mengajar dan memperoleh manfaat dari kegiatan tersebut. Bentuk dari aktivitas pembelajaran dalam materi ini adalah : a. Visual activities, yang termasuk di dalamnya misalnya membaca, memperhatikan gambar dan mengambil makna materi. b. Oral Activities, seperti menyatakan merumuskan, bertanya, memberi saran, berpendapat, diskusi, interupsi. c. Listening Activities, sebagai contoh mendengarkan : uraian, percakapan dan diskusi. d. Writing Activities, seperti misalnya memberi jawaban dan komentar dari bentuk latihan/kasus/tugas. e. Motor Activities, yang termasuk di dalamnya antara lain: melakukan, membuat konstruksi dari materi tersebut dengan mengamati perilaku di masyarakat sekitar. Aktivitas pembelajaran ini sangat dituntut keaktifan peserta,sehingga peserta dapat menerapkan ke siswa untuk melakukan kegiatan dalam membimbing dan mengarahkan.
5. Latihan/Kasus/Tugas Jawablah peranyaan-pertanyaan di bawah ini secara singkat dan benar !
1. Apa yang dimaksud dengan strategi kebudayaan !
Antropologi SMA K - 6
59
2. Bagaimana menurut C. A. van Peursen pandangan terhadap strategi kebudayaan ! Jelaskan
3. Menurut Heddy Shri Ahimsa-Putra jelaskan Strategi Kebudayaan di Indonesia
6. Rangkuman Membangun kebudayaan nasional Indonesia harus mengarah kepada suatu strategi kebudayaan untuk dapat menjawab pertanyaan, “Akan kita jadikan seperti apa bangsa kita?” yang tentu jawabannya adalah “menjadi bangsa yang tangguh dan entrepreneurial, menjadi bangsa Indonesia dengan ciri-ciri nasional Indonesia, berfalsafah dasar Pancasila, bersemangat bebas-aktif mampu menjadi tuan di negeri sendiri, dan mampu berperanan penting dalam percaturan global dan dalam kesetaraan juga mampu menjaga perdamaian dunia”. Kita hadapi saat ini adalah krisis budaya. Tanpa segera ditegakkannya upaya “membentuk” secara tegas identitas nasional dan kesadaran nasional, maka bangsa ini akan menghadapi kehancuran
7. Umpan Balik dan Tindak Lanjut Materi pelatihan untuk guru ini didesain dalam bentuk modul, dimaksudkan agar dapat dipelajari secara mandiri oleh para peserta pelatihan. Beberapa karakteristik yang khas dari materi pelatihan berbentuk modul tersebut, yaitu: a. lengkap (self-contained), artinya, seluruh materi yang diperlukan peserta pelatihan untuk mencapai kompetensi dasar tersedia secara memadai; b. dapat menjelaskan dirinya sendiri (self-explanatory), maksudnya, penjelasan dalam paket bahan pelatihan memungkinkan peserta untuk dapat mempelajari dan menguasai kompetensi secara mandiri; serta c. mampu membelajarkan peserta pelatihan (self-instructional material), yakni sajian dalam paket bahan pembelajaran ditata sedemikian rupa sehingga dapat memicu peserta pelatihan untuk secara aktif melakukan interaksi belajar, bahkan menilai sendiri kemampuan belajar yang dicapainya melalui latihan/kasus/tugas. Diharapkan dengan tersusunnya materi pelatihan ini dapat dijadikan referensi bagi peserta yang dimplementasikan ke siswa.
Antropologi SMA K - 6
60
8. Kunci Jawaban 1. Strategi kebudayaan Strategi berasal dari kata stratus yang berarti pasukan dan kata agein yang berarti memimpin, sehingga strategi berarti memimpin pasukan. Sehingga strategi kebudayaan mengandung pengertian bagaimana cara atau usaha merencanakan dapat di wujudkan. 2. Menurut C. A. van Peursen terdapat tiga pandangan terhadap strategi kebudayaan yaitu : Tahap Mitis, Tahap Ontologis, Tahap Fungsional 3. Menurut Drs. Slamet Sutrisno Strategi Kebudayaan Nasional menyebutkan
lima
langkah,
yaitu
;
(1) anti-kebodohan dan pembodohan; (2) anti-kecurangan dan pencurangan; (3) anti-kesenjangan dan penyenjangan; (4) anti-rendah diri dan perendahan; (5) anti-kerusuhan dan perusuhan.
Antropologi SMA K - 6
61
BAGIAN 2 PEMBELAJARAN BAB 5 PROBLEMATIKA PENYIMPANGAN SOSIAL Kegiatan 1 Problematika Permasalahan Sosial 1. Tujuan Pembelajaran Materi antropologi sebagai ilmu dan metode disajikan untuk membekali peserta diklat tentan probelimatika penyimpangan social budaya. Diharapkan setelah mempelajari materi ini peserta diklat mampu menggunakan ilmu antropologi untuk menganalisis problematika penyimpangan sosial budaya yang terjadi di masyarakat. 2. Indikator Pencapaian Kompetensi Setelah mempelajari materi problematika penyimpangan sosial budaya ini, peserta diklat diharapkan dapat menjelaskan penyimpangan dan masalahnya yang terus berkembang; menganalisis dampak negatif dan positifnya; memahami
proses-proses
terjadinya
permasalahan
penyimpangan:
mendeskripsikan bentuk-bentuk kebudayaan,melakukan analisis dalam keterkaitan perubahan yang terjadi dalam kebudayaan.
3. Uraian Materi 1. Pengertian Problematika Pengertian Problematika Istilah problema/problematika berasal dari bahasa Inggris yaitu "problematic" yang artinya persoalan atau masalah. Sedangkan dalam bahasa Indonesia, problema berarti hal yang belum dapat dipecahkan; yang menimbulkan permasalahan. Sedangkan ahli lain mengatakan bahwa” problema/ problematika adalah suatu kesenjangan antara harapan dan kenyataan yang diharapkan dapat menyelesaikan atau dapat diperlukan atau dengan kata lain dapat mengurangi kesenjangan itu
Pengertian Perubahan Sosial Budaya Perubahan sosial budaya adalah perubahan pada kebudayaan atau kebiasaan pada masyarakat. Perubahan sosial budaya dipengaruhi oleh faktor dari luar masyarakat (dari masyarakat lain). Perubahan sosial budaya bisa merubah struktur,
Antropologi SMA K - 6
62
fungsi, nilai, norma, pranata, dan semua aspek lainnya. Perubahan ini bisa terjadi pada salah satu anggota masyarakat atau seluruh lapisan masyarakat. Perubahan Kebudayaan Perubahan (dinamika) kebudayaan adalah perubahan yang terjadi akibat adanya ketidaksesuaian di antara unsur-unsur kebudayaan yang saling berbeda, sehingga terjadi keadaan yang tidak serasi bagi kehidupan. Definisi perubahan (dinamika) kebudayan menurut para ahli, antara lain sebagai berikut. a. John Lewis Gillin dan John Philip Gillin , Perubahan kebudayaan adalah suatu variasi dari cara-cara hidup yang disebabkan oleh perubahan-perubahan kondisi geografis kebudayaan material, komposisi penduduk, ideologi maupun karena adanya difusi dan penemuan baru dalam masyarakat tersebut. b. Samuel Koenig ,Perubahan kebudayaan menunjuk pada modifikasimodifikasi yang terjadi dalam pola-pola kehidupan manusia. Modifikasi-modifikasi tersebut terjadi karena sebab sebab internal maupun eksternal. c. Selo Soemardjan ,Perubahan kebudayaan adalah segala perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan yang memengaruhi sistem sosial, termasuk nilainilai, sikap, dan pola-pola perilaku di antara kelompok-kelompok dalam masyarakat. d. Kingsley Davis, Perubahan kebudayaan adalah perubahan yang terjadi dalam struktur masyarakat. Faktor-faktor internal penyebab perubahan kebudayaan, antara lain sebagai berikut.
Adanya ketidakpuasan terhadap sistem nilai yang berlaku.
Adanya individu yang menyimpang dari sistem nilai yangberlaku.
Adanya penemuan baru yang diterima oleh masyarakat.
Adanya perubahan dalam jumlah dan komposisi penduduk.
Faktor-faktor eksternal penyebab perubahan kebudayaan, antara lain sebagai berikut.
Adanya bencana alam, seperti gempa bumi, banjir, dan lainlain.
Timbulnya peperangan.
Kontak dengan masyarakat lain.
Contoh Perubahan Kebudayaan Di Masyarakat 1. Pakaian Antropologi SMA K - 6
63
Perubahan mode pakaian pada masyarakat bisa saja terjadi. Dahulu semua masyarakat menggunakan pakaian adat khasnya. Namun, seiring dengan kemajuan dari perkembangan masyarakat tersebut membuat sedikit demi sedikit anggota masyarakat mulai meninggalkan pakaian adatnya dan menggunakan pakaian yang menjadi trend di daerah itu. Sebagai contoh, sekarang adalah jamannya demam Korea. Bagi penggemar beratnya, mereka selalu mencari dan menggunakan pakaian yang biasa digunakan orang Korea. Namun, masyarakat tetap tidak meninggalkan pakaian adat mereka dan tetap menggunakannya dalam acara tertentu. Seperti pakaian adat Bali yang digunakan setiap kali mereka sembahyang di pura. Tetapi, saat ini rasanya hal itu sangat sulit dijumpai kecuali kalau ada acara-acara adat. Cara berpakaian dipengaruhi dari informasi-informasi yang didapatkan dari berbagai media seperti Televisi dan Internet. Saat ini, cara berpakaian sebagian masyarakat banyak dipengaruhi oleh budaya barat 2. Model Rambut Model rambut juga banyak berubah. Bahkan masyarakat cenderung merasa harus mengikuti trend tersebut jika tidak mau dikatakan „jadul‟ atau „culun‟. Pengaruh terbesar adalah model rambut „punk‟ yang membuat banyak remaja mengikuti model rambut dan gaya hidup orang dengan model rambut tersebut. 3. Kesenian Kesenian bisa saja berubah atau tergantikan seiring perkembangan zaman. Saat ini, banyak kesenian di Indonesia yang mulai punah karena anak bangsa tidak suka dengan kesenian tersebut. Bahkan mereka lebih suka mempelajari kesenian asing dengan alasan trendy. Namun, masih banyak kesenian populer Indonesia yang masih bisa bertahan sampai sekarang. 4. Bahasa Daerah Indonesia memiliki banyak sekali bahasa daerah. Namun, banyak juga bahasa yang mulai punah. Itu mungkin disebabkan karena mereka lebih berminat untuk menggunakan Bahasa Indonesia atau bahasa Inggris dibandingkan bahasa daerahnya sendiri. Itu mungkin karena bahasa tersebut jangkauan komunikasinya lebih luas dibandingkan bahasa daerahnya yang cenderung hanya dimengerti oleh anggota masyarakat di daerah tersebut.
5. Masuknya Budaya Barat
Antropologi SMA K - 6
64
Budaya di Indonesia telah banyak tercampur dengan budaya asing. Itu mungkin disebakan karena kebudayaan itu lebih menyenangkan dibandingkan budayanya sendiri. Seperti budaya hari Valentine dan pesta ulang tahun. Sebenarnya budaya asli Indonesia telah memiliki budaya yang mirip dengan budaya tadi. Namun, budaya tersebut terkadang dianggap kurang meriah. Contoh perubahan besar lainnya adalah penggunaan komputer dan alat-alat teknologi sebagai pengganti buku untuk mencari tugas. Hal itu disebabkan oleh kemudahan menggunakan alat-alat teknologi tersebut.Seperti kita ketahui gadget saat ini telah digunakan oleh semua kalangan termasuk anak yang belum sekolah sekalipun. Akibatnya, pengaruh buruk seperti dewasa sebelum waktunya, penyalahgunaan gadget, sampai pada kasus penculikan juga terjadi akibat penggunaan gadget yang sekarang ini sedang membudaya di era modernisasi ini. 6.Cara Berkomunikasi Perubahan pada cara berkomunikasi bisa terjadi. Beberapa tahun lalu kita masih menggunakan surat untuk berkomunikasi jarak jauh dan sekarang, dengan menggunakan jejaring sosial atau alat komunikasi, seseorang bisa berkomunikasi dengan cepat dan praktis.Itulah contoh perubahan sosial budaya yang terjadi pada masyarakat. Semua masyarakat pasti saja akan mengalami perubahan sosial budaya. Namun, perubahan tersebut umumnya tidak dirasakan atau tidak terjadi pada masyarakat terpencil. Penyimpangan yang terjadi saat Perubahan Sosial Budaya Perubahan sosial budaya akan mengubah adat, kebiasaan, cara pandang, bahkan ideologi suatu masyarakat. Telah dijelaskan bahwa perubahan sosial budaya dapat mengarah pada hal-hal negatif (kemunduran). Hal ini tentu saja memengaruhi pola dan perilaku masyarakatnya. Berikut ini hal-hal negatif atau bentuk kemunduran akibat adanya perubahan sosial budaya. 1) Tergesernya bentuk-bentuk budaya nasional oleh budaya asing yang terkadang tidak sesuai dengan kaidah budaya-budaya nasional. 2) Adanya beberapa kelompok masyarakat yang mengalami ketertinggalan kemajuan budaya dan kemajuan zaman, baik dari sisi pola pikir ataupun dari sisi pola kehidupannya (cultural lag atau kesenjangan budaya). 3) Munculnya bentuk-bentuk penyimpangan sosial baru yang makin kompleks. Antropologi SMA K - 6
65
4) Lunturnya kaidah-kaidah atau norma budaya lama, misalnya lunturnya kesadaran bergotong-royong di dalam kehidupan masyarakat kota Permasalahan yang terjadi saat terjadinya perubahan sosial budaya Permasalahan terjadi apabila masyarakat dengan kebudayaannya tidak mampu menyesuaikan diri dengan gerak perubahan. Ketidakmampuan dalam menyesuaikan diri dengan perubahan disebut maladjusment. Maladjusment akan menimbulkan disintegrasi. Penerimaan masyarakat terhadap perubahan sosial budaya dapat dilihat dari perilaku masyarakat yang bersangkutan. Apabila perubahan sosial budaya tersebut tidak berpengaruh pada keberadaan atau pelaksanaan nilai dan norma maka perilaku masyarakat akan positif. Namun, jika perubahan sosial budaya tersebut menyimpang atau berpengaruh pada nilai dan norma maka perilaku masyarakat akan negatif. Terdapat beberapa masalah dalam perubahan sosial yang menimbulkan suatu ketidakpuasan, penyimpangan masyarakat, ketinggalan, atau ketidaktahuan adanya perubahan, yaitu sebagai berikut. 1. Perubahan yang diterima masyarakat kadang-kadang tidak sesuai dengan keinginan. Hal ini karena setiap orang memiliki gagasan mengenai perubahan yang mereka anggap baik sehingga perubahan yang terjadi dapat ditafsirkan bermacam-macam, sesuai dengan nilai-nilai sosial yang mereka miliki. 2. Perubahan mengancam kepentingan pihak yang sudah mapan. Hak istimewa yang diterima dari masyarakat akan berkurang atau menghilang sehingga perubahan dianggapnya akan mengancangkan berbagai aspek kehidupan. Untuk mencegahnya, setiap perubahan harus dihindari dan ditentang karena tidak sesuai kepentingan kelompok masyarakat tertentu. 3. Perubahan dianggap sebagai suatu kemajuan sehingga setiap perubahan harus diikuti tanpa dilihat untung ruginya bagi kehidupan. Pembahan juga dianggap membawa nilai-nilai baru yang modern. 4. Ketidaktahuan pada perubahan yang terjadi. Hal ini mengakibatkan seseorang ketinggalan informasi tentang perkembangan dunia. 5. Masa bodoh terhadap perubahan. Hal itu disebabkan perubahan sosial yang terjadi dianggap tidak akan menimbulkan pengaruh bagi dirinya.
Antropologi SMA K - 6
66
6. Ketidaksiapan menghadapi perubahan. Pengetahuan dan kemampuan seseorang terbatas, dampak perubahan sosial yang terjadi ia tidak memiliki kesempatan untuk menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi. Masalah atau dampak perubahan sosial dan kebudayaan yang terjadi dalam masyarakat dapat berbentuk antara lain sebagai berikut : Perubahan sosial budaya mengakibatkan terjadinya masalah-masalah sosial seperti kejahatan, atau kenakalan remaja. Meskipun begitu, tidak setiap masalah yang terjadi pada masyarakat disebut masalah sosial. Menurut Merton (dalam Soekanto), suatu masalah disebut masalah sosial jika memenuhi beberapa kriteria, yaitu sebagai berikut 1. Tidak adanya kesesuaian antara ukuran-ukuran dan nilai-nilai sosial dengan kenyataan-kenyataan serta tindakan-tindakan sosial. 2. Semula ada pendapat keliru yang menyatakan bahwa masalah sosial bersumber secara langsung pada kondisi-kondisi ataupun proses-proses sosial. Pendapat tersebut tidak memuaskan dan telah ditinggalkan. Hal pokok di sini bukanlah sumbernya, melainkan akibat dari gejala tersebut (baik gejala sosial maupun gejala bukan sosial yang menyebabkan terjadinya masalah sosial. 3. Pihak-pihak yang menetapkan apakah suatu kepincangan merupakan masalah sosial atau tidak. Dalam hal ini, urutannya sangat relatif. 4. Adanya masalah-masalah sosial yang terbuka dan masalah-masalah sosial yang tertutup. Masalah sosial tersebut timbul akibat terjadinya kepincangankepincangan masyarakat karena tidak sesuainya tindakan-tindakan dengan norma-norma dan nilai-nilai masyarakat. Akibat hal tersebut, masyarakat tidak menyukai tindakan-tindakan yang menyimpang dan berlawanan dengan nilai-nilai yang berlaku. Masalah sosial merupakan proses terjadinya ketidaksesuaian antara unsurunsur dalam kebudayaan suatu masyarakat yang membahayakan kehidupan kelompok-kelompok sosial. Dengan kata lain, masalah sosial menyebabkan terjadinya hambatan dalam pemenuhan kebutuhan warga masyarakat. Hal itu berakibat terjadi disintegrasi sosial atau rusaknya ikatan sosial. Proses disintegrasi sebagai akibat atau dampak perubahan sosial yang terjadi dalam masyarakat yang menimbulkan penyimpangan dapat berbentuk antara lain sebagai berikut. Antropologi SMA K - 6
67
1.
Pergolakan dan Pemberontakan Proklamasi dikumandangkan sebagai pernyataan kemerdekaan Indonesia
dapat diterima di berbagai daerah walaupun tidak secara bersamaan. Rakyat menyambut dan mendukungnya. Oleh karena itu, segera dibentuk suatu tatanan dan kehidupan sosial baru. Rangkaian peristiwa itu disebut revolusi. Adanya pergolakan dan pemberontakan di berbagai daerah pasca kemerdekaan, berlujuan untuk menjatuhkan kedudukan penguasa pada saat itu, sekaligus menyatakan kelidaksetujuan mereka terhadap ideologi pemerintah.
2. Aksi Protes dan Demonstrasi
Gambar 11 aksi protes dan demontrasi http://fokusjabar.com/wpcontent/uploads/2014/05/4c7827a866f80a228c31be2e4ddddcf1_demomahasiswa.jpg
Aksi protes disebut juga unjuk rasa yang selalu terjadi dalam kehidupan manusia. Hal itu terjadi karena setiap orang memiliki pendapat dan pandangan yang mungkin berbeda. Protes dapat terjadi apabila suatu hal menimpa kepentingan individu atau kelompok secara langsung sebagai akibat dari rasa ketidakadilan akan hak yang harus diterima. Akibatnya, individu atau kelompok tersebut tidak puas dan melakukan tindakan penyelesaian.
Antropologi SMA K - 6
68
Protes merupakan aksi tanpa kekerasan yang dilakukan oleh individu atau masyarakat terhadap suatu kekuasaan. Protes dapat pula terjadi secara tidak langsung sebagai rasa solidaritas antarsesama karena kesewenang-wenangan pihak tertentu yang mengakibatkan kesengsaraan bagi orang lain.
3. Kriminalitas
Gambar 12 kriminalitas yang sering terjadi Sumber http://cdn.sindonews.net/dyn/620/content/2013/07/17/68/762237/GMkVB 6m3Lr.jpg Perubahan sosial yang terjadi dalam kehidupan memberi peluang bagi setiap orang untuk berubah, tetapi perubahan tersebut tidak membawa setiap orang ke arah yang dicita-citakan. Hal ini berakibat terjadinya perbedaan sosial berdasarkan kekayaan, pengetahuan, perilaku, ataupun pergaulan. Perubahan sosial tersebut dapat membawa seseorang atau kelompok ke arah tindakan yang menyimpang karena dipengaruhi keinginan-keinginan yang tidak terpenuhi atau terpuaskan dalam kehidupannya.
Antropologi SMA K - 6
69
Perbuatan kriminal yang muncul di masyarakat secara khusus akan diuraikan sebagai akibat terjadinya perubahan sosial yang menimbulkan kesenjangan kehidupan atau jauhnya ketidaksamaan sosial. Akibatnya, tidak semua orang mendapat kebahagiaan yang sama. Adanya perbedaan tersebut menyebabkan setiap orang memiliki penafsiran yang berbeda-beda terhadap hak dan kewajibannya. Setiap orang harus mendapat hak disesuaikan dengan kewajiban yang dilakukan 4.
Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme Bangsa Indonesia yang sedang membangun perlu memiliki sistem admin-
istrasi yang bersih dan berwibawa, bebas dari segala korupsi, kolusi, dan nepotisme. Masalah korupsi menyangkut berbagai aspek sosial dan budaya maka Bung Hatta (dalam Mubyarto) mengatakan bahwa korupsi adalah masalah budaya. Apabila hal ini sudah membudaya di kalangan bangsa Indonesia atau sudah menjadi bagian dari kebudayaan bangsa akan sulit untuk diberantas. Akibatnya, hal tersebut akan menghambat proses pembangunan nasional. Untuk memberantas korupsi, tidak hanya satu atau beberapa lembaga pemerintahan saja yang harus berperan, tetapi seluruh rakyat Indonesia harus bertekad untuk menghilangkan korupsi. 5.
Kenakalan Remaja
Gambar 13 tawuran antar pelajar Sumber http://cdn.sindonews.net/dyn/620/content/2013/12/06/31/814204/JbP0xznfz4.jpg
Antropologi SMA K - 6
70
Kenakalan remaja merupakan disintergasi dari keutuhan suatu masyarakat. Hal itu karena tindakan yang mereka lakukan dapat meresahkan masyarakat Oleh karena itu, kenakalan remaja disebut sebagai masalah sosial. Munculnya kenakalan remaja merupakan gejolak kehidupan yang disebabkan adanya perubahanperubahan sosial di masyarakat, seperti pergeseran fungsi keluarga karena kedua orangtua bekerja sehingga peranan pendidikan keluarga menjadi berkurang. Selain itu, pergeseran nilai dan norma masyarakat mengakibatkan berkembangnya sifat individualisme. Juga pergeseran struktur masyarakat mengakibatkan masyarakat lebih menyerahkan setiap permasalahan kepada yang berwenang. Perubahan sosial, ekonomi, budaya, dan unsur budaya lainnya dapat mengakibatkan disintegrasi. Perubahan Sosial dan Kebudayaan di Bidang Teknologi ( Modernisasi) Modernisasi adalah merupakan hasil kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus berkembang sekarang ini. Tingkat teknologi dalam membangun modernisasi betul-betul di rasakan dan dinikmati oleh semua lapisan masyarakat dari kota metropolitan sampai ke desa-desa terpencil.
Permasalahan/Kasus 1 Modernisasi banyak terjadi pada bidang teknologi dimana inovasi-inovasi baru dengan alat-alat canggih di zaman sekarang yang mendukung untuk segala urusan di beberapa sektor bidang pertanian, instansi pendidikan (sekolah), ekonomi, keamanan, dan telekomunikasi hal ini. Seperti halnya di negara-negara maju di bidang teknologinya seperti Jepang, Cina, Korea Selatan dan negara eropa lainnya yang sudah menggunakan alat teknologi untuk membantu aktivitas di negara tersebut. Dimana dalam kehidupan masyarakat semuannya harus di lakukan oleh alat-alat tidak seperti zaman dulu dengan kebudayaan atau tradisi nenek moyang kita dalam melakukan kegiatan / aktivitasnya menggunakan alat-alat tradisional seperti dengan kayu, batu, dan lain-lain. Modernisasi di bidang teknologi sangat mendukung negara yang berkembang untuk menjadi negara yang maju harus ditekankan pada bidang teknologinya. Dampak modernisasi sudah ke masyarakat bawah atau pedesaan hasilnya mereka pun bisa menikmati dari dampak tersebut yang mendukung mereka bisa sejalan pikirannya dan di tonton untuk mengubah pola pikirnya dari yang tradisional atau masih primitif ke zaman modernisasi, dalam aktivitasnya mereka bisa mudah dan praktis dengan Antropologi SMA K - 6
71
alat-alat teknologi sekarang ini misalnya penggunaan ponsel (handphone), membajak lahan dengan traktor, sistem belajar di sekolah dengan LCD dan proyektor, ingin pergi ke suatu tempat kerja bisa menggunakan sepeda motor agar lebih mudah sampai ke tempat kerjanya atau untuk bisnis membawa motor untuk mengangkut barang. Hal ini membawa kita harus meninggalkan tradisi/kebudayaan dulu. Agar bisa merubah sistem sosial di masyarakat kita. Permasalahan/Kasus 2 Namun secara umum pengaruh modernisasi membawa dampak yang cukup memprihatiankan pada masyarakat kita, di mana anak kecil pun sudah bisa menggunakan handphone, laptop, internet dan sejenisnya yang bisa membawa anak-anak bisa mengakses video-video yang tidak baik seperti video porno dan video tindak asusila lainnya, hal ini sangat memprihatinkan kepada anak-anak sekarang ini di mana nilai dan norma yang ada di masyarakat tidak diterapkan karena pada akhirnya anak tersebut memperagakan atau mencontoh apa yang dilihat dari internet seperti video porno. Hal ini membawa keresahan pada orang tua, masyarakat dan pemerintah. Kebanyakan kasus yang terjadi tentang seks bebas, pemerkosaan yang terjadi di angkutan umum, anak sekolah bertindak asusila walaupun di lembaga sekolah pun sering terjadi hal ini membawa kita untuk mencari solusi masalah tersebut agar tidak menjadi kebudayaan atau mentradisi dari anak sekolah yang terbawa oleh kebudayaan barat. Upaya Mengatasi Modernisasi Setelah kita tahu dampak dari modernisasi di bidang teknologi dari 2 kasus diatas dan sekarang yang terpenting adalah bagaimana meneruskan solusi permasalahan dari 2 kasus tersebut ?
Penyelesaian Permasalahan Kasus 1 Dengan perubahan sosial dan kebudayaan pada berbagai sektor bidang pertanian, keamanan, sekolah, dan komunikasi solusinya yaitu : a. Masyarakat dituntut harus bisa menguasai teknologi modern dan meninggalkan metode tradisional karena sudah tidak relevan dan tidak mampu lagi memecahkan masalah kehidupan sosial, ekonomi, yang semakin menekan ini.
Antropologi SMA K - 6
72
b. Harus memilah atau mengambil sisi positif dari modernisasi yang berkaitan dengan teknologi agar kita tidak dikuasai dengan teknologi, sehingga kita yang menguasai teknologi sehingga bisa membuat kita lebih berwawasan tinggi. c. Menggunakan teknologi sesuai keperluannya serta juga tidak meniggalkan nilai dan norma yang ada di masyarakat kita. d. Diadakan sosialisasi pada masyarakat agar menggunakan teknologi dan bisa menerapkan pada kehidupan sehari-hari sehingga bisa membantu lebih cepat, praktis dan mudah dalam segala aktivitasnya Solusi permasalahan/kasus 2 Pengaruh perubahan sosial dan kebudayaan pada bidang teknologi di kalangan anak-anak a.
Keluarga Dalam proses belajar pertama kali si anak terima dari keluarga di mana peran keluarga sangat sentral dan seharusnya bisa mendidik dan membimbing agar anaknya tidak menyimpang dari nilai dan norma di masyarakat dan tidak memberikan fasilitas berlebihan pada anaknya sehingga si anak bisa berkembang dengan nilai dan norma yang di tanamkan orang tuanya.
b.
Sekolah Banyak kagus hamil di luat nikah pada anak sekolah hal ini harus dicarikan solusinya agar tidak membudaya yaitu dengan pelarangan membawa handphone dan mengawasi bukan dari dalam sekolah saja, tetapi di luar juga sehingga bisa mencegah hamil di luar nikah atau mengadakan sosialisasi tentang bahaya free seks di sekolah agar lebih mengerti lebih jauh tentang bahaya yang di sebabkan free seks.
c.
Masyarakat dan Pemerintah Harus ada kerjasama dalam memberantas permasalahan tersebut di mana anakanak di bimbing, di awasi, agar tingkah laku, aktivitasnya di arahkan pada jalan yang benar dan tidak menyalahkan handphone, komputer serta sejenisnya yang membawa kita pada pelajaran tidak bermoral seperti video porno dan lain-lain. Yang mengundang anak-anak melakukan apa yang di tonton dan memanfaatkan fasilitas tersebut dengan sebaik-baiknya.
Solusi PenyimpanganSosial Budaya
Antropologi SMA K - 6
73
Perubahan sosial budaya dapat menimbulkan banyak dampak bagi masyarakat. Dampak tersebut ada yang positif dan negatif. Oleh karena itu dibutuhkan solusi-solusi untuk dampak negatif yaitu sebagai berikut: di lingkungan keluarga misalnya Orang tua harus melakukan memberikan penjelasan kepada anaknya tentang penggunaan teknologi yang baik atau seperlunya saja, orang tua mengajarkan kepada anaknya untuk berhemat, orang tua baiknya mengajarkan tentang nilai kekeluargaan, dan memberikan waktu untuk keluarga saling berkumpul serta mengunjungi kerabatnya. Di lingkungan rumah tinggal atau bertetangga, diharapkan warga masyarakat lebih meningkatkan hubungan agar nilai kekeluargaan dalam masyarakat tetap terjaga, misalnya dengan mengadakan kegiatan-kegiatan yang positif seperti arisan atau yang lainnya. Di lingkungan kependidikan Diharapkan dalam penggunaan teknologi informasi dan komunikasi di lingkungan pendidikan maka diperlukannya suatu undang-undang yang mengatur tentang plagiat karena itu termasuk pelanggaran hak cipta yang dapat merugikan orang lain, orang tua juga diharapkan melakukan pengawasan terhadap anaknya dengan tanpa pelarangan penggunaan teknologi informasi dan komunikasi. Mengajarkan kepada siswa untuk menghargai karya orang lain sehingga jika mengambil materi dari karya orang lain di internet untuk menyertakan nama penulisnya. Perubahan sosial budaya dalam bidang komunijkasi tersebut menimbulkan banyak dampak bagi masyarakat. Dampak tersebut ada yang positif dan negatif. Oleh karena itu dibuthkan solusi-solusi untuk dampak negatif yaitu sebagai berikut:
Di lingkungan keluarga misalnya
Orang tua harus melakukan memberikan penjelasan kepada anaknya tentang penggunaan teknologi yang baik atau seperlunya saja, orang tua mengajarkan kepada anaknya untuk berhemat, orang tua baiknya mengajarkan tentang nilai kekeluargaan, dan memberikan waktu untuk keluarga saling berkumpul serta mengunjungi kerabatnya.
Di lingkungan rumah tinggal atau bertetangga
Diharapkan warga masyarakat lebih meningkatkan hubungannya agar nilai kekeluargaan dalm masyarakat tetap terjaga, misalnya dengan mengadakan kegiatan-kegiatan yang positif seperti arisan atau yang lainnya.
Di lingkungan kependidikan
Antropologi SMA K - 6
74
Diharapkan dalam penggunaan teknologi informasi dan komunikasi di lingkungan pendidikan maka diperlukannya suatu undang-undang yang mengatur tentang plagiat karena itu termasuk pelanggaran hak cipta yang dapat merugikan orang lain, orang tua juga diharapkan melakukan pengawasan terhadap anaknya dengan tanpa pelarangan penggunaan teknologi informasi dan komunikasi. Mengajarkan kepada siswa untuk menghargai karya orang lain sehingga jika mengambil materi dari karya orang lain di internet untuk menyertakan nama penulisnya.
4. Aktifitas Pembelajaran Strategi pembalajaran yang digunakan oleh peserta diklat ini menggunakan model pembelajaran problem solving. Metode ini dipandang tepat karena menyesuaikan materi yaitu Problematika Penyimpangan Sosial Budaya. Problem Solving ini adalah suatu model pembelajaran yang melakukan pemusatan kepada pengajaran dan keterampilan pemecahan masalah yang diikuti dengan penguatan keterampilan (Pepkin,2004:1). Dalam hal ini masalah didefinisikan sebagai suatu persoalan yang tidak rutin dan belum dikenal penyelesaiannya. Jadi, dengan problem solving lah masalah ini dipecahkan. Tahap-tahap pelaksanaan model problem solving: 2. Penyiapan masalah di dalam modul 3. Peserta diklat diberi masalah sebagai pemecahan dalam model diskusi/kerja kelompok. 4. Peserta diklat ditugaskan untuk mengevaluasi (evaluating) masalah yang dipecahkan tersebut. 5. Peserta memberikan kesimpulan pada jawaban yang diberikan pada sesi akhir kegiatan belajar. 6. Penerapan pemecahan masalah diberlakukan sebagai model penilaian dan pengujian kebenaran jawaban peserta diklat.
5. Soal Latihan!! 1. Pergolakan sangat erat kaitannya dengan disintegrasi karena … a.Disintegrasi berakibat terhadap perubahan
Antropologi SMA K - 6
75
b.Pergolakan menimbulkan chaos c.Pergolakan menimbulkan anomi d.Pergolakan cenderung menimbulkan disintegrasi e.Pergolakan cenderung mengarah ke konflik 2. Suatu tindakan dikatakan kriminal jika … a.Bertentangan dengan norma dan nilai b.Tidak sejalan dengan kesepakatan c.Bertentangan dengan hukum yang berlaku d.Adanya denda yang besar bagi pelaku e.Tidak sesuai dengan kehendak pribadi 3. Tindakan korupsi adalah tindak kejatan yang terjadi karena … a.Pelakunya mempunyai kebiasaan buruk b.Adanya kelainan jiwa yang diidap pelaku c.Ada kesempatan yang dimiliki pelaku d.Pelakunya mempunyai cacat fisik e.Pelakunya memiliki kekuasaan 4. Perbedaan antara aksi protes dengan aksi demonstrasi terletak pada … a.Jumlah pengikutnya b.Waktu yang digunakan c.Interaksinya d.Latar belakang e.Tujuannya 5. Perubahan mode pakaian dikategorikan sebagai perubahan yang pengaruhnya kecil dengan ruang lingkup yang tidak luas karena … a.Tidak bertentangan dengan keyakinan masyarakat b.Selalu menguntungkan pedagang c.Hanya diikuti oleh golongan tertentu d.Tidak ada hubungan dengan bidang kebudayaan e.Hanya berhubungan dengan kebutuhan sekunder 6. Disintegrasi dapat berwujud pergolakan daerah, aksi protes, demonstrasi, kenakalan remaja dan tindak kriminal. Tuliskan masing-masing dua contohnya ! 7. Hal-hal negatif atau bentuk ke-munduran akibat adanya perubahan sosial budaya? Antropologi SMA K - 6
76
8. Berikan contoh kasus penyimpangan saat terjadi perubahan sosial budaya 6. Rangkuman Perubahan sosial budaya adalah perubahan pada kebudayaan atau kebiasaan pada masyarakat. Perubahan sosial budaya dipengaruhi oleh faktor dari luar masyarakat (dari masyarakat lain). Perubahan sosial budaya bisa merubah struktur, fungsi, nilai, norma, pranata, dan semua aspek lainnya. Perubahan ini bisa terjadi pada salah satu anggota masyarakat atau seluruh lapisan masyarakat. Permasalahan yang terjadi saat perubahan sosial budaya : masalahmasalah sosial seperti kejahatan, atau kenakalan remaja. Meskipun begitu, tidak setiap masalah yang terjadi pada masyarakat disebut masalah sosial. Menurut Merton (dalam Soekanto), suatu masalah disebut masalah sosial jika memenuhi beberapa kriteria, yaitu sebagai berikut: 1)Tidak adanya kesesuaian antara ukuranukuran dan nilai-nilai sosial dengan kenyataan-kenyataan serta tindakan-tindakan sosial. 2) Semula ada pendapat keliru yang menyatakan bahwa masalah sosial bersumber secara langsung pada kondisi-kondisi ataupun proses-proses sosial. Permasalahan terjadi apabila masyarakat dengan kebudayaannya tidak mampu menyesuaikan diri dengan gerak perubahan. Ketidakmampuan dalam menyesuaikan diri dengan perubahan disebut maladjusment. Maladjusment akan menimbulkan disintegrasi. Penerimaan masyarakat terhadap perubahan sosial budaya dapat dilihat dari perilaku masyarakat yang bersangkutan. Perubahan sosial budaya dapat menimbulkan banyak dampak bagi masyarakat. Dampak tersebut ada yang positif dan negatif. Oleh karena itu dibuthkan solusi-solusi untuk dampak negatif yaitu sebagai berikut: Di lingkungan keluarga misalnya Orang tua harus melakukan memberikan penjelasan kepada anaknya tentang penggunaan teknologi yang baik atau seperlunya saja, orang tua mengajarkan kepada anaknya untuk berhemat, orang tua baiknya mengajarkan tentang nilai kekeluargaan, dan memberikan waktu untuk keluarga saling berkumpul serta mengunjungi kerabatnya. Di lingkungan rumah tinggal atau bertetangga. Diharapkan warga masyarakat lebih meningkatkan hubungannya agar nilai kekeluargaan dalm masyarakat tetap terjaga, misalnya dengan mengadakan kegiatan-kegiatan yang positif seperti arisan atau yang lainnya. 7. Umpan Balik dan Tindak Lanjut
Antropologi SMA K - 6
77
Setelah kegiatan pembelajaran,Bapak/ Ibu dapat melakukan umpan balik dengan menjawab pertanyaan berikut ini : 1. Apa yang Bapak/Ibu pahami setelah mempelajari materi Problematika penyimpangan sossial budaya ? 2. Pengalaman penting apa yang Bapak/Ibu peroleh setelah mempelajari materi problematika penyimpangan sosial budaya? 3. Apa manfaat materi problematika penyimpangan sosial budaya terhadap tugas Bapak/Ibu ?
4. Apa rencana tindak lanjut Bapak/Ibu setelah kegiatan pelatihan ini ? 8. Kunci Jawaban 1. D 2. C 3. A 4. E 5. E 6. a. Pergolakan daerah : Pemberontakan PKI di Madiun, Pemberontakan Republik Maluku Selatan (RMS) b. Aksi protes : Mahasiswa menuntut kebebasan akademik kepada rektor, Berbagai kelompok sosial yang memprotes kenaikan BBM c. Demonstrasi : Demo buruh untuk meminta kenaikan gaji, Demo mahasiswa tahun 1998 menuntut reformasi d. Kenakalan remaja : Tawuran antarsekolah, Narkoba e. Kriminal : Perampokan dan juga pembunuhan, Transaksi jual beli narkoba 7. 1) Tergesernya bentuk-bentuk budaya nasional oleh budaya asing yang terkadang tidak sesuai dengan kaidah budaya-budaya nasional. 2) Adanya beberapa kelompok masyarakat yang mengalami ketertinggalan kemajuan budaya dan kemajuan zaman, baik dari sisi pola pikir ataupun dari sisi pola kehidupannya (cultural lag atau kesenjangan budaya). 3) Munculnya bentuk-bentuk penyimpangan sosial baru yang makin kompleks. 4) Lunturnya kaidah-kaidah atau norma budaya lama, misalnya lunturnya kesadaran bergotong-royong di dalam kehidupan masyarakat kota Antropologi SMA K - 6
78
BAGIAN 2 PEMBELAJARAN BAB 6 PERMASALAHAN PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA Kegiatan 1 Permuasalahan Perubahan Sosial Budaya 1. Tujuan Pembelajaran Materi Internalisasi nilai budaya sebagai ilmu disajikan untuk membekali peserta diklat tentang materi mengenai permasalahan perubahan sosial buAntropologi SMA K - 6
79
daya. Diharapkan setelah mempelajari materi ini peserta diklat mampu mengerti mengenai permasalahan perubahan sosial budaya. 2. Indikator Pencapaian Kompetensi Pada bahan belajar mandiri ini, anda akan mempelajari tentang masalah dalam perubahan sosial secara lebih rinci, kompetensi yang diharapkan adalah sebagai berikut: a. Peserta diklat mampu untuk memahami dan mendeskripsikan pengertian permasalahan perubahan sosial budaya b. Peserta diklat mampu untuk mengklasifikasikan masalah perubahan sosial budaya c. Peserta diklat mampun melakukan analisis sebagai solusi untuk mengatasi perubahan sosial budaya
3. Uraian Materi Perkembangan tekhnologi semakin berkembang pesat dan maju. Pada saat ini masyarakat memiliki berbagai alternatif pilihan untuk menyesuaikan kebutuhan hidup mereka. Perubahan sosial budaya memang terjadi dalam setiap masyarakat karena masyarakat sendiri bersifat dinamis. Perubahan sosial budaya juga merupakan hal yang umum terjadi dalam setiap masyarakat dikarenakan manusia yang sifat dasarnya selalu ingin melakukan perubahan dalam kehidupan bermasyarakat. Dalam perubahan tersebut juga ada yang maju dan ada juga yang mundur. Berkaitan dengan komunikasi banyak sekali perubahan yang terjadi dari beberapa tahun terakhir dilihat dari tahun 90an sampai sekarang secara cepat akibat dari globalisasi dalam segala bidang termasuk komunikasi dan informasi. Di era globalisasi sekarang ini perkembangan mengenai teknologi komunikasi juga semakin cepat yang juga berpengaruh dalam komunikasi masyarakat yang juga mempengaruhi perubahan sosial budaya tersebut. Pengertian Perubahan Sosial Budaya Perubahan sosial budaya adalah sebuah gejala berubahnya struktur sosial dan pola budaya dalam suatu masyarakat. Perubahan sosial budaya merupakan gejala umum yang terjadi sepanjang masa dalam setiap masyarakat. Ketidak sesuaina unsur-unsur kebudayaan yang berbeda sehingga terjadi ketidakserasian
Antropologi SMA K - 6
80
fungsi bagi kehidupan disebuat sebagai perubahan kebudayaan. Perubahan kebudayaan menyangkut semua bagian kebudayaan. Bagian-bagian yang turut mengalami proses perubahan kebudayaan antara lain, kesenian, ilmu pengetahuan, teknologi Faktor
filsafat, Pendorong
termasuk
bentuk
Terjadinya
serta
Perubahan
organisasi Sosial
dan
sosial. Budaya
faktor pendorong perubahan sosial budaya dari dalam masyarakat. a. Perubahan jumlah penduduk Program transmigasi yang dijalankan pemerintah dapat menyebabkan terjadinya perubahan soaial dan kebudayaan masyarakat yang didatangi. Masyarakat pendatang cepat atau lambat, disadari atau tidak akan memengaruhi
atau
terpengaruhi
budaya
di
tempat
tersebut.
Berkurangnya jumlah penduduk yang diakibatkan urbanisasi dan transmigasi dapat mengakibatkan terjadinya perubahan dalam masyarakat. Misalnya gejala berkurangnya jumlah penduduk usia produktif karena melakukan urbanisasi di perkotaan akan menimbulkan masalah pembagian kerja di pedesaan. Karena di pedesaan laki-laki usia produktif banyak melakukan urbanisasi. b. Pertentangan Masyarakat (konflik). Pertentangan yang membawa perubahan sosial budaya bisa berupa pertentangan pribadi atau kelompok. c. Terjadinya pemberontakan atau revolusi Pemberontakan atau revolusi dalam sebuah negara akan membawa perubahan sosial dan kebudayaan bagi masyarakat. Kebijakan pemerintah lama selaku penguasa yang ditumbangkan akan diganti oleh kebijakan pemerintah yang baru.
d. Penemuan baru (invention) Penemuan baru dalam masyarakat baik itu berupa ilmu pengetahuan maupun teknologi memengaruhi dan membawa perubahan dalam masyarakat itu. Misalnya penemuan mobil. Penemuan itu akan membawa perubahan kebudayaan dan soaial masyarakat. Dalam masyarakat akan terbentuk status sosial berdasarkan harta (mobil) yang dimiliki. Orang yang tidak mempunyai mobil dianggap lebih rendah status sosial nya dibanding orang yang memiliki mobil. Antropologi SMA K - 6
81
e. Perubahan
sosial
budaya
yang
terjadi
dari
luar
masyarakat
antara lain disebabkan karena peperangan, lingkungan alam fisik yang ada di sekitar
manusia,
dan
pengaruh
kebudayaan
masyarakat
lain.
Dalam peperangan negara yang menang akan berkuasa terhadap negara yang kalah. Hal itu secara lambat atau cepat akan membawa perubahan kehidupan sosial budaya dan politik negara yang didudukinya. Permasalahan dalam Perubahan Sosial Budaya a.
Komunikasi dalam Era Globalisasi
Gambar 14: Komunikasi bisa lebih cepat meskipun jarak jauh Sumber : http://www.fahdisjro.com/2012/09/modernisasi.html Komunikasi merupakan usaha penyampaian informasi kepada manusia lainnya. Tanpa komunikasi tidak akan terjadi interaksi sosial. Dalam komunikasi sering muncul berbagai macam perbedaan penafsiran terhadap makna suatu tingkah laku orang lain akibat perbedaan konteks sosialnya. Komunikasi menggunakan isyarat-isyarat sederhana adalah bentuk paling dasar dan penting dalam komunikasi. Karakteristik komunikasi manusia tidak hanya menggunakan bentuk isyarat fisik, akan tetapi juga berkomunikasi mengunakan kata-kata yaitu simbol-simbol suara yang mengandung arti bersama dan bersifat standar (Syarbaini dan Rusdiyanta, 2009) Selain komunikasi ada juga kontak sosial yang merupakan pendekatan pertemuan fisik dan rohaniah. Kontak sosial dapat bersifat primer (face to face) dan dapat bersifat sekunder (berhubungan melalui media komunikasi, baik perantara orang maupun media benda, surat kabar, TV, radio dan sebagainya) (Syahrial Syarbaini dan Rusdiyanta, 2009).
Antropologi SMA K - 6
82
Dalam proses komunikasi sedikitnya melibatkan empat komponen, yaitu: Komunikator, Sumber Komunikasi atau Pengirim Pesan, yakni seseorang atau sekelompok orang atau suatu organisasi yang mengambil inisiatif mengirimkan pesan. Pesan, berupa lambang atau tanda, seperti kata-kata (dalam bentuk tertulis atau lisan). Media atau Saluran Komunikasi, yakni sesuatu yang dipakai sebagai alat pengiriman pesan (misalnya telepon, radio, surat, suratkabar, email, SMS, TV). Komunikan atau Khalayak, yakni seseorang atau sekelompok orang yang menjadi sasaran penerima pesan. Perkembangan yang semakin cepat di bidang teknologi komunikasi menyebabkan pengaruh yang besar terhadap kegiatan penyebarluasan informasi atau gagasan. Ini berarti pula berpengaruh beasar terhadap kegiatan hubungan masyarakat. Media massa (pers, radio, televisi dan film) sangat membantu kegiatan hubungan masyarakat. Dengan menggunakan media massa ini peneyebarluasan informasi bukan saja sangat luas tetapi juga cepat dan serentak (A.W Widjaja, 1986). Setiap masyarakat mengalami perubahan sepanjang masa. Perubahan itu ada yang samar, ada yang mencolok, ada yang lambat, ada yang cepat, ada yang sebagian atau terbatas, ada yang menyeluruh. Perubahan dapat berupa pergeseran nilai sosial, perilaku, susunan organisasi, lembaga sosial, stratifikasi sosial, kekuasaan dan wewenang dan sebagainya. Semua perubahan itu ada yang maju (Progress) dan ada yang mundur (Syarbaini dan Rusdiyanta, 2009: 135). Kini perubahan sosial mengalami kemajuan pesat berkat kemajuan sains dan teknologi, khususnya Media masa yang mampu meniadakan batas teritorial (Syarbaini dan Rusdiyanta, 2009: 26). Media publikasi dalam komunikasi (dalam A.W Widjaja, 1986: 79):
Media Audio Dengan media audial dimaksudkan adalah media publisitas yang dapat ditangkap dengan indera telinga, atau tegasnya dapat didengar, misalnya: radio, tape recorder, telepon, wawancara, dan lain-lain.
Media Visual Dengan media visual dimaksudkan sebagai media publisitas yang dipergunakan untuk mengadakan hubungan dengan publik, yang dapat di-
Antropologi SMA K - 6
83
tangkap denga indera mata. Dengan perkataan lain yang dapat dilihat. Ini misalnya: pameran-pameran foto, slide, surat kabar, buletin, pamflet,dan lain-lain.
Media Audio Visual Dengan media audio visual dimaksudkan sebagai media yang menyiarkan “berita” yang dapat ditangkap baik dengan indera mata maupun indera telinga. Misalnya saja film, televisi dan lainnya. Perubahan yang terjadi dalam bidang komunikasi di era gobalisasi ini dapat dilihat dari media-media informasi dan komunikasi yang semakin maju. Perkembangan teknologi yang semakin canggih juga menjadi salah satu penyebab perubahan sosial budaya dalam komunikasi. Di era globalisasi ini segala akses informasi mudah didapat misalnya dengan internet atau handphone. Komunikasi seakan bersifat terbuka dan tanpa mengenal batas Negara dan ini menjadi ciri komunikasi dalam era globalisasi.
b. Pergolakan dan Pemberontakan Proklamasi dikumandangkan sebagai pernyataan kemerdekaan Indonesia dapat diterima di berbagai daerah walaupun tidak secara bersamaan. Rakyat menyambut dan mendukungnya. Oleh karena itu, segera dibentuk suatu tatanan dan kehidupan sosial baru. Rangkaian peristiwa itu disebut revolusi. Adanya pergolakan dan pemberontakan menjatuhkan
di
berbagai
kedudukan
daerah
penguasa
pasca kemerdekaan, pada
saat
itu,
berlujuan
sekaligus
untuk
menyatakan
kelidaksetujuan mereka terhadap ideologi pemerintah. c.
Aksi Protes dan Demonstrasi
Aksi protes disebut juga unjuk rasa yang selalu terjadi dalam kehidupan manusia. Hal itu terjadi karena setiap orang memiliki pendapat dan pandangan yang mungkin berbeda. Protes dapat terjadi apabila suatu hal menimpa kepentingan individu atau kelompok secara langsung sebagai akibat dari rasa ketidakadilan akan hak yang harus diterima. Akibatnya, individu atau kelompok tersebut tidak puas dan melakukan tindakan penyelesaian. Protes merupakan aksi tanpa kekerasan yang dilakukan oleh individu atau masyarakat terhadap suatu kekuasaan. Protes dapat pula terjadi secara tidak langsung sebagai rasa solidaritas antarsesama karena kesewenang-wenangan pihak tertentu yang mengakibatkan kesengsaraan bagi orang lain. Antropologi SMA K - 6
84
d.
Kriminalitas
Perubahan sosial yang terjadi dalam kehidupan memberi peluang bagi setiap orang untuk berubah, tetapi perubahan tersebut tidak membawa setiap orang ke arah yang dicita-citakan. Hal ini berakibat terjadinya perbedaan sosial berdasarkan kekayaan, pengetahuan, perilaku, ataupun pergaulan. Perubahan sosial tersebut dapat membawa seseorang atau kelompok ke arah tindakan yang menyimpang karena dipengaruhi keinginan-keinginan yang tidak terpenuhi atau terpuaskan dalam kehidupannya.
Gambar 15 Demo dan perlawanan untuk melawan keputusan hukum Sumber: https://maxtroman.files.wordpress.com/2012/10/12.jpg
Perbuatan kriminal yang muncul di masyarakat secara khusus akan diuraikan sebagai akibat terjadinya perubahan sosial yang menimbulkan kesenjangan kehidupan atau jauhnya ketidaksamaan sosial. Akibatnya, tidak semua orang mendapat kebahagiaan yang sama. Adanya perbedaan tersebut menyebabkan setiap
orang
memiliki
penafsiran
yang
berbeda-beda
terhadap
hak
dan
kewajibannya. Setiap orang harus mendapat hak disesuaikan dengan kewajiban yang dilakukan. e. Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme Bangsa Indonesia yang sedang membangun perlu memiliki sistem administrasi yang bersih dan berwibawa, bebas dari segala korupsi, kolusi, dan nepotisme. Apabila hal ini sudah membudaya di kalangan bangsa Indonesia atau sudah menjadi bagian dari kebudayaan bangsa akan sulit untuk diberantas. Akibatnya, ha! Antropologi SMA K - 6
85
tersebut akan menghambat proses pembangunan nasional. Untuk memberantas korupsi, tidak hanya satu atau beberapa lembaga pemerintahan saja yang harus berperan, tetapi seluruh rakyat Indonesia harus bertekad untuk menghilangkan korupsi. f.
Kenakalan Remaja
Kenakalan remaja merupakan disintergasi dari keutuhan suatu masyarakat. Hal itu karena tindakan yang mereka lakukan dapat meresahkan masyarakat Oleh karena itu, kenakalan remaja disebut sebagai masalah sosial. Munculnya kenakalan remaja merupakan gejolak kehidupan yang disebabkan adanya perubahan-perubahan sosial di masyarakat, seperti pergeseran fungsi keluarga karena kedua orangtua bekerja sehingga peranan pendidikan keluarga menjadi berkurang. Selain itu, pergeseran nilai dan norma masyarakat mengakibatkan berkembangnya sifat
individualisme.
Juga
pergeseran
struktur
masyarakat
mengakibatkan
masyarakat lebih menyerahkan setiap permasalahan kepada yang berwenang. Perubahan
sosial,
ekonomi,
budaya,
dan
unsur
budaya
lainnya
dapat
mengakibatkan disintegrasi.
Permasalahan Perubahan Sosial Budaya Akibat dari Era Globalisasi di Lingkungan Keluarga dan Tetangga 1.
Dalam Lingkungan Keluarga Dalam lingkungan keluarga perubahan sosial budaya dalam bidang komu-
nikasi adalah semakin canggihnya atau majunya media komunikasi. Dahulu di tahun 90an sebelum ada handphone, sulit menghubungi anaknya ketika anak tersebut sedang jauh atau dalam perantauan. Umtuk mengetahui kabar masing-masing maka orang tua atau anak harus saling mengirim surat dan waktunya pun lama. Ketika hari raya tiba seorang anggota keluarga yang ingin berkunjung ke rumah kerabatnya walaupun jauh maka ia datang langsung. Jadi kebanyakan komunikasi bersifat primer (face to face) walaupun ada juga yang sekunder. Dalam lingkungan keluarga sekarang perubahan sosial budaya dalam bidang komunikasi dapat dilihat dengan adanya handphone, sekarang di era globalisasi ayah, ibu, dan anak kebanyakan sudah memegang alat komunikasi (handphone) sendiri, dan ini memudahkan orang tua yang akan menghubungi anaknya jika sedang pergi atau memudahkan komunikasi jarak jauh. Ketika hari raya misalnya antara kerabat keluarga bisa memudahkan komunikasi saat jarak mereka jauh jadi tidAntropologi SMA K - 6
86
ak perlu datang ke rumah kerabatnya tersebut tetapi lewat handphone dengan bertukar sms. Jadi kebanyakan komunikasi terjadi dengan cara perantara atau sekunder.
Gambar 16 Komunikasi lebih cepat tanpa memerlukan waktu lama Sumber
:
http://foto.okezone.com/view/2012/02/24/9/4827/pengguna-alat-
komunikasi-meningkat Dampak positif yang nampak dari perubahan sosial budaya tersebut adalah memudahkan informasi yang ingin disampaikan, praktis dan hemat biaya. Sedangkan dampak negatifnya adalah berkurangnya kontak langsung antara orang tua dan anak yang dapat menyebabkan rasa kekeluargaan meluntur, menjadikan konsumtif karena bila menggunakan handphone harus beli pulsa dan apabila mengikutu tren handphone maka harus mengkocek lebih dalam kantong kita karena handphone seri terbaru terus bermunculan tiap bulannya dan menjanjikan fitur-fitur yang memanjakan seseorang. 2.
Dalam Lingkungan Rumah Tinggal (Tetangga) Dalam lingkungan rumah tinggal atau tetangga perubahan sosial budaya da-
lam bidang komunikasi adalah media komunikasi yang canggih ini dapat dilihat dari media komunikasi televisi. Di tahun 90an dulu di desa Kalikudi Kecamatan Adipala Kabupaten Cilacap kebanyakan warga waktu itu belum banyak warga mempunyai televisi karena harganya yang cukup mahal. Sehingga warga yang ingin menonton televisi kebanyakan datang ke tempat yang mempunyai televisi. Hal ini secara tidak langsung juga menyebabkan meningkatnya solidaritas atau hubungan kekeluargaan antar warga di desa tersebut sehingga hampir tiap malam warga desa tersebut bertemu dalam satu tempat untuk menonton televisi.
Antropologi SMA K - 6
87
Sedangkan sekarang dengan semakin canggihnya teknologi membuat semakin mudahnya orang membeli televisi dengan harga yang murah. Ini membuat banyak warga Desa Kalikudi sekarang mempunyai televisi di setiap rumah. Ini juga menjadikan semakin jarangnya kontak langsung antar warga. Adanya handphone juga menyebabkan mudahnya komunikasi antar tetangga karena apabila tetangga atau kita butuh bantuannya kita tinggal menghubunginya dengan handphone tersebut. Dampak positif yang dilihat dari perubahan tersebut adalah menjadikan informasi yang didapat warga semakin mudah dan praktis. Sedangkan dampak negatifnya adalah timbulnya sikap konsumtif warga dengan adanya televisi tersebut mereka melihat berbagai hal menarik yang ingin dimiliki. 3.
Dalam Lingkungan Kependidikan
Perubahan sosial budaya dalam komunikasi di bidang pendidikan diantaranya: dahulu guru mengajar dengan cara yang biasa yaitu dengan metode ceramah atau dengan menuliskan materi di papan tulis; dalam mengajar guru dan siswa harus bertemu langsung atau tatap muka; bagi siswa yang mengerjakan tugas dengan mencari jawaban atau tugasnya dengan membaca buku dan datang langsung ke perpustakaan. Sekarang guru dimudahkan dengan adanya komputer dan LCD proyektor maka guru tidak susah-susah menuliskan materi di papan tulis cukup dengan menggunakan mediakomputer dan LCD tersebut. Guru dan siswa juga tidak harus bertemu langsung atau tatap muka dalam memberi pelajaran kepada siswa tetapi menggunakan fasilitas internet yaitu dengan modul online ini biasa dilakukan oleh universitas-universitas terbuka. Bagi siswa yang ingin mengerjakan tugas dapat mencari referensi di internet selain di buku dan siswa menjadi tidak perlu datang langsung menuju perpustakaan. Dampak positif dari perubahan sosial budaya tersebut memudahkan guru maupun siswa dalam proses pembelajaran, sedangkan dampak negatifnya adalah adanya ketergantungan pada teknologi, membuat siswa malas membaca buku di perpustakaan, meningkatnya kasus plagiat di kalangan pelajar serta menjadikan malas bagi anak-anak karena banyak hiburan anak yang ditawarkan oleh televisi tersebut sehingga jam belajar terkurangi.
Solusi Mencegah Dampak Negatif dari Permasalahan Perubahan Sosial Budaya
Antropologi SMA K - 6
88
Permasalahan perubahan sosial budaya tersebut menimbulkan banyak dampak bagi masyarakat. Dampak tersebut ada yang positif dan negatif. Oleh karena itu dibutuhkan solusi-solusi untuk dampak negatif yaitu sebagai berikut:
Di lingkungan keluarga misalnya Orang tua harus melakukan memberikan penjelasan kepada anaknya tentang penggunaan teknologi yang baik atau seperlunya saja, orang tua mengajarkan kepada anaknya untuk berhemat, orang tua baiknya mengajarkan tentang nilai kekeluargaan, dan memberikan waktu untuk keluarga saling berkumpul serta mengunjungi kerabatnya.
Di lingkungan rumah tinggal atau bertetangga Diharapkan warga masyarakat lebih meningkatkan hubungannya agar nilai kekeluargaan dalam masyarakat tetap terjaga, misalnya dengan mengadakan kegiatan-kegiatan yang positif seperti arisan atau yang lainnya.
Di lingkungan kependidikan Diharapkan dalam penggunaan teknologi informasi dan komunikasi di lingkungan pendidikan maka diperlukannya suatu undang-undang yang mengatur tentang plagiat karena itu termasuk pelanggaran hak cipta yang dapat merugikan orang lain, orang tua juga diharapkan melakukan pengawasan terhadap anaknya dengan tanpa pelarangan penggunaan teknologi informasi dan komunikasi. Mengajarkan kepada siswa untuk menghargai karya orang lain sehingga jika mengambil materi dari karya orang lain di internet untuk menyertakan nama penulisnya.
4. Aktivitas pembelajaran Strategi pembelajaran yang digunakan oleh peserta diklat ini menggunakan model pembelajaran problem solving menggunakan video pembelajaran. Metode ini dipandang tepat karena menyesuaikan materi yaitu Kebudayaan. Dalam hal ini masalah didefinisikan sebagai suatu persoalan yang tidak rutin dan belum dikenal penyelesaiannya.Jadi, dengan problem solving lah masalah ini dipecahkan. Tahap-tahap pelaksanaan model problem solving: 1)
Penyiapan video pembelajaran
2)
Peserta diklat diberi masalah sebagai pemecahan dalam model diskusi/kerja kelompok.
Antropologi SMA K - 6
89
3)
Peserta diklat ditugaskan untuk mengevaluasi (evaluating) masalah yang dipecahkan tersebut.
4)
Peserta memberikan kesimpulan pada jawaban yang diberikan pada sesi akhir kegiatan belajar. Penerapan pemecahan masalah diberlakukan sebagai model penilaian dan pengujian kebenaran jawaban peserta diklat 5. Latihan/Kasus/Tugas Petunjuk: Pilihlah salah satu jawaban yang dianggap paling tepat ! 1) Perubahan sosial bisa terjadi karena adanya discovery, maksudnya ... a. Adanya pembaharuan dalam bidang kehidupan b. Penemuan baru dalam Ilmu dan teknologi c. Adanya investasi terhadap sektor kehidupan manusia. d. Terjadi peningkatan belanja untuk bidang ilmu dan teknologi e. Membuka diri terhadap kebudayaan orang lain. 2) Pola komunikasi antara orang tua dan anak pada jaman sekarang mengalami perubahan , tidak seperti jaman dahulu lagi. Hal ini menandakan telah terjadi perubahan sosial dalam bidang ... a.
struktur sosial
b.
sistem sosial
c.
bantuan sosial
d.
organisasi sosial
e.
hubungan sosial
3) Ciri kependudukan di Indonesia ditandatai oleh hal berikut di bawah ini,kecuali...... a.
Persebaran penduduk yang tidak merata
b.
Angka kelahiran dan kematian yang tinggi
c.
Usia muda dan usia tua yang cukup tinggi
d.
Dominasi usia produktif yang cukup tinggi
e.
Kualitas penduduk yang rendah.
4) Kebijakan kependudukan untuk lebih memeratakan persebaran penduduk ialah dengan cara ... a. migrasi keluar b. migrasi ke dalam Antropologi SMA K - 6
90
c. transmigrasi d. urbanisasi e. evakuasi 5) Di bawah ini merupakan faktor-faktor yang mendorong masyarakat cenderung untuk berubah, kecuali... a. adanya rasa tidak puas dengan situasi yang ada b. sadar akan adanya kekurangan dalam kebudayaan sendiri c. tinghat kebutuhan bertambah d. sikap terbuka dari masyarakat terhadap hal baru e. adanya rasa curiga terhadap unsur baru 6) Berkembangnya telepon seluler yang didalamnya terdapat kamera, menyebabkan banyak beredar gambar porno di kalangan pelajar SMA. Realitas tersebut menunjukkan terjadinya gejala …. a. pergaulan bebas di kalangan pelajar b. fungsi telepon seluler semakin beragam c. telepon seluler semakin efektif dan efisien d. adanya akses negatif kemajuan teknologi e. persaingan bisnis telepon seluler 7) Dampak negatif dari perubahan sosial yang disebabkan oleh berkembangnya teknologi di perdesaan adalah …. a. menurunnya solidaritas sosial karena sistem pertanian modern b. melemahnya kehidupan religius karena listrik masuk desa c. berkurangnya interaksi primer karena adanya telepon seluler d. meningkatnya konsumerisme karena iklan e. meningkatnya kebutuhan hidup karena kemajuan jaman 8) Akibat perubahan sosial adalah... a. meningkatnya kesejahteraan masyarakat b. masyarakat menjadi damai c. kriminalitas dan kenakalan remaja d. kenakalan remaja dan kesejahteraan masyarakat e. indonesia menjadi makmur 9) Perubahan sosial mengakibatkan masalah sosial yang dimulai dengan ... . a. terciptanya integrasi sosial
Antropologi SMA K - 6
91
b. lahirnya golongan menengah c. lahirnya disintegrasi sosial d. berkembangnya kriminalitas
10) Fenomena sosial yang menunjukkan kecenderungan di kalangan remaja yang suka mengkonsumsi makanan asing di banding makanan tradisional merupakan dampak negatif globalisasi di bidang ... a. budaya b. agama c. teknologi d. politik e. ekonomi 6. Rangkuman Perubahan sosial budaya adalah sebuah gejala berubahnya struktur sosial dan pola budaya dalam suatu masyarakat. Faktor Pendorong Terjadinya perubahan Sosial Dan Budaya dari dalam masyarakat: a. Perubahan jumlah penduduk b. Program transmigasi yang dijalankan pemerintah dapat menyebabkan terjadinya perubahan soaial dan kebudayaan masyarakat yang didatangi. c. Pertentangan Masyarakat (konflik). d. Terjadinya pemberontakan atau revolusi e. Penemuan Baru Contoh permasalahan perubahan sosial budaya yaitu dalam bidang komunikasi. Dalam komunikasi sering muncul berbagai macam perbedaan penafsiran terhadap makna suatu tingkah laku orang lain akibat perbedaan konteks sosialnya. Perkembangan yang semakin cepat di bidang teknologi komunikasi menyebabkan pengaruh yang besar terhadap kegiatan penyebarluasan informasi atau gagasan. Ini berarti pula berpengaruh beasar terhadap kegiatan hubungan masyarakat. Media massa (pers, radio, televisi dan film) sangat membantu kegiatan hubungan masyarakat. Permasalahan perubahan Sosial Budaya dalam Komunikasi Akibat dari Era Globalisasi di Lingkungan Keluarga, Rumah Tinggal (Tetangga) dan Kependidikan. Dalam lingkungan keluarga perubahan sosial budaya dalam bidang komunikasi adalah semakin canggih atau majunya media komunikasi. Adanya handphone juga menyebabkan mudahnya komunikasi antar tetangga Antropologi SMA K - 6
92
karena apabila tetangga atau kita butuh bantuan kita tinggal menghubunginya dengan handphone tersebut. Perubahan sosial budaya dalam komunikasi di bidang pendidikan di antaranya: dahulu guru mengajar dengan cara yang biasa yaitu dengan metode ceramah atau dengan menuliskan materi di papan tulis; dalam mengajar guru dan siswa harus bertemu langsung atau tatap muka; bagi siswa yang mengerjakan tugas dengan mencari jawaban atau tugasnya dengan membaca buku dan datang langsung ke perpustakaan Solusi Mencegah Dampak Negatif dari Perubahan Sosial Budaya di Bidang Komunikasi.
Di lingkungan keluarga misalnya Orang tua harus melakukan atau memberikan penjelasan kepada anaknya tentang penggunaan teknologi yang baik atau seperlunya saja, orang tua mengajarkan kepada anaknya untuk berhemat, orang tua baiknya mengajarkan tentang nilai kekeluargaan, dan memberikan waktu untuk keluarga saling berkumpul serta mengunjungi kerabatnya.
Di lingkungan rumah tinggal atau bertetangga Diharapkan warga masyarakat lebih meningkatkan hubungannya agar nilai kekeluargaan dalam masyarakat tetap terjaga, misalnya dengan mengadakan kegiatan-kegiatan yang positif seperti arisan atau yang lainnya.
Di lingkungan kependidikan Diharapkan dalam penggunaan teknologi informasi dan komunikasi di lingkungan pendidikan maka diperlukannya suatu undang-undang yang mengatur tentang plagiat karena itu termasuk pelanggaran hak cipta yang dapat merugikan orang lain, orang tua juga diharapkan melakukan pengawasan terhadap anaknya dengan tanpa pelarangan penggunaan teknologi informasi dan komunikasi. Mengajarkan kepada siswa untuk menghargai karya orang lain sehingga jika mengambil materi dari karya orang lain di internet untuk menyertakan nama penulisnya.
7. Umpan Balik dan Tindak Lanjut Setelah kegiatan pembelajaran, Bapak/ Ibu dapat melakukan umpan balik dengan menjawab pertanyaan berikut ini :
Antropologi SMA K - 6
93
1. Apa yang Bapak/Ibu pahami setelah mempelajari materi permasalahan perubahan sosial budaya ? 2. Pengalaman penting apa yang Bapak/Ibu peroleh setelah mempelajari materi permasalahan perubahan sosial budaya? 3. Apa manfaat materi permasalahan perubahan sosial budaya terhadap tugas Bapak/Ibu ? 8. Kunci Jawaban 1) b . penemuan baru dalam ilmu pengetahuan 2) e. Hubungan sosial 3) d. Usia produktif cukup tinggi 4) c. Transmigrasi 5) e. adanya rasa curiga terhadap unsur baru 6) d. adanya akses negatif adanya kemajuan teknologi 7) a. menurunnya solidaritas sosial karena sistem pertanian modern 8)
c. kriminalitas dan kenakalan remaja
9) d.berkembangnya kriminalitas 10) a budaya
Antropologi SMA K - 6
94
BAGIAN 2 PEMBELAJARAN BAB 7 PROBLEMATIKA GLOBALISASI DALAM PEMBENTUKAN GAYA HIDUP Kegiatan 1 Problematika Globalisasi dalam Pembentukan Gaya Hidup 1. Tujuan Pembelajaran Materi ini disajikan untuk membekali peserta diklat tentang problematika globalisasi dalam pembentukan gaya hidup. Diharapkan setelah mempelajari materi ini peserta diklat mampu menggunakan globalisasi budaya dan problematikanya untuk mengatasi problematika globalisasi terhadap gaya hidup
2. Indikator Pencapaian Kompetensi Setelah mengikuti kegiatan ini, peserta diklat diharapkan dapat:
1. Memahami pengertian globalisasi budaya 2. Memahami problematika globalisasi terhadap gaya hidup 3. Memahami cara mengatasi problematika globalisasi terhadap gaya hidup 3. Uraian Materi
Pengertian Globalisasi Budaya Globalisasi berasal dari kata globe yang artinya dunia. Globalisasi artinya proses mendunia atau menuju dunia. Globalisasi adalah sebuah istilah yang memiliki hubungan dengan peningkatan keterkaitan dan ketergantungan antar bangsa dan antarmanusia di seluruh dunia melalui perdangangan, investasi, perjalanan, budaya popular dan bentuk interaksi yang lain sehingga batas-batas suatu negara menjadi bias. Dalam globalisasi, orang-orang, wilayah-wilayah dan negara-negara saling berhubungan dan saling bergantung. Hal itu, berarti setiap fenomena, baik itu perubahan atau integrasi social budaya, merupakan hal yang tidak terlepas dari perubahan atau integrasi di bagian lain dari dunia ini. Globalisasi merupakan suatu proses pengintegrasian manusia dengan segala macam aspek kehidupan ke dalam satu kesatuan masyarakat yang utuh dan lebih besar dalam kehidupan internasional. Globalisasi terjadi karena perkembangan yang pesat di bidang komunikasi, teknologi informasi, dan arus transportasi. Arus globalisasi tidak dapat kita bendung karena itu harus kita ikuti Antropologi SMA K - 6
95
dan kita tangkap sebagai peluang, dan yang harus kita hindari dalam arus globalisasi adalah sikap asal meniru terhadap perubahan. Dalam definisi globalisasi menurut beberapa ahli, salah satunya adalah Scholte, Jan Aart (2001 : 13-14) mengatakan globalisasi adalah: ”serangkaian proses dimana relasi sosial menjadi relatif terlepas dari wilayah geografis”. Sementara bila mana menilik definisi budaya diatas, maka bisa diartikan bahwa globalisasi budaya adalah : ”serangkaian proses dimana relasi akal dan budi manusia relatif terlepas dari wilayah geografis”. Hal ini memunculkan jalinan situasi yang integratif antara akal dan budi manusia disuatu belahan bumi yang satu dengan yang lainnya. Sementara itu dalam pandangan hiperglobalis mereka berpendapat tentang definisi globalisasi budaya adalah: “homogenization of the wold under the help culture of American popular culture or Western consumerism in general “. Ini berarti bahwa globalisasi budaya adalah proses homogenisasi dunia dibawah bantuan budaya popular Amerika atau paham komsumsi budaya barat pada umumnya. Definisi
hiperglobalis
tersebut,
jika
bisa
disamakan
dengan
keanekaragaman istilah globalisasi pada umumnya, yang salah satunya adalah westernisasi, dimana ada penyebaran budaya barat terutama kebudayaan Amerika. Namun, jika dilihat lebih lanjut, definisi dari hiperglobalis tidak bisa terlepas
dari
pada
sifat-sifat
yang
cenderung
mengandung
pikiran
ekonomi,berorientasi ekonomi. Hal itu jelas dapat dilihat dan dinilai dari penekanan paham konsumsi terhadap budaya Barat pada umumnya. Jadi bisa juga diartikan bahwa, budaya barat adalah budaya yang diperjualbelikan, sementara masyarakat dunia pada umumnya adalah konsumen yang menikmati. Sehingga muncullah kondisi dimana
istilah
westernisasi
digunakan
sebagai
simbolis
terhadap
sifat
konsumerisme tersebut, baik itu konsumsi terhadap bentuk pemerintahan atau sistim politik, mekanisme pasar atau paham ekonomi, bahkan hingga bentuk kebudayaan.
Problematika Globalisasi Pembentukan Gaya Hidup Prosessalingmempengaruhiadalahgejalayangwajardalaminteraksi
antar
masyarakat.Melalui interaksi dengan berbagai masyarakat lain, bangsa
Antropologi SMA K - 6
96
Indonesia ataupun kelompok-kelompok masyarakat yang mendiami nusantara (sebelum Indonesia terbentuk) telah mengalami proses dipengaruhi dan mempengaruhi. Kemampuan berubah merupakan sifat yang penting dalam kebudayaan manusia. Tanpa itu kebudayaan tidakmampu menyesuaikan diridengan keadaan yang senantiasa berubah. Perubahan yang terjadi saat ini berlangsung begitu cepat. Hanya dalam jangka waktu satu generasi banyak negara-negara
berkembang
telah
berusaha
melaksanakan
perubahan
kebudayaan, padahal dinegara-negara maju perubahan demikian berlangsung selama beberapa generasi. Pada hakekatnya bangsa Indonesia,
juga
bangsa-bangsa lain, berkembang karena adanya pengaruh-pengaruh luar. Kemajuan bisa dihasilkan oleh interaksi dengan pihak luar, hal inilah yang terjadi dalam proses globalisasi. Perubahan budaya yang terjadi didalam masyarakat tradisional, yakni perubahan dari masyarakat tertutup menjadi masyarakat yang lebih terbuka, dari nilai-nilai yang bersifat homogen menuju pluralis menilai dan norma sosial merupakan salah satu dampak dari adanya globalisasi (Koenjaraningrat. 1990). Ilmu pengetahuan dan teknologi telah mengubah dunia secara mendasar. Komunikasi
dan
sarana
transportasi
internasional
telah
menghilangkan
batas-batas budaya setiap bangsa. Kebudayaan setiap bangsa cenderung mengarah
kepada globalisasi dan menjadi peradaban dunia sehingga
melibatkan manusia secara menyeluruh. Misalnya saja khusus dalam bidang hiburan massa atau hiburan yang bersifat masal, makna globalisasi itu sudah sedemikian terasa. Sekarang ini setiap hari kita bisa menyimak tayangan film di tv yang bermuara dari negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Jepang, Korea dan Timur Tengah melalui stasiun televisi di tanah air. Belum lagi siaran tv internasional yang bisa ditangkap melalui parabola yang banyak dimiliki masyarakat Indonesia. Sementara
itu,
kini
makin
kesenian-kesenian
populer lain yang tersaji melalui kaset, vcd, dan dvd yang berasal dari manca negarapun makin marak kehadirannya ditengah-tengah kita.Fakta yang demikian memberikan bukti tentang betapa negara-negara penguasa teknologi mutakhir telah berhasil memegang kendali dalam globalisasi budaya
khususnya dinegara ketiga. Oleh karena itu, globalisasi bukan hanya soal ekonomi namun juga terkait dengan masalah atau isu makna budaya dimana
Antropologi SMA K - 6
97
nilai dan makna yang terlekat didalamnya juga berubah. Hal ini terjadinya problematika kebudayaan yang termasuk gaya hidup. Gaya hidup tradisional di zaman globalisasi ini sudah semakin berkurang dan bahkan cenderung untuk ditinggalkan oleh masyarakat,
sekarang ini
masyarakat cenderung memilih menerapkan gaya hidup modern dari pada gaya hidup tradisional.Alasan mengapa masyarakat memilih gaya hidup modern adalah karena semuanya serba mudah, cepat dan ekonomis. Selama ini, kita sudah terbiasa dengan prinsip “biar lambat asal selamat”.Prinsip tersebut melambangkan bahwa kita belum mampu menghargai waktu yang tepat dan optimal.Akibat globalisasi gaya hidup masyarakat udah mulai berubah.Mereka sudah tahu betapa pentingnya waktu.Apabila kita membuang-buang waktu,maka akan mengalami kerugian, sebab waktu tidak bisa diputar kembali. Globalisasi
juga
berdampak
buruk
terhadap
gaya
hidup
masyarakat.Contohnya ada sebagian masyarakat kita meniru gaya hidup bangsa lain yang tidak sesuai dengan kepribadian bangsa kita,seperti mabuk-mabukan, narkoba, dan suka berpesta pora, berperilaku kasar serta kurang menghormati orang yang lebih tua. Jumlah penyalah guna dan atau pecandu narkoba banyak dilakukan kelompok penduduk usia produkstif. Berdasarkan rehabilitasi (residential) di tempat rehabilitasi milik Badan Narkotika Nasional (BNN)
dalam kurun waktu Januari s/d November 2013
sebanyak 829 orang. Data tersebut terdiri dari Balai Besar Rehabilitasi Lido sebanyak 709 residen (669 laki-laki, 40 perempuan) dan di Balai Rehabilitasi Baddoka sebanyak 120 residen (105 laki-laki, 15 perempuan). Kebanyakan mereka berada di rentang usia 25 – 30 tahun dengan pendidikan terakhir SMU dan jenis pekerjaan yang tidak tetap. Sedangkan jenis Narkoba yang banyak digunakan adalah methampetamine (shabu) 2013 (Buletin Penelitian Balai Besar Rehabilitasi BNN, vol 1 tahun 2014).
Menurut penelitian Haryono (2015 : 56) pertamakali, menggunakan narkoba pada usia 11 tahun. Tetapi penggunaan narkoba bukan berarti tanpa proses. Artinya tidak langsung mereka sebagai pecandu narkoba. Sebelum menggunakan narkoba, pengguna sudah diajari minum alcohol dan telah bekerja sebagai kurir narkoba dengan dibayar Rp 5.000, sejak kelas satu SD. Dampaknya mereka memiliki profesi sebagai perantara narkoba dan akhirnya menjadi pecandu narkoba.
Antropologi SMA K - 6
98
Gambar 17 Mengonsumsi obat-obatan terlarang
Mereka beranggapan bahwa jika tidak mengkonsumsi barang-barang tersebut, maka ia akan dinilai sebagai masyarakat yang ketinggalan zaman atau tidak gaul. Ini adalah pengertian yang sangat salah. Gaya hidup seperti itu harus kita jauhi karena tidak sesuai dengan norma-norma yang berlaku dimasyarakat. Gaya hidup yang lain adalah makanan pokok bangsa Indonesia. Makanan pokok bangsa indonesia sebagian besar adalah nasi. Namun ada juga yang berasal dari jagung maupun sagu.Makanan pokok tersebut sebelum disajikan harus diolah terlebih dahulu dan proses pengolahannya membutuhkan waktu yang lama. Dengan adanya globalisasi kebanyakan orang mulai cenderung beralih mengkonsumsi makanan yang cepat saji biasa disebut fast food.Makanan cepat saji sekarang dan mudah sekali ditemui.Disamping itu juga ada makanan yang pembungkusnya menggunakan aluminium foil yang biasanya digunakan makanan
untuk
anak-anak.Selain
makanan
juga
ada
makanan
dalam
kaleng,sehingga mudah dan dapat langsung diminum.Contoh makanan yang ada karena globalisasi,pizza,spageti dan minuman banyak bermunculan minuman isotonik.
Antropologi SMA K - 6
99
Gambar 18 : Fastfood yang selalu dikonsumsi sebagai gaya hidup Dengan adanya makanan cepat saji yang berasal dari luar negeri membuat orang merasa bangga jika orang tersebut memakannya.Karena jika memakannya maka disebut orang modern dan tidak ketinggalan zaman.Makanan cepat saji tidak semuanya aman untuk kesehatan,tanyakan pada orang tuamu tentang aman tidaknya makanan dan minuman itu untuk kesehatan.Apakah kamu suka makanan atau minuman cepat saji? Demikian juga soal pakaian. Pakaian merupakan bahan yang kita gunakan untuk menutup aurat dan melindungi badan.Pakaian juga berfungsi untuk menutup kesopanan.Pakaian yang dipakai pada zaman dahulu dengan zaman sekarang berbeda. Pada zaman dahulu pakaian sangat sederhana yang penting bisa digunakan untuk menutup aurat,melindungi tubuh serta menjaga kesopanan. Pakaian juga sebagai trend. Modelnya bermacam-macam negara yang dianggap trend center pakaian adalah Prancis (Paris). Mode dari Paris banyak ditiru oleh negara-negara didunia.Misalnya model atau bentuk pakaian sekarang ini kebanyakan pakaian minim dan terbuka yang dianggap lebih mengikuti trens daripada pakaian tradisional.
Antropologi SMA K - 6
100
Gambar 19: Trendmodel dan bentuk pakaian minim dan terbuka
Contoh lain adalah baju jas yang merupakan budaya bangsa barat sudah digunakan oleh sebagian masyarakat kita pada acara-acara resmi atau resepsi.Begitu pula dengan celana jeans dan T-shirt.Masyarakat kita sudah terbiasa menggunakanya dalam kehidupan sehari-hari. Komunikasi
juga
merupakan
contoh
pengaruh
dari
globalisasi.Komunikasi adalah contoh hubungan seseorang dengan orang lain.Komunikasi dapat dilakukan dengan dua orang atau lebih.Dahulu komunikasi antara wilayah dengan menggunakan jasa pos yaitu surat yang sampainya bisa mencapai satu atau dua hari,kemudian berkembang dengan telefon rumah,namun sekarang ini di era globalisasi jika akan berkomunikasi baik satu arah ataupun dua arah dengan orang lain berbeda wilayah itu sangat mudah,
cepat
kabel,telepon
dan
murah.Sarana
seluler,internet,email
yang dan
digunakan
misalnya
faksimile.Dengan
telepon
adanya
alat
komunikasi yang canggih kita dapat melakukan hubungan dengan siapa saja didunia ini. Sekarang ini banyak ditemui warung-warung internet,maka orang akan mudah mencari segala macam informasi yang ada di seluruh dunia.Adanya telepon genggam merupakan alat komunikasi yang praktis,canggih dan mudah dibawa kemana saja. Problematika globalisasi terhadap gaya hidup dapat kita lihat dikalangan remaja dalam aktivitas, minat, opininya dan dimensi self orientationyang mencakup tiga kategori yaitu prinsip, status, aksi. Kita sebagai remaja mulai mencari gaya hidup yang pas dan sesuai dengan selera. Kita juga mulai mencari seorang idola atau tokoh identifikasi yang bisa dijadikan panutan, baik dalam
Antropologi SMA K - 6
101
pencarian gaya hidup, gaya bicara, penampilan, dan lain-lain demi mendapatkan status didalam pergaulannya. Imbasnya banyak kita jumpai teman-teman dengan berbagai atributnya yang sebenarnya mereka hanya meniru-niru saja. Para bintang muda yang digandrungi ternyata mampu mengubah gayahidup remaja. Disamping itu juga anak muda jaman sekarang terkesan terlihat glamour. Gaya hidup serba mewah, serba enak dan serba berkecukupan yang dianut para remaja sesungguhnya karena “diajarkan‟ oleh idola-idola mereka yang berada di layar telivisi yang kita lihat sehari hari. Karakter dari remaja adalah mudah meniru gaya dari orang lain. Selain itu, juga dipicu oleh program-program yang ditayangkan oleh televisi. Kehidupansinetron yang kerap menampilkan hidup mewah dan cara instan telah menjadi “trend baru‟ bagi remaja. Siapapun yang terpengaruh dengan gaya hidup sinetron ituakan mendapat stigmatisasi “tidak gaul dan tidak funky‟. Sebuah stigma yang amat memalukan bagi mereka, karena itu sedapat mungkin harus dihindari. Kebutuhan hidup yang tercipta akibat keinginan mengejar “syahwat‟ kenikmatan duniawi, berpadu dengan budaya instant, menyebabkan para remaja seringkali menjerumuskan diri ke dalam perilaku sesat. Keinginan untuk memenuhi barang-barang mewah mungkin bukan terlalu menjadi masalah bagi anak-anak orang kaya. Orangtua sanggup memenuhi sebagian besar keinginan mereka. Tapi, bagaimana dengan remaja dari keluarga pas-pasan ? Ketika keinginan memiliki handphone, sementara anggaran dari orangtua tidak ada, maka remaja dari keluarga kurang mampu biasanya mengambil jalan pintas. Pada masa remaja pengaruh idola memang sangat kuat seperti yang saya jelaskan di atas. Idola atau tokoh akan mengendalikan hidup kita yang mungkin tanpa kita sadari. Tidak bisa dimungkiri bahwa keberadaan media mutlak diperlukan. Karena pada suatu sisi media memungkinkan kita untuk tahu beragam informasi, berita, penemuan, dan hal-hal baru. Atau bisa disimpulkan bahwa sebenarnya hadirnya media berpengaruh positif dan juga negatif. Keberadaan media memang tidak lepas dari kepentingan pasar. Dengan demikian, kalau kita tidak selektif terhadap pesan media, kita akan menjadi korban media. Tidak salah memang ketika kita membeli sebuah produk berdasarkan informasi dari media. Namun, yang perlu diingat, seberapa perlu produk yang kita beli itu bagi diri kita. Apakah kita memang membutuhkan Antropologi SMA K - 6
102
produk itu ataukah karena kita terpengaruh oleh iming-iming yang disampaikan oleh media. Tidak ada salahnya memang untuk tampil menarik seperti yang banyak diiklankan di media, dengan sebagian produk yang ditawarkan untuk membantu mewujudkan impian itu. Juga merupakan sesuatu yang wajar untuk pergi berbelanja membeli barang-barang kesukaan. Namun, yang mesti kita ingat, jangan memaksakan diri.
Cara Mengatasi Problematika Globalisasi terhadap Gaya Hidup Sangatlah jelas betapa besar problematika globalisasi terhadap berbagai aspek kehidupan, yang dalam hal ini gaya hidup. Oleh karenanya itu, yang perlu kita pikirkan adalah cara-caya yang dapat dilakukan untuk mengatasi problematika globalisasi terhadap gaya hidup : a.
Rehumanisasi Mengembalikan martabat manusia di era globalisasi sebaiknya disesuaikan dengan kemampuan adaptasi populasi yang bersangkutan. Perkembangan nilai-nilai agama, etika, hukum, dan kebijakan lebih lambat jika dibandingkan dengan perkembangan informasi dan tekhnologi. Olehnya itu masalah tersebut harus segera ditangani. Artinya lebih jauh manusia harus dipandang secara utuh baik lahir maupun batin, sehingga pembangunan selalu harus mengarah kepada terwujudnya peningkatan kesejahteraan manusia seutuhnya antara lahiriah dan batinia. Apabila ini tidak diperhatikan maka laju kehancuran peradaban manusia tidak akan dapat diimbangi oleh laju rehumanisasi oleh karena semuanya pihak harus mengambil bagian dan kontribusi positif.
b.
Kemampuan
Memilih
Dengan semakin banyaknya pilihan di era globalisasi,maka akibat yang timbul adalah kesulitan dalam memilih. Pendidikan pada umumnya diarahkan pada cara produksi bukan pada cara konsumsi. Ini menyebabkan nilai-nilai yang dimiliki bangsa Indonesia ini terkikis dan berefek pada menurunnya antara yang mungkin dan yang terjadi, bahkan mana yang benar dan mana yang salah, mana yang baik dan mana yang buruk sudah sangat susah untuk dibedakan(Kuntowijoyo, 1997). Segala yang teknis mungkin akan dikerjakan, tidak dipertentangkan dan disaring berdasarkan nilai-nilai kamanusiaan. Artinya yang didukung oleh Antropologi SMA K - 6
103
aspek moral keagamaan, sosial, dan aspek-aspek yang terkait seharusnya menentukan apa yang mungkin diteliti dan dikembangkan kemudian tidak dilakukan jika tidak sesuai dengan kearifan lokal yang berlaku. c.
Revitalisasi Perlunya upaya positif untuk mencegah distorsi biokultural yang berkelanjutan. Pembuangunan akan menuju ke suatu kebudayaan baru di masa depan, sehingga dipersiapkan persiapan-persiapan menyeluruh. Usaha-usaha revitalisasi akan banyak dipengaruhi baik secara positif maupun negatif oleh faktor-faktor dalam maupun luar negeri. Contoh budaya asing yang harus kita tolak antara lain gaya hidup hedonistik
(hidup
berhura-hura)
,sikap
atheis
(tidak
mengaku
Tu-
han),berpakaian yang sangat terbuka,individualistik, mabuk-mabukan dan berjudi.Sebaliknya,terhadap budaya asing yang positif kita harus mampu menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.Misalnya sikap kerja etos yang paling tinggi,menghargai waktu dan menepati janji.
4. Aktivitas Pembelajaran Aktivitas pembelajaran merupakan hal yang sangat penting bagi peserta, karena memberikan kesempatan kepada peserta untuk bersentuhan dengan obyek yang sedang dipelajari seluas mungkin, karena dengan demikian proses konstruksi pengetahuan yang terjadi akan lebih baik. Aktivitas pembelajaran ini perlu keterlibatan peserta dalam bentuk sikap, pikiran, perhatian dalam kegiatan belajar guna menunjang keberhasilan proses belajar mengajar dan memperoleh manfaat dari kegiatan tersebut. Bentuk dari aktivitas pembelajaran dalam materi ini adalah : a. Visual activities, yang termasuk di dalamnya misalnya membaca, memperhatikan gambar dan mengambil makna materi. b. Oral Activities, seperti menyatakan merumuskan, bertanya, memberi saran, berpendapat, diskusi, interupsi.
Antropologi SMA K - 6
104
c. Listening Activities, sebagai contoh mendengarkan : uraian, percakapan dan diskusi. d. Writing Activities, seperti misalnya memberi jawaban dan komentar dari bentuk latihan/kasus/tugas. e. Motor Activities, yang termasuk di dalamnya antara lain: melakukan, membuat konstruksi dari materi tersebut dengan mengamati perilaku di masyarakat sekitar. Aktivitas pembelajaran ini sangat dituntut keaktifan peserta,sehingga peserta dapat menerapkan ke siswa untuk melakukan kegiatan dalam membimbing dan mengarahkan.
5. Latihan/Kasus/Tugas Jawablah peranyaan-pertanyaan di bawah ini secara singkat dan benar !
a. Apa yang dimaksud dengan globalisasi budaya ! b. Bagaimana problematika globalisasi terhadap gaya hidup ! Jelaskan c. Bagaimana cara mengatasi problematika globalisasi terhadap gaya hidup!
6. Rangkuman Pengaruh globalisasi di satu sisi ternyata menimbulkan pengaruh yang negatif bagi kebudayaan bangsa Indonesia. Norma-norma yang terkandung dalam kebudayaan bangsa Indonesia perlahan-lahan mulai pudar. Gencarnya serbuan teknologi disertai nilai-nilai interinsik yang diberlakukan didalamnya, telah menimbulkan isu mengenai globalisasi dan pada akhirnya menimbulkan nilai baru tentang kesatuan dunia.
Dunia bagian Timur dan Barat telah
menyatu dan tidak pernah lagi terpisah. Artinya adalah bahwa antara barat dan timur tidak ada lagi perbedaan. Atau dengan kata lain kebudayaan kita dilebur dengan kebudayaan asing. Apabila timur dan barat bersatu, masihkah ada ciri khas kebudayaan kita? Ataukah kita larut dalam budaya bangsa lain tanpa meninggalkan sedikitpun sistem nilai kita? Oleh karena itu perlu dipertahanan
Antropologi SMA K - 6
105
aspek sosial budaya Indonesia sebagai identitas bangsa. Caranya adalah dengan penyaringan budaya yang masuk ke Indonesia dan pelestarian budaya bangsa. Bag imasyarakat yang mencoba mengembangkan seni tradisional menjadi bagian dari kehidupan modern, tentu akan terus berupaya memodifikasi bentuk-bentuk seni yang masih berpolakan masa lalu untuk dijadikan komoditi yang dapat dikonsumsi masyarakat modern. Oleh sebab itu, sebagai generasi muda, yang merupakan pewarisbudayabangsa,hendaknyamemeliharanilai dan norma kita demi masa depan anak cucu.
7. Umpan Balik dan Tindak Lanjut Materi pelatihan untuk guru ini didesain dalam bentuk modul, dimaksudkan agar dapat dipelajari secara mandiri oleh para peserta pelatihan. Beberapa karakteristik yang khas dari materi pelatihan berbentuk modul tersebut, yaitu: a. lengkap (self-contained), artinya, seluruh materi yang diperlukan peserta pelatihan untuk mencapai kompetensi dasar tersedia secara memadai; b. dapat menjelaskan dirinya sendiri (self-explanatory), maksudnya, penjelasan dalam paket bahan pelatihan memungkinkan peserta untuk dapat mempelajari dan menguasai kompetensi secara mandiri; serta c. mampu membelajarkan peserta pelatihan (self-instructional material), yakni sajian dalam paket bahan pembelajaran ditata sedemikian rupa sehingga dapat memicu peserta pelatihan untuk secara aktif melakukan interaksi belajar, bahkan menilai sendiri kemampuan belajar yang dicapainya melalui latihan/kasus/tugas. Diharapkan dengan tersusunnya materi pelatihan ini dapat dijadikan referensi bagi peserta yang dimplementasikan ke siswa.
8. Kunci Jawaban 1. Globalisasi Budaya
serangkaian proses dimana relasi sosial menjadi relatif terlepas dari wilayah geografis atau serangkaian proses dimana relasi akal dan budi manusia relatif terlepas dari wilayah geografis. 2. Problematika Globalisasi dalam pembentukan gaya hidup
Antropologi SMA K - 6
106
Budaya meniru dengan budaya asing, supaya mendapatkan pengakuan dariorang lain 3. Cara mengatasi problematika globalisasi terhadap gaya hidup. Rehumanisasi Kemampuan Memilih Revitalisasi
Antropologi SMA K - 6
107
BAGIAN 2 PEMBELAJARAN BAB 8 PROBLEMATIKA SUMBER DAN MEDIA PEMBELAJARAN Kegiatan 1 Problematika Sumber dan Media Pembelajaran 1. Tujuan Pembelajaran Materi problematika sumber dan media disajikan untuk membekali peserta diklat tentang beragam media pembelajaran dengan keunggulan dan kelemahannya Diharapkan setelah mempelajari materi ini peserta diklat mampu menganalisis kebutuhan media yang sesuai dengan pembelajaran antropologi dengan segala keunggulan dan kelemahannya, sehingga peserta diklat
dapat
menghantgisipasi
munculnya
problema
atas
pemilihan/penggunaan suatu media dalam pembelajaran antropologi. 2. Indicator Pencapaian Kompetensi a. Setelah mengikuti kegiatan ini, peserta diklat diharapkan dapat: b. Menjelaskan pembuatan media pembelajaran. c. Mencari alternatif mediapembelajaran. d. Menjelaskan keunggulan mediapembelajaran. e. Menjelaskan kelemahan media pembelajaran 3. Uraian Materi Belajar merupakan suatu proses yang terjadi karena adanya interaksi antara seseorang dengan lingkungannya. Oleh karena itu belajar dapat terjadi dimana-mana. Dalam kawasan pendidikan proses belajar mengajar dilakukan secara formal yaitu dalam sekolah, tentunya dalam proses belajar mengajar tersebut dibutuhkan berbagai sarana yang diperlukan untuk keberhasilan siswa belajar dalam memahami berbagai ilmu yang telah ditentukan dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan. Dalam proses pembelajaran akan terjadi komunikasi antara guru dan siswa, komunikasi tersebut dapat berbentuk komunikasi langsung ada juga yang berbentuk komunikasi tidak langsung. Keberhasilan dalam komunikasi inilah yang sangat menentukan tingkat keberhasilan siswanya, semakin efektif keberhasilan komunikasi akan semakin tinggi keberhasilan siswa dalam memahami materi yang diajarkan.
Antropologi SMA K - 6
108
Pada dasarnya proses pembelajaran adalah proses komunikasi, yaitu proses menyampaian pesan dari sumber pesan melalui saluran/media tertentu ke penerima pesan. Pesan, sumber pesan, saluran/media dan penerima pesan adalah komponen-komponen proses komunikasi. Pesan yang akan di komunikasikan adalah isi ajaran ataupun materi yang sudah tertuang dalam kutikulum yang telah dibuat sebelumnya.Sumber pesannya bisa pengajar, atau orang lain yang memiliki pengetahuan yang dibutuhkan sesuai dengan materi yang ada di kurikulum, salurannya dinamakan dengan media bisa berupa alat/barang yang digunakan sebagai perantara antara sumber pesan dan penerima pesan sedang penerima pesan adalah siswa.
Duncan menggambarkan proses komunikasi sebagai berikut Sumber: Tindakan,
Perumusan
Pesan
MEDIA
Diberi arti
Diterima
Pesan
Pengalaman
Kepribadian
Penerima: Tindakan, Pengalaman Kepribadian Bagan 1 Proses Komunikasi dari Duncan Proses komunikasi berawal dari si pengirim berita menyiapkan pesannya, meneruskan kepada seseorang atau kelompok orang melalui saluran atau tanpa saluran, si penerima menafsirkan pesan dan bertindak sesuai dengan pesan yang dikirim si pengirim Setiap pemindahan informasi dari sumber ke penerima memerlukan alat yang disebut dengan media. Kata media dari bahasa Latin yang merupakan bentuk jamak dari kata “medium” yang secara harfiah berati perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan.
Antropologi SMA K - 6
109
Dari berbagai gagasan tentang pengertian media tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa: a. Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan dan merangsang pikiran, perasaan dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar mengajar. b. Media pembelajaran merupakan media yang penggunaannya diintegrasikan dengan tujuan dan isi pengajaran yang biasanya sudah dituangkan dalam silabus dan dimasudkan untuk mempertinggi kegiatan proses belajar mengajar. Untuk lebih mengkonkritkan penyajian pesan, sekitar pertengahan abad 21 mulai digunakan alat audio sehingga lahirlah istilah alat bantu audiovisual. Usaha tersebut terus berlanjut dengan munculnya pendapat Edgar Dale dalam mengklasifikasikan sepuluh tingkat pengalaman belajar dari yang paling konkrit ke yang paling abstrak. Klasifikasi itu dikenal dengan nama kerucut pengalaman Dale.
Gambar 20 Tingkat Kesulitan Memahami Materi
Berdasarkan uraian tersebut di atas, problema ketidakjelasan peserta didik dalam memahami materi pembelajaran dapat diatasi, dengan cara antara lain: penyelenggaran proses belajar mengajar hendaknya mencari dan menggunakan secara tepat berbagai sumber belajar guna memudahkan
Antropologi SMA K - 6
110
pencapaian tujuan pengajaran secara efektif dan efisien. Hal ini mengingat sumber belajar memiliki potensi yang cukup besar untuk mengembangkan dan memperjelas materi pelajaran yang akan disampaikan pada peserta didik. Rasa bosan dalam diri peserta didik terhadap kegiatan pembelajaran di kelas disebabkan antara lain: a. kurang menariknya cara guru dalam menyampaikan materi b. hanya satu arah c. sumber dan media yang digunakan guru hanya buku atau media yang tidak up to date d. tidak memberi kesempatan peserta didik untuk berbagi pengalaman atau tidak memberi pengalaman dengan sumbernya langsung Dengan melihat potensi problema tersebut, maka hendaknya guru memilih atau menggunakan sumber belajar yang dapat berfungsi sebagai berikut: a. Menimbulkan kegairahan belajar. Gairah belajar akan timbul karena bukan hanya guru saja yang dapat dijadikan tumpuan untuk memecahkan masalah dalam proses belajar mengajar, melainkan lingkungan sekitar, manusia sumber (nara sumber) juga dapat dijadikan pegangan dalam memecahkan masalah. b. Memungkinkan adanya interaksi yang lebih langsung antara peserta didik dengan lingkungan. Lingkungan yang sudah dirancang oleh pendidik untuk disajikan dalam proses belajar mengajarnya akan memberikan peluang kepada
peserta
didik
untuk
berinteraksi
secara
langsung
dengan
lingkungannya. Dengan interaksi tersebut peserta didik dapat secara langsung belajar terhadap obyek yang dikehendaki atau pada sumber yang asli. c. Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mencari pengalaman. Pengalaman langsung mempunyai nilai tersendiri bagi peserta didik, lebihlebih nilai pengalaman yang diperolehnya itu langsung dari sumbernya akan terkesan dan tetap akan mengakar pada pikirannya untuk waktu yang relatif lama. d. Memungkinkan peserta didik untuk belajar mandiri sesuai dengan tingkat kemampuannya. Tingkat kemampuan peserta didik itu beraneka ragam, ada yang berkemampuan tinggi, kemampuan sedang, dan ada yang tingkat kemampuannya rendah. Pemaksaan belajar kepada peserta didik untuk Antropologi SMA K - 6
111
berpikir di luar kemampuannya akan mengakibatkan malapetaka bagi peserta didik. e. Menghilangkan kekacauan atau kesalahan penafsiran. Penafsiran yang berbeda itu akibat sumber yang digunakan belum bisa menggambarkan atau menjelaskan hakikat/pengertian dari sesuatu yang diajarkan. Peserta didik yang dihadapkan pada sumber belajar secara langsung akan dapat menafsirkan sendiri tentang hakekat atau pengertian sesuatu itu. Selain itu, dalam proses belajar mengajar menurut Sudjarwo, paling tidak ada enam kejadian penting yang perlu ada dan perlu diperhatikan oleh seorang guru untuk menghindari problema pembelajaran, antara lain: a. Ciptakan dan jaga perhatian. Tanpa adanya perhatian maka proses belajar mengajar tidak akan terjadi. Perhatian ini sebaiknya bertingkat, dimana mula-mula harus menarik, kemudian tingkat ketertarikan tersebut perlu dijaga
terus
sampai
berakhirnya
proses
belajar.
Caranya
dengan
menciptakan rangsangan-rangsangan yang tepat dan memukau, kemudian berangsur-angsur
rangsangan
tersebut
perlu
disesuaikan
dengan
perkembangan situasi belajar. b. Tunjukkan keterkaitan pesan yang sedang diajarkan dengan pesan yang telah diterima sebelumnya. Menurut Gagne dan Ausubel dalam proses belajar penting sekali untuk menyebutkan hal-hal tertentu yang telah diketahui sasaran didik yang berkaitan dengan pesan yang sedang dijelaskan. c. Arahkan proses belajar dengan menggunakan bahan-bahan visual, audio, verbal, dan kombinasi dari berbagai bahan tersebut, karena bahan tersebut merupakan bahan yang dapat menyajikan isyarat-isyarat dan tekanan bagi berbagai pesan baru. d. Ciptakan komunikasi dua arah yang fair dan seimbang, sehingga umpan balik dari dan ke sasaran didik dapat dimanfaatkan untuk mempercepat tingkat kesamaan bahasa dan persepsi sasaran didik. e. Ciptakan dan pelihara kondisi untuk mengingat-ingat, menganalisis, menginventarisir, menyimpulkan, menerapkan, dan mengevaluasi pesan yang diterima, karena dengan cara seperti nilah fungsi transfer of learning yang sesungguhnya terjadi.
Antropologi SMA K - 6
112
f. Selama dan setelah selesai belajar, sebaiknya dilakukan kegiatan evaluasi sesuai dengan tingkat formalitas masing-masing situasi belajar. (Sudjarwo, 1989). Keenam kejadian tersebut di atas dapat dibentuk oleh sumber belajar yang dimanfaatkan, dibuat, dipilih, dan diterapkan secara tepat.
Pembuatan Media Pembelajaran Memanfaatkan berbagai media tentu harus dipersiapkan sebelumnya. Artinya, untuk menghindari kesalahan dalam pemilihan dan penggunaan media dalam pembelajaran, maka sebelum menentukan media mana yang dipilih hendaknya menjawab pertanyaan apakah materi yang akan diajarkan ke peserta didik memerlukan media atau tidak, jika memerlukan media, apakah media tersebut berdampak pada hasil yang signifikan. Pertanyaan-pertanyaan tersebut yang digunakan sebagai dasar analisis pada setiap materi yang akan diajarkan pada peserta didik. Langkah-langkah secara terinci dalam menganalisis media pembelajaran a. Memahami Kompetensi Inti Kompetensi inti merupakan kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh siswa dalam suatu mata pelajaran.Kompetensi inti ini dijadikan acuan dalam rangkaian proses pembelajaran, sehingga dalam memilih, membuat media pun mau tidak mau tidak boleh menyimpang dari koridor kemampuan siswa. b. Memahami Kompetensi Dasar Kompetensi dasar merupakan penjabaran dari standar kompetensi. Kompetensi dasar menjawab pertanyaan ”Kompetensi dasar minimal apa saja yang harus dikuasai agar siswa mencapai standar kompetensi yang telah
ditentukan.
Dalam
memahami
Kompetensi
dasar
ini
juga
menggunakan teknik yang sama dengan memahami Standar Kompetensi, bahkan dalam Kompetensi dasar, kata kerja yang tertulis sudah lebih detail lagi sehingga lebih memudahkan lagi untuk mencerna apa yang diinginkan c. Menentukan materi Materi pokok adalah bagian dari struktur keilmuan suatu bahan kajian yang dapat berupa pengertian konseptual, gugus isi atau konteks, proses bidang ajar dan keterampilan. Penempatan Materi Pokok ini berfungsi sebagai payung dari setiap uraian materi yang disajikan dalam pengalaman belajar Antropologi SMA K - 6
113
siswa. Dalam menentukan materi ini tentu harus melihat Kompetensi dasar yang
diinginkan,
dengan demikian materi yang
dipilih tidak
akan
menyimpang dari tujuan yang diinginkan. Mencari Alternatif Media Dalam kaitannya dengan media pembelajaran,
maka materi yang telah
ditentukan dikaji apakah materi tersebut dapat dibuatkan medianya, bila dapat dibuat maka pertanyaan selanjutnya adalah media apa saja yang bisa dibuat untuk mendukung materi itu, apakah membutuhkan benda aslinya?, atau tiruannya?, bisa tidak dibuat materi itu dibuatkan media grafisnya misalkan gambar, diagram, poster dan lain sebagainya. Untuk satu materi bisa saja dibuatkan lebih dari satu media misalkan bisa dibuatkan diagram, poster, video, permainan interaktif dan lain sebagainya. Sedapat mungkin dalam mencari alternatif media ini, media yang dimungkinkan dapat dibuat, dicantumkan saja siapa tahu suatu saat bisa dibuatkan dalam kondisi yang memungkinkan a. Menentukan media yang dipilih Setelah ditetapkan alternatif media yang dimungkinkan dapat dibuat, maka kegiatan selanjutnya adalah menentukan media mana yang paling cocok dibuat. Prinsip yang paling diperhatikan adalah simpel, bahan mudah didapat dan mudah dikerjakan dan sudah barang tentu media tersebut dapat digunakan dalam meningkatkan interaksi dalam proses pembelajaran. b. Keterangan Berisi informasi cara penggunaan media dan keselarasan dengan metode yang digunakan Kriteria Pemilihan Media Pembelajaran Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam memilih media pembelajaran untuk mempertinggi hasil pembelajaran. a. Ketepatannya dengan tujuan pengajaran, artinya media dipilih atas dasar tujuan-tujuan yang telah ditetapkan, apakah tujuan yang hendak dicapai tersebut mengenai aspek kognitif, afektif atau psikomotor, rumusan tujuan yang jelas akan menentukan media apa yang sebaiknya dipilih. Bila tujuan pembelajarannya mengarah pada peniruan ucapan, maka media audiolah
Antropologi SMA K - 6
114
yang paling tepat, tetapi bila tujuannya ingin menemutunjukkan suatu tempat maka media grafis dalam bentuk peta yang harus dipilih dan lain sebagainya b. Cara mencapai tujuan, apakah tujuan pembelajaran yang telah direncanakan dapat dicapai dengan belajar sendiri, belajar dalam kelompok, adanya interaksi dengan guru atau campuran dari ketiga-tiganya. Keempat cara mencapai tujuan tersebut sangat menentukan dalam pemilihan media c. Dukungan terhadap isi bahan pembelajaran, bahan atau materi yang bersifat fakta, konsep, prinsip dan generalisasi sangat memerlukan media agar lebih mudah dipahami siswa. d. Kemudahan memperoleh media, artinya media yang diperlukan mudah diperoleh, setidak-tidaknya mudah dibuat oleh guru pada waktu akan memberikan pelajaran
tanpa biaya yang mahal dan praktis dalam
penggunaannya e. Sesuai dengan taraf berpikir siswa, memilih media harus disesuaikan dengan taraf berpikir siswa, sehingga makna yang dikandung dalam media tersebut dapat dipahami oleh siswa, jangan sampai media yang telah dipilih guru dengan biaya yang relatif murah/mahal tidak mendukung terhadap proses belajar mengajar dikarenakan media yang digunakan terlalu mudah atau terlalu sukar bagi siswa. f. Sesuai dengan waktu yang tersedia artinya penggunaan media dalam pembelajaran hendaknya disesuaikan dengan waktu yang telah tersedia Beriku
ini
beberapa
media
pembelajaran
beserta
keunggulan
dan
kelemahannya (Widodo,1999:74-90) a. Media tiga dimensi (benda asli, objek, spesimen) 1) Keunggulan: a) Mempunyai potensi menambah realisme. Misalnya, kunjungan ke museum etnografi, benda-benda hasil budaya, dll b) Lebih
memberi
kan
pengalaman
realisme.
Misalnya,
topik
Keanekaragaman Budaya di Indonesia dengan membawa benda budaya asli pada peserta didik akan menghasilkan emosional tinggi yang tidak dimiliki oleh benda plastik. 2) Kelemahan: a) Benda asli tidak selamanya tersedia b) Benda asli tidak selalu dapat dinikmati dalam tatanan alam Antropologi SMA K - 6
115
c) Benda asli tidak selalu berguna dalam lingkungan alam yang berbeda
Gambar 21 Angklung sebagai media tiga dimensi Sumber: http://yohanessuhendra.blogspot.co.id/2011_11_01_archive.html
b. Gambaran Hidup (motion Pictures) dan film projektor 1) Keunggulan: a) dapat menarik perhatian peserta didik b) dapat menyajikan kejadian atau peristiwa dan tempat yang jauh yang tidak dapat dilihat peserta didik secara individu. c) Dapat menggambarkan kejadian yang memakan proses lama. d) Sangat cocok untuk belajar kelompok maupun individu. e) Dapat mempercaepat, memperlambat atau memperbesar objek dengan demikian dapat menyajikan hal/hal peristiwa-peristiwa yang sukar dilihat oleh mata biasa. f) Dapat memotivasi peserta didik belajar karena mereka menyenangi media tersebut. g) Dapat mendokumentasi peristiwa-peristiwa budaya secara akurat. 2) Kelemahan: a) Membutuhkan keterampilan khusus. b) Membutuhkan perencanaan sebelumnya. c) Biaya produksi mahal d) Pertunjukkan film, seharusnya jangan diputuskan. Peserta didik harus dipersiapkan menonton dan hendaknya disiapkan juga kegiatan selanjutnya. Antropologi SMA K - 6
116
c. Televisi dan Video Tape Recorder (VTR) 1) Keunggulan: a) TV menyediakan alat untuk memberikan pengalaman yang sama bagi siapa yang melihat/menyaksikan program itu pada saat yang sama. b) Memberikan
informasi
kepada
peserta
didik,
kejadian-
kejadian/peristiwa-peristiwa dari tempat yang tidak dapat dilihat dengan cara lain. c) Membuat kondisi peserta didik menjadi lebih kritis. d) Realitas dan konkrit dari gambar visual sebagaimana yang ada di TV sama dengan media audio visual lainnya. e) Dapat merupakan media yang menarik dan modern. f) Adanya pemakaian TV dan VTR secara langsung, dewasa ini memungkinkan program dapat direkam dan dipakai kembali. g) Signal TV dapat berasal dari satu sumber tetapi dapat didistribusikan ke bebertapa tempat dalam waktu yang sama. h) Memungkinkan guru berada di dua tempat pada waktu yang sama. i) Balikan yang cepat oleh guru dan peserta didik dari hasil dan penampilan dalam TV juga dapat dilakukan dengan TV. j) TV dapat memperbesar objejk yang kecil, sehingga semua peserta didik dalam kelas dapat melihatnya dengan jelas dalam waktu yang sama. 2) Kelemahan: a) Penggunaan umum dari TV kadang-kadang membuat peserta didik bertingkah laku pasif dan lalai. b) Meskipun dalam kelas terdapat TV yang besar, tetapi peserta didik mungkin mendapat kesulitan melihat gambaran yang rinci dalam ruangan yang besar. c) Salah satu kelemahan dari siaranTV (broadcast) ialah masalah penjadwalan. Jika guru tidak menggunakan program pada waktu disiarkan maka kesempatan akan hilang. d) Kadang-kadang ada guru yang merasa TV sebagai ancaman, takut kalau kedudukan guru diganti dengan TV.
Antropologi SMA K - 6
117
e) Kadang-kadang TV berliku-liku menyajkikan kenyataan, sehingga pendidik merasa bahwa TV berbuat yang berlebihan dari yang sebenarnya.
d. Overhead Proyektor (OHP) 1) Keunggulan: a) Dapat dipakai di muka kelas, guru menghadap kelas, sehingga guru dapat memelihara kontak mata di kelas. b) Dapat menyajikan informasi secara sistematis. c) Menggunakan proyektor yang sederhana. d) Bahan-bahan dapat dipersiapkan sebelumnya. e) Gambaran yang jelas dapat diproyeksikan di dalam ruang yang terang, memungkinkan guru dan peserta didik dapat saling melihat satu sama lain. f)
Transparansi dapat dihapus dan dapat dipakai kembali.
g) Peralatan ini relatif murah. h) Dengan petunjuk sederhana mudah digunakan oleh peserta didik. i)
Dapat digunakan untuk kelompok kecil untuk dilihat peserta didik dalam kelas.
2) Kelemahan: a) Ketepatgunaan penyajian materi pengajaran dengan menggunakan OHP, tergantung pada penyaji. b) OHP tidak dapat diprogramkan untuk memperlihatkan suatu objek dengan sendirinya tanpa diiringi dengan penjelasan. c) Bahan-bahan
cetak
,
seperti
ilustrasi
majalah
tidak
dapat
diproyeksikan secara langsung karena tidak tembus cahaya. d) Harus menggunakan alat tulis khusus sehingga perlu keterampilan. e) Transparan yang disiapkan dengan mesin ketik biasa/ditulis tangan sering membentuk gambaran yang sangat kecil untuk dilihat peserta didik dalam kelas.
Antropologi SMA K - 6
118
Gambar 22 OHP Sumber: www.slideshare.net e. Slide proyektor 1) Keunggulan: a) Pembuatan gambar murah. b) Gambar dapat memberikan stimulus untuk belajar lebih lanjut. c) Gambar dapat mencegah dan memperbaiki kesalahan konsep. d) Memberikan pengalaman yang umum bagi seluruh kelompok. e) Mudah dimanipulasikan dan menjuruskan perhatian 2) Kelemahan: a) Kesulitan dalam warna membatasi interpretasi yang sebenarnya. b) Peserta didik belum tentu tahu cara membaca gambar. c) Proyektornya berat. d) Proyektornya menjadi sangat panas jika dipakai terus. e) Ruangan harus digelapkan seluruhnya.
Antropologi SMA K - 6
119
Gambar 23 Proyektor film Strip f.
Proyektor film strip 1) Keunggulan: a) Pemeliharaannya tidak terlalu sulit, serta pengoperasiannya mudah. b) Tidak membutuhkan ruangan yang terlalu gelap. c) Berguna untuk kegiatan belajar mengajar dalam kelompok maupun mandiri. d) Harganya lebih murah dibandingkan dengan film. e) Kecepatan dapat diatur, sehingga menyenangkan bagi yang melihat/menonton. 2) Kelemahan: a) Penangan/pengoperasian yang tidak hati-hati dapat mengakibatkan kesulitan yang sukar diperbaiki dalam waktu singkat. b) Sukar untuk memutar kembali untuk melihat beberapa gambar yang telah dilewati, dan sukar juga untuk melangkahi beberapa gambar.
g. Audio dan komputer 1) Keunggulan: a) Pemakaiannya sangat luas tidak hanya di sekolah. b) Dengan rekaman dapat menggantikan kehadiran guru. c) Guru dapat membuat koleksi rekaman kegiatannya dan dapat dipakai pada kesempatan lain. d) Berbagai macam bentuk record ada di pasaran.
Antropologi SMA K - 6
120
e) Harganya murah sehingga dapat dimiliki oleh setiap peserta didik. f)
Mudah dioperasikan.
2) Kelemahan: a) Perlu adanya pemeliharaan yang teratur, supaya siap pakai setiap saat. Baik pemeliharaan hardware maupun sofware-nya b) Penyimpanan memerlukan ketelitian. c) Adanya kecenderungan dipakai secara berlebihan (tidak sesuai dengan keperluannya).
Dengan menggunakan pedoman tersebut diatas, guru akan terhindar dari kecerobohan dalam memilih media. Berdasarkan pedoman tersebut di atas dapat memperjelas bahwa efektifitas suatu media untuk mendukung keberhasilan proses belajar mengajar tidak tergantung pada modern atau mahal suatu media yang dipakai melainkan ketepatan dalam memilih media. Agar tidak terjadi penyimpangan dalam memilih media maka perlu sekali lagi diingat rambu-rambu sebagai berikut: 1. relevan dengan tujuan 2. bagaimana tujuan hendak dicapai 3. menarik bagi siswa 4. memotivasi belajar siswa 5. ketepatgunaan 6. tingkat kesulitan 7. bermanfaat bagi siswa 8. tidak ketinggalan jaman 9. dapat diusahakan sekolah
Antropologi SMA K - 6
121
4. AKTIVITAS PEMBELAJARAN Strategi pembelajaran pada materi problematika sumber dan media dalam pembelajaran antropologi adalah strategi pembelajaran berdasarkan masalah, yaitu mengedepankan pencapaian tujuan pembelajaran melalui mekanisme kerjasama antarpeserta. Pembelajaran ini mengerjakan permasalahan yang otentik dengan maksud untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan inkuiri, dan keterampilan berpikir tingkat tinggi, mengembangkan kemandirian dan percaya diri. Model pembelajaran ini juga mengacu pada model pembelajaran lain, seperti project-based instruction, experience-based insruction, authentic learning, dan anchored instruction.
5. LATIHAN/KASUS/TUGAS 1. Tentukan kompetensi dasar dalam pembelajaran antropologi yang akan dibahas! 2. Tentukan topik berdasarkan kompetensi dasar tersebut! 3. Analisislah media terpilih sesuai dengan topik pembelajaran! ANALISIS MEDIA PEMBELAJARAN
No.
Mata Pelajaran
:
Kelas
:
Semester
:
Kompetensi dasar
:
Topik
:
Sub
Alternatif
Topik
Media
Media yang
Keunggulan
Kelemahan
Solusi
terpilih
Tabel 1 . Analisi Media Pembelajaran
Antropologi SMA K - 6
122
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN Mata Pelajaran
:
Kelas
:
Semester
:
Kompetensi Dasar
:
Materi
:
Media yang dipilih
:
Sket/Rancangan
Bahan yang diperlukan : 1. ................................................. 2. ................................................. 3. ................................................. Langkah-langkah Pembuatan : 1. ................................................. 2. ................................................. 3. ................................................. Penerapan dalam pembelajaran : 1. ................................................. 2. ................................................. 3. .................................................
4. Susunlah hasil analisis bapak/Ibu sesuai dengan prinsip-prinsip pemilihan dan penggunaan media pembelajaran yang sesuai dengan materi antropologi!
Antropologi SMA K - 6
123
6. RANGKUMAN Merupakan suatu pemikiran lengkap dan total dalam pemilihan dan penggunaan media dalam pembelajaran antropologi. Berangkat
dari
syarat-syarat
pemilihan
dan
penggunaan
media
beserta
kelemahannya, menuntut seorang guru untuk mempunyai daya kreativitas yang tinggi. Bila kembali ke pengembangan media dalam rangka program belajar mengajar, tentu harus mengingat tujuan pembelajaran serta situasi dan kondisi, sehingga terjadi relevansi.
7. UMPAN BALIK DAN TINDAK LANJUT Setelah kegiatan pembelajaran, Bapak/ Ibu dapat melakukan umpan balik dengan menjawab pertanyaan berikut ini: 1. Apa yang Bapak/Ibu pahami setelah mempelajari materi problematika sumber dan media pembelajaran dalam antropologi? 2. Pengalaman penting apa yang Bapak/Ibu peroleh setelah mempelajari materi problematika sumber dan media pembelajaran dalam pembelajaran antropologi? 3. Apa manfaat materi problematika sumber dan media pembelajaran dalam pembelajaran antropologi terhadap tugas Bapak/Ibu?
8. KUNCI JAWABAN Media pembelajaran dalam pembelajaran antropologi berdasarkan prinsip-prinsip media pembelajaranyang relevan dan valid.
Antropologi SMA K - 6
124
BAGIAN 2 PEMBELAJARAN BAB 9 METODE PENELITIAN KUALITATIF Kegiatan Pembelajaran 1 Metode Penelitian Kualitatif 1. Tujuan Pendidikan Materi ini disajikan untuk membekali peserta diklat tentang metode penelitian kualitatif. Diharapkan setelah mempelajari materi ini peserta diklat mampu menjelaskan pengertian dan karakteristik metode penelitian kualitatif untuk diimplementasikan dalam penelitian kualitatif
2. Indikator Pencapaian Kompetensi Setelah mengikuti kegiatan ini, peserta diklat diharapkan dapat:
Menjelaskan pengertian penelitian kualitatif
Menjelaskan karakteristik metode penelitian kualitatif
Menjelaskan langkah-langkah penelitian kualitatif
3. Uraian Materi
Pengertian Metode Penelitian Kualitatif Metode kualitatif dan kuantitatif juga sering digunakan sebagai penciri, penanda, dan pembeda antara antropologi dan sosiologi. Kesan tersebut muncul karena masing-masing disiplin ilmu tersebut terusmenerus menggunakan metode secara
konsisten.
Antropologi
sering menggunakan metode kualitatif,
se-
dangkan sosiologi hampir selalu menggunakan metode kuantitatif. Asumsi ini didasarkan atas kenyataan bahwa antropologi sering menggunakan deskripsi, interpretasi dan klasifikasi pada masyarakat yang masihtradisional. Hal tersebut seolah-olah menempatkan antropologi dalam posisi memiliki satu pendekatan yaitu interpretasi atau penafsiran. Sementara itu, sosiologi sudah dikenal sering menggunakan metode kuantitatif dan melakukan penelitian terhadap masyarakat modern yang kompleks.Ada kesan bahwapenelitian sosiologis selalu menggunakan metodekuantitatif. Penelitian atau dalam bahasa Inggris disebut dengan research. Jika dilihat dari susunan katanya, terdiri atas dua suku kata, yatitu re yang berarti melakukan kembali atau pengulangan dan research yang berarti melihat,
Antropologi SMA K - 6
125
mengamati atau mencari, sehingga researchdapat diartikan sebagai rangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan pemahaman baru yang lebih kompleks, rinci dan lebih komprehensif dari suatu hal yang diteliti. Penelitian kualitatif adalah suatu pendekatan yang juga disebut pendekatan investigasi karena biasanya peneliti mengumpulkan data dengan cara bertatap muka langsung dan berinteraksi dengan orang-orang di tempat penelitian (McMillan & Schumacher, 2003). Penelitian kualitatif juga bisa dimaksudkan sebagai jenis penelitian yang temuan-temuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk hitungan lainnya (Strauss & Corbin, 2003). Sekalipun demikian, data yang dikumpulkan dari penelitian kualitatif memungkinkan untuk dianalisis melalui suatu penghitungan. Penelitian kualitatif (qualitative research) bertolak dari filsafat konstruktivisme yang berasumsi bahwa kenyataan itu berdimensi jamak, interaktif dan suatu pertukaran pengalaman sosial (a shared social eperience) yang diinterpretasikan oleh individu-individu (Syaodih, 2001 : 94). Creswell (dalam Herdiansyah, 2010: 8), menyebutkan: “Qualitaive research is an inquiry process of understanding based on distinct methodological traditions of inquiry that explore a social or human problem. The researcher builds a complex, holistic picture, analizes words, report detailed views of information, and conducts the study in a natural setting”. Sementara Moleong mendefinisikan penelitian kualitatif adalah suatu penelitian ilmiah, yang bertujuan untuk memahami suatu fenomena dalam konteks social secara alamiah dengan mengedepankan proses interaksi komunikasi yang mendalam antara peneliti dengan fenomena yang diteliti (Herdiansyah, 2010: 9) Penelitian kualitaif merupakan penelitian yang digunakan untuk menyelidiki, menemukan, menggambarkan, dan menjelaskan kualitas atau keistimewaan dari pengaruh social yang tidak dapat dijelaskan, diukur atau digambarkan melalui pendekatan kuantitaif (Saryono, 2010: 1). Metode penelitian kualitatif sering disebut metode penelitian naturalistik (naturalistic research), karena penelitian dilakukan dalam kondisi yang alamiah (natural setting). Disebut juga penelitian etnografi, karena pada awalnya metode ini banyak digunakan untuk penelitian bidang antropologi budaya. Selain itu
Antropologi SMA K - 6
126
disebut sebagai metode kualitatif karena data yang terkumpul dan dianalisis lebih bersifat kualitatif. Pada penelitian kualitatif, penelitian dilakukan pada objek yang alamiah maksudnya, objek yang berkembang apa adanya, tidak dimanipulasi oleh peneliti dan kehadiran peneliti tidak begitu mempengaruhi dinamika pada objek tersebut. Sebagaimana dikemukakan dalam penelitian kualitatif instrumennya adalah orang atau peneliti itu sendiri (human instrument). Untuk dapat menjadi instrumen maka peneliti harus memiliki bekal teori dan wawasan yang luas, sehingga mampu bertanya, menganalisis, dan mengkonstruksi situasi sosial yang diteliti menjadi lebih jelas dan bermakna.
Karakteristik Metode Penelitian Kualitatif : Konsep yang berhubungan dengan pendekatan Pendekatan kualitatif menekankan pada makna dan pemahaman dari dalam (verstehen), penalaran, definisi suatu situasi tertentu (dalam konteks tertentu), lebih banyak meneliti hal-hal yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Pendekatan kualitatif, lebih lanjut, mementingkan pada proses dibandingkan dengan hasil akhir; oleh karena itu urut-urutan kegiatan dapat berubah-ubah tergantung pada kondisi dan banyaknya gejala-gejala yang ditemukan. Tujuan penelitian biasanya berkaitan dengan hal-hal yang bersifat praktis.
Dasar Teori Jika kita menggunakan pendekatan kualitatif, maka dasar teori sebagai pijakan ialah adanya interaksi simbolik dari suatu gejala dengan gejala lain yang ditafsir berdasarkan pada budaya yang bersangkutan dengan cara mencari makna semantis universal dari gejala yang sedang diteliti. Pada mulanya teoriteori kualitatif muncul dari penelitian-penelitian antropologi , etnologi serta aliran fenomenologi dan aliran idealisme. Karena teori-teori ini bersifat umum dan terbuka maka ilmu sosial lainnya mengadopsi sebagai sarana penelitiannya.
Antropologi SMA K - 6
127
Tujuan Tujuan utama penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif ialah mengembangkan pengertian, konsep-konsep, yang pada akhirnya menjadi teori, tahap ini dikenal sebagai “grounded theory research”.
Desain Melihat sifatnya, pendekatan kualitatif desainnya bersifat umum, dan berubahubah / berkembang sesuai dengan situasi di lapangan. Kesimpulannya, desain hanya digunakan sebagai asumsi untuk melakukan penelitan, oleh karena itu desain harus bersifat fleksibel dan terbuka. Peranan peneliti sangat dominan dalam menentukan keberhasilan penelitian sedang desain sifatnya hanya membantu mengarahkan proses penelitian agar berjalan dengan sistematis.
Data Pada pendekatan kualitatif, data bersifat deskriptif dan bukan angka, maksudnya data dapat berupa gejala-gejala yang dikategorikan ataupun dalam bentuk lainnya, seperti foto, dokumen, artefak dan catatan-catatan lapangan pada saat penelitian dilakukan serta suara dan kombinasinya.
Sampel Sampel kecil merupakan ciri pendekatan kualitatif karena pada pendekatan kualitatif penekanan pemilihan sampel didasarkan pada kualitasnya bukan jumlahnya. Oleh karena itu, ketepatan dalam memilih sampel merupakan salah satu kunci keberhasilan utama untuk menghasilkan penelitian yang baik. Sampel juga dipandang sebagai sampel teoritis dan tidak representatif. Pada umumnya, sampel yang diteliti disebut informan. Penarikan sampel didasarkan pada teknik nonprobabilitas.
Teknik Jika peneliti menggunakan pendekatan kualitatif, maka yang bersangkutan akan menggunakan teknik observasi terlibat langsung atau riset partisipatori, seperti
Antropologi SMA K - 6
128
yang dilakukan oleh para peneliti bidang antropologi dan etnologi sehingga peneliti terlibat langsung atau berbaur dengan yang diteliti. Dalam praktiknya, peneliti akan melakukan review terhadap berbagai dokumen, foto-foto dan artefak yang ada. Interview yang digunakan ialah interview terbuka, terstruktur atau tidak terstruktur dan tertutup terstruktur atau tidak terstruktur.
Hubungan dengan yang diteliti Dalam penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif, peneliti tidak mengambil jarak dengan yang diteliti. Hubungan yang dibangun didasarkan pada saling kepercayaan. Dalam praktiknya, peneliti melakukan hubungan dengan yang diteliti secara intensif. Apabila sampel itu manusia, maka yang menjadi informan diperlakukan sebagai partner bukan obyek penelitian. Biasanya penelitiannya memakan waktu yang lama karena peneliti harus membangun hubungan terlebih dahulu dengan yang diteliti sebelum melakukan penelitian.
Analisis Data Analisis data dalam penelitian kualitatif bersifat induktif dan berkelanjutan yang tujuan akhirnya menghasilkan pengertian-pengertian, konsep-konsep dan pembangunan suatu teori baru, contoh dari model analisis kualitatif ialah analisis domain, analisis taksonomi, analisis komponensial, analisis tema kultural, dan analisis komparasi konstan (grounded theory research).
Antropologi SMA K - 6
129
Gambar 24 : Karakteristik penelitian kualitatif
Jenis-jenis Penelitian Kualitatif Penelitian kualitatif memiliki 5 jenis penelitian, yaitu:
1. Biografi Penelitian biografi adalah studi tentang individu dan pengalamannya yang dituliskan kembali dengan mengumpulkan dokumen dan arsip-arsip. Tujuan penelitian ini adalah mengungkap turning point moment atau epipani yaitu pengalaman menarik yang sangat mempengaruhi atau mengubah hidup seseorang. Peneliti menginterpretasi subjek seperti subjek tersebut memposisikan dirinya sendiri.
2. Fenomenologi Penelitian fenomenologi mencoba menjelaskan atau mengungkap makna konsep atau fenomena pengalaman yang didasari oleh kesadaran yang terjadi pada beberapa individu. Penelitian ini dilakukan dalam situasi yang alami, sehingga tidak ada batasan dalam memaknai atau memahami fenomena yang dikaji. Menurut Creswell (1998:54), Pendekatan fenomenologi menunAntropologi SMA K - 6
130
da semua penilaian tentang sikap yang alami sampai ditemukan dasar tertentu. Penundaan ini biasa disebut epoche (jangka waktu). Konsep epoche adalah membedakan wilayah data (subjek) dengan interpretasi peneliti. Konsep epoche menjadi pusat dimana peneliti menyusun dan mengelompokkan dugaan awal tentang fenomena untuk mengerti tentang apa yang dikatakan oleh responden.
3. Grounded
theory
Penelitian kualitatif yang paling pokok sesuai tujuannya adalah penelitian yang menghasilkan teori dari dasar (grounded theory). Metode yang menghasilkan teori dari dasar ini umumnya disebut sebagai penelitian “Grounded” (Grounded Research). Jika penelitian kuantitatif umumnya berangkat dari teori yang sudah ada, kemudian dijabarkan menjadi hipotesis-hipotesis yang diuji kebenarannya melalui penelitian di lapangan, sebaliknya pada penelitian “Grounded” bertolak dari fakta-fakta di lapangan, kemudian
dianalisis
untuk
diwujudkan
menjadi
teori.
Walaupun suatu studi pendekatan menekankan arti dari suatu pengalaman untuk sejumlah individu, tujuan pendekatan grounded theory adalah untuk menghasilkan atau menemukan suatu teori yang berhubungan dengan situasi tertentu . Situasi di mana individu saling berhubungan, bertindak, atau terlibat dalam suatu proses sebagai respon terhadap suatu peristiwa. Inti dari pendekatan grounded theory adalah pengembangan suatu teori yang berhubungan erat kepada konteks peristiwa dipelajari. Menurut John W. Creswell (2009: 20) grounded theory merupakan strategi penelitian yang di dalamnya peneliti “memproduksi” teori umum dan abstrak dari suatu proses, aksi, atau interaksi tertentu yang berasal dari pandangan partisipan. Grounded theory adalah prosedur penelitian kualitatif untuk mendeskripsikan, menganalisis, dan menginterpretasikan pola-pola bertingkah laku, berkeyakinan, dan berbahasa yang diyakini bersama oleh sebuah kelompok kultural tertentu yang telah bertumbuh-kembang pada jangka waku yang lama.
4. Etnografi Metode etnografi adalah cara kerja penelitian yang mengacu pada teknik yang digunakan dalam melaksanakan penelitian etnografi. Tujuan utama etnografi adalah memahami pandangan atau cara hidup seseorang atau Antropologi SMA K - 6
131
sekelompok orang dalam keadaan yang sesungguhnya. Di samping itu, digunakannya metode etnografi karena peneliti ingin belajar dari kehidupan manusia secara utuh. Bertolak dari tujuan etnografi tersebut, maka ada tiga ciri penting mengapa peneliti harus memilih metode etnografi, yaitu (1) ingin memahami pandangan hidup orang atau sekelompok orang, (2) ingin memahami keaslian atau kewajaran dalam semua aspek kehidupan manusia, dan (3) sebagai alat belajar dari manusia atau orang lain yaitu subjek yang diteliti. Produk akhir dari penelitian etnografi yang dilakukan oleh peneliti antropologi merupakan tulisan tentang hasil pengamatan langsung oleh penelitinya. Tulisan hasil penelitian itu menjadi satu kesatuan dengan konteks bidang yang diteliti,
yaitu
kehidupan
yang
sebenarnya.
Prosedur penelitian etnografi bisa disamakan dengan prosedur penelitian kualitatif pada umumnya. Di awali dari penjajakan lapangan, menemukan fokus,
dan
seterusnya
sampai
dengan
pengumpulan
data
yang
menggunakan teknik pengamatan berperan serta (participant-observation) dan wawancara mendalam (indepth interviewing). Pengamatan berperan serta merupakan teknik yang digunakan oleh para ahli antropologi atau ahli etnografi yang mempelajari atau meneliti berbagai suku bangsa atau kelompok suku bangsa yang berbeda-beda. Begitu juga dengan wawancara mendalam, merupakan teknik yang digunakan oleh peneliti bersamaan atau terintegrasi dengan pengamatan berperan serta. Digunakannya wawancara mendalam dimaksudkan untuk mendapatkan dan menemukan apa yang terdapat di dalam pikiran orang lain.
5. Studi kasus Jenis penelitian yang banyak dipilih oleh peneliti kualitatif adalah studi kasus. Studi kasus dipandang sebagai salah satu metode dalam penelitian kualitatif. Studi kasus adalah metode penelitian yang memusatkan perhatian pada suatu kasus secara intensif dan rinci. Studi kasus dalam penelitian kualitatif umumnya bertujuan untuk mempertahankan keutuhan dari objek yang diteliti. Dikatakan studi kasus karena sasaran dan fokusnya yang unik. Sasaran studi kasus dapat berupa manusia, peristiwa, latar dan dokumen. Sasaran tersebut ditelaah secara mendalam sebagai suatu totalitas sesuai dengan konteksnya masing-masing dengan maksud memahami berbagai Antropologi SMA K - 6
132
kaitan yang ada diantara unsur-unsur yang terkandung di dalamnya. Secara sederhana studi kasus dapat diartikan sebagai suatu metode penyelidikan secara langsung dengan latar yang alamiah dan memusatkan perhatian pada
suatu
peristiwa
secara
intensif
dan
rinci.
Merriam (1998) menyimpulkan bahwa studi kasus dapat didefinisikan sebagai proses menginvestigasi terhadap peristiwa-peristiwa yang aktual sebagai unit analisis. Hasil dari investigasi itu adalah deskripsi kasus yang rinci, intensif, dan menyeluruh. Studi kasus dalam penelitian kualitatif umumnya bertujuan untuk mempertahankan keutuhan dari objek yang diteliti. Yin (2006) mengatakan bahwa studi kasus adalah inkuiri empiris yang menyelidiki fenomena di dalam konteks kehidupan nyata di masyarakat. Lebih lanjut dikatakan bahwa dalam studi kasus ini, batas antara fenomena dan konteks tidak tampak secara tegas, sehingga dalam pengkajiannya diperlukan banyak sumber. Menurut Yin (2006), studi kasus merupakan strategi untuk meneliti pokok pertanyaan “bagaimana” (how) dan “mengapa” (why), disamping pada tingkat tertentu (awal) juga menjawab pertanyaan yang berkenaan dengan “apa” (what). Yin berpendapat bahwa penentuan jenis dan tipe pertanyaan semacam ini sangat penting dalam penelitian studi kasus, karena pertanyaan itu akan membimbing peneliti dalam membatasi substansi fokus atau masalah yang diteliti dan menentukan strategi penelitiannya. Tentu, untuk sampai pada jawaban atas pertanyaan what, how dan why seperti yang diungkapkan oleh Yin, peneliti tidak akan lepas menjawab juga pertanyaan yang lain, yaitu “siapa” (who), dan”dimana” (where) sebagai suatu kesatuan sistem dalam melihat fenomena secara menyeluruh (holistik). Satu jenis penelitian kualitatif yang banyak digunakan dalam penelitian pendidikan dan sosial adalah studi kasus (case study). Stake mengidentifikasikan adanya 3 (tiga) tujuan studi kasus. Yang pertama disebut studi kasus intrinsik, yaitu studi untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik dari kasus yang khusus, hal ini disebabkan karena seluruh kekhususan dan keluarbiasaan kasus itu sendiri menarik perhatian. Tujuan studi kasus intrinsik bukan untuk memahami suatu konstruksi abstrak atau konstruksi fenomena umum seperti kemampuan membaca (literacy), Antropologi SMA K - 6
133
penggunaan obat-obatan oleh remaja atau apa yang harus dilakukan oleh kepala sekolah. Tujuannya bukan untuk membangun teori, meskipun pada waktu lain peneliti mungkin mengerjakan hal tersebut. Studi dilakukan karena ada minat intrinsik di dalamnya, sebagai contoh anak luar biasa, konferensi,
klinik,
atau
kurikulum.
Studi kasus yang kedua disebut studi kasus instrumental (instrumental case study), adalah kasus khusus yang diuji untuk memberikan pemahaman yang mendalam tentang suatu masalah (issue) atau untuk memperbaiki teori yang telah ada. Walaupun studi kasus ini kurang diminati, namun studi kasus ini memainkan peran yang mendukung, memasilitasi pemahaman terhadap sesuatu yang lain (minat eksternal). Kasusnya dilihat secara mendalam, dan konteksnya diteliti secara cermat, aktivitas-aktivitas untuk mendalami kasus tersebut dilakukan secara rinci, karena kasus ini membantu pemahaman tentang ketertarikan dari luar (minat eksternal). Dasar pemilihan mendalami kasus ini dikarenakan kasus ini diharapkan dapat memperluas pemahaman peneliti tentang minat lainnya. Hal ini disebabkan karena para peneliti bersama-sama mempunyai beberapa minat yang selalu berubah-ubah yang tidak membedakan studi kasus intrinsik dari studi kasus instrumental dan bertujuan memadukan keterpisahan di antara keduanya. Studi kasus ketiga adalah studi kasus kolektif (collective case study), yaitu penelitian terhadap gabungan kasus-kasus dengan maksud meneliti fenomena, populasi, atau kondisi umum. Ini bukan merupakan kumpulan studi instrumental yang diperluas pada beberapa kasus. Studi kasus kolektif memerlukan kasus-kasus individual dalam kumpulan kasus-kasus diketahui lebih dahulu untuk mendapatkan karakteristik umum. Kasus-kasus individual dalam kumpulan kasus-kasus tersebut mempunyai ciri-ciri yang sama atau berbeda, masing-masing mempunyai kelebihan dan bervariasi. Kasus-kasus tersebut dipilih karena dipercaya bila memahami kasus-kasus tersebut akan menghasilkan pemahaman yang lebih baik, penyusunan teori yang lebih baik tentang kumpulan kasus-kasus yang lebih luas. Selanjutnya mengenai studi kekhususan, Stake menjelaskan bahwa peneliti kasus mencari tahu tentang apa yang bersifat umum dan apa yang bersifat khusus
Antropologi SMA K - 6
134
dari kasus tersebut, tetapi hasil akhir dari kasus tersebut biasanya menampilkan sesuatu yang unik. Metode Pengumpulan Data Beberapa metode pengumpulan data dalam
penelitian kualitatif, yaitu:
Wawancara Wawancara merupakan alat re-cheking atau pembuktian terhadap informasi atau keterangan yang diperoleh sebelumnya. Tehnik wawancara yang digunakan dalam penelitian kualitatif adalah wawancara mendalam. Wawancara mendalam (in–depth interview) adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang
yang
diwawancarai,
dengan atau tanpa
menggunakan pedoman (guide) wawancara, di mana pewawancara dan informan
terlibat
dalam
kehidupan
sosial
yang
relatif
lama.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan seorang peneliti saat mewawancarai responden adalah intonasi suara, kecepatan berbicara, sensitifitas pertanyaan, kontak mata, dan kepekaan nonverbal. Dalam mencari informasi, peneliti melakukan dua jenis wawancara, yaitu autoanamnesa (wawancara yang dilakukan dengan subjek atau responden) dan aloanamnesa (wawancara dengan keluarga responden). Beberapa tips saat melakukan wawancara adalah mulai dengan pertanyaan yang mudah, mulai dengan informasi fakta, hindari pertanyaan multiple, jangan menanyakan pertanyaan pribadi sebelum building raport, ulang kembali jawaban untuk klarifikasi, berikan kesan positif, dan kontrol emosi negatif. 1. Observasi Beberapa informasi yang diperoleh dari hasil observasi adalah ruang (tempat), pelaku, kegiatan, objek, perbuatan, kejadian atau peristiwa, waktu, dan perasaan. Alasan peneliti melakukan observasi adalah untuk menyajikan gambaran realistik perilaku atau kejadian, untuk menjawab pertanyaan, untuk membantu mengerti perilaku manusia, dan untuk evaluasi yaitu melakukan pengukuran terhadap aspek tertentu melakukan umpan balik terhadap pengukuran tersebut. Bungin (2007: 115) mengemukakan beberapa bentuk observasi yang dapat
Antropologi SMA K - 6
135
digunakan dalam penelitian kualitatif, yaitu observasi partisipasi, observasi tidak terstruktur, dan observasi kelompok tidak terstruktur.
Observasi partisipasi (participant observation) adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan pengindraan dimana observer atau peneliti benar-benar terlibat dalam keseharian responden.
Observasi tidak berstruktur adalah observasi yang dilakukan tanpa menggunakan guide observasi. Pada observasi ini peneliti atau pengamat harus mampu mengembangkan daya pengamatannya dalam mengamati suatu objek.
Observasi kelompok adalah observasi yang dilakukan secara berkelompok terhadap suatu atau beberapa objek sekaligus.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam observasi adalah topografi, jumlah dan durasi, intensitas atau kekuatan respon, stimulus kontrol (kondisi dimana perilaku muncul), dan kualitas perilaku. 2. Dokumen Sejumlah besar fakta dan data tersimpan dalam bahan yang berbentuk dokumentasi. Sebagian besar data yang tersedia adalah berbentuk surat-surat, catatan harian, cenderamata, laporan, artefak, foto, dan sebagainya. Sifat utama data ini tak terbatas pada ruang dan waktu sehingga memberi peluang kepada peneliti untuk mengetahui hal-hal yang pernah terjadi di waktu silam. Secara detail bahan dokumenter terbagi beberapa macam, yaitu otobiografi, surat-surat pribadi, buku atau catatan harian, memorial, klipping, dokumen pemerintah atau swasta, data di server dan flashdisk, data tersimpan di website, dan lain-lain. 3. Focus
Group
Discussion
(FGD)
Focus Group Discussion (FGD) adalah teknik pengumpulan data yang umumnya dilakukan pada penelitian kualitatif dengan tujuan menemukan makna sebuah tema menurut pemahaman sebuah kelompok. Teknik ini digunakan untuk mengungkap pemaknaan dari suatu kalompok berdasarkan hasil diskusi yang terpusat pada suatu permasalahan tertentu. FGD juga dimaksudkan untuk menghindari
Antropologi SMA K - 6
136
pemaknaan yang salah dari seorang peneliti terhadap fokus masalah yang sedang diteliti.
Langkah-langkah Penelitian Kualitatif Pendekatan dan teori yang menjadi akar dari penelitian kualitatif pada intinya memiliki ciri-ciri yang berbeda bila dibandingkan dengan pendekatan dan teori yang menjadi akar dari penelitian kuantitatif. Oleh karena itu, prosedur dan tahap-tahap yang harus dilalui untuk melakukan penelitian kualitatif juga berbeda dari prosedur dan tahap-tahap penelitian kuantitatif. Menurut Hendrarso (2011) ada prosedur dan tahap-tahap yang harus dilalui apabila melakukan kualitatif adalah sebagai berikut: 1. Menetapkan Fokus Penelitian Prosedur penelitian kualitatif mendasarkan pada logika berfikir induktif sehingga perencanaan penelitiannya bersifat sangat fleksibel . Walaupun bersifat fleksibel, penelitian kualitatif harus melalui tahap-tahap dan prosedur penelitian yang telah ditetapkan. Sama halnya dengan penelitian kuantitatif, hal pertama yang dilakukan sebelum memulai seluruh tahap penelitian kualitatif adalah menetapkan research question. Research question yang dalam penelitian kualitatif disebut sebagai “Fokus Penelitian”, adalah pertanyaan tentang hal-hal yang ingin dicari jawabannya melalui penelitian tersebut. Berbeda dengan penelitian kuantitatif, dalam penelitian kualitatif tidak dirumuskan dan ditulis dalam format yang kaku. Format penulisan fokus penelitian dalam penelitian kualitatif bisa sangat beragam dan tidak harus dalam bentuk pertanyaan seperti halnya dalam penelitian kuantitatif. Fokus penelitian dapat ditulis dengan berbagai bentuk, bahkan sering kali fokus penelitian ditulis dalam kalimat-kalimat yang meliputi beberapa alinea. Perlu ditekankan di sini, walaupun fokus penelitian tidak dirumuskan secara ketat dan dapat mengalami perubahan selama proses penelitian, tetapi fokus penelitian harus ditetapkan pada awal penelitian karena fokus penelitian berfungsi untuk “memberi batas” hal-hal yang akan diteliti. Fokus penelitian berguna dalam memberikan arah selama proses penelitian , utamanya pada saat pengumpulan data, yaitu untuk membedakan antara data mana yang
Antropologi SMA K - 6
137
relevan dengan tujuan penelitian kita. Fokus penelitian ini selalu disempurnakan selama proses penelitian dan bahkan memungkinkan untuk diubah pada saat berada di lapangan. 2. Menetukan Setting dan Subyek Penelitian Sebagai sebuah metode penelitian yang bersifat holistik, setting penelitian dalam penelitian kualitatif merupakan hal yang sangat penting dan telah ditentukan ketika menetapkan fokus penelitian. Setting dan subyek penelitian merupakan suatu kesatuan yang telah ditentukan sejak awal penelitian. Setting penelitian ini menunjukkan komunitas yang akan diteliti dan sekaligus kondisi fisik dan sosial mereka. Dalam penelitian kualitatif, setting penelitian akan mencerminkan lokasi penelitian yang langsung “melekat” pada fokus penelitian yang telah ditetapkan sejak awal. Setting penelitian ini tidak dapat diubah kecuali fokus penelitiannya diubah. Hal ini berbeda dengan penelitian kuantitatif yang baru menentukan lokasi penelitian setelah ditetapkan beberapa hal sebelumnya, seperti research question (rumusan masalah penelitian) populasi dan sampel. Penelitian kualitatif tidak dimaksudkan untuk membuat generalisasi dari hasil penelitian. Oleh karena itu, pada penelitian kualitatif tidak dikenal adanya populasi dan sampel. Subyek penelitian ini menjadi informan yang akan memberikan berbagai informasi yang diperlukan selama proses penelitian. Informan penelitian ini meliputi beberapa macam, seperti: (1). Informan Kunci (Key Informan), yaitu mereka yang mengetahui dan memiliki berbagai informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian, (2). Informan Utama, yaitu mereka yang terlibat langsung dalam interaksi sosial yang diteliti, (3). Informan Tambahan, yaitu mereka yang dapat memberikan informasi walaupun tidak langsung terlibat dalam interaksi sosial yang diteliti. 3. Pengumpulan Data, Pengholahan Data, dan Analisis Data Penelitian
kualitatif
merupakan
proses
penelitian
yang
berkesinambungan sehingga tahap pengumpulan data, pengolahan data, dan analisis data dilakukan secara bersamaan selama proses penelitian. Dalam penelitian kualitatif pengolahan data tidak harus dilakukan setelah data terkumpul, atau analisis data tidak mutlah dilakukan setelah pengolahan data selesai. Dalam hal ini sementara data dikumpulkan, peneliti dapat mengolah dan melakukan analisis data secara bersamaan. Sebaliknya Antropologi SMA K - 6
138
pada saat menganalisis data, peneliti dapat kembali lagi ke lapangan untuk memperoleh tambahan data yang dianggap perlu dan mengolahnya kembali. Pada penelitian kualitatif, prosedur penelitian tidak distandarisasi dan bersifat fleksibel. Jadi yang ada adalah petunjuk yang dapat dipakai, tetapi bukan aturan. Ada beberapa metode pengumpulan data yang dikenal dalam penelitian kualitatif, walaupun demikian bisa dikatakan bahwa metode yang paling pokok adalah pengamatan atau obserbasi dan wawancara mendalam atau in-depth interview. Observasi (pengamatan) yang dimaksud disini adalah “deskripsi secara sistematis tentang kejadian dan tingkah laku dalam setting social yang dipilih untuk diteliti” (Marshall & Rosman, 1989:79). Pengamatan dapat bervariasi mulai dari yang sangat terstuktur dengan catatan rinci mengenai tingkah laku sampai dengan deskripsi yang paling kabur tentang kejadian dan tingkah laku. Sedangkan wawancara mendalam adalah teknik pengumpulan data yang didasarkan pada percakapan secara intensif dengan suatu tujuan (Marshall & Rosman, 1989:82). Dalam hal melakukan wawancara
mendalam,
pertanyaan yang
bersifat
umum
berdasarkan substansi setting atau berdasarkan kerangka konseptual. Pengolahan data dalam penelitian kualitatif dilakukan dengan cara mengklasifikasi atau mengkategorikan data berdasarkan beberapa tema sesuai fokua penelitiannya. Pengolahan data kualitatif ini juga dapat dilakukan dengan menggunakan computer. Selanjutnya bila penelitian tersebut dimaksudkan untuk membentuk proposisi-proposisi atau teori, maka analisis data secara induktif dapat dilakukan melalui beberapa tahap (Taylor dan Bogdan, 1984:127) seperti yang dilakukan dalam grounded research sebagai berikut: 1. Membuat definisi umum/sementara tentang gejala yang dipelajari. 2. Rumuskan suatu hipotesis untuk menjelaskan gejala tersebut (hal ini dapat didasarkan pada data, penelitian lain, atau pemahaman dari peneliti sendiri). 3. Pelajari satu kasus untuk melihat kecocokan antara kasus dan hipotesis. 4. Jika hipotesis tidak menjelaskan kasus, rumuskan kembali hipotesis atau definisikan kembali gejala yang dipelajari. 5. Pelajari kasus-kasus negatif untuk menolak hipotesis. 6. Bila ditemui kasus-kasus negatif, formulasikan kembali hipotesis atau definisikan kembali gejala. Antropologi SMA K - 6
139
7. Lanjutkan sampai hipotesis benar-benar diterima dengan cara menguji kasus-kasus yang bervariasi. 4. Penyajian Data Prinsip dasar penyajian data adalah membagi pemahaman kita tentang sesuatu hal pada orang lain. Oleh karena ada data yang diperoleh dalam penelitian kualitatif berupa kata-kata dan tidak dalam bentuk angka, penyajian biasanya berbentuk uraian kata-kata dan tidak beupa table-tabel dengan ukuran statistik. Sering kali data disajikan dalam bentuk kutipan-kutipan langsung dari kata-kata terwawancara sendiri. Kata kata itu ditulis apa adanya dengan menggunakan bahasa asli informan (misalnya bahasa ibu, bahasa daerah, dan bahasa khusus) yang dalam penelitian kualitatif sering disebut sebagai “Transkrip”. Selain itu, hasil penelitian kualitatif juga dapat disajikan dalam bentuk life history, yaitu deskripsi tentang peristiwa dan pengalaman penting dari kehidupan atau beberapa bagian pokok dari kehidupan seseorang dengan kata-katanya sendiri.
Subjek Penelitian Menurut Suharsismi Arikunto (1998 : 200) subjek penelitianadalah benda atau organisasi tempat atau peristiwa. Tidak ada satu pun penelitian yang dapat dilakukantanpa adanya subjek penelitian, karena seperti yang telah diketahui bahwadilaksanakannya penelitian dikarenakan adanya masalah yang harusdipecahkan, maksud dan tujuan penelitian adalah untuk memecahkanpersoalan yang timbul tersebut. Hal ini dilakukan dengan jalanmengumpulkan data sebanyak-banyaknya dari informan. Dalam penelitian ini, pengambilan sumber data penelitian menggunakan teknik “purpose sampling”. Sukmadinata (2005: 101)menyatakan, sampel purposive adalah sampel yang dipilih karena memangmenjadi sumber dan kaya dengan informasi tentang fenomena yang ingin diteliti. Pengambilan sampel ini didasarkan pada pilihan peneliti tentang aspekapa dan siapa yang dijadikan fokus pada saat situasi tertentu dan saat initerus-menerus sepanjang penelitian.
4. Aktivitas Pembelajaran
Antropologi SMA K - 6
140
Aktivitas pembelajaran merupakan hal yang sangat penting bagi peserta, karena memberikan kesempatan kepada peserta untuk bersentuhan dengan obyek yang sedang dipelajari seluas mungkin, karena dengan demikian proses konstruksi pengetahuan yang terjadi akan lebih baik. Aktivitas pembelajaran ini perlu keterlibatan peserta dalam bentuk sikap, pikiran, perhatian dalam kegiatan belajar guna menunjang keberhasilan proses belajar mengajar dan memperoleh manfaat dari kegiatan tersebut. Bentuk dari aktivitas pembelajaran dalam materi ini adalah : 1.
Visual activities, yang termasuk di dalamnya misalnya membaca, memperhatikan gambar dan mengambil makna materi.
2.
Oral Activities, seperti menyatakan merumuskan, bertanya, memberi saran, berpendapat, diskusi, interupsi.
3.
Listening Activities, sebagai contoh mendengarkan : uraian, percakapan dan diskusi.
4.
Writing Activities, seperti misalnya memberi jawaban dan komentar dari bentuk latihan/kasus/tugas.
5.
Motor Activities, yang termasuk di dalamnya antara lain: melakukan, membuat konstruksi dari materi tersebut dengan mengamati perilaku di masyarakat sekitar. Aktivitas pembelajaran ini sangat dituntut keaktifan peserta,sehingga
peserta dapat menerapkan ke siswa untuk melakukan kegiatan dalam membimbing dan mengarahkan.
5. Latihan/Kasus/Tugas Jawablah peranyaan-pertanyaan di bawah ini secara singkat dan benar !
1.
Apa yang dimaksud dengan Pengertian Penelitian Kualitatif !
2.
Sebutkan Karakteristik Metode Penelitian Kualitatif! Jelaskan
3.
Mulailah saudara melakukan penelitian kualitif dengan memperhatikan langkah-langkahnya
6. Rangkuman Antropologi SMA K - 6
141
Metode penelitian kualitatif yang lebih menekankan pada aspek pemahaman secara mendalam terhadap suatu masalah daripada melihat permasalahan untuk penelitian generalisasi. Metode penelitian ini lebih suka menggunakan teknik analisis mendalam ( in-depth analysis ), yaitu mengkaji masalah secara kasus perkasus karena metodologi kulitatif yakin bahwa sifat suatu masalah satu akan berbeda dengan sifat dari masalah lainnya. Tujuan dari metodologi ini bukan suatu generalisasi tetapi pemahaman secara mendalam terhadap suatu masalah. Penelitian kualitatif berfungsi memberikan kategori substantif dan hipotesis penelitian kualitatif.
7. Umpan Balik dan Tindak Lanjut Materi pelatihan untuk guru ini didesain dalam bentuk modul, dimaksudkan agar dapat dipelajari secara mandiri oleh para peserta pelatihan. Beberapa karakteristik yang khas dari materi pelatihan berbentuk modul tersebut, yaitu: a. lengkap (self-contained), artinya, seluruh materi yang diperlukan peserta pelatihan untuk mencapai kompetensi dasar tersedia secara memadai; b. dapat menjelaskan dirinya sendiri (self-explanatory), maksudnya, penjelasan dalam paket bahan pelatihan memungkinkan peserta untuk dapat mempelajari dan menguasai kompetensi secara mandiri; serta c. mampu membelajarkan peserta pelatihan (self-instructional material), yakni sajian dalam paket bahan pembelajaran ditata sedemikian rupa sehingga dapat memicu peserta pelatihan untuk secara aktif melakukan interaksi belajar, bahkan menilai sendiri kemampuan belajar yang dicapainya melalui latihan/kasus/tugas. Diharapkan dengan tersusunnya materi pelatihan ini dapat dijadikan referensi bagi peserta yang dimplementasikan ke siswa.
8. Kunci Jawaban 1. Penelitian Kualitatif Penelitian kualitatif adalah suatu pendekatan yang juga disebut pendekatan investigasi karena biasanya peneliti mengumpulkan data dengan cara bertatap muka langsung dan berinteraksi dengan orang-orang di tempat penelitian.
Antropologi SMA K - 6
142
Penelitian kualitatif juga bisa dimaksudkan sebagai jenis penelitian yang temuan-temuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk hitungan lainnya. Penelitian kualitatif bertolak dari filsafat konstruktivisme yang berasumsi bahwa kenyataan itu berdimensi jamak, interaktif dan suatu pertukaran pengalaman sosial (a shared social experience) yang diinterpretasikan oleh individu-individu. Penelitian kualitatif adalah suatu penelitian ilmiah, yang bertujuan untuk memahami suatu fenomena dalam konteks sosial secara alamiah dengan mengedepankan proses interaksi komunikasi yang mendalam antara peneliti dengan fenomena yang diteliti (Herdiansyah, 2010: 9) Penelitian kualitaif merupakan penelitian yang digunakan untuk menyelidiki, menemukan, menggambarkan, dan menjelaskan kualitas atau keistimewaan dari pengaruh social yang tidak dapat dijelaskan, diukur atau digambarkan melalui pendekatan kuantitaif 2. Karakteristik Metode Penelitian Kualitatif Konsep yang berhubungan dengan pendekatan Dasar Teori Tujuan Desain Data Sampel Teknik Hubungan dengan yang diteliti Analisis Data 3. Langkah-langkah penelitian kualittatif : o
Menetapkan Fokus Penelitian
o
Menetukan Setting dan Subyek Penelitian
Pengumpulan Data, Pengholahan Data, dan Analisis Data Penyajian Data
Antropologi SMA K - 6
143
BAGIAN 2 PEMBELAJARAN BAB 10 PROBLEMATIKA SAINTIFIK DALAM PEMBELAJARAN Kegiatan 1 Problematika Saintifik dalam Pembelajaran 1. Tujuan Pembelajaran Materi penyusunan pendekatan saintifik dalam pembelajaran antropologi disajikan untuk membekali kemampuan peserta diklat dalam pendekatan saintifik. Diharapkan setelah mempelajari materi ini peserta diklat mampu menyusun
pembelajaran
dalam
pendekatan
saintifik
sesuai
dengan
Permendikbud No.59 Tahun 2014..
2. Indikator Pencapaian Kompetensi Setelah mengikuti kegiatan ini, peserta diklat diharapkan dapat: 1. Menentukan topik-topik dalam kompetensi dasar pada mata pelajaran antropologi 2. menjabarkan langkah-langkah saintifik atastopik-topik pembelajaran dalam antropologi 3. menganalisis problematika-problematika setiap langkah pendekatan saintifik dalam pembelajaran antropologi
3. Uraian Materi Pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah pembelajaran yang terdiri atas kegiatan mengamati , merumuskan pertanyaan, mencoba/mengumpulkan data (informasi) dengan berbagai teknik, mengasosiasi/ menganalisis/mengolah data (informasi) dan menarik kesimpulan serta mengkomunikasikan hasil yang terdiri dari kesimpulan untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan dan sikap. pembejalaran ini terkenal dengan komponen 5M nya.
Antropologi SMA K - 6
144
Gambar 25 metode saintifik Sumber : https://akhmadsudrajat.wordpress.com/2013/07/18/pendekatansaintifikilmiah-dalam-proses-pembelajaran/
Berikut analisis kekuatan dan kelemahan dari masing-masing komponen http://yanuarasmara.blogspot.co.id/2015/01/kekuatan-dan-kelemahanpendekatan.html.
Tabel 2 Analisis Kekuatan dan Kelemahan Pendekatan Saintifik Komponen Mengamati
Kekuatan ·
Kelemahan
Peserta didik senang dan· tertantang,
·
Dalam
prosesnya,
peserta didik seringkali
Memfasilitasis
peserta acuh tak acuh terhadap
didik bagi pemenuhan rasa fenomena alam. ingin tahu peserta didik, dan · ·
peserta menemukan
didik fakta
Motivasi peserta didik
dapat rendah,. bahwa·
Memerlukan
waktu
ada hubungan antara obyek persiapan yang lama dan yang dianalisis dengan ma- matang, teri
pembelajaran
yang·
digunakan oleh guru. ·
Antropologi SMA K - 6
banyak,
Peserta didik diharapkan· dapat
menyajikan
biaya dan tenaga relatif
Jika
tidak
terkendali
media akan mengaburkan mak-
145
Komponen
Kekuatan
Kelemahan
obyek secara nyata,
na serta tujuan pembelajaran.
Menanya
·
Bertanya, membuat peserta didik proaktif dalam men-·
Jenis
pertanyaan
cari pembuktian atas pen- kadang tidak relevan. alarannya. Hal ini memicu·
Kualitas
pertanyaan
mereka untuk bertindak lebih peserta didik masih renjauh ke arah positif seperti dah. keinginan yang tinggi untuk·
Kemampuan
awal
membuktikan jawaban atas menjadi tolak ukur peserpertanyaannya. ·
ta didik untuk bertanya
Membangkitkan rasa ingin sehingga intensitas bertahu,
minat,
dan
per- tanya dalam kelas sangat
hatian peserta didik tentang bergantung suatu tema atau topik pem- mampuan belajaran. ·
aktif
belajar,
mengembangkan
pertan- untuk bertanya.
sendiri.
kadang
peserta
didik beranggapan bah-
Mendiagnosis
sekaligus
Tidak semua peserta
serta didik memiliki keberanian
yaan dari dan untuk dirinya·
belajar
yang
dan materi sebelumnya.
menginspirasi peserta didik·
·
awal
ke-
didapat dari jenjang atau
Mendorong
untuk
pada
peserta
kesulitan wa
bertanya
berarti
didik cenderung tidak pintar
menyampaikan
ancangan untuk mencari solusinya. ·
Menstrukturkan
tugas-
tugas dan memberikan kesempatan
kepada
peserta
didik untuk menunjukkan sikap, keterampilan, dan pem-
Antropologi SMA K - 6
146
Komponen
Kekuatan
Kelemahan
ahamannya atas substansi pembelajaran yang diberikan. ·
Membangkitkan keterampilan peserta didik dalam berbicara, mengajukan pertanyaan, dan memberi jawaban secara logis, sistematis, dan menggunakan bahasa yang baik dan benar.
·
Mendorong peserta
partisipasi
didik
dalam
diskusi,
ber-
berargumen,
mengembangkan kemampuan
berpikir,
dan
menarik simpulan. ·
Membangun keterbukaan
sikap untuk
memberi
dan
pendapat
atau
saling
menerima gagasan,
memperkaya kosa kata, serta mengembangkan toleransi sosial dalam hidup berkelompok. ·
Membiasakan
peserta
didik berpikir spontan dan cepat, serta sigap dalam merespon persoalan yang tiba-tiba muncul. ·
Melatih kesantunan dalam berbicara dan membangkitkan kemampuan berempati
Antropologi SMA K - 6
147
Komponen
Kekuatan
Kelemahan
satu sama lain. Menalar
·
Melatih
siswa
mengkaitkan
untuk·
hubungan malas
sebab-akibat ·
Peserta didik terkadang untuk
sesuatu
Merangsang peserta didik terbiasa untuk
berfikir
menalar
karena
sudah
mendapatkan
tentang informasi langsung oleh
kemungkinan kebenaran dari guru. sebuah teori.
Mencoba
·
Peserta didik merasa lebih tertarik terhadap pelajaran· dalam
menemukan
Peserta
didik
yang
atau dilakukan oleh peserta
melakukan sesuatu ·
Percobaan
didik seringkali tidak diidiberikan kuti oleh rasa ketelitian
kesempatan untuk membuk- dan kehati-hatian peserta tikan kebenaran atas pen- didik. alarannya ·
Membuat
· ilmu
Memerlukan
yang yang
didapatkan melekat dalam lam
waktu
lebih
da-
menemukan jawa-
waktu yang lama dibanding- ban atas percobaan kan diberitau langsung oleh guru. ·
Melatih peserta didik untuk bertindak teliti, bertanggungjawab, cermat dan berhatihati.
Mengkomunikasikan·
Peserta didik dilatih untuk· dapat
bertanggung
jawab didik
atas hasil temuannya. ·
Tidak semua peserta menyam-
paikan ide gagasan atau
Peserta didik diharuskan hasil penemuannya membuat/menyusun ide ga-·
Tidak semua peserta
gasannya secara terstruktur didik
Antropologi SMA K - 6
berani
pandai
dalam
148
Komponen
Diantara
5
langkah
Kekuatan
Kelemahan
agar mudah disampaikan
menyampaikan informasi
dalam
pendekatan
saintifik
(mengamati,
menanya,
menguimpulkan indormasi, dan mengomunikasikan) yang paling penting dan paling penting dan krusial untuk diwaspadai adalah komponen (observing) mengamati, karena adanya kemungkinan-kemungkinan, antara lain : a. Peserta didik seringkali acuh tak acuh dalam mengamati fenomena alam, percobaan. dsb. b.Motivasi peserta didik yang masih rendah, hal ini kemungkinan berkaitan dengan kesadaran terhadap urgensi belajar antropologi yang masih rendah. c. Terkadang dalam melakukan proses mengamati memerlukan waktu persiapan dan pelaksaanaan yang lama, biaya yang mahal dan tenaga yang relatif banyak. d. Jika dalam mengamati tidak terkendali akan mengaburkan makna serta tujuan pembelajaran. Penerapan pendekatan ilmiah dalam proses pembelajaran antropologi memberikan tantangan terhadap guru antropologi. Dalam hal ini, keterbatasan sumber dan kompetensi guru dalam mengkondusifkan kondisi pembelajaran menjadi salah satu problematika yang urgen dalam penerapan pendekatan ilmiah mata pelajaran antropologi. Selanjutnya problematika tersebut akan dijelaskan dan ditinjau dari berbagai aspek. Aspek pertama, yang ditinjau adalah aspek kognitip.Dalam penerapan kurikulum 2013 aspek kognitip berkaitan dengan mengamati dan menalar. Kegiatan mengamati mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran (learning meaning) dapat dilakukan dengan mengunjungi atau melihat langsung objek. Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya, problematika yang diangkat adalah keterbatasan sumber.Sumber pembelajaran untuk mata pelajaran antropologi adalah cetak dan non cetak.Kedua sumber tersebut sangat terbatas.Buku referensi materi antropologi, umumnya menggunakan bahasa asing.Sementara itu, selain kurangnya kemampuan berbahasa asing, buku referensi antropologi sulit didapatkan. Buku Guru dan Buku Siswa yang dijadikan acuan pun tidak mudah didapatkan di pasaran, namun harus melalui proses yang panjang untuk mendapatkan buku-buku tersebut. Hal ini tentu saja menyulitkan bagi para guru antropologi untuk menggunakan buku tersebut sebagai acuan. Antropologi SMA K - 6
149
Kegiatan mengamati yang harus melihat langsung objek menjadi problematika sendiri, karena tidak semua objek dapat dilihat secara nyata jika tidak ada media yang memadai ini menyulitkan proses pembelajaran. Maka perlu adanya dukungan kreativitas dari guru.Mata pelajaran antropologi yang mengutamakan fakta-fakta dan pemikiran logis, akan mudah dipahami oleh peserta didik. Namun, keterbatasan sumber dan media, juga menjadi salah satu problema bagi guru antropologi. Keberadaan guru dengan kompetensi mengajar mata pelajaran antropologi, sampai saat ini sulit didapatkan.Hal ini disebabkan belum adanya/hanya beberapa universitas khususnya yang berasal dari jurusan pendidikan yang memiliki jurusan antropologi.Sehingga yang terjadi di lapangan adalah guru-guru pengajar mata pelajaran antropologi namun berbasic non antropologi.Tuntutan kondisi yang mengharuskan adanya tenaga pengajar mata pelajaran antropologi, memunculkan kebijakan penunjukkan guru mata pelajaran antropologi yang tidak sesuai bidangnya. Hasilnya, kurang maksimalnya proses pembelajaran antropologi, khususnya dalam pendalaman materi antropologi bagi peserta didik. Munculnya kebosanan pada peserta didik terhadap materi antropologi, karena kurangnya wawasan materi antropologi maupun kurang menariknya cara penyajian maupun penyampaian materi antropologi. Solusi terhadap masalah ini adalah pelatihan bagi tenaga pengajar mata pelajaran antropologi, baik pelatihan pada materi/substansi maupun pelatihan ketrampilan mengajar mata pelajaran antropologi. Selanjutnya menalar, penalaranpun perlu ditekankan bahwa sumber yang tersedia bukanlah hasil yang yang fix sebagai hasil karya budaya yang mutlak, namun hal tersebut adalah interpretasi antropolog yang bisa saja berbeda atau ditemukan fakta baru. Maka terhadap sumber yang tersedia, guru tidak menyatakan mutlak salah satu hasil karya budaya.Dengan demikian, pada ranah kognitif peserta didik dibei kesempatan untuk mencari sendiri dan guru bertindak sebagai mediator, agar pengetahuan itu menjadi bermakna. Aspek selanjutnya yaitu aspek afektif, dalam hal ini kaitannya dengan mencoba.Mencoba yang sebelumnya dijelaskan perlu memiliki sikap ilmiah dalam hal ini agak kesulitan juga karena dalam kaitannya dengan mencoba peserta didik dituntut untuk lebih aktif.Dalam hal ini misalnya diadakan penelitian kecil-kecilan tentu saja sumber juga terbatas dan kesulitan karena untuk sekolah menengah ini menjadi salah satu kendala.Mengkaji dari hal ini, kegiatan mencoba juga merupakan kegiatan yang memiliki kendala cukup besar utamanya dalam pembelajaran antropologi.Jadi Antropologi SMA K - 6
150
tidak semua kompetensi dalam pembelajaran antropologi dapat melakukan kegiatan mencoba.Untuk itu perlu menjadi perhatian bagi guru dalam membuat RPP dan pelaksanaannya. Aspek yang terakhir yaitu aspek psikomotor.Aspek ini berkaitan dengan membentuk jejaring dan menanya. Menanya seperti yang diungkapkan sebelumnya, dilakukan untuk mengembangkan keterampilan berbicara dan membentuk jejaring yang dalam hal ini diartikan menjadi “mencipta” jadi diharapkan setelah proses pembelajaran peserta didik menghasilkan produk. Kompetensi guru yang memadai juga menjadi penting dalam kegiatan belajar mengajar. Kegiatan mengamati, menanya, menalar, mencoba, menngkomunikasikan tidak akan bermakna jika guru tetap bertahan pada „gaya lama” dalam mengajar, sementara kurikulum 2013 orientasi guru adalah mengarahkan peserta didik berpikir kritis dan analitis. Maka perlu menjadi catatan, bahwa orientasi kurikulum di mana peserta didik sebagai pusat perlu memperhatikan kompetensi guru dalam proses mengajar. Solusinya yaitu sosialisasi yang lebih sering dari pihak terkait, karena posisi guru adlah posisi penting dalam pelaksanaan kurikulum 2013. Pelatihan tidak merubah mindset guru, yaitu menggunakan pendekatan tradisional, tutor berceramah, peserta mendengar. Dalam pelatihan tersebut tidak ditekankan pendekatan scientific, murid mengamati, bertanya, mencoba, mengeksplorasi dan berkomunikasi.Perubahan mindset guru ke pendekatan scientific tidak mudah dan butuh waktu bertahun-tahun untuk belajar dan membiasakan diri. Problematika yang lain terkait penerapan pendekatan saintifik adalah sedikitnya Bahkan dalam pelatihan tersebut hanya diminta satu hingga dua orang guru untuk terlibat. Akibatnya, pihak sekolah mengalami kesulitan memilih guru dan tentu saja sejumlah besar guru yang tidak terlibat dalam pelatihan tidak paham dengan mekanisme kurikulum 2013. Masalah kurikulum 2013 lainnya seperti multi tafsir juga menjadi hambatan dalam implementasi kurikulum 2013. Sebagai contoh, kurikulum 2013 menggunakan pendekatan saintifik dalam aktivitas pembalajaran dengan lima langkah pokok: Mengamati,
Menanya,
Mengumpulkan
informasi
(explorasi),
Mengasosiasi
(menggunakan pengetahuan) dan Mengkomunikasikan. Menyangkut langkah terakhir, “Mengkomunikasikan” telah menimbulkan interpretasi yang berbeda meskipun itu memang berbeda berdasarkan jenjang pendidikan. Ada yang menafsirkan “Mengkomunikasikan” sebagai menyampaikan atau mengkomunikasikan pengeAntropologi SMA K - 6
151
tahuannya setelah proses pembelajaran kepada orang lain atau teman sekelasnya baik secara lisan maupun tulisan. Namun, banyak juga yang menafsikan “Mengkomunikasikan” itu maksudnya siswa berjaringan, menggunakan internet untuk mencari lagi inquiry atau memperdalam pengetahuannya dan menggunakan fasilitas internet seperti email untuk berkomunikasi dengan ahli di bidang tertentu. Mengenai hal (kelemahan) diatas, solusinya adalah menumbuhkan motivasi peserta didik. Salah satu caranya guru sebagai pembimbing peserta didik dalam membimbing belajar harus kreatif dan inovatif memotivasi peserta didik, menggali peserta didik agar memiliki rasa ingin tahu yang tinggi salah satu caranya bisa dengan membuat rencana-rencana pembelajaran yang membuat peserta didik senang dalam mengamati objek namun tidak memberatkan peserta didik dalam hal biaya, waktu dan tenaga, misalnya guru membuat rencana pembelajaran mengenai Perubahan Sosial Budaya dengan memberi tayangan video tentang fenomena penggunaan nama-nama masakan dengan istilah yang “Aneh-Aneh”
4. AKTIVITAS PEMBELAJARAN Strategi pembelajaran pada materi ini adalah Pembelajaran berdasarkan masalah
merupakan
pembelajaran
dimana
peserta
diklat
mengerjakan
permasalahan yang otentik dengan maksud untuk menyusun pengetahuanmereka sendiri,
mengembangkan
inkuiri,
dan
keterampilan
berpikir
tingkat
tinggi,mengembangkan kemandirian dan percaya diri. Model pembelajaran ini juga mengacupada
model
pembelajaran
lain,
seperti
project-based
instruction,
experience-based insruction, authentic learning, dan anchored instruction.
5. LATIHAN/KASUS/TUGAS 1. Tentukan topik-topik dalam kompetensi dasar pada mata pelajaran antropologi! 2. Susunlah
langkah-langkah
pembelajaran
saintifik
atas
topik-topik
pembelajaran terpilih! 3. Analisislah problematika-problematika yang muncul dalam setiap langkah saintifik dalam pembelajaran tersebut!
Antropologi SMA K - 6
152
Analisis Problematika Penerapan Saintifik Mata Pelajaran
:
Kelas/Semester
:
Kompetensi Dasar
:
Topik
:
No.
Pendekatan
Kegiatan
Problematika
saintifik
pembelajaran
yang muncul
Solusi
Tabel 3 . Analisis Problematika Penerapan Sintifik 4. Laporkanlah hasil analisis bapak/Ibu!
6. RANGKUMAN Dalam pembelajaran dengan pendekatan saintifik (mengamati, merumuskan pertanyaan, mencoba/mengumpulkan data (informasi) dengan berbagai teknik, mengasosiasi/ menganalisis/mengolah data (informasi) dan menarik kesimpulan serta mengkomunikasikan hasil yang terdiri dari kesimpulan untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan dan sikap) memiliki kekuatan dan kelemahan. Kelemahan-kelemahan tersebut akan menjadi sebuah problema jika tidak diatasi oleh guru pengajar. Setiap pokok/topik bahasan memiliki tingkat kesulitan yang tidak sama, oleh karena itu, dalam proses kegiatan pembelajarannya pun memiliki tingkat kesulitan yang berbeda pula. Implikasi dari itu semua, maka penerapan saintifik dalam pembelajaran pun memiliki permasalahan yang berbeda pula. Setiap permasalahan harus diatasi, begitu pula permasalahan dalam penerapan saintifik spaya tidak menjadi problema. Penyelesaian problematika-problematika dalam penerapan saintifik harus disesuaikan dengan karakteristik masing-masing pelajaran, dalam hal ini mata pelajaran antropologi.
Antropologi SMA K - 6
153
7. UMPAN BALIK DAN TINDAK LANJUT Setelah kegiatan pembelajaran, Bapak/ Ibu dapat melakukan umpan balik dengan menjawab pertanyaan berikut ini: 1. Apa
yang
Bapak/Ibu
pahami
setelah
mempelajari
materi
problematika
pendekatan saintifik dalam pembelajaran antropologi? 2. Pengalaman penting apa yang Bapak/Ibu peroleh setelah mempelajari materi problematika pendekatan saintifik dalam pembelajaran antropologi? 3. Apa manfaat materi problematika pendekatan saintifik dalam pembelajaran antropologi terhadap tugas Bapak/Ibu?
8. KUNCI JAWABAN Susunan pendekatan saintifik dalam pembelajaran antropologi berdasarkan Permendikbud No.59_c Tahun 20154 lampiran III.
Antropologi SMA K - 6
154
BAGIAN 2 PEMBELAJARAN BAB 11 PROBLEMATIKA PENERAPAN MODEL-MODEL PEMBELAJARAN ANTROPOLOGI Kegiatan 1 Problematika Penerapan Model-Model Pembelajaran Antropologi 1. Tujuan Pembelajaran Materi problematika penerapan model-model pembelajaran antropologi disajikan untuk membekali kemampuan peserta diklat dalam pemilihan dan penggunaan model-model pembelajaran. Diharapkan setelah mempelajari materi ini peserta diklat mampu menerapkan model-model pembelajaran serta mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan munculnya suatu problema dalam penerapannya dalam pembelajaran. 2. Indikator Pencapaian Kompetensi Setelah mengikuti kegiatan ini, peserta diklat diharapkan dapat: a. menentukan topik-topik dalam kompetensi dasar pada mata pelajaran antropologi b. menerapkan prosedur model-model pembelajaran sesuai topik-topik pembelajaran dalam antropologi c. menganalisis problematika-problematika setiap prosedur model-model dalam pembelajaran antropologi
3. Uraian Materi Salah satu masalah yang sering luput dalam penerapan sebuah model pembelajaran inovatif di sekolah adalah masalah-masalah yang dihadapi guru di sekolah.Dalam menerapkan suatu model pembelajaran baru, guru berhadapan dengan sejumlah masalah yang bersumber dari keadaan pribadi guru dan keadaan lingkungan sekolah. Seorang guru yang telah lama mengajar mengalami kesulitan dalam mempelajari maupun dalam menerapkan model pembelajaran baru karena mereka telah terbiasa dengan cara pembelajaran yang digunakan sebelumnya. Lingkungan sekolah yang meliputi terbatasnya waktu efektif pembelajaran di kelas, terbatasnya fasilitas pembelajaran yang tersedia, dan jumlah siswa perkelas yang terlalu banyak, membuat guru tidak berdaya dan harus memilih cara pembelajaran yang paling efisien tanpa memperhatikan proses belajar siswa. Oleh karena itu,
Antropologi SMA K - 6
155
kegagalan penerapan sebuah model pembelajaran sering bukan disebabkan oleh ketidaksesuaian model tersebut, melainkan karena model tersebut belum diterapkan dengan baik sesuai dengan lingkungan pembelajaran yang dituntut dalam model. Akhi-akhir ini banyak sekali terdapat berbagai inovasi model pembelajaran yang dikembangkan oleh para pakar pendidikan.Namun demikian, peningkatan kualitas pembelajaran tidak tampak meningkat secara signifikan. Hampir setiap pengembangan atau pengenalan model pembelajaran baru diawali oleh dua argumentasi yang menyatakan bahwa rendahnya mutu pembelajaran disebabkan oleh guru umumnya masih menggunakan model “konvensional” dalam pembelajaran dan bahwa model pembelajaran yang diperkenalkan atau dikembangkan mempunyai keunggulan-keunggulan komparatif dibandingkan dengan model “konvensional.” Di pihak lain, model pembelajaran yang dinyatakan “konvensional” tidak terdefinisikan dengan jelas.Hal tersebut memberi indikasi bahwa ada kesenjangan antara gagasan teoritis sebuah model pembelajaran dengan realita pelaksanaan pembelajaran di sekolah. Untuk mengetahui dan memahami masalah-masalah penerapan sebuah model pembelajaran “inovatif” di sekolah, maka dalam penelitian ini dikaji secara mendalam masalah-masalah penerapan model pembelajaran IPS khususnya antropologi. Penelitian terhadap problematika terhadap penerapan model-model pembelajaran adalah untuk mengungkapkan masalah-masalah yang dihadapi dalam menerapkan sebuah model pembelajaran di sekolah. Hasil-hasil kajian/analisistentang permasalahan dalam penerapan suatu model pembelajaran diharapkan dapat memberikan manfaat praktis baik kepada para peneliti atau pengembang model pembelajaran ataupun kepada para guru sebagai praktisi pembelajaran di sekolah. Para peneliti atau pengembang model pembelajaran dapat menggunakan hasil analisis/kajian sebagai panduan dalam merancang model agar model yang disusun bernilai praktis, artinya dapat dengan mudah diterapkan oleh guru di sekolah.Para guru sebagai pelaksana pembelajaran di sekolah dapat menggunakan hasil analisis/kajian sebagai acuan dalam melakukan atau menghadapi inovasi pembelajaran yang harus terjadi dalam perkembangan pendidikan sehingga tidak selalu mempunyai pikiran dan perasaan pisimis terhadap keberhasilan sebuah inovasi.Sebaliknya, sebuah inovasi pembelajaran hendaknya dapat digunakan sebagai tantangan dalam pengembangan karir sebagai guru.
Antropologi SMA K - 6
156
Hambatan-hambatan lain yang terpantau dalam observasi kelas, antara lain kemampuan guru mengatur siswa yang jumlahnya banyak, merespon tanggapan siswa, dan menggunakan respon siswa sebagai acuan menuju tahapan pembelajaran selanjutnya. Dalam tahap pengamatan awal, siswa yang jumlahnya relatif banyak memerlukan waktu pengamatan yang cukup lama.Dalam hal ini guru telah mengatasi dengan pelaksanaan pengamatan secara berkelompok, namun dengan jumlah kelompok antara 5 – 7 kelompok hasil pengamatan tiap-tiap kelompok tidak dapat ditampung di papan tulis.Kejadian semacam ini pada pembelajaran berikutnya diperbaiki dengan menuliskan hasil pengamatan siswa di papan tulis secara acak dengan mengambil 3 atau 4 kelompok dari 7 kelompok yang ada. Dalam melanjutkan pembelajaran, guru belum banyak memanfaatkan responrespon siswa, mereka lebih banyak melanjutkan pelajaran dengan menggunakan strategi yang mereka telah persiapkan sebelumnya. Misalnya, dengan menyimak ilustrasi di atas, kekeliruan yang dibuat siswa sebagai hasil pengamatan dapat ditindaklanjuti sebagai suatu dugaan yang perlu dibuktikan. Padahal dengan pembuktian terhadap suatu dugaan tersebut akan membawa kajian materi pada simpulan yang diinginkan. Hampir semua aktivitas anak dalam pembelajaran dapat dinyatakan positif.Namun, karena siswa sangat kreatif terkadang guru kewalahan memberikan tanggapan.Rasa kewalahan guru disebabkan oleh pengetahuan guru yang terbatas dan guru merasa terdesak oleh waktu untuk menyelesaikan materi pelajaran. Sehubungan dengan dua hal tersebut, maka pendidikan atau pengetahuan guru perlu ditingkatkan baik yang berhubungan dengan isi materi pelajaran maupun cara pembelajarannya. Di samping itu, dapat dinyatakan bahwa jika dalam mpembelajaran ingin memberikan penekanan lebih banyak pada proses belajar, maka secara otomatis matari pembelajaran hendaknya dapat diharmonisasi. Dalam hal ini, pemerintah melalui draf kurikulum baru telah melakukan harmonisasi
isi
materi
pelajaran
dengan
orientasi
pembelajaran
diarahkan
pada
pembentukan kompetensi hasil belajar (Depdiknas, 2001). Informasi-informsi tersebut antara lain 1) penggunaan waktu efektif untuk pembelajaran, 2) waktu guru untuk menyiapkan materi pelajaran, dan 3) penguasaan guru terhadap materi pelajaran. Pada saat penelitian ini dilakukan, waktu siswa belajar tergolong kurang. Banyak waktu belajar digunakan untuk kegiatan-kegiatan lain, seperti pertemuan guru, mengikuti lomba-lomba, dan upacara penyambutan pejabat yang menyebabkan waktu belajar tidak dapat digunakan untuk belajar. Sebagai akibatnya, guru merasa waktu pembelajarannya
Antropologi SMA K - 6
157
kurang, sehingga dalam melaksanakan pembelajaran terkesan tergesa-gera karena takut materi pelajaran yang diprogramkan pada semester bersangkutan tidak habis. Secara jujur guru mengakui bahwa mereka tidak mempunyai banyak waktu untuk mempersiapkan materi pelajaran, sehingga ketika diperkenalkan model-model pembelajaran baru mereka merasa agak tertekan karena harus mempelajari dan memahami model tersebut dan kemudian mencoba menerapkannya di kelas. Beberapa guru menggunakan waktu luangnya untuk melakukan kegiatan lain untuk menolong ekonomi keluarga. Fakta lain yang mendukung temuan tersebut adalah ditemukannya data bahwa beberapa guru tidak mau mengajar pada jenjang kelas yang berbeda dengan alasan tidak mau mempelajari materi yang baru lagi. Fakta-fakta tersebut berkaitan dengan temuan ketiga, yaitu banyak guru yang kurang menguasai materi pelajaran.Hal tersebut terungkap ketika guru diajak berdiskusi tentang materi pelajaran.Sebagai akibat dari kekurangfahaman guru terhadap materi pelajaran, guru cendrung tidak banyak memberikan kesempatan siswa untuk bertanya dalam pembelajaran dan berusaha mengembalikan pembelajaran seperti yang disiapkan dari rumah atau sesuai dengan materi yang ada di buku.Kreativitas siswa yang didorong oleh rasa ingin tahu mereka tidak mendapat tempat dalam pembelajaran. Banyak guru merasa aman mengajar dengan cara eksposisi karena dengan cara tersebut guru secara tidak langsung dapat memperlihatkan superioritasnya terhadap peserta didik. Tentu, pikiran semacam itu hendaknya diminimalkan dalam pembelajaran modern karena superioritas guru dalam menguasai bahan ajar tidak perlu ditunjukkan dan yang lebih penting untuk dilakukan adalah usaha-usaha guru untuk memfasilitasi anak untuk belajar sehingga anak-anak terdorong untuk belajar secara menyenangkan (joyful learning). Problematika yang lain adalah: a. Guru khawatir bahwa akan terjadi kekacauan dikelas. Kondisi seperti ini dapat diatasi dengan guru mengkondisikan kelas atau pembelajaran dilakuakan di luar kelas seperti di laboratorium matematika, aula atau di tempat yang terbuka. b. Adanyapeserta didik yang tidak senang apabila disuruh bekerja sama dengan yang lain. Peserta didik yang tekun merasa harus bekerja melebihi peserta didik yang lain dalam grup mereka, sedangkan siswa yang kurang mampu merasa minder ditempatkan dalam satu grup dengan peserta didik yang lebih pandai. Peserta didik yang tekun merasa temannya yang kurang mampu hanya menumpang pada hasil jerih payahnya. Hal ini tidak perlu dikhawatirkan sebab dalam model pembelajaran kooperatif bukan kognitifnya saja yang dinilai tetapi dari segi afektif dan psikomotoriknya juga dinilai seperti kerjasama diantara anggota kelompok, keaktifan dalam kelompok serta sumbangan nilai yang diberikan kepada kelompok.
Antropologi SMA K - 6
158
c. Perasaan was-was pada anggota kelompok akan hilangnya karakteristik atau keunikan pribadi mereka karena harus menyesuaikan diri dengan kelompok. Karakteristik pribadi tidak luntur hanya karena bekerjasama dengan orang lain, justru keunikan itu semakin kuat bila disandingkan dengan orang lain. d. Banyak siswa takut bahwa pekerjaan tidak akan terbagi rata atau secara adil, bahwa satu orang harus mengerjakan seluruh pekerjaan tersebut. Dalam model pembelajaran kooperatif
pembagian
tugas
rata,
setiap
anggota
kelompok
harus
dapat
mempresentasikan apa yang telah didapatnya dalam kelompok sehingga ada pertanggungjawaban secara individu. Keterbatasan pengetahuan dan kompetensi guru dalam memahami dan menggunakan sebuah model pembelajaran, juga menjadi salah satu pemicu munculnya problema dalam model-model pembelajaran khususnya di antropologi. Problematika penggunaan model-model pembelajaran tidak semua bersumber dari guru atau sarana dan prasarananya, melainkan juga dari model=model pembelajaran itu sendiri. Penggunaan/pemilihan sebuah model pembelajaran tentunya karena model yang dipilihnya tersebut memiliki ketepatan, namun jangan diabaikan kelemahan dari suatu model pembelajaran. Berikut ini beberapa keunggulan dan kelemahan dalam strategi pembelajaran (Sanjaya, 2006:188-190): 1. Pembelajaran Ekspositori a. Keunggulan 1) Guru bisa mengontrol urutan dan keluasan materi pembelajaran dengan demikian ia dapat mengetahui sejauh mana peserta didik menguasahi bahan pelajaran yang disampaikan. 2) Pemeblajaran ini dianggap efektif apabila metri pelajaran yang harus dikuasahi peserta didik cukup luas, sementara itu waktu yang dimiliki untuk belajar terbatas 3) Selain peserta didik dapat mendengar, juga sekaligus bisa meliohat atau mengobservasi (melalui pendekatan pelaksanaan demonstrasi) 4) Bisa digunakan untuk jumlah peserta didik dan ukuran kelas yang besar. b. Kelemahan: 1) Hanya
memungkinkan
dilakukan
terhadap
peserta
didik
yang
memiliki
kemampuan mendengar dan menyimak secara baik 2) Tidak memungkinkan dapat melayani perbedaan setiap individu baik perbedaan kemampuan, perbedaan pengetahuan, minat dan bakat, serta perbedaan gaya belajar. 3) Karena banyak diberikan melalui ceramah, maka akan sulit mengembangkan kemampuan peserta didik dalam hal kemampuan sosialisasi, hubungan interpersonal, serta kemampuan berpikir kritis.
Antropologi SMA K - 6
159
4) Keberhasilan model pembelajaran ini tergantung dari apa yang dimiliki guru, seperti persiapan, pengetahuan, rasa percaya diri, semangat, antusiasme, motivasi dan berbagai kemampuan bertutur (berkomunikasi) dan mengelola kelas. Tanpa itu su8dah dapat dipastikan proses pembelajaran tidak mungkin berhasil. 5) Terjadinya satu arah dalam komunikasi mengakibatkan pengetahuann yang dimiliki peserta didik terbatas pada apa yang diberikan guru.
2. Pembelajaran Inkuiri a. Keunggulan: 1) Menekankan pengembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor secara seimbang, sehingga pembelajaran melalui strategi ini dianggap lebih bermakna. 2) Pembelajaran ini dapat memberikan ruang kepada peserta didik untuk belajar sesuai dengan gaya belajar mereka. 3) strategi pembelajaran ini dianggap sesuai dengan perkembangan psikologi belajar modern yang menganggap belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman. 4) Pembelajaran ini dapat melayani kebutuhan peserta didik yang memiliki kemampuan di atas rata-rata. Artinya peserta didik yang memiliki kemampuan belajar bagus tidak akan terhambat oleh peserta didik yang lemah dalam belajar. b. Kelemahan: 1) Penggunaan strategi pembelajaran ini sulit untuk mengontrol kegiatan dan keberhasil peserta didik. 2) Sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh karena terbentur dengan kebiasaan peserta didik dalam belajar. 3) Kadang-kadang dalam mengimplementasikannya, memerlukan waktu yang panjang sehingga sering guru sulit menyesuaikannya dengan waktu yang telah ditentukan. 4) Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan peserta didik menguasahi materi pelajaran, maka model pembelajaran ini akan sulit diimplementasikan oleh setiap guru.
3. Pembelajaran berbasis masalah a. Keunggulan:
Antropologi SMA K - 6
160
1) Pemecahan masalah (problem solving) merupakan teknik yang cukup bagus untuk lebih memahami isi pelajaran. 2) Pemecahan masalah (problem solving) dapat menantang kemampuan peserta didik serta memberikan kepuasan untuk menemukan pengetahuan baru bagi peserta didik. 3) Pemecahan masalah (problem solving)dapat meningkatkan aktivitas peserta didik. 4) Pemecahan masalah (problem solving)
dapat
membantu peserta didik
bagaimana mentransfer pengetahuan barunya dan bertanggungjawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan. Disamping itu, pemecahan masalah itu juga mendorong untuk melakukan evaluasi sendiri baik terhadap hasil maupun proses belajarnya. 5) Pemecahan masalah (problem solving) bisa memperlihatkan kepada peserta didik bahwa setiap mata pelajaran pada dasarnya merupakan cara berpikir, dan sesuatu yang harus dimengerti oleh peserta didik, bukan hanya sekedar belajar dari guru atau dari buku-buku saja. 6) Pemecahan masalah (problem solving) dianggap lebih menyenangkan. 7) Pemecahan masalah (problem solving)dapat mengembangkan kemampuan peserta didik dalam berpikir kritis dan mengembangkan kemampuan mereka untuk menyesuaikan dengan pengetahuan baru. 8) Pemecahan masalah (problem solving) dapat memberikan kesempatan pada peserta didik untuk mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata. 9) Pemecahan masalah (problem solving)dapat mengembang minat peserta didik untuk secara terus-menerus belajar sekalipun belajar pada pendidikan formal telah berakhir. b. Kelemahan: 1) Jika peserta didik tidak memiliki minat atau tidak memiliki kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan merasa enggan untuk mencoba. 2) Keberhasilan strategi pembelajaran melalui problem solving membutuhkan cukup waktu untuk persiapan. 3) Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang sedang dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa yang mereka ingin pelajari.
Antropologi SMA K - 6
161
4. Model Pembelajaran Kooperatif. a. Keunggulan: 1) Peserta didik tidak selalu menggantungkan pada guru, akan tetapi dapat menambah kepercayaan kemampuan berpikir sendiri, menemukan informasi dari berbagai sumber, dan belajar dari peserta didik yang lain. 2) Dapat mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide atau gagasan dengan kata-kata secara verbal dan membandingkannya dengan ide-ide orang lain. 3) Dapat membantu anak untuk respek pada orang lain dan menyadari akan segala keterbatasannya serta menerima segala perbedaan. 4) Dapat
membantu
memberdayakan
setiap
peserta
didik
untuk
lebih
bertanggungjawab dalam belajar. 5) Meruapak suatu strategi yang ampuh untuk meningkatkan prestasi akademik sekaligus kemampuan sosial, termasuk mengembangkan rasa harga diri, hubungan interpersonal yang positip dengan yang lain, mengembangkan keterampilan me-manage waktu, dan sikap positip terhadap sekolah. 6) Dapat mengembangkan kemampuan peserta didik untuk menguji ide dan pemahamannya sendiri, menerima umpan balik. Peserta didik dapat praktik memecahkan masalah tanpa takut membuat kesalahan, karena keputusan yang dibuat adalah tanggungjawab kelompoknya. 7) Interaksi selama kooperatif berlangsung dapat meningkatkan motivasi dan memberikan rangsangan untuk berpikir. Hal ini berguna untuk proses pendidikan jangka panjang. b. Kelemahan: 1) Untuk peserta didik yang memiliki kelebihan, bisa merasa terhambat oleh peserta didik yang dianggap kurang memiliki kemampuan. Akibatnya, keadaan semacam ini akan mengganggu iklim kerjasama dalam kelompok. 2) Ciri utama dari model ini adalah bahawa peserta didik saling membelajarkan. Oleh karena itu, jika tanpa peer teaching yang efektif, maka dibandingkan dengan pengajaran langsung dari guru, bisa terjadi cara belajar yang demikian apa yang seharusnya dipelajari dan dipahami tidak pernah dicapai oleh peserta didik. 3) Penilaian didasarkan pada hasil kelompok. Namun demikian, guru perlu menyadari, bahwa sebenarnya hasil atau prestasi yang diharapkan adalah prestasi setiap individu peserta didik. 4) Keberhasilan model kooperatif dalam upaya mengembangkan kesadaran berkelompok memerlukan periode waktu yang cukup panjang. Hal ini tidak
Antropologi SMA K - 6
162
mungkin dapat tercapai hanya dengan satu kali atau sekali-kali penerapan model ini. 5) Walaupun kemampuan bekerjasama merupakan kemampuan
yang sangat
penting bagi peserta didik, ajan tetapi banyak aktivitas dalam kehidupan yang hanya didasarkan pada kemampuan secara individual. Oleh karena itu idealnya melalui kooperatif selain peserta didik belajar bekerja sama, peserta didik juga harus belajar bagaimana membangun kepercayaan diri. Untuk mencapai kedua hal itu dalam kooperatif memang bukan pekerjaan yang mudah.
5. Model Pembelajaran Kontekstual a. Keunggulan: 1) Pembelajaran menjadi lebih bermakna dan riil. Artinya siswa dituntut untuk dapat menagkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata. 2) Pembelajaran lebih produktif dan mampu menumbuhkan penguatan konsep kepada
siswa
konstruktivisme,
karena dimana
metode
pembelajaran
seorang
siswa
CTL
dituntun
menganut untuk
aliran
menemukan
pengetahuannya sendiri. b. Kelemahan: 1)
Guru lebih intensif dalam membimbing karena dalam metode CTL. Guru tidak lagi berperan sebagai pusat informasi. Tugas guru adalah mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan pengetahuan dan ketrampilan yang baru bagi siswa.
2)
Guru
memberikan
kesempatan
kepada
siswa
untuk
menemukan
atau
menerapkan sendiri ide – ide dan mengajak siswa agar dengan menyadari dan dengan sadar menggunakan strategi – strategi mereka sendiri untuk belajar.
AKTIVITAS PEMBELAJARAN Strategi pembelajaran pada materi problematika model-model pembelajaran antropologi
adalah
strategi
pembelajaran
berdasarkan
masalah,
yaitu
mengedepankan pencapaian tujuan pembelajaran melalui mekanisme kerjasama antarpeserta. Pembelajaran ini mengerjakan permasalahan yang otentik dengan maksud untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan inkuiri, dan keterampilan berpikir tingkat tinggi, mengembangkan kemandirian dan percaya diri. Model pembelajaran ini juga mengacu pada model pembelajaran lain, seperti
Antropologi SMA K - 6
163
project-based instruction, experience-based insruction, authentic learning, dan anchored instruction.
LATIHAN/KASUS/TUGAS 1. Tentukan topik-topik dalam kompetensi dasar pada mata pelajaran antropologi! 2. Susunlah prosedur model-model pembelajaran yang akan Bapak/Ibu gunakan
dalam
pembelajaran
berdasarkan
topik-topik
pembelajaran
antropologi yang terpilih! 3. Analisislah problematika-problematika yang muncul dalam pemilihan modelmodel pembelajaran yang telah dipilih tersebut! Analisis Problematika Model Pembelajaran Antropologi Mata Pelajaran
:
Kelas/Semester
:
Kompetensi Dasar
:
Topik
:
No.
Model
Kegiatan
Problematika
pembelajaran
pembelajaran
yang muncul
Solusi
Tabel 4 . Analisis Problematika Model Pembelajaran Antropologi
RANGKUMAN Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dalam merapkan model pembelajaran baru di sekolah guru mempunyai berbagai masalah yang menyebabkan penerapan model pembelajaran yang diyakini secara teoritis lebih baik menjadi tidak memberikan hasil sesuai dengan yang diharapkan di kelas. Hal tersebut terjadi
Antropologi SMA K - 6
164
bukan disebabkan oleh model pembelajaran yang diperkenalkan terlalu “idealis,” melainkan kerena belum dipraktekkan sesuai dengan tuntutan teoritisnya. Beberapa masalah yang dihadapi guru di sekolah adalah jumlah waktu efektif siswa untuk belajar di kelas, waktu guru mempersiapkan materi pelajaran, penguasaan guru terhadap materi pelajaran, jumlah siswa, keadaan sarana dan prasarana yang jauh di bawan standar pelayanan minimal, dan kemauan guru untuk meningkatkan diri, baik dalam menguasai materi pelajaran maupan meningkatkan kualitas pembelajaran. Berkenaan dengan temuan tersebut, kepada para pengembang model pembelajaran disarankan agar dalam menguji model pembelajaran diperhatikan dan dipenuhi dengan baik syarat-syarat yang dituntut oleh sebuah model.Misalnya, untuk mengembangkan model belajar kelompok jumlah anggota kelompok dan jumlah kelompok yang ada harus sesuai dengan kemampuan guru mengelola, untuk mengembangkan model pembelajaran mandiri harus memperhatikan kemampuan anak-anak untuk madiri dan fasilitas pembelajaran yang disediakan.Kepada para guru disarankan agar meningkatkan kemauan untuk mempelajari dan menggunakan model-model pembelajaran inovatif dalam pembelajaran sains.
UMPAN BALIK DAN TINDAK LANJUT Setelah kegiatan pembelajaran, Bapak/ Ibu dapat melakukan umpan balik dengan menjawab pertanyaan berikut ini: 1. Apa
yang
Bapak/Ibu
pahami
setelah
mempelajari
materi
problematika
pendekatan saintifik dalam pembelajaran antropologi? 2. Pengalaman penting apa yang Bapak/Ibu peroleh setelah mempelajari materi problematika pendekatan saintifik dalam pembelajaran antropologi? 3. Apa manfaat materi problematika pendekatan saintifik dalam pembelajaran antropologi terhadap tugas Bapak/Ibu? KUNCI JAWABAN Model pembelajaran dalam pembelajaran antropologi berdasarkan Permendikbud No.59 Tahun 2014 dan sumber yang lain yang relevan dan valid.
Antropologi SMA K - 6
165
BAGIAN 2 PEMBELAJARAN BAB 12 PROBLEMATIKA PENERAPAN PENILAIAN PADA SATUAN PENDIDIKAN Kegiatan 1 Problematika Penerapan Penilaian pada Satuan Pendidikan 1. Tujuan Pembelajaran
Antropologi SMA K - 6
166
b. Mata Diklat Problematika Penerapan Penilaian pada Satuan Pendidikan ini ditujukan pada peserta pelatihan Diklat PKB Guru Antropologi Tingkat SMA Grade 6 c. Modul ini dapat membantu peserta diklat dalan menambah wawasan keilmuan antropologi di mana isi mata diklat ini adalah mengerti problematika penyusunan sistem penilaian autentik pada pembelajaran Antropologi d. Peserta diklat yang memiliki wawasan dan pengetahuan ini, diharapkan mampu menyampaikan problematika penerapan penilaian pada satuan pendidikan yang komplit 5. Indikator Pencapaian Kompetensi Setelah mengikuti pelatihan maka diharapkan peserta diklat menguasai: a. Problematika penilaian pada guru sehingga guru bisa mengatasi problematika tersebut b. Membuat rubrik penilaian sehingga akan membantu guru dalam membuat laporan nilai dalam raport siswa.
6. Uraian Materi a. Pendahuluan Asesmen autentik adalah pengukuran yang bermakna secara signifikan atas hasil belajar peserta didik untuk ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Istilah asesmen merupakan sinonim dari penilaian, pengukuran, pengujian, atau evaluasi. Istilah autentik merupakan sinonim dari asli, nyata, valid, atau reliabel. Dalam kehidupan akademik keseharian, frasa asesmen autentik dan penilaian autentik sering dipertukarkan. Akan tetapi, frasa pengukuran atau pengujian autentik, tidak lazim digunakan. Secara konseptual asesmen autentik lebih bermakna secara signifikan dibandingkan dengan tes pilihan ganda terstandar sekali pun. Ketika menerapkan asesmen autentik untuk mengetahui hasil dan prestasi belajar peserta didik, guru menerapkan kriteria yang berkaitan dengan konstruksi pengetahuan, aktivitas mengamati dan mencoba, dan nilai prestasi luar sekolah. Untuk mendapatkan pemahaman cukup komprehentif mengenai arti asesmen autentik, berikut ini dikemukakan beberapa definisi. Dalam American Librabry Association assesment autentik didefinisikan sebagai proses evaluasi untuk menAntropologi SMA K - 6
167
gukur kinerja, prestasi, motivasi, dan sikap-sikap peserta didik pada aktifitas yang relevan dalam pembelajaran. Dalam Newton Public School, asesmen autentik diartikan sebagai penilaian atas produk dan kinerja yang berhubungan dengan pengalaman kehidupan nyata peserta didik. Wiggins mendefinisikan asesmen autentik sebagai upaya pemberian tugas kepada peserta didik yang mencerminkan prioritas dan tantangan yang ditemukan dalam aktifitas-aktifitas pembelajaran, seperti meneliti, menulis, merevisi dan membahas artikel, memberikan analisa oral terhadap peristiwa, berkolaborasi dengan antarsesama melalui debat, dan sebagainya. b. Problematika Penilaian bagi Guru Problematika guru dalam penilaian terkait dengan penilaian sikap, pengetahuan, dan ketrampilan. Penilaian sikap dan penilaian ketrampilan menjadi masalah karena guru-guru belum terbiasa karena kurikulum-kurikulum sebelumnya hanya memfokuskan pada penilaian pengetahuan saja. Sedangkan penilaian pengetahuan menjadi masalah karena umumnya para guru dalam menyusun soal-soal tidak berdasarkan indicator soal namun
lasngsung membuatnya tanpa memperhatikan
ketercapaian apa yang akan diujikan pada siswa, dengan demikian tujuan pembelajaran yang diinginkan oleh guru tidak terukur. 1) Penilaian Kompetensi Sikap Sikap bermula dari perasaan (suka atau tidak suka) yang terkait dengan kecenderungan seseorang dalam merespon sesuatu/objek. Sikap juga sebagai ekspresi dari nilai-nilai atau pandangan hidup yang dimiliki oleh seseorang. Sikap dapat dibentuk, sehingga terjadi perubahan perilaku atau tindakan yang diharapkan. Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk menilai sikap peserta didik, antara lain melalui observasi, penilaian diri, penilaian teman sebaya, dan penilaian jurnal. Instrumen yang digunakan antara lain daftar cek atau skala penilaian (ratingscale) yang disertai rubrik, yang hasil akhirnya dihitung berdasarkan modus. Kompetensi sikap pada pembelajaran Antropologi yang harus dicapai peserta didik sudah terinci pada KD dari KI 1 dan KI 2. Guru Antropologi dapat merancang lembar pengamatan penilaian kompetensi sikap untuk masing-masing KD sesuai dengan karakteristik proses pembelajaran yang disajikan. Hasil observasidapat di-
Antropologi SMA K - 6
168
jadikan sebagai umpan balik dalam pembinaan. Contoh penilaian kompetensi sikap dalam pembelajaran Antropologi. a) Penilaian kompetensi sikap melalui observasi Penilaian kompetensi sikap atau perilaku dapat dilakukan oleh guru pada saat peserta didik melakukan praktikum atau diskusi, guru dapat mengembangkan lembar observasi seperti contoh berikut. Lembar Penilaian Kegiatan Diskusi Mata Pelajaran
: Antropologi
Kelas/Semester
: XII / 1
Topik/Subtopik
: Dinamika dan perubahan kebudayaan/ faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan kebudayaan
Indikator
: Peserta didik menunjukkan perilaku kerja sama, rasa ingin tahu, santun, dan komunikatif sebagai wujud kemampuan memecahkan masalah dan membuat keputusan.
No
Nama
Kerja
Siswa
sama
1.
................
2.
................
Rasa ingin
Jumlah Santun
Komunikatif
Skor
Nilai
tahu
... . Tabel 5 .Lembar Penilaian Kompetensi Sikap pada saat Diskusi Cara pengisian lembar penilaian sikap adalah dengan memberikan skor pada kolomkolom sesuai hasil pengamatan terhadap peserta didik selama kegiatan yaitu:. Kolom Aspek perilaku diisi dengan angka yang sesuai dengan kriteria berikut. 4 = sangat baik 3 = baik 2 = cukup 1 = kurang Contoh perhitungan nilai sikap untuk instrumen seperti di atas dapat menggunakan rumus berikut
Antropologi SMA K - 6
169
Nilai Observasi pada saat Praktikum
b) Penilaian Kompetensi Sikap melalui Penilaian Diri Penilaian diri digunakan untuk memberikan penguatan (reinforcement) terhadap kemajuan proses belajar peserta didik. Penilaian diri berperan penting bersamaan dengan bergesernya pusat pembelajaran dari guru ke peserta didik yang didasarkan pada konsep belajar mandiri (autonomous learning). Untuk menghilangkan kecenderungan peserta didik menilai diri terlalu tinggi dan subyektif, penilaian diri dilakukan berdasarkan kriteria yang jelas dan objektif. Untuk itu penilaian diri oleh peserta didik di kelas perlu dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut.: i.
Menjelaskan kepada peserta didik tujuan penilaian diri.
ii.
Menentukan kompetensi yang akan dinilai.
iii.
Menentukan kriteria penilaian yang akan digunakan.
iv.
Merumuskan format penilaian, dapat berupa daftar tanda cek, atau skala penilaian.
Penilaian diri setelah peserta didik selesai belajar satu KD Contoh format penilaian diri setelah peserta didik belajar satu KD
Penilaian Diri Topik:......................
Nama: ................ Kelas: ...................
Setelah mempelajari materi Dinamika dan perubahan kebudayaan/ faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan kebudayaan. Anda dapat melakukan penilaian diri dengan cara memberikan tanda Vpada kolom yang tersedia sesuai dengan kemampuan. No
Pernyataan
Antropologi SMA K - 6
Sudah me-
Belum me-
170
mahami
1.
mahami
Memahami konsep disintegrasi bangsa
2.
Memahami perbedaan gerakan separatis, pemberontakan karena alasan politik dan ideologi
3.
Memahami peristiwa berbagai ancaman disintegrasi bangsa di Indonesia antara tahun 19481965
4.
Memahami strategi dan solusi pemerintah RI dalam menghadapi ancaman disintegrasi bangsa di Indonesia antara tahun 1948-1965
Tabel 6 . Penilaian diri setelah melaksanakan suatu tugas.
Contoh format penilaian diri setelah peserta didik mengerjakan Tugas Proyek Antropologi
Penilaian Diri Tugas : .
Nama:.......................... Kelas:..............................
Bacalah baik-baik setiap pernyataan dan berilah tanda V pada kolom yang sesuai dengan keadaan dirimu yang sebenarnya. No 1
Pernyataan
YA
TIDAK
Selama melakukan tugas kelompok saya bekerjasama dengan teman satu kelompok
2
Saya mencatat data dengan teliti dan sesuai
Antropologi SMA K - 6
171
dengan fakta 3
Saya melakukan tugas sesuai dengan jadwal yang telah dirancang
4
Saya membuat tugas terlebih dahulu dengan membaca literatur yang mendukung tugas
5
……………………………………….
Dari penilaian diri ini Anda dapat memberi skor misalnya YA=2, Tidak =1 dan membuat rekapitulasi bagi semua peserta didik. Penilaian diri, selain sebagai penilaian sikap jujur juga dapat diberikan untuk mengukur pencapaian kompetensi pengetahuan, misalnya peserta didik diminta mengerjakan soal-soal sebelum ulangan akhir bab dilakukan dan mencocokan dengan kunci jawaban yang tersedia pada buku siswa. Berdasarkan hasilnya, diharapkan peserta didik akan belajar kembali pada topik-topik yang belum mereka kuasai. Untuk melihat hasil penilaian diri peserta didik, guru dapat membuat format rekapitulasi penilaian diri peserta didik dalam satu kelas. Contoh. REKAPITULASI PENILAIAN DIRI PESERTA DIDIK Mata Pelajaran:........................................... Topik/Materi:.............................................. Kelas:..........................................................
No
Nama
Skor Pernyataan Penilaian Diri .....
.....
1
Royan
.....
.....
2
Arkan
…..
….
3
Magat
…..
….
4
.............
Jumlah
Nilai peserta didik dapat menggunakan rumus:
Antropologi SMA K - 6
172
Nilai
Contoh instrumen penilaian diri dapat Anda pelajari pada Permendikbud nomor 104 tahun 2014 c) Penilaian teman sebaya (peer assessment) Penilaian teman sebaya atau antarpeserta didik merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta didik untuk saling menilai terkait dengan pencapaian kompetensi. Instrumen yang digunakan berupa lembar pengamatan antarantarpeserta didik. Penilaian teman antarpeserta didik dilakukan oleh peserta didik terhadap 3 (tiga) teman sekelas atau sebaliknya. Contoh penilaian antar peserta didik pada pembelajaran Antropologi.
Penilaian antar Peserta Didik Mata Pelajaran
: Antropologi
Kelas/Semester
: XII / 1
Topik/Subtopik
:
Indikator
:
...................................
Peserta didik menunjukkan perilaku kerja sama, ra-
sa ingin tahu, santun, dan komunikatif sebagai wujud kemampuan memecahkan masalah dan membuat keputusan
Format penilaian yang diisi peserta didik Penilaian antar Peserta Didik Topik/Subtopik:
Nama Teman yang dinilai:
........................................
........................
Tanggal Penilaian:
Nama
.....................................
Penilai:............................................
-
Amati perilaku temanmu dengan cermat selamat mengikuti pembelajaran Antropologi
-
Berikan tanda v pada kolom yang disediakan berdasarkan hasil pengamatannu.
-
Serahkan hasil pengamatanmu kepada gurumu
Antropologi SMA K - 6
173
No
Dilakukan/muncul
Perilaku
YA
1.
Mau menerima pendapat teman
2.
Memaksa teman untuk menerima pendapatnya
3.
Memberi solusi terhadap pendapat yang berten-
TIDAK
tangan 4.
Mau bekerjasama dengan semua teman
5.
......................................
Pengolahan Penilaian: 1. Perilaku/sikap pada instrumen di atas ada yang positif (no 1.2dan 4) dan ada yang negatif (no 2) Pemberian skor untuk perlaku positif = 2, Tidak = 1. Untuk yang negatif Ya = 1 dan Tidak = 2 2. Selanjutnya guru dapat membuat rekapitulasi hasil penilaian menggunakan format berikut. No
Nama
1
…….
2
Ami
Skor Perilaku 1
2
3
4
5
2
2
1
2
2
Jumlah
Nilai
9
3
Nilai peserta didik dapat menggunakan rumus:
d) Penilaian Jurnal (anecdotal record) Jurnal merupakan kumpulan rekaman catatan guru dan/atau tenaga kependidikan di lingkungan sekolah tentang sikap dan perilaku positif atau negatif, selama dan di luar proses pembelajaran mata pelajaran. Jurnal dapat memuat penilaian peserta didik terhadap aspek tertentu secara kronologis. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam membuat jurnal adalah:
Antropologi SMA K - 6
174
a. Catatan atas pengamatan guru harus objektif b. Pengamatan dilaksanakan secara selektif, artinya yang dicatat hanyalah kejadian/peristiwa yang berkaitan dengan Kompetensi Inti. c. Pencatatan segera dilakukan (jangan ditunda-tunda) d. Setiap peserta didik memiliki Jurnal yang berbeda (kartu Jurnal yang berbeda) Contoh Format Jurnal Model Pertama
JURNAL Aspek yang diamati: …………………………. Kejadian
: ………………………….
Nama Peserta Didik: ………………………….
Tanggal: ………………………….
Nomor peserta Didik: ………………………….
Catatan Pengamatan Guru: ............................................................................................................................ .................................................................................................................. ....................................................................................................
Petunjuk pengisian jurnal (diisi oleh guru): 1) Tulislah identitas peserta didik yang diamati, tanggal pengamatan dan aspek yang diamati oleh guru. 2) Tuliskan kejadian-kejadian yang dialami oleh Peserta didik baik yang merupakan kekuatan maupun kelemahan Peserta didik sesuai dengan pengamatan guru terkait dengan Kompetensi Inti. 3) Simpanlah kartu tersebut di dalam folder masing-masing Peserta didik Contoh Format Jurnal Model Kedua JURNAL Nama Peserta Didik: …………...........................................……..
Antropologi SMA K - 6
175
Kelas: ..................................................................................... Aspek yang diamati: ………...........................................………..
NO HARI/TANGGAL
KEJADIAN
KETERANGAN/ TINDAK LANJUT
1. 2. 3.
Petunjuk pengisian jurnal sama dengan model ke satu (diisi oleh guru) Pedoman umum penskoran jurnal: 1) Penskoran pada jurnal dapat dilakukan skala 1 sampai dengan 4. 2) Setiap aspek yang sesuai dengan indikator yang muncul pada diri peserta didik diberi skor 1, sedangkan yang tidak muncul diberi skor 0. 3) Jumlahkan skor pada masing-masing aspek,skor yang diperoleh pada masing-masing aspek kemudian direratakan Nilai Sangat Baik (SB), Baik (B), Cukup (C), dan Kurang (K) ditentukan dengan cara menghitung rata-rata skor dan membandingkan dengan kriteria penilaian Permasalahan guru dalam membuat evaluasi atau penilaian terhadap hasil belajar peserta didiknya adalah bagaimana menyusun soal-soal yang berkualitas dan sesuai dengan indicator, membuat rubric soalnya, menggunakan berpikir tingkat tinggi, dan menentukan teknik penilaian yang sesuai indikator. Apabila semuanya dapat dilakukan dengan baik maka penilaian terhadap hasil belajar bisa lebih berkualitas karena dapat mengukur indicator yang harus dikuasai peserta didik. 2) Penilaian pengetahuan Penilaian pengetahuan terdiri atas pertama pembuatan instrumen soal yangsesuai dengan indicator, dimana indicator dibuat berdasarkan KD karena
Antropologi SMA K - 6
176
pada hakekatnya indicator adalah turunan dari KD. Permasalahan kedua guru kesulitan menyusun soal dengan criteria berpikir tingkat tinggi (C3, C4, maupun C5). a) Membuat Instrumen Soal Sesuai dengan Indikator Pembuatan instrumen soal yang sesuai indikator masih sering diabaikan oleh guru karena guru dalam membuat soal biasanya kurang memperhatikan KD dan indikatornya, mereka sering kali langsung membuat soal tanpa memperhatikan kedua hal tersebut misalnya: KD 3.1. Menganalisis berbagai masalah terkait dengan kesetaraan dan hubungannya dengan perubahan sosial-budaya, dalam masyarakat multikultur. indikator pencapaiannya misalnya: mengaitkan permasalahan berbagai permasalahan sosial seperti emansipasi, kesetaraan, kesetaraan gender, persamaan hak, dan keadilan. dan hubungannya dan perubahan sosial dengan pendapat para ahli. Namun soal untuk KD ini dan lainnya guru langsung membuat soal, contoh soal siapa yang mengatakan bahwa teori kesetaraan gender berasal dari barat?
Teori kesetaraan gender
yang berasal dari barat melalui apa?
Jelaskan bagaimana teori kesetaraan gender dapat berkembang di Indonesia? Contoh-contoh soal diatas kurang sesuai dengan KD 3.1.karena bentuk soal tidak memperlihatkan adanya analisis yang terkait dengan kesetaraan dan hubungannya dengan perubahan sosial, dalam masyarakat cultural. Apabila dikaitkan dengan indikator pencapaiannya juga kurang sesuai karena kata kerjanya mengidentifikasi maka seharusnya ada beberapa hal yang dikaji kemudian diidentifikasi manakah yang diinginkan pembuat soal untuk menjadi jawabannya. Pembuatan soal mata pelajaran Antropologi diawali dengan melihat SKL, KI, dan KD. contoh: KD 3.1. Menganalisis berbagai masalah terkait dengan kesetaraan dan
hubungannya dengan perubahan sosial-budaya,
dalam masyarakat multikultur. Kemudian lihat RPP khususnya indikator pencapaiannya misalnya: Antropologi SMA K - 6
177
mengidentifikasi berbagai pendapat para ahli tentang kesetaraan dan hubungannya dengan perubahan sosial, misalnya emansipasi, kesetaraan gender, persamaan hak, dan keadilan. Dari indikator inilah kita kembangkan soalnya dengan membuat soal seperti contoh berikut: 1. Kontak dengan budaya lain 2. Peperangan 3. Akulturasi 4. Pemaksaan 5. Emansipasi Menurut Mohammad Jamin teori kesetaraan gender berasal dari barat melalui ….. A. 1 dan 2 B. 1 dan 3 C. 2 dan 4 D. 2 dan 5 Contoh soal diatas menunjukkan bahwa ada konsistensi mulai Kompetensi Dasar (KD) hingga soal karena soalpun masih dalam bentuk analisis yang berupa mengidentifikasi (C4) karena analisis paling tidak adalah C4 atau bahkan bisa lebih tinggi. Hal ini sangat berbeda dengan contoh soal yang pertama b) Membuat Soal yang menggunakan berpikir Tingkat Tinggi (tidak hanya C1 dan C2 saja) Pembuatan instrument soal yang sering digunakan guru adalah golongan C1 dan C2 dan masih jarang mengeksplorasikan C3, C4, maupun C5, hal ini dikarenakan pembuatan soal C1 dan C2 adalah yang paling mudah. Bentuk soal yang termasuk dalam C3 merupakan penerapan dari suatu konsep, teori maupun fakta, Contoh: soalnya bagaimana menentukan informan yang paling tepat pada penelitian kualitatif? a. seseorang yang memiliki waktu luang b. aparat desa seperti kepala desa
Antropologi SMA K - 6
178
c. yeng terkait dengan permasalahan yang dteliti d. siapapun juga bisa dijadikan informan Di sini soal berupa penerapan bagaimana menentukan informan yang tepat sesuai dengan criteria informan yang tepat Begitupula dengan bentuk soal C4 yang berupa analisis seperti contoh: Berdasarkan Sensus Penduduk tahun 2010 penduduk kota X berjumlah 700 ribu,dengan 150 ribu KK dimana 35% bekerja di sector jasa, 20% bekerja sebagai petani, 30% buruh di pabrik dan sisanya wiraswasta. Pekerjaan penduduk Kota X yang terbanyak adalah bekerja di sector Jasa. Bila kita kaitkan dengan trend pekerjaan di masa depan adalah … a. di masa depan orang akan banyak bekerja pada sector jasa b. di masa depan, banyak pabrik maka buruh mengalami perkembangan c. karena lahan pertanian petaberkurang maka petani makin berkurang d. ketatnya persaingan di waktu yang akang datang mengakibatkan minat berwirausaiha kecil. Contoh soal C5 dalam suatu pengangkatan situs purbakala yang berupa sarkofagus ditemukan suatu kendi.(tempat air) tulang belulang, perhiasan, dan sebagainya maka bisa disimpulkan masyarakat pada waktu itu... a. sudah mengenal bentuk religi b. mementingkan harta bendanya c. umumnya berharta (kaya raya) d. sangat peduli pada sesama 3) Penilaian Kompetensi Keterampilan Kompetensi keterampilan terdiri atas keterampilan abstrak dan keterampilan kongkret.
Penilaian
kompetensi
keterampilan
dapat
dilakukan
dengan
menggunakan: Unjuk kerja/kinerja/praktik, Projek, Produk dan portofolio
a) Penilaian Unjuk Kerja/Kinerja/Praktik Penilaian unjuk kerja/kinerja/praktik dilakukan dengan cara mengamati kegiatan peserta didik dalam melakukan sesuatu. Penilaian ini cocok digunakan untuk menilai ketercapaian kompetensi yang menuntut peserta didik melakukan tugas tertentu seperti: praktikum di laboratorium, praktik ibadah, praktik olahraga, presentasi, bermain peran, memainkan alat musik, bernyanyi, dan membaca puisi/deklamasi. Con-
Antropologi SMA K - 6
179
toh untuk menilai unjuk kerja/kinerja/praktik dilakukan pengamatan terhadap presentasi terhadap hasil laporan atau tugas. Contoh Penilaian Kinerja
Topik :
Perilaku Menyimpang
KI:
Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
KD:
4.4. Mengamati dan melakukan kajian literatur, mendiskusikan, dan menyajikan hasil kajian tentang berbagai bentuk perilaku menyimpang atau sub-kebudayaan menyimpang yang terjadi di masyarakat setempat
Indikator: Mempresentasikan hasil literature tentangberbagai bentuk perilaku menyimpang yang terjadi di masyarakat Lembar Pengamatan Topik: ............................... Kelas: ................................ Analisis No Nama
1.
………………………
2.
......................
Antropologi SMA K - 6
Mate-
Pemaparan ri/Permasalahan
Penutup
Jumlah Skor
Keterangan
180
Rubrik No 1
Keterampilan
yang
dinilai Pemaparan
Skor
Rubrik
30
- Persiapan presentasi - Kelengkapan media presentasi - Kepercayaan diri dalam presentasi
2
Analisis
20
Ada 2 aspek yang terpenuhi
10
Ada 1 aspek yang terpenuhi
Mate- 30
- Kedalaman analisis materi/permasalahan - Kelengkapan sumber sejarah/referensi
ri/Permasalahan
- Kecakapan
memberi
tanggapan
atas
yaan/permasalahan
3
Penutup
20
Ada 2 aspek yang tersedia
10
Ada 1 aspek tang tersedia
30
- Kemampuan dalam mengaitkan antarmateri - Kemampuan dalam membuat kesimpulan - Kemampuan dalam membuat saran
Antropologi SMA K - 6
181
pertan-
20
Ada 2 aspek yang tersedia
10
Ada 1 aspek tang tersedia
b) Penilaian Proyek Penilaian projek dapat digunakan untuk mengetahui pemahaman, kemampuan mengaplikasi, kemampuan menyelidiki dan kemampuan menginformasikan suatu hal secara jelas. Penilaian projek dilakukan mulai dari perencanaan, pelaksanaan, sampai pelaporan dan merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang harus diselesaikan dalam periode/waktu tertentu. Guru perlu menetapkan hal-hal atau tahapan yang perlu dinilai, seperti penyusunan desain, pengumpulan data, analisis data, dan penyiapan laporan tertulis/lisan. Untuk menilai setiap tahap perlu disiapkan kriteria penilaian atau rubrik. Pada penilaian proyek setidaknya ada 3 (tiga) hal yang perlu dipertimbangkan yaitu:
a. Kemampuan pengelolaan ;Kemampuan peserta didik dalam memilih topik, mencari informasi dan mengelola waktu pengumpulan data serta penulisan laporan.
b. Relevansi; Kesesuaian dengan mata pelajaran, dengan mempertimbangkan tahap pengetahuan, pemahaman dan keterampilan dalam pembelajaran.
c. Keaslian ;Projek yang dilakukan peserta didik harus merupakan hasil karyanya, dengan mempertimbangkan kontribusi guru berupa petunjuk dan dukungan terhadap proyek peserta didik.
Antropologi SMA K - 6
182
Contoh Format Penilaian Proyek Mata Pelajaran
:
Guru Pembimbing
:
Nama Proyek :
Nama
:
Alokasi Waktu :
Kelas
:
No.
ASPEK
1
PERENCANAAN :
SKOR (1 - 5)
a. Rancangan Alat -
Alat dan bahan
-
Gambar
b. Uraian cara menggunakan alat 2
PELAKSANAAN : a. Keakuratan Sumber Data / Informasi b. Kuantitas Sumber Data c. Analisis Data d. Penarikan Kesimpulan
3
LAPORAN PROYEK : a. Sistematika Laporan b. Performans c. Presentasi
Antropologi SMA K - 6
183
TOTAL SKOR
c) Penilaian Produk Penilaian produk adalah penilaian terhadap proses pembuatan dan kualitas suatu produk. Penilaian produk meliputi penilaian kemampuan peserta didik membuat produk-produk teknologi dan seni, seperti: makanan, pakaian, hasil karya seni (patung, lukisan, gambar), barang-barang terbuat dari kayu, keramik, plastik, dan logam atau alat-alat teknologi tepat guna yang sederhana. Pengembangan produk meliputi 3 (tiga) tahap dan setiap tahap perlu diadakan penilaian yaitu:
a. Tahap persiapan, meliputi: penilaian kemampuan peserta didik dalam merencanakan, menggali, dan mengembangkan gagasan, dan mendesain produk.
b. Tahap pembuatan produk (proses), meliputi: penilaian kemampuan peserta didik dalam menyeleksi dan menggunakan bahan, alat, dan teknik.
c. Tahap penilaian produk (appraisal), meliputi: penilaian produk yang dihasilkan peserta didik sesuai kriteria yang ditetapkan. Teknik Penilaian Produk Penilaian produk biasanya menggunakan cara holistik atau analitik. a. Cara holistik, yaitu berdasarkan kesan keseluruhan dari produk, biasanya dilakukan pada tahap appraisal. b. Cara analitik, yaitu berdasarkan aspek-aspek produk, biasanya dilakukan terhadap semua kriteria yang terdapat pada semua tahap proses pengembangan. Format Penilaian Produk Materi Pelajaran
:
Nama Proyek : Alokasi Waktu
Nama Peserta didik: Kelas :
:
No
Tahapan
1
Tahap Perencanaan Bahan
2
Tahap Proses Pembuatan :
Skor ( 1 – 5 )*
a. Persiapan alat dan bahan b. Teknik Pengolahan c. K3 (Keselamatan kerja, keamanan dan kebersihan)
Antropologi SMA K - 6
184
3
Tahap Akhir (Hasil Produk) a. Bentuk fisik b. Inovasi
TOTAL SKOR
Catatan : *) Skor diberikan dengan rentang skor 1 sampai dengan 5, dengan ketentuan semakin lengkap jawaban dan ketepatan dalam proses pembuatan maka semakin tinggi nilainya. Setelah proyek selesai guru dapat melakukan penilaian menggunakan rubrik penilaian proyek.Peserta didik melakukan presentasi hasil proyek, mengevaluasi hasil proyek, memperbaiki sehingga ditemukan suatu temuan baru untuk menjawab permasalahan yang diajukanpada tahap awal. d) Penilaian Portofolio Penilaian portofolio pada dasarnya menilai karya-karya peserta didik secara individu pada satu periode untuk suatu mata pelajaran. Akhir suatu periode hasil karya tersebut dikumpulkan dan dinilai oleh guru dan peserta didik sendiri. Berdasarkan informasi perkembangan tersebut, guru dan peserta didik sendiri dapat menilai perkembangan kemampuan peserta didik dan terus menerus melakukan perbaikan. Dengan demikian, portofolio dapat memperlihatkan dinamika kemampuan belajar peserta didik melalui sekumpulan karyanya, untuk mata pelajaran Antropologi antara lain:
gambar, foto, maket bangunan bersejarah, resensi bu-
ku/literatur, laporan penelitian dan karya nyata individu peserta didik yang diperoleh dari pengalaman. Kriteria tugas pada penilaian portofolio Tugas sesuai dengan kompetensi dan tujuan pembelajaran yang akan diukur. Hasil karya peserta didik yang dijadikan portofolio berupa pekerjaan hasil tes, perilaku peserta didik sehari-hari, hasil tugas terstruktur, dokumentasi aktivitas peserta didik di luar sekolah yang menunjang kegiatan belajar. Tugas portofolio memuat aspek judul, tujuan pembelajaran, ruang lingkup belajar, uraian tugas, kriteria penilaian. Uraian tugas memuat kegiatan yang melatih peserta didik mengembangkan
Antropologi SMA K - 6
185
kompetensi dalam semua aspek (sikap, pengetahuan, keterampilan). Uraian tugas bersifat terbuka, dalam arti mengakomodasi dihasilkannya portofolio yang beragam isinya. Kalimat yang digunakan dalam uraian tugas menggunakan bahasa yang komunikatif dan mudah dilaksanakan. Alat dan bahan yang digunakan dalam penyelesaian tugas portofolio tersedia di lingkungan peserta didik dan mudah diperoleh.
c. Rubrik Penilaian Guru kurang mengetahui tentang rubrik penilaian baik untuk pengetahuan, sikap maupun ketrampilan sehingga dalam menentukan nilai A, B, C. dan D tidak jelas. Rubrik penilaian yang dimaksud adalah seperti berikut: RUBRIK PENILAIAN DALAM PEMBELAJARAN ANTROPOLOGI Rubrik penilaian ini digunakan fasilitator untuk menilai hasil rancangan peserta pelatihan yang meliputi rancangan instrumen penilaian sikap, pengetahuan dan keterampilan. Pada penilaian sikap peserta ditugaskan dalam kelompoknya membuat instrumen observasi, penilaian diri, penilaian antar teman dan jurnal. Pada penilaian pengetahuan peserta ditugaskan membuat intrumen tes tertulis (Pilihan Ganda dan Uraian), tes lisan, tugas, sedangkan pada penilaian keterampilan peserta ditugaskan membuat instrumen tes praktik, tes proyek dan tugas portofolio Langkah-langkah penilaian 1. Cermati kriteria penilaian produk peserta 2. Berikan nilai pada setiap produk intrumen sesuai dengan penilaian Anda terhadap
produk tersebut menggunakan criteria penilaian nilai sebagai
berikut Penilaian Sikap PERINGKAT NILAI
Antropologi SMA K - 6
KRITERIA
186
Amat Baik ( AB)
90 < AB ≤ 1. Terdapat identitas instrumen : KD, topik, sub topik dengan 100
lengkap 2. Terdapat indikator yang dirumuskan dengan benar 3. Terdapat empat bentuk instrumen penilaian sikap 4. Seluruh instrumen penilaian dibuat sesuai kriteria pengembangannya
Baik (B)
80 < B ≤ 90
Cukup (C)
70 < C
≤
80 Kurang (K)
≤ 70
Ada 3 aspek sesuai dengan kriteria, 1 aspek kurang sesuai Ada 2 aspek sesuai dengan kriteria, 2 aspek kurang sesuai Ada 1 aspek sesuai dengan kriteria, 3 aspek kurang sesuai Tabel 7 . Penilaian Sikap
Penilaian Pengetahuan KRITERIA
PERINGKAT NILAI Amat Baik ( AB)
90 < AB ≤ 1. Terdapat identitas instrumen : KD, topik, sub topik dengan 100
lengkap 2. Terdapat indikator yang dirumuskan dengan benar 3. Terdapat empat bentuk instrumen penilaian sikap 4. Seluruh instrumen penilaian dibuat sesuai kriteria pengembangannya
Baik (B)
80 < B ≤ 90
Cukup (C)
70 < C 80
Kurang (K)
≤ 70
≤
Ada 3 aspek sesuai dengan kriteria, 1 aspek kurang sesuai Ada 2 aspek sesuai dengan kriteria, 2 aspek kurang sesuai Ada 1 aspek sesuai dengan kriteria, 3 aspek kurang sesuai
Tabel 8 . Penilaian Pengetahuan
Penilaian Keterampilan PERINGKAT NILAI Amat Baik
KRITERIA
90 < AB ≤ 1. Terdapat identitas instrumen : KD, topik, sub topik dengan
Antropologi SMA K - 6
187
( AB)
100
lengkap 2. Terdapat indikator yang dirumuskan dengan benar 3. Terdapat empat bentuk instrumen penilaian sikap 4. Seluruh instrumen penilaian dibuat sesuai kriteria pengembangannya
Baik (B)
80 < B ≤ 90
Cukup (C)
70 < C
≤
80 Kurang (K)
≤ 70
Ada 3 aspek sesuai dengan kriteria, 1 aspek kurang sesuai Ada 2 aspek sesuai dengan kriteria, 2 aspek kurang sesuai Ada 1 aspek sesuai dengan kriteria, 3 aspek kurang sesuai Tabel 9 . Penilaian Keterampilan
4.Aktivitas Pembelajaran Untuk mengasah dan memantapkan penguasaan materi “problematika penilaian autentik pada pembelajaran antropologi”, maka Anda perlu mengikuti aktivitas pembelajaran sebagai berikut. a. Memberikan motivasi peserta diklat untuk mengikuti proses pembelajaran dan kebermaknaan mempelajari materi modul “problematika penilaian autentik pada pembelajaran antropologi””. b. Menginformasikan judul modul, lingkup Kegiatan Pembelajaran dan tujuan yang hendak dicapai pada modul ini. c. Menyampaikan skenario kerja diklat dan gambaran tugas serta tagihan hasil kerja sebagai indikator capaian kompetensi peserta dalam penguasaan materi modul baik yang dikerjakan secara individual atau kelompok. d. Mempersilahkan peserta diklat (secara individual) membaca cerdas terhadap materi modul e. Membagi peserta diklat
ke dalam beberapa kelompok (sesuai dengan
keperluan); f.
Mempersilahkan kelompok untuk berdiskusi materi latihan/kasus/tugas sebagaimana yang telah dipersiapkan di dalam modul.
g. Presentasi kelompok, pertanyaan, saran dan komentar. h. Penyampaian hasil diskusi; i.
Memberikan klarifikasi berdasarkan hasil pengamatannya pada diskusi dan kerja kelompok
Antropologi SMA K - 6
188
j.
Menyimpulkan hasil pembelajaran
k. Melakukan refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan. l.
Memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran
m. Merencanakan kegiatan tindak lanjut
5. Latihan/Kasus/Tugas Setelah membaca dengan cermat seluruh uraian di atas serta mengerjakan tugas diskusi yang diberikan kegiatan belajar, kini tiba saatnya anda meningkatkan pemahaman dengan mengerjakan latihan berikut. Anda dapat mengerjakan latihan secara individual atau bersama dengan teman anda a. Buatlah lima indicator soal berdasarkan KD (masing-masing KD berbeda) yang ada! b. Berdasarkan indicator diatas, susunlah lima soal yang sesuai dengan taksonomi Bloom C3, C4 dan C5 (masing-masing taksonomi dua soal per indikator) 6. Rangkuman Setelah semua kegiatan latihan Anda kerjakan, ada baiknya Anda membuat rangkuman dan butir-butir yang telah Anda capai. Anda dapat mencocokkan rangkuman Anda dengan rangkuman berikut ini: a. Problematika penilaian bagi guru terutama pada pembuatan indicator soal dimana harus sesuai dengan KD dimana kata kerja operasional tidak boleh lebih rendah daripada KD. b. Guru membuat soal tidak bedasarkan indicator soal yang ada, bahkan tidak membuat indicator soal sehingga ketercapaian tujuan pembelajaran tidak terukur. c. Pada waktu pelaporan nilai raport sering kali guru kesulitan memasukkan nilai karena guru tidak membuat rubrik penilaian. 7. Umpan Balik dan Tindak Lanjut Anda telah mempelajari menyusun penilaian autentik pada pembelajaran antropolog; yang isinya tentang bagaimana menyusun penilaian autentik pada pembelajaran antropologi. Untuk pengembangan dan implementasinya, Anda dapat menerapkannya dalam proses pembelajaran Antropologi. Hasil pemahaman Anda Antropologi SMA K - 6
189
terhadap materi modul ini akan sangat bermanfaat pada kegiatan pembelajaran berikutnya yaitu “Problematika Rencana Pelaksanaan Pembelajaran pada Antropologi”. 8. Kunci Jawaban Buatlah indicator soal beserta soalnya sesuai dengan Permendikbud nomor 103 tahun 2014
BAGIAN 2 PEMBELAJARAN BAB 13 PROBLEMATIKA SILABUS DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) ANTROPOLOGI
Antropologi SMA K - 6
190
Kegiatan Pembelajaran Problematika Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Antroplogi 1. Tujuan Pembelajaran Materi problematika penerapan penerapan silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran antropologi disajikan untuk membekali kemampuan peserta diklat dalam pemanfaatan silabus dan penerapan rencana pelaksanaan pembelajaran. Diharapkan setelah mempelajari materi ini peserta diklat mampu menerapkan rencana pelaksanaan pembelajaran antropologi serta mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan munculnya suatu problema dalam penerapan pembelajarannya. 2. Indikator Pencapaian Kompetensi Setelah mengikuti kegiatan ini, peserta diklat diharapkan dapat: a. menentukan topik-topik dalam kompetensi dasar pada mata pelajaran antropologi. b. menerapkan prosedur penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran sesuai topik-topik pembelajaran dalam antropologi. c. menganalisis problematika-problematika setiap prosedur model-model dalam pembelajaran antropologi. 3. Uraian Materi Implementasi Kurikulum 2013 diharapkan telah dilaksanakan di seluruh kelas I sampai dengan Kelas XII Pada Tahun Ajaran 2015/2016.Menjelang implementasi Kurikulum 2013, penyiapan tenaga guru dan tenaga kependidikan lainnya sebagai pelaksana kurikulum di lapangan perlu dilakukan. Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013 tidak hanya dilakukan dilingkungan Kementrian
Pendidikan
dan
Kebudayaan,
tetapi
Kementrian
Agama
juga
menyelenggarakan bimtek Implementasi Kurikulum 2013 bagi guru MI, MTs dan MA. Pada Tahun pelajaran 2014/2015 implmentasi Kurikulum 2013 bagi guru MI, MTs dan MA sudah dilaksanakan.kenyataan pada umumnya guru masih menghadapi kesulitan dalam memahami dan menerapkan Kurikulum 2013. Kenyataan ini dialami guru pada saat mengikuti workshop MGMP implementasi kurikulum 2013
Antropologi SMA K - 6
191
pembelajaran antropologi.Permasalahan mendasar bagi guru adalah materi antropologi. Berdasarkan permasalahan tersebut
diatas perlu dicarikan solusi agar
implementasi kurikulum 2013 untuk pembelajaran antropologi mudah dilaksanakan. Kajian ini sebagai upaya untuk dapat memberikan kontribusi agar implementasi kurikulum 2013 utuk pembelajaran antropologi sukses di laksanakan sekolah negeri maupun swasta di MTs. Dengan pembelajaran secara terpadu, diharapkan pembelajaran IPS lebih bermakna bagi peserta didik dalam konteks pembelajaran sehari-hari. Peserta didik akan memperoleh pemahaman yang lebih luas dan utuh (Permendiknas No. 59 Th 2014). 1. Landasan Teori a. Problematika Implementasi Kurikulum 2013 Istilah problema/problematika berasal dari bahasa Inggris yaitu “problematic” yang artinya persoalan atau masalah. Sedangkan dalam bahasa Indonesia, problema
berarti
hal
yang
belum
dapat
dipecahkan,
yang
dapat
menimbulkanmasalah (Kamus Besar Bahasa Indonesia: 276). Sedangkan Implementasi
kurikulum
2013
adalah
pelaksanaan
kurikulum
2013.Jadi
problematika implementasi kurikulum 2013 dalam pembelajaran antropologi adalah permasalahan yang menjadi kendala implementasi kurikulum 2013 dalam pembelajaran antropologi. b. Pembelajaran antropologi 1). Pengertian Antropologi
adalah
ilmu
yang
mempelajari
manusia
dengan
segala
kebudayaanya 2). Karakteristik Pembelajaran antropologi. Karakteristik Mapel Antropologi yang menggambarkan perlunya mata pelajaran Antropologi dalam pembentukan watak dan kepribadian peserta didik mampu memahami dan menyikapi beragai perbedaan, persamaan atau keberagaman budaya, religi, tradisi dan bahasa dalam kehidupan sehari-hari. 3). Tujuan Pembelajaran antropologi Mata pelajaran Antropologi bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: a. Memahami ruang lingkup kajian Antropologi; Antropologi SMA K - 6
192
b. Memahami dan menerapkan pendekatan dan metode kerja Antropologi; c. Memahami kebudayaan dan dapat memanfaatkannya untuk menyelesaikan berbagai masalah terkait dengan manusia dan kehidupannya sebagai makhluk biologi dan sosial budaya yang beraneka ragam. d. Menelaah fenomena budaya, agama, religi/kepercayaan, tradisi dan bahasa dalam masyarakat multikultur e. Mengaplikasikan hasil telaah terkait dengan budaya dalam masyarakat multikultur dalam kehidupan sehari-hari. f. Menyajikan data dan informasi yang diperoleh melalui proses penelitian Antropologi g. Produktif dan responsif dalam menyikapi berbagai persoalan terkait dengan keberadaan budaya lokal, nasional, pengaruh budaya luar dan membina hubungan antar budaya h. Menginternalisasikan nilai-nilai budaya sebagai pembentuk kepribadian yang toleran, empati, serta saling menghargai antar sesama untuk membangun kehidupan harmonis dalam masyarakat multikultur.
4). Ruang lingkup materi antropologi dalam Kurikulum 2013 Ruang lingkup mata pelajaran Antropologi meliputi aspek-aspek berikut: a. Peran Antropologi sebagai ilmu dan metode dalam memahami manusia, perilaku, dan hubunganya dengan kebudayaan. b. Budaya sebagai sistem pengetahuan/sistem nilai yang menjadi acuan dalam bersikap, berperilaku, dan bertindak sebagai anggota masyarakat c. Kesamaan dan keberagaman budaya, agama, religi/kepercayaan, bahasa/dialek dan tradisi di nusantara serta cara menyikapi berbagai perbedaan (simpati, empati, emansispasi, kesetaraan dan keadilan), dan hubungan antar budaya dalam rangka membangun kehidupan harmonis pada masayarakat multikultur d. Globalisasi dan perubahan sosial budaya: latar belakang, proses dan dampaknya terhadap kehidupan masyarakat e. Alternatif solusi dan strategi pemecahan masalah sosial-budaya melalui pendekatan kajian antropologi dan kaitannya dengan pembangunan masyarakat.
Permasalahan Implementasi Kurikulum 2013.
Antropologi SMA K - 6
193
Permasalahan yang dihadapi Guru antropologi dalam mengimplementasikan Kurikulum 2013, tersebut adalah sebagai berikut: Pertama, bahwa pembelajaran antropologimerupakan jurusan peminatan di SMA.Diklat dan bimtek Implementasi Kurikulum 2013 bagi guru antropologi diikuti oleh sebagian kecil guru antropologi.Sementara di Lapangan harus sudah mengimplementasikannya.Salah satu permasalahan yang dihadapi guru mapel antropologi
adalah
kesulitan
menyusun
&menerapkan
RPP
&
penilaian.
Permasalahan tersebut berawal dari latar belakang kualifikasi pendidikan Guru, Sedangkan Guru yang berlatar belakang antropologi hanya sedikit. Kedua, Guru kesulitan menganalis keterkaitan SKL, KI dan KD dan membuat Indikator pencapaian kompetensi untuk dituangkan dalam rancangan pembelajaran dan melaksanakan pembelajaran antropologi Kedua, Untuk mengatasi latar belakang pengajarmata pelajaranantropologi dari berbagai disiplin ilmu seperti Geografi, Sejarah, Ekonomi, Sosiologi berarti guru sebelumnya
melaksanakan
pembelajaran
antropologi
tidak
sesuai
dengan
bidangnya.Hal ini menjadi permasalahan yang perlu dicarikan solusinya, sebab tuntutan pembelajaran antropologi adalah guru yang menguasahi bidang antropoligi. Penulis sebagai widyaiswara memberikan solusi agar guru antropologi selalu belajar konsep-konsep antropologidari berbagai sumber. Sementara ini Guru masih mengalami keterbatasan dalam menggali sumber belajar antropologi yaitu berdasarkan buku pegangan Guru yang tingkat kedalaman dan keluasan materi tidak jauh berbeda dengan buku pegangan murid. Keempat, Penilaian dalam pembelajaran antropologi mencakup: penilaian otentik. Solusi mengatasi masalah Implementasi Kurikulum 2013 Dalam Workshop Guru antropologi ditawarkan solusi Langkah-langkah Implementasi Kurikulum 2013. Sebagai berikut: Pertama. Penulis sebagai widyaiswara memberikan solusi untuk mengatasi latar belakang guru antropologi dari berbagai disiplin ilmu seperti Geografi, Sejarah, Ekonomi dan Sosiologi ( disiplin ilmu terpisah) solusinya agar guru antropologi selalu belajar konsep-konsep antropologi dari berbagai sumber dan menggali sumber belajar antropologi yaitu berdasarkan buku pegangan Guru yang tingkat kedalaman dan keluasan materi tidak jauh. Antropologi SMA K - 6
194
Kedua, Guru dianjurkan untuk membiasakan menganalisis SKL, KI, dan KD sebelum
menyusun
RPP.
Melalui
bimbingan
dalam
pendampingan
oleh
Widyaiswara langkah-langkah analisis SKL, KI, dan KD dipraktikkan sampai benarbenar dipahami. Langkah tersebut adalah sebagai berikut: Analisis Kompetensi Dasar IPS (KD). KD dirumuskan untuk mencapai kompetensi inti.Rumusan kompetensi dasar dikembangkan dengan memperhatikan karakteristik pesertadidik, kemampuan awal, serta ciri dari suatu mata pelajaran. Kompetensi dasar dibagi menjadi empat kelompok sesuai dengan pengelompokkan kompetensi inti sebagai berikut: kelompok 1: kelompok kompetensi dasar sikap spiritual dalam rangka menjabarkan KI-1; kelompok 2: kelompok kompetensi dasar sikap sosial dalam rangka menjabarkan KI-2;kelompok 3: kelompok kompetensi dasar pengetahuan dalam rangka menjabarkan KI-3; dan kelompok 4:
kelompok kompetensi dasar
keterampilan dalam rangka menjabarkan KI-4.Kompetensi Dasar untuk setiap Mata Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah ada dalam (Lampiran PermendikbudNo.68 Tahun 2013. Setelah dapat mempraktikkan analisis SKL, KI, dan KD dilanjutkan bimbingan cara merencanakan pembelajaran, mulai dari memetakan KD, pemilihan tema, penjabaran kompetensi dasar ke dalam indikator, dan menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Kegiatan ini di monitoring oleh Widyaiswara sampai benar-benar Guru Faham dan dapat menyusun RPP. Ketiga, Pemahaman terhadap penilaian dalam pembelajaran IPS mencakup: penilaian otentik, penilaian diri, penilaian berbasis portofolio, ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, ujian tingkat kompetensi, ujian mutu
tingkat
kompetensi,
ujian
nasional,
dan
ujian
sekolah/madrasah
(Permendikbud Nomor 104 Tahun 2014tentang Standar Penilaian). RPP pda dasarnya merupakan suatu bentuk prosedur dana manajemen pembelajaran untuk mencapai kompetensi dasar yang tyelah ditetapkan dalam stadar isi (standar kurikulum). RPP merupakan komponen yang penting dalam kurikulum pendidikan. Dal hal ini guru merupakan salah satu yang memegang peranan yang paling penting dalam merancang suatu RPP, oleh karena itu dituntut adanya suatu sikap uyang profesional dari seorang guru. Kemampuan membuat RPP meruapakan hal yang harus dimiliki seorang guru. Rencana pelaksanaan pembelajaran, unsur-unsur minimal yang harus ada yaitu kompetensi dasar yang harus dikuasahi peserta didik, apa yang harus dilakukan, apa yang dipelajari, Antropologi SMA K - 6
195
bagaimana mempelajarinya, serta bagaimana guru mengetahui bahwa peserta didiknya menghuasahi kompetensi tertentu. Adapun fungsi RPP adalah sebagai perencanaan, dalam hal ini dengan RPP guru lebih siap melakukan kegiatan pembelajaran dengan perencanaan yang matang. Disamping itu komponen yang harus dipahami guru dalam pengembangan RPP ialah, kompetensi dasar, materi standar, hasil elajar, indikator hasil belajar, penilaian dan prosedur pembelajaran. Fungsi pelaksanaan RPP berfungsi untuk mengefektifkan proses pembelajaran agar sesuai dengan yang direncanakan. Materi standar yang dikembangkan harus sesuai dengan kemauan dan kebutuhan peserta didik, serta disesuaikan dengan kondisi lingkungannya. Pada hakekatnya penyusunan RPP bertujuan merangsang pengalaman belajar peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran. Tidak ada alur pikir (algoritma) yang spseifik untuk menyusun suatu RPP, karena rancangan tersebut seharusnya kaya akan inovasi yang sesuai dengan spesifikasi materi ajar dan lingkungnan belajar peserta didik (sumber daya alam dan budaya lokal, kebutuhan masyarakat serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi). Kecenderungan RPP guru antropologi yang kering akan terjadi jika RPP guru antropologi cenderung bersifat rutinitas dan kering akan inovasi. Hal ini bisa terjadi jika guru antropologi tidak melakukan penghayatan terhadap jiwa profesi pendidik mata pelajaran antropologi. Keadaan ini dapat dipahami, antara lain karena: guru terbiasa menerima barangbarang dalam bentuk format yang mengekang guru untuk berinovasi dan penyiapan RPP cenderung bersifat formalitas. Bukan menjadi komponen utama untuk sebagai acuan kegiatan pembelajaran. Sehingga ketika otonomi pendidikan dilayangkan, ternyata masih ada perilaku menyusun RPP dan perilaku mengajar guru tidak berubah jauh. Pendidikan adalah proses yang bersifat terencana dan sistematik, karena itu perencanaannya disusun secara lengkap, dengan pengertian dapat dipahami dan dilakukan oleh orang lain dan tidak menimbulkan penafsiran ganda. Jadi, jika rancang bangun yang disusun guru antropologi cukup lengkap dan operasional, sehingga seorang guru lain yang tidak memiliki pendidikan antropologi sekalipun dapat memahami dan melaksanakannya. Berikut ini format RPP yang sesuai dengan Permendikbud No.103 Tahun 2014: Komponen-komponen RPP secara operasional diwujudkan dalam bentuk format berikut ini. Antropologi SMA K - 6
196
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Sekolah : Mata pelajaran : Kelas/Semester : Alokasi Waktu : A. Kompetensi Inti (KI) B. Kompetensi Dasar 1. KD pada KI-1 2. KD pada KI-2 3. KD pada KI-3 4. KD pada KI-4 C. Indikator Pencapaian Kompetensi*) 1. Indikator KD pada KI-1 2. Indikator KD pada KI-2 3. Indikator KD pada KI-3 4. Indikator KD pada KI-4 D. Materi Pembelajaran (dapat berasal dari buku teks pelajaran dan buku panduan guru, sumber belajar lain berupa muatan lokal, materi kekinian, konteks pembelajaran dari lingkungan sekitar yang dikelompokkan menjadi materi untuk pembelajaran reguler, pengayaan, dan remedial) E. Kegiatan Pembelajaran 1. Pertemuan Pertama: (...JP) a. Kegiatan Pendahuluan b. Kegiatan Inti **) 1.
Mengamati
2.
Menanya
3.
Mengumpulkan informasi/mencoba
4.
Menalar/mengasosiasi
5.
Mengomunikasikan
c. Kegiatan Penutup
2. Pertemuan Kedua: (...JP) a. Kegiatan Pendahuluan Antropologi SMA K - 6
197
b. Kegiatan Inti **) 1. Mengamati 2. Menanya 3. Mengumpulkan informasi/mencoba 4. Menalar/mengasosiasi 5. Mengomunikasikan c. Kegiatan Penutup 3. Pertemuan seterusnya. F. Penilaian, Pembelajaran Remedial dan Pengayaan 1. Teknik penilaian 2. Instrumen penilaian a. Pertemuan Pertama b. Pertemuan Kedua c. Pertemuan seterusnya 3. Pembelajaran Remedial dan Pengayaan Pembelajaran remedial dilakukan segera setelah kegiatan penilaian. G. Media/alat, Bahan, dan Sumber Belajar 1. Media/alat 2. Bahan 3. Sumber Belajar
4. AKTIVITAS PEMBELAJARAN Strategi pembelajaran pada materi problematika silabus dan RPP dalam pembelajaran antropologi adalah strategi pembelajaran berdasarkan masalah, yaitu mengedepankan pencapaian tujuan pembelajaran melalui mekanisme kerjasama antarpeserta. Pembelajaran ini mengerjakan permasalahan yang otentik dengan maksud untuk menyusun pengetahuanmereka sendiri, mengembangkan inkuiri, dan keterampilan berpikir tingkat tinggi,mengembangkan kemandirian dan percaya diri. Model pembelajaran ini juga mengacupada model pembelajaran lain, seperti project-based instruction, experience-basedinsruction, authentic learning, dan anchored instruction.
5. LATIHAN/KASUS/TUGAS
Antropologi SMA K - 6
198
Analisis Problematika Silabus dan RRP dalam Pembelajaran Antropologi Mata Pelajaran
:
Kelas/Semester
:
Kompetensi Dasar
:
Topik
:
No. 1.
Bagian RPP
Solusi
Problematika
Kegiatan pendahuluan
2.
Kegiatan inti
3.
Kegiatan penutup
4.
Model
yang
digunakan 5.
Penilaian
6.
Sumber
&
Media pembelajaran
6. RANGKUMAN Problematika implementasi kurikulum 2013 dalam pembelajaran antropologi adalah permasalahan yang menjadi kendala implementasi kurikulum 2013 dalam pembelajaran antropologi. Karakteristik Mapel Antropologi bertujuan terbentuknya watak dan kepribadian peserta didik
yangmampu memahami dan menyikapi beragai perbedaan,
persamaan atau keberagaman budaya, religi, tradisi dan bahasa dalam kehidupan sehari-hari.
Oleh
karena
itu
diperlukan
suatu
perencanaan
pelaksanaan
pembelajaran yang maksimal. Adanya
analisa
munculnya
problema-problema
dalam
penyusunan
dan
penerapan suatu perencanaan diharapkan dapat membantu guru antropologi dapat mengantisipasi dengan
Antropologi SMA K - 6
199
7. UMPAN BALIK DAN TINDAK LANJUT Setelah kegiatan pembelajaran, Bapak/ Ibu dapat melakukan umpan balik dengan menjawab pertanyaan berikut ini: 1. Apa yang Bapak/Ibu pahami setelah mempelajari materi problematika silabus dan RPP dalam pembelajaran antropologi? 2. Pengalaman penting apa yang Bapak/Ibu peroleh setelah mempelajari materi problematika silabus dan RPP dalam pembelajaran antropologi? 3. Apa manfaat materi problematika silabus dan RPP dalam pembelajaran antropologi terhadap tugas Bapak/Ibu?
8. KUNCI JAWABAN Silabus mata pelajaran antropologi dalam pembelajaran antropologi berdasarkan Permendikbud No.59 Tahun 2014 lampiran II. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran antropologi berdasarkan Permendikbud No. 59_c Tahun 2014 dan Permendikbud No.103 Tahun 2014.
BAGIAN 3: PENUTUP Mudah-mudahan anda dapat memahami secara menyeluruh apa yang diuraikan dalam modul ini, sebab pemahaman tersebut akan menjadi bekal dalam menyusun materi Antropologi, pelaksanaan proses pembelajaran yang bermutu yaitu kesesuaian, daya tarik, efekti. Kemampuan-kemampuan yang anda kuasai setelah mempelajari modul ini akan berguna bagi anda dalam membimbing teman sejawat dalam meningkatkan kualitas pembelajaran. Mohon kritik dan saran untuk perbaikan modul ini
Antropologi SMA K - 6
200
DAFTAR PUSTAKA Anselm, Strauss, Juliet Corbin ; “Dasar-Dasar Penelitian Kualitatif”,Yogyakarta, Pustaka Belajar, 2003. A.W
Widjaja.
1986. Komunikasi:
Komunikasi
dan
hubungan
Masyara-
kat.Jakarta:Bina Aksara Bouman. 1995. Ilmu Masyarakat Umum. Terjemahan Sujono. Jakarta : P.T Pembangunan, Bungin, B. 2003. Analisis Data Penelitian Kualitatif. PT Rajagrafindo Persada: Jakarta Antropologi SMA K - 6
201
Bungin, B. 2007. Penelitian Kualitatif. Prenada Media Group: Jakarta. Burhan, Bungin. 2007. Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat. Jakarta: Kencana Prenada Media. Cohen, Bouce J, 1992, Sosiologi Untuk Pengantar, Jakarta: Rhineka Cipta. Coutinho, M., & Malouf, D. (1993). Performance Assessment and Children with Disabilities: Issues and Possibilities. Teaching Exceptional Children, 25(4), 63–67. Cumming, J. J., & Maxwell, G. S. (1999). Contextualizing Authentic Assessment. Assessment in Education, 6(2), 177–194. Dantes, Nyoman. 2008. Hakikat Asesmen Otentik Sebagai Penilaian Proses dan Produk Dalam Pembelajaran yang Berbasis Kompetensi (Makalah Disampaikan pada In House Training (IHT) SMA N 1 Kuta Utara). Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha David Chaney, Lifestyle: Sebuah Pengantar Paling Komprehensif, Jalasutra Yogyakarta, 2004, (terjemahan)_ Dominic Strinati, Populer Culture: Pengantar Menuju Teori Budaya Populer, Bentang Yogyakarta, 2004, cetakan ke-2 (terjemahan) Haryono, Tri Joko Sri, 2015, Pengembangan Model Therapeutic Communitydan Rehabilitasi Komprehensif Bagi Korban Narkoba Di Jawa Timur dalam Laporan Akhir Penelitian Unggulan Perguruan Tinggi Universitas Airlangga, Tidak Diterbitkan Hendrarso, Emy Susanti. 2011. Metode Penelitian Sosial. Jakarta: Kencana Prenada Media Group
Herdiansyah, Haris. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-Ilmu Sosial. Jakarta: Salemba Humanika. Horton, Paul B, dan Chester L Hunt, 1991, Sosiologi, Edisi 6, Terj. Aminudin, Jakarta: Erlangga. Ibrahim, Muslimin. 2005. Asesmen Berkelanjutan: Konsep Dasar, Tahapan Pengembangan dan Contoh. Surabaya: UNESA University Press Anggota IKAPI Johnson, Paul Doyle, 1990, Sosiologi Klasik dan Modern, Jilid I dan II, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Koentjaraningrat. 1974. Kebudayaan, Mentalitet dan Pembangunan, Jakarta : PT. Gramedia. Antropologi SMA K - 6
202
------------. 1990. Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta: Gramedia _______, 1992, Antropologi Sosial, Jakarta: Dian Rakyat. Kuntowijoyo, 1997, Budaya Elite dan Budaya Massa dalam Ecstasy Gaya Hidup: Kebudayaan Pop dalam Masyarakat Komoditas Indonesia, Mizan 1997 Mahfud MD, 2015, "Strategi Kebudayaan Menuju Kemandirian Budaya Bangsa Indonesia", orasi budaya di Tembi Rumah Budaya Yogyakarta, tanggal 14 Mei 2015 McMillan, James H & Sally Schumacher, 2003, Research in Education, New Jersey: Pearson Mihardja, Achdiat K , 1998, Polemik Kebudayaa, Jakarta : Balai Bustaka Pasaribu dan Simanjuntak. 1982. Sosiologi Pembangunan, Bandung : Tarsito. Purwanto (Ed). 2014.Bunga Rampai Seminar Nasional Kebudayaan, Jakarta : Pusat Penelitian dan Pengembangan Kebudayaan Sastramihardja, Hatta. 1987. Sosiologi Pedesaan, Modul 1-9, Materi Pokok Perkuliahan, Jakarta: Karunika-Universitas Terbuka. Sayogyo dan Pujiwati Sajogyo, 2002. Sosiologi Pedesaan dan Pekotaan (Kumpulan Bacaan) Jilid 2.Gadjah Mada University Press. --------------------. 1985. Sosiologi Pembangunan, Jakarta : FPS IKIP Jakarta dan BKKBN. Scholte, Jan Aart (2001) “The Globalization of World Politics,” in Baylis, John & Smith, Steve (eds.), The Globalization of World Politics, 2nd edition, Oxford University Press Soekanto, Soerjono. 1984. Beberapa Teori Tentang Struktur Masyarakat. Jakarta : CV.Rajawali. _______, 1990. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: CV Rajawali -----------, 2012. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajagrafindo Persada. 2012 Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitaf, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta. Sukmadinata, Nana Syaodih, 2005 metode penelitian kualitatif, Bandung : Remaja Rosdakarya Sunarto Kamanto, 1993, Pengantar Sosiologi, Jakarta: FE-UI. Supelli, Karlina, 2014, Revolusi Mental Sebagai Paradigma Strategi Kebudayaan dalam Bunga Rampai Seminar Nasional Kebudayaan, Jakarta : Pusat Penelitian dan Pengembangan Kebudayaan Antropologi SMA K - 6
203
Suwarsono dan Alvin Y. So. 1991. Perubahan Sosial dan Pembangunan di Indonesia, Jakarta :LP3ES. Syahrial Syarbini dan Rusdiyanta. 2009. Dasar-Dasar sosiologi.Yogyakarta: Graha Ilmu Tim Absi Guru, (2007).IPS Terpadu untuk SMP Kelas 3. Jakarta: Erlangga van Peursen, 1988, Strategi kebudayaan, Yogyakarta : Kanisius Wiraatmadja, Soekandar. 1973. Pokok-Pokok Sosiologi Pedesaan, Jakarta : CV. Yasaguna. Zulkarimien, Nasution. Sosiologi Komunikasi Massa. Jakarta: Universitas Terbuka. 2003.
Online Baruta, Imran. 2011. Masyarakat Tradisional dan Masyarakat Modern. Dipublikasikan di http://imranuad.wordpress.com/2011/05/19/123/. Diakses pada tanggal 29 november 2015 pada jam 14.00 Kandar, Adhyzal. 2010. Masyarakat tradisional dan masyarakat modern. Dipublikasikan di http://id.shvoong.com/social-sciences/1997485-masyarakattradisional-dan-masyarakat-modern/ diakses pada tanggal 29 november 2015 jam 15.00 Natalia, Juli 2013,”Faktor-faktor penyebab perubahan sosial budaya” Diambil dari :http://pendididi.blogspot.com/2013/10/faktor-faktor-yang-menyebabkan.html Sobarudin, Arif. 2012 “Faktor penyebab perubahan sosial budaya” Diambil dari :http://www.bisosial.com/2012/10/faktor-penyebab-perubahan-sosial.html?m=0 http://setabasri01.blogspot.com/2012/04/budaya-massa-di-indonesia.html?m=1 (diakses 22-11-2015) .Buletin Buletin Penelitian Balai Besar Rehabilitasi BNN, vol 1 tahun 2014 GLOSARIUM Alienasi
: keadaan merasa terasing (terisolasi); 2 penarikan diri atau pengasingan diri dari kelompok atau masyarakat; 3 pemindahan hak milik dan pangkat kepada orang lain
Antropologi SMA K - 6
204
High culture : Manifestasi komponen material dan non material budaya yang dikaitkan dengan elit sosial Hot issue
: Berita Panas
Homogenization : Homogen Leisure time : Waktu Senggang Mass culture : Istilah lain dari budaya massa Trend
: Keadaan dimana suatu hal sedang digemari atau sedang menjadi perhatian kebanyakan orang.
Shopping mall : Budaya Belanja di Mall Reserve
: Pemeluk agama baru
Afektif
: berkenaan dengan perasaan
Masyarakat
: sejumlah manusia dalam suatu tempat.
Modern
: sikap dan cara berpikir serta cara bertindak sesuai dengan tuntutan zaman
Netralitas Orientasi
: Sikap netral : pandangan yang mendasari pikiran
Universalisme: penerapan nilai dan norma secara umum Spesifitas
: Khusus
Anatomi
: ilmu yang melukiskan letak dan hubungan bagian-bagian tubuh manusia, binatang, atau tumbuh-tumbuhan.
Cultura
: artinya kultural (berhubungan dengan kebudayaan).
Masyarakat
: sejumlah manusia dalam suatu tempat.
Mobilitas
: gerakan berpindah-pindah
Tradisional
: masyarakat yang lebih banyak dikuasai oleh adat-istiadat yang lama
Disintegrasi
: Keadaan tidak bersatu padu
Antropologi SMA K - 6
205
Globalisasi
: Proses masuknya ke ruang lingkup dunia
Ideologi
: Cara berpikir seseorang atau suatu golongan
Invention
: Penemuan baru
Kolusi
: Persekongkolan
Korupsi
: Penyelewengan atau penyalahgunaan uang negara
Nepotisme
: Perilaku yang memperlihatkan kesukaan yang berlebihan kepada kerabat dekat
Revolusi
: Perubahan ketatanegaraan
Cultural lag
: keterlambatan kulture
Disintegras
: perpecahan
Evaluating
: evaluasi
Penilaian kinerja : penilaian yang dilakukan guru atau peserta didik sendiri untuk menilai kinerja peserta didik Penilaian proyek : merupakan kegiatan penilaian terhadap tugas yang harus diselesaikan oleh peserta didik menurut periode/waktu tertentu. Penilaian portofolio : merupakan penilaian atas kumpulan artefak yang menunjukkan kemajuan dan dihargai sebagai hasil kerja dari dunia nyata Tes tertulis : Tes yang dilakukan untuk mengetahui sejauhmana peserta memahami materi yang telah diajarkan
Antropologi SMA K - 6
206
Antropologi SMA K - 6
207