PUSPENDIK
Buletin Vol. 10/No. 2/Agustus/2013
1
Daftar Isi International View :
4 12
ACARA, Otoritas Kurikulum, Penilaian, dan Pelaporan Australia
Penanggung Jawab: Dr. Ir. Hari Setiadi
NIETS, Institut Nasional Layanan Tes Pendidikan di Thailand
Dewan Redaksi: Dr. Mahdiansyah, M.A Drs. Giri Sarana Dr. Suprananto, M.Ed
International News:
16
27th Round of APEC e-Learning Training Program di Korea Selatan
INAP Survei 2013
Redaksi Senior: Drs. Safari, MA Dra. Hendriastuti, MA Dra. Arniati P.H, M.Psi R. Witjaksono, MA
Lokakarya Pembinaan Penulisan Soal Ujian Nasional Tahun 2013-2014
Pemimpin Redaksi: Bagus H. Prakoso, SE, MA
Khazanah:
PJ Kegiatan: Drs. Fahmi
Local News:
21 24 29
Pendidikan Karakter Bangsa Antara Ada dan Tiada
34
Evaluasi Program, Apa dan Bagaimana Profil:
38
Mengenal Green School di SMP N 2 Maros Sulawesi Selatan
40
Penerapan Kepemimpinan Transformasional Melalui Konsep Catur Pilar di SMA N 2 Samapura Bali
2
STRUKTUR ORGANISASI BULETIN
Buletin Vol. 10/No. 2/Agustus/2013
Redaksi Pelaksana: Rustomo, SE, Wuri Rohayati, S.S Tata Usaha: Susiana Mahyudin, M.Pd, Sidik Pranyoto, S.Kom Supriyanto Ribowo, S.IP Alamat Redaksi: Pusat Penilaian Pendidikan, Balitbang Kemdikbud, Jl. Gunung Sahari Raya No. 4, Jakarta 10710 Telepon 021.3847537, 3847007, Fax. 021.3849451, 3848821. Website: http://puspendik.kemdikbud.go.id E-mail:
[email protected]
PUSPENDIK
Surat Dari Redaksi Assalamualaikum dan Salam Sukses bagi kita semua. Pada edisi Agustus 2013 ini, Buletin Asesmen kembali menyajikan international view sejenis lembaga pengembangan tes yaitu ACARA dari Australia dan NIETS dari Thailand. Tujuan penyajian dua lembaga ini adalah sebagai benchmark bagi lembaga sejenis di Indonesia baik di tingkat nasional maupun lokal, tentang pentingnya memperhatikan governance & strategic management, tidak cukup berfokus hanya “mengotak-ngatik instrumen pengukuran, asesmen dan evaluasi pendidikan.” Hal itu perlu mendapat perhatian serius jika ingin meningkatkan kredibilitas dan legitimasi dari semua stakeholders. Analoginya jika ingin membangun restoran bertaraf nasional atau internasional maka harus memiliki strategic management dan governance seperti Mc Donald dan Starbuck bukan Warung Tegal (Warteg). Karena meskipun Warteg itu terkenal, beromset dan bercita rasa tinggi, dia belum memiliki reputasi internasional karena tidak dipimpin oleh pemilik yang visioner, tidak jelas kontribusi pajaknya, dan belum ada pula success story melakukan franchising. Hal ini berbeda dengan MC Donald dan Starbuck yang memiliki strategic management yang terukur, kompetitif serta mempunyai road map yang jelas mau dimana kemana institusi tersebut. Pada artikel lainnya disajikan Pendidikan Karakter Bangsa yang sayangnya, upaya pembangunan moral melalui pendidikan ini belakangan dinilai gagal karena moralitas bangsa tidak kunjung membaik. Informasi yang menarik dari Lokakarya Pembinaan Penulisan Soal Ujian Nasional pad 4 s.d. 7 September 2013 di Jakarta, adalah perbandingan hasil survei TIMSS dan PISA dimana hasil Ujian Nasional adalah berbanding terbalik. Disebutkan pula bahwa lebih dari 95% siswa Indonesia hanya mampu sampai level menengah, sementara lebih dari 50% siswa Taiwan mampu mencapai level lebih tinggi dan advance. Simpulannya adalah yang diajarkan di Indonesia berbeda dengan yang diujikan atau distandarkan di level internasional. Redaksi Buletin Asesmen senantiasa membuka diri terhadap tulisan-tulisan dari pembaca, serta kritik dan saran yang membangun guna memperbaiki penampilan dan substansi buletin. Semoga sajian ini memberi inspirasi dalam memperbaiki mindset dan kinerja kita semua. Selamat membaca dan Wassalamualaikum.
PUSPENDIK
Buletin Vol. 10/No. 2/Agustus/2013
3
International View
Sumber: elearning101.org
ACARA, Otoritas Kurikulum, Penilaian, & Pelaporan AUSTRALIA The
Australian Curriculum, Assessment and Reporting Authority (ACARA) atau Otoritas Kurikulum, Penilaian, dan Pelaporan Australia adalah suatu organisasi independen yang bertanggung jawab terhadap seluruh manajemen dan pengembangan kurikulum nasional, program asesmen nasional, dan program pelaporan dan pengumpulan data dalam menunjang pembelajaran abad 21 bagi semua siswa di Australia.
4
Buletin Vol. 10/No. 2/Agustus/2013
ACARA didirikan berdasarkan UU Federal Parlemen pada tanggal 8 Desember 2008 dan dioperasikan pada pertengahan 2009. ACARA menerima arahan dari the Standing Council on School Education and Early Childhood (SCSEEC). Melalui SCSEEC, seluruh negara bagian, teritorial dan kementerian pendidikan federal menyetujui rencana kerja ACARA dan menyusun arah kebijakan umum tentang Program Penilaian Pendidikan (the National Assessment Program).
PUSPENDIK
International View
ACARA berdiri atas tiga pilar yaitu Kurikulum, Penilaian, dan Pelaporan bagi pendidikan sekolah di antara Foundation dan tahun ke 12. Ini diselenggarakan dalam konsultasi dan kolaborasi dengan seluruh stakeholder termasuk guru-guru, kepala sekolah, pemerintah, otoritas negara bagian dan teritori, asosiasi pendidikan profesional, grup komunitas, serta masyarakat umum. Dalam menyediakan National Assessment Program, ACARA memiliki aktivitas inti di bidang kurikulum dan pelaporan. ACARA bertanggung jawab terhadap: • Kurikulum nasional dari Taman Kanak-Kanak hingga tahun 12 yang dispesifikasikan pada area pembelajaran. • Analisis, evaluasi, alokasi sumberdaya dan penelitian dan penelitian, serta akuntabilitas dan pelaporan tentang sekolah dan prestasi nasional secara lebih luas. • Program Asesmen Nasional yang selaras dengan kurikulum nasional yang mampu mengukur kemajuan siswa. • Koleksi data nasional dan program pelaporan yang mampu mendukung: analisis, evaluasi, alokasi sumberdaya dan penelitian dan penelitian, serta akuntabilitas dan pelaporan tentang sekolah dan prestasi nasional secara lebih luas.
Kurikulum ACARA bertanggung jawab terhadap pengembangan kurikulum Australia dari Foundation hingga tahun ke 12. Sejak wilayah pembelajaran relevan tentang kurikulum Australia secara substantif diterapkan, Program Penilaian Nasional (NAP)
PUSPENDIK
mengetes dan merefleksikan kerangka kurikulum yang baru.
Pelaporan ACARA bertanggung jawab terhadap pengumpulan dan pelaporan data sekolah-sekolah di Australia. Acara menyediakan informasi ini dalam laporan nasional dan ringkasan laporan kepada semua negara bagian, teritori, dan jurisdiksi. Laporan lain terkait pekerjaan ACARA terdapat di My School website. Web ini menyediakan informasi kontekstual kepada orang tua dan komunitas tentang sekolah-sekolah di Australia, termasuk perkembangan siswa, keuangan sekolah, dan tingkat sekolah menurut kinerja NAPLAN.
Keahlian ACARA ACARA adalah sebuah otoritas independen yang bertanggung jawab terhadap pengembangan dan manajemen Program Penilaian Nasional (NAP). Dalam rangka menjamin penyelenggaraan program penilaian yang berkualitas yang tinggi, ACARA melibatkan kerjasama baik dari para ahli internal dan ekternal di seluruh Australia, dimana seluruhnya memperhatikan relevansi bidang-bidang profesi mereka.
Pengembangan dan Manajemen NAP ACARA mengawasi seluruh aspek pada NAP yang meliputi:
Buletin Vol. 10/No. 2/Agustus/2013
5
International View
Sumber: ceoballarat.catholic.edu.au
•
Pengembangan soal tes bagi NAPLAN dan sample NAP
•
Penjaminan aksesabilitas pengembangan tes NAPLAN seperti penetapan versi akses bagi disability dan versions and special print versions (penyandang cacat atau kebutuhan khusus)
•
Pusat analisis data NAPLAN
•
Pelaksanaan equating tests
•
Penetapan dan penelitian bukti berdasarkan rekomendasi perbaikan untuk NAP
ACARA melakukan pertemuan dan panel konsultasi. Kelompok ini terdiri dari lima para ahli dibidang penilaian dan pengukuran yang menyediakan konsultasi keahlian teknis. Kelompok ini dikenal
6
Buletin Vol. 10/No. 2/Agustus/2013
sebagai panel penasihat formal di dalam struktur governance di ACARA, yang berdiri sebagaimana kelompok penasihat di ACARA lainnya. Keanggotaan kelompok ini terekam di ACARA’s Annual Report.
Administrasi NAP ACARA bekerja di dalam cakupan yang luas dengan partner-partner yang mengawasi pekerjaan NAP. Test Administration Authorities (TAAs) atau Otoritas Administrasi Tes adalah semacam departemen pemerintah atau agen yang bertanggung jawab terhadap implementasi dan administrasi tes NAPLAN di negara bagian dan teritorial mereka. Staf ACARA bekerja dengan TAA di dalam setiap negara bagian dan teritorial untuk penjaminan administrasi NAPLAN konsisten secara nasional. ACARA juga memberikan konsultasi untuk menjamin konsistensi
PUSPENDIK
International View administrasi tes seperti: (1) National Protocols for Test Administration (Protokol Nasional untuk Administrasi Tes) dan (2) pedoman dan pemeliharaan integritas tes (test integrity). Pedoman-pedoman ini menyediakan kerangka nasional yang didukung oleh materi penunjang dan konsultasi dimana TAAs menyediakan bagi sekolah-sekolah.
Mengapa NAP Masa depan Australia tergantung pada kepemilikan pengetahuan, pemahaman, keahlian, dan nilai-nilai setiap warga, yang perlu untuk disediakan sebagai bentuk dasar bagi kehidupan yang produktif dan berharga bagi masyarakat yang berpendidikan dan terbuka. Pendidikan yang berkualitas tinggi adalah sentral pencapaian sebuah visi. The National Assessment Program (NAP) adalah sebuah pengukuran yang dilakukan oleh pemerintah, otoritas pendidikan, sekolah-sekolah, dan komunitas yang mampu menentukan atau tidak menentukan (kebijakan) sebuah outcomes pendidikan yang penting bagi masyarakat Australia. Di dalam sebuah dunia dimana mobilitas manusia yang meningkat, mayoritas siswa saat ini diharapkan dapat hidup dan bekerja dalam rentang tempat di Australia dan negara lainnya. Ini sangat pentingnya terhadap konsistensi dan pengukuran yang mudah dipahami untuk prestasi siswa di seluruh negara, dan outcomes penilaian yang digunakan sebagai informasi bagi pengembangan kebijakan di masa depan, alokasi sumberdaya, kurikulum dan perencanaan dan perlukan program intervensi. NAP menyediakan bukti komparasi nasional tentang prestasi siswa. dengan berpartisipasi dalam asesmen sekolah maka memberi manfaat tidak hanya untuk siswa sendiri tetapi juga seluruh siswa di setiap negara bagian dan teritorial.
PUSPENDIK
Manfaat NAP Ada dua manfaat pentingnya NAP yang mendorong peningkatan dalam outcomes siswa dan peningkatan akuntabilitas bagi masyarakat.
Pemacu Peningkatan Semua sekolah di Australia memanfaatkan outcomes dari tes nasional. Sekolah-sekolah dapat memperoleh informasi rinci tentang bagaimana prestasi mereka, dan mereka dapat mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan yang menjadi titik perhatian selanjutnya. Hasil agregat dibuat dan tersedia melalui laporan komprehensif pada tingkat sekolah dan nasional. Hasil agregat tingkat nasional juga tersedia secara online. Pada level sistem, NAP menyediakan Menteri Pendidikan dengan informasi tentang kesuksesan kebijakan dan pemberdayaan bidang-bidang kurikulum yang prioritas. NAP juga menyediakan kementerian dengan kapasitas untuk memonitor kesuksesan kebijakan yang bertujuan pada peningkatan prestasi bagi kelompok siswa yang berbeda seperti siswa warga pribumi (indigenous). Tanpa data yang dapat dibandingkan secara nasional tentang prestasi siswa yang NAP sediakan, negara bagian dan teritorial hanya memiliki informasi terbatas tentang prestasi pada siswa mereka yang terkait dengan kolompok mereka. Data NAP menyediakan tambahan informasi yang cocok sehingga meningkatkan kapasitas dalam pengambilan keputusan suatu kebijakan, pemberdayaan, serta langkah-langkah sistematis. Akuntabilitas NAP juga melakukan fungsi akuntabitas. Warga Australia dapat berharap sumberdaya yang dialokasikan sedemikian rupa yang menjamin bahwa siswa mereka memperoleh pembelajaran berharga selama mereka di sekolah. Outcomes dari laporan
Buletin Vol. 10/No. 2/Agustus/2013
7
International View NAP memungkinkan warga Australia mengembangkan perspektif nasional secara umum tentang prestasi siswa, dan lebih spesifik adalah pemahaman bahwa sekolah mereka adalah mampu.
•
Menilai pengetahuan, keahlian, dan pemahaman yang tepat bagi siswa dalam level tahun tertentu
•
Menjadikan menarik dan komitmen bagi para siswa di seluruh Australia
•
Menantang para siswa di semua level kemampuan
Pengembangan Tes Pengembangan penilaian sampel pada NAPLAN (National Assessment Program Literacy and Numeracy) and NAP dikelola oleh ACARA dengan berkonsultasi dan berkolaborasi
dengan para ahli di bidang literasi, numerasi, ICT, sains, civics dan citizenship. Para ahli asesmen, termasuk guru-guru, otoritas pendidikan dari semua negara bagian dan teritorial, pemerintah Australia, dan sekolah-sekolah swasta terlibat di dalam proses ini. Pengembangan tes NAPLAN di pimpin oleh national Statements of Learning dalam bahasa Inggris dan Matematika. Sedangkan pengembangan sample test NAP dipimpin oleh national Statements of Learning dalam bidang sains, ICT, civics dan citizenship. Tes-tes tersebut dikonstruksi untuk:
8
Buletin Vol. 10/No. 2/Agustus/2013
Sekali kurikulum Australia dilaksanakan di
seluruh n e g a r a bagian dan teritorial, persyaratan-persyaratan tes bagi NAPLAN dan Sample Assessments NAP akan disesuaikan sesuai kebutuhan untuk merefleksikan dan mengukur elemen-elemen penting sebuah kurikulum baru. Pengembangan dan Proses Reviu Pengembangan dan reviu tes di dalam Program Asesmen Nasional membutuhkan waktu penyelesaian sekitar 18 bulan. Proses ini mengikuti tahapan spesifik yang didesain untuk menjamin bahwa tes memiliki
PUSPENDIK
International View standar tertinggi, yang meliputi: 1. Guidelines for test development. Pedoman bagi pengembangan tes, meliputi format pertanyaan dan topik yang layak bagi pembacaan materi, dan direviu sedini mungkin sebagai bagian proses penjaminan yang berlangsung. Penjaminan ini adalah pedoman yang jelas bagi penulis untuk ditaati dalam mengembangan pertanyaan tes.
untuk menjamin kesesuaian kurikulum dan jurisdiksi atau sektor berdasarkan keadaan tertentu. 4. Trialling. Perwakilan dari sampel siswasiswa dari setiap negara bagian dan teritorial berpartisipasi dalam ujicoba potensi pada tes. Data dari ujicoba dianalisis dan pertanyaanpertanyaan yang memenuhi spesifikasi tes dipilih untuk disusun menjadi tes.
2. Question (‘item’) development. Pengembang tes berkomitmen dalam menyusun
5. Expert advice. ACARA’s Expert Advisory Panel atau Panel Penasihat Ahli dari ACARA, terdiri dari ahli
pertanyaan-pertanyaan yang memenuhi spesifikasi tes. ACARA membuat kontrak pada bagian proses ini kepada organisasi-organisasi yang mampu menunjukkan kompetensi dan pengalaman di bidang pengembangan tes.
pengukuran dan penilaian, juga mereviu tes dan data ujicoba serta memberikan konsultasi sebelum mereka melakukan finalisasi.
3. Review of test items. Manajer-manajer tes dari setiap negara bagian dan teritorial termasuk perwakilan-perwakilan dari sektor non-pemerintah melakukan reviu soal-soal tes
PUSPENDIK
6. Equating Program. Adalah sebuah proses penyamaan yang dilakukan agar hasil dari tes NAPLAN di dalam tahun yang berbeda dilaporkan berdasarkan skala penilaian yang sama. Sebuah sampel nasional kedua dari partisipasi siswa-siswa pada program tes
Buletin Vol. 10/No. 2/Agustus/2013
9
International View
equating tambahan biasanya dilaksanakan sebelum tes utama, sehingga hasilnya dapat dihubungkan. 7. Testing. Tes NAPLAN dilaksanakan tiga hari di bulan Mei setiap tahun. Tidak seperti NAPLAN, sampel tes NAP tidak dilaksanakan pada tanggal yang tetap di semua sekolah, dan umumnya terjadi di bulan Oktober atau November setiap tahun. 8. Analysis. Sekali tes dinilai, hasilnya dianalisis dalam sejumlah cara oleh para ahli di bidang pengukuran pendidikan. 9. Reporting. Hasil dari tes National Assessment Program dilaporkan berdasarkan sejumlah cara: o Setiap siswa menerima laporan tentang
bagaimana NAPLAN)
prestasi
mereka
(hanya
o Sekolah-sekolah
menerima informasi tentang prestasi siswa sekolah mereka
o Ringkasan dan prestasi laporan-laporan
nasional seluruh negara bagian yang dipublikasikan
o Hasil-hasil rerata sekolah ditunjukkan pada
web My School (hanya NAPLAN).
10
Buletin Vol. 10/No. 2/Agustus/2013
PUSPENDIK
International View ACARA’ S G OVERNANCE Governance
Standing Council for School Education and Early Childhood (SCSEEC)
Curriculum Committee
Advice and Endorsement
Endorsement Recommendations to SCSEEC via AEEYSOC
ACARA Board
ACARA Executive
Recommendations to the Board
Chief Executive Officer GM, Curriculum
ACARA Data Request Panel
Approval
Australian Education, Early Childhood Development & Youth Senior Officials Committee (AEEYSOC)
Strategic Policy Working Group
Audit and Risk Committee
ACARA Research and Data Committee
A DVISORY S TRUCTURE
AND
GM, Assessment and Reporting
COO
F-12 Curriculum Reference Group
National Assessment, Data, Analysis and Reporting Reference Group
Curriculum Directors Group
Recognition of Alternative Curriculum Frameworks Committee and Panel
Aboriginal and Torres Strait Islander Advisory Group
Measurement Advisory Group
NAPLAN Testing Working Group
Senior Secondary Outcomes Working Group
Equity and Diversity Advisory Group
General Capabilities Advisory Group
Aboriginal and Torres Strait Islander Languages Advisory Group and Panel
Civics and Citizenship Working Group
ICT Literacy Working Group
NAPLAN Reporting Working Group
Languages Advisory Group and Panel
National Trade Cadetships Advisory Group and Panel
The Arts Advisory Group and Panel
Science Literacy Working Group
Student Attendance Data Working Group
Finance Data Working Group
Health and Physical Education Advisory Group and Panel
Technologies Advisory Group and Panel
Economics and Business Studies Advisory Group and Panel
NAPLAN Results Integrity Working Group
National Report on Schooling Working Group
Measurement Framework Working Group
Civics and Citizenship Advisory Group and Panel
ASSESSMENT AND REPORTING GROUPS
CURRICULUM GROUPS Jurisdictional Officers Communications Forum
Advice and expertise
English Language Proficiency Working Group
National School Opinion Survey (NSOS) Working Group
Reference Groups – providing advice to the Executive Nominees from each State and Territory, the National Catholic Education Commission (NCEC), the Independent Schools Council of Australia (ISCA), the Department of Education, Employment and Workplace Relations, the Australian Bureau of Statistics and the Productivity Commission. Members of the ACARA Board as determined by the Board, and ACARA CEO/General Manager of the related area. Expert advice Development input
Students with Disability Advisory Group
ACARA-WIDE GROUPS
ACARA work plan 2012-13 ACARA’s Charter and Letter of Expectation
Updated: 12 March 2013
Lesson Learned from ACARA ACARA adalah organisasi independen yang solid dengan fungsi yang terintegrasi (Kurikulum, Penilaian, dan Pelaporan). Organisasi ini menerima arahan dari the Standing Council on School Education and Early Childhood (SCSEEC) sehingga lebih mudah dalam memperoleh support and legitimacy dari seluruh stakeholders. Untuk menghasilkan tes nasional (NAP dan NAPLAN) melibatkan ahli asesmen, guruguru, otoritas pendidikan dari semua negara bagian dan teritorial, pemerintah Australia, dan sekolah-sekolah swasta. Waktu pembuatan tes sekitar 18 bulan dengan proses tahapan yang terdiri dari: (1) Guidelines for test development, (2) Question (‘item’) development, (3) Review of test items, (4) Trialling, (5) Expert advice, (6) Equating Program, (7) Testing, (8) Analysis, dan (9) Reporting. Untuk menjamin mutu tes nasional, terdapat Test Administration Authorities (TAAs) yang bekerja sama dengan staf ACARA, yang didukung oleh National Protocols for Test Administration (Protokol Nasional Administrasi Tes) dan Pedoman dan Pemeliharaan Integritas Tes (test integrity).
Sumber: http://www.nap.edu.au/about/acaras-expertise.html
PUSPENDIK
Buletin Vol. 10/No. 2/Agustus/2013
11
International View Sumber: ict.mahidol.ac.th
NIETS
Institut Nasional Layanan Tes Pendidikan di THAILAND NIETS atau Institut Nasional Layanan Tes Pendidikan, adalah organisasi publik (pemerintah) didirikan pada tanggal 3 September 2005. Jasa layanan oleh NIETS, mencakup dari layanan primer, sekunder, dan Hingga tingkat tersier. Di antaranya bentuk layanannya adalah mempersiapkan ujian untuk penerimaan siswa masuk universitas pada tahun 2009. Sebagai organisasi publik, NIETS memperoleh pendapatan berasal dari APBN setiap tahun, selain memperoleh beberapa pendapatan yang berasal dari jasa pengujian yang diberikan
12
Buletin Vol. 10/No. 2/Agustus/2013
kepada guru yang ingin meng-upgrade kompetensi di bidang pengukuran dan evaluasi pendidikan. NIETS memiliki Visi: Menjadi Pusat Layanan Pengujian Pendidikan Kelas Dunia. Sedangkan misinya adalah: 1. Mengelola sistem pengujian, metode, dan alat-alat pengukuran dan evaluasi pendidikan. 2. Mengelola pengujian pendidikan nasional dan berkolaborasi dengan sekolah-sekolah pendidikan dan daerah. 3. Mengelola tes dasar dan kejuruan, dan menyediakan layanan pengujian untuk pendidikan dasar dan kejuruan 4. Mengelola kegiatan penelitian dan menyebarkan praktik-praktik inovatif dan teknik pengukuran dan evaluasi pendidikan.
PUSPENDIK
International View 5. Menjadi pusat informasi pengujian pendidikan termasuk dukungan dan penyediaan diseminasi hasilhasil tes kepada lembaga-lembaga terkait di tingkat nasional dan internasional. 6. Meningkatkan dan mempromosikan pengukuran dan evaluasi pendidikan, termasuk pelatihan di bidang pengukuran dan evaluasi pendidikan, pemantauan kualitas pendidikan dasar siswa-siswa yang telah lulus, sertifikasi pusat-pusat pengukuran dan evaluasi pendidikan dalam aspek sistem, metode, dan alat-alat. 7. Menjadi pusat kerjasama akademik di bidang pengukuran dan evaluasi pendidikan pada tingkat nasional dan internasional.
Struktur Administrasi NIETS NIETS berada di bawah Badan Eksekutif yang tersusun dari 10 anggota: satu presiden, empat perwakilan dinas terkait yang ditunjuk, empat spesialis, dan satu direktur NIETS sebagai sekretaris.
Tentang O-NET NIETS melakukan Tes Nasional Pendidikan Ordinari (O-NET) untuk kelas 6, kelas 9, dan kelas 12 siswa untuk menilai kemampuan akademik mereka. O-NET terdiri dari 8 wilayah dengan subjek utama menurut nasional Kurikulum pendidikan: (1) Bahasa Thai, (2) Matematika, (3) Ilmu Alam, (4) Ilmu Sosial, Agama, dan Budaya, (5) Kesehatan dan Pendidikan Jasmani, (6) Seni, (7) Karir dan Teknologi, dan (8) Bahasa Asing. Berikut adalah rincian wilayah dan keterampilan yang dinilai dan jumlah waktu yang dialokasikan untuk setiap mata pelajaran.
PUSPENDIK
Buletin Vol. 10/No. 2/Agustus/2013
13
International View
Tentang GAT / PAT Sejak tahun 2009, NIETS juga melakukan tes untuk masuk universitas yang disebut General Aptitude Test (GAT) dan Test Aptitude Profesional dan Akademik (PAT) untuk siswa kelas 12 seluruh negeri.
Layanan Lainnya Salah satu tanggung jawab di bidang pengembangan profesi, NIETS berkomitmen untuk memastikan bahwa guru-guru Thailand memiliki daya saing dengan profesi mereka dengan menawarkan tes sertifikasi guru.
14
Buletin Vol. 10/No. 2/Agustus/2013
PUSPENDIK
International View Penawaran meliputi: (1) · Sertifikasi pengukuran dan evaluasi pendidikan dan (2) ·Sertifikasi Standar TI. Selain ujian sertifikasi, NIETS telah memperluas layanan dengan menyediakan bahan persiapan. NIETS menawarkan materi pengukuran dan evaluasi pendidikan untuk kelas 1-12 kepada guru dalam serangkaian 16 buku pelajaran. Selain itu, dikembangkan teknologi inovatif untuk mendukung pembelajaran yang terdiri dari 11 CD untuk membantu kandidat dalam mempersiapkan ujian, meningkatkan pemahaman peserta didik dari konteks, menghitung dan mengevaluasi secara mandiri pembelajaran mereka. Sumber: www.niets.or.th
Lesson Learned from NIETS Meskipun usia NIETS masih muda (8 tahun), institusi ini memiliki visi yang sangat berani yaitu “Menjadi Pusat Layanan Pengujian Pendidikan Kelas Dunia.” Visi tersebut bisa berdampak secara internal (spirit, power, management) bagaimana organisasi dijalankan dan secara eksternal berupa achievement and legitimacy. NIETS menyediakan beberapa layanan (produk dan jasa) terkait pengukuran dan penilaian pendidikan. Dengan penyediaan layanan kepada konsumen, NIETS “tampaknya” melakukan menerapkan New Public Management dengan karakteristik seperti: (1) competitive government, (2) pemenuhan pada target kinerja, dan (3) manajemen input dan output untuk menjamin ekonomi dan responsiveness terhadap konsumen.
PUSPENDIK
Buletin Vol. 10/No. 2/Agustus/2013
15
International News Opening Ceremony with Director General of IACE, Institute of APEC Collaborative Education
27 Round of APEC th
e-Learning Training Program di Korea
Selatan
Program internasional ini bertujuan mengurangi perbedaan informasi di antara anggota-anggota di negara-negara Asia Pasifik dan mempromosikan kepemimpinan di wilayah pembelajaran yang menggunakan elektronik. Program yang berlangsung pada 30 Juli sampai 8 Agustus 2013 ini diikuti oleh sembilan negara yaitu Brunei Darussalam, Chili, China, Philipina, Malaysia, Mexico, Indonesia, Rusia, Thailand, dimana total pesertanya berjumlah 14 orang. Pada program kali ini, Indonesia diwakili 2 orang peserta yang berasal dari Balitbang Kemdikbud.
16
Buletin Vol. 10/No. 2/Agustus/2013
PUSPENDIK
International News Kurikulum selama Pelatihan
e. Understanding about Problem based Learning (DR Mi Shon)
Berikut disampaikan kronologi dan subjek program yang dibagi menjadi 3 term.
f. E-Learning Trends (DR KiSang Song)
• Pre-training Program (Selama 1 bulan , Online) : di negara masing-masing. -
Website page)
-
Pre training report: Peserta diminta untuk menyerahkan laporan pre-training melalui ICT di negara masing-masing
-
Pre-training lectures on-line
(www.apec-elearning.org-my
a. Future Education and Edutainment Park (DR YoungHwan Kim) b. Ubiquitous Tecnology and Learning (DR SoungWoo Choi) c. Blended Action Learning (DR SuHong Park) d. Sound Changes in English (Dr DongHan Lee)
g. New Direction in Assessment and evaluation for APEC e-learning program (CRESST.UCLA) -
Pre-online Test : Tujuan tes ini adalah untuk mengevaluasi pemahaman peserta mengenai pelajaran yang diberikan selama pre-training di negara masing-masing secara on-line. Tes ini menggunakan CAT (computerized adaptive testing).
• On-Site Training (pelatihan di BUSAN dan SEOUL selama 10 hari) -
Lectures (pelajaran) Pelajaran-pelajaran yang diberikan di sini mencakup manajemen, pengembangan HRD, standarisasi dan pengendalian mutu, isu-isu serta pemecahan masalah bagi pembelajaran yang menggunakan media elektronik. - Field Trip to Top Institutions (kunjungan ke institusi terkemuka) Peserta akan mengunjungi institusi terkemuka yang ada di Busan dan Seoul yang berhubungan dengan pembelajaran jarak jauh. -
Collaborative Study
Peserta training akan bekerjasama secara tim atau grup dibawah pengawasan dosendosen ahli dengan menggunakan pendekatan
Foto Kunjungan ke Samsung D’light
PUSPENDIK
Buletin Vol. 10/No. 2/Agustus/2013
17
International News PBL (Problem-Based Learning). Program ini akan menghasilkan kesimpulan atau masukan-masukan dari peserta pelatihan berdasarkan teori dan pelajaran yang diberikan selama pelatihan. -
Workshop Di workshop ini peserta akan mempresentasikan hasil dari collaborative study. Kemudian peserta training akan dievaluasi oleh pembimbing mereka dan akan diberi umpan balik oleh profesor yang menjadi nara sumber di workshop tersebut.
-
Reflection Notes (catatan kesimpulan kegiatan harian) Peserta pelatihan harus membuat catatan harian dari kesimpulan kegiatan yang dilakukan setiap hari selama pelatihan berlangsung dan dikirim secara on-line
• Post-training and Follow-up Activities (selama 3 bulan di negara masng-masing, On-line) -
Post-program Report Peserta pelatihan diharuskan mengirim laporan tentang hasil praktik selama training dan aplikasinya di lapangan tempat mereka bekerja dalam kurun waktu tiga bulan setelah menyelesaikan pelatihan.
-
Dissemination of Research Findings
Materi pelatihan selama di Korea 1. Holistic Systemic Change Model Dalam materi ini diketengahkan masalah sistem perubahan pendidikan secara menyeluruh contohnya adalah perubahan sistem pendidikan secara menyeluruh di negara Korea Selatan setelah berakhirnya perang saudara antara Korea Selatan dan Korea Utara. Sistem pendidikan yang tadinya dilakukan secara tradisional kemudian langsung berubah menjadi modern dengan menggunakan alat bantu teknologi canggih seperti computer, internet, dll. Contoh konkrit dari perubahan ini adalah pada tahun 1996-2000 seluruh sekolah mengganti infrastructure yang ada dengan menggunakan ICT yaitu master plan 1 (initial infra stage 1996-2000) dilanjutkan dengan master plan II (ICT Utilization Stage 2001-2003 dan e-learning stage 2004-2005), terakhir adalah master plan III ( u-learning stage 2006 sampai sekarang). 2. Smart Device Solution and Mobile Learning, NS Devil (North Star, Developer’s village). Dalam hal ini materinya adalah mempraktikan penggunaan server, iphone dan ipod dalam proses belajar mengajar di kelas maupun di tempat yang jauh dan mengevaluasi siswa dengan menggunakan alat-alat tersebut. -
U-learning (ubiquitous learning) ubiquitous artinya adalah sekaligus berada di beberapa tempat, jadi metode ini berarti pembelajaran yang sekaligus di beberapa tempat dengan menggunakan alat seperti iphone, ipod serta ubiquitous devices lainnya.
-
UBT Ubiquitous based test adalah salah satu cara untuk mengetes siswa dengan menggunakan ubiquitos devices seperti iphone, ipod dan alat bantu lainnya yang lebih canggih. UBT mengurangi biaya test, lebih mudah untuk menskor dan lebih mudah untuk mengatur manajemen tes tersebut.
Peserta pelatihan diminta untuk mencurahkan dan mengaplikasikan ilmu pengetahuan dan hasil-hasil yang mereka dapat selama masa pelatihan di negara mereka masing-masing. -
Paticipation in International Education Cooperation Activities Peserta pelatihan diminta aktif untuk mengikuti kegiatan pendidikan secara internasional seperti ALCoB (APEC learning community builders).
18
Buletin Vol. 10/No. 2/Agustus/2013
PUSPENDIK
International News
Seluruh peserta dan panitia APEC e-learning program
-
ULMS singkatan dari u-learning management system. Model atau sistem ini membuat biaya pengajaran di kelas lebih efektif dan lebih murah. Alat ini terdiri dari Web-based learning module, Web-based management module. LCMS, dan Etc modules.
3. Trends & issues in APEC Education Pada materi ini dijelaskan tentang isu-isu dan masalah apa yang sedang terjadi pada bidang pendidikan di negara-negara Asia Pasifik serta trend-trend dan masukan-masukan apa yang sedang dilakukan pada saat ini.
bekerja untuk memudahkan membuat suatu project beserta laporannya. 5. KOICA special lecture Pada materi ini yang dibahas adalah sejarah perkembangan negara Korea Selatan dari zaman dahulu hingga saat ini beserta kunci suksesnya Korea Selatan menjadi negara yang maju di dunia internasional.
4. Collaborative study -
Fishbone analysis (analisis tulang ikan)
-
Onion ring analysis
-
Matrix analysis
Pada materi ini dijabarkan bagaimana fishbone, onion ring, dan matrix analysis ini
PUSPENDIK
Buletin Vol. 10/No. 2/Agustus/2013
19
20
Buletin Vol. 10/No. 2/Agustus/2013
PUSPENDIK
Local News
INAP Indonesian National Assessment Program
Survei 2013
Penulisan Soal INAP (Indonesian National Assessment Program) tahun 2013 dilakukan di dua provinsi yaitu Provinsi Jawa Barat dan Sumatera Utara. Kedua provinsi ini terpilih menjadi sampel INAP tahun 2013, karena kedua provinsi pada tahun 2014 sudah merencanakan melakukan survei sendiri menggunakan anggaran APBD. Untuk itu diperlukan peningkatan kemampuan guru dan dinas provinsi dalam hal mendesain tes, sampel, pelaksanaan, entri data, analisis data, dan penulisan laporan. Penulisan soal di Provinsi Jawa Barat dan di Provinsi Sumatera Utara dilakukan di Hotel SOECHI International
PUSPENDIK
Buletin Vol. 10/No. 2/Agustus/2013
21
Local News Medan. Peserta yang terlibat dalam penulisan soal terdiri dari guru-guru SD dan SMP mata pelajaran Bahasa Indonesia, Matematika dan Sains (Fisika, Biologi), Dinas Pendidikan Kota, Dinas Pendidikan Provinsi, dan Puspendik. Kegiatan penulisan soal dimulai dari penjelasan nara sumber dari Pusat Penilaian Pendidikan mengenai survei INAP tahun 2013, kisi-kisi soal, dan dilanjutkan dengan penulisan soal dan penulisan pedoman penskoran. Jenis pertanyaan dalam survei INAP dibagi menjadi lima jenis, yaitu pilihan ganda (multiplechoice items), pilihan ganda kompleks (complex multiple-choice items), isian tertutup (closed constructed-response items), isian terbuka (open constructed-response items), dan jawaban singkat (short response items). Dimensi yang diujikan dalam matematika kognitif terdiri dari tiga domain, yakni: (1) mengetahui fakta dan prosedur (K1); (2) menggunakan konsep-K2; dan (3) memecahkan masalah dan bernalar-K3.
22
Buletin Vol. 10/No. 2/Agustus/2013
PUSPENDIK
Local News
Dimensi yang diujikan dalam Matematika terbagi atas dua dimensi, yakni dimensi konten dan dimensi kognitif. Dimensi konten untuk terdiri dari empat domain, yakni: (1) bilangan, (2) aljabar, (3) geometri dan pengukuran, dan (4) data dan peluang. Dimensi yang diujikan dalam Sains terbagi atas dua dimensi, yakni dimensi konten dan dimensi kognitif. Dimensi konten terdiri dari Biologi, Fisika, dan Kimia. Dimensi kognitif terdiri dari: (1) pengetahuan factual dan procedural, (2) Pemahaman konseptual, dan (3) penalaran dan analisis. Kompetensi yang diujikan dalam Bahasa Indonesia terdiri dari dua kompetensi, yaitu kompetensi konten dan kompetensi proses. Kompetensi konten terdiri dari kompetensi linguistik, sosial-budaya, wacana, dan strategi.
PUSPENDIK
Buletin Vol. 10/No. 2/Agustus/2013
23
Local News
LOKAKARYA PEMBINAAN PENULISAN SOAL UJIAN NASIONAL TAHUN AJARAN 2013-2014
Lokakarya Pembinaan Penulisan Soal Ujian Nasional ini telah dilaksanakan dari tanggal 4 s.d 7 September 2013 di Hotel Acacia Jakarta. Peserta terdiri dari guru-guru SD, SMP, SMA, SMK, nara sumber dari perguruan tinggi Universitas Sriwijaya (UNSRI), Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Universitas UNESA, dan STMIK Nusa Mandiri serta dari Puspendik. Pembicara dalam lokakarya tersebut adalah Bastari Ph.D dan Prof. Zulkardi. Kegiatan ini dibuka oleh Kepala Bidang Penilaian Akademik Dr. Suprananto dan sekaligus memberi pengarahan umum tentang pelaksanaan kegiatan, mulai dari penyusunan kisi-kisi dan penulisan soal tes prestasi belajar untuk bank soal dan kebijakan mengenai Ujian Nasional. Lokakarya ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, kemampuan dan keterampilan para guru-guru SD, SMP, SMA, dan SMK calon penulis soal tingkat nasional. Bastari Ph.D sebagai Kepala Pusat Penjaminan Mutu Pendidikan dalam lokakarya pembinaan penulisan soal mengatakan perbandingan hasil survei TIMSS dan PISA dan hasil Ujian Nasional adalah berbanding terbalik.
24
Buletin Vol. 10/No. 2/Agustus/2013
PUSPENDIK
Local News
Rata-Rata Nilai Ujian Nasional SMP 8,5
8,41
8 7,5 7 6,5
7,46
7,6 7,38 7,32
7,39
7,13 6,96
7
7,4 7,29 7,18
7,4 7,24 7,12
7,54 7,53
MAT IPA BIN
6,69
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
PUSPENDIK
Buletin Vol. 10/No. 2/Agustus/2013
25
Local News Kualitas UN dan Intervensi Kebijakan
Prof. Zulkardi dari Universitas Sriwijaya Palembang dalam pemaparan materi mengenai penulisan soal Higher Thinking Order (HOT) mengatakan tantangan yang dihadapi pendidikan di Indonesia adalah rendahnya kemampuan anak didik serta sikap pentingnya belajar Matematika, Sains, dan Reading.
Tujuan 1) Sosialisasi terkait apa, mengapa dan bagaimana PISA dapat bermakna bagi siswa dan guru. 2) Menghasilkan soal-soal HOT PISA level 5 dan 6 menggunakan bahasa dan konteks Indonesia
Hasil PISA & TIMSS & Kurikulum 2013 Penilaian kemampuan Matematika dan IPA yang diuji dalam TIMSS menggunakan istilah domain kognitif dan domain konten (khusus untuk kelas 8) sebagai berikut: Domain Kognitif
Persentase Mat
IPA
Mengetahui (Knowing)
35%
35%
Aplikasi (Applying)
40%
35%
Penalaran (Reasoning)
25%
30%
26
Buletin Vol. 10/No. 2/Agustus/2013
PUSPENDIK
Local News Mengapa PISA? (OECD, 2003) 1) Apakah siswa disiapkan dengan baik untuk menghadapi masa depan? 2) Apakah siswa mampu menganalisa, berargumentasi dan komunikasi secara efektif? 3) Apakah siswa mempunyai kapasitas untuk belajar terus selama hidupnya? 4) Apakah siswa mampu mengaplikasikan matematika dalam kehidupan? Konten PISA: 4 Overarching ideas 1) Change and Relationship 2) Space and shape 3) Quantity Uncertainty and data (PISA framework 2012) Level kesulitan PISA matematika Students can conceptualize, generalize, and utilize information based on their investigations and modeling of complex problem situations. L5.
Students can develop and work with models for complex situations, identifying constraints and specifying assumptions.
PUSPENDIK
L4. Students can work effectively with explicit models for complex situations that may involve or call for making assumptions. L3. Students can work execute clearly described procedures, including those that require sequential decisions. (No context?) L2. Students can interpret and recognize situations in contexts that require no more than direct inference. L1. Students can answer questions involving familiar contexts where all relevant information is present and the questions are clearly defined. Konteks pada level 4,5,dan 6 adalah Complex Context (situation) Beberapa isu ideal pada kurikulum 2013 (berbagai sumber, 2012-13) 1) Mengajar tidak untuk tes, tapi fokus pada proses mengapa penting menguasai konten dan kegunaannya 2) Penekanan pada aplikasi matematika dalam kehidupan 3) Penekanan pada sikap positive dalam belajar dan mengapresiasi makna matematika 4) Penekanan terhadap berfikir logis, sistematis, kritis, alternatif, inovatif, komunikatif dan kolaboratif dalam menyelesaikan masalah.
Buletin Vol. 10/No. 2/Agustus/2013
27
Local News
5) Menggunakan media memahami konsep
ICT
untuk
lebih
Soal Higher Order Thinking (HOT) Apa itu soal HOT? •
Level Mudah (Low Order Thinking) Prosedural, algoritma dan definisi
•
Level Sedang (Middle Order Thinking) Problem solving and problem posing
•
Level Sulit (Higher Order Thinking) Generalisasi, modeling, reasoning
Bagaimana mendesain soal yang HOT? 1) Soal yang menuntut matematisasi reasoning yang perlu dikomunikasikan.
Prestasi Matematika TIMSS 2003 – Kelas 8
dan
2) Mulailah dengan mendesain soal sulit/HOT 3) Kembangkan lah soal yang sudah ada di buku dengan membuatnya lebih terbuka Gunakanlah konteks dalam kehidupan sehari-hari sehingga walau sulit tapi bermakna.
28
Buletin Vol. 10/No. 2/Agustus/2013
Indonesia Rata2: 411
400 Rendah
Singapore Rata2: 605
Malaysia Rata2: 508
475 Menengah
550 Tinggi
625 Tingkat lanjut
Skala Matematika TIMSS – Benchmark Internasional
PUSPENDIK
Khazanah
PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA M. Kholid Fathoni, LLM
Abstrak: Tegak atau keruntuhan suatu negara ditentukan oleh faktor karakter bangsanya. Karenanya Indonesia ikut berupaya meningkatkan mutu pendidikan yang menyangkut karakter. Misalnya pembelajaran PMP (Pendidikan Moral Pancasila) diperbaiki dengan munculnya gerakan Pendidikan Karakter. Indonesia juga memiliki mata pelajaran agama dan PKN yang berkomitmen tinggi membelajarkan moral. Sayangnya, upaya pembangunan moral melalui pendidikan ini belakangan dinilai gagal karena moralitas bangsa tidak kunjung membaik. Benarkah ini kekeliruan model pendidikan selama ini atukah karena faktor lain yang boleh jadi lebih dominan?
Pusat Penilaian Pendidikan, Kemdikbud
Kata kunci: Pendidikan Karakter, pembangunan moral
ANTARA ADA & TIADA
PUSPENDIK
Buletin Vol. 10/No. 2/Agustus/2013
29
Khazanah Pendahuluan Disadari bahwa yang dibutuhkan oleh dunia pendidikan adalah pembangunan otak, disamping sikap dan kepribadian manusia. Pendidikan yang hanya mementingkan otak (akademik) saja terbukti hanya menciptakan manusia pintar namun sering kurang bermanfaat. Seperti ulah para pejabat tinggi yang korup. Meski penting dan memperoleh perhatian, pendidikan moral tidak serta-merta bisa menjadikan karakter bangsa ini membaik. Hasil dari banyak studi tentang moral bangsa menunjukkan bahwa Indonesia justru mengarah pada kondisi mencemaskan oleh karena angka kriminalitas, kasus asusila, dan pelbagai pelanggaran hokum yang semakin tinggi. Semua pihak perlu berintrospeksi untuk menangani permasalahan karakter bangsa.
dari yang lain cenderung berupa perilaku yang relatif menjadi kebiasaan. Karenanya Kamus Besar Bahasa Indonesia mengartikan karakter sebagai watak, yaitu “sifat batin manusia yang mempengaruhi segenap pikiran dan tingkah laku”. Pendidikan karkater dengan demikian harus dimaksudkan untuk pembangunan/perubahan perangai manusia. Tidak sekedar pembelajaran nilai baik dan buruk perbuatan. Jika tujuan pendidikan karakter hanya tentang nilai, hasilnya dikuatirkan akan tidak jauh berbeda dari pendidikan moral sebelumnya. Baik atau buruk perbuatan manusia pada dasarnya merupakan hal alamiah yang secara intrinsic dapat ditemukan oleh manusia sendiri melalui perenungan yang mendalam. Meski bisa ditemukan,
30
Buletin Vol. 10/No. 2/Agustus/2013
Tidak terkecuali dunia pendidikan. Hal penting dalam pendidikan adalah pertanyaan mengapa penyelenggaraan pendidikan di negeri ini seperti tidak berhasil membangun moral bangsa? Betulkah yang terjadi memang demikian? Di manakah sesungguhnya kendala atas agenda perbaikan moral bangsa ini bersumber? Bukankah banyak factor lain yang sesungguhnya menjadi kendala dominan sebagai penyebab? Apa sebenarnya “karakter”? Karakter merupakan serapan kata bahasa inggris “character”, yang didefinisikan dalam Oxford Dictonary Reference sebagai: “the combination of qualities or features that distinguishes one person, group, or thing from another”. Sifat dan ciri setiap orang, sekelompok orang, atau benda, yang karenanya menjadi berbeda
nilai yang ditemukan bersifat dinamis, labil, berproses, dan terbatas pada logika serta kesepakatan bersama. Terkadang baik-buruk itu sendiri juga berubah-ubah karena factor situasi, geografi, maupun factor lain. Agama Islam mempunyai pandangan cukup unik karena meletakkan semua sifat dasar manusia sebagai kebaikan asal (hasan lizatihi). Allah menurut Islam tidak menciptakan alam ini untuk suatu rencana buruk, zalim, ataupun jahat. Karenanya, Allah tidak memasang piranti manusia untuk melahirkan fungsi/ nilai buruk ini. Allah hanya memberitahu akibat perbuatan yang bisa berupa keburukan misalnya sebagai akibat dari perbenturan dengan kepentingan orang lain. Allah menjelaskan hal itu dalam sebuah ayat al Quran:
PUSPENDIK
Khazanah Allahulladzi ahsana kulla syai (QS: Assajdah: 7) Artinya: Allah menciptakan setiap sesuatu (pada awalnya) berupa kebaikan. Beberapa teori filsafat memiliki pandangan mirip dengan Islam. Aristoteles misalnya, memandang bahwa segala aktivitas hidup manusia terarah kepada kebaikan. Kebaikan yang dikejar itulah yang disebut kebahagiaan. Kebahagiaan merupakan cetusan yang paling sempurna, ideal dan rasional dari aktivitas tindakan manusia. Namun, apa yang disebut sebagai kebahagiaan menurut Aristoteles, bukanlah sesuatu yang sudah selesai, rampung dan tuntas. Kebahagiaan harus disamakan dengan aktivitas, yaitu aktivitas mencari kebahagiaan (Qornie 1992). Kebaikan yang disebut oleh Aristotales ini mirip dengan sifat dasar manusia yang di dalam Islam disebut “fitrah” yang hasan. Perhatikan sabda Nabi Muhammad SAW:
“Kullu mauludin yuladu alal fitroh” Artinya:
“Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah (baik)”. Kalau digambarkan, hubungan antara fitrah dengan karakter manusia dalam Islam adalah sebagai berikut. Keterangan: Fitrah merupakan kinerja organ manusia yang didesain untuk fungsi hidup (karenanya positif). Kinerja fitrah berupa kebiasaan yang berulang sehingga membentuk watak (tobiah). Watak kemudian memproduksi variasi perilaku: sebagian berdampak baik atau buruk pada diri pelaku atau orang lain. Jika baik disebut akhlak mahmudah, jika merugikan disebut akhlak mazmumah. Kadar dampak ini bervariasi dan berubah-ubah, namun manusia dibekali nurani (qolbu) yang bisa menakar secara jujur dan sadar sehingga secara rerata mampu menyepakati sebuah perilaku baik atau buruk. Makna kata Fitrah dalam kitab Mujam lughotul Fuqoha adalah: “sifat dan ciri yang lahir menjadi satu dengan entitas manusia, di mana manusia itu sendiri tidak bisa mewujudkannya”. Perayaan Idul Fitri diartikan sebagai kembali pada kesucian (tanpa dosa), seperti ketika dilahirkan. Namun manusia sering menyadari penggunaan sifat fitri berdampak buruk dan ia sengaja menyalahgunakannya.
PUSPENDIK
Terkait dengan pendidikan, filosof Descartes melihat anak-anak sebagai yang dilahirkan dengan membawa pengetahuan dan ide yang berkembang secara alamiah dengan usianya. Lihat: 23.52. Kurikulum Pendidikan Karakter Bangsa Pendidikan karakter telah menjadi salah satu prioritas program pembangunan nasional sebagaimana tertulis dalam visi Rencana Strategis Departemen Pendidikan Nasional tahun 2010-2014, yaitu mewujudkan insan Indonesia yang cerdas komprehensif, kompetitif, dan bermartabat. Dikatakan bahwa cerdas komprehensif meliputi cerdas spiritual, emosional, sosial, intelektual, dan kinestetis. Rencana strategis disusun berlandaskan Undang-undang No 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Pada pasal 1 (satu) dalam undang-undang tersebut tertulis bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Kementerian Pendidikan telah menetapkan implementasi pendidikan karakter dimulai pada tahun 2011 dengan melibatkan semua jajaran pendidikan di pusat dan daerah sehingga menjadi “gerakan nasional pendidikan karakter”. Kendati menjadi sebuah gerakan, pendidikan karakter bangsa di ranah penyelenggaraan pendidikan lebih memilih menjadi muatan intrinsik pembelajaran ketimbang menjadi mata pelajaran tersendiri. Alasannya dikhawatirkan akan menjadi pelajaran kognitif belaka dan hasilnya hanya berujung pada beban akademik siswa yang semakin berat. Bukan menjadi sebuah mata pelajaran ternyata juga memiliki sisi buruk. Antara lain kinerja guru saat melakukan pembelajaran tidak mengalami penyesuaian. Bahkan mayoritas guru mengaku merasa belum memahami cara membelajarkan dan mengevaluasi pendidikan karakter bangsa (Fathoni, 2011). Tidak diketahui persis mengapa seiring dengan itu moralitas bangsa toh tidak kunjung membaik. Tidak tampak jelas perubahan apa yang di kelas, sekolah, di jalanan, di aparat pemerintahan, dan hamper di semua lini kehidupan kita setelah pendidikan karakter digelindingkan.
Buletin Vol. 10/No. 2/Agustus/2013
31
Khazanah untuk peserta didik, apalagi di tingkat anak-anak, punishmen sering tidak tepat, oleh karena factor perubahannya yang dinamis serta ketidakmandirian perbuatan anak. Namun demikiaan, hukuman bisa digunakan di tingkat yang lain untuk tujuan pembinaan, tentu saja dengan batasan-batasan yang wajar. Selain masalah tujuan, penilaian atas karakter juga terkendala oleh faktor: 1. Keterbatasan indera guru. Guru bisa melihat
perbuatan buruk siswanya tapi bisa juga tidak. Anak yang baik budi di depan guru tidak menjamin baik di luar itu.
2. Perbedaan pandang, teori, faham, mazhab
Kritik tentang kegagalan pendidikan moral dan karakter bangsa di bangku sekolah tidak bisa dihindarkan. Mata pelajaran yang selama ini dieluelukan menjadi materi pembelajar moral di garda depan mulai dipersoalkan. Mata pelajaran agama dinilai mandul, kurang kontekstual, dan terlalu sarat dengan muatan dogma. Lenyapnya PMP juga dituduh penyebab semakin menjauhnya internalisasi nilai-nilai Pancasila. Evaluasi dalam pendidikan karakter Evaluasi pendidikan karakter di tingkat kelas dan sekolah tidak kalah rumit dibanding pembahasan mengenai kurikulumnya. Utamanya karena cara menilai sikap tidak kunjung dipahami para guru. Agaknya memang diperlukan kajian lebih lanjut beberapa sisi yang selama ini mengungkung pikiran para guru dalam lorong pembelajaran yang gelap. Perlu juga diperdalam filsafat evaluasi sebagai tujuan akhir pendidikan: apakah akan merupakan vonis yang mempengaruhi kelulusan siswa ataukah akan digunakan untuk tujuan lain. Dalam kaitan itu, beberapa hal berikut perlu dijadikan pertimbangan: 1. Penilaian dengan nilai kuantitatif maupun kualitatif seringkali kurang bisa dijadikan klaim hakekat baik buruk kebiasaan siswa. Karenanya sebaiknya hanya dijadikan bahan pembinaan/treatmen saja. Yaitu upaya memperbaiki perbuatan berdasarkan data masa lalu (berasal dari penilaian atau semata laporan). Pembinaan ini bisa merupakan tindak lanjut penilaian. Dengan pembinaan maka penilaian yang pernah ada bisa tetap, berubah membaik, hilang sama sekali, atau semakin buruk. 2. Untuk dasar pemberian punishment (balasan) dan ganjaran juga menyisakan masalah. Semestinya
32
Buletin Vol. 10/No. 2/Agustus/2013
dll. Tidak semua orang dengan agama, aliran, adat, menyepakati pelanggaran perbuatan kategori ternyata menurut paham yang bukan melanggar norma.
perbedaan atas suatu baik, jika dianutnya
3. Penekanan
atas perbuatan seseorang, atau pendorong yang bisa mengakibatkan seseorang tidak bisa dijatuhi hukuman atas perbuatannya itu. Misalnya seseorang yang amat miskin mencuri di tengah komunitas orang kaya yang pelit. Ini tidak bisa berlaku bagi seorang anak yang mencuri hanya karena semua temannya bisa jajan sedangkan dia tak mampu. Ada juga perdebatan mengenai seorang anak yang mencuri uang untuk membantu orang tuanya yang amat miskin apakah itu bisa ditolerir ataukah ia belajar menghalalkan segala cara untuk meraih kemauannya.
4. Tidak
berarti perbuatan buruk siswa merupakan indicator konstan sifat seseorang. Ia bisa dikenal buruk akhlak pada masa yang lama tetapi ia bisa saja sudah bertobat belum lama ini, tanpa orang lain tahu.
5. Seorang guru bisa subyektif dalam menilai.
Hanya karena guru tak suka maka nilainya buruk. Padahal boleh jadi posisi murid benar tetapi merugikan guru. Subyektivitas nilai guru juga amat tidak linier dengan niat dan hati pelaku pebuatan. Seorang guru bisa menilai si anak dermawan karena memberikan sesuatu kepada orang lain padahal niat si anak bisa saja jahat dengan sedekahnya itu misalnya karena pamer atau memanasi temannya, dsb.
PUSPENDIK
Khazanah Melihat beberapa hal di atas, evaluasi atas karakter siswa sebaiknya tidak bersifat semata-mata menilai dengan angka, termasuk yang disandingkan atau digabungkan dengan nilai kognitif. Juga tidak bersifat hukuman (punishment). Tujuan pembinaan barangkali akan lebih baik. Tatanan Sosial Menurut pedoman pelaksanaan kurikulum Pendidikan Karakter bangsa yang diterbitkan oleh Puskur, faktor pendidikan tidaklah berdiri sendiri dalam hal memperbaiki ataupun memperburuk moral bangsa. Artinya, bisa jadi buruknya moral bertalian langsung dengan praktik pendidikan yang memang keliru atau lemah sejak di bangku sekolah, ataukah sebenarnya tidak ada hubungan selinier itu jika ternyata pendidikan moral di sekolah sesungguhnya sudah dikategorikan benar. Perhatikan bagan berikut ini: Sumber: Puskur (2011) Hal yang jelas-jelas tidak boleh dilupakan oleh siapapun adalah bahwa pendidikan yang kita selenggarakan tidaklah berada di ruang hampa. Ada banyak factor dan lingkungan luar pendidikan yang ikut berperan secara signifikan dalam mengantarkan pembentukan karakter bangsa pada hari ini maupun masa datang. Faktor luar yang kita singgung ini bahkan bisa merusak sama sekali dan menihilkan prestasi emas yang mungkin dihasilkan oleh mesin bernama pendidikan.
PUSPENDIK
Pustaka Acuan Departemen Agama RI, Al Quran al Karim dan Terjemahnya. Pelita III, tahun V/1993/1994. English Oxford Reference (1995). Cetakan Oxford University Press. Fathoni, Kholid, M., LLM. , Makalah prosiding (2011): Evaluasi Kesiapan Sekolah Dasar dalam Pembelajaran Pendidikan Karakter, Balitbang, Kemdikbud. Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008), PT Gramedia, Cetakan 2. Qolaji, M. Rowas, Dr. dan Qunaibi Hamid Sodiq, Dr., Mojam Lughotul Fuqoha. Cet 2, Darunnafais. Qornie, Izzat, Dr., Al falsafah almuashiroh fi Eropa. Buku terjemah atas: Bocheki, IM., La philosophie contempaine, Paris.Cetakan Silsilah alamil marifah, al Majlis al wathoni listaqofah walfunun wal adab, Kuwait, Tahun 1992. Website: 23.52 diunduh pada tanggal 3 Juni 2012. -----------------------------------------------------*) Makalah ini disajikan pada Seminar Nasional: “Pengaruh Perkembangan Globalisasi terhadap Generasi Muda dan Solusinya”, pada 17 Juni 2012 di Universitas Indraprasta, Lenteng Agung, Depok Jawa Barat.
Buletin Vol. 10/No. 2/Agustus/2013
33
Khazanah
EVALUASI PROGRAM:
Apa dan Bagaimana Bagus H. Prakoso
Bidang Analisis dan Sistem Informasi, Puspendik Email:
[email protected]
Pendahuluan Istilah evaluasi bukan hanya monopoli di dunia pendidikan khususnya seperti prestasi belajar siswa. Semua program dan capaian organisasi membutuhkan evaluasi. Dalam era akuntabilitas, ada pemahaman “if you don’t measure results, you can’t tell success from failure .... if you can demontrate results, you can win public support.” (Osborne and Gaebler, 1992). Pertanyaannya bagaimana kita mengukur dan mendemonstrasikan program, jika kita belum bisa mengukur dan mengevaluasi suatu program. Menurut Stufflebeam and Shinkfield (1985:159), evaluasi adalah proses penggambaran, pemenuhan, dan penyediaan informasi yang bersifat deskriptif dan memutuskan tentang harga dan jasa (worth dan merit) suatu tujuan, desain, implementasi, dampak dalam rangka menuntun pengambilan keputusan, melayani kebutuhan-kebutuhan sebagai bentuk akuntabilitas dan meningkatkan pemahaman berbagai fenomena yang terjadi. Definisi evaluasi yang komprehensif di atas membangkitkan sejumlah pertanyaan penting terkait dengan apa dan bagaimana kita melaksanakan suatu program atau kegiatan rutin khususnya terkait proyekproyek yang dibiayai APBN. Pertanyaan pertama, apakah dalam melaksanakan program rutin terkait proyek telah memberikan informasi yang berharga bagi pengambilan keputusan? Kedua, apakah program
34
Buletin Vol. 10/No. 2/Agustus/2013
tersebut dilaksanakan telah benar-benar memenuhi akuntabilitas? Ketiga, apakah informasi atau hasil suatu program tersebut telah meningkatkan pemahaman bagi stakeholder yang terlibat? Dalam teori stakeholders, stakeholders atau pemangku kepentingan adalah kelompokkelompok manusia yang terklasifikasikan memiliki hubungan dengan suatu organisasi. Friedman (2006) menglasifikasikan stakeholders terdiri dari: media, publik secara umum, mitra bisnis, generasi yang masa depan, generasi masa lalu (pendiri), akademisi, pesaing, NGO, asosiasi, lembaga keuangan, pemerintah, dan regulator. Dalam membuat perencanaan, pelaporan (akuntabilitas) hingga evaluasi suatu program tampaknya belum banyak yang merespon sejumlah stakeholder di atas. Suatu program cenderung direncanakan dan dilaksanakan karena merupakan tugas rutin, project oriented, ekploitasi anggaran bukan eksplorasi anggaran. Dari sisi akuntabilitas pun cenderung sangat terbatas stakeholder yang terwakili. Dilihat sisi keberlanjutan (sustainability) sumberdaya juga cenderung kurang memperhatikan cost and benefit. Itulah gambaran kasar tentang program atau kegiatan yang selama ini dilakukan oleh banyak instansi khususnya di sektor publik. Berbagai pandangan dan kritik dalam menjalankan suatu program kebijakan, menstimulasi penulis untuk mendeskripsikan dan meringkas subjek
PUSPENDIK
Khazanah
evaluasi program dari buku the Handbook of Practical Program Evaluation karangan Joseph S. Wholley dkk. Meringkas buku setebal 745 halaman adalah cukup sulit apalagi memberi pemahaman yang utuh dan mendalam bagi pembaca. Untuk itu digunakan pula beberapa referensi lainnya. Tujuan penulisan ini adalah mendeskripsikan dan meringkas apa dan bagaimana evaluasi program seharusnya dilaksanakan. Penulis berharap artikel singkat ini memberi manfaat dalam meningkatkan akuntabilitas organisasi publik dalam memperoleh support and legitimacy dari publik.
Mengapa Evaluasi Program
Definisi Evaluasi Program (Program Evaluation)
Buku Handbook of Practical Program Evaluation ini secara garis besar terdapat 28 bab yang dikelompokan menjadi empat bagian. Pada bagian pertama (desain dan perencanaan evaluasi) terdapat 10 bab dimana pengarang mengeksplorasi berbagai pendekatan dalam perencanaan dan desain evaluasi serta sistem monitoring kinerja. Evaluasi perencanaan dan desain harus menjamin bahwa manfaat evaluasi outweigh terhadap semua biaya.
Kegiatan mengumpulkan dan menganalisis yang terarah, sistematis, dan seksama yang digunakan untuk tujuan menggambarkan efektivitas dan dampak suatu program, dalam rangka akuntabilitas serta mengidentifikasi kebutuhan akan perubahan atau perbaikan. Definisi lainnya adalah aplikasi dari metodemetode yang sistematis untuk menjawab pertanyaanpertanyaan tentang hasil dan operasi program. Di dalamnya ada program monitoring berjalan dan proses program one-shot studies atau dampak program. Pendekatan yang digunakan berdasarkan metode penelitian ilmu sosial dan standar profesional.
PUSPENDIK
Evaluasi program diperlukan dalam rangka (1) menentukan outcomes suatu program (2) mengidentifikasi kekuatan suatu program, (3) mengidentifikasi dan memperbaiki kelemahan, (4) menjustifikasi penggunaan berbagai sumberdaya, (5) meningkatkan perlunya akuntabilitas, serta (6) responsibilitas profesional keefektifan suatu program.
dalam
menunjukkan
Organisasi Buku
Pada bagian dua tentang prosedur praktik koleksi data, dijelaskan metode pengumpulan data tentang kinerja program di dalam waktu sempit dan sumberdaya terbatas. Mereka mendeskripsikan berbagai macam teknik koleksi data seperti penggunaan agen pencatatan, survei, rating oleh observer yang terlatih, internet, grup fokus, interviu semi terstruktur, data lapangan, dan narasi-narasi dari studi evaluasi.
Buletin Vol. 10/No. 2/Agustus/2013
35
Khazanah Proses Evaluasi Program Step
Steps
Planning
Development
Implementation Feedback (back to step 1
Tindakan
Keterangan
1
Definisikan tujuan Pertanyaan dalam mendefinisikan step 1: dan cakupan Mengapa Anda melakukan evaluasi? Karena kewajiban, outcomes, atau perbaikan. Bagaimana cakupannya? Besar/kecil, luas atau sempit. Seberapa kompleks evaluasi yang diajukan? Jumlah pertanyaan atau jumlah variabel? Apakah realistis bisa dicapai?
2
Spesifikasikan pertanyaan evaluasi
Apa yang ingin diketahui tentang program tersebut? Pastikan bisa dioperasionalkan dan diukur. Jangan melangkah selanjutnya sebelum menjawab pertanyaan di atas. Acuan pertanyaan bersumber dari: rencana strategis, dokumen misi, kebijakan, kebutuhan penilaian, tujuan, standar dan pedoman nasional
3
Spesifikasikan desain evaluasi
Dalam membuat desain adalah menghubungkan bilamana data harus dikoleksi ... ini terkait jenis data: Status (di sini dan sekarang; cuplikan) Comparison (grup A kontra grup B; program A kontra program B) Change (apa hasil suatu program, apa ada perbedaan antara waktu A dan waktu B Longitudinal (apa yang terjadi pada perpanjang waktu)
4
Membuat rencana koleksi data
Dalam step 4 beberapa hal perlu diperhatikan: Apa yang akan dikumpulkan? Apa yang akan dikumpulkan? Bagaimana melakukan pengumpulan data? Dari siapa data diperoleh? Kapan dikumpulkan dan dengan siapa? Bagaimana data dianalisis?
5
Koleksi data
Dalam step 5 ada beberapa hal perlu dipertimbangkan: Seberapa banyak data yang dibutuhkan? Kapan dilakukan koleksi data? Siapa yang melakukan koleksi data?
6
Analisis data
Pada step 6 ada beberapa pilihan yang bisa dilakukan. Data dikumpulkan selama evaluasi program dan dikumpulkan dan dianalisis. Melakukan inferensi dengan menggambarkan mengapa beberapa hasil terjadi dan lainnya tidak. Dibuat kompleks tergantung dari pertanyaan evaluasi. Dapat fokus pada hal yang sederhana dan dilakukan tanpa konsultan ahli. Dalam temuan kualitatif dari grup fokus dan pengembangan pertanyaan dapat di analisis dengan cara: pengodean kata, identifikasi tema, mengambil cuplikan, meringkas dan membuat kesimpulan
7
Menemukan dokumen
Yang perlu dilakukan pada step 7: Menguji hasil secara seksama dan objektif. Membuat simpulan berdasarkan data. Membuktikan hasil berkorelasi dengan program.
8
Distribusi informasi
Menginformasikan hasil kepada stakeholder yang relevan Menginformasikan metode-metode yang sesuai dengan target sasaran Pilihan bentuk diseminasi hasil evaluasi program: laporan, artikel jurnal, konferensi, koran, presentasi, brosur, TV, executive summary, dan posting di website.
9
Feedback perbaikan program
Hasil evaluasi bisa menunjukkan area dimana perbaikan dibutuhkan Penggunaan temuan evaluasi untuk perbaikan suatu program dengan melakukan: penyesuaian, menguji atau merevisi strategi program, merubah program atau metodologi, menambah waktu program. Menggunakan hasil sebagai kebutuhan penilaian bagi upaya-upaya masa depan
Pada bagian tiga (analisis data), dibahas metode bagi analisis data, dan penggunaan metode untuk data kualitatif, tes-tes statistik, analisis efektivitas biaya dan manfaat biaya, serta meta analisis dan sintesis evaluasi. Dalam bagian empat (kegunaan evaluasi), dijelaskan metode-metode untuk memperoleh hasil evaluasi. Disampaikan pula teknik menghindari pitfalls evaluasi, pengembangan opsi dan rekomendasi bagi kebijakan dan
36
Buletin Vol. 10/No. 2/Agustus/2013
PUSPENDIK
Khazanah
perubahan program, pelaporan temuan secara persuasif, kontrak bagi evaluation, penyelesaian tantangan birokrasi dan politik untuk penggunaan temuan evaluasi.
Simpulan 1. Program adalah sekumpulan sumberdaya dan kegiatan yang dikelola untuk mencapai tujuan yang berada di bawah seorang manajer atau tim manajemen. 2. Dalam memilih program untuk evaluasi perlu menjawab lima pertanyaan dasar berikut bilamana suatu program perlu dilakukan evaluasi atau monitoring: (a) apakah hasil evaluasi mempengaruhi keputusan suatu program, (b) apakah evaluasi bisa dilakukan tepat waktu dan bermanfaat, (c) apakah suatu program cukup signifikan bagi evaluasi jasa, (d) apakah kinerja suatu program dipandang memiliki problematis, dan (e) apakah program itu dalam perkembangan. 3. Memilih tipe evaluasi ditentukan oleh karakteristik dan tujuan suatu program. Formative
----
Summative
Ongoing
----
One shot
Objective observers
----
Participatory
Goal based
----
Goal free
Quantitative
----
Qualitative
Problem orientation
----
Non problem
4. Bagusnya temuan, simpulan, dan rekomendasi suatu pelaksanaan program dan hasilnya tergantung pada keputusan temuan yang baik terkait dengan pengukuran evaluasi dan desain. Berikut adalah grafik yang menggambarkan aliran atau tahapan kredibilitas yang ditunjang oleh metodologi yang kuat yang dijamin oleh keputusan bijaksana tentang pengukuran dan desain.
Pustaka Acuan Friedman, A.L. and Miles, S. (2006). Stakeholders: Theory and Practice. Oxford: University Press. Osborne, D. dan Gaebler, T. (2005). Mewirausahaan Birokrasi, Reinventing Government, Menstransformasi Semangat Wirausaha ke dalam Sektor Publik. Jakarta: Penerbit PPM. Stufflebeam, D. L., & Shinkfield, A. J. (1985). Systematic evaluation. Boston: Kluwer-Nijhoff Publishing. Wholley, J. S., Hatry, H.P. & Newcomer, K.E. (2010). The Handbook of Practical Program Evaluation. San Francisco: John Wiley & Sons. Inc.
PUSPENDIK
Buletin Vol. 10/No. 2/Agustus/2013
37
Profil
Mengenal GREEN SCHOOL di SMPN 2 Maros Sulawesi Selatan Oleh: Lilis Windiarti Profil sekolah yang memiliki konsep ramah lingkungan (green school) dengan beberapa prestasi akademik, serta kreativitas kerjasama dengan sekolah di luar negeri, disajikan sebagai pengenalan inspiratif yang dilanjutkan dengan wawancara khusus tentang pelaksanaan program Local Examinatin Agency (disajikan pada edisi Desember 2013) yang pernah diinisiasi oleh Puspendik di wilayah Maros ini. SMP Negeri 2 Maros berlokasi tidak jauh dari Bandara Sultan Hasanuddin Makassar Sulawesi Selatan, dipimpin oleh Andi Anshar, S.Pd., M.M., seorang kepala sekolah yang berprestasi di tingkat Kabupaten Maros. Beberapa penghargaan di tingkat kabupaten sudah diperolehnya diantaranya Tokoh Koperasi Tingkat Kabupaten, Tokoh Pendidik Tingkat Kabupaten, dan Kepala Sekolah Berprestasi Tingkat Kabupaten.
38
Buletin Vol. 10/No. 2/Agustus/2013
Sekolah ini didukung oleh 53 orang guru (44 orang berlatar belakang pendidikan S1 dan 9 orang S2), dengan latar belakang pendidikan yang sesuai dengan bidang studi yang diampunya, sekolah ini mampu menjadikan siswanya berprestasi. Sekolah ini memiliki 587 peserta didik yang terdiri dari 13 rombel kelas VII, 6 rombel kelas VIII, 6 rombel kelas IX, dan 2 rombel kelas akselerasi. Jumlah peserta didik per kelas antara 21 s.d. 23 orang. Dengan jumlah antara 21 s.d. 23 peserta didik per kelas guru dapat memberikan perhatian yang lebih kepada peserta didiknya dalam proses belajar mengajar. Banyak prestasi peserta didik yang telah dicapai dalam 3 tahun terakhir baik di tingkat kabupaten, provinsi, bahkan di ajang internasional yaitu: Juara 3 International Science Competition di Malaysia tahun 2012, Juara 3 Desain batik O2SN tingkat provinsi, Juara
PUSPENDIK
Profil Sekolah ini juga sebagai pilot project penerapan kurikulum 2013, untuk kelas VII. Para guru pada umumnya antusias untuk memahami kurikulum 2013, akan tetapi mereka masih menemui kesulitan bagaimana merancang metode pembelajaran yang sesuai dengan yang diamanahkan oleh kurikulum 2013. Kendala dalam penerapan kurikulum 2013 adalah jumlah buku paket yang tidak sesuai dengan jumlah siswa, hanya tersedia 77 buku dari 317 siswa di setiap mata pelajaran dan kurangnya pemahaman guru tentang kurikulum 2013. Pembuatan Biopori
3 KIR tingkat provinsi, Juara 1 lomba cipta cerpen tingkat provinsi, juara 1 lomba cipta puisi tingkat provinsi, dan masih banyak lagi prestasi yang dicapai oleh peserta didik. Dengan luas lahan 15.195 meter persegi, dan sarana yang lengkap baik laboratorium, perpustakaan, serta mushola yang megah untuk beribadah warga sekolah, sekolah ini menjadi sekolah yang sangat nyaman untuk kegiatan belajar mengajar. Lingkungan sekolah yang luas, memiliki green house, sawah sekolah, kebun sekolah, hutan sekolah, galeri daur ulang, workshop daur ulang, menara air, wajar bila sekolah ini pada tahun 2012 mendapatkan penghargaan Adiwiyata Mandiri dari Kementerian Lingkungan Hidup. SMP ini juga menjalin kerjasama dengan salah satu sekolah di Malaysia yaitu SMK Lembah Binong Trengganu, kerjasama di bidang kebudayaan, peningkatan kemampuan Bahasa Inggris, pertukaran pelajar dan guru, serta school sister. Tentu saja kerjasama ini memberikan dampak positif bagi peningkatan kompetensi guru maupun peserta didik.
PUSPENDIK
Untuk rata-rata hasil Ujian Nasional SMPN 2 Maros tahun ini turun, akan tetapi dilihat dari peringkat naik menjadi peringkat 2 di Kabupaten Maros. Para guru di SMPN 2 Maros menyadari, bagaimanapun UN tetap menjadi bahan pertimbangan bagi guru dalam memperbaiki strategi pembelajaran, selain itu UN juga memberikan motivasi kepada guru matapelajaran yang di-UN-kan untuk lebih meningkatkan kompetensinya. Bagi peserta didik, dengan adanya UN mereka dapat mengukur kemampuan mereka dengan ujian yang berstandar nasional, sehingga mereka dapat membandingkan kemampuan yang dimiliki dengan siswa lain di seluruh Indonesia.
Buletin Vol. 10/No. 2/Agustus/2013
39
Profil
PENERAPAN KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL MELALUI KONSEP CATUR PILAR di SMAN 2 SEMARAPURA - BALI Oleh Fahmi Tidak ada jalan yang lunak untuk mencapai tujuan mulia. Prestasi SMAN 2 Semarapura tidak bisa dilepaskan dari peran semua komponen sekolah. Sejak tanggal 1 Agustus 2001 Drs. I Gusti Lanang Made Puji M.Pd dengan panggilan akrabnya Pak Lanang memimpin SMAN 2 Semarapura telah menerapkanKepemimpinan Transformasional melalui konsep catur pilar. Adapun yang melatarbelakangi diterapkannya kepemimpinan Transformasional dengan konsep Catur Pilar adalah: Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dapat berkembang
40
Buletin Vol. 10/No. 2/Agustus/2013
hanya melalui kemajuan dibidang pendidikan, yang selanjutnya merupakan alat untuk meraih predikat kemajuan. Menyadari pentingnya pendidikan , maka pemerintah telah dan terus berupaya mewujudkan usaha pembangunan pendidikan yang lebih bermutu melalui: (1). pengembangan dan perbaikan kurikulum dan sistem evaluasi; (2). perbaikan sarana dan prasarana pendidikan; (3). pengembangan dan pengadaan materi ajar; serta, (4). pelatihan bagi guru dan tenaga kependidikan lainnya.
PUSPENDIK
Profil Namun dalam kenyataannya upaya pemerintah tersebut belum cukup berarati dalam meningkatkan mutu Pendidikan. Dengan kata lain meskipun sekolah telah memiliki seluruh komponen seperti siswa, guru(pelaku kurikulum) tata usaha, laboratorium, pustakawan, teknisi, kurikulum dan buku paket, sarana/prasarana, kegiatan belajar mengajar, komite sekolah, belum menjamin mutu Pendidikan sekolah dapat ditingkatkan, jika seluruh komponen sekolah tersebut tidak dikelola dengan baik. Untuk itu adapun strategi yang Pak Lanang lakukan dalam mengelola sekolah adalah konsep Catur Pilar pada SMAN 2 Semarapura yang terdiri dari : 1. pengelolaan sumber daya manusia, 2. pengelolaan potensi sekolah, 3. melaksanakan model kerja kemitraan dan 4. menerapkan manajemen partsipatif dengan melibatkan seluruh warga sekolah dan masyarakat khususnya orang tua murid. Kepemimpinan Transformasional sebagai gaya kepemimipinan yang mengutamakan pemberian kesempatan, dan atau menorong semua unsure yang ada dalam sekolah untuk bekerja atas dasar sistem nilai (values system) yang luhur, sehingga semua unsure yang ada di sekolah ( guru, siswa , pegawai, orang tua, masyarakat dsb) bersedia, tanpa paksaan, berpartisifasi secara optimal dalam mencapai tujuan ideal sekolah. Menurut Pak Lanang, dengan Catur Pilar tersebut kondisi sekolah lebih kondusif dan berbagai prestasi baik akademis maupun non akademis dapat
PUSPENDIK
diraih antara lain; 1. Adanya peningkatan perolehan NIlai Ujian Akhir Nasional,bahkan dalam 3 tahun terakhir siswa Program Bahasa berturut-turut memperoleh nilai UN tertinggi di Provinsi Bali, baik katagori perorangan maupun sekolah, sedangkan program IPA baru meraih peringkat 5 di Provinsi Bali. 2. Setiap tahun siswa SMA2 selalu mendominasi dalam olimpiade sain kabupten bahkan utk tahun ini dari 27 medali yang diperebutkan siswa SMA2 memperoleh 17 Medali . 3. Disamping adanya peningkatan prestasi akademik ada juga prestasi non akademik yang diraih sekolah antara lain JUARA I Lomba Wawasan Wiyata Mandala Tingkat Provinsi Bali, Juara I Lomba Kebersihan dan Kerindangan Sekolah Tingkat Provinsi Bali , Juara I Lomba UKS Tingkat Provinsi Bali.Juara Umum Porsenijar Bidang Seni tingkat Kabupaten, Juara Umum Saka Wira Kartika Tingkat Provinsi Bali tahun 2010. Dalam bidang seni dan olah raga telah meraih medali emas atas nama Luh Karini untuk olimpiade olahraga siswa nasional (O2SN) bidang atletik yang tempatnya di Kalimantan Timur. tahun 2013. dan dalam lomba FLS2N sebanyak 2 orang siswa yang lolos bidang kriya putra atas nama Putu Rio Ardaputra dan bidang kriya putri atas nama Luh Made Trisnadewi Prabayanti telah masuk 10 besar nasional dalam event
Buletin Vol. 10/No. 2/Agustus/2013
41
Profil
tersebut di Medan tahun 2013. Menurut Pak Lanang Prestasi sekolah baik akademis maupun non akademis sangat banyak semenjak diterapkannya kepemimpinan tranformasional dengan catur pilarnya.Disamping itu keberhasilan Pak Lanang dalam bidang Benchmarking Networking mampu mendatangkan para pengajar di SMA Negeri 2 Semarapura tidak hanya berasal dari Indonesia , tapi juga ada guru-guru asing yang mengajarkan bahasa inggris. Mereka berasal dari Yayasan Pendidikan Cahaya Anak Bali yang diprbantukan di SMAN 2 Semarapura. Yayasan ini sejatinya bernama Travel to Teach, organisasi relawan Internasional asal Jerman. Organisasi ini memberikan kesempatan bagi para sukarelawan social untuk melakukan pekerjaan sukarela di berbagai Negara dunia, termasuk Indonesia, khususnya di Bali. Bidang pekerjaanya antara lain, mengajar bahasa Inggris, memberdayakan kelompok perempuan dan sebagainya. Namun, karena ada persoalan kendala birokrasi dengan statusnya sebagai Yayasan Asing, akhirnya Travel to Teach membentuk yayasan baru di Bali, dengan nama Yayasan Pendidikan Cahaya Anak Bali. Melalui Yayasan itulah, lanjut pak lanang, mereka memberikan bantuan kepada SMAN 2 Semarapura, berupa tenaga pendidik “ Setiap enam bulan sekali, lima guru secara bergantian datang ke SMA Negeri 2 Semarapura, ungkap lanang puji. “ Mereka membantu meningkatkan kemampuan guru dan siswa dalam berbahasa Inggris” sambungnya.
konsumsi, maupun uang transportasi, pihak sekolah tidak pernah diminta seperakpun,” ujar Lanang Puji. Di samping mengajar siswa, para guru asing itu juga turut membantu guru-guru SMAN 2 Semarapura dalam meningkatkan kemampuan bahasa Inggris. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan kompetensi guru. “Dulu kami juga mengadakan pelatihan bahasa Inggris untuk guru. Sekarang dengan adanya guru guru asing itu, guru kami bisa lebih mengasah kemampuan berbahasa Inggris mereka langsung dengan orang asing” jelas Lanang Puji.” Terbukti dengan adanya serangakaian pelatihan dan tes itu, kemampuan bahasa Inggris guru SMAN 2 Semarapura semakin meningkat” Rata-rata TOEFL guru kami itu awalnya hanya 270 meningkat menjadi di atas 350 bahkan ada yang sampai 600 .“ Kalau saya baru 470 tambahnya sambil tersenyum. Filosofi Penerapan model kepemimpinan Transformasional melalui konsep Catur Pilar terbukti mampu meningkatkan mutu penyelenggaraan pendidikan serta mutu pendidikan di SMA Negeri 2 Semarapura, hal ini dapat dilihat dari berbagai prestasi baik akademis maupun non akademis yang telah diraih oleh SMAN 2 Semarapura.” Filosofinya hampir semua orang akan lebih berminat dan mereka merasa bangga melaksanakan pekerjaannya apabila mereka diikutsertakan dalam proses pemecahan masalah yang berhubungan dengan pekerjaan mereka”
Di sana guru-guru asing itu tinggal di Guest House SMAN 2 Semarapura. Mereka mengajar sukarela, tanpa di bayar sepeserpun. “ Baik itu uang
42
Buletin Vol. 10/No. 2/Agustus/2013
PUSPENDIK
PUSPENDIK
Buletin Vol. 10/No. 2/Agustus/2013
43
44
Buletin Vol. 10/No. 2/Agustus/2013
PUSPENDIK