Buku Putih Sanitasi Kabupaten Sukoharjo Tahun 2011
INDIKASI PERMASALAHAN DAN OPSI PENGEMBANGAN SANITASI
Bab V
5.1. Area Beresiko Tinggi dan Permasalahan Utama Penentuan area risiko sanitasi di Kabupaten Sukoharjo dilakukan dengan
cara pemberian skoring pada 17 desa/kelurahan berdasarkan
beberapa indikator
yang berasal dari data sekunder, studi EHRA dan
persepsi SKPD. Indikator-indikator yang digunakan merupakan hasil kesepakatan pokja.
5.1.1 Area Beresiko Berdasarkan Data Sekunder : Data sekunder merupakan data yang sudah tersedia di instansi terkait di Kabupaten Sukoharjo sebagai indikator untuk menentukan kondisi area risiko sanitasi, antara lain : a.
Sarana PDAM yaitu cakupan pelayanan PDAM berupa sambungan rumah dibandingkan dengan total populasi.
b. Penerima BLT, hal ini menunjukkan data tentang keluarga miskin. c.
Akses terhadap kepemilikan jamban pribadi, hal ini berkaitan dengan orang tidak memiiki akses terhadap jamban pribadi memiliki peluang (resiko) lebih besar terkena penyakit, misalnya diare.
d. Kepadatan penduduk sebagai indikasi banyaknya limbah domestik dan sampah yang dihasilkan, sempitnya lahan, biasanya dihuni oleh masyarakat menengah ke bawah. Penentuan Area beresiko berdasarkan data sekunder dan ditinjau dari 4 aspek yang sangat berpengaruh yaitu 1. Akses air bersih; 2. Jumlah kasus penyakit yang paling banyak di temui; 3. Prosentase Jumlah keluarga yang belum jamban keluarga (pribadi); 4. Akses pelayanan persampahan; 5. Daerah yang sering mengalami genangan. 1. Akses air bersih Hasil analisa yang telah dilakukan berdasarkan jumlah keluarga yang telah mendapat akses air bersih baik dengan sistem perpipaan atau daerah layanan PDAM
POKJA AMPL Kabupaten Sukoharjo
dan non perpipaan maka yang telah tersaji
145
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Sukoharjo Tahun 2011 dalam Bab 3, kecamatan yang beresiko tinggi adalah : Kecamatan Nguter
dengan prosentase akses bersih baru mencapai 0,72 %.
Peringkat kecamatan yang mempunyai akses air bersih adalah sebagai berikut : a.
Kecamatan Grogol sebesar
38,39 %
b. Kecamatan Kartasura sebesar
17,72 %
c.
13,11 %
Kecamatan Sukoharjo sebesar
2. Jumlah Kasus penyakit Hasil analisa yang telah dilakukan berdasarkan jumlah penderita kasus akibat sanitasi yang buruk seperti diare yang telah tersaji dalam Bab 3, kecamatan yang beresiko tinggi adalah : Kecamatan Polokarto dengan prosentase kasus penyakit terbesar mencapai 16,34 % Peringkat kecamatan yang mempunyai kasus penyakit terbear adalah sebagai berikut : a. Kecamatan Mojolaban sebesar
12,81%
b. Kecamatan Kartasura sebesar
12,00 % &
c.
7,95%.
Kecamatan Gatak sebesar
3. Jumlah Jamban Keluarga Hasil analisa yang telah dilakukan berdasarkan jumlah keluarga yang belum
memilki jamban keluarga dan tidak terlayani dengan MCK
(Jamban Keluarga) dan yang telah tersaji dalam Bab 3, kecamatan yang beresiko tinggi adalah : Kecamatan Gatak dengan prosentase Jumlah KK
tekecil
mencapai 5,80% Peringkat kecamatan yang memiliki
pengolahan black water atau jamban keluarga adalah sebagai berikut : a. Kecamatan Bulu sebesar
5,94%
b. Kecamatan Baki sebesar
6,29 %
c.
7,20%.
Kecamatan Weru sebesar
4. Akses pelayanan persampahan Hasil
analisa
yang
telah
dilakukan
berdasarkan
daerah
terlayani atau cakupan pelayanan persampahan yang tersaji dalam Bab 3, kecamatan yang beresiko tinggi adalah : Kecamatan Gatak karena sebagian penduduk masih banyak menangani sampah dengan cara dibakar, ditimbun atau dibuang ke sungai, saluran drainase. 5. Daerah yang sering mengalami genangan Hasil analisa yang telah dilakukan berdasarkan lokasi daerah genangan atau banjir pada saat musim hujan yang tersaji dalam Bab 3, kecamatan yang beresiko tinggi adalah : Kecamatan Sukoharjo karena
POKJA AMPL Kabupaten Sukoharjo
146
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Sukoharjo Tahun 2011 daerah tersebut pada saat musim hujan lama genangan lebih dari 2 jam dan ketinggian genangan lebih dari 60 cm Hasil dari data sekunder maka area yang beresiko tinggi adalah Gatak, Grogol, dan Kartasura, sedang Mojolaban, Baki, dan rendah Bendosari dan Nguter.
5.1.2 Area Beresiko Berdasarkan Studi EHRA : Studi EHRA merupakan data primer yang diambil dari 47 responden (ibu rumah tangga) di setiap desa/kelurahan. Beberapa hasil studi EHRA tersebut dipilih dan disepakati oleh Pokja Sanitasi Kabupaten Sukoharjo sebagai paramer/indikator penentu area risiko sanitasi, adalah sebagai berikut : 1. Sumber Air Minum yaitu dengan melihat : a. Jarak sumber air minum ke penampungan tinja tangki septic tank kurang dari 10 m; b. menggunakan air sumur yang tidak terlindungi; c. Pasokan air pernah mengalami penurunan.
2. Pengelolaan Limbah Domestik, yaitu dengan melihat : a. Pengosongan septic tank beresiko; b. Cara pembuangan lumpur tinja beresiko; c. Tidak memiliki pengolah limbah non tinja. 3. Persampahan dengan melihat : a. Sampah tidak di kelola dengan benar; b. Pengangkutan sampah tidak tepat waktu. c. Ketepatan Waktu Pengangkutan Sampah; d. Pengolahan Setempat. e. Pembuangan sampah dengan melihat penerimaan layanan sampah dan pemilahan sampah.
4. Genangan air, dengan melihat keberadaan saluran air, pengalaman banjir dan adanya genangan di sekitar rumah; 5. Perilaku Hidup Bersih Sehat (Hygeines), dengan melihat : a. Cuci tangan pakai sabun (CTPS) di lima waktu penting; b. Jamban Keluarga, dengan melihat : 1) Apakah lantai dan dinding jamban bebas dari tinja; 2) Apakah jamban bebas dari kecoa dan lalat; 3) Keberfungsian penggelontoran; 4) Apakah terlihat ada sabun di dalam atau di dekat jamban. c. Pencemaran pada wadah penyimpanan dan penanganan air; d. Perilaku Buang Air Besar Sembarangan (BABS).
POKJA AMPL Kabupaten Sukoharjo
147
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Sukoharjo Tahun 2011 Tabel 64. Prosentasi Resiko Berdasarkan Paramater Lokasi Desa Survey EHRA Kabupaten Sukoharjo Tahun 2011.
Desa Lokasi Survey EHRA 2011 G A D I N G A N
G E N T A N
G U P I T
J A T I S O B O
J E T I S
K A D I L A N G U
K L A S E M A N
K L U M P R I T
K W A R A S A N
M A K A M H A J I
M O J O R E J O
N G A S I N A N
N G E M P L A K
P A R A N G J O R O
P O J O K
W E R U
a. Jarak sumber air minum septic tank kurang dari 10 m
14 7,2
29 27
16 10
35 17
70 33
46 23
29 27
15 13
57 31
54 46
51 42
66 15
23 21
51 38
41 27
36 29
28 17 24,8
b. Menggunakan air sumur yang tidak terlindungi
6,3
2,2
4,2
15
16
8,7
2,1
2,1
6,3
6,3
8,5
6,7
2,2
13
2,1
2,1
4,2 6,29
0
0
2,1
3,1
21
14
0
0
20
2,1
0
44
0
0
12
5,3
6,3 7,66
a. Pengosongan septic tank beresiko
71 29
78 21
80 21
82 42
90 33
136 21
94 17
53 21
116 40
137 27
105 48
89 33
71 40
78 29
86 21
111 40
72 10 28,9
b. Cara pembuangan lumpur tinja beresiko
4,2
17
6,3
2,1
2,1
25
8,3
11
12
35
8,2
10
2,1
13
17
8,3
0
10,6
c. Tidak memiliki pengolah limbah non tinja
38
40
53
38
55
90
69
21
64
75
49
46
29
36
48
63
62
51,4
8,3
13
6,3
38
6,3
27
16
10
40
21
21
0
13
0
19
21
0
8,3
13
6,3
38
6,3
25
11
10
40
19
21
0
13
0
19
19
0
14,5
0
0
0
0
0
2,3
4,5
0
0
2,1
0
0
0
0
0
2,1
0
0,65
No
1.
ITEM / PARAMETER
SUMBER AIR :
c. Pasokan air pernah mengalami penurunan 2.
3.
AIR LIMBAH DOMESTIK
PERSAMPAHAN a. Sampah tidak dikelola dengan benar b. Pengangkutan sampah tidak tepat waktu
POKJA AMPL Kabupaten Sukoharjo
V - 148
Kabupaten
B E G A J A H
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Sukoharjo Tahun 2011 4.
GENANGAN AIR
21
17
44
46
34
36
31
15
27
10
8,5
2,1
33
9,3
21
21
16
5.
PERILAKU HIDUP BERSIH SEHAT
255 83
81 71
200 90
186 60
149 15
127 23
95 71
159 35
155 81
196 44
88 65
106 88
112 81
122 73
235 65
148 81
74 67 64,2
1) pada lantai dan dinding ada bekas tinja
32
29
30
59
30
31
35
7,9
42
25
13
28
23
34
52
17
40
2) Pada WC terdapat kecoa
23
8,3
13
40
23
19
2,1
6,3
40
29
6,3
6,3
10
19
40
10
6,3 17,6
3) Jamban duduk tidak berfungsi dengan baik
95
10
83
33
57
38
20
89
17
64
33
28
26
20
80
50
4) Tidak terdapat sabun didekat jamban
58
8,3
23
25
17
19
13
13
25
48
21
17
8,3
10
31
48
6,3 22,9
c. Menggunakan wadah air minum yang terbuka
16
15
16
16
12
20
15
16
16
17
13
17
16
14
17
17
16
15,8
d. Masih Buang air besar disembarangan tempat (BABS)
31
10
35
13
10
0
10
27
15
13
2,1
10
29
25
15
6,3
0
14,8
a. Belum mempraktekan 5 waktu penting CTPS
23
b. Jamban Keluarga :
5
31,1 44,1
Sumber : Study EHRA Kab. Sukoharjo, tahun 2011
Faktor Resiko dengan Prosentase yang di Skor ditentukan sebagai berikut : Sumber Air Minum
Air Limbah Domestik
Nilai tertnggi
70
14,0 -
25,2
137
71
-
84,2
Nilai terendah Range
14 56
25,3 37,0 -
36,5 48,2
71 66
84,5 97,8
-
97,7 111,0
Jumlah Klas
5
48,3 -
59,5
5
111,1
-
124,3
13,2 124,4
-
137,6
Rentang klas
11,2 60,0
- 71,2
POKJA AMPL Kabupaten Sukoharjo
Persampahan 40
6,3
-
12,9
6,3 13,0 33,7 19,8
-
19,8 26,5
26,6
-
33,3
6,74 33,3
-
40
5
Genangan Air 46
6,3
- 15,1
2,1 15,2 43,9 24,1
- 24,0 - 32,9
5
33
8,78 41,9
- 41,8 - 50,7
V - 149
Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat
Skor
Tingkat Resiko
- 110,2
0
Tidak Beresiko
74 110,3 - 146,5 181,0 146,6 - 182,8
1
Kurang Beresiko
2
Resiko Rendah
3 4
Resiko Sedang
255
5
74
182,9 - 219,1
36,2 219,2 - 255,4
Resiko Tinggi
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Sukoharjo Tahun 2011 Dari tabel di atas dapat kami jelaskan sebagai berikut : 1. Sumber Air Minum yaitu dengan melihat : Pada parameter Sumber air minum dengan prosentase yang ditentukan didapat desa yang beresiko sebagai berikut : Beresiko Tinggi : 1) Desa Jatisobo (70 %); 2) Desa Mojorejo (66 %); Beresiko Sedang : 1) Desa Klumprit 2) Desa Kwarasan 3) Desa Makamhaji 4) Desa Ngemplak
(57 %); (54 %); (51 %); (51 %);
Beresiko Rendah : 1) Kelurahan Jetis
(46 %);
Kurang Beresiko : 1) Desa Gadingan 2) Desa Gupit 3) Desa Kadilangu 4) Desa Parang Joro 5) Desa Pojok 6) Desa Weru
(29 %) (35 %) (29 %) (41 %) (36 %) (28 %)
Tidak Beresiko : 1) Kelurahan Begajah 2) Desa Gentan 3) Desa Klaseman 4) Desa Ngasinan
(14 %). (16 %); (15 %). (23 %); 28
Weru
Resiko Tinggi
36
Pojok
41
Parangjoro
Resiko Sedang 51
Ngemplak
23
Ngasinan
Resiko Rendah 66
Mojorejo
51
Makamhaji
Kurang Beresiko 54
Kwarasan
Tidak Beresiko
57
Klumprit
15
Klaseman
29
Kadilangu
46
Jetis
70
jatisobo
35
Gupit
16
Gentan
29
Gadingan
14
Begajah
0
10
20
30
40
50
60
70
80
Gambar 18. Grafik Sanitasi Beresiko Parameter Sumber Air Minum
POKJA AMPL Kabupaten Sukoharjo
V - 150
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Sukoharjo Tahun 2011 Gambar 19. Peta Area Beresiko Sanitasi Parameter Sumber Air Minum
KETERANGAN : Resiko Sanitasi Tinggi Resiko Sanitasi Sedang Resiko Sanitasi Rendah Kurang Beresiko Sanitasi Tidak Beresiko Sanitasi
POKJA AMPL Kabupaten Sukoharjo
V - 151
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Sukoharjo Tahun 2011 2. Pengelolaan Limbah Domestik, yaitu dengan melihat : Pada parameter Pengelolaan Limbah Domestik dengan prosentase yang ditentukan didapat desa yang beresiko sebagai berikut : Beresiko Tinggi : 1) Kelurahan Jetis (136 %); 2) Desa Kwarasan (137 %); Beresiko Sedang : 1) Desa Klumprit 2) Desa Pojok
(116 %); (111 %).
Beresiko Rendah : 1) Desa Makamhaji
(105 %)
Kurang Beresiko : 1) Desa Jatisobo 2) Desa Kadilangu 3) Desa Mojorejo 4) Desa Parangjoro
(90 %) (94 %) (89 %); (86 %);
Tidak Beresiko : 1) Kelurahan Begajah 2) Desa Gadingan 3) Desa Gentan 4) Desa Gupit 5) Desa Klaseman 6) Desa Ngasinan 7) Desa Ngemplak 8) Desa Ngemplak
(71%); (78 %) (80 %); (82 %); (53 %); (71 %); (78 %); (72 %); Resiko Tinggi Resiko Sedang
72
Weru
111
Pojok
86
Parangjoro
Resiko Rendah Kurang Beresiko
78
Ngemplak
71
Ngasinan
89
Mojorejo
Tidak Beresiko 105
Makamhaji
137
Kwarasan
116
Klumprit
53
Klaseman
94
Kadilangu
136
Jetis
90
Jatisobo
82
Gupit
80
Gentan
78
Gadingan
71
Begajah
0
20
40
60
80
100
120
140
160
Gambar 20. Grafik Sanitasi Beresiko Parameter Air Limbah Domestik
POKJA AMPL Kabupaten Sukoharjo
V - 152
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Sukoharjo Tahun 2011 Gambar 21. Peta Area Beresiko Sanitasi Parameter Air Limbah Domestik
KETERANGAN : Resiko Sanitasi Tinggi Resiko Sanitasi Sedang Resiko Sanitasi Rendah Kurang Beresiko Sanitasi Tidak Beresiko Sanitasi
POKJA AMPL Kabupaten Sukoharjo
V - 153
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Sukoharjo Tahun 2011 3. Persampahan Pada parameter Pengelolaan Sampah dengan prosentase yang ditentukan didapat desa yang beresiko sebagai berikut : Beresiko Tinggi : 1) Desa Gupit (38 %); 2) Desa Klumprit (40 %); Beresiko Sedang : 1) Kelurahan Jetis
(27 %);
Beresiko Rendah : 1) Desa Kwarasan 2) Desa Makamhaji 3) Desa Parangjoro 4) Desa Pojok
(21 %); (21 %) (19 %); (21 %).
Kurang Beresiko : 1) Desa Gadingan 2) Desa Kadilangu 3) Desa Ngasinan
(13 %) (16 %) (13 %);
Tidak Beresiko : 9) Kelurahan Begajah 10) Desa Gentan 11) Desa Jatisobo 12) Desa Klaseman 13) Desa Mojorejo 14) Desa Ngemplak 15) Desa Weru
(8,3 %); (6,3 %); (6,3 %) (10 %); ( 0 %); ( 0 %); ( 0 %) Resiko Tinggi
0
Weru
21
Pojok
Resiko Sedang
19
Parangjoro
Resiko Rendah
0
Ngemplak
Kurang Beresiko
13
Ngasinan
Tidak Beresiko
0
Mojorejo Makamhaji
21
Kwarasan
21 40
Klumprit
10
Klaseman
16
Kadilangu
27
Jetis
6.3
Jatisobo
38
Gupit
6.3
Gentan
13
Gadingan
8.3
Begajah
0
10
20
30
40
50
Gambar 22. Grafik Sanitasi Beresiko Parameter Persampahan
POKJA AMPL Kabupaten Sukoharjo
V - 154
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Sukoharjo Tahun 2011 Gambar 23. Peta Area Beresiko Sanitasi Parameter Persampahan
KETERANGAN : Resiko Sanitasi Tinggi Resiko Sanitasi Sedang Resiko Sanitasi Rendah Kurang Beresiko Sanitasi Tidak Beresiko Sanitasi
POKJA AMPL Kabupaten Sukoharjo
V - 155
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Sukoharjo Tahun 2011 4. Genangan Air Pada parameter Genangan Air dengan prosentase yang ditentukan didapat desa yang beresiko sebagai berikut : Beresiko Tinggi : 1) Desa Gupit (44 %); 2) Desa Gentan (46 %); Beresiko Sedang : 1) Desa Jatisobo (34%) 2) Kelurahan Jetis (36%); 3) Desa Ngasinan (33%). Beresiko Rendah : 1) Desa Kadilangu 2) Desa Klumprit
(31%); (27%);
Kurang Beresiko : 1) Kelurahan Begajah 2) Desa Gadingan 3) Desa Klaseman 4) Desa Parangjoro 5) Desa Pojok 6) Desa Weru
(21%); (17%); (15%). (21%); (21%) (16%).
Tidak Beresiko : 1) Desa Kwarasan 2) Desa Makam Haji 3) Desa Mojorejo 4) Desa Ngemplak
(10 %); (8,5 %); (2,1 %); (9,3 %); 16
Weru
Resiko Tinggi
Pojok
21
Parangjoro
21
Resiko Sedang Resiko Rendah
9.3
Ngemplak
Kurang Beresiko
33
Ngasinan
2.1
Mojorejo
Tidak Beresiko 8.5
Makamhaji
10
Kwarasan
27
Klumprit
15
Klaseman
31
Kadilangu
36
Jetis
34
Jatisobo
46
Gupit
44
Gentan
17
Gadingan
21
Begajah
0
10
20
30
40
50
Gambar 24. Grafik Sanitasi Beresiko Parameter Genangan Air
POKJA AMPL Kabupaten Sukoharjo
V - 156
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Sukoharjo Tahun 2011 Gambar 25. Peta Area Beresiko Sanitasi Parameter Genangan Air
KETERANGAN : Resiko Sanitasi Tinggi Resiko Sanitasi Sedang Resiko Sanitasi Rendah Kurang Beresiko Sanitasi Tidak Beresiko Sanitasi
POKJA AMPL Kabupaten Sukoharjo
V - 157
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Sukoharjo Tahun 2011 5. Perilaku Hidup Bersih Sehat (Hygeines). Pada parameter Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS) dengan prosentase yang ditentukan didapat desa yang beresiko sebagai berikut : Beresiko Tinggi : 1) Kelurahan Begajah (255%); 2) Desa Parangjoro (235%); Beresiko Sedang : 1) Desa Gentan 2) Desa Gupit 3) Desa Kwarasan
(200%); (186%); (196%);
Beresiko Rendah : 1) Desa Jatisobo 2) Desa Klaseman 3) Desa Klumprit 4) Desa Pojok
(149%); (159% (155%); (148%)
Kurang Beresiko : 1) Kelurahan Jetis 2) Desa Ngasinan 3) Desa Ngemplak
(127%); (112%); (122%);
Tidak Beresiko : 1) Desa Gadingan 2) Desa Kadilangu 3) Desa Makamhaji 4) Desa Mojorejo 5) Desa Weru
(81%); (95%); (88%); (106%) (74%).
74
Weru
Resiko Tinggi 148
Pojok
Resiko Sedang 235
Parangjoro
Resiko Rendah
122
Ngemplak
Kurang Beresiko
112
Ngasinan
106
Mojorejo
Tidak Beresiko
88
Makamhaji
196
Kwarasan
155
Klumprit
159
Klaseman
95
Kadilangu
127
Jetis
149
Jatisobo
186
Gupit
200
Gentan
81
Gadingan
255
Begajah
0
50
100
150
200
250
300
Gambar 26. Grafik Sanitasi Beresiko Parameter PHBS
POKJA AMPL Kabupaten Sukoharjo
V - 158
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Sukoharjo Tahun 2011 Gambar 27. Peta Area Beresiko Sanitasi Parameter PHBS
KETERANGAN : Resiko Sanitasi Tinggi Resiko Sanitasi Sedang Resiko Sanitasi Rendah Kurang Beresiko Sanitasi Tidak Beresiko Sanitasi
POKJA AMPL Kabupaten Sukoharjo
V - 159
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Sukoharjo Tahun 2011
5.1.3 Area Beresiko Berdasarkan Persepsi SKPD atau Stakeholder Terkait Sanitasi: 1. Persepsi SKPD Persepsi SKPD merupakan penilaian secara subyektif dari masing masing institusi yang menjadi anggota Pokja Sanitasi Kabupaten Sukoharjo terhadap kondisi sanitasi di setiap desa/kelurahan, antara lain: a. PDAM menilai bahwa kelurahan yang memiliki jumlah Sambungan Rumah (SR) < 20 % dianggap beresiko. b. BLH menilai berdasarkan keberadaan saluran air limbah dan drainase, pengangkutan sampah dari pemukiman ke TPS oleh petugas, termasuk belum ada pemilahan, pembuangan limbah domestik tidak menggunakan peresapan dan adanya drainase di jalan. c. Dinas Kesehatan menilai berdasarkan tidak tersedianya sarana CTPS, masih ada warga yang BABS, terdapat jentik nyamuk di sekitar rumah, kandang ternak didalam rumah, tidak tersedia tempat sampah di
sekitar rumah,
terdapat genangan air di
sekitar
lingkungan permukiman, kesulitan akses air bersih, sarana jamban belum leher angsa dan tempat penampungan tinja berupa cubluk. d. Bappeda menilai berdasarkan tidak adanya petugas pengangkut sampah dari permukiman ke TPS, sampah dibuang di saluran, belum terakses air bersih PDAM, mata air terbuka/tidak dilindungi, ratarata penduduknya kurang mampu, air buangan rumah menggenang (comberan), warga masih banyak yang BABS, warga belum terbiasa CTPS, rumah berhimpitan, jamban terbuka dan bau menebar serta banyak lalat, sampah menumpuk berhari-hari dan tidak ada petugas pengangkut sampah. e. Dinas PU Bidang Cipta Karya menilai berdasarkan badan drainase masih tanah sehingga resapan air tidak terarah, dimensi drainase tidak sesuai volume air, drainase tersumbat sampah, limbah rumah tangga mengalir ke halaman sehingga mencemari sumur gali/tangan, kurangnya kesadaran masyarakat akan bahaya limbah, belum terakses air bersih PDAM, topografi lingkungan yang datar bahkan cekung menjadi penyebab timbulnya genangan. f. Dinas PU Bidang Kebersihan dan Pertamanan menilai berdasarkan tidak adanya peran serta masyarakat dalam mengelola sampah, tidak
POKJA AMPL Kabupaten Sukoharjo
V - 160
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Sukoharjo Tahun 2011 ada petugas pengangkut sampah dari rumah ke TPS, kurangnya jumlah petugas dan armada pengangkut sampah g. BPPKB menilai berdasarkan tidak tersedianya sumur umum, belum terjangkau layanan PDAM, bak penampungan sampah/TPS belum tersedia atau belum memadai dengan volume sampah, cara memilah sampah belum dipahami dengan benar. h. BPMD
melihat
hitam/keruh
kondisi
dan
ditemukannya
berbau,
masih
air
ditemukan
sumur warga
berwarna BAB
di
pekarangan atau sungai, pembuangan sampah rumah tangga masih tercampur dan dibuang sembarangan, ditemukan saluran drainase tidak tertutup dan ada genangan air di jalan, lingkungan kotor (kurang dijaga kebersihannya), belum semua warga melakukan CTPS, dan bila dilihat di kamar madi jumlah sikat gigi tidak sesuai dengan jumlah orang yang ada di rumah. i. Humas Infokom (Media) melihat minimnya kesadaran warga untuk menjaga higienitas lingkungannya, kepemilikan jamban pribadi rendah, saluran drainase banyak yang mampet, saluran air tidak permanen (hanya parit-parit kecil), masih adanya kondisi dimana jarak antara sumur gali dengan MCK kurang dari 10 meter, masyarakat
belum
menyadari
pentingnya
pengelolaan
sampah
dengan benar ( pola 3R ).
2. Permasalahan Utama Penanganan Sanitasi : a. Sektor Air Bersih : 1) Cakupan Pelayanan Air Minum dari PDAM masih sangat rendah; 2) Cakupan Perpipaan masih sangat rendah; 3) Sebagian besar penduduk menggunakan air bersih dari sarana yang tidak memenuhi persyaratan teknis terutama pada sumur gali; 4) Sebagaian masyarakat masih mengabaikan kualitas air minun yang dikonsumsi sehari hari. b. Sektor Sanitasi : 1) Cakupan akses masyarakat terhadap jamban masih rendah 2) Sebagian
besar
masyarakat
menggunakan
jamban
dengan
septictank yang tidak memenuhi syarat konstruksi sehingga menimbulkan kerawanan pencemaran
POKJA AMPL Kabupaten Sukoharjo
V - 161
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Sukoharjo Tahun 2011 3) Pemerintah Kabupaten Sukoharjo belum dapat menerapkan sistem pengolahan tinja terpusat c. Sektor Persampahan : 1) Cakupan layanan sampah masih rendah. 2) Sebagian masyarakat memperlakukan sampah dengan membakar atau membuang sampah tidak pada tempatnya. 3) Belum mamasyarakatnya pengelolaan sampah dengan pendekatan 3R. d. Sektror Limbah : 1) Pemerintah Kabupaten Sukoharjo belum mampu merealisakikan sarana pengelolaan limbah yang memadai 2) Masyarakat masih membuang limbah rumah tangga langsung ke badan air tanpa melalui system pengolahan 3) Masih lemahnya pengawasan terhadap kualitas buangan limbah industri e. Sektor Drainase : 1) Masih cukup banyak wilayah yang berpotensi terjadi banjir dan genangan air 2) Masih rendahnya perhatian masyarakat dan pengembang wilayah pemukiman berkaitan dengan resapan air dan penyimpanan air tanah
POKJA AMPL Kabupaten Sukoharjo
V - 162
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Sukoharjo Tahun 2011 Berdasarkan Persepsi data sekunder, studi EHRA dan data primer (SKPD) dalam penentuan area beresiko, maka penentuan Area Beresiko di Kabupaten Sukoharjo dapat dilihat pada tebel berikut :
Tabel 65. Penentuan Area Beresiko di Kabupaten Sukoharjo No Kecamatan
Desa
1. Weru
1.
weru
2. Bulu
2.
Gentan
3.
Ngasinan
3. Tawangsari 4.
Pojok
4. Nguter
5.
Gupit
5. Sukoharjo
6.
Begajah
7.
Jetis
6. Bendosari
8.
Mojorejo
7. Mojolaban
9.
Klumprit
10. Gadingan 8. Polokarto
11. Jatisobo
9. Grogol
12. Parangjoro 13. Kwarasan
10. Baki
14. Kadilangu
11. Kartasura
15. Ngemplak 16. Makamhaji
12. Gatak
17. Klaseman
Skor Skor Skor Hasil Berdasarkan Berdasar Total Rata - Skor Yang Berdasar Kunjungan Persepsi kan Data Skor Rata Disepakati kan EHRA Lapangan SKPD Sekunder 1
2
0
3
1,00
1
1
1
1
3
1,00
1
3
2
3
8
2,67
3
2
3
2
7
2,33
2
2
1
3
6
2,00
2
2
2
2
6
2,00
2
2
3
2
7
2,33
2
1
2
1
4
1,33
1
3
4
4
11
3,67
4
3
3
2
8
2,67
3
2
3
2
7
2,33
2
3
2
4
9
3,00
3
3
2
3
1
6
2,00
2
2
3
2
3
8
2,67
3
1
1
0
2
0,67
1
1
3
0
4
1,33
2
1
0
2
3
1,00
1
2
Sumber : Study EHRA Kabupaten Sukoharjo, 2011
POKJA AMPL Kabupaten Sukoharjo
V - 163
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Sukoharjo Tahun 2011 Gambar 28. Peta Area Beresiko Sanitasi
KETERANGAN : Resiko Sanitasi Tinggi Resiko Sanitasi Sedang Resiko Sanitasi Rendah Kurang Beresiko Sanitasi
POKJA AMPL Kabupaten Sukoharjo
V - 164
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Sukoharjo Tahun 2011
5.2. Kajian dan Opsi Partisipasi Masyarakat dan Gender di Area Prioritas. Partisipasi masyarakat dalam penanganan bidang Sanitasi masih relatif kecil, karena peran serta masyarakat khususnya perempuan masih terbatas dalam skala lingkungan rumah tangga. Beberapa program Pemerintah melalui SKPD yang terkait mengajak masyarakat untuk ikut berperan
serta
aktif
dalam
menangani
permasalahan
sanitasi
dan
kesehatan lingkungan melalui pembentukan Pokmas atau kelompok kerja setingkat desa/RT atau melalui pemberdayaan lembaga desa yang ada seperti PKK, kelompok pengajian atau Dasawisma.
Program pemerintah
tersebut antara lain adalah PAMSIMAS, PPIP (kesehatan dan BPMPKB). Akan tetapi kelemahan dari program pemberdayaan tersebut adalah kurangnya keberlanjutan terutama untuk program yang bersifat bantuan fisik, dimana ketika kegiatan fisiknya selesai dibangun maka peran fungsi Pokmas juga berangsur berherti. Kesadaran masyarakat masih belum terbangun secara optimal, untuk turut serta dalam pengelolaan air limbah domestik. Penanganan sub sektor limbah domestik khususnya jamban keluarga menjadi urusan masing-masing individu atau keluarga. Selain itu kurangnya sosialisasi mengenai penanganan limbah domestik yang benar yaitu mengkondisikan pengelolaan air limbah domestik yang aman sebelum dibuang ke media lingkungan sebagai kewajiban. Pola pengelolaan air limbah domestik seharusnya dijalankan oleh berbagai pihak terutama untuk lingkungan yang
mempunyai
kepadatan
tinggi,
karena
sistem
komunal
untuk
lingkungan berkepadatan tinggi merupakan solusi yang paling tepat. Beberapa
peran
serta
masyarakat
dalam
pengelolaan
limbah
domestik saat ini antara lain : 1. Pembuatan jamban keluarga di masing-masing rumah tangga 2. Pembuatan MCK umum yang pembangunan dan pengelolaannya oleh masyarakat 3. Sosialisasi melalui kelompok pengajian, rapat RT, rembug desa atau PKK untuk tidak BABS dan kampanye hidup sehat 4. Pembangunan resapan untuk saluran grey water Beberapa peran serta masyarakat dalam pengelolaan sampah domestik saat ini antara lain : 1. Bertanggung jawab terhadap kebersihan di lingkungan masing-masing dengan tidak membuang sampah di sembarang tempat.
POKJA AMPL Kabupaten Sukoharjo
V - 165
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Sukoharjo Tahun 2011 2. Menyediakan pengangkutan sampah yang ditimbulkan (dari rumah) ke TPS, transfer depo / kontainer, bak sampah yang telah disediakan. 3. Pengadaan sarana kebersihan secara swadaya berupa alat kebersihan untuk lingkungan masing-masing. Uraian di atas menjelaskan perlu ditingkatkan kampanye mengenai 3R
di
masyarakat,
dimaksimalkan
di
sehingga tingkat
penanganan rumah
sampah
tangga
domestik
sehingga
dapat
mengurangi
timbulan/volume sampah yang masuk ke TPA dan pencemaran lingkungan hunian karena pembuangan sampah.
Selanjutnya perlu didorong suatu
penanganan sanitasi yang terpadu antar berbagai pihak (pemerintah, swasta, dan masyarakat), sehingga akan dihasilkan suatu pengelolaan persampahan yang
menyeluruh
dan
terintegrasi
dengan
melibatkan
masyarakat (sumber penghasil sampah) secara langsung dan lembagalembaga informal daur ulang yang terkait, disertai dengan pemilihan teknologi dan fasilitas yang efisien dan ergonomis guna meningkatkan pemberdayaan masyarakat, pada khusunya adalah rumah tangga sebagai fokus utama . Kesadaran masyarakat masih belum terbangun secara optimal, untuk bertanggungjawab dalam hal pembangunan, dan pengelolaan drainase
lingkungan.
Pola
pembinaan
pada
masyarakat
untuk
meningkatkan pengetahuan, kesadaran dan kepatuhan terhadap aturanaturan yang terkait dengan pengelolaan drainase lingkungan belum efektif. Beberapa peran serta masyarakat dalam pengelolaan drainase lingkungan saat ini antara lain : 1. Kerja
bakti
kebersihan
lingkungan
termasuk
perbaikan
dan
pembersihan saluran drainase lingkungan. 2. Berperan serta sebagai anggota pokmas/oms yang terbentuk oleh program-program
Nasional
yang
masuk
ke
desa
seperti
PPIP,
PAMSIMAS, PNPM mandiri Perdesaan, NUSSP dll dalam menyusun RPJM/ rencana pembangunan desa termasuk di dalamnya sektor drainase lingkungan. 3. Pembangunan saluran drainase lingkungan secara swadaya baik dalam lingkup
rumah
tangga
atau
lingkup
yang
lebih
luas
seperti
RT/RW/desa.
POKJA AMPL Kabupaten Sukoharjo
V - 166
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Sukoharjo Tahun 2011 Pada diskusi pemetaan dan penilaian kondisi sanitasi teridentifikasikan Aspek pemberdayaan masyarakat, jender dan kemiskinan di Kabupaten Sukoharjo dalam berbagai program dan kegiatan, sebagai berikut: 1. Program pengelolaan limbah domestik Pengolahan limbah tahu (bantuan alat) oleh BLH; Bantuan pembuatan saluran pembuangan limbah rumah tangga dari provinsi Jateng; Jambanisasi oleh Dinkes. 2. Program pengelolaan sampah Pengolahan
sampah
rumah
tangga
oleh
Tim
Penggerak
PKK
kecamatan dan desa (rencana) Kebersihan sampah dan pertamanan oleh Dinas PU Pemilahan sampah oleh BLH dan masyarakat (ada pembinaan tetapi warga belum begitu sadar). 3. Program drainase lingkungan Pembangunan
drainase
lingkungan
oleh
program
Penataan
lingkungan dan permukiman dari provinsi Jateng (berdasar usulan warga) Perbaikan drainase lingkungan oleh PNPM sub program PKH (berdasar usulan warga) Perbaikan drainase lingkungan oleh program AMPL. Program pengentasan kemiskinan sudah melibatkan aspek jender, seperti pada program AMPL, PAMSIMAS dan PNPM yang mensyaratkan keterlibatan masyarakat miskin dan perempuan sejumlah 30% dari jumlah kehadiran dalam musyawarah perencanaan kegiatan. Aspek keterlibatan sektor swasta dalam mendukung program/ kegiatan di tingkat masyarakat teridentifikasi sebagai berikut: Bank Jateng; Perusahaan Plastik; BPR/BKK.
POKJA AMPL Kabupaten Sukoharjo
V - 167
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Sukoharjo Tahun 2011
5.3. Media dan Peningkatan Kepedulian Sanitasi 5.3.1.
Hasil
Studi
Komunikasi
dan
Pemetaan
Media
terkait
Kelembagaan, Media, dan Masyarakat. Pengumpulan data dilakukan pada masing-masing SKPD yang berhubungan dengan sanitasi. Untuk Kabupaten Sukoharjo, sumber yang bisa didapatkan untuk melakukan komunikasi yang terkait dengan sanitasi yaitu Dinas Kesehatan, Badan Lingkungan Hidup (BLH), Dinas Pekerjaan Umum (DPU), Badan Pemberdayaan Masyarakat Desa (BPMD), Bagian Humas Setda Sukoharjo (Info Humas), KPPKB, dan Diknas. Tabel 66. Sumber dan Data Komunikasi Informasi untuk Sanitasi Di Kabupaten Sukoharjo No 1.
Sumber Informasi Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK)
Data Informasi 1. Kegiatan Komunikasi dengan masyarakat yang telah dilakukan : Kampanye Hygiene sanitasi 2. Dalam Komunikasi Sanitasi isu yang sering diangkat adalah “ Pola Hidup sehat Penyakit Berbasis Lingkungan Kesehatan Balita dan Ibu Kualitas Lingkungan Teknologi Sanitasi Sederhana. 3. Sasaran utama adalah Stakeholder masyarakat, Baik langsung maupun lewat kader. 4. Jenis kegiatan yang dilakukan : Penyuluhan, Sosialisasi, Lomba, Gerakan Kebersihan. 5. Media yang digunakan adalah : Pemutaran Film Koran Solo Pos Leaflet, Baliho, Poster, Spanduk. Wawancara dan iklan di Radio 6. Media massa yang diajak kerja sama dan bentuk kerja samanya : RSPD (Penyiaran), Surat Kabar (publikasi) 7. Pengalaman kerja sama dengan sesama instansi Pemerintah lain dalam mengampanyekan masalah sosial : ……………… 8. Yang menarik yang bisa dijadikan pelajaran dari kegiatan-kegiatan pemasaran sosial yang pernah dilakukan : …………………………………..
POKJA AMPL Kabupaten Sukoharjo
V - 168
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Sukoharjo Tahun 2011 2.
BLH
1. Kegiatan Komunikasi dengan masyarakat yang telah dilakukan Diantaranya : Sosialisasi Pengelolaan Sampah rumah tangga berbasis masyarakat. Sosialisasi pengolahan limbah karbit umtuk membuat Batako. Sosialisasi pembuatan biogas dari kotoran ternak. 2. Sedangkan Isu yang sering diangkat dalam komunikasi program adalah : perubahan iklim / pemanasan global; Pengendalian kerusakan dan pencemaran lingkungan; Konservasi dan rehabilitasi Sumber Daya Alam- Lingkungan Hidup. 3. Sasaran Komunikasi Stakeholder dan LSM
adalah
Masyarakat,
4. Media Komunikasi yang digunakan, adalah melalui Radio (wawancara dan iklan radio spot), TATV. 5. Program yang dilaksanakan adalah Pembangunan instalasi Biogas di desa _____ __________________________________________ Pembangunan Instalasi Biogas dari limbah tahu di _______________________ Pembangunan sumur resapan di seluruh desa/ kelurahan di Kabupaten Sukoharjo Pembangunan IPAL Industri _____ di ______________________________ Pembangunan IPAL Komunal di ____________________ Prokasih, pengelolaan sampah methode 3R, resapan air biophori 6. Media massa yang diajak kerja sama dan bentuk kerja samanya : ………………………….. ……………………………………………………………. 7. Pengalaman kerja sama dengan sesama instansi Pemerintah lain dalam mengampanyekan masalah sosial : ……………… ……………………………………………………………. ……………………………………………………………. 8. Yang menarik yang bisa dijadikan pelajaran dari kegiatan-kegiatan pemasaran sosial yang pernah dilakukan : ………………………………….. …………………………………………………………….
POKJA AMPL Kabupaten Sukoharjo
V - 169
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Sukoharjo Tahun 2011 3.
DPU
1. Kegiatan komunikasi untuk masyarakat dan kegiatan pemasaran sosial lainnya yang pernah dilakukan : ……………………………… 2. Isu yang pernah diangkat yaitu : ..................... 3. Khalayak sasaran yang dituju yaitu : .............. 4. Jenis kegiatan yang dilakukan : ……………….. 5. Media yang digunakan : …………………………… 6. Media massa yang diajak kerja sama dan bentuk kerja samanya : ………………………….. 7. Pengalaman kerja sama dengan sesama instansi Pemerintah lain dalam mengampanyekan masalah sosial : ……………… 8. Yang menarik yang bisa dijadikan pelajaran dari kegiatan-kegiatan pemasaran sosial yang pernah dilakukan : …………………………………..
4.
BPMD
1. Kegiatan Kunci Pemasaran Program : Sosialisasi Seminar Desiminasi Pelatihan Rapat Koordinasi Publik Hearing Desk Info Pameran Penguatan BP SPAM, pemberdayaan masyarakat dalam bidang sanitasi 2. Isu yang diangkat adalah pemberdayaan masyarakat, dan pembangunan. 3. Sasaran dari bidik informasi adalah Aparat desa/Kelurahan Masyarakat Kelompok Masyarakat Organisasi masyarakat 4. Media yang dipakai adalah TATV Surakarta, Koran (Solo Pos, Suara Merdeka dan Wawasan), Leaflet, CD, Juknis/Juklak. 5. Media massa yang diajak kerja sama dan bentuk kerja samanya : ………………………….. 6. Pengalaman kerja sama dengan sesama instansi Pemerintah lain dalam mengampanyekan masalah sosial : ……………… 7. Yang menarik yang bisa dijadikan pelajaran dari kegiatan-kegiatan pemasaran sosial yang pernah dilakukan : …………………………………..
POKJA AMPL Kabupaten Sukoharjo
V - 170
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Sukoharjo Tahun 2011 5.
LSM
1. Kegiatan komunikasi untuk masyarakat dan kegiatan pemasaran sosial lainnya yang pernah dilakukan : ……………………………… 2. Isu yang pernah diangkat yaitu : ..................... 3. Khalayak sasaran yang dituju yaitu : .............. 4. Jenis kegiatan yang dilakukan : ……………….. 5. Media yang digunakan : …………………………… 6. Media massa yang diajak kerja sama dan bentuk kerja samanya : ………………………….. 7. Pengalaman kerja sama dengan sesama instansi Pemerintah lain dalam mengampanyekan masalah sosial : ……………… 8. Yang menarik yang bisa dijadikan pelajaran dari kegiatan-kegiatan pemasaran sosial yang pernah dilakukan : …………………………………..
6.
Bagian Humas Setda Kab. Sukoharjo
1. Kegiatan komunikasi untuk masyarakat dan kegiatan pemasaran sosial lainnya yang pernah dilakukan : a. Komunikasi tatap muka (forum Bakohumas, penyuluhan non fisik) b. Penyebaran informasi melalui siaran keliling; c. Penyebarluasan informasi melalui media cetak dan elektronik. 2. Isu yang pernah diangkat yaitu : a. untuk membudayakan masyarakat hidup bersih dan sehat; b. Politik : Informasi Visi – Misi Cabup dan Cawabup Pemilukada 2010, dll. 3. Khalayak sasaran yang dituju yaitu : a. Seluruh masyarakat Sukoharjo; b. Masyarakat di luar Kab. Sukoharjo 4. Jenis kegiatan yang dilakukan. a. Dialog b. Siaran Radio c. Penerbitan d. Penyuluhan dan gerakan pemberantasan sarang nyamuk. 5. Media yang digunakan : a. Media massa swasta dan pemerintah a. Ruang Dialog b. Radio Pemkab (RSPD)
POKJA AMPL Kabupaten Sukoharjo
V - 171
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Sukoharjo Tahun 2011 c. Siaran Keliling d. liflet, dan baliho 6. Media massa yang diajak kerja sama dan bentuk kerja samanya : RSPD dan media cetak yang wartawannya tergabung dalam forum komunikasi wartawan Sukoharjo. (Solo Pos, Suara Merdeka, Kedaulatan Rakyat, Wawasan, TATV ) 7. Pengalaman kerja sama dengan instansi Pemerintah lain mengampanyekan masalah sosial :
sesama dalam
Saling mengadakan koordinasi kemudian saat pelaksanaan kegiatan bagian Humas memberi informasi kepada wartawan kemudian pagi hari/malam hari terbit/tayang di media cetak/elektronik. 8. Yang menarik yang bisa dijadikan pelajaran dari kegiatan-kegiatan pemasaran sosial yang pernah dilakukan : Mampu mengubah perilaku masyarakat yang tadinya belum sadar arti hidup bersih dan sehat menjadi sadar hidup bersih dan sehat. 7.
KPPKB
1. Kegiatan komunikasi untuk masyarakat dan kegiatan pemasaran sosial lainnya yang pernah dilakukan : a. Sosialisasi; d. Penyebaran informasi melalui keliling; b. Dialog Interaktif melalui RSPD.
siaran
2. Isu yang pernah diangkat yaitu : Perilku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) 3. Khalayak sasaran Masyarakat.
yang
dituju
yaitu
:
4. Jenis kegiatan yang dilakukan : Siaran Radio 5. Media yang digunakan : RSPD 6. Media massa yang diajak kerja sama dan bentuk kerja samanya : RRI dan TATV. 7. Pengalaman kerja sama dengan sesama instansi Pemerintah lain dalam mengampanyekan masalah sosial : RRI. 8. Yang menarik yang bisa dijadikan pelajaran dari kegiatan-kegiatan pemasaran sosial yang pernah dilakukan : Masyarakat dapat interaktif melalui Telephon di RRI.
POKJA AMPL Kabupaten Sukoharjo
V - 172
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Sukoharjo Tahun 2011 8.
Diknas
1. Kegiatan komunikasi untuk masyarakat dan kegiatan pemasaran sosial lainnya yang pernah dilakukan : Program sekolah sehat. 2. Isu yang pernah diangkat yaitu : K3 3. Khalayak sasaran yang dituju yaitu : Siswa 4. Jenis kegiatan yang dilakukan : Lomba K3 5. Media yang digunakan : Komunikasi, Tatap Muka. 6. Media massa yang diajak kerja sama dan bentuk kerja samanya : Solo Pos – Pemberitaan. 7. Pengalaman kerja sama dengan sesama instansi Pemerintah lain dalam mengampanyekan masalah sosial : Keindahan, Kebersihan dan Kesehatan. 8. Yang menarik yang bisa dijadikan pelajaran dari kegiatan-kegiatan pemasaran sosial yang pernah dilakukan : Mengubah Perilaku Hidup Sehat para siswa.
5.3.2. Profil Media Massa Lokal a. Media yang dapat terlibat dalam sosialisasi sanitasi adalah : TATV, Radio SAS FM, Radio RSPD Sukoharjo, surat kabar, majalah sanitasi, poster,
leaflet,
penyuluhan,
pemutaran
film,
videotron,
baliho,
spanduk, dan internet. b. Contoh media televisi yang dapat terlibat dalam sosialisasi sanitasi adalah TATV. TATV tayang setiap sebulan sekalii
+ 2
jam untuk
informasi layanan sosial masyarakat. Program di TATV yang dapat digunakan untuk sosialisasi sanitasi adalah : PHBS, iklan layanan masyarakat, berita. c. Contoh media radio yang dapat terlibat dalam sosialisasi sanitasi adalah Radio RSPD FM/AM. Program di Radio RSPD FM/AM yang dapat digunakan untuk sosialisasi sanitasi adalah : PHBS d. Masyarakat yang dapat dijadikan objek sosialisasi sanitasi adalah : ibu-ibu, bapak-bapak, remaja, dan anak-anak. Contoh masyarakat yang dapat dijadikan objek sosialisasi sanitasi adalah ibu-ibu, dengan menggunakan media : PKK, dasa wisma, radio, TV, dan koran. Waktu yang digunakan untuk sosialisasi adalah : pagi, siang, dan sore.
POKJA AMPL Kabupaten Sukoharjo
V - 173
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Sukoharjo Tahun 2011 Tabel 67. Daftar media massa di Kabupaten Sukoharjo NOMOR 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
NAMA MEDIA Surat Kabar Harian “SUARA MERDEKA” Surat Kabar Harian “KEDAULATAN RAKYAT” Surat Kabar Harian “WAWASAN” Surat Kabar Harian “SOLO POS” “TA” TV Surakarta Radio “RSPD/TOP FM/AM” Radio “SAS” FM
Tabel 68. Daftar Peringatan Hari-hari Besar dan Event Publik Nomor 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33.
Nama Hari Besar dan Event Publik Hari Jadi Kabupaten Sukoharjo Tahun Baru Masehi Tahun Baru Imlek Maulid Nabi Muhammad SAW Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka Wafat Isa Al Masih Hari Kartini Hari Bumi Hari Pendidikan Nasional Hari Palang Merah se-Dunia Kenaikan Isa Al Masih Hari Kebangkitan Nasional Hari Raya Waisak Hari Lingkungan Hidup Se-Dunia Hari Anti Narkoba Internasional Hari Keluarga Nasional Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW Hari Koperasi Hari Anak Nasional Hari Pramuka Hari Kemerdekaan RI Idul Fitri Hari Olahraga Nasional Hari Palang Merah Indonesia Hari Kesaktian Pancasila Hari TNI Hari Cuci Tangan Pakai Sabun Hari Pangan se-Dunia Hari Sumpah Pemuda Hari KORPRI Hari Pahlawan Hari Kesehatan Nasional Idul Adha
POKJA AMPL Kabupaten Sukoharjo
Tanggal Pelaksanaan 15 Juli 1 Januari 21 April 22 April 2 Mei 8 Mei 20 Mei 5 Juni 26 Juni 29 Juni 12 Juli 23 Juli 14 Agustus 17 Agustus 9 September 17 September 1 Oktober 5 Oktober 15 Oktober 16 Oktober 28 Oktober 29 Oktober 10 Nopember 12 Nopember -
V - 174
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Sukoharjo Tahun 2011 34. 35. 36. 37. 38,
Hari AIDS se-Dunia Tahun Baru Hijriyah Hari Hak Asasi Manusia Hari Ibu Hari Raya Natal
1 Desember 10 Desember 22 Desember 25 Desember
Dari berbagai media massa (cetak dan elektronik) yang ada di Kabupaten Sukoharjo dan sekitarnya, yang memungkinkan digunakan sebagai sarana
untuk
menginformasikan dan mengkomunikasikan Program
Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman Kabupaten Sukoharjo, yaitu : NOMOR 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
NAMA MEDIA Surat Kabar Harian “SUARA MERDEKA” Surat Kabar Harian “KEDAULATAN RAKYAT” Surat Kabar Harian “WAWASAN” Surat Kabar Harian “SOLO POS” “TA” TV Surakarta Radio “RSPD FM/AM” Radio “SAS” FM
Program kegiatan yang memungkinkan untuk menyosialisasikan Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Perkotaan Kab. Sukoharjo, antara lain:
NO. 1. 2. 3.
NAMA KEGIATAN Dialog Halo Wargaku Forum Solusi Publikasi di internet
MEDIA YANG DIGUNAKAN RRI Surakarta TATV Surakarta Web site “www.Sukoharjokab.go.id”
DATA RADIO RSPD / TOP FM DATA UMUM GENERAL Nama station Identitas Stasiun Motto Badan penyelenggara Nomer Ijin Alamat Telepon Email Direktur Utama
POKJA AMPL Kabupaten Sukoharjo
: : : : : : : : :
RSPD SUKOHARJO TOP FM PEMDA SUKOHARJO 0009/ /1970 Jl. Veteran No. 1 Sukoharjo (0271) 593476
[email protected] Agus Jokomarwanto, SH, MSi
V - 175
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Sukoharjo Tahun 2011 DATA TEKNIK Frekuensi Power Output Antena
: 105,9 MHz : 1.500 watt : Self Supporting Tower
TARGET PENDENGAR Berdasar Jenis Kelamin
: Pria 40 % : Wanita 60 %
Berdasarkan Tingkat Usia Usia 15- 19 th Usia 20 – 40 th 40 th – ke atas Berdasarkan Status Ekonomi Sosial
Format Siaran
Target Pendengar
: : : :
45 % 45 % 10 % Menengah ke atas
: 40 %
Menengah Menengah ke bawah : Indonesia
: 40 % : 20 % : 80 %
Barat / Mancanegara Dangdut
: 10 % : 10 %
: Klaten, Sukoharjo, Sragen, Wonogiri, Boyolali, Karanganyar.
TARIF IKLAN Loose Spot Regular Time Signal Sponsor Program
: 60 detik : Rp. 20.000,-/spot : 60 detik : Rp. 30.000,-/siar : 30 menit : Rp. 50.000,-/siar 60 menit : Rp. 75.000,-/siar : 30 menit : Rp. 150.000,-/siar 60 menit : Rp. 250.000,-/siar : Rp. 40.000,: Rp. 300.000,-/siar
Blocking Time/Talk Show Iklan Baca Paket Wayang Kulit
DATA RADIO SAS FM DATA GENERAL Nama station Identitas Stasiun / Posisioning Slogan Alamat Telepon / Fax Email Direktur Sales Manager
POKJA AMPL Kabupaten Sukoharjo
: :
RADIO SAS FM News, Intertainment
:
Tren Musik Terkini
: : : : :
Jln. Solo Baru No A19 Sukoharjo (0271) 622359 / (0271) 622255
[email protected] Nur Ronny Nurmila David Kisbi
V - 176
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Sukoharjo Tahun 2011 DATA TEKNIK Frekuensi Daya Pancar Antena Radius Pancaran
: : : :
_____ FM _____ Vertical, 70 meter 50 km efektif meliputi : Surakarta, Boyolali. Sukoharjo, Karanganyar, Wonogiri, Sragen, Klaten,
TARGET PENDENGAR Berdasar Jenis Kelamin
:
Pria 45 % Wanita 55 %
Berdasarkan Tingkat Usia : Usia 12- 19 th : Usia 20 – 29 th 30 th – ke atas Berdasarkan Status : Ekonomi Sosial Total Pendengar : DATA SIARAN
30 30 40 A
500.000 pendengar
:
FORMAT MUSIK Musik Pop Indonesia Dangdut Tradisional Pop Barat Lain-lain
TARIF IKLAN Spot ADLIB Time Signal Sponsor Program/ Blocking Time Flash Pendek Flash Kuis
POKJA AMPL Kabupaten Sukoharjo
% % % : 20 % , B : 20 %, C : 40 %, D : 20 %
: : :
: : : : :
30 % 30 % 15 % 10 % 15 %
30 detik : Rp. 10.000 60 detik : Rp 12.500 Rp 15 .000 per pesan ( 60 detik) Rp. 50.000 per 60 detik Sponsor Harian : 50.000 per 30 detik 75.000 per 60 detik Sponsor Bulanan : 1.500.000 per 30 dtk 100.000 / 5 menit , 250.000 / 15 menit 75.000 / 5 menit, 200.000 / 15 menit
V - 177
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Sukoharjo Tahun 2011
5.3.3 Above The Line Above the line ( ATL ) adalah sebuah strategi promosi atau komunikasi Dengan target audien yang sangat luas (banyak) dan massive. Dalam strategi ini
tidak ada interaksi langsung dengan audiens.
Komunikasi berlangsung satu arah.Contoh iklan di televisi, radio, majalah, dan koran.
5.3.3.1 Media Massa a. Televisi Dari hasil survey terhadap 30 orang, bahwa televisi merupakan media urutan pertama (70%) yang dijadikan sumber informasi utama. Stasiun yang paling sering ditonton adalah TRANS TV (50,5%), SCTV (8,5%), dan lainnya (36%). Ditinjau
dari
program
televisi
yang
sering
ditonton,
Sinetron
menempati urutan pertama sebesar 40,2%, Berita sebesar 28,1%, infotainment sebesar (9,0%), musik Pop (1,7%), musik dangdut (1,8%) kuis (2,4%) dan lainnya dengan proporsi di bawah 1%. Oleh karenanya jika akan menggunakan televisi sebagai media kampanye sanitasi akan efektif pada acara Sinetron dan Berita di beberapa TV nasional. Dari gambaran tersebut, kampanye promosi dengan menggunakan stasiun televisi nasional tampak masih lebih efektif untuk dilakukan di Kawasan Kabupaten Sukoharjo, tetapi dari sisi biaya belum tentu lebih efisien.
b. Radio Dari hasil survei radio merupakan media urutan kedua (18 %) yang dijadikan
sumber
informasi
utama.
Hal
ini
cukup
penting
diperhatikan, apalagi biaya promosi melalui radio jauh lebih rendah dibanding televisi. Dari hasil survei proporsi yang tidak mendengarkan radio 70,5 %. Hal ini mengindikasikan bahwa mendengarkan radio dari kalangan ibu-ibu relative kecil.
c. Surat Kabar Dari hasil survei proporsi yang tidak membaca surat kabar sebesar 80%. Hal ini mengindikasikan bahwa pembaca surat kabar dari kalangan ibu-ibu relatif kecil. Karenanya surat kabar belum dapat dijadikan media utama untuk kampanye sanitasi bagi ibu-ibu. Secara umumnya prosentase surat kabar yang dibaca adalah Solo Pos 10 %, suara merdeka 4 %, Majalah Wanita 6 %.
POKJA AMPL Kabupaten Sukoharjo
V - 178
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Sukoharjo Tahun 2011
5.3.3.2 Media Khusus Dalam hal ini, yang dimaksud media khusus adalah jenis-jenis media yang biasa digunakan bagai sumber informasi tentang sanitasi seperti spanduk, billboard, leaflet, poster. Dari Gambar 5.3, ternyata 95% responden tidak membacanya atau tidak melihatnya dari jenis-jenis media tersebut. Responden yang membaca informasi sanitasi dari spanduk sebanyak 2%. Hal ini disebabkan instansi pemerintah maupun pihak lain memang relatif sedikit menggunakan spanduk sebagai media kampanye. Responden yang peroleh informasi sanitasi dari poster hanya 0,5% saja. Hal tersebut dapat disebabkan oleh (1) memang informasi tentang sanitasi /jarang sekali disampaikan melalui poster dan (2) masyarakat kurang peduli terhadap informasi sanitasi melalui poster. Tampaknya tema sanitasi perlu ditingkatkan penginformasiannya melalui poster di masa datang. Dengan pertimbangan poster merupakan jenis media promosi yang
mudah
dipasang,
mudah
didistribusikan
dan
relatif
murah
dibandingkan media yang lain. Karenanya Kesenian Tradisional papan pengumuman
atau
lokasi
untuk
menempelkan
poster
juga
perlu
diperhatikan untuk meningkatkan efektifitasnya. Dari hasil survei tentang intensitas papan pengumuman di kelurahan/ sekitar lingkungannya ternyata 85% responden tidak pernah membaca papan pengumuman. Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan kondisi
tersebut,
antara
lain:
materi
yang
dipasang
di
papan
pengumuman tersebut tidak menarik (eye cacthing), design iklan atau materi yang terpasang sulit ditangkap secara cepat, lamanya materi tersebut terpasang (aspek pengamanan), ukuran materi yang terpasang terlalu kecil (sulit dibaca). Dengan mengatasi satu atau dua faktor penyebab tersebut, papan pengumuman dapat menjadi sarana yang relatif efektif dan terjangkau untuk kampanye sanitasi. Responden yang pernah membaca/melihat informasi sanitasi dalam bentuk billboard hanya 0,1%. Kondisi ini disebabkan billboard memang relatif jarang digunakan, khususnya oleh instansi pemerintah karena biaya pemasangan sebuah billboard realtif mahal atau pertimbangan lainnya. Dengan demikian, salah satu alternatif untuk mengatasinya dengan pola kampanye kemitraan dengan pihak swasta atau co branding.
POKJA AMPL Kabupaten Sukoharjo
V - 179
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Sukoharjo Tahun 2011 Gambar 27. Media Sumber Infomasi
100 80 60 85
40 20
2
0
0.5
Spanduk Leaflet
0.5
0.1
Poster Billboard Tidak dapat Info
5.3.3.3 Kesenian Tradisional. Dari hasil responden diketahui bahwa 40 % masih suka nonton wayang kulit, 35% menonton kesenian Campur Sari, dan 25 % menyenangi tarian dan nyanyi. Potensi ini bisa dimanfaatkan untuk penyampaian advokasi sanitasi melalui jalur kesenian.
5.3.4 Below The Line Below the line (BTL) adalah sebuah strategi promosi atau komunikasi dengan target audiens yang terbatas (spesifik). Dalam strategi ini tercipta interaksi langsung dengan audiens. Komunikasi berlangsung dua arah. Media atau kegiatannya memberikan kesempatan kepada audiens untuk merasakan, menyentuh atau berinteraksi, bahkan langsung action ( membeli produk ).
1. Sumber Informasi Berdasarkan hasil Pengamatan, diperoleh data bahwa sumber informasi tentang sanitasi ini berasal dari tokoh masyarakat atau pimpinan wilayah, seperti Ketua RT dan Ketua RW. Oleh karena itu, ketua RT dan stafnya perlu dijadikan pihak pertama yang harus dilibatkan dalam kegiatan kampanye sanitasi. Mereka cenderung mempunyai pengaruh luas di masyarakat. Sedangkan kader PKK atau kader Posyandu juga menjadi sumber informasi lainnya. Kader yang tentunya tinggal di lingkungan mereka merupakan faktor yang menguntungkan bagi kampanye sanitasi karena mereka sudah dekat dengan warga masyarakat dan tahu kondisi lingkungan sekitarnya sehingga para kader bisa menjadi agen-agen perubahan bagi lingkungannya.
POKJA AMPL Kabupaten Sukoharjo
V - 180
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Sukoharjo Tahun 2011 Sedangkan tenaga sanitarian puskesmas sudah jelas diketahui keberadaan dan tugasnya oleh masyarakat. Dimanan mereka mengakui bahwa Bidan Desa sering memberikan informasi tentang kesehatan, termasuk masalah sanitasi. Grafik di bawah ini menggambarkan pihak-pihak yang menjadi sumber informasi tentang sanitasi. Sebagian besar responden mendapatkan informasi mengenai sanitasi dari pihak kelurahan/desa (8,5%). Sedangkan dari Bidan Desa 11,5%, dan responden mendapatkan informasi dari pihak RT sebesar 20%,
60%
dan
responden
mendapatkan
informasi
dari
Sanitarian
Puskesmas. Gambar 28. Grafik Sumber Informasi Tentang Sanitasi 11.5
Bidan desa
20
RT 8.5
Staf Desa/Kel.
60
Petugas Sanitarian 0
10
20
30
40
50
60
70
2. Sumber Informasi Paling Dipercaya Berdasarkan
grafik
di
bawah,
terlihat
bahwa
penyuluh
kesehatan
merupakan pihak yang paling dipercaya sebagai sumber informasi kesehatan, yaitu mencapai 50,5%. Selain itu, pihak kelurahan/desa, RT/RW juga menjadi sumber informasi yang paling dipercaya (30%). Sedangkan tokoh agama dijadikan sebagai sumber informasi yang paling dipercaya oleh responden
(19,5%).
dimanfaatkan
Ketiga
sebagi
agen
pihak
ini
merupakan
penyampaian
informasi
potensi
yang
kesehatan
bisa
kepada
masyarakat. Gambar 29 Grafik Sumber Informasi Paling Dipercaya 60 50 40 30 20 10 0
50.5 30 19.5
Penyuluh
POKJA AMPL Kabupaten Sukoharjo
Desa/RT/RW
Tokoh Agama/Masy
V - 181
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Sukoharjo Tahun 2011
5.4. Keterlibatan Sektor Swasta dalam Layanan Sanitasi. 5.4.1. Sektor Persampahan Sampah telah menjadi persoalan nasional, sehingga pengelolaannya perlu dilakukan secara komprehensif dan terpadu dari hulu hingga hilir agar memberikan manfaat secara ekonomi, sehat bagi masyarakat, dan aman bagi lingkungan serta dapat mengubah prilaku masyarakat. Menurut UU No 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, pasal 9, dalam pengelolaan sampah pemerintah daerah, mempunyai wewenang ; 1) Menetapkan kebijakan dan strategi pengelolaan sampah berdasarkan kebijakan nasional dan provinsi. 2) Menyelenggarakan pengelolaan sampah skala kabupaten/kota sesuai dengan norma, standar, prosedur, dan criteria yang ditetapkan oleh Pemerintah. 3) Melakukan pembinaan dan pengawasan kinerja pengelolaan sampah yang dilaksanakan oleh pihak lain. 4) Menetapkan
lokasi
tempat
penampungan
sementara,
tempat
pengelolaan sampah terpadu, dan atau tempat pemrosesan akhir sampah. 5) Melakukan pemantauan dan evaluasi secara berkala setiap 6 (enam) bulan selama 20 (dua puluh) tahun terhadap tempat pemrosesan akhir sampah dengan system pembuangan terbuka yang telah ditutup. 6) Menyusun dan menyelenggarakan system tanggap darurat pengelolaan sampah sesuai dengan kewenangannya. Penetapan lokasi tempat pengelolaan sampah terpadu dan tempat pemrosesan akhir sampah sebagaimana tersebut di atas merupakan bagian dari rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota sesusai dengan peraturan perundang-undangan. Kewenangan pengelolaan sampah di Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah diserahkan kepada Kepala Unit Kebersihan dan Persampahan, Dinas Pekerjaan Umum (DPU). Kepala Kepala Unit Kebersihan dan Persampahan, Dinas Pekerjaan Umum (DPU), Muhamad Gufron, SE.MM Rabu (2/11/11), menjelaskan, tanggung jawab penanganan sampah dilakukan oleh Unit Kebersihan dan Persampahan, Dinas Pekerjaan Umum (DPU), sedangkan limbah cair domestik ditangani SKPD Lingkungan Hidup.
POKJA AMPL Kabupaten Sukoharjo
V - 182
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Sukoharjo Tahun 2011 Jumlah
personel
baik
administrasi
dan
lapangan,
dalam
penanganan sampah di lakukan oleh 41 orang, sedangkan kapasitas penanganan sampah per hari mencapai 236,34 m3. Dari jumlah tersebut, yang bisa terangkut sebanyak 130 m3, sisanya sekitar 106,34 m3 belum bisa diangkut. Sumber sampah berasal dari pertokoan, pasar, rumah tangga, keramaian/pesta dan individu. Prihal pemisahan sampah organik / non organik, belum dilakukan. Tapi bersadarkan pantauan penulis, di beberapa kampung, kelurahan, sudah terdapat pemisahan sampah organik/non organik, hal itu tertulis dalam tong-tong sampah. Sedangkan mayoritas masyarakat belum memisahkan sampah organik/non organik. Menurut keterangan Gufron, institusinya hanya bertanggungjawab pengambilan sampah dari tempat pembuangan sementara (TPS-TPS) lalu diantarkan ke tempat pemrosesan akhir (TPA), di Desa Mojorejo, Bendosari, sekitar 10 km dari kota Kabupaten Sukoharjo. Sedangkan pembuangan sampah dari rumah tangga ke TPS-TPS, tanggungjawabnya adalah Rukun Tetangga (RT) setempat. Sesampainya di TPA Mojorejo, sampah-sampah itu lalu dipasahkan antara sampah organik dan non organik yang dilakukan oleh pemulung. Komposisi sampah berdasarkan kalkulasi empirik. Tatkala ditanya soal, bagaimana strategi penanganan sampah, Gufron menjawab ada dalam catatan buku putih. Dan UU No 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah. Menurut data APBD tahun 2007, program pengembangan kinerja pengelolaan
persampahan
mencapai
Rp
3.709.064.000,-
anggaran
sebesar itu untuk kegiatan penyediaan prasarana dan sarana pengelolaan persampahan Rp 2.107.000.000,-. Untuk
kegiatan
peningkatan
operasional
dan
pemeliharaan
prasarana dan sarana persampahan Rp 1.555.000.000,- dan kegiatan peningkatan peran serta masyarakat dalam pengelolaan persampahan Rp 45.064.000,- serta selebihnya untuk kegiatan lain-lain. Data pengelolaan
APBD
tahun
persampahan
2008,
program
mencapai
Rp
pengembangan
3.803.294.500,-
kinerja anggaran
sebesar itu untuk kegiatan penyediaan prasarana dan sarana pengelolaan persampahan Rp 1.331.722.500,-. Untuk
kegiatan
peningkatan
operasional
dan
pemeliharaan
prasarana dan sarana persampahan Rp 2.417.342.000,- dan kegiatan
POKJA AMPL Kabupaten Sukoharjo
V - 183
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Sukoharjo Tahun 2011 peningkatan peran serta masyarakat dalam pengelolaan persampahan Rp 54.230.000,- serta selebihnya untuk kegiatan lain-lain. Anggaran tahun 2010, hanya satu program untuk satu kegiatan yaitu program pengembangan kinerja pengelolaan persampahan yang mencapai
Rp
peningkatan
1.695.310.000,-, operasi
dan
dana
sebeaar
pemeliharaan
itu
untuk
prasarana
dan
kegiatan sarana
persampahan. Sementara APBD tahun anggaran 2009 dan 2011, penulis belum mengetahui.
5.4.1.1. Permasalahan utama persampahan Permasalahan utama persampahan di Kabupaten Sukoharjo adalah : pertama
;
masyarakat
tidak
mau
tau
dan
membuang
sampah
sembarangan tempat. Kedua, belum adanya aturan mengenai sanksi bagi pembuang sampah sembarangan. Ketiga, belum ada koordinasi dengan pihak perusahaan. Kedepan ada sanksi bagi pelanggar membuang sampah sembaranngan sebesar Rp 50 juta. Tapi pemerintah belum kontinyu mengkampanyekan, atau
mensosialisasikan
kepada
masyarakat
tentang
permasalahan
sampah, lebih-lebih pemilahan sampah organik dan non organik.
5.4.1.2. Penangan yang dilakukan : Inisiatif yang sudah dan sedang dilakukan dalam peningkatan kualitas pelayanan penangnan sampah yaitu : Pertama, DPU bekerjasama dengan badan Lingkungan Hidup (BLK), dan Dinas Kesehatan. Kedua, pengadaan peralatan kebersihan, angkutan. Ketiga, pembuatan TPS bagi masyarakat yang membutuhkan, lahan warga yang menyediakan. Keempat, pemeliharaan container. kelima pelayanan melalui kantor DPU via telephon dan peninjauan lokasi. Sejauh ini belum maksimal partisipasi swasta dalam penanganan sampah, yang baru hanya kerjasama regional antar pemerintah daerah yang dikoordinir pemerintah provinsi. Selama ini kerjasama baru dengan para pengepul di TPA, sedangkan kerjasama dengan pihak swasta yang cakupannya lebih luas belum ada.
POKJA AMPL Kabupaten Sukoharjo
V - 184
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Sukoharjo Tahun 2011 Dari volume sampah harian di TPA Mojorejo didapatkan komposisi sampah yang terbanyak berupa sampah organik sebesar 71.85% dan yang paling sedikit adalah sampah karet, hanya 0.54%. Komposisi sampah di TPA Mojorejo dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 69. Komposisi sampah di TPA Mojorejo No
Komposisi sampah
1. Kayu 2. Plastik 3. Kaca dan Gelas 4. Kertas 5. Kain 6. Karet dan kulit Tiruan 7. Logam 8. Lain-lain
Volume (m3/bulan) 11 700 10
1,12 71,36 1,02 4,08 0,92 0,92
40 9 9 9 193 981
TOTAL
Persentase
0,92 19,67 100,00
Sumber : DPU Kabupaten Sukoharjo Tahun 2010
5.4.1.3 Pengelolaan TPA Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Mojorejo, memiliki luas sekitar 2 ha, di Desa Mojorejo, Kacamatan Bendosari. Paijo (37) pengelola TPA setempat kepada penulis menjelaskan bahwa, volume sampah yang masuk setiap hari mencapai 12 m3 per hari atau setara dengan 19 truk sampah. Metode panampungan sampah dengan cara pembuatan lubang lubang/blumbung
kemudian
sampah-sampah
dimasukan
kedalam
blumbung, lalu diratakan. Pembuatan blumbung Sangat epektif dikala musim hujan tiba. Jumlah pemulung di TPA Mojorejo mencapai sekitar 80 orang, mereka mayoritas adalah pekerjaan sampingan selain pekerjaan petani. Jumlah barang bekas jenis plastik yang terkumpul mencapai 2 ton per hari. Jenis kertas sebanyak 1 ton per hari, sedangkan logam tidak bisa diperkirakan, soalnya pluktuatif. TPA Mojorejo juga menyediakan pengomposan, rata-rata per hari mencapai 100 kg kompos, sedangkan volume sampah yang bisa dikomposkan mencapai 5 m3 per hari.
POKJA AMPL Kabupaten Sukoharjo
V - 185
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Sukoharjo Tahun 2011
5.4.1.4. Pengusaha Penampung (Pengepul) dan atau Pengusaha Produksi Daur Ulang Barang Bekas Dilokasi TPA Mojorejo penulis menemui ibu Hastrini (40), warga desa Mojorejo, ibu tiga putra ini sejak tahun 2003 menekuni dunia persampahan sebagai pengepul, yang sebelumnya berprofesi sebagai pemulung. Nomor kontak Hastrini, 08170458430, area kerja di TPA Mojorejo, jumlah personal yang membantu Hastrini tenaga secara langsung sebanyak 8 orang sedangkan tenaga tak langsung sejumlah 80 orang atau 80 pemulung. Sejak 8 tahun lalu peralatan yang dimiliki Hastrini hinggá sekarang baru timbangan, yang berfungsi sebagai alat timbang. Dibantu 8 tenaga kerjanya, ia mengawali usaha sebagai pengepul bermodalkan sebesar Rp 300.000,- dengan nilai kekayaan saat ini berkembang sekitar Rp 50 juta. Dari modal sebesar Rp 300.000,- itu, omzet Hastrini saat ini per hari mencapai sekitar Rp 200.000,Tipe sampah yang didaur ulang diantaranya, plastik, kertas, tulang, dan logam. Volume penjualan kertas per bulan mencapai 5 ton, dan plastik sekitar 30 ton perbulan, sedangkan logam dan tulang tak menentu. Hastrini, memperoleh sampah-sampah hanya dari TPA Mojorejo, sedangkan harga beli sampah dari pemulung sangat variatif, misalnya harga plastik hd sebesar Rp. 600/kg, plastik pp Rp. 400/kg, plastik pe Rp. 1000/kg. Harga Kertas Rp.300/kg, besi Rp 2.500/kg, sedangkan logam juga harganya sangat beragam, ada yang harga Rp 20.000,-/kg, Rp 50.000,-/kg, Rp. 10.000,-/kg dan ada juga yang harga Rp. 6.000,-/kg. Sedangkan harga jual dari semua jenis sampah itu, mengalami kenaikan sekitar 5 sampai 15 persen. Selama ini ia tak ada kesulitan dalam menjual barang-barangnya, karena
sudah
ada
yang
mengambilnya
setiap
hari.
“saya
hanya
mengumpulkan, kemudian membersihkan, kalau barang-barang sudah rapih, ada pihak lain yang siap membelinya, setiap saat,” papar Hastrini, kepada penulis Rabu (2/11/11). Karena barang-barang sudah ada yang mengambil ditempat, maka Ia tak ada kesulitan dalam hal transportasi. ”saya tak mengeluarkan biaya transportasi, karena ada bos yang sudah membeli ditempat ini,” katanya. Selain sebagai pengepul, Hastrini beserta suami yang juga sebagai pengepul, memiliki aktivitas kegiatan lain yakni sebagai petani.
POKJA AMPL Kabupaten Sukoharjo
V - 186
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Sukoharjo Tahun 2011 Saat pendirian, atau terjun sebagai pengepul 8 tahun lalu, ia tak melakukan kelayakan bisnis, yang ia kerjakan adalah beralih pungsi, yang sebelumnya sebagai pemulung, beralih menjadi pengepul. Sedangkan modal awalnya sebesar Rp.300.000,- ia peroleh dari bos. “Modal awal sebagai pengepul, dananya dari bos. Bos saya ada di Karanganyar, dialah yang meminta saya jadi pengepul,” katanya. Sejak
awal
beraktivitas
sebagai
pengepul
ia
tak
mengalami
hambatan baik dari birokrasi atau lainnya, semuanya berjalan lancar. Apa adanya. Ia dan 8 tenaga kerjanya, sangat memahami dunia persampahan, dan kualitas pelayanan dalam hal persampahan. Selama bekerja sebagai pengepul, Hastrini tak pernah mengikuti pelatihan secara khusus. Yang ia lakukan selama ini adalah belajar, dan belajar dari seniornya, atau dari bos, baik sebagai pemulung maupun sebagai pengepul. “Dalam menggeluti dunia persampahan, saya banyak belajar dari bos-bos, baik bos pemulung maupun pengepul,” tegasnya. Di TPA Mojorejo, ada dua pengepul, selain Hastrini ada juga bapak Suroto, warga Mojorejo. Bersama Suroto, ia mendirikan pekumpulan pemulung dan pengepul yang diberi nama “Sumber Rejeki Widodo”. Saat memproklamirkan diri sebagai pengepul, pihak yang perlu berhubungan diantaranya bos, pemulung, pengepul, pemerintah desa, pengelola TPA setempat dan DPU. Informasi yang harus dimiliki untuk memulai usaha, diantaranya info tentang harga beli dan jual sampah. Mengenai aturan hukum pemerintah setempat, Hastrini tak mengatahui secara jelas. Hubungan
dengan
isntitusi
yang
secara
resmi
menangani
persampahan baik TPS maupun TPA, baik-baik saja, tak ada kendala berarti. Ia tak mengetahui apa kira-kira yang dapat ditangani oleh pemerintah daerah, agar pengelolaan sampah bisa lebih baik lagi. Tentang
kendala,
baik
regulasi
pemerintah
desa
maupun
pemerintah kabupaten, dalam memulai dan menjalankan aktivitas sebagai pemulung maupun pengepul, selama ini tak ada kendala.
5.4.2. Sektor Limbah Cair Pengusaha penanganan limbah cair domestik (sedot tangki septik) di Kabupaten Sukoharjo, menurut pengamatan penulis sangat langka. Pada Selasa (8/11/11), penulis menemui Ibu Jumirah (47) istri dari
POKJA AMPL Kabupaten Sukoharjo
V - 187
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Sukoharjo Tahun 2011 Busroni, pengusaha Sedot & Servis WC, di jl. Jend Sudirman 419 A, Sukoharjo. Alat langsung yang dimiliki hanya mobil tangki tinja. Menurut pengakuan Jumirah, tarif sedot WC sangat beragam, melihat kondisi pihak yang membutuhkan. Misalnya, kalau tempat Ibadah muslim, harganya sekitar Rp 100.000,-, kalau yang membutuhkan pertolongan itu orang tak punya, alias miskin harganya kompromi ada Rp 100.000,- atau bisa Rp 150.000,-, sedangkan harga pada umumnya sebasar Rp 200.000,-, kalau instansi pemerintah dan swasta biasanya lebih dari Rp 200.000,-, Dalam sebulan rata-rata mencapai 15 orderan. Secara umum, omzet perbulan sekitar Rp 3.000.000,- Tatkala ditanya tentang apakah pendapatan Jumirah
operasional
menjawab,
dapat
seluruh
menutupi anggaran
seluruh
biaya
pendapatan
dari
depresiasi, usahanya
dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup. ”Cukup tak cukup dicukup-cukupkan. Semoga berkah,” katanya. Tempat pembuangan limbah tinja, menurut pengakuan Jumirah, disalurkan
ke
petani-petani
yang
membutuhkan
limbah
untuk
perkebunan dan pertanian. Selama ini, kata Jumirah, sudah ada koordinasi dengan petani, kalau pembuangan limbah tinja disalurkan untuk kepentingan pertanian. Tempat lain sebagai lokasi pembuangan limbah adalah di wilayah Ngrukem. Selain itu, ia sendiri memiliki tempat penampungan sementara, di rumah. Pandangan penulis, daerah Ngrukem ada sungai Langsur, yang sejak
lama
masyarakat
”menjadi sekitar
pembuangan
sungai
Langsur
limbah dengan
pabrik pihak
Sritex”
konflik
Sritex
sudah
berlangsung sejak awal tahun 2000-an. Bahkan di tahun 2009, warga kawasan Sungai Langsur seperti Dukuh Langsur Desa Sonorejo, Dukuh Klaseman – Sukoharjo, Dukuh Krajan – Bulakerto, Sudut – Bulakerto, Teklik – Telukan, Cluringan – Telukan, dan warga kelurahan Sukoharjo, yang tergabung dalam Forum Warga Peduli Sungai Langsur (FW Pesulang), mengajukan tuntutan kepada pihak Sritex sebesar Rp 129 miliar. Gugatan FW Pesulang, terkait dampak pencemaran lingkungan Sungai Langsur, dan penderitaan yang dialami warga sekitar aliran Sungai Langsur. Terkait tempat pembuangan limbah cair, Jumirah mengusulkan kepada pemerintah daerah, agar memiliki tempat pembuangan limbah secara permanen.
POKJA AMPL Kabupaten Sukoharjo
V - 188
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Sukoharjo Tahun 2011 Lembaga Masyarakat Indonesia Hijau Untuk mencari lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang memiliki perhatian di dunia persampahan dan lingkungan hidup di kabupaten Sukoharjo sangat kesulitan. Tapi, dari pantauan penulis selama ini LSM yang bergerak terhadap isu itu adalah Lembaga Masyarakat Indonesia Hijau (Lmih-baca elemiha), beralamat di Jl Merpati, No 1, Baturan, 57171, Colomadu, Karnganyar, Jawa Tengah. Direktur Lmih, Agus Dodi Sugiartoto (50) kepada penulis menuturkan, bahwa (elemiha), merupakan organisasi lingkungan yang dahulunya bernama Yayasan Masyarakat Indonesia Hijau (Ymih), di tahun 2011 ini sudah memasuki tahun ke empat. Kegiatan Elemiha, diantaranya biogas, sumur resapan, penghijauan, pembibitan tanaman, komposting, dan menginisiasi peraturan desa tentang lingkungan hidup. Area lokasi kerja Elemiha, sekitar Daerah Aliran Sungah (DAS) Bengawan Solo,
mulai
dari
Kabupaten
Wonogiri,
Sukoharjo,
Solo,
Sragen,
Karanganyar, Blora hingga Bojonegoro Jawa Timur. Pengalaman Elemiha, pembuatan biogas di Desa Gemawang, Tempursari (Wonogiri), Desa Plupuh (Sragen), Desa Wonorejo (Karanganyar), dan Desa Sambeng (Bojonegoro). Sedangkan di Kabupeten Sukoharjo tahun ini, Elemiha membuat sumur resapan sebanyak 20 lokasi, diantaranya di kantor DPRD, kantor Kabupaten, SMPN 1, Gor Merdeka, dan SDN – SDN setempat. Selama ini sumber pendanaan Elemiha dalam menjalankan program, bekerjasama dengan kementrian lingkungan hidup republik Indonesia. Personel Elemiha, sebanyak 5 orang yang terlibat aktif. Pengalaman Elemiha dalam menangani sampah, menjadi kompos, menurut Agus Dodi, satu kampung menghasilkan 500 kg, kompos.
Sektor Swasta Memperhatikan keterlibatan sektor swasta pemasang iklan, dalam dunia persampahan dan limbah di Kabupaten Sukoharjo, penulis merasa kesulitan, alias tidak menemukan. Namun, pantauan penulis ajakan atau seruan tentang ”buanglah sampah pada tempatnya” biasa ditemui di rumah sakit-rumah sakit, Puskesmas, sebagian kecil di instansi pemerintah dan swasta.
POKJA AMPL Kabupaten Sukoharjo
V - 189
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Sukoharjo Tahun 2011 Nah terkait kampanye persampahan di seberang depan gedung DPRD Sukoharjo, ada pagar tembok yang sudah lusuh, di sana tertera seruan berbunyi ” Buanglah Sampah pada tempatnya, dan bayarlah retribusi pada waktunya” tertanda CV Dewi Sri, developer dan general contraktor. Iklan itu, kemungkinan dibuat lama banget, soalnya tembok sudah pada kena jamur. Tapi apapun yang dilakukan Dewi Sri diajungi jempol, disaat kekeringan peran serta swasta. Memang di Kabupaten Sukoharjo, ada pabrik farmasi skala nasioanal, dan banyak pabrik tekstil, yang menjadi masalah bagaimana pengelolaan anggaran CSR-nya. Tetapi menurut hemat penulis, keterlibatan pihak swasta dalam kampanye sanitasi dan persampahan belum ada wujud nyata. Semoga penilaian ini salah. *** *Pembuat laporan survey ini adalah Cecep Choirul Sholeh, Ketua Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia - Nahdlatul Ulama (Lakpesdam-NU) Kabupaten Sukoharjo.
POKJA AMPL Kabupaten Sukoharjo
V - 190