[BUKU PUTIH SANITASI KOTA YOGYAKARTA]
BAB II GAMBARAN UMUM KOTA YOGYAKARTA
2.1. Geografis, Administratif dan Kondisi Fisik 2.1.1. Geografis dan Kondisi Fisik Kota Yogyakarta terletak di koordinat 110’24'19"-110’28'53" Bujur Timur dan 07’49'26" – 07’15'24" Lintang Selatan. Luas Kota Yogyakarta adalah sekitar 32,5 Km2 atau 1,02 % dari luas wilayah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Kota Yogyakarta dialiri oleh 3 sungai. Sungai tersebut antara lain Sungai Gajahwong yang mengalir di bagian timur kota, Sungai Code di bagian tengah dan Sungai Winongo di bagian barat kota. Lebih lengkapnya dapat dilihat dalamTabel berikut: Tabel 2. 1. Air Permukaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Opak Oyo No
Nama DAS Sub Das
Luas (ha)
1
Opak Oyo SUB DAS OPAK SUB DAS OYO I
48,659.08 75,473.20
SUB DAS WINONGO
13,920.36
Sumber: Badan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Serayu Opak Progo, 2009
DAS Opak Oyo terdiri dari 3 sub DAS antara lai Sub DAS Opak, Sub DAS Oyo dan Sub DAS Winongo. Untuk lebih jelasnya berikut disajikan gambar peta DAS Opak Oyo pada sebagai berikut.
16 Kelompok Kerja Sanitasi Kota Yogyakarta Tahun 2012
16
[BUKU PUTIH SANITASI KOTA YOGYAKARTA]
Gambar Peta DAS Opak Oyo
17 Kelompok Kerja Sanitasi Kota Yogyakarta Tahun 2012
17
[BUKU PUTIH SANITASI KOTA YOGYAKARTA]
Kota Yogyakarta yang merupakan bagian dataran lereng Gunung Merapi secara umum memiliki topografi datar. Sebesar 88,94% lahan berada pada kemiringan 0-2%, 9,64% berada pada kemiringan 2-15%, dan 1,09% berada pada kemiringan 15-40%, serta sisanya 0,34% berada pada kemiringan diatas 40%. Lebih lengkapnya terdapat dalam Tabel . berikut: Tabel Luas Wilayah Kota Yogyakarta Berdasarkan Kemiringan Lahan No
Kecamatan
Luas berdasarkan lereng / kemiringan lahan 0 – 2%
2 – 15%
15 – 40%
> 40%
1
Mantrijeron
244,4342
12,1800
4,3858 0
0
2
Kraton
140,0000
0
0
0
3
Mergangsan
105,0550
25,9450
0
0
4
Umbulharjo
764,5430
45,0400
1,6600
0,7300
5
Kotagede
277,800
23,2600
2,5200
3,9400
6
Gondokusuman
328,5800
67,7600
2,6600
0
7
Danurejan
75,8600
27,6400
5,9400
0,5600
8
Pakualaman
63,0000
0
0
0
9
Gondomanan
105,9200
6,0800
0
0
10
Ngampilan
50,9200
31,0800
0
0
11
Wirobrajan
147,3500
21,2600
6,0600
1,3300
12
Gedongtengen
84,4400
8,3200
2,8200
0,4200
13
Jetis
148,3200
20,7400
0,4800
0,4600
14
Teglarejo
254,6600
24,0200
8,8200
3,5000
2.890,3892
313,3200
35,3458
10,9400
Jumlah
Sumber: Badan Pertanahan Kota Yogyakarta, 2011
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa semua kecamatan di Kota Yogyakarta terletak di daratan yang datar. Kecamatan Kraton dan Pakualaman yang merupakan pusat pemerintahan pada zaman Keraton Yogyakarta merupakan dua kecamatan yang semua wilayahnya terletak di lahan yang datar (flat). Kemiringan lereng landai (2-15%) terluas berada di kecamatan Gondokusuman (67,76 ha) dan Umbulharajo (45,04 ha). Lahan dengan kemiringan lereng curam yang terluas berada di Kecamatan Tegalrejo (8,82 ha), Wirobrajan (6,06 ha) dan Danurejan (5,94). Kemiringan lereng akan sangat berpengaruh terhadap perancangan sistem drainase, karena sifat air yang mengalir menuju tempat yang rendah mengikuti hukum grafitasi. Lahan dengan
18 Kelompok Kerja Sanitasi Kota Yogyakarta Tahun 2012
18
[BUKU PUTIH SANITASI KOTA YOGYAKARTA]
kemiringan datar akan membuat perencanaan drainase dan pembuangan limbah menjadi lebih kompleks karena air cenderung sulit mengalir di tempat datar. Sebagian wilayah Kota Yogyakarta berada pada ketinggian kurang dari 100 meter dpa (1.657 Ha), sementara sisanya sebesar 1.593 Ha berada pada ketinggian antara 100-700 meter dpa. Kecamatan yang semua wilayahnya terletak pada ketinggian diatas 100 - 700 m merupakan kecamatan yang terletak di bagian utara Kota Yogyakarta. Hal tersebut dikarenakan Kota Yogyakarta merupakan dataran lereng gunung merapi yang terletak di bagian utara. Wilayah yang memiliki ketinggian 100 m – 700 m dari permukaan laut tersebut berada di kecamatan Mergangsan, Gondokusuman, Danurejan, Pakualaman, Gedongtengen, Jetis dan Tegalrejo. Sedangkan kecamatan yang terletak semua wilayahnya berada pada di ketinggian 0-100 m dpa adalah kecamatan Mantrijeron dan Kraton. Data ketinggian wilayah secara lengkap tersaji pada Tabel berikut: Tabel Luas Wilayah Kota Yogyakarta Berdasarkan Ketinggian No
Kecamatan
Ketinggian 50 – 100 m
100 – 700 m
1
Mantrijeron
261,0000
0
2
Kraton
140,0000
0
3
Mergangsan
202,1050
28,8950
4
Umbulharjo
604,6456
205,3544
5
Kotagede
302,4915
4,5085
6
Gondokusuman
0
399,0000
7
Danurejan
0
110,0000
8
Pakualaman
0
63,0000
9
Gondomanan
41,8925
70,1075
10
Ngampilan
30,7500
51,2500
11
Wirobrajan
72,4263
103,5737
12
Gedongtengen
0
96,0000
13
Jetis
0
170,0000
14
Teglarejo
0
291,0000
1.657,3109
1.592,6891
Jumlah
Sumber : Badan Pertanahan Kota Yogyakarta, 2011
Keberadaan Gunung Merapi juga berpengaruh terhadap jenis tanah Kota Yogyakarta. Jenis tanah yang terdapat di Kota Yogyakarta adalah tanah regosol yang terbentuk dari 19 Kelompok Kerja Sanitasi Kota Yogyakarta Tahun 2012
19
[BUKU PUTIH SANITASI KOTA YOGYAKARTA]
muntahan abu vulkanik gunung merapi. Kota Yogyakarta terletak di formasi batuan Sedimen Old Andesit. Karena Kota Yogyakarta rata-rata berada pada ketinggian kurang dari 100 m dpl, maka keberadaan air tanah relatih banyak. Berikut disajikan data terkait ketersediaan air tanah pada tabel berikut ini. Tabel Kondisi Air Tanah Kota Yogyakarta Tahun
Air Baku Utama
Produksi
Debit Hasil lt/det
2004
Air Tanah
17535644
556,05
2005
Air Tanah
18635137
590,92
2006
Air Tanah
17743192
562,63
2007
Air Tanah
18415649
583,96
2008*
Air Tanah
14310264
453,78
Sumber : Data Fungsi Kota Yogyakarta Tahun 2010
Berdasarkan pengamatan di lima stasiun pengamatan hujan Kota Yogyakarta mengalami musim hujan dengan curah hujan yang besar terjadi pada bulan Oktober sampai dengan Bulan Maret setiap tahunnya, seperti terlihat pada tabel 2.54 di bawah ini. Tabel Data Klimatologi dan Curah Hujan di Lima Stasiun Hujan Kota Yogakarta BULAN
KB DONGKELAN
PDAM
Nitikan
Tegalrejo
RATA-RATA
JML
JML
JML
JML
JML
JML
JML
JML
JML
JML
(mm)
(hh/rd )
(mm)
(hh/rd)
(mm)
(hh/rd )
(mm)
(hh/rd)
(mm)
(hh/rd )
Januari
147.5
18
335
23
1025
13
277.4
11
446.2
16
Februari
230.5
19
297
24
951
20
417
15
437.9
20
Maret
115.5
12
376
25
1045
11
7
26
385.9
19
174
15
234
19
1605
9
64
6
519.3
12
Mei
145.5
8
140
13
275
10
20
5
145.1
9
Juni
29
2
60
5
264
4
50.5
2
100.9
3
Juli
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
Agustus
0
0
0
0
60
7
0
0
15
1
September
0
0
11
3
180
17
0
0
47.8
5
April
Oktober November
15
4
65
4
273
15
0
0
88.3
6
94.5
11
173
10
420
26
0
7
171.9
14
20 Kelompok Kerja Sanitasi Kota Yogyakarta Tahun 2012
20
[BUKU PUTIH SANITASI KOTA YOGYAKARTA]
BULAN
KB DONGKELAN
PDAM
Nitikan
Tegalrejo
RATA-RATA
JML
JML
JML
JML
JML
JML
JML
JML
JML
JML
(mm)
(hh/rd )
(mm)
(hh/rd)
(mm)
(hh/rd )
(mm)
(hh/rd)
(mm)
(hh/rd )
75.5
7
141
12
436
28
147
10
199.9
14
Jumlah
1027
97
1832
138
6534
160
983
82
2594. 0
119
2008
1212
119
2222
167
7903
253
1130
99
3116. 7
160
2007
1622
99
2219
128
1949
64
1859
116
1912. 3
102
Desember
Sumber : Data Fungsi Kota Yogyakarta Tahun 2010
2.1.2. Administratif Secara administratif, Kota Yogyakarta merupakan ibukota Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, yang memiliki memiliki batas wilayah sebagai berikut : Sebelah Utara
: Kabupaten Sleman
Sebelah Timur
: Kabupaten Bantul dan Sleman
Sebelah Selatan
: Kabupaten Bantul
Sebelah Barat
: Kabupaten Bantul dan Sleman
21 Kelompok Kerja Sanitasi Kota Yogyakarta Tahun 2012
21
[BUKU PUTIH SANITASI KOTA YOGYAKARTA]
Gambar 2. 1. Peta Pembagian Wilayah Administrasi Kota Yogyakarta 22 Kelompok Kerja Sanitasi Kota Yogyakarta Tahun 2012
22
[BUKU PUTIH SANITASI KOTA YOGYAKARTA]
Kota Yogyakarta meliputi 14 kecamatan dan 614 kelurahan, 614 RW, dan 2524 RT 1583. Kecamatan Umbulharjo merupakan kecamatan yang memiliki wilayah paling luas yaitu 8,12 km2 atau sebesar 24,98% dari luas Kota Yogyakarta. Kecamatan Umbulharjo merupakan dengan kecamatan dengan jumlah kelurahan terbanyak, yaitu sebanyak 7 kelurahan. Selain Kecamatan Umbulharjo, kecamatan dengan jumlah kelurahan terbanyak berikutnya adalah Gondokosuman (3,99 ha) dengan 5 kelurahan. Kecamatan yang memiliki luasan terkecil adalah Kecamatan Pakualaman dengan luas 0,63 km 2 atau sebesar 1,94% dari total wilayah Yogyakarta, dan meliputi 2 kelurahan. Selain Kecamatan Pakualaman, kecamatan lain yang memiliki luas wilayah yang kecil adalah Gondomanan (1,12 km2), Ngampilan (0,82 km2) dan Gedongtengen (0,96 km2). Lebih lengkapnya tentang luas dan pembagian wilayah administrasi Kota Yogyakarta dapat dilihat dalam tabel berikut: Tabel 2. 2. Nama, Luas Wilayah per-Kecamatan dan Jumlah Kelurahan No
Kecamatan
Kelurahan
Luas area
Luas Wilayah
Jumlah
Jumlah
(km2)
(%)
RW
RT
1
Mantrijeron
3
2,61
8,03
55
230
2
Kraton
3
1,40
4,31
43
175
3
Mergangsan
3
2,31
7,11
60
216
4
Umbulharjo
7
8,12
24,98
83
326
5
Kotagede
3
3,07
9,45
40
1
6
Gondokusuman
6
3,99
12,28
65
275
7
Danurejan
3
1,10
3,38
43
160
8
Pakualaman
2
0,63
1,94
19
83
9
Gondomanan
2
3,99
12,28
31
110
10
Ngampilan
2
0,82
2,52
21
120
11
Wirobrajan
3
1,76
5,42
34
165
12
Gedongtengen
2
0,96
2,95
37
144
13
Jetis
3
1,70
5,23
37
167
14
Teglarejo
4
2,91
8,95
46
188
45
32,50
100,00
614
2.524
Jumlah
Sumber : RPJMD Kota Yogyakarta Tahun 2012
23 Kelompok Kerja Sanitasi Kota Yogyakarta Tahun 2012
23
[BUKU PUTIH SANITASI KOTA YOGYAKARTA]
2.2. Demografi Jumlah penduduk Kota Yogyakarta berdasarkan perhitungan tahun 2010 adalah sebesar 388.627 jiwa, yang terdiri dari 189.137 jiwa berjenis kelamin laki-laki dan 199.490 perempuan. Dengan luas wilayah sebesar 32,50 km2, kepadatan penduduk rata-rata kota Yogya adalah sebesar 11.958 jiwa per kilometer persegi. Lebih lengkapnya data jumlah dan kepadatan penduduk Kota yogyakarta tahun 2011, dapat dilihat dalam Tabel 2. 3. berikut : Tabel 2. 3. A. Jumlah Penduduk Dan Kepadatan Penduduk Kota Yogyakarta Tahun 2011
No.
Kecamatan
Luas Wilayah (km2)
Jumlah
Jumlah
Penduduk
penduduk
laki laki
perempuan
Jumlah penduduk
Kepadatan Penduduk (jiwa/km2)
1
Mantrijeron
2,61
15.190
16.077
31.267
11.980
2
Kraton
1,41
8.329
9.142
17.471
12.479
3
Mergangsan
2,31
14.375
14.917
29.292
12.681
4
Umbulharjo
8,12
37.114
39.626
76.743
9.451
5
Kotagede
3,07
15.516
15.636
31.152
10.147
6
Gondokusuman
3,99
21.915
23.378
45.293
11.352
7
Danurejan
1,01
9.020
9.322
18.342
16.675
8
Pakualaman
0,63
4.517
4.799
9.316
14.787
9
Gondomanan
1,12
6.095
6.934
13.029
11.633
10
Ngampilan
0,82
7.600
8.720
16.320
19.902
11
Wirobrajan
1,76
12.572
12.268
24.840
14.144
12
Gedongtengen
0,96
8.177
9.088
17.185
17.901
13
Jetis
1,70
11.451
12.033
23.454
13.796
14
Teglarejo
2,91
17.266
17.657
34.293
12.001
Jumlah
32,50
189.137
199.490
388.627
11.958
Sumber : Kota Yogyakarta Dalam Angka Tahun 2011
Kecamatan Umbulharjo merupakan kecamatan dengan jumlah penduduk tertinggi, yaitu sebesar 76.743 jiwa. Kecamatan berikutnya yang memiliki jumlah penduduk besar adalah Kecamatan Gondokusuman dengan 45.293 jiwa, dan Kecamatan Tegalrejo dengan 34.293 jiwa. Besarnya jumlah penduduk di 4 kecamatan tersebut disebabkan karena luasnya
wilayah
administrasi
kecamatan
tersebut.
Kecamatan
Umbulharjo,
Gondokusuman, dan Tegalrejo merupakan 3 kecamatan dengan luas wilayah paling 24 Kelompok Kerja Sanitasi Kota Yogyakarta Tahun 2012
24
[BUKU PUTIH SANITASI KOTA YOGYAKARTA]
besar. Kecamatan dengan jumlah penduduk paling sedikit terdapat di kecamatan dengan luas wilayah terkecil, yaitu kecamatan pakualaman dengan jumlah penduduk 9.316 jiwa. Kecamatan lainnya yang memiliki jumlah penduduk kecil adalah kecamatan Gondomanan (13.029 jiwa) dan Ngampilan (16.320 jiwa).
Gambar Peta Jumlah Penduduk Kota Yogyakarta tahun 2011 Kepadatan penduduk Kota Yogyakarta tahun 2011 adalah 11.958 jiwa/km2. Kepadatan penduduk tertinggi terdapat di kecamatan Ngampilan yaitu sebesar 19.902 jiwa/km2. Kecamatan lain dengan kepadatan penduduk tinggi adalah kecamatan Gedongtengen (17.901 jiwa) dan Danurejan (16.675 jiwa). Keberadaan pusat perdagangan dan wisata Kota Yogyakarta yaitu kawasan Malioboro, Pasar Beringharjo dan Kraton yang dekat dengan tiga kecamatan tersebut, membuat penduduk memilih ketiga kecamatan tersebut menjadi tempat bermukim. Sedangkan kecamatan yang memiliki kepadatan penduduk rendah adalah kecamatan Umbulharjo dengan kepadatan 9.451 jiwa/km2, dan kecamatan Kotagede dengan 10.147 jiwa/km2.
25 Kelompok Kerja Sanitasi Kota Yogyakarta Tahun 2012
25
[BUKU PUTIH SANITASI KOTA YOGYAKARTA]
Gambar Peta Tingkat Kepadatan Penduduk Kota Yogyakarta tahun 2011 Laju pertumbuhan penduduk kota yogyakarta tahun 2010 adalah minus 2,24%. Menurunnya pertumbuhan penduduk Kota Yogyakarta dapat disebabkan karena beberapa hal. Migrasi penduduk yang tinggi ke Kabupaten lain di sekitar Kota Yogya dapat menjadi penyebab utama. Kepadatan penduduk yang tinggi, dan mahalnya harga lahan di Kota Yogyakarta, dan mudahnya akses menuju dan keluar Kota Yogya membuat keluarga baru memilih untuk bertempat tinggal di luar Kota Yogyakarta, seperti kabupaten Sleman, dan Bantul. Hal tersebut menyebabkan meningkatnya jumlah perumahan baru di Kabupaten Sleman dan Bantul dalam 2 dasawarsa terakhir. Keberhasilan pemerintah kota yogyakarta menekan laju pertumbuhan penduduk juga disebabkan suksesnya implementasi programa keluarga berencana. Tabel 2. 3. B. Pertumbuhan Penduduk Kota Yogya Tahun 1971 - 2015 No 1 2
Tahun
Jumlah Penduduk (jiwa)
Kepadatan penduduk (jiwa/km2)
Pertumbuhan penduduk (%)
1971
340.908
10.489
0,90
1980
398.192
12.252
1,72 26
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Yogyakarta Tahun 2012
26
[BUKU PUTIH SANITASI KOTA YOGYAKARTA]
No 3 4 5 6 7
Tahun
Kepadatan penduduk (jiwa/km2)
Jumlah Penduduk (jiwa)
Pertumbuhan penduduk (%)
1990
412.059
12.679
0,35
1995
418.944
12.891
0,33
2000
397.398
12.228
-0,37
2005
435.236
13.392
1,87
2010
388.627
11.958
-2,24
2015*
346.558
10.664
-2,24
8 *Proyeksi penduduk Sumber: Kota Yogyakarta Dalam angka 2011
Dalam jangka waktu 5 tahun ke depan, dengan asumsi angka pertumbuhan penduduk masih berada pada angka -2,24%. Jumlah penduduk kota Yogyakarta akan menurun menjadi 346.558 dengan kepadatan 10.664 jiwa/km2. Perhitungan proyeksi jumlah pertumbuhan penduduk dilakukan dengan menggunakan metode geometrik (bunga berganda). Asumsi yang digunakan dalam penentuan metode tersebut adalah laju pertumbuhan penduduk sama untuk setiap tahunnya. Berikut ini adalah rumus yang digunakan dalam proyeksi penduduk :
Pn = Po (1+r)n Keterangan : Pn
= jumlah penduduk pada tahun n
Po
= jumlah penduduk pada tahun o
r
= pertumbuhan penduduk
n
= periode waktu dalam tahun
2.3. Keuangan dan Perekonomian Daerah 2.3.1. Realisasi APBD Sumber pendapatan daerah terdiri dari pendapatan asli daerah, dana perimbangan, dan lain-lain pendapatan daerah yang sah. Dalam perencanaan APBD terdapat target pendapatan daerah yang merupakan capaian yang harus diperoleh, sedangkan pada akhir tahun anggaran, diketahui realisasi penerimaan atas pendapatan daerah. Berdasarkan data tahun 2010, Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Yogyakarta dalam realisasinya mampu menyumbangkan sebesar 22% dari total realisasi pendapatan daerah. Sementara porsi terbesar berasal dari Dana Perimbangan sebesar 59,43% 27 Kelompok Kerja Sanitasi Kota Yogyakarta Tahun 2012
27
[BUKU PUTIH SANITASI KOTA YOGYAKARTA]
dari total pendapatan daerah, sedangkan sisanya merupakan Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah sebesar 18,57%. Proporsi Dana Perimbangan cenderung menurun dari tahun 2007-2010. Pada tahun 2007, proporsi Dana Perimbangan mencapai 71,33% dan pada tahun 2010 turun menjadi 59,43%. Penurunan proporsi dana perimbangan ini belum menunjukkan kemandirian daerah. Penurunan proporsi dana perimbangan yang relatif besar tidak diikuti peningkatan proporsi PAD yang sebanding. Selama tahun 2007-2010, pergeseran proporsi PAD hanya berkisar 3,4%. Proporsi PAD pada tahun 2007 adalah sebesar 18,5% dan pada tahun 2010 menjadi 22%. Pergeseran proporsi pendapatan yang signifikan bersumber dari Lain-lain Pendapatan Yang Sah. Pada tahun 2007, proporsinya hanya sebesar 10,13% dan pada tahun 2010 mencapai 18,57%. Pergeseran yang besar ini disebabkan karena adanya peningkatan Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus terkait dengan dana transfer daerah untuk tunjangan profesi guru PNSD dan tambahan penghasilan untuk guru PNSD. Pendapatan Daerah Kota Yogyakarta mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Selama tahun 2007-2010, rata-rata pertumbuhannya mencapai 9,83%/tahun. Pertumbuhan yang tertinggi adalah Lain-lain Pendapatan Yang Sah, yang rata-rata pertumbuhannya mencapai 34,39%/tahun. Tingginya pertumbuhan ini didorong oleh peningkatan pendapatan dari Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus serta Pendapatan Hibah. Sementara itu, pertumbuhan PAD dan Dana Perimbangan masingmasing sebesar 16,29%/tahun dan 3,34%/tahun.
28 Kelompok Kerja Sanitasi Kota Yogyakarta Tahun 2012
28
[BUKU PUTIH SANITASI KOTA YOGYAKARTA]
Gambar Realisasi Pendapatan Daerah Kota Yogyakarta Tahun 2007-2010
29 Kelompok Kerja Sanitasi Kota Yogyakarta Tahun 2012
29
[BUKU PUTIH SANITASI KOTA YOGYAKARTA]
Tabel 2. 4. Ringkasan Realisasi Pendapatan Daerah Kota Yogyakarta Tahun 2007-2010 Uraian PENDAPATAN ASLI DAERAH 1. Pajak 2. Retribusi 3. Hasil perusahaan daerah 4. Lain lain PAD DANA PERIMBANGAN 1. Dana bagi hasil pajak & Bukan Pajak 2. Dana Alokasi Umum (DAU) 3.Dana Alokasi Khusus (DAK) LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH 1. Pendapatan Hibah 2. Dana Darurat 3.Dana bagi hasil Pajak dari Propinsi dan Pemerintah daerah lainnya
2007 Rp
2008 %
Rp
2009 %
Rp
2010 %
Rp
%
Pertumbuhan
114.098.350.942
18,53
132.431.571.515
18,39
161.473.838.210
21,53
179.423.640.058
22,00
16,29
54.783.202.892 29.197.466.013
8,90 4,74
62.452.770.490 34.940.602.210
8,67 4,85
71.852.539.011 23.497.748.962
9,58 3,13
78.254.579.242 32.214.650.779
9,60 3,95
12,62 3,33
8.783.239.360
1,43
8.454.823.854
1,17
10.218.454.601
1,36
11.031.304.700
1,35
7,89
21.334.442.678 439.159.224.538
3,47 71,33
26.583.374.960 504.741.154.863
3,69 70,08
55.905.095.636 517.366.876.957
7,45 68,98
57.923.105.336 484.628.282.720
7,10 59,43
39,51 3,34
47.329.224.538
7,69
61.245.922.863
8,50
66.530.546.957
8,87
75.585.120.720
9,27
16,89
365.042.000.000
59,29
411.257.232.000
57,10
414.345.330.000
55,25
395.444.062.000
48,49
2,70
26.788.000.000
4,35
32.238.000.000
4,48
36.491.000.000
4,87
13.599.100.000
1,67
-20,23
62.391.277.000
10,13
83.080.206.970
11,53
71.148.301.200
9,49
151.444.001.874
18,57
34,39
6.288.730.100 -
1,02 -
20.332.060.000 962.407.471
2,82 0,13
144.825.000 -
0,02 -
13.849.280.000 -
1,70 -
30,10 -
37.579.816.500
6,10
43.333.111.500
6,02
46.059.402.800
6,14
48.991.022.874
6,01
9,24
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Yogyakarta Tahun 2012
30
[BUKU PUTIH SANITASI KOTA YOGYAKARTA]
Uraian
2007 Rp
2008 %
Rp
2009 %
4. Dana Penyesuaian & 2.917.756.400 0,47 5.140.227.999 0,71 otonomi kusus 5. Bantuan Keuangan dr 15.604.974.000 2,53 13.312.400.000 1,85 Prop/ Pemda Lainya PENDAPATAN DAERAH 615.648.852.480 100,00 720.252.933.348 100,00 Sumber: Dinas Pajak Daerah dan Pengelolaan Keuangan Kota Yogyakarta
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Yogyakarta Tahun 2012
Rp
2010 %
Rp
%
Pertumbuhan
10.831.673.400
1,44
81.353.699.000
9,98
203,23
14.112.400.000
1,88
7.250.000.000
0,89
-22,55
749.989.016.367
100,00
815.495.924.652
100,00
9,82
31
[BUKU PUTIH SANITASI KOTA YOGYAKARTA]
Anggaran sanitasi dan belanja modal sanitasi di Kota Yogyakarta lebih difokuskan pada sub sektor Air Limbah, Drainase, dan Persampahan. Total anggaran yang dialokasikan Kota Yogyakarta dalam 5 tahun terakhir sebesar 99.634.386.378,00 rupiah. Proporsi Belanja Modal Sanitasi terhadap Belanja Total APBD Kota Yogyakarta dalam 5 tahun sebesar 2,74. Anggaran sanitasi terbesar dialokasikan untuk penanganan drainase kota baik dari pengadaan/pembuatan, peningkatan maupun pemeliharaan. Total anggaran yang dialokasikan untuk sub sektor drainase di Kota Yogyakarta sebesar 38.954.793.802,00 rupiah. Sedangkan untuk penanganan sanitasi terkait dengan air limbah, anggaran akan direncanakan pada pelaksanaan tahun ke 3 dan seterusnya. Oleh karena itu, anggaran untuk sub sektor air limbah lebih kecil jika dibandingkan dengan anggaran untuk sub sektor sanitasi yang lain, yaitu sebesar 4.216.694.300,00 rupiah. Berdasarkan hasil perhitungan total belanja modal sanitasi dan jumlah penduduk di Kota Yogyakarta, maka dapat diketahui rata-rata belanja modal sanitasi per penduduk, yaitu 393.800,00 rupiah. Keterangan belanja modal sanitasi di Kota Yogyakarta dalam 5 (lima) tahun dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Yogyakarta Tahun 2012
32
[BUKU PUTIH SANITASI KOTA YOGYAKARTA]
Tabel 2. 5. Ringkasan Anggaran Sanitasi dan Belanja Modal Sanitasi Per Penduduk 5 (Lima) Tahun Terakhir No
Subsektor/SKPD
A
Air Limbah
B C
2008
2009
2010
2011
-
-
773.615.300,00
1.533.402.500,00
1.909.676.500,00
Persampahan
5.779.619.169,00
4.085.216.000,00
3.285.560.000,00
3.410.305.000,00
3.480.109.000,00
Drainase
5.311.918.220,00
11.395.464.300,00
9.094.216.500,00
3.672.233.570,00
9.480.961.212,00
824.358.870,00
2.580.198.000,00
2.887.260.000,00
-
-
1
DPU Pengairan
2
PU-CK
3
KLH
4
Kimtaru
D
Aspek PHBS (pelatihan, sosialisasi, komunikasi, pendampingan)
E
Total Belanja Modal Sanitasi (A s/d D)
F
Total Belanja Modal Sanitasi dari APBD murni (bukan pendamping)
G
Total Belanja APBD
H
Proporsi Belanja Modal Sanitasi terhadap Belanja Total (9:10x100%)
I
Jumlah penduduk Belanja Modal Sanitasi per penduduk (E:I)
J
2007
-
-
-
-
-
5.524.368.442,00
4.073.566.600,00
5.213.759.300,00
4.950.049.500,00
5.760.604.095,00
851.050.000,00
1.653.315.000,00
803.920.000,00
351.554.600,00
948.084.700,00
-
-
-
-
-
18.291.314.701,00
23.787.759.900,00
22.058.331.100,00
13.917.545.170,00
21.579.435.507,00
-
-
-
-
-
615.648.852.480
720.252.933.348
749.989.016.367
815.495.924.652
-
2,97
3,30
2,94
1,71
-
391.196
392.487
393.782
395.082
396.386
46.757,40
60.607,75
56.016,56
35.227,00
54.440,52
Sumber: Dinas Kimpraswil Kota Yogyakarta
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Yogyakarta Tahun 2012
33
[BUKU PUTIH SANITASI KOTA YOGYAKARTA]
2.3.2. Peta Kapasitas Fiskal Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 54/PMK.07/2012 tentang Indeks Fiskal dan Kemiskinan Daerah dalam rangka Perencanaan Pendanaan Urusan Bersama Pusat dan Daerah untuk Penanggulangan Kemiskinan Tahun 2013, maka dapat diketahui bahwa Kota Yogyakarta mempunyai Indeks Kapasitas Fiskal sebesar 0,73 dengan kategori Tingkat Penyediaan DDUB (Dana Daerah untuk Urusan Bersama) RENDAH. Sedangkan pada tahun 2011, berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 244/PMK.07/2011, maka Kota Yogyakarta mempunyai Indeks Kapasitas Fiskal sebesar 0,3719 yang tergolong dalam Kategori RENDAH. Tabel 2. 6. Data Kapasitas Fiskal Kota Yogyakarta No 1 2 3 4 5
Tahun 2005 2006 2007 2011 2012
Indeks Kapasitas Fiskal 0,8156 0,7493 0,4947 0,3719 0,73
Kategori SEDANG SEDANG RENDAH RENDAH RENDAH
Kebijakan 129/PMK.02/2005 73/PMK.02/2006 244/PMK.07/2011 54/PMK.07/2012
Sumber: Menteri Keuangan Republik Indonesia
Peta Kapsitas fiskal yang diputuskan berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan nomor 129/PMK.02/2005 Kota Yogyakarta mempunyai Indeks Kapasitas Fiskal 0,8156 dengan Kategori SEDANG dan Peta Kapasitas Fiskal berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan No. 73/PMK.02/2006 mempunyai Indeks Kapasitas Fiskal 0,7493 dengan Kategori SEDANG. Pada tahun 2007, Kota Yogyakarta mempunyai Indeks Kapasitas Fiskal 0,4947 dengan kategori RENDAH. 2.3.3. Pertumbuhan PDRB Pada bagian ini adalah untuk melihat nilai dan kontribusi sektor dalam PDRB Kota Yogyakarta selama 5 (lima) tahun kebelakang. Yaitu mulai tahun 2007 hingga tahun 2011. Nilai dan kontribusi sektor dalam PDRB Kota Yogyakarta dilihat berdasarkan harga konstan dan harga berlaku. Berdasarkan nilai dan kontribusi sektor dalam PDRB Kota Yogyakarta yang didasarkan harga konstan, sektor perdagangan, hotel dan restauran adalah sektor yang memberikan
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Yogyakarta Tahun 2012
34
[BUKU PUTIH SANITASI KOTA YOGYAKARTA]
sumbangan yang terbesar bagi PDRB Kota Yogyakarta. Pada tahun 2007 sektor ini memberikan sumbangan sebesar 24,88% dengan nilai Rp. 1.188.152.000.000,- dan meningkat menjadi 25,49% dengan nilai Rp. 1.403.111.000.000,- pada tahun 2010. Sedangkan sektor-sektor lain yang memberikan sumbangan yang besar bagi PDRB yaitu sektor jasa-jasa (20,63% pada tahun 2010), sektor pengangkutan dan komunikasi (19,83% pada tahun 2007) dan sektor keuangan, sewa dan jasa perusahaan (14% pada tahun 2010). Dilain pihak terdapat pula sektor yang mengalami penurunan sumbangannya terhadap PDRB Kota Yogykarta. Sektor tersebut adalah sektor pertanian. Pada tahun 2007 sumbangan sektor pertanian sebesar 0,4% dan pada tahun 2010 menurun menjadi 0,32%. Penurunan ini disebabkan karena semakin menyempitnya lahan pertanian di Kota Yogyakarta sehingga produksi hasil pertanian juga semakin menurun. Sektorsektor lain yang mengalami penurunan sumbangan terhadap PDRB antara laian sektor pertambangan dan penggalian (0% pada tahun 2010) dan sektor industri pengolahan (0,01% pada tahun 2010). Terkait dengan nilai dan kontribusi sektor dalam PDRB, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 2. 7. A. Data Perekonomian Umum Daerah Nilai dan Kontribusi dalam PDRB Berdasarkan Harga Konstan Kota Yogyakarta Tahun 2007-2010 (juta rupiah) Sektor Pertanian
2007 (Rp)
2008 %
(Rp)
2009 %
(Rp)
2010 %
(Rp)
%
19.209
0,4
18.140
0,36
17.359
0,33
17.455
0,32
279
0,01
258
0,01
265
0,01
272
0
539.154
11,29
543.050
10,82
549.574
10,48
594.845
0,01
64.197
1,34
65.488
1,3
67.212
1,28
68.725
1,25
390.323
8,17
412.972
8,22
413.965
7,89
421.855
7,66
1.188.152
24,88
1.253.972
25
1.332.070
25,4
1.403.111
25,49
Pengangkutan & komunikasi
910.568
19,06
984.783
19,61
1.055.067
20,12
1.091.812
19,83
Keuangan, sewa, & jasa Perusahaan
651.968
13,65
696.816
13,88
731.975
13,96
770.658
14
Pertambangan & penggalian Industri pengolahan Listrik,gas & air bersih Konstruksi Perdagangan, hotel & restoran
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Yogyakarta Tahun 2012
35
[BUKU PUTIH SANITASI KOTA YOGYAKARTA]
2007
Sektor
2010
%
(Rp)
%
(Rp)
%
21,2
1.046.615
20,84
1.077.364
20,54
1.135.751
20,63
PDRB 4.776.401 100 Sumber : BPS Kota Yogyakarta, 2010
5.021.149
100
5.244.851
100
5.504.486
100
1.012.551
%
2009
(Rp)
Jasa-jasa
(Rp)
2008
Sedangkan untuk nilai dan kontribusi sektor dalam PDRB yang didasarkan pada harga berlaku, sektor jasa-jasa adalah sektor yang memberikan sumbangan terbesar yaitu24,63% pada tahun 2007 dengan nilai Rp. 2.118.045.000.000,- dan meningkat menjadi 24,86% pada tahun 2010 dengan nilai Rp. 2.908.302.000.000,-. Dan sektorsektor lain yang memberikan sumbangan yang besar terhadap PDRB Kota Yogyakarta yang didasarkan pada harga berlaku adalah sektor perdagangan, hotel dan restauran (23,75% pada tahun 2010), serta sektor pengangkutan dan komunikasi (15,69% pada tahun 2010). Sumbangan PDRB terendah berdasarkan harga berlaku berasal dari sektor pertambangan dan penggalian yaitu 0,01% pada tahun 2007 dengan nilai sebesar Rp. 497.000.000,- dan pada tahun 2010 dengan persentase yang sama yaitu 0,01% dengan nilai Rp 566.000.000,-. Dan sektor-sektor lain yang mengalami penurunan yaitu sektor pertanian (0,28% pada tahun 2010), sektor industri pengolahan (10,05% pada tahun 2010) dan sektor konstruksi (7,97% pada tahun 2010). Berikut ini tabel nilai dan kontribusi dalam PDRB berdasarkan harga berlaku Kota Yogyakarta sebagai berikut: Tabel 2. 7. B. Data Perekonomian Umum Daerah
Nilai dan Kontribusi dalam PDRB Berdasarkan Harga Berlaku Kota Yogyakarta Tahun 2007-2010 (juta rupiah) Sektor
2007 (Rp)
Pertanian
2008 %
(Rp)
2009 %
(Rp)
2010 %
(Rp)
%
28.754
0.33
29.893
0,3
30.884
0,29
32.920
0,28
497
0,01
506
0,01
525
0,01
566
0,01
Industri pengolahan
866.747
10,08
964.476
9,83
1.049.608
9,91
1.175.980
10,05
Listrik,gas & air bersih
158.783
1,85
183.821
1,87
202.338
1,91
215.193
1,84
Konstruksi
740.368
8,61
854.814
8,72
896.647
8,47
932.797
7,97
Pertambangan & penggalian
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Yogyakarta Tahun 2012
36
[BUKU PUTIH SANITASI KOTA YOGYAKARTA]
Sektor
2007
2008
2009
2010
(Rp)
%
(Rp)
%
(Rp)
%
(Rp)
%
Perdagangan, hotel & restoran
1.908.299
22,19
2.205.216
22,49
2.465.111
23,27
2.777.716
23,75
Pengangkutan & komunikasi
1.508.399
17,54
1.684.221
17,17
1.720.323
16,24
1.835.817
15,69
Keuangan, sewa, & jasa Perusahaan
1.269.579
14,76
1.502.387
15,32
1.628.995
15,38
1.800.227
15,39
Jasa-jasa
2.118.045
24,63
2.381.480
24,28
2.596.831
24,52
2.908.302
24,86
PDRB
8.599.468
100
9.806.813
100
10.591.262
100
11.697.527
100
Sumber : BPS Kota Yogyakarta, 2010
Sektor perdagangan, hotel dan restoran adalah sektor penyumbang PDRB terbesar di Kota Yogyakarta. Dan keberadaan sektor ini tersebar hampir diseluruh kecamatan di Kota Yogyakarta. Jika melihat sumbangan PDRB pada setiap
kecamatan di Kota
Yogyakarta, maka, masing-masing kecamatan memiliki nilai dan kontribusi yang berbeda beda terhadap PDRB Kota Yogyakarta. Berdasarkan pada harga konstan dan harga berlaku, Kecamatan Umbulharjo adalah kecamatan yang memberikan sumbangan yang besar bagi PDRB Kota Yogyakarta. Sektor yang berkembangan pesat di Kecamatan Umbulharjo antara lain sektor jasa, sektor pengangkutan dan telekomunikasi, sektor bangunan, serta sekto keuangan, sewa dan jasa perusahaan. Kecamatan Umbulharjo berdasarkan harga berlaku pada tahun 2007 menyumbang 23,089% sedangkan pada tahun 2010 sebesar 23,086%. Dan untuk kecamatan lain yang memberikan kontribusi yang besar terhadap PDRB Kota Yogyakarta yaitu Kecamatan Gondokusuman ( 17,151% pada tahun 2010) dan Kecamatan Danurejan (9,109% pada tahun 2010). Sedangkan untuk pertumbuhan PDRB Kota Yogyakarta dari tahun 2007 cenderung meningkat yaitu 4,37% pada tahun 2007 dan meningkat menjadi 4,98% pada tahun 2010. Berikut ini tabel distribusi PDRB per kecamatan terhadap total PDRB Kota Yogyakarta, tabel pertumbuhan PDRB per kecamatan Kota Yogyakarta dan tabel pertumbuhan perkapita Kota Yogyakarta.
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Yogyakarta Tahun 2012
37
[BUKU PUTIH SANITASI KOTA YOGYAKARTA]
Tabel Tabel 2. 7. C. Data Perekonomian Umum Daerah Distribusi PDRB per Kecamatan Terhadap Total PDRB Kota Yogyakarta Tahun 20072010 (juta rupiah) PDRB No
Kecamatan
2007
2008
2010
2009
1
Mantrijeron
4,992
4,948
4,987
4,916
5,007
4,883
HB (%) 4,992
2
2,6
2,61
2,572
2,595
2,563
2,574
2,584
2,585
3
Kraton Mergangsan
4,747
4,799
4,759
4,804
4,796
4,793
4.844
4.818
4
Umbulharjo
23,089
22,488
23,093
22,316
23,086
22,13
23,020
22,512
5
Kotagede
4,469
4,391
4,485
4,417
4,516
4,377
4.534
4,390
6
Gondokusuman
17,106
17,052
16,959
17,177
16,929
17,192
16,584
17,151
7
Danurejan
8,387
8,698
8,63
8,916
8,638
9,078
8,790
9,109
8
Pakualaman
1,221
1,253
1,207
1,25
1,219
1,258
1,222
1,251
9
Gondomanan
7,756
8,312
7,627
8,482
7,418
8,576
7,352
8,516
10
Ngampilan
2,431
2,514
2,221
2,225
2,243
2,206
2,259
2,213
11
Wirobrajan
5,966
5,892
5,931
5,839
5,911
5,785
5,812
5.,740
12
Gedongtengen
4,121
3,994
4,25
4,076
4,318
4,135
4,343
4,127
13
Jetis
7,757
7,64
7,867
7,706
7,902
7,744
7,920
7,732
14
Tegalrejo
5,358
5,321
5,412
5,281
5,454
5,269
5,743
5,306
100
100
100
100
100
100
100
100
Kota Yogyakarta
HB (%)
HK (%)
HB (%)
HK (%)
HB (%)
HK (%)
HK (%) 4.865
Sumber : BPS Kota Yogyakarta, 2010
Tabel 2. 7. D. Data Perekonomian Umum Daerah Tabel Persentase Pertumbuhan PDRB per Kecamatan Kota Yogyakarta Tahun 2007-2010
No
Kecamatan
Pertumbuhan PDRB 2007 (%)
2008 (%)
2009 (%)
2010 (%)
1
Mantrijeron
3,95
4,03
3,95
4,58
2
4,95
4,69
4,95
5,42
3
Kraton Mergangsan
4,34
5,08
4,34
5,51
4
Umbulharjo
3,83
4,02
3,83
5,08
5
Kotagede
3,73
3,01
3,73
5,39
6
Gondokusuman
5,01
5,32
5,01
4,73
7
Danurejan
4,27
7,80
4,27
5,33
8
Pakualaman
4,62
5,03
4,62
4,40
9
Gondomanan
7,07
7,30
7,07
4,78
10
Ngampilan
2,45
2,91
2,45
5,34
11
Wirobrajan
4,57
3,85
4,57
4,16
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Yogyakarta Tahun 2012
38
[BUKU PUTIH SANITASI KOTA YOGYAKARTA]
12
Gedongtengen
4,79
7,37
4,79
4,75
13
Jetis
4,73
6,07
4,73
4,83
14
Tegalrejo
2,97
3,67
2,97
5,71
Kota Yogyakarta
4,47
5,12
4,47
4,98
Sumber : Data PDRB per Kecamatan 2007-2011
Tabel Pertumbuhan Perkapita per Kecamatan Kota Yogyakarta Tahun 2007-2010 No
Kecamatan
Pertumbuhan PDRB 2007
2008
2009
2010
1
Mantrijeron
6392,8
6392,8
6752,07
8567,4
2
5590,2
5590,2
5922,17
8145,2
3
Kraton Mergangsan
6429
6429
6929,73
9056
4
Umbulharjo
13712,94
13712,94
14452,83
15893,4
5
Kotagede
66001,1
66001,1
6993,06
7759,6
6
Gondokusuman
14878,1
14878,1
15997,85
20849,9
7
Danurejan
18572,9
18572,9
20730,50
27,343
8
Pakualaman
4968,2
4968,2
5709,17
7394,9
9
Gondomanan
25126,0
25126,0
27786,09
36177,1
10
Ngampilan
5998,7
5998,7
5661,37
7466,7
11
Wirobrajan
9207,5
9207,5
9579,43
12723,3
12
Gedongtengen
9450,4
9450,4
10496,35
13221,4
13
Jetis
12231,9
12231,9
13102,70
18150,3
14
Tegalrejo
6320,2
6320,2
6618,57
8365,8
10588,2
10588,2
11334,36
14167,8
Kota Yogyakarta
Sumber : Data PDRB per Kecamatan 2007-2011
2.4. Tata Ruang Wilayah Kota Yogyakarta merupakan kawasan perkotaan dengan potensi pendidikan, pariwisata dan pelayanan jasa serta perdagangan, telah ditetapkan sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN) Sistem pusat-pusat pelayanan untuk Kota Yogyakarta direncanakan membentuk pusat kota, subpusat kota, dan pusat pelayanan lingkungan. Pusat Kota berlokasi di kawasan Kecamatan Danurejan, Kecamatan Gedongtengen, dan Kecamatan Gondomanan, subpusat kota tersebar di seluruh kecamatan dimana masing-masing kecamatan memiliki satu subpusat, sedangkan pusat pelayanan lingkungan tersebar di seluruh kelurahan dan sekitar kawasan permukiman.
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Yogyakarta Tahun 2012
39
[BUKU PUTIH SANITASI KOTA YOGYAKARTA]
Secara umum pola ruang Kota Yogakarta terdiri dari tiga kawasan antara lain kawasan lindung, kawasan budidaya dan kawasan strategis. Tabel Fungsi Pelayanan pada Tiap Kecamatan di Kota Yogyakarta No 1
Kecamatan Keraton
2 3 4
Mantrijeron Mergangsan Umbulharjo
Fungsi pelayanan Wisata Budaya/Sub Pusat Kota Sub Pusat Kota Sub Pusat Kota Pusat Administrasi Kota Sub Pusat Kota Sub Pusat Kota Sub Pusat Kota Sub Pusat Kota Pusat Kota
5 Kotagede 6 Gondokusuman 7 Ngampilan 8 Pakualaman 9 Gondomanan 10 Danurejan 11 Gedongtengen 12 Wirobrajan Sub Pusat Kota 13 Jetis Sub Pusat Kota 14 Tegal Rejo Sub Pusat Kota Sumber : RTRW Kota Yogyakarta 2009-2029
A
√ √ √
B √
C
√ √ √
√ √ √
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √
D √
E
F
G
H √ √
√ √ √
√ √
√ √
√ √ √ √ √
√ √
√
√ √ √
√
√
Keterangan : A. Pusat administrasi Provinsi B. Pusat administrasi kota/kecamatan C. Pusat perdagangan, jasa dan pemasaran D. Pusat pelayanan sosial (kesehatan, agama dll)
E. Pusat produksi pengolahan F. Pusat perhubungan dan komunikasi G. Pusat pendidikan H. Pusat
Jika melihat pada aspek kebencanaan, Kota Yogyakarta sangat rawan terkena dampak bencana sekunder berupa aliran lahar dari Gunung Api Merapi. Gunung api Merapi terletak pada persilangan sesar utama Jawa dengan arah utara-selatan dan timur-barat sehingga menjadi salah satu gunung teraktif didunia, dengan periode letusan 2-7 tahun. Kota Yogyakarta dilewati oleh 3 sungai yang berhulu di Gunung Api Merapi dan sungai ini membelah Kota Yogyakarta. oleh karena itu, jika aktivitas Gunung Merapi sedang meningkat maka ke tiga sungai ini berpotentensi terjadi banjir lahar. Kondisi di eksisting dilapangan di sepanjang tiga sungai ini banyak permukiman penduduk, sehingga sangat rawan terjadi bencana banjir lahar. Potensi kebencanaan lainnya adalah terkait dengan sebelah selatan Pulau Jawa yang merupakan daerah pertemuan antara Lempeng Indo-Australia dan Lempeng Eurasia.
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Yogyakarta Tahun 2012
40
[BUKU PUTIH SANITASI KOTA YOGYAKARTA]
Tabrakan lempeng ini dapat menimbulkan berbagai dampak antara lain gempa bumi, tsunami dan longsor. Bagi Kota Yogyakarta, posisi ini menyebabkan Kota Yogyakarta sangat rawan untuk terjadi bencana gempa bumi jika terjadi tabrakan antar lempeng. Sektor transportasi merupakan sektor terbesar di Kota Yogyakartayang memberikan kontribusi terhadap pencemaran udara. Terjadinya kemacetan lalu lintas, menyebabkan turunnya efisiensi penggunaan bahan bakar yang mengakibatkan peningkatan kadar CO (Carbon monoksida) di udara ambient atau udara bebas. Besarnya kontribusi emisi sektor ini tidak saja ditentukan oleh volume lalu lintas dan jumlah kendaraan, tetapi juga oleh pola lalu lintas dan sirkulasinya di dalam kota, khususnya di daerah-daerah pusat kota dan perdagangan. Berdasarkan pada potensi bencana Kota Yogyakarta, maka didalam RTRW Kota Yogyakarta tahun 2009-2029, maka ditetapkan rencana kawasan rawan bencana sebagai berikut. 1.
Kawasan rawan longsor Arahan pengelolaan kawasan kritis rawan longsor pada prinsipnya dilakukan untuk melindungi manusia dan kegiatannya dari bencana. Arahan tersebut antara lain sebagai berikut :
Pengendalian kegiatan budidaya di sekitar kawasan kritis rawan bencana longsor
Mengontrol pemanfaatan lahan pada daerah-daerah yang berlereng curam serta mengupayakan tidak membangun rumah pada daerah-daerah tebing yang rawan longsor.
Membuat tanggul pengaman pada daerah-daerah yang rawan longsor, atau pada bagian lereng yang dipotong untuk pembuatan jalan.
Rehabilitasi lahan dan konservasi tanah pada kawasan bencana tanah longsor dengan tanaman tahunan yang sekaligus dijadikan sebagai kawasan hijau (Hutan Kota/ jalur hijau).
Selain itu pada kawasan-kawasan eksisting yang sangat rawan terhadap bahaya tanah longsor khususnya pada kawasan perumahan dan permukiman diarahkan untuk direlokasi ke kawasan lain yang aman dari bahaya terjadinya bencana.
Adapun kawasan-kawasan yang diarahkan untuk direlokasi adalah kawasan perumahan dan permukiman yang berada di perbukitan yang ada di pinggir Sungai Code, Gajahwong dan Winongo. 2.
Kawasan rawan gempa bumi
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Yogyakarta Tahun 2012
41
[BUKU PUTIH SANITASI KOTA YOGYAKARTA]
Rencana Pengelolaan Kawasan Rawan Gempa sebagai berikut.
Mengupayakan pembangunan gedung dengan konstruksi tahan gempa.
Membangun sistem peringatan dini bahaya tsunami.
Membangun fasilitas-fasilitas evakuasi yang sangat berguna bila terjadi gempa maupun tsunami.
Kawasan-kawasan rawan akan bencana gempa adalah kawasan di bagian selatan Kota Yogyakarta seperti di Kawasan-kawasan Keraton bagian selatan, Kawasan Kecamatan Mergangsan dan Kecamatan Umbulharjo.
Kawasan untuk penanggulangan gempa apabila terjadi gempa di wilayah Kota Yogyakarta atau Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta diarahkan ke Kota Yogyakarta Bagian Barat atau timur yaitu di kawasan Kecamatan Tegal Rejo dan Kecamatan Umbulharjo.
3.
Kawasan rawan banjir Arahan pengelolaan kawasan rawan banjir dapat diuraikan sebagai berikut: Pengendalian pemukiman di kawasan sempadan sungai
Code, Gajahwong dan
Winongo dan pengendalian larian air hujan di wilayah rendah.
Melakukan pemeliharaan seluruh saluran drainase berupa pembersihan dari sampah dan memperbaiki struktur saluran.
Membangun bangunan pengendali banjir seperti tanggul dan membangun saluran primer dan sekunder di wilayah-wilayah yang biasanya terkena banjir dan menghindari daerah lainnya dari kemungkinan tergenang.
Melakukan pengerukan endapan, serta perelokasian kawasan terbangun (permukiman/ jasa dan niaga) yang mengganggu fungsi sungai.
Mempertahankan keberadaan kolam air (kolam tandon)
dan
melakukan
perluasan dan pembersihan lahan dari gangguan-gangguan.
Meningkatkan pemahaman masyarakat berupa berbagai penyuluhan atau melalui media mengenai pentingnya keberadaan sungai/badan air.
Pengendalian kegiatan yang telah ada di sekitar sungai dengan mengarahkan kegiatan untuk mengembalikan fungsi kawasan tersebut
Perlu ditetapkan PERDA sempadan sungai.
Koordinasi antar instansi terkait di wilayah Pemda Kota Yogyakarta, Pemda Kabupaten Sleman dan Bantul untuk menjaga kawasan hutan lindung, kawasankawasan resapan air dan pengadaan jalur hijau.
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Yogyakarta Tahun 2012
42
[BUKU PUTIH SANITASI KOTA YOGYAKARTA]
4.
Kawasan rawan polusi udara Arahan pengelolaan kawasan rawan polusi udara Kota Yogyakarta sebagai berikut :
Membangun Hutan Kota di lahan reklamasi dengan menggunakan tanamantanaman yang sesuai, seperti : pohon Bitung (Baringtonia sp) dan pohon Bahu (Hibiscus tiliacus).
Memanfaatkan ruang-ruang yang terbuka menjadi Ruang Terbuka Hijau dengan memanfaatkan tanaman yang mampu menyerap polutan antara lain Cemara Kipas (Thuja orientalis).
Menjadikan suatu persyaratan bagi bangunan-bangunan baru untuk menyediakan lahan tidak terbangun untuk dijadikan taman dan bagi bangunan-bangunan lama untuk dapat menyediakannya juga sesuai konsep Kota Yogyakarta: Clean and Green City.
Membangun jalur hijau di sepanjang jalan yang masih terbuka (belum ditanami) dengan menggunakan tanaman-tanaman seperti Jamuju (Podocarpus imbricata), Mahoni (Sitenia macrophylla), Angsana dan Cemara Kipas (Thuja orientalis) dan tanaman hias, terutama di Jalan dengan sistem Boulevard dan ruas-ruas jalan lainnya.
Meningkatkan fungsi tanaman/tanaman hias sebagai fungsi estetika, fungsi lindung (sebagai penyerap polutan) dan fungsi ekonomi yaitu dengan mendorong sektor swasta yang bergerak di bidang penjualan tanaman/tanaman hias di jalan protokol.
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Yogyakarta Tahun 2012
43
[BUKU PUTIH SANITASI KOTA YOGYAKARTA]
Buku Putih Sanitasi Kota Yogyakarta
Gambar 2.6 Peta Struktur Ruang &Pelayanan Kota Yogyakarta
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Yogyakarta Tahun 2012
44
[BUKU PUTIH SANITASI KOTA YOGYAKARTA] Buku Putih Sanitasi Kota Yogyakarta
PETA POLA RUANG KOTA YOGYAKARTA
Gambar 2.3 Peta Pola Ruang Kota Yogyakarta
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Yogyakarta Tahun 2012
45
[BUKU PUTIH SANITASI KOTA YOGYAKARTA]
2.5. Sosial dan Budaya 2.5.1. Pendidikan A. Jumlah Fasilitas pendidikan, Guru dan Murid Salah satu indikator meningkatnya kualitas pendidikan di suatu wilayah adalah meningkatnya sarana pendidikan seperti sekolahan dan meningkatnya jumlah tenaga pendidik. Di Kota Yogyakarta, jumlah tenaga pendidik untuk jenjang pendidikan TK/RA pada tahun 2007 sebanyak 972 dan pada tahun 2011 menjadi 1.081 orang. Untuk pendidikan SD/MI pada tahun 2007 sebanyak 3.244 pada tahun 2011 menurun menjadi 2.904 orang. Untuk tenaga pendidik SMA/SMK pada tahun 2007 sebanyak 3.549 dan pada tahun 2011 menjadi 3.594 orang. Peningkatan jumlah tenaga pendidik juga diikuti dengan meningkatnya jumlah pendidik yang bersertifikat sehingga dapat menghasilkan siswa siswi yang berkualitas dan berprestasi. Rasio jumlah guru dan murid di Kota Yogyakarta tahun 2011 tergolong cukup bagus. Pada tingkat TK/RA, rasio guru dan murid adalah 11,01, menurun dibandingkan tahun 2007 yang lalu yang sebesar 12,05. Perbandingan guru dan murid pada tingkat SD pada tahun 2011 adalah 15,77. Rasio tersebut tidak mengalam perubahan dibandingkan dengan tahun 2007 yang lalu. Pada tingkat SMP/MTS perbandingan guru dan murid mengalami peningkatan, yaitu 11,92 tahun 2007 meningkat menjadi 12,42 tahun 2011. Sedangkan pada tingkat SMU/SMK perbandingan murid dan guru mengalami penurunan meskipun kecil yaitu 9,96 pada tahun 2007 menjadi 9,77 pada tahun 2011. Data jumlah tenaga guru, jumlah sekolah, murid, dan rasio guru murid dapat diperhatikan dalam Tabel 2. 8 berikut ini: Tabel 2. 8. Data Fasilitas Pelayanan Pendidikan di Kota Yogyakarta Tahun 2007-2011 NO.
URAIAN
TAHUN 2007
2008
2009
2010
2011 *
a. TK/RA
212
212
211
208
208
b. SD/MI
192
192
184
175
174
c. SMP/MTs
65
65
64
64
65
d. SMA/SMK/MA
81
82
82
81
84
972
979
1034
1.033
1.081
Banyaknya sekolah (unit)
1.
2.
Banyaknya tenaga pendidik/guru a. TK/RA
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Yogyakarta Tahun 2012
46
[BUKU PUTIH SANITASI KOTA YOGYAKARTA]
NO.
TAHUN
URAIAN
2007
2008
2009
2010
2011 *
b. SD/MI
3244
3025
2909
2.921
2.904
c. SMP/MTs
1965
1.809
1.988
1.852
1.888
d. SMA/SMK/MA
3.549
3.525
3.461
3.599
3.594
a. TK/RA
11.799
11.987
11.567
11.374
11.684
b. SD/MI
45.489
46.518
46.280
46.182
46.112
c. SMP/MTs
24.476
24.386
24.430
23.941
23.598
d. SMA/SMK/MA
34.304
35.736
35.610
35.318
35.685
a. TK/RA
12,05
12,48
12,81
11,24
11,01
b. SD/MI
15,78
15,64
15,4
15,83
15,77
c. SMP/MTs
11,92
12,46
12,28
12,29
12,42
d. SMA/SMK/MA
9,96
9,94
9,81
10,37
9,77
Banyaknya murid/siswa (anak) 3.
Rasio murid : guru (negeri & swasta) 4.
Sumber: Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta, 2011 * : data hingga juni 2011 B. Angka Partisipasi Murni (APM) Angka partisipasi murni adalah perbandingan penduduk usia antara 7 hingga 18 tahun yang terdaftar sekolah pada tingkat pendidikan SD/SLTP/SLTA dibagi dengan jumlah penduduk berusia 7 hingga 18 tahun. APM menunjukkan partisipasi sekolah penduduk usia sekolah di tingkat pendidikan tertentu. Berikut disajikan data APM Kota Yogyakarta. Tabel Angka Partisipasi Murni Kota Yogyakarta Tahun 2007-2010 No
Jenjang Pendidikan
2007
2008
2009
2010
1.
SD/MI
128%
126%
122%
119%
2.
SMP/MTS
96%
93%
90%
89%
3.
SMA/SMK/MA
87%
84%
81%
78%
Sumber : Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta,2011 Berdasarkan data tersebut diketahui bahwa APM Kota Yogyakarta untuk jenjang pendidikan SD pada tahun 2007 sebesar 128% dan pada tahun 2010 mengalami penurunan 9% menjadi 119%. Demikian halnya dengan jenjang pendidikan SMP dimana pada tahun 2007 sebesar 96% dan tahun 2010 menjadi 89%. Sedangkan untuk
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Yogyakarta Tahun 2012
47
[BUKU PUTIH SANITASI KOTA YOGYAKARTA]
pendidikan SMA, juga mengalami penurunan yaitu pada tahun 2007 sebesar 87% dan pada tahun 2010 menjadi 78%. Oleh karena itu untuk meningkatkan pelayanan pendidikan di Kota Yogyakarta dilakukan beberapa langkah antara lain adanya program Konsultasi Belajar Siswa (KBS) On line secara interaktif melalui media kbs.jogjakarta.go.id, Radio Anak, serta konsultasi langsung bagi siswa pemegang Kartu Menuju Sejahtera (KMS) sebagai media bimbingan belajar bagi siswa serta peningkatan kinerja pembelajaran guru yang bermuara pada peningkatan daya serap siswa melalui program pembelajaran berbasis tekologi informasi (E-learning). Untuk memfasilitasi pelaksanaan program ini, telah dibangun situs “jogjacerdas.org” yang berisi materi pembelajaran dari jenjang sekolah dasar sampai dengan pendidikan menengah. C. Tingkat Pendidikan Masyarakat Sumber daya manusia yang berkualitas merupakan kunci dari keberhasilan pembangunan nasional dan daerah. Kualitas sumber daya manusia memililiki pernan yang penting dalam meningkatkan daya saing daerah dan perkembangan investasi daerah. Kualitas tenaga kerja di suatu wilayah sangat ditentukan oleh tingkat pendidikan. Artinya semakin tinggi tingkat pendidikan yang ditamatkan penduduk suatu wilayah maka semakin baik kualitas tenaga kerjanya. Kota Yogyakarta adalah kota pendidikan. Kota ini memiliki banyak pilihan untuk menempuh pendidikan mulai dari pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi. Begitu banyaknya pilihan pendidikan di Kota Yogyakarta menjadikan kota ini sebagai kota tujuan untuk menempuh pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu faktor penting dalam pembangunan. Meningkatnya kualitas pendidikan suatu kota/kabupaten akan berdampak positif terhadap meningkatnya pembangunan di kota/kabupaten tersebut. Kota yogyakarta sudah lama dikenal sebagai kota pelajar dan kota pendidikan. Hal tersebut dikarenakan budaya belajar yang tinggi dan juga didukung tersedianya fasilitas pendidikan yang cukup bagi masyarakat, seperti guru dan sekolah. Berdasarkan data yang dirilis oleh BPS pada tahun 2008-2010, sebagian besar masyarakat Yogyakarta merupakan lulusan SMA/SMK, yang lebih baik dari rata-rata tingkat pendidikan nasional, yaitu lulusan SMP/MTS. Tingkat pendidikan masyarakat Kota Yogyakarta beragam. Berikut disajikan tabel tingkat pendidikan masyarakat Kota Yogyakarta tahun 2008 hingga 2010.
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Yogyakarta Tahun 2012
48
[BUKU PUTIH SANITASI KOTA YOGYAKARTA]
Tabel Tingkat Pendidikan Masyarakat Kota Yogyakarta Tahun 2007-2010 No
Jenis Pendidikan
1
Belum tamat SD
2
SD/sederajat
3
2008 (%)
2009 (%)
2010(%)
10,67
15,78
15,78
16,4
18,17
18,17
SLTP/sederajat
15,65
16,4
16,4
4
SLTA/sederajat
41,05
37,59
37,59
5
Diploma I/II
1,27
0,89
0,89
6
Akademi/DIII
4,49
3,87
3,87
7
Perguruan tinggi
10,47
7,3
7,3
Sumber : BPS Kota Yogyakarta 2008-2010
Berdasarkan tabel tersebut, persentase masyarakat yang memiliki tingkat pendidikan hingga perguruan tinggi termasuk rendah yaitu 7,3%. Dan persentese terbesar yaitu 37,59% masyarakat Kota Yogyakarta memiliki tingkat pendidikan hingga SLTA. Meskipun demikian pemerintah kota akan terus meningkatkan tingkat pendidikan masyarakatnya hingga menempuh pendidikan tinggi. D. Perkembangan Kesejahteraan Masyarakat di Bidang Pendidikan Dilhat dari pendidikan masyarakat Kota Yogyakarta sudah cukup baik. Hal ini terlihat dari angka melek huruf yang mendekati 100 % dan rata-rata lama sekolah sudah di atas wajib belajar 9 tahun. Selain itu dilihat dari Angka Partisipasi Kasar menunjukkan bahwa seluruh penduduk usia sekolah sudah menikmati pendidikan dari tingkat SD dan yang sederajat sampai dengan SMA dan yang sederajat. Tabel Perkembangan Kesejahteraan Masyarakat di Bidang Pendidikan Kota Yogyakarta Tahun 2007-2010 No
Indikator Pendidikan
2007
2008
2009
2010
1
Angka melek huruf Jumlah penduduk usia diatas 15 yang bisa baca/tulis Jumlah penduduk usia 15 tahun keatas Angka rata-rata lama sekolah Angka partisipasi kasar Angka partisipasi kasar (APK) SD/MI/Paket A
99,76 362.514
99,78 370.175
99,81 373.616
99,95 376.143
363.386
370.991
376.331
376.331
11,00
11,40
11,50
11,50
142,91
143,29
139,31
137,80
2 3
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Yogyakarta Tahun 2012
49
[BUKU PUTIH SANITASI KOTA YOGYAKARTA]
No
Indikator Pendidikan Angka partisipasi kasar (APK) SD/MI/Paket A Angka partisipasi kasar (APK) SMP/MTS/Paket B Angka partisipasi kasar (APK) SMA/SMK/MA/Paket C
4
Angka pendidikan yang ditamatkan
2007
2008
2009
2010
142,91
143,29
139,31
137,80
125,74
124,97
121,01
120,86
115,33
108,82
106,99
106,03
379.931
384.814
389.730
327.302
Sumber: BPS Kota Yogyakarta (Yogyakarta Dalam Angka)
2.5.2. Penduduk Miskin Jumlah penduduk miskin di Kota Yogyakarta dari tahun 2007 hingga 2009 secara keseluruhan mengalami penurunan pada masing-masing kecamatan. Ini merupakan capaian yang cukup baik terutama dalam usaha mengurangi kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Secara umum pada tahun 2007 hingga 2009, penduduk miskin Kota Yogyakarta terus berkurang dari 43.609 menjadi 34.152. Pada tahun 2009 kecamatan yang memiliki jumlah penduduk miskin yang paling banyak dibandingkan dengan kecamatan yang lain adalah Kecamatan Umbulharjo dengan jumlah 3.382 penduduk. Selanjutnya adalah Kecamatan Tegalrejo dengan jumlah penduduk miskin sebesar 3.126 penduduk. Berbeda dengan Kecamatan Umbulharjo, penduduk miskin di Kecamatan Pakualaman dan Kecamatan Keraton memiliki jumlah yang rendah dibandingkan kecamatan lainnya. Jumlah penduduk miskin di Kecamatan Pakualaman sebesar 722, sedangkan jumlah penduduk miskin di Kecamatan Keraton sebesar 1.650. Tabel 2. 9. Jumlah Penduduk Miskin di Kota Yogyakarta Jumlah Penduduk Miskin No 1
Kecamatan Tegalrejo
Kelurahan Kricak Karangwaru Tegalrejo Bener Jumlah
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Yogyakarta Tahun 2012
2007
2008
2009
1792 1004 920 563 4279
1499 960 865 536 3860
1163 762 687 514 3126
50
[BUKU PUTIH SANITASI KOTA YOGYAKARTA]
No
Kecamatan
2
Jetis
3
Gondokusuman
4
Danurejan
5
Gedongtengen
6
Ngampilan
7
Wirobrajan
8
Mantrijeron
9
Kraton
10
Gondomanan
11
Pakualaman
12
Mergangsan
Kelurahan Bumijo Cokrodiningratan Gowongan Jumlah Demangan Kotabaru Klitren Baciro Terban Jumlah Suryatmajan Tegalpanggung Bausasran Jumlah Sosromenduran Pringgokusuman Jumlah Ngampilan Notoprajan Jumlah Pakuncen Wirobrajan Patangpuluhan Jumlah Gedongkiwo Suryodiningratan Mantrijeron Jumlah Patehan Panembahan Kadipaten Jumlah Ngupasan Prawirodirjan Jumlah Purwokinanti Gunungketur Jumlah Keparakan Wirogunan
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Yogyakarta Tahun 2012
Jumlah Penduduk Miskin 2007
2008
2009
1463 962 1137 3562 588 264 606 955 892 3305 742 2188 518 3448 780 2003 2783 1092 1075 2167 1602 1075 796 3473 1367 1067 715 3149 635 763 655 2053 474 1645 2119 784 537 1321 1291 1407
1505 814 1079 3398 468 238 569 812 795 2882 714 1860 451 3025 746 1998 2744 991 950 1941 1468 995 736 3199 1324 959 647 2930 604 698 633 1935 461 1600 2061 748 525 1273 1157 1304
1498 513 602 2613 482 98 589 985 673 2827 821 1131 288 2240 780 1865 2645 1082 1396 2478 1556 826 613 2995 1384 770 524 2678 606 622 422 1650 721 1075 1796 454 268 722 1078 952
51
[BUKU PUTIH SANITASI KOTA YOGYAKARTA]
No
Kecamatan
13
Umbulharjo
14
Kotagede
Kelurahan Brontokusuman Jumlah Semaki Muja Muju Tahunan Warungboto Pandeyan Sorosutan Giwangan Jumlah Rejowinagun Prenggan Purbayan Jumlah Total
Jumlah Penduduk Miskin 2007
2008
2009
913 3611 722 707 615 456 793 1354 623 5270 1027 1062 980 3069 43609
806 3267 625 626 605 435 744 1228 590 4853 901 1017 921 2839 40207
659 2689 328 630 400 234 411 786 593 3382 1029 607 675 2311 34152
Sumber data : Dinas Sosnakertrans Kota Yogyakarta
Penanganan permasalahan Kemiskinan di kota Yogyakarta dilaksanakan melalui program Kartu Menuju Sejahtera (KMS) yang diberikan kepada keluarga miskin dengan parameter tertentu. Di samping itu melalui Program Raskin telah disalurkan beras kepada rumah tangga miskin dengan harga jauh di bawah harga pasaran, yaitu Rp. 1.600,00 (seribu enam ratus rupiah) per kilogram serta dibentuk Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan (TKPK) untuk percepatan penangan kemiskinan di 14 kelurahan percontohan. 2.5.3. Rumah Tangga Jumlah rumah tangga dan jumlah penduduk di Kota Yogyakarta masih tergolong rendah, hal ini tidak terlepas dari program pemerintah yang giat dalam mensosialisasikan KB guna menekan laju pertumbuhan penduduk. Meskipun demikian, jumlah pendatang dan penduduk yang tinggal di Kota Yogyakarta masih perlu dikendalikan. Hal ini mengantisipasi jumlah penduduk dan rumah tangga agar tidak melonjak dan diluar kontrol pertumbuhan penduduk. Jumlah penduduk dan rumah tangga di Kota Yogyakarta hampir berbanding lurus, seperti halnya Kecamatan Umbulharjo yang memiliki jumlah penduduk dan rumah tangga yang paling tinggi yaitu 69.635 jiwa dan 20.539 RT. Besar jumlah penduduk dan rumah tangga yang tinggi ini juga diikuti dengan jumlah penduduk miskin yang ada di kecamatan tersebut.
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Yogyakarta Tahun 2012
52
[BUKU PUTIH SANITASI KOTA YOGYAKARTA]
Jumlah penduduk dan rumah tangga di Kecamatan Gondokusuman juga cukup tinggi yaitu dengan jumlah penduduk sebesar 52.586 jiwa dan rumah tangga sebesar 15.095 RT. Tabel 2. 10. Luas Wilayah, Jumlah Desa/Kelurahan, Jumlah Penduduk, Jumlah Rumah Tangga di Kota Yogyakarta Tahun 2010 LUAS NO
KECAMATAN
WILAYAH (km2)
JUMLAH KELURAHAN
JUMLAH PENDUDUK
JUMLAH RUMAH TANGGA
1
Danurejan
1,1
3
24.327
6.884
2
Gedongtengen
0,95
2
23.181
6.892
3
Gondokusuman
3,99
5
52.586
15.095
4
Gondomanan
1,12
2
17.056
4.866
5
Jetis
1,7
3
31.690
9.293
6
Kotagede
3,07
3
34.022
9.936
7
Kraton
1,40
3
24.803
7.379
8
Mantrijeron
2,61
3
38.363
11.381
9
Mergangsan
2,31
3
36.879
11.022
10
Ngampilan
0,82
2
21.492
6.185
11
Pakualaman
0,63
2
12.078
3.635
12
Tegalrejo
2,91
4
41.128
12.193
13
Umbulharjo
8,12
7
69.635
20.539
14
Wirobrajan
1,76
3
30.428
8.934
JUMLAH (KOTA)
32,5
457.668
134.234
Sumber: - Kantor Statistik Kota Yogyakarta - Dinas Pendudukan dan Catatan Sipil Kota Yogyakarta
Berdasarkan data di atas dapat diketahui kecamatan yang memiliki jumlah penduduk paling rendah adalah Kecamatan Pakualaman dengan 12.078 jiwa dan 3.635 RT. Dengan jumlah penduduk dan rumah tangga yang rendah, jumlah penduduk miskin di Kecamatan Pakualaman juga termasuk rendah dibandingkan dengan kecamatan yang lain. Dengan demikian, korelasi antara jumlah penduduk, rumah tangga dan penduduk miskin di Kota Yogyakarta menunjukkan hubungan yang linear. 2.5.4. Perumahan Kumuh di Perkotaan Perkembangan Kota yang tidak terkendali apabila dibiarkan atau tidak dikelola dengan baik dapat memicu munculnya permasalahan lingkungan biotik, abiotik, sosial kultural dan ekonomi pada masa yang akan datang. Pemenuhan kebutuhan perumahan mendesak untuk tersedianya rumah-rumah yang layak huni, terutama bagi golongan rakyat miskin. Kondisi rumah yang kurang layak huni dikarenakan tidak tersedianya sarana dan prasarana
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Yogyakarta Tahun 2012
53
[BUKU PUTIH SANITASI KOTA YOGYAKARTA]
perumahan yang memadai, terbatasnya jumlah lahan/rumah dibandingkan dengan jumlah rumah tangga dan pola/budaya hidup yang tidak sehat. Kebijakan penataan permukiman di Kota Yogyakarta yang telah dilaksanakan antara lain : Rusunawa (rumah susun sewa), IPAL Komunal (Instalasi Pengolahan Air Limbah), Perbaikan Lingkungan Permukiman/NUSSP (Neighbour Urban Selter Sektor Project), Penyediaan fasilitas untuk perbaikan rumah
dengan lantainisasi dan rehab kamar
mandi/WC umum. Pemkot juga telah memberikan stimulan Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (PMK) tahun 2007 kepada 45 LPMK se-Kota Yogyakarta dengan dana sebesar Rp. 3.660.000.000,- untuk pembangunan fisik dan non fisik antara lain berupa perbaikan jalan, konblok, SAH, SAL dan lain-lain. Kondisi lingkungan permukiman Kota Yogyakarta ke depan diupayakan berwujud perkampungan yang berfungsi tidak sekedar tempat tinggal namun juga tempat produksi dan berkarya serta berinteraksi. Keterbatasan lahan Kota saat ini tidak cukup memberikan ruang bagi upaya pemenuhan permukiman layak huni yang terjangkau. Konsep pembangunan rumah susun di Kota Yogyakarta berprinsip menata tanpa menggusur, untuk menghilangkan kesan padat dan kumuh di pinggir sungai dan mengentaskan penduduk dari kekumuhan. 2.5.5. Kesehatan Ketersediaan sarana kesehatan dan tenaga kesehatan sangat penting untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Pada tahun 2010 jumlah dokter praktek di Kota Yogyakarta mengalami kenaikan dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu dari 1.171 orang pada tahun 2009 menjadi 1.458 orang. Jumlah apotek di Kota Yogyakarta pada tahun 2012 berjumlah 122. Untuk menekan pertumbuhan penduduk pemerintah mencanangkan program Keluarga Berencana (KB). Respon masyarakat terhadap program tersebut cukup positif. Hal ini terlihat dari tingginya jumlah penduduk yang aktif menjadi akseptor. Pada tahun 2010 jumlah akseptor tercatat 35.380 orang atau 73,26 persen dari pasangan usia subur (PUS) yang terdapat di Kota Yogyakarta. Alat kontrasepsi yang banyak digunakan adalah STK (33,23 persen).
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Yogyakarta Tahun 2012
54
[BUKU PUTIH SANITASI KOTA YOGYAKARTA]
A. Pelayanan Kesehatan Ketersediaan sarana kesehatan, tenaga kesehatan dan kualitas pelayanan kesehatan kepada masyarakat menjadi salah satu prioritas pembangunan di negara Indonesia dan Kota Yogyakarta. Pada tahun 2011 jumlah puskesmas di Kota Yogyakarta telah tersebar di 14 kecamatan, dan saat ini telah terdapat puskesmas rawat inap sebanyak 4 unit. Selain itu pelayanan kesehatan juga dilakukan oleh klinik swasta dan dokter praktek. Salah satu indikator meningkatnya kualitas pelayanan kesehatan di suatu wilayah adalah meningkatnya indikator di Kota Yogyakarta pelayanan kunjungan dan status gizi, sedangkan untuk sarana kesehatan yang ada telah mencakup seluruh wilayah yang ada di Kota Yogyakarta. Penurunan indikator derajat kesehatan akan ditanggulangi dengan beerapa program dari Pemerintah Kota Yogyakarta dengan dokter siaga di wilayah maupun penambahan tenaga medis maupun anggaran perlindungan kesehatan masyarakat. Tabel Data Pelayanan Kesehatan Kota Yogyakarta Tahun 2008-2010
Sumber : Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta, 2011
B. Perkembangan Kesejahteraan Masyarakat di Bidang Kesehatan Derajat kesehatan masyarakat secara keseluruhan meningkat dari tahun ke tahun. Hal tersebut dapat dilihat dari usia harapan hidup yang semakin meningkat yaitu di atas 73 tahun. Namun, di sisi lain berkaitan dengan angka kematian bayi dari tahun ke tahun cenderung mengalami peningkatan, sehingga ke depan perlu mendapat perhatian yang lebih serius termasuk penanganan gizi.
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Yogyakarta Tahun 2012
55
[BUKU PUTIH SANITASI KOTA YOGYAKARTA]
Tabel Perkembangan Kesejahteraan Masyarakat Kota Yogyakarta Berdasarkan Indikator Kesehatan dari Tahun 2007-2010 No
Indikator Kesehatan
1
Angka kelangsungan hidup bayi: - Angka kematian bayi/Infant Mortality Rate (IMR) /1000 KH - Jumlah kematian bayi pada tahun tertentu - Jumlah kelahiran bayi pada tahun tertentu Angka usia harapan hidup (thn) Persentase balita gizi buruk - Jumlah balita gizi buruk - Jumlah balita
2 3
2007
2008
3,04
2009
2010
5,56
6,79
8,77
38
15
40
4904
4872
4559
73,2
73,3
73.4
73.4
1.10%
0.98%
1.04%
1.01%
214
188
198
178
19.424
19.236
19.027
17.676
Sumber: Dinas Kesehatan, 2011 2.5.6. Sosial Kemasyarakatan Penduduk Kota Yogyakarta mayoritas memeluk agama Islam. Jumlah pemeluk agama Islam pada tahun 2010 sebanyak 374.123 orang atau 81,74 persen dari total penduduk Kota Yogyakarta. Pemeluk agama yang lain adalah 10,85 persen Katholik, 6,83 persen Kristen, 0,17 persen Hindu, 0,40 persen Budha dan 0,01 lainnya. Tabel Banyaknya Tempat Peribadatan menurut Kecamatan di Kota Yogyakarta Masjid
Musholla
Gereja Katolik
Gereja Kristen
Mantrijeron
35
35
1
1
Kraton
19
14
Mergangsan
36
20
1
2
Umbulharjo
99
90
4
Kotagede
43
46
2
Gondokusuman
55
57
Danurejan
20
21
Pakualaman
8
Gondomanan
20
19
Ngampilan
18
31
2
Wirobrajan
25
17
2
Kecamatan
2
6
Pura
Wihara
1 1
1
1 11 1
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Yogyakarta Tahun 2012
1 4
1
56
[BUKU PUTIH SANITASI KOTA YOGYAKARTA]
Masjid
Musholla
Gereja Katolik
Gereja Kristen
Gedongtengen
22
12
1
3
1
Jetis
30
27
7
1
Tegalrejo
30
31
Kecamatan
Jumlah 460 431 Sumber: Kota Yogyakarta Dalam Angka 2011
1
6
7
41
Pura
1
Wihara
5
Jumlah anak yatim piatu yang diasuh dalam panti pada tahun 2010 sebanyak 460 anak. Jumlah penderita cacat pada tahun 2010 tercatat 3.057 orang. Pada tahun 2009 orang terlantar berjumlah 682 orang dan pada tahun 2010 meningkat menjadi 878 orang. Tabel Banyaknya Anak Yatim Piatu dalam Panti dari Tahun 2008-2010 di Kota Yogyakarta No 1 2 3
Golongan Umur
Jumlah Anak
2008 2009 2010
432 464 460
Sumber: Kota Yogyakarta Dalam Angka 2011
Tindak kejahatan di Kota Yogyakarta menunjukkan gejala terjadinya peningkatan. Pada tahun 2010 perkara pelanggaran yang masuk ke Pengadilan Negeri Yogyakarta sebanyak 19.085. Jumlah perkara di Kejaksaan Negeri Yogyakarta turun dari 470 pada tahun 2009 menjadi 425 pada tahun 2010. Penghuni lembaga pemasyarakatan bertambah dari 110 orang menjadi 203 orang. 2.6. Kelembagaan Pemerintah Daerah Berdasarkan Peraturan Daerah No 10 Tahun 2008 tentang pembentukan, susunan, kedudukan, dan tugas pokok dinas daerah maka didalam pengelolaan pembangunan Kota Yogyakarta terdapat 13 dinas dibawah walikota Kota Yogyakarta. Terkait dengan struktur organisasi pemerintah Kota Yogyakarta berikut disajikan bagan struktur organisasi perangkat daerah yang disajikan pada gambar 2.8 berikut ini.
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Yogyakarta Tahun 2012
57
[BUKU PUTIH SANITASI KOTA YOGYAKARTA]
Gambar 2.1 : Struktur Organisasi Pemerintah Kota Yogyakarta Kelompok Kerja Sanitasi Kota Yogyakarta Tahun 2012
58
[BUKU PUTIH SANITASI KOTA YOGYAKARTA]
Sanitasi adalah salah satu sektor yang harus diperhatikan dalam pembangunan Kota demikian halnya dengan Kota Yogyakarta. Pengelolaan sanitasi yang tepat dapat menciptakan lingkungan yang sehat. Namun jika sektor sanitasi tidak diperhatikan dalam pembangunan kota maka akan menciptakan berbagai permasalah lingkungan seperti munculnya kawasan kumuh dan menjangkitnya beragam penyakit akibat lingkungan yang kotor. Demikian disajikan sejumlah peraturan terkait dengan sanitasi yang ada di Kota Yogyakarta. Tabel Daftar Peraturan terkait Sanitasi Kota Yogyakarta No 1.
Sektor sanitasi Pengelolaan limbah
Peraturan 1. 2. 3.
4.
2.
Pengelolaan Sampah
1.
2. 3. 3
Pengelolaan Drainase
1.
Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 6 Tahun 2009 Tentang Pengelolaan Limbah Domestik Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 7 Tahun 2009 Tentang Retribusi Pengelolaan Air Limbah Domestik Peraturan Walikota Yogyakarta Nomor 103 Tahun 2009 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 6 Tahun 2009 Tentang Pengelolaan Air Limbah Domestik Peraturan Walikota Yogyakarta Nomor 109 Tahun 2009 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 7 Tahun 2009 Tentang Retribusi Pengelolaan Air Limbah Domestik Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No: 21/PRT/2006 tentang kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan Persampahan (KSNP-SPP). Keputusan Menteri Kesehatan No : 852/Menkes/SK/IX/2008 tentang Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat. Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 18 tahun 2002 tentang Pengelolaan kebersihan. Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 2 Tahun 2007 Tentang Penetapan Kelas Air Sungai di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
2. Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Baku Mutu Air di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Sumber : Dinas Kimpraswil, dan Badan Lingkungan Hidup Kota Yogyakarta, 2012
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Yogyakarta Tahun 2012
59
[BUKU PUTIH SANITASI KOTA YOGYAKARTA]
Berdasarkan Keputusan Walikota Yogyakarta Nomor 142/KEP/2012 tentang Pembentukan Kelompok Kerja (Pokja) Sanitasi Kota Yogyakarta Tahun 2012, lembaga yang terlibat dalam pengembangan Sanitasi dan Kesehatan di Kota Yogyakarta antara lain adalah sebagai berikut: Tabel Tabel Pemangku Kepentingan dalam Pengelolaan Sanitasi Kota Yogyakarta NO
JABATAN DALAM TIM
JABATAN DALAM INSTANSI
I
PEMBINA
Walikota Yogyakarta
II
PENGARAH
Wakil Walikota Yogyakarta
III
KETUA
Sekretaris Daerah Kota Yogyakara
IV
SEKRETARIS
Kepala Bappeda Kota Yogyakarta
V
TIM KOORDINASI
1. Kepala Dinas Permukiman dan Prasarana Wilayah 2. Kepala Badan Lingkungan Hidup Kota Yoqyakarta 3. Kepala Dinas PDPK Kota Yogyakarta 4. Kepala Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta 5. Kepala Bagian Pengendalian Pembangunan Kota Yogyakarta 6. Ketua Forum LPMK Kota Yogyakarta 7. Ketua Tim Penggerak PKK Kota Yogyakarta
VI
TIM TEKNIS A. BIDANG TEKNIS
1. Kabid. Perencanaan dan Program Bappeda Kota Yogyakarta 2. Kabid. Permukiman dan Saluran Air Limbah Dinas Kimpraswil Kota Yogyakarta 3. Kabid. Pengembangan Kapasitas Lingkungan Hidup BLH Kota Yogyakarta 4. Kasubid Perencanaan dan Program Sarana Prasarana dan Tata Ruang Bappeda Kota Yogyakarta 5. Kasi. Saluran Air Limbah Dinas Kimpraswil Kota Yogyakarta 6. Kasi. Drainase Dinas Kimpraswil Kota Yogyakarta 7. Kasubid Daur Ulang Sampah BLH Kota Yogyakarta 8. 1 (satu) orang Unsur LPMK Kota Yogyakarta 9. Kabag. Organisasi Setda Kota Yogyakarta 10. Kabag. P3ADK Setda Kota Yogyakarta 11. Kabid. Anggaran DPDPK Kota Yogyakarta 12. 1 (satu) orang Unsur LPMK Kota Yogyakarta
B. BIDANG KELEMBAGAAN & PENDANAAN
9. Kabag. Organisasi Setda Kota Yogyakarta 10. Kabag. P3ADK Setda Kota Yogyakarta 11. Kabid. Anggaran DPDPK Kota Yogyakarta 12. 1 (satu) orang Unsur LPMK Kota Yogyakarta
C. BIDANG KOMUNIKASI
13. Kabag. Humas dan lntormasi Setda Kota Yogyakarta
D. BIDANG
14. Kabid. Promosi, Penqernbanqan dan Sistem Informasi Kesehatan Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta 15. 1 (satu) orang Unsur LPMK Kota Yogyakarta
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Yogyakarta Tahun 2012
60
[BUKU PUTIH SANITASI KOTA YOGYAKARTA]
NO
JABATAN DALAM TIM PENYEHATAN LlNGKUNGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
JABATAN DALAM INSTANSI 16. Ka. KPMP Kota Yogyakarta 17. Kabid. Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta 18. 1 (satu) orang Unsur LPMK Kota Yogyakarta 19. 1 (satu) orang Unsur Penggerak PKK Kota Yogyakarta
VIII
E. BIDANG MONITORING DAN EVALUASI
20. Kabid. Pengendalian, Pelaporan dan Evaluasi Bappeda Kota Yogyakarta 21. Kabid. Pengawasan dan PemulihanLingkungan Hidup BLH Kota Yogyakarta 22. Kasubag. Pengendalian Operasional Bag. Dalbang Setda Kota Yogyakarta 23. 1 (satu) orang Unsur LPMK Kota Yogyakarta
SEKRETARIS
1. 3 (tiga) orang staf Bappeda Kota Yogyakarta 2. 1 (satu) orang staf BLH Kota Yogyakarta 3. 1 (satu) orang staf Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta 4. 1 (satu) orang staf Dinas Kimpraswil Kota Yogyakarta 5. 1 (satu) orang staf KPMP Kota Yogya 6. 1 (satu) orang staf Bag. Humas dan Intormasi Setda Kota Yogyakarta 7. 1 (satu) orang staf Bag. Organisasi Setda Kota Yogyakarta 8. 1 (satu) orang staf Bag. Pengendalian Pembangunan Setda Kota Yogyakarta 9. 1 (satu) orang staf Bag. P3ADK Setda Kota Yogyakarta 10. 1 (satu) orang staf Bag. Hukum Setda Kota Yogyakarta
Sumber: Keputusan Walikota Yogyakarta
Penjelasan: 1. Bidang Teknis 2. Bidang Kelembagaan dan Pendataan Memfasilitasi
proses
pencarian
sumber
dar.a
alternatif
untuk
pembiayaan
pembangunan sanitasi kota. 3. Bidang Komunikasi Memfasilitasi sosialisasi dan komunikasi publik terkait upaya peningkatan kesadaran, kepedulian dan dukungan seluruh stakeholder di tingkat kota dalam proses percepatan pembangunan sanitasi di kota. 4. Bidang Penyehatan Lingkungan dan Pemberdayaan Masyarakat Memfasilitasi upaya peningkatan kes adaran, kepedulian dan dukungan seluruh stakeholder di tingkat kota dalam proses percepatan pembangunan sanitasi di kota. 5. Bidang Monitoring dan Evaluasi
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Yogyakarta Tahun 2012
61
[BUKU PUTIH SANITASI KOTA YOGYAKARTA]
Memfasilitasi proses pelaksanaan sistem pemantauan dan evaluasi sanitasi yang terintegrasi di tingkat kota. Sekretariat: 1. Memfasilitasi koordinasi Kelompok Kerja (Pokja) Sanitasi Kota Yogyakarta; 2. Melaksanakan tugas-tugas lain yang dibebankan oleh Ketua Kelompok Kerja (Pokja) Sanitasi Kota Yogyakarta.
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Yogyakarta Tahun 2012
62