BAB II KAJIAN TEORITIS,KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS
2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Hakekat Pukulan Gyaku Tzuki Dodi Rudianto (2010: 103) mengemukakan bahwa: “Gyaku Tzuki adalah pukulan lurus arah ulu hati yang berlawanan dengan langkah kuda-kuda”. Gyaku Tzuki merupakan teknik pukulan yang dilakukan dengan kuda-kuda dasar secara menyilang yaitu tangan yang melakukan pukulan berlawanan dengan kaki kuda-kuda di depan. Menurut apris hamit (2008 : 34), gyaku tsuki adalah pukulan dimana tangan yang me mukul berlawanan dengan kaki yang maju . Pukulan gyaku tsuki dapat diuaraikan sebagai berikut : a. Gyaku tsuki dapat dilancarkan dari kuda kuda yang kuat dan stabil,
dapat
memberikan momentum yang kuat kepada sasaran. b. Pinggul diputar dan dijaga tingginya tetap tidak berubah selama diputar. c. Geser toitik pusat berat badan sedikit ke depan d. Bayangkan kita menekan tulang punggung kedepan saat memutar pinggul e. pukulan ini di mulai dengan memutar pinggul. Gyaku tsuki memiliki tenaga dorong dari pinggul dan pembebanan lompatan tungkai belakang kelantai yang menambah kekuatan dan daya gerak kepadanya. Selagi jotosan dilaksanakan lengan depan ditarik kebelakang dan lengan belakang serentak bergerak kedepan sampai kedua siku menekan tulang rusuk bagian bawah.Pada gerakan ini sedikit kendurkan tungkai belakang dan pinggul.kemudian putar pinggul dan seluruh tungkai belakang sehingga lutut telah berputar sekitar seper empat lingkaran mengarah ketanah.klaki tersebut harus tetap
diam dorong pinggul kanan kedepan sejauh mungkin tetapi pinggul kiri tetap santai ,ditarik kebawah dan sedikit kebelakang .Lutut depan akan sedikit bergerak kea rah depan pada taraf ini tidak membiuarkanya bergerak keluar.Otot otot paha bagian dalam kemudian di kunci selagi lengan kanan di lontarkan sepenuhnya, dengan setengah putaran siku, kemudian tangan kiri ditarik ke belakang. Berdasarkan pengertian pukulan gyaku tsuki diatas, maka pukulan ini sangat efektif dilakukan ketika lawan memaksa bertarung jarak dekat. Agar pukulan gyaku tsuki dapat dilakukan secara berulang-ulang atau dengan frekuensi pukulan yang banyak dan kuat (bertenaga), maka perlu adanya metode latihan yang spesifik yakni dengan latihan kekuatan otot lengan dengan menggunakan beban tubuh sendiri,misalnya latihan push up. Melatih pukulan sebenarnya bukan sesuatu yang sulit, karena struktur tangan yang pendek dan sendi yang sangat elastik sehingga tidak memerlukan senam khusus untuk membuat tangan menjadi lentur, hal ini sangat berbeda ketika melatih tendangan karena perlu senam khusus untuk mendapatkan kelenturan. Beberapa hal penting ketika melatih pukulan adalah menggenggamlah dengan benar, karena sering sekali hal ini kurang diperhatikan. Jika anda terbiasa mengendurkan genggangam, sehingga tenaga lebih banyak terletak di lengan maupun di tungkai tangan. Bahaya lain dari kebiasaan tidak mengggenggam dengan baik adalah ketika memukul dalam turgul akan mengalami cidera, misalnya jari keseleo atau tangan bengkak karena tidak kuat menahan benturan. Tahap kedua setelah dapat melakukan pukulan dengan benar adalah melatih kekuatan. Sebagai alat tambahan untuk menambah kekuatan pukulan bisa juga dipakai: a. Sandsack, berupa target yang diisi dengan bubuk kayu atau potongan karet.
Beras/gabah, pasir atau bahkan pasir panas, alat ini digunakan untuk tingkat lanjutan dengan tujuan untuk memperkuat jari tangan, sehingga ketika menggunakan jurus yang memerlukan cakar, jari, tapak dan lain-lain akan tetap dahsyat hasilnya. b. Lilin yang juga bisa dijadikan target keberhasilan pukulan, pukullah lilin dari jarak sekitar 5 cm, apabila lilin padam maka pukulan kita sudah lumayan baik, dan untuk seterusnya tambahkan jarak pukulan dari lilin, dari 5cm, menjadi 7 cm, 10 cm dan seterusnya. c. Kayu/papan (Makiwara), yaitu satu papan kayu berukuran 4 x 4 inci dengan panjang 8 kaki yang ditanam ke dalam tanah kira 3 s/d 4 kaki, dengan target menggunakan bantalan jerami, atau bantalan yg diisi busa padat dan dilapisi oleh kalaf atau kulit yang tebalnya sekitar 2 inci. d. Kertas yang digantung seperti yang dilakukan Master Masutatsu Oyama di atas.
2.1.2
Hakekat Olahraga Karate Kata 'karate' berarti 'tangan kosong. Seperti namanya itu adalah seni pertempuran tidak
menggunakan senjata. Abdul Wahid (2007: 5) mendefenisikan bahwa: “karete merupakan sebuah metode khusus untuk mempertahankan diri melalui penggunaan anggota tubuh yang terlatih secara baik dan alami yang didasari dan bertujuan sesuai nilai filsafat timur”. Karate-do merupakan sebuah seni beladiri yang aslinya berasal dari daerah Okinawa, kemudian dimodifikasi dan diubah menjadi suatu jalan kehidupan (way of life) oleh Gichin Funakoshi. Kata karate juga dibentuk oleh dua karakter, yang pertama adalah kara (kosong) dan lainnya te (tangan). Kata kosong berarti teknik beladiri Karate tidak memerlukan senjata, hanya menggunakan anggota badan seperti tangan dan kaki sebagai pengganti senjata.
Karate-Do
menerapkan karate sebagai cara
hidup
yang
lebih dari sekedar
mempertahankan diri serta telah menjadi suatu pedoman dan jalan hidup bagi setiap praktisinya. Gerakan-gerakan tubuh yang tersistematis serta mengikuti kaidah, arti, makna dan sasaran yang dikandungnya merupakan suatu inti dari aksi olahraga karate itu sendiri sehingga seluruh gerak dan jiwa ditunjukkan sebagai satu kesatuan. Kesatuan gerak dan spirit ini menjadi inti dari olahraga karate yang dikenal dengan nama Karate-Do. Karate diciptakan sebagai suatu olahraga beladiri yang memegang teguh sifat kekesatriaan sehingga terbentuk manusia yang mampu dan berani dalam menghadapi tantangan hidup serta secara alamiah serta menciptakan tatanan kehidupan bermasyarakat yang berbudaya dan beradab. Oleh karenanya, hakekat olahraga karate tidak hanya sebatas keterampilan olah gerak beladiri tetapi secara komprehensif membentuk manusia yang mampu mengendalikan jiwa dan spirit bagi dirinya yang ditunjukkan dalam kehidupan bermayarakat. 2.1.3 Teknik Dasar Karete ( Kihon ) Dalam cabang olahraga karate terdapat beberapa teknik dasar ( kihon ) yakni : a. Tsuki ( pukulan ) Pada umunya pukulan ini digunakan untuk teknik pululan yang lurus kedepan ( chokuzuki ),bila lawan berada langsung didepan,lengan disodok lurus kedepan dan sasaran dipukul dengan buku jari-jari dari kepalan depan. Pada waktu melepaskan pukulan lengan yang memukul diputar kearah dalam. b. Geri ( tendangan ) Faktor-faktor teknik tendangan dalam karate adalah sebagai berikut :
Angkat lutut dari kaki yang akan menendang setinggi mungkin dan sedekat mungkin dengan dada. Lutut akan menekuk penuh,kemudian pindahkan berat kaki ke pinggul. Lentingkan,
tekukan
dan
pelurusan
lutut.Tardapat
2
cara
menendang:Menggunakan daya pegas lutut yang dilentingkan sepenuhnya,dan dengan meluruskan kuat-kuat lutut kaki yang ditekuk,menyerupai gerakan menyodok. Daya pegas pinggul dan pergelangan kaki.Di lain pihak,kekuatan kaki itu sendiri tidak cukup. Harus diperkuat dengan tenaga yang dihasilkan oleh pegas dan lutut. c. Uke ( tangkisan ) Teknik tangkisan pada cabang olahraga karate dapat dilakukan dengan berbagai cara. Di samping itu dapat pula dilakukan dengan menggunakan alat anggota tubuh yang ada,misalnya tangan atau lengan dan kaki atau tungkai. Pada dasarnya tangkisan harus dilakukan pada saat lawan mulai menyerang. Oleh karena itu sangat perlu memperkirakan lebih dahulu adanya serangan. 2.1.4 Hakekat Pelatihan Latihan merupakan suatu proses yang dilakukan secara teratur guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Tujuan utama latihan dalam olahraga prestasi adalah untuk mengembangkan kemampuan biomotorik ke standart yang paling tinggi, atau dalam arti fisiologis atlit berusaha mencapai tujuan perbaikan sistem organisme dan fungsinya untuk mengoptimalkan prestasi atau penampilan olahraganya. Berkaitan dengan latihan, Suharno HP. (dalam Niko Arifqi, 2011: 1) dalam seri bahan penataran pelatih tingkat muda/madya dikatakan, “Berlatih atau latihan ialah suatu proses penyempurnaan kualitas atlit secara sadar untuk mencapai prestasi maksimal
dengan diberi beban latihan fisik dan mental secara teratur, terarah, bertahap, meningkat, berkesinambungan dan berulang-ulang waktunya”. Menurut Sudjarwo (dalam Niko Arifqi, 2011: 2) bahwa, “Latihan adalah suatu proses yang sistematis secara berulang-ulang, secara ajeg dengan selalu memberikan peningkatan beban latihan”. Hal senada dikemukakan Andi Suhendro (dalam Niko Arifqi, 2011: 2 ) berpendapat, “Latihan (training) merupakan proses kerja yang sistematis dan dilakukan secara berulang-ulang dengan beban latihan yang makin meningkat”. Pengertian latihan yang dikemukakan tiga ahli tersebut pada prinsipnya mempunyai pengertian yang hampir sama, sehingga dapat disimpulkan bahwa, latihan (training) merupakan proses kerja atau berlatih yang sistematis dan kontinyu, dilakukan secara berulang-ulang dengan beban latihan yang semakin meningkat. Latihan yang sistematis adalah program latihan direncanakan secara matang, dilaksanakan sesuai jadwal menurut pola yang telah ditetapkan, dan evaluasi sesuai dengan alat yang benar. Penyajian materi harus dilakukan dari materi yang paling mudah ke arah materi yang paling sukar, dari materi yang sederhana mengarah kepada materi yang paling kompleks. Latihan harus dilakukan secara berulang-ulang, maksudnya latihan harus dilakukan menimal tiga kali dalam seminggu. Dengan pengulangan ini diharapkan gerakan yang pada saat awal latihan dirasakan sukar dilakukan, pada tahap-tahap berikutnya akan menjadi lebih mudah dilakukan. Beban latihan harus meningkat maksudnya, penambahan jumlah beban latihan harus dilakukan secara periodik, sesuai dengan prinsip-prinsip latihan, dan tidak harus dilakukan pada stiap kali latihan, namun tambahan beban harus segara dilakukan ketika atlit merasakan latihan yang dilaksanakan terasa ringan.
2.1.5 Tujuan Pelatihan Tujuan utamanya adalah membantu atlet untuk meningkatkan keterampilan prestasinya semaksimal mungkin,untuk mencapai tujuan utama latihan, yakni peningkatan keterampilan dan penampilan seseorang, maka atlet yang dituntut oleh pelatih harus memenuhi tujuan umum latihan. Selanjutnya tujuan-tujuan itu dijelaskan sebagai berikut : a. Untuk meningkatkan kemampuan fisik secara umum b. Meningkatkan kemampuan khusus, sesuai dengan cabang olahrahga yang ditekuni c. Menyempurnakan koordinasi gerakan dan teknik cabang olahraga yang ditekuni d. Mengembangkan keperibadian serta kemampuan yang keras, kepercayaan diri, ketekunan, semagat serta disiplin. e. Untuk menjamin dan mengamankan secara kesiapan tim secara optimal f. Mencegah terjadinya cedera g. Untuk memelihara kesehatan h. Untuk meningkatkan pengetahuan secara teori dengan memparhatikan dasar-dasar fisiologis, psikologis dan gizi. Mendefenisikan tujuan latihan dapat dibagi dalam dua bagian yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum latihan adalah untuk menjuarai suatu kompetisi sebagai sasaran terakhir berdasarkan kalender kompetisi yang ditetapkan. Tujuan khusus latihan adalah untuk membentuk, meningkatkan dan mempertahankan kondisi biomotor ability, fisiologis, psikologis dan keterampilan motorik dalam teknik dan tektik berdasarkan fase-fase yang telah ditetapkan, tentunya sesuai dengan prinsip-prinsip latihan.
2.1.6 Prinsip Pelatihan Latihan akan memberikan hasil yang optimal apabila didasarkan pada prinsip-prinsip latihan. Prinsip dasar latihan merupakan upaya untuk meningkatkan suatu tingkat keterampilan dan prestasi, sedangkan penggunaan prinsip latihan yang tepat bagi pelatih adalah dapat menghasilkan organisasi latihan yang baik. Berikut ini beberapa prinsip latihan secara umum yang perlu diperhatikan oleh pelatih diantaranya : a.
Prinsip Beban Lebih Prinsip overload ini merupakan prinsip yang paling mendasar dan
individual, oleh
karena itu tanpa prinsip ini sulit rasanya perestasi atlet dapat meningkat. b.
Prinsip Spesifikasi atau Kekhususan Aktivitas motorik yang khusus mempunyai pengaruh yang baik terhadap latihan, maka
harus didasarkan pada dua hal yaitu : (1). Melakukan latihan yang khas bagi cabang olahraga spesialisasi tersebut, (2). Melakukan latihan untuk mengembangkan kemampuankemampuan biomotorik yang dibutuhkan oleh cabang olahraga tersebut. c. Prinsip Individual Pemberian latihan yang akan diberikan hendaknya memperhatikan kekhususan individu , karna pada dasarnya setiap orang mempunyai ciri yang berbeda, baik secara fisik maupun mental. Adanya perbedaan anatomis dan fisiologis, maka latihan yang diberikan juga secara perorangan sesuai dengan kemampuan masing-masing. 2.1.7
Hakekat Frekkuensi Latihan Frekuensi adalah pelatihan perminggu. Menetapkan frekuensi pelatihan amat tergantung
pada tipe olahraganya dan jenis komponen biomotorik yang akan dikembangkan. Jika dilakukan
sebanyak 7 kali dalam seminggu dianggap terlalu tinggi,bila dilalakukan sekali dalalm seminggu di anggap terlalu rendah. Frekuensi pelatihanya misalnya : Untuk meningkatkan kekuatan otot dianggap cukup baik jika dilakukan sebanyak 2-3 kali seminggu sebaliknya jika meningkatkan komponen daya tahan kardiovaskuler atau kesegaran jasmani (physical fitness) maka frekuensi latihanya 4-5 kali seminggu dengan selingan istrahat maksimal selama 48 jam atau tidak lebih dari dua hari berurutan. Frekuensi latihan bagi atlit non- daya tahan aerobic atau anaerobic cukup sebanyak 3 kali perminggu dengan durasi pelatihan selama 8-10 minggu. Jadi,besar kecilnya frekuensi pelatihan amat ditentukan oleh jenis atau
tipe olahraga dan
komponen biomotorik yang akan dikembangkan tidak dapat disamaratakan antara olahraga aerobic dan non-aerobik,endurance dan non- endurance, dengan cara di berikan frekuensi pelatihan yang sama. 2.1.8
Hakekat Kekuatan Otot Lengan Kekuatan merupakan salah satu unsur dari aspek fisik yang memberikan pengaruh
terhadap peningkatan kemampuan penampilan seseorang. Hampir semua cabang olahraga membutuhkan unsur tersebut. Menurut Harsono ( 2008 : 17) bahwa kekuatan otot adalah komponen yang sangat penting guna meningkatkan kondisi fisik secara keseluruhan seperti yang dikatakan oleh, bahwa pertama kekuatan merupakan daya penggerak seiap aktifitas fisik, kedua oleh karena kekuatan memegang
peran yang penting dalam melindungi atlet/orang dari
kemungkinan cedera, ketiga bahwa dengan kekuatan, atlet akan dapat berlari lebih cepat, melempar atau menendang lebih jauh dan lebih efesien memukul lebih keras demikian pula dapat membantu memperkuat stabilitas sendi-sendi.
Baechle (2002: 7) memberikan pengartian tentang kekuatan adalah “kemampuan untuk mengeluarkan
tenaga
secara
maksimal
dalam
satu
usaha.Selanjutnya
kekuatan
(Abrahama:2011:15) adalah kegiatan yang apabila dilakukan akan membuat kita merasa semakin kuat. Weight training merupakan salah satu bentuk pelatihan yang dilakukan dengan menggunakan dominasi kontraksi isotonis otot yang paling populer dalam pelatihan body building, maupun dalam pelatihan untuk meningkatkan kekuatan serta komponen kondisi fisik yang lainnya. 2.1.9 Hakekat Kecepatan Kecepatan adalah kemampuan untuk melakukan gerakan-gerakan yang sejenis secara berturut-turut dalam waktu yang sesingkat-singkatnya, atau kemampuan untuk menempuh suatu pukulan/tinjuan yang cepat dan kuat. Menurut Bram Adem (2009;11) Kecepatan adalah kemampuan seseorang untuk mengerjakan gerakan berkesinambungan dalm bentuk yang sama dengan waktu yang sesingkatsingkatnya.Selanjutnya kecepatan adalah kemampuan untuk berpindah atau bergerak dari tubuh atau anggota dari satu titik ketitik lainnya atau untuk mengerjakan suatu aktivitas berulang-ulang yang sama serta berkesinambungan dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. Oleh sebab itu kecepatan sangat dibutuhkan dalam pertandingan dimana seorang karate memerlukan kecepatan pada saat menghindari atau menangkis serangan lawan baik menyerang dengan kecepatan maksimal setelah melihat lawan pada posisi serang yang tepat. Ismaryati (2006:59) power menyangkut kekuatan dan kecepatan kontraksi otot yang dinamis dan eksplosif serta melibatkan pengeluaran kekuatan otot yang maksimal dan secepat-
cepatnya. Hampir senada dengan Witarsa (2002:17) berpendapat bahwa: Power atau daya ledak adalah kemampuan otot untuk mengerahkan kekuatan maksimal dalam waktu yang cepat. Kecepatan dalam cabang olahraga karate sangat penting untuk dimiliki oleh setiap atlet. Kecepatan anggota gerak seperti lengan yang digunakan untuk melakukan pukulan gyaku tsuki, kecepatan seluruh anggota gerak seperti berpindah dari satu titik ketitik yang lain pada saat melakukan serangan maupun hindaran.Berbicara tentang latihan kecepatan sangat dibutuhkan pada cabang olahraga karate teristimewa dalam melakukan serangan pada saat melontarkan pukulan-pukulan dengan kecepatan maksimal, sehingga kecepatan menjadi salah satu penentu untuk memenangkan sebuah pertandingan. 2.1.10 Hakikat Pelatihan push up Push-Up adalah suatu jenis senam kekuatan yang berfungsi untuk menguatkan otot bisep maupun trisep. Latihan push up yang tergolong murah dan mudah karena tidak memerlukan peralatan apapun bisa menawarkan manfaat kesehatan yang luar biasa. Jadi pertimbangkan untuk melakukan latihan push up sebagai kagiatan rutin yang tidak hanya membuat tubuh sehat, tetapi juga meningkatkan testosteron. Latihan resistensi seperti push up dapat meningkatkan kadar testosteron dalam tubuh serta meningkatkan kekuatan otot seperti dilansir Livestrong, Posisi awal tidur tengkurap dengan tangan di sisi kanan kiri badan. Kemudian badan didorong ke atas dengan kekuatan tangan. Posisi kaki dan badan tetap lurus atau tegap. Setelah itu, badan diturunkan dengan tetap menjaga kondisi badan dan kaki tetap lurus. Badan turun tanpa menyentuh lantai atau tanah. Naik lagi dan dilakukan secara berulang. Kegiatan ini dapat dikombinasikan dengan: 1. mengubah jarak telapak tangan
2. bentuk tangan yang menyentuh lantai: membuka, mengepal, menggunakan jari, atau punggung tangan 3. mengubah jarak antar kaki 4. mengubah ketinggian letak kaki: dengan menggunakan kursi atau kaki yang satu ditindihkan ke kaki yang lain. Perhatikan posisi tangan untuk push-up, latihan push-up yang tepat adalah menggunakan jarak antar telapak tangan yang lebih lebar dari bahu. Ketika tangan mulai berpindah dari jarak yang lebih lebar dari bahu ke jarak yang lebih sempit dari bahu, maka tekanan akan berpindah lebih banyak ke otot triseps. Marchamah (2009 : 26) mengatakan bahwa, Gerakn push up adalah gerakan tubuh dengan mengangkat kedua tubuh dengan kedua tangan mulai dari bawah atau lantai ke atas dalam posisi tengkurap, Gerakan push up ini bertujuan untuk menguatkan otot otot tangan, otot punggung, dan kaki. Tetapiyang suda terbiasa bisa dilakukan dengan posisi kaki lebih tinggi dari pada kepala dengan tujuan menambah beban lebih berat dan hasilnya otot otot semakin kuat. Latihan push up dilakukan dengan : 1.Siakp awal a. Badan telungkup di lantai b. Kedua tangan memegang lantai di samping dada c. Jari kaki menampak rapat 2. Gerakan a.Tangan mengangkat tubuh hingga tangan lurus b. Badan bertumpu pada kedua tangan dan ujung kaki 3. Sikap akhir
a. Badan, kaki, tangan kmbali sikap awal yaitu telungkup b. Pandagan lurus ke depan Push up adalah sala satu jenis senam kekuatan yang berfugsi menguatkan otot bisep maupun trisep. Posisi awal tidur tengkurap dengan tangan di sisi kiri kanan badan. Kemudian badan didorong keatas dengan kekuatan tangan, Posisi kaki dan badan tetap lurus atau tegap,setelah itu badan diturunkan dengan tetap menjaga kondisi badan dan kaki tetap lurus dan badan turun tanpa menyentuh lantai atau tanah. Itu yang dikatakan oleh candra dan Ahmat (2010 : 103). 2.2 Kerangka Berpikir Faktor yang paling utama untuk menopang peningkatan prestasi adalah kekuatan latihan Push-Up. Latihan Push-Up merupakan salah satu teknik dasar dalam olahraga karate. Selain itu, di dalam olahraga karate, dalam hal pukulan gyaku tzuki tersebut tidaklah selalu menggunakan latihan push-up, tetapi juga memerlukan latihan teknik dasar untuk kemampuan pukulan gyaku tzuki dengan sempurna. Kendati demikian, untuk dapat melakukan kemampuan pukulan gyaku tzuki secara efektif, maka latihan push-up sebagai alat gerak kemampuan pukulan gyaku tzuki berperan aktif. Salah satu faktor yang turut memberikan kontribusi besar dalam usaha kemampuan pukulan gyaku tzuki adalah latihan push-up, sehingga dengan adanya latihan push-up yang maksimal,Bahkan dengan pukulan Gyaku Tsuki kearah badan maupun kepala yang didukung dengan kekuatan otot lengan dan dilakukan secara berulang-ulang atau dengan frekuensi pukulan yang banyak. Para Karate akan mampu mengumpulkan poin yang banyak.
Agar pukulan Gyaku Tsuki dapat dilakukan secara berulang-ulang atau dengan frekuensi pukulan yang banyak dan kuat (bertenaga), maka perlu adanya metode latihan yang spesifik, yakni dengan latihan Push Up dimana latihan ini menggunakan beban tubuh sendiri. 2.3 Hipotesis Penelitian Berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir yang telah dikemukakan di atas, maka dapat diformulasikan hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut: Terdapat pengaruh pelatihan push up terhadap frekuensi pukulan gyaku tsuki pada cabang olahraga karate.