AUDIT OPERASIONAL ATAS FUNGSI PENJUALAN PADA CV. ABADI JAYA SELULER
EDWINSA Jln. Malaka No.25C Tambora, Jakarta Barat 087896455556
[email protected]
Dosen Pembimbing : Ahmad Adri, Drs., Ak., MBA
UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Fakultas Ekonomi dan Komunikasi Jurusan Akuntansi dan Keuangan Skripsi Sarjana Strata 1 Akuntansi Semester Genap tahun 2012/2013 Audit Operasional Atas Fungsi Penjualan Pada CV. Abadi Jaya Seluler Edwinsa 1301045910 Abstrak Tujuan penelitian ini ialah untuk mengetahui apakah proses penjualan CV. Abadi Jaya Seluler telah berjalan secara efektif dan efisien sesuai dengan yang diharapkan oleh perusahaan agar tidak terjadi hal – hal yang menyimpang yang dapat merugikan perusahaan. Dari hasil penelitian terdapat beberapa masalah yang harus segera diperbaiki oleh CV. Abadi Jaya Seluler, seperti tidak adanya deskripsi pekerjaan secara tertulis sehingga dapat mengakibatkan perusahaan sulit menentukan pihak yang bertanggung jawab apabila ada kesalahan yang terjadi. Selain itu, tidak adanya nomor urut tercetak dapat mengakibatkan perusahaan sulit mengidentifikasi atau mencocokkan barang yang terdapat di faktur dengan yang ada di surat pesanan apabila ada masalah. Pengisian formulir dan pemberian nomor urut secara manual dapat mengakibatkan kesalahan penulisan. Kemudian, tidak adanya sanksi bagi pelanggan yang terlambat melunasi piutang yang dapat menggangu arus kas perusahaan dan juga merugikan perusahaan.
Kata Kunci : Audit Operasional, Prosedur Audit, Pemeriksaan
UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Fakultas Ekonomi dan Komunikasi Jurusan Akuntansi dan Keuangan Skripsi Sarjana Strata 1 Akuntansi Semester Genap tahun 2012/2013 Audit Operasional Atas Fungsi Penjualan Pada CV. Abadi Jaya Seluler Edwinsa 1301045910 Abstrak The purpose of this study was to determine whether sales process at CV. Abadi Jaya Cellular has been running effectively and efficiently as expected by the company to avoid things that could hurt the company deviates. From the research, there are several problems that must be corrected by CV. Abadi Jaya Cellular, such as the absence of a written job description that may lead to the company is difficult to determine the responsible party if an error has occurred. Moreover, the absence of printed serial number can be difficult to identify a lead company or match items contained in the invoice with a letter that is in order if there is a problem. Form filling and the serial number manually can lead to a typing error. Then, the absence of sanctions for customers who are late paying off debts that may affect the company's cash flow and also hurt the company.
Keywords : Operational Audit, Audit Procedures, Inspection
PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia perekonomian saat ini menuntut perusahaan mempunyai keunggulan bersaing agar tetap mampu bertahan di tengah persaingan usaha yang semakin ketat. Tidak sedikit perusahaan yang terhenti laju operasionalnya karena tidak mampu mempertahankan eksistensi perusahaannya. Melemahnya pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat dan Eropa, mulai berimbas ke Indonesia, dengan turunnya ekspor. Meski pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2012 masih bisa mencapai 6,23% (YoY) dan merupakan salah satu yang tertinggi di Asia setelah China yang tumbuh sebesar 7,8% (YoY), namun lebih rendah dari asumsi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2012 sebesar 6,5%. (http://macroeconomicdashboard.com). Sebagian besar kegagalan tersebut biasanya disebabkan karena perusahaan tidak konsisten dalam menjalankan operasi perusahaannya, ditambah lagi dengan kurangnya tenaga profesional di dalam perusahaan dan perusahaan tidak dapat mengikuti perkembangan ekonomi yang terjadi saat ini. Setiap perusahaan harus mampu menjaga kelangsungan hidupnya agar dapat terus maju dan berkembang. Hal ini menuntut adanya efektivitas dan efisiensi dalam menjalankan kegiatan operasional perusahaan, seperti kegiatan penjualan. Penjualan dalam dunia usaha merupakan salah satu faktor terpenting karena merupakan salah satu ukuran kemajuan perusahaan. Fungsi penjualan penting untuk mendapat perhatian khusus, mengingat penjualan merupakan ujung tombak perusahaan dalam mencapai laba yang optimal dan juga merupakan sumber arus kas dari perusahaan. Seperti penjualan kredit, usaha suatu perusahaan akan bertambah maju karenanya, tetapi dalam penjualan kredit terdapat resiko yang harus dihadapi seperti pembayaran kredit atas barang yang tidak sesuai dengan batas tempo waktu pembayaran. Audit operasional yang dilakukan bukan bertujuan untuk menghapus keseluruhan kemungkinan terjadinya kecurangan audit, tetapi untuk menekan sekecil mungkin terjadinya kecurangan yang dapat merugikan perusahaan. Untuk mengurangi atau mencegah kerugian dalam kegiatan operasional penjualan perusahaan yang baik. Manajemen perusahaan memerlukan saran yang dapat membantu dalam menilai efisiensi dan efektivitas perusahaan. Saran tersebut dapat diperoleh dari hasil audit operasional. Hasil dari audit operasional diharapkan dapat membantu manajemen untuk menciptakan serta meningkatkan suatu kinerja yang baik dalam perusahaan. Dengan demikian, pentingnya melakukan audit operasional agar mencapai profit sesuai dengan visi dan misi perusahaan. CV. Abadi Jaya Seluler merupakan perusahaan yang bergerak sebagai distributor XL di Belitung. Melihat cukup luasnya cakupan penjualan yang dilakukan oleh CV. Abadi Jaya Seluler, maka diperlukan serangkaian proses audit untuk dapat mengendalikan dan mengawasi kegiatan penjualan yang biasanya banyak mengalami masalah dalam pendistribusian dan tempo waktu pembayaran yang dapat menghambat kegiataan dan juga merugikan perusahaan. Berdasarkan uraian singkat di atas, maka penulis tertarik membahas masalah tersebut dalam skripsi yang berjudul “AUDIT OPERASIONAL ATAS FUNGSI PENJUALAN PADA CV. ABADI JAYA SELULER”. Ruang Lingkup Permasalahan Berdasarkan uraian masalah di atas, maka penelitian yang dilakukan pada CV. Abadi Jaya Seluler hanya dibatasi pada audit operasional kegiatan penjualan. Biasanya pelaksanaan auditnya diawali dari tahap survei pendahuluan, evaluasi system pengendalian internal, hingga prosedur audit rinci. Berdasarkan latar belakang di atas, masalah yang akan diteliti adalah sebagai berikut : 1. Apakah sistem pengendalian internal atas kegiatan operasional penjualan telah memadai? 2. Apakah aktivitas operasional penjualan sudah sesuai dengan prosedur yang telah ditentukan?
METODE PENELITIAN Jenis Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan data primer. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumber pertama baik dari individu atau perseorangan yang membutuhkan pengolahan yang lebih lanjut seperti wawancara atau pengisian kuesioner. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penyusunan tugas akhir ini adalah: 1. Studi Pustaka (Library Research) Studi kepustakaan yang dilakukan dengan cara membaca dan meringkas, serta membuat kesimpulan dari buku-buku yang berkaitan dengan topik dan permasalahan skripsi. 2. Penelitian Lapangan (Field Research) Observasi dengan cara mendatangi secara langsung perusahaan untuk mengetahui secara langsung bagaimana sistem penjualan yang sedang berjalan CV. Abadi Jaya Seluler. 3. Wawancara Penulis melakukan wawancara terhadap pemilik dan karyawan perusahaan untuk mendapatkan informasi yang akurat mengenai sistem yang sedang digunakan.
HASIL DAN BAHASAN
Hasil Penelitian Audit Operasional pada Fungsi Penjualan 1. Perusahaan tidak memiliki kebijakan dan prosedur secara tertulis. Kondisi : Di dalam perusahaan tidak memiliki kebijakan dan prosedur secara tertulis untuk mendukung aktivitas penjualan. Kriteria : Padahal kebijakan dan prosedur tertulis sangat diperlukan dalam aktivitas penjualan karena merupakan dasar dari seluruh aktivitas penjualan. Sebab : Hal ini terjadi dikarenakan perusahaan masih kurang menganggap pentingnya kebijakan dan prosedur secara tertulis, kebijakan dan prosedur penjualan lebih sering disampaikan secara lisan. Akibat : Dengan tidak adanya kebijakan dan prosedur penjualan secara tertulis hal ini akan menyebabkan kurangnya komunikasi dan juga memungkinkan timbulnya tindakan-tindakan yang tidak diinginkan misalnya penggelapan dan manipulasi data oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Masalah ini jelas sangat merugikan kegiatan penjualan perusahaan. Rekomendasi : Perusahaan harusnya menyadari pentingya kebijakan dan prosedur penjualan secara tertulis dari pada melalui pemberitahuan secara lisan. Dengan membuat kebijakan dan prosedur penjualan secara tertulis akan mengurangi masalah yang timbul akibat kurangnya komunikasi antar bagian dalam perusahaan mengenai aktivitas fungsi penjualan. 2. Perusahaan tidak memiliki deskripsi pekerjaan secara tertulis. Kondisi : Perusahaan tidak memiliki deskripsi pekerjaan secara tertulis. Perusahaan menyampaikan rincian tugas secara lisan kepada setiap karyawan tanpa adanya pedoman tertulis. Kriteria : Deskripsi pekerjaan merupakan panduan dari perusahaan untuk para karyawan dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab sesuai dengan fungsinya masing-masing. Pedoman ini perlu disajikan secara tertulis untuk menghindari adanya perangkapan tugas dan untuk membatasi wewenang setiap fungsi. Sebab : Perusahaan beranggapan bahwa deskripsi pekerjaan dapat lebih efektif dan mudah dimengerti jika diberitahukan secara lisan kepada para karyawan. Selama ini setiap bagian dalam penjualan dapat berjalan walaupun tidak terdapat deskripsi pekerjaan secara tertulis. Akibat : Pengendalian internal dalam perusahaan dapat berjalan kurang efektif. Batas tanggung jawab kurang jelas dan dapat mengakibatkan perangkapan tugas. Hal ini dapat mengakibatkan perusahaan sulit menentukan pihak yang bertanggung jawab apabila ada kesalahan yang terjadi. Rekomendasi : Perusahaan sebaiknya membuat deskripsi pekerjaan secara tertulis, sehingga setiap karyawan dapat mengerti dengan jelas tugas dan tanggung jawabnya masing-masing. Selain itu, dengan adanya pedoman secara tertulis akan menghindari adanya perangkapan tugas. 3. Perusahaan tidak memiliki nomor urut tercetak di formulir pesanan penjualan. Kondisi : Perusahaan masih belum menggunakan nomor urut tercetak di dalam formulir pesanan penjualan Kriteria : Nomor urut diperlukan agar setiap dokumen atau bukti transaksi terhindar dari kekeliruan misal tertukar antar konsumen. Hal ini juga menghindari terjadinya penggandaan atau penyimpangan dalam penggunaan formulir dan memudahkan dalam pencarian dokumen tersebut apabila sewaktu-waktu diperlukan.
Sebab : Dokumen adalah suatu bukti transaksi yang penting dan perlu diperhatikan keadaannya. Bukti transaksi tersebut yang akan memberikan fakta atau kenyataan yang terjadi dalam proses penjualaan perusahaan tersebut. Akibat : Tidak adanya nomor urut tercetak dapat memperbesar kemungkinan hilangnya dokumen oleh karyawan. Jika dokumen pesanan penjualan hilang, maka ada kemungkinan ada order pelanggan yang tidak terlayani. Selain itu, pengisian formulir dan pemberian nomor urut secara manual dapat mengakibatkan kesalahan penulisan. Misalnya, penomoran ganda, nomor yang terlewat, dan kesalahan penulisan order dari pelanggan. Rekomendasi : Mengingat pentingnya nomor urut pada setiap form transaksi penjualan, maka hendaknya perusahaan mewajibkan adanya nomor urut tersebut disetiap form yang mendukung proses penjualan sehingga dapat berjalan dengan baik dan sesuai dengan prosedur perusahaan. 4. Pengiriman barang yang tidak tepat waktu. Kondisi : Perusahaan selalu berusaha mengirimkan pesanan tepat waktu dan sesuai dengan pesanan. Namun, hal ini belum dapat sepenuhnya dilakukan oleh perusahaan. Hal ini terjadi pada pesanan yang diterima dalam jumlah yang besar, dimana jumlah stok yang ada tidak mencukupi jumlah pesanan tersebut. Kriteria : Pengiriman barang sebaiknya dilakukan tepat waktu sesuai dengan pesanan pelanggan. Hal ini dimaksudkan untuk memegang kepercayaan pelanggan dalam memilih perusahaan sebagai suppliernya dan menjadi pelanggan tetap perusahaan. Di samping itu, juga dapat meningkatkan keefektifan kinerja bagian produksi dalam memenuhi pesanan pelanggan. Sebab : Kondisi ini terjadi karena perusahaan tidak memiliki stok barang dalam jumlah yang banyak, sehingga apabila pesanan yang diterima dalam jumlah yang sangat banyak, perusahaan harus meminta pesanan dari pusat lebih banyak agar pesanan pelanggan tidak mengalami keterlambatan. Akibat : Kondisi ini dapat mengakibatkan hilangnya kepercayaan dari pelanggan kepada perusahaan, karena perusahaan tidak memenuhi waktu pengiriman yang telah ditetapkan. Hal ini juga dapat mengakibatkan kurang efektifnya kinerja bagian produksi dalam memenuhi pesanan pelanggan. Sehingga, dampak jangka panjangnya adalah berkurangnya jumlah pelanggan bagi perusahaan. Rekomendasi : Perusahaan bisa memperbaiki kondisi ini dengan cara menghitung waktu yang dibutuhkan untuk proses pengiriman dari pihak pusat, sebaiknya melakukan koordinasi dengan bagian pusat terlebih dahulu, sehingga di dapat tanggal pengiriman barang yang pasti agar pengiriman pesanan pun dapat dilakukan tepat waktu. 5. Pelanggan tidak diberikan sanksi atas keterlambatan kelunasan. Kondisi : Pelanggan yang telat melakukan pembayaran atau melebihi tanggal jatuh tempo tidak dikenakan sanksi oleh perusahaan. Perusahaan akan terus melakukan penagihan secara baik-baik. Pelanggan akan ditagih baik melalui telepon maupun berdiskusi langsung mengenai alasan kerterlambatan pelunasan piutangnya tersebut. Kriteria : Seharusnya perusahaan memberikan sanksi atau penalti bagi pelanggan yang pembayarannya tidak lancar atau melebihi tanggal jatuh tempo. Sehingga pelanggan dapat membayar piutangnya tepat pada waktu yang telah disepakati. Sebab : Berdasarkan pengalaman yang sebelumnya, keterlambatan pembayaran atau pelunasan piutang oleh pelanggan terjadi karena arus kas pelanggan sedang tidak stabil atau sedang mengalami kesulitan ekonomi. Karena itu, perusahaan hanya melakukan diskusi secara baik-baik dan tidak mengenakan sanksi apapun ke pelanggan, kecuali sudah lebih dari 1 tahun atau lebih, maka perusahaan akan menempuh jalur hukum. Selain itu, hal ini disebabkan juga oleh rasa percaya kepada pelanggan yang sudah lama bekerja sama dan untuk menjaga hubungan baik dengan pelanggan.
Akibat : Tidak adanya sanksi atau penalti bagi pelanggan yang telat membayar atau melunasi piutangnya dapat mengakibatkan pelanggan terus melakukan pemesanan dan mengundur waktu pelunasan piutangnya. Hal ini semakin lama akan mengganggu arus kas perusahaan. Rekomendasi : Perusahaan sebaiknya menetapkan suatu kebijakan terkait masalah pelunasan piutang karena masalah ini sering terjadi di dalam perusahaan. Untuk pelanggan yang memiliki sejumlah piutang yang cukup besar, sebaiknya tidak diberikan suatu toleransi kebijakan tertentu untuk tetap dapat melakukan transaksi pembelian karena walaupun pelanggan lama, namun operasional perusahaan lebih penting untuk dijaga kelancarannya. Atau, perusahaan dapat juga menetapkan suatu kebijakan yang memberikan sanksi atau penalti bagi pelanggan yang telat membayar dengan perhitungan sekian persen dari jumlah piutang yang terhutang dari pelanggan. Selain itu, untuk meminimalisasi kemungkinan penunggakan piutang, perusahaan juga dapat menerapkan potongan pembayaran bila pelanggan melunasi piutang dalam tempo waktu tertentu. Hal ini dapat memberikan keuntungan bagi pelanggan karena jumlah piutang yang harus dibayaran menjadi berkurang, sehingga akhirnya pelunasan piutang menjadi lebih cepat. Dengan adanya kebijakan ini, diharapkan pelanggan dapat dengan tepat waktu melunasi piutangnya agar operasional perusahaan tetap berjalan lancar. Konsistensi penagihan piutang tetap harus dijalankan agar operasional penagihan tetap berjalan lancar.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Dari hasil pembahasan yang telah dilakukan penulis, maka dapat disimpulkan bahwa hasil audit operasional atas fungsi penjualan pada CV. Abadi Jaya Seluler secara umum kegiatan operasional masih belum efektif dan efisien karena masih terdapat beberapa kelemahan dalam kegiatan operasional penjualan. Hal ini bisa terlihat dari : 1. Perusahaan tidak memiliki kebijakan dan prosedur penjualan secara tertulis Hal ini terjadi dikarenakan perusahaan masih kurang menganggap pentingnya kebijakan dan prosedur secara tertulis, kebijakan dan prosedur penjualan lebih sering disampaikan secara lisan. Dengan tidak adanya kebijakan dan prosedur penjualan secara tertulis hal ini akan menyebabkan kurangnya komunikasi dan juga memungkinkan timbulnya tindakan-tindakan yang tidak diinginkan misalnya penggelapan dan manipulasi data oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Masalah ini jelas sangat merugikan kegiatan penjualan perusahaan. 2. Perusahaan tidak memiliki deskripsi pekerjaan secara tertulis Perusahaan tidak memiliki deskripsi pekerjaan secara tertulis. Perusahaan menyampaikan rincian tugas secara lisan kepada setiap karyawan tanpa adanya pedoman tertulis. Deskripsi pekerjaan merupakan panduan dari perusahaan untuk para karyawan dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab sesuai dengan fungsinya masing-masing. Pedoman ini perlu disajikan secara tertulis untuk menghindari adanya perangkapan tugas dan untuk membatasi wewenang setiap fungsi. Hal ini dapat mengakibatkan perusahaan sulit menentukan pihak yang bertanggung jawab apabila ada kesalahan yang terjadi. 3. Perusahaan tidak memilik nomor urut tercetak di formulir pesanan penjualan Tidak adanya nomor urut tercetak dapat mengakibatkan perusahaan sulit mengidentifikasi atau mencocokkan barang yang terdapat di faktur dengan yang ada di surat pesanan apabila ada masalah. Tidak adanya nomor urut tercetak dapat memperbesar kemungkinan hilangnya dokumen oleh karyawan. Jika dokumen pesanan penjualan hilang, maka ada kemungkinan ada order pelanggan yang tidak terlayani. Selain itu, pengisian formulir dan pemberian nomor urut secara manual dapat mengakibatkan kesalahan penulisan. Misalnya, penomoran ganda, nomor yang terlewat, dan kesalahan penulisan order dari pelanggan. 4. Pengiriman barang yang tidak tepat waktu Perusahaan selalu berusaha mengirimkan pesanan tepat waktu dan sesuai dengan pesanan. Namun, hal ini belum dapat sepenuhnya dilakukan oleh perusahaan. Hal ini terjadi pada pesanan yang diterima dalam jumlah yang besar, dimana jumlah stok yang ada tidak mencukupi jumlah pesanan tersebut. Kondisi ini dapat mengakibatkan hilangnya kepercayaan dari pelanggan kepada perusahaan, karena perusahaan tidak memenuhi waktu pengiriman yang telah ditetapkan. Hal ini juga dapat mengakibatkan kurang efektifnya kinerja bagian produksi dalam memenuhi pesanan pelanggan. Sehingga, dampak jangka panjangnya adalah berkurangnya jumlah pelanggan bagi perusahaan.
5. Pelanggan tidak diberikan sanksi atas keterlambatan pelunasan piutang Hal ini dapat mengakibatkan pelanggan terus melakukan pemesanan dan mengundur waktu pelunasan piutangnya dan semakin lama akan mengganggu arus kas perusahaan. Jika sampai tidak tertagih, maka akan merugikan perusahaan. Setelah dilakukan audit terhadap pengendalian internal atas penjualan dan berdasarkan jawaban-jawaban yang diperoleh dari kuesioner yang telah diberikan sebelumnya, maka diperoleh beberapa kelemahan pada pelaksanaan pengendalian internal atas fungsi penjualan yaitu: 1. Perusahaan tidak memiliki deskripsi pekerjaan yang disajikan secara tertulis. 2. Perusahaan tidak mempunyai prosedur penjualan secara tertulis, prosedur penjualan diinformasikan secara lisan kepada setiap bagian. 3. Perusahaan tidak menggunakan nomor urut tercetak di formulir pesanan penjualan, pemberian nomor hanya dilakukan dengan cara manual. 4. Adanya keterlambatan dalam pengiriman barang yang diakibatkan karena pengiriman dari pusat yang memakan waktu cukup lama.
5.
Tidak adanya sanksi bagi pelanggan yang telat membayar atau melunasi piutangnya yang dapat mengakibatkan pelanggan terus melakukan pemesanan dan mengundur waktu pelunasan piutangnya. Hal ini semakin lama akan mengganggu arus kas perusahaan dan jika sampai tidak tertagih, maka akan merugikan perusahaan.
Saran Berdasarkan kesimpulan mengenai kelemahan-kelemahan yang telah diuraikan di atas, maka berikut ini saran atau rekomendasi yang dapat menjadi bahan pertimbangan bagi manajemen dalam meningkatkan efektifitas dan efisiensi fungsi penjualan yang penulis berikan, antara lain: 1. Membuat kebijakan dan prosedur penjualan secara tertulis akan mengurangi masalah yang timbul akibat kurangnya komunikasi antar bagian dalam perusahaan mengenai aktivitas fungsi penjualan. Kebijakan dan prosedur secara tertulis dinyatakan dalam bentuk tertulis agar dapat menjadikan pedoman bagi karyawannya dalam melaksanakan kegiatannya. Prosedur penjualan harus merinci setiap tahapan yang ada dimulai dari proses penerimaan pesanan, pengiriman sampai pencatatan penjualan. Hal ini dapat memperkecil kemungkinan terjadinya kesalahan prosedur penjualan dan juga sebagai criteria dalam melakukan evaluasi sehingga dapat membantu perusahaan untuk mencapai penjualan yang efektif dan efisien 2. Perusahaan perlu membuat deskripsi pekerjaan secara tertulis, sehingga setiap karyawan dapat mengerti dengan jelas tugas dan tanggung jawabnya masing-masing. Dengan adanya pedoman secara tertulis juga akan menghindari adanya perangkapan tugas dan pelemparan tanggung jawab antar fungsi. 3. Mewajibkan adanya nomor urut tersebut disetiap form yang mendukunng proses penjualan sehingga dapat berjalan dengan baik dan sesuai dengan prosedur perusahaan. Nomor urut tercetak menjadi kontrol agar dokumen tidak hilang atau dibuang. 4. Dilakukannya pengecekan stok untuk menunjukan ketersediaan barang agar keterlambatan pengiriman pesanan dapat diantisipasi dan juga melakukan penyetokan agar apabila terjadi lonjakan pemesanan dapat terkontrol dengan baik. 5. Perusahaan hendaknya membuat kebijakan pengenaan sanksi bagi pelanggan yang telat membayar atau melewati tanggal jatuh tempo. Sanksi tersebut, misalnya dapat dilakukan dengan menghentikan pemesanan barang yang dilakukan oleh pelanggan tersebut. Pelanggan tidak boleh melakukan pemesanan sampai piutangnya dilunasi. Kalau pun diberikan kebijakan untuk melakukan pemesanan, minimal pelanggan harus melunasi terlebih dahulu piutang sebelumnya sebesar 70%. Bisa juga dengan dilakukan pembayaran uang muka terlebih dahulu sebagai jaminan. Dengan adanya kebijakan ini diharapkan keterlambatan pembayaran piutang dan kemungkinan tidak tertagihnya piutang dapat diperkecil.
REFERENSI Agoes, Sukrisno. (2008). Auditing (Pemeriksaan Akuntan) Oleh Kantor Akuntan Publik Jilid 1 Edisi Ketiga. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Arens, Alvin A & Loebbecke, J. K. (2003). Pendekatan Terpadu buku satu dan dua. (Alih bahasa Yusuf, A.A.). Jakarta: Salemba Empat. Arens, Alvin A., Randal J. Elder dan Mark S. Beasley. (2008). Auditing Dan Jasa Assurance: Pendekatan Terintegrasi. Jilid 1. Edisi 12. (Alih bahasa Herman Wibowo). Jakarta: Penerbit Erlangga. Bayangkara, IBK. (2008). Audit Manajemen Prosedur dan Implementasi. Jakarta: Salemba Empat. Ely Suhayati dan Siti Kurnia Rahayu. (2010). AUDITING, Konsep Dasar dan Pedoman Pemeriksaan Akuntan Publik. Jogjakarta: Graha Ilmu. Institut Akuntan Publik Indonesia. (2011). Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP). Jakarta: Salemba Empat. Krismiaji, Drs., M.Sc., Akt. (2010). Sistem Informasi Akuntansi. Yogyakarta: UPP STIM YKPN. Mulyadi. (2008). Sistem Akuntansi. Cetakan Keempat. Jakarta : Salemba Empat. Mulyadi (2009), Akuntansi Biaya, Edisi ke-5 cetakan kesembilan, Yogyakarta: UPP-STIM YKPN. Rama. Dasartha V & Jones, Frederick L. (2008), Sistem Informasi Akuntansi. (Alih bahasa Herman Wibowo). Jakarta: Salemba Empat. Tunggal, A.W. (2008). Audit Operasional : Suatu Pengantar. Jakarta : Salemba Empat.