16 BAB 4
HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN Ekstrak buah mahkota dewa digunakan karena latar belakang penggunaan tradisionalnya dalam mengobati penyakit rematik. Berdasarkan penelitian sebelumnya, ekstrak etanol buah Mahkota dewa pada dosis 15 dan 30 mg/kg bb tikus memiliki efek antiinflamasi. (Mariani, 2005). Karakterisasi ekstrak merujuk pada hasil karakterisasi simplisia Tesis Ria Mariani 2005 meliputi penapisan fitokimia, pemeriksaan kadar air, kadar abu total, kadar sari larut air, dan kadar sari larut etanol. Penapisan fitokimia menunjukkan hasil positif pada senyawa flavonoid, senyawa fenol, saponin, dan steroid/triterpenoid. Ekstrak mengandung kadar air 5,0% v/b, kadar abu total 5,3% b/b, kadar sari larut air dan etanol masing-masing 5,0 dan 3,5% b/b. Dari hasil kadar air menunjukkan bahwa kadar air tersebut sesuai dengan persyaratan kadar air simplisia yaitu kurang dari 10%. Tikus dibagi menjadi 6 kelompok dengan masing-masing berjumlah 3-5 ekor. Kelompok 1 adalah normal, kelompok 2 adalah kontrol yang diberi pembawa CMC Na 0,5% dosis 0,01 mL/g bb tikus, kelompok 3 adalah pembanding yang diberi ketoprofen dosis 11,25 mg/kg bb tikus, dan kelompok 4, 5 dan 6 adalah kelompok uji yang diberi ekstrak dosis 15; 22,5; dan 30 mg/kg bb tikus. Kolagen tipe II sebagai zat penginduksi yang diinjeksikan secara intradermal dan intraperitoneal berfungsi untuk menimbulkan kondisi artritis dengan mekanisme kerja yang diduga melibatkan respon imun selular dan humoral, sehingga model hewan memiliki kemiripan dengan model hewan artritis tipe artritis reumatoid. Kerentanan terhadap CIA dihubungkan dengan molekul MHC kelas II dan juga bergantung pada spesies kolagen tipe II yang digunakan. Pembanding yang digunakan adalah obat yang digunakan dalam terapi artritis dari golongan AINS yaitu ketoprofen. Pemilihan ketoprofen didasarkan pada
kemiripan
struktur kimia dengan senyawa yang ada pada buah mahkota dewa yang telah berhasil diisolasi yakni senyawa 2, 4’, 6 trihidroksi-4-metoksi-benzofenon-2-O-glukosida. Adanya
17 kerangka benzofenon pada struktur ketoprofen dan senyawa 2, 4’, 6 trihidroksi-4-metoksibenzofenon-2-O-glukosida menimbulkan dugaan senyawa 2, 4’, 6 trihidroksi-4-metoksibenzofenon-2-O-glukosida pada ekstrak memiliki aktivitas antiradang dengan mekanisme kerja yang sama dengan ketoprofen karena berikatan dengan reseptor radang pada sisi yang sama.
Gambar 4.1 Struktur Kimia Ketoprofen Parameter yang diamati dalam penelitian ini adalah volume kebengkakan kaki, intensitas kemerahan, dan kadar Interleukin-1β serum. Aktivitas antiartritis dilihat dari kemampuan ekstrak etanol buah mahkota dewa dalam menurunkan kadar Interleukin-1β serum tikus serta menurunkan peradangan yang terjadi berupa kemerahan dan kebengkakan dibandingkan terhadap kontrol dan pembanding pada tikus yang diinduksi dengan kolagen tipe II. Pengamatan terhadap aktifitas fisik tikus menunjukkan bahwa kebengkakan terjadi pada hari ke-11 setelah induksi. Dari hasil pengukuran kebengkakan kaki terlihat bahwa kelompok kontrol mengalami peningkatan kebengkakan yang lebih besar dibandingkan kelompok lain. Hal ini dapat dilihat pada tabel 4.1. Tabel 4.1 Volume kebengkakan kaki tikus (ml) setelah induksi Kelompok perlakuan
Volume kebengkakan kaki tikus (ml) pada hari ke0
3
6
9
12
Kontrol
0,046 ± 0,010
0,052 ± 0,014
0,055 ± 0,011
0,060 ± 0,008
0,059 ± 0,007
MD 15 mg/kg bb
0,059 ± 0,115
0,060 ± 0,010
0,058 ± 0,009
0,056 ± 0,006
0,048 ± 0,006*
MD 22,5 mg/kg bb
0,058 ± 0,018
0,060 ± 0,009
0,058 ± 0,006
0,057 ± 0,005
0,049 ± 0,003*
MD 30 mg/kg bb
0,065 ± 0,010
0,062 ± 0,006
0,059 ± 0,007
0,056 ± 0,007
0,051 ± 0,002*
Ketoprofen
0,038 ± 0,009
0,036 ± 0,008*
0,036 ± 0,007*
0,034 ± 0,007*
0,033 ± 0,005*
Keterangan * : berbeda bermakna dibandingkan kelompok kontrol pada p<0,05 ; MD = ekstrak etanol mahkota dewa
volume kebengkakan kaki (ml)
18
0.07 0.06 0.05 0.04 0.03 0.02 0.01 0
0
3
6
9
MD 15 mg/kg bb
kontrol
12
MD 22,5 mg/kg bb
h a ri
ketoprofen
MD 30 mg/kg bb
volume kebengkakan kaki (ml)
Gambar 4.2 Volume kebengkakan kaki setelah pemberian zat uji
0.07 0.06 0.05 0.04 0.03 0.02 0.01 0 kontrol
MD 15 mg/kg bb
MD 22,5 mg/kg bb
MD 30 ketoprofen mg/kg bb
kelompok hari ke-0
hari ke-12
Gambar 4.3 Volume kebengkakan kaki setelah pemberian zat uji hari ke 0 dan 12 Ketoprofen menurunkan volume kebengkakan kaki tikus pada hari ke-3 berbeda secara bermakna (p<0,05) dibandingkan kontrol. Pada hari ke-12, ekstrak dengan semua dosis uji menurunkan volume kebengkakan secara berbeda bermakna (p<0,05) dibandingkan terhadap kontrol dan dosis 30 mg/kg bb menurunkan volume kebengkakan paling besar. Hal ini menunjukkan ketoprofen dan semua dosis uji dapat menurunkan kebengkakan. Parameter lainnya yang diukur adalah intensitas kemerahan pada kaki. Hasilnya dapat dilihat pada Tabel 4.2.
19 Tabel 4.2 Data kemerahan kaki tikus setelah pemberian zat uji Kelompok
Hari ke-
perlakuan
0
3
6
9
12
Kontrol
2,63 ± 0,52
2,63 ± 0,52
2,63 ± 0,52
2,63 ± 0,52
2,63 ± 0,52
MD 15 mg/kg bb
2,86 ± 0,38
2,86 ± 0,38
2,14 ± 0,38
1,57 ± 0,79*
1,43 ± 0,79*
MD 22,5 mg/kg bb
3,00 ± 0,00
3,00 ± 0,00
2,17 ± 0,75
1,33 ± 0,52*
1,17 ± 0,41*
MD 30 mg/kg bb
3,00 ± 0,00
3,00 ± 0,00
2,00 ± 0,00
1,50 ± 0,55*
1,17 ± 0,75*
Ketoprofen
2,75 ± 0,50
2,75 ± 0,50
1,25 ± 0,96*
1,00 ± 0,00*
0,00 ± 0,00*
skor kemerahan
Keterangan * :
berbeda bermakna dibandingkan kelompok kontrol pada p<0,05 ; MD = ekstrak etanol mahkota dewa; 0 = normal; 1 = agak merah; 2 = merah; 3 = sangat merah
3.5 3 2.5 2 1.5 1 0.5 0 0
3
6
hari
Kontrol
M D 15 mg/kg bb
M D 30 mg/kg bb
Ketoprofen
9
12
M D 22,5 mg/kg bb
Gambar 4.4 Skor kemerahan setelah pemberian zat uji 3.5 skor kemerahan
3 2.5 2 1.5 1 0.5 0 Kontrol
MD 15 mg/kg bb
MD 22,5 mg/kg bb
MD 30 mg/kg bb
Ketoprofen
hari ke-12 harikelompok ke-0
Gambar 4.5 Skor kemerahan setelah pemberian zat uji hari ke 0 dan 12
20 Ketoprofen menurunkan intensitas kemerahan pada hari ke-6 berbeda bermakna (p<0,05) dibandingkan kontrol dan mampu menurunkan kemerahan hingga kembali ke normal dalam waktu 12 hari. Semua dosis zat uji menurunkan intensitas kemerahan pada hari ke-9 secara berbeda bermakna (p<0,05) dibandingkan kontrol. Di antara semua kelompok dosis, penurunan terbesar selama 12 hari ditunjukkan oleh dosis 22,5 dan 30 mg/kg bb tikus.
Kaki dan tangan tikus normal
kebengkakan kaki dan tangan tikus
kemerahan kaki tikus
Gambar 4.6 Pengamatan kemerahan dan kebengkakan kaki tikus Interleukin-1β (IL-1β) merupakan sitokin proinflamasi yang penting dalam inisiasi dan kelanjutan inflamasi pada penyakit artritis sehingga dapat dijadikan biomarker dan terdapat bebas dalam peredaran darah. Efek ekstrak etanol buah mahkota dewa terhadap kadar interleukin-1β dapat dilihat pada Gambar 4.7 dan Tabel 4.3. Tabel 4.3 Perubahan kadar interleukin-1β serum setelah pemberian zat uji Kelompok
kadar (ρg/ml)
Kontrol
+258,00 ± 197,06
MD 15 mg/kg bb
-114,75 ± 138,27*
MD 22,5 15/kg bb
-111,00 ± 152,16*
MD 30 mg/kg bb
-180,50 ± 205,43*
Ketoprofen
-242,67 ± 183,31*
Keterangan * : berbeda bermakna dibandingkan kelompok kontrol pada p<0,05 ; MD = ekstrak etanol mahkota dewa; n : 3-5 ekor; (+) : mengalami kenaikan; (-) : mengalami penurunan
21
perubahan kadar interleukin 1-b (pg/ml)
300 200 100 0 Kontrol -100
MD 15 mg/kg bb
MD 22,5 15/kg bb
*
*
-200
MD 30 mg/kg bb
Ketoprofen
* *
-300 Kelompok
Gambar 4.7 Perubahan kadar interleukin-1β setelah pemberian zat uji Keterangan * : berbeda bermakna dibandingkan kelompok kontrol pada p<0,05 Kadar interleukin-1β pada kelompok kontrol rata-rata mengalami kenaikan sebesar 258 pg/ml. Hal ini menunjukkan bahwa model hewan artritis terbentuk yang ditandai dengan bertambahnya kadar sitokin proinflamasi seperti interleukin dan Tumor Necrosis Factor (TNF) dalam darah atau cairan sendi. Ketoprofen sebagai contoh obat golongan AINS mempunyai mekanisme kerja sebagai antiradang dengan cara menghambat siklus Siklooksigenase. Dalam penelitian ini ketoprofen dapat digunakan sebagai pembanding karena selain mempunyai mekanisme kerja di atas juga diduga mempunyai mekanisme kerja menghambat produksi sitokin seperti interleukin-1β. Hal ini dibuktikan bahwa kelompok pembanding mengalami penurunan kadar interleukin-1β
yang berbeda
bermakna jika dibandingkan dengan kontrol (p<0,05). Sediaan ekstrak dosis 15, 22,5 dan 30 mg/kg bb menunjukkan efek antiartritis dengan adanya penurunan rata-rata kadar interleukin-1β berturut-turut sebesar 114,75; 111 ; 180,5 pg/ml. Nilai rata-rata kadar interleukin-1β ini berbeda bermakna bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (p<0,05). Sediaan ekstrak etanol buah mahkota dewa dengan dosis 30 mg/kg bb tikus menurunkan kadar interleukin-1β terbesar dibandingkan dosis 15 dan 22,5 mg/kg bb tikus. Berdasarkan data di atas, diduga mekanisme kerja ekstrak etanol buah mahkota dewa sebagai antiartritis salah satunya dengan cara menghambat produksi interleukin-1β.