BAB V INDIKASI PERMASALAHAN DAN OPSI PENGEMBANGAN SANITASI
5.1 Area berisiko Tinggi dan Permasalahan Utamanya Hasil studi EHRA secara keseluruhan menghasilkan area beresiko yang akan digunakan untuk menentukan SSK. Berikut disajikan peta wilayah resiko menurut hasil studi EHRA.
Terdapat satu area yang beresiko sangat tinggi yaitu kelurahan kukusan dan terdapat13 daerah yang beresiko rendah 23 area beresiko sedang dan 26 area beresiko tinggi. Secara rinci tabel penetapan resiko ini dapat dilihat pada tabel dibawah.
Tabel 5.1 Daftar Area Beresiko NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49
KECAMATAN
PANCORAN MAS
CIPAYUNG
BEJI
SUKMAJAYA
CILODONG
C I M A N G G I S
TAPOS
SAWANGAN
BOJONG SARI
KELURAHAN Depok Pancoran Mas Depok Jaya Mampang Rangkapan Jaya Rangkapan Jaya Baru Cipayung Bojong Pondok Terong Ratu Jaya Cipayung Jaya Pondok Jaya Beji Timur Beji Kemiri Muka Pondok Cina Tanah Baru Kukusan Mekarjaya Tirtajaya Bhaktijaya Sukmajaya Abadijaya Cisalak Kalimulya Jatimulya Cilodong Kali Baru Sukamaju Curug Cisalak Pasar Mekarsari Tugu Pasir Gunung Selatan Harjamukti Tapos Leuwinanggung Cimpaeun Jatijajar Cilangkap Sukatani Sukamaju Baru Sawangan Lama Sawangan Baru Pasir Putih Cinangka Kedaung Pengasinan Bedahan Pondok Petir
195
SKORING EHRA Resiko Sedang Resiko Tinggi Resiko Rendah Resiko Sedang Resiko Sedang Resiko Tinggi Resiko Tinggi Resiko Rendah Resiko Tinggi Resiko Tinggi Resiko Sedang Resiko Tinggi Resiko Rendah Resiko Rendah Resiko Tinggi Resiko Tinggi Resiko Sangat Tinggi Resiko Rendah Resiko Tinggi Resiko Sedang Resiko Rendah Resiko Sedang Resiko Rendah Resiko Sedang Resiko Tinggi Resiko Sedang Resiko Tinggi Resiko Tinggi Resiko Tinggi Resiko Sedang Resiko Sedang Resiko Tinggi Resiko Tinggi Resiko Tinggi Resiko Sedang Resiko Sedang Resiko Rendah Resiko Sedang Resiko Rendah Resiko Sedang Resiko Rendah Resiko Sedang Resiko Tinggi Resiko Sedang Resiko Sedang Resiko Tinggi Resiko Tinggi Resiko Sedang Resiko Rendah
50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63
Serua Curug Bojong Sari Baru Bojong Sari Lama Duren Seribu Duren Mekar Cinere Gandul CINERE Pangkalan Jati Lama Pangkalan Jati Baru Grogol Krukut LIMO Meruyung Limo Sumber : Laporan EHRA
Resiko Tinggi Resiko Sedang Resiko Sedang Resiko Tinggi Resiko Tinggi Resiko Sedang Resiko Sedang Resiko Rendah Resiko Sedang Resiko Rendah Resiko Tinggi Resiko Tinggi Resiko Tinggi Resiko Sedang
Dari hasil analisis data EHRA maka kebanyakan permasalahan kelurahan yang mempunyai resiko tinggi dan sangat tinggi ada pada pengolahan air limbah, pengelolaan persampahan dan perilaku hidup sehat. Sedangkan hanya 4 kelurahan yang bermasalah dengan sumber air minum yaitu kelurahan Rangkapan Jaya baru, Beji Timur, Tirtajaya, dan Meruyung. Untuk masalah drainase yaitu genangan banjir, menurut data EHRA hanya terjadi pada kelurahan Kukusan yang mempunyai resiko sangat tinggi.
Maka permasalahan utama Kota Depok adalah dari segi air limbah, persampahan dan perilaku hidup sehat. Dari segi air limbah maka masalah utama adalah pencemaran tangki septic yang tidak pernah disedot. Dari segi persampahan terhadap pengumpulan sampah yang tidak mencukupi, waktu pengumpulan sampah yang lama dan terlambat, serta tidak adanya pengolahan setempat untuk sampah. Dari segi perilaku maka perilaku yang masih jarang dilakukan adalah perilaku cuci tangan dengan sabun pada 5 waktu kritis, pencemaran jamban, pada wadah air, dan buang air besar sembarangan.
Lebih lengkapnya dibahas per kelurahan dapat dilihat pada tabel permasalahan kelurahan yang mempunyai skor beresiko tinggi di bawah :
196
Tabel 5.2 Permasalahan Kelurahan Beresiko Tinggi KELURAHAN Pancoran Mas Rangkapan Jaya Baru Cipayung Ratu Jaya Cipayung Jaya Beji Timur Pondok Cina Tanah Baru Kukusan
SKORING EHRA
Sumber Air
PERMASALAHAN Air Sampah Drainase PHBS Limbah
Resiko Tinggi Resiko Tinggi Resiko Tinggi Resiko Tinggi Resiko Tinggi Resiko Tinggi Resiko Tinggi Resiko Tinggi Resiko Sangat Tinggi Resiko Tinggi Resiko Tinggi Resiko Tinggi Resiko Tinggi Resiko Tinggi Resiko Tinggi
Tirtajaya Jatimulya Kali Baru Sukamaju Curug Tugu Pasir Gunung Selatan Resiko Tinggi Harjamukti Resiko Tinggi Sawangan Baru Resiko Tinggi Kedaung Resiko Tinggi Pengasinan Resiko Tinggi Serua Resiko Tinggi Bojong Sari Lama Resiko Tinggi Duren Seribu Resiko Tinggi Grogol Resiko Tinggi Krukut Resiko Tinggi Meruyung Resiko Tinggi Sumber : laporan EHRA
5.2 Kajian dan Opsi Partisipasi Masyarakat dan Jender di Area Prioritas Partisipasi masyarakat pada area beresiko tinggi merupakan bagian dari bentuk adaptasi menghadapi keadaan lingkungan yang buruk. Hal ini tentu tidak bisa dipandang sebelah mata karena bukan jarang masyarakat dapat memperbaiki kondisi lingkungannya yang buruk dengan beberapa gerakan sederhana yang didukung oleh semua elemen masyarakatnya. Termasuk di Kota Depok, masyarakat Kota Depok memiliki inisiatif yang tinggi untuk memperbaiki kondisi lingkungannya yang buruk.
Bedasarkan kajian yang dilakukan pada 6 kelurahan di Kota Depok yang melibatkan elemen masyarakat berpenghasilan rendah dan masyarakat yang terdapat pada wilayah program P2WKSS maka didapatkan hasil kajian bahwa masyarakat Kota Depok banyak terlibat
197
dalam
program
–
program
pemerintah
yang
terkait
dengan
sanitasi,
meskipun
keterlibatannya hanya sebatas pada bantuan tenaga pada saat pelaksanaan program dan beberapa pemeliharaan setelah selesainya program.
Berikut adalah beberapa hasil kajian yang telah dilakukan pada kelurahan Cipayung, Kalimulya, Tapos, Cilangkap, Pengasinan, dan Krukut. Kajian dilakukan dengan cara diskusi kelompok terarah (FGD) terhadap 301 warga yang terdiri dari 228 warga perempuan dan 73 warga laki – laki, selain itu warga juga diwajibkan mengisi kuesioner untuk setiap item kajian sehingga hasilnya dapat dianalisis. Dari hasil studi EHRA kelurahan yang dikaji terdapat pada kelurahan resiko tinggi dan sedang, yaitu Kelurahan Kalimulya, Pengasinan dan Krukut adalah kelurahan beresiko tinggi, sementara itu Kelurahan Cipayung, Tapos dan Cilangkap adalah kelurahan yang beresiko sedang.
5.2.1 Sumber Air Minum dan Penanganan Limbah Cair Hasil kajian PMJK 98,2% warga memanfaatkan air tanah sebagai sumber air minum dan sisanya 1,47% mengambil dari PDAM serta 0,33% mengambil dari sungai. Sedangkan untuk masalah pengelolaan sumber air minum 93% mengaku melakukan sendiri pengelolaan sumber air minum. Sementara 7% mengaku mengelola sumber air minum bersama-sama atau berkelompok.
Hal ini jelas memperlihatkan bahwa masyarakat berpenghasilan rendah umumnya masih menggunakan air tanah dangkal sebagai sumber air minum mereka, bahkan masih ada yang mempergunakan air permukaan (air sungai) sebagai sumber air minum. Masalah pengelolaan sumber air minum pun masih umumnya ditangani sendiri. Hal ini menunjukan pentingnya memperbaiki pengelolaan sanitasi di tempat mereka karena air tanah dangkal dan air permukaan adalah sumber air yang rawan sekali terkontaminasi oleh limbah.
Untuk pertanyaan tentang tempat buang air besar, masih ada 4,4% responden yang sungai, 1,47% menjawab kolam, 1,1% menjawab kebun dan 93% menjawab jamban. Sementara itu untuk pembuangan air limbah rumah tangga, 11,6% menjawab sungai, 5,07% menjawab kebun, 22,5% menjawab kolam, dan 60,9% menjawab tangki septik. Hal ini menunjukan masih tingginya potensi pencemaran sumber air minum yang mereka kelola.
5.2.2 Penanganan Sampah (Limbah Padat) Dalam hal menangani sampah rumah tangga sebagian masyarakat yaitu 26,3% melakukan pemilahan sampah sementara sisanya 73,7% membuang langsung sampahnya. Tempat membuang sampah dari hasil jawaban responden 4,1% menjawab ke sungai, 25%
198
menjawab ke kebun, 70% menjawab dibakar. Terlihat bahwa pelayanan sampah tidak menyentuh masyarakat berpenghasilan rendah sehingga mereka masih menangani sampah dengan cara yang konfensional yaitu dibakar.
Sedangkan yang
melakukan pemilahan,
pemilahan yang
dilakukan adalah 80%
memisahkan antara sampah yang basah dan yang kering dan 20% memisahkan sampah B3. Selanjutnya sampah yang telah dipilah tersebut dibuat kompos 36,13% dan dijual ke pengepul 63,87%. Terlihat partisipasi masyarakat sudah dilakukan namun belum besar. Jadi masyarakat yang sudah dicerdaskan oleh program PHBS sudah mampu melakukan pemilahan sampah dan komposting. Namun belum dilakukan secara maksimal karena hanya dilakukan dalam kelompok kecil.
5.2.3 Perilaku Higiene Berhubungan dengan kampanye PHBS yang dilakukan di Kota Depok maka kajian ini juga melihat seberapa besar pengaruh pada masyarakat berpenghasilan rendah pada daerah beresiko tinggi dan sedang ini. Ternyata untuk penanganan tinja balita 41% membuangnya ke saluran air langsung, 52% membuangnya ke jamban, sedangkan 6,6% membuang ke tempat sampah.
Sedang untuk perilaku cuci tangan pakai sabun pada 5 waktu kritis, masih ada yang tidak melaksanakannya. Sebesar 4,9% tidak mencuci tangan dengan sabun setelah buang air besar. Sebesar 8,1% tidak mencuci tangan dengan sabun setelah menyentuh hewan dan binatang. Sebesar 5,7% tidak mencuci tangan dengan sabung setelah melakukan aktifitas. Sebesar 19% tidak mencuci tangan dengan sabun sebelum memegang bayi. Sebesar 3,8% tidak melakukan cuci tangan dengan sabun sebelum dan setelah makan.
5.2.4 Bentuk Nyata Partisipasi Masyarakat dan Jender Bentuk
nyata
partisipasi
masyarakat
didapatkan
dengan
menanyakan
kesediaan
masyarakat berpartisipasi dalam kegiatan – kegiatan sanitasi. Sedangkan untuk masalah jender dilihat dari pengambilan keputusan dalam keluarga dan partisipasi wanita dalam rapat – rapat RT dan RW.
Dari hasil FGD dengan masyarakat, partisipasi perempuan dalam rapat – rapat RT dan RW sudah terlihat. Juga dalam pelaksanaan kegiatan, para ibu – ibu juga mempunyai peranan. Contohnya pada saat kerja bakti, perempuan mendapatkan tugas untuk menyapu dan laki – laki mempunyai tugas untuk menguras selokan. Juga dalam kuesioner ditanyakan masalah pengambilan keputusan dalam penentuan besaran dana untuk perbaikan sarana sanitasi di
199
rumah tangga 1,4% menjawab ibu yang memutuskan, 26% menjawab bapak dan ibu bersama memutuskan, dan 73,1% menjawab bapaklah yang memutuskan. Jadi pelibatan perempuan sudah ada namun belum maksimal.
Lantas pada saat ditanyakan masalah besaran dana yang dikeluarkan untuk air minum, pengangkutan sampah dan penyedotan tangki septik, sebagian besar warga menyebutkan besaran kontribusi yang cukup besar, terutama untuk masalah air minum dan penyedotan tangki septik.
Pada saat ditanyakan apakah mereka mau berkontribusi dalam pembangunan sanitasi, maka 93% menyatakan mau dan 7% menyatakan tidak. Untuk bentuk kontribusi yang ingin diberikan 35% menjawab uang dan 65% menjawab tenaga. Terlihat bahwa kontribusi berupa uang pun masih rela disisihkan untuk sarana sanitasi, meski lebih banyak yang memilih untuk membantu tenaga. Hasil besaran uang yang rela diberikan pun beragam, namun total 301 masyarakat dari 6 kelurahan mempunyai kesediaan Rp. 10.935.001,- ini merupakan kesediaan yang lumayan besar mengingat mereka tergolong dalam masyarakat berpenghasilan rendah.
Sedangkan untuk pemeliharaan, masyarakat yang menjawab mau berkontribusi 97% dan yang tidak 3%. Bentuk kontribusi dalam pemeliharaan sarana sanitasi adalah 66% menyumbang tenaga, 34% menyumbangkan uang dan 1,2% menyumbangkan material. Besaran total untuk pemeliharaan sanitasi dalam bentuk uang adalah Rp. 2.541.000,- dan yang berupa material bisa berupa pasir, batu bata, dan semen.
5.3 Komunikasi untuk Peningkatan Kepedulian Sanitasi. Dari hasil pelaksanaan survey yang telah dilakukan oleh Studi Komunikasi dan Media yang dilaksanakan di seluruh kelurahan Kota Depok dengan hasil jumlah sampel 3686 terdiri dari: 1. Darimanakah mendapatkan informasi atau berita 2. Surat kabar yang paling sering dibaca 3. Stasiun radio yang paling sering didengar 4. Stasiun televisi yang paling sering didengar 5. Acara televisi yang paling sering ditonton 6. Dari siapa mendapatkan informasi tentang sanitasi 7. Sumber informasi yang dapat dipercaya tentang sanitasi berasal dari 8. Jenis pertemuan yang pernah diikuti 9. Penyuluhan atau sosialisasi yang pernah diikuti
200
10. Kesenian nian tradisional yang biasanya ditonton 11. Kegiatan yang pernah dihadiri
Berikut hasil dari pertanyaan yang sudah di survey: Darimanakah mendapatkan informasi atau beritanya, disini terlihat paling tinggi masyarakat di Depok mempunyai kebiasaan menonton televisi dengan persentase 94% yang berjumlah 3.475, dan kebiasaan yang kedua membaca surat kabar dengan persentase 27% dengan berjumlah 1008, kebiasaan masyarakat yang ketiga adalah mendengarkan radio jumlah persentase 16% berjumlah 603, kebiasaan masyarakat masyarakat yang keempat adalah melihat papan pengumuman jumlah persentase 4% dengan jumlah 150, kebiasaan masyarakat yang selanjutnya adalah menjawab lainnya dengan persentase 3% berjumlah 125 dan yang terakhir kebiasaan yang dilakukan masyarakat Depok adalah menjawab menjawab tidak tahu dengan persentase 2% yang berjumlah 64. Jadi hasil yang paling tinggi setiap harinya masyarakat di Depok mendapatkan informasi atau berita dengan cara menonton televisi. Tabel 5.3 Darimanakah mendapatkan informasi atau berita. No Jawaban
Jumlah
1 Surat Kabar
Persen
1008
27%
603
16%
3475
94%
4 Papan Pengumuman
150
4%
5 Lainnya
125
3%
64
2%
2 Radio 3 Televisi
6 Tidak Tahu
100% 80% 60% 40% 20% 0%
201
Surat Kabar yang paling sering dibaca, disini ternyata kebiasaan masyarakat yang paling tingggi adalah Tidak atau jarang baca Koran dengan persentase 55% berjumlah 2024 orang, yang kedua adalah membaca Koran Kompas dengan persentase 18% yang berjumlah 665, lalu ketiga membaca Koran Monitor Depok dengan persentase 13% yang berjumlah 489, keempat adalah kebiasaan membaca Koran Seputar Indonesia dengan persentase 3% yang berjumlah 104, kelima adalah membaca Tempo dengan persentase 2% berjumlah 83, lalu membaca Koran Radar Depok dengan persentase 2% dengan berjumlah 66, dan yang terakhir adalah membaca Jurnal Depok dengan persentase 1% berjumlah 41. Dari hasil semua ini ternyata kebiasaan masyarakat di Kota Depok dalam hal Membaca surat kabar adalah Tidak Membaca atau jarang baca Koran. Tabel 5.4 Surat kabar yang paling sering dibaca. No Jawaban
Jumlah
Persen
1 Kompas
665
18%
2 Monitor Depok
489
13%
3 Radar Depok
66
2%
4 Jurnal Depok
41
1%
104
3%
83
2%
2024
55%
5 Seputar Indonesia 6 Tempo 7 Tidak/jarang baca koran
Kompas Monitor Depok Radar Depok Jurnal Depok Seputar Indonesia Tempo Tidak/jarang baca koran
202
Stasiun radio yang paling sering didengar, survey yang dilakukan kali ini Tidak pernah atau Jarang mendengar Radio yang paling tinggi dengan persentase 60% berjumlah 2205, lalu yang kedua adalah menjawab lainnya dengan persentase 13% berjumlah 474, ketiga adalah Pop Fm dengan persentase 7% berjumlah 266, keempat adalah RRI dengan persentase 5% berjumlah 192, kelima adalah Cemerlang dengan persentase 4% yang berjumlah 155, lalu Radio Delta dengan persentase 2% berjumlah 82, terakhir adalah radio Rasil AM dengan persentase 2% berjumlah 56. Dari hasil tersebut ternyata kebiasaan masyarakat Kota Depok dalam hal mendengarkan radio yang paling sering adalah menjawab Tidak pernah atau jarang mendengar radio yang menduduki peringkat pertama. Tabel 5.5 Stasiun Radio yang paling sering didengar. No
Jawaban
Jumlah
Persen
1
RRI
192
5%
2
POP FM
266
7%
3
DELTA FM
82
2%
4
CEMERLANG
155
4%
5
RASIL AM
56
2%
6
Lainnya
474
13%
7
Tidak/jarang dengar radio
2205
60%
RRI POP FM DELTA FM CEMERLANG RASIL AM Lainnya Tidak/jarang dengar radio
203
Stasiun televisi yang paling sering ditonton, dalam hal kebiasaan menonton tv masyarakat Depok lebih sering menonton Trans Tv dengan persentase 28% berjumlah 1022, kedua adalah Rcti dengan persentase 28% berjumlah 1018, ketiga adalah Sctv dengan persentase 18% berjumlah 647, keempat adalah Tv-one dengan persentase 8% berjumlah 310, kelima adalah Metro Tv dengan persentase 7% berjumlah 267, keenam menjawab lainnya dengan persentase 7% berjumlah 271, dan ketujuh menjawab tidak atau jarang nonton tv dengan persentase 3% berjumlah 111, dan yang terakhir menjawab Tv-Depok dengan persentase 1% berjumlah 20. Dari hasil survey ternyata stasiun tv yang paling sering ditonton adalah Trans Tv dengan nilai tertinggi 1022. Tabel 5.6 Stasiun Televisi yang paling sering ditonton. No Jawaban
Jumlah
Persen
1 Trans TV
1022
28%
2 RCTI
1018
28%
3 SCTV
647
18%
4 Metro TV
267
7%
5 TV Depok
20
1%
6 TV One
310
8%
7 Lainnya
271
7%
8 Tidak/jarang nonton TV
111
3%
Trans TV RCTI SCTV Metro TV TV Depok TV One Lainnya Tidak/jarang nonton TV
204
Acara tv yang paling sering ditonton, hasil survey yang paling tinggi adalah sinetron dengan persentase 48% berjumlah 1759, kedua adalah kebiasaan menonton berita dengan persentase 32% berjumlah 1163, ketiga adalah menjawab lainnya dengan persentase 5% yang berjumlah 192, keempat adalah menjawab infotainment dengan persentase 4% berjumlah 180, kelima adalah musik pop dengan persentase 3% berjumlah 129, keenam adalah Musik dangdut dengan persentase 3% yang berjumlah 100, ketujuh adalah menjawab tidak tahu dengan persentase 2% yang berjumlah 76, dan yang terakhir adalah menonton kuis dengan persentase 2% berjumlah 70. Jadi hasil yang tertinggi adalah dalam hal menonton acara tv adalah Sinetron yang berjumlah 1759 dengan nilai persentase 48%. Tabel 5.7 Acara TV yang paling sering ditonton. No
Jawaban
Jumlah
Persen
1
Sinetron
1759
48%
2
Musik POP
129
3%
3
Musik Dangdut
100
3%
4
Kuis
70
2%
5
Berita
1163
32%
6
Infotainment
180
5%
7
Lainnya
192
5%
8
Tidak Tahu
76
2%
Sinetron Musik POP Musik Dangdut Kuis Berita Infotainment Lainnya
205
Untuk hasil survey dari siapa mendapatkan informasi tentang sanitasi untuk Kader mendapati jumlah 1866 dengan persentase 51%, kedua adalah menjawab RT dengan persentase 45% yang berjumlah 1655, ketiga adalah RW dengan jumlah persentase 24% berjumlah 885, keempat adalah petugas puskesmas dengan nilai persentase 19% yang berjumlah 687, kelima adalah lurah atau staf kelurahan dengan jumlah 392 dan nilai persentase sebesar 11%, keenam adalah tidak dapat info dengan nilai persentase 6% yang berjumlah 327, ketujuh adalah lainnya dengan persentase 3% yang berjumlah 230, kedelapan adalah melalui spanduk yang nilai persentasenya 5% dengan berjumlah 166, Sembilan adalah melalui poster dengan persentase 9% yang berjumlah 122 dan yang terakhir adalah melalui selebaran dengan persentase 1% yang berjumlah 110. Jadi hasil keseluruhan semua nilai yang paling tertinggi adalah Kader dengan jumlah 1866 dan nilai persentase 51%. Tabel 5.8 Dari siapa mendapatkan informasi tentang sanitasi. No
Jawaban
Jumlah
Persen
1
RT
1655
45%
2
RW
885
24%
3
Lurah/staf kelurahan
392
11%
4
Kader
1866
51%
5
Petugas Puskesmas
687
19%
6
Spanduk
166
5%
7
Poster
122
5%
8
Billboard
36
3%
9
Selebaran
110
1%
10
Lainnya
230
3%
11
Tidak dapat info
327
6%
206
Sumber informasi yang dapat dipercaya tentang sanitasi berasal dari, jawaban tertinggi adalah Penyuluh kesehatan dengan persentase 51% yang berjumlah 1873, kedua adalah Kelurahan (RT,RW) berjumlah 1581 dengan persentase 43%, ketiga adalah melalui media massa berjumlah 766 dengan nilai persentase 21%, keempat adalah Tokoh agama dengan nilai persentase 19% yang berjumlah 694, kelima adalah menjawab lainnya dengan nilai persentase 7% dan berjumlah 246, keenam adalah guru atau sekolah anak dengan deng nilai persentase 3% yang berjumlah 127. Jadi hasil survey yang paling tertinggi tertuju pada Penyuluh Kesehatan yang diyakini dapat dipercaya oleh sebagian masyarakat Kota Depok.
Tabel 5.9 Sumber informasi yang dapat dipercaya tentang sanitasi berasal dari. No
Jawaban
Jumlah
Persen
1
Tokoh Agama
694
19%
2
Kelurahan, RT, RW
1581
43%
3
Penyuluh Kesehatan
1873
51%
4
Guru/Sekolah anak
127
3%
5
Media massa
766
21%
6
Papan pengumuman/spanduk
97
3%
7
Lainnya
246
7%
60% 50% 40% 30% 20% 10% 0%
207
Jenis pertemuan yang pernah diikuti dari hasil survey ini adalah yang paling tertinggi melalui pengajian dengan nilai persentase 74% yang berjumlah 2741, kedua adalah melalui Arisan yang berjumlah 2391 dengan nilai persentase 65%, ketiga adalah Rapat RT yang berjumlah 894 dengan nilaii persentase 24%, keempat adalah penyuluhan kesehatan berjumlah 704 dengan nilai persentase 19%, kelima adalah tidak pernah ikut dengan nilai persentase 8% yang berjumlah 289, dan yang terakhir menjawab lainnya sebesar 63 dengan nilai persentase 8%. Tabel 5.10 Jenis pertemuan yang pernah diikuti. No
Jawaban
Jumlah
Persen
1
Arisan
2391
65%
2
Pengajian
2741
74%
3
Rapat RT
894
24%
4
Penyuluhan Kesehatan
704
19%
5
Lainnya
63
2%
6
Tidak pernah ikut
289
8%
80% 60% 40% 20% 0%
208
Penyuluhan atau sosialisasi yang pernah diikuti untuk hasil survey ini yang paling tinggi adalah masalah sampah dan kebersihan lingkungan dengan nilai persentase 49% yang berjumlah 1813, kedua adalah menjawab Tidak ada dengan nilai persentase 33% yang berjumlah 1220, ketiga adalah air bersih dengan dengan nilai persentase 18% yang berjumlah 658, keempat adalah air limbah dan jamban keluarga dengan nilai persentase 17% yang berjumlah 613, kelima adalah saluran air kotor yang berjumlah 444 dengan nilai persentase 12%, dan terakhir adalah menjawab lainnya dengan jumlah 330 dan nilai persentase 9%. Jadi hasil tertinggi dari survey ini adalah mengenai masalah sampah dan kebersihan lingkungan yang berjumlah 1813 dengan nilai persentase 49%. Tabel 5.11 Penyuluhan atau sosialisasi yang pernah diikuti. No Jawaban
Jumlah Persen
1 Masalah sampah dan kebersihan lingkungan
1813
49%
2 Air limbah dan jamban keluarga
613
17%
3 saluran air kotor
444
12%
4 air bersih
658
18%
5 lainnya
330
9%
1220
33%
6 Tidak ada
50% 40% 30% 20% 10% 0%
209
Kesenian tradisional yang biasanya ditonton dari hasil survey ini jumlah yang paling tinggi menjawab Ludruk/lawak/betawi berjumlah 1666 dengan nilai persentase 45%, kedua adalah menjawab tidak ada sebesar 701 dengan nilai persentase 19%, ketiga menjawab lenong betawi yang berjumlah 521 dengan dengan nilai persentase 14%, keempat adalah tari dan nyanyi yang berjumlah sebesar 504 dan nilai persentase 14%, dan yang menjawab lainnya sebesar 189 dengan nilai persentase 5% dan terakhir adalah wayang dengan nilai persentase 5% dan berjumlah 185. Hasil survey survey dari kesenian tradisional yang biasanya ditonton yang menjawab paling tertinggi adalah mengenai Ludruk/lawak/komedi dengan nilai persentase 45% dan berjumlah 1666. Tabel 5.12 Kesenian tradisional yang biasanya ditonton. No Jawaban
Jumlah
1 Ludruk/Lawak/Komedi
Persen
1666
45%
2 Lenong Betawi
521
14%
3 Wayang
185
5%
4 Tari dan nyanyi
504
14%
5 Lainnnya
189
5%
6 Tidak ada
701
19%
50% 40% 30% 20% 10% 0%
210
Kegiatan yang pernah dihadiri, dari hasil survey yang paling tinggi adalah peringatan harihari hari besar dengan jumlah 2930 dan nilai persentase sebesar 79%, kedua adalah tidak ada yang berjumlah 511 dengan nilai persentase 14%, ketiga adalah upacara adat yang berjumlah 324 dengan nilai persentase 9%, keempat adalah yang menjawab lainnya dengan jumlah 197 dengan nilai lai persentase 5%, dan yang terakhir menjawab adalah festival daerah sebesar 128 dengan nilai persentase 3%.
Tabel 5.13 Kegiatan yang pernah dihadiri. No Jawaban
Jumlah
1 Peringatan hari-hari hari besar
Persen
2930
79%
2 Upacara adat
324
9%
3 Festival daerah
128
3%
4 Lainnya
197
5%
5 Tidak ada
511
14%
80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% Peringatan hari-hari besar
Upacara adat
Festival daerah
Lainnya
Tidak ada
Selain data studi Komunikasi dalam EHRA, terdapat juga data media habit yang tergambarkan dalam kajian komunikasi yang digambarkan Media cetak, elektronik yang digunakan dan yang tidak digunakan (digambarkan/dijabarkan).
211
Tabel 5.14 Daftar Media di Kota Depok
NO
NAMA MEDIA
JENIS MEDIA
CAKUPAN WILAYAH
KELOMPOK SASARAN
KEKHUSUSAN
1
Kompas
Cetak
Nasional
Umum
Umum
2
Monitor Depok
Cetak
Lokal (Wil. Depok)
Umum
Umum
3
Radar Depok
Cetak
Lokal (Wil. Depok)
Umum
Umum
4
Jurnal Depok
Cetak
Lokal (Wil. Depok)
Umum
Umum
5
Sinar Indonesia
Cetak
Nasional
Umum
Umum
6
Tempo
Cetak
Nasional
Umum
Umum
7
RRI
Elektronik
Nasional
Dewasa & Remaja
News
8
POP FM
Elektronik
Lokal (Wil. Depok)
Umum
Hiburan
9
Delta FM
Elektronik
Lokal (Wil. Depok)
Umum
Umum
10
Cemerlang
Elektronik
Lokal (Wil. Depok)
Umum
Hiburan
11
Rasil FM
Elektronik
Jakarta
Umum
Islam
12
Trans TV
Elektronik
Nasional
Umum
Hiburan
13
RCTI
Elektronik
Nasional
Umum
Umum
14
SCTV
Elektronik
Nasional
Umum
Umum
15
Metro TV
Elektronik
Nasional
Dewasa & Remaja
Berita
16
TV Depok
Elektronik
Nasional
Umum
Umum
17
TV One
Elektronik
Nasional
Umum
Berita
212
• Pokja wartawan, wartawan mingguan, liputan kegiatan Kepala Daerah (walikota dan wakil walikota), Press Release, Pemasangan advertorial/pengumuman di media cetak (lokal, regional, nasional, & mingguan). Konfrensi Pers (incidental) Konferensi Pers dilaksanakan bila ada suatu informasi yang harus segera disebarluaskan kepada masyarakat. • Layanan Pengaduan melalui jejaring sosial, email, telp, dll. Dinas Komunikasi dan Informasi melayani layanan pengaduan melalui jejaring social Facebook Pemkot Depok dengan jumlah teman 877 orang, FB Diskominfo Kota Depok dengan jumlah teman 1502 teman, Twitter @pemkotdepok dengan jumlah follower 1.046 orang, Grup/page Kota Depok dengan jumlah anggota 16.628 orang. Hal ini merupakan potensi pendistribusian informasi yang efektif melalui jejaring social, mengingat saat ini jejaring social dapat diakses melalui telepon genggam sehingga memudahkan
proses
komunikasi.
Adapun
alur
pengaduan
adalah
seperti
digambarkan terlampir. • Dialog tatap muka (jumat keliling) antara warga dengan walikota. Setiap acara jum’at keliling (atau tarawih keliling dan subuh keliling) bapak walikota selalu menyempatkan diri untuk berdialog dengan warga. Pada kesempatan tersebut warga dapat menyampaikan aspirasi langsung kepada walikota. Jika OPD terkait turut hadir pada pertemuan tersebut, maka aspirasi yang berhubungan dengan OPD terkait dapat langsung disampaikan. Jika OPD terkait tidak hadir pada pertemuan tersebut, maka bagian Humas bertugas mencatat aspirasi warga untuk disampaikan ke OPD terkait. • Pelaksanaan Undang-Undang Keterbukaan Informasi Publik sesuai dengan Undangundang No. 14 tahun 2008 bahwa informasi yang wajib tersedia setiap saat di tiap OPD atau badan public adalah : -
Daftar seluruh informasi publik yang berada dibawah penguasaannya, tidak termasuk informasi yang dikecualikan;
-
Hasil keputusan badan publik dan pertimbangannya;
-
Seluruh kebijakan yang ada berikut dokumen pendukungnya;
-
Rencana kerja proyek termasuk didalamnya perkiraan pengeluaran tahunan badan publik
-
Perjanjian badan publik dengan pihak ketiga
213
-
Informasi dan kebijakan yang disampaikan pejabat publik dalam pertemuan yang terbuka untuk umum
-
Prosedur kerja pegawai badan publik yang berkaitan dengan pelayanan masyarakat; dan
-
Laporan mengenai pelayanan akses informasi publik sebagaimana diatur dalam Undang-undang ini.
Saat ini Diskominfo Kota Depok sedang berupaya menghidupkan aktivitas para PPID (Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi) yang dijabat oleh setiap sekretaris OPD di Kota Depok melalui serangkaian pelatihan dan seminar UU KIP. Nantinya, semua informasi yang dibutuhkan oleh masyarakat dapat diperoleh dari PPID setiap OPD. Adapun alur permohonan informasinya adalah seperti terlampir. • Media website Media website yang digunakan untuk pendistribusian informasi kota Depok adalah http://www.depok.go.id Di situs resmi kota Depok ini juga terdapat tautan dari sejumlah OPD, sehingga masyarakat yang ingin mengetahui informasi mengenai hal-hal yang spesifik seperti kesehatan dapat langsung mengakses ke tautan Dinas Kesehatan. Di situs resmi pemerintah kota Depok ini pula terdapat berita foto dari kegiatan kepala daerah dan kegiatan OPD sekota Depok. Selain itu terdapat pula informasi Info Kota seperti Agenda Pemerintah, Daftar Nomor Telepon penting, Informasi Ekonomi Kota, Jadwal Mobil KTP Keliling, Puskesmas, dan Rumah Sakit. Sedangkan untuk rubric interaksi, masyarakat dapat berinteraksi dengan dengan layanan pengaduan di Forum Diskusi dan Web chat. Situs ini juga menghubungkan masyarakat ke radio depok online, dan twitter Pemkot Depok. Jika masyarakat berkenan diberikan informasi langsung
melalui
email
mengenai
berita-berita
ter-uptodate,
mereka
dapat
memasukkan alamat email di tempat yang telah disediakan. Pada situs resmi kota Depok juga terdapat rubric Himbauan, Produk Hukum (perda) serta Rencana Tata Ruang Wilayah. Selain itu juga terdapat informasi pengumuman lelang melalui LPSE serta informasi-informasi spesifik lainnya sesuai bidang-bidang pembangunan.
5.4 Keterlibatan Sektor Swasta dalam Layanan Sanitasi Penelitian yang dilakukan melalui kunjungan langsung kepada beberapa responden pelaku usaha terkait sanitasi telah dilakukan untuk memotret kondisi keterlibaan sektor swata dalam sistem sanitasi, khususnya persampahan dan limbah cair diomestik, di Kota Depok Beberapa pertemuan/ diskusi dengan responden diselenggarakan berdasarkan inisiatif atau informasi yang muncul ketika sedang diskusi dengan responden sebelumnya. Oleh karena
214
itu, beberapa aktivitas sektor swasta dapat di eksplorasi secara seksama dan memberikan gambaran yang lebih teliti terhadap apa yang sedang berlangsung.
5.4.1 Pengelolaan TPA Berdasarkan catatan unit pengelola TPA, volume sampah yang masuk tiap hari sebanyak 1200 M3/hari. Metode penampungan sampah masih menggunakan open dumping. Saat ini diperkirakan ada sekitar 200 orang pemulung yang beroperasi di TPA. Partisipasi sektor swasta dalam penanganan sampah Kota Depok belum memasuki pada tatanan formal. Pihak Pemerintah Kota Depok belum mengagendakan adanya kerja sama formal yang dituangkan dalam suatu kontrak kerja. Walaupun diharapkan akan muncul sebuah inspirasi yang lebih memungkinkan adanya sinergi, baik secara formal maupun informal antara pihak Pemerintah Kota Depok dengan sektor swasta setempat, khususnya dalam penangnan sampah kota.
Pengusaha Penampung (Pengepul) Dan/ Atau Pengusaha Produksi Daur Ulang Barang Bekas Sebagaimana di kota-kota lain, inisiatif pihak swasta dalam persampahan sudah bermunculan dengan sendirinya karena mereka melihat adanya peluang bisnis. Mereka mengumpulkan sampah non organik baik yang bersumber dari rumah tangga maupun dari fasilitas umum dan kawasan bisnis (hotel, restoran dll) yang memiliki nilai jual. Sejauh ini belum ada interaksi formal antara Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Depok dengan para pelaku bisnis terkait pengelolaan sampah tersebut.
Potensi Perusahaan Ceaning Service Kawasan Publik Untuk kawasan public di Kota Depok dikelola oleh masing-masing kawasan public seperti di stasiun yang mengelola kebersihan adalah perusahaan swasta yang dikontrak oleh PT.KAI, sedangkan untuk kawasan public Terminal Depok kebersihan dikelola oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Depok, begitu juga untuk kawasan-kawasan bisnis seperti pusat-pusat perbelanjaan, rumah sakit, perkantoran melakukan pengelolaan kebersihan sendiri dengan menggunakan jasa pihak swasta. Namun sampai saat ini belum ada data yang masuk secara lengkap mengenai nama perusahaan, jumlah karyawan dan pengalaman kerja perusahaan kepada Dinas Tenaga Kerja Kota Depok.
215
Partisipasi Lembaga Non Pemerintah (LSM/KSM) Partisipasi masyarakat dalam hal kepedulian terhadap lingkungan khusunya dalam kegiatan pengelolaan sampah telah ada beberapa masyarakat yang melakukan kegiatan sebut saja salah satu unit kegiatan tersebut adalah “POK LILI” (Kelompok Peduli Lingkungan) yang mengelola sampah hanya masih sekitar lingkungan RW. POK LILI sudah memulai kegiatannya sejak 1 tahun yang lalu dirintis oleh Warga di kawasan RW 24 Kelurahan Abadijaya dengan sumber pendanaan secara mandiri. POK LILI beranggotakan 9 orang kader, adapun kegiatan yang dilakukan adalah Pemilahan sampah, pengomposan sampah organik, me-recycle sampah, melakukan penjualan sampah non organic ke Lapak atau pengepul dan satu kegiatan unggulannya yaitu Bank Sampah/Tabungan sampah. Kelompok ini memiliki hambatan terutama dalam hal permodalan serta masih sulitnya pemasaran produk daur ulang dan kompos yang sudah jadi. Masih kurang pedulinya masyarakat sekitar terhadap kegiatan tersebut juga merupakan suatu hambatan dan tantangan yang harus dihadapi oleh kelompok ini.
5.4.2 Pengelola IPLT Di Kota Depok selama ini pengelolaan limbah cair domestic dilakukan oleh Unit Pelaksana Teknis Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (UPT IPLT) yang berada dibawah Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Depok. UPT IPLT Kota Depok dalam operasionalnya memiliki 8 unit truk tinja dengan kapasitas 3 m³/truk tinja sedangkan dari pihak swasta didapatkan data ada 6 perusahaan yang total memiliki 10 unit truk tinja dengan kapasitas yang sama dengan truk tinja milik pemda.
Sesuai dengan ketentuan perda UPT IPLT mengenakan tarif kepada pihak swasta Rp. 25.000 sekali buang. Sisa hasil endapan tinja kering sering dimanfaatkan oleh warga sekitar untuk dipergunakan sebagai pupuk penyubur rumput makanan ternak. Dalam menentukan tarif layanan jasa sedot tinja : −
Swasta : tergantung negosisi antara pengguna jasa dan pemberi jasa
−
Pemda : Berdasarkan pada Peraturan Daerah (Perda)
Biaya/tarif jasa sedot tinja : −
Swasta ; Kisaran tarif Rp. 200.000 s.d Rp. 300.000
−
Pemda : Rp. 25.000/m³ s.d Rp. 75.000/m³
Rata-rata order per hari/ per minggu yang ditangani oleh jasa layanan sedot tinja : −
Order rata – rata/hari : 4 order/hari
−
Order rata-rata/minggu : 24 order/hari
216
Berdasarkan informasi dari pengelola IPLT pelanggan meminta jasa pengurasan kembali sekitar 2 – 3 tahun. Sedangkan total target pendapatan perbulan adalah Rp. 25.000.000,namun baru tercapai kisaran Rp. 20.000.000,-perbulannya. Usaha lain yang terkait dengan pengelolaan limbah adalah usaha perorangan (kontraktor) dalam hal pembangunan rumah, dimana mereka sudah memiliki spesifikasi teknis untuk pembangunan septiktank yang sudah distandarisasi oleh Kementerian Pekerjaan Umum.
5 % populasi Tanpa Toilet / WC sederhana
Perusahaan kuras/ sedot Septic Tank tidak memiliki data pasti berapa ton pertahunnya
19.85 % populasi Kota Depok melakukan pengurasan septiktank dengan durasi yang berbeda-beda (survey EHRA 2011)
Treatment plant (IPLT) ( 88.66%) Sungai (2.01%)
Dimanfaatkan Perkebunan (4,91%)
65 % populasi On-Site septic tanks Tidak pernah dikuras
Diagram Penyaluran Limbah Cair Domestik
5.4.3 Sektor Swasta Pemasang Iklan Belum adanya sektor swasta yang mensponsori untuk pemasangan iklan yang berhubungan dengan kegiatan kemasyarakatan yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah, selama ini hanya masih berbentuk advertorial saja dimana pihak pemerintah daerah tetap melakukan pembayaran dalam pemuatan berita tersebut. Mengenai peran sektor swasta dalam hal pemasangan iklan sudah ada pada Studi Komunikasi Sanitasi PPSP Kota Depok 2011.
217