BAB III KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
3.1 Kajian Pustaka 3.1.1 Pengertian Kinerja Keuangan Kinerja
perusahaan
adalah
suatu
usaha
formal
yang
dilaksanakan perusahaan untuk mengevaluasi efisien dan efektivitas dari aktivitas perusahaan yang telah dilaksanakan pada periode waktu tertentu. Menurut Sucipto (2003) pengertian kinerja keuangan adalah penentuan ukuran-ukuran tertentu yang dapat mengukur keberhasilan suatu organisasi atau perusahaan dalam menghasilkan laba. Sedangkan menurut IAI (2007) Kinerja Keuangan adalah kemampuan perusahaan dalam mengelola dan mengendalikan sumberdaya yang dimilikinya. Dari pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa kinerja keuangan adalah usaha formal yang telah dilakukan oleh perusahaan yang dapat mengukur keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan laba, sehingga dapat melihat prospek, pertumbuhan, dan potensi perkembangan baik perusahaan dengan mengandalkan sumber daya yang ada. Suatu perusahaan dapat dikatakan berhasil apabila telah mencapai standar dan tujuan yang telah ditetapkan. Pengukuran kinerja digunakan perusahaan untuk melakukan perbaikan diatas kegiatan operasionalnya agar dapat bersaing dengan perusahaan lain. Analisis kinerja keuangan merupakan proses 27 http://digilib.mercubuana.ac.id/
28
pengkajian secara kritis terhadap review data, menghitung, mengukur, menginterprestasi, dan memberi solusi terhadap keuangan perusahaan pada suatu periode tertentu. Kinerja Keuangan dapat dinilai dengan beberapa alat analisis. Berdasarkan tekniknya, analisis keuangan dapat dibedakan menjadi 8 macam, yaitu menurut Jumingan (2006): a. Analisis perbandingan Laporan Keuangan, merupakan teknik analisis dengan cara membandingkan laporan keuangan dua periode atau lebih dengan menunjukkan perubahan, baik dalam jumlah (absolut) maupun dalam persentase (relatif). b. Analisis Tren (tendensi posisi), merupakan teknik analisis untuk mengetahui tendensi keadaan keuangan apakah menunjukkan kenaikan atau penurunan. c. Analisis Persentase per Komponen (common size), merupakan teknik analisis untuk mengetahui persentase investasi pada masing-masing aktiva terhadap keseluruhan atau total aktiva maupun utang. d. Analisis Sumber dan Penggunaan Modal Kerja, merupakan teknik analisis untuk mengetahui besarnya sumber dan penggunaan modal kerja melalui dua periode waktu yang dibandingkan. e. Analisis Sumber dan Penggunaan Kas, merupakan teknik analisis untuk mengetahui kondisi kas disertai sebab terjadinya perubahan kas pada suatu periode waktu tertentu. f. Analisis Rasio Keuangan, merupakan teknik analisis keuangan untuk mengetahui hubungan di antara pos tertentu dalam neraca
http://digilib.mercubuana.ac.id/
29
maupun laporan laba rugi baik secara individu maupun secara simultan. g. Analisis Perubahan Laba Kotor, merupakan teknik analisis untuk mengetahui posisi laba dan sebab-sebab terjadinya perubahan laba. h. Analisis Break Even, merupakan teknik analisis untuk mengetahui tingkat penjualan yang harus dicapai agar perusahaan tidak mengalami kerugian.
3.1.2 Pengertian Return Saham Menurut Hartono (2013) Return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi. Investasi dilakukan untuk mendapatkan keuntungan yang dapat dinikmati oleh pemodal. Tanpa keuntungan yang diperoleh dari suatu investasi yang dilakukannya, tentunya investor tidak mau melakukan investasi yang tidak ada hasilnya. Setiap investasi, baik jangka pendek maupun jangka panjang mempunyai tujuan utama yaitu memperoleh keuntungan yang disebut return, baik secara langsung maupun tidak langsung. Menurut Hartono (2013) Return saham dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu return realisasi dan return ekspektasi. Return realisasi merupakan return yang telah terjadi. Return realisasi dihitung menggunakan data historis. Return realisasi penting karena digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja dari perusahaan. Return realisasi ini juga berguna sebagai dasar penentuan return ekspektasi dan risiko di masa datang. Return ekspektasi adalah return yang diharapkan akan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
30
diperoleh investor di masa mendatang. Berbeda dengan return realisasi yang sifatnya sudah terjadi, return ekspektasi sifatnya belum terjadi.
3.1.3 Komponen Return Saham Menurut Sutrisno (2013) Komponen return saham terdiri dari dua jenis yaitu current income (pendapatan lancar) dan capital gain (keuntungan selisih harga). Current income merupakan keuntungan yang diperoleh melalui pembayaran yang bersifat periodik seperti pembayaran bunga deposito, bunga obligasi, deviden dan sebagainya. Disebut sebagai pendapatan lancar, maksudnya adalah keuntungan yang diterima biasanya dalam bentuk kas atau setara kas, sehingga dapat diuangkan secara cepat, seperti bunga atau jasa giro dan deviden tunai. Dividen yang dibayarkan dalam bentuk saham dapat dikonversi menjadi uang kas yang setara kas adalah saham bonus atau deviden saham. Capital gain yaitu keuntungan yang diterima karena adanya selisih antara harga jual dengan harga beli saham dari suatu instrument investasi. Capital gain sangat tergantung dari harga pasar instrument investasi, yang berarti bahwa instrument investasi harus diperdagangkan di pasar. Dengan adanya perdagangan maka akan timbul perubahan nilai suatu instrument investasi yang memberikan capital gain. Besarnya capital gain dilakukan dengan cara menghitung return histories yang terjadi pada periode sebelumnya, sehingga dapat ditentukan besarnya tingkat kembalian yang diinginkan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
31
3.1.4 Pengertian Rasio Keuangan Menurut Sutrisno (2013) Rasio merupakan hasil yang diperoleh antara satu jumlah dengan jumlah yang lainnya. Menurut Sawir (2012) Rasio merupakan perbandingan yang dapat memberikan gambaran relatif tentang kondisi keuangan dan prestasi perusahaan. Menurut Majed (2012) Rasio keuangan dapat didefinisikan sebagai hubungan antara dua informasi keuangan kuantitatif individu terhubung satu sama lain dalam beberapa cara yang logis, dan koneksi, dianggap sebagai indikator keuangan yang berarti yang dapat digunakan oleh pengguna informasi keuangan yang berbeda Dari definisi-definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa rasio merupakan perbandingan jumlah, dari satu jumlah dengan jumlah lainnya yang dapat dijadikan bahan kajian untuk dianalisis dan diputuskan.
3.1.5 Jenis-jenis rasio menurut tujuan penggunannya Menurut Sutrisno (2013) rasio dikelompokkan berdasarkan tujuan penggunaannya ada 5 macam. Pertama, rasio likuiditas merupakan kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban-kewajibannya yang segera harus dibayar. Kewajiban yang harus dipenuhi adalah hutang jangka pendek, oleh karena itu rasio ini bisa digunakan untuk mengukur tingkat keamanan kreditor jangka pendek serta mengukur apakah operasi perusahaan tidak akan terganggu bila kewajiban jangka pendek ini ditagih. Apabila kegiatan operasional perusahaan terganggu akan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
32
mengakibatkan pada ketidakstabilan harga saham yang bisa berdampak negatif terhadap return yang akan didapat oleh investor. Hasil penelitian Gharaibeh (2014) menunjukkan bahwa ada hubungan yang lemah dan signifikan antara return saham dan likuiditas. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Current ratio (CR). CR membandingkan antara aktiva lancar yang dimiliki perusahaan dengan hutang jangka pendek. Semakin tinggi current ratio, maka semakin besar kemampuan perusahaan untuk melunasi hutang-hutangnya. Kedua, Rasio leverage merupakan kebutuhan operasional perusahaan yang menggunakan hutang atau tanpa modal sendiri. Tingkat leverage yang tinggi menciptakan tingkat risiko sistematis yang tinggi, lalu menyebabkan volatilitas yang tinggi pada harga saham (Majeed, 2010). Namun perubahan leverage pasar, lebih disebabkan oleh perubahan harga saham dibandingkan dengan perubahan utang (Ozdagli, 2009). Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Debt to equity ratio (DER). DER membandingkan antara hutang yang dimiliki perusahaan dengan modal sendiri. Semakin tinggi leverage, maka semakin besar jumlah hutang yang digunakan untuk kegiatan operasional perusahaan, dan semakin besar pula risiko yang akan dihadapi terutama apabila kondisi perekonomian memburuk. Jika sumber dana dari hutang lebih besar dibandingkan dengan modal sendiri, maka perusahaan dapat menurunkan bahkan menghilangkan return kepada investor untuk menutupi hutang-hutangnya.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
33
Ketiga, rasio aktivitas merupakan efektivitas perusahaan dalam memanfaatkan sumber dananya. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Asset turnover (TATO). TATO membandingkan antara penjualan dengan berbagai elemen aktiva agar bisa dimanfaatkan secara optimal. Semakin efektifnya dalam memanfaatkan dana, maka semakin cepat perputaran dana yang terjadi dan akan meningkatkan return yang akan didapat oleh investor. Keempat, rasio keuntungan merupakan efektivitas perusahaan dalam mendapatkan keuntungan. Semakin besar tingkat keuntungan menunjukkan semakin baik manajemen dalam mengelola perusahaan yang berdampak pada meningkatnya harga saham, sehingga return yang dihasilkan akan lebih besar. Rasio profitabilitas juga memainkan peran penting dalam posisi keuangan perusahaan. Setiap stakeholder memiliki kepentingan dalam posisi likuiditas perusahaan. Pemasok barang akan memeriksa likuiditas perusahaan sebelum menjual barang secara kredit. Karyawan juga harus peduli tentang likuiditas perusahaan untuk mengetahui
apakah
perusahaan
dapat
memenuhi
kewajiban
karyawannya gaji terkait, pensiun, dana provident, dll (Saleem, 2011). Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Return on asset (ROA). Rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan aktiva yang dimiliki perusahaan. Kelima, Rasio penilaian merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam menciptakan nilai pasar agar melebihi biaya modal kepada investor atau kepada para pemegang saham.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
34
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Price earning ratio (PER). Menurut Sezgin (2010) PER banyak digunakan, sebagai ukuran penilaian saham relatif. PER merupakan indikator yang menunjukkan suasana hati investor, berapa banyak mereka bersedia membayar per unit pendapatan perusahaan. PER meningkat ketika investor bersedia membayar lebih per unit laba sedangkan pendapatan tetap stabil. PER juga tumbuh ketika kedua harga saham dan laba per saham meningkat, kenaikan harga saham harus lebih tinggi dari kenaikan laba bersih per saham. Meningkatkan PER ketika harga saham stabil meskipun ada penurunan laba bersih per saham. PER tidak berubah ketika ada keseimbangan antara pertumbuhan harga saham dan laba per saham. Sebagian besar investor intuitif mengevaluasi saham perusahaan dengan rasio PER yang tinggi sesuai dengan harapan tingkat pertumbuhan yang tinggi, dan cenderung untuk berinvestasi lebih di saham tersebut (Ramcharran, 2002). Tabel 3.1 Tabel Rasio Keuangan Rasio Likuiditas Leverage Aktivitas Profitabilitas/keuntungan Penilaian Sumber : Sutrisno (2013)
Dimensi Current Ratio (CR) Debt to Equity Ratio (DER) Asset Turnover (TATO) Return On Asset (ROA) Price Earning Ratio (PER)
3.1.6 Risiko Sistematik Tandelilin (2001), “a sistematic risk is any risk that effects a large number of assets, each to a greater or lesser degree”. Hubungan risiko dan return yang diharapkan dari suatu investasi merupakan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
35
hubungan yang linier dan searah, artinya semakin besar risiko yang harus ditanggung semakin besar pula tingkat return yang diharapkan. Risiko pasar berhubungan erat dengan perubahan harga saham jenis tertentu atau kelompok tertentu yang disebabkan oleh antisipasi investor terhadap perubahan tingkat kembalian yang diharapkan. Untuk mengukur risiko ini dapat digunakan beta (β) yang menjelaskan return saham yang diharapkan. Beta merupakan pengukur yang tepat dari indeks pasar karena risiko suatu sekuritas yang didiversifikasikan dengan baik, tergantung pada kepekaan masing-masing saham terhadap perubahan pasar yaitu pada beta saham-saham tersebut. Risiko sistematik merupakan risiko yang tidak dapat dieliminasi oleh diversifikasi (Brigham, 2001). Risiko sistematik merupakan risiko dari sekuritas atau portofolio yang relatif terhadap risiko pasar, dan dapat diukur dengan koefisien beta. Beta suatu sekuritas adalah kuantitatif yang mengukur sensitivitas keuntungan dari suatu sekuritas dalam merespon pergerakan harga pasar sekuritas. Semakin tinggi tingkat beta, semakin tinggi pula risiko sistematik yang tidak dapat dihilangkan karena diversifikasi.
Menurut Jones (2004), “Systematic risk as is shown in part two on portfolio management an investor can construct a diversified portfolio and eliminate part of the total risk”. The diversiviable or non market part. What is left is the diversiviable portion or the market risk variability in a securities total return that is directly associated with overall movements in the general market or economy”.
Dalam
melakukan
investasi
investor
dihadapkan
pada
ketidakpastian (uncertainty) antara return yang akan diperoleh dengan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
36
risiko yang akan dihadapinya. Return dan risiko mempunyai hubungan positif, semakin besar risiko yang harus ditanggung maka semakin besar return yang harus dikompensasikan (Hartono, 2013). Jadi risiko sistematik dari suatu sekuritas atau portofolio yang relatif terhadap risiko pasar dapat diukur dengan beta. Beta suatu sekuritas adalah kuantitatif yang mengukur sensitivitas keuntungan dari suatu sekuritas dalam merespon pergerakan keuntungan pasar. Semakin tinggi tingkat beta, semakin tinggi risiko sistematik yang tidak dapat dihilangkan karena diversifikasi. Untuk menghitung beta digunakan teknik regresi, yaitu mengestimasi beta suatu sekuritas dengan menggunakan return-return sekuritas sebagai variabel terikat dan returnreturn pasar sebagai variabel bebas.
3.1.7 Teori Keagenan (Agency theory) Menurut Anthony dan Govindarajan (2005), teori agensi adalah hubungan atau kontrak antara principal dan agent. Teori agensi memiliki asumsi bahwa tiap-tiap individu semata-mata termotivasi oleh kepentingan dirinya sendiri sehingga menimbulkan konflik kepentingan antara principal dan agent. Agency theory menunjukkan bahwa perusahaan dapat dilihat sebagai suatu hubungan kontrak (loosely defined) antara pemegang sumber daya. Suatu hubungan agency muncul ketika satu atau lebih individu, yang disebut pelaku (principals), mempekerjakan satu atau lebih individu lain, yang disebut agen, untuk melakukan layanan tertentu
http://digilib.mercubuana.ac.id/
37
dan kemudian mendelegasikan otoritas pengambilan keputusan kepada agen. Hubungan utama agency dalam bisnis adalah mereka (antara pemegang saham dan manajer) antara debtholders dan pemegang saham. Hubungan ini tidak selalu harmonis, memang, teori keagenan berkaitan dengan konflik agency, atau konflik kepentingan antara agen dan pelaku. Hal ini memiliki implikasi untuk, antara lain, tata kelola perusahaan dan etika bisnis. Ketika agency terjadi cenderung menimbulkan biaya agency,
yaitu
biaya
yang
dikeluarkan
dalam
rangka
untuk
mempertahankan hubungan agency yang efektif (misalnya, menawarkan bonus kinerja manajemen untuk mendorong manajer bertindak untuk kepentingan pemegang saham). Oleh karena itu, teori keagenan telah muncul sebagai model yang dominan dalam literatur ekonomi keuangan, dan secara luas dibahas dalam konteks etika bisnis. Sesuai dengan agency theory, motivasi manajemen akrual dapat dikelompokkan ke dalam dua kategori: opportunistic dan signaling (Beaver, 2002). Pada motivasi opportunistic, manajemen melalui kebijakan aggressive accounting menghasilkan angka laba lebih tinggi daripada laba yang sesungguhnya. Apabila laporan laba tidak dapat menggambarkan laba yang sesungguhnya, maka laporan laba mengarah pada overstate earnings. Laba yang mengarah pada overstate earnings mengakibatkan laba menjadi kabur (opaque). Motivasi opportunistic yang dilakukan oleh manajemen berhubungan dengan kompensasi berdasarkan kontrak yang disepakati dengan pihak pemilik.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
38
3.1.8 Teori Sinyal (Signalling theory) Teori Sinyal (Signalling theory) Menurut Wolk dalam Thiono (2006), “Teori sinyal menjelaskan mengapa perusahaan mempunyai dorongan untuk memberikan informasi laporan keuangan pada pihak eksternal. Dorongan perusahaan untuk memberikan informasi karena terdapat asimetri informasi antara perusahaan dan pihak luar. Perusahaan mengetahui lebih banyak mengenai perusahaan dan prospek yang akan datang daripada pihak luar (investor, kreditor). Kurangnya informasi pihak luar mengenai perusahaan menyebabkan mereka melindungi diri dengan memberikan harga yang rendah untuk perusahaan. Perusahaan dapat meningkatkan nilai perusahaan, dengan mengurangi informasi asimetri. Salah satu cara untuk mengurangi informasi asimetri adalah dengan memberikan sinyal pada pihak luar. Salah satunya berupa informasi keuangan yang dapat dipercaya dan akan mengurangi ketidakpastian mengenai prospek perusahaan yang akan datang. Teori sinyal mengemukakan bagaimana seharusnya sebuah perusahaan memberikan sinyal kepada pengguna laporan keuangan. Sinyal ini berupa informasi mengenai apa yang sudah dilakukan oleh manajemen untuk merealisasikan keinginan pemilik. Sinyal dapat berupa promosi atau informasi lain yang menyatakan bahwa perusahaan tersebut lebih baik daripada perusahaan lain.”
3.1.9 Model Keseimbangan (CAPM) CAPM adalah suatu model keseimbangan yang dapat menentukan hubungan antara risiko dan return yang akan diperoleh investor.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
39
Berdasarkan CAPM, tingkat risiko dan tingkat return yang layak dinyatakan memiliki hubungan positif dan linear. Ukuran risiko yang merupakan indikator kepekaan saham dalam CAPM ditunjukkan oleh variabel β (Beta). Semakin besar β suatu saham, maka semakin besar pula risiko yang terkandung didalamnya. Tingkat pengembalian pasar yang digunakan adalah tingkat pengembalian rata-rata dari kesempatan investasi di pasar modal (indeks pasar). Asumsi-asumsi model CAPM : 1. Investor
akan
mendiversifikasikan
portolionya
dan
memilih
portofolio yang optimal sesuai dengan garis portofolio efisien. 2. Semua investor mempunyai distribusi probabilitas tingkat return masa depan yang identik. 3. Semua investor memiliki periode waktu yang sama. 4. Semua investor dapat meminjam atau meminjamkan uang pada tingkat return yang bebas risiko 5. Tidak ada biaya transaksi, pajak pendapatan, dan inflasi. 6. Terdapat banyak sekali investor, sehingga tidak ada investor tunggal yang dapat mempengaruhi harga sekuritas. Semua investor adalah price taker. 7. Pasar dalam keadaan seimbang (equilibrium). Adapun persamaan regresi sederhana yang digunakan adalah persamaan CAPM, yaitu (Fahmi, 2012) : Ri = Rf + (Rm – Rf).βi Dimana : Ri adalah Return Saham, Rf adalah Risk Free, Rm adalah Return Market, dan βi adalah Risiko Sistematik.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
40
Capital Market Line (CML) merupakan hubungan antara risiko dan return suatu investasi dalam kondisi pasar yang seimbang bisa juga dijelaskan dengan konsep capital market line atau garis pasar modal dan security market line atau garis pasar sekuritas. CML mengambarkan hubungan antara return yang diharapkan dengan risiko total dari portofolio efisien pada pasar yang seimbang. Pada kondisi pasar yang seimbang, semua investor akan memilih portofolio pasar (portofolio optimal yang berada di sepanjang kurva efficient frontier). Dalam kondisi pasar yang seimbang, semua investor akan memilih portofolio pada titik M sebagai portofolio yang optimal (terdiri dari aset-aset berisiko).
Return yang diharapkan, R
L M
C
E G
B
H A
RF
Risiko, p
Gambar 3.1 Capital Market Line (CML) Sumber : Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi (Sartono, 2001)
Portofolio pada titik M (portofolio pasar) akan selalu terdiri dari semua aset berisiko, dan merupakan portofolio aset berisiko yang optimal. Dengan demikian risiko portofolio pasar hanya terdiri dari risiko sistematis (risiko
yang
tidak
dapat
dihilangkan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
oleh
diversifikasi).
CML
41
menggambarkan hubungan antara return harapan dengan risiko total dari portofolio efisien pada pasar yang seimbang. Jika kurva efficient frontier pada tersebutdihilangkan, dan titik M sebagai portofolio aset berisiko yang optimal diambil, maka kita akan mendapatkan garis Rf-L yang merupakan
Return yang diharapkan
garis pasar modal (CML), seperti disajikan pada gambar di bawah ini.
CML
L M
E(R ) M
Premi Risiko Portofolio M= E(R )-R M
R
f
F
Risiko Portofolio pasar (M)
M
Risiko,
P
Gambar 3.2. Garis Pasar Modal (CML)
Sumber : Analisis Investasi dan Teori Portofolio (Rodoni, 2002)
Garis pasar sekuritas (SML) adalah garis hubungan antara tingkat return harapan dari suatu sekuritas dengan risiko sistematis (beta). SML dapat digunakan untuk menilai keuntungan suatu aset individual pada kondisi pasar yang seimbang. Sedangkan CML dapat dipakai untuk menilai tingkat return harapan dari suatu portofolio yang efisien, pada suatu tingkat risiko tertentu (P). Formula untuk mendapatkan E(R) dari suatu sekuritas menurut model SML adalah:
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Return yang diharapkan
42
SML A
kM B
kRF
Aset yang risikonya > pasar
Aset yang risikonya < pasar 0
0.5
M=1
1.5
Risiko ()
Gambar 3.3 Garis Pasar Sekuritas (SML)
Sumber : Analisis Investasi dan Teori Portofolio (Rodoni, 2002)
Pada Gambar di atas, risiko sekuritas ditunjukkan oleh beta, yang menunjukkan sensitivitas return sekuritas terhadap perubahan return pasar.
3.2 Penelitian Terdahulu Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian-penelitian terdahulu. Berikut ini beberapa penelitian terdahulu yang menjadi sumber referensi, antara lain : Tabel 3.2 Penelitian Terdahulu No 1
2
Nama Sunarto (2001)
Variabel Independen : ROA, ROE, DER dan PBV Dependen : return saham
Eliza Wahyu Ratnasari (2003)
Independen : ROA, NPM, DER, PBV, Volume Perdagangan dan Kapitalisasi Pasar Dependen : return saham
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Hasil ROA, dan ROE secara parsial berpengaruh signifikan, Sedangkan DER dan PBV tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham. ROA, PBV berpengaruh negatif signifikan, NPM dan DER berpengaruh positif signifikan. Sedangkan Volume Perdagangan dan Kapitalisasi Pasar tidak berpengaruh terhadap return saham.
43
Tabel 3.2 Penelitian Terdahulu (Lanjutan) No 3
4
Nama Variabel Yeye Susilowati Independen : DER, EPS, NPM, & Tri Turyanto ROA, dan ROE (2011) Dependen : return saham Farah Margaretha & Irma Damayanti (2008) I G. K. A. ULUPUI (2005)
Independen : PER, dividend yield, dan market to book ratio Dependen : stock return
6
Tausikal (2002)
Independen : TATO Dependen : return saham
7
Saputra (2002)
8
Alfred (2005)
Independen : Risiko Sistematis dan Likuiditas Dependen : Tingkat Pengembalian Saham Independen : Pengaruh Risiko Sistematis (Beta) dan Likuiditas Dependen : Return Saham
9
Hermi dan Ary Kurniawan (2011)
Independen : ROI, ROE, NPM dan PBV Dependen : Return Saham
10
Ni Nyoman D. S. dan Ni Luh Supadmi (2014)
Independen : Beta Dependen : Return Saham
11
Nuza Miranty (2012)
Independen : DER, Kapitalisasi Pasar dan Turnover Ratio Dependen : Return Saham
5
Independen : ROA dan CR Dependen : return saham
Hasil DER berpengaruh signifikan terhada return saham. Dan EPS, NPM, ROA dan ROE tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham. Price earnings ratio, dividend yield, dan market to book ratio berpengaruh signifikan terhadap stock return. Return on asset dan current ratio berpengaruh signifikan terhadap return saham. Total Asset Turnover berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap return saham. Secara bersama-sama risiko sistematis dan likuiditas mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap tingkat pengembalian saham. Secara parsial menunjukkan bahwa risiko sistematis dan likuiditas berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham. ROI, ROE, NPM dan PBV tidak memiliki pengaruh terhadap return saham, sedangkan EPS memiliki pengaruh terhadap return saham. Hasil penelitian membuktikan beta tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham, baik periode sebelum maupun saat krisis global. DER dan Turnover Ratio tidak memiliki pengaruh terhadap return saham, sedangkan Kapitalisasi Pasar memiliki pengaruh terhadap return saham.
Sumber : Data diolah penulis (2015)
3.3 Kerangka Pemikiran Krisis ekonomi global yang terjadi di Amerika pada tahun 2008 menyebabkan sebagian perusahaan mengalami kebangkrutan. Krisis ini
http://digilib.mercubuana.ac.id/
44
mengguncang pasar modal dunia dan berdampak pada negara yang memiliki hubungan ekonomi dengan Amerika. Dampak tersebut terlihat dari pergerakan harga saham yang mengalami penurunan, sehingga return yang dihasilkan juga semakin menurun. Dalam penelitian ini mengkaji sebelum dan sesudah krisis ekonomi global untuk melihat pengaruhnya terhadap perusahaan LQ45. Dalam berinvestasi pada suatu saham, investor harus mengetahui bagaimana kondisi keuangan perusahaan yang ingin diinvestasikannya dengan tujuan untuk memperoleh return yang maksimal dimasa yang akan datang. Kondisi keuangan dapat dilihat pada laporan keuangan yang dikeluarkan secara berkala. Laporan keuangan tersebut dibuat oleh manajemen dan bisa digunakan pihak-pihak yang berkaitan sesuai dengan kepentingannya. Laporan keuangan tersebut dianalisis untuk mengetahui secara jelas posisi keuangan dengan menggunakan analisis rasio. Analisis rasio merupakan teknik untuk mengukur kinerja perusahaan. Analisis rasio ini diharapkan dapat menyingkap hubungan antara pos-pos tertentu, kemudian dapat diambil kesimpulan. Mengingat peran penting Analisis Rasio Keuangan untuk menilai laju usaha dan perkembangan usaha suatu perusahaan sangatlah besar, maka pengetahuan yang diimbangi kemahiran dalam menganalisis dan menginterprestasikan data-data dari laporan keuangan sangat bermanfaat bagi perusahaan sebagai acuan dalam pengambilan keputusan yang terkait tentang kebijakan perusahaan untuk memajukan dan mengembangkan usaha. Sedangkan bagi investor sebagai acuan dalam pengambilan keputusan untuk berinvestasi. Rasio keuangan yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain : CR, DER TATO, ROA, dan PER. Current Ratio (CR) merupakan rasio yang
http://digilib.mercubuana.ac.id/
45
mengukur kemampuan perusahaan untuk melunasi hutang-hutangnya dengan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan. Debt To Equitty Ratio (DER), merupakan ratio yang mengukur sejauh mana besarnya hutang dapat ditutupi dengan modal sendiri. Total Asset turnover (TATO) merupakan efektivitas perusahaan dalam memanfaatkan sumber dananya secara optimal, maka semakin cepat perputaran dana yang terjadi dan akan meningkatkan return yang akan didapat oleh investor. Return On Total Assets (ROA) merupakan rasio keuangan yang banyak digunakan untuk mengukur kinerja keuangan, khususnya menyangkut profitabilitas (Darmadji, 2006). Price Earning Ratio (PER) digunakan oleh para investor untuk memprediksi kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dimasa yang akan datang. Variabel independen lain yang digunakan dalam penelitian ini adalah Risiko Sistematik atau Beta (β) merupakan risiko yang tidak dapat dihilangkan dengan melakukan diversifikasi.
Gambar 3.4 Kerangka Pemikiran Sumber : Data diolah penulis (2015)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
46
3.4 Hipotesis a. Rasio likuiditas (CR) berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham sebelum krisis ekonomi global. b. Rasio leverage (DER) berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham sebelum krisis ekonomi global. c. Rasio aktivitas (TATO) berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham sebelum krisis ekonomi global. d. Rasio keuntungan (ROA) berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham sebelum krisis ekonomi global. e. Rasio penilaian (PER) berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham sebelum krisis ekonomi global. f. Risiko sistematik berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham sebelum krisis ekonomi global. g. CR, DER, TATO, ROA, PER, dan Risiko sistematik berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham sebelum krisis ekonomi global. h. Rasio likuiditas (CR) berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham sesudah krisis ekonomi global. i. Rasio leverage (DER) berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham sesudah krisis ekonomi global. j. Rasio aktivitas (TATO) berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham sesudah krisis ekonomi global. k. Rasio keuntungan (ROA) berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham sesudah krisis ekonomi global.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
47
l. Rasio penilaian (PER) berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham sesudah krisis ekonomi global. m. Risiko sistematik berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham sesudah krisis ekonomi global. n. CR, DER, TATO, ROA, PER, dan Risiko sistematik berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham sesudah krisis ekonomi global. o. Rasio likuiditas (CR) berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham sebelum dan sesudah krisis ekonomi global. p. Rasio leverage (DER) berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham sebelum dan sesudah krisis ekonomi global. q. Rasio aktivitas (TATO) berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham sebelum dan sesudah krisis ekonomi global. r. Rasio keuntungan (ROA) berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham sebelum dan sesudah krisis ekonomi global. s. Rasio penilaian (PER) berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham sebelum dan sesudah krisis ekonomi global. t. Risiko sistematik berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham sebelum dan sesudah krisis ekonomi global. u. CR, DER, TATO, ROA, PER, dan Risiko sistematik berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham sebelum dan sesudah krisis ekonomi global.
http://digilib.mercubuana.ac.id/