MODEL PEMBINAAN KEAGAMAAN ISLAM PADA PEKERJA SEKS KOMERSIAL (PSK) DI LOKALISASI TEGAL PANAS DESA JATIJAJAR KECAMATAN BAWEN KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2012 Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Oleh: M. Fahrul Azhari 11108013 JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2012
i
KEMENTERIAN AGAMA RI SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) Jl. Stadion 03 telp. (0298) 323706, 323433 Salatiga 50721 Website : www.stainsalatiga.ac.id E-mail :
[email protected]
Drs. Juz ’an, M.Hum. DOSEN STAIN SALATIGA NOTA PEMBIMBING Lamp Hal
: 4 Eksemplar : Naskah Skripsi Saudara M. Fahrul Azhari Kepada Yth. Ketua STAIN Salatiga di Salatiga
Setelah dikoreksi dan diperbaiki, maka skripsi saudara: Nama
: M. Fahrul Azhari
NIM
: 11108013
Jurusan
: Tarbiyah
Program Studi
: Pendidikan Agama Islam
Judul
: Model Pembinaan Keagamaan Islam pada Pekerja Seks Komersial (PSK) di Lokalisasi Tegal Panas Desa Jatijajar Kec. Bergas Kab. Semarang tahun 2012.
Telah kami setujui untuk dimunaqosahkan.
Salatiga, 9 Agustus 2012 Pembimbing
Drs. Juz ’an, M.Hum. NIP. 19611024 198903 1 002
ii
SKRIPSI MODEL PEMBINAAN KEAGAMAAN ISLAM PADA PEKERJA SEKS KOMERSIAL DI LOKALISASI TEGAL PANAS DESA JATIJAJAR KEC. BERGAS KAB. SEMARANG TAHUN 2012. DISUSUN OLEH M. FAHRUL AZHARI 11108013 Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Pendidikan Agama Islam Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga, pada tanggal 1 September 2012 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar sarjana S1 Kependidikan Islam(S.Pd.I.). Susunan Panitia Penguji Ketua Penguji
: H. Agus Waluyo, M.Ag.
_________________
Sekretaris Penguji
: Nafis Irkhami, M.Ag. M.A.
_________________
Penguji I
: Drs. Imam Baihaqi, M.Ag.
_________________
Penguji II
: Drs. Bahroni, M.Pd.
_________________
Penguji III
: Drs, Juz „an, M.Hum.
_________________
Salatiga, 1 September 2012 Ketua STAIN Salatiga
Dr. Imam Sutomo, M.Ag NIP. 19580827 198303 1 002
iii
KEMENTERIAN AGAMA RI SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) Jl. Stadion 03 telp. (0298) 323706, 323433 Salatiga 50721 Website : www.stainsalatiga.ac.id E-mail :
[email protected]
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama
: M. Fahrul Azhari
NIM
: 111 08 013
Jurusan
: Tarbiyah
Program Studi
: Pendidikan Agama Islam
Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Salatiga, 9 Agustus 2012 Yang menyatakan
M. Fahrul Azhari NIM : 111 08 013
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN MOTTO
“Perjuangkanlah hari ini, karena hari ini adalah untuk hari besok” “Jangan pernah katakan menyesal apa yang telah diperbuat, tapi ambilah pelajaran dan hikmah dari apa yang telah diperbuat”
PERSEMBAHAN Skripsi ini ku persembahkan untuk: Keluarga tercinta Ayahanda dan Ibunda yang telah membesarkan dan mendidikku dengan penuh kerelaan dan pengorbanan baik secara lahir maupun batin dengan iringan do‟a restunya. Seluruh keluarga besar dari kakeku sampai adik ponakanku motivasinya,
terima serta
kasih
atas
do‟anya
dorongan, yang
telah
memperlancar saya dalam menyelesaikan tanggung jawab ini.
v
Kepada bapak Drs. Juz „an M.Hum. selaku pembimbing dan sekaligus sebagai motivator serta pengarah sampai selesainya penulisan skripsi ini Kepada seluruh sahabat-sahabatku yang selalu memberikan semangat untuk segera menyelesaikan skripsi ini. Kawan-kawan seperjuangan anggakatan 2008 terlebih khusus kelas PAI.A yang telah memberikan motivasi, inspirasi dan semangat belajar. Kepada teman-temanku di rumah yang selalu memberikan semangat kepadaku
vi
KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah SWT. Yang telah memberikan rahmat, taufik, nikmat serta hidayahnya sehigga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Sholawat serta salam senantiasa terlimpahkan kepada junjungan Nabi Agung Muhammad SAW beserta para keluarga, sahabat dan para pengikutnya yang selalu istiqomah di jalan-Nya. Yang telah menunjukan kepada kita agama yang benar dan menuntun kita dari zaman kebodohan hingga ke zaman yang penuh dengan ilmu pengetahuan ini. Penulisan skripsi ini tidak akan terselesaikan dengan baik tanpa ada bantuan, dorongan, motivasi serta bimbingan dari berbagai pihak yang terkait. Namun kebahagiaan yang tiada taranya tidak dapat disembunyikan setelah penulisan skripsi ini selesai. Oleh karena itu tak lupa penulis ucapkan banyak terimakasih setulus-tulusnya atas terselesaikanya skripsi ini kepada: 1.
Dr. Imam Sutomo, M.Ag selaku ketua STAIN Salatiga
2.
Dra. Siti Asdiqoh, M.Si selaku ketua program studi Pendidikan Agama Islam beserta stafnya yang telah membantu penulis selama menjalani kuliah dan ketika penyusunan skripsi ini.
3.
Drs. Juz „an M.Hum. selaku pembimbing yang telah mengarahkan dan memberikan bimbingan serta meluangkan waktu dan perhatian dalam penulisan skripsi ini.
vii
4.
Kepada bapak dan ibu dosen
yang telah mendidik dan memberikan ilmu
pengetahuan dan pengalaman dengan penuh kesungguhan dan kesabaran, serta bagian akademik
STAIN Salatiga yang telah memberikan layanan serta
bantuan kepada penulis 5.
Semua pihak yang telah membantu demi lancarnya skripsi ini baik secara langsung maupun tidak langsung, sehingga dapat terselesaikan dengan baik. Hanya rasa syukur yang dapat penulis haturkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan anugrah-Nya dalam penyusunan skripsi ini, dengan demikian, akhirnya penulis mengucapakan banyak terimakasih dan tentunya dalam penulisan atau penyusunana skripsi ini masih banyak kekurangan. Maka penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun, sehingga skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca yang dermawan, serta bermanfaat bagi agama, nusa dan bangsa. Amin
Salatiga, 9 Agustus 2012 Penulis
M. Fahrul Azhari NIM : 111 08 013
viii
ABSTRAK M. Fahrul Azhari. 2012. Model Pembinaan Keagamaan Islam Pada Pekerja Seks Komersial (PSK) Di Lokalisasi Tegal Panas Desa Jatijajar Kec. Bergas Kab. Semarang. Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Agama Islam. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing : Drs. Juz „an, M.Hum. Kata Kunci: Model Pembinaan Islam. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui realitas pelaksanaan pembinaan keagamaan pada pekerja seks komersial di lokalisasi Desa Jatijajar Kec. Bergas Kab. Semarang, meliputi; (1) Untuk mengetahui isi atau materi pembinaan keagamaan Islam, (2) Untuk mengetahui cara pelaksanaan pembinaan keagamaan Islam, (3) Untuk mengetahui model pembinaan keagamaan Islam, (4) Untuk mengetahui kendala-kendala dalam pelaksanaan pembinaan keagamaan Islam dan bagaimana upaya mengatasinya. Pengkajian penelitian ini dilakukan secara kualitatif terhadap informan meliputi pembina keagamaan baik dari petugas atau dari tokoh masyarakat sekitar, pengelola, PSK dan mucikari. Dalam penelitian ini penulis mengunakan pendekatan deskriptif kualitatif yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data-data deskriptif. Dengan tujuan untuk mengambarkan keadaan atau status fenomena dari data-data yang diperoleh dari obyek penelitian, yang kemudian dilakukan analisis dengan cara: a. Mendiskripsikan data dari informan b. Memilah-milah sesuai dengan analisis penelitian kemudian dianalisis oleh penulis c. Disimpulkan untuk menjawab tujuan penelitiaan Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian tentang Pembinaan Keagamaan Islam Pada Pekerja Seks Komersial Di Lokalisasi Tegal Panas Desa Jatijajar Kec. Bergas Kab. Semarang. adalah (1). Isi atau materi pembinaan keagamaan Islam adalah dengan memberikan materi dari: a). Dimensi aqidah b). Dimensi ibadah c). Dimensi akhlak (2). Pelaksanaan pembinaan keagamaan Islam untuk tempat kadang dilakukan di masjid, mushola dan gedung PKK yang sudah tersedia di lokalisasi Tegal Panas. Dan untuk durasi waktunya sebenarnya sudah lama yaitu sekitar 1 – 1,5 jam. (3) Model pembinaan keagamaan Islam menambahkan serta mengembangkan iman dan taqwa kepada Allah SWT. Model pembinaan keagamaan pada pekerja seks komersial yang digunakan adalah model ceramah (4) kendala-kendala dalam pembinaan keagamaan Islam dan upaya untuk mengatasinya. Yaitu dengan adanya aturan menjadikan hal positif dan akhirnya para anak asuh(wanita binaan) banyak yang mengikuti pembinaan keagamaan Islam dan kegiatan-kegiatan yang lain. Karena memberikan hukuman atau sanksi kepada PSK atau pelacur agar bisa menambah pengalaman mereka atau membuat mereka disiplin untuk mengikuti kegiatan-kegiatan yang diadakan oleh pengelola terutama dalam kegiatan pembinaan keagamaan.
ix
DAFTAR ISI LEMBAR BERLOGO…………………………………………………………………i HALAMAN SAMPUL………………………………………………………………...i PERSETUJUAN PEMBIMBING……………………………………………….........ii PENGESAHAN KELULUSAN……………………………………………………..iii PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN……………………………………………iv MOTTO DAN PERSEMBAHAN……………………………………………….........v KATA PENGANTAR………………………………………………………….........vii ABSTRAK……………………………………………………………………………ix DAFTAR ISI…………………………………………………………………….........x DAFTAR TABEL………………………………………………………………......xiii DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………………..........xiv BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah…………………………………………………..1 B. Rumusan Masalah………………………………………………………....5 C. Tujuan Penelitian………………………………………………………….5 D. Kegunaan Penelitian……………………………………………………....6
x
E.
Penegasan Istilah……………………………………………………...7
F.
Metode Penelitian…………………………………………………….9
G.
Sistematika Penulisan………………………………………………..17
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pembinaan Keagamaan 1. Pengertian Keagamaan Islam………………………………..…........20 2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Keagamaan Islam……………...28 3. Cara Meningkatkan Pembinaan Keagamaan…….…………………..31 B. Lingkungan Lokalisasi (Prostitusi) dan Perilaku Sosial 1. Lingkungan Lokalisasi (Prostitusi)…………………………………..33 2. Perilaku Sosial……………………………………………………….35 3. Macam-macam Penyimpangan Prilaku Sosial………………………37 BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN A. Paparan Data 1. Sejarah Lokalisasi Tegal Panas……………………………………...41 2. Kondisi Lokalisasi Tegal Panas ……………………………….........42 3. Gambaran Informan…………………………………………………43 B. Temuan Penelitian 1. Isi atau materi pembinaan keagamaan Islam......................................44 2. Pelaksanaan pembinaan keagamaan Islam …………………………46
xi
3. Model pembinaan keagamaan Islam ………………………………..48 4. Kendala-kendala dalam Pembinaan keagamaan Islam ……………...51
BAB IV PEMBAHASAN A. Isi atau materi pembinaan keagamaan Islam ……………………………57 B. Pelaksanaan pembinaan keagamaan Islam ……………………………...60 C. Model pembinaan keagamaan Islam ……………………………………62 D. Kendala-kendala dalam Pembinaan keagamaan Islam dan upaya untuk mengatasinya…………………………………………………………….64
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan………………………………………………………………67 B. Saran …………………………………………………………………….69 DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………….72 DAFTAR RIWAYAT HIDUP……………………………………………………...74 LAMPIRAN
xii
DAFTAR TABEL 1. Tabel I Daftar Nama Pembina Tegal Panas……..…………………… 2. Table II Daftar Nama Informan………………………………………
xiii
DAFTAR LAMPIRAN 1. Daftar Riwayat Hidup…………………………………………………… 2. Lembar Konsultasi Skripsi………………………………………………. 3. Pedoman Wawancara……………………………………………………. 4. Transkip Wawancara…………………………………………………….. 5. Kategori Data……………………………………………………………. 6. Proposal Skripsi…………………………………………………………. 7. Proposal Penelitian………………………………………………………. 8. Surat Ijin/Rekomendasi Penelitian………………………………………. 9. Surat Keterangan Penelitian…………………………………………….. 10. Laporan SKK…………………………………………………………….
xiv
Bab I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan bermasyarakat di sekitar kita dan dimanapun berada, selalu terdapat permasalahan-permasalahan atau penyimpangan sosial yang dilakukan oleh manusia atau anggota masyarakat. Hal yang demikian tidak dapat dihindari dalam kehidupan masyarakat, karena manusia di dunia ini pasti akan mempunyai masalah sosial. Hubungan atau interaksi yang terjadi dalam anggota masyarakat tidak jarang menimbulkan atau mengakibatkan permasalahan-permasalahan atau penyimpangan norma yang berlaku di masyarakat tersebut. Hubungan atau interaksi manusia tidak terbatas interaksi dengan sesamanya tetapi juga bisa dengan lingkungan. Dari interaksi anggota masyarakat dengan berbagai budaya, agama, hukum, atau sebuah kondisi negara dimana masyarakat itu bernaung, seperti kondisi keamanan, kondisi politik, dan sebagainya. Masalah yang senantiasa menyertai kehidupan umat manusia sepanjang sejarahnya sebagaimana masalah sosial, ekonomi, dan politik (Suprayogo & Tobroni, 2003:17). Dari permasalahan-permasalahan atau penyimpangan sosial yang banyak terjadi dan menjadi penyakit masyarakat salah satunya adalah
1
prostitusi. Membicarakan prostitusi dalam kehidupan masyarakat merupakan hal biasa, dari yang remaja maupun sampai yang sudah tua. Membahas prostitusi itu berarti tidak lepas dari seks dan wanita. Seks adalah kebutuhan manusia yang selalu ada dalam diri manusia yang sudah dewasa atau baligh yang bisa muncul secara tiba-tiba. Seks juga bisa berarti sebuah ungkapan rasa manusia yang cinta akan keindahan secara fisik atau kasat mata. Dari keindahan itulah bisa disimpulkan bahwa wanita adalah simbol keindahan itu sendiri. Maka fenomena yang sering terjadi dalam masyarakat bahwa seks selalu identik dengan wanita, karena seks tidak bisa lepas dari wanita. Dikarenakan wanita simbol keindahan. Maka setiap yang indah menjadi target para oknum yang ingin memanfaatkannya untuk dijadikan sumber mencari uang secara cepat dan banyak. Dari situlah wanita selalu ada saja yang mengumpul dalam suatu tempat dan berusaha menjual “miliknya” kepada siapa saja yang membutuhkan “jasanya” dimanapun dan kapanpun kepada para lelaki. Dari penjelasan tadi dapat dinamakan wanita yang menjual “miliknya” atau “jasanya” disebut juga PSK (pekerja seks komersial). Karena bagi wanita yang memiliki keindahan maka harganya cukup mahal bagi para lelaki untuk mendapatkan “jasanya” tergantung dari seberapa keindahan yang dimiliki wanita. Semakin wanita itu indah maka dia bebas untuk memasang tarifnya kepada para leleki yang ingin berkencan dengan dirinya. Oleh sebab itulah wanita yang bersifat komersil tiu tadi dinamakan PSK (pekerja seks
2
komersial). Dan realitanya para lelaki mau merogoh kantongnya dalam-dalam demi mendapatkan PSK yang dikehendaki. Salah satu perubahan tata nilai tersebut adalah dikarenakan lemahnya keyakinan beragama, sikap individual dan matrealis. Keadaan ini sanga berlawanan dengan ajaran islam sekaligus tidak mendukung pencapain tujuan pendidikan nasional mengacu pada undang-undang N0. 20 Tahun 2003 pasal 3 tentang system pendidikan nasional yang menyatakan bahwa pendidikan berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peraaban bangsa yang bermartabat dalam rangka melalui lembaga formal maupun non formal. Pendidikan merupakan salah satu pilar pokok untuk membangun negara agar kokoh dan berkualitas (UU RI No. 20, 2003: 6). Pendidikan memberikan pengaruh yang sangat besar dalam menjamin berlangsungnya kehidupan masyarakat yang berbangsa dan bernegara. Sebab pendidikan merupakan usaha untuk meningkatkan mutu dan kualitas sumber daya manusia. Demikian juga dengan pendidikan agama Islam yang tidak bisa lepas dari umat Islam di Indonesia. Karena pendidikan agama Islam merupakan proses atau upaya untuk membentuk dan mengarahkan manusia kepada kehidupan yang lebih baik dan benar. Manusia yang telah mendapat pendidikan agar dapat memahami, menghayati, dan mengamalkan agama Islam, serta menjadikan sebagai jalan kehidupan, baik pribadi maupun kehipan masyarakat (Syafaat dkk, 2008:16). Sudah tentunya manusia yang
3
bertaqwa dan berakhlak mulia dalam mengamalkan ajaran agama Islam sari sumber kitab suci Al-Qur‟an dan Hadits. Pembinaan keagamaan yang dilakukan di lingkungan lokalisasi sangatlah penting terutama terhadap pekerja seks komersial di daerah Tagal Panas Kecamatan Bergas. Agar para PSK bisa sadarkan diri dan meninggalkan
kemaksiyatan.
Karena
pendidikan
keagamaan
serta
pemeliharaan dan peningkatan keimanan adalah upaya yang perlu terus menerus dilakukan (Ancok dan Suroso, 2005:34). Tegal Panas yang dahulunya dikenal dengan tempat pangkalan truk, kemudian sejak kedatangan para mucikari dari luar kota membeli tanah didaerah Tegal Panas untuk didirikan warung remang-remang. Mulai itulah Tegal Panas menjadi tempat praktek-praktek prostitusi karena para supir truk yang menurunkan wanita pelacur (Pekerja Seks Komersial) yang diturunkan di situ. Pada tahun 1980 warung remang-remang mulai ramai dan berkembang menjadi banyak. Kemudian tahun 1999 yang semula warung remang-remang diganti menjadi tempat karaoke dan menyediakan kamar dan pekerja seks komersial. Dan hingga sampai sekarang masih ramai dikunjungi para kaum lelaki. Dan para PSK di tegal panas kebanyakan bukan dari daerah sekitar akan tetapi malah dari daerah kota lain. Dari sinilah dari individu satu dengan yang lain mulai timbul keinginan untuk membangun tempat-tempat karaoke beserta fisilitas “plusplus” yang akhirnya menjadi tempat lokalisasi. Dari tiulah para pemilik
4
tempat karaoke plus-plus atau para PSK mencari penghasilan pokok (penghasilan haram). Makin hari makin ramai saja yang datang di tempat itu apalagi kalau menjelang malam pasti ramai dengan pengunjung. Dan para PSKnya pun juga bertambah banyak dari samapi usia 17-48 tahun yang kebanyakan datang dari daerah atau kota lain. Dari pemaparan di atas penulis berpendapat bahwa pembinaan keagamaan bagi PSK (pekerja seks komersial) merupakan agenda yang harus dilakukan, tidak hanya menjadi kewajiban pemerinyah. Akan tetapi untuk menyelenggarakannya membutuhkan ketrlibatan dan partisipasi aktif dari semua elemen masyarakat. Berangkat dari permasalahan ini maka penulis ingin melakukan penelitian tentang “Model Pembinaan Keagamaan Islam Pada Pekerja Seks Komersial (PSK) Di Lokalisasi Tegal Panas Desa Jatijajar Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang Tahun 2012”. B. Rumusan Masalah Pokok permasalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimanakah isi atau materi pembinaan keagamaan Islam ? 2. Bagaimanakah cara pelaksanaan pembinaan keagamaan Islam? 3. Bagaimanakah model pembinaan keagamaan Islam yang dikembangkan? 4. Apa kendala-kendala dalam pelaksanaan pembinaan keagamaan Islam dan bagaimana upaya mengatasinya?
5
C. Tujuan Penelitian Agar memberikan gambaran konkrit serta alasan yang jelas dalam pelaksanaan penelitian ini maka perlu dirumuskan tujuan yang ingin dicapai yaitu: 1. Untuk mengetahui isi atau materi pembinaan keagamaan Islam. 2. Untuk mengetahui cara pelaksanaan model pembinaan keagamaan Islam. 3. Untuk mengetahui model-model pembinaan keagamaan Islam yang dikembangkan. 4. Untuk mengetahui kendala-kendala dalam pembinaan keagamaan Islam dan upaya untuk mengatasinya.
D. Kegunaan Penelitian 1. SecaraTeoritis: a. Memberikan informasi yang jelas ada tidaknya pengaruh antara usaha pembinaan keagamaan Islam terhadap perilaku pekerja seks komersial. b. Memberikan pemahaman kepada pekerja seks komersial akan pentingnya nilai-nilai keagamaan Islam yang akan dijadikan bekal baik didunia maupun diakhirat. c. Bagi peneliti, Penelitian ini dapat memberikan atau memberikan kashanah keilmuan.
6
2. Secara Praktis: a. Tulisan ini dapat memberikan masukan kepada semua pihak terkait yang ingin mengadakan penelitian lebih lanjut mengenai gambaran pembinaan keagamaan Islam di lingkungan lokalisasi. b. Tulisan ini menjadi sumbangan pemikiran alternative mengenai gambaran pembinaan keagamaan Islam di lingkungan lokalisasi. Dari keterangan diatas penulis mengharapkan bahwa penelitian ini bermanfaat untuk memberikan pengetahuan bagi penulis seberapa penting pembinaan keagamaan Islam bagi pekerja seks komersial mengingat semakin bertambahnya praktek-praktek prostitusi dan sebagai bahan evaluasi bagi kantor urusan agama (KUA) atau instansi-instansi maupun masyarakat dalam memberikan pembinaan keagamaan Islam bagi para pekerja seks komersial.
E. Penegasan Istilah Untuk mendapatkan gambaran dan pemahaman yang pasti serta untuk menetukan arah yang jelas dalam menyusun skripsi ini, maka penulis memberikan penegasan dan maksud penulisan judul sebagai berikut: 1. Model Pembinaan keagamaan Islam pada Pekerja Seks Komersial Model adalah pola dari sesuatu yang akan dibuat atau dihasilkan (Depdiknas, 2007:751). Pembinaan berarti “pembaharuan atau penyempurnaan” dan “usaha” tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara efisien dan efektif untuk memperoleh hasil yang lebih baik (Syafaat dkk, 2008:152-153). 7
Menurut Hendiyat Soetopo dan Westy Soemanto. Pembinaan adalah menunjuk pada suatu kegiatan yang mempertahankan dan menyempurnakan apa yang telah ada (Syafaat dkk, 2008:153). Keagamaan berasal dari kata agama yang berarti “segenap kepercayaan terhadap Tuhan”. Jadi, keagamaan adalah sifat-sifat yang terdapat didalam agama (Syafaat dkk, 2008:154). Islam adalah agama yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW, berpedoman pada kitab suci Al-Qur‟an yang diturunkan kedunia melalui wahyu Allah SWT (Syafaat dkk, 2008, 15). Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa model pembinaan keagamaan Islam adalah suatu usaha atau proses yang dilakukan dalam rangka membangun, membina, dan menyempurnakan serta menanamkan nilai-nilai keagamaan yang sesuai ajaran Nabi Muhammad SAW yang berpedoman pada Al-Qur‟an dan hadits untuk memperoleh hasil yang optimal dalam menjalankan fitroh serta nilai-nilai keagamaan yang sempurna. Pekerja adalah orang yang bekerja (Zul: 458). Pekerja adalah orang yang bekerja, orang menerima upah atas hasil kerjanya (Depdiknas, 2007: 554). Seks adalah jenis kelamin (Zul: 741). Seks adalah jenis kelamin, hal yang berhubungan dengan alat kelamin (Depdiknas, 2007:1014). Komersial adalah dimaksut untuk mendapatkan keuntungan dari cara berdagang (Zul: 478). 8
Komersial
adalah
bernilai
niaga
tinggi
yang kadang-kadang
mengorbankan nilai-nilai sosial, budaya dan sebagainya (Depdiknas, 2007: 583). Dari keterangan diatas bahwa yang dinamakan PSK (pekerja seks komersial) adalah sebutan lain dari pelacur. Sedangkan pelacur berasal dari kata “lacur” artinya “buruk laku”. Maka PSK atau pelacur adalah wanita yang berbuat buruk laku (Depdiknas, 2007:663). 2. Linkungan Lokalisasi (prostitusi) Lingkungan di Indonesia sering dsebut sebagai “lingkungan hidup” misalnya dalam undang-undang No. 23 tahun 1997 tentang pengelolaan lingkungan hidup. Definisi lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan kehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain (UU RI, 2000:5). Lokalisasi adalah pembatasan suatu tempat, wilayah atau lingkungan (Zul: 532). Prostitusi yaitu pertukaran hubungan sekssual dengan uang atau hadiah sebagai suatu transaksi perdagangan (kamus besar bahasa Indonesia, 2007:189). Jadi dapat disimpulkan lingkungan prostitusi merupakan tempat yang digunakan untuk melakukan perbuatanyang melanggar dari norma agama dan Negara. Jadi yang dimaksud judul penelitian ini adalah model pembinaan keagamaan Islam pada Pekerja Seks Komersial (PSK) di lokalisasi Tegal Panas Ds. Jatijajar Kec. Bergas Kab. Semarang Tahun 2012. 9
F. Metode Penelitian 1. Pendekatan dan jenis penelitian Jenis penelitian yang digunakan oleh penulis adalah jenis penelitian kualitatif. Yang dapat diartikan sebagai penelitian yang tidak menggunakan perhitungan. Penelitian kualitatif menurut Kirk dan Milner adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasannya dan peristilahannya (Moloeng, 2008:4). Sedangkan penelitian kualitatif menurut
Bodgan dan Taylor
mendefinisikan “Metodologi Kualitatif” sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan hasil deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orangorang dan perilaku yang dapat diamati (Moloeng, 2008: 4). Penelitian kualitatif bersifat generating theory bukan hipotesis testing. Sehingga teori yang duhasilkan bukan teori substantif dan teori-teori yang diangkat dari dasar. Dalam penelitian kualitaitf ini penulis hanya mencari gambaran dan data yang bersifat deskriptif yang berada di lingkungan lokalisasi Tegal Panas Desa Jatijajar Kec. Bergas Kab. Semarang Tahun 2012.
2. Kehadiran Peneliti Dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai pengumpul data dan sebagai instrument aktif dalam upaya mengumpulkan data-data di lapangan. Sedangkan instrument pengumpulan data yang lain selain manusia adalah
10
berbagai bentuk alat-alat bantu dan berupa dokumen-dokumen lainnya yang dapat digunakan untuk menujang keabsahan hasil penelitian, namun berfungsi sebagai instrumen pendukug, oleh karena itu kehadiran peneliti secara langsung di lapangan sebagai tolak ukur keberhasilan untuk memahami kasus yang ditelit, sehingga keterlibatan peneliti secara langsung dan aktif dengan informan atau sumber data lainnya di sisn mutlak diperlukan.
3. Lokasi Penelitian Penelitia di laksanalan di lingkungan lokalisasi Tegal Panas Ds. Jatijajar Kec. Bergas Kab. Semarang provinsi Jawa Tengah. Adapun letaknya geografisnya sebagai berikut. Letaknya di Jalan Soekarno-Hatta Km 29 Bergas atau bersebelahan dengan SPBU Tegal Panas dan 5Km dari terminal Bawen. Selain tiu juga terletak di pinggir jalan utama Solo-Semarang serta didepannya terdapat kantor SAMSAT Klepu dan RS KEN SARAS. Jadi mudah sekali untuk dijangkau karena terletak di pinggir jalan. Adapun peneliti memilih lokasi lokalisasi Tegal Panas karena ada prihatin yang sangat mendalam dengan melihat fenomena yang ada dari hari kehari semakin bertambahnya tempat karaoke plus-plus dan semakin dikenal oleh warga dari daerah lain.
4. Sumber Data Ada dua sumber data yang digunakan oleh peneliti yaitu:
11
a.
Data Primer Yaitu data yang dapat diperoleh langsung dari lapangan atau tempat
penelitian. Kata-kata dan tindakan merupakan sumber data yang diperoleh dari lapangan dengan mengamati atau mewawancarai. Peneliti menggunakan data ini untuk mendapatkan informasi langsung tentang pembinaan keagamaan Islam pada PSK di lokalisasi Tegal Panas Ds. Jatijajar Kec. Bergas Kab. Semarang Tahun 2012. Adapun sumber data langsung penulis dapatkan dari pembinaan keagamaan yaitu petugas pembina, pengeloka atau koordinator dan tokoh agama di sekitar sekaligus dari para PSK di lokalisasi Tegal Panas Ds. Jatijajar Kec. Bergas Kab. Semarang Tahun 2012. b.
Data Sekunder Yaitu data yang didapat dari sumber bacaan dan berbagai macam sumber
lainnya yang terdiri dari surat-surat pribadi, buku harian, notula rapat perkupulan, sampai dokumen-dokumen resmi dari instansi pemerintah. Data ini dapat berupa majalah, bulletin, publikasi dari berbagai organisasi, hasilhasil studi, hasil survey, studi historis dan sebagainya. Peneliti menggunakan data sekunder ini untuk memperkuat penemuan dan melengkapi informasi yang telah dikumpulkan melalui wawancara langsung dengan Pembina keagamaan. 5. Prosedur Pengumpulan Data a. Wawancara Wawancara adalah percakapan langsung dan tatap muka (face to face) dengan maksut tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu 12
pewancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Suprayogo & Tobroni, 2003:172). Adapun teknik ini penulis gunakan untuk mencari data tentang pembinaan keagamaan Islam pada PSK di lokalisasi Tegal Panas Ds. Jatijajar Kec. Bergas Kab. Semarang Tahun 2012. b. Observasi Observasi merupakan salah satu metode utama dalam penelitian sosial keagamaan terutama pada penelitian kualitatif. Secara umum observasi adalah penglihatan atau pengamatan. Sedangkan secara khusus dalam dunia penelitian, observasi adalah mengamati dan mendengar dalam rangka memahami, mencari jawab, mencari bukti terhadap fenomena sosialkeagamaan selama beberapa waktu tanpa mempengaruhi fenomena yang diobservasi, dengan mencatat, merekam dan memotret guna penemuan data analisis (Suprayogo & Tobroni, 2003:167). Adapun pada teknik ini penulis gunakan untuk mencari data tentang pembinaan keagamaan Islam pada PSK di lokalisasi Tegal Panas Ds. Jatijajar Kec. Bergas Kab. Semarang Tahun 2012. c. Dokumentasi Sejumlah besar data dan fakta tersimpan dalam bahan dan yang berbentuk dokumentasi. Dokumen merupakan bahan tertulis atau benda yang berkaitan dengan suatu peristiwa atau aktivitas tertentu (Suprayogo & Tobroni, 2003:164). Sebagian besar data yang tersimpan adalah berbentuk surat-surat, catatan harian, cenderamata, laporan, artefak, foto dan sebagainya. 13
Sifat utama data ini tidak terbatas pada ruang dan waktu sehingga memberi peluang kepada peneliti unutk mengetahui hal-hal yang pernah terjadi diwaktu silam. Teknik ini penulis gunakan untuk memuat data atau data gambar tentang pembinaan keagamaan Islam pada PSK di lokalisasi Tegal Panas Ds. Jatijajar Kec. Bergas Kab. Semarang Tahun 2012. 6. Analisis Data Penelitian ini bersifat kualitatif, artinya menggunakan data yang dinyatakan secara verbal dan kualifikasinya secara teoritis. Sedangkan pengolahan datanya dilakukan secara rasional dengan menggunakan pola induktif. Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data-data deskriptif yang berupa kata-kata tertulis atau orang-orang dari pelaku yang dapat diamati dengan tujuan untuk menggambarkan keadaan atau status fenomena dari data-data yang diperoleh dari obyek penelitian, yang kemudian dilakukan analisis dengan cara: a. Mendriskripsikan data dari informan b. Memilah-milah sesuai dengan analisis penelitian kemudian dianalisis oleh penulis c. Disimpulkan untuk menjawab tujuan penelitian
14
7. Pengecekan Keabsahan Temuan Ada
empat
criteria
yaitu:
kepercayaan
(kreadibility),
keteralihan
(transferability), ketergantungan (dependability), kepastian (konfermability). (Moleong, 2008:324). Akan tetapi dalam penelitian ini, peneliti memakai tiga macam antara lain sebagai berikut: a. Kepercayaan (kreadibility) Kreadibilitas data dimaksudkan untuk membuktikan data yang berhasil dikumpulkan sesuai dengan sebenarnya, ada beberapa teknik untuk mencapai kreadibilitas ini antara lain; teknik triangulasi, sumber, pengecekan anggota, perpanjangan kehadiran peneliti dilapangan, diskusi teman sejawat dan pengecekan kecakupan refrensi. b. Ketergantungan (dependability) Kriteria ini digunakan untuk menjaga kehati-hatian akan terjadinya kemungkinan kesalahan dalam mengumpulkan dan menginterprestasikan data sehingga data dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah. Lebih jelasnya adalah dikarenakan keterbatasan pengalaman, waktu dan pengetahuan dari penulis maka cara untuk menetapkan bahwa proses penelitian ini dapat dipertanggung jawabkan melalui audit dipandibility oleh auditor independent oleh dosen pembimbing.
15
c. Kepastian (konfermability) Kriteria ini digunakan untuk menilai hasil penelitian yang dilakukan dengan cara mengecek data dan informasi serta interprestasi hasil penelitian yang didukung oleh materi yang ada pada pelacakan audit. 8. Tahap-tahap Penelitian Pelaksanaan penelti ada empat tahap yaitu: tahap sebelum kelapangan, tahap pekerja lapangan, tahap analisis data dan tahap penulisan laporan. Dala penelitian ini tahap yang ditempuh adalah sebagai berikut: a. Tahap sebelum kelapangan Tahap ini meliputi kegiatan penetuan fokus, penyesuaian paradigma dengan teori, penjajakan alat peneliti, mencakup observasi lapangan dan pemohonan ijin kepada subyek yang diteliti, konsultasi fokus penelitian dan penyusunan usulan penelitian. b. Tahap pekerjaan lapangan Tahap ini meliputi pengumpulan bahan-bahan yang berkaitan dengan perilaku kebiasaan keagamaan Islam pada PSK di lokalisasi Tegal Panas Ds. Jatijajar Kec. Bergas Kab. Semarang tahun 2012. Data tersebut diperoleh dengan observasi, wawancara dan dokementasi. c. Tahap analisis data Tahap analisis data, meliputi analisis data baik yang diperoleh melalui observasi, wawancara maupun dokumentasi dengan PSK, pengurus dan pembina keagamaan di lokalisasi. Kemudian dilakukan penafsiran data sesuai dengan konteks permasalahan yang diteliti selanjutnya melakukan 16
pengecekan keabsahan data dengan cara mengecek sumber data yang didapat dan metode perolehan data, sehingga data benar-benar valid sebagai dasar dan bahan untuk memberikan makna data yang merupakan proses penentuan dalam memahami konteks penelitian yang sedang diteliti. d. Tahap penulisan laporan Tahap ini meliputi : kegiatan penyusunan hasil penelitian dari semua rangkaian kegiatan pengumpulan data. Setelah itu melakukan konsultasi hasil penelitian dengan dosen pembimbing untuk mendapatkan perbaikan dan saran-saran demi kesempurnaan skripsi yang kemudian ditindak lanjuti hasil bimbingan tersebut dengan penulis skripsi yang sempurna. Langkah terakhir melakukan penyusunan kelengkapan persyaratan untuk ujian skripsi.
G. Sistematika Penulisan Untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang skripsi ini, maka dibuat sistematika penulisan skripsi. Adapun wujud dari sistematika yang dimaksud adalah:
Bab I : Pendahuluan Meliputi; Latar Belakang Masalah, Fokus Penelitian, Tujuan Penelitian, Kegunaan
Penelitian, Penegasan Istilah, Metode Penelitian,
Sistematika Penulisan. Bab II : Kajian Pustaka Meliputi : 17
1. Pembinaan Keagamaan Islam yang pembahasanya meliputi: a. Pengertian Keagamaan Islam b. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Keagamaan Islam c. Cara Meningkatkan Pembinaan Keagamaan 2. Lingkungan Lokalisai dan Perilaku sosial a. Karakter lingkungan lokalisai Tegal Panas b. Perilaku sosial c. Macam-macam Penyimpangan Perilaku Sosial Bab III : Paparan Data dan Temuan Penelitian A. Paparan Data; 1. Sejarah lingkungan Lokalisasi Tegal Panas 2. Kondisi lingkungan Lokalisasi Tegal Panas 3. Gambaran Informan B. Temuan Penelitan; 1. Isi atau materi Pembinaan Keagamaan Islam Pada Pekeja Seks Komersial di Lokalisasi Tegal Panas Ds. Jatijajar Kec. Bergas Kab. Semarang Tahun 2012. 2. Cara pelaksanaan Pembinaan Keagamaan Islam Pada Pekeja Seks Komersial di Lokalisasi Tegal Panas Ds. Jatijajar Kec. Bergas Kab. Semarang Tahun 2012. 3. Model-model pembinaan keagamaan yang dikembangkan pada Pembinaan Keagamaan Islam Pada Pekeja Seks Komersial di
18
Lokalisasi Tegal Panas Ds. Jatijajar Kec. Bergas Kab. Semarang Tahun 2012. 4. Apa
kendala-kendala
dalam
pelaksanaan
pembinaan
keagamaan Islam dan upaya untuk mengatasinya. Bab IV : Pembahsan yang berisi tentang; 1. Isi atau materi Pembinaan Keagamaan Islam Pada Pekeja Seks Komersial di Lokalisasi Tegal Panas Ds. Jatijajar Kec. Bergas Kab. Semarang Tahun 2012. 2. Cara pelaksanaan Pembinaan Keagamaan Islam Pada Pekeja Seks Komersial di Lokalisasi Tegal Panas Ds. Jatijajar Kec. Bergas Kab. Semarang Tahun 2012. 3. Model-model pembinaan keagamaan yang dikembangkan pada Pembinaan Keagamaan Islam Pada Pekeja Seks Komersial di Lokalisasi Tegal Panas Ds. Jatijajar Kec. Bergas Kab. Semarang Tahun 2012. 4. Apa
kendala-kendala
dalam
pelaksanaan
keagamaan islam dan upaya untuk mengatasinya. Bab V : Penutup, meliputi: 1.
Kesimpulan
2.
Saran
19
pembinaan
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Pembinaan Keagamaan Islam 1. Pengertian Keagamaan Islam Keagamaan berasal dari kata agama yang berarti “segenap kepercayaan terhadap Tuhan”. Jadi, keagamaan adalah sifat-sifat yang terdapat di dalam agama (Syafaat dkk, 2008:154). Sementara itu, menurut kamus besar bahasa Indonesia yaitu “kepercayaan kepada Tuhan (dewa dan sebagainya) dengan ajaran kebaktian dan kewajiban-kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan itu Syafaat dkk, 2008:12). Menurut Frezer dalam Aslam Hadi, Agama yaitu “ menyembah atau menghormati kekuatan yang lebih agung dari manusia yang dianggap mengatur dan menguasai jalannya alam semesta dan jalannya peri kehidupan manusia”( Syafaat dkk, 2008:11-13). Menurut Harun Nasution agama adalah perilaku bagi umat manusia yang sudah di tentukan dan dikomunikasikan oleh Allah SWT melalui utusanutusan, rosul-rosul atau nabi-nabi (Syafaat dkk, 2008:14). Maka pendapat atau keterangan diatas dapat diketahui bahwa agama adalah aturan-aturan yang bersumber dari Allah SWT, yang berfungsi mengatur kehidupan manusia, baik hubungan manusia dengan Allah maupun
20
hubungan manusia dengan manusia sendiri dan hubungan manusia dengan alam semesta untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia. Sedangkan pengertian Islam adalah agama yang diajarkan oleh nabi Muhammad SWA, yang berpedoman kitab suci Al-Qur‟an yang diturunkan kedunia melalui wahyu Allah SWT (Syafaat dkk, 2008:15). Pembinaan berarti “pembaharuan atau penyempurnaan” dan “usaha” tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara efisien dan efektif untuk memperoleh hasil yang lebih baik. Menurut Hendiyat Soetopo dan Westy Soemanto. Pembinaan adalah menunjuk pada suatu kegiatan yang memperthankan dan menyempurnakan apa yang telah ada (Syafaat dkk, 2008: 152-153). Dari penjelasan diatas pembinaan keagamaan Islam adalah suatu usaha atau proses yang dilakukan dalam rangka membangun, membina, dan menyempurnakan serta menanamkan nilai-nilai keagamaan yang sesuai ajaran Nabi Muhammad SAW yang berpedoman pada Al-Qur‟an dan hadits untuk memperoleh hasil yang optimal dalam menjalankan fitroh serta nilai-nilai keagamaan yang sempurna. Sedangkan dalam penelitian ditinjau dari perspektif Islam tentang Religiusitas (keberagamaan). Keberagamaan atau religiusitas diwujudkan dalam sisi kehidupan manusia. Aktivitas beragama bukan hanya terjadi ketika seseorang melakukan perilaku ritual (beribadah), tetapi juga melakukan aktivitas yang lain yang didorong oleh kekuatan supranatural (Ancok & Suroso, 2005:20). Tidak hanya aktivitas yang kelihatan tapi yang tidak 21
kelihatan dan itu terjadi di dalam hati seseorang. Oleh karena tiu untuk menyuruh umatnya untuk beragama (Islam) secara menyeluruh. Firman Allah dalam QS Al-Baqoroh 2: 208.
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu”.
Setiap muslim baik dalam berfikir maupun bertindak, beraktivitas ekonomi, sosial ataupun yang lainnya. Maka setiap muslim diperintahkan untuk berislam atau beribadah kepada Allah. Dan firman Allah tentang larangan mendekati zina dalam QS Al-Israa‟ 17:32
Artinya : “dan janganlah kamu mendekati zina; Sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. dan suatu jalan yang buruk”.
Ayat diatas tentu mudah dipahami bahwa mendekati saja tidak boleh apalagi melakukannya. Menjauhi disini bukan bukan hanya menjauhi dari segi tempat tetapi juga kebijakan dan keputusan yang bisa melanggar hubungan seksual termasuk juga perbuatan yang mendekati zina. Jika berbicara tentang zina dibenak kita pasti mengarah kepada tempat-tempat prostitusi. Di jaman
22
sekarang tempat-tempat prostitusi seamkin ramai dikunjungi terutama para lelaki yang “jajan” dan wanita yang menjual “jasanya”. Oleh karena itu Islam menyuruh umatnya untuk memeluk Islam dengan menyeluruh dan sungguhsungguh. Keberagamaan dalam Islam bukan hanya diwujudkan dalam bentuk ibadah ritual saja, tapi juga dalam aktivitas-aktivitas lainnya. Islam mendorong pemeluknya untuk beragama secara menyeluruh. Oleh karena itu, hanya konsep yang mampu member penjelasan tentang memahami keberagamaan umat Islam. Untuk memahami Islam dan umat Islam konsep yang dibuat adalah konsep yang mampu memahami beragam dimensi dalam berislam (Ancok & Suroso, 2005:80). Menurut Glock & Stark yang membagi keberagamaan menjadi beberapa dimensi yang mempunyai kesesuain dengan Islam yaitu; dimensi keyakinan atau akidah, dimensi peribadatan atau ibadah, dimensi pengalaman atau akhlak, dimensi pengetahuan atau ilmu. Dimensi keyakinan atau akidah Islam, yang merujuk kepada seberapa tingkat keyakinan muslim terhadap kebenaran agama ajarannya (islam). Dan disinilah dimensi keyakinan yang merujuk kepada keimanan, menyangkut keyakinan tentang Allah, para malaikat, nabi atau rosul Allah, kitab-kitab Allah, surga dan neraka, serta qadha dan qadar. Firman Allah dalam QS Al-Baqarah 2: 1 – 4;
23
Artinya : “Alif laam miin. Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya, petunjuk bagi mereka yang bertaqwa. (Yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat. Dan menafkahkan sebahagian rizki yang Kami anugerahkan kepada mereka. Dan mereka yang beriman kepada kitab (Al Quran) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-Kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat”
Dan firman Allah dalam QS Al-Baqarah 2: 285;
Artinya : “Rasul telah beriman kepada Al Quran yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitabkitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka mengatakan): "Kami tidak membeda-bedakan antara seseorangpun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya", dan mereka mengatakan: "Kami dengar dan Kami taat." (mereka berdoa): "Ampunilah Kami Ya Tuhan Kami dan kepada Engkaulah tempat kembali."
Dari ayat di atas maka muslim dan para pekerja seks komersial diharapkan dapat sadar dan beriman kepada Allah, malaikat-malaikat Allah,
24
kitab-kitabNya, rosul-rosulNya serta percaya kepada sesuatu yang ghoib (sesuatu yang tidak dapat ditangkap oleh salah satu panca indera), seperti percaya bahwa di atas kekuasaan manusia ada yang maha kuasa yaitu Allah. Dan yakin akan hari kemudian, maka orang-orang itulah yang menang dan sukses dari dunia sampai akherat. Dimensi peribadatan (ibadah), dalam dimensi ini merujuk kepada seberapa tingkat kepatuhan muslim dalam mengerjakan kegiatan-kegiatan ritual atau beribadah sebagaimana yang diwajibkan oleh Islam. Dimensi ibadah ini menyangkut tentang shalat, puasa, zakat, puasa dan sebagianya. Firman Allah dalam QS Al-An‟am 6: 162-163;
Artinya : “Katakanlah: Sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. Tiada sekutu bagiNya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)".
Dan firman Allah dalam QS Adz-Dzariyaat 51: 56;
Artinya : “dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku”.
25
Dari keterangan di atas maka orang muslim hidupnya untuk mentaati dan rela mengorbankan jiwa atau matinya untuk Allah. Begitu juga sembahyangnya dan semua ibadahnya semata-mata karena Allah. Dan Allah menciptakan jin dan manusia hanyalah untuk menyembah kepadaNya. Dimensi pengalaman atau akhlak, dimensi ini menunjukkan kepada seberapa tingkatan muslim berperilaku yang dimotovasi oleh ajaran-ajaran agama islam. Yaitu bagaimana individu atau seorang muslim berinteraksi dengan dunianya ataupun dengan manusia yang lain. Dalam dimensi ini meliputi
perilaku suka menolong, bekerja sama, dermawan, jujur,
menegakkan kebenaran dan sebagainya yang pada hakekatnya perilaku itu tetap pada norma-norma ajaran islam. Firman Allah dalam QS An-Nisaa‟ 4: 36;
Artinya : “sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. dan berbuat baiklah kepada dua orang ibubapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, Ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membanggabanggakan diri”.
26
Dari keterang di atas diharapkan muslim dapat berperilaku yang baik atau berakhlak baik agar terjalin ikatan atau hubungan manusia yang satu dengan yang lainnya terjaga dengan baik. Dimensi pengetahuan atau ilmu, pada dimensi ini menunjukkan kepada seberapa tingkat pengetahuan dan pemahaman muslim dari agamanya sebagaimana termuat dalam Al-Qur‟an. Dalam dimensi ini menyangkut ilmu atau pengetahuan tentang isi Al-Qur‟an, pokok-pokok ajaran yang harus dilaksanakan, hukum-hukum Islam, sejarah Islam dan sebagainya. Firman Allah dalam QS Al-Mujaadilah 58: 11;
Artinya : “Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orangorang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”.
Dari keterangan di atas manusia muslim mau mencari ilmu atau pengetahuan, karena dengan ilmu atau pengetahuan muslim dapat berkeyakinan kuat memahami agamanya (Islam). 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi keagamaan Islam 27
a. Faktor Intern Perkembangan ditentukan atau dipengaruhi oleh faktor intern diantaranya sebagai berikut : 1) Faktor Hereditas Jiwa keagamaan memang bukan secara langsung sebagai factor bawaan yang diwariskan secara turun temurun, melainkan terbentuk dari berbagai unsur kejiwaan lainnya yang mencakup kognitif, afektif, dan psikomotorik. Tetapi dalam penelitian terhadap janin terkuak bahwa makanan dan perasaan ibu berpengaruh terhadap kondisi janin yang dikandung. Meskipun belum dilakukan penelitian mengenai hubungan antara sifat-sifat kejiwaan anak dengan orang tuanya, tampaknya pengaruh tersebut dapat dilihat dari hubungan emosional. Rosulullah mengatakan bahwa daging makanan yang haram, maka nerakalah yang berhak atasnya. Pernyataan ini setidaknya menunjukkan bahwa ada hubungan status hukum makanan (halal dan haram) sikap (Syafaat dkk, 2008:159). Dan dari sinilah dapat digaris bawahi bahwa ada hubungan antara status makanan yang dimakan (halal dan haram) dengan sikap. 2) Tingkat Usia Hubungan antara perkembangan usia dengan perkembangan jiwa keagamaan tampaknya tidak dapat dihilangkan begitu saja. Bila konversi agama dipengaruhi oleh sugesti, maka konversi agama akan 28
lebih banyak terjadi pada anak-anak, karena di lihat usia tersebut lebih mudah menerima sugesti. Namun kenyataannya hingga usia bayapun masih terjadi konversi agama. Seperti yang terjadi pada Mrtin Luther dan Al-Ghazali (Syafaat dkk, 2008:161). 3)
Kepribadian Kepribadian adalah perilaku individu yang merupakan cirinya yang khas dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Kepribadian sering disebut sebagai identitas (jati diri). Dari individu satu dengan individu yang lain jati drinya berbeda-beda. Dalam kondisi normal, memang secara individu, manusia memiliki perbedaan dalam kepribadian. Dengan perbedaan ini diperkirakan berpengaruh terhadap perkembangan aspek-aspek kejiwaan, termasuk jiwa keagamaan (Syafaat dkk, 2008:162).
4) Kondisi Kejiwaan Kondisi kejiwaan ini terkait dengan kepribadian sebagai faktor intern. Sigmun Freud mengemukakan bahwa gangguan kejiwaan ditimbulkan oleh konflik dan akan menjadi sumber gejala kejiwaan yang abnormal. Penyakit atau faktor genetik kondisi system saraf diperkirakan menjadi sumber munculnya perilaku yang abnormal. Dengan
demikian,
sikap
manusia
ditentukan
oleh
stimulant
(rangsangan) lingkungan yang dihadapi saat itu (Syafaat dkk, 2008:163).
29
b. Faktor Ekstern Faktor ekstern yang dinilai berpengaruh dalam perkembangan keagamaan yang dapat dilihat dari lingkungan itu dibagi tiga yaitu sebagai berikut : 1) Lingkungan Keluarga Keluarga adalah satuan sosial yang sangat sederhana dalam kehidupan manusia. Terdiri dari ayah, ibu dan anak. Kehidupan keluarga menjadi fase sosialisasi pertama bagi pembentukan jiwa keagamaan anak. Pengaruh kedua orang tua terhadap jiwa perkembangan keagamaan anak dalam pandangan Islam sudah lama disadari. Karena orang tua diberi beban tanggung jawab terhadap perkembangan jiwa keagamaan. Keluarga dinilai sebagai faktor paling dominan dalam meletakkan dasar perkembangan jiwa keagamaan (Syafaat dkk, 2008:164). 2) Lingkungan Institusional Lingkungan institusional juga berpengaruh besar dalam perkembangan keagamaan dalam berupa institusi formal seperti sekolahan atau non formal seperti berbagai perkumpulam dan organisasi.
Karena
secara
umum
institusi
akan
melakukan
pembentukan kepada pesreta didik seperti keimanan, ketekunan, disiplin, kejujuran, simpati, sosiabilitas, keteladanan, sabar dan keadilan. Pelaksanaan dan pembiasaan bagi pembentukan sifat-sifat 30
seperti umumnya menjadi bagian program pendidikan di sekolah (Syafaat dkk, 2008:165). Melalui kurikulum yang berisi materi pengajaran, sikap dan keteladanan guru sebagai pendidik serta pergaulan antar teman di sekolah dinilai berperan dalam menanamkan kebiasaan yang baik. Pembiasaan baik merupakan pembentukan moral yang berkaitan dengan perkembangan jiwa keagamaan seseorang (Syafaat dkk, 2008:165). 3) Lingkungan Masyarakat Lingkungan masyarakat merupakan unsur yang berpengaruh dalam norma dan tata nilai dalam kehidupan sehari-hari. Lingkungan masyarakat yang memiliki tradisi keagamaan berpengaruh terhadap kehidupan keagamaan terkondisi dalam tatanan nilai maupun institusi keagamaan. Keadaan seperti ini bagaimanapun sangat berpengaruh dalam pembentukan jiwa warganya (Syafaat dkk, 2008:165).
3. Cara Meningkatkan Pembinaan Keagamaan Pendidikan adalah salah satu proses yang bertujuan untuk membentuk pola perilaku salah satunya adalah pendidikan agama. Proses itu biasanya membutuhkan peran pendidik, tetapi pendidik yang bisa mendidik diri sendiri setelah berjumpa dengan pengalaman pendidik. Oleh karena itu pendidik lebih menekankan kepada pemberian kesempatan agar seseorang mengalami sendiri atau pengalaman agama. 31
Seorang pembina atau pendidik, mempunyai tanggung jawab sangat besar dalam membina agar selalu melaksanakan perbuatan-perbuatan yang baik, bersikap sopan, menghargai orang lain dan sebagainya. Cara meningkatkan pembinaan keagamaan PSK menurut Abdullah Nashih Ulwan sebagai berikut : a. Pendekatan dengan keteladanan b. Pendekatan dengan adat kebiasaan c. Pendekata dengan nasihat d. Pendekatan dengan memberikan perhatian e. Pendekatan dengan memberikan hukuman Dari kelima poin diatas sangat jelas bahwasanya dalam rangka meningkatkan keagamaan PSK atau pelacur. Jadi yang pertama sosok pembina harus bisa memberikan contoh yang baik bagi PSK atau pelacur dari segi apapun. Yang kedua yaitu dengan menjalankan adat yang baik dan tidak melanggar norma-norma yang telah ditetapkan di masyarakat. Yang ketiga yaitu pendidik harus mempunyai performan serta bahasa yang bagus dengan tujuan nasihat yang disampaikan kepada PSK atau pelacur dapat diterima dengan baik. Yang keempat yaitu pembina dalam memberikan perhatian kepada PSK atau pelacur harus merata atau tidak pilih kasih bertujuan agar tidak menimbulkan kecemburuan. Yang kelima yaitu memberikan hukuman yang bersifat mendidik kepada PSK atau pelacur agar bisa menambah penglaman mereka.
32
B. Lingkungan Lokalisasi (prostitusi atau pelacuran) dan Perilaku Sosial 1. Lingkungan lokalisasi (prostitusi atau pelacuran) Siapa menyangka ditengah caci maki masyarakat terhadap pelacuran segolongan orang malah mencari untung dan membela mati-matian keberadaannya. Bahkan agama basar dunia mentolerir keberadaannya bahkan menjadi bagian dari proses peribadatannya (Sa‟abah & Marzuki, 2001:70). Seiring bergulirnya waktu banyak orang yang senang akan keadaan tempat prostitusi, karena dengan adanya tempat prostitusi maka para lelaki hidung belang dengan mudah mencari PSK atau pelacur langsung menuju lokalisasi tersebut. Prostitusi atau pelacuran keberadaannya semakin berpengaruh bagi kehidupan(ekonomi), khususnya bagi para PSK atau pelacur atau lelaki hidung belang. Bagi lelaki hidung belang dengan adanya pelacur mereka semakin mudah untuk melapiaskan hasrat seksnya walaupun dengan uang yang lumayan besar. Tapi bagi kaum lelaki uang tidak begitu diperhitungkan, yang terpenting dia bisa memilih pelacur yang dia sukai secara fisik. Dan bagi PSK atau pelacur semakin banyak lelaki hidung belang yang dating maka semakin banyak pendapatan yang diperoleh. Prostitusi disahkan dengan pertimbangan dari pada makhluk tuna susila(pelacur) berkeliaran dijalan (Sa‟abah & Marzuki, 2001:73). Karena jika PSK atau pelacur berada dijalanan, maka siapa saja yang melintasi jalan tersebut akan tahu kalau yang dijalan-jalan itu adalah PSK atau pelacur. Untuk menghindari hal yang demikian itu para PSK atau pelacur disediakan suatu tempat agar mereka dalam satu tempat yang biasa disebut dengan 33
lokalisasi. Dengan satu tempat tersebut para pelacur dapat dipantau dan diberi pengarahan atau pembinaan (kesehatan, keagamaan dan sebagainya). Ada beberapa sebab mengapa wanita memilih profesi yang menenggelamkan diri kelembah hitam PSK atau pelacuran: 1.
Hubungan keluarga yang berantakan, terlalu menekan danjuga adanya penyiksaan seksual yang dialami dalam keluarga.
2.
Jauhnya seseorang dari kemungkinan hidup secara normal akibat rendahnya pendidikan, kemiskinan, pekerjaan dan masa depan yang tidak jelas.
3.
Hasrat berpetualang dan kemudahan meraih uang juga medorong kearah pelacuran.
4.
Hubungan seks terlalu dini.
5.
Ada juga yang memandang perasaan benci terhadap ayah.
6.
Paduan antara kemiskinan, kebodohan, kekerasan dan tekanan penguasa.
7.
Keluarga yang menimbukan anak bermasalah (Sa‟abah & Marzuki, 2001:73).
Pada sisi lain, pelacuran merupakan salah satu cara untuk penyebaran penyakit kelamin seperti sipilis, HIV-AIDS dan sebagainya. Agar prostutusi tidak meluas maka harus ada pemecahan masalah. Untuk itu cara dengan pendekatan multi disipliner adalah diperlukan, mengingat karakter, latar belakang dan problem yang berbeda-beda pada si pelacur. Tapi yang lebih utama lagi adalah menghapuskan rangkaian yang menjadi pemicu pelacuran 34
antara lain; kemiskinan, kebodohan, penindasan, kebijakan politik yang meluu mempertimbangkan segi ekonomi, serta perbaikan perangkat hukum dan aparatnya (Sa‟abah & Marzuki, 2001:74). Selain itu juga yang tidak kalah pentingnya adalah penanaman nilai-nilai keagamaan atau pembinaan keagamaan Islam. Sebab dengan pembinaan yang Islami merupakan upaya untuk menyempurnakan watak dan batin seseorang melalui pendekatanpendekatan yang ada didalam Al-Qur‟an dan hadits, agar dia memiliki mental atau jiwa yang sehat, dapat beradaptasi dengan lingkungan, serta dapat mengendalikan sikap, watak dan kepribadian. Guna menciptakan keluarga yang sejahtera, serta menciptakan terlaksananya moralitas anti-eksploitasi seks.
2. Perilaku Sosial Perilaku sosial adalah perilaku yang didapatkan (acquired behavior). Perilaku tidak ada sejak manusia lahir, melalui di bentuk melalui sosialisasi. Perilaku terbentuk melalui respons terhadap keinginan dan harapan (norma) orang lain terhadap dirinya (Siahaan, 2009:34). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa perilaku sosial adalah hasil dari interaksi sosial. Perilaku sosial berkembang tidak hanya kita merespon harapan orang lain saat kita dihadapkan dengan norma-norma mereka, namun juga melalui interaksi sosial saat kita mengantisipasi tanggapan orang lain dan menyesuaikan dengan perilaku kita.
35
Yang perlu diperhatikan ialah bahwa manusia secara hakiki merupakan makhluk sosial. Sejak ia dilahirkan ia membutuhkan pergaulan dengan orang-orang lain untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan biologis, makanan,minuman dan lain-lainnya (Gerungan, 1988:24). Manusia dalam kehidupan masyarakat pasti saling membutukan manusia satu dengan manusia yang lainnya. Maka dari itu manusia dalam keberlangsungan hidupnya perlu mengetahui peraturan-peraturan tertentu, norma-norma sosial yang harus dia patuhi dengan rela agar dapat melangsungkan kehidupan dengan baik. Selain makhluk sosial manusia merupakan makhluk individual. Tidak hanya dalam arti makhluk keseluruhan jiwa raga, tetapi dalam arti bahwa tiaptiap orang itu merupakan pribadi yang khas menurut corak kepribadiannya. Seperti rumusan Allport yaitu “Kepribadian adalah organisasi dinamis dari system-system psiko-fisik dalam individu yang turut menentukan caranya yang unik (khas) dalam menyesuaikan dirinya dengan lingkungannya” (Gerungan, 1988:23). Oleh kaerna itu individu yang satu dibandingkan dengan individu yang lain akan mengalami perkembanganya yang khas didalam hidupnya. Jadi, seseorang individu mulai belajar dari lingkungan keluarga. Dan kemudian bisa belajar atau berkembang melalui lingkungan sekolah dan masyarakat. Menurut S. Freud, Super-Ego pribadi manusia sudah dibentuk waktu dia berumur 5-6 tahun, dan perkembang Super –Ego tersebut berlangsung terus menerus selama dia hidup. Super-Ego yang terdiri atas hati nurani, 36
norma-norma dan cita-cita pribadi itu tidak mungkin terbentuk dan berkembang tanpa manusia itu bergaul dengan manusia lain. Sehingga sudah jelas bahwa tanpa pergaulan sosial manusia itu tidak dapat berkembang sebagai manusia sempurna (Gerungan, 1988:25). Dan tanpa lingkungan psikis atau rohaniahnya walaupun secara biologis fisiologis mungkin dapat mempertahankan dalam kehidupan.
3. Macam-macam penyimpangan perilaku sosial Menyimpang adalah setiap hal terlalu jauh dengan keadaan normal. Atau penyimpangan adalah tindakan pelanggaran aturan yang telah disepakati. Perilaku menyimpang adalah tingkah laku yang menyimpang dari normanorma sosial. Dari definisi tadi perilaku menyimpang tidak pernah dapat berdiri sendiri tanpa ada kaitannya dengan aturan-aturan normative yang berlaku di dalam lingkungan sosial tertentu (Sadli, 1977:35). Sedangkan norma-norma sosial adalah spesifik atau khusus bagi setiap kehidupan berkelompok dan merupakan sesuatu yang dinamis atau yang senantiasa mengalami perubahan sesuai dengan keadaan masyarakat. Perubahan ini berjalan lambat, kadang-kadang terjadi secara cepat dan mendadak (Sadli, 1977:15). Sejalan dengan perkembagnan masyarakat serta pengaruh-pengaruh yang mengenai masyarakat itu sendiri, maka dari waktu kewaktu terjadi perubahan pula pada apresiasi terhadap sosial adat istiadat, kebiasaan dan nilai-nilai moral. Selain mengalami perubahan bagi kehidupan, maka jenisjenis perilaku yang dimulai sebagai tingkah laku menyimpang dapat berbeda37
beda bagi berbagai lingkungan maupun dari waktu kewaktu dalam lingkungan yang sama. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa perilaku menyimpang adalah tingkah laku yang melanggar, bertentangan atau menyimpang dari aturan-aturan normatif dari lingkungan sosial yang ada (bersangkutan). Dan terjadinya perilaku menyimpang merupakan gejala yang wajar dalam setiap kehidupan bermasyarakat, apalagi dalam masyarakat yang bersifat terbuka. Macam-macam penyimpangan: a. Penyimpangan Primer Pada tahap ini seseorang melakukan penyimpangan walaupun ia masih berperan dan mempunyai status normal, ia belum mempunyai konsep diri dan konsep peran sebagai penyimpang. Jika penyimpangan yang dilakukannya secara materi tidak membuat konsep diri dan memberikan peran penyimpang pada orang tersebut, maka hanya tetap menjadi penyimpangan primer (Siahaan, 2009:18). Contoh: minum-minuman keras pada saat pesta atau pada saat berkumpul dengan teman-temannya,siswa yang menyontek atau membolos, melanggar peraturan lalu lintas. b. Penyimpangan skunder Pada tahhap ini dapat terjadi ketika peran sebagai penyimpang dilanjutkan melalui keterlibatan lebih jauh dalam subkebudayaan, menyimpang dengan lebih banyak interaksi dengan penyimpang lainnya. Penyimpang
skunder
mendapatkan 38
peran
penyimpang
karena
partisipasinya yang lebih sering dalam subkebudayaan menyimpangnya, memperoleh pengetahuan dan rasionalisasi atas perilakunya sebagai cara menghindari pantauan dan sanksi penegak hukum (Siahaan, 2009:18). Contoh: pembunuhan, pemerkosaan, perampokan dan perjudian. c. Penyimpangan Individu Adalah penyimpangan yang dilakukan oleh sesorang individu dengan melakukan tindakan-tindakan yang menyimpang dari norma-norma masyarakat yang berlaku. Contoh: pencurian yang dilakukan sendiri. d. Penyimpangan Kelompok Adalah penyimpangan yang dilakukan secara kelompok dengan melakukan tindakan-tindakan yang menyimpang dari norma-norma masyarakat yang berlaku. Contoh: geng motor, mafia. e. Penyimpangan Situasional Penyimpangan jenis ini disebabkan oleh pengaruh bermacam-macam kekuatan situasional atau sosial diluar individu dan mereka memaksa individu tersebut untuk berbuat menyimpang. Contoh: seorang kepala keluarga yang terpaksa merampok untuk mencari uang karena melihat anak dan isrtinya kelaparan. f. Penyimpangan Sistematik Adalah sesuatu yang disertai organisai sosial khusus, status, formal, peranan-peranan, nilai-nilai, norma-norma dan moral tertentu yang semuanya berbeda dengan situasi umum. Segala pikiran dan perbuatan yang menyimpang itu kemudian dibenarkan oleh semua anggota kelompok. 39
BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN A. Paparan Data 1. Sejarah Lingkungan Prostitusi Tegal panas Lingkungan prostitusi di Tegal Panas desa Jatijajar, Kecamatan Bergas, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah yang letaknya di Jalan SoekarnoHatta Km 29 Bergas atau bersebelahan dengan SPBU Tegal Panas dan 5 Km dari terminal Bawen. Selain itu juga terletak di pinggir jalan utama SoloSemarang serta di depannya terdapat kantor SAMSAT Klepu dan RS KEN SARAS. Jadi mudah sekali untuk dijangkau karena terletak di pinggir jalan. Berdirinya lingkungan prostitusi Tegal Panas (Tegal Rejo) dulunya adalah persawahan dan perkebunan milik warga namun karena terletak di pinggir jalan Semarang-Solo, kebanyakan truk-truk dan trailer-trailer pengiriman barang dari Jakarta ataupun ke Jakarta, yang melintas sering beristrirahat di pinggir jalan Tegal Panas. Kemudian Tahun 1976 pemerintah membuat terminal atau pangkalan truk panjang 200 M dan lebar 20 M, dan penerangan waktu itupun masih menggunakan pitromak. Kemudian sejak itulah datang para mucikari dari luar kota membeli tanah didaerah Tegal Panas untuk didirikan warung remang-remang. Mulai itulah Tegal Panas menjadi tempat praktek-praktek prostitusi karena para supir truk yang menurunkan wanita pelacur (Pekerja Seks Komersial) yang diturunkan di situ. Pada tahun 1980 warung remang-remang mulai ramai dan berkembang
40
menjadi banyak. Kemudian tahun 1999 yang semula warung remang-remang diganti menjadi tempat karaoke dan menyediakan kamar dan pekerja seks komersial. Dan hingga sampai sekarang masih ramai dikunjungi para kaum lelaki.
2. Kondisi Lokalisasi (prostitusi) Tegal panas Kondisi lokalisasi Tegal Panas yaitu lingkungan yang dipenuhi dengan pemukiman warga dimana pemukiman tersebut terdiri dari beberapa tempat karaoke dan kamar. Untuk aktifitasnya di mulai pukul 08.00-24.00 WIB. Kebanyakan para pekerja disitu adalah dari luar kota. Tidak asing bagi masyarakat Kab. Semarang khususnya
ketika mendengar tentang Tegal
Panas. Dipikiran mereka ketika mendengar Tentang Tegal Panas berarti yang mereka tangkap adalah mengenai prostitusi. Ketika berbicara masalah prostitusi sebenarnya pengatasanya dimulai dari lingkup terkecil yakni keluarga. Dengan pondasi keluarga yang kuat berupa pendidikan, baik pendidikan formal (sekolah) maupun pendidikan non formal budi pekerti dan keagamaan bagi suatu keluarga merupakan dasar yang kuat untuk dapat menghindari agar tidak terjerumus dalam lembah prostitusi. Karenanya
permasalahan
prostitusi
bukan
hanya
merupakan
permasalahan pemerintah kota khususnya Dinas atau instansi terkait, tetapi juga permasalahan masyarakat secara umum. Agar dampak prostitusi tidak menyebar dan menular ke lingkungan sekitar, maka diperlukan berbagai
41
pembatasan dalam prakteknya demikian dengan kondisi lingkungan prostitusi Tegal Panas yang dari hari ke hari semakin tambah ramai dan banyak didirikan tempat karaoke ataupun kamar. TABEL I DAFTAR NAMA PEMBINA TEGAL PANAS No
Nama
Jenis klamin
Jabatan
Umur
Lulusan
1.
IM
L
Ketua RW
62 th
SD
2.
A
L
Pengelola Paguyuban
43 th
SMA
3.
NS
L
Mudin
53 th
SD
4.
MT
L
Tokoh masyarakat
54 th
SD
3. Gambaran Informan Untuk mengetahui pembinaan keagamaan di lingkungan prostitusi Tegal Panas, dapat didasarkan pada beberapa pendapat tokoh masyarakat atau petugas pembina keagamaan yang membina para wanita binaan (Pekerja Seks Komersial) di lingkungan tersebut. Setidaknya, pendapat itu dapat menjadi bentuk perwakilan informasi tentang lingkungan prostitusi Tegal Panas secara umum.
42
TABEL II DAFTAR NAMA INFORMAN No
Nama
JK
Pendidikan
Jabatan
Kerja
(kode) 1
A
L
SMA
Ketua paguyuban
LSM Narkoba dan
2
MT
L
SD
Pembina
Penceramah
3
NS
L
SD
Pembina
Mudin
4
N
P
SMP
-
Ibu asuh (mucikari)
5
S
P
SMA
-
PSK
6
A
P
SMP
-
PSK
7
A
P
SMP
-
PSK
B. Temuan Penelitian 1. Isi atau materi pembinaan keagamaan Islam pada Pekerja Seks Komersial di lokalisasi Tegal Panas Ds. Jatijajar
Kec. Bergas Kab.
Semarang. Temuan data penelitian di lapangan menunjukan materi pembinaan keagamaan di lokalisasi Tegal Panas yang diperoleh dari informan, tokoh masyarakat atau tokoh agama yang memiliki kemampuan dalam memberikan
43
materi pembinaan keagamaan tersebut. Materi-materi yang diberikan dalam pembinaan keagamaan keagamaan kepada wanita binaan (Pekerja Seks Komersial) di lokalisasi Tegal Panas. Dalam misi pembinaan keagamaan yang dilakukan secara intensif yaitu materi yang disampaikan pada saat pembinaan keagamaan, peneliti memulai pertayaan kepada pembina MT dan NS diwaktu yang berbeda, materi apa yang diberikan pada saat pembinaan keagamaan Islam kepada para pekerja seks komersial agar mereka itu bisa sadar dan pergi dari situ atau bekerja yang lebih baik lagi, “Materi yang saya disamapaikan mencakup tiga dimensi, pertama yaitu dimensi keyakinan yang merujuk kepada tingkat keyakinan seorang muslim terhadap kebenaran agama Islam. Dari sinilah keyakinan yang merujuk kepada keimanan yaitu tentang ke-ESAan Allah. Kedua dimensi ibadah yang merujuk kepada tingkat kepatuhan dalam mengerjakan kegiatan-kegiatan beribadah yang diwajibkan Islam, seperti shalat, zakat, amal, puasa dan sebagainya. Ketiga dimensi akhlak dimensi ini merujuk kepada perilaku sehari-hari, seperti tolong menolong antar sesama, jujur, tanggung jawab dan sebagainya”. tutur MT mengenai materi yang disampaikan pada saat pembinaan keagamaan Islam. Tutur NS, “materi yang saya disamapaikan mencakup tiga hal, pertama yaitu keyakinan yang merujuk kepada keimanan seorang muslim(iman kepada Allah, malaikat, nabi/rosul, kitab-kitab dan hari akhir). Kedua tentang praktek agama atau ibadah yang merujuk kepada kegiatan-kegiatan beribadah yang diwajibkan Islam, seperti shalat, zakat, amal, puasa dan sebagainya. Ketiga tentang akhlak yang merujuk kepada perilaku sehari-hari, seperti tolong menolong antar sesama, jujur, tutur kata, cara berpakaian dan sebagainya”.
44
Dari penuturan kedua pembina MT dan NS materi yang di sampaikan dalam pembinaan keagamaan adalah sama yaitu : 1) Dimensi keyakinan/aqidah 2) Dimensi ibadah (praktek ibadah) 3) Dimensi akhlak Dari ketiga pokkok dimensi tadi juga di pertegas oleh pengakuan dari jamaah binaan yaitu S dan A. Tutur S, “Materi yang disampaikan oleh pembina yaitu tentang keyakinan terhadap Allah, praktek ibadah (Bagaiman caranya shalat, wudlu, amal/infak, tahlil dan lain-lain yang berhubungan dengan agama Islam) dan kami juga diberi materi tentang akhlak bagaimana kita bersosialisasi dengan sesama manusia. Selain tiu juga setiap bulan puasa saya dan sebagian besar teman saya ada yang puasa dan tetap tarawih dan tadarusan di masjid/mushala. Karena materi-materi yang disamapaikan oleh pembina itu bisa menjadi bekal ketika kami sudah keluar dari sini sebab kami juga ingin hidup yang lebih baik. Senada dengan apa yang dikatakan oleh S, A mengatakan, “materi yang disampaikan oleh pembina yaitu tentang keyakinan terhadap Allah, kebesaran Allah, terus tentang praktek ibadah yaitu tentang bagaimana cara shalat dan wudlu, dan tentang akhlak atau mengenai tingkah laku atau sopan santun”.
2. Pelaksanaan pembinaan keagamaan Islam pada Pekerja Seks Komersial di lokalisasi Tegal Panas Ds. Jatijajar Kec. Bergas Kab. Semarang. Untuk
lebih
memperjelas
gambaran
bagaimana
pelaksanaan
pembinaan keagamaan Islam di lokalisasi Tegal Panas Ds. Jatijajar Kec. Bergas Kab. Semarang. Peneliti melontarkan pertanyaan kepada ketua
45
paguyuban, bagaimana anda mengkoordinir paguyuban untuk pembinaan keagamaan para PSK. Terus bagaimana pelaksanaan pembinaan tersebut, pemberitahuan kepada PSK, tempatnya dimana, pembinaan dilakukan berapa bulan sekali dan durasi waktunya berapa menit). A menjawab, “Setiap bulan sekali kami paguyuban dan pengurus RT mengadakan pertemuan rutin untuk membahas kegiatan-kegiatan positif bagi para anak asuh (PSK) seperti kesehatan, keagamaan, keterampilan dan lain-lain. Kemudian Untuk pemberitahuan kepada para anak asuh (PSK) jika ada pembinaan keagamaan kami dari koordinator paguyuban dua hari sebelum pembinaan kami mendatangi ibu asuh(mucikari) dan anak asuh (PSK). Terus untuk pelaksanaan pembinaan keagamaan tempatnya tidak tentu atau pindah-pindah kadang di gedung PKK, kadang di masjid, kadang di tempat pak Supoyo (Ket. RT 06) dan kadang di mushola. Dulu pembinaan dilakukan satu minggu sekali setiap hari sabtu tapi sekarang setiap sebulan sekali karena selain kegiatan keagamaan masih ada kegiatan kesehatan dan keterampilan. Untuk dulu waktu pembinaan keagamaan Islam masih satu minggu sekali durasi waktunya 30 – 60 menit, tapi setelah satu bulan sekali durasi waktunya 1 – 2 jam. Tegas A ketika memberikan informasi mengenai pelaksanaan pembinaan keagamaan Islam (Sabtu, 30 Juni 2012, jam 10.00 WIB). Peneliti juga melontarkan pertanyaan kepada anak asuh (PSK) untuk memperkuat jawaban dari koordinator paguyuban “A”. Kemudian peneliti bertanya kepada S (PSK) dan N (mucikari), bagaimanakah pemberitahuan dari koordinator kepada anda jika ada pembinaan, S menjawab, “Pemberitahuannya dengan kita diberi tahu oleh ibu asuh (mucikari), dari teman dan dari koordinator, yaitu kadang lewat omongan langsung, kadang lewat undangan dan kadang lewat SMS. Tapi yang sering digunakan yaitu lewat SMS karena lebih cepet dan ngirit”.
46
Untuk memberi bekal para PSK agar cepat sadar dari koordinator melakukan pembinaan keagamaan berapa kali dalam satu bulan? S menjawab,”pembinaan dilakukan satu bulan sekali”.
Terus tempat pelaksanaan pembinaan dilakukan dimana dan durasi waktunya berapa menit? S menjawab, ”Tempat pelaksanaan dilakukan di gedung PKK, pak Supoyo(Ket. RT 06), masjid dan mushola Tegal Panas (Tgal Rejo). Untuk durasi waktu pembinaan keagamaan islam yaitu sekitar 90 - 120 menit. Tegas S mengenai pelaksanaan pembinaan keaamaan (Rabu, 27 Juni 2012, jam10.00 WIB). Penturan atau jawaban dari N (mucikari) sama dengan jawaban dari S (PSK). Jawaban N, “Pemberitahuannya dengan kita diberi tahu oleh dari koordinator atau pengurus, yaitu kadang lewat omongan langsung, kadang lewat undangan dan kadang lewat SMS. Dulu pembinaan dilakukan satu minggu sekali setiap hari jum‟at tapi sekarang setiap sebulan sekali karena masih ada kegiatan lain. Tempat pelaksanaan pembinaan keagamaan selalu pindah-pindah kadang di gedung PKK, pak Supoyo (Ket. RT 06), masjid dan mushola Tegal Panas (Tgal Rejo). Untuk durasi waktu pembinaan keagamaan Islam dulunya 30 – 60 menit tapi sekarang 1 - 2 jam karena hanya sebulan sekali”(Jum‟at, 29 Juni 2012, Jam 10.00 WIB). Menurut A, S dan N pelaksanaan pembinaan keagamaan Islam sudah bagus karena selain pembinaan keagamaan juga didukung oleh pembinaan kesehatan. Misi pelaksanaan pembinaan keagamaan di lokalisasi Tegal Panas Ds. Jatijajar
Kec. Bergas Kab. Semarang dilakukan sebulan sekali pada
dasarnya adalah agar para anak asuh (PSK) tidak jenuh untuk mengikuti kegiatan pembinaan keagamaan Islam.
47
3. Model pembinaan keagamaan Islam pada Pekerja Seks Komersial yang diterapkan di lokalisasi Tegal Panas Ds. Jatijajar
Kec. Bergas Kab.
Semarang. Hasil temuan data penelitian di lapangan menunjukan bahwa model pembinaan keagamaan yang diterapkan pada Pekerja Seks Komersial di lokalisasi Tegal Panas Ds. Jatijajar Kec. Bergas Kab. Semarang. Oleh informan (Pembina) dari tokoh masyarakat atau tokoh agama yang memiliki kemampuan dalam mengemban misi pembinaan keagamaan tersebut menerapkan model- pembinaan yang digunakan dalam melakukan pembinaan keagamaan. Pilihan model pembinaan disesuaikan dengan kajian materi keagamaan,
yang
berorientasi
dalam
penyampaian
misi
pembinaan
keagamaan wanita binaan (Pekerja Seks Komersial) di lingkunagan prostitusi Tegal Panas. Dalam misi pembinaan keagamaan yang dilakukan secara intensif, peneliti memulai pertayaan kepada MT dan NS, Untuk menyampaikan materi kepada para pekerja seks komersial terhadap pengetahuan agama guna tujuan pembinaan keagamaan tuna susila maka model pembinaan seperti apa yang digunakan oleh Pembina, MT menjawab, “Untuk penyampaian materi pembinaan keagamaan Islam seperti materi tentang keyakinan, praktek ibadah dan akhlak saya menggunakan model pengajian atau sarasehan(siraman rohani), dengan cara ceramah pada materi keyakinan dan akhlak. Tapi jika materi praktek ibadah saya menggunakan ceramah dan praktek untuk mencontohi para jamaah kemudian saya menjelaskan keuntungannya, tujuannya dan hikmahnya. Setelah materi telah cukup untuk disampaikan barulah saya buka pertanyaan bagi para jamaah yang 48
ingin bertanya. Tutur MT menjelaskan model pembinaan keagamaan Islam (Rabu, 27 Juni 2012, Jam 11.00 WIB).
Setelah dirasa cukup untuk mengali informasi dari MT tentang model pembinaan keagamaangiliran NS menjawab pertanyaan yang sama dari peneliti di waktu dan hari yang berbeda, NS menjawab, “Untuk penyampaian materi pembinaan keagamaan Islam seperti materi tentang keyakinan, praktek ibadah dan akhlak saya menggunakan model pengajian atau sarasehan (siraman rohani), dengan cara ceramah. Tapi jika materi yang sekiranya harus dipraktekan, ya saya harus mempraktekkannya seperti materi tentang shalat, wudlu dan lain-lain. Setelah materi telah cukup untuk disampaikan barulah saya buka pertanyaan bagi para jamaah yang ingin bertanya”, tutur NS menjelaskan tentang model pembinaan keagamaan pada dimensi praktek ibadah (Jum‟at, 29 Juni 2012, Jam 19.30 WIB).
Untuk lebih memperjelas gambaran bagaimana model pembinaan keagamaan yang diterapkan pada Pekerja Seks Komersial di lokalisasi Tegal Panas Ds. Jatijajar Kec. Bergas Kab. Semarang. Peneliti juga memberikan pertanyaan kepada
A (koordinator) dan N (mucikari). Model pembinaan
seperti bagaimana yang dapat efektif dan membuat para jamaah itu bisa ada perubahan setelah mengikuti pembinaan. A menjawab, “Untuk model pembinaan saya serahkan kepada para pembina karena beliau yang lebih pengalaman mengenai pembinaan keagamaan. Tapi yang sering digunakan oleh pembina yaitu model pengajian dan sarasehan untuk penyampaian materinya dengan ceramah, kerena jamaah yang ikut pembinaan banyak (skala besar) jadi efektifnya menggunakan model seperti itu. Untuk jamaah yang bisa berubah ada, walaupun tidak semuanya yaitu perubahannya dari 49
tutur kata mereka sekarang lebih sopan dan rasa sosial kepada sesama teman dan orang lain lebih baik”. (Sabtu, 30 Juni 2012, jam 10.00 WIB).
Setelah A menjawab dan dirasa peneliti cukup maka peneliti ganti bertanya kepada N yang pertanyaannya sama dengan yang diajukan kepada A diwaktu dan hari yang berbeda. N menjawab, “Untuk model pembinaan keagamaan biasanya yang sering digunakan oleh pembina yaitu model pengajiaan dan sarasehan, kerena jamaah yang ikut pembinaan banyak jadi efektifnya menggunakan model seperti itu. Para jamaah yang bisa berubah ada setelah mengikuti pembinaan keagamaan, ada yang berubah walaupun tidak semuanya yaitu perubahannya dari tutur kata mereka sekarang lebih sopan, kepedulian kepada sesama teman dan ada yang mau mengerjakan shalat walaupun belum sepnuhnya”(Jum‟at, 29 Juni 2012, Jam 10.00 WIB).
Menurut A dan NN, Model yang diterapkan MT dan NS tersebut di atas kiranya telah baik untuk para pekerja seks komersial dalam hal pilihan model pembinaan. Misi penanaman pembinaan keagamaan Islam pada Pekerja Seks Komersial yang diterapkan di lokalisasi Tegal Panas Ds. Jatijajar Kec. Bergas Kab. Semarang pada dasarnya adalah pencegahan perilaku menyimpang yang dilakukan pekerja seks komersial dan pengetahuan keagamaan.
50
4. Kendala-kendala dalam Pembinaan keagamaan Islam pada Pekerja Seks Komersial di lokalisasi Tegal Panas Ds. Jatijajar
Kec. Bergas Kab.
Semarang dan upaya untuk mengatasinya. Dalam hal pembinaan keagamaan Islam pada pekerja seks komersial peneliti ingin mengetahui kendala-kendala apa saja dalam pembinaan tersebut, oleh karena itu peneliti bertanya kepada NS (pembina) dan A (koordinator), kendala-kendala apa yang ada dalam pembinaan serta upaya apa untuk mengatasinya, NS mengatakan, “Kendala yang terjadi yaitu para wanita binaan(PSK) yang ikut pembinaan keagamaan sedikit karena mereka masih kurang kesadarannya. upaya untuk mengatasinya, saya memberitahukan kepada koordinasinya untuk musyawarah mencari jalan keluar agar para wanita binaan itu bisa banyak yang ikut pada saat pembinaan. Dan hasil kesepakatannya tmengenai aturan bagi anak asuh (wanita binaan) yaitu 1) bagi anak asuh yang tidak ikut pembinaan tanpa ijin maka akan deri sanksi. 2) bagi anak asuh yang tidak ikut 3x maka akan dikeluarkan dari Tegal Panas”(Jum‟at, 29 Juni 2012, Jam 19.30 WIB). Selain itu juga A mengatakan yang senada dengan NS bahwa, “kendala yang terjadi yaitu sedikitnya wanita binaan yang ikut pembinaan keagamaan islam karena kurangnya kesadaran dari mereka. Upaya untuk mengatasinya, Kami para pengurus atau koordinator rapat dan bermusyawarah untuk mencari solusinya. Pada akhirnya disepakati bersama yaitu; 1) bagi anak asuh yang tidak ikut pembinaan tanpa ijin maka akan deri sanksi. 2) bagi anak asuh yang tidak ikut 3x maka akan dikeluarkan dari Tegal Panas. Dari aturan itu tadi menjadikan hal positif dan akhirnya para anak asuh(wanita binaan) banyak yang mengikuti pembinaan keagamaan islam dan kegiatan-kegiatan yang lain”. (Sabtu, 30 Juni 2012, jam 10.00 WIB).
51
Selain temuan penelitian di atas peneliti juga menemukan beberapa beberapa hasil penelitian dari pertanyaan yang diajukan kepada para pekerja seks komersial yang sebagaimana megapa mereka kerja di Tega Panas dari segi faktor, asal, sudah berapa lama disitu, motif-motif pelanggan, hasilnya berapa untuk siapa, harapan kedepan bagaimana, suka dukanya, dan sikap terhadap Pembina. Dari penuturan seorang PSK yang sudah senior yang berinisial S Umurnya 48 tahun, tuturnya; “Dulunya saya pedagang pakaian mas, tapi lama kelamaan saya bangkrut. Yang menyebabkan saya seperti ini adalah kebangkrutan tadi mas (faktor ekonomi), karena saya kerja disini ingin mencari modal dan setelah mendapat modal saya ingin pergi dari sini dan buka usaha sendiri”. “Kendal”. “kurang lebih sekitar 1 tahunan mas” “Pada saat menjadi pemandu karaoke biasanya mereka para pelanggan yang sudah tua-tua seumuran saya langsung bertanya “ngamar berapa”, tapi bagi yang sudah sering atau pelanggan tetapn saya ya lagsung ngajak ngamar begitu mas” “Satu bulan sekitar 1 - 1,5 juta (bersih)”. “Untuk ditabung karena saya memang mau mencari modal buat usaha”. “karena saya kerja disini ingin mencari modal dan setelah mendapat modal saya ingin pergi dari sini dan buka usaha sendiri”. “Sikap saya ya menghormati, karena pembina sudah ikhlas dan berniat baik kepada kita” ( Rabu, 27 Juni 2012, jam 10.00 WIB).
52
Sedangkan penuturan PSK berinisial A umurnya 25 tahun, tuturnya; “karena saya pengangguran saya ingin bekerja terus saya diajak teman bekerja disalah satu café di Temanngung, pada saat bekerja teman saya mabuk dan akhirnya saya tidak pulang kerumah karena harus temani teman saya yang mabuk berat. Setelah saya pulang kerumah saya dihajar oleh suami saya dan saya disuruh minggat karena saya tidak pulang, mulai itulah saya sering dihajar oleh suami. Dan akhirnya saya pergi kesini mas”. “Magelang”. “Dulu disini 5 bulan terus karena kecelakaan saya pulang dan setelah sembuh saya kesini lagi mas sampai sekarang”. “Tiap oramg motifnya beda-beda mas, ada yang suruh menemani karaoke saja, tapi ada yang ngajak langsung ngamar. Tapi kalau ngamar saja pilih yang cocok harganya dan seneng dengan orangnya mas kalau saya tidak mau dengan yang ngajak ya saya juga tidak mau untuk diajak ngamar”. “Tarifnya, kalau nemenin karaoke 1 jamnya 30 ribu dan untuk yang punya karaike 5 ribu, kalau ngamar short- time itu tarifnya 100-200 ribu dan untuk kamarnya 15 ribu, terus kalau long-time itu dari jam 14 pagi tarifnya 200-350 ribu”. Hasilnya “ya kalau rame tiap bulan bisa 2,5 – 3 juta mas”. “Ya untuk ditabung, kebutuhan saya disini dan untuk anak saya yang saya titipkan kepada kakak saya”. “Ya tidak to mas, saya tetep ingin pergi dari sini walaupun entah kapan. Kalau sudah pergi dari sini saya ingin usaha mas”. “Sukanya itu banyak kenalan, dapat uang banyak dengan cepat. Dukanya itu jika ada pelanggan yang bikin onar atau berbuat kasar mas dan jika ada pelanggan yang mencaci maki saya”. “sikap saya terhadap pembina menghormati karena dia sebagai Pembina agama”(Kamis, 28 Juni 2012, Jam 10.00 WIB).
53
Sedangkan penuturan PSK berinisial A umurnya 17 tahun kurang lebih hampir sama dengan penuturan kedua PSK diatas akan tetapi yang membuat berbeda adalah PSK berinisial A ini pernah di pesantren kurang lebih selama 4 tahun, tuturnya; “Frustasi dan faktor ekonomi mas, kelas 2 SMK saya keluar untuk bekerja agar bisa membiayai sekolah adik saya karena bapak saya meninggal. Saat itu saya bekerja di daerah Kab. Semarang kemudian karena hamil (3 bulan) diluar nikah dengan pacar saya tapi pacar saya tidak mau tanggung jawab. Karena saya tidak mau menggugurkan janinnya saya tinggal dikosnya kakak tiri di Tegal panas namun pada akhirnya malah saya keguguran. Oleh sebab itulah saya bekerja disini. Padahal saya juga pernah dipesantren selama 4 tahun”. “Dari Gunung Kidul”. “Saya disini baru tiga bulan”. “Pada saat menjadi pemandu karaoke basanya mereka bertanya “bisa plus-plus ga” dan kadang juga lewat operator jika ada yang mencari teman untuk ngamar dia sms saya”. “Tarifnya, kalau jadi pemandu karaoke 1 jamnya 30 ribu terus dipotong untuk pemilik karaoke 5 ribu, kalau plus-plus didalam (dilingkungan Tegal Panas) ngamar short-time itu tarifnya 150 ribu dan untuk kamarnya 15 ribu, terus kalau long-time itu dari jam 1 - 4 pagi tarifnya 200-350 ribu”. “lebih mahal di luar (tidak dilingkungan Tegal Panas), kalau plusplus short-time tarifnya 250-300 ribu terus kalau long-time tarifnya 500-600 ribu”. “Untuk ditabung sehari kalau dapat job saya tabung 100ribu dan untuk menyekolahkan adik saya”. “Ya tidak to mas, saya tetep ingin pergi dari sini walaupun entah kapan sampai terkumpul modal yang cukup. Kalau modal sudah ada terus pergi dari sini saya ingin membuka usaha sendiri yaitu membuka took”.
54
“Sukanya itu banyak kenalan, dapat uang banyak dengan cepat. Dukanya itu jika ada pelanggan yang reseh atau berbuat kasar mas”. “Sikap saya ya menghormati, tapi setiap saya mengikuti pembinaan keagamaan saya malah ngobrol sama teman dibelakang”(Selasa, 24 Juli 2012, Jam 09.30 WIB).
Setelah peneliti cukup mendapat data dari informan para PSK peneliti juga mendapatkan hasil penelitian dari
mucikari (germo /mbok-mbokan)
yang berinisian N. Hasil wawancara dari mucikari agak berbeda dengan hasil wawancara PSK. Peneliti bertanya kepada mucikari mengenai sebagaimana megapa mereka kerja di Tega Panas dari segi faktor, asal, sudah berapa lama disitu, hasilnya berapa untuk siapa, harapan kedepan bagaimana, tanggapan anda mengenai tempat ini, sikap terhadap Pembina, sistem kerjanya mucikari dan ibadah. Tutur N; “Karena faktor eknomi to mas, saya harus memberi makan keluaraga dan menyekolahkan anak-anak saya”. “dari Semarang”. “sudah 12 tahun”. “Kalau rame kurang sekitar 1-2 juta, kalau sepi sekitar 1 juta”. “Untuk mencukupi kebutuhan keluaraga dan menyekolahkan anak anak saya”. “Ya kepingin to mas, saya ingin buka usaha sendiri dirumah tapi mau bagaimana lagi terkendaladengan modal”. “Disini tidak seram seperti kebanyakan orang bilang mas, disini iya tidak jauh beda dengan seperti kampung yang lain hanya memang disini tempat seperti ini (lokalisasi)”.
55
“saya sebagi mucikari harus menghormati untuk mencontohi anak asuh saya (para PSK)”. “Saya hanya mencarikan teman karaoke atau teman kencan jika ada pelanggan jika ada yang mau mencari pemandu karaoke atau plusplus”. “Dulu para PSK ikut mucikari, tapi sekarang sudah tidak, para PSK sekarang sudah bebas dan kos sendiri-sendiri dengan demikian mereka tidak membayar potongan kepada mucikari karena sudah mandiri”. kalau ingat,ya mengerjakan shalat” (Jum‟at, 29 Juni 2012, Jam 10.00 WIB).
Guna untuk mengetahui bagaimana koordinasi dari pengurus dan berapa jumlah PSK yang ada di Tegal Rejo maka peneliti mencari data dari wawancara dengan berinisial A yang mana sebagai koordinator atau pengurus di Tegal Rejo. Peneliti mencari data mengenai ustadz ada berapa, kendalakendala serta upaya untuk mengatasinya, sikap terhadap PSK, harapan kepada PSK dan kegiatan selain pembinaan keagamaan. Tutur A, “dari daerah sini : Pak Nur Salim (modin desa sini), Pak Muh. Tamami (tokoh masyarakat disini). Dari daerah luar : kyai dari Banyu Biru, kyai dari Secang. Tapi yang sering melakukan pembinaan yaitu pembina dari dalam”. “dulunya para anak asuh yang ikut pembinaan itu sedikit. Tapi sekarang sudah banyak yang iktut”. Upayanya, “Kami para pengurus atau koordinator rapat dan bermusyawarah untuk mencari solusinya. Pada akhirnya disepakati bersama yaitu; 1) bagi anak asuh yang tidak ikut pembinaan tanpa ijin maka akan deri sanksi. 2) bagi anak asuh yang tidak ikut 3x maka akan dikeluarkan dari Tegal Panas. Dari aturan itu tadi menjadikan hal positif dan akhirnya para anak asuh (wanita binaan) banyak yang mengikuti pembinaan keagamaan islam dan kegiatan-kegiatan yang lain”.
56
“sikap saya terhadap mereka baik, saling membantu. Bagaimanapun juga mereka adalah manusia dan mereka kesini pasti mempunyai masalah serta saya yakin mereka juga tidak mau selamannya disini terus”. “harapan saya bagi para PSK. Ya, jangan lama-lama bekerja disini dan semoga lekas sadar agar bisa keluar dari sini”. “Olah raga seminggu sekali setiap hari jum‟at, kesehatan sebulan sekali(cek darah), keterampilan seperti kursus kecantikan dan membuat kerajinan tangan bagi para kader PSK. Tapi bagi para anak asuh (PSK) yang masih muda belum ada keterampilan”(Sabtu, 30 Juni 2012, jam 10.00 WIB).
Guna lebih mengetahui mendalam tentang pembinaan keagamaan PSK maka peneliti memberikan pertanyaan untuk informan (Pembina/ustadz) yaitu kepada pembna yang berinisial MT dan NS pada saat wawancara berlangsung, tentang alasan mau membina para PSK, Tujannya, Harapan, materi pembinaan dan tolak ukur bahwa pembinaan itu berhasil. Tutur MT, “Karena itu memperjuangkan agama Allah”. “Tujuannya ya untuk membekali para wanita bianaan dengan agama, agar mereka sadar”. “Harapannya bagi pemerintah atau masyarakat agar lebih diperhatikan lagi kegiatan pembinaan keagamaan ini. Karena ini sangat penting sekali”. “Tentang iman (Keyakinan), tentang praktek ibadah sperti shalat atau wudlu tapi harus memberikan bagaimana caranya terus tentang amal dan tentang agama”.
57
“Tolak ukurnya ya para wanita binaan itu taubat dan keluar dari sini, tapi jarang wanita yang taubat dengan sungguh-sungguh hanya ada satu atau dua orang saja”(Rabu, 27 Juni 2012, Jam 11.00 WIB). Tutur NS, “alasannya, saya senang karena ini merupakan pekerjaan yang sangat mulia”. “Tujuannya agar para PSK mendapat pengetahuan tentang agama dan bisa cepat keluar dari tempat itu”. “Harapannya kalau bisa pembinaan ini dilakukan lebih sering lagi, dan pemerintah lebih serius menangani hal ini”. “Tentang iman, krukunan, kebersihan, kemasyarakatan dan praktek ibadah”. “Tolak ukurnya ya para wanita binaan(PSK) itu taubat dan keluar dari sini”(Jum‟at, 29 Juni 2012, Jam 19.30 WIB).
58
BAB IV PEMBAHASAN A.
Isi atau materi pembinaan keagamaan Islam pada Pekerja Seks Komersial di lokalisasi Tegal Panas Ds. Jatijajar Kec. Bergas Kab. Semarang Tahun 2012. Pembinaan keagamaan di lokalisasi Tegal Panas bagi pekerja seks komersial telah dilakukan oleh pembina keagamaan melalui berbagai materi. Sebab bagi para pembina merubah mentalitas seseorang tidaklah mudah apa lagi seorang pekerja seks komersial. Oleh karena itu para pembina harus mengerti kondisi binaannya untuk materi seperti apa yang harus diberikan dan tidak menyinggung perasaan mereka. Para pekerja seks komersial terjun ke dunia seperti itu karena mereka menjauhi atau lupa Allah dan mereka tidak mau membuka diri terhadap tuntunan dan petunjuk-Nya yang disebabkan oleh kebanyakan faktor ekonomi dan masalah keluarga. Oleh sebab itu mereka terjerumus atau masuk kedalam dunia seperti itu. Apabila ajaran telah masuk pada pekerja seks komersial maka akan menjadi bagian dari mentalnya yang telah terbinanya itu sedikit demi sedikit mereka akan mengerti tentang ajaran agama dan dengan sendirinya mereka akan menjauhi larangan Tuhan dan mengerjakan segala perintah-Nya atau setidaknya batin mereka merasa lebih lega, walaupun membutuhkan proses yang lama. Islam mendorong pemeluknya untuk beragama secara menyeluruh. Oleh karena itu, hanya konsep yang mampu memberi penjelasan tentang
59
memahami keberagamaan umat Islam. Untuk memahami islam dan umat islam konsep yang dibuat adalah konsep yang mampu memahami beragam dimensi dalam berislam (Ancok & Suroso, 2005:80). Sebelum para pembina memberikan pembinaan keagamaan yang terbagi dalam berbagai dimensi maka pembina harus mempunyai bekal dan persiapan-persiapan agar dalam melakukan pembinaan dapat tercapai tujuannya. Sesungguhnya faktor yang mempengaruhi hasil dari pembinaan adalah sikap dan pribadi atau kesehatan mental pelaku dakwah itu sendiri. Selain itu juga pembina harus bijaksana, ia harus pandai dalam memilih materi yang akan disampaikan dan seberapa banyak materinya. Untuk itu pembina harus memberikan materi yang pertama dimensi keyakinan atau aqidah yaitu tentang nilai keimanan sebagai dasar pijakan pemahaman bahwa tiada Tuhan melainkan Allah dan mengakui nabi Muhammad adalah utusan Allah. Agar mereka mau mau menerima konsep dan ajaran-ajaran yang berasal dari Al-Qur‟an dan sunah. Karena para PSK terlalu rendah keyakinan terhadap Allah, sehingga mereka tetap bekerja di lokalisasi atau prostitusi. Materi yang kedua dimensi praktek ibadah yaitu tentang ibadah sebagi wujud penghambaan atau penyembahan kepada Allah dan mekanisme penguat keyakinan. Yang harus ditekankan kepada para pekerja seks komersial yaitu mengenai shalat, puasa,dan zakat. Dalam agama Islam melaksanakan praktek ibadah merupakan implementasi terhadap pengetahuan agama, bentuk ketaatan kepada Allah SWT dan keyakinan menjalankan perintah-perintah agama yang diwujudkan dalam bentuk perbuatan atau ritual ibadah seperti sholat, puasa, 60
zakat serta ritual-ritual lainya. Sedangkan ritual ibadah juga bisa merupakan kegiatan sehari-hari yang tidak terikat oleh waktu tertentu seperti mengucapkan salam ketika bertemu dengan sesama muslim dan berdo‟a ketiaka akan memulai kegiatan Materi yang ketiga dimensi akhlak yaitu tentang bagaimana individu atau seorang muslim berinteraksi dengan dunianya yang berhubungan dengan peribadatan maupun dalam pergaulan antar manusia, makhluk lain dan diri sendiri. Sehingga dapat terjadi interaksi yang dapat menguntungkan semua pihak.
Dari penuturan kedua pembina MT dan NS materi yang dasampaikan dalam pembinaan keagamaan adalah sama yaitu : 4) Dimensi keyakinan atau aqidah 5) Dimensi ibadah (praktek ibadah) 6) Dimensi akhlak Untuk itu pembina harus menekankan ketiga dimensi diatas sebagai materi yang harus diberikan kepada pakerja seks komersial secara rutin dan terus-menerus. Selain itu juga apabila pembina memberikan materi selain ketiga dimensi itu maka terlalu banyak materi yang akan diterima oleh para pekerja seks komersial selaku wanita binaan. Karena pembina memberikan materi dari ketiga dimensi itu saja para pembina menganggap materi yang diberikan sudah terlalu banyak. Jadi harapan dari pembina dari ketiga materi itu harus dimengerti, dipahami dan dilaksanakan terlabih dahulu barulah materi
61
selain ketiga dimensi itu bisa diberikan. Dari ketiga pokok dimensi diatas jika bisa jalankan oleh pekerja seks komersial maka meraka dapat membawa perbaikan hidupnya walaupun sedikit demi sedikit. Selanjutnya mereka bisa hidup sehat, sejahtera, bahagia dan selalu hidup dijalan yang benar (jalan Allah).
B.
Pelaksanaan pembinaan keagamaan Islam pada Pekerja Seks Komersial di lokalisasi Tegal Panas Ds. Jatijajar Kec. Bergas Kab. Semarang.
Pelaksanaan pembinaan keagmaan berpengaruh terhadap tujuan yang dicapai dalam pembinaan tersebut. Maka dari itu pengelola dan pembina harus bekerja sama dalam mensukseskan pembinaan keagamaan tersebut. Pembinaan harus terjadwal dengan sebaik mungkin. Untuk lebih memperjelas bagaimana pelaksanaan pembinaan keagamaan Islam di lokalisasi Tegal Panas Ds. Jatijajar Kec. Bergas Kab. Semarang. Peneliti mencari informasi kepada ketua paguyuban atau pengelola, bagaimana anda mengkoordinasi paguyuban atau mengelola untuk pembinaan keagamaan para PSK. Dari hasil penelitian menyimpulkan bahwa pembinaan keagamaan islam di lokalisasi Tegal panas dilakukan setiap sebulan sekali. Untuk pemberitahuan kepada ibu asuh atau mucikari dan anak asuh atau pekerja seks komersial dengan memberitahukan tiga hari sebelum dilaksanakan pembinaan yaitu lewat SMS dari koordinator karena lebih efektif dan efisien. Kemudian untuk tempat pelaksanaannya dilakukan secara pindah-pindah yaitu di Masjid 62
Tegal Panas, mushola Tegal Panas dan gedung PKK. Terus untuk durasi waktu pembinaan yaitu antara 60 – 120 menit (1 – 2 jam). Menurut A, S dan N pelaksanaan pembinaan keagamaan Islam sudah bagus karena selain pembinaan keagamaan juga didukung oleh pembinaan kesehatan. Misi pelaksanaan pembinaan keagamaan di lokalisasi Tegal Panas Ds. Jatijajar
Kec. Bergas Kab. Semarang dilakukan sebulan sekali pada
dasarnya adalah agar para anak asuh (PSK) tidak jenuh untuk mengikuti kegiatan pembinaan keagamaan islam. Pembinaan berarti “pembaharuan atau penyempurnaan” dan “usaha” tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara efisien dan efektif untuk memperoleh hasil yang lebih baik. Menurut Hendiyat Soetopo dan Westy Soemanto. Pembinaan adalah menunjuk pada suatu kegiatan yang memperthankan dan menyempurnakan apa yang telah ada (Syafaat dkk, 2008:152-153). Agar pembinaan itu bisa mencapai tujuan yang maksimal maka pembinaan keagamaan di lokalisasi Tegal Panas lebih baik lagi dilaksanakan seminggu sekali seperti dahulu. Seperti penuturan A dan N bahwa “pembinaan keagamaan dulunya itu dilakukan seminggu sekali setiap hari jum‟at”. Alangkah baiknya jika dilaksanakan seperti dahulu kembali. Karena pemberian materi keagamaan itu pastinya berkelanjutan, jika pembinaan dilakukan seminggu sekali maka jarak untuk memberikan lanjutan materi kepada pekerja seks komersial hanya beberapa hari mereka masih sedikit mengingat materi yang diberikan pembina seminggu yang lalu (tidak lupa). Sehingga Pembinaan 63
atau “usaha” tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara efisien dan efektif untuk memperoleh hasil yang lebih baik. Akan tetapi jika pembinaan keagamaan dilaksanakan sebulan sekali maka jarak untuk melanjutkan materi yang diberikan dari pembinapun juga lama sekali, sulit untuk mencapai hasil yang di inginkan.
C.
Model pembinaan keagamaan Islam pada Pekerja Seks Komersial di lokalisasi Tegal Panas Ds. Jatijajar Kec. Bergas Kab. Semarang Tahun 2012. Pembinaan keagamaan Islam pada pekerja seks komersial di lokalisasi Tegal Panas yang telah dilakukan oleh pembina keagamaan melalui bermacammacam kegiatan keagamaan seperti pengajian, sholat berjamaah, dan ceramahceramah keagamaan. Konsep dalam pembinaan keagamaan yang dilakukan di lokalisasi prostitusi ini adalah bagaimana menambahkan serta mengembangkan iman dan taqwa para anak asuh (pekerja seks komersial) kepada Allah SWT. Keagamaan anak asuh (pekerja seks komersial) sangat di pengaruhi oleh model pembinaan keagamaan yang dilakukan oleh pihak pembina, selain itu juga keagamaan tuna susila dapat dipengaruhi oleh berbagai macam faktor, baik itu faktor intern yang ada dalam individu tunasusila seperti bagaimana pemahaman mereka terhadap agama, maupun faktor ekstern seperti keluarga dan masyarakat. Pekerja seks komersial yang dikatakan memiliki keagamaan
64
yang baik tidak sekedar hanya melakukan hubungan dengan Tuhan akan tetapi juga harus memiliki hubungan yang baik dengan sesama manusia. MT mengatakan, “saya biasanya menggunakan model ceramah dan pengajian. Yaitu dengan cara memberitahukan cara mengerjakan, keuntungannya, hikmahnya dan tujuannya. Terus yang sangat efektif ya menggunakan model ceramah to mas, karena ditempat seperti ini yang jamaahnya banyak yaitu para PSK”. NS juga mengatakan, “saya menggunakan model ceramah. Terus yang sangat efektifnya menggunakan model ceramah to mas, karena jamaahnya banyak”. A menuturkan, “menggunakan model ceramah. Yang sangat efektif ya menggunakan model ceramah to mas, karena jamaahnya dalam skala besar”.
Dari penuturan MT, NS dan A model pembinaan keagamaan pada seks komersial yang digunakan pembina adalah model ceramah. Namun jika berbicara tentang PSK maka seorang pembina harus dapat mengetahui perasaan sasaran binaan yang dihadapinya. Apakah para PSK telah mempunyai salah satu keyakinan yang salah atau bertentangan dengan moral agama dan pembina jangan cepat mencela kesalahan-kesalahan mereka, kalaupun mereka menerima dan mengakui bahwa yang dibuat itu salah tapi perasaan mereka akan menolak kebenaran yang kita tunjukan. Maka dari itu pembina jangan samapai merendahkan ,menghina, mencela, atau mengurangkan harga diri mereka. Seorang pembina harus dapat mengenal latar belakang dan motif-motif yang
65
mendorong para PSK berbuat yang berlawanan dengan agama. Setelah itu barulah dilakukan tanya jawab atau diskusi tentang masalah-masalah yang ingin dikemukakan. Demikian juga dengan binaan yang bodoh atau pendidikannya rendah, yang seperti ini juga tidak boleh diremehkan, sebab mereka tetap mempunyai harga diri dan tidak suka dihina. Untuk menghadapi kekurangan mereka maka pembina hendaknya ditingkatkan dengan penuh kasih sayang dan penghargaan. Jadi model pembinaan keagamaan yang dilakukan oleh pembina dengan menggunakan ceramah lebih cocok dengan tanya jawab. Karena dengan tanya jawab para binaan bisa bertanya kepada pembina apabila ada suatu hal tentang agama atau hal-hal lain yang mereka belum ketahui.
D.
Kendala-kendala dalam Pembinaan keagamaan Islam pada Pekerja Seks Komersial di lokalisasi Tegal Panas Ds. Jatijajar Kec. Bergas Kab. Semarang dan upaya untuk mengatasinya. Dalam hal pembinaan keagamaan Islam pada pekerja seks komersial peneliti ingin mengetahui kendala-kendala apa saja dalam pembinaan tersebut, oleh karena itu peneliti bertanya kepada NS (pembina) dan A (koordinator), kendala-kendala apa yang ada dalam pembinaan serta upaya apa untuk mengatasinya, NS mengatakan,
66
“Kendala yang terjadi yaitu para wanita binaan(PSK) yang ikut pembinaan keagamaan sedikit karena mereka masih kurang kesadarannya. Upaya untuk mengatasinya, saya memberitahukan kepada koordinasinya untuk musyawarah mencari jalan keluar agar para wanita binaan itu bisa banyak yang ikut pada saat pembinaan. Dan hasil kesepakatannya tmengenai aturan bagi anak asuh (wanita binaan) yaitu 1) bagi anak asuh yang tidak ikut pembinaan tanpa ijin maka akan deri sanksi. 2) bagi anak asuh yang tidak ikut 3x maka akan dikeluarkan dari Tegal Panas”.
Selain itu juga A mengatakan yang senada dengan NS bahwa, “Kendala yang terjadi yaitu sedikitnya wanita binaan yang ikut pembinaan keagamaan islam karena kurangnya kesadaran dari mereka. Upaya untuk mengatasinya, Kami para pengurus atau koordinator rapat dan bermusyawarah untuk mencari solusinya. Pada akhirnya disepakati bersama yaitu; 1) bagi anak asuh yang tidak ikut pembinaan tanpa ijin maka akan deri sanksi. 2) bagi anak asuh yang tidak ikut 3x maka akan dikeluarkan dari Tegal Panas. Dari aturan itu tadi menjadikan hal positif dan akhirnya para anak asuh(wanita binaan) banyak yang mengikuti pembinaan keagamaan islam dan kegiatan-kegiatan yang lain”. Memberikan hukuman atau sanksi kepada PSK atau pelacur agar bisa menambah pengalaman mereka atau membuat mereka disiplin untuk mengikuti kegiatan-kegiatan yang diadakan oleh pengelola terutama dalam kegiatan pembinaan keagamaan. Sebab dilingkungan lokalisasi jika tidak ada peraturan untuk para PSK maka mereka akan semaunya sendiri. Oleh karena itu pengelola atau koordinator membuat aturan diatas guna untuk mensukseskan kegiatan-kegiatan yang diadakan di lokalisasi Tegal Panas.
67
Selain itu juga berbagai upaya yang dilakukan baik dari pihak pembinaan keagamaan ataupun dari pengelola melalui berbagai macam kebijakan untuk mengadakan berbagai kegiatan keagamaan, upaya yang dilakukan oleh pembina untuk terus memompa dan memberikan pemahaman kepada pekerja seks komersial dan usahanya sendiri guna terus meningkatkan keagamaan individu, tidak mungkin akan terlepas dari faktor-faktor yang mendukung keagamaan pekerja seks komersial. Dari hasil penelitian yang penulis lakukan di lokalisasi Tegal Panas memperoleh gambaran sebagai berikut: Faktor pendukung, meliputi: a.)
Fasilitas yang disediakan oleh masyarakat atau pembinaan keagamaan untuk mendukung keagamaan pekerja seks komersial. Seperti mushola, masjid, alat pengeras suara.
b.)
Berbagai macam kegiatan seperti olahraga, kesehatan.
c.)
Kepedulian pembina dan seluruh elemen masyarakat sekitar.
d.)
Semangat, antusias dan kesadaran pekerja seks komersial melaksanakan berbagai kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan keagamaan.
e.)
Pada saat dilakukannya pembinaan keagamaan berhentinya semua aktifitas kegiatan kecuali pembinaan keagamaan itu sendiri.
68
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Setelah melakukan analisis terhadap hasil penelitian Model Pembinaan Keagamaan Islam di Lokalisasi Tegal Panas Ds. Jatijajar Kec. Bergas Kab. Semarang, maka penulis dapat mengambil beberapa kesimpulan dari penelitian tersebut, yaitu: 1. Isi atau materi berisi: a) Dimensi keyakinan atau aqidah b) Dimensi ibadah (praktik ibadah) c) Dimensi akhlak Dari ketiga pokok dimensi diatas jika bisa jalankan oleh pekerja seks komersial maka meraka dapat membawa perbaikan hidupnya walaupun sedikit demi sedikit. Selanjutnya mereka bisa hidup sehat, sejahtera, bahagia dan selalu hidup dijalan yang benar (jalan Allah).
2. Dalam pelaksanaan pembinaan keagmaan Islam diadakan satu bulan sekali. Kemudian pemberitahuannya kepada para pekerja seks komersial, maka dari koordinator menggunakan teknologi yang ada yaitu HP karena dengan SMS lebih efektif dan efisien. Untuk tempat pelaksanaan pembinaan keagamaan Islam koordinator kadang menempatkan di masjid, mushola dan gedung PKK
69
yang sudah tersedia di lokalisasi Tegal Panas. Dan untuk durasi waktunya sebenarnya sudah lama yaitu sekitar 1 – 1, 5 jam.
3. Model pembinaan keagamaan pada seks komersial yang digunakan pembina adalah model ceramah dan tanya jawab. Model ini digunakan karena jamaahnya banyak. Namun dengan menggunakan model tersebut pembinaan yang dilakukukan tidak berhasil karena para PSK yang keluar atau taubat dari lokalisasi tersebut tidaklah banyak hanya satu atau dua PSK saja. Memang model ceramah sangat efektif jika jamaahnya banyak tapi kurang efektif jika untuk membuat para PSK sadar atau lebih mengena pembinaan tersebut.
4. Adapun kendala dalam Pembinaan Keagamaan Islam pada Pekerja Seks Komersial di lokalisasi Tegal Panas Ds. Jatijajar Kec. Bergas Kab. Semarang dan adalah: 1) Para wanita binaan (PSK) yang ikut pembinaan keagamaan sedikit karena mereka masih kurang kesadarannya. Maka untuk mengatasinya diberlakukan aturan dan kebijakan: 1) Bagi anak asuh yang tidak ikut pembinaan tanpa ijin maka akan diberi sanksi. 2) Bagi anak asuh (PSK) yang tidak ikut 3x maka akan dikeluarkan dari lokalisasi Tegal Panas.
70
Dari aturan itu tadi menjadikan hal positif dan akhirnya para anak asuh(wanita binaan) banyak yang mengikuti pembinaan keagamaan Islam dan kegiatan-kegiatan yang lain. Karena memberikan hukuman atau sanksi kepada PSK atau pelacur agar bisa menambah pengalaman mereka atau membuat mereka disiplin untuk mengikuti kegiatan-kegiatan yang diadakan oleh pengelola
terutama
dalam
kegiatan
pembinaan
keagamaan.
Sebab
dilingkungan lokalisasi jika tidak ada peraturan untuk para PSK maka mereka akan semaunya sendiri.
B. Saran Berdasarkan kesimpulan yang penulis uraikan diatas, maka penulis mengajukan beberapa saran guna perkembangan selanjutnya kearah yang lebih baik kepada : 1. Pembina Karena Melihat begitu pentingnya untuk melaksanakan pembinaan keagamaan pada pekerja seks komersial, serta begitu besarnya pengaruh lingkungan prostitusi dan lingkungan masyarakat maka, pihak pembina perlu melakukan pendekatan yang lebih intens bukan hanya kepada pekerja seks komersial serta perlu dilakukan pendekatan dengan sekitar lingkungan prostitusi mengenai pentingnya pembinaan keagamaan islam untuk bekal mereka melakukan interaksi dengan dunia luar dan bagi pembina diharapkan menambah wawasannya mengenai pembinaan agama Islam terhadap pekerja seks komersial. 71
2. Pengelola atau Koordinator Karena pentingnya pembinaan keagamaan pada pekerja seks komersial maka untuk pelaksaan pembinaan tersebut diadakan satu minggu sekali sebab pembinaan keagamaan Islam merupakan salah satu cara untuk menyadarkan para pekerja seks komersial. Jadi yang dulunya pembinaan dilakukan satu bulan sekali untuk kedepannya dilakukan satu mimggu sekali. 3. Masyarakat Perlu adanya kerja sama yang baik antara pembina keagamaan dengan pengelola atau koordinator dan warga sekitar agar bisa berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan positif kepada para pekerja seks komersial terutama pada pembinaan keagamaan Islam. Selain itu juga masyarakat sekitar bisa menanggapi positif mengenai lokalisasi Tegal Panas. 4. Pekerja seks komersial Bagaimanapun upaya yang dilakukan oleh pembina keagamaan adalah suatu upaya yang sangat baik untuk memberi pengetahuan tentang agama Islam, namun selain dari pembina diharapkan dari pekerja seks komersial sendiri berusaha aktif bergerak untuk memperdalam pemahaman mereka tentang keagamaan islam. Oleh karena itu untuk menyadarkan pekerja seks komersial tentang pentingnya keagamaan disarankan mereka mau mencari secara individu pemahaman keagamaan melalui buku agama ataupun berbagai kegiatan agama, dan pada saat tunasusila menemui suatu hal dalam buku agama atau kegiatan keagamaan yang tidak dipahami, mereka akan aktif
72
untuk bertanya kepada pembina ketika ada dilingkungan binaan atau bertanya dengan orang yang lebih paham ketika mereka berada dilingkungan luar. 4. Pemerintah Karena begitu pentingnya pembinaan keagamaan Islam maka pemerintah harus ikut berperan serta dalam pembinaan tersebut. Dan pemerintah harus terjun langsung demi pelaksanaan pembinaan tersebut serta harus bekerja sama dengan pihak-pihak terkait. Karena peran dari pemerintah sangatlah penting demi tercapainya tujuan pembinaan keagmaan Islam. Sebab mereka para pekerja seks komersial juga mendapat pehatian dari pemerintah, apalagi mengenai pendidikan. Karena selama ini peran serta dari pemerintah untuk kegiatan pembinaan keagamaan islam belum ada sama sekali.
73
DAFTAR PUSTAKA
Sadli, Saparinah, Persepsi Sosial Mengenai Perilaku Menyimpang, Jakarta:Bulan Bintang, 1977. Gerungan W.A. Psikologi Sosial, Bandung: Eresco, 1988. Undang-undang Tahun 2000, Lingkungan Hidup & Analisis Mengenai Dampak Lingkungan, CV. Tamita Utama, 2000. Umar, Marzuki & Sa‟abah. Perilaku Seks Menyimpang dan Seksualitas Kontemporer Umat Islam, Jogjakarta:UII Pers, 2001. Tabroni & Imam Suprayogo. Metodologi Penelitian Sosial Agama, Bandung:PT Remaja Rosdakarya, 2003. Undang-undang No. 20 tahun 2003. Tentang System Pendidikan Nasional (SISDIKNAS) dan Penjelasannya, Yogyakarta:Media Wacana. Nashori Suroso Fuad & Djamaludin Ancok. Psikologi Islami, Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2005. Pusat Bahasa. Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta:Balai Pustaka, 2007. Moeloeng J. Lexy. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung:PT Remaja Rosdakarya, 2008. Muslih, TB. Aat Syafaat & Sohari Sahroni. Peranan Pendidikan Agama Islam Dalam Mencegah Kenakalan Remaja (Juvenile Delinguency), Jakarta:Rajawali Pers, 2008.
74
Siahaan, Jokie MS, Perilaku Menyimpang; Pendekatan Sosiologi, Jakarta:PT. Indeks, 2009. Aprillia Senja Ratu & EM Zul Fajri. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Difa Publisher. Departeman Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahnya, Semarang:CV. Asy-Syifa‟.
75
DAFTAR RIWAYAT HIDUP Nama
: M. Fahrul Azhari
Tempat tanggal lahir
: Semarang, 11 Januari 1988
NIM
: 11108013
Agama
: Islam
Kewarganegaraan
: WNI
Alamat
: Desa Lemahireng Kec. Bawen Kab. Semarang
Pendidikan 1. SD N 02 Lemahireng
Tahun 2000
2. SMP N 05 Salaitga
Tahun 2003
3. SMK Islam Jendral Sudirman Ungaran
Tahun 2006
4. STAIN Salatiga
Tahun 2012
Demikian daftar riwayat hidup ini dibuat dengan sebenarnya
Bawen, 9 Agustus 2012 Hormat Saya
M. Fahrul Azhari NIM 11108003
76