BAB V Area Beresiko Sanitasi
6 BUKU PUTIH SANITASI KAB.JENEPONTO
BAB 5 Area Beresiko Sanitasi Buku Putih Sanitasi sangat penting bagi kabupaten dalam menetapkan prioritas wilayah pengembangan sanitasi yang meliputi pengelolaan air limbah, persampahan, dan drainase serta komponen sanitasi lainnya seperti akses air bersih dan perilaku hidup bersih dan sehat. Resiko sanitasi dapat diartikan terjadinya penurunan kualitas hidup, kesehatan, bangunan dan atau lingkungan akibat rendahnya akses terhadap layanan sektor sanitasi dan perilaku hidup bersih dan sehat. Dalam penentuan area beresiko sanitasi ditetapkan berdasarkan: 1. Data Sekunder Penentuan area beresiko sanitasi berdasarkan data sekunder adalah kegiatan menilai dan memetakan tingkat resiko sebuah area (kelurahan/desa) berdasarkan data yang telah tersedia di SKPD dan tersedia di sumber data lainnya. Data sekunder yang dimaksud adalah data-data mengenai ketersediaan prasarana dan sarana air limbah, persampahan, dan drainase serta data umum wilayah yang meliputi populasi, luas wilayah, kepadatan penduduk, dan angka kemiskinan. 2. Penilaian SKPD Penentuan area beresiko berdasarkan penilaia SKPD diberikan
berdasarkan pengamatan,
pengetahuan praktis dan keahlian profesi yang dimiliki individu anggota pokja kabupaten yang mewakili SKPD terkait sanitasi dari Bappeda, Dinas Kesehatan, Dinas Permukiman dan Tata Ruang, KP4, Badan Lingkungan Hidup Daerah (BLHD) dan Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Lembang (BPMPL). 3. Studi EHRA
Penentuan area beresiko berdasarkan hasil studi EHRA adalah kegiatan penilaian dan pemetaan tingkat resiko berdasarkan kondisi sumber air, pencemaran karena air limbah domestik, pengelolaan persampahan di tingkat rumah tangga, kondisi drainase, perilaku cuci tangan pakai sabun, higiene jamban, penanganan air minum, dan buang air besar sembarangan. Berdasarkan penggabungan data Sekunder, Penilaian SKPD dan data studi EHRA untuk wilayah kajian sanitasi di 11 Kecamatan dengan 113 kelurahan/desa, diperoleh gambaran area beresiko sanitasi Kabupaten Jeneponto untuk pengelolaan air limbah domestik, pengelolaan persampahan dan drainase perkotaan. (Lihat Peta 5.1. Peta Ilustrasi Area Beresiko Sanitasi Air Limbah Domestik, Peta 5.2. Peta Ilustrasi Area Beresiko Sanitasi Persampahan, dan Peta 5.3. Peta Ilustrasi Area Beresiko Sanitasi Drainase Perkotaan)
7 BUKU PUTIH SANITASI KAB.JENEPONTO
6 BUKU PUTIH SANITASI KAB.JENEPONTO
7 BUKU PUTIH SANITASI KAB.JENEPONTO
8 BUKU PUTIH SANITASI KAB.JENEPONTO
Pada peta ilustrasi area beresiko sanitasi air limbah domestik terlihat kelurahan/Desa merupakan area beresiko sangat tinggi yaitu desa Tuju, Bulu Jaya, dan Kapita. Sedangkan kelurahan/Desa lainnya mayoritas merupakan area beresiko rendah dan sangat rendah. Hal ini dikarenakan, prasarana air limbah domestik belum memadai yang memicu perilaku buang air besar sembarangan (BABs). (Lihat Tabel 5.1. Area Beresiko Sanitasi Air Limbah Domestik) Tabel 5.1. Area Beresiko Sanitasi Air Limbah Domestik
Wilayah Prioritas
No
Area Beresiko
1
Resiko 4
Tuju
2
Resiko 4
Bulu Jaya
3
Resiko 4
Kapita
4
Resiko 3
Malassoro
5
Resiko 3
Gunung Silanu
6
Resiko 3
Rumbia
7
Resiko 3
Lebangmanai utara
8
Resiko 3
Kareloe
9
Resiko 3
Pabiringa
10
Resiko 3
Empoang Selatan
11
Resiko 3
Tolo
12
Resiko 3
Tolo selatan
13
Resiko 3
Bontotanga
14
Resiko 3
Tonrokassi
15
Resiko 3
Bonto Ujung
16
Resiko 3
Tanjonga
17
Resiko 3
Bululoe
Air Limbah
7 BUKU PUTIH SANITASI KAB.JENEPONTO
Wilayah prioritas area beresiko sanitasi untuk sub sektor persampahan dari 113 kelurahan/Desa yang masuk kategori beresiko sangat tinggi sebanyak 3 kelurahan/Desa dan area beresiko tinggi sebanyak 14 kelurahan/Desa. Permasalahan utama yang ditemukan yakni belum teraturnya pengelolaan sampah rumah tangga dan masih ada masyarakat membuang sampah rumah tangga di lahan kosong, sungai, dan drainase. (Lihat Tabel 5.2. Area Beresiko Sanitasi Persampahan). Tabel 5.2. Area Beresiko Sanitasi Persampahan
Wilayah Prioritas
No
Area Beresiko
1
Resiko 4
Tuju
2
Resiko 4
Bulu Jaya
3
Resiko 4
Kapita
4
Resiko 3
Malassoro
5
Resiko 3
Gunung Silanu
6
Resiko 3
Rumbia
7
Resiko 3
Lebangmanai utara
8
Resiko 3
Kareloe
9
Resiko 3
Biringkasi
10
Resiko 3
Empoang Selatan
11
Resiko 3
Empoang Utara
12
Resiko 3
Tolo
13
Resiko 3
Tolo selatan
14
Resiko 3
Tonrokassi
15
Resiko 3
Bonto Ujung
16
Resiko 3
Tanjonga
17
Resiko 3
Bululoe
Persampahan
8 BUKU PUTIH SANITASI KAB.JENEPONTO
Pada sub sektor drainase permasalahannya terletak pada dokumen-dokumen perencanaan yang menjadi pijakan dalam pengelolaan belum cukup tersedia dan partisipasi masyarakat serta pihak swasta belum terlibat secara optimal yang berakibat pada kesadaran terhadap pentingnya pengelolaan drainase masih sangat rendah. Dengan Kondisi topografi Kabupaten Jeneponto yang relatif bergelombang dan berbukit, sedangkan topografi datar relatif sedikit, permasalahan genangan masih sangat kecil sehingga nampak area beresiko sanitasi drainase perkotaan sangat tinggi dan tinggi hanya di 4 kelurahan/lembang dari 113 kelurahan/lembang yang menjadi wilayah kajian. (Lihat Tabel 5.3. Area Beresiko Sanitasi Drainase Perkotaan) Tabel 5.3. Area Beresiko Sanitasi Drainase Perkotaan
Wilayah Prioritas
No
Area Beresiko
1
Resiko 4
Pabiringa
2
Resiko 4
Balang
3
Resiko 4
Sapanang
4
Resiko 3
Bontotanga
Drainase Perkotaan
9 BUKU PUTIH SANITASI KAB.JENEPONTO