BAB III KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN & HIPOTESIS 3.1. Motivasi Instrinsik dan Ekstrinsik Menurut sifatnya, motivasi dibedakan menjadi dua yaitu Motivasi Intrinsik dan Motivasi Ekstrinsik yaitu sebagai berikut: 1. Motivasi intrinsik Motivasi Instrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau karena dalam dirinya setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu, misalnya: kesadaran untuk belajar di rumah, kemauan untuk mengerjakan tugas, menyimak keterangan guru dan berfungsinya aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, kemauan untuk mengemukakan pendapat. 2. Motivasi
ekstrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif dan
berfungsinya karena adanya perangsang dari luar,misalnya peran orang tua dan guru dalam pemberian motivasi agar ia giat belajar. (Sardiman 2001:87) Jika dilihat dari intensitasnya, motivasi instrinsik dan ekstrinsik sekilas memberikan makna yang bertolak belakang satu sama lain. Namun kedua motivasi ini sama-sama memberikan pengaruh terhadap motivasi berprestasi bagi seorang pelajar. Sebagaimana yang dikemukakan Uno (2009:23), bahwa motivasi belajar dapat timbul karena faktor instrinsik, berupa hasrat dan keinginan berhasil, dorongan kebutuhan belajar, dan harapan akan cita-cita. Sedangkan faktor ekstrinsik-nya adalah adanya penghargaan, lingkungan belajar yang kondunsif,
dan kegiatan belajar yang menarik. Secara umum, motivasi instrinsik dan ekstrinsik keduanya adalah bagian dari jenis-jenis motivasi. Sedangkan Motivasi berasal dari kata motif yang dapat diartikan sebagaimana yang ungkapkan Uno (2009:03) bahwa motif adalah daya penggerak dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas tertentu, demi mencapai tujuan tertentu. Dari sudut pandang yang berbeda, Gage dan Berliner menyamakan motivasi seperti mesin (intensitas) dan Kemudi (arah) sebuah mobil. Sehingga dapat dikatakan bahwa motivasi mempunyai intesitas dan arah (Wuryani 2009:329). Menurut Mc. Donald oleh bahwa motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan,(Sardiman 2009:74). Motif merupakan implikasi dari hasil pertimbangan yang telah dipelajari (redintegration) dengan ditandai suatu perubahan pada situasi afektif, (Uno, 2009:09) Tidak jauh berbeda dengan pendapat ahli yang lain, mendefinisikan bahwa motivasi merupakan susunan fungsi dari hasrat, keinginan, harapan, tujuan, sasaran, kebutuhan, dorongan dan insentif. (Luthans, 2006:270) 3.2. Teori – Teori Motivasi Berbicara tentang teori motivasi berkaitan erat dengan dorongan akan suatu kebutuhan tertentu. Para ahli yang dikenal sebagai aliran Humanistik atau aliran teori teori kebutuhan antara lain :
26
a. Hierarki Kebutuhan Maslow
Inti dari teori Maslow adalah bahwa kebutuhan tersusun dalam suatu hierarki dimana kebutuhan-kebutuhan tersebut sebagai berikut: 1. Fisiologis (physiological). Kebutuhan akan makanan, minuman, tempat tinggal dan bebas dari rasa sakit. 2. Keamanan dan keselamatan (safety and security). Kebutuhan untuk bebas dari ancaman, diartikan sebagai aman dari peristiwa atau lingkungan yang mengancam. 3. Kebersamaan, sosial dan cinta (belongingness, social, and love). Kebutuhan akan pertemanan. Afiliasi, interaksi, dan cinta. 4. Harga diri (esteem). Kebutuhan akan harga diri atau rasa hormat dari orang lain. 5. Aktualisasi diri (self-Actualization). Kebutuhan untuk pembentukan pribadi, pengembangan bakat, kemampuan, ketrampilan dan potensi.
b. Teori ERG Alderfer Senada dengan Maslow, alderfer sepakat bahwa kebutuhan individu diatur dalam suatu hierarki. Akan tetapi, hierarki kebutuhan yang dia ajukan hanya melibatkan tiga rangkaian kebutuhan: 1. Eksistensi (existency). Kebutuhan yang dipuaskan oleh faktor-faktor seperti makanan, udara, imbalan dan kondisi kerja. 2. Hubungan (Relatedness). Kebutuhan yang dipuaskan oleh hubungan sosial dan interpersonal yang berarti.
27
3. Pertumbuhan (Growth). Kebutuhan yang terpuaskan jika individu membuat kontribusi produktif atau kreatif.
c. Teori Motivasi Dua Faktor Hezberg
Hezberg mengembangkan teori isi yang dikenal sebagai teori motivasi duafaktor. Kedua faktor tersebut adalah dissatisfier (Higiene) – satisfier (motivator) atau dikenal juga sebagai faktor Ekstrinsik-Instrinsik. Faktor-faktor Dissatisfier (higiene) atau faktor Ekstrinsik antara lain; gaji, keamanan pekerjaan, kondisi kerja, status, prosedur perusahaan, kualitas pengawasan teknis, dan kualitas hubungan interpersonal antar rekan kerja, dengan atasan, dan dengan bawahan. Sedangkan faktor-faktor satisfier (motivator) atau faktor Instrinsik antara lain; pencapaian, pengakuan, tangungjawab, kemajuan, pekerjaan itu sendiri, dan kemungkinan untuk tumbuh.
d. Teori McClelland (Teori Motivasi Berprestasi)
Teori ini mengajukan teori motivasi yang secara dekat berhubungan dengan konsep pembelajaran. Tiga dari kebutuhan ini adalah: 1. Kebutuhan akan pencapaian. (Achievement) 2. Kebutuhan akan afiliasi (affiliation) 3. Kebutuhan akan kekuasaan (power)
28
e. Teori Expectancy (Harapan) Pada teori motivasi ini banyak diperkenalkan oleh beberapa tokoh antara lain: 1. Victor Vroom. Mengembangkan sebuah teori yang didasarkan pada apa yang digambarkan sebagai Kemampuan bersenyawa (Valence) atau nilai dari hasil atau daya tarik hasil bagi individu, alat perantara (instrumentality), dan harapan (expectancy). 2. Porter dan Lawler. Teori ini adalah merupakan pengembangan lebih jauh dari teori yang dikemukakan oleh Vroom. Mereka menunjukkan , kenaikan upaya tidak perlu menyebabkan kinerja yang lebih tinggi, karena terdapat sejumlah variabel lain yang diperhitungkan. Termasuk; o Anggapan orang yang bersangkutan akan nilai tambahan. o Sejauhmana orang mengharapkan hasil tertentu dan arah tindakan tertentu. o Jumlah upaya yang dikerahkan oleh orang yang bersangkutan. o Kemampuan, perangai, dan keahlian tertentu yang mempengaruhi cara seseorang melakukan pekerjaan dengan baik. o Bagaimana orang memandang perannya di dalam organisasi dan apa yang mereka anggap sebagai perilaku yang baik. o Perasaan tentang imbalan adil untuk upaya yang dilakukan. 3. Edwards dan Atkinson Keduanya mengambangkan teori-teori motivasi berdasarkan pada rumus berikut. M = Ps
X
Is
29
Dimana,
M = Motivasi Ps = Meramalkan kemungkinan akan sukses Is = Nilai Insentif untuk sukses
Rumus ini disebut model expectancy atau expectancy-valence model, karena teori ini sebagian besar tergantung pada harapan seseorang untuk mendapatkan reward (hadiah). Teori ini mengatakan bahwa motivasi manusia untuk mencapai sesuatu tergantung pada hasil perkiraan mereka akan adanya kesempatan utnuk sukses (Ps) dan nilai yang mereka tempatkan pada sukses (Is).
f. Teori F.W Taylor (Manajemen ilmiah) Konsep ini mengemukakan timbulnya motivasi karena adanya imbalan keuangan. Pendekatan ini mengaggap uang merupakan motivasi utama. Namun perkembangannya memang berbeda pada setiap orang dan setiap pekerjaan. Orang bekerja pada lajur produksi atau melakukan pekerjaan yang tidak menyenangkan dan pekerjaan tangan yang sulit, biasanya tidak termotivasi oleh pekerjaan itu sendiri. Dalam keadaan seperti itu, uang merupakan pendorong semangat utama. Upaya yang lebih besar hanya dilakukan apabila pekerjaan itu menjanjikan peningkatan pendapatan. Pada sisi lain, pekerjaan yang lebih merupakan pekerjaan professional atau bersifat manajerial, imbalan atau penghargaan agaknya lebih beragam. Pembayaran bonus, dengan sendirinya, mungkin tidak menyebabkan peningkatan produktivitas atau efesiensi yang sebanding. (Uno 2009:39)
30
g. Teori X dan Y McGregor Douglas McGregor yang menyatakan bahwa ada dua pandangan tentang manusia: yang pertama pada dasarnya negatif (Teori X), dan yang lainnya pada dasarnya positif (Teori Y). Dia juga beranggapan bahwa teori X memandang manusia sebagai pemalas yang cenderung menggunakan pendekatan : “wortel” dan “tongkat” untuk menanganinya. Sedangkan teori Y cenderung memandang manusia untuk melakukan pekerjaan dengan baik dan bekerja keras. McGregor berargumentasi bahwa asumsi-asumsi Teori Y lebih disukai dan asumsi-asumsi itu harus dapat membimbing para manajer dalam merancang organisasi mereka dan dalam memotivasi pegawai-pegawainya. Gairah yang besar pada permulaan tahun 1960-an, bagi pengambilan keputusan partisipatif, penciptaan pekerjaan yang bertanggungjawab dan menantang para pekerja, serta pengembangan hubungan antar kelompok yang baik dapat ditelusuri dari saran McGregor agar manajer mengikuti asumsi-asumsi Teori Y. h. Teori – Teori Motivasi yang lain Ada sejumlah teori lain tentang motivasi yaitu: 1. Teori Keadilan (equity). Teori ini menyatakan bahwa motivasi seseorang mungkin dipengaruhi oleh perasaan mereka diperlakukan adil oleh orang lain. Teori ekuitas ini dikembangkan J. Stacy Adams, dengan mengatakan bahwa orang dimotivasi untuk mencari ekuitas sosial dalam penghargaan yang mereka harapkan dari berkinerja. (Daft, 2003 :101)
31
2. Teori sasaran (goal). Teori ini didasarkan pada kepercayaan bahwa sasaran orang ditentukan oleh cara mereka berprilaku dalam melakukan sesuatu dan jumlah upaya yang mereka gunakan. 3. Teori Perlambang (attribution). Teori ini menyatakan bahwa motivasi tergantung pada faktor-faktor internal (instrinsik) dan faktor-faktor luar (Ekstrinsik) 4. Teori yang diperkenalkan Paul Lawrence dan Nitin Nohria, mereka menemukan empat hal
yang mendorong manusia melakukan sesuatu,
yaitu; o To Acquire. Dorongan untuk memperoleh sesuatu, apakah itu benda atau pengalaman, yang dapat memperbaiki status seseorang terhadap orang lain. o To Bond. Dorongan untuk membangun hubungan yang saling menguntungkan, penuh komitmen, dan berlangsung dalam waktu lama. o To learn. Dorongan utnuk selalu dapat memahami dunia dan diri sendiri. o To Defend. Dororngan untuk mempertahankan semua hal yang dimiliki, seperti, cinta, kepercayaan, dan benda-benda, dari kerusakan. (Pasiak, 2006:212)
32
3.3. Macam – Macam Motivasi Moti-motif yang aktif atau motivasi dapat dilihat dari berbagai sudut pandang antara lain : a. Motivasi dilihat dari dasar pembentukannya. 1. Motif-motif bawaan. Motif bawaan ini adalah motif yang dibawa sejak lahir sehingga dia ada tanpa dipelajari, misalnya ; dorongan untuk makan, minum, dorongan untuk bekerja, untuk istirahat, dorongan seksual. Motif ini biasa juga disebut sebagai motif biologis. Sehubungan dengan ini, maka Frandsen memberi istilah jenis motif ini physiological drives. 2. Motif-motif yang dipelajari. Motif-motif ini timbul karena proses belajar, seperti; dorongan untuk belajar suatu cabang ilmu pengetahuan, dorongan untuk mengajar. Sehingga motif ini sering diisyaratkan sebagai motif-motif sosial. Frandsen mengistilahkan dengan affiliative needs. Dimana manusia merasakan kepuasan diri justru karena kemampuan berhubungan, kerjasama dengan orang lain. (Sardiman 2009:89) Kedua motif di atas, diperkenalkan oleh Wood Worth dengan sebutan Unlearned Motives dan Learned Motives. Di samping itu Frandsen, masih menambahkan jenis-jenis motif berikut: 1. Cognitive motives. Motif ini menunjuk pada gejala instrinsic, yakni menyangkut kepuasan
33
individual. Kepuasan individual yang berada di dalam diri manusia dan biasanya berwujud proses dan produk mental. Jenis motif ini adalah sangat primer dalam kegiatan belajar di sekolah, terutama yang berkaitan dengan pengembangan intelektual. 2. Self-expression. Penampilan diri adalah sebahagian dari prilaku manusia. Kemapuan untuk membuat suatu kejadian dan ini memang diperlukan kreativitas, penuh imajinasi. Dengan kata lain seseorang memiliki keinginan untuk mengaktualisasikan dirinya. 3. Self-enhancement. Dengan kemampuan aktualisasi diri dan pengembangan kompetensi yang dimiliki akan meningkatkan kemajuan diri seseorang. Ini juga merupaka suatu keinginan bagi setiap individu. Sehingga dalam proses belajar dapat diciptakan suasana komptensi yang sehat bagi anak didik untuk mencapai suatu prestasi. b. Jenis motivasi menurut pembagian dari Woodworth dan Marquis 1. Motif atau kebutuhan organis. Seperti; kebutuhan untuk makan dan minum, bernapas, seksual, berbuat, dan kebutuhan istirahat. Jenis ini sesuai dengan Phsiological drives dari Frandsen. 2. Motif-motif darurat. Yang termasuk dalam motif ini antara lain; dorongan untuk menyelamatkan diri, dorongan utnuk membalas, untuk berusaha, untuk memburu. Jenis motivasi ini timbul karena ransangan dari luar. 3. Motif-motif objektif. Hal ini menyangkut kebutuhan untuk melakukan eksplorasi, manipulasi, utnuk menaruh minat. Motif ini muncul karena
34
dorongan untuk dapat mneghadapi dunia luar secara efektif. (Saleh, 2008:193) c. Motivasi jasmaniah dan rohaniah. 1. Motivasi Jasmaniah. Motif ini meliputi; refleks, insting otomatis, nafsu. 2. Motivasi Rohaniah. Contoh motivasi ini seperti; kemauan. d. Motivasi Instrinsik dan Motivasi Ekstrinsik. Motivasi instrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsi tidak karena rangsangan dari luar, tapi dari dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Yang kedua adalah motivasi ekstrinsik, dimana motif-motif ini aktif dan berfungsi karena adanya rangsangan dari luar.
3.4. Motivasi Belajar
Dalam proses belajar/kuliah, pelajar banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor. Secara garis besar dapat dibagi dalam klasifikasi faktor internal (dari dalam) diri dan faktor eksternal (dari luar). Dalam hubungannya dengan proses interaksi belajar-mengajar yang lebih menitikberatkan pada soal motivasi dan reinforcement (penguatan). Motivasi belajar dapat timbul karena Faktor Instrinsik berupa: 1. Hasrat dan keinginan berhasil 2. Dorongan kebutuhan belajar 3. Harapan akan cita-cita
35
Faktor Ekstrinsik berupa: 1. Adanya penghargaan 2. Lingkungan belajar yang kondusif 3. Kegiatan belajar yang menarik (Uno,2009: 23)
Secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi minat dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu yang bersumber dari dalam diri (factor internal) maupun yang berasal dari luar (faktor eksternal). Faktor internal meliputi; niat, rajin, motivasi, dan perhatian. Faktor eksternal meliputi; keluarga, guru dan fasilitas sekolah, teman sepergaulan, mass media. Penjelasan secara rinci sebagai berikut:
1. Faktor Internal (Instrinsik):
Niat, niat merupakan titik sentral yang pokok dari segala bentuk perbuatan seseorang.
Rajin dan kesungguhan dalam belajar seseorang akan memperoleh sesuatu yang dikehendaki dengan cara maksimal dalam menuntut ilmu tentunya dibutuhkan kesungguhan belajar yang matang dan ketekunan yang intensif pada diri orang tersebut.
Motivasi, motivasi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi minat seseorang karena adanya dorongan yang timbul dalam diri seseorang untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan.
Perhatian, minat timbul bila ada perhatian dengan kata lain minat merupakan sebab akibat dari perhatian, karena perhatian itu merupakan
36
pengarahan tenaga jiwa yang ditujukan kepada suatu obyek yang akan menimbulkan perasaan suka.
Sikap terhadap Guru dan Pelajaran, sikap positif dan perasaan senang terhadap guru dan pelajaran tertentu akan membangkitkan dan mengembangkan minat siswa, sebaliknya sikap memandang mata pelajaran terlalu sulit atau mudah akan memperlemah minat belajar siswa.
2. Faktor Eksternal (Ekstrinsik):
Keluarga, adanya perhatian dukungan dan bimbingan dari keluarga khususnya orang tua akan memberikan motivasi yang sangat baik, bagi perkembangan minat anak.
Guru dan Fasilitas Sekolah, faktor guru merupakan faktor yang penting pada proses belajar mengajar, cara guru menyajikan pelajaran di kelas dan penguasaan materi pelajaran yang tidak membuat siswa malas, akan mempengaruhi minat belajar siswa. Demikian pula sarana dan fasilitas yang kurang mendukung seperti buku pelajaran, ruang kelas, laboratorium yang tidak lengkap dapat mempengaruhi minat siswa begitu juga sebaliknya.
Teman sepergaulan, sesuai dengan masa perkembangan siswa yang senang membuat kelompok dan banyak bergaul dengan kelompok yang diminati, teman pergaulan yang ada di sekelilingnya berpengaruh terhadap minat belajar anak. Sebaliknya bila teman bergaulnya tidak
37
ada yang bersekolah atau malas sekolah maka minat belajar anak akan berkurang atau malas.
Mass media, kemajuan teknologi seperti, VCD, Telepon, HP, Televisi dan media cetak lainnya seperti buku bacaan, majalah, dan surat kabar, semuanya itu dapat mempengaruhi minat belajar siswa. Jika siswa menggunakan media tersebut untuk membantu proses belajar mengajar maka akan berkembang, tetapi bila waktu belajarnya dipakai untuk menonton TV atau digunakan untuk yang lain yang tidak semestinya tentunya akan berdampak negatif. (Nasution, 1981 : 57)
Belajar merupakan hal yang kompleks. Apabila ini dikaitkan dengan hasil belajar siswa, ada beberapa faktor yang mempengaruhi hasil belajar. Faktorfaktor yang mempengaruhi hasil belajar digolongkan menjadi 3, yaitu: faktor dari dalam, faktor dari luar dan faktor instrumen.
Faktor
dari
dalam
(Instrinsik)
yaitu
faktor-faktor
yang
dapat
mempengaruhi belajar yang berasal dari siswa yang sedang belajar. Faktorfaktor ini meliputi:
1. Fisiologi, meliputi kondisi jasmaniah secara umum dan kondisi panca indra. Anak yang segar jasmaninya akan lebih mudah proses belajarnya. Anak-anak yang kekurangan gizi ternyata kemampuan belajarnya di bawah anak-anak yang tidak kekurangan gizi, kondisi panca indra yang baik akan memudahkan anak dalam proses belajar.
38
2. Kondisi psikologis, yaitu beberapa faktor psikologis utama yang dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar adalah kecerdasan, bakat, minat, motivasi, emosi dan kemampuan kognitif.
Faktor kecerdasan yang dibawa individu mempengaruhi belajar siswa. Semakin individu itu mempunyai tingkat kecerdasan tinggi, maka belajar yang dilakukannya akan semakin mudah dan cepat. Sebaliknya semakin individu itu memiliki tingkat kecerdasan rendah, maka belajarnya akan lambat dan mengalami kesulitan belajar.
Bakat individu satu dengan lainnya tidak sama, sehingga menimbulkan belajarnya pun berbeda. Bakat merupakan kemampuan awal anak yang dibawa sejak lahir.
Minat individu merupakan ketertarikan individu terhadap sesuatu. Minat belajar siswa yang tinggi menyebabkan belajar siswa lebih mudah dan cepat.
Motivasi belajar antara siswa yang satu dengan siswa lainnya tidaklah sama. Adapun pengertian motivasi belajar adalah ”Sesuatu yang menyebabkan kegiatan belajar terwujud”. Motivasi belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: cita-cita siswa, kemampuan belajar siswa, kondisi siswa, kondisi lingkungan, unsur-unsur dinamis dalam belajar dan upaya guru membelajarkan siswa.
Emosi merupakan kondisi psikologi (ilmu jiwa) individu untuk melakukan kegiatan, dalam hal ini adalah untuk belajar. Kondisi psikologis siswa yang mempengaruhi belajar antara lain: perasaan
39
senang, kemarahan, kejengkelan, kecemasan dan lain-lain.
Kemampuan kognitif siswa yang mempengaruhi belajar mulai dari aspek pengamatan, perhatian, ingatan, dan daya pikir siswa.
Faktor-faktor psikologis dapat juga diklasifikasikan sebagai berikut:
Perhatian, yakni pemusatan energi psikis yang tertuju pada suatu objek pelajaran atau dapat dikatakan sebagai kadar kesadaran yang menyertai aktivitas belajar.
Pengamatan, yakni cara mengenal dunia riil, baik dirinya sendiri maupun lingkungan dengan segenap panca indra.
Tanggapan, yakni gambaran atau bekas yang tinggal dalam ingatan setelah melakukan pengamatan.
Fantasi, sebagai kemapuan untuk membentuk tanggapan-tanggapan baru berdasarkan atas tanggapan yang ada.
Ingatan, merupakan kecakapan untuk menerima, menyimpan dan memproduksi kesan-kesan dalam belajar.
Berpikir, adalah aktivitas mental untuk merumuskan pengertian, mensintesis dan menarik kesimpulan.
Bakat, yakni salah satu kemampuan manusia untuk melakukan suatu kegiatan dan sudah ada sejak manusia itu ada.
Motif, Motivasi. (sudah diuraikan di depan). (Sardiman, 2009:45)
40
Faktor dari luar (Ekstrinsik) yaitu faktor-faktor yang berasal dari luar siswa yang mempengaruhi proses dan hasil belajar. Faktor ini meliputi : 1. Lingkungan alami Lingkungan alami yaitu faktor yang mempengaruhi dalam proses belajar misalnya keadaan udara, cuaca, waktu, tempat atau gedungnya, alat-alat yang dipakai untuk belajar seperti alat-alat pelajaran.
Keadaan udara mempengaruhi proses belajar siswa. Apabila udara terlalu lembab atau kering kurang membantu siswa dalam belajar. Keadaan udara yang cukup nyaman di lingkungan belajar siswa akan membantu siswa untuk belajar dengan lebih baik.
Waktu belajar mempengaruhi proses belajar siswa misalnya: pembagian waktu siswa untuk belajar dalam satu hari.
Cuaca yang terang benderang dengan cuaca yang mendung akan berbeda bagi siswa untuk belajar. Cuaca yang nyaman bagi siswa membantu siswa untuk lebih nyaman dalam belajar.
Tempat atau gedung sekolah mempengaruhi belajar siswa. Gedung sekolah yang efektif untuk belajar memiliki ciri-ciri sebagai berikut: letaknya jauh dari tempat-tempat keramaian (pasar, gedung bioskop, bar, pabrik dan lain-lain), tidak menghadap ke jalan raya, tidak dekat dengan sungai, dan sebagainya yang membahayakan keselamatan siswa.
Alat-alat pelajaran yang digunakan baik itu perangkat lunak (misalnya, program presentasi) ataupun perangkat keras (misalnya Laptop, LCD).
41
2. Lingkungan sosial Lingkungan sosial di sini adalah manusia atau sesama manusia, baik manusia itu ada (kehadirannya) ataupun tidak langsung hadir. Kehadiran orang lain pada waktu sedang belajar, sering kali mengganggu aktivitas belajar. Dalam lingkungan sosial yang mempengaruhi belajar siswa ini dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu:
Lingkungan sosial siswa di rumah yang meliputi seluruh anggota keluarga yang terdiri atas: ayah, ibu, kakak atau adik serta anggota keluarga lainnya
Lingkungan sosial siswa di sekolah yaitu: teman sebaya, teman lain kelas, guru, kepala sekolah serta karyawan lainnya
Lingkungan sosial dalam masyarakat yang terdiri atas seluruh anggota masyarakat.
3. Faktor instrumental adalah faktor yang adanya dan penggunaannya dirancang sesuai dengan hasil yang diharapkan. Faktor instrumen ini antara lain:
Kurikulum,
Struktur
Program,
Sarana dan prasarana
Pengajar
42
Faktor Ekstrinsik ini juga dikemukakan dalam 4 item yaitu: 1. Faktor Keluarga 2. Faktor Lingkungan 3. Dukungan dari teman sejawat 4. Promosi 5. Instrumen Akademik (Subekti, et.al,1994)
Adapun karakteristik siswa yang dapat mempengaruhi kegiatan belajar siswa antara lain: 1. latar belakang pengetahuan dan taraf pengetahuan. 2. gaya belajar 3. usia kronologi 4. tingkat kematangan 5. spektrum dan ruang lingkup minat 6. lingkungan sosial ekonomi 7. hambatan-hambatan lingkungan dan kebudayaan 8. intelejensia 9. keselaransan dan attitude 10. prestasi belajar 11. motivasi dan lain-lain. (Sardiman, 2009:121)
43
3.5. Hubungan faktor Motivasi Instrinsik terhadap motivasi berprestasi.
Motivasi Berprestasi merupakan unsur kepribadian dan prilaku manusia, sesuatu yang berasal dari “dalam” diri manusia yang bersangkutan. Motif berprestasi adalah motif yang dipelajari, sehingga motif itu dapat diperbaiki dan dikembangkan melalui proses belajar. Seseorang yang mempunyai motif berprestasi tinggi bukanlah karena dorongan dari luar, melainkan upaya pribadi (instrinsik). Tapi di lain sisi, orang tidak selamanya menyelesaikan suatu tugas dilatarbelakangi oleh motif berprestasi atau keinginan untuk berhasil. Kadangkadang, seorang individu menyelesaikan suatu pekerjaan sebaik orang yang memiliki motif berprestasi tinggi, justru karena dorongan menghindarkan kegagalan yang bersumber pada ketakutan akan kegagalan itu. Seorang siswa mungkin tampak bekerja dengan tekun, karena kalau dia tidak dapat mengerjakan tugasnya dengan baik maka akan mendapatkan malu dari gurunya. (Uno, 2009:30)
3.6. Hubungan faktor Motivasi Ekstrinsik terhadap motivasi berprestasi. Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif dan berfungsinya karena adanya perangsang dari luar, misalnya peran orang tua dan guru dalam pemberian motivasi agar ia giat belajar (Sardiman 2001:87). Menurut Herbert yang memberikan rumusan bahwa jiwa adalah keseluruhan tanggapan yang secara mekanis dikuasai oleh hukum-hukum asosiasi. Dengan kata lain dipengaruhi oleh unsur-unsur luar (ekstrinsik) Sardiman (2009:105).
44
3.7. Hubungan faktor Motivasi Instrinsik dan faktor-faktor Motivasi Ekstrinsik secara bersama-sama terhadap motivasi berprestasi.
Adanya banyak ahli yang mengemukakan bahwa prestasi belajar banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor motivasi instrinsik dan motivasi ekstrinsik. Termasuk di antaranya mengemukakan bahwa ada beberapa masalah yang sering dihadapi oleh mahasiswa yang mengikuti sistem belajar yaitu: faktor instrinsik, faktor ekstrinsik, dan faktor institutional (Subekti, et .al 1994). Masing-masing faktor-faktor motivasi memiliki peran penting dalam meningkatkan prestasi belajar mahasiswa dalam hal ini penyelesaian studinya tepat waktu. Termasuk Hezberg mengembangkan teori isi yang dikenal sebagai teori motivasi dua-faktor. Kedua faktor tersebut adalah dissatisfier (Higiene) – satisfier (motivator) atau dikenal juga sebagai faktor Ekstrinsik-Instrinsik. Faktor-faktor Dissatisfier (higiene) atau faktor Ekstrinsik antara lain; gaji, keamanan pekerjaan, kondisi kerja, status, prosedur perusahaan, kualitas pengawasan teknis, dan kualitas hubungan interpersonal antar rekan kerja, dengan atasan, dan dengan bawahan. Sedangkan faktor-faktor satisfier (motivator) atau faktor Instrinsik antara lain; pencapaian, pengakuan, tangungjawab, kemajuan, pekrjaan itu sendiri, dan kemungkinan untuk tumbuh. Hutahaean (2005) Prestasi itu tidak sama dengan motivasi. Jika motivasi merupakan salah satu faktor dari berbagai faktor yang dapat mempengaruhi prestasi seseorang.
45
Berarti motivasi baik Instrinsik maupun ekstrinsik serta prestasi memiliki hubungan yang ditunjukkan pada formula berikut ini :
P = f (K x M x S x U)
dimana :
P = Prestasi K = Kemampuan M = Motivasi S = Kesempatan/Peluang U = Usaha f
= fungsi
Sebahagian besar pekerjaan memiliki hasil instrinsik maupun ekstrinsik, sehingga kita harus memahami hubungan keduanya. Pada umumnya dinyatakan bahwa penghargaan ekstrinsik memperkuat penghargaan instrinsik menuju arah yang positif ketika individu dapat mengatribusikan sumber dari penghargaan ekstrinsik dengan usahanya sendiri. Pernyataan ini memberikan kita akan hubungan motivasi instrinsik dan motivasi ekstrinsik. (Ivancevich, et.al, 2007:185)
46
3.8. Motivasi berprestasi
Penyelesaian studi mahasiswa tepat pada waktunya atau bahkan lebih cepat dari waktu standar yang ditetapkan suatu institusi akademik (pendidikan) adalah merupakan bagian dari ataupun hasil belajar dan motivasi berprestasi. Itu juga merupakan suatu bentuk kesuksesan. Atkinson mengemukakan bahwa kecenderungan sukses ditentukan oleh motivasi, peluang serta intensif; begitu pula sebaliknya kecenderungan gagal. Menurutnya motivasi berprestasi dimiliki oleh setiap orang, sedangkan intensitasnya tergantung pada kondisi mental orang tersebut (Uno 2009:08). Bersama-sama dengan McClelland mengemukakan bahwa motivasi yang paling penting untuk psikologi pendidikan adalah motivasi berprestasi, dimana seseorang cenderung berjuang untuk mencapai sukses atau memilih suatu kegiatan yang berorientasi untuk tujuan sukses atau gagal (Wuryani 2006:354). Wlodkowski, mengemukakan bahwa pelajar atau siswa yang bermotivasi tinggi untuk mencapai prestasi akan merespon dan menantang lebih banyak terhadap tugas-tugas yang diberikan oleh pengajar, mendapat nilai-nilai yang baik, memberi umpan balik yang jitu dan benar, dan mencari kesempatan untuk mencoba lagi. Prestasi belajar merupakan kemampuan yang nyata (actual ability) yang dicapai individu atau siswa dalam belajar. Prestasi secara umum menurut Sastrapradja diartikan sebagai hasil yang telah dicapai, dengan demikian semua hasil yang dicapai dari kegiatan individu disebut Prestasi. (Kartikaningsih, 2007:14).
47
Pengertian prestasi dari beberapa ahli seperti: Winkel mengatakan bahwa “prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seseorang siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot yang dicapainya.” Prestasi belajar adalah: “Kesempurnaan yang dicapai seseorang dalam berfikir, merasa dan berbuat. Prestasi belajar dikatakan sempurna apabila memenuhi tiga aspek yakni: kognitif, affektif dan psikomotor, sebaliknya dikatakan prestasi kurang memuaskan jika seseorang belum mampu memenuhi target dalam ketiga kriteria tersebut.” (Nasution, 1996:17)
Kebutuhan berprestasi seseorang dapat dilihat dari prilakunya berupa: 1. Melakukan sesuatu lebih baik dari pesaing. 2. Memperoleh atau melewati sasaran yang sulit. 3. Memecahkan masalah yang lebih kompleks. 4. Menyelesaikan tugas yang menantang dengan berhasil. 5. Mengembangkan cara terbaik untuk melakukan sesuatu. (Luthans, 2006:273).
Penelitian ilmiah telah menemukan bahwa motivasi, efektivitas diri dan nilai-harapan adalah yang paling faktor yang mempengaruhi pada perilaku akademik mahasiswa, yang juga sangat dipengaruhi oleh bagaimana siswa memperoleh keberhasilan, percaya diri dan kesejahteraan, dosen motivasi dan antusiasme, dan bagaimana teori dan praktek yang dijalankan bersama-sama, serta bagaimana Universitas akan meningkatkan, mempertahankan, atau penurunan motivasi, efektivitas diri, dan nilai-harapan. (Nilsen :2009)
48
Faktor-faktor yang mempengaruhi pencapaian penting motivasi adalah tingkat prestasi dan pekerjaan, motivasi berprestasi sebagai keinginan untuk "mencapai sesuatu yang sulit untuk mengatasi hambatan dan mencapai standar yang tinggi; untuk unggul diri menunjukkan bahwa kebutuhan pencapaian tinggi sebagai pengambil risiko moderat, memiliki langkah energik untuk bekerja, dan lebih suka pekerjaan yang memberi mereka tanggung jawab pribadi atas hasil, (Maya , 2000:05). Menurut penelitian, McClelland bahwa ketika muncul suatu kebutuhan pencapaian yang kuat dalam diri seseorang, kebutuhan tersebut memotivasi dirinya untuk menggunakan prilaku yang dapat mendatangkan kepuasannya. Faktor deskriptif yang menggambarkan seseorang dengan kebutuhan yang tinggi akan pencapaian adalah: 1. Suka menerima tanggungjawab untuk memecahkan masalah. 2. cenderung menetapkan tujuan pencapaian yang moderat dan cenderung mengambil resiko yang telah diperhitungkan. 3. menginginkan umpan balik atas kinerja. (Ivancevich et al, 2007:154)
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi motivasi prestasi belajar antara lain: 1. Cita-cita atau aspirasi Cita-cita atau apirasi adalah suatu target yang ingin dicapai. Penentuan target ini tidak sama bagi semua siswa. Target ini diartikan sebagai tujuan yang ditetapkan dalam suatu kegiatan yang mengandung makna bagi seseorang.
49
2. Kemampuan Dalam belajar dibutuhkan kemampuan. Kemampuan ini meliputi beberapa aspek psikis yang terdapat dalam diri siswa, misalnya pengamatan, perhatian dan daya pikir fantasi. 3. Kondisi siswa Kondisi siswa meliputi kondisi fisik dan kondisi psikologis tetapi biasanya guru lebih cepat melihat kondisi fisik karena jelas menunjukkan gejalanya dari pada kondisi psikologisnya. 4. Kondisi lingkungan Kondisi lingkungan siswa meliputi lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat. Ketiga unsur lingkungan tersebut di atas dapat mendukung dan menghambat motivasi belajar. 5. Unsur-unsur dinamis dalam belajar Unsur-unsur
dinamis
dalam
belajar
adalah
unsur-unsur
yang
keberadaannya dalam proses belajar tidak stabil, kadang-kadang kuat, kadang-kadang lemah dan bahkan hilang sama sekali khususnya kondisikondisi yang sifatnya kondisional misalnya emosi siswa, gairah belajar, situasi belajar, situasi dalam keluarga. 6. Upaya guru membelajarkan siswa Upaya yang dimaksud di sini adalah bagaimana guru mempersiapkan diri dalam membelajarkan siswa mulai dari penguasaaan materi, cara menyampaikannya, menarik perhatian siswa, mengevaluasi hasil belajar siswa. (Asih, 2005:24)
50
Istilah kinerja berasal dari kata Job Performance atau actual performance (prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai oleh seseorang). Pengertian Kinerja (Prestasi) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggungjawab yang diberikan kepadanya. (Iwa, 2007:14)
Motivasi berprestasi adalah suatu dorongan dalam ciri seseorang untuk melakukan atau mengerjakan suatu kegiatan atau tugas dengan sebaik-baiknya agar mencapai prestasi dengan predikat terpuji.
Dikemukakan bahwa 6 karakteristik orang yang mempunyai motif berprestasi tinggi, yaitu sebagai berikut: 1. Memiliki tingkat tanggung jawab pribadi yang tinggi. 2. Berani mengambil dan memikul resiko. 3. Memiliki tujuan yang realistik. 4. Memiliki rencana kerja yang menyeluruh dan berjuang untuk merealisasi tujuan. 5. Memanfaatkan umpan balik yang konkret dalam semua kegiatan yang dilakukan. 6. Mencari
kesempatan
untuk
merealisasikan
diprogramkan. (Mangkunegara, 2002:103)
51
rencana
yang
telah
3.9. Kajian Penelitian Terdahulu
Dari aspek Ekstrinsik dalam penelitiannya, Maya (2000) membuktikan adanya korelasi positif antara motivasi berprestasi dengan ekspektasi dan dukungan guru, iklim sekolah dan dukungan harapan orang tua. Di sini dapat dilihat dua variabel yang berkenaan dengan faktor instutusional akademik yang paling berperan dan mewujudkan prestasi belajar seorang pelajar. Sementara Acharya, et al (2009) lebih menekankan faktor keluarga sebagai pengaruh yang meningkatkan motivasi berprestasi bagi pelajar. Berbeda dengan Lotkowski et. al (2004), menurutnya faktor non-akademis seperti kepercayaan diri, motivasi berprestasi, tujuan dan komitmen kelembagaan, dan dukungan sosial mempengaruhi hasil keluaran perguruan tinggi dan sering menjadi komponen utama retensi program kuliah. Dari aspek Instrinsik lebih banyak digali oleh Ahmed, et al (2006) yang menemukan signifikansi positif mengenai harga diri, konsep diri, dan motivasi pribadi dalam mempengaruhi prestasi seorang pelajar. sedangkan Cole, et al (2004) menemukan pengaruh negatif depresi dalam pencapaian prestasi akademik. Dickinson et.al (1996) menemukan faktor-faktor yang mempengaruhi penyelesaian studi mahasiswa dari kedua faktor yaitu: Faktor Internal : tekad, keinginan untuk belajar, ingin gelar, memiliki tujuan tertentu sedangkan Faktor Eksternal dipengaruhi oleh Tutor dan siswa. Hasil penelitian ini dapat dilihat pada tabel 3.1 penelitian terdahulu, sebagai berikut:
52
Tabel 3.1. Penelitian Terdahulu No.
Nama / Tahun
Judul Jurnal
Variabel Variabel
1
Maya, (2000)
Factors Affecting The Achievement Motivation Of High School Students In Maine
Parental support and Expectation (X1), Parental involvement (X2) , School Climate (X3), Teacher Support and Expectation (X4), Achieves motivation (Y)
Influence of Parents' Education on Achievement Motivation of Adolescents
Variabel Tingkat pendidikan Ibu (X1) , Tingkat Pendidikan ayah (X2), Motivasi Prestasi
A Structural Model Of SelfConcept, Autonomous Motivation And Academic Performance In CrossCultural Perspective
Variabel Self Esteem Academic Self-concept Autonomous Motivation Academic Achivement
Hasil Motivasi prestasi berkorelasi positif dengan ekspektasi dan dukungan guru, iklim sekolah, dan dukungan harapan orang tua
2
Acharya & Joshi (2009)
3
Ahmed & Bruinsma (2006)
53
Tingkat pendidikan ibu signifikan berpengaruh pada motivasi prestasi remaja di bidang akademis Tingkat pendidikan ayah 'telah signifikan berpengaruh pada motivasi prestasi remaja di bidang akademis Hubungan positif struktural antara harga diri dan konsep diri akademis sangat signifikan. Konsep diri telah menunjukkan relationship hubungan antara konsep diri akademik dan harga diri global Ada hubungan yang signifikan antara konsep diri dan prestasi akademik
4
Lotkowski, Robbins & Noeth (2004)
The role of academic and non-academic Factors in improving college retention
Variabel: College Retention Academik Factor Non-Academik Factor
Faktor non-akademis seperti kepercayaan diri, motivasi berprestasi, tujuan dan komitmen kelembagaan, dan dukungan sosial mempengaruhi hasil keluaran perguruan tinggi dan sering menjadi komponen utama retensi program kuliah, Prestasi akademik dan inventori siswa
Faktor Internal : tekad, keinginan untuk belajar, ingin gelar, memiliki tujuan tertentu Faktor Eksternal : Tutor dan siswa
Variabel:
5
6
Dickinson (1996)
Cole, Field &Harris (2004)
Factors Affecting Goal Completion Of Adult Basic Education Students In The Northeast Kingdom Of Vermont
Student learning motivation and psychological hardiness: Interactive effects on Students’ reactions to a Management class
Faktor Internal
Eksternal
Variabel
Motivasi belajar siswa, Psikologis sifat tahan banting, Efek interaktif reaksi siswa
54
Jenis kelamin siswa, usia, dan ras tidak berhubungan dengan sifat tahan banting siswa Motivasi belajar berhubungan negative dengan depresi , tetapi positif terkait dengan reaksi kelas dan evaluasi instruktur. Hubungan yang positif sedikit antara motivasi belajar dan depresi bagi mereka siswa yang memiliki ketabahan rendah
3.10. Kerangka Pemikiran
Sugiyono (2007: 88), mengemukakan bahwa kerangka berpikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah penting.
Konseptual Penelitian Adapun kerangka konseptual penelitian ini menggunakan Analis regresi berganda dengan menggunakan dua variabel Independent, yaitu X1 dan X2 dengan satu variabel dependent Y sebagaimana dalam Gambar 3.2 sebagai berikut: Gambar 3.2 Konseptual Penelitian
Faktor Instriksik (X1) Faktor fisiologis Faktor Psikologis Motivasi Penyelesaian Studi Mahasiswa
(Y) Tanggung Jawab Mengambil resiko Tujuan Yang Realistik Berjuang Umpan Balik Peluang dan Kesempatan
Faktor Ekstrinsik (X2) Faktor Keluarga Faktor Lingkungan Faktor Institutional Faktor Teman Sejawat Faktor Promosi Kerja
55
Gambar 3.3 Kerangka Penelitian Analisis Faktor Instrinsik dan Ekstrinsik Dalam Hubungannya Dengan Motivasi Penyelesaian Studi Mahasiswa pada Magister Manajemen Universitas Mercu Buana Fenomena: 1. Adanya mahasiswa yang tidak mampu menyelesaikan studi (D.O) karena melewati batas toleransi waktu penyelesaian masa kuliah selama 6 semester atau 3 tahun. 2. Adanya mahasiswa yang dapat menyelesaikan studi, namun tidak tepat waktu. 3. Adanya mahasiswa yang tidak memiliki jumlah kehadiran yang cukup sesuai yang diisyaratkan universitas Mercu Buana.
Perumusan Masalah : 1.
Bagaimana hubungan Faktor Instrinsik terhadap terhadap Motivasi Penyelesaian Studi Mahasiswa.
2.
Bagaimana Hubungan Faktor Eksstrinsik terhadap Mahasiswa.
Hipotesis: 1. Ada hubungan positif faktor instrinsik terhadap Motivasi penyelesaian studi mahasiswa MM UMB. 2. Ada hubungan positif faktor Ekstrinsik terhadap Motivasi penyelesaian studi mahasiswa MM UMB.
Landasan Teori : 1.Teori Motivasi Instrinsik 2.Teori Motivasi Ekstrinsik 3.Teori Motivasi Berprestasi 4.Penelitian Terdahulu
Indikator Variabel Parameter:
Variabel:
1. Penyelesaian Studi Tepat Waktu (Y) :
1. Penyelesaian Studi Mahasiswa (Y) 2. M. Instrinsik (X1) 3. M. Ekstrinsik (X2)
-
-
Tanggungjawab yang tinggi Mengambil Resiko Tujuan Yang Realistik Memiliki rencana dan Berjuang untuk Merealisasikan Manfaatkan umpan balik. Mencari Kesempatan
Daftar Pustaka 1. Mangkunegara (2004). Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan. Bandung Rosdakarya. 2. Sardiman,A.M. (2009). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Press. 3. Nasution(1981). Asas-asas Kurikulum. Bandung : Jemmars
Metodologi Penelitian: 1. Tempat dan waktu Penelitian : Universitas Mercu Buana 2. Populasi Sampel 3. Teknik pengambilan sample 4. Variabel Penelitian 5. Instrumen Penelitian 6. Teknik Pengukuran data 7. Skala Pengukuran 8. Analisis Data : SPSS
2. Motivasi Instrinsik (X1) : Faktor Fisiologis Faktor Psikologis 3. Motivasi Ekstrinsik (X2) : Keluarga Lingkungan Dukungan Sejawat Promosi kerja Institusi Akdemik
Motivasi Penyelesaian Studi
Jadwal Penelitian : Desember 2010
56
3.11. HIPOTESIS Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian. (Sugiyono 2007:93) Berdasarkan penjelasan kerangka pemikiran di atas sehingga diperoleh hipotesis sebagai berikut: 1. Ada hubungan linier positif faktor Instrinsik terhadap motivasi penyelesaian
studi
mahasiswa
Magister
Manajemen
Universitas
Mercubuana. 2. Ada hubungan linier positif faktor Ekstrinsik terhadap motivasi penyelesaian
studi
mahasiswa
Mercubuana.
57
Magister
Manajemen
Universitas