PENYUSUN Dra. Retno Kinteki, M. Sos ( PPPPTK PKn DAN IPS )
Dra. Deti Hendarni, M.S.Ed. ( PPPPTK PKn DAN IPS )
PEMBAHAS Prof. Dr. Sugeng Utaya, M.Si. ( Universitas Negeri Malang )
Antropologi SMA K-1
1
MODUL PENGEMBANGAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN
MATA PELAJARAN
GEOGRAFI SMA KELOMPOK KOMPETENSI 9 PENYUSUN Dra. Retno Kinteki, M. Sos ( PPPPTK PKn DAN IPS )
Dra. Deti Hendarni, M.S.Ed. ( PPPPTK PKn DAN IPS )
PEMBAHAS Prof. Dr. Sugeng Utaya, M.Si. ( Universitas Negeri Malang )
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN PUSAT PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL PPPPTK PKn DAN IPS 2015
Geografi SMA K - 9
i
PENGANTAR
Salah satu komponen yang menjadi fokus perhatian dalam peningkatan kualitas pendidikan adalah peningkatan kompetensi guru. Hal ini menjadi prioritas baik oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Sejalan dengan hal tersebut, peran guru yang profesional dalam proses pembelajaran di kelas menjadi sangat penting sebagai penentu kunci keberhasilan belajar siswa. Disisi lain, Guru diharapkan mampu untuk membangun proses pembelajaran yang baik sehingga dapat menghasilkan pendidikan yang berkualitas. Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) diperuntukkan bagi semua guru. Sejalan dengan hal tersebut, pemetaan kompetensi baik Kompetensi Pedagogik maupun Kompetensi Profesional sangat dibutuhkan bagi Guru. Informasi, tentang peta kompetensi tersebut diwujudkan dalam buku modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan dari berbagai mata pelajaran. PPPPTK PKn dan IPS merupakan salah satu Unit Pelaksana Teknis di lingkungan Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan, mendapat tugas untuk menyusun Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB), khususnya modul PKB untuk
mata pelajaran PPKn SMP, IPS SMP, PPKn
SMA/SMK, Sejarah SMA/SMK, Geografi SMA, Ekonomi SMA, Sosiologi SMA, dan Antropologi SMA. Masing-masing modul Mata Pelajaran disusun dalam Kelompok Kompetensi 1 sampai dengan 10. Dengan adanya modul
ini,
diharapkan semua kegiatan pendidikan dan pelatihan baik yang dilaksan dengan pola tatap muka maupun on-line bisa mengacu dari modul-modul yang telah disusun ini. Semoga modul ini bisa dipergunakan untuk menjadi acuan dan pengembangan proses pembelajaran, khususnya untuk mata pelajaran PKn dan IPS.
Jakarta, Desember 2015 Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
Sumarna Surapranata, Ph.D NIP. 195908011985032001 Geografi SMA K - 9
ii
DAFTAR ISI Halaman Halaman Judul
I
Kata Pengantar…………………………………………………………….......
Ii
Daftar Isi…………………………………………………………………………
Iii
Daftar Gambar…………………………………………………………………..
iv
Daftar Tabel……………………………………………………………………..
v
PENDAHULUAN………………………………………………
1
1. Deskripsi…………………………………………………………………….
1
2. Prasyarat……………………………………………………………………
1
3. Petunjuk Penggunaan……………………………………………………..
2
4. Tujuan Akhir………………………………………………………………..
2
5. Kompetensi Inti dan Kompetensi dasar…………………………………
2
6. Peta Konsep……………………………………………………………….
3
BAGIAN 1:
BAGIAN 2:
PEMBELAJARAN
A. BAB I
PEMANFAATAN CITRA PENGINDERAAAN JAUH………
4
B. BAB II
APLIKASI SISTIM INFORMASI GEOGRAFIS……………..
20
C. BAB III
EVALUASI RANCANGAN DAN IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN…………………………………
48
D. BAB IV
EVALUASI PEMANFAATAN MEDIA PEMBELAJRAN….
101
E. BAB V
ANALISIS BUTIR SOAL SECARA MANUAL……………..
120
F. BAB VI
EVALUASI IMPLEMENTASI RPP DALAM
136
PELAKSANAAN PEMBELAJARAN………………………. SEMINAR HASIL PTK………………………………………..
172
PENUTUP………………………………………………………
199
Daftar Pustaka…………………………………………………………………..
200
G. BAB VII BAGIAN 3:
Geografi SMA K - 9
iii
DAFTAR GAMBAR Judul Gambar
Halaman
Gambar 1. Citra Karakteristik Topografi……………………………………..
8
Gambar 2. Citra dengan Obyek Pembelokan Sunai……………………….
9
Geografi SMA K - 9
iv
DAFTAR TABEL Tabel 1. Terminologi SIG Dari Berbagai Sumber …….………………
Geografi SMA K - 9
21
v
BAGIAN 1: PENDAHULUAN Pengembangan keprofesian berkelanjutan sebagai salah satu strategi pembinaan guru
dan tenaga kependidikan diharapkan dapat menjamin guru dan tenaga
kependidikan secara terus menerus memelihara, meningkatkan, dan mengembangkan kompetensi sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Pelaksanaan kegiatan PKB akan mengurangi kesenjangan antara kompetensi yang dimiliki guru dan tenaga kependidikan dengan tuntutan profesional yang dipersyaratkan. Guru dan tenaga kependidikan wajib melaksanakan PKB baik secara mandiri maupun kelompok. Khusus untuk PKB dalam bentuk diklat dilakukan oleh lembaga pelatihan sesuai dengan jenis kegiatan dan kebutuhan guru. Penyelenggaraan diklat PKB dilaksanakan oleh PPPPTK dan LPPPTK KPTK atau penyedia layanan diklat lainnya. Pelaksanaan diklat tersebut memerlukan modul sebagai salah satu sumber belajar bagi peserta diklat. Modul merupakan bahan ajar yang dirancang untuk dapat dipelajari secara mandiri oleh peserta diklat berisi tujuan, indikator pencapaian kompetensi, uraian materi, aktivitas pembelajaran, latihan/kasus/tugas, rangkuman, umpan balik dan tindak lanjut yang disusun secara sistematis dan menarik untuk mencapai tingkatan kompetensi yang diharapkan sesuai dengan tingkat kompleksitasnya. Modul ini dapat digunakan dengan baik dengan cara mempelajarinya sebagai berikut. 1. Deskripsi Modul ini berisi materi yang terdiri atas statistika deskriptif, pembentukan permukaan bumi, perubahan iklim global, perairan laut, permasalahan lingkungan dan roadmap pembangunan Indonesia, planet bumi untuk kehidupan, analisis model-model pembelajaran, analisis kebutuhan media pembelajaran, penyusunan instrument penilaian, implementasi RPP dalam pembelajaran geografi, dan analisa data PTK. Kegiatan pembelajaran dalam mempelajari modul ini terdiri atas melaksanakan aktivitas pembelajaran, mengerjakan latihan/kasus/tugas, mencermati rangkuman, dan memberikan umpan balik serta tindak lanjut.
2. Prasyarat Prasayarat penggunaan modul ini adalah guru atau tenaga kependidikan yang mengampu mata pelajaran geografi pada jenjang SMA/MA. Telah mengikuti Uji Kompetensi
Guru
yang
diselenggarakan
oleh
Direktorat
Guru
dan
tenaga
Kependidikan. Geografi SMA K - 9
1
3. Petunjuk Penggunaan Modul ini dapat digunakan dan berhasil dengan baik dengan memperhatikan petunjuk penggunaan berikut. a. Baca deskripsi, prasyarat, dan petunjuk penggunaan modul dengan cermat. b. Cermati tujuan, Kompetensi Inti, dan Kompetensi Dasar, serta peta konsep/alur pencapaian kompetensi yang akan dicapai selama maupun setelah proses pembelajaran dengan menggunakan modul ini. c. Baca dan simak uraian materi sebagai bahan untuk mengingat kembali (refresh) atau menambah pengetahuan. Kegiatan membaca dilakukan secara individual. d. Lakukan aktivitas pembelajaran sesuai dengan urutan yang dijabarkan dalam modul untuk mencapai kompetensi. Disarankan aktivitas pembelajaran dilakukan secara berkelompok dengan metode diskusi sehingga terjalin prinsip saling berbagai pengalaman (sharing) dengan asas asih, asah, dan asuh. e. Laporkan hasil aktivitas pembelajaran Ibu/Bapak secara lisan, tertulis, atau pajangan (display). f. Kerjakan latihan/kasus/tugas yang diuraikan dalam modul untuk memperkuat pengetahuan dan/atau keterampilan dalam penguasaan materi, sekaligus untuk mengetahui tingkat penguasaan (daya serap) Ibu/Bapak (self assessment). g. Berikan umpan balik yang bermanfaat untuk perbaikan pembelajaran Ibu/Bapak dan perbaikan modul ini pada masa-masa mendatang. h. Simpan seluruh produk pembelajaran Ibu/Bapak sebagai bagian dari dokumen portofolio yang bermanfaat bagi pengembangan keprofesian berkelanjutan. 4. Tujuan Akhir Tujuan akhir setelah mempelajari modul ini adalah dikuasainya kompetensi dasar dan minimal untuk geografi jenjang SMA/MA. 5. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Kompetensi inti yang harus dikuasai adalah kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan selama pelatihan. Sedangkan kompetensi dasar yang harus dicapai adalah kompetensi yang mencakup materi dan pembelajarannya tentang statistika deskriptif, pembentukan permukaan bumi, perubahan iklim global, perairan laut, permasalahan lingkungan dan roadmap pembangunan Indonesia, planet bumi untuk kehidupan,
analisis
Geografi SMA K - 9
model-model
pembelajaran,
analisis
kebutuhan
media
2
pembelajaran,
penyusunan
instrument
penilaian,
implementasi
RPP
dalam
pembelajaran geografi, dan analisa data PTK. 6. Peta konsep/Alur Pencapaian Kompetensi Bahan: Statistika deskriptif, pembentukan permukaan bumi, perubahan iklim global, perairan laut, permasalahan lingkungan dan roadmap pembangunan Indonesia, planet bumi untuk kehidupan, analisis model-model pembelajaran, analisis kebutuhan media pembelajaran, penyusunan instrument penilaian, implementasi RPP dalam pembelajaran geografi, dan analisa data PTK.
Geografi SMA K - 9
Pembelajaran: Menggali informasi dari uraian materi melakukan aktivitas pembelajaran mengerjakan latihan/kasus/tugas
Hasil: Peningkatan kompetensi Produk bukti kinerja
mencermati rangkuman memberikan umpan balik dan tindak lanjut
3
A. BAB I PEMANFAATAN CITRA PENGINDERAAN JAUH 1.
Kegiatan Belajar Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pada Studi Geografi a.
Tujuan Melalui kegiatan diskusi, peserta dapat menganalisis implementasi penginderaan jauh dalam kajian geografi.
b.
Indikator Pencapaian Kompetensi 1)
menganalisis implementasi penginderaaan jauh pada fenomena geografi fisik
2)
menganalisis implementasi penginderaan jauh pada fenomena geografi manusia
c.
Uraian Materi 1) Pendahuluan Teknologi penginderaan jauh merupakan pengembangan dari teknologi pemotretan udara yang mulai diperkenalkan pada akhir abad ke 19. Manfaat potret udara dirasa sangat besar dalam perang dunia pertama dan
kedua, sehingga cara ini dipakai dalam eksplorasi ruang angkasa.
Sejak saat itu istilah penginderaan jauh (remote sensing) dikenal dan menjadi populer dalam dunia pemetaan. Eksplorasi ruang angkasa yang berlangsung sejak tahun 1960 an antara lain diwakili oleh satelit-satelit Gemini, Apollo, Sputnik, Solyus. Kamera presisi tinggi
mengambil
gambar
bumi
dan
memberikan
informasi
berbagai gejala dipermukaan bumi seperti geologi, kehutanan, kelautan dan sebagainya. Teknologi pemotretan dan perekaman permukaan bumi berkembang lebih lanjut dengan menggunakan berbagai sistim perekam data seperti kamera majemuk, multispectral scanner, vidicon, radiometer, spectrometer yang berlangsung sampai sekarang. Bahkan dalam waktu terakhir ini alat GPS (Global Positioning System) dimanfaatkan pula untuk merekam peta ketinggian dalam bentuk DEM (Digital Elevation Model).
Pada tahun 1972 satelit Earth Resource Technology Satellite - 1 (ERTS-1), sekarang
dikenal
dengan
Landsat,
untuk
pertama
kali
diorbitkan Amerika Serikat. Satelit ini dikenal sebagai satelit sumber alam karena fungsinya adalah untuk memetakan potensi sumber alam dan memantau Geografi SMA K - 9
kondisi
lingkungan. Para praktisi dari berbagai bidang ilmu 4
mencoba memanfaatkan data Landsat untuk
menunjang
program
pemetaan, yang dalam waktu pendek disimpulkan bahwa data satelit tersebut potensial untuk menunjang program pemetaan dalam lingkup area yang sangat luas. Sukes program Landsat diikuti oleh negaranegara lain dengan diorbitkannya berbagai satelit sejenis seperti SPOT oleh Perancis, IRS oleh India, MOSS dan Adeos oleh Jepang, ERS-1 oleh MEE (Masyarakat Ekonomi Eropa) dan Radarsat oleh Kanada. Pada sekitar tahun 2000 sensor berketelitian tinggi yang semula merupakan jenis sensor untuk keperluan
sipil
mata-mata/intellegence telah pula
dipakai untuk
dan diorbitkan melalui satelit-satelit Quickbird, Ikonos,
Orbimage-3, sehingga obyek kecil di permukaan bumi dapat pula direkam. Penggunaan data satelit penginderaan jauh di bidang kebumian telah banyak dilakukan di negara maju untuk keperluan pemetaan geologi, eksplorasi mineral dan energi, bencana alam dan sebagainya. Di Indonesia penggunaan dalam bidang kebumian belum sebanyak di luar negeri karena
berbagai kendala,
diantaranya
data
satelit
cukup
mahal,
memerlukan software khusus dan paling utama adalah ketersediaan sumberdaya manusia yang terampil sangat terbatas. Penginderaan jauh didefinisikan sebagai suatu tehnik untuk mengenal dan menentukan objyek dipermukaan bumi tanpa melalui kontak lansung dengan obyek tesebut.
Berikut adalah pengertian Penginderaan jauh menurut
beberapa ahli 1.
Penginderaan jauh merupakan suatu ilmu, karena terdapat suatu sistimatika tertentu untuk dapat menganalisis informasi dari permukaan bumi, ilmu ini harus dikoordinasi dengan beberapa pakar ilmu lain seperti ilmu geologi, tanah, perkotaan dan lain sebagainya.( Everett Dan Simonett 1976):
2. Remote sensing is the science and art of obtaining information about an object, area, or phenomenom throught the anaylysys of data acquired by a device that is non in contact with the object, area, or phenomenonm under investigations (Lillesand & Kiefer, 1979). Penginderaan Jauh ialah ilmu dan seni untuk memperoleh informasi tentang suatu obyek, daerah, atau fenomena melalui analisis data yang diperoleh dengan suatu alat tanpa kontak langsung dengan obyek, daerah, atau fenomena yang dikaji.
Geografi SMA K - 9
5
Alat yang dimaksud dalam batasan ini adalah alat pengindera atau sensor yang dipasang pada wahana yang berupa pesawat terbang, satelit atau wahana yang lain. Obyek yang diindera adalah permukaan bumi, angkasa atau luar angkasa yang dilakukan dari jarak jauh. Sensor akan menerima tenaga yang dipantulkan atau dipancarkan oleh obyek tersebut. Hasil rekaman obyek oleh sensor berupa data. Data penginderaan jauh dianalisis atau diinterprestasi untuk menjadi informasi tentang obyek atau gejala yang diindera. Berbeda dengan kedua definisi diatas yang memandang penginderaan jauh sebagai ilmu dan teknik, beberapa ahli lain berpendapat bahwa inderaja merupakan teknik, yaitu teknik untuk memperoleh data dan analisis informasi tentang permukaan bumi . 3. Remote sensing refers to the variety of techniques that have been developed for the acquisition and analysis of information about the earth. This information is typically in the form of electromagnetic radiation that has either been reflected or emitted from the earth surface. (Lindgern 1985) Penginderaan Jauh adalah berbagai teknik yang dikembangkan untuk perolehan dan analisis informasi tentang bumi. Informasi tersebut khusus berbentuk radiasi elektromagnetik yang dipantulkan atau dipancarkan dari permukaan bumi. 4.
Penginderaan jauh (remote sensing), yaitu penggunaan sensor radiasi elektromagnetik untuk merekam gambar lingkungan bumi yang dapat diinterpretasikan sehingga menghasilkan informasi yang berguna (Curran, 1985).
5.
Penginderaan jauh (remote sensing), yaitu suatu pengukuran atau perolehan data pada objek di permukaan bumi dari satelit atau instrumen lain di atas jauh dari objek yang diindera (Colwell, 1984). Foto udara,
citra
satelit,
dan
citra
radar
adalah
beberapa
bentuk
penginderaan jauh. 6. Penginderaan jauh (remote sensing), yaitu ilmu untuk mendapatkan informasi mengenai permukaan bumi seperti lahan dan air dari citra yang diperoleh dari jarak
jauh (Campbell, 1987). Hal ini biasanya
berhubungan dengan pengukuran pantulan atau pancaran gelombang elektromagnetik dari suatu objek.
Geografi SMA K - 9
6
Dari berbagai pendapat diatas, jelaslah bahwa penginderaan jauh merupakan ilmu, tetapi bila digunakan pakar lain untuk menopang penelitian atau pekerjaanya, maka Penginderaan Jauh dapat merupakan teknik bagi mereka. Sistem pengindraan jauh dalam geografi sangat bermanfaat dalam memberikan informasi suatu wilayah dengan kondisi fisik dan sosiaInya serta dalam hal pemantauan sumber daya alam dan lingkungan
2) Penginderaan Jauh Untuk Studi Geografi Fisik
Berbagai karakteristik wilayah merupakan hal yang penting bagi pakar ilmu tanah, geologi, geografi, insinyur teknik sipil, perencanaan kota dan wilayah, arsitek bentang lahan, pembangunan perumahan, dan pihak lain yang melakukan evaluasi kesesuaian lapangan untuk berbagai penggunaan lahan. Karena itu kondisi lapangan sangat mempengaruhi kemampuan
lahan
untuk
kehidupan
berbagai
spesies
vegetasi,
pengetahuan tentang interpretasi foto udara untuk evaluasi lapangan juga penting bagi botani, pakar kehutanan, ekologi satwa liar, dan ahli lain yang berkaitan dengan pemetaan dan evaluasi vegetasi. Karaktersitik lapangan utama yang dapat diperkirakan melalui interpretasi foto udara ialah jenis batuan, bentuk lahan, tekstur tanah, situs kondisi pengatusan, kerentanan banjir, dan tebal bahan lepas di atas batuan induk. Selain itu kemiringan lereng permukaan lahan juga dapat diperkirakan dari interpretasi foto udara dan dapat diukur dengan beberapa cara fotogrametrik (Lillesand dan Keifer, 1990).
(a) Evaluasi Kesuaian Penggunaan Lahan Informasi lapangan dapat digunakan untuk evaluasi kesesuaian lahan pada berbagai penggunaan. Dalam hal ini tekanannya lebih dititik beratkan pada pengembangan penggunaan lahan kota dan pinggiran kota. Karakteristik topografi suatu wilayah merupakan salah satu faktor penentu terpenting bagi kesesuaian pengembangan suatu wilayah.
Geografi SMA K - 9
7
Gambar: Citra Dengan Karakteritik Topografi Wilayah Untuk Evaluasi Kesesuaian Lahan (b) Unsur Interpretasi Foto Udara Untuk Evaluasi Lapangan Interpretasi foto udara untuk evaluasi lapangan didasarkan pada pengamatan sistematik dan evaluasi unsur kunci yang dikaji secara stereoskopik. Hal ini meliputi topografi, pola aliran, tekstur, erosi, rona foto, vegetasi dan penggunaan lahan (Lillesand dan Keifer, 1990). (c) Topografi Setiap jenis bentuk lahan dan batuan induk yang telah diuraikan memiliki karakateristik topografi, termasuk kekhususan dalam ukuran dan bentuk. Pada kenyataannya, sering terdapat perubahan topografi yang jelas pada batas antara dua bentuk lahan yang berbeda. Dengan foto udara tegak yang memiliki tampalan depan normal atau 60 persen, ketinggian obyek diperbesar 3 sampai 4 kali dari ukuran sebenarnya. Dengan demikian maka lereng tampak lebih terjal dari kenyataannya. Nilai khusus perbesaran tegak yang teramati pada berbagai pasangan stereopair merupakan fungsi kondisi geometrik foto udara yang diamati dan dibuat. Jarak lapangan antara pusat – pusat foto udara pada saat pemotretan disebut basis udara (air base). Perbandingan basis udara dan tinggi terbang di atas wilayah tersebut menentukan perbesaran tegak. Semakin besar nilai perbandingan basis udara dan ketinggian (base high ratio), perbesaran tegak semakin besar (Lillesand dan Keifer, 1990).
Geografi SMA K - 9
8
(d) Pola Aliran dan Tekstur Pola aliran dan tekstur yang terlihat pada foto udara merupakan indikator bagi bentuk lahan dan jenis batuan induk
dan juga
mencerminkan karakteristik tanah dan situs kondisi pengatusan.
Gambar: Citra dengan Obyek Pembelokan Sunai
Bentuk pola aliran yang paling umum ada enam macam, yakni:
pola aliran denritik, merupakan suatu pola perpaduan yang baik, terbentuk dari satu sungai utama dengan cabang sungai dan anak sungai yang mengalir
bebas dengan berbagai arah dan terdapat
pada material yang relatif homogen seperti pada batuan sedimen berstruktur horisontal dan granit,
Pola aliran rectangulair, pada dasarnya berupa pola denritik yang terubah oleh pengaruh struktur batuan dasar sedemikian rupa sehingga
pertemuan anak sungainya saling tegak lurus, dan
mencirikan formasi batu pasir masif berstruktur horisontal dengan sistem kekar yang berkembang baik,
Pola aliran trelis, tersusun dari sungai – sungai yang memiliki satu arah aliran dominan dengan subsider yang tegak lurus, dan terdapat pada batuan sedimen dengan struktur lipatan,
Pola aliran radial, terbentuk oleh sungai – sungai yang radial ke arah luar dari satu wilayah sentral dan mencirikan suatu gunung api dan dome,
Pola aliran sentripetal, merupakan kebalikan dari pola aliran radial, yakni aliran yang menuju ke satu titik di tengah dan terjadi pada
Geografi SMA K - 9
9
sinkhole batu kapur, kettle hole glasial, kepundan gunung api dan bentuk cekungan lainnya,
Pola aliran derenged, merupakan pola aliran yang tidak teratur dengan sungai pendek yang arahnya tidak menentu, payu dan pada daerah basah, mencirikan wilayah daerah glasial bagian bawah.
(e) Erosi Lembah (gullies)
merupakan kenampakan pengatusan terkecil
yang terlihat pada foto udara, yang kurang lebih satu meter lebar dan beberapa ratus meter panjangnya. Lembah merupakan hasil erosi pada material tidak kompak oleh aliran permukaan dan berkembang pada wilayah dengan curah hujan yang tidak cukup banyak yang meresap ke dalam tanah tetapi mengalir dan terkumpul pada alur. Alur ini semakin besar dan memiliki bentuk tertentu yang terpengaruh oleh material tempat terbentuknya. Lembah pendek dengan penampang melintang berbentuk V pada umumnya berada pada material kerikil dan pasir. Lembah dengan penampang melintang berbentuk U berada pada tanah berdebu. Lembah panjang dengan penampang melintang agak melengkung cenderung terbentuk pada tanah liat berdebu dan liat (Lillesand dan Keifer, 1990).
(f) Vegetasi dan Penggunaan lahan Perbedaan vegetasi alamiah dengan budidaya sering menunjukkan perbedaan kondisi lapangan. Misalnya, kebun buah – buahan dan kebun anggur, pada umumnya terdapat pada tanah dengan pengatusan baik. Sistem pertanian bergilir, biasanya terdapat pada tanah
berbahan
organik tinggi, seperti endapan sersah dan gambut. Dalam banyak hal vegetasi dan penggunaan lahan membaurkan perbedaan kondisi lapangan, sehingga penafsir harus berhati – hati di dalam mengambil kesimpulan, jika hanya mendasarkan pada vegetasi dan penggunaan lahan. Tutupan vegetasi pada wilayah pertanian berubah sepanjang tahun dan selama pertumbuhan di musim panas, tanaman yang lebat pada umumnya menyembunyikan pola rona sehubungan dengan perbedaan tanahnya.
(g) Batuan Endapan
Geografi SMA K - 9
10
Karakteristik
batuan
endapan
utama
yang
mempengaruhi
kenampakan lapangan pada foto udara ialah lapisan, retakan dan daya tahan terhadap erosi. Batuan endapan memiliki ciri berlapis – lapis sebagai akibat perbedaan proses pengendapannnya. Lapisan individual di sebut bed. Bagian atas dan bawah setiap bed memiliki permukaan yang kurang lebih rata dan disebut bidang lapisan, yang membatasi akhir satu alpisan dan awal lapisan lainnya dengan karakteristik yang agak berbeda. Satu lapisan individual tebalnya dapat bervariasi, dari beberapa mili meter hingga beberapa meter. Lapisan batuan pada saat terbentuk, umumnya hampir mendatar tetapi dapat menjadi miring dengan berbagai sudut kemiringan karena gerakan pada kulit bumi. (h) Batu Pasir Identifikasi batu pasir berlapis mendatar pada foto udara. Topografis membulat, pejal (masif), puncak bukit relatif datar dengan lereng bukit hampir tegak atau sangat terjal. Pada aliran: bertekstur kasar, dipengaruhi
oleh
retakan,
pola
denritik
terubah,
sering
berpola
rektangulair yang disebabkan karena himpunan retakan yang saling tegak lurus. Erosi: lembah sedikit berbentuk V jika terdapat pada tanah residual. Rona foto udara: pada umumnya cerah sesuai dengan warna batuannya yang cerah dan pengatusan internalnya yang sangat baik untuk tanah residual maupun batuannya. Batu pasir kemerahanh di wilayah aird dapat tergambar agak gelap pada film pankromatik. Tutupan pepohonan lebat di atas batru pasir di wilayah humid pada umumnya nampak gelap, tetapi dalam hal ini yang terlihat oleh penafsir hanya tajuk pohon dan bukan permukaan batuan atau tanah. Vegetasi dan penggunaan lahan: di wilayah arid tetumbuhannya jarang. Di wilayah humid umumnya tertutup oleh hutan karena pengatusan tanah residual terlalu baik untuk mendukung tanaman. Di wilayah iklim humid, punggung gunung batu pasir yang datar dengan material lepas sering digunakan untuk pertanian. Di dalam interpretasi foto udara, batu pasir kadang – kadang di salah tafsirkan menjadi granitik. (i) Batu Gamping Perlapisan batu gamping pada umumnya tidak nampak pada foto udara kecuali kalau batu gamping Geografi SMA K - 9
itu berselang –seling dengan batu 11
pasir atau shale. Retakannya sangat kuat dan menentukan lokasi alur aliran bawah permukaan. Tetapi pada umumnya retakan pada batu gamping di wilayah humid
tidak nampak pada foto udara. Ketahanan
terhadap erosi bervariasi tergantung pada kemudahan laurt dan retakan batuan. Oleh karena kalsium karbonat dapat larut di dalam air, banyak wilayah berbatu gamping telah tererosi berat oleh curah hujan dan air tanah. Walaupun wilayah batu gamping mungkin secara umum baik untuk pengembangan perkotaan, ada faktor pembatas yang perlu diperhatikan secara seksama. Karena tanah residual banyak mengandung liat, maka tidak baik bagi pondasi. Sering kali pondasi perlu diletakkan langsung di atas batuan induk, agar diperoleh daya dukung bangunan yang memadat. Walaupun tanahnya berpengatusan baik pada kondisi alamiah, mungkin terdapat masalah yang berkaitan dengan kerja septic tank, karena perkolasinya rendah pada tanah yang sudah berubah. Air tanah sangat sulit ditentukan letaknya dan sangat langka. Disamping itu resapan dari tinja sering mencemarkan air tanah. Biasanya terdapat variasi besar dalam hal topografi, kedalaman hingga batuan induk, dan pengatusan tanah, sehingga diperlukan penelitian dan pemetaan tanah secara seksama sebelum proses pembangunan. Runtuhnya sinkhole karena muatan berat seperti alat bangunan, jalan raya, dan landasan pacu lapangan terbang, merupakan masalah
serius pada wilayah berbatu
gamping. (j) Batuan Beku Batuan beku terbentuk
dari pendinginan yang
diikuti oleh
pembekuan magma, suatu lelehan masa bahan batuan. Batuan beku dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yakni intrusif dan ekstrusif. Batuan beku intrusif terbentuk pada saat magma belum mencapai permukaan bumi tetapi membeku pada rongga atau retakan yang dibentuk olehnya dengan mendorong batuan sekitarnya atau karena pelelehan atau pelarutan. Batuan beku ekstrusif terbentuk bila magma mencapai permukaan bumi. Batuan beku intrusif pada umumnya berupa masa yang besar dimana magma cair mendingin sangat lambat dan memadat membentuk kristal yang besar. Butir kristal kait – mengkait dengan rapat dan Geografi SMA K - 9
12
menghasilkan batuan yang padat serta kuat dan tidak berrongga. Erosi material yang menutupnya menjadi batuan beku intrusif dapat tersingkap. Batuan beku ekstrusif terjadi dalam berbagai bentukan volkanik, terutama aliran lava, kerucut lava, kerucut bara gunung api, dan endapan abu gunung api. Batuan ini membeku lebih cepat dari pada batuan intrusif dan dengan demikian memiliki ukuran kristal yang lebih kecil.
(k) Identifikasi Foto Udara untuk Aliran Lava Rona foto udara dan vegetasi : lava yang belum lapuk dan tidak tertutup vegetasi berwarna gelap untuk basalt, warna sedang untuk andesit, dan cerah untuk riolit. Secara umum maka rona aliran yang baru dan tidak bervegetasi lebih gelap bila dibandingkan dengan yang telah lapuk dan bervegetasi. Penggunaan lahan : aliran yang masih baru jarang yang digunakan untuk pertanian maupun dikembangkan. Material piroklastik meliputi : percik bara atau terak, semburan, dan abu yang membentuk kerucut terak, kerucut semburan, dan kerucut abu.
(l) Identifikasi Foto Udara Untuk Kipas Aluvial Topografi : bentuk kipas dengan lereng 2% hingga 15% dari puncak. Pengatusan dan erosi : Pengatusan dakhil baik sekali. Sistem aliran permukaan terbatas dengan beberapa lembag (gully). Banyak alur buatan. Rona foto udara: umumnya cerah, alur anak sungai mungkin lebih gelap. Vegetasi dan penggunaan lahan : umumnya kurang bervegetasi di sepanjang alur anak sungai, vegetasi lebih lebat pada dasar kipas aluvial karena rembesan air. Daerah basah kering ditanami, vegetasi alamiah di daerah kipas dapat berbeda dengan bentuk lahan yang berdekatan. (m) Identifikasi Foto Udara Untuk Dataran Banjir Rona foto udara : pola rona yang rumit terdapat pada daerah ini, yang mencerminkan berbagai pantulan kondisi tanah dan kelembaban. Deposit gosong pasir berona cerah yang mungkin berseling dengan rona Geografi SMA K - 9
13
gelap pada depresi di antara dua gosong. Tanggul alam berona lebih cerah daripada rawa belakang. Endapan rawa belakang berona lebih gelap, sering dengan kenampakan pengatusan buatan yang jelas. Oxbow mempunyai rona abu-abu yang seragam bila terisi oleh air, atau berona lebih gelap bila tertutup oleh tanah organik. Vegetasi dan penggunaan lahan : sering digunakan untuk pertanian terutama endapan rawa belakang yang dikeringkan. Rawa alamiah atau vegetasi rawa terdapat dalam endapan organik di oxbow. Endapan gosong yang setiap tahun kebanjiran mungkin gundul pada daerah yang jarang kebanjiran dapat untuk pertanian. (n) Identifikasi Foto Udara Untuk Delta Topografi : permukaannya hampir datar dan dibatasi oleh lahan tinggi serta air. Pada umumnya berbentuk kerucut dan kaki burung. Pengatusan dan erosi: terdapat percabangan sungai. Elta kerucut mempunyai satu atau lebih saluran utama dalam bentuk kipas yang menjari. Juga terdapat bekas anak sungai (tipe terjalin). Delta kaki burung mempunyai satu saluran utama dan beberapa cabang besar yang membentang dengan arah tidak teratur. Pada delta kaki burung mungkin terdapat banyak genangan air dan daerah rendah yang basah. Jarang terdapat lembah. Rona foto udara : bervariasi tergantung pada tanah dan kelembabannya. Delta kerucut cenderung berona cerah dengan pola terjalin yang mencerminkan bekas anak sungai. Delta kaki burung menyerupai dataran banjir, dengan tanggul alam, genangan air, dan sebagainya. Vegetasi dan penggunaan lahan : bervariasi, tergantung pada iklim dan kedalaman permukaan air tanah. Beberapa delta digunakan untuk pertanian secara ekstensif lainnya tetap sebagai lahan rawa.
(o) Identifikasi Foto Udara Untuk Tanah Organik Tanah organik terdapat pada lembah topografik dalam beberapa daerah di bagian moren ujung dan moren datar, dataran banjir (terutama busur ladam), cekungan antarguguk pasir, cekungan antarbeting gisik, lembah pada batuan kapur, dan lembah tertutup. Topografi : sangat datar, materialnya sering sangat berbeda dengan materi di sekelilingnya. Pengetusan dan erosi : pengetusannya sangat buruk dengan permukaan Geografi SMA K - 9
14
air pada atau dekat permukaan hampir sepanjang tahun. Lembahnya sedikit. Bila digunakan untuk pertanian, dan penggunaan pengatus. Rona foto udara, vegetasi, dan penggunaan lahan : tanah gundul (tanpa vegetasi) berona sangat gelap. Rumput alamiah, bervegetasi sedge dan semak dengan rona abu-abu jelak, bercak-bercak. Pola saluran buatan dan daerah pertanian intensif sangat jelas pada daerah yang dikeringkan untuk pertanian (Lillesand dan Kiefer, 1990).
(p) Proses Interpretasi Foto Udara Melalui analisis unsur interpretasi foto udara (topografi, pola aliran dan tekstur, erosi, rona foto, vegetasi, dan penggunaan lahan), penafsir dapat mengenali kondisi lapangan
yang berbeda – beda dan dapat
menetukan batas antaranya. Pada mulanya penafsir foto udara perlu mempertimbangkan dengan seksama unsur – unsur tersebut di atas satu per satu dan dalam kombinasi untuk maksud memperkirakan kondisi lapangan. Setelah memperoleh beberapa pengalaman, usnur tersebut sering terpakai bersama – sama secara tidak sengaja pada saat penafsir mengembangkan untuk mengenali pola foto udara tertentu yang terulang. Pada daerah yang rumit, penafsir seharusnya tidak bimbang di dalam menentukan kondisi lapangan, tetapi harus secara seksama memperhatikan karakteristik topografi, pola aliran dan tekstur, erosi, rona foto, vegetasi, dan penggunaan lahan yang terdapat pada foto udara. Walaupun bagi orang yang paling mampu melakukan analisis foto udara tetap dapat memetik manfaat verifikasi lapangan, oleh karena proses interpretasi foto udara jarang berdiri sendiri. Penafsir foto udara sebaiknya melihat peta topografi, peta geologi, dan peta tanah yang ada untuk melakukan uji lapangan secara selektif. Keuntungan utama interpretasi foto udara untuk evaluasi lapangan ialah penghematan waktu, beaya dan tenaga. Penggunaan teknik interpretasi
foto udara dapat
memungkinkan untuk pemetaan lapangan selama cuaca untuk kerja lapangan tidak baik dan menjadikan kerja lapangan lebih efisien.
2) Penginderaan Jauh Untuk Studi Geografi Manusia
Geografi SMA K - 9
15
Kajian kehidupan penduduk kota dengan foto udara, dapat diidentifikasi antara lain : (1) penggunaan lahan/tanah, (2) gerak manusia dan barang, (3) fasilitas umum dan pelayanan, dan (4) rekreasi. Pada studi penggunaan lahan (land use) kota didasarkan pada : (1) pola fungsi (pattern of functions), (2) pola tipe struktur (structure type pattern), dan (3) kepadatan penutup atap (density of roof cover). Pemekaran kota merupakan suatu proses yang teratur terhadap penyusunan atau perubahan bangunan fisik kota untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan perubahan sosial ekonomi masyarakat, dan menuntut pertumbuhan dan perkembangan yang akan datang (Bintarto, 1997). Kota merupakan pusat keramaian dan berbagai kegiatan, sehingga pelaksanaan pengukuran terestrial kota untuk membuat peta kota sering mengalami hambatan. Di samping itu, kota berkembang lebih cepat dari kemampuan petugas yang ada untuk menggambarkan kenyataan mutakhir secara visual dalam bentuk peta (Sutanto, 1990). Oleh karena itu orang mulai berpaling ke teknik baru untuk mendapat hasil yang cepat dalam penyajian peta mutakhir, lengkap dan terpercaya. Teknik baru tersebut berupa penginderaan jauh, yakni ilmu dan seni untuk memperoleh informasi tentang obyek, daerah atau gejala dengan menganalisa data yang terekam oleh sensor tanpa berhubungan langsung dengan obyek, daerah atau gejala yang dikaji (Sutanto, 1998). Guna
mengetahui
jenis
penggunaan
lahan
kota
dengan
penginderaan jauh, maka kota dapat dilihat pada : (1) pola fungsi, (2) pola tipe struktur, dan (3) kepadatan penutup atap bangunan. Dari hasil interpretasi daerah penelitian dibuat zone-zone yang didasarkan pada pola fungsi, yakni :
(1) Daerah pusat kegiatan (DPK), dari foto udara akan nampak jelas karena padatnya bangunan dan tidak tentunya bangunan. (2) Daerah pemukiman, dari foto udara ditandai dengan bentuk, pola, ukuran, dan rona yang hampir sama. (3) Daerah industri, dari foto udara ditandai dengan bentuk atap bangunan yang berukuran besar dan rona yang spesifik (karena bahan atap dari materi besi).
Geografi SMA K - 9
16
Serta zona-zona lainnya yang pada umumnya pengenalan jenis penggunaan lahan tersebut mendasarkan pada kenampakan atapnya (Suryantoro, 1990). Pada penggunaan foto udara skala besar (misalnya 1 : 5.000), maka kita dapat membuat klasifikasi penggunaan lahan kota pada tingkat yang detail, contoh klasifikasi penggunaan lahan kota dari foto udara adalah sebagai berikut : 1.
2.
3.
4.
5.
6.
Lahan permukiman
pola teratur
pola tidak teratur
pola khusus
Lahan perdagangan
pasar
pusat perbelanjaan
pertokoan
rumah makan
apotik
:
:
Lahan pertanian :
sawah
tegal
kabun bibit
pertanian
Lahan industri
:
pabrik
pembangkit tenaga listrik
Lahan jasa :
kelembagaan (kantor, bank, rumah sakit, sekolahan)
non-kelembagaan (bengkel, penjahit, dokter praktek, salon)
Lahan rekreasi : lapangan olahraga gedung olah raga/stadion kebun binatang taman kota
7.
Lahan ibadah
:
masjid gereja Geografi SMA K - 9
17
pura vihara 8.
Lain-lain : makam lahan kosong lahan sedang dibangun jalur hijau
d. Uraian Kegiatan/Aktivitas Pembelajaran 1)
Penyampaian tujuan pembelajaran, yaitu melalui kajian referensi dan diskusi, peserta pelatihan dapat menganalisis implementasi penginderaan jauh pada studi geografi
2)
Peserta diminta melakukan aktivitas belajar sebagai berikut: Tugas Individu: a)
Baca dan cermati uraian materi implementasi penginderaan jauh pada studi geografi.
b)
Tulislah dengan singkat implementasi penginderaan jauh pada berbagai bidang geografi fisik dan manusia
Tugas Kelompok: a)
Peserta dibagi menjadi beberapa kelompok. dengan jumlah kelompok ideal, yaitu maksimal 5 orang.
b)
Semua kelompok menerima permasalahan atau kasus yang berkaitan dengan kegiatan manusia dalam bidang fisik dan sosial dari fasilitator.
c)
Semua kelompok melakukan diskusi berkaitan dengan implementasi penginderaan jauh untuk mengatasi permasalahanpermasalahn tersebut.
d)
Hasil kelompok berupa analisa implementasi penginderaan jauh diperesentasikan sehingga kelompok lain dapat mencermati dan mempelajari.
e. Evaluasi kegiatan belajar Berikan jawaban pada soal-soal berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan Ibu/Bapak terhadap materi yang telah dipelajari!
Geografi SMA K - 9
18
1. Deskripsikan dan gambarkan tentang proses pengambilan data Geografi dengan menggunakan sistem penginderaan jauh hingga menjadi sebuah peta tematik yang siap diaplikasikan untuk berbagai kepentingan! 2. Data-data apa sajakah yang diperlukan untuk kepentingan perencanaan pembuatan peta rencana tata ruang wilayah (RTRW)! f.
Rangkuman Peranan penginderaan jauh dalam kajian fenomena geografi meliputi 2 bagian yaitu: 1. Penginderaan jauh untuk kajian geografi fisik Karakteristik lapangan utama yang dapat diperkirakan melalui interpretasi foto udara ialah jenis batuan, bentuk lahan, tekstur tanah, situs kondisi pengatusan, kerentanan banjir, dan tebal bahan lepas di atas batuan induk. Selain itu kemiringan lereng permukaan lahan juga dapat diperkirakan dari interpretasi foto udara dan dapat diukur dengan beberapa cara fotogrametrik (Lillesand dan Keifer, 1990). Interpretasi foto udara untuk evaluasi lapangan didasarkan pada pengamatan sistematik dan evaluasi unsur kunci yang dikaji secara stereoskopik. Hal ini meliputi topografi, pola aliran, tekstur, erosi, rona foto, vegetasi dan penggunaan lahan (Lillesand dan Keifer, 1990). 2. Penginderaan jauh untuk kajian geografi manusia, meliputi obyek-obyek: penggunaan lahan/tanah, didasarkan pada : (1) pola fungsi (pattern of functions), (2) pola tipe struktur (structure type pattern), dan (3) kepadatan penutup atap (density of roof cover). gerak manusia dan barang, fasilitas umum dan pelayanan, dan rekreasi Dari hasil interpretasi daerah penelitian dibuat zone-zone yang didasarkan pada
pola fungsi, yakni : 1.
Daerah pusat kegiatan (DPK),
2.
Daerah pemukiman
3.
Daerah industri.
g. Umpan Balik dan Tindak Lanjut Setelah kegiatan pembelajaran,Bapak/ Ibu dapat memberikan umpan balik dengan menjawab pertanyaan berikut ini : 1) Apa yang Bapak/Ibu pahami setelah mempelajari materi implementasi penginderaan jauh pada studi geografi? Geografi SMA K - 9
19
2) Pengalaman penting apa yang Bapak/Ibu peroleh setelah mempelajari materi implementasi penginderaan jauh pada studi geografi? 3) Apa manfaat implementasi penginderaan jauh pada studi geografi, terkait dengan tugas Bapak/Ibu ? 4) Apa rencana tindak lanjut Bapak/Ibu setelah kegiatan pelatihan ini ?
Geografi SMA K - 9
20
B. BAB II APLIKASI SISTIM INFORMASI GEOGRAFIS 1. Kegiatan Belajar Program Aplikasi Sistim Informasi Geografis a.
Tujuan Melalui kegiatan praktik peserta dapat menjalankan program aplikasi Sistim Informasi Geografis
b.
c.
Indikator Pencapaian Kompetensi 1)
menjelaskan fungsi perangkat lunak dalam SIG
2)
mempraktikan aplikasi dasar program SIG
Uraian Materi 1) Pendahuluan SIG secara umum dapat dipahami sebagai sistem yang berbasis komputer, yang digunakan untuk menyimpan, mengelola, menganalisis serta mengaktifkan kembali data yang berhubungan dengan keruangan untuk
berbagai
tujuan
yang
berkaitan
perencanaan. Burrough dalam
dengan
pemetaan
dan
Prahasta (2005) menjelaskan, SIG
merupakan himpunan alat yang digunakan untuk mengumpulkan, menyimpan, mengaktifkan sesuai kehendak, pentransformasian, serta penyajian data spasial dari suatu fenomena nyata di permukaan bumi untuk maksud tertentu. Dalam beberapa literatur, SIG dipandang sebagai hasil dari perkawinan antara sistem komputer untuk bidang kartografi (Computer Assisted Cartography/CAC) atau sistem komputer untuk bidang perancangan
(Computer
Aided
Design/CAD)
dengan
teknologi
basisdata (database). Namun demikian hingga saat ini belum ada kesepakatan mengenai definisi SIG yang baku. Bahkan beberapa negara atau institusi sering kali menggunakan beberapa istilah yang berbeda dalam merujuk terminologi SIG, seperti diungkapkan Demers (1997) dalam Prahasta (2005), seperti tertera dalam tabel 1 berikut. Tabel Terminologi SIG Dari Berbagai Sumber Terminologi o Geographic1 Information System
Sumber Terminologi dari Amerika Serikat
Geographical 2 Information System
Terminologi dari Eropa
Geomatique 3
Terminologi dari Kanada
Geografi SMA K - 9
21
Georelational 4 Information System
Terminologi yang berbasiskan teknologi
Spatial Information 5 System
Terminologi non geografi
Spatial Data 6 Analysis System
Terminologi berdasarkan sistemnya
Definisi SIG dari berbagai ahli yang telah beredar di berbagai pustaka : (a) SIG adalah sistem komputer yang digunakan untuk memasukkan (capturing),
menyimpan,
memeriksa,
mengintegrasikan,
memanipulasi, menganalisis, dan menampilkan data-data yang berhubungan dengan posisi-posisi di permukaan bumi (Rice,2000). (b) SIG adalah kombinasi perangkat keras dan perangkat lunak komputer
yang
memungkinkan
untuk
mengelola
(manage),
menganalisa, memetakan informasi spasial berikut data atributnya (data deskriptif) dengan akurasi kartografi (Basic, 2000). (c) SIG adalah sistem yang terdiri dari perangkat keras, perangkat lunak, data, manusia (brainware), organisasi dan lembaga yang digunakan untuk mengumpulkan, menyimpan, menganalisa dan menyebarkan
informasi-informasi mengenai daerah-daerah
di
permukaan bumi (Chrisman, 1997). (d) SIG adalah sistem komputer yang digunakan untuk memanipulasi data geografi. Sistem ini diimplementasikan dengan perangkat keras dan perangkat lunak komputer yang berfungsi untuk : (a) Akusisi dan verifikasi data, (b) Kompilasi data, (c) Penyimpanan data, (d) Perubahan dan updating data, (e) Manajemen dan pertukaran data, (f) Manipulasi data, (g) Pemanggilan dan presentasi data, dan (h) Analisa data (Bern, 1992) (e) SIG adalah sistem komputer yang digunakan untuk mengumpulkan, memeriksa, mengintegrasikan, dan menganalisa informasi-informasi yang berhubungan dengan permukaan bumi (Demers, 1997) (f) SIG adalah kumpulan yang terorganisir dari perangkat keras komputer, perangkat lunak, data geografis dan personil yang dirancang secara efisien untuk memperoleh, menyimpan, mengupdate, memanipulasi, menganalisis dan menampilkan semua bentuk informasi yang bereferensi geografi (Esri,1990) Geografi SMA K - 9
22
(g) SIG
adalah
teknologi
informasi
yang
dapat
menganalisa,
menyimpan, dan menampilkan baik data spasial maupun non spasial.
SIG
mengkombinasikan
kekuatan
perangkat
lunak
basisdata relasional dan paket perangkat lunak CAD (Guo, 2000).
Penjelasan tentang GIS menurut urutan akronimnya, adalah sebagai berikut: (a)
Geography:
Istilah
ini
digunakan
karena
GIS
dibangun
berdasarkan pada „geografi‟ atau „spasial‟. Objek ini mengarah pada spesifikasi lokasi dalam suatu keruangan atau space. Objek bisa berupa fisik, budaya atau ekonomi alamiah. Penampakan tersebut
ditampilkan
pada
suatu
peta
untuk
memberikan
gambaran yang representatif dari spasial suatu objek sesuai dengan kenyataannya di bumi. Simbol, warna dan gaya garis digunakan untuk mewakili setiap spasial yang berbeda pada peta dua dimensi. (b)
Information. Informasi berasal dari pengolahan sejumlah data, dimana dalam SIG informasi memiliki volume terbesar. Setiap objek geografi memiliki setting data tersendiri karena tidak sepenuhnya data yang ada dapat terwakili dalam peta. Jadi, semua data harus diasosiasikan dengan objek spasial yang dapat membuat
peta
menjadi
intelligent.
Ketika
data
tersebut
diasosiasikan dengan permukaan geografis yang representatif, data tersebut mampu memberikan informasi dengan hanya mengklik mouse pada objek. Perlu diingat bahwa semua informasi adalah data tapi tidak semua data merupakan informasi. (c)
System. Pengertian ini merujuk kepada suatu sistem yang terdiri dari kumpulan elemen-elemen yang saling berintegrasi dan berinterdependensi
dalam
lingkungan
yang
dinamis
untuk
mencapai tujuan tertentu. 3) Keunggulan SIG. Pada dasarnya dengan memperhatikan definisi SIG, kemampuan SIG sudah dapat dikenali. Kemampuan
SIG dapat dilihat dari
kemampuannya dalam menjawab pertanyaan secara konseptual seperti berikut : Geografi SMA K - 9
23
1.
What is at? (apa kemampuan SIG), yaitu untuk mencari keterangan atau atribut/deskripsi unsur-unsur peta yang terdapat pada lokasi tertentu (nama,kode/zipcode atau referensi geografisnya).
2.
Where is it? (dimana kemampuan SIG), yaitu untuk mengidentifikasi unsure-unsur peta sehingga dapat menemukan lokasi yang sesuai untuk tujuan tertentu.
3.
What has changed since? (apa yang telah berubah?), yaitu untuk menjawab pertanyaan ini diperlukan layer (data spasial) yang diambil berkali-kali secara periodik kemudian dibandingkan dengan menggunakan fungsi analisis. Hasil perbandingan disebut trend spasial/atribut.
4.
What spatial pattern exist? (pola spasial seperti apakah yang ada?) pertanyaan ini lebih mempertegas keberadaan pola.
5.
What
if
(bagaimana
seandainya),
lebih
mempertanyakan
permodelan di dalam SIG.
Gambar Sejumlah Pertanyaan yang Harus Dijawab Oleh SIG.
Geografi SMA K - 9
24
Selain memiliki kemampuan menjawab pertanyaan konseptual diatas,
SIG
memiliki kemampuan
tambahan,
yaitu
kemampuan
menjawab pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan: (a) Karakteristik permukaan bumi yang meliputi bagaimana mengukur akurasi, mengukur ketidakpastian serta bagaimana menyatakan akurasi
dan
ketidakpastian
di
dalam
dokumen,
bagaimana
memvisualkan data serta mensimulasikan dampak (b) Apa yang dipikirkan oleh kebanyakan orang mengenai bumi dan sisinya, bagaimana orang berkomunikasi dengan dunia geografi dan dengan bantuan SIG semuanya terjawab. (c) Efisiensi SIG dalam menyimpan, memanggil dengan cepat (d) Tampilan data geografis (pengaruh metode tampilan terhadap penafsiran data geografi, kartografi memperoleh keuntungan dari sistem dijital). (e) Bagaimana intuisi manusia terhadap data spasial dan meningkatkan tools SIG.
Sedangkan alasan dibutuhkannya SIG adalah sebagai berikut : (a) Penanganan data geospatial yang sangat buruk. (b) Peta dan statistik sangat cepat kadaluarsa. (c) Data dan informasi sering tidak akurat. (d) Tidak ada pelayanan penyediaan data. (e) Tidak ada pertukaran data.
Selain
alasan
dibutuhkannya
SIG
tersebut,
dengan
diterapkannya SIG, didapat keuntungan seperti berikut : (a)
Penanganan data geospatial menjadi lebih baik dalam format baku.
(b)
Revisi dan pemutakhiran data menjadi lebih mudah.
(c)
Data geospatial dan informasi lebih mudah dicari, dianalisis dan direpresentasikan.
(d)
Menjadi produk bernilai tambah.
(e)
Data geospatial dapat dipertukarkan.
(f)
Produktivitas staf meningkat dan lebih efisien.
(g)
Penghematan waktu dan biaya.
(h)
Keputusan yang akan diambil menjadi lebih baik.
Geografi SMA K - 9
25
Menurut Anon (2003) ada beberapa alasan mengapa perlu menggunakan SIG, diantaranya adalah: (a)
SIG
menggunakan
data
spasial
maupun
atribut
secara
terintegrasi. (b)
SIG dapat digunakan sebagai alat bantu interaktif yang menarik dalam usaha meningkatkan pemahaman mengenai konsep lokasi, ruang, kependudukan, dan unsur-unsur geografi yang ada dipermukaan bumi.
(c)
SIG dapat memisahkan antara bentuk presentasi dan basis data.
(d)
SIG memiliki kemampuan menguraikan unsur-unsur yang ada di permukaan bumi ke dalam beberapa layer atau coverage data spasial
(e)
SIG
memiliki
kemampuan
yang
sangat
baik
dalam
memvisualisasikan data spasial berikut atributnya. (f)
Semua operasi SIG dapat dilakukan secara interaktif.
(g)
SIG dengan mudah menghasilkan peta-peta tematik.
(h)
semua operasi SIG dapat di-costumize dengan menggunakan perintah-perintah dalam bahasa script.
(i)
Perangkat lunak SIG menyediakan fasilitas untuk berkomunikasi dengan perangkat lunak lain.
(j)
SIG sangat membantu pekerjaan yang erat kaitannya dengan bidang spasial dan geoinformatika.
SIG merupakan sistem berbasis komputer yang didesain untuk mengumpulkan, mengelola, memanipulasi, dan menampilkan data spasial (keruangan) berupa informasi yang mempunyai hubungan geometric. Informasi tersebut dapat diukur, dihitung, dan disajikan dalam sistem koordinat, dengan data berupa data digital yang terdiri dari data posisi (data spasial) dan data semantiknya (data atribut). Pada sistem komputer modern, perangkat lunak yang digunakan tidak dapat berdiri sendiri, tetapi terdiri dari beberapa layer. Model layer ini terdiri dari sistem operasi, program – program pendukung sistem – sistem khusus (Special System Utilities), dan perangkat lunak aplikasi. Perangkat Geografi SMA K - 9
lunak
khusus
aplikasi
SIG
sering
digunakan
untuk 26
menjalankan tugas – tugas SIG. Perangkat lunak ini tersedia dalam bentuk paket – paket perangkat lunak yang masing – masing terdiri dari multi program yang terintegrasi untuk mendukung kemampuan khusus untuk pemetaan, manajemen dan analisis data geografi. Pemilihan perangkat lunak SIG sangat bergantung pada sejumlah faktor, yaitu tujuan – tujuan aplikasi, biaya pembelian dan pemeliharaan, kesiapan dan kemampuan personil – personil pengguna dan agen perangkat lunak yang bersangkutan. Beberapa contoh perangkat lunak dalam SIG, adalah : MapInfo, Arc View,, ArcGIS, AutoCad. Auto Desk Map, TNT Mips, GRASS dan Knoppix GIS. Berkaitan dengan banyaknya perangkat lunak SIG, pada makalah ini akan dibahas salah satu software SIG popular yaitu ArcView.
2) Mengenal Software ArcView Perangkat lunak sistem informasi geografi saat ini telah banyak dijumpai dipasaran. Masing-masing perangkat lunak ini mempunyai kelebihan dan kekurangan dalam menunjang analisis informasi geografi. Program ArcView dikembangkan oleh ESRI (Environ-mental System Research Institute, Inc.) merupakan salah satu perangkat lunak Sistem Informasi Geografis (SIG). ArcView merupakan kelanjutan dari program serupa pada seri sebelumnya. Program ini dirancang sedemikian rupa sehingga memiliki kemampuan-kemampuan yang dapat mendukung Aplikasi Sistem Informasi Geografis. ArcView memiliki kemampuan melakukan fungsi-fungsi dasar SIG. Program ini memiliki alat analitis untuk melakukan analisis spasial sederhana guna menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti berikut: (1) Berapa jumlah mesin ATM milik Bank BCA yang tersebar di Kecamatan X, Kota M? (2) Berapa jumlah pedagang yang terdapat di dalam area 50 meter dari tempat wisata Water Park? Selain dilengkapi dengan alat untuk analisis spasial sederhana, ArcView juga dilengkapi dengan alat analisis statistik dan operasi-operasi matematis. ArcView juga dirancang untuk membuat peta tematik, dimana peta tematik merupakan salah satu input data pada Sistem Informasi Geografis. Program ini dilengkapi dengan alat untuk menyusun data-data Geografi SMA K - 9
27
spasial baik area, garis maupun titik yang di-lengkapi dengan pustaka simbol dan warna untuk merepresentasikan features-nya berdasarkan atribut. Contoh penggunaan simbol dan warna ini adalah untuk untuk membuat peta turunan, misalnya peta tematik wilayah administrasi Kecamatan
Sukun,
Kota
Malang,
diberi
warna
merah
untuk
merepresentasikan besarnya curah hujan. Sedangkan peta tematik berikutnya dengan wilayah ad-ministrasi yang sama diberikan arsiran panjang
dengan warna hijau untuk
merepresentasikan besarnya
kelembaban udara. ArcView mampu menampilkan informasi (basisdata) dan menjawab query spasial maupun atribut. Informasi (basisdata) yang dapat ditampilkan bisa informasi pada perangkat komputer sendiri maupun yang tersebar di jaringan (networking), bahkan dapat mengakses dan menampilkan basisdata atribut yang dibuat dengan meng-gunakan perangkat lunak relasional yang ada, misalnya: Ms Acces, Dbase, Oracle dan sebagainya. Selain itu program ini juga mampu menampilkan informasi atau data dalam bentuk ¬view (tampilan di layar monitor), layout (tata letak pada format siap cetak), table (tabel data), Chart (grafik). Sedangkan untuk query spasial maupun atribut menggunakan SQL (Structured query language) sebagai standard untuk melakukan query terhadap basisdatanya. ArcView dapat menghubungkan informasi spasial dengan informasi-informasi atributnya yang tersimpan dalam basisdata atribut, maksudnya apabila kita memilih feature (entitas) spasial, maka akan muncul informasi spasial; jika kita memilih data atribut dari data atribut akan maka akan muncul data spasial pada feature; jika kita memilih atribut, maka akan muncul juga data-data atribut yang ter-dapat basisdata atribut tersebut, dan jika kita memilih suatu feature spasial, maka akan muncul juga feature spasial lainya yang terkait. ArcView mampu membaca dan menuliskan data dari dan kedalam format perangkat lunak SIG lainnya baik berupa data raster maupun data vektor. Data raster yang dapat dibaca oleh ArcView 3.3 misalnya: JPEG, BMP, GeoTIFF, BSQ (Band sequential), BIL (Band interleaved by line), BIP (Band interleaved by pixel), ERDAS (LAN & GIS), ERDAS Imagine, Grid ArcInfo, raster SUN, dan lainnya. Sedangkan data spasial vektor yang mampu dibaca oleh ArcView 3.3 misalnya: Arc-Info (coverage), MapInfo (MIP), AutoCad (DWG dan DXF), dan lainnya. ArcView dapat Geografi SMA K - 9
28
menuliskan basis data spasialnya ke dalam format shape file sendiri maupun ke dalam format perangkat lunak SIG lainnya misalnya pada MapInfo. Dengan menggunakan extension (modul perangkat SIG ArcView lainnya yang dikembangkan untuk tujuan-tujuan tertentu) ArcView juga dapat melakukan fungsi-fungsi khusus SIG. Berikut sebagian fungsifungsi khusus yang sering digunakan: (1)
3D
Analyst,
digunakan
untuk
membuat,
menganalisa
dan
menampilkan data spasial ber-bentuk 3 dimensi. (2) Network Analyst, digunakan untuk analisis-analisis yang berhubungan dengan jaringan. (3) Klasifikasi, digunakan untuk mengklasifikasikan kembali data spasial maupun atribut menjadi data spasial baru dengan kriteria tertentu. (4) Overlay, digunakan untuk menghasilkan data spasial baru dengan cara menumpang susunkan minimal dua data spasial. (5) Buffering, digunakan untuk meng-hasilkan data spasial baru yang berbentuk polygon atau area dengan jarak tertentu dari data spasial yang menjadi masukannya. (6)
Image
Analyst,
digunakan
untuk
menganalisis
hal-hal
yang
berhubungan dengan citra digital (penginderaan jauh). (7) Tracking Analyst, digunakan untuk melakukan perekaman, tampilan dan pemantauan data yang memiliki kecenderungan mengalami perubahan geografis setiap saat, baik secara langsung (real-time) maupun tidak langsung (playback atau replay). (8) Internet Map Server (IMS), digunakan untuk mempublikasikan peta digital melalui internet sehingga dapat diakses menggunakan program browser. Saat ini ESRI telah mengeluarkan tiga seri ArcView yaitu ArcView 3.1, ArcView 3.2 dan ArcView 3.3 dimana setiap pengeluaran seri terbaru dilakukan penyempurnaan-penyempurnaan didalamnya.
Salah satu
kelebihan dari ArcView adalah kemampaunnya berhubungan dan berkerja dengan bantuan extensions. Extensions (dalam konteks perangkat lunak SIG ArcView) merupakan suatu perangkat lunak yang bersifat “plug-in” dan dapat diaktifkan ketika penggunanya memerlukan kemampuan fungsionalitas tambahan (Prahasta). Extensions bekerja atau berperan sebagai perangkat lunak yang dapat dibuat sendiri, telah ada Geografi SMA K - 9
29
atau dimasukkan (di-instal) ke dalam perangkat lunak ArcView untuk memperluas kemampuan-kemampuan kerja dari ArcView itu sendiri. Contoh-contoh extensions ini seperti Spasial Analyst, Edit Tools v3.1, Geoprocessing, JPGE (JFIF) Image Support, Legend Tool, Projection Utility Wizard, Register and Transform Tool dan XTools Extensions. ArcView mengorganisasikan project beserta tools yang tersedia kedalam bentuk sistem windows, menu, button, dan icon. Setiap tipe dokumen (view, table,chart, layout, dan script) ArcView memiliki tampilan yang berbeda. Struktur tampilan pada ArcView terdiri dari : (a) Project adalah suatu unit organisasi tertinggi di dalam ArcView GIS. Sebuah project berisi pointers yang merujuk pada lokasi fisik (direktori dalam disk) dimana dokumen-dokumen tersebut disimpan. (b) Theme adalah suatu bangunan dasar system ArcView. (c) View merupakan sebuah peta interaktif yang dapat digunakan untuk menampilkan, memeriksa, memilih dan menganalisa data grafis. (d) Table digunakan untuk menampilkan informasi tentang fature yang ada di dalam suatu view. (e) Chart merupakan sebuah grafik yang menyajikan data tabular. (f) Layout digunakan untuk mengintegrasikan dokumen (view, table, chart) dengan elemen-elemen grafik yang lain di dalam suatu window tunggal guna membuat peta yang akan dicetak. (g) Script merupakan sebuah bahasa pemrograman dari Arcview yang ditulis ke dalam bahasa Avenue. ArcView dalam operasinya menggunakan, membaca dan mengolah data dalam format Shapefile, selain itu ArcView jaga dapat memanggil data-data dengan format BSQ, BIL, BIP, JPEG, TIFF, BMP, GeoTIFF atau data grid yang berasal dari ARC/INFO serta banyak lagi data-data lainnya. Setiap data spasial yang dipanggil akan tampak sebagai sebuah Theme dan gabungan dari theme-theme ini akan tampil dalam sebuah view. ArcView mengorganisasikan komponen-komponen programnya (view, theme, table, chart, layout dan script) dalam sebuah project. Project merupakan suatu unit organisasi tertinggi di dalam ArcView.
3) Shapefiles
Geografi SMA K - 9
30
Shapefile merupakan format penulisan dan penyimpanan data spasial vektor yang dapat dibaca, digunakan dan diolah oleh Arcview 3.3. Format ini dapat mendukung representasi data spasial baik area (polygon), line (garis) maupun point (titik). Sedangkan utuk format penyimpanan data atribut ArcView 3.3 menggunakan perangkat lunak DBMS (Database Management System), dimana setiap data yang tercatat, memiliki relasi satu-satu terhadap feature data spasial yang bersangkutan. Shapefile terdiri dari beberapa file dan memiliki nama belakang (suffik atau extension) yang berbeda, sedangkan nama depanya (prefix) sama. File-file tersebut adalah sebagai berikut: file utama (extensi “.SHP”),
file
indeks
(ekstensi
“.SHX”),
dan
file
table
atribut
(ekstensi”.DBF”). Shapefile ESRI dapat dibuat dengan beberapa cara. Pertama, menggunakan cara eksport dari perangkat lunak SIG lainnya. Kedua, dengan cara digitasi. Ketiga, meng-gunakan bahasa semi pemrograman atau bahasa pe-mrograman. Bekerja menggunakan shapefile ArcView 3.3 memiliki keuntungan-keuntungan sebagai berikut: penggambran kembali dari feature petanya lebih cepat, dapat mengedit informasi geometrik dan atributnya, dapat dikonversikan kedalam formatformat data spasial lainya, dan memungkinkan untuk digitasi on-screen.
4) Prosedur Install Software ArcView 3.3 Untuk menggunakan program ArcView kita perlu Install program ArcView kedalam komputer kita. Langkah-langkah peng-Installan dapat mengikuti langkah-langkah berikut: Masukkan CD Program ArcView 3.3, buka Windows Explorer pada komputer kemudian pilih Program ArcView pada CD Program. Anda akan menemukan Icon Setup seperti gambar dibawah ini.
Gambar Icon Setup Install Arcview
Geografi SMA K - 9
31
Untuk mulai Install dapat melakukan double click pada Icon tersebut dan beberapa saat kemudian ArcView 3.3 sudah ter-Install kedalam komputer. Setelah selesai install pada komputer program hasil install akan tertulis dengan nama ESRI.
Apabila ArcView 3.3 sudah ter-Install dalam komputer, kita harus memasukkan terlebih dahulu serial number-nya agar program dapat dijalankan. Untuk memasukkan serial number dapat melakukan langkahlangkah berikut. Klik All Programs pada “Start” Pilih ESRI, akan tertera ArcView GIS 3.3, kemudian pilih ArcView GIS 3.3.
Gambar ArcView pada Start Menu
Program ArcView yang telah terbuka dan akan muncul register yang harus dimasukkan serial numbernya. Untuk memasukkan serial number dapat dilihat pada CD Program ArcView. Setelah dimasukkan serial number Program SIG ArcView 3.3 siap untuk dioperasikan
4) Arsitektur ArcView 3.3 (a) Membuka ArcView 3.3 Untuk mengoperasikan perangkat lunak SIG ArcView 3.3, kita dapat melakukan prosedur yang sama seperti meregistrasikan serial number. Apabila registrasi nomor seri sudah pernah dilakukan, maka program bisa langsung dioperasikan, dan tampilan yang pertama kali muncul seperti gambar berikut.
Geografi SMA K - 9
32
Gambar Tampilan Pertama ArcView 3.3
Setelah muncul tampilan pembuka, beberapa saat kemudian akan muncul tampilan seperti berikut.
Gambar Tampilan Kedua ArcView 3.3 Geografi SMA K - 9
33
Tampilan ini menanyakan kepada pengguna dengan pilihan sebagai berikut:
with new View, Berfungsi apabila kita hendak memulai dengan yang baru dan langsung menunjukkan file yang akan dibuka.
as a blank project, Berfungsi apabila kita hendak memulai yang baru tetapi kita harus membuka file pada menu utama.
open an existing project, Berfungsi apabila kita akan membuka file yang telah ada pada ArcView.
Sebagai latihan kita dapat memilih pilihan pertama dengan menklik radio button disampingnya. Sebelum mengoperasikan program lebih dalam, ada baiknya kita perlu mengetahui komponen-komponen penting yang diorganisasikan oleh ArcView 3.3. a)
Project Project merupakan suatu unit organisasi tertinggi pada ArcView 3.3, dan merupakan suatu file kerja yang dapat digunakan untuk menyimpan, mengelompokkan, dan mengorganisasikan semua komponen-komponen
program.
Komponen-komponen
program
dalam ArcView 3.3 berupa Views, Tables, Charts, Layout, dan Script, yang dapat diaktifkan dan ditampilkan selama bekerja dengan ArcView 3.3. Project ArcView 3.3 disimpan menggunakan ekstensi “.APR”. b) Theme Theme merupakan kumpulan dari beberapa layer ArcView 3.3 yang membentuk suatu peta tematik tertentu dan merupakan suatu bangunan dasar system ArcView 3.3. Sumber data yang dapat direpresentasikan dalam theme adalah format shapefile, coverage (MapInfo), dan citra raster. c)
View View merupakan representasi dari data spasial yang mampu menampung beberapa layer atau theme dari informasi spasial berupa polygon, garis dan titik. Sebagai contoh: batas administrasi, sebaran pemukiman, jaringan jalan, sungai dan lokasi bangunan-bangunan bersejarah.
Geografi SMA K - 9
34
Menu Project Project Button
Nama Project Perintah pada tipe dokumen
Area dimana daftar tipe dokumen yang aktif
Tipe Dokumen
Gambar Project Window d) Table Table merupakan representasi data atribut dari data-data spasial pada masing-masing layer atau theme. Setiap baris data (record) mendefinisikan setiap entry (misalnya satu poligon administrasi kecamatan)
di
dalam
basis
data
spasialnya,
setiap
kolom
mendefinisikan atribut atau karakteristik setiap entri (misalnya luas, keliling atau jumlah penduduk). e)
Chart Chart merupakan representasi grafis dari resume tabel data. Chart merupakan hasil query terhadap suatu tabel data. Bentuk chart yang didukung oleh ArcView 3.3 adalah line, bar, column xy scatter, area dan pie.
f)
Layout Layout digunakan untuk menggabungkan semua dokumen yang siap dicetak.
g) Script
Geografi SMA K - 9
35
Script merupakan bahasa semi pemrograman, di dalam ArcView 3.3 dikenal dengan nama Script Avenue. Dengan avenue, pengguna dapat memodifikasi tampilan (user interface). Dengan ini ArcView 3.3 dapat customized sedemikian rupa hingga dapat secara optimalmemenuhi kebutuhan pengguna untuk tugas-tugas aplikasi tertentu.
(b) Menyimpan dan Menutup Project ArcView 3.3 Untuk menyimpan project dilakukan dengan cara yang sama dengan program-program aplikasi yang lain, yaitu dengan cara menekan menu “File” selanjutnya pilih “Save Project As”, kemudian akan muncul kotak dialog yang meminta kita memilih directory tempat penyimpanannya.
Geografi SMA K - 9
36
Gambar Window Save Project As Tentukanlah drive tempat menyimpan terlebih dahulu, kemudian directories (letakkan pada satu folder khusus dengan nama yang mudah diingat), gantilah nama project sesuai dengan pilihan pengguna. Untuk menutup program dapat dilakukan dengan cara menekan tanda close “ “.
5) Membuat View Baru Bukalah Program ArcView dengan cara yang telah diuraikan diatas, kemudian pengguna akan diminta untuk memilih salah satu pekerjaan yang akan dikerjakan. Sebagai latihan silahkan pilih “As a blank project” dengan cara menekan radio button disebelahnnya hingga aktif. Selanjutnya pengguna dapat membuat view baru. Sebagai bahan latihan kita akan mengubah data raster kedalam data vektor. Data raster menampilkan, menyimpan dan menempatkan data spasial dengan struktur matrik atau pixel yang membentuk grid (Suryantoro, 2007:35), sedangkan model data vektor menampilkan, menempatkan, dan menyimpan data spasial menggunakan titik-titik, Geografi SMA K - 9
37
garis-garis atau kurva, atau poligon beserta atributnya (Suryantoro, 2007:38). Untuk membuat data vektor pengguna terlebih dahulu membuat view baru. Untuk membuat view dapat dilakukan dengan memilih menu “view“ pada “window project” kemudian menekan button “new” atau men-klik dua kali pada menu “view”. Setelah itu akan muncul window berikut:
Gambar Window View
Dalam menjalankan ArcView 3.3, pengguna perlu mengetahui beberapa fasilitas yang disediakan di dalam window view. Beberapa fasilitas yang disediakan dapat dilihat pada gambar berikut.
Skala Peta di View
Geografi SMA K - 9 Menu
Button
Tool
Posisi Letak Cursor
38
Gambar Menu, Button, dan Tool Untuk memulai bekerja membuat data-data vektor, pengguna perlu memanggil file dalam directory. File-file yang digunakan dapat berupa data-data yang berbentuk raster maupun yang ber-bentuk vektor1. Sebagai bahan berlatih, pengguna dapat menggunakan data raster dengan format “.JPEG”2 sebagai input data dalam komponen-komponen Sistem Informasi Geografis (SIG) berupa gambar peta-peta yang telah dibuat orang lain. Untuk menyisipkan theme dapat dilakukan dengan cara berikut: Pilih menu pulldown “View”|”Add Theme” dapat juga dengan menekan ”Ctrl+T”, atau menekan button “
“. Selanjutnya akan
muncul dialog:
Gambar Dialog Add Theme Pilihlah drive dan folder dimana kita menyimpan data, kemudian tentukan jenis ekstensi penyimpanan data kita pada kolom “Data Source Type”, apabila akan memanggil data dengan format ”.shp”,
1 Data raster yang dapat dibaca oleh ArcView 3.3 misalnya: JPEG, BMP, GeoTIFF, BSQ (Band sequential), BIL (Band interleaved by line), BIP (Band interleaved by pixel), ERDAS (LAN & GIS), ERDAS Imagine, Grid ArcInfo, raster SUN, dan lainnya. Sedangkan data spasial vektor yang mampu dibaca oleh ArcView 3.3 misalnya: ArcInfo (coverage), MapInfo (MIP), AutoCad (DWG dan DXF), dan lainnya. 2 Untuk menampilkan data dalam format “.JPEG” Ekstensi “JPEG (JFIF) Image Support” perlu diaktifkan terlebih dahulu dengan cara seperti yang telah diuraikan. Geografi SMA K - 9
39
maka pilih “Feature Data Source” apabila data menggunakan format penyimpanan lain yang dapat di baca oleh ArcView 3.3, Maka yang kita pilih adalah “Image Data Source”. Langkah berikutnya adalah memasukkan theme ke dalam View sehingga
dapat
ditampilkan.
Untuk
tutorial
sesi
ini,
penulis
menggunakan theme contoh yang terintegrasi bersama software ArcView GIS 3.3. Contoh ini secara otomatis telah tersedia ketika Anda telah menginstall aplikasi ArcView GIS 3.3. Silahkan
buka
path
(jalur
folder)
berikut
dibawah
ini
(c:\esri\av_gis30\avtutor\dbaccess) pilih file counties.shp Lanjutkan langkah Anda dengan membuka contoh yang telah disertakan secara gratis langsung ada pada software ArcView 3.3 yang telah
diinstall
pada
komputer
Anda.
Buka
folder
dbaccess
(c:\esri\av_gis30\avtutor\dbaccess), dan pilih file counties.shp. Ekstensi shp merupakan ekstensi yang dimiliki oleh ArcView dalam proses pengolahan data. Selanjutnya tekan “OK”. Selanjutnya akan muncul window seperti berikut:
Gambar Tampilan pada view Apabila theme tidak muncul, silakan menekan radio button pada kotak di sebelah nama theme hingga muncul tanda centang.
Geografi SMA K - 9
40
Gambar
Theme Counties.shp yang Muncul di Dalam View Pada Framework ArcView GIS 3.3
Muncul theme Counties.shp dalam view. Pada theme Counties.shp tersusun dari beberapa layer dan database yang telah di-input didalamnya. Untuk membuka table dalam theme didalamnya dapat dilakukan dengan klik open theme table seperti terlihat dalam gambar, yang akan memunculkan database didalam theme counties.shp., sehingga muncul tabel yang berisi database yang terkandung dalam theme Counties.shp dalam aplikasi ArcView GIS 3.3. (perhatikan gambar dibawah ini).
Gambar Untuk Membuka Tabel, Klik Open Theme Table
Geografi SMA K - 9
41
Gambar Attributes of Counties.shp Membuka layer didalam theme Counties.shp, untuk membuka layer di dalam theme countries.shp klik Theme kemudian klik Edit Legend seperti terlihat dalam gambar berikut ini.
Gambar Edit Legend Untuk memunculkan identitas suatu wilayah dapat dilakukan dengan mengklik identify, yaitu untuk memunculkan semua informasi terkait database didalam theme.
Gambar Icon Identify Kemudian pilih salah satu wilayah yang ingin ditampilkan segala informasi yang terkandung didalamnya. Klik Identify Results
Geografi SMA K - 9
untuk
menampilkan
42
semua informasi yang terdapat dalam database theme.
Gambar Identify Results Dengan menggunakan Legend Editor kita juga dapat memunculkan persebaran data (database) pada theme sehingga menjadi distribusi data yang
terspasialkan.
Hal
ini
tentu
saja sangat
memudahkan
dalam
penyampaian gambar. Adanya persebaran data berbasis spasial menjadikan penyampaian informasi pada peta lebih informatif dan banyak membantu
dalam
pengambilan
keputusan
kebijakan
daerah.
Cara
terdahulu
(konvensional) lebih sering kita lihat menggunakan grafik dan tabel, tetapi dalam konteks SIG cara konvensional tersebut dirubah menjadi modern dan informatif. Gambar Graduated Color : Perubahan Pada Legend Editor Untuk Persebaran Data Pada Theme Countries.Shp Untuk yang berikut ini kita akan mencoba untuk memunculkan view dengan konten persebaran data terhadap populasi tahun 1996. Edit pada legend editor, setelah di klik pada edit legend maka akan muncul seperti gambar di atas. Lakukan beberapa perubahan khususnya pada legend type --> Graduated color sehingga akan ditambah dengan adanya rool out Classification Field dan normalize by. Sortir pada Classification Field rubah dengan Pop1996 (artinya Anda melihat gradasi warna berdasarkan populasi tahun 1996) maka pada legend editor akan berubah. Klik Apply untuk mengakhiri editing pada Legend Editor Geografi SMA K - 9
43
Gambar Hasil Perubahan Setelah Dilakukan Pengeditan
Jika Anda menginginkan perubahan dengan jumlah klasifikasi (penggolongan) pada jumlah kelas tingkat persebaran data, silahkan lakukan penggantian dengan cara klik pada Classify pada Legend Editor.
Geografi SMA K - 9
44
Gambar Membuat Klasifikasi Untuk kasus berikut jumlah kelas persebaran data populasi tahun 1996 menjadi 7 kelas. (berikut dibawah ini adalah bentuk perubahan yang terjadi pada Legend Editor --> perhatikan jumlah kelas yang telah berubah menjadi 7 kelas seperti terlihat dalam gambar).
Gambar Perubahan Jumlah Kelas Pada Legend Editor
Berikut dibawah ini adalah cara mengganti gradasi warna pada theme. Buka Legend Editor kemudian pilih Color Ramps dan pilih warna yang Anda inginkan.
Gambar Penggantian Gradasi Warna Geografi SMA K - 9
45
Sampai disini Anda telah menguasai teknik membuka framework ArcView dan mengkategorikan theme yang dibuka. Silahkan Anda mencoba langkah-langkah tersebut dari awal sebagai dasar pembelajaran penggunaan Sistem Informasi Geografis. Perlu diketahui SIG ini tidak hanya untuk mengolah data yang bersifat spatial keruangan, tetapi lain dari itu kita bisa melakukan suatu riset untuk mengolah informasi-informasi ataupun untuk riset dibidang ekonomi, marketing, industri, dll.
d.
Uraian Kegiatan/Aktivitas Pembelajaran 3)
Penyampaian tujuan pembelajaran, yaitu melalui kajian referensi dan diskusi, peserta pelatihan dapat mempraktikan aplikasi dasar Sistem Informasi Geografis.
4)
Peserta diminta melakukan aktivitas belajar sebagai berikut: Tugas Individu: c)
Baca dan cermati uraian materi aplikasi dalam Sistem Informasi Geografis
d) e.
Tulislah dengan keunggulan program ArcView.
Evaluasi kegiatan belajar Berikan jawaban pada soal-soal berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan Ibu/Bapak terhadap materi yang telah dipelajari! 1) Jelaskan dengan singkat fungsi perangkat lunak dalam Sistim Informasi Geografis ? 2) Jelaskan kemampuan menjalankan fungsi overlay dalam aplikasi Sistim Informasi Geografi!
f.
Rangkuman SIG
merupakan
sistem
berbasis
komputer
yang
didesain
untuk
mengumpulkan, mengelola, memanipulasi, dan menampilkan data spasial (keruangan) berupa informasi yang mempunyai hubungan geometric. Informasi tersebut dapat diukur, dihitung, dan disajikan dalam sistem koordinat, dengan data berupa data digital yang terdiri dari data posisi (data spasial) dan data semantiknya (data atribut). Pemilihan perangkat lunak SIG sangat bergantung pada sejumlah faktor, yaitu tujuan – tujuan aplikasi, biaya pembelian dan pemeliharaan, kesiapan Geografi SMA K - 9
46
dan kemampuan pengguna dan agen perangkat lunak yang bersangkutan. Beberapa contoh perangkat lunak dalam SIG, adalah : MapInfo, Arc View, ArcGIS, AutoCad. Auto Desk Map, TNT Mips, GRASS dan Knoppix GIS. Berkaitan dengan banyaknya perangkat lunak SIG. Software ArcView juga dapat melakukan fungsi-fungsi khusus SIG, antara lain: (1) 3D Analyst, digunakan untuk membuat, menganalisa dan menampilkan data spasial ber-bentuk 3 dimensi. (2) Network Analyst, digunakan untuk analisis-analisis yang berhubungan dengan jaringan. (3) Klasifikasi, digunakan untuk mengklasifikasikan kembali data spasial maupun atribut menjadi data spasial baru dengan kriteria tertentu. (4) Overlay, digunakan untuk menghasilkan data spasial baru dengan cara menumpang susunkan minimal dua data spasial. (5) Buffering, digunakan untuk meng-hasilkan data spasial baru yang berbentuk polygon atau area dengan jarak tertentu dari data spasial yang menjadi masukannya. (6) Image Analyst, digunakan untuk menganalisis hal-hal yang berhubungan dengan citra digital (penginderaan jauh). (7) Tracking Analyst, digunakan untuk melakukan perekaman, tampilan dan pemantauan data yang memiliki kecenderungan mengalami perubahan geografis setiap saat, baik secara langsung (real-time) maupun tidak langsung (playback atau replay). (8) Internet Map Server (IMS), digunakan untuk mempublikasikan peta digital melalui internet sehingga dapat diakses menggunakan program browser.
g.
Rangkuman
h.
Umpan Balik dan Tindak Lanjut Setelah kegiatan pembelajaran,Bapak/ Ibu dapat melakukan umpan balik dengan menjawab pertanyaan berikut ini : 1) Apa yang Bapak/Ibu pahami setelah mempelajari materi aplikasi dasar dalam Sistem Informasi Geografis?
Geografi SMA K - 9
47
2) Pengalaman penting apa yang Bapak/Ibu peroleh setelah mempelajari materi aplikasi dasar dalam Sistem Informasi Geografis? 3) Apa manfaat
materi model data dalam, Sistem Informasi Geografis,
terhadap tugas Bapak/Ibu ? 4) Apa rencana tindak lanjut Bapak/Ibu setelah kegiatan pelatihan ini ?
Geografi SMA K - 9
48
D
BAB IV EVALUASI RANCANGAN DAN IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN 1. Kegiatan Belajar 1. Mengevaluasi Rancangan dan Implementasi Model Pembelajaran a. Tujuan Melalui kegiatan diskusi, peserta diklat dapat mengevaluasi rancangan dan implementasi model discovery learning, problem based learning, dan project based learning
b. Indikator Pencapaian Kompetensi 1)
Mengevaluasi rancangan model discovery learning.
2)
Mengevaluasi implementasi model discovery learning
3)
Mengevaluasi rancangan model problem based learning.
4)
Mengevaluasi implementasi model problem based learning
5)
Mengevaluasi rancangan model project based learning.
6)
Mengevaluasi implementasi model project based learning
c. Uraian Materi 1) Pendahuluan Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, spiritual, sosial, kultural, emosional, dan intelektual merupakan kompetensi inti guru
untuk
pertimbangan
kemampuan dalam
pedagogik
merancang
dan
yang
senantiasa
melaksanakan
menjadi kegiatan
pembelajaran sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru. Adanya perbedaan karakteristik peserta didik yang sedemikian rupa menuntut guru untuk mampu memilih pendekatan, strategi, dan metode pembelajaran yang tepat dengan materi yang akan disampaikan. Ketepatan guru dalam memilih pendekatan, strategi, dan metode pembelajaran akan sangat menentukan kelancaran pembelajaran yang akan berlangsung dan besar kecilnya peran, keterlibatan peserta didik secara aktif (student center). Pendekatan pembelajaran merupakan titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran (Depdiknas, 2008). Menurut T. Raka Joni (Prihantama, 2011) pendekatan diartikan sebagai cara umum dalam memandang permasalahan atau obyek kajian, sehingga berdampak Geografi SMA K - 9
49
ibarat seseorang menggunakan kacamata dengan warna tertentu di dalam memandang alam. Selanjutnya, Raka Joni menjelaskan bahwa pendekatan pembelajaran merupakan titik tolak atau sudut pandang dalam memandang semua masalah pembelajaran (apa, bagaimana, siapa). Jadi pendekatan (approach) pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih
sangat
umum,
di
dalamnya
mewadahi,
menginspirasi,
menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu. Dari pendekatan pembelajaran yang telah ditetapkan selanjutnya diturunkan ke dalam strategi pembelajaran. Ada beberapa macam pendekatan pembelajaran yang digunakan pada kegiatan belajar mengajar, antara lain: 1)
Macam-macam Pendekatan Pembelajaran Ada beberapa macam pendekatan pembelajaran yang digunakan pada kegiatan belajar mengajar, antara lain: a)
Pendekatan Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning/CTL) (1) Konsep Pendekatan Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning/CTL) Berlatar belakang bahwa peserta didik belajar lebih bermakna melalui kegiatan mengalami sendiri dalam lingkungan alamiah, tidak hanya sekedar mengetahui, mengingat, dan memahami saja. Pembelajaran tidak hanya berorientasi pada target penguasaan materi, yang akan gagal dalam membekali peserta didik untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya. Dengan demikian, proses pembelajaran lebih diutamakan dari pada hasil belajar sehingga guru dituntut untuk merencanakan strategi
pembelajaran
yang
variatif
dengan
prinsip
membelajarkan, memberdayakan peserta didik, bukan mengajar peserta didik. Dalam pembelajaran kontekstual, guru memilih konteks pembelajaran yang tepat bagi peserta didik dengan cara mengaitkan pembelajaran dengan kehidupan nyata, lingkungan di mana anak hidup dan berada, serta dengan budaya yang berlaku dalam masyarakatnya. Pemahaman, penyajian ilmu Geografi SMA K - 9
50
pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang ada dalam materi dikaitkan dengan apa yang dipelajari dalam kelas dan dengan kehidupan sehari-hari. Dengan memilih konteks secara tepat, maka peserta didik dapat diarahkan kepada pemikiran agar
tidak
hanya berkonsentrasi dalam
pembelajaran di
lingkungan kelas saja tetapi diajak untuk mengaitkan aspekaspek yang benar-benar terjadi dalam kehidupan mereka seharihari, masa depan mereka, dan lingkungan masyarakat luas. Penggunaan pembelajaran kontekstual memiliki potensi tidak hanya untuk mengembangkan ranah pengetahuan dan keterampilan proses, tetapi juga untuk mengembangkan sikap, nilai, serta kreativitas peserta didik dalam memecahkan masalah yang terkait dengan kehidupan mereka sehari-hari melalui interaksi dengan sesama teman, misalnya melalui pembelajaran kooperatif, sehingga juga mengembangkan ketrampilan sosial (social skills).
(2) Pilar
Pendekatan
Pembelajaran
Kontekstual
(Contextual
Teaching and Learning/CTL) (a) Konstruktivisme (Constructivism) Konstruktivesme
merupakan
landasan
berpikir
(filosofi) pendekatan pembelajaran kontekstual, yaitu bahwa pengetahuan bukanlah seperangkat fakta, konsep atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Peserta didik perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya dan bergelut
dengan
ide-ide.
Peserta
didik
harus
mengkonstruksikan pengetahuan di benak mereka sendiri bukan menerima informasi dari guru secara instan. Dengan dasar itu, maka pembelajaran harus dikemas menjadi proses ”mengkonstruksi” bukan “menerima” pengetahuan. Dalam proses pembelajaran, peserta didik membangun
sendiri
pengetahuan
mereka
melalui
keterlibatan aktif dalam proses belajar dan mengajar. Peserta didik menjadi pusat kegiatan, bukan guru yang menjadi pusat kegiatan. Geografi SMA K - 9
51
(b) Inkuiri (Inquiry) Pengetahuan peserta
didik
dan
keterampilan
diharapkan
bukan
yang
diperoleh
hasil
mengingat
seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri. Pembelajaran
berdasarkan
inkuiri
mendorong
seluruh pikiran dan tubuh untuk bersam-sama aktif baik di dalam
maupun di luar kelas.
merancang
kegiatan
yang
Guru
merujuk
harus selalu pada
kegiatan
menemukan, apapun materi yang diajarkan. Misalnya topik
mengenai
manusia,
macam-macam
kebutuhan
hidup
sudah saatnya ditemukan sendiri oleh peserta
didik, bukan menurut buku atau menurut guru. (c) Bertanya (Questioning) Pengetahuan yang dimiliki seseorang selalu bermula dari bertanya. Bertanya merupakan strategi utama dalam pembelajaran berbasis kontekstual. Bertanya dalam pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong,
membimbing,
dan
menilai
kemampuan
berpikir peserta didik. Bagi peserta didik,
kegiatan
bertanya merupakan bagian penting dalam melaksanakan pembelajaran yang berbasis inquiri, yaitu menggali informasi, mengkonfirmasikan apa yang sudah diketahui dan mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahuinya. Dalam segala aktivitas belajar, questioning dapat diterapkan: antara peserta didik dengan peserta didik, antara guru dengan peserta didik, antara peserta didik dengan guru, antara peserta didik dengan orang lain dan sebagainya. (d) Masyarakat Belajar (Learning Community) Konsep
masyarakat
belajar
adalah
hasil
pembelajaran yang diperoleh dari kerjasama dengan orang
lain.
Misalnya
seorang
yang
belum
bisa
memperkecil atau memperbesar peta dapat dibantu oleh teman yang sudah bisa membuat dengan menunjukkan Geografi SMA K - 9
52
cara
membuatnya.
Kedua
orang
tersebut
sudah
membentuk masyarakat belajar (learning community) Dalam kelas dengan pendekatan pembelajaran kontekstual,
guru
disarankan
selalu
melaksanakan
pembelajaran dalam kelompok-kelompok belajar. Peserta didik dibagi dalam kelompok-kelompok yang anggotanya heterogen. Peserta didik yang pandai mengajari yang lemah, yang sudah tahu memberi tahu yang belum tahu, dan seterusnya. Belajar yang baik adalah bersifat sosial.
(e) Pemodelan (Modelling) Sebuah pembelajaran pengetahuan, keterampilan atau sikap memerlukan model yang dapat ditiru. Model itu dapat berupa tokoh-tokoh masyarakat yang diceritakan dalam pembelajaran atau cara berinteraksi sesuai norma masyarakat. Dengan demikian, guru memberi model tentang “bagaimana cara belajar”. Model berarti contoh, artinya tidak ada satu cara terbaik.. Dalam pendekatan kontekstual, guru bukan satusatunya
model,
model
dapat
dirancang
dengan
melibatkan peserta didik. Seorang peserta didik bisa ditunjuk untuk memberi contoh temannya melafalkan suatu kata dan bagaimana contoh praktek pemodelan di kelas. (f)
Refleksi (Reflection) Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir ke belakang tentang apa yang sudah di lakukan di masa lalu. Refleksi merupakan respon terhadap kejadian, aktivitas atau pengetahuan yang baru diterima. Misalnya, ketika pelajaran berakhir, peserta didik merenung. Pengetahuan diperoleh melalui proses, pengetahuan dimiliki
peserta
didik
diperluas
melalui
konteks
pembelajaran yang kemudian diperluas sedikit demi sedikit.
Guru
membantu
peserta
didik
membuat
hubungan-hubungan antara pengetahuan yang dimiliki Geografi SMA K - 9
53
sebelumnya dengan pengetahuan yang baru. Dengan demikian peserta didik merasa memperoleh sesuatu yang berguna bagi dirinya tentang apa yang baru dipelajarinya. (g) Penilaian otentik (Authentic Assessment) Penilaian berbagai
otentik
data
perkembangan
yang
adalah bisa
belajar
proses
pengumpulan
memberikan
peserta
didik.
gambaran Gambaran
perkembangan belajar peserta didik perlu diketahui oleh guru
agar
bisa
memastikan
bahwa
peserta
didik
mengalami proses pembelajaran dengan benar. Atau dengan kata lain penilaian otentik adalah penilaian yang sebenarnya. Penilaian otentik menjadi diperlukan untuk pendidikan jaman sekarang dengan mengingat proses-proses di atas dibandingkan dengan penilaian tradisional yang mengandalkan paper and pencil test. Materi dan presentasi tetap perlu, namun itu semua digunakan untuk mendukung pengalaman belajar bukan untuk menggantikannya. Penilaian yang berbasis pengalaman seperti karya peserta didik, demonstrasi, laporan, jurnal, portofolio menjadi bukti kongkrit yang sesungguhnya/otentik tentang apa yang sudah dipelajari peserta didik. b) Pendekatan Konstruktivisme Menurut
Piaget
(Deti,
2005),
pendekatan
kontruktivisme
merupakan landasan berfikir pendekatan kontekstual, yaitu bahwa pendekatan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak dengan tiba-tiba. Kelebihan pendekatan konstruktivisme ialah peserta didik berpeluang membina pengetahuan secara aktif melalui proses saling pengaruh antara
pembelajaran terdahulu dengan pembelajaran terbaru.
Pembelajaran terdahulu dikaitkan dengan pembelajaran terbaru. Keterkaitan ini dibina sendiri oleh peserta didik. Menurut teori konstruktivisme, konsep-konsep yang dibina pada struktur kognitif seseorang akan berkembang dan berubah apabila ia mendapat pengetahuan atau pengalaman baru. Seseorang akan dapat
membina
konsep
dalam
struktur
kognitifnya
dengan
menghubungkan pengetahuan baru dengan pengetahuan yang ada padanya. Geografi SMA K - 9
54
Pendekatan konstruktivisme sangat penting dalam proses pembelajaran kerana belajar digalakkan untuk membina konsep sendiri dengan menghubungkan/mengkaitkan permasalahan yang dipelajari dengan pengetahuan yang sedia ada pada mereka. Dalam proses ini, pelajar dapat meningkatkan pemahaman mereka tentang sesuatu perkara.
c)
Pendekatan Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAIKEM) (1) Konsep Pendekatan PAIKEM PAIKEM digunakan dengan prinsip-prinsip pembelajaran berbasis kompetensi. Pembelajaran berbasis kompetensi adalah pembelajaran yang dilakukan dengan orientasi pencapaian kompetensi
peserta
didik,
sehingga
muara
akhir
hasil
pembelajaran adalah meningkatnya kompetensi peserta didik yang dapat diukur dalam pola sikap, pengetahuan, dan keterampilannya. Tujuan pembelajaran berbasis PAIKEM adalah untuk membantu peserta didik mengembangkan kemampuan berpikir tahap tinggi, berpikir kritis dan berpikir kreatif (critical dan creative thinking). Berpikir kritis adalah suatu kecakapan nalar secara
teratur,
kecakapan
sistematis
dalam
menilai,
memecahkan masalah menarik keputusan, memberi keyakinan, menganalisis asumsi dan pencarian ilmiah. Berpikir kreatif adalah suatu kegiatan mental untuk meningkatkan kemurnian (orginality),
ketajaman
mengembangkan
pemahaman
sesuatu
(generating).
(insigt)
dalam
Kemampuan
memecahkan masalah merupakan kemampuan berpikir tingkat tinggi. (2) Prinsip Pendekatan PAIKEM Pendekatan PAIKEM merupakan pendekatan yang berbasis kompetensi dengan kondisi sebagai berikut: (a) Berpusat pada peserta didik agar mencapai kompetensi yang diharapkan. Peserta didik menjadi subjek pembelajaran sehingga keterlibatan aktivitasnya dalam pembelajaran tinggi. Tugas guru adalah mendesain kegiatan pembelajaran Geografi SMA K - 9
55
agar tersedia ruang dan waktu bagi peserta didik belajar secara aktif dalam mencapai kompetensinya. (b) Pembelajaran terpadu agar kompetensi yang dirumuskan dalam SK dan KD tercapai secara utuh. Aspek kompetensi yang terdiri dari sikap, pengetahuan, dan keterampilan terintegrasi menjadi satu kesatuan. (c) Pembelajaran dilakukan dengan sudut pandang adanya keunikan individual setiap peserta didik. Peserta didik memiliki karakteristik, potensi, dan kecepatan belajar yang beragam. Oleh karena itu dalam kelas dengan jumlah tertentu, guru perlu memberikan layanan individual agar dapat mengenal dan mengembangkan peserta didiknya. (d) Pembelajaran dilakukan secara bertahap dan terus menerus menerapkan prinsip pembelajaran tuntas (mastery learning) sehingga mencapai ketuntasan yang ditetapkan. Peserta didik
yang
belum
tuntas
diberikan layanan remidial,
sedangkan yang sudah tuntas diberikan layanan pengayaan atau melanjutkan pada kompetensi berikutnya. (e) Pembelajaran
dihadapkan
pada
situasi
pemecahan
masalah, sehingga peserta didik menjadi pembelajar yang kritis, kreatif, dan mampu memecahkan masalah yang dihadapi.
Oleh
pembelajaran
karena
yang
itu
guru
berkaitan
perlu
dengan
mendesain
permasalahan
kehidupan atau konteks kehidupan peserta didik dan lingkungan. Berpikir kritis adalah kecakapan nalar secara teratur, kecakapan sistematis dalam menilai, memecahkan masalah,
menarik
keputusan,
memberi
keyakinan,
menganalisis asumsi dan pencarian ilmiah. Berpikir kreatif adalah
suatu
kegiatan
mental
untuk
meningkatkan
kemurnian (originality) dan ketajaman pemahaman (insight) dalam mengembangkan sesuatu (generating). Kemampuan memecahkan
masalah
(problem
solving)
adalah
kemampuan tahap tinggi peserta didik dalam mengatasi hambatan, kesulitan maupun ancaman. Metode problem solving (metode pemecahan masalah) bukan hanya sekedar metode mengajar tetapi juga merupakan suatu metode Geografi SMA K - 9
56
berpikir, sebab dalam problem solving dapat menggunakan metode-metode lainnya dimulai dengan mencari data sampai kepada menarik kesimpulan. (f) Pembelajaran dilakukan dengan multistrategi dan multimedia sehingga memberikan pengalaman belajar beragam bagi peserta didik.
(3) Ciri-Ciri Pendekatan PAIKEM Sesuai dengan singkatan PAIKEM, maka pembelajaran yang berfokus pada peserta didik, bermakna, adanya aktivitas, pengalaman dan kemandirian peserta didik, serta konteks kehidupan dan lingkungan ini memiliki 4 ciri yaitu mengalami, komunikasi, interaksi dan refleksi. (a) Mengalami (pengalaman belajar) antara lain melakukan pengamatan, percobaan, penyelidikan, wawancara, berbuat sesuatu, mengaktifkan banyak indra. (b) Komunikasi, bentuknya antara lain presentasi laporan, memajangkan hasil kerja, dan mengungkapkan gagasan. (c) Interaksi, bentuknya antara lain melakukan diskusi, tanya jawab, memberikan pertanyaan yang belum terjawab dengan benar kepada peserta didik lain. (d) Kegiatan refleksi yaitu memikirkan kembali apa yang diperbuat/dipikirkan, seperti mengapa demikian, gagasan apa untuk perbaikan, dan lainnya. Berdasarkan karakteristik PAIKEM tersebut, maka guru perlu memberikan dorongan kepada peserta didik untuk menggunakan otoritas atau haknya dalam membangun gagasan. Tanggung jawab belajar, memang berada pada diri peserta didik, tetapi guru bertanggung jawab dalam memberikan situasi yang mendorong prakarsa, motivasi, perhatian, persepsi, retensi, dan transfer dalam belajar, sebagai bentuk tanggung jawab peserta didik untuk belajar sepanjang hayat
d) Pendekatan Saintifik Geografi SMA K - 9
57
(1) Konsep Pendekatan Saintifik Pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar
peserta
didik secara aktif mengonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik,
menganalisis
mengomunikasikan “ditemukan”.
data,
konsep,
Pendekatan
menarik hukum saintifik
kesimpulan atau
prinsip
dimaksudkan
dan yang untuk
memberikan pemahaman kepada peserta didik dalam mengenal, memahami berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada informasi searah dari guru. Oleh karena itu kondisi pembelajaran yang diharapkan tercipta diarahkan untuk mendorong peserta didik dalam mencari tahu dari berbagai sumber melalui observasi, dan bukan hanya diberi tahu. Penerapan melibatkan
pendekatan
keterampilan
saintifik
dalam
pembelajaran
proses
seperti
mengamati,
mengklasifikasi, mengukur, meramalkan, menjelaskan, dan menyimpulkan. Dalam melaksanakan proses-proses tersebut, bantuan guru diperlukan. Akan tetapi bantuan guru tersebut harus
semakin
berkurang
dengan
semakin
bertambah
dewasanya siswa atau semakin tingginya kelas siswa. Kemendikbud (2013), pendekatan saintifik sangat relevan dengan tiga teori belajar yaitu teori Bruner, teori Piaget, dan teori Vygotsky.
Teori belajar Bruner disebut juga teori belajar
penemuan. Ada empat hal pokok berkaitan dengan teori belajar Bruner (dalam Carin & Sund, 1975). Pertama, individu hanya belajar dan mengembangkan pikirannya apabila ia menggunakan pikirannya. Kedua, dengan melakukan proses-proses kognitif dalam proses penemuan, siswa akan memperoleh sensasi dan kepuasan intelektual yang merupakan suatau penghargaan intrinsik. Ketiga, satu-satunya cara agar seseorang dapat mempelajari teknik-teknik dalam melakukan penemuan adalah ia memiliki kesempatan untuk melakukan penemuan. Keempat, Geografi SMA K - 9
58
dengan melakukan penemuan maka akan memperkuat retensi ingatan. Empat hal di atas adalah bersesuaian dengan proses kognitif yang diperlukan dalam pembelajaran menggunakan metode saintifik. Teori Piaget, menyatakan bahwa belajar berkaitan dengan pembentukan dan perkembangan skema (jamak skemata). Skema adalah suatu struktur mental atau struktur kognitif yang dengannya seseorang secara intelektual beradaptasi dan mengkoordinasi lingkungan sekitarnya (Baldwin, 1967). Skema tidak pernah berhenti berubah, skemata seorang anak akan berkembang menjadi skemata orang dewasa. Proses yang menyebabkan terjadinya perubahan skemata disebut dengan adaptasi. (2) Karakteristik Pendekatan Saintifik Pembelajaran dengan metode saintifik memiliki karakteristik sebagai berikut: (a) berpusat pada siswa. (b) melibatkan keterampilan proses sains dalam mengonstruksi konsep, hukum atau prinsip. (c) melibatkan proses-proses kognitif yang potensial dalam merangsang perkembangan intelek, khususnya keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa. (d) dapat mengembangkan karakter siswa. (3) Tujuan pembelajaran dengan pendekatan saintifik Tujuan
pembelajaran
dengan
didasarkan pada keunggulan
pendekatan
saintifik
pendekatan tersebut. Beberapa
tujuan pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah: (a) untuk
meningkatkan
kemampuan
intelek,
khususnya
kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa. (b) untuk membentuk kemampuan siswa dalam menyelesaikan suatu masalah secara sistematik. (c) terciptanya kondisi pembelajaran dimana siswa merasa bahwa belajar itu merupakan suatu kebutuhan. (d) diperolehnya hasil belajar yang tinggi
Geografi SMA K - 9
59
(e) untuk melatih siswa dalam mengomunikasikan ide-ide, khususnya dalam menulis artikel ilmiah. (f) untuk mengembangkan karakter siswa. (4) Prinsip-prinsip pembelajaran dengan pendekatan saintifik Beberapa prinsip
pendekatan saintifik dalam kegiatan
pembelajaran adalah sebagai berikut: (1) pembelajaran berpusat pada siswa (2) pembelajaran membentuk students‟ self concept (3) pembelajaran terhindar dari verbalisme (4) pembelajaran memberikan kesempatan pada siswa untuk mengasimilasi dan mengakomodasi konsep, hukum, dan prinsip (5) pembelajaran
mendorong
terjadinya
peningkatan
kemampuan berpikir siswa (6) pembelajaran meningkatkan motivasi belajar siswa dan motivasi mengajar guru (7) memberikan kesempatan kepada siswa untuk melatih kemampuan dalam komunikasi (8) adanya proses validasi terhadap konsep, hukum, dan prinsip yang dikonstruksi siswa dalam struktur kognitifnya.
2) Evaluasi dalam Pembelajaran Evaluasi berkaitan dengan proses kognitif memberikan penilaian berdasarkan kriteria dan standar yang sudah ada. Kriteria yang biasanya digunakan adalah kualitas, efektivitas, efisiensi, dan konsistensi. Kriteria atau standar ini dapat pula ditentukan sendiri oleh peserta didik. Standar ini dapat berupa kuantitatif maupun kualitatif serta dapat ditentukan sendiri oleh peserta didik. Perlu diketahui bahwa tidak semua kegiatan penilaian merupakan dimensi mengevaluasi, namun hampir semua dimensi proses kognitif memerlukan penilaian. Perbedaan antara penilaian yang dilakukan peserta didik dengan penilaian yang merupakan evaluasi adalah pada standar dan kriteria yang dibuat oleh peserta didik. Jika standar atau kriteria yang dibuat mengarah pada keefektifan hasil yang didapatkan dibandingkan dengan perencanaan dan keefektifan prosedur yang digunakan maka apa yang dilakukan peserta didik merupakan kegiatan Geografi SMA K - 9
60
evaluasi.
Evaluasi
meliputi
mengecek
(checking)
dan
mengkritisi
(critiquing). Mengecek mengarah pada kegiatan pengujian hal-hal yang tidak konsisten atau kegagalan dari suatu operasi atau produk. Jika dikaitkan
dengan
proses
berpikir
merencanakan
dan
mengimplementasikan maka mengecek akan mengarah pada penetapan sejauh mana suatu rencana berjalan dengan baik. Mengkritisi mengarah pada penilaian suatu produk atau operasi berdasarkan pada kriteria dan standar eksternal. Mengkritisi berkaitan erat dengan berpikir kritis. Peserta didik melakukan penilaian dengan melihat sisi negatif dan positif dari suatu hal, kemudian melakukan penilaian menggunakan standar ini
Evaluasi adalah menentukan nilai materi dan metode untuk tujuan tertentu. Evaluasi bersangkutan dengan penentuan secara kuantitatif atau kualitatif tentang nilai materi atau metode untuk sesuatu maksud dengan memenuhi tolok ukur tertentu. Kategori evaluasi dibedakan menjadi dua,yakni a)
evaluasi berdasarkan bukti internal yaitu evaluasi terhadap ketetapan komunikasi berdasarkan logika, konsistensi, dan kriteria kriteria internal lain misalnya, menunjukkan kesalahan kesalahan logika dalam suatu argument
b)
evaluasi berdasarkan bukti eksternal yaitu evaluasi terhadap materi berdasarkan
kriteria
yang
ditetapkan
atau
diingat,
misalnya
membandingkan teor-teori, generalisasi-generalisasi, dan fakta-fakta pokok tentang kebudayaan tertentu. Taksonomi Bloom ranah kognitif berturut-turut dari yang paling sederhana sampai yang paling kompleks.
Evaluasi merupakan suatu proses berkelanjutan tentang pengumpulan dan penafsiran informasi untuk menilai keputusan-keputisan yang dibuat dalam merancang suatu sistem pembelajaran. Pengertian tersebut memiliki tiga implikasi rumusan, yaitu: a)
Evaluasi adalah suatu proses menilai yang terus menerus, sebelum, sewaktu dan sesudah proses belajar mengajar
b)
Proses evaluasi senantiasa diarahkan ke tujuan tertentu, yakni untuk mendapatkan jawaban-jawaban tentang bagaimana memperbaiki pembelajaran.
Geografi SMA K - 9
61
c)
Evaluasi menuntut penggunaan alat-alat ukur yang akurat dan bermakna untuk mengumpulkan informasi yang dibutuhkan guna mengambil keputusan. Evaluasi berkenaan dengan proses yang berhubungan dengan
pengumpulan informasi yang memungkinkan kita ,menentukan tingkat kemajuan, ketercapaian tujuan pembelajaran, dan menemukan cara lebih baik pada waktu-waktu mendatang.. Pada akhirnya dengan kemampuan professional judgement dapat diputuskan apakah rancangan tersebut baik atau belum baik, cocok atau kurang cocok diterapkan. Langkah awal yang harus disiapkan sebelum melakukan evaluasi rancangan dan implementasi model pembelajaran yang telah dibuat meliputi: a) Mempersiapkan dokumen rancangan model pembelajaran yang telah digunakan b) Mempersiapkan instrumen yang telah diisi c) Mempersiapkan format refleksi yang telah diisi Hal-hal lain yang perlu diperhatikan dalam mengevaluasi rancangan dan implementasi model pembelajaran adalah faktor di luar dokumen itu sendiri, seperti karakteristik peserta didik yang
berkaitan dengan gaya
belajar, tingkat kemampuan/kecerdasan, kondisi fisik dan mental, dan latar belakang sosial. Faktor lain yang dapat berpengaruh juga berasal dari karakteristik materi yang bersifat fakual, konsep, prinsip, maupun prosedur. Kondisi sekolah juga menjadi pertimbangan karena di dalamnya mencakup ketersediaan sarana prasarana pendukung pembelajaran, bahkan guru sebagai sumber daya manusia yang akan melaksanakan kegiatan pembelajaran.
3) Karakteristik Model Pembelajaran Evaluasi rancangan dan implementasi dapat dilakukan dengan mengenal
terlebih
dahulu
karakteristik
masing-masing
model
pembelajaran. Karakteristik model pembelajaran dapat berupa kelebihan maupun kelemahan. Berikut karakteristik untuk setiap model pembelajaran yang akan dievaluasi. a) Model Discovery Learning Strategi discovery learning adalah teori belajar yang didefinisikan sebagai proses pembelajaran yang terjadi bila pelajar tidak disajikan Geografi SMA K - 9
62
dengan
pelajaran
dalam
bentuk
finalnya,
tetapi
diharapkan
mengorganisasi sendiri. Sebagaimana pendapat Bruner, bahwa: “Discovery Learning can be defined as the learning that takes place when the student is not presented with subject matter in the final form, but rather is required to organize it him self” (Lefancois dalam Emetembun, 1986:103). Yang menjadikan dasar ide Bruner ialah pendapat dari Piaget yang menyatakan bahwa anak harus berperan aktif dalam belajar di kelas. Bruner memakai strategi yang disebutnya discovery learning, dimana murid mengorganisasi bahan yang dipelajari dengan suatu bentuk akhir (Dalyono, 1996:41). Strategi discovery learning adalah memahami konsep, arti, dan hubungan, melalui proses intuitif untuk akhirnya sampai kepada suatu kesimpulan (Budiningsih, 2005:43). Discovery terjadi bila individu terlibat, terutama dalam penggunaan proses mentalnya untuk menemukan beberapa konsep dan prinsip. Discovery dilakukan melalaui observasi, klasifikasi, pengukuran, prediksi, penentuan. Proses tersebut disebut cognitive process sedangkan discovery itu sendiri adalah the mental process of assimilatig conceps and principles in the mind (Robert B. Sund dalam Malik, 2001:219). Sebagai strategi belajar, discovery learning mempunyai prinsip yang sama dengan inkuiri (inquiry) dan problem solving. Tidak ada perbedaan yang prinsipil pada ketiga istilah ini, pada discovery learning lebih menekankan pada ditemukannya konsep atau prinsip yang sebelumnya tidak diketahui. Perbedaannya dengan discovery ialah bahwa pada discovery masalah yang diperhadapkan kepada peserta didik semacam masalah yang direkayasa oleh guru. Sedangkan pada inkuiri masalahnya bukan hasil rekayasa, sehingga peserta didik harus mengerahkan seluruh pikiran dan keterampilannya untuk mendapatkan temuan-temuan di dalam masalah itu melalui proses penelitian, sedangkan problem solving lebih memberi tekanan pada kemampuan menyelesaikan masalah. Dalam Konsep Belajar, sesungguhnya strategi discovery learning merupakan pembentukan kategori-kategori atau konsep-konsep, yang dapat memungkinkan terjadinya generalisasi. Sebagaimana teori Bruner tentang kategorisasi yang nampak dalam discovery, bahwa Geografi SMA K - 9
63
discovery adalah pembentukan kategori-kategori, atau lebih sering disebut sistem-sistem coding. Pembentukan kategori-kategori dan sistem-sistem coding dirumuskan demikian dalam arti relasi-relasi (similaritas & difference) yang terjadi diantara obyek-obyek dan kejadian-kejadian (events). Bruner memandang bahwa suatu konsep atau kategorisasi memiliki lima unsur, dan peserta didik dikatakan memahami suatu konsep apabila mengetahui semua unsur dari konsep itu, meliputi: 1) Nama; 2) Contoh-contoh baik yang positif maupun yang negatif; 3) Karakteristik, baik yang pokok maupun tidak; 4) Rentangan karakteristik; 5) Kaidah (Budiningsih, 2005:43). Bruner menjelaskan bahwa pembentukan konsep merupakan dua kegiatan mengkategori yang berbeda yang menuntut proses berfikir yang berbeda pula. Seluruh kegiatan mengkategori meliputi mengidentifikasi dan menempatkan contoh-contoh (obyek-obyek
atau peristiwa-
peristiwa) ke dalam kelas dengan menggunakan dasar kriteria tertentu. Di dalam proses belajar, Bruner mementingkan partisipasi aktif dari tiap peserta didik, dan mengenal dengan baik adanya perbedaan kemampuan. Untuk menunjang proses belajar perlu lingkungan memfasilitasi rasa ingin tahu peserta didik pada tahap eksplorasi. Lingkungan ini dinamakan discovery learning environment, yaitu lingkungan dimana peserta didik dapat melakukan eksplorasi, penemuan-penemuan baru yang belum dikenal atau pengertian yang mirip dengan yang sudah diketahui. Lingkungan seperti ini bertujuan agar peserta didik dalam proses belajar dapat berjalan dengan baik dan lebih kreatif. Untuk memfasilitasi proses belajar yang baik dan kreatif harus berdasarkan pada manipulasi bahan pelajaran sesuai dengan tingkat perkembangan kognitif peserta didik. Manipulasi bahan pelajaran bertujuan untuk memfasilitasi kemampuan peserta didik dalam berfikir (merepresentasikan apa yang dipahami) sesuai dengan tingkat perkembangannya. Menurut Bruner perkembangan kognitif seseorang terjadi melalui tiga tahap yang ditentukan oleh bagaimana cara lingkungan, yaitu: enactiv, iconic, dan symbolic. Tahap enaktiv, seseorang
melakukan
aktivitas-aktivitas
dalam
upaya
untuk
memahami lingkungan sekitarnya, artinya, dalam memahami dunia sekitarnya anak menggunakan pengetahuan motorik, misalnya melalui Geografi SMA K - 9
64
gigitan,
sentuhan,
pegangan,
dan sebagainya.
Tahap iconic,
seseorang memahami objek-objek atau dunianya melalui gambargambar dan visualisasi verbal. Maksudnya, dalam memahami dunia sekitarnya anak belajar melalui bentuk perumpamaan (tampil) dan perbandingan (komparasi). Tahap symbolic, seseorang telah mampu memiliki
ide-ide
atau
gagasan-gagasan
abstrak
yang
sangat
dipengaruhi oleh kemampuannya dalam berbahasa dan logika. Dalam memahami dunia sekitarnya anak belajar melalui simbol-simbol bahasa, logika, matematika, dan sebagainya. Pada akhirnya yang menjadi tujuan dalam strategi discovery learning
menurut
Bruner
adalah
hendaklah
guru
memberikan
kesempatan kepada muridnya untuk menjadi seorang problem solver, seorang scientist, historin, atau ahli matematika. Dan melalui kegiatan tersebut peserta didik akan menguasainya, menerapkan, serta menemukan hal-hal yang bermanfaat bagi dirinya. Karakteristik yang paling jelas mengenai discovery sebagai strategi mengajar ialah bahwa sesudah tingkat-tingkat inisial (pemulaan) mengajar, bimbingan guru hendaklah lebih berkurang dari pada strategi-strategi mengajar lainnya. Hal ini tak berarti bahwa guru menghentikan untuk memberikan suatu bimbingan setelah problema disajikan kepada pelajar. Tetapi bimbingan yang diberikan tidak hanya dikurangi direktifnya melainkan pelajar diberi responsibilitas yang lebih besar untuk belajar sendiri. (Bahan Diklat)
(1) Kelebihan Model Discovery Learning (a) Membantu
peserta
didik
untuk
memperbaiki
dan
meningkatkan keterampilan dan proses kognitif. Usaha penemuan merupakan kunci dalam proses ini, seseorang tergantung bagaimana cara belajarnya. (b) Pengetahuan yang diperoleh melalui metode ini sangat pribadi dan ampuh, karena menguatkan pengertian, ingatan dan transfer. (c) Menimbulkan rasa senang pada peserta didik, karena tumbuhnya rasa puas menyelidiki dan berhasil. (d) Metode ini memungkinkan peserta didik berkembang dengan cepat dan sesuai dengan kemampuannya sendiri. Geografi SMA K - 9
65
(e) Menyebabkan peserta didik mengarahkan kegiatan belajarnya sendiri dengan melibatkan akal dan motivasi diri. (f) Metode ini dapat membantu peserta didik memperkuat konsep dirinya, karena memperoleh kepercayaan bekerja sama dengan yang lainnya. (g) Berpusat pada peserta didik dan guru berperan bersama peserta didik aktif mengeluarkan gagasan-gagasan. Guru dapat berperan sebagai peserta didik, dan sebagai peneliti di dalam situasi diskusi. (h) Membantu peserta didik menghilangkan skeptisme (keraguraguan) karena mengarah pada
kebenaran yang final dan
tertentu atau pasti. (i)
Peserta didik akan mengerti konsep dasar dan ide-ide lebih baik.
(j)
Membantu dan mengembangkan ingatan dan transfer kepada situasi proses belajar yang baru.
(k) Mendorong peserta didik berpikir dan bekerja atas inisiatif sendiri. (l)
Mendorong peserta didik berpikir intuisi dan merumuskan hipotesis sendiri.
(m)
Memberikan keputusan yang bersifat intrinsik
(n) Situasi proses belajar menjadi lebih bergairah. (o) Proses belajar meliputi aspek psikis peserta didik menuju pada pembentukan manusia seutuhnya. (p) Meningkatkan kadar/tingginya penghargaan pada peserta didik. (q) Kemungkinan peserta didik belajar dengan memanfaatkan berbagai jenis sumber belajar. (r) Peserta didik dapat mengembangkan bakat dan kecakapan individu.
(2) Kelemahan Model Discovery Learning (a) Metode ini menimbulkan asumsi bahwa ada kesiapan pikiran untuk belajar. Bagi peserta didik yang kurang pandai, akan mengalami
kesulitan
abstrak
atau
berpikir
atau
mengungkapkan hubungan antara konsep-konsep, yang Geografi SMA K - 9
66
tertulis
atau
lisan,
sehingga
pada
gilirannya
akan
menimbulkan keputusasaan. (b) Metode ini tidak efisien untuk mengajar jumlah peserta didik yang banyak, karena membutuhkan waktu yang lama untuk membantu mereka menemukan teori atau pemecahan masalah lainnya. (c) Harapan-harapan yang terkandung dalam metode ini dapat berantakan berhadapan dengan peserta didik dan guru yang telah terbiasa dengan cara-cara belajar yang lama. (d) Pengajaran discovery lebih cocok untuk mengembangkan pemahaman, sedangkan mengembangkan aspek konsep, keterampilan dan emosi secara keseluruhan kurang mendapat perhatian. (e) Pada beberapa disiplin ilmu, misalnya IPS kurang dapat fasilitas untuk mengukur gagasan yang dikemukakan oleh para peserta didik (f) Tidak memberikan kesempatan-kesempatan berpikir peserta didik terhadap sesuatu yang akan ditemukan karena telah dipilih terlebih dahulu oleh guru. b) Model Problem Based Learning Model pembelajaran berbasis proyek (project based learning) adalah sebuah model pembelajaran yang menggunakan proyek (kegiatan) sebagai inti pembelajaran. Dalam kegiatan ini, siswa melakukan eksplorasi, penilaian, interpretasi, dan sintesis informasi untuk memperoleh berbagai hasil belajar (pengetahuan, keterampilan, dan sikap). Saat ini pembelajaran di sekolah-sekolah kita masih lebih terfokus pada hasil belajar berupa pengetahuan (knowledge) semata. Itupun sangat dangkal, hanya sampai pada tingkatan ingatan (C1) dan pemahaman (C2) dan belum banyak menyentuh aspek aplikasi (C3), analisis (C4), sintesis (C5), dan evaluasi (C6).
Ini berarti pada
umumnya, pembelajaran di sekolah belum mengajak siswa untuk menerapkan,
mengolah
setiap
unsur-unsur
konsep
yang
dipelajariuntuk membuat (sintesis) generaliasi, dan belum mengajak siswa mengevaluasi (berpikir kritis) terhadap konsep-konsep dan
Geografi SMA K - 9
67
prinsip-prinsip
yang
telah
dipelajarinya.
Sementara
itu,
aspek
keterampilan (psikomotor) dan sikap (attitude) juga banyak terabaikan. Ciri yang paling utama dari model pembelajaran Problem Based Learning, yaitu dimunculkannya masalah pada awal pembelajarannya. Berbagai pengembangan pengajaran berdasarkan masalah telah memberikan model pembelajaran iut memiliki karakteristik sebagai berikut: (1) Pengajuan pertanyaan atau masalah. Autentik, yaitu masalah harus berakar pada kehidupan dunia nyata peserta didik. (2) .Jelas, yaitu masalah dirumuskan dengan jelas dalam arti tidak menimbulkan masalah baru bagi peserta didik yang pada akhirnya menyulitkan peserta didik berikan harusnya mudah dipahami peserta didik dan disesuaikan dengan tingkat perkembangan peserta didik. (3) Mudah dipahami. Masalah yang disesuaikan dengan tingkat perkembangan peserta didik (4) Luas dan sesuai tujuan pembelajaran. Luas artinya masalah harus mencakup seluruh materi pembelajaran yang akan iajarkan sesuai dengan waktu, ruang, dan sumber yang tersedia. (5) Bermanfaat. Masalah tersebut bermanfaat bagi peserta didik sebagai
pemecahan
masalah,
guru
sebagai
pembuat
permasalahan tersebut. (6) Berfokus pada keterkaitan antardisiplin ilmu. Masalah yang diajukan hendaknya melibatkan berbagai disiplin ilmu. (7) Penyelidikan
autentik.
Peserta
didik
merumuskan
masalah,
mengembangkan
menganalisis dan
dan
meramalkan
hipotesis, mengumpulkan dan menganalisis informasi, melakukan eksperimen, membuat kesimpulan, dan menggambarkan hasil akhir. (8) Menghasilkan produk dan memamerkannya . Peserta didik bertugas menyusun hasil belajarnya dalam bentuk karya dan memamerkan hasil karyanya. (9) Kolaboratif. Pada model pembelajaran ini, tugas-tugas belajar berupa masalah diselesaikan bersama-sama antarpeserta didik. Berdasarkan bebrapa karakteristik di atas disimpulkan bahwa tiga unsur yang esensial dalam proses problem based lerning yaitu adanya Geografi SMA K - 9
68
suatu permasalahan, pembelajaran berpusat pada peserta didik, dan belajar dalam kelompok kecil. (1) Kelebihan Model Problem Based Learning (a) Dengan PBL akan terjadi pembelajaran bermakna. Peserta
didik/mahapeserta didik yang belajar memecahkan suatu masalah, mereka akan menerapkan pengetahuan yang dimilikinya atau berusaha mengetahui pengetahuan yang diperlukan. Belajar dapat semakin bermakna dan dapat diperluas ketika peserta didik berhadapan dengan situasi di mana konsep diterapkan. (b)
Dalam
situasi
pengetahuan
PBL, dan
peserta
ketrampilan
didik
mengintegrasikan
secara
simultan
dan
mengaplikasikannya dalam konteks yang relevan. (c) PBL
dapat
meningkatkan
kemampuan
berpikir
kritis,
menumbuhkan inisiatif peserta didik dalam bekerja, motivasi internal untuk belajar, dan dapat mengembangkan hubungan interpersonal dalam bekerja kelompok. (d) Model ini memiliki kecocokan terhadap konsep inovasi pendidikan, terutama dalam hal: peserta didik memperoleh pengetahuan dasar (basic sciences) yang berguna untuk memecahkan masalah praktis yang dijumpainya; peserta didik belajar secara aktif dan mandiri dengan sajian materi
terintegrasi
dan
relevan
dengan
kenyataan
sebenarnya, yang sering disebut student-centered; peserta didik mampu berpikir kritis, dan mengembangkan inisiatif. (2) Kelemahan Problem Based Learning (a) Jika peserta didik tidak memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkn, maka mereka akan merasa enggan untuk mencobanya. (b) Untuk sebagian peserta didik beranggapan bahwa tanpa pemahaman
mengenai
materi
yang
diperlukan
untuk
menyelesaikan masalah mengapa mereka harus berusaha Geografi SMA K - 9
69
untuk memecahkan masalah yang sedang dipelajari, maka mereka akan belajar apa yang mereka ingin pelajar.. c) Model Project Based Learning (1) Kelebihan Model Project Based Learning (a) Meningkatkan motivasi belajar peserta didik untuk belajar, mendorong kemampuan mereka untuk melakukan pekerjaan penting, dan menghargai hasil kerja peserta didik (b) Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah. (c) Membuat peserta didik menjadi lebih aktif dan berhasil memecahkan problem-problem yang kompleks. (d) Meningkatkan kolaborasi antara peserta didik (e) Mendorong
peserta
didik
untuk
mengembangkan
dan
mempraktikkan keterampilan komunikasi. (f) Meningkatkan keterampilan peserta didik dalam mengelola sumber belajar, (g) Memberikan
pengalaman
kepada
peserta
berupa
pembelajaran dan praktik dalam mengorganisasi proyek, dan membuat alokasi waktu dan sumber-sumber lain seperti perlengkapan untuk menyelesaikan tugas. (h) Menyediakan pengalaman belajar yang melibatkan peserta didik secara kompleks dan dirancang untuk berkembang sesuai dunia nyata. (i)
Melibatkan para peserta didik untuk belajar memperoleh informasi dan menunjukkan pengetahuan yang dimiliki, kemudian diimplementasikan dalam dunia nyata.
(j)
Membuat suasana belajar menjadi menyenangkan, sehingga peserta
didik
maupun
pendidik
menikmati
proses
pembelajaran.
(2) Kelemahan Project Based Learning (a) Memerlukan banyak waktu untuk menyelesaikan masalah. (b) Membutuhkan biaya yang cukup banyak. (c) Banyak instruktur yang merasa nyaman dengan kelas tradisional, di mana instruktur memegang peran utama di kelas. (d) Banyaknya peralatan yang harus disediakan. Geografi SMA K - 9
70
(e) Peserta didik yang memiliki kelemahan dalam percobaan dan pengumpulan informasi akan mengalami kesulitan. (f) Ada kemungkinan peserta didik yang kurang aktif dalam kerja kelompok. (g) Ketika topik yang diberikan kepada masing-masing kelompok berbeda, dikhawatirkan peserta didik tidak bisa memahami topik secara keseluruhan
a. Aktivitas Pembelajaran 1)
Pembelajaran diawali dengan penyampaian tujuan pembelajaran, yaitu melalui kegiatan diskusi peserta diklat dapat mengevaluasi rancangan dan implementasi pembelajaran menggunakan model discovery learning, problem based learning, dan project based learning
2)
Peserta membentuk kelompok untuk mengevaluasi rancangan dan implementasi pembelajaran menggunakan model discovery learning, problem based learning, dan project based learning.
3)
Setiap kelompok melakukan evaluasi dengan bantuan format analisis data.
4)
Hasil kegiatan evaluasi dipresentasikan dan ditanggapi kelompok lain
5)
Setelah presentasi dan diskusi kelas selesai, setiap kelompok membuat rekomendasi terhadap rancangan dan implementasi model pembelajaran
6)
Kegiatan klarifikasi hasil evaluasi dan rekomendasi
dilakukan
oleh
fasilitator. 7)
Refleksi.
Geografi SMA K - 9
71
FORMAT ANALISIS DATA IMPLEMENTASI MODEL DISCOVERY LEARNING
Data/fakta pendukung
Model Pembelajaran Karakteristi k Peserta didik
Daya dukung sumber daya
Justifikasi Karakteristik materi
Hasil kajian dokumen rancangan
Refleksi hasil implement asi
Karakteristik model pembelajaran
Stimulation
Geografi SMA K - 9
72
Problem Statement
Data Collection
Data Processing and Verification
Geografi SMA K - 9
73
Generalization
Geografi SMA K - 9
74
FORMAT ANALISIS DATA IMPLEMENTASI MODEL PROBLEM BASEDLEARNING
Data/fakta pendukung
Model Pembelajaran
Karakteristik Peserta didik
Daya dukung sumber daya
Justifikasi Karakteristik materi
Hasil kajian dokumen rancangan
Refleksi hasil implement asi
Karakteristik model pembelajaran
Fase 1
Geografi SMA K - 9
75
Fase 2
Fase 3
Geografi SMA K - 9
76
Fase 4
Fase 5
Geografi SMA K - 9
77
FORMAT ANALISIS DATA IMPLEMENTASI MODEL PROJECT BASED LEARNING
Data/fakta pendukung
Model Pembelajaran Karakteristi k Peserta didik
Daya dukung sumber daya
Justifikasi Karakteristik materi
Hasil kajian dokumen rancangan
Refleksi hasil implement asi
Karakteristik model pembelajaran
Persiapan
Geografi SMA K - 9
78
Pelaksanaan
Pelaporan
Geografi SMA K - 9
79
a.Latihan/Kasus/Tugas Pilihlah jawaban pada soal-soal berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan Ibu/Bapak terhadap materi yang telah dipelajari! 1)
Peserta didik merekonstruksi pemikiran dan aktivitas yang dilakukan selama proses kegiatan belajar, sehingga mereka mendapatkan dan menguasai sendiri materi yang bersifat konsep atau
prinsip
tersebut.
Proses
pembelajaran
demikian
menggunakan model pembelajaran…. A. Inquiry learning B. Discovery learning C. Problem based learning D. Project based learning 2)
Guru yang menerapkan model pembelajaran problem based learning akan menggunakan langkah-langkah sebagai berikut…. A. mengorientasikan
peserta
didik
terhadap
masalah-
mengorganisasi peserta didik untuk belajar - membimbing penyelidikan individual maupun kelompok- mengembangkan dan menyajikan hasil karya B. mengorganisasi
peserta
didik
terhadap
masalah-
membimbing penyelidikan individual maupun kelompokmengembangkan dan menyajikan hasil karya-menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. C. mengorganisasi peserta didik untuk belajar-membimbing penyelidikan individual maupun kelompok-mengembangkan dan menyajikan hasil karya-menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. D. mengorientasikan
peserta
didik
terhadap
masalah-
mengembangkan dan menyajikan hasil karya-menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. 3)
Guru yang menerapkan model pembelajaran project based learning akan menggunakan langkah-langkah sebagai berikut…. A. Perencanaan - pemecahan masalah – pelaporan
Geografi SMA K - 9
98
B. Perencanaan - pengolahan data – pelaporan C. Perencanaan - penggalian data – pelaporan D. Perencanaan - pelaksanaan – pelaporan
Rangkuman Evaluasi merupakan suatu proses berkelanjutan tentang pengumpulan dan penafsiran informasi untuk menilai keputusankeputisan. Evaluasi berkenaan dengan proses yang berhubungan dengan
pengumpulan
informasi
yang
memungkinkan
kita
,menentukan tingkat kemajuan, ketercapaian tujuan pembelajaran, dan bagaimana berbuat lebih baik pada waktu-waktu mendatang.. Hal-hal lain yang perlu diperhatikan dalam mengevaluasi rancangan maupun implementasi model pembelajaran adalah faktor di luar dokumen itu sendiri, seperti karakteristik peserta didik, karakteristik materi,
kondisi sekolah,
dan
guru sebagai sumber
daya manusia yang akan melaksanakan kegiatan pembelajaran..
Umpan Balik dan Tindak Lanjut Setelah kegiatan pembelajaran,Bapak/Ibu dapat memberikan umpan balik dengan menjawab pertanyaan berikut ini : 1) Apa yang Ibu/Bapak pahami setelah mengevaluasi rancangan dan implementasi pembelajaran yang mnggunakan model discovery learning, problem based learning, dan project based learning? 2)
Pengalaman penting apa yang Ibu/Bapak peroleh setelah mengevaluasi rancangan dan implementasi pembelajaran yang mnggunakan model discovery learning, problem based learning, dan project based learning?
3)
Apa manfaat
mengevaluasi rancangan dan implementasi
pembelajaran yang menggunakan model discovery learning,
Geografi SMA K - 8
99
problem based learning, dan project based learning bagi tugas Ibu/Bapak? 4)
Apa rencana tindak lanjut Ibu/Bapak setelah kegiatan pelatihan ini?
Geografi SMA K - 9
100
E. BAB V EVALUASI PEMANFAATAN MEDIA PEMBELAJARAN 1. Kegiatan Belajar 1.
Evaluasi Pemanfaatan Media Pembelajaran
Geografi a. Indikator Pencapaian Kompetensi 1) menjelaskan fungsi evaluasi media pembelajaran 2) mempraktikan evaluasi media pembelajaran
b.
Uraian Materi 1)
Pendahuluan Kata media berasal dari bahasa latin “medius” yang berarti “tengah” , Pengertian media mengarah pada sesuatu yang mengantar / meneruskan / menjembatani informasi (pesan) antara sumber (pemberi pesan) dan penerima pesan. Banyak batasan yang diberikan orang tentang media. Asosiasi Teknologi dan Komunikasi Pendidikan (Association of Education and Communication Technology/AECT), membatasi media sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan orang
untuk
menyalurkan
pesan/informasi
.
Beberapa
(National
Education
pengertian media yang lain adalah: Asosiasi
Pendidikan Nasional
Association/NEA),
mendefinisikan
media
sebagai
bentuk
komunikasi cetak maupun audiovisual serta peralatannya. Media
adalah
sebuah
alat
yang
mempunyai
fungsi
menyampaikan pesan (Bovee, 1997). Menurut Santoso S. Hamijoyo, media adalah semua bentuk perantara yang digunakan
oleh
manusia
untuk
menyampaikan
dan
menyebarkan ide sehingga ide atau pendapat, atau gagasan yang dikemukakan /disampaikan bisa sampai pada penerima. Oemar
Hamalik
(1986)
menyatakan
bahwa
hubungan
komunikasi interaksi akan berjalan lancar dan tercapainya hasil yang maksimal apabila menggunakan alat bantu yang disebut media komunikasi. Geografi SMA K - 8
101
Sebelum istilah media pembelajaran dikenal dalam dunia
pendidikan
khususnya
dalam
proses
belajar
mengajar, istilah yang digunakan serta memiliki makna yang hampir sama adalah “alat peraga”, media yang dimaksud adalah media instruksional yang dianggap sebagai alat bantu mengajar
bagi
guru
(teaching
aids)
yang
umumnya
menekankan pada alat bantu visual misalnya gambar, model, bagan. Dapat juga dilengkapi dengan alat audio yang disebut alat audio visual atau audio visual aids (AVA) misalnya TV, video tape, dan lain-lain. Pada mulanya, media hanya dianggap sebagai alat bantu mengajar guru (teaching aids). Alat bantu yang dipakai adalah alat bantu visual, yaitu gambar, model, objek dan lainlain yang dapat memberikan pengalaman konkrit, motivasi belajar serta mempertinggi daya serap dan retensi belajar siswa. Dengan masuknya pengaruh teknologi audio pada sekitar abad ke-20, alat visual dilengkapi dengan digunakannya alat audio sehingga kita kenal adanya alat audio visual atau audio visual aids (AVA). Bermacam peralatan digunakan guru untuk menyampaikan pesan ajaran kepada siswa melalui penglihatan dan pendengaran untuk menghindari verbalisme yang masih mungkin terjadi kalau hanya digunakan alat bantu visual semata. Pada
akhir
tahun
1950,
teori
komunikasi
mulai
mempengaruhi penggunaan alat bantu audio visual, sehingga selain sebagai alat bantu media juga berfungsi sebagai penyalur pesan atau informasi belajar. Pada tahun 1960 - 1965, teori tingkah laku (behaviorism theory) ajaran B.F. Skinner mulai mempengaruhi penggunaan media dalam kegiatan pembelajaran.
Teori
ini
mendorong
orang
untuk
lebih
memperhatikan siswa dalam proses belajar mengajar. Menurut teori ini, mendidik adalah mengubah tingkah laku siswa. Geografi SMA K - 9
102
Perubahan tingkah laku ini harus tertanam pada diri siswa sehingga menjadi adat kebiasaan. Setiap ada perubahan tingkah laku positif ke arah tujuan yang dikehendaki, harus diberi
penguatan
(reinforcement),
berupa
pemberitahuan
bahwa tingkah laku tersebut telah betul. Pada tahun 19651970,
pendekatan
sistem
(system
approach)
mulai
menampakkan pengaruhnya. Pendekatan sistem ini mendorong digunakannya media sebagai bagian integral dalam program pembelajaran. Program pembelajaran
direncanakan
berdasarkan
kebutuhan
dan
karakteristik siswa serta diarahkan kepada perubahan tingkah laku siswa sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Guru-guru mulai merumuskan tujuan pembelajaran berdasarkan tingkah laku siswa. Dari sini maka lahirlah konsep penggunaan multi media dalam kegiatan pembelajaran. Dari uraian di atas, sudah selayaknya kalau media tidak lagi hanya kita pandang sebagai alat bantu belaka bagi guru untuk mengajar, tetapi lebih sebagai alat penyalur pesan dari pemberi pesan (guru) ke penerima pesan (siswa). Sebagai pembawa pesan, media tidak hanya digunakan oleh guru tetapi yang lebih penting lagi dapat pula digunakan oleh siswa. Oleh karena itu, sebagai media yang berfungsi sebagai penyaji dan penyalur pesan dalam hal-hal tertentu dapat membantu guru menyampaikan informasi agar lebih jelas dan menarik. Fungsi tersebut dapat dilaksanakannya oleh media tanpa mengurangi peranan guru dalam kegiatan pembelajaran. Peranan media yang semakin meningkat ini seringkali menimbulkan kekhawatiran di pihak guru. Guru takut apabila kedua fungsinya akan digeser oleh media pendidikan. Namun kekhawatiran-kekhawatiran semacam itu sebenarnya tak perlu ada kalau kita ingat betul tugas dan peranan guru yang sebenarnya. Memberikan perhatian dan bimbingan secara Geografi SMA K - 8
103
individual kepada siswa-siswanya adalah tugas penting yang selama ini belum dilaksanakan sepenuhnya. Guru dan media
pembelajaran
hendaknya
bahu
membahu
dalam
memberi kemudahan belajar bagi siswa. Perhatian dan bimbingan secara individual dapat dilaksanakan oleh guru dengan baik sementara informasi dapat pula disajikan secara jelas, menarik dan teliti oleh media pembelajaran. Perbedaan antara media dan alat peraga sebenarnya hanya terletak pada fungsi bukan pada subtansi. Artinya sesuatu (benda, orang,data) disebut sebagai alat peraga kalau fungsinya sebagai alat bantu saja, sedangkan disebut media apabila
sesuatu
itu
dapat
berfungsi
sebagai
perantara/menjembatani/mentransfer informasi tersebut kepada penerima pesan. Fungsi penggunaan media sekarang bukan hanya sebagai alat bantu mengajar tetapi penggunaannya lebih menitik beratkan pada kepentingan siswa yakni mampu mengubah tingkah laku siswa yang nantinya menjadi suatu kebiasaan. Berpedoman dikemukakan
pada
maka
semua
dapat
pendapat
disimpulkan
yang
bahwa
telah media
pembelajaran adalah bahan, alat maupun metode/teknik yang digunakan dalam kegiatan belajar, dengan maksud agar proses interaksi komunikasi edukatif antara guru dan anak didik/warga belajar dapat berlangsung secara tepat guna dan berdayaguna. Media pembelajaran adalah sebuah alat yang berfungsi untuk menyampaikan pesan pembelajaran. Pembelajaran adalah sebuah proses komunikasi antara pembelajar, pengajar dan bahan ajar. Komunikasi tidak akan berjalan tanpa bantuan sarana penyampai pesan atau media. Dalam suatu proses belajar mengajar, dimana media merupakan Geografi SMA K - 9
salah
satu
komponen
yang
dipakai
untuk 104
pencapaian tujuan intruksional yang ditetapkan, ada tiga aspek yang terpadu didalamnya yaitu : (a) Perangkat keras, yaitu benda fisik sebagai alat belajar mengajar misalnya papan tulis, video, tape, OHP dan sebagainya. (b) Perangkat lunak, yaitu bahan belajar yang disajikan melalui alat belajar mengajar. Perangkat lunak merupakan isi atau informasi yang akan disampaikan kepada siswa dan sudah dalam format tertentu serta siap disajikan. Format perangkat lunak misalnya berupa materi sajian belajar yang tertulis dalam buku teks, terekam dalam kaset atau cd dan sebagainya (c) Teknik yaitu prosedur penggunaan perangkat keras untuk mentransfer perangkat lunak. Contohnya adalah cara untuk mengoperasikan slide proyektor dan sebagainya. Media pembelajaran yang digunakan dalam suatu kegiatan pembelajaran tidak terbatas pada yang disiapkan oleh guru kelas sendiri, bahkan boleh disiapkan oleh suatu tim yang terdiri dari para ahli dalam bidang bersangkutan (ahli bidang studi, ahli system intruksional (pembelajaran), ahli media, dan lain-lain. Sumber belajar adalah segala sesuatu yang dapat memberikan informasi yang dapat dikaji, dalam bentuk konsep, pokok pikiran, gagasan dan berbagai benda hasil budaya maupun benda alam yang dapat dipergunakan untuk obyek penelitian. Sumber belajar bukan hanya terletak pada guru atau instruktur saja tetapi dapat diambil dari jenis-jenis sumber belajar yang lain misalnya : orang (people), bahan (materials), alat (devices), lingkungan (setting) atau teknik (cara atau prosedur). Dalam proses belajar dapat dilihat bahwa orang tertarik untuk belajar adalah karena adanya dorongan dari dalam dirinya Geografi SMA K - 8
105
sendiri, dorongan internal dan adanya dorongan dari luar, dorongan eksternal. Seorang pendidik sudah tentu berusaha menimbulkan dorongan internal dalam diri siswa dengan menggunakan berbagai motivasi yang dapat diterima siswa, termasuk tingkah laku pendidik yang dianggap sebagai sumber belajar yang dapat diteladani dan dapat menimbulkan gairah belajar. Selain itu pendidik harus berusaha menciptakan berbagai kondisi dan lingkungan yang bersifat edukatif yang dapat memmotivasi siswa untuk belajar atau merupakan sumber belajar yang dapat dikaji sebagai usaha untuk mencapai tujuan pengajaran. Sumber belajar tidak hanya terbatas pada buku atau catatan tertulis saja, tetapi akan lebih baik lagi memanfaatkan semua sumber belajar yang sengaja disiapkan (by design) yang tersedia di sekolah, perpustakaan sekolah dan pusat sumber belajar yang terdapat di masyarakat (tidak direncanakan). Dalam proses belajar mengajar seorang pendidik dapat menggunakan berbagai sumber belajar yang dapat menunjang pencapai tujuan pembelajaran. Adapun sumber belajar yang terdapat di masyarakat antara lain: (a)
Orang
sebagai
sumber
belajar,
orang
yang
dapat
dikategorikan sumber belajar adalah : Guru adalah orang yang sengaja disiapkan dan berfungsi sebagai pendidik sekaligus sumber belajar. Para konselor dan administrator pendidikan. Para pejabat pemerintahan. Pemimpin organisasi sosial atau lembaga pendidikan. Tokoh masyarakat. Pengusaha, pedagang, para tukang. Kelompok masyarakat tertentu. (b). Tempat sebagai sumber belajar
Geografi SMA K - 9
106
Tempat yang dapat digunakan sebagai sumber belajar misalnya
musium,
perpustakaan,
tempat
rekreasi,
pegunungan, hutan dan lain sebagainya. Yang penting ialah bahwa tempat-tempat tersebut dapat dijadikan bahan kajian atau sumber belajar yang membantu proses belajar siswa. (c). Masyarakat sebagai Sumber Belajar Di dalam masyarakat terdapat berbagai pola hidup, gaya hidup, pola tingkah laku yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Masyarakat juga memiliki berbagai adat istiadat, tradisi dan pola-pola kebudayaan yang berbeda maupun lembaga-lembaga yang mengatur kepentingan masyarakat. Semuanya dapat dijadikan sumber belajar yang memperkaya pengetahuan, keterampilan dan moral siswa. (d). Benda sebagai Sumber Belajar Benda sebagai sumber belajar dapat dibagi 2 bagian. Pertama benda hasil budaya manusia, misal prasasti, candi berbagai produk teknologi dan benda peninggalan sejarah lainnya. Kedua, benda-benda alam, misal fosil-fosil, batuan, air, tanah. Semua benda ini akan bernilai edukatif tergantung dari cara memandang, memperlakukan, menganalisis dan keterampilan pendidik dan siswa dalam menghubungkan dengan topik yang menjadi pokok permasalahan.
Pelaksanaan pembelajaran adalah peristiwa interaksi antara peserta didik dengan pendidik, antar peserta didik, dalam suasana yang telah dirancang dan didukung dengan alat sehingga diharapkan menghasilkan perubahan baik pengetahuan, sikap, maupun perilaku. Agar harapan tersebut dapat diwujudkan maka diperlukan guru yang kompeten di bidangnya, yaitu mampu merancang, melaksanakan, dan mengelola pembelajaran secara efektif
dan
efisien.
Guru
seperti
ini
diharapkan
mampu
memberdayakan semua potensi yang ada di lingkungannya Geografi SMA K - 8
107
sehingga dalam pembelajaran berlangsung sesuai dengan konteks setempat, mampu memotivasi, menciptakan suasana yang menantang, mendorong kemandirian, dan melatih peserta didik mengambil keputusan secara bertanggung jawab. Penggunaan media pembelajaran dalam proses pembelajaran paling tidak harus diawali dengan adanya sikap dari guru yang bersedia untuk memanfaatkan media pembelajaran. Untuk itu guru perlu membekali diri dengan pengetahuan tentang hakikat media, jenis, karakteristik, dan manfaat media pembelajaran dalam rangka membekali guru agar dapat memerankan dirinya dengan baik sebagai salah satu sumber belajar, sebagai fasilitator, dan sebagai tenaga pendidik dalam sistem pembelajaran. Pada hakikatnya proses belajar mengajar adalah proses komunikasi. Kegiatan belajar mengajar di kelas merupakan suatu dunia komunikasi tersendiri dimana guru dan siswa bertukar pikiran untuk mengembangkan ide dan pengertian. Dalam komunikasi sering timbul dan terjadi penyimpangan-penyimpangan sehingga komunikasi tersebut tidak efektif dan efisien. Salah satu usaha untuk mengatasi keadaan demikian ialah menguasai penggunaan media secara terintegrasi dalam proses belajar mengajar, karena fungsi media dalam kegiatan tersebut untuk meningkatkan keserasian dalam penerimaan informasi. Agar media pembelajaran dapat berfungsi secara efektif, terdapat beberapa kriteria yang harus terpenuhi, antara lain: (a)
Ketepatan
dengan
tujuan
pengajaran,
artinya
bahan
pelajaran dipilih atas dasar tujuan-tujuan instruksional yang telah ditetapkan. (b)
Dukungan terhadap isi bahan pelajaran, artinya bahan pelajaran
yang
sifatnya
fakta,
prinsip,
konsep
dan
generalisasi sangat memerlukan bantuan media agar lebih mudah dipahami siswa.
Geografi SMA K - 9
108
(c)
Kemudahan dalam memperoleh media, artinya media yang diperlukan mudah diperoleh.
(d)
Keterampilan guru dalam menggunakan, apapun jenis media yang diperlukan syarat utamanya adalah guru dapat menggunakannya dalam proses pengajaran.
(e)
Tersedia waktu untuk menggunakannya, sehingga dapat bermanfaat bagi siswa.
(f)
Sesuai dengan taraf berpikir siswa, sehingga makna yang terkandung di dalamnya dapat dipahami oleh para siswa Kekuatan dan kelemahan dari media pembelajaran yang
telah dibuat oleh guru biasanya dapat diketahui dengan lebih jelas dan setelah program tersebut dilaksanakan di kelas dan dievaluasi dengan seksama. Hasil yang diperoleh dari evaluas akan member petunjuk kepada guru tentang bagian-bagian mana dari media pembelajaran tersebut yang sudah baik dan bagian mana pula yang belum
baik
sehingga
belum
dapat
mencapai
tujua
dari
pengembangan media pembelajaran yang dalam hal ini diharapkan terkait dengan pencapaian tujuan pembelajaran yang telah disusun. Atas
dasar
hasil
evaluasi
tersebut
dapat
dilakukan
perbaikan-perbaikan yang diperlukan, baik pada waktu media tersebut sedang digunakan maupun setelah digunakan. Perbaikan yang dilakukan setelah media ini selesai digunakan, akan berguna untuk
keperluan
penyempurnaan
media
pada
kegiatan
pembelajaran selanjutnya. Dalam dunia pendidikan diperlukan adanya prinsip penilaian, apalagi bagi mereka yang berprofesi sebagai seorang guru. Termasuk dalam penggunaan media pembelajaran, penilaian dan evaluasi
memiliki peranan penting. Penilaian dan Evaluasi
merupakan bagian integral dari seluruh proses penggunaan media pembelajaran. Evaluasi merupakan suatu tahap yang mesti dilakukan. Evaluasi sangat penting dalam
proses penentuan
kesesuaian pembelajaran dan belajar. Geografi SMA K - 8
109
Biasanya guru membuat perencanaan dan melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas dengan menggunakan media. Namun masih jarang guru yang memperhatikan sejauh mana tingkat efektivitas dan efisiensi penggunaan media tersebut dalam membantu tercapainya tujuan pembelajaran, mengadakan upaya perbaikan ataupun secara proaktif melakukan inovasi dalam penggunaan media di kelas. Evaluasi yang dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah Evaluation. Secara umum, pengertian evaluasi adalah suatu proses untuk menyediakan informasi tentang sejauh mana suatu kegiatan tertentu telah dicapai, bagaimana perbedaan pencapaian itu dengan suatu standar tertentu untuk mengetahui apakah ada selisih di antara keduanya, serta bagaimana manfaat yang telah dikerjakan itu bila dibandingkan dengan harapan-harapan yang ingin diperoleh. Evaluasi dapat juga diartikan sebagai proses menilai sesuatu yang didasarkan pada kriteria atau tujuan yang telah ditetapkan, yang selanjutnya diikuti dengan pengambilan keputusan atas obyek yang dievaluasi. Sebagai contoh evaluasi proyek, kriterianya adalah tujuan dan pembangunan proyek tersebut, apakah tercapai atau tidak, apakah sesuai dengan rencana atau tidak, jika tidak mengapa terjadi demikian, dan langkah-langkah apa yang perlu ditempuh selanjutnya. Dalam pengertian yang lain, evaluasi adalah suatu proses
yang
sistematis
untuk
menentukan
atau
membuat
keputusan, sampai sejauh mana tujuan program telah tercapai. Untuk memperoleh informasi yang tepat dalam kegiatan evaluasi dilakukan melalui kegiatan pengukuran. Pengukuran merupakan suatu proses pemberian skor atau angka-angka terhadap suatu keadaan atau gejala berdasarkan aturan-aturan tertentu. Dengan demikian terdapat kaitan yang erat antara pengukuran (measurment) dan evaluasi (evaluation) kegiatan pengukuran merupakan dasar dalam kegiatan evaluasi.
Geografi SMA K - 9
110
Proses evaluasi pada umumnya memiliki tahapan-tahapan tertentu. Walaupun tidak selalu sama, tetapi yang lebih penting adalah bahwa prosesnya sejalan dengan fungsi evaluasi itu sendiri. Berikut ini dipaparkan salah satu tahapan evaluasi yang sifatnya umum digunakan. (a)
Menentukan apa yang akan dievaluasi. Dalam bidang apapun, apa saja yang dapat dievaluasi, dapat mengacu pada suatu program kerja. Banyak dapat
dan
perlu
aspek-aspek yang sekiranya
dievaluasi.
Tetapi,
umumnya
yang
diprioritaskan untuk dievaluasi adalah hal-hal yang menjadi factor utama saja. (b)
Merancang (desain) kegiatan evaluasi. Sebelum evaluasi dilakukan,
harus
ditentukan
terlebih
dahulu
desain
evaluasinya agar data apa saja yang dibutuhkan, tahapantahapan kerja apa saja yang dilalui, siapa saja yang akan dilibatkan, serta apa saja yang akan dihasilkan menjadi jelas. (c)
Pengumpulan data. Berdasarkan desain yang telah disiapkan, pengumpulan data dapat dilakukan secara efektif dan efisien, yaitu sesuai dengan kaidah-kaidah ilmiah yang berlaku dan sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan.
(d)
Pengolahan dan analisis data. Setelah data terkumpul, data tersebut diolah untuk dikelompokkan agar mudah dianalisis dengan menggunakan alat-alat analisis yang sesuai, sehingga dapat menghasilkan fakta yang dapat dipercaya.
(e)
Pelaporan dimanfatkan
hasil bagi
evaluasi.
Agar
pihak-pihak
hasil yang
evaluasi
dapat
berkepentingan,
hendaknya hasil evaluasi didokumentasikan secara tertulis. Evaluasi media merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari penggunaan media pembelajaran. Media pembelajaran adalah segala wujud yang dapat dipakai sebagai sumber belajar yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan
Geografi SMA K - 8
111
siswa sehingga mendorong terjadinya proses belajar/mengajar ke tingkat yang lebih efektif dan efisien. Dengan demikian, penilaian atau evaluasi media pembelajaran bertujuan untuk melihat apakah penggunaan media itu bisa membentuk atau mempengaruhi tingkah laku pebelajar atau tidak. Serta untuk mengetahui apakah media yang digunakan dalam proses belajar mengajar dapat mencapai tujuan. Mengevaluasi penggunaan media berarti mengkonfrontortir kembali antara fungsi dan prinsip dengan hasil yang dicapai dalam pembelajaran. Adapun tujuan dari evaluasi media pembelajaran itu sendiri adalah: (a)
Menentukan apakah media pembelajaran itu efektif
(b)
Menentukan apakah media pembelajaran itu dapat diperbaiki atau ditingkatkan
(c)
Menetapkan apakah media itu cost-efektif dilihat dari hasil belajar siswa
(d)
Memilih media pembelaran yang sesuai untuk dipergunakan dalam proses belajar didalam kelas
(e)
Menentukan apakah isi pelajaran sudah tepat disajikan dengan media itu
(f)
Menilai kemampuan guru menggunakan media pembelajaran
(g)
Mengetahui apakah media pembelajaran itu benar-benar memberi sumbangan terhadap hasil belajar seperti yang dinyatakan
(h)
Mengetahui sikap siswa terhadap media pembelajaran Dengan demikian, untuk melakukan evaluasi terhadap media
pembelajaran, hal-hal tersebut turut dipertimbangkan. Dibawah ini disebutkan beberapa rambu-rambu yang perlu diperhatikan apabila orang melakukan evaluasi terhadap media pembelajaran. (a)
Relevan dengan tujuan pendidikan atau pembelajaran
(b)
Persesuain dengan waktu, tempat, alat-alat yang tersedia, dan tugas pendidik,
Geografi SMA K - 9
112
(c)
Persesuaian dengan jenis kegiatan yang tercakup dalam pendidikan,
(d)
Menarik perhatian peserta didik, maksudnya harus dapat dipahami oleh peserta didik,
(e)
Sesuai dengan kecakapan dan pribadi pendidik yang bersangkutan.
(f)
Kesesuaian dengan pengalaman atau tingkat belajar yang dirumuskan dalam silabus
(g)
Keaktualan (tidak ketinggalan zaman),
(h)
Cakupan isi materi atau pesan yang ingin disampaikan
(i)
Skala dan ukuran
(j)
Bebas dari bias ras, suku, gender, dll
Secara singkat, Walker dan Hess (dalam Arsyad, 2007: 175176) menyebutkan tiga kriteria utama dalam mereviu media pembelajaran (perangkat lunak) yakni kualitas isi dan tujuan, kualitas instruksional, dan kualitas teknis. Kualitas isi dan tujuan berkaitan
dengan
ketepatan,
kepentingan,
kelengkapan,
keseimbangan, minat/perhatian, keadilan, kesesuaian dengan situasi siswa; Kualitas instruksional berkaitan dengan pemberian kesempatan belajar dan dan bantuan belajar kepada siswa, kualitas memotivasi, fleksibilitas instruksional, hubungan dengan program pembelajaran lainnya, kualitas sosial interaksi instruksional, kualitas tes dan penilaian, dapat memberi dampak kepada siswa, dapat memberi dampak bagi guru dan pembelajarannya; dan kualitas teknis berkaitan dengan keterbacaan, mudah digunakan, kualitas tampilan/tayangan,
kualitas
penanganan
jawaban,
kualitas
pengelolaan program dan kualitas pendokumentasian. 2) Jenis dan Tahapan Evaluasi Ada dua macam penguji cobaan media yang dikenal yaitu evaluasi formatif dan evaluasi sumatif. . Geografi SMA K - 8
113
(a) Evaluasi Formatif Evaluasi
formatif adalah suatu proses yang dimaksudkan
untuk mengumpulkan data tentang efektifitas penggunaan
dan efisiensi
media yang digunakan dalam usaha mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Data-data tersebut dimaksudkan untuk
memperbaiki
dan
menyempurnakan
media
yang
bersangkutan agar lebih efektif dan efisien. (b) Evaluasi sumatif Sedangkan evaluasi sumatif adalah kelanjutan dari evaluasi formatif yaitu; media yang telah diperbaiki dan disempurnakan , kemdian diteliti kembali apakah media tersebut layak digunakan atau tidak dalam situasi-situasi tertentu. Evaluasi semacam inilah yang dinamakan dengan evaluasi sumatif.
Kegiatan
evaluasi
dalam
program
pengembangan
media
pendidikan akan dititik beratkan pada kegiatan evaluasi formatif. Adanya komponen evaluasi formatif dalam proses pengembangan media pendidikan,
membedakan
prosedur
empiris
ini
dari
pendekatan-
pendekatan filosofis dan teoritis. Ada 3 tahapan evaluasi yaitu evaluasi satu lawan satu(one to one), evaluasi kelompk kecil (Small group evaluation), dan evaluasi lapangan ( field evaluation (a) Evaluasi Satu Lawan Satu (one to one) Pada tahapan ini , dipilih 2 orang atau lebih yang dapat mewakili populasi target media yang dibuat media yang disajikan kepada siswa secara individual. Kedua orang yang dipilih tersebut satu diantranya adalah mempunyai kemampuan dibawah rata-rata, dan yang satunya lagi diatas rata-rata. Prosedur pelaksanaannya adalah sebagai berikut: 1)
Jelaskan kepada siswa bahwa anda sedang merancang suatu media baru dan anda iongin mengetahui bagaimana reaksi mereka terhadap mereka terhadap media yang anada buat tersebut
Geografi SMA K - 9
114
2)
Katakan kepada siswa bahwa akan terjadi kesalahan penggunaan media tersebut, bukanlah karena kekurangan siswa tetapi karena kelemahan
media
tersebut
yang
perlu
diperbaiki
dan
disempurnakan. 3)
Usahakan agar siswa berbuat santaidan bebas dalam mengemukakan
pendapat
mereka
mengenai
media
yang
ditampilkan tersebut. 4) Lakukan tes awal untuk mengetahui sejauh mana kemampuan dan pengetahuan siswa terhadap penggunaan media tersebut. 5)
Catat lamnya waktu yang digunakan dalam penyajian media tersebut dan catat pula reaksi siswa terhadap penampilan media tersebut .
6)
Berikan tes yang mengukur keberhasilan penggunaan media tersebut.
7)
Lakukan analisis terhadap informasi yang dikumpul.
Setelah prosedur diatas dilakukan, maka akan diperoleh beberapa informasi seperti, kesalahan pemilihan kata atau uraian yang kurang jelas , kesalah memilih lambang-lambang visual, contoh yang kurang, terlalu bnyak atau sedikit materi, urutan penyajian ynag keliru, pertanyaan atau peyunjuk yang kurang jelas, tujuaan yang tidak sesuai dengan materi, dan sebagainya. Atas dasar data atau informasi dari kegiatan- kegiatan tersebut, akhirnya revisi dilakukan sebelum media dicobakan ke kelompok kecil.
(b) Evaluasi Kelompok Kecil (Small Group Evaluation) Pada tahap ini perlu dicobakan kepada 10-20 orang siswa yang dapat mewakili populasi target. Siswa yang dipilih tersebut hendaknya dapat mewakili populasi . usahakan siswa yang dipilh tersebut terdiri dari siswa yang kurang pandai, sedang, dan pandai, laki-laki dan perempuan yang terdiri dari berbagi latar belakang Geografi SMA K - 8
115
pendidikan sosial orang tua, dan sebagainya. Untuk itu beberapa prosedur yang perlu ditempuh adalah: (1) Jelaskan bahwa media tersebut berada apada tahap formatif dan memerlukan umpan balik untuk penyempurnaannya. (2) Berikan tes awal (pretest) untuk mengukur kemampuan dan pengetahuan tentang topic yang dimediakan. (3) Tugaskan kepada siswa untuk mempelajari media tersebut. (4) Catat waktu dan umpan balik selama penyejoian media. (5) Berikan tes untuk mengetahui sejauh mana tujuan yang ditetapkan dapat tercapai ( postes) (6) Bagikan angket kepada siswa untuk mengetahui menarik tidaknya media yang digunakan, mengerti
tidaknya siswa
terhadap pesan yang disampaikan oleh media tersebut, konsistensi tujuan dan materi , dan cukup tidaknya latihan yang dilakukan (7) Analisis data-data yang terkumpul. Atas dasar umpan balik inilah media disempurnakan.
(c) Evaluasi Lapangan (Field Evaluation) Berikutnya evaluasi lapangan ( field evaluation) merupakan tahap akhir dari evaluasi formatif. Untuk itu diusahakan situasi yang
mirip
dengan
pelaksannannya
dipilih
situasi 30
yang
orang
sebenarnya.
siswa
dengan
Dalam berbagi
karakteristik yang meliputi tingkat kepandaian kelas , latar belakang, jenis kelamin, usia, kemajuan belajar, dan sebagainya. Usahakan agar hindari dari pengaruh efek hallo.
Ada beberapa prosedur yang harus dilaukan dalam pelaksanaannya, sebagi berikut:
Pilih 30 orang siswa yang betul-betul mewakili populasi.
Jelaskan kepada siswa maksud uji coba lapangan dan hasil akhir yang diharpkan. Usahkan siswa bersifat relaks/santai dan berani mengeluarkan pendapat atau penilaian. Ingatkan
Geografi SMA K - 9
116
kepada mereka bahwa uji coba bukan menguji kemampuan mereka.
Berikan tes awal untuk mengukur pengetahuan dan keterampilan mereka mengenai topic yang menggunakan media tersebut.
Sajikan media yang sesuai rencana perbuatnnya.
Catat semua respon yang muncul dan waktu yang diperlukan dari siswa selama penyajian
Lakukan postes untuk mengukur penvcapaian hasil belajar setelah
penyajian
media
tersebut.
Hasil
tes
akhir
dibandingkan dengan hasil tes awal yang digunakan untuk mengetahui efektifitas dan efisiensi media yang dibuat tersebut.
Edarkan tes skala sikap kepada siswa yang dipilh tersebut untuk mengetahui sikap mereka terhadap media yang digunakan.
Ringkas dan anlisis data-data yang diperoleh melalui kegiatan-kegiatan yang dilakukan , terutama mengenai kemampuan awal pretes , skor tes awal, dan tes akhir, waktu yang diperlukan, perbaikan dari bagian-bagian yang sulit , pengajaran serta kecepatan sajian.
Jika tahapan tersebut telah dilakukan dan telah dianggap tidak ada lagi yang perlu direvisi, maka langkah selanjutnya adalah media tersebut siap untuk diproduksi. Tetapi bisa saja terjadi setelah dilakukan produksi ternyata setalah disebarkan atau dimanfaatkan terdapat beberapa kekurangan dari aspek materi atau kualitas sajian medianya maka dalam kasus seperti ini dapat pula dilakukan perbaikan (revisi) terhadap aspek yang dianggap kurang. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan kesempurnaan dari media yang dibuat, sehingga para penggunan dalam hal ini siswa akan mudah menerima pesan yang disampaikan melalui media tersebut. Geografi SMA K - 8
117
Jenis
atau
macam
evaluasi
yang
laian
adalah
berdasarkan objek yang dievaluasi, maka evaluasi media pembelajaran
akan
terkait
dengan
evaluasi
fungsi
media,
penggunaan media oleh guru, dan evaluasi pengelolaan/administrasi media. Berkaitan dengan berbagai jenis evaluasi media berdasarkan objeknya tersebut, maka pada evaluasi tersebut hanya mengevaluasi media yang terkait denagn fungsi media. Misalnya evaluasi terhadap media grafis, media yang diproyeksikan, OHP, media gambar diam, media audio dan lain sebagainya. Format untuk mengevaluasi mediamedia diatas, disajikan secara sederhana dalam bentuk daftar cek (checklist). Guru tinggal menandai nilai dari Kriteria-kriteria media yang
dinilai.
Daftar
cek
dalam
penilaian
ini
dapat
diubah,
dikembangkan dan dimodifikasi oleh guru sesuai dengan kebutuhan sekolah masing-masing.
c.
Uraian Kegiatan/Aktivitas Pembelajaran 1)
Penyampaian
tujuan
pembelajaran,
yaitu
melalui
kajian
referensi dan diskusi, peserta pelatihan dapat mempraktikan evaluasi pemanfaatan media. 2)
Peserta diminta melakukan aktivitas belajar sebagai berikut: Tugas Individu: a)
Baca dan cermati uraian materi evaluasi media
b)
Klasifikasikan jenis-jenis media yang dapat dimanfaatkan pada pembelajaran geografi.
c)
Evaluasilah
pemanfaatan
media
secara
sederhana
berdasar obyek media yang dievaluasi
Tugas Kelompok: a)
Peserta dibagi menjadi beberapa kelompok. dengan jumlah kelompok ideal, yaitu maksimal 5 orang.
Geografi SMA K - 9
118
b)
Dalam kelompok setiap individu memaparkan jenis dan pemanfaatan media dalam pembelajaran geografi berdasar kompetensi dasar.
c)
Anggota kelompok lain menanggapi dan berdiskusi untuk melakukan rancangan evaluasi berdasar tahapan-tahapan evaluasi.
d)
Hasil kelompok dipresentasikan agar kelompok lain dapat mencermati dan mempelajari.
d. Evaluasi kegiatan belajar Berikan jawaban pada soal-soal berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan Ibu/Bapak terhadap materi yang telah dipelajari! 1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan evaluasi pengembangan media? 2. Jelaskan
mengapa
ebaluasi
pengembangan
media
perlu
dilakukan? 3. Jelaskan macam-macam evaluasi pengembangan pendidikan!
e. Umpan Balik dan Tindak Lanjut Setelah kegiatan pembelajaran,Bapak/ Ibu dapat melakukan umpan balik dengan menjawab pertanyaan berikut ini : 1) Apa yang Bapak/Ibu pahami setelah mempelajari materi evaluasi pengembangan media pembelajaran geografi? 2) Pengalaman penting apa yang Bapak/Ibu peroleh setelah mempelajari
materi
evaluasi
pengembangan
media
pembelajaran geografi? 3) Apa
manfaat
materi
evaluasi
pengembangan
media
pembelajaran geografi, terhadap tugas Bapak/Ibu ? 4) Apa rencana tindak lanjut Bapak/Ibu setelah kegiatan pelatihan ini ?
Geografi SMA K - 8
119
G. BAB IX ANALISIS BUTIR SOAL SECARA MANUAL 1. Kegiatan Belajar 1 Penilaian Tertulis (Tes) a. Tujuan Pembelajaran •
Mendeskripsikan tes subyektif dan tes obyektif.
•
Membedakan berbagai bentuk tes obyektif.
•
Menjelaskan syarat-syarat menyusun tes subyektif.
•
Menjelaskan syarat-syarat menyusun tes obyektif.
b. Uraian Materi Pendahuluan Standar Nasional Pendidikan merupakan kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia (UU No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 poin 17 dan PP No. 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan). Standar Nasional Pendidikan terdiri atas: (a) standar isi, (b) standar proses, (c) standar kompetensi lulusan, (d) standar pendidik dan tenaga kependidikan, (e) standar sarana dan prasarana, (f) standar pengelolaan,
(g)
standar
pembiayaan,
dan
(h)
standar
penilaian
pendidikan. Penilaian pendidikan adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk menentukan pencapaian hasil belajar peserta didik. Penilaian hasil belajar dilakukan oleh pendidik, satuan pendidikan dan pemerintah. Penilaian hasil belajar yang dilakukan oleh pendidik dan satuan pendidikan merupakan penilaian internal (internal assessment), sedangkan penilaian yang diselenggarakan oleh pemerintah merupakan penilaian eksternal (external assessment). Penilaian internal adalah penilaian yang direncanakan dan dilakukan oleh pendidik pada saat proses pembelajaran berlangsung dalam rangka penjaminan mutu melalui perbaikan kualitas pembelajaran secara terus-menerus. Penilaian eksternal merupakan penilaian yang dilakukan oleh pemerintah melalui Ujian Nasional dalam rangka pengendalian mutu pendidikan nasional. Geografi SMA K - 9
120
Kegiatan penilaian dilakukan untuk memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan. Oleh karena itu, dalam penilaian perlu diperhatikan beberapa hal seperti: (1) penilaian ditujukan
untuk
mengukur
pencapaian
kompetensi,
(2)
penilaian
menggunakan acuan kriteria yakni berdasarkan kemampuan atau apa yang dapat dilakukan peserta didik setelah mengikuti proses pembelajaran, (3) penilaian dilakukan secara keseluruhan dan berkelanjutan, (4) hasil penilaian digunakan untuk menentukan tindak lanjut, berupa perbaikan proses
pembelajaran,
program
remedial
bagi
peserta
didik
yang
pencapaian kompetensinya di bawah kriteria ketuntasan minimal, dan program pengayaan bagi peserta didik yang memenuhi kriteria ketuntasan minimal lebih cepat, dan (5) penilaian harus disesuaikan dengan pengalaman belajar yang ditempuh dalam proses pembelajaran. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidik menuntut penggunaan berbagai teknik penilaian yang dilakukan secara internal sehingga dapat diketahui perkembangan dan ketercapaian berbagai kompetensi dasar oleh peserta didik. Selanjutnya, PP Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 63 ayat (1) menyatakan bahwa penilaian pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah terdiri atas: (a) penilaian hasil belajar oleh pendidik (b) penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan; dan (c) penilaian hasil belajar oleh pemerintah. Penilaian hasil belajar oleh pendidik dilakukan secara berkesinambungan untuk memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil dalam bentuk ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, dan ulangan kenaikan kelas. Penilaian hasil belajar untuk memantau proses dan hasil pembelajaran menggunakan berbagai instrumen, baik tes maupun nontes, atau
penugasan
yang
dikembangkan
sesuai
dengan
karateristik
kompetensi setiap kelompok mata pelajaran.
Geografi SMA K - 8
121
Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan bertujuan menilai pencapaian standar kompetensi lulusan untuk semua mata pelajaran pada kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia, kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian, kelompok mata pelajaran estetika, dan kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga, dan kesehatan. Penilaian ini merupakan penilaian akhir untuk menentukan kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan. Penilaian hasil belajar untuk semua mata pelajaran pada kelompok ilmu pengetahuan dan teknologi dilakukan melalui ujian sekolah/madrasah untuk menentukan kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan. Sementara itu, penilaian hasil belajar oleh pemerintah bertujuan untuk menilai pencapaian kompetensi lulusan secara nasional pada mata pelajaran tertentu dalam kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan teknologi dan dilakukan dalam bentuk ujian nasional. Terkait dengan pelaksanaan ujian nasional, pemerintah menugaskan Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) untuk menyelenggarakan ujian nasional bekerja sama dengan instansi terkait di lingkungan Pemerintah, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota, dan satuan pendidikan. Selanjutnya,
PP Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar
Nasional Pendidikan Pasal 64 ayat (7) menyatakan bahwa BSNP diberi amanat untuk menerbitkan panduan penilaian untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah yaitu: (a) kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia; (b) kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian; (c) kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi; (d) kelompok mata pelajaran estetika; dan (e) kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga, dan kesehatan Berdasarkan pada PP. Nomor 19 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 64 ayat (1) dijelaskan bahwa penilaian hasil belajar oleh pendidik dilakukan secara berkesinambungan untuk memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil belajar dalam bentuk ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, dan ulangan kenaikan kelas.
Selanjutnya, ayat (2) menjelaskan bahwa penilaian hasil belajar
Geografi SMA K - 9
122
oleh pendidik digunakan untuk (a) menilai pencapaian kompetensi peserta didik; (b) bahan penyusunan laporan kemajuan hasil belajar; dan (c) memperbaiki proses pembelajaran. Dalam rangka penilaian hasil belajar (rapor) pada semester satu penilaian dapat dilakukan melalui ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, dan dilengkapi dengan tugas-tugas lain seperti pekerjaan rumah (PR), proyek, pengamatan dan produk. Hasil pengolahan dan analisis nilai tersebut digunakan untuk mengisi nilai rapor semester satu. Pada semester dua
penilaian dilakukan melalui ulangan harian,
ulangan tengah semester, ulangan kenaikan kelas dan dilengkapi dengan tugas-tugas lain seperti PR, proyek, pengamatan dan
produk. Hasil
pengolahan dan analisis nilai tersebut digunakan untuk mengisi nilai rapor pada semester dua.
Pengertian Penilaian secara tertulis dilakukan dengan tes tertulis. Tes Tertulis merupakan tes dimana soal dan jawaban yang diberikan kepada peserta didik dalam bentuk tulisan. Dalam menjawab soal peserta didik tidak selalu merespon dalam bentuk menulis jawaban tetapi dapat juga dalam bentuk yang lain seperti memberi tanda, mewarnai, menggambar dan lain sebagainya. Teknik Penilaian Ada dua bentuk soal tes tertulis, yaitu: a) memilih jawaban, yang dibedakan menjadi: 1) pilihan ganda 2) dua pilihan (benar-salah, ya-tidak) 3) menjodohkan 4) sebab-akibat b) mensuplai jawaban, dibedakan menjadi: Geografi SMA K - 8
123
1) isian atau melengkapi 2) jawaban singkat atau pendek 3) uraian Dari berbagai alat penilaian tertulis, tes memilih jawaban benarsalah, isian singkat, menjodohkan dan sebab akibat merupakan alat yang hanya menilai kemampuan berpikir rendah, yaitu kemampuan mengingat (pengetahuan). Tes pilihan ganda dapat digunakan untuk menilai kemampuan mengingat dan memahami dengan cakupan materi yang luas. Pilihan ganda mempunyai kelemahan, yaitu peserta didik tidak mengembangkan sendiri jawabannya tetapi cenderung hanya memilih jawaban yang benar dan jika peserta didik tidak mengetahui jawaban yang benar, maka peserta didik akan menerka. Hal ini menimbulkan kecenderungan peserta didik tidak belajar untuk memahami pelajaran tetapi menghafalkan soal dan jawabannya. Selain itu pilihan ganda kurang mampu memberikan informasi yang cukup untuk dijadikan umpan balik guna mendiagnosis atau memodifikasi pengalaman belajar. Karena itu kurang dianjurkan pemakaiannya dalam penilaian kelas. Tes tertulis bentuk uraian adalah alat penilaian yang menuntut peserta didik untuk mengingat, memahami, dan mengorganisasikan gagasannya
atau
hal-hal
yang
sudah
dipelajari.
Peserta
didik
mengemukakan atau mengekspresikan gagasan tersebut dalam bentuk uraian tertulis dengan menggunakan kata-katanya sendiri. Alat ini dapat menilai berbagai jenis kompetensi, misalnya mengemukakan pendapat, berpikir logis, dan menyimpulkan. Kelemahan alat ini antara lain cakupan materi yang ditanyakan terbatas. Dalam
menyusun
instrumen
penilaian
tertulis
perlu
dipertimbangkan hal-hal berikut. a) Karakteristik mata pelajaran dan keluasan ruang lingkup materi yang akan diuji; b) Materi, misalnya kesesuian soal dengan standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator pencapaian pada kurikulum;
Geografi SMA K - 9
124
c) Konstruksi, misalnya rumusan soal atau pertanyaan harus jelas dan tegas; d) Bahasa, misalnya rumusan soal tidak menggunakan kata/kalimat yang menimbulkan penafsiran ganda.
Contoh Penilaian Tertulis
Mata Pelajaran
: Geografi
Kelas/Semester
:
Mensuplai jawaban (Bentuk Uraian) 1. Jelaskan proses terjadinya alam semesta menurut teori Big Bang 2. ... Cara Penskoran: Skor diberikan kepada peserta didik tergantung dari ketepatan dan kelengkapan jawaban
yang diberikan. Semakin lengkap dan tepat
jawaban, semakin tinggi perolehan skor.
Tes hasil belajar atau achievement test adalah tes yang dipergunakan untuk menilai hasil-hasil pembelajaran dalam jangka waktu tertentu. Untuk melaksanakan penilaian seorang guru dapat menggunakan dua macam tes, yakni tes yang distandarkan (standardized test) dan tes buatan guru sendiri (teacher made test). Yang dimaksud tes terstandar adalah tes yang telah mengalami proses standardisasi, yakni proses validasi dan keandalan (realibitas) sehingga tes tersebut benar-benar valid dan andal untuk suatu tujuan dan bagi suatu kelompok tertentu. Suatu tes disebut valid jika benar-benar mampu menilai apa yang harus dinilai. Tes tersebut, jika digunakan dapat mencapai sasaran sesuai dengan tujuan (kompetensi) yang telah direncanakan. Dengan kata lain, sebagai alat penilaian tes tersebut merupakan alat yang jitu dan cermat
Geografi SMA K - 8
125
karena telah mengalami try-out dan perbaikan-perbaikan sehingga akhirnya menjadi tes yang standar. Sedangkan suatu tes disebut andal (dapat dipercaya), jika tes tersebut menunjukkan ketelitian dalam pengukuran. Ketelitian itu berlaku untuk setiap orang yang diukur dengan tes yang sama. Sehingga dengan menggunakan tes yang sama, pada kelompok murid yang sama dalam kondisi yang sama, dengan waktu yang berbeda, jika tes itu andal maka skor hasil tes yang dibuat murid itu akan tetap sama. Berikut ini digambarkan bagan dari tes hasil belajar (achievement test). Achievement Test
Oral Examination
Written Test
(Tes Lisan)
(Tes Tertulis)
Essay (Subjective Type Test)
Completion Type Test
Geografi SMA K - 9
Tes Praktek
Objective Type Test
Selection Type Test
1. Completion (Melengkapi)
1.True-false (Benar-Salah)
2. Fill-in (Mengisi)
2. Multiple Choice (Pilihan Ganda) 126 3. Matching (Menjodohkan)
Achievement test yang biasa digunakan guru ada dua golongan, yaitu tes lisan (oral test) dan tes tertulis (written test). Tes tertulis dapat dibagi lagi atas tes subyektif atau essay examination dan tes obyektif atau disebut juga short-answer test. Tes essay adalah tes yang berbentuk pertanyaan tulisan, yang jawabannya merupakan uraian/karangan (essay) atau kalimat yang panjang. Panjang pendeknya jawaban atau kalimat jawaban tes bersifat relatif, sesuai dengan pengetahuan dan kecakapan penjawab.Tes ini merupakan bentuk penilaian yang paling dikenal dan banyak dipergunakan oleh guru-guru, mulai dulu sampai sekarang. Tes essay membutuhkan jawaban yang panjang dan waktu yang lama, sehingga biasanya jumlahnya setiap kali tes sangat terbatas, berkisar lima hingga sepuluh soal (item) saja. Tes obyektif adalah tes yang dibuat sedemikian rupa sehingga hasil tes itu dapat dinilai secara obyektif, artinya dinilai oleh siapapun akan menghasilkan skor yang sama. Tes ini sering pula disebut sebagai shortanswer test karena jawabannya pendek-pendek dan ringkas. Siswa yang di tes tinggal memilih, mengisi, menjodohkan, dan sebagainya sesuai petunjuk yang ada dalam soal. Bentuk tes obyektif dibagi 2, yaitu : a. Completion type test, yang terdiri dari completion test (tes melengkapi), dan fiil-in (mengisi titik-titik dalam kalimat yang dikosongkan). b. Selection type test (tes yang menjawabnya dengan melakukan pilihan), yang terdiri atas : true false (benar salah), multiple choice (pilihan berganda), dan matching (menjodohkan). Berikut ini dapat dicermati perbedaan tes obyektif dan tes essay.
Perbedaan Tes Obyektif dan Tes Subyektif (Essay)
Geografi SMA K - 8
127
Ditinjau Dari
Tes Obyektif
Taksonomi
Baik untuk mengukur hasil belajar Tidak efisien untuk mengukur
hasil
Tes Essay
pengetahuan, tingkat pengetahuan.
yang tingkat
diukur
pemahaman,
aplikasi,
dan
analisis. Tidak
Baik
untuk
mengukur
pemahaman, cocok
untruk
tingkat
aplikasi,
dan
tingkat analisis.
sintesis dan evaluasi.
Sangat
baik
untuk
mengukur
tingkat sintesis dan evaluasi. Sampling
Karena
isi/bahan
item
menggunakan yang
banyak,
jumlah Karena jumlah soal relatif sedikit, dapat maka hanya mencakup bahan
mencakup atau mewakili bahan yang terbatas, sehingga tidak pelajaran yang luas.
dapat mewakili bahan yang luas.
Persiapan
Mempersiapkan item tes lebih Persiapan item tes lebih mudah
membuat soal
sukar dan lebih lama.
dan membutuhkan waktu yang lebih singkat.
Penskoran
Obyektif,
sederhana,
dan Subyektif
keandalannya tinggi Kemungkinan
Mendorong mengingat,
siswa
dalam
penilaiannya,
kurang andal. untuk Mendorong
siswa
menginterpretasikan mengorganisasi
dan
dan menganalisis ide-ide orang mengintegrasikan lain.
ide-idenya
sendiri.
Kebaikan dan Keburukan Masing-masing Bentuk Tes. 1. Tes lisan a. Kebaikannya :
Geografi SMA K - 9
untuk
128
Dapat menilai kepribadian dan isi pengetahuan siswa karena dilakukan secara tatap muka.
Jika siswa belum jelas, guru dapat mengulangi/mengubah pertanyaan sehingga mudah di mengerti.
Pengetes dapat mengetahui isi pengetahuan siswa secara mendetail.
Untuk menilai kecakapan tertentu seperti bahasa inggris atau kemampuan mengemukakan pendapat, tes lisan lebih tepat daripada tes tulis.
Pengetes dapat langsung mengetahui hasilnya.
b. Kelemahannya :
Jika hubungan antara guru dan siswa kurang baik, akan mengganggu obyektivitas hasil tes.
Siswa yang penggugup akan terganggu dan memberikan hasil yang tidak maksimal.
Memerlukan pertanyaan yang berbeda-beda
pada masing-
masing siswa tetapi dengan bobot yang sama.
Jika jumlah siswa dalam kelas besar membutuhkan waktu yang lama.
2. Tes Tulis a. Kebaikannya :
Dapat sekaligus menilai kelompok (kelas) dalam waktu yang singkat.
Bagi siswa ada kebebasan memilih item yang mudah dulu dan cara menjawabnya.
Menilai isi pengetahuan yang sama pada semua siswa karena menggunakan pertanyaan yang sama, sehingga mudah dalam melakukan penilaian.
b. Kelemahannya :
Geografi SMA K - 8
129
Tidak dapat benar-benar menilai individu dan
kepribadian seseorang.
3.
Mudah menimbulkan kecurangan dalam membuat jawaban.
Sering menimbulkan spekulasi bagi siswa yang akan di tes.
Tes Essay. a. Kebaikannya :
Menyusun tes ini lebih mudah dan tidak memerlukan waktu yang lama.
Siswa
mempunyai
kebebasan
dalam
menjawab
dan
mengeluarkan ide-idenya.
Melatih siswa mengeluarkan ide/buah pikiran dalam bentuk kalimat yang teratur/sistematis.
Lebih simple/sederhana dan ekonomis, karena dapat juga didiktekan atau ditulis di papan tulis.
b. Kelemahannya :
Tidak atau kurang dapat digunakan untuk mengukur kompetensi yang scope-nya luas, sehingga kurang dapat menilai pengetahuan siswa yang sesungguhnya.
Kemungkinan
jawaban
siswa
yang
heterogen,
sehingga
menyulitkan dalam penskorannya.
Baik
buruknya
tulisan
dan
panjang
pendeknya
jawaban
kadangkala mempengaruhi penilaian.
Kharakteristik
pembuatan
essay
yang
berbeda-beda
pada
masing-masing guru dapat menyulitkan siswa dalam menjawab pertanyaan sesuai dengan tuntutan jawaban masing-masing guru yang berbeda. 4. Tes Obyektif. a. Kebaikannya :
Geografi SMA K - 9
130
Dapat digunakan untuk menilai bahan pelajaran yang banyak jumlahnya/scope luas, misal materi untuk satu atau dua semester atau bahkan untuk 3 tahun.
Bagi siswa lebih mudah menjawabnya karena pilihan jawaban sudah tersedia.
Dapat dinilai secara obyektif, artinya siapapun yang menilai skornya akan sama, karena telah tersedia kunci jawaban yang pasti.
Menuntut siswa belajar lebih baik, karena tidak mudah bagi siswa melakukan spekulasi.
b. Kelemahannya :
Kurang member kesempatan kepada siswa untuk menuangkan gagasan-gagasannya.
Memungkinkan siswa untuk melakukan coba-coba (untunguntungan), oleh karena itu sebaiknya soal harus dibuat untuk merangsang siswa berfikir.
Menyusun tes ini tidak mudah, membutuhkan waktu lama dan ketelitian yang tinggi.
Membutuhkan biaya yang lebih besar, karena membutuhkan kertas yang lebih banyak.
Syarat-syarat Menyusun Tes Obyektif. 1. Untuk completion atau fill-in. a. Bahasa hendaknya jelas sehingga mudah dipahami, kalimat jangan terlalu panjang.
Geografi SMA K - 8
131
b.
Titik-titik yang harus diisi hendaknya jangan
hanya satu macam hal saja, tetapi berbagai macam hal. c. Jawaban (isian titik-titik) jangan merupakan kalimat panjang, cukup satu atau dua kata saja. 2. Untuk true-false. a. Hindarkan item yang dinilai “benar” atau “salah” secara meragukan. Misal : Banjir bandang kemungkinan terbesar disebabkan oleh besarnya curah hujan. b. Tidak
boleh
menggunakan
kata-kata
mungkin,
sudah
pasti,
barangkali, kadang-kadang, dan lain-lain. c. Sedapat mungkin menghindakan pernyataan yang negative, yaitu yang mengandung kata-kata “tidak” atau “bukan”. Misal Anemometer bukan untuk mengukur kecepatan angin. d. Hindarkan kalimat yang terlalu panjang atau kalimat majemuk yang meragukan. 3. Untuk multiple choice. a. Pernyataan harus jelas, dan hanya ada satu jawaban yang paling benar. b. Jika jawaban dalam setiap option (pilihan jawaban) panjang, maka hendaknya menggunakan pernyataan dengan kalimat yang lebih pendek. c. Option hendaknya merupakan sesuatu yang homogen, misal jika jawaban alah nama sungai di Indonesia, maka pilihan jawaban yang lain juga nama sungai di Indonesia. 4. Untuk matching.
Geografi SMA K - 9
132
a. Banyak sedikitnya soal hendaknya disesuaikan dengan tingkat kesukaran tes. Untuk siswa SD maksimal cukup 10 soal saja. b. Matching (menjodohkan) ini baik digunakan untuk mengetes hal-hal yang faktua,
seperti arti sebuah konsep, nama tempat, peristiwa,
nama tokoh, tanggal, dan sebagainya. c. Keseluruhan soal hendaknya homogen, misal jika dalam premis no 1 membahas tentang nama kota maka premis selanjutnya juga membicarakan hal yang sama. d. Jumlah respon harus sedikit lebih banyak dari premis. Misal : Premis
Respons
5
6
10
12
15
18
Etika Tes. Di dalam melakukan penilaian dengan menggunakan tes perlu diperhatikan etika tes seperti berikut ini : 1. Kerahasiaan tes, guru atau yang melaksanakan tes, wajib melindungi kerahasiaan tes yang akan digunakan dan juga hasil-hasil tes baik secara perorangan maupun kelompok. 2. Keamanan tes, karena tes merupakan alat pengukur yang hany dapat digunakan secara profesional, maka tes tidak dapat digunakan di luar batas-batas yang ditentukan oleh profesionalisme pekerjaan guru. Oleh karena itu setiap guru harus menjamin keamanan tes baik sebelum maupun sesudah dipergunakan. 3. Interpretasi hasil tes, hal yang paling mengandung kemungkinan penyalahgunaan tes adalah menginterpretasikan hasil tes secara salah.
Geografi SMA K - 8
133
Oleh
karena
itu
interpretasi
hasil
tes
harus
diikuti
tanggungjawab profesional. 4. Penggunaan tes, tes hasil belajar harus digunakan secara wajar, dan harus mengikuti prosedur yang ditetapkan oleh tes itu sendiri.
c. Uraian Kegiatan/Aktivitas Pembelajaran •
Perhatikan soal yang pernah anda tulis untuk mengukur kompetensi peserta didik.
•
Cermatilah kembali bersama kelompok butir soal yang pernah anda tulis.
•
Sudah sesuaikah antara butir soal yang anda buat dengan indicator pencapaian kompetensi yang telah anda rumuskan.
d. Evaluasi kegiatan belajar dan kunci jawaban •
Jelaskan tentang penialian tertulis dan bentuk-bentuknya.
•
Apa yang membedakan tes obyektif dan tes yang subyektif.
e. Umpan balik dan tindak lanjut • Pelajari dan pahami dengan seksama uraian materi di bagian modul ini secara berurutan dari awal sampai terakhir. • Jika menemui kesulitan dalam memahami materi modul ini dapat didiskusikan dengan teman sejawat, atau pada saat tertentu dapat minta bimbingan pada tutor. • Perlu diperhatikan bahwa semua tipe tes memiliki kelebihan dan kekurangannnya,
sehingga
dalam
penyusunannya
perlu
ditekan
sedemikan rupa setiap kekurangan jenis tes dan dapat menajamkan kelebihannya. • Setelah selesai mempelajari modul pada bagian ini, anda dapat mengerjakan latihan yang telah disediakan. f. Kunci jawaban
Geografi SMA K - 9
134
•
Dapat digunakan untuk self assesment sekiranya diperlukan sebagai tolak ukur untuk mengetahui keberhasilan diri sendiri.
Geografi SMA K - 8
135
2.
Kegiatan Belajar 2 Analisis Butir Soal Secara Kualitatif dan
Kuantitatif a. Tujuan Pembelajaran •
Menganalisis butir soal secara kualitatif.
•
Menganalisis butir soal secara kuantitatif.
b. Uraian Materi Analisis soal dilakukan untuk mengetahui berfungsi tidaknya sebuah soal. Analisis pada umumnya dilakukan melalui dua cara, yaitu analisis kualitatif (qualitative control) dan analisis kuantitatif (quantitative control). Analisis kualitatif sering pula dinamakan sebagai validitas logis (logical validity) yang dilakukan sebelum soal digunakan. Gunanya untuk melihat berfungsi tidaknya sebuah soal. Analisis soal secara kuantitatif sering pula dinamakan sebagai validitas empiris (empirical validity) yang dilakukan untuk melihat lebih berfungsi tidaknya sebuah soal setelah soal itu diujicobakan kepada sampel yang representatif. Salah satu tujuan dilakukannya analisis adalah untuk meningkatkan kualitas soal, yaitu apakah suatu soal (1) dapat diterima karena telah didukung oleh data statistic yang memadai, (2) diperbaiki, karena terbukti terdapat beberapa kelemahan, atau bahkan (3) tidak digunakan sama sekali karena terbukti secara empiris tidak berfungsi sama sekali. Analisis Kualitatif. Analisis kualitatif berupa penelaahan yang ditujukan untuk menganalisis soal ditinjau dari segi teknis, isi, dan editorial. Analisis secara teknis dimaksudkan sebagai penelaahan soal berdasarkan prinsip-prinsip pengukuran dan format penulisan soal. Analisis secara isi dimaksudkan sebagai penelaahan khusus yang berkaitan dengan kelayakan pengetahuan yang ditanyakan. Analisis secara editorial dimaksudkan sebagai penelaahan yang khususnya berkaitan dengan
Geografi SMA K - 9
136
keseluruhan format dan keajegan editorial dari soal yang satu ke soal yang lainnya. Analisis kualitatif lainnya dapat juga dikategorikan dari segi materi, konstruksi,
dan
bahasa.
Analisis
materi
dimaksudkan
sebagai
penelaahan yang berkaitan dengan substansi keilmuan yang ditanyakan dalam soal serta tingkat kemampuan yang sesuai dengan soal. Analisis konstruksi dimaksudkan sebagai penelaahan yang umumnya berkaitan dengan teknik penulisan soal. Analisis bahasa dimaksudkan sebagai penelaahan soal yang berkaitan dengan penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar menurut EYD. Aspek yang dianalisis dalam analisis kualitatif adalah : 1) Materi, 2) Konstruksi, 3) Bahasa/Budaya, 4) Kunci jawaban/pedoman penskoran. Contoh kartu telaah soal bentuk pilihan ganda : Aspek yang ditelaah
Nomor Soal 1
2
3
4
5
6
7
8
Materi : 1. Soal sesuai indikator. 2. Materi
yang
diukur
sesuai
dengan kompetensi, relevansi, kontinuitas. 3. Pilihan jawaban homogen dan logis. 4. Hanya
ada
satu
kunci
jawaban. Konstruksi : 1. Pokok
soal
dirumuskan
dengan singkat, jelas, dan tegas.
Geografi SMA K - 8
137
2. Rumusan pilihan
pokok
soal
jawaban
dan
merupakan
pernyataan yang diperlukan saja. 3. Pokok
soal
tidak
memberi
petunjuk jawaban. 4. Pokok
soal
pernyataan
bebas yang
dari
bersifat
negatif ganda. 5. Pilihan jawaban homogen dan logis ditinjau dari segi materi. 6. Gambar, grafik, tabel, diagram atau
sejenisnya
jelas
dan
berfungsi 7. Panjang pilihan jawaban relatif sama 8. Pilihan
jawaban
menggunakan semua
tidak
pernyataan
jawaban
di
atas
”salah/benar" dan sejenisnya 9. Pilihan
jawaban
berbentuk
yang
angka/waktu
disusun berdasarkan urutan besar kecilnya angka atau kronologisnya 10. Butir soal tidak bergantung pada
jawaban
soal
sebelumnya. Bahasa/Budaya : 1. Menggunakan Geografi SMA K - 9
bahas
yang
138
sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia. 2. Menggunakan bahasa yang komunikatif. 3. Tidak menggunakan bahasa yang berlaku setempat. 4. Pilihan
jawaban
mengulang kata
yang
merupakan
tidak
kata/kelompok sama, satu
kecuali kesatuan
pengertian. Kunci
jawaban/pedoman
penskoran : 1. Pengecoh
dalam
pilihan
jawaban harus berfungsi. 2. Skor harus jelas, dan sesuai dengan tingkat kesulitan item tes.
Analisis Kuantitatif. Analisis kuantitatif digunakan untuk mengetahui sejauh mana soal dapat membedakan antara peserta tes yang kemampuannya tinggi dalam hal
yang
didefinisikan
oleh
kriteria
dengan
peserta
tes
yang
kemampuannya rendah (melalui analisis statistik). Analisis soal secara kuantitatif menekankan pada analisis karakteristik internal tes melalui data yang diperoleh secara empiris. Karakteristik internal secara kuantitatif dimaksudkan meliputi parameter soal tingkat kesukaran, daya pembeda, dan reliabilitas. Khusus soal-soal pilihan ganda, dua tambahan parameter yaitu dilihat dari peluang untuk menebak atau menjawab soal dengan benar dan berfungsi tidaknya pilihan Geografi SMA K - 8
139
jawaban, yaitu penyebaran semua alternatif jawaban dari subyek-subyek yang dites. Prosedur Analisis Item Yang Sederhana Untuk Penilaian Acuan Norma. Daya Pembeda. Salah satu tujuan analisis kuantitatif soal adalah untuk menentukan dapat tidaknya suatu soal membedakan kelompok dalam aspek yang diukur sesuai dengan perbedaan yang ada dalam kelompok itu. Indeks yang
digunakan
berkemampuan
dalam
membedakan
rendah
adalah
antara
indeks
peserta
daya
tes
yang
pembeda (item
discrimination). Indeks daya pembeda soal-soal yang ditetapkan dari selisih proporsi yang menjawab dari masing-masing kelompok. Indeks ini menunjukkan kesesuaian antara fungsi soal dengan fungsi tes secara keseluruhan. Dengan demikian validitas soal ini sama dengan daya pembeda soal yaitu daya dalam membedakan antara peserta tes yang berkemampuan tinggi dengan peserta tes yang berkemampuan rendah. Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda berkisar antara -1 sampai dengan +1. Tanda negatif menunjukkan bahwa peserta tes yang kemampuannya rendah dapat menjawab benar sedangkan peserta tes yang kemampuannya tinggi menjawab salah. Dengan demikian soal indeks daya pembedanya negatif menunjukkan terbaliknya kualitas peserta. Indeks diskriminasi item umumnya diberi lambang dengan huruf D (singkatan dari discriminatory power).
Indeks Item (D) < 0,20
Dsikriminasi
Klasifikasi
Interpretasi
Poor
Butir item yang bersangkutan daya pembedanya lemah sekali (jelek),
Geografi SMA K - 9
140
dianggap
tidak
memiliki
daya
pembeda yang baik Butir item yang bersangkutan telah 0,20 – 0,40
Satisfactory
memiliki daya pembeda yang cukup (sedang)
0,40 – 0,70
Good
Butir item yang bersangkutan telah memiliki daya pembeda yang baik Butir item yang bersangkutan telah
0,70 – 1,00
Excellent
memiliki daya pembeda yang baik sekali Butir item yang bersangkutan daya
Bertanda negatif (-)
-
pembedanya negative sekali (jelek sekali)
Rumus statistik untuk daya pembeda : Daya Beda = BA-BB 1/2N BA = Jumlah jawaban benar kelompok atas BB = Jumlah jawaban benar kelompok bawah N
= Jumlah peserta tes
Tingkat Kesukaran. Ada beberapa alasan untuk menyatakan tingkat kesukaran soal. Bisa saja tingkat kesukaran soal ditentukan oleh kedalaman soal, kompleksitas, atau hal-hal lain yang berkaitan dengan kemampuan yang diukur oleh soal. Namun demikian, ketika kita mengkaji lebih mendalam
Geografi SMA K - 8
141
terhadap tingkat kesukaran soal, akan sulit menentukan mengapa sebuah soal lebih sukar dibandingkan dengan soal yang lain. Secara umum, menurut teori klasik, tingkat kesukaran dapat dinyatakan melalui beberapa cara diantaranya (1) proporsi menjawab benar, (2) skala kesukaran linear, (3) indeks Davis, dan (4) skala bivariat. Proporsi jawaban benar (p), yaitu jumlah peserta tes yang menjawab benar pada butir soal yang dianalisis dibandingkan dengan jumlah peserta tes seluruhnya merupakan tingkat kesukaran yang paling umum digunakan.
Tingkat Kesukaran = Jumlah siswa menjawab benar N
Intinya, bermutu atau tidaknya butir-butir item tes hasil belajar pertama-tama dapat diketahui dari derajat kesukaran atau taraf kesukaran yang dimiliki oleh masing-masing butir item tersebut. Butir-butir item tes hasil belajar dapat dinyatakan sebagai butir-butir item yang baik, apabila butir-butir item tersebut tidak terlalu sukar dan tidak pula terlalu mudah dengan kata lain derajat kesukaran item itu adalah sedang atau cukup. Angka yang dapat memberikan petunjuk mengenai tingkat kesulitan item itu dikenal dengan istilah difficulty index (angka indeks kesukaran item), yang dalam dunia evaluasi hasil belajar umumnya dilambangkan dengan huruf P, yaitu singkatan dari kata proportion (proporsi = proporsa). Kategori Tingkat Kesukaran Nilai p
Kategori
P < 0.3
Sukar
Geografi SMA K - 9
142
0.3 ≤ p ≤ 0.7
Sedang
P > 0.7
Mudah
Prosedur Analisis Item Untuk Penilaian Acuan Patokan. Analisis penilaian acuan norma adalah untuk mengetahui sampai sejauh mana tiap item dapat mengukur hasil pembelajaran. Jika suatu item dapat dijawab dengan benar oleh semua siswa, baik sebelum pembelajaran maupun sesudah pembelajaran, maka item itu berarti tidak mengukur hasil pembelajaran. Demikian juga, jika suatu item dijawab salah oleh semua siswa, baik sebelum maupun sesudah siswa mendapat pembelajaran, item tersebut juga tidak berfungsi sebagai alat pengukur penilaian. Untuk memperoleh ukuran keefektifan item berdasarkan hasil pembelajaran, guru harus memberikan teknik penilaian (tes) yang sama sebelum dan sesudah pembelajaran. Item yang efektif akan dijawab benar oleh sejumlah besar siswa sesudah pembelajaran daripada sebelum
pembelajaran.
Indeks
sensitivitas
bagi
keberhasilan
pembelajaran (S) dapat dihitung dengan menggunakan rumus : S = RA - RB T
Keterangan : S
= sensitivitas keberhasilan yang dicari
RA
=
jumlah siswa yang menjawab benar item itu sesudah
pembelajaran
Geografi SMA K - 8
143
RB
=
jumlah siswa yang menjawab benar item itu
sebelum pembelajaran T
= jumlah total jawaban item itu yang benar kedua-duanya, sebelum dan sesudah pembelajaran (atau jumlah RA + RB)
Reliabilitas. Suatu alat pengukur diakatakan reliabel jika ia menghasilkan suatu gambaran (hasil pengukuran) yang benar-benar dapat dipercaya. Ciri ini menunjukkan bahwa alat pengukur itu tidak rusak sehingga dapat diandalkan untuk membuahkan hasil pengukuran yang sebenarnya. Jika alat pengukurannya reliabel, pengukuran yang dilakukan berulang-ulang dengan memakai alat yang sama terhadap obyek dan subyek yang sama hasilnya akan tetap atau relatif sama. Ada beberapa cara untuk memperhitungkan reliabilitas sebuah alat pengukur, salah satunya dengan metode belah dua (split-half method), dengan rumus sebagai berikut : r11 =
2r1/21/2 (1 + r1/21/2)
Keterangan : r11
= korelasi antara skor-skor setiap belahan tes
r1/21/2
= koefisien reliabilitas
Suatu tes dibagi menjadi dua bagian yang sama tingkat kesukarannya, sama isi dan bentuknya. Kemudian dilihat skor masing-masing bagian paruhan tes tersebut dan dicari korelasinya. Cara membagi misalnya dengan jalan semua item yang bernomor genap untuk tes A dan semua yang bernomor ganjil untuk tes B. Setelah diperoleh korelasi antara setengah tes yang pertama ( tes A) dengan setengah tes yang kedua (tes B), kemudian dihitung keandalan seluruh tes itu dengan rumus r11 tersebut. Geografi SMA K - 9
144
Validitas. Suatu alat pengukur dikatakan valid
jika ia benar-benar cocok
untuk mengukur apa yang hendak diukur. Suatu tes dapat memiliki validitas yang bertingkat-tingkat : tinggi, sedang, atau rendah tergantung pada tujuannya. Ada beberapa jenis validitas, yaitu : a. Validitas Isi b. Validitas Konsep atau konstruksi c. Validitas Pengukuran setara d. Validitas Ramalan Validitas suatu tes dinyatakan dengan angka koefisien korelasi (r), dengan kriteria sebagai berikut : 0,00 – 0,20 sangat rendah (hampir tidak ada korelasi) 0,20 – 0,40 korelasi rendah 0,40 – 0,70 korelasi cukup 0,70 – 0,90 korelasi tinggi 0,90 – 1,00 korelasi sangat tinggi (sempurna) Cara menghitung validitas suatu tes dapat dilakukan antara lain dengan rumus product moment correlation (metode Pearson) :
√(
)(
)
Keterangan :
Geografi SMA K - 8
145
r
=
koefisien korelasi antara variabel X dan
variabel Y, dua variabel yang dikorelasikan ( dan
̅
̅)
∑x
= jumlah perkalian x dan y
∑y
= kuadrat dari x
∑xy
= kuadrat dari y
c. Uraian Kegiatan/Aktivitas Pembelajaran •
Cermatilah kembali tes yang pernah anda buat dan sudah digunakan untuk mengukur ketercapaian peserta didik.
•
Analisislah soal anda menggunaka format analisis secara kualitatif.
•
Selanjutnya analisislah secara kuantitatif untuk mengetahui tingkat kesukaran dan daya pembeda dari masing-masing butir soal (item tes)
d. Evaluasi kegiatan belajar dan kunci jawaban •
Jelaskan cara melakukan analisis butir soal secara kualitatif‟
•
Jelaskan cara melakukan analisis butir soal secara kuantitatif.
e. Umpan balik dan tindak lanjut •
Carilah data hasil penilaian di suatu sekolah (data satu kelas saja untuk satu mata pelajatan), kemudian analisislah daya pembeda, tingkat kesukaran, validitas dan reliabilitas soal tersebut!
f. Kunci jawaban •
Dapat digunakan untuk self assesment sekiranya diperlukan sebagai tolak ukur untuk mengetahui keberhasilan diri sendiri.
Geografi SMA K - 9
146
G. BAB VII EVALUASI IMPLEMENTASI RPP DALAM PELAKSANANAAN PEMBELAJARAN 1. Kegiatan Pembelajaran 1 Pengertian, Pengembangan RPP dan Evaluasi Implementasi RPP a. Tujuan Pembelajaran 1) Melalui membaca dapat menjelaskan pengembangan RPP 2) Melalui membaca dapat mengevaluasi Implementasi RPP b. Indikator Pencapaian Kompetensi 1) Menjelaskan pengembangan RPP 2) Mengevaluasi implementasi RPP c. Uraian Materi Tahap pertama dalam pembelajaran yaitu perencanaan pembelajaran yang diwujudkan dengan kegiatan penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).
Setiap guru di setiap satuan pendidikan
berkewajiban menyusun RPP untuk kelas di mana guru tersebut mengajar (guru kelas) di SD/MI dan untuk guru mata pelajaran yang diampunya untuk guru SMP/MTs, SMA/MA, dan SMK/MAK. Untuk menyusun RPP yang benar Anda dapat mempelajari hakikat, prinsip dan langkah-langkah
penyusunan
RPP
Permendiknas tentang Pembelajaran
seperti
yang
tertera
pada
Pada Pendidikan Dasar Dan
Pendidikan Menengah - Pedoman Pelaksanaan Pembelajaran nomor 103 Tahun 2014 Hakikat RPP RPP merupakan rencana pembelajaran yang dikembangkan secara rinci mengacu pada silabus, buku teks pelajaran, dan buku panduan guru. RPP mencakup: (1) identitas sekolah/madrasah, mata pelajaran, dan kelas/semester; (2) alokasi waktu; (3) KI, KD, indikator pencapaian kompetensi; (4) materi pembelajaran; (5) kegiatan pembelajaran; (6) penilaian;
dan
(7)
media/alat,
bahan,
dan
sumber
belajar.
Pengembangan RPP dilakukan sebelum awal semester atau awal tahun
Geografi SMA K - 8
147
pelajaran
dimulai,
namun
perlu
diperbaharui
sebelum
pembelajaran dilaksanakan. Pengembangan RPP dapat dilakukan oleh guru secara mandiri dan/atau berkelompok
di
sekolah/madrasah
dikoordinasi,
difasilitasi,
dan
disupervisi oleh kepala sekolah/madrasah. Pengembangan RPP dapat juga dilakukan oleh guru secara berkelompok antarsekolah atau antarwilayah dikoordinasi, difasilitasi, dan disupervisi oleh dinas pendidikan atau kantor kementerian agama setempat.
Prinsip Penyusunan RPP Prinsip-prinsip RPP yang harus diikuti pada saat penyususn RPP adalah: 1. Setiap RPP harus secara utuh memuat kompetensi dasar sikap spiritual (KD dari KI-1), sosial (KD dari KI-2), pengetahuan (KD dari KI3), dan keterampilan (KD dari KI-4). 2. Satu RPP dapat dilaksanakan dalam satu kali pertemuan atau lebih. 3. Memperhatikan perbedaan individu peserta didik RPP disusun dengan memperhatikan perbedaan kemampuan awal, tingkat intelektual, minat, motivasi belajar, bakat, potensi, kemampuan sosial, emosi, gaya belajar, kebutuhan khusus, kecepatan belajar, latar belakang budaya, norma, nilai, dan/atau lingkungan peserta didik. 4. Berpusat pada peserta didik Proses pembelajaran dirancang dengan berpusat pada peserta didik untuk mendorong motivasi, minat, kreativitas, inisiatif, inspirasi, kemandirian, dan semangat belajar, menggunakan pendekatan saintifik meliputi mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, menalar/mengasosiasi, dan mengomunikasikan. 5. Berbasis konteks Proses pembelajaran yang menjadikan lingkungan sekitarnya sebagai sumber belajar. 6. Berorientasi kekinian Pembelajaran
yang
berorientasi
pada
pengembangan
ilmu
pengetahuan dan teknologi, dan nilai-nilai kehidupan masa kini. Geografi SMA K - 9
148
7. Mengembangkan kemandirian belajar Pembelajaran yang memfasilitasi peserta didik untuk belajar secara mandiri. 8. Memberikan umpan balik dan tindak lanjut pembelajaran RPP memuat rancangan program pemberian umpan balik positif, penguatan, pengayaan, dan remedi. 9. Memiliki keterkaitan dan keterpaduan antarkompetensi dan/atau antarmuatan RPP disusun dengan memperhatikan keterkaitan dan keterpaduan antara KI, KD, indikator pencapaian kompetensi, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian, dan sumber belajar dalam satu keutuhan
pengalaman
belajar.
RPP
disusun
dengan
mengakomodasikan pembelajaran tematik, keterpaduan lintas mata pelajaran, lintas aspek belajar, dan keragaman budaya. 10. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi RPP disusun dengan mempertimbangkan penerapan teknologi informasi dan komunikasi secara terintegrasi, sistematis, dan efektif sesuai dengan situasi dan kondisi.
Komponen dan Sistematika RPP Di dalam Permendikbud nomor 103 tahun 2015, komponen-komponen RPP secara operasional diwujudkan dalam bentuk format berikut ini.
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Sekolah : Mata pelajaran : Kelas/Semester : Alokasi Waktu :
Geografi SMA K - 8
149
A Kompetensi Inti (KI)
B. Kompetensi Dasar 1. KD pada KI-1 2. KD pada KI-2 3. KD pada KI-3 4. KD pada KI-4
C. Indikator Pencapaian Kompetensi*) 1. Indikator KD pada KI-1 2. Indikator KD pada KI-2 3. Indikator KD pada KI-3 4. Indikator KD pada KI-4
D. Materi Pembelajaran (dapat Materi Pembelajaran (dapat berasal dari buku teks pelajaran dan buku panduan guru, sumber belajar lain berupa muatan lokal, materi kekinian, konteks pembelajaran dari lingkungan sekitar yang dikelompokkan menjadi materi untuk pembelajaran reguler, pengayaan, dan remedial) E. Kegiatan Pembelajaran Geografi SMA K - 9
150
1. Pertemuan Pertama: (...JP) a. Kegiatan Pendahuluan b. Kegiatan Inti **) -
Mengamati
-
Menanya
-
Mengumpulkan informasi/mencoba
-
Menalar/mengasosiasi
-
Mengomunikasikan
c. Kegiatan Penutup
2. Pertemuan Kedua: (...JP) a. Kegiatan Pendahuluan b. Kegiatan Inti **) -
Mengamati
-
Menanya
-
Mengumpulkan informasi/mencoba
-
Menalar/Mengasosiasi
-
Mengomunikasikan
c. Kegiatan Penutup
3. Pertemuan seterusnya.
F. Penilaian, Pembelajaran Remedial dan Pengayaan 1. Teknik penilaian 2. Instrumen penilaian
Geografi SMA K - 8
151
a. Pertemuan Pertama b. Pertemuan Kedua c. Pertemuan seterusnya 3. Pembelajaran Remedial dan Pengayaan Pembelajaran remedial dilakukan segera setelah kegiatan penilaian. G. Media/alat, Bahan, dan Sumber Belajar 1. Media/alat 2. Bahan 3. Sumber Belajar
Contoh RPP Geografi Satuan Pendidikan : SMA NEGERI ......... Mata Pelajaran
: Geografi
Kelas / Semester
: XII/1
Alokasi Waktu
: 2 X 45 menit
Topik/Sub Topik
: Penginderaan Jauh/Interpretasi Citra
A. Kompetensi Inti KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya. KI 2 : Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli, santun, ramah lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta damai, damai responsive dan proaktif), menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan bangsa, serta memosisikan diri sebagai agen transformasi masyarakat dalam membangun peradaban bangsa dan dunia. Geografi SMA K - 9
152
KI 3 : Memahami, menerapkan, dan menjelaskan pengetahuan faktual, konseptual, prosedural dan metakognitif dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah. KI 4 : Mengolah, menalar, dan menyaji, dan mencipta dalam ranah konkret dan ranah abstrak
terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di
sekolah secara mandiri serta bertindak secara efektif dan kreatif, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
B. Kompetensi Dasar 1.1. Menghayati keberadaan dirinya sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa untuk mendalami kajian ilmu dan teknologi Penginderaan Jauh, peta, serta Sistem Informasi Geografis (SIG). 2.1. Menunjukkan sikap proaktif dalam praktik pemanfaatan citra penginderaan jauh untuk kajian tata guna lahan dan transportasi. 3.1. Menganalisis citra penginderaan jauh untuk perencanaan kajian tata guna lahan dan transportasi. 4.1 Mencoba menginterpretasi citra penginderaan jauh untuk perencanaan tata guna lahan dan transportasi.
C. Indikator Pencapaian Kompetensi 1.1.1. Melakukan digitasi pada citra penginderaan jauh 1.1.2. Melakukan interpretasi citra penginderaan jauh 3.1.3. menganalisis citra penginderaan jauh 4.1.1. Menginterpretasi citra penginderaan jauh sesuai konsep, prinsip, dan pendekatan geografi.
D. Materi Pembelajaran Geografi SMA K - 8
153
1.
Unsur dan teknik interpretasi citra
2. Analisa Manual a. Kegiatan Pembelajaran Langkah Sintak Model Pembelajaran Pembelajaran Menciptakan Pendahuluan Situasi (Stimulasi)
Deskripsi Kegiatan a. Persiapan psikis dan fisik dengan membuka pelajaran seperti: mengucapkan salam dan berdoa bersama mengecek kehadiran peserta didik dengan menanyakan yang tidak hadir. b. Guru memperlihatkan gambar citra suatu wilayah, kemudian guru bersama peserta didik melakukan curah pendapat : Bagaimana mengenali obyek pada citra? Apa fungsi bayangan untuk mengenali obyek pada citra. c.
Kegiatan Inti
Problem statemen (pertanyaan/ide ntifikasi masalah)
Pengumpulan data
Geografi SMA K - 9
Alokasi Waktu 10 menit
Guru menginformasikan tujuan yang akan dicapai selama pembelajaran : Menjelaskan unsur dan teknik interpretasi citra.
1) Menyampaikan informasi tentang kegiatan yang akan dilaksanakan peserta didik selama proses pembelajaran yaitu: peserta didik akan belajar secara berkelompok untuk melakukan praktik interpretasi citra berupa citra pankromatik warna menggunakan beberapa peralatan dengan panduan LK. 2) Peserta didik membentuk 5 kelompok sesuai dengan pembagian kelompok yang telah ditetapkan pada pertemuan 3) Setiap kelompok menerima citra pankromatik warna, dan Lembar Kegiatan Peserta didik. 4) Menjelaskan cara kerja praktik interpretasi citra. 5) Melaksanakan praktik interpretasi citra dengan pembagian tugas sebagai berikut: Kelompok menginterpretasi obyek pada citra sesuai dengan unsur-unsur intepretasi 6) Membimbing peserta didik dalam melaksanakan praktik interpretasi dan digitasi 154
70 menit
Verifikasi
citra. 7) Melakukan verifikasi hasil praktik interpretasi citra dari masing-masing kelompok. Setiap kelompok mencatat hasil praktik interpretasi citra yang dilakukan dari kelompok lain ke dalam format yang tersedia, sehingga menjadi sebuah data/informasi yang lengkap.
Pengolahan data dan analisis
8) Menganalisis karakteristik/atribut pada citra dan kelompok membagi anggota untuk melakukan digitasi citra pada plastik mika dengan pembagian masing-masing peserta didik melakukan digitasi pada: a. jalan dibedakan berdasar kelasnya, rel kereta api b. Bangunan sekolah, pasar dan kantor c. Perairan, sungai dan rawa d. Pemukiman, makam dan prasarana lain e. Hutan, sawah dan perkebunan.
Generalisasi
9) Guru menentukan kelompok yang akan mewakili presentasi dari hasil diskusi dengan cara diundi. Kelompok lain memberi tanggapan berdasarkan hasil diskusi kelompok. 10) Klarifikasi guru dari hasil diskusi peserta didik.
Penutup
Geografi SMA K - 8
1. Bersama peserta didik membuat kesimpulan tentang teknik interpretasi citra penginderaan jauh. 2. Melakukan refleksi tentang kegiatan yang telah dilakukan hari ini dengan meminta seorang peserta didik menyampaikan kesan/pengalaman/manfaat setelah mengikuti pembelajaran pada pertemuan hari ini. 3. Melaksanakan penilaian dalam bentuk tes tulis. 4. Guru memberikan penghargaan (misalnya pujian atau bentuk penghargaan lain yang relevan) kepada kelompok yang kinerja dan hasilnya baik. 5. Memberikan penugasan kepada peserta didik secara kelompok interpretasi citra dengan analisa manual pada citra yang tersedia selama
155
10 menit
1 minggu dengan menggunakan format ( terlampir). 6. Menutup pelajaran dengan berdoa sesuai dengan agama dan keyakinan masing-masing.
F.
Penilaian, Pembelajaran Remidial dan Pengayaan 1. Teknik penilaian dan instrument penilaian No Aspek Teknik Bentuk Instrumen 1. Sikap - Observasi kegiatan pengkajian dan - Lembar Observasi diskusi kelompok 2. Pengetahuan - Penugasan - Soal Penugasan - Tes Tertulis - Soal Uraian 3. Keterampilan - Laporan Praktik - Rubrik Penilaian
2. Pembelajaran Remidial : tugas tambahan 3. Pembelajaran Pengayaan : tutor sebaya
G. Media/Alat/Bahan/Sumber Belajar: 1) Foto udara 2) Plastik mika 3) Spidol OHP 4) Tabel hasil pengamatan 5) LKS 6) Buku Guru Kemdikbud RI tahun 2014 7) Buku Peserta didik Kemdikbud RI tahun 2014 Mengetahui, Kepala Sekolah,
Malang, Mei 2015 Guru Geografi,
___________________
___________________
NIP.
NIP.
Geografi SMA K - 9
156
Contoh RPP Geografi Satuan Pendidikan : SMA NEGERI ......... Mata Pelajaran
: Geografi
Kelas / Semester
: XII/1
Alokasi Waktu
: 2 X 45 menit
Topik/Sub Topik
: Penginderaan Jauh/Interpretasi Citra
A. Kompetensi Inti KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya. KI 2 : Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli, santun, ramah lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta damai, damai responsive dan proaktif), menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan bangsa, serta memosisikan diri sebagai agen transformasi masyarakat dalam membangun peradaban bangsa dan dunia. KI 3 : Memahami, menerapkan, dan menjelaskan pengetahuan faktual, konseptual, prosedural dan metakognitif dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah. KI 4 : Mengolah, menalar, dan menyaji, dan mencipta dalam ranah konkret dan ranah abstrak
terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di
sekolah secara mandiri serta bertindak secara efektif dan kreatif, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
B. Kompetensi Dasar 1.1. Menghayati keberadaan dirinya sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa untuk mendalami kajian ilmu dan teknologi Penginderaan Jauh, peta, serta Sistem Informasi Geografis (SIG).
Geografi SMA K - 8
157
2.1. Menunjukkan sikap proaktif dalam praktik pemanfaatan citra penginderaan jauh untuk kajian tata guna lahan dan transportasi. 3.1. Menganalisis citra penginderaan jauh untuk perencanaan kajian tata guna lahan dan transportasi. 4.1 Mencoba menginterpretasi citra penginderaan jauh untuk perencanaan tata guna lahan dan transportasi.
D. Indikator Pencapaian Kompetensi 1.1.3. Melakukan digitasi pada citra penginderaan jauh 1.1.4. Melakukan interpretasi citra penginderaan jauh 3.1.3. menganalisis citra penginderaan jauh 4.1.1. Menginterpretasi citra penginderaan jauh sesuai konsep, prinsip, dan pendekatan geografi.
D. Materi Pembelajaran 3. 4.
Unsur dan teknik interpretasi citra Analisa Manual
a. Kegiatan Pembelajaran Langkah Sintak Model Pembelajaran Pembelajaran Menciptakan Pendahuluan Situasi (Stimulasi)
Geografi SMA K - 9
Deskripsi Kegiatan d. Persiapan psikis dan fisik dengan membuka pelajaran seperti: mengucapkan salam dan berdoa bersama mengecek kehadiran peserta didik dengan menanyakan yang tidak hadir. e. Guru memperlihatkan gambar citra suatu wilayah, kemudian guru bersama peserta didik melakukan curah pendapat : Bagaimana mengenali obyek pada citra? Apa fungsi bayangan untuk mengenali obyek pada citra.
158
Alokasi Waktu 10 menit
f.
Kegiatan Inti
Problem statemen (pertanyaan/ide ntifikasi masalah)
Pengumpulan data
Verifikasi
Pengolahan data dan analisis
Geografi SMA K - 8
Guru menginformasikan tujuan yang akan dicapai selama pembelajaran : Menjelaskan unsur dan teknik interpretasi citra.
1) Menyampaikan informasi tentang kegiatan yang akan dilaksanakan peserta didik selama proses pembelajaran yaitu: peserta didik akan belajar secara berkelompok untuk melakukan praktik interpretasi citra berupa citra pankromatik warna menggunakan beberapa peralatan dengan panduan LK. 2) Peserta didik membentuk 5 kelompok sesuai dengan pembagian kelompok yang telah ditetapkan pada pertemuan 3) Setiap kelompok menerima citra pankromatik warna, dan Lembar Kegiatan Peserta didik. 4) Menjelaskan cara kerja praktik interpretasi citra. 5) Melaksanakan praktik interpretasi citra dengan pembagian tugas sebagai berikut: Kelompok menginterpretasi obyek pada citra sesuai dengan unsur-unsur intepretasi 6) Membimbing peserta didik dalam melaksanakan praktik interpretasi dan digitasi citra. 7) Melakukan verifikasi hasil praktik interpretasi citra dari masing-masing kelompok. Setiap kelompok mencatat hasil praktik interpretasi citra yang dilakukan dari kelompok lain ke dalam format yang tersedia, sehingga menjadi sebuah data/informasi yang lengkap. 8) Menganalisis karakteristik/atribut pada citra dan kelompok membagi anggota untuk melakukan digitasi citra pada plastik mika dengan pembagian masing-masing peserta didik melakukan digitasi pada: f. jalan dibedakan berdasar kelasnya, rel kereta api g. Bangunan sekolah, pasar dan kantor h. Perairan, sungai dan rawa i. Pemukiman, makam dan prasarana lain j. Hutan, sawah dan perkebunan.
159
70 menit
Generalisasi
10) Guru menentukan kelompok yang akan mewakili presentasi dari hasil diskusi dengan cara diundi. Kelompok lain memberi tanggapan berdasarkan hasil diskusi kelompok. 11) Klarifikasi guru dari hasil diskusi peserta didik.
Penutup
7. Bersama peserta didik membuat kesimpulan tentang teknik interpretasi citra penginderaan jauh. 8. Melakukan refleksi tentang kegiatan yang telah dilakukan hari ini dengan meminta seorang peserta didik menyampaikan kesan/pengalaman/manfaat setelah mengikuti pembelajaran pada pertemuan hari ini. 9. Melaksanakan penilaian dalam bentuk tes tulis. 10.Guru memberikan penghargaan (misalnya pujian atau bentuk penghargaan lain yang relevan) kepada kelompok yang kinerja dan hasilnya baik. 11.Memberikan penugasan kepada peserta didik secara kelompok interpretasi citra dengan analisa manual pada citra yang tersedia selama 1 minggu dengan menggunakan format ( terlampir). 12.Menutup pelajaran dengan berdoa sesuai dengan agama dan keyakinan masing-masing.
E. Penilaian, Pembelajaran Remidial dan Pengayaan 1. Teknik penilaian dan instrument penilaian No Aspek Teknik Bentuk Instrumen 1. Sikap - Observasi kegiatan pengkajian dan - Lembar Observasi diskusi kelompok 2. Pengetahuan - Penugasan - Soal Penugasan - Tes Tertulis - Soal Uraian 3. Keterampilan - Laporan Praktik - Rubrik Penilaian Geografi SMA K - 9
160
10 menit
2. Pembelajaran Remidial : tugas tambahan 3. Pembelajaran Pengayaan : tutor sebaya
F.
Media/Alat/Bahan/Sumber Belajar: 1) Foto udara 2) Plastik mika 3) Spidol OHP 4) Tabel hasil pengamatan 5) LKS 6) Buku Guru Kemdikbud RI tahun 2014 7) Buku Peserta didik Kemdikbud RI tahun 2014
Mengetahui, Kepala Sekolah,
Malang, Mei 2015 Guru Geografi,
___________________
___________________
NIP.
NIP.
a. Lembar Penilaian Kompetensi Sikap pada Kegiatan Praktikum Interpretasi Lembar Penilaian pada Kegiatan Interpretasi Citra Mata Pelajaran : Geografi Kelas/Semester: XII/1 Topik/Subtopik : Interpretasi Citra Indikator: Peserta didik menunjukkan perilaku ilmiah disiplin, tanggung jawab, kerjasama, teliti kreatif dalam melakukan interpretasi citra pada pembelajaran Geografi Peduli Keterangan Disiplin Tanggung Kerjasama Teliti Kreatif No Nama Siswa Lingkungan jawab 1. 2. ......
.....................
Geografi SMA K - 8
161
Lembar Penilaian Kegiatan Diskusi Mata Pelajaran Kelas/Semester Topik/Subtopik Indikator
No
: Geografi : XII / 1 : Interpretasi Citra : Peserta didik menunjukkan perilaku kerja sama, rasa ingin tahu, santun, dan komunikatif sebagai wujud kemampuan memecahkan masalah dan membuat keputusan. Keterangan Rasa ingin Nama Siswa Kerja sama Santun Komunikatif tahu
1. 2. ...
................ ................
.
b. Lembar Penilaian Kompetensi Sikap pada saat Diskusi Cara pengisian lembar penilaian sikap adalah dengan memberikan skor pada kolom-kolom sesuai hasil pengamatan terhadap peserta didik selama kegiatan yaitu:. Kolom Aspek perilaku diisi dengan angka yang sesuai dengan kriteria berikut. 4 = sangat baik 3 = baik 2 = cukup 1 = kurang Diskusikan lebih lanjut kriteria dalam menilai setiap perilaku! Nilai masing-masing perilaku yang diperoleh dari penilaian kompetensi sikap melalui observasi ini akan digabungkan secara keseluruhandalam kurun waktu pelaporan hasil belajar (pada tengah semester atau pada akhir semester) untuk menentukan modusnya.
Geografi SMA K - 9
162
Penilaian Diri Topik:......................
Nama: ................ Kelas: ...................
Setelah mempelajari materi Interpretasi Citra, Anda dapat melakukan penilaian diri dengan cara memberikan tanda V pada kolom yang tersedia sesuai dengan kemampuan. No
Pernyataan
1. 2.
Memahami obyek pada citra Memahami prinsip dasar interpretasi citra didasarkan pada karakteristik/atribut citra Memahami karakteristik/atribut pada citra disebut unsur-unsur interpretasi citra
3.
Sudah memahami
Belum memahami
Contoh format penilaian diri setelah peserta didik mengerjakan Tugas Proyek Geografi Penilaian Diri Tugas:...........................
Nama:..........................
.
Kelas:............................. .
Bacalah baik-baik setiap pernyataan dan berilah tanda V pada kolom yang sesuai dengan keadaan dirimu yang sebenarnya. No 1
Pernyataan
YA
TIDAK
Selama melakukan tugas kelompok saya bekerjasama dengan teman satu kelompok
2
Saya mencatat data dengan teliti dan sesuai dengan fakta
3
Saya melakukan tugas sesuai dengan jadwal yang telah dirancang
4
Saya membuat tugas terlebih dahulu dengan membaca literatur yang mendukung tugas
5
……………………………………….
Contoh.
Geografi SMA K - 8
163
REKAPITULASI PENILAIAN DIRI PESERTA DIDIK Mata Pelajaran:........................................... Topik/Materi:.............................................. Kelas:.......................................................... No 1 2 3
Nama
Skor Pernyataan Penilaian Diri 2 3 ..... 1 2 ..... 2 1 .....
1 2 2
Afgan Aliva .............
..... ..... ....
Jumlah
Contoh instrumen penilaian diri dapat Anda pelajari pada Permendikbud nomor 104 tahun 2014 Contoh penilaian antar peserta didik pada pembelajaran Geografi. Penilaian antar Peserta Didik Mata Pelajaran
: Geografi
Kelas/Semester
: XII / 1
Topik/Subtopik
:
Indikator
:
...................................
Peserta didik menunjukkan perilaku kerja sama,
rasa ingin tahu, santun, dan komunikatif sebagai wujud kemampuan memecahkan masalah dan membuat keputusan
Format penilaian yang diisi peserta didik Penilaian antar Peserta Didik Topik/Subtopik: Nama Teman yang dinilai: ........................ ........................................ Nama Penilai:............................................ Tanggal Penilaian: ..................................... - Amati perilaku temanmu dengan cermat selamat mengikuti pembelajaran Geografi - Berikan tanda v pada kolom yang disediakan berdasarkan hasil pengamatannu. - Serahkan hasil pengamatanmu kepada gurumu Dilakukan/muncul No Perilaku YA TIDAK 1. Mau menerima pendapat teman
Geografi SMA K - 9
164
Nilai
2. 3. 4. 5.
Memaksa teman untuk menerima pendapatnya Memberi solusi terhadap pendapat yang bertentangan Mau bekerjasama dengan semua teman ......................................
No 1 2 3
Nama ……. Ami
1
2
Skor Perilaku 3
4
5
2
2
1
2
2
Jumlah
Nilai
9
Contoh Format Jurnal Model Pertama JURNAL Aspek yang diamati: …………………………. Kejadian : …………………………. Tanggal: ………………………….
Nama Peserta Didik: …………………………. Nomor peserta Didik: ………………………….
Catatan Pengamatan Guru: ............................................................................................................................ .................................................................................................................. ....................................................................................................
Contoh Format Jurnal Model Kedua JURNAL Nama Peserta Didik: …………...........................................…….. Kelas: ..................................................................................... Aspek yang diamati: ………...........................................………..
Geografi SMA K - 8
165
NO
HARI/TANGGAL
KEJADIAN
KETERANGAN/ TINDAK LANJUT
1. ...
Petunjuk pengisian jurnal sama dengan model ke satu (diisi oleh guru)
Tabel Teknik dan Bentuk Instrumen Penilaian Teknik Penilaian Tes tulis Observasi Terhadap Diskusi, Tanya Jawab dan Percakapan.
Bentuk Instrumen Pilihan ganda, isian, jawaban singkat, benar-salah, menjodohkan, dan uraian. Format observasi Pekerjaan rumah dan/atau tugas yang dikerjakan secara individu atau kelompok sesuai dengan karakteristik tugas.
Penugasan
a. Soal Pilihan Ganda Indikator
:
Soal
:
peserta didik dapat menyebutkan manfaat citra penginderaan jauh dalam bidang geologi Manfaat citra penginderaan jauh dalam bidang geologi A. pengamatan iklim B. pemetaan permukaan bumi C. pengamatan system fisik laut D. pemetaan intensitas banjir E. pemetaan sungai
b.
Soal Uraian
Indikator Soal
: :
Mengidentifikasi karakteristik/atribut pada citra Jelaskan karakteristik rona pada foto udara pada obyek basah dan kering
Contoh Pedoman Penskoran No
Geografi SMA K - 9
Jawaban
Skor
166
a.
- Rona merupakan tingkat/gradasi yang teramati
pada citra penginderaan jauh yang dipresentasikan secara hitam putih. Permukaan obyek yang basah akan cenderung menyerap cahaya elektromagnetik sehingga akan nampak lebih hitam disbanding obyek yang relatif lebih kering b. - Uraian sistematis dan benar - Uraian kurang sistematis dan benar - Uraian kurang sistematis dan kurang benar Skor maksimal
80
50 20 10 80
Contoh Format observasi terhadap diskusi dan tanya jawab
Nama Peserta Didik
Pengungkapan gagasan yang orisinal YA TIDAK
Pernyataan Kebenaran konsep YA
TIDAK
Jumlah Ketepatan penggunaan istilah YA TIDAK
YA
Skor
TIDAK
Fitria Gina ....
Keterangan: diisi dengan ceklis ( √ ) Untuk pemberian nilai Percakapan
Observasi Terhadap Diskusi, Tanya Jawab dan
ini Silahkan Anda diskusikan dan jawab pada LK yang
tersedia! Contoh isntrumen tugas untuk suatu topik dalam satu KD
Geografi SMA K - 8
167
Melakukan interpretasi citra Indikator: - Melakukan digitasi pada citra penginderaan jauh - Melakukan interpretasi citra penginderaan jauh - Menganalisis citra penginderaan jauh - Membuat laporan tugas proyek interpretasi citra
TUGAS: Melakukan interpretasi citra pada foto udara yang sudah disediakan guru untuk
dilakukan
digitasi,
interpretasi
citra
dan
menganalisis
citra
penginderaan jauh
Contoh untuk menilai unjuk kerja/kinerja/praktik di luar kelas dilakukan pengamatan terhadap penggunaan alat dan bahan praktikum. Contoh Penilaian Praktik Topik :
Interpretasi citra
KI:
Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan
KD:
4.1. Mengolah, menalar, dan menyaji, dan mencipta dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri serta bertindak secara efektif dan kreatif, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
Indikator :
Mencoba menginterpretasi citra penginderaan jauh untuk perencanaan tata guna lahan dan transportasi. Lembar Pengamatan
Topik: ............................... Kelas: ................................ No 1. 2.
Nama
Persiapan Percobaan
Pelaksanaan Percobaan
Kegiatan Akhir Percobaan
………………………
Rubrik Geografi SMA K - 9
168
Jumlah Skor
No 1
2
3
Keterampilan yang dinilai Persiapan Percobaan (Menyiapkan alat Bahan)
Pelaksanaan Interpretasi citra
Kegiatan akhir praktik penginderaan jauh
Skor
Rubrik
30
- Alat-alat sudah tersedia, tertata rapih sesuai dengan keperluannya - Bahan-bahan untuk praktik sudah disiapkan di meja - Lembar kegiatan praktik tersedia
20 10 30
Ada 3 aspek yang terpenuhi Ada 2 aspek yang terpenuhi - Melakukan digitasi pada citra penginderaan jauh - Melakukan interpretasi citra penginderaan jauh - Menganalisis citra penginderaan jauh Ada 4 aspek yang tersedia Ada 2 aspek tang tersedia - Mengambalikan foto udara - Mengembalikan spidol OHP - Menyerahkan table hasil pengamatan Ada 3 aspek yang tersedia Ada 2 aspek tang tersedia
20 10 30
20 10
Contoh Format Penilaian Proyek Mata Pelajaran
:
Guru Pembimbing
:
Nama Proyek
:
Nama
:
Alokasi Waktu
:
Kelas
:
No. 1
ASPEK
SKOR (1 - 5)
PERENCANAAN : a. Rancangan Alat
b. 2
-
Alat dan bahan
-
Gambar
Uraian cara menggunakan alat
PELAKSANAAN : a. Keakuratan Sumber Data / Informasi b. Kuantitas Sumber Data c.
Analisis Data
d. Penarikan Kesimpulan
Geografi SMA K - 8
169
3
LAPORAN PROYEK : a. Sistematika Laporan b. Performans c.
Presentasi TOTAL SKOR
Format Penilaian Produk Materi Pelajaran :
Nama Peserta didik:
Nama Proyek
:
Kelas
Alokasi Waktu
:
No
:
Tahapan
1
Tahap Perencanaan Bahan
2
Tahap Proses Pembuatan :
Skor ( 1 – 5 )*
a. Persiapan alat dan bahan b. Teknik Pengolahan c. 3
K3 (Keselamatan kerja, keamanan dan kebersihan)
Tahap Akhir (Hasil Produk) a. Bentuk fisik b. Inovasi TOTAL SKOR
. Catatan : *) Skor diberikan dengan rentang skor 1 sampai dengan 5, dengan ketentuan semakin lengkap jawaban dan ketepatan dalam proses pembuatan maka semakin tinggi nilainya.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dan dijadikan pedoman dalam penggunaan penilaian portofolio di sekolah silahkan baca pada Permendikbud nomor 104 tahun 2014 dan diskusikan. Contoh Tugas Portofolio Mata Pelajaran : Geografi
Geografi SMA K - 9
170
Kelas/Semester : XII / 1 Peminatan
: Geografi
Tahun Ajaran
: 2014/2015
Judul portofolio : Pelaporan interpretasi citra Tujuan
: Peserta didik dapat mendigitasi, menganalisis obyek, serta interpretasi citra dan menyusun laporan praktik Geografi sebagai tulisan ilmiah
Ruang lingkup
:
Karya portofolio yang dikumpulkan adalah laporan seluruh hasil interpretasi citra
dan
laporan praktik Geografi semester 1
Uraian tugas portofolio 1.
Buatlah laporan kegiatan interpretasi citra, laporan praktik Geografi sebagai tulisan ilmiah
2.
Setiap laporan dikumpulkan selambat-lambatnya seminggu setelah peserta didik melaksanakan tugas
Penilaian portofolio Keterangan: Skor maksimal = Jumlah komponen yang dinilai x25 = 4 x 25 = 100
Nilai portofolio =
d. Aktivitas Pembelajaran Pembelajaran diawali dengan penyampaian tujuan pembelajaran, yaitu mengevaluasi implementasi RPP dalam pembelajaran Geografi Peserta diminta membaca dan mencermati uraian materi di atas e. Latihan/ Kasus /Tugas Cermati RPP berdasarkan permendikbud 103 tahun 2014 serta upayakan mengevaluasi hasil RPP yang saudara buat dengan RPP yang ada di materi ini. Geografi SMA K - 8
171
f. Umpan Balik dan Tindak Lanjut Setelah kegiatan ini dapat melakukan umpan balik dengan menjawab pertanyaan di bawah ini Apa yang saudara pahami dengan materi mengevaluasi implementasi RPP dalam pelajaran geografi, serta apa rencana tindak lanjut setelah kegiatan pelatihan ini.
Geografi SMA K - 9
172
A. BAB I SEMINAR HASIL PTK 1. Kegiatan Belajar 1 Laporan dan Penilaian Laaporan PTK a. Tujuan Pembelajaran •
Mendeskripsikan laporan PTK.
•
Membuat laporan PTK sesuai dengan ketentuan.
•
Mengelola laporan PTK sesuai dengan standar penilaian laporan PTK.
b. Uraian Materi Laporan Penelitian Tindakan Kelas. Apabila guru sudah merasa puas dengan siklus-siklus yang dilakukan, langkah berikutnya tidak lain adalah menyusun laporan kegiatan. Proses penyusunan laporan ini tidak akan dirasakan sulit apabila sejak awal guru sudah disiplin mencatat apa saja yang sudah dilakukan. Untuk menyusun laporan penelitian diperlukan pedoman penulisan yang dapat dipakai sebagai acuan para peneliti pelaksana, sehingga tidak ditemukan adanya variasi bentuk. Di samping itu, juga perlu disesuaikan dengan pedoman yang sudah ditetapkan Diknas dalam rangka memenuhi persyaratan penulisan karya tulis ilmiah
(KTI)
dalam
upaya
meningkatkan
jabatan/
golongan
melalui
pengembangan profesi. Berikut ini disampaikan bentuk laporan PTK dalam rangka
mempertanggungjawabkan
kegiatan
yang
dilakukan
dengan
menglompokannya menjadi tiga bagian yaitu sebagai berikut.
Bagian Awal Bagian awal terdiri dari: 1. Halaman Judul 2. Halaman Pengesahan 3. Abstrak
Geografi SMA K - 8
173
4. Kata Pengantar 5. Daftar Isi 6. Daftar tabel/ lampiran
Bagian Isi Bagian isi memuat hal-hal sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah B. Rumusan masalah C. Tujuan Penelitian D. Manfaat Penelitian BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB III PROSEDUR/METODE PENELITIAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN Penjelasan dari sistematika tersebut adalah sebagai berikut. Dalam Bab I, dimulai dengan mendikripsikan masalah penelitian secara jelas dengan dukungan data faktual yang menunjukkan adanya masa-ah pada setting tertentu, pentingnya masalah untuk dipecahkan. Uraikan bahwa masalah yang diteliti benar-benar nyata, berada dalam kewenangan guru dan akibat yang ditimbulkan kalau masalah tidak dipecahkan Selanjutnya masalah dirumuskan dalam bentuk kalimat tanya, sehingga akan terjawab setelah tindakan selesai dilakukan. Diupayakan rumusan masalah ini dapat dirinci dalam proses, situasi, hasil yang diperoleh.
Geografi SMA K - 9
174
Dalam tujuan penelitian hendaknya dikemukakan secara rinci tujuan yang hendak dicapai sesuai dengan rumusan masalah yang dikemukakan pada bagian sebelumnya. Manfaat penelitian agar dikemukakan secara wajar, tidak perlu ambisius, rumuskan yang terkait dengan siswa, dan dapat juga diperluas ke guru. Dalam Bab II, kemukakan teori dan hasil kajian/temuan/penelitian yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Serta memberi arah serta petunjuk pada pelaksanaan tindakan yang dilaksanakan dalam penelitian. Diperlukan untuk dapat membangun argumentasi teoritis yang menunjukan bahwa tindakan yang diberikan dimung-kinkan dapat meningkatkan mutu proses pembelajaran di kelas. Pada akhir bab ini dapat dikemukakan hipotesis tindakan. Pada Bab III, deskripsikan setting penelitian secara jelas, tahapan di setiap siklus yang memuat: rencana, pelaksanaan/ tindakan, pemantuan dan evaluasi beserta jenis instrumen yang digunakan, refleksi (perlu dibedakan antara metode penelitian pada usulan penelitian dengan metode yang ada pada laporan penelitian). Tindakan yang dilakukan berisfat rational, feasible, collaborative. Kemudian pada
Bab IV, dideskripsikan setting penelitian secara
lengkap kemudian uraian masing-masing siklus dengan disertai data lengkap berserta aspek-aspek yang direkam/diamati tiap siklus. Rekaman itu menunjukkan
terjadinya
perubahan
akibat
tindakan
yang
diberikan.
Ditunjukkan adanya perbedaan dengan pelajaran yang biasa dilakukan. Pada refleksi diakhir setiap siklus berisi penjelasan tentang aspek keberhasilan dan kelemahan
yang
tenjadi
dalam
bentuk
grafik.
Kemukakan
adanya
perubahan/kemajuan/perbaikan yang terjadi pada diri siswa, lingkungan kelas, guru sendiri, minat, motivasi belajar, dan hasil belajar. Untuk bahan dasar analisis dan pembahasan kemukakan hasil keseluruhan siklus ke dalam suatu ringkasan tabel/ grafik. Dan tabel/grafik rangkuman itu akan dapat Geografi SMA K - 8
175
memperjelas perubahan yang terjadi disertai pembahasan secara rinci dan jelas. Terakhir dalam Bab V sajikan simpulan dan hasil penelitian sesuai dengan hasil analisis dan tujuan penelitian yang telah disampaikan sebelumnya. Berikan saran sebagai tindak lanjut berdasarkan simpulan yang diperoleh baik yang menyangkut segi positif maupun negatifnya. Bagian Penunjang Daftar Pustaka Memuat semua sumber pustaka yang dirujuk dalam kajian teori yang digunakan dalam semua bagian laporan, dengan sistem penulisan yang konsisten menurut ketentuan yang berlaku. Lampiran-Lampiran Berisi lampiran berupa instrumen yang digunakan dalam penelitian, lembar jawaban dari siswa, izin penelitian dan bukti lain yang dipandang penting.
Penilaian Karya Tulis Ilmiah. Karya Tulis Ilmiah (KTI) terbagi dalam dua besaran, yaitu KTI hasil Penelitian dan KTI Non Penelitian. Untuk menilai karya tulis ilmiah hasil KTI yang dibuat oleh guru maupun non penelitian, PTK merupakan KTI Penelitian. Suhardjono dkk (2009) menyusun rambu-rambu penilaian KTI
dan kriteria-kriteria
penilaian KTI sebagai berikut. 1.
Baca secara teliti KTI yang dinilai
2.
Tentukan dengan tepat jenis KTI
3.
Bila KTI tersebut merupakan pengajuan kembali (apelan), atau yang pernah ditolak, baca dengan cermat isi surat penolakan terdahulu, dan pahami apa yang disarankan dalam surat tersebut. Bila tidak ada surat terdahulu, tanyakan kepada sekretariat.
Geografi SMA K - 9
176
4.
Baca dengan cermat dan teliti KTI dengan memastikan kesesuaiannya dengan persyaratan yang ditentukan (APIK), kesesuaian kerangka isi, kelengkapan pengesahan dan persyaratan serta bukti fisik lain
5.
Bila telah MEMENUHI SYARAT berikan nilai sesuai dengan yang ditetapkan (lihat tabel besaran angka kredit KTI)
6.
Bila tidak memenuhi syarat TETAPKAN ALASAN PENOLAKAN DAN SARAN sesuai dengan nomor kode alasan penolakan
7.
Tuliskan nomor kode alasan penolakan dalam format penilaian untuk dapat diproses selanjutnya. Macam KTI Kegiatan Pengembangan Profesi
Guru Dan Alasan
Penolakan. Contoh PTK Hal yang No
terdapat pada
Alasan penolakan dan saran
KARYA TULIS ILMIAH 2.2.1
KARYA
KARYA TULIS ILMIAH dinyatakan sebagai laporan
TULIS ILMIAH
PTK, namun :
dinyatakan
mengapa kegiatan tindakan yang dilakukan,
sebagai
tidak jelas bagaimana peran hasil evaluasi dan
Laporan PTK
refleksi pada penentuan siklus-siklus berikutnya.
namun
tidak
jelas
apa,
bagaimana dan mengapa
tindakan yang
juga
Disarankan untuk membuat KARYA TULIS ILMIAH baru, misalnya berupa laporan penelitian tindakan, atau tinjauan ilmiah, prasaran ilmiah, karya ilmiah populer,
kegiatan
tidak jelas apa, bagaimana dan
diktat,
buku
pelajaran,
dan
karya
terjemahan.
dilakukan,
Bila KARYA TULIS ILMIAH tersebut berupa laporan
juga
penelitian tindakan
tidak
maka sistematikanya
paling
jelas
Geografi SMA K - 8
177
Hal yang No
terdapat pada
Alasan penolakan dan saran
KARYA TULIS ILMIAH bagaimana peran
hasil
evaluasi
dan
refleksi
pada
penentuan siklus-siklus berikutnya.
tidak memuat: (Bab I) Pendahuluan yang menjelaskan tentang Latar Belakang Masalah, Perumusan Masalah dan Cara Pemecahan Masalah melalui rencana tindakan yang akan dilakukan, Tujuan dan Kemanfaatan Hasil Penelitian; (Bab II) Kajian / Tinjauan Pustaka yang berisi
uraian tentang kajian teori dan pustaka
tentang apa, bagaimana dan mengapa kegiatan tindakan yang dilakukan; (Bab III) Metode Penelitian yang menjelaskan tentang prosedur penelitian; (Bab IV) Hasil penelitian berisi tindakan tiap siklus,data lengkap
tiap
siklus,perubahan
pada
siswa,
pengawas sekolah dan klas, bahasan seluruh siklus ; dan (Bab V) Simpulan dan Saran-Saran. Laporan penelitian harus pula
melampirkan (a)
semua instrumen yang digunakan dalam penelitian, terutama lembar pengamatan, b) contoh-contoh hasil kerja dalam pengisian/ pengerjaan instrumen baik oleh pengawas sekolah maupun siswa, (c) dokumen pelaksanaan penelitian yang lain seperti foto-foto kegiatan, daftar hadir, cacatan harian dalam pelaksanaan PTK, surat ijin, dan lain-lain. 2.2.2
KARYA
KARYA TULIS ILMIAH dinyatakan sebagai laporan
TULIS ILMIAH
PTK, namun pengawas sekolah melakukannya
dinyatakan
tanpa beekerjasama dengan guru. Atau TIDAK
sebagai
mencantumkan nama guru yang bekerjasama dalam
laporan
melakukan PTKnya.
penelitian
Geografi SMA K - 9
Disarankan untuk membuat KARYA TULIS ILMIAH
178
Hal yang No
terdapat pada
Alasan penolakan dan saran
KARYA TULIS ILMIAH tindakan kelas
baru, misalnya berupa laporan penelitian tindakan
(PTK)
yang
sekolah, atau tinjauan ilmiah, prasaran ilmiah, karya
dilakukan oleh
ilmiah populer, diktat, buku pelajaran, dan karya
pengawas
terjemahan.
tanpa kolaborasi dengan guru
Bila KARYA TULIS ILMIAH tersebut berupa laporan penelitian tindakan sekolah maka sistematikanya paling tidak memuat: (Bab I) Pendahuluan yang menjelaskan tentang Latar Belakang Masalah, Perumusan Masalah dan Cara Pemecahan Masalah melalui rencana tindakan yang akan dilakukan, Tujuan dan Kemanfaatan Hasil Penelitian; (Bab II) Kajian / Tinjauan Pustaka yang berisi
uraian tentang kajian teori dan pustaka
tentang apa, bagaimana dan mengapa kegiatan tindakan yang dilakukan; (Bab III) Metode Penelitian yang menjelaskan tentang prosedur penelitian; (Bab IV) Hasil penelitian berisi tindakan tiap siklus,data lengkap
tiap
siklus,perubahan
pada
siswa,
pengawas sekolah dan klas, bahasan seluruh siklus ; dan (Bab V) Simpulan dan Saran-Saran. Laporan penelitian harus pula
melampirkan (a)
semua instrumen yang digunakan dalam penelitian, terutama lembar pengamatan, b) contoh-contoh hasil kerja dalam pengisian/ pengerjaan instrumen baik oleh pengawas sekolah maupun siswa, (c) dokumen pelaksanaan penelitian yang lain seperti foto-foto kegiatan, daftar hadir, cacatan harian dalam
Geografi SMA K - 9
179
Hal yang terdapat pada
No
Alasan penolakan dan saran
KARYA TULIS ILMIAH pelaksanaan PTK, surat ijin, dan lain-lain. 2.2.3
KARYA
KARYA
TULIS
TULIS ILMIAH
penelitian tindakan kelas, namun
yang diajukan
penelitian
berupa
tindakan tiap siklus dan indikator keberhasilannya,
penelitian
(b) pada laporan hasil dan pembahasan belum
tindakan kelas
melaporkan data lengkap tiap siklus, perubahan
(PTK) namun
yang terjadi pada siswa, pengawas sekolah atau
belum
kelas serta bahasan terhadap keseluruhan hasil
mengikuti
penelitian dan (c) lampiran belum lengkap
belum
ILMIAH
yang
diajukan
mengemukakan
berupa
(a) metode tahapan
dan
kaidah penelitian
Disarankan memperbaiki laporan PTK tersebut. Isi
tindakan
laporan penelitian tindakan kelas
a.
metode
paling tidak
memuat:
penelitian
(Bab I) Pendahuluan yang menjelaskan tentang
belum
Latar Belakang Masalah, Perumusan Masalah dan
mengemukak
Cara Pemecahan Masalah melalui rencana tindakan
an
tahapan
yang akan dilakukan, Tujuan dan Kemanfaatan Hasil
dan
tindakan
Penelitian; (Bab II) Kajian / Tinjauan Pustaka yang
tiap siklus dan
berisi
indikator
tentang apa, bagaimana dan mengapa kegiatan
keberhasilann
tindakan yang dilakukan; (Bab III) Metode Penelitian
ya
yang menjelaskan tentang prosedur penelitian; (Bab
b.
IV) Hasil penelitian berisi tindakan tiap siklus,data
pada
laporan
hasil
dan pembahasan
Geografi SMA K - 9
uraian tentang kajian teori dan pustaka
lengkap
tiap
siklus,perubahan
pada
siswa,
pengawas sekolah dan klas, bahasan seluruh siklus ; dan (Bab V) Simpulan dan Saran-Saran.
180
Hal yang No
terdapat pada
Alasan penolakan dan saran
KARYA TULIS ILMIAH belum
Laporan penelitian harus pula
melaporkan
semua instrumen yang digunakan dalam penelitian,
data
lengkap
terutama lembar pengamatan, b) contoh-contoh
siklus,
hasil kerja dalam pengisian/ pengerjaan instrumen
tiap
melampirkan (a)
perubahan
baik oleh pengawas sekolah maupun siswa, (c)
yang
terjadi
dokumen pelaksanaan penelitian yang lain seperti
pada
guru,
foto-foto kegiatan, daftar hadir, cacatan harian dalam
kepala
pelaksanaan PTK, surat ijin, dan lain-lain.
sekolah
atau
tenaga kependidikan lain c. lampiran belum lengkap
(a)
semua instrumen yang digunakan dalam penelitian terutama lembar pengamatan, test (b) contoh hasil
kerja
siswa
dalam
pengisian
Geografi SMA K - 9
181
Hal yang No
terdapat pada
Alasan penolakan dan saran
KARYA TULIS ILMIAH instrumen pelaksanaan oleh
siswa
dan pengawas sekolah
,
dokumen pelaksanaan seperti
foto
kegiatan, daftar
hadir
dan lainnya
Artikel Ilmiah yang Dimuat di Jurnal
Hal terdapat No
pada KARYA
Alasan penolakan dan saran
TULIS ILMIAH 2.3.1
Karya
Tulis
Karya Tulis Ilmiah yang dinyatakan sebagai artikel
Ilmiah
yang
yang dimuat di jurnal ilmiah. Namun jurnal ilmiah
dinyatakan
tersebut kurang memenuhi syarat sebagai jurnal yang
sebagai
terakreditasi, atau kurang memadai sebagai jurnal
artikel
yang
dimuat
ilmiah.
di
jurnal ilmiah.
Bila dimaksudkan sebagai artikel yang dimuat pada jurnal ilmiah disarankan dapat dimuat melalui jurnal
Geografi SMA K - 9
182
Hal terdapat No
pada KARYA
Alasan penolakan dan saran
TULIS ILMIAH Namun jurnal
ilmiah yang telah terakreditasi.
ilmiah Disarankan untuk membuat KARYA TULIS ILMIAH
tersebut
baru, misalnya
kurang
berupa laporan penelitian tindakan
kelas, atau tinjauan ilmiah, prasaran ilmiah, karya
memenuhi syarat dalam
ilmiah populer, diktat, buku pelajaran, dan karya terjemahan.
persyaratan karena jumlah peredaran yang terbatas. 2.3.2
Karya
Tulis
Karya Tulis Ilmiah yang dinyatakan sebagai artikel
Ilmiah
yang
yang dimuat di jurnal ilmiah. Namun jurnal tidak
dinyatakan
menyertakan jurnal yang memuat artikel tersebut.
sebagai artikel
yang
dimuat
di
Disarankan untuk menyertakan jurnal yang memuat artikel tersebut.
jurnal ilmiah. Namun artikel tersebut BELUM DIMUAT dalam
jurnal
ilmiah
Geografi SMA K - 9
183
c. Uraian Kegiatan/Aktivitas Pembelajaran
1. Identifikasi Masalah dalam PTK a. Tuliskanlah masalah-masalah atau kendala-kendala yang dihadapi guru ketika melaksanakan tugas dalam pembelajaran/bimbingan. …………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………
b. Pilihlah salah satu masalah yang menurut anda mendesak untuk ditemukan pemecahannya! …………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………….......... ..................................................................................... c. Identifikasi faktor-faktor penyebab munculnya masalah yang tersebut! …………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………...... ...................................................................................... d. Berikan alasan mengapa masalah tersebut penting untuk segera dicarikan pemecahannya! …………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………….. .............................................................................................
Geografi SMA K - 9
184
e. Tuliskan alternatif solusi atau tindakan yang akan dilakukan untuk memecahkan masalah tersebut. …………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………… …….............................................................................................................. .................................................................................................. f.
Pilih satu solusi atau tindakan yang paling sesuai atau tepat untuk memecahkan permasalahan tersebut. (mengacu pada dasar teori tertentu). ...................................................................................................................... ..
g. Tulislah alasan mengapa solusi tersebut yang dipilih! ...................................................................................................................... ...................................................................................................................... ...................................................................................................................... ...................................................................................................................... ........ h. Buat rumusan masalah dari identifikasi masalah dan tindakan yang telah ditetapkan! ...................................................................................................................... ...................................................................................................................... ...................................................................................................................... ...................................................................................................................... ....... i.
Tuliskan judul Penelitian Tindakan Kelas berdasarkan rumusan masalah di atas! ...................................................................................................................... ...................................................................................................................... ...................................................................................................................... ...................................................................................................................... ........
Geografi SMA K - 9
185
2. Kerangka Teori a. ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………… b. .......................................................................................................................... .......................................................................................................................... .......................................................................................................................... ......... c. .......................................................................................................................... .......................................................................................................................... .......................................................................................................................... ......... d. Kerangka Berfikir.
Geografi SMA K - 9
186
3. Rencana Tindakan: a. Seting Penelitian. (Dituliskan mengenai lokasi dan waktu penelitian dan mengapa dipilih lokasi/sekolah dan waktu tersebut). ...................................................................................................................... ...................................................................................................................... ...................................................................................................................... ......................................................................................................................
b. Subyek Penelitian. (Dituliskan siapa yang menjadi subyek penelitian dan mengapa dipilih subyek tersebut). c. Sumber dan Cara Pengumpulan Data. ...................................................................................................................... ...................................................................................................................... ...................................................................................................................... ......................................................................................................................
d. Indikator Kinerja. ...................................................................................................................... ...................................................................................................................... ...................................................................................................................... ...................................................................................................................... ......................................................................................................................
e. Prosedur Penelitian.
Siklus 1:
1) Perencanaan. ................................................................................................................... ................................................................................................................... ................................................................................................................... ...................................................................................................................
Geografi SMA K - 9
187
2) Pelaksanaan. ................................................................................................................... ................................................................................................................... ................................................................................................................... ...................................................................................................................
3) Pengamatan/Pengumpulan Data. ................................................................................................................... ................................................................................................................... ................................................................................................................... ...................................................................................................................
4) Refleksi. …………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………
Siklus 2:
1) Perencanaan. ................................................................................................................... ................................................................................................................... …………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………
2) Pelaksanaan. ................................................................................................................... ................................................................................................................... …………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………
Geografi SMA K - 9
188
3) Pengamatan/Pengumpulan Data. ................................................................................................................... ................................................................................................................... …………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………
4) Refleksi. …………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………
Geografi SMA K - 9
189
Instrumen Penelitian. (terdiri dari RPP, pre pos tes, lembar pengamatan, panduan wawancara, studi dokumen, dan sebagainya).
Contoh Format Pengamatan/Observasi:
NO
DIOBSERVASI
f.
SKOR
ASPEK YANG 1
2
3
KETERANGAN 4
5
Analisis Data. (dapat secara kualitatif maupun kuantitatif) ........................................................................................................................ ........................................................................................................................ ……………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………........ ........................................................................................................................ ........................................................................................................................ ........................................................................................................................ ........................................................................................................................ ........................................................................................................................ ...........................................
Geografi SMA K - 9
190
d. Evaluasi kegiatan belajar dan kunci jawaban •
Tuliskan laporan PTK yang sesuai dengan ketentuan Kemendikbud.
•
Mengapa PTK yang kita ajukan untuk angka kredit atau pun lomba tidak berhasil. Uraikan kemungkinan alas an penolakan tersebut.
e. Umpan balik dan tindak lanjut •
Buatlah
kembali
rangkuman
tentang
sistematika
PTK
beserta
penjelasannya secara singkat. •
Tuliskan bagian-bagian dari laporan PTK kita yang akan dinilai oleh tim penilai.
f. Kunci jawaban •
Dapat digunakan untuk self assesment sekiranya diperlukan sebagai tolak ukur untuk mengetahui keberhasilan diri sendiri.
2. Kegiatan Belajar 2 Seminar Hasil PTK a. Indikator Pencapaian Kompetensi. •
Menjelaskan deskripsi seminar.
•
Menjelaskan deskripsi seminar hasil penelitian.
•
Mengelola kegiatan seminar.
•
Menyusun persiapan dan kelengkapan seminar hasil penelitian.
b. Uraian Materi Seminar Hasil PTK Seminar hasil penelitian adalah forum pemaparan laporan hasil penelitian dalam upaya untuk melakukan latihan pertanggungjawaban ilmiah,
Geografi SMA K - 9
191
mendapatkan penilaian dan penyempurnaan dari peserta seminar dengan maksud agar laporan penelitian dapat menjadi suatu karya ilmiah yang baik. Penelitian dianggap selesai apabila peneliti telah melaksanakan seminar hasil penelitian. Jangka waktu maksimal penelitian adalah satu tahun, terhitung sejak saat seminar usulan penelitian hingga saat seminar hasil penelitian. Berita Acara Seminar PTK untuk keperluan kenaikan pangkat haruslah dilampirkan dalam laporan PTK. Berikut ini contoh berita acara seminar PTK Geografi SMA tentang penggunaan media model gunung api untuk pengajuan kenaikan pangkat dengan judul Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Geografi Kompetensi Lithosfer melalui Penggunaan Media Model Gunung Api pada SMA Negeri .... Tahun Pelajaran ....
Geografi SMA K - 9
192
SISTEMATIKA BERITA ACARA PELAKSANAAN SEMINAR LAPORAN HASIL PENELITIAN TINDAKAN KELAS
Pada hari ini
:
Tanggal
:
Pukul
:
Bertempat di ruang
:
Pada Sekolah
:
Dengan alamat
:
Nomor Telphon/Fax
:
Email
:
Telah diselenggarakan acara Seminar Hasil Penelitian Tindakan Kelas: Judul PTK
:
Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Geografi Kompetensi
Lithosfer melalui Penggunaan Media Model Gunung Api pada SMA Negeri .... Tahun Pelajaran ....
Peneliti
:
NIP
:
Jabatan
:
Pangkat/Golongan
:
Unit Kerja
:
Alamat Rumah
:
Nomor Telphon/ HP
:
Email
:
Geografi SMA K - 9
193
Pada Acara Seminar tersebut, Penyaji
:
Moderator
:
Pembahas
: (jika ada)
Susunan Acara Seminar
:
(a) Pembukaan, (b) Sambutan Kepala Sekolah
dan/atau Pengawas Sekolah, (c) Pemaparan Singkat Laporan Hasil Penelitian Oleh Penyaji/ Penulis Laporan, (d) Tanggapan, pertanyaan, kritik/saran, masukan dari Peserta Seminar dan Tanggapan dari Penyaji, (e) Penutup. Jumlah Peserta yang Hadir
:
…….. Orang (Daftar Hadir Terlampir)
Adapun notulen jalannya acara seminar, print out bahan tayang paparan penyaji serta foto kegiatan seminar terlampir dalam berita acara ini.
Demikian berita acara ini dibuat dengan sebenarnya, untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.
Geografi SMA K - 9
194
Mengetahui, Kepala Sekolah
………………………….. NIP. ………………………..
Ketua Panitia Seminar,
………………………….. NIP. ………………………..
Geografi SMA K - 9
195
DAFTAR HADIR ACARA PELAKSANAAN SEMINAR LAPORAN HASIL PENELITIAN TINDAKAN KELAS
Seminar PTK Geografi SMA dengan judul: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Geografi Kompetensi Lithosfer melalui Penggunaan Media Model Gunung Api pada SMA Negeri .... Tahun Pelajaran ....
Penulis
:
NIP
:
Jabatan
:
Pangkat/Golongan
:
Pada hari/ Tanggal
:
Pukul
:
Bertempat di ruang
:
Pada Sekolah
:
Dengan alamat
:
Peserta yang hadir sbb. :
No
Nama
1.
Jabatan
Asal Sekolah/Instansi
Tanda Tangan 1. 2.
2. 3.
3. 4.
4. 5.
5. 6.
6. 7.
7. 8.
8. 9.
9. 10.
10. 11.
Geografi SMA K - 9
11.
196
12. 13.
12. 13. 14.
14. 15.
15. 16.
16. 17.
17. 18.
18. 19.
19. 20.
20. 21.
21. 22.
22. 23.
23. 24.
24. 25.
25. 26.
26. 27. 28.
27. 28.
Kabupaten, ……………………. Ketua Panitia Seminar ………………………….. NIP. ………………………..
Mengetahui, Kepala Sekolah ………………………….. NIP. ………………………..
Geografi SMA K - 9
197
c. Uraian Kegiatan/Aktivitas Pembelajaran •
Cermatilah kembali laporan PTK anda.
•
Siapkan perencanaan untuk seminar hasil, mengenai: waktu, tempat, siapa yang diundang, berapa orang guru yang diundang, daftar hadir, dan surat keteraangan atau ijin dari kepala sekolah untuk melaksanakan seminar.
•
Siapkan bahan tayang hasil penelitian yang akan dipresentasikan.
•
Siapkan lembar pencatatan untuk semua masukan dari peserta seminar dan atau nara sumber (jika ada).
d. Evaluasi kegiatan belajar dan kunci jawaban •
Penilaian sikap. Kriteria
Sangat baik
Baik
Cukup
Sangat baik
Baik
Cukup
Menghargai pendapat teman Disiplin Kemauan bekerja sama
•
Penilaian kinerja. Kriteria Keaktifan dalam kelompok Keaktifan dalam kelas Kemampuan mengemukakan
Geografi SMA K - 9
198
pendapat
e. Umpan balik dan tindak lanjut •
Lakukan penilaian diri untuk mengetahui sejauh mana anda sudah memahami prosedur, laporan dan penilaian laporan hasil PTK.
•
Beri tanda ceklist sesuai dengan kondisi yang sesungguhnya.
•
Jika jawaban sudah atau belum berikan keterangan pada kolom sebelah kanan. Uraian
Sudah
Belum
Keterangan
Saya sudah memahami prosedur melakukan PTK Saya sudah memahami sistematika laporan PTK Saya sudah dapat melaksanakan PTK Saya sudah dapat membuat laporan PTK sesuai dengan sistematika yang benar Saya sudah mengetahui kriteria penilaian PTK
f. Kunci jawaban •
Dapat digunakan untuk self assesment sekiranya diperlukan sebagai tolak ukur untuk mengetahui keberhasilan diri sendiri.
BAGIAN 3: PENUTUP
Geografi SMA K - 9
199
Setelah mempelajari serangkaian materi yang terdiri atas statistika deskriptif, pembentukan permukaan bumi, perubahan iklim global, perairan laut, permasalahan lingkungan dan roadmap pembangunan Indonesia, planet bumi untuk kehidupan, analisis model-model pembelajaran, analisis kebutuhan media pembelajaran, penyusunan instrument penilaian, implementasi RPP dalam pembelajaran geografi, dan analisa data PTK dengan berbagai aktivitas pembelajaran, maka untuk memperkuat dan memperkaya pemahaman Ibu/bapak dipersilakan membaca referensi dari berbagai sumber. Kegiatan tersebut
juga
merupakan
bagian
penting
untuk
mempelajari
modul
selanjutnya.
Geografi SMA K - 9
200
DAFTAR PUSTAKA ......... Tanpa Tahun. Fundamentals of Remote Sensing. A Canada Centre for Remote Sensing Remote Sensing Tutorial. Canada: Natural Resources Canada .........
Tanpa
Tahun.
Modul
Dasar-dasar
Penginderaan
Jauh
Dan
Penggunaanya Dibidang Kebumian. Jakarta:Bakosurtanal An,
La.
2007.
sistem
informasi
geografi-sig.
(http://mbojo.
wordpress.com/2007/04/08/). As-syakur, Rahman, Abd. 2006. Modul Pengenalan ArcView Untuk Dasar Analisis Sistem Informasi Geografi (SIG) ~ www.mbojo.wordpress.com 29. C.P.LO. 1996.
Penginderaan Jauh Terapan. Jakarta:UI Press.
Charter, Denny dan Agtrisari, Irma 2002. Desain dan Aplikasi GIS, Penerbit Elexmedia Komputindo, Bandung. Danudoro, Projo. 2004. Sains Informasi Geografi. Yogyakarta:Jurusan Kartografi – Penginderaan Jauh, Fak Geografi UGM. Darmawan,
Arief.
2008.
Sekilas
tentang
Sistem
Informasi
Geografis
(Geographyc Information System). Http://fetsi.wordpress.com . Diakses tanggal 28 Agustus 2008. Dulbahri. 1985. Interpretasi Citra Untuk survey Vegetasi. Yogyakarta:Puspics – Bakorsurtanal – UGM. http://andimanwno.wordpress.com/2009/11/04/pengamatan-stereoskopis/ http://mikedwihisma.wordpress.com/ http://rst.gsfc.nasa.gov/Sect11/Sect11_3.html http://www.geounesa.net/news/index.php?option=com_content&view=article&id= 71:tampilan - stereoskopis-foto-udara-&catid=46:pj&Itemid=86 Lillesand, Thomas M., Ralph W Kiefer. 1990. Penginderaan Jauh dan Interpretasi Citra. Jogyakarta:Gajah Mada University Press. Murni, Aniati, 2001, Sistem Inderaja dan GIS, Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, Jakarta. Prahasta, Eddy, 2002, Sistem Informasi Geografis : Tutorial ArcView, Penerbit Informatika, Bandung. Prahasta, Eddy, 2002, Sistem Informasi Geografis, Konsep-Konsep Dasar,
Geografi SMA K - 9
201
Penerbit Informatika, Bandung. Prasetyo, Hary, Daniel. 2003. Sistem Informasi Geografi (SIG) Untuk Tata Guna Lahan. http://if2.ubaya.ac.id/-daniel. Purwadhi, Sri Hardiyanti. 2001. Interpretasi Citra Digital. Jakarta:Grasindo. Sistem Informasi Geografi. Bandung:ITB Suryantoro, Agus. 2003. Interpertasi Foto Udara, Handout. Malang:Jurusan Geografi FMIPA, Universitas Negeri Malang Suryantoro,
Agus.
2004.
Pengantar
Penginderaan
Jauh,
Handout.
Malang:Jurusan Geografi FMIPA, Universitas Malang. Sutanto. 1985. Teknik Interpretasi Foto Udara, Handout, Jur KPJ FGE, UGM, Yogyakarta. Sutanto. 1986. Penginderaan Jauh Jilid 1. Yogyakarta:Gadjah Mada University Press. Sutanto. 1987. Penginderaan Jauh Jilid 1, Yogyakarta:Gadjah Mada University Press. Yulianto, Widi. 2003. Aplikasi AutoCad 2002 Untuk pemetaan dan SIG, Penerbit Elexmedia Komputindo, Bandung. Akhmad, Sudrajat. 2008. Revisi Taksonomi Bloom. https://akhmadsudrajat.files.wordpress.com/2008/01/revisi-taksonomibloom.pdf Albanese, M.A. & Mitchell, S.. (1993). Problem Based Learning: a Review of The Literature on Outcomes and Implementation Issues. Journal of Academic Medicine Barrows, H.S. & Tamblyn, R.M.. (1980). Problem Based Learning: an Approach to Medical Education. New York: Springer Publishing Bruce, Joyce, Marsha Weil, dan Emily Calhoun. 2009. Models of Teaching. Model-Model Pengajaran. Edisi kedelapan. Jogyakarta: Pustaka Pelajar. Dahlan, M.D. (1990). Model-Model Mengajar . Bandung: Diponegoro. Sugiyono, Prof. Dr. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta Das Salirawati, 2009, Penerapan Problem Based Learning Sebagai Upaya Meningkatkan Kemampuan Peserta Didik Dalam Memecahkan Masalah, Makalah Duch, J. Barbara. (1995). Problems: A Key Factor in PBL. [Online]. Tersedia : http://www.udel.edu/pbl/cte/spr96-phys.html. [21 Juli 2010].
Geografi SMA K - 9
202
Glazer, Evan. (2001). Problem Based Instruction. In M. Orey (Ed.), Emerging Perspectives on Learning, Teaching, and Technology [Online]. Tersedia: http://www.coe.uga.edu/epltt/ProblemBasedInstruct.htm. [17 Juni 2005]. Ibrahim, M dan Nur. (2005). Pengajaran Berdasarkan Masalah. Surabaya: University Press Karim, S., et al. (2007). Penerapan Pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Fisika serta Mengembangkan Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi dan Kecakapan Ilmiah. Proposal Hibah Kompetitif UPI 2007. Bandung: Tidak diterbitkan Major, Claire,H dan Palmer, Betsy. 2001. Assessing the Effectiveness of Problem-Based Learning in Higher Education: Lessons from the Literature. [Online]. Tersedia : http://www.rapidintellect.com/AE Qweb/mop4spr01.htm [14 Juli 2010] Melvin L. & Silberman. (1996). Active Learning: 101 Strategies to Teach any Subject. USA: Allyn & Bacon Proyek
DUeLike Universitas Indonesia. (2002). Panduan Pelaksanaan Collaborative Learning & Problem Based Learning. Depok: UI
Departemen
Pendidikan
Nasional.
Direktorat
Jenderal
PMPTK.
2009.
Pendekatan, Strategi, dan Model Pembelajaran. Bahan TOT Calon Pengawas dan Kepala Sekolah. Jakarta: Depdiknas Depdiknas, Dirjen Dikdasmen, 2003, Pendekatan Kontektual (Contextual Teaching and Learning – CTL), Jakarta : Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama. Ismail, 2002. Model-model Pembelajaran. Jakarta : Direktorat Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Dirjen Dikdasmen Depdiknas. Made Agus Suryadarma Prihantana. 2011. Pendekatan, Strategi, dan Metode Pembelajaran. http://suryadharma.wordpress.com/2008/09/12/pendekatan-strategi-metodeteknik-dan-model-pembelajaran/ Mel Silberman, 2002, Active Learning, Yogyakarta : Yappendis. Muslimin Ibrahim dan Mohamad Nur, 2000, Pembelajaran Kooperatif, Surabaya : University Press. Siburian, Jodion. 2010. Model Pembelajaran Sains, Jambi: Universitas Jambi Sudjana, D. (1982). Model Pembelajaran Pemecahan Masalah. Bandung : Lembaga Penelitian IKIP Bandung
Geografi SMA K - 9
203
Yamin, Martinis. 2011. Paradigma Baru Pembelajaran, Jambi: Gaung Persada Press Arikunto, Suharsimi. 2007. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. PT Bumi Aksara. Jakarta. Anonymous. 2006. Model Penilaian Kelas, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SMA/MA. Pusat Kurikulum, Badan Penelitian dan Pengembangan, Departemen Pendidikan Nasional. Direktorat
Pembinaan SMA.
Ditjen Manajemen Pendidikan Dasar
Dan
Menengah. 2008. Rancangan Penilaian hasil Belajar. Departemen Pendidikan Nasional. Purwanto, Ngalim. 1991. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. PT Remaja Rosdakarya. Bandung. Sudijono, Anas. 2007. Pengantar Evaluasi Pendidikan. PT Radja Grafindo Persada. Jakarta. Sunata, Wayan, I. 2002. Evaluasi Pembelajaran Geografi. Direktorat Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Departemen Pendidikan Nasional. Sudrajat, Akhmad.2008. Aliran Filsafat Pendidikan. http://akhmadsudrajat. wordpress.com/2008/05/01.
Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003), hlm. 3 – 4. Mukhtar, Desain Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: CV Pusaka Galiza, 2003), hlm.
Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta:
Rajawali Pers, 2009), Asnawir dan Basyiruddin Usman, Media Pembelajaran, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), [5] Sadiman, dkk, Media Pendidikan Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2009) Syaiful Bahri Djamarah, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Rineka Cipta, 2010 Nana Sudjana dan Ahmad Rivai, Media Pengajaran, (Bandung: Sinar Baru, 1997),
Geografi SMA K - 9
204
Arif S. Sadiman dkk., Media Pendidikan; Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatannya, (Jakarta: CV Rajawali, 1986). ......... Tanpa Tahun. Fundamentals of Remote Sensing. A Canada Centre for Remote Sensing Remote Sensing Tutorial. Canada: Natural Resources Canada ......... Tanpa Tahun. Modul Dasar-dasar Penginderaan Jauh Dan Penggunaanya Dibidang Kebumian. Jakarta:Bakosurtanal C.P.LO. 1996.
Penginderaan Jauh Terapan. Jakarta:UI Press.
Danudoro, Projo. 2004. Sains Informasi Geografi. Yogyakarta:Jurusan Kartografi – Penginderaan Jauh, Fak Geografi UGM. Dulbahri. 1985. Interpretasi Citra Untuk survey Vegetasi. Yogyakarta:Puspics – Bakorsurtanal – UGM. Lillesand, Thomas M., Ralph W Kiefer. 1990. Penginderaan Jauh dan Interpretasi Citra. Jogyakarta:Gajah Mada University Press. Purwadhi, Sri Hardiyanti. 2001. Interpretasi Citra Digital. Jakarta:Grasindo. Sistem Informasi Geografi. Bandung:ITB Suryantoro, Agus. 2003. Interpertasi Foto Udara, Handout. Malang:Jurusan Geografi FMIPA, Universitas Negeri Malang Suryantoro, Agus. 2004. Pengantar Penginderaan Jauh, Handout. Malang:Jurusan Geografi FMIPA, Universitas Malang. Sutanto. 1985. Teknik Interpretasi Foto Udara, Handout, Jur KPJ FGE, UGM, Yogyakarta. Sutanto. 1986. Penginderaan Jauh Jilid 1. Yogyakarta:Gadjah Mada University Press. Sutanto. 1987. Penginderaan Jauh Jilid 1, Yogyakarta:Gadjah Mada University Press. An,
La. 2007. sistem informasi wordpress.com/2007/04/08/).
geografi-sig.
(http://mbojo.
As-syakur, Rahman, Abd. 2006. Modul Pengenalan ArcView Untuk Dasar Analisis Sistem Informasi Geografi (SIG) ~ www.mbojo.wordpress.com 29. Charter, Denny dan Agtrisari, Irma 2002. Desain dan Aplikasi GIS, Penerbit Elexmedia Komputindo, Bandung. Darmawan, Arief. 2008. Sekilas tentang Sistem Informasi Geografis (Geographyc Information System). Http://fetsi.wordpress.com . Diakses tanggal 28 Agustus 2008. Murni, Aniati, 2001, Sistem Inderaja dan GIS, Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, Jakarta. Geografi SMA K - 9
205
Prahasta, Eddy, 2002, Sistem Informasi Geografis : Tutorial ArcView, Penerbit Informatika, Bandung. Prahasta, Eddy, 2002, Sistem Informasi Geografis, Konsep-Konsep Dasar, Penerbit Informatika, Bandung. Prasetyo, Hary, Daniel. 2003. Sistem Informasi Geografi (SIG) Untuk Tata Guna Lahan. http://if2.ubaya.ac.id/-daniel. Yulianto, Widi. 2003. Aplikasi AutoCad 2002 Untuk pemetaan dan SIG, Penerbit Elexmedia Komputindo, Bandung. Lobeck, A.K. 1981. Geomorfologi, Pengendalian Kepada Kajian Pandangan Darat. Kuala Lumpur: Percetakan Dewan Bahasa dan Pustaka. Moch. Munir. 2003. Geologi Lingkungan. Malang, Bayumedia Publishing Sukendar Asikin, 1976. Geologi Struktur Indonesia, ITB, Bandung Strahler, Arthur N, 1973, Introduction to Physical Geography, Willey International Edition USA. Buranda, JP. Tanpa Tahun. Geomorfologi. Laboratorium Geografi. UM Malang
Bintarto, R. 1977. Geografi Sosial. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada Forbes, Dean K. 1986. Geografi Keterbelakangan. Jakarta: LP3 ES. Graves, Norman J. 1984. Geography in Education. London: Heinemann Educational Books London. Handoyo, Budi. 2001. Pendidikan Geografi Masalah Harapan dan Tantangan. Malang:Geo Spektrum Press. Hohnholz, Jurgen H. 1986. Geografi Pedesaan Masalah Pengembangan Pangan. Jakarta:Yayasan Obor Indonesia. Mila ,Syafaah. 2011. ruang-lingkup-geografi. http://milasyafaah22.blogspot.co.id/p/ruang-lingkup-geografi.html Muhdhar, Mimien Henie Irawati Al. 2003. Sumber Daya alam dan Masa Depan Manusia. Malang: Penerbit Universitas Negeri Malang. Prosiding Geografi. 2000. Konstribusi Geografi Dalam Pengembangan Wilayah dan Daya Dukung Lingkungan. Semarang, 21-22 UNNES Prosiding Seminar Nasional. 2001. Pengelolaan Sumber Daya Wilayah Untu Mendukung Otonomi Daerah Dalam Menghadapi Era Globalisasi. Malang: FMIPA UM Tanggal, 23-24 Oktober 2001
Geografi SMA K - 9
206
Sumaatmadja, Nursid.1988. Studi Geografi Suatu Pendekatan dan Analisa Keruangan. Bandung: P.T. Alumni. Darmakusuma 1982. Atmosfer dan Gejala-gejalanya, Yogyakarta: Fakultas Geografi Universitas Gajah Mada. Purwadi Suhandini. 2002. Geografi Fisik 1, Direktorat SLTP, Dirjen Dikdasmen, Depdiknas, Jakarta. Sandy, I Made. 1987. Iklim Regional Indonesia, Jurusan Geografi FMIPA Universitas Indonesia, Jakarta UI Press. Strahler, Artur N, Alan H. Strahler. 1987. Modern Physical Geography, John Wiley & Sons, New York. Suhardi Wisnubroto. 1986. Asas-asas Meteolorogi Pertanian, Jakarta: Graha Indonesia. Tjasyono, Bayong. 2004. Klimatologi, Bandung: Penerbit ITB. Trewarta, Glenn T, Lyle H. Horn. 1995. Pengantar Iklim, Gajahmada University Press. Djuni Pristiyanto. 2001. Pengelolaan Kawasan Konservasi dan Pelestarian Flora dan Fauna di Indonesia.Jakarta _____________. 2006. Sejarah Singkat Bumi dan Kehidupannya. Bandung Museum Geologi. K. Wardiyatmoko. 2005. Geografi SMA untuk kelas XI Program Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta: Penerbit Erlangga. Noerdjito, M dan I. Maryanto.
2001.
Jenis-jenis Hayati yang dilindungi
perundang-undangan di Indonesia. Balitbang Zoologi-Puslitbang BiologiLIPI dan The Nature Conservancy. Cibinong. Polunin, Nicholas. 1990. Pengantar Geografi Tumbuhan dan Beberapa Ilmu Serumpun. Gadjah Mada University Press. Sujatnika, P. Jepson, T. R. Soehartono, M. J. Crosby, and A. Mardiastuti.1995. Melestarikan Keanekaragaman Hayati Indonesia. Pendekatan Daerah Burung Endemik. PHPA – Birdlife International IP. Jakarta. Soeriaatmadja. 1977. Ilmu Lingkungan. Bandung: Penerbit ITB.
Geografi SMA K - 9
207
Soeryani,
Mohamad.
2005.
Lingkungan
HidupPendidikan,
Pengelolaan
Lingkungan dan Pembangunan Berkelanjutan. Jakarta: Yayasan Institut Pendidikan dan Pengembangan Lingkungan (IPPL) . Tjia, H.D. 1980. The Sunda Shelf, Southeast Asia. Z. Geomorph Whitten, A. J., M. Mustafa, and G. S. Hendersen. 1987. The Ecology of Sulawesi. Gadjah Mada University Press. Walker, D. 1982. Speculations on the Origin and Evolution of Sunda Sahul Rain Forest. Dalam Biological Diversification in the Tropics. Columbia Univ. Press, New York. Agusta, Innovich. 1998. Cara Mudah Menggunakan Metode Kualitatif pada Sosiologi Pedesaan. Laboratorium Sosiologi, Antropologi, dan Kependudukan Institut Pertanian Bogor. Bogor. Bungin, Burhan, 2001. Metodolologi Penelitian Sosial, Format-format Kualitatif dan Kuantitatif. Airlangga University Press. Surabaya. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan – RI, Derektorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Derektorat Perguruan Tinggi Swasta. 1997. Kumpulan Materi atau Makalah, Penataran Dosen-dosen Perguruan Tinggi Swasta, Bidang Metodologi Penelitian. Di Cisaruan Bogor (23 Juni – 1 Nopember 1997). Faisal, Sanapiah. 1999. Format-format Penelitian Sosial. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. Koentjaraningrat, 1986. Metode-metode Penelitian Masyarakat. PT Gramedia, Jakarta. Parel, C. P., G. C. Caldito, P. L. Fwrrer, G. G. De Guzman, C. S. Sinsioco and R. H. Tan. 1973. Sampling Desiggn and Procedures: Paper on Survey Research Methodolog. The Agricultural Development Council. New York. Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi, 1989. Metode Penelitian Suvai. Lembaga Penelitian dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES). Jakarta. Suriasumantri, Jujun S. 2001. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta. Abin Syamsuddin Makmun. 2003. Psikologi Pendidikan. Bandung: Rosda Karya Remaja.
Geografi SMA K - 9
208
Ahmad Sudrajat. 2008. Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik, dan Model Pembelajaran http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/09/12/pendekatan-strategimetode-teknik-dan-model-pembelajaran/ Anita Lie, 1999, Metode Pembelajaran Gotong Royong, Surabaya : CV Citra Media. Dedi Supriawan dan A. Benyamin Surasega, 1990. Strategi Belajar Mengajar (Diktat Kuliah). Bandung: FPTK-IKIP Bandung. Deti Hendarni. 2012. Strategi, dan Metode Pembelajaran Sosiologi SMA.
Batu:PPPPTK PKn dan IPS. Bruce Joyce, Marsha Weil, dan Emily Calhoun. 2009. Models of Teaching. Model-Model Pengajaran. Edisi kedelapan. Jogyakarta: Pustaka Pelajar. Departemen
Pendidikan
Nasional.
Direktorat
Jenderal
PMPTK.
2009.
Pendekatan, Strategi, dan Model Pembelajaran. Bahan TOT Calon Pengawas dan Kepala Sekolah. Jakarta: Depdiknas Depdiknas, Dirjen Dikdasmen, 2003, Pendekatan Kontektual (Contextual Teaching and Learning – CTL), Jakarta : Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama. Ismail, 2002. Model-model Pembelajaran. Jakarta : Direktorat Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Dirjen Dikdasmen Depdiknas. Made Agus Suryadarma Prihantana. 2011. Pendekatan, Strategi, dan Metode Pembelajaran.
http://suryadharma.wordpress.com/2008/09/
12/pendekatan-strategi-metode- teknik-dan-model-pembelajaran/ Mel Silberman, 2002, Active Learning, Yogyakarta : Yappendis. Muslimin Ibrahim dan Mohamad Nur, 2000, Pembelajaran Kooperatif, Surabaya : University Press. Nurwahyuni Latief. 2007. Model Pembelajaran Tipe NHT. http://nurwahyunilatief. wordpress. com/2008/09/ 12/pendekatan-strategi-metode-teknik-danmodel-pembelajaran/ Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru. Jakarta Geografi SMA K - 9
209
Supriawan, D., Surasega, A. B. 1990. Strategi Belajar Mengajar (Diktat Kuliah). Bandung: FPTK-IKIP Bandung. Udin S. Winataputra. 2003. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka. Wina Senjaya. 2008. Strategi Pembelajaran; Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. …..(tt) Beda Strategi, Model, Pendekatan, Metode, dan Teknik Pembelajaran (http://smacepiring.wordpress.com/) Warsita, B. 2008. Teknologi Pembelajaran: Landasan dan Aplikasinya. Jakarta: PT Rineka Cipta. ______________ . 2005. Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional (http//www.Bakorstarnal.net.id) ________________Maping. Microsoft Encarta. 2006. Microsoft Corporation Drummond Dorothy W. , Robert R. Drummond. 1988. People on Earth, A World Geography. Illinois. Scott, Foresman and Company. Hadwi, Soendjojo. 2001. Atlas Nasional Sebagai Salah Satu Media Informasi Data Kebumian Dan Pengambilan Keputusan Pada Jurnal Surveying Dan Geodesi , Vol.XI, No.1, Januari. Bandung
Departemen Teknik Geodesi,
Institut Teknologi Bandung Latif, Chalid dkk. 1997. Atlas Indonesia dan Dunia untuk Sekolah Lanjutan. Jakarta. PT Pembina Peraga Regariana, Cut Meurah. 2005 Peta dan Inderaja. Jakarta. Depdiknas (www. Edukasi.net) Romenah. 2005. Pengetahuan Peta. Jakarta. Depdiknas (www. E-dukasi.net) Sandy, I Made, 1987. Esensi Kartografi, Jakarta : Jurusan Geografi FMIPA UI, Suharyono. Tanpa tahun. Sumber Belajar Geografi-Pelatihan Terintegrasi Berbasis Kompetensi Guru Mata Pelajaran Geografi. Jakarta: Depdiknas Sukanti, Dwi. 2004. Seri Pengetahuan Sosial, Manusia dan Unsur-unsur Fisik Geografi untuk kelas 1 SMP, Jakarta: Ganeca Exact Sutama, 2005. Skala dan Proyeksi. Jakarta. Depdiknas (www. E-dukasi.net) ______Rock and Mineral , 2008, Britannica Illustrated Science Library Reed, Christina, 2008, Earth Science:. New York :Facts On File, Inc
https://id.wikipedia.org/wiki/Bumi Geografi SMA K - 9
210
https://belajar.kemdikbud.go.id/SumberBelajar/Bumi sebagai planet Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003), hlm. 3 – 4. Mukhtar, Desain Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: CV Pusaka Galiza, 2003), hlm. Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), Asnawir dan Basyiruddin Usman, Media Pembelajaran, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), [5] Sadiman, dkk, Media Pendidikan Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2009) Syaiful Bahri Djamarah, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Rineka Cipta, 2010 Nana Sudjana dan Ahmad Rivai, Media Pengajaran, (Bandung: Sinar Baru, 1997), Arif S. Sadiman dkk., Media Pendidikan; Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatannya, (Jakarta: CV Rajawali, 1986). ......... Tanpa Tahun. Fundamentals of Remote Sensing. A Canada Centre for Remote Sensing Remote Sensing Tutorial. Canada: Natural Resources Canada .........
Tanpa
Tahun.
Modul
Dasar-dasar
Penginderaan
Jauh
Dan
Penggunaanya Dibidang Kebumian. Jakarta:Bakosurtanal C.P.LO. 1996.
Penginderaan Jauh Terapan. Jakarta:UI Press.
Danudoro, Projo. 2004. Sains Informasi Geografi. Yogyakarta:Jurusan Kartografi – Penginderaan Jauh, Fak Geografi UGM. Dulbahri. 1985. Interpretasi Citra Untuk survey Vegetasi. Yogyakarta:Puspics – Bakorsurtanal – UGM. http://andimanwno.wordpress.com/2009/11/04/pengamatan-stereoskopis/ http://mikedwihisma.wordpress.com/ http://rst.gsfc.nasa.gov/Sect11/Sect11_3.html http://www.geounesa.net/news/index.php?option=com_content&view=article&id= 71:tampilan - stereoskopis-foto-udara-&catid=46:pj&Itemid=86 Lillesand, Thomas M., Ralph W Kiefer. 1990. Penginderaan Jauh dan Interpretasi Citra. Jogyakarta:Gajah Mada University Press. Purwadhi, Sri Hardiyanti. 2001. Interpretasi Citra Digital. Jakarta:Grasindo. Sistem Informasi Geografi. Bandung:ITB Geografi SMA K - 9
211
Suryantoro, Agus. 2003. Interpertasi Foto Udara, Handout. Malang:Jurusan Geografi FMIPA, Universitas Negeri Malang Suryantoro,
Agus.
2004.
Pengantar
Penginderaan
Jauh,
Handout.
Malang:Jurusan Geografi FMIPA, Universitas Malang. Sutanto. 1985. Teknik Interpretasi Foto Udara, Handout, Jur KPJ FGE, UGM, Yogyakarta. Sutanto. 1986. Penginderaan Jauh Jilid 1. Yogyakarta:Gadjah Mada University Press. Sutanto. 1987. Penginderaan Jauh Jilid 1, Yogyakarta:Gadjah Mada University Press. An,
La.
2007.
sistem
informasi
geografi-sig.
(http://mbojo.
wordpress.com/2007/04/08/). As-syakur, Rahman, Abd. 2006. Modul Pengenalan ArcView Untuk Dasar Analisis Sistem Informasi Geografi (SIG) ~ www.mbojo.wordpress.com 29. Charter, Denny dan Agtrisari, Irma 2002. Desain dan Aplikasi GIS, Penerbit Elexmedia Komputindo, Bandung. Darmawan,
Arief.
2008.
Sekilas
tentang
Sistem
Informasi
Geografis
(Geographyc Information System). Http://fetsi.wordpress.com . Diakses tanggal 28 Agustus 2008. Murni, Aniati, 2001, Sistem Inderaja dan GIS, Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, Jakarta. Prahasta, Eddy, 2002, Sistem Informasi Geografis : Tutorial ArcView, Penerbit Informatika, Bandung. Prahasta, Eddy, 2002, Sistem Informasi Geografis, Konsep-Konsep Dasar, Penerbit Informatika, Bandung. Prasetyo, Hary, Daniel. 2003. Sistem Informasi Geografi (SIG) Untuk Tata Guna Lahan. http://if2.ubaya.ac.id/-daniel. Yulianto, Widi. 2003. Aplikasi AutoCad 2002 Untuk pemetaan dan SIG, Penerbit Elexmedia Komputindo, Bandung.
Geografi SMA K - 9
212
Geografi SMA K - 9
213
Geografi SMA K - 9
214