BAB 4 HASIL DAN BAHASAN
4.1. Analisa langgam arsitektural 4.1.1. Langgam arsitektural Neo Klasik di Kota Tua Kawasan Kota Tua mencapai puncak kejayaannya pada tahun 1870, dimana pada tahun 1870 langgam arsitektur yang berlaku adalah langgam arsitektur Neo Klasik. Pada bab 2 telah dijelaskan ciri - ciri arsitektur Neo Klasik yang berada di Jakarta. Berikut merupakan contoh bangunan yang ada di kawasan Kota Tua Jakarta yang menerapkan arsitektur Neo Klasik dalam desain bangunannya : 1.
Museum Bank Indonesia Museum Bank Indonesia merupakan salah satu bangunan cagar budaya di kawasan Kali Besar. Bentuk dasar bangunan yaitu persegi dengan tampilan fasade yang simetris. Gaya arsitektur bangunan ini yaotu Neo Klasik dengan ciri karakteristik sebagai berikut :
Sumber : Google Image (2014)
Gambar 4.1. Museum Bank Indonesia Sumber : Google Image Diakses tanggal 5 April 2014
Gambar 4.2. Museum Bank Indonesia Sumber : Google Image Diakses tanggal 5 April 2014
77
78
Penerapan langgam Neo Klasik pada museum Bank Indonesia :
Pedimen Segitiga pada bangunan dan atap perisai
Balustrade : oramen pembatas kepala dan badan bangunan Kolom Order Ionic
Oculus bukaan berbentuk setengah lingkaran pada kaki bangunan
Jendela panjang, bentuk jendela memanjang ke arah vertikal
Lucarne : jendela pada bidang atap
Gambar 4.3. Langgam Neo Klasik Pada Museum Bank Indonesia Sumber : Olahan Pribadi
79
2.
Bank Bumi Daya Bank Bumi Daya merupakan salah satu bangunan cagar budaya di kawasan Kali Besar. Gaya arsitektur bangunan ini yaitu Neo Klasik dengan ciri karakteristik sebagai berikut :
Gambar 4.4. Bank Bumi Daya Sumber : Google Image Diakses tanggal 5 April 2014
Penerapan langgam Neo Klasik pada Bank Bumi Daya :
Gambar 4.5. Langgam Neo Klasik Pada Bank Bumi Daya Sumber : Olahan Pribadi
80
3.
Museum Seni Rupa Dan Keramik
Gambar 4.6. Museum Seni Rupa Dan Keramik Sumber : Google Image Diakses tanggal 5 April 2014
Penerapan langgam Neo Klasik pada Museum Seni Rupa Dan Keramik : Pediment segitiga pada bagian atap Balustrade : oramen pembatas kepala dan badan bangunan & kolom Doric
Jendela besar memanjang ke arah vertikal Gambar 4.7. Langgam Neo Klasik Pada Museum Seni Rupa Dan Keramik Sumber : Olahan Pribadi
Dari data diatas, maka dapat disimpulkan bahwa arsitektur yang menjadi ciri khas kawasan Kota Tua adalah arsitektur langgam Neo Klasik, sehingga pada perancangan hotel butik ini akan diterapkan arsitektur Neo Klasik.
4.4.2. Langgam Arsitektural Neo Klasik di Luar Negri Untuk lebih memahami mengenai arsitektur Neo Klasik, maka dilakukan perbandingan antara arsitektur Neo Klasik di Indonesia ( Kota Tua Jakarta ) dengan
81
arsitektur Neo Klasik di luar negri seperti di Amerika Serikat dan Paris. Berikut adalah contoh bangunan arsitektur Neo Klasik di Amerika Serikat dan Paris : 1.
White House White House merupakan gedung bergaya arsitektur Neo Klasik yang
terletak di Washington DC, Amerika Serikat. Gedung ini berfungsi sebagai tempat penerimaan penghargaan tahunan yang diselenggarakan oleh presiden dan ibu negara Amerika Serikat untuk mengenali dan merayakan festival Yahudi Hannukah. Tradisi ini sudah ada sejak tahun 2001 dan dilakukan terus menerus tiap tahunnya. Berikut penerapan arsitektur Neo Klasik pada White House :
Gambar 4.8. White House Sumber : commons.wikimedia.org (2014) Diakses tanggal 5 April 2014
Penerapan Neo Klasik pada White House :
Kolom Order Ionic
Pediment segitiga & atap datar
82
Terdapat elemen lengkung pada bagian atas pintu
Jendela yang tersusun rapi secara vertikal dengan jarak yang sama
Gambar 4.9. Penerapan Neo Klasik Pada White House Sumber : Olahan Pribadi
2.
Pantheon in Paris Pantheon merupakan bangunan bergaya arsitektur Neo Klasik yang
terletak di Paris. Berikut penerapan arsitektur Neo Klasik pada bangunan Pantheon ini
Gambar 4.10. Pantheon In Paris Sumber : wigitarmagatiapti2.blogspot.com Diakses tanggal 5 April 2014
83 Penerapan arsitektur Neo Klasik pada Pantheon in Paris :
Pediment segitiga dan kolom order corinthian
Pada atap terdapat aplikasi kubah
Gambar 4.11. Penerapan Neo Klasik Pada Pantheon In Paris Sumber : Olahan Pribadi
4.3.4.3. Perbandingan arsitektur Neo Klasik di Kota Tua dengan luar negri Perbandingan yang sudah diteliti antara arsitektur Neo Klasik di Indonesia ( Kali Besar ) dengan di luar negri akan disampaikan dalam tabel berikut :
Tabel 4.1. Arsitektur Neo Klasik Di Kali Besar Dan Luar Negri ELEMEN
Kolom Order
Pediment Segitiga
MUSEUM BANK INDONESIA Ionic
BANK BUMI DAYA Doric
MUSEUM SENI RUPA Doric
WHITE HOUSE
PANTHEON
Ionic
Corinthian
Ada
Tidak ada
Ada
Ada
Ada
84 Atap
Perisai
Kubah
Perisai
Datar
Kubah
Elemen horizontal & lengkung
Ada
Ada
Tidak ada
Ada dengan ukiran khas
Tidak ada
Jendela memanjang vertikal
Ada
Ada
Ada
Ada dgn kanopi lengkung & segitiga
Tidak ada
Building Form
Persegi panjang yang simetris
Bentuk persegi yang simetris
Bentuk persegi yang simetris
Gabungan bentuk persegi panjang yang simetris
Gabungan bentuk persegi panjang yang simetris
Site Development
Ruang terbuka di tengah bangunan
Ruang terbuka di belakang bangunan
Ruang terbuka di tengah bangunan
Tidak menerapkan ruang terbuka
Tidak menerapkan ruang terbuka
Letak entrance
Letak entrance
Letak entrance
Letak entrance
Letak entrance
Sumber : Olahan Pribadi
85
Berdasarkan hasil analisa diatas (terutama pada bangunan Neo Klasik di Indonesia), maka diterapkan : 1. Elemen bukaan : mengikuti bukaan pada bangunan Neo Klasik pada umumnya, yaitu jendela memanjang ke arah vertikal.
Gambar 4.12. Penerapan Jendela Pada Bangunan Neo Klasik Sumber : Google Map
2. Bahan bangunan : menggunakan bahan bangunan dan motif fasad sama dengan meminimalkannya (penggunaan balustrade yaitu ornamen pembatas kepala dan bangunan).
Gambar 4.13. Blustrade Pada Bangunan Neo Klasik Sumber: Google Map
3. Warna : menggunakan warna yang sama dengan bangunan Neo Klasik pada umumnya yang ada di Indonesia yaitu warna putih gading.
Gambar 4.14. Penerapan Warna Putih Gading Pada Bangunan Neo Klasik Sumber : Google Map
4. Tinngi bangunan : tinggi bangunan dioptimalkan berdasarkan peraturan bangunan yang berlaku, yaitu 4 lantai. 5. Garis sempadan bangunan : disesuaikan dengan peraturan yang berlaku, yaitu utara : 10 meter, dan barat 5 meter.
86
6. Bentuk massa : mengikuti bentuk massa bangunan Neo Klasik pada umumnya, yaitu bentuk persegi yang simetris dengan bukaan pada tengah / depan / belakang bangunan.
Gambar 4.15. Gubahan Massa Pada Bangunan Neo Klasik Sumber : Google Map
4.2. Analisa lingkungan 4.2.1. Potensi positif dan negatif yang ada di tapak Kondisi eksisting tapak saat ini adalah kompleks ruko dan lahan sisa yang digunakan oleh penduduk sekitar untuk berjualan. Ruko-ruko ini menganut arsitektur modern. Terlihat dari bentuknya yang simpel, tidak ada ornamen dan mayoritas beratap datar. Menurut nara sumber, yang juga merupakan penduduk sekitar yang sudah lama tinggal di kawasan tersebut, kompleks ruko ini berumur ± 18 tahun dan sebelumnya area ini adalah pabrik minyak. Pada jaman pemerintahan Belanda, area ini merupakan batas pinggir kota Batavia yang dibatasi oleh dinding benteng dan kali Ciliwung.
Gambar 4.16.Bangunan Eksisting Tapak Sumber : Dokumentasi Pribadi
87
Berikut akan disajikan hasil analisa potensi positif dan negatif yang ada di tapak :
Tabel 4.2.Potensi Positif Dan Negatif Yang Ada Di Tapak
KELEBIHANTAPAK
KEKURANGANTAPAK
Akes menuju tapak mudah, banyak Dibelakang tapak terdapat pemukiman dilalui kendaraan umum (bus kota, penduduk yang agak kumuh busway, dekat stasiun) dan jalan 2 arah (pada Jl.Kunir) Menghadap jalan raya, baik untuk banguan komersil
Tidak memiliki view yang baik
Banyak bangunan bersejarah disekitar Pada malam hari suasana dan kegiatan sebagai objek wisata yang sudah terkenal sepi Lokasi strategis, dekat dengan tol, Tapak berada pada lahan konservasi dengan pusat bisnis dan hiburan (Ancol, yang memiliki karakteristik yang kuat. Glodok, Mangga Dua) Jalan raya cukup lebar, dapat memuat 4 mobil dan kondisi jalan baik Letaknya di pojok kavling (hoek) memiliki 2 orientasi dan jalan belakang untuk servis Dibelakang tapak terdapat kali sehingga memudahkan untuk pembuangan drainase Sumber : Olahan Pribadi
4.2.2. Analisa pemilihan entrance pada tapak Akses kedalam tapak harus mudah, aman, dan informatif agar para pelaku kegiatan yang ada di tapak tidak mengalami kendala saat masuk dan keluar dari lokasi tapak. Terdapat dua akses jalan untuk mencapai tapak ini, yaitu melalui Jalan Kemukus dan Jalan Kunir. Kriteria pencapaian tapak memiliki pertimbangan : 1. Entrance pada jalan utama. 2. Entrance pada jalan yang lebih lebar. 3. Entrance tidak menimbulkan kemacetan. 4. Sirkulasi dari entarance, parkir dan exit tidak “crossing”. 5. Entrance & exit tidak menggangu pedestrian. 6. Exit pada jalan yang memudahkan pengunjung karena mayoritas jalan
88
disekitar hanya 1 arah.
Service ME
Gambar 4.17. Entrance Pada Tapak Sumber : Olahan Pribadi
Main entrance (ME) terletak di Jalan Kemukus dengan lebar jalan 13 meter dengan arah one way sehingga tidak memotong arus lalu lintas, dan jalan ini dilalui oleh angkutan umum (metromini dan mikrolet). Pola sirkulasi kendaraan pada tapak terarah dengan jelas sehingga memberikan kemudahan bagi penghuni dan pengunjung hotel. Service entrance terletak di Jl. Kunir yang terletak di dekat kali, sehingga memudahkan untuk pembuangann drainase.
4.1.3. Analisa sirkulasi pada tapak
Tabel 4.3. Perbandingan Pola Sirkulasi Pada Tapak Alternatif 1 (langsung in - out)
Alternatif 2 (memutari massa bangunan)
89 (+) Lebih sedikit menggunakan lahan, cocok
(-) Lebih banyak menggunakan lahan, cocok
untuk yang memiliki lahan yang kecil
untuk yang memiliki lahan yang luas.
(-) Lebih beresiko macet
(+) Mengurangi resiko macet
(-) Tidak dapat menikmati seluruh tampak
(+) Dapat menikmati seluruh tampak
bangunan
bangunan. Sumber : Olahan Pribadi
Dari analisa perbandingan 2 sirkulasi diatas, maka yang terpilih adalah alternatif 2 (mengitari massa bangunan) karena berdasarkan hasil analisa, alternatif 2 memiliki banyak hal positif dibanding alternatif 1.
4.2.4. Analisa orientasi massa bangunan
Bangunan - bangunan tua Sungai Ciliwung & pemukiman penduduk yang kumuh
Museum Seni Rupa & Kerammik
Pemadam kebakaran dan kantor camat Gambar 4.18. Orientasi Massa Bangunan Sumber : Olahan Pribadi Tanggapan :
1. Terapkan banyak bukaan pada arah barat dan utara tapak yang menghadap bangunan cagar budaya. 2. Buka bagian sisi barat dan utara tapak dengan tidak menempatkan pepohonan yang terlalu tinggi agar tidak menghalangi view ke bangunan cagar budaya. 3. Halangi bagian selatan dan timur tapak yang mengarah ke pemukiman kumuh serta pemadam kebakaran dan kantor camat dengan menempatkan pepohonan yang besar dan tinggi dan menerapkan orientasi bangunan lebih ke arah dalam site.
90
4.2.5. Analisa matahari Terkena matahari sore, gunakan pepohonan atau teras (balkon) di depan bangunan atau pilar - pilar besar
Tidak masalah karena matahari pagi baik, dapat menggunakan overstek yang lebar.
U
Gambar 4.19. Analisa matahari Sumber : Olahan Pribadi
4.1.6. Analisa angin
U Gambar 4.20. Analisa angin Sumber : Olahan Pribadi
91
Tanggapan : 1. Penerapan pohon - pohon yang besar dan tinggi sebagai filter. 2. Terdapat ruang terbuka pada area lantai mezanine sebagai restoran & open terrace. 3. Posisi bangunan yang mendukung terjadinya cross vemtilation. 4. Menggunakan jendela dengan bentuk yang panjang agar dapat mendapatkan angin yang maksimal.
4.2.7. Analisa kebisingan Area yang berdekatan dengan pemadam kebakaran tidak terlalu bising karena tapak tidak langsung bersebelahan dengan pemadam kebakaran.
Area yang menghadap jalan utama tidak terlalu bising
U Gambar 4.21. Analisa Kebisingan Sumber : Olahan Pribadi
Tanggapan : 1. Area yang menghadap jalan raya tidak terlalu bising, letakan area publik yang tidak terlalu membutuhkan ketenangan. 2. Area selatan tapak tidak langsung bersebelahan dengan pemadam kebakaran yang merupakan sumber kebisingan, sehingga pada area ini tidak terlalu berisik dan dapat ditempatkan area privat pada area ini.
4.2.8. Analisa vegetasi
Vegetasi diperlukan sebagai penghijauan pada tapak terpilih. Kondisi eksisting pada tapak, minim sekali vegetasi yang ada di tapak, sehingga diperlukan penanaman vegetasi yang lebih pada tapak.
92
Menggunakan pohon - pohon untuk jalur pedestrian dan penghijauan pada tapak.
U Pada area yang menghadap bangunan cagar budaya akan memakai pohon yang tinggi dan daun melebar, sehingga tidak akan mengganggu view ke bangunan cagar budaya, dan dapat menjadi peneduh bagi pejalan kaki.
Gambar 4.22. Analisa vegetasi Sumber : Olahan Pribadi
4.2.9. Analisa elemen ruang luar Penataan elemen rualng luar perlu dilakukan dengan tujuan untuk : 1. Transisi antara ruang dalam dan luar ruang. 2. Menciptakan iklim mikro disekitar bangunan. 3. Memberikan rasa estetika pada bangunan. Berdasarkan fungsinya, ruang luar dibagi menjadi dua bagian, yaitu : 1. Ruang luar pasif Merupakan ruang luar terbuka yang tidak mengandung unsur kegiatan manusia didalamnya. pada ruang luar pasif terdapat area penghijauan seperti pohon - pohon besar yang dimanfaatkan sebagai sound barrier, sebagai penyaring polusi udara, dan sebagai peneduh dari sinar matahari serta elemen pendukung estetika bangunan. 2. Ruang luar aktif Merupakan ruang luar terbuka yang mengandung unsur kegiatan aktif manusia didalamnya, yaitu pedestrian, ruang komunal, parkir, dan fasilitas outdoor seperti kolam renang, dan jogging track. Elemen - elemen perancangan ruang luar : •
Elemen lunak
93
Tanaman sebagai elemen lunak memiliki kriteria sebagai berikut : - Untuk menurunkan suhu pada tapak - Untuk menahan suara dari luar tapak yang tidak diinginkan - Untuk menyerap polusi dari luar tapak •
Elemen keras - Kanopi untuk pedestrian - Bahan pedestrian menggunakan conblock -Penggunaan street furniture (bangku taman, lampu taman, tempat sampah)
•
Parkir Parkir yang digunakan dalam perancangan hotel adalah parkir 900 yang terltak di ramp dan parkir 450 di samping kiri bangunan, dimana sistem parkir ini dapat menghemat penggunaan lahan, karena lahan yang dimiliki terbatas, serta mendapatkan jumlah parkir yang banyak, dan mendapatkan ruang gerak parkir lebih mudah.
Gambar 4.23. Sistem Parkir Pada Bangunan Sumber : Olahan Pribadi
•
Fasilitas outdoor Pada perancangan hotel butik ini terdapat pula fasilitas outdoor seperti penggunaan taman (selasar) ditengah bangunan sebagai ruang komunal yang berfungsi sebagai tempat berkumpul dan berekreasi.
4.2.10. Penerapan zoning pada tapak Dari analisa lingkungan / tapak diatas, maka dapat menghasilkan zoning pada tapak. Penzoningan dimaksudkan untuk memudahkan dalam perletakan ruang - ruang sesuai dengan jenisnya, selain itu penzoningan pada tapak juga bertujuan untuk
94
memperjelas batasan daerah yang dapat diakses oleh penghuni dan publik. Penzoningan pada tapak terdapat 3 alternatif, yaitu :
U Alternatif 1
Alternatif 2
Parkir
Service
Drop off
Selasar
Hotel
Function room
Alternatif 3 Fasilitas publik
Gambar 4.24. Alternatif Zoning Sumber : Olahan Pribadi Tabel 4.4. Kelebihan & Kekurangan Zoning Alternatif 1 (+) Zona kamar hotel (hunian) tidak terkena sinar matahari (pagi/sore) & memiliki view yang bagus.
(+) Area servis berada ditempat yang sesuai karena di aera dekat kali Ciliwung daerah gersang & tidak memiliki view yang bagus. (+) Fasilitas publik tidak terkena matahari pagi & sore, namun berdekatan dengan pemadam kebakaran. (-) Function room terkena matahari sore sehingga akan terasa panas pada sore hari. Namun memiliki view yang bagus.
Alternatif 2 (-) Zona kamar hotel (hunian) terkena sinar matahari sore, sehingga akan terasa panas pada sore hari, namun memiliki view yang bagus. (+) Area servis berada ditempat yang sesuai karena di aera dekat kali Ciliwung daerah gersang & tidak memiliki view yang bagus. (+) Fasilitas publik tidak terkena matahari pagi & sore, namun berdekatan dengan pemadam kebakaran. (+) Function room tidak terkena matahari pagi & sore serta memiliki view yang bagus. Sumber : Olahan Pribadi
Alternatif 3 (-) Zona kamar hotel (hunian) terkena matahari pagi, dan tidak memiliki view yang bagus, serta terletak di daerah gersang dekat kali Ciliwung. (-) Area servis berada di tempat yang tidak sesuai karena berada di daerah main entrance dan memiliki view yang bagus. (+) Fasilitas publik tidak terkena matahari pagi & sore, namun berdekatan dengan pemadam kebakaran. (+) Function room tidak terkena matahari pagi & sore serta memiliki view yang bagus.
95
Berdasarkan hasil analisa diatas, maka dipilihlah alternatif 2, yaitu :
Parkir Drop off Hotel Service Selasar Function room Fasilitas publik Gambar 4.25. Analisa Zoning Sumber : Olahan pribadi
Gambar 4.26. Zoning Vertical Sumber : Olahan Pribadi
Area parkir diletakan di bagian utara dan timur tapak agar mudah diakses oleh penghuni dan pengunjung hotel. Area drop off diletakan di area main entrance agar memudahkan pengunjung atau penghuni untuk memberhentikan atau menurunkan penumpang di lobby hotel. Area hotel diletakkan di arah barat tapak, agar dekat dengan drop off, dan pada lantai satu akan dijadikan lobby / area publik dan pada lantai 2 - 4 akan dijadikan hunian kamar, sehingga membutuhkan view yang menarik ke bangunan cagar budaya. Fasilitas publik yang sifatnya tidak membutuhkan ketenangan diletakkan di area selatan tapak yang berbatasan dengan pemadam kebakaran, akan tetapi telah ditearpkan tanggapan akan sumber kebisingan tersebut, sehingga penghuni / pengunjung yang berada pada fasilitas publik ini tidak akan terganggu. Function room diletakkan di area utara tapak karena pada area tersebut memiliki view yang menarik kearah cagar budaya / bangunan tua yang ada disekitar tapak. Function room ini terdiri dari ballroom & meeting room, sehingga membutuhkan view yang menarik dan dekat dengan tempat parkir. Area servis diletakkan pada timur tapak karena pada area ini tidak memiliki
96
view yang menarik, sehingga dapat dijadikan area servis yang tidak memerlukan view yang menarik, dan daerah ini berdekatan dengan kali Ciliwung yang kondisinya agak gersang, sehingga pas untuk dijadikan area servis. Selasar diletakan pada bagian tengah bangunan sebagai ruang terbuka tempat orang - orang berkumpul, dan berekreasi. Diletakan ditengah tapak agar dapat dilihat / diakses dari segala sisi bangunan. 4.3. Analisa bangunan 4.3.1. Konsep bentuk massa Berdasarkan analisa bentuk massa bangunan Neo Klasik pada 4.1. diatas, maka bentuk yang terpilih adalah massa bangunan bentuk kotak dengan bukaan di tengah bangunan, dan bentuk kotak memang sesuai dengan bentuk bangunan sekitar tapak dan sesuai dengan bentuk bangunan cagar budaya yang berlanggam Neo Klasik.
Massa bangunan sekitar
Gambar 4.27. Bentuk massa bangunan sekitar tapak Sumber : Olahan Pribadi
Pembagian kawasan tapak dan sekitarnya dibagi menurut grid kotak sehingga masing – masing bangunan memiliki bentuk tapak persegi, hal itu membuat bentuk bangunan sekitar tapak menjadi persegi, dimana bentuk ini adalah penyesuaian dari bentuk tapak yang persegi, sehingga masing – masing bangunan memiliki karakteristik tersendiri.
97
Gambar 4.28. Bentuk massa bangunan cagar budaya dengan langgam Neo Klasik Sumber : Google Map
Gambar diatas merupakan bentuk massa bangunan museum Bank Indonesia, museum Fatahillah, dan museum Seni Rupa dan Keramik yang memiliki langgam neo klasik. Bangunan – bangunan tersebut memiliki bentuk kotak dan berciri khas kan dengan ruang terbuka yang terletak di tengah bangunan maupun depan / belakang bangunan. Dari analisa diatas, maka didapatlah bentuk massa bangunan berbentuk kotak dengan adanya ruang terbuka di tengah bangunan. Ruang terbuka nantinya akan difungsikan sebagai ruang komunal berupa selasar (tempat pengunjung bersantai dan berkumpul) serta ruang terbuka ini juga difungsikan sebagai pencahayaan alami yang dapat masuk ke bangunan hotel, sehingga semua sisi bangunan hotel akan medapatkan cahaya alami dari ruang terbuka ini, serta ruang terbuka ini akan di desain semenarik mungkin untuk view orientasi kedalam, karena tidak semua sisi bangunan mendapatkan view yang menarik di sekitar tapak, sehingga perlu adanya orientasi ke dalam.
Gambar 4.29. Bentukan Massa Bangunan & Tampak sementara Sumber : Olahan Pribadi
98
Penerapan elemen horisontal dan lengkung
Gambar 4.30. Penerapan garis horisontal dan lengkung pada bangunan Sumber : Olahan Pribadi
Penerapan pediment segitiga pada bangunan
Gambar 4.31. Penerapan pediment segitiga pada bangunan Sumber : Olahan Pribadi
4.3.2. Analisa & konsep orientasi massa bangunan Tabel 4.5. Perbandingan Orientasi Massa Bangunan
Orientasi ke Luar
Orientasi ke Dalam
Tamu hotel mendapat view yang baik
View di luar tidak baik
Memberikan kesan welcome
Memberikan suasana hangat dan privat
Cocok untuk tujuan komersil/bisnis
Cocok untuk bersantai/acara khusus
Kemungkinan bising lebih besar
Kemungkinan bising lebih kecil
Sumber : Olahan Pribadi
Dari analisa diatas yang dipilih adalah orientasi bangunan ke dalam untuk massa bangunan yang berfungsi sebagai hunian dan orientasi ke luar untuk masa yang berfungsi sebagai retail atau komersil.
99
4.3.3. Analisa & konsep sirkulasi horisontal
Tabel 4.6. Analisa sirkulasi horisontal
Kriteria
Pengudaraan dan Cahaya
Suasana
Satuan luas / kamar Ekonomis
Luas yang diperlukan
Single Loaded
Double Loaded
Baik karena cahaya alami dapat masuk ke dalam selasar.
Kurang baik karena jika selasar panjang akan menjadi gelap dan pengudaraan alami tidak dapat masuk. Terasa lebih luas dan nyaman Terasa lebih sempit dan karena salah satu menghadap monoton ke ruang terbuka Besar karena hanya Kecil karena digunakan untuk digunakan untuk satu deret dua deret kamar tidur kamar saja Tidak ekonomis karena Ekonomis, dari segi biaya, selasar harus dilindung panas konstruksi, instalasi. Namum dan hujan dan perlu instalasi boros dalam maintenance tambahan. Namun ekonomis dalam manintenance Memerlukan luas tanah yang Lebih efisien karena dapat cukup besar. melayani kamar lebih banyak sehingga tidak memerlukan luas tanah yang bersar Sumber : Olahan Pribadi
Dari hasil analisa diatas, maka dipilihlah sirkulasi single loaded dan double loaded, karena dalam pengolahan lahan, lebih efektif jika menggabungkan kedua sirkulasi tersebut.
4.3.4. Analisa & konsep sirkulasi vertikal
Tabel 4.7. Analisa Sirkulasi Vertikal
KRITERIA Pelayanan orang
TANGGA
ESKALATOR
LIFT
Tidak melayani
Melayani
Melayani
Relatif kecil
Relatif sedang
Relatif besar
cacat Daya angkut
100
Waktu tunggu
Tak perlu menunggu
Tak perlu menunggu
Harus menunggu
Waktu
Perjalanan lama dan
Perjalanan sedang
Perjalanan cepat
Besar
Besar
Kecil
Terasa
Terasa
Terasa
Penampilan
Dapat diolah
Dapat diolah
Dapat diolah
Apabila arus
Dapat dipergunakan
Dapat dipergunakan
Tidak dapat
melelahkan Pemakaian ruangan Hubungan antar lantai
listrik putus Ketinggian lantai
dipergunakan Efektif 4-5 lantai
Efektif 3-6 lantai
Tidak terbatas
Sumber : Olahan Pribadi
Perletakan dan pemilihan jenis sirkulasi dipertimbangkan terhadap: •
Sistem sirkulasi yang berkesinambungan
•
Kemudahan dan kejelasan
•
Pemerataan jangkauan pelayanan sesuai dengan peraturan berlaku ± 25 m
•
Pelayanan bagi orang cacat Dari analisa diatas, maka dipilihlah lift dan tangga sebagai sirkulasi vertikal
bangunan dengan pertimbangan untuk memudahkan orang cacat, dan memiliki daya angkut yang relatif besar, serta tangga yang menjadi ciri khas dari langgam arsitektur neo klasik.
4.3.5. Analisa & konsep sistem struktur
Bangunan hotel butik ini hanya memiliki ketinggian maksimal 4 lantai, sehingga tidak memperlukan sistem struktur yang rumit. Dasar - dasar pertimbangan sistem struktur yang digunakan yaitu: •
Memenuhi persyaratan struktur yaitu: kokoh, kaku, dan stabil.
•
Fleksibilitas, memungkinkan perubahan fungsi ruang.
•
Kondisi fisik setempat, tidak menggangu atau merusak sistem struktur bangunan di sekitarnya.
•
Estetika, mendukung penampilan bangunan yang baik.
•
Kemudahan dalam pelaksanaan dan pemeliharaan.
101
Dari pertimbangan diatas maka system struktur yang dipilih adalah : •
Sistem struktur bagian bawah (sub structure) : Bagian struktur yang bekerja langsung dengan tanah dan bekerja menyalurkan beban – beban peralihan upper structure kedalam tanah (pondasi). Beberapa faktor menentukan dalam menentukan pondasi yang digunakan pada bangunan, yaitu jenis, kondisi, dan daya dukung tanah. Jenis pondasi yang digunakan adalah
Tabel 4.8. Pondasi Yang Digunakan Pada Bangunan PONDASI
KELEBIHAN •
Bor pile
KEKURANGAN
Getaran
yang
ditimbulkan
pada
saat
pelaksanaan
•
pelaksanaan
lebih lama. •
Jika kadar air tinggi,
cukup kecil, sehingga
pengecoran
tidak
beresiko.
mengganggu
lokasi
sekitar
•
pelaksanaan. •
Waktu
Memiliki yang
Kurang praktis dalam pekerjaannya.
kekuatan
cukup
akan
untuk
•
Pemakaian
bahan
tidak ekonomis.
bangunan bertingkat tinggi. •
Cocok untuk segala jenis tanah.
Sumber : Olahan Pribadi
•
Sistem struktur bagian atas (upper structure) Merupakan struktur utama dari bangunan yang berfungsi untuk menyalurkan beban dari atas berupa beban hidup dan beban mati ke pondasi baik secara vertikal maupun horisontal. Sistem struktur dinding dan plat lantai yang digunakan adalah sistem struktur rangka, dimana terdiri dari 2 unsur, yaitu : 1. Kolom Unsur vertikal yang berfungsi sebagai penyalur beban dan gaya menuju tanah. Terdapat 2 jenis kolom yang digunakan dalam bangunan ini, yaitu kolom praktis dan kolom struktur. Kolom struktur
102
menahan beban lebih besar, sedangkan kolom praktis berada di pertemuan antar dinding. Kolom utama (struktur) terbuat dari beton. Modul kolom yang digunakan adalah 6 meter. Modul tersebut didapatkan dari hasil perhitungan skala proporsional masa yunani kuno, yaitu golden section. 2. Balok Unsur horisontal yang berfungsi sebagai pemegang dan sebagai media pembagi beban kolom. Balok pada bangunan hotel butik ini memiliki dimensi 30 cm x 50 cm, yang didapatkan dari perhitungan antar bentang kolom 6 meter tersebut.
4.3.6. Analisa & konsep bahan material bangunan Analisa bahan material bangunan meliputi penggunaan material penutup lantai, dinding, penutup dinding, kusen, plafon, rangka atap, dan atap. Bangunan hotel butik ini memiliki gaya Neo Klasik, maka material yang sesuai digunakan adalah : •
Lantai : menggunakan material marmer dengan pola lantai yang sesuai dengan langgam Neo Klasik pada lantai unit kamar dan marmer pada lobby, fasilitas publik, dan function room.
•
Dinding : menggunakan batu bata.
•
Penutup dinding : menggunakan cat warna putih gading pada eksterior dan interior hotel. Dinding pada bagian eksterior hotel juga ada yang menggunakan bahan GRC yang mudah dibentuk pada saat pengaplikasian bentuk lengkung (busur) pada hotel.
•
Kolom : menggunakan jenis kolom order Yunani, yaitu kolom order Doric, rangka struktur kolom menggunakan beton, dan finisihing cat warna putih gading.
•
Plafon : menggunakan bahan gypsum dengan finishing cat warna putih dan dibuat tinggi pada tiap ruangan.
•
Rangka atap : menggunakan rangka baja.
•
Atap : menggunakan jenis atap perisai dengan rangka baja. Terdapat lucarne (dormer) pada bidang atap pelana, dan terdapat pediment segitiga pada bagian entrance lobby hotel.
103
•
Penutup atap : menggunakan genteng dari bahan tanah liat, yang menyesuaikan dengan bangunan sekitarnya, yaitu bangunan tua peninggalan Belanda.
•
Pintu : menggunakan material kayu jati.
•
Jendela : menggunakan jenis jendela yang besar dan memanjang secara vertikal, dengan material kayu jati.
4.3.7. Analisa utilitas 4.3.7.1. Listrik dan penghawaan Sistem elektrikal perlu memperhatikan letak genset dan panel - panel listrik, dimana tidak mudah dijangkau oleh umum namun mudah dijangkau oleh teknisi dan dirancang seefisien mungkin. Penghawaan pada bangunan hotel perlu disesuaikan dengan fungsi dan kondisi ruang tersebut, ada yang dapat menggunakan pengudaraan alami dan ada juga yang buatan. Penghawaan alami
Ventilasi & open void (taman)
AC sentral Penghawaan buatan AC standing
Koridor & cafe outdoor
Unit kamar & fasilitas publik & function room Dapur, ruang servis
Gambar 4.32. Perkiraan Sistem Penghawaan Yang Dibutuhkan Sumber : Olahan Pribadi
PLN
Meteran
Genset
Trafo
Panel induk
Distribusi
Panel anak
Distribusi
Gambar 4.33. Perkiraan Sistem Listrik Pada Hotel Sumber : Olahan Pribadi
104
4.3.7.2. Plumbing Dalam sistem plumbing yang terpenting adalah pengumpulan dan distribusi air. Kemiringan pipa untuk distributor horisontal air bersih adalah 1%, air kotor 2%, kotoran padat 5%. Agar pengaturan pipa untuk distribusi dan pengumpulan air baik, maka perletakan kamar mandi adalah hal utama yang perlu diperhatikan. Terdapat beberapa alternatif pemilihan kamar mandi, yaitu :
Alternatif 1
Alternatif 2
Alternatif 3
Gambar 4.34. Alternatif Kamar Mandi Sumber : Olahan Pribadi
Alternatif yang terpilih adalah alternatif 2, dikarenakan dapat menghemat penggunaan shaft pada kamar mandi, kemudahan perawatan dan installasi, dapat sebagai isolasi kebisingan pada koridor. Sistem penyediaan air dapat dibedakan menjadi air bersih, air kotor, dan air hujan. Berikut akan diuraikan diagram air bersih, kotor, dan hujan : •
Distribusi air bersih Penyediaan air bersih berasal dai PAM yang ditampung oleh reservoir bawah, lalu di pompa ke reservoir atas yang kemudian akan langsung dialirkan ke lantai 4 – 1.
105
Resevoir atas
Pompa tekan Sumur
Pompa Distribusi lt. 4 - 1
PAM
Resevoir bawah
M
Pompa dorong
Gambar 4.35. Rencana Distribusi Air Bersih Sumber : Olahan Pribadi
•
Distribusi air kotor Air kotor dibagi atas air kotor cair dan padat (limbah). Pemipaan pembuangan air kotor padat memiliki diameter lebih besar dari air kotor cair. Air kotor padat berasal dari kloset, sedangkan air kotor cair dari urinoir, washtaffel, dan kitchen sink.
Air kotor cair
BK STP
Air kotor padat
Riol kota
BK
Gambar 4.36. Rencana Distribusi Air Kotor Sumber : Olahan Pribadi
•
Distribusi air hujan Air hujan
BK
Sumur resapan
Riol kota
Pompa Bak penampungan
Reuse
Gambar 4.37. Rencana Distribusi Air Hujan Sumber : Olahan Pribadi
106
4.3.7.3. Pencegahan kebakaran Sistem pencegahan kebakaran pada hotel butik ini memiliki 2 sistem, yaitu sistem pencegahan kebakaran aktif dan pasif. Sistem pencegahan kebakaran aktif meliputi menyediakan tangga kebakaran dengan jarak antar tangga ±30 meter, dan keluar pada ruang terbuka.
Tabel 4.9. Jarak Tempuh Untuk Keluar Bangunan
Sumber : (Jimmy S. Juwana, 2005)
Sistem pencegahan kebakaran aktif meliputi penyediaan sprinkler yang diletakan di plafon dengan jarak pemasangan 3,25 m – 6,5 m, dapat mendeteksi suhu 68oC, dan memancar radius 3,5 m. Hydrant diletakan diluar halaman dan disalurkan melalui sianese. Fire hydrant berupa box hydrant dengan jarak maksimal 35 m antar box hydrant. Peresediaan air untuk hydrant minimum untuk pemakaian selama 30 menit.
4.4. Analisa kegiatan 4.3.1. Analisa manusia Analisa manusia sebagai pengguna hotel butik ini di klasifikasikan menjadi 4 jenis, yaitu : 1. Tamu hotel Tamu hotel butik dengan standard hotel bintang 4 ini umumnya adalah para wisatawan menengah keatas yang mau menghabiskan waktu yang cukup lama untuk menyewa kamar dan menikmati fasilitas. Target tamu hotel selanjutnya adalah keluarga besar yang ingin memiliki kamar berukuran besar seperti family room yang memiliki 3 kamar tidur, ruang tamu, dan ruang makan untuk menghabiskan waktu bersama dengan keluarga sembari berwisata di kawasan Kota Tua.
107
Target tamu hotel yang lainnya adalah tamu dengan tujuan bisnis yang hanya membutuhkan fasilitas untuk tidur, tanpa perlu membuang waktu lama – lama untuk menikmati fasilitas hotel dan objek wisata Kota Tua. 2. Publik bukan tamu hotel Publik bukan tamu hotel maksudnya hanya para wisatawan atau orang orang yang singgah ke hotel butik ini dengan tujuan bukan untuk menginap atau menyewa kamar melainkan untuk menikmati atau memakai fasilitas yang ada di hotel ini seperti ATM centre, restoran, selasar, spa, dll. 3. Staff hotel ( service ) Staff hotel bagian service meliputi koki, pelayan, housekeeping, bellboy, security, orang - orang yang bekerja pada bagian ME, AHU, dan panel. 4. Staff hotel ( administrasi ) Staff hotel bagian administrasi meliputi resepsionis / penerima tamu dan manager. Adapun syarat – syarat yang harus dimiliki hotel agar para wisatawan dan pengunjung hotel merasa nyaman adalah sebagai berikut : •
Hotel harus memberikan rasa nyaman dan aman kepada para pengunjung agar para pengunjung hotel senang berada di hotel butik ini.
•
Hotel harus memiliki ruang yang cukup untuk mewadahi segala aktivitas pengunjung
•
Hotel harus memiliki fasilitas akomodasi untuk para wisatawan yang dating untuk berwisata di kawasan Kota Tua seperti menyiapkan kendaraan bagi para wisatawan untuk menjelajahi kawasan Kota Tua.
4.4.2. Analisa kebutuhan ruang Analisa kebtuhan ruang dilakukan berdasarkan analisa aktivitas yang diperlukan oleh pengguna hotel : Tabel 4.10. Kebutuhan Jenis Ruang Kebutuhan Jenis Ruang Lobby utama
Front office
Aktivitas Penerima / pengantar tamu Pusat orientasi ke ruang lain Kesan pertama kali masuk Penerima check in / out Pembayaran Pusat informasi
108 Surat & brosur
Lounge (ruang duduk) Pentitipan barang Bellboy station Toilet umum pria & wanita Fitness center & spa Mini market ATM Center Function room Money changer Restoran utama Coffee shop Bar Toilet pria Toilet wanita Ruang service + dapur Ruang cuci Gudang makanan Food storage Food storage (dry) Beverage storage Beverage storage (dry) Gudang pendingin Shaft sampah Ruang tidur tamu Ruang general manager Ruang sekretaris Ruang asisten manager Ruang administrasi Ruang rapat staff Ruang manager food & beverages Ruang public relation Ruang manager pemasaran Ruang manager keuangan Ruang manager purchasing Ruang keamanan
Operator Tempat penitipan barang Tempat istirahat Duduk & komunikasi Tempat untuk menitipkan barang Tempat para bellboy menunggu tamu Merapikan diri Buang air kecil / besar Pusat kesegaran jasmani Menjual barang - barang kebutuhan pengunjung Pusat ATM Tempat melangsungkan pesta atau bisa sebagai restoran Tempat penukaran uang Melayani makan, minum, & snack Melayanni minum & snack Melayani minum & snack Merapikan diri Buang air kecil / besar Merapikan diri Buang air kecil / besar Ruang untuk karyawan Mencuci peralatan makan Tempat menyimpan stok makanan Tempat menyimpan makanan basah Tempat menyimpan makanan kering Tempat menyimpan minuman Tempat menyimpan minuman Tempat untuk mendinginkan food & beverage Tempat membuang sampah Tempat istirahat tamu Menampung kegiatan administrasi pengelola hotel Menampung kegiatan administrasi pengelola hotel Menampung kegiatan administrasi pengelola hotel Menampung kegiatan administrasi pengelola hotel Menampung kegiatan administrasi pengelola hotel Menampung kegiatan administrasi pengelola hotel Menampung kegiatan administrasi pengelola hotel Menampung kegiatan administrasi pengelola hotel Menampung kegiatan administrasi pengelola hotel Menampung kegiatan administrasi pengelola hotel Menampung kegiatan administrasi pengelola hotel
109 Ruang kepala bagian dapur utama Ruang kepala housekeeper Ruang kepala bagian teknik Dapur utama Laundry Ruang servis Ruang housekeeper Ruang boiler Ruang tanki air panas Ruang mesin pengelola air kotor Ruang mesin pompa Ruang mesin pendingin Ruang travo Ruang genset dan kelengkapannya
Pembelian, pemesanan, penerimaan barang dapur Pemilihan hotel Pemeliharaan bangunan & perlengkapan ME Melayani makanan tamu & karyawan Cuci, setrika pakaian tamu Melayani kamar tamu Melayani kamar tamu Penyediaan air panas Menyimpan air panas Tempat pengolahan Mengatur distribusi air Mengatur distribusi udara dalam ruangan Mengatur distribusi listrik
Sumber : Olahan Pribadi
4.4.3. Analisa hubungan antar ruang
Unit kamar Fasilitas publik Front office
Lobby Function room
Service
Parkir
Service entrance
Parkir
Main entrance
Gambar 4.38. Hubungan Antar Ruang Makro Sumber : Olahan Pribadi
110
Ruang pengelola
Lobby
Parkir
Entrance Gambar 4.39. Hubungan Kegiatan Pengelola Hotel Sumber : Olahan Pribadi
Unit kamar Fasilitas publik Lobby Function room
Parkir
Entrance Gambar 4.40. Hubungan Kegiatan Penghuni Hotel Sumber : Olahan Pribadi
Fasilitas penunjang
Lobby
Parkir
Function room
Entrance
Gambar 4.41. Hubungan Kegiatan Penghuni Hotel Sumber : Olahan Pribadi
111
Fasilitas penunjang
Unit kamar
Function room
Lobby
Parkir
Entrance Gambar 4.42. Hubungan Kegiatan Karyawan Hotel Sumber : Olahan Pribadi
Service area
Lobby
Parkir
Entrance Gambar 4.43. Hubungan Kegiatan Servis Hotel Sumber : Olahan Pribadi
Tabel 4.11. Tabel Luasan Ruang Kebutuhan penerimaan dan registrasi tamu
Jenis Ruang
Sifat
Lobby utama
Publik
Front office
Publik
Penitipan barang
Publik
Bellboy station
Private
Kapasitas
Standar 1.2 m2 / kamar 16 seat / 50 kamar 18 m2
100 kamar
1 m2 / kamar
Publik
Luas (m2)
1.2 x 100 16 x 2
152 20
1 x 100
100 20
2
Toilet umum pria
Perhitungan
5
1.3 m / urinoir 3 m2 / wc
5 x 1.3 x 5
32.5
5x3x5
75
112
Toilet umum wanita
Publik
5
1.5 m2 / washtafel 3 m2 / wc 1.5 m2 / washtafel
3 x 1.5 x 5
22.5
5x3x5
75
3 x 1.5 x 5
22.5
Total Sirkulasi 20% Total keseluruhan
520 104 624
Kebutuhan administrasi Jenis Ruang Ruang general manager Ruang sekretaris Ruang asisten manager Ruang staff administrasi Ruang rapat staff Ruang manager food & beverage Ruang public relation Ruang manager pemasaran Ruang manager keuangan Ruang manager purchasing Ruang keamanan Ruang kepala bagian dapur utama Ruang kepala housekeeper Ruang kepala bagian teknik Total Sirkulasi 20 % Total keseluruhan
Standar
Perhitungan
Luas (m2)
Sifat
Kapasitas
Private
2 orang
9.5 - 11.5 m2
24
Private
2 orang
7.5 - 9.5 m2
16
Private
2 orang
9.5 - 11.5 m2
20
Private
6 orang
5 m2 / orang
Private
30 orang
1.5 m2 / orang
Private
2 orang
7.5 - 9.5 m2
16
Private
2 orang
15 m2
20
Private
2 orang
7.5 - 9.5 m2
20
Private
2 orang
7.5 - 9.5 m2
20
Private
2 orang
7.5 - 9.5 m2
20
Private
4 orang
3 m2 / orang
4x3
12
Private
2 orang
12 m2 / orang
2 x 12
24
Private
2 orang
10 m2 / orang
2 x 10
20
Private
2 orang
9.5 m2 / orang
2 x 9.5
19
5x6
30
1.5 x 30
45
306 61.2 367
Kebutuhan food and beverage Sifat
Kapasitas
Restoran utama
Publik
157 meja
3.52 m2 / meja
3.52 x 157
Luas (m2) 550
Coffee shop
Publik
50 meja
3.52 m2 / meja
3.52 x 50
176
Bar
Publik
250 orang
1.2 m2 / orang
1.2 x 250
300
Jenis Ruang
Standar
Perhitungan
113 Total Sirkulasi 20%
1026 205.2
Total keseluruhan
1231.2
Kebutuhan food service Jenis Ruang Dapur utama Area cuci Gudang peralatan makan Food storage Food storage (dry) Beverage storage Beverage storage (dry) Gudang pendingin Shaft sampah Room service Total Sirkulasi 20% Total keseluruhan
Standar
Perhitungan
Service Service
30% x luas restoran
30% x 352
Luas (m2) 106
5% x luas restoran
5% x 352
18
Service
15 m2
Service Service Service
25% x luas restoran 30% x luas restoran 5% x luas restoran
25% x 352 30% x 352 5% x 352
15 88 106 18
15% x luas restoran 5% x luas restoran 21 m2
15% x 352 5% x 352
53 18
Sifat
Kapasitas
Service Service Service
10
2
Service
15 m
40 472 95 567
Kebutuhan fasilitas penunjang Jenis Ruang
Sifat
Kapasitas
Standar
Fitness centre :
Publik
Area fitness
Publik
75 orang
200 m2
R. penitipan R. ganti + shower pria R ganti + shower wanita Gudang alat
Publik
75 orang
0.5 m2 / orang
Publik
16 orang
Publik
16 orang
Perhitungan
Luas (m2) 224
0.5 x 75
37.5
3 m2 / orang
3 x 16
48
3 m2 / orang
3 x 16
48
Publik
45 m2
ATM center
Publik
2
Spa & sauna
Publik
Money changer Mini market Total Sirkulasi 20% Total keseluruhan
Publik Publik
45 402.5
75 orang
30 m
30
300 m2
240 25 30 727.5 145.5 873
114 Kebutuhan function room Jenis Ruang
Sifat
Kapasitas
Function room
Publik
1
Gudang Toilet wanita + r. ganti Toilet pria + r. ganti Total Sirkulasi 20% Total keseluruhan
Service
Standar
Perhitungan
Luas (m2) 600
0,6 m2 / orang
60
Publik
4
15 m2
60
Publik
4
15 m2
60 780 156 936
Kebutuhan laundry & housekeeping Jenis Ruang
Sifat
Laundry
Service
Gudang laundry
Service
Housekeeping Pantry karyawan Ruang makan karyawan Loker + toilet pria Loker + toilet wanita Janitor Total Sirkulasi 20% Total keseluruhan
Kapasitas 100 kamar 100 kamar
Standar
Perhitungan
0,5 m2 / kamar
100
0,03 m2 / kamar
30
2
15 m
Service
64
2
1.4 m / orang
Service
16
12 m2
Service Service
5
2
12 m
Luas (m2)
16 12 x 5
60
12 x 5
60
6x4
24 370 74 444
2
Service
5
Service
4
12 m 2
6 m / unit
Kebutuhan utilitas Jenis Ruang
Sifat
Kapasitas
Standar
Perhitungan
Luas (m2)
Ruang boiler Ruang tanki air panas Ruang mesin pengelola air kotor Ruang mesin pompa Ruang mesin pendingin Ruang travo
Service
100 kamar
0.54 m2 / seat
0.54 x 100
70
Service
100 kamar
0.13 m2 / kamar
0.13 x 50
20
Service
100 kamar
0.2 m2 / kamar
0.2 x 100
20
Service
100 kamar
0.2 m2 / kamar
0.2 x 100
20
Service
100 kamar
0.74 m2 / kamar
0.74 x 100
74
Service
5
15 m2 / unit
5 x 15
75
Ruang CCTV
Service
50 kamar
50
115 Ruang genset dan kelengkapannya Total Sirkulasi 20% Total keseluruhan
Service
5
15 m2 / unit
5 x 15
75 404 81 485
Kebutuhan kamar tamu Jenis Ruang Exsecutive twin connecting Exsecutive twin
Sifat
Kapasitas
Standar
Perhitungan
Luas (m2)
Private
12 kamar
54 m2 / kamar
12 x 54
648
Private
54kamar
54 x 54
2916
Superior suite
Private
6 kamar
6 x 114.03
684.18
Family suite
Private
6 kamar
54 m2 / kamar 114.03 m2 / kamar 174 m2 / kamar
6 x 174
1044
Total
5292.18 1058.436 Sirkulasi 20% 6351 Total keseluruhan Sumber : Neufert Architect Data, Time Saver Standard, Hospitality Marketing Concepts
Total keseluruhan kebutuhan ruang : 11878.2 m2 Sisa luas : 15000 – 11878.2 = 3121.8 m2 Sisa luas akan digunakan sebagai ruang terbuka (taman) dan sirkulasi keluar masuk kendaraan serta kebutuhan parker kendaraan.
116