AUDIT KECURANGAN TERHADAP FUNGSI PENJUALAN DAN FUNGSI PENERIMAAN KAS PADA CV. LIGA CIPTA GARMINDO
Kenny Dosen Pembimbing : Gatot Imam Nugroho, Drs., Ak., M.M
Universitas Bina Nusantara Jl. Kebon Jeruk Raya No. 27, Jakarta Barat, Telp 021 5345830, 5350660 Email :
[email protected]
ABSTRAK
Tujuan dilakukannya audit kecurangan adalah untuk mengetahui apakah benar telah terjadi penyimpangan atau kecurangan baik yang dilakukan secara sengaja maupun tidak sengaja dalam organisasi tertentu. Faktor-faktor penyebab kecurangan adalah keserakahan, kesempatan, kebutuhan, dan pengungkapan. Bentuk kecurangan yang dapat terjadi dalam fungsi penjualan dan penerimaan kas meliputi penggelapan uang, tidak mencatat penjualan, penjualan yang dibuat secara fiktif, penerimaan kas yang tidak dicatat, penundaan pencatatan penerimaan kas, saldo kas yang tidak dilaporkan sesuai keadaan yang sesungguhnya, dll. Objek dalam penelitian ini merupakan suatu perusahaan CV yang bergerak dibidang garment. Penulis melakukan pengamatan fisik terhadap fungsi penjualan dan penerimaan kas melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif dengan menggunakan analisis deskriptif. Dari hasil kegiatan yang dilakukan pada CV. Liga Cipta Garmindo ditemukan adanya kecurangan yang disebabkan karena pengendalian internal dalam perusahaan yang kurang terkendali secara menyeluruh, terutama pada pembagian tanggung jawab terhadap karyawan. Adanya rangkap jabatan antara bagian penjualan dan penagihan sangat rentan terhadap terjadinya kecurangan. Rekomendasi dari kelemahan tersebut adalah perusahaan harus memiliki pembagian tugas yang jelas terhadap karyawannya serta meningkatkan pengawasan oleh pihak manajemen terutama direktur perusahaan untuk mengontrol sistem dalam perusahaan dan kinerja karyawannya.
Kata Kunci : Audit kecurangan, penjualan, penerimaan kas
ABSTRACT
The purpose of fraud audit was to determine whether there has been irregularities or fraud committed either intentionally or unintentionally in a particular organization. The factors that cause of fraud is greed, chance, necessity, and disclosure. Form of cheating that can occur in sales and cash receipts functions include embezzlement, not record sales, fictitious sales generated, cash receipts were not recorded, the recording delay the receipt of cash, cash balances are not reported according to the real situation, etc.. Objects in this study is a company engaged in the garment CV. Authors performed a physical observation of the functions of sales and cash receipts through interviews, observation, and documentation. The method used is a qualitative method by using descriptive analysis. From the results of activities undertaken in the CV. Liga Cipta Garmindo found fraud that caused the company's internal controls are less restrained as a whole, especially the division of responsibilities to employees. The existence of duplicate positions between the sales and billing are highly vulnerable to fraud. Recommendations from these weaknesses is the company should have a clear division of tasks to employees and to improve oversight by management, especially directors of the company to control the performance of systems within the company and its employees.
Key words: Fraud audit, sales, cash receipts
Pendahuluan
Latar belakang dalam penelitian ini yaitu penjualan dan penerimaan kas merupakan masalah yang sering dihadapi oleh perusahaan, antara lain rawan terhadap kecurangan, perusahaan perlu melakukan tindakan untuk mendeteksi dan mencegah terjadinya kecurangan agar perusahaan tidak mengalami kerugian, dan sistem pengendalian internal dalam perusahaan serta metode bisnis yang digunakan menentukan tingkat efektivitas, efisiensi, dan ekonomis perusahaan. Rumusan masalah yang diteliti yaitu bagaimana cara mendeteksi, mengidentifikasi, dan mencegah kecurangan terhadap fungsi penjualan dan penerimaan kas pada perusahaan yang diteliti. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk menilai aktivitas kegiatan perusahaan, menilai apakah kegiatan penjualan dan penerimaan kas telah terlaksana dengan baik, menilai apakah telah terjadi tindakan kecurangan atau tindakan-tindakan yang memungkinkan untuk dapat terjadi kecurangan yang tidak diketahui oleh perusahaan, dan mengevaluasi dan memberikan saran serta rekomendasi perbaikan atas kelemahan yang ditemukan. Sebagai contoh di Indonesia dapat dikemukakan kasus yang terjadi pada PT. Kimia Farma Tbk (PT. KF). PT. KF adalah badan usaha milik negara yang sahamnya telah diperdagangkan di bursa. Berdasarkan indikasi oleh Kementrian BUMN dan pemeriksaan Bapepam (Bapepam, 2002) ditemukan adanya salah saji dalam laporan keuangan yang mengakibatkan lebih saji (overstatement) laba bersih untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2001 sebesar Rp 32,7 miliar yang merupakan 2,3% dari penjualan dan 24,7% dari laba bersih. Salah saji ini terjadi dengan cara melebih sajikan penjualan dan persediaan pada 3 unit usaha dan dilakukan dengan menggelembungkan harga persediaan pada unit distribusi PT. KF per 31 Desember 2001. Selain itu manajemen PT. KF melakukan pencatatan ganda atas penjualan pada 2 unit usaha. Pencatatan ganda itu dilakukan pada unit-unit yang tidak disamping oleh auditor eksternal. Terhadap auditor eksternal yang mengaudit laporan keuangan PT. KF per 31Desember 2001, Bapepam menyimpulkan auditor eksternal telah melakukan prosedur audit sampling yang telah diatur dalam Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) dan tidak ditemukan adanya unsur kesengajaan membantu manajemen PT. KF menggelembungkan keuntungan. Bapepam mengemukakan proses audit tersebut tidakberhasil mendeteksi adanya penggelembungan laba yang dilakukan PT. KF. Atas temuan ini kepada PT. KF Bapepam memberikan sanksi administratif sebesar Rp 500 juta. Rp 1 milyar terhadap direksi lama PT. KF dan Rp 100 juta kepada auditor eksternal (Bapepam 2002).
Selain itu, pada penelitian yang dilakukan oleh Windy yang berjudul Audit Kecurangan Terhadap Fungsi Penjualan dan Piutang Pada PT. Planetama Holiday Tourindo juga ditemukan beberapa temuan diantaranya yaitu perusahaan tidak melakukan penelitian mengenai pelanggan baru secara detail mengenai pelanggan, perusahaan tidak memiliki kebijkan mengenai pemberian sanksi atas keterlambatan pembayaran piutang yang telah jatuh tempo, perusahaan tidak memiliki bagian internal audit yang independen untuk melaksanakan pemeriksaan terhadap laporan penjualan dan pelaksanaan sistem dan prosedur yang telah ditetapkan oleh perusahaan, perusahaan tidak pernak melakukan konfirmasi piutang secara periodik kepada pelanggan, dan di dalam perusahaan tidak terdapat kebijakan yang memadai untuk mendukung kegiatan penjualan. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif. Metode pengumpulan datanya diperoleh dari hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi. Rekomendasi yang diberikan oleh peneliti adalah perusahaan seharusnya membuat kebijakan dan persyaratan mengenai pelanggan baru yang ingin melakukan transaksi secara kredit, sehingga jumlah pelanggan yang sering terlambat melunasi piutangnya dapat berkurang, perusahaan sebaiknya menetapkan kebijakan untuk pemberian sanksi kepada pelanggan yang terlambat melunasi hutangnya, perusahaan sebaiknya membentuk bagian internal audit yang bertugas membantu manajemen dalam melaksanakan tanggung jawabnya dengan memberikan analisa, penilaian, saran, dan komentar mengenai kegiatan yang diperiksanya, sehingga kebijakan yang ada benar-benar dapat terkendali, perusahaan harus membuat konfirmasi piutang dan harus memberikan secara periodik kepada pelanggan, dan rekomendasi yang terakhir perusahaan membuat kebijakan mengenai penjualan dan piutang dalam perusahaan yang bertujuan untuk terhindar dari kerugian yang materil. Pada penelitian yang dilakukan oleh penulis yang berjudul Audit Kecurangan Terhadap Fungsi Penjualan Dan Fungsi Penerimaan Kas Pada CV. Liga Cipta Garmindo juga ditemukan beberapa kelemahan-kelemahan yang dapat berpotensi untuk terjadi tindakan kecurangan. Dalam kegiatan distribusinya CV. Liga Cipta Garmindo melakukan penjualan produk dengan mempercayai sales yang memasarkan produknya. Penjualan yang dilakukan tidak hanya penjualan tunai saja, tetapi juga melayani penjualan kredit. Penjualan kredit tidak segera menghasilkan penerimaan kas, tetapi menimbulkan piutang usaha dan barulah kemudian pada hari jatuh temponya, terjadi aliran kas masuk (cash in flow) yang berasal dari pengumpulan piutang tersebut. Oleh karena itu peneliti melihat bahwa besar peluang dan kemungkinan yang dapat terjadi untuk melakukan tindakan kecurangan. Karena dari aktivitas penjualan sampai penagihan piutang sering kali dilakukan oleh orang yang sama. Di sisi lain bahwa perusahaan ini tidak memiliki auditor internal. Hal ini menjadi sorotan bagi peneliti karena besar kemungkinan untuk terjadi kecurangan. Kecurangan yang dilakukan dapat berakibat pada berkurangnya pendapatan yang diterima oleh perusahaan. Salah satu cara yang dapat dilakukan oleh perusahaan untuk mencegah terjadinya kecurangan adalah dengan pelaksanaan pengendalian intern yang baik. Pengendalian intern merupakan suatu rencana organisasi dan metode bisnis yang digunakan untuk meningkatkan efektivitas, efisiensi, dan ekonomis perusahaan. Diharapakan dari pelaksanaan pengendalian intern yang baik dapat mengurangi penyelewengan dan mendeteksi kecurangan sedini mungkin. Namun kadang kala pengendalian intern saja tidak cukup untuk mencegah dan mendeteksi terjadinya fraud (kecurangan), oleh karena itu perlu dilakukan audit kecurangan untuk mengetahui apakah telah terjadi kecurangan atau tidak yang dilakukan oleh pihak internal perusahaan.
Metode Penelitian
Jenis dan Sumber Data Jenis data dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Metode penelitian kualitatif adalah metode yang prosedur penelitiannya bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis dengan pendekatan induktif berupa kata-kata lisan dari orang-orang dan data yang dapat diamati. Pengertian metode penelitian kualitatif menurut Sugiyono (2009:1) :
“Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara tringulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekanan makna daripada generalisasi”. Masalah dalam penelitian kualitatif bersifat sementara, tentative dan akan berkembang atau berganti setelah peneliti berada di lapangan (Sugiyono, 2007:238). •
•
Jenis data dalam penelitian ini bersumber dari data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang langsung dari sumber data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber aslinya dan menggunakan metode pengumpulan data yang original. Data primer dalam penelitian ini diperoleh melalui wawancara, observasi langsung pada perusahaan, dan dokumentasi. Data sekunder adalah data yang telah dikumpulkan oleh lembaga pengumpul dan dipublikasikan kepada masyarkat pengguna data. Data sekunder dalam penelitian ini berupa data literatur atau studi kepustakaan terhadap materi pembelajaran yang mempunyai hubungan dengan masalah yang diteliti.
Metode Pengumpulan Data Metode yang dilakukan dalam mengumpulkan data antara lain: 1.
2.
3.
4.
Wawancara Wawancara dilakukan kepada direktur, bagian penjualan dan bagian keuangan yang berhubungan dengan fungsi penjualan dan penerimaan kas. Wawancara dilakukan dengan maksud untuk memperoleh informasi langsung mengenai kebijakan dan prosedur yang dijalankan oleh perusahaan. Observasi Observasi atau pengamatan langsung dilakukan terhadap aktivitas yang dilakukan perusahaan dalam hal yang berkaitan dengan penjualan dan penerimaan kas. Dokumentasi Dokumentasi dilakukan dengan mengumpulkan data-data berupa dokumen perusahaan, seperti fotokopi catatan peneriman kas, laporan penjualan harian, faktur penjualan. Penelitian kepustakaan Penelitian kepustakaan dilakukan melalui studi literatur atau studi kepustakaan yang diperoleh melalui buku-buku referensi, internet, dan sumber lainnya yang bersangkutan dengan masalah yang diteliti untuk memperoleh data yang relevan.
Metode Penyajian Data Metode penyajian data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian secara mendetail terhadap masalah-masalah berupa fakta dimana pelaksanaan dan hasil penelitian tidak terbatas pada pengumpulan dan penyusunan data atau hanya untuk memberi gambaran secara objektif tentang keadaan yang sebenarnya dari objek yang diteliti tetapi meliputi analisis dan interpretasi data. Rancangan penelitian ini berupa pemahaman kasus pada CV. Liga Cipta Garmindo dimana penelitian membahas suatu kasus lebih mendalam dan menarik kesimpulan atas masalah yang dibahas.
Hasil dan Bahasan
Perusahan memberikan kebijakan kepada sales dan customer untuk membuat kesepakatan dalam menentukan tanggal jatuh tempo pembayaran penjualan kredit.
Perusahaan tidak memiliki batas jatuh tempo tetap bagi customer untuk melunasi hutangnya, semua tergantung dari kesepakatan antara sales perusahaan dengan customer yang bersangkutan. Bagian penjualan hanya akan menerima sales order yang dibuat oleh sales. Sales dapat memanipulasi tanggal jatuh tempo yang disepakati. Misalnya customer sanggup melunasi hutangnya 10 hari pada saat tanggal pembelian, namun oleh sales dilaporkan bahwa customer sanggup melunasi hutangnya 20 hari sejak tanggal pembelian. Dengan demikian bagian penagihan akan mendapatkan uang lebih awal dari tanggal yang dilaporkan, mengingat bagian sales dan bagian penagihan sering dilakukan oleh orang yang sama. Dalam hal ini seharusnya perusahaan memiliki kebijakan dalam menentukan tanggal penagihan yang tertulis dan berlaku bagi seluruh customer tanpa membeda-bedakan berapa hari tanggal penjualan. Selain itu pemisahan tugas antara bagian sales dan bagian penagihan juga harus dibedakan, karena mudah untuk melakukan tindakan kecurangan. Hal ini disebabkan karena perusahaan ingin memberikan kebebasan bagi customer untuk menentukan tanggal kapan ia dapat melunasi hutangnya, selain itu adanya rangkap jabatan antara bagian sales dan penagihan dimaksudkan untuk lebih mempermudah mengingat kapan tanggal jatuh tempo penagihan. Akibatnya bagian sales dan juga yang merupakan bagian penagihan dapat melakukan penyelewengan terhadap uang pelunasan piutang dari pelanggan. Bagian penagihan dapat menggunakan hasil penagihan piutang tersebut dahulu untuk kepentingan pribadinya. Hal ini dikenal dengan istilah lapping, dimana tagihan hari ini dari pelanggan A akan dipakai terlebih dahulu secara pribadi dan bila nanti saatnya menagih pelanggan B maka akan dimasukkan atau diakui sebagai penagihan pelanggan A dan seterusnya. Prinsip yang dipakai disini adalah tutup lubang gali lubang. Dalam hal ini sebaiknya perusahaan mempunyai batas jatuh tempo penagihan yang sama, seperti setiap customer yang melakukan pembelian kredit harus melunasi hutangnya paling lama 30 hari dari tanggal transaksi, dan batas jatuh tempo harus dijelaskan tertulis pada faktur penjualan. Namun apabila customer mampu melunasi hutangnya sebelum tanggal jatuh tempo, customer dapat mengkonfirmasi kepada bagain keuangan yang ada di kantor dengan cara menghubungi kantor, kemudian bagian penagihan keuangan yang akan memberitahu kepada bagian penagihan kepada customer yang bersangkutan, dengan demikian adanya pengawasan antara bagian keuangan dengan bagian penjualan.
Perusahaan tidak memberikan sanksi maupun denda kepada pelanggan yang terlambat membayar piutang yang telah jatuh tempo. Perusahaan tidak memiliki kebijakan mengenai pemberian sanksi atas keterlambatan pembayaran piutang yang telah jatuh tempo. Sehingga perusahaan sering mengalami pembayaran yang tertunda dari pelanggan yang terlambat melunasi hutangnya. Hal ini menyebabkan laporan arus penerimaan kas yang mengalami kemacetan. Seharusnya perusahaan memberikan sanksi kepada pelanggan yang tidak melunasi hutangnya pada saat jatuh tempo, yaitu berupa denda atau bunga atas piutang yang terlambat dibayar. Semakin menunggak pembayaran piutang maka semakin besar pula bunga yang harus dibayar. Hal ini disebabkan karena perusahaan takut kehilangan order penjualan apabila memberikan denda/bunga kepada pelanggannya. Akibatnya akan banyak pelanggan yang melakukan pembayaran melebihi batas waktu yang telah ditetapkan, para pelanggan menjadi tidak takut terhadap kebijakan perusahaan, karena menganggap bahwa kesepakatan tersebut hanya sebuah formalitas semata. Sebaiknya perusahaan menetapkan kebijakan untuk memberikan sanksi kepada pelanggan yang terlambat bagi pelanggan yang terlambat melunasi hutangnya pada saat jatuh tempo, yaitu berupa sanksi denda yang harus dibayar oleh pelanggan yang terlambat melunasi hutangnya. Pelanggan akan berusaha untuk menaati peraturan tersebut karena hal ini memang merupakan kebijakan dari perusahaan.
Adanya rangkap jabatan antara bagian sales dengan bagian penagihan. Bagian sales dan bagian penagihan sering kali dilakukan oleh orang yang sama sehingga rawan sekali terhadap tindakan kecurangan karena hal tersebut tentu memudahkan untuk mendapatkan informasi secara keseluruhan karena setiap bagiannya merupakan bagian dari tanggung jawabnya. Sebaiknya perusahaan memiliki pembagian tugas yang jelas antara masing-masing karyawan sehingga tidak terjadi adanya rangkap jabatan. Struktur organisasi yang dimiliki oleh perusahaan sebaiknya dijalankan dengan semaksimal mungkin. Adanya rangkap jabatan ini sering terjadi pada penjualan yang terdapat di Jakarta, lemahnya pengawasan akan mempermudah tindakan kecurangan. Penyebabnya dari penggabungan fungsi ini adalah karena terbatasnya staff. Terbatasnya staff ini berkaitan dengan tujuan perusahaan untuk meningkatkan efisiensi tenaga kerja. Perusahaan juga berfikir bahwa antara bagian sales dengan bagian penagihan piutang terhadap customer akan lebih mudah jika dilakukan oleh orang yang sama karena akan mempermudah untuk mengingatnya. Akibatnya akan memudahkan bagi seseorang untuk melakukan tindakan kecurangan pada saat penagihan, dimana uang tersebut dapat ia gunakan untuk kepentingan pribadi. Sebaiknya perusahaan memiliki pembagian tugas yang jelas antara masing-masing karyawan sehingga tidak adanya rangkap jabatan sehingga dapat meminimalisasikan tindakan kecurangan.
Perusahaan tidak memiliki pedoman dalam pemberian potongan harga yang jelas dan tertulis kepada customer. Perusahaan tidak memiliki pedoman tertulis kepada customer mengenai besarnya potongan harga yang diberikan. Potongan harga diberikan khusus untuk pelanggan yang membayar barang belanjaannya secara tunai. Besarnya potongan tersebut tergantung pada banyaknya barang yang dibeli. Potongan harga tersebut diberikan berkisar antara 5-10% dan disampaikan secara lisan saja. Hal ini dapat memberikan peluang bagi sales untuk membuat keputusan pribadi dalam menentukan besarnya potongan yang diberikan. Bisa saja ia melaporkan pada perusahaan bahwa potongan yang diberikan 10% padahal kenyataannya potongan yang ia berikan kepada customer hanya sebesar 5%, kelebihan dari 5% tersebut tentu akan ia gunakan untuk keuntungan pribadi. Dalam hal pemberian potongan harga perusahaan sebaiknya memiliki kebijakan dan prosedur yang diberikan secara tertulis (formal). Hal ini dimaksudkan agar perusahaan mempunyai peraturan konsisten yang jelas dan terarah sehingga memudahkan pekerjaan agar dalam melakukan pekerjaan mempunyai keseragaman aturan sehingga tidak mengakibatkan kesalahan persepsi yang berbeda-beda dan berakhir pada tercapainya tujuan yang telah disepakati. Perusahaan menganggap kebijakan seperti ini tidak perlu tuliskan dikarenakan banyak faktor yang dapat mempengaruhi aktivitas penerimaan seperti kondisi ekonomi yang selalu berubah-ubah membuat perusahaan menganggap dapat memperlambat pengambilan keputusan apabila sewaktu-waktu terdapat perubahan sehingga tidak perlu membuat kebijakan potongan harga agar dapat dengan mudah dan cepat harga dapat disesuaikan dengan perubahan situasi dan kondisi. Akibatnya kegiatan melayani customer tidak berjalan efektif dan merata dalam arti terdapat customer yang tidak diberikan potongan harga atau potongan harga yang diberikan tidak sesuai dengan kondisi customer. Sales akan selalu melaporkan kepada perusahaan besarnya potongan harga yang diberikan lebih besar dari seharusnya, padahal kenyataanya potongan yang diberikan tidak sebesar yang dilaporkan, sehingga besar kelebihan uang yang dibayar tersebut dapat digunakan oleh sales untuk kepentingan pribadi. Perusahaan sebaiknya sudah melampirkan besarnya potongan pada kwitansi pembayaran yang dilakukan secara tunai, dan besarnya potongan tersebut diberikan sama besar bagi perusahaan yang melakukan pembayaran secara tunai. Perusahaan harus menentukan secara tetap besarnya potongan penjualan yang akan diberikan, seperti pembelian dibawah 100 lusin diberikan potongan 5% dan pembelian diatas 100 lusin diberikan potongan 10%.
Perusahaan tidak memiliki internal auditor. Perusahaan tidak memiliki internal auditor yang menilai kinerja perusahaan. Direktur memeriksa kembali laporan keuangan yang dibuat oleh bagian keuangan sebulan sekali dan sesekali meninjau kinerja karyawannya. Direktur memberikan kepercayaan yang besar terhadap karyawannya sehingga tidak perlu dilakukan pemantauan secara berlebihan. Direktur merasa tidak memerlukan adanya internal auditor karena pengawasan secara keseluruhan dapat dilakukan sendiri oleh direktur. Hal ini disebabkan karena perusahaan telah mempertimbangkan besarnya cost yang harus dikeluarkan apabila perusahaan membentuk internal auditor. Perusahaan juga telah mempercayakan seluruh kegiatan pekerjaan kepada karyawan yang terlibat dalam bagiannya masing-masing, khususnya bagian keuangan. Akibatnya peluang terjadinya kecurangan dan penyelewengan yang dilakukan karyawan lebih besar karena pemantauan tidak dilakukan secara periodik. Laporan keuangan hanya akan diperiksa sebulan sekali dapat memberikan peluang pada bagian keuangan untuk melakukan tindakan kecurangan, seperti penghapusan piutang, dll. Perusahaan sebaiknya meningkatkan pengendalian internal dengan melakukan pemantauan terhadap aktivitas di dalam perusahaan secara rutin. Dengan pengawasan yang rutin maka dapat dilihat kelemahan yang terdapat dalam perusahaan sehingga dapat dicari solusi untuk perbaikan kedepannya. Dengan perusahaan membentuk internal auditor, maka kegiatan perusahaan menjadi lebih terkontrol sehingga apabila terdapat kecurangan ataupun penyelewengan dapat segera terdeteksi.
Sistem pencatatan yang masih dilakukan secara manual Dalam pencatatan dan penyusunan laporan keuangan semuanya masih dilakukan secara manual, sehingga sering terjadi kesalahan dalam pencatatan dan perhitungan keuangan perusahaan. Sebaiknya perusahaan mulai beralih pada penggunakan teknologi informatika seperti penggunaan software akuntansi yang dapat mempermudah dan meminimalisasikan kecurangan. Hal ini disebabkan perusahaan belum menggunakan sistem komputer karena keterbatasan kemampuan tenaga kerjanya untuk menggunakan komputer. Akibatnya karyawan akan dengan mudah melakukan tindakan kecurangan dengan memanipulasi laporan keuangan yang ada. Sebaiknya perusahaan beralih dengan menggunakan sistem komputer karena akan lebih mudah bagi perusahaan untuk mengakses seluruh data dan laporan keuangan perusahaan secara keseluruhan karena semua data-data tersimpan dalam server komputer. Selain itu peluang bagi karyawan untuk melakukan tindakan kecurangan juga semakin sempit.
Implikasi Dari hasil analisis diatas, dapat diidentifikasikan adanya temuan-temuan audit yang merugikan perusahaan, yang disebabkan karena lemahnya pengendalian internal yang terdapat dalam perusahaan, khususnya pada bagian penjualan dan keuangan, sehingga mengakibatkan ada pihak-pihak tertentu yang berusaha untuk mengambil kesempatan untuk melakukan tindakan kecurangan. Terlebih lagi apabila kelemahan-kelemahan tersebut dibiarkan lebih lanjut tentu akan memberikan dampak yang semakin buruk bagi perusahaan sehingga akan sangat merugikan perusahaan. Setelah auditor melakukan audit kecurangan pada CV. Liga cipta Garmindo ditemukan beberapa kecurangan yang memang pernah terjadi pada perusahaan ini. Dalam hal efisiensi tenaga kerja, adanya penggabungan antara bagian sales dengan bagian penagihan ditemukan kecurangan dalam bentuk penyalahgunaan dokumen, dimana pada kasus ini besar uang yang diserahkan pada bagian kasir tidak
sesuai dengan jumlah yang diterimanya. Adanya lebih bayar tersebut digunakan untuk kepentingan pribadi. Kecurangan seperti ini dapat terbukti karena ditemukan adanya penggandaaan faktur yang dilakukan oleh bagian penjualan yang juga merupakan bagian penagihan tersebut. Total kerugian akibat penggandaan faktur tersebut berjumlah Rp 8.370.000,00, dimana seharusnya dibutuhkan pengawasan yang lebih ketat agar tidak ada kemudahan bagi karyawan untuk mengambil dokumen dari yang seharusnya. Pada bagian keuangan mengingat semua sistem pencatatan masih dilakukan secara manual sehingga didapati bahwa kasir sering melakukan manipulasi pada laporan penerimaan kas, karena kurangnya pengawasan pada bagian keuangan sehingga didapati adanya pelanggaran uang kas dimana terdapat selisih antara jumlah kas yang diterima dengan yang seharusnya. Diketahui bahwa selisih tersebut sebesar Rp 6.550.000,00. Hal ini dapat diketahui dengan membandingkan faktur penjualan dengan pencatatan yang terdapat dalam buku besar perusahaan. Melihat hal ini seharusnya bagian keuangan meningkatkan pengawasannya terhadap keberadaan uang kas yang dikelolah oleh kasir, dengan meningkatkan ketelitian dalam memeriksa bukti penerimaan kas masuk dengan buku catatan kasir atau pun dengan melakukan cash opname. Selain itu adanya penyelewengan yang dilakukan oleh bagian keuangan dan bagian penjualan yang melakukan kerja sama bahwa dilaporkan bahwa ada terjadinya retur penjualan padahal pada kenyataannya tidak, sehingga mengakibatkan berkurangnya piutang perusahaan sebesar Rp. 3.600.000,00. Hal ini dapat diketahui setelah dilakukan pengkonfirmasian dengan bagian gudang mengenai barang yang diretur. Lemahnya pengendalian internal dalam perusahaan akan memungkinkan untuk terjadinya kecurangan-kecurangan lain yang dapat terjadi seperti yang sudah dijelaskan pada bagian fraud scenario dan temuan audit, mengingat fungsi penjualan dan penerimaan kas merupakan bagian yang rawan untuk terjadi tindakan fraud. Dampak dari segala tindakan kecurangan ini adalah perusahaan harus menanggung sejumlah kerugian materiil, maka sangat dianjurkan kepada perusahaan untuk melakukan peninjauan kembali pelaksanaan operasi yang selama ini dijalankan dengan memperbaiki kelemahan-kelemahan sehingga dapat meminimalisasi terjadinya kecurangan.
Simpulan Dan Saran
Simpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dalam menganalisis dan mengevaluasi sistem penjualan dan penerimaan kas pada CV. Liga Cipta Garmindo, secara garis besar proses penjualan dapat dikatakan telah berjalan dengan baik, namun disamping itu masih ada beberapa prosedur yang harus diperbaiki seperti adanya rangkap jabatan yang sangat rawan terhadap tindakan kecurangan, terutama pada penjualan yang dilakukan secara tunai. Untuk fungsi penerimaan kas secara garis besar proses pencatatan juga telah berjalan dengan baik, laporan harian dan bulanan tercatat dengan rapi, namun akan lebih baik jika pencatatan dilakukan dengan menggunakan teknologi komputer, karena akan mempermudah bagi perusahaan untuk mengontrol pencatatan yang ada, serta meminimalisasikan tindakan kecurangan. Berdasarkan pengamatan audit serta uraian dan evaluasi pada bab-bab sebelumnya, penulis menarik kesimpulan sebagai berikut: 1.
2.
Perusahaan tidak memiliki kebijakan yang pasti dalam menentukan tanggal jatuh tempo penjualan kredit, karena keputusan tanggal jatuh tempo disepakati oleh sales dengan customer yang bersangkutan. Dan pada saat penagihan, antara sales dengan bagian penagihan sering dilakukan oleh orang yang sama. Hal ini tentu akan memberikan peluang bagi sales tersebut untuk mengambil kesempatan untuk melakukan tindakan kecurangan. Perusahaan tidak memiliki kebijakan untuk memberikan sanksi ataupun denda kepada pelanggan yang terlambat membayar piutang yang telah jatuh tempo. Hal ini menyebabkan banyak pelanggan yang melakukan pembayaran tidak tepat pada waktu jatuh tempo.
3.
4.
5.
6.
Secara keseluruhan pembagian struktur organisasi dan pembagian kerja pada perusahaan ini sudah berjalan dengan baik, namun terhadap beberapa karyawan masih sering terjadi adanya rangkap jabatan antara bagian sales dan bagian penagihan, mengingat karyawan tersebut yang sudah bekerja cukup lama pada perusahaan serta kurangnya tenaga kerja untuk penjualan yang terdapat di Jakarta. Perusahaan tidak memiliki pedoman dalam pemberian potongan harga yang jelas dan tertulis kepada customer sehingga mengakibatkan kegiatan dalam melayani customer tidak berjalan efektif dan tidak merata dalam arti terdapat customer yang diberikan potongan harga tidak sesuai dengan kondisi yang sebenarnya. Perusahaan tidak memiliki bagian internal auditor yang independen untuk memeriksa seluruh kegiatan internal perusahaan, khususnya terhadap laporan penjualan dan laporan penerimaan kas. Kegiatan pengawasan secara keseluruhan masih dilakukan sendiri oleh direktur perusahaan. Sistem pencatatan laporan keuangan masih dilakukan secara manual, sehingga rentan terjadinya kesalahan pencatatan dan mempermudah bagi bagian keuangan untuk melakukan manipulasi dalam pencatatan.
Saran
Berdasarkan pada simpulan diatas, penulis memberikan saran sebagai berikut: 1.
2.
3.
4.
5.
6.
Sebaiknya perusahaan mempunyai kebijakan dalam menentukan batas jatuh tempo penagihan yang sama, seperti setiap customer yang melakukan pembelian kredit harus melunasi hutangnya dan batas jatuh tempo harus dijelaskan tertulis pada faktur penjualan. Sebaiknya perusahaan menetapkan kebijakan untuk memberikan sanksi kepada pelanggan yang terlambat bagi pelanggan yang terlambat melunasi hutangnya pada saat jatuh tempo, yaitu berupa sanksi denda yang harus dibayar oleh pelanggan yang terlambat melunasi hutangnya. Dengan demikian pelanggan tentu akan berusaha untuk menaati peraturan yang merupakan kebijakan dari perusahaan. Sebaiknya perusahaan memiliki pembagian tugas yang jelas antara masing-masing karyawan sehingga tidak adanya rangkap jabatan sehingga dapat meminimalisasikan tindakan kecurangan, seperti terjadinya lapping. Sebaiknya pimpinan perusahaan membuat pedoman secara tertulis dalam menentukan besarnya potongan harga yang akan diberikan kepada customer. Dengan demikian proses transaksi penjualan akan berjalan dengan efektif dan customer dapat memperoleh informasi dengan jelas dan tepat. Sebaiknya perusahaan membentuk bagian internal audit yang bertugas untuk membantu direktur dalam mengontrol internal perusahaan, khususnya terhadap fungsi penjualan dan penerimaan kas dengan menganalisa, melakukan penilaian dan memberikan saran dan komentar kepada direktur sebagai masukan sehingga kebijakan perusahaan dapat terkendali dengan baik. Sebaiknya perusahaan beralih dengan menggunakan sistem komputer karena akan lebih mudah bagi perusahaan untuk mengakses seluruh data dan laporan keuangan perusahaan secara keseluruhan karena semua data-data tersimpan dalam server komputer. Selain itu peluang bagi karyawan untuk melakukan tindakan kecurangan juga semakin sempit.
Referensi
Agoes, Sukrisno. (2004). Auditing (Pemeriksaan Akuntan) oleh Kantor Akuntan Publik. Jakarta: Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Alberth. (2004). Fraud Examination & Prevention. South Western: Thomson.
Andre, Rafli. (2009). Audit Kecurangan. http://rafliandre.blogspot.com/2009/11/audit-kecurangan-auditfraud.html. Diakses tanggal 15 November 2009. Arens, Alvin A. and Loebecke, James K., alih bahasa oleh Amir Abadi Jusuf. (2003). Auditing Suatu Pendekatan Terpadu, buku satu, edisi kelima. Jakarta: Salemba Empat. Boynton, W.C., Johns, R.N., Kell, W.G.. (2001). Modern Auditing 8th ed. Canada: John Wiley & Sons, Inc. G. Jack Bologna, Robert J. Lindquist, alih bahasa oleh Amin Widjaja. (2005). Fraud Auditing and Forensic Accounting: New Tools and Techniques. Canada: John Wiley & Sons. G. Jack Bologna, Robert J. Lindquist. (2006). Fraud Auditing and Forensic Accounting (3rd ed). Canada: John Wiley & Sons. H. Kusnadi. (2000). Akuntansi Keuangan Menengah. Malang: Unibraw. Karni, Soejono. (2002). Auditing Audit Khusus dan Audit Forensik dalam Praktik. Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Koroy, T. K. (2008). Pendeteksian Kecurangan (Fraud) Laporan Keuangan oleh Auditor Eksternal. Jurnal Akuntansi Dan Keuangan. Vol 10. No.1, Mei 2008: 22-35. Mulyadi. (2002). Auditing buku 1 dan 2, edisi 6. Jakarta: Salemba Empat. Soemarso, S.R.. (2004). Akuntansi Suatu Pengantar, buku dua, edisi kelima. Jakarta: Salemba Empat. Sugiyono. (2005). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta. Sugiyono. (2007). Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta. Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung: Alfabeta. Thomas W. Golden, Steven L. Skalak, Mona M. Clyaton. (2006). A Guide to Forensic Accounting Investigation. Canada: John Willey & Sons, Inc.
Riwayat Penulis
Kenny lahir di kota Jakarta pada 17 Mei 1990. Penulis menamatkan pendidikan S1 di Universitas Bina Nusantara dalam bidang Akuntansi pada tahun 2012.