BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Peran Kepolisian Dalam Penyelesaian Kasus Aborsi Di Kota Gorontalo Dari kajian teori pada pembahasan sebelumnya telah dijelaskan bahwa “Peran merupakan aspek kedudukan yang berhubungan dengan kedudukanya sebagai pelindung” Jadi kepolisian sebagai pelindung masyarakat
berperan penting dalam
mewujudkan keamanan dan kenyamana dalam kehidupan masyarakat. Telah diketahui bahwa kejahatan aborsi merupaka kejahatan yang sangat meresahkan karna dapat membahayakan keselamatan jiwa dan merusak moral bangsa. Pihak kepolisian Polres Gorontalo Kota paham betul dengan hal ini oleh sebab itu pihak kepolisian berusaha keras untuk mencari penyelesaian terhadap kasus ini. Menurut KAURMINTU SATRESKRIM Polres Gorontalo Kota IPDA Erwin Tatumang.(Wawancara Yang Dilakukan Pada Hari Kamis Tanggal 21 Februari 2013). Untuk melakukan peranya dengan baik pihak kepolisian harus mengetahui terlebih dahulu hal-hal yang menyebabkan terjadinya tindak pidana aborsi. Karena pada dasarnya untuk menyelesaikan masalah perlulah mencari akar bagaimana timbulnya permasalahan aborsi ini, Jadi solusinya bukan hanya diselesaikan dari siapa yang melakukan aborsi tersebut, tapi dari bagaimana sampai perilaku seks yang tidak sehat tersebut terjadi, hal ini bisa dimulai dari Penyuluhan tentang seks yang benar. Jika diliat kebelakang, mengapa banyak remaja yang abortus, karena mereka melakukan seks bebas untuk itu diperlukan pendidikan agama agar moral mereka
29
tinggi dan sadar bahwa free seks tidak sesuai dengan agama dan berbahaya. Jika tidak ingin hamil gunakan kontrasepsi yang paling aman dan kontrasepsi yang paling aman adalah tidak berhubungan seks sama sekali. Selain itu dalam rangka menekan tindak kejahatan abortus, maka setiap kalangan manapun turut bertanggung jawab atas kejahatan abortus provocatus kriminalis ini. Segala upaya mengurangi kejahatan yang terjadi, bukan merupakan tugas dari pihak kepolisian saja, namun segenap pihak seharusnya mempunyai keinginan untuk mencengah dan mengurangi kejahatan tersebut. Setidaknya setiap warga masyarakat berbuat dalam lingkungan keluarganya masing-masing. Menurut KAURMINTU SATRESKRIM Polres Gorontalo Kota Erwin Tatumang, .(Wawancara Yang Dilakukan Pada Hari Kamis Tanggal 21 Februari 2013) Upaya untuk mengurangi ataupun menekan angka kejahatan aborsi di Kota Gorontalo dapat dilakukan dalam dua bentuk yakni upaya preventif dan refresif. 1. Upaya Preventif Untuk mengantisipasi keadaan ini pihak kepolisian berusaha untuk bertindak secara maksimal, tindakan ini dimulai dari melakukan razia secara rutin ketempat-tempat hiburan malam, kos-kosan, penginapan,penjualan VCD dan buku porno. Sudah bukan rahasia umum lagi bahwa tempat-tempat hiburan malam yang berada di Kota Gorontalo dapat dikatakan telah mengadopsi gaya hiburan malam Kota-Kota besar lainya, jadi tidak dipungkiri lagi bahwa orang-orang yang berada didalamnya bukan saja orang yang berumur dewasa tapi juga dapat ditemukan anak-anak ABG yang ingin mencari tau bagaimana sebenarnya wajah hiburan
30
malam tersebut, dari sinilah semuanya berasal yang semula hanya sekedar ingin cari tahu tapi pada akhirnya menjadi penggemar hiburan malam, narkoba, minuman keras bahkan seks bebas merupakan hal yang biasa jika pada akhirnya hamil maka aborsi merupakan solusi yang dirasakan paling baik untuk menyembunyikan aib akibat hubungan yang tidak sah atau atas dasar kesenangan semata. Awal mula terjadinya seks bebas juga dapat ditelusuri dari adanya koskosan ataupun penginapan, saat ini banyak tersedia kos-kosan ataupun penginapan yang dapat disewa secara bebas tanpa membutuhkan syarat-syarat, cukup bayar dan pastinya tempatnya dapat di tinggali kapan saja. Dari tempat ini setelah polisi melakukan razia ditemukan keterangan bahwa banyak penghuni kos-kosan ataupun penginapan merupakan pasangan mesum yang tidak terikat oleh tali pernikahan, hal ini tentunya sangat memprihatinkan bukan saja tidak mungkin dari hal inilah aborsi berasal, mudah saja dicarai penjelasanya mula-mula dapat disimpulkan bahwa tanpa ikatan resmi tapi sudah tinggal atau tidur bersama bisa saja wanitanya hamil dan karna hubungan yang belum resmi tersebut kehamilan merupakan hal yang tidak diharapkan dan pastinya aborsi menjadi piliha satusatunya. Tidak berbeda dengan VCD yang banyak menayangkan adegan mesum dan buku porno dengan tulisan-tulisan yang vulgar, kedua hal ini bisa saja merupakan awal mula aborsi terjadi, jika dilihat dari bagaimana remaja ingin tahu bagaimana sebenarnya seks tersebut, dari adegan ataupun tulisan-tulisan yang vulgar bisa saja para penikmatnya mencari pelampiasan nafsu entah itu dari pasangan resmi tapi
31
yang menakutkan adalah pasangan yang baru ingin cari tahu bagaimana seks tersebut, karena kurangnya pemahaman seks yang baik maka akhirya kehamilan tidak dapat dihindarkan dan sama seperti pemicu diatas aborsi merupakan alternatif jalan keluar yang diambil, walau berbahaya namun tidak diperdulikan lagi. Pihak kepolisian dalam hal upaya menanggulangi tindak pidana tersebut, sudah melakukan beberapa hal pencegahan. Misalnya yang melalui pendekatan secara Agama. Pihak kepolisian bekerja sama dengan para pemuka-pemuka Agama yang ada di dalam wilayah kerja Polres Gorontalo.Kota Selain melakukan pendekatan melalui tokoh-tokoh pemuka agama, pihak kepolisian juga memberikan pemahaman dan pengertian kepada pihak masyarakat dan khususnya kepada para kalangan remaja yang banyak bersentuhan dengan masalah ini. Dengan memberi pengertian bahwa tindakan abortus provocatus kriminalis adalah suatu tindakan yang melanggar hukum, dan dijelaskan pula tentang sanksi yang akan diterima oleh mereka apapun dan bagaimanapun alasannya. 2. Upaya Refrensif Upaya lain yang dilakukan oleh pihak kepolisian adalah bekerja sama dengan aparatur pemerintahan di tiap keluraahan ataupun desa-desa yang termasuk dalam wilayah kerja Polres. Tujuanya untuk mendekatkan diri dengan masyarakat agar dapat memberikan informasi atau bantuan kepada pihak kepolisian untuk mengungkapkan kasus-kasus aborsi, jika terjadi di desa ataupun kelurahan masing-masing.
32
Kerjasama juga dilakukan oleh kepolisian dengan para dokter, dimana banyk darai para dokter kandungan telah membuka praktek aborsi secara sembunyi-sembunyi demi mendapatkan materi yang lebih. Sehingga dari pendekatan ini pihak kedokteran dapat membantu ataupun mengurangi tindak pidana aborsi di Kota Gorontalo, dengan memberikan pemahaman tentang bagaimana bahaya tindakan aborsi terkecuali adanya indikasi medis yang jelas yang membolehkanya dilakukan aborsi tersebut. Diatas cara penanggulangan aborsi yang dapat kita lakukan bersama, namun tanpa diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari maka hal ini hanya merupakan teory yang tidak begitu menghasilkan perubahan.1 Peran kepolisian tidak berhenti hanya sampai disitu saja tindak lanjut dari laporan warga sampai menemukan tersangka dilakukan dengan proses penyelidikan dibawah ini akan di paparkan tindakan-tindakan kepolisian dalam melakukan penyelidikan terhadap kasus aborsi. 4.2 Proses Penyelesaian Kasus Aborsi Berawal dari adanya suatu laporan dari masyarakat tentang terjadinya suatu kasus abortus provocatus yang diterima pihak Kepolisian, maka pihak Kepolisian khususnya pada bagian Reserse dapat bertindak dalam melakukan proses penyidikan. Penyidikan tersebut dilakukan pertama-tama, apabila barang bukti yang ditemukan oleh pihak Kepolisian yang sedang berpatroli maka dalam hal ini pihak Kepolisian yang sedang berpatroli tersebut harus segera dan secepat rnungkin melaporkan kepada pihak Reserse atau yang dikenal dengan berkas "A"
1
Hasil Wawancara Tanggal 21 Februari 2013
33
(berkas A adalah laporan tindak kejahatan ataupun bukti yang ditemukan langsung oleh pihak kepolisian saat berpatroli) dan dalam hal ini si pelapor wajib bertanggung jawab. Kedua, laporan yang diberikan oleh masyarakat kepada pihak Kepolisian, khususnya bagian Reserse yang menangani kasus ini atau dengan tindak pidana tersebut, laporan seperti ini dikenal atau disebut dengan berkas "B" (berkas B adalah laporan yang diberikan oleh masyarakat) dan dalam hal inipun si pelapor harus bertanggung jawab atas apa yang dilaporkannya. Setelah ada laporan yang masuk pada pihak Kepolisian, laporan mulai diproses dan diolah, setelah itu pihak Kepolisian mulai melakukan penyidikan terhadap kasus atas tindak pidana tersebut, penyidikan yang dilakukan oleh pihak Kepolisian (khususnya oleh bagian reserse) akan dimulai dari saksi di tempat kejadian perkara (TKP), dan barang bukti yang ditemukan di tempat kejadian perkara. Setelah itu akan ditemukan suatu hal yang akan menjadi petunjuk dari kasus tersebut berdasarkan fakta dan laporan yang diterima oleh pihak Kepolisian. Polisi di dalam melakukan suatu penyidikan kasus tindak pidana abortus provocatus yang sedang terjadi tersebut dibantu oleh saksi ahli yaitu dokter yang berwenang, dalam hal ini untuk membantu proses visum barang bukti serta yang diduga sebagai tersangka. Setelah mendapatkan visum dari si ibu atau yang dicurigai maka pelaku dalam hal ini si ibu tersebut harus menjalani proses penyidikan yang diantaranya adalah dipertanyakan siapa yang telah membantu dalam melakukan proses pengguguran kandungan tersebut, apakah seorang dokter, bidan, dukun atau yang
34
lainnya. Juga dipertanyakan siapa yang menyuruh, mengiming-imingi atau yang memprovokasi supaya si ibu melakukan tindakan pengguguran kandungan. Dan apakah tindakan pengguguran kandungan tersebut dilakukan secara terangterangan atau secara sembunyi-sembunyi. Setelah semua keterangan-keterangan pada proses penyidikan yang diperoleh dari si ibu dianggap sudah mencukupi maka berkas-berkas tersebut segera diproses dan selanjutnya dilimpahkan kepada Kejaksaan dan dari Kejaksaan jika dianggap cukup semua berkas-berkas tersebut maka pihak Kejaksaan langsung melimpahkan perkara tersebut kepada pihak Pengadilan. Upaya dalam penyelidikan kasus aborsi di Kota Gorontalo di Kemukakan oleh bapak ERWIN TATUMANG.(Wawancara Yang Dilakukan Pada Hari Kamis Tanggal 21 Februari 2013) adalah sebagai berikut 1. Menindak lanjuti laporan dari warga Dari laporan yang diberikan oleh warga, maka polisi yang berjaga di polres akan membuat laporan polisi dan dari pihak aparat kepolisian akan berangkat ke tempat kejadian perkara atau yang disingat dengan nama TKP untuk melakukan penyelidikan. Tindakan yang dilakukan oleh aparat kepolisian yaitu sebagai berikut; a. Tindakan Awal Mengamankan ataupun menutup tempat kejaadian perkara atau TKP dengan memberikan garis polisi (police line), dengan tujuan agar tidak sembarangan orang dapat keluar masuk sehingga barang bukti yang mungkin masis ada
35
disekitar tempat kejadian tidak dipindahkan ataupun hilang, sehingga mempermudah proses penyelidikan. b. Olah tempat kejadian perkara (TKP) 1) Mengamankan seseorang yang diduga sebagai pelaku aborsi dengan mencatat identitas pelaku 2) Barang bukti yang ditemukan diamankan 3) Melakukan pemotretan TKP 4) Mencari saksi 2. Penyidikan a. Melakukan pemeriksaan terhadap saksi yang diduga kuat mengetahui apaapa yang dilakukan pelaku tindak pidana dengan mencatat identitas saksi. b. Melengkapi surat-surat penyitaan (pilun) c. Upaya lain 1) Menghubungi saksi yang dianggap sebagai saksi kunci yang mengetahui kejadian aborsi dilakukan untuk segera dimintai keterangan yang diduga terlibat dalam tindakan aborsi tersebut 2) Memintakan pemeriksaan secara laboratoris adanya bukti-bukti yang tertinggal di TKP yang dibuat oleh si pelaku. 3. Pembuatan Berita Acara Pemeriksaan (BAP) oleh PenyidikTindakan yang dilakukan oleh penyidik dalam pembuatan BAP yaitu; a. Permintaan Visum et Repertum Penyidik di samping melakukan pemeriksaan seperti yang tersebut di
36
atas, tindakan selanjutnya yang sangat penting adalah permohonan visum et repertum merupakan alat bukti yang sangat penting, karena dapat menentukan apakah seseorang benar-benar telah melahirkan atau baru melahirkan seorang anak atau tidak. Permohonan visum et repertum dilakukan oleh penyidik yang memeriksa tindak pidana aborsi tersebut. Permintaan visum et repertum dilakukan tidak hanya kepada tersangka, tetapi juga kepada mayat atau korban untuk menentukan penyebab matinya korban tersebut. Hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh kedokteran kehakiman atau dokter atau ahli lainnya, lazim disebut Visum et Repertum. Karena penyidik tidak mungkin menghadirkan korban di sidang pengadilan, karena dalam hal ini korban telah mati, dikubur atau sudah membusuk. Oleh karena itu fungsi dari Visum et Repertum adalah sebagai pengganti dari benda bukti atau alat bukti yang berupa manusia. Dan keterangan yang diperoleh atau hasil Visum et Repertum yang diperoleh dari dokter ahli yang menangani Visum et Repertum tersebut dengan contoh-contoh; 1) Selaput darah dari mulut rahim si pelaku, seperti selaput darah dan mulut rahim yang baru melahirkan ataupun menggugurkan. 2) Pendarahan membuktikan adanya luka pada jalan lahir dan sekitarnya akibat proses melahirkan ataupun melakukan aborsi. 3) Diketahui pelaku masih dalam masa nifas
37
b. Penangkapan Penangkapan terhadap tersangka dilakukan paling lama 24 jam atau satu hari. Mengutip pasal 19 ayat (1) KUH Acara Pidana yang berbunyi : “Penangkapan sebagaimana dimaksud dalam pasal 17, dapat dilakukan untuk paling lama satu hari”. Penyidik yang dapat melakukan penangkapan dan pada waktu penangkapan harus disertai surat
perintah penangkapan, penyidik dalam
melakukan
penangkapan harus diketahui oleh dua orang saksi dari anggota Unit Reskrim, dan paling sedikit 1 (satu) orang saksi yang mengetahui terjadinya peristiwa kejahatan tersebut dengan tersangka sebagai pelakunya. Dan apabila tersangka tertangkap di TKP, penyidik sudah dibekali dengan surat perintah penangkapan, maka harus segera membuat berita acara penangkapannya. c. Penahanan Tindakan selanjutnya adalah melakukan penahanan tersangka. Surat perintah penahanan di buat oleh penyidik, mengutip pasal 20 ayat (1) KUH Acara Pidana, berbunyi : “Untuk kepentingan penyidikan, penyidik atau penyidik pembantu atas perintah penyidik sebagaimana dimaksud Pasal 11 KUH Acara Pidana berwenang melakukan penahanan. Dari penahanan terhadap tersangka dilakukan karena ada rasa kuatir tersangka akan melarikan diri, merusak atau menghilangkan barang bukti dan atau mengulangi perbuatannya. Apabila penyidik belum selesai melakukan pemeriksaan baik kepada tersangka maupun kepada para saksi dan jangka waktu
38
penahanan tersangka yang diberikan penyidik selama 20 (dua puluh) hari hampir habis, maka penyidik dapat meminta permohonan untuk memperpanjang penahanan tersangka
kepada
Kejaksaan
Negeri dengan
disertai
bahan
pertimbangan berupa lampiran laporan kemajuan/resum hasil pemeriksaan tersangka. d. Penyitaan Mengutip pasal 1 butir (16) KUH Acara Pidana berbunyi : “Penyitaan adalah serangkaian tindakan penyidik untuk mengambi alih dan atau menyimpan di bawah penguasaannya benda bergerak atau tida bergerak, berwujud atau tidak berwujud untuk kepentingan pembuktian dalam penyidikan, penuntutan dan peradilan. Dalam hal tindakan aborsi yang dilakukan oleh seorang dokter, maka penyitaan dalam hal ini adalah benda yang khusus digunakan atau diperuntukkan melakukan aborsi, dan barang-barang bukti dikumpulkan dengan masalah tersebut. e. Pemeriksaan terhadap saksi Penyidik selanjutnya mempunyai tugas mengumpulkan keterangan dari saksi, yang dimaksud saksi di sini adalah saksi yang melihat atau mendengar sendiri tentang adanya tindak pidana aborsi. Adapun cara penyidik memeriksa saksi adalah sebagai berikut : 1) Masing-masing saksi diperiksa sendiri-sendiri, terpisah dari saksi yang satu dengan saksi yang lain dan dilakukan secara bergiliran. Hal ini dilakukan untuk menjaga keterangan yang diberitakan saksi bersifat obyektif
39
2) Pemeriksaan dilakukan dengan jalan wawancara, yaitu dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada saksi tentang apa yang dilihat, didengar dan diketahui sendiri tentang peristiwa tersebut. Setelah memperoleh keterangan-keterangan dari saksi utama, dilanjutkan terhadap saksi berikutnya yang dianggap mengetahui atau memperkuat tuduhan-tuduhan yang diarahkan pada pelaku, yang terpenting pula adalah keterangan saksi kunci. f. Pemeriksaan terhadap tersangka Setelah kesemua saksi-saksi yang, dari saksi awal, saksi pendukung lainnya serta saksi kunci dilengkapi dengan keterangan saksi ahli. Adapun cara penyidik melakukan pemeriksaan terhadap tersangka adalah sebagai berikut: 1) Pemeriksaan harus dilakukan secepat mungkin sebab bila terlalu lama jangka waktunya, ingatan terhadap peristiwa yang lalu menjadi kabur dan tersangka dikuatirkan sudah mempersiapkan siasat untuk berkelit. 2) Pemeriksaan dilakukan dengan wawancara, dengan banyak mengajukan pertanyaan-pertanyaan dengan sebelumnya membuat persiapan-persiapan yang cukup dan kesimpulan dari pernyataan-pernyataan yang diperoleh dari keterangan-keterangan para saksi dan barang bukti yang ada. Yang
kemudian
tersangka
memberikan
keterangan
atau
pengakuanpengakuan yang diberikan kepada penyidik : Bahwa tersangka pada saat dilakukan pemeriksaan dalam keadaan sehat jasmaniah ataupun rohani dan mengerti untuk dimintai keterangan sehubungan kasus tindak pidana aborsi.
40
Dan setelah semua proses penyidikan terhadap tersangka selesai, selanjutnya penyidik membuat berkas perkara tersebut segera diserahkan kepada Jaksa selaku penuntut umum, maka tersangka beserta barang bukti selanjutnya menjadi tanggung jawab Jaksa Penuntut Umum untuk proses peradilan di Pengadilan Negeri Kota Gorontalo.
Dengan peran dan upaya-upaya yang dilakukan oleh pihak kepolisian serta tindak lanjut penyelidikan kasus aborsi ini angka kejahatan aborsi di kota gorontalo
sekurang-kurangya
mampu
diselesaikan
dan
dapat
ditekan
peningggaktanya. Selanjutnya penulis akan memaparkan data kejahatan aborsi di kota gorontalo, dengan menyajikan beberapa fakta yang ditemukan oleh penulis dilapangan sehingga kita mampu menilai apakah peran kepolisian dengan sejumlah upaya yang telah dijalankan berjalan dengan efektif. 4.3 Data dan Jumlah Kasus Aborsi Yang Terjadi Di Kota Gorontalo Aborsi merupakan tindakan
pengguguran kandungan yang banyak
meresahkan masyarakat utamanya bagi orang tua yang memiliki anak remaja khususnya di Kota Gorontalo, tindakan aborsi dilakukan dengan berbagai cara entah itu dengan mengunakan ramuan yang berbahaya ataupun dengan menggunakan alat dengan tujuan untuk mematikan janin yang dikandung karena janin keluar sebelum waktu lahirnya. Pengguguran kandungan merupakan fakta yang tidak dapat dipungkiri keberadaanya, fenomena sososial mengenai aborsi ini merupakan dilema yang
41
berasal dari efek perkembangan jaman yang kian hari kian menghawatirkan. Adat ketimuran yang di junjung tinggi tergerus oleh arus perkembangan jaman. Aborsi atau abortus provocatus merupakan cara yang paling berbahaya tapi paling banyak digunakan untuk mengakhiri kehamilan yang tidak diinginkan. Abortus Provocatus dibagi dalam dua jenis, yaitu Abortus Provocatus Therapeuticus dan Abortus Provocatus Criminalis. Abortus Provocatus Therapeuticus adalah aborsi yang dilakukan atas dasar pertimbangan kedokteran dan dilakukan oleh tenaga yang mendapat pendidikan khusus serta dapat bertindak secara professional. Sementara Abortus Provocatus Criminalis adalah aborsi yang dilakukan secara sembunyi-sembunyi dan biasanya dilakukan oleh tenaga yang tidak terdidik secara khusus, termasuk ibu hamil yang menginginkan perbuatan aborsi. Aborsi merupakan salah satu penyebab kematian wanita, aborsi atau pengguguran kandungan adalah masalah yang cukup pelik karena berkaitan dengan aspek kehidupan yang bersentuhan dengan etika, moral, agama, serta shukum. Untuk mengetahui peran kepolisian dalam penyelesaian kasus aborsi di Kota Gorontalo Penulis harus mengetahui tingkat kejahatan khususnya kejahatan aborsi yang terjadi di Kota Gorontalo, peneliti akan menganalisis data aborsi yang masuk ke Polres Gorontalo Kota dalam kurun waktu 5 tahun terakhir yakni dari tahun 2008 sampai tahun 2012, analisis data akan di paparkan dalam bentuk tabel 1 sebagai berikut:
42
TABEL 1 Data Jumlah Kejahatan Aborsi Yang Di Tangani Oleh Pihak Kepolisian Polres Gorontalo Kota Jumlah Kasus Tahun Persen (%) Yang Dilaporkan 2008
2
28,57%
2009
2
28,57%
2010
-
-
2011
2
28,57%
2012
1
14,29%
Jumlah
7
100%
Sumber Data : Data Polres Kota Go1rontalo Kejahatan aborsi di Kota Gorontalo yang terjadi selama 5 tahun dan yang ditanggani yaitu dari tahun 2008-2012 dapat dilihat pada tabel 1 diatas sebanyak 7 kasus pada tahun 2008 terdapat 2 kasus (28,57%), tahun 2009 2 kasus (28,57%), tahun 2010 tidak ada satupun kasus aborsi yang dilaporkan (0%), baru pada tahun 2011 ada 2 kasus yang dilaporkan mengikuti jumlah kasus pada tahun 2008 dan 2009 (28,57%) dan pada tahun 2012 hanya 1 kasus yang dilaporkan atau sebesar (14,29). Dan dapat diartikan bahwa dari tahun 2008, 2009, 2011 terdapat jumlah kasus yang sama yang dilaporkan yakni 2 kasus dimasing-masing tahun tersebut kecuali pada tahun 2010 karena pada tahun tersebut tidak ada satupun kasus aborsi yang dilaporkan dan hanya 1 kasus yang dilaporkan pada tahun 2012 jadi dapat disimpulkan walaupun tidak terjadi penurunan kasus yang dilaporkan secara signifikan namun dapat dilihat pada tahun 2012 telah terjadi penurunan angka kasus yang dilaporkan hal ini terjadi berkat upaya yang lebih ditingkatkan oleh pihak kepolisian Polres Gorontalo Kota.
43
Tidak sampai pada upaya menekan angka kejahatan aborsi saja akan tetapi Setiap kasus aborsi yang dilaporkan di tangani
dan diupayakan untuk
diselesaikan oleh pihak Kepolisian Polres Gorontalo Kota. Penanganan
dan
penyelesaian dari pihak kepolisian dapat dilihat pada tabel 2 berikut: TABEL 2 Data Jumlah Kejahatan Aborsi Yang Di Selesaikan Oleh Pihak Kepolisian Polres Gorontalo Kota Tahun dan
Jumlah kasus yang
jumlah kasus
selesai
2008 (2 kasus)
-
0%
2009 (2 kasus)
1
33,33%
2010 (0 kasus)
-
0%
2011 (2 kasus)
2
66,67%
2012 (1 kasus)
-
0%
jumlah
3
100%
Persen (%)
Sumber Data : Data Polres Kota Gorontalo Dapat dilihat dari tabel 2 diatas bahwa jumlah kasus yang diselesaiakan oleh pihak kepolisian sebanyak 3 kasus. Pada tahun 2009 sebanyak 1 kasus (33,33%), tahun dan tahun 2011 sebanyak 2
kasus (66,67%). Kasus aborsi
merupakan kasus yang cukup banyak mengalami kendala dalam penyelesainya karena 1 dan lain hal. Terbukti pada tabel 2 diatas dapat dilihat bahwa kepolisian belum mampu menyelesaiakan 2 kasus yang terjadi pada tahun 2008, 1 kasus pada tahun 2009 dan 1 kasus lagi pada tahun 2012 sesuai dengan wawancara yang dilakukan dengan pihak kepolisian pada tanggal 21 februari 2013 hal tersebut terjadi karena kepolisian belum mampu untuk mengumpulkan bukti-bukti yang
44
dapat menempatkan seseorang menjadi tersangka. Sehingga peran yang diharapkan dari pihak kepolisian untuk menyelesaikan kasus aborsi di Kota Gorontalo belum terlalu efektif dilakukan, penyelesaian terhadap sebuah kasus yang telah terjadi perlu untuk dilakukan mengigat jika hal mengenai aborsi dibiarkan terjadi tanpa ada penyelesaian maka peran dari kepolisian dalam penyelesaian kasus tersebut tidak akan nampak . Belum lagi jika melihat fakta dilapangan masih banyak kasus aborsi yang tidak ditindak lanjuti oleh pihak yang berwajib karna merupakan kejahatan yang dilakukan secara terselubung (hidden crime). Tidak ditindak lanjuti karena kejahatan yang dilakukan tidak dapat dikatakan sebagai perbuatan yang melanggar hukum karena kurangnya cukup bukti untuk menjerat para pelaku aborsi. Sehingga aparat kepolisian tidak mengetahuinya, adapun jika barang buktinya ditemukan seperti jasad janin pelakunya sulit untuk di telusuri karena kadang kala barang bukti yang di temukan sudah sulit untuk di identifikasi karena tidak utuh lagi bahkan berbau busuk karena baru ditemukan. Hal inilah yang menambah daftar panjang kendala kepolisian dalam menyelesaikan kasus aborsi di Kota Gorontalo. Fakta lain yang ditemukan oleh peneliti pada saat melakukan penelitian lapangan ditemukan beberapa kasus aborsi yang dilakukan secara tersembunyi tanpa diketahui oleh pihak kepolisian. Berikut adalah tabel kejahatan aborsi yang tidak di tanggani oleh pihak kepolisian karna dilakukan secara sembunyisembunyi nama pelaku aborsi di samarkan namun umur serta cara pelaku merupakan hal sebenarnya dan fakta dilapangan yang di temukan oleh peneliti.
45
TABEL 3 Data Kejahatan Aborsi Yang Dilakukan Secara Terselubung (Hidden Crime) Yang Tidak Di Tanggani Oleh Pihak Kepolisian Dalam Kurun Waktu 5 Tahun Terakhir
Nama KEMALA
Umur 20
MAWAR
Keterangan (Menggugurkan Sendiri) yakni dengan cara mengkonsumsi obat- obatan, seperti paramex, ramuan nenas muda, dan racikan minuman bersoda.
SUCI
21
( Di Bantu Tenaga Medik) yakni dengan cara disuntikan salah satu jenis obat suntik yang dapat menggugurkan kandungan.
FUJI
27
SITA
29
RATU
23
YANI
18
(Di Bantu Tenaga Medik) yakni dengan cara memasukan sejenis kapsul kedalam alat kelamin pelaku. (Di Bantu Dukun Beranak) yakni dengan cara dilakukan pijatan pada area perut.. (Di bantu Tenaga Medis) Pelaku tidak mengetahui pasti karena pada saat melakukan aborsi sebelumnya pelaku telah di bius, sehingga pada saat melakukan aborsi pelaku dalam keadaan tidak sadar.
17
NALU
JUMLAH
(Mengugurkan sendiri) tidak mendapat keterangan jelas tentang cara pelaku melakukan aborsi 8
6
Sumber Data : Penelitian Lapangan dan Wawancara Dari tabel 3 diatas, dapat disimpulkan bahwa kejahatan aborsi yang dilakukan banyak dibantu oleh tenaga medik dalam hal ini bukan merupakan
46
Abortus Provocatus Therapeuticus, tapi lebih kepada kejahatan aborsi yang tidak memiliki alasan medik yang dilakukan secara terselubung yang di bantu oleh tenaga medik. 3 kasus diantaranya pelaku memilih untuk menggugurkan kandungan sendiri. Analisis dari tabel 3 ditas dapat dikatakan bahwa pengguguran kandungna sendiri yang dilakukan oleh pelaku adalah tindakan yang sangat berbahaya karena jika dilihat obat-obatan yang digunakan merupakan obat-obatan yang belum tentu langsung menggugurkan kandungan parahnya lagi obat-obatan tersebut malah akan memicu terjadinya cacat permanen pada bayi. Untuk pengguguran kandungan yang dilakukan oleh tenaga medis dapat dilihat pada tabel 3 diatas seharusnya obat-obatan yang digunakan untuk menggugurkan kandungan adalah obat-obatan yang tidak beredar bebas dan seharusnya tim medis merupakan orang yang mengetahui dengan pasti bahaya aborsi tersebut dapat mencegah terjadinya hal tersebut. Untuk pengguguran kandungan yang dibantu oleh dukun sesuai dengan pengetahuan serta penelitian yang dilakukan oleh penulis, pengguguran kandungan yang di bantu oleh dukun pijat lebih berbahaya karena kebanyakan pengguguran kandungan dilakukan dengan melakukan pijatan diarea perut akan memicu pendaran hebat. Belum lagi dukun merupakan orang yang tidak memiliki pendidikan khusus mengenai masalah pengguguran kandungan hanya dilakukan berdasarkan naluri tanpa tau apakah tindakan tersebut sangat berbahaya. Dalam wawancara peneliti yang dilakukan dengan KAURMINTU SATRESKRIM (Wawancara Yang Dilakukan Pada Hari Kamis Tanggal 21 Februari 2013) Polres Kota Gorontalo menyampaikan bahwa upaya untuk
47
mencegah terjadinya praktek aborsi yakni dengan melakukan kerjasama dengan pihak kedokteran khusunya dokter kandungan perlu dilakukan agar tidak adanya lagi praktek aborsi yang dilakukan demi keuntungaan besar, ternyata merupakan hal yang sangat penting karena dari pemaparan tabel 3 diatas dari hasil wawancara lapangan yang dihasilkan dengan pelaku kejahatan aborsi ditemukan banyak dari mereka melakukan aborsi dibantu oleh tenaga medis. Hal inipun dibenarkan oleh Suci (21 tahun), Fuji (27 tahun), Sita (29 tahun), Yani (17 tahun) yang melakukan tindakan aborsi dengan bantuan medis.2 Dari tabel diatas dapat juga dilihat pelaku aborsi banyak dilakukan oleh para remaja yang berumur 17-23 tahun. Jika dilihat dari umur pelaku aborsi rata-rata yang melakukan aborsi masih terlalu muda. Resiko dalam melakukan aborsi tidak dapat diukur dari tingkat umur pelaku karena aborsi merupakan tindakan yang sangat berbahaya bagi semua kalangan bagi wanita yang berumur lebih mudah ataupun lebih tua. Dari hal inilah kita dapat mengetahui bahwa semua umur terindikasi dapat melakukan aborsi dan pastinya dari umur yang sangat muda tersebut mereka sudah mengenal seks bebas. Paradigma ini adalah sesuatu yang beralasan mengigat tabel diatas menunjukan fakta mengenai hal itu. Belum lagi bahaya aborsi yang diketahui mengancam nyawa bagi yang berumur cukup atau yang masih sangat muda hal ini pasti telah diketahui oleh pelaku aborsi. Pengetahuan tentang hal ini pastinya telah diketahui oleh para pelaku aborsi karena rata-rata pelaku aborsi baik yang di tangani ataupun yang tidak oleh pihak kepolisian merupakan orang-orang yang
2
Hasil Wawancara Lapangan Tanggal 06 April 2013
48
berpendidikan pastinya mereka mengetahui hal ini dari penyuluhan ataupun pelajaran dilingkungan akademis. Tabel 4 berikut akan memperlihat tingkat pendidikan pelaku. TABEL 4 Tingkat Pendidikan Pelaku Kejahatan Aborsi Di Kota Gorontalo TINGKAT
JUMLAH
PERSEN
SD
-
0%
SMP
1
9,1%
SMA/SMK
3
27,27%
Perguruan Tinggi
5
45,45%
Pengangguran
2
18,18%
JUMLAH
11
100%
PENDIDIKAN
Sumber Data : Data Polres Kota Gorontalo dan Data Penelitian Lapangan Berdasarkan tabel 4 diatas dari 11 pelaku aborsi di Kota Gorontalo di ketahui
bahwa pada umumnya tingkat pendidikan pelaku adalah mahasiswa
perguruan tinggi dengan rincian sebagai berikut: SMP ada 1orang pelaku atau sekitar 9,1%, yang berpendidikan SMA atau SMK ada 3 orang pelaku atau sekitar 27,27%, yang duduk dibangku perguruan tinggi ada 5 orang atau sekitar 45,45% dan yang tidak memiliki pekerjaan ada 2 orang atau sekitar 18,18 %. Dari data tabel diatas dapat disimpulkan bahwa pelaku aborsi paling banyak adalah orangorang yang berpendidikan. Tabel 4 diatas memperlihatkan bahwa sebenarnya pendidikan itu adalah tolak ukur seseorang untuk lebih mempertimbngkan melakukan hal-hal yang tidak merugikan dirinya sendiri tapi tabel 4 diatas malah
49
merupakan hal yang sebaliknya dapat dilihat bahwa pada tabel tersebut memaparkan kebanyakan pelaku aborsi adalah mahasiswa yang duduk diperguruan tinggi bukankah hal tersebut memprihatinkan dan dapat mencoreng dunia akademis yang seharusnya lebih mampu mempertimbangkan untuk tidak melakukan keadaan yang merugikan diri sendiri dan aborsi merupakan salah satu hal tersebut.. Kejahatan aborsi seharusnya tidak terjadi jika ditelisik dari pengetahuan kita terhadap bahayanya yang sangat mengancam nyawa, namun karena adanya faktor-faktor lain yang menyebabkan jalan ini menjadi pilihan satu-satunya menjadikan permasalahan ini merupakan sesuatu yang sangat dilematis Berikut ini merupakan pembahasan yang akan menggungkapkan faktorfaktor terjadinya aborsi di Kota Gorontalo. 4.3 Faktor-Faktor Terjadinya Aborsi Di Kota Gorontalo Kejahatan aborsi dilakukan karna adanya faktor-faktor yang menyebabkan sampai kejahatan tersebut dipilih sebagai sebuah solusi yang dirasakan terbaik walaupun beresiko, dari tabel dibawah ini peneliti akan memaparkan beberapa faktor penyebab terjadinya aborsi di Kota Gorontalo. Pemaparan dari isi tabel berikut merupakan hasil survei yang didapat dari jawaban ataupun keterangan responden, pihak yang dimintai jawabanya yakni pihak kepolisian dalam hal ini dapat di umpamakan sebanyak 3 orang dari 3 jumlah kasus yang pernah selesai yang telah diidentifikasi faktor penyebanya, 8 Orang sebagai pelaku abortus propocatus yang telah dipaparkan dalam tabel sebelumnya dan 19 orang responden yang berasal dari teman keluarga maupun
50
orang terdekat yang dapat dimintai jawabanya berdasarkan informasi yang didapatkan disekitarnya. Jika dihimpun responden berjumlah 30 orang. TABEL 5 Hasil Survey Responden Tentang Faktor Penyebab Terjadinya Aborsi Di Kota Gorontalo No
Faktor penyebab terjadinya aborsi
Jumlah responden
Persen(%)
1
Hamil diluar pernikahan
15
50%
2
Tidak mau menghambat studi yang sedang dijalankan
7
23.3%
3
Masih terlalu muda
3
10%
4
Terlalu banyak anak
3
10%
5
Kesulitan ekonomi
2
6.7%
30
100%
Jumlah
Sumber data : diolah dari data Kepolisian Kota Gorontalo dan Wawancara lapangan.
Berdasarkan dari 30 Orang hasil responden dari tabel 5 diatas, 15 orang atausekitar 50% responden memberikan jawaban bahwa aborsi disebabkan karena perempuan hamil diluar nikah. 7 orang atau sekitar 23,3% responden memberikan jawaban bahwa aborsi dilakukan karena tidak mau menghambat studi yang sedang dijalankan, 3 orang atau sekitar 10% responden aborsi dilakukan karena umur yang masih terlalu muda. 3 orang atau sekitar 10% responden lainya memberikan jawaban bahwa wanita melakukan aborsi karenaa terlalu banyak memiliki anak.
51
Dan 2 orang diantaranya atau sekitar 6.7% penyebab dilakukanya aborsi adalah karena kesulitan ekonomi. Menurut data yang dihasilkan peneliti selama berada dilapangan di temukan beberapa faktor penyebab terjadinya aborsi. Penyebab tersebut telah ditampilkan dalam tabel sebelumnya, yakni; 1. Hamil Diluar Pernikahan Perkembangan zaman saat ini telah banyak mempengaruhi pergaulan remaja saat ini, tingkah laku yang tidak terkontrol, gaya hidup bebas ataupun segala bentuk perbuatan yang jauh dari kaidah masyarakat Timur Tengah merupakan tren pergaulan yang digandrungi remaja muda saat ini. Sehingga hal-hal yang berkaitan dengan sex bebas merupakan sesuatu yang tidak asing lagi, hamil diluar nikah merupakan buah pahit yang harus diterima. Namun karena alasan malu karna hamil sebelum menikah serta tidak adanya kesiapan menjadi orang tua membuat praktek aborsi menjadi alternatif yang dirasakan paling baik untuk menutupi aib tersebut, jadi penyebab aborsi dilakukan adalah karena hamil diluar nikah. Menurut hasil wawancara peneliti dengan KAURMINTU SATRESKRIM Polres Kota Gorontalo, bahwa faktor-faktor yang menyebabkan seorang wanita melakukan aborsi salah satunya adalah karena hamil diluar nikah. Aborsi tersebut dilakukandengan
cara
meminim
ramuan
menggugurkan kandungan.3 2. Tidak Mau Mengahambat Studi
3
Hasil wawancara tanggal
21 februari 2013 52
yang
diracik
khusus
untuk
Pada kenyataanya para remaja melakukan seks bebas pada saat posisi atau stasusya masih sebagai pelajar ataupun mahasiswa, yang jika dilihat dari usianya belum mampu ataupun belum bisa menerima kehadiran seorang bayi sehingga karena malu diketahui perbuatnya aborsi merupakan jalan keluar yang dipilih agar kehamilan tersebut tidak menghambat masa depan dan sekolanya. Peristiwa ini sesuai dengan kejadian yang dibenarkan oleh Mawar (20 tahun) pelaku aborsi. 4 3. Masih Terlalu Muda Seks bebas merupakan hal yang sudah sangat meresahkan bahkan tidak tanggung-tanggung anak yang masih duduk dibangku SMP saja sudah paham betul dengan gaya berpacaran tersebut alhasil kehamilan tidak dapat diindahkan lagi karena kondisi yang masih terlalu mudah dan status anak sekolah yang masih disandang menyebabkan kehamilan tidak dapat dilanjutkan yang berakhir dengan aborsi. Peristiwa ini dibenarkan oleh NALU yang pada saat melakukan aborsi pada umur 17 tahun. 4. Terlalu Banyak Anak Penggunaan alat kontrasepsi yang tidak sesuai mungkin menyebabkan kebobolan, kehamilan yang tidak diharapkan datang dengan tiba-tiba tanpa adanya persiapan yang cukup ditambah dengan anak yang sudah melebihi program pemerintah menyebabkan aborsi dilakukan. 5. Kesulitan Ekonomi Biaya hidup yang tinggi untuk membesarkan seorang anak dirasakan sangat berat oleh sebagian kalangan, biaya dari mengurus kebutuhan sang bayi sampai ia 4
Hasil wawancara terhdap pelaku tanggal 06 april 2013
53
besar nanti dan kelak harus mendapatkan pendidikan merupakan momok yang paling menakutkan untuk keluarga yang kurang mampu. Sehingga aborsi merupakan jalan keluar yang dirasakan paling baik. Karena mereka lebih cenderung berfikir bahwa alangkah lebih baik janin tersebut untuk tidak melihat dunia dari pada nantinya orang tua tidak mampu menjamin kesejahteraan hidupnya. Adapun pengguguran kandungan terjadi dan terpaksa dilakukan karena hal-hal yang beralasan dan tidak termasuk dalam aborus provocatus criminalis seperti yang dipaparkan dalam tabel berikut ini.
TABEL 6 DATA JUMLAH ABORSI LEGAL
Tahun
Abortus spontanius
Abortus Terapeuticus
2008
7
5
2009
5
4
2010
6
2
2011
11
4
2012
10
3
Jumlah
38
19
Sumber data: Puskesmas Kabila
Pada tabel 6 diatas walaupun data bukan merupakan jumlah keseluruhan dari aborsi legal yang terjadi di kota gorontalo tapi data diatas dapat dijadikan sampel data aborsi yang dilakukan secara legal. Dapat dilihat pada tabel 6 bahwa
54
kebanyakan yang terjadi adalah aborsi yang terjadi secara alami tanpa ada pengaruh dari luar yakni Abortus spontanius ada sebanyak 38 kasus pengguguran kandungan tersebut biasanya terjadi dengan sendirinya pada usia yang masih relatif muda dikarenakan banyak faktor alamiah dan untuk membersihkan janin yang masih tersisah dirahim ibu akibat pengeluaran yang tidak sempurna maka hal ini memerlukan bantuan dari tim medis hal ini tidak dapat dijerat oleh hukum karena telah terindikasi janin telah meninggal sebelum tindakan pembersihan kandungan tersebut dilakukan. Berbeda lagi dengan Abortus Terapeuticus Pengguguran kandungan ini seperti dilihat pada tabel diatas telah ada sebanyak 19 kasus. Aborsi ini merupakan tindakan legal yang dilakukan oleh tim medis karena indikasi kedaruratan yang telah diatur dalam Undang-undang Kesehatan Undangundang Nomor 36 Tahun 2009. Pasal 75 yang berbunyi: 1. Setiap orang dilarang melakukan aborsi. 2. Larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dikecualikan berdasarkan: a) indikasi kedaruratan medis yang dideteksi sejak usia dini kehamilan, baik yang mengancam nyawa ibu dan/atau janin, yang menderita penyakit genetik berat dan/atau cacat bawaan, maupun yang tidak dapat diperbaiki sehingga menyulitkan bayi tersebut hidup di luar kandungan; atau b) kehamilan akibat perkosaan yang dapat menyebabkan trauma psikologis bagi korban perkosaan. 3. Tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) hanya dapat dilakukan setelah melalui konseling dan/atau penasehatan pra tindakan dan diakhiri dengan
55
konseling pasca tindakan yang dilakukan oleh konselor yang kompeten dan berwenang. 4. Ketentuan lebih lanjut mengenai indikasi kedaruratan medis dan perkosaan, sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) diatur dengan Peraturan Pemerintah. 4.4 Kendala Yang Dihadapi Pihak Kepolisian Dalam Penyelesaian Kasus Aborsi Kepolisian dalam mengahadapi kasus aborsi ini tidak semudah yang dibayangkan, sehingga untuk menyelesaikan kasus secara cepat, tepat dan pasti masih banyak megalami kendala. Kendala pertama yakni datang dari masyarakat itu sendiri, ketidaktahuan tentang pergaulan bebas yang pada akhirnya akan membuahkan kehamilan yang tidak diinginkan, membuat masyarakat yang mengalaminya menganggap bahwa hal ini merupakan sebuah aib yang harus disembunyikan atau bahkan disingkirkan. Tak segan-segan aborsi merupakan jalan keluar yang dipilih, ratusan ribu atau bahkan jutaan rupiah bukanlah penghalang, agar dokter yang telah memiliki sertifikasi keahlian ataupun dukun beranak yang hanya belajar secara otodidak bersedia membantu untuk menghilangkan aib tersebut. Bahkan banyak dari kalangan masyarakat berpendapat bahwa jalan tersebut paling baik untuk menyembunyikan aib yang dirasa sangat memalukan. Padahal tanpa mereka sadari bahwa tindakan aborsi yang dilakukan sangat berbahaya bagi pelakunya, sering kali wanita yang melakukan aborsi akan mengalami kerusakan rahim yang menyebabkan mereka untuk sulit bisa hamil
56
lagi bahkan tidak akan pernah bisa hamil. Bahkan yang lebih menakutkan lagi tindakan aborsi dapat mengancam keselamatan wanita, bukan saja resiko infeksi kelamin tapi yang paling parah adalah masalah pendarahan yang pastinya akan sangat mengancam nyawa, terlebih jika praktek aborsi dilakukan oleh orang yang tidak memiliki pendidikan ataupun sertifikasi medis. Kendala yang lain yang mungkin menjadi penyebab sulitnya mengungkap kasus abortus provocatus kriminalis adalah pihak kepolisian sering sekali sulit mengidentifikasi hasil dari barang bukti aborsi. Karena hasil-hasil dari perbuatan tersebut sering sudah hancur atau dibuang entah kemana. Bahkan pelaku yang sudah didugapun sulit untuk ditemukan, berpindah tempat tinggal ataupun kota dipilih untuk sekedar menghilangkan jejak sehingga polisi kesulitan untuk menelusuri pelakunya. Selain pihak kepolisian, penelitipun kesulitan dalam mencari informasi serta mengumpulkan data pelaku yang berhubungan dengan kasus aborsi ini, karena aborsi merupakan aib bagi seorang wanita, yang berarti jika memberikan informasi berarti membuka aib mereka sendiri. Tabel berikut akan menjelaskan dengan cara apa peneliti memperoleh keterangan dari pelaku terhadap tindakan aborsi yang dilakukan.
57
TABEL 7 Data Tentang Cara Peneliti Untuk Menggumpulkan Keterangan Aborsi Dari Pelaku Nama & Umur pelaku
Cara Peneliti Dalam Mendapatkan
(Nama Samaran)
Keterangan Dari Kemala dan Mawar Peneliti mencari informasi di dahului dengan percakapan ringan mengenai bagaiman
KEMALA & MAWAR (20 tahun)
cara yang paling efektif untuk menggugurkan kandungan, seolaholah ada teman peneliti yang akan melakukan aborsi. Berhubung Suci adalah teman peneliti cara yang dilakukan untuk
SUCI (21 tahun)
mendapatkan keterangan tidak begitu sulit, peneliti memulai dengan keadaan sebenarnya bahwa sedang melakukan penelitian. Keterangan ini tidak didapatkan secara
FUJI (33 tahun)
langsung dari pelaku Fuji namun di dapatkan dari orang yang ada bersama pelaku pada saat melakukan aborsi, Keterangan ini di dapat dari pacar Ratu yang kebetulan adalah teman
RATU (23 tahun)
peneliti, dengan cara peneliti mencari info mengenai tempat dukun pijat yang dapat membantu menggurkan kandungan.
YANI (20 tahun)
Keterangan ini didapatkan secara tidak sengaja karna kebetualan YN sedang
58
membahas masalah aborsi ini. Keterangan ini di dapat berdasarkan kejadian
langsung
yang
ditemui
peneliti dalam keadaan tidak sengaja, NALU (17 tahun)
pelaku Nalu pada saat ditemui dalam kondisi yang sangat mengkhawatirkan di
kos
pelaku
dalam
keadaan
berlumuran darah dari area kelamin pelaku, Sumber Data : Hasil Data Lapangan Berdasarkan tabel 6 diatas bahwa untuk mendapatkan keterangan yang di butuhkan sangat memerlukan pendekatan karena aborsi yang dilakukan tanpa alsan medis merupakan aib yang pastinya disembunyikan pelaku. Perasaan malu ataupun takut untuk diketahui perbuatanya disinyalir merupakan faktor utama menyembunyikan kejahatan aborsi yang pernah dilakukan. Tabel diatas tidak bermaksud untuk membeberkan aib seseorang tapi lebih kepada menunjukan fakta sebenarnya yang terjadi dilapangan.
59