PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMAHAMI TEKS CERPEN SISWA KELAS VII I SMP NEGERI 1 MAGETAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DENGAN TEKNIK CERITA BERANTING TAHUN PELAJARAN 2014/2015
Fatkhur Rohman Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia
Abstrak. Model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang melibatkan siswa untuk bekerjasama dalam proses pembelajaran dan memecahkan masalah. Tujuan dari model pembelajaran kooperatif adalah membantu siswa mengembangkan kerjasama dan saling berinteraksi dengan teman, yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah dan menyelesaikan permasalahan yang dihadapi dengan cara berkolaborasi. Dengan demikian model ini dapat meningkatkan keterampilan berbahasa pada aspek membaca dan bercerita tentang teks yang dibacanya untuk meningkatkan pemahaman. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan memahami teks cerpen siswa Kelas VII I SMPN I Magetan melalui model pembelajaran kooperatif tahun pelajaran 2014/2015. Pada penelitian ini digunakan rancangan penelitian tindakan kelas. Hasil penelitian sebagai berikut. (1) Peningkatan kemampuan memahami pada tahap prabaca dicapai melalui fokus pembelajaran mengarahkan siswa pada aktivitas mengidentifikasi bahan pembelajaran yang sesuai. Kegiatankegiatan yang dilakukan siswa, meliputi kegiatan yang dilakukan secara berkelompok diantaranya mengidentifikasi struktur teks cerpen, mengidentifikasi rangkaian peristiwaperistiwa dalam teks cerpen, menyusun urutan-urutan penggalan teks cerpen secara sistematis, dan menyamakan pandangan tentang kegiatan identifikasi secara bersama-sama. (2) Peningkatan kemampuan memahami tahap saatbaca dicapai melalui fokus pembelajaran yang membimbing dan mengarahkan siswa untuk menemukan makna dan pesan teks cerpen. (3) Peningkatan kemampuan memahami pada tahap pascabaca dicapai melalui fokus pembelajaran yang mengarahkan siswa untuk mengungkapkan kembali penggalan teks cerpen baik secara lisan maupun secara tertulis. (4) Peningkatan prestasi belajar tampak dari perbandingan nilai yang diperoleh siswa pada dua siklus. Peningkatan prestasi belajar baik dari refleksi awal sampai penerapan siklus I dan siklus II. Ketidaktuntasan menurun dari refleksi awal yang mencapai 15 anak atau 53,5 %, turun menjadi 6 anak atau 21,4 NOSI Volume 3, Nomor 3, Agustus 2015____________________________________________Halaman | 398
% pada siklus I dan pada siklus II turun menjadi 2 atau 7,14 %. Sedangkan nilai terendah pada prasiklus sebesar 56, pada siklus II meningkat menjadi 64 dan meningkat pada siklus II menjadi 74. Rata-rata secara klasikal mengalami kenaikan dari 71,92 pada refleksi awal meningkat menjadi 78,25 dan meingkat menjadi 86,89 pada siklus II. Hal ini berarti upaya peningkatan prestasi belajar memahami teks cerpen dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif dengan teknik cerita beranting dapat dibuktikan kebenarannya. Kata kunci: peningkatan, kemampuan memahami, model, kooperatif PENDAHULUAN
Sebagai pengantar di dunia pendidikan bahasa Indonesia mempunyai posisi yang strategis yang tidak dapat digantikan dengan bahasa yang lain. Bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa melayu sebenarnya penggunanya terbatas dibandingkan dengan bahasa Jawa maupun Sunda. Tetapi bahasa Indonesia mempunyai seperangkat kaidah yang mudah dipahami konsep maupun implementasinya. Kesederhanaan sistem dan kaidahkaidahnya menjadikan bahasa Indonesia pada masa kemerdekaan ditetapkan sebagai bahasa nasional di Indonesia. Pembelajaran Bahasa Indonesia dalam kurikulum 2013 tidak menampakkan empat aspek keterampilan berbahasa seperti yang secara implisit disebutkan dalam kurikulum 2006. Tetapi pembelajaran Bahasa Indonesia tidak akan terlepas dari aspek tersebut. Langkah-langkah dalam pendekatan saintifik secara tersirat memunculkan hal itu. Seperti kegiatan mengamati, menanya, menganalogi, mengasosiasi, dan mengomunikasikan sebetulnya mempunyai kesepadanan dengan
empat aspek keterampilan berbahasa yang meliputi: membaca, berbicara, menulis, dan mendengarkan. Pemilihan teknik pembelajaran yang dilaksanakan dituntut adanya kreativitas dari seorang guru. Kreativitas adalah daya cipta yang dimiliki seseorang untuk menghasilkan sebuah komposisi, produk, atau gagasan apa saja yang secara substansial baru atau belum dikenal sebelumnya. Proses pembelajaran yang berkualitas diperlukan untuk menghasilkan output yang berkualitas, untuk memperbaiki pendidikan terlebih dahulu harus mengetahui bagaimana manusia belajar dan bagaimana cara pembelajaraannya. Ada tiga hal pokok yang harus diperhatikan seorang guru dalam melaksanakan teknik pembelajaran: (1) tahapan mengajar, (2) penggunaan model atau pendekatan mengajar, dan (3) penggunaan prinsip mengajar. Secara umum ada tiga pokok model pembelajaran dalam mengajar, yakni tahap permulaaan (pra instruksional), tahap pengajaran (instruksional), dan tahap penilaian atau tindak lanjut. Ketiga tahapan ini harus ditempuh setiap saat melaksanakan pembelajaran. Jika salah satu tahapan tersebut tidak
NOSI Volume 3, Nomor 3, Agustus 2015____________________________________________Halaman | 399
dimunculkan, maka tidak dapat dikatakan telah terjadi proses pembelajaran. Secara umum tujuan penelitian ini ialah “Meningkatkan kemampuan Memahami Teks Cerpen pada peserta didik kelas VII I SMP Negeri 1 Magetan melalui model pembelajaran kooperatif dengan teknik cerita beranting tahun pelajaran 2014/2015 “.Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun praktis. Secara teoritis, hasil penelitian ini dapat memberikan dasar konseptual bagi pengembangan teori pembelajaran keterampilan membaca di SMP. Selain itu, hasil ini juga juga dapat memperkaya prinsip-prinsip penerapan teknik cerita beranting dalam memahami nilai-nilai karakter cerpen yang menarik. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif karena berusaha untuk memperoleh data verbal dan nonverbal yang secara potensial dapat dianalisis untuk mendapatkan makna dan informasi tentang pemahaman nilai-nilai karakter dalam teks cerpen. Kedua jenis data tersebut diperoleh pada konteks latar alamiah, yakni dalam menemukan nilai-nilai karakter pada teks cerpen dengan teknik cerita beranting siswa kelas VII I SMP Negeri 1 Magetan. Data yang sudah terkumpul dianalisis secara induktif pada saat dan setelah penelitian berlangsung. Hasil analisis dinyatakan dalam bentuk deskripsi fenomeno-logis, bukan dalam bentuk perhitungan
angka-angka. Hal ini sesuai dengan karak-teristik penelitian kualitatif, yaitu (1) dilakukan pada kondisi yang alamiah, langsung ke sumber data dan peneliti sebagai instrumen kunci, (2) bersifat deskriptif, yakni data yang dikumpulkan lebih banyak berbentuk kata-kata dan gambar daripada angka, (3) selain pada hasil ditekankan juga pada proses, (4) analisis data dilakukan secara induktif, dan (5) lebih mengutamakan makna. Bogdan dan Biklen (dalam Sugiyono, 2013:2122). Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas (PTK). Rancangan PTK digunakan karena beberapa alasan. Pertama, masalah yang akan dicari-kan solusinya adalah masalah yang akan ditemukan dalam praktek pembelajaran menemukan nilai-nilai karakter teks cerpen dan intervensi yang dilakukan adalah untuk memperbaiki pembelajaran, meningkatkan hasil belajar, dan menemukan alternatif pengelolaan kelas yang lebih kondusif dalam pembelajaran memahami nilai-nilai karakter cerpen. Kedua adanya kolaborasi antara peneliti dan guru dalam hal perencanaan, pelaksanaan, dan pengambilan kesimpulan terhadap proses pembelajaran Memahami Teks Cerpen dengan teknik cerita beranting. Ketiga refleksi terhadap proses pembelajaran Memahami Teks Cerpen dengan teknik cerita beranting dilakukan secara berkelanjutan. Tujuan utama PTK adalah memecahkan permasalahan nyata yang terjadi di dalam kelas. Kegiatan penelitian ini tidak saja bertujuan
NOSI Volume 3, Nomor 3, Agustus 2015____________________________________________Halaman | 400
untuk memecahkan masa-lah, tetapi sekaligus mencari jawaban ilmiah mengapa hal tersebut dapat dipecahkan dengan tindakan yang dilakukan. PTK juga bertujuan memperbaiki berbagai perso-alan nyata dan praktis dalam peningkatan mutu pembelajaran di kelas, yang dialami langsung dalam interaksi antara guru dengan peserta didik yang sedang belajar. Pelaksanaan penelitian tindakan direncanakan melalui beberapa tahap yang berlangsung dalam bentuk siklus, yang dikembangkan berdasarkan desain PTK model Kemmis dan McTaggart. Tahapantahapan penelitian tindakan selaras dengan pelaksanaan pembelajaran, yaitu persiapan (planning), pelaksanaan pembelajaran (action), observasi kegiatan pembelajaran (observation), evaluasi proses dan hasil pembelajaran (evaluation), dan refleksi proses dan hasil pembelajaran (reflection). (Sukarno, 2009:11). Empat komponen tersebut merupakan kegiatan yang dilaksanakan dalam satu siklus. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Magetan. Sekolah ini di Jalan Kartini No. 4 Magetan. Penelitian dimulai dengan studi pendahuluan pada bulan Maret tahun 2015. Sasarannya pada perangkat pembelajaran, proses pembelajaran, penilaian proses dan hasil pembelajaran berupa hasil tes membaca peserta didik dalam Memahami Teks Cerpen oleh peserta didik kelas VII I SMP Negeri 1 Magetan. Pelaksanaan pembelajaran dalam beberapa siklus. Siklus I tanggal 18, 20, dan 21 Mei 2015, Siklus II pada tanggal 25, 27, dan 28 Mei 2015 dan jika memungkinkan
ada siklus berikutnya akan ditentukan pada pertemuan selanjutnya. Mengingat sasaran penelitian adalah seluruh anggota penelitian, maka lebih cocok digunakan istilah subjek penelitian. Mengingat sasaran penelitian adalah selu-ruh peserta didik Kelas VII I, maka yang digunakan dalam penelitian ini adalah subjek penelitian yakni peserta didik kelas VII I SMP Negeri 1 Magetan pada Semester 2 Tahun Pelajaran 2014/2015. Adapun jumlah subjek penelitian dalam penelitian ini adalah kelas VII I yang berjumlah 28 peserta didik. Secara realitas, pembelajaran bahasa Indonesia (membaca) di kelas VII I SMP Negeri 1 Magetan masih rendah. Dan berdasarkan refleksi awal kemampuan anak dalam Memahami Teks Cerpen masih di bawah standar ketuntasan minimal (SKM), dimana untuk kompetensi dasar Memahami Teks Cerpen SKM yang ditentukan adalah 75. Hasil pemantauan menunjukkan bahwa dari 28 peserta didik, yang mencapai ketuntasan hanya sekitar 12 anak 40 % sedangkan yang belum tuntas sebanyak 16 anak atau 60%. Dan oleh karena penelitian ini dilaksanakan. Data penelitian ini bewujud data verbal dan non-verbal yang bersumber dari tindakan dan hasil pembelajaran. Data diperoleh dari pengamatan awal, observasi, wawancara, refleksi, dan lembar kerja peserta didik. Dalam rangka mengumpulkan dan menganalisis data, penelitian tindakan kelas tentang peningkatan kemampuan Memahami Teks Cerpen peserta didik kelas VII I SMP Negeri 1
NOSI Volume 3, Nomor 3, Agustus 2015____________________________________________Halaman | 401
Magetan ini menggunakan beberapa jenis instrumen, yakni (1) peneliti sebagai instrumen utama dan (2) panduan wawancara (interview guide) dan lembar pengamatan (observation sheet) dan beberapa lembar instrumen pendamping. Sejalan dengan pendapat Sugiyono (2009: 30) peneliti sebagal instrumen utama atau instrumen kunci merupakan perencana tindakan, pengumpul data, penafsir data, dan pelapor basil penelitian. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pelaksanaan penelitian ini menjelaskan tentang jumlah putaran (cyde) yang dilaksanakan dalam rangka memecahkan masalah yang telah ditetapkan dengan masingmasing putaran terdiri dari tahap perencanaan (planning), pelaksanaan (implementing), observasi (observing), dan refleksi (reflecting). Berdasarkan temuan permasalahan pada identifikasi awal, disusunlah rencana tindakan perbaikan dari masalah-masalah yang ditemui dalam proses pembelajaran menemukan nilai-nilai karakter. Penyusunan rencana tindakan ini berlandaskan pada prinsip kolaborasi antara peneliti dan praktisi. Rencana tindakan yang disusun berkaitan dengan memahami teks cerpen dengan teknik cerita beranting yang mencakup hal-hal sebagai berikut. (a) Menyusun rencana memahami teks cerpen dengan teknik cerita beranting yang meliputi (a) tujuan pembelajaran, (b) kegiatan belajar mengajar, (c) materi
pembelajaran, (d) media pembelajaran, dan (e) evaluasi pembelajaran. (b) Menyusun indikator dan kriteria pencapaian peserta didik dalam Memahami Teks Cerpen dengan teknik cerita beranting. (c) Menyusun pedoman pengamatan, pedoman wawancara, pedoman analisis dokumentasi. Rencana kegiatan di atas disusun decara kolaboratif antara peneliti dan guru bidang studi (praktisi). Hal ini sesuai dengan sifat penelitian tindakan kelas, yaitu bersifat kolaboratif partisipatoris. Praktisi perlu memahami secara komprehensif tentang strategi dan tindakan yang akan dilakukan. Kegiatan yang ditempuh sehubungan dengan maksud tersebut adalah melakukan diskusi antara peneliti dan praktisi tentang rencana tindakan dalam Memahami Teks Cerpen dengan teknik cerita beranting dan mensimulasikannya. Kegiatan simulasi dilakukan dengan memanfaatkan waktu istirahat, akhir jam pelajaran, atau waktu yang ditentukan oleh guru. Dengan demikian, guru sebagai praktisi dapat melakukan tindakan secara efektif dan efisien. Pada tahap pramembaca, rencana pembelajaran difokuskan pada kegiatan menemukan bahan bacaan, memilih bahan bacaan, dan membaca selayang pandang. Tahap saat baca, rencana pembelajaran difokuskan pada membaca dalam hati dilanjutkan membaca bersuara secara beranting. Tahap pascabaca, rencana pembelajaran difokuskan pada menemukan pokok-pokok teks
NOSI Volume 3, Nomor 3, Agustus 2015____________________________________________Halaman | 402
cerpen dan menceritakan isi teks cerpen secara beranting dengan teman kelompoknya. Pelaksanaan tindakan pada prinsipnya menjelaskan tentang pelaksanaan rencana strategi pembelajaran yang disusun, sekaligus jumlah pertemuan yang diperlukan untuk pelaksanaan pembelajaran. Pada kegiatan penelitian ini merupakan realisasi dari rencana tindakan dan dilakukan secara kolaboratif dengan guru. Ada dua macam kegiatan yang dilakukan secara bersamaan antara guru dan peneliti. Kegiatan yang dilakukan oleh guru adalah melaksanakan pembelajaran dan evaluasi pembelajaran menemukan nilai-nilai karakter teks cerpen dengan teknik cerita beranting. Pada saat ini juga peneliti melakukan pengamatan terhadap pelaksanaan pembelajaran dan evaluasi menemukan nilai-nilai karakter teks cerpen dengan teknik cerita beranting. Pelaksanaan tindakan berlangsung dalam beberapa siklus dan dalam setiap siklus dibagi atas tiga pertemuan.. Satu pertemuan menggunakan waktu dua jam pelajaran (2 x 40 menit). Fokus tindakan setiap siklus berupa implementasi teknikcerita beranting dalam pembelajaran Memahami Teks Cerpen. Pada tahap pelaksanaan tindakan ini, guru melaksanakan pembelajaran berdasarkan rencana tindakan yang telah disusun secara kolaboratif antara peneliti dan praktisi. Pelaksanaan tindakan yang dimaksud adalah sebagai berikut. (a) Guru melaksanakan pembelajaran menemukan nilai-nilai karakter teks cerpen
dengan teknik cerita beranting di kelas VII I SMP Negeri 1 Magetan. Pelaksanaan pembelajaran yang telah disusun sebelumnya. Pembelajaran dilakukan mulai tanggal 18 sampai dengan 28 Mei 2015. (b) Melakukan pengamatan terhadap pelaksanaan pembelajaran secara cermat dan seksama. Secara komprehensif, semua gejala yang muncul dalam proses pembelajaran direkam atau dicatat oleh peneliti dalam bentuk catatan lapangan sebagai hasil dari kegiatan pengamatan. (c) Selanjutnya, hasil pengamatan itu didiskusikan oleh peneliti dengan guru sebagai dasar untuk perbaikan pelaksanaan tindakan selanjutnya. Observasi dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan pembelajaran dengan tujuan untuk mendapatkan berbagai data yang diperlukan serta mengetahui kendala yang dihadapi guru dan peserta didik berkaitan dengan pembelajaran memahami teks cerpen melalui teknik cerita beranting. Dengan kata lain, kegiatan pengamatan ini dimaskudkan untuk mengenali, merekam, dan mendokumentasikan semua indikator (baik proses maupun hasil) yang terjadi sebagai akibat dari tindakan. Pengamatan dilakukan mulai dari siklus pertama sampai dengan siklus kedua. Hasil pengamatan ini didiskusikan oleh peneliti dan praktisi secara kritis dan seksama, kemudian hasilnya diperlukan untuk kepentingan refleksi. Pengamatan
NOSI Volume 3, Nomor 3, Agustus 2015____________________________________________Halaman | 403
yang dilakukan dalam satu siklus akan memberikan masukan dan dijadikan dasar bagi penyusunan rencana tindakan perbaikan pada siklus berikutnya. Berhasil tidaknya tindakan yang diberikan dapat dilihat dari hasil pengamatan setiap siklus. Pada akhir tindakan setiap tahap pembelajaran, dilakukan kegiatan refleksi. Dalam kegiatan ini, peneliti dan praktisi mendiskusikan dan membahas secara kritis dan seksama hasil pengamatan maupun data penunjang lainnya yang berkaitan dengan Memahami Teks Cerpen dengan teknik cerita beranting yang telah dilakukan. Hal-hal yang dibahas dan didiskusikan, yaitu (1) tindakan yang telah dilakukan, (2) perbedaan antara perencanaan tindakan dengan pelaksanaan tindakan yang telah dilakukan, (3) kendala-kendala yang ditemui dalam pelaksanaan pembelajaran dan mencari solusinya, dan (4) melakukan interprestasi, pemaknaan, dan penyimpulan data yang diperoleh. Hasil refleksi ini memberi masukan bagi peneliti untuk menentukan sikap bagi pelaksanaan siklus berikutnya. Selain itu, hasil ini dijadikan dasar untuk menyusun rencana pembelajaran berikutnya sebagai tindakan perbaikan atau penyempurnaan pelaksanaan pembelajaran sebelumnya. Daur tindakan akan berhenti apabila telah mencapai indikator hasil pembelajaran yang telah ditetapkan. Hasil refleksi tersebut akan digunakan sebagai dasar bagi penyusunan rencana tindakan siklus berikutnya. Dan siklus di akhiri jika peserta didik telah mencapai standar
ketuntasan minimal 70 baik secara individu maupun 80% klasikal. Analilsis data dilakukan berdasarkan tahapan analisa model mengalir yang dikemukakan Sukarno (2009: 97). Kegiatan analisis tersebut ada tiga tahapan yakni (1) tahap reduksi data, (b) tahap paparan data serta interpretasi, dan (3) tahap penyimpulan hasil analisis. Analisis data dapat dilakukan selama dan sesudah penelitian dengan bertumpu pada proses dan hasil belajar membaca. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh kolaborator terhadap proses kegiatan pembelajaran dalam siklus I, diperoleh gambaran sebagai berikut. Pengamatan Terhadap Kinerja Guru. Sebelum pembelajaran, guru terlebih dahulu memeriksa kesiapan siswa, hanya saja kurang maksimal sebab saat guru meminta siswa untuk menyiapkan alat tulis dan buku pelajaran sebagian besar siswa tidak langsung mengikuti perintah guru. Suara guru terdengar kurang lantang, sementara situasi anak-anak masih banyak yang ramai bahkan masih ada yang berkeliaran di dalam kelas. Apersepsi yang dilaksanakan oleh guru belum dapat berjalan dengan baik, apa yang disampaikan oleh guru dalam apersepsi belum dapat membuat situasi dan kondisi kelas kondusif masih cenderung ramai. Guru belum menunjukkan penguasaan materi pembelajaran dengan baik, hal ini terlihat dari kemampuan guru dalam menjelaskan materi secara detail dan menarik bagi siswa, menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan, serta pembimbingan guru kepada
NOSI Volume 3, Nomor 3, Agustus 2015____________________________________________Halaman | 404
peserta didik yang mengalami kesulitan belum optimal dan intens. Dalam hal penerapan terhadap metode pembelajaran kooperatif dengan teknik cerita beranting dalam pembelajaran, masih perlu ditingkatkan. Pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru belum dapat berjalan secara sistematis walaupun guru telah mampu menguasai kelas dengan baik. Guru terlihat belum mampu mengatur waktu dalam kegiatan pembelajaran dengan baik karena kegiatan pembelajaran belum selesai tetapi waktu habis. Berdasarkan hasil pengamatan dalam kegiatan pembelajaran siklus I, skor nilai hasil pengamatan terhadap kinerja guru memperoleh skor total sebesar 83. Dari hasil ini berarti besarnya nilai kinerja guru dalam pembelajaran adalah (83X2)/24 = 6,9. Hasil penghitungan menunjukkan kinerja guru dalam pembelajaran termasuk dalam kriteria cukup. Pengamatan terhadap Kinerja Siswa. Kesiapan siswa dalam mempersiapkan alat pelajaran sebelum pembelajaran dimulai kurang baik, sebagian besar siswa ramai sendiri dan sebagian yang lain kurang merespon terhadap apersepsi guru. Secara umum siswa terlihat ceria, senang, dan mengerjakan perintah guru walaupun terkadang agak terpaksa. Berdasarkan hasil pengamatan pada lembar pedoman observasi, siswa memperoleh skor 48. Perolehan skor ini dapat dihitung nilai keaktifan siswa dalam pembelajaran sebesar (48X2)/15 = 6,4. Berdasarkan pada kriteria nilai
keaktifan siswa dalam pembelajaran yang terdapat pada lembar observasi, hasil penghitungan menunjukkan keaktifan siswa dalam pembelajaran termasuk dalam kategori cukup. Kelemahan-kelemahan dalam pembelajaran siklus I (a) Persiapan siswa dan apersepsi guru kurang maksimal. (b) Guru belum menunjukkan penguasaan materi pembelajaran dengan baik. (c) Pemanfaatan alokasi waktu tidak sesuai perencanaan. (d) Pemanfaatan sumber/media pembelajaran masih kurang. (e) Hal-hal yang Mendukung Proses Pembelajaran Siklus I (f) Guru dapat menciptakan suasana belajar cukup kondusif. (g) Guru telah dapat menumbuhkan partisipasi aktif, keceriaan, dan antusiasme siswa pada saat pembelajaran. (h) Guru telah menunjukkan sikap terbuka terhadap respon siswa. (i) Secara umum siswa terlihat senang, tertarik, dan mengerjakan perintah guru. Hasil tes kemampuan memahami teks cerpen yang berjudul “Reuni” siklus I dipaparkan dalam tabel berikut ini.
NOSI Volume 3, Nomor 3, Agustus 2015____________________________________________Halaman | 405
Tabel 4.3 Kelas Interval Kemampuan Memahami Teks Cerpen Siklus I
No mor 1 2 3 4 5
Kelas Interval 55 – 64 65 – 74 75 – 84 85 – 94 94 – 100
Berdasarkan tabel di atas, dapat diinterpretasikan sebagai berikut. Siswa yang telah mencapai ketuntasan, yakni telah mendapat nilai minimal 75 sebanyak 22 siswa atau 78,6 %. Siswa yang belum mencapai ketuntasan sebanyak 6 siswa atau 21,4 %. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh kolaborator terhadap proses kegiatan pembelajaran dalam siklus II, diperoleh gambaran sebagai berikut. Sebelum pembelajaran, guru terlebih dahulu memeriksa kesiapan siswa, pada tahapan ini kondisi siswa sudah bagus sebab saat guru meminta siswa untuk menyiapkan alat tulis dan buku pelajaran sebagian besar siswa langsung mengikuti perintah guru. Suara guru terdengar lantang dan jelas, sementara situasi anakanak secara mental dan fisik sudah siap mengikuti pembelajaran dengan berbagai peralatan yang akan diperlukan. Apersepsi yang dilaksanakan oleh guru sudah berjalan dengan baik, apa yang disampaikan oleh guru dalam apersepsi dapat membuat situasi dan kondisi kelas kondusif dan terasa nyaman. Guru sudah menunjukkan penguasaan materi pembelajaran dengan baik, hal ini terlihat dari kemampuan guru dalam menjelaskan materi secara detail dan menarik bagi siswa, menciptakan
Frekuensi Jumlah 1 5 18 3 1
Persentase 3,6 % 17,8 % 64,2 % 10,7 % 3,6 %
suasana pembelajaran yang menyenangkan, serta pembimbingan guru kepada peserta didik tidak mengalami kesulitan. Dalam hal penerapan terhadap model pembelajaran kooperatif dengan teknik cerita beranting dalam pembelajaran, sudah maksimal. Pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru sudah dapat berjalan secara sistematis dan guru telah mampu menguasai kelas dengan baik. Guru terlihat sudah mampu mengatur waktu dalam kegiatan pembelajaran dengan baik karena kegiatan pembelajaran selesai tepat ketika waktu habis. Berdasarkan hasil pengamatan dalam kegiatan pembelajaran siklus II, skor nilai hasil pengamatan terhadap kinerja guru memperoleh skor total sebesar 105. Dari hasil ini berarti besarnya nilai kinerja guru dalam pembelajaran adalah (105 X 2) / 24 = 8,75. Hasil penghitungan menunjukkan kinerja guru dalam pembelajaran termasuk dalam kriteria sangat baik. Kesiapan siswa dalam mempersiapkan alat pelajaran sebelum pembelajaran dimulai sudah baik, sebagian besar siswa secara fisik danmental merespon terhadap apersepsi guru. Semua siswa terlihat ceria, senang, dan mengerjakan perintah guru dan tidak ada yang terpaksa. Berdasarkan hasil
NOSI Volume 3, Nomor 3, Agustus 2015____________________________________________Halaman | 406
pengamatan pada lembar pedoman observasi, siswa memperoleh skor 63. Perolehan skor ini dapat dihitung nilai keaktifan siswa dalam pembelajaran sebesar (63 X 2) / 15 = 8,4. Berdasarkan pada kriteria nilai keaktifan siswa dalam pembelajaran yang terdapat pada lembar observasi, hasil penghitungan menunjukkan keaktifan siswa dalam pembelajaran termasuk dalam kategori baik. Kelemahan-kelemahan dalam pembelajaran siklus II sebagai berikut. (a) Persiapan beberapa siswa dan apersepsi guru kurang maksimal. (b) Guru sudah menunjukkan penguasaan materi pembelajaran dengan baik walaupun kurang variatif. (c) Pemanfaatan alokasi waktu ada sedikit tidak sesuai perencanaan.
(d) Pemanfaatan sumber/media pembelajaran kurang variatif. Hal-hal yang mendukung proses pembelajaran siklus II sebagai berikut. (a) Guru dapat menciptakan suasana belajar cukup kondusif. (b) Guru telah dapat menumbuhkan partisipasi aktif, keceriaan, dan antusiasme siswa pada saat pembelajaran. (c) Guru telah menunjukkan sikap terbuka dan selalu memotivasi terhadap respon siswa. (d) Semua siswa terlihat senang, tertarik, dan mengerjakan perintah guru. Hasil tes kemampuan memahami teks cerpen yang berjudul “Pak, Nenek Saya Meninggal Dunia” siklus II dipaparkan dalam tabel berikut ini.
Tabel 4.6 Kelas Interval Kemampuan Memahami Teks Cerpen Siklus II
Nomor 1 2 3 4 5
Kelas Interval 55 – 64 65 – 74 75 – 84 85 – 94 95 – 100
Frekuensi Jumlah 0 2 10 13 3
Berdasarkan tabel di atas, dapat diinterpretasikan sebagai berikut. Siswa yang telah mencapai ketuntasan, yakni telah mendapat nilai minimal 75 sebanyak 26 siswa atau 92,8 %. Siswa yang belum mencapai ketuntasan, yakni mendapat nilai dibawah 75 sebanyak 2 siswa atau 7,1 %. Berdasarkan penjelasan deskripsi pembelajaran dari siklus I
Persentase 0% 7,1 % 35,7 % 46,4 % 10,7 % dan siklus II dapat diambil beberapa pembahasan sebagai berikut. Guru terus berusaha memperbaiki proses pembelajaran dalam tiap siklus pembelajaran. Hal ini dilakukan oleh guru dalam menindaklanjuti hasil refleksi yang disampaikan guru bersama kolaborator melalui diskusi bersama sebelum kegiatan pembelajaran siklus tindakan berikutnya dilaksanakan.
NOSI Volume 3, Nomor 3, Agustus 2015____________________________________________Halaman | 407
Guru terus berusaha menumbuhkan suasana pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa dan menambah motivasi siswa. Beberapa langkah yang dilakukan oleh guru antara lain dengan cara membentuk kelompok belajar siswa yang beranggotakan 4 s. d 7 orang, senantiasa member penjelasan kepada siswa tentang pentingnya kerjasama dalam kelompok, berkeliling kelas siswa sejak awal persiapan pembelajaran, mempersiapkan dan melakukan apersepsi sebaik mungkin. Guru selalu berusaha melakukan bimbingan kepada siswa yang mengalami kesulitan. Hal ini
dilakukan guru tidak hanya kepada tiap-tiap kelompok saja tetapi juga langsung kepada tiap individu siswa yang mengalami kesulitan. Pada saat siswa bekerjasama dalam kelompok, guru berkeliling mengunjungi siswa secara bergantian untuk memberikan bimbingan. Nilai kinerja guru berdasarkan hasil observasi semakin meningkat, yaitu: pada kegiatan pembelajaran siklus I sebesar 6,90 (cukup), siklus II sebesar 8,75 (sangat baik). Sedangkan rata-rata 7, 83(baik). Nilai kinerja guru sebagaimana dipaparkan dalam tabel 4 di bawah ini.
Tabel 5.1 Kinerja Guru
NO 1 2
KINERJA NILAI KATEGORI GURU Siklus I 6,90 Cukup Siklus II 8,75 Sangat Baik
Berdasarkan hasil observasi, menunjukkan bahwa siswa aktif selama proses pembelajaran siklus I dan siklus II. Kesiapan siswa dalam menyiapkan alat pelajaran sebelum pembelajaran dan respon terhadap apersepsi guru semakin meningkat. Hal ini menunjukkan upaya guru dalam meningkatkan persiapan siswa melalui pendekatan personal yakni dengan cara berkeliling ke dekat bangku siswa dan memotivasi serta memberikan arahan kepada siswa membuahkan hasil. Hal ini juga menunjukkan bahwa pada dasarnya siswa cenderung akan lebih siap menerima materi pembelajaran apabila guru memberikan perhatian ekstra kepadasiswa. Perhatian siswa terhadap penjelasan guru mengenai tema
pembelajaran yang sedang disajikan, semakin meningkat, siswa semakin focus untuk mendengarkan penjelasan guru. Perhatian siswa ini meningkat seiring dengan meningkatkan kemampuan guru dalam mengondisikan suasana kelas hingga siap untuk menerima dan mengikuti proses pembelajaran. Siswa terlihat bertambah aktif dalam kerjasama kelompok dalam mengikuti kegiatan pembelajaran dari siklus I dan siklus II. Tindak lanjut guru berdasarkan diskusi refleksi dengan kolaborator menjadikan siswa secara bertahap menjadi semakin menyadari akan pentingnya kerjasama dalam belajar kelompok sehingga siswa yang tadinya kurang aktif menjadi lebih aktif.
NOSI Volume 3, Nomor 3, Agustus 2015____________________________________________Halaman | 408
Berdasarkan hasil pengamatan pada lembar pedoman pengamatan, skor keaktifan siswa pada kegiatan pembelajaran siklus I adalah 6,4 (cukup). Siklus II adalah 8,4 (baik).
Rata-rata keaktifan siswa adalah 7,4 (baik). Keaktifan siswa selama pembelajaran sebagaimana dipaparkan dalam tabel berikut di bawah ini.
Tabel 5.2 Keaktifan Siswa
N O 1 2
KEAKTIFAN
NILAI
Siklus I Siklus II
6,4 8,4
Pencapaian Kemampuan Memahami Teks Cerpen 1) Nilai tes siswa sebelum penerapan model pembelajaran kooperatif dengan teknik cerita beranting. Hasil tes formatif yang
KATEG ORI Cukup Baik
dilaksanakan oleh guru dalam pembelajaran sebelum penerapan model pembelajaran kooperatif dengan teknik cerita beranting dipaparkan dalam tabel berikut.
Tabel 5.3 Kelas Interval Kemampuan Memahami Teks Cerpen Pratindakan
No mor 1 2 3 4 5
Kelas Interval 55 – 64 65 – 74 75 – 84 85 – 94 95 – 100
Berdasarkan pada tabel 10 dapat diinterpretasikan sebagai berikut. (a) Siswa yang telah mencapai ketuntasan, yakni telah mendapat nilai minimal 75 sebanyak 13 orang atau 46,4 %. (b) Siswa yang belum mencapai ketuntasan, yakni belum mendapat nilai minimal 75 sebanyak 15 orang atau 53,5 %. (c) Nilai Tes Siswa Setelah Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif dengan Teknik Cerita Beranting
Frekuensi Jumlah 8 7 10 2 1
Persentase 28,5 % 25 % 35,7 % 7,1 % 3,5 %
(d) Hasil penilaian yang dilaksanakan setiap akhir proses pembelajaran pada siklus I dan siklus II mengalami peningkatan: Jumlah siswa yang mencapai KKM berdasarkan hasil tes siswa dalam kegiatan pembelajaran pada siklus I adalah 22 siswa (78,5 %) dan siklus II sebanyak 26 siswa (92,8 %). Pencapaian nilai rata-rata kelas berdasarkan tes pada siklus I adalah 78,25 dan pada siklus II adalah 86,89. Dari rata-rata tersebut berarti ada kenaikan nilai rata-rata sebesar 8,64 poin dari sklus I.
NOSI Volume 3, Nomor 3, Agustus 2015____________________________________________Halaman | 409
Pencapaian kemampuan memahami Teks Cerpen siswa dalam pembelajaran dari pra siklus, siklus I,
dan sklus II berdasarkan hasil tes, dapat dipaparkan dalam tabel berikut:
Tabel 5.4 Nilai Kemampuan Memahami teks Cerpen
O
N KEGIATAN PEMBELAJARAN 1 2 3
Pra Siklus Siklus I Siklus II
NILAI RATARATA 71,42 78,25 86,89
KETUNTA SAN SISWA (%) 46,4 % 78,5 % 92,8 %
Pencapaian kemampuan memahami teks cerpen siswa dalam kegiatan pembelajaran pra siklus, siklus I, dan siklus II berdasarkan hasil tes, dipaparkan dalam grafik batang berikut:
Grafik 5.4 Perbandingan Nilai Rata-rata dan Prosentase Ketuntasan
SIMPULAN DAN SARAN Secara umum dapat disimpulkan bahwa kemampuan memahami teks cerpen siswa kelas VII I SMPN 1 Magetan Kabupaten Magetan dapat ditingkatkan melalui penerapan model pembelajaran kooperatif dengan teknik cerita beranting. Peningkatan kemampuan tersebut dilakukan melalui pelaksanaan tindakan dalam dua siklus. Secara khusus berikut dikemukakan kesimpulan tentang peningkatan kemampuan memahami teks cerpen siswa kelas VII I SMPN 1 Magetan melalui model pembelajaran kooperatif dengan
teknik cerita beranting. Keseluruhan kesimpulan didasarkan pada hasil dan temuan penelitian serta pembahasan yang telah dikemukakan pada bab-bab sebelumnya. Berdasarkan hasil dan temuan penelitian siklus I dan II serta pembahasan dapat disimpulkan beberapa hal berikut. Peningkatan kemampuan siswa memahami teks cerpen siswa kelas VII I SMPN 1 Magetan pada tahap pra membaca dicapai melalui proses pembelajaran memahami teks cerpen yang diarahkan pada kemampuan siswa untuk memahami beberapa jenis teks cerpen dengan berbagai ragamnya. Kegiatan siswa
NOSI Volume 3, Nomor 3, Agustus 2015____________________________________________Halaman | 410
difokuskan pada mengidentifikasi topic dan sub topic teks, mengungkapkan pengetahuan tentang fakta, peristiwa, definisi dan konsep yang terdapat dalam teks, mengidentifikasi bagian-bagian teks, memprediksi isi teks, dan memindai kosakata tertentu dalam teks. Peningkatan kemampuan siswa memahami teks cerpen siswa kelas VII I SMPN 1 Magetan pada tahap saat baca dicapai melalui proses pembelajaran membaca yang diarahkan pada kemampuan siswa untuk menemukan jawaban sementara dan pencarian data dalam teks cerpen. Kegiatan siswa difokuskan pada mencermati dan memahami teks bacaan, memanfaatkan pengetahuan dan pengalaman dalam memaknai teks bacaan, member contoh baru berdasarkan fakta, peristiwa, definisi, atau konsepyang terdapat dalam teks, mencari bukti dan petunjuk tentang hal penting dalam teks bacaan, mengidentifikasi gagasan pokok pada teks bacaan, membedakan dan menganalisis pesan atau amanat yang terdapat dalam teks, dan membangun pemahaman sementara secara individual dan kelompok. Saran 1) Guru Bahasa Indonesia Pembelajaran memahami teks cerpen melalui model pembelajaran kooperatif dengan teknik cerita beranting telah terbukti dapat meningkatkan kemampuan memahami teks cerpen siswa. Berkaitan dengan hal ini disarankan kepada guru bahasa Indonesia untuk: (a) merancang rencana pembelajaran dengan menempatkansiswa sebagai pelaku aktivitas pembelajaran, (b)
memadukan tahapan membaca siswa dengan tahapan model pembelajaran kooperatif dengan teknik cerita beranting, dan (c) menggunakan media pembelajaran teks cerpen dengan berbagai ragam sesuai dengan usia, kematangan, kepribadian, pengetahuan, dan pengalaman siswa. 2) Siswa Dalam pembelajaran memahami teks cerpen dengan model pembelajaran kooperatif dengan teknik cerita beranting, siswa adalah subjek pelaku belajar bukan objek pembelajaran. Oleh karena itu disarankan kepada siswa untuk mengolah bahan teks cerpen secara selektif dan menemukan keseluruhan makna teks, baik yang tersirat maupun tersurat. Kegiatan memahami teks cerpen pada hakekatnya kegitan membaca yang dapat menggali pengalaman hidup atau ajaran hidup dari pengarang. Ajaran-ajaran hidup ini dikenal dengan esensi nilai-nilai moral yang disampaikan pengarang kepada pembacanya. DAFTAR PUSTAKA Depdiknas. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Hamdani. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia. Huda, Miftahul. 2015. Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Joyce, Bruce, Weil & Calhoun. Models of Teaching (Modelmodel Pengajaran). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
NOSI Volume 3, Nomor 3, Agustus 2015____________________________________________Halaman | 411
Lie,
Anita. 2008. Cooperative Learning. Jakarta: Grasindo. Mihardja, Krishna. 2003. Antologi Cerpen. Jakarta: Intimedia. Mihardja, Krishna. 2006. Bibir: Kumpulan Cerpen. Yogyakarta: Gama Media. Mistar, H. Junaidi. 2010. Pedoman Penulisan Tesis. Malang: Program Pascasarjana Universitas Islam Malang. Muslich, Masnur. 2011. Authentic Assessment: Penilaian Berbasis Kelas dan Kompetensi. Bandung: Refika Aditama. Nurgiyantoro, Burhan. 2001. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. Yogyakarta: BBFF. Nurhadi. 2004. Bagaimana Meningkatkan Kemampuan Membaca: Suatu Teknik Memahami Literatur yang Efisien. Bandung: Sinar Baru Algensindo. Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Sukarno. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Surakarta: Media Perkasa. Suprijono, Agus. 2010. Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi PAIKEM. Surabaya: Pustaka Pelajar. Tampubolon, Saur M. 2014. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Erlangga. Tarigan, Henry Guntur. 2008. Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa. Trianto. 2009. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktif. Jakarta: Prestasi Pustaka. NOSI Volume 3, Nomor 3, Agustus 2015____________________________________________Halaman | 412