BAB II EKSPLORASI ISU BISNIS
2.1 Kerangka Konseptual 2.1.1 Pembentukan dan Klasifikasi Batubara Batu bara terbentuk dari sisa tumbuhan purba yang mengendap yang selanjutnya berubah bentuk akibat proses fisika dan kimia yang berlangsung selama jutaan tahun. Oleh karena itu, batu bara termasuk dalam kategori bahan bakar fosil [Imam Budi Rahardjo, 2006 :1]. Dalam proses tersebut, material tumbuhan yang tersendimentasi terkena suhu dan tekanan yang tinggi. Suhu dan tekanan yang tinggi tersebut menyebabkan tumbuhan tersebut mengalami proses perubahan fisika dan kimiawi dan mengubah tumbuhan tersebut menjadi gambut dan kemudian batu bara. Mutu dari setiap endapan batu bara ditentukan oleh suhu dan tekanan serta lama waktu pembentukan,yang disebut sebagai ‘maturitas organik’. Proses awalnya gambut berubah menjadi lignite (batubara muda) atau ‘brown coal (batubara coklat)’ – Ini adalah batu bara dengan jenis maturitas organik rendah. Dibandingkan dengan batu bara jenis lainnya, batubara muda agak lembut dan warnanya bervariasi dari hitam pekat sampai kecoklat-coklatan. Mendapat pengaruh suhu dan tekanan yang terus menerus selama jutaan tahun, batu bara muda mengalami perubahan yang secara bertahap menambah maturitas organiknya dan mengubah batubara muda menjadi batu bara ‘sub-bitumen’. Perubahan kimiawi dan fisika terus berlangsung hingga batu bara menjadi lebih keras dan warnanya lebih hitam dan membentuk ‘bitumen’ atau ‘antrasit’.Dalam kondisi yang tepat, penigkatan maturitas organik yang semakin tinggi terus berlangsung hingga membentuk antrasit. Antrasit adalah batu bara dengan 5
mutu yang paling baik dan dengan demikian memiliki kandungan karbon dan energi yang lebih tinggi serta tingkat kelembaban yang lebih rendah. Tingkat perubahan yang dialami batu bara, dari gambut hingga menjadi antrasit – disebut sebagai pengarangan – memiliki hubungan yang penting dan hubungan tersebut disebut sebagai ‘tingkat mutu’ batu bara.Batu bara dengan mutu yang rendah, seperti batubara muda dan sub-bitumen biasanya lebih lembut dengan materi yang rapuh dan berwarna suram seperti tanah. Baru bara muda memiliki tingkat kelembaban yang tinggi dan kandungan karbon yang rendah, dan dengan demikian kandungan energinya rendah.Batu bara dengan mutu yang lebih tinggi umumnya lebih keras dan kuat dan seringkali berwarna hitam cemerlang seperti kaca. Batu bara dengan mutu yang lebih tinggi memiliki kandungan karbon yang lebih banyak, tingkat kelembaban yang lebih rendah dan menghasilkan energi yang lebih banyak. Klasifikasi
batu
bara
berdasarkan
tingkat
pembatubaraan
biasanya
dimaksudkan untuk menentukan tujuan pemanfaatannya. Misalnya, batu bara bintuminus banyak digunakan untuk bahan bakar pembangkit listrik, pada industri baja atau genteng serta industri semen (batu bara termal atau steam coal). Adapun batu bara antrasit digunakan untuk proses sintering bijih mineral, proses pembuatan elektroda listrik, pembakaran batu gamping, dan untuk pembuatan briket tanpa asap [Imam Budi Rahardjo, 2006 :2]. Tipe batu bara berdasarkan tingkat pembatubaraan ini dapat dikelompokkan sebagai berikut : a. Lignite : disebut juga batu bara muda. Merupakan tingkat terendah dari batu bara, berupa batu bara yang sangat lunak dan mengandung air 70% dari beratnya. Batu bara ini berwarna hitam, sangat rapuh, nilai kalor rendah dengan kandungan karbon yang sangat sedikit, kandungan abu dan sulfur
6
yang banyak. Batu bara jenis ini dijual secara eksklusif sebagai bahan bakar untuk pembangkit listrik tenaga uap (PLTU). b. Sub-Bituminous : karakteristiknya berada di antara batu bara lignite dan bituminous, terutama digunakan sebagai bahan bakar untuk PLTU. Subbituminous coal mengandung sedikit carbon dan banyak air, dan oleh karenanya menjadi sumber panas yang tidak efisien. c. Bituminous : batu bara yang tebal, biasanya berwarna hitam mengkilat, terkadang cokelat tua. Bituminous coal mengandung 68 – 86% karbon dari beratnya dengan kandungan abu dan sulfur yang sedikit. Umumnya dipakai untuk PLTU, tapi dalam jumlah besar juga dipakai untuk pemanas dan aplikasi sumber tenaga dalam industri dengan membentuknya menjadi kokasresidu karbon berbentuk padat. d. Anthracite : peringkat teratas batu bara, biasanya dipakai untuk bahan pemanas ruangan di rumah dan perkantoran. Anthracite coal berbentuk padat (dense), batu-keras dengan warna jet-black berkilauan (luster) metallic, mengandung antara 86% - 98% karbon dari beratnya, terbakar lambat, dengan batasan nyala api biru (pale blue flame) dengan sedikit sekali asap. Klasifikasi jenis dan mutu batubara menurut jenis batuan dapat dilihat pada gambar 2.1.
7
Gambar 2.1 Jenis Batuan Batubara1
2.1.2 Sumber Daya Batubara Jumlah batubara yang dapat ditemukan di suatu endapan atau tambang batubara disebut sebagai cadangan batubara. Ini tidak termasuk kelayakan penambangan batubara secara ekonomis. Cadangan batubara dapat ditentukan menjadi cadangan yang telah terbukti atau terukur (proven resources) dan cadangan yang diperkirakan atau yang terindikasi (indicated resources). Cadangan yang diperkirakan memiliki tingkat keyakinan yang lebih rendah daripada cadangan yang telah terbukti.
1 The
coal resource, 2004
8
Suatu cadangan batubara tidak hanya dipertimbangkan untuk sekedar dapat ditambang namun juga harus dapat ditambang secara ekonomis. Hal ini berarti termasuk mempertimbangkan teknologi pertambangan saat ini yang dapat digunakan dan tingkat ekonomis dari penambangan batubara. Cadangan batu bara ditemukan melalui kegiatan eksplorasi. Proses tersebut biasanya mencakup pembuatan peta geologi dari daerah yang bersangkutan, kemudian melakukan survei geokimia dan geofisika, yang dilanjutkan dengan pengeboran eksplorasi. Proses demikian memungkinkan diperolehnya gambaran yang tepat dari daerah yang akan ditambang. Sumber daya batubara (Coal Resources) adalah bagian dari endapan batubara yang diharapkan dapat dimanfaatkan. Sumber daya batu bara ini dibagi dalam kelaskelas sumber daya berdasarkan tingkat keyakinan geologi yang ditentukan secara kualitatif oleh kondisi geologi/tingkat kompleksitas dan secara kuantitatif oleh jarak titik informasi. Sumberdaya ini dapat meningkat menjadi cadangan apabila setelah dilakukan kajian kelayakan dinyatakan layak. Cadangan batubara (Coal Reserves) adalah bagian dari sumber daya batubara yang telah diketahui dimensi, sebaran kuantitas, dan kualitasnya, yang pada saat pengkajian kelayakan dinyatakan layak untuk ditambang. Klasifikasi sumber daya dan cadangan batubara didasarkan pada tingkat keyakinan geologi dan kajian kelayakan. Pengelompokan tersebut mengandung dua aspek, yaitu aspek geologi dan aspek ekonomi.
9
1. Sumber Daya Batubara Hipotetik (Hypothetical Coal Resource) Sumber daya batu bara hipotetik adalah batu bara di daerah penyelidikan atau bagian dari daerah penyelidikan, yang dihitung berdasarkan data yang memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan untuk tahap penyelidikan survei tinjau. Sejumlah kelas sumber daya yang belum ditemukan yang sama dengan cadangan batubara yg diharapkan mungkin ada di daerah atau wilayah batubara yang sama dibawah kondisi geologi atau perluasan dari sumberdaya batubara tereka. Pada umumnya, sumberdaya berada pada daerah dimana titik-titik sampling dan pengukuran serat bukti untuk ketebalan dan keberadaan batubara diambil dari distant outcrops, pertambangan, lubang-lubang galian, serta sumur-sumur. Jika eksplorasi menyatakan bahwa kebenaran dari hipotesis sumberdaya dan mengungkapkan informasi yg cukup tentang kualitasnya, jumlah serta rank, maka mereka akan di klasifikasikan kembali sebagai sumber daya teridentifikasi (identified resources). 2. Sumber Daya Batubara Tereka (inferred Coal Resource) Sumber daya batu bara tereka adalah jumlah batu bara di daerah penyelidikan atau bagian dari daerah penyelidikan, yang dihitung berdasarkan data yang memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan untuk tahap penyelidikan prospeksi. Titik pengamatan mempunyai jarak yang cukup jauh sehingga penilaian dari sumber daya tidak dapat diandalkan. Daerah sumber daya ini ditentukan dari proyeksi ketebalan dan tanah penutup, rank, dan kualitas data dari titik pengukuran dan sampling berdasarkan bukti geologi dalam daerah antara 1,2 km – 4,8 km. termasuk antrasit dan bituminus dengan ketebalan 35 cm atau lebih, sub bituminus dengan ketebalan 75 cm atau lebih, lignit dengan ketebalan 150 cm atau lebih.
10
3. Sumber Daya Batubara Tertunjuk (Indicated Coal Resource) Sumber daya batu bara tertunjuk adalah jumlah batu bara di daerah penyelidikan atau bagian dari daerah penyelidikan, yang dihitung berdasarkan data yang memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan untuk tahap eksplorasi pendahuluan. Densitas dan kualitas titik pengamatan cukup untuk melakukan penafsiran secara relistik dari ketebalan, kualitas, kedalaman, dan jumlah insitu batubara dan dengan alasan sumber daya yang ditafsir tidak akan mempunyai variasi yang cukup besar jika eksplorasi yang lebih detail dilakukan. Daerah sumber daya ini ditentukan dari proyeksi ketebalan dan tanah penutup, rank, dan kualitas data dari titik pengukuran dan sampling berdasarkan bukti gteologi dalam daerah antara 0,4 km – 1,2 km. termasuk antrasit dan bituminus dengan ketebalan 35 cm atau lebih, sib bituminus dengan ketebalan 75 cm atau lebih, lignit dengan ketebalan 150 cm. 4. Sumber Daya Batubara Terukur (Measured Coal Resourced) Sumber daya batu bara terukur adalah jumlah batu bara di daerah peyelidikan atau bagian dari daerah penyelidikan, yang dihitung berdasarkan data yang memenuhi syarat–syarat yang ditetapkan untuk tahap eksplorasi rinci. Densitas dan kualitas titik pengamatan cukup untuk diandalkan untuk melakukan penafsiran ketebalan batubara, kualitas, kedalaman, dan jumlah batubara insitu. Daerah sumber daya ini ditentukan dari proyeksi ketebalan dan tanah penutup, rank, dan kualitas data dari titik pengukuran dan sampling berdasarkan bukti geologi dalam radius 0,4 km. Termasuk antrasit dan bituminus dengan ketebalan 35 cm atau lebih, sub bituminus dengan ketebalan 75 cm atau lebih, lignit dengan ketebalan 150 cm.
11
2.1.3 Metode Penghitungan Sumberdaya Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk menghitung sumberdaya batubara di daerah penelitian. Pemakaian metode disesuaikan dengan kualitas data, jenis data yang diperoleh, dan kondisi lapangan serta metode penambangan (misalnya sudut penambangan). Karena data yang digunakan dalam penghitungan hanya berupa data singkapan, maka metode yang digunakan untuk penghitungan sumber daya daerah penelitian adalah metode Circular (USGS) seperti yang ditunjukkan pada gambar dibawah ini.
Gambar 2.2 Aturan Penghitungan Sumberdaya Batubara dengan Metode Circular (USGS) 12
Penghitungan sumber daya batubara menurut USGS dapat dihitung dengan rumus : Tonnase batubara = A x B x C, dimana A = bobot ketebalan rata-rata batubara dalam inci, feet, cm atau meter B = berat batubara per stuan volume yang sesuai atau metric ton. C = area batubara dalam acre atau hektar Kemiringan lapisan batubara juga memberikan pengaruh dalam perhitungan sumber daya batubara. Bila lapisan batubara memiliki kemiringan yang berbeda-beda, maka perhitungan dilakukan secara terpisah. 1.
Kemiringan 00 – 100 Perhitungan Tonase dilakukan langsung dengan menggunakan rumus Tonnase = ketebalan batubara x berat jenis batubara x area batubara
2.
Kemiringan 100 – 300 Untuk kemiringan 100 – 300, tonase batubara harus dibagi dengan nilai cosinus kemiringan lapisan batubara.
3.
Kemiringan > 300 Untuk kemiringan > 300, tonase batubara dikali dengan nilai cosinus kemiringan lapisan batubara.
2.1.4 Parameter Kualitas Batubara Secara umum, parameter kualitas batubara yang sering digunakan adalah kalori, kadar kelembaban, kandungan zat terbang, kadar abu, kadar karbon, kadar sulfur, ukuran, dan tingkat ketergerusan, di samping parameter lain seperti analisis unsur yang terdapat dalam abu (SiO2, Al2O3, P2O5, Fe2O3, dll), analisis komposisi
13
sulfur (pyritic sulfur, sulfate sulfur, organic sulfur), dan titik leleh abu (ash fusion temperature). Mengambil contoh pembangkit listrik tenaga uap batubara, pengaruhpengaruh parameter di atas terhadap peralatan pembangkitan listrik adalah sebagai berikut: 1. Kalori (Calorific Value atau CV, satuan cal/gr atau kcal/kg) CV sangat berpengaruh terhadap pengoperasian pulveriser/mill, pipa batubara, dan windbox, serta burner. Semakin tinggi CV maka aliran batubara setiap jam-nya semakin rendah sehingga kecepatan coal feeder harus disesuaikan. Untuk batubara dengan kadar kelembaban dan tingkat ketergerusan yang sama, maka dengan CV yang tinggi menyebabkan pulveriser akan beroperasi di bawah kapasitas normalnya (menurut desain), atau dengan kata lain operating ratio-nya menjadi lebih rendah. 2. Kadar kelembaban (Moisture, satuan persen) Hasil analisis untuk kelembaban terbagi menjadi free moisture (FM) dan inherent moisture (IM). Adapun jumlah dari keduanya disebut dengan total moisture (TM). Kadar kelembaban mempengaruhi jumlah pemakaian udara primernya. Batubara berkadar kelembaban tinggi akan membutuhkan udara primer lebih banyak untuk mengeringkan batubara tersebut pada suhu yang ditetapkan oleh output pulveriser. 3. Zat terbang (Volatile Matter atau VM, satuan persen) Kandungan VM mempengaruhi kesempurnaan pembakaran dan intensitas api. Penilaian tersebut didasarkan pada rasio atau perbandingan antara kandungan karbon (fixed carbon) dengan zat terbang, yang disebut dengan rasio bahan bakar (fuel ratio). Semakin tinggi nilai fuel ratio maka jumlah karbon di dalam batubara yang tidak terbakar juga semakin banyak. Jika perbandingan tersebut nilainya lebih dari 1.2, 14
maka pengapian akan kurang bagus sehingga mengakibatkan kecepatan pembakaran menurun. 4. Kadar abu (Ash content, satuan persen) Kandungan abu akan terbawa bersama gas pembakaran melalui ruang bakar dan daerah konversi dalam bentuk abu terbang (fly ash) yang jumlahnya mencapai 80 persen dan abu dasar sebanyak 20 persen. Semakin tinggi kadar abu, secara umum akan mempengaruhi tingkat pengotoran (fouling), keausan, dan korosi peralatan yang dilalui. 5. Kadar karbon (Fixed Carbon atau FC, satuan persen) Nilai kadar karbon diperoleh melalui pengurangan angka 100 dengan jumlah kadar air (kelembaban), kadar abu, dan jumlah zat terbang. Nilai ini semakin bertambah seiring dengan tingkat pembatubaraan. Kadar karbon dan jumlah zat terbang digunakan sebagai perhitungan untuk menilai kualitas bahan bakar, yaitu berupa nilai fuel ratio sebagaimana dijelaskan di atas. 6. Kadar sulfur (Sulfur content, satuan persen) Kandungan sulfur dalam batubara terbagi dalam pyritic sulfur, sulfate sulfur, dan organic sulfur. Namun secara umum, penilaian kandungan sulfur dalam batubara dinyatakan dalam Total Sulfur (TS). Kandungan sulfur berpengaruh terhadap tingkat korosi sisi dingin yang terjadi pada elemen pemanas udara, terutama apabila suhu kerja lebih rendah dari pada titik embun sulfur, di samping berpengaruh terhadap efektivitas penangkapan abu pada peralatan electrostatic precipitator. 7. Ukuran (Coal size) Ukuran butir batubara dibatasi pada rentang butir halus (pulverized coal atau dust coal) dan butir kasar (lump coal). Butir paling halus untuk ukuran maksimum 3 milimeter, sedangkan butir paling kasar sampai dengan ukuran 50 milimeter. 15
8. Tingkat ketergerusan (Hardgrove Grindability Index atau HGI) Kinerja pulveriser atau mill dirancang pada nilai HGI tertentu. Untuk HGI lebih rendah, kapasitasnya harus beroperasi lebih rendah dari nilai standarnya pula untuk menghasilkan tingkat kehalusan (fineness) yang sama. 2.1.5 Penentuan Kualitas Batubara Kualitas batubara adalah sifat fisika dan kimia dari batubara yang mempengaruhi potensi kegunaannya. Kualitas batubara ditentukan oleh maseral dan mineral matter penyusunnya, serta oleh derajat coalification (rank). Umumnya, untuk menentukan kualitas batubara dilakukan analisa kimia pada batubara yang diantaranya berupa analisis proksimat dan analisis ultimat. Analisis proksimat dilakukan untuk menentukan jumlah air (moisture), zat terbang (volatile matter), karbon padat (fixed carbon), dan kadar abu (ash), sedangkan analisis ultimat dilakukan untuk menentukan kandungan unsur kimia pada batubara seperti : karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen, sulfur, unsur tambahan dan juga unsur jarang. Kualitas batubara ditentukan dengan analisis batubara di laboraturium, diantaranya adalah analisis proksimat dan analisis ultimat. Analisis proksimat dilakukan untuk menentukan jumlah air, zat terbang, karbon padat, dan kadar abu, sedangkan analisis ultimat dilakukan untuk menentukan kandungan unsur kimia pada batubara seperti : karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen, sulfur, unsur tambahan dan juga unsur jarang. Kualitas batubara ini diperlukan untuk menentukan apakah batubara tersebut menguntungkan untuk ditambang selain dilihat dari besarnya cadangan batubara di daerah penelitian. Untuk menentukan jenis batubara, digunakan klasifikasi American Society for Testing and Material (ASTM). Klasifikasi ini dibuat berdasarkan jumlah karbon padat dan nilai kalori dalam basis dry, mineral matter free (dmmf). Untuk mengubah
16
basis air dried (adb) menjadi dry, mineral matter free (dmmf) maka digunakan Parr Formulas.2 Dry, Mm-free FC
= (FC-0.15S)/{100-(M+1.08A+0.55S)}*100
Dry, Mm-free VM
= 100-Dry,Mm-free FC
Moist, Mm-free Btu = (Btu-50S)/{100-(1.08A+0.55S)}*100 dimana : FC = % karbon padat (adb) VM = % zat terbang (adb) M = % air total (adb) A = % Abu (adb) S = % sulfur (adb) Btu = british termal unit = 1,8185*CV adb Secara umum, klasifikasi batubara berdasarkan jenis batuannya memiliki parameter seperti ditunjukkan pada table 2.1 Tabel 2.1 Klasifikasi batubara berdasarkan tingkatnya (ASTM, 1981)
Class
Group
Fixed Carbon
Volatile Matter
,% , dmmf
Limits, % , dmmf (mmmf)
Equal or Greater Than
I Anthracite*
2
1.Meta-anthracite
98
2.Anthracite
92
Less
Greater
Than Than
Equal
2
Equal or Less
or Less Greater Than 2
98
Calorific Value Limits BTU per pound
Than
Than
Agglomerating Character nonagglomerating
8
American Society for Testing and Materials (ASTM), http://www.astm.com/Standard/index.shtml
17
3.SemianthraciteC 1.Low volatile bituminous coal 2.Medium volatile bituminous coal 3.High volatile A II Bituminous
bituminous coal 4.High volatile B bituminous coal 5.High volatile C
86
92
8
14
78
86
14
22
69
78
22
31
69
31
14000D
commonly
13000D 14000
11500
13000
10500
11500
1.Subbituminous A coal
10500
11500
2.Subbituminous B coal
9500
10500
3.Subbituminous C coal
8300
9500
1.Lignite A
6300
8300
bituminous coal
agglomerating
agglomerating
III Subbituminous
nonagglomerating
IV. Lignite 1.Lignite B
6300
Contoh hasil analisis batubara3
3
Fariz Tirasonjaya, kualitas batubara, http://ilmubatubara.wordpress.com/2006/09/23/kualitasbatubara/
18
Tabel 2.2 Contoh hasil analisis batubara (ASTM, 1981)
2.1.6 Proses Penambangan Batubara Cadangan batubara biasanya terletak pada kedalaman 80 – 400 m dari permukaan tanah bergantung pada lamanya batubara tersebut tersendimentasi. Semakin dalam maka batuan batubara semakin tua dan memiliki nilai kalori yang semakin tinggi. Lokasi dan kondisi cadangan batubara dalam tanah secara umum diperlihatkan pada Gambar 2.3 dimana batubara tersebut membentuk suatu jalur seperti aliran sungai.
19
Gambar 2.3 Kondisi geologi cadangan batubara Secara umum terdapat dua metode penambangan batubara yaitu tambang bawah tanah dan tambang permukaan Pemilihan metode penambangan sangat ditentukan oleh unsur geologi endapan batubara. 1. Tambang Bawah Tanah Ada dua metode tambang bawah tanah: tambang room-and-pillar dan tambang longwall. Dalam tambang room-and-pillar, endapan batu bara ditambang dengan memotong jaringan ‘ruang’ kedalam lapisan batubara dan membiarkan ‘pilar’ batubara untuk menyangga atap tambang. Pilar-pilar tersebut dapat memiliki kandungan batubara lebih dari 40% – walaupun batu bara tersebut dapat ditambang pada tahapan selanjutnya. Penambangan batubara tersebut dapat dilakukan dengan cara yang disebut retreat mining (penambangan mundur), dimana batubara diambil dari pilar-pilar tersebut pada saat para penambang kembali ke atas. Atap tambang kemudian dibiarkan ambruk dan tambang tersebut ditinggalkan. 20
Tambang longwall mencakup penambangan batu bara secara penuh dari suatu bagian lapisan atau ‘muka’ dengan menggunakan gunting-gunting mekanis. Tambang longwall harus dilakukan dengan membuat perencanaan yang hati-hati untuk memastikan
adanya
geologi
yang
mendukung
sebelum
dimulai
kegiatan
penambangan. Kedalaman permukaan batubara bervariasi di kedalaman 100-350m. Penyangga yang dapat bergerak maju secara otomatis dan digerakkan secara hidrolik sementara menyangga atap tambang selama pengambilan batu bara. Setelah batubara diambil dari daerah tersebut, atap tambang dibiarkan ambruk. Lebih dari 75% endapan batubara dapat diambil dari panil batubara yang dapat memanjang sejauh 3 km pada lapisan batu bara. Keuntungan utama dari tambang room–and-pillar daripada tambang longwall adalah, tambang room-and-pillar dapat mulai memproduksi batu bara jauh lebih cepat, dengan menggunakan peralatan bergerak dengan biaya kurang dari 5 juta dolar (peralatan tambang longwall dapat mencapai 50 juta dolar). Pemilihan teknik penambangan ditentukan oleh kondisi tapaknya namun selalu didasari oleh pertimbangan ekonomisnya; perbedaan-perbedaan yang ada bahkan dalam satu tambang dapat mengarah pada digunakannya kedua metode penambangan tersebut.
21
2. Tambang Terbuka
Gambar 2.4 Sistem Tambang Terbuka PT. Berau Coal Tambang Terbuka – juga disebut tambang permukaan– hanya memiliki nilai ekonomis apabila lapisan batubara berada dekat dengan permukaan tanah. Metode tambang terbuka memberikan proporsi endapan batubara yang lebih banyak daripada tambang bawah tanah karena seluruh lapisan batu bara dapat dieksploitasi – 90% atau lebih dari batu bara dapat diambil. Tambang terbuka yang besar dapat meliputi daerah berkilo-kilo meter persegi dan menggunakan banyak alat yang besar, termasuk: dragline (katrol penarik) seperti ditunjukkan pada Gambar 2.4, yang memindahkan batuan permukaan; power shovel (sekop hidrolik); truk-truk besar, yang mengangkut batuan permukaan dan batu bara; bucket wheel excavator (mobil penggali serok); dan ban berjalan.
22
Gambar 2.5 Tambang Terbuka dengan Sistem Katrol Penarik (Dragline) Batuan permukaan yang terdiri dari tanah dan batuan dipisahkan pertama kali dengan bahan peledak; batuan permukaan tersebut kemudian diangkut dengan menggunakan katrol penarik atau dengan sekop dan truk. Setelah lapisan batu bara terlihat, lapisan batu bara tersebut digali, dipecahkan kemudian ditambang secara sistematis dalam bentuk jalur-jalur. Kemudian batubara dimuat ke dalam truk besar atau ban berjalan untuk diangkut ke pabrik pengolahan batubara atau langsung ke tempat dimana batubara tersebut akan digunakan.
23
2.1.7 Pengolahan Batubara Batu bara yang langsung diambil dari bawah tanah, disebut batubara tertambang runof-mine (ROM), seringkali memiliki kandungan campuran yang tidak diinginkan seperti batu dan lumpur dan berbentuk pecahan dengan berbagai ukuran. Namun demikian pengguna batu bara membutuhkan batu bara dengan mutu yang konsisten. Pengolahan batu bara – juga disebut pencucian batu bara (“coal benification” atau“coal washing”) mengarah pada penanganan batubara tertambang (ROM Coal) untuk menjamin mutu yang konsisten dan kesesuaian dengan kebutuhan pengguna akhir tertentu. Pengolahan tersebut tergantung pada kandungan batubara dan tujuan penggunaannya. Batu bara tersebut mungkin hanya memerlukan pemecahan sederhana atau mungkin memerlukan proses pengolahan yang kompleks untuk mengurangi kandungan campuran. Untuk menghilangkan kandungan campuran, batubara terambang mentah dipecahkan dan kemudian dipisahkan ke dalam pecahan dalam berbagai ukuran. Pecahan-pecahan yang lebih besar biasanya diolah dengan menggunakan metode ‘pemisahan media padatan’. Dalam proses demikian, batubara dipisahkan dari kandungan campuran lainnya dengan diapungkan dalam suatu tangki berisi cairan dengan gravitasi tertentu, biasanya suatu bahan berbentuk magnetit tanah halus. Setelah batubara menjadi ringan, batubara tersebut akan mengapung dan dapat dipisahkan, sementara batuan dan kandungan campuran lainnya yang lebih berat akan tenggelam dan dibuang sebagai limbah. Pecahan yang lebih kecil diolah dengan melakukan sejumlah cara, biasanya berdasarkan perbedaan kepadatannya seperti dalam mesin sentrifugal. Mesin sentrifugal adalah mesin yang memutar suatu wadah dengan sangat cepat, sehingga memisahkan benda padat dan benda cair yang berada di dalam wadah
24
tersebut. Metode alternatif menggunakan kandungan permukaan yang berbeda dari batubara dan limbah. Dalam ‘pengapungan berbuih’, partikel-partikel batubara dipisahkan dalam buih yang dihasilkan oleh udara yang ditiupkan ke dalam rendaman air yang mengandung reagent kimia. Buih-buih tersebut akan menarik batubara tapi tidak menarik limbah dan kemudian buih-buih tersebut dibuang untuk mendapatkan batubara halus. Perkembangan teknolologi belakangan ini telah membantu meningkatkan perolehan materi batubara yang sangat baik. 2.1.8 Pengangkutan batubara Cara pengangkutan batu bara ke tempat batu bara tersebut akan digunakan tergantung pada jaraknya. Untuk jarak dekat, batu bara umumnya diangkut dengan menggunakan ban berjalan atau truk. Untuk jarak yang lebih jauh di dalam pasar dalam negeri,batu bara diangkut dengan menggunakan kereta api atau tongkang atau dengan alternatif lain dimana batu bara dicampur dengan air untuk membentuk bubur batu dan diangkut melalui jaringan pipa. Kapal laut umumnya digunakan untuk pengakutan internasional dalam ukuran berkisar dari Handymax(40-60,000 DWT), Panamax (6080,000 DWT) hingga capesize (100-200,000 DWT)
25
Gambar 2.6 Transportasi Darat Batubara Menggunakan Truk
Gambar 2.7 Transportasi Melalui Sungai Menggunakan Tongkang 26
2.2 Analisis Situasi Bisnis 2.2.1 Review industri batubara di Indonesia Salah satu faktor pendorong pesatnya perkembangan industri batubara di Indonesia adalah karena posisi cadangan mineral batubara di Indonesia terdapat di lapisan tanah yang tidak terlalu dalam sehingga dapat ditambang secara terbuka (open pit mining method). Disamping itu, yang menarik perhatian para investor adalah karena pada umumnya lokasi cadangan batubara di Indonesia terletak di dekat sungai atau pantai sehingga dimungkinkan melakukan pengangkutan batubara melewati jalur sungai dengan ongkos yang relatif murah. Meski tergolong masih ‘baru’, industri batubara Indonesia memperlihatkan pertumbuhan yang terus meningkat. Produksinya mengalami peningkatan yang tajam. Kemampuan menembus pasar ekspor maupun memenuhi kebutuhan dalam negeri terus bertambah. Padahal, dibanding negara lain industri batubara Indonesia
belakangan berkembangnya yakni dimulai sekitar akhir tahun 1980-an. Gambar 2.8 Produksi, Konsumsi dan Ekspor Batubara Indonesia4
4
Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, 2007.
27
Data dari departemen ESDM menunjukan kapasitas produksi batubara nasional terus meningkat setiap tahunnya. Selama tahun 2007 produksi batubara mencapai 174 juta ton. Sebesar 140 juta ton untuk memenuhi pasar ekspor dan 34 juta ton untuk memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri. Angka ini jauh lebih besar jika dibandingkan dengan kondisi tahun 1996. Saat itu produksi batubara sekitar 12,1 juta ton, sebesar 9,7 juta ton untuk ekspor dan 3,3 juta ton untuk kebutuhan domestik. Berdasarkan data dari World Coal Institute pada tahun 2007 volume pengapalan batubara dalam perdagangan internasional mencapai 508 juta ton. Dari jumlah tersebut kontribusi batubara asal Indonesia mencapai 21 %. Sedang jika untuk perdagangan kawasan Asia batubara Indonesia memiliki kontribusi sebesar 36%5. Pada tahun 2010 produksi batubara diperkirakan akan mencapai lebih dari 240 juta ton dimana sebesar 150 juta ton diantaranya untuk memenuhi pasar ekspor. Sedang untuk kebutuhan dalam negeri mulai tahun 2009 akan meningkat tajam menjadi sekitar 75 juta ton dengan adanya program pembangunan PLTU 10 ribu MW. Namun pertumbuhan yang terus meningkat itu akan memiliki konsekuensi persoalan dan tantangan yang tidak ringan. Antara lain masalah kepastian investasi dengan adanya pemberlakuan UU minerba yang baru, masalah transportasi serta penanganan produksi yang menurun jika curah hujan tinggi.
5
Departemen ESDM 2007, http://www1.esdm.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=507&Itemid=94
28
2.2.2 Harga batubara Faktor utama cerahnya prospek industri batubara adalah dari harga per unit energi batubara yang lebih murah daripada minyak. Unit konversi satuan energi yang sering digunakan adalah british thermal unit (BTU). Berdasarkan perhitungan pada Bloomberg charts (gambar), minyak bumi pada harga nominal 109 US$ per barrel adalah setara dengan US$ 18,9 / mbtu. Sementara batubara pada harga nominal US$ 87 / ton setara dengan 3,6 US$ / mbtu.
Gambar 2.9 Indeks Harga Batubara Berdasarkan perhitungan tersebut terdapat disparitas harga per unit energi yang cukup signifikan sehingga batubara lebih diminati sebagai sumber energi yang pada akhirnya menyebabkan naiknya permintaan akan batubara. Selain adanya disparitas harga per unit energi tingginya harga batubara juga didorong oleh tingginya permintaan batubara oleh negara – negara yang industrinya berkembang pesat terutama China dan India. Tingginya laju permintaan dibanding 29
laju produksi telah membuat industri batubara menjadi supplier market karena sulitnya mendapat pasokan batubara. Besarnya disparitas harga dan ketimpangan supply and demand ini membuat harga batubara bergerak semakin tinggi yang membuat industri batubara memiliki prospek yang cerah. Selama dua faktor tersebut tidak berubah, maka harga batubara akan tetap bertahan tinggi. 2.2.3 Industri pertambangan batubara Batubara sebagai suatu industri pertambangan memiliki struktur yang saling terkait mulai dari kegiatan tahapan prospeksi, eksplorasi, evaluasi, eksploitasi, transportasi sampai dengan pemasaran seperti ditunjukan pada gambar 2.9 dibawah ini.
Exploration
Proving
Planning
Survey indicated resources
Sample drilling / digging
Selection of mining method and facility requirement. Design and Engineering
Marketing
Transport and distribution
Mining Process
Opening and Developing Mining Site
Gambar 2.10 Skema tahapan kegiatan dalam industri pertambangan6
Secara umum aliran kegiatan industri pertambangan dimulai dengan tahapan prospeksi yang kemudian dilanjutkan dengan eksplorasi. Tahapan ini mempunyai resiko yang sangat tinggi (high risk), karena berhubungan dengan resiko geologi.
6
Mining Business Industry, “risk trough mining industry” 1997, http://www.mines.edu/library/ reference/ endnotestart.html
30
Pada saat memasuki tahapan pre-studi kelayakan (prefeasibility study) sampai dengan tahapan studi kelayakan (feasibility study), resiko kegagalan mulai mengecil. Setelah studi kelayakan dilakukan, barulah produksi (penambangan) dapat mulai dilakukan dengan terlebih dahulu melakukan perencanaan metode penambangan. Setelah material hasil penambangan diperoleh selanjutnya material tersebut diproses untuk mencapai kriteria yang diinginkan kemudian di angkut dengan metode transportasi tertentu untuk dijual ke pasar. Dari sejumlah tahapan tersebut dapat diketahui bahwa industri pertambangan memiliki karakteristik •
Memiliki resiko yang tinggi (high risk)
•
Capital Intensive
•
Price Taker
•
Remote Location
•
Finite Life (depleted mineral resources)
Menurut Sandiaga Uno, Dalam melakukan investasi di bidang pertambangan, faktor –faktor yang menjadi pertimbangan investor antara lain : •
Prospektif Geologi
•
Ketersediaan Infrastruktur komunikasi), energi.
•
Ketersediaan Tenaga Kerja
•
Stabilitas Politik
•
Kepastian investasi - Competitive Regulatory Regime (easy to understand &
-
akses
transportasi,
utility
(listrik,
air,
simple, transparent, be stable over time, provide fair sharing for both investor and government) Disamping terdapatnya mineable resources yang memadai, faktor – faktor diataslah yang pada dasarnya lebih menentukan kelayakan investasi pada industri 31
tambang batubara, karena mata rantai inilah yang membuat batubara menjadi berguna sebagai sumber energi. Pada intinya, Potential resources alone doesn’t attract investor.
2.2.4 Pelaku Industri Batubara Pihak yang terlibat dalam industri batubara serta peranannya di ilustrasikan oleh gambar 2.11
Pajak /
Pemerintah /
Fee / Bagi
Pemili k KP
Perjanjian Karya Pengusahaan Penambangan Batubara (PKP2B)
Pengelola Tambang /
Hak Mengelola
Transportasi Darat Stockpile ke loading
Transportasi Sungai Loading port ke mother vessel
Transportasi Sungai Loading port ke mother vessel
Transportasi Laut mother vessel ke destination
Gambar 2.11 Pelaku Industri Batubara 32
2.2.5 Supply Chain Batubara Aliran batubara dari semenjak ditambang hingga sampai kepada pembeli / pengguna diilustrasikan pada gambar 2.11. Tambang Batubara
Stock Pile
Stock Room
Truck Tronton
Truck Tronton
Loading Point
Truck PS 30 T
Mother Vessel / Tongkang Laut
Tongkang Sungai 300 ft / 8000 ton
Gambar 2.12 Supply Chain Batubara Setelah ditambang, Batubara ROM di kumpulkan di stock room yang berada di areal tambang. Selanjutnya batubara bawa ke stockpile untuk di proses dan dihaluskan oleh crushing plant agar memenuhi kriteria yang di inginkan. Di stockpile juga dilakukan blending . Setelah itu, batubara di angkut oleh truk engkel ke pelabuhan muat batubara.pada tahap ini proses transportasi batubara diasuransikan dan di hitung kalorinya Pelabuhan muat ini merupakan pelabuhan sungai dimana batubara di muat kedalam tongkang sungai yang rata-rata berukuran 300 ft. proses pemuatan ini dapat menggunakan truk maupun conveyor belt. Dari pelabuhan sungai, batubara ditransportasikan menuju laut dengan waktu tempuh bervariasi antara 2 hingga 20 jam. Dalam proses transportasi ini batubara juga diasuransikan jumlah dan kualitasnya. Setelah sampai di tempat berlabuh vessel, batubara di muat ke dalam vessel menggunakan crane.
33
2.2.6 Peraturan Industri Pertambangan di Indonesia Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B ) Investor, baik asing maupun domestik yang berminat untuk melakukan investasi pertambangan batubara wajib mengantongi perjanjian karya pengusahaan pertambangan batubara atau lazim disebut KP (kuasa pertambangan) dari pemerintah yang mengatur tata laksana kegiatan pertambangan batubara. Untuk dapat memiliki KP, investor harus mengajukan permohonan izin PKP2B / CCoW (Coal contract of Work) pada pemerintah c.q Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral yang meliputi KP eksplorasi dan eksploitasi. Proses untuk mendapatkan KP dibagi dua berdasarkan perusahaan domestic dan perusahaan asing. Untuk perusahaan domestik, langkah-langkah pengajuan KP adalah : 1. mengisi formulir permohonan PKP2B pada departemen ESDM disertai dengan salinan peta geologi daerah yang akan di tambang, akta pendirian perusahaan, laporan keuangan yang telah di audit 3 tahun terakhir, laporan pajak tahun terakhir, dan security deposit. 2. Menteri ESDM mengeluarkan izin prinsip atas KP yang diajukan 3. KP akan diperiksa oleh direktorat teknik 4. Departemen ESDM mengeluarkan izin KP menyeluruh 5. pemohon membayar sewa lahan (dead rent) sebesar 0.1 US$ / hektar. 6. Izin KP dikeluarkan oleh pemerintah kabupaten (bupati) tempat lokasi tambang atas rekomendasi dari departemen ESDM. Adapun proses pengajuan KP bagi perusahaan asing adalah sebagai berikut :
34
1. Pemohon mengajukan peta geologi tambang yang available untuk kegiatan pertambangan kepada Departemen ESDM dengan biaya saat ini adalah Rp.100.000,- (non refundable) 2. Departemen ESDM akan menyediakan peta geologi daerah penambangan dan mengalokasikan daerah tertentu untuk bagi pemohon sesuai permintaan pemohon. Proses ini dikenakan biaya Rp.10.000.000,- (non refundable) 3. Berdasarkan daerah yang dialokasikan, pemohon mengajukan permohonan kontrak karya penambangan pada departemen ESDM. Untuk tambang batubara luas maksimum adalah 100 ribu hektar dengan biaya Rp.10.000,- per hektar (refundable) Syarat dokumen untuk mengajukan KP diantaranya : •
Peta daerah tambang yang dialokasikan bagi pemohon
•
Bukti pembayaran peta tambang
•
Salinan hasil audit laporan keuangan perusahaan 3 tahun terakhir
•
Power of Attorney yang mewakili perusahaan
•
MoU jika pemohon lebih dari satu pihak
•
Bukti pembayaran pajak tahun terakhir (untuk perusahaan indonesia)
4. Departemen ESDM akan melakukan assessment terhadap pemohon untuk kemudian mengeluarkan izin prinsip bagi pemohon. 5. Sementara menunggu izin prinsip keluar, pemohon dapat mengajukan izin survey awal terhadap daerah yang dialokasikan. Izin survey berlaku satu tahun dan dapat diperpanjang. Bagi perusahaan asing, dikenakan biaya US$ 5 per hektar (refundable)
35
6. Jika permohonan KP pemohon disetujui, maka departemen ESDM akan menegosiasikan draft KP tersebut dengan pemohon selanjutnya draft tersebut di bawa ke DPR untuk konsultasi lalu salinan draft tersebut diserahkan ke Bdan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) 7. Dari hasil konsultasi, DPR akan mengeluarkan rekomendasi bagi presiden terhadap persetujuan kontrak karya yang bersangkutan. BKPM juga memberikan rekomendasi pada presiden terhadap kontrak karya tersebut. 8. Bila presiden setuju, maka kontrak karya tersebut ditandatangani bersama oleh Departemen ESDM dan pemohon. 9. Semenjak era otonomi daerah, izin KP dikeluarkan oleh bupati atas rekomendasi departemen ESDM. Biaya-biaya yang dikeluarkan pada tahap pengajuan kontrak dan survey dapat di golongkan sebagai pengeluaran perusahaan dan mengurangi pajak. Adapun jenis-jenis KP bagi perusahaan pertambangan yaitu : Jenis KP
Masa Berlaku (tahun)
Perpanjangan (tahun)
Survey
1
1
Eksplorasi
2
2
Studi Kelayakan
1
1
Konstruksi
3
-
Produksi
30
20
Saat ini ketentuan dalam PKP2B mengacu pada UU no.11 tahun 1967. namun sejak 2005 telah dibahas RUU baru mengenai pertambangan mineral dan batubara (RUU Minerba) yang akan menggantikan UU no.11 tahun 1967.
36
Adapun perubahan penting dalam RUU Minerba yang berkaitan dengan batubara antara lain : 1. Masa Berlaku KP KP Eksplorasi : 7 tahun KP Produksi : 20 tahun (dapat diperpanjang maksimum 2 x 10 tahun) 2. Pertambangan Rakyat menjadi legal dengan izin tambang selama 5 tahun 3. Izin khusus pertambangan (untuk penggalian dalam) untuk batubara adalah 7 tahun 4. Area KP Perusahaan : •
Eksplorasi : 50.000 Ha
•
Eksploitasi : 25.000 Ha
Individu Æ Eksploitasi : 1 Ha Koperasi Æ Eksploitasi : 10 Ha 5. Terdapat wilayah pencadangan Negara yang hanya dapat ditambang oleh pihak Negara (BUMN). 6. Diaktifkannya DMO (domestic market obligation). Perusahaan tambang batubara diwajibkan untuk memenuhi kebutuhan pasar domestik terlebih dahulu sebelum menjual batubara ke luar negeri. Kebijakan ini ditempuh untuk mengamankan pasokan batubara dalam negeri. Besarnya DMO ditentukan oleh pemerintah. 7. Kontrak penjualan batubara dengan durasi lebih dari 3 tahun memerlukan persetujuan pemerintah 8. Harga batubara harus berada dalam kisaran harga yang ditentukan pemerintah. 37
Selama masa produksi, perusahaan pemegang KP diwajibkan untuk membuat laporan berikut pada Departemen ESDM : 1. Laporan 2 mingguan 2. Laporan bulanan 3. Laporan per quartal mengenai proses dan progress produksi 4. Laporan tahunan 5. Laporan lain terkait kewajiban terhadap departemen lain. Saat ini selain UU no.11 tahun 1967, banyak peraturan yang mengatur mengenai pengusahaan tambang batubara seperti ditunjukkan pada gambar 2.12 dibawah ini : UU Sumber Daya Air
UU 23 / 1997
UU 11 / 1967 PP 75 / 2001
UU 30 /
UU 1/ 1967 UU 6 / 1968 Jo. UU 11 / 1970 Jo UU 12 /
UU 5 / 1998 UU
UU 23 / 1997
INDUSTRI PERTAMBANGAN
UU 1 / 1995 UU 40 /
UU 13 / 2003
UU 22 / 1999 Jo UU 32 /
UU 5/ 1960 RUU Agraria
UU 24 / 1992
UU 28 / 2007
UU 41 1999 Jo UU 19 /
Gambar 2.13 Peraturan yang mengatur industri tambang batubara di Indonesia 38
Aturan yang melingkupi industri pertambangan batubara saat ini dinilai oleh investor tumpang tindih. Terdapat peraturan yang tidak sesuai antara peraturan di tingkat pemerintah pusat dengan peraturan daerah. Permasalahan aturan yang tidak sesuai juga terjadi antar departemen seperti antara departemen kehutanan dan departemen ESDM. 2.2.7 Aturan Pajak 1. Royalti Royalti / bagian pemerintah pada industri batubara menurut UU No.11 Tahun 1967 adalah 13.5 % dari jumlah produksi atau harga jual batubara. Untuk kemudahan, saat ini pemerintah mengamanatkan penjualan batubara bagian pemerintah pada perusahaan dan uangnya di setor ke pemerintah. Namun isu kekurangan pasokan membuat opsi ini berubah dan perusahaan wajib menyetor 13.5 % dari hasil produksinya ke pemerintah.
2. Pajak Pendapatan / Income Tax Rezim perpajakan yang berlaku di Indonesia untuk perusahaan tambang batubara menganut sistem pajak progresif dengan ketentuan : 1. Rp.25 juta pertama dikenakan pajak sebesar 10% 2. Rp.25 juta – Rp.50 selanjutnya dikenakan pajak sebesar 15% 3. Sisa pendapatan setelah dikurangi Rp.75 juta dikenakan pajak 30%
39
3. Depresiasi Depresiasi untuk fixed asset dari perusahaan diatur menurut ketentuan dibawah ini : Asset
Life time
Depreciation Rates Straight Line
Declining Balance
Non building or intangible asset Golongan 1
2 tahun
50 %
100 %
Golongan 2
4 tahun
25 %
50 %
Golongan 3
8 tahun
12.5 %
25 %
Golongan 4
10 tahun
10 %
20 %
Permanen
20 tahun
10 %
-
Non Permanen
10 tahun
20 %
-
Building
Keterangan : •
Golongan 1 Termasuk furnitur dan perlengkapan yang terbuat dari kayu / rotan, peralatan kerja, peralatan dapur, dan mesin untuk industri makanan dan minuman.
•
Golongan 2 Termasuk furnitur dan perlengkapan yang terbuat dari logam, AC, Komputer, Printer, Scanner, Mobil, Truk, Kontainer, Peralatan ringan konstruksi, Kendaraan berat, , Tug & Barges, dan peralatan telekomunikasi.
•
Golongan 3
40
Mesin mesin dan peralatan pertambangan seperti crushing plant, conveyor, dan heavy equipment (bulldozer, Excavator, Shovel, Compactor, Motor Grader), dock dan vessel (Tug & Barges). •
Golongan 4 Peralatan berat konstruksi, kereta, jalan kereta, heavy vessel (handymax, panamax & capsize) dan pelabuhan laut.
4. Amortisasi Akun – akun yang dapat diamortisasi menurut peraturan perpajakan Indonesia yang berlaku untuk industri pertambangan antara lain intangible assets, paten, konsesi tambang, ongkos sewa, termasuk seluruh pengeluaran pra-produksi.
2.3 Metode Analisa Investasi7 Merencanakan investasi adalah proses pengalokasian dana oleh perusahaan ke dalam suatu proyek dengan maksud untuk memberi kepastian akan profitabilitas dan pertumbuhannya. Analisa investasi pada kasus ini diartikan sebagai suatu penggunaan sumber daya kapital yang diharapkan akan meningkatkan aktiva perusahaan. Di lain pihak, investasi akan memberikan harapan suatu pengembalian tertentu. Keputusan yang berkenaan dengan suatu rencana harus mencerminkan keputusan yang rasional.
7
penulisan pada bagian metode analisa investasi ini disadur dari proyek akhir MBA-ITB dengan judul “S tra teg i In vestasi Penambangan Pig I ron D engan Ta rg et Pa sar PT. Kraka tau S tee l” o leh Syahr ij a l Har taj i pad a h a la ma n 30 – 40 .
41
Gambar 2.148. Fungsi Investasi Untuk itu diperlukan suatu cara dan standard yang sistematis yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Oleh karena itu, kelayakan suatu proyek atau investasi ditentukan dari beberapa aspek yaitu aspek teknologi dan operasi, aspek pemasaran, aspek manajemen dan operasi, aspek legal dan lingkungan, serta aspek keuangan. Dari aspek keuangan, suatu proyek dapat dinyatakan layak apabila dapat memenuhi berbagai persyaratan berikut: 1. Payback period Biasanya dibandingkan terhadap suatu jangka waktu pengembalian investasi yang berlaku umum dalam suatu bidang usaha, biasanya terkait dengan karakteristik usaha yang bersangkutan. Dalam hal ini payback period harus lebih kecil dibandingkan dengan umur tambang. 2. NPV lebih besar atau sama dengan nol 3. IRR lebih besar daripada discount rate atau cost of capital. 4. ROI lebih besar daripada ROI minimum yang telah ditetapkan.
8
Syahrizal Hartaji, “S tra teg i In vesta s i Penambangan Pig I ron D engan Ta rg et Pa sar PT. Kraka tau S teel”, Proyek Akh ir MBA-I TB, 2007.
42
2.3.1 Weighted Average Cost of Capital (WACC) Merupakan hurdle rate atau discount rate. WACC menggambarkan tingkat resiko perusahaan berdasarkan bisnisnya. Pada kasus PT.BIMA, berinvestasi di perusahaan pertambangan bijih besi lebih beresiko daripada berinvestasi di U.S. bond. Jadi, WACC dari perusahaan pertambangan bijih besi akan lebih tinggi dibandingkan dengan WACC dari bond. Nilai WACC dihitung dengan melihat returns of securities (e.g., stocks dan bonds) dengan resiko yang mirip dengan salah satu perusahaan yang dievaluasi. Rumus untuk menentukan discount rate atau WACC adalah sebagai berikut:
WACC =
(Cost of debt x debt ) + (Cost of equity x equity ) Total assets
Umumnya, cost of debt yang dipakai di Indonesia adalah suku bunga pinjaman bank (i loan), sedangkan untuk cost of equity menggunakan suku bunga deposito (i deposito). WACC dapat memperhitungkan resiko yang dimiliki suatu investasi, dan digunakan pada perhitungan NPV sebagai discount rate. Selain itu, WACC dijadikan sebagai pembanding terhadap IRR, apabila IRR lebih besar dari WACC maka NPV yang dihasilkan akan positif atau dengan kata lain layak. Sebaliknya, jika IRR lebih kecil dari WACC, maka NPV suatu proyek akan bernilai negative. 2.3.2 Payback Period
Payback Period didefinisikan sebagai lamanya waktu yang dibutuhkan untuk mengembalikan investasi awal melalui cash flow yang dihasilkan oleh investasi tersebut. Payback Period ini tidak boleh melebihi target maksimum payback period suatu investasi yang sudah ditetapkan. Apabila ada dua atau lebih proyek yang bersifat mutually exclusive (salah satu yang dipilih), maka proyek dengan payback period yang terpendek yang dipilih.
43
Payback Period adalah sebuah alat yang mudah digunakan dan dimengerti tetapi memiliki kekurangan yaitu tidak memperhitungkan time value of money. Payback Period dihitung dengan membandingkan benefit tiap tahun dari sebuah investasi dengan jumlah initial investment: ⎡ n −1 ⎤ ⎛ 1 ⎞ PP = (n – 1) + ⎢1 − ∑ An ⎥ ⎜ ⎟ 1 ⎣ ⎦ ⎝ An ⎠
2)
dimana : PP
= payback period, tahun
I
= Investasi, $
An
= aliran dana masuk pada tahun n, $
n
= jangka waktu pengembalian ditambah satu , tahun
Keuntungan dari Payback Periode
Metode payback period merupakan alat keuangan yang sederhana dan secara luas digunakan untuk mengevaluasi nilai investasi. Payback period juga memberikan indikasi level resiko dari sebuah proyek dengan memisahkan proyek yang membutuhkan waktu pengembalian initial investment yang pendek dan proyek yang membutuhkan waktu pengembalian initial investment yang panjang. Perusahaan menggunakan metode Payback Period sebagai alat penyaringan awal untuk menentukan keuntungan dari suatu investasi. Jika investasi tidak dapat dikembalikan dalam jangka waktu maksimal yang telah ditentukan maka proyek tersebut ditolak dan tidak dilakukan analisis lanjutan. Metode ini berguna ketika dikombinasikan dengan alat analisis keuangan lain seperti Net Present Value (NPV).
44
Kekurangan dari Payback Period
Metode ini sangat popular dalam departemen keuangan meskipun memiliki kekurangan. Berikut ini merupakan kekurangan dari Payback Period: 1. Timing of Cash Flows Metodologi payback period mengabaikan benefits yang terjadi setelah breakeven point. Penyederhanaan ini dapat menyebabkan masalah ketika proyek memiliki payback period yang sama tetapi salah satu memiliki cash flows yang lebih besar setelah break-even point. Sebagai akibatnya, metode ini tidak mengestimasi secara akurat nilai proyek yang benefitnya terjadi setelah biaya initial investment costs dibayar. Perhitungan payback period memperlakukan secara khusus proyek-proyek yang memiliki positive cash flows yang lebih awal. Hal ini menjadi masalah untuk proyek-proyek yang membutuhkan waktu yang lama untuk memperoleh profit. 2. Risks and Time Value of Money Metode ini tidak memperhatikan resiko dan time value of money. Dan juga tidak melibatkan discounting dan opportunity cost of capital. Bagaimanapun juga, perhitungan Payback Period masih dapat berguna untuk membandingkan proyekproyek yang memiliki resiko yang sama. 2.3.3 Net Present Value (NPV)
Net Present Value (NPV) dari sebuah proyek atau investasi didefinisikan sebagai penjumlahan nilai sekarang dari expected cash flow dikurangi dengan initial investment. Expected cash flow merupakan free cash flow yang dihasilkan dari investment setiap tahun selama umur proyek. Nilai cash flow ini didiskontokan atau disesuaikan dengan time value of money.
45
Suatu proyek dapat dinyatakan layak apabila net cash inflows, setelah memperhitungkan time value of money melebihi cost suatu proyek. NPV merupakan salah satu alat evaluasi keuangan yang paling akurat untuk mengestimasi nilai suatu investasi. Net present value (NPV) menggunakan discount rate untuk mengurangi expected free cash flows dan terminal value dari suatu proyek. Tujuan dari perhitungan NPV adalah untuk menentukan nilai yang dihasilkan dari investasi. Perhitungan NPV membutuhkan tiga langkah. Langkah pertama adalah mengidentifikasikan besar dan waktu dari expected future cash flow yang dihasilkan oleh suatu proyek atau investasi. Langkah kedua adalah menentukan discount rate atau estimated rate of return untuk suatu proyek. Langkah ketiga adalah menghitung NPV dengan menggunakan rumus di bawah ini : n
NPV =
( B )t ∑ t t = 0 (1 + i )
n
-
(C )t
∑ (1 + i) t =0
2) t
Dimana : NPV = net present value, $ (B)t
= aliran dana masuk tahun ke-t, $
(C)t
= aliran dana keluar tahun ke-t, $
n
= umur tambang, tahun
i
= discount rate, %
t
= waktu, tahun
Penjelasan istilah : •
Initial Investment. Merupakan investasi yang dibuat pada awal suatu proyek. Nilai ini biasanya negative karena kebanyakan proyek merupakan cash outflow. Initial investment dapat berupa equipment, software licensing fees, dan startup costs. 46
•
Cash Flow. Cash Flow yang digunakan merupakan Expected Free Cash Flow. Expected Free Cash Flow merupakan nilai cash flow yang tersedia setelah dikurangi cash outflows.
•
Rate of Return (r). Rate of return merupakan discount rate, interest rate, hurdle rate, atau company cost of capital. Rate of return yang digunakan dalam hal ini adalah Weighted Average Cost of Capital (WACC) yang merupakan hurdle rate atau discount rate.
•
Time (t). Merupakan jumlah tahun yang menggambarkan umur proyek.
Perusahaan sebaiknya berinvestasi pada sebuah proyek jika NPV lebih besar atau sama dengan nol. Jika NPV lebih kecil dari nol, proyek tidak akan memberikan keuntungan finansial yang cukup untuk menutupi investasi. Secara teori, perusahaan akan memilih semua proyek yang memiliki NPV yang positif. Akan tetapi, karena keterbatasan modal, perusahaan biasanya menerapkan konsep yang dinamakan indeks NPV untuk memprioritaskan proyek-proyek yang memiliki nilai tertinggi. NPV Indexes dihitung dengan membagi NPV setiap proyek dengan initial investment. Semakin tinggi nilai NPV Index maka semakin besar peluang investasi tersebut. Keuntungan dari Net Present Value
Net Present Value (NPV) merupakan salah satu alat finansial yang paling baik untuk menganalisis berbagai tipe investasi. NPV memiliki empat elemen kunci untuk mengevaluasi sebuah investasi yaitu : •
Time Value of Money. NPV memakai suatu konsep dimana satu dollar yang diperoleh sekarang akan lebih berharga dibandingkan dengan satu dollar yang diperoleh tahun depan.
•
Cash Flows. NPV menghitung expected cash flows dari suatu proyek dan melibatkan resiko yang unik untuk memperoleh cash flows tersebut. Dengan 47
menggunakan NPV membantu menghilangkan ketidakkonsistenan akuntansi, karena cash flows menggambarkan benefits dari suatu proyek bukan hanya profit. •
Risks. NPV memasukkan resiko yang berhubungan dengan sebuah proyek melalui expected cash flows and discount rate.
•
Flexibility. NPV memberikan fleksibilitas dan kedalaman analisa karena perhitungan NPV dapat disesuaikan dengan inflasi dan digunakan dengan alat yang lain seperti analisis sensitivitas dan Monte Carlo simulation.
Konsep NPV banyak digunakan oleh perusahaan Amerika sebagai alternatif dari alat evaluasi keuangan lainnya seperti Internal Rate of Return (IRR). NPV digunakan oleh investor dalam mengevaluasi perusahaan atau dalam keputusan capital budgeting ketika membandingkan nilai dari proyek yang berbeda.
2.3.4 Cash Flows dan Discount Rate
Sebuah analisis NPV memiliki dua input utama yaitu cash flow dan cost of capital. Cash Flow mewakili forecasted net benefits selama umur proyek. Dalam kebanyakan situasi nyata, menentukan cash flow bukan tugas yang mudah karena mempertimbangkan beberapa asumsi dan ekspektasi dari actual cash flow. Cost of capital atau discount rate juga sulit diperkirakan. Ada beberapa cara untuk memperkirakan discount rate tetapi yang paling umum adalah mencari investasi yang resikonya atau discount rate-nya telah diketahui. Akan tetapi menemukan investasi yang ekivalen dalam capital market sangat sulit dilakukan. Umumnya kesulitan tersebut diatasi dengan menggunakan standard discount rate yang dinamakan hurdle rate. Semua proyek didiskontokan dengan menggunakan hurdle rate tersebut, meskipun memiliki resiko yang berbeda. Perkiraan ini akan menilai apakah proyek tersebut undervalue atau overvalue sehingga mengurangi tingkat akurasi.
48
Secara ringkas, NPV merupakan salah satu alat yang terbaik untuk mengevaluasi sebuah investasi akan tetapi input dan asumsi yang digunakan akan menentukan kualitas hasilnya. Oleh karena itu, input dari perhitungan dan asumsi yang digunakan memegang peranan penting dalam menggambarkan proyek yang dinamis secara akurat. 2.3.5 Internal Rate of Return
Internal Rate of Return (IRR) adalah nilai discount rate maksimum yang diperbolehkan yang akan menghasilkan nilai dengan mempertimbangkan cost of capital dan resiko proyek. Oleh karena itu, IRR terkadang diartikan sebagai breakeven rate of return yaitu rate dimana nilai cash outflow sama dengan nilai cash inflow. IRR memperhitungkan time value of money dari cash flows selama umur proyek. IRR diperoleh dengan menyelesaikan perhitungan NPV untuk rate yang menghasilkan NPV sama dengan nol. Perhitungan Internal Rate of Return (IRR) n
( B )t ∑ t t = 0 (1 + i )
-
n
(C )t
∑ (1 + i) t =0
t
=0
Karena aliran dana keluar pada rumus di atas umumnya merupakan biaya pertama (investasi), maka persamaan diatas disederhanakan menjadi : n
( B )t
∑ (1 + i) t =0
t
- I=0
Dimana : (B)t
= aliran dana masuk tahun ke-t, $
(C)t
= aliran dana keluar tahun ke-t, $
I
= investasi , $ 49
n
= umur tambang, tahun
i
= discount rate, %
t
= waktu, tahun
Keuntungan Internal Rate of Return
Konsep Internal Rate of Return (IRR) telah dipakai secara luas oleh perusahaan sebagai pembanding antara cost of capital dengan IRR dari suatu proyek atau investasi. Benefits utama dari IRR adalah kemudahaan bagi perusahaan untuk membandingkan rate dari cost of capitalnya dengan IRR proyek atau investasi. Jika IRR lebih tinggi maka proyek diterima. Metode IRR juga tidak memerlukan discount rate seperti yang diperlukan dalam perhitungan Net Present Value (NPV). Menemukan discount rate yang sesuai dapat menjadi tugas yang sulit ketika melibatkan resiko proyek yang sama. Oleh karena itu, penggunaan IRR menyederhanakan proses estimasi nilai dari suatu proyek. Konsep IRR dapat juga digabungkan dengan analisis NPV. Grafik IRR dapat diplot untuk memahami dinamika discount rate dari suatu cash flow. Grafik dapat memberikan informasi mengenai discount rates yang akan menghasilkan NPV yang negatif. Informasi ini akan membuat sebuah batasan pada discount rate atau resiko proyek maksimum yang diperbolehkan. Perusahaan dapat merestruktur proyek ke tingkat resiko proyek yang lebih rendah sehingga memperoleh NPV yang positif. Kekurangan Internal Rate of Return
Konsep Internal Rate of Return (IRR) mempunyai beberapa keterbatasan dan meskipun konsep ini relatif mudah, akan tetapi dapat dengan mudah terjadi salah interpretasi dengan actual project rate of return. Kekurangannya adalah sebagai berikut : •
Timing of Costs and Benefits 50
Proyek
yang
memerlukan
investasi
pada
tahap
selanjutnya
mungkin
menghasilkan IRR yang tidak representatif dari nilai proyek. Pengeluaran ini mungkin mengubah cash flows dari proyek pada tahun tersebut. Dari perspektif perhitungan, negative cash flows diperlakukan sama dengan meminjam uang yang mengakibatkan kesalahan persepsi dalam IRR. Ketika muncul cash flows negatif, konsep IRR dapat menghasilkan nilai IRR yang banyak dari proyek yang sama, sehingga sulit dibandingkan IRR mana yang mempunyai nilai sebenarnya. Untuk mencegah scenario ini, sebaiknya konsep IRR hanya diaplikasikan pada proyek atau investasi yang memiliki cash flows positif selama rentang waktunya. •
Relative vs. Absolute Values IRR tidak mengindikasikan besarnya nilai proyek. Hal ini menimbulkan masalah
ketika membandingkan nilai IRR dari berbagai proyek. Sebagai contoh, sebuah proyek dengan IRR yang tinggi mungkin muncul lebih menarik dibandingkan dengan proyek dengan IRR yang lebih rendah, ada kemungkinan bahwa proyek dengan IRR yang lebih rendah tersebut memiliki Net Present Value (NPV) yang lebih besar. Dalam hal ini, lebih baik memprioritaskan proyek dengan NPV terbesar. Model IRR baik untuk perkiraan awal terhadap nilai dari suatu proyek. Faktanya, model IRR cukup lebih baik daripada model Return on Investment (ROI) untuk menunjukkan evaluasi awal karena IRR mempertimbangkan resiko proyek dan time value of money. Tetapi dari kekurangan di atas, lebih baik mengkombinasikan analisis IRR dengan alat evaluasi keuangan yang lebih komprehensif seperti Net Present Value (NPV).
51
2.4 Manajemen Resiko 2.4.1 Analisis Sensitivitas
Resiko dalam analisis investasi dapat dipertimbangkan dengan menggunakan pendekatan analisis sensitivitas. Metode ini menggunakan paling tidak tiga situasi yang mungkin terjadi yaitu optimistic, realistic dan pessimistic. Untuk setiap skenario diperkirakan besarnya biaya penyimpangan variable aspek usaha dari kondisi normal. INFLATION OIL PRICE DEMAND SUPPLY COST SIZE PRICE STOCK INTEREST RATE EXCHANGES ETC
Gambar 2.15 Jenis Jenis resiko perusahaan 2.4.2 Risk Identification & Measurement.
Untuk menghindarkan perusahaan dari kejadian yang dapat merugikan, maka setiap kegiatan investasi harus memiliki kajian mengenai resiko dan penanganannya. Dalam kasus ini setiap resiko yang mungkin terjadi di ukur berapa besar kemungkinan terjadinya dan seberapa besar dampak yang timbul. Kajian ini menggunakan alat bantu matrik pengukuran probabilitas dan dampak resiko seperti ditunjukkan pada gambar 2.16
52
Gambar 2.16 Matriks Pengukuran Resiko Aturan pemberian skor berdasarkan matriks pengukuran resiko adalah : Probability :
Low
Æ skor = 1
Unlikely
Æ skor = 2
Moderate
Æ skor = 3
Likely
Æ skor = 4
High
Æ skor = 5
Impact :
Insignificant Æ skor = 1 Minor
Æ skor = 2
Moderate
Æ skor = 3
Major
Æ skor = 4
Catastrophic Æ skor = 5 53
Dimana setiap nilai setiap slot dalam matriks adalah hasil kali antara probabilitas dan impact yang ditimbulkan. Hasil perhitungan dalam skor ditunjukkan oleh gambar 2.17
Catastrophic
5
10
15
20
25
Major
4
8
12
16
20
Moderate
3
6
9
12
15
Minor
2
4
6
8
10
4 Likely
5 High
Insignificant
1 Low
2 3 Unlikely Moderate
Gambar 2.17 Matriks Skor Resiko Setiap resiko yang mungkin terjadi dipetakan berdasarkan kemungkinan terjadi dan dampaknya menurut matriks pada gambar 2.xx. adapun penanganan resiko tersebut adalah sebagai berikut. 16 – 25 = Avoid. Yaitu dengan menerapkan prosedur yang dapat memitigasi kemungkinan terjadinya resiko tersebut serta dampaknya. 1 – 4 = Control & Transfer. Yaitu dengan menerapkan prosedur yang dapat memitigasi kemungkinan terjadinya suatu resiko serta dengan melakukan transfer resiko seperti asuransi 4 – 15 = Retain. Yaitu dengan mengalokasikan dana (kontingensi) sebagai dana untuk memulihkan kerugian akibat resiko yang terjadi.
54
2.5 Akar Masalah
Dari kajian analisis situasi bisnis dan melalui observasi lapangan dengan melakukan kunjungan ke daerah Kalimantan Selatan, permasalahan krusial yang mengemuka dalam industri batubara diantaranya : Dari kajian analisis situasi bisnis dan melalui observasi lapangan dengan melakukan kunjungan ke daerah Kalimantan Selatan, permasalahan krusial yang mengemuka dalam industri batubara diantaranya : 1. Peraturan perundangan •
Ketidakpastian UU minerba yang baru
•
Konflik antara peraturan pertambangan dan peraturan kehutanan (PP No.2 / 2008)
•
Kontradiksi antara peraturan pemerintah pusat dan daerah
•
Masalah perpajakan, PPN atas batubara termasuk kebutuhan insentif pajak
•
Ketidakadilan dalam divestasi kepemilikan tambang asing dan penutupan tambang
2. Keamanan dan Penegakan Hukum •
Pungutan liar / premanisme
•
Kepastian hukum pembebasan lahan
•
Penipuan
3. Infrastruktur •
Kesulitan membangun infrastruktur pendukung karena adanya aturan tak tertulis dimana satu pihak hanya dapat melakukan satu kegiatan usaha. Contoh : perusahaan tambang batubara dilarang membangun loading port
•
Infrastruktur transportasi darat yang tidak memadai (jalan rusak)
55
•
Peraturan lalu lintas yang melarang mobil angkutan batubara beroperasi di siang hari. Sehingga proses distribusi batubara terganggu seperti diperlihatkan pada gambar 2.14
Gambar 2.18 Antrian Truk Pengangkut Batubara •
Laju pendangkalan sungai yang cepat akibat illegal logging. Menghambat transportasi via sungai (terjadi di daerah sungai danau)
Akar masalah bagi PT.Metasindo adalah bagaimana menentukan suatu langkah / kegiatan investasi yang tepat dalam industri batubara sehingga walaupun terdapat permasalahan seperti diuraikan di atas namun PT.Metasindo tetap dapat melakukan kegiatan investasi yang menguntungkan. Sementara Tujuan utama menjadi perusahaan tambang batubara tetap dapat dicapai.
56