BAB III KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
3.1
Kajian Pustaka
3.1.1
Return Emas Emas adalah salah satu bahan mineral tambang yang tidak dapat dibentuk
melalui proses produksi atau diciptakan tetapi didapatkan dari hasil penambangan, sehingga keberadaannya di bumi ini terbatas. Emas banyak digunakan untuk mengendalikan defisit keadaan ekonomi suatu Negara. Selain itu nilai investasi awalnya lebih fleksibel.
Rumah atau tanah memerlukan dana besar untuk
memilikinya, jika hanya memiliki dana sebesar lima ratus ribu ditangan, tidak mungkin kita membeli rumah, tapi dengan uang sejumlah itu kita sudah bisa membeli emas (Tanuwidjaya, 2011). Emas adalah pelindung terhadap nilai dan kekayaan (protector of value and wealth). Semakin tinggi inflasi, biasanya akan semakin baik kenaikan harga emas. Semakin orang panik menghadapi ketidakpastian ekonomi, maka harga emas semakin melambung. Sebaliknya, harga emas akan cenderung konstan bila laju inflasi rendah dan kurs dollar stabil. Karena itu emas sangat cocok dipakai sebagai pelindung nilai kekayaan. Emas nilainya cenderung stabil dan dianggap tidak punya efek inflasi (zero inflation effect).
Kalangan konsultan investasi
menyebut emas sebagai save heaven. Emas merupakan salah satu alternatif investasi yang cenderung aman dan bebas resiko (Sunariyah, 2006). Emas tersedia dalam berbagai bentuk mulai dari
batangan, koin emas dan emas perhiasan. Emas bukan hanya sebuah produk pertambangan, tetapi juga sebuah wadah investasi yang sebaiknya masuk dalam portofolio kekayaan (Hidayat, 2011). Kenaikan harga emas akan mendorong investor untuk memilih berinvestasi di emas daripada di pasar modal. Sebab dengan resiko yang relatif lebih rendah, emas dapat memberikan return yang baik dengan kenaikan harganya. Selain itu emas juga bisa jadi nilai lindung yang aman di masa depan. (Sembel dalam Tanuwidjaya, 2011).
Return emas relatif lebih stabil jika
dibandingkan dengan jenis investasi lain seperti saham. Harga emas akan melonjak naik, sehingga mendorong return emas juga meningkat apabila inflasi lebih tinggi daripada yang diperkirakan semula, terjadinya kepanikan finansial, perkembangan geopolitik yang mengarah ke krisis, kurs dollar AS menguat cukup tajam, harga minyak mengalami kenaikan cukup signifikan, meningkatnya ekspektasi dan spekulasi investor dunia, naiknya permintaan emas untuk cadangan devisa, naiknya konsumsi emas dunia, dan naiknya permintaan emas di pasar lokal (Tanuwidjaya, 2011). Sebaliknya harga emas akan stabil, atau bahkan menurun apabila inflasi rendah dan terkendali, bursa saham mengalami kenaikan yang kontinyu, kurs dollar AS stabil atau cenderung melemah, harga minyak stabil atau turun, Bank Sentral memutuskan menjual cadangan emasnya dan siklus permintaan emas menurun di pasar lokal (Tanuwidjaya, 2011).
3.1.2
Inflasi Inflasi merupakan salah satu indikator makroekonomi yang menjadi
perhatian penting ekonom. Inflasi adalah kecenderungan terjadinya peningkatan harga harga produk secara keseluruhan. Tingkat inflasi yang tinggi biasanya dikaitkan dengan kondisi ekonomi yang overheated, artinya kondisi ekonomi mengalami permintaan atas produk yang melebihi kapasitas penawaran produknya, sehingga harag harga cenderung mengalami kenaikan, dan inflasi yang terlalu tinggi juga akan menyebabkan penurunan daya beli uang (Tandelilin, 2001 :212). Inflasi merupakan salah satu indikator makroekonomi yang menjadi perhatian penting ekonom. Menurut Sukirno (2004 : 27), inflasi adalah kenaikan harga harga umum yang berlaku dalam suatu perekonomian dari satu periode ke periode lainnya. Kebalikan dari inflasi adalah deflasi yang merupakan penurunan harga secara umum.
Kenaikan harga barang pada saat tertentu dan hanya
sementara, belum tentu menyebabkan inflasi.
Dari definisi tersebut dapat
disebutkan juga bahwa kebijakan yang berkaitan dengan inflasi merupakan kebijakan yang berkaitan dengan stabilitas harga. Sedangkan menurut Kuncoro (2001 :57) tingkat inflasi juga didefinisikan sebagai tingkat dimana tingkat tingkat umum harga didalam ekonomi tersebut mengalami perubahan. Ini merupakan perubahan yang seimbang dalam tingkat umum harga untuk setiap unit waktu. Inflasi terbagi menjadi dua menurut sebab terjadinya, yaitu demand pull inflation dan cost pull inflation. Demand pull inflation yang merupakan pendapat
klasik, yang mengatakan bahwa inflasi disebabkan karena adanya kenaikan permintaan agregat, sedangkan produksi berada pada kesempatan kerja penuh. Kenaikan ini akan menyebabkan peningkatan keseimbangan permintaan agregat. Jika keseimbangan baru melebihi keseimbangan awal, maka akan tercipta inflationary gap. Inflationary gap inilah yang akan menyebabkan inflasi. Sedangkan cost push inflation ditandai dengan naiknya harga dan turunnya produksi.
Keadaaan ini dimulai dengan perubahan negatif pada penawaran
agregat karena kenaikan harga produksi. Kenaikan harga produksi dapat timbul karena beberapa faktor, antara lain: kenaikan upah pekerja, atau kenaikan harga bahan baku atau input produksi. Senada dengan teori diatas, menurut Teori Kuantitas, menjelaskan bahwa sumber utama terjadinya inflasi adalah karena adanya kelebihan permintaan sehingga uang yang beredar dimasyarakat bertambah banyak (Khalwaty, 2000). Teori kuantitas membedakan sumber inflasi menjadi : a. Demand pull inflation Terjadi karena adanya permintaan agregatif dimana kondisi produksi telah berada pada kesempatan kerja penuh (full employment) sehingga kenaikan permintaan tidak lagi mendorong kenaikan Cost push Inflation.
Pada
kondisi ini tingkat penawaran lebih rendah jika dibandingkan dengan tingkat permintaan, karena adanya kenaikan harga faktor produksi sehingga produsen terpaksa mengurangi produksinya sampai jumlah tertentu. Penawaran total (agregat supply) yang terus menurun karena
semakin mahalnya biaya produksiakan menyebabkan kenaikan harga harga. b. Structural approach Dengan pendekatan struktur ekonomi, terjadinya inflasi dipandang karena tidak seimbangnya struktur ekonomi.
Untuk itu, inflasi akan dapat
ditanggulangi dengan melakukan pembenahan pada semua struktur ekonomi. c. Monetary Approach Dengan pendekatan moneter, inflasi dinilai sebagai suatu fenomena moneter, yaitu keadaan yang disebabkan terlalu banyaknya uang yang beredar dibandingkan dengan kesediaan masyarakat untuk memiliki atau menyimpan uang tersebut yang akhirnya akan menaikkan permintaan (excess demand for goods) d. Accounting Approach to Inflation Diketahui, bahwa terjadinya inflasi bersumber pada perkembangan harga harga pada kelompok barang dan jasa yang digunakan untuk menyusun Indeks Harga Konsumen (IHK). Indikator yang sering digunakan untuk mengukur tingkat inflasi adalah Indeks Harga Konsumen (IHK).
Perubahan IHK dari waktu ke waktu
menunjukkan pergerakan harga dari paket barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat. Sejak juli 2008, paket barang dan jasa dalam keranjang IHK telah dilakukan atas dasar Survey Biaya Hidup (SBH) Tahun2007 yang dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS).
Inflasi dihitung dari perubahan Indeks Harga Konsumen (IHK) dan dinyatakan dalam persen. Rumus Insflasi adalah :
INFt =
x
Keterangan : INFt
=
Inflasi pada periode t dalam persen
IHKt =
Indeks Harga Konsumen pada periode t
IHKt-1 =
Indeks Harga Konsumen pada periode sebelumnya
Indikator inflasi lainnya berdasarkan International Best Practiceantara lain: a. Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB). Harga perdagangan besar dari suatu komoditas ialah harga transaksi yang terjadi antara penjual/pedagang besar pertama dengan pembeli/pedagang besar berikutnya dalam jumlah besar pada pasar pertama atas suatu komoditas. b. Deflator Produk Domestik Bruto Menggambarkan pengukuran level harga barang akhir (final goal) dan jasa yang diproduksi didalam suatu ekonomi (negeri).
Deflator PDB
dihasilkan dengan membagi PDB atas dasar harga nominal dengan PDB atas dasar harga konstan. Jenis Jenis Inflasi Sehubungan dengan kompleksnya faktor yang menjadi sumber terjadinya inflasi atau banyaknya variabel yang berpengaruh terhadap inflasi, maka dapat
pula dilakukan pengelompokkan terhadap jenis jenis inflasi
(khalwaty,2000),
sebagai berikut: a. Ditinjau dari asal terjadinya, inflasi dapat dibagi menjadi dua, yaitu : 1) Domestic inflation. Adalah inflasi yang berasal dari dalam negeri 2) Imported inflation. Adalah inflasi yang terjadi didalam negeri karena adanya pengaruh kenaikan harga dari luar negeri b. Ditinjau dari intensitasnya, inflasi dapat dibedakan menjadi 1) Creeping inflation adalah inflasi yang terjadi dengan laju pertumbuhan berlangsung lambat, karena kenaikan harga harga berlangsung secara perlahan lahan. 2) Hyper inflation atau galloping inflation, adalah inflasi yang sangat berat yang timbul akibat adanya kenaikan harga harga yang umum yang berlangsung sangat cepat. c. Jika ditinjau dari sudut bobotnya, maka inflasi dibagi menjadi empat, yaitu: 1) Inflasi ringan, adalah inflasi dengan laju pertumbuhan yang berlangsung perlahan dan berada pada posisi satu digit atau dibawah 10% per tahun. 2) Inflasi sedang, adalah inflasi dengan tingkat laju pertumbuhan berada diantara 10-30% per tahun atau melebihi dua digit. 3) Inflasi berat, merupakan inflasi dengan laju pertumbuhan berada diantara 30-100% per tahun
4) Inflasi sangat berat adalah inflasi dengan laju pertumbuhan melampaui 100% per tahun. 3.1.3
Tingkat Suku Bunga Suku Bunga adalah harga yang harus dibayar bank atau peminjam lainnya
untuk memanfaatkan uang selama jangka waktu tertentu. Berdasarkan definisi tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa suku bunga itu merupakan balas jasa yang akan diterima kemudian atas pengorbanan yang dilakukan, dengan kata lain suku bunga adalah harga dari penggunaan uang atau sebagai sewa atas penggunaan uang dalam jangka waktu tertentu biasanya dalam persen. Tingkat
suku
bunga
mempunyai
beberapa
fungsi
dalam
suatu
perekonomian, antara lain : a. Sebagai daya tarik bagi penabung individu, institusi atau lembaga yang mempunyai dana lebih untuk diinvestasikan. b. Tingkat suku bunga dapat digunakan sebagai alat kontrol bagi pemerintah terhadap dana langsung investasi pada sektor sektor ekonomi. c. Tingkat suku bunga dapat digunakan sebagai alat moneter dalam mengendalikan penawaran dan permintaan uang yang beredar dalam suatu perekonomian. d. Pemerintah dapat memanipulasi tingkat bunga untuk meningkatkan produksi, sebagai akibatnya tingkat bunga dapat digunakan untuk mengontrol tingkat inflasi. Menurut Kuncoro (2001), pengertian suku bunga adalah :
a. Suku bunga adalah pembayaran yang dilakukan atas penggunaan sejumlah uang b. Suku bunga adalah sejumlah interest yang dibayarkan per unit waktu atau orang harus membayar untuk kesempatan meminjam uang c. Karakteristik pinjaman dari tingkat suku bunga yang berbeda dapat dilihat dari: 1) Termomaturity, merupakan jangka waktu atau jatuh tempo, dimana mereka harus membayarnya 2) Risk, beberapa pinjaman pada umumnya tidak beresiko, sementara yang lain mengandung tingkat inflasi spekulasi yang tinggi 3) Liquidity, aktiva dikatakan liquid apabila dapat diubah dalam bentuk tunai (cash) secara cepat dan dengan kerugian nilai yang sedikit pula 4) Administrative costs, biaya administrasi yang dibebankan pada para peminjam atas kelalaian dan urusan administrasi Berikut adalah beberapa teori tentang suku bunga (Sukirno, 2006) 1) Teori Suku Bunga Klasik Menurut kaum klasik, suku bunga menentukan besarnya tabungan maupun investasi yang dilakukan dalam perekonomian yang menyebabkan tabungan yang tercipta pada penggunaan tenaga kerja penuh akan selalu sama yang dilakukan oleh pengusaha. Menurut pengertian kaum klasik,
bunga adalah harga dari penggunaan leonable funds. Artinya dana yang tersedia untuk dipinjamkan. 2) Teori Suku Bunga Keynes Sementara menurut Keynes bahwa tingkat suku bunga hanya merupakan fenomena moneter yang pembentukannya terjadi dipasar uang. Dengan demikian tabungan yang dilakukan rumah tangga bukan tergantung dari tinggi rendahnya tingkat suku bunga terutama tergantung dari besar kecilnya pendapatan rumah tangga itu. Dalam arti bahwa semakin besar jumlah pendapatan maka semakin besar jumlah uang yang bisa ditabung. Demikian halnya dengan investasi, keynes berkeyakinan bahwa tingkat suku bunga bukanlah faktor utama yang menentukan tingkat investasi, walaupun diakui bahwa salah satu pertimbangan untuk melakukan investasi adalah tingkat bunga.
Menurut teori Keynes, suku bunga erat kaitannya dengan investasi.
Keputusan apakah investasi akan dilaksanakan atau tidak, tergantung kepada perbandingan antara besarnya keuntungan yang diharapkan di satu pihak, dan biaya penggunaan dana atau tingkat bunga dilain pihak. Dalam teori Keynes, tingkat keuntungan yang diharapkan ini disebut dengan istilah Marginal Efficiency of Capital (MEC). Bila MEC lebih besar dari tingkat bunga maka investasi dilaksanakan, dan bila MEC lebih kecil daripada tingkat bunga maka investasi tidak dilaksanakan (Restyani, 2013). Sebagaimana tercantum dalam UU No 13 Tahun 1968 tentang Bank Sentral, salah satu tugas Bank Indonesia sebagai otoritas moneter adalah membantu pemerintah dalam mengatur, menjaga dan memelihara kestabilan nilai
Rupiah. Dalam melaksanakan tugasnya, BI dapat melakukan transaksi jual beli surat berharga termasuk Sertifikat Bank Indonesia. (SBI). SBI adalah surat berharga dalam mata uang rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia sebagai pengakuan utang berjangka waktu pendek. Sertifikat Bank Indonesia (SBI) merupakan salah satu mekanisme yang digunakan Bank Indonesia untuk mengontrol kestabilan nilai rupiah. Tingkat suku bunga yang berlaku pada setiap penjualan SBI ditentukan oleh mekanisme pasar berdasarkan sistem lelang. Sejak awal Juli 2005, BI menggunakan mekanisme BI rate, yaitu BI mengumumkan target suku bunga SBI yang diinginkan BI untuk pelelangan pada masa periode tertentu. BI rate ini kemudian dijadikan acuan para pelaku pasar dalam mengikuti pelelangan. BI Rate atau suku bunga Bank Indonesia, merupakan tingkat suku bunga untuk satu tahun yang ditetapkan oleh BI sebagai patokan bagi suku bunga pinjaman maupun simpanan bagi bank dan lembaga keuangan lainnya di Indonesias. Bi rate adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap atau stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh Bank Indonesia dan diumumkan kepada public (www.bi.go.id). Bi Rate diumumkan oleh Dewan Gubernur Bank Indonesia setiap Rapat Dewan Gubernur bulanan dan diimplementasikan pada operasi moneter yang dilakukan Bank Indonesia melalui pengelolaan likuiditas (liquidity management) di pasar uang untuk mencapai sasaran operasional kebijakan moneter. Sasaran operasional kebijakan moneter dicerminkan pada perkembangan suku bunga Pasar Uang Antar Bank Overnight (PUAB O/N). Pergerakan di suku
bunga PUAB ini diharapkan akan diikuti oleh perkembangan di suku bunga deposito, dan pada gilirannyasuku bunga kredit perbankan. Dengan mempertimbangkan pula faktor faktor lain dalam perekonomian, Bank Indonesia pada umumnya akan menaikkan BI Rate apabila inflasi kedepan diperkirakan melampaui sasaran yang telah ditetapkan, sebaliknya Bank Indonesia akan menurunkan BI Rate apabila inflasi kedepan diperkirakan berada dibawah sasaran yang telah ditetapkan (www.bi.go.id).
3.1.4
Nilai Tukar Rupiah Menurut Sukirno (2006), nilai tukar adalah harga mata uang suatu Negara
yang dinyatakan dalam mata uang asing negara lainnya.
Nilai tukar atau kurs
dalam keuangan adalah sebuah perjanjian yang dikenal sebagai nilai tukar mata uang terhadap pembayaran saat kini atau dikemudian hari, anatara dua mata uang masing masing Negara atau diperlukan untuk membeli satu unit atau satuan jenis mata uang. Pemerintah Indonesia biasanya berperan dalam penentuan kurs agar sampai pada tingkat yang kondusif bagi dunia usaha. Kurs khususnya kurs rupiah per Dollar sangat berkaitan erat dan mempengaruhi arus barang dan jasa serta modal dari dalam dan keluar Indonesia. Menurut Madura (2006), ada beberapa faktor yang mempengaruhi pergerakan nilai tukar, yaitu : a. Faktor fundamental, berkaitan dengan indikator-indikator ekonomi seperti inflasi, suku bunga, perbedaan relatif pendapatan antar Negara, ekspektasi pasar dan intervensi Bank Sentral.
b. Faktor Teknis, berkaitan dengan kondisi penawaran dan permintaan devisa pada saat saat tertentu. Apabila ada kelebihan permintaan, sementara penawaran tetap, maka harga valas akan naik dan sebaliknya. c. Sentimen Pasar, faktor ini lebih banyak disebabkan oleh rumor atau berita berita politik yang bersifat insidentil, yang dapat mendorong harga valas naik atau turun secara tajam dalam jangka pendek. Apabila rumor sudah berlalu, maka nilai tukar kembali normal. Selain itu, Ada 2 jenis perubahan kurs valuta asing, yaitu : a. Apresiasi atau Depresiasi dimana naik turunnya kurs suatu Negara dengan mata uang asing Negara lain bergantung pada kekuatan pasar (permintaan dan penawaran) baik yang timbul dari dalam maupun luar negeri. b. Devaluasi atau revaluasi dimana naik turunnya nilai tukar atau kurs mata uang bergantung dengan kebijakan yang ditetapkan pemerintah. Teori yang berkaitan dengan nilai tukar 1) Balance of payment approach Pendekatan ini didasarkan pada pendapat bahwa nilai tukar valuta ditentukan oleh kekuatan penawaran dan permintaan terhadap valuta tersebut.
Adapun alat yang digunakan untuk mengukur kekuatan
penawaran dan permintaan adalah Balance of payment.
2) Theory purchasing Power Parity Teori ini agak berbeda dengan pendekatan sebelumnya. Teori ini berusaha untuk menghubungkan nilai tukar dengan daya beli valuta tersebut terhadap barang dan jasa. Pendekatan ini menggunakan apa yang disebut Law of One Price sebagai dasar. Dalam Law of One Price disebutkan bahwa dengan asumsi tertentu, dua barang yang identik (sama dalam segala hal) harusnya mempunyai harga yang sama. 3) Fisher Effect Teori ini diperkenalkan oleh Irving fisher.
Fisher effect menyatakan
bahwa tingkat suku bunga nominal disuatu Negara akan sama dengan tingkat suku bunga riil ditambah tingkat inflasi di Negara itu. Pernyataan tersebut dapat digambarkan dengan persamaan sebagai berikut:
Suku bunga nominal = Suku bunga riil + tingkat inflasi.
Dengan kata lain, tingkat suku bunga nominal di dua Negara dapat berbeda karena tingkat inflasi mereka berbeda. 4) International Fisher Effect Pendapat ini didasari oleh Fisher Effect, bahwa pergerakkan nilai mata uang suatu Negara dibanding Negara lain (pergerakan kurs) disebabkan oleh perbedaan suku bunga nominal yang ada di kedua Negara tersebut. Implikasi dari International Fisher Effect adalah bahwa orang tidak bisa menikmati keuntungan yang lebih tinggi hanya dengan menanamkan dana
mereka ke Negara yang mempunyai suku bunga nominal tinggi karena nilai mata uang Negara yang suku bunganya tinggi tersebut akan terdepresiasi ( turun nilainya) sebesar selisih bunga nominal dengan negara yang mempunyai suku bunga nominal lebih rendah. Jenis jenis sistem nilai tukar Sistem nilai tukar dapat diklasifikasikan menurut seberapa jauh nilai tukar dikendalikan oleh Pemerintah (Madura, 2000). Sistem nilai tukar suatu Negara biasanya masuk ke dalam salah satu kategori sistem tetap (fixed), sistem mengambang bebas (freely floating), sistem mengambang terkendali (managed floating) dan sistem terpatok (pegged). a) Sistem tetap (fixed) Pada sistem nilai tukar tetap, nilai tukar mata uang dibuat konstan ataupun hanya diperbolehkan berfluktuasi dalam kisaran yang sempit. Bila pada suatu saat nilai tukar mulai berfluktuasi terlalu besar, maka pemerintah akan melakukan intervensi untuk menjaga agar fluktuasi tetap berada dalam kisaran yang diinginkan. b) Sistem mengambang bebas Pada sistem nilai tukar mengambang bebas, nilai tukar dibiarkan bergerak mengikuti kekuatan kekuatan pasar tanpa intervensi dari pemerintah. Dalam sistem ini perusahaan perusahaan perlu mencurahkan sumber daya yang substansial untuk mengukur dan mengelola resiko valuta asing. c) Sistem Mengambang Terkendali (managed floating)
Pada sistem nilai tukar mengambang terkendali, nilai tukar dibiarkan berfluktuasi tanpa batas batas yang eksplisit, tetapi baik sentral bisamelakukan intervensi untuk mempengaruhi pergerakan nilai tukar. Hal ini dilakukan untuk mencegah valuta berfluktuasi terlalu tajam ke satu arah. d) Sistem Terpatok (pegged) Sistem nilai tukar terikat dimana mata uang lokal dikaitkan nilainya pada sebuah valuta asing atau pada sebuah jenis mata uang tertentu. Nilai mata uang lokal akan mengikuti fluktuasi dari nilai mata uang yang dijadikan ikatan tersebut. Terdepresiasinya kurs rupiah terhadap mata uang asing khususnya Dollar Amerika memiliki pengaruh negatif terhadap ekonomi dan pasar modal. Ketika mata uang terdepresiasi, hal ini mengakibatkan naiknya biaya bahan baku terhadap sebagian besar perusahaan.
3.2
Penelitian Terdahulu Berbagai penelitian terdahulu yang mendasari penelitian ini diantaranya
adalah: Tabel 3.1 Mapping Penelitian Terdahulu No Penulis 1 Larry
A The
Sjaastad (2007)
Judul Price
Analisis Data of The Forecast Data
Hasil Penelitian Nilai Tukar euro
Gold and The Error
bulanan
dan Yen terhadap
Exchange
dari
US Dollar memiliki
Rate:Once
Januari
pengaruh terhadap
Again
1991-Juni
Harga Emas Dunia.
Approach
2004. Total 164 2
Shahriar
An Overview of ARIMA
data. Data
Pengaruh
antara
Shafiee , Erkan Global
Gold
bulanan
inflasi dan harga
Topal (2010)
And
dari
emas adalah -9%
Januari
yang
1968
pengaruhnya
sampai
adalah
Desember
signifikan.
Market Gold
Price
Forecasting
berarti negatif
2008. Total 240 3
Ada
hubungan
bulanan
yang
signifikan
Movements:
dari
antara suku bunga
Common
Januari
dan
1956-
terhadap
October
emas.
of Vector
Kelechi Adibe Theories (2009)
data. Auto Data
Gold
Wisdom
Price Regression
or
Myths
nilai
tukar return
2008. Total data 4
Thi Kim Cuc Inflationary Nguyen Reza
dan Implication
Vector
634 Auto Data
of Regression
Yamora Gold Price in
Siregar (2013)
Vietnam
Inflasi berpengaruh
bulanan
positif
terhadap
dari
harga
Januari
Vietnam.
emas
di
bunga
dan
2001Desember 2011. Total data 5
Ongeri
Influence
of Correlation
132. Data
Suku
6
Hezekiah
Exchange
Otuari (2013)
Fergal
Rate and regression.
bulanan
nilai
Determinants
Tahun
berpengaruh positif
On
The
2007
- terhadap
Performance of
2011.
Bank
Commercial
Sampel 27 Kenya.
Banks in Kenya
bank
O Gold’s Negative Correlations
Connor (2012)
Relationship with
the
US
Dollar 7
Ibrahim, Nurul Determinants of Regression
Bank
Kenya Januari
Hubungan
1975-
tukar
Februari
terhadap
2012
emas negatif. Secara
tahunan.
sama
nilai harga adalah bersama Harga
Gold Prices in
Tahun
minyak,
Kamaruddin,
Malaysia
2003-
suku
2012.
nilai
Rahayu
di
Dollar
Izzat dan
kinerja
di
Multiple Linier Data
Siti Nurulhuda The
tukar
tingkat
bunga
dan tukar
Total data berpengaruh positif
Hasan (2014)
10.
sebesar
96,97.
Secara
parsial
masing
masing
variabel
bebas
berpengaruh positif 8
Yu Shan Wang Dynamic
Threshold co- Data
dan Yen Ling Transmission
integration
Chueh (2013)
Effect
between technique
terhadap harga Suku Bunga
harian dari berpengaruh 2
Januari negatif harga
terhadap
the interest rate,
1989
the US Dollar
sampai 20 suku
and Gold and
Desember
berpengaruh positif
Crude Oil Prices
2007.
terhadap
Total 1500 minyak
emas,
dan bunga harga
9
Hau Le Long, Gold as a Hedge ARIMA Marc.J.K.De
Against
data. (box Data
emas
bulanan
memberikan
dari
lindung
Annaert, Dalina Vietnamese
Januari
terhadap inflasi di
Amonhaemano
2001
Vietnam.
Ceuster,
and Jenkins)
Investasi
Jan Inflation:
The
Case
n(2013)
nilai
sampai Desember 2011. Total data
10
Sunang (2012)
132. Nilai Regresi Linier Data
Kori Pengaruh
Dollar Berganda
Tukar
tukar
harian dari terhadap
Amerika Serikat
Januari
dan
2006
harga
Nilai
Dollar
berpengaruh positif – terhadap
harga
Minyak Mentah
Desember
emas
Dunia Terhadap
2010.
12,3%.
Harga
Harga Emas
Total 1215 minyak
mentah
data.
sebesar
dunia berpengaruh positif
terhadap
harga emas sebesar 11
Tri (2011)
Data
12,7%.. IHSG berpengaruh
bulanan
terhadap
Januari
emas di Indonesia,
Gabungan,
2002-
harga minyak dunia
Harga
Desember
tidak berpengaruh
Dunia dan harga
2011.
terhadap
Emas
Total data emas di Indonesia,
DuniaTerhadap
120.
Utami Estimasi
Error
Pengaruh Indeks Correction Harga
Saham Model Minyak
harga
harga emas
dunia berpengaruh
Perubahan Harga
dan
harga
Emas
terhadap
harga
12
Indonesia Determination
Toraman, Basarir
dan of
Bayramoglu
Affecting
(2013)
MGARCH
Factor model The
Data
emas di Indonesia. Pengaruh nilai
bulanan
tukar
Dollar
dari
Juni terhadap
harga
Price of Gold: A
1992
– emas
adalah
Study
Maret
negatif,
MGARCH
2010.
harga
Model
Total data terhadap
of
219
pengaruh minyak harga
emas adalah positif ,
dan
inflasi
pengaruh terhadap
harga emas adalah 13
Tully
Data
positif. Ada
investigation of model
bulanan
antara nilai tukar
the
dari Tahun terhadap
dan An APGARCH APGARCH
Lucey (2005)
Influences
Main
1984
on
Pengaruh harga
– emas.
2003.
The Gold Price
Total data 14
A On
Jonathan Batten,
The Johansen
Cetin Economic
Cointegration
Ciner, Brian M Determinant of Lucey (2014)
The
Gold-
240. Data
Baik jangka pendek
Bulanan
maupun
jangka
dari
panjang,
inflation
Januari
memiliki hubungan
Inflation
1985- Juni dengan
Relation
2012.
emas.
Total data 3.3
Kerangka Pikir Menurut Sugiyono (2004) dalam kerangka pemikiran perlu diperjelas
secara teoritis antara variabel independen dan variabel dependen. Berdasarkan
Harga
tinjauan pustaka dan tinjauan penelitian sebelumnya, maka penulis mempunyai kerangka berfikir penelitian sebagaimana disajikan pada gambar 3.1 berikut :
X1X2X3Y Gambar 3.1 Kerangka Pemikiran Gambar tersebut menerangkan bahwa variabel independen yaitu inflasi, BI rate, dan nilai tukar baik secara parsial maupun simultan diduga mempengaruhi variabel dependen yaitu return emas di Indonesia.
3.4
Hipotesis Hipotesis menyatakan dugaan sementara atau jawaban sementara suatu
masalah atau pertanyaan penelitian dalam mencari hubungan antara dua variabel
atau lebih. Tujuan hipotesis adalah untuk menguji kebenaran dugaan dan harus didasarkan atas sesuatu dasar pemikiran pada teori yang ada, sehingga dugaan tersebut benar. Hipotesis dalam penelitian ini adalah : 1. Ha : β1 : β2 : β3 : ≠ 0 inflasi, tingkat suku bunga, dan nilai tukar rupiah, secara bersama berpengaruh terhadap harga emas di Indonesia 2. Ha : β1 ≠ 0
inflasi berpengaruh terhadap return emas di
Indonesia 3. Ha : β2 ≠ 0
BI Rate berpengaruh terhadap return emas di
Indonesia 4. Ha : β3 ≠ 0 di Indonesia
nilai tukar rupiah berpengaruh terhadap return emas