BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN & HIPOTESIS Sub-bab ini membahas teori yang digunakan dalam penelitian ini. Teori yang digunakan dan mendasari penelitian ini adalah teori stakeholder. Selanjutnya bab ini membahas mengenai penelitian terdahulu yang berisikan penelitian sejenis yang dilakukan sebelumnya dan hasil dari penelitian tersebut. Bab ini juga menguraikan tentang pengembangan hipotesis berdasarkan teori dan penelitian-penelitian terdahulu yang dirangkai
dengan
kerangka
pemikiran
serta
argumentasi
atas
pengembangan hipotesis penelitian. Berikut pembahasan secara lebih terperinci.
A. Kajian Pustaka 1. Teori Stakeholder Teori stakeholder merupakan kumpulan kebijakan dan praktik
yang berhubungan dengan
stakeholder,
nilai-nilai,
pemenuhan ketentuan hukum, penghargaan masyarakat dan lingkungan, serta komitmen dunia usaha untuk berkontribusi dalam pembangunan secara berkelanjutan. Jones dalam Solihin (2009) membagi stakeholder menjadi dua kategori, yaitu : 1. Inside stakeholder yaitu pemegang saham, manajer, dan karyawan yang merupakan kumpulan orang-orang yang
12
http://digilib.mercubuana.ac.id/
13
memiliki kepentingan dan tuntutan terhadap sumber daya perusahaan serta berada di dalam organisasi perusahaan. 2. Outside
stakeholder,
yaitu
customers,
suppliers,
pemerintah, masyarakat yang merupakan pihak-pihak berkepentingan terhadap perusahaan dan dipengaruhi oleh keputusan maupun tindakan perusahaan. Alasan yang mendorong perusahaan perlu memperhatikan kepentingan stakeholder menurut Januarti dan Apriyanti (2005) dalam Indrawan (2011), yaitu: 1. Isu
lingkungan
masyarakat
dapat
karena
mengganggu
melibatkan
kualitas
berbagai
hidup
kelompok
kepentingan dalam masyarakat. 2. Produk ramah lingkungan yang diperdagangkan dalam era globalisasi. 3. Perusahaan yang memiliki dan mengembangkan kebijakan dan program lingkungan lebih dipilih oleh investor. 4. Lembaga Sosial Masyarakat (LSM) maupun pencinta lingkungan semakin mengkritik perusahaan yang kurang peduli akan lingkungan. Berdasarkan teori ini, perusahaan tidak hanya beroperasi untuk kepentingannya sendiri, namun juga harus memberikan manfaat bagi para stakeholder. Dengan demikian keberadaan suatu perusahaan sangat dipengaruhi oleh dukungan yang diberikan oleh
http://digilib.mercubuana.ac.id/
14
stakeholder sehingga aktivitas perusahaan juga pertimbangkan persetujuan dari stakeholder (Ghozali dan Chairiri, 2007). Semakin kuat stakeholder, maka perusahaan harus semakin beradaptasi dengan
stakeholder.
Pengungkapan sosial dan
lingkungan
kemudian dipandang sebagai dialog antara perusahaan dengan stakeholder (Cahyonowati dalam Januarti dan Apriyanti, 2005). Oleh karena itu, semakin baik pengungkapan Profitabilitas perusahaan maka stakeholder juga akan semakin memberikan dukungan penuh kepada perusahaan atas segala aktivitasnya yang bertujuan untuk meningkatkan kinerja perusahaan dan mencapai keuntungan.
1. Pengertian Bank Jenis-jenis Bank Dalam praktik perbankan di Indonesia saat ini terdapat beberapa jenis perbankan yang diatur dalam Undang-Undang Perbankan. Menurut Kasmir (2008:34) perbedaan jenis perbankan dapat dilihat dari berbagai aspek : 1. Menurut Kegiatannya Jenis-jenis bank menurut kegiatannya dapat dibedakan berdasarkan periode penerapan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan. Sebelum Undang-Undang tersebut berlaku maka jenis bank berdasarkan kegiatannya dikategorikan kepada tiga jenis.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
15
Namun setelah Undang-Undang tersebut berlaku maka bank yang ada dikategorikan kepada dua jenis saja. Tabel 1.1 Jenis Bank Berdasarkan Kegiatannya Jenis Bank Berdasarkan Kegiatannya
Sebelum Berlaku UU No.7 (1992)
Bank Tabungan
Sesudah Berlaku UU No. 7 (1992)
Bank Umum
Bank Pembangunan Bank Perkreditan Rakyat Bank Ekspor-Impor
a. Bank Umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lau lintas pembayaran. b. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
2. Menurut Target Pasar Berdasarkan target pasar, bank-bank yang ada dibagi menjadi : a. Corporate Bank Corporate bank adalah bank yang memberikan pelayanan dan transaksi kepada nasabah yang berskala besar, biasanya berbentuk koperasi. Corporate bank dengan sendirinya harus memiliki dana modal yang besar
http://digilib.mercubuana.ac.id/
16
sehingga dapat memberikan jasa pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan nasabah atau perusahaan-perusahaan besar. b. Retail Bank Retail bank adalah bank yang memfokuskan pelayanan dan transaksi kepada nasabah-nasabah kecil. c. Retail Corporate Bank Retail corporate bank adalah bank yang memberi pelayanan kepada kelompok retail dan juga perusahaan-perusahaan besar
3. Menurut Kepemilikannya Kepemilikan bank dapat dilihat dari penguasaan saham dan juga akta pendirian bank tersebut. Dalam hal ini bank-bank yang ada dibedakan kepada : a. Bank Milik Pemerintah adalah jenis bank dimana akta pendirian dan modal bank tersebut adalah milik pemerintah sehingga semua keuntungan yang diperoleh dari operasinya akan menjadi milik pemerintah, seperti BNI46, BRI, BTN. b. Bank Milik Pemerintah Daerah adalah bank dimana pemiliknya adalah pemerintah daerah tertentu misalnya BPD DKI Jakarta, BPD Jawa Barat, BPD Sumatera Utara, dan lain-lain. c. Bank Milik Koperasi adalah jenis bank dimana saham-sahamnya dimiliki perusahaan yang berbadan hukum koperasi, misalnya Bukopin. d. Bank Milik Swasta Nasional adalah jenis bank dimana seluruh atau sebagian bank tersebut dimiliki swasta nasional karena akte pendiriannya
http://digilib.mercubuana.ac.id/
17
dilakukan oleh pihak swasta. Misalnya Bank Muamalat, Bank Niaga, bank Universal, dan lain-lain. e. Bank Milik Asing adalah bank milik swasta asing atau milik pemerintah asing yang beroperasi di Indonesia. Bank ini biasanya merupakan cabang dari bank induknya yang ada di luar negeri, misalnya American Express Bank, Hongkong Bank, City Bank, dan lain-lain. f. Bank Milik Campuran adalah jenis bank dimana sahamnya mayoritas dimiliki oleh pihak swasta nasional dan sisanya dimiliki oleh pihak asing. 4. Menurut Status atau Kedudukan Pembagian ini menunjukkan ukuran kemampuan bank dalam melayani masyarakat dari segi jumlah produk, modal dan kualitas pelayanan. Menurut status atau kedudukannya, bank diklarifikasikan kepada : a. Bank Devisa adalah bank yang dapat melaksanakan transaksi ke luar negeri atau yang berhubungan dengan mata uang asing. b. Bank Non-Devisa adalah bank yang belum mempunyai izin untuk melaksanakan transaksi sebagai bank devisa. Bank ini melakukan aktivitas yang lebih terbatas baik ditinjau dari jasa dan produk yang ditawarkan maupun luas geografi yang mungkin dilayani.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
18
5. Menurut Prinsip Operasinya Jika ekstensi perbankan ditinjau dari sudut prinsip operasi yang diaplikasikannya, maka institusi perbankan yang ada sekarang dapat diklasifikasikan kepada dua kelompok yaitu : a. Bank berdasarkan prinsip konvensional Bank berdasarkan prinsip konvensional adalah bank yang beroperasi dengan menggunakan sistem bunga dan fee based untuk mendapatkan keuntungan yang diharapkan.
b. Bank Berdasarkan prinsip syariah Bank berdasarkan prinsip syariah merupakan suatu lembaga intermediasi yang menyediakan jasa keuangan bagi masyarakat dimana seluruh aktivitasnya dijalankan berdasarkan etika dan prinsip-prinsip Islam sehingga bebas dari unsur riba (bunga), bebas dari kegiatan spekulatif non produktif seperti perjudian (maysir), bebas dari kegiatan yang meragukan (gharar), bebas dari perkara yang tidak sah (bathil) dan hanya membiayai usaha-usaha yang halal. Kegiatan usaha perbankan syariah pada dasarnya merupakan perluasan jasa perbankan bagi mayarakat yang membutuhkan dan menghendaki pembayaran imbalan yang tidak didasarkan pada sistem bunga, melainkan atas prinsip syariah (hukum Islam).
http://digilib.mercubuana.ac.id/
19
2. Pengertian Profitabilitas Menurut Kasmir (2011:196) tujuan akhir yang ingin dicapai suatu perusahaan yang terpanting adalah memperoleh laba atau keuntungan yang maksimal,di samping hal-hal lainnya. Dengan memperoleh laba yang maksimal seperti yang telah di targetkan, perusahaan dapat berbuat banyak bagi kesejahteraan pemilik, karyawan, serta meningkatkan mutu produk dan melakukan investasi baru. Oleh karena itu, manajemen perusahaan dalam praktiknya dituntut harus mampu untuk memenuhi target yang telah ditetapkan. Artinya besarnya keuntungan haruslah dicapai sesuai dengan yang diharapkan dan bukan berarti asal untung. Untuk mengukur tingkat keuntungan suatu perusahaan, digunakan rasio keuntungan atau rasio profitabilitas yang dikenal juga dengan nama rasio rentabilitas. Pengertian
Profitabilitas
Menurut
Sawir
(2001),
profitabilitas merupakan hasil akhir dari berbagai kebijakan dan keputusan manajemen. Rasio kemampulabaan akan memberikan jawaban akhir tentang efektivitas manajer perusahaan dan memberikan gabaran tentang efektivitas pengelolaan perusahaan. Riyanto (1998:36) Profitabilitas adalah kemampuan suatu bank dalam menghasilkan laba usaha dengan modal sendiri dan modal asing yang digunakan untuk menghasilkan laba tersebut.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
20
1) Profitabilitas yang hubungannya dengan penjualan Rasio pertama yang dipertimbangkan adalah rasio margin laba kotor. Rasio ini menunjukkan laba dari perusahaan relatif terhadap penjualan setelah dikurangi dengan harga pokok produksinya. Rasio ini merupakan ukuran efisiensi operasi perusahaan. Rasio yang kedua yang dipertimbangkan adalah rasio margin laba bersih yaitu rasio yang mengukur profitabilitas perusahaan dari penjualan setelah menghitung seluruh biaya dan pajak penghasilan. Dengan mempertimbangkan kedua rasio tersebut secara bersamaan, maka diberikan penilaian tentang operasi perusahaan. Jika margin laba kotor mengalami penurunan, diketahui bahwa harga pokok produksi telah meningkat relatif terhadap penjualan. Hal ini disebabkan oleh harga yang lebih rendah atau efisiensi operasi yang lebih rendah sehubungan dengan volume. Oleh karena itu, faktorfaktor tersebut harus dianalisa untuk mengetahui penyebab sebenarnya. 2) Profitabilitas yang hubungannya dengan investasi Salah satu ukuran dari profitabilitas yang hubungannya dengan investasi yaitu tingkat pengembalian investasi atau pengembalian aktiva (ROA). Rasio ini mengukur efektivitas perusahaan, dalam hal ini bank memanfaatkan seluruh
dananya,
menunjukkan
efektivitas
manajemen
menggunakan aktiva untuk memperoleh profitabilitas.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
dalam
21
Rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh laba sebelum pajak yang dihasilkan dari rerata total asset. Faktor-faktor yang mempengaruhi profitabilitas bank dapat bersumber dari kinerja operasi yang ditunjukkan beberapa indikator. Salah satu sumber utama indikator yang dijadikan dasar penilaian adalah laporan keuangan bank yang bersangkutan. Berdasarkan laporan keuangan bank, akan dapat dihitung sejumlah rasio laporan keuangan yang lazim dijadikan dasar penilaian tingkat kesehatan bank diantaranya adalah rasio permodalan dengan pengukuran CAR, kualitas aktiva produktif dengan pengukuran NPL. Tingginya profitabilitas suatu perusahaan menunjukkan bahwa sebagian besar kinerja keuangan perusahaan tersebut dikatakan baik, Jika kinerja keuangan perusahaan dalam menghasilkan laba meningkat maka hal ini akan menunjukkan daya tarik investor dan calon investor dalam menanamkan modalnya keperusahaan. Bagi perbankan, keuntungan utama diperoleh dari selisih antara bunga simpanan yang diberikan kepada penyimpan dengan bunga pinjaman atau kredit yang disalurkan. Profitabilitas suatu perusahanan diukur dengan kesuksesan perusahaan dan kemampuan menggunakan aktivanya secara produktif, dengan demikian profitabilitas suatu perusahaan dapat diketahui dengan memperbandingkan antara laba yang diperoleh dalam suatu periode dengan jumlah aktiva atau jumlah
http://digilib.mercubuana.ac.id/
22
modal perusahaan tersebut. Profitabilitas sering digunakan untuk mengukur efisiensi penggunaan modal dalam suatu perusahaan dengan memperbandingkan antara laba dengan modal yang digunakan dalam operasi, oleh karena itu keuntungan yang besar tidak menjamin atau bukan merupakan ukuran bahwa perusahaan tersebut berhasil. Menggunakan profitabilitas untuk ukuran efisiensi suatu perusahaan merupakan cara yang baik, sebab perusahaan akan sulit meningkatkan profitabilitasnya tanpa meningkatkan efisiensi. Profitabilitas di ukur dengan Return On Assets (ROA). Menurut SE BI Nomor 13/24/DPNP tanggal 25 Oktober 2011, ROA dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Return on Assets =
Laba sebelum pajak Total Aset
http://digilib.mercubuana.ac.id/
x
100%
23
3. Pengertian Resiko Kredit Risiko kredit adalah risiko kerugian akibat kegagalan pihak lawan (counterparty) memenuhi kewajibannya (Bank Indonesia, 2012). Menurut Rosmilia (2009), kredit bermasalah (Non Performing Loan) adalah kredit yang kolektibilitasnya dalam perhatian khusus (special mention), kurang lancar (sub standard), diragukan (doubtfull) dan kredit macet. Sedangkan menurut Bank Indonesia dalam paket kebijakan deregulasi bulan Mei tahun 1993 (PAKMEI 1993), kredit bermasalah adalah kredit yang digolongkan ke dalam kolektibilitas Kurang Lancar, Diragukan dan Macet. Menurut Apriani (2011), kerdit bermasalah (Non Performing Loan) adalah suatu keadaan dimana nasabah sudah tidak sanggup membayar sebagian atau seluruh kewajibannya kepada bank seperti yang telah diperjanjikan. Menurut pengertian diatas, berarti kredit bermasalah merupakan pinjaman yang mengalami penangguhan dalam pembayaran angsuran pokok dan tunggakan bunga atau bahkan tidak dilunasi sama sekali, dikarenakan ketidakmampuan debitur untuk membayarnya, sehingga pengembalian kredit tidak dilakukan tepat waktu dan tepat jumlah sesuai perjanjian kredit. Menurut Dendawijaya (2009) kredit bermasalah adalah
http://digilib.mercubuana.ac.id/
24
kredit-kredit yang kategori kolektibilitasnya masuk dalam kriteria kredit macet atau disebut juga Non Performing Loan (NPL). Rasio ini menunjukkan kemampuan manajemen bank dalam mengelola kredit bermasalah yang diberikan oleh bank. Artinya, semakin tinggi rasio ini maka akan semakin buruk kualitas kredit bank yang menyebabkan jumlah kredit bermasalah semakin besar, maka kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin besar yaitu kerugian yang diakibatkan tingkat pengembalian kredit macet. Salah satu risiko yang dihahapi bank adalah risiko tidak terbayarnya kredit yang telah diberikan atau yang sering disebut risiko kredit. Risiko kredit atau default risk umumnya timbul dari berbagai kredit yang masuk dalam kategori bermasalah atau Non Performing Loan. Keberadaan Non Performing Loan dalam jumlah yang cukup banyak dapat menimbulkan kesulitan sekaligus menurunkan tingkat kesehatan bank yang bersangkutan. Oleh sebab itu bank dituntut untuk selalu menjaga kredit tidak berada dalam Non Performing Loan. Besarnya NPL yang diperbolehkan oleh Bank Indonesia saat ini adalah maksimal 5%, jika melebihi 5% maka akan mempengaruhi penilaian Tingkat Kesehatan Bank yang bersangkutan, yaitu akan mengurangi nilai. Meskipun tidak dapat menghindari penuh risiko kredit, tetapi diusahakan agar jumlah kredit yang bermasalah berada dalam batas yang wajar.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
25
Menurut Taswan (2008) dan Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 3/30/DPNP tanggal 14 Desember 2001 perhitungan Non Performing Loan adalah sebagai berikut:
Non Performing Loan =
Kredit Macet Total Kredit
x
100%
4. Pengertian Tingkat Kecukupan Modal Dalam perbankan kecukupan modal ini diproksikan dengan rasio yang disebutsebagai C a p i t a l A d e q u a c y R a t i o ( C A R) ya n g me r up a k a n k e c u k u p a n mo d a l ya n g menunjukkan kemampuan bank dalam mempertahankan modal yang mencukupi dankemampuan manajemen bank dalam mengidentifikasi, mengukur, mengawasi, danmengontrol resiko-resiko yang timbul yang dapat berpengaruh terhadap besarnya modal (Kaidar, 2011). CAR yaitu rasio yang menunjukkan kemampuan bank dalam mengelola asetnya untuk mengembangkan perusahaannya serta mampu menanggung segala beban dari aktivitas-aktivitas
http://digilib.mercubuana.ac.id/
26
operasi bank (Alper, et al., 2011). (Ben Naceur et al. ,2008), berpendapat bahwa bank yang memiliki modal yang tinggi cenderung menunjukkan tingginya profitabilitas. Pendapat ini didukung oleh (Dietrich, et al.,2009), yang memperlihatkan hasil CAR berpengaruh signifikan terhadap ROA. Hasil penelitian sebelumnya mengenai variabel CAR terhadap return on assets yang dilakukan oleh
(Puspitasari,2009)
memperoleh
hasil CAR
berpengaruh positif signifikan terhadap retun on assets. Hasil yang serupa juga sama dengan penelitian yang dilakukan oleh (Ongore dan Kusa,2013) yang memperoleh hasil bahwa CAR berpengaruh positif signifikan terhadap return on assets. Dapat disimpulkan bahwa modal bank merupakan dana yang diinvestasikan oleh pemilik untuk membiayai kegiatan usaha bank yang jumlahnya telah ditetapkan pada saat pendirian usaha bank tersebut. Modal merupakan faktor
yang amat penting bagi
perkembangan dan kemajuan bank, serta sebagai upaya untuk tetap menjaga kepercayaan masyarakat. Sebagaimana layaknya sebuah badan usaha, modal bank harus dapat digunakan untuk menjaga kemungkinan timbulnya risiko kerugian akibat dari pergerakan aktiva bank yang pada dasarnya sebagian besar berasal dari pinjaman pihak ketiga (dana masyarakat). Kecukupan modal dalam penelitian ini diproksikan melalui Capital Adequacy Ratio (CAR). CAR menunjukkan seberapa besar
http://digilib.mercubuana.ac.id/
27
modal bank telah memadai untuk menunjang kebutuhannya dan sebagai dasar untuk menilai prospek kelanjutan usaha bank bersangkutan (Dendawijaya, 2005:122).
Sesuai dengan SE BI Nomor 15/11/DPNP tertanggal 8 April 2013 tentang Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Bagi Bank Umum modal terdiri dari 2 komponen : a.
Komponen modal inti (Tier 1) yang terdiri atas: 1)
modal inti utama (common equity Tier 1) yaitu instrumen modal berkualitas tinggi dalam bentuk saham biasa (common stock) dan tidak memiliki fitur preferensi dalam pembayaran dividen/imbal hasil.
2)
modal inti tambahan (Additional Tier 1) yaitu penyempurnaan komponen modal inovatif yang berupa saham preferen atau instrumen utang yang bersifat subordinasi, tidak memiliki jangka waktu, pembayaran dividen atau imbal hasil bersifat non kumulatif, dan tidak memiliki fitur step up.
b.
Komponen modal pelengkap (Tier 2) yaitu instrumen utang yang bersifat subordinasi, memiliki jangka waktu paling kurang 5 (lima) tahun, dan tidak memiliki fitur step up Bank wajib menyediakan modal inti (Tier 1) paling rendah sebesar 6% (enam persen) dari ATMR dan modal inti utama (Common
http://digilib.mercubuana.ac.id/
28
Equity Tier 1) paling rendah sebesar 4,5% (empat koma lima persen) dari ATMR baik secara individual maupun secara konsolidasi dengan Perusahaan Anak. Bank yang memenuhi kriteria tertentu wajib membentuk tambahan modal sebagai penyangga (buffer) di atas kewajiban penyediaan modal minimum sesuai profil risiko yang ditetapkan sebagai berikut: a.
Capital Conservation Buffer sebesar 2,5% (dua koma lima persen) dari ATMR untuk Bank yang tergolong dalam Bank Umum Kegiatan Usaha (BUKU) 3 dan BUKU 4 yang pemenuhannya secara bertahap;
b.
Countercyclical Buffer dalam kisaran sebesar 0% (nol persen) sampai dengan 2,5% (dua koma lima persen) dari ATMR bagi seluruh Bank; dan
c.
Capital Surcharge untuk D-SIB dalam kisaran sebesar 1% (satu persen) sampai dengan 2,5% (dua koma lima persen) dari ATMR untuk Bank yang ditetapkan berdampak sistemik.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
29
Jangka waktu penyesuaian rasio permodalan, pemberlakuan komponen modal, dan pembentukan tambahan modal sebagai penyangga (buffer) adalah sebagai berikut:
Tangga l
Ketentuan Rasio
modal
minimum
Keterangan inti Sampai
dengan
31
Desember
2014
sebesar pemenuhan rasio modal inti minimum dan
6% dari ATMR dan rasio rasio modal inti utama minimum mengacu modal 1
inti pada komponen modal sebagaimana diatur
utama minimum sebesar
pada Peraturan Bank Indonesia Nomor
Januari 4,5% dari ATMR wajib 14/18/PBI/2012 2014
dipenuhi Bank.
tentang
Kewajiban
Penyediaan Modal Minimum Bank Umum. Pengaturan
komponen
pengaturan
lainnya
PBI No. 14/18/PBI/2012
modal
dan dalam tentang
Kewajiban Penyediaan Modal Minimum 1
Persyaratan
komponen Bank Umum dicabut dan dinyatakan tidak
Januari
modal dalam
ketentuan berlaku, sehingga PBI yang baru mulai
2015
ini mulai berlaku.
berlaku secara penuh.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
30
1.
0,625% dari ATMR mulai 1 Januari 2016
2.
2017
Kewajiban Bank untuk membentukCapital
1,25% dari ATMR mulai 1 Januari
3.
Conservation
1,875% dari ATMR mulai 1 Januari 2018
Buffer mulai
4.
berlaku secara bertahap.
2,5% dari ATMR mulai 1 Januari 2019
Berdasarkan
penilaian
atas
kondisi
makroekonomi Indonesia, Bank Indonesia Kewajiban Bank untuk dapat
menetapkan
membentukCountercyclic
pemberlakuan Countercyclical Buffer lebih
al Buffer mulai berlaku.
cepat dari tahun 2016.
Kewajiban Bank untuk membentukCapital Surcharge untuk D1 Januari 2016
SIB mulai Bank
yang
Metode perhitungan
dan
tata
berlaku bagi cara pembentukanCapital Surcharge untuk ditetapkan D-SIB akan diatur lebih lanjut oleh otoritas
berdampak sistemik.
yang berwenang.
Peraturan Bank Indonesia ini mulai berlaku tanggal 1 Januari 2014.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
31
Hal yang Dapat Mempengaruhi CAR Menurut Rivai (2007:713) Capital Adequacy Ratio (CAR) sangat bergantung pada : 1. Jenis aktiva serta besarnya resiko yang melekat padanya Meliputi aktiva yang tercantum dalam neraca maupun aktiva yang bersifat administratif (tidak tercantum dalam neraca). Terhadap masing-masing pos dalam aktiva diberikan bobot resiko yang besarnya didasarkan pada kadar risiko yang terkandung pada aktiva itu. 2. Kualitas aktiva atau tingkat kolektibilitasnya Guna memperhitungkan kualitas dari masing-masing aktiva agar diketahui seberapa besar kemungkinan diterima kembali dana yang ditanamkan pada aktiva tersebut. 3. Total aktiva suatu bank, semakin besar aktiva semakin
bertambah pula resikonya. Jadi bank yang memiliki aktiva yang besar tidak menjamin masa depan dari bank tersebut, karena aktiva-aktiva telah memiliki bobot resiko masing-masing. Sesuai dengan SE BI No. BI melalui PBI No. 10/15/PBI/2008 tentang Kewajiban Pe- nyediaan Modal Minimum Bank Umum mengatur bahwa rasio kecukupan modal minimum yang harus disediakan oleh bank adalah sebesar 8% dari Aset Tertimbang Menurut Risiko (ATMR), sedangkan melalui PBI Nomor
http://digilib.mercubuana.ac.id/
32
13/3/PBI/2011 diatur mengenai batasan NPL netto bank yaitu sebesar maksimal 5% dari total kredit yang diberikan. Kedua rasio ini penting karena dapat menggambarkan kondisi permodalan serta kualitas dari aset produktif bank. Satuan pengukuran CAR adalah dalam bentuk persentase (%) yang ditunjukkan oleh laporan keuangan pada Sektor Perbankan di Bursa Efek Indonesia. Perhitungan kecukupan modal minimum bank didasarkan pada Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR). Sesuai dengan penilaian rasio CAR berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No 15/12/PBI/2013 untuk nilai CAR minimal 8%. Perhitungan rasio CAR sesuai dengan standar Bank Indonesia adalah sebagai berikut :
Capital Adequacy Ratio =
Modal ATMR
x
100%
ATMR bank umum dihitung berdasarkan bobot risiko masingmasing pos aktiva neraca dan rekening administrasi. Bank Indonesia menetapkan kebijakan bagi setiap bank untuk memenuhi rasio CAR minimal 8%, jika kurang dari 8% maka akan dikenakan sanksi oleh Bank Indonesia. Ketentuan CAR pada prinsipnya disesuaikan dengan ketentuan yang berlaku secara internasional (BIS). CAR yang didasarkan pada standar BIS (8%) adalah salah satu cara untuk menghitung apakah modal yang ada pada suatu bank telah memadai atau belum. Jika modal rata-rata suatu bank lebih baik dari bank
http://digilib.mercubuana.ac.id/
33
lainnya, maka bank bersangkutan akan lebih baik solvabilitasnya. Penelitian yang Relevan Penelitian-penelitian yang terkait tentang tingkat
profitabilitas
telah dilakukan
sebelumnya,
diantaranya
dilakukan Hestina Wahyu Dewanti (2009), meneliti tentang Analisis Pengaruh Perubahan NPM, LDR, NPL dan BOPO Terhadap Perubahan Laba. 5. Pengertian Loan To Deposit Ratio (LDR) Loan to deposit ratio digunakan untuk mengukur kemampuan bank tersebut mampu membayar hutang-hutangnya dan membayar kembali kepada deposan, serta dapat memenuhi permintaan kredit yang diajukan. Rasio ini menggambarkan perbandingan jumlah kredit yang diberikan dengan jumlah dana pihak ketiga. Semakin tinggi LDR maka semakin tinggi profitabilitasnya, begitu juga sebaliknya semakin rendah
LDR
maka
semakin rendah profitabilitasnya.
Satuan
pengukuran LDR adalah dalam bentuk persentase persentase (%) yang ditunjukkan oleh laporan keuangan pada Sektor Perbankan di Bursa Efek Indonesia. Menurut SE BI Nomor 13/24/DPNP tanggal 25 Oktober 2011, LDR diukur dari perbandingan antara jumlah kredit yang d iberikan terhadap jumlah dana pihak ketiga. dapat dirumuskan sebagai berikut:
LDR =
Kredit DPK
http://digilib.mercubuana.ac.id/
x
100%
34
Penelitian ini dilakukan pada bank devisa dan non devisa periode 2012-2015. Dalam penelitian ini persamaan regresi linier berganda digunakan sebagai alat penelitiannya. Hasil dari penelitian ini adalah NPM berpengaruh positif dan signifikan terhadap perubahan laba bank devisa dan non devisa. Perubahan LDR berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap perubahan laba pada semua bank. Sedangkan perubahan NPL berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap perubahan laba semua bank. Perubahan BOPO berpengaruh negatif dan signifikan terhadapa perubahan laba bank devisa, gabungan bank devisa dan non devisa. Teknik analisis data dalam penelitian ini digunakan analisis regresi berganda untuk memperoleh gambaran yang menyeluruh mengenai hubungan anatar variabel yang satu dengan yang lainnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel CAR dan LDR berpengaruh positif signifikan terhadap ROA, sedangkan Variabel NPL berpengaruh negatif dan dan signifikan terhadap ROA. Menurut Yacub
(2006),
dalam
penelitian
ini rasio–rasio
bank
yang
mempengaruhi Profitabilitas bank (ROA) adalah : CAR, LDR dan NPL. Penelitian yang dilakukan oleh Anggrainy Putri Ayuningrum (2011), bertujuan untuk menguji pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), Net Interest Margin (NIM), Loan to Deposit Ratio (LDR) dan BOPO terhadap Return On Assets
http://digilib.mercubuana.ac.id/
35
(ROA) pada perusahaan perbankan di Bursa Efek Indonesia periode 2005 – 2009. Dalam penelitiannya metode analisis yang digunakannya adalah analisis regresi berganda. Hasil dari penelitiannya menjelaskan Capital Adequacy Ratio (CAR), Net Interest Margin (NIM), Non Performing Loan (NPL) , BOPO berpengaruh positif signifikan terhadap Return On Asstes (ROA) sedangkan LDR tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap Return On Asstes (ROA). Peneliti
Miadalyani
Judul Penelitian
Analisis Pengaruh dan Riski CAR, NPL, dan Agustiningru LDR m. 2011 Terhadap Profitabili tas Pada Perusahaa n Perbankan . E-Jurnal Manajeme n Universita s Udayana,3 (13),pp:31 67-3181
Variabel
Hasil
Peneleitian
Penelitian
Independen: Non Performing Loan, Capital Adequacy Ratio dan Loan to Deposit Ratio terhadap tingkat Profitabilita s (ROA)
Non Performing Loan, Capital Adequacy Ratio
dan
Loan
to
Deposit Ratio berpengaruh signifikan terhadap ROA
Januarti Pengaruh Capital Independen: Tingkat Jantar Capital Adequacy Ratio, kecukupan ini, Adequacy Dwi. Non Performing Ratio Modal 2010.. (independen Loan,Loan to (Capital ) dan Deposit Ratio dan Profitabilita Adequacy Apriyanti s(dependen)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
36
(2005)
Kualitas
Aktiva
Ratio)
Produktif
berpengaruh
terhadap
signifikan
Profitabilitas
positif
pada
terhadap
PT
Bank
yang Go Public di
Profitabilitas
Indonesia
(ROA)
Periode
2007-
2009. Universitas Udayana, Denpasar Azwir,
Analisis
Yacub. 2006
Pengaruh Kecukupan Modal, Efisiensi, Likuiditas, NPL, dan
PPAP
Terhadap Bank..
ROA
Jurnal of
Independen: Kecukupan Modal Dependen: ROA Kontrol: Modal pemilik saham, Capital Adequacy Ratio
accounting, Vol. 2, No. 2, Hal 1, ISSN (online) : 2337-3806
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Tingkat kecukupan modal sangat mempengaruhi kesejahteraan perusahaan perbankan
37
B. Kerangka Konseptual
Profitabilitas merupakan tujuan utama dari sebuah perusahaan. Profitabilitas sangat memegang peranan yang sangat penting untuk masa depan perusahaan, oleh karena itu perusahaan harus memiliki profitabilitas yang baik untuk menjamin masa depan perusahaan. Profitabilitas perbankan diukur dengan ROA. ROA digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen (efektivitas perusahaan) dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aset yang dimilikinya. ROA dapat dihitung dengan cara memperbandingkan laba sebelum pajak dengan total aset perusahaan. Oleh karena itu, penting untuk mengetahui pengaruh risiko kredit yang diukur menggunakan NPL (Non Performing Loan) serta tingkat kecukupan modal yang diukur dengan CAR (Capital Adequacy Ratio) dan Loan to Deposit Ratio terhadap ROA yang menggambarkan profitabilitas suatu bank. Non Performing Loan (NPL) merupakan rasio kredit yang dihadapi bank karena menyalurkan dananya kepada masyarakat dalam bentuk pinjaman. Non Performing Loan (NPL) merefleksikan besarnya risiko kredit yang dihadapi bank, semakin kecil Non Performing Loan (NPL), maka semakin kecil pula risiko kredit yang ditanggung pihak bank. Jika NPL tinggi maka kesempatan bank dalam memperoleh laba dari bunga kredit dan pengembalian kredit akan hilang. Hilangnya kesempatan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
38
memperoleh laba dari kredit yang macet mempengarui proyeksi keuntungan yang direncanakan sehingga secara langsung berpengaruh terhadap pertumbuhan laba. Bank dalam memberikan kredit harus melakukan analisis terhadap kemampuan debitur dalam memenuhi kewajiban. Bank melakukan peninjauan, penilaian, dan pengikatan terhadap agunan untuk memperkecil risiko kredit. Pengaruh NPL terhadap ROA menunjukkan pengaruh yang negatif artinya semakin tinggi NPL menunjukkan resiko kredit yang ditanggung bank tinggi sehingga dapat menurunkan pendapatan bank. Jadi, Non Performing Loan (NPL) berpengaruh signifikan negatif terhadap Profitabilitas (pengembalian) Perbankan. Capital Adequacy Ratio (CAR) juga biasa disebut dengan rasio kecukupan modal, yang berarti jumlah modal sendiri yang diperlukan untuk menutup risiko kerugian yang timbul dari penanaman aktiva-aktiva yang mengandung risiko serta membiayai seluruh benda tetap dan inventaris bank. Seluruh bank
yang
ada
di
Indonesia
diwajibkan
untuk
menyediakan Capital Adequacy Ratio (CAR) minimal sebesar 8%. Semakin besar Capital Adequacy Ratio (CAR) maka keuntungan bank juga semakin besar. Dengan kata lain, semakin kecil risiko suatu bank maka semakin besar keuntungan yang diperoleh bank. Capital Adequacy Ratio (CAR) digunakan untuk menilai kecukupan modal yang dimiliki bank dalam menyerap kerugian yang mungkin timbul dari kegiatan usaha bank. Semakin besar Capital Adequacy Ratio
http://digilib.mercubuana.ac.id/
39
(CAR) mengindikasikan bahwa bank semakin solvable. Modal selain untuk menyerap kerugian yang mungkin timbul dari kegiatan usaha dapat juga digunakan untuk ekpansi usaha. Ekspansi usaha atau peningkatan aktiva produktif yang dilakukan bank akan meningkatkan laba yang diperoleh bank. Jadi, Rasio kecukupan modal (CAR) berpengaruh signifikan positif terhadap profitabilitas (pengembalian) Perbankan. Loan to Deposit Ratio merupakan ukuran kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit
yang diberikan sebagai sumber
likuiditasnya (Dendawijaya, 2005). LDR menunjukkan tingkat kemampuan bank dalam menyalurkan dana pihak ketiga yang dihimpun
bank.
Besar
kecilnya
rasio
LDR
suatu
bank
akanmempengaruhi profitabilitas bank tersebut. Semakin besar jumlah dana yang disalurkan kepada nasabah dalam bentuk kredit maka jumlah dana yang menganggur berkurang dan penghasilan bunga yang diperoleh akan meningkat. Hal ini tentunya akan meningkatkan LDR sehingga profitabilitas bank juga meningkat (Setiadi,2010).
Berdasarkan uraian diatas maka dapat digambarkan rerangka pemikiran sebagai berikut :
http://digilib.mercubuana.ac.id/
40
Non Performing Loan (X1)
(-)
Capital Adequacy Ratio (X2)
(+)
Profitabilitas (ROA) Y
(+) Loan to Deposit Ratio (X3)
Gambar 2.1 Rerangka Pemikiran
C. Hipotesis
Hipotesis adalah dugaan sementara atau kesimpulan sementara atas masalah yang hendak diteliti. Perumusan hipotesis dilakukan berdasarkan pada literatur yang telah ada. Hipotesis-hipotesis yang dibentuk dalam penelitian ini didasarkan pada penelitian sebelumnya, sehingga diharapkan hipotesis tersebut cukup valid untuk diuji. Berdasarkan teori dan latar belakang permasalahan yang telah dikemukakan sebelumnya maka dapat dibuat beberapa hipotesis terhadap permasalahan sebagai berikut:
http://digilib.mercubuana.ac.id/
41
a. Pengaruh Resiko kredit (NPL) terhadap tingkat profitabilitas (ROA) Non Performing Loan atau yang sering disebut kredit bermasalah dapat diartikan sebagai pinjaman yang mengalami kesulitan pelunasan akibat adanya faktor kesenjangan atau faktor eksternal di luar kemampuan kendali debitur. Rasio ini menunjukkan kemampuan manajemen bank dalam mengelola kredit bermasalah yang diberikan oleh bank. Artinya, semakin tinggi rasio ini maka akan semakin buruk kualitas kredit bank yang menyebabkan jumlah kredit bermasalah semakin besar maka kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin besar yaitu kerugian yang diakibatkan tingkat pengembalian kredit macet. Dendawijaya (2009) mengemukakan dampak dari Non Performing Loan yang tidak wajar salah satunya adalah hilangnya kesempatan memperoleh income (pendapatan) dari kredit yang diberikan, sehingga mengurangi perolehan laba dan berpengaruh buruk bagi profitabilitas bank. Penelitian yang dilakukan oleh Hestina (2009) dan Teddy (2009) tentang pengaruh variabel Non Performing Loan terhadap profitabilitas menunjukkan hasil bahwa Non Performing Loan memberikan pengaruh negatif terhadap profitabilitas bank. Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar kredit bermasalah yang terjadi pada suatu bank maka akan mengakibatkan profitabilitas bank
http://digilib.mercubuana.ac.id/
42
tersebut menjadi buruk. Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan, hipotesis pertama yang diajukan dalam penelitian ini adalah: H1: Risiko kredit (NPL) berpengaruh signifikan negatif terhadap profitabilitas (ROA)
b. Pengaruh
Tingkat
kecukupan
Modal(CAR)
terhadap
profitabilitas (ROA) CAR yaitu rasio yang menunjukkan kemampuan bank dalam mengelola asetnya untuk mengembangkan perusahaannya serta mampu menanggung segala beban dari aktivitas-aktivitas operasi bank (Alper, et al., 2011). (Ben Naceur et al. ,2008), berpendapat bahwa bank yang memiliki modal yang tinggi cenderung menunjukkan tingginya profitabilitas. Pendapat ini didukung oleh (Dietrich,
et
al.,2009),
yang
memperlihatkan
hasil CAR
berpengaruh signifikan terhadap ROA. Menurut
Dendawijaya
(2005:
119),
pengaruh
tingkat
kecukupan modal terhadap profitabilitas dapat dinyatakan sebagai berikut, Yaitu tingkat kecukupan modal yang dijadikan sebuah indikator
kesehatan
suatu bank.
Dapat
diartikan sebagai
kemampuan suatu bank untuk melakukan kegiatan operasional perbankan
secara
normal dan
mampu
memenuhi
semua
kewajibannya dengan cara-cara yang sesuai dengan peraturan perbankan yang berlaku.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
43
Profit atau laba merupakan indikasi kesuksesan suatu badan usaha.
Informasi kinerja
perusahaan terutama
dalam
hal
kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba (profitabilitas) diperlukan untuk menilai perubahan potensial sumber daya ekonomi yang mungkin dikendalikan dimasa yang akan datang. Manajemen bank lebih mementingkan penilaian besarnya ROA karena lebih mengutamakan nilai profitabilitas suatu bank yang diukur dengan aset yang dananya sebagian besar berasal dari dana simpanan masyarakat. Rasio kecukupan modal merupakan faktor yang penitng bagi bank dalam rangka pengembangan usaha dan menampung kerugian serta mencerminkan kesehatan bank yang bertujuan
untuk
menjaga
kepercayaan
masyarakat
kepada
perbankan, melindungi dana masyarakat pada bank bersangkutan dan untuk memenuhi ketetapan standar BIS. Dengan permodalan yang kuat akan mampu menjaga kepercayaan masyarakat terhadap bank yang bersangkutan, sehingga masyarakat percaya untuk menghimpun dana pada bank tersebut, dana yang terhimpun tersebut kemudian disalurkan kembali oleh bank kepada masyarakat dalam bentuk kredit. Dalam bentuk kredit
ini dapat mendorong pendapatan sehingga
menghasilkan bunga, dari bunga itulah bank mendapatkan laba atau profit. Dengan tingkat laba atau profitabilitas inilah bank
http://digilib.mercubuana.ac.id/
44
dapat meningkatkan struktur permodalan yang kuat sehingga dapat membentuk kondisi keuangan yang sehat. Penelitian
yang
dilakukan
oleh
Anggraini
(2011)
menunjukkan bahwa adanya pengaruh Capital Adequacy Ratio terhadap tingkat profitabilitas dimana semakin tinggi CAR yang dicapai oleh bank menunjukkan kinerja bank semakin baik, sehingga pendapatan laba bank semakin meningkat. Hasil yang serupa juga sama dengan penelitian yang dilakukan oleh (Ongore dan Kusa,2013) yang memperoleh hasil bahwa CAR berpengaruh positif signifikan terhadap return on assets. Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan, hipotesis pertama yang diajukan dalam penelitian ini adalah: H2: Tingkat kecukupan modal (CAR) berpengaruh signifikan positif terhadap profitabilitas (ROA)
c. Pengaruh Loan To Deposit Ratio (LDR) terhadap profitabilitas (ROA) Kurangnya likuiditas adalah salah satu alasan utama kegagalan bank. LDR yang tinggi akan menunjukkan profitabilitas yang besar, karena kredit yang disalurkan oleh bank dapat dijalankan secara efektif. Hal ini dapat dibuktikan dari penelitian (Ponco ,2008), yang memperlihatkan hasil LDR berpengaruh positif dan signifikan terhadap profitabilitas. LDR disebut juga rasio kredit
http://digilib.mercubuana.ac.id/
45
terhadap total dana pihak ketiga yang digunakan untuk mengukur dana pihak ketiga yang disalurkan dalam bentuk kredit. Menurut penelitian (Sapariyah,2010) LDR secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA.
Semakin tinggi LDR
menunjukkan semakin riskan kondisi likuiditas bank, sebaliknya semakin rendah LDR menunjukkan kurangnya efektifitas bank dalam menyalurkan kredit sehingga hilangnya kesempatan bank untuk memperoleh laba. Perubahan LDR bank yang berada pada standar yang ditetapkan oleh Bank Indonesia (80% - 110%), maka perubahan laba yang diperoleh oleh bank tersebut akanmeningkat (dengan asumsi bahwa bank tersebut mampu menyalurkan kreditnya dengan efektif). Penelitian sebelumnya mengenai variabel LDR terhadap return on assets yang dilakukan (Miadalyani
dan
Agustiningrum,2013)
memperoleh
LDR
berpengaruh positif dan signifikan terhadap return on assets. Temuan serupa juga diperoleh oleh (Fahrizal,2014) dimana diperoleh hasil bahwa LDR berpengaruh positif signifikan terhadap ROA. Berdasarkan uraian tersebut dapat ditarik hipotesis sebagai berikut: H3: Loan To Deposit Ratio berpengaruh positif signifikan terhadap returm on assets (ROA)
http://digilib.mercubuana.ac.id/