BAB 4 HASIL DAN BAHASAN
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai pelaksanaan audit kecurangan terhadap fungsi penjualan dan penerimaan kas pada PT. Metaplas Harmoni. Dalam melaksanakan audit kecurangan diperlukan persiapan dan perencanaan yang baik untuk mendapatkan hasil yang maksimal sehingga pada akhirnya penulis dapat memberikan rekomendasi serta saran sebagai bahan pertimbangan bagi perusahaan untuk meningkatkan kinerjanya. Tujuan dilakukan pemeriksaan kecurangan atas fungsi penjualan dan penerimaan kas pada PT. Metaplas Harmoni adalah sebagai berikut: •
Menilai efektivitas kegiatan perusahaan. Menilai apakah kegiatan penjualan telah terlaksa dengan baik, serta menilai apakah telah terjadi dan belum terjadi tindakan kecurangan oleh perusahaan, mengingat fungsi penjualan dan penerimaan kas rawan terhadap tindakan kecurangan.
•
Memberikan saran-saran perbaikan yang diperlukan, dalam hal ini tujuan dari pemeriksaan pada dasarnya adalah mengevaluasi dan memberikan saran serta rekomendasi perbaikan atas kelemahan yang ditemukan dalam kegiatan penjualan dan penerimaan kas. Dalam pelaksanaan audit kecurangan dilakukan beberapa tahap. Tahap-tahap
yang dilakukan oleh penulis dalam melaksanakan audit kecurangan ini antara lain tahap
65
perencanaan, tahap pendahuluan, membuat program audit, pelaksanaan audit, temuan audit, dan implikasi. IV.1
Perencanaan Audit Tahap pertama yang dilakukan adalah tahap persiapan dan perencanaan audit.
Perencanaan audit merupakan penyusunan dan pengembangan strategi agar tindakan yang dilakukan selama pemeriksaan audit yang diharapkan dapat dilaksanakan dengan efisisen, efektif, dan ekonomis. Pada tahapan ini dimaksudkan untuk memperoleh pemahaman mendasar atas latar belakang dan informasi yang diperoleh mengenai objek pemeriksaan. Langkah-langkah yang dilakukan dalam perencanaan audit yaitu : 1. Membentuk rencana audit 2. Pemahaman bisnis dan industri. 3. Melakukan survei pendahuluan. 4. Memahami struktur pengendalian intern. 5. Mempelajari prosedur proses penjualan dan penerimaan kas. 6. Membuat scope audit yang akan dilakukan proses audit dengan mengumpulkan materialitas terkait. Data diperoleh dari dokumen-dokumen yang dimiliki perusahaan. 7. Mengembangkan strategi audit, termasuk dalam melakukan pengecekan dan pembuktian pada buku laporan keuangan perusahaan. 8. Melakukan dan mempertimbangkan penilaian resiko audit. 9. Mengevaluasi ulang pemeriksaan agar tidak terjadi salah pencatatan. 10. Melaporkan hasil penilaian resiko pada manajemen perusahaan.
66
IV.2
Tahap Pendahuluan Pada tahap survei pendahuluan, penulis bertujuan untuk memperoleh gambaran
mengenai keadaan perusahaan secara umum, dengan mendeteksi berbagai peristiwa yang dianggap penting dalam kegiatan perusahaan yang berkaitan dengan kegiatan penjualan dan penerimaan kas, serta menentukan hal-hal yang dianggap memerlukan perbaikan dan penelaan lebih lanjut. Informasi umum tentang perusahaan mengenai kegiatan penjualan dan penerimaan kas dapat diperoleh melalui langkah-langkah berikut: 1. Observasi / Pengamatan secara langsung Pengamatan secara langsung pada PT. Metaplas Harmoni bertujuan untuk meninjau secara langsung keseluruhan kegiatan penjualan untuk mendapatkan gambaran nyata mengenai kegiatan perusahaan khususnya aktivitas penjualan dan penerimaan kas. Dari pengamatan ini, auditor dapat mempelajari indikasi masalah serta menemukan hal-hal yang memerlukan perhatian lebih lanjut. 2. Wawancara Penulis melakukan wawancara dengan beberapa karyawan bagian penjualan, keuangan, dan akuntansi dengan tujuan untuk memperoleh data mengenai gambaran umum perusahaan dan bagaimana sistem penjualan dan pembayaran penagihan yang dilakukan oleh pelanggan dan pencatatannya. Wawancara ini bersifat hanya untuk memberikan gambaran sekilas tentang keadaan perusahaan secara umum. Dengan adanya wawancara kepada 67
beberapa karyawan bagian penjualan, keuangan, dan akuntansi perusahaan, penulis akan memiliki cukup pengetahuan untuk mengidentifikasi berbagai bidang dan peristiwa yang dianggap penting dan memerlukan penyelidikan lebih lanjut. Informasi yang diperoleh dikumpulkan dan akan dijadikan sebagai bahan untuk menyusun rencana atas audit mendalam. 3. Dokumentasi Penulis mendapatkan data tertulis yang berhubungan dengan kegiatan penjualan berupa dokumen-dokumen yang digunakan sebagai bahan analisa. Dokumen tersebut digunakan dalam pembahasan yang lebih mendalam dalam proses audit. Dokumen tersebut antara lain:
68
•
Giro/cek perusahaan
•
Nota Permintaan Pengeluaran Barang
•
Faktur Penjualan (invoice)
•
Faktur Pajak
•
Faktur Delivery Order
•
Faktur Penerimaan Barang (Goods Receive Note)
•
Rekonsiliasi
•
Bukti Penerimaan Bank
•
Bukti Penerimaan Kas dan Pengeluaran Kas
•
Faktur Purchase Order
•
Surat Jalan Sementara
Temuan yang diperoleh dari observasi lapangan dan hasil dari wawancara antara lain : •
Perusahaan melakukan kegiatan penjualannya secara tunai atau kredit dengan melalui pembayaran secara transfer ke rekening perusahaan.
•
Jenis pelanggan perusahaan adalah distributor seluler dan telekomunikasi
•
Perusahaan memiliki internal auditor yang sekaligus merupakan divisi keuangan perusahaan.
•
Kemudahan divisi logistic dalam membuat daftar harga.
•
Customer tidak diminta persetejuan dalam pengiriman delivery order.
•
Customer tidak menandatangani delivery order setelah barang diterima.
•
Perusahaan tidak melakukan pengecekkan identitas terlebih dahulu kepada customer.
•
Retur penjualan akan dilakukan setelah mendapatkan persetujuan dari divisi keuangan.
•
Dokumen yang digunakan dalam kegiatan penjualan adalah faktur penjualan (invoice).
•
Pelunasan pembayaran piutang disepakati oleh kedua belah pihak yaitu antara customer dengan sales perusahaan sehingga batas tanggal jatuh tempo pembayaran ditentukan pada kesepakatan awal.
•
Apabila customer tidak membayar sampai tanggal jatuh tempo, perusahaan akan kembali menagih kepada customer namun tidak diberikan sanksi yang tegas maupun dikenakan bunga. Pengiriman barang diantar langsung kepada distributor oleh salesman yang bersangkutan. 69
•
Penagihan atas piutang kepada pelanggan biasanya dilakukan langsung oleh divisi sales yang bersangkutan pada saat pemesanan barang sehingga adanya rangkap jabatan antara bagian penjual dan bagian penagihan.
•
Pembayaran dapat dilakukan secara tunai dan kredit dengan melakukan transfer ke rekening perusahaan.
•
Sistem pencatatan penerimaan kas perusahaan dilakukan secara modern.
•
Pencatatan terhadap penerimaan kas dilakukan tepat pada tanggal penerimaan kas.
•
Pembukuan terhadap penerimaan kas diperiksa oleh manajer keuangan setiap akhir tahun.
•
Direktur utama tidak mendapatkan laporan setiap transaksi yang terkait.
•
Sistem dalam perusahaan lebih kepada sistem hubungan keluarga, kerabat, dan kepercayaan antara direktur perusahaan dengansetiap divisi perusahaan. Bentuk-bentuk fraud yang dapat terjadi karena adanya kelemahan-
kelemahan dari sistem pengendalian internal perusahaan seperti: 1. Customer tidak dikenakan sanksi/denda atas keterlambatan pembayaran piutang yang melewati tanggal jatuh tempo sehingga banyak pembayaran dari customer yang melebihi jatuh tempo yang dapat mengakibatkan arus kas perusahaan tidak berjalan efektif. Adanya kemungkinan, bahwa customer telah membayar hutangnya namun oleh bagian penjualan tidak langsung diberikan kepada bagian keuangan, mengingat batas akhir pembayaran disepakati oleh bagian penjualan dan customer, jadi dapat 70
saja terjadi jika customer sanggup melunasi hutangnya pada tanggal yang lebih awal, namun oleh sales dicatat pada tanggal yang lebih lama. Hal ini dapat terjadi jika divisi sales dan penagihan dilakukan oleh orang yang sama. 2. Customer tidak dimintakan persetujuan dalam membuat delivery order, memungkinkan adanya kecurangan berupa penyelewengan barang yang dilakukan oleh bagian penjualan customer tidak sesuai antara faktur delivery order dengan pengirimannya, sehingga bisa merugikan customer dan customer bisa tidak mempercayai perusahaan. 3. Bagian pengiriman barang (divisi logistic) tidak meminta tanda tangan kepada customer (divisi logistic).Kemungkinan adanya kecurangan, berupa kerjasama/kolusi dari kedua belah pihak, antara customer dan bagian pengiriman barang (divisi logistic), dengan cara memainkan harga antar kedua belah pihak, dan biasanya kecurangan ini sering terjadi dalam jumlah pembelian besar. 4. Divisi logistic dapat melakukan manipulasi harga, karena customer tidak diberikan daftar harga yang sama oleh perusahaan, sehingga divisi logistic dapat membuat harga yang sesuai diinginkannya tergantung dari customer. 5. Perusahaan memiliki internal audit, namun internal audit perusahaan merupakan rangkap jabatan dari divisi keuangan, sehingga adanya kemungkinan kesalahan atau kecurangan yang disembunyikan oleh divisi keuangan yang dapat merugikan perusahaan.
71
6. Sistem pengawasan dan pengendalian yang dilakukan oleh direktur perusahaan dengan setiap divisi perusahaan adalah hubungan keluarga, kerabat, dan kepercayaan. Sistem ini kemungkinan bisa terjadi kecurangan, berupa kerja sama dalam memainkan harga dalam memanfaatkan hubungan kekeluargaan dan memanipulasi laporan keuangan, sehingga menguntungkan kepentingan pihak tertentu.
IV.3
Program Audit Sebelum melaksanakan tahap-tahapan audit kecurangan, penulis membuat
program audit yang telah disusun secara sistematis sehingga audit kecurangan dapat berjalan secara efektif.Program audit merupakan serangkaian prosedur-prosedur audit yang telah disusun secara sisitematis untuk mencapai tujuan audit. Program kerja audit atas fungsi penjualan dan penerimaan kas yang dilakukan oleh penulis antara lain sebagai berikut: a. Survei pendahuluan, yang bertujuan untuk mendapatkan informasi umum tentang audit, mengenai proses auditan, khususnya fungsi penjualan dan penerimaan kas. b. Pengujian
sistem
pengedalian
manajemen,
yang
bertujuan
untuk
mengidentifikasi kelemahan dari sistem pengendalian manajemen dan dampaknya bagi perusahaan. c. Pengembangan hasil temuan atau audit rinci yang lebih diarahkan kepada penilaian tingkat efektifitas dan efisiensi penjualan dan penerimaan kas serta 72
menetapkan unsur-unsur temuan, yaitu kondisi, kriteria, sebab, akibat, dan rekomendasi. 1. Objek audit Objek audit adalah merupakan bagian-bagian yang terlibat langsung dengan penjualan, yaitu: •
Bagian penjualan
•
Bagian keuangan
2. Tujuan audit kecurangan •
Menilai efektivitas kegiatan perusahaan. Menilai apakah kegiatan penjualan telah terlaksa dengan baik, serta menilai apakah telah terjadi tindakan kecurangan yang mungkin saja tidak diketahui oleh perusahaan mengingat fungsi penjualan dan penerimaan kas rawan terhadap tindakan kecurangan.
•
Memberikan saran-saran perbaikan yang diperlukan, dalam hal ini tujuan dari pemeriksaan pada dasarnya adalah mengevaluasi dan memberikan saran serta rekomendasi perbaikan atas kelemahan yang ditemukan dalam kegiatan penjualan.
3. Ruang lingkup audit kecurangan Ruang lingkup audit kecurangan pada PT. Metaplas Harmoni difokuskan pada aktivitas bagian penjualan dan penerimaan kas.
73
4. Prosedur audit Terhadap fungsi penjualan: •
Memeriksa sistem penjualan yang digunakan.
•
Memeriksa laporan penjualan harian dan bulanan.
•
Memeriksa apakah ada kenaikan atau penurunan yang terlalu besar atau kurang wajar.
•
Memeriksa bukti pendukung penjualan yang telah diotorisasikan.
Terhadap fungsi penerimaan kas: •
Membandingkan
antara
faktur
penjualan
dengan
laporan
penjualan secara harian. •
Mengamati kegiatan harian kasir dalam melakukan pencatatan penerimaan piutang.
•
Memeriksa terhadap piutang yang sudah ditagih dengan bukti pendukung yang tersedia.
•
Mengevaluasi ulang pemeriksaan agar tidak terjadi salah pencatatan
IV.4
Pelaksanaan Audit Prosedur
sebagaiberikut:
74
audit
yang
disetujui
dalam
perencanaan
audit
dilaksanakan
1. Pada tahap pelaksanaan ini yang paling utama adalah penulis mengamati secara langsung dari awal proses transaksi yang terjadi dengan melihat kegiatan dari awal proses penjualan, mengeluarkan delivery order sampai dengan penerbitan invoice. Invoice dibuat dengan rangkap 3 yaitu warna putih, pink, dan biru muda •
Rangkap pertama (asli) diberikan kepada pelanggan.
•
Rangkap kedua berwarna pink diberikan kepada divisi keuangan.
•
Rangkap ketiga berwarna kuning diarsipkan dengan nomor urut customerbersamaan dengan delivery order.
2. Membandingkan faktur penjualan yang dibuat oleh bagian penjualan dengan yang terdapat pada delivery order, dengan mengamati jumlah nominal yang terdapat dalam invoice. 3. Mengamati kegiatan harian divisi penjualan dan divisi keuangan dalam melakukan pencatatan pada saat penerimaan kas dengan mencocokan bukti fisik dari penjualan, serta melihat laporan yang dibuat divisi penjualan dengan sistem penjualan, mengamati apakah jumlah nominal yang ditulis dalam buku besar perusahaan sesuai atau tidak. 4. Mengamati laporan piutang secara satu periode, melihat apakah terdapat piutang yang tak tertagih di dalam perusahaan serta membandingkan dengan laporan yang dicatat oleh divisi keuangan mengingat perusahaan tidak memiliki kebijakan untuk piutang tak tertagih. 5. Mengamati penomoran dalam invoice apakah terdapat penggandaan nomor yang digunakan. 75
6. Memperhatikan secara garis besar tanggal pembayaran hutang yang dilakukan oleh customer apakah melewati batas jatuh tempo atau tidak dengan membandingkan antara laporan piutang dengan invoice. 7. Melihat laporan pendapatan perusahaan perbulan, mengalami kenaikan atau penurunan yang tidak wajar. Apabila telah terjadi penurunan yang terlalu besar adanya kemungkinan bahwa pendapatan dari hasil penjualan tidak diberikan secara maksimal. 8. Mengamati kinerja penjualan dan penerimaan kas secara menyeluruh terhadap pelaksanaan audit yang dilaksanakan, memberikan simpulan dan rekomendasi tentang pelaksanaan audit tersebut kepada direktur perusahaan. IV.5
Mengidentifikasi dan Mencegah Kecurangan Terhadap Temuan Audit. Berdasarkan audit program yang telah disusun dalam tahap perencanaan, dan
juga telah dilakukan pengumpulan bukti-bukti yang dapat menunjang prosedur audit yang akan dilaksanakan. Bukti-bukti tersebut dikumpulkan dari hasil dari pengamatan secara langsung, wawancara, dan pengolahan sampel dokumen. Dari hasil pelaksanaan audit yang telah dilakukan, maka penulis mengungkap hasil dalam temuan bahwa terdapat kelemahan-kelemahan yang dimiliki oleh perusahaan. Temuan tersebut dibagi dalam kondisi, kriteria, sebab, akibat, dan rekomendasi
76
IV.5.1 Perusahan memberikan kebijakan kepada divisi sales dan customer untuk membuat kesepakatan menentukan tanggal jatuh tempo pembayaran penjualan kredit. Perusahaan tidak memiliki batas jatuh tempo tetap bagi customer untuk melunasi hutangnya, semua tergantung dari kesepakatan antara sales perusahaan dengan customer yang bersangkutan. Divisisales hanya akan menerima delivery order yang dibuat oleh divisi logistic. Divisi Sales dapat memanipulasi tanggal jatuh tempo yang disepakati. Misalnya customer sanggup melunasi hutangnya 15 hari pada saat tanggal pembelian, namun oleh divisi sales dilaporkan bahwa customer sanggup melunasi hutangnya 30 hari sejak tanggal pembelian. Dengan demikian divisi keuangan akan mendapatkan uang lebih awal dari tanggal yang dilaporkan, mengingat divisisales dan bagian penagihan sering dilakukan oleh orang yang sama. Dalam hal ini seharusnya perusahaan memiliki kebijakan dalam menentukan tanggal penagihan yang tertulis dan berlaku bagi seluruh customer tanpa membeda-bedakan berapa hari tanggal penjualan. Selain itu pemisahan tugas antara divisi sales dan bagian penagihan juga harus dibedakan, karena mudah untuk melakukan tindakan kecurangan. Hal ini disebabkan karena perusahaan ingin memberikan kebebasan bagi customer untuk menentukan tanggal kapan ia dapat melunasi hutangnya, selain itu adanya rangkap jabatan antara divisi sales dan penagihan dimaksudkan untuk lebih mempermudah mengingat kapan tanggal jatuh tempo penagihan.
77
Akibatnya divisi sales dan juga yang merupakan bagian penagihan dapat melakukan penyelewengan terhadap uang pelunasan piutang dari pelanggan. Bagian penagihan dapat menggunakan hasil penagihan piutang tersebut dahulu untuk kepentingan pribadinya. Hal ini dikenal dengan istilah lapping, dimana tagihan hari ini dari pelanggan A akan dipakai terlebih dahulu secara pribadi dan bila nanti saatnya menagih pelanggan B maka akan dimasukkan atau diakui sebagai penagihan pelanggan A dan seterusnya. Prinsip yang digunakan adalah tutup lubang gali lubang. Dalam hal ini sebaiknya perusahaan mempunyai batas jatuh tempo penagihan yang sama, seperti setiap customer yang melakukan pembelian kredit harus melunasi hutangnya paling lama 30 hari dari tanggal transaksi, dan batas jatuh tempo harus dijelaskan tertulis pada faktur penjualan. Namun apabila customer mampu melunasi hutangnya sebelum tanggal jatuh tempo, customer dapat mengkonfirmasi kepada bagain keuangan yang ada di kantor dengan cara menghubungi kantor, kemudian bagian penagihan keuangan yang akan memberitahu kepada bagian penagihan kepada customer yang bersangkutan, dengan demikian adanya pengawasan antara bagian keuangan dengan bagian penjualan. IV.5.2 Perusahaan tidak memberikan sanksi maupun denda kepada customer yang terlambat membayar piutang yang telah jatuh tempo. Perusahaan tidak memiliki kebijakan mengenai pemberian sanksi atas keterlambatan pembayaran piutang yang telah jatuh tempo. Sehingga perusahaan
78
sering mengalami pembayaran yang tertunda dari pelanggan yang terlambat melunasi hutangnya. Hal ini menyebabkan laporan arus penerimaan kas yang mengalami kemacetan. Seharusnya perusahaan memberikan sanksi kepada pelanggan yang tidak melunasi hutangnya pada saat jatuh tempo, yaitu berupa denda atau bunga atas piutang yang terlambat dibayar. Semakin menunggak pembayaran piutang maka semakin besar pula bunga yang harus dibayar. Hal ini disebabkan karena perusahaan takut kehilangan order penjualan apabila memberikan denda/bunga kepada pelanggannya. Akibatnya akan banyak pelanggan yang melakukan pembayaran melebihi batas waktu yang telah ditetapkan, para pelanggan menjadi tidak takut terhadap kebijakan perusahaan, karena menganggap bahwa kesepakatan tersebut hanya sebuah formalitas semata. Sebaiknya perusahaan menetapkan kebijakan untuk memberikan sanksi kepada pelanggan yang terlambat bagi pelanggan yang terlambat melunasi hutangnya pada saat jatuh tempo, yaitu berupa sanksi denda yang harus dibayar oleh pelanggan yang terlambat melunasi hutangnya. Pelanggan akan berusaha untuk menaati peraturan tersebut karena hal ini memang merupakan kebijakan dari perusahaan.
79
IV.5.3 Kebijakan perusahaan yang tidak dimintakan persetujuan customer dalam membuat delivery order, Divisi sales merupakan bagian perusahaan dalam membuat delivery order. Sebelum divisi sales membuat delivery order, divisi sales terlebih dulu melakukan pencatatan terhadap barang yang ingin dipesan customer berupa invoice. Setelah itu, invoice diserahkan ke bagian gudang untuk diperiksa apakah barangnya tersedia atau tidak, jika tersedia, maka bagian gudang membuat delivery order dan diserahkan ke bagian pengiriman untuk dikirim ke customer. Dengan demikian, delivery order yang ingin dikirim tidak dikonfirmasi lagi kepada customer, apakah barangnya sesuai dengan yang dipesannya. Dalam hal ini, kemungkinan adanya kecurangan berupa penyelewengan barang yang dilakukan oleh bagian penjualan yang bekerja sama dengan bagian gudang, dan bagian pengiriman, bahwa barang yang ingin dikirim oleh customer tidak sesuai antara faktur invoice dengan delivery order, dengan catatan menambahkan jenis barang atau quantity barang, sehingga kelebihan jenis barang atau jumlah quantity tersebut dapat diambil dan dijual untuk kepentingan pihak yang bersangkutan Dengan kejadian ini, sebaiknya perusahaan melakukan kebijakkan dengan melakukan persetujuan kembali kepada customer dengan cara mengkonfirmasikan kembail kepada customer, apakah barang yang ingin dikirim sesuai dengan yang di pesan oleh customer.
80
IV.5.4. Kebijakan perusahaan terhadap untuk tidak melakukan tanda tangan setelah barang di terima dari bagian pengiriman. Divisi
logistic merupakan
bagian
perusahaan
untuk
melakukan
pengiriman barang ke customer. Setelah barang diterima ke customer, bagian pengiriman barang tidak meminta tanda tangan kepada customer dan delivery order yang dibawa oleh bagian pengiriman barang lansung di berikan kepada divisi accounting. Dalam hal ini, bahwa bagian pengiriman barang bisa memungkinkan untuk melakukan tindakkan kecurangan berupa penyelewangan barang dengan cara melakukan kerjasama antara bagian pengiriman dengan bagian gudang customer untuk melakukan pengurangan quantity pada barang yang dipesan oleh customer, sehingga hasil dari pengurangan quantity barang, dapat diambil untuk kepentingan yang bersangkutan. Dalam hal ini biasanya dapat dijumpai di perusahaan pemerintah. Dengan melalui kejadiaan tersebut, sebaiknya kebijakkan meminta tanda tangan dari bagian pembeli customer diberlakukan, karena dengan adanya tanda tangan dari bagian pembeli customer sudah menjadi bukti, bahwa bagian pembelian customer menerima barang yang sesuai dengan pesanan yang diminta dan dapat diserahkan ke bagian gudang customer.
81
IV.5.5 Adanya rangkap jabatan antara divisi sales dengan bagian penagihan. Divisi sales dan bagian penagihan sering kali dilakukan oleh orang yang sama sehingga rawan sekali terhadap tindakan kecurangan, karena hal tersebut tentu memudahkan untuk mendapatkan informasi secara keseluruhan karena setiap bagiannya merupakan bagian dari tanggung jawabnya. Sebaiknya perusahaan memiliki pembagian tugas yang jelas antara masing-masing divisi sehingga tidak terjadi adanya rangkap jabatan. Struktur organisasi yang dimiliki oleh perusahaan sebaiknya dijalankan dengan semaksimal mungkin. Adanya rangkap jabatan ini sering terjadi pada penjualan yang terdapat di Jakarta, lemahnya pengawasan akan mempermudah tindakan kecurangan. Penyebabnya dari penggabungan fungsi ini adalah karena terbatasnya staff. Terbatasnya staff ini berkaitan dengan tujuan perusahaan untuk meningkatkan efisiensi tenaga kerja. Perusahaan juga berfikir bahwa antara divisi sales dengan bagian penagihan piutang terhadap customer akan lebih mudah jika dilakukan oleh orang yang sama karena akan mempermudah untuk mengingatnya. Akibatnya akan memudahkan bagi seseorang untuk melakukan tindakan kecurangan pada saat penagihan, dimana uang tersebut dapat ia gunakan untuk kepentingan pribadi.
82
Sebaiknya perusahaan memiliki pembagian tugas yang jelas antara masing-masing karyawan, sehingga tidak adanya rangkap jabatan dan dapat meminimalisasikan tindakan kecurangan. IV.5.6 Adanya rangkap divisi antara divisi accounting dan internal audit. Perusahaan memiliki internal auditoryang merupakan bagian pengawas, pemeriksa, dan perbaikan sistem yang ada diperusahaan.Namun internal auditor yang dimiliki oleh perusahaan merupakan bagian dari divisi accounting yang dimana terdapat rangkap jabatan antara divisi accounting dan internal control. Setelah melakukan pengecekkan, sebaiknya perusahaan memiliki pembagian tugas yang jelas antara setiap divisi, sehingga tidak terjadi adanya rangkap jabatan. Struktur organisasi yang dimiliki oleh perusahaan sebaiknya dijalankan dengan semaksimal mungkin. Dengan adanya rangkap jabatan antara divisi accounting dengan internal audit yang terdapat di Jakarta.yang sudah sering terjadi. Perusahaan beranggapan bahwa divisi accounting dan internal audit mempunyai tugas yang sama, namun, tugas dari divisi accounting membuat atau menyajikan laporan keuangan, sedangkan internal audit memeriksa dan mengawasi setiap sistem yang berlaku diperusahaan, apakah sesuai dengan prosedur dan sistem perusahaan berjalan dengan baik. Penyebabnya dari penggabungan fungsi ini adalah karena terbatasnya staff. Terbatasnya staff ini berkaitan dengan tujuan perusahaan untuk meningkatkan efisiensi tenaga kerja. Perusahaan juga berfikir bahwa antara 83
divisi accounting dengan bagian internal audit akan lebih mudah jika dilakukan oleh orang yang sama,dikarenakan, jika terjadi kesalahan atau kecurangan dalam pencatatan laporan keuangan, maka divisi accounting lansung melakukan perbaikkan. Dengan demikian akan memudahkan bagi seseorang untuk melakukan tindakan kecurangan pada saat melakukan manipulasi laporan keuangan, dimana divisi accounting berperan juga sebagai internal audit, sehingga kecurangan yang dilakukan divisi accounting dapat disembunyikan dan hanya divisi accounting saja yang tahu. Sebaiknya perusahaan memiliki pembagian tugas yang jelas antara masing-masing divisi, sehingga tidak adanya rangkap jabatan dan dapat meminimalisasikan tindakan kecurangan IV.6
Implikasi Dari hasil analisis diatas, dapat diidentifikasikan adanya temuan-temuan audit
yang merugikan perusahaan, yang disebabkan karena lemahnya pengendalian internal yang terdapat dalam perusahaan, khususnya pada bagian penjualan dan keuangan, sehingga mengakibatkan ada pihak-pihak tertentu yang berusaha untuk mengambil kesempatan untuk melakukan tindakan kecurangan. Terlebih lagi apabila kelemahankelemahan tersebut dibiarkan lebih lanjut tentu akan memberikan dampak yang semakin buruk bagi perusahaan sehingga akan sangat merugikan pihak perusahaan.atau pihak customer.
84
Dalam Hal ini ditemukan kecurangan, dengan melalui pengakuan perusahaan, bahwa memang bagian pengiriman bekerja sama dengan bagian gudang customer dengan melakukan pengurangan quantity barang yang tidak sesuai dengan pesan oleh customer. Perusahaan mengakui bahwa kecurangan ini terjadi lebih dari satu kali, meskipun tidak merugikan perusahaan, namun kecurangan harus tetap diantisipasi, karena bisa menimbulkan dampak perusahaan tersebut. Lemahnya pengendalian internal dalam perusahaan akan memungkinkan untuk terjadinya kecurangan-kecurangan lain yang dapat terjadi seperti yang sudah dijelaskan pada bagian fraud scenario dan temuan audit, mengingat fungsi penjualan dan penerimaan kas merupakan bagian yang rentan untuk terjadi tindakan fraud. Dampak dari segala tindakan kecurangan ini adalah perusahaan harus menanggung sejumlah kerugian materi, maka sangat dianjurkan kepada perusahaan untuk melakukan peninjauan kembali pelaksanaan operasi yang selama ini dijalankan dengan memperbaiki
kelemahan-kelemahan,
sehingga
dapat
meminimalisasi
terjadinya
kecurangan.
85