Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan
BAB III PROFIL SANITASI KABUPATEN PASURUAN
3.1.
Kondisi Umum Sanitasi Kabupaten Pasuruan Pemerintah
daerah
semakin
realistis
menghadapi
problem
sanitasi yang buruk. Kebijakan perbaikan sanitasi mengarah pada penyelesaian akar persoalan sanitasi. Yakni, menuju pada usahausaha perubahan perilaku sanitasi buruk masyarakat. Kebijakan daerah di Jawa Timur, terutama kabupaten, fokus pada upaya-upaya peningkatan kabupaten
permintaan telah
sanitasi
menjalankan
sehat. kegiatan
Hingga
2009,
seluruh
dan
kebijakan
guna
meningkatkan kesadaran serta kebutuhan masyarakat akan sanitasi sehat. Meski substansinya sama, setiap daerah memiliki keunikan tersendiri dalam menjalankan upaya tersebut. 3.1.1. Kesehatan Lingkungan Keadaan lingkungan yang sehat tercipta dengan terwujudnya kesadaran individu dan masyarakat untuk berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Untuk mencapai tujuan tersebut, dijabarkan dalam sasaran untuk meningkatkan kesadaran dan kemandirian masyarakat untuk hidup sehat dengan indicator rumah tangga sehat, institusi kesehatan yang berperilaku sehat, institusi pendidikan yang sehat, tempat kerja yang sehat, tempat-tempat umum yang sehat, posyandu purnama dan mandiri
serta meningkatkan kemandirian masyarakat
sebagai peserta jaminan pemeliharaan masyarakat.
III - 1
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan
Kondisi kesehatan lingkungan KABUPATEN PASURUAN dapat dilihat dari beberapa data berkaitan dengan kesehatan lingkungan sebagai berikut : Tabel 3.1 Banyaknya Penderita Penyakit Tertentu Menurut Kecamatan dan Jenis Penyakit di KABUPATEN PASURUAN Tahun 2010
III - 2
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan PENYAKIT BERBASIS LINGKUNGAN No.
KECAMATAN DIARE
KECACINGAN
FILARIASIS
DHF
MALARIA
TB PARU
KUSTA
KULIT
1159
1
1
8
0
38
3
0
PRAMBUSIA
PES
ISPA
0
0
0
(PATEK)
1.
Purwodadi
2.
Tutur
329
2
0
1
0
4
0
0
0
0
0
3.
Puspo
1072
0
0
9
0
7
2
0
0
0
8
4.
Tosari
215
1
1
0
0
0
0
0
0
0
19
5.
Lumbang
891
2
0
2
1
19
6
0
0
0
2
6.
Pasrepan
369
3
0
6
16
30
30
0
0
0
8
7.
Kejayan
2879
0
0
35
0
81
24
0
0
0
142
8.
Wonorejo
1611
0
0
16
60
8
8
0
0
0
162
9.
Purwosari
5598
4
1
22
1
75
3
0
0
0
79
10.
Prigen
1958
1
0
33
0
39
6
0
0
0
0
11.
Sukorejo
1110
0
0
49
0
68
3
0
0
0
58
12.
Pandaan
6040
0
0
53
0
86
2
0
0
0
25
13.
Gempol
3242
0
2
23
0
128
14
0
0
0
44
14.
Beji
1658
0
0
22
0
54
10
0
0
0
186
III - 3
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan 15.
Bangil
3226
6
68
0
100
7
0
0
0
0
137
16.
Rembang
2451
0
0
8
69
19
0
0
0
0
36
17.
Kraton
3991
20
1
17
0
81
23
0
0
0
333
18.
Pohjentrek
989
0
0
12
0
17
1
0
0
0
67
19.
Gondangwetan
877
3
0
31
0
68
11
0
0
0
0
20.
Rejoso
852
1
0
39
0
37
14
0
0
0
0
21.
Winongan
937
1
01
16
2
74
45
0
0
0
5
22.
Grati
3315
7
1
77
1
78
54
0
0
0
225
23.
Lekok
533
0
1
17
0
84
30
0
0
0
10
24.
Nguling
672
0
0
9
0
38
56
0
0
0
64
Sumber data : Dinas Kesehatan Kab. Pasuruan, Profil Kesehatan Tahun 2010
III - 4
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan
3.1.2 Kesehatan dan Pola Hidup Masyarakat Kesadaran
masyarakat
akan
kesehatan
lingkungan
pada
umumnya masih rendah sehingga masih perlu ditingkatkan melalui berbagai upaya program yang sesuai. Kesehatan masyarakat terkait erat dengan kondisi kesehatan lingkungan serta perilaku sehat dari penghuni di dalam lingkungan tersebut. Kondisi lingkungan ini terkait dengan lingkungan hunian yang sebagian wilayah adalah lokasi yang rawan banjir/genangan dan terbatasnya jangkauan pelayanan fasilitas kesehatan. Keadaan lingkungan yang sehat tercipta dengan terwujudnya kesadaran individu dan masyarakat untuk berperilaku
hidup bersih
dan sehat (PHBS), untuk mencapai tujuan tersebut dijabarkan dalam sasaran meningkatkan kesadaran dan kemandirian masyarakat untuk hidup sehat dengan indikator rumah tangga sehat, institusi kesehatan yang berperilaku sehat , institusi pendidikan yang sehat, tempat kerja yang sehat, tempat-tempat umum yang sehat, posyandu purnama dan mandiri serta meningkatkan kemandirian masyarakat sebagai peserta jaminan pemeliharaan kesehatan. Berdasarkan data hasil Pelaksanaan Survei Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Tatanan Rumah Tangga di Kabupaten Pasuruan, kemudian dianalisis dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
III - 5
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan
Tabel 3.2 Data Jamban yang ada di Wilayah Kabupaten Pasuruan Tahun 2010 JAMBAN No.
KECAMATAN
JAMBAN PRIBADI L.A +
JAMBAN UMUM
CEMPLUNG
L.ANGSA
LAIN-LAIN
CEMPLUNG
L.ANGSA
L.A +
LAIN-LAIN
0
7477
0
0
0
0
0
0
1.
Purwodadi
2.
Tutur
2169
2474
1468
0
0
0
166
0
3.
Puspo
1755
0
375
0
0
0
0
0
4.
Tosari
149
0
1495
0
0
0
0
0
5.
Lumbang
3706
1097
0
0
0
22
0
0
6.
Pasrepan
1675
1505
0
0
26
23
0
0
7.
Kejayan
974
887
1661
0
0
0
0
0
8.
Wonorejo
2553
3714
107
0
0
0
0
0
9.
Purwosari
1230
0
8953
0
0
0
0
0
10.
Prigen
1667
5822
6322
0
0
0
0
31
11.
Sukorejo
63
84
14873
0
0
0
0
0
12.
Pandaan
0
0
8247
0
0
0
0
0
13.
Gempol
285
98
13187
0
0
0
0
0
III - 6
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan
14.
Beji
29
1472
8626
0
0
0
0
0
15.
Bangil
793
2789
6876
0
0
0
16
0
16.
Rembang
3281
4
0
0
0
0
0
0
17.
Kraton
115
100
3338
0
0
0
30
0
18.
Pohjentrek
0
0
2651
0
0
0
0
0
19.
Gondangwetan
0
476
2651
12
0
2
0
0
20.
Rejoso
221
498
1250
0
0
0
11
0
21.
Winongan
0
0
1756
0
0
0
0
0
22.
Grati
3211
2757
4482
59
0
6
4
0
23.
Lekok
1609
1340
1720
0
0
1
9
0
24.
Nguling
520
3180
11
0
0
10
10
0
Sumber : Profil Kesehatan, Dinas Kesehatan Tahun 2010
III - 7
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan
Tabel 3.3 Data jamban yang ada di sarana pendidikan, tempat-tempat umum dan rumah di wilayah Kabupaten Pasuruan : SARANA PENDIDIKAN SD No.
TTU
SMP
RUMAH
SMA/SMK
Kecamatan YG
YG
YG
YG
YG
YG
YG
YG
YG
ADA
DIPERIKSA
SEHAT
ADA
DIPERIKSA
SEHAT
ADA
DIPERIKSA
SEHAT
YG
YG
YG
YG
ADA
DIPERIKSA
SEHAT
ADA
YG DIPERI KSA
YG SEHAT
1.
Purwodadi
40
40
40
8
6
6
3
2
2
25
13
13
17209
5530
5170
2.
Tutur
31
31
31
7
7
5
3
3
1
18
15
13
13587
4513
2404
3.
Puspo
19
2
2
2
1
1
1
1
1
5
4
3
6876
341
193
4.
Tosari
16
16
16
3
3
3
1
1
1
3
29
28
3874
1300
1245
5.
Lumbang
27
0
0
3
0
0
0
0
0
7
0
0
9938
727
270
6.
Pasrepan
3
3
3
0
0
0
0
0
0
54
28
22
12605
672
482
7.
Kejayan
37
14
8
1
0
0
0
0
0
27
17
12
14341
1773
1021
8.
Wonorejo
25
25
25
2
2
2
4
1
0
31
20
17
15203
5712
3830
9.
Purwosari
38
38
38
5
5
5
6
6
5
44
32
32
18613
5564
3862
10.
Prigen
31
20
20
9
8
8
4
3
3
60
12
10
19723
6724
6505
11.
Sukorejo
38
38
38
5
5
5
5
5
5
48
37
34
21752
1974
1860
12.
Pandaan
43
5
4
8
0
0
9
0
0
48
25
19
23898
7303
5727
13.
Gempol
35
35
34
7
6
6
7
4
4
42
32
29
26248
9081
8655
14.
Beji
30
30
3
8
8
2
3
3
1
53
40
35
16544
5196
4940
III - 8
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan
15.
Bangil
35
28
21
11
8
2
4
0
0
82
46
38
15587
2592
2068
16.
Rembang
27
0
0
2
0
0
2
0
0
42
19
16
16299
1299
909
17.
Kraton
29
21
21
5
1
1
0
0
0
53
46
43
16249
2688
1753
18.
Pohjentrek
18
18
18
2
2
2
0
0
0
11
9
8
6868
2531
1110
19.
Gondangwetan
23
18
18
4
0
0
1
1
1
37
25
23
10104
3450
2970
20.
Rejoso
25
22
22
3
3
3
0
0
0
25
21
19
11402
1208
1088
21.
Winongan
23
18
16
2
2
2
1
1
1
18
19
18
9530
1020
444
22.
Grati
35
20
17
5
2
2
2
0
0
26
20
16
18181
2559
1226
23.
Lekok
30
3
3
3
2
2
0
0
0
33
23
20
16170
350
97
24.
Nguling
29
4
3
0
0
0
1
0
0
15
9
7
12488
1162
567
Sumber : Profil Kesehatan, Dinas Kesehatan Tahun 2010
III - 9
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan
Data kegiatan Promosi Kesehatan di Dinas Kesehatan Kabupaten Pasuruan pada tahun 2009 tergambarkan pada tabel berikut ini : Tabel 3.4 Kegiatan Promosi Kesehatan Program PHBS Tahun 2009 No Nama Kegiatan 1 Penyuluhan Pola Hidup bersih Sehat
Rp
Jumlah 10,400,000
2
Peningkatan Pemanfaatan Sarana Kesehatan
Rp
50,500,000
3
Monitoring, Evaluasi, dan Pelaporan
Rp
16,750,000
4
Penyuluhan Kesehatan Reproduksi
Rp
17,725,000
5
Pelaksanaan Kerjasama Bakti Sosial Kesehatan dan Promosi Kesehatan
Rp
795,000,000
6
Sosialisasi Masalah Kesehatan
Rp
20,675,000
7
Advokasi Ke Lintas Sektor Terkait
Rp
2,100,000
8
Pengembangan Upaya Kesehatan Bersumber Masyarakat
Rp
24,845,000
9
Pembinaan dan Penilaian Sekolah PHBS
Rp
3,350,000
Rp
15,700,000
Rp
957,045,000
10 Pengembangan Media Promosi Kesehatan Dan Informasi Sadar Hidup Sehat Total Sumber : Dinas Kesehatan tahun 2010
III - 10
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan
3.1.3 Kuantitas dan Kualitas air Air
bersih
merupakan
salah
satu
kebutuhan
penting
bagi
kehidupan manusia. Kebutuhan air bersih bagi penduduk Kabupaten Pasuruan sebagian dipenuhi oleh PDAM, sumur gali, sumur pompa, sumber mata air dan sungai. Permasalahan
air
bersih
KABUPATEN
PASURUAN
ditingkat
masyarakat antara lain : 1. Besarnya
angka
pertumbuhan
penduduk
KABUPATEN
PASURUAN mengakibatkan harus mencari alternatif baru sumber air baku. 2. Beberapa masyarakat di KABUPATEN PASURUAN yang belum terakses oleh layanan air bersih atau PDAM. Di Kabupaten Pasuruan hanya separuh (12 dari 24 Kecamatan) yang terlayani oleh PDAM Kabupaten Pasuruan. 3. Faktor ekonomi masyarakat yang rendah/terbatas menjadi alasan
masyarakat
tersebut
untuk
tidak
melakukan
pemasangan jaringan air bersih dari PDAM. 4. Banyak masyarakat berpendapat bahwa kualitas air PDAM kurang
bagus,
sehingga
masyarakat
lebih
mengandalkan
sumber sumur dalam untuk memperoleh sumber air bersih Permasalahan air bersih ditingkat PDAM : 1. Debit air dari suplay PDAM sangat kecil, sehingga tidak mencukupi kebutuhan air bersih masyarakat di KABUPATEN PASURUAN 2. Banyak terjadi kebocoran sehingga kinerja dan usia sistem distribusi kurang efesien. 3. Meter rusak/tidak berfungsi, pencatatan meter air yang tidak akurat. 4. Kurangnya jam kerja operasional, hal ini disebabkan oleh kurangnya tekanan air pada sistem transmisi dan distribusi 5. Kinerja dan umur sistem distribusi kurang efesien.
III - 11
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan
Pemanfaatan sumber air baku di Kabupaten Pasuruan ditangani oleh PDAM Kabupaten Pasuruan. Pada saat pembentukan, PDAM Kabupaten Pasuruan hanya terdiri dari 4 (empat) cabang saja, namun sekarang sudah menjadi 8 (delapan) cabang dan 4 (unit kerja) yang meliputi : 1. Cabang Bangil 2. Cabang Prigen 3. Cabang Gempol 4. Cabang Pandaan 5. Cabang Purwosari 6. Cabang Sukorejo 7. Cabang Tutur 8. Cabang Purwodadi 9. Unit Nguling 10. Unit Wonorejo 11. Unit Grati 12. Unit Puspo Sumber Air yang Dimanfaatkan Dalam kegiatan operasionalnya, PDAM Kabupaten Pasuruan menggunakan air baku dari 13 mata air, 3 sumur bor dan 4 IPA. Sumber-sumber air yang dimanfaatkan adalah sebagai berikut : A. Mata Air o Mata Air Umbulan o Mata Air Gempol/Ringin o Mata Air Plintahan o Mata Air Kajar o Mata Air Alap-Alap o Mata Air Gubisan o Mata Air Dawuhan o Mata Air Kali Biru o Mata Air Sumber Kambang
III - 12
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan
o Mata Air Padas Gempal o Mata Air Banyu Meneng o Mata Air Sabrangan o Mata Air Sono B. Sumur Bor o Sumur Bor Grati o Sumur Bor Wonorejo o Sumur Bor Nguling C. IPA o IPA Plintahan o IPA Kali Getih o IPA Kali Gupit o IPA Sungai Kletak
III - 13
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan
Tabel 3.5 Data Pelanggan PDAM Kabupaten Pasuruan Tahun 2006 : NO
CABANG/UNIT
RUMAH TANGGA
PEMERINTAH
NIAGA
NIAGA
NIAGA
INDUSTRI
INDUSTRI
KECIL
SEDANG
BESAR
KECIL
BESAR
SOSIAL
HU / KU
JUMLAH
1
BANGIL
1567
23
75
8
2
-
4
41
-
1720
2
PRIGEN
2179
9
186
12
2
-
1
10
26
2425
3
GEMPOL
3367
16
94
11
-
16
12
74
5
3595
4
PANDAAN
2177
14
177
11
6
3
1
28
9
2426
5
PURWOSARI
2460
16
69
4
-
2
2
41
53
2647
6
SUKOREJO
836
7
55
7
2
7
2
6
9
931
7
TUTUR
705
6
10
1
-
-
-
14
2
738
8
TOSARI
-
-
-
-
-
-
-
-
0
9
NGULING
371
5
10
1
-
-
-
3
3
393
10
GRATI
447
8
4
-
-
-
-
6
5
470
11
WONOREJO
434
5
13
1
-
-
-
5
4
462
12
PURWODADI
1412
10
27
3
-
-
1
5
33
1491
13
PUSPO
168
3
-
-
-
-
-
3
6
180
16123
122
720
59
12
28
23
236
155
17478
JUMLAH TOTAL
Sumber : PDAM Kabupaten Pasuruan, Agustus 2007
III - 14
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan
Tabel 3.6 Jumlah Penduduk Yang Terlayani PDAM Tahun 2006 NO
CABANG/UNIT
RUMAH TANGGA
PEMERINTAH
NIAGA
NIAGA
NIAGA
INDUSTRI
INDUSTRI
KECIL
SEDANG
BESAR
KECIL
BESAR
SOSIAL
HU /
JUMLAH
KU
1
BANGIL
9402
690
3750
400
100
-
2000
2050
-
18392
2
PRIGEN
13074
270
9300
600
100
-
500
500
5200
29544
3
GEMPOL
20202
480
4700
550
-
8000
6000
3700
1000
44632
4
PANDAAN
13062
420
8850
550
300
1500
500
1400
1800
28382
5
PURWOSARI
14760
480
3450
200
-
1000
1000
2050
10600
33540
6
SUKOREJO
5016
210
2750
350
100
3500
1000
300
1800
15026
7
TUTUR
4230
180
500
50
-
-
-
700
400
6060
8
NGULING
2226
150
500
50
-
-
-
150
600
3676
9
GRATI
2682
240
200
-
-
-
-
300
1000
4422
10
WONOREJO
2604
150
650
50
-
-
-
250
800
4504
11
PURWODADI
8472
300
1350
150
-
-
500
250
6600
17622
12
PUSPO
1008
90
-
-
-
-
-
150
1200
2448
96738
3660
36000
2950
600
14000
11500
11800
31000
208248
JUMLAH TOTAL
Sumber : PDAM Kabupaten Pasuruan, Agustus 2007, SPAM Tahun 2008
III - 15
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan
3.1.4 Limbah Cair Rumah Tangga Penyebab terbesar terjadinya pencemaran air di
Kabupaten
Pasuruan sebagian besar adalah akibat dari buangan limbah domestik rumah tangga. Selain itu juga disebabkan oleh beberapa hal sebagai berikut : 1. Terbatasnya sarana infrastruktur pengelolaan air limbah rumah tangga karena dibeberapa wilayah banyak dijumpai sarana pembuangan air limbah tidak tertata atau dikelola dengan benar. 2. Kurangnya sarana IPLT (Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja) di Wilayah Kabupaten Pasuruan. Pengelolaan persampahan dan air limbah di Wilayah KABUPATEN PASURUAN
dibawah
kewenangan
Badan
Lingkungan
Hidup
KABUPATEN PASURUAN. Pengelolaan sanitasi dapat dilakukan dengan 2 (dua) sistem yaitu : Sistem Pengolahan Air Limbah Setempat (on-site system) dan Sistem Pengolahan Air Limbah Terpusat (off-site system). 1. Sistem pengolahan air limbah setempat (on-site system) adalah sistem penanganan air limbah domestik yang dilakukan secara individual/komunal dengan fasilitas dan pelayanan dari satu atau beberapa bangunan, yang pengelolaannya diselesaikan secara setempat atau di lokasi sumber, seperti : cubluk, tangki septik (septic tank) dan paket pengolahan skala kecil. 2. Sistem pengolahan air limbah terpusat (off-site system) adalah sistem
penanganan
air
limbah
domestik
melalui
jaringan
pengumpul yang diteruskan ke Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL). Sistem ini adalah yang terbaik untuk memecahkan masalah sanitasi di daerah padat penduduk dalam jangka waktu lama, tetapi mebutuhkan biaya investasi yang tinggi. Sistem ini dibangun berdasarkan standar kualitas yang cukup tinggi dan terdiri atas sambungan rumah, jaringan pipa pengumpul, pipa pembawa, stasiun pompa dan instalasi pengolahan air limbah
III - 16
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan
yang dipusatkan pada satu atau beberapa lokasi saja untuk melayani permukiman di suatu kota. Sistem ini menganut metoda
self
cleansing
sehingga
membutuhkan
kemiringan
saluran yang cukup. Sistem pengelolaan air limbah di KABUPATEN PASURUAN masih banyak menggunakan sistem pengolahan air limbah setempat (on-site system) baik itu secara individu dan dibeberapa tempat secara komunal. Di sisi lain masih banyak warga masyarakat yang belum memiliki pengelolaan air limbah dan membuang limbahnya langsung ke saluran atau sungai. Di wilayah Kabupaten Pasuruan perkiraan total produksi air limbah domestic (rumah tangga) untuk black dan grey water adalah 80% dari jumlah pemakaian air bersih. Sistem pengolahan limbah yang di gunakan di MCK adalah septiktank, sedangkan pada MCK++ umum adalah biodegester dan anaerobic system. Tabel 3.7 Jumlah penduduk yang memanfaatkan layanan MCK, MCK++ umum dan perpipaan air limbah komunal adalah sebagai berikut : No.
2009
1.
Cukur Guling, Kec. Lumbang
2 unit
220
2.
Rebalas, Kec. Grati
1 unit
118
3.
Karanglo, Kec. Grati
1 unit
106
4.
Oro-oro bulu, Kec. Rembang
1 unit
108
5.
Kalisat, Rembang
1 unit
112
6.
Kedung Banteng, Kec. Rembang
1 unit
100
7.
Karang Pandan, Kec. Rejoso
1 unit
116
1.
Geneng Waru, Kec. Rembang
1 unit
162
2.
Ranuklindungan, Kec. Grati
1 unit
108
3.
Randugong, Kec. Kejayan
1 unit
186
4.
Sumberanyar, Kec. Nguling
1 unit
152
5.
Semare, Kec. Kraton (MCK++)
1 unit
150
6.
Bendungan, Kec. Kraton
1 unit
160
2010
Lokasi
Unit
Jumlah
Tahun
Pemakai (jiwa)
III - 17
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan
2011
7.
Lecari, Kec. Sukorejo
1 unit
80
1.
Kemlaten, Kec. Nguling (MCK++)
1 unit
155
2.
Jatirejo, Kec. Lekok (MCK++)
1 unit
168
3.
Bendomungal, Kec. Bangil (MCK++)
1 unit
156
4.
Tambakan, Kec. Bangil (MCK++)
1 unit
160
5.
Klampisrejo, Kec. Kraton (Perpipaan
1 unit
430
Air Limbah Komunal) Sumber : Dinas Cipta Karya
3.1.5 Limbah Padat (sampah) Sampah tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia, sebab pada dasarnya sampah merupakan produk yang sebetulnya tidak dapat diharapkan adanya. Dari keterangan ini maka timbul beberapa pengertian mengenai sampah antara lain : Sampah adalah suatu bahan buangan padat atau semi padat yang timbul akibat aktifitas manusia atau hewan yang dibuang karena tidak diinginkan atau dianggap tidak berguna lagi Sampah adalah limbah yang bersifat padat terdiri dari bahan organik dan anorganik yang dianggap tidak berguna lagi dan harus dikelola agar tidak membahayakan lingkungan dan melindungi investasi pembangunan Sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses yang berbentuk padat Permasalahan persampahan ditingkat masyarakat : 1. Kesadaran masyarakat untuk hidup bersih dan sehat masih kurang 2. Prilaku
masyarakat
KABUPATEN
PASURUAN
membuang
sampah di sungai atau badan saluran masih banyak terlihat 3. Kesadaran masyarakat untuk membayar retribusi kebersihan masih rendah
III - 18
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan
4. Terdapat beberapa masyarakat yang belum terjangkau oleh layanan persampahan 5. Pada saat ini rumah tangga yang berasal dari permukiman yang berada diluar jalan protokol belum ditangani secara baik, dan masih ditangani secara individual. Permasalahan persampahan ditingkat pemerintah : 1. Minimnya sistem perencanaan persampahan termasuk data base persampahan 2. Status lahan TPA yang masih sewa dengan masa akhir pemakaian Tahun 2010 3. Pada saat ini diperlukan lahan untuk dijadikan TPA karena TPA yang sudah ada tidak dapat menampung kapasitas sampah yang semakin hari semakin banyak. 4. Sistem pengolahan sampah di TPA yang ada di Kabupaten Pasuruan masih menggunakan sisten Open Dumping, daur ulang dan composting. Pengelolaan sampah KABUPATEN PASURUAN berada dibawah kewenangan Badan Lingkungan Hidup. Kegiatan pengelolaan sampah dimulai dari kegiatan pengumpulan sampah dari sumber sampah, pemindahan sampah ke TPS yang selanjutnya dilakukan pengangkutan sampah ketempat pusat pengelolaan sampah. Pada tahap pewadahan sampai dengan sampah terkumpul di TPS, pengelolaanya melibatkan masyarakat dan pengelola setempat untuk area komersial. Sedangkan pengelolaan
sampah
mulai
dari
TPS
menuju
ke
TPA
menjadi
tanggungjawab sepenuhnya oleh pemerintah Kabupaten Pasuruan yaitu Badan Lingkungan Hidup. Sarana dan Prasarana Pengangkutan Sampah Pengangkutan sampah yang dilakukan oleh Badan Lingkungan Hidup seksi Kebersihan di Kabupaten Pasuruan merupakan kegiatan pengangkutan sampah dari TPS menuju ke TPA. Adapun sistem
III - 19
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan
pengangkutan yang dilakukan yaitu menggunakan sistem HCS (Hauled Caontainer System) dimana pada saat datang ke lokasi penampungan sampah
sementara
bak/container
(TPS),
kosong
yang
truk
pengangkut
kemudian
sampah
akan
membawa
diletakkan/ditinggal
dilokasi TPS untuk menggantikan bak/container sampah yang sudah penuh. Bak/container yang telah penuh diangkut truk sampah (dump truck/arm roll truck) menuju ke TPA Kenep. Tabel 3.8 Jenis dan Spesifikasi Kendaraan Pengangkutan Sampah di Wilayah KABUPATEN PASURUAN : Jenis
Kapasitas
Arm roll truck Container
Jumlah
Kondisi
(unit) 27
Baik
5 m³
43
Baik
6 m³ dan 8 m³
48
19 unit dalam kondisi rusak, 29 unit dalam kondisi baik
Sumber : Manajemen Pengelolaan Sampah, BLH Kab.Pas 2010
Sumber-Sumber Sampah KABUPATEN PASURUAN Sumber-sumber sampah di KABUPATEN PASURUAN antara lain berasal dari : 1. Sampah Permukiman Sampah ini berasal dari rumah tangga perkampungan maupun permukiman jalan protokol. Sampah ini berasal dari aktivitas dapur, sampah pohon di halaman maupun kegiatan rumah tangga lain. 2. Sampah Pasar Tradisional Merupakan sampah dari kegiatan pasar, baik sisa bahan pembungkus maupun sisa bahan-bahan yang diperjualbelikan
III - 20
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan
yang tidak dapat dimanfaatkan lagi. Kebanyakan merupakan sisa sayur-mayur dan buah-buahan. 3. Sampah Pasar Modern Sumber sampah pasar modem ini berasal dari pertokoan atau daerah perdagangan dan daerah pertokoan lain. Sampah dari kawasan ini biasanya berupa sampah kertas plastik pembungkus atau sisa bahan yang dijual. Pada umumnya bersifat tidak mudah membusuk, atau membutuhkan waktu yang relatif lama. 4. Sampah Hotel dan Penginapan Sumber sampah ini berasal dari semua kegiatan hotel atau penginapan. Sampah yang dihasilkan biasanya berupa sampah kertas, makanan. sampah dapur dan lain-lain. 5. Sampah Rumah Sakit Merupakan sampah yang berasal dari aktifitas rumah sakit baik ternasuk sampah yang berasal dari kegiatan laboratorium. Biasanya sampah yang dibuang di TPA adalah sampah jenis non B3. 6. Sampah Industri Sampah jenis ini berasal dari sisa-sisa aktifitas pemrosesan di industri. Sampah dari kawasan ini yang dihasilkan dan dibuang ke TPA adalah sampah jenis non B3. 7. Sampah Jalan Merupakan sampah yang berasal dari pejalan kaki, pengendara kendaraan maupun berasal dari pengguna jalan yang lain. Sampah
jalan
ditangani
oleh
penyapu
jalan
baik
dalam
pengumpulan maupun pengangkutan. Sarana Pengolahan Di TPA Kenep Kecamatan Beji pemisahan sampah dilakukan secara manual oleh para pemulung yang pada umumnya berasal dari warga sekitar yang bermukim disekitar wilayah TPA. Sebagian sampah juga dimanfaatkan sebagai kompos yang dilaksanakan oleh petugas
III - 21
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan
TPA dan para ibu-ibu yang berada disekitar lokasi TPA. Adapun peralatan yang terdapat didalam rumah kompos ini antara lain : Tabel 3.9 Jenis Peralatan yang ada di Rumah Kompos Jenis
Jumlah
Fungsi alat
Kondisi
(unit) Mesin conveyer
1
alat Memisahkan
sampah
1
Baik
dengan sampah orgnanic Memotong/mencacah
Mesin pencacah
plastic
daun/sampah
sampah
organic
yang
Baik
akan dikompos Mengangkut sampah yang telah Gerobak sampah
1
siap
dikomposkan
dari
area
Baik
pencacahan kerumah kompos Mesin
pengayak
1
makanis Mesin
pengayak
4
konvensional
Baik
Memisahkan sampah berdasarkan ukuran partikelnya
Baik
Sumber : Manajemen Pengelolaan Sampah, BLH Kab.Pas 2010
Terbatasnya lahan yang dipergunakan sebagai area komposting menjadikan sebagian besar sampah yang masuk ke TPA Kenep ini tetap masuk
ke
lahan
penimbunan.
Sampah
yang
masuk
kelahan
penimbunan akan diratakan dengan menggunakan bulldozer/excavator yang digunakan secara bergantian (sesuai dengan kebutuhan. Adapun alat berat yang terdapat di lokasi TPA Kenep antara lain : Tabel 3.10 Alat berat yang terdapat di TPA Kenep. Beji : Jenis
Jumlah (unit)
Masih beroperasi Ya
Tidak
Kondisi
Status Kepemilikan
Buldozer
1
√
-
Baik
Milik BLH
Soft Loader
1
-
√
Rusak
Milik BLH
Excavator
3
√
-
Baik
Sewa
Sumber : Manajemen Pengelolaan Sampah, BLH Kab.Pas 2010
Timbulan Sampah
III - 22
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan
Timbulan sampah adalah sejumlah sampah yang dihasilkan oleh suatu aktifitas dalam kurun waktu tertentu atau dengan kata lain banyaknya sampah yang dihasilkan dalam satuan berat (kilogram) gravimetri
atau
volume
(liter)
volumetri
(Tchobanoglous,
George
et.al.1993) Perkiraan timbulan sampah diperlukan untuk menentukan jumlah sampah yang harus dikelola. Kajian terhadap data mengenai timbulan sampah merupakan langkah awal yang dilakukan dalam pengelolaan persampahan. Adapun
standart
besarnya
timbulan
sampah
(generation)
berdasarkan masing-masing sumbernya dapat dilihat pada tabel 3.11 berikut : Tabel 3.11 Besarnya Timbulan Sampah berdasarkan sumbernya : No.
Komponen Sumber Sampah
Satuan
Berat (kg)
Volume (liter)
1.
Rumah permanen
/org/hari
0,350-0,400
2,25-2,50
2.
Rumah semi permanen
/org/hari
0.300-0.350
2,00-2,25
3.
Rumah non permanen
/org/hari
0,250-0,300
1,75-2,00
4.
Kantor
/pegewai/hr 0,025-0,100
0,50-0,75
5.
Toko/Ruko
/petugas/hr 0,150-0,350
2,50-3,00
6.
Sekolah
/murid/hr
0,010-0,020
0,10-0,15
7.
Jalan arteri sekunder
/m/hari
0,020-0,100
0,10-0,15
8.
Jalan kolektor
/m/hari
0,010-0,050
0,10-0,15
9.
Jalan lokal
/m/hari
0,005-0,025
0,05-0,10
Pasar
/m²/hari
0,350-0,400
0,20-0,60
10.
Sumber : Manajemen Pengelolaan Sampah, BLH Kab.Pas 2010
3.1.6 Drainase Lingkungan Secara umum, sistem drainase dapat didefinisikan sebagai serangkaian bangunan air yang berfungsi untuk mengurangi dan/atau membuang kelebihan air dari suatu kawasan atau lahan, sehingga lahan dapat difungsikan secara optimal. III - 23
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan
Bangunan (interceptor
sistem
drain),
drainase
saluran
terdiri
pengumpul
dari
saluran
(collector
drain),
penerima saluran
pembawa (conveyor drain), saluran induk (main drain), dan badan air penerima (receiving waters). Di sepanjang sistem sering dijumpai bangunan
lainnya
seperti
gorong-gorong,
siphon,
jembatan
air
(aquaduct), pelimpah, pintu-pintu air, kolam tando, dan stasiun pompa. Dalam
rangka
pengembangan
dan
penataan
kawasan
permukiman dan peningkatan taraf hidup masyarakat di Kabupaten Pasuruan, penanganan drainase merupakan salah satu prioritas yang perlu mendapatkan penanganan. Karena gangguan dan kerugian akan masalah banjir dan genangan telah mengakibatkan dampak penurunan kondisi sosial ekonomi masyarakat, kerusakan lingkungan pemukiman dan sektor-sektor ekonomi yang potensial. Tabel 3.12 Jumlah Drainase yang ada dengan panjang saluran drainase : No.
Tahun Pelaksanaan
1.
2008
2.
2009
Lokasi
Uraian
a. Kelurahan Gratitunon, Kec. Grati
436 m'
b. Kelurahan Kalirejo, Kec. Bangil
490 m'
c. Desa Penataan, Kec. Winongan
151 m'
d. Desa Wonorejo, Kec. Wonorejo
85 m'
a. Desa Pasrepan, Kec. Pasrepan
993,18 m'
b. Desa Rejoso Lor, Kec. Rejoso
435,40 m'
c. Desa Wonosari,Kec. Gd.Wetan
586,80 m'
d. Desa Sumberejo, Kec. Winongan
196,52 m'
e. Desa Nguling, Kec. Nguling
386,08 m'
f. . Desa Karangkliwon, Kec. Grati
157 m'
g. Desa Sumberanyar, Kec. Nguling
337 m'
h. Desa Kenep Kec. Beji
374 m'
Sumber : Dinas Cipta Karya
Genangan Banjir di Kabupaten Pasuruan
III - 24
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan
3.1.7 Pencemaran Udara Pencemaran udara di Kabupaten Pasuruan dapat dilihat dari hasil pengukuran kualitas udara (ambien) di Kabupaten Pasuruan. 3.1.8 Limbah Industri Saat ini pola perubahan kualitas air dan debit air semakin menurun pada berbagai sumber di wilayah Kabupaten Pasuruan, hal ini disebabkan oleh beberapa hal, salah satunya adalah adanya kegiatan manusia dalam kehidupan sehari-hari terutama kegiatan industri besar, industri rumah tangga dan kegiatan pertanian serta sampah yang ada di wilayah Kabupaten Pasuruan sangat berpengaruh akan terjadi pencemaran air dimana-mana. 3.1.9 Limbah Medis Limbah medis termasuk dalam kategori limbah berbahaya dan beracun (LB3) sesuai dengan PP 18 Tahun 1999 jo PP 85 Tahun 1999 lampiran I daftar limbah spesifik dengan kode limbah D 227. Dalam kode limbah D227 tersebut disebutkan bahwa limbah rumah sakit dan limbah klinis yang termasuk limbah B3 adalah limbah klinis, produk farmasi kadaluarsa, peralatan laboratorium terkontaminasi, kemasan produk farmasi, limbah laboratorium, dan residu dari proses insinerasi. Jenis limbah medis padat meliputi : Limbah Benda Tajam Contoh : Jarum Suntik, Jarum Infus Limbah Patologi Contoh : Potongan Tubuh / Jaringan dari Kegiatan Operasi Limbah Infeksius Contoh : Botol Infus, Perban, Kasa, Ampul Bekas Tindakan Medis Limbah Sitotoksis Contoh : Botol Obat, Jarum Injeksi Bekas Obat-Obatan yang Bersifat Infeksius
III - 25
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan
Limbah Farmasi Contoh : Limbah Bekas Obat-obatan Farmasi Jenis Limbah Medis Cair meliputi : Limbah Cair Infeksius Limbah Cair yang dihasilkan dari semua kegiatan di Rumah Sakit khususnya yang dihasilkan dari Ruang Tindakan dan perawatan, dan Ruang Cucian. Limbah Cair yang mengandung bahan Kimia dan Sitotoksis Limbah
cair
dari
kegiatan
Farmasi,
Sisa
desinfektan
dan
Laboratorium Beberapa
peraturan
yang
mengatur
tentang
pengelolaan
lingkungan Rumah Sakit antara lain diatur dalam : a. Permenkes
1204/Menkes/PerXI/2004,
mengatur
tentang
Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit b. Kepmen KLH 58/1995, mengatur tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Rumah Sakit c. PP 18 tahun 1999 jo PP 85 tahun 1999, mengatur tentang pengelolaan limbah bahan berbahaya dan Beracun (B3) Tabel 3.... : Timbulan Sampah Medis dari Puskesmas Dalam Wilayah Kabupaten Pasuruan
1
Purwodadi
Rata – Rata Timbulan Sampah (Kg/Hari) 3–5
2
Nongkojajar
2-3
3
Sumberpitu
0,2 – 0,5
4
Puspo
1 – 1,5
5
Tosari
0,5 – 1
6
Lumbang
0,5 – 1
7
Pasrepan
1 -1,5
8
Kejayan
1 – 1,5
No
Nama Puskesmas
III - 26
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan
9
Ambal-ambil
0,5 – 0,8
10
Wonorejo
0,5 – 1
11
Purwosari
2–3
12
Karangrejo
0,2 – 0,5
13
Prigen
1,5 – 2
14
Bulukandang
0,3 – 0,8
15
Sukorejo
1,5 – 2
16
Pandaan
3–4
17
Sebani
0,2 – 0,8
18
Gempol
1,5 – 2
19
Kepulungan
0,5 – 1
20
Beji
2–3
21
Bangil
1,5 – 2
22
Raci
0,5 – 1
23
Rembang
0,5 – 1
24
Kraton
0,5 – 1
25
Ngempit
1,5 – 2
26
Pohjentrek
0,5 – 1,8
27
Gondangwetan
2–3
28
Rejoso
1,5 – 2
29
Winongan
1 – 1,5
30
Grati
4–5
31
Kedawungwetan
0,5 – 1
32
Lekok
2–3
33
Nguling
2,5 – 3
Sumber : Dinas Kesehatan Kab. Pasuruan 2010
Penanganan Limbah Medis Menurut Depkes Republik Indonesia berbagai jenis buangan yang dihasilkan rumah sakit dan unit-unit pelayanan kesehatan yang mana dapat membahayakan dan menimbulkan gangguan kesehataan bagi pengunjung, masyarakat terutama petugas yang menanganinya disebut sebagai limbah klinis. Limbah klinis berasal dari pelayanan medis,
III - 27
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan
perawatan, gigi, veterinary, farmasi atau yang sejenisnya serta limbah yang
dihasilkan
pengobatan
atau
rumah
sakit
penelitian.
pada
saat
Berdasarkan
dilakukan potensi
perawatan,
bahaya
yang
ditimbulkannya limbah klinis dapat digolongkan dalam limbah benda tajam, infeksius, jaringan tubuh, citotoksik, farmasi, kimia, radio aktif dan limbah plastik a. Limbah Benda Tajam. Limbah benda tajam adalah obyek atau alat yang memiliki sudut tajam, sisi, ujung atau bagian menonjol yang dapat memotong atau menusuk kulit. Misalnya : jarum hipodermik, perlengkapan intervena, pipet pasteur, pecahan gelas, pisau bedah. Selain itu meliputi benda-benda tajam yang terbuang yang mungkin terkontaminasi oleh darah, cairan tubuh, bahan mikrobiologi, bahan beracun atau radio aktif b. Limbah Infeksius. Limbah infeksius meliputi limbah yang berkaitan dengan pasien yang memerlukan isolasi penyakit menular serta limbah
laboratorium
yang
berkaitan
dengan
pemeriksaan
mikrobiologi dari poliklinik, ruang perawatan dan ruang isolasi penyakit menular. Yang termasuk limbah jenis ini antara lain : sampah mikrobiologis, produk sarah manusia, benda tajam, bangkai binatang terkontaminasi, bagian tubuh, sprei, limbah raung isolasi, limbah
pembedahan,
limbah
unit
dialisis
dan
peralatan
terkontaminasi ( medical waste ). c. Limbah Jaringan Tubuh. Limbah jaringan tubuh meliputi jaringan tubuh, organ, anggota badan, placenta, darah dan cairan tubuh lain yang dibuang saat pembedahan dan autopsi. Limbah jaringan tubuh tidak memerlukan pengesahan penguburan dan hendaknya dikemas khusus, diberi label dan dibuang ke incinerator. d. Limbah
Citotoksik.
Limbah
citotoksik
adalah
bahan
yang
terkontaminasi atau mungkin terkontaminasi dengan obat citotoksik selama peracikan, pengangkutan atau tindakan terapi citotoksik. Limbah yang terdapat limbah citotoksik didalamnya harus dibakar dalam incinerator dengan suhu diatas 1.000°C.
III - 28
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan
e. Limbah Farmasi. Limbah farmasi berasal dari : obat-obatan kadaluwarsa, obat-obatan yang terbuang
karena batch tidak
memenuhi spesifikasi atau telah terkontaminasi, obat-obatan yang terbuang atau dikembalikan oleh pasien, obat-obatan yang sudah tidak dipakai lagi karena tidak diperlukan dan limbah hasil produksi obat-obatan. f. Limbah Kimia. Limbah kimia dihasilkan dari penggunaan kimia dalam tindakan medis, vetenary, laboratorium, proses sterilisasi dan riset. Limbah kimia juga meliputi limbah farmasi dan limbah citotoksik. g. Limbah
Radio
Aktif.
Limbah
radioaktif
adalah
bahan
yang
terkontaminasi dengan radio isotop yang berasal dari penggunaan medis atau riset radionucleida. Asal limbah ini antara lain dari tindakan kedokteran nuklir, radioimmunoassay dan bakteriologis yang daapt berupa padat, cair dan gas. h. Limbah Plastik. Limbah plastik adalah bahan plastik yang dibuang oleh klinik, rumah sakit dan sarana pelayanan kesehatan lain seperti barang-barang dissposable yang terbuat dari plastik dan juga pelapis peralatan dan perlengkapan medis.
Pengelolaan Sampah Medis Pengelolaan
sampah
medis
akan
memiliki
penerapan
pelaksanaan yang berbeda-beda antar fasilitas-fasilitas kesehatan, yang umumnya terdiri dari penimbulan, penampungan, pengangkutan, pengolahan dan pembuangan. a. Penimbulan (Pemisahan Dan Pengurangan ). Proses pemilahan dan reduksi sampah hendaknya merupakan proses yang kontinyu yang pelaksanaannya
harus
mempertimbangkan
:
kelancaran
penanganan dan penampungan sampah, pengurangan volume dengan perlakuan pemisahan limbah B3 dan non B3 serta menghindari
penggunaan
bahan
kimia
B3,
pengemasan
dan
III - 29
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan
pemberian label yang jelas dari berbagai jenis sampah untuk efisiensi biaya, petugas dan pembuangan. b. Penampungan. Penampungan sampah ini wadah yang memiliki sifat kuat, tidak mudah bocor atau berlumut, terhindar dari sobek atau pecah, mempunyai tutup dan tidak overload. Penampungan dalam pengelolaan
sampah
medis
dilakukan
perlakuan
standarisasi
kantong dan kontainer seperti dengan menggunakan kantong yang bermacam warna seperti telah ditetapkan dalam Permenkes RI no. 986/Men.Kes/Per/1992 dimana kantong berwarna kuning dengan lambang biohazard untuk sampah infeksius, kantong berwarna ungu dengan simbol citotoksik untuk limbah citotoksik, kantong berwarna merah dengan simbol radioaktif untuk limbah radioaktif dan kantong berwarna hitam dengan tulisan “domestik”. c. Pengangkutan. pengangkutan
Pengangkutan internal
dan
dibedakan eksternal.
menjadi
dua
Pengangkutan
yaitu
internal
berawal dari titik penampungan awal ke tempat pembuangan atau ke incinerator (pengolahan on-site). Dalam pengangkutan internal biasanya digunakan kereta dorong sebagai yang sudah diberi label, dan dibersihkan secara berkala serta petugas pelaksana dilengkapi dengan alat proteksi dan pakaian kerja khusus. Pengangkutan
eksternal
yaitu
pengangkutan
sampah
medis
ketempat pembuangan di luar (off-site). Pengangkutan eksternal memerlukan prosedur pelaksanaan yang tepat dan harus dipatuhi petugas yang terlibat. Prosedur tersebut termasuk memenuhi peraturan angkutan lokal. Sampah medis diangkut dalam kontainer khusus, harus kuat dan tidak bocor. d. Pengolahan dan Pembuangan. Metoda yang digunakan untuk mengolah dan membuang sampah medis tergantung pada faktorfaktor khusus yang sesuai dengan institusi yang berkaitan dengan peraturan yang berlaku dan aspek lingkungan yang berpengaruh terhadap masyarakat.
III - 30
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan
Secara umum penanganan limbah medis di Kabupaten Pasuruan di beberapa rumah sakit dapat digambarkan dalam tabel berikut ini : Tabel 3.... Penanganan Limbah Medis di Kabupaten Pasuruan Nama Rumah Sakit RSUD BANGIL
RSI MASYITOH
Jenis Limbah/Sampah a. Limbah Medis Cair b. Limbah Padat Infeksius
Penanganannya - ditampung di septi tank dan bila penuh disedot
Keterangan Limbah Medis Cair = 0,4 L /hari/ bed = 40 L/hari
- dibakar di insenerator, seminggu 2x
Limbah Padat Infeksius = 3,2 kg /hari/bed = 320 Kg/hari
c. Limbah Radioaktif (radiologi)
- diambil pemulung
d. Obat-obast Kadaluarsa
- dikubur di TPA
e. Sampah Domestik
- diangkut petugas kebersihan
a. Limbah Padat Infeksius
- langsung ke TPA tanpa diolah
Insenerator tidak berfungsi
b. Limbah Cair Radioaktif
- ditampung tanpa diolah, diambil oleh pengumpul
Limbah Cair Radioaktif (radiologi) = 20 - 30 L / bulan
c. Limbah Cair Laboratorium
- langsung ke IPAL
d. Limbah Domestik
- langsung ke IPAL
Sumber : Dinas Kesehatan Kab. Pasuruan 2010
3.2. Pengelolaan Limbah Cair Di Kabupaten Pasuruan lingkungan perairannya terutama di perairan sungai menjadi saluran pembuangan limbah kota menuju laut, baik itu digunakan oleh pihak industri maupun juga yang dilakukan oleh rumah tangga. Kebijakan yang telah ditetapkan adalah meningkatkan kualitas lingkungan hidup yang bersih dan sehat sesuai baku
mutu
lingkungan
yang
ditetapkan,
dengan
pertanda
meningkatnya kualitas air sungai, berkurangnya pencemaran air dan tanah,
membaiknya
kualitas
udara
khususnya
di
kota,
dan
meningkatnya kesadaran masyarakat akan arti pentingnya memelihara sumber daya alam dan lingkungan hidup. Limbah perkotaan berasal pada dua kegiatan pokok, yaitu limbah yang bersumber dari kegiatan industri dan limbah yang berasal dari kegiatan rumah tangga (limbah domestik).
III - 31
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan
3.2.1 Landasan Hukum/Legal Operasional Undang-Undang Republik Indonesia : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1966 Tentang Hygiene. 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1997 Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia : 1. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 1990 Tentang Pengendalian Pencemaran Air 2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 1999 Tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. 3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Keputusan Menteri Republik Indonesia : 1. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 35/MENLH/7/1995 tentang Program Kali Bersih. 2. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 112 Tahun 2003 tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik. 3.2.2 Aspek Institusional Instansi Pemerintah Kabupaten Pasuruan yang menangani masalah Limbah Cair adalah Badan Lingkungan Hidup dan Dinas Pekerjaan Umum. 3.2.3 Cakupan Pelayanan 3.2.4 Aspek Teknis dan Teknologi a. Sistem Terpusat/offsite system b. Sistem setempat/onsite system 3.2.5 Peran serta Masyarakat dan Jender dalam Penanganan Limbah Cair
III - 32
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan
Masyarakat mempunyai perannya masing-masing sesuai dengan tingkat kesadaran akan kesehatan lingkungan dan kemampuan finansialnya masing-masing. Masyarakat yang telah mampu, umumnya telah memiliki fasilitas penanganan limbah cair dengan baik. Namun masyarakat yang belum memiliki kemampuan finansial, penyediaan sarana ini menjadi sulit bagi mereka. Sehingga dapat kita katakan dengan kondisi masyarakat dengan berbagai latar belakang yang dimilikinya, penanganan leimbah ini belum maksimal. 3.2.6 Permasalahan 1. Masih ada pandangan dari masyarakat yang beranggapan bahwa pengelolaan limbah ini tidak begitu mendesak atau tidak menjadi perhatian bagi masyarakat. Masyarakat masih menggunakan cara yang tidak sehat yaitu dengan memanfaatkan badan sungai atau saluran drainase untuk memenuhi kebutuhan sarana prasarana pengelolaan limbah cair ini. 2. Untuk wilayah yang memiliki tingkat kepadatan penduduk yang tinggi dan juga ketersediaan lahan yang tidak begitu luas bagi penyediaan SPAL, tentunya sistem SPAL berskala rumah tangga lebih sulit diterapkan karena keterbatasan lahan yang dimiliki. Hal ini tentunya harus menjadi perhatian kita semuanya. 3.3. Pengelolaan Persampahan (Limbah Padat) 3.3.1 Landasan Hukum/Legal Operasional Undang-Undang Republik Indonesia : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1997 Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup. 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 tentang persampahan. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia : 1. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 1999 Tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan.
III - 33
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan
Keputusan Menteri Republik Indonesia : 1. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2001 tentang Jenis Usaha dan atau kegiatan yang wajib dilengkapi dengan AMDAL 3.3.2 Aspek Institusional Instansi Pemerintah Kabupaten Pasuruan yang menangani masalah Persampahan adalah Badan Lingkungan Hidup (BLH). 3.3.3 Cakupan Pelayanan Area Pelayanan Sampah Dari total 24 kecamatan yang terdapat di Kabupaten asuruan saat ini, cakupan wilayah pelayanan pengelolaan sampah oleh Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Pasuruan mencakup 14 Kecamatan, yaitu : a. Kecamatan Bangil
h. Kecamatan Lekok
b. Kecamatan Beji
i. Kecamatan Kejayan
c. Kecamatan Gempol
j. Kecamatan Rejoso
d. Kecamatan Pandaan
k. Kecamatan Gondang Wetan
e. Kecamatan Prigen
l. Kecamatan Purwodadi
f. Kecamatan Purwosari
m.Kecamatan Rembang
g. Kecamatan Sukorejo
n. Kecamatn Wonorejo
Namun dari ke-14 (empat belas) kecamatan tersebut, pelayanan pengelolaan sampah belum menjangkau seluruh wilayah kecamatan. Sebagian besar wilayah yang terlayani adalah ibukota kecamatan (IKK), pusat-pusat kegiatan dan area komersial. Adapun cakupan wilayah/area yang sampahnya terangkut oleh kegiatan pengangkutan sampah di Kabupaten Pasuruan yang disajikan dalam tabel berikut :
III - 34
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan
Tabel 3..... Wilayah/ lokasi yang sampahnya terangkut oleh kendaraan Pengangkut Sampah di Kabupaten Pasuruan INDUSTRI 1.
PT. PQ Silica Indonesia Lokasi : Rembang
2.
HOTEL/RUMAH 1.
Kawasan
Pier
PT. Meiji Indonesia
2.
PT. Sorini Towa Berlian Corp
PT. Indofood Makmur
Cbp
3.
PT. Indofood Makmur Lokasi : Gempol
Jl.
RM. Kartika Sari
RM. Gempol Asri
Perum Gondang Legi
3.
2.
5. Cangkring
Cbp
Sukses
Raya
Ngerong
RM. Cianjur
Perum Gempol Citra Asri
3.
Lokasi : Pandaan
Perum Asabri
4.
Rumah Tahanan
Desa Duren Sewu
5.
Kelurahan Pogar
Rumah Sakit Umum
3.
Lokasi : Bangil
RS. Islam Masyitoh
Pesantren
Lokasi : Wonorejo
III - 35
Plaza Barat
Al
Pasar Kejapanan
Ds.
Lokasi : Gempol 4.
Pondok Pesantren YAPI
Pondk Yasini
Untung
Lokasi : Bangil
Lokasi : Bangil 6.
Plaza Suropati
Lokasi : Bangil 2.
Lokasi : Jl. Ahmad Yani - Bangil
Lokasi : Pandaan 6.
1.
Lokasi : Jl. Raya Raci Bangil
Lokasi : Pandaan
5.
POLRES Pasuruan
Lokasi : Bangil
Lokasi : Gempol 4.
PASAR/KAWASAN PERDAGANGAN
Lokasi : Jl. Dr. Soetomo No. 1 Bangil
Lokasi : Beji
Lokasi : Gempol 4.
1.
Cangkring
PT. Cargill Indonesia Lokasi : Dsn. Malang Beji
6.
2.
Lokasi : Gempol
Lokasi : Dsn. Malang Beji 5.
Sukses
Hotel Tretes Raya
Perum Keboncandi Permai
INSTANSI / SEKOLAH
Lokasi : Keboncandi Gondang Wetan
Lokasi : Tretes-Prigen
Lokasi : Dsn Cangkring Malang Beji 4.
1.
Lokasi : Tretes-Prigen
Lokasi : Jl Mojoparon No. 1 Bangil 3.
Hotel Surya
KAWASAN PERUMAHAN/KELURAHAN
Pasar Dekopin
Buah
Lokasi : Pandaan
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan 7.
PT. Heinz ABC Indonesia
7.
Lokasi : Ds. Wonokoyo Beji 8.
PT. Guntner Indonesia
8.
Kelurahan Gempeng
9.
PT. Prima Duta Sejati
10.
Kelurahan Petung Asri
11.
Lokasi : Gempol 12.
PT. Gudang Garam Tbk PT. Coca Indonesia
Cola
Kelurahan Jogosari Lokasi : Pandaan
12.
Lokasi : Gempol 13.
Kelurahan Pandaan Lokasi : Pandaan
PT. A. Schulman Plastics
Kelurahan Purwosari Lokasi : Purwosari
Bottling
13.
Dsn. Cangkring Malang Utara Lokasi : Beji
Lokasi : Gempol 14.
PT. Nestle Indonesia
14.
Lokasi Gempol 15.
PT. Nestle Indonesia Lokasi : Kejayan
16.
PT. Tirta Investama (AQUA) PT. BEHAESTEK
16.
PT. Koki Indocan
Dsn. Kalitengah Lokasi : Pandaan
17.
Lokasi : Pandaan 18.
Dsn Wonoayu Lokasi : Gempol
Lokasi : Pandaan 17.
Dsn. Gunung Gangsir Lokasi : Beji
15.
Dsn. Jetak Lokasi : Pandaan
18.
SMP Negeri 3 Lokasi : Bangil
Lokasi : Pandaan
Lokasi : Gempol 11.
8.
Lokasi : Bangil
PT. AGIP Lubrindo Pratama Industri
SMP Negeri I Lokasi : Bangil
Lokasi : Jl. Raya Legok Gempol 10.
7.
Lokasi : Bangil
Lokasi : Ds. Wonokoyo 9.
Kelurahan Kauman
Dsn Sukorejo
III - 36
9.
SMK Negeri I Lokasi : Jl. Tongkol 34 Bangil
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan Lokasi : Pandaan 19.
Lokasi : Pandaan
PT. Karyadibya Mahardika
19.
Lokasi : Pandaan 20.
Lokasi : Pandaan
PT. Widatra Bhakti
20.
Lokasi : Pandaan 21.
PT. HM Sampoerna Tbk
21.
Dsn. Candiwates Lokasi : Prigen
PT. Eka Timur Raya
22.
Lokasi : Purwodadi 23.
Dsn Karang Kepuh Lokasi : Pandaan
Lokasi : Sukorejo 22.
Dsn Sangarejo
Gang Dalia Lokasi : Prigen
PT. DESTEX Lokasi : Purwodadi
24.
PT. Gema Ista Raya Lokasi : Kejayan
25.
PT. Philips Seafood Indonesia Lokasi : Rejoso
26.
PT. Tirta Investama (TIV) Lokasi : Kebon Gondang Wetan
27.
Candi
_
PT. Sadhana Lokasi : Purwosari
Sumber : Manajemen Pengelolaan Sampah, BLH 2010
III - 37
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan
3.3.4 Aspek Teknis dan Teknologi a. Tempat Pembuangan Sementara (TPS) Sarana
Prasarana
Penampungan
Sementara
di
Kabupaten
Pasuruan ini dikenal dengan sebutan TPS (Tempat Pembuangan Sementara).
TPS
berfungsi
menampung
sampah
dari
kegiatan
pengumpulan sampah yang telah dilakukan sebelumnya, sebelum sampah diangkut ke TPA. Berdasarkan kegiatan yang berlangsung didalamnya, TPS di Kabupaten Pasuruan dibedakan menjadi 2 (dua) jenis yaitu : 1) TPS Transfer Depo Di Kabupaten Pasuruan terdapat 4 unit TPS Transfer depo yaitu TPS Kauman, TPS Pasar Bangil (Kidul Dalem), TPS Kelurahan Pandaan dan TPS Segok yang kapasitasnya adalah 10-20 m³ . Fasilitas yang ada di setai TPS yaitu dibangun dengan lantai beton, abngunan penjagaan permanen, gerobak sampah yang beberapa dintaranya kondisinya sudah tidak layak pakaidan terdapat pula rumah kompos yang dilengkapi dengan instrumentasi proses pengomposan. 2) TPS Umum TPS umum ini merupakan sebuah tempat penampungan sampah yang kapasitasnya 6 m³ atau lebih yang dilengkapi dengan landasan container. TPS umum ini di Kabupaten Pasuruan berjumlah 29 unit. Berikut lokasi TPS di Kabupaten Pasuruan :
Kecamatan Bangil a. TPS Glanggang b. TPS Desa Kalikuting c. TPS Kalirejo d. TPS Stasiun Kereta Api
Kecamatan Beji a. TPS Cangkring Malang
III - 38
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan
Kecamatan Pandaan a. TPS Sukorejo b. TPS Jetak Karangjati c. TPS Pasar Buah Pandaan d. TPS Pasar Pandaan e. TPS Petung Asri f. TPS Raya Pandaan g. TPS Sanggarejo Karangjati h. TPS Telkom Pandaan i. TPS Terminal Pandaan
Kecamatan Gempol a. TPS Ngerong b. TPS Pasar Gempol c. TPS Perumahan Gempol Citra Asri d. TPS Tempel Legok e. TPS Wonoayu f. TPS Masyarakat Gempol
Kecamatan Prigen a. TPS Hotel Tretes Raya b. TPS Pasar Candi Wates c. TPS Gang Dahlia d. TPS Pasar Prigen e. TPS Pasar Tretes
Kecamatan Purwosari a. TPS Pasar Purwosari b. TPS Raya Purwosari
III - 39
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan
Kecamatan Sukorejo a. TPS Pasar Sukorejo b. TPS Suwayuwo
b. Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) di Kabupaten Pasuruan saat ini dilakukan di Desa Kenep Kecamatan Beji. TPA Kenep ini beroperasi sejak tahun 1989 pada lahan yang berupa jurang dengan kedalaman ±13 m (Depression Methode) TPA Kenep terletak dilahan seluas 2,5 Ha beroperasi dengan menggunakan sistem open dumping (penimbunan sampah pada lahan terbuka) dan controlled landfill yang dilakukan pada pada lahan seluas ±0,5 Ha dengan cara melapisi lahan yang akan dijadikan area penimbunan dengan lapisan geomembran. TPA di Kenep ini untuk melayani wilayah Kabupaten bagian barat. Sedangkan wilayah timur masih diupayakan untuk mereview kemungkingkinan
memfungsikan
meningkatkan/mengembangkan
kembali
dan
TPA Rebalas di Kecamatan Grati
untuk melayani wilayah bagian timur. 3.3.5 Peran Serta Masyarakat dan Jender dalam Pengelolaan Sampah 3.3.6 Permasalahn dalam Pengelolaan Sampah 3.4. Pengelolaan Drainase 3.4.1. Landasan Hukum/Legal Operasional a. UU No 33 th 2004 tentang Pengelolaan lingkung Hidup. b. UU No 7 th 2004 tentang sumber daya air c. Peraturan pemerinta RI Nomer 22 tahun 1982 tentang Pengaturan air. d. PP RI Nomer 35 th 1991 tentang sungai.
III - 40
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan
e. Keputusan Mendagri 59 Th 1988 tgg petunjuk pelaksaan Peraturan
Mendagri
No
2
ttg
Pedoman
penyusunan
rencana Tehnis Tata Ruang Kota. f. Keputusan Menteri Kimpraswil No 534 /2001 ttg standar pelayanan minimal Daerah. g. Keputusan meneri Lingkungan Hidup RI No 35/ MEN LH / 1995 tentang program Kali Bersih. h. Keputusan menteri pekerjaan umum No 239/KPTS/1987 ttg fungsi utama saluran Drainase wilayah dan sebagai pengendalian banjir. i. PP no 82 /2001 ttg pengolaan kwalitas air dan pengendalian pencemaran air. j. PP no 14 th 1987 ttg penyerahan sebagian tugas Departemen PU kepada Pemrrintah daerah. k. UU No 1992 ttg Perumahan dan Permukiman. 3.4.2 Aspek Institusional Dalam upaya mengatasi permasalahan banjir di Kabupaten Pasuruan pembangunan sistem drainase dilakukan oleh Dinas Cipta Karya, Dinas Bina Marga, Bapemas, Dinas Pengairan. Sedangkan sarana pembuangan air limbah dari rumah tangga yang merupakan bagian dari darinase dibangun oleh masyarakat. 3.4.3 Cakupan Pelayanan Secara umum sistim drainase dapat didefinisikan sebagai serangkaian bangunan air yang berfungsi untuk mengurangi kelebihan air dari suatu kawasan atau lahan, sehingga lahan dapat difungsikan secara optimal. Dalam
rangka
pengembangan
dan
penataan
kawasan
pemukiman dan peningkatan taraf hidup masyarakat di kabupaten Pasuruan,
penanganan drainase merupakan salah satu prioritas,
karena permasalahan yang ditimbulkan dari drainase yang kurang III - 41
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan
memadahi sangatlah mengganggu dan merugikan ,dimana adanya banjir dan genangan air telah mengakibatkan dampak penurunan kondisi sosial ekonomi masyarakat, kerusakan lingkungan pemukiman dan sektor –sektor ekonomi yang potensial. Saat ini saluran drainase di kabupaten Pasuruan secara umum mengalami penurunan fungsi disebabkan karena adanya sedimentasi, sampah, saluran drainase yang belum sepadan
serta penyempitan
suangai karena ulah masyarakat yang tidak brtanggung jawab, di tunjang dengan pertumbuhan enceng gondok yang sangat pesat sehingga mengganggu sikulasi di sungai. Di kabupaten Pasuruan terdapat 143.689,975 m saluran irigasi primer dan 107.232,375 m salurann irigasi sekunder dan 1.893 buah bangunan. Secara
kompleks
saluran
irigasi
di
kabupaten
Pasuruan
mengalami penurunan fungsi . Gambaran irigasi di kabupaten pasuruan di paparkan melalui data dan mapping di bawah ini :
III - 42
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan
DAFTAR REKAPITULASI JARINGAN IRIGASI Di Wilayah Kabupaten Pasuruan
NO.
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
UPTD
Pandaan Sukorejo Bangil Purwosari Pasuruan Grati Wonorejo Kejayan Jumlah
PANJANG SALURAN PRIMER
SEKUNDER
(m)
(m)
16.008.000 12.028.000 13.207.000 21.513.000 2.115.975 31.242.000 24.280.000 23.296.000 143.689.975
2.589.000 6.201.960 13.329.000 10.544.000 6.080.415 23.599.000 27.604.000 17.285.000 107.232.375
JUMLAH BANGUNAN
KETERANGAN
(buah) 189 289 327 247 47 163 423 228 1.913
Sumber data : Dinas Pengairan Kab. Pasuruan
III - 43
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan
DRAINASE LINGKUNGAN DIBANGUN OLEH KECAMATAN
CIPTA KARYA m³
BAPEMAS BINA MARGA PENGAIRAN
PURWODADI TUTUR PUSPO TOSARI LUMBANG PASREPAN KEJAYAN WONOREJO PURWOSARI PRIGEN SUKOREJO PANDAAN GEMPOL BEJI BANGIL REMBANG KRATON POHJENTREK GONDSNG WETAN REJOSO
493 85 374 532 801 576
m³ 3421 4911 671 160 -
WINONGAN GRATI LEKOK NGULING
643 776 723
765 2639
m³
MASYARAKAT / SPAL
m³
m³
4.806 1.196 340 133 144 587 3.914
4.806 1196 133 587 3974
6480 2045 12254 13836 13385 231 13715 5716 6735 5136 4238 4609 11402
1.649 -
1649 3512
12254 10842 3842
Sumber data : Dinas Pengairan Kab. Pasuruan
3.4.4 Aspek Teknis dan Operasional Aspek tehnis yang dilakukan dalam perencanaan drainase adalah berdasarkan prmasalahan yang ada serta hasil analisa dari daerah studi.
III - 44
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan
3.4.5 Peran Serta Masyarakat dan Jender dalam Pengelolaan Drainase Lingkungan Peran serta masyarakat dalam pengelolaan sarana drainase lingkungan Kabupaten Pasuruan dapat dikategorikan kutang.Hal ini dapat terlihat dari perilaku masyarakat terhadap pemeliharaan sarana drainase lingkungan ,khususnya terkait kebiasaan drai masyarakat untuk tidak membuang sampah pada saluran drainase yang dapat menyumbat aliran air yang berdampak pada pengurangann kapasitas saluran.Selain itu masih banyak saluran drainase yang digunakan sebagai sarana jamban untuk BAB, khususnya kawasan bantaran Sungai
Welang,
sebagainya.
Sungai
Untuk
Kedung
keterlibatan
Larangan, laki-laki
dan
Sungai
Rejoso
perempuan
dan
dalam
pembersihan saluran drainase lingkungan pada kabupaten Pasuruan dikelola oleh masyarakat ( RT & RW ) melalui media kerja bhakti lingkungan. Akan tetapi , saat ini peran serta masyarakat dalam sector drainase di Kabupaten Pasuruan sudah mulai terbentuk. Masyarakat sudah mulai berperan aktif untuk segera melaporkan apabila ada kerusakan ataupun gangguan pada saluran / system drainase. Dalam forum
musrenbang,
masyarakat
selalu
menyalurkan
aspirasinya
mengenai perbaikan jalan maupun pembangunan jalan baru di wilayah mereka. Kemudian juga telah terbentuk program kali bersih ( Prokasih ) yang mengikut sertakan
masyarakatsecara aktif dalam tujuannya
untuk menjaga kebersihan sungai dan saluran-saluran drainase di Kabupaten
Pasuruan.
Memang
pada
kenyataannya
kesadaran
masyarakat akan pentingnya fungsi dan peranan drainase masih rendah, namun dengan adanya program semacam ini, maka kesadaran masyarakat lambat laun akan dapat ditingkatkan. 3.4.6
Permasalahan Drainase Kabupaten Pasuruan mempunyai beragam kendala
dan masalah yang membutuhkan solusi untuk mengurangi kerawanan
III - 45
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan
terhadap genangan air, permasalahn ini timbul dari satu perilaku masyarakat
sebagai
pengguna
dan
kurangnya
perawatan.
Permasalahan pada saluran drainase dan irigasi adalah sebagai berikut :
Tingginya tingkat sedimentasi yang menghambat kelancaran aliran dan mengurangi kapasitas saluran.
Terjadinya penumpukan sampah di ruas saluran maupun di dinding
saluran
yang
belum
di
plengseng
yang
dapat
menghambat aliran air
Di beberapa tempat belum ada treatment seperti plengsengan, terutama pada bagian ruas saluran yang kondisi tebingnya rawan terhadap longsor, erosi dan pada belokan-belokan saluran.
Karena kurangnya kemiringan saluran yaitu pada ruas – ruas tertentu yang dapat disebabkan oleh endapan
mengakibatkan
tumbuhnya tanaman liar sehingga menghambat dan mengurangi kapasitas aliran.
Kurang atau terlambatnya pemeliharaan jaringan drainase akan mempercepat usia guna dan kerusakan.
Beberapa tempat kondisi tanggul yang berfungsi sebagai jalan inspeksi sudah terkikis dan longsor. Belum adanya ketegasan fungsi system saluran drainase
,untuk mengalirkan air permukaan / mengalirkan air hujan, apakah juga berfungsi sebagai saluran air limbah. ( Grey water ). Sedang fungsi dan karakteristik sisem drainase berbeda dengan air limbah, yang tentunya akan membawa masalah pada hilir aliran. Apalagi kalau kondisi ini akan diperparah bila ada sampah yang dibuang ke saluran akibat penanganan sampah secara potensial oleh pengelola sampah dan masyarakat. Selain permasalahan tersebut juga terdapat permasalahan terkait timbulnya genangan di Kabupaten Pasuruan, dimana pada
III - 46
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan
musim hujan setiap tahunnya selalu timbul genangan air yang disebabkan saluran drainase yang ada tidak dapat mengalirkan air limpasanhujan dengan cepat, hal ini disebabkan adanya endapan dan sampah pada saluran drainase yang ada. Disamping itu rendahnya elevasi daerah tersebut dibandingkan letak saluran drainase yang menyebabkan terjadinya genangan di daerah tersebut. Di Kabupaten Pasuruan setiap tahun selalu terjadi banjir di beberapa kecamatan, bahkan pada tahun 2009 terjadi banjir besar yang mengakibatkan kerusakan plensengan dan membawa korban jiwa, dengan ketinggian air antara 30 – 120 cm. dengan lama genangan mencapai lebih 4 jam. Hal ini dikarenakan : 1. Terdapatnya sedimen akibat tidak rutinnya pengerukan yang dilakukan oleh pihak Pemerintah Kabupaen Pasuruan. 2. Banyaknya sampah yang menumpuk pada saluran-saluran dan pintu air 3. Di beberapa daerah saluran yang ada masih berupa saluram alami,
dimana
model
saluran
tersebut
sukar
untuk
dipertahankan dan diandalkan, karena adanya erosi dan proses sedimentai yang berlangsung cepat pada suatu saat dapat menyumbat saluran – saluran sekunder. 4. Di beberapa daerah terdapat bangunan di atas saluran drainase, dengan posisi mengurangi dimensi saluran drainase dibawahnya. 5. Beberapa daerah masih belum ada saluran di kanan kiri jalan. 6. Di beberapa jalan elevasi badan jalan berada dibawah elevasi sluran drainase yang ada Kasus – kasus ini yang dapat mengakibatkan terjadinya banjir. Untuk mengantisipasi hal ini , dibutuhkan suatu perencanaan detail system jaringan drainase perkotaan terpadu dan tidak direncanakan sepotong – sepotong. Jaringan drainase perkotaan yang direncanakan merupakan saluran yang di buat di tepi kiri kanan
jalan dengan
kondisi kokoh dan permanen, agar dapat mengurangi sedimentasi dari III - 47
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan
pengikisan tebing dan dasar saluran. Apabila tebing dan saluran dasar masih dipertahankan berupa tanah, dimensi saluran tidak dapat dipertahankan sesuai perencanaan.
3.5. Penyediaan Air Bersih 3.5.1 Landasan Hukum/Legal Operasional Undang-Undang Republik Indonesia 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004 Tentang Sumber Daya Air. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia 1. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1982 Tentang Pengaturan Air. 2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 1999 Tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Keputusan Menteri Republik Indonesia 1. Keputusan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
Nomor
1205/Menkes/Per/X/2004 tentang Pedoman Persyaratan Kesehatan Pelayanan Sehat Pakai Air (SPA). 3.5.2 Aspek Institusional Lembaga yang melakukan pelayanan penyediaan air bersih di Kabupaten Pasuruan adalah Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) yang terletak di Kecamatan Pandaan. 3.5.3 Cakupan Pelayanan 3.5.4 Aspek Teknis dan Operasional 3.5.5 Permasalahan 3.6. Komponen Sanitasi Lainnya 3.6.1 Penanganan Limbah Industri 3.6.2 Penanganan Limbah Medis
III - 48
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan
3.6.3 Kampanye PHBS Perilaku Hidup Bersih dan Sehat adalah salah satu strategi yang dapat
ditempuh
untuk
menghasilkan
kemandirian
baik
pada
masyarakat maupun keluarga artinya masyarakat mampu berperilaku mencegah timbulnya masalah-masalah dan gangguan kesehatan. Dengan adanya pembinaan dan penyuluhan PHBS diharapkan : a. Meningkatkan pengetahuan masyarakat dalam bidang kesehatan. b. Meningkatkan kemampuan masyarakat dalam pencegahan penyakit dan upaya penyehatan lingkungan. c. Meningkatkan kemampuan dan kemauan masyarakat, institusi untuk melaksanakan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. d. Meningkatkan derajat kesehatan terutama kesehatan ibu, bayi dan balita. e. Meningkatkan kemampuan penyebaran informasi bagi petugas kesehatan. 3.7. Pembiayaan Sanitasi Kabupaten 3.7.1. Aspek Kelembagaan
Aspek kelembagaan perlu dibahas pada masing-masing sektor pembangunan
dengan
memperhatikan
fungsi
koordinasi
dan
sinkronisasi kegiatan antar sektor pembangunan prasarana wilayah, sesuai dengan kedudukan dan tugas masing-masing unit organisasi/ instansi
guna
Kelembagaan
tercapainya di
hasil
Kabupaten/
pembangunan
Kota
perlu
yang
optimal.
dioptimalisasi
dan
dikoordinasikan serta disinkronisasi uraian jabaran dari fungsi-fungsi sesuai
dengan
organisasi/instansi
kedudukan dan
dan
tugas
perangkatnya,
masing-masing
guna
tercapai
unit tujuan
peningkatan kelembagaan yang mendukung kegiatan pembangunan prasana
wilayah,
termasuk
di
dalamnya
pembangunan
sanitasi
perkotaan.
III - 49
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan
Untuk Kabupaten Pasuruan dalam rangka pengembangan program pendanaan pembangunan dilihat dari aspek kelembagaan daerah telah dibentuk beberapa lembaga Perangkat Daerah untuk mendukung program dimaksud yang terdiri dari 12 Dinas Daerah, 12 Lembaga Teknis Daerah, Sekretariat Daerah. Dari lembaga Perangkat Daerah tersebut di atas di dalamnya terdapat lembaga-lembaga yang terkait dengan program pendanaan dan pengembangan sanitasi permukiman. Pembiayaan untuk bidang sanitasi di Kabupaten Pasuruan secara langsung masih dilakukan oleh beberapa SKPD antara lain : Badan Perencanaan Pembangunan, Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya, Badan Lingkungan Hidup, Dinas Kesehatan, BAPEMAS, Dinas Komunikasi dan Informatika, Bagian Organisasi Setda ab. Pasuruan, Bagian Kerja Sama Stda Kab. Pasuruan . Bappeda : Berperan sebagai leading sector dalam pembentukan Pokja sanitasi dan merupakan instansi penanggung jawab program PPSP Pemerintah Kota Probolinggo. Dalam struktur kelembagaan pokja sanitasi Kota Probolinggo, Bappeda berperan sebagai koordinator kelompok kerja bidang perencanaan dalam organizing commite, coordinator kelompok kerja bidang Sosialisasi dan Monitoring - Evaluasi serta koordinator sekretariat pokja. Dalam perencanaan pembangunan sanitasi, yang memiliki peranan secara langsung adalah Bidang Fisik dan Prasarana dan Bidang Sosial Budaya pada Bappeda. Dana operasional pokja dianggarkan oleh Bappeda, dimana progran dan kegiatannya merupakan pembuatan perencanaan pembangunan sanitasi. Secara umum peranan Bappeda bersifat mengkoordinasikan perencanaan pembangunan lintas sector / bidang. Untuk alokasi anggaran pada APBD Kota Probolinggo untuk pendampingan program sanitasi PPSP tahun 2010 adalah sebesar Rp 120.000.000, 00. Badan Lingkungan Hidup : Peran BLH dalam kelompok kerja sanitasi Kota Probolinggo adalah sebagai anggota kelompok kerja bidang perencanaan dalam organizing commite (dalam hal ini yang berperan adalah Bidang Tata dan Penataan Lingkungan Hidup BLH) serta anggota sekretariat pokja (dalam hal ini yang berperan adalah Bidang Perencanaan dan Pengkajian Dampak Lingkungan Hidup, Bidang Tata dan Penataan Lingkungan Hidup BLH). Lingkup tanggung jawab dalam pembangunan sanitasi untuk BLH terkait dengan pengelolaan sampah dari sumber sampah hingga ke TPA, pengelolaan limbah cair rumah tangga yang meliputi pengolahan limbah tinja pada IPLT di wilayah TPA, serta penanganan limbah industri. Lingkup pendanaan yang dianggarkan oleh BLH terkait sanitasi antara lain dimanfaatkan
III - 50
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan
untuk pendanaan Pengadaan Gerobak Sampah, Pembuatan Bak Sampah, Pembuatan TPS, Operasional UPTD Komposting, Peningkatan Sarana dan Prasarana Pengelolaan Persampahan, Peningkatan TPA, Pembuatan Sanitary Landfill, Pembuatan & revitalisasi IPAL Komunal – IPAL TPA, dll. Dinas Pekerjaan Umum : Peranan DPU dalam pembangunan sanitasi (pokja sanitasi) adalah sebagai anggota kelompok kerja bidang perencanaan dalam organizing commite (dalam hal ini yang berperan adalah Bidang Perumahan dan Permukiman DPU serta Bidang Pengairan DPU) serta anggota sekretariat pokja (dalam hal ini yang berperan adalah Seksi Pengembangan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Permukiman Bidang Perumahan dan Permukiman DPU serta Seksi Pembangunan Prasarana Pengairan dan Drainase Bidang Pengairan DPU). Lingkup tanggung jawab dalam pembangunan sanitasi untuk DPU antara lain terkait dengan pengelolaan drainase, pengelolaan limbah cair yang terkait dengan pembangunan fisik MCK umum, serta MCK Komunal serta penyediaan air bersih non perpipaan yang terkait dengan uji laboratorium baku mutu air. Dinas Kesehatan : Peranan Dinas Kesehatan dalam pengembangan sanitasi adalah sebagai bagian dari anggota kelompok kerja bidang perencanaan dalam organizing commite (dalam hal ini yang berperan adalah Bidang Pengendalian Penyakit dan Kesehatan Lingkungan) serta anggota kelompok kerja bidang Sosialisasi dan Monitoring – Evaluasi (dalam hal ini yang berperan adalah UPTD dari 6 Puskesmas yang ada wilayah Kota Probolinggo). Program dan kegiatan Dinas Kesehatan terkait sanitasi adalah kegiatan jambanisasi dan promosi kesehatan (khususnya PHBS) serta program promosi sanitasi dasar. Dalam pelaksanaan program promosi kesehatan kepada masyarakat, dengan memanfaatkan kader-kader yang ada pada tingkat kelurahan, baik itu kader posyandu, kader kesehatan lingkungan dan lainnya. Dalam pengelolaan sanitasi, dinas kesehatan berperan juga dalam pengelolaan limbah medis puskesmas. Dalam menjalankan program terkait sanitasi Dinas Kesehatan bekerja secara lintas sektoral, diantaranya dengan Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana serta Kantor Pemberdayaan Masyarakat dalam promosi kesehatan serta dalam monitoring dan evaluasi pengembangan sanitasi perkotaan. RSUD Dr Moh Saleh : Dalam pokja sanitasi, RSUD Dr Moh Saleh berperan dalam anggota kelompok kerja bidang Sosialisasi dan Monitoring – Evaluasi yang ditangani oleh Bidang Penunjang Non Medis
III - 51
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan
pada RSUD Dr Moh Saleh. Dalam pengelolaan aspek sanitasi, RSUD berperan dalam penanganan limbah medis Rumah Sakit. Bagian Humas dan Protokol pada Sekretariat Daerah Peranan lembaga ini dalam
pengembangan sanitasi Kota terkait dengan sosialisasi
program –program pembangunan daerah. Bagian Humas dan Protokol selalu menjajagi kerjasama dengan pihak lain dalam mensosialisasi program-programnya (bahkan terbuka untuk bekerjasama dengan pihak swasta) diantaranya juga kamapanye berbagai isu sanitasi. Media yang digunakan untuk sosialisasi antara lain radio, media cetak, penerbitan spanduk dan banner. Hal-hal lain terkait aspek kelembagaan : Peranan SKPD lain dalam pengelolaan sanitasi terbagi menjadi anggota kelompok kerja bidang perencanaan dalam organizing commite yaitu untuk Bagian Hukum Sekretariat Daerah (berperan dalam legalitas produk perencanaan sanitasi); Bidang Industri Dinas Koperasi, Energi, Mineral, Industri dan Perdagangan (berperan dalam perencanaan pengelolaan limbah yang terkait dengan industri) serta anggota kelompok kerja bidang Sosialisasi dan Monitoring – Evaluasi yaitu untuk Dinas Pendidikan (berperan dalam sosialisasi sadar sanitasi sejak usia dini melalui media sekolah-sekolah adiwiyata); Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana dan Kantor Pemberdayaan Masyarakat (berperan dalam sosialisasi dan monev promosi sanitasi dasar masyarakat).
3.7.2. Prioritas Pendanaan Pembangunan Kota
Berdasarkan data RPJMD Kota Probolinggo, diketahui bahwa terdapat penjabaran misi dan kebijakan pembangunan daerah yang mengarah pada adanya dukungan yang cukup tinggi dari Pemerintah kota Probolinggo terhadap pembangunan sanitasi kota. Ini terkait dengan tujuan untuk meningkatkan pemanfaatan sumber daya daerah secara lestari dan berwawasan lingkungan secara berkelanjutan dengan dukungan peran serta aktif masyarakat serta tujuan untuk meningkatkan kualitas sarana dan prasarana kota, khususnya meningkatkan kualitas dan kuantitas penyediaan air bersih. Selain itu, terdapat pula program-program pembangunan daerah yang secara langsung merujuk pada pengembangan sanitasi perkotaan, antara lain : Program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat, Program Pengembangan Lingkungan Sehat, Program Kemitraan Peningkatan Pelayanan Kesehatan, Program Pengembangan Kinerja Pengelolaan Persampahan, Program Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup, Program Peningkatan Pengendalian Polusi, Program Lingkungan Sehat Perumahan, III - 52
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan
Program Pembangunan Saluran Drainase dan Gorong-Gorong, Program Penyediaan dan Pengelolaan Air Baku, Program Pengembangan Kinerja Pengelolaan Air Minum dan Air Limbah. Rata-rata pertumbuhan ekonomi Kota Probolinggo adalah 5,938%, mendekati rata – rata pertumbuhan perekonomian nasional yang sebesar 6% - 7%. Dengan tingkat pertumbuhan ekonomi yang relatif baik, kota Probolinggo dapat dengan mudah melakukan pembangunan untuk sektor – sektor yang terkait sanitasi, hal ini juga terkait dengan sudah adanya dokumen perencanaan sanitasi yang terintegrasi untuk Kota Probolinggo yang berupa Dokumen Profil Sanitasi Kota Probolinggo Tahun 2009 serta Rencana Investasi Perkotaan (RITA) Tahun 2010 2014. Pendanaan pembangunan sanitasi Kota Probolinggo secara langsung terdapat dalam alokasi program dan kegiatan dari Dinas Pekerjaan Umum, Badan Lingkungan Hidup, Dinas Kesehatan dan RSUD Dr Moh Saleh. Pendanaan pembangunan sanitasi Kota Probolinggo dalam 3 tahun terakhir (2008 - 2010), diketahui bahwa alokasi pendanaan sanitasi Kota Probolinggo yang mendapatkan prioritas pendanaan terbesar adalah untuk alokasi anggaran sanitasi dari Dinas Pekerjaan Umum sebesar 53,28% dari total belanja sanitasi kota dengan alokasi anggaran sanitasi terbesar untuk penyediaan sarana air bersih dan sanitasi dasar terutama bagi masyarakat miskin. Sedangkan prioritas pendanaan sanitasi selanjutnya adalah untuk Badan Lingkungan Hidup dengan prosentase alokasi anggaran rata-rata selama 3 tahun terakhir adalah 35,64% dari total belanja sanitasi kota dengan alokasi anggaran sanitasi terbesar adalah untuk pengembangan kinerja pengelolaan sampah. Belanja sanitasi Kota Probolinggo selama tiga tahun terakhir mengalami penurunan, dari 3% pada tahun 2008 menjadi 2,51% pada tahun 2010. Hal ini terkait dengan sector lain di luar sanitasi yang dianggap lebih mendesak sehingga memerlukan alokasi anggaran yang jauh lebih besar. Akan tetapi, rata-rata besaran anggaran sanitasi Kota Probolinggo selama tiga tahun terakhir sebesar 2,49% dari total belanja APBD masih lebih besar dibandingkan dengan rata – rata belanja sanitasi kota dan kabupaten di Indonesia yang tidak mencapai 1% dari total belanja APBD nya. Untuk perencanaan pengembangan pembangunan sanitasi Kota Probolinggo, khusunya di Tahun 2011, diarahkan untuk prioritas pendanaan penyediaan sanitasi dasar, terutama bagi masyarakat miskin yang berupa pembangunan septicktank komunal di 29 kelurahan dengan pengajuan alokasi dana APBD tahun anggaran 2011 sebesar Rp 10.287.750.000, 00 yang dianggarkan oleh Dinas Pekerjaan Umum. Selain itu, prioritas pendanaan bidang sanitasi yang direncanakan untuk dikembangkan pada tahun 2011 adalah untuk pengembangan kinerja
III - 53
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan
pengelolaan sampah yang berupa pengadaan sarana prasarana persampahan, kegiatan revitalisasi TPA dengan total anggaran sebesar Rp 11.292.000.000, 00 yang dianggarkan pada alokasi Dana APBD tahun 2011 pada Badan Lingkungan Hidup.
3.7.3. Perkembangan Pendapatan dan Belanja Daerah
Sumber-sumber keuangan daerah Kota Probolinggo terdiri dari Pendapatan Asli Daerah (PAD), dana perimbangan dan pendapatan lain-lain yang sah. Struktur keuangan daerah Kota Probolinggo dalam 5 tahun terakhir masih didominasi oleh Dana Perimbangan dari Pemerintah berupa Dana Alokasi Umum (DAU). Dari aspek pendapatan dan pengeluaran, struktur anggaran Kota Probolinggo dalam 5 tahun terakhir sebagaimana terlihat pada tabel di bawah ini. Tabel 3. 1 Struktur APBD Kota Probolinggo Tahun 2005-2009 TAHUN (dalam jutaan) NO URAIAN 2005 2006 2007 2008 1 Pendapatan : a. Pendapatan asli 20.626 25.284 28.114 32.087 daerah; b. Dana 160.407 265.910 283.755 316.108 perimbangan; c. Lain-lain 7.264 3.000 57.533 56.941 pendapatan daerah yang sah 2 Belanja : a. Belanja langsung 167.389 265.767 268.063 266.305 b. Belanja tidak 17.082. 20.274 128.578 176.892 langsung Sumber : RPJMD Kota Probolinggo, Tahun 2010 – 2014
2009 36.087 333.017 64.950
227.188 231.067
Secara keseluruhan, total pendapatan Kota Probolinggo dalam kurun waktu 5 tahun terakhir terus mengalami peningkatan. Sedangkan nilai belanja Probolinggo dalam 5 tahun juga terus mengalami peningkatan. Sumber pendapatan terbesar Kota Probolinggo berasal dari dana perimbangan yang memberikan kontribusi 81,43% dari total pendapatan daerah. Sedangkan nilai belanja terbesar Kota Probolinggo adalah belanja langsung dengan proporsi 72,18% dari total belanja daerah.
3.7.4. Besaran Pendanaan Sanitasi per Tahun
Sesuai dengan yang telah dijabarkan pada pokok bahasan sebelumnya, bahwa SKPD yang memiliki anggaran pembangunan sanitasi atau yang berasosiasi dengan kegiatan terkait sanitasi dan memiliki program kegiatan yang mengelola sector sampah, air limbah, drainase adalah Bappeda, Dinas Pekerjaan Umum, Badan Lingkungan Hidup, Dinas Kesehatan dan III - 54
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan
RSUD Dr Moh Saleh. Pendanaan sanitasi ini dihitung berdasarkan besaran belanja langsung sanitasi, dimana angka belanja langsung ini berkaitan dan digunakan untuk melaksanakan pelayanan public atas pengoperasian, pemeliharaan, pembinaan dan investasi sub sector yang bersangkutan. Tabel 3. 2 Proporsi Belanja Sanitasi Per SKPD BELANJA SANITASI NO SKPD 2008 2009 1. BAPPEDA 60.000.000 260.000.000 2. DINKES 1.367.378.412 1.249.600.000 3. BLH 5.967.532.500 3.800.647.500 4. DPU 5.240.667.500 4.416.331.500 5. RSUD 37.820.000 52.000.000 Jumlah Belanja Sanitasi Kota 12.673.398.412 9.778.579.000 Total Belanja APBD 422.995.355.456,13 495.304.486.753,34 Proporsi Belanja Sanitasi thd 3,00% 1,97% Total Belanja APBD Sumber : Realisasi dan Perhitungan APBD 2008-2010
2010 120.000.000 505.745.000 2.487.138.612 8.702.727.300 53.200.000 11.868.810.912 472.577.968.109,17 2,51%
III - 55
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan
KOTA LOKSUMAWE 3.7.1. Kesehatan Lingkungan Untuk melihat kondisi kesehatan lingkungan di Wilayah Pemerintahan Kota Lhokseumawe ada beberapa indikator yang dapat dikemukakan, antara lain sebagai berikut: Tabel 3.1 Penderita Penyakit Berhubungan Dengan Lingkungan Menurut Kecamatan Tahun 2009-2010 Tahun NO
KECAMATAN
2009 Kasus DBD ISPA
1 Banda Sakti
287
2 Muara Satu
51
666
3 Muara Dua
125
9529
2010 (s/d April) Diare Kasus DBD ISPA Diare
12632 3492
74
17
1256
432
14
4
296
2033
50
2
443
4 Blang Mangat 8 7534 1693 Sumber : Dinas Kesehatan Kota Lhokseumawe
6
9
343
Tabel 3.2 Rekapitulasi Pemantauan Status Gizi (PSG) Dinas Kesehatan Kota Lhokseumawe Tahun 2006
III - 56
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan Jumlah Anak Menurut Status Gizi
Balita Yang di Ukur NO Puskesmas
L
P
Total
1 Banda Sakti
996
1239
2 Muara dua
629
3 Mon Geudong
Laki-laki Kurang % Baik
Buruk
%
2235
1
3.1
65
34.2
577
1206
-
-
16
346
476
822
6
18.8
4 Blang Mangat
492
573
1065
25
5 Blang Cut
344
353
697
2807
3218
6025
Jumlah
% Kurang
Perempuan % Baik
%
Lebih
%
Buruk
%
Lebih
%
927
37
3
3.9
3
11.1
76
35.7
1154
39.9
6
7
8.4
599
23.9
14
18.2
-
-
9
4.2
559
19.3
9
10.5
53
27.9
250
10
37
48.1
6
22.2
64
30
358
12.4
48
55.8
78.1
47
24.7
397
15.8
23
29.9
18
66.7
48
22.5
484
16.7
23
26.7
-
-
9
4.7
335
13.4
-
-
-
-
16
7.5
337
11.7
-
-
32
100
190
100
2508
100
77
100.1
27
100
213
100
2892
100
86
100
Sumber : Dinas Kesehatan Kota Lhokseumawe
Tabel 3.3 Rekapitulasi Pemantauan Status Gizi (PSG) Dinas Kesehatan Kota Lhokseumawe Tahun 2007 Jumlah Anak Menurut Status Gizi
Balita Yang di Ukur NO
Puskesmas
L
P
Total
1 Banda Sakti
2267
1981
2 Muara dua
2369
3 Mon Geudong 4 Blang Mangat 5 Blang Cut Jumlah
Laki-laki Kurang % Baik
%
Lebih % Buruk
Perempuan Kurang % Baik
Buruk
%
%
%
Lebih %
4185
5
0.22
322
14.2
1860
82.05
77
3.4
5
0.25
248
12.52
1584
79.96
84
4.24
2409
4778
1
0.04
89
3.76
2190
92.4
89
3.7
4
0.1
97
4
2223
92.2
85
3.5
771
694
1465
2
0.2
130
16.8
531
68.8
108
14
7
1
131
18.8
461
66.4
95
13.6
645
623
1268
3
0.4
70
10.8
553
85.7
19
2.9
4
0.6
68
10.9
518
83.1
33
5.2
380
379
759
-
-
9
9
371
-
-
-
-
-
22
5.8
357
94.1
-
-
6432
6086
12455
11
0.1
620
54.56
5505
85.5
293
4.5
20
0.3
566
9.3
5143
84.5
297
4.8
Sumber : Dinas Kesehatan Kota Lhokseumawe
Tabel 3.4 Rekapitulasi Pemantauan Status Gizi (PSG) Dinas Kesehatan Kota Lhokseumawe Tahun 2008 BALITA YANG DI UKUR
NO PUSKESMAS
L
P
KATAGORI STATUS GIZI INDEKS BB/U
GIZI BURUK TOTAL L P TOTAL % 5
L
GIZI KURANG P TOTAL
%
L
GIZI BAIK P TOTAL
%
L
GIZI LEBIH P TOTAL %
1 BANDA SAKTI
2581 2406
4987
8
13
0.26 515
420
935
18.75 2045 1950
3995 80.11 16 28
44
0.88
2 MON GEUDONG
973
953
1926 27 22
49
2.54 182
140
322
16.72
769
1522 79.02 11 22
33
1.71
3 MUARA DUA
1830 1836
3666 16 25
41
1.12 276
255
531
14.48 1523 1541
3064 83.58 15 15
30
0.82
753
4 BLANG MANGAT 741
756
1497 19 14
33
2.2
185
123
308
20.57
516
602
1118 74.68 21 17
38
2.54
5 BLANG CUT
376
741
0
0
9
7
16
2.159
356
369
725
0
0
145
1.13
365
0
0
JUMLAH 6490 6327 12817 67 69 Sumber : Dinas Kesehatan Kota Lhokseumawe
136
1.06 1167 945
2112
97.84 0
0
16.48 5193 5231 10424 81.33 63 82
Tabel 3.5 Rekapitulasi Pemantauan Status Gizi (PSG) Dinas Kesehatan III - 57
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan
Kota Lhokseumawe Tahun 2009 BALITA YANG DI UKUR
NO PUSKESMAS
KATAGORI STATUS GIZI INDEKS BB/U
L
GIZI BURUK P TOTAL %
GIZI KURANG L P TOTAL %
L
GIZI BAIK P TOTAL
GIZI LEBIH L P TOTAL %
16
20
36
16.6
79
97
176
80.8 1 2
3
1.4
21
17
38
26.2
47
59
106
73.1 1 -
1
0.7
72.4 - 1
1
0.5
L
P
TOTAL
1 BANDA SAKTI
96
122
218
-
3
3
2 MON GEUDONG
69
76
145
-
-
-
3 MUARA DUA
114 110
224
14
8
22
9.9
17
22
39
17.5
83
79
162
4 MUARA SATU
65
66
131
6
6
12
9.2
15
9
24
18.4
43
50
93
71
1 1
2
1.6
5 BLANG MANGAT
112 109
221
-
2
2
0.9
23
17
40
10.1
89
90
179
81
- -
-
-
6 BLANG CUT
58
110
1
3
4
3.7
18
14
32
29.1
38
35
73
66.4 1 -
1
0.9
JUMLAH 514 535 1049 21 22 Sumber : Dinas Kesehatan Kota Lhokseumawe
43
4.1 110 99
209
20
379
410
789
75.3 4 4
8
0.8
52
1.4
%
3.7.2. Kesehatan dan Pola Hidup Masyarakat Tabel 3.6 Rekapitulasi Pendataan Rumah Sehat, Pekarangan Sehat dan Kadang Ternak Di Wilayah Kota Lhokseumawe Tahun 2008 No
Puskesmas
Jumlah Rumah
Kondisi Perumahan Rumah Pekarangan Rumah Kandang Ternak Sehat Tidak Sehat Sehat Tidak Sehat TP TTP
1 Muara Dua
17,299
11,715
5,613
8,605
8,825
3,134
4,590
2 Banda Sakti
8,506
5,918
2,588
4,378
2,472
940
413
3 Mon Geudong
5,613
1,013
799
596
226
74
3
4 Blang Mangat
3,339
1,822
1,067
1,841
998
1,623
857
5 Blang Cut 1,362 1,346 175 1,188 Total 36,119 21,814 10,242 16,608 Sumber : Dinas Kesehatan Kota Lhokseumawe Tahun 2008 Ket: TP : Terpisah Dengan Rumah TTP : Tidak Terpisah Dengan Rumah
204 12,725
978 6,749
263 6,126
Dari profil kesehatan lingkungan di Kota Lhokseumawe pada tahun 2008 menunjukkan bahwa sebanyak 1.346 atau 88.5% rumah dalam kategori sehat dan 175 atau 11.5% rumah dalam kategori tidak sehat. Bila kita lihat dari pekarangan rumah, maka ada 1.118 pekarangan rumah atau 85.3% dalam keadaan sehat dan sisanya sebanyak 204 atau 14.% pekarangan rumah dalam keadaan tidak sehat. Kandang ternak dalam kondisi terpisah atau tidak terpisah dari rumah juga dapat menunjukkan bagaimana kesehatan dan pola hidup masyarakat Kota Lhokseumawe. Dari survei kesehatan lingkungan tersebut menunjukkan bahwa sebanyak 978 kandang ternak atau
III - 58
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan
78.8% telah terpisah dari rumah dan sisanya sebanyak 263 kandang atau 34.6% kandang ternak tidak terpisah dari rumah. Tabel 3.7 Rekapitulasi Pendataan Jamban Di Kota Lhokseumawe Tahun 2008 Jenis Jamban Leher Angsa Plengsengan MS TMS MS TMS 1 Muara Dua 17,299 13,809 156 2 Banda Sakti 8,506 6,182 700 3 Mon Geudong 5,613 861 858 4 Blang Mangat 3,339 1,380 754 29 5 Blang Cut 1,362 938 189 9 Total 36,119 23,170 2,657 38 Sumber : Dinas Kesehatan Kota Lhokseumawe Tahun 2008 Ket MS : Memenuhi Syarat TMS : Tidak Memenuhi Syarat No
Puskesmas
Jumlah Rumah
Cemplung MS TMS 2,195 585 135 684 1,084 695 27 12 133 3,586 1,964
Penggunaan jamban juga merupakan salah satu indikator penting untuk melihat bagaimana kesehatan dan pola hidup masyarakat. Survei kesehatan lingkungan yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan menunjukkan bahwa ada tiga jenis jamban yang umumnya digunakan oleh masyarakat Kota Lhokseumawe. Pada kategori leher angsa, sebanyak 23.170 atau 89,71 % rumah telah menggunakan jamban leher angsa yang memenuhi syarat. Selebihnya ada 2.657 atau 10,29% rumah menggunakan leher angsa yang tidak memenuhi syarat. Jamban metode plengsengan menurut survei kesehatan lingkungan, semuanya berada pada kategori memenuhi syarat. Rumah yang menggunakan model jamban cemplung, menurut survei kesehatan lingkungan sebanyak 3.586 atau 64,61% berada dalam kategori memenuhi syarat. Sedangkan sebanyak 1.964 rumah atau 35,39 % berada dalam kondisi tidak memenuhi syarat. Tabel 3.8 Persentase Rumah Tangga Berperilaku Hidup Bersih Sehat Kota Lhokseumawe tahun 2009 No
Kecamatan
Puskesmas
1 Muara Dua PKM Muara Dua 2 Muara Satu PKM Muara Satu 3 Blang Mangat PKM Blang Mangat 4 PKM Blang Cut 5 Banda Sakti PKM Banda Sakti 6 PKM Mon Geudong Sumber : Dinas Kesehatan Tahun 2010
Rumah Tangga Jumlah Dipantau Ber PHBS 210 66 210 93 210 73 210 8 210 36
% 31,4 44,3 34,8 3,8 17,1
III - 59
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan
Survei rumah tangga berperilaku hidup bersih sehat tahun 2009 di Kota Lhokseumawe dilakukan berbasis puskesmas. Setiap puskesmas mengambil sampel sebanyak 210 rumah. Dari hasil survei dapat diketahui bahwa rumah yang berperilaku hidup sehat di setiap puskesmas di bawah 50 %. Bahkan di wilayah puskesmas Blang Cut rumah berPHBS hanya 3,8% saja. Secara berturut-turut hasil survei dari yang terendah adalah puskesmas Banda Sakti sebesar 17,1%, Puskesmas Muara Dua 31,4%, Puskesmas Blang Mangat 34,8% dan Puskesmas Muara Satu 44,3 %.
3.7.3. Kuantitas dan Kualitas Air Permasalahan air bersih di Kota Lhokseumawe dapat kita lihat dari bagaimana pola masyarakat dalam memenuhi kebutuhan air bersihnya. Masyarakat menggunakan berbagai macam cara dalam memenuhi kebutuhan airnya. Dari data profil kesehatan lingkungan terlihat bahwa sebanyak 25.039 atau 82,91 % rumah menggunakan sumur gali (pada kategori memenuhi syarat). Sedangkan ada juga rumah yang menggunakan sumur gali yang tidak memenuhi syarat sebanyak 5.162 atau 17,09% rumah. Metode lain yang digunakan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan air bersihnya adalah dengan mengandalkan sumur pompa. Masyarakat yang menggunakan sumur jenis sebanyak 264 rumah atau 98,51% yang berada dalam kondisi memenuhi syarat. Namun ada juga masyarakat yang menggunakan sumur ini pada kategori tidak memenuhi syarat sebanyak 1,49% atau 4 rumah. Sumber air bersih lainnya yang digunakan oleh masyarakat adalah PAH (penampungan air hujan). Menurut hasil survei, wilayah yang banyak menggunakan fasilitas ini adalah masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Muara Dua dengan jumlah rumah adalah 532 rumah dengan kondisi memenuhi syarat. Tabel 3.9 Hasil Rekapitulasi Pendataan Sumber Air Bersih (SAB) Di Wilayah Kerja Di Kota Lhokseumawe Tahun 2008
III - 60
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan Jenis Sarana Air Bersih Sumur Gali Sumur Pompa PAH MS TMS MS TMS MS TMS 1 Muara Dua 17.299 11.902 997 98 532 2 Banda Sakti 8.506 7.773 2.524 67 3 Mon Geudong 5.613 2.491 765 4 Blang Mangat 3.339 1.505 705 91 5 Blang Cut 1.362 1.368 171 8 4 Total 36.119 25.039 5.162 264 4 532 Sumber : Dinas Kesehatan Kota Lhokseumawe Tahun 2008 Ket: MS : Memenuhi Syarat TMS: Tidak Memenuhi Syarat No
Puskesmas
Jumlah Rumah
Sumber air bersih lainnya yang umumnya digunakan oleh masyarakat Kota Lhokseumawe adalah PDAM. Setiap tahun terjadi peningkatan jumlah pelanggan PDAM. Pada tahun 2009 terjadi peningkatan jumlah pelanggan 50 pelanggan. Pada tahun 2010 jumlah pelanggan menjadi 6.892 pelanggan dari tahun sebelumnya. Artinya ada peningkatan sebanyak 143 pelanggan.
Tabel 3.10 Jumlah Pelanggan Berdasarkan Golongan PDAM di Kota Lhokseumawe No 1 2 3 4 5 6
G olong an Rumah tangga Niaga & Industri Instansi Pemerintah Khusus Sosial Khusus Sosial Umum
2008
T ahun 2009
5,858 5,934 717 692 78 76 35 37 11 10 6,699 6,749 Sumber : PDAM Tirta Mon Pase, Tahun 2010
2010 6,042 727 76 37 10 6,892
Bila kita bandingkan antara jumlah penduduk di Kota Lhokseumawe dan jumlah penduduk yang dapat mengakses air bersih pada PDAM, maka dapat kita lihat bagaimana tingkat pelayanan PDAM. Pada tahun 2008 masyarakat yang terlayani air bersih dari PDAM hanya 25,32% saja. Pada tahun 2009 persentase jumlah penduduk
III - 61
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan
yang menikmati air bersih hanya meningkat 0,11% saja. Jumlah peningkatan persentase yang sangat kecil tentunya. Pada tahun 2010 tingkat masyarakat yang terlayani air PDAM pun sangat kecil. Tahun 2010 total pelanggan hanya 6.892. Artinya hanya mencakup 25,59% saja. Bila dibandingkan dengan tahun 2009, maka hanya terjadi peningkatan hanya sebesar 0,16% saja. Tabel 3.11 Tingkat Pelayanan PDAM di Kota Lhokseumawe No
URAIAN
1 Jumlah Penduduk 2 Penduduk yg menikmati air (jiwa) Persentase (%)
Th 2008
Th 2009
Th 2010
158,760
159,239
161,574
40,194
40,494
41,352
25.32
25.43
25.59
3 Jumlah Pelanggan (sambungan) 6,699 6,749 6,892 Sumber : PDAM Tirta Mon Pase, Tahun 2010 : BPS TAHUN 2008 (Angka tahun 2010 adalah angka perkiraan)
III - 62
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan
3.7.4. Limbah Cair Rumah Tangga Setiap hari manusia menghasilkan air limbah rumah tangga (domestic waste water). Air limbah tersebut ada yang berasal dari kakus disebut black water. Ada pula yang berasal dari kamar mandi, tempat mencuci pakaian, tempat mencuci piring dan peralatan dapur yang disebut juga grey water. Secara umum ada dua tipe sistem pengolahan air limbah. Pertama, sistem pembuangan setempat (On Site Sanitattion). Pada setiap pembuangan setempat ini, air limbah dialirkan ke tempat pembuangan atau pengolahan yang terletak di sekitar pekarangan rumah atau bangunan. Istilah lain dari sistem setempat ini disebut juga sebagai sistem individual. Adapun jenis sarana yang termasuk tipe ini, misalnya cubluk, septic tank, dan lain-lain. Kedua, sistem pembuangan terpusat (Off Site Sanitation). Pada sistem pembuangan terpusat ini, air limbah disalurkan ke saluran air limbah kota yang mengalir menuju pengolahan air limbah kolektif di daerah tertentu. Sistem ini juga dikenal dengan istilah sistem komunal. Jelasnya, pada sistem komunal air limbah dialirkan
dari
sumbernya
menuju
ke
tempat
pengolahan
terpusat
dengan
mempergunakan pipa riol. Adapun riol yang dipakai untuk mengalirkan air limbah tersebut dinamakan dengan Sewerage System. Di dalam wilayah Kota Lhokseumawe, umumnya masyarakat menggunakan sistem pembuangan air limbah dengan metode on site sanitation. Dari hasil survei kesehatan lingkungan, di wilayah kerja Puskesmas Muara dua terdapat 8.859 atau 56,41 % rumah yang memiliki SPAL yang memenuhi syarat. Sedangkan sisanya sebanyak 6.845 atau 43,59% rumah memiliki SPAL yang tidak memenuhi syarat. Puskesmas Banda Sakti memiliki 2.956 rumah atau 48,68 % yang memiliki SPAL yang memenuhi syarat. Selebihnya masih dalam kondisi tidak memenuhi syarat atau sebanyak 51,32% rumah di wilayah Puskesmas Banda Sakti masih memiliki SPAL yang tidak memenuhi syarat. Untuk Puskemas Mon Geudong sebanyak 39,57% memiliki SPAL yang memenuhi syarat dan 60,43 % memiliki SPAL yang tidak memenuhi syarat. Di Puskesmas Blang Mangat terdapat 1.036 rumah yang memiliki SPAL yang memenuhi syarat, sisanya tidak memenuhi syarat. Puskesmas Blang Cut dari hasil survei menunjukkan bahwa sebanyak 783 rumah atau 56,70 % memiliki sistem air limbah yang memenuhi syarat. Sedangkan sisanya masih memiliki SPAL yang tidak memenuhi syarat.
III - 63
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan
Tabel 3.12 Hasil Rekapitulasi Pendataan Sistem Pembuangan Air Limbah (SPAL) Di Wilayah Kerja Di Kota Lhokseumawe Tahun 2008 No
Puskesmas
Jumlah Rumah
MS
SPAL TMS
Tidak MS TMS
1 Muara Dua
17,299
8,859
6,845
-
-
2 Banda Sakti
8,506
2,956
3,116
-
-
3 Mon Geudong
5,613
567
866
-
-
4 Blang Mangat
3,339
1,036
751
-
-
5 Blang Cut
1,362
783
598
-
-
Total 36,119 14,201 12,176 Sumber : Dinas Kesehatan Kota Lhokseumawe Tahun 2008 Ket MS : Memenuhi Syarat TMS : Tidak Memenuhi Syarat
-
Dari tabel di atas diketahui bahwa di wilayah kerja Puskesmas Blang Mangat mempunyai persentase terbesar SPAL yang memenuhi syarat.
Sedangkan wilayah
Puskesmas Mon Geundong memiliki persentase terbesar tingkat SPAL yang tidak memenuhi syarat.
3.7.5. Limbah Padat (Sampah) a. Sumber-Sumber Sampah Kota Lhokseumawe Sumber-sumber sampah di Kota Lhokseumawe antara lain berasal dari : 1. Sampah Permukiman. Sampah ini berasal dari rumah tangga. Sampah ini berasal dari aktivitas dapur, sampah pohon di halaman maupun kegiatan rumah tangga lain. 2. Sampah Pasar. Sampah ini berasal dari kegiatan pasar, yang kebanyakan merupakan sisa sayur-mayur dan buah-buahan. 3. Sampah Hotel dan Penginapan. Sampah ini berasal dari semua kegiatan hotel atau penginapan. Sampah yang dihasilkan biasanya berupa sampah kertas, makanan. sampah dapur dan lain-lain. 4. Sampah Rumah Sakit. Sampah yang berasal dari aktivitas rumah sakit baik termasuk sampah yang berasal dari kegiatan laboratorium. Biasanya sampah yang dibuang di TPA adalah sampah jenis non B3.
III - 64
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan
5. Sampah Jalan. Sampah yang berasal dari pejalan kaki, pengendara kendaraan maupun berasal dari pengguna jalan yang lain. Sampah jalan ditangani oleh penyapu jalan baik dalam pengumpulan maupun pengangkutan. 6. Sampah Perbengkelan. Sampah ini berasal dari kegiatan usaha perbengkelan yang berada di Kota Lhokseumawe. Sampah ini dapat berupa limbah cair seperti oli dan juga limbah padat seperti berbagai macam sisa onderdil kendaraan. 7. Sampah Perkantoran. Jumlah sarana perkantoran yang ada di kota memberikan kontribusi sampah yang umumnya berwujud kertas. 8. Sampah Sarana Pendidikan. Jenis sampah dari sarana pendidikan terdiri dari berbagai macam jenis sampah antara lain plastik, organik, kertas dan lain-lain.
b. Sarana Pengolahan Belum ada instalasi pengkomposan, instalasi pembakaran sampah dan belum ada instalasi daur ulang sampah. Tabel 3.13 Perkiraan Timbulan Sampah Per Kecamatan
No
Kecamatan
Total Timbulan
1 Blang Mangat
2,02 kg/hari/rumah
2 Banda Sakti
5,69 kg/hari/rumah
3 Kecamatan Muara Dua
2,16 kg/hari/rumah
4 Muara Satu
2,37 kg/hari/rumah
Sumber: BLHK Kota Lhokseumawe tahun 2010
Tabel di atas memberikan gambaran bagaimana tingkat timbulan sampah tiap kecamatan di Kota Lhokseumawe per rumah tangga. Kecamatan Banda Sakti menyumbang timbulan sampah tertinggi di Kota Lhokseumawe dengan tingkat timbulan sampah mencapai 5,69 kg/hari/rumah. Hal ini didukung dengan jumlah kepadatan penduduk yang tinggi di kecamatan tersebut. Kecamatan Muara Satu menyumbang timbulan sampah kedua terbesar
yaitu 2,37 kg/hari/rumah. Dua
kecamatan lainnya yaitu Kecamatan Muara Dua dan Kecamatan Blang Mangat masingmasing menyumbang timbulan sampah sebesar 2,16 kg/hari/rumah dan 2,02 kg/hari/rumah.
III - 65
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan
Tabel 3.14 Perkiraan Total Timbulan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga No
Jenis Sampah
Total Timbulan
1 Sampah Perbengkelan
332,76 kg/hari
2 Sampah Perhotelan
1.412,50 kg/hari
3 Sampah Rumah Sakit/Pukesmas
885,06 kg/hari
4 Sampah Perkantoran
325,66 kg/hari
5 Sampah Sarana Pendidikan
2.447,25 kg/hari
6 Sampah Pasar
18.100 kg/hari
Sumber: BLHK Kota Lhokseumawe tahun 2010
Sampah pasar adalah sampah yang paling banyak menimbulkan timbulan sampah di Kota Lhokseumawe. Sampah yang berasal dari pasar menghasilkan timbulan sampah sampai 18.100 kg/hari. Pada posisi kedua, sampah sarana pendidikan menyumbangkan timbulan sampah mencapai 2.447,25 kg/hari. Secara berturut-turut terlihat bahwa sampah perhotelan, sampah rumah sakit, sampah perbengkelan dan sampah perkantoran menyumbangkan timbulan sampah dengan nilai 1.412,50 Kg/hari, 885,06 Kg/hari, 332,76 Kg/hari, dan 325,66 Kg/hari. Tabel 3.15 Perkiraan Total Timbulan Sampah Spesifik
No
Jenis Sampah
Total Timbulan
1
Plastic
17.137.68 kg/hari
2
Organic
89.183,54 kg/hari
3
Kertas
8.132,67 kg/hari
4
Kaca
5.157,38 kg/hari
5
Besi
1.651.15 kg/hari
6
Jenis lainnya
209.85 kg/hari
Sumber: BLHK Kota Lhokseumaw e tahun 2010
III - 66
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan
Tabel 3.16 Perkiraan Timbulan Sampah Di Kota Lhokseumawe No
Kecamatan
1 Blang Mangat 2 Banda Sakti 3 Muara Dua 4 Muara Satu TOTAL Jumlah Sampah Non Domestik Jumlah Total (l/hari) Jumlah Total (m3/hari)
2007
2012
Tahun 2017
2022
2027
45,030 178,378 91,126 81,028
46,744 185,168 94,595 84,113
48,524 192,217 98,196 87,315
50,371 199,534 101,934 90,638
52,288 207,130 105,814 94,089
395,562
410,620
426,252
442,477
459,321
98,891 494,453 494
102,655 513,275 513
106,563 532,814 533
110,619 553,096 553
114,830 574,151 574
Sumber : RPIJM PU/CK Kota Lhokseumawe 2008
3.7.6. Drainase Lingkungan Secara umum, sistem drainase dapat didefinisikan sebagai serangkaian bangunan air yang berfungsi untuk mengurangi dan/atau membuang kelebihan air dari suatu kawasan atau lahan, sehingga lahan dapat difungsikan secara optimal. Bangunan sistem drainase terdiri dari saluran penerima (interceptor drain), saluran pengumpul (collector drain), saluran pembawa (conveyor drain), saluran induk (main drain), dan badan air penerima (receiving waters). Di sepanjang sistem sering dijumpai bangunan lainnya seperti gorong-gorong, siphon, jembatan air (aquaduct), pelimpah, pintu-pintu air, kolam tando, dan stasiun pompa. Dalam rangka pengembangan dan penataan kawasan permukiman dan peningkatan taraf hidup masyarakat di Kota Lhokseumawe, penanganan drainase merupakan salah satu prioritas yang perlu mendapatkan penanganan. Karena gangguan dan kerugian akan masalah banjir dan genangan telah mengakibatkan dampak penurunan kondisi sosial ekonomi masyarakat, kerusakan lingkungan pemukiman dan sektor-sektor ekonomi yang potensial.
III - 67
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan
3.7.7. Limbah Medis Limbah medis termasuk dalam kategori limbah berbahaya dan beracun (LB3) sesuai dengan PP 18 thn 1999 jo PP 85 thn 1999 lampiran I daftar limbah spesifik dengan kode limbah D 227. Dalam kode limbah D227 tersebut disebutkan bahwa limbah rumah sakit dan limbah klinis yang termasuk limbah B3 adalah limbah klinis, produk farmasi kadaluarsa, peralatan laboratorium terkontaminasi, kemasan produk farmasi, limbah laboratorium, dan residu dari proses insinerasi. Beberapa peraturan yang mengatur tentang pengelolaan lingkungan Rumah Sakit antara lain diatur dalam : d. Permenkes 1204/Menkes/PerXI/2004, mengatur tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit e. Kepmen KLH 58/1995, mengatur tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Rumah Sakit f. PP18 tahun 1999 jo PP 85 tahun 1999, mengatur tentang pengelolaan limbah bahan berbahaya dan Beracun (B3) Perkembangan mengenai sarana dan prasarana kesehatan disajikan dalam tabel berikut ini: Tabel 3.17 Perkembangan Sarana dan Prasarana Kesehatan Dalam Wilayah Kota Lhokseumawe Tahun 2009 NO
KECAMATAN
SARANA KESEHATAN YANG TERSEDIA RSU RS NON POSKES GUDANG KLINIK DAERAH / PEMERIN PKM PUSTU DES/POLI FARMASI KESEHATAN RS TNI TAH NDES
1 BANDA SAKTI
1
5
2
2
9
3
2 MUARA DUA
0
1
0
1
4
7
3 MUARA SATU
0
1
1
1
2
7
4 BLANG MANGAT
1
0
1
2
7
12
4
6
22
29
TOTAL 2 7 Sumber : Dinas Kesehatan Kota Lhokseumawe
1
1
III - 68
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan
Tabel 3.18 Timbulan Sampah Medis dari Puskesmas Dalam Wilayah Kota Lhokseumawe Tahun 2009 No Nama Puskesmas 1 Puskesmas Banda Sakti 2 Puskesmas Muara Dua 3 Puskesmas Mon Geudong 4 Puskesmas Blang Mangat 5 Puskesmas Blang Cut 6 Puskesmas Muara Satu
Sampah Yang Dihasilkan
5 - 18 Kg / Hari 7 - 14 Kg / Hari 5 - 7 Kg / Hari 3 - 4 Kg / Hari 2- 4 Kg / Hari 3 - 5 Kg / Hari
Sumber : Dinas Kesehatan Kota Lhokseumawe Tahun 2010
3.8.
Pengelolaan Limbah Cair
3.8.1. Landasan Hukum Undang-Undang Republik Indonesia 4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1966 Tentang Hygiene. 5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1997 Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia 3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 1990 Tentang Pengendalian Pencemaran Air 4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 1999 Tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. 6. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Keputusan Menteri Republik Indonesia 3. Keputusan
Menteri
Lingkungan
Hidup
Republik
Indonesia
Nomor
35/MENLH/7/1995 tentang Program Kali Bersih. 4. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 112 Tahun 2003 tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik.
III - 69
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan
3.8.2. Aspek Kelembagaan Instansi Pemerintah Kota Lhokseumawe yang menangani masalah Limbah Cair adalah Badan Lingkungan Hidup dan Kebersihan (BLHK) Kota Lhokseumawe dan Dinas Pekerjaan Umum.
3.8.3. Cakupan Pelayanan Sesuai dengan hasil survei kesehatan lingkungan maka di wilayah Kota Lhokseumawe dapat kita ketahui bahwa ada 31.415 jamban dengan berbagai jenis jamban dan juga terdapat 26.377 unit SPAL. Secara umum semua fasilitas jamban dan SPAL dibangun secara swadaya oleh masyarakat sendiri.
3.8.4. Aspek Teknis dan Operasional Pada umumnya masyarakat di wilayah Kota Lhokseumawe menggunakan dua sistem yaitu sistem terpisah dan sistem gabungan. Sistem terpisah yaitu terjadinya pemisahan antara penyaluran air limbah dan air hujan. Air limbah dialirkan ke dalam SPAL yang berbentuk septic tank. Air hujan umumnya disalurkan melalui saluran drainase kota. Sistem gabungan yaitu semua air limbah tersebut masuk ke dalam satu wadah (septic tank). Pemerintah Kota telah melakukan pengadaan sarana dan prasarana yang berhubungan dengan pengelolaan limbah ini. Dari data Badan Kebersihan dan Lingkungan Hidup bahwa Kota Lhokseumawe telah memiliki Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) sebanyak 1 unit. Pemerintah pun telah memiliki 2 unit mobil penyedot dan pengangkut tinja. Volume lumpur tinja yang dibuang ke ILPT ini berkisar 3 m3/hari.
3.8.5. Peran Serta Masyarakat dan Gender Dalam Penanganan Limbah Cair Masyarakat mempunyai perannya masing-masing sesuai dengan tingkat kesadaran akan kesehatan lingkungan dan kemampuan finansialnya masing-masing. Masyarakat yang telah mampu, umumnya telah memiliki fasilitas penanganan limbah cair dengan baik. Namun masyarakat yang belum memiliki kemampuan finansial, penyediaan sarana ini menjadi sulit bagi mereka. Sehingga dapat kita katakan dengan
III - 70
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan
kondisi masyarakat dengan berbagai latar belakang yang dimilikinya, penanganan leimbah ini belum maksimal. Hal ini terlihat dari data kesehatan lingkungan bahwa 36.119 rumah yang disurvei, hanya 14.201 rumah yang memiliki SPAL. Bahkan dari total 14.201 SPAL tersebut, 53,84 % SPAL berada dalam kondisi memadai, sedangkan sisanya sebesar 46,16 % berada dalam kondisi tidak memadai.
3.8.6. Permasalahan 3. Masih ada pandangan dari masyarakat yang beranggapan bahwa pengelolaan limbah ini tidak begitu mendesak atau tidak menjadi perhatian bagi masyarakat. Masyarakat masih menggunakan cara yang tidak sehat yaitu dengan memanfaatkan badan sungai atau saluran drainase untuk memenuhi kebutuhan sarana prasarana pengelolaan limbah cair ini. 4. Untuk wilayah yang memiliki tingkat kepadatan penduduk yang tinggi dan juga ketersediaan lahan yang tidak begitu luas bagi penyediaan SPAL, tentunya sistem SPAL berskala rumah tangga lebih sulit diterapkan karena keterbatasan lahan yang dimiliki. Hal ini tentunya harus menjadi perhatian kita semuanya. 5. Unit pengolahan tinja yang dimiliki Pemerintah Kota Lhokseumawe sudah penuh dan bahkan dua bak penampungnya sudah rusak sehingga tidak dapat difungsikan lagi. Hal ini tentunya akan sangat berpengaruh kepada pengelolaan limbah cair.
3.9.
Pengelolaan Persampahan
3.9.1. Landasan Hukum Undang-Undang Republik Indonesia 3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1997 Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup. 4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 tentang persampahan. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia 2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 1999 Tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan.
III - 71
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan
Keputusan Menteri Republik Indonesia 2. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2001 tentang Jenis Usaha dan atau kegiatan yang wajib dilengkapi dengan AMDAL Peraturan Daerah (Qanun) Kota Lhokseumawe 1. Qanun Kota Lhokseumawe No 08 Tahun 2007 mengenai Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan dalam wilayah Kota Lhokseumawe. 2. Qanun Kota Lhokseumawe No 06 Tahun 2003 mengenai Syarat Kontruksi Bangunan dalam wilayah Kota Lhokseumawe.
3.9.2. Aspek Kelembagaan Instansi Pemerintah Kota Lhokseumawe yang menangani masalah Persampahan adalah Badan Lingkungan Hidup dan Kebersihan (BLHK) Kota Lhokseumawe.
3.9.3. Cakupan Pelayanan Cakupan pelayanan persampahan di Kota Lhokseumawe telah mencakup seluruh kecamatan. Dengan kondisi timbulan sampah yang berbeda, maka cakupan pelayanan menyesuaikan dengan eksisting persampahan setiap kecamatan tersebut. Kecamatan Banda Sakti misalnya sarana TPS/Drum yang tersedia mencapai 2.250 unit dan truk yang melayani wilayah ini mencapai 8 unit. Kalau dibandingkan dengan kecamatan lain, umumnya hanya dilayani oleh 3 unit truk.
3.9.4. Aspek Teknis dan Operasional Mekanisme Sistem pengelolaan sampah di Kota Lhokseumawe adalah sebagai berikut: 1. Pewadahan Pola. Pewadahan yang direncanakan berupa pola pewadahan individual yang diletakkan dekat rumah untuk permukiman dan diletakkan di belakan untuk pertokoan serta pola pewadahan komunal yang diletakkan sedekat mungkin dengan sumber sampah di tepi jalan besar. 2. Pengumpulan
Sampah. Sama dengan pola pewadahan, rencana sistem
pengumpulan sampah akan mengunakan dua sistem juga yaitu pengumpulan III - 72
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan
individual yang dilakukan dengan sistem pelayanan door to door (dengan truk kecil dikumpulkan ke depo atau langsung diangkut ke Tempat Pembuangan Akhir) dan sistem pelayanan door to door (dengan gerobak dan dikumpulkan di depo atau Tempat Pembuangan Sementara yang akan disediakan pada setiap pusat BWK). Cara lain dengan sistem individual adalah dengan cara mengumpulkan sekaligus memusnahkan sampah tersebut sendiri. Sistem pengumpulan komunal adalah dimana masyarakat mengantarkan sampah ke tempat yang telah ditentukan. 3. Pengangkutan Sampah. Pengangkutan dilakukan dengan dump truk, arm rool truk dan mobil patrol dari Tempat Pembuangan Sementara ke Tempat Pembuangan Akhir. 4. Tempat Pembuangan Akhir. Tempat pembuangan akhir berlokasi di Gampong (desa) Alue Lim dengan sistem open dumping, lokasi ini dianggap cukup representative karena jauh dari permukiman penduduk dan arealnya cukup luas. (Sumber : RPIJM PU/CK Kota Lhokseumawe 2008) Sarana dan prasarana persampahan menjadi faktor penting dalam pengelolaan sampah di Kota Lhokseumawe. Tabel berikut ini dapat menggambarkan bagaimana ketersediaan sarana dan prasarana persampahan. Tabel 3. 19 Sarana dan prasarana sampah di Kota Lhokseumawe No
Kecamatan
Sarana dan Prasarana Jumlah TPS/Drum Jumlah TPS/Bak Jumlah TPS/Gerobak Sampah 1 Banda Sakti Jumlah TPS/Container Mobil Kijang Pick Up Truck Jumlah TPS/Drum Jumlah TPS/Bak 2 Muara Satu Jumlah TPS/Gerobak Sampah Jumlah TPS/Container Truck Jumlah TPS/Drum Jumlah TPS/Bak 3 Muara Dua Jumlah TPS/Gerobak Sampah Jumlah TPS/Container Truck Jumlah TPS/Drum Jumlah TPS/Bak 4 Blang Mangat Jumlah TPS/Gerobak Sampah Jumlah TPS/Container Truck Sumber : BLHK Kota Lhokseumawe, 2010
Vol / Unit 2,250 29 8 13 5 8 950 11 2 1 3 250 5 2 1 3 250 4 2 1 3
III - 73
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan
Tabel 3. 20 Sarana Lainnya Dalam Persampahan No
Sarana dan Prasarana
1 Tempat Pengolahan Akhir - Lokasi - Sistem yang digunakan - Kapasitas dan luas TPA - Volume sampah yang masuk ke TPA - Alat Berat 2 Fasilitas Pendukung - Ketersediaan instalasi pengolahan air lindi (leachate) - Sumur Pantau Sumber : BLHK Kota Lhokseumawe, 2010
Ket Desa Alue Lim Open damping 18 Ha 202 m3/hari 2 Unit (Beco dan Buldozer) 3 Unit 3 Unit
3.9.5. Peran Serta Masyarakat dan Gender Dalam Pengelolaan Persampahan Masyarakat telah melakukan upaya pengelolaan sampah sesuai dengan kondisi kemampuan ataupun pengetahuan yang dimilikinya. Di beberapa kawasan perumahan, seperti Kompleks Panggoi Indah, Kompleks Banda Masen, Kompleks Mutiara dan Komplek Bank Duta, warga perumahan dari kompleks tersebut telah melakukan pemilahan jenis sampah kering dan sampah basah. Menurut data dari Badan Lingkungan dan Kebersihan Kota Lhokseumawe tahun 2010, di kawasan pemukiman tersebut telah mampu melakukan pemilihan sampah basah dan kering dengan bobot mencapai 0,5 m3/hari/35 rumah tangga. Data tersebut juga memberikan makna kepada kita bahwa masyarakat juga telah mampu mengolah sampah di tempat (on site) di rumahnya sendiri atau dikawasan perumahannya sendiri.
3.9.6. Permasalahan Permasalahan persampahan di tingkat masyarakat : 1. Kesadaran masyarakat untuk hidup bersih dan sehat masih kurang. Hal ini jelas terlihat dari tingkat pencemaran saluran drainase yang dipenuhi oleh sampah. 2. Kesadaran masyarakat untuk membayar retribusi kebersihan masih rendah. Dengan tingkat retribusi sampah yang rendah menjadikan pelayanan persampahan menjadi tidak begitu maksimal.
III - 74
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan
Permasalahan persampahan di tingkat pemerintah : 1. Minimnya sistem perencanaan persampahan termasuk database persampahan. Database ini tentunya sangat berguna bagi pemerintah dalam upaya melakukan forecasting terhadap permasalahan sampah. 2. Sarana dan prasarana sampah belum mampu menjawab kebutuhan akan pelayanan persampahan yang baik. Lokasi TPA misalnya, bila masih menggunakan model pengelolaan sampah hanya dengan menggunakan metode open damping saja, maka dalam waktu yang tidak begitu lama, pemerintah harus mencari lokasi baru atau melakukan perluasan lokasi TPA. Artinya life time penggoperasian TPA tidak begitu lama. 3. Terdapat beberapa wilayah di Kota Lhokseumawe yang belum terjangkau oleh layanan persampahan. Keterbatasan kemampuan pemerintah dalam memberikan pelayanan secara menyeluruh kepada semua anggota masyarakat membuat masalah persampahan menjadi tidak tuntas ditangani. Artinya pelayanan ini masih bersifat parsial.
Permasalahan persampahan di tingkat swasta : Peran swasta masih terbatas pada pemanfaatan sampah yang masih dapat dijual kembali bukan secara langsung mendaur ulang sampah tersebut. Kelompok masyarakat yang berhubungan dengan kegiatan persampahan umumnya
III - 75
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan
3.10. PENGELOLAAN DRAINASE 3.10.1. Landasan Hukum Undang-Undang Republik Indonesia 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1992 Tentang Perumahan dan Pemukiman
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia 1. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1982 Tentang Pengaturan Air. 2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 1991 Tentang Sungai.
Keputusan Menteri Republik Indonesia 1. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 35/MENLH/7/1995 tentang Program Kali Bersih.
3.10.2. Aspek Kelembagaan Dinas yang terkait dengan pengelolaan drainase adalah Dinas Pekerjaan Umum dan Badan Lingkungan Hidup dan Kebersihan.
3.10.3. Cakupan Pelayanan Saat ini cakupan pelayanan drainase sudah mencakup seluruh Kota Lhokseumawe.
3.10.4. Aspek Teknis dan Operasional Sarana drainase yang ada di Kota Lhokseumawe lebih banyak mengikuti pola dan drainase jalan, khususnya di kawasan pusat kota. Kontruksi saluran dibuat
III - 76
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan
dari pasangan bata dan beton, sedangkan dibagian pinggiran lebih banyak dalam bentuk saluran tanah. Menurut survey yang pernah dilakukan, terdapat sekitar 106 km saluran drainase di Kota Lhokseumawe, 37,2 km diantaranya adalah saluran primer dan sekunder, 69,1 km berupa saluran tersier, sebagian besar saluran sudah berdinding pasangan/beton dengan variasi kondisi. Sebagian besar saluran primer merupakan saluran buatan, karena tidak ada sungai yang mengalir di Kota Lhokseumawe. Kondisi drainase saat ini, masih menggunakan sistem gravitasi dan pompa, dimana pada kondisi pasang, kelebihan air hujan dibuang dengan menggunakan pompa. Terdapat 3 sistem pompa masing-masing ada di 3 stasiun pompa (Tando 1, Tando 2 dan Tando 3). Tetapi mulai tahun 2011 sistem pompa akan ditiadakan dengan telah dibangunnya reservoir seluas 60 Ha yang akan mampu menampung banjir akibat hujan.
3.10.5. Peran Serta Masyarakat dan Gender Dalam Pengelolaan Drainase Secara keseluruhan dapat kita katakan bahwa masyarakat kurang peduli terhadap pengelolaan drainase lingkungan. Perilaku masyarakat yang dapat kita amati di wilayah Kota Lhokseumawe adalah masyarakat masih menggunakan drainase sebagai saluran pembuangan sampah. Akibatnya selalu terjadi penyumbatan saluran drainase lingkungan. Kecenderungan yang lainnya adalah sering kali badan drainase digunakan sebagai tempat usaha masyarakat.
3.10.6. Permasalahan Permasalahan yang sering dihadapi adalah terjadinya genangan pada saat musim hujan. Data banjir dan genangan di Kota Lhokseumawe dapat disajikan dalam tabel berikut ini :
III - 77
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan
Tabel 3. 21 Lokasi Genangan di Kota Lhokseumawe No
Lokasi Genangan
Besaran Genangan Luas Tinggi Lama (ha) (cm) (jam)
6
Gampong Kota Lhokseumawe Gampong Keude Aceh dan Simpang Empat Gampong Lancang Garam Gampong Teumpok Teungoh dan Ujung Blang Gampong Kampung Jawa dan Hagu Selatan Gampong Hagu Teungoh
7
Gampong Asan Kareung
25
50
48
8
Gampong Mane Kareung
19
50
48
9
Gampong Rayeuk Kareung
21
80
48
10
Gampong Blang Punteut
28
100
60
11
Gampong Mns.Punteut
16
50
48
12
Gampong Kd.Punteut
7
50
12
13
Gampong Baloy
17
50
12
14
Gampong Blang Teu
15
50
12
15
Gampong Tunong
9
50
12
16
Gampong Ujung Pacu
5
60
12
17
Gampong Cot Trieng
40
50
48
1 2 3 4 5
Frekuensi Kejadian
23
50
3
Setiap Hujan
20
50
3
Setiap Hujan
40
50
5
Setiap Hujan
61
50
3
Setiap Hujan
26
50
5
Setiap Hujan
33
50
12
Setiap Hujan Banjir Kiriman & Saat Pasang Banjir Kiriman & Saat Pasang Banjir Kiriman & Saat Pasang Banjir Kiriman & Saat Pasang Banjir Kiriman & Saat Pasang Banjir Kiriman & Saat Pasang Banjir Kiriman & Saat Pasang Banjir Kiriman & Saat Pasang Banjir Kiriman & Saat Pasang Banjir Kiriman & Saat Pasang Banjir Kiriman & Saat Pasang
III - 78
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan
Gambar 3.1 Peta Jaringan Drainase Kota Lhokseumawe
III - 79
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan
3.11. Penyediaan Air Bersih 3.11.1. Landasan Hukum Undang-Undang Republik Indonesia 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004 Tentang Sumber Daya Air. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia 3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1982 Tentang Pengaturan Air. 4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 1999 Tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Keputusan Menteri Republik Indonesia 2. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1205/Menkes/Per/X/2004 tentang Pedoman Persyaratan Kesehatan Pelayanan Sehat Pakai Air (SPA).
3.11.2. Aspek Kelembagaan Lembaga yang melakukan pelayanan penyediaan air bersih di Kota Lhokseumawe adalah PDAM Tirta Mon Pase cabang Lhokseumawe. 3.11.3. Cakupan Pelayanan Dari data yang tersedia, dapat kita ketahui bahwa pelayanan air bersih dari PDAM di Kota Lhokseumawe hanya mencakup 25% saja dari total penduduk Kota Lhokseumawe. Artinya ada 75% masyarakat lainnya yang belum terjangkau pelayanan PDAM. Tingkat pelayanan yang tentunya cukup rendah. Pemerintah tentunya harus melakukan terobosan yang inovatif untuk terpenuhinya kebutuhan air bersih masyarakat. Cakupan pelayanan PDAM di kota Lhokseumawe dapat kita lihat dari tabel berikut ini : Tabel 3.22 Tingkat Pelayanan PDAM Kota Lhokseumawe
III - 80
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan
No
URAIAN
1 Jumlah Penduduk 2 Penduduk yg menikmati air (jiwa) Persentase (%)
Th 2008
Th 2009
Th 2010
158,760
159,239
161,574
40,194
40,494
41,352
25.32
25.43
3 Jumlah Pelanggan (sambungan) 6,699 6,749 Sumber : PDAM Tirta Mon Pase, Tahun 2010 : BPS TAHUN 2008 (Angka tahun 2010 adalah angka perkiraan)
25.59 6,892
3.11.4. Aspek Teknis dan Operasional Pipa transmisi yang digunakan oleh PDAM ada dua jenis, yaitu jenis PVC dan ACP. Secara umum pipa yang paling banyak adalah pipa PVC dengan berbagai macam ukuran (diameter). Untuk jenis pipa ini penggunaannya dalam sistem jaringan air bersih bahkan telah mencapai 53.480 meter. Sedangkan pipa ACP penggunaannya hanya sepanjang 2.000 meter dan pipa ini telah terpasang sejak tahun 90-an. Tabel 3.23 Pipa Transmisi Air Baku PDAM Pipa Transmisi Air Baku Diameter (mm) Panjang (m) Cabang Lhokseumawe 300 11,466 250 9,300 200 2,500 150 8,779 100 13,445 75 5,746 50 2,244 ACP 200 2,000 Sumber : PDAM Tirta Mon Pase, Tahun 2010 Unit Pelayanan
Jenis Pipa PVC
Kondisi
Pipa lama thn 90-an
3.11.5. Permasalahan Permasalahan umum yang dihadapi oleh instansi penyedia air adalah tingkat kehilangan air. Hal ini dapat terjadi karena berbagai faktor misalnya kebocoran jaringan pipa. Hal ini didukung juga dengan adanya berbagai macam pekerjaan pembangunan yang dampaknya secara langsung maupun tidak langsung menimbulkan kerusakan jaringan pipa PDAM, seperti pembangunan jalan dua jalur dan penggalian berbagai macam kabel bawah tanah. Faktor lainnya yang terjadi adalah kesalahan pembacaan meter air dan terjadinya pencurian air.
III - 81
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan
Tabel 3.24Tingkat Kehilangan Air PDAM No
Unit Pelayanan
1 Cabang Lhokseumawe
2006
Tahun 2007 2008
2009
2010
43,6
46,5
42,3
42,3
45
Sumber : PDAM Tirta Mon Pase, Tahun 2010
III - 82
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan
Tabel 3.25 Identifikasi Permasalahan Teknik N o 1
Indikator Teknik
Indikasi Permasalahan
Sumber air baku dari WTP Krueng Pase
Kualitas air baku tidak baik
Kondisi turbiditi air baku rata-rata berkisar 700 NTU, dan pada saat musim hujan bisa mencapai 3.000 NTU atau lebih
Produksi air tidak optimal
Kemampuan pengolahan instalasi dari desain maksimal turbiditi 500 NTU
Indikasi Akar Masalah
Action Plan Diperlukan bangunan prasedimentasi untuk menurunkan turbiditi air baku
Tingginya turbiditi air baku mengakibatkan produksi terganggu dan tidak optimal sehingga pendistribusian air ke pelanggan terganggu 2
Suplai/ pendistribusian air
Belum meratanya tekanan air
Kondisi pipa jaringan yang terpasang rata-rata berumur diatas 10 tahun Diameter pipa terpasang tidak sesuai lagi dengan kebutuhan saat ini
3
Masih minimnya tingkat pelayanan kepada pelanggan
Diperlukan pemasangan pipa baru dengan ukuran yang sesuai
Masyarakat tidak dapat menikmati layanan air bersih dari PDAM
Tidak tersedianya jaringan pipa distribusi primer, sekunder dan retikulasi
Diperlukan pemasangan jaringan perpipaan untuk wilayah tersebut
Biaya produksi air lebih besar dari biaya penjualan air
Biaya produksi air lebih besar dari biaya penjualan air
Perlu dilakukan review tarif penjualan air minimal full cost recovery
Pendapatan rekening air bulanan masih belum sesuai
Rendahnya tingkat kesadaran masyarakat untuk membayar rekening air PDAM
Perlu dilakukan sosialisasi kepada masyarakat ttg kesadaran pembayaran rekening air tepat waktu serta pentingnya air bersih
3.12. Komponen Sanitasi Lainnya 3.12.1. Penanganan Limbah Medis Menurut Depkes Republik Indonesia berbagai jenis buangan yang dihasilkan rumah sakit dan unit-unit pelayanan kesehatan yang mana dapat membahayakan dan menimbulkan gangguan kesehataan bagi pengunjung, masyarakat terutama petugas III - 83
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan
yang menanganinya disebut sebagai limbah klinis. Limbah klinis berasal dari pelayanan medis, perawatan, gigi, veterinary, farmasi atau yang sejenisnya serta limbah yang dihasilkan rumah sakit pada saat dilakukan perawatan, pengobatan atau penelitian. Berdasarkan potensi bahaya yang ditimbulkannya limbah klinis dapat digolongkan dalam limbah benda tajam, infeksius, jaringan tubuh, citotoksik, farmasi, kimia, radio aktif dan limbah plastik i. Limbah Benda Tajam. Limbah benda tajam adalah obyek atau alat yang memiliki sudut tajam, sisi, ujung atau bagian menonjol yang dapat memotong atau menusuk kulit. Misalnya : jarum hipodermik, perlengkapan intervena, pipet pasteur, pecahan gelas, pisau bedah. Selain itu meliputi benda-benda tajam yang terbuang yang mungkin terkontaminasi oleh darah, cairan tubuh, bahan mikrobiologi, bahan beracun atau radio aktif j. Limbah Infeksius. Limbah infeksius meliputi limbah yang berkaitan dengan pasien yang memerlukan isolasi penyakit menular serta limbah laboratorium yang berkaitan dengan pemeriksaan mikrobiologi dari poliklinik, ruang perawatan dan ruang isolasi penyakit menular. Yang termasuk limbah jenis ini antara lain : sampah mikrobiologis,
produk
sarah
manusia,
benda
tajam,
bangkai
binatang
terkontaminasi, bagian tubuh, sprei, limbah raung isolasi, limbah pembedahan, limbah unit dialisis dan peralatan terkontaminasi ( medical waste ). k. Limbah Jaringan Tubuh. Limbah jaringan tubuh meliputi jaringan tubuh, organ, anggota badan, placenta, darah dan cairan tubuh lain yang dibuang saat pembedahan dan autopsi. Limbah jaringan tubuh tidak memerlukan pengesahan penguburan dan hendaknya dikemas khusus, diberi label dan dibuang ke incinerator. l. Limbah Citotoksik. Limbah citotoksik adalah bahan yang terkontaminasi atau mungkin terkontaminasi dengan obat citotoksik selama peracikan, pengangkutan atau tindakan terapi citotoksik. Limbah yang terdapat limbah citotoksik didalamnya harus dibakar dalam incinerator dengan suhu diatas 1.000°C. m. Limbah Farmasi. Limbah farmasi berasal dari : obat-obatan kadaluwarsa, obatobatan yang terbuang karena batch tidak memenuhi spesifikasi atau telah terkontaminasi, obat-obatan yang terbuang atau dikembalikan oleh pasien, obatobatan yang sudah tidak dipakai lagi karena tidak diperlukan dan limbah hasil produksi obat-obatan.
III - 84
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan
n. Limbah Kimia. Limbah kimia dihasilkan dari penggunaan kimia dalam tindakan medis, vetenary, laboratorium, proses sterilisasi dan riset. Limbah kimia juga meliputi limbah farmasi dan limbah citotoksik. o. Limbah Radio Aktif. Limbah radioaktif adalah bahan yang terkontaminasi dengan radio isotop yang berasal dari penggunaan medis atau riset radionucleida. Asal limbah ini antara lain dari tindakan kedokteran nuklir, radioimmunoassay dan bakteriologis yang daapt berupa padat, cair dan gas. p. Limbah Plastik. Limbah plastik adalah bahan plastik yang dibuang oleh klinik, rumah sakit dan sarana pelayanan kesehatan lain seperti barang-barang dissposable yang terbuat dari plastik dan juga pelapis peralatan dan perlengkapan medis.
Pengelolaan Sampah Medis Pengelolaan sampah medis akan memiliki penerapan pelaksanaan yang berbedabeda antar fasilitas-fasilitas kesehatan, yang umumnya terdiri dari penimbulan, penampungan, pengangkutan, pengolahan dan pembuangan. e. Penimbulan (Pemisahan Dan Pengurangan ). Proses pemilahan dan reduksi sampah hendaknya merupakan proses yang kontinyu yang pelaksanaannya harus mempertimbangkan
:
kelancaran
penanganan
dan
penampungan
sampah,
pengurangan volume dengan perlakuan pemisahan limbah B3 dan non B3 serta menghindari penggunaan bahan kimia B3, pengemasan dan pemberian label yang jelas dari berbagai jenis sampah untuk efisiensi biaya, petugas dan pembuangan. f. Penampungan. Penampungan sampah ini wadah yang memiliki sifat kuat, tidak mudah bocor atau berlumut, terhindar dari sobek atau pecah, mempunyai tutup dan tidak overload. Penampungan dalam pengelolaan sampah medis dilakukan perlakuan standarisasi kantong dan kontainer seperti dengan menggunakan kantong yang bermacam warna seperti telah ditetapkan dalam Permenkes RI no. 986/Men.Kes/Per/1992 dimana kantong berwarna kuning dengan lambang biohazard untuk sampah infeksius, kantong berwarna ungu dengan simbol citotoksik untuk limbah citotoksik, kantong berwarna merah dengan simbol radioaktif untuk limbah radioaktif dan kantong berwarna hitam dengan tulisan “domestik”.
III - 85
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan
g. Pengangkutan. Pengangkutan dibedakan menjadi dua yaitu pengangkutan intenal dan eksternal. Pengangkutan internal berawal dari titik penampungan awal ke tempat pembuangan atau ke incinerator (pengolahan on-site). Dalam pengangkutan internal biasanya digunakan kereta dorong sebagai yang sudah diberi label, dan dibersihkan secara berkala serta petugas pelaksana dilengkapi dengan alat proteksi dan pakaian kerja khusus. Pengangkutan eksternal yaitu pengangkutan sampah medis ketempat pembuangan di luar (off-site). Pengangkutan eksternal memerlukan prosedur pelaksanaan yang tepat dan harus dipatuhi petugas yang terlibat. Prosedur tersebut termasuk memenuhi peraturan angkutan lokal. Sampah medis diangkut dalam kontainer khusus, harus kuat dan tidak bocor. h. Pengolahan dan Pembuangan. Metoda yang digunakan untuk mengolah dan membuang sampah medis tergantung pada faktor-faktor khusus yang sesuai dengan institusi yang berkaitan dengan peraturan yang berlaku dan aspek lingkungan yang berpengaruh terhadap masyarakat. Secara umum penanganan limbah medis di Kota Lhokseumawe di beberapa rumah sakit dapat digambarkan dalam tabel berikut ini : Tabel 3.26 Penanganan Limbah Medis di Kota Lhokseumawe Nama Rumah Sakit RS. Kesrem
RS. Cut Meutia
Jenis Limbah/Sampah a. Limbah Medis Cair b. Limbah Padat Infeksius
Penanganannya - ditampung di septi tank dan bila penuh disedot
Keterangan Limbah Medis Cair = 0,4 L /hari/ bed = 40 L/hari
- dibakar di insenerator, seminggu 2x
Limbah Padat Infeksius = 3,2 kg /hari/bed = 320 Kg/hari
c. Limbah Radioaktif (radiologi)
- diambil pemulung
d. Obat-obast Kadaluarsa
- dikubur di TPA
e. Sampah Domestik
- diangkut petugas kebersihan
a. Limbah Padat Infeksius
- langsung ke TPA tanpa diolah
Insenerator tidak berfungsi
b. Limbah Cair Radioaktif
- ditampung tanpa diolah, diambil oleh pengumpul
Limbah Cair Radioaktif (radiologi) = 20 - 30 L / bulan
c. Limbah Cair Laboratorium
- langsung ke IPAL
d. Limbah Domestik
- langsung ke IPAL
3.12.2. Kondisi Sarana Sanitasi Sekolah dan Dayah (Pesantren) Pada tahun 2009 jumlah sekolah yang ada di Kota Lhokseumawe terdapat 43 sekolah untuk pendidikan pra sekolah (TK), Sekolah Dasar baik negeri maupun swasta
III - 86
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan
sebanyak 58 sekolah, Sekolah Menengah Pertama (SMP) baik negeri ataupun swasta sebanyak 33 sekolah dan Sekolah Menengah Atas (SMA) sebanyak 25 sekolah (negeri dan swasta). Dari hasil survei diketahui bahwa : a. Sebagian besar SD, SMP, SMU yang ada di Kota Lhokseumawe sudah ada toilet guru dan murid. b. Sebagian besar SD, SMP, SMU yang ada di empat kecamatan di Kota Lhokseumawe belum terpisah antara toilet guru (laki-laki dan perempuan) dan murid (laki-laki dan perempuan). c. Ratio jumlah toilet tidak berimbang dengan jumlah murid yang ada di sekolah tersebut. d. Sumber air tersedia cukup baik yang bersumber dari PDAM dan sebagian besar menggunakan sumur gali. Sedangkan untuk SMPN 6 Lhokseumawe di Batuphat Timur air tawar diperoleh dengan membeli per jerigen. e. Yang membersihkan jamban di sekolah umumnya adalah pesuruh sekolah. f. Pengetahuan mengenai Higiene dan Sanitasi belum dimasukkan dalam mata pelajaran Pendidikan Jasmani. g. Umumnya sekolah telah memiliki anggaran untuk pengadaan air bersih, sanitasi dan higiene namun dirasakan masih adanya kekurangan. h. Sampah hanya dikumpulkan di tempat sampah belum ada upaya untuk diadakannya pemilahan dan pengolahan lanjutan dari sampah. i. Air limbah/kotor dari toilet di buang ke dalam septic tank dan air dari kamar mandi dibuang ke saluran drainase. j. Kondisi higiene sekolah umumnya sehat dan bersih. k. Khusus untuk sanitasi di Dayah atau Pesantran, secara umum dari 34 Dayah yang ada di wilayah Kota Lhokseumawe, kondisi sanitasinya masih sangat buruk. Dan ini butuh perhatian dari kita semua.
3.12.3. Kampanye PHBS Perilaku Hidup Bersih dan Sehat adalah salah satu strategi yang dapat ditempuh untuk menghasilkan kemandirian baik pada masyarakat maupun keluarga artinya III - 87
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan
masyarakat mampu berperilaku mencegah timbulnya masalah-masalah dan gangguan kesehatan. Dengan adanya pembinaan dan penyuluhan PHBS diharapkan : f. Meningkatkan pengetahuan masyarakat dalam bidang kesehatan. g. Meningkatkan kemampuan masyarakat dalam pencegahan penyakit dan upaya penyehatan lingkungan. h. Meningkatkan kemampuan dan kemauan masyarakat, institusi untuk melaksanakan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. i. Meningkatkan derajat kesehatan terutama kesehatan ibu, bayi dan balita. j. Meningkatkan kemampuan penyebaran informasi bagi petugas kesehatan. Data kegiatan Promosi Kesehatan di Dinas Kesehatan Kota Lhokseumawe pada tahun 2009 tergambarkan pada tabel berikut ini : Tabel 3.27 Kegiatan Promosi Kesehatan Program PHBS Tahun 2009 No Nama Kegiatan 1 Penyuluhan Pola Hidup bersih Sehat
Rp
Jumlah 10,400,000
2 Peningkatan Pemanfaatan Sarana Kesehatan
Rp
50,500,000
3 Monitoring, Evaluasi, dan Pelaporan
Rp
16,750,000
4 Penyuluhan Kesehatan Reproduksi
Rp
17,725,000
5 Pelaksanaan Kerjasama Bakti Sosial Kesehatan Rp dan Promosi Kesehatan
795,000,000
6 Sosialisasi Masalah Kesehatan
Rp
20,675,000
7 Advokasi Ke Lintas Sektor Terkait
Rp
2,100,000
8 Pengembangan Upaya Kesehatan Bersumber Masyarakat
Rp
24,845,000
9 Pembinaan dan Penilaian Sekolah PHBS
Rp
3,350,000
10 Pengembangan Media Promosi Kesehatan Dan Informasi Sadar Hidup Sehat
Rp
15,700,000
Total Rp
957,045,000
Sumber : Dinas Kesehatan tahun 2010
III - 88
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan
3.13. Pembiayaan Pengelolaan Sanitasi 3.13.1. Perkembangan APBK Untuk melihat perkembangan APBK Lhokseumawe, maka kami akan menyajikan bagaimana perkembangan Target dan Realisasi Pendapatan Kota Lhokseumawe dan Perkembangan Belanja Kota Lhokseumawe dari tahun 2006 s/d 2010. Data target dan realisasi pendapatan sumber datanya berasal dari Penjabaran APBK tahun 2006 s/d 2010 dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana tingkat perkembangan APBK. Sedangkan Perkembangan Total Belanja Kota Lhokseumawe dimaksudkan untuk memberikan gambaran mengenai perkembangan belanja Kota Lhokseumawe dilihat dari aspek Belanja Langsung dan Belanja Tidak Langsung. Untuk lebih jelasnya mengenai perkembangan pendapatan Kota Lhokseumawe dari tahun 2006 s/d 2010 dapat dilihat pada Tabel III.28 berikut ini :
III - 89
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan
TABEL III . 28 RINGKASAN TARGET DAN REALISASI PENDAPATAN KOTA LHOKSEUMAWE PERIODE 2006 - 2010 NO
2006
URAIAN
1 PENDAPATAN A Pendapatan Asli Daerah a. Hasil Pajak Daerah b. Hasil Retribusi Daerah c. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan d. Bagi Laba Usaha Daerah f. Lain-lain PAD yang sah B Dana Perimbangan a. Dana Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak b. Dana Alokasi Umum c. Dana Alokasi Khusus d. Bagi Hasil Pajak dan Bantuan Prov. C Lain-lain Pendapatan Yang Sah
REALISASI
266,798,051,623 15,542,692,042 10,784,360,626 761,725,000
305,363,895,225 19.6 358,124,093,624 365,364,600,791 6.0 19,012,089,077 6.2 20,355,898,777 21,093,748,566 5.8 11,645,356,057 61.3 13,319,663,371 14,149,458,908 67.1 1,072,203,965 5.6 1,596,872,590 1,405,616,365 6.7
50,000,000 3,946,606,416
%
2007 TARGET
TARGET
118,870,548 0.6 6,175,658,507 32.5
386,024,410 5,053,338,406
REALISASI
%
267,154,063 1.3 5,271,519,230 25.0
2008 TARGET
REALISASI
%
2009 TARGET
REALISASI
%
2010 TARGET
396,412,389,700 387,364,219,427 (2.2) 424,283,141,107 378,805,125,027 (99.9) 373,000,227,409 256,051,232 25,404,571,421 20,604,686,381 5.3 25,658,318,385 14,212,385,947 3.8 26,080,980,000 256,051,232 14,878,245,940 13,173,347,226 63.9 14,040,643,385 12,079,457,655 85.0 14,215,130,000 111,048,482 2,228,996,050 2,178,729,500 10.6 2,489,675,000 2,132,928,292 15.0 3,783,350,000 145,002,750 2,240,000,000 6,057,329,431
373,496,344 1.8 0.0 4,879,113,311 23.7
2,540,000,000 6,588,000,000
-
0.0 0.0 0.0
2,540,000,000 5,542,500,000
-
-
248,506,359,581
282,441,088,655 92.5 337,768,194,847 344,270,852,225 94.2
348,205,492,687 345,046,417,664 89.1
381,898,298,138 350,114,528,634 92.4
332,076,427,754
51,397,515,045 168,470,000,000 18,890,000,000 9,748,844,536
65,421,758,597 23.2 84,016,198,873 92,364,728,893 26.8 168,470,000,000 59.6 211,310,000,000 211,310,000,000 61.4 18,890,000,000 6.7 25,703,000,000 24,414,700,000 7.1 29,659,330,058 10.5 16,738,995,974 16,181,423,332 4.7
83,687,065,687 80,527,990,664 23.3 233,315,427,000 233,315,427,000 67.6 31,203,000,000 31,203,000,000 9.0
99,077,112,138 67,293,342,634 19.2 248,522,186,000 248,522,186,000 71.0 34,299,000,000 34,299,000,000 9.8
58,884,567,754 253,964,760,000 19,227,100,000 -
16,726,524,584 14,478,210,446 3.8
14,842,819,655
2,749,000,000
3,910,717,493
1.3
-
-
REALISASI
22,802,325,592
21,713,115,382 5.6
Sumber : Penjabaran APBK Tahun 2006 s/d 2010
III - 90
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan
Dari tabel diatas terlihat bahwa trend nominal pendapatan Kota Lhokseumawe mengalami kenaikan selama 3 tahun terakhir yaitu selama tahun 2006 sampai dengan 2009, namun pada tahun 2010 terjadi penurunan yang drastis dibandingkan dengan tahun 2009, hal ini terjadi disebabkan berkurangnya Dana Perimbangan dari pusat. Kemudian untuk tingkat pertumbuhan pendapatan daerah pada tahun 2007 cukup tinggi yaitu sebesar 19,6% kemudian turun pada tahun 2008 sebesar 6 %, sedangkan pada tahun 2008 terjadi penurunan yang cukup jauh yaitu sebesar -2,2%, kemudian pada tahun 2010 terjadi penurunan sangat drastis tingkat pertumbuhan pendapatan kota yaitu sebesar -99,9%, hal ini dikarenakan pencatatan realisasi baru sampai bulan januari sehingga pertumbuhan belum bisa dihitung secara akurat. Untuk menggambarkan tingkat pertumbuhan pendapatan hanya bisa dilihat dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2009 saja. Selanjutnya untuk lebih jelas mengenai perkembangan Belanja Kota Lhokseumawe dari tahun 2006 s/d 2010 dapat dilihat dalam tabel 3.29 berikut ini : TABEL 3 . 29 TOTAL BELANJA KOTA LHOKSEUMAWE TAHUN 2006 s/d 2010 No
URAIAN
2006 Rp.
1
BELANJA TIDAK LANGSUNG a. Belanja Pegawai b. Belanja Bunga c. Belanja Subsidi d. Belanja Hibah e. Belanja Bantuan Sosial f. Belanja Bagi Hasil kepada Prov/Kab./Desa g. Belanja Bantuan Keuangan h. Belanja Tidak Terduga
2007 ( %)
Rp.
2008 ( %)
Rp.
2009 ( %)
Rp.
2010 ( %)
Rp.
( %)
122,070,296,112 36.02
199,756,568,214 42.94
232,725,158,060 49.05
258,277,127,702 55.02
246,362,829,231 65.86
68,013,130,276 20.07 8,671,433,000 2.56 27,552,277,800 8.13
144,866,627,069 31.14 46,439,941,145 9.98
169,811,379,560 35.79 9,431,631,500 1.99 45,236,947,000 9.53
188,944,872,702 40.25 24,369,600,000 5.19 43,962,655,000 9.37
196,615,658,831 52.56 16,743,720,400 4.48 26,445,850,000 7.07
7,260,444,536 2.14 8,573,010,500 2.53 2,000,000,000 0.59
6,950,000,000 1.49 1,500,000,000 0.32
7,245,200,000 1.53 1,000,000,000 0.21
2 BELANJA LANGSUNG a. Belanja Pegawai b. Barang dan Jasa c. Belanja Modal
216,783,050,511 59,918,067,771 75,743,982,659 81,121,000,081
TOTAL BELANJA
338,853,346,623
63.98 17.68 22.35 23.94
265,391,451,791 46,764,026,366 70,196,989,424 148,430,436,001 465,148,020,005
57.06 10.05 15.09 31.91
1,000,000,000
0.21
241,710,006,270 44,072,193,931 82,078,369,079 115,559,443,260
50.95 211,143,060,731 44.98 9.29 40,007,661,845 8.52 17.30 88,805,913,583 18.92 24.36 82,329,485,303 17.54
474,435,164,330
469,420,188,433
6,057,600,000 500,000,000
1.62 0.13
127,734,445,442 34.14 31,603,068,085 8.45 54,706,720,343 14.62 41,424,657,014 11.07 374,097,274,673
Sumber : Penjabaran APBK Lhokseumawe 2006 s/d 2010
III - 91
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa total belanja Kota Lhokseumawe dari tahun 2006 sampai dengan 2010 sangat berfluktuasi. Pada tahun 2006 total belanja daerah sebesar Rp.338.853.346.623,- dengan pengalokasian untuk belanja tidak langsung sebesar Rp.122.070.296.112,- atau 36,02% dan untuk belanja langsung sebesar Rp.216.783.050.511,- atau sebesar 63,98%. Pada tahun 2007 total belanja Kota Lhokseumawe sebesar Rp.465.148.020.005,- dengan pengalokasian untuk belanja tidak langsung 42,94% atau sebesar Rp.199.756.568.214,- dan untuk belanja langsung sebesar Rp.265.391.451.791,- atau 57,06%. Kondisi dua tahun tersebut (2006 dan 2007) menunjukkan bahwa persentase pengalokasian total belanja lebih didominasi pengalokasiannya untuk belanja langsung. Pada tahun 2008 total belanja Kota Lhokseumawe yang mencapai jumlah sebesar Rp.474.435.164.330,- dan merupakan total belanja tertinggi selama lima tahun terakhir, pengalokasian untuk belanja tidak langsung dan belanja langsung hampir mendekati angka keseimbangan. Jumlah belanja tidak langsung pada tahun tersebut sebesar Rp.232.725.158.060,- atau 49,05% dan jumlah belanja langsung sebesar Rp.241.710.006.270,- atau 50,95%. Selanjutnya tahun 2009 total belanja Kota Lhokseumawe mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun 2008. Total belanja pada tahun 2009 sebesar Rp.469.420.188.433,-, pengalokasian belanja pada tahun tersebut lebih didominasi oleh belanja tidak langsung yaitu sebesar Rp.258.277.127.702,- atau 55,02% dan belanja langsung sebesar Rp.211.143.060.731,- atau 44,98%. Pada tahun 2010 total belanja Kota Lhokseumawe turun sebesar Rp.95.322.913.760,dari tahun 2009. Total belanja belanja pada tahun ini sebesar Rp.374.097.274.673 dan pengalokasiannya sangat didominasi oleh belanja tidak langsung yaitu 65,86% atau sebesar
Rp.246.362.829.231,-
sedangkan
belanja
langsung
hanya
sebesar
Rp.127.734.445.442,- atau 34,14%.
3.13.2. Besaran Pendanaan Sanitasi Pertahun Dalam menganalisa pendanaan sanitasi di Kota Lhokseumawe, maka cara yang dilakukan adalah dengan melakukan pendataan dari dari dinas-dinas yang terkait dengan masalah sanitasi. Di Pemerintahan Kota Lhokseumawe umumnya SKPD yang berkaitan
III - 92
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan
dengan masalah sanitasi adalah Dinas Kesehatan, Dinas Pekerjaan Umum, dan Badan Lingkungan Hidup dan Kebersihan. Dari tiga dinas terkait tersebut kemudian dilakukan penelusuran terhadap program dan kegiatan apa saja yang berkaitan dengan sanitasi. Data mengenai berbagai program dan kegiatan SKPD yang berkaitan dengan sanitasi tergambarkan dalam tabel berikut ini:
III - 93
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan
Tabel 3.30 Rekapitulasi Pendanaan Kegiatan Sanitasi 2007 NO 1
2
3
PROGRAM DAN KEGIATAN
SKPD DINAS KESEHATAN
DINAS PEKERJAAN UMUM
DINAS BLHK
DANA
Program
: PROMOSI KESEHATAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
Kegiatan
: 1.Pengembangan media promosi dan informasi sadar hidup sehat
18,160,000
: 2.Penyuluhan masyarakat pola hidup sehat
39,650,000
Program
: PENGEMBANGAN LINGKUNGAN SEHAT
Kegiatan
: 1. Pengkajian pengembangan lingkungan sehat
9,600,000
: 2. Penyuluhan DBD
3,600,000
: 3. Penyuluhan Malaria
3,600,000
: 4. Penyuluhan Diare
4,200,000
: 5. Penyuluhan Penyakit kusta
3,525,000
Program
: PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT MENULAR
Kegiatan
: 1. Pengadaan alat fogging dan bahan-bahan fogging
20,256,000
: 2. Pelayanan pencegahan dan penaggulangan penyakit menular
7,900,000
: 3. Peningkatan surveilace epidemologi dan penanggulangan wabah
8,700,000
Program
: PEMBANGUNAN SALURAN DRAINASE / GORONG-GORONG
Kegiatan
: 1. Pembangunan saluran air limbah
6,743,546,435
: 2. Pembangunan saluran air limbah (luncuran)
1,007,451,687
Program
: PENGEMBANGAN KINERJA PENGELOLAAN SAMPAH
Kegiatan
: 1. Penyediaan prasarana dan sarana pengelolaan persampahan (DAK)
Program
: PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN PENGRUSAKAN LINGKUNGAN HIDUP
Kegiatan
: 1. Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan (DAK)
Program
: PERLINDUNGAN DAN KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM (DAK)
Kegiatan
: 1. Konservasi sumber daya air & pengendalian kerusakan sumber- sumber air
Program
: NORMALISASI JARINGAN AIR LIMBAH / KOTOR
Kegiatan
: 1. Pengerukan / pembersihan jaringan air limbah / kotor : 2. Pengadaan sapras jaringan air limbah
789,746,211 53,300,000 190,447,500 358,407,125 177,080,000
Total Dana Sanitasi
9,439,169,958
Sumber : Penjabaran APBK Tahun 2007
III - 94
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan
Tabel 3.31 Rekapitulasi Pendanaan Kegiatan Sanitasi 2008 NO 1
2
PROGRAM DAN KEGIATAN
SKPD DINAS KESEHATAN
DINAS PEKERJAAN UMUM
: PENGEMBANGAN LINGKUNGAN SEHAT
Kegiatan
: 1. Pengkajian pengembangan lingkungan sehat
67,800,000
: 2. Penyuluhan Malaria
11,100,000
: 3. Penyuluhan DBD
11,100,000
: 4. Penyuluhan Scabies
11,100,000
: 5. Penyuluhan Diare
21,900,000
: 6. Penyuluhan Penyakit TBC
11,100,000
: 7. Penyuluhan Penyakit Kusta
11,100,000
Program
: PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT MENULAR
Kegiatan
: 1. Penyemprotan/ fogging sarang nyamuk
441,168,000
: 2. Pelayanan pencegahan & penanggulangan penyakit menular
10,800,000
: 3. Pemusnahan/ karantina sumber penyebab penyakit menular
79,480,000
: 4. Peningkatan survelece epidemologi & penanggulangan wabah
43,127,500
Program
: PEMBANGUNAN SALURAN DRAINASE / GORONG-GORONG
Kegiatan
: 1. Pembangunan saluran air limbah
Program Kegiatan
1,969,960,000
PENGEMBANGAN KINERJA PENGELOLAAN AIR MINUM DAM AIR LIMBAH : 1. Pengembangan sistem distribusi air minum (DAK) 2008 : 2. Pembangunan saluran air bersih
Program Kegiatan
3
DINAS BLHK
DANA
Program
318,450,000
PROGRAM LANJUTAN : 1. Pembangunan saluran air limbah
1,122,134,240
: 2. Pembangunan jaringan air bersih
191,985,200
Program
: LINGKUNGAN SEHAT PERUMAHAN
Kegiatan
: 1. Pembangunan jalan lingkungan
Program
: PENGEMBANGAN KINERJA PENGELOLAAN SAMPAH
Kegiatan
: 1. Penyediaan prasarana dan sarana pengelolaan persampahan (DAK)
5,306,941,953
: 2. Bimbingan teknis persampahan Program
: PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN PENGRUSAKAN LINGKUNGAN HIDUP
Kegiatan
: 1. Koordinasi penyusunan AMDAL
Program
: PERLINDUNGAN DAN KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM
Kegiatan
: 1. Konservasi sumber daya air & pengendalian kerusakan sumber- sumber air
151,350,500 50,000,000
: 2. Pemantauan kualitas air sumur penduduk
105,286,956 69,000,000
Program
: NORMALISASI JARINGAN AIR LIMBAH / KOTOR
Kegiatan
: 1. Pengerukan / pembersihan jaringan air limbah / kotor
Program
: PENINGKATAN KUALITAS SDM PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
Kegiatan
: 1. Diklat teknis aparatur pengelolaan lingkungan hidup
Program
148,496,803 50,000,000
: 3. Penyedian sarana prasarana tempat pembuangan akhir
Kegiatan
2,553,100,000
694,452,500 100,000,000
PROGRAM LANJUTAN : 1. Penyediaan sarana prasarana pengelolaan persampahan (DAK) Total Dana Sanitasi
31,500,000 13,582,433,652
Sumber : Penjabaran APBK Tahun 2008
III - 95
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan
Tabel 3.32 Rekapitulasi Pendanaan Kegiatan Sanitasi 2009 NO
PROGRAM DAN KEGIATAN
SKPD
1 DINAS KESEHATAN
Program
: PENGEMBANGAN LINGKUNGAN SEHAT
Kegiatan
: 1. Pengkajian pengembangan lingkungan sehat
Program
: PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT MENULAR
Kegiatan
: 1. Penyemprotan/ fogging sarang nyamuk : 2. Pelayanan pencegahan & penanggulangan penyakit menular
2 DINAS PEKERJAAN UMUM
3 DINAS BLHK
DANA
33,940,000 250,232,000 17,515,000
Program
: PEMBANGUNAN SALURAN DRAINASE / GORONG-GORONG
Kegiatan
: 1. Pembangunan saluran drainase / gorong-gorong
Program
: PENGEMBANGAN KINERJA PENGELOLAAN AIR MINUM DAM AIR LIMBAH
Kegiatan
: 1. Pengembangan sistem distribusi air minum (DAK) 2009
Program
: PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN PENGRUSAKAN LINGKUNGAN HIDUP
Kegiatan
: 1. Kegiatan Pengelolaan B 3 dan Limbah B 3
43,500,000
: 2. Kegiatan Koordinasi Penyusunan AMDAL
55,000,000
: 3. Kegiatan Pembangunan Sisitem Informasi Kualitas lingkungan hidup (DAK)
35,000,000
Program
: PERLINDUNGAN DAN KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM (DAK)
Kegiatan
: 1. Peningkatan konservasi daerah tangkapan air , Sumber, Air (DAK)
Program
: NORMALISASI JARINGAN AIR LIMBAH / KOTOR
Kegiatan
: 1. Pengerukan / pembersihan jaringan air limbah / kotor Total Dana Sanitasi
1,949,858,500 2,702,387,775
13,000,000 93,357,350 5,193,790,625
Sumber : Penjabaran APBK Tahun 2009
III - 96
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan
Tabel 3.33 Rekapitulasi Pendanaan Kegiatan Sanitasi 2010 NO 1
2
PROGRAM DAN KEGIATAN
SKPD DINAS KESEHATAN
DINAS PEKERJAAN UMUM
Program
: PENGEMBANGAN LINGKUNGAN SEHAT
Kegiatan
: 1. Pengkajian pengembangan lingkungan sehat
Program
: PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT MENULAR
Kegiatan
: 1. Penyemprotan/ fogging sarang nyamuk
Program
: PEMBANGUNAN SALURAN DRAINASE / GORONG-GORONG
Kegiatan
: 1. Pembangunan saluran air limbah
Program
: PENGEMBANGAN KINERJA PENGELOLAAN AIR MINUM DAM AIR LIMBAH
Kegiatan
: 1. Kegiatan penyediaan prasarana dan sarana air minum bagi masyarakat berpenghasilan rendah
1,342,983,000
: 2. Pengembangan sistem distribusi air minum (DAK) 2009
1,525,115,301
9,000,000 112,820,000
1,050,712,079
Program
: LANJUTAN
Kegiatan
: 1. Kegiatan Pengembangan Saluran Drainase / Gorong - gorong : 2. Kegiatan Pengembangan Sistem Distribusi Air Minum (DAK 2009)
3
DINAS BLHK
DANA
Program
: LINGKUNGAN SEHAT PERUMAHAN
Kegiatan
: 1. Pembangunan Jalan Lingkungan
Program
: PENGEMBANGAN KINERJA PENGELOLAAN SAMPAH
Kegiatan
: 1. Penyediaan prasarana dan sarana pengelolaan persampahan (DAK)
612,895,000 32,497,400 4,240,551,916
137,606,000
: 2. Bimbingan teknis persampahan
10,000,000
: 3. Kegiatan Sosialisasi kebijakan Pengelolaan Persampahan
10,000,000
: 4. Penyedian sarana prasarana tempat pembuangan akhir
19,071,250
Program
: PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN PENGRUSAKAN LINGKUNGAN HIDUP
Kegiatan
: 1. Kegiatan Koordinasi, Penilaian Kota Sehat / Adipura
27,000,000
: 2. Pengelolaan B 3 dan Limbah B 3
28,000,000
: 3. Koordinasi Penyusunan AMDAL
37,500,000
Program
: PERLINDUNGAN DAN KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM (DAK)
Kegiatan
: 1. Konservasi Sumber daya Air dan pengendalian Kerusakan sumber- sumber air (DAK)
Program
: NORMALISASI JARINGAN AIR LIMBAH / KOTOR
Kegiatan
: 1. Pengerukan / pembersihan jaringan air limbah / kotor Total Dana Sanitasi
25,101,250 213,425,000 9,434,278,196
Sumber : Penjabaran APBK Tahun 2010
III - 97
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan
Dari tabel diatas maka kita dapat mengetahui perkembangan pembiayaan sanitasi di Kota Lhokseumawe dari tahun 2007 – 2010. Pada tahun 2007 Dana Sanitasi yang terdapat pada tiga SKPD berjumlah Rp 9.439.169.958,- yang terakomodir dalam 8 program dan 17 kegiatan. Pada tahun 2008 terjadi peningkatan dana sanitasi kota. Total dana yang terakomidir dalam SKPD berjumlah Rp 13.582.433.652,-. Artinya terjadi peningkatan dana sebesar Rp 4.143.263.694,- atau terjadi peningkatan sebesar 30.50% anggaran sanitasi. Perkembangan ini ditunjukkan dengan jumlah program yang mencapai 12 Program dan 26 Kegiatan. Pada tahun 2009 terjadi penurunan yang sangat signifikan terhadap dana sanitasi. Anggaran Sanitasi Kota Lhokseumawe hanya Rp 5.193.790.625,- yang terdistribusikan dalam 7 Program dan 10 Kegiatan. Artinya terjadi penurunan sebanyak 161.51%. Pada tahun 2010, Anggaran Sanitasi terjadi peningkatan sebesar Rp 4.240.487.471 atau 44,95%, di mana total dana sanitasi berkembang menjadi Rp 9.434.278.196. Secara keseluruhan dapat kita ketahui bahwa Dana Sanitasi di Kota Lhokseumawe terjadi perubahan yang sangat fluktuatif.
3.13.3. Besaran Realisasi dan Potensi Pendapatan Layanan Sanitasi Dalam dokumen laporan realisasi DPKAD Kota Lhokseumawe, tercatat hanya 1 jenis retribusi yang berkaitan dengan layanan sanitasi yaitu Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan. Data mengenai tingkat realisasi dari jenis retribusi ini disajikan dalam tabel berikut ini : Tabel 3.34 Target dan Realisasi Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan di Kota Lhokseumawe Ret.Pelayanan Persampahan/ Kebersihan Rasio Target Realisasi Efektivitas 2006 30,250,000 43,000,000 142.15 2007 60,000,000 43,236,000 72.06 2008 97,500,000 105,622,000 108.33 2009 122,000,000 134,630,000 110.35 2010 172,000,000 12,720,000 7.40 Sumber : Realisasi DPKAD 2006 s/d 2010 (data diolah) Tahun
Dari tabel diatas terlihat bahwa retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan mempunyai tingkat rasio efektivitas yang cukup baik. Tingkat realisasi dari retribusi ini pada tahun 2006 sebesar 142,15%. Pada tahun 2006 tingkat penerimaan retribusi
III - 98
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan
mencapai Rp 43.000.000,- dari target yang hanya Rp 30.250.000,-. Tingkat pencapaian yang kurang efektif terjadi pada tahun 2007 dengan target yang diinginkan adalah Rp 60.000.000,- namun pencapainnya hanya mampu menyentuh angka Rp 43.236.000,saja sehingga angka rasio efektivitas hanya 72,06 %. Pada tahun 2008 rasio efektivitasnya mencapai 108,33% dan tahun 2009 sebesar 110,35%. Dari dua tahun tersebut menunjukkan bahwa angka realisasi diatas angka target retribusi yang telah direncanakan. Dengan pencapaian yang cukup efektif tersebut, maka retribusi ini dapat lebih dioptimalkan untuk menunjang tingkat Pendapatan Asli Daerah Kota Lhokseumawe di masa yang akan datang. Tabel 3.35 Kontribusi Retribusi Pelayanan Persampahan / Kebersihan Terhadap Keseluruhan Retribusi di Kota Lhokseumawe Tahun
Realisasi Retribusi Persampahan
Realisasi Total Retribusi Kota Lhokseumawe
Persentase
2006
43,000,000
1,283,297,960
3.35
2007
43,236,000
1,405,616,865
3.08
2008
105,622,000
2,178,729,500
4.85
2009
134,630,000
2,132,928,292
6.31
2010
12,720,000
145,002,750
8.77
Sumber : Realisasi DPKAD 2006 s/d 2010 (data diolah)
Dari pemasukan retribusi ini terhadap total penerimaan retribusi setiap tahunnya di Pemerintah Kota Lhokseumawe, jelas terlihat bahwa memberikan kontribusi yang cukup berarti pemasukan Pendapatan Asli Daerah. Pada tahun 2006 retribusi ini memberikan kontribusi sebesar 3.35% dari total jumlah retribusi sejumlha Rp 1.283.297.960,-. Namun pada tahun 2007 terjadi penurunan kontribusi terjadi total retribusi menjadi 3.08 %. Pada tahun 2008 dan 2009 kecenderungan yang terjadi adalah terjadinya peningkatan kontribusi Retribusi Pelayanan Persampahan / Kebersihan terhadap total Retribusi Kota Lhokseumawe. Tahun 2008 kontribusi yang diberikan adalah 4.85% dan tahun 2009 terjadi peningkatan kontribusi yang mencapau angka 6.31% dari total retribusi yang mencapai angka Rp 2.132.928.292,-. Tentunya dengan data tersebut dapat kita pahami adalah bahwa Retribusi Pelayanan Persampahan / Kebersihan dapat dikembangkan atau digali lebih mendalam guna menunjang pencapaian PAD yang lebih baik. Masih banyak potensi yang dapat menjadi sumber pemasukan kas daerah, apabila pihak-pihak terkait mampu melakukan analisa lebih III - 99
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan
mendalam terhadap segala potensi dan permasalahan dalam upaya menaikkan kontribusi retribusi ini.
3.13.4. Besaran Pendanaan Sanitasi Perkapita Besarnya biaya pembangunan sanitasi perkapita dihitung dengan menghitung berapa besar dana sanitasi setiap tahunnya dibagi dengan jumlah penduduk. Tabel 3.36 Besaran Pendanaan Sanitasi di Kota Lhokseumawe No
Tahun
Dana Sanitasi
Jumlah Penduduk
Pendanaan Sanitasi Perkapita
1
2007
Rp
9,439,169,958
158,169
Rp
59,678
2
2008
Rp
13,582,433,652
158,760
Rp
85,553
3
2009
Rp
5,193,790,625
159,239
Rp
32,616
4 2010 Rp 9,434,278,196 161,574 Rp Sumber : Hasil Analisis 2010 * Jumlah Penduduk tahun 2010 merupakan data perkiraan
58,390
Dari tabel diatas jelas tergambarkan bagaimana perkembangan pendanaan sanitasi per kapita di Kota Lhokseumawe. Pada tahun 2007 dana sanitasi sebesar Rp 9.349.169.958 dengan jumlah penduduk mencapai 158.169 jiwa, maka pendanaan sanitasi perkapita sebesar Rp 59.678. Pada tahun 2008 terjadi peningkatan dana sanitasi perkapita. Data menunjukkan bahwa pada tahun 2008, Pemerintah Kota Lhokseumawe mempunyai anggaran sanitasi sebesar Rp 13.582.433.652. Hal ini berdampak pada terjadinya peningkatan dana sanitasi perkapita menjadi Rp 85.553. Namun pada tahun 2009, angka pendanaan sanitasi per kapita di Kota Lhokseumawe adalah Rp 32.616. Pada tahun 2009 angka ini adalah angka terendah dari angka pendanaan sanitasi perkapita. Tahun 2010, Pemerintah Kota Lhokseumawe meningkatkan anggaran bidang sanitasi per kapita menjadi Rp 58.390.
III - 100