Laporan Evaluasi Visitasi PHK-PKPD (AIPKI) Komentar dan Rekomendasi
Nama Perguruan Tinggi
: UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
Skema
:B
Reviewer
: 1. I Wayan Sumardika 2. Zinatul Hayati
1. Komentar Umum
Selama dua hari pada tanggal 22-23 Mei 2014 telah dilaksanakan visitasi pada FK Universitas Islam Bandung terkait dengan kajian dampak PHK-PKPD terhadap insitusi penerima. Visitasi tersebut terdiri atas kegiatan diskusi dengan pemangku kepentingan di lingkungan FK Universitas Islam Bandung seperti unsur pimpinan Universitas, Fakultas, program studi, MEU, dosen, tenaga kependidikan dan mahasiswa. Selain itu juga dilakukan kegiatan peninjauan sarana-prasarana, verifikasi dokumen, serta visitasi proses kegiatan belajar mengajar. Pertemuan dengan Pimpinan Institusi dihadiri oleh Rektor, Wakil Rektor I dan II, Dekan FK, Ketua Badan Penjamin Mutu Fakultas Kedokteran, Direktur Eksekutif PHKPKPD HPEQ (merangkap Ka. Program Pendidikan Sarjana Kedokteran), Sekretaris Eksekutif I, Sekretaris Eksekutif II (merangkap Kasie. Biomedik), Koordinator Keuangan (merangkap Sekretaris Prodi) dan Research Assisstant. FK Unisba melalui PHK-PKPD HPEQ telah menyusun 2 (dua) program utama sebagai pengembangan dari Skema B (Hibah Pengembangan Institusi Melalui Kemitraan) yaitu (1) program STAR (Selection depend on standard, Tools used for Selection, And Registration of good quality students) yakni Peningkatan Kualitas Input, dan (2) program SCHEME (Sustainability of teaching and learning process, Correction and Improving of Health Education Process, Management Quality, Assesment and Evaluation for continous quality improvement) yaitu Perbaikan dan Pengembangan Proses Pendidikan Dokter FK-Unisba. Dari kedua progam tersebut FK UNISBA telah memperoleh manfaat yang sangat besar dalam mengembangkan institusinya. Dalam masa pelaksanaan hibah ini FK UNISBA telah berhasil meningkatkan reputasi dari akreditasi C menjadi B.
2. Komitmen Pimpinan
Kuatnya komitmen pimpinan baik di tingkat universitas, fakultas maupun program studi baik secara moril, materiil maupun dalam kebijakan tergambar dari proses diskusi, klarifikasi dan verifikasi pada saat visitasi dilaksanakan. Proses ini memberikan konfirmasi bahwa program yang diusulkan dan kegiatan yang telah diimplementasikan dalam PHKPKPD telah mampu meletakkan dasar yang kuat bagi pengembangan FK Unisba menjadi institusi pendidikan kedokteran di Indonesia yang memiliki kapasitas mendidik mahasiswa menjadi dokter yang kompeten sesuai dengan Standar Kompetensi Dokter Indonesia dan juga sesuai dengan visi dan misi institusi. Secara umum tampak bahwa PHK-PKPD telah memberikan dampak yang signifikan terhadap peningkatan kualitas institusi FK Unisba sesuai dengan skema B yang didapatkan yang menitikberatkan pada peningkatan kapasitas institusi terutama dalam pembelajaran.
3. Kemajuan Pelaksanaan PHK-PKPD dan Ketercapaian Indikator a. Pelaksanaan kegiatan secara umum: Aktivitas yang dilaksanakan melalui PHK-PKPD telah berhasil membangun kapasitas SDM yang cukup dan atmosfer institusi yang kondusif untuk mengembangkan pembelajaran yang menerapkan strategi SPICES. Meskipun demikian masih terdapat beberapa hal yang perlu mendapat perhatian untuk pengembangan FK Unisba sebagai institusi pendidikan kedokteran yang mampu bersaing secara nasional dan internasional di masa depan. Dari Program STAR telah diperoleh manfaat dalam mendapatkan mahasiswa baru yang lebih berkualitas, khususnya diperoleh melalui jalur seleksi masuk PMDK. Hal ini telah ditunjukkan dengan meningkatnya indikator nilai IPK mahasiswa pada semester 1 dan 2 dibanding baseline. Manfaat dari Program SCHEME yang diperoleh antara lain adalah meningkatkan kapasitas dosen dan staf kependidikan serta penyediaan fasilitas belajar mengajar yang semakin lengkap. Jumlah buku di perpustakaan dan jumlah manikin di laboratorium skil bertambah secara signifikan setelah adanya PHK-PKPD HPEQ, manajemen/penataan skillab juga dirasakan lebih baik dengan adanya pelatihan laboran. Selain itu telah dirasakan juga manfaat dalam pengembangan kurikulum unggulan dan dalam pelaksanaan evaluasi SOCA dan OSCE. Tenaga kependidikan juga telah merasakan manfaat dari PHK-PKPD HPEQ. Beberapa training dan kegiatan TA yang diikuti dirasakan telah meningkatkan pengetahuan
dan kemampuan tenaga kependidikan dalam bidang administrasi. Kegiatan tersebut antara lain adalah:
Magang di Universitas Kuala Lumpur Royal College of Medical Perak, 5 orang dalam bidang administrasi kepegawaian, bidang kemahasiswaan dan skillab. Namun demikian belum ada tindak lanjut dari kegiatan ini karena pelaksanaannya baru selesai dilaksanakan.
Magang ke UGM: laboran mikrobiologi dan laboran biomedik, magang penyiapan praktikum dan adm lab.
Magang ke UNPAD: Adm Lab.
Kegiatan TA bidang IT untuk kurikulum dan program STAR Realisasi fisik hingga saat visitasi dilakukan sudah mencapai 90%. Hampir seluruh
kegiatan PHK-PKPD HPEQ telah dilaksanakan. Jumlah anggaran dari kegiatan yang belum terlaksana adalah sekitar 1,6 milyar rupiah dari keseluruhan anggaran Rp.12.211.619.000,Kegiatan-kegiatan tersebut direncanakan akan selesai seluruhnya pada bulan Juni 2014. Beberapa kegiatan PHK-PKPD yang belum terlaksana antara lain adalah:
Pengadaan manikin (hanya satu barang lagi yang belum ada, hal ini disebabkan karena barang tersebut tidak sesuai spec. yang dipesan sehingga harus dikembalikan. Pembayaran masih 0%)
Pengadaan alat IT: pembayaran masih tersisa sekitar 25%
In house training (belum sesuai jadwal dengan narasumber. Rencana akan dilaksanakan pada bulan Juni 2014)
Lokakarya evaluasi kurikulum dan evaluasi hasil belajar (Rencana akan dilaksanakan pada bulan Juni 2014).
b. Ketercapaian area intervensi:
No 1
Area Intervensi Implementasi KBK berbasis SPICES: o Hasil yang dicapai: o Ketercapaian indikator: o Strategi Pencapaian indicator:
Uraian Implementasi KBK di FK Unisba sudah dilaksanakan sejak tahun 2004, yang awalnya mengadopsi kurikulum institusi mitra yaitu FK Unpad. Dalam prosesnya FK Unisba sudah mampu menyusun dan mengembangkan kurikulum sendiri. Evaluasi dilakukan secara rutin setiap tahun terutama untuk mikrokurikulum, hal ini menjamin pembelajaran dengan strategi SPICES dapat berjalan dengan baik. Dokumen kurikulum, panduan pembelajaran/modul baik di jenjang sarjana maupun profesi sudah tersedia dan disusun oleh tenaga
o Kendala sesuai dengan hasil diskusi:
2 Penguatan saranaprasarana Penunjang KBK: o Hasil yang dicapai: o Ketercapaian indikator: o Strategi Pencapaian indicator: o Kendala sesuai dengan hasil diskusi:
3
Penguatan FK o Hasil yang dicapai: o Ketercapaian indikator: o Strategi Pencapaian indicator: o Kendala sesuai dengan hasil diskusi:
4
Penguatan MEU o Hasil yang dicapai: o Ketercapaian indikator:
dosen FK Unisba sendiri. Namun, implementasi KBK ini perlu mendapatkan perhatian khusus terutama dalam melibatkan berbagai pemangku kepentingan dalam memberikan masukan dalam evaluasi kurikulum, terutama makrokurikulumnya. Hal ini akan menjamin bahwa lulusan FK Unisba dapat diterima oleh semua pemangku kepentingan. Sarana-prasarana penunjang KBK sudah tersedia dengan lengkap, misalnya laboratorium biomedik, ruang kuliah besar, ruang tutorial, ruang skill lab, ruang komputer maupun perpustakaan sudah mampu mendukung pelaksanaan pembelajaran yang efektif dan efesien, terutama di jenjang sarjana. Namun kedepannya sarana-prasarana ini perlu ditingkatkan baik jumlah maupun jenisnya sehingga selain mendukung pembelajaran, dapat juga memperkuat bidang penelitian. Wahana pendidikan di jenjang profesi sudah memiliki 1 rumah sakit pendidikan utama, dengan didukung dengan rs jejajring, rs afiliasi, dan puskesmas, beragamnya wahana pendidikan jenjang profesi ini sudah mampu memberikan pengalaman belajar dan jumlah kasus yang beragam bagi mahasiswa dokter muda. Pembangunan gedung FK yang baru, diharapkan dapat menjadi gedung FK yang terpadu sehingga mahasiswa tidak harus berpindah-pindah tempat dalam melaksanakan pembelajaran. Penguatan FK sendiri dilakukan dengan mengembangkan manajemen yang berbasis sistem informasi, didukung dengan jaringan internet yang memiliki bandwith 10 Mbps, saat ini system informasi manajemen ini belum diterapkan namun masih dalam fase pengembangan, diharapkan sim nanti yang akan diterapkan merupakan SIM yang benar-benar terintegrasi sehingga mengefektifkan pelayanan administrasi bagi semua civitas akademika FK Unisba. Struktur organisasi Fakultas secara garis besar mengikuti statuta universitas. Namun demikian perlu ditelaah lebih lanjut garis komando dan garis koordinasi dalam struktur tersebut sehingga struktur organisasi ini dapat berjalan dengan efektif dan efisien serta memberikan gambaran tupoksi yang jelas kepada semua yang memangku jabatan maupun bagi civitas akademika. Kerja sama FK Unisba dalam bidang pendidikan sudah sangat banyak, semua kerja sama sudah dituangkan dalam MOU. FK Unisba tercatat memiliki MOUdengan 1 rumah sakit pendidikan utama, 5 rumah sakit jejaring, 2 rumah sakit afiliasi, dan 10 puskesmas. Namun kerja sama di bidang penelitian masih perlu ditingkatkan lagi. Penguatan MEU di FK Unisba sudah dilakukan dengan baik, ini terlihat dari jumlah tenaga pendidik yang memiliki kualifikasi S2 pendidikan kedokteran yaitu sebanyak 2 orang. MEU (yang disebutkan sebagai Ka Sie Akademik) sudah memiliki ruangan dengan fasilitas yang memadai. Struktur
o Strategi Pencapaian indicator: o Kendala sesuai dengan hasil diskusi:
5
6
Unggulan spesifik (skema A) o Hasil yang dicapai: o Ketercapaian indikator: o Strategi Pencapaian indicator: o Kendala sesuai dengan hasil diskusi: Pengembangan capacity building o Hasil yang dicapai: o Ketercapaian indikator: o Strategi Pencapaian indicator: o Kendala sesuai dengan hasil diskusi:
7 Kemitraan (skema A & B) o Hasil yang dicapai: o Ketercapaian indikator: o Strategi Pencapaian indicator: o Kendala sesuai dengan hasil diskusi:
organisasi MEU sendiri juga sudah diperkuat dengan adanya SK. Namun sampai saat ini MEU baru memiliki Seksi Assessement, sedangkan fungsi MEU yang lain lebih banyak ditangani oleh Ketua MEU sendiri, tentunya hal ini merupakan beban kerja yang sangat besar, disamping Ka Sie Akademik juga harus menangani hal-hal lain yang berkaitan dengan administrasi akademik secara umum. Selain itu garis koordinasi maupun komando antara MEU dengan PPSK dan P3D belum jelas, siapa sebenarnya yang memiliki wewenang untuk menangani masalah kurikulum maupun penerapannya. Unggulan yang diusung dalam renstra adalah Kedokteran Islam dan Kedokteran Industri. Unggulan ini telah tergambar dalam bidang akademik, namun masih perlu ditingkatkan lagi agar dapat mencakup dalam bidang penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.
Pengembangan capacity Building institusi sudah berjalan dengan baik, ini terlihat dari banyaknya staf dosen yang sudah dan sedang melakukan pendidikan lanjutan dengan mendapatkan pembiayaan dari HPEQ dan juga dana institusi. Institusipun telah memberikan perhatian dalam kompetensi dari tenaga kependidikan. Pelatihan-pelatihan yang dilaksanakan di dalam institusi maupun mengikuti pelatihan di luar institusi di bidang pembelajaran sudah banyak dilaksanakan, namun untuk penelitian dan publikasi perlu ditingkatkan
Kemitraan antara FK Unisba dengan FK Unpad berjalan dengan baik, ini tidak terlepas dari hubungan antara kedua institusi memang sudah terjalin sejak lama. Kerja sama FK unisba dan FK Unpad sudah berjalan sebelum proyek HPEQ ini ada. Kegiatan-kegiatan IHT dan Lokakarya di FK Unisba banyak yang mendatangkan narasumber dari FK Unpad. Kegiatan magang ke FK Unpad juga ada dilaksanakan oleh FK Unisba untuk meningkatkan kompetensi stafnya. Dalam pembelajaran yang rutin, beberapa mata kuliah juga masih mendatangkan narasumber dari FK Unpad. Namun beberapa kendala juga dihadapi dalam kemitraan tersebut, misalnya karena kesibukan narasumber dari FK Unpad beberapa kegiatan pelaksanaannya tidak sesuai jadwal, namun hal tersebut dapat diatasi dengan melakukan koordinasi yang intensif untuk menyesuaikan jadwal kegiatan. Rapat koordinasi dilakukan
secara rutin untuk mendiskusikan pelaksanaan program secara intensif. Ke depannya kemitraan ini perlu diintensifkan kembali, sehingga walaupun nantinya program HPEQ ini selesai, namun kemitraan anatar FK Unisba dengan FK Unpad tidak berakhir begitu saja, diharapkan akan ada programprogram bersama yang bertujuan untuk meningkatkan capacity building kedua institusi secara bersama-sama, misalnya dalam hal penelitian bersama ataupun pengabdian masyarakat bersama.
c. Ketercapaian indikator utama
No
1
Indikator
Kesesuaian dengan target tengah tahun 2013 Sesuai target
Prosentase proses KBM yang menerapkan pendekatan SPICES Belum sesuai target Proporsi kelulusan First Taker Uji Kompetensi Dokter Indonesia (UKDI) lulusan Sesuai target Nilai rata-rata Uji Kompetensi Dokter Indonesia (UKDI) lulusan FK Unisba (skala 0-100) Sesuai target Akreditasi FK Unisba
2
3
4
Hambatan pencapaian indikator sesuai dengan hasil diskusi
Target yang dipasang terlalu tinggi yaitu ≥95% sedangkan target 2012 hanya 70%. padahal capaian 2013 sudah 92,31%.
d. Intake mahasiswa
No
1
Kuota DIKTI 2014
2011 Intake
Daya Tampung
200
125
120
2012 Intake Daya Tampung 150
157
2013 Intake Daya Tampung 155
157
e. Kendala dalam pencapaian indiaktor kinerja utama dan cara mengatasinya Dari 4 indikator kinerja utama, semuanya sudah mencapai target kecuali Proporsi kelulusan First Taker Uji Kompetensi Dokter Indonesia (UKDI) lulusan. Sebenarnya nilai
yang dicapai pada akhir tahun 2013 sudah meningkat cukup signifikan dibanding tahun 2011, namun target yang dipasang pada tahun 2013 terlalu tinggi yaitu ≥95% sedangkan target 2012 hanya 70%, padahal capaian 2013 sudah 92,31%.
4. Hambatan terkait dengan pengelolaan dan strategi untuk mengatasinya Hambatan yang dihadapi dalam pengelolaan pada awal program ini adalah waktu menunggu untuk memperoleh persetujuan ToR yang lama baik dari CPCU maupun dari pihak World Bank. Upaya-upaya yang dilakukan dalam pelaksanaan kegiatan senantiasa dikonsultasikan kepada pihak world bank/CPCU maupun berkoordinasi dengan pihak internal seperti tim Monevin, Universitas dan Yayasan baik secara lisan maupun tertulis. Permasalahan lain adalah adanya ketergantungan waktu terhadap pihak luar (narasumber atau Tenaga Ahli), sehingga waktu pelaksanaan menjadi tidak sesuai dengan rencana. Pengadaan Tenaga Ahli pada tahun 2013 pada umumnya merupakan tenaga ahli yang berasal dari luar (tidak berasal dari mitra). Proses ini ternyata mengalami kendala karena untuk pengadaan Tenaga Ahli dari luar selain mitra harus menggunakan mekanisme PBJ melalui mekanisme kompetisi yaitu 3: 1, oleh karena itu tidak semua calon Tenaga Ahli yang diundang bersedia memberikan curriculum vitae sehingga menghambat proses PBJ. Kendala ini dapat diatasi, dengan pengajuan untuk melakukan penunjukan langsung pengadaan tenaga ahli yang diperlukan, karena tenaga ahli ini sangat diperlukan fakultas untuk pengembangan kurikulum dan evaluasi.
5. Praktek Baik (Good Practices)
Praktik baik yang diperoleh dengan adanya PHK-PKPD HPEQ antara lain adalah meningkatkan kapasitas pengelola program dalam manajemen seperti penyusunan perencanaan suatu program yang akan dilaksanakan, melaksanakan program hingga penyusunan laporan pelaksanaan program. Selain itu pengelola program telah lebih memahami aturan keuangan negara. Pelaksanaan kegiatan yang mengharuskan adanya koordinasi yang kuat dengan pihak pengadaan dan keuangan universitas telah menciptakan suasana yang lebih akrab dengan pihak universitas. Disisi lain praktik buruk yang dirasakan adalah program PHK ini menyita banyak waktu, pikiran, tenaga bahkan materi sehingga telah meningkatkan beban kerja dan jam kerja pengelola program serta menambah jumlah dana yang dikeluarkan fakultas dan yayasan.
6. Rekomendasi
a. Rekomendasi untuk institusi:
Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan mengenai pencapaian indikator yang belum mencapai target yang direncanakan, sehingga usaha-usaha yang dilakukan untuk perbaikan perlu lebih dielaborasi. Hal selanjutnya yang harus dipersiapkan adalah mewujudkan komitmen insitusi untuk melanjutkan program-program yang sudah diinisiasi melalui program PHK-PKPD setelah program ini berakhir dalam bentuk yang lebih operasional, implementatif dengan dukungan sumber daya dan tahapan waktu yang jelas.
b. Rekomendasi untuk CPCU: Bagi CPCU perlu memberi jalan keluar menyangkut beberapa kegiatan yang belum terlaksana. Ketidaksesuaian jadwal dengan narasumber perlu diatasi melalui koordinasi yang difasilitasi oleh CPCU atau mencari narasumber yang lain.