BAB V INDIKASI PERMASALAHAN DAN OPSI PENGEMBANGAN SANITASI
5.1 Area Berisiko Tinggi dan Permasalahan Utamanya Area berisiko sanitasi yaitu daerah yang terjadinya penurunan kualitas hidup, kesehatan, bangunan dan atau lingkungan akibat rendahnya akses terhadap layanan sektor sanitasi dan perilaku hidup bersih dan sehat. Tujuan penetapan resiko sanitasi adalah : -
Memetakan area-area yang memiliki resiko sanitasi
-
Mengklasifikasi
area
berdasarkan
tingkat
resiko
kesehatan
lingkungan -
Unit area : Kecamatan, desa
Proses penetapan area berisiko yaitu dengan : 1. Pengumpulan data yang berasal dari - data sekunder dan primer Data sekunder dalam pengumpulan data penetapan area berisiko yaitu :
kepadatan penduduk (populasi, luas area)
cakupan pelayanan air minum, jumlah KK miskin
jumlah jamban
jumlah sampah terangkut
luas genangan
% wilayah terbangun.
156 Buku Putih Sanitasi (BPS)Kabupaten Aceh Tenggara 2011
PPSP Aceh Tenggara
Data primer persepsi SKPK dalam pengumpulan data penetapan area berisiko yaitu :
Persepsi SKPK termasuk didalamnya mempertimbangkan fungsi tata ruang (urban function) dimasa mendatang
SKPK yang terlibat dalam memberikan skor harus disepakati bersama
Berikan waktu 1 minggu untuk mengisi tabel yang disediakan
Data primer hasil studi EHRA dalam pengumpulan data penetapan area berisiko yaitu :
Faktor risiko (per desa/Kecamatan) 1. Air tercemar 2. Kelangkaan air 3. Pencemaran oleh tangki septik > 5 thn atau tak pernah disedot 4. Pencemaran karena pembuangan isi tangki septik 5. Pencemaran sampah 6. Rendahnya perilaku „cuci tangan pakai sabun (CTPS)‟ di saat 5 waktu penting 7. Rendahnya perilaku menjaga kebersihan toilet
2. Analisis data yang berupa : - Indikator sebagai variabel - Skoring dan pembobotan - Analisa frekuensi, mean weighted, diskusi kelompok - Alternatif skenario.
157 Buku Putih Sanitasi (BPS)Kabupaten Aceh Tenggara 2011
PPSP Aceh Tenggara
3. Penentuan area berisiko dengan cara : -
Sandingkan seluruh hasil pemberian skor (data sekunder, EHRA, persepsi SKPD)
-
Diskusi dan sepakati cara menetapkan skor akhir
-
Lakukan observasi lapangan untuk mengechek hasil kesepakatan
-
Sepakati hasil akhir
-
Gambarkan dalam peta dan deskripsikan alasan pemilihan areaarea berisiko tersebut.
Berikut daerah area berisiko Kabupaten Aceh Tenggara dapat dilihat pada tabel 5.1. Tabel 5.1. Daerah Area Berisiko Kabupaten Aceh Tenggara
Penentuan daerah area berisiko Kabupaten Aceh Tenggara dengan cara menyandingkan seluruh hasil pemberian skor (data sekunder, EHRA, persepsi SKPD). Tetapi tidak semua Kecamatan di Kabupaten Aceh Tenggara dinilai penetapan area berisikonya dengan studi EHRA, hal tersebut dikarenakan tidak seluruh Kecamatan yang di ambil sebagai sample. Kecamatan yang termasuk dilakukan studi EHRA
158 Buku Putih Sanitasi (BPS)Kabupaten Aceh Tenggara 2011
PPSP Aceh Tenggara
antaralain : Kecamatan Tanoh Alas, Lawe Sigala, Semadam, Bambel, Bukit Tusam, Lawe Sumur, Babussalam, Lawe Bulan, Badar, dan Darul Hasanah. Hasil kesepakatan sebagaimana terlihat pada Tabel 5.1., menetapkan 6 (enam) Kecamatan yang mempunyai resiko tinggi antaralain : Kecamatan Lawe Sigala-gala, Semadam, Lawe Sumur, Babussalam, Lawe Bulan, dan Leuser. Berikut peta penetapan area berisiko Kabupaten Aceh Tenggara. Peta 5.1. Peta Penetapan Area Berisiko Kabupaten Aceh Tenggara
5.2 Kajian dan Opsi Partisipasi Masyarakat dan Jender di Area Prioritas Pemberdayaan pada dasarnya merupakan suatu proses yang dijalankan dengan kesadaran dan partisipasi penuh dari para pihak untuk
159 Buku Putih Sanitasi (BPS)Kabupaten Aceh Tenggara 2011
PPSP Aceh Tenggara
meningkatkan
kapasitas
dan
kapabilitas
masyarakat
sebagai
sumberdaya pembangunan agar : 1. Mampu
mengenali
permasalahan
yang
dihadapi
dalam
mengembangkan dan menolong diri dan keluarganya menuju keadaan yang lebih baik 2. Mampu mengenali, menggali dan memanfaatkan sumber daya yang tersedia untuk kepentingan diri dan kelompoknya 3. Mampu mengeksistensikan diri dan kehendaknya secara jelas dan mandapatkan manfaat dari padanya. Masyarakat disuatu wilayah baik kelurahan maupun
desa
mempunyai posisi penting dalam pengelolaan sanitasi namun sebagian besar partisipasi mereka belum mendapat perhatian yang merata dari pemerintah. Pembangunan sanitasi seringkali mengabaikan kepentingan kalangan masyarakat berpenghasilan rendah (miskin). Demikian juga dengan aspek kesetaraan jender. Kita seringkali tidak memasukkan aspek ini dalam proses pengambilan keputusan. Pengabaian aspek jender dalam perencanaan, implementasi, dan pengawasan/pemantauan pembangunan fasilitas sanitasi seringkali menimbulkan ketimpangan penyediaan layanan bagi kelompok perempuan. Oleh karena itu perlu dilakukan studi mengenai partisipasi masyarakat dan peranan gender dalam pengelolaan sanitasi baik dalam skala Kabupaten maupun sakala nasional. Pemberdayaan Masyarakat dengan pelibatan Gender dan Kemiskinan (PMJK) adalah penilaian
160 Buku Putih Sanitasi (BPS)Kabupaten Aceh Tenggara 2011
PPSP Aceh Tenggara
tentang kondisi sanitasi masyarakat yang tanggap terhadap kebutuhan (Demand Responsive Approach) dan dilakukan dengan menggunakan pendekatan partisipatif yang mengadopsi alat partisipatif untuk semua tingkatan yang juga memperkenalkan pentingnya aspek gender dan keberpihakan pada kaum miskin serta memberikan analisa yang holistik dalam hubungannya dengan faktor-faktor yang ada ditingkat masyarakat. Studi
ini
melibatkan
masyarakat
sebagai
subyek
secara
langsung dan partisipatif akan sangat berguna dalam menyusun strategi pembangunan sistem sanitasi. Untuk mendapatkan sebuah penilaian yang kredibel di butuhkan data informasi yang valid pula. Untuk itu perlu berbagai sumber data melalui survey dan observasi langsung yang terencana dan komperensif terhadap kondisi
partisipasi masyarakat
dan gender serta kemiskinan dalam penanganan sistem sanitasi di Kabupaten serta prospek pengembangannya dimasa depan. Masyarakat diharapkan mampu mengenali pengolahan sanitasi rumah tangga dan lingkungan mereka, merencanakan kegiatan, melaksanakan kerja sama dengan berbagai pihak serta melakukan evaluasi dan pengembangan kegiatan program kegiatan secara mandiri. Studi tentang Partisipasi Masyarakat, Jender dan Kemiskinan (PMJK) dilakukan dengan tujuan untuk memberikan gambaran tentang program/proyek/layanan apa yang sudah terkait sanitasi dan higiene dengan pelibatan jender dan kemiskinan oleh: a. Dinas-dinas, program dan layanan yang ada
161 Buku Putih Sanitasi (BPS)Kabupaten Aceh Tenggara 2011
PPSP Aceh Tenggara
b. LSM lokal c.
Desa, Kecamatan dan kelompok masyarakat (misalnya kegiatan atas inisiatif masyarkat sendiri, dan
d. Sektor swasta baik formal maupun informal. Sedangkan manfaat studi PMJK untuk Program Pembangunan Sanitasi adalah : a. Terjadinya peningkatan kesadaran masyarakat, tokoh masyarakat dan pemerintah kota baik laki-laki dan perempuan mengetahui kondisi dan seriusnya masalah sanitasi dan kebersihan b. Munculnya kebutuhan masyarakat, laki-laki dan perempuan, kaya dan miskin yang diserta dengan kemauan untuk berkontribusi dalam pelaksanaan program sanitasi c.
Teridentifikasinya desa yang berpotensi untuk pelaksanaan program sanitasi yang berkelanjutan yang berbasis masyarakat
d. Hasil survey digunakan Buku
Putih
Sanitasi
sebagai salah satu bahan penyusunan Kabupaten
dan
Penyusunan
Strategi
Sanitasi ahli
dibidang
Kabupaten. Metode yang digunakan dalam studi PMJK yaitu: a. Pembentukan
Tim Pelaksana
Penilaian
PMJK dan aspek higiene dari anggota Pokja Kabupaten b. Tim menentukan
kriteria
penilaian Inventarisasi Daftar Panjang
proyek/program/layanan yang berbasis
masyarakat yang
telah
dilakukan oleh kota, LSM, CBO (Community-based Organization)
162 Buku Putih Sanitasi (BPS)Kabupaten Aceh Tenggara 2011
PPSP Aceh Tenggara
dan masyarakat untuk sub sektor air limbah, sampah, drainase, sanitasi sekolah dan promosi higiene c.
Tim menyusun Daftar Pendek dengan memilih masing-masing 1 proyek/program/layanan
terbaik
dan
yang
dianggap
tidak
berhasil/gagal dari tiap sub sektor d. Tim melakukan kunjungan lapangan ke lokasi dari Daftar Pendek identifikasi apa yang
dilakukan oleh perempuan dan
laki-laki,
dimana, dengan cara apa dan apa pengaruh umumnya melalui observasi
transectwalk,
wawancara
semi
struktural,
FGD,
dokumentasi foto dan video e. Menganalisa pelaksanaan
data
hasil
dengan
memperhatikan
bagaimana
PMJK dan aspek higiene, tingkat keberhasilan dan
keberlanjutan, serta dianalisa pula sumber daya manusia dan keuangan yang ada f.
Hasil analisa dibahas dalam rapat Pokja untuk meminta konsensus untuk rencana replikasi atau scaling up di lokasi lainnya dalam skala kota. Dari hasil analisa studi akan diketahui kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan yang ada, serta potensial strategi untuk
mengatasi
masalah
terkait
PMJK
dalam
berbagai
proyek/program/layanan sanitasi g. Selanjutnya menuliskan hasil analisa sebagai bagian dalam Buku Putih mengenai PMJK dan Aspek Higiene yang membahas: Dasar pemikiran mengapa proyek dan layanan sanitasi berbasis
163 Buku Putih Sanitasi (BPS)Kabupaten Aceh Tenggara 2011
PPSP Aceh Tenggara
masyarakat
dikaji
dan
dianalisis
terkait
tingkat-tingkat
pemberdayaan masyarakat dan pelibatan aspek jender dan kemiskinan
apa
yang
diberikan
pada
Kabupaten
dan
masyarakatnya Prinsip-prinsip PMJK Penjelasan mengenai pendekatan yang ada dalam berbagai bentuk sistim sanitasi (setempat, terpusat, dengan populasi sementara dll), disertai contoh praktek terbaik dan kegagalan terkait kesetaraan dan keberlanjutan Sumber daya manusia dan keuangan serta kemampuan/potensi untuk direplikasi dan perluasan layanan Implikasi utama dan pembelajaran yang dapat ditarik untuk sanitasi skala kota layanan sanitasi berbasis masyarakat dengan PMJK termasuk aspek higiene. Dari hasil observasi dan survey PMJK di wilayah Desa yang termasuk area yang beresiko tinggi yang melibatkan masyarakat dapat diperoleh hasil yang tercantum pada Tabel 5.2 hasil analisa data dapat digunakan dalam penyusunan SSK dan rencana tindakan untuk Desa tersebut oleh pokja Kabupaten Aceh Tenggara. Tabel 5.2. Hasil Temuan dan Analisa survey PMJK pada Area Beresiko
1 1.
Topik Tingkat Keberhasilan Pembangunan
Temuan dan Analisa 1. Bantuan ke masyarakat yang berhubungan dengan sanitasi seperti progran PNPM-Mandiri dan P2DTK. 2. Pada umumnya masyarakat (laki-laki
164 Buku Putih Sanitasi (BPS)Kabupaten Aceh Tenggara 2011
PPSP Aceh Tenggara
2.
Kemauan berpartisipasi
1.
2.
3.
3.
Siapa yang melakukan
1.
dan perempuan) sudah ada terlibat dalam pelaksanaan pembangunan program ini karena program ini bernuansa pemberdayaan masyarakat. Partisipasi masyarakat dilibatkan dari awal kegiatan sampai pada proses pelaksanaan Masyarakat sudah berkontribusi dalam bentuk tenaga kerja, material, dan uang tunai. Kontribusi masyarakat tetap diikutsertakan bahkan sampai ke tahap pengelolaan dengan pembentukan kelompok masyarakat. Pekerjaan yang berhubungan dengan hal-hal teknis masih didominasi dan dilakukan oleh laki-laki, sedangkan perempuan mengerjakan pekerjaan domestik/rumah tangga seperti dalam mengurus masalah keuangan Sudah ada pembagian tugas dan bertukar peran antara laki-laki dan perempuan untuk banyak jenis pekerjaan/kegiatan di rumah tangga yang dilakukan bersama oleh laki-laki dan perempuan. Pembagian tugas tetap ada walaupun fungsi laki-laki lebih dominan dalam perencanaan dan pembangunan fisik sanitasi.
Pengambil keputusan dalam penentuan besaran dana untuk perbaikan sarana sanitasi yang rusak di rumah tangga yaitu kepala keluarga. Permasalahan yang terjadi selama ini adalah rendahnya partisipasi dan terbatasnya akses perempuan untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan, baik dalam keluarga maupun masyarakat. Masalah lainnya adalah kesenjangan partisipasi politik kaum perempuan yang bersumber dari ketimpangan struktur sosio-kultural masyarakat. Hal ini tercermin dari terbatasnya akses sebagian besar perempuan terhadap
165 Buku Putih Sanitasi (BPS)Kabupaten Aceh Tenggara 2011
PPSP Aceh Tenggara
layanan kesehatan yang baik, pendidikan yang lebih tinggi, dan keterlibatan dalam kegiatan publik yang luas. Besaran
pengeluaran
keluarga
untuk air
minum,
layanan
pengangkutan sampah dan penyedotan tangki septik di Kabupaten Aceh Tenggara tidak jauh berbeda dengan daerah lainnya. Berikut besaran pengeluaran keluarga untuk air minum, layanan pengangkutan sampah dan penyedotan tanki septik : Tabel 5.3. Besaran Pengeluaran Keluarga untuk air minum, pengangkutan sampah dan Penyedotan tanki septik
Indikasi
Satuan
Air minum Pengangkutan sampah Penyedotan tanki septic
Galon Perbulan Komersial Non komersial
Besaran biaya Rp Rp Rp Rp
5,000 10,000 40,000 25,000
Perilaku hygiene di masyarakat khususnya pada keluarga salah satunya adalah kebiasaan Ibu membuang pampers pada tempat yang tepat. Menurut hasil EHRA masyarakat lebih memilih membuang pampers balita pada tempat sampah. Hal tersebut dapat diliat pada tabel berikut :
Grafik 5.1. Persentase tempat pembuangan bekas pampers
166 Buku Putih Sanitasi (BPS)Kabupaten Aceh Tenggara 2011
PPSP Aceh Tenggara
Peran laki-laki dan perempuan dalam pengelolaan sarana sanitasi dan promosi higiene di rumah tangga dan lingkungan masyarakat yaitu dengan
pemakaian
sabun
bagi
keluarga.
Berikut
Grafik
5.2.
menggambarkan fungsi sabun bagi keluarga berdasarkan hasil EHRA :
Grafik 5.2. Kegunaan Sabun bagi keluarga
Seperti halnya perilaku buang air besar sembarangan, perilaku cuci tangan, terlebih cuci tangan pakai sabun merupakan sasaran penting dalam promosi kesehatan, khususnya terkait perilaku hidup bersih dan sehat. Hal ini disebabkan perilaku tersebut masih sangat rendah, dimana baru : Hanya 28.2% ibu-ibu yang mencuci tangan pakai sabun setelah membersihkan tinja bayi dan balita, Hanya sekitar 40% ibu-ibu mencuci tangan setelah buang air besar, Hanya 46.8% ibu-ibu cuci tangan pakai sabun sebelum makan, baru 23.4% ibu-ibu cuci tangan setelah makan.
167 Buku Putih Sanitasi (BPS)Kabupaten Aceh Tenggara 2011
PPSP Aceh Tenggara
Dengan perilaku cuci tangan yang benar, yaitu pakai sabun dan menggunakan air bersih yang mengalir akan dapat menurunkan kejadian diare sampai 45%. Peran kader kesehatan, atau kelompok masyarakat desa yang berkesadaran untuk memajukan dan meningkatkan derajat kesehatan mempunyai peran yang sangat penting dalam promosi perilaku cuci tangan pakai sabun, diantaranya adalah : a. Memanfaatkan setiap kesempatan di desa untuk memberikan penyuluhan tentang pentingnya CTPS b. Mengadakan kegiatan yang sifatnya “suatu gerakan” cuci tangan pakai sabun sehingga dapat menarik perhatian masyarakat, seperti pada hari besar kesehatan, pesta desa, dll. 5.3 Komunikasi Untuk Peningkatan Kepedulian Sanitasi Hasil Pemetaan Media : Walau tidak rutin, masyarakat secara umum masih sering membaca mendapatkan informasi dari pengumuman atau koran yang dipasang pada papan pengumumam di lokasi tempat tinggal mereka. Selain itu pengajian dan pertemuan warga sering digunakan untuk berbagai penyeluhan. Hanya saja, dibanding kaum pria, ibu-ibu lebih sering hadir pada kegiatan ini. Saat ini yang telah menggunakan kegiatan ini adalah Dinas Kesehatan, Badan Lingkungan Hidup dan Kebersihan dan Humas.
168 Buku Putih Sanitasi (BPS)Kabupaten Aceh Tenggara 2011
PPSP Aceh Tenggara
Sebagian besar warga (terutama ibu-ibu) mengaku sering mendapat informasi tentang sanitasi (air limbah/tinja, sampah, drainase lingkungan) dari kader posyandu saja. Selain itu warga mengaku kadang melihat beberapa poster dan spanduk serta selebaran, walau tidak terlalu mengerti isinya. Pada level pemerintahan, beberapa forum (seperti forum SKPK) dan rapat koordinasi sering mengangkat isu lingkungan dan kesehatan daerah secara umum. Selain itu berbagai perayaan, upacara adat, peringatan hari-hari besar serta even publik (seperti peringatan hari jadi Kabupaten) sering digelar oleh pemerintah Kabupaten. komunikasi melalui media
elektronik
terlebih
internet
sangat
membantu kita untuk berkomunikasi dengan orang lain dari media ini kita juga bias memperoleh berita atau informasi secara cepat dan mudah tentang sanitasi khususnya. Di Kabupaten Aceh Tenggara komunikasi tentang sanitasi yang sudah dipublikasikan melalui website
Kabupaten
Aceh
Tenggara
dengan
alamat
www.acehtenggarakab.go.id. Peran serta media dalam mensosialisasikan sanitasi di Kabupaten Aceh Tenggara salah satunya menggunakan media koran Berita Agara yang merupakan salah satu koran daerah. Peran ini di harapkan dapat menjadi dukungan bersama antara pemerintah, swasta, masyarakat dan media. Seluruh media tentunya sangat berperan, tetapi keunggulan media elektronik adalah masyarakat
169 Buku Putih Sanitasi (BPS)Kabupaten Aceh Tenggara 2011
PPSP Aceh Tenggara
dapat interaktif pada acara–acara yang di sajikan mengenai sanitasi sehingga dapat merangkum segala masukan dari masyarakat tentang pelaksanaan di lapangan, maupun kendala–kendala yang dihadapi ataupun keberhasilan yang telah dicapai. Untuk media cetak lebih kepada memberi info satu arah dan juga terkendala masalah minat baca yang rendah pada masyarakat Kabupaten Aceh Tenggara. Televisi merupakan sumber informasi paling utama bagi masyarakat umum setelah surat kabar dan radio. Bagi para staf pemerintahan mereka juga secara berkala mendapatkan informasi dari koran dan radio, Walau TV merupakan sarana utama mendapatkan informasi, mereka hanya dapat mengakses siaran stasiun nasional tertentu, yakni RCTI, MetroTV, TransTV dan SCTV. Terdapat stasiun televisi lokal TV AGARA dengan jangkauan siaran hingga hampir seluruh wilayah Kabupaten Aceh Tenggara. Satu-satunya TV lokal ini menitik beratkan isinya pada berita-berita seputar berita pemerintahan (50%), pendidikan (30%) dan hiburan (20%). Stasiun televisi ini dikelola oleh humas yang difasilitasi oleh Pemerintah Daerah. Siaran TV lokal dan nasional yang paling disukai adalah sinetron, musik dan hiburan (73%). Hanya 20% yang menyukai siaran berita dan talkshow. Walau 40 % penduduk (khususnya wilayah urban) mempunyai radio mereka tidak mendengarkan radio secara rutin. Beberapa informasi
170 Buku Putih Sanitasi (BPS)Kabupaten Aceh Tenggara 2011
PPSP Aceh Tenggara
lewat radio dengan siaran hiburan didengarkan justru di tempattempat umum seperti beberapa gedung perkantoran, pasar rakyat, bis kota maupun pusat perbelanjaan. Sementara di wilayah pinggiran masih rutin mendengarkan siaran hiburan (dangdut) dari radio lokal. Selain radio dan televisi, mereka suka membaca koran daerah, terutama para pegawai kantor dan pedagang.
5.4 Keterlibatan Sektor Swasta Dalam Layanan Sanitasi Sektor
swasta
sebagai
keterlibatan
dalam
kegiatan
pengembangan layanan sanitasi sangatlah penting karena daerah tidak akan sanggup sendirian untuk mengembangkan dan mengelola layanan sanitasi diseluruh Kabupaten Aceh Tenggara. Demikian juga dengan masyarakat dan LSM yang ada di Daerah. Keterlibatan sektor swasta, baik formal maupun informal sangatlah dibutuhkan. Sektor swasta dapat dilibatkan dalam berbagai aspek layanan sanitasi seperti : membawa modal investasi, sektor swasta juga diharapkan dapat membawa teknologi yang lebih baik dan efisien. Layanan sanitasi akan dikembangkan sesuai standar kenyamanan, kesehatan, dan kualitas lingkungan. Hal ini dapat dapat terlihat jelas pada layanan sanitasi yang dikembangkan pihak pengembang (developer) swasta untuk kawasan permukiman yang dibangunnya. Pelibatan sektor swasta tidak hanya pelayanan pengelolaan air limbah domestik dan persampahan, tetapi juga di layanan drainase lingkungan. Sebagaimana
171 Buku Putih Sanitasi (BPS)Kabupaten Aceh Tenggara 2011
PPSP Aceh Tenggara
dijumpai di berbagai daerah, sebagai usaha layanan sanitasi malah sudah tumbuh dengan sendirinya tanpa ada upaya pelibatan dari pemerintah. Contoh klasiknya adalah usaha daur ulang sampah. Usaha tersebut menunjukkan bahwa sektor swasta informal juga dapat berperan banyak membantu pemerintah Kabupaten mengatasi permasalahan layanan sampahnya. Untuk memastikan pelibatan sektor swasta yang optimal, pemerintah Kabupaten Aceh Tenggara perlu menciptakan iklim yang kondusif (enabling environment) bagi dunia usaha. Beberapa dukungan Pemerintah Kabupaten yang biasanya harus diberikan kepada sektor swasta antara lain adalah : Dukungan teknis: untuk meningkatkan kinerja teknis layanan sanitasi swasta. Sebagai contoh, kerjasama truk-truk sampah dinas kebersihan untuk membawa sampah organik ke fasilitas pengkomposan swasta. Atau, kerjasama truk-truk tinja yang dimiliki Pemerintah Kabupaten untuk membuang muatan lumpur tunjanya ke IPLT swasta. Dukungan
pendanaan
:
khususnya
yang
menyangkut
bantuan
pemodalan, pemberian subsidi operasi, dan keringanan retribusi ke pemerintah. Dukungan kebijakan dan peraturan : khususnya kebijakan yang dapat meningkatkan penggunaan produk dan jasa layanan sanitasi dari sektor swasta. Sebagai contoh, kebijakan yang mewajibkan masyarakat untuk merawat septic tank-nya, memiliki sumur resapan, dan sebagainya.
172 Buku Putih Sanitasi (BPS)Kabupaten Aceh Tenggara 2011
PPSP Aceh Tenggara
Sektor swasta juga biasanya membutuhkan kebijakan persaingan usaha yang sehat, perijinan yang mudah, kepastian hukum berusaha, jaminan investasi, dan juga tarif yang menguntungkan mereka. Beberapa peran yang dapat dimainkan sektor swasta dalam bisnis layanan sanitasi antara lain adalah : Perencanaan dan pelaksana kontruksi fasilitas sanitasi Penyedia jasa layanan sanitasi : penyedotan septic tank, WC umum, pembersih saluran drainase, Kontraktor operasi dan pemeliharaan : misalnya kontrak pemeliharaan kebersihan jalan raya, transportasi sampah ke TPA, pengelolaan TPA, pengoperasian IPAL, Produsen alat dan bahan sanitasi : misalnya produsen truk sampah, septic tank paket, composter, pompa lumpur, incinerator, bahan kimia pembersih, Pengelola
limbah
:
misalnya
pengusaha
daur-ulang
sampah,
pengkomposan, pengolahan lumpur tinja. Baik sektor formal maupun sektor informal dapat berperan dalam bisnis layanan sanitasi. Persaingan di antara keduanya cukup ketat. Walau begitu, sektor formal dan sektor informal dapat juga bermitra di berapa bisnis layanan sanitasi. Sebagai contoh, di bisnis daur ulang sampah plastik di mana kedua sektor itu telah membentuk jaringan usaha yang mapan. Pemulung dan pengepul mewakili kehadiran sektor informal
173 Buku Putih Sanitasi (BPS)Kabupaten Aceh Tenggara 2011
PPSP Aceh Tenggara
dalam bisnis ini. Di sisi lain, pihak pencacah pelet plastik dan pihak pabrikan produk plastik mewakili kehadiran sektor formal. Peluang bisnis sanitasi tidak hanya dapat diperoleh dari pemerintah Kabupaten. Banyak juga peluang yang tersedia dari sektor swasta, misalnya dari pengembang perumahan, pengelola gedung, industri, dan sebagainya. Peluang bisnis sanitasi juga dapat diperoleh dari masyarakat.
Misalnya,
bisnis
penyedotan
tinja
yang
langsung
berhubungan dengan penghuni rumah yang septic tank-nya penuh.
174 Buku Putih Sanitasi (BPS)Kabupaten Aceh Tenggara 2011
PPSP Aceh Tenggara