DAFTAR ISI BAB. I PENDAHULUAN ………………………………………………………………..
1
1.1.
Latar Belakang ……………………………………………………………………
2
1.2.
Maksud dan Tujuan …………………………………………………………….
5
1.3.
Landasan Hukum ………………………………………………………………..
5
1.4.
Sistematika Penulisan ………………………………………………………….
6
BAB II – PROFIL KEMISKINAN DAERAH …………………………………………
8
2.1.
Kondisi Umum Daerah …………………………………………………………
8
2.2.
Kondisi Kemiskinan Multidimensi …………………………………………..
9
2.2.1. Dimensi Kemiskinan dan Ketenagakerjaan ……………………….
9
2.2.2. Dimensi Pendidikan …………………………………………………….
15
2.2.2.1. Perkembangan Antar Waktu dan Antar Wilayah ……..
16
2.2.2.2. Analisis Relevansi dan Efektifitas ………………………..
23
2.2.3. Dimensi Kesehatan ……………………………………………………..
25
2.2.4. Dimensi Prasarana Dasar ……………………………………………..
33
2.2.4.1. Akses Sanitasi Layak ………………………………………..
33
2.2.4.2. Akses Air Minum Layak …………………………………….
34
2.2.4.3. Akses Listrik …………………………………………………..
36
2.2.5. Dimensi Ketahanan Pangan …………………………………………..
38
2.2.5.1. Perkembangan Harga Beras ……………………………….
39
2.2.5.2. Perkembangan Harga Bahan Kebutuhan Pokok Utama
39
BAB III – KEBIJAKAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN
…………………
42
3.1. Regulasi Daerah tentang Penanggulangan Kemiskinan …………………..
42
3.2. Program dan Kegiatan Penanggulangan Kemiskinan ……………………...
44
3.2.1. Klaster 1 …………………………………………………………………...
44
3.2.2. Klaster 2 ……………………………………………………………………
45
3.2.3. Klaster 3 ……………………………………………………………………
46
3.2.4. Klaster 4 ……………………………………………………………………
47
Evaluasi APBD untuk Penanggulangan Kemiskinan ……………………
47
3.3.1. Analisis Pendapatan Daerah …………………………………………
47
3.3.
I
BAB IV – KELEMBAGAAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN ……………..
52
4.1. Kelembagaan TKPK ………………………………………………………………..
52
4.2. Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan ………………………………….….
54
4.3. Pengendalian Penanggulangan Kemiskinan ………………………………….
55
4.3.1. Monitoring dan Evaluasi Penanggulangan Kemiskinan ………….
55
4.3.2. Penanganan Pengaduan Masyarakat …………………………………
58
BAB V – PENUTUP ………………………………………………………………………
62
5.1. Kesimpulan …………………………………………………………………………..
62
5.2. Rekomendasi ……………………………………………………………………….
62
LAMPIRAN 1
64
……………………………………………………………………………..
II
DAFTAR GRAFIK Grafik 2.1
Garis Kemiskinan Kab/Kota Provinsi Aceh Tahun 2015 ………
Grafik 2.2.
Persentase Penduduk Miskin (%) Kota Banda Aceh Tahun
Grafik 2.3.
2011 – 2015 ……………………………………………… …
.............................
17
Perbandingan APK SMA/Sederajat Antar Kecamatan Tahun 2015 ………………………………………………………………
Grafik 2.9.
15
Angka Partisipasi Kasar (APK) SMA/Sederajat Tahun 2011-2015 .............................................................................
Grafik 2.8.
14
Posisi Relatif Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (%) Kabupaten di Provinsi Aceh Tahun 2015 ……........................
Grafik 2.7.
13
Posisi Relatif Tingkat Pengangguran Terbuka (%) Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh ...........................................
Grafik 2.6.
12
Perkembangan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Kota Banda Aceh (%) Tahun 2009-2015
Grafik 2.5.
11
Posisi Relatif Persentase Penduduk Miskin (%) Kab/Kota Di Provinsi Aceh Tahun 2014 ………………………………………..
Grafik 2.4.
11
18
Analisis Keterkaitan APK dengan Rasio Siswa-Kelas dan Rasio
Siswa-Guru Tahun 2011 – 2015 ……………………………
19
Grafik 2.10. Perkembangan Angka Partisipasi Murni (APM) SMA/ Sederajat Tahun, 2011 - 2015..................................................
20
Grafik 2.11. Perbandingan APM SMA/Sederajat Antar Kecamatan Tahun 2015 ...........................................................................
21
Grafik 2.12. Angka Putus Sekolah di Kota Banda Aceh jenjang SMA/ Sederajat Tahun 2011 – 2015 ………………………………………..
22
Grafik 2.13. Perkiraan Lama Sekolah /Tahun (EYS) di Kota Banda Aceh Tahun 2012 – 2015 …………………………………………………….
23
Grafik 2.14. Analisis Relevansi APK SMA/Sederajat ……………………………
24
Grafik 2.15. Analisis Relevansi APM SMA/Sederajat …………………………...
25
Grafik 2.16 Angka Kematian Bayi (AKB) di Kota Banda Aceh, 2011-2015 ..
26
Grafik 2.17 Jumlah Kematian Bayi Menurut UPTD dalam Wilayah Kota Banda Aceh Tahun 2015 ........................................................
27
Grafik 2.18 Angka Kematian Ibu (AKI) di Kota Banda Aceh Tahun 2011 – 2015 …………………………………………………….
28
Grafik 2.19. Jumlah Kasus BBLR Menurut UPTD Puskesmas di Kota Banda Aceh Tahun 2015 ……………………………………………..
29 III
Grafik 2.20. Cakupan Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan dan Kunjungan Nifas di Kota Banda Aceh Tahun 2011-2015 …….
30
Grafik 2.21. Persentase Pemberian ASI Eksklusif di Kota Banda Aceh Tahun 2011 – 2015 …………………………………………………….
31
Grafik 2.22. Persentase Baduta Ditimbang Per UPTD Puskesmas di Kota Banda Aceh Tahun 2015 ……………………………………….
32
Grafik 2.23. Persentase Rumah Tangga Bersanitasi Layak ……………………
33
Grafik 2.24. Rumah Tangga Berdasarkan Sumber Air Minum di Kota Banda Aceh (persen), 2009 – 2015 ..........................................
34
Grafik 2.25. Cakupan Kelistrikan PT.PLN untuk Rumah Tangga di Kota Banda Aceh (%), 2009 – 2014 .........................................
36
Grafik 2.26. Posisi Relatif Proporsi Rumah Tangga dengan Akses Listrik (%)
Kabupaten di Provinsi Aceh 2014
………………
37
Grafik 2.27. Posisi Relatif Proporsi Desa dengan Jaringan Listrik (%) Kabupaten di Provinsi Aceh Tahun 2014 ………………………….
38
Grafik 2.28. Perkembangan Harga Beras/Kg di Kota Banda Aceh (rupiah), Tahun 2011 – 2015 ………………………………………………..…….
39
Grafik 2.29. Perkembangan Harga Bahan Kebutuhan Pokok Utama di Kota Banda Aceh (rupiah), 2011 – 2015 .............................. .
40
Grafik 2.30. Inflasi Kota Banda Aceh Tahun 2011 – 2015 ……………………..
41
Grafik 3.1.
Realisasi Pendapatan Kota Banda Aceh ..………………………..
48
Grafik 3.2.
Perkembangan Target dan Realisasi Pendapatan Asli Daerah Kota Banda Aceh Tahun 2011 – 2015 ………………………………
Grafik 3.3.
Perkembangan Target dan Realisasi Dana Perimbangan Kota Banda Aceh Tahun 2011 – 2015 ……………………………..
Grafik 3.4.
49 50
Perkembangan Realisasi Pendapatan Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah dan Kontribusinya …………………….………
51
IV
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Indikator Fakir dan Miskin Kota Banda Aceh ……………………..
9
Tabel 2.2. Indikator Dimensi Prasarana Dasar di Kota Banda Aceh (persen), Tahun 2014 ………….…………………………………………………….
33
Tabel 2.3. Persentase Rumah Tangga menurut Kab/Kota dan Sumber Air Minum Tahun 2013 ……………………………………………………….
35
Tabel 4.1. Sarana dan Prasarana Pasar di Kota Banda Aceh yang dibangun dengan Dana CSR …………………………………………………………
53
Tabel 4.2. Rekapan Evaluasi Per SKPD Program Penanggulangan Kemiskinan Kota Banda Aceh Tahun 2016 …………………………..
56
Tabel 4.3. Persentase Realisasi Fisik dan Keuangan Program/Kegiatan Penanggulangan Kemiskinan Kota Banda Aceh tahun 2016 …….
57
Tabel 4.4. Rekap Realisasi Fisik dan Keuangan Kegiatan Penanggulangan Kemiskinan Per Klaster Tahun 2016 ………………………………….
58
V
Kata Pengantar
Bismillahirrahmanirrahim, Puji dan Syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan Rahmat
dan KaruniaNya
kepada kita
semua,
Salawat
dan Salam
kita
persembahkan kepada Nabi Muhammad SAW, para keluarga dan sahabat beliau sekalian, sehingga Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah (LP2KD) Kota Banda Aceh Tahun 2016 ini dapat terselesaikan dengan baik. Laporan merupakan
Pelaksanaan
laporan
Penanggulangan
pelaksanaan
dan
Kemiskinan
capaian
program
Daerah
(LP2KD)
penanggulangan
kemiskinan di daerah baik provinsi maupun kabupaten/kota. Laporan ini merupakan salah satu bentuk pelaksanaan koordinasi antara Tim Nasional Percepatan
Penanggulangan
Kemiskinan
(TNP2K)
dengan
Tim
Koordinasi
Penanggulangan Kemiskinan (TKPK) Provinsi dan TKPK Kabupaten/Kota, yang diatur dalam Bab Hubungan Kerja dan Tata Kerja, Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2010. Penyiapan dan penyusunan laporan ini merupakan tugas dan fungsi TKPK Provinsi dan TKPK Kabupaten/Kota sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 42 Tahun 2010, Pasal 9 dan Pasal 11. Laporan pelaksanaan penanggulangan kemiskinan di daerah paling sedikit disampaikan 2 (dua) kali dalam 1 (satu) tahun. Laporan pertama adalah Laporan Kinerja TKPK Kota Banda Aceh tahun 2016 dan Laporan kedua merupakan laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah (LP2KD) tahun 2016 ini. Laporan LP2KD ini
merupakan hasil sinkronisasi dan koordinasi TKPK
Kota Banda Aceh yang melibatkan instansi terkait, baik lembaga yang bersifat horizontal maupun vertikal. Buku ini dapat memberikan gambaran tentang kondisi kemiskinan Kota Banda Aceh dan sekaligus upaya yang telah dilakukan Pemko Banda Aceh dalam Penanggulangan Kemiskinan Kota serta menjadi panduan Pemerintah Kota Banda Aceh dan pihak-pihak lain yang ingin bersamasama membangun kota ini menjadi lebih baik.
Kami
menyadari
bahwa
penyajian
Laporan
ini
masih
terdapat
kekurangan, dari sisi penyajian data dan struktur bahasa. Karena itu, kami berharap kritikan dan saran untuk memperbaiki di masa mendatang menjadi lebih baik. Akhirnya, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam penyusunan buku ini, seraya berharap buku ini
benar-benar
dapat memberi gambaran dan informasi tentang kemiskinan Kota Banda Aceh. Banda Aceh,
Desember 2016
Sekretaris Daerah Kota Banda Aceh Selaku Wakil Ketua TKPK Kota Banda Aceh
Ir. BAHAGIA, Dipl.SE
LP2KD Kota Banda Aceh Tahun 2016
BAB I PENDAHULUAN Menurut Badan Pusat Statistik (2015), penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan. Garis Kemiskinan (GK) merupakan penjumlahan dari Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Non Makanan (GKNM). Garis Kemiskinan Makanan (GKM) merupakan nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang disetarakan dengan 2100 kilokalori perkapita perhari. Paket komoditi kebutuhan dasar makanan diwakili oleh 52 jenis komoditi (padi-padian, umbi-umbian, ikan, daging, telur dan susu, sayuran, kacang-kacangan, buah-buahan, minyak dan lemak, dll). Sementara Garis Kemiskinan Non Makanan adalah kebutuhan minimum untuk perumahan (luas
lantai
bangunan,
penggunaan
air
bersih
dan
fasilitas
tempat
pembuangan air besar), pendidikan (angka melek huruf, wajib belajar 9 tahun dan angka putus sekolah) dan kesehatan (rendahnya konsumsi makanan bergizi, kurangnya sarana kesehatan serta keadaan sanitasi dan lingkungan yang tidak memadai). Menurut Paul Spicker (2002, Poverty And The Welfare State: Dispelling The Myths, A Catalyst Working Paper, London: Catalyst) penyebab kemiskinan dapat dibagi dalam empat kategori: 1.
Individual explanation, kemiskinan yang diakibatkan oleh karakteristik orang miskin itu sendiri: malas, pilihan yang salah, gagal dalam bekerja, cacat bawaan, belum siap memiliki anak dan sebagainya.
2.
Familial explanation, kemiskinan yang diakibatkan oleh faktor keturunan, di mana antar generasi terjadi ketidak beruntungan yang berulang, terutama akibat pendidikan.
3.
Subcultural explanation, kemiskinan yang diakibatkan oleh karakteristik perilaku suatu lingkungan yang berakibat pada moral dari masyarakat.
4.
Structural explanation, menganggap kemiskinan sebagai produk dari masyarakat yang menciptakan ketidakseimbangan dengan pembedaan status atau hak. Oleh karenanya kemiskinan merupakan masalah multidimensi yang
mendesak dan memerlukan langkah-langkah penanganan dan pendekatan yang sistemik, terpadu dan menyeluruh. Millenium Development Goals 1
LP2KD Kota Banda Aceh Tahun 2016
(MDG’s) mempunyai target pengurangan angka kemiskinan pada tahun 2015 yaitu setengah dari angka kemiskinan tahun 1990. Kota Banda Aceh sebagai pusat pemerintahan Provinsi Aceh, memiliki tanggung jawab yang besar dalam hal penurunan tingkat kemiskinan sesuai dengan target MDG’s. Persentase
penduduk
miskin
Banda
Aceh
tahun
2015
lebih
rendah
dibandingkan tahun sebelumnya yaitu 7,72%, namun persentase tingkat pengangguran Kota Banda Aceh tahun 2015 lebih tinggi dibandingkan tahun 2014 yaitu mencapai 12% dan pada 2014 adalah 10,24%. Secara umum penanggulangan kemiskinan di Kota Banda Aceh memiliki beberapa target dan prioritas. Dengan adanya target-target tersebut, prioritas
percepatan
penanggulangan
kemiskinan
yang
terarah
dapat
ditentukan. Prioritas tersebut diantaranya: 1) meningkatkan kesempatan kerja, yang berdampak pada peningkatan pendapatan masyarakat; 2) meningkatkan kualitas tenaga kerja; 3) menyusun kebijakan penguatan sektor riil; 4) memperkuat ekonomi kerakyatan; 5) membangun kerjasama dalam
bidang
agrikultur;
6)
meningkatkan
aksesiblitas
dan
kualitas
pendidikan dan kesehatan; 7) memperbaiki program perlindungan sosial; 8) Penegakan hukum, pemberantasan korupsi dan reformasi birokrasi.
1.1
Latar Belakang Wilayah Kota Banda Aceh berada di posisi paling barat pulau Sumatera
yang juga merupakan ibu kota Provinsi Aceh dan terletak antara 05030’05035’ LU dan 95030’-99016’BT. Tinggi rata-rata 0,80 meter diatas permukaan laut, dengan luas wilayah 61,36 km2. Wilayah Kota Banda Aceh memiliki 9 Kecamatan dan 90 Gampong (Desa), dengan jumlah penduduk pada tahun 2015 adalah sebanyak 250.303 jiwa. Rata-rata kepadatan penduduk Kota Banda Aceh pada tahun 2015 adalah 4.078 jiwa/km2. Adapun batas-batas administrasi wilayah Kota Banda adalah sebagai berikut: Sebelah Utara : Selat Malaka Sebelah Timur : Kecamatan
Barona
Jaya
dan
Kecamatan
Darussalam, Kabupaten Aceh Besar
2
LP2KD Kota Banda Aceh Tahun 2016
Sebelah Selatan: Kecamatan Darul Imarah dan Kecamatan Ingin Jaya, Kabupaten Aceh Besar Sebelah Barat : Kecamatan Peukan Bada, Kabupaten Aceh Besar 1.1.1 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) disusun sebagai penjabaran dari Visi, Misi, dan Agenda (Nawa Cita) Presiden/Wakil Presiden,
Joko Widodo dan Muhammad Jusuf Kalla. Visi pembangunan
nasional untuk tahun 2015-2019 adalah: TERWUJUDNYA INDONESIA YANG BERDAULAT, MANDIRI, DAN BERKEPRIBADIAN BERLANDASKAN GOTONGROYONG Upaya untuk mewujudkan visi ini adalah melalui 7 Misi Pembangunan yaitu: 1.
Mewujudkan keamanan nasional yang mampu menjaga kedaulatan wilayah, menopang kemandirian ekonomi dengan mengamankan sumber daya maritim, dan mencerminkan kepribadian Indonesia sebagai negara kepulauan.
2.
Mewujudkan masyarakat maju, berkeseimbangan, dan demokratis berlandaskan negara hukum.
3.
Mewujudkan politik luar negeri bebas-aktif dan memperkuat jati diri sebagai negara maritim.
4.
Mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia yang tinggi, maju, dan sejahtera.
5.
Mewujudkan bangsa yang berdaya saing.
6.
Mewujudkan Indonesia menjadi negara maritim yang mandiri, maju, kuat, dan berbasiskan kepentingan nasional.
7.
Mewujudkan masyarakat yang berkepribadian dalam kebudayaan RPJMN
dimaksudkan
untuk
memberikan
petunjuk
penyusunan
dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2015-2019 untuk menghasilkan dokumen perencanaan yang disusun dengan alur logika yang strategis, konsisten dan koheren. Diharapkan, dokumen RPJMN 20152019 mudah dipahami dan dioperasionalisasikan, sehingga mendukung upaya reformasi perencanaan, pelaksanaan dan pengelolaan anggaran 3
LP2KD Kota Banda Aceh Tahun 2016
pembangunan yang berbasis kinerja. Perumusan indikator kinerja untuk mengukur keberhasilan pencapaian sasaran dari setiap tahap kebijakan pembangunan merupakan bagian yang penting dalam perumusan RPJMN 2015-2019. Keberhasilan pencapaian sasaran pada setiap tingkatan dapat diukur dengan menggunakan indikator kinerja dan target- target yang direncanakan.
Melalui
monitoring
dan
evaluasi
kinerja
pelaksanaan
pembangunan akan dihasilkan informasi kinerja yang dapat menjadi masukan
bagi
proses
perencanaan
dan
penganggaran
dalam
periode
berikutnya. Dengan demikian pelaksanaan pembangunan menjadi lebih efisien, efektif, disertai dengan akuntabilitas pelaksanaan yang jelas. 1.1.2 Peraturan Presiden Nomor 166 Tahun 2014. Guna
meningkatkan
koordinasi
penanggulangan
kemiskinan,
pemerintah menerbitkan Peraturan Presiden Nomor 166 Tahun 2014 tentang Percepatan
Penanggulangan
Kemiskinan.
Dalam
Perpres
tersebut
diamanatkan untuk membentuk Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) di tingkat pusat yang keanggotaannya terdiri dari unsur pemerintah, masyarakat, dunia usaha, dan pemangku kepentingan lainnya. Sedangkan di provinsi dan kabupaten/kota
dibentuk Tim
Koordinasi
Penanggulangan Kemiskinan (TKPK) Provinsi dan Kabupaten/Kota. Pada Peraturan Presiden nomor 166 Tahun 2014 pasal 1 poin pertama menyebutkan bahwa Penanggulangan Kemiskinan adalah kebijakan dan program
pemerintah
dan
pemerintah
daerah
yang
dilakukan
secara
sistematis, terencana, dan bersinergi dengan dunia usaha dan masyarakat untuk mengurangi jumlah penduduk miskin dalam rangka meningkatkan derajat kesejahteraan rakyat. Pada Peraturan Presiden nomor 166 Tahun 2014 pasal 1 poin kedua menyebutkan bahwa Program penanggulangan kemiskinan adalah kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah, dunia usaha, serta masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin melalui bantuan sosial, pemberdayaan masyarakat, pemberdayaan usaha ekonomi mikro dan kecil, serta program lain dalam rangka meningkatkan kegiatan ekonomi.
4
LP2KD Kota Banda Aceh Tahun 2016
1.1.3 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kota Banda Aceh 20122017 Isu kemiskinan juga termaktub dalam revisi RPJM Kota Banda Aceh 2012-2017 sebagai bagian dari prioritas pembangunan sebagai berikut: 1. Pemahaman dan pengamalan Syariat Islam. 2. Tata kelola pemerintahan yg baik dan reformasi birokrasi. 3. Ekonomi kerakyatan dan penanggulangan kemiskinan. 4. Pendidikan, Pemuda dan Olahraga. 5. Kesehatan. 6. Infrastruktur perkotaan berbasis bencana dan lingkungan hidup. 7. Pariwisata, seni dan budaya. 8. Pengarusutamaan gender (PUG). 1.2.
Maksud dan Tujuan. Maksud
dari penyusunan
Laporan Pelaksanaan
Penanggulangan
Kemiskinan Daerah kota Banda Aceh tahun 2016 adalah untuk menjelaskan perkembangan dalam pelaksanaan dan capaian penanggulangan kemiskinan di Kota Banda Aceh . Tujuannya adalah untuk : 1.
Menjelaskan secara terperinci kinerja TKPKD Kota Banda Aceh dalam melaksanakan koordinasi, kebijakan baik itu program, anggaran dan regulasi serta pencapaian penanggulangan dan pengendalian pelaksanaan program penanggulangan di kota Banda Aceh tahun 2016.
2.
Menjelaskan tentang setiap pelaksanaan kebijakan baik itu program, anggaran dan regulasi penanggulangan kemiskinan pada daerah
3.
Menjelaskan setiap pencapaian yang telah dicapai oleh daerah dalam penanggulangan kemiskinan yang telah dilakukan.
1.3.
Landasan Hukum
1. Peraturan
Presiden
No.
166
Tahun
2014
tentang
Percepatan
Penanggulangan Kemiskinan. 2. Instruksi Presiden No. 3 Tahun 2010 tentang Program Pembangunan yang
Berkeadilan
sebagai
arah
implementasi
program-program
percepatan penanggulangan kemiskinan. 5
LP2KD Kota Banda Aceh Tahun 2016
3. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 42 Tahun 2010 tentang TKPK Provinsi dan Kabupaten/Kota. 4. Keputusan Presiden No. 10 Tahun 2011 tentang Tim Koordinasi Peningkatan dan Perluasan Program Pro-Rakyat. 5. Peraturan Walikota Banda Aceh No.37 Tahun 2012 tentang RPJM Kota Banda Aceh 2012-2017. 6. Keputusan Walikota Banda Aceh Nomor 491 Tahun 2016 tentang Perubahan Atas Keputusan Walikota No. 146 Tahun 2016 Tentang Pembentukan Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (TKPK) Kota Banda Aceh Tahun 2016. 1.4. Sistematika Penulisan Kata Pengantar Daftar Tabel Daftar Gambar Daftar Isi BAB I – PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Maksud dan Tujuan 1.3. Landasan Hukum 1.4. Sistematika Penulisan BAB II – PROFIL KEMISKINAN DAERAH 2.1. Kondisi Umum Daerah 2.2. Kondisi Kemiskinan Multidimensi 2.2.1. Dimensi Kemiskinan dan Ketenagakerjaan 2.2.2. Dimensi Pendidikan 2.2.3. Dimensi Kesehatan 2.2.4. Dimensi Prasarana Dasar 2.2.5. Dimensi Ketahanan Pangan BAB III – KEBIJAKAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN 3.1. Regulasi Daerah tentang Penanggulangan Kemiskinan 3.2. Program dan Kegiatan Penanggulangan Kemiskinan 6
LP2KD Kota Banda Aceh Tahun 2016
3.3. Evaluasi APBD untuk Penanggulangan Kemiskinan 3.3.1. Analisis Pendapatan Daerah BAB IV – KELEMBAGAAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN 4.1. Kelembagaan TKPK 4.2. Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan 4.3. Pengendalian Penanggulangan Kemiskinan 4.3.1. Monitoring dan Evaluasi Penanggulangan Kemiskinan 4.3.2. Penanganan Pengaduan Masyarakat BAB V – PENUTUP 5.1. Kesimpulan 5.2. Rekomendasi LAMPIRAN 1
7
LP2KD Kota Banda Aceh Tahun 2016
BAB II PROFIL KEMISKINAN DAERAH 2.1 Kondisi Umum Daerah Kota Banda Aceh yang sudah berusia 811 tahun termasuk salah satu kota tertua di Asia Tenggara yang merupakan ibukota Kerajaan Aceh Darussalam. Kota Banda Aceh didirikan oleh Sultan Johan Syah pada hari Jum’at, tanggal 1 Ramadhan 601 H atau 22 April 1205 M. Kota Banda Aceh terletak pada posisi geografis antara 05016’15”05036’16” Lintang Utara (LU) dan 95016’15”-95022’35” Bujur Timur (BT), dengan luas wilayah sebesar 59,002 kilometer persegi (km2), atau 1,08 persen dari luas wilayah Provinsi Aceh. Posisi geografis kota sangat strategis karena berbatasan langsung dengan Samudera Indonesia di bagian barat dan Selat Malaka di bagian utara. Dengan posisi tersebut Kota Banda Aceh merupakan pintu masuk di bagian barat Republik Indonesia bagi wisatawan dalam negeri dan manca negara. Adapun di bagian timur dan selatan, Kota Banda Aceh berbatasan langsung dengan Kabupaten Aceh Besar. Secara administratif, Kota Banda Aceh terdiri dari 9 kecamatan, 90 gampong, dan 17 mukim dengan jumlah penduduk 250.303 jiwa pada tahun 2015. Kota Banda Aceh berperan sebagai pusat pemerintahan, pusat perdagangan,
pusat
pendidikan,
pusat
pembelajaran
Islam,
pusat
kebudayaan, pusat kesehatan, dan juga sebagai daerah tujuan wisata. Saat ini kota Banda Aceh belum lepas dari masalah kemiskinan dan untuk menanggulangi kemiskinan secara lebih efektif, Pemerintah Kota Banda
Aceh
telah
menetapkan
beberapa
indikator
kemiskinan
yang
merupakan perpaduan antara indikator nasional dengan indikator lokal, perpaduan indikator tersebut adalah sebagai berikut :
8
LP2KD Kota Banda Aceh Tahun 2016
Tabel 2. 1 Indikator Fakir dan Miskin Kota Banda Aceh
NO
INDIKATOR
1
2
KLASIFIKASI FAKIR
MISKIN
3
4
Kurang dari Rp 450.000
Rp 450.000 – Rp 900.000
0 - 4 m2 / orang
5 - 7 m2 / orang
Tidak ada
Serabutan/tidak tetap
Sumur
Sumur
1
Pendapatan Rumah Tangga per bulan
2
Luas lantai tempat tinggal
3
Lapangan pekerjaan utama kepala rumah tangga
4
Sumber air minum
5
Frekuensi makan daging sapi/ayam dalam seminggu
Tidak pernah
Satu kali
6
Kemampuan membeli pakaian baru selama 6 (enam) bulan
Tidak pernah
Satu kali
7
Kemampuan berobat
Puskesmas
RSU
8
Memiliki tabungan dalam bentuk uang atau barang
Aset < Rp 500.000
Aset ≤ Rp 1.000.000
9
Jenis lantai bangunan
Semen kasar
Semen halus
10
Jenis dinding bangunan
Kayu kualitas rendah
Tembok kualitas rendah
11
Sumber penerangan utama
Petromak/pelita
PLN (4 A)
12
Kondisi kesehatan balita
Kurang gizi
Kurang gizi
13
Pendidikan tertinggi yang ditamatkan kepala rumah tangga
Tamat SD/MI
Tamat SMP/MTs
14
Kemampuan menyekolahkan anak (usia 7-15 tahun)
Hanya sampai SD
Hanya sampai SLTA
2.2.
Kondisi Kemiskinan Multidimensi
2.2.1. Dimensi Kemiskinan dan Ketenagakerjaan 2.2.1.1. Dimensi Kemiskinan Kemiskinan merupakan fenomena sosial yang menuntut perhatian serius dari semua pihak, baik pemerintah maupun masyarakat. Pengertian Kemiskinan
adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk
memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan. Kemiskinan dapat disebabkan oleh kelangkaan perangkat pemenuhan kebutuhan dasar, ataupun sulitnya akses pada pendidikan dan pekerjaan. 9
LP2KD Kota Banda Aceh Tahun 2016
Perlu diingat bahwa kemiskinan bukan seratus persen kesalahan pemerintah. Pada dasarnya, kemiskinan adalah tentang kualitas hidup masing-masing individu, yang dapat diubah seiring berkembangnya pola pikir manusia.
Kemiskinan
bisa
dikelompokan
dalam
dua
kategori,
yaitu:
Kemiskinan mutlak (absolut) dan Kemiskinan relatif. Kemiskinan mutlak mengacu pada satu set standard yang konsisten, tidak terpengaruh oleh waktu dan tempat/negara. Kemiskinan absolut juga adalah situasi dimana penduduk atau sebagian penduduk yang hanya dapat memenuhi makanan, pakaian, dan perumahan yang sangat diperlukan untuk mempertahankan tingkat kehidupan yang minimum. Sebuah contoh dari pengukuran absolut adalah persentase dari jumlah makanan yang dikonsumsi dibawah jumlah yang cukup untuk menopang kebutuhan tubuh manusia (kira kira 2000-2500 kalori per hari untuk laki laki dewasa). Bank Dunia mendefinisikan Kemiskinan absolut sebagai hidup dengan pendapatan dibawah USD $1/hari dan Kemiskinan menengah untuk pendapatan dibawah $2 per hari. Sedangkan kemiskinan relatif merupakan kondisi masyarakat karena kebijakan pembangunan yang belum mampu menjangkau seluruh lapisan masyarakat sehingga menyebabkan ketimpangan distribusi pendapatan. Kemiskinan secara absolut ditentukan berdasarkan ketidakmampuan untuk mencukupi kebutuhan pokok minimum. Kemiskinan struktural dan kultural merupakan kemiskinan yang disebabkan kondisi struktur dan faktor-faktor adat budaya dari suatu daerah tertentu yang membelenggu seseorang (Sudantoko, 2009:43-46). Untuk Kota Banda Aceh, garis kemiskinan tahun 2015 (Rp. 523.444,-) berada jauh diatas rata-rata Provinsi Aceh (tahun 2015 Rp. 394.419,-) dan Nasional (tahun 2015 Rp. 333.03,-) Dilihat dari garis kemiskinan dalam bentuk rupiah memang untuk Kota Banda Aceh lebih tinggi di bandingkan dengan Kota/Kabupaten lainnya di Provinsi Aceh, hal ini disebabkan karena Banda Aceh sebagai Ibu Kota Provinsi Aceh mempunyai persentase penduduk miskin yang lebih rendah dibandingkan Provinsi dan Nasional, sehingga terjadi tingkat kesenjangan yang sangat tinggi, oleh karenanya tingkat garis kemiskinan lebih tinggi dibandingkan dengan Kota/Kabupaten lainnya yang ada di Provinsi Aceh (dapat dilihat pada Grafik berikut):
10
LP2KD Kota Banda Aceh Tahun 2016
Grafik 2.1 Garis Kemiskinan Kabupaten/Kota Provinsi Aceh Tahun 2015
600, 000
523, 444 500, 000
475, 111 424, 227
400, 000
390, 150
374, 031
380, 858
380, 371 351, 409
361, 359 366, 676
343, 246
328, 048 311, 351
301, 027 280, 683
288, 619
300, 000
338, 719 316, 304
292, 323
307, 260 303, 155
286, 882
244, 628 212, 025
200, 000
100, 000
-
Sumber : BPS Aceh Tahun 2016 Adapun persentase penduduk miskin Kota Banda Aceh selama periode 5 tahun kebelakang terus mengalami penurunan yakni dari tahun 2011 sampai
dengan
tahun
2015
menunjukkan
penurunan
yang
semakin
melambat dimana tahun 2011 sebesar 9.08%, tahun 2012 sebesar 8.65%, tahun 2013 sebesar 8.03%, tahun 2014 sebesar 7.78% dan tahun 2015 sebesar 7,72%, dapat dilihat pada Grafik berikut: Grafik 2.2 Persentase Penduduk Miskin (%) Kota Banda Aceh Tahun 2011 - 2015
9.5
9.08 9
8.65 8.5 8.03
8
7.78
7.72
7.5 7 2011
2012
2013
2014
2015
Sumber : BPS Kota Banda Aceh Tahun 2016 11
LP2KD Kota Banda Aceh Tahun 2016
Jika dilihat posisi relatif persentase kemiskinan Kota Banda Aceh berdasarkan Kota/Kab di Provinsi Aceh pada tahun 2014, maka persentase kemiskinan Kota Banda Aceh menunjukkan dibawah ratarata Provinsi dan Nasional. Hal ini dapat dilihat pada grafik berikut: Grafik 2.3 Posisi Relatif Persentase Penduduk Miskin (%) Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh Tahun 2014
Kab/Kota
Nasional (10.96%)
Provinsi Aceh (16.98%)
12.08
11.93
17.02
19.72
21.78
22.45
7.78
14.58
16.52
20.85
21.43 17.99
19.58
16.94
16.13
20.29
22.97
16.99
15.88
13.75
12.79
17.77
19.92
Sumber: BPS, diolah
Sumber : BPS Aceh Tahun 2015
2.2.1.2 Dimensi Ketenagakerjaan Pengangguran
merupakan
masalah
serius
yang
dihadapi
berbagai negara di dunia, tingginya angka pengangguran akan berakibat
pada
merupakan
lambannya
jalan
perekonomian.
Pengangguran
salah satu penyakit ekonomi yang harus dapat diatasi
dengan baik.
Pengangguran yang terlalu besar membawa efek
terhadap permasalahan sosial kemasyarakatan, seperti meningkatnya angka
kemiskinan,
memperlambat
proses
pembangunan,
meningkatnya angka kriminalitas dan lain sebagainya.
12
LP2KD Kota Banda Aceh Tahun 2016
Perkembangan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di kota Banda Aceh dapat dilihat pada grafik berikut ini: Grafik 2. 4 Perkembangan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Kota Banda Aceh periode 2009-2015
15 9.78
11.56 8.52
10
10.24
12.00
7.17
5 TPT (Persen)
0
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
Keterangan : Data tahun 2013 tidak dipublikasikan Sumber : Badan Pusat Statitik Kota Banda Aceh 2010-2016 Dari
grafik diatas dapat dilihat bahwa kota Banda Aceh yang
merupakan ibu kota
Provinsi Aceh, tingkat pengangguran terbuka
pada tahun 2009 mencapai 9,78 persen. Pada tahun 2010 tingkat pengangguran terbuka mengalami peningkatan menjadi 11,56 persen. Tingkat pengangguran ini terus berfluktuatif dari tahun 2009 sampai 2015. Dalam tujuh tahun terakhir yaitu pada tahun 2015 TPT kota Banda Aceh mengalami peningkatan yang cukup tinggi yaitu mencapai 12,00 persen dari jumlah angkatan kerja sebanyak 115.696 orang. Jika dibandingkan dengan TPT Provinsi Aceh, kondisi pengangguran di Kota Banda Aceh pada tahun 2015 berada diatas persentase pengangguran Provinsi Aceh yang rata-rata 9,93 persen dan tingkat pengangguran rata-rata
nasional
sebesar
6,18
persen.
Posisi
Relatif
Tingkat
Pengangguran Terbuka kabupaten/kota se Provinsi Aceh tahun 2015 dapat kita lihat pada grafik di bawah ini:
13
LP2KD Kota Banda Aceh Tahun 2016
Grafik 2. 5 Posisi Relatif Tingkat Pengangguran Terbuka (%) Kabupaten/Kota Provinsi Aceh 2015
Sumber : Badan Pusat Statitik Aceh dan Nasional Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa TPT Kota Banda Aceh (12%)
merupakan salah satu kabupaten/kota yang TPT-nya masih
diatas rata-rata TPT Nasional (6,18%) dan Provinsi Aceh sebesar 9,93 persen.
Kabupaten/kota yang mempunyai TPT tertinggi di Provinsi
Aceh adalah Kabupaten
Aceh Utara yang angka penganggurannya
mencapai 17,05 persen. Sayangnya, peningkatan jumlah angkatan kerja
atau
pengangguran
tersebut
yang
terus
meningkat
tidak
dibarengi oleh perluasan lapangan kerja atau kapasitas produksi, akibatnya
jumlah
pengangguran
peningkatan
jumlah
pengangguran
di
penyebabnya.
Kota Selain
pun
angkatan Banda masih
meningkat
kerja. Aceh
Masih ini
terbatasnya
tentu
seiring
dengan
tingginya
angka
banyak
faktor
lapangan
pekerjaan,
pengangguran di kota Banda Aceh disebabkan juga oleh beberapa 14
LP2KD Kota Banda Aceh Tahun 2016
faktor seperti arus urbanisasi dari daerah/kabupaten lain ke Kota Banda Aceh untuk mencari pekerjaan, skill yang masih kurang dari pencari kerja sesuai standart dunia kerja dan masih kurang minatnya pencari kerja untuk berwirausaha secara mandiri. Posisi relatif Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) kota Banda Aceh sebesar 61,05 % pada tahun 2015 berada di bawah ratarata Nasional (65,76%) dan Provinsi Aceh (63,44%), ini menunjukkan bahwa penduduk usia kerja kota Banda Aceh yang sesungguhnya terlibat,
atau berusaha
terlibat
dalam
kegiatan
produktif
yaitu
memproduksi barang dan jasa dalam kurun waktu tertentu tidak sebanyak rata-rata Nasional dan Provinsi Aceh.
Grafik 2. 6 Posisi Relatif Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (%) Kabupaten di Provinsi Aceh 2015
Sumber : Badan Pusat Statitik Aceh dan Nasional 2.2.2. Dimensi Pendidikan Pendidikan merupakan salah satu urusan wajib Pemerintah untuk memenuhi hak dasar setiap individu dan semua warga negara. UndangUndang No 20/2003 tentang sistem Pendidikan Nasional mengamanatkan setiap warga negara berhak mendapatkan layanan pendidikan berkualitas untuk mencerdaskan warga negera dan bangsa. 15
LP2KD Kota Banda Aceh Tahun 2016
Saat ini Kementerian Pendidikan Nasional menetapkan kebijakan untuk lebih memfokuskan penuntasan wajib belajar 12 tahun. Dasar pemikirannya adalah kewajiban dasar pemerintah dan juga hasil kajian bahwa pencapaian wajib belajar 12 tahun berdampak pada peningkatan kesempatan mendapatkan pendidikan bagi warga negara sehingga dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia. Pemerintah terus memantapkan
penjaminan
layanan pendidikan
melalui berbagai kebijakan seperti meningkatkan anggaran pendidikan 20% dari APBN, peningkatan dana BOS dan lainnya, merupakan langkah awal dari peningkatan akses pelayanan pendidikan bagi seluruh warga negara. Penyaluran dana BOS diharapkan dapat meringankan beban masyarakat dalam mendapatkan layanan pendidikan. Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga sebagai leading sektor pendidikan melalui kebijakan Pemerintah Kota Banda Aceh telah melakukan secara teknis dan mengkoordinir dengan satuan pendidikan masing-masing jenjang, terus berupaya melakukan berbagai inovasi dalam meningkatkan akses pelayanan pendidikan yang berkualitas bagi masyarakat Kota Banda Aceh. Upaya peningkatan akses pelayanan pendidikan yang dilakukan diarahkan pada pencapaian standar pelayanan minimal yang telah ditetapkan serta upaya inovatif lainnya lebih memberikan kepuasan bagi masyarakat, terutama pada peningkatan sumber daya manusia. Diantara
Indikator yang
dapat
memberikan gambaran terhadap
pencapaian akses layanan pendidikan yang berkualitas dalam bidang pendidikan dapat dilihat diantaranya yaitu Angka Partisipasi Kasar (APK), Angka Partisifasi Murni (APM), Angka Putus Sekolah (APS), Perkiraan Lama Sekolah (EYS) dan Rasio siswa dan guru. 2.2.2.1. a.
Perkembangan antar-waktu dan antar-wilayah
Angka Partisipasi Kasar (APK) Keberhasilan pembangunan suatu wilayah ditentukan oleh sumber
daya manusia yang berkualitas. Peningkatan kualitas pendidikan merupakan salah satu strategi dalam meningkatkan kualitas SDM. Oleh karena itu peningkatan mutu pendidikan harus terus diupayakan, dimulai dengan membuka kesempatan seluas-luasnya kepada penduduk untuk mengenyam pendidikan, hingga pada peningkatan kualitas dan kuantitas sarana dan 16
LP2KD Kota Banda Aceh Tahun 2016
prasarana pendidikan. Untuk mengetahui seberapa banyak penduduk yang memanfaatkan fasilitas pendidikan dapat dilihat dari persentase penduduk menurut
partisipasi
sekolah.
Pemerintah
telah
mewajibkan
program
pendidikan wajib belajar 12 tahun, angka partisipasi kasar yang digunakan dalam analisis ini adalah APK tingkat SMA/Sederajat. APK Kota Banda Aceh telah
mencapai
angka
lebih
dari
100%
pada
tahun
2015.
Hal
ini
menunjukkan bahwa cukup banyak siswa yang terlalu cepat atau terlalu lambat
masuk
SMA/Sederajat.
Perkembangan
antar
waktu
APK
SMA/Sederajat di Kota Banda Aceh menunjukkan kecenderungan menurun menuju angka ideal 100%, namun menurun dibawah angka 100% pada tahun 2014 sebagaimana ditunjukkan dalam grafik berikut: Grafik 2.7 Angka Partisipasi Kasar (APK) SMA/Sederajat Tahun 2011 - 2015
APK 110.00 108.00 106.00 104.00 102.00 100.00 98.00 96.00 94.00 92.00 90.00
107.65 106.10 101.61
100.69 APK 96.32
2011
2012
2013
2014
2015
Sumber : Disdikpora Kota Banda Aceh Tahun 2016 Secara wilayah, APK tertinggi tahun 2015 terdapat di Kecamatan Banda Raya dan Kuta Alam. Hal ini menunjukkan bahwa banyak siswa di area ini yang terlalu cepat masuk atau terlalu tua lulus SMA. APK SMA/Sederajat dapat dilihat pada grafik berikut:
17
LP2KD Kota Banda Aceh Tahun 2016
Grafik 2.8 Perbandingan APK SMA/Sederajat Antar Kecamatan Tahun 2015
250.00
226.50 219.84
200.00 150.00 100.00
91.72
50.00
32.75
45.32 51.43
53.31
56.07
0.00
37.02
Sumber : Disdikpora Kota Banda Aceh Tahun 2016 Perkembangan Angka Partisipasi Kasar sangat mempengaruhi kondisi belajar karena saat APK tinggi, rasio murid-guru dan rasio murid-kelas ikut meningkat.
Rasio
murid
guru
dan
murid-kelas
yang
terlalu
tinggi
berpengaruh terhadap kenyamanan belajar. Hal ini menunjukkan bahwa perlu upaya penurunan APK dengan membatasi jumlah murid. Hal ini telah dilakukan pemerintah kota sejak 2010 dengan pembatasan penerimaan jumlah siswa dari luar Banda Aceh. Keterkaitan tiga indikator dalam kasus Kota Banda Aceh ini dapat dilihat dalam grafik berikut:
18
LP2KD Kota Banda Aceh Tahun 2016
Grafik 2.9 Analisis Keterkaitan APK dengan Rasio Siswa-Kelas dan Rasio Siswa-Guru Tahun 2011 - 2015
Sumber: Disdikpora Kota Banda Aceh Tahun 2016 b.
Angka Partisipasi Murni (APM) Angka Partisipasi Murni Kota Banda Aceh menunjukkan bahwa adanya
selisih yang cukup jauh dengan angka partisipasi kasar. Hal ini menunjukkan bahwa banyak siswa di Kota Banda Aceh yang terlalu cepat atau terlalu lambat bersekolah. Hal ini dapat dilihat di tahun 2015, dimana APM mencapai 61,28% sementara APK menunjukkan angka 100,69%. Hal ini menunjukkan bahwa bahwa terdapat proporsi sebesar 39,41% siswa yang terlalu cepat atau terlalu lambat masuk SMA/Sederajat. Kecendrungan Angka Partisipasi Murni pada SMP, SMA dan MA/SMK tidak mencapai 100% diakibatkan oleh masih adanya anak usia sekolah di kota Banda Aceh yang tidak melanjutkan lagi pada pendidikan formal setelah tamat SD.
Sebagian dari mereka lebih memilih untuk melanjutkan
pendidikan pada pesantren-pesantren atau dayah.
19
LP2KD Kota Banda Aceh Tahun 2016
Dalam beberapa tahun terakhir terjadi penurunan APM di tingkat SMA/Sederajat dan juga di tingkat lain di setiap jenjang pendidikan. Hal ini terjadi karena masih banyak orang tua yang cenderung lebih cepat memasukkan anaknya bersekolah pada tingkat dasar pada usia dibawah enam tahun sehingga berpengaruh pada APM masing-masing jenjang pendidikan.
Perkembangan APM SMA/Sederajat Kota Banda Aceh dapat
dilihat pada grafik berikut: Grafik 2.10 Perkembangan APM SMA/Sederajat Tahun 2011 - 2015
74.00 72.17
72.00
70.84
70.00
68.27
68.00
66.00 64.00
APM 62.00
61.33
61.28
60.00 58.00
56.00 54.00 2011
2012
2013
2014
2015
Sumber: Disdikpora Kota Banda Aceh Tahun 2016 Angka
Partisipasi
Murni
SMA/Sederajat
Banda
Aceh
juga
menunjukkan sebaran spasial terkonsentrasi di dua kecamatan, yaitu Kecamatan Kuta Alam (142,45%) dan Banda Raya (138,81%). Angka APM yang lebih tinggi dari 100% menunjukkan adanya indikasi banyaknya murid di luar usia sekolah yang bersekolah di daerah tersebut pada tingkat menengah.
20
LP2KD Kota Banda Aceh Tahun 2016
Grafik 2.11 Perbandingan APM SMA/Sederajat Antar Kecamatan Tahun 2015
160.00
142.45
140.00
138.81
120.00 100.00
80.00
57.77
60.00 40.00 20.00
30.43
40.24 29.17
24.13
APM
33.94 21.43
0.00
Sumber: Disdikpora Kota Banda Aceh
c.
Angka Putus Sekolah (APS) Dalam lima tahun berakhir, Kota Banda Aceh beberapa kali mencapai
angka putus sekolah nol persen. Tahun 2012 terdapat angka putus sekolah 0.3104% namun tahun 2015 berhasil ditekan menjadi 0% . Prestasi ini perlu dipertahankan dan ditingkatkan kualitas lulusan pada masa mendatang.
21
LP2KD Kota Banda Aceh Tahun 2016
Grafik 2.12 Angka Putus Sekolah di Kota Banda Aceh Jenjang SMA/Sederajat
Sumber: Disdikpora Kota Banda Aceh Tahun 2016 Dari sembilan kecamatan di Kota Banda Aceh, Angka Putus Sekolah semuanya sudah berada pada angka 0 persen. d.
Perkiraan Lama Sekolah/tahun Perkiraan Lama Sekolah/tahun atau EYS Kota Banda Aceh dalam
empat tahun terakhir cukup baik. Hal ini terlihat dari angka EYS yang mencapai 17,01 tahun pada 2015. Angka EYS di Banda Aceh dapat dilihat pada grafik berikut:
22
LP2KD Kota Banda Aceh Tahun 2016
Grafik 2.13 Perkiraan Lama Sekolah/Tahun (EYS) di Kota Banda Aceh Tahun 2012 – 2015 17.01
17.20 16.36
17.00 16.80
16.26
16.60 16.40
2015 16.16
2014
16.20
2013
16.00 15.80 2012
15.60
Sumber: BPS Aceh dan BPS Kota Banda Aceh
2.2.2.2. Analisis Relevansi dan Efektifitas a.
Angka Partisipasi Kasar Angka Partisipasi Kasar Banda Aceh menunjukkan kecenderungan
menurun dalam lima tahun terakhir. Hal ini berarti bahwa semakin banyak penduduk yang usianya sesuai dengan jenjang pendidikannya. Sementara APK nasional terus meningkat untuk menuju angka ideal 100% , demikian juga APK Aceh dari 2011 – 2013 mengalami penurunan namun 2014 – 2015 naik mendekati kondisi ideal 100%.
Perbandingan ini dapat dilihat dalam
grafik berikut:
23
LP2KD Kota Banda Aceh Tahun 2016
Grafik 2.14 Analisis Relevansi APK SMA/Sederajat Tahun 2011 - 2015
120,00
107,65
106,10 101,61
100,00
100,69
96,32 79,29
80,00 64,90
77,62 68,80
75,09 66,61
81,53 74,26
83,33 78,02
60,00 Nasional 40,00
Aceh Banda Aceh
20,00 0,00 2011
2012
2013
2014
2015
Sumber: Disdikpora Kota Banda Aceh dan BPS
b.
Angka Partisipasi Murni Angka Partisipasi Murni Banda Aceh terus menurun menjauh dari
angka ideal 100% sejak 2011, tapi pada 2015 mengalami sedikit peningkatan dibandingkan tahun 2014. Hal ini menunjukkan bahwa semakin sedikit siswa sekolah yang sesuai usia dengan jenjang pendidikannya. Sementara itu, APM nasional jauh lebih rendah namun menunjukkan kecenderungan naik. Hal ini menunjukkan bahwa tren di tingkat nasional tidak relevan dengan tren APM di tingkat Kota Banda Aceh. Untuk itu, Banda Aceh perlu melakukan program-program untuk meningkatkan APM Kota Banda Aceh untuk mencapai angka ideal 100%. Sementara APM Aceh menunjukkan kecenderungan stabil, yang berarti bahwa
tidak
ada
program
yang
berpengaruh
signifikan
terhadap
perkembangan APM di tingkat propinsi. Perbandingan APM ini dapat dilihat dalam grafik berikut:
24
LP2KD Kota Banda Aceh Tahun 2016
Grafik 2.15 Analisis Relevansi APM SMA/Sederajat Tahun 2011 - 2015 80.00 72.17 61.37
70.84 61.82 51.88
68.27
69.20
63.43 59.35
69.82
61.33 59.7161.28
70.00 60.00
54.25
48.07
50.00 40.00
Nasional Aceh
30.00
Banda Aceh
20.00 10.00 0.00 2011
2012
2013
2014
2015
Sumber: Disdikpora Kota Banda Aceh dan BPS
2.2.3. Dimensi Kesehatan Dalam UU Kesehatan No. 23 tahun 1992, kesehatan didefinisikan secara lebih kompleks sebagai keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Tidak hanya terbebas dari gangguan secara fisik, mental, dan sosial, tetapi kesehatan dipandang sebagai alat atau sarana untuk hidup secara produktif. Dengan demikian, upaya kesehatan yang dilakukan, diarahkan pada upaya yang dapat mengarahkan masyarakat mencapai kesehatan yang cukup agar dapat hidup produktif. Kerangka pembangunan kesehatan yang berkaitan dengan perubahan situasi dunia yang menggunakan konsep MGDs sekarang diganti Sustainable Development Goals (SDGs) yang akan melanjutkan konsep pembanguan MDGs yang berakhir pada tahun 2015.
25
LP2KD Kota Banda Aceh Tahun 2016
1.
Angka Kematian Bayi (AKB) Jumlah kematian bayi di Kota Banda Aceh tahun 2015 berjumlah 17
kematian dari 5.257 kelahiran hidup, setelah dikonversikan angka kematian bayi menjadi 3 per 1000 kelahiran hidup terjadi penurunan dibandingkan tahun sebelumnya yaitu tahun 2014 sebesar 8 per 1000 kelahiran hidup dan tahun 2013 sebesar 6 per 1000 kelahiran hidup sedangkan Tahun 2012 sebesar 2 per 1000 kelahiran hidup dan untuk tahun 2011 sebesar 2 per 1000 kelahiran hidup, untuk lebih jelas dapat dilihat pada grafik 2.16. Berbagai faktor yang diidentifikasikan sebagai penyebab kematian bayi diantaranya fasilitas kesehatan, aksesibilitas, pelayanan kesehatan dengan tenaga medis yang terampil dan kesediaan masyarakat untuk merubah pola kehidupan tradisional ke norma kehidupan yang lebih modern dalam bidang kesehatan. Secara nasional, target pencapaian MDGs untuk AKB adalah 32 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2015, kondisi ini telah dicapai oleh Kota Banda Aceh sejak Tahun 2011. Grafik 2.16 Angka Kematian Bayi (AKB) Kota Banda Aceh Tahun 2011-2015
8
8 6
6
4 2
2
2
3
0 2011
2012
2013
2014
2015
Sumber: Dinas Kesehatan Kota Banda Aceh Tahun 2016 Jumlah kematian bayi di Kota Banda Aceh, dimana kematian bayi tertinggi di UPTD Puskesmas Meuraxa sebesar 4 kematian, dan terdapat 2 UPTD Puskesmas yang melaporkan tidak ada kematian bayi pada tahun 2015
26
LP2KD Kota Banda Aceh Tahun 2016
yakni UPTD Puskesmas Kuta Alam dan Lampulo. Dapat dilihat pada grafik berikut: Grafik 2.17 Jumlah Kematian Bayi Menurut UPTD dalam Wilayah Kota Banda Aceh Tahun 2015 4
4
3.5
3 3
2.5
2
2
2
2
1.5
1
1
1
1
1
0.5
0
0
0
Sumber: Dinas Kesehatan Kota Banda Aceh Tahun 2016
2.
Angka Kematian Ibu Maternal (AKI) Angka kematian ibu di Kota Banda Aceh pada tahun 2015 adalah 114
per 100.000 kelahiran hidup, terjadi kenaikan bila dibandingkan dengan tahun 2014 sebesar 92 per 100.000 kelahiran hidup, sedangkan pada tahun 2013 sebesar 119 per 100.000 kelahiran hidup, Tahun 2012 sebesar 20 per 100.000 kelahiran hidup dan tahun 2011 sebesar 104 oer 100.000 kelahiran hidup. Target
MDGs
yang
ingin
dicapai
Indonesia
untuk
AKI
adalah
menurunkan AKI menjadi 110 per 100.000 kelahiran hidup. Untuk tahun 2015 angka target MDGs belum tercapai di Kota Banda Aceh. Dapat dilihat pada grafik berikut:
27
LP2KD Kota Banda Aceh Tahun 2016
Grafik 2.18 Angka Kematian Ibu (AKI) di Kota Banda Aceh Tahun 2011 - 2015
120
119
104
114 92
100 80 60 20
40 20 0 2011
2012
2013
2014
2015
Sumber : Dinas Kesehatan Kota Banda Aceh Tahun 2016 3.
Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) Hasil pantauan untuk tahun 2015 dilaporkan ada 24 bayi yang lahir
dengan kasus BBLR di Kota Banda Aceh dengan BBLR tertinggi di wilayah kerja UPTD Puskesmas Banda Raya 8 bayi, dan tidak ditemukan di UPTD Puskesmas Baiturrahman, Lampulo, Jeulingke dan Ulee Kareng, untuk lebih jelas dapat dilihat pada grafik berikut:
28
LP2KD Kota Banda Aceh Tahun 2016
Grafik 2.19 Jumlah Kasus BBLR Menurut UPTD Puskesmas di Kota Banda Aceh Tahun 2015
5
5 4.5
4
4 3.5
3
3
3
3 2.5
2
2 1.5
11
1
1
1 0.5
00
0
0
00
0
0
00
00
0
Sumber: Dinas Kesehatan Kota Banda Aceh Tahun 2016 4.
Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan dan Kunjungan Nifas Hasil pengumpulan data indikator SPM di Kota Banda Aceh pada
tahun 2011–2015 menunjukkan bahwa persentase cakupan persalinan dengan pertolongan tenaga kesehatan mengalami peningkatan yang cukup berarti yaitu dari 89,7% tahun 2011 menjadi 96,90% pada tahun 2015. Dengan demikian manajemen program KIA dalam pertolongan persalinan secara profesional di Kota Banda Aceh sudah berjalan baik.
29
LP2KD Kota Banda Aceh Tahun 2016
Grafik 2.20 Cakupan Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan dan Kunjungan Nifas di Kota Banda Aceh Tahun 2011 - 2015
9 6 ,9 9 6 ,8 9
98 96
9 4 ,2
94
9 2 ,0 3
92 90 88
8 8 ,9 8 9 ,7
9 2 ,0 3
9 3 ,1 8 9 4 ,1 1
9 3 ,2 7
86 84
2011
2012
2013
2014
2015
Sumber: Dinas Kesehatan Kota Banda Aceh Tahun 2015 5.
Perbaikan Gizi Masyarakat
a. Pemberian ASI Eksklusif Asi eksklusif adalah pemberian hanya ASI saja kepada bayi sejak lahir sampai berumur 6 bulan tanpa diberikan makanan dan minuman lain, kecuali obat, vitamin dan mineral. Target pemberian ASI Eksklusif 6 bulan adalah sebesar 80% sedangkan pencapaian di Kota Banda Aceh masih rendah, akan tetapi apabila dilihat pada tahun 2012 terjadi kenaikan dari 66,08% menjadi 70,11% pada tahun 2013, namun terjadi penurunan pada tahun 2014 sebesar 56.81% dan pada tahun 2015 menurun dengan jumlah bayi dibawah 6 bulan berjumlah 2.879 bayi dan yang mendapatkan ASI Eksklusif adalah 1.604 bayi (55.71%). Untuk lebih jelas dapat dilihat pada grafik berikut:
30
LP2KD Kota Banda Aceh Tahun 2016
Grafik 2.21 Persentase Pemberian ASI Eksklusif di Kota Banda Aceh Tahun 2011 - 2015
80 70.11
70 55.71
60
66.08
56.81
50 40 30
20 10 11.13
0
2015
2014
2013
2012
2011
Sumber: Dinas Kesehatan Kota Banda Aceh Tahun 2015
b. Balita usia 0 – 23 bulan yang ditimbang Jumlah anak usia 0 – 23 bulan (baduta) yang ditimbang berjumlah 6.414 baduta dari jumlah keseluruhan 17.048 baduta, persentase jumlah baduta yang ditimbang (D/S) adalah 37,62 %. Persentase baduta yang ditimbang per UPTD Puskesmas dapat dilihat pada grafik berikut ini:
31
LP2KD Kota Banda Aceh Tahun 2016
Grafik 2.22 Persentase Baduta Ditimbang Per UPTD Puskesmas di Kota Banda Aceh Tahun 2015
70 60
60.62
50 48.66
48.29
40 38.66
30
20
38.18
35.53
38.18
38.06 32.27 25.9
27.03
10
0
Sumber: Dinas Kesehatan Kota Banda Aceh Tahun 2015
c.
Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan Gizi buruk atau malnutrisi adalah suatu bentuk terparah akibat
kurang gizi menahun. Balita gizi buruk yang dimaksud disini adalah balita yang memiliki nilai berat badan <-3 melalui pemeriksaan antropometri. Data ini diperoleh dari laporan penimbangan bulanan di posyandu. Pada tahun 2015 diketahui terdapat 5 anak balita gizi buruk
(2
Perempuan dan 1 laki-laki) yang terdapat di 2 UPTD Puskesmas yaitu UPTD Puskesmas Baiturrahman 2 anak balita, UPTD Puskesmas Batoh 1 anak balita, UPTD Puskesmas Lampaseh 1 anak balita dan UPTD Puskesmas Ulee Kareng 1 anak balita. Semua anak balita gizi buruk tersebut telah ditangani oleh UPTD Puskesmas masing-masing dan hasilnya sudah dilaporkan ke Dinas Kesehatan Kota Banda Aceh untuk ditindak lanjuti.
32
LP2KD Kota Banda Aceh Tahun 2016
2.2.4. Dimensi Prasarana Dasar Tabel 2.2 Indikator Dimensi Prasarana Dasar di Kota Banda Aceh (persen) Tahun 2014 No.
1
INDIKATOR Proporsi Rumah Tangga dengan Air Minum Layak
2
Proporsi Rumah Tangga dengan Sanitasi Layak
3
Proporsi Rumah Tangga dengan Ases Listrik
4 5
Proporsi Desa dengan Akses Jalan R Sepanjang Tahun Proporsi Desa dengan Jaringan Listrik
Capaian Daerah (2014) 83,39% 84% 100% 100% 100%
2.2.4.1. Akses Sanitasi Layak Perkembangan persentase rumah tangga yang memiliki akses sanitasi layak di Kota Banda Aceh dapat dilihat grafik berikut: Grafik 2.23 Presentase Rumah Tangga Bersanitasi Layak di Kota Banda Aceh Tahun 2009 - 2014
Sumber : Statistik Banda Aceh, 2010-2015
33
LP2KD Kota Banda Aceh Tahun 2016
Akses sanitasi layak di Kota Banda Aceh tahun 2014 telah melebihi standar sanitasi layak Aceh sebesar 29,54% dan Nasional
sebesar 61,06%
(Sumber : Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2014) dan Sebaran persentase rumah tangga dengan sanitasi layak juga hampir sama. Meskipun begitu, Banda Aceh terus berupaya meningkatkan pelayanan air limbah dengan menyusun Master Plan Air Limbah Kota Banda Aceh yang akan menjadi acuan dalam pengembangan/ pembangunan sistem air limbah Kota Banda Aceh tahun 2012-2032. 2.2.4.2. Akses Air Minum Layak Pelayanan air minum di Kota Banda Aceh, dilayani oleh PDAM Tirta Daroy. Berdasarkan data tahun 2014, persentase penduduk dengan air minum layak mencapai sekitar 83%. Persentase jumlah penduduk yang belum terlayani oleh PDAM Tirta Daroy adalah 17%. Rumah tangga dengan akses ke air minum layak di Kota Banda Aceh terus meningkat setiap tahunnya, sebagaimana diperlihatkan dalam grafik berikut: Grafik 2.24 Rumah Tangga Berdasarkan Sumber Air Minum di Kota Banda Aceh (persen), 2009-2014
Sumber : Statistik Banda Aceh 2010-2014 Dalam peningkatan pelayanan dilakukan pengadaan dan peningkatan infrastruktur jaringan yang selama ini dilaksanakan oleh Dinas Pekerjaan Umum Kota Banda Aceh yang juga berkoordinasi dengan PDAM. Masalah 34
LP2KD Kota Banda Aceh Tahun 2016
yang dihadapi selama ini adalah tingginya tingkat kehilangan air. Hal ini terutama disebabkan oleh kebocoran di jaringan distribusi, sambungan illegal dan sistem penagihan yang belum optimal. Tabel 2.3 Persentase Rumah Tangga Menurut Kab/Kota Provinsi Aceh dan Sumber Air Minum Tahun 2013 KABUPATEN/KOTA (1)
1
2
3
4
Sumber Air Minum 5 6 7
8
9
10
11
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
1101
Simeulue
47.99
0.74
0.00
5.70
25.67
6.21
3.63
2.78
0.40
6.88
0.00
1102
Aceh Singkil
25.10
4.30
0.23
5.71
23.54
19.66
0.09
0.84
5.92
14.6
0.00
1103
Aceh Selatan
13.35
1.18
0.00
3.85
51.09
8.86
16.22
1.82
3.64
0.00
0.00
1104
Aceh Tenggara
9.69
2.37
1.99
5.75
21.54
8.76
37.81
5.24
6.84
0.00
0.00
1105
Aceh Timur
22.91
5.81
5.86
6.29
26.48
25.54
2.66
0.16
3.42
0.48
0.40
1106
Aceh Tengah
13.88
14.37
0.40
3.12
8.08
9.44
22.71
22.90
1.98
2.38
0.74
1107
Aceh Barat
40.33
2.81
0.00
7.57
37.45
7.39
2.21
0.00
2.17
0.06
0.00
1108
Aceh Besar
54.96
3.76
0.00
0.96
28.51
3.02
6.29
0.00
2.50
0.00
0.00
1109
Piddie
20.57
1.47
0.14
4.27
65.14
4.36
2.74
1.32
0.00
0.00
0.00
1110
Bireuen
20.45
12.30
0.35
0.52
54.24
9.23
0.00
0.36
1.67
0.00
0.88
1111
Aceh Utara
20.49
10.68
4.66
2.60
43.15
14.35
0.14
0.00
3.86
0.00
0.08
1112
Aceh Barat Daya 18.02
0.73
0.00
10.09
37.32
19.19
7.47
1.04
5.78
0.37
0.00
1113
Gayo Lues
10.51
10.83
0.54
5.74
5.05
0.97
44.77
17.99
3.60
0.00
0.00
1114
Aceh Tamiang
51.47
1.07
4.25
12.62
16.47
8.79
3.93
0.44
0.81
0.14
0.00
1115
Nagan Raya
13.89
0.00
0.00
0.51
62.48
16.05
6.71
0.37
0.00
0.00
0.00
1116
Aceh Jaya
29.53
5.93
0.09
1.47
34.70
4.24
19.53
2.34
2.18
0.00
0.00
1117
Bener Meriah
24.02
9.59
0.00
5.00
5.31
1.52
42.31
5.71
1.32
5.23
0.00
1118
Pidie Jaya
25.05
16.38
4.05
0.47
38.97
11.82
1.30
0.78
1.19
0.00
0.00
1171
Kota Banda Aceh
92.67
5.40
0.47
0.21
1.26
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
1172
Kota Sabang
78.28
7.67
0.41
1.09
9.22
1.02
0.85
0.89
0.00
0.57
0.00
1173
Kota Langsa
74.44
3.84
0.75
14.76
5.36
0.77
0.08
0.00
0.00
0.00
0.00
1174
Kota Lhokseumawe
80.14
0.24
2.53
2.43
13.50
0.23
0.00
0.00
0.00
0.00
0.93
25.66
2.94
0.00
3.97
28.28
16.84
0.00
0.00
22.03
0.00
0.28
Total 33.68
5.72
1.63
4.22
32.74
9.22
7.38
2.07
2.42
0.75
0.18
1175
Subulussalam
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Air dalam kemasan dan air isi ulang Leding meteran Leding enceran Sumur bor/pompa Sumur terlindung Sumur tak terlindung Mata air terlindung Mata air tak terlindung
35
LP2KD Kota Banda Aceh Tahun 2016
9. Air sungai 10. Air hujan 11. Lainnya Sumber : Statistik Provinsi Aceh
2.2.4.3. Akses Listrik Pada tahun 2014 proporsi rumah tangga dengan akses listrik yang berasal dari PT.PLN di kota Banda Aceh telah mencapai 100%. Hal ini dapat dilihat pada grafik di bawah. Grafik 2. 25 Cakupan Kelistrikan PT.PLN untuk Rumah Tangga di Kota Banda Aceh (persen), 2009-2014
Sumber : Statistik Banda Aceh, 2010-2015 Pada tahun 2014 proporsi rumah tangga dengan akses listrik kota Banda Aceh sebesar 100% berada di atas rata-rata Nasional (97,01%) dan di atas propinsi Aceh (97,55%) seperti pada grafik 2.26 di bawah ini
36
LP2KD Kota Banda Aceh Tahun 2016
Grafik 2. 26 Posisi Relatif Proporsi Rumah Tangga dengan Akses Listrik (%) Kabupaten di Provinsi Aceh 2014
Jika dibandingkan dengan Nasional dan Provinsi Aceh maka proporsi gampong dengan jaringan listrik di kota Banda Aceh sebesar 100% berada di atas rata-rata Nasional (96,94%) dan di atas propinsi Aceh (99,83%), dapat dilihat pada grafik 2.27
37
LP2KD Kota Banda Aceh Tahun 2016
Grafik 2. 27 Posisi Relatif Proporsi Desa dengan Jaringan Listrik (%) Kabupaten di Provinsi Aceh 2014
2.2.5 Dimensi Ketahanan Pangan Ketersediaan pangan sangat penting diketahui secara periodik, karena kebutuhan pangan merupakan kebutuhan yang berkelanjutan sepanjang waktu dan dengan ketersediaan pangan yang cukup akn menjamin adanya ketahanan pangan yang kuat. Ketersediaan pangan merupakan salah satu subsistem utama dalam sistem ketahanan pangan, yang menjelaskan tentang jumlah bahan pangan yang tersedia di suatu wilayah. Ketersediaan pangan adalah sejumlah bahan pangan (makanan) yang tersedia untuk dikonsumsi setiap penduduk suatu negara/daerah dalam suatu kurun waktu tertentu baik dalam bentuk natural maupun bentuk gizinya. Ketersediaan pangan dihitung dari produksi dalam negeri ditambah cadangan pangan dan import dikurangi ekspor.
38
LP2KD Kota Banda Aceh Tahun 2016
2.2.5.1. Perkembangan Harga Beras Sebagaimana ditunjukkan dalam grafik
2.28
Perkembangan Harga
Beras di Kota Banda Aceh 2011-2015 berikut, harga beras di Banda Aceh terus meningkat dari tahun ke tahun, yakni Rp 7.686 per kilogram menjadi Rp 9.341 pada tahun 2015. Grafik 2.28 Perkembangan Harga Beras/Kg di Kota Banda Aceh 2011-2015 10,000 9,000 8,000
7686
8078
8584
8867
2013
2014
9341
7,000
6,000 5,000
4,000 3,000 2,000
1,000 0
2011
2012
2015
Sumber: Banda Aceh Dalam Angka 2011-2016
2.2.5.2. Perkembangan harga bahan kebutuhan pokok utama Harga bahan kebutuhan pokok utama di Kota Banda Aceh juga menunjukkan peningkatan. Hal ini ditunjukkan dalam grafik berikut:
39
LP2KD Kota Banda Aceh Tahun 2016
Gambar 2.29 Perkembangan Harga Bahan Kebutuhan Pokok Utama Kota Banda Aceh Tahun 2011 - 2015
Sumber: Statistik Banda Aceh 2016 Kota Banda Aceh merupakan ibu kota Provinsi Aceh dengan luas wilayah yang sangat terbatas, sehingga lahan untuk pertanian sudah tidak tersedia. Semua kebutuhan pangan untuk Kota Banda Aceh dipasok dari daerah lain. Harga ayam dari tahun ke tahun mengalami kenaikan, yaitu Rp. 20539 /ekor di tahun 2011 menjadi Rp. 29763/ekor di tahun 2015. Untuk harga minyak goreng mengalami ketidakstabilan harga tiap tahunnya, untuk tahun 2011 Rp. 10588/kg menjadi Rp. 10488/kg untuk tahun 2015. Sementara harga telur ayam tiap tahunnya tidak mengalami perubahan harga yang berarti untuk tahun 2011 Rp. 1006/butir menjadi Rp. 1275/butir tahun 2015. Harga gula pasir mengalami naik turun dimana tahun 2011 Rp. 11235/kg menjadi Rp. 12269/kg di tahun 2015.
40
LP2KD Kota Banda Aceh Tahun 2016
Grafik 2.30 Inflasi Kota Banda Aceh Tahun 2011-2015 9 7.83
8 7
6.39
6 5 4
3.32
3 2 1
0.06
1.27
0 2011
2012
2013
2014
2015
Sumber: Statistik Banda Aceh 2016
Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa, harga barang kebutuhan pokok sangat erat kaitannya dengan laju inflasi, dimana dengan terjadinya inflasi membuat harga barang kebutuhan pokok terus meningkat setiap tahun.
41
LP2KD Kota Banda Aceh Tahun 2016
BAB III KEBIJAKAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN 3.1. Regulasi Daerah tentang Penanggulangan Kemiskinan Tahun
2016
merupakan
tahun
keempat
pelaksanaan
Rencana
Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Kota Banda Aceh tahun 2012 – 2017. Terkait dengan program penanggulangan kemiskinan, tertuang dalam misi ketiga dari RPJM yaitu Memperkuat Ekonomi Kerakyatan. Pemerintah Kota Banda Aceh berkomitmen untuk menurunkan angka kemiskinan setiap tahunnya. Selain mengamanatkan pembentukan TNP2K ditingkat pusat, Perpres
no.15
tahun
2010
juga
mengamanatkan
pembentukan
Tim
Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (TKPKD) di tingkat Propinsi dan Kabupaten Kota. Tim ini merupakan tim lintas sektor dan lintas pemangku-pemangku kepentingan di tingkat Propinsi, Kabupaten dan Kota untuk melakukan percepatan penanggulangan kemiskinan di masing-masing tingkat daerah yang bersangkutan. Struktur kelembagaan dan mekanisme kerja TKPK kemudian diatur dalam peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) No.42 tahun 2010 dan keputusan Walikota no. 146 dan 491 tahun 2016. Pemerintah
Kota
Banda
Aceh
dalam
rangka
penanggulangan
kemiskinan telah melakukan beberapa kebijakan, yaitu : 1.
Melakukan updating database kemiskinan berdasarkan data TNP2K dengan menggunakan 14 (empat belas) indikator, yang merupakan gabungan antara indikator nasional dan indikator lokal dan ditetapkan dengan Keputusan Walikota
2.
Menetapkan
Tim
Koordinasi
Penanggulangan
Kemiskinan
Daerah
(TKPKD) Kota Banda Aceh dengan Keputusan Walikota Banda Aceh Tahun 2016 3.
TKPK melalui UPTB GIS Bappeda Kota Banda Aceh telah membangun aplikasi DKMG (Database Kemiskinan Masyarakat Gampong) yang merupakan pengembangan dari aplikasi sebelumnya yaitu aplikasi SPPKS (Sistem Pemantauan Program Kesejahteraan Sosial).
Dalam
pembaruan data diaplikasi DKMG nantinya data penduduk miskin per gampong akan diinput oleh masing-masing gampong 42
LP2KD Kota Banda Aceh Tahun 2016
4.
Melakukan
koordinasi
program
dan
kegiatan
penanggulangan
kemiskinan lintas SKPD terkait 5.
Melakukan monitoring, evaluasi dan pengendalian pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan
6.
Mengalokasikan dana setiap tahun untuk program penanggulangan kemiskinan Untuk mempercepat penurunan angka kemiskinan, Pemerintah Kota
Banda Aceh telah melakukan beberapa upaya dan strategi diantaranya : 1.
Mengurangi beban pengeluaran masyarakat miskin melalui pemberian bantuan
dan
perlindungan
sosial,
pemberdayaan
masyarakat,
pemberdayaan usaha mikro dan kecil serta peningkatan dan perluasan program pro rakyat miskin. 2.
Meningkatkan kapasitas dan pendapatan masyarakat miskin melalui pendidikan dan pelatihan serta pemberian modal usaha.
3.
Mengembangkan dan menjamin keberlanjutan Usaha Mikro dan Kecil melalui penyediaan tempat promosi dan pemasaran.
4.
Mensinergikan kegiatan
anggaran program sektor dan daerah yang
diarahkan langsung kepada kelompok masyarakat miskin. 5.
Meningkatkan kapasitas pemerintah Kecamatan dan Gampong/Desa melalui Musrenbang, Forum SKPD dan forum publik lainnya dalam rangka pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan.
6.
Mengembangkan forum publik untuk melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan pembangunan daerah. Adapun target dan prioritas percepatan penanggulangan kemiskinan
daerah yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Kota Banda Aceh antara lain: 1.
Berkurangnya penduduk miskin sebesar 0,53 persen sejak 2013 menjadi 7,5 persen pada akhir tahun 2017 (RPJM Kota Banda Aceh 2012-2017)
2.
Menurunnya angka pengangguran menjadi 7,06 persen pada akhir tahun 2017 (RPJM Kota Banda Aceh 2012-2017)
3.
Menurunnya angka kematian bayi menjadi 1/1000 kelahiran pada akhir tahun 2017 (RPJM Kota Banda Aceh 2012-2017)
43
LP2KD Kota Banda Aceh Tahun 2016
4.
Persentase rumah tangga yang memiliki akses sanitasi layak menjadi 87 persen pada tahun 2017 (RPJM Kota Banda Aceh 2012-2017)
5.
Peningkatan persentase rumah tangga dengan air minum layak sebesar 6,98 persen sejak 2012 menjadi 86,88 persen pada akhir tahun 2017 (RPJM Kota Banda Aceh 2012-2017)
6.
Terwujudnya percepatan pembangunan ekonomi di wilayah-wilayah prioritas penanggulangan kemiskinan. Agar kebijakan penanggulangan kemiskinan dapat berjalan efektif dan
efisien, Pemerintah Kota Banda Aceh telah menentukan isu-isu yang menjadi prioritas dalam rangka percepatan penanggulangan kemiskinan, yaitu: 1.
Meningkatkan kesempatan kerja, investasi dan ekspor;
2.
Meningkatkan kualitas tenaga kerja;
3.
Menyusun kebijakan penguatan sektor riil;
4.
Memperkuat ekonomi kerakyatan;
5.
Membangun kerjasama dalam bidang agrikultur;
6.
Meningkatkan aksesiblitas dan kualitas pendidikan dan kesehatan;
7.
Memperbaiki program perlindungan sosial;
8.
Penegakan hukum, pemberantasan korupsi dan reformasi birokrasi. Untuk mewujudkan keterpaduan dan ketepatan dalam penanggulangan
kemiskinan dengan sasaran individu, Pemerintah Aceh telah mengembangkan sistem
informasi
kependudukan
berbasis
kesejahteraan
sosial
yang
didasarkan atas Nomor Induk Kependudukan (NIK) yang bersifat unik, satu nomor satu jiwa
3.2. Program dan Kegiatan Penanggulangan Kemiskinan Pemerintah Kota Banda Aceh melaksanakan program penanggulangan kemiskinan secara terpadu, dengan melibatkan beberapa SKPD yang dibagi dalam 4 klaster.
44
LP2KD Kota Banda Aceh Tahun 2016
Adapun klaster-klaster dalam program penanggulangan kemiskinan Kota Banda Aceh Tahun 2016 adalah sebagai berikut : 3.2.1. Klaster 1 Program dan kegiatan dalam klaster ini berbasis pada bantuan dan perlindungan sosial bertujuan untuk melakukan pemenuhan hak dasar, pengurangan beban hidup, serta perbaikan kualitas hidup masyarakat miskin. Fokus pemenuhan hak dasar ditujukan untuk memperbaiki kualitas kehidupan
masyarakat
miskin
untuk
kehidupan
lebih
baik,
seperti
pemenuhan hak atas pangan, pelayanan kesehatan, dan pendidikan. Karakteristik program pada kelompok Klaster 1 adalah bersifat pemenuhan hak dasar utama individu dan rumah tangga miskin yang meliputi pendidikan, pelayanan kesehatan, dan pangan. Ciri lain dari kelompok program ini adalah mekanisme pelaksanaan kegiatan yang bersifat langsung dan manfaatnya dapat dirasakan langsung oleh masyarakat miskin. Adapun program dan kegiatan Klaster 1 yang dilaksanakan oleh Pemerintah Kota Banda Aceh, yaitu: 1.
Bantuan Operasional Sekolah (BOS);
2.
Beasiswa Miskin;
3.
Sosialisasi pendataan masyarakat untuk mempunyai Kartu Jaminan Kesehatan;
4.
Penyaluran Raskin;
5.
Bantuan Sosial;
6.
Bantuan Langsung Masyarakat (BLM);
7.
Program Keluarga Harapan (PKH); Untuk dinas yang terlibat pada klaster ini yaitu : Disdikpora , DPKAD,
Baitul Mal, Dinkes, Bagian Ekonomi dan Dinsosnaker. 3.2.2. Klaster 2 Program dan kegiatan dalam klaster ini berbasis pada pemberdayaan masyarakat dimana kelompok masyarakat yang dikategorikan miskin tetapi masih mempunyai kemampuan untuk menggunakan potensi yang dimiliki walaupun terdapat keterbatasan. Pendekatan pemberdayaan dimaksudkan
45
LP2KD Kota Banda Aceh Tahun 2016
agar masyarakat miskin dapat keluar dari kemiskinan dengan menggunakan potensi dan sumberdaya yang dimilikinya. Adapun program dan kegiatan Klaster 2 yang dilaksanakan oleh Pemerintah Kota Banda Aceh, yaitu: 1.
Dana bagi hasil Pajak dan Retribusi Daerah
2.
Pemberian Alokasi Dana Gampong (ADG)
3.
Dana Desa Untuk dinas yang terlibat pada klaster ini yaitu : Badan Pemberdayaan Masyarakat (BPM).
3.2.3. Klaster 3 Program dan kegiatan dalam klaster ini berbasis pada pemberdayaan usaha mikro dan kecil, dimana masyarakatnya hampir miskin yang bertujuan untuk memberikan akses dan penguatan ekonomi bagi pelaku usaha berskala mikro dan kecil. Aspek penting dalam penguatan adalah memberikan akses seluas-luasnya kepada masyarakat miskin untuk dapat berusaha dan meningkatkan kualitas hidupnya. Adapun program dan kegiatan Klaster 3 yang dilaksanakan oleh Pemerintah Kota Banda Aceh, yaitu: 1.
Pemberdayaan Usaha Ekonomi Masyarakat (PUEM);
2.
Bantuan Modal Usaha kecil;
3.
Pelatihan Keterampilan;
4.
Pelatihan dan Pendampingan bagi kelompok UPPKS;
5.
Kelompok Prima Madani;
6.
Program pengembangan dan kewirausahaan dan keunggulan kompetitif UKM;
7.
Program pengembangan industri kecil dan menengah;
8.
Program peningkatan ketahanan pangan Pertanian;
9.
Program Pengembangan Perikanan Tangkap;
10.
Program Peningkatan Penerapan Teknologi Pertanian/perkebunan;
11.
Program Peningkatan Produksi Hasil Peternakan;
12.
Program Pengembangan Budidaya perikanan. Untuk dinas yang terlibat pada klaster ini yaitu : BPM, PP&KB, Baitul
Mal, Disperindagkop dan DKPP. 46
LP2KD Kota Banda Aceh Tahun 2016
3.2.4. Klaster 4 Program
dan
kegiatan
dalam
klaster
ini
berbasis
pada
upaya
peningkatan dan perluasan program pro-rakyat. 1.
Adapun program dan kegiatan Klaster 4 yang dilaksanakan oleh Pemerintah Kota Banda Aceh, yaitu:
2.
Program Pengembangan Perumahan;
3.
Pembangunan/Rehabilitasi Rumah Dhuafa;
4.
Pemberdayaan Fakir Miskin, KAT dan PMKS lainnya;
5.
Program Peningkatan Kualitas dan Produktivitas Tenaga Kerja;
6.
Pelatihan ketrampilan berusaha bagi keluarga miskin;
7.
Pengadaan sarana dan prasarana pendukung usaha bagi keluarga miskin;
8.
Pendidikan dan pelatihan ketrampilan bagi pencari kerja. Untuk dinas yang terlibat pada klaster ini yaitu : PU, Baitul Mal dan
Dinas Sosial dan Tenaga Kerja. 3.3.
Evaluasi APBD untuk Penanggulangan Kemiskinan
3.3.1. Analisis Pendapatan Daerah Arah kebijakan umum perencanaan pendapatan daerah Kota Banda Aceh
untuk meningkatkan sumber penerimaan daerah adalah dengan
meningkatkan
pelayanan
pajak
daerah
dengan
melakukan
perluasan
pembayaran pajak baik melalui bank dan tempat lainnya dalam mempermudah pembayaran
pajak daerah, memaksimalkan
rangka kegiatan
penagihan pajak dengan sosialisasi baik melalui leaflet, baliho serta televisi dan radio, melakukan penyesuaian tarif beberapa melakukan
perluasan
basis
Pajak
Daerah.
pajak daerah dan
Serta
mengoptimalkan
pemanfaatan aset daerah yang berada di lahan-lahan yang strategis dan ekonomis melalui kerjasama dengan pihak ketiga dan melakukan koordinasi dengan Pemerintah Pusat untuk
meningkatkan pendapatan yang berasal
dari Dana Perimbangan melalui Dana Bagi Hasil Pajak dan Dana Bagi Hasil Bukan Pajak serta perolehan DAU dan DAK.
47
LP2KD Kota Banda Aceh Tahun 2016
Sumber Pendapatan Kota Banda Aceh terdiri atas : 1.
Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang terdiri dari kelompok Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan, Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah dan Zakat ;
2.
Dana Perimbangan yang meliputi Dana Bagi Hasil Pajak/Dana Bagi Hasil Bukan Pajak Pusat, Pajak Penghasilan (PPh) Perorangan, Sumber Daya Alam (SDA), Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus;
3.
Lain-lain pendapatan daerah yang sah meliputi Hibah, Dana Bagi Hasil Pajak dari Pemerintah Provinsi, Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus, dan pendapatan Yang Sah Lainnya. Realisasi penerimaan pendapatan daerah Kota Banda Aceh sampai
dengan 31 Desember 2015 sebesar Rp.1.217.566.428.915,- atau 99,02 persen dari yang ditargetkan dan meningkat sebesar 7,36 persen dari realisasi tahun anggaran
2014.
Sumber
penerimaan
pendapatan
yang
memberikan
kontribusi terbesar terhadap pendapatan daerah pada tahun 2015 bersumber dari dana perimbangan sebesar 55,87 persen dan proporsi Lain-lain pendapatan yang sah sebesar 26,89 persen sedangkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) sebesar 17,24 persen. Kontribusi masing-masing sumber pendapatan daerah selama lima tahun terakhir dapat dilhat pada grafik dibawah berikut ini: Grafik 3.1 Realisasi Pendapatan Kota Banda Aceh Tahun 2011-2015 Pendapatan Daerah (Juta) 719,615
481,699
787,575
560,412
1,134,104
928,240
685,952
631,733
1,217,566
680,301
327,350
85,560
152,354 99,022
2011 PAD (Juta)
128,140 129,122
2012
167,733
2013
Dana Perimbangan (Juta)
171,777
276,374
2014
209,914
2015
Lain-lain Pendapatan yang sah (Juta)
Sumber : DPKAD 2016 (data diolah) 48
LP2KD Kota Banda Aceh Tahun 2016
3.3.1.1.
Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Proporsi
penerimaan
pendapatan
daerah
yang
bersumber
dari
Pendapatan Asli Daerah (PAD) selama lima tahun terakhir rata-rata sebesar 14,15 persen. Dan pada tahun anggaran 2015 kontribusi penerimaan pendapatan daerah yang bersumber dari
Pendapatan Asli Daerah (PAD)
sebesar 17,24 persen mengalami kenaikan dari tahun anggaran 2014 yang proporsinya
sebesar
15,15
persen.
Peningkatan
realisasi
penerimaan
Pendapatan Asli Daerah (PAD) pada tahun anggaran 2015, bersumber dari Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah dimana memberikan kontribusi terbesar terhadap realiasasi anggaran Pendapatan Asli Daerah yaitu sebesar 55,17 persen, kemudian disusul Pajak Daerah sebesar 26,59%, Retribusi daerah sebesar 9,29 persen, Zakat sebesar 8,45 persen dan hasil Pengelolaan Kekayaan daerah yang dipisahkan sebesar 0,50 persen. Grafik 3.2 Perkembangan Target dan Realisasi Pendapatan Asli Daerah Kota Banda Aceh Tahun 2011-2015
Sumber: DPKAD Kota Banda Aceh, 2016 (data diolah)
3.3.1.2.
Dana Perimbangan
Proporsi realisasi penerimaan daerah yang bersumber dari Dana Perimbangan pada tahun anggaran 2015 sebesar 55,87 persen, masih memberikan kontribusi terbesar terhadap pendapatan Daerah Kota Banda Aceh. Realisasi Dana perimbangan yang bersumber dari dana bagi hasil pajak/bukan
pajak,
dana
alokasi
Umum
dan
dana
alokasi
khusus
49
LP2KD Kota Banda Aceh Tahun 2016
pertumbuhan rata-rata pertahunnya sebesar 11,11 persen selama 5 (lima) tahun terakhir. Grafik 3.3 Perkembangan Target dan Realisasi Dana Perimbangan Kota Banda Aceh Tahun 2011-2015
Sumber: DPKAD Kota Banda Aceh, 2016 (data diolah)
3.3.1.3.
Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah
Penerimaan pendapatan yang berasal dari Lain‐lain Pendapatan yang Sah terutama berasal dari Pendapatan Bagi Hasil Pajak Provinsi, Dana Penyesuaian Otonomi khusus,
Bantuan Keuangan dari Provinsi
atau
pemerintah lainnya dan Pendapatan Yang Sah Lainnya sampai dengan 31 Desember
2015
realisasi
penerimaan
pendapatannya
sebesar
Rp.327.350.565.565,- atau 96,23 persen dari target yang direncanakan. Proporsi Lain‐lain Pendapatan yang Sah terhadap Pendapatan Daerah terus mengalami peningkatan walau tidak signifikan setiap tahunnya, pada Tahun anggaran
2012 kontribusi Lain‐lain Pendapatan yang Sah terhadap
Pendapatan Daerah sebesar 16,27 persen dan pada Tahun anggaran 2015 sebesar 26,89 persen. (Grafik 3.4).
50
LP2KD Kota Banda Aceh Tahun 2016
Grafik 3.4 Perkembangan Realisasi Pendapatan Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah Dan Kontribusinya Terhadap Realisasi Pendapatan Daerah Kota Banda Aceh Tahun 2011-2015 21.17
18.03
16.27
2011
2012
719,615,023,954
787,575,101,977
928,240,738,868 1,134,104,242,954 1,217,553,096,278
Realisasi Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah 152,354,674,020
128,140,099,157
167,385,485,300
Realisasi Pendapatan Daerah (Rp)
Realisasi Pendapatan Daerah (Rp)
2013
26.89
24.37
2014
276,374,171,657
2015
327,350,565,565
Realisasi Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah
Sumber: DPKAD Kota Banda Aceh, 2016 (data diolah)
51
LP2KD Kota Banda Aceh Tahun 2016
BAB IV KELEMBAGAAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN 4.1 Kelembagaan TKPK Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (TKPK) Kota Banda Aceh Tahun 2016 dibentuk dengan Keputusan Walikota Banda Aceh Nomor 491 Tahun 2016 tentang Perubahan Atas Keputusan Walikota No. 146 Tahun 2016, terdiri dari : Sekretariat, Pokja bidang Pendataan dan Sistem Informasi,
Pokja
Bidang
Pengembangan
Kemitraan,
Pokja
Pengaduan
Masyarakat, Kelompok Program Bantuan Sosial Terpadu Berbasis Keluarga, Kelompok Program Penanggulangan Kemiskinan Berbasis Pemberdayaan Masyarakat dan Kelompok Program Penanggulangan Kemiskinan Berbasis Pemberdayaan Usaha Ekonomi Mikro dan Kecil. Sekretariat TKPK 2016 berada di bidang Perencanaan Pembangunan Ekonomi Bappeda Kota Banda Aceh, bertugas menunjang kegiatan pokja dengan mengkoordinir keuangan
SKPD terkait, melakukan evaluasi progres fisik dan
program/kegiatan
penanggulangan
bulannya, juga melakukan pengawasan dan
kemiskinan
SKPD
setiap
pengendalian pelaksanaan
program penaggulangan kemiskinan, yang anggotanya terdiri dari Bappeda dan BPM. Sementara anggota kelompok kerja dan kelompok program terdiri dari SKPD terkait TKPK Kota Banda Aceh mendapat alokasi dana untuk operasional TKPK setiap tahunnya dari APBK, operasional TKPK Kota Banda Aceh tahun 2016 sebesar Rp. 82.748.600,-. Dalam rangka untuk membantu masyarakat TKPK juga didukung dari BUMN
antara lain, pinjaman lunak terhadap pelaku ekonomi dan
pembangunan sarana dan prasarana pasar untuk menunjang perekonomian masyarakat melalui dana CSR.
Adapun sarana dan prasarana pasar yang
telah didukung dari BUMN melalui dana CSR adalah sebagai berikut :
52
LP2KD Kota Banda Aceh Tahun 2016
Tabel 4.1 Sarana dan Prasarana Pasar di Kota Banda Aceh yang dibangun dengan Dana CSR BENTUK NO
TAHUN
BUMN
JUMLAH DANA
KEMITRAAN
1.
2013
Pertamina
4.100.000.000
Pembangunan Pasar Newton
2.
2014
Pertamina
400.000.000
Pembangunan Pasar Newton
3.
2015
-
-
-
4.
2016
PT. Bank Aceh
125.000.000
Pasar Sol Sepatu Beurawe
5.
2016
PT. BRI
300.000.000
Rehab Pasar Kartini
TKPK
melalui
UPTB
GIS
Bappeda
dan
juga
Faskel
(fasilitator
kelurahan) PNPM telah melaksanakan survey validasi data kemiskinan yang berasal dari data TNP2K berbasis
web
yang
tahun 2011 serta membangun sebuah aplikasi
bernama
SPPKS
(Sistem
Pemantauan
Program
Kesejahteraan Sosial) yang dapat mengintegrasikan data-data kemiskinan lainnya yang bersumber dari berbagai instansi baik dari kementrian maupun dari SKPD kota Banda Aceh. Data tersebut antara lain : Data Jamkesmas, data Raskin, data bantuan fakir miskin dari Baitul Mal, data siswa miskin, Data BLSM, Bantuan untuk nelayan, data anak panti asuhan dan lain-lain. Keseluruhan data ini di korelasikan dengan data kependudukan dari Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil atau Disdukcapil Kota Banda Aceh sehingga bisa dilihat apakah program penanggulangan kemiskinan ini dapat berdampak langsung bagi masyarakat yang berdomisili di Kota Banda Aceh atau data masyarakat dari luar Kota Banda Aceh. Dari hasil survey validasi di lapangan dan setelah dikorelasi dan diverifikasi dengan data kemiskinan lainnya, maka ditemukan ada sebagian kecil dari Rumah Tangga Sasaran (RTS) yang berasal data dari TNP2K tahun 2011 tidak dapat dapat ditemukan lagi karena sudah pindah ke tempat lain, sudah meninggal atau RTS tersebut tidak diketahui pernah tinggal di lingkungan itu sebelumnya. Dan dengan adanya aplikasi SPPKS
yang
berbasis web atas dasar data by name, by address dan by GPS serta by 53
LP2KD Kota Banda Aceh Tahun 2016
Donation maka program yang telah dilaksanakan dari berbagai instansi dengan mudah dievaluasi dan analisa kerena telah terintegrasi satu dengan lainnya,
contohnya :
pada saat Pemko Banda Aceh akan melaksanakan
program Bantuan Rumah Dhuafa yang berasal dari anggaran OTSUS melalui Dinas PU dan juga bantuan Rumah Dhuafa serta perbaikan rumah yang anggarannya berasal dari Baitul Mal, dengan menggunakan aplikasi SPPKS maka dengan mudah dipilah data-data berdasarkan kondisi rumah yang diinginkan, lokasi berdasarkan kecamatan, status rumah serta gambarnya dan juga dapat ditentukan profil kepala keluarga dan juga anggota keluarga karena sudah terkorelasi dengan data dari Disdukcapil. Pada tahun 2016 TKPK juga melalui UPTB GIS kota Banda Aceh mengembangkan aplikasi SPPKS sehingga dapat diakses langsung oleh masyarakat gampong, pengembangan aplikasi ini bernama DKMG (Database Kemiskinan Masyarakat Gampong). Dimana nantinya pada tahun 2017 data penduduk miskin per gampong akan diinput oleh masing-masing operator gampong. Aplikasi ini dibangun supaya gampong bisa mengupdate data perubahan penduduk miskin setiap tahun serta menghindari komplain dari para keuchik setiap ada penyaluran bantuan untuk fakir miskin. Saat ini data verifikasi dan validasi Bappeda tahun 2013 sudah tidak update dan data TNP2K tahun 2015 banyak tidak sesuai dengan kondisi riil di lapangan sehingga para keuchik merasa keberatan untuk menggunakan data tersebut karena akan diprotes oleh masyarakat 4.2
Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan (TKPK) Kota Banda Aceh
sangat serius dalam aktivitas penanggulangan kemiskinan. Serangkaian koordinasi telah dibangun bersama melalui Rapat Koordinasi yang telah dilakukan dengan orientasi membangun kesepahaman di dalam aktivitas penanggulangan kemiskinan, baik koordinasi antar Tim TKPK Kota Banda Aceh maupun koordinasi dengan Tim TKP2K Aceh. Pada tahun 2016 ini telah dilakukan 10 (sepuluh) kali rapat koordinasi, baik rapat lengkap maupun rapat terbatas sesuai kebutuhan masing-masing pokja Tim TKPK Kota Banda Aceh.
54
LP2KD Kota Banda Aceh Tahun 2016
Berbagai
kegiatan
untuk
mendukung
program
penanggulangan
kemiskinan tahun 2016 telah dilaksanakan diantaranya : Rapat koordinasi antar SKPD terkait, Kerjasama dengan BUMN, Laporan Kinerja, evaluasi program/kegiatan penanggulangan kemiskinan per SKPD tahun 2016 dan penyusunan Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah (LP2KD) Kota Banda Aceh Tahun 2016.
4.3. Pengendalian Penanggulangan Kemiskinan 4.3.1. Monitoring dan Evaluasi Penanggulangan Kemiskinan Belanja daerah disusun dengan pendekatan prestasi kerja yang berorientasi pada pencapaian hasil dari input yang direncanakan dengan mengutamakan pada pencapaian hasil melalui program dan kegiatan. Belanja daerah
yang
dialokasikan
dalam
APBK
diprioritaskan
dalam
rangka
membiayai pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintah kota yang terdiri dari urusan wajib dan urusan pilihan, yang ditetapkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Urusan wajib digunakan untuk melindungi dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dalam rangka memenuhi kewajiban daerah yang diwujudkan
dalam
bentuk
peningkatan
pelayanan
kesehatan, fasilitas sosial, dan fasilitas umum.
dasar,
pendidikan,
Pemerintah juga berupaya
untuk menetapkan target capaian baik dalam konteks daerah, satuan kerja, dan kegiatan sejalan dengan urusan yang menjadi kewenangannya. Capaian progres fisik dan keuangan program/kegiatan penanggulangan kemiskinan per bulan dapat dilihat pada Lampiran 1 dokumen ini (Laporan Bulanan Realisasi Fisik dan Keuangan Program /Kegiatan Penanggulangan Kemiskinan SKPD Tahun 2016).
55
LP2KD Kota Banda Aceh Tahun 2016
Rekapan evaluasi program/kegiatan penanggulangan kemiskinan per SKPD sampe bulan Desember 2016 dapat dilihat pada tabel 4.2 Tabel 4.2 REKAPAN EVALUASI PER SKPD PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN KOTA BANDA ACEH TAHUN 2016
NO
SKPD
KLASTER
JUMLAH ANGGARAN APBN,APBA/ OTSUS, APBK/ ZIS,CSR (Rp)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
1,3 dan 4
12,391,950,000
11
11
0
0
78.14
JUMLAH KEGIATAN SELESAI /RINCIAN KEGIATAN
SEDANG BELUM BERJALAN BERJALAN
PROGRES S.D Desember KET 2016 (Persentase)
1
BAITULMAL
2
ADM PEREKONOMIAN
1
1,774,080,000
1
1
0
0
100.00
3
DINAS PU
4
3,090,000,000
2
2
0
0
100.00
4
DPKAD
1
2,509,520,000
5
5
0
0
97.66
5
DINSOSNAKER
1, dan 4
4,333,930,400
4
4
0
0
99.90
6
BPM
2 dan 3
21,547,529,798
4
4
0
0
105.31
7
PP&KB
3
442,000,000
2
2
0
0
96.73
8
DISPERINDKOP
3
9,483,027,400
6
6
0
0
86.65
9
DKPP
3
6,145,398,200
42
35
0
7
73.41
10
DISDIKPORA
1
45,199,700,000
3
3
0
0
100.00
11
DINKES
1
37,175,000
1
1
0
0
78.03
81
74
0
7
92.35
TOTAL
106,954,310,798
56
10
7 keg. Gag al, tdk dilak sana kan
LP2KD Kota Banda Aceh Tahun 2016
Persentase
realisasi
fisik
dan
keuangan
program/kegiatan
penanggulangan kemiskinan kota Banda Aceh per SKPD tahun 2016 dapat dilihat di tabel 4.3 Tabel 4.3 PERSENTASE REALISASI FISIK DAN KEUANGAN PROGRAM/KEGIATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN KOTA BANDA ACEH TAHUN 2016
NO
SKPD
KLAST ER
JUMLAH ANGGARAN APBN,APBA/ OTSUS, APBK/ ZIS,CSR (Rp)
1
2
3
4
1,3 dan 4
12,391,950,000
ADM PEREKONOMIAN
1
1,774,080,000
3
DINAS PU
4
3,090,000,000
4
DPKAD
1
2,509,520,000
5
DINSOSNAKER
1, dan 4
4,333,930,400
6
BPM
2 dan 3
21,547,529,798
7
PP&KB
3
442,000,000
8
DISPERINDKOP
3
9,483,027,400
9
DKPP
3
6,145,398,200
10
DISDIKPORA
1
45,199,700,000
11
DINKES
1
37,175,000
1
BAITULMAL
2
TOTAL
Adapun
106,954,310,798
realisasi
fisik
dan
REALISASI KEUANGAN (RP)
PERSENTAS E REALISASI KEUANGAN (%)
PROGRES S.D Desember 2016 (Persentase)
KET
5
6
9
10
10,687,850,00 0
77.32
78.14
100.00
100.00
99.87
100.00
80,22
97.66
98.32
99.90
84.50
105.31
80.56
96.73
98.75
86.65
12.62
73.41
99.81
100.00
78.00
78.03
81.61
92.35
1,774,080,000 3,085,910,000 1,705,020,000 4,310,492,131 19,671,511,00 0 407,000,000 9,337,459,010 1,344,625,000 45,105,600,00 0 28,996,500 97,458,543,641
keuangan
program/kegiatan
penanggulangan kemiskinan per klaster tahun 2016 dapat dilihat pada tabel 4.4 di bawah ini
57
LP2KD Kota Banda Aceh Tahun 2016
Tabel 4.4 Rekap Realisasi Fisik dan Keuangan Kegiatan Penanggulangan Kemiskinan Per Klaster Tahun 2016 Persent
Sumber Dana Total No
Klaster APBN
APBA
APBK
Anggaran
CSR
Realis
ase
asi
Realisa
Fisik
si
(%)
Keuang
Realisasi Keuangan (Rp)
an (%)
1
Klaster 1
50,453,262, 500
10,398,597, 300
2
Klaster 2
11,620,081, 515
3
Klaster 3
442,000,00 0
4
Klaster 4
Total
37,175,00 0
60,889,034, 800
92.48
87.44
59,175,672, 031
6,927,448,2 83
18,547,529, 798
97.22
97.11
18,147,511, 000
19,627,675, 600
20,069,675, 600
91.69
95.41
13,244,834, 010
3,000,000, 000
4,448,070,6 00
7,448,070,6 00
100.00
98.84
6,890,526,6 00
62,515,344 3,000,000, ,015 000
41,401,791, 783
106,954,310 ,798
92.35
81.61
97,458,543, 641
37,175,00 0
4.3.2. Penanganan Pengaduan Masyarakat Di kota Banda Aceh, sudah ada sistem yang bisa dimanfaatkan oleh masyarakat
untuk
mengeluh
dan
memberikan
pengaduan
terhadap
permasalahan masyarakat terkait dengan masalah kemiskinan. Ini adalah satu upaya pemerintah untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat di kota Banda Aceh. Sistem pengaduan ini bisa dilakukan dalam beberapa cara, dengan sistem online yaitu dengan nomor layanan khusus via sms dan e-mail dan juga sistem manual dimana masyarakat langsung bisa datang menemui dinas atau
badan
terkait
yang
sudah
ditunjuk
untuk
mengadukan
permasalahannya. Ada tiga tempat pengaduan yang bisa dimanfaatkan masyarakat : 1.
Penanganan Pengaduan Masyarakat yang masuk ke Sekretariat Pemko Banda Aceh
2.
Penanganan Pengaduan Masyarakat yang masuk ke Baitul Mal Kota Banda Aceh
3.
Penanganan Pengaduan Masyarakat yang masuk ke Bappeda Kota Banda Aceh. 58
LP2KD Kota Banda Aceh Tahun 2016
4.3.2.1 Penanganan Pengaduan Masyarakat yang masuk ke Sekretariat Pemko Banda Aceh Dalam
rangka
meningkatkan
pelayanan
kepada
masyarakat,
pemerintah Kota Banda Aceh telah membuka nomor khusus Layanan Pengaduan
Masyarakat
(LPM)
yaitu
hp:
0811683005
atau
email
:
httb//lpm.bandaaceh.go.id yang dapat diakses langsung oleh masyarakat untuk menyampaikan segala permasalahan yang berhubungan dengan pelayanan kepada masyarakat. Sejak dibuka pada tahun 2008 sampai dengan saat ini, pemerintah Kota Banda Aceh telah menerima tidak kurang dari 265 pengaduan masyarakat. Sistem kerja LPM, setiap pengaduan yang disampaikan, baik melalui nomor 0811683005 atau email : httb//lpm.bandaaceh.go.id secara otomatis akan diterima oleh sistem dan oleh Trio (Walikota, Wakil Walikota dan Sekda) dan
selanjutnya
akan
diteruskan
ke
Admin
SKPD
terkait
untuk
ditindaklanjuti dalam waktu 2 x 24 jam. Jawaban kepala SKPD akan diteruskan kembali oleh admin ke sistem dan sistem akan meneruskan kepada pihak yang menyampaikan pengaduan. Pengaduan yang disampaikan oleh masyarakat terdiri dari keluhan, pertanyaan, saran/usul, ucapan terima kasih, dan lain-lain. Dari pengaduanpengaduan tadi tidak semua harus dijawab atau ditanggapi karena sebagian merupakan masukan dan saran kepada pemerintah Kota Banda Aceh. 4.3.2.2. Penanganan Pengaduan Masyarakat yang masuk ke Baitul Mal Kota Banda Aceh Baitul Mal sebagai badan yang menyalurkan zakat untuk masyarakat miskin
kota
Banda
Aceh,
tentunya
terkait
secara
langsung
dengan
permasalahan dan pengaduan masyarakat miskin. Sistem pengaduan bersifat pengaduan
langsung
di
mana
masyarakat
langsung
bertemu
dengan
pengurus Baitul Mal dan kemudian diperkuat dengan administrasi surat menyurat. Beberapa permasalahan pengaduan Masyarakat terkait penyaluran Zakat di Baitul Mal : 1. Masyarakat
yang
belum
sepenuhnya
mendapat
zakat
konsumtif
didasarkan kepada beberapa persoalan yang sebagian besar muncul dari 59
LP2KD Kota Banda Aceh Tahun 2016
gampong seperti belum mendapat kuota dari jumlah penerima yang diberikan oleh Baitul Mal ke gampong. Tidak masuknya nama penerima dalam data TNP2K Kota Banda Aceh yang berbasis di Bappeda Kota Banda Aceh. Tahun 2015 data TNP2K menjadi persoalan tersendiri disaat banyak masyarakat yang ada dalam data tersebut tidak lagi layak mendapatkan zakat, jumlahnya hampir separuh dari jumlah data keseluruhan. Untuk data TNP2K terbaru Baitul Mal Kota Banda Aceh belum mengedarkannya ke tingkat gampong. Adanya persoalan internal gampong antara calon penerima zakat dengan aparatur gampong sehingga berakibat kepada tidak masuknya nama penerima dalam data yang dikirim ke Baitul Mal Kota Banda Aceh menjadi persoalan tersendiri. Dari 8419 KK yang di komplain masyarakat hampir 40% dari data tersebut atau 3300 KK menjadi pesoalan di tingkat gampong. 2. Akibat persoalan pada point pertama maka banyak masyarakat yang mengadu ke Baitul Mal langsung. Ada yang langsung meminta jatah zakat serta ada juga yang sekedar berkonsultasi berkaitan dengan persoalan tersebut. Mareka yang datang dalam sebulan mencapai 5 s/d 10 orang. 3. Dalam kasus lain juga ada masyarakat yang mengadu ke Baitul Mal terhadap berbagai bentuk penyaluran yang dilaksanakan oleh Baitul Mal Kota
Banda
Aceh.
Misalnya
penyaluran
dalam
bentuk
pembangunan/rehab rumah fakir miskin. Ada masyarakat yang mengadu karena tidak lolos hasil survey pembangunan rumah. Survey lapangan merupakan penentuan layak atau tidak pemberian suatu bentuk penyaluran zakat. Jumlah pengadu tidak bisa terhitung karena biasanya akan ramai disaat tim survey turun kelapangan. Yang datang mengadu ± 15 orang dalam sebulan 4. Problematika lain yang sering juga muncul adalah adanya masyarakat diluar kota Banda Aceh yang datang ke Baitul Mal Kota Banda Aceh untuk meminta jatah zakat. Dalam kasus ini mereka diarahkan ke Baitul Mal Provinsi atau ke Baitul Mal Kabupaten yang bersangkutan. Mereka terkadang datang secara berkelompok berjumlah tiga sampai enam orang dengan
membawa
anak-anak
yang
masih
kecil.
Dalam
sebulan
masyarakat yang seperti disebutkan ini berjumlah 5 atau 8 orang dalam sebulan.
60
LP2KD Kota Banda Aceh Tahun 2016
5. Menjelang hari Meugang atau lebaran banyak juga masyarakat yang datang ke Baitul Mal Kota Banda Aceh untuk meminta sumbangan, umumnya mareka dari luar kota Banda Aceh yang secara khusus datang ke Banda Aceh untuk mencari uang jelang Meugang atau lebaran. Mereka juga datang berkelompok dalam setahun mereka berjumlah ± 10 orang 4.3.2.3. Penanganan Pengaduan Masyarakat yang masuk ke Bappeda Kota Banda Aceh. Bappeda kota
Banda
Aceh
merupakan tempat
Sekretariat
Tim
Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Kota Banda Aceh. Selain sebagai pusat tempat pengumpulan semua pengaduan, Bappeda juga menerima pengaduan masyarakat dengan langsung bertemu dengan tim sekretariat TKPK, semua pengaduan yang masuk ditindak lanjuti dalam rapat TKPK bersama pokja pengaduan masyarakat dan tim TKPK lainnya, yang dilakukan secara
rutin untuk menanggapi pengaduan masyarakat dan membahas
progres kegiatan TKPK. Ada
beberpa
pengaduan
yang
masuk
langsung
ke
Bappeda,
diantaranya: 1.
Pengaduan oleh Nilawati (Balee Inong Lampaseh Aceh) isi pengaduan Rizaldy tidak termasuk ke dalam data penduduk Miskin TNP2K 2015 (ada lampiran keterangan geuchik sebagai penduduk miskin).
2.
Pengaduan atas nama Nurdeni, yang bersangkutan tidak masuk dalam data miskin TNP2K 2011. Permohonan bantuan rumah sebagai korban tsunami.
3.
Pengaduan atas nama Nurul Husna, permohonan untuk
mendapat
bantuan. 4.
Pengaduan atas nama Sri Suwarini, permohonan penurunan daya listrik dari 10A menjadi 4A. Saran PLN meminta surat keterangan tidak mampu dari Bappeda
5.
Penolakan Keuchik Neusu Jaya dan Keuchik Ulee Pata terhadap data penyaluran zakat Baitul Mal tahun 2016, karena dianggap tidak valid, disebabkan data penduduk miskin yang ada pada data tidak sesuai dengan kondisi saat ini, dan nama yang tercantum dalam data sudah ada yang meninggal dunia. 61
LP2KD Kota Banda Aceh Tahun 2016
BAB V PENUTUP KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada Bab V penutup ini disampaikan tentang 5.1. Kesimpulan dan 5.2. Saran (Rekomendasi) 5.1. 1.
Kesimpulan Faktor utama penyebab kemiskinan yang bersifat struktural yaitu pelaksanaan
kebijakan,
pengelolaan
anggaran
dan
penataan
kelembagaan yang kurang mendukung penghormatan, perlindungan dan pemenuhan hak-hak dasar masyarakat miskin 2.
Penanggulangan kemiskinan tidak dapat dilakukan secara singkat dan sekaligus karena kompleksitas permasalahan yang dihadapi masyarakat miskin dan keterbatasan sumber daya untuk mewujudkan pemenuhan hak-hak dasar
3.
Stabilitas merupakan
ekonomi
akan
syarat
utama
berkelanjutan. stabilitas mempertahankan
meningkatkan bagi
kepastian
pertumbuhan
berusaha
yang
ekonomi
yang
ekonomi diperlukan untuk menjaga dan
pendapatan
riil
masyarakat
ekonomi makro merupakan landasan bagi
miskin.
Kebijakan
terselenggaranya berbagai
kebijakan pemenuhan hak-hak dasar 4.
Berbagai program penanggulangan kemiskinan yang digulirkan terutama dalam bentuk pemberian subsidi yang karitatif dan bantuan modal usaha atau pembinaan usaha produktif keluarga miskin sering masih terkonsentrasi pada rekayasa yang sifatnya teknis produksi dan cenderung hanya berorientasi kuantitas, sehingga dalam banyak hal lebih menguntungkan kelompok masyarakat yang memiliki modal dan aset produksi yang berlebih.
5.2. 1.
Rekomendasi Penanggulangan
kemiskinan
perlu
didukung
dengan
reorientasi
kebijakan yang menekankan perubahan dalam perumusan kebijkan, pengelolaan anggaran dan penataan kelembagaan yang mengutamakan pemenuhan hak-hak dasar masyarakat.
62
LP2KD Kota Banda Aceh Tahun 2016
2.
Mengingat penanggulangan kemiskinan tidak dapat dilakukan secara singkat dan sekaligus, maka rencana aksi penanggulangan kemiskinan hendaknya dipusatkan pada prioritas penghormatan, perlindungan dan pemenuhan
hak atas
pangan,
kesehatan,
pendidikan,
pekerjaan,
perumahan, air bersih, tanah, lingkungan hidup dan sumberdaya alam, rasa aman, dan berpartisipasi dengan memeperhitungkan kemajuan secara bertahap. Rencana aksi penanggulangan kemiskinan disusun agar penggulangan kemiskinan dilaksanakan secara terpadu, terukur, sinergis dan terencana yang dilandasi oleh kemitraan dan keterlibatan berbagai
pihak,
dan
dikelola
sebagai
suatu
gerakan
bersama
penanggulangan kemiskinan. 3.
Hendaknya kebijakan ekonomi makro diarahkan pada terwujudnya lingkungan yang kondusif bagi pengembangan usaha dan terbukanya kesempatan yang luas bagi peningkatan kapabilitas masyarakat miskin. Dalam rangka pemenuhan hak-hak dasar, kebijakan ekonomi makro perlu memperhitungkan empat tujuan yang saling berkaitan, yaitu menjaga stabilitas ekonomi, meningkatkan pertumbuhan ekonomi, memperluas
kesempatan
kerja,
dan
mengurangi
kesenjangan
antarwilayah. 4.
Upaya penyelamatan pemberdayaan masyarakat miskin benar-benar dapat
berjalan
efektif,
maka
diperlukan
revitalisasi
program
pemberdayaan masyarakat miskin yang benar-benar berpihak kepada lapisan yang miskin khususnya para pelaku ekonomi kerakyatan. Tindakan yang diperlukan dalam pengentasan kemiskinan di Indonesia yaitu
(1)
mengurangi
kemiskinan
dari
segi
pendapatan
melalui
pertumbuhan, (2) memperkuat kemampuan sumberdaya manusia, (3) mengurangi tingkat kerentanan dan risiko di antara rumah tangga miskin, dan (4) memperkuat kerangka kelembagaan. 5.
Kualitas dan intensitas koordinasi antar SKPD maupun seluruh anggota TKP2K Aceh perlu ditingkatkan dan dioptimalkan untuk meningkatkan efektifitas dan kinerja TKPK kota Banda Aceh.
6.
Perlu ditingkatkan keterlibatan pihak non pemerintah (perusahaan swasta maupun BUMN/BUMD) dalam pemberdayaan program CSR.
63
LP2KD Kota Banda Aceh Tahun 2016
Lampiran 1
64