IV.
4.1
HASIL DAN PEMBAHASAN
KONDISI UMUM PENYEDIAAN AIR BERSIH DI KAMPUS IPB DRAMAGA
Penyelenggaraan kegiatan pendidikan di kampus IPB Dramaga tidak bisa terlaksana tanpa adanya air bersih. Saat ini pemenuhan kebutuhan akan air bersih mulai dari pengolahan sampai manajemen pengelolaan menjadi tanggung jawab Direktorat Fasilitas dan Properti (Faspro) IPB. Dalam pemenuhan air bersih, IPB mengandalkan dua buah sungai sebagai air baku untuk diolah, yaitu Sungai Ciapus dan Sungai Cihideung serta sebuah mata air untuk memenuhi kebutuhan air bersih di mesjid Al-Hurriyyah. Air bersih yang didapat dari dua sumber air baku merupakan hasil olahan tujuh buah unit pengolahan air bersih atau water treatment plant (WTP) yang terdapat pada dua lokasi yaitu WTP Ciapus yang terletak di dekat pintu masuk belakang IPB, sedangkan WTP Cihideung terletak di belakang pangkalan bis IPB.
4.1.1 WTP CIAPUS WTP Ciapus pertama kali dibangun tahun 1972 dengan memanfaatkan Sungai Ciapus sebagai air bakunya. Saat ini WTP Ciapus memiliki dua unit pengolahan air bersih, yaitu WTP Ciapus 1 dengan tipe tekanan yang mengolah air sungai dan mendistribusikannya ke perumahan dosen IPB, Asrama Silvasari, Asrama Silvalestari, Asrama Putri Dramaga, Wisma Amarilis, dan GOR Lama serta WTP Ciapus 2 yang bertipe gravitasi yang mendistribusikan air bersih ke Asrama Putra TPB dan Asrama Putri TPB.
Gambar 6. WTP Ciapus 1 Tipe Tekanan
24
Setiap WTP terdiri dari beberapa bagian yang memiliki peran yang berbeda dan saling menunjang dalam proses pengolahan air. Unit tersebut antara lain adalah bak intake, pompa intake, bak sedimentasi, bak filtrasi, ground water tank (GWT), pompa distribusi, dan pompa dosing.
Gambar 7. WTP Ciapus 2 Bertipe Gravitasi (Sebelah Kiri Bak Filtrasi dan Sebelah Kanan Bak Sedimentasi)
Gambar 8. Salah Satu Unit WTP Cihideung Tipe Tekanan
25
Berdasarkan hasil pengukuran, WTP Ciapus 1 (perumdos dan asrama lain) mampu memproduksi air bersih sebesar 12.55 liter/detik atau 45.18 m3/jam, sedangkan WTP Ciapus 2 (Asrama TPB) memiliki kapasitas produksi sebesar 18.69 liter/detik atau 67.28 m3/ jam. Jika kedua WTP ini beroperasi selama 21 jam per hari (1 jam untuk backwash) maka dalam sehari mampu menghasilkan 903.6 m3 untuk WTP Ciapus 1 dan 1,345.68 m3 air untuk WTP Ciapus2, sehingga total WTP Ciapus mampu menghasilkan sekitar 2,249.28 m3 air per harinya. Rincian hasil pengukuran dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Hasil Pengukuran Kapasitas Produksi di WTP Ciapus 2. Ketinggian Diameter Volume T Q air (dm)
(dm)
(liter)
Bak filtrasi 27
2
1,144.53
(detik)
(liter/detik)
65
17.61
62
18.46
64
17.88
64
17.88
Rata-rata
Diameter Bak
(dm)
V
T
Q
(liter)
(detik)
(liter/detik)
45
17.99
43
18.82
42
19.27
air
sedimentasi (Bak Akhir)
45.4
0.5
Pompa (hp)
10
17.96
Ketinggian
(dm)
Kapasitas
809.41
Rata-rata
Kapasitas Pompa (hp)
10
18.69
Rata-rata total (liter/detik)
18.69 3
Volume produksi per jam (m )
67.28
4.1.2 WTP CIHIDEUNG WTP Cihideung terletak di belakang pangkalan bis IPB dengan memanfaatkan air baku dari Sungai Cihideung. WTP ini terdiri dari dua tipe, yaitu tipe tekanan yang berjumlah empat unit dan ultra filtration (UF) system yang berjumlah satu unit. WTP tipe tekanan pertama kali dibangun pada tahun 1985 sedangkan yang bertipe UF system dibangun tahun 2010. Kelima WTP ini memiliki daerah pelayanan distribusi air bersih yang cukup luas, meliputi seluruh gedung fakultas dan perkantoran, rusunawa (asrama mahasiswi TPB), gymnasium, kandang Fakultas Peternakan, Graha Widya Wisuda, gedung LSI dan rektorat, serta laboratorium lapangan yang berada di Leuwikopo. Kapasitas total produksi yang mampu dihasilkan dari kelima unit instalasi di WTP Cihideung adalah 115.80 m3/jam hingga 137.18 m3/jam. Data hasil pengukuran dan perhitungan kapasitas produksi air bersih di WTP Cihideung 1 sampai WTP Cihideung 4 dapat dilihat pada Tabel 3.
26
Hasil yang diperoleh dari flowmeter pada WTP Cihideung 5 pada pengambilan data bulan Juli 2010 menunjukkan angka 475 liter/menit. Setiap jamnya WTP Cihideung 5 hanya beroperasi memproduksi air selama 45 menit. Jadi dalam satu jam WTP 5 mampu menghasilkan 28.5 m3/jam. WTP Cihideung 5 tidak dapat bekerja dengan baik saat air baku keruh (> 130 TU). Selain itu, volume GWT Cihideung IPB yang terbatas dan debit pompa distribusi yang kurang besar menyebabkan WTP ini sering dinonaktifkan karena kondisi GWT Cihideung IPB yang telah penuh. Keseluruhan debit produksi WTP di Sungai Cihideung ialah 2,299.27 m3/hari.
4.1.3 DISTRIBUSI AIR BERSIH DI KAMPUS IPB DRAMAGA Pendistribusian air bersih hasil olahan WTP di kampus IPB Dramaga menggunakan sistem perpompaan dengan reservoir. Air hasil olahan WTP dipompa menuju GWT (ground water tank) atau menuju tangki yang terdapat pada menara air, kemudian air tampungan tersebut dialirkan ke masing-masing daerah pelayanan melalui bantuan gravitasi untuk yang berasal dari tangki air dalam menara, dan dengan pemompaan untuk tangki air permukaan tanah atau GWT. Pipa yang digunakan dalam saluran distribusi ini menggunakan pipa ukuran 6” dengan sistem percabangan.
Gambar 9. Ground Water Tank (GWT) dan Rumah Pompa pada Jalur Distribusi Menara Fahutan
Pendistribusian air bersih dari WTP Ciapus 1 menggunakan pompa menuju GWT kemudian dari GWT kembali dipompa menuju menara air yang selanjutnya air mengalir ke
27
konsumen WTP Ciapus 1 (perumahan dosen, Asrama Silvasari, Asrama Silvalestari, Asrama Putri Dramaga, Wisma Amarilis, dan GOR Lama) dengan bantuan gravitasi. Begitu pun yang terjadi pada WTP Ciapus 2. Air bersih ditampung sementara di GWT kemudian dipompa menuju GWT dan menara air di Asrama Putri TPB yang selanjutnya dialirkan ke Asrama Putri TPB dan Asrama Putra TPB dengan bantuan gravitasi.
Gambar 10. Menara Air Fapet (kiri) dan Menara Air Fahutan (kanan)
Sedangkan pendistribusian air bersih dari WTP Cihideung menuju ke unit-unit pemakaian terbagi menjadi dua jalur, yaitu jalur menara Fahutan dan jalur menara Fapet. Pada jalur menara Fahutan air bersih dipompa dari WTP Cihideung menuju menara air Fahutan. Kemudian dari menara Fahutan, air tersebut didistribusikan secara gravitasi menuju gedung Fakultas Pertanian, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Fakultas Ekologi Manusia, Fakultas Teknologi Pertanian, Fakultas Kehutanan, gedung perpustakaan LSI, gedung Rektorat, taman rektorat, hingga laboratorium lapangan Leuwikopo. Kebutuhan air yang ada di Gymnasium, Rusunawa, dan gedung GWW juga berasala dari jalur menara Fahutan. Sedangkan pada jalur menara air Fapet, air dipompa dari WTP Cihideung menuju menara air Fapet. Kemudian dari menara Fapet air disalurkan secara gravitasi menuju gedung Fakultas Peternakan, Fakultas Perikanan, Fakultas Kedokteran Hewan, Rumah Sakit Hewan, dan juga kandang ternak Fapet. Skema jalur distribusi air bersih di kampus IPB Dramaga disajikan dalam bagan struktur instalasi air WTP Cihideung dan Ciapus pada Gambar 11 dan Gambar 12.
28
Gambar 11. Bagan Struktur Instalasi Air WTP Cihideung (Arimurti 2010)
29
Gambar 12. Bagan Struktur Instalasi Air WTP Ciapus (Arimurti 2010)
30
Tabel 3. Hasil Pengukuran Kapasitas Produksi WTP Cihideung V T Q
WTP 1
(liter)
(detik)
(m3/jam)
13.17
2.21
21.45
13.70
2.14
23.05
14.40
2.10
24.69
Rata-rata
WTP 2
23.06
18.75
2.15
31.40
19.90
2.09
34.28
20.75
2.14
34.91
Rata-rata
WTP 3
33.53
17.10
1.65
37.31
16.60
1.90
31.45
15.50
2.03
27.49
Rata-rata
WTP 4
32.08
12.00
1.55
27.87
13.60
1.90
25.77
13.10
1.70
27.74
Rata-rata
27.13
Total
4.2
115.80
ANALISIS BIAYA PRODUKSI
Analisis finansial yang dilakukan terhadap WTP di kampus IPB Dramaga dikelompokkan menjadi empat bagian menurut lokal dan jenis WTP. Kelompok pertama adalah WTP Cihideung 1-4 yang memiliki jenis yang sama, kedua merupakan WTP Cihideung 5 dengan sistem ultra filtrasi, ketiga adalah WTP Ciapus perumahan dosen dan asrama lain, dan keempat adalah WTP Ciapus Asrama TPB. Jumlah produksi air bersih yang dihasilkan dari empat WTP tersebut merupakan kapasitas produksi yang terukur dari hasil pengamatan terakhir (bulan Juli 2010). . Tabel 4. Jumlah Debit Produksi Air Bersih Rata-rata Tiap WTP Debit Produksi
WTP
(m /bulan)
(m3/tahun)
Cihideung 1-4
64,275.66
771,307.92
Cihideung 5 (UF System)
4,702.50
56,430
27,108
325,296
40,370.40
484,444.80
Ciapus
Perumahan
Asrama lain Ciapus Asrama TPB
3
Dosen
dan
31
Biaya yang dikeluarkan untuk pembangunan sebuah WTP termasuk biaya investasi. Biaya investasi pada pembangunan WTP (nilai proyek) merupakan biaya pembangunan unit pengolahan yang digunakan untuk memproduksi air bersih, tidak termasuk didalamnya kendaraan dan bangunan pendukung lainnya. Biaya investasi diperhitungkan dalam arus kas dalam analisis kelayakan. Biaya produksi terdiri atas biaya tetap dan biaya variabel. Pada unit pengolahan air ini biaya tetap tidak ada dikarenakan WTP yang ada di kampus IPB Dramaga merupakan aset yang tidak terpisahkan dari kampus IPB yang penganggarannya menggunakan dana APBN. Adapun biaya variabel yang diperhitungkan adalah biaya gaji pegawai, bahan kimia, listrik, dan perawatan atau perbaikan WTP. Biaya variabel dihitung per lokal WTP. Data gaji pegawai yang didapat per orang ialah Rp. 1,266,000.00, sedangkan jumlah pegawai terbagi tidak merata pada WTP Sungai Cihideung. Pada WTP Sungai Cihideung terdapat 6 orang, sedangkan WTP tersebut dibagi menjadi dua bagian WTP Cihideung 1-4 dan WTP Cihideung 5 (UF System), sehingga pembagian biaya untuk gaji pegawai masing-masing WTP dibagi menurut waktu kerja WTP. Untuk pembagian gaji pegawai di WTP wilayah Sungai Cihideung, dilakukan perhitungan secara perbandingan, yaitu waktu kerja WTP yang akan dicari gaji pegawainya dibagi dengan waktu kerja keseluruhan WTP di aliran Sungai Cihideung, kemudian dikalikan jumlah seluruh pegawai di WTP aliran Sungai Cihideung dan dikalikan dengan gaji yang seharusnya diterima untuk satu orang pegawai. Contoh perhitungan gaji pegawai tercantum dalam Lampiran 1. Untuk biaya gaji pegawai di WTP Sungai Ciapus dibagi merata menurut wilayah kerja masing-masing, WTP Ciapus Asrama TPB dan WTP Ciapus Perumahan Dosen dan Asrama lain karena pegawai WTP aliran Sungai Ciapus memiliki wilayah kerja masing-masing, yaitu empat orang di WTP Ciapus Asrama TPB dan dua orang di WTP Ciapus Perumahan Dosen dan Asrama Lain. Data bahan kimia yang didapat adalah total biaya yang dikeluarkan IPB untuk keseluruhan WTP, sehingga biaya tersebut diperhitungkan menurut kebutuhan bahan kimia untuk produksi masing-masing WTP (Cihideung 1-4, Cihideung 5/UF System, Ciapus Asrama TPB, dan Ciapus Perumahan Dosen dan Asrama lain). Perhitungan biaya variabel untuk bahan kimia tidak semudah perhitungan pada biaya gaji pegawai karena kebutuhan dari masingmasing bahan untuk tiap WTP jumlahnya tidak sesuai bila dibandingkan dengan total biaya yang dikeluarkan IPB untuk bahan kimia per dua bulan dibagi dengan harga masing-masing bahan kimia per kilogramnya. Oleh karena itu, dilakukan perbandingan harga dari tiap jenis bahan kimia yang dipakai. Selain itu juga dilakukan perbandingan untuk pemakaian bahan kimia tiap WTP, karena pada dasarnya setiap satu unit WTP memiliki ukuran yang berbeda untuk pemberian bahan kimianya. Perhitungan bahan kimia ini juga terdapat pada Lampiran 1. Biaya perawatan dan perbaikan yang didapat merupakan keseluruhan WTP di kampus IPB sehingga dibagi juga menurut waktu kerja masing-masing WTP. Karena tidak ada kepastian waktu dalam pergantian dan perbaikan komponen WTP, serta perawatan termasuk pembersihan tangki air bawah tanah, maka biaya perawatan dan perbaikan dihitung berdasarkan waktu kerjanya. Semakin tinggi waktu kerja dari satu unit WTP maka semakin tinggi pula intensitas perawatan yang harus dilakukan. Sedangkan biaya listrik yang didapat merupakan biaya listrik yang dikeluarkan WTP Sungai Cihideung dan Sungai Ciapus, sehingga perlu dibagi rata menurut daya yang dipergunakan di masing-masing WTP dengan menghitung waktu kerja dan alat listrik yang dipergunakan yaitu motor penggerak pompa yang ada di WTP. Perhitungan dilakukan dengan mendata daya dari setiap pompa dan peralatan listrik yang digunakan dalam kegiatan produksi air bersih dari WTP sampai menara air (tidak termasuk didalamnya kegiatan pegawai yang menggunakan listrik untuk pribadi, seperti menonton televisi) dan diamati waktu kerja peralatan listrik tersebut. Hasil perkalian antara daya dengan waktu kerja kemudian dikonversi ke dalam satuan rupiah per jam (Rp./jam). Data biaya listrik keseluruhan yang didapat dari IPB menunjukkan pembagian biaya listrik menurut dua aliran sungai,
32
Ciapus dan Cihideung. Sehingga perbandingan dilakukan per wilayah atau aliran sungai. Perhitungan biaya listrik terdapat pada Lampiran 1.
Tabel 5. Kebutuhan Bahan Kimia Per WTP
WTP
Tawas / PAC (Poly Aluminium Chloride) (kg)
Kaporit (kg)
NaOH (kg)
HCl (kg)
3,800
585
160
75
1,000
45
-
-
3,000
45
-
-
Cihideung 1-4 Cihideung 5 (UF System) Ciapus Perumahan Dosen dan Asrama lain Ciapus Asrama TPB
Tabel 6. Waktu Kerja, Kapasitas Produksi, dan Penggunaan Listrik Masing-masing WTP WTP Cihideung 1-4 Cihideung 5 (UF System) Ciapus Perumahan Dosen dan Asrama lain Ciapus Asrama TPB
Waktu Kerja per hari (jam) 18.5 5.5
Kapasitas Produksi (l/s) 32.17 7.92
Penggunaan Listrik (kWh) 1,341.67 608.28
20
12.55
768.81
20
18.69
961.99
Tabel 7. Biaya Variabel per Tahun Masing-masing WTP Biaya Variabel (Rp/tahun)
WTP Cihideung 1-4 Cihideung 5 (UF System) Ciapus Perumahan Dosen Asrama lain Ciapus Asrama TPB
315,261,333.72 63,766,984.27 dan
199,754,841.67 295,560,840.34
Biaya total merupakan total keseluruhan biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi, yaitu biaya tetap dan biaya variabel. Biaya total dari produksi air bersih di kampus IPB merupakan biaya variabel keseluruhan dari masing-masing WTP. Dari perhitungan yang dilakukan, biaya variabel tertinggi adalah biaya variabel pada WTP Cihideung 1-4 yang menggunakan sistem tekanan. Hal ini terjadi karena WTP ini lebih banyak memproduksi air. Sehingga dimungkinkan penggunaan listrik, biaya perawatan dan perbaikan serta gaji pegawai pada WTP ini lebih tinggi dibandingkan dengan WTP lain. Pada WTP Cihideung 5 yang tergolong masih baru dan menggunakan teknologi yang berbeda dengan WTP yang lain memiliki biaya variabel yang paling rendah. Hal ini disebabkan waktu kerjanya yang hanya lima setengah jam (pengamatan Juli 2010).
33
Perhitungan biaya variabel ini menunjukkan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi tingginya biaya variabel pada produksi air bersih ini adalah waktu kerja dan kapasitasnya yang tinggi. Semakin tinggi waktu kerja dan kapasitas produksi maka semakin tinggi pula biaya variabel yang akan dikeluarkan.
4.3
ANALISIS BIAYA OPERASIONAL WTP
Nilai dari biaya operasional yang dikeluarkan untuk memproduksi per satuan volume air bersih diperoleh dari perhitungan biaya total dibagi dengan kapasitas produksi yaitu produksi air. Biaya disini merupakan total biaya variabel per tahun dari pengoperasian WTP, sedangkan kapasitas produksi merupakan banyak air yang dihasilkan dalam waktu satu tahun. Diketahui biaya yang dikeluarkan dari masing-masing WTP terdapat pada Tabel 7. dan debit produksi air masing-masing WTP terdapat pada Tabel 4. Dari hasil perhitungan biaya untuk memproduksi satu satuan volume air bersih dari masing-masing WTP dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Biaya Operasional Per Satuan Volume Air Bersih Biaya Operasional (Rp/m3)
WTP Cihideung 1-4 Cihideung 5 (UF System) Ciapus Perumahan Dosen Asrama lain Ciapus Asrama TPB
408.74 1,130.02 dan
614.07 610.10
Hasil perhitungan biaya operasional untuk memproduksi per satuan volume air bersih menunjukkan bahwa yang tertinggi adalah air bersih hasil olahan WTP Cihideung 5 dengan sistem UF yaitu Rp. 1,130.02 dan yang terendah adalah air bersih pada WTP Cihideung 1-4 dengan sistem tekanan. Perbedaan terlihat dengan jelas dari harga air bersih per m3 pada kedua WTP ini dikarenakan kapasitas produksi air bersih dan waktu kerja yang jauh berbeda. Kapasitas produksi yang besar ditentukan dengan permintaan konsumen dari masing-masing wilayah pelayanan. Sehingga, makin banyak jumlah populasi yang mengkonsumsi air, semakin besar pula biaya yang dikeluarkan IPB untuk memproduksi air per m3-nya. Biaya ini juga menentukan keuntungan atau kerugian dari proyek yang dikerjakan. Perbandingan antara harga jual produk dan biaya pokok yang bernilai lebih dari satu (>1) maka proyek mengalami kerugian, sedangkan nilai perbandingan kurang dari satu (<1) maka proyek mendapatkan keuntungan. Nilai perbandingan sama dengan satu (=1) menandakan proyek itu tidak mendapatkan untung atau mengalami kerugian. Pada proses pengolahan air di kampus IPB ini, harga jual untuk unit usaha dikenakan biaya sejumlah Rp. 4,500.00 per m3 air bersih. Dari perbandingan antara nilai biaya operasional per satuan volume masing-masing WTP dan harga jual tersebut diperoleh nilai pada WTP Cihideung 1-4 adalah 0.09, WTP Cihideung 5 (UF system) 0.25, WTP Ciapus Perumahan Dosen dan Asrama lain 0.14, dan WTP Ciapus Asrama TPB 0.14. Semakin tinggi nilai perbandingan ini (mendekati nilai 1), semakin sedikit keuntungan yang didapat dari masingmasing WTP, begitupun sebaliknya, semakin kecil nilai perbandingan (menjauhi nilai 1), maka semakin besar keuntungan yang diperoleh dari WTP tersebut. Nilai yang didapat dari masing-masing
34
WTP menunjukkan semua WTP mendapatkan keuntungan dari setiap m3 air bersih. Dan yang mendapatkan keuntungan paling besar dari hasil perbandingan ini ialah WTP Cihideung 1-4. Harga air PDAM Bogor untuk golongan Industri Pemerintahan, Industri 1, dan Industri 2 adalah Rp. 4,800.00; Rp. 9,000.00; dan Rp. 10,000.00. Bila dibandingkan dengan harga air bersih per m3 yang ditetapkan oleh PDAM Bogor, biaya yang dikeluarkan maupun harga jual yang ditetapkan oleh IPB jauh lebih murah, sehingga dapat menjadi prioritas pemilihan pemasok untuk pengguna air bersih kampus IPB sendiri.
4.4
ANALISIS TITIK IMPAS
Titik impas produksi merupakan nilai dimana proyek tidak mendapatkan untung ataupun rugi. Titik impas produksi merupakan satuan jumlah produk yang dihasilkan dari suatu proyek dalam kajian ini ialah produksi air bersih per m3. Titik impas produksi dipengaruhi oleh nilai biaya tetap total, harga jual, dan biaya variabel rata-rata. Pada proses produksi air bersih dalam WTP, tidak ditentukan biaya tetap, karena WTP yang ada di kampus IPB Dramaga merupakan aset yang tidak terpisahkan dari kampus IPB yang penganggarannya menggunakan dana APBN. Perhitungan yang dilakukan dengan menggunakan rumus berdasarkan teori yang ada menunjukkan hasil sama dengan nol (=0) untuk setiap WTP. Oleh karena itu, digunakan perhitungan untuk mencari titik impas produksi dari biaya operasional. Setiap biaya operasional yang dikeluarkan per tahun dibagi dengan harga air per volume, sehingga didapat jumlah produksi air minimal yang harus dihasilkan per tahun agar mencapai titik impas produksi. Hasil perhitungan titik impas dengan melakukan pembagian antara biaya operasional dengan harga air yang ditetapkan oleh IPB per m 3 tercantum dalam Tabel 9.
Tabel 9. Titik Impas Produksi Volume (m3/tahun)
WTP Cihideung 1-4 Cihideung 5 (UF System) Ciapus Perumahan Dosen Asrama lain Ciapus Asrama TPB
70,058.07 14,170.44 dan
65,680.19 44,389.96
Harga jual air bersih yang ditetapkan adalah sebesar Rp. 4,500.00. Biaya produksi yang dikeluarkan dibagi dengan harga jual air bersih akan menunjukkan titik impas produksi dari masingmasing WTP. Debit produksi air per tahun dari masing-masing WTP menunjukkan angka yang lebih besar dari hasil perhitungan titik impas produksi di atas, tapi nilai selisih antara biaya dan manfaat masih bernilai negatif atau mengalami defisit. Hal ini dikarenakan saat ini tidak semua pengguna air bersih di kampus IPB Dramaga membayar biaya penggunaan air bersih sebesar Rp. 4,500.00. Harga jual air tersebut hanya dibayarkan oleh unit usaha dalam kampus, seperti kantin atau warung makan. Tabel 10. menunjukkan pendapatan dan biaya yang dikeluarkan serta selisihnya. Pada selisih manfaat dan biaya dari WTP Cihideung 1-4 dan WTP Cihideung 5 UF System terdapat hasil yang positif, yaitu menunjukkan adanya keuntungan dari pengoperasian kedua WTP tersebut. Sedangkan pada WTP Ciapus Perumahan Dosen dan Asrama lain serta WTP Ciapus Asrama TPB hasil selisih menunjukkan nilai negatif, hal ini merupakan kerugian yang dihasilkan kedua WTP. Perhitungan
35
manfaat yang disajikan merupakan pendapatan yang diterima oleh IPB dari hasil pemakaian air bersih yang dikonsumsi oleh unit usaha kampus tanpa memasukkan nilai pendapatan IPB dari hasil asumsi bahwa setiap civitas akademika membayar kompensasi air bersih dalam jumlah rupiah tertentu. Sehingga hasil selisih ini menunjukkan keuntungan ataupun kerugian sesungguhnya yang diterima IPB dari hasil pengolahan air bersih melalui WTP yang ada di kampus Dramaga. Dari hasil perhitungan, terjadi defisit dalam operasional WTP di IPB sebesar Rp. 233,097,272.34 per tahunnya.
Tabel 10. Selisih Manfaat (Pendapatan) dan Biaya per Tahun Masing-masing WTP Pendapatan dari Biaya Variabel Selisih Manfaat Unit Usaha dan Biaya WTP (B) (C) (B – C) (Rp/tahun) (Rp/tahun) (Rp/tahun) Cihideung 1-4 469,366,868.42 315,261,333.72 154,105,534.71 Cihideung 5 (UF System) 115,554,417.09 63,766,984.27 51,787,432.82 Ciapus Perumahan Dosen dan 22,627,538.37 199,754,841.67 -177,127,303.30 Asrama lain Ciapus Asrama TPB 33,697,903.76 295,560,840.34 -261,862,936.57 Total 641,246,727.66 873,344,000.00 -233,097,272.34
4.5
ANALISIS FILTRASI
KELAYAKAN
WTP
CIHIDEUNG
SISTEM
ULTRA
Analisis kelayakan usaha dari produksi air bersih dilakukan dengan mengasumsikan bahwa kegiatan produksi air bersih dikenakan biaya investasi dan biaya penyusutan. Analisis ini dilakukan hanya terhadap WTP Cihideung 5 yang menggunakan sistem UF, hal ini dikarenakan WTP tersebut memiliki data yang lebih lengkap dibandingkan dengan WTP lain. Pada analisis kelayakan dibahas tiga jenis metode analisis yang dapat mengukur kelayakan finansial dari produksi air bersih di kampus IPB Dramaga. Ketiga jenis metode analisis tersebut ialah net present value (NPV), internal rate of return (IRR), dan benefit cost ratio (B/C ratio). Sebelum melihat hasil perhitungan dari ketiga jenis metode analisis kelayakan tersebut, ada beberapa nilai yang menjadi variabel yang penting dalam melakukan perhitungan analisis kelayakan yang diperhitungkan dalam arus kas. Variabel tersebut adalah investasi, pendapatan, biaya, dan bunga modal. Biaya tetap terdiri atas biaya penyusutan dan bunga modal, sedangkan biaya tidak tetap terdiri atas biaya bahan kimia, gaji pegawai, listrik dan maintenance. Hasil analisis kelayakan ditampilkan dalam Tabel 11.
Tabel 11. Hasil Analisis Finansial WTP Cihideung UF System Spesifikasi Biaya Tetap (Rp/tahun) Biaya Tidak Tetap (Rp/tahun) Biaya Total (Rp/tahun) NPV (Rp) IRR (%) B/C
Nilai 185,625,000.00 63,766,984.27 249,391,984.27 -309,675,353.87 11.17 0.83
36
Gambar 13. WTP Cihideung 5 dengan Sistem Ultra Filtrasi
4.5.2 Net Present Value (NPV) Nilai NPV dapat diperoleh dengan pengurangan present value komponen benefit dengan present value komponen cost. Perhitungan nilai NPV dari unit pengolahan air atau WTP Cihideung 5 sistem ultra filtrasi menggunakan arus kas yang diolah dalam program Microsoft Office Excel 2007. NPV WTP Cihideung 5 bernilai negatif, sebesar Rp. 309,675,353.87. Hal ini terjadi karena pembangunan WTP Cihideung 5 tergolong baru sehingga pendapatan yang diterima belum bisa menutupi nilai proyek atau investasi, dan jam kerja yang hanya 5 jam 30 menit. Nilai NPV yang negatif berdampak pada pengolahan air bersih dari WTP dengan sistem UF ini tidak layak untuk dilanjutkan, karena WTP ini mendapatkan kerugian sebesar nilai NPV tersebut selama 20 tahun.
37
4.5.3 Internal Rate of Return (IRR) Nilai IRR akan menunjukkan pada discount rate berapa nilai NPV sama dengan nol. IRR diperoleh dengan pendekatan nilai melalui rumus interpolasi. Dengan perhitungan menggunakan rumus 13, nilai IRR untuk WTP Cihideung 5 dengan sistem UF ini adalah 11.17 %. Nilai IRR tersebut berada di bawah discount rate yang ditetapkan. Hal ini menunjukkan bahwa seharusnya WTP Cihideung 5 tidak layak untuk dilanjutkan, karena dari hasil analisis pengolahan air ini merugikan bagi pengelola.
4.5.4
Benefit Cost Ratio (B/C)
Benefit Cost Ratio akan menunjukkan nilai perbandingan antara NPV manfaat dan NPV biaya. Nilai B/C yang didapat merupakan nilai tambahan manfaat yang didapat dengan penambahan biaya satu satuan. Hasil perhitungan B/C terhadap WTP Cihideung 5 yang memiliki nilai NPV negatif, memiliki nilai B/C yang positif, yaitu 0.83. Hal ini menunjukkan bahwa pada WTP Cihideung 5 mendapatkan kerugian karena nilai B/C kurang dari satu (< 1), yang menandakan bahwa proyek tersebut tidak layak untuk dilanjutkan.
4.6
ANALISIS SENSITIVITAS
Analisis sensitivitas pada penelitian ini bertujuan mencari alternatif solusi agar pengoperasian WTP Cihideung 5 dengan sistem ultra filtrasi tidak mendapatkan kerugian dan dapat dilanjutkan. Pada analisis sensitivitas ini, digunakan asumsi-asumsi bahwa WTP ini dikenakan biaya seperti perusahaan diluar pemerintah pada umumnya, seperti biaya bunga modal dan biaya penyusutan. Skenario dilakukan pada analisis ini bertujuan untuk menjaga keberlangsungan pengolahan air bersih agar tidak mengalami kerugian, namun juga tidak dapat dihindari dalam kurun waktu tertentu terjadi kenaikan harga-harga yang dapat menyebabkan kenaikan biaya operasional dari WTP. Karena itu skenario yang dibuat harus bisa mengatasi kondisi defisit yang terjadi. Ada beberapa skenario yang diajukan diantaranya ialah skenario untuk meningkatkan waktu kerja dan menaikkan harga jual air bersih.
Tabel 12. Hasil Analisis Sensitivitas Meningkatkan Waktu Kerja Spesifikasi Waktu Kerja Awal (menit) Waktu Kerja dengan Kenaikan 21% (menit) Biaya Tidak Tetap (Rp/tahun) Pendapatan Setelah Kenaikan (Rp/tahun) NPV (Rp) IRR (%) B/C
Nilai 330 399.3 66,403,416.74 307,261,350.00 7,609,642.38 15.09 1.004
38
Peningkatan waktu kerja berakibat pada peningkatan debit produksi air bersih dari WTP Cihideung sistem UF ini. Hasil penelitian untuk mengukur konsumsi air dari seluruh pengguna air bersih di kampus IPB Dramaga menyatakan bahwa konsumsi air bersih rata-rata perhari untuk jalur distribusi WTP Cihideung adalah 1,959.77 m3/hari sedangkan hasil pengukuran debit produksi dari WTP Cihideung keseluruhan adalah 2,299.27 m3/hari. Ini berarti bahwa ada kelebihan produksi air bersih. Sehingga apabila skenario pertama dilakukan akan menambah produksi air yang tidak diperlukan dan akan menambah biaya produksi sedangkan air bersih yang dihasilkan sudah tercukupi. Pendugaan selanjutnya ialah melalui skenario menaikkan harga jual air bersih kepada konsumen. Harga jual normal sebesar Rp. 4,500.00 per m3 akan dinaikkan sehingga menghasilkan keuntungan. Pada skenario ini, hanya harga jual yang dinaikkan, komponen lain yang berpengaruh tidak naik. Skenario dilakukan dengan melihat kondisi bahwa IPB sudah membangun WTP ini, sehingga tidak ada pertimbangan untuk memilih menggunakan air bersih hasil olahan PDAM. Hasil perhitungan analisis kelayakan dengan perubahan nilai harga jual air bersih tercantum pada Tabel 13. dan rinciannya pada Tabel 14.
Tabel 13. Hasil Analisis Sensitivitas Menaikkan Harga Jual Air Bersih Spesifikasi
Nilai
Harga Jual Air Normal Harga Jual Air dengan Kenaikan 20 % Pendapatan (Rp/tahun) Pendapatan Setelah Kenaikan (Rp/tahun) NPV (Rp) IRR (%) B/C
4,500.00 5,400.00 253,935,000.00 304,722,000.00 8,217,313.69 15.10 1.004
Tabel 14. Rincian Analisis Sensitivitas Menaikkan Harga Jual Air Bersih SKENARIO ANALISIS KELAYAKAN Kenaikan
Harga
Pendapatan
NPV
IRR
Harga Air
(Rp.)
(Rp.)
(Rp.)
(%)
5%
4,725.00
266,631,750.00
(230,202,186.98)
12.19
0.879
10%
4,950.00
279,328,500.00
(150,729,020.09)
13.17
0.921
12%
5,040.00
284,407,200.00
(118,939,753.33)
13.59
0.937
14%
5,130.00
289,485,900.00
(87,150,486.58)
13.99
0.954
15%
5,175.00
292,025,250.00
(71,255,853.20)
14.14
0.962
16%
5,220.00
294,564,600.00
(55,361,219.82)
14.34
0.971
18%
5,310.00
299,643,300.00
(23,571,953.07)
14.73
0.988
20%
5,400.00
304,722,000.00
8,217,313.69
15.10
1.004
B/C
Kenaikan harga jual air per m3 yang diterapkan ialah sebesar 20% dari harga jual awal, sehingga dapat menaikkan pendapatan menjadi sebesar Rp. 304,722,000.00. Tanpa perubahan dari biaya, hasil skenario ini menunjukkan bahwa produksi air bersih mengalami keuntungan dengan nilai
39
NPV positif, IRR lebih besar daripada DF 15%, dan B/C bernilai lebih dari satu sehingga pengolahan air di WTP Cihideung 5 dengan sistem ultra filtrasi layak untuk dilanjutkan. Analisis kelayakan dan sensitivitas yang dilakukan terhadap WTP Cihideung 5 dengan sistem ultra filtrasi ini hanya dapat dilakukan bila nilai bunga modal dan biaya penyusutan dimasukkan dalam perhitungan. Hasil analisis biaya dan manfaat yang dilakukan, pengelolaan WTP yang saat ini sedang berlangsung masih mengalami kerugian. Bila biaya pengoperasian untuk keseluruhan WTP di kampus IPB Dramaga masih termasuk dalam penganggaran negara, hal ini tidak menjadi sebuah kerugian, melainkan merupakan biaya tambahan. Namun setidaknya dengan mengurangi biaya pengoperasian WTP, sejumlah uang yang dikeluarkan tersebut dapat dialokasikan kepada pembiayaan lain yang bertujuan untuk kesejahteraan civitas akademika dan kemajuan pendidikan di IPB. Ada beberapa solusi untuk menangani defisit pembiayaan operasional WTP di kampus IPB Dramaga, diantaranya adalah : 1. Mengurangi kebocoran jaringan distribusi air bersih, sehingga air yang terbuang dapat dimanfaatkan secara optimal. 2. Melakukan perawatan secara teratur sehingga komponen yang beroperasi terus menerus tidak mengalami kerusakan yang bisa menaikkan biaya pergantian komponen. 3. Menaikkan harga jual air bersih per m3-nya kepada unit-unit usaha yang ada di kampus, termasuk kegiatan proyek yang bersifat komersil. 4. Menetapkan tarif air bersih terhadap setiap unit ataupun fakultas dan kepada mahasiswa dengan mengalokasikannya dari biaya perkuliahan. 5. Meningkatkan kesadaran kepada konsumen untuk menghemat pemakaian air bersih.
40