BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA
4.1
Pengumpulan Data
4.1.1 Checklist Ergoweb® Risk Factor Identification Surfey Berdasarkan wawancara dengan supervisor perusahaan, hanya didapatkan gambaran umum mengenai masalah yang dihadapi oleh perusahaan dan cakupannya masih terlalu luas. Oleh karena itu, digunakan metode yang dapat menyaring dan mempersempit pembahasan. Metode yang digunakan adalah dengan menggunakan checklist ergonomi yang terdapat pada software Ergoweb® Job Evaluator Toolbox, yaitu Ergoweb® Risk Factor Identification Survey. Cheklist ini berisi pertanyaanpertanyaan mengenai keadaaan tempat kerja yang sebenarnya sehingga dapat ditentukan adanya faktor resiko ergonomi ditempat kerja tersebut. Aspek-aspek yang diamati pada checklist ini adalah aspek pekerjaan pengangkatan atau penurunan, aspek penggunaan tangan yang insetif, aspek pekerjaan yang berulang-ulang, aspek metabolism kerja dan aspek performasi stasiun kerja komputer (VDT/ Visual Display Terminal). Namun pada penelitian kali ini, tidak menggunakan aspek performasi stasiun kerja komputer (VDT/ Visual Display Terminal) karena pada lini tersebut tidak terdapat stasiun kerja yang menggunkan system display komputer. Pengumpulan data untuk Ergoweb® Risk Factor Identification Survey dilakukan dengan pengamatan lansung ke masing-masing stasiun kerja yang diamati.
70
Cheklist ini terdiri atas 28 pertanyaan yang terbagi atas sub-sub bagian yang dapt dilihat pada table dibawah ini : Tabel 4.1 Checlist awal Ergoweb (1-6)
Pertanyaan 1 samai 6 yang terlihat diatas merupakan pertanyaan-pertanyaan untuk mengidentifikasi permasalahan yang berhubungan dengan penanganan material. Tabel 4.2 Checlist awal Ergoweb (7-12)
Pertanyaan 7 sampai 12 yang terlihat diatas merupakan pertanyaan-pertanyaan untuk mengidentifikasi permasalahan yang berhubungan dengan cara kerja.
71
Tabel 4.3 Checlist awal Ergoweb (13-20)
Pertanyaan 13 sampai 20 yang terlihat diatas merupakan pertanyaan-pertanyaan untuk mengidentifikasi permasalahan yang berhubungan dengan sikap atau postur kerja. Tabel 4.4 Checlist awal Ergoweb (21-28)
Pertanyaan 20 sampai 28 yang terlihat diatas merupakan pertanyaan-pertanyaan untuk mengidentifikasi permasalahan yang berhubungan dengan VDT (Video Dis[play Terminal).
72
Hasil yang diperoleh dari checklist ini akan dibrikan nilai atau score sehinga akan iketahuinya stasiun kerja yang memiliki resiko ergonomi terbesar dan selanjutnya dapat menunjukkan metode lanjutan yang akan digunakan untuk pemecahan permasalahn yang berhubungan dengan apek-aspek tadi. Cara pemberian score tersebut adalah nilai 0 (nol) untuk jawaban “Tidak Pernah”, nilai 1 (satu) untuk jawaban “kadang-kadang” dan nilai 2 (dua) untuk jawaban “Sering”. Kemudian nilai untuk setiap pertanyaan dijumlahkan . Stasiun kerja yang memiliki score tertinggi merupakan stasiun kerja yang diidentifikasikan memiliki tingkatan resiko yang berhubungan dengan suatu pekerjaan terbesar.
73
Tabel 4.5 Score Ergoweb® Risk Factor Identification Survey No.
1
2
3
4
5
Lini
Pemotongan
Pengeleman
Penghalusan
Penyelesaian
Pengepakan
Stasiun Kerja
Tidak Pernah
Kadangkadang
Sering
Total
Urutan Prioritas
13
7
8
23
Prioritas 1
14
10
4
18
Prioritas 3
Pengambilan papan dan HPL Pemotongan papan dan HPL Pembuatan profil Penyemprotan lem pada papan penyemprotan lem pada sisi papan Penempelan HPL pada papan Perekatan profil
18
8
2
12
Prioritas 7
19
7
2
11
Prioritas 9
19
7
2
11
Prioritas 10
17
6
5
16
Prioritas 4
21
4
3
10
Pengamplasan
20
5
3
11
18
5
5
15
17
8
3
14
Inspeksi akhir
18
8
2
12
Pemasukan papan ke dalam box
15
7
6
19
Pemotongan sisi Pembersihan lem sisa
Prioritas 12 Prioritas 11 Prioritas 5 Prioritas 6 Prioritas 8 Prioritas 2
Urutan priorits pada tabel di atas hanya menunjukkan bahwa stasiun kerja tersebut paling banyak melakukan aktivitas, sehingga perlu dilakukan pengolahan lebih lanjut melalui tools yang terdapat di Ergoweb® Job Evaluator Toolbox dan
74
bukan menunjukkan bahwa prioritas pertama merupakan stasiun kerja yang paling bermasalah, karena untuk mengetahui bermasalah tidaknya suatu stasiun kerja harus lebih lanjut dioalah menggunakan analysis tools yang bersagkutan. Dari hasil scoring di atas , kemudian dilanjutkan dengan pengolahan data dengan menggunakan analysis tools yang bersangkutan, seperti dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 4.6 Analysis Tool yang harus diolah lebih lanjut berdasarkan hasil Checklist Ergoweb Risk Factor Identification Survey
No.
1
2
3 4 5
Lini
Stasiun Kerja
Pengambilan papan dan HPL Pemotongan Pemotongan papan dan HPL Pembuatan profil Penyemprotan lem pada papan penyemprotan lem pada sisi Pengeleman papan Penempelan HPL pada papan Perekatan profil Pengamplasan Penghalusan Pemotongan sisi Pembersihan lem Penyelesaian sisa Inspeksi akhir Pemasukan Pengepakan papan ke dalam box
AAMA Metabolic Model
Liberty Mutual Liftig Tabel
√
√
Walkthrough Checklist for Upper Exremity √
√
√
√
√
√ √
√ √
√ √
√ √
√
√
√
√
√
√
√
√
√ √ √ √
√ √ √
√ √ √ √
√ √ √ √
√ √
√
√ √
√ √
RULA √
75
Hasil dari tabel di atas menunjukkan stasiun kerja yang harus diolah lebih lanjut dengan menggunakan analysis tools yang ada di dalam Ergoweb® Job Evaluator Toolbox. Stasiun kerja dengan tanda check (√) akan dilakukan pengumpulan data selanjutnya untuk diinput ke dalam masing-masing analysis tools yang bersangkutan. Sedangkan untuk stasiun kerja dengan tanda (-) tidak perlu dilakukan pengumpulan data untuk keperluan analysis tools yang bersangkutan karena tidak dianjurkan pada checklist Ergoweb® Risk Factor Identification Survey. 4.1.2 AAMA Metabolic Model Analysis tool ini merupakan suatu metode yang digunakan untuk memperkirakan kebutuhan energy sebuah pekerjaan. Hasil perhitungan ini kemudian dibandingkan dengan tingkat metabolism maksimum dari seseorang atau sekelompok orang yang melakukan kerja untuk menguji resiko akibat kerja fisik yang berlebihan. Dengan mengikuti pertimbangan analisa ini maka akan mengurangi kemungkinan kecelakaan kardiovaskuler dan penurunan produktivitas akibat tekanan fisik. Dari hasil interpretasi tabel 4.5 diperoleh bahwa semua stasiun kerja akan dianalisa menggunakan tool ini. Data yang diambil untuk pengolahan data menggunakan analysis tool AAMA Metabolic Model ini adalah : 1. Berat beban yang diangkat ( part atau tool ) 2. Frekuensi lifting (siklus kerja per menit) 3. Gaya rata-rata pada saatmelakukan pekerjaan pushing/pulling (kg)
76
4. Kecepatan rata-rata pada saat melakukan pushing/pulling (m/menit) 5. Kecepatan rata-rata pada saat berjalan/membawa (m/menit) 6. Penggunaan lengan ketika melakukan pekerjaan yang bersangkutan Pengumpulan data dilakukan dengan pengamatan langsung dan pengukuran langung di stasiun kerja yang diamati. Hasil
pengolahan
data
dengan
metode
AAMA
Metabolic
Model
menghasilkan suatu nilai Task Energy Requirement (actual) yang kemudian dibandingkan dengan nilai individual (Population Physical Work Capacity )untuk jenis pekerjaan yang bersangkutan. Hasil perbandingan kedua nilai ini akan menunjukkan perlu tidaknya kontrol lebih lanjut terhadap pekerjaan yang diamati. Hasil ini dapat dilihat pada tabel berikut :
77
Tabel 4.7 Perbandingan Hasil Perhitungan Actual Job’s Energy Requirement dengan Physical Work Capacity No.
1
2
Stasiun Kerja Pengambilan papan dan HPL Pemotongan papan dan HPL Pembuatan profil Penyemprotan lem pada papan penyemprotan lem pada sisi papan Penempelan HPL pada papan Perekatan profil
Actual Job's Energy Requirement 2.79 kcal/min. 1.95 kcal/min. 1.95 kcal/min. 1.95 kcal/min.
Physical Work Capacity (kcal/min) 17.75 kcal/min. 17.24 kcal/min. 15.37 kcal/min. 17.75 kcal/min.
1.95 kcal/min.
17.75 kcal/min.
1.95 kcal/min. 1.95 kcal/min.
12.69 kcal/min. 12.69 kcal/min. 16.95 kcal/min. 16.16 kcal/min. 16.09 kcal/min. 15.83 kcal/min.
Pengamplasan
1.95 kcal/min.
Pemotongan sisi
1.95 kcal/min.
Pembersihan lem sisa
1.95 kcal/min.
Inspeksi akhir
1.95 kcal/min.
3 4
5
Conclusion may not need controls may not need controls may not need controls may not need controls may not need controls may not need controls may not need controls may not need controls may not need controls may not need controls may not need controls may not need controls
Pemasukan 16.86 papan ke dalam 1.95 kcal/min. kcal/min. box Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa nilai Actual Job's Energy Requirement
(JER) seluruh stasiun yang diamati lebih kecil dari nilai Physical Work Capacity. Hal ini menunjukkan bahwa tidak perlu dilakukan control pekerjaan lebih lanjut pada stasiun-stasiun kerja diatas. Input data dan result AAMA Metabolic Model untuk setiap stasiun kerja secara mendetail dapat dilihat pada Lampiran 2
78
4.1.3 Liberty Mutual Maximum Acceptable Lifting / Lowering Weight Tool Model Analysis tool ini mengidentifikasikan batasan psikofisikal pada pekerjaan manual material handling dan didasarkan pada penerimaan manusia terhadap penyakit atau ketidaknyamanan selama bekerja pada kondisi normal. Model ini dirancang untuk menghitung toleransi subyektif seseorang terhadap ketegangan pada pekerjaan manual material handling. Berat beban maksimal yang dapat diterima untuk pekerjaan manual material handling dapat ditentukan dengan menggunakan pendekatan ini. Data yang diambil untuk pengolahan data ini adalah : •
Tipe Pekerjaan (lifting atau lowering)
•
Lift / Lower range
•
Frekuensi Lift / Lower (sekali per… menit atau sekali per… detik)
•
Lebar Objek yang diangkat
•
Jarak Vertikal dari Lift / Lower
•
Persen Populasi Industri yang akan melakukan pekerjaan ini (perhitungan pada pengamatan ini akan dilakukan untuk semua persentase populasi)
•
Jenis kelamin (pria atau wanita) Pengumpulan data dilakukan dengan pengamatan langsung dan pengukuran
langsung distasiun kerja yang diamati. (Lembar Pengumpulan data pada Lampiran 3).
79
Dari pengolahan data akan didapatkan berat beban maksimal untuk masingmasing persen populasi yang diijinkan untuk setiap pekerjaan pada stasiun kerja yang bersangkutan. Berat beban maksimal ini kemudian akan dibandingkan dengan berat beban aktual yang digunakan pada pekerjaan. Hasil ini dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.8 Hasil Pengolahan Data Liberty Mutual Maximum Acceptable Lifting / Lowering Weight Tool
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Maximum Weight of Loads for Actual Various Lifting Tasks Stasiun Kerja Weight 90% 75% 50% 25% 10% Pengambilan papan dan HPL 18 kg 26 kg 35 kg 44 kg 52 kg ± 10kg Pemotongan papan dan HPL 15 kg 20 kg 25 kg 30 kg 35 kg ± 10 kg Pembuatan profil 15 kg 20 kg 25 kg 30 kg 35 kg ± 5 kg Penyemprotan lem pada papan 13 kg 17 kg 22 kg 26 kg 30 kg ± 3 kg penyemprotan lem pada sisi papan 10 kg 13 kg 16 kg 20 kg 23 kg ± 3 kg Penempelan HPL pada papan 20 kg 26 kg 33 kg 40 kg 47 kg ± 5 kg Perekatan profil 17 kg 23 kg 29 kg 34 kg 39 kg ± 3 kg Pengamplasan 10 kg 13 kg 16 kg 20 kg 23 kg ± 4 kg Pemotongan sisi 13 kg 17 kg 22 kg 26 kg 30 kg ± 4 kg Pembersihan lem sisa 10 kg 13 kg 16 kg 20 kg 23 kg ± 3 kg Inspeksi akhir 10 kg 13 kg 16 kg 20 kg 23 kg ± 0.8 kg Pemasukan papan ke dalam box 19 kg 25 kg 32 kg 37 kg 43 kg ± 5 kg
Safe / Not Safe Safe Safe Safe Safe Safe Safe Safe Safe Safe Safe Safe
Dari Tabel 4. 8 diatas diketahui bahwa seluruh beban yang ditangani diseluruh stasiun kerja memiliki berat beban yang lebih kecil dari yang di Estimasi oleh Liberty Mutual Maximum Acceptable Lifting / Lowering Weight Tool, sehingga penanganan beban pada pekerjaan di stasiun-stasiun kerja diatas sudah aman.
80
4.1.4 RULA Survey RULA Survey merupakan suatu analysis tool yang digunakan untuk mengidentifikasi pekerjaan yang menyebabkan resiko/cedera yang kumulatif (cumulative trauma disorders) melalui analisa postur, gaya, dan penggunaan otot. Berdasarkan pengolahan data dari Ergoweb® Risk Factor Identification Survey dan Walkthrough Checklist for Upper Extremity Cumulative Trauma Disorders, maka semua stasiun kerja harus dianalisa lebih lanjut dengan menggunakan RULA Survey. Pengumpulan data untuk RULA Survey dilakukan dengan cara pengamatan dan pengukuran langsung di tempat kerja untuk menganalisa gerakan-gerakan yang dilakukan oleh pekerja dalam melakukan pekerjaannya. Dari seluruh analysis tool, RULA Survey merupakan tool yang paling banyak menginput data. Selain itu, kita dapat melihat reference diagram yang menunjukkan posisis dari masing-masing gerakan untuk membantu memilih gerakan yang tepat dalam melakukan pekerjaan di suatu stasiun kerja. Adapun aspek-aspek gerakan pekerja yang dianalisa adalah sebagai berikut: 1. Lengan atas 2. Lengan bawah 3. Pergelangan tangan 4. Penggunaan otot dan gerakan berulang oada alat gerak atas (legan dan pergelangan tangan) 5. Gaya (tahanan) pada saat bekerja
81
6. Postur leher 7. Postur badan 8. Postur kaki 9. Penggunaan otot dan gerakan yang berulang pada leher, badan dan kaki Hasil pengolahan data dari RULA Survey dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 4.9 Hasil Data RULA Survey No.
Lini
1
Pemotongan
2
Pengeleman
3 Penghalusan 4 Penyelesaian 5
Pengepakan
Stasiun Kerja Hasil RULA Pengambilan papan dan HPL Action Level 4 Pemotongan papan dan HPL Action Level 2 Pembuatan profil Action Level 3 Penyemprotan lem pada papan Action Level 2 penyemprotan lem pada sisi papan Action Level 2 Penempelan HPL pada papan Action Level 3 Perekatan profil Action Level 2 Pengamplasan Action Level 2 Pemotongan sisi Action Level 2 Pembersihan lem sisa Action Level 2 Inspeksi akhir Action Level 2 Pemasukan papan ke dalam box Action Level 3
(Lembar Pengumpulan data pada Lampiran 4). Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa hasilanalisa RULA Survey memberikan empat jenis kesimpulan terhadap stasiun-stasiun kerja yang dianalisa, yaitu : •
Action level 1 menunjukkan bahwa resiko pekerjaan yang dilakukan rendah dan dapat diterima apabila tidak diulangi untuk periode yang panjang
82
•
Action level 2 menunjukkan bahwa pekerjaan yang dilakukan perlu investigasi lebih lanjut dan mungkin diperlukan perubahan
•
Action level 3 menunjukkan bahwa pekerjaan yang dilakukan perlu investigasi lebih lanjut dan diperlukan perubahan
•
Action level 4 menunjukkan bahwa pekerjaan yang dilakuakan perlu investigsi dan harus segera dilakukan perubahan secepat mungkin.
4.1.5 Strain Index Strain Index merupakan suatu tool untuk mengevaluasi tingkat risiko pekerjaan yang menyebabkan cedera pada tangan, pergelangan tangan, lengan atau siku (alat gerak atas). Melalui metode semi-kualitatif, analisa dapat mengevaluasi enam variabel kerja, yaitu : •
Intensitas kerja
•
Durasi kerja
•
Kerja per menit
•
Postur tangan / pergelangan tangan
•
Kecepatan kerja
•
Durasi kerja per hari
Variabel-variabel semi-kualitatif pekerjaan diberikan sebuah nilai yang dinamakan multiplier (pengali). Hasil dari pengalian keenam variabel kerja merupakan angka yang disebut Strain Index Score. Score ini dibandingkan dengan gradien yang kemudian akan mengidentifikasikan tingkat risiko pekerjaan.
83
Berdasarkan hasil pengolahan data dari Ergoweb® Risk Factor Identification Survey maka semua stasiun kerja harus dianalisa lebih lanjut dengan menggunakan Starin Index. Pengumpulan data dilakukan dengan cara pengamatan langsung terhadap pekerjaan di stasiun kerja yang bersangkutan serta pengukuran langsung beberapa siklus kerja untuk mendapatkan durasi exertion dari setiap pekerjaan yang diamati. Hasil pengolahan data dari Strain Index dapat dilihat pada tabel berikut : (Lembar Pengumpulan Data terdapat pada Lampiran 5) Tabel 4.10 Hasil Pengolahan Data Strain Index No
Stasiun Kerja
Hasil Strain Index
1 2
Pengambilan papan dan HPL Pemotongan papan dan HPL
3
Pembuatan profil
4 5
Penyemprotan lem pada papan penyemprotan lem pada sisi papan
6
Penempelan HPL pada papan
7 8 9 10 11
Perekatan profil Pengamplasan Pemotongan sisi Pembersihan lem sisa Inspeksi akhir
12
Pemasukan papan ke dalam box
Probably Hazardous Probably Safe Difficult for this tool to classify Probably Safe Probably Safe Difficult for this tool to classify Probably Safe Probably Safe Probably Safe Probably Safe Probably Safe Difficult for this tool to classify
Dari hasil pengolahan data Strain Index diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat stasiun kerja yang berbahaya bila dilihat dari segi intensitas exertion yaitu pada stasiun pengambilan papan dan HPL yang akan dianalisa lebih lanjut.
84
4.1.6 Prioritas Stasiun Kerja Berdasarkan hasil pengolahan data dari seluruh analysis tool untuk seluruh stasiun kerja, maka hasil analisanya dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.11 Hasil Analisa seluruh Analysis Tool Ergoweb® Job Evaluator Toolbox
No
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Liberty AAMA Metabolic Mutual Stasiun Kerja RULA Strain Index Model Lifting Tables Pengambilan papan dan May not need Action Probably HPL controls Safe Level 4 Hazardous Pemotongan papan dan May not need Action HPL controls Safe Level 2 Probably Safe Difficult for Action this tool to Pembuatan profil May not need Level 3 classify controls Safe Penyemprotan lem pada May not need Action Probably Safe papan controls Safe Level 2 penyemprotan lem pada sisi May not need Action Probably Safe papan controls Safe Level 2 Difficult for Penempelan HPL pada Action this tool to May not need papan Level 3 classify controls Safe May not need Action Probably Safe Perekatan profil controls Safe Level 2 May not need Action Probably Safe Pengamplasan controls Safe Level 2 May not need Action Pemotongan sisi controls Safe Level 2 Probably Safe May not need Action Pembersihan lem sisa controls Safe Level 2 Probably Safe May not need Action Probably Safe Inspeksi akhir controls Safe Level 2 Difficult for Pemasukan papan ke dalam Action May not need this tool to box Level 3 controls Safe classify
85
4.2
Pengolahan Data
4.2.1 Ergoweb® Toolbox Risk Factor Identification Survey Ergoweb® Risk Factor Identification Survey merupakan suatu checklist umum yang dapat digunakan untuk menilai apakah terdapat resiko factor kerja pada tiap stasiun kerja. Pertama-tama dilakukan pengamatan dan wawancara dengan supervisor produksi untuk setiap pengisian checklist ini di setiap stasiun kerja yang memperoleh jawaban sering atau kadang-kadang, akan dilakukan pengo;ahan data dengan analysis tool yang bersangkutan pada Ergoweb® Job Evaluator Toollbox, seperti AAMA, Walkthrough, maupun RULA Methods. Berikut ini adalah grafik bobot score di setiap stasium kerja :
Gambar 4.1 Grafik antara Total nilai dengan Stasiun Kerja Berdasarkan gambar 4.1, dapat dilihat total nilai terbesar pada stasiun pengambilan papan dan HPL, dengan total nilai 23, sedangkan yang terkecil pada stasiun perekatan
86
profil dengan total nilai 10. Perlu diperhatikan bahwa besarnya total nilai pada setiap stasiun kerja hanya menunjukkan bahwa stasiun kerja tersebut paling banyak melakukan pekerjaan dan juga menginformasikan bahwa semakin besar total nilai, maka semakin besar jumlah jawaban “sering”, maka resiko kerja semakin besar, sehingga perlu dilkukan pengolahan lebih lanjut dan bukan menunjukkan bahwa stasiun kerja dengan total nilai tertinggi merupakan stasiun kerja yang paling bermasalah. Untuk mengetahi bermasalah tidaknya suatu stasiun kerja, harus diolah lebih lanjut menggunakan analysis tool yang bersangkutan 4.2.2 AAMA Metabolic Model AAMA Metabolic Model merupakan suatu tool yang digunakan untuk memperkirakan kebutuhan energi untuk sebuah pekerjaan, dimana dari hasil pengolahan data AAMA ini, kita akan mengetahui jumlah energi dikeluarkan pekerja, yang akan dibandingkan dengan batas maksimum energi yang diijinkan. Dari hasil perhitungan dengan menggunakan AAMA Metabolic Model yang dilakukan pada setiap stasiun kerja , didapatkan kesimpulan bahwa semua pekerjaan pada stasiun-stasiun kerja di departemen pembuatan panel tersebut tidak memerlukan control energi lebih lanjut. Hal ini disebabkan karena semua nilai Individual atau Population Physical Work Capacity nilainya lebih kecil semua bila dibandingkan dengan nilai Task Energy Requirements. Hal tersebut dapat dilihat perhitungannya
87
pada lampiran. Olek karena itu, tidak perlu dilakukan perbaikan mengenai kebutuhan energi pada setiap stasiun kerja. 4.2.3 RULA Survey Pengolahan data dengan menggunakan RULA Survey menghasilkan kesimpulan yang berbeda-beda untuk setiap stasiun kerja, yaitu : stasiun kerja yang memerlukan Action level 1, Action level 2, Action level 3 dan Action level 4. Berikut ini adalah analisa selengkapnya untuk masing-masing Action Level : 4.2.3.1 Stasiun kerja dengan Action level 2 Hasil pengolahan data menyimpulkan bahwa pekerjaan pada stasiun kerja yang memerlukan Action level 2 adalah : 9 Pemotongan papan dan HPL Pada stasiun ini, gerakan posisi lengan atas berada dalam posisi flexion dengan sudut 20°. Postur lengan bawah pada stasiun ini cukup aman yaitu gerakan flexion dengan sudut antara 60-100°. Posisi pergelangan tangan berada dalam sudut 0-15° dan leher berada dalam 10-20°. Postur tubuh dalam kategori aman yaitu berdiri antara sudut 0-20°. Beban kerja yang ada juga termask kecil (antara 2-10 kg). 9 Penyemprotan lem pada HPL Pada stasiun ini, gerakan posisi lengan atas berada dalam posisi flexion dengan sudut 20°. Postur lengan bawah pada stasiun ini cukup aman yaitu gerakan flexion dengan sudut antara 60-100°. Posisi pergelangan tangan berada dalam sudut 0-15°
88
dan leher berada dalam 10-20°. Postur tubuh dalam kategori aman yaitu berdiri antara sudut 0-20°. Beban kerja yang ada juga termask kecil (antara 2-10 kg). 9 Penyemprotan lem pada Papan Pada stasiun ini, gerakan posisi lengan atas berada dalam posisi flexion dengan sudut 20°. Postur lengan bawah pada stasiun ini cukup aman yaitu gerakan flexion dengan sudut antara 60-100°. Posisi pergelangan tangan berada dalam sudut 0-15° dan leher berada dalam 10-20°. Postur tubuh dalam kategori aman yaitu berdiri antara sudut 0-20°. Beban kerja yang ada juga termask kecil (antara 2-10 kg). 9 Perekatan profil Pada stasiun ini, gerakan posisi lengan atas berada dalam posisi flexion dengan sudut 20°. Postur lengan bawah pada stasiun ini cukup aman yaitu gerakan flexion dengan sudut antara 60-100°. Posisi pergelangan tangan berada dalam sudut 0-15° dan leher berada dalam 10-20°. Postur tubuh dalam kategori aman yaitu berdiri antara sudut 0-20°. Beban kerja yang ada juga termask kecil (antara 2-10 kg). 9 Pengamplasan Pada stasiun ini, gerakan posisi lengan atas berada dalam posisi flexion dengan sudut 45-90°. Postur lengan bawah pada stasiun ini cukup aman yaitu gerakan flexion dengan sudut antara 60-100°. Posisi pergelangan tangan berada dalam sudut 0-15° dan leher berada dalam 10-20°. Postur tubuh dalam kategori aman yaitu berdiri antara sudut 0-20°. Beban kerja yang ada juga termask kecil (antara
89
2-10 kg). Oleh Karena itu, tidak diperlukan adanya perubahan postur kerja secara keseluruhan. 9 Pembersihan sisa lem Pada stasiun ini, gerakan posisi lengan atas berada dalam posisi flexion dengan sudut 45-90°. Postur lengan bawah pada stasiun ini cukup aman yaitu gerakan flexion dengan sudut antara 60-100°. Posisi pergelangan tangan berada dalam sudut 0-15° dan leher berada dalam 10-20°. Postur tubuh dalam kategori aman yaitu berdiri antara sudut 0-20°. Beban kerja yang ada juga termask kecil (antara 2-10 kg). Oleh Karena itu, tidak diperlukan adanya perubahan postur kerja secara keseluruhan. 9 Inspeksi Pada stasiun ini, gerakan posisi lengan atas berada dalam posisi flexion dengan sudut 45-90°. Postur lengan bawah pada stasiun ini cukup aman yaitu gerakan flexion dengan sudut antara 60-100°. Posisi pergelangan tangan berada dalam sudut 0-15° dan leher berada dalam 10-20°. Postur tubuh dalam kategori aman yaitu berdiri antara sudut 0-20°. Beban kerja yang ada juga termask kecil (antara 2-10 kg). 9 Pemotongan sisi Pada stasiun ini, gerakan posisi lengan atas berada dalam posisi flexion dengan sudut 45-90°. Postur lengan bawah pada stasiun ini cukup aman yaitu gerakan flexion dengan sudut antara 60-100°. Posisi pergelangan tangan berada dalam
90
sudut 0-15° dan leher berada dalam 10-20°. Postur tubuh dalam kategori aman yaitu berdiri antara sudut 0-20°. 4.2.3.2 Stasiun kerja dengan Action level 3 Hasil pengolahan data menyimpulkan bahwa stasiun kerja yang berada pada action level 3 adalah pembuatan profil, penempelan HPL pada papan, pemasukan papan ke dalam box. Pada stasiun kerja diatas posisi lengan atas berada dalam posisi flexion dengan sudut 20-45°. Posisi ini sudah baik karena posisi lengan lebih rendah daripada bahu. Postur lengan bawah berada dalam sudut 60-100°. Posisi tangan yang berada pada posis tersebut lebih dari 1 menit. Untuk postur leher, leher berada dalam 20 flexion. Sedangkan postur tubuh pada saat melakukan kegiatan kerja adalah berdiri dengan sudut 20-60°. Posisi ini masih dikategorikan aman karena sudut yang terbentuk masih dalam range 20-60°. Beban kerja yang ditangani juga termasuk kecil (antara 2 sampai 10 kg). Hal ini memberikan kesimpulan secara menyeluruh bahwa postur kerja pada ketiga stasiun yang berada pada action level 3 masih dalam kondisi aman, sehingga tidak diperlukan adanya perubahan dan analisa lebih lanjut. 4.2.3.2 Stasiun kerja dengan Action level 4 Hasil dari pengolahan data menyimpulkan bahwa pekerjaan yang dilakukan leh operator pada stasiun kerja yang diamati memiliki postur kerja di luar range yang aman, sehingga diperlukan adanya keseimbangan gerakan dengan adanya gerakan kontraksi otot statis. Kesimpulan dari RULA Surey menyarankan pada Action level 4 ini untuk segera dan secepatnya dilakukan investigasi dan perubahan metode kerja.
91
Stasiun kerja yang berada pada action level 4 adalah pengambilan papan dan HPL. Pada stasiun kerja ini posisi gerakan lengan berada dalam sudut lebih dari 90° flexion dengan kondisi bahu dinaikkan. Posisi ini sangat berbahaya karena posis tangan sudah lebih tinggi dari bahu. Postur lengan bawah lebih dari 100° flexion dengan lengan bawah bekerja melintasi sisi tengah tubuh. Gerakan pergelangan tangan berada dalam sudut lebih dari 15°. Posisi leher berada dalam extension. Postur tubuh sewaktu pengambilan papan dan HPL. Dalam posisi dengan membentuk sudut 0-20° flexion. Beban kerja yang ditangani 2 sampai 20 kg. Hal ini memberikan kesimpulan secara menyeluruh bahwa postur kerja pada ketiga stasiun yang berada pada action level 4 berada dalam kondisi tidak aman, sehingga diperlukan adanya analisa lebih lanjut. 4.2.4 Strain Index Dari semua stasiun kerja yang diamati, pengolahan data dengan menggunakan Strain Index didapatkan hasil yaitu, stasiun kerja yang Probably Safe, Difficult for This Tool to Classify, dan Probably Hazardous. 4.2.4.1 Stasiun Kerja Dengan Kategori Probably Safe Untuk kategori Probably Safe adalah stasiun-stasiun kerja sebagai berikut : 1. Pemotongan papan dan HPL 2. Penyemprotan lem pada papan 3. Penyemprotan lem pada sisi papan 4. Perekatan profil
92
5. Pengamplasan 6. Pembersihan lem sisa 7. Inspeksi akhir 8. Pemasukan papan kedalam box Dari hasil pengolahan data didapatkan bahwa pekerjaan yang dilakukan oleh operator pada stasiun kerja ini tergolong aman karena score Strain Index yang dihasilkan dari perkalian keenam variabel kerja (intensitas kerja, durasi kerja, kerja per menit, postur tangan/pergelangan tangan, kecepatan kerja, dan durasi kerja per hari) adalah lebih kecil dari 3. Dengan demikian tidak perlu dilakukan analisa lebih lanjut pada stasiun kerja ini. 4.2.4.2 Stasiun Kerja Dengan Kategori Difficult for The Tool to Classify Untuk kategori Difficult for The Tool to Classify adalah stasiun-stasiun kerja sebagai berikut : 1. Pembuatan profil 2. Penempelan HPL pada papan 3. Pemotongan sisi Dari hasil pengolahan data didapatkan bahwa pekerjaan yang dilakukan oleh operator pada stasiun-stasiun kerja ini kemungkinan bisa aman tetapi juga bisa berbahaya. Sehingga tool Strain Index ini sulit untuk mengklasifikasikan pekerjaan ini ke dalam tingkat berbahaya atau ke dalam tingkat aman. Hal ini disebabkan
93
karena score Strain Index yang dihasilkan dari perkalian keenam variabel kerja tersebut berada di antara tingkat aman (≤3) dan tingkat bahaya (≥7). 4.2.4.3 Stasiun Kerja Dengan Kategori Probably Hazardous Untuk kategori Probably Hazardous adalah stasiun kerja : Pengambilan papan dan HPL. Dari hasil pengolahan data didapatkan bahwa pekerjaan yang dilakukan oleh operator pada stasiun kerja ini berbahaya. Hal ini disebabkan karena score Strain Index yang dihasilkan dari perkalian keenam variabel kerja tersebut berada di atas tingkat bahaya (≥7), sehingga pada stasiun kerja ini perlu dilakukan analisa lebih lanjut mengenai hal-hal yang dapat menyebabkan cedera pada alat gerak atas pekerja. Untuk stasiun Pengambilan papan dan HPL penganalisaan gerakan dibagi atas 6 tahap diantaranya adalah : 1. Intensitas Exertion (usaha) Pada bagian ini didapatkan intensitas exertionnya adalah usaha yang nyata atau definit, persentase gerakannya tergolong 80% atau lebih (berdasarkan pengamatan distasiun kerja tersebut), dengan hasil nilai ratingnya adalah 5 dan nilai pengalinya adalah 13. 2. Durasi Exertion Persentase Durasi Exertion = 100 * (durasi dari semua exertion / waktu total observasi). Nilai yang didapatkan berdasarkan hasil perhitungan adalah 59.65 %, dengan hasil nilai ratingnya adalah 4 dan nilai pengalinya adalah 3.0.
94
3. Usaha tiap menit Setelah didapatkan jumlah exertion dari perhitungan sebelumnya dan juga telah diketahui waktu total observasi maka dapat didapatkan usaha tiap menit yang dikeluarkan. Namun waktu total observasi dihitung dalam menit terlebih dahulu. Perumusannya dapat dilihat dibawah ini : Usaha tiap menit = Jumlah dari exertion / Waktu Total Observasi Dengan nilai rating = 1 dan nilai pengalinya adalah 0.5. 4. Postur tangan Postur tangan dilihat berdasarkan pengamatan langsung, dan dicocokkan dengan pilihan yang ada dalam form pengumpulan data pada Strain Index hasilnya adalah Near Neutral dengan rentang Wrist extention sebesar 26 sampai 40 derajat, rentang wrist flexion sebesar 16 samapi 30 derajat dan rentang dari wrist ulnar deviation sebesar 16 sampai 20 derajat. Dengan pilihan posisi tersebut maka dapat disimpulkan criteria masuk kategori sedang, nilainya 3 dan nilai pengalinya 1.5. 5. Kecepatan kerja Pada form pengumpulan data terdapat 5 pilihan dalam kecepatan kerja dan pada stasiun ini kecepatan kerjanya adalah normal, dengan criteria penilaiannya adalah sedang, nilainya 3 dan nilai pengalinya 1.
95
6. Durasi dari pekerjaan tiap hari Berdasarkan pengamatan dan hasil wawancara maka dapat diketahui bahwa durasinya adalah 8 jam atau lebih tiap hari, dengan nilai yang diberikan 5 dan nilai pengalinya 1.5. Berdasarkan hasil kalkulasi diatas maka diketahui hasil nilai Strain Indexnya adalah 29.25 dan hal tersebut tergolong Probably Hazardouz. Nilai strain index tersebut dipengaruhi oleh tiap – tiap gerakan yang ditimbulkan dari stasiun kerja yang ada dan disesuaikan dengan nilai pengalinya. Rentang nilai yang ada pada Strain Index sudah disesuaikan dengan masing-masing posisi tubuh yang baik dan kurang baik bagi para pekerja dan hal tersebut sudah terdapat pada software ergoweb yang saya pergunakan. Untuk penghitungan pada stasiun kerja Pengambilan papan dan HPL dapat dilihat pada Lampiran 5.
4.3
Analisa Data
4.3.1 Analisa Stasiun Pengambilan papan dan HPL berdasarkan hasil RULA Survey dan Strain Index 4.3.1.1 Analisa Postur Lengan Atas Postur lengan atas operator dalam melakukan pekerjaan di stasiun kerja Setting Pintu ini berada posisi flexion dengan sudut lebih dari 90 derajat. Selain itu juga posisi tangan operator harus melakukan gerakan abduksi (lihat Gambar 2.3 Posisi 4). Posisi ini kurang baik karena pada saat melakukan gerakannya, posisi
96
tangan operator di atas bahu sehingga postur ini sedikit berisiko bagi operator dan beban yang ditangani oleh operator kira-kira 7 kg. Namun Menurut Bridger (1995) : 1. Apabila memungkinkan, bekerja dengan tangan yang berada dekat dengan ketinggian pinggang dan dekat dengan tubuh. 2. Apabila tangan harus bekerja dengan posisi di atas ketinggian bahu, ketinggiannya tidak boleh melebihi 35 derajat. Beban tangan tidak boleh melebihi 0.4 kg dan postur bahu tidak boleh ditahan melebihi 20 detik untuk setiap menit kerja. Dari keterangan Bridger diatas posisi operator pengambilan papan dan HPL kurang sesuai dan beban yang ditangani sedikit berbahaya karena posisi tangan pekerja berada diatas ketinggian bahu. Untuk postur bahu yang dialami oleh operator melebihi dari 20 detik sekitar 1 menit dan hal ini dapat mengekibatkan cidera pada bahu operator. 4.3.1.2 Analisa Postur Lengan Bawah Posisi lengan bawah operator di stasiun kerja pengambilan papan dan HPL ini adalah lengan bawah melakukan gerakan flexion dengan area gerakan lebih kecil dari 60 derajat dan lebih besar dari 100 derajat dari posisi tubuhnya (lihat Gambar 2.4 Posisi 2). Pada pekerjaan ini operator tidak melakukan gerakan supination dan pronation. Menurut Eko Nurmianto (1996), gerakan flexion dan extension pada sendi siku lengan bawah sebaiknya berada pada sudut 90-120 derajat, maka posisi lengan
97
bawah operator dalam melakukan pekerjaan pengambilan papan dan HPL berada pada posisi yang aman. 4.3.1.3 Analisa Postur Pergelangan Tangan dan Telapak Tangan Posisi
pergelangan
tangan
dibedakan
menjadi
tiga
bagian,
yaitu
flexion/extension, pronation/supination, dan ulnar/radial deviation (Bridger, 1995). Dalam melakukan pekerjaan di stasiun kerja ini, posisi pergelangan tangan operator berada pada posisi 15 derajat dalam gerakan flexion dan extension (lihat Gambar 2.5 Posisi 3). Posisi ini tidak baik karena posisi pergelangan tangan melebihi 15 derajat. Dan dalam melakukan pekerjaan ini pergelangan operator bisa cidera karena selain beban yang dipegang cukup berat dan memegang elebihi dari 20 detik. 4.3.1.4 Analisa Postur Leher Postur leher operator dalam melakukan pekerjaan di stasiun ini berada pada posisi extension (lihat Gambar 2.6 Posisi 4). Operator harus melakukan gerakan ini pada saat ingin memegang papan dan HPL. Dalam hal ini operator harus melihat ke atas sehingga leher tertekuk ke belakang, pada posisi ini tidak baik karena dapat menimbulkan cidera. Sebaiknya operator harus merubah posisinya menjadi tegak saja. Hal ini disebabkan karena gerakan flexion
lebih aman dan nyaman bila
dibandingkan dengan pergerakan extension. 4.3.1.5 Analisa Postur Tubuh Untuk pekerjaan pada stasiun kerja pengambilan papan dan HPL ini operator melakukannya dengan berdiri dan posisi tubuh operator pada saat memegang papan
98
dan HPL adalah berada pada sudut antara 0 - 20 derajat dengan pergerakan flexion (lihat Gambar 2.7 Posisi 2) bahkan lebih banyak pergerakan kurang dari 20 derajat. Gerakan yang dilakukan memang selalu berdiri namun hal itu selalu dibarengi dengan jalan (berjalan bolak-balik) sehingga tidak menimbulkan gerakan yang statis (Grandjean, 1985). 4.3.1.6 Analisa Intensitas Exertion Dari hasil pengolahan data didapatkan bahwa pekerjaan yang dilakukan oleh operator pada stasiun kerja ini berbahaya. Hal ini disebabkan karena score Strain Index yang dihasilkan dari perkalian keenam variabel kerja tersebut berada di atas tingkat bahaya (≥7). Selain itu juga hal yang menyebabkan stasiun ini dikategorikan berbahaya adalah karena persentase durasi exertion pekerja yang sebesar 50 % sampai 79 % dari waktu kerjanya. Dengan adanya durasi exertion sebesar itu dapat digolongkan pekerjaannya lebih ke posisi atau gerakan yang statis dalam waktu yang cukup lama atau dapat dikatakan posisi kerja yang dilakukan pada saat itu lebih banyak kerjaan statis. Hal ini tentunya akan menyebabkan pekerja merasa lelah, karena posisi pekerja pada saat pengambilan papan dan HPL adalah posisi (kontraksi yang statis yakni memegang pintu juga hampir berdiri secara terus menerus dan selalu berjalan bolak-balik dengan posisi lengan bawah yang masih kurang baik serta posisi tubuh dan leher operator melakukan pergerakan flexion dengan sudut yang cukup besar. Ini tentunya akan semakin menambah resiko cidera pada operator tersebut.