16
HASIL DAN PEMBAHASAN Pemeriksaan USG dilakukan terhadap 17 ekor anjing dengan kasus kelainan organ hepatobilliari. Berdasarkan interpretasi tersebut didapatkan 7 kasus kelainan pada hati dan 10 kasus kelainan pada kantung empedu.
Kelainan Pada Hati Kelainan yang ditemukan pada hati berupa tumor hati, hepatitis, dan kongesti hati seperti yang terlihat pada Tabel 1. Tabel 1.Kasus-kasus kelainan yang ditemukan pada hati Kasus
Signalement
Interpretasi USG
Diagnosa USG
1
Bubu/Dalmatian/ 9 tahun
Hepatomegali, massa multinodul, tekstur tidak homogen
Tumor hati (limfoma)
2
Chubby/Shih Tzu/ 8 tahun
Hepatomegali, massa pada parenkim
Tumor hati (neoplasia primer)
3
Joy/Cocker spaniel/ 9 tahun
Hepatomegali, massa multinodul, tekstur tidak homogen
Tumor hati (neoplasia primer)
4
Zigi/Mix labrador/ 12 tahun
massa multinodul, tekstur tidak homogen
Tumor hati (metastasis)
5
Chibby/Cocker spaniel/ 5 tahun
Hepatomegali, pembuluh darah aktif
Hepatitis
6
Bobby/Dachsund/ 15 tahun
Hepatomegali, distensi vena hepatika
Kongesti hati, hepatitis
7
Whisky/Golden retriever/ 7 tahun
Pembesaran diameter vena hepatika dan vena porta
Kongesti hati
Kasus Tumor Kasus tumor hati ditemukan pada empat ekor anjing. Interpretasi terhadap hasil sonogram kasus tumor hati dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Perubahan yang teramati melalui USG pada hati akibat kasus tumor Kasus
Signalement
1 2
Perubahan yang teramati Bentuk tumor
Ukuran hati
Ekhogenitas
Bubu/Dalmatian/ 9 tahun
multinodul
Membesar
mixed (hypohyperechoic)
Chubby/Shih Tzu/ 8 tahun
bulat
Membesar
mixed (an-hypoechoic)
17
3
Joy/Cocker spaniel/ 9 tahun
multinodul
membesar asimetris
mixed (an-hypohyperechoic)
4
Zigi/Mix labrador/ 12 tahun
multinodul
Membesar
hypoechoic
Pada sonogram kasus 1 (Gambar 5) terlihat lobus kanan dan tengah memiliki tekstur yang tidak homogen dengan ekhogenitas berupa mix
hypo-
hyperechoic. Selain itu terlihat adanya massa multinodul berbentuk bulat dengan ukuran bervariasi yang menyebar di bagian lobus kanan dan tengah. Di bagian kaudal lobus tengah terdapat suatu massa berbentuk bulat dengan permukaan yang tidak rata dan terlihat hypoechoic. Massa tersebut memiliki diameter 4,5-5,5 cm. Pemeriksaan dengan menggunakan color flow Doppler menunjukkan bahwa massa tersebut adalah jaringan lunak dengan vaskularisasi sangat aktif. Secara keseluruhan ukuran hati mengalami pembesaran.
B
A
Gambar 5.
Sonogram hati pada kasus tumor 1. (A) Tekstur lobus kanan hati terlihat tidak homogen; (B) Massa yang terdapat di kaudal lobus tengah hati.
Hasil interpretasi dari tekstur parenkim hati yang memiliki echogenitas mixed hypo-hyperechoic dan perbesaran ukuran hati secara menyeluruh merupakan tanda dari kasus limfoma atau metastasis tumor. Sedangkan massa di bagian kaudal lobus tengah yang memiliki ekhogenitas hypoechoic dapat didiagnosa sebagai kasus limfoma, metastasis, primary hepatic neoplasia, atau hematoma. Jika hasil interpretasi dari dua bagian tersebut digabungkan maka dapat disimpulkan bahwa jenis tumor pada kasus 1 adalah limfoma (d‟Anjou 2008). Menurut Mannion (2006), sonogram pada kasus limfoma hati akan
18
menunjukkan peningkatan ekhogenitas parenkim hati secara menyeluruh disertai dengan perbesaran ukuran hati. Namun Kealy et.al (2011) menyatakan bahwa sonogram kasus limfoma hati dapat menunjukkan penurunan ekhogenitas parenkim hati secara menyeluruh pada kondisi benign limfoma. Peningkatan ekhogenitas parenkim secara menyeluruh akan terlihat pada keadaan malignant limfoma. Limfoma merupakan salah satu malignansi paling umum yang terjadi pada anjing. Beberapa ras yang memiliki prevalensi tinggi terhadap limfoma diantaranya boxers, Scottish terriers, basset hounds, Airedale terriers, chow chows, German sheperds, poddles, St. Bernards, English bulldogs, beagles, dan golden retrievers.
Berdasarkan distribusi anatomi pada tubuh, limfoma
diklasifikasikan menjadi multisentrik, alimentarius, mediastinal, ekstranodul, dan kutaneus. Limfoma pada hati termasuk kedalam limfoma alimentarius. Menurut Morrison (2005),
hasil pemeriksaan terhadap limfoma alimentarius dengan
menggunakan radiografi dan ultrasonografi akan menunjukkan penebalan saluran gastrointestinal (focal atau diffuse), hilangnya lamina dinding usus dan lambung, limpadenomegali regional, hepatomegali, dan splenomegali. Pada sonogram kasus 2 (Gambar 6) terlihat tekstur lobus kanan, kiri dan tengah homogen dengan ekhogenitas mixed hypo-hyperechoic. Pada lobus tengah dan kiri ditemukan massa berbentuk elips dengan ekhogenitas mixed anhypoechoic. Massa I memiliki ukuran 5,0x2,3 cm sedangkan massa II memiliki ukuran 4,5x3,7 cm dengan ekhogenitas yang lebih anechoic. Batas marginasi kedua massa tersebut terlihat dengan jelas. Pemeriksaan dengan menggunakan color flow Doppler menunjukkan vaskularisasi pada kedua massa tersebut sangat aktif. Ukuran hati mengalami pembesaran menyeluruh. Pada kasus 2 terdapat 2 massa yang menempel pada hati. Massa I memiliki ekhogenitas mixed an-hypoechoic sedangkan massa II lebih anechoic. Menurut d‟Anjou (2008), keberadaan suatu massa pada hati dengan echogenitas mixed dapat didiagnosa sebagai nodular hiperplasia, primary neoplasia, metastasis, dan hematoma. Sedangkan massa dengan ekhogenitas an-hypoechoic dapat didiagnosa sebagai tumor cystic, nekrosis, abses, dan hematoma. Dari
19
differensial diagnosa kedua massa tersebut dapat disimpulkan bahwa tumor pada kasus 2 merupakan neoplasia primer.
A
B
Gambar 6. Sonogram hati pada kasus tumor 2. (A) Pemeriksaan massa I menggunakan color flow Doppler menunjukkan vaskularisasi yang aktif; (B) Terlihat Massa II menekan kantung empedu di sebelah kanannya. Pada sonogram kasus 3 (Gambar 7) terlihat tekstur lobus kanan, kiri dan tengah tidak homogen dan terdapat bentukan massa multinodul dengan ekhogenitas mixed (an-hypo-hyperechoic). Ukuran nodul bervariasi dengan diameter rata-rata 1 cm. Ukuran hati terkesan membesar dengan bentuk asimetris.
A
Gambar 7.
B
Sonogram hati pada kasus tumor 3. (A) Terlihat adanya massa multinodul (tanda panah) dengan mixed echogenitas pada lobus tengah hati; (B) Sonogram hati anjing normal
Menurut d‟Anjou (2008), adanya massa multi nodul dengan mixed ekhogenitas dapat didiagnosa sebagai nodular hiperplasia, neoplasia primer, metastasis, atau hematoma. Sedangkan pembesaran hati dengan bentuk asimetris
20
dapat didiagnosa sebagai neoplasia primer, metastasis, granuloma, thrombosis, atau hematoma. Jika diambil irisan dari differensial diagnosa dari kedua interpretasi tersebut, dapat disimpulkan bahwa jenis tumor pada kasus 3 adalah neoplasia primer hepatik. Neoplasia hepatik primer sangat jarang ditemukan pada anjing, persentasenya hanya 0,6% – 1,3% dari keseluruhan neoplasia pada anjing (Eves 2004), sedangkan menurut Shaw & Sherri (2006) persentase neoplasia pada anjing hanya 1%. Neoplasia hepatik primer cenderung muncul pada hewan tua sekitar umur 10-12 tahun. Ras dan jenis kelamin tidak menjadi predisposisi kejadian neoplasia primer. Kasus hepatik neoplasia primer umumnya muncul disertai dengan kombinasi beberapa abnormalitas seperti muntah, anoreksia, dan rasa tidak nyaman pada abdomen. Beberapa jenis neoplasia primer pada hati diantaranya hepatoma, bile duct cystadenoma, hepatocelluler carcinoma, dan cholangiocelluler carcinoma dengan ukuran 0,5-18 cm (Farrow 2003). Menurut Mannion (2006), neoplasia hepatik primer dapat berasal dari sel epiteliel atau mesenkim. Neoplasia tipe mesenkim biasanya berkembang menjadi neoplasia malignant (haemangiosarcoma, fibrosarcoma, leiomyosarcoma, dan ostesarcoma extra-skeletal) sedangkan neoplasia tipe epitelial umumnya merupakan neoplasia benign (hepatocellular adenoma dan cholangiocellular adenoma). Namun ada beberapa neoplasia malignant yang berasal dari sel epitelial yaitu hepatocellular carcinoma dan cholangiocellular carcinoma. Shaw & Sherri (2006) menyatakan bahwa neoplasma primer yang paling sering ditemukan pada anjing adalah hepatocelluler adenomas dan hepatocelluler carcinomas. Pada sonogram kasus 4 (Gambar 8) terlihat tekstur lobus kanan, kiri, dan tengah tidak homogen. Terdapat multi nodul hypoechoic dengan ukuran bervariasi pada lobus hati. Di bagian kaudal hati ditemukan massa hypoechoic berbentuk bulat, berdiameter sekitar 2 cm, dan memiliki batas kapsula yang jelas. Menurut d‟Anjou (2008), terbentuknya multi nodul & massa hypoechoic pada lobus hati memiliki beberapa differensial diagnosis, yaitu nodular hyperplasia, metastasis, lymphoma, hepatik neoplasia, atau hematoma. Setelah dilakukan pemeriksaan menyeluruh pada abdomen ditemukan abnormalitas pada limpa berupa splenomegali, kapsula limpa tidak rata, tekstur tidak homogen, terdapat nodul-
21
nodul hypo-hyperechoic dengan ukuran bervariasi, dan pembuluh darah pada limpa sangat aktif. Kondisi tersebut menunjukkan adanya tumor primer pada limpa dan bermetastasis ke hati.
B
A
Gambar 8.
Sonogram hati pada kasus tumor 4. (A) Terlihat tekstur hati tidak homogen, dengan nodul-nodul yang lebih hypoechoic; (B) Sonogram hati anjing normal
Untuk memastikan jenis tumor yang ada dalam setiap kasus maka diperlukan diagnosa lanjutan. Diagnosa lanjutan yang diperlukan adalah pemeriksaan laboratorium terhadap darah dan pengambilan sampel jaringan tumor dengan menggunakan teknik biopsi. Dalam menangani kasus tumor, terapi yang digunakan tergantung pada jenis, sifat malignant atau benign. maupun lokasi dari tumor. Terapi yang dapat dilakukan antara lain kemoterapi, penggunaan radiasi, tindakan bedah, atau kombinasi dari metode-metode tersebut. Jika tumor hanya terletak pada satu lokasi, maka penanganan yang dilakukan adalah dengan prosedur bedah untuk mengangkat tumor tersebut. Jika tumor telah menyebar ke limfonodus sekitarnya terkadang masih bisa diangkat dengan prosedur bedah. Namun jika tumor tidak bisa dihilangkan dengan prosedur bedah maka pilihan terapi yang memungkinkan adalah radiasi, kemoterapi, atau gabungan keduanya (Moscow & Jowan 2007).
Kasus Hepatitis Kasus hepatitis ditemukan pada dua ekor anjing. Kasus pertama ditemukan pada seekor Cocker spaniel berumur 5 tahun, sedangkan kasus kedua ditemukan pada seekor Dachshund berumur 15 tahun. Hasil sonogram dari kedua kasus
22
tersebut menunjukkan adanya pembesaran ukuran hati dan meningkatnya aliran pembuluh darah. Menurut d‟Anjou (2008), gambaran sonogram hepatitis ditandai dengan perubahan ekhogenitas parenkim hati menjadi mixed hypo-hyperecoic, diffuse hypoechoic (hepatitis akut) atau diffuse hyperechoic (hepatitis kronis). Pada sonogram kasus hepatitis juga ditandai dengan pembesaran ukuran hati secara menyeluruh dengan batas yang halus. Pada kasus pertama (Gambar
9), sonogram menunjukkan tekstur
parenkim hati homogen hypoechoic dengan kesan ukuran hati membesar. Pemeriksaan color flow Doppler menunjukkan aliran darah di dalam pembuluh darah pada hati sangat aktif. Pada kasus kedua (Gambar 10), kasus hepatitis disertai dengan kondisi kongesti vena hepatika
Gambar 9.
Sonogram hati pada kasus hepatitis 1. Dengan menggunakan color flow Dopller terlihat pembuluh darah pada hati sangat aktif.
.
Gambar 10.
Sonogram hati pada kasus hepatitis 2. Terlihat echogenitas dinding pembuluh darah hati meningkat (tanda panah).
23
Hepatitis merupakan peradangan yang terjadi pada hati. Hepatitis dapat disebabkan oleh berbagai jenis agen seperti virus, bakteri, fungi, cacing, toksin, dan metabolit lainnya. Namun hepatitis dapat muncul tanpa penyebab yang jelas, atau biasa disebut dengan idiopatik hepatitis atau hepatitis periportal (Kelly 1993). Penyebab kasus hepatitis yang paling sering ditemukan adalah infeksi oleh Canine adenovirus -1, keracunan aflatoksin, dan akumulasi metabolit copper (Boomkens et.al
2004). Beberapa ras anjing menjadi predisposisi hepatitis. Bedlington
terriers, Dobermann pinschers, West highland, White terriers, & Sky terriers secara herediter tidak memiliki kemampuan untuk mengeksresikan kandungan tembaga dalam empedu yang sering dikaitkan dengan akumulasi tembaga di dalam hati dan penyakit kronis pada hati (Nelson & Couto 2008). Bentuk paling umum dari hepatitis adalah hepatitis reaktif non spesifik, hepatitis akut, dan hepatitis kronis. Hepatitis reaktif non spesifik merupakan hepatitis yang terjadi akibat reaksi terhadap keberadaan endotoksin yang dihasilkan pada kondisi sepsis atau yang diserap dari gastrointestinal. Hepatitis akut dapat diakibatkan oleh infeksi, toksin, atau hypoxia hati. Hepatitis kronis merupakan bentukan hepatitis yang paling umum ditemukan. Hepatitis kronis disebabkan oleh reaksi peradangan autoimun yang biasanya disebabkan oleh infeksi virus namun dapat juga disebabkan oleh intoksikasi. Simptom yang muncul pada kasus hepatitis biasanya tidak spesifik, diantaranya penurunan nafsu makan, lesu, terkadang muncul poliuria/polidipsi, dan diare. Hepatoencephalopati dan acites hanya muncul pada hepatitis kronis yang sudah parah. Sedangkan jaundice tidak selalu muncul pada kasus hepatitis (Rothuizen & Van Den Ing 1998). Sonogram
pada
kasus
hepatitis
umumnya
menunjukkan
adanya
pembesaran ukuran hati secara menyeluruh dan perubahan echogenisitas dari parenkim hati. Hepatitis akut dapat dibedakan dengan hepatitis kronis melalui pemeriksaan ultrasonografi. Sonogram pada kasus hepatitis akut menunjukkan perubahan echogenisitas parenkim hati menjadi lebih hypoechoic, sedangkan sonogram pada kasus hepatitis kronis akan memperlihatkan parenkim hati menjadi lebih hyperechoic. Hepatitis kronis biasanya tidak menyebabkan
24
pembesaran ukuran hati meskipun terjadi infiltrasi neoplastik dalam jumlah besar(d‟Anjou 2008). Untuk mengetahui penyebab spesifik dari kasus hepatitis diperlukan diagnosa lanjutan berupa pemeriksaan laboratorium. Jika diperlukan maka dapat juga dilakukan aspirasi menggunakan jarum halus maupun biopsi jaringan. Pengobatan dilakukan berdasarkan kausa yang ditemukan. Tidak ada terapi spesifik
untuk kasus hepatitis akut, namun pemulihan dapat terjadi dengan
perlakuan terapi suportif. Untuk terapi kasus hepatitis kronis dapat dilakukan dengan terapi jangka panjang menggunakan prednisolone dan azathioprine. Dalam terapi kasus hepatitis kronis perlu juga diberikan obat antifibrotik dan obat hepatoprotektor. Obat antifibrotik yang sering digunakan adalah colchicine (0,03mg/kg BB, PO), sedangkan beberapa obat hepatoprotektor yang umum digunakan adalah ursodeoxycholic acid (10 mg/kg BB, PO), vitamin E 400 i.u (PO), dan s-adenosyl-l-methionine (18 mg/kg BB, PO) (Rothuizen & Van Den Ing 1998).
Kasus Kongesti Hati Kongesti hati ditemukan pada dua ekor anjing. Kasus pertama ditemukan pada seekor Dachshund berumur 15 tahun sedangkan kasus kedua ditemukan pada seekor Golden retriever berumur 7 tahun. Hasil sonogram dari kedua kasus tersebut menunjukkan pelebaran diameter (distensi) dari pembuluh darah yang ada di hati. Menurut d‟Anjou (2008), kongesti buluh darah di hati ditandai dengan membesarnya ukuran pembuluh darah, meningkatnya echogenisitas dinding buluh darah, dan disertai pembesaran hati (hepatomegali). Perubahan pada vaskularisasi hati lebih sering diakibatkan efek sekunder dari kelainan lain (Mannion 2006). Pada kasus pertama (Gambar 11A), kongesti terjadi pada vena hepatika. Pada sonogram terlihat echogenitas dinding vena hepatika meningkat menjadi lebih hyperechoic. Selain itu terlihat ukuran vena hepatika membesar (distensi) terutama bagian yang akan menuju vena kava kaudalis. Sedangkan pada kasus kedua (Gambar 11B) kongesti terjadi pada vena hepatika sekaligus vena porta. Pada sonogram terlihat adanya pembesaran diameter vena porta dan vena hepatika.
25
Distensi vena hepatika dan vena cava caudal dapat disebabkan oleh gagal ginjal kongestif atau obstruksi pada vena cava caudal. Distensi vena hepatika sering disertai dengan
kejadian acites. Sedangkan distensi vena porta dapat
disebabkan oleh hipertensi akibat efek sekunder dari gangguan hati, obstruksi vena porta, atau fistula pada hepatic arteriovenous. Kongesti hati yang parah dapat menimbulkan transudasi pada permukaan hati. Kondisi ini terjadi akibat dua kondisi: (1) kelainan pada sisi kanan jantung dan (2) akumulasi cairan pericardial dalam jumlah yang besar (Farrow 2003).
B
A
Gambar 11.
Sonogram hati pada kasus kongesti hati. (A) Terlihat pembesaran diameter vena hepatika disertai peningkatan echogenitas dinding pembuluh darah (tanda panah); (B) Terlihat pembendungan yang ditandai dengan pembesaran diameter vena porta.
Kongesti pada hati umumnya merupakan efek sekunder dari kelainan lain, sehingga terapi yang dapat dilakukan adalah pegobatan terhadap kelainan primer yang terjadi.
Kelainan pada kantung empedu Kelainan yang ditemukan pada kantung empedu berupa cholecystitis, cholelithiasis, dan mucocele seperti yang terlihat pada Tabel 3. Tabel 3.Kasus-kasus kelainan yang ditemukan pada kantung empedu Kasus
Signalement
Interpretasi USG
Diagnosa USG
1
Britney/Golden retriever/-
Penebalan dinding kantung empedu, echogenitas lumen meningkat (endapan)
Cholecystitis, mucocell
2
Stanley/Mixed/ 12 tahun
Penebalan dinding kantung empedu, endapan di lumen
Cholecystitis, mucocell
26
3
Funny/Mixed/ 5 tahun
Penebalan dinding kantung empedu
Cholecystitis
4
Mochi/Pom/ 5 tahun
Penebalan dinding kantung empedu
Cholecystitis
5
Bear/Chow chow/ 9 tahun
Penebalan dinding kantung empedu, massa padat (hyperechoic) di lumen kantung empedu
6
Baby/Golden retriever/ 1 tahun
Penebalan dinding kantung empedu, endapan di lumen kantung empedu
Cholecystitis, Mucocell
7
Boncel/Dachshund/ 8 tahun
Endapan di lumen
Mucocell
8
Momo/Mix/ 15 tahun
Endapan di lumen
Muocell
9
Mushu/Shih tzu/ 8 tahun
Endapan di lumen
Muocell
10
Morgan/Mini snautzer/ 12 tahun
Pembesaran lumen , endapan di lumen
Mucocell, dilatasi lumen
Cholecystitis, Cholelithiasis
Kasus Cholecystitis Cholecystitis ditemukan pada enam ekor anjing. Interpretasi terhadap hasil sonogram kasus cholecystitis dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Perubahan yang teramati pada sonogram kantung empedu akibat kasus cholecystitis Kasus
Perubahan yang teramati
Signalement (nama/ras/umur)
Dinding
Ukuran
Lumen
1
Stanley/Mixed/ 5 tahun
Menebal
Normal
Terdapat mucocele
2
Bear/Chow chow/ 9 tahun
Menebal
Normal
Terdapat cholelith
Menebal
Normal
Terdapat mucocele
3
Baby/Golden retriever/ 1 tahun
4
Britney/Golden retriever
5
Funny/Mixed/ 5 tahun
6
Mochi/Pom/ 5 tahun
Menebal disertai edema Menebal disertai edema Menebal
Normal
Normal
Normal
Ekhogenitas meningkat Ekhogenitas meningkat Ekhogenitas meningkat
27
Hasil sonogram dari keenam kasus tersebut umumnya menunjukkan penebalan dinding kantung empedu (hyperechoic). Menurut d‟Anjou (2008), gambaran sonogram dari cholecystitis tergantung dari derajat keparahan peradangan yang terjadi, namun umumnya cholecystitis ditandai dengan penebalan dinding kantung empedu (lebih dari 2-3mm) dengan
gambaran
sonogram berupa peningkatan echogenisitas dari dinding kantung empedu. Sedangkan Shaw & Sherri (2006) menyatakan bahwa sonogram dari kasus cholecystitis akan menunjukkan perbesaran kantung empedu, distensi saluran empedu, penebalan dinding kantung empedu, meningkatnya ekhogenitas lumen akibat peningkatan cairan empedu, dan terkadang ditemukan adanya cholelith. Penebalan dinding kantung empedu dapat disertai dengan edema pada dinding kantung empedu. Pada sonogram, edema terlihat sebagai daerah hypoechoic yang memisahkan dua garis hyperechoic pada dinding kantung empedu (Aissi & Slimani 2009). Pada kasus 1, 2, dan 3, terlihat dinding kantung empedu mengalami penebalan (hyperechoic) tanpa disertai dengan edema (Gambar 12). Penebalan dinding kantung empedu tersebut merupakan salah satu tanda bahwa kantung empedu mengalami peradangan
B
A
Gambar 12.
C
Sonogram kantung empedu pada kasus cholecystitis. (A) Sonogram kasus 1; (B) Sonogram kasus 2; (C) Sonogram kasus 3. Terlihat variasi penebalan dinding kantung empedu (tanda panah).
Pada kasus 4 dan 5, penebalan dinding kantung empedu disertai dengan edema. Hal ini terlihat pada sonogram berupa dua garis hyperechoic yang dipisahkan oleh suatu garis hypoechoic (Gambar 13). Garis hypoechoic yang berada diantara garis hyperechoic tersebut merupakan edema yang muncul akibat peradangan
28
A
Gambar 13.
B
Sonogram kantung empedu pada kasus cholecystitis dengan edema. (A) Penebalan dinding kantung empedu disertai edema pada kasus 4; (B) Penebalan dinding kantung empedu disertai dengan edema pada kasus 5.
Sedangkan pada kasus 6, penebalan dinding kantung empedu hanya terjadi pada bagian muara dekat duktus sistikus (Gambar 14 ). Hal ini menunjukkan bahwa peradangan yang terjadi bersifat ascenden dengan sumber infeksi berasal dari saluran pencernaan.
A
Gambar 14.
B
Sonogram kantung empedu pada kasus cholecystitis 6. (A) Terlihat adanya penebalan dinding kantung empedu pada bagian muara dekat duktus sistikus; (B) Sonogram kantung empedu normal
Cholecystitis merupakan peradangan yang terjadi pada kantung empedu yang bisa terjadi bersamaan dengan peradangan buluh empedu (choledochitis), peradangan buluh hepatik (cholangitis), atau peradangan parenkim hati (cholangiohepatitis). Peradangan ini lebih sering disebabkan oleh infeksi bakteri gram negatif aerobic (E. coli, Klebsiella, Pseudomonas dan Salmonella spp) atau bakteri anaerob seperti Clostridium spp (Johnson & Sherding 2000). Selain itu
29
dapat juga disebabkan oleh operasi bedah pada kantung empedu maupun penyumbatan buluh empedu (Taboada 1997). Kasus cholecystitis sangat jarang ditemukan pada anjing. Kejadian dan prevalensi dari cholecystitis kronis maupun akut tidak diketahui (Partington & Biller 1996) Pada kasus yang ringan, terapi terhadap cholecystitis dapat dilakukan dengan
pemberian
antibiotik
(misalnya
cephalosporin,
ampicilin,
dan
enrofloxacin). Pemeriksaan rutin harus dilakukan untuk mengetahui kondisi kantung empedu selanjutnya. Tindakan bedah dapat dilakukan jika terapi antibiotik tidak mampu mengatasi peradangan yang terjadi (Shaw & Sherri 2006)
Kasus Cholelithiasis Cholelithiasis ditemukan pada satu ekor anjing Chow chow berumur 9 tahun. Hasil sonogram pada kasus tersebut menunjukkan adanya massa hyperechoic yang menggumpal di dalam lumen kantung empedu (Gambar 15).
B
A
a b Gambar 15.
Sonogram kantung empedu pada kasus cholelithiasis. (A) Terlihat a) cholelith memenuhi lumen kantung empedu disertai dengan b) acoustic shadowing; (B) Sonogram kantung empedu normal
Thrall (2002) menyatakan, suatu massa atau struktur yang bersifat hyperechoic di dalam kantung empedu dengan atau tanpa acoustic shadowing merupakan cholelith. Cholelith dapat berukuran sangat kecil seperti pasir atau sangat besar dan tunggal. Cholelith dapat berada di bagian kantung empedu maupun di saluran empedu. Cholelithiasis ditandai dengan penumpukan massa yang mengeras hingga membentuk kalkuli atau batu di dalam kantung empedu. Batu empedu dapat dengan mudah terdeteksi menggunakan ultrasonografi. Pada sonogram akan
30
terlihat suatu struktur hyperechoic dan dibagian posterior akan terbentuk acoustic shadowing. Kalkuli yang berada di dalam buluh empedu sulit terdeteksi karena ukurannya yang kecil dan adanya gangguan dari gas yang berada di usus (Nyland et al 2002). Terdapat 3 tipe kalkuli yang dapat muncul pada kantung empedu anjing, yaitu: kalkuli yang murni terbentuk dari kolesterol, kalkuli campuran (campuran kolesterol dengan asam empedu, pigmen,kalsium, dan protein), dan kalkuli pigmen (terbentuk dari kalsium bilirubinat). Patogenesis dari kasus cholelithiasis tidak diketahui dengan pasti. Beberapa penyebab terbentuknya cholelith antara lain trauma, penyumbatan aliran empedu, faktor makanan, cholecystitis, dan infeksi bakteri maupun virus (Veronica et al 2006). Kalkuli pada kantung empedu terbentuk ketika cairan empedu menjadi jenuh akibat kandungan kolesterol yang tinggi sehingga menyebabkan terhambatnya pengeluaran cairan empedu dari lumen kantung empedu. Kondisi ini menimbulkan respon dari mukosa kantung empedu untuk memproduksi mucin dalam jumlah besar yang akan menginduksi oklusi duktus sistikus. Beberapa zat seperti pigmen empedu, mukoprotein, dan bakteri dapat menyebabkan kalkuli berukuran mikroskopik menjadi besar sampai membentuk batu empedu (Ward 2006). Menurut Zoran (1997), batu empedu yang terbentuk umumnya terdiri atas garam empedu, kalsium, magnesium, fosfor,dan komponen lain termasuk kolesterol. Pada anjing dan kucing kasus cholelithiasis sangat jarang ditemukan. Tidak ada predileksi ras maupun genetik yang dihubungkan dengan kelainan ini. Predisposisi penyakit ini antara lain peradangan buluh empedu, pankreas, maupun jaringan parenkim hati yang terletak di sekitar kantung empedu dan buluh empedu Cholelithiasis sering dihubungkan dengan cholecystitis yang diakibatkan oleh infeksi bakteri, cholangitis, atau obstruksi buluh empedu. Kasus cholelithiasis cenderung muncul pada hewan tua yang dikarenakan oleh pengendapan empedu di kantung maupun saluran empedu hingga mengeras dan menjadi cholelith (Zoran 1997). Kasus cholelithiasis lebih sering ditemukan secara tidak sengaja saat pemeriksaan kelainan lain karena cholelithiasis tidak menimbulkan gejala klinis yang spesifik (Kealy 2011). Namun gejala klinis yang biasanya muncul antara lain anoreksia, muntah, diare, letargi, ikterus,dan nyeri serta pembesaran
31
abdomen (Ward 2006). Menurut Willard & Fossum (2005), cholelithiasis yang muncul bersamaan dengan cholecystitis dapat menimbulkan muntah, ikterus, anoreksia, demam, rasa tidak nyaman pada abdomen, hingga ascites. Untuk batu empedu yang belum terkalsifikasi dapat diatasi dengan ursodeoxycholic yang dikombinasikan dengan silymarin dan vitamin E (Selvaraj et.al 2011). Sedangkan terapi yang direkomendasikan untuk mengatasi kasus cholelithiasis adalah melalui tindakan bedah cholecystotomi. Jika kerusakan pada kantung empedu sudah parah sebaiknya dilakukan cholecsytectomy, sedangkan choledochotomy dilakukan jika cholelith berada didalam buluh empedu (Ward 2006).
Kasus Mucocele Mucocele ditemukan pada tujuh ekor anjing. Interpretasi terhadap hasil sonogram kasus cholecystitis dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Perubahan yang teramati pada sonogram kantung empedu akibat kasus Mucocele Perubahan yang teramati Signalement Kasus (nama/ras/umur) Dinding Ukuran Lumen 1
Britney/Golden retriever/
2
Stanley/Mixed/12 tahun
3
Baby/Golden retriever/ 1 tahun
Menebal disertai edema Menebal
Normal Normal
Peningkatan ekhogenitas Mucocele total
Menebal
Normal
Mucocele parsial
4
Boncel/Dachsund/8 tahun
Normal
Normal
Mucocele parsial
5
Momo/Mixed/15 tahun
Normal
Normal
Mucocele parsial
6
Mushu/Shistzu/8 tahun
Normal
Normal
Mucocele parsial
Normal
Membesar
7
Morgan/Mini snautzer/ 12 tahun
Mucocele, distensi kantung empedu
Hasil sonogram dari kasus ini menunjukkan adanya suatu bentukan massa hypoechoic di dalam kantung empedu. Mucocele merupakan suatu massa hypoechoic yang berasal dari kumpulan endapan cairan empedu (billiary sludge) yang mengendap pada kantung empedu.
Keberadaan
mucocele
sering
dihubungkan dengan obstruksi buluh empedu maupun ruptur kantung empedu (Thrall 2002).
32
Pada kasus 1, mucocele yang terbentuk belum terlihat jelas. Pada sonogram hanya terlihat peningkatan echogenitas cairan di dalam lumen menjadi lebih hypoechoic (Gambar 16 ).
B
A
Gambar 16 . Sonogram kantung empedu pada kasus mucocele 1. (A) Pada sonogram terlihat peningkatan echogenitas dalam kantung empedu disertai dengan penebalan dinding kantung empedu (panah kuning); (B) Sonogram kantung empedu normal Pada kasus 3, 4, 5, dan 6 mucocele yang terbentuk di lumen kantung empedu dapat terlihat jelas (Gambar 17).
A
B GB
a
C
D a
Gambar 17.
a
GB
a
Sonogram kantung empedu pada kasus mucocele. (A) Sonogram kasus 3; (B) Sonogram kasus 4; (C) Sonogram kasus 5; (D) Sonogram kasus 6. a, Mucocele; GB, lumen kantung empedu.
33
Pada kasus 2, mucocele terlihat memenuhi lumen kantung empedu sehingga menyebabkan distensi kantung empedu (Gambar 18).
A
Gambar 18.
B
Sonogram kantung empedu pada kasus mucocele 2. (A) Pada hasil sonogram terlihat mucocele memenuhi seluruh lumen kantung empedu; (B) Sonogram kantung empedu normal
Pada kasus 7, mucocele yang terbentuk sangat besar sehingga menyebabkan distensi luar biasa pada kantung empedu (Gambar 19).
Gambar 19 . Sonogram kantung empedu pada kasus 7. Pada sonogram terlihat mucocele menyebabkan dilatasi kantung empedu. Menurut Mesich et al (2009), mucocele terbentuk dari akumulasi mucus dari kantung empedu yang tidak tersalurkan keluar melalui buluh empedu dalam jangka waktu yang cukup lama. Sedangkan menurut Besso et al (2000), penyebab primer dari terbentuknya mucocele adalah penyumbatan buluh empedu, hipertropi mukosa, atau infeksi aerob. Pada sonogram, gambaran dari mucocele sangat bervariasi. Mucocele dapat terlihat seperti bentukan debris tanpa struktur
34
internal. Kasus mucocele sering ditemukan pada anjing terutama anjing tua maupun anjing berukuran kecil hingga sedang. Anjing yang cenderung sering terkena kelainan ini adalah ras Cocker spaniel, namun anjing jenis Shetland sheepdog dan Miniature schnauzer juga sering terkena kasus mucocell. Mucocell dapat dibedakan dengan endapan cairan empedu (billiary sludge) maupun debris meskipun memiliki echogenisitas yang hampir sama. Mucocell tidak terpengaruh oleh gravitasi sehingga saat dilakukan pemeriksaan melalui USG maka mucocell tidak akan bergerak sama sekali (Worley et al 2004), sedangkan debris akan terpengaruh oleh gravitasi sehingga posisi dan bentuknya akan berubah saat hewan direposisi. Mucocele pada kantung empedu biasanya ditemukan secara tidak sengaja saat pemeriksaan karena kasus mucocele tidak menunjukkan gejala klinis yang signifikan. Mucocele dapat menyebabkan peritonitis lokal dan ruptur kantung empedu (Kealy et al 2011). Keberadaan
mucocele
didalam
lumen
kantung
empedu
berisiko
menyebabkan terjadinya ruptur maupun infeksi bakteri sekunder sehingga perlu ditangani. Tindakan bedah melalui cholecystectomy direkomendasikan dalam mengatasi kasus mucocele. Jika tindakan bedah tidak dapat dilakukan maka dapat dilakukan terapi melalui penggunaan ursodeoxycholic acid (10-15 mg/kg BB, PO) dan adenosylmethionine (20 mg/kg BB, PO, dalam keadaan lambung kosong). Selain itu penggunaan levothyroxine dapat membantu pengosongan kantung empedu dan dikombinasikan dengan pakan rendah lemak untuk meningkatkan aliran empedu (Norwich 2011).