1 BAB 5: Hal 5-5. AREA BERESIKO SANITASI Penetapan area beresiko sanitasi di Kota Banjarbaru didapatkan dari kompilasi hasil2 skoring terhadap data se...
AREA BERESIKO SANITASI Penetapan area beresiko sanitasi di Kota Banjarbaru
didapatkan dari kompilasi hasil
sanitasi. Skoring data sekunder memiliki bobot 30% dari total penilaian, skoring hasil studi EHRA berbobot 30%, sedangkan skoring persepsi SKPD memiliki bobot 40%. Skor diberikan antara 1 - 4 untuk menggambarkan tingkat risiko dimana skor 4 = risiko yang sangat tinggi ditunjukkan warna merah; skor 3 = risiko tinggi ditunjukkan warna kuning; skor 2 = risiko rendah ditunjukkan warna hijau; skor 1 = risiko sangat rendah ditunjukkan warna biru. Penentuan area beresiko sanitasi ditentukan dengan kriteria gabungan sebagai berikut :
Berdasarkan data sekunder
Berdasarkan persepsi SKPD
Berdasarkan hasil studi EHRA Sedangkan penentuan Skoring resiko ditetapkan dalam 4 skala, yaitu :
1 = resiko sangat rendah (warna biru)
2 = resiko rendah (Warna hijau)
3 = resiko tinggi (Warna kuning)
4 = resiko sangat tinggi (warna merah)
BUKU PUTI SANITASI KOTA BANJARBARU
skoring terhadap data sekunder sanitasi, hasil studi EHRA dan persepsi SKPD terkait sector
Kepadatan penduduk = jumlah penduduk (orang) / luas area (Ha) Persentase KK miskin = (jumlah kk miskin / jumlah total kk) * 100% Persentase layanan air minum = {(jumlah SR * jumlah orang/kk)+(jumlah HU*jumlah orang/kk)} / jumlah total orang dlm area tsb *100% Persentase layanan jamban = (jumlah jamban / jumlah rumah) * 100% Persentase luas terbangun = (L.terbangun/L.wilayah)* 100 % Persentase sampah terangkut = (jumlah sampah terangkut/jumlah timbunan sampah ) *100 %
Hal
Penentuan area beresiko berdasarkan data sekunder adalah adalah kegiatan dan memetakan tingkat resiko berdasarkan data yang telah ada dalam SKPD, Parameter untuk menentukan area beresiko berdasarkan data sekunder adalah :
5-2
A. AREA BERESIKO MENURUT DATA SEKUNDER
penduduk, jumlah rumah tangga miskin, jumlah populasi yang terlayani jaringan air bersih (PDAM), dan kepemilikan jamban pribadi. Masing-masing data tersebut mewakili indicator sub sector sanitasi yang menjadi pembahasan dalam buku putih sanitasi ini. Untuk indikator genangan air tidak digunakan dalam penetapan area beresiko sanitasi di Kota Banjarbaru karena berdasarkan DPU selaku SKPD teknis, di Kota Banjarbaru tidak terjadi genangan yang sesuai SPM. Secara lebih jelas, area beresiko sanitasi berdasarkan data sekunder dapat dilihat pada tabel 5.1
No
TABLE 5.1 PENENTUAN AREA BERESIKO MENURUT DATA SEKUNDER Indikator Resiko (skor) Rata-rata Desa/Kelurahan tertimbang 1 2 3 4 5 6 bobot
…%
…..%
…..%
….%
….%
….%
100 %
1 2 3 4 5
BUKU PUTI SANITASI KOTA BANJARBARU
Data sekunder yang dibutuhkan dalam penilaian area beresiko sanitasi adalah kepadatan
Sumber : hsil Analisis Keterangan : 1= Kepadatan Penduduk 4 = layanan jamban 2 = Jumlah KK Miskin 5 = Luas wilayah terbangun 3 = layanan air minum 6 = Sampah Terangkut Data sekunder yang dapat diperoleh sampai dengan kelurahan
B. AREA BERESIKO MENURUT PERSEPSI SKPD Sedangkan area beresiko berdasarkan persepsi SKPD adalah adalah berdasarkan pengamatan, pengetahuan praktis dan keahlian profesi yang dimiliki individu anggota pokja kabupaten/kota. Parameter untuk menentukan area beresiko berdasarkan persepsi SKPD adalah :
Persepsi SKPD termasuk didalamnya mempertimbangkan fungsi tata ruang (urban function) dimasa mendatang
SKPD yang terlibat dalam memberikan skor harus disepakati bersama
Hal
Jumlah
5-3
dst
3 4 5 dst Jumlah Sumber : hasil Analisis Keterangan : 1= Bappeda 2 = Dinas PU Cipta karya 3 = Dinas Kesehatan
4 = KLH 5 = Dinas PU Pengairan 6 = lain-lain
a) Area Beresiko Menurut Hasil Studi EHRA area beresiko berdasarkan hasil studi EHRA adalah adalah kegiatan menilai dan memetakan tingkat resiko berdasarkan parameter untuk menentukan area beresiko berdasarkan persepsi SKPD adalah : - Sumber Air - Air Limbah Domestik - Persampahan - Drainase - Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
BUKU PUTI SANITASI KOTA BANJARBARU
2
5-4
1
Hal
No
TABLE 5.2 PENENTUAN AREA BERESIKO MENURUT PERSEPSI SKPD SKPD (skor) Rata-rata Desa/Kelurahan 1 2 3 4 5 dst
3 4 5 dst Jumlah Sumber : hasil Analisis Keterangan : 1= Sumber air 2 = Air limbah Domestik 3 = persampahan
4 =drainase 5 = PHBS
Berdasarkan penentuan area beresiko berdasarkan 3 kriteria, yaitu dari hasil data sekunder, persepsi SKPD, hasil studi EHRA dan hasil kunjungan lapangan (observasi) untuk memverifikasi hasil penentuan area berisiko serta hasil nkesepakatan akhir dari seluruh anggota pokja, maka ditetapkan area beresiko di Kabupaten/kota................... tahun 2012, lihat Tabel 5.4 dan Gambar 5.1
BUKU PUTI SANITASI KOTA BANJARBARU
2
5-5
1
Hal
No
TABLE 5.3 PENENTUAN AREA BERESIKO MENURUT STUDI EHRA Indikator Resiko dari EHRA (skor) Rata-rata Desa/Kelurahan 1 2 3 4 5
Hal
5-6
BUKU PUTI SANITASI KOTA BANJARBARU
POSISI PENGELOLA SANITASI SAAT INI
5.2.1 PENGELOLAAN DOMESTIK
2
3
4
5
AIR
LIMBAH
TABLE 5.X PENGELOLAAN SANITASI SUB SEKTOR AIR LIMBAH DOMESTIC SAAT INI DI KOTA BANJARBARU User Penampungan Pengolahan Pembuangan pengaliran pengelolaan Input interface awal akhir /daur ulang Black WC Kondisi eksisting Tangki septic sungai water sentor pengelolaan Black WC Kondisi eksisting sewer IPAL Sungai water sentor pengelolaan Black WC Kondisi eksisting sungai water helicopter Pengelolaan Grey Kondisi eksisting Tangki septic sungai Water Pengelolaan Grey sungai Kondisi eksisting Water Pengelolaan
4-7
1
SUB-SECTOR
5.2.2 PENGELOLAAN SANITASI SUB-SEKTOR PERSAMPAHAN
Hal
No
SANITASI
BUKU PUTI SANITASI KOTA BANJARBARU
5.2
3 4 5
BUKU PUTI SANITASI KOTA BANJARBARU
2
4-8
1
Hal
No
TABLE 5.X PENGELOLAAN SANITASI SUB SECTOR AIR PERSAMPAHAN SAAT INI DI KOTA BANJARBARU Penampungan Pemrosesan User Penampungan Pengolahan pengelolaan Input setempat pengangkutan akhir interface setempat antara /daur ulang Sampah Tong Kondisi eksisting Becak motor TPS Truk sampah TPA oraganik sampah pengelolaan Kondisi eksisting pengelolaan Kondisi eksisting Pengelolaan Kondisi eksisting Pengelolaan Kondisi eksisting Pengelolaan
Tabel 5.1. Area Beresiko Sanitasi Berdasarkan Data Sekunder