Bab IV
Hasil dan Pembahasan
IV.1 Hasil Analisis Pustaka Stoikiometri Analisis (kajian) kesesuaian antara ketiga pustaka stoikiometri dilakukan untuk mendapatkan kerangka struktur hiperteks yang memuat semua konsep penting dalam topik stoikiometri. Analisis tersebut dimulai dari struktur global, struktur makro sampai rincian konsep/prinsip yang terkandung di dalam ketiga teks tersebut.
IV.1.1 Struktur Global Struktur global berfungsi untuk menyederhanakan materi ke dalam suatu struktur agar lebih memudahkan pemahaman materi.26 Penyederhanaan tersebut dapat terlihat dari pengorganisasian konsep dari teks dalam pustaka stoikiometri yang dipilih. Suatu struktur global harus menunjukkan keterpaduan hubungan dan keutuhan hierarki antar konsep.
Struktur global yang dihasilkan akan menjadi tautan utama dalam hiperteks, di mana unit-unit informasi yang dikemas dalam bentuk simpul akan ditautkan ke teks uraian yang bersangkutan. Struktur global ini sesuai dengan tipe hiperteks berstruktur awal yang memiliki pola navigasi sebagaimana dijelaskan pada Bab II. Dengan demikian, struktur global dapat dijadikan dasar pengembangan hiperteks dan dapat dikelola sesuai dengan kriteria pengajaran, agar pengetahuan mudah dijangkau dan mudah diajarkan.26
Berikut struktur global yang diturunkan dari masing-masing teks stoikiometri. Struktur global dari pustaka 1 (global 1) memuat 11 (sebelas) makro utama. Struktur global dari pustaka 2 (global 2) memuat 16 (enam belas) makro utama. Sedangkan struktur global dari pustaka 3 (global 3) memuat 9 (sembilan) makro utama.
43
Pustaka 1 (Global 1) Buku Chemistry Matter and Its Changes (2000) karangan James E. Brady, Joel W. Russell, dan John R. Holum.16 Stoikiometri: hubungan kimia secara kuantitatif. Pendahuluan (a) Konsep mol. (b) Penentuan mol unsur dan senyawa. (c) Persen komposisi. (d) Rumus empiris dan rumus molekul. (e) Penulisan dan penyetaraan persamaan kimia. (f) Penggunaan persamaan kimia dalam perhitungan. (g) Perhitungan pereaksi pembatas. (h) Hasil teoritis dan persen hasil. (i) Reaksi dalam larutan. (j) Konsentrasi molar. (k) Stoikiometri reaksi dalam larutan.
Pustaka 2 (Global 2) Buku Chemistry; Structure and Dynamics (1996) karangan George M. Bodner, Lyman H. Rickard, dan James N. Spencer.17 Mol: penghubung antara dunia makroskopik dan atomik dalam kimia. (a) Dunia makroskopik, dunia atom, dan dunia lambang dalam kimia. (b) Massa sebuah atom. (c) Mol sebagai jembatan antara skala makroskopik dan skala atom. (d) Mol sebagai suatu kumpulan atom. (e) Pengubahan gram menjadi mol. (f) Rumus kimia. (g) Mol sebagai suatu kumpulan molekul. (h) Reaksi kimia dan hukum kekekalan atom. (i) Persamaan kimia sebagai pernyataan reaksi kimia. (j) Dua tinjauan persamaan kimia: molekul vs mol.
44
(k) Penyetaraan persamaan kimia. (l) Perbandingan mol dan persamaan kimia. (m) Stoikiometri (n) Penentuan rumus senyawa. (o) Analisis unsur. (p) Mur dan baud dalam pereaksi pembatas.
Pustaka 3 (Global 3) Buku Kimia Dasar; Konsep-Konsep Inti jilid 1 edisi ketiga (2003) karangan Raymond Chang yang dialihbahasakan oleh Muhamad Abdulkadir Martoprawiro dkk.18 Stoikiometri (a) Massa atom (b) Massa molar suatu unsur dan bilangan Avogadro. (c) Massa molekul. (d) Spektrometer massa. (e) Persen komposisi senyawa. (f) Penentuan rumus empiris melalui percobaan. (g) Reaksi kimia dan persamaan kimia. (h) Jumlah pereaksi dan produk. (i) Pereaksi pembatas dan hasil reaksi.
Analisis struktur global dari ketiga pustaka stoikiometri belum bisa dilakukan secara mendasar karena setiap makro utama tidak bersesuaian secara langsung dan memiliki tingkat abstraksi yang cukup tinggi.
Struktur global tidak
menunjukkan konsep-konsep yang lebih terinci yang harus ada dalam topik stoikiometri. Karena itu diperlukan rincian konsep/prinsip dari topik stoikiometri sebagai dasar analisis agar dapat ditentukan struktur global dari pustaka mana yang akan dijadikan kerangka dasar pada penyusunan hiperteks.
IV.1.2 Analisis Konsep/Prinsip
45
Kajian lebih mendalam terhadap ketiga pustaka stoikiometri dilakukan untuk membuat rincian konsep/prinsip dan subkonsep yang terkandung di dalam pustaka masing-masing. Rincian konsep/prinsip dan subkonsep yang diperoleh dari ketiga pustaka dikelompokkan menjadi 8 (delapan) makro utama, masing-masing terdiri dari beberapa konsep yang lebih spesifik sebanyak 29 (dua puluh sembilan) konsep.
Untuk mengetahui pustaka mana yang memuat konsep lebih lengkap tentang stoikiometri, maka dibuat daftar konsep hasil gabungan dari ketiga pustaka, kemudian konten dari masing-masing pustaka dikaji. Hasil kajian ketiga pustaka dibuat daftar periksa (checklist) seperti terlihat pada Tabel IV.1.
Tabel IV.1
Analisis kesesuaian konsep. Pustaka 1 2 3
No .
Makro Utama
Konsep
1
Tiga dunia
2
Massa atom
3
Mol
4
Rumus kimia
5
Persamaan kimia
Pengertian tiga dunia Tinjauan tiga dunia Spektrometer massa Massa atom relatif Satuan massa atom Massa atom rata-rata Pengertian mol Massa molar Mol sebagai jembatan kimia Bilangan Avogadro Mol unsur Mol senyawa Pengubahan jumlah atom – mol - massa Massa rumus (massa molekul) Persen massa (komposisi) Rumus empiris Rumus molekul Pengertian persamaan kimia Penyetaraan persamaan kimia Hukum kekekalan massa
46
√ √ √ √ √
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √
√ √ √ √ √ √ -
√ √ √ √ √ √ √
√ √ √ √ √ √ -
-
6
Stoikiometri reaksi
7
Stoikiometri larutan
8
Perhitungan
Molekul vs mol Hasil teoritis dan persen hasil Pereaksi pembatas Analogi pereaksi pembatas Kemolaran Pengubahan mol - kemolaran Pengenceran larutan Kesetaraan stoikiometri Analisis unsur
√ √ √ √ √ √ √
√ √ √ √ √
√ √ √
Berdasarkan tabel tersebut, maka pustaka 1 memuat 18 (delapan belas) konsep, pustaka 2 memuat 25 (dua puluh lima) konsep, sedangkan pustaka 3 memuat 19 (sembilan belas) konsep dari 29 konsep yang dirumuskan. Dengan demikian pustaka 2 memiliki konten yang lebih lengkap dibanding dengan kedua pustaka lainnya. Selain itu pada pustaka 2 terdapat satu pendekatan baru yang digunakan dalam menjelaskan konsep mol, yang merupakan konsep dominan dalam topik stoikiometri, yaitu pendekatan tentang tiga dunia dalam kimia.
Pendekatan tentang tiga dunia cukup menarik untuk disampaikan, dan diharapkan dengan menggunakan pendekatan ini dapat meningkatkan wawasan pembaca tentang ilmu kimia. Ilmu kimia ini seringkali dipandang sebagai ilmu yang rumit, terutama oleh orang yang baru pertama kali belajar kimia. Kerumitan tersebut disebabkan oleh “bahasa” yang dipakai oleh para kimiawan tidak mudah dipahami. Hal ini terkait dengan adanya tiga dunia yang sangat berbeda di dalam ilmu kimia, yaitu dunia makroskopik (macroscopic), dunia atom (atomic), dan dunia lambang (symbolic).17
Dunia makroskopik, atau disebut juga skala makroskopik, yaitu skala pengukuran dengan objek yang dapat dilihat oleh mata telanjang. Skala makroskopik ini di antaranya menyangkut sebagian besar alat dan bahan yang digunakan pada percobaan di laboratorium.
Dunia atom menunjukkan implikasi percobaan
tersebut dalam tingkatan atom atau molekul, yaitu tentang bagaimana karakteristik dan tingkah-laku dari atom-atom atau molekul yang terjadi selama percobaan berlangsung.17
47
Sedangkan dunia lambang merupakan “bahasa” yang seringkali digunakan oleh para kimiawan di mana zat-zat hanya dituliskan dalam lambang dan suatu proses kimia pun dituliskan dalam persamaan kimia yang terdiri dari lambang-lambang atau rumus zat.
Penggunaan lambang ini bisa mewakili skala makroskopik
maupun skala atom. Misalnya penulisan lambang H2O, lambang tersebut bisa mewakili air pada skala makroskopik yang merupakan zat cair bening tak berwarna sebagaimana sudah dikenal dalam kehidupan sehari-hari, bisa juga mewakili sebuah molekul pada dunia atom yang terdiri dari 2 buah atom hidrogen dan 1 buah atom oksigen.17
Dalam pustaka 2, konsep mol dinyatakan sebagai jembatan kimia yang menghubungkan antara skala makroskopik dan skala atom. Contohnya skala makroskopik dinyatakan dalam gram suatu zat, sedangkan skala atom ditunjukkan oleh jumlah atom dalam gram zat yang diketahui.
Konsep mol dapat
menghubungkan kedua skala (dunia) tersebut.
Berdasarkan 2 hal di atas, muatan konsep yang lebih lengkap dan adanya pendekatan baru dalam menjelaskan konsep mol yaitu tentang tiga dunia, maka struktur global dari pustaka 2 dipilih sebagai struktur global utama.
IV.1.3 Struktur Makro Setelah dibuat rincian konsep lengkap dan dipilih struktur global dari pustaka 2 sebagai struktur global utama, maka pekerjaan berikutnya adalah membuat struktur makro yang akan dijadikan sebagai tautan utama dalam hiperteks. Struktur makro tersebut merupakan gabungan dari seluruh konsep dalam ketiga pustaka stoikiometri sebagaimana tercantum pada Tabel IV.1.
Penyusunan struktur makro dilakukan dengan menguraikan struktur global utama ke dalam kelompok-kelompok konsep yang lebih spesifik tersebut. Penurunan struktur global dan struktur makro dilakukan dengan tetap memperhatikan keterpaduan antar konsep dan hubungan hierarkinya. Keterpaduan konsep
48
ditunjukkan dengan menyimpan konsep-konsep yang saling terkait secara langsung dalam satu makro, misalnya konsep tentang massa atom relatif, satuan massa atom, dan massa atom rata-rata disimpan dalam makro massa atom. Sedangkan hubungan hierarki antar konsep ditunjukkan dengan menyimpan konsep-konsep secara urut dari atas ke bawah, misalnya makro tentang mol unsur disimpan di sebelah atas dari makro tentang mol senyawa. Dengan demikian diharapkan struktur ilmu tetap terjaga, makro dan konsep yang disimpan di sebelah atas dapat menjadi dasar untuk menjelaskan konsep di bawahnya, dan konsep di bawah dapat menjelaskan konsep di bawahnya lagi.
Untuk
menghindari tampilan teks yang terlalu panjang dalam setiap simpul di dalam hiperteks, maka setiap konsep bisa ditampilkan dalam beberapa bagian, tetapi tetap dengan menjaga keutuhan konsep dan struktur teks.
Struktur global dan makro yang dihasilkan terdiri dari 12 makro utama yaitu tiga dunia dalam kimia, massa atom, konsep mol, mol unsur, mol senyawa, persamaan kimia, stoikiometri reaksi, penentuan rumus senyawa, analisis unsur, pereaksi pembatas, hasil teoritis dan persen hasil, serta reaksi larutan. Masing-masing makro utama tersebut terdiri dari beberapa konsep/prinsip sehingga dihasilkan struktur makro sebagaimana diuraikan di bawah ini.
STRUKTUR MAKRO STOIKIOMETRI 1.
Tiga dunia dalam kimia (a) Tinjauan tiga dunia (b) Peranan dunia lambang
2.
Massa atom (a) Massa atom relatif (b) Satuan massa atom (c) Massa atom rata-rata
3.
Konsep Mol (a) Pengertian mol (b) Massa molar
49
(c) Mol sebagai jembatan kimia 4.
Mol unsur (a) Bilangan Avogadro (b) Pengubahan jumlah atom – massa (c) Pengubahan massa – mol (d) Pengubahan mol – massa – jumlah atom
5.
Mol senyawa (a) Rumus kimia (b) Perbandingan atom (c) Kesetaraan stoikiometri
6.
Persamaan kimia (a) Hukum kekekalan massa (b) Pengertian persamaan kimia (c) Wujud zat (d) Tinjauan molekul vs mol (e) Penyetaraan persamaan kimia (f) Perbandingan mol dalam persamaan kimia
7.
Stoikiometri reaksi (a) Tahap perhitungan (b) Stoikiometri dari Breathalyzer
8.
Penentuan rumus senyawa (a) Rumus empiris (b) Rumus molekul
9.
Analisis unsur
10. Pereaksi pembatas (a) Pemodelan pereaksi pembatas (b) Grafik pereaksi pembatas (c) Analogi mur dan baut 11. Hasil teoritis dan persen hasil 12. Reaksi larutan (a) Reaksi antar dua jenis larutan (b) Reaksi antara larutan dan bukan larutan
50
(c) Konsentrasi larutan (d) Pengenceran larutan (e) Stoikiometri dalam reaksi larutan Struktur global dan makro ini selanjutnya menjadi struktur awal dari hiperteks yang sekaligus berfungsi sebagai tautan utama atau menu.
Untuk tetap
mempertahankan keutuhan dan hierarki antar konsep, maka tampilannya dalam hiperteks dibuat dalam bentuk diagram pohon.
IV.2 Representasi Teks Berdasarkan hasil penggabungan struktur makro dan struktur global dari ketiga pustaka stoikiometri dengan mengambil konsep-konsep yang bersesuaian, maka selanjutnya dibuat representasi teks untuk teks masukan ke dalam hiperteks. Representasi ini dibuat dengan cara mengembangkan struktur global dan struktur makro yang telah dihasilkan pada kajian sebelumnya. Pendekatan dan tahapan analisis yang secara keseluruhan didasarkan pada pekerjaan analisis teks diterapkan dengan memadukan pandangan menurut disiplin kebahasaan dan logika agar keutuhan dan hierarki konsep bisa tetap dipertahankan.
Berikut ini representasi teks yang akan dibuat menjadi teks dasar (teks masukan) untuk hiperteks.
REPRESENTASI TEKS STOIKIOMETRI 1.
Tiga dunia dalam kimia (a) Pengertian tiga dunia Menjelaskan
pengertian
tiga
dunia
dalam kimia,
yaitu
dunia
makroskopik, dunia atom, dan dunia lambang. (b) Tinjauan tiga dunia Memberi contoh tinjauan tiga dunia, misalnya air dapat ditinjau dalam dimensi yang berbeda menurut tiga dunia dalam kimia. (c) Peranan dunia lambang
51
Menjelaskan
bahwa
dunia
lambang
seringkali mewakili dunia
makroskopik sekaligus dunia atom. 2.
Massa atom (a) Massa atom relatif Mendefinisikan massa atom relatif berdasarkan prinsip kerja alat spektrometer massa menggunakan isotop atom karbon-12 sebagai standar. (b) Satuan massa atom Menjelaskan pengertian satuan massa atom (sma) sebagai suatu massa yang besarnya tepat sama dengan seperduabelas massa dari satu atom karbon-12. (c) Massa atom rata-rata Menjelaskan tentang massa atom rata-rata yang sering juga disebut berat atom, dan menunjukkan karakteristik dari nilai rata-rata.
3.
Mol sebagai jembatan kimia (a) Pengertian mol Menjelaskan bahwa satu mol dari suatu zat mengandung jumlah partikel unsur yang sama dengan jumlah atom dalam 12,000 gram isotop C-12. (b) Massa molar Menjelaskan satu mol unsur apa saja memiliki massa dalam gram yang sama dengan berat atom unsur tersebut. (c) Jembatan kimia Menjelaskan konsep mol adalah konsep yang menjembatani massa suatu zat (skala makroskopik) dengan jumlah atom di dalamnya (skala atom).
4.
Mol unsur (a) Bilangan Avogadro Menjelaskan tentang bilangan Avogadro dan bagaimana bilangan tersebut diperoleh. (b) Mol sebagai kumpulan atom Mendefinisikan mol unsur sebagai kumpulan atom dari unsur-unsur. (c) Pengubahan jumlah atom – massa
52
Menjelaskan pemilihan faktor satuan yang tepat dalam pengubahan jumlah atom – massa. 5.
Pengubahan massa – mol – jumlah atom (a) Perhitungan Memberi contoh perhitungan yang menggunakan massa molar suatu unsur untuk pengubahan massa – mol, dan bilangan Avogadro untuk pengubahan mol – jumlah atom. (b) Latihan Memberi soal-soal latihan.
6.
Rumus kimia Menjelaskan bahwa rumus kimia menunjukkan komposisi unsur-unsur penyusun senyawa berdasarkan angka subskrip.
7.
Kesetaraan stoikiometri (a) Perbandingan atom Menjelaskan perbandingan mol atom dalam suatu senyawa selalu sama dengan perbandingan jumlah atom-atom tunggalnya. (b) Pengertian kesetaraan stoikiometri Menjelaskan kesetaraan stoikiometri dari dua jenis unsur dalam suatu rumus kimia, serta memberi contoh tentang kesetaraan stoikiometri.
8.
Mol senyawa (a) Mol sebagai kumpulan molekul Menjelaskan mol senyawa sebagai kumpulan molekul. (b) Pengubahan mol – massa – jumlah molekul - jumlah atom Menjelaskan pengubahan mol – massa senyawa menggunakan massa molar, pengubahan massa – jumlah molekul menggunakan bilangan Avogadro,
dan
pengubahan
jumlah
molekul
–
jumlah
atom
menggunakan rumus kimia. 9.
Hukum kekekalan massa Menjelaskan bahwa materi tetap dipertahankan jumlah dan massanya dalam reaksi kimia.
10. Persamaan kimia (a) Pengertian persamaan kimia
53
Menjelaskan pengertian dan cara penulisan persamaan kimia. (b) Wujud zat Menginformasikan lambang-lambang yang digunakan untuk menyatakan wujud zat dalam reaksi kimia. 11. Tinjauan molekul vs mol Menjelaskan bahwa persamaan kimia seringkali ditinjau dari dua pemahaman yang berbeda, yaitu tinjauan molekul dan mol, tetapi keduanya tetap berpegang pada kesetaraan reaksi. 12. Penyetaraan persamaan kimia (a) Tips penyetaraan Menginformasikan tips penyetaraan persamaan kimia. (b) Tahap penyetaraan Memberi langkah-langkah umum dalam penyetaraan persamaan kimia. 13. Perbandingan mol dalam persamaan kimia (a) Hubungan mol antar zat Menjelaskan hubungan mol antar zat dalam reaksi kimia didasarkan pada koefisien reaksi. (b) Manfaat reaksi setara Menjelaskan manfaat reaksi setara untuk meramalkan jumlah zat yang diperlukan dalam suatu reaksi. 14. Stoikiometri reaksi (a) Tahap perhitungan Menjelaskan tahap-tahap umum dalam perhitungan stoikiometri reaksi. (b) Stoikiometri dari Breathalyzer Menjelaskan prinsip stoikiometri dalam alat Breathalyzer untuk menentukan kadar alkohol dalam darah. 15. Penentuan rumus senyawa (a) Rumus empiris Menjelaskan cara penentuan rumus empiris suatu senyawa berdasarkan persen komposisinya. (b) Rumus molekul
54
Menjelaskan cara penentuan rumus molekul suatu senyawa berdasarkan persen komposisi dan berat molekulnya. 16. Analisis unsur Contoh analisis cuplikan Menjelaskan analisis unsur dari cuplikan tertentu, umumnya senyawa karbon, berdasarkan reaksi pembakaran senyawa tersebut sehingga diperoleh persen komposisi dari unsur-unsurnya. 17. Pereaksi pembatas (a) Pemodelan pereaksi pembatas Menjelaskan konsep pereaksi pembatas menggunakan pemodelan gambar (alat peraga). (b) Grafik pereaksi pembatas Menjelaskan konsep pereaksi pembatas melalui grafik tentang jumlah zat-zat yang bereaksi. (c) Analogi mur dan baut Menjelaskan konsep pereaksi pembatas dengan analogi mur dan baut. 18. Hasil teoritis dan persen hasil Menjelaskan bahwa hasil sebenarnya dari suatu reaksi tidak selalu sama dengan hasil perhitungan stoikiometri. 19. Reaksi larutan (a) Reaksi antar dua jenis larutan Memberi contoh reaksi antara dua jenis larutan yang menghasilkan endapan. (b) Reaksi antara larutan dan bukan larutan Memberi contoh reaksi antara larutan dan bukan larutan yang menghasilkan gas. (c) Konsentrasi larutan Menjelaskan pengertian kemolaran sebagai pernyataan konsentrasi larutan. (d) Penentuan mol Menjelaskan penentuan mol zat yang diketahui kemolaran dan volumenya.
55
20. Pengenceran larutan Menjelaskan bahwa pada pengenceran larutan, jumlah zat terlarut tidak berubah. 21. Stoikiometri dalam reaksi larutan Memberi contoh perhitungan stoikiometri dalam reaksi larutan. Pada representasi teks di atas, struktur global dan struktur makro mengalami pengembangan dari 12 (dua belas) menjadi 21 (dua puluh satu) makro utama yang masing-masing terdiri dari beberapa konsep/prinsip. Pengembangan ini dilakukan untuk menghindari paparan informasi (data) yang terlalu banyak di setiap simpul yang akan dibuat pada tampilan hiperteks.
Representasi teks ini kemudian dikembangkan dengan penambahan informasiinformasi pendukung, gambar-gambar, contoh soal dan latihan yang bersumber pada tiga pustaka stoikiometri terpilih menjadi teks dasar (teks masukan) untuk dibuat hiperteks. Teks dasar (teks masukan) tercantum pada bagian Lampiran 1.
IV.3 Pengalihan Teks Menjadi Hiperteks Teks dasar (teks masukan) yang diperoleh dari representasi teks hasil analisis ketiga pustaka dialihkan dalam bentuk hiperteks. Pengalihan representasi tekstual menjadi hipertekstual secara mendasar berkenaan dengan pengalihan fungsi dari model representasi teks menjadi model representasi hiperteks. Karakteristik utama dari hiperteks adalah pengelolaan informasi (data) yang akan ditampilkan dalam suatu jaringan simpul yang terhubung satu sama lain oleh tautan.
Pengalihan teks menjadi hiperteks dilakukan dengan menggunakan program eXelearning dan Mozilla Firefox. Fasilitas iDevice (instructional Device) yang digunakan antara lain tujuan, pengetahuan awal, teks bebas, aktivitas membaca, studi kasus, refleksi, dan pilihan ganda. Penggunaan iDevice tersebut dilakukan untuk mendukung aspek interaktivitas hiperteks.
56
Tampilan menu iDevice terletak pada layar komputer jendela kiri bagian bawah sebagaimana ditunjukkan pada Gambar IV.1, sedangkan di bagian atas dari jendela kiri terdapat menu struktur global dan struktur makro sebagai tautan utama.
Gambar IV.1 Menu iDevice Berdasarkan iDevice yang tersedia, maka teks dasar (teks masukan) tentang topik stoikiometri diformat sedemikian rupa sehingga tampilannya lebih interaktif. Konten yang bersifat informasi umum ditampilkan dalam bentuk teks bebas seperti pada gambar IV.2. Pada gambar tersebut muncul informasi umum tentang pengertian massa atom relatif dan cara memperolehnya dengan menggunakan spektrometer massa, informasi tersebut ditampilkan dalam teks bebas pada jendela kanan saat diklik menu tentang massa atom relatif pada jendela kiri.
57
Gambar IV.2 Tampilan teks bebas. Contoh-contoh soal dan pembahasannya bisa ditampilkan dalam bentuk interaktif seperti pada Gambar IV.3.
Permasalahan atau kasus dipaparkan pada layar
komputer dan dapat langsung dibaca, sedangkan pembahasannya disembunyikan dulu untuk memberi kesempatan pada pembaca memikirkan penyelesaian tersebut.
Pembahasan tersebut bisa dimunculkan dengan “klik di sini” yang
terdapat di sebelah kiri bawah dari teks.
58
Gambar IV.3 Tampilan contoh soal. Soal-soal latihan yang ditampilkan dalam bentuk pilihan ganda terlihat pada Gambar IV.4. Pada latihan tersebut disediakan petunjuk pengerjaan soal yang bisa dimunculkan saat diklik ikon untuk petunjuk (hint) yang terletak di sebelah atas dari pilihan jawaban (option). Di depan masing-masing pilihan jawaban ada ikon berupa lingkaran yang dapat diklik oleh pembaca sesuai dengan jawaban yang dipilih. Jika jawaban salah maka akan muncul komentar tentang jawaban salah di bagian bawahnya, dan jika jawaban yang dipilih benar maka akan muncul komentar tentang jawaban benar dilengkapi dengan uraian pembahasan.
59
Gambar IV.4 Tampilan soal latihan pilihan ganda. Demikianlah teks dasar (teks masukan) dialihkan ke dalam tampilan hiperteks. Tampilan dua jendela dimaksudkan untuk memperlihatkan struktur keilmuan dan struktur teks dari setiap konsep. Jendela kiri yang berisi struktur global dan struktur makro merupakan dasar (menu utama) untuk navigasi hiperteks. Pada jendela kiri, pembaca dapat menentukan di mana posisinya dan memperkirakan ke mana akan bergerak mulai dari konsep paling global sampai ke konsep paling spesifik. Dalam hal ini, struktur global dan struktur makro mewadahi kepentingan scanning dari pembaca.
Konsep-konsep pada struktur global dan struktur makro berfungsi sebagai tautan utama yang jika diklik maka akan memunculkan teks dari konsep yang bersangkutan pada jendela kanan. Di dalam teks itu sendiri, ada bagian-bagian yang masih bisa diklik untuk mendapatkan penjelasan lebih jauh. Dalam hal ini, tautan dalam struktur makro mewadahi kepentingan browsing dari pembaca, sedangkan tautan di dalam teks mewadahi kepentingan querying.
60
IV.4 Peranan Hiperteks dalam Membangun Pengetahuan Salah satu sifat utama dari hiperteks yang dianggap menguntungkan adalah kemampuannya untuk menampung sejumlah besar informasi. Tetapi bagaimana menampilkan informasi yang dapat meningkatkan pemahaman pembaca terhadap materi bergantung pada kemampuan penulis hiperteks.
Untuk penulisan
hiperteks, selain perlu pemahaman konsep dalam materi terkait, juga dibutuhkan pengetahuan tentang cara penulisan. Di satu sisi materi harus tampil utuh dan terpadu, sementara di sisi lain tampilan dibatasi oleh luas layar komputer. Dengan demikian maka dalam mendesain hiperteks, harus dijaga struktur hierarki dari konsep-konsep dan tampilan per layar harus memenuhi syarat keutuhan dan keterpaduan.
Terdapat perbedaan penting dalam penerapan kriteria keterpaduan antara teks sekuensial dengan hiperteks yaitu dalam konteks bagaimana pembaca membangun representasi mental waktu membaca. Pada penulisan teks sekuensial, penulis lebih mengutamakan keterpaduan dalam teks yang dihasilkan (produk). Sedangkan pada penulisan hiperteks, harus diperhatikan juga keterpaduan dalam cara (proses) membangun pengetahuan itu sendiri. Prinsip keterpaduan dalam hiperteks diwadahi oleh fungsi struktur global dan struktur makro serta aturan navigasinya.
Untuk menangani permasalahan mendasar yang muncul dari sifat nonsekuensial hiperteks, yaitu permasalahan tentang disorientasi dalam navigasi, maka halaman jaringan perlu dilengkapi dengan fasilitas antar-muka bagi pembaca. Antar-muka ini, seperti telah dibahas sebelumnya, adalah hasil penerapan model representasi teks terhadap topik tertentu dengan memperhatikan level-level dari setiap simpul sebagai peta navigasi. Model tersebut diharapkan dapat memperkecil masalah disorientasi karena pembaca bisa tetap mengetahui kedudukan navigasinya dan keterpaduan antar konsep di dalamnya.
61
Agar
strategi
membaca
dapat
membantu
pembaca
dalam membangun
pengetahuan, maka tampilan hiperteks harus “mudah diakses” oleh pembaca. Pengertian “mudah diakses” di sini menyangkut kategori pemahaman pembaca yang menggambarkan partisipasinya dalam membangun pengetahuan melalui hiperteks. Kategori tersebut meliputi intelligible (dipahami karena konsep-konsep dilihat terpadu dan mempunyai konsistensi internal), plausible (dipahami karena sesuai dengan dasar pengetahuan yang sudah dimiliki), fruitful (bernilai lebih dari yang sudah dipahami karena memberi penjelasan yang bermanfaat).
Mekanisme dari keseluruhan interaksi dimulai dengan menginformasikan konsep (informing), jika yang menjadi target adalah konten dan respon yang diharapkan adalah intelligible. Fungsi kognitif tersebut dipilih untuk memperkenalkan topik baru dengan pembaca bertugas hanya menyimak tanpa memfungsikan keterampilan intelektualnya. Dalam hal ini umumnya digunakan iDevice dalam bentuk teks bebas.
Jika konten sudah dianggap memadai untuk suatu topik, maka beralih pada fungsi untuk menggali konsep (eliciting) agar konsep yang sudah ada dapat dibangun menjadi pengetahuan. Pada tahap ini, penggunaan hiperteks diharapkan dapat memenuhi kondisi plausible. Untuk itu, tampilan hiperteks dilengkapi dengan contoh soal dan pembahasannya atau studi kasus dan aktivitas membaca.
Kemudian untuk memantapkan bangunan pengetahuan yang terbentuk maka hiperteks beralih pada fungsi mengarahkan konsep (directing) melalui tahap-tahap penyelesaian masalah secara luas maupun permasalahan dalam kehidupan seharihari. Fungsi ini ditampilkan lewat soal-soal latihan. Dalam hal ini diharapkan tercapai kondisi fruitful.
Dengan cara demikian, hiperteks diharapkan dapat
membantu pembaca dalam membangun pengetahuan.
62