Buku Putih Sanitasi Kota Makassar - 2011
POKJA AMPL
5. Indikasi Permasalahan Dan Opsi Pengembangan Sanitasi 5.1.
Area Beresiko Tinggi dan Permasalahan Utamanya
5.1.1. Study EHRA EHRA (Enveriommental Healt Risk Assessment) atau Penilaian Resiko Kesehatan lingkungan merupakan studi singkat dengan bertujuan untuk memahami kondisi fasilitas sanitasi dan perilaku-perilaku yang memiliki resiko pada kesehatan warga, Studi sanitasi yang diteliti mencakup : Kondisi kesehatan meliputi ; sistem penyedian air bersih, layanan pembuangan sampah, ketersedian jamban dan saluran pembuangan limbah. Prilaku dengan higenitas dan sanitasi meliputi ; cuci tangan pakai sabun, buang air besar, pembuangan kotoran anak dan pembuangan sampah. Dalam Pelaksanaan EHRA yang menjadi tanggung jawab serta pelaksana adalah Pokja AMPL Kota Makassar. Untuk kegiatan pelaksanaannya dimulai bulan Agustus 2011 dan Pokja Kota Makassar melibatkan pihak ke-tiga untuk merekrut kader-kader dari kelurahan yang diambil dari kader posyandu sebagai tenaga enumerator EHRA dengan pertimbangan antara lain : Kader-kader memiliki akses yang leluasa untuk dating kerumah-rumah dan diterima oleh RT/RW atau warga yang menghuni rumah.Pertimbangan ini terkait erat karesterstik responden yang merupakan ibu berusia 18-60 tahun dan juga pertanyaan-pertanyaan di dalam kuiseoner yang banyak menyangkut kesehatan pribadi, seperti BAB dan prilaku BAB. Kader umumnya sudah memahami wilayah kelurahan sehingga mempermudah pemilihan rumah yang dilakukan secara random Hasil EHRA ini di harapkan untuk memberikan kontrobusi bagi pengembangan Buku Putih dan Perencanan program-program sanitasi di tingkat kota. Serta mengamodasi variabelvariabel yang muncul dari kondisi kota di 143 kelurahan dan 14 kecamatan. 1.
Persampahan
Untuk bagian persampahan, studi yang dilakukan adalah menelusuri sejumlah aspek yang mencakup 1) cara pembuangan sampah utama di rumah tangga, 2) frekuensi & pendapat tentang ketepatan pengangkutan sampah bagi mereka yang mendapat layanan pengangkutan sampah, dan 3) praktik pemilahan sampah di tingkat rumah tangga. Cara pembuangan sampah yang dilakukan rumah tangga di kota Makassar cukup beragam, dan yang paling umum dilakukan rumah tangga di Makassar adalah dengan membuangnya ke TPS (47%) dan diangkut oleh petugas sebesar 40,9%. Detail dapat dilihat pada Tabel 5.1.
Bab 5 - Halaman 1
Buku Putih Sanitasi Kota Makassar - 2011
POKJA AMPL
Tabel 5.1 Cara Penanganan Sampah Menurut Hasil Survey No.
Cara Penanganan Sampah
Presentase
1.
Diangkut Petugas
40,9
2.
Ditimbun
1,4
3.
Dibuat Kompos
0,01
4.
Dibakar
6,1
5.
Dibuang ke selokan/kanal
1,2
6.
Dibuang sembarangan
1,8
7.
Dibuang ke TPS
47
8.
Lainnya
1,6
Sumber : Hasil Analisis EHRA 2011
Terkait dengan sampah, studi menjumpai sangat sedikit rumah tangga yang melakukan pemisahan sampah atau pembuatan kompos. Seperti terbaca pada tabel di atas hanya satu rumah tangga yang sudah melakukan pengomposan sekitar 0,01%. 2.
Air limbah Rumah Tangga (Domestik)
Praktik buang air besar dapat menjadi salah satu faktor risiko bagi tecemarnya lingkungan termasuk sumber air, khususnya bila praktik BAB itu dilakukan di tempat yang tidak memadai. Yang dimaksud dengan tempat yang tidak memadai bukan hanya tempat BAB di ruang terbuka seperti di sungai/kali/got/kebun, tetapi bisa juga termasuk sarana jamban yang nyaman di rumah. Bila pun BAB di dilkaukan di rumah dengan jamban yang nyaman, namun bila sarana penampungan dan pengolahan tinjanya tidak memadai, misalnya karena tidak kedap air, maka risiko cemaran patogen akan tetap tinggi. Selain itu, kondisi jamban juga mempengaruhi resiko kejadian penyakit, semakin bersih kondisinya, tentunya semakin kecil resiko kejadian penyakitnya. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 5.2 Kondisi Jamban Menurut Hasil Survey No.
Kondisi Jamban
Presentase
1.
Bersih dan tidak berbau
70,6
2.
Kurang/tidak bersih
29,4
Sumber : Hasil Analisis EHRA 2011
Dari tabel di atas dapat digambarkan bahwa kondisi jamban di sebagian masyarakat masih tidak bersih (29,4%). Hal ini dapat meningkatkan resiko terjadinya penyakit. Di samping itu, terdapat 70,6% responden kondisi jambannya bersih dan tidak berbau. Hai ini juga dipengaruhi oleh sarana buang air besar itu sendiri yang dapat dilihat pada diagram berikut ini:
Bab 5 - Halaman 2
Buku Putih Sanitasi Kota Makassar - 2011
POKJA AMPL
Grafik 5.1 Sarana Buang Air Besar Masyarakat di Kota Makassar Tahun 2011
Berdasarkan hasil Survei EHRA Kota Makassar Tahun 2011, sebagian besar masyarakat menggunakan jamban siram sebesar 89,13 %. Di sisi lain, masih ditemukan masyarakat yang buang air besar di sungai/kanal dan menggunakan kantong plastic seperti yang terlihat pada grafik 3.1 dan grafik di bawah ini dapat dilihat presentase tempat pembuangan akhir tinja masyarakat: Grafik 5.2 Saluran Pembuangan Akhir Tinja Masyarakat di Kota Makassar Tahun 2011
Pembuangan akhir tinja masyarakat di Kota Makassar sebagian besar menggunakan tangki septic tank, sebagian lagi langsung dibuang ke kanal/laut dan lubang galian. Kondisi septik tank yang dimiliki rumah tangga belum bisa dianggap standar karena dalam pembuatannya tidak memenuhi kelayakan teknis yang telah distandarkan. Septic tank yang sebagian besar dimiliki masyarakat di Kota Makassar dapat dilihat pada gambar 5.1.
Bab 5 - Halaman 3
Buku Putih Sanitasi Kota Makassar - 2011
POKJA AMPL
Gambar 5.1 Salah satu Desain septic tank rumah tangga di Kota Makassar pada umumnya Pertanyaan selanjutnya adalah apakah tangki septik pernah disedot. 46,6% responden menyatakan pernah mengosongkan tangki septic tank-nya, 46,6% menyatakan tidak pernah, dan sebesar 6,8% menyatakan tidak tahu. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 5.3 Kondisi Septic Tank Hasil Survey No.
Apakah Tangki Pernah Dikosongkan
%
1.
Ya
46,6%
2.
Tidak Pernah
46,6%
3.
Tidak Tahu
6,8%
Sumber : Hasil Analisis EHRA 2011
3.
Saluran Limbah dan Kebanjiran
Saluran limbah merupakan objek yang perlu dimasukan dalam studi karena saluran air limbah yang tidak memadai memungkinkan berkembangnya binatang pembawa patogen penyakit. Saluran air limbah yang memadai ditandai dengan lancarnya aliran air di saluran, warnanya yang cenderung bening, dan tidak adanya tumpukan sampah di dalamnya. Kebanjiran/ genangan air adalah topik kedua yang akan dipaparkan di bagian ini. Ha ini perlu diangkat sebab air banjir merupakan salah satu faktor risiko penyakit. Seperti yang diketahui luas, warga di daerah banjir/genangan umumnya terancam sejumlah penyakit seperti penyakit-penyakit yang berhubungan dengan diare, serta penyakit-penyakit yang disebabkan oleh binatang seperti leptospirosis. Air limbah non tinja rumah tangga mengandung berbagai bahan organik dan non-organik yang dapat mencemari air tanah, oleh karena itu air limbah harus dibuang pada sarana yang tidak menimbulkan pencemaran tersebut. Untuk daerah yang belum ada sistem saluran pembuangan air limbah maka sebaiknya air limbah dialirkan ke tempat pembuangan berupa sumur peresapan agar air kotor tersebut tidak mengalir sembarang. Pembuangan air limbah ke dalam selokan terbuka tidak dianjurkan apalagi selokan tersebut tidak mengalir. Limbah cair non tinja di Kota Makassar sebagian besar langsung dibuang di got/kanal/laut (73,8%). Penampungan terbuka di pekarangan merupakan tempat pembuangan limbah cair non tinja yang masih digunakan oleh masyarakat yaitu sebesar 17,64%, pembuangan limbah cair non
Bab 5 - Halaman 4
Buku Putih Sanitasi Kota Makassar - 2011
POKJA AMPL
tinja yang dibuang di penampungan tertutup di pekarangan sebesar 7,14% dan sebagian kecil (1,42%) penampungan di luar pekarangan. Hal ini da[at dilihat pada grafik berikut: Grafik 5.3 Pembuangan Limbah Cair Non Tinja Rumah Tangga di Kota Makassar
Banjir berpotensi menjadi sebab penyebaran penyakit-penyakit, khususnya yang dikategorikan sebagai waterborne disease seperti penyakit-penyakit yang berhubungan dengan diare atau penyakit kolera. Risiko ini bisa muncul karena berbagai hal. Yang umum adalah karena banjir mencemari sumber-sumber air minum warga dengan patogen. Seringkali, risiko terkena penyakit menjadi semakin besar ketika praktik higinitas diri warga memburuk selama atau pascabanjir. Dalam studi, data mengenai pengalaman banjir diperoleh melalui laporan atau jawaban verbal dari responden.
Tabel 5.4 Data Banjir Hasil Survey No.
Kejadian Banjir/air tergenang
%
1.
Ya
42,4
2.
Tidak Pernah
56,2
3.
Tidak Tahu
1,5
Sumber : Hasil Analisis EHRA 2011
Seperti terbaca pada tabel di atas, banjir/air tergenang tampaknya bukan pengalaman mayoritas rumah tangga di Kota Makassar. Dari semua rumah yang di survei, sekitar 42,4% yang melaporkan pernah mengalami banjir/air tergenang, baik yang sampai masuk ke dalam rumah atau sebatas hanya di lingkungan tempat tinggal. Frekuensi banjir/air tergenang dalam satu tahun dapat dilihat pada diagram berikut ini:
Bab 5 - Halaman 5
Buku Putih Sanitasi Kota Makassar - 2011
POKJA AMPL
Grafik 5.4 Frekuensi Banjir / Air Tergenang dalam Setahun di Kota Makassar
4.
Air Minum
Pada dasarnya keempat aspek yang dikaji memiliki hubungan yang erat dengan tingkat risiko kesehatan suatu keluarga. Dalam 6athogen6 internasional, diakui bahwa sumber-sumber air memiliki tingkat keamanannya tersendiri. Ada jenis-jenis sumber air minum yang secara global dinilai sebagai sumber yang 6athogen aman, seperti air ledeng/ PDAM, sumur bor, sumur gali terlindungi, mata air terlindungi dan air hujan (yang disimpan secara terlindungi). Namun, ada juga yang dipandang membawa risiko transmisi 6athogen ke dalam tubuh manusia. Air dari sumur atau mata air yang tidak terlindungi dikategorikan tidak aman. Studi menemukan mayoritas rumah tangga di Kota Makassar memanfaatkan ledeng/PDAM sebagai sumber air minum utama. Ada sekitar 53,4% rumah tangga yang mengandalkan ledeng/PDAM,sedangkan rumah tangga yang mengandalkan sumur terdiri dari sumur bor sebesar 18,8% dan sumur gali 5,7%. Selain itu, masyarakat memilih menggunakan air dalam kemasan untuk sumber air minumnya sebanyak 22%. Sebagian kecil lainnya menyatakan sumber air bersihnya berasal dari mata air terlindung sebesar 0,1%, yang dimaksud dengan mata air terlindung ini, dalam satu kawasan terdapat sumber air yang mirip dengan mata air, berasal dari tanah dangkal yang kemudian dianggap mata air oleh mayarakat. Grafik 5.5 Sumber Air Minum yang ada di Kota Makassar
Bab 5 - Halaman 6
Buku Putih Sanitasi Kota Makassar - 2011
POKJA AMPL
Dibandingkan dengan ledeng/PDAM, penggunaan sumber-sumber air lain relatif lebih banyak. Yang perlu digarisbawahi di sini adalah prosentase tersebut tidak menggambarkan cakupan koneksi PDAM pada rumah tangga di Kota Makassar. Indikator yang digunakan adalah apa sumber air minum utama yang digunakan rumah tangga? Karenanya, bisa saja sebuah rumah tangga yang terkoneksi dengan PDAM memilih sumber air lain seperti air kemasan atau isi ulang sebagai sumber air minum utama. Bisa saja sebuah rumah menggunakan air PDAM hanya untuk mandi atau membersihkan perabot rumah. Suplai air yang memadai merupakan salah satu faktor yang mengurangi resiko penyakit yang berhubungan dengan diare. Kecenderungannya, suplai air yang memadai akan lebih mudah melakukan segala kegiatan higienitas. Terkait dengan itu, studi juga mempelajari kelangkaan air yang dialami rumah tangga dalam rentang waktu dua minggu terakhir. Kelangkaan diukur dari tidak tersedianya air dari sumber air minum utama rumah tangga atau tidak bisa digunakannya air yang keluar dari sumber air minum utama. Data ini diperoleh dari pengakuan verbal responden dalam kurun waktu 2 minggu terakhir dari pelaksanaan survei. Dari beberapa sumber air tersebut, sebagian besar air bening/jernih, tidak berwarna, tidak berasa, tidak berbusa, dan tidak berbau. Presentasenya sebesar 88,8%. Sedangkan sisanya, masih ditemukan air yang berwarna, berbau, berbusa sebesar 11,2%. Tabel 5.5 Kondisi Air Minum Yang ada di Kota Makassar 2011
1.
Air Bening/jernih, tidak berwarna, tidak berasa, tidak berbau, dan tidak berbusa Ya
2.
Tidak
No.
Presentase 88,8 11,2
Sumber : Hasil Analisis EHRA 2011
Aspek lain yang penting dipelajari terkait dengan sumber air adalah kelangkaan. Seperti telah dijelaskan sebelumnya, yang dimaksud dengan kelangkaan air adalah tidak tersedianya atau tidak bisa digunakannya air sumber air minum utama paling tidak sehari satu malam. Di tingkat kota, dijumpai sekitar 22,12% rumah tangga di Makassar yang melaporkan pernah mengalami kelangkaan air. Mayoritas, sekitar 76,15% melaporkan tidak pernah mengalaminya. Daftar Grafik 5.6 Kejadian Kelangkaan Air Dalam 2 Minggu Terakhir
Bab 5 - Halaman 7
Buku Putih Sanitasi Kota Makassar - 2011
POKJA AMPL
Selain mengamati bangunan sumur, risiko (tercemarnya sumur) juga perlu dilihat dari sisi keberadaan bangunan lain di sekitarnya, khususnya tangki septik. Jarak yang relatif aman antara kedua bangunan itu adalah sekitar 10 meter. Semakin jauh tentu saja membuat sumur gali semakin aman dari pencemaran pathogen yang berasal dari tinja manusia. Jarak septic tank dan sumber air berpengaruh terhadap kualitas sumber air. Berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI) 03-2398-2002 mengenai perencanaan septic tank jarak minimum antara septic tank dan sumber air bersih minimal 10 m. Dari survey yang telah dilakukan, pada umumnya letak septic tank terlalu dekat dengan sumber air bersih dengan jarak kurang dari 10 m (75,34%).
5.1.2. Skroring Kondisi Sanitasi Kecamatan di Kota Makassar Tujuan perencanaan sanitasi skala kota yang terkoordinasi adalah untuk membentuk kerangka kerja yang berkelanjutan bagi perencanaan, pelaksanaan dan pemantauan dan evaluasi yang terkoordinasi dan pro-poor melalui penyusunan kebijakan yang efektif dan terkoordinasi, penguatan kelembagaan, perencanaan strategis dan peningkatan kesadaran. Sebagai langkah awal perencanaan strategis sektor sanitasi bagi Kota Makassar, Pokja Sanitasi Kota akan menyusun Buku Putih yang akan memetakan kondisi sanitasi kota Makassar saat ini. Dokumen ini mencakup tidak hanya profil sanitasi kota, fasilitas yang ada, cakupan dan penyediaan layanan serta informasi mengenai kelembagaan dan keuangan tetapi juga analisis awal mengenai pemetaan area berisiko dan penetapan kawasan “urban”, “peri-urban”, dan “rural”. Penilaian area berisiko ini diperlukan untuk pemilihan dan pelaksanaan intervensi-intervensi yang diperlukan oleh pemerintah kota dalam menetapkan usulan prioritas program/kegiatan. Kesalahan untuk menciptakan sebuah proses penentuan area yang menjadi target kegiatan telah banyak menyebabkan pendanaan bagi pembangunan sektor sanitasi tidak dapat digunakan secara efektif bagi area-area yang memiliki tingkat risiko sanitasi tinggi. Ada beberapa alasan, yaitu: • Pembangunan sanitasi hanya didasarkan pada supply- driven yang membawa dampak rendahnya efektivitas sarana dan prasarana yang terbangun. • Pengambil keputusan tidak waspada terhadap masalah- masalah di luar batas administratif mereka, khususnya dampak secara langsung maupun tak langsung dari masalah sanitasi di wilayah mereka terhadap daerah disekitarnya. • Proses pengambilan keputusan sering dipengaruhi oleh faktor-faktor kepentingan pribadi, atau organisasi, pemberi dana, budaya dan kondisi setempat. Sementara itu, penetapan kelurahan/Kecamatan sebagai kawasan “urban”, “peri-urban”, atau “rural” dilakukan untuk memberikan arahan zona pelayanan dan pemilihan teknologi saat penyusunan rencana strategi sanitasi kota (SSK) dan rencana tindak. 1.
Proses Penilaian
Data/informasi baik yang berasal dari data sekunder tahun 2010, studi EHRA (Environmental Health Risk Assessment) tahun 2011, dan persepsi SKPD digunakan sebagai kriteria untuk menentukan pilihan area berisiko. Proses penilaian, penetapan dan pemetaan terdiri dari beberapa tahap. Pada tahap awal, proses penilaian, penetapan, dan pemetaan area
Bab 5 - Halaman 8
Buku Putih Sanitasi Kota Makassar - 2011
POKJA AMPL
berisiko dan penetapan kawasan dilakukan menggunakan data sekunder tahun 2010 sebagai kriteria. sebagaimana disajikan dalam gambar berikut. Gambar 5.2 Tahapan Penetapan Kawasan Beresiko
Setelah kriteria ditetapkan, tahap berikutnya adalah analisis awal atas opsi/pilihan area berisiko menggunakan pendekatan multi criteria analysis dengan mempertimbangkan aspek kemudahan, transparan, serta kebutuhan sumberdaya manusia dan waktu untuk menganalisis.
Bab 5 - Halaman 9
Buku Putih Sanitasi Kota Makassar - 2011
POKJA AMPL
Tabel 5.6 Kriteria dan Sumber (data sekunder) No
Data
Sumber
1
Kepadatan Penduduk
BPS Daerah
2
Angka Kemiskinan
BPM, BPS Daerah
3
IR Penyakit Diare
Dinas Kesehatan
4
SR dan HU Air Bersih
PDAM
5
Jamban Keluarga
BPM, Dinas Kesehatan
6
Timbulan Sampah
DPK
7
Wilayah Terbangun
BAPPEDA
8
Luas Area Rob/Genangan
PU
9
Luas kawasan Kumuh
BPM, PU, BAPPEDA
Dalam menilai pilihan, kinerja setiap kelurahan atas kriteria diberi skor dan pembobotan yang ditetapkan sesuai kesepakatan seluruh angg ota Pokjasan Kota Makassar sebagaimana diperlihatkan dalam gambar berikut dan Tabel 5.6. Gambar 5.3 Skor untuk menentukan pilihan 1
4
Sangat baik
sangat buruk
Untuk membantu mendefinisikan zona-zona layanan, jenis layanan dan pemilihan opsi teknologi yang akan diterapkan di suatu kawasan kota, baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang, telah disepakati kawasan-kawasan ‘urban’, ‘peri-urban’ dan ‘rural’ berdasarkan kepadatan penduduk dan fungsi lahan kota. Tabel 5.7 Alternatif pembobotan Pembobotan No
Data Alt.1
Alt. 2
Alt. 3
1
Kepadatan Penduduk
20%
15%
12%
2
Angka Kemiskinan
15%
15%
11%
3
IR Penyakit Diare
20 %
15 %
11%
4
SR dan HU Air Bersih
5%
10 %
11%
5
Jamban Keluarga
10 %
9%
11%
Bab 5 - Halaman 10
Buku Putih Sanitasi Kota Makassar - 2011
POKJA AMPL
Sambungan Tabel 5.7 6
Timbulan Sampah
9%
9%
11%
7
Wilayah Terbangun
8%
9%
11%
8
Luas Area Rob/Genangan
5%
9%
11%
9
Luas kawasan Kumuh
8%
9%
11%
Tahap berikutnya adalah penilaian, penetapan dan pemetaan area berisiko dengan menggunakan data EHRA 2011. Data dari studi EHRA ini memperlihatkan kondisi fasilitas sanitasi dan air bersih, dan perilaku-perilaku terkait higienitas dan sanitasi yang memiliki resiko pada kesehatan warga. Proses penilaian terhadap data EHRA, diperlihatkan dalam Gambar 3, kemudian akan dilanjutkan dengan menggabungkan hasil analisis data sekunder dan persepsi SKPD yang tergabung dalam pokja sanitasi kota untuk menetapkan area berisiko. Anggota Pokja (kelompok kerja) memberikan persepsi atau pandangan terhadap area-area yang berpotensi terkena risiko kesehatan masyarakat berdasarkan pengamatan, pengetahuan praktis dan keahlian profesi yang dimiliki setiap individu. Hasil analisis kemudian dicheck dengan melakukan observasi di lapangan. 2.
Hasil Penilaian
Penilaian awal area berisiko disajikan dalam tabel matriks kinerja dan disusun berdasarkan ‘overal weighted scores’. Hasil akhir penilaian terhadap area berisiko untuk Kota Makassar telah ditetapkan oleh Pokja AMPL setelah dilakukan serangkaian observasi (kunjungan lapangan) pada kelurahan- kelurahan yang dinilai berisiko sangat buruk/tinggi (mendapat skor 4 pada hasil yang disepakati) berada di 22 kelurahan yang tersebar pada 8 Kecamatan seperti yang terlihat pada tabel dibawah ini :
Bab 5 - Halaman 11
Buku Putih Sanitasi Kota Makassar - 2011
POKJA AMPL
Tabel 5.8 Kelurahan Beresiko buruk/tinggi berdasarkan hasil yang disepakati No.
Kecamatan
1 2 3
Mariso Tamalate Makassar
4
Ujung Tanah
5
Tallo
6 7 8
Manggala Biringkanaya Tamalanrea
Kelurahan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
Panambungan Barombong Macini Gusung Macini Parang Maradekaya Utara Pattingalloang Pattingalloang Baru Cambaya Camba Berua Pulau Barrang Lompo Pulau Barrang Caddi Pulau Kodingareng Totaka Ujung Tanah Gusung Rappokalling Tallo Kaluku Bodoa Lembo Tamangapa Untia Parang Loe
Gambar 5.4. Proses penilaian data EHRA
Bab 5 - Halaman 12
Buku Putih Sanitasi Kota Makassar - 2011
POKJA AMPL
Tabel 5.9 Hasil Akhir Penilaian EHRA No.
Kecamatan
Kelurahan
1
Mariso
1 2 3 4 5 6 7 8 9
2
Mamajang
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Mariso Lette Kampung Buyang Mattoanging Bontorannu Tamarunang Panambungan Kunjung Mae Mario Total Kec. Mariso Mamajang Luar Bonto Biraeng Labuang Baji Mamajang Dalam Mandala Maricaya Selatan Sambung Jawa Karang Anyar Tamparang Keke Baji Mappakasunggu Parang Pa'batang Bontolebang Total Kec. Mamajang
Alt. 1 3 4 4 3 4 3 4 1 3 3 3 4 3 3 4 4 4 3 3 2 4 1 4 3
Skor Data Sekunder Alt. 2 Alt. 3 3 4 3 3 4 3 4 2 3 3 3 3 3 3 4 4 4 3 3 2 4 2 3 3
Bab 5 - Halaman 13
2 2 2 2 2 2 4 4 3 3 2 2 3 2 2 2 3 3 4 3 4 4 4 3
Skor EHRA
Skor SKPD
Skor Yang disepakati
Kategori Resiko Sanitasi
2 2 3 3 3 3 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2
3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 2 2 1 2 2 3 2 3 2 3 2 3 2
3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3
Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Tinggi Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang
Buku Putih Sanitasi Kota Makassar - 2011
POKJA AMPL
Sambungan Tabel 5.9 Hasil Akhir Penilaian EHRA No.
Kecamatan
Kelurahan
3
Tamalate
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
4
Rappocini
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Parang Tambung Maccini Sombala Balang Baru Tanjung Merdeka Pa'baeng - baeng Jongaya Bongaya Barombong Mannaruki Mangasa Total Kec. Mamajang Gunung Sari Balla Parang Rappocini Buakana Banta - bantaeng Tidung Bonto Makkio Kassi - kassi Mappala Karunrung Total Kec. Rappocini
Skor Data Sekunder Alt. 1 Alt. 2 Alt. 3 3 3 2 4 4 2 4 4 2 4 4 2 3 3 2 3 3 2 3 3 2 4 4 4 2 2 2 2 2 2 3 3 2 1 2 2 4 3 2 4 4 2 1 2 2 4 3 2 4 4 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 4 3 2 3 3 2
Bab 5 - Halaman 14
Skor EHRA
Skor SKPD
Skor Yang disepakati
Kategori Resiko Sanitasi
3 3 3 3 2 2 2 4 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
2 3 3 3 2 2 2 3 2 2 3 1 2 3 1 3 3 2 2 2 3 2
3 3 3 3 2 2 2 4 2 2 3 2 3 3 2 3 3 2 2 2 3 2
Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Tinggi Rendah Rendah Rendah Sedang Sedang Rendah Sedang Sedang Rendah Rendah Rendah Sedang
Buku Putih Sanitasi Kota Makassar - 2011
POKJA AMPL
Sambungan Tabel 5.9 Hasil Akhir Penilaian EHRA No.
Kecamatan
Kelurahan
5
Makassar
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
6
Ujung Pandang
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Bara - baraya Bara - baraya Timur Bara - baraya Selatan Bara - baraya Utara Lariang Bangngi Barana Maccini Macini Gusung Macini Parang Maricaya Maricaya Baru Maradekaya Maradekaya Selatan Maradekaya Utara Total Kec. Makassar Baru Bulogading Lae - lae Maloku Losari Mangkura Sawerigading Pisang Selatan Pisang Utara Lajangiru Total Kec. Ujung Pandang
Alt. 1 4 4 4 4 2 4 4 4 4 1 4 2 4 4 4 1 1 2 1 1 1 1 1 2 2 1
Skor Data Sekunder Alt. 2 Alt. 3 4 3 4 3 4 3 4 3 2 3 4 3 3 3 4 3 4 3 2 2 4 2 2 2 3 1 4 2 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 1 2 1 2 1 2 2 2 2 2 2 2
Bab 5 - Halaman 15
Skor EHRA
Skor SKPD
Skor Yang disepakati
Kategori Resiko Sanitasi
2 2 2 2 2 2 3 4 4 2 2 2 2 4 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3 2 3 4 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
3 3 3 3 2 3 3 4 4 2 3 2 3 4 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
Sedang Sedang Sedang Sedang Rendah Sedang Sedang Tinggi Tinggi Rendah Sedang Rendah Sedang Tinggi Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah
Buku Putih Sanitasi Kota Makassar - 2011
POKJA AMPL
Sambungan Tabel 5.9 Hasil Akhir Penilaian EHRA No.
Kecamatan
Kelurahan
7
Wajo
1 2 3 4 5 6 7 8
8
Bontoala
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Melayu Melayu Baru Ende Pattunuang Malimongan Malimongan Tua Mampu Butung Total Kec. Wajo Layang Bunga Ejaya Parang Layang Bontoala Bontoala Tua Gaddong Bontoala Parang Baraya Timungan Lompoa Wajo Baru Tompo Balang Malimongan Baru Total Kec. Bontoala
Alt. 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 3 1 1 2 3 1 2 2 4 2 3 3 2
Skor Data Sekunder Alt. 2 Alt. 3 2 2 1 3 1 3 1 3 1 2 2 2 1 2 1 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 3 3 2 2 2 2
Bab 5 - Halaman 16
Skor EHRA
Skor SKPD
Skor Yang disepakati
Kategori Resiko Sanitasi
3 4 4 4 2 2 2 3 3 4 4 4 4 4 4 4 2 2 2 3 2 3
2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3
2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 3 3 2 3 2 3 2 3 2 3
Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Sedang Rendah Rendah Sedang Sedang Rendah Sedang Sedang Sedang Rendah Rendah Rendah
Buku Putih Sanitasi Kota Makassar - 2011
POKJA AMPL
Sambungan Tabel 5.9 Hasil Akhir Penila No.
Kecamatan
Kelurahan
9
Ujung Tanah
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
10
Tallo
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Pattingalloang Pattingalloang Baru Cambaya Camba Berua Pulau Barrang Lompo Pulau Barrang Caddi Pulau Kodingareng Tabaringan Totaka Ujung Tanah Tamalabba Gusung Total Kec. Ujung Tanah La'latang Wala - walaya Rappojawa Kalukuang Pulau Lakkang Rappokalling Tammua Tallo Buloa Kaluku Bodoa Lembo
Skor Data Sekunder Alt. 1 Alt. 2 Alt. 3 4 4 2 4 4 2 4 4 2 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 4 3 3 4 4 2 1 2 3 4 4 3 4 4 3 3 2 2 1 2 2 3 3 2 2 2 2 4 4 2 3 3 4 2 2 4 4 3 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4
Bab 5 - Halaman 17
Skor EHRA
Skor SKPD
Skor Yang disepakati
Kategori Resiko Sanitasi
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 2 2 2 2 4 4 4 2 2 2
4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 3 4 2 2 3 3 3 4 3 3 3 4 4
4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 2 2 3 2 3 4 3 4 3 4 4
Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Sedang Tinggi Tinggi Sedang Tinggi Rendah Rendah Sedang Rendah Sedang Tinggi Sedang Tinggi Sedang Tinggi Tinggi
Buku Putih Sanitasi Kota Makassar - 2011
POKJA AMPL
Sambungan Tabel 5.9 Hasil Akhir Penilaian EHRA No.
Kecamatan
Kelurahan 12 13 14 15
11
Panakukang
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 12
12
Manggala
1 2 3 4 5 6
Suwangga Ujungpandang Baru Panampu Bungaeja Beru Total Kec. Tallo Karuwisi Sinri Jala Karuwisi Utara Tamamaung Pandang Masale Pampang Panaikang Karampuang Tello Baru Paropo Total Kec. Panakukang Antang Manggala Tamangapa Bangkala Batua Borong Total Kec. Manggala
Skor Data Sekunder Alt. 1 Alt. 2 Alt. 3 3 3 4 1 2 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 4 4 2 4 4 2 4 4 2 3 2 2 1 2 2 3 3 2 3 2 2 1 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 2 1 2 2 4 4 4 3 3 4 2 2 2 2 2 2 3 3 3
Bab 5 - Halaman 18
Skor EHRA
Skor SKPD
Skor Yang disepakati
Kategori Resiko Sanitasi
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
2 2 2 3 3 2 3 3 2 2 3 2 2 2 2 2 2 3 2 4 2 2 2 3
3 2 3 3 3 3 3 3 2 2 3 2 2 2 2 2 2 3 2 4 3 2 2 2
Sedang Rendah Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Rendah Rendah Sedang Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Sedang Rendah Tinggi Sedang Rendah Rendah
Buku Putih Sanitasi Kota Makassar - 2011
POKJA AMPL
Sambungan Tabel 5.9 Hasil Akhir Penilaian EHRA No.
Kecamatan
Kelurahan
13
Biringkanaya
1 2 3 4 5 6 7
14
Tamalanrea
1 2 3 4 5 6
Sudiang Pai Bulurokeng Untia Daya Sudiang Raya Paccerakkang Total Kec. Biringkanaya Tamalanrea Jaya Tamalanrea Indah Bira Parang Loe Kapasa Tamalanrea Total Kec. Biringkanaya
Skor Data Sekunder Alt. 1 Alt. 2 Alt. 3 1 2 3 1 2 4 2 2 4 4 4 4 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 3 1 2 2 2 2 2 1 2 4 3 3 4 1 2 3 1 2 2 2 2 3
Bab 5 - Halaman 19
Skor EHRA
Skor SKPD
Skor Yang disepakati
Kategori Resiko Sanitasi
4 4 4 4 2 2 2 3 2 2 4 4 3 2 3
3 3 3 3 2 2 2 3 2 2 3 4 2 2 3
3 3 3 4 2 2 2 3 2 2 3 4 2 2 2
Sedang Sedang Sedang Tinggi Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Sedang Tinggi Rendah Rendah
Buku Putih Sanitasi Kota Makassar - 2011
POKJA AMPL
Gambar 5.5: Peta luasan Kawasan Kumuh di Kota Makassar
Bab 5 - Halaman 20
Buku Putih Sanitasi Kota Makassar - 2011
POKJA AMPL
Gambar 5.6 Peta Resiko Sanitasi Kota Makassar
Bab 5 - Halaman 21
Buku Putih Sanitasi Kota Makassar - 2011
3.
POKJA AMPL
Klasifikasi Kelurahan
Untuk menentukan pilihan teknologi sanitasi yang akan diterapkan, seluruh kelurahan diidentifikasi berdasarkan area urban, peri-urbandan rural. Saat ini tidak ada standar yang membedakan area urban dari peri urban dan area rural. Sebuah dokumen terakhir dari World Bank Policy Research Paper mengusulkan definisi operasional dari rurality dapat didasarkan kepadatan populasi. Berdasarkan karakteristik kepadatan populasi maka setiap kelurahan akan dikategorikan sebagai area urban bila kepadatan lebih dari 125 orang/Ha, peri- urban bila kepadatan berkisar antara 25 – 125 orang/Ha, atau rural bila kepadatan kurang dari 25 orang/Ha. Hasil awal identifikasi area berdasarkan kepadatan populasi ini kemudian disesuaikan dengan zoning dari pemanfaatan detil ruang Kota Makassar sebagaimana tercantum dalam Revisi RTRW tahun 2010 -2030 untuk mendapatkan hasil akhir klasifikasi setiap kelurahan.
5.2. Kajian dan Opsi Partisipasi Masyarakat dan Gender di Area Prioritas Masyarakat yang merupakan komponen dalam suatu komunitas dan mempunyai posisi penting dalam pengelolaan sanitasi. Namun sejauh ini partisipasi mereka belum mendapat perhatian yang proporsional dari pihak pemerintah. Oleh karena itu perlu disusun suatu studi penilaian mengenai partisipasi masyarakat dan peran jender dalam pengelolaan sanitasi, baik dalam skala kota maupun dalam skala nasional. Studi ini melibatkan masyarakat sebagai subyek secara langsung dan partisipatif akan sangat berguna dalam menyusun strategi pembangunan sistem sanitasi. Untuk mendapatkan sebuah penilaian yang kredibel dibutuhkan data dan informasi yang valid dan kredibel pula. Untuk itu diperlukan serangkaian survey dan observasi langsung yang terencana dan komprehensif terhadap kondisi partisipasi masyarakat dan jender dalam penanganan sistem sanitasi dalam skala kota beserta prospek pengembangannya di masa depan. Masyarakat diharapkan mampu mengenali permasalahan terkait dengan sanitasi rumah tinggal dan lingkungan mereka, merencanakan kegiatan, melaksanakan melalui kerjasama dengan berbagai pihak, serta melakukan evaluasi dan pengembangan kegiatan program secara mandiri. Sementara itu pelaksanaan program sanitasi juga diharapkan dapat secara partisipatif, tanpa harus menunggu “perintah” dari pemerintah. Untuk memampukan masyarakat agar memiliki kemampuan seperti di atas, penilaian tentang kondisi sanitasi masyarakat dilakukan dengan menggunakan pendekatan partisipatif yang mengadopsi Methodology for Participatory Assessment (MPA). MPA merupakan metodologi yang mendorong keterlibatan masyarakat dalam berpartisipasi yang dikembangkan dari metodologi partisipatif yang sudah ada sebelumnya Participatory Rural Assessment (PRA) yang dapat digunakan untuk tujuan perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi p rogram, termasuk di dalamnya program air bersih dan sanitasi, di tingkat komunitas. MPA terbukti sangat bermanfaat untuk pembangunan di berbagai sektor, yang mengaitkan keberlanjutan pelayanan program dengan kegiatan peka jender, berpihak pada kaum miskin, pendekatan tanggap kebutuhan (Demand Responsive Approach = DRA), menyatakan pola asosiasi antara pelayanan yang baik bisa dimanfaatkan dan berkelanjutan, hingga munculnya berbagai institusi dan pengambil kebijakan mendukung pendekatan ini. Studi tentang Partisipasi Masyarakat dan Jender (PMJ) dilakukan dengan tujuan:
Bab 5 - Halaman 22
Buku Putih Sanitasi Kota Makassar - 2011
POKJA AMPL
Terkumpulnya informasi sanitasi secara kuantitatif-sistematis dengan menggunakan alat-alat partisipatori, untuk menilai kesinambungan dan ketanggapan terhadap kebutuhan; Teridentifikasinya pengalaman masyarakat dalam kegiatan/proyek perbaikan sanitasi, baik yang dilakukan secara swadaya atau gotong royong maupun bantuan dari instansi lain. Teridentifikasinya kebutuhan dan kesanggupan masyarakat untuk berkontribusi dalam perbaikan sanitasi Teridentifikasinya peran perempuan pada tahap perencanaan pembangunan sarana sanitasi dan beberapa perubahan tugas antara perempuan dan laki-laki. Teridentifikasi keberadaan, manfaat, peranan dan hubungan berbagai lembaga yang ada di kelurahan
Sementara itu, hasil yang diharapkan dari studi PMJ adalah: Peningkatan kesadaran masyarakat, tokoh masyarakat, dan pemerintah kota baik laki-laki dan perempuan mengenai kondisi dan seriusnya masalah sanitasi dan kebersihan. Munculnya kebutuhan masyarakat laki-laki dan perempuan disertai dengan kemauan untuk berkontribusi dalam pelaksanaan program sanitasi. Teridentifikasinya daerah setingkat Kelurahan yang berpotensi untuk pelaksanaan program program sanitasi berbasis masyarakat secara berkelanjutan. Dari kegiatan Observasi & Survei PMJ di kelurahan-kelurahan yang termasuk area beresiko tinggi dengan melibatkan masyarakat secara langsung diperoleh hasil seperti yang tercantum pada Tabel 5.10. Hasil analisa data dapat digunakan dalam penyusunan Strategi Sanitasi Kota (SSK) dan Rencana Tindak untuk kelurahan-kelurahan tersebut oleh Pokja AMPL Kota Makassar.
Bab 5 - Halaman 23
Buku Putih Sanitasi Kota Makassar - 2011
POKJA AMPL
Tabel 5.10 Hasil Temuan dan Analisa Data Survei Partisipasi Masyarakat & Jender di Area Beresiko Tinggi Topik No. Kelurahan/ Kecamatan 1.
Panambun gan Mariso
1
2
A
B
A
Untuk sarana jamban dan jalan → Pembanguna n berhasil ¾ dan hanya dapat dimanfaatka n oleh ½ masyarakat (Skor 2 = 50)
Pernah dilakukan dan masyarakat berkontribus i berupa tenaga kerja, konsumsi, iuran dan uang tunai. (Skor 3 = 75)
Pekerjaan yang berhubungan dengan hal-hal teknis umumnya masih didominasi dan dilakukan oleh laki-laki, sedangkan perempuan mengerjakan pekerjaan domestik/rumah tangga.
Untuk sarana air bersih → Pembangunan berhasil penuh dan member manfaat penuh pada masyarakat (Skor 4 =100)
Masyarakat tidak mau berkontribus i dlm bentuk material lokal
Sudah ada pembagian tugas dan bertukar peran antara laki-laki dan perempuan untuk banyak jenis pekerjaan/kegiatan di rumah tangga yang dilakukan bersama oleh lakilaki dan prp.. Pembagian tugas
3 B
a Pekerjaan dengan ketrampilan dikerjakan hanya oleh laki-laki ( kaya & miskin), sedangkan perempuan mengerjakan pekerjaan yang tidak membutuhka n ketrampilan (Skor 1=25))
b Pekerjaan yang dibayar hanya dilakukan oleh laki- laki (kaya & miskin), perempuan hanya melakukan pekerjaan yang sifatnya sukarela (Skor 1=25)
A a Ciri-ciri yang Antara ¼ dan sangat membedaka ½ masyarakat n diantar masyarakat telah yang memiliki termasuk jamban dan golongan sebagian Kaya, Sedang dan besar golongan Miskin masyarakat dalam hal kepemilikan menengah & asset, kaya kondisi (Skor 1=25) rumah, jenis pekerjaan, pendidikan dan akses terhadap pelayanan publik. Jumlah masyarakat yang tergolong kaya 10%,
Bab 5 - Halaman 24
B b Semua rumah tangga mempunyai akses ke sarana drainase lingkungan.
4 c Semua rumah tangga TIDAK mempunyai akses ke sarana pengelolan/peng u mpulan sampah
Ada lembaga lokal yang penting/bermanf aat untuk sebagian besar (Skor 4=100) warga, rutin berinteraksi Akan tetapi kondisi (Skor 0=0) dengan saluran sering masyarakat, dan mampet/tidak Sampah dibuang memperoleh pengakuan resmi ke rawa-rawa mengalir dengan dari pemerintah atau tanah baik. Hal ini (Skor 3=75) disebabkan muka kosong di sekitar rumah. air sungai lebih 6 lembaga yang tinggi dari letak mempunyai bangunan saluran, manfaat besar dan hubungan sehingga air akan dekat dengan membalik dan masyarakat serta tidak bisa mengalir ada pengakuan dg baik. resmi dari yaitu Kelurahan, PKK, PAUD, BKD, Posyandu dan Puskesmas Pembantu. Ada 1 lembaga yang
Buku Putih Sanitasi Kota Makassar - 2011
tetap ada walaupun fungsi laki-laki lebih dominan dalam perencanaan dan pembangunan fisik sanitasi
POKJA AMPL
sementara yang tergolong menengah 23,33% dan yang miskin 66,67%. Angka ini berkorelasi tinggi dengan ciriciri yang telah disebutkan di atas.
Bab 5 - Halaman 25
mempunyai manfaat besar dan mempunyai hubungan dekat dengan masyarakat, tetapi tidak mempunyai pengakuan resmi dari pemerintah yaitu Pengajian/Yasina n.
Buku Putih Sanitasi Kota Makassar - 2011
2.
Barombon gTamalate
Untuk sarana air minum, jalan & jembatan → Pembanguna n berhasil penuh tetapi kurang bisa dimanfaatka n oleh masyarakat (Skor 3=75)
Pernah dilakukan dan masyarakat berkontribusi berupa tenaga kerja, material lokal, konsumsi, iuran dan uang tunai. (Skor 3=75) Kontribusi dlm bentuk material local hanya diberikan oleh laki-laki kaya.
Pekerjaan yang berhubungan dengan hal-hal teknis umumnya masih didominasi dan dilakukan oleh laki-laki, sedangkan perempuan mengerjakan pekerjaan domestik/rumah tangga. Sudah terlihat ada bagi tugas dan bertukar peran antara laki-laki dan
POKJA AMPL
Pekerjaan dengan ketrampilan dikerjakan hanya oleh laki-laki ( kaya & miskin), sedangkan perempuan mengerjakan pekerjaan yang tidak membutuhk an ketrampilan (Skor1=25) Semua pekerjaan
Pekerjaan yang dibayar hanya dilakukan oleh lakilaki (kaya & miskin), perempuan hanya melakukan pekerjaan yang sifatnya sukarela (Skor 1=25)
Ciri-ciri yang sangat membedaka n diantar masyarakat yang termasuk golongan Kaya, Sedang dan Miskin dalam Hanya laki-laki hal miskin yang akan kepemilikan dibayar untuk asset, kondisi pekerjaan yang rumah, jenis memerlukan pekerjaan, ketrampilan/keahli pendidikan an, sedangkan dan akses untuk pekerjaan yang tidak
Bab 5 - Halaman 26
Antara ¼ dan ½ masyarakat telah memiliki jamban dan sebagian besar golongan masyarakat menengah & kaya (Skor1=25)
Semua rumah tangga mempunyai akses ke sarana drainase lingkungan. (Skor 4=100) Akan tetapi kondisi saluran sering mampet/tidak mengalir dengan baik. Hal ini disebabkan muka air sungai lebih tinggi dari letak bangunan saluran, sehingga air akan membalik dan tidak bisa mengalir dg baik.
Semua rumah tangga mempunyai akses ke sarana pengelolan/peng u mpulan sampah (Skor 4=100)
Ada lembaga lokal yang penting/bermanf aat untuk sebagian besar warga, rutin berinteraksi dengan masyarakat, dan Tetapi memperoleh pengumpulan pengakuan resmi sampah tidak teratur, sehingga dari pemerintah (Skor 3=75) ada yang dibuang ke rawa-rawa atau 4 lembaga yang tanah kosong di mempunyai manfaat besar sekitar rumah. dan hubungan dekat dengan
Buku Putih Sanitasi Kota Makassar - 2011
Perempuan kaya & miskin tidak memberika n kontribusi material local & tenaga kerja. Kontribusi uang tunai hanya diberikan oleh lakilaki & perempuan kaya
perempuan untuk banyak jenis pekerjaan/kegiat an di rumah tangga. Akan tetapi ada pilihan yang berbeda terhadap 2 kegiatan yaitu (a) mengambil air dari kran umum & mencuci pakaian → ada yang memilih hanya dilakukan oleh perempuan saja (20 orang) atau dilakukan oleh laki-laki dan perempuan (10 orang) dan (b) mengambil air dari pompa tangan umum → ada yang memilih hanya biasa dilakukan oleh laki-laki saja (25 orang) atau dilakukan oleh perempuan saja (5 orang)
POKJA AMPL
yang membutuhkan ketrampilan hanya dikerjakan oleh laki-laki miskin, sedangkan lakilaki kaya & perempuan baik kaya maupun miskin tidak melakukan pekerjaan yang membutuhkan ketrampilan. Tidak semua masyarakat di lokasi tersebut semua mau terlibat dalam pelaksanaan pembangunan maupun pemeliharaan sanitasi (karena hibah).
memerlukan keahlian mereka tidak dibayar termasuk pekerjaan yang bersifat sukarela atau gotong royong
terhadap pelayanan publik. Jumlah masyarakat yang tergolong kaya 17,44%, sementara yang tergolong menengah 54,65% dan yang miskin 27,91%. Angka ini berkorelasi tinggi dengan ciriciri yang telah disebutkan di atas.
Bab 5 - Halaman 27
masyarakat serta ada pengakuan resmi dari yaitu Kelurahan, RT, Posyandu dan Puskesmas. Ada 1 lembaga yang mempunyai manfaat besar dan mempunyai hubungan dekat dengan masyarakat, tetapi tidak mempunyai pengakuan resmi dari pemerintah yaitu Pengajian/Yasina n.
Buku Putih Sanitasi Kota Makassar - 2011
3.
Cambaya – Belum Ujung pernah ada Tanah bantuan pembanguna n sarana fisik, sehingga belum dapat diukur tingkat keberhasilan pembanguna n sarana umum.
Pernah dilakukan dan masyarakat berkontribusi berupa tenaga kerja, konsumsi, iuran dan uang tunai. (Skor 3=75) Hanya lakilaki kaya & miskin yang mau melakukan gotong royong dan mau berkontribusi dlm bentuk tenaga kerja, konsumsi, uang tunai Dan membayar iuran/urunan untuk pembanguna n sarana.
Pekerjaan yang berhubungan dengan hal-hal teknis umumnya masih didominasi dan dilakukan oleh laki-laki, sedangkan perempuan mengerjakan pekerjaan domestik/rumah tangga. Sudah ada pembagian tugas dan bertukar peran antara laki-laki dan perempuan untuk banyak jenis pekerjaan/kegiat an di rumah tangga yang dilakukan bersama oleh laki- laki dan perempuan.
POKJA AMPL
Pekerjaan dengan ketrampilan dikerjakan hanya oleh laki-laki ( kaya & miskin), sedangkan perempuan mengerjakan pekerjaan yang tidak membutuhkan ketrampilan (Skor 1=25)
Tak ada pekerjaan yang dibayar, atau jika ada, pekerjaan tersebut untuk laki- laki yang kaya; perempuan miskin melakukan pekerjaan yang bersifat sukarela (Skor 0=0)
Sudah ada keseimbangan diantara lakilaki kaya & miskin dalam pembagian beban kerja baik yang perlu ketrampilan maupun yang tidak perlu ketrampilan.
Ciri-ciri yang sangat membedaka n diantar masyarakat yang termasuk golongan Kaya, Sedang dan Miskin dalam hal kepemilikan asset, kondisi rumah, jenis pekerjaan, pendidikan dan akses terhadap pelayanan publik. Jumlah masyarakat yang tergolong kaya 6,38%, sementara yang tergolong menengah 29,79% dan yang miskin 63.83%.
Bab 5 - Halaman 28
Kurang dari ¼ memiliki jamban dan sebagian besar masyarakat mampu (Skor 0=0 )
Antara ¼ dan ½ tangga TIDAK mempunyai akses ke sarana pengelolan/pengu mpulan sampah (Skor. 0=0)
Semua rumah tangga TIDAK mempunyai akses ke sarana pengelolan/peng u mpulan sampah (Skor. 0=0)
Ada lembaga lokal yang penting/bermanf aat untuk sebagian besar warga, rutin berinteraksi dengan masyarakat, dan Sampah dibuang Masyarakat ke rawa-rawa atau Sampah dibuang memperoleh pengakuan resmi tanah kosong di ke rawa-rawa yang tidak dari pemerintah atau tanah mempunyai sekitar rumah. kosong di sekitar (Skor 3=75) akses ke rumah. jamban 7 lembaga yang masih buang mempunyai air besar di manfaat besar tempatdan hubungan tempat dekat dengan terbuka masyarakat serta seperti ada pengakuan kebun, resmi dari yaitu sungai, lahan Kelurahan, RT, kosong dan RW, BKM, saluran air. Posyandu, Puskesmas & Rukun Nelayan. Ada 2 lembaga yang mempunyai manfaat besar dan mempunyai hubungan dekat dengan masyarakat, tetapi tidak mempunyai
Buku Putih Sanitasi Kota Makassar - 2011
POKJA AMPL
Perempuan miskin mau berkontribusi dalam bentuk material lokal.
4.
Rappokalli ng - Tallo
Untuk sarana jalan aspal & jamban keluarga → Pembanguna n berhasil ¾ dan hanya dapat dimanfaatka n oleh ½ masyarakat (Skor 2=50)
Pernah dilakukan dan masyarakat berkontribusi berupa material local, tenaga kerja, konsumsi, iuran dan uang tunai. (Skor 3=75)
Angka ini berkorelasi tinggi dengan ciri-ciri yang telah disebutkan di atas. Pekerjaan yang berhubungan dengan hal-hal teknis umumnya masih didominasi dan dilakukan oleh laki-laki, tetapi tidak ada pekerjaan yang sepenuhnya menjadi tanggungjawab perempuan → menjadi tanggungjawab laki-laki & perempuan. mengerjakan pekerjaan domestik/rumah tangga.
Pekerjaan dengan ketrampilan dikerjakan hanya oleh laki-laki ( kaya & miskin), sedangkan perempuan mengerjakan pekerjaan yang tidak membutuhka n ketrampilan (Skor 1=25)
Pekerjaan yang dibayar hanya dilakukan oleh lakilaki (kaya & miskin), perempuan hanya melakukan pekerjaan yang sifatnya sukarela (Skor 1=25
Ciri-ciri yang sangat membedaka n diantar masyarakat yang termasuk golongan Kaya/Mampu , Sedang dan Miskin/Tidak Mampu dalam hal kepemilikan asset, kondisi rumah, jenis pekerjaan, pendidikan dan akses terhadap pelayanan publik. Jumlah masyarakat
Bab 5 - Halaman 29
pengakuan resmi dari pemerintah yaitu Pengajian dan TPQ .
Semua rumah tangga sudah mempunyai jamban keluarga (Skor 4=100)
Antara ½ sampai ¾ masyarakat dari semua tingkatan mempunyai akses ke sarana drainase lingkungan (Skor 3=75)
Semua rumah tangga SUDAH mempunyai akses ke sarana pengelolan/peng u mpulan sampah (Skor 4=100)
Ada lembaga lokal yang penting/bermanf aat untuk sebagian besar warga, rutin berinteraksi dengan Akan tetapi kondisi masyarakat, dan saluran sering Tetapi mampet/tidak pengambilan/pe memperoleh pengakuan resmi mengalir dengan ng umpulan dari pemerintah baik. Hal ini sampah tidak (Skor 3=75) disebabkan muka teratur dari air sungai lebih Dinas tinggi dari letak Kebersihan Kota 3 lembaga yang bangunan saluran, mempunyai sehingga air akan manfaat besar membalik dan dan hubungan tidak bisa mengalir dekat dengan dg baik. masyarakat serta ada pengakuan resmi dari yaitu Kelurahan, RT dan Posyandu.
Buku Putih Sanitasi Kota Makassar - 2011
POKJA AMPL
yang tergolong kaya 2,78%, sementara yang tergolong menengah 69,44% dan yang miskin 27,78%. Angka ini berkorelasi tinggi dengan ciriciri yang telah disebutkan di atas. 5.
Tamangapa Untuk sarana - Manggala ar minum →
Pernah dilakukan Pembangunan dan masyarakat berhasil berkontribusi penuh dan berupa memberikan material manfaat local, tenaga penuh pada kerja, masyarakat konsumsi, (Skor 4=100) iuran dan Tetapi belum uang tunai. (Skor 3=75) pernah ada bantuan untuk Masyarakat pembangunan tidak mau ada perlakuan
Pekerjaan yang berhubungan dengan hal-hal teknis umumnya masih didominasi dan dilakukan oleh laki-laki, sedangkan perempuan mengerjakan pekerjaan domestik/rumah tangga. Sudah ada
Pekerjaan dengan ketrampilan dikerjakan hanya oleh laki-laki ( kaya & miskin), sedangkan perempuan mengerjakan pekerjaan yang tidak membutuhka n ketrampilan (skor 1=25)
Pekerjaan yang dibayar hanya dilakukan oleh lakilaki (kaya & miskin), perempuan hanya melakukan pekerjaan yang sifatnya sukarela (Skor 1=25)
Ciri-ciri yang sangat membedaka n diantar masyarakat yang termasuk golongan Kaya/Mamp u, Sedang dan Miskin/Tidak Mampu dalam hal kepemilikan asset, kondisi
Bab 5 - Halaman 30
Lebih dari ¾ masyarakat telah memiliki jamban dari semua tingkatan masyarakat (Skor 3=75)
Lebih dari ¾ masyarakat dari semua tingkatan telah mempunyai akses ke drainase lingkungan (Skor 3=75)
Semua rumah tangga TIDAK mempunyai akses ke sarana pengelolan/peng u mpulan sampah (Skor 0=0)
Ada lembaga lokal yang penting/bermanf aat untuk sebagian besar warga, rutin berinteraksi dengan Akan tetapi kondisi saluran sering Sampah dibuang masyarakat, dan memperoleh mampet/tidak ke rawa-rawa pengakuan resmi mengalir dengan atau tanah baik. Hal ini kosong di sekitar dari pemerintah (Skor 3=75 disebabkan muka rumah. air sungai lebih tinggi Tetapi tidak ada lembaga yang
Buku Putih Sanitasi Kota Makassar - 2011
sarana sanitasi
6.
Maradekay Untuk sarana ar a Utara Makassar minum → Pembangun an berhasil penuh dan
yang berbeda untuk orang kaya & miskin dalam kontribusi → yang membedaka n hanya dalam besaran uang yang akan diberikan, misalnya keluarga kaya membayar Rp 10.000,sedangkan keluarga yang miskin cukup membayar Rp. 1.000,-
pembagian tugas dan bertukar peran antara laki-laki dan perempuan untuk banyak jenis pekerjaan/kegiat an di rumah tangga.
Pernah dilakukan dan masyarakat berkontribusi berupa
Pekerjaan yang berhubungan dengan hal-hal teknis umumnya masih didominasi
POKJA AMPL
rumah, jenis pekerjaan, pendidikan dan akses terhadap pelayanan publik. Jumlah masyarakat yang tergolong kaya 9,46%, sementara yang tergolong menengah 22,97% dan yang miskin 67,57%. Angka ini berkorelasi tinggi dengan ciriciri yang telah disebutkan di atas. Pekerjaan dengan ketrampilan dikerjakan hanya oleh
Pekerjaan yang dibayar hanya dilakukan oleh lakilaki (kaya & miskin), perempuan hanya
Ciri-ciri yang sangat membedaka n diantar masyarakat
Bab 5 - Halaman 31
dari letak bangunan saluran, sehingga air akan membalik dan tidak bisa mengalir dg baik.
Lebih dari ¾ dari semua tingkatan masyarakat telah memiliki
Semua rumah tangga mempunyai akses ke sarana drainase lingkungan. (Skor 4=100)
mempunyai manfaat sangat besar dan mempunyai hubungan sangat dekat dengan masyarakat.
Semua rumah tangga TIDAK mempunyai akses ke sarana pengelolan/peng u
Ada lembaga lokal yang penting/bermanf aat untuk sebagian besar warga, rutin
Buku Putih Sanitasi Kota Makassar - 2011
memberikan manfaat penuh pada masyarakat (Skor 4=100)
tenaga kerja, konsumsi, iuran dan uang tunai. (Skor 3=73)
Tetapi belum pernah ada bantuan untuk pembanguna n sarana sanitasi
Masyarakat tidak mau ada perlakuan yang berbeda untuk orang kaya & miskin dalam kontribusi → yang membedakan hanya dalam besaran uang yang akan diberikan, misalnya keluarga kaya membayar Rp 10.000,sedangkan keluarga yang miskin cukup membayar Rp. 1.000,-
dan dilakukan oleh laki-laki, sedangkan perempuan mengerjakan pekerjaan domestik/rumah tangga.
POKJA AMPL
laki-laki ( kaya & miskin), sedangkan perempuan mengerjakan pekerjaan yang tidak membutuhka n ketrampilan Sudah ada pembagian tugas (Skor 1=25) dan bertukar peran antara laki-laki dan perempuan untuk banyak jenis pekerjaan/kegiat an di rumah tangga yang dilakukan bersama oleh laki- laki dan perempuan. Pembagian tugas tetap ada walaupun fungsi laki-laki lebih dominan dalam perencanaan dan pembangunan fisik sanitasi
melakukan pekerjaan yang sifatnya sukarela (Skor 1=25)
yang termasuk golongan Kaya/Mampu , Sedang dan Miskin/Tidak Mampu dalam hal kepemilikan asset, kondisi rumah, jenis pekerjaan, pendidikan dan akses terhadap pelayanan publik. Jumlah masyarakat yang tergolong kaya 0%, sementara yang tergolong menengah 9,09% dan yang miskin 90,91%. Angka ini berkorelasi tinggi dengan
Bab 5 - Halaman 32
akses ke sarana jamban (Skor 3=75)
Akan tetapi kondisi saluran sering mampet/tidak mengalir dengan baik. Hal ini disebabkan muka air sungai lebih tinggi dari letak bangunan saluran, sehingga air akan membalik dan tidak bisa mengalir dg baik.
mpulan sampah (Skor 0 = 0) Sampah dibuang ke rawa-rawa atau tanah kosong di sekitar rumah.
berinteraksi dengan masyarakat, dan memperoleh pengakuan resmi dari pemerintah (Skor 3=75) 3 lembaga yang mempunyai manfaat besar dan hubungan dekat dengan masyarakat serta ada pengakuan resmi dari yaitu Kelurahan, RT dan Puskesmas. Ada 2 lembaga yang mempunyai manfaat besar dan mempunyai hubungan dekat dengan masyarakat, tetapi tidak mempunyai pengakuan resmi dari pemerintah yaitu Pengajian & TPQ.
Buku Putih Sanitasi Kota Makassar - 2011
POKJA AMPL
ciri-ciri yang telah disebutkan di atas. 7.
Untia – Biringkana ya
Untuk sarana air minum, musholla & gedung serba guna → Pembanguna n berhasil ¾ dan hanya dapat dimanfaatka n oleh ½ masyarakat (Skor 2=50)
Pernah dilakukan dan masyarakat berkontribu si berupa tenaga kerja, konsumsi, iuran dan uang tunai. (Skor 3=75)
Pekerjaan yang berhubungan dengan hal-hal teknis umumnya masih didominasi dan dilakukan oleh laki-laki, sedangkan perempuan mengerjakan pekerjaan domestik/rumah tangga. Sudah ada pembagian tugas dan bertukar peran antara lakilaki dan perempuan untuk banyak jenis pekerjaan/kegiata n di rumah tangga yang dilakukan bersama oleh laki- laki dan perempuan.
Pekerjaan dengan ketrampilan dikerjakan hanya oleh laki-laki ( kaya & miskin), sedangkan perempuan mengerjakan pekerjaan yang tidak membutuhka n ketrampilan (Skor 1=25)
Pekerjaan yang Ciri-ciri yang dibayar hanya sangat dilakukan oleh laki- membedakan laki (kaya & diantar miskin), masyarakat perempuan hanya yang melakukan termasuk pekerjaan yang golongan sifatnya sukarela Kaya/Mampu , Sedang dan (Skor 1=25) Miskin/Tidak Mampu dalam hal kepemilikan asset, kondisi rumah, jenis pekerjaan, pendidikan dan akses terhadap pelayanan publik. Jumlah masyarakat yang tergolong kaya 0%,
Bab 5 - Halaman 33
Semua rumah tangga TIDAK mempunyai akses ke sarana jamban (Skor 0=0) Masyarakat b.a.b di tempattempat terbuka seperti kebun, tanah kosong, rawa-rawa, sungai.
Semua rumah tangga TIDAK mempunyai akses ke sarana drainase lingkungan. (Skor 0=0) Di lokasi ini sering terjadi banjir dan ROB
Lebih dari ¾ rumah tangga TIDAK mempunyai akses ke sarana pengelolan/peng u mpulan sampah (Skor 0=0)
Ada lembaga lokal yang penting/ bermanfaat untuk sebagian besar warga, rutin berinteraksi dengan masyarakat, dan memperoleh Sampah dibuang pengakuan resmi dari pemerintah ke rawa-rawa (Skor 3=75) atau tanah kosong di sekitar 3 lembaga yang rumah. mempunyai manfaat besar dan hubungan dekat dengan masyarakat serta ada pengakuan resmi dari yaitu RT, RW dan Posyandu Ada 2 lembaga yang mempunyai manfaat besar tapi tidak mempunyai hubungan dekat
Buku Putih Sanitasi Kota Makassar - 2011
POKJA AMPL
sementara yang tergolong menengah 17,95% dan yang miskin 82,05%. Angka ini berkorelasi tinggi dengan ciri-ciri yang telah disebutkan di atas. 8.
Parangloe - Untuk sarana Tamalanre MCK → a Pembanguna n ½ berhasil tetapi tidak dapat dimanfaatka n oleh masyarakat (Skor 1=25)
Pernah dilakukan dan masyarakat berkontribusi berupa tenaga kerja, konsumsi, iuran dan uang tunai. (Skor 3=75)
Pekerjaan yang berhubungan dengan hal-hal teknis umumnya masih didominasi dan dilakukan oleh laki-laki, sedangkan perempuan mengerjakan Laki-laki kaya pekerjaan domestik/rumah & miskin tangga. tidak mau berkontribusi dlm bentuk Sudah ada pembagian tugas material dan bertukar local, peran
Pekerjaan dengan ketrampilan dikerjakan hanya oleh laki-laki ( kaya & miskin), sedangkan perempuan mengerjakan pekerjaan yang tidak membutuhka n ketrampilan (Skor 1=25)
Pekerjaan yang dibayar hanya dilakukan oleh lakilaki (kaya & miskin), perempuan hanya melakukan pekerjaan yang sifatnya sukarela (Skor 1=25)
Ciri-ciri yang sangat membedaka n diantar masyarakat yang termasuk golongan Kaya/Mamp u, Sedang dan Miskin/Tidak Mampu dalam hal kepemilikan asset, kondisi rumah, jenis pekerjaan,
Bab 5 - Halaman 34
dengan masyarakat yaitu Kelurahan dan Kecamatan.
Lebih dari ¾ rumah tangga masyarakat TIDAK memiliki akses ke jamban (Skor 0=0)
Lebih dari ¾ rumah tangga masyarakat TIDAK mempunyai akses ke sarana drainase lingkungan. (Skor 0=0) Di lokasi ini sering terjadi banjir dan ROB
Semua rumah tangga TIDAK mempunyai akses ke sarana pengelolan/peng umpulan sampah (Skor 0=0)
Ada lembaga lokal yang penting/berman faat untuk sebagian besar warga, rutin berinteraksi dengan Sampah dibuang masyarakat, namun tidak ke rawa-rawa memperoleh atau tanah kosong di sekitar pengakuan resmi dari rumah. pemerintah (Skor 3=75) Ada 1 lembaga di tingkat masyarakat yang mempunyai
Buku Putih Sanitasi Kota Makassar - 2011
sedangkan perempuan kaya & miskin tidak mau berkontribusi dalam bentuk tenaga kerja
antara laki-laki dan perempuan untuk banyak jenis pekerjaan/kegiat an di rumah tangga yang dilakukan bersama oleh laki- laki dan perempuan.
POKJA AMPL
pendidikan dan akses terhadap pelayanan publik. Jumlah masyarakat yang tergolong kaya 6,25%, sementara yang tergolong menengah 66,67% dan yang miskin 27,08%. Angka ini berkorelasi tinggi dengan ciriciri yang telah disebutkan di atas.
Bab 5 - Halaman 35
manfaat sangat besar bagi masyarakat dan mempunyai hubungan sangat dekat tetapi tidak mendapatkan pengakuan dari pemerintah yaitu Pengajian. Sementara ada beberapa lembaga yang diakui oleh pemerintah serta mempunyai manfaat besar tetapi mempunyai hubungan yang jauh dengan masyarakat yaitu Kecamatan, Kelurahan, RT, Puskesmas dan Posyandu
Buku Putih Sanitasi Kota Makassar - 2011
POKJA AMPL
Keterangan: 1. A. Alur Sejarah Masyarakat → Tingkat Keberhasilan Pembangunan B. Kemauan Berkontribusi → Pengalaman membangun prasarana secara gotong royong dan kemauan berkontribusi 2. A. Siapa Melakukan Apa B. Pembagian Jenis Pekerjaan Berdasarkan Jender 1. Keseimbangan beban kerja antara perempuan, laki-laki, kaya dan miskin selama masa pelaksanaan & pemeliharaan sarana 2. Keseimbangan dalam pembayaran upah kerja (dalam bentuk uang dan in-kind/lainnya) selama masa pemeliharaan 3 A. Klasifikasi Kesejahteraan B. Pemetaan Sosial Masyarakat & Matriks Sanitasi 1. Proporsi dan tingkat kesejahteraan masyarakat terhadap akses jamban 2. Proporsi dan tingkat kesejahteraan masyarakat terhadap akses drainase lingkungan 3. Proporsi dan tingkat kesejahteraan masyarakat terhadap akses pengelolaan/pengumpulan sampah 4. Kesiapan Kelembagaan Saat Ini (Diagram Venn)
5.3. Media dan Komunikasi untuk Peningkatan Kepedulian Sanitasi Sanitasi dan kepedulian masyarakat tidak dapat lepas dari komunikasi dimana dalam komunikasi terdapat pengirim pesan (komunikator), media/saluran komunikasi, pesan yang ingin disampaikan, alat/tools komunikasi yang digunakan serta sasaran komunikasi (komunikan). Untuk itu dilakukan studi media yang merupakan salah satu studi yang dilakukan oleh pokja Sanitasi kota Makassar dalam rangka melengkapi data untuk buku putih. Buku putih yang merupakan rangkuman kondisi eksisting kota diharapkan dapat menyediakan semua informasi mengenai kota termasuk mengenai media yang terdapat di kota termasuk di dalamnya preferensi media masyarakat. Studi media dilakukan dengan tujuan: Mengetahui pengalaman-pengalaman dan kapasitas pemerintah kota dalam menyelenggarakan kegiatan-kegiatan pemasaran sosial termasuk di sini adalah media yang digunakan, jenis kegiatan, isu-isu yang diangkat, khalayak sasaran dan catatan pembelajarannya Mengetahui pandangan media massa terhadap isu-isu sanitasi yang akan diangkat oleh pemkot dan ISSDP dan peluang- peluang kerjasama dengan media massa Mengetahui pola pencarian informasi rumah tangga terkait dengan isu-isu kesehatan dan isu sosial lainnya Mendapatkan informasi mengenai konsumsi dan preferensi media dan kegiatankegiatan kemasayarakatan khalayak yang potensial menjadi saluran komunikasi isu-isu sanitasi Adapun hasil dari studi ini dapat dimanfaatkan sebagai berikut: Sebagai salah satu bahan untuk menyusun strategi kampanye kepedulian sanitasi. Digunakan sebagai dasar perencanaan media untuk kampanye kepedulian sanitasi. Media belajar bersama, khususnya bagi pokja sanitasi untuk kegiatan sejenis di masa mendatang. Selain itu manfaat lain dari studi ini adalah terinformasikannya program pembangunan sanitasi kota dan pokja sanitasi kota kepada nara sumber yang diwawancarai (instansi pemerintah dan media massa).
Bab 5 - Halaman 36
Buku Putih Sanitasi Kota Makassar - 2011
POKJA AMPL
Mengingat studi media memerlukan update sebelum kampanye dilakukan, metode yang digunakan adalah metode pemantauan cepat (rapid appraisal methods). Metode ini merupakan cara yang cepat dan murah untuk mengumpulkan informasi mengenai pandangan dan masukan dari populasi sasaran dan stakeholders lainnya mengenai media komunikasi. Metode yang dipergunakan meliputi: Wawancara informan kunci (key informant interview). Wawancara ini terdiri serangkaian pertanyaan terbuka yang dilakukan terhadap individu-individu tertentu yang sudah diseleksi karena dianggap memiliki pengetahuan dan pengalaman mengenai topik atau keadaan di wilayahnya. wawancara bersifat kualitatif, mendalam dan semi- terstruktur Pengamatan langsung (direct observation). melakukan kunjungan lapangan atau pengamatan langsung terhadap media komunikasi. Data yang dikumpulkan dapat berupa informasi mengenai sumber- sumber informasi yang tersedia, kegiatan program pemasaran sosial yang sedang dan telah berlangsung, pemanfaatan media formal dan informal, kerjasama dengan media massa dll. Survey kecil (mini-survey). Penerapan kuesioner terstruktur (daftar pertanyaan tertutup) terhadap sejumlah kecil sample (antara 50-75 orang). Nara sumber menggunakan purposive sampling yaitu sampel yang telah ditentukan. Di kota Makassar, sampel merupakan penduduk di semua kelurahan merah secara random. Kuesioner dibagikan pada saat pelaksanaan PMJ di salah satu RT yang dianggap terparah di daerah merah. Berikut hasil pemetaan yang dilakukan oleh pokja : 1.
Hasil pengumpulan data dari SKPD
Pengumpulan data dari SKPD dilakukan dengan mewawancarai nara sumber di masingmasing SKPD yang berhubungan dengan sanitasi. Untuk kota Makassar, wawancara dilakukan pada narasumber dari 6 SKPD/dinas yaitu Bappeda, Badan Lingkungan Hidup Daerah (BLHD), Dinas Kesehatan (Dinkes), Dinas Pekerjaan Umum (PU) dan Dinas Pertamanan dan Kebersihan (DPK). Tabel 5.11 Hasil Pemetaan Komunikasi Beberapa SKPD Kota Makassar SKPD/dinas Bappeda
•
•
• •
Hasil Pemetaan Merupakan salah satu SKPD yang mempunyai tugas dan fungsi sebagai perencana pembangunan Daerah termasuh bidang sanitasi . SKPD/ memiliki anggaran sendiri untuk memproduksi dokumen perencanaan pembangunan daerah dan menyebarluaskan dokumen perencanaan daerah dalam bentuk sosialisasi, publikasi secara mandiri dan ada juga yang bekerjasama dengan Bagian Humas Dan Protokol Sekretariat Daerah. Alat komunikasi yang digunakan: leaflet, baliho, spanduk, dan radio ekspose. Di Makassar nuansa religius sangat tinggi (terutama muslim) tokoh-tokoh agama merupakan komunikator yang baik acara pengajian selalu dipenuhi oleh masyarakat.
Bab 5 - Halaman 37
Buku Putih Sanitasi Kota Makassar - 2011
POKJA AMPL
Badan Lingkungan Hidup (BLH)
• Diantaranya Terdiri dari Bidang Tata Lingkungan dan Penataan Lingkungan Sub Bidang dampak lingkungan dan Sub Bidang Penataan dan Penegakan Hukum Lingkungan, Bidang pengawasan dan pengendalian lingkungan, dengan Sub Bidang Pengendalian Pencemaran Air, Udara dan Tanah dan Sub Bidang Pengawasan Limbah B3 dan Domestik. Bidang Pemulihan Kerusakan Lingkungan dan Konservasi Sumber Daya Alam, Serta Bidang Pengembangan Kapasitas dan Partisipasi Masyarakat. • Menggunakan brosur, leaflet, radio ekspose, spanduk, wawancara radio dan dengan warga untuk isu lingkungan. Tools/materi komunikasi lebih sering diproduksi sendiri. Belum menggunakan media cetak dengan maksimal. Media cetak hanya diundang ketika ada acara.
,Dinas Kesehatan (Dinkes)
• Menggunakan spanduk, leaflet, wawancara di radio, iklan layanan masyarakat di radio, power point, artikel di koran lokal sebagai tools komunikasi yang disebarkan/dilakukan pada saat pertemuan dengan warga. • Untuk produksi materi komunikasi sendiri dan juga ada bekerjasama dengan humas.
Dinas Pekerjaan Umum (PU)
Dinas Pertamanan dan Kebersihan (DPK)
Salah Satu bagian di Dinas PU adalah Bidang Sarana Dan Prasarana Lingkungan (SPL), Seksi Sanitasi, Seksi Prasarana Lingkungan, dan Seksi Air Bersih Memiliki Komitmen yang jelas untuk mengutamakan sektor Sanitasi sebagai prioritas Utama, dalam renstra Dinas PU. Memeliki anggaran yang cukup untuk melakukan kegiatan percepatan pembangunan sanitasi Melakukan inisiatif kerjasama dengan berbagai pihak terkait sanitasi tingkat Propinsi/Pemerintah Pusat/Lembaga Donor Menggunakan spanduk, leaflet, wawancara di radio, iklan layanan masyarakat di radio, power point, artikel di koran lokal sebagai tools komunikasi yang disebarkan/dilakukan pada saat pertemuan dengan warga. Untuk produksi materi komunikasi sendiri dan juga ada bekerjasama dengan humas. Salah Satu bidang di Dinas PDK adalah Bidang Pengembangan Kapasitas Kebersihan Kota dan Bidang Penataan Kebersihan Kota. Memiliki Komitmen yang jelas untuk mengutamakan sektor Sanitasi sebagai prioritas Utama, dalam renstra Dinas PDK. Memeliki anggaran yang cukup untuk melakukan kegiatan pengelolaan sanitasi khususnya persampahan. Melakukan inisiatif kerjasama dengan berbagai pihak terkait sanitasi tingkat Propinsi/Pemerintah Pusat/Lembaga Donor dan masyarakat Menggunakan spanduk, leaflet, wawancara di radio, iklan layanan masyarakat di radio, power point, artikel di koran lokal sebagai tools komunikasi yang disebarkan/dilakukan pada saat pertemuan dengan warga. Bab 5 - Halaman 38
Buku Putih Sanitasi Kota Makassar - 2011
POKJA AMPL
Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa narasumber dari SKPD/dinas dapat ditarik kesimpulan yaitu: Masing-masing SKPD/Dinas di kota Makassar telah memiliki kegiatan dan anggaran untuk komunikasi termasuk di dalamnya produksi materi komunikasi. Untuk produksi materi komunikasi dikerjakan langsung oleh SKPD/Dinas bersangkutan namun juga pernah bekerjasama dengan humas. Materi komunikasi yang digunakan masih terbatas dalam bentuk spanduk, lealet, poster, baliho, dan iklan layanan masyarakat di radio. Untuk isu tertentu, beberapa SKPD/Dinas telah bekerjasama dalam melakukan kegiatan sosialisasi/penyuluhan sehingga informasi yang diberikanpun bisa lebih lengkap dan terpadu. SKPD/Dinas sudah menggunakan s a l a h s a t u Radio Kota yang ada di kota Makassar sebagai salah satu media dalam menyebarkan informasi namun masih belum maksimal karena belum berkesinambungan. SKPD/dinas masih belum memaksimalkan media cetak. Media cetak hanya diundang ketika ada acara. 2.
Hasil pengumpulan data dari media massa lokal
Di kota Makassar terdapat cukup banyak media massa lokal termasuk di dalamnya radio dan media cetak.
5.4
Keterlibatan Sektor Swasta Dalam Layanan Sanitasi
5.4.1. Sektor Persampahan Gambar 5.6 Salah Satu armada angkutan sampah yang ada di Kota Makassar
Pengelolaan persampahan di Kota Makassar berada berada di bawah Dinas Pengelolaan Lingkungan Hidup dan keindahan serta Perusahaan Daerah Kebersihan yang dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Kota Makassar nomor 32 Tahun 2000 tanggal 23 Desember 2000 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Keindahan . Peran serta masyarakat dan swasta dalam pengelolaan persampahan kawasan, dilakukan melalui : (i) penyuluhan akan arti pentingnya kebersihan lingkungan (ii) membentuk mitra kerja dengan masyarakat sebagai partner di lapangan dan jenis kegiatan yang dapat dilakukan atau diserahkan kepada masyarakat (iii) membentuk mitra kerja kerja dengan swasta meliputi kegiatan pengangkutan, pemindahan (transfer depo) atau pembuangan akhir. Serta penanganan suatu kawasan permukiman baru dan kawasan strategis.
Bab 5 - Halaman 39
Buku Putih Sanitasi Kota Makassar - 2011
1.
POKJA AMPL
Pengelolaan TPA Tamangapa
Berdasarkan catatan unit pengelola TPA, volume sampah yang masuk tiap hari sebanyak 3.373,42 m3/hari. Metode penampungan sampah masih menggunakan open dumping. Saat ini diperkirakan ada sekitar puluhan orang pemulung yang beroperasi di TPA Tamangapa. Permasalahan utama yang menjadi kendala dalam penangan sampah di Kota Makassar adalah : 1). Terbatasnya sarana dan prasarana pengelolaan kebersihan 2). Kurangnya partisipasi aktif dan swasta dalam pengelolaan kebersihan 3). Inisiatif yang sudah/sedang dilakukan SKPD dalam meningkatkan kualitas 5). Berusaha menaikan anggaran untuk pengelolaan persampahan 2.
Pengusaha Penampung (Pengepul) dan Atau Pengusaha Produksi Daur Ulang Barang Bekas
Partisipasi sektor swasta dalam penanganan sampah Kota Pekalongan belum memasuki pada tatanan formal. Pihak Pemerintah Kota Makassar juga belum mengagendakan adanya kerja sama formal yang dituangkan dalam suatu kontrak kerja. Melalui Studi SSA ini diharapkan akan muncul sebuah inspirasi yang lebih memungkinkan adanya sinergi, baik secara formal maupun informal antara pihak Pemerintah Kota Makassar dengan sektor swasta setempat, khususnya dalam penanganan sampah kota. Inisiatif pihak swasta dalam persampahan sudah bermunculan dengan sendirinya karena mereka melihat adanya peluang bisnis. Mereka mengumpulkan sampah non organik baik yang bersumber dari rumah tangga maupun dari fasilitas umum dan kawasan bisnis (hotel, restoran dll) yang memiliki nilai jual. Sejauh ini belum ada interaksi formal antara dinas yang terkait dengan terkait pengelolaan sampah tersebut.
para
pelaku
bisnis
5.4.2 Sektor Limbah Cair Sejauh ini di Kota Makassar belum ada perusahaan swasta yang melakukan jasa penyedotan tinja. Pelayanan penyedotan tinja di Kota Makasssar sampai dengan Tahun 2009 ditangani oleh PD Kebersihan Kota Makassar melalui SK walikota Makassar No 7255 tahun 1999. Namun demikian sejak adanya reorganisasi, maka perusahaan tersebut telah ditiadakan, selanjutnya pengelolaan IPLT berada pada Dinas Pertamanan dan Kebersihan. Peluang bisnis sanitasi terutama limbah cair di Kota Makassar cukup menarik karena hampir semua rumah di kawasan perumumahan penduduk baik di kawasan kumuh untuk limbah cair terutama untuk pembuangan limbah cair dari BAB menggunakan Septik tank. Survey EHRA mengenai kondisi jamban masyarakat menunjukan prosentase berikut : • 73,8 % jamban siram/ leher angsa yang menggunakan tangki septik • 2,0 % jamban siram menggunakan cubluk • 0,3 % jamban siram yang disalurkan langsung ke kolam • 0,7 % jamban non siram menggunakan cubluk • 0,4 % jamban non siram yang disalurkan tangki septik • 22,8 % jamban di atas kolam atau buang air terbuka
Bab 5 - Halaman 40