PROGRAM PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN (PPSP) TAHUN 2013
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MALINAU
PROVINSI KALIMANTAN TIMUR
DISUSUN OLEH
POKJA AMPL PPSP KABUPATEN MALINAU
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MALINAU 2013
Daftar Isi Kata Pengantar Ringkasan Eksekutif (Executive Summary) Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Peta Daftar Gambar Daftar Istilah Bab 1: Pendahuluan 1.1 Latar Belakang 1.2 Landasan Gerak 1.3 Maksud dan Tujuan 1.4 Metodologi 1.5 Dasar Hukum dan Kaitannya dengan Dokumen Perencanaan Lain Bab 2: Gambaran Umum Wilayah 2.1 Geografis, Administratif, dan Kondisi Fisik 2.2 Demografi 2.3 Keuangan dan Perekonomian Daerah 2.4 Tata Ruang Wilayah 2.5 Sosial dan Budaya 2.6 Kelembagaan Pemerintah Daerah Bab 3: Profil Sanitasi Wilayah 3.1 Promosi Higiene dan Sanitasi 3.1.1 Tatanan Rumah Tangga 3.1.2 Tatanan Sekolah 3.2 Pengelolaan Air Limbah Domestik 3.2.1 Kelembagaan 3.2.2 Sistem dan Cakupan Pelayanan 3.2.3 Kesadaran Masyarakat dan PMHSJK 3.2.4 “Pemetaan” Media 3.2.5 Partisipasi Dunia Usaha 3.2.6 Pendanaan dan Pembiayaan 3.2.7 Permasalahan mendesak dan isu strategis 3.3 Pengelolaan Persampahan 3.3.1 Kelembagaan 3.3.2 Sistem dan Cakupan Pelayanan 3.3.3 Kesadaran Masyarakat dan PMHSJK 3.3.4 “Pemetaan” Media 3.3.5 Partisipasi Dunia Usaha 3.3.6 Pendanaan dan Pembiayaan 3.3.7 Permasalahan mendesak dan Isu strategis 3.4 Pengelolaan Drainase Lingkungan 3.4.1 Kelembagaan 3.4.2 Sistem dan Cakupan Pelayanan 3.4.3 Kesadaran Masyarakat dan PMHSJK
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MALINAU 2013 3.4.4 “Pemetaan” Media 3.4.5 Partisipasi Dunia Usaha 3.4.6 Pendanaan dan Pembiayaan 3.4.7 Permasalahan mendesak dan Isu strategis 3.5 Pengelolaan Komponen Terkait Sanitasi 3.5.1 Pengelolaan Air Bersih 3.5.2 Pengelolaan Air Limbah Industri Rumah Tangga 3.5.3 Pengelolaan Limbah Medis Bab 4: Program Pengembangan Sanitasi Saat Ini dan yang Direncanakan 4.1 Promosi Higiene dan Sanitasi (Prohisan) 4.2 Peningkatan Pengelolaan Air Limbah Domestik 4.3 Peningkatan Pengelolaan Persampahan 4.4 Peningkatan Pengelolaan Drainase Lingkungan 4.5 Peningkatan Komponen Terkait Sanitasi Bab 5: Indikasi Permasalahan dan Posisi Pengelolaan Sanitasi 5.1 Area Berisiko Sanitasi 5.2 Posisi Pengelolaan Sanitasi Saat Ini Lampiran --------------------------------------------------------------------------------------------------Daftar Tabel (halaman tersendiri) Daftar Peta (halaman tersendiri) Daftar Gambar (halaman tersendiri) Daftar Istilah (halaman tersendiri)
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MALINAU 2013
Kata Pengantar Pembangunan Nasional harus dilaksanakan secara merata di seluruh wilayah Indonesia, oleh sebab itu pemerintah Daerah juga harus berupaya ikut melaksanakannya. Pendayagunaan sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya buatan sebagai pokok-pokok kemakmuran rakyat perlu dilakukan secara terencana, terpadu, dan optimal sesuai dengan pengelolaan lingkungan bagi pembangunan yang berkelanjutan. Pada pembangunan sektor sanitasi, Kabupaten Malinau masih menghadapi beberapa tantangan yang harus diatasi. Terbatasnya sarana infrastruktur pengelolaan air limbah rumah tangga, jumlah timbulan sampah yang meningkat dari waktu ke waktu, masih terdapatnya genangan sebagai akibat kurang optimalnya fungsi drainase, masih tercampurnya grey water dan saluran drainase yang difungsikan sebagai tempat pembuangan sampah praktis, meningkatnya kebutuhan air bersih masyarakat tidak sebanding dengan debit suplai dan sumber air baku yang layak, serta masih rendahnya kesadaran masyarakat dalam perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) merupakan sederetan permasalahan sanitasi yang masih dihadapi Kabupaten Malinau. Buku Putih Sanitasi (BPS) Malinau merupakan dokumen yang menggambarkan kondisi eksisting sanitasi di Kabupaten Malinau yang dibuat khusus sebagai pedoman percepatan pembangunan sektor sanitasi Kabupaten Malinau guna menentukan strategi sanitasi kedepan berjangka menengah 5 (lima) tahun kedepan, tahun 2013 - 2018. Selain itu Buku Putih Sanitasi ini merupakan upaya untuk meningkatkan kepedulian Pemerintah Pusat, Propinsi, Kota/Kabupaten, sektor swasta, lembaga swadaya masyarakat maupun kelompok masyarakat yang lebih sinergis dan sistematis. Tim Pokja AMPL PPSP Kabupaten Malinau mengucapkan terima kasih kepada Bappenas, Kementerian Pekerjaan Umum, Pokja PPSP Propinsi Kalimantan Timur, Satker PLP Propinsi Kalimantan Timur, Fasilitator Kabupaten dan Provinsi, Satuan Kerja Perangkat Daerah terkait, dan semua pihak serta komponen masyarakat yang telah membantu proses penyusunan dan penyempurnaan dokumen Buku Putih Sanitasi Kabupaten Malinau.
Malinau,
Desember 2013
Pokja AMPL PPSP Kabupaten Malinau Ketua
Prof. Dr Adri Paton Msi. Pembina Utama /IVe NIP. 19630815 198803 1 003
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MALINAU 2013
RINGKASAN EKSEKUTIF Sektor sanitasi merupakan salah satu tantangan Pemerintah Daerah yang menjadi issu strategis saat ini. Layanan sanitasi di perkotaan dan pedesaan memiliki konsekuensi terhadap kesehatan dan lingkungan yang berkelanjutan. Situasi ini menjadi tantangan bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Malinau dalam memenuhi target Millenium Development Goals (MDGs) tahun 2015. Salah satu sasaran dari MDGs adalah peningkatan akses masyarakat terhadap sarana sanitasi. Sanitasi yang buruk di wilayah Kabupaten Malinau dapat berdampak buruk terhadap kondisi kesehatan dan lingkungan masyarakat, sedangkan rendahnya kesehatan masyarakat diyakini menjadi penyebab menurunnya produktivitas manusia dan memberikan dampak berupa kerugian ekonomi. Program
Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman yang dilaksanakan Kabupaten Malinau diharapkan mampu memberikan pengaruh besar terhadap peningkatan layanan sanitasi dan perubahan prilaku Hidup Bersih Dan Sehat masyarakat sehingga dapat meningkatkan produktifitas dan kesejahteraan masyarakat Kabupaten Malinau. Sebagai langkah awal untuk mengetahui kondisi sanitasi suatu daerah maka disusunlah Buku Putih Sanitasi Kabupaten Malinau yang dapat memberikan gambaran karakteristik dan kondisi eksisting sanitasi saat ini sehingga dapat memproyeksikan kecenderungannya di massa yang akan datang.
Kabupaten Malinau yang merupakan salah satu Kabupaten muda yang berdiri pada
tahun 2002, saat ini memiliki 12 wilayah kecamatan dan 109 desa dan 3 wilayah Pemekaran Kecamatan baru mengalami pertumbuhan cukup pesat dalam pertumbuhan penduduk, infrastruktur dan perekonomian. Perkembangan tersebut tidak bisa lepas dari akan meningkatnya kebutuhan layanan sanitasi dan prilaku hidup bersih dan sehat masyarakat Kabupaten Malinau. Kebutuhan layanan sanitasi pada sektor Pengelolaan Air Limbah, persampahan dan drainage menjadi tantangan baru guna memenuhi layanan masyarakat Kabupaten Malinau yang semakin bertambah. Penyadaran masyarakat akan Pola Hidup Bersih dan Sehat menjadi pekerjaan rumah Pemerintah Kabupaten Malinau yang perlu dilakukan terus menerus secara intensif oleh masing masing Satuan Kerja Perangkat Daerah yang terkait akan layanan sanitasi dan kesehatan.
Dengan
disusunnya Buku Puti Sanitasi Kabupaten Malinau oleh Pokja AMPL PPSP Kabupaten Malinau maka akan dapat terbaca kondisi eksisiting Sanitasi Kabupaten Malinau sehingga Pemerintah Kabupaten Malinau dapat memproyeksikan dan menyusun strategi Sanitasi Kabupaten Malinau guna menjawab kebutuhan mendesak layanan sanitasi dan merencanakan jangka pendek dan jangka panjang akan kebutuhan layanan sanitasi masyarakat Kabupaten Malinau.
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MALINAU 2013
BAB 1. PENDAHULUAN
Sektor
sanitasi merupakan salah satu tantangan Pemerintah Daerah yang
paling signifikan karena berhubungan langsung dengan pelayanan publik yang mempunyai kaitan erat dengan kemiskinan. Minimnya sanitasi di perkotaan dan pedesaan
memiliki
konsekwensi
terhadap
kesehatan
dan
lingkungan
yang
berkelanjutan. Situasi ini menjadi tantangan bagi Pemerintah Indonesia dalam memenuhi target Millenium Development Goals (MDGs) tahun 2015. Salah satu sasaran dari MDGs adalah peningkatan akses masyarakat terhadap sarana sanitasi. Sanitasi yang buruk di suatu wilayah dipastikan akan berdampak buruk terhadap kondisi kesehatan dan lingkungan masyarakat, sedangkan rendahnya kesehatan masyarakat diyakini menjadi penyebab menurunnya produktivitas manusia dan memberikan dampak berupa kerugian ekonomi. Sanitasi di Indonesia didefinisikan sebagai upaya membuang limbah cair domestik dan sampah untuk menjamin kebersihan Dan lingkungan hidup sehat baik ditingkat rumah tangga maupun di lingkungan perumahan.
Secara umum sanitasi
juga mengacu pada penyediaan fasilitas dan layanan untuk pembuangan urin dan tinja yang nyaman dan kemampuan menjaga kondisi higienis, melalui pengumpulan sampah dan pembuangan air limbah. Sanitasi yang tidak memadai menjadi penyebab utama penyakit di seluruh dunia yang memiliki dampak negatif bagi kesehatan di lingkungan rumah tangga dan di masyarakat pada umumnya. Kurangnya kesadaran, pemahaman dan ketidaktahuan masyarakat akan pentingnya sanitasi dan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) berdampak terhadap penurunan penyehatan lingkungan dan rendahnya cakupan layanan penyehatan lingkungan. Hal ini yang mendorong pemerintah Kabupaten Malinau mengambil tindakan kongkrit untuk ikut serta melaksanakan Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) yang melibatkan pihak Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi, Kabupaten/Kota, elemen masyarakat, dunia usaha dan donor. Pelaksanaan PPSP ini diawali dengan sosialisasi kepada masyarakat dan lembaga untuk mengarus utamakan sanitasi, pengaturan kelembagaan, penyusunan data dasar sanitasi, perencanaan strategi sanitasi sampai pada tahapan evaluasi dan pembinaan pelaksanaan program sanitasi sehingga tepat sasaran. Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman yang dilaksanakan Kabupaten Malinau diharapkan mampu memberikan pengaruh besar terhadap POKJA AMPL PPSP KABUPATEN MALINAU I- 1
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MALINAU 2013 peningkatan layanan sanitasi dan perubahan prilaku Buang Air Besar Sembarangan masyarakat, kesehatan, meningkatkan produktifitas dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Setelah dilakukannya sosialisasi sanitasi dan terbentuknya organisasi pelaksanaan PPSP, sebagai langkah awal untuk mengetahui kondisi sanitasi suatu daerah perlu adanya data dasar sanitasi yang dapat memberikan gambaran karakteristik dan kondisi sanitasi ataupun profil kondisi sanitasi saat ini serta kecenderungannya di massa yang akan datang. Dokumen yang menggambarkan karakteristik Dan kondisi profil sanitasi kabupaten tersebut dikenal dengan istilah Buku Putih Sanitasi (BPS). Kegiatan penyusunan Buku Putih Sanitasi merupakan kegiatan untuk mencapai target yang disepakati bersama yaitu Milenium Development Goals (MDGs) dengan salah satu kesepakatannya adalah mengurangi separuh penduduk pada tahun 2015 yang tidak mendapatkan askes air minum yang sehat serta penanganan sanitasi dasar. Untuk mencapai target MDGs dengan mengurangi hingga setengahnya jumlah penduduk yang tidak memiliki akses terhadap air minum yang aman dan sanitasi dasar, dengan indikator : Ø
Proporsi dari populasi yang menggunakan sumber air minum berkualitas.
Ø
Proporsi dari populasi yang menggunakan sarana sanitasi berkualitas. Untuk dapat memenuhi tujuan yang ingin dicapai, diharapkan dalam
penyusunan Buku Putih Sanitasi dan Strategi Sanitasi Kota (SSK) Kabupaten Malinau dalam Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) akan memiliki 4 karakteristik utama, yang akan tercermin dalam prosesnya maupun produknya yaitu : 1. Dari, oleh dan untuk kota; 2. Skala kota, intersektor dan terintegrasi; 3. Mensinkronkan pendekatan “top down” dengan “bottom up”; 4. Berdasarkan data empiris (dari studi – studi pendukung Buku Putih Sanitasi). Target MDGs 2015 tak akan terwujud manakala hanya pemerintah yang aktif terlibat dalam program sanitasi dan air minum. Untuk mempercepat pencapian itu, dibutuhkan peran serta public lewat komunitas – komunitas mandiri.
1.1
Latar Belakang Buruknya kondisi sanitasi bukan saja disebabkan terbatasnya akses penduduk
pada dan kualitas fasilitas sanitasi yang tersedia, tetapi juga disebabkan masih rendahnya kesadaran dan pemahaman masyarakat tentang isu-isu sanitasi dan kesehatan. Masih terbatasnya kapasitas untuk membuat perencanaan pelayanan sanitasi yang komprehensif, multisektor, dan tanggap kebutuhan juga menjadi salah POKJA AMPL PPSP KABUPATEN MALINAU I- 2
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MALINAU 2013 satu kendala pembangunan sanitasi. Saat ini tidak banyak kota/kabupaten yang memiliki rencana strategis, master plan, dan dokumen proyek untuk perbaikan layanan sanitasi. Akibatnya akses pada sumber-sumber pendanaan pun menjadi terbatas. Dengan potret seperti itu, pemerintah pusat, provinsi, dan daerah serta masyarakat, tidak bisa lagi memandang persoalan sanitasi sebagai business as usual. Masih sering dijumpai bahwa aspek-aspek pembangunan sanitasi, yaitu air limbah, persampahan dan drainase, serta dilengkapi dengan penyediaan air bersih, masih berjalan sendiri-sendiri. Masing-masing aspek tersebut ditangani secara terpisah, meskipun masuk dalam satu bidang pembangunan yaitu sanitasi, sehingga masih terdapat tumpang tindih kegiatan pembangunan bidang sanitasi oleh institusi yang berbeda-beda, yang kadang-kadang membingungkan masyarakat sebagai subyek dan obyek pembangunan. Belajar dari pengalaman penanganan sanitasi kota-kota lain di Indonesia, Pemerintah Kabupaten Malinau
merencanakan untuk memperbaiki dan
mengedepankan penanganan sanitasi di Kabupaten Malinau. Usaha ini merupakan sebuah langkah pencegahan guna mengurangi resiko kerugian material maupun nonmaterial akibat kondisi sanitasi yang buruk. Usaha-usaha perbaikan kondisi sanitasi ini perlu diiringi peningkatan hygiene perseorangan untuk memberikan hasil yang maksimum. Untuk itu perlu disusun suatu perencanaan sanitasi secara lebih integratif, aspiratif, inovatif dan sesuai dengan kebutuhan riil masyarakat. Tahapantahapan proses perencanaan harus dilaksanakan secara berurutan, bertahap dan berkelanjutan, sehingga solusi yang ditawarkan juga akan tepat, sesuai dengan permasalahan yang dihadapi. Permasalahan bidang sanitasi yang muncul tidak selalu disebabkan oleh aspek teknis, namun juga berhubungan dengan aspek ekonomi dan sosial, seperti kemiskinan dan rendahnya kesadaran masyarakat menjadi tantangan lain dalam pembangunan bidang sanitasi. Hal tersebut mendorong Pemerintah Kabupaten Malinau untuk ikut serta dalam Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP). Program ini mempunyai tujuan mensinergikan kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang terkait dengan sanitasi dalam satu wadah untuk memperbaiki kinerja dan konsep pembangunan sanitasi skala lokal (kabupaten). Untuk maksud tersebut maka dibentuklah Kelompok Kerja (Pokja) Sanitasi, yang bertugas merumuskan sebuah road map pembangunan sanitasi dalam skema yang bertajuk Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP). Selain itu Pokja Sanitasi diharapkan dapat berfungsi sebagai unit koordinasi perencanaan, pengembangan, pelaksanaan dan pengawasan serta monitoring pembangunan sanitasi dari berbagai aspek. Tidak hanya yang melibatkan unsur pemerintah saja namun juga yang melibatkan masyarakat serta
POKJA AMPL PPSP KABUPATEN MALINAU I- 3
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MALINAU 2013 swasta secara langsung, baik dalam pokja yang terstruktur maupun sebagai mitramitra pendukungnya. Kelompok Kerja (Pokja) Air Minum Dan Penyehatan Lingkungan (AMPL) Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) Kabupaten Malinau dibentuk dan dikordinir oleh Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Malinau dan menjadi titik pusat dalam perencanaan, pemantauan dan evaluasi sanitasi. Pokja Sanitasi Kabupaten Malinau secara struktural dibentuk dengan Surat Keputusan Bupati Malinau Nomor : 050/05/K.243/2013 Tanggal 21 Bulan Mei Tahun 2013 tentang Pembentukan Kelompok Kerja Air Minum Dan Penyehatan Lingkungan (AMPL) Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) Kabupaten Malinau Tahun 2013, yang terdiri dari Ketua, Sekretaris, Tim Koordinasi/Pengarah, Tim Teknis, Anggota ( Sektor Air Minum, Sanitasi, Air Limbah, Drainase, Persampahan, Pemberdayaan Masyarakat Dan Tim Sekretariat Mengingat aspek pembangunan sanitasi cukup luas, baik yang terkait langsung dengan pembangunan fisik dan masyarakat, maupun yang tidak terkait langsung seperti yang berhubungan dengan kehumasan, sosialisasi maupun investasi, maka Pokja Sanitasi PPSP ini diperkuat oleh anggota tim yang terdiri dari berbagai SKPD di Kabupaten Malinau , seperti Bappeda, Dinas Pekerjaan Umum, Badan Lingkungan Hidup, Dinas Tata Kota , Dinas Kesehatan, Badan Pemberdayaan Masyarakat, Bagian Hukum dan Bagian Humas Sekretariat Daerah Kabupaten Malinau
1.2
Landasan Gerak Menurut WHO, sanitasi adalah usaha pengawasan terhadap semua faktor
lingkungan fisik manusia yang mempengaruhi atau mungkin merupakan pertumbuhan fisik, kesehatan dan kelangsungan hidupnya. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008) Sanitasi lingkungan adalah cara menyehatkan lingkungan hidup manusia terutama lingkungan fisik, yaitu tanah, air, dan udara. Sedangkan berdasarkan buku Opsi Sistem dan Teknologi Sanitasi, TTPS 2010, sanitasi adalah upaya membuang limbah cair domestik dan sampah untuk menjamin kebersihan dan lingkungan hidup sehat, baik di tingkat rumah tangga maupun di lingkungan perumahan. Sanitasi terbagi dalam 3 (tiga) subsektor, yaitu : 1. Air limbah 2. Persampahan 3. Drinase
POKJA AMPL PPSP KABUPATEN MALINAU I- 4
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MALINAU 2013 Pengertian sanitasi yang lebih teknis berdasarkan Bappenas adalah upaya pencegahan terjangkitnya dan penularan penyakit melalui penyediaan sarana sanitasi dasar (jamban), pengelolaan air limbah rumah tangga (termasuk sistem jaringan perpipaan air limbah), drainase dan sampah. Dari uraian pengertian di atas, maka disimpulkan ruang lingkup sanitasi di Kabupaten Malinau, meliputi : 1.
Penanganan Air Limbah yaitu pengolahan Air Limbah Rumah Tangga (Domestik) terdiri dari : a. Pengolahan On Site menggunakan system septic-tank dengan peresapan ke tanah dalam penanganan limbah Rumah Tangga; b. Pengolahan Off Site adalah pengolahan limbah Rumah Tangga yang dilakukan secara terpusat;
2.
Penanganan Persampahan atau Limbah Padat yaitu penanganan sampah yang dihasilkan oleh masyarakat, baik yang berasal dari Rumah Tangga, Pasar, Restoran dan lain sebagianya yang ditampung melalui TPS atau transfer Depo ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA);
3.
Penanganan Drainase Lingkungan adalah mengfungsikan saluran drainase dari permukiman (saluran tersier) sebagai penggelontor air dan mematuskan air permukaan ke saluran sekunder;
4.
Penanganan Program promosi kesehatan, higiene Dan sanitasi (Prohisan) yang meliputi promosi kesehatan, perubahan prilaku, sanitasi di rumah tangga (5 pilar) Dan Sanitasi sekolah. Berdasarkan kesepakatan dari Pokja Sanitasi PPSP Kabupaten Malinau Tahun
2013 dan penilaian kondisi eksiting sanitasi Kabupaten Malinau, Pengertian dasar Penanganan Sanitasi di Kabupaten Malinau adalah sebagai berikut: 1. Black water adalah limbah rumah tangga yang bersumber dari WC dan urinoir. 2. Grey water adalah limbah rumah tangga non kakus yaitu buangan yang berasal dari kamar mandi, dapur (sisa makanan) dan tempat cuci. 3. Penanganan Air Limbah Rumah Tangga yaitu pengolahan air limbah rumah tangga (domestik) melalui sistem: a. Pengelolaan On Site yaitu menggunakan sistem septic-tank dengan peresapan ke tanah dalam penanganan limbah rumah tangga. b. Pengelolaan Off Site adalah pengolahan limbah rumah tangga yang dilakukan secara terpusat.
POKJA AMPL PPSP KABUPATEN MALINAU I- 5
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MALINAU 2013 4. Penanganan persampahan atau limbah padat yaitu penanganan sampah yang dihasilkan oleh masyarakat, baik yang berasal dari rumah tangga, pasar, restoran dan lain sebagainya yang ditampung melalui TPS atau transfer depo ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA). 5. Penanganan drainase kota adalah memfungsikan saluran drainase sebagai penggelontor air kota dan mematuskan air permukaan. 6. Wilayah Kajian dari BPS Kabupaten Malinau tahun 2013 ini meliputi kawasan permukiman di Kabupaten Malinau. Sebagai akselerasi untuk menwujudkan kesinambungan pembangunan jangka pendek, menengah dan jangka panjang maka proses penyusunan dokumen ini memperhatikan RPJM Nasional dan juga mengacu kepada RTRW, RPJM Daerah serta visi dan misi Pemerintah Kabupaten Malinau Tahun 2012 – 2016 sebagai guidelines dalam pelaksanaan pembangunan 5 tahun yaitu :
“Terwujudnya Kabupaten Malinau yang Aman, Nyaman dan Damai Melalui Gerakan Desa Membangun (GERDEMA)”. Berdasarkan pengertian dimaksud maka ditetapkan Misi Pembangunan Daerah Kabupaten Malinau Tahun 2012 – 2016, sebagai berikut: 1. Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia melalui berbagai aspek baik formal
maupun informal. 2. Meningkatkan Peran Serta / Pemberdayaan masyarakat dalam Pelaksanaan
Pembangunan Daerah.. 3. Meningkatkan Kualitas dan Kuantitas Pembangunan Infrastruktur Daerah Baik di
Perkotaan, Pedalaman dan Perbatasan. 4. Meningkatkan Perekonomian Daerah dan Pemerataannya yang Bertumpu pada
Ekonomi Kerakyatan. 5. Meningkatkan Peran Pertanian (Tanaman Pangan, Perkebunan, Peternakan dan
Perikanan) dalam Perekonomian Daerah. 6. Mewujudkan Kesamaan Hak Kepada Seluruh Pemeluk Agama untuk dapat
Beribadah
Menurut
Agamanya
Masing
–
masing
dengan
Senantiasa
Mengembangkan Sikap Toleransi. 7. Meningkatkan Kualitas Lingkungan Hidup
Efesiensi
Penggunaan
Sumber
Daya
serta Mewujudkan Efektifikas dan Alam
Dalam
Dimensi
Kabupaten
Konservasi.
POKJA AMPL PPSP KABUPATEN MALINAU I- 6
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MALINAU 2013 8. Mewujudkan Supermasi Hukum dan Menciptakan Pemerintahan Yang Bersih,
Efektifitas,
serta
Efisien
Guna
Mendukung
Terciptanya
Tata
Kelola
Pemerintahan yang bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme ( KKN ). 9. Meningkatkan Peran Pemuda dan Perempuan dalam Pembangunan Daerah. 10. Mengembangkan Seni, Budaya Dan Pariwisata Daerah
Tujuan penataan ruang Kabupaten Malinau adalah :
“Terwujudnya Masyarakat Malinau yang Sejahtera Dan Mandiri dengan membangun Malinau yang aman, nyaman, produktif, maju, bersinergi Dan berdaya saing serta berkelanjutan melalui pemanfaatan fungsi ruang, Dan sumber daya alam potensial secara terpadau, serasi Dan lestari berbasis pertanian Dan perkebunan” (Sumber Perda No.12 Tahun 2012 RTRW 2012-2032)
1.3
Maksud dan Tujuan Maksud utama dari penyusunan Buku Putih Sanitasi Kabupaten Malinau adalah
untuk memberikan gambaran yang jelas dan faktual mengenai kondisi dan profil sanitasi Kabupaten Malinau
pada saat ini. Pemetaan kondisi dan profil sanitasi
(sanitation mapping) dilakukan untuk menetapkan zona sanitasi prioritas yang penetapannya berdasarkan urutan potensi resiko kesehatan lingkungan (priority setting). Dalam Buku Putih ini, priority setting dilakukan dengan menggunakan data sekunder yang tersedia, hasil studi Penilaian Resiko Kesehatan Lingkungan (Environmental Health Risk Assessment) atau EHRA, dan persepsi Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Kabupaten Malinau
yang menangani secara langsung
pembangunan sektor sanitasi di Kabupaten Malinau . Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam proses penyusunan Buku Putih ini adalah : 1. Pembangunan kapasitas (capacity building) Pemerintah Kabupaten Malinau beserta stakeholder lainnya untuk mampu mengidentifikasi, memetakan, menyusun rencana tindak dan menetapkan strategi pengembangan sanitasi kabupaten. 2. Pembentukan Pokja Sanitasi diharapkan dapat menjadi embrio entitas suatu badan permanen yang akan menangani dan mengelola program pembangunan dan pengembangan sanitasi di tingkat kabupaten.
POKJA AMPL PPSP KABUPATEN MALINAU I- 7
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MALINAU 2013 3. Menjadikan Buku Putih sebagai pedoman penangganan dan pengembangan pembangunan sanitasi Kabupaten Malinau yang terintergrasi dengan RPJM dan RPIJM Kabupaten Malinau, sehingga terdapat kesamaan pandang dari setiap pelaku pembangunan dalam penyusunan program pembangunan, pengendalian dan pengawasan dalam pembangunan sanitasi. 4. Mengidentifikasi
keberhasilan
dan
kegagalan
pembangunan
sanitasi
Kabupaten Malinau dalam upaya untuk menjamin terwujudnya kondisi yang memenuhi persyaratan kesehatan. 5. Menjamin
terciptanya
mekanisme
pembangunan
yang
transparan,
konsisten, partisipatif, berkeadilan dan akuntabel.
1.4
Metodologi Dalam penyusunan Buku Putih ini, langkah-langkah pendekatan dari bawah
(bottom-up approach) yang dilakukan adalah sebagai berikut: -
Pertemuan secara berkala dengan anggota Pokja yang dikoordinasikan
oleh
Bappeda Kabupaten Malinau selaku Ketua Pokja. -
Meninjau dan melakukan survei ke tempat-tempat yang dilayani program sanitasi serta sebagian dari daerah pelayanan di pedesaan.
-
Analisa data sekunder Dan primer
-
Diskusi (focus group discussions) yang bersifat teknis dan mendalam juga dilakukan dengan pihak-pihak yang terlibat dalam sanitasi. Diskusi untuk memberikan gambaran yang lebih jelas terkait kondisi yang ada serta upayaupaya yang telah, sedang dan akan dilakukan untuk meningkatkan pelayanan pemerintah kepada masyarakat di bidang sanitasi.
-
Melaksanakan Edukasi dan Sosialisasi PPSP dan Penyusunan Buku Putih Sanitasi Kabupaten Malinau. Disamping itu pendekatan dan metodologi yang dilakukan berupa studi
terhadap data sekunder dan primer. Data sekunder diperoleh dari berbagai instansi terkait ( SKPD maupun non SKPD) untuk pengkajian kondisi aspek teknis dan keuangan sektor sanitasi Kabupaten Malinau. Data primer diperoleh dari beberapa studi, yaitu ; ·
Survei Resiko Kesehatan Lingkungan (Environmental Health Risk Assessment atau EHRA) yang mengkaji penerapan Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan ketersediaan fasilitas sanitasi di beberapa sampel di suatu kelurahan.
POKJA AMPL PPSP KABUPATEN MALINAU I- 8
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MALINAU 2013 ·
Survei Suplai Layanan Sanitasi (Sanitation Supply Assessment atau SSA) yang mengkaji partisipasi sektor non pemerintah dan masyarakat dalam penyediaan produk dan jasa layanan sanitasi Kabupaten Malinau.
·
Studi Media, yang mengkaji sejauh mana ketersediaan informasi sanitasi yang disajikan oleh media massa dan instansi –instansi terkait di Kabupaten Malinau
·
Studi Kelembagaan, untuk mengkaji kondisi dan potensi kelembagaan saat ini dalam pengelolaan sanitasi di Kabupaten Malinau. Kedua data ini saling melengkapi dan dapat memberikan informasi yang lebih
spesifik mengenai profil kondisi sanitasi Kabupaten Malinau dari aspek teknis maupun non teknis serta bermanfaat sebagai alat bantu penyusunan perencanaan sanitasi Kabupaten Malinau. Teknik analisis data yang dipergunakan untuk menganalisa atau mengkaji beberapa data dan informasi yang didapatkan baik berdasarkan desk study atau kajian lapangan dilakukan secara deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Teknik analisis data lain yang dipergunakan yaitu penetapan area beresiko dan SWOT. Definisi resiko sanitasi adalah terjadinya penurunan kualitas hidup, kesehatan, bangunan dan atau llingkungan akibat rendahnya akses terhadap layanan sektor sanitasi dan perilaku hidup bersih dan sehat, sehingga area beresiko dapat ditetapkan berdasarkan tingkat resiko sanitasi sebagai salah satu kriteria dalam menentukan prioritas dari pelaksanaan program atau kegiatan sektor sanitasi. Penentuan area beresiko dapat mengklasifikasikan dan memetakan area – area yang berada dalam kabupaten berdasar tingkat resiko sanitasi pada kelurahan atau desa. Teknik SWOT juga dapat digunakan sebagai alat bantu dalam perumusan strategi sub sektor sanitasi permukiman melalui kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dengan mempertimbangkan aspek teknis dan non teknis seperti keuangan, kelembagaan, peraturan,
partisipasi
swasta,
peran
masyarakat
dan
lingkungan
untuk
mengidentifikasi permasalahan yang terjadi dalam sanitasi.
1.5
Dasar Hukum dan Kaitannya dengan Dokumen Perencanaan Lain Dalam penyusunan Buku Putih Sanitasi Kabupaten Malinau berlandaskan
pada beberapa peraturan perundang-undangan yang berlaku di tingkat nasional atau pusat, provinsi maupun daerah. Sesuai dengan kesepakatan bersama Pokja Kabupaten Maliau bahwa Program Pengembangan Sanitasi Permukiman di Kabupaten Malinau didasarkan pada aturan-aturan dan produk hukum yang meliputi : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1966 tentang Hygiene;
POKJA AMPL PPSP KABUPATEN MALINAU I- 9
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MALINAU 2013 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Pemukiman; 3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air; 4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah; 5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang; 6. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah; 7. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup; 8. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1982 tentang Pengaturan Air; 9. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 1990 tentang Pengendalian Pencemaran Air; 10. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 1991 tentang Sungai; 11. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan; 12. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air; 13. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum; 14. Keputusan
Menteri
Lingkungan
Hidup
Republik
Indonesia
Nomor
35/MENLH/7/1995 tentang Program Kali Bersih. 15. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2001 tentang Jenis Usaha dan atau Kegiatan yang wajib dilengkapi dengan AMDAL; 16. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 112 Tahun 2003 tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik; 17. Keputusan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
Nomor
1205/Menkes/Per/X/2004 tentang Pedoman Persyaratan Kesehatan Pelayanan Sehat Pakai Air (SPA); 18. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 907/Menkes/VII/2002 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum; 19. Surat Edaran (SE) Menteri Dalam Negeri nomor 660/4919/sj,tanggal 30 November 2012, Tentang Pedoman Pengelolaan Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman Di Daerah;
POKJA AMPL PPSP KABUPATEN MALINAU I- 10
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MALINAU 2013 20. Peraturan
Daerah Kabupaten Malinau
Nomor 11 Tahun 2002 Tentang
Pembentukan Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten Malinau; 21. Peraturan Daerah Kabupaten Malinau
Nomor 9 Tahun 2003 Pengelolaan
Lngkungan Hidup; 22. Peraturan Daerah Kabupaten Malinau Nomor 10 Tahun 2003 tentang Pelayanan Kesehatan 23. Peraturan Daerah Kabupaten Malinau Nomor 16 Tahun 2003 tentang tentang Retribusi sampah Dan Kebersihan 24. Peraturan Daerah Kabupaten Malinau Nomor 09 Tahun 2011 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Malinau Tahun 2005-2025 25. Peraturan Kabupaten Malinau Nomor 11 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah ( RTRW ) Kabupaten Malinau Tahun 2012 – 2032. 26. SK Bupati Malinau No. 050/05/K.243/2013 Tentang Pembentukan Pokja AMPL Sanitasi Program Percepatan Pembangunan Sanitasi (PPSP)
POKJA AMPL PPSP KABUPATEN MALINAU I- 11
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MALINAU 2013
BAB 2. GAMBARAN UMUM WILAYAH 2.1
Geografis, Administratif, dan Kondisi Fisik Kabupaten Malinau merupakan salah satu dari 14 daerah otonom yang ada di
Provinsi Kalimantan Timur yang dimekarkan dari wilayah Kabupaten Bulungan melalui UU Nomor 47 Tahun 1999 tentang pembentukan Kabupaten Malinau, dimana wilayahnya terletak di bagian utara sebelah barat Propinsi Kalimantan Timur, berbatasan langsung dengan Negara Jiran yaitu Negara bagian Serawak di sebelah Barat. Kabupaten Malinau dengan luas wilayah 39.766,33 km2 . Secara astronomis terletak antara 114035’22” sampai dengan 116050’55” Bujur Timur dan 1021’36” 4010’55” Lintang Utara. Adapaun batas batas Kabupaten Malinau yaitu: Sebelah Utara Sebelah Timur
: :
Sebelah Selatan
:
Sebelah Barat
:
Kabupaten Nunukan KabupatenTanahTidung,KabupatenBulungan, Kabupaten Berau dan Kabupaten Kutai Timur Kabupaten Kutai Barat dan Kabupaten Kertanegara Negara Malaysia Timur-Serawak
Kutai
Gambar 2.1 Gambar Foto Udara Kabupaten Malinau POKJA AMPL PPSP KABUPATEN MALINAU
II -1
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MALINAU 2013 Gambar 2.2 Peta Administrasi Kabupaten Malinau
Cakupan Wilayah Kajian Penyusunan BPS & SSK Kabupaten Malinau pada 5 Kecamatan Permukiman perkotaan : 1. 2. 3. 4. 5.
Kec. Malinau Kota Kec. Malianu Selatan Kec. Malinau Barat Kec. Malinau Utara Kec. Mentarang
POKJA AMPL PPSP KABUPATEN MALINAU
II -2
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MALINAU 2013 Wilayah Kajian dari Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Malinau tahun 2013 ini meliputi kawasan permukiman di Kabupaten Malinau dengan menitik beratkan pada wilayah permukiman padat yaitu di Kecamatan Malinau Kota, Malinau Selatan, Malinau Barat, Malinau Utara dan Kecamatan Mentarang. Kabupaten Malinau saat ini memiliki 12 wilayah kecamatan dan 109 desa dan 3 wilayah Pemekaran Kecamatan baru, Tabel dan grafik 2.1 berikut memperlihatkan luas wilayah dan jumlah desa di Kabupaten Malinau menurut Kecamatan. Dalam pelaksanaan penyusunan Buku Putih Sanitasi.
Tabel 2.1 Luas Wilayah Kabupaten Malinau Dirinci Menurut Kecamatan Jumlah Desa 1 Kayan Hulu 5 2 Sungai Boh 6 3 Kayan Hilir 5 4 Pujungan 9 5 Malinau Kota 6 6 Malinau Selatan 25 7 Malinau Utara 12 8 Malinau Barat 9 9 Mentarang 14 10 Kayan Selatan 5 11 Bahau Hulu 6 12 Mentarang Hulu 7 Jumlah 109 Sumber : Hasil olah data GIS Bappeda Kabupaten No
Kecamatan
7.669
6.766 1.165 8.595
9.382
29.895
7.697
1.877
9.382
1.932 0.309
POKJA AMPL PPSP KABUPATEN MALINAU
16.572
Luas Wilayah Km2 % 651,67 1.64 3.234,59 8.13 11.876,64 29.87 6.762,92 17,01 122,92 0.31 3.733,81 9.39 776,36 1,95 754,43 1,90 2.883,82 7.25 3.223,81 8,11 2.872,99 7.22 2.872,36 7,22 39.766,33 100 Malinau, 2011
Kayan Hulu Sungai Boh Kayan Hilir Pujungan Malinau Kota Malinau Selatan Malinau Utara Malinau Barat Mentarang Kayan Selatan Bahau Hulu Mentarang Hulu
II -3
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MALINAU 2013 2.1.1 Kondisi Fisik Berdasarkan Topografinya Kabupaten Malinau berada di ketinggian antara 0 2000 m dpl diatas permukaan laut. Daerah dataran rendah yang subur pada umumnya dijumpai di kawasan sepanjang sungai khususnya di Kecamatan Malinau, Kecamatan Malinau Utara, Kecamatan Malinau Barat, Kecamatan Malinau Selatan, sepanjang sungai Malinau, sungai Semendurut, sungai Sembuak, Salap dan sebagian di Ibu Kota Kecamatan Mentarang. Kabupaten Malinau terdapat dataran tinggi yang terjal yang ditumbuhi hutan belantara yaitu sebagian Kecamatan Mentarang, Kecamatan Mentarang Hulu, Kecamatan Pujungan, Kecamatan Kayan Hilir, Kecamatan Kayan Hulu, Kecamatan Bahau Hulu, Kecamatan Kayan Selatan dan Kecamatan Sungai Boh meliputi dataran tinggi, perbukitan dengan pegunungan dengan ketinggian ± 500 - 2000 m di atas permukaan laut. Wilayah Kabupaten Malinau didominasi topografi yang bergelombang kemiringan landai – sampai curam .Luas daerah datar hingga landai ( mencapai 1.205.036
dari
0 – 15 ) %
Ha, dijumpai di Wilayah Malinau Kota , Malinau Utara,Malinau
Selatan ,Malinau Barat sebagian Wilayah Mentarang. Luas daerah agak curam hingga curam ( Kemiringan 16 % - > 40 % ) mencapai 3.057.033 Ha mendominasi Kecamatan Mentarang Hulu, Pujungan , Bahau Hulu ,Kayan Hulu, Kayan Selatan, Kayan Hilir dan Kecamatan Sungai Boh. Kondisi topografi tersebut sangat berpengaruh terhadap berbagai aspek kehidupan di Kabupaten Malinau. Tabel. 2.2 Luas Kemiringan Lahan (rata-rata) Kabupaten Malinau
No 1 2 3 4 5
Kelerengan Bentuk Wilayah 0-8 % Datar 9-15 % Landai 16 - 25 % Agak Curam 26 - 40 % Curam > 40 % Sangat Curam Jumlah
Luas ( Ha ) 633,405.00 571,631.00 1,060,210.00 1,469,881.00 526,942.00 4,262,069.00
Prosentase 14.86 13.41 24.88 34.49 12.36 100.00
Sumber : Profil Daerah Kabupaten Malinau Tahun 2011
Ditinjau dari aspek geologi, Kabupaten Malinau mencakup daerah yang sangat luas dan umumnya tersusun oleh batuan-batuan sedimen yang kompak dan batuan-batuan gunung api tua. Morfologi perbukitan bergelombang kasar dan morfologi terjal umumnya meliputi daerah-daerah perbukitan terjal serta tersusun oleh batuan sedimen berumur tua yang mengalami pengangkatan, pelipatan dan pesesaran. POKJA AMPL PPSP KABUPATEN MALINAU
II -4
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MALINAU 2013 Gambar 2.3 Peta Topografi Kabupaten Malinau
POKJA AMPL PPSP KABUPATEN MALINAU
II -5
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MALINAU 2013 Gambar 2.4 Peta Geologi Kabupaten Malinau
POKJA AMPL PPSP KABUPATEN MALINAU
II -6
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MALINAU 2013 Gambar 2.4 Kondisi Morfologi Kabupaten Malinau
2.1.2 Jenis Tanah Jenis tanah yang terdapat di Kabupaten Malinau terutama didominasi oleh Ultisol, Inceptisol, Entisol dan Spodosol. Ultisol adalah tanah yang sudah tua dengan tingkat kesuburan tanah yang rendah serta memiliki batuan mudah lapuk yang miskin hara. Inceptisol adalah tanah sedang berkembang, biasanya berwarna coklat kemerahan dan relatif agak subur, Entisol adalah tanah yang belum berkembang dan merupakan hasil pengendapan dan doposisi longsoran tanah lainnya. Spodosol adalah tanah yang memiliki horison spodik yang bersifat masam dengan kesuburan tanah yang rendah. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2.3 berikut ini: Tabel. 2.3 Luas dan Jenis Tanah di Kabupaten Malinau No Formasi 1 Aluvial 2 Organosol 3 Podsolik Jumlah
Luas ( Ha ) 1,276,477.00 7,468.00 2,978,125.00 4,262,070.00
Prosentase 29.95 0.18 69.88 100.00
Sumber : Profil Daerah Kab.Malinau Tahun 2011
Gambar 2.5 Kondisi Jenis Tanah di Kabupaten Malinau
POKJA AMPL PPSP KABUPATEN MALINAU
II -7
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MALINAU 2013 2.1.3 Kondisi Daerah Aliran Sungai Berdasarkan kondisi hidrologinya sungai – sungai utama di Kabupaten Malinau terdiri dari : Sungai Sesayap, Sungai Malinau, Sungai Mentarang, Sungai Bahau , Sungai Kayan yang menyebar pada Daerah Aliran Sungai ( DAS ) Sesayap , DAS
Kayan, DAS Mahakam,
DAS Sembakung dan DAS Berau. Sekitar 37.84 %
Wilayah
merupakan dataran tinggi ( > 900 dpl ) dan
menjadi hulu beberapa sungai besar
maupun kecil yang mengalir ke
Kabupaten
Malinau
berbagai Kabupaten di Provinsi Kalimantan Timur,
seperti Kabupaten Tanah Tidung, Kabupaten Bulungan, Kabupaten Kutai Timur, Kabupaten Berau
Kabupaten Kutai Barat,
dan Kabupaten Kutai Kertanegara. Sungai
terpanjang di Kabupaten Malinau antara lain Sungai Bahau ( 622 Km ), Sungai Kayan ( 576 km ), Sungai Pengenau ( 242 Km ) dan Sungai Mentarang 176 ( Km ). Dalam tabel 2.4 berikut merupakan data nama dan pajang sungai yang ada di Kabupaten Malinau Tabel 2.4 Nama Dan Panjang Sungai Dikabupaten Malinau Nama Sungai Name of Rivers 1. Kayan 2. Bahau 3. Lurah 4. Pujungan 5. Kat 6. Nawang 7. Tekwan 8. Danun 9. Irumal 10. Kayanon Biu 11. Kajanak 12. Kayaket
Panjang Length (Km) 576 622 50 70 38 82 18 24 91 16 140 112
Nama Sungai Name of Rivers 13. Lanau 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24.
Lui Batu Isuy Paku Pengenau Kaburan Mentarang Jempulan Tubu Kaku Malinau Bengalun
Panjang Length (Km) 42 28 26 45 242 38 176 15 98 40 131 60
Sumber data: Malinau Dalam Angka Tahun 2012
Gambar 2.6 Kondisi Hidrologi (DAS) di Kabupaten Malinau POKJA AMPL PPSP KABUPATEN MALINAU
II -8
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MALINAU 2013 Gambar 2.7 Peta Wilayah Sungai Kabupaten Malinau
POKJA AMPL PPSP KABUPATEN MALINAU
II -9
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MALINAU 2013
2.1.4 Kondisi Klimatologi Pada umumnya suhu udara di suatu tempat antara lain ditentukan oleh tinggi rendahnya tempat tersebut dari permukaan laut dan jaraknya dari pantai. Karakteristik iklim Kabupaten Malinau
termasuk iklim tropika Humida dengan curah hujan
berkisar antera 2500 ≥ 4500 milimeter per tahun. Temp eratur udara rata-rata 260 C dengan perbedaan temperatur siang dan malam antara 50-70 C. Temperatur minimum umumnya terjadi pada bulan November sampai dengan bulan Januari, sedangkan temperatur maksimum terjadi antara bulan April sampai dengan bulan Oktober. Distribusi curah hujan di Kabupaten Malinau dapat di bagi menjadi 4 (empat) zone, yaitu : § Zone 1
:
Zone dengan curah hujan antara 2500 – 3000 mm/tahun membujur
mulai sebelah selatan Kecamatan ke arah Kecamatan Malinau Kota. § Zone 2
:
Zone dengan curah hujan antara 3000-3500 mm/tahun membujur mulai
dari sebelah utara Mentarang ke arah Timur Kecamatan Pujungan sampai barat daya kecamatan Malinau. § Zone 3
: Zone dengan curah hujan antara 3500-4000 mm/tahun membujur mulai
dari Kecamatan Malinau Kota ke arah Kecamatan Sembakung Kabupaten Nunukan. Dan membujur mulai dari Kecamatan Pujungan ke arah timur Kecamatan Kayan Hilir. § Zone 4
:
Zone dengan curah hujan
> 4000 mm/tahun membujur mulai dari
Kecamatan Kayan Hilir ke arah Kecamatan Kayan Hulu.
POKJA AMPL PPSP KABUPATEN MALINAU
II -10
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MALINAU 2013
Gambar 2.8 Peta Curah Hujan Kabupaten Malinau
POKJA AMPL PPSP KABUPATEN MALINAU
II -11
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MALINAU 2013
2.2
Demografi Kabupaten Malinau memiliki jumlah penduduk yang semakin bertambah seiring
dengan berjalannya waktu. Pertambahan tersebut tidak hanya disebabkan faktor alami pertumbuhan penduduk yakni kelahiran dan kematian tetapi juga faktor lain yang tidak kalah pentingnya yakni migrasi. Berdasarkan hasil sensus penduduk Tahun 2010, jumlah penduduk Kabupaten Malinau sebanyak 62.580 jiwa. Profil demografi Kabupaten Malinau yang akan dijabarkan meliputi jumlah penduduk menurut kecamatan, komposisi per wilayah (kepadatan), struktur penduduk berdasarkan jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, mata pencaharian, dan laju pertumbuhan penduduk adalah sebagai berikut: 2.2.1 Struktur Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin dan Struktur Umur Jumlah penduduk laki-laki Kabupaten Malinau pada tahun 2011
sebanyak
41.594 jiwa sedangkan jumlah penduduk perempuan sebanyak 35.811 jiwa. Struktur umur penduduk pada tahun 2011 memperlihatkan komposisi penduduk tertinggi terdapat pada usia 25 - 29 tahun yaitu sebanyak 8.974 jiwa atau 11.28 %, dan penduduk terendah terdapat pada usia > 75 tahun yaitu 602 jiwa atau 0.77%. Dilihat dari komposisi penduduk menurut umur, Kabupaten Malinau dapat dikatakan sebagai daerah dalam transisi komposisi penduduk dari kategori penduduk usia muda ke arah pada usia tua. Komposisi penduduk tersebut dapat diasumsikan karena Kabupaten Malinau
sebagai
daerah
terbuka
dimana
mobilitas
penduduk
tinggi,
sehingga
pertumbuhan penduduk di Kabupaten Malinau terus meningkat. Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel 2.5
POKJA AMPL PPSP KABUPATEN MALINAU
II -12
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MALINAU 2013
Tabel 2.5 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Dan Rasio Jenis Kelamin No
Kecamatan
1 Kayan Hulu 2 Kayan Selatan 3 Sungai Boh 4 Kayan Hilir 5 Pujungan 6 Bahau Hulu 7 Malinau Kota 8 Malinau Selatan 9 Malinau Barat 10 Malinau Utara 11 Mentarang 12 Mentarang Hulu Jumlah/ Total 2011
Laki - Laki 1,762 1,208 1,255 862 1,108 873 13,804 4,761 5,668 6,462 3,105 726 41,594
Penduduk Perempuan 1,630 1,082 1,140 702 928 712 11,382 4,118 4,979 5,620 2,866 652 35,811
Jumlah 3,392 2,290 2,395 1,564 2,036 1,585 25,186 8,879 10,647 12,082 5,971 1,378 77,405
Rasio L/P 1.08 1.12 1.10 1.23 1.19 1.23 1.21 1.16 1.14 1.15 1.08 1.11 1.16
Sumber : Malinau Dalam Angka Tahun 2012
2.2.2 Laju Pertambahan Penduduk Secara demografi penduduk Kabupaten Malinau pada tahun 2011 sebanyak 77.405 jiwa, penyebaran penduduk dari dua belas kecamatan tidak merata seperti tahun-tahun sebelumnya. Jumlah penduduk tertinggi terdapat di Kecamatan Malinau Kota sebanyak 25.186
jiwa sedangkan penduduk terendah terdapat di Kecamatan
Mentarang Hulu sebanyak 1.378 jiwa. Dengan
luas
wilayah
keseluruhan
39.766.33
km2
kepadatan
penduduk
2
Kabupaten Malinau pada tahun 2011 sebesar 1.95 jiwa/km . Kondisi ini menunjukan adanya peningkatan kepadatan penduduk sebesar 0.55 jiwa/km2 dari tahun 2006 sebesar 1.39 jiwa/km2. Kepadatan penduduk tertinggi terdapat di Kecamatan Malinau Kota sebesar 204.40 jiwa/km2, sedangkan kepadatan penduduk terendah terdapat di Kecamatan Mentarang
Hulu sebesar 0,48
jiwa/km2. Kepadatan penduduk terkait
dengan luas masing-masing wilayah dapat dilihat pada tabel 2.6.
POKJA AMPL PPSP KABUPATEN MALINAU
II -13
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MALINAU 2013
Tabel. 2.6 Luas Wilayah ,Jumlah Penduduk , Kepadatan Penduduk dan Komposisi Penduduk menurut Kecamatan Jumlah Luas Wilayah No
Kecamatan Km
1
2
Penduduk
Komposisi
Population
Population
Penduduk
( Jiwa/Per
Denseity
Population
Son )
( Jiwa/Km2)
Compotition
Person /Km 2 6
4
5
651.67
1.64
3,392
5.21
4.38
Kayan Selatan
3,223.81
8.11
2,290
0.71
2.96
3
Sungai Boh
3,234.59
8.13
2,395
0.74
3.09
4
Kayan Hilir
11,876.64
29.87
1,564
0.13
2.02
5
Pujungan
6,762.92
17.01
2,036
0.30
2.63
6
Bahau Hulu
2,872.99
7.22
1,585
0.55
2.05
7
Malinau Kota
122.92
0.31
25,186
204.90
32.54
8
Malinau Selatan
3,733.81
9.39
8,879
2.38
11.47
9
Malinau Barat
754.43
1.90
10,647
14.11
13.75
10 Malinau Utara
776.36
1.95
12,082
15.56
15.61
11 Mentarang
2,883.82
7.25
5,971
2.07
7.71
12 Mentarang Hulu
2,872.36
7.22
1,378
0.48
1.78
Jumlah/ Total 2011
39,766.32
100.00
77,405.00
1.95
100.00
2010
39,799.90
100.00
77,117.00
1.94
100.00
2009
39,799.90
100.00
62,580.00
1.57
100.00
2008
42,620.70
100.00
66,023.00
1.55
100.00
2007
42,620.70
100.00
55,577.00
1.30
100.00
1
Kayan Hulu
2
3
%
Kepadatan
Penduduk
7
Sumber :Profil Daerah Kabupaten Malinau 2011
2.2.3 Proyeksi Penduduk Proyeksi penduduk dilakukan untuk mengetahui jumlah penduduk suatu wilayah di masa yang akan datang dan digunakan untuk melakukan perhitungan akan kebutuhan fasilitas penunjang, serta menghitung kebutuhan akan utilitas dan infrastruktur wilayah. Sesuai dengan umur perencanaan tata ruang yaitu 20 tahun maka proyeksi penduduk ini dibagi dalam 4 periode waktu yaitu jumlah penduduk perkiraan untuk tahun 2015, 2020, 2025 dan 2030. Terdapat beberapa metoda perhitungan yang dapat digunakan namun untuk mencari proyeksi jumlah penduduk harus menyesuaikan dengan laju pertambahan penduduk rata-rata, tingkat pertambahan penduduk serta karakteristik penduduk setempat. Jumlah penduduk berdasar hasil prediksi dengan menggunakan metode ini sampai akhir tahun perencanaan atau tahun 2030 di Kabupaten Malinau adalah sebesar 222.601 jiwa,
POKJA AMPL PPSP KABUPATEN MALINAU
II -14
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MALINAU 2013 berturut-turut jumlah penduduk hasil proyeksi sampai tahun 2030 dapat dilihat pada tabel 2.7 berikut.
Tabel 2.7 Proyeksi Jumlah Penduduk Kabupaten Malinau No.
Kecamatan
1
3
Kayan Hulu Kayan Selatan Sungai Boh
4 5
2
TAHUN PROYEKSI 2011 3,578
2012 3,694
2013 3,809
2014 3,925
2015 4,040
2020 4,618
2025 5,195
2030 5,773
2,344
2,381
2,418
2,455
2,492
2,677
2,862
3,047
2,692
2,848
3,004
3,160
3,316
4,096
4,876
5,656
Kayan Hilir
1,608
1,652
1,695
1,739
1,782
2,000
2,217
2,435
Pujungan
2,120
2,208
2,297
2,385
2,474
2,916
3,359
3,801
2,000
2,186
2,373
2,559
2,746
3,678
4,611
5,543
29,028
32,435
35,842
39,249
42,656
59,691
76,726
93,761
9,822
10,479
11,137
11,794
12,452
15,739
19,027
22,314
11,677
12,691
13,705
14,720
15,734
20,806
25,877
30,949
13,291
14,469
15,648
16,826
18,005
23,897
29,790
35,682
6,496
6,767
7,038
7,310
7,581
8,937
10,294
11,650
1,154
1,198
1,242
1,286
1,330
1,550
1,770
1,990
85,810
93,008
100,208
107,408
114,608
150,605
186,604
222,601
6
Bahau Hulu Malinau 7 Kota Malinau 8 Selatan Malinau 9 Barat Malinau 10 Utara 11 Mentarang Mentarang 12 Hulu Jumlah
Sumber : Kabupaten Malinau Dalam Angka dan analisa Konsultan, 2010
2.2.4 Struktur Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan Dengan komposisi menurut pendidikan akhir, terlihat bahwa sumber daya manusia yang memiliki pendidikan dan keterampilan masih sangat kurang. Untuk pengembangan
wilayah
Kabupaten
Malinau
diperlukan
sebuah
upaya
dalam
meningkatkan sumberdaya manusia melalui jenjang pendidikan minimal tamat SMU dan dengan lebih memotivasi masyarakat untuk bersekolah. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2.8
POKJA AMPL PPSP KABUPATEN MALINAU
II -15
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MALINAU 2013 Tabel 2.8 Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Akhir Tahun 2011 Pendidikan Terakhir Belum Tidak SMP SMU Diploma Sarjana No Kecamatan Sekolah Tamat SD SD High Academic Elementa Not Under Primary ry School School Diploma Degree School Primary School 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 Kayan Hulu 1,141 712 643 416 397 25 58 2 Kayan Selatan 691 508 462 266 288 42 33 3 Sungai Boh 724 606 431 280 294 15 45 4 Kayan Hilir 522 409 236 176 187 11 23 5 Pujungan 622 500 317 251 288 23 35 6 Bahau Hulu 392 396 391 190 182 4 30 7 Malinau Kota 5,403 3,158 3,996 3,857 6,222 238 2,300 8 Malinau Selatan 2,596 1,984 2,292 848 909 61 224 9 Malinau Barat 2,445 2,035 1,665 1,525 2,092 132 732 10 Malinau Utara 3,404 2,521 2,148 1,371 2,013 117 506 11 Mentarang 2,078 1,325 885 590 800 56 237 502 350 267 124 123 4 8 12 Mentarang Hulu Jumlah/Total 2011 20,520 14,504 13,733 9,894 13,795 728 4,231
Jumlah Jiwa
10 3,392 2,290 2,395 1,564 2,036 1,585 25,174 8,914 10,626 12,080 5,971 1,378 77,405
Sumber : Malinau Dalam Angka Tahun 2011
2.2.5 Struktur Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian/Tingkat Kesejahteraan Aspek ketenagakerjaan merupakan salah satu potensi pembangunan yang sangat menentukan kerberhasilan proses pembangunan itu sendiri. Permasalahan yang ditimbulkan dalam aspek ketenagakerjaan adalah apabila ternyata SDM usia produktif banyak yang menjadi pengangguran. Hal ini tentunya mengakibatkan terbentuknya permasalahan sosial yang memerlukan perhatian tersendiri. Jenis pekerjaan penduduk Kabupaten Malinau pada tahun 2008 paling banyak bekerja di bidang pertanian, yaitu sebanyak 35,42 jiwa sedangkan jenis pekerjaan terendah di bidang industri. Masalah yang terkait dengan proses pembangunan di Kabupaten Malinau adalah masalah mobilitas penduduk dan ketenagakerjaan. Tingginya angka mobilitas penduduk dari luar daerah ke Kabupaten Malinau akan membawa persoalan baru dibidang ketenagakerjaan. Masuknya penduduk luar daerah ke Kabupaten Malinau merupakan konsekuensi dari karakteristik Kabupaten Malinau sebagai daerah pemekaran dari Kabupaten Bulungan. Persoalan ini membawa dampak pada beban kota untuk menampung keberadaan mereka. Apalagi jika kaum pendatang tidak mempunyai bekal pendidikan dan skill yang memadai, sehingga akan menambah angka pengangguran dan kemiskinan di Kabupaten Malinau. Tabel 2.9 berikut ini menunjukan persentase penduduk yang bekerja menurut lapangan pekerjaan utama pada tahun 2011
POKJA AMPL PPSP KABUPATEN MALINAU
II -16
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MALINAU 2013 Tabel 2.9 Persentase Penduduk Yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama Tahun 2011
No
Jenis Pekerjaan Utama
Jumlah (%)
1 Pertanian
21.44
2 Pertambangan & Penggalian
28.87
3 Industri Pengolahan
0.07
4 Listrik ,Gas dan Air Minum
0.19
5 Bangunan dan Konstruksi
13.96
6 perdagangan,Restoran & Hotel
12.00
7 Pengakutan dan Komunikasi
18.36
8 Keuangan,Persewaan & Jasa Perusahaan
0.30
9 Jasa - jasa
4.81 100.00
Jumlah Sumber : Malinau Dalam Angka Tahun 2011
2.3
Keuangan dan Perekonomian Daerah Selama kurun waktu 5 tahun terakhir, pada periode tahun 2007 - 2011, struktur
perekonomian Kabupaten Malinau mengalami perubahan yang sangat signifikan. Komponen utama dari perubahan struktual ini meliputi pergeseran secara bertahap dari kegiatan-kegiatan
sektor
pertanian
ke
sektor
non
pertanian.
Seiring
dengan
pencanangan Kabupaten Malinau sebagai “Kabupaten Konservasi” pada tahun 2007, kontribusi sektor pertanian akan terus mengalami penurunan secara bertahap sampai tahun 2011 tetapi kontribusinya dalam pembentukan PDRB tetap yang terbesar. Di dalam Tabel 2.10 dibawah ini dapat dilihat realisasi pendapatan asli daerah Kabupaten Malinau pada tahun 2011 sebesar Rp.
1.356.742.87.168.42 .Sumbangan
terbesar pendapatan asli daerah Kabupaten Malinau berasal dari lain-lain pendapatan transfer , yaitu sebesar Rp.1.068.180.382.000.-
POKJA AMPL PPSP KABUPATEN MALINAU
II -17
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MALINAU 2013 Tabel 2.10 Target dan Realisasi Pendapatan Asli Daerah
Jenis Penerimaan ( PAD ) Pajak Daerah Retribusi Daerah Hasil Kekayaan Daerah yang disahkan Lain - Lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah Pendapatan Transfer Lain - Lain Pendapatan yang Sah Jumlah Total 2011 2010 2009 Jumlah 2008 Total 2007
Target 76,627,755,000.00 731,700,000.00 9,511,041,875.00 59,929,863,125.00 999,039,615,000.00 79,815,150,000.00 1,225,655,125,000.00 1,174,871,296,158.25 1,184,453,409,986.58 1,034,218,482,095.00 897,756,163,650.00
Realisasi 807,700,000.00 1,394,350,000.00 9,511,041,875.00 191,803,711,198.42 1,068,180,382,000.00 85,045,689,095.00 1,356,742,874,168.42 1,315,819,150,260.85 1,072,816,733,673.03 1,223,356,972,466.59 956,332,137,675.36
Sumber : Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Malinau
Tingkat pendapatan daerah Kabupaten Malinau pada tahun 2011 yaitu sebesar Rp.1.356.742.874.168.42
lebih
besar dari
pada
tahun
2010 yakni sebesar
Rp.
1.174.871.296.158.25 dan belanja daerah tahun 2011 sebesar Rp. 1.606.606.984.867.42. Lihat Tabel 2.11 Realisasi Pendapatan Dan Belanja APBD Kabupaten Malinau Tahun 2008-2011.
Tabel 2.11 Realisasi Pendapatan dan Belanja APBD Kabupaten Malinau Tahun 2008-2011
Uraian Pendapatan Daerah Belanja Daerah Surplus ( Defisit )
2008 2009 1,223,356,972,466.59 1,072,816,733,673.03 1,531,464,845,096.00 1,551,235,120,457.40 (308,107,872,629.41) (478,418,386,784.37)
2010 1,174,871,296,158.25 1,315,819,150,260.85 (140,947,854,102.60)
2011 1,356,742,874,168.42 1,606,606,984,867.42 (249,864,110,699.00)
Sumber : Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Malinau dan Bagian Keuangan Setda Kabupaten Malinau
Selama
periode
2008
-2012
total
belanja
daerah
meningkat
dari
Rp
1.157.077.377.145 juta pada tahun 2009 menjadi Rp 1.551.261.035.531,76 juta pada tahun 2012 atau meningkat rata-rata 25.41 persen pertahun. Pertumbuhan belanja tidak POKJA AMPL PPSP KABUPATEN MALINAU
II -18
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MALINAU 2013 langsung sebesar 29,39 persen pertahun dan belanja langsung sebesar 26,33 persen. Sementara belanja tidak langsung rata-rata mencapai Rp 225.347,33 juta pertahun atau 24,86 persen dari total belanja daerah. Belanja pegawai rata-rata sebesar Rp 146.954,12 juta pertahun atau 16,14 persen dari total belanja daerah. Struktur belanja tersebut menunjukkan bahwa belanja daerah sebagian besar diarahkan untuk mendukung pelaksanaan program dan kegiatan pembangunan yang langsung ditujukan untuk meningkatkan pelayanan publik dan mendorong peningkatan kesejahteraan dan percepatan pembangunan daerah. Tabel 2.12 Perkembangan Belanja Daerah Kabupaten Malinau Menurut Jenis Belanja Tahun 2008-2012 (Rp Juta) BELANJA DAERAH TOTAL BELANJA A. Belanja Tidak Langsung 1 Belanja Pegaw ai
2008 Rp
2009 %
Rp
Rp
2012 %
Rp
1,156,845.02
1,065,078.16
1,237,931.94
269,751.47
316,790.79
369,634.80
535,017.82
160,121.54
184,884.71
216,219.64
262,393.39
319,984.78
-
-
-
11,898.79
1,320.77 18,834.55
6 Belanja bagi Hasil Kepada
-
Desa 7 Belanja Bantuan Keuangan
2011 %
251,816.37
3 Belanja Subsidi 5 Belanja Bantuan Sosial
Rp
1,093,113.54
2 Belanja Bunga 4 Belanja Hibah
2010 %
71,539.51
1,550,605.81
-
22,851.22 -
20,024.30
25,143.35
22,001.20
933.48
24,123.11
55,119.90
38,622.14
38,974.41
14,260.98
40,554.60
18,973.54
120,075.30
436.63
27.00
3,575.66
-
50,116.75
Desa 8 Belanja Tidak Terduga B. Belanja Langsung
-
-
841,297.17
887,093.55
748,287.37
868,297.14
1,015,587.99
69,583.74
75,257.73
70,599.80
57,958.54
85,052.66
2 Belanja Barang dan Jasa
228,734.88
217,537.13
226,685.19
304,787.43
409,377.16
3 Belanja Modal
542,978.55
594,298.69
451,002.38
505,551.17
521,158.17
1 Belanja Pegaw ai
Sumber: Domuken LKPJ Kabupaten Malinau
POKJA AMPL PPSP KABUPATEN MALINAU
II -19
%
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MALINAU 2013 TABEL 2.13 PERKEMBANGAN BELANJA DALAM APBD LIMA TAHUN TERAKHIR BELANJA OPERASIONAL
BELANJA TAK TERDUGA
BELANJA MODAL
TRANSFER KE DESA 120,075
18,974 71,540
50,117
40,555
594,299
451,002
521,158
505,551 542,979
316,791
535,018 369,877
251,816
269,751
251,816
269,751
316,791
369,877
2008
2009
2010
2011
535,018
2012
Sumber : Dokumen LKPJ Kabupaten Malinau
2.3.1 Realisasi Belanja Sanitasi Kabupaten Malinau Realisasi Belanja Sanitasi yang ada dikabupaten Malinau menjadi bagian dari sektor Pengembangan Air Minum, Pengembangan PLP, Pengembangan Permukiman, Dan Penataan Bangunan dimana perkembangan investasi pembangunan di keempat sektor tersebut bersumber dana dari APBD. Bidang Pengembangan Air Minum mengalami peningkatan pada tahun 2008 sebesar Rp. 9.025 Juta meningkat pada tahun 2012 sebesar
Rp. 18.134 Juta
atau naik sebesar
49.76% . Pada
Bidang Penyehatan
Lingkungan Permukiman ( PLP ) ditahun 2010 sebesar Rp. 429.98 Juta di Tahun 2011 meningkat menjadi Rp. 7.439.59 Juta atau meningkat sebesar 0.86 %. Bidang Pengembangan Permukiman pada tahun 2008 sebesar Rp.31.176 Juta menurun pada tahun 2012 sebesar Rp. 5.421 atau sebesar 0.26 %. Dan Bidang Penataan Bangunan L ingkungan ( PBL ) pada tahun 2008 sebesar Rp. 29.552 Juta meningkat di tahun 2012 menjadi sebesar Rp. 112.724 Juta atau sebesar 0.53 %
POKJA AMPL PPSP KABUPATEN MALINAU
II -20
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MALINAU 2013
Tabel 2.14 Realisasi Belanja Sanitasi Pada Masing Masing Sektor SEKTOR
2008 Alokasi
2009 % APBD
Alokasi
2010 % APBD
Alokasi
2011 % APBD
Alokasi
2012 % APBD
Alokasi
% APBD
Pengembangan Air Minum
9,025
0.59
7,703
0.50
3,874
2.94
15,515
0.97
18,134
0.86
Pengembangan PLP
31,167
2.04
35,719
2.30
54,297
4.13
4,178
2.60
5,421
0.26
Pengembangan Permukiman
29,552
1.93
98,279
0.63
25,515
0.19
186,793
1.16
112,724
0.53
Penataan Bangunan & Lingkungan
44,270
2.89
28,156
1.82
7,054
0.54
110,639
0.69
34,816
1.65
Total APBD
114,014
7.45
169,857
5.25
90,740
7.80
317,125
5.42
171,096
3.30
Sumber : Buku Monitoring
Berdasarkan perhitungan Belanja Sanitasi perkapita Kabupaten Malinau dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2012 diketahui bahwa nilai rata-rata belanja Sanitasi per tahun selam lima tahu terakhir ini sebesar Rp. 2.466/jiwa. Lihat Tabel 2.15 Berikut ini: Tabel 2.15 Belanja Sanitasi Per kapita Kabupaten Malinau 2008-2012 Tahun No Deskripsi 2008 2009 2010 2011 2012 Rata -Rata 1 Total Belanja Sanitasi Kabupaten 114,014,000 169,857,000 90,740,000 317,125,000 171,096,000 862,832,000 2 Jumlah Penduduk 55,577 62,580 77,117 77,221 77,405 349,900 Belanja Sanitasi per kapita (1/2) 2,051 2,714 1,177 4,107 2,210 2,466 Sumber : Olah data Pokja AMPL Kabupaten Malinau
2.4
Tata Ruang Wilayah Sesuai dengan Undang-Undang No.26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang,
kegiatan pemanfaatan ruang harus mengacu pada Rencana Tata Ruang. Rencana Tata Ruang perlu dibuat sebagai pedoman dalam pelaksanaan pembangunan yang berkaitan dengan pengendalian pemanfaatan sumber daya alam secara berkelanjutan bagii peningkatan kesejahteraan masyarakat, keseimbangan dan keserasian perkembangan antar wilayah dan keseimbangan dan keserasian perkembangan antar sektor.
POKJA AMPL PPSP KABUPATEN MALINAU
II -21
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MALINAU 2013 Menurut Undang-undang RI No. 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang, yang dimaksud dengan Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan makhluk lain hidup, melakukan kegiatan, dan memelihara kelangsungan hidupnya. Tata ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang. Penataan ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang. Sedangkan Perencanaan tata ruang adalah suatu proses untuk menentukan struktur ruang dan pola ruang yang meliputi penyusunan dan penetapan rencana tata ruang. Pemanfaatan ruang adalah upaya untuk mewujudkan struktur ruang dan pola ruang sesuai dengan rencana tata ruang melalui penyusunan dan pelaksanaan program beserta pembiayaannya. Pengendalian pemanfaatan ruang adalah upaya untuk mewujudkan tertib tata ruang. Sehubungan dengan hal pengertian tersebut, kegiatan Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Malinau 2012-2032 merupakan bagian dari "Perencanaan Tata Ruang" sebagai proses untuk memperbaiki rencana tata ruang yang telah ada yang dilakukan secara berkala agar suatu rencana tata ruang tetap berfungsi secara optimal. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) perlu disusun berdasarkan kriteria-kriteria yang menjamin keabsahan RTRW tersebut. Kriteria-kriteria tersebut antara lain kelengkapan dan keabsahan data, metode dan hasil analisis, perumusan strategi pemanfaatan ruang kawasan perkotaan serta produk rencana yang dihasilkan. Selain itu, dengan adanya undang-undang serta peraturan baru yang menjadi dasar hukum dalam penyusunan RTRW maka revisi mengenai substansi RTRW harus segera dilakukan. Hal tersebut sejalan dengan ketentuan yang diatur dalam Bab XIII pasal 78 ayat (4) butir c. UUPR Nomor 26 Tahun 2007 yang mengharuskan adanya penyesuaian perda RTRW Kabupaten/Kota selambat-lambatnya 3 tahun sejak berlakunya undang-undang ini. Kabupaten Malinau telah mempunyai Perda Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Malinau tahun 2012 - 2032 dan telah diterbitkan dalam Peraturan Daerah No. 11 tahun 2012. Dengan adanya rentang waktu penyusunan produk rencana tersebut, tentunya diperlukan adanya kegiatan peninjauan kembali dan penyesuaian antara perkembangan wilayah Kabupaten Malinau yang terjadi saat ini terhadap RTRW terdahulu untuk menghasilkan produk rencana yang lebih fleksibel dan dinamis, serta sebagai pedoman pengarahan dan pengendalian bagi pelaksanaan pembangunan.
POKJA AMPL PPSP KABUPATEN MALINAU
II -22
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MALINAU 2013 2.4.1 Kebijakan Penataan Ruang Kabupaten Sesuai dengan Peraturan Daerah Kabuapten Malinau Nomor.11 tahun 2012. Kebijakan penataan ruang wilayah kabupaten sebagaimana disebutkan pada ayat (1), meliputi: a. pembangunan wilayah melalui pengembangan sumber daya manusia dan pemanfaatan kemajuan teknologi; b. pengembangan membuka
pusat-pusat
keterisolasian
permukiman kawasan
dan
perbatasan
pusat-pusat dan
kegiatan
pedalaman
serta dengan
berwawasan lingkungan melalui pembangunan jaringan prasarana wilayah; c. pengembangan pertanian dan perkebunan serta industri pengolahannya sebagai penghasil utama komoditas unggulan kabupaten; d. pengelolaan sumber daya hutan dan pertambangan serta sumber daya alam potensial lainnya dengan memperhatikan daya dukung lingkungan; e. Pemantapan peran dan fungsi kawasan lindung sebagai kawasan penyangga dan penyeimbang ekosistem wilayah; Dan f. Peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan negara
2.4.2 Kawasan Pengelolaan Tata Ruang Lingkungan Pengelolaan lingkungan yang direncanakan oleh Kabupaten Malinau berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Malinau Nomor 11 Tahun 2012 -2032, paragraf 4, pasal 16 adalah: 1. Sistem pengelolaan lingkungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (1) huruf d, terdiri atas: a. rencana jaringan drainase; b. rencana pengolahan air limbah; c. rencana pengolahan persampahan; d. rencana sarana umum dan sosial; dan e. rencana jaringan prasarana air minum. 2. Rencana jaringan drainase sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, meliputi: a. Normalisasi anak sungai yang melintasi kawasan perkotaan di Kecamatan Malinau Kota, Kecamatan Malinau Utara, Kecamatan Malinau Barat, dan di Kecamatan Mentarang; Dan POKJA AMPL PPSP KABUPATEN MALINAU
II -23
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MALINAU 2013 b. Pembangunan drainase dan peningkatan kapasitas buangan air limbah, yang meliputi: 1. drainase primer berupa saluran pengumpul dari drainase sekunder dan dapat dialirkan ke sungai, terdapat di pusat pemerintahan Kabupaten Malinau di Kecamatan Malinau Kota; 2. drainase sekunder berupa sistem drainase pada daerah permukiman perkotaan dan perdesaan yang rawan bencana banjir dan genangan air limbah, yang dialirkan menuju drainase primer terdapat di Malinau Kota, Malinau Hulu, Respen Tubu, Malinau Seberang, Kaliamok, Tanjung Lapang, Kuala Lapang dan Pulau Sapi; dan
3. drainase tersier berupa
sistem drainase pada lingkungan permukiman perkotaan dan perdesaan menuju drainase sekunder, yang terdapat di seluruh kecamatan. 3.
Rencana pengolahan air limbah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, meliputi: a.
Rencana
pengolahan
air
limbah
bertujuan
untuk
pengurangan,
pemanfaatan kembali, dan pengolahan limbah baik dengan sistem pengolahan air limbah setempat maupun sistem pengolahan air limbah terpusat; b.
Sistem pengolahan air limbah setempat, yaitu berupa sistem pengolahan air
limbah
pembuangan
sederhana
secara
individual
melalui
pengolahan
dan
air limbah setempat pada kawasan-kawasan permukiman
yang belum memiliki sistem terpusat, yang terdapat pada kawasan permukiman perdesaan dengan kepadatan sedang diseluruh kecamatan di Kabupaten Malinau; c.
sistem pengolahan air limbah terpusat yaitu berupa instalasi pengolahan air limbah (IPAL) yang dibangun untuk penggunaan secara kolektif melalui jaringan pengumpul dan diolah serta dibuang secara terpusat yang meliputi: 1. kawasan bandara RA. Besing, pelabuhan sungai, kawasan industri dan terminal batubara, pusat pemerintahan Kantor Bupati Malinau, kawasan perumahan dan permukiman padat,
Pasar Induk Malinau,
dan kawasan pusat perdagangan dan jasa di Kecamatan Malinau Kota; 2. kawasan bandara Long Ampung, kantor kecamatan, puskesmas, sekolah dan bangunan fasilitas umum lainnya di setiap ibukota kecamatan; 3. Kawasan Rumah Sakit Umum Daerah dan Politeknik Malinau di POKJA AMPL PPSP KABUPATEN MALINAU
II -24
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MALINAU 2013 Kecamatan Malinau Utara. d.
Pembangunan instalasi pengolahan limbah dan penyimpanan sementara Bahan Beracun Berbahaya (B3) yg dilaksanakan sesuai peraturan yg berlaku.
4. Rencana pengolahan persampahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, meliputi : a. Peningkatan jumlah dan kualitas tempat penampungan sampah rumah tangga pada unit-unit perumahan dan permukiman pada kawasan perkotaan dan perdesaan; b. Penyediaan tempat sampah kering dan tempat sampah basah di setiap perumahan dan permukiman; c. Pembangunan tempat penampungan sementara (TPS) yang tersebar pada setiap desa; d. Peningkatan jumlah unit angkutan sampah, jangkauan dan kualitas layanan angkutan sampah; e. Pengembangan penelitian pemanfaatan sampah basah untuk produksi pupuk alami/kompos; dan f. Pembangunan tempat pemprosesan akhir (TPA) di Sempayang Kecamatan Malinau Barat dengan sistem sanitary landfill dan dengan lingkup pelayanan meliputi kecamatan yang terletak disekitar kawasan ibukota kabupaten, yaitu Kecamatan Malinau Kota, Kecamatan Malinau Utara, Kecamatan Malinau Barat dan Kecamatan Mentarang.
POKJA AMPL PPSP KABUPATEN MALINAU
II -25
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MALINAU 2013 Gambar 2.9 Peta Lokasi Sebaran Titik Kebakaran Di Kabupaten Malinau
Pemerintah Kabupaten Malinau Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Malinau 2011-2031
POKJA AMPL PPSP KABUPATEN MALINAU
II -26
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MALINAU 2013
2.4.3 Rencana Pusat-Pusat Kegiatan Di Wilayah Kabupaten Malinau terdapat pusat kegiatan yang memiliki fungsi selain sebagai pusat permukiman juga sebagai pusat produksi hasil pertanian. Pada beberapa pusat kegiatan dapat diidentifikasikan sebagai daerah fungsional perkotaan, hal ini terjadi karena pada setiap ibukota kecamatan di wilayah ini memiliki jumlah penduduk yang cenderung lebih banyak dari desa lainnya dalam satu wilayah kecamatan. Dengan jumlah penduduk yang banyak sehingga dengan demikian akan semakin besarnya juga kawasan terbangun dan akan banyak juga kegiatan yang mencirikan perkotaan di setiap ibukota kecamatan yang ada. Kawasan dengan fungsi perkotaan di Kabupaten Malinau teridentifikasi hanya kawasan perkotaan Malinau tempat kedudukan ibukota kabupaten dan sebagai pusat pemerintahan kabupaten. Kawasan ini memiliki fungsi selain sebagai pusat pemerintahan juga sebagai pusat kesehatan, pusat pendidikan, perdagangan dan permukiman. Untuk kawasan lainnya masih mencirikan kawasan pedesaan walaupun kondisinya saat ini telah menjadi pusat pelayanan dari daerah sekitarnya. Pusat-pusat kegiatan yang teridentifikasi tersebut adalah IKK (ibukota kecamatan) Kayan Hulu, IKK Kayan Selatan, IKK Pujungan dan IKK Sungai Boh. Selain itu pada beberapa kawasan tertentu dengan letaknya yang sangat strategis memiliki fungsi khusus dan berperan tidak hanya untuk wilayah kecamatan yang bersangkutan tetapi juga untuk wilayah kabupaten, regional bahkan untuk tingkat nasional. Kawasan-kawasan ini teridentifikasi sebagai berikut : a. Kawasan perbatasan negara, yang berada pada wilayah Kec. Bahau Hulu, Kec. Pujungan, Kec. Kayan Hilir, Kec. Kayan Hulu dan Kec. Kayan Selatan. Pada kelima kawasan ini yang sering dimanfaatkan masyarakat disekitar daerah perbatasan untuk saling berinteraksi dengan wilayah negara tetangga adalah kawasan di Kecamatan Kayan Hulu dan Kecamatan Bahau Hulu. b. Kawasan taman nasional, berada di wilayah Kecamatan Mentarang Hulu, Kecamatan Mentarang, Kecamatan Bahau Hulu, Kecamatan Pujungan dan Kecamatan Kayan Hilir. Kawasan taman nasional ini juga merupakan bagian dari Heart of Borneo (HoB).
POKJA AMPL PPSP KABUPATEN MALINAU
II -27
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MALINAU 2013
Gambar 2.10 Peta Kawasan Strategis Kabupaten Malinau
POKJA AMPL PPSP KABUPATEN MALINAU
II -28
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MALINAU 2013
2.5
Sosial dan Budaya Masyarakat Kabupaten Malinau dapat dikatakan merupakan sebuah masyarakat
adat, hal ini terlihat pada sebagian besar masyarakat masih memegang teguh adatistiadat dari leluhur mereka. Masyarakat Kabupaten Malinau terdiri dari beberapa suku Dayak dan terbagi dalam beberapa anak suku (sub etnis) yaitu Dayak Kenyah (merupakan sub etnis yang dominan, umumnya tinggal di bagian hulu dan mendiami sebuah wilayah yang dinamai “Apau Kayan”), Dayak Merap, Dayak Punan, Dayak Lundaye, Dayak Brusu, Dayak Tidung dan Dayak Taghol. Umumnya
masyarakat
dalam
melakukan
aktifitas
sehari-hari
baik
yang
berhubungan dengan pemanfaatan sumber daya alam selalu diatur oleh hukum adat. Sampai pada saat ini masyarakat Kabupaten Malinau masih lebih mempercayai lembaga adat dibanding lembaga lain. Hal ini jelas terlihat pada penerapan hukum adat pada kehidupan masyarakat. Sebagai contoh apabila dalam kehidupan masyarakat terdapat pelanggaran hukum maka masyarakat akan menyerahkan permasalahan ini pada Kepala Adat Desa dan apabila tidak dapat diselesaikan maka diserahkan kepada Kepala Adat Besar yang membawahi beberapa Kepala Adat Desa. Jika hal ini tidak dapat diselesaikan juga dan pelaku pelanggaran tersebut tidak mematuhi aturan adat maka permasalahan ini diserahkan kepada penegak hukum untuk menyelesaikannya sesuai dengan peraturan hukum yang berlaku di Indonesia. Prosedur seperti ini berlaku pada masyarakat Malinau dan posisi Lembaga Adat diakui keberadaannya oleh Pemerintah Kabupaten melalui surat tugas. Tingkatan lembaga adat di Kabupaten Malinau dimulai dari yang paling bawah yaitu Lembaga Adat Desa yang dipimpin oleh Kepala Adat Desa –yang posisinya berbeda dengan Kepala Desa–. kemudian Lembaga Adat Besar yang membawahi Lembaga – Lembaga Adat Desa yang dipimpin oleh Kepala Adat Besar. Semua pejabat yang dipilih pada tingkat desa, misalnya kepala desa, mewakili pemerintah dan pimpinan masyarakat lainnya menjadi anggota pada lembaga adat desa. Ada beberapa lembaga adat di Kabupaten Malinau yang lebih kuat dan lebih terorganisasi dari yang lain dalam mempertahankan pengaruh terhadap masyarakat dan meningkatkan dukungannya. Kharisma kepala adat adalah faktor yang utama. Keberagaman etnis Dayak di Kabupaten Malinau sangat mempengaruhi keberagaman seni dan budaya, hal ini dikarenakan masing-masing sub etnis Dayak mempunyai dan membawa budaya dan corak kesenian yang berbeda-beda. Pada umumnya budaya dan corak kesenian yang tumbuh dan berkembang di masyarakat adalah merupakan tradisi nenek moyang yang masih terpelihara hingga sekarang. POKJA AMPL PPSP KABUPATEN MALINAU
II -29
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MALINAU 2013 Dalam mengembangkan dan melestarikan kebudayaan daerah perlu ditumbuhkan kemampuan masyarakat untuk menggali, memahami dan mengamalkan nilai-nilai budaya daerah yang luhur, beradab dan memperkaya budaya dengan menghindari sikap feodal, eksklusif, pemahaman terhadap budaya daerah yang sempit, melakukan seleksi terhadap budaya asing yang masuk agar supaya tidak merusak dengan nilai-nilai luhur budaya lokal. 2.5.1 Pendidikan Salah satu cara mendapatkan sumber daya manusia yang berkualitas adalah melalui pendidikan. Pendidikan yang di maksudkan disini adalah pendidikan formal mulai dari jenjang SD sampai dengan Perguruan Tinggi. Gambar 2.11 Prasarana Pendidikan di Kabupaten Malinau
Sumber : Dinas Pendidikan Nasional Kabupaten Malinau Fasilitas pendidikan di Kabupaten Malinau saat ini lebih terpusat di Ibukota Kabupaten, hal ini terlihat dari penyebaran fasilitas yang terbanyak terdapat di kecamatan - kecamatan yang merupakan daerah Ibukota Kabupaten seperti Malinau Kota, Malinau Utara, Malinau Barat dan Malinau Selatan. Umumnya fasilitas SD dan SMP telah diseluruh Kecamatan, hanya di Kecamatan Mentarang Hulu yang tidak memiliki fasilitas SMP. Sedangkan fasilitas pendidikan lainnya masih belum tersebar merata di seluruh Kabupaten, fasilitas Perguruan Tinggi atau Akademi belum terdapat di Kabupaten Malinau sehingga penduduk lulusan SMU /SMK yang ingin melanjutkan ke perguruan tinggi harus keluar wilayah Kabupaten seperti Tarakan atau Samarinda.
POKJA AMPL PPSP KABUPATEN MALINAU
II -30
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MALINAU 2013
Tabel 2.16 Jumlah dan Penyebaran Fasilitas Pendidikan di Kabupaten Malinau Tahun 2011
Kayan Hulu Sungai Boh Kayan Selatan Kayan Hilir Pujungan Bahau Hulu Malinau Kota
-
1 1 8
4 4 4 3 8 6 11
SD S -
Malinau Selatan Malinau Barat Malinau Utara Mentarang Mentarang Hulu
-
2 1 3 1 1
12 9 13 5 6
-
18
85
-
Kecamatan
N
S
Jumlah
TK
N
SMP N S 1 2 1 2 1 1 3 -
SMU N S 1 1 1 1 1 1 2 3
SMK N S 1 1
5 3 3 1 1 2 4
-
1 1 -
1 1 -
1 -
1 -
1
7
7
2
2
Ket: N= Negri, S= Swasta Sumber : Dinas Pendidikan Nasional Kabupaten Malinau
2.5.2 Kemiskinan Kemiskinan merupakan persoalan multidimensional yang memiliki batas beragam, belum ada satu batasan tunggal dalam menjelaskan fenomena kemiskinan secara jelas. Namun secara umum cara pengukuran kemiskinan yang dilakukan
adalah
dengan
menggunakan
batas
garis
kemiskinan
(proverty
line).Gambaran penduduk miskin di Kabupaten Malinau pada Tahun 2006 – 2010 terlihat pada trend berikut ini.
45000 40000 35000 30000 25000 20000 15000 10000 5000 0
38927
34787 24714
9355 2006
8316 2008 KK Miskin
6106 2009 Penduduk Miskin
20250
5045 2010
Sumber : Bappeda Kab.Malinau
POKJA AMPL PPSP KABUPATEN MALINAU
II -31
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MALINAU 2013 Tabel . 2.17 Jumlah KK dan Penduduk Miskin Perkecamatan Tahun 2011 Kecamatan Kayan Hulu Sungai Boh Kayan Selatan Kayan Hilir Pujungan Bahau Hulu Malinau Kota Malinau Selatan Malinau Barat Malinau Utara Mentarang Mentarang Hulu Jumlah
KK Miskin 292 264 207 236 193 137 820 838 619 818 516 105 5,045
Pendudk Miskin P Jumlah 619 554 1,173 566 461 1,027 497 485 982 568 443 1,011 413 364 777 330 259 589 1,773 1,561 3,334 1,688 1,448 3,136 1,275 1,132 2,407 1,614 1,509 3,123 1,133 1,039 2,172 274 245 519 10,750 9,500 20,250 L
Jumlah Penduduk 3,371 2,388 2,291 1,567 2,054 1,600 24,140 8,769 10,303 11,524 6,203 1,085 75,295
% 34.80 43.01 42.86 64.52 37.83 36.81 13.81 35.76 23.36 27.10 35.02 47.83 26.89
Sumber Data ; Pemuktahiran Data Penduduk Miskin Tahun 2010 ( Bappeda )
Tabel 2.18 Lapangan Pekerjaan Utama KK Miskin Perkecamatan.
POKJA AMPL PPSP KABUPATEN MALINAU
II -32
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MALINAU 2013
2.5.3 Budaya Menghadapi fase recovery ekonomi yang dihadapi bangsa Indonesia akibat krisis global yang terjadi dan menjelang memasuki abad perdagangan bebas AFTA 2003, terlihat fenomena-fenomena di masyarakat maupun dunia internasional, khususnya yang berkaitan dengan aktivitas kepariwisataan dan dampaknya. Kepariwisataan di masa sekarang dan mendatang diharapkan menjadi sektor andalan dan sektor strategis dalam upaya pemulihan ekonomi negara akibat krisis global yang terjadi. Sebagai salah satu daerah tujuan wisata, Kabupaten Malinau memiliki potensi budaya dan pariwisata yang tak kalah menariknya dengan daerah tujuan wisata lain di Indonesia. Kekuatan wisata berupa alam (hutan, sungai dan jeram, wisata bahari) dengan jenis ecotourism yang dibaur dengan budaya pedalaman, budaya petani dan budaya keratin, serta wisata sejarah, dan fasilitas penunjang kepariwisataan yan dimiliki menempati posisi daerah ini pada segmen wisata special interest group. Gambar 2.12 Gambaran Umum Wisata Alam Kabupaten Malinau
Sebaran potensi obyek dan daya tarik wisata yang dimiliki Kabupaten Malinau cukup beragam. Pada tahun 2006 jumlah obtek wisata sebanyak 58 buah, dengan kategori alam sebanyak 50 buah dan kategori buatan sebanyak 8 buah. Dari sejumlah obyek wisata tersebut, oleh karena keterbatasan dana dan investasi swasta dalam pembangunan dan pengelolaan obyek wisata, maka belum semuanya dapat dikelola dengan baik. Ada 7 buah kategori alam dan 8 buah kategori buatan. Beberapa obyek wisata unggulan yang terdapat di Kabupaten Malinau, seperti; Taman Nasional Kayan Mentarang, Air Terjun Marthin Billa (Malinau Selatan), dan Air Panas Semolon ( Mentarang). Dan obyek wisata lainnya seperti; Kuburan Kuno di Pujungan, Wisata Alam di Pujungan, dan Riam Ben di Kayan Selatan. POKJA AMPL PPSP KABUPATEN MALINAU
II -33
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MALINAU 2013
2.6
Kelembagaan Pemerintah Daerah Pemerintahan adalah suatu sistem yang mengatur segala kegiatan masyarakat
dalam suatu daerah/wilayah/negara yang meliputi segala aspek kehidupan berdasarkan norma-norma tertentu. Kabupaten Malinau, sebagai salah satu kabupaten di Kalimantan Utara, mempunyai sistem pemerintahan yang sama dengan kabupaten/kota di Jawa Timur pada umumnya. Dengan diberlakukannya UU No. 22 Tahun 1999 tentang Otonomi Daerah, maka peran Pemerintah Daerah menjadi lebih besar karena sebagian besar kewenangan dari Pemerintah Pusat dilimpahkan ke daerah sehingga tingkat keberhasilan pembangunan di daerah sangat tergantung dari situasi dan kondisi Pemerintah Daerah yang bersangkutan. Oleh karena itu situasi dan kondisi yang kurang memadai dapat menjadi hambatan serius bagi Pemerintah Daerah dalam melaksanakan pembangunan jika tidak segera diatasi. Sesuai Keputusan Bupati Malinau Nomor 395 Tahun 2006 Tanggal 31 Juli 2006 Tentang Penetapan Kode Wilayah Administrasi Pemerintahan, Nama Kecamatan dan Desa se-Kabupaten Malinau Tahun 2006 maka wilayah administrasi pemerintahan dimekarkan menjadi 12 wilayah kecamatan dan 108 Desa Pemekaran serta
1
Pembentukan Desa Persiapan Desa Mahakroma Baru Kecamatan Malinau Selatan Sesuai Keputusan Bupati Malinau Nomor 146.1/ K.376 / 2010 Menjadi 109 desa. Sampai dengan saat ini Kabupaten Malinau terbagi dalam 12 kecamatan, 109 desa dan 318 Rukun Tetangga (RT). Kecamatan yang mempunyai jumlah desa terbanyak adalah Kecamatan Malinau Selatan yaitu sebanyak 25 desa, sedangkan kecamatan yang mempunyai jumlah desa paling sedikit adalah Kecamatan Kayan Hilir yaitu sebanyak 5 desa. (Lihat Tabel 2.19) Tabel 2.19. Luas Wilayah Administrasi Peta Pola Ruang RTRW Malinau / Revisi RTRW Kab. Malinau 2011 – 2031 ( Per Agustus )Masing-masing Kecamatan di Kabupaten Malinau KODE
Kecamatan
Ibu Kota Kecamatan
Jumlah Desa
Jumlah RT
Luas Wilayah (Ha)
64.06.01
Mentarang
Pulau Sapi
14
39
2.88.381,66
64.06.02
Malinau Kota
Malinau Kota
6
41
12.292,27
64.06.03
Pujungan
Long Pujungan
9
20
676.292,01
64.06.04
Kayan Hilir
Data Dian
5
13
1.187.664,49
64.06.05
Kayan Hulu
Long Nawang
5
14
65.166,83
64.06.06
Long Loreh
25
61
322.380,90
64.06.07
Malinau Selatan Malinau Utara
12
40
77.636,20
64.06.08
Malinau Barat
Malinau Seberang Tanjung Lapang
9
41
75.443,10
POKJA AMPL PPSP KABUPATEN MALINAU
II -34
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MALINAU 2013 KODE
Kecamatan
Ibu Kota Kecamatan
Jumlah Desa
Jumlah RT
Luas Wilayah (Ha)
64.06.09
Sungai Boh
Mahak Baru
6
14
323.459,32
64.06.10
Kayan Selatan
Long Ampung
5
12
322.380,90
64.06.11
Bahau Hulu
Long Alango
6
11
287.298,94
64.06.12
Mentarang Hulu Jumlah
Long Berang
7
12
287.236,22
109
318
3.976.632,67
Sumber Data: Profil Daerah Kabupaten Malinau Th 2011 Green Land
Organisasi Pemerintah Daerah Kabupaten Malinau disusun berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Daerah yang terdiri dari : I. Sekretariat Daftar Sekretariat dan Pejabat yang menempatinya No 1 2 3
Sekretariat Sekretariat Daerah Kabupaten Malinau Sekretariat DPR Kabupaten Malinau Sekretariat KPUD
Sekretaris Drs.Hendris Damus, M.Si Makson, S.Sos, MM Iwan Dharma Yuana, S.Sos., M.Si,
II. Asisten Daftar Asisten dan Pejabat yang menempatinya No
Asisten
Pejabat
1
Asisten Pemerintahan dan Kesejahterahan Rakyat
Drs. Emang Mering, M.Si
2 3
Asisten Perekonomian dan Pembangunan Asisten Administrasi Umum
Drs.Hendris Damus, M.Si H.E.A. Yusmana, SKM., MMT
III. Badan Daftar Badan dan Pejabat yang menempatinya No 1
Badan Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah
Ketua/Kepala Ernes Silvanus, S.Pi., MM
2 3
Badan Kepegawaian Daerah Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah
Drs. Tan Irang,M.AP Ir.Abdulfatah Zulkarnain
4
Badan Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat Badan Pemberdayaan Masyarakat Desa
Drs. Jerry Lewis F.A., M.AP
Inspektorat Badan Pengelola Kawasan Perbatasan Pedalaman Dan DaerahTertinggal
H. Saparudin,S.Sos, M.Si Drs. Udau Robinson, M.Si
5 6 7
POKJA AMPL PPSP KABUPATEN MALINAU
Ajang Kahang,S.Sos, M.Si
II -35
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MALINAU 2013
IV. Dinas Daftar Dinas dan Pejabat yang menempatinya No. 1 2 3 4
SKPD Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olah Raga Dinas Pendapatan Daerah Dinas Kesehatan Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika
1 2 3 4
5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
5 Dinas Kehutanan 6 Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil 7 Dinas Pertambangan dan Energi 8 Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UMKM 9 Dinas Tata Kota 10 Dinas Kebudayaan dan Pariwisata 11 Dinas Pertanian, Peternakan dan Perikanan 12 Dinas Pekerjaan Umum 13 Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi 14 Dinas Perkebunan
POKJA AMPL PPSP KABUPATEN MALINAU
Nama Kepala Dinas Drs.Kristian,M.Si Drs. Agustinus, M.AP dr. Victor Imanuel W, M. Si Ir. Andarias Tulak, MT Ir. Gerard Agustinus Silooy, M.Sc Drs. H. Zainal Arifin,M.AP Esly Parir,SE, M.Si Samuel Yusuf, SE., M.Si Drs. H.Edy Marwan, M.Si Drs. Tirranus Lenjau,M.AP Drh.Subono, MP (Plt) Kristian Muned,MT Drs. Yusuf Rapa,M.Si Lawing Liban,S.Sos,M.Si
II -36
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MALINAU 2013
Gambar 2.13 Struktur Organisasi Sekretariat Daerah Kabupaten Malinau
POKJA AMPL PPSP KABUPATEN MALINAU
II -37
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MALINAU 2013
BAB 3. PROFIL SANITASI KABUPATEN MALINAU Kabupaten Malinau saat ini memiliki 12 wilayah kecamatan dan 109 desa dan 3 wilayah Pemekaran Kecamatan baru. Pebahasan profil sanitasi Kabupaten Malinau saat ini memberikan gambaran kondisi sanitasi pada kawasan permukiman di Kabupaten Malinau dengan menitik beratkan pada wilayah permukiman padat yaitu di Kecamatan Malinau Kota, Malinau Selatan, Malinau Barat, Malinau Utara Dan Mentarang. Berbagai upaya telah dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Malinau, khususnya dalam menjaga kesehatan lingkungan dan masyarakat. Diantaranya adalah dengan diselenggarakannya lomba kebersihan lingkungan seperti Lomba Kampung Bersih, Lomba Lingkungan Bersih dan Sehat, Adipura, dan sebagainya. Hal tersebut salah satunya bertujuan untuk memberikan penyadaran kepada masyarakat tentang pentingnya lingkungan yang bersih dan sehat, sehingga kualitas kesehatan masyarakat dapat terjaga. Indikator yang digunakan dalam penilaian berupa indikator fisik seperti; kondisi kebersihan kawasan (jalan utama, halaman, kamar mandi, selokan), pengelolaan penanganan sampah (sarana pembuangan sampah/ bak sampah, pemilahan sampah, pengolahan sampah/3R). Berikut ini adalah gambaran profil kondisi sanitasi di Kabupaten Malinau dilihat dari subsektor sanitasinya :
3.1
Promosi Higiene dan Sanitasi Pelaksanan kegiatan Promosi higiene Dan sanitasi di Kabupaten Malinau
cukup banyak dilakukan oleh Dinas Kesehatan dan Dinas Tata Kota dimana dalam kegiatan tersebut diantaranya menyampaikan penyuluhan mengenai masalah kesehatan dan Sanitasi antara lain mengenai Prilaku Hidup Bersih Dan Sehat, Persampahan, SIAGA, dan 3R.
Gambar berikut menunjukan kegiatan kampanye
Kesehantan Dan persampahan di Wilayah perkotaan di Kabupaten Malinau
POKJA AMPL PPSP KABUPATEN MALINAU
III- 1
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MALINAU 2013
Gambar 3.1 Banner Kampanye Sanitasi Di Kabupaten Malinau
Jumlah kegiatan penyuluhan Kesehatan di Kabupaten Malinau yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Malinau dapat dilihat pada tabel 3.1 berikut ini. Tabel 3.1 Jumlah Kegiatan Penyuluhan Kesehatan Kabupaten Malinau Tahun 2012 NO KECAMATAN
1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
2 Malinau Kota Malinau Utara Malinau Barat Malinau Selatan
Mentarang Pujungan Kayan Hulu Kayan Hilir Sungai Boh Mentarang Hulu Bahau Hulu Kayan Selatan RSUD RS Mobile Dinas Kesehatan
PUSKESMAS
3 Malinau Malinau Seberang Tanjung Lapang Long Loreh Setulang Gong Solok Pulau Sapi Pujungan Long Nawang Data Dian Sungai Boh Long Berang Long Alango Long Ampung
PENYULUHAN KESEHATAN PENYULUHAN JUMLAH SELURUH KEGIATAN MASSA PENYULUHAN KELOMPOK 4 5 64 75 70 66 47 47 65 63 30 40 25 50 50 45 46 43 43 27 32 26 25 5 5 42 24 25 25
SUB JUMLAH I . 1 Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota 2 Rumah Sakit JUMLAH (KAB/KOTA) Sumber: Bidang Yankes Dinkes Kab. Malinau Tahun 2012
POKJA AMPL PPSP KABUPATEN MALINAU
564
541
564
541
III- 2
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MALINAU 2013 3.1.1 Tatanan Rumah Tangga Tata Perilaku hidup bersih dan sehat dalam rumah tangga merupakan kebutuhan utama bagi setiap manusia disamping sandang dan pangan. Rumah dikatakan sehat apabila rumah tersebut memenuhi empat kriteria dasar sanitasi yang baik, yaitu memiliki jamban yang sehat, akses air bersih, sampah dan sarana pembuangan air limbah. Kondisi sehat dapat dicapai dengan mengubah perilaku dari yang tidak sehat menjadi perilaku sehat, dan menciptakan lingkungan sehat di rumah tangga. Oleh karena itu kesehatan perlu dijaga, dipelihara dan ditingkatkan oleh setiap anggota rumah tangga serta diperjuangakan oleh semua pihak secara keseluruhan (totalitas). Dari Hasil studi EHRA melalui wawancara dengan responden, cuci tangan pakai sabun sangat di diperdulikan karena telah menjadi kebiasaan warga, mayoritas responden yang melakukan cuci tangan pakai sabun sebesar 99,5%, namun sebaliknya yang tidak menggunakan sabun di setiap cuci tangan setelah/sesudah beraktifitas memiliki persentase sebesar 0,5 %. Lihat Diagram 3.1 dibawah ini. .5
Ya Tidak
99.5
Diagram 3.1 Cuci Tangan Pakai Sabun di Lima Waktu Penting Kabupaten Malinau Tahun 2013
POKJA AMPL PPSP KABUPATEN MALINAU
III- 3
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MALINAU 2013 Sehingga sangat perlu dilakukan himbauan perilaku hidup bersih dan sehat terhadap warga terutama cuci tangan pakai sabun agar terhindar dari macam penyakit. Beberapa masalah terjadi dari hasil wawancara untuk permasalahan CTPS tersebut, ialah hanya sedikit responden melakukan banyak aktivitas tetapi tidak melakukan CPTS misalkan : setelah memegang hewan, sebelum menyiapkan makanan, sebelum menyiapi anak, setelah menyeboki anak, dan banyak lainnya. Dari hasil wawancara pada pelaksanan studi EHRA terlihat banyak pendapat dan perbedaan antar responden, yaitu persepsi muncul pada responden yang menganggap penting CTPS, dilakukan pada saat tertentu seperti pada saat sebelum makan dengan persentase sebesar 89,3%, dan setelah makan dengan persentase sebesar 79,8%. Akan tetapi aktivitas lain yaitu pada saat setelah dari buang air besar yang melakukan CTPS hanya sebesar 58%, setelah memegang hewan sebesar 43%, sebelum menyiapkan masakan sebesar 36,5%, sebelum memberi menyuapi anak sebesar 31,8%. Grafik 3.1 berikut ini menggambarkan responden waktu melakukan Cuci Tangan Pakai Sabun tersebut
Lainnya
11.0
Sebelum sholat
4.8
Setelah memegang hewan
43.0
Sebelum menyiapkan masakan
36.5
Sebelum memberi menyuapi anak
31.8
Setelah makan
79.8
Sebelum makan
89.3
Setelah dari buang air besar
58.0
Setelah menceboki bayi/anak
29.8
Sebelum ke toilet
6.0 .0
20.0
40.0
60.0
80.0
100.0
Grafik 3.1 Waktu Melakukan Cuci Tangan Pakai Sabun Kabupaten Malinau Tahun 2013
POKJA AMPL PPSP KABUPATEN MALINAU
III- 4
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MALINAU 2013 3.1.1.1
Jamban Keluarga
Jamban Keluarga (JAGA) adalah suatu sarana pelayanan sanitasi yang digunakan untuk aktivitas keluarga dalam membuang kotoran manusia . JAGA sebaiknya dibangun, dimiliki dan digunakan oleh satu keluarga dengan penempatan yang mudah terjangkau oleh penghuni rumah. Sampai saat ini, diperkirakan sekitar 47% masyarakat Indonesia masih buang air besar sembarangan, ada yang berperilaku buang air besar ke sungai, kebon, sawah, kolam dan tempat-tempat terbuka lainnya. Perilaku tersebut sangat merugikan kondisi kesehatan masyarakat, karena tinja merupakan media tempat hidupnya bakteri coli yang berpotensi menyebabkan terjadinya penyakit diare. Berdasarkan data pemeriksaan Dinas Kesehatan Kab. Malinau bahwa dari 9.154 KK yang diperiksa yang memiliki jamban keluarga yaitu 6.164 KK ini menggambarkan bahwa masih ada masyarakat yang belum memiliki jamban keluarga dan masih membuang tinja pada tempat lain ( sungai dan Kebun ).Mengingat sebagian besar masyarakat Kab. Malinau bermukim di bantaran sungai khususnya masyarakat yang ada di pedalaman yang masih memanfatkan sungai sebagai tempat BAB sekaligus untuk mandi dan mencuci sehingga berfotensi untuk menimbulkan penyakit Diare, Gatal – gatal. Dari data penyakit yang ada di semua puskesmas maka penyakit diare merupakan urutan ke Tiga dari 10 besar penyakit yang ada. Gambar 3.2 Kondisi Jamban Keluarga yang ada di Kabupaten Malinau
Berbagai alasan digunakan masyarakat untuk buang air besar sembarangan, antara lain anggapan bahwa membangun jamban itu mahal, lebih enak BAB disungai, tinja dapat langsung hanyut disungai, dan lain-lain yang akhirnya dibungkus sebagai alasan karena kebiasaan sejak dulu, sejak anak-anak, sejak nenek moyang, dan sampai saat ini tidak mengalami gangguan kesehatan. Alasan dan kebiasaan tersebut harus dirubah karena kebiasaan yang tidak mendukung pola hidup bersih dan sehat. Dipihak lain bilamana Masyarakat berprilaku Hygienis dengan membuang air besar POKJA AMPL PPSP KABUPATEN MALINAU
III- 5
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MALINAU 2013 pada tempat yang benar maka dapat mencegah dan menurunkun kasus penyakit menular seperti Diare, dengan meningkatkan akses sanitasi dasar dalam hal ini jamban keluarga dapat menurunkan penderita diare. Tinja atau kotoran manusia merupakan media sebagai tempat berkembang dan berinduknya bibit penyakit menular (missal kuman/bakteri, virus dan cacing). Apabila tinja tersebut dibuang di sembarang tempat, maka bibit penyakit tersebut akan menyebar luas ke lingkungan, dan akhirnya masuk dalam tubuh manusia, dan berisiko menimbulakan penyakit pada seseorang bahkan menjadi wabah penyakit pada masyarakat yang lebih luas. Mengingat tinja merupakan bentuk kotoran yang sangat merugikan dan membahayakan kesehatan masyarakat, maka tinja harus dikelola, dibuang dengan baik dan benar dan dibuang ke dalam suatu wadah yang disebut Jamban Keluarga. Jamban yang digunakan masyarakat bisa dalam bentuk jamban yang paling sederhana, dan murah, misal jamban cemplung, atau jamban yang lebih baik, dan lebih mahal misal jamban leher angsa dari tanah liat, atau bahkan leher angsa dari bahan keramik. Prinsip utama tempat pembuangan tinja adalah suatu wadah atau tempat yang mampu menjaga atau mencegah tinja tersebut tidak mencemari air terutama air untuk sumber air minum Dan tidak mencemari tanah. Dari hasil studi EHRA yang dilakukan maka pada Grafik 3.2 dibawah ini terilhat hasil mengenai praktik Buang Air Besar Sembarangan (BABS) beberapa responden mengakui melakukan praktek tersebut sebesar 41%, hal ini akan menimbulkan permasalahan baru yang berdampak pada lingkungan sekitar dan Perilaku hidup bersih sehat pada individu tersebut. Jika diperhatikan dari cluster secara umum sebagian tidak melakukan praktek buang air besar sembarangan akan tetapi beberapa yang melakukan BABS dan yang tertinggi terdapat di cluster 3 dengan persentase sebesar 48,3%, kemudian cluster 2 sebesar 40%, sebesar 25% responden yang melakukan BABS di cluster 4. Demikian area berisiko perilaku higiene dan sanitasi berdasarkan hasil studi EHRA di Kabupaten Malinau tahun 2013 (lihat tabel 3.2)
POKJA AMPL PPSP KABUPATEN MALINAU
III- 6
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MALINAU 2013
Kluster Desa/Kelurahan
Kab
59.0 41.0 75.0
4
25.0 Tidak 51.7
3
Ya, BABS
48.3 60.0
2
40.0 .0
20.0
40.0
60.0
80.0
Grafik 3.2 Persentase Praktik BABS di Kabupaten Malinau Tahun 2013
Tabel 3.2 Area Berisiko Perilaku Higiene dan Sanitasi Berdasarkan Hasil Studi EHRA di Kabupaten Malinau Tahun 2013 Kluster Desa/Kelurahan VARIABEL
CTPS di lima waktu penting
a. Apakah lantai dan dinding jamban bebas dari tinja? b. Apakah jamban bebas dari kecoa dan lalat? c. Keberfungsian penggelontor.
d. Apakah terlihat ada sabun di dalam atau di dekat jamban?
2
KATEGORI
Total
3
73,3
33
82,5
336
84,0
10,4
32
26,7
7
17,5
64
16,0
240
100
120
100
40
100
400
100
Tidak
104
43,3
40
33,3
9
22,5
153
38,3
Ya
136
56,7
80
66,7
31
77,5
247
61,8
240
100
120
100
40
100
400
100
Tidak
137
57,1
44
36,7
8
20,0
189
47,3
Ya
103
42,9
76
63,3
32
80,0
211
52,8
240
100
120
100
40
100
400
100
95
39,6
41
34,2
6
15,0
142
35,5
145
60,4
79
65,8
34
85,0
258
64,5
240
100
120
100
40
100
400
100
142
59,2
72
60,0
13
32,5
227
56,8
98
40,8
48
40,0
27
67,5
173
43,3
240
100
120
100
40
100
400
100
Tidak Ya
POKJA AMPL PPSP KABUPATEN MALINAU
25
%
88
Ya, berfungsi
89,6
n
%
Tidak
215
n
8
n
Ya
%
7
%
Tidak
n
4
III- 7
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MALINAU 2013 Pencemaran pada wadah penyimpanan dan penanganan air
Perilaku BABS
Ya, tercemar Tidak tercemar
Ya, BABS Tidak
3.1.1.2
67
27,9
7
5,8
2
5,0
76
19,0
173
72,1
113
94,2
38
95,0
324
81,0
240
100
120
100
40
100
400
100
96
40,0
58
48,3
10
25,0
164
41,0
144
60,0
62
51,7
30
75,0
236
59,0
240
100
120
100
40
100
400
100
Air Bersih
Air merupakan suatu unsur yang sangat penting dalam aspek kesehatan masyarakat, dimana air dapat menjadi sumber dan tempat perindukan dan media kehidupan bibit penyakit. Banyak penyakit yang terkait dengan air, baik air kotor dan bahkan air yang bersih secara fisik, seperti diare. Air dialam digunakan sebagai sumber air baku air minum bagi masyarakat. Air yang tercemar akan menyebabkan susah dalam pengolahanya, memerlukan teknologi yang kadang kadang canggih. Untuk itu air di alam harus dipelihara, dan dicegah dari pencemaran. Air bersih dan air minum harus memenuhi syarat kesehatan, baik syarat fisik, biologi maupun kimiawi. Syarat fisik dapat dibedakan melalui indera kita, seperti dapat dilihat,dirasa, dicium. Secara fisik air harus memenuhi syarat diantaranya tidak berwarna, Tidak Keruh, Tidak Berasa dan Tidak berbau. Air yang bersih dan sehat, akan memberi menfaat bagi kesehatan masyarakat,
seperti terhindar dari
gangguan penyakit diare, cholera, disentri, thypus, dan penyakit Kulit. Disamping dari aspek penyakit,air juga sangat penting untuk aspek kebersihan diri, atau hygiene perorangan. Air bersih untuk kebutuhan dapat diperoleh dari berbagai sumber. Namun seringkali sumber air bersih jauh dari lokasi tempat tinggal suatu kelompok masyarakat,sehingga
sulit
dan
membutuhkan
tenaga
dan
biaya
untuk
mendapatkannya. Sumber-sumber air tersebut adalah: • mata air • air sumur (bias sumur dalam atau sumur dangkal) • air ledeng atau perusaahan air minum • air hujan • air dalam kemasan Sumber mata air harus dilindungi dari bahan pencemar, baik cemaran fisik, cemaran biologi maupun cemaran kimiawi. POKJA AMPL PPSP KABUPATEN MALINAU
Sumur gali, sumur pompa, kran-kran
III- 8
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MALINAU 2013 umum dan juga mata air harus dijaga bangunannya agar tidak rusak, seperti lantai sumur tidak boleh retak, tidak rusak, bibir sumur diplester. Lingkungan sumber air harus dijaga kebersihannya, seprti tidak boleh untuk tempat pembuangan sampah, tidak ada genangan air. Jarak sumber air tidak boleh berdekatan dengan tangki jamban keluarga, tidak boleh ada berdekatan dengan kandang ternak. Berdasarkan hasil studi EHRA terkait dengan masalah akses air bersih masyarakat di Kabupaten Malinau dapat dilihat dari grafik 3.5.1, di dapatkan bahwa akses air bersih masyarakat di kabupaten Malinau sebagian besar adalah dari air hujan, air dari sungai dan mata air terlindungi seperti tergambar di bawah ini:
9.8 9.8 9.8 9.8 9.8
Lainnya .8 .5
Air dari waduk/danau Air dari sungai Air hujan
9.5 8.0 9.5 11.0 10.5
Mata air tdk terlindungi Mata air terlindungi 2.3 3.5 3.8 1.3 1.3 2.5 2.5 2.5 1.5 1.3 .3 .3 .3 .3 .3 .3 .3 .3 .3 .5 .8 .5 .5 .5 .5
Air sumur gali tdk terlindungi Air sumur gali terlindungi Air sumur pompa tangan Air kran umum -PDAM/PROYEK Air hidran umum - PDAM
32.836.8 33.8 28.8 25.5 37.3 34.5 36.0 33.338.5
27.0 27.0 26.8 26.8 25.0
Gosok gigi Cuci Pakaian Cuci Piring dan Gelas Masak Minum
10.3 10.5 10.8 9.0 3.3
Air Ledeng dari PDAM
.8 .3 .3 5.5
Air isi ulang Air botol kemasan
27.5
.3 2.8 .0
10.0
20.0
30.0
40.0
50.0
Grafik 3.3 Akses Terhadap Air Bersih di Kabupaten Malinau Tahun 2013 POKJA AMPL PPSP KABUPATEN MALINAU
III- 9
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MALINAU 2013
Dari gambaran Grafik 3.3 di atas bahwa akses air bersih lebih dari 25% ke atas masyarakat menggunakan air hujan, air dari sungai dan dari mata air terlindungi untuk kebutuhan air sebagai pemenuhan kebutuhan sehari-hari, baik untuk minum, masak, cuci dan gosok gigi. Sedangkan untuk pemenuhan kebutuhan air minum dan masak dapat digambarkan pada grafik 3.4 sebagian besar untuk minum dan memasak adalah air hujan sebesar 38,5% untuk kebutuhan masak dan 33,3% untuk kebutuhan air minum; air dari sungai sebesar 28,8% untuk masak dan 25,5% untuk minum sedangkan dari mata air terlindungi sebesar 26,8% untuk masak dan 25% untuk minum.
9.8 9.8
Lainnya Air dari waduk/danau
28.8 25.5
Air dari sungai Air hujan
33.3
38.5
11.0 10.5
Mata air tdk terlindungi
26.8 25.0
Mata air terlindungi Air sumur gali tdk terlindungi
1.3 1.3
Air sumur gali terlindungi
1.5 1.3
Air sumur pompa tangan
.3 .3
Air kran umum -PDAM/PROYEK
.3 .5
Air hidran umum - PDAM
.5 .5
Air Ledeng dari PDAM
Masak Minum
3.3
9.0
5.5
Air isi ulang .3
Air botol kemasan .0
27.5
2.8 5.0 10.0 15.0 20.0 25.0 30.0 35.0 40.0 45.0
Grafik 3.4 Sumber Air Minum dan Memasak di Kabupaten Malinau Tahun 2013
3.1.1.3 Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Sampah adalah limbah yang bersifat padat, terdiri dari bahan yang biasa membusuk (organic) dan tidak membusuk (anorganik) yang dianggap sudah tidak POKJA AMPL PPSP KABUPATEN MALINAU
III- 10
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MALINAU 2013 berguna lagi dan harus dikelola agar tidak membahayakan lingkungan dan masyarakat. Sampah harus dikelola dengan baik dan benar, dapat menjadi tempat perindukan vector bibit penyakit. Sampah akan menarik binatang binatang yang dikenal dalam aspek kesehatan dapat menyebarluaskan penyakit, seperti
lalat,
kecoa , tikus, dan anjing. Penyakit-penyakit yang berkaitan erat dengan sampah yang tidak dikelola dengan benar antara lain : demam berdarah, disentri, thypus. Sampah digolongkan menjadi dua jenis yaitu sampah basah (organic) dan sampah kering (non-organik). Sampah basah biasanya akan mudah mengalami pembusukan, seperti
sisa
makanan, sisa sayuran, buah-buahan, daun. Sampah
kering relative sukar dan bahkan tidak dapat mebusuk, separti kayu, sisa kertas, botol, plastic, sisa-sisa bangunan logam, kaca. Untuk pedesaan, pada umumnya sampah biasanya ditangani dengan beberapa cara, yaitu : • Dengan dibakar • Dibuang ke lubang galian • Dibuat kompos Namun dengan berkembangnya dunia usaha dan juga ilmu pengetahuan, kini sampah dapat dikelola dengan lebih menguntungkan, yaitu dengan istilah pendekatan 3R ( reduce, reuse dan recycle). Reduce, adalah upaya pengelolaan sampah dengan cara mungurangi volume sampah itu sendiri. Cara ini sifatnya lebih mengarah ke pendekatan pencegahan. Reuse, yaitu suatu cara untuk menggunakan kembali sampah yang ada, untuk keperluan yang sama atau fungsinya yang sama. Recycle, atau daur ulang, adalah pemanfaatan limbah melalui pengolahan fisik atau kimia, untuk mengahsilkan produk yang sama atau produk yang lain. Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Malinau dari 9.071 KK yang diperiksa yang memiliki tempat sampah 5.414 KK. Gambar 3.3 Kondisi Tempat Sampah Umum Yang ada di Kabupaten Malinau
POKJA AMPL PPSP KABUPATEN MALINAU
III- 11
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MALINAU 2013
Dari hasil Studi EHRA dengan 400 responden ini ditemukan bahwa dalam pengelolaan sampah di daerah Kabupaten Malinau
yang telah di kelaskan sesuai
dengan kriteria wilayah lingkungan, banyak sekali di temukan berbagai masalah pengelolaan sanitasi lingkungan, seperti pengolahan sampah rumah tangga yang dilakukan responden secara umum sampah/ barang tidak dimanfaatkan, tetapi dbuang ke suangai/kali/laut/danau dan lain-lainnya. (hasil dapat dilihat pada grafik 3.2.1)berikut ini.
Lain-lain Kab
15.5 46.0
3.0
Dibuang ke lahan kosong/kebun/hutan dan dibiarkan membusuk Dibiarkan saja sampai membusuk
26.8
7.0 .0 Kluster Desa/Kelurahan
4
15.0
.0
15.0
67.5
Dibuang ke dalam lubang tetapi tidak ditutup dengan tanah Dibuang ke dalam lubang dan ditutup dengan tanah
12.5 3
42.5
5.8
35.8
.8 19.6 2
24.2
.0 .0
Dibakar
52.9
2.1
20.0
40.0
Dibuang ke sungai/kali/laut/danau
60.0
80.0
Dikumpulkan dan dibuang ke TPS Dikumpulkan oleh kolektor informal yang mendaur ulang
Grafik 3.5 Pengelolaan Sampah Berdasarkan Cluster di Kabupaten Malinau Tahun 2013
3.1.1.4
Pengelolaan Limbah Cair Rumah Tangga
Limbah cair rumah tangga merupakan limbah yang berbentuk cair yang merupakan timbulan dari kegiatan rumah tangga. Limbah cair ini dapat berasal dari POKJA AMPL PPSP KABUPATEN MALINAU
III- 12
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MALINAU 2013 kamar mandi, peturasan, cucian barang/bahan dari dapur. Limbah cair dari kegiatan rumah tangga volumenya relative sedikit disbanding dengan luas lahan yang ada di desa tersebut. Namun demikian limbah cair tersebut tetap harus dikelola, karena kalau dibuang sembarangan akan membuat lingkungan kotor, berbau, dan mengurangi estetika dan kebersihan lingkungan. Limbah cair harus dikelola dengan baik dan benar, karena dapat menjadi tempat perindukan vector bibit penyakit .Limbah cair akan menarik binatang-binatang yang dikenal dalam aspek kesehatan dapat menyebarluaskan penyakit, seperti lalat, kecoa , tikus. Berdasarkan hasil pemeriksaan dari Dinas Kesehatan untuk pengolahan air limbah dari 8.908 KK yang diperiksa yang memiliki pengolahan limbah 4.310 KK ,dari data tersebut dapat menggambarkan bahwa masi ada masyarakat yang belum mengolah limbahnya dengan baik seperti dibuang langsung ke halaman rumah atau kolong rumah mengingat karena masih banyak masyarakat yang menggunakan rumah panggung Bersumber pada Buku Pemutahiran Data Penduduk Miskin Kabupaten Malinau tahun 2011 bahwa Fasilitas tempat buang air besar yang dimiliki suatu rumah tempat tinggal akan sangat berpengaruh terhadap derajat kesehatan penghuni rumah tersebut dan bahkan lingkungan disekitar tempat tinggalnya, demikian pula dengan pola penggunaan fasilitas tersebut. Dari tabel 3.2 berikut ini dapat dilihat Penggunaan fasilitas tempat buang air besar dari rumah tangga yang bergolongan pengeluaran menengah ke bawah, yang digunakan sendiri ada sekitar 45,77 persen, digunakan bersama sejumlah 4,08 persen, menggunakan fasilitas umum sebesar 3,94 persen, dan yang sangat mengkhawatirkan adalah ada sebanyak 46,21 persen tidak memiliki fasilitas tempat buang air besar. Tabel 3.3 Jumlah Rumah Tangga Golongan Menengah ke Bawah menurut penggunaan Fasilitas Tempat Buang Air Besar Pada 5 Kecamatan, Tahun 2011 Nama Kecamatan
Sendiri
Bersama
Umum
2
3
4
5
6
MALINAU BARAT
408
14
3
371
796
MALINAU KOTA
684
54
22
89
849
MALINAU SELATAN
251
26
50
508
835
MALINAU UTARA
564
68
10
311
953
MENTARANG
120
293
425
1
Total
8 2029
Tidak Ada Jumlah
4 173
93
1577
3864
Sumber:Analisa Pokja pada data Pemutakhiran Data Penduduk Miskin Kab. Malinau 2011
POKJA AMPL PPSP KABUPATEN MALINAU
III- 13
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MALINAU 2013 Dari hasil studi EHRA melalui
wawancara dengan responden dan hasil
pengamatan yang didapat pada saat ke lapangan tergambar dalam Diagram 3.3.2 Tempat Penyaluran Akhir Tinja di Kabupaten Malinau Tahun 2013 bahwa secara umum responden menggunakan jamban pribadi dengan persentase sebesar 70,8%, dan menggunakan MCK Umum sebesar 11% namun ada beberapa responden yang masih tidak memiliki jamban pribadi dan memilki jamban tetapi pengelolahan limbahnya yang tidak memenuhi syarat, persentase sebesar 22,8 % persen dimiliki responden yang membuang limbah domestik tersebut langsung kesungai/ pantai/ laut, dan ke lubang galian. Sedangkan, penggunaan WC Helikopter sebesar 3%, ke kebun/pekarangan sebesar 1,5%, kelubang galian sebesar 0,8% dan keselokan pari/ got sebesar 0,8%. Akan tetapi dari banyaknya penggunaan jamban pribadi hanya hampir separuhnya yang menggunakan septik tank, sebagian juga menjawab tidak tahu, sebagian kecil di buang ke cubluk/lubang tanah dan dibuang ke sungai/danau/pantai. Hal ini menjadi sebuah masalah jika saja di areal lobang gali tersebut disekitarnya terdapat sumber air, sehingga pencemaran bisa terjadi dikarenakan sumber bakteri yang berkembang biak masuk ke sumber air.
29.0 Tangki septik 51.3
Cubluk/lobang tanah Sungai/danau/pantai Tidak tahu
2.3 17.5
Diagram 3.3 Tempat Penyaluran Akhir Tinja di Kabupaten Malinau Tahun 2013
POKJA AMPL PPSP KABUPATEN MALINAU
III- 14
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MALINAU 2013 Tabel 3.4 PERSENTASE KELUARGA DENGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI DASAR MENURUT KECAMATAN DAN PUSKESMAS KABUPATEN MALINAU TAHUN 2012 NO
1
KECAMATAN
2
1 2 3 4 5 6 7
Malinau Kota Malinau Utara Malinau Barat Malinau Selatan
Mentarang
PUSKESMAS
3
Malinau Malinau Seberang Tanjung Lapang Long Loreh Setulang Gong Solok Pulau Sapi
JUMLAH (KAB/KOTA)
POKJA AMPL PPSP KABUPATEN MALINAU
JUMLAH KELUARGA 4
KELUARGA JUML AH 5
JAMBAN KELUARGA
%
JUMLAH
6
7
TEMPAT SAMPAH KELUARGA
%
JUMLAH
%
JUMLAH
%
JUMLAH
%
8
9
10
11
12
13
14
6058 2930 2522 2141
520 328 553 119
8.5837 11.195 21.927 5.5582
1370
351
25.62
793 57.88321
2220 12.939
7137 321.4865
17158
2313 1312 714 953
KELUARGA
SEHAT
38.18092 44.77816 28.31086 44.51191
441 19.06615 286 21.79878 422 59.10364 89 9.33893
441 7.27963 2 0.068259 0 0 112 5.2312
2058 466.6667 9 450 29 0 430 383.9286
265
33.4174
114 8.321168
437 383.3333
1773 24.84237
867 5.053036
3356 387.0819
III- 15
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MALINAU 2013
3.1.2 Tatanan Sekolah Salah satu cara mendapatkan sumber daya manusia yang berkualitas adalah melalui pendidikan. Pendidikan yang di maksudkan disini adalah pendidikan formal mulai dari jenjang SD sampai dengan Perguruan Tinggi. Gambar 3.4 Prasarana Pendidikan di Kabupaten Malinau
Sumber : Dinas Pendidikan Nasional Kabupaten Malinau
Fasilitas pendidikan di Kabupaten Malinau saat ini lebih terpusat di Ibukota Kabupaten, hal ini terlihat dari penyebaran fasilitas yang terbanyak terdapat di kecamatan - kecamatan yang merupakan daerah Ibukota Kabupaten seperti Malinau Kota, Malinau Utara, Malinau Barat dan Malinau Selatan. Umumnya fasilitas SD dan SMP telah diseluruh Kecamatan, hanya di Kecamatan Mentarang Hulu yang tidak memiliki fasilitas SMP. Sedangkan fasilitas pendidikan lainnya masih belum tersebar merata di seluruh Kabupaten, fasilitas Perguruan Tinggi atau Akademi belum terdapat di Kabupaten Malinau sehingga penduduk lulusan SMU /SMK yang ingin melanjutkan ke perguruan tinggi harus keluar wilayah Kabupaten seperti Tarakan atau Samarinda. Tabel 3.5 Jumlah dan Penyebaran Fasilitas Pendidikan di Kabupaten Malinau Tahun 2011 Kecamatan Kayan Hulu Sungai Boh Kayan Selatan Kayan Hilir Pujungan Bahau Hulu Malinau Kota
TK
Negeri
Swast a
SD
Negeri
Swast a
SMP
Negeri
Swast a
SMU
SMK
Negeri
Swast a
Negeri
Swast a
-
1
4
-
1
-
1
1
-
-
-
-
4
-
2
-
1
-
-
-
-
-
4
-
1
-
1
-
-
-
-
-
3
-
2
-
-
-
-
-
-
1
8
-
1
-
1
1
-
-
-
-
6
-
1
-
-
-
-
-
-
8
11
-
3
-
2
3
1
1
POKJA AMPL PPSP KABUPATEN MALINAU
III- 16
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MALINAU 2013 Kecamatan Kayan Hulu Malinau Selatan Malinau Barat Malinau Utara Mentarang Mentarang Hulu Jumlah
TK
Negeri
Swast a
SD
Negeri
Swast a
SMP Negeri
Swast a
SMU
SMK
Negeri
Swast a
Negeri
Swast a
-
1
4
-
1
-
1
1
-
-
-
2
12
-
5
-
-
1
-
-
-
1
9
-
3
-
-
-
1
1
-
3
13
-
3
-
1
-
-
-
-
1
5
-
1
-
1
1
-
-
-
1
6
-
1
-
-
-
-
-
18
85
-
24
1
7
7
2
2
-
Sumber : Dinas Pendidikan Nasional Kabupaten Malinau
Berdasarkan data dari Kabupaten Malinau Dalam Angka Tahun 2009 diketahui bahwa jumlah sekolah di Kabupaten Malinau relatif memadai bila dilihat dari jumlahnya, yaitu untuk pendidikan pra sekolah (TK) sebanyak 18 sekolah swasta, Sekolah Dasar (SD) baik negeri dan swasta sebanyak 85 sekolah Negri,
Sekolah
Menengah Pertama (SMP) berjumlah 24 sekolah negeri Dan 1 sekolah swasta), dan Sekolah Menengah Umum SMU sebanyak 7 sekolah negeri Dan 7 sekolah swasta). Sedangkan untuk Sekolah Menegah Kejuruan sebanyak 2 Sekolah Negri dan 2 Sekolah Swasta. Dari hasil survey cepat mengenai kondisi layanan sanitasi disekolah sekolah tersebut yang dilakukan oleh Pokja Sanitasi Kabupaten Malinau
diperoleh hasil
sebagai berikut: a. Sebagian besar sekolah SD yang ada di Kabupaten Malinau
belum terpisah
antara toilet untuk guru (laki-laki & perempuan) dan murid (laki-laki & perempuan). Tetapi ada beberapa sekolah yang sudah mempunyai tempat buang air kecil yang terpisah untuk guru dan murid laki-laki. b. Sebagian besar sekolah SMP, SMA, SMK sudah terpisah antara toilet untuk guru (laki-laki & perempuan) dan murid (laki-laki & perempuan). c. Ratio jumlah toilet tidak berimbang dengan jumlah murid di sekolah-sekolah tersebut. Peraturan nasional ratio pemakaian toilet untuk anak SD, SMP dan SMA adalah 1 : 40 untuk anak laki-laki dan 1 : 25 untuk anak perempuan. d. Ketersediaan air cukup baik yang bersumber dari PDAM maupun dari sumur gali. e. Sarana cuci tangan di sebagian besar sekolah sudah tersedia tetapi tidak dibarengi dengan tersedianya sabun.
POKJA AMPL PPSP KABUPATEN MALINAU
III- 17
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MALINAU 2013 f. Yang membersihkan jamban di sekolah umumnya adalah pesuruh sekolah, tapi ada juga di beberapa sekolah yang melakukannya adalah murid sekolah tersebut. g. Pengetahuan tentang hygiene dan sanitasi belum dimasukkan dalam mata pelajaran Pendidikan Jasmani. h. Pada umumnya sekolah mempunyai dana untuk pengadaan air bersih, sanitasi dan hygiene. i. Sampah hanya dikumpulkan di tempat sampah dan belum ada pemilahan dan pengolahan lanjut. j. Air limbah/kotor dari toilet dibuang ke dalam tangki septic dan air dari kamar mandi dibuang ke saluran drainase. k. Kondisi hygiene sekolah SD & MI kurang umum sehat dan kotor l. Kondisi hygiene sekolah SMP, SMA, SMK umumnya sehat dan bersih.
3.1.3 Permasalahan Mendesak Dan Issu Strategis Prohisan Permasalahan yang dihadapi di dalam promosi higiene Dan Sanitasi di kabupaten Malinau menunjukkan bahwa : 1. Masih rendahnya tingkat kesadaran masyarakat terhadap pola hidup bersih Dan sehat hal ini dapat dilihat dimana angka penderita diare masih cukup besar, untuk itu perlu dilakukan pemicuan di tingkat masyarakat mengenai pola hidup bersih Dan sehat secara terus menerus melalui program-program penyuluhan, kampanye edukasi tentang pola hidup bersih Dan sehat. 2. Masih banyaknya kasus kasus penyakit berbasis lingkungan yang diakibatkan oleh kondisi sanitasi yang kurang baik dan pola hidup masyarakat yang kurang sehat seperti yang ditunjukkan pada prilaku dibawah ini: ü Buang air bear sembarangan (BABS ü Buang Sampah sembarangan ü Masih rendahnya kesadaran pola cuci tangan pakai sabun (CTPS) ü Kebersihan jamban ü Prilaku pada penyimpanan dan penanganan air
3. Masih rendahnya dukungan media komunikasi khususnya media lokasl dalam pubilikasi dan sosialisasi promosi higiene Dan pola hidup bersih Dan sehat sehingga keterlibatan, dukungan atau kerjasama Pemerintah, masyarakat dan dunia usaha dengan media komunikasi lokal perlu untuk dikembangkan.
POKJA AMPL PPSP KABUPATEN MALINAU
III- 18
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MALINAU 2013 4. Pelaksanaan promosi kegiatan Cuci tangan pakai Sabun di tingkat PAUD hingga SMA belum dilakukkan secara intensive hal ini sangat perlu dilakukan agar pengetahuan pola hidup bersih Dan sehat dapat dimulai dari usia dini hingga dewasa.
3.2
Pengelolaan Air Limbah Domestik Limbah merupakan buangan/bekas yang berbentuk cair, gas dan padat.Air Limbah
Rumah Tangga tangga adalah limbah yang berasal dari dapur, kamar mandi, cucian, limbah bekas industri rumah tangga dan kotoran manusia. Air limbah harus dikelola untuk mengurangi pencemaran. Pengelolaan air limbah dapat dilakukan dengan membuat saluran air kotor dan bak peresapan dengan memperhatikan ketentuan sebagai berikut ; Ø
Tidak mencemari sumber air minum yang ada di daerah sekitarnya baik air dipermukaan tanah maupun air di bawah permukaan tanah.
Ø
Tidak mengotori permukaan tanah.
Ø
Menghindari tersebarnya cacing tambang pada permukaan tanah.
Ø
Mencegah berkembang biaknya lalat dan serangga lain.
Ø
Tidak menimbulkan bau yang mengganggu.
Ø
Konstruksi agar dibuat secara sederhana dengan bahan yang mudah didapat dan murah.
Ø
Jarak minimal antara sumber air dengan bak resapan 10 m. Kualitas pengelolaan air limbah domestik di Kabupaten Malinau sampai saat ini
belum memadai seperti pada sistem pembuangan black water sampai saat ini kebanyakan masih dibuang ke saluran terbuka. Hingga saat ini belum satu kecamatanpun yang menggunakan sistem Off Site System. Secara kuantitas infrastruktur pengelolaan air limbah di Kabupaten Malinau masih kurang memadai terutama di wilayah-wilayah yang agak jauh dari ibukota kecamatan, karena masih banyak masyarakat miskin yang belum memiliki fasiitas MCK sehingga masih ditemukan BABS (Buang Air Besar Sembarangan) di Sungai. 3.2.1
Kelembagaan Kegiatan pengelolaan dan pengendalian limbah cair baik yang ditimbulkan oleh
kegiatan industri maupun kegiatan rumah tangga di Kabupaten Malinau merupakan tanggung jawab dari Pemerintah kabupaten Malinau yang dikelola oleh Badan Lingkungan Hidup , Dinas Kesehatan dan Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga & Cipta Karya Kabupaten Malinau, namun kerjasama tetap diperlukan dengan instansi lain ditingkat Propinsi
POKJA AMPL PPSP KABUPATEN MALINAU
III- 19
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MALINAU 2013 Sedangkan Peraturan/kebijakan mengenai pengelolaan air limbah domestik sampai saat ini belum ada karena belum adanya koordinasi antar instansi terkait yang menangani program dan kegiatan mengenai air limbah. Ditingkat masyarakat dan dunia usaha belum ada upaya yang konsen terhadap sistem pengelolaan air limbah domestik yang memenuhi standar pelayanan penyehatan lingkungan, baik di dalam prilaku sehari-hari maupun dalam sistem kelembagaan. Dengan kedudukan kelembagaan yang masih lemah baik ditingkat masyarakat, dunia usaha dan pemerintah maka perencanaan, program atau upaya pencapaian target pengelolaan air limbah belum ada langkah-langkah konkrit, sehingga otomatis perangkat peraturan terkait pengelolaan air limbah di tingkat daerah belum tersedia. tabel 3.6 dan 3.7 dapat dilihat Peta kondisi Pemangku kepentingan dan peraturan limbah domestik sebagai berikut : .Tabel 3.6: Peta Pemangku Kepentingan dalam Pembangunan dan Pengelolaan Air Limbah Domestik PEMANGKU KEPENTINGAN
FUNGSI
Pemerintah
Swasta
Masyarakat
Tidak ada
PERENCANAAN •
Menyusun rencana program air limbah domestik dalam
Bappeda
Belum
•
Menyusun rencana anggaran program air limbah domestik
PU Cipta Karya
Belum
PENGADAAN SARANA •
Menyediakan sarana pembuangan awal air limbah domestik
Belum Ada
Belum
Tidak ada
•
Membangun sarana pengumpulan dan pengolahan awal
Belum Ada
Belum
Tidak ada
•
Menyediakan sarana pengangkutan dari tangki septik ke IPLT
Belum Ada
Belum
Tidak ada
•
Membangun jaringan atau saluran pengaliran limbah dari
Belum Ada
Belum
Tidak ada
•
Membangun sarana IPLT dan atau IPAL
Belum Ada
Belum
Tidak ada
BLHD
Belum
Tidak ada
PENGELOLAAN •
Menyediakan layanan penyedotan lumpur tinja
•
Mengelola IPLT dan atau IPAL
Belum
Belum
Tidak ada
•
Melakukan penarikan retribusi penyedotan lumpur tinja
Belum
Belum
Tidak ada
•
Memberikan izin usaha pengelolaan air limbah domestik, dan
Pemkab Malinau
Belum
Tidak ada
Melakukan pengecekan kelengkapan utilitas teknis bangunan
BLHD
Belum
Tidak ada
•
ada
(tangki septik, dan saluran drainase lingkungan) dalam PENGATURAN DAN PEMBINAAN •
Mengatur prosedur penyediaan layanan air limbah domestik
BLHD
•
Melakukan sosialisasi peraturan, dan pembinaan dalam hal Memberikan sanksi terhadap pelanggaran pengelolaan air
•
Belum
Tidak ada
PU,BLHD,Humas
Media
Tidak ada
BLHD
Belum
Tidak ada
MONITORING DAN EVALUASI •
Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap capaian target
DPU,BLHD
Belum
Tidak ada
•
Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap kapasitas
DPU,Dinas Tata
Belum
Tidak ada
•
Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap efektivitas
DPU,Dinas Tata
Belum
Tidak ada
•
Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap baku mutu air
BLHD
Media
Tidak ada
Sumber : Dinas PU Cipta Karya Kabupaten Malinau
POKJA AMPL PPSP KABUPATEN MALINAU
III- 20
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MALINAU 2013
Tabel. 3.7 Peta Peraturan Air Limbah Domestik Kabupaten Malinau Peraturan
Ketersediaan Pelaksanaan Ada Tidak Ada Efektif Belum Efektif Tidak Efektif
Keterangan
AIR LIMBAH DOMESTIK Target capaian pelayanan pengelolaan air limbah domestik di
√
Kab/Kota ini Kewajiban dan sanksi bagi Pemerintah Kab/Kota dalam penyediaan layanan pengelolaan air
√
limbah domestik Kewajiban dan sanksi bagi Pemerintah Kab/Kota dalam memberdayakan masyarakat dan badan usaha dalam pengelolaan air
√
limbah domestik Kewajiban dan sanksi bagi industry rumah tangga untuk menyediakan sarana pengelolaan air limbah domestik di tempat
√
usaha Kewajiban dan sanksi bagi kantor untuk menyediakan sarana pengelolaan air limbah domestik di tempat usaha
√
Kewajiban penyedotan air limbah domestik untuk masyarakat, industri
√
rumah tangga, dan kantor pemilik tangki Retribusi penyedotan air limbah domestik
√
Tatacara periz inan untuk kegiatan pembuangan air limbah domestik bagi kegiatan permukiman, usaha rumah
√
tangga, dan perkantoran
3.2.2
Sistem dan Cakupan Pelayanan Untuk kebutuhan sanitasi masyarakat Kabupaten Malinau belum memiliki sanitasi
terpusat, akan tetapi pada beberapa Kelurahan sudah memiliki sanitasi komunal dengan sistem MCK Plus Biogester. Sisanya menggunanan MCK atau langsung dibuang ke sungai serta di bibir pantai. Limbah cair industri (dari industri besar maupun kecil) masih sering dibuang ke lingkungan tanpa pengolahan. Pelayanan pengurasan tanki septik atau cubluk oleh Dinas terkait belum ada. Sebagian besar penduduk Kabupaten Malinau memakai fasilitas buang air besar dengan jamban leher angsa. Sementara itu masih sering dijumpai ada sebagian yang membuang limbah air mandi, cuci dan dapur langsung ke saluran drainase. Akan tetapi, kebiasaan ini tidak sesuai dengan prinsip-prinsip sanitasi yang baik. Pembuangan limbah yang dihasilkan manusia baik limbah padat maupun cair di Kabupaten Malinau, saat ini menggunakan beberapa cara seperti yang terlihat dalam diagram SSA Pengelolaan Limbah Domestik berikut ini :
POKJA AMPL PPSP KABUPATEN MALINAU
III- 21
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MALINAU 2013 Tabel 3.8 Diagram SSA Pengelolaan Limbah Domestik
Produk Input
User Interface
Penampungan Awal
Pengaliran
Pengolahan Akhir
Pembuangan/ Daur Ulang
Black Water - Tinja - Urine
WC Sentor/Duduk
- Air pembersih - Air penggelontor
Cubluk
- kertas pembersih
Tangki Septik drainage individual/komunal
drainage Sungai drainage Kolong Rumah drainage Drainage drainage
sungai sungai sungai sungai sungai
drainage
sungai
drainage drainage drainage drainage
sungai sungai sungai sungai
Grey Water Tempat cuci piring - Air bekas mandi
Kamar mandi
Kolong Rumah
buangan air cucian Tempat cuci piring - Air bekas cuci pakaian
Kamar mandi
POKJA AMPL PPSP KABUPATEN MALINAU
Langsung drainage /
III- 22
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MALINAU 2013 Tabel 3.5 Sistem pengelolaan air limbah yang ada di Kabupaten Malinau
er
:
Data
PROGRAM PERCEPATAN SANITASI PERMUKIMAN POKJA AMPL PPSP KABUPATEN MALINAU
Analisis
Pokja
Sanitasi
Kabupaten
Malina
III- 23
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MALINAU 2013 cakupan pelayanan air limbah on-site dan off site di Kabupaten Malinau didapat dari RTRW Kabupaten Malinau tahun 2007 dapat dilihat pada tabel 3.11 dan 3.12 sebagai berikut. Tabel 3.9 Cakupan Pelayanan Air Limbah On-site Kabupaten Malinau Prasarana Yang Memadai (KK) Kecamatan / Kelurahan
Jamban Tanki IPAL Keluarga Septik MCK Komunal / MCK++ dengan dengan Komunal RSH Tanki Septik Komunal 1 Malinau Kota 4,292 4885 0 6 2 Malinau Selatan 1,723 1777 0 3 Malinau Barat 2,144 2144 0 4 Malinau Utara 2,405 2405 0 5 Mentarang 1,312 1312 0 Total 11,876 12,523 6
No
Prasarana Yang Tak Memadai (KK) Tangki Septik Tidak Aman
Cubluk 587 54 44 75 11 771
BABS
3476 1568 2144 2236 879 10,303
Sumber : Analisa Pokja AMPL Kabupaten Malinau Tahun 2013 Jumlah Produksi air limbah Kabupaten Malinau diperkirakan sebesar 60% dari kebutuhan konsumsi air bersih. Sebagian masyarakat sudah melengkapi rumahnya dengan sarana pengelolaan air
limbah yaitu tangki septik.
Sebagian lagi
menggunakan saluran drainase serta sungai yang terdapat disekitar lingkungan perumahan. Saat ini belum terdapat pengelolaan air limbah domestik yang dilakukan secara terpusat. Dari hasil studi EHRA yang dilakukan dengan berdasarkan hasil wawancara dengan responden dan hasil pengamatan yang didapat pada saat ke lapangan secara umum responden menggunakan jamban pribadi dengan persentase sebesar 70,8%, dan menggunakan MCK Umum sebesar 11% namun ada beberapa responden yang masih tidak memiliki jamban pribadi dan memilki jamban tetapi pengelolahan limbahnya yang tidak memenuhi syarat, persentase sebesar 22,8 % persen dimiliki responden yang membuang limbah domestik tersebut langsung kesungai/ pantai/ laut, dan ke lubang galian. Sedangkan, penggunaan WC Helikopter sebesar 3%, ke kebun/pekarangan sebesar 1,5%, kelubang galian sebesar 0,8% dan keselokan parit/ got sebesar 0,8%.
Lihat diagaram 3.3.1 Persentase Tempat Buang Air Besar di
Kabupaten Malinau Tahun 2013 berikut ini
PROGRAM PERCEPATAN SANITASI PERMUKIMAN POKJA AMPL PPSP KABUPATEN MALINAU
III- 24
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MALINAU 2013 .8
1.5
.8
3.0
.3 Jamban pribadi MCK/WC Umum Ke WC helikopter
22.8
Ke sungai/pantai/laut Ke kebun/pekarangan
3.0
70.8
Ke selokan/parit/got
11.0
Ke lubang galian Lainnya, Tidak tahu
Diagram 3.5 Persentase Tempat Buang Air Besar di Kabupaten Malinau Tahun 2013 Akan tetapi dari banyaknya penggunaan jamban pribadi hanya hampir separuhnya yang menggunakan septik tank, sebagian juga menjawab tidak tahu, sebagian
kecil
di
buang
ke
cubluk/lubang
tanah
dan
dibuang
ke
sungai/danau/pantai. Hal ini menjadi sebuah masalah jika saja di areal lobang gali tersebut disekitarnya terdapat sumber air, sehingga pencemaran bisa terjadi dikarenakan sumber bakteri yang berkembang biak masuk ke sumber air. Diagram berikut akan memberikan gambaran presentase tempat penyaluran akhir Tinja di Kabupaten Malinau tahun 2013
29.0
Tangki septik 51.3
Cubluk/lobang tanah Sungai/danau/pantai Tidak tahu
2.3 17.5
Diagram 3.5 Tempat Penyaluran Akhir Tinja di Kabupaten Malinau Tahun 2013 Berdasarkan
hasil
pengamatan
dilapangan
serta
wawancara
dengan
responden masyarakat yang menggunakan tempat penyaluran tinja menggunakan PROGRAM PERCEPATAN SANITASI PERMUKIMAN POKJA AMPL PPSP KABUPATEN MALINAU
III- 25
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MALINAU 2013 tangki septik dengan presentase sebesar 51,3%, dibuang ke cubluk/lubang tanah sebesar 17,5%, ke suangai / danau/pantai hanya sebesar 2,3% dan dengan masyarakat yang menjawab tidak tahu dengan presentase sebesar 29% hal ini dikarenakan responden yang tidak tahu tentang pemahaman tentang tangki septik yang memenuhi syarat dan mereka memang tidak tahu di buang kemana. Dari 400 responden sebanyak 205 responden yang menggunakan septik tank maka yang sangat perlu diperhatikan jangka pengurasan septik tank tersebut. Tergambar jelas pada grafik 3.3.3. ialah responden yang tidak pernah melakukan pengurasan septik tank secara berkala, yang pada akhirnya muncul masalah baru. 2.0 3.9
1-5 tahun yang lalu Tidak pernah Tidak tahu
94.1
Grafik 3.6 Waktu Terakhir Pengurasan Tanki Septik di Kabupaten Malinau Tahun 2013 Berdasarkan hasil wawancara dengan responden menunjukan bahwa persentase terbanyak sebesar 94,1% responden mengatakan tidak pernah melakukan pengurasan terhadap septik tank yang digunakan, sekitar 3,9% yang mengatakan tidak tahu. Sebaliknya hanya 2% yang melakukan pengurasan 1-5 tahun yang lalu. Hal ini disebabkan banyaknya responden yang tidak mengetahui tentang pengurasan septik tank tersebut, serta kurangnya layanan sedot tinja sehingga masyarakat tidak mengetahui harus melakukan apa untuk pengurasan septik tank.
PROGRAM PERCEPATAN SANITASI PERMUKIMAN POKJA AMPL PPSP KABUPATEN MALINAU
III- 26
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MALINAU 2013 25.0
Dikosongkan sendiri Bersih karena banjir Tidak tahu
8.3 66.7
Grafik 3.7 Praktik Pengurasan Tanki Septik Berdasarkan Cluster di Kabupaten Malinau Tahun 2013 Berdasarkan
hasil
wawancara
dengan
responden
tentang
perlakuan
pengurasan septik tank sebesar 66,7% responden yang tidak tahu praktik pengurasan tinja tersebut, selanjutnya 25% yang melakukan pengosongan sendiri dan 8,3% bersih dikarenakan banjir. Terkait dengan hal tersebut dari hasil studi juga didapatkan pemetaan tanki septik milik responden yang digolongkan aman sebesar 78,8%, sebaliknya tanki septik responden yang tidak aman dengan persentase sebesar 21,3%.
Kluster Desa/Kelurahan
Kab
78.8 21.3 77.5
4
22.5 Suspek aman Tidak aman
77.5
3
22.5 79.6
2
20.4 .0
20.0
40.0
60.0
80.0
100.0
Grafik 3.6 Tanki Septik Suspek Aman & Tidak Aman di Kabupaten Malinau Tahun 2013 PROGRAM PERCEPATAN SANITASI PERMUKIMAN POKJA AMPL PPSP KABUPATEN MALINAU
III- 27
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MALINAU 2013
Dari hasil tersebut klaster yang tangki septik suspek aman terbanyak di klaster 2 dengan persentase sebesar 79,6%, dan sisanya 20,4% suspek tida aman. Pada klaster 3 dan 4 suspek aman sebesar 77,5% dan suspek yang tidak aman sebesar 22,5%. Tanggung jawab terhadap pembangunan fasilitas sanitasi setempat berada pada tingkat keluarga. Sedangkan pemerintah Kabupaten Malinau melalui pengelola sektor air limbah bertugas melaksanakan perencanaan, pengawasan, pengendalian, dan pemanfaatan sarana dan prasarana di bidang teknik penyehatan yang meliputi urusan-urusan air bersih, air buangan, kebersihan, pertamanan dan pemakaman. Beberapa sistem sanitasi yang berada di Kabupaten Malinau, antara lain: 1. Sanitasi Individual Di Kabupaten Malinau untuk fasilitas buang air besar (BAB) terdapat tiga jenis yaitu : a. Jamban leher angsa yang langsung menuju tangki septik. Efluen dari tangki septik dialirkan ke bidang resapan dan meresap ke dalam tanah. b. Jamban plengsengan yang langsung dialirkan ke bidang resapan. c. Jamban cubluk pribadi (cemplung terbuka). Yang berasal dari limbah rumah tangga khususnya dari WC dialirkan langsung ke bidang resapan. 2. Sanitasi Komunal (SANIMAS) Di Kabupaten Malinau terdapat fasilitas sanitasi komunal untuk keperluan buang air besar untuk pemakaian bersama (umum) dalam lingkup Kelurahan dengan asumsi 1 unit untuk 10 KK. Fasilitas sanitasi komunal dilayani dengan menggunakan MCK Plus Biogester (Mandi, Cuci, Kakus). MCK, yang dikenal sebagai WC Umum, juga dibangun di tempat umum seperti pasar dan terminal. 3. Sanitasi Terpusat (IPAL) Fasilitas pengolahan air limbah terpusat di Kabupaten Malinau pada saat ini sedang dalam tahap proses pelelangan penyusunan master plan.
Berbagai
macam kendala atau masalah terkait dengan adanya IPAL Kabupaten Malinau Adalah adanya ke khawatiran akan tercemarnya sungai oleh Black water maupun grey water dari masyarakat yang tinggal di sekitar bataran sungai.
PROGRAM PERCEPATAN SANITASI PERMUKIMAN POKJA AMPL PPSP KABUPATEN MALINAU
III- 28
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MALINAU 2013 3.2.3
Kesadaran Masyarakat dan PMHSJK Kesadaran masyarakat masih belum terbangun secara optimal, untuk turut
serta dalam pengelolaan air limbah domestik. Penanganan sub sektor limbah domestik khususnya jamban keluarga menjadi urusan masing-masing individu atau keluarga. Selain itu kurangnya sosialisasi mengenai penanganan limbah domestik yang benar yaitu mengkondisikan pengelolaan air limbah domestik yang aman sebelum dibuang ke media lingkungan sebagai kewajiban. Pola pengelolaan air limbah domestik seharusnya dijalankan oleh berbagai pihak terutama untuk lingkungan yang mempunyai kepadatan tinggi, karena sistem komunal untuk lingkungan berkepadatan tinggi merupakan solusi yang paling tepat. Target dan sasaran pelayanan diukur berdasarkan kebutuhan nyata dan mendasar dari masyarakat,disamping melakukan pengamatan langsung untuk mengetahui tingkat kesadaran dan pengertian masyarakat tentang pembuangan air limbah domestik yang sehat, kemauan dan kemampuan masyarakat untuk mengadakan serta memelihara sarana yang dibutuhkan. Diantara prasarana dan sarana sanitasi yang ada, sebagian tidak berfungsi dengan baik walaupun jamban yang dipakai telah dilengkapi dengan tangki septic. Ada pula yang memiliki jamban pribadi, yang tidak dilengkapi dengan tangki septik atau penampung air limbah/ tinja, tetapi membuang secara langsung ke badan air terbuka terdekat. Kondisi yang masih kurang layak seperti tersebut diatas masih diperparah lagi dengan masih kurangnya tingkat kesadaran masyarakat akan pentingnya sanitasi lingkungan, khususnya masalah pembuangan limbah domestik. Disamping itu, penanganan pembuangan air limbah domestik kurang mendapat dukungan dari berbagai pihak yang berkepentingan sehingga menduduki prioritas yang rendah dalam perencanaan dan pembangunan prasarana permukiman. Demikian pula halnya dengan pengelolaan dan pemeliharaan prasarana dan sarana pembuangan air limbah domestik yang telah dibangun oleh Pemerintah daerah maupun masyarakat masih belum memadai, dan peran serta masyarakat dan swasta terhadap program ini ternyata masih kurang dan belum termobilisasikan dengan baik. Beberapa peran serta masyarakat dalam pengelolaan limbah domestik saat ini antara lain : 1.
Pembuatan jamban keluarga di masing-masing rumah tangga;
PROGRAM PERCEPATAN SANITASI PERMUKIMAN POKJA AMPL PPSP KABUPATEN MALINAU
III- 29
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MALINAU 2013 2. 3. 4.
Pembuatan MCK umum yang pembangunan dan pengelolaannya oleh masyarakat; Sosialisasi melalui kelompok pengajian, rapat RT, rembug desa atau PKK untuk tidak BABS dan kampanye hidup sehat; Pembangunan resapan untuk saluran grey water.
Tabel 3.10 Jumlah Kepemilikan Jamban Sehat Menurut Kecamatan di Kab. Malinau JAMBAN NO
1
KECAMATAN
Malinau Kota
2
Malinau Utara
3
Malinau Barat
4
Malinau Selatan
KELUARGA DIPERIKSA
JUMLAH KELUARGA
PUSKESMAS
Malinau Malinau Seberang Tanjung Lapang Long Loreh
KELUARGA MEMILIKI
SEHAT
JUMLAH
%
JUMLAH
%
JUMLAH
%
6,058
2.326
38.4
2.174
93.4
1.523
70.0
2.930
1.873
63.9
1.102
58.8
825
74.9
2.352
1.078
45.8
795
73.3
461
58.0
1.165
793
68.1
635
80.1
429
67.5
5
Setulang
535
169
31.6
84
49.7
45
53.6
6
Gong Solok
416
221
53.1
221
100
131
59.3
1.370
525
38.3
130
24.8
65
50.0
61
26.9
24
39.3
7
Mentarang
Pulau Sapi
8
Kayan Selatan
Long Ampung
516
227
44.0
9
Pujungan
Pujungan
471
194
41.2
65
33.5
44
67.7
10
Kayan Hulu
Long Nawang
364
275
75.5
143
52
85
59.4
11
Kayan Hilir
Data Dian
741
360
48.6
116
32.2
56
48.3
12
Sungai Boh
Sungai Boh
561
561
100
363
64.7
120
33.1
13
Mentarang Hulu
Long Berang
227
277
100
26
7.2
12
60
14
Bahau Hulu
Long Alango
338
275
81.4
143
52.0
55
38.5
67.3
3.875
62.9
JUMLAH (KAB/KOTA)
18.289
9.154
50.1
6.164
Sumber Data: Dinas Kesehatan tabel 66. Th 2012 Tabel 3.11. Jumlah Rumah Tangga Golongan Menengah ke Bawah menurut penggunaan Fasilitas Tempat Buang Air Besar dan Kecamatan, Tahun 2011 Nama Kecamatan
Sendiri
Bersama
Umum
Tidak Ada
Jumlah
2
3
4
5
6
Bahau Hulu
8
2
51
49
110
Kayan Hilir
12
14
27
118
171
Kayan Hulu
27
2
23
64
116
Kayan Selatan
29
2
103
134
Malinau Barat
408
14
3
371
796
Malinau Kota
684
54
22
89
849
1
PROGRAM PERCEPATAN SANITASI PERMUKIMAN POKJA AMPL PPSP KABUPATEN MALINAU
III- 30
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MALINAU 2013 Nama Kecamatan
Sendiri
Bersama
Umum
Tidak Ada
Jumlah
Malinau Selatan
251
26
50
508
835
Malinau Utara
564
68
10
311
953
Mentarang
120
8
4
293
425
Mentarang Hulu
8
90
98
Pujungan
60
135
195
Sungai Boh
37
7
98
142
Total
2208
197
190
2229
4824
Persentase
45.77
4.08
3.94
46.21
100
Sumber data: Pemutakhiran Data Penduduk Miskin Kab. Malinau 2011
3.2.4
“Pemetaan” Media Sanitasi dan kepedulian masyarakat tidak dapat lepas dari komunikasi dimana
dalam komunikasi terdapat pengirim pesan (komunikator), media / saluran komunikasi, pesan yang ingin disampaikan, alat / tools komunikasi yang digunakan serta sasaran komunikasi (komunikan). Untuk itu perlu dilakukan studi komunikasi dan pemetaan media yang merupakan salah satu studi yang harus dilakukakan oleh pokja Sanitasi Kabupaten Malinau sebagai peserta PPSP tahin 2013 dalam rangka melengkapi data untuk buku putih yang diharapkan dapat menyediakan semua informasi, termasuk mengenai media yang ada dan referensi media masyarakat. Tujuan dari Studi komunikasi dan pemetaan media adalah : 1.
Mengetahui pengalaman-pengalaman dan kapasitas pemerintah kota dalam menyelenggarakan kegiatan-kegiatan pemasaran sosial termasuk disini adalah media yang digunakan, jenis kegiatan, isu-isu yang diangkat, khalayak sasaran dan catatan pembelajaran.
2.
Mengetahui pandangan media massa terhadap isu-isu yang diangkat oleh pemkab dan PPSP serta peluangpeluang kerjasama dengan media massa.
3.
Mengetahui pola pencarian informasi rumah tangga terkait dengan isu-isu kesehatan dan isu sosial lainnya.
4.
Mendapatkan informasi mengenai konsumsi dan preferensi media dan kegiatankegiatan kemasyarakatan khalayak yang potensial menjadi saluran komunikasi isu-isu sanitasi.
PROGRAM PERCEPATAN SANITASI PERMUKIMAN POKJA AMPL PPSP KABUPATEN MALINAU
III- 31
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MALINAU 2013 Adapun hasil dari studi ini nantinya akan digunakan sebagai : 1.
Sebagai dasar perencanaan media untuk kampanye kepedulian sanitasi.
2.
Media belajar bersama, khususnya bagi pokja sanitasi untuk kegiatan sejenis dimasa mendatang.
3.
Terinformasinya program pembangunan sanitasi kab/kota, PPSP dan pokja sanitasi kab/kota kepada nara sumber yang diwawancarai. Pada kesempatan tahun ini studi komunikasi Dan media di kabupaten Malinau
belum dapat dilakukan secara maksimal, namun demikian identifikasi kegiatan komunikasi secara umum maupun untuk pengolahan air limbah domestik, dapat dilihat pada tabel. 3.12 Tabel 3.12. Kegiatan komunikasi air limbah yang ada di Kabupaten Malinau No
Kegiatan
Tahun
Dinas pelaksana
Tujuan kegiatan
Khalayak sasaran
Menyebarluaskan informasi Dialog pentingnya Masyarakat 1 Interaktif 2012 Dishubkominfo sanitasi yang Luas Radio baik melalui media radio. Sumber : Dishubkominfo Kabupaten Malinau
Pesan kunci
Sanitasi yang baik harus didukung infrastruktur yang baik.
Tabel 3.13: Media komunikasi yang ada di Kabupaten Malinau Nama Jenis Isu yang No Pesan Kunci Pendapat Media Media Acara Diangkat Kebersihan Keterlibatan Sanitasi Masyarakat dalam Positif Kaltim lingkungan Mass kedalamannya 1. Perbaikan Media penunjang Post memadai Infrastruktur Program Green & Sanitasi ( Selokan) Clean Positif sangat mendalam dan partisipatif Mendorong Radar Mass 2. PHBS Pentingnya Budaya Positif Tarakan Media Bersih & Sehat Sangat mendalam dan Partisipatif Sumber : Dishubkominfo Kabupaten Malinau
PROGRAM PERCEPATAN SANITASI PERMUKIMAN POKJA AMPL PPSP KABUPATEN MALINAU
III- 32
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MALINAU 2013 3.2.5
Partisipasi Dunia Usaha Partisipasi dunia Usaha khususnya dalam pengolahan limbah domestik di
Kabupaten Malinau belum menjadi ketertarikan, hal ini disebabkan pengolahan limbah domestik di Kabupaten Malinau masih dalam proses perencanaan dari Pemerintah Daerah. Namun demikian melalui Pokja Sanitasi akan melibatkan dunia usaha untuk ikut berperan aktif nantinya dalam pengolahan air limbah domestik di Kabupaten Malinau.
3.2.6
Pendanaan dan Pembiayaan Anggaran tahunan Pemerintah Kabupaten Malinau dalam pengelolaan air
limbah masuk didalam program kegiatan sanitasi lingkungan, sedangkan untuk pengelolaan limbah terpusat saat ini sedang dalam proses perencanaan saja, sehingga belum ada anggaran yang mengarah pada pengelolaan limbah terpusat. 3.2.7
Permasalahan mendesak dan isu strategis Untuk menunjang pelayanan air limbah di Kabupaten Malinau, upaya-upaya
pengembangan dengan rencana kegiatan sebagai berikut : 1. Arahan Pengembangan Sanitasi Individual Arahan pengembangan sanitasi individual dilakukan pada tiap-tiap Kelurahan yang ada di Kabupaten Malinau khususnya pada kawasan permukiman pusat kegiatan. Pengembangan ini dilakukan dengan peningkatan akses pelayanan dan peningkatan prasarana dan sarana pendukung guna pengelolaan air limbah permukiman. 2. Arahan Pengembangan Sanitasi Komunal MCK Plus Arahan pengembangan sanitasi komunal ini dilakukan pada kawasan-kawasan permukiman pesisir. hal ini dilakukan mengingat kondisi sanitasi yang ada sebagian besar tidak layak sehingga limbah air langsung dibuang ke bawah tanah, rawa-rawa badan air tanpa pengelolahan sehingga limbahnya mencemari rawa-rawa atau pantai. Sehingga kampung menjadi tidak sehat dan bau. 3. Arahan Pengembangan Fasilitas Sanitasi IPAL Fasilitas pengolahan air limbah secara terpusat di Kabupaten Malinau perlu dibangun. Saat ini IPAL yang ada di Kabupaten Malinau baru 1 ( Satu ) yaitu IPAL RSU Kabupaten Malinau. Berbagai macam kendala atau masalah terkait dengan adanya IPAL tersebut yaitu : PROGRAM PERCEPATAN SANITASI PERMUKIMAN POKJA AMPL PPSP KABUPATEN MALINAU
III- 33
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MALINAU 2013 -
Masih minim SDM yang tersedia baik secara Kualitas maupun kwantitas.
-
Masih terbatasanya daya listrik yang terdia.
-
Masih rendahnya Sosialisasi mengenai IPAL ke Masyarakat
Sedangkan untuk sasaran pengelolaan prasarana dan sarana air limbah untuk kedepannya meliputi : 1. Penanganan air limbah komunal dengan sistem MCK Plus Biogester, septik tank komunal dan IPAL komunal. 2. Jangka panjangnya dengan penyediaan IPLT dan IPAL terpusat di Kabupaten Malinau. Untuk pembuangan air buangan (air cucian atau mandi) pada sistem individual dapat menggunakan SPAL (Sarana Pembuangan Air Limbah). Dalam sistem SPAL ini, air buangan dimasukkan ke dalam galian tanah yang diperlengkapi fasilitas penyaringan, seperti ijuk. Dengan adanya SPAL dan septik tank, maka saluran drainase yang ada hanya akan digunakan untuk mengalirkan air hujan. Terdapat dua jenis sistem yang dapat digunakan dalam penyaluran air limbah, yaitu combined dan separate system. Combined system menggunakan satu jaringan air limbah dan air hujan, sedangkan separate system memisahkan jaringan air limbah dan air hujan. Adapun rumusan masalah dalam pengelolaan prasarana dan sarana air limbah adalah sebagai berikut : a. Sanitasi individual belum sepenuhnya terpenuhi khususnya pada kawasan Perkotaan sebagian besar masyarakat yang ada di pinggiran Sungai, yang tersebar di Kabupaten Malinau lebih banyak melakukan kegiatan MCK di bibirbir sungai. Kondisi ini menyebabkan pencemaran lingkungan sungai terutama ketika musim hujan. b. Belum tersedianya fasilitas sanitasi terpusat berupa IPAL. Untuk rencana jangka penjangnya
akan
dilakukan
peningkatan
kinerja
terhadap
IPAL
RSUD
Kab.Malinau yang berada di Kecamatan Malinau Utara . c. Kesadaran masyarakat akan kebersihan lingkungan masih kurang. Hal ini terutama
karena
berbagai
keterbatasan
yang
dimiliki
terutama
pada
masyarakat kawasan di sekitar pinggiran sungai
PROGRAM PERCEPATAN SANITASI PERMUKIMAN POKJA AMPL PPSP KABUPATEN MALINAU
III- 34
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MALINAU 2013 Diperkirakan besarnya produksi limbah di Kabupaten Malinau adalah sebesar 0.15 % dari besarnya kebutuhan (konsumsi) air bersih. Terdapat dua alternatif yang dapat dikembangkan dalam upaya pembuangan air limbah, yaitu penggunaan sistem individual dengan menggunakan septic tank atau sistem komunal dengan menggunakan jaringan. Namun kedua jenis prasarana ini membutuhkan Instalasi Pengolahan Air limbah (IPAL). Jenis sistem yang dipilih, komunal atau individual, tergantung pada kemampuan keuangan pemerintah dan topografi. Dalam sistem individual, selain dibutuhkan IPAL, juga diperlukan mobil-mobil pengangkut (tanki tinja). Tabel 3.14 Permasalahan dan Penanganan Air Limbah Kabupaten Malinau No
Aspek Pengelolaan Air Limbah
Permasalahan yang dihadapi
A
Kelembagan
Belum ada pihak Yang menangani
Bentuk Institusi
• belum Jelas Sektoral Pelaksana Tugas •
Dasar hukum pembentuka n institusi
-
SDM
Belum adanya petugas Pengelolaan Air Limbah
Teknis Operasional : Perencanaan Ketersediaan dokumen perencanaan (master plan, FS, DED)
Pembanguna n baru
-
Tindakan Pelaksanan Telah
Sedang
Bag. Ortala
-
Penambahan Pegawai
DPU
Penyusunan DED Pengelolaan Air Limbah Perkotaan Terpadu
DPU
- Sist.drainase Kawasan
DPU
-
Kuantitas dan kualitas pegawai terbatas
-
Sosialisasi
-
Penyusun an DED Sanimas
Belum direncanakan -
• Jamban Keluarga dan Septi tank
BLHD/Tata Kota
Penyusunan Perbub
-
Muka air tanah Kondisi areal ratarata Tanah Rawa
Proses Perencanaan
Juknis dari Kementri an
-
-
Penanggung Jawab
DPU
-
-
Rencana
Pembentukan Sektor berupa UPT Penanganan Air Limbah
minimnya pemahaman Pengelolaan Air Limbah
- Belum Ada dokumen perencanaan (Master plan, FS Dan DED) -
Sanitasi Sistem Onsite
Keterangan
-
Muka air tanah
Masih bersifat tradisonal
PROGRAM PERCEPATAN SANITASI PERMUKIMAN POKJA AMPL PPSP KABUPATEN MALINAU
-
Pembang unan Sarana Air limbah:Dr ainase,MC K dan Bak
DPU
III- 35
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MALINAU 2013 Kontrol
• PS Sanitasi berbasis masyarakat
• Truck Tinja
• IPLT
-
-Belum tersedia
- Belum tersedia
-
-
-
-
DPU
-
-
-
Pengadaan Mobil Tinja
DPU
-
-
-
Sosialisasi
DPU
Rehabilitasi dan Peningkatan Kapasitas :
-
-
-
-
-
-
• Truck Tinja
-
-
-
-
-
-
Belum tersedia
-
-
-
-
-
Operasional dan Pemeliharaan
-
-
-
-
-
-
• Truck Tinja
Belum tersedia
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Sosialisasi
DPU
-
-
• IPLT, dll
• IPLT, dll
Sanitasi sistem Offsite
Pembanguan Baru :
- Ketersediaan Lahan dan tinggihnya air tanah -
-
-
• Sambungan rumah
• Sitem jaringan pengumpul
• Sistem sanitasi
Tidak optimal
Belum pernah di Sosialisasika n
-
PROGRAM PERCEPATAN SANITASI PERMUKIMAN POKJA AMPL PPSP KABUPATEN MALINAU
-
-
-
-
III- 36
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MALINAU 2013 berbasis masyarakat
• IPAL, dll
Rehabilitasi dan Peningkatan Kapasitas • Sitem jaringan pengumpul • IPAL Operasi dan Pemeliharan : • Sitem jaringan pengumpul • IPAL Pembiayaan • Sumbersumber pembiayaan • Alokasi APBD • Tarif retribusi • Mekanisme penarikan retribusi • Realisasi penerimaan retribusi, dll
- Masih skala Mikro dan ketersediaan lahan
-RT18,14 dan 15 Desa Malinau Kota
-
-
-
-
Belum ada
-
-
-
-
-
Belum ada
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Belum ada
-
-
-
-
- Masyarakat dan KSM
Belum ada -
-
-
-
-
-
Belum ada -
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
- DAK dan APBD
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
S
Peraturan/Pe rundangan • Kelayakan pakai • Penerapan sanksi, dll Peran serta Masyarakat dan Swasta
• Kampanye/ Penyuluhan
• Keterlibata n swasta • Partisipasi aktif masyarakat
BKM ,Sanimas dan PNPM
- Belum ada
-
AdaKetergantungan pada pemerintah
-
-
Sosialisasi
DPU
-
-
-
Sosialisasi
DPU
-
-
-
Sosialisasi
DPU
Sumber : RTRW Kabupaten Malinau Tahun 2007 (Diisi dengan data tahun 2008)
PROGRAM PERCEPATAN SANITASI PERMUKIMAN POKJA AMPL PPSP KABUPATEN MALINAU
III- 37
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MALINAU 2013 Tabel 3.15 Alternatif Pemecahan Masalah Pengelolaan Air Limbah Aspek Pengelolaan Air Limbah Kelembagan :
No A
• Bentuk Institusi
Teknis
Alternatif-1 Manfaat
Biaya
Teknis
Alternatif -2 Manfaat
Biaya
Pemisahan sector PLP berupa UPT
Penanganan lebih focus
Tinggi
Penguatan Institusi
Pembagian tugas fokus
Sedang
Penambahan pegawai
Memadai, paham tupoksi
Tinggi
Rotasi pegawai
Pemahaman tigas baik
Sedang
Master Plan FS, DED 3 IPLT
Penanganan Pencemaran Sungai Dan Tanah
Sedang
Sosialisasi perubahan cubluk jadi ST
Reduksi pencemaran tanah
Sedang
Stimulasi biaya perubahan cubluk
Replikasi teknologi di tempat lain
Tinggi
• Dasar hukum pembentukan institusi • SDM B 1 2 2.a
Teknis Operasional : Perencanaan Ketersediaan dokumen perencanaan (master plan, FS, DED) Sanitasi Sistem On-site Pembangunan baru MCK Jamban Keluarga dan Septi tank
2.b
2.c
3 3.a
Septi tank komunal • PS Sanitasi berbasis masyarakat • Truck Tinja • IPLT Rehabilitasi dan Peningkatan Kapasitas : Truck Tinja • IPLT, dll Operasional dan Pemeliharaan Truck Tinja • IPLT, dll Sanitasi sistem Offsite Pembanguan Baru : • Sambungan rumah
PROGRAM PERCEPATAN SANITASI PERMUKIMAN POKJA AMPL PPSP KABUPATEN MALINAU
III- 38
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MALINAU 2013
3.b
3.c
C
• Sitem jaringan pengumpul • Sistem sanitasi berbasis masyarakat • IPAL, dll Rehabilitasi dan Peningkatan Kapasitas • Sitem jaringan pengumpul • IPAL Operasi dan Pemeliharan : • Sitem jaringan pengumpul • IPAL Pembiayaan • Sumber-sumber pembiayaan •
Alokasi APBD
• Tarif retribusi • Mekanisme penarikan retribusi
Studi Keuangan
Peningkatan Kinerja
Sedang
Studi kelayakan investasi
Peningkatan retribusi
Sedang
• Realisasi penerimaan retribusi, dll D.
E
Peraturan/Perundangan •
Kelayakan pakai
•
Penerapan sanksi, dll
Peran serta Masyarakat dan Swasta • Kampanye/Penyuluha n • Ketertiban swasta • Partisipasi aktif masyarakat
PROGRAM PERCEPATAN SANITASI PERMUKIMAN POKJA AMPL PPSP KABUPATEN MALINAU
III- 39
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MALINAU 2013
Tabel 3.16 Kebutuhan Pengembangan Pengelolaan Prasarana Sarana Air Limbah No A
Aspek Pengelolaan Air Limbah Kelembagan : •Bentuk Institusi
Kondisi Saat Ini Tahun 2012 Belum Ada Sudah ada, belum optimal
Kondisi Akhir PJM Tahun 2013 Belum Ada
Keterangan Berbetuk UPT khusus PAL
•Dasar hukum pembentukan institusi •SDM B 1 2 2.a
Teknis Operasional : Perencanaan Ketersediaan dokumen perencanaan (master plan, FS, DED) Sanitasi Sistem On-site Pembangunan baru • MCK • Jamban Keluarga dan Septi tank
2.b
2.c
3 3.a
• Septi tank komunal •PS Sanitasi berbasis masyarakat •Truck Tinja •IPLT Rehabilitasi dan Peningkatan Kapasitas : • Truck Tinja •IPLT, dll Operasional dan Pemeliharaan • Truck Tinja •IPLT, dll Sanitasi sistem Off-site Pembangunan Baru : • Sambungan rumah •Sitem jaringan pengumpul •Sistem sanitasi berbasis masyarakat
3.b
3.c
C
•IPAL, dll Rehabilitasi dan Peningkatan Kapasitas •Sitem jaringan pengumpul •IPAL Operasi dan Pemeliharan : •Sitem jaringan pengumpul •IPAL Pembiayaan •Sumber-sumber pembiayaan •Alokasi APBD •Tarif retribusi •Mekanisme penarikan retribusi •Realisasi penerimaan
PROGRAM PERCEPATAN SANITASI PERMUKIMAN POKJA AMPL PPSP KABUPATEN MALINAU
Kurang Memadai
Memadai dari segi jumlah
Memadai dari segi jumlah dan kualitas
Kontruksi ST banyak yang belum benar
TS Biofilter (modifikasi)
- Optimal didaerah perkotaan
Berbentuk KSM
Belum Ada
Belum ada Belum ada Kontruksi ST banyak yang belum benar
Belum Ada Belum Ada Belum Ada Belum Ada Belum Ada Belum Ada Ada
-Sudah ada tetapi belum optimal Belum Ada
Belum Ada
Belum Belum Belum Belum Belum Belum
Belum Belum Belum Belum Belum Belum
Ada Ada Ada Ada Ada Ada
Ada Ada Ada Ada Ada Ada
Belum Ada
Belum Ada
Belum Ada Belum Ada
Belum Ada Belum Ada Belum Ada
Belum Ada
Belum Ada
DAK dan APBD II
III- 40
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MALINAU 2013
No D.
E
Aspek Pengelolaan Air Limbah retribusi, dll Peraturan/Perundangan •Kelayakan pakai •Penerapan sanksi, dll Peran serta Masyarakat dan Swasta •Kampanye/Penyuluhan •Ketertiban swasta •Partisipasi aktif masyarakat
Kondisi Saat Ini Tahun 2012
Kondisi Akhir PJM Tahun 2013
Keterangan
Sudah Ada
Belum Terorganisasir Belum Ada Belum Ada Belum Ada
KSM,BKM dan PNPM Belum Ada Belum Ada Belum Ada
Sanimas dan PNPM
Sumber : Hasil Rapat Koordinasi Pokja AMPL Tahun 2013
Untuk menentukan sistem yang dipilih, maka pola distribusi hujan sepanjang tahun harus diketahui. Apabila hujan hanya terkonsentrasi pada bulan-bulan tertentu, maka separate system lebih ekonomis untuk digunakan. Di Kabupaten Malinau, hujan tejadi sepanjang tahun, tetapi intensitas yang tinggi terjadi pada bulan Maret, dan Desember. Curah hujan yang paling tinggi terjadi pada bulan Maret. Untuk Kabupaten Malinau sistem yang digunakan akan lebih ekonomis apabila sifatnya terpisah. Sistem individual ini juga lebih feasible dari segi lingkungan, karena apabila air kotor dan lumpur tinja, serta drainase digabungkan dalam satu saluran, maka volume air limbah akan sangat besar dan memerlukan instalasi pengolahan yang cukup luas. Instalasi yang cukup luas ini sebaiknya diletakkan di dekat badan air, seperti di sungai, sementara itu kawasan pesisir dan bantaran sungai tidak cukup luas untuk mengembangkan sistem ini. Selain itu, topografi Kabupaten Malinau juga berbukit-bukit, sehingga pengaliran air limbah dengan menggunakan jaringan akan memerlukan pemompaan dengan konsekuensi biaya yang cukup tinggi.
3.3
Pengelolaan Persampahan Pengelolaan sampah di Kabupaten Malinau saat ini masih dalam lingkup yang terbatas, yaitu pada lingkup wilayah yang meliputi Kecamatan Malinau Barat, Kecamatan Malinau Kota dan Kecamatan Malinau Utara. Jumlah armada pengangkut sampah yang beroperasi saat ini adalah 3 unit kendaraan truk yang mengangkut sampah 1 trip setiap harinya. Lokasi pembuangan sampah akhir (TPA) terletak di Kecamatan Malinau Utara tepatnya di Desa Kelapis yang berjarak ± 10 km dari pusat kegiatan di Kecamatan Malinau Kota, dengan luas areal ± 5 ha.
PROGRAM PERCEPATAN SANITASI PERMUKIMAN POKJA AMPL PPSP KABUPATEN MALINAU
III- 41
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MALINAU 2013 Tabel 3.17 Sarana dan Prasarana Persampahan yang ada No
Pengelolaan Prasarana/Sarana
Satuan
Volume (Unit)
Kapasitas
Tahun Pengadaan
Kondisi
1
Pewadahan : Bin/Tong Sampah
Unit
25
2M3
2003
Baik
2
Pengumpulan : a. Gerobak sampah b. Becak Sampah c. Gerombak motor
Unit
-
-
-
-
3
Penampungan Sementara : a. Transfer depo b. Container c. Transfer Station d. Pasangan batu/ landasan container
Unit
-
-
-
-
4
Pengangkutan : a. Dump truck b. Arm Roll Truck c. Compactor truck d. Truck
Unit
5
Pengolahan : a. Pengomposan b. Daur ulang c. Incinetor
Unit
-
M2 Unit KM
11 Ha 1 Unit 10 Km
6
5
18 m³
2000 - 2003
-
-
Baik
-
Pembuangan Akhir : a. Luas area b. Alat berat c. Jarak dari pusat kota
-
2007 2000 -
Baik Baik Baik
Sumber : RTRW Kabupaten Malinau Tahun 2012 - 2032)
Gambar 3.6 Lokasi Pembuangan Sampah di Sempayang , Kecamatan Malinau Barat
Sumber : Dinas Tata Kota Kab.Malinau
PROGRAM PERCEPATAN SANITASI PERMUKIMAN POKJA AMPL PPSP KABUPATEN MALINAU
III- 42
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MALINAU 2013 3.3.1 Kelembagaan Pengelolaan persampahan Kabupaten Malinau saat ini berada dibawah Kantor Dinas Kota . Penetapan pengelola tersebut berdasarkan Peraturan Bupati Kabupaten Malinau Nomor 18 Tahun 2008 Tentang Pembentukan Organiasasi dan Tata Kerja Dinas Tata Kota Berdasarkan susunan organisasi tersebut, maka pelaksana teknis operasional pengelolaan persampahan Kabupaten Malinau berada dibawah Seksi Kebersihan. Institusi
lainnya
persampahan
yang
Kelompok
ikut
serta
Masyarakat
bertanggung (Pokmas)
jawab yang
pada
pengelolaan
melaksanakan
proses
pengumpulan sampah pada permukiman yang belum mendapat pelayanan langsung dari kantor kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Malinau. Pokmas tersebut melaksanakan pengumpulan sampah dari rumah tangga dengan menggunakan gerobak dan mengangkutnya ke tepi jalan yang akan dilalui truk pengangkut sampah. Pembentukan organisasi dan tata kerja organisasi Pengelola Kebersihan Kabupaten Malinau diatur pada perbub Nomor 18 Tahun 2008. Berdasarkan Perbub tersebut, maka institusi pengelola keberihan Kabupaten Malinau adalah Dinas Tata Kota
Kabupaten Malinau. Kantor Kebersihan dan Pertamanan
Kabupaten Malinau bertanggung jawab untuk melaksanakan pengelolaan sampah Kabupaten
Malinau,
sekaligus
juga
melaksanakan
kegiatan
pengelolaan
pertamanan dan pemakaman. Susunan organisasi Kantor Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Malinau terdiri atas : 1. Kepala Dinas; 2. Sekertariat membawahkan : a. Kassubag. Sungram; b. Kassubag.Umum dan Kepegawaian c. Kassubag. Keuangan. 3. Bidang Tata Kota : a. Kasi Tata Ruang; b. Kasi Pengawasan dan Pelayanan Rekomendasi Penerbitan IMB 4. Bidang Kebersihan dan Pasar : a. Kasi Pasar; b. Kasi Kebersihan; dan c. Kasi Pengelolaan Sampah. 5. Bidang PMK , Pemakaman dan Pertamanan : a. Kasi PMK; b. Kasi Pemakaman; dan c. Kasi Pertamanan. PROGRAM PERCEPATAN SANITASI PERMUKIMAN POKJA AMPL PPSP KABUPATEN MALINAU
III- 43
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MALINAU 2013 6. Jabatan Fungsional 7. Bagan struktur jabatan Organisasi SKPD Dinas Tata Kota sebagaimana tersebut dalam lampiran ini Peraturan Daerah ini dan merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan Gambar 3.7 Struktur Organisasi Dinas Tata Kota Kabupaten Malinau
Gambar 7.1 Struktur Organisasi Dinas Tata Kota Kabupaten Malinau
Tabel.3.18 Peta Pemangku Kepentingan dalam Pembangunan dan Pengelolaan Persampahan Fungsi PERENCANAAN • Menyusun Target Pengelolaan Sampah skala Kabupaten • Menyusun rencana Program persampahan dalam rangka pencapaian target • Menyusun Rencana Anggaran program persampahan dalam rangka pencapaian target PENGADAAN SARANA • Menyediakan sarana pewadahan sampah di sumber sampah
PROGRAM PERCEPATAN SANITASI PERMUKIMAN POKJA AMPL PPSP KABUPATEN MALINAU
Pemangku Kepentingan Pemerintah Swasta Masyarakat Kabupaten Bappeda
-
-
Dinas Tata Kota
-
-
Dinas Tata Kota
-
-
Dinas Tata Kota
Bank BPD
-
III- 44
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MALINAU 2013
• Menyediakan sarana pengumpulan (pengumpulan dari sumber sampah ke TPS) • Membangun sarana tempat penampungan sementara • Membangun sarana pengangkutan sampah dari TPS ke tempat Tempat Pembuangan Akhir (TPA) • Membangun Sarana TPA • Menyediakan Sarana Komposting PENGELOLAAN • Mengumpulkan sampah dari sumber ke TPS • Mengelola sampah di TPS • Mengangkut sampah dari TPS ke TPA • Mengelola TPA • Melakukan Pemilhan Sampah • Melakukan penarikan retribusi sampah • Memberikan izin usaha pengelolaan sampah • PENGATURAN DAN PEMBINAAN • Mengatur prosedur penyediaan layanan sampah (jam Pengangkutan, oersonil, Peralatan, dll) • Melakukan sosialisasi peraturan, dan pembinaan dalam hal pengelolaan sampah • Memberikan sanksi terhadap pelanggaran pengelolaan sampah Monitoring dan EValuasi • Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap capaian target pengelolaan sampah skala kabupaten • Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap kapasitas infrastruktur sarana pengelolaan persampahan • Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap efekifitas layanan persampahan, dan atau menampung serta keluhan atas layanan persampahan
Dinas Tata Kota
-
-
Dinas Tata Kota
-
-
Dinas Tata Kota
-
-
Dinas Tata Kota Belum Ada
-
-
-
-
Dinas Tata Kota
-
-
Dinas Tata Kota
-
-
Dinas Tata Kota
-
-
Dinas Tata Kota
-
-
Belum Ada
-
-
Belum Ada
-
-
Dinas Tata Kota
-
-
Dinas Tata Kota
-
-
Dinas Tata Kota
-
-
Dinas Tata Kota
-
-
Dinas Tata Kota
-
-
Dinas Tata Kota
-
-
Dinas Tata Kota
-
-
Tabel. 3.19 Peta Peraturan Pengelolaan Sampah Kabupaten Malinau Peraturan
Ketersediaan Pelaksanaan Ada Tidak Ada Efektif Belum Efektif Tidak Efektif
Keterangan
Persampahan Target Capaian Pelay anan Pengelolaan Persampahan di kabupaten Malinau
√
√
Kewajiban dan sanksi bagi pemerintah Malinau dalam memberday akam masy arakat dan badan usaha dalam pengelolaan sampah Kewajiban dan sanksi bagi masy arakat untuk mengurangi sampah meny ediakan tempat sampah di hunian rumah, dan membuang ke TPS
√
√
√
√
Pembagian kerja pengumpulan sampah dari sumber ke TPS, dari TPS ke TPA pengelolaan di TPA dan Peraturan waktu pengangkutan smpah dari TPS ke
√
√
√
√
√
√
TPA Kerjasama pemerintah Kabupaten Malinau dengan swasta atau pihak lain dalam pengelolaan sampah Retribusi layanan persampahan Tatac ara perizinan untuk kegiatan pembuangan sampah bagi kegiatan permukiman, usaha rumah tangga,
√
√
dan perkantoran
PROGRAM PERCEPATAN SANITASI PERMUKIMAN POKJA AMPL PPSP KABUPATEN MALINAU
III- 45
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MALINAU 2013 3.3.2 Sistem dan Cakupan Pelayanan Daerah pelayanan pengelolaan persampahan Kabupaten Malinau saat ini hampir mencakup sebagian besar daerah terbangun kota, terutama permukiman yang terletak disekitar jalan yang dapat dilalui oleh alat angkut sampah. Prioritas pelayanan saat ini adalah perkantoran, pasar, perumahan di sekitar jalan utama dan perumahan pada daerah padat penduduk, dan penyapuan jalan pada jalan protokol dan sekitar perkantoran dan pasar. Terdapat lima pelayanan persampahan yang diberlakukan di Kabupaten Malinau, yaitu untuk rumah tangga (tiga jenis), jalan, dan pasar : 1.
Pelayanan Intensif : pelayanan ini didasarkan pada daerah kawasan konservasi yang mencerminkan wajah Kabupaten Malinau sebagai Kabupaten Konservasi.
2.
Pelayanan
Non
Intensif
:
pelayanan
dilakukan
terutama
pada
daerah
permukiman dan daerah komersil. 3. Pelayanan Kurang : daerah daya kepadatan penduduk di daerah pinggiran sungai,
yaitu di Desa Long Alango Kecamatan Bahau Hulu dan desa Long Apung Kecamatan Kayang Selatan. 4. Pelayanan yang diperbantukan untuk lembaga/Instansi lain : Pasar Induk
Kabupaten Malinau ,Pelayanan Penyapuan Jalan : kegiatan pelaksanaan dengan sistem manual yaitu dengan menggunakan tenaga manusia dan dengan peralatan tradisional, seperti sapu lidi dengan sistem beregu, setiap regu terdiri dari 6 orang yang terdiri dari 4. orang tukang sapu dan 2
orang pengumpul hasil
sapuan yang dilaksanakan mulai pukul 06.00 WITA sampai dengan selesai. (Diisi dengan data tahun 2008) 5. Pelayanan Kebersihan Parit dan Brem : dilaksanakan oleh petugas parit /brem
dan pemotongan rumput dengan satu rolling yaitu perputaran lokasi karya dalam jangka waktu tertentu. Sebagian besar penduduk Kabupaten Malinau membuang sampah ke TPS atau Bak Container sendiri, mengingat daerah tersebut tidak dapat dilewati gerobak atau belum mendapat fasilitas gerobak sebagaimana daerah yang lain. Pengambilan Sampah dengan truck secara door to door dilakukan dengan cara, penduduk meletakkan sampah di depan rumah dengan kemasan plastik/doos atau bak sampah.
PROGRAM PERCEPATAN SANITASI PERMUKIMAN POKJA AMPL PPSP KABUPATEN MALINAU
III- 46
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MALINAU 2013 Tabel 3.20 Sistem Pelayanan Persampahan Saat Ini No 1
2
Uraian Pengolahan Sistem Persampahan Berdasarkan Pengelola : a. Masyarakat b. Pemerintah Kabupaten Malinau c. Swasta Teknik Operasional a. Cakupan pelayanan
b. Perkiraan Timbunan Sampah c. Timbunan sampah yang terangkut • Permukiman
Keterangan
1
Paket
Dinas Tata Kota
%
3 Kecamatan
m³/hari m³ m³/hari
104,51
m³/hari
• Total
4
Volume (Unit)
96,00
m³/hari
• Non Permukiman
3
Satuan
m³/hari
• Kapasitas Pelayanan TPA
• Kapasitas pengumpulan sampah Pembiayaan a. Biaya Pengelolaan - Pengumpulan sampah - Pengolahan sampah b. Pendapatan Retribusi Hukum dan Peraturan :
4,00 100
96,00
m³
-
Rp/tahun Rp/tahun Rp/tahun
-
Sumber : RTRW Kabupaten Malinau Tahun 2007 (Diisi dengan data tahun 2008)
Kawasan Bebas Sampah 3 Kecamatan Terangkut ke TPA Terangkut ke TPA Terangkut ke TPA Terangkut ke TPA
Pelayanan tersebut dilakukan pada daerah jalan protokol / daerah pinggiran jalan raya. Untuk daerah ini pelayanan sampah dilakukan dengan cara pengumpulan memakai gerobak kemudian dimasukkan ke dalam container /TPS. Tabel 3.21 Aspek Pengelolaan Persampahan No A
Aspek Pengelolaan Persampahan Kelembagaan : • Bentuk Institusi
• Dasar
hukum pembentuka n Institusi • SDM
Telah dilaksanakan
Tindakan Sedang dilaksanakan
Minimnya Koordinasi antar SKPD Tehnis terkait Perda No 4 Thn 2008
-
-
√
Dinas Tata Kota
√
-
-
Pemerintah Kab. Malinau
Terbatasnya Kopentensi
-
-
Bantek SDM
Dinas Tata Kota
Permasalahan yang dihadapi
PROGRAM PERCEPATAN SANITASI PERMUKIMAN POKJA AMPL PPSP KABUPATEN MALINAU
Rencana pelaksanaa
Penanggung Jawab
III- 47
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MALINAU 2013 dan Jumlah Tenaga Yang tersedia
B
1
2
Teknis Operasional : Perencanaan : Ketersediaan dokumen perencanaan (master plan, FS, DED)
Prasaran dan Sarana Pewadahan Bin/Tong Sampah, TPS
Pengumpula : a. Gerobak sampah b. Becak sampah c. Street sweeper, dll Pemindahan (Penampung an Sementara) a. Transfer depo b. Container c. Transfer station Sistem Pengolahan & 3R a. Pengomposa n b. Daur Ulang c. Incinerator, dll Tempat Pemrosesan Akhir (TPA)
Kebersihan dan study banding masalah pengelolaan persampahan DED TPA
Belum adanya dokumen pengelolaan sampah secara terpadu
Pengadaan Lahan untuk TPA Sempayang
Sempayang
Pembuatan Master Plan Persampahan dan perluasan cakupan layanan
Dinas Tata Kota
Lokasi/ Kawasan padat yang sulit dijangkau oleh Truk Dump Sampah
Pengadaan Bak Sampah
Pengadaan Alat Berat
Dinas Tata Kota
-
Pembangunan infsrastuktur di TPA (jalan, drainase, sarana air bersih dan Rumah jaga) -
-
-
-
-
-
-
Lokasi / Kawasan padat yang sulit dijangkau oleh Truk Dump Sampah Belum adanya Contianer untuk TPS di Pasar Induk dan Pasar Tradisional
Ada dua SKPD pengelola Sistem Pengolahan & 3R
PROGRAM PERCEPATAN SANITASI PERMUKIMAN POKJA AMPL PPSP KABUPATEN MALINAU
Dinas Tata Kota
Dinas Tata Kota -
-
-
-
-
-
Pengadaan alat pembuatan Kompos dan Daur Ulang Sampah -
-
-
-
-
-
BLHD / Dinas Tata Kota
Dinas Tata Kota
III- 48
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MALINAU 2013 a. Lahan b. Fasilitas • • • • •
Umum Jalan masuk Saluran drainase Sistem air bersih Kantor Pagar/gerba ng
c. Fasilitas • • • •
Perlindungan Lingkungan Lapisan kedap air Satuan pengumpul lindi Instalasi pengolahan lindi Penanganan gas metan
Fasilit as Operasional Jembatan timbang Alat berat Jalan operasi Area penghijauan Sel pembuangan sampah Cadangan tanah penutup
Belum tersedianya sarana pendukung TPA yang memadai Belum adanya Dok.Perencan aan Mengenai Perlindungan Lingkungan
• • • • •
√
-
-
√
-
-
√
-
√ -
√ √
-
Belum ada Dokumen Perencanaann ya
-
-
-
-
-
-
-
√
-
-
-
-
-
√
-
-
√
√ -
-
-
-
-
-
-
√
-
-
-
-
-
-
-
-
-
d. •
-
DPU Prov. Kaltim ( P2LPN )
DPU Prov. Kaltim ( P2LPN )
DPU Prov. Kaltim (P2LPN )
Dinas Tata Kota
-
e. Fasilitas
penunjang
• Pencucian
kendaraan • Parkir • Komunikasi
-
PROGRAM PERCEPATAN SANITASI PERMUKIMAN POKJA AMPL PPSP KABUPATEN MALINAU
III- 49
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MALINAU 2013 Gambar 3.8 Diagram SSA Pengelolaan Persampahan di Kabupaten Malinau
PROGRAM PERCEPATAN SANITASI PERMUKIMAN POKJA AMPL PPSP KABUPATEN MALINAU
III- 50
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MALINAU 2013 Tabel 3.22 Parameter Teknis Wilayah No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Uraian Jumlah Penduduk Kepadatan Penduduk Pendapatan Penduduk Rata-rata Tata Guna Lahan • Komersil/Perkantoran/Perdagangan • Daerah Permukiman • Fasilitas Umum • Lain-lain Topografi dan Geologi Permehabilitasi Tanah Air Tanah • Tinggi Muka Air Tanah • Pemanfatan • Kualitas Air Permukaan • Debit • Pemanfaatan • Kualitas Klimatologi • Arah angin • Curah hujan rata-rata
Kesehatan • Tiga penyakit paling dominan terkait dengan kondisi sanitasi yang buruk • Kejadian khusus terkait sampah
Sumber : Profil Kabupaten Malinau 2010
Satuan Keterangan 77.405 Jiwa 1.78 jiwa/ha Ha Ha Ha 0 - 2000 m² Pedsolik -
Air Minum Baik
Pemanfatan oleh warga
Gatal-gatal, Diare
Banyaknya kejadian sakit
2500 - 4500 mm Banjir
Dari hasil studi EHRA yang telah dilakukan terhadap seluruh responden dalam pengelolaan sampah secara total, responden pada seluruh klaster dalam
mengelola
sampah rumah tangga tersebut dengan cara dibuang ke sungai/kali/laut/danau dengan jumlah persentase sebesar 46,0 %, selanjutnya dengan jalan di bakar sebesar 26,8% sedangkan yang dibuang ke lahan kosong/ kebun/ hutan dengan persentase sebesar 15,5 %, dan dibuang ke dalam lubang tetapi tidak ditimbun dengan tanah sebesar 3%, dan persentase yang terkecil yaitu pada pengelolaan sampah yang dibiarkan membusuk dan dibuang ke dalam lubang dan di tutup dengan tanah sebesar 0,8%. Lihat Grafik 3.2.1 Pengelolaan Sampah Berdasarkan Cluster di Kabupaten Malinau Tahun 2013. PROGRAM PERCEPATAN SANITASI PERMUKIMAN POKJA AMPL PPSP KABUPATEN MALINAU
III- 51
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MALINAU 2013
Lain-lain Kab
15.5 46.0
3.0
Dibuang ke lahan kosong/kebun/hutan dan dibiarkan membusuk Dibiarkan saja sampai membusuk
26.8
7.0 .0 Kluster Desa/Kelurahan
4
15.0
.0
15.0
67.5
Dibuang ke dalam lubang tetapi tidak ditutup dengan tanah Dibuang ke dalam lubang dan ditutup dengan tanah
12.5 3
42.5
5.8
35.8
.8 19.6 2
24.2
.0 .0
Dibakar
52.9
2.1
20.0
40.0
Dibuang ke sungai/kali/laut/danau
60.0
80.0
Dikumpulkan dan dibuang ke TPS Dikumpulkan oleh kolektor informal yang mendaur ulang
Grafik 3.8 Pengelolaan Sampah Berdasarkan Cluster di Kabupaten Malinau Tahun 2013
Melihat kondisi demikian, maka pada akhirnya akan kembali berkaitan pada praktek pemilahan sampah masyarakat seperti terlihat pada grafik 3.2.2. Hal ini terjadi karena sarana dan prasarana dalam pengelolaan sampah secara komunal tidak diterapkan di beberapa wilayah di Kabupaten Malinau, seperti pemilahan sampah, penampungan sampah (TPS), pengangkutan sampah oleh armada sampah, dan akhirnya ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah. Walaupun masyarakat yang telah diberikan pengetahuan sesering mungkin tentang pembuangan sampah yang baik dan benar, akan tetapi jika pengelolaan secara komunal yang dilakukan swasta/ pemerintah tidak berjalan akan menjadi faktor penghambat yang sangat besar. Sehingga peran pemerintah, swasta dan masyarakat dalam pengendalian sampah sangat dibutuhkan dalam melakukan perubahan secara menyeluruh dan efektif dalam mengelola sampah dengan teratur. Jika saja pengelolaan sampah dari hilir sampai hulu telah berjalan dengan baik maka daerah Kabupaten Malinau tidak akan terlihat lagi keberadaan sampah di lingkungan publik maupun masyarakat.
PROGRAM PERCEPATAN SANITASI PERMUKIMAN POKJA AMPL PPSP KABUPATEN MALINAU
III- 52
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MALINAU 2013
Kluster Desa/Kelurahan
Kab
90.6 9.4
Tidak Dipilah/dipisahkan
92.9
4
7.1 100.0
3
.0 50.0 50.0
2 .0
Dipilah/dipisahkan
50.0
100.0
150.0
Grafik 3.9 Praktik Pemilahan Sampah Oleh Rumah Tangga di Kabupaten Malinau Tahun 2013 Berdasarkan grafik diatas perlakuan pemilahan sampah oleh masyarakat di Kabupaten Malinau yang diwakili hanya 32 responden dari 400 responden yang disurvey, secara kesadaran sangat sedikit dengan persentase responden sebesar 90,6 %, sedangkan yang memilah sampah hanya sedikit yaitu sebesar 9,4 %. Jika diperhatikan pada klaster 3 seluruh responden tidak melakukan pemilahan sampah, serta pada klaster 4, responden yang tidak melakukan pemilahan sampah memiliki persentase sebesar 92,9%, dan klaster 2 memiliki persentase sebesar 50% (diwakili oleh 1 orang responden). Tergambar jelas pada hasil tabel area berisiko persampahan, kurangnya kesadaran masyarakat dalam memilah sampah selain pengetahuan masyarakat yang kurang adalah sarana dan prasarana pengelolaan sampah yang tidak memadai.
Tabel 3.23 Area Berisiko Persampahan Berdasarkan Hasil Studi EHRA Kabupaten Malinau Tahun 2013 Kluster Desa/Kelurahan VARIABEL
KATEGORI
2 n
Pengelolaan sampah
Tidak memadai
Total
3 n
7
8
n
%
%
n
%
240
100,0
119
99,2
12
30,0
371
92,8
0
,0
1
,8
28
70,0
29
7,3
240
100
120
100
40
100
400
100
Ya, memadai
%
4
Frekuensi pengangkutan sampah\
Ya, memadai
0
,0
0
,0
1
100,0
1
100,0
Ketepatan waktu pengangkutan
Ya, tepat waktu
0
,0
0
,0
1
100,0
1
100,0
PROGRAM PERCEPATAN SANITASI PERMUKIMAN POKJA AMPL PPSP KABUPATEN MALINAU
III- 53
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MALINAU 2013
sampah Pengolahan sampah setempat
Tidak diolah
231
96,3
107
89,2
37
92,5
375
93,8
9
3,8
13
10,8
3
7,5
25
6,3
240
100
120
100
40
100
400
100
Ya, diolah
Dari tabel di atas dapat diketahui atau ditarik kesimpulan bahwa hanya di klaster 4 saja yang ada pengangkutan sampah sedangkan di klaster 2 dan 3 tidak ada pengangkutan sampah dari pihak pengelola persampahan. Sedangkan untuk pengelolaan sampah yang memberikan jawaban tidak memadai adalah sebesar 92,8% dan untuk pengelolaan sampah setempat juga tidak dilakukan/diolah adalah sebesar 93,8%.
3.3.3 Kesadaran Masyarakat dan Pemberdayan Masyarakat, Sanitasi Jender Dan Kemiskinan Masih rendahnya kesadaran dan kepedulian masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungan. Kondisi ini ditandai dengan kebiasaan masyarakat yang masih membuang sampah tidak pada tempatnya. Banyak masyarakat membuang sampah langsung ke sungai, selokan dan jalan. Hal tersebut juga dikarenakan kurang tersedianya tempat sampah di dalam fasilitas umum, kendaraan umum dan di tempat publik lainnya. Kalaupun ada, kondisinya sudah rusak atau tidak terawat. Masih rendahnya peran serta masyarakat dalam mengelola sampah padat, seperti masih tingginya proses pengelolaan sampah padat melalui pembakaran, belum adanya pemilahan pada skala rumah tangga dan masih rendahnya pengawasan masyarakat terhadap pengelolaan, dan pemanfaatan sampah padat untuk kepentingan ekonomi, pemanfaatan lahan kosong sebagai tempat pembuangan sampah di daerah perumahan dan pemakaian plastik yang tidak terkendali. Kurangnya partisipasi dari masyarakat terhadap upaya penyediaan sarana dan prasarana persampahan komunal di wilayah permukimannya, sehingga hanya mengandalkan bantuan pemerintah. Kurangnya dukungan dan rangsangan dari pemerintah kota, baik teknis maupun non-teknis terhadap masyarakat yang telah melakukan upaya pengelolaan sampah pada tingkat rumah tangga dan komunitas. Masih terdapat banyak masyarakat yang melakukan penolakan terhadap pembukaan lahan baru yang akan digunakan untuk penempatan sampah sementara di wilayah lingkungan tempat tinggalnya.
PROGRAM PERCEPATAN SANITASI PERMUKIMAN POKJA AMPL PPSP KABUPATEN MALINAU
III- 54
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MALINAU 2013 Terjadinya perubahan lingkungan sosial di kawasan TPS dan TPA, serta dampak terhadap kesehatan dan lingkungan (penurunan harga jual tanah, bau menyengat, keberadaan lalat dan tikus serta pencemaran air tanah).
Tabel 3.23 Daftar program/Proyek Layanan yang berbasis masyarakat No
Sub Sektor
Nama Program/Proyek/Layanan
Pelaksana/PJ
Tahun Mulai
1
Persampahan
Penyuluhan Sampah disekolah
Dinkes
2011
Kondisi Sarana Saat ini Tidak Fungsi Rusak Fungsi
Aspek PMJK PM
JDR
MBR
keterangan: data belum tersedia
3.3.4 Pemetaan” Media Tabel. 3.24
Media Komunikasi yang ada di kabupaten Malinau
No
Nama Media
Jenis Acara
Isu yang diangkat
Tujuan Kegiatan
Pesan Kunci
1.
Radar Tarakan
Liputan
Kepedulian Kebersihan Kota
Sosialisasi
Peran serta masyarakat & Kepedulian tentang kebersihan kota
2.
Radio Lokal
Iklan layanan nmasyarakat
Kebersihan Lingkungan
Sosialisasi
Mendorong Kesadaran dan kepedulian masyarakat tentang kebersihan lingkungan
3.
Radar Tarakan
Liputan
Mobilisasi Sampah
Sosialisasi
Waktu Pengangkutan Sampah pada sore hari
Himbauan
Penanganan sampah rumah yang tepat
Himbauan
Cara hidup sehat
4..
Radar Tarakan
Liputan
5.
Radar Tarakan
Liputan
Penanganan sampah rumah tangga Budaya Hidup Bersih
Pendapat Media
3.3.5 Partisipasi Dunia Usaha Partisipasi dunia Usaha khususnya dalam pengelolaan persampahan di Kabupaten Malinau cukup aktif Dan berperan penting, hal ini terlihat dari dukungan para dunia usaha dalam penyediaan alat alat Dan fasilitas persampahan seperti bak sampah, truk pengangkut sampah Dan truk pengangkut petugas kebersihan. Ini menandakan bahwa para PROGRAM PERCEPATAN SANITASI PERMUKIMAN POKJA AMPL PPSP KABUPATEN MALINAU
III- 55
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MALINAU 2013 dunia usaha di Kabupaten Malinau ikut perduli dengan pengelolaan persampahan di Kabupaten Malinau. Tabel berikut menunjukkan partisipasi penyedia layanan pengelolaan persampahan oleh dunia usaha yang ada di Kabupaten Malinau Tabel. 3.25
Kerjasama Pihak Swasta Dalam Pengelolaan Sampah Mitra Kerjasama
Bentuk Kerjasama
Penyediaan Truk Pengangkut Sampah
Jenis Kegiatan Sanitasi Peningkatan Fasilitas
Bank BPD Malinau
Bantuan alat pengangkut Sampah
2
Penyediaan tempat sampah umum
Peningkatan Fasilitas
Bank BRI /BNI Malinau
Bak Sampah Umum
3
Penyediaan Transportasi Petugas Kebersihan
Peningkatan Fasilitas
Perusahaan Pertambangan
Transportasi Pasukan Kuning
No
Nama Kegiatan
1
Sumber: Hasil Kick Off PPSP Kab. Malinau 2013
3.3.6 Pendanaan dan Pembiayaan Pendanaan Dan pembiayaan pada sektor persampahan dikelola oleh Dinas Tata pada tabel 3.35 terlihat bahwa anggaran pada sektor persampahan pada tahun 2013 ini mengalami peningkatan yang cukup besar hal ini tentunya berkaitan dengan peningkatan jumlah penduduk sehingga meningkat pula volume sampah yang harus diangkut sehingga diperlukan perluasan dan penambahan angkutan sampah dalam pelayanan persampahan di Kabupaten Malinau. Penarikan retribusi persampahan yang ada di Kabupaten Malinau digabung dengan penarikan rekening PDAM, dimana besarnya retribusi sampah sebesar Rp. 5.000,00 /pelanggan PDAM Tabel. 3.26 Rekapitulasi Pendapatan dan Belanja dari sektor Persampahan No
SKPD
TAHUN
2010
1 DINAS TATA KOTA Investasi Persampahan Maintenance & Op Total Anggaran
2011 4,171,795,000 444,000,000 4,615,795,000
2012 2,168,816,165 500,000,000 2,668,816,165
2013
Rata2 Pertumbuhan
5,437,570,000 550,000,000 5,987,570,000
3.3.7 Permasalahan mendesak dan Isu strategis Sasaran yang ingin dicapai adalah pada tahun 2013 pengelolaan sampah oleh Kelompok Rumah Tangga secara mandiri dengan penerapan 3 M (mengurangi, memanfaatkan kembali dan mendaur ulang).
PROGRAM PERCEPATAN SANITASI PERMUKIMAN POKJA AMPL PPSP KABUPATEN MALINAU
III- 56
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MALINAU 2013 Dinas Tata Kota menjadi penanggung jawab dalam pelaksanaan pengelolaan kebersihan Kabupaten Malinau menganggap bahwa permasalahan bidang persampahan yang dihadapi saat ini adalah : 1. Sistem kelembagaan pengelolaan Persampahan
lingkungan di kabupaten Malinau
masih sangat lemah, yang ditunjukan oleh lemahnya penyusunan perencanaan, program/target dan penganggaran yang berujung pada terbatasnya penyediaan prasarana persampahan, rendah sistem dan cakupan layanan sistem persampahan, lemahnya kekuatan publikasi dan sosialisasi, serta rendahnya kesadaran masyarakat terutama dalam hal pemilahan sampah rumah tangga. 2. Pelayanan perampahan belum menjangkau seluruh lingkungan permukiman baik di daerah perdesaan maupun perkotaan, sistem persampahan lingkungan belum tertata dan dikelola dengan baik, kondisi fisik tempat penampungan sampah belum mengarah pada sistem pemilahan 3. Berkaitan dengan keterbatasan peralatan alat berat di TPA, Jumlah alat berat untuk melakukan sanitary landfill di TPA Sempayang hanya 1 buah Excavator dengan status sewa alat berat sehingga kinerja di TPA tidak maksimal sehingga perlu adanya pengkajian kebutuhan alat berat untuk pengelolaan TPA dan alat pengangkutan layanan persampahan guna mengetahui kebutuhan alat berat Dan alat pengangkutan layanan perampahan. 4. Kesadaran
masyarakat
maupun
jender
dan
kemiskinan
dalam
pengelolaan
persampahan masih sangat rendah, terlihat dari rendahnya tingkat pemeliharaan dan rasa mimiliki atas prasarana yang ada.
5. Dukungan media komunikasi khususnya media lokasl dalam pubilikasi dan sosialisasi sistem pengelolaan persampahan masih perlu untuk ditingkatkan, dukungan atau kerjasama Pemerintah, masyarakat dan dunia usaha dengan media komunikasi lokal masih rendah. Tabel 3.27 Perbandingan Alternatif Pemecahan Masalah Pengelolaan Persampahan No A
Aspek Pengelolaan Persampahan Kelembagaan : • Bentuk Institusi • Dasar hukum pembentukan Institusi
• SDM, dll
Teknis Penguatan Institusi Perbup
Rotasi dan Peningkatan Kopetensi Pegawai
PROGRAM PERCEPATAN SANITASI PERMUKIMAN POKJA AMPL PPSP KABUPATEN MALINAU
Alternatif-1 Manfaat Pembagian tugas fokus Pedoman Pelaksanaan Tugas Jelas Pemahaman tugas dengan baik
Biaya
Teknis
Sedang
Bentuk UPT/BLUD
Sedang
Perbup
Sedang
Penambahan Pegawai
Alternatif-2 Manfaat
Biaya
Penanganan Lebih Fokus Pedoman Pelaksanaan Tugas Jelas
Sedang
Memadai dan memahami tupoksi
Sedang
Sedang
III- 57
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MALINAU 2013
No
Aspek Pengelolaan Persampahan
B
Teknis Operasional:
1
Perencanaan : Ketersediaan dokumen perencanaan (master plan, FS, DED)
2
Teknis
FS,DED TPA
Alternatif-1 Manfaat
Terlaksananya Pembangunan TPA
Prasarana dan Sarana Pewadahan: Penambahan Peningkatan Bin/Tong Sampah Jumlah Layanan Pengumpulan : a. Gerobak sampah b. Becak sampah c. Street sweeper, dll Pemindahan (Penampungan Sementara) a. Transfer epo b. Container Transfer station Sistem Pengolahan & 3R a. Pengomposan b. Daur Ulang c. Incinerator, dll Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) a. Lahan b. Fasilitas Umum • Jalan masuk • Saluran drainase • Sistem air bersih • Kantor • Pagar/gerbang c. Fasilitas Perlindungan Lingkungan • Lapisan kedap air • Satuan pengumpul lindi • Instalasi pengolahan lindi • Penanganan gas metan d. Fasilitas Operasional • Jembatan timbang • Alat berat • Jalan operasi • Area penghijauan • Sel pembuangan sampah • Cadangan tanah penutup e. Fasilitas penunjang • Pencucian kendaraan • Parkir • Komunikasi Sumber : Hasil Kajian (Diisi dengan data tahun 2008)
PROGRAM PERCEPATAN SANITASI PERMUKIMAN POKJA AMPL PPSP KABUPATEN MALINAU
Biaya
Sedang
sedang
Teknis
Alternatif-2 Manfaat
Biaya
Master Plane TPA Persampahan terpadu
Perluasan Daerah Layanan
Tinggi
Kerja sama swasta
Peningkatan Layanan
Tinggi
III- 58
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MALINAU 2013 Lokasi permukiman yang tidak tertata dengan baik, mengakibatkan sulitnya menangani kebersihan di lingkungan masyarakat yang tidak layak huni. Wilayah Kabupaten Malinau cukup luas, dengan kondisi armada yang sangat terbatas berpengaruh pada pelayanan kebersihan di masyarakat. Ada beberapa kKelurahan yang masih belum tertangani kebersihan secara optimal. Kurangnya jumlah tenaga pekerja harian lepas saat ini, rasio perbandingan jumlah lokasi penanganan dengan jumlah pekerja yang melayani kebersihan masih kurang. Gambar 3.9 Sistem Pembuangan Sampah Kabupaten Malinau
Sumber : RTRW Kabupaten Malinau Tahun 2007
Pengelolaan
persampahan
dilakukan
dengan
mengembangkan
sistem
pengelolaan setempat dan sistem terpusat; perbaikan pola operasional pelayanan yang
meliputi
pewadahan,
pengumpulan,
pemindahan,
pengangkutan
dan
pembuangan akhir. 1. Pewadahan Wadah yang digunakan oleh penghasil sampah pada daerah permukiman dan pertokoan umumnya adalah bin sampah, tong sampah, kardus bekas, dll. Pada daerah pasar wadah yang digunakan umumnya bin plastik, kantong plastik, keranjang bekas, dan sebagian langsung menumpuk sampah disekitar kios. Wadah pada perkantoran, pertokoaan dan perumahan di sekitar jalan utama umumnya seragam menggunakan bin sampah. Jenis wadah berupa bin sampah ini disediakan oleh pengelola Kebersihan Kota (Kantor kebersihan dan pertamanan. Wadah sampah untuk sampah bekas penyapuan jalan langsung ditempatkan di bin sampah yang berfungsi
sebagai TPS (yang sekaligus berfungsi sebagai tempat
PROGRAM PERCEPATAN SANITASI PERMUKIMAN POKJA AMPL PPSP KABUPATEN MALINAU
III- 59
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MALINAU 2013 penampungan sampah rumah tangga, perkantoran, dan pertokoan). Wadah sampah untuk rumah tangga yang tidak terletak di sepanjang jalan utama, disediakan oleh pemilik rumah ( penghasil sampah ). Jenis wadah yang digunakan bervariasi, seperti kardus bekas, keranjang bekas, bak sampah permanen, bin sampah, dll.
2. Pengumpulan Pada pola pertama, pelaksanaan pengumpulan sampah dari wadah sampah dilaksanakan oleh petugas kebersihan (petugas kantor Kebersihan) dan secara langsung dipindahkan ke dalam truk pengangkut sampah. Pola individu langsung ini dilaksanakan pada daerah-daerah permukiman teratur dan permukiman dipinggir jalan utama yang dilalui oleh truk pengangkut sampah. Pola kedua di jumpai pada daerah permukiman yang belum dilalui oleh truk pengangkut. Pada pola ini sampah dikumpulkan oleh petugas (yang dibiayai oleh penghasil sampah dan dikoordinir oleh RT masing-masing atau oleh pihak Kelompok masyarakat/Pokmas). selanjutnya sampah dengan gerobak dibawa ke pinggir jalan yang dipindahkan ke dalam truk. Pada pola ini gerobak berfungsi sebagai alat angkut pengumpul dan sekaligus sebagi TPS. Ini dilakukan jika pada jalur pengangkutan sampah terdekat tidak tersedia TPS (bak sampah atau kontainer). Jika di sekitar jalur pengangkutan tersedia TPS, maka sampah dari gerobak langsung dipindahkan kedalam TPS. Pola yang sama juga dilakukan pada daerah pasar, tetapi dengan petugas pelaksana adalah petugas kebersihan (petugas Kontor Kebersihan). Sampah dikumpulkan petugas kemudian dipindahkan ke TPS (Bak sampah atau kontainer) sebelum diangkut ke TPA. Pola ketiga, pelaksanaan pengumpulan sampah dari wadah sampah ke TPS dilaksanakan oleh penghasil sampah. Pola komunal ini terdapat pada sebagian besar daerah permukiman yang berada disekitar jalur pengangkutan sampah. Masyarakat penghasil sampah memindahkan sampah yang dihasilkannya ke suatu tempat yang berfungsi sebagai TPS, dapat berupa peralatan terbuka, bak sampah, atau kontainer. Pola keempat dijumpai pada sebagian besar wilayah permukiman yang belum mendapat pelayanan pengangkutan sampah dari Pemerintah. Pada pola ini masyarakat langsung mengumpulkan sampahnya ke tempat terbuka untuk ditimbun, dibuang secara terbuka, atau dibakar. Penyapuan sampah jalan dilaksanakan Pengelola (petugas penyapu jalan) dan dikumpulkan langsung ke TPS yang terdapat di
PROGRAM PERCEPATAN SANITASI PERMUKIMAN POKJA AMPL PPSP KABUPATEN MALINAU
III- 60
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MALINAU 2013 sekitar daerah penyapuan jalan atau ditumpuk di pinggir jalan untuk kemudian langsung diangkut oleh truk pengangkut sampah ke TPA sampah. 3. Pemindahan TPS yang digunakan saat ini ada 3 (tiga) jenis, yaitu: a.
Bak sampah yang terbuat dari pasangan bata dengan kapasitas tampung sekitar 2-4 m3. Terdapat disekitar pasar dan juga permukiman. Sampah yang ditampung pada bak sampah pasangan bata yang diangkut dengan truk dump.
b.
Bak sampah jenis kontainer dengan kapasitas tampung 4 m3. Bak sampah jenis kontainer ini ditempatkan di pasar dan beberapa wilayah permukiman. Sampah yang ditampung pada bak kontainer kemudian diangkut dengan truk arm roll.
c.
Pelataran di tempat terbuka dijadikan sebagai tempat penampungang sampah sementara. Sampah dari jenis ini diangkut dengan dump truk.
4. Pengangkutan Ada tiga jenis alat angkut yang digunakan saat ini, yaitu truk dump, dan standard. Jumlah truk pengangkutan sampah yang dioperasikan saat ini ada 5 unit dan 1 Unit truk pengangkut petugas. Seluruh
truk dump dioperasikan setiap hari oleh 5
sampah (setiap truk
dioperasikan oleh 1
orang supir dan 30 petugas
petugas sampah)
yang bertugas
memindahkan sampah dari bin sampah dan bak sampah ke dalam truk drum l dan membongkar sampah dari truk ke TPA sampah. Jumlah sampah terangkut yang dibuang ke TPA sebanyak 210 m³/th. Kegiatan pendataan dilakukan dengan cara mencatat jumlah truk yang masuk ke TPA setiap hari yang mencakup truk sampah yang dioperasikan Kantor Kebersihan. 5. Daur Ulang dan Pengomposan Pelaksanaan daur ulang dan pengomposan oleh pihak kelompok masyarakat atau perorangan dalam rangka peningkatan pendapatan sudah dilaksanakan di Kabupaten Malinau. Pelaksanaan daur ulang dilakukan di TPA. 6. Penyapuan Jalan dan Pasar Penyapuan jalan dilakukan oleh pengelola pada jalan-jalan utama yang terdapat di pusat Kabupaten Malinau dan pada lingkungan pasar. Penyapuan sampah pada jalan utama dilakukan setiap hari. Pelaksanaan penyapuan jalan dilakukan oleh petugas penyapu jalan serta penyapuan dan pengumpulan sampah pasar dilakukan oleh petugas penyapu pasar. 7. Peralatan PROGRAM PERCEPATAN SANITASI PERMUKIMAN POKJA AMPL PPSP KABUPATEN MALINAU
III- 61
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MALINAU 2013 Peralatan yang digunakan pada pelaksanaan pengelolaan sampah adalah peralatan untuk pengumpulan sampah (sapu, garu, sekop, keranjang), gerobak (pengumpulan untuk daerah permukiman tertentu yang tidak dapat dilalui truk dan dioperasikan oleh Kelompok masyarakat atau Pokmas alat angkut truk dump dan truk arm roll.
3.4
Pengelolaan Drainase Lingkungan Pada saat ini sistem drainase di Kabupaten Malinau tidak terlalu baik. Pada musim hujan
sering terjadi genangan pada sebagian wilayah kota terutama pada daerah yang mempunyai topografi relatif datar. Genangan juga disebabkan oleh luapan dari sungai-sungai yang ada. Sistem jaringan yang ada saat ini masih belum ada pemisahan antara drainase untuk air hujan dan air limbah. Masih banyak saluran-saluran dari tanah, atau saluran dranase lingkungan yang sudah dibangun baik oleh pemerintah maupun melalui program PNPM,namun kondisinya sudah tidak terawat dengan baik dan mengalami kerusakan sehingga tidak dapat berfungsi maksimal. Dari hasil pengamatan secara langsung oleh tim Pokja di lapangan terdapat beberapa permasalahan drainase lingkungan sebagai berikut: a. Ada
banyak
terdapat
Jembatan
penghubung
dari
rumah
kejalan
yang
menyebabkan kapasitas saluran menjadi kecil karena adanya pondasi jembatan yang mengganggu luas penampang saluran. b. Ada banyak pembangunan jalan baru yang belum dibuatkan saluran drainase, sehingga pada waktu hujan air akan menggenangi pemukaan ruas jalan yang akan mempercepat umur rencana jalan. c. Banyak MCK di rumah penduduk yang belum dilengkapi saluran buangan bekas mandi/cuci untuk diteruskan ke saluran drainase yang telah di bangun, sehingga berpotensi terjadi genangan ketika musim hujan. Gambar 3.10 Kondisi Drainage Lingkungan Wilayah Perkotaan Kabupaten Malinau
Drainage dilingkungan Kantor Pemda
PROGRAM PERCEPATAN SANITASI PERMUKIMAN POKJA AMPL PPSP KABUPATEN MALINAU
Drainage dilingkungan permukiman
III- 62
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MALINAU 2013 Dari hasil studi EHRA yang telah dilakukan serta pengamatan langsung kepada responden sebesar 39,3 % memiliki SPAL, akan tetapi masih ada masyarakat yang tidak memiliki SPAL persentase tersebut sebesar 60,8 %.
60.8
39.3
Ya
60.8
Tidak ada
Ini berarti jika tidak diberikan pemahaman tentang penerapan SPAL di lingkungan pemukiman, maka pada suatu saat jika terjadi peningkatan rumah hunian (Padat penduduk), SPAL tidak akan bisa menampung lebih banyak air limpasan yang akhirnya memunculkan genangan secara berkelanjutan. Terkait dengan hal tersebut (lihat grafik 3.4.6)
tidak adanya saluran memiliki
persentase sebesar 49,5%, tidak dapat dipakai sebesar 1,8%, dan yang tidak berfungsi sebesar 4%, dan hanya sebagian yang berfungsi sebesar 44,8%.
Kab
.0
4 Kluster Desa/Kelurahan
49.5
1.8 4.0
47.5 2.5
2.5
3
44.8
Tidak dapat dipakai, saluran kering
50.0 43.3 6.7
Tidak berfungsi
47.5
Ya berfungsi
52.9
1.7 2.9
2
Tidak ada saluran
42.5 .0
10.0
20.0
30.0
40.0
50.0
60.0
Grafik 3.10 Persentase SPAL yang Berfungsi Kabupaten Malinau Tahun 2013 PROGRAM PERCEPATAN SANITASI PERMUKIMAN POKJA AMPL PPSP KABUPATEN MALINAU
III- 63
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MALINAU 2013
3.4.1 Kelembagaan Berdasarkan isu permasalahan strategis di bidang drainase, maka dirumuskan suatu sasaran kebijakan nasional sebagai arahan mendasar dari kondisi yang akan dicapai dan diwujudkan dalam pengembangan bidang drainase di masa yang akan datang. Sasaran kebijakan pengembangan drainase adalah sebagai berikut ini: 1. Terlaksananya pengembangan sistem drainse yang terdesentralisasi, efisien, efektif dan terpadu. 2. Terciptanya pola pembangunan drainase yang berkelanjutan melalui kewajiban konservasi air dan pembangunan yang berwawasan lingkungan. 3. Terwujudnya upaya pengentasan kemiskinan perkotaan yang efektif dan ekonomis melalui mnimalisasi resiko biaya sosial dan ekonomi serta biaya kesehatan akibat genangan dan bencana banjir. 4. Terciptanya peningkatan koordinasi antara Kabupaten dalam penanganan sistem drainase. Tabel 3.28 Peta Pemangku Kepentingan dalam Pembangunan dan Pengelolaan Drainase Lingkungan FUNGSI
PEMANGKU KEPENTINGAN Pemerintah Kabupaten/Kota
Swasta
Masyarakat
PERENCANAAN • Menyusun target pengelolaan drainase lingkungan skala kab/kota
Dinas PU Bid.Cipta Karya
Belum Ada
Tidak Ada
• Menyusun rencana program drainase lingkungan dalam rangka pencapaian target
Dinas PU Bid.Cipta Karya
Belum Ada
Tidak Ada
• Menyusun rencana anggaran program drainase lingkungan dalam rangka pencapaian target
Dinas PU Bid.Cipta Karya
Belum Ada
Tidak Ada
Dinas PU Bid.Cipta Karya
Belum Ada
Tidak Ada
Dinas PU Bid.Cipta Karya,Dinas Tata Kota Dinas PU Bid.Cipta Karya Dinas PU Bid.Cipta Karya
Belum Ada Belum Ada Belum Ada
Tidak Ada
PENGADAAN SARANA • Menyediakan / membangun sarana drainase lingkungan PENGELOLAAN • Membersihkan saluran drainase lingkungan • Memperbaiki saluran drainase lingkungan yang rusak • Melakukan pengecekan kelengkapan utilitas teknis bangunan (saluran drainase lingkungan) dalam pengurusan IMB PENGATURAN DAN PEMBINAAN
PROGRAM PERCEPATAN SANITASI PERMUKIMAN POKJA AMPL PPSP KABUPATEN MALINAU
Tidak Ada Tidak Ada
III- 64
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MALINAU 2013 • Menyediakan advis planning untuk pengembangan kawasan permukiman, termasuk penataan drainase lingkungan di wilayah yang akan dibangun
Dinas PU Bid.Cipta Karya
Belum Ada
Tidak Ada
• Memastikan integrasi sistem drainase lingkungan (sekunder) dengan sistem drainase sekunder dan primer
Dinas PU Bid.Cipta Karya
Belum Ada
Tidak Ada
• Melakukan sosialisasi peraturan, dan pembinaan dalam hal pengelolaan drainase lingkungan
Dinas PU Bid.Cipta Karya,Humas Setkab
Belum Ada
Tidak Ada
Sumber : Dinas PU Cipta KaryaKab. Malinau
Tabel 3.29 Peta Peraturan Drainase Lingkungan Kabupaten Malinau Peraturan
Ketersediaan Pelaksanaan Ada Tidak Ada Efektif Belum Efektif Tidak Efektif
Keterangan
Drainage Lingkungan • Target capaian dalam pelaksanaan pelayanan pengelolaan drainase
√
√
lingkungan di Kabupaten Malinau • Kewajiban dan sanksi bagi Pemerintah Kabupaten Malinau dalam menyediakan drainase
√
√
lingkungan • Kewajiban dan sanksi bagi Pemerintah Kabupaten Malinau dalam memberdayakan masyarakat dalam pengelolaan drainase
√
√
lingkungan • Kewajiban dan sanksi bagi masyarakat dan atau pengembang untuk menyediakan sarana drainase lingkungan, dan menghubungkannya
√
√
dengan sistem drainase sekunder • Kewajiban dan sanksi bagi masyarakat untuk memelihara sarana drainase lingkungan sebagai saluran pematusan air hujanr
Sumber: Dinas PU Pengairan Kab. Malinau
3.4.2
Sistem dan Cakupan Pelayanan Pada saat ini sistem drainase di Kabupaten Malinau tidak terlalu baik. Pada
musim hujan sering terjadi genangan pada sebagian wilayah kota terutama pada daerah yang mempunyai topografi relatif datar. Genangan juga disebabkan oleh luapan dari sungai-sungai yang ada. Sistem jaringan yang ada saat ini masih belum ada pemisahan antara drainase untuk air hujan dan air limbah. PROGRAM PERCEPATAN SANITASI PERMUKIMAN POKJA AMPL PPSP KABUPATEN MALINAU
III- 65
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MALINAU 2013 Pada lingkup wilayah perdesaan sistem saluran drainase lingkungan juga belum terencana dengan baik, penyusunan perencanaan, program dan target pencapaian umumnya disusun berdasarkan kebutuhan program dan anggaran yang tersedia . Dengan melihat porsi anggaran sanitasi khususnya drainase lingkungan yang tertata dalam APBD Kabupaten Malinau yang sangat kecil, sehingga permasalahan drainase lingkungan di beberapa kecamatan yang ada belum dapat teratasi dengan baik. Dan hingga kini master plan bidang sanitasi lingkungan juga belum ada sebagai dokumen rujukan pembangunan darinase untuk mengurangi genangan dan luapan banjir rutin. Kondisi dilapangan secara umum menunjukkan, bahwa sistem pengaliran drainase lingkungan di kabupaten Malinau (perkotaan) banyak dipengaruhi oleh daya tampung saluran drainase yang tidak mampu menampung luapan air hujan (curah hujan tinggi), disamping dipengaruhi dataran rendah, permukiman padat, pengalihan atau tidak berfungsinya sistem saluran yanga ada, dan prilaku buang sampah yang tidak tepat. Secara fungsional, sistem saluran drainase lingkungan yang memenuhi standar setidaknya bersumber dari produk input (utamanya air hujan) ditambah dari user interface, diteruskan
pada
proses
pengumpulan/penampungan
atau
pengolahan
awal,
pengakutan/pengaliran, pengolahan akhir terpusat (semi) dan pendauran ulang atau pembuangan akhir. Berikut ini adalah Diagram Sistim Sanitasi Pengelolaan Drainase Lingkungan yang ada di Kabupaten Malinau. (Lihat Gambar Gambar 3.28 Diagram Kondisi Sistem Sanitasi Pengelolaan Drainase Lingkungan)
Gambar 3.12 Kondisi Drainage Lingkungan Wilayah Perkotaan Kabupaten Malinau
Drainage Lingkungan Perkotaan
PROGRAM PERCEPATAN SANITASI PERMUKIMAN POKJA AMPL PPSP KABUPATEN MALINAU
Drainage Lingkungan Malinau Kota
III- 66
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MALINAU 2013 Permasalahan Banjir dan Genangan Kabupaten Malinau hampir disemua kecamatan rata-rata memiliki atau dilewati oleh sungai-sungai yang cukup besar dan panjang. Kondisi ini disatu sisi merupakan keuntungan karena dapat digunakan sebagai irigasi pertanian serta sumber air bersih. Disisi lain keberadaan sungai-sungai ini juga sering menjadi sumber bencana banjir dan genangan di pemukiman-pemukiman penduduk. Pembangunan prasarana drainase di Kabupaten Malinau sejak menjadi daerah otonom pasca pemekaran wilayah dari Kabupaten Bulungan cukup pesat. Namun pertumbuhan penduduk serta dimensi saluran yang kecil dan curah hujan yang cukup tinggi sehingga membuat air sungai meluap yang menyebabkan sering kali terjadinya bencana banjir yang merusak infrasruktur yang telah dibangun sebelumnya. Disisi lain dengan letak pemukiman dari sebagian besar warga Malinau berada di bantaran sungai, sudah barang tentu sebagian wilayah di pengaruhi pasang surut air sungai. Hal ini berpotensi genangan yang sulit untuk diatasi. Gambar 3.11 Kondisi Banjir/Genangan Pada saat Air Sungai Naik di Wilayah Perkotaan Kabupaten Malinau
Secara umum di Kabupaten Malinau dari hasil studi EHRA melalui wawancara menyatakan sebesar 62% tidak pernah mengalami banjir, sedangkan yang menyatakan sekali dalam setahun sebanyak 21,5%, beberapa kali dalam setahun sebanyak 14,3% dan sebanyak 1,3% menyatakan sekali atau beberapa kali dalam sebulan. Memasuki cluster 2 sampai dengan 4 yang mengalami banjir beberapa kali dalam setahun, walaupun dibebeberapa titik tertentu adalah di klaster 4 yaitu 42,5%, klaster 3 sebanyak 27,5%, klaster 2 sebanyak 2,9% . Lihat Tabel Grafik 3.4.1 Persentase Rumah Tangga Yang Pernah Mengalami Banjir Kabupaten Malinau Tahun 2013.
PROGRAM PERCEPATAN SANITASI PERMUKIMAN POKJA AMPL PPSP KABUPATEN MALINAU
III- 67
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MALINAU 2013
Kluster Desa/Kelurahan
Kab
1.3
14.3 21.5 12.5
4
Beberapa kali dalam
.0
3
17.5 .0 2.9
2
.0
Sekali atau beberapa dalam sebulan
42.5
27.5
15.0
Tidak tahu
62.0
27.5
Sekali dalam setahun
55.0
Tidak pernah
73.3 22.5 20.0
40.0
60.0
80.0
Grafik 3.11 Persentase Rumah Tangga Yang Pernah Mengalami Banjir Kabupaten Malinau Tahun 2013
Dari seluruh responden di Kabupaten yang menjawab pernah mengalami banjir, sehingga rumah tangga yang kondisinya menjawab selalu rutin terkena banjir (dari 152 responden) sebanyak 21,7%, sebaliknya lebih banyak kondisi rumah tangga responden yang tidak pernah mengalami banjir rutin yaitu sebesar 78,3%. Lihat Tabel berikut ini.
Kluster Desa/Kelurahan
Kab
78.3 21.7 70.6
4
29.4 Tidak 85.2
3
Ya
14.8 76.6
2
23.4 .0
20.0
40.0
60.0
80.0
100.0
Grafik 3.12 Persentase Rumah Tangga Yang Mengalami Banjir Rutin di Kabupaten Malinau Tahun 2013 PROGRAM PERCEPATAN SANITASI PERMUKIMAN POKJA AMPL PPSP KABUPATEN MALINAU
III- 68
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MALINAU 2013
Pada saat terjadinya banjir frekuensi lamanya tergenang air (lihat grafik 3.4.3) secara umum yang terbanyak adalah lebih dari 1 hari yaitu sebesar 48,6%, 1 hari sebesar 18,9%, menjawab setengah hari sebesar 10,8%, antara 1 – 3 jam sebanyak 16,2 dan sedangkan yang kurang dari 1 jam sebesar 5,4%.
Kab Kluster Desa/Kelurahan
48.6
18.9 10.8 16.2 5.4 4
33.3 33.3 33.3
.0 .0
3
.0 .0 .0
Satu hari 94.1
5.9
Setengah hari Antara 1 - 3 jam Kurang dari 1 jam
5.9 2 11.8 .0
Lebih dari 1 hari
20.0
29.4 23.5 29.4 40.0
60.0
80.0
100.0
Grafik 3.13 Lama Air Menggenang Jika Terjadi Banjir di Kabupaten Malinau Tahun 2013 Lama air menggenang pada saat banjir pada klaster 2 antara 1-3 jam dan satu hari masing-masing sebesar 29,4%, lebih parah terjadi di klaster
3 pernah
mengalami banjir selama lebih dari 1 hari dengan persentase sebesar 94,1%. Berbeda yang terjadi dengan klaster 4 yang terjadi lama banjir antara lebih dari 1 hari, satu hari dan antara 1-3 jam masing-masing sebesar 33,3%. Secara keseluruhan terjadinya genangan selama air tersebut menggenang sebesar 56,3% di halaman rumah, sebesar 72,9% tergenang di dekat dapur, demikian juga sebesar 66% tergenang di dekat kamar mandi, selanjutnya sebesar
13,2%
tergenang air di dekat bak penampungan air, dan sisanya sebesar 0,7% terjadi tegenang air di titik tertentu sekitar rumah/lainnya. Melalui Grafik 3.44 terlihat bahwa pada setiap klaster yang mendominasi sebagian tergenang air adalah didekat dapur dan dekat kamar mandi, yang terbesar didekat dapur dan kamar mandi adalah di klaster 4 masing-masing sebesar 95,2%, di klaster 3 yang terbesar di halaman rumah sebesar 70%, klaster 2 terbesar adalah di dekat dapur sebesar 78,6%.
PROGRAM PERCEPATAN SANITASI PERMUKIMAN POKJA AMPL PPSP KABUPATEN MALINAU
III- 69
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MALINAU 2013
.7 Kab
13.2 56.3
Kluster Desa/Kelurahan
4.8 4
66.0 72.9
14.3 66.7
.0 .0
3
.0 2
10.0
20.0
15.5
20.0
95.2 95.2
40.0
60.0
Di dekat dapur Dihalaman rumah
70.9 78.6 80.0
Di dekat bak penampungan Di dekat kamar mandi
70.0
51.5 .0
Lainnya
100.0
Grafik 3.14 Persentase Lokasi Genangan Sekitar Rumah di Kabupaten Malinau Tahun 2013
Permasalahan banjir dan genangan di Kabupaten Malinau yang terjadi di beberapa kecamatan pada umumnya disebabkan oleh : a.
Adanya pengrusakan hutan di daerah hulu sungai oleh masyarakat dan perusahaan-perusahaan tertentu.
b.
Lokasi rendah di daerah pesisir yang menerima luapan air dari saluran ataupun limpasan air dari kawasan lain yang lebih tinggi.
c.
Adanya limpasan air dalam jumlah yang besar berasal dari arah hulu ketika hujan dengan intensitas yang cukup.lama.
d.
Terjadinya pendangkalan dan/atau tersumbatnya saluran oleh sampah dan timbunan tanah yang berfungsi sebagai jembatan penghubung dari rumah ke jalan.
e.
Lokasi yang terletak di daerah cekungan dan tidak tersedianya prasarana drainase,atau prasarana drainase tersedia tetapi tidak/kurang memadai.
f.
Adanya penyempitan saluran di dekat outlet yang dilakukan oleh pemilik lahan
g. Rendahnya kesadaran masyarakat untuk ikut memelihara dan menjaga saluran drainase yang sudah terbangun dari sedimen sampah dan tumbuhnya semak yang menganggu aliran pada drainase.
PROGRAM PERCEPATAN SANITASI PERMUKIMAN POKJA AMPL PPSP KABUPATEN MALINAU
III- 70
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MALINAU 2013 Gambar 3.11 Diagram Kondisi Sistem Sanitasi Pengelolaan Drainase Lingkungan
PROGRAM PERCEPATAN SANITASI PERMUKIMAN POKJA AMPL PPSP KABUPATEN MALINAU
III- 71
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MALINAU 2013
No
Nama Jalan/ Lokasi Saluran
Tabel 3.30 Kondisi Jaringan/Saluran Drainase Kabupaten Malinau Panjang
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
Malinau-Tanjung Lapang Tanjung Lapang-Pulau Sapi Jl. Kesehatan-Jl. Panembahan Jl.Mesjid- Jl. Panembahan Jl. Duyan-Jl. Panembahan Jl. Damai-Jl. Panembahan Jl. Raja Alam-Jl. Panembahan Jl. Pelajar-Jl. Raja Alam Malinau-Tanjung Keranjang Tanjung Keranjang-Batu Lidung Jl. Gereja-Malinau Jl. Raja Alam-Tanjung Keranjang Jl. Raja Alam-Batu Lidung Jl. Raja Alam-Kuala Lapang Jl. Kihajar Dewantara-Malinau P. Betung. Jl. Malinau-Bts. Bul. Jl. Pelita Kanaan-Jl. Panembahan Jl. Maharajadinda Malinau Seberang-Salap Salap-Seruyung Jl. Simp. RSU-Jl. SPP Jl. TVRI-Tanjung Lapang Tg. Harapan-Bengalun Jl. Sempayang Baru-Malinau Jl. Desa Sesua-Malinau
( Km ) 12.00 9.50 0.70 0.70 0.95 0.17 0.16 0.13 7.60 2.50 1.62 2.80 3.40 4.70 1.62 2.10 2.50 3.50 12.35 6.00 3.20 0.50 13.50 3.40 2.00
26 27 28 29 30 31 32
Jl. Lok. Pst Pemerintahan-Malinau Salap-Putat Pulau Sapi-Setulang Malseb-Mentarang Baru Pulau Sapi-Singai Terang Simp. Gong Solok-Gong Solok Simp. Batu Kajang-Batu Kajang
6.25 1.20 15.00 30.00 3.00 6.00 8.00
PROGRAM PERCEPATAN SANITASI PERMUKIMAN POKJA AMPL PPSP KABUPATEN MALINAU
Dimensi Tinggi Lebar (m) (m) 0.80 1.00 0.80 1.00 0.80 1.00 0.80 1.00 0.80 1.00 0.80 1.00 0.80 1.00 0.80 1.00 0.80 1.00 0.80 1.00 0.80 1.00 0.80 1.00 0.80 1.00 0.80 1.00 0.80 1.00 0.80 1.00 0.80 1.00 0.80 1.00 0.80 1.00 0.80 1.00 0.80 1.00 0.80 1.00 0.80 1.00 0.80 1.00 0.80 1.00 3.00 0.80 0.80 0.80 0.80 0.80 0.80
6.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00
Luas Catchment Area ( Ha ) 19.20 15.20 1.12 1.12 1.52 0.27 0.26 0.21 12.16 4.00 2.59 4.48 5.44 7.52 2.59 3.36 4.00 5.60 19.76 9.60 5.12 0.80 21.60 5.44 3.20 225.04 1.92 24.00 48.00 4.80 9.60 12.80
Jumlah
Penduduk 4,676 1,645 11,724 540 1,119 540 1,119 2,461 1,039 2,368 3,194 10,024 257 758 2,225 540 503 -
506 956 426 233 481
Konstruksi Saluran Saluran Permanen Tanah √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ -
√ √ √ √ √ √
Kondisi Baik
Sedang
Buruk
-
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
√ √ √ √ √ √ √ -
-
√ -
√ √ √ √ √ √
III- 72
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MALINAU 2013
No 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 67 68 69 70 71 72 73
Nama Jalan/ Lokasi Saluran Simp. Setarap-Setarap Simp. Setulang-Setulang Simp.Adiu-Adiu Simp. Sentaban-Sentaban Simp. Langap-Langap Sembuak-Tajan Sembuak-Luso Jl. Ladang (Malseb.)-Islamic Centre Jl. Malinau Batas Bulungan-Seputuk Jl. Malinau Bts. Nunukan-Seruyung Jl. Malinau Bts. Krayan-Bts. Kab. Jl. Lg. Ampung Tapak Mega-Bts Negara Bts. Kutai Barat-Mahak Baru-Ktr. Cmt S. Boh. Mahak Baru-Long Ampung -Kayan Hulu Malinau-Loreh-Ktr. Camat Malinau Selatan Loreh-Camp.-Temalang-Ktr. Camat Malsel Jl. Kuala Lapang-SMP 6 -Jl. Tg. Lapang-P. Sapi Jl. Lidung Kemenci-Pulau Sapi Jl. Dermaga Kelapis-Dermaga Kelapis Jl. Simp. Semenggol-Semenggol Jl. Simp.Raja Alam-Simp. Raja Pandita-Raja Alam Jl. Camp. Temalang-Lg. Alango-A. Ping-Bts N. Jl. PLTD-Kuala Lapang Jalan Makam Kristiani Jl. Dermaga Pendaratan Ikan -Pasar Baru Jl. Masuk Asrama Brimob Jl. Brimob-seminggol Jl. Menuju Show Room Jl. Pendekat Jembatan Sungai Malinau Setulang Jl. Menuju Objek Wisata Setulang Jl. Long Ampung -Bandara Jl. Mahak Baru-Sei Barang Jl. Ibu Kota Kecamatan Malinau Selatan Jl. Mahak Baru-Desa Agung Baru Jl. Menuju BBI Kab. Malinau Jl. Simpang Pusat Pemerintahan-Tg. Keranjang Jl. Lingkar RT. I-Jl. AMD
PROGRAM PERCEPATAN SANITASI PERMUKIMAN POKJA AMPL PPSP KABUPATEN MALINAU
Panjang ( Km ) 12 10 15 10 8 5 3 2 23 28 68 25 40 87 70 40 4.2 6 1.2 2.5 2 160 0.5 0 0.1 3.00 1.40 0.05 1.50 0.00 2.00 70.00 1 10 2.5 4,960 0.241
Dimensi Tinggi Lebar (m) (m) 0.80 1.00 0.80 1.00 0.80 1.00 0.80 1.00 0.80 1.00 0.80 1.00 0.80 1.00 0.80 1.00 0.80 1.00 0.80 1.00 0.80 1.00 0.80 1.00 0.80 1.00 0.80 1.00 0.80 1.00 0.80 1.00 0.80 1.00 0.80 1.00 0.80 1.00 0.80 1.00 0.80 1.00 0.80 1.00 0.80 1.00 0.80 1.00 1.00 0.80 0.80 1.00 0.80 1.00 0.80 1.00 0.80 1.00 0.80 1.00 0.80 1.00 0.80 1.00 0.80 1.00 0.80 1.00 0.80 1.00 0.80 1.00 0.80 1.00
Luas Catchment Area ( Ha ) 19.20 16.00 24.00 16.00 12.80 8.00 4.80 2.56 36.80 44.80 108.80 40.00 64.00 139.20 112.00 64.00 6.72 9.60 1.92 4.00 2.64 256.00 0.80 0.00 0.16 4.80 2.24 0.08 2.40 0.00 3.20 112.00 1.60 16.00 4.00 7,936.00 0.39
Jumlah Penduduk -
-
-
-
-
-
355 156 270 787 758 426 1315 257 656 694 383 1001 787 351 720
867 200
Konstruksi Saluran Saluran Tanah √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Permanen
Kondisi Baik
Sedang
Buruk
√ -
√ √ √ √ √ √ √ √ √ -
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
III- 73
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MALINAU 2013
No 74 75 76 77 78 79 80
Nama Jalan/ Lokasi Saluran
81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95
Jl. Batu Lidung Jl. Sekolah Terpadu Kuala Lapang Jl. Setaban- Air Terjun Semolon Jl. Christian Center-Sunggun Jl. Menuju SMU IV Mentarang Jl. Menuju Ktr. Camat-Puskesmas Mentarang Jl. Penghubung (Samping Ktr. Ds. Kuala Lapang) Jl. Jendral Sudirman -Jl. Poros Christian Center Jl. Masuk GBIB Kuala lapang Jl. SD Setulang-Jbt Sei Setulang Jl. Sesua RT II- Jbt Sidemara Jl. Swadaya (Tg. Lapang) Jl. Air Terjun Marthin Billa Jl. Simpang Raja Alam-RT XI Malinau Hilir Jl. Desa Langap Jl. Desa Long Sule-Lapter Long Sule Jl. Menuju SLB RT. XVIII Malinau Hilir Jl. Lingkungan DAS Kuala Lapang RT.I dan V Jl. Pemakaman Cina Jl. Dalam Desa Taras Jl. Kuburan Kristen-Sungai Sengayan Jl. Sembuak Warot -Simpang Jl. Provinsi Jl. Batu Narit-Jl. Pendeta Desa Tg. Lapang
96 97 98 99 100 101 102 103 104 105 106 107 108
Jl. Mentarang Baru-Jl. Propinsi Jl. SD 008 Seluwing Jl. Belakang DPRD-Jl. Samping Stadion Jl. Lokasi Pameran Jl. Dalam Desa Setulang Jl. Anye Usat Jl. Apui Njau Jl. Long Adau Jl. Majakan Jl. Lg. Nawang- Lg. Ampung Jl. Mahak Baru-Lg. Bangun Sekatak Buji-Malinau Malinau-Mansalong
PROGRAM PERCEPATAN SANITASI PERMUKIMAN POKJA AMPL PPSP KABUPATEN MALINAU
Panjang ( Km ) 0.81 0.18 24.00 2.90 1.63 0.90 0.82 0.38 0.43 0.40 2.30 0.80 1.89 0.70 0.80 0.15 0.90 1.30 0.54 2.00 1.40 0.63 7.25 0.46 0.50 0.17 2.00 0.63 0.74 0.60 0.50 17.80 90.00 103.41 28.60
Dimensi Tinggi Lebar (m) (m) 0.80 1.00 0.80 1.00 0.80 1.00 0.80 1.00 0.80 1.00 0.80 1.00 0.80 1.00 0.80 1.00 0.80 1.00 0.80 1.00 0.80 1.00 0.80 1.00 0.80 1.00 0.80 1.00 0.80 1.00 0.80 1.00 0.80 1.00 0.80 1.00 0.80 1.00 0.80 1.00 0.80 1.00 0.80 1.00 0.80 1.00 0.80 1.00 0.80 1.00 0.80 1.00 0.80 1.00 0.80 1.00 0.80 1.00 0.80 1.00 0.80 1.00 0.80 1.00 0.80 1.00 0.80 1.00 0.80 1.00 0.80 1.00 0.80 1.00
Luas Catchment Area ( Ha ) 1.29 0.29 38.40 4.64 2.61 1.44 1.31 0.61 0.69 0.64 3.68 1.28 3.02 1.12 1.28 0.24 1.44 2.08 0.86 3.20 2.24 1.00 11.60 0.74 0.80 0.27 3.20 1.00 1.18 0.96 0.80 28.48 144.00 165.45 45.76
Jumlah Penduduk 1,119 461 713 1,641 -
Konstruksi Saluran Saluran Permanen Tanah √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Kondisi Baik
Sedang
Buruk
√ -
√ √ √ √ √ √ √ √ -
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
III- 74
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MALINAU 2013 Pengelolaan drainase perkotaan yang berkelanjutan sangatlah penting dalam peningkatan kualitas permukiman dimana drainase merupakan pengaliran dari buangan limbah cair yang bersumber dari limbah rumah tangga, air buangan dan pengaruh pasang surutnya air sungai yang kesemuanya diatur dalam suatu sistem pengaliran dengan mengutamakan tinggi permukaan tanah (kontur tanah) sehingga pengaliran air limbah dapat mengalir dengan baik kesaluran drainase pembuang dengan semaksimal mungkin. Pasang surut mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap sistem drainase di wilayah Kabupaten Malinau yang terletak di kawasan Perkotaan , khususnya untuk daerah yang datar dengan elevasi muka tanah yang tidak cukup tinggi masalah yang dihadapi antara lain: 1. Terjadinya genangan di kawasan-kawasan yang elevasinya berada di bawah muka air pasang 2. Terhambatnya aliran-aliran air/banjir pada saluran yang langsung berhubungan dengan sungai (yang berpengaruh terhadap pasang surut) akibat naiknya permukaan air pada saat air pasang 3. Drainase sistem tidak dapat bekerja dengan penuh sehingga perlu bantuan pompa dan pada outlet-outlet yang berfungsi untuk mencegah masuknya air sungai pada saat pasang sehingga biaya kontruksi maupun operasi dan pemeliharaan sistem drainase menjadi mahal 4. Bangunan untuk air khususnya terbuat dari metal mudah berkarat dan rusak akibat terkena air sungai hal ini meningkatkan biaya pemerliharaan 5. Tidak adanya pintu-pintu air untuk mengatasi pengaliran sungai (DAS). Oleh karena itu, perencanaan drainase yang dipengaruhi pasang surut perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut : a. Tinggi dan tipe pasang surut b. Elevasi kawasan yang menjadi objek drainase. Saluran drainase di Kabupaten Malinau berperan sebagai jaringan sisa buangan kegiatan kota dan jaringan air hujan. Sistem yang digunakan pada jaringan ini adalah memanfaatkan kelerengan lahan dengan menyesuaikan topografi dan mengalirkan ke sungai yang ada. Berdasarkan status pengalirannya, drainase di Kabupaten Malinau dibedakan atas:
POKJA AMPL PPSP KABUPATEN MALINAU
III- 75
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MALINAU 2013 1. Drainase Primer: Merupakan drainase utama yang berfungsi sebagai daerah tumpahan air dari drainase sekunder dan tersier sebelum ke sungai . Drainase ini juga merupakan aliran-aliran sungai utama yang ada di Kabupaten Malinau. Drainase primer yang ada di Kabupaten Malinau adalah Sungai Malinau, Sungai Kayan dan Sungai Tubu. 2. Drainase Sekunder: merupakan wadah pengaliran dari drainase tersier sebelum ke drainase primer. Drainase sekunder ini dapat berupa anak sungai dari drainase primer. 3. Drainase Tersier: Drainase yang merupakan wadah pangaliran yang umumnya merupakan saluran pembuangan rumah tangga yang berada di lingkungan pemukiman. Jaringan drainase di Kabupaten Malinau juga melayani sisa buangan dari kegiatan perekonomian industri rumahan dan pasar . Limbah ini sudah mengalami pengolahan awal sebelum dibuang keperairan, sehingga dampak polusi yang dihasilkan dapat diminimalisir. Secara umum kebijakan pengelolaan drainase Kabupaten Malinau adalah dengan meningkatkan kualitas dan kuantitas prasarana dan sarana permukiman melalui peningkatan peran serta masyarakat dan tetap mempertahankan fungsi lingkungan bekerjasama dengan daerah tetangga. 4. Drainase Makro Sistem drainase induk yang ada di wilayah Kabupaten/Kota adalah sistem drainase alam, yaitu suatu sitem yang menggunakan sungai dan anak sungai sebagai sistem primer penerima air buangan dari saluran – saluran sekunder dan tersier yang ada. Keseluruhan sistem tersebut berfungsi untuk menyalurkan air hujan dan limbah rumah tangga. Sebagian dari saluran drainase sekunder yang ada juga menggunakan saluran irigasi sebagai saluran pembuangannya. Pada dasarnya terdapat 2 (sungai) sungai utama sebagai badan penerima air. Sungai utama dimaksud adalah : a. Daerah Aliran Sungai Malinau b. Daerah Aliran Sungai Tubu c. Daerah Aliran Sungai Kayan
POKJA AMPL PPSP KABUPATEN MALINAU
III- 76
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MALINAU 2013 Tabel 3.31 Kondisi DAS Kabupaten Malinau Tahun 2008 No
DAS
Yang di Normalisasi (m dpl) 0 – 700
Luas
Panjang Sungai
(km²)
(km)
3.93
131
-
1
Sungai Malinau
2
Sungai Tubu
700 - 1.500
-
-
3
Sungai Kayan
700 - 1.500
57.6
576
Keterangan
Sumber : RTRW Kabupaten Malinau Tahun 2007 (Diisi dengan data tahun 2008)
1. Drainase Mikro Disamping sungai - sungai tersebut di atas, terdapat juga saluran - saluran pembuang dari pusat - pusat daerah tangkapan di dalam kota atau wilayah permukiman ke sungai dan atau anak sungai yang dikategorikan sebagai saluran sekunder atau primer. Drainase mikro berupa saluran - saluran pembuang dari suatu kawasan, dimana sistem yang ada masih menjadi satu antara pembuangan air hujan dengan limbah rumah tangga. Pada umumnya saluran drainase yang ada mengikuti alur jalan yang ada dan belum terbagi menurut hirarki sistem aliran maupun sistem blok pelayanan.
POKJA AMPL PPSP KABUPATEN MALINAU
III- 77
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MALINAU 2013 3.4.3 Kesadaran Masyarakat dan PMHSJK Kepedulian masyarakat
tentang pentingnya
drainase bagi penyehatan
lingkungan permukiman di Kabupaten Malinau masih rendah, hal ini tercermin dari kondisi riil di lapangan, dimana kepemilikan prasarana dan tingkat pengelolaan saluran drainase lingkungan masih jauh diharapkan. Pada lingkup perdesaan, sistem prasarana saluran drainase belum memenuhi harapan, sebagian besar lingkungan permukiman desa sudah memiliki saluran sekunder dan rata-rata berada pada sisi kiri-kanan jalan utama, namun sistem pengalirannya rata-rata belum terstruktur atau tidak terencana dengan baik. Sebagian besar desa tidak memiliki saluran tersier, sistem penyaluran air hujan dialirkan dari talang/atap rumah ke persil, lalu ke saluran tersier, sekunder hingga ke saluran akhir (sungai), tidak jarang ditemui sistem pembuangan akhirnya tidak jelas, tidak ada koneksi yang terpadu antara sistem saluran tersier ke saluran sekunder, dari saluran sekunder ke saluran primer, sistem pengolahan akhir (IPAL) belum tersedia. Kondisi saluran drainase di lingkungan permukiman desa sebagian besar berupa saluran sederhana atau maksimal semi permanen. Peran serta masyarakat diperlukan dalam pengelolaan drainase lingkungan antara lain : 1.
Pembersihan saluran dengan cara kerja bakti di setiap lingkungan.
2.
Membayar retribusi sampah sehingga tidak membuang sampah ke saluran drainase.
3.
Membuat saluran pembuangan air limbah rumah tangga ke belakang rumah.
3.4.4 Pemetaan” Media Sejauh ini belum ada kerjasama yang bersifat rutin, beberapa media lokal dan nasional belum dimanfaatkan secara optimal untuk kampanye pengelolaan sanitasi, lebih-lebih menyangkut pengelolaan drainase lingkungan termasuk juga air limbah. Potensi-potensi lembaga-lembaga swadaya masyarakat dan dunia usaha dapat dimanfaatkan secara optimal untuk meningkatkan layanan sanitasi dan kepedulian masyarakat dalam pengelolaan sistem sanitasi, khususnya pengelolaan drainase lingkungan. Tabel 3.32 : Kegiatan Komunikasi yang Ada di Kabupaten Malinau POKJA AMPL PPSP KABUPATEN MALINAU
III- 78
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MALINAU 2013 No 1
Kegiatan Sosialisasi & Pelatihan
Tahun 2012
Dinas Pelaksana Kecamatan
Tujuan Kegiatan Membangun kesadaran dan tanggung jawab masyarakat pada prasarana drainase yg telah terbangun
Khalayak Sasaran Aparat desa dan kelompok Pelaksana dan pemelihara prasarana yang dibentuk
Pesan Kunci Tanggung jawab menjaga kebesihan drainase dan pemeliharaan berkala adalah tanggung jawab bersama masyarakat pengguna
Pembelajaran Adanya tanggung jawab bersama serta rasa memiliki.
Tabel 3.33 Media Komunikasi yang Ada di Kabupaten Malinau No 1
Nama Media
Jenis Acara
Isu yang Diangkat
Pesan Kunci
Pendapat Media
Pelangi
Sosialisasi Perbaikan
Kondisi drainase di
Masyarakat harus
Bila tidak ada
Kaltara
Drainase
Kabupaten Malinau
memiliki kesadaran
keperdulian
Yang tidak terawat
yang kurang
untuk menjaga
masyarakat
dpelihara dari
fasilitas/infrastruktur
untuk turut
sumbatan dan
yang dibangun di
memelihara
perbersihan semak
lingkungan sekitarnya
drainase yang telah dibangun, maka umur manfaat dari drinase yang dibangun sangat singkat.
2
Papan
Penempelan
Banyaknya
Prasarana yang
Perlunya
informasi desa
famplet/brosur
prasarana
dijaga dengan baik
kesadaran
drainase yang
Akan memberikat
kritis dari
dibangun tidak
umur manfaat
masyarakat
terpelihara dan
yang panjang
tentang
dikelolah dengan
prasarana
baik
yang berprinsip “dari, oleh, untuk masyarakat.
POKJA AMPL PPSP KABUPATEN MALINAU
III- 79
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MALINAU 2013 3.4.5 Partisipasi Dunia Usaha Ditinjau dari aspek partisipasi dunia usaha dalam konteks pengelolaan drainase lingkungan oleh dunia usaha ataupun swasta masih rendah baik dalam penyediaan prasarana maupun dari sisi pemeliharaan saluran drainase. Untuk itu perlu kiranya dilakukan sosialisasi dari Pemerintah daerah untuk mengajak pihak swasta terlibat dalam kegiatan pembangunan maupun pengelolaan drainase lingkungan.
3.4.6 Pendanaan dan Pembiayaan Tabel 3.34 Rekapitulasi Realisasi Pendanaan Komponen drainase lingkungan No
Belanja (Rp)
Subsektor
2011
2012
Ratarata
2013
1
Drainase (3a+3b)
3,024,885,450.00
9,406,209,425.00
20,275,929,500.00
1.a
Pendanaan Investasi air
3,024,885,450.00
9,406,209,425.00
20,275,929,500.00
1.b 1.c
Pendanaan OM yang dialokasikan dalam APBD Perkiraan biaya OM berdasarkan infrastruktur terbangun
0
0
0
3.4.7 Permasalahan mendesak dan Isu strategis Permasalahan yang dihadapi di dalam pengelolaan sistem drainase lingkungan di kabupaten Malinau menunjukkan bahwa : -
Sistem kelembagaan pengelolaan drainase lingkungan di kabupaten Malinau masih sangat lemah, yang ditunjukan oleh lemahnya penyusunan perencanaan, program/target dan penganggaran yang berujung pada terbatasnya penyediaan prasarana drainase, rendah sistem dan cakupan layanan sistem drainase, lemahnya
kekuatan
publikasi
dan
sosialisasi,
dan
rendahnya
kesadaran
masyarakat, dunia usaha maupun pemerintah dalam pengelolaan drainase. POKJA AMPL PPSP KABUPATEN MALINAU
III- 80
Pertum buhan (%)
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MALINAU 2013 -
Pelayanan drainase belum menjangkau seluruh lingkungan permukiman baik di daerah perdesaan maupun perkotaan, sistem drainase lingkungan belum tertata dan dikelola dengan baik, belum terstruktur atau belum ada sistem pengaliran yang baik dan terstruktur, kondisi fisik drainase yang tidak layak, sebagian besar saluran drainase yang ada belum permanen.
-
Kesadaran masyarakat maupun jender dan kemiskinan dalam pengelolaan drainase masih sangat rendah, terlihat dari rendahnya tingkat pemeliharaan dan rasa mimiliki atas prasarana yang ada dan rendahnya layanan drainase lingkungan.
-
Dukungan media komunikasi khususnya media lokasl dalam pubilikasi dan sosialisasi sistem sanitasi drainase lingkungan masih sangat rendah, dukungan atau kerjasama pemerintah, masyarakat dan dunia usaha
dengan media
komunikasi lokal masih rendah.
No 1
Tabel 3.35 Lokasi Genangan di Kabupaten Malinau Lama Luas Tinggi Lokasi Genanga Penyebab (ha) Genangan n - Penyempitan Alur Desa Malinau Kota 12 6 jam 15 - 1.00 cm - Tumbuhnya permukiman di sebagian badan sungai
2
Desa Malinau Hilir
6
6 jam
15 - 60 cm
- Kapasitas bangunan
3
Desa Malinau Seberang, Desa Kaliamok dan Desa Lepaga , Belayan Salap, Kelapis dan Seruyung
46
6 jam
15 – 1.00 cm
- Wilayah pasang surut - Pemukiman padat
4
Tg. Lapang
6
6 jam
15 - 50 cm
5
Kuala Lapang
4
6 jam
15 - 50 cm
6
Desa Batu Lidung
11
6 jam
15 - 50 cm
6 jam
15 - 50 cm
7
Tg. Keranjang
11
persilangan kurang memadai
- Kapasitas bangunan
persilangan kurang memadai
- Perubahan kemiringan tajam - Kapasitas bangunan -
persilangan kurang memadai Permukiman mulai berkembang Merupakan daerah depresi Bangunan persilangan kurang memadai Pengelakan alur Sungai Malinau Kurangnya kapasitas bangunan persilangan
POKJA AMPL PPSP KABUPATEN MALINAU
III- 81
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MALINAU 2013
No 8
Lokasi
Luas (ha)
Sesua , Sempayang
23
Lama Genanga n
Tinggi Genangan
6 jam
15 - 50 cm
Sumber : DPU (Diisi dengan data tahun 2008)
Penyebab
- Merupakan daerah depresi - Kurangnya kapasitas bangunan persilangan
Tabel 3.36 Permasalahan dan Upaya Penanganan Saluran Drainase No A
Aspek Pengelolaan Drainase Kelembagaan : Bentuk institusi Dasar hukum pembentukan institusi SDM, dll
B
Teknis Operasional :
1
Perencanaan Ketersediaan dokumen Master Plan, FS, DED
2
Peningkatan/ Pembangunan Saluran Baru
2.a
2.c 3 3.a
3.b 3.c
Tindakan
Penanggung Jawab
Sudah Dilakukan
Sedang Dilakukan
Belum Dilakukan
Sdh ada tapi belum optimal
-
-
-
DPU
Minimnya Kuantitas dan kualitas Tenaga yang ada
-
-
Penempatan Tenaga sesuai dengan Kompetensinya
DPU
-
-
Penysunan Penataan Dranase Terpadu
DPU
Pembangunan Baru
Pengembangan Dranase Perkotaan
Normalisasi Drainase
DPU
Pembebasan Lahan
Pengadaan Lahan baru
Belum adanya dokumen perncanaan yang terpadu Fungsi Drainase banyak yang tidak berfungsi dengan baik
DPU dan Bag.Pertanahan
Pemasangan Turap
Lahan
Turap Kayu
Sulitnya mendapatkan material kayu
DPU
Saluran Sekunder
Kurang terpelihara
DPU
Saluran Tersier 2.b
Permasalahan Yang Dihadapi
Pemeliharaan Bangunan Pelengkap Gorong-gorong Pintu Air Pompa Jembatan Waduk Pembuatan Sumur Resapan Operasi dan Pemeliharaan Rutin Pengerukan Saluran Primer Sekunder Tersier Pemasangan Turap Turap beton/ Beton bertulang Pemeliharaan Saluran Primer Sekunder
Kurang terpelihara Belum Optimal
DPU DPU
Belum Optimal Belum Optimal Belum Optimal Belum Optimal Tidak ada Tidak ada Belum Optimal Belum Optimal Belum Optimal Belum Optimal Belum Optimal Pendanaan Pendanaan Belum Optimal Belum Optimal Belum Optimal
POKJA AMPL PPSP KABUPATEN MALINAU
III- 82
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MALINAU 2013 Tersier Belum Optimal Rehabilitasi Saluran Belum Optimal Primer Belum Optimal Sekunder Belum Optimal Tersier Belum Optimal Rehabilitasi Bangunan Belum Optimal 4.b Pelengkap Gorong-gorong Belum Optimal Pintu Air Belum Optimal Pompa Belum Optimal Talang Belum Optimal Jembatan Waduk C Pembiayaan : Sumber-sumber Pembiayaan Alokasi APBD Peraturan / D Perundangan Kelayakan Pakai Belum Optimal Penerapan Sanksi Belum Optimal E Peran Serta Masyarakat Belum Optimal Kampanye/ Penyuluhan Belum Optimal ketertiban swasta Belum Optimal Partisipasi Aktif Belum Optimal Masyarakat Sumber : Hasil Analisa RTRW 2011 4.a
3.5
Pengelolaan Komponen Terkait Sanitasi
3.5.1 Pengelolaan Air Bersih Jumlah pelanggan air minum saat ini di Kabupaten Malinau adalah sebanyak 8017 pelanggan khusus di Malinau Kota dan Kecamatan di sekitarnya, jumlah ini meningkat dari tahun sebelumnya yaitu sebesar 20.8 %. Untuk wilayah hulu yaitu yaitu daerah Apau Kayan, daerah Punjungan dan Mentarang yang tidak terlayani oleh jaringan PDAM. Ketersediaan air bersih didapat dari sumber air yang letaknya cukup bervariasi, kemudian dialirkan melalui pipa jaringan ke setiap rumah atau menggunakan kran umum. Pelanggan terbanyak adalah rumah tangga dan instansi pemerintah sebanyak 86,73 % sedangkan 11,09 % adalah hotel dan badan sosial. Gambar 3.13 Prasarana Jaringan Air Bersih di Kabupaten Malinau
Sumber : RTRW Kabupaten Malinau Tahun 2011
POKJA AMPL PPSP KABUPATEN MALINAU
III- 83
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MALINAU 2013
Tabel 3.37 Sasaran Penyediaan Pengelolan Dan Rumusan Masalah Air Minum Kawasan
Kabupaten Malinau
Uraian
Air bersih
Kondisi sistem yang ada
Kebocoran hingga 30.07%
sasaran Mengurangi kebocoran hingga 1.33 % pada tahun 2016
Persoalan Kebocoran yang terlalu berlebihan akan merugikan PDAM
Sumber: PDAM Kabupaten Malinau Tahun 2011
Tabel 3.38 Banyaknya Pelanggan Perusahaan Air Minum Tahun 2005-2009 No 1 2 3 4 5 6
Kategori Pelanggan Rumah Tangga( Tempat Tinggal/Kantor ) Hotel/Objek Wisata,Toko,Industri, Perusahaan Badan Sosial,Rumah Sakit ,Tempat Ibadah Sarana Umum Hydran Pelabuhan Lainnya Jumlah
2007 2,427 255 40 3 2,722
Jumlah Pelanggan 2008 2009 2010 2,802 3,063 3,656 270 298 332 41 40 42 3 4 4 3,113 3,405 4,034
2011 8,017 332 42 4 8,395
Sumber: PDAM Kabupaten Malinau
Semua-sumber air baku yang digunakan PDAM Kabupaten Malinau adalah air permukaan. Sistem pengambilan air baku menggunakan intake dan semua sistem intake menggunakan pemompaan untuk pengambilannya. Dan pada saat musim kemarau panjang, terjadi intrusi air sungai selama beberapa saat terutama pada Sungai Sesayap untuk IPA Malinau Kota dan IPA Kuala Lapang serta Sungai Malinau untuk IPA Mentarang sehingga proses pengolahan sementara harus dihentikan. Sebagai sumber air baku utama, Sungai Sesayap memerlukan perhatian yang lebih serius terkait dengan salah satu fungsi sungai sebagai sarana transportasi air. Data mengenai jumlah debit, jarak dan pemanfaatan saat ini belum didapat dari dinas terkait.
POKJA AMPL PPSP KABUPATEN MALINAU
III- 84
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MALINAU 2013 Tabel 3.39 Sumber-Sumber Potensi Air Untuk Pengembangan SPAM Karateristik Debit Kontinuitas (l/dtk)
No
Jenis sumber Air
A
Air Tanah
1
Mata air
-
Makban
-
Sausepor
-
2
Air Tanah Dalam
-
3
Air Tanah Dangkal
-
B
Air Permukiman
1
Sungai Klasemen
Pemanfaatan Saat ini (%)
Kemungkinan sistem Pengambilan
Kemungkinan Upaya Pengamanan
Kualitas
Jarak (m)
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
52,5
Baik
Sedang
50
100
Pompa
Perpipaan
-
-
-
-
-
-
-
Mairat
-
-
-
-
-
-
2
Danau
-
-
-
-
-
-
-
C
Curah Hujan Sumber: PDAM Kabupaten Malinau Tahun 2008
-
-
-
-
-
Kondisi masing-masing unit pengolahan menggunakan sistem pengolahan lengkap. Terdapat 3 unit dengan sistem IPA paket adalah Malinau Kota, Mentarang dan Kuala Lapang. Kondisi masing-masing unit pelayanan antara lain : 1.
Unit Pengolahan Malinau terdiri dari 1 unit IPA Paket dengan kapasitas terpasang sebesar 20 liter/detik.
2.
Unit Pengolahan Mentarang terdiri dari 1 unit IPA Paket dengan kapasitas terpasang sebesar 2,5 liter/detik.
3.
Unit Pengolahan Kuala Lapang terdiri dari 1 unit IPA Paket dengan kapasitas terpasang sebesar 40 liter/detik. Tabel 3.40 Perkembangan Jumlah Kapasitas Produksi PDAM Kabupaten Malinau No 1 2 3 3
Produksi Instalasi PDAM IPA Malinau Kota IPA Kuala Lapang IPA Mentarang IPA Malinau Utara
2007 20.0 30.0 2.5 -
Kapasitas Ltr/Detik 2008 2009 2010 20.0 20.0 20.0 30.0 35.0 40.0 2.5 2.5 5.0 20.0
2011 25.0 40.0 5.0 25.0
Sumber : PDAM Kabupaten Malinau Tahun 2011
POKJA AMPL PPSP KABUPATEN MALINAU
III- 85
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MALINAU 2013 Ada beberapa sumber air bersih yang dapat digunakan di Kabupaten Malinau, yaitu sumber air permukaan yang berupa sungai dan air tanah (sumur tanah dangkal dan sumur tanah dalam). Dilihat dari segi kuantitas, maka sumber air sungai merupakan sumber air yang cukup berlimpah, namun upaya untuk mengolah air sungai menjadi air bersih memerlukan biaya yang tinggi. Air sungai tidak terlalu berlimpah namun penggunaannya sebagai sumber air bersih memerlukan upaya pengolahan yang juga memerlukan biaya yang tidak sedikit, walaupun masih lebih murah dibandingkan dengan air sungai. Alternatif ketiga, yaitu penggunaan air tanah terlihat cukup potensial yang tidak memerlukan pengolahan lagi. Dengan mempertimbangkan tidak meratanya distribusi air yang baik kualitasnya, terutama di kawasan pinggiran sungai dan juga dengan memperhatikan kondisi pada saat ini, yaitu bahwa telah ada jaringan air bersih di beberapa tempat, maka dalam upaya pemenuhan kebutuhan penduduk akan air bersih sebaiknya dilakukan melalui sistem jaringan. Ada dua sistem jaringan yang dapat dikembangkan, yaitu sistem komunal dan sistem publik. Sistem gabungan hanya melayani sebagian kelompok masyarakat atau sebagian wilayah kota, sedangkan sistem publik melayani seluruh kota sebagai suatu yang terintegrasi. Pada tahun 2011 penyediaan air PDAM di Kabupaten Malinau sebanyak 1.476.127 m³, sedangkan air minum yang disalurkan mencapai 1.339.601 m³ atau meningkat sebanyak 6.31 % dari tahun sebelumnya. Dari jumlah tersebut, air minum yang dipakai untuk kebutuhan rumah tangga, kantor pemerintahan, dll yaitu sebesar 86,73 %, kemudian diikuti oleh hotel dan toko yaitu sebesar 11,09 % sedangkan sisanya sebanyak 2,18 % disalurkan untuk kebutuhan sosial, rumah sakit dan rumah ibadah. Gambar 3.14 Gambaran umum jaringan Air bersih yang di kelola oleh masyarakat
Sumber ; Bappeda Kab.Malinau
POKJA AMPL PPSP KABUPATEN MALINAU
III- 86
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MALINAU 2013
Tabel 3.42 Gambaran Umum Sistem SPAM Saat Ini Kabupaten Malinau Tahun 2008 – 2011 No
Uraian
Satuan
Sistem Non Perpipaan Masyarakat
1 Pengelola 2 Tingkat Pelayanan
4.82 % terhadap total Penduduk
3 Sumber Baku
1. Air Tanah 0 % - Mata Air Masyarakat - Sumur Gali - Sumur Pompa Tangan - Sumur Bor 2. Hujan 0 % 3. Air Permukaan 0 %
4 Kapaistas Sub Sistem Produksi Kapasitas Terpasang ( Desain )
Sistem Perpipaan PDAM
Air Sungai Sesayap 100 % Perincian dari poin 2 terutama untuk sistem perpipaan Menggunakan mata air dari pegunungan dan distibusikan ke rumah rumah masyarakat dengan mennggunakan saluran dari bambu atau selang.
4. Lain - lain 0 % l/dtk
65 l/dtk
l/dtk
65,0 l/dtk 1.372.254 M3
Kapasitas Produksi M3 Produksi saat ini terjual ( M3 dikonsumsi pelanggan ) 5 Jumlah Sambungan
Unit
6 Jam Opersional 7 Kehilangan ( Air UFW )
Jam / hari
8 Jam Operasi Pelayanan
Jam/ hari
Keterangan
1,111.147 M3
30.07%
Kebutuhan Air Domestik SR = 3.063 KU = 298 Kebutuhan Air Non Domestik KU = Unit TA = 40 Unit SU = 4 Unit ( taman, hidran kebakaran, dan jdegiatan insudtri , 24 Jam/ hari Eksisting Jam 30.07% Eksisting Kehilangan Air
24/Jam/hari
Eksisting Jam Pelayanan
9 Retribusi / Tarif berlaku Rp/ M3 rata- rata
Rp. 650
Tarif rata - rata
10 Tekanan pada Jaringan MKA distribusi
- Max = 8 MKA - Min = 6 MKA
MKA = Meter Kolom Air
Sumber: PDAM Kabupaten Malinau Tahun 2008
POKJA AMPL PPSP KABUPATEN MALINAU
III- 87
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MALINAU 2013 Terkait dengan masalah akses air bersih masyarakat di Kabupaten Malinau dapat dilihat dari grafik 3.5.1, di dapatkan bahwa akses air bersih masyarakat di kabupaten Malinau sebagian besar adalah dari air hujan, air dari sungai dan mata air terlindungi seperti tergambar di bawah ini: 9.8 9.8 9.8 9.8 9.8
Lainnya .8 .5
Air dari waduk/danau Air dari sungai Air hujan
9.5 8.0 9.5 11.0 10.5
Mata air tdk terlindungi Mata air terlindungi 2.3 3.5 3.8 1.3 1.3 2.5 2.5 2.5 1.5 1.3 .3 .3 .3 .3 .3 .3 .3 .3 .3 .5 .8 .5 .5 .5 .5
Air sumur gali tdk terlindungi Air sumur gali terlindungi Air sumur pompa tangan Air kran umum -PDAM/PROYEK Air hidran umum - PDAM
32.836.8 33.8 28.8 25.5 37.3 34.5 36.0 33.338.5
27.0 27.0 26.8 26.8 25.0
Gosok gigi Cuci Pakaian Cuci Piring dan Gelas Masak Minum
10.3 10.5 10.8 9.0 3.3
Air Ledeng dari PDAM
.8 .3 .3 5.5
Air isi ulang Air botol kemasan
27.5
.3 2.8 .0
10.0
20.0
30.0
40.0
50.0
Grafik 3.15 Akses Terhadap Air Bersih di Kabupaten Malinau Tahun 2013 Dari gambaran di atas bahwa akses air bersih lebih dari
25% ke atas
masyarakat menggunakan air hujan, air dari sungai dan dari mata air terlindungi untuk kebutuhan air sebagai pemenuhan kebutuhan sehari-hari, baik untuk minum, masak, cuci dan gosok gigi. Sedangkan untuk pemenuhan kebutuhan air minum dan masak dapat digambarkan pada grafik 3.5.2; sebagian besar untuk minum dan memasak adalah air hujan sebesar 38,5% untuk kebutuhan masak dan 33,3% untuk kebutuhan air minum; POKJA AMPL PPSP KABUPATEN MALINAU
III- 88
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MALINAU 2013 air dari sungai sebesar 28,8% untuk masak dan 25,5% untuk minum sedangkan dari mata air terlindungi sebesar 26,8% untuk masak dan 25% untuk minum. 9.8 9.8
Lainnya Air dari waduk/danau
28.8 25.5
Air dari sungai Air hujan
33.3
38.5
11.0 10.5
Mata air tdk terlindungi
26.8 25.0
Mata air terlindungi 1.3 1.3 1.5 1.3 .3 .3 .3 .5 .5 .5
Air sumur gali tdk terlindungi Air sumur gali terlindungi Air sumur pompa tangan Air kran umum -PDAM/PROYEK Air hidran umum - PDAM Air Ledeng dari PDAM
Masak Minum
3.3 5.5
Air isi ulang .3
Air botol kemasan
9.0 27.5
2.8
.0
10.0
20.0
30.0
40.0
50.0
Grafik 3.16 Sumber Air Minum dan Memasak di Kabupaten Malinau Tahun 2013 Sedangkan untuk sumber air minum dan memasak lainnya adalah dari air isi ulang untuk pemenuhan minum sebesar 27,5% dan 5,5% dipakai untuk memasak, sedangkan sumber air minum dan masak dari air ledeng PDAM masih sangat kecil yaitu sebesar 9% untuk pemenuhan masak dan 3,3% untuk minum. Untuk lebih jelas kondisi area berisiko sumber air berdasarkan hasil studi EHRA (lihat tabel 3.5.3).
Tabel 3.43 Area Berisiko Sumber Air Berdasarkan Hasil Studi EHRA di Kabupaten Malinau Tahun 2013 Kluster Desa/Kelurahan VARIABEL
2
KATEGORI n
Sumber air terlindungi
Tidak, sumber air berisiko tercemar Ya, sumber air terlindungi
Total
3 %
n
4 %
n
%
n
%
72
30,0
19
15,8
1
2,5
92
23,0
168
70,0
101
84,2
39
97,5
308
77,0
POKJA AMPL PPSP KABUPATEN MALINAU
III- 89
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MALINAU 2013 Kluster Desa/Kelurahan VARIABEL
2
KATEGORI
Total
3
4
n
%
n
%
n
%
n
%
240
100
120
100
40
100
400
100
173
72,1
91
75,8
33
82,5
297
74,3
67
27,9
29
24,2
7
17,5
103
25,8
240
100
120
100
40
100
400
100
Penggunaan sumber air tidak terlindungi.
Tidak Aman
Kelangkaan air
Mengalami kelangkaan air
128
53,3
97
80,8
4
10,0
229
57,3
Tidak pernah mengalami
112
46,7
23
19,2
36
90,0
171
42,8
240
100
120
100
40
100
400
100
3.5.1.1
Ya, Aman
Strategi Kelembagaan Bidang Air Bersih Strategi yang diambil dalam rangka pencapaian sasaran pengembangan SPAM
di Kabupaten Malinau adalah melalui program peningkatan dalam bidang kemitraan. Untuk penjelasan lebih lanjut adalah sebagai berikut : 1. Kelembagaan dan Peraturan Perundang-Undangan a. Upaya
memperkuat
tugas
dan
fungsi
regulator
dan
operator
penyelenggaraan SPAM (PDAM dan Dinas PU) di Kabupaten Malinau dilakukan dengan cara meningkatkan sumber daya manusia yang ada melalui pelatihan, peningkatan kualitas air minum, memperkuat fungsi dinas terkait dan memperkuat PDAM. b. Upaya memperkuat prinsip kepengusahaan pada lembaga penyelenggaraan PDAM
di
Kabupaten
Malinau
dilakukan
melalui
penyehatan
PDAM,
penyesuaian tarif dan peningkatan SDM. c. Upaya penyusunan peraturan perundang-undangan (Perda, dll) yang berkaitan dengan penyelenggaraan SPAM di Kabupaten Malinau dilakukan dengan cara penyusunan PERDA dan implementasi NSPM. 2. Peran Serta Masyarakat Upaya
meningkatkan
peran
serta
masyarakat
dan
swasta
dalam
penyelenggaraan SPAM di Kabupaten Malinau dilakukan melalui kegiatan : a. Untuk perkotaan, dengan menyehatkan PDAM dan mengusahakan insentif agar pihak swasta berminat investasi langsung/tidak langsung dalam POKJA AMPL PPSP KABUPATEN MALINAU
III- 90
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MALINAU 2013 penyelenggaraan
SPAM,
serta
mendorong
perusahaan
atau
kawasan
permukiman/perdagangan dan jasa/industri melaksanakan SPAM secara mandiri. b. Untuk perdesaan, dengan membentuk kelompok-kelompok pelayanan air minum yang dikelola oleh masyarakat sendiri. Pada saat ini sudah terdapat kelompok masyarakat yang mengelola pelayanan air minum pedesaan dan hasil pembangunan oleh pemerintah /NGO. Selain itu, juga dengan menggerakan perusahaan swasta di Kabupaten Malinau untuk turut membantu menyediakan sarana prasarana SPAM di pedesaan.
3.5.2 Pengelolaan Air Limbah Industri Rumah Tangga Pengelolaan air limbah Industri khususnya Rumah Tangga di Kabupaten Malinau belum tersentuh hal ini disebabkan karena industri rumah tangga masih jarang sekali ditemui, namun demikian dari
Tim Pokja AMPL Kabupaten Malinau
menyepakati, perlu dilakukan peninjauan lapangan untuk melihat seberapa jauh tngkat pencemaran yang disebabkan air limbah Industri rumah sehingga bisa dilakukan pendataan pakah sudah ada pengelolaan air limbah industri rumah tangga secara mandiri ataupun komunal agar kedepan nantinya dapat menentukan langkah langkah pasti di dalam pengelolaan limbah industri rumah tangga.
3.5.3 Pengelolaan Limbah Medis Di Kabupaten Malinau terdapat 1 unit Rumah Sakit Umum Daerah, dan saat ini telah memiliki Pengeloaan Air Limbah atau IPAL untuk Limbah cair dan memiliki Ensumunator untuk limbah padat yang mengandung bahan
kimia maupun limbah
infeksius yang berbahaya bagi lingkungan. Adapun untuk pengelolaan limbah padat berupa alat-alat medis yang telah digunakan, seperti: botol infus, jarum suntik, Pispot, Perban, Masker,selang infus.
Tabel. 3.44 Pengelolaan limbah medis di fasilitas - fasilitas kesehatan Nama Fasilitas Kesehatan RUMAH SAKIT UMUM
Jumlah 2
Pem. Kabupaten
Pengelola
Limbah Medis Tersedia
6
Pem. Kabupaten
tersedia
RUMAH SAKIT JIWA RUMAH SAKIT BERSALIN RUMAH SAKIT KHUSUS LAINNYA PUSKESMAS PERAWATAN
POKJA AMPL PPSP KABUPATEN MALINAU
III- 91
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MALINAU 2013 Nama Fasilitas Kesehatan PUSKESMAS NON PERAWATAN PUSKESMAS KELILING PUSKESMAS PEMBANTU RUMAH BERSALIN BALAI PENGOBATAN/KLINIK PRAKTIK DOKTER BERSAMA PRAKTIK DOKTER PERORANGAN PRAKTK PENGOBATAN TRADISIONAL POSKESDES POSYANDU APOTEK TOKO OBAT GFK INDUSTRI OBAT TRADISIONAL INDUSTRI KECIL OBAT TRADISIONAL
Jumlah 7 134 48
Pengelola
Pem. Kabupaten
1
Pem. Kabupaten
34
Swasta
Belum diketahui
19 104 1 8 1
Pem. Kabupaten Swasta Pem. Kabupaten Swasta Pem. Kabupaten
Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada
1
Swasta
Belum diketahui
Pem. Kabupaten Pem. Kabupaten
Limbah Medis
Sumber : Dinkes Kabupaten Malinau
POKJA AMPL PPSP KABUPATEN MALINAU
III- 92
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MALINAU 2013
BAB 4. PROGRAM PENGEMBANGAN SANITASI SAAT INI DAN YANG DIRENCANAKAN Dalam rangka Mendukung pencapaian target Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2010 – 2014: •
Terbebas dari Buang Air Besar Sembarangan (BABS)
•
Pelaksanaan praktik 3 R serta peningkatan TPA menjadi sanitary landfill
•
Pengurangan genangan air di 100 wilayah perkotaan seluas 22.500 ha
Dengan cara : —
Membangun
sinergi
vertikal
dan
horizontal
dalam
pembangunan
sanitasi
permukiman —
Meningkatkan kapasitas pemerintah dalam melaksanakan pembangunan sanitasi permukiman
—
Memaksimalkan kontribusi semua pihak dalam pembangunan sanitasi permukiman Maka program pengembangan sanitasi di Kabupaten Malinau saat ini yang sedang
berjalan dan berdasarkan sub sektor sanitasi masing masing adalah sebagai berikut:
4.1
Promosi Higiene dan Sanitasi (Prohisan) Program dan kegiatan pengelolaan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) yang
sedang dilaksanakan pada tahun 2013 dapat dilihat pada tabel 4.1 sebagai berikut : Tabel 4.1 : Kegiatan pengelolaan Promosi Higine Sanitasi Dan PHBS berjalan 2013 No
Nama program/kegiatan
Sat
Vol 1 pkt
85,930,000.00
1 pkt
85,930,000.00
1
Dana Pendamping DAK Pembuatan Saluran Sanitasi di Kecamatan Malinau Kota dan Malinau Utara
Desa
2
Sanitasi Lingkungan Desa Salap
Desa
3
Pembuatan Saluran Sanitasi di Kecamatan Malinau Kota dan Malinau Utara DAK Dana Pendamping DAK Pembuatan Saluran Sanitasi di Kecamatan Malinau Kota dan Malinau Utara
Desa Desa
1 pkt 1 pkt
Administrasi DAK Infrastruktur Sanitasi
Desa
1 pkt
4
5
POKJA AMPL PPSP KABUPATEN MALINAU
Biaya (Rp)
85,930,000.00 85,930,000.00
85,930,000.00
Sumber dana APBD
APBD APBD APBD
APBD
Lokasi kegiatan Kec. Malinau Kota dan Kec. Malinau Utara Kec. Malinau Utara Kec. Malinau Kota dan Utara Kec. Malinau Kota dan Kec. Malinau Utara Kec. Malinau Kota dan Kec. Malinau
Pelaksana kegiatan PU CK
PU CK PU CK PU CK
PU CK
IV- 1
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MALINAU 2013 Tabel 4.1 : Kegiatan pengelolaan Promosi Higine Sanitasi Dan PHBS berjalan 2013 No 6
Nama program/kegiatan
Sat
Vol
Desa
1 pkt 1 pkt
7
Pembangunan Sanitasi Lingkungan gang Family Malinau Kota ( Luncuran) Pemeriksaan Kualitas SPAL Air
8
Studi EHRA
Kecam atan Paket
9
Pendataan Rumah Baru Dan PHBS
Paket
1 pkt
10
Paket
1 pkt
11
Pembangunan WC Puskesmas Pujungan Sosialisasi PHBS melalui PKK
1 pkt
12
Lomba PHBS melalui Kegiatan PKK
Kegiat an Kegiat an
1 pkt
1 pkt
Biaya (Rp)
85,930,000.00 50,000,000.00 100,000,000.00 29,989,000.00 50,000,000.00 107,550.00 60,760,000.00
Sumber dana APBD APBD APBD APBD APBD APBD APBD
Sumber : Dokumen Pelaksanaan Anggaran Satker PUCK Dan Dinkes
Lokasi kegiatan
Pelaksana kegiatan
Utara Kec. Malinau Kota Kabupaten Malinau Kabupaten Malinau Kabupaten Malinau Kecamatan Pujungan Kabupaten Malinau Kabupaten Malinau
PU CK DINKES DINKES DINKES DINKES DINKES DINKES
Guna meningkatkan Prilaku hidup bersih dan sehat dan menurunkan angka kematian akibat sanitasi buruk maka direncanakan program Dan kegiatan yang berkaitan dengan promosi hiegine Dan sanitasi (Prohisan) pada tahun 2014 dapat dilihat pada tabel 4.2 sebagai berikut : Tabel 4.2 Rencana Program Dan Kegiatan Prohisan Dan PHBS Tahun 2014 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Nama program/kegiatan Penyedian Jaminan Pembiayaan pelayanan kesehatan jamkesda Peningkatan Pelayanan Dan penanggulangan masalah kesehatan Sosialisasi /Penyuluhan Kesehatan kerja Sosialisasi /Penyuluhan Kesehatan jiwa Inspeksi sanitasi saranan air minum Pengawasan kualitas air Pembinaan penyediaan air minum berkualitas Penyuluhan Dan Pemantauan Rumah Sehat Penyebarluasan Informasi Kesehatan Pengadaan Media Promosi untuk Puskesmas Dan Dinkes Pemberdayaan Masyarakat tentang Kesehatan Ibu, Bayi, Anak Dan Balita
Sasaran Kegiatan
Biaya (Rp)
Sumber dana
Lokasi kegiatan
Pelaksana kegiatan
Masyarakat
9.000.000.000
APBD
Kabupaten
Dinkes
Masyarakat
350.000.000,00
APBD
15 PKM
Dinkes
Masyarakat
70.000.000,00
APBD
Desa
Dinkes
Masyarakat
70.000.000,00
APBD
Desa
Dinkes
Masyarakat
75.000.000,00
APBD
Desa
Dinkes
200.000.000,00
APBD
Desa
Dinkes
75.000.000,00
APBD
Desa
Dinkes
120.000.000
APBD
Desa
Dinkes
Masyarakat
400.000.000,00
APBD
12 Kecamatan
Dinkes
Dinkes/PKM Postu
155.000.000,00
APBD
Kabupaten
Dinkes
Masyarakat
65.000.000,00
APBD
Kabupaten Malinau
Dinkes
POKJA AMPL PPSP KABUPATEN MALINAU
IV- 2
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MALINAU 2013 Nama program/kegiatan
No 12
Pelatihan Tehnis PHBS Rumah Tangga bagi Petugas Puskesmas, PKK Dan Kader Sosialisasi Dan Pelatihan PHBS Sekolah Bagi Petugas Puskesmas Dan Guru Sekolah
13
4.2
Sasaran Kegiatan Petugas Puskesmas, PKK Dan Kader Petugas Puskesmas Dan Guru Sekolah
Sumber dana
Biaya (Rp)
Lokasi kegiatan
Pelaksana kegiatan
120.000.000,00
APBD
Kabupaten Malinau
Dinkes
120.000.000,00
APBD
Kabupaten Malinau
Dinkes
Peningkatan Pengelolaan Air Limbah Domestik Program dan kegiatan pengelolaan air limbah domestik yang sedang dilaksanakan
pada tahun 2013 dapat dilihat pada tabel 4.3 sebagai berikut : Tabel 4.3 : Kegiatan Pengelolaan Air Limbah Domestik yang sedang berjalan Sumber
Lokasi
Pelaksana
dana
kegiatan
kegiatan
245.000.000,00
APBD
Kabupaten
Bappeda
1
300.000.000,00
DAK
Dea Salap
PU CK
Paket
1
6.170.000,00
DAK
Malinau Kota
PU CK
dokumen
1
350.000.000
APBD
1 paket
1
7,500,000,000.00
Bantuan Propinsi
No
Nama program/kegiatan
Sat
Vol
Biaya (Rp)
1
Penyusunan Masterplan IPLT
dokumen
1
2
Pembangunan Sanitasi Lingkungan Desa Salap Pembangunan Sanitasi Lingkungan gang Family Perencanaan IPA Sempayang-Sesua
Paket
3 4 5
Pembangunan IPA Dan Jarinagan Air Bersih
Sumber : Dinas PU Cipta Karya Kabupaten Malinau
Desa Sempayang Kec. Malinau
PU CK PU CK
Adapun Program dan kegiatan pengelolaan air limbah domestik yang direncanaan untuk tahun 2014
akan lebih menitik beratkan pada perencanaan Untuk lengkapnya
dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut ini: Tabel 4.4 : Rencana Program dan Kegiatan Pengelolaan Air Limbah Domestik 2014 No
Nama progam/kegiatan
Sat
Vol
Indikasi biaya (Rp)
Sumber pendanaan/ pembiayaan
SKPD penanggung jawab
Sumber dokumen perencanaan
1
Penyusunan FS IPL T Kota Malinau
Dokumen
1
400.000.000,00
APBD
Bappeda
Draft RPIJM 2014-2018
2
Penyusunan FS DED Kota Malinau
Dokumen
1
500.000.000,00
APBD
Bappeda
Draft RPIJM 2014-2018
3
PPSP Memorandum Program
Dokumen
1
75.000.000,00
APBD
Bappeda
Draft RPIJM 2014-2018
Sumber :Draft RPIJM 2014-2018
POKJA AMPL PPSP KABUPATEN MALINAU
IV- 3
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MALINAU 2013
4.3
Peningkatan Pengelolaan Persampahan Peningkatan pengelolaan persampahan berbanding lurus dengan pertumbuhan
jumlah penduduk di Kabupaten Malinau yang cukup signifikan sehingga diperlukan program dan kegiatan guna mengatasi timbulan sampah yang semakin banyak. Peningkatan pelayanan ini mencakup pembangunan fisik sarana dan prasarana dalam mengelola sampah dan pemberdayaan masyarakat. Program dan kegiatan pengelolaan persampahan yang sedang dilaksanakan Dinas Tata Kota Kabupaten Malinau pada tahun 2012 dapat dilihat pada tabel 4.5 sebagai berikut : Tabel 4.5: Kegiatan pengelolaan Persampahan yang sedang berjalan NO 1 2 3
4
5
6
Nama Program / Kegiatan Penyusunan TPA Sempayang Tahap III Pengadaan Tempat Pembuangan Sampah Pemeliharaan dan OPS Kend. Kebersihan (petugas sampah, sapu jalan,drainase dan tukang tebas) Penyediaan jasa petugas Kebersihan (petugas sampah, sapu jalan,drainase dan tukang tebas) Operasional Maintanace (OP) TPA Sempayang Pengadaan Pakaian Petugas Lapangan Kebersihan,Taman, TPU Dan PMK
SUMBER
LOKASI
INSTITUSI
DANA
KEGIATAN
PELAKSANA
600,000,000.00
APBD
Kab. Malinau
Tata Kota
60
100,000,000.00
APBD
Kab. Malinau
Tata Kota
Paket
1
500,000,000.00
APBD
Kab. Malinau
Tata Kota
Orang
215
4,487,570,000.00
APBD
Kab. Malinau
Tata Kota
Paket
1
50,000,000.00
APBD
Kab. Malinau
Tata Kota
Paket
1
250,000,000.00
APBD
Kab. Malinau
Tata Kota
SAT
VOL
INDIKASI BIAYA (Rp)
Paket
1
Unit
7
Peningkatan Kinerja TPA Kabupaten Malinau
Paket
1
494,227,000,000.00
APBD
Kab. Malinau
Tata Kota
8
Supervisi Peningkatan Kinerja TPA Kabupaten Malinau
Paket
1
29,441,000.00
APBN
Kab. Malinau
Tata Kota
Sumber :Renstra Dinas Tata Kota Kabupaten Malinau 2011-2016
POKJA AMPL PPSP KABUPATEN MALINAU
IV- 4
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MALINAU 2013 Untuk Program dan kegiatan pengelolaan persampahan yang direncanakan pada tahun 2014 dapat dilihat pada tabel 4.6 berikut : Tabel 4.6 : Rencana Program dan Kegiatan Pengelolaan Persampahan 2014 No
1
2
3
4
5
6
Sasaran Kegiatan
Nama progam/kegiatan Peningkatan jumlah dan kualitas tempat penampungan sampah rumah tangga pada unit-unit perumahan dan ki d k Pembangunan tempat
Kawasan perkotaan Malinau b. Tersebar di l h Kawasan
penampungan sementara (TPS)
perkotaan Malinau b. Tersebar di l h Kawasan
Peningkatan jangkauan dan kualitas layanan angkutan sampah Pembangunan tempat pemprosesan akhir (TPA) dengan sistem sanitary landfill.
Peningkatan jumlah dan kualitas tempat penampungan sampah rumah tangga pada unit-unit perumahan dan permukiman pada kawasan perkotaan Pembangunan tempat Penampungan sementara (TPS)
Indikasi biaya (Rp)
Sumber pendanaan/ pembiayaan APBD Prov dan Kabupaten
470.000.000,00
APBD Prov dan Kabupaten APBD Prov dan Kabupaten
perkotaan Malinau b. Tersebar di Desa Sempayang, Kecamatan Malinau Barat.
APBD Prov dan Kabupaten
Kawasan perkotaan Malinau b. Tersebar di seluruh kecamatan K Kawasan
APBD Prov dan Kabupaten
APBD Prov dan Kabupaten
perkotaan Malinau
SKPD penanggung jawab
Dinas PU Provinsi dan Dinas Tata Kota, Dinas PU Dinas PU Provinsi dan Dinas Tata Kota
Dinas PU Provinsi dan Dinas Tata Kota Kementrian PU, Dinas PU Provinsi dan Dinas Tata Kota, Dinas PU Dinas PU Provinsi dan Dinas Tata Kota, Dinas PU Kabupaten, BLHD Dinas PU Provinsi dan Dinas Tata
Sumber dokumen perencanaan Renstra Tata Kota 2011-2016
Renstra Tata Kota 2011-2016 Renstra Tata Kota 2011-2016
Renstra Tata Kota 2011-2016
Renstra Tata Kota 2011-2016
Renstra Tata Kota 2011-2016
Peningkatan Operasional Dan Pemeliharaan Prasarana Dan Sarana Persampahan
Kabupaten
50.000.000,00
APBD
BLHD
Renstra BLHD 2011-2016
Bimbingan Teknis Persampahan
Kabupaten
150.000.000,00
APBD
BLHD
Renstra BLHD 2011-2016
Peningkatan peras serta masyarakat dalam pengelolaan persampahan
Kabupaten
75.000.000,00
APBD
BLHD
Renstra BLHD 2011-2016
Penilian Kota Sehat/Adipura
Kabupaten
200.000.000,00
APBD
BLHD
Renstra BLHD 2011-2016
11
Pemantauan Pengelolaan Limbah B3
4 Kecamatan
150.000.000,00
APBD
BLHD
Renstra BLHD 2011-2016
Kabupaten
200.000.000,00
APBD
BLHD
12
Pengkajian awal penanganan sampah dengan metoda sanitari Landfill
Renstra BLHD 2011-2016
7
8 9 10
Sumber : Renstra SKPD 2011-2016
POKJA AMPL PPSP KABUPATEN MALINAU
IV- 5
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MALINAU 2013
4.4
Peningkatan Pengelolaan Drainase Lingkungan Berdasarkan isu permasalahan strategis di bidang drainase, maka dirumuskan
suatu sasaran kebijakan nasional sebagai arahan mendasar dari kondisi yang akan dicapai dan diwujudkan dalam pengembangan bidang drainase di masa yang akan datang. Sasaran kebijakan pengembangan drainase adalah sebagai berikut ini: 1.
Terlaksananya pengembangan sistem drainse yang terdesentralisasi, efisien, efektif dan terpadu.
2.
Terciptanya pola pembangunan drainase yang berkelanjutan melalui kewajiban konservasi air dan pembangunan yang berwawasan lingkungan.
3.
Terwujudnya upaya pengentasan kemiskinan perkotaan yang efektif dan ekonomis melalui minimalisasi resiko biaya sosial dan ekonomi serta biaya kesehatan akibat genangan dan bencana banjir.
4.
Terciptanya peningkatan koordinasi antara Kabupaten/Kota dalam penanganan sistem drainase. Sebagaimana diketahui bersama bahwa permasalahan banjir yang ada di kawasan
perkotaan Kabupaten Malinau, khususnya pada system drainase pada saluran wilayah Kecamatan Malinau Kota di karenakan kondisi system drainase yang belum optimal, akibat terjadinya perubahan land use (dari kawasan daerah aliran sungai (DAS menjadi kawasan permukiman, perdagangan Dan industri ), kondisi topografi yang relative rendah dan datar serta adanya luapan air sungai secara periodik. Masalah banjir timbul ketika lahan dataran banjir telah berkembang menjadi kawasan budidaya seperti untuk pemukiman, perkotaan, perdagangan, industri dan sebagainya. Banjir bisa terjadi kapan saja dengan kuantitas yang merupakan fungsi dari intensitas hujan dan karakteristik Daerah Pengaliran Sungai. Mengatasi masalah banjir, tidak cukup hanya dengan upaya yang bersifat struktur tapi juga perlu ditunjang dengan upaya yang bersifat non-struktur, sehingga membentuk upaya terpadu dan menyeluruh. Program pengelolaan saluran drainase lingkungan yang sudah dan sedang dilaksanakan tahun 2013 di Kabupaten Malinau antara lain dapat dilihat pada tabel 4.7 berikut :
POKJA AMPL PPSP KABUPATEN MALINAU
IV- 6
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MALINAU 2013 Tabel 4.7 : Kegiatan pengelolaan Drainase Lingkungan yang sedang berjalan
o
Nama Program / Kegiatan
Lokasi Kegiatan
Vol 1 paket
Biaya (Rp.)
Pelaksana Kegiatan PU CK & BM
1
Pembangunan Drainase Kota
Kec. Malinau Kota
2
Pembangunan Drainase Dalam Desa Punan Adiu
Kec. Malianu Selatan
1 pkt
130,000,000.00
APBD
PU CK & BM
3
Pembangunan Drainase dalam Desa Mirau
Kec. Malianu Selatan
1 pkt
130,000,000.00
APBD
PU CK & BM
4
Pembangunan Drainase dalam desa Gong Solok
Kec. Malianu Selatan
1 pkt
130,000,000.00
APBD
PU CK & BM
5
Pembangunan Drainase Jln.Yadul Kabiran
Kec. Malianu Kota
1 pkt
130,000,000.00
APBD
PU CK & BM
6
Pembangunan Drainase Gang Mentari Pelita Kanaan
Kec. Malianu Kota
1 pkt
130,000,000.00
APBD
PU CK & BM
7
Pembangunan Drainase Gang Beringin Pelita Kanaan
Kec. Malianu Kota
1 pkt
130,000,000.00
APBD
PU CK & BM
Pembangunan Drainase Pembuang depan Asrama Katolik Menuju Sungai Sesayap Pembangunan Drainase RT VIII Malinau Seberang
Kec. Malinau Kota
1 pkt
200,000,000.00
APBD
PU CK & BM
Kec. Malianu Utara
1 pkt
125,000,000.00
APBD
PU CK & BM
Pembangunan Drainase Jalan Umum Desa Paking Pembangunan Drainase Lingkungan Depan Gereja GKII Kuala Lapang Pembangunan Drainase RT V dan RT VII Kuala Lapang DAM Irigasi Sungai Saro Tg.Lapang
Kec. Mentarang
1 pkt
200,000,000.00
APBD
PU CK & BM
Kec. Malinau Barat
1 pkt
150,000,000.00
APBD
PU CK & BM
Kec. Malianu Utara Kec. Malinau Barat
800 Meter 1 pkt
1,000,000,000.00
APBD
PU CK & BM
3,500,000,000.00
APBD
PU CK & BM
Pembangunan Drainase Kota (luncuran) Pembangunan DAM dan Jaringan air bersih Long Nawang (luncuran) Pembangunan Jaringan Air Bersih Desa Setulang (luncuran) Normalisasi Sungai Kaliamok Tahap II (luncuran) Pembangunan Drainase Setulang(Luncuran) Pembangunan Semenisasi Paret saluran kota RT.10 Tanjung Belimbing menuju sungai Malinau
Kec. Malinau Kota
1 pkt
2,000,000,000.00
APBD
PU CK & BM
Kec. Kayan Hulu
1 pkt
1,467,140,000.00
APBD
PU CK & BM
Kec. Malinau Selatan Kec. Malinau utara Kec. Malinau Selatan Kec. Malinau Kota
1 pkt
554,040,250.00
APBD
PU CK & BM
1 pkt
1,468,640,000.00
APBD
PU CK & BM
1 pkt
21,063,000.00
APBD
PU CK & BM
700 Meter
900,000,000.00
APBD
PU CK & BM
8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
7,910,046,250.00
Sumber Dana APBD
Sumber : Rekab Kegiatan PU CK 2013
POKJA AMPL PPSP KABUPATEN MALINAU
IV- 7
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MALINAU 2013 Program dan kegiatan pengelolaan saluran drainase yang direncanakan pada tahun 2014 dapat dilihat pada tabel 4.8 berikut : Tabel 4.8 : Rencana Kegiatan pengelolaan Drainase Lingkungan Tahun 2014 No
Nama progam/kegiatan
Sasaran Kegiatan
Indikasi biaya ( Juta)
Sumber pendanaan/ pembiayaan
SKPD Penanggung jawab
Pembangunan Drainase Perkotaan dan Pedesaan
Desa
2,000
Pembangunan Drainase Dalam Desa Halanga
Desa
200
APBD
PUCK
Pembangunan Drainase Dalam Desa Laban Nyarit
Desa
200
APBD
PUCK
Pembangunan Drainase Dalam Desa Long Loreh
Desa
200
APBD
PUCK
Pembangunan Drainase Dalam Desa Metut
Desa
300
APBD
PUCK
Pembangunan Drainase Dalam Desa Long Adiu
Desa
300
APBD
PUCK
8
Pembangunan Drainase Dalam Desa Bila Bekayuk
Desa
300
APBD
PUCK
9
Pembangunan Drainase Dalam Desa Punan Adiu
Desa
300
APBD
PUCK
Pembangunan Drainase Dalam Desa Mirau
Desa
300
APBD
PUCK
11
Pembangunan Drainase Dalam Desa Gong Solok
Desa
300
APBD
PUCK
12
Pembangunan Drainase Dalam Desa Punan Gong Solok
Desa
300
APBD
PUCK
13
Pembangunan Drainase Gang Adityan Desa Kabiran
Desa
150
APBD
PUCK
Perbaikan Drainase Desa Pelita Kanaan
Desa
300
APBD
PUCK
Pembangunan Drainase Jln Yadul Kabiran
Desa
150
APBD
PUCK
16
Pembangunan Drainase Gang Mentari Pelita Kanaan
Desa
150
APBD
PUCK
17
Pembangunan Drainase Gang Beringin Pelita Kanaan
Desa
150
APBD
PUCK
Drainase gang Adityan
Desa
500
APBD
PUCK
Draenase Kanan dan Kiri rumah bpk Norton
Desa
250
APBD
PUCK
Perbaikan Drainase sekitar Ktr. Desa
Desa
235
APBD
PUCK
Drainase Jln Yadul K
Desa
165
APBD
PUCK
Drainase gang Mentari
Desa
300
APBD
PUCK
Drainase jln. Depan rumah Lagan. I
Desa
350
APBD
PUCK
1 3 4 5 6 7
10
14 15
18 19 20 21 22 23
POKJA AMPL PPSP KABUPATEN MALINAU
APBD
PUCK
IV- 8
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MALINAU 2013 24 25
Drainase Gang Beringin
Desa
304
APBD
PUCK
Normalisasi Sei Seludan
Desa
115
APBD
PUCK
Sumber : Draft RPIJM 2014-2018 Kabupaten Malinau
4.5
Peningkatan Komponen Terkait Sanitasi Program dan kegiatan terkait Sanitasi yang sedang dilaksanakan pada tahun 2012
yang ada di Kabupaten Malinau dapat dilihat pada tabel 4.9 berikut :
Nama Program / Kegiatan
1
Dana Pendamping DAK Penyediaan Air bersih Luso Rehab Jaringan Air Bersih Menuju Mako Brimob
kec. Malinau Utara
1 pkt
Kec. Malinau Utara
1 pkt
3
Pembangunan DAM dan Jaringan Air Bersih Long Nawang Tahap II
Kec. Kayan Hulu
1 pkt
4
Pembangunan Jaringan Air Bersih Data Dian Tahap II
Kec. Kayan Hilir
1 pkt
5
Penyediaan Air bersih Luso DAK
Kec. Malinau Utara
1 pkt
6
Dana Pendamping DAK Penyediaan Air bersih Luso Administrasi DAK Infrastruktur Air Minum
kec. Malinau Utara
1 pkt
kec. Malinau Utara
1 pkt
145,043,000.00
Pembangunan IPA dan Jaringan Air Bersih Kecamatan Malinau Selatan ( Bantuan Propinsi ) Rehab Jaringan Air Bersih dan Bak Air 9 Bersih Desa Long Alango (Luncuran) Perencanaan IPA Sempayang Sesua 10 (Luncuran) Pengembangan Instalasi Pengelolaan 11 Air Bersih (IPA) Desa Sempayang Pembangunan Jaringan Air Bersih 12 Pedesaan Long Adiu (luncuran) Pembangunan Jaringan Air Bersih 13 Desa Data Dian (luncuran) Pendamping DAK Bidang Air Minum 14 (luncuran) Pembangunan Sarana Air Bersih desa 15 Long Sulit (luncuran) Pembangunan Sarana Air Bersih desa 16 Long Mekatif (luncuran) Pembangunan Sarana Air Bersih 17 Ibukota Kecamatan Sungai Boh ( Luncuran) Dana Pendamping DAK Penyediaan Air 18 bersih Luso Sumber: Rekab Kegiatan SKPD2013
Kec. Malinau Selatan
1 pkt
Kec. Bahau Hulu
1 pkt
kec. Malinau Barat Kec. Malinau Barat Kec. Malinau Selatan Kec. Kayan Hilir
1 pkt
Kec. Malinau Barat Kec. Mentarang Hulu Kec. Mentarang Hulu Kec. Sungai Boh
1 pkt
2
7 8
POKJA AMPL PPSP KABUPATEN MALINAU
Lokasi
kec. Malinau Utara
Vol
Indikasi Biaya (Rp.)
No
Sumber Pendanaa/ Pembiayaan
SKPD Penanggung Jawab
APBN
PU CK
APBD
PU CK
APBN /APBD
PU CK PU CK
APBN
PU CK
APBN
PU CK
APBD
PU CK
500,000,000.00
APBD
PU CK
1,500,000,000. 00 2,000,000,000. 00 1,450,430,000. 00 145,043,000.00
APBD
PU CK
APBD
PU CK
APBD
PU CK
APBD
PU CK
155,600,000.00
APBD
PU CK
APBD
PU CK
1 pkt
7,500,000,000. 00 13,357,150.00
APBD
PU CK
1 pkt
350,000,000.00
APBD
PU CK
1 paket
11,500,000,000 .00
APBD
PU CK
1 pkt
11,338,800.00
APBD
PU CK
1 pkt 1 pkt
IV- 9
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MALINAU 2013
Program dan kegiatan untuk peningkatan Komponen terkait Sanitasi yang ada di Kabupaten Malinau yang direncanakan pada tahun 2014 dapat dilihat pada tabel 4.10 berikut : Tabel 4.10 : Rencana program dan kegiatan Komponen lain terkait sanitasi saat ini No
Nama Program / Kegiatan
Lokasi
1
Pembangunan/Peningkatan Unit Produksi/Distribusi (2x100 l/d), (Tahap I)
Kec. Mentarang, Kabupaten Malinau Kec. Mentarang, Kabupaten Malinau Kec. Mentarang, Kabupaten Malinau
2 3
Supervisi Pembangunan/Peningkatan Unit Produksi/Distribusi (2x100 l/d), (Tahap I) Pengadaan Lahan untuk Unit Produksi Sistem Pengelolaan Air Minum ( SPAM )
Sat l/dt
Vol 200
Indikasi Biaya (Rp.)
Sumber Pendanaa/ Pembiayaan
99,500
APBD Prov APBD Prov
500 APBD Kab
SKPD Penanggung Jawab PUCK, BM, PDAM PUCK, BM, PDAM PUCK, BM, PDAM PUCK, BM,
Penyusunan Rencana Induk SPAM Kota Malinau.
Kab. Malinau
DED Jaringan Pipa Sekunder, Tersier dan SR ( Sambungan Rumah )
Kab.Malinau
Desa
2
6
Penyusunan UKL - UPL Unit Produksi SPAM Mentarang
Kab.Malinau
Desa
3
500
APBD Kab
7
Penyediaan Airminum di Kawasan Perbatasan
Kec. Kayan Hulu
Desa
2
100
APBD Kab
8
Pembangunan Jaringan Air Bersih Pedesaan Pembangunan Bak Penampungan Air Bersih Long Alango Pembangunan Jaringan Air Bersih Sungai Anai Pengadaan Jaringan Air Bersih Long Sule Pembangunan Air Bersih Desa Long Top
Desa
3
200
APBD Kab
PUCK
APBD Kab
PDAM
APBD Kab
PDAM
APBD Kab
PDAM
APBD + APBN
PDAM
APBD + APBN
PDAM
APBD Kab
PDAM
APBD Kab
PDAM
APBD Kab
PDAM
APBD Kab
PDAM
APBD Kab
PDAM
APBD Kab
PDAM
APBD Kab
PDAM
4 5
9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Pembangunan IPA di Desa Sempayang Pengadaan Sarana Air Bersih Desa Punan Bengalun Perencanaan Distribusi Air Bersih Desa Putat Pembangunan Dam Air Bersih Sungai Taras, Mentarang Baru Pembangunan Dam Air Bersih RT.III Rajuk, Desa Paking Pembangunan Jaringan Air Bersih Long Nyau Rehab Sarana Air Bersih Long Berang Pembangunan Air Bersih Bang Biau, Nan Sarang, Long Bilang
Kec. Malinau Selatan Kec. Pujungan Kec. Kayan Hilir Kec. Kayan Hilir Kec. Kayan Hilir Kec. Malinau Barat Kec. Malinau Barat Kec. Malinau Utara Kec. Mentarang Kec. Mentarang Kec. Mentarang Kec. Mentarang Hulu Kec. Mentarang
APBD Kab 500 APBD Kab 500
M2 Desa Desa Desa
1,000 + 400
Titik
1,000 + 400
Desa Km Desa Desa Desa
1,000 3,000
Desa
-
Desa
-
PDAM PUCK, BM, PDAM PUCK, BM, PDAM PUCK
Sumber: Sinkronisasi Usulan Air Minum 2013
POKJA AMPL PPSP KABUPATEN MALINAU
IV- 10
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MALINAU 2013
BAB 5. INDIKASI PERMASALAHAN DAN POSISI PENGELOLAAN SANITASI Pengelolaan sanitasi meliputi antara lain Prohisan, limbah domestik, persampahan dan drainase lingkungan tidak bisa terlepas mengenai pengelolaan air bersih serta, lingkungan yang berkaitan langsung dengan kualitas lingkungan hidup dan kualitas kesehatan masyarakat. Oleh karena itu, mengelola sanitasi secara baik sama dengan menjaga kelestrasian lingkungan hidup untuk memenuhi kebutuhan dasar masyarakat. Selanjutnya untuk membangun keseimbangan hak dan kewajiban antara negara dan masyarakatnya, maka pengelolaan sanitasi harus didasarkan pada prinsip pembangunan partisipatif yakni pembangunan yang melibatkan semua pemangku kepentingan.
5.1
Area Berisiko Sanitasi Penentuan area beresiko dilakukan melalui penilaian dengan metode
pemberian skor berdasarkan data sekunder yang telah tersedia.Indikator-indikator yang
digunakan
untuk
menentukan
prioritas
skoring
merupakan
juga
hasil
kesepakatan yang diambil antar SKPD dan studi EHRA. Beberapa indikator yang digunakan untuk skoring dari data sekunder adalah: a. Kepadatan Penduduk; b. Angka Kemiskinan; c. Ketersediaan Air Minum; d. Pengelolaan air limbah/akses jamban pribadi. Peta area beresiko Kabupaten Malinau dapat diklasifikasikan berdasarkan nilai skoring grade 1-4 dengan rincian sebagai-berikut : Skor 4 : Resiko Sangat tinggi berwarna merah. Skor 3 : Resiko tinggi berwarna kuning. Skor 2 : Resiko Rendah berwarna biru. Skor 1 : Resiko Sangat Rendah berwarna hijau. Hasil akhir penilaian terhadap area beresiko untuk Kabupaten Malinau telah ditetapkan oleh kelompok kerja Sanitasi Kabupaten Malinau berdasarkan skor penilaian terhadap data sekunder, data EHRA, dan persepsi Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) terkait Sektor Sanitasi serta melakukan serangkaian observasi dan kunjungan lapangan pada Kelurahan dan Desa yang menjadi sampel survey study POKJA AMPL PPSP KABUPATEN MALINAU
I -1
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MALINAU 2013 EHRA. Hasil analisis persepsi SKPD dan EHRA juga hasil kesepakatan kelompok kerja sanitasi kabupaten Malinau menunjukkan bahwa area berisiko pada tingkat desa dan kelurahan sebagaimana terlihat pada tabel berikut :
Tabel 5.1: Area berisiko sanitasi dan penyebab utamanya Berdasar Persepsi SKPD No
Area beresiko*)
I
Kecamatan Mentarang
II
III
IV
Resiko 3
Paking
Resiko 3
Long Nyau
Resiko 3
Long Titi
Resiko 3
Riam Tubu
Resiko 3 Long Ranau Kecamatan Malinau Kota Resiko 4
Malinau Kota
Resiko 4
Batu Lidung
Resiko 4
Malinau Hilir
Resiko 4
Tanjung Keranjang
Kecamatan Pujungan
Pengelolaan sampah, CTPS dan BABS Pengelolaan sampah, CTPS dan BABS Pengelolaan sampah, CTPS dan BABS Pengelolaan sampah, CTPS dan BABS Pengelolaan sampah, CTPS dan BABS Limbah domestiki RT dibuang ke sungai, pengelolaan sampah, CTPS dan BABS Limbah domestiki RT dibuang ke sungai, pengelolaan sampah, CTPS dan BABS Limbah domestiki RT dibuang ke sungai, pengelolaan sampah, CTPS dan BABS Limbah domestiki RT dibuang ke sungai, pengelolaan sampah, CTPS dan BABS
Long Pujungan
Pengelolaan sampah, CTPS dan BABS
Resiko 3
Long Ketaman
Pengelolaan sampah, CTPS dan BABS
Resiko 3
Long Pua
Pengelolaan sampah, CTPS dan BABS
Resiko 3
Long Mesahan
Pengelolaan sampah, CTPS dan BABS
Resiko 3
Lame
Pengelolaan sampah, CTPS dan BABS
Resiko 3
Long Belaka Pitau
Pengelolaan sampah, CTPS dan BABS
Kecamatan Kayan Hilir Long Pipa
Pengelolaan sampah, CTPS dan BABS
Kecamatan Kayan Hulu Resiko 3
VI
Penyebab utama resiko
Resiko 3
Resiko 3 V
Wilayah Prioritas
Long Betaoh
Pengelolaan sampah, CTPS dan BABS
Kecamatan Malinau Selatan
3
Resiko 3
Long Adiu
Pengelolaan sampah, CTPS dan BABS
4
Resiko 3
Bila Bekayuk
Pengelolaan sampah, CTPS dan BABS
5
Resiko 3
Halanga
Pengelolaan sampah, CTPS dan BABS
6
Resiko 3
Long Lake
Pengelolaan sampah, CTPS dan BABS
Resiko 3
Punan Mirau
Pengelolaan sampah, CTPS dan BABS
Resiko 3
Metut
Pengelolaan sampah, CTPS dan BABS
POKJA AMPL PPSP KABUPATEN MALINAU
I -2
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MALINAU 2013
VII
VIII
IX
X
Resiko 3
Pelencau
Pengelolaan sampah, CTPS dan BABS
Resiko 3
Paya Seturan
Pengelolaan sampah, CTPS dan BABS
Resiko 3
Long Rat
Pengelolaan sampah, CTPS dan BABS
Resiko 3
Setarap
Pengelolaan sampah, CTPS dan BABS
Resiko 3
Laban Nyarit
Pengelolaan sampah, CTPS dan BABS
Kecamatan Malinau Utara Resiko 3
Putat
Pengelolaan sampah, CTPS dan BABS
Resiko 4
Seruyung
Resiko 4
Lubak Manis
Limbah domestiki RT dibuang ke sungai, pengelolaan sampah, CTPS dan BABS Limbah domestiki RT dibuang ke sungai, pengelolaan sampah, CTPS dan BABS
Kecamatan Malinau Barat Resiko 3
Punan Bengalun
Pengelolaan sampah, CTPS dan BABS
Resiko 4
Tanjung Lapang
Resiko 4
Kuala Lapang
Limbah domestiki RT dibuang ke sungai, pengelolaan sampah, CTPS dan BABS Limbah domestiki RT dibuang ke sungai, pengelolaan sampah, CTPS dan BABS
Kecamatan Sungai Boh Resiko 3
Long Top
Pengelolaan sampah, CTPS dan BABS
Resiko 3
Data Baru
Pengelolaan sampah, CTPS dan BABS
Kecamatan Kayan Selatan Resiko 3
XI
XII
Sungai Barang
Pengelolaan sampah, CTPS dan BABS
Kecamatan Bahau Hulu Resiko 3
Long Tabulo
Pengelolaan sampah, CTPS dan BABS
Resiko 3
Long Kemuat
Pengelolaan sampah, CTPS dan BABS
Resiko 3
Apau Ping Mading
Pengelolaan sampah, CTPS dan BABS
Resiko 4
Long Uli
Limbah domestiki RT dibuang ke sungai, pengelolaan sampah, CTPS dan BABS
Kecamatan Mentarang Hulu Resiko 3
Long Mekatif
Pengelolaan sampah, CTPS dan BABS
Resiko 3
Semamu
Pengelolaan sampah, CTPS dan BABS
Resiko 3
Long Sulit
Pengelolaan sampah, CTPS dan BABS
Resiko 3
Long Simau
Pengelolaan sampah, CTPS dan BABS
Catatan: *) Hanya untuk wilayah dengan risiko 4 dan 3
POKJA AMPL PPSP KABUPATEN MALINAU
I -3
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MALINAU 2013 Gambar 5.1 PETA AREA BERESIKO SANITASI KABUPATEN MALINAU TAHUN 2013 BERDASAR PERSEPSI SKPD`
POKJA AMPL PPSP KABUPATEN MALINAU
I -4
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MALINAU 2013
Tabel 5.1: Area berisiko sanitasi dan penyebab utamanya Berdasar Studi EHRA No
Area beresiko*)
I
Kecamatan Mentarang Resiko 2 Resiko 2 Resiko 2 Resiko 2 Resiko 2 Resiko 2 Resiko 2 Resiko 2 Resiko 2 Resiko 3 Resiko 3 Resiko 3 Resiko 3
II
III
IV
Wilayah Prioritas
Penyebab utama resiko
Long Nyau Long Titi Long Pada Long Ranau Rian Tubu Temalang Long Liku Long Gafid Long BIsai Paking Harapan Maju Lidung Keminci
Pulau Sapi Kecamatan Malinau Kota Resiko 2
Malinau Kota
Resiko 3
Batu Lidung
Resiko 4
Pelita Kanaan
Resiko 4
Malinau Hilir
Resiko 4
Tanjung Keranjang
Resiko 4
Malinau Hulu
Kecamatan Pujungan
Pengelolaan sampah, CTPS dan BABS Pengelolaan sampah, CTPS dan BABS Pengelolaan sampah, CTPS dan BABS Pengelolaan sampah, CTPS dan BABS Limbah domestiki RT dibuang ke sungai, pengelolaan sampah, CTPS dan BABS Limbah domestiki RT dibuang ke sungai, pengelolaan sampah, CTPS dan BABS Limbah domestiki RT dibuang ke sungai, pengelolaan sampah, CTPS dan BABS Limbah domestiki RT dibuang ke sungai, pengelolaan sampah, CTPS dan BABS Limbah domestiki RT dibuang ke sungai, pengelolaan sampah, CTPS dan BABS Limbah domestiki RT dibuang ke sungai, pengelolaan sampah, CTPS dan BABS
Resiko 2
Long Ketaman
Resiko 2
Long Pua
Resiko 2
Long Mesahan
Resiko 2
Lame
Resiko 2
Long Belaka Pitau
Resiko 2
Paliran
Resiko 2
Bena
Resiko 3
Pujungan
Pengelolaan sampah, CTPS dan BABS
Resiko 3
Long Aran
Pengelolaan sampah, CTPS dan BABS
Kecamatan Kayan Hilir
POKJA AMPL PPSP KABUPATEN MALINAU
I -5
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MALINAU 2013 Resiko 2 Resiko 2 Resiko 2 Resiko 2 Resiko 2 V
VI 3 4
Metun Sungai Anai Long Sule Long Pipa Data Dian
Kecamatan Kayan Hulu Resiko 2
Long Temuyat
Pengelolaan sampah, CTPS dan BABS
Resiko 2
Long Betaoh
Pengelolaan sampah, CTPS dan BABS
Resiko 2
Long Payau
Pengelolaan sampah, CTPS dan BABS
Resiko 3
Nawang Baru
Pengelolaan sampah, CTPS dan BABS
Resiko 3
Long Nawang
Pengelolaan sampah, CTPS dan BABS
Kecamatan Malinau Selatan Resiko 3 Resiko 4
Long Adiu
Pengelolaan sampah, CTPS dan BABS
Bila Bekayuk
Limbah domestiki RT dibuang ke sungai, pengelolaan sampah, CTPS dan BABS
5
Resiko 2
Halanga
6
Resiko 2
Long Lake
Resiko 2
Punan Mirau
Resiko 2
Metut
Resiko 2
Long Jalan
Resiko 2
Paya Seturan
Resiko 2
Long Rat
Resiko 3
Laban Nyarit
Pengelolaan sampah, CTPS dan BABS
Resiko 3
Tanjung Nanga
Pengelolaan sampah, CTPS dan BABS
Resiko 3
Punan Gong Solok
Pengelolaan sampah, CTPS dan BABS
Resiko 3
Gong Solok
Pengelolaan sampah, CTPS dan BABS
Resiko 3
Batu Kajang
Pengelolaan sampah, CTPS dan BABS
Resiko 3
Setarap
Pengelolaan sampah, CTPS dan BABS
Setulang
Limbah domestiki RT dibuang ke sungai, pengelolaan sampah, CTPS dan BABS
Resiko 4
VII
Resiko 4
Pelencau
Resiko 4
Langap
Resiko 4
Sengayan
Resiko 4
Long Loreh
Kecamatan Malinau Utara Resiko 2
Putat
Resiko 2
Seruyung
POKJA AMPL PPSP KABUPATEN MALINAU
Limbah domestiki RT dibuang ke sungai, pengelolaan sampah, CTPS dan BABS Limbah domestiki RT dibuang ke sungai, pengelolaan sampah, CTPS dan BABS Limbah domestiki RT dibuang ke sungai, pengelolaan sampah, CTPS dan BABS Limbah domestiki RT dibuang ke sungai, pengelolaan sampah, CTPS dan BABS
I -6
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MALINAU 2013
VIII
IX
X
Resiko 2
Luso
Resiko 3
Lubok Manis
Pengelolaan sampah, CTPS dan BABS
Resiko 3
Belayan
Pengelolaan sampah, CTPS dan BABS
Resiko 3
Sembuak Warod
Pengelolaan sampah, CTPS dan BABS
Resiko 4
Salap
Resiko 4
Respen Tubu
Resiko 4
Malianu Seberang
Resiko 4
Kaliamok
Resiko 4
Kelapis
Resiko 4
Semengaris
Limbah domestiki RT dibuang ke sungai, pengelolaan sampah, CTPS dan BABS Limbah domestiki RT dibuang ke sungai, pengelolaan sampah, CTPS dan BABS Limbah domestiki RT dibuang ke sungai, pengelolaan sampah, CTPS dan BABS Limbah domestiki RT dibuang ke sungai, pengelolaan sampah, CTPS dan BABS Limbah domestiki RT dibuang ke sungai, pengelolaan sampah, CTPS dan BABS Limbah domestiki RT dibuang ke sungai, pengelolaan sampah, CTPS dan BABS
Kecamatan Malinau Barat Resiko 2
Long Kenipe
Resiko 2
Punan Bengalun
Resiko 2
Sentaban
Resiko 2
Long Bila
Resiko 2
Taras
Resiko 2
Punan Bengalun
Resko 3
Sesua
Pengelolaan sampah, CTPS dan BABS
Resiko 3
Taras
Pengelolaan sampah, CTPS dan BABS
Resiko 4
Tanjung Lapang
Resiko 4
Kuala Lapang
Limbah domestiki RT dibuang ke sungai, pengelolaan sampah, CTPS dan BABS Limbah domestiki RT dibuang ke sungai, pengelolaan sampah, CTPS dan BABS
Kecamatan Sungai Boh Resiko 2
Long Top
Resiko 2
Agung Baru
Resiko 2
Data Baru
Resiko 3
Mahak Batu
Pengelolaan sampah, CTPS dan BABS
Resiko 3
Long Lebusan
Pengelolaan sampah, CTPS dan BABS
Resiko 3
Dumu Mahak
Pengelolaan sampah, CTPS dan BABS
Kecamatan Kayan Selatan Resiko 2 Resiko 2 Resiko 2 Resiko 3 Resiko 3
Metulang Long Sungai Barang Long Uro Lidung Payau Long Ampung
POKJA AMPL PPSP KABUPATEN MALINAU
Pengelolaan sampah, CTPS dan BABS Pengelolaan sampah, CTPS dan BABS
I -7
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MALINAU 2013 XI
XII
Kecamatan Bahau Hulu Resiko 3
Long Uli
Resiko 3
Long Tebulo
Resiko 3
Long Alango
Pengelolaan sampah, CTPS dan BABS
Resiko 3
Apau Ping Mading
Pengelolaan sampah, CTPS dan BABS
Resiko 3
Long Kemuat
Pengelolaan sampah, CTPS dan BABS
Resiko 3
Long Berini
Pengelolaan sampah, CTPS dan BABS
Resiko 4
Long Uli
Limbah domestiki RT dibuang ke sungai, pengelolaan sampah, CTPS dan BABS
Kecamatan Mentarang Hulu Resiko 2
Long Mekatif
Resiko 2
Semamu
Resiko 2
Long Sulit
Resiko 2
Long Simau
Resiko 2
Long Kebinu
Resiko 2
Long Pala
Resiko 3
Long Berang
Pengelolaan sampah, CTPS dan BABS
Catatan: *) Hanya untuk wilayah dengan risiko 2, 3 dan 4
POKJA AMPL PPSP KABUPATEN MALINAU
I -8
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MALINAU 2013 Gambar 5.2 PETA AREA BERESIKO SANITASI KABUPATEN MALINAU TAHUN 2013 BERDASAR STUDI EHRA
POKJA AMPL PPSP KABUPATEN MALINAU
I -9
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MALINAU 2013
Hasil akhir penilaian terhadap area beresiko untuk Kabupaten Malinau telah ditetapkan oleh kelompok kerja Sanitasi Kabupaten Malinau berdasarkan data persepsi SKPD Dan data hasil studi EHRA serta melakukan serangkaian observasi dan kunjungan lapangan pada desa yang menjadi sampel survey study EHRA. Hasil analisis persepsi SKPD Dan studi EHRA serta kesepakatan kelompok kerja sanitasi kabupaten Malinau menunjukkan bahwa area berisiko pada tingkat desa dan kelurahan di lima Kecamatan terlihat pada tabel 5.3 peta berikut dimana dari Jumlah desa cakupan wilayah kajian BPS yang berjumlah 66 desa, maka yang masuk area beresiko sangat tinggi sanitasi ada 18 desa. Dan jumlah desa yang masuk dalam area resiko tinggi terdapat 48 desa. Lihat Gambar 5.3 Peta Area Beresiko Sanitasi berdasar kesepakatan Pokja. Tabel 5.3 Jumlah Desa Area Beresiko Sanitasi Kesepakatan Pokja APML Nama Kecamatan Mentarang Malinau Kota Malinau Selatan Malinau Utara Malinau Barat
Jumlah Desa Resiko Sangat Tinggi 0 4 6 6 2
POKJA AMPL PPSP KABUPATEN MALINAU
Resiko Tinggi 14 2 19 6 7
Resiko Sedang 0 0 0 0 0
Resiko Rendah 0 0 0 0 0
I -10
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MALINAU 2013
Gambar 5.3 PETA AREA BERESIKO SANITASI KABUPATEN MALINAU TAHUN 2013 BERDASAR KESEPAKATAN POKJA
POKJA AMPL PPSP KABUPATEN MALINAU
I -11
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MALINAU 2013 5.2. POSISI PENGELOLAAN SANITASI SAAT INI Pengelolaan sanitasi Kabupaten Malinau masih belum berjalan secara maksimal, baik yang terkait dengan pengaturan atau kebijakan, pemberdayaan kapasitas sumber daya manusia sebagai pengelola teknis dan administrasi, koordinasi antar lembaga terkait, upaya promosi kesadaran atau kepedulian akan kesehatan lingkungan yang belum maksimal serta penganggaran bidang sanitasi yang masih terlampau kecil dibandingkan dengan APBD yang ada. Pengaturan / Kebijakan : Kabupaten Malinau saat ini belum memiliki Perda tentang Pengelolaan Sanitasi yang terpadu dan menyeluruh yang berpedoman pada Undang-undang, Peraturan Pemerintah maupun Peraturan Kementrian yang berlaku, dimana secara substansi Perda Pengelolaan Sanitasi ini harus memuat hal-hal sebagai berikut: 1) Rencana strategis dan Rencana kerja yang memuat pola pengelolaan penanganan sanitasi yang terpadu. 2) Aturan tentang pemanfaatan teknologi pengolahan maupun pengelolaan sanitasi dengan melakukan uji coba pilot project untuk penerapannya.. 3) Ketentuan pelibatan masyarakat dalam pengelolaan sanitasi. 4) Aturan kerja sama antara pemerintah kota dengan swasta untuk pengelolaan sanitasi dengan mediasi Pemerintah Provinsi Kalimantan Utara. 5) Adanya sanksi yang tegas dan spesifik kepada masing-masing pelanggaran termasuk penetapan model reward and punishment. 6) Penetapan retribusi dengan memperhitungkan pemulihan biaya sebagaimana yang ada pada Permendagri. Kelembagaan dan Kapasitas SDM : Pengelolaan sanitasi masih berjalan secara sendiri-sendiri tidak terfokus pada satu unit kerja yang menangani masalah-masalah sanitasi, baik secara teknis maupun administrasi keuangan. Sebaiknya diserahkan kepada dinas teknis yang membidangi kegiatan sanitasi ini. Selain itu juga kapasitas SDM yang ada perlu diberikan pemahaman secara teknis mengenai pengelolaan sanitasi serta pengelolaan administrasi dan keuangan.
POKJA AMPL PPSP KABUPATEN MALINAU
I -12
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MALINAU 2013 Koordinasi Antar Lembaga Terkait : Permasalahan yang sering terjadi dalam pengelolaan sanitasi adalah koordinasi baik secara teknis maupun non teknis terkait dengan masalah sanitasi perkotaan. Upaya koordinasi diperlukan sebagai upaya perencanaan dan pengendalian kegiatan agar apa yang direncanakan dapat memperoleh manfaat yang maksimal. Dalam hal ini keberadaan Pokja AMPL sangat membantu untuk melakukan konsolidasi seluruh kegiatan sanitasi perkotaan. Promosi Sanitasi : Promosi sanitasi adalah kegiatan mempromosikan kesadaran atau kepedulian seluruh stakeholder akan pentingnya sanitasi dalam kerangka perilaku hidup bersih dan sehat. Hal ini sangat penting mulai dilakukan pada tingkat sekolah TK hingga perguruan tinggi, agar generasi muda punya kepedulian dan dapat mendorong para orang tua untuk hidup bersih dan sehat serta menjaga kesehatan lingkungannya.
POKJA AMPL PPSP KABUPATEN MALINAU
I -13