BAB III KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 3.1. Kajian Teori. 3.1.1. Laporan keuangan Menurut Brigham dan Houston (2010), laporan tahunan (annual report) adalah laporan yang diterbitkan setiap tahun oleh perusahaan kepada para pemegang saham. Laporan ini berisi laporan keuangan dasar dan opini manajemen atas operasi perusahaan selama tahun lalu dan prospek perusahaan di masa depan. Laporan keuangan menggambarkan kondisi keuangan dan hasil usaha perusahaan pada saat tertentu atau jangka waktu tertentu. Laporan keuangan merupakan media yang paling penting untuk menilai prestasi dan kondisi ekonomis suatu perusahaan. Secara umum ada tiga bentuk laporan keuangan yang pokok yang dihasilkan oleh suatu perusahaan: 1) Neraca Neraca digunakan untuk menggambarkan kondisi keuangan perusahaan. Neraca dapat digambarkan sebagai potret kondisi keuangan suatu perusahaan pada waktu tertentu (snapshot keuangan perusahaan), yang meliputi aset perusahaan dan klaim atas aset tersebut (meliputi hutang dan saham sendiri).
19
http://digilib.mercubuana.ac.id/
20
Aset perusahaan menunjukkan keputusan penggunaan dana atau keputusan investasi pada masa lalu, sedangkan klaim perusahaan menunjukkan sebab dana tersebut dari keputusan pendanaan pada masa lalu.
2) Laporan Laba Rugi Laporan laba rugi merupakan laporan prestasi perusahaan selama jangka waktu tertentu. Tujuan pokok dari laporan rugi laba adalah melaporkan kemampuan perusahaan yang sebenarnya untuk memperoleh untung. 3) Laporan Arus Kas Laporan Arus Kas disebut juga sebagai laporan perubahan posisi keuangan. Laporan ini menyajikan informasi aliran kas masuk atau keluar bersih pada suatu periode, hasil dari tiga kegiatan pokok perusahaan yaitu operasi, investasi, dan pendanaan. Aliran kas diperlukan untuk mengetahui kemampuan perusahaan yang sebenarnya dalam memenuhi kewajibankewajibannya.
3.1.2. Kinerja Keuangan Kinerja adalah setiap gerakan, perbuatan, pelaksanaan, kegiatan atau tindakan sadar yang diarahkan untuk mencapai suatu tujuan atau target tertentu (Kusnadi, 2003). Kinerja keuangan merupakan kinerja yang harus diukur untuk mengetahui keadaan keuangan suatu perusahaan yang digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan. Informasi mengenai kinerja keuangan suatu perusahaan akan sangat bermanfaat bagi banyak pihak dalam berbagai proses pengambilan keputusan, baik bagi pihak intern maupun ekstern perusahaan. Pihak intern perusahaan, terutama pihak manajemen perusahaan membutuhkan informasi pengukuran
http://digilib.mercubuana.ac.id/
21
kinerja keuangan sebagai alat evaluasi kinerja dimasa lalu dan sebagai pedoman dalam menyusun rencana kerja perusahaan dimasa yang akan datang. Bagi pihak ekstern khususnya investor, pengukuran kinerja keuangan perusahaan dapat dijadikan dasar pengambilan keputusan investasi.
3.1.3. Rasio Keuangan Menurut Sutrisno (2008) mengatakan analisis rasio keuangan adalah menghubungkan elemen–elemen yang ada dilaporan keuangan. Sedangkan menurut Kasmir (2015), rasio keuangan adalah alat yang digunakan untuk menganalisis kondisi keuangan dan kinerja perusahaan. Menurut Harahap (2009), rasio keuangan merupakan angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari suatu akun laporan keuangan dengan akun lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan. Berdasarkan definisi tersebut dapat dikatakan bahwa analisis rasio keuangan merupakan
suatu
teknik
dalam
manajemen
keuangan
yaitu
dengan
membandingkan dua buah variabel yang dapat diambil dari laporan posisi keuangan atau pun laporan laba rugi. Secara umum rasio keuangan dapat diklasifikasikan sebagai berikut: 1) Rasio Profitabilitas/ Rentabilitas. Rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan bagi perusahaan. Rasio ini antara lain: GPM (Gross Profit Margin), OPM (Operating Profit Margin), NPM (Net Profit Margin), ROA (Return to Total Asset), ROE (Return On Equity), EPS (earning per share).
http://digilib.mercubuana.ac.id/
22
2) Rasio Likuiditas. Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menjamin kewajiban-kewajiban lancarnya. Rasio ini antara lain Rasio Kas (cash ratio), Rasio Cepat (quick ratio), Rasio Lancar (current ratio) 3) Rasio Pengungkit/ Leverage/ Solvabilitas. Rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat pengelolaan sumber dana perusahaan. Beberapa rasio ini antara lain Rasio Total Hutang terhadap Modal sendiri, Total Hutang terhadap Total Asset, Time Interest Earned (TIE). 4) Rasio Aktivitas. Rasio yang menggambarkan aktivitas yang dilakukan perusahaan dalam menjalankan operasinya baik dalam kegiatan penjualan, pembelian, dan kegiatan lainnya. ada dua penilaian rasio aktivitas yaitu: a. Rasio Nilai Pasar. Rasio yang mengukur harga pasar relatif terhadap Nilai Buku perusahaan. Rasio ini antara lain: PER (Price Earning Ratio), Devidend Yield, Devideng Payout Ratio, PBV (Price to Book Value) b. Rasio Efesiensi/ Perputaran. Rasio perputaran digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam mengelola asset-assetnya sehingga memberikan aliran kas masuk bagi perusahaan. Rasio ini antara lain Rasio Perputaran Persediaan, Perputaran Aktiva Tetap, dan Total Asset Turnover.
3.1.4. Economic Value Added (EVA) EVA merupakan suatu konsep pengukuran kinerja keuangan perusahaan yang dikembangkan oleh Stern & Co, sebuah perusahaan konsultan manajemen
http://digilib.mercubuana.ac.id/
23
keuangan yang berkantor pusat di New York. Pendekatan ini mengukur kinerja perusahaan berbasis nilai, yang menggambarkan jumlah absolut dari nilai pemegang saham (shareholder value) yang diciptakan (created) atau dirusak (destroyed) pada suatu periode tertentu, biasanya satu tahun. EVA yang positif menunjukkan penciptaan nilai (value creation), sedangkan EVA yang negatif menunjukkan penghancuran nilai (value destruction). EVA memberikan pengukuran yang lebih baik atas nilai tambah yang diberikan perusahaan kepada pemegang saham. Oleh karena itu manajer yang menitikberatkan pada EVA dapat diartikan telah beroperasi pada cara-cara yang konsisten untuk memaksimalkan kemakmuran pemegang saham. Menurut Damodaran (2012), perhitungan EVA terdiri dari tiga komponen yaitu NOPAT, biaya modal, dan modal itu sendiri. Perhitungan EVA sendiri adalah sebagai berikut: EVA = NOPAT –(Cost of Capital x Invested Capital)………………………….3.1 Keterangan: NOPAT= Net Operating Profit After Tax Cost of Capital= Biaya modal rata-rata tertimbang Invested Capital= Total modal yang diinvestasikan
3.1.4.1. Komponen Economic Value Added (Nilai Tambah Ekonomi) 3.1.4.1.1. Net Operating Profit After Tax (NOPAT) Jika dua perusahaan memiliki utang yang berbeda, dan juga perbedaan jumlah pembayaran bunga, perusahaan tersebut memiliki kinerja operasi yang sama tapi berbeda pada penghasilan bersih atau net income, maka perusahaan dengan lebih
http://digilib.mercubuana.ac.id/
24
banyak utang akan memiliki net income yang lebih kecil. Tampak bahwa walaupun angka net income merupakan indikator keuangan yang penting namun angka tersebut tidak sepenuhnya mencerminkan kinerja sesungguhnya dan operasi perusahaan atau efektivitas kinerja manajer dan karyawannya untuk dapat melakukan evaluasi kinerja manajer secara lebih baik maka dimunculkan suatu formula yaitu laba operasi setelah pajak (Net operating profit after tax/NOPAT). Menurut Stern Stewart & Co (1991) Net Operating After Tax (NOPAT) is the operating profit minus taxes (EBIT), sedangkan menurut Amin Widjaya Tunggal (2008), 'NOPAT adalah laba yang diperoleh dari operasi perusahaan setelah dikurangi pajak penghasilan, tetapi termasuk biaya keuangan (financial cost) dan "non cash book keeping entries" seperti biaya penyusutan. NOPAT dapat didefinisikan pula sebagai : NOPAT = EBIT (1-tarif pajak)………………………………………………….3.2 Keterangan EBIT = Earning Before Income Tax
3.1.4.1.2. Invested Capital Invested Capital merupakan jumlah dana yang diinvestasikan perusahaan untuk membiayai usahanya, yang merupakan penjumlahan dari total ekuitas dan hutang (Gallagher, 2013). Invested Capital dirumuskan sebagai berikut : Invested Capital = Total Utang jangka panjang + Equitas……………………...3.3
http://digilib.mercubuana.ac.id/
25
3.1.4.1.3. Biaya Modal (Capital charges) Biaya modal adalah hal yang menjadikan EVA suatu metode pengukuran kinerja yang unik. Untuk menghitung biaya modal, kita harus mengetahui dulu biaya modal rata-rata tertimbang/Weighted Average Cost of Capital (WACC). Biaya modal rata-rata tertimbang adalah rata-rata tertimbang dari dua tingkat pengembalian, yaitu biaya hutang (cost of debt) dan biaya ekuitas (cost of equity). Sebagai bobot adalah rasio hutang dan rasio ekuitas. Secara umum, biaya modal dihitung dengan cara mengalikan biaya modal rata-rata tertimbang dengan total modal, yaitu total hutang (total debt) ditambah dengan kekayaan bersih (net worth). Kekayaan bersih perusahaan terdiri dari modal disetor, modal saham, laba ditahan dan cadangan-cadangan lainnya. Dengan demikian, untuk menghitung biaya modal digunakan rumus sebagai berikut: Biaya Modal = WACC x Total Modal = WACC x (Total Hutang Jangka panjang + Equitas) Dari uraian sebelumnya diketahui bahwa biaya modal rata-rata tertimbang merupakan rata-rata tertimbang dari dua tingkat pengembalian, yaitu biaya hutang dan biaya ekuitas. Untuk menghitung besarnya biaya modal rata-rata tertimbang maka digunakan rumus sebagai berikut : D E WACC = ( -------------- x Kd x (1-T) ) + (----------- x Ke )……………............3.4 D+E D+E
http://digilib.mercubuana.ac.id/
26
dimana, Kd
: biaya hutang (cost of debt)
Ke
: biaya ekuitas (cost of equity)
D
: total hutang (total of debt)
E
: kekayaan bersih (net worth)
T
: pajak (tax)
3.1.4.1.4. Biaya Hutang (cost of debt) Biaya hutang adalah tingkat bunga yang harus dikeluarkan oleh perusahaan bila mendapatkan dana dengan melakukan pinjaman dari pihak lain yang akan dikenakan bunga dan merupakan biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan. Damodaran (2012) menyebutkan “Biaya utang, biaya yang diukur saat ini oleh perusahaan guna meminjam dana untuk membiayai suatu proyek.” Adapun rumus yang digunakan untuk menghitung biaya hutang sebelum pajak adalah: beban bunga Kd = --------------------------------------Total hutang berbeban bunga Karena bunga bersifat mengurangi pajak (tax deductible), maka diperlukan penyesuaian pajak sehingga Kd dikonversikan sebagai biaya hutang setelah pajak (cost of debt after tax), dan rumusnya menjadi : Kd* = Kd (1 - T)…....…………………………………………...3.5 dimana, Kd*
: biaya hutang setelah pajak
Kd
: biaya hutang sebelum pajak
T
: tingkat pajak
http://digilib.mercubuana.ac.id/
27
3.1.4.1.5. Biaya Modal Saham (cost of equity) Biaya ekuitas merupakan tingkat pengembalian yang diharapkan oleh investor perusahaan jika mereka berinvestasi dalam alternatif investasi yang mempunyai risiko sebanding. Damodaran (2012) menyebutkan “Biaya ekuitas adalah pengembalian saham investor diharapkan pada investasi ekuitas di perusahaan.” Untuk menghitung besarnya biaya ekuitas digunakan rumus Capital Asets Pricing Models (CAPM) sebagai berikut : Ke = Rf + (Rp) x βt dimana, Ke
: biaya ekuitas (cost of equity)
Rf
: tingkat bunga bebas risiko (risk free of Return)
Rp
: premi risiko
βt
: Koofisien Beta Saham Besarnya premi risiko itu sendiri ditentukan oleh koefisien beta saham (βt)
dari perusahaan masing-masing yang dihitung dari indeks harga sahamnya dan indeks harga saham gabungan. Koefisien beta Saham (βt) ini kemudian dikalikan dengan selisih antara risiko pasar (Rm) dengan tingkat suku bunga bebas risiko. Hasil inilah yang disebut dengan premi risiko. Secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut: Rp = βt x (Rm – Rf) Sehingga biaya ekuitas (cost of equity) dapat dituliskan sebagai : Ke = Rf + Rp Ke = Rf + βt x (Rm – Rf)……………………………………...3.6
http://digilib.mercubuana.ac.id/
28
dimana, Ke
: biaya ekuitas (cost of equity)
Rf
: tingkat bunga bebas risiko (risk free of Return)
Rm
: tingkat bunga investasi rata-rata dari keseluruhan pasar (market Return)
βt
: koefisien beta saham
Rp
: premi risiko
3.1.4.1.6. Koefisien Beta Saham (β) Pengertian Beta menurut Hartono (2014) adalah : “Pengukur risiko sistematik (volatilitas) dari suatu sekuritas atau portofolio relatif pada risiko pasar”. Pengertian volatilitas menurut Hartono (2014) adalah: “Volatilitas dapat didefinisikan sebagai fluktuasi dari return-return suatu sekuritas atau portofolio dalam suatu periode waktu tertentu.” Menurut Young dan O’Byrne (2001) bahwa Beta mengukur perubahan dari harga saham berkenaan dengan pasar saham secara keseluruhan. Hal itu mencerminkan risiko pasar sebagai lawan risiko spesifik perusahaan dan tidak dapat didiversifikasikan. …….Hartono (2014), rumus BETA Saham adalah sebagai berikut :
σiΜ βt = −−−−−−−−−− ....................................................................................3.7 σ2Μ Dimana : βt
= Koefisien Beta Saham
σiM
= Covariance (Ri, Rm)
σ2M
= Variance Rm
http://digilib.mercubuana.ac.id/
29
Untuk menghitung covariance dan variance digunakan rumus : Covarian (Ri, Rm) = Σ (Rit – Rit) x (Rmt – Rmt) ….………………..……......3.8 Variance (Rm) =Σ (Rmt – Rmt)2…..…………………………………………....3.9 Dimana : Rit
= return saham I pada periode t
Rmt
= return pasar pada periode t (IHSG)
Rit
= rata-rata return saham periode t
Rmt
= rata-rata return pasar periode t (IHSG) Hasil dari koefisien beta didefinisikan oleh Jones (2012) sebagai berikut:
1) Beta saham > 1 Maka return sekuritas bergerak searah dengan return pasar, namun dengan tingkat variabilitas yang lebih besar. Saham-saham dengan beta>1 dianggap lebih berisiko. 2) Beta saham = 1 Maka return sekuritas bergerak searah dengan return pasar, dan mempunyai tingkat variabilitas yang sama. 3) Beta saham < 1 Return sekuritas bergerak searah dengan gerakan return pasar, tetapi mempunyai tingkat variabilitas yang lebih kecil. Saham-saham dengan beta <1 dianggap kurang berisiko. Hasil koefisien beta mencerminkan risiko sistematik relatif dari sebuah saham, atau mencerminkan risiko saham yang tidak dapat didiversifikasi.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
30
Semakin tinggi hasil koefisien beta, maka semakin tinggi risiko dari sebuah saham, yang akan menyebabkan return dari saham tersebut juga akan semakin tinggi. Hasil dari koefisien beta ini mengukur volatilitas dari return sebuah saham dan fluktuasinya terhadap return pasar (Jones, 2012).
3.1.4.2. Ukuran kinerja EVA (Economic Value Added) Konsep EVA merupakan alternatif yang dapat digunakan dalam mengukur kinerja perusahaan di mana fokus penilaian kinerja adalah pada penciptaan nilai perusahaan.
Penilaian
kinerja
dengan
menggunakan
pendekatan
EVA
menyebabkan perhatian manajemen sesuai dengan kepentingan pemegang saham. Dengan EVA, para manajer akan berpikir dan bertindak seperti halnya pemegang saham yaitu memilih investasi yang memaksimumkan tingkat pengembalian serta dengan meminimumkan tingkat biaya modal, sehingga nilai perusahaan dapat dimaksimumkan. Sebagai pengukur kinerja perusahaan, EVA secara langsung menunjukkan seberapa besar perusahaan telah menciptakan modal bagi pemilik modal. Rudianto (2006) menjelaskan hasil penilaian kinerja suatu perusahaan dengan menggunakan EVA dapat dikelompokkan ke dalam 3 kategori yang berbeda, yaitu: 1) Nilai EVA > 0 atau EVA bernilai positif Pada posisi ini berarti manajemen perusahaan telah berhasil menciptakan nilai tambah ekonomis bagi perusahaan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
31
2) Nilai EVA = 0 Pada posisi ini berarti manajemen perusahaan berada dalam titik impas. Perusahaan tidak mengalami kemunduran tetapi sekaligus tidak mengalami kemajuan secara ekonomi. 3) Nilai EVA < 0 atau EVA bernilai negatif Pada posisi ini berarti tidak terjadi proses penambahan nilai ekonomis bagi perusahaan, dalam arti laba yang dihasilkan tidak dapat memenuhi harapan para kreditor dan pemegang saham perusahaan (investor).
3.1.4.3. Manfaat EVA (Economic Value Added) Economic Value Added (EVA) juga mempunyai manfaat yaitu (Utama, 1997) : 1) Economic Value Added (EVA) digunakan sebagai penilai kinerja perusahaan dimana fokus penilaian kinerja adalah pada penciptaan nilai (value creation). 2) Economic Value Added (EVA) menyebabkan perhatian manajemen sesuai dengan kepentingan pemegang saham. 3) Dengan Economic Value Added (EVA), para manajer berpikir dan bertindak sepertinya halnya pemegang saham, yaitu memilih investasi yang memaksimumkan tingkat pengembalian dan meminimumkan tingkat biaya modal, sehingga nilai perusahaan dapat dimaksimumkan. 4) Economic Value Added (EVA) dapat digunakan untuk meng-identifikasi kegiatan atau proyek yang memberikan pengembalian lebih tinggi dari pada biaya modalnya.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
32
5) Dengan Economic Value Added (EVA), para manajer harus selalu membandingkan tingkat pengembalian proyek dengan tingkat biaya modal yang mencerminkan tingkat risiko proyek tersebut.
3.1.4.4. Keunggulan dan Kelemahan EVA (Economic Value Added) Sebagai alat penilai kinerja perusahaan, EVA terlihat mempunyai keunggulan dibanding dengan ukuran kinerja konvensional lainnya. Beberapa keunggulan yang di miliki EVA antara lain (Rudianto, 2006): 1) EVA dapat menyelaraskan tujuan manajemen dan kepentingan pemegang saham, dimana EVA digunakan sebagai ukuran opera-sional dari manajemen yang mencerminkan keberhasilan perusahaan di dalam menciptakan nilai tambah bagi pemegang saham atau investor. 2) EVA memberikan pedoman bagi manajemen untuk meningkatkan laba operasi tanpa tambahan dana/modal, mengeksposur pemberian pinjaman (piutang), dan menginvestasikan dana yang memberikan imbalan tinggi. 3) EVA merupakan sistem manajemen keuangan yang dapat memecahkan semua masalah bisnis mulai dari strategi dan pergerakannya sampai keputusan operasional sehari-hari. Disamping memiliki keunggulan, EVA juga memiliki beberapa kelemahan yang belum dapat ditutupi, antara lain (Rudianto, 2006): 1) Sulitnya menentukan biaya modal yang benar-benar akurat, khususnya biaya modal sendiri. Terutama dalam perusahaan go public biasanya mengalami kesulitan dalam perhitungan sahamnya.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
33
2) Analisis EVA hanya mengukur faktor kuantitatif saja, sedangkan untuk mengukur kinerja secara optimal, perusahaan harus diukur berdasarkan faktor kuantitatif dan kualitatif.
3.1.5. Market Value Added (MVA) MVA merupakan ukuran kumulatif kinerja keuangan yang menunjukkan seberapa besar nilai tambah terhadap modal yang ditanamkan investor selama perusahaan berdiri atau secara jelas MVA merupakan selisih antara nilai pasa rekuitas (market value of equity) dan nilai buku ekuitas (book value of equity), seperti yang didefinisikan oleh Stern Stewart (1991) dalam Makelainen (1998). Menurut Ruky (1997), MVA adalah hasil komulatif dari kinerja perusahaan yang dihasilkan oleh berbagai investasi yang dilakukan maupun yang diantisipasi akan dilakukan yang memperlihatkan penilaian pasar modal. Selain memperkenalkan EVA sebagai metode penilaian kinerja operasional perusahaan, Stern Sterwart (1991) dalam Roussana (1997) juga memperkenalkan suatu konsep penilaian kinerja perusahaan berdasarkan penilaian pasar modal pada suatu waktu tertentu yang disebut Market Value Added (MVA). MVA merupakan suatu ukuran tunggal yang mengukur keberhasilan perusahaan dalam memaksimalkan kekayaan pemegang saham dengan mengalokasikan sumbersumber yang sesuai. Di dalam penelitian Dwimulyani (2014) menemukan bahwa selain EVA, MVA juga berpengaruh terhadap tingkat pengembalian saham (stock Return). Menurut Grant dalam Ruky (1997) MVA secara ekuivalen dipandang sebagai
http://digilib.mercubuana.ac.id/
34
total economic surplus perusahaan. MVA juga merupakan nilai sekarang dari EVA pada masa mendatang yang dihasilkan oleh kinerja manajemen. Stern Stewart dalam Ruky (1997), menyebutkan bahwa nilai buku dari hutang bersih tercermin dari market value dan book value dari capital, sehingga diperhitungkan sebagai selisih antara equity market value dan equity book value dari common equity capital. MVA = Equity Market Value (EMV) - Equity Book Value (EBV)……………3.10 EMV = Number shares x Price per share EBV = Number shares x Nominal Value per share MVA yang positif (> 0) berarti menunjukkan pihak manajemen telah mampu meningkatkan kekayaan pemegang saham dan MVA yang negatif (< 0) mengakibatkan
berkurangnya
nilai
modal
pemegang
saham,
sehingga
memaksimalkan nilai MVA seharusnya menjadi tujuan utama perusahaan dalam meningkatkan kekayaan pemegang saham. Jadi MVA yang positif atau negatif bagi perusahaan yang go public adalah perkiraaan dari pasar modal tentang MVA dari proyek investasi perusahaan, baik yang telah terjadi maupun yang diantisipasi investor akan terjadi di masa yang akan datang.
3.1.6. Return On Assets (ROA) Return On Total Assets adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba yang berasal dari aktivitas investasi. Istilah lain dari Return On Assets (ROA) adalah Return On Investment (ROI). Gittman (2006) menyatakan bahwa " Return On Total Aktiva ( ROA )
http://digilib.mercubuana.ac.id/
35
mengukur keefektifan manajemen dalam menghasilkan laba dengan aset yang tersedia tersebut; juga disebut laba atas investasi ( ROI ).” Berdasarkan definisi tersebut bahwa return on total assets istilah lain dari return on investment yang mengukur tingkat efektivitas manajemen dalam menghasilkan laba dengan pemanfaatan dari aktiva yang dimiliki perusahaan. Sedangkan menurut Tandelin (2010) return on assets menggambarkan sejauhmana kemampuan aset-aset yang dimiliki perusahaan bisa menghasilkan laba. Gittman (2006) menyatakan Return on total assets EAT (Earning After Tax) adalah laba bersih setelah dikurangi pajak dibagi dengan total assets. Semakin besar ROA/ROI menunjukkan kinerja yang semakin baik, karena tingkat kembalian saham semakin besar. Sehingga dapat menarik investor untuk menempatkan investasinya pada perusahaan tersebut. Rasio return on assets dinyatakan sebagai berikut: Return On Assets =
Earning After Tax (EAT)
x 100% ……….......................3.11
Total aktiva
3.1.7. Earning Per Share (EPS) EPS atau laba per lembar saham adalah tingkat keuntungan bersih untuk tiap lembar sahamnya yang mampu diraih perusahaan pada saat menjalankan operasinya. Laba per lembar saham atau EPS di peroleh dari laba yang tersedia bagi pemegang saham biasa dibagi dengan jumlah rata – rata saham biasa yang beredar. Menurut Gibson (2009) earnings per share adalah rasio yang menunjukan pendapatan yang diperoleh setiap lembar saham. Salah satu alasan investor membeli saham adalah untuk mendapatkan deviden, jika nilai laba per
http://digilib.mercubuana.ac.id/
36
saham kecil maka kecil pula kemungkinan perusahaan untuk membagikan deviden. Maka dapat dikatakan investor akan lebih meminati saham yang memiliki earnings per share tinggi dibandingkan saham yang memiliki earnings per share rendah. Earnings per share yang rendah cenderung membuat harga saham turun. Seorang investor membeli dan mempertahankan saham suatu perusahaan dengan harapan akan memperoleh dividen atau capital gain. Laba biasanya menjadi dasar penentuan pembayaran dividen dan kenaikan nilai saham di masa mendatang (Prastowo, 2010). Oleh karena itu, para pemegang saham biasanya tertarik dengan angka EPS yang dilaporkan perusahaan. Rasio EPS merupakan hasil bagi antara laba bersih setelah pajak yang tersedia bagi pemegang saham dengan jumlah lembar saham yang beredar. Rasio ini dinyatakan sebagai berikut: Earning Per Share =
Laba bersih setelah pajak
…………..........3.12
Jumlah lembar saham yang beredar
3.1.8. Stock of Return (RETURN) Pada umumnya “Return” diartikan sebagai suatu hasil pengembalian yangdiperoleh dari suatu dana atau modal yang ditanamkan pada suatu investasi, baikberupa aset riil (real aset) maupun aset keuangan (financial aset). Pemakaian istilah hasil pengembalian untuk return ini mengacu pada buku Manajemen Keuangan karangan Weston dan Copeland dalam Lesmana dan Rudy, (2004). Pengertian lebih lanjut mengenai hasil pengembalian atau return ini dijelaskan dalam beberapa pernyataan di bawah ini.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
37
Gittman (2006) Return didefinisikan sebagai berikut: “Return adalah total keuntungan atau kerugian yang dialami pada investasi lebih dari atau diberikan jangka waktu. Hal ini umumnya diukur sebagai pembagian uang tunai selama periode ditambah perubahan nilai, dinyatakan sebagai persentase dari awal sampai dengan periode nilai investasi.” Hasil pengembalian (Return) ini sendiri terdiri dari dua komponen, pertama adalah yield yaitu cash flow atau pendapatan periodik yang diterima dari investasi tersebut, seperti misalnya bunga ataupun dividen, dan kedua adalah capital gain/loss yaitu perubahan harga dari surat berharga selama beberapa periodik. Adapun rumus return saham adalah sebagai berikut: Pit – Pit-1 Rit = ----------------- x 100% Pit-1 dimana, Rit
: Return dari share untuk perusahaan ke-i di tahun ke-t
Pit
: Closing price share pada akhir tahun ke-t untuk perusahan ke-i
Pit-1
: Closing price share pada akhir tahun ke-t-1 untuk perusahan ke-i
Jika dividen dibagikan (Dit), rumusnya menjadi sebagai berikut: (Pit – Pit-1) + (Dit) Rit = --------------------------- X 100% …………………………………………3.13 Pit-1 Secara umum, return adalah tingkat pengembalian. Namun jika membahas tentang investasi, return merupakan tingkat pengembalian dari hasil keuntungan yang telah didapatkan dari berinvestasi. Dalam investasi, return dibedakan menjadi dua.“
Return dapat berupa return realisasian (realized return) yang
http://digilib.mercubuana.ac.id/
38
sudah terjadi atau return ekspektarian (expected return) yang belum terjadi tetapi yang diharapkan akan terjadi di masa mendatang” (Hartono, 2014). Ada beberapa faktor yang harus diperhatikan oleh seorang investor yang menjadi daya pemicu berfluktuasinya harga saham, antara lain: 1) Kondisi Fundamental Emiten Faktor fundamental adalah faktor yang berkaitan langsung dengan kinerja emiten, maka semakin besar pengaruhnya terhadap kenaikan harga saham. Begitu juga sebaliknya, semakin menurun kinerja emiten, maka semakin besar kemungkinan merosotnya harga saham yang diterbitkan dan diperdagangkan. Untuk memastikan apakah kondisi emiten dalam posisi baik atau buruk, dapat dilakukan pendekatan analisis rasio yang menggunakan data dari laporan keuangan perusahaan yang bersangkutan. 2) Hukum Permintaan dan Penawaran Faktor hukum permintaan dan penawaran berada di urutan kedua setelah faktor fundamental karena begitu investor mengetahui kondisi fundamental perusahaan, tentunya mereka akan melakukan transaksi, baik jual maupun beli. Transaksi-transaksi inilah yang akan mempengaruhi fluktuasi harga saham. 3) Tingkat Suku Bunga Faktor suku bunga ini penting untuk diperhatikan karena rata-rata semua orang, termasuk investor saham, selalu mengharapkan hasil investasi yang lebih besar. Dengan adanya perubahan suku bunga, tingkat pengembalian hasil berbagai sarana investasi akan mengalami perubahan. Investasi pada
http://digilib.mercubuana.ac.id/
39
produk bank seperti tabungan atau deposito jelas lebih kecil resikonya dibanding investasi dalam bentuk saham. Karenanya investor akan menjual saham-sahamnya dan dananya kemudian akan ditempatkan di bank. Penjualan saham secara serentak ini akan berdampak pada penurunan harga saham secara signifikan. 4) Dana Asing di Bursa Dana asing di bursa perlu diketahui karena memiliki dampak yang sangat besar. Jika sebuah bursa dikuasai oleh investor asing, maka ada kecenderungan transaksi saham sedikit banyak tergantung pada investor asing tersebut. 5) News dan Rumors News dan rumors di sini adalah semua berita yang beredar di tengah masyarakat, yang menyangkut berbagai hal, baik itu masalah ekonomi, sosial, politik, maupun keamanan. Selain faktor-faktor di atas, terdapat satu lagi faktor yang dapat mempengaruhi fluktuasi harga saham, yaitu kebijakan pemerintah dan dampaknya. Kebijakan pemerintah yang berkaitan langsung dengan bidang bisnis perusahaan emiten sangat berpengaruh terhadap harga saham. 3.2. Penelitian Terdahulu Penggalian hasil data penelitian terdahulu dilakukan sebagai upaya untuk memperjelas tentang variabel – variabel dalam penelitian ini, sekaligus untuk membedakan penelitan ini dengan penelitian sebelumnya. Ada beberapa penelitian sebelumnya yang menjelaskan keterkaitan antara Economic Value
http://digilib.mercubuana.ac.id/
40
Added (EVA), Market Value Added (MVA) dan Earning Per share (EPS) pada Return saham. Beberapa penelitian terdahulu dirangkum dalam Tabel 3.1 dibawah ini:
Tabel 3.1 Penelitian Terdahulu No
Peneliti dan Tahun Penelitian 1. 2.
1
Widodo, (2010)
3. 4.
2
Anil K. Sharma (2010)
Hasil Penelitian ROA tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Return saham ROE tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Return saham EPS mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Return saham EVA tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Return saham
EVA sekarang diakui sebagai alat penting dari pengukuran kinerja dan manajemen di seluruh dunia, khususnya di negara ekonomi muka dengan mengadopsi sebagai strategi perusahaan. Masih ada bukti dicampur tentang keunggulan EVA lebih dari alat pengukuran kinerja tradisional. -
Secara Simultan ROA, ROE, EPS dan EVA mempengaruhi secara signifikan terhadap return saham. Secara parsial EVA berpengaruh negatif signifikan terhadap return saham
3
Lilik Sri Hariani. (2010)
-
4
Akmal Hidayat, Siti Setyaningsih. (2011)
Variabel EVA, Market Share, Earnings dan Net Cash Flow secara simultan mempunyai pengaruh positif terhadap Return Saham.
5
6
7
Adnan M. Abdeen and G. Timothy Haight. (2011)
Ury Tri Rahayu, Siti Aisjah. (2011).
J.H.vH. de Wet. (2012)
Bila menggunakan EVA, siklus bisnis, fluktuasi musiman dan waktu antara pemesanan dan pengiriman produk harus dipertimbangkan. Penggunaan rata-rata EVA lebih 3-5 tahun, sebagai target yang lebih menguntungkan dan lebih realistis daripada menggunakan satu tahun EVA. Apapun pendekatan yang digunakan, konsistensi dapat mengurangi efek dari setiap bisnis atau musiman fluktuasi stabil atau tidak biasa dalam kegiatan bisnis. Variabel EVA dan MVA baik secara parsial maupun secara simultan tidak berpengaruh terhadap Return saham, maka baik calon investor maupun investor tidak akan memiliki resiko yang tinggi apabila tidak melakukan analisis EVA dan MVA sebelum mengambil keputusan investasi. Hasil penelitian ini memberikan bukti bahwa ada hubungan yang signifikan antara kompensasi eksekutif perusahaan yang terdaftar di Afrika Selatan dan pengukuran kinerja keuangan, selain itu penelitian ini menemukan hubungan kuat (positif) antara eksekutif kompensasi dan EVA dari antara kompensasi eksekutif dan MVA
http://digilib.mercubuana.ac.id/
41
No
Peneliti dan Tahun Penelitian
8
Abolfazl Ghadiri Moghaddam. (2012)
9
Mahmoud Bani, Hajjat Tajik, SolMaz Nourizadeh, Houuein Asadi, Abolfazl Bani. (2013)
10
T.Sobhba Rani, Principal, APGCMS, Rajampet, Kadapa, A.P. ( 2013)
Hasil Penelitian EVA tidak berpengaruh terhadap EPS berpengaruh signifikan terhadap EVA
Laba Operasional Bersih Setelah Pajak (Net Operating Profit After Tax ((NOPAT) adalah positif dari Biaya Modal Kerja, dengan Economic Value Added (EVA) perusahaan bernilai negatif Kecuali di tahun 2011 karena itu disimpulkan bahwa perusahaan tidak menambah nilai bagi para pemegang saham. Sedangkan untuk MVA semen kesoram berfluktuasi memberikan pengaruh positif semen kesoram baik di segmen pasar dan untuk menarik investor berinvestasi di perusahaan dengan mempertimbangkan ukuran nilai dasar pasar.
2. Singgih Ario Prayogo dan Ismani. (2013)
3. 4.
1.
2.
12
Yuda Ditio Rahmadi. (2013)
3.
4.
13
John H. Hall. (2013)
Wendra Hidayat, (2014)
EVA berpengaruh positif dan signifikan terhadap Return saham. MVA berpengaruh positif dan signifikan terhadap Return saham. ROA berpengaruh positif yang signifikan terhadap Return saham. EVA, MVA, dan ROA berpengaruh positif yang signifikan terhadap Return saham baik secara simultan Earning per share tidak berpengaruh terhadap Return saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2009-2011. Arus kas operasi berpengaruh signifikan positif terhadap Return saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2008-2011. Economic Value Added tidak berpengaruh terhadap Return saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2009-2011. Market Value Added berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap Return saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2009-2011
Hasil Anaslisis regresi linier EVA tidak signifikan dengan return saham 1.
14
MVA
EVA berpengaruh positif dan signifikan terhadap pengembalian saham sedangkan EPS dan DPS berpengaruh positif dan tidak signifikan rehadap pengembailan saham
1.
11
tetapi
2.
EVA (Economic Value Added) dan MVA (Market Value Added) secara simultan mempunyai pengaruh yang signifikan. Hal ini membuktikan bahwa Return saham perusahaan konstruksi yang tedapat di BEI diwakili secara simultan oleh rasio-rasio perhitungan EVA (Economic Value Added) dan MVA (Market Value Added). Hasil uji statistik secara parsial terhadap masing-masing variabel yaitu EVA (Economic Value Added) dan MVA (Market Value Added) hanya variabel EVA (Economic Value Added) yang memiliki perngaruh signifikan terhadap return saham perusahaan konstruksi yang terdapat di BEI, sedangkan MVA (Market Value Added) tidak mempunyai pengaruh secara parsial terhadap Retur nsaham perusahaan konstruksi yang terdaftar di BEI.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
42
No
Peneliti dan Tahun Penelitian
15
Babak Panahi, Christopher Nigel Preece, Wan Normeza Wan Zakaria, John Rogers. (2014)
Hasil Penelitian Penelitian ini menegaskan bahwa ada hubungan positif EVA dan MVA dengan harga saham, hal Ini berarti bahwa langkahlangkah dalam menilai berdasarkan kinerja dapat digunakan untuk memahami perilaku harga saham -
16
17
18
19
20
21
Leila Fathabadi, Dadollah Fathi, Mohammad Hadi Damiri. (2014)
Susi Dwimulyani; Fakultas Ekonomi. (2014)
Ali Reza Modanlo Joibary, Majid Heydary. (2015)
Putu Vito Veda Janitra, I Ketut Wijaya Kesuma. (2015)
-
EVA dan ROE berpengaruh negatif dan signifikan terhadap return saham ROA berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap return saham
Economic Value Added (EVA) memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap Return saham; Market Value Added (MVA) memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap Return saham; dan Corporate Governance Perception Index (CGPI) yang merepresentasikan pengukuran Good Corporate Governance (GCG) tidak memiliki pengaruh terhadap Return saham Penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang positif antara nilai tambah ekonomi (EVA) sebagai variabel dependen dan nilai tambah pasar (MVA), Return of Assets (ROA) Return of Equity (ROE) dan Return on Sale (ROS). Berdasarkan hasil Analisis Regresi Linier Berganda dan hasil uji t, didapatkan hasil yang membuktikan variabel EPS dan ROI secara signifikan berpengaruh positif terhadap Return Saham perusahaan otomotif di BEI, sedangkan EVA tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Return Saham di BEI
Pradhono dan Yulius Jogi Christiawan. (2015)
(1) Economic Value Added, tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Returnyang diterima oleh pemegang saham (2) Variabel residual income tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Return yang diterima oleh pemegang saham (3) Variabel earnings mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Return yang diterima oleh pemegang saham (4) Variabel arus kas operasi mempunyai pengaruh signifikan terhadap Return yang diterima oleh pemegang saham (5) Berdasarkan hasil uji t disimpulkan bahwa variabel arus kas operasi berpengaruh paling signifikan terhadap Return yang diterima oleh pemegang saham. Sedangkan variabel Economic Value Added dan residual income tidak berpengaruh signifikan terhadap Return yang diterima oleh pemegang saham.
Abdul Ghafoor Awan, Kalsoom Siddique, Ghulam Sarwar. (2015)
EVA berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham
http://digilib.mercubuana.ac.id/
43
3.3. Kerangka Pemikiran Berdasarkan latar belakang, perumusan masalah dan tujuan penelitian maka hubungan antara EVA, MVA dan EPS antara lain adalah sebagai berikut: 1. Pengaruh Economic Value Added (EVA) terhadap Return Saham Economic Value Added (EVA) merupakan indikator tentang adanya penambahan nilai dari suatu investasi setiap tahun pada suatu perusahaan. EVA adalah nilai tambah ekonomis yang diciptakan perusahaan dari kegiatan atau strateginya selama periode tertentu dan merupakan salah satu cara untuk menilai kinerja keuangan dan Eva berpengaruh signifikan terhadap return saham (Dwimulyani, 2014). Oleh sebab itu hipotesis yang dikembangkan adalah sebagai berikut: “H1: Economic Value Added berpengaruh positif dan signifikan terhadap Return saham”. 2. Pengaruh Market Value Added (EVA) terhadap Return Saham Kelebihan Market Value Added (MVA) menurut Dwimulyani (2014), MVA merupakan ukuran tunggal dan dapat berdiri sendiri yang tidak membutuhkan analisis trend maupun norma industri sehingga bagi pihak manajemen dan penyedia dana akan lebih mudah dalam menilai kinerja perusahaan, sedangkan kelemahan MVA adalah, MVA hanya dapat diaplikasikan pada perusahaan yang sudah “go public” saja. Oleh sebab itu hipotesis yang dikembangkan sebagai berikut : “H2: Market Value Added berpengaruh positif dan signifikan terhadap Return saham”.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
44
3. Pengaruh Return On Assets (ROA) terhadap Return Saham Menurut Widodo (2010), ROA mengambarkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan dari setiap rupiah aset yang digunakan. ROA digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. Oleh sebab itu hipotesis yang dikembangkan adalah sebagai berikut: “H3: Market Value Added berpengaruh positif dan signifikan terhadap Return saham” 4. Pengaruh Earning Per Share (EPS) terhadap Return Saham EPS menggambarkan besarnya jumlah laba bersih perusahaan setelah bunga dan pajak yang dibagikan kepada para pemegang saham. Nilai EPS yang semakin tinggi, akan meningkatkan minat para investor untuk berinvestasi. Menurut Janitra dan I Tetut (2015), semakin banyak jumlah investasi yang dilakukan maka perusahaan akan mengalami peningkatan harga saham, dan akan memberikan tingkat Return saham yang tinggi. EPS memengaruhi Return saham perusahaan yang ditandai dengan kemampuan perusahaan dalam memperoleh keuntungan.Oleh sebab itu hipotesis yang dikembangkan sebagai berikut : “H4
: Earning Per Share (EPS) berpengaruh positif dan signifikan
terhadap Return saham.” Berdasarkan periodisasi yang dipilih dalam penelitian ini dan atas uraian sebelumnya maka kerangka pemikiran teoritis penelitian ini digambarkan dalam Gambar 3.1 sebagai berikut:
http://digilib.mercubuana.ac.id/
45
EVA (X1)
H1
H2 Return Saham (Y)
MVA (X2) H3
ROA (X3) H4
EPS (X4) H5
Gambar 3.1 Kerangka Pemikiran Sumber: Hasil Pengolahan data penelitian 2015
3.4.
Hipotesis Berdasarkan latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, dan
manfaat penelitian maka hipotesis dalam penelitian ini diduga sebagai berikut: 1) H1: (EVA) berpengaruh positif dan signifikan terhadap Return saham. 2) H2: (MVA) berpengaruh positif dan signifikan terhadap Return saham perusahaan terdaftar di bursa efek Jakarta. 3) H3: (ROA) berpengaruh positif dan signifikan terhadap Return saham 4) H4: (EPS) berpengaruh positif dan signifikan terhadap Return saham. 5) H5: (EVA), Market Value Added (MVA) dan Earning Per Share (EPS) secara simultan berpengaruh signifikan terhadap Return saham.
http://digilib.mercubuana.ac.id/