28
HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Sekolah Dasar Penelitian ini dilakukan di empat Sekolah Dasar (SD) yaitu SDIT Aliya, SD Pertiwi, SDN Baranang Siang, dan SDN Kedung Badak 1. Pemilihan sekolah dilakukan secara acak atau simple random sampling dengan pertimbangan sekolah dasar (SD) swasta (ada penyelenggaraan makanan) dan SD negeri (tidak ada penyelenggaraan makanan). Selain itu juga dikarenakan kesediaan sekolah menjadi tempat penelitian dan kemudahan akses terhadap sekolah dasar tersebut. Contoh yang diambil pada setiap sekolah adalah semua siswa kelas lima. SDIT Aliya Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Aliya berdiri pada tahun 2003 dengan status sekolah swasta. Jumlah semua siswa di SDIT Aliya sebanyak 579 siswa. Untuk siswa kelas 5 di SDIT Aliya yang merupakan contoh pada penelitian ini berjumlah 80 siswa dengan 3 kelas paralel yaitu 5A terdiri dari 26 siswa, 5B sebanyak 28 siswa, dan 5C berjumlah 26 siswa. Jumlah guru di SDIT Aliya sebanyak 53 orang terdiri dari 27 laki-laki dan 26 perempuan. Jam belajar per hari berkisar antara 7 hingga 9 jam. Kegiatan belajar mengajar diselenggarakan pada hari senin hingga jumat atau selama lima hari. Oleh karena jam belajar disekolah ini cukup lama, maka pihak sekolah mengadakan sistem penyelenggaraan makan untuk siswa. Sekolah SDIT ini juga memiliki banyak kegiatan ekstrakurikuler yaitu futsal, karate, renang, bulu tangkis, drama, jurnalistik, klub sains, kepanduan, angklung, biola, melukis, tilawah qur’an, klub bahasa inggris, dan klub matematika. SDIT Aliya mempunyai 3 gedung utama yang disetiap gedung terdiri dari 3 lantai. Fasilitas sarana dan prasarana yang dimiliki SDIT Aliya ini cukup lengkap. Selain itu, terdapat ruangan penunjang seperti dapur, kamar mandi, mushola, tempat wudhu, dan kantin. Sarana dan prasarana yang ada di SDIT Aliya dapat dilihat pada Tabel 5. Fasilitas yang ada di ruang kelas adalah meja siswa, kursi siswa, 2 buah loker siswa, 1 buah kursi guru, 1 buah meja guru, 1 buah whiteboard, jam dinding, kipas besar, 1 buah lemari, dan 2 buah karpet besar. Jumlah meja dan kursi siswa yang ada di ruang kelas disesuaikan dengan jumlah siswa. Selain itu di depan ruang kelas juga terdapat rak sepatu dan tong sampah. Tempat
29
mencuci tangan tidak tersedia di sekitar ruang kelas. Siswa mencuci tangan di toilet siswa. Toilet siswa terdapat di masing-masing lantai gedung. Kapasitas maksimum ruang kelas adalah 28 peserta didik. Tabel 5 Sarana dan prasarana yang ada di SDIT Aliya Sarana Prasarana Ruang kelas Ruang perpustakaan Laboratorium IPA Ruang Pimpinan Ruang Guru Tempat Ibadah Ruang UKS Jamban Gudang Ruang Sirkulasi/koridor Tempat bermain/ olah raga Laboratorium computer Ruang Audio Video Kantin Koperasi
Jumlah 24 1 1 1 1 1 9 10 1 9 1 1 2 1 1
SD Pertiwi SD Pertiwi berdiri pada tahun 1972 dengan status sekolah swasta. Jumlah semua siswa di SD Pertiwi sebanyak 627 siswa. Untuk siswa kelas 5 di SD Pertiwi yang merupakan contoh pada penelitian ini berjumlah 99 siswa dengan 3 kelas paralel yaitu 5A terdiri dari 34 siswa, 5B sebanyak 31 siswa, dan 5C berjumlah 34 siswa. Jumlah guru di SD Pertiwi sebanyak 29 orang terdiri dari 12 laki-laki dan 17 perempuan. Jam sekolah per hari berkisar antara 3 hingga 7 jam. Pada hari jumat kegiatan belajar mengajar dilaksanakan dari pukul 7.00 hingga pukul 10.00. Kegiatan belajar mengajar diselenggarakan pada hari senin hingga jumat atau selama lima hari sedangkan kegiatan ekstrakurikuler dilaksanakan pada hari sabtu. SD Pertiwi ini juga mempunyai sistem penyelenggaraan makan untuk siswa tetapi bersifat tidak wajib. Kegiatan ekstrakurikuler yang terdapat pada sekolah ini yaitu mesjid dan kegiatan baca tulis Al Qur’an dan kaligrafi, ekstrasia (komunikasi Bahasa Indonesia) dan pertiwi english club, pertiwi sains club, pertiwi macth olimpiade, pertiwi futsal club, pertiwi chees club, tenis meja, informasi dan teknologi komputer, seni musik tradisional (angklung dan
30
gamelan), seni musik modern (group band), seni suara, seni lukis, dan seni peran (drama). Sarana dan prasarana yang terdapat di SD Pertiwi cukup lengkap. Alat bantu proses pembelajaran yang tersedia di SD Pertiwi adalah televisi, infokus, OHP, dan VCD. Sarana penunjang yang terdapat di SD Pertiwi diantaranya dapur, kamar mandi, mushola, tempat wudlu, tempat mencuci tangan, dan kantin. Sarana dan prasarana yang ada di SD Pertiwi dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6 Sarana dan prasarana yang ada di SD Pertiwi Sarana Prasarana Ruang kelas Ruang perpustakaan Laboratorium IPA Ruang Pimpinan Ruang Guru Tempat Ibadah Ruang UKS Jamban Gudang Ruang Sirkulasi/koridor Tempat bermain/ olah raga Laboratorium komputer Laboratorium Bahasa Kantin Koperasi Ruang Serbaguna Ruang Musik
Jumlah 18 1 1 1 1 1 1 2 1 4 1 1 1 1 1 1 1
Fasilitas yang ada di ruang kelas adalah meja siswa, kursi siswa, 1 buah meja guru, 1 buah kursi guru, 1 buah whiteboard, 1 buah blackboard, jam dinding, lemari, papan jadwal pelajaran, mading kelas, alat permainan edukatif, televisi, alat kebersihan, dan kotak P3K. Jumlah meja dan kursi siswa yang ada di ruang kelas disesuaikan dengan jumlah siswa. Terdapat satu buah tong sampah di depan masing-masing kelas. Tempat mencuci tangan tersedia di koridor kelas. Fasilitas ini memudahkan siswa untuk mencuci tangan. SDN Baranang Siang SDN Baranang Siang berdiri pada tahun 1977 dengan status sekolah Negeri. Jumlah semua siswa di SDN Baranang Siang sebanyak 366 siswa. Untuk kelas 5 SDN Baranang Siang yang merupakan contoh penelitian ini berjumlah 42 siswa dengan satu kelas besar. Jumlah guru sebanyak 18 orang.
31
Siswa yang bersekolah di sekolah ini tidak mengeluarkan biaya karena sudah ditanggung pemerintah melalui biaya operasional sekolah (BOS). Jam belajar di sekolah ini 34 jam/minggu/kelas (1 jam = 35 menit). Sekolah ini memiliki tiga jenis kegiatan ekstrakurikuler yang dilaksanakan pada tiga hari yang berbeda yaitu ekstrakurikuler pencak silat hari selasa, karawitan hari kamis, dan pramuka hari sabtu. Sarana dan prasarana yang terdapat di SDN Baranang siang ini cukup lengkap. Sarana penunjang yang terdapat di SDN Baranang Siang diantaranya kamar mandi, mushola, tempat wudlu, perpustakaan dan tempat mencuci tangan. Sarana dan prasarana yang ada di SDN Baranang Siang dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7 Sarana dan prasarana yang ada di SDN Baranang Siang Sarana Prasarana Ruang kelas Ruang perpustakaan Ruang Kepala Sekolah Ruang Guru Ruang Musholla Kamar mandi Bangku Meja siswa Kursi siswa Lemari Meja Guru Kursi Guru Papan Tulis Kursi Tamu
Jumlah 9 1 1 1 1 6 175 195 16 12 10 12 12 1 step
Fasilitas yang ada di ruang kelas adalah meja siswa, kursi siswa, 1 buah meja guru, 1 buah kursi guru, 1 buah papan tulis, jam dinding, papan jadwal pelajaran, mading kelas, alat permainan edukatif, dan alat kebersihan. Jumlah meja dan kursi siswa yang ada di ruang kelas disesuaikan dengan jumlah siswa. Terdapat satu buah tong sampah di depan masing-masing kelas. Tempat mencuci tangan tersedia di depan ruang perpustakaan yang berada di tengahtengah semua kelas. Fasilitas ini memudahkan siswa untuk mencuci tangan. SDN Kedung Badak 1 SDN Kedung Badak 1 berdiri pada tahun 1975 dengan status sekolah Negeri. Jumlah semua siswa di SDN Kedung Badak 1 sebanyak 458 siswa. Untuk kelas 5 SDN Kedung Badak 1 yang merupakan contoh penelitian ini
32
berjumlah 74 siswa dengan 2 kelas paralel yaitu 5A terdiri dari 36 siswa dan 5B terdiri dari 38 siswa. Jumlah guru sebanyak 15 orang. Siswa yang bersekolah di sekolah ini tidak mengeluarkan biaya karena sudah ditanggung pemerintah melalui biaya operasional sekolah (BOS). Jam belajar di sekolah ini 32 jam/minggu/kelas (1 jam = 35 menit). Sekolah ini memiliki kegiatan ekstrakurikuler yang dilaksanakan pada hari jum’at dan sabtu. Kegiatan ekstrakurikuler yang ada di sekolah ini yaitu pramuka, seni tari, olahraga, dan seni musik. Sarana dan prasarana yang terdapat di SDN Kedung Badak ini cukup lengkap. Sarana penunjang yang terdapat di SDN Baranang Siang diantaranya kamar mandi, musholla, lapangan dan perpustakaan. Fasilitas yang ada di ruang kelas adalah meja siswa, kursi siswa, 1 buah meja guru, 1 buah kursi guru, 1 buah papan tulis, jam dinding, papan jadwal pelajaran, mading kelas, dan alat kebersihan. Jumlah meja dan kursi siswa yang ada di ruang kelas disesuaikan dengan jumlah murid. Terdapat satu buah tong sampah di depan masing-masing kelas. Karakteristik Contoh Contoh pada penelitian ini adalah anak kelas 5 SD yang berusia 10 sampai 12 tahun. Jumlah contoh pada penelitian ini adalah 221 siswa dimana jumlah contoh yang diambil masing-masing sekolah berbeda dikarenakan jumlah siswa kelas 5 pada setiap sekolah berbeda-beda. Contoh dari sekolah dasar (SD) swasta yang mempunyai sistem penyelenggaraan makan yaitu SDIT Aliya terdiri dari 53 contoh dan SD Pertiwi terdiri dari 72 contoh, sedangkan contoh dari SD negeri yang tidak memiliki sistem penyelenggaraan makan yaitu SDN Baranang Siang terdiri dari 35 contoh dan SDN Kedung Badak 1 terdiri dari 61 contoh. Sekolah dasar negeri bersifat gratis atau tanpa membayar uang pendidikan berbeda dengan sekolah dasar swasta yang harus membayar uang pendidikan. Usia Kisaran usia contoh dalam penelitian ini adalah 10 sampai 12 tahun. Pemilihan usia 10 sampai 12 tahun ini dilakukan secara purposive dengan pertimbangan tingkat perkembangan kognitif contoh pada usia itu berada pada akhir masa konkrit operasional, sehingga kemampuan contoh untuk berfikir
33
secara logis terhadap hal konkrit sudah baik (Hurlock 1999). Sebaran usia contoh disetiap sekolah dasar dapat di lihat pada Tabel 8 berikut ini. Tabel 8 Sebaran contoh berdasarkan usia SD Swasta
Usia (tahun)
SD Negeri
N
%
n
%
• 10
7
5,6
1
1,1
• 11
107
85,6
61
63,5
• 12
11
8,8
34
35,4
Jumlah
125
100,0
96
100,0
Contoh pada penelitian ini baik pada SD swasta maupun SD negeri ratarata berusia 11 tahun dengan rata-rata usia contoh SD swasta 11,0 tahun dan contoh pada SD negeri 11,3 tahun. Tabel 8 menunjukkan sebaran usia contoh dimana contoh yang berusia 11 tahun pada SD swasta 85,6% sedangkan pada SD negeri 63,5%. Jenis Kelamin Jenis kelamin berpengaruh terhadap pengeluaran energi contoh. Menurut Hardinsyah dan Martianto (1992) untuk menghitung pengeluaran energi diperlukan data tentang jenis kelamin, berat badan, angka metabolisme basal (AMB) yang sesuai kelompok usia, tingkat kegiatan, alokasi waktu untuk setiap kegiatan dan faktor energi kegiatan (EK). Berikut sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin pada Tabel 9. Tabel 9 Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin Jenis Kelamin
SD Swasta
SD Negeri
N
%
N
%
Laki-Laki
62
49,6
47
49,0
Perempuan
63
50,4
49
51,0
Jumlah
125
100,0
96
100,0
Sebagaimana yang terlihat pada Tabel 9, baik pada SD swasta maupun SD negeri proporsi perempuan dan laki-laki antara SD swasta relatif sama dengan SD negeri dimana persentase perempuan lebih banyak daripada lakilaki. Persentase contoh pada SD swasta untuk laki-laki 49,6% dan perempuan 50,4%, sedangkan pada SD negeri persentase laki-laki 49% dan perempuan 51%.
34
Berat Badan Berat badan diperlukan untuk menentukan status gizi contoh dan juga menentukan pengeluaran energi contoh. Menurut Jellife dan Jellife (1989) berat badan memberikan gambaran tentang masa tubuh termasuk otot dan lemak. Oleh karena itu, masa tubuh sangat sensitif terhadap perubahan keadaan yang mendadak. Berikut rata-rata berat badan contoh berdasarkan usia dan jenis kelamin pada Tabel 10. Tabel 10 Rata-rata berat badan contoh berdasarkan usia dan jenis kelamin Variabel
Berat Badan (rata-rata±sd) SD Swasta SD Negeri
Laki-Laki 37,5 ± 12,6 • 10 41,1 ± 11,3 • 11 42,6 ± 11,3 • 12 Perempuan 30,9 ± 9,8 • 10 35,0 ± 9,7 • 11 36,9 ± 5,4 • 12 Laki-Laki+Perempuan 34.7 ± 11,1 • 10 38,9 ± 10,7 • 11 38,4 ± 9,0 • 12 Total 38,7 ± 10,6 Min-Maks 21,2 – 73,1
32,1 ± 0 32,6 ± 7,4 35,0 ± 7,4 0 30,9 ± 7,4 34,8 ± 3,9 32,1 ± 0 31,9 ± 7,4 34,9 ± 6,1 32,9 ± 7,1 20,1 – 54,3
Tabel 10 diatas menunjukkan bahwa contoh pada SD swasta memiliki rata-rata berat badan yang lebih besar daripada contoh pada SD negeri. Hal ini mengindikasikan pertumbuhan contoh pada SD swasta lebih cepat dibandingkan contoh pada SD negeri. Menurut Belizzi dan Dietz (1999), berat badan dapat menjadi salah satu indikator kegemukan namun anak dengan berat badan yang sama dan berbeda tinggi badan akan memiliki jumlah jaringan adiposa yang berbeda. Berdasarkan jenis kelamin dan usia, rata-rata berat badan laki-laki lebih besar dari pada perempuan di semua tingkatan usia baik pada SD swasta maupun SD negeri. Semakin bertambah usia rata-rata berat badan contoh juga semakin besar baik pada SD swasta maupun SD negeri. Hal ini berbeda dengan hasil penelitian Aktaria (2004), yang melakukan penelitian pada anak sekolah dasar dengan hasil penelitiannya anak perempuan memiliki rata-rata berat badan yang lebih besar dibandingkan anak laki-laki.
35
Tinggi Badan Tinggi badan dapat menggambarkan status gizi seseorang. Tinggi badan pada dasarnya merupakan hasil pengukuran terhadap jaringan tulang tubuh. Tinggi badan merupakan gabungan dari pengukuran komponen-komponen tubuh seperti kaki, pelvis, punggung, dan kepala (Jellife dan Jellife 1989). Pertumbuhan tinggi badan tidak seperti berat badan relatif kurang sensitif terhadap masalah defisiensi gizi dalam waktu yang pendek. Pengaruh defisiensi zat gizi terhadap tinggi badan baru akan tampak pada saat yang cukup lama (Jellife dan Jellife 1989). Rata-rata tinggi badan contoh berdasarkan usia dan jenis kelamin pada Tabel 11. Tabel 11 Rata-rata tinggi badan contoh berdasarkan usia dan jenis kelamin Variabel
Tinggi Badan (rata-rata±sd) SD Swasta SD Negeri
Laki-Laki 141,8 ± 7,0 • 10 142,7 ± 6,4 • 11 146,6 ± 5,5 • 12 Perempuan 139,6 ± 12,1 • 10 141,7 ± 7,7 • 11 142,3 ± 4,6 • 12 Laki-Laki+Perempuan 140,8 ± 8,6 • 10 142,2 ± 7,1 • 11 144,2 ± 5.2 • 12 Total 142,3 ±7,0 Min-Maks 127,4 161,0
140,0 ± 0 137,1 ± 6,5 139,6 ± 8,9 0 138,7 ± 6,0 144,1 ± 3,8 140,0 ± 0 138,0 ± 6,2 141,6 ± 7,4 139,3 ± 6,8 123,7 – 158,1
Tabel 11 diatas menunjukkan bahwa rata-rata tinggi badan contoh pada SD swasta
lebih tinggi daripada contoh pada SD negeri. Berdasarkan jenis
kelamin dan usia, rata-rata tinggi badan laki-laki lebih besar dari pada perempuan di semua tingkatan usia baik pada SD swasta maupun SD negeri. Menurut WKNPG (2004) tinggi badan ideal untuk perempuan usia 10 – 12 tahun 145,4 cm, sedangkan laki-laki usia 10 – 12 tahun 139,1 cm. Rata-rata tinggi badan laki-laki berada diatas tinggi badan ideal menurut WKNPG, sedangkan rata-rata tinggi badan perempuan berada dibawah tinggi badan ideal menurut WKNPG. Rata-rata berat badan dan tinggi badan contoh pada SD swasta lebih tinggi dibandingkan contoh pada SD negeri. Seperti yang dikemukakan
36
Soekirman (2000), pada umumnya berat badan berkorelasi linier dengan tinggi badan, pertambahan berat badan akan mengikuti pertambahan tinggi badan dengan percepatan tertentu sehingga berat badan normal akan proporsional dengan tinggi badan. Status Gizi Status gizi merupakan keadaan kesehatan tubuh seseorang atau sekelompok orang yang diakibatkan oleh konsumsi, penyerapan (absorbsi) dan penggunaan (utilization) zat gizi makanan. Status gizi seseorang tersebut dapat diukur dan dinilai. Dengan menilai status gizi seseorang atau sekelompok orang maka dapat diketahui apakah seseorang atau sekelompok orang tersebut status gizinya baik ataukah tidak baik (Riyadi 2006). Penentuan status gizi contoh didasarkan pada indeks massa tubuh menurut umur (IMT/U) yang mengacu pada referensi WHO 2007. Klasifikasi pengkategorian status gizi pun dibagi ke dalam 6 kelompok yaitu severe obese ( +3 SD), obese (+2 SD
z-score < +3 SD), overweight (+1 SD
SD), normal (-2 SD < z-score < +1 SD), thinness (-2 SD
z-score <+2
z-score < -3 SD), dan
severe thinness ( -3 SD) (WHO 2007). Penentuan nilai status gizi ditentukan berdasarkan software anthroplus 2007 yang mengacu pada referensi WHO 2007. SD negeri memiliki lebih banyak contoh dengan status gizi normal dibandingkan SD swasta, masing-masing 76,1% dan 55,2%. Namun, yang mengalami overweight dan obese lebih banyak terdapat pada SD swasta dibandingkan pada SD negeri. Severe obese tidak ditemukan pada SD negeri, akan tetapi untuk severe thinness ditemukan 3,1% pada SD negeri. Hal ini dikarenakan rata-rata berat badan dan tinggi badan SD swasta lebih besar dibandingkan SD negeri dan rata-rata usia SD swasta lebih kecil daripada SD negeri. Menurut Samsudin (1994), gizi lebih pada anak umumnya adalah berat badan yang relatif berlebihan jika dibandingkan usia atau tinggi anak sebaya, sebagai akibat terjadinya penimbunan lemak tubuh. Kejadian gizi lebih yang umum terjadi pada anak adalah overweight dan obese. Sebaran contoh berdasarkan status gizi dapat di lihat pada Tabel 12.
37
Tabel 12 Sebaran contoh berdasarkan status gizi Status Gizi Severe Obese Obese Overweight Normal Thinness Severe Thinness Jumlah
SD Swasta n 2 23 21 69 9 1 125
SD Negeri % 1,6 18,4 16,8 55,2 7,2 0,8 100,0
N 0 4 8 73 8 3 96
% 0 4,2 8,3 76,1 8,3 3,1 100,0
Tabel 13 menunjukkan bahwa proporsi laki-laki mengalami overweight dan obese lebih besar daripada perempuan baik pada SD swasta maupun SD negeri, akan tetapi proporsi perempuan yang mengalami thinness lebih besar daripada laki-laki baik pada SD swasta maupun SD negeri. Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin dan status gizi dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13 Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin dan status gizi Jenis Kelamin dan Status Gizi Laki-Laki • Severe Obese • Obese • Overweight • Normal • Thinness • Severe Thinness Perempuan • Severe Obese • Obese • Overweight • Normal • Thinness • Severe Thinness
SD Swasta
SD Negeri
n
%
n
%
2 16 11 31 1 1
3,2 25,8 17,8 50 1,6 1,6
0 2 6 34 3 2
0 4,3 12,8 72,2 6,4 4,3
0 7 10 38 8 0
0 11,1 15,9 60,3 12,7 0
0 2 2 39 5 1
0 4,1 4,1 79,6 10,2 2,0
Hasil penelitian ini berbeda dengan yang ditemukan oleh Bahren (2000) dimana anak-anak usia 10-12 tahun yang umumnya mengalami overweight (gizi lebih) berjenis kelamin perempuan. Menurut Hurlock (1980), pertumbuhan pesat pubertas pada anak perempuan dimulai pada usia 8,5 – 11,5 tahun. Pada periode ini terjadi perubahan bentuk tubuh dan terjadi perkembangan secara psikologi dan reproduksi. Secara psikologi, anak-anak perempuan mulai memperhatikan penampilan dan bentuk tubuhnya sehingga sangat besar kemungkinan munculnya persepsi body image, sedangkan anak laki-laki baru
38
akan memulai masa pubertas pada usia 12 tahun sehingga pada anak laki-laki belum terlalu terbentuk persepsi body image. Aktivitas Fisik Aktivitas fisik atau disebut juga aktivitas eksternal adalah kegiatan yang menggunakan tenaga atau energi untuk melakukan berbagai kegiatan fisik, seperti berjalan, berlari, berolahraga, dan lain-lain. Setiap kegiatan fisik menentukan energi yang berbeda menurut lamanya intensitas dan sifat kerja otot (FKM-UI 2007). Menurut Hoeger dan Hoeger (2005) aktivitas fisik adalah pergerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot skeletal dan membutuhkan pengeluaran energi. Banyak faktor yang mempengaruhi angka metabolisme basal seseorang antara lain usia, berat badan, pertumbuhan, komposisi tubuh, demam, stress, temperatur lingkungan, kelaparan, malnutrisi dan hormon tiroksin. Metabolisme basal merupakan energi minimal yang diperlukan untuk mempertahankan proses-proses hidup yang pokok, meliputi mempertahankan tonus otot, sistem sirkulasi, pernafasan, kelenjer-kelenjer dan aktivitas seluler. Basal metabolisme dinyatakan per satuan luas badan yang disebut basal metabolic rate (BMR) atau angka metabolisme basal (AMB) (Suhardjo&Kusharto 1992). Berikut rata-rata angka metabolisme basal (AMB) berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14 Rata-rata angka metabolisme basal berdasarkan jenis kelamin Jenis Kelamin
Angka Metabolisme Basal (rata-rata±sd) SD Swasta
SD Negeri
Laki-Laki
1267 ± 81,2
1230 ± 79,0
Perempuan
1157 ± 65,9
1145 ± 59,6
Total
1212 ± 92,0
1187 ± 82,0
Min-Maks
1018 – 1585
976 – 1373
Tabel 14 menunjukkan bahwa rata-rata angka metabolisme basal (AMB) contoh pada SD swasta lebih besar daripada SD negeri. Hal ini dikarenakan contoh pada SD swasta memiliki berat badan yang lebih besar daripada SD negeri. Seperti yang dikemukakan oleh Muhilal, Jalal, dan Hardinsyah (1998) bahwa perkiraan AMB cukup dilakukan dengan indeks berat badan sebagai peubah yang berpengaruh, sedangkan tambahan indeks lain seperti tinggi badan dan luas permukaan tubuh tidak memberikan perbedaan yang nyata.
39
Rata-rata angka metabolisme basal contoh laki-laki baik pada SD swasta maupun
SD negeri
lebih
tinggi
dibandingkan
dengan
rata-rata
angka
metabolisme basal perempuan. Hal ini menurut Sizer dan Whitney (2000) dikarenakan komposisi tubuh laki-laki yang lebih didominasi otot dibandingkan perempuan yang lebih banyak jaringan adiposa yang juga mempengaruhi nilai AMB. Semakin banyak jaringan otot yang dimiliki maka akan semakin besar energi yang diperlukan untuk kerja otot. Selain itu, menurut Almatsier (2003), angka metabolisme basal perempuan lebih rendah 5% daripada laki-laki. Dalam menentukan pengeluaran energi contoh yang juga mempengaruhi adalah jenis kegiatan yang dilakukan. Menurut Hardinsyah dan Martianto (1992), jenis kegiatan dikategorikan menjadi lima yaitu tidur, sekolah, kegiatan ringan, kegiatan sedang, dan kegiatan berat. Setiap jenis kegiatan memiliki faktor koreksi yang berbeda antara perempuan dan laki-laki. Faktor koreksi setiap jenis kegiatan dapat dilihat pada Tabel 3. Kegiatan tidur terdiri dari tidur disaat malam hari dan tidur saat siang hari. Rata-rata kegiatan tidur contoh SD negeri (8,6 jam/hari) lebih lama dibandingkan SD swasta (8,2 jam/hari). Waktu tidur untuk contoh di semua sekolah cukup. Menurut Homeier (2004), waktu tidur yang kurang dapat menganggu kesehatan anak dan menyebabkan anak tidak cepat tanggap dan pelupa. Kegiatan sekolah yaitu kegiatan yang dilakukan oleh contoh belajar di kelas (sekolah), les, mengaji, membuat PR, belajar di rumah, dan mengerjakan tugas sekolah. Rata-rata kegiatan sekolah contoh pada SD swasta lebih lama daripada SD negeri. Hal ini dikarenakan, pada sekolah dasar swasta memiliki kegiatan ekstrakurikuler (les) berbagai mata pelajaran sesudah jam pulang sekolah. Dan juga contoh pada SD swasta umumnya mengikuti les di luar jam sekolah serta setiap hari meluangkan waktu untuk belajar atau membuat pekerjaan rumah (PR). Contoh pada SD negeri umumnya hanya belajar di jam pelajaran sekolah. Hanya beberapa orang contoh di SD negeri yang meluangkan waktu belajar di rumah. Contoh SD negeri lebih senang bermain di luar jam sekolah daripada mengikuti les ataupun belajar. Kegiatan ringan meliputi duduk (duduk santai), berdiri, ngobrol, nonton, dan bermain ringan (main congklak, ular tangga, main komputer, playstation, dll). Rata-rata kegiatan ringan contoh pada SD swasta lebih lama dibandingkan dengan SD negeri. Umumnya kegiatan ringan yang dilakukan contoh SD swasta
40
adalah bermain komputer, playstation, dan internet, sedangkan contoh SD negeri umumnya ngobrol dengan teman dan nonton televisi. Kegiatan sedang meliputi berjalan, mengasuh adik, bermain drama, menyapu, mengepel, dan bermain sedang (main petak umpet, main kelereng, dll). Rata-rata kegiatan sedang contoh pada SD negeri lebih besar daripada SD swasta. Hal ini dikarenakan contoh pada SD negeri lebih senang bermain daripada belajar. Kegiatan berat meliputi berlari, olahraga (bersepeda, main sepak bola, main layang-layang, main gala, dll). Rata-rata kegiatan berat contoh pada SD negeri lebih besar daripada SD swasta. Hal ini dikarenakan setelah pulang sekolah contoh pada SD swasta cenderung mengikuti kegiatan les atau belajar, sedangkan contoh pada SD negeri umumnya bermain sepeda, main lari-larian, main sepak bola, dan main layang-layang. Contoh SD swasta umumnya melakukan kegiatan berat pada saat jam olahraga di sekolah. Rata-rata alokasi waktu (Jam/Hari) berdasarkan jenis kegiatan disajikan pada Tabel 15. Tabel 15 Rata-rata alokasi waktu (jam/hari) berdasarkan jenis kegiatan Jenis Kegiatan
Rata-Rata (Jam/Hari) SD Swasta
SD Negeri
Tidur
8,2
8,6
Sekolah
5,9
4,5
Kegiatan Ringan
6,3
5,5
Kegiatan Sedang
2,5
2,9
Kegiatan Berat
1,1
2,5
Total
24,0
24,0
Menurut FAO/WHO/UNU (2001), besarnya aktivitas fisik yang dilakukan seseorang selama 24 jam dinyatakan dalam physical activity level (PAL) atau tingkat aktivitas fisik. PAL merupakan besarnya energi yang dikeluarkan (kkal) per kilogram berat badan dalam 24 jam. Besarnya tingkat aktivitas fisik yang dilakukan dapat dilihat dari nilai Physical activity level (PAL), yang dibagi menjadi tiga tingkatan yaitu ringan (1,40 PAL 1,69), sedang (1,70 PAL 1.99), dan berat (2,00 PAL 2,40). Sebaran Contoh Berdasarkan Tingkat Aktivitas Fisik (PAL) dapat dilihat pada Tabel 16.
41
Tabel 16 Sebaran contoh berdasarkan tingkat aktivitas fisik (PAL) SD Swasta
Tingkat Aktivitas Fisik
SD Negeri
N
%
N
%
Ringan (1,40 – 1,69)
82
65,6
20
20,8
Sedang (1,70 – 1,99)
43
34,4
40
41,7
Berat (2,00 – 2,40)
0
0
36
37,5
125
100,0
96
100,0
Jumlah Min – Maks
1,33 – 1,98
1,40 – 2,38
Rata-Rata ± sd
1,65 ± 0,1
1,91 ± 0,2
Tabel 16 menunjukkan pada SD swasta tidak terdapat contoh yang berada pada kategori physical activity level tingkat berat, berbeda dengan contoh pada SD negeri sebanyak 37,5% contoh berada pada kategori tingkat berat. Contoh pada SD negeri yang berada pada kategori tingkat berat umumnya memiliki kegiatan berat seperti main bola, layang-layang, main sepeda, berlari, dll yang banyak dilakukan contoh pada SD negeri dibandingkan contoh pada SD swasta. Secara keseluruhan rata-rata tingkat aktivitas fisik contoh pada SD swasta termasuk kategori ringan, sedangkan SD negeri termasuk kategori sedang (SD swasta 1,65; SD negeri 1,91). Pengeluaran energi didefinisikan sebagai jumlah energi yang dihabiskan untuk aktivitas fisik dan pertumbuhan untuk anak-anak. Besar energi yang dikeluarkan ini erat kaitannya dengan kejadian gizi lebih sebagai salah satu faktor yang menentukan simpanan energi seseorang. Energi dari konsumsi pangan yang tidak dibakar dengan aktivitas fisik akan menjadi tumpukan lemak dalam tubuh. Menurut Sizer dan Whitney (2000), ada dua cara utama tubuh mengeluarkan energi yaitu metabolisme basal dan aktivitas fisik. Kedua hal tersebut merupakan komponen utama dalam pengeluaran energi. Pengeluaran energi yang paling besar adalah metabolisme basal yaitu sekitar 60 – 65% total pengeluaran energi, kemudian diikuti oleh aktivitas fisik yaitu sekitar 25 – 35% total pengeluaran energi, dan sisanya sekitar 5–10% digunakan untuk pencernaan makanan. Pengeluaran energi contoh pada SD negeri lebih besar daripada SD swasta. Rata-rata pengeluaran energi contoh berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 17 berikut.
42
Tabel 17 Rata-rata pengeluaran energi contoh berdasarkan jenis kelamin Pengeluaran Energi (kkal)
SD Swasta
SD Negeri
Laki-Laki
2459 ± 365,2
2602 ± 319,8
Perempuan
1927 ± 239,7
2059 ± 264,2
Total rata-rata ± sd
2181 ± 407,1
2324 ± 399,2
Min – Maks
1460 – 3448
1572 – 3457
Rata-rata angka metabolisme basal (AMB) SD swasta lebih besar daripada SD negeri, akan tetapi untuk rata-rata pengeluaran energi SD negeri lebih besar daripada SD swasta. Hal ini dikarenakan aktivitas yang dilakukan contoh pada SD negeri lebih banyak melakukan kegiatan berat seperti main sepak bola, bersepeda, dan berlarian daripada contoh SD swasta. Seperti yang dikemukakan Sizer dan Whitney (2000), bahwa tubuh mengeluarkan energi melalui AMB dan aktivitas fisik. Berdasarkan jenis kelamin, baik pada SD swasta maupun SD negeri rata-rata pengeluaran energi contoh laki-laki lebih besar dibandingkan perempuan. Hal ini disebabkan angka metabolisme basal laki-laki lebih tinggi dibandingkan perempuan, dan laki-laki cenderung lebih aktif serta lebih banyak melakukan kegiatan berat daripada perempuan sehingga pengeluaran energinya lebih besar pada contoh laki-laki daripada perempuan. Hasil uji statistik menggunakan uji korelasi pearson antara aktivitas fisik (pengeluaran energi) dengan status gizi terdapat hubungan yang signifikan (p<0,01). Hasil penelitian ini sama dengan yang ditemukan Amelia (2008) pada remaja bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara aktivitas fisik (pengeluaran energi) dengan status gizi remaja. Jumlah dan Jenis Pangan Konsumsi pangan adalah jumlah pangan (tunggal atau beragam) yang dimakan seseorang atau kelompok orang dengan tujuan tertentu. Tujuan mengkonsumsi pangan dalam aspek gizi adalah untuk memperoleh sejumlah zat gizi yang diperlukan tubuh. Konsumsi pangan meliputi informasi mengenai jenis pangan dan jumlah pangan yang dimakan seseorang atau kelompok orang (sekeluarga atau rumah tangga) pada waktu tertentu. Hal ini menunjukkan bahwa konsumsi pangan dapat ditinjau dari aspek jenis dan jumlah pangan yang dikonsumsi (Hardinsyah & Martianto, 1988). Pengelompokkan jenis pangan didasarkan pada pendekatan kelompok pola pangan harapan (PPH). Pola pangan harapan merupakan jenis dan jumlah
43
kelompok pangan utama yang dianjurkan untuk memenuhi kebutuhan energi dan zat gizi. Ada Sembilan kelompok pangan pada PPH yaitu kelompok padi-padian, umbi-umbian/pangan berpati, pangan hewani, minyak dan lemak, buah/biji berminyak,
kacang-kacangan,
gula,
sayur
dan
buah,
dan
lain-lainnya
(Hardinsyah et al 2001). Jenis pangan yang paling banyak dikonsumsi contoh baik pada SD swasta maupun SD negeri berdasarkan kelompok PPH adalah jenis pangan kelompok padi-padian. Ada 80 jenis pangan/makanan yang dikonsumsi contoh yang termasuk kelompok padi-padian dan olahannya. Contoh pada SD swasta lebih beragam mengkonsumsi jenis pangan/makanan kelompok padi-padian dibandingkan SD negeri. Jenis pangan yang dikonsumsi contoh selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 1. Tabel 18 menunjukkan jumlah dan jenis pangan padi-padian yang dominan dikonsumsi contoh. Secara keseluruhan jenis pangan yang sama-sama dikonsumsi contoh pada SD swasta dan SD negeri terlihat bahwa contoh pada SD swasta umumnya lebih banyak mengkonsumsi pangan/makanan tersebut dibandingkan contoh pada SD negeri. Tabel 18 Jumlah dan jenis pangan padi-padian dan olahannya yang dominan di konsumsi contoh Jenis Makanan Beras giling masak (nasi) Bihun Bubur Cakue/Roti goreng Indomie goreng Indomie rebus Jagung Koko crunch Kue cucur Makaroni Mie goreng Nasi goreng Nasi uduk Roti Tepung terigu
Jumlah yg di konsumsi (g/kapita/hari) SD Swasta SD Negeri 266,18 226,78 10,45 0,57 27,88 46,54 2,15 4,25 10,17 43,96 3,34 12,50 2,58 1,15 2,84 0,21 3,60 2,09 0,08 9,05 1,33 32,32 40,48 10,00 14,64 20,78 13,14 6,64 6,14
Pada jenis pangan padi-padian dan olahannya yang dominan dikonsumsi contoh terdapat enam jenis pangan/makanan yang lebih banyak dikonsumsi contoh pada SD negeri dibandingkan SD swasta. Jenis pangan/makanan tersebut yaitu bubur 46,54 g/kap/hari, cakue/roti goreng 4,25 g/kap/hari, indomie
44
goreng 43,96 g/kap/hari, indomie rebus 12,50 g/kap/hari, nasi goreng 40,48 g/kap/hari, dan nasi uduk 14,64 g/kap/hari. Jenis pangan/makanan kelompok umbi-umbian dan olahannya yang dikonsumsi contoh tidak sebanyak pada kelompok padi-padian. Ada 19 jenis pangan yang dikonsumsi pada kelompok umbi-umbian dan olahannya. Jumlah dan jenis pangan umbi-umbian dan olahannya yang dominan dikonsumsi contoh dapat dilihat pada Tabel 19. Tabel 19 Jumlah dan jenis pangan umbi-umbian dan olahannya yang dominan di konsumsi contoh Jumlah yg di konsumsi (g/kapita/hari) SD Swasta SD Negeri 3,20 4,70 7,16 2,24 3,48 4,08 1,19 1,36 1,64 1,88 1,44 0,52 2,00 2,84 1,50 5,26
Jenis Makanan Batagor French fries Kentang Keripik singkong Kerupuk aci Pempek Siomai Tepung sagu
Jenis pangan umbi-umbian dan olahannya yang lebih beragam dikonsumsi contoh adalah pada SD negeri. Jenis pangan/makanan umbi-umbian dan olahannya selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 2. Untuk kelompok umbi-umbian dan olahannya ini, jenis pangan yang ditemukan sama-sama dikonsumsi contoh pada SD swasta dan SD negeri terlihat bahwa contoh pada SD negeri umumnya lebih banyak mengkonsumsi pangan/makanan kelompok umbi-umbian dan olahannya dibandingkan contoh pada SD swasta. Pada jenis pangan/makanan kelompok umbi-umbian yang dominan dikonsumsi contoh terdapat dua jenis pangan/makanan yang lebih banyak dikonsumsi
contoh
pada
SD
swasta
dibandingkan
SD
negeri.
Jenis
pangan/makanan tersebut yaitu French fries 7,16 g/kap/hari, dan pempek 1,44 g/kap/hari. Kelompok selanjutnya pangan hewani dan olahannya dapat dilihat pada Tabel 20. Jumlah dan jenis pangan yang dikonsumsi untuk pangan hewani dan olahannya ini lebih banyak pada SD swasta dibandingkan SD negeri. Jenis pangan hewani dan olahannya selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 3.
45
Tabel 20 Jumlah dan jenis pangan pangan hewani dan olahannya yang dominan di konsumsi contoh Jenis Makanan Ayam Bakso Daging sapi Ikan gurame Ikan mas Soto daging Susu cair Susu sapi Telur ayam Udang Worst (sosis daging)
Jumlah yg di konsumsi (g/kapita/hari) SD Swasta SD Negeri 46,67 17,06 28,66 22,64 8,15 1,46 4,20 0,73 5,68 5,16 6,20 3,13 34,35 9,28 54,84 16,52 30,36 47,37 6,08 0,21 5,40 1,22
Jenis pangan/makanan kelompok pangan hewani dan olahannya yang dikonsumsi contoh terdiri dari 46 jenis pangan/makanan. Contoh pada SD swasta lebih beragam dalam mengkonsumsi jenis pangan kelompok pangan hewani ini dibandingkan SD negeri. Sebagaimana Tabel 20, jenis pangan yang ditemukan sama-sama dikonsumsi contoh pada SD swasta dan SD negeri terlihat bahwa contoh pada SD swasta lebih banyak mengkonsumsi pangan/makanan kelompok pangan hewani dan olahannya dibandingkan contoh pada SD negeri. Pada jenis pangan/makanan kelompok pangan hewani yang dominan dikonsumsi contoh, tidak terdapat satupun pangan yang lebih banyak dikonsumsi contoh
pada
SD
negeri
dibandingkan
SD
swasta.
Perbedaan
jumlah
pangan/makanan yang dikonsumsi pada jenis pangan/makanan yang samasama dikonsumsi contoh pada SD swasta dan SD negeri cukup berbeda signifikan. Hal ini bisa dilihat pada Tabel 20 jenis pangan/makanan yaitu ayam, daging sapi, susu cair, dan susu sapi terlihat bahwa jumlah yang dikonsumsi contoh pada SD negeri hanya sepertiga dari jumlah yang dikonsumsi contoh pada SD swasta. Kelompok selanjutnya yaitu minyak dan lemak, buah.biji berminyak, dan gula dapat dilihat pada Tabel 21. Ketiga kelompok PPH ini tidak seperti kelompok PPH lainnya yang memiliki jenis pangan yang dikonsumsi beragam oleh contoh.
46
Tabel 21 Jumlah dan jenis pangan kelompok minyak dan lemak, buah/biji berminyak, dan gula serta olahannya yang di konsumsi contoh Jumlah yg di konsumsi (g/kapita/hari) SD Swasta SD Negeri 0,05 5,64 4,59 0,80 0,20 0,12 0,55 0,35 0,45 0,18 0,31 9,72 4,51 2,66 1,98
Jenis Makanan Gula kelapa Gula pasir Kelapa muda, air Kelapa muda, daging Kelapa setengah tua, daging Margarin Mentega Minyak kelapa sawit Santan (kelapa+air)
Tabel 21 menunjukkan jenis pangan pada ketiga kelompok PPH ini lebih beragam ditemukan pada SD swasta. Jumlah yang dikonsumsi pada jenis pangan yang ditemukan sama-sama dikonsumsi contoh pada SD swasta dan SD negeri terlihat bahwa contoh pada SD swasta umumnya lebih banyak mengkonsumsi jenis pangan ketiga kelompok PPH ini dibandingkan contoh pada SD swasta. Jenis pangan ketiga kelompok PPH ini yang dikonsumsi contoh terdapat tiga jenis pangan yang lebih banyak dikonsumsi contoh pada SD negeri dibandingkan SD swasta. Jenis pangan tersebut yaitu daging kelapa setengah tua 0,55 g/kap/hari, margarin 0,45 g/kap/hari, dan mentega 0,31 g/kap/hari. Kelompok kacang-kacangan dan olahannya yang dominan dikonsumsi contoh dapat dilihat pada Tabel 22. Ada 19 jenis pangan/makanan yang dikonsumsi contoh yang termasuk kelompok kacang-kacangan dan olahannya. Contoh pada SD negeri lebih beragam mengkonsumsi jenis pangan/makanan kelompok kacang-kacangan dan olahannya dibandingkan SD swasta. Jenis pangan yang dikonsumsi contoh selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 4. Secara
keseluruhan
jenis
pangan
yang
ditemukan
sama-sama
dikonsumsi contoh pada SD swasta dan SD negeri terlihat bahwa contoh pada SD swasta umumnya lebih banyak mengkonsumsi pangan/makanan tersebut dibandingkan contoh pada SD negeri. Sebagaimana Tabel 22, pada jenis pangan/makanan yang dominan dikonsumsi contoh terlihat bahwa terdapat empat jenis pangan/makanan yang lebih banyak dikonsumsi contoh pada SD swasta dibandingkan SD negeri. Jenis pangan tersebut yaitu kacang ijo, kacang tanah, kecap, dan tahu, sedangkan pada contoh SD negeri pun terdapat dua
47
jenis pangan yang lebih banyak dikonsumsi daripada SD swasta. Jenis pangan/makanan tersebut yaitu kacang kedelai dan tempe. Tabel 22 Jumlah dan jenis pangan kelompok kacang-kacangan dan olahannya yang dominan di konsumsi contoh Jenis Makanan Kacang ijo Kacang kedelei Kacang tanah Kecap Susu kedelai Tahu Tempe
Jumlah yg di konsumsi (g/kapita/hari) SD Swasta SD Negeri 0,34 0,23 0,40 2,68 0,42 0,03 1,84 0,65 3,20 3,13 6,14 3,75 8,58 10,16
Kelompok selanjutnya yaitu kelompok buah dan sayur. Kelompok buah yang dominan di konsumsi contoh disajikan pada Tabel 23. Tabel 23 Jumlah dan jenis pangan kelompok buah yang dominan di konsumsi contoh Jenis Makanan Apel Jambu biji Jeruk manis Melon Pepaya Pisang Semangka Strawberry
Jumlah yg di konsumsi (g/kapita/hari) SD Swasta SD Negeri 1,02 1,20 0,26 5,24 2,21 0,20 3,02 5,24 1,09 5,54 4,94 13,74 1,04 2,40 -
Terdapat 21 jenis pangan yang dikonsumsi contoh pada kelompok buah. Contoh pada SD swasta lebih beragam mengkonsumsi jenis pangan kelompok buah dibandingkan SD negeri. Jenis pangan yang dikonsumsi contoh selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 5. Jenis pangan kelompok buah yang ditemukan sama-sama dikonsumsi contoh pada SD swasta dan SD negeri terlihat bahwa contoh pada SD swasta umumnya lebih banyak mengkonsumsi pangan tersebut dibandingkan contoh pada SD negeri. Sebagaimana Tabel 23, pada jenis pangan yang dominan dikonsumsi contoh terlihat bahwa terdapat lima jenis pangan yang lebih banyak dikonsumsi contoh pada SD swasta dibandingkan SD negeri. Jenis pangan tersebut yaitu jambu biji, jeruk manis, papaya, pisang, dan semangka, sedangkan
48
pada contoh SD negeri terdapat satu jenis pangan yang lebih banyak dikonsumsi daripada SD swasta. Jenis pangan tersebut yaitu melon. Kelompok sayur yang dominan dikonsumsi contoh dapat dilihat pada Tabel 24. Pada kelompok sayur ini terdapat 22 jenis pangan yang dikonsumsi contoh. Contoh pada SD swasta lebih beragam mengkonsumsi jenis pangan kelompok sayur ini dibandingkan SD negeri. Jenis pangan yang dikonsumsi contoh selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 6. Tabel 24 Jumlah dan jenis pangan kelompok sayur dan olahannya yang dominan di konsumsi contoh Jenis Makanan Bayam Buncis Kacang panjang Kangkung Labu siam Sawi Sop kool dan wartel Toge Wortel
Jumlah yg di konsumsi (g/kapita/hari) SD Swasta SD Negeri 5,44 3,65 1,43 0,44 2,90 1,56 3,04 2,45 1,82 1,69 2,76 0,36 5,61 11,41 1,24 0,26 3,37 1,07
Secara keseluruhan jenis pangan kelompok sayur yang ditemukan samasama dikonsumsi contoh pada SD swasta dan SD negeri terlihat bahwa contoh pada SD swasta umumnya lebih banyak mengkonsumsi pangan tersebut dibandingkan contoh pada SD negeri. Sebagaimana Tabel 24, terlihat bahwa hanya satu jenis pangan kelompok sayur yang lebih banyak dikonsumsi contoh pada SD negeri dibandingkan SD swasta. Pangan tersebut yaitu sop kool dan wartel 11,41 g/kap/hari. Kelompok PPH yang terakhir yaitu kelompok lainnya yaitu jenis pangan yang tidak termasuk ke dalam delapan kategori kelompok di atas. Kelompok lainnya yang dominan dikonsumsi contoh dapat dilihat pada Tabel 25. Pada kelompok lainnya ini terdapat 31 jenis pangan yang dikonsumsi contoh. Contoh pada SD swasta lebih beragam mengkonsumsi jenis pangan kelompok lainnya ini dibandingkan SD negeri. Jenis pangan yang dikonsumsi contoh selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 7.
49
Tabel 25 Jumlah dan jenis pangan kelompok lainnya yang dominan di konsumsi contoh Jenis Makanan Coca cola Coklat susu, batang Es cream Fanta Frutang Jelly drink Mountea Nutrisari Pocari sweat The botol/kotak
Jumlah yg di konsumsi (g/kapita/hari) SD Swasta SD Negeri 2,60 2,40 1,21 1,86 2,60 1,04 52,16 0,99 1,56 4,06 3,04 72,38 1,73 9,80 2,60 10,98 5,47
Secara keseluruhan jenis pangan kelompok lainnya yang ditemukan sama-sama dikonsumsi contoh pada SD swasta dan SD negeri terlihat bahwa contoh pada SD swasta umumnya lebih banyak mengkonsumsi pangan tersebut dibandingkan contoh pada SD negeri. Pada Tabel 25 terlihat bahwa terdapat tiga jenis pangan kelompok lainnya yang lebih banyak dikonsumsi contoh pada SD negeri dibandingkan SD swasta. Pangan tersebut yaitu es cream 2,60 g/kap/hari, jelly drink 4,06 g/kap/hari, dan mountea 72,38 g/kap/hari. Tingkat Kecukupan Energi dan Zat Gizi Kebutuhan zat gizi (nutrient requirement) menggambarkan banyaknya zat gizi minimal yang diperlukan oleh setiap orang agar dapat hidup sehat. Kebutuhan gizi antar individu bervariasi, ditentukan atau dipengaruhi oleh jenis kelamin, usia, ukuran tubuh (berat badan dan tinggi badan), keadaan fisiologis (hamil dan menyusui), aktivitas fisik serta metabolisme tubuh (Hardinsyah et al 2002). Rata-rata konsumsi dan tingkat kecukupan energi dan zat gizi contoh disajikan pada Tabel 26. Tabel 26 menunjukkan bahwa rata-rata konsumsi zat gizi energi, protein, vitamin A, vitamin C, kalsium, besi, dan fosfor contoh pada SD swasta lebih tinggi dibandingkan contoh pada SD negeri. Untuk rata-rata tingkat kecukupan zat gizi energi, protein, vitamin A, vitamin C, kalsium dan fosfor lebih tinggi pada SD swasta dibandingkan SD negeri kecuali untuk tingkat kecukupan zat besi yang lebih tinggi pada SD negeri dibandingkan SD swasta. Hal ini dikarenakan ratarata angka kecukupan zat besi SD negeri lebih rendah dibandingkan SD swasta, masing-masing 14,8 mg dan 17,5 mg.
50
Tabel 26 Rata-rata konsumsi dan tingkat kecukupan energi dan zat gizi contoh Variabel
Rata-Rata
Zat Gizi
SD Swasta
SD Negeri
Energi (kkal)
1679
1546
Protein (g)
47,3
36,9
1099,8
606,3
Vitamin A (RE) Konsumsi
Tingkat Kecukupan
45,1
16,4
Kalsium (mg)
Vitamin C (mg)
1955,2
1318,1
Zat besi (mg)
13,4
12,1
Fosfor (mg)
903,7
603,2
Energi (kkal)
81,9
68,5
Protein (g)
94,3
85,8
Vitamin A (RE)
178,3
120,5
Vitamin C (mg)
88,4
38,3
Kalsium (mg)
206,9
148,1
Zat besi (mg)
85,5
89,5
Fosfor (mg)
89,5
71,7
Tingkat Kecukupan Energi Manusia membutuhkan energi untuk mempertahankan hidup, menunjang pertumbuhan dan melakukan aktivitas fisik. Energi diperoleh dari karbohidrat, lemak dan protein yang ada di dalam bahan makanan. Kandungan karbohidrat, lemak, dan protein suatu bahan makanan menentukan nilai energinya. Tingkat kecukupan energi dan protein dibedakan menjadi empat cut off points menurut DepKes (1996) diacu dalam Sukandar (2007) adalah: (1) defisit tingkat berat (<70% AKG); (2) defisit tingkat sedang (70-79% AKG); (3) defisit tingkat ringan (80-89% AKG); (4) normal (90-119% AKG); dan (5) kelebihan ( 120% AKG). Tabel 27 Sebaran contoh berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi Klasifikasi Defisit tk. Berat Defisit tk. sedang Defisit tk. ringan Normal Kelebihan Jumlah
SD Swasta N 37 27 25 27 9 125
% 29,6 21,6 20,0 21,6 7,2 100,0
SD Negeri n 61 10 9 13 3 96
% 63,5 10,5 9,4 13,5 3,1 100,0
Tabel 27 menunjukkan bahwa tingkat kecukupan energi contoh pada SD swasta maupun SD negeri umumnya mengalami defisit. Untuk SD negeri jumlah
51
contoh yang mengalami defisit tingkat berat melebihi separuh dari jumlah contoh. Adanya defisit tingkat berat pada SD negeri yang melebihi separuh contoh dikarenakan contoh pada SD negeri kurang mengkonsumsi pangan sumber energi dan juga frekuensi makan contoh yang kurang. Rata-rata contoh pada SD negeri makan 2 kali sehari. Untuk SD swasta pun tidak berbeda jauh dengan SD negeri. Walaupun pada SD swasta memiliki sistem penyelenggaraan makan di sekolah, tidak menjamin bahwa tingkat kecukupan energi contoh pada SD swasta mencukupi. Hal ini bisa dilihat dari jumlah contoh pada SD swasta yang mengalami defisit tingkat berat sebanyak 29,6%. Contoh pada SD swasta umumnya mengalami defisit untuk tingkat kecukupan energi dikarenakan, contoh pada SD swasta umumnya jarang menghabiskan makanan yang disediakan. Walaupun pihak sekolah menyediakan sistem penyelenggaraan makanan, akan tetapi contoh sering tidak menghabiskan makanan dengan alasan tidak suka ataupun tidak selera. Tingkat Kecukupan Protein Menurut Almatsier (2003), fungsi protein yaitu untuk pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan tubuh, pembentukan ikatan-ikatan esensial tubuh, mengatur keseimbangan air, memelihara netralitas tubuh, pembentukan antibodi, mengangkut zat-zat gizi, dan sebagai sumber energi. Tabel 28 menunjukkan bahwa contoh SD swasta umumnya mengalami tingkat kecukupan protein defisit tingkat berat (32,8%). Berbeda dengan contoh pada SD negeri umumnya termasuk kategori normal (32,3%). Hal ini dikarenakan rata-rata angka kecukupan protein SD negeri lebih rendah dibandingkan SD swasta, masing-masing 44,8 g dan 54 g. Tabel 28 Sebaran contoh berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan protein Klasifikasi Defisit tk. Berat Defisit tk. Sedang Defisit tk. Ringan Normal Kelebihan Jumlah
SD Swasta N 41 14 17 29 24 125
% 32,8 11,2 13,6 23,2 19,2 100,0
SD Negeri n 25 14 16 31 10 96
% 26,0 14,6 16,7 32,3 10,4 100,0
Bahan makanan hewani, merupakan sumber protein yang baik, seperti telur, susu, daging, unggas, ikan, dan kerang. Sumber protein nabati adalah
52
kacang kedelai dan hasilnya, seperti tempe dan tahu, serta kacang-kacangan lain (Almatsier 2003). Angka kecukupan protein bagi anak usia 10-12 tahun lakilaki dan perempuan adalah 50 g per hari (WNPG 2004). Tingkat Kecukupan Vitamin A Tingkat kecukupan vitamin dan mineral dibedakan menjadi dua cut off points menurut Gibson (2005) yaitu (1) kurang (<77% AKG); (2) cukup ( 77% AKG). Vitamin adalah zat-zat organik kompleks yang dibutuhkan dalam jumlah yang sangat kecil dan pada umumnya tidak dapat dibentuk oleh tubuh. Vitamin terdiri dari dua kategori yaitu larut lemak (vitamin A dan vitamin B), dan larut air (vitamin C). Mineral merupakan bagian dari tubuh dan memegang peranan penting dalam pemeliharaan fungsi tubuh, baik pada tingkat sel, jaringan, organ maupun fungsi tubuh secara keseluruhan. Mineral digolongkan ke dalam mineral makro, yaitu mineral yang dibutuhkan tubuh dalam jumlah lebih dari 100 mg perhari, misalnya kalsium (Ca) dan fosfor (P), dan mineral mikro dibutuhkan kurang dari 100 mg sehari, misalnya besi (Fe) (Almatsier 2003). Vitamin A essensial untuk pemeliharaan kesehatan dan kelangsungan hidup dan berbagai fungsi faali tubuh. Vitamin A berperan dalam fungsi penglihatan, diferensia sel, kekebalan, pertumbuhan dan perkembangan (Almatsier 2003). Tabel 29 Sebaran contoh berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan vitamin A Klasifikasi
SD Swasta
SD Negeri
N
%
n
%
Kurang
19
15,2
39
40,6
Cukup
106
84,8
57
59,4
Jumlah
125
100,0
96
100,0
Tabel 29 menunjukkan bahwa contoh pada SD swasta dan SD negeri umumnya memiliki tingkat kecukupan vitamin A berada pada kategori cukup. Hal ini mengindikasikan bahwa umumnya contoh cukup mengkonsumsi bahan makanan
sumber
vitamin
A.
Menurut
Almatsier
(2003)
pangan
yang
mengandung sumber karoten adalah sayuran berwarna hijau tua serta sayuran dan buah-buahan yang berwarna kuning-jingga, seperti wortel, tomat, daun singkong, daun kacang, kangkung, bayam, kacang panjang, buncis, pepaya, mangga dan nangka masak.
53
Angka kecukupan vitamin A bagi anak usia 10-12 tahun laki-laki dan perempuan adalah 600 RE per hari (WNPG 2004). Adanya defisiensi vitamin A pada contoh dapat merupakan kekurangan primer akibat kurang konsumsi, atau kekurangan sekunder karena gangguan penyerapan dan penggunaannya dalam tubuh, kebutuhan yang meningkat, ataupun karena gangguan pada konversi karoten menjadi vitamin A. Organ tubuh yang mengalami mengalami degradasi fungsi akibat defisiensi vitamin A adalah mata. Buta senja adalah salah satu tanda awal kekurangan vitamin A, selain itu juga dapat terjadi perubahan pada mata berupa xeroftalmia (Almatsier 2003). Tingkat Kecukupan Vitamin C Vitamin C di dalam tubuh berfungsi terkait dengan sifat alamiahnya sebagai antioksidan. Fungsi vitamin C lainnya yang penting di dalam tubuh yaitu sintesis kolagen, absorpsi dan metabolisme zat besi, absorpsi kalsium, dan mencegah infeksi (Almatsier 2003). Tabel 30 menunjukkan bahwa tingkat kecukupan vitamin C contoh pada SD negeri maupun SD swasta umumnya berada dalam kategori kurang. Hal ini diduga, contoh kurang mengkonsumsi pangan sumber vitamin C. Tabel 30 Sebaran contoh berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan vitamin C Klasifikasi
SD Swasta
SD Negeri
N
%
n
%
Kurang
89
71,2
89
92,7
Cukup
36
28,8
7
7,3
Jumlah
125
100,0
96
100,0
Sediaoetama (2006) menyebutkan bahwa defisiensi vitamin C memberi gejala penyakit skorbut dengan kerusakan terutama terjadi pada rongga mulut, pembuluh darah kapiler, dan jaringan tulang. Angka kecukupan vitamin C bagi anak usia 10-12 tahun laki-laki dan perempuan adalah 50 mg per hari (WNPG 2004). Almatsier (2003) menyebutkan bahwa vitamin C pada umumnya hanya terdapat di dalam pangan nabati, yaitu sayur dan buah terutama yang asam, seperti jeruk, nenas, rambutan, pepaya, dan gandaria. Vitamin C juga banyak terdapat di dalam sayuran daun-daunan dan jenis kol.
54
Tingkat Kecukupan Kalsium (Ca) Kalsium mempunyai berbagai fungsi dalam tubuh. Salah satu yang terpenting adalah pembentukan tulang dan gigi. Di dalam cairan ekstraseluler dan intraseluler kalsium memegang peranan penting dalam mengatur fungsi sel, seperti untuk transmisi saraf, kontaksi otot, penggumpalan darah, dan menjaga permeabilitas membran sel. Kalsium mengatur pekerjaan hormon-hormon dan faktor pertumbuhan (Almatsier 2003). Sebaran contoh berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan kalsium dapat dilihat pada Tabel 31. Tabel 31 Sebaran contoh berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan kalsium Klasifikasi
SD Swasta
SD Negeri
n
%
n
%
Kurang
68
54,4
59
61,5
Cukup
57
45,6
37
38,5
Jumlah
125
100,0
96
100,0
Tabel 31 diatas menunjukkan bahwa contoh pada SD swasta maupun SD negeri umumnya mengalami tingkat kecukupan kalsium kategori kurang. Hal ini dikarenakan contoh kurang mengkonsumsi bahan makanan sumber kalsium. Dan juga bisa dikarenakan bahwa umumnya contoh pada SD swasta dan SD negeri juga mengalami kekurangan vitamin C sehinggga berdampak pada kekurangan kalsium. Seperti yang disebutkan Almatsier (2003) bahwa vitamin C juga membantu absorpsi kalsium dengan menjaga agar kalsium berada dalam bentuk larutan. Selain vitamin C, vitamin D juga membantu absorpsi kalsium. Dengan adanya contoh kekurangan vitamin C, maka kekurangan kalsium dapat terjadi karena penyerapannya terganggu. Angka kecukupan kalsium bagi anak usia 10-12 tahun laki-laki dan perempuan adalah 1000 mg per hari (WNPG 2004). Menurut Almatsier (2003), sumber kalsium utama adalah susu dan hasil susu, seperti keju. Kekurangan kalsium pada masa pertumbuhan dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan. Tulang kurang kuat, mudah bengkok dan rapuh. Tingkat Kecukupan Besi (Fe) Tabel 32 menunjukkan bahwa contoh pada SD negeri (52,1%) umumnya memiliki tingkat kecukupan zat besi kategori cukup, sedangkan contoh pada SD swasta sebesar 56,8% berada pada tingkat kecukupan besi kurang. Menurut
55
Almatsier (2003), kehilangan zat besi dapat terjadi karena konsumsi makanan yang kurang seimbang atau gangguan absorpsi zat besi. Di samping itu kekurangan zat besi dapat terjadi karena perdarahan akibat cacingan atau luka dan akibat penyakit-penyakit yang mengganggu absopsi, seperti penyakit gastro intestinal. Tabel 32 Sebaran contoh berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan zat besi Klasifikasi
SD Swasta
SD Negeri
n
%
n
%
Kurang
71
56,8
46
47,9
Cukup
54
43,2
50
52,1
Jumlah
125
100,0
96
100,0
Angka kecukupan zat besi untuk anak laki-laki usia 10-12 tahun yaitu 13 mg per hari, sedangkan untuk anak perempuan usia 10-12 tahun yaitu 20 mg per hari (WNPG 2004). Almatsier (2003) menyebutkan zat besi berfungsi penting sebagai metabolisme energi, berperan dalam kemampuan belajar, dan sistem kekebalan. Pada anak-anak kekurangan besi menimbulkan apatis, mudah tersinggung, menurunnya kemampuan untuk berkonsentrasi dan belajar. Tingkat Kecukupan Fosfor (P) Fosfor mempunyai berbagai fungsi dalam tubuh, yaitu kalsifikasi tulang dan gigi, mengatur pengalihan energi, absorpsi dan transportasi zat gizi, bagian dari ikatan tubuh esensial, dan pengatur keseimbangan asam basa (Almatsier 2003). Tabel 33 menunjukkan bahwa contoh pada semua sekolah baik sekolah SD swasta maupun SD negeri mengalami tingkat kecukupan fosfor kategori kurang (< 77%). Tabel 33 Sebaran contoh berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan fosfor Klasifikasi
SD Swasta
SD Negeri
n
%
N
%
Kurang
92
73,6
81
84,4
Cukup
33
26,4
15
15,6
Jumlah
125
100,0
96
100,0
56
Angka kecukupan fosfor bagi anak usia 10-12 tahun laki-laki dan perempuan adalah 1000 mg per hari (WNPG 2004). Menurut Almatsier (2003), fosfor terdapat di dalam semua makanan, terutama makanan kaya protein, seperti daging, ayam, ikan, telur, susu dan hasilnya, kacang-kacangan dan hasilnya, serta serelia.