BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS
A. Kajian Pustaka 1. Keterampilan Menulis Karangan Siswa Kelas IV SD a. Karakteristik siswa kelas IV SD Perkembangan individu merupakan sesuatu yang kompleks, artinya banyak faktor yang berpengaruh dan saling terjalin dalam berlangsungnya proses perkembangan siswa. Baik unsur-unsur bawaan maupun unsur-unsur pengalaman yang diperoleh dalam berinteraksi dengan lingkungan akan memberikan kontribusi tertentu terhadap arah dan laju perkembangan individu. Anak usia sekolah dasar berumur antara 6-12 tahun, masa ini merupakan tahapan perkembangan penting bagi kesuksesan perkembangan selanjutnya dan setiap anak akan mengalami perkembangan secara bertahap dalam hidupnya, baik itu perkembangan fisik maupun perkembangan kognitif. Pendapat Piaget (Susanto, 2013: 77) menyatakan bahwa tahap perkembangan kognitif dikelompokkan menjadi empat, yaitu: 1) Tahap sensori motor (0–2 Tahun) Pada tahap ini, anak belum memasuki usia sekolah. 2) Tahap pra-operasional (2–7 Tahun) Kemampuan skema kognitif pada anak masih terbatas. Peserta didik suka meniru perilaku oranglain, terutama orangtua dan guru yang pernah ia lihat ketika orang lain itu merespons terhadap perilaku orang, keadaan, dan kejadian yang dihadapi pada masa lampau. Peserta didik mulai mampu menggunakan kata-kata yang benar dan mampu pula mengekspresikan kalimat-kalimat pendek secara efektif. 3) Tahap operasional konkret (7–11 Tahun) Pada tahap ini peserta didik sudah mulai memahami aspek-aspek kumulatif materi, misalnya volume dan jumlah; mempunyai kemampuan memahami cara mengombinasikan beberapa golongan benda yang 7
8
bervariasi tingkatannya. Selain itu, peserta didik sudah mampu berpikir sistematis mengenai benda-benda dan peristiwa-peristiwa yang konkret. 4) Tahap operasional formal (11–15 Tahun) Pada tahap ini peserta didik sudah menginjak usia remaja, perkembangan kognitif peserta didik pada tahap ini telah memiliki kemampuan mengoordinasikan dua ragam kemampuan kognitif baik secara simultan (serentak) maupun berurutan. Siswa kelas IV SD berusia antara 9-10 tahun. Berdasarkan tahap perkembangan yang diungkapkan Piaget, maka siswa kelas IV berada dalam tahap operasional konkret. Pada usia tersebut, banyak aspek yang berkembang pada diri anak seperti aspek fisik, sosial, emosional, dan moral. Anak mulai berpikir logis dan sistematis untuk mencapai pemecahan masalah. Masalah yang dihadapi dalam tahap ini bersifat konkret. Anak akan merasa kesulitan bila menghadapi masalah yang bersifat abstrak, dan pada tahap ini anak menyukai soal-soal yang telah tersedia jawabannya. Sobur (2009: 129) mengemukakan bahwa perkembangan merupakan rentetan perubahan jasmani dan rohani manusia menuju arah yang lebih maju dan sempurna. Buhler (Sobur, 2011: 132) berpendapat bahwa anak pada usia 9-11 adalah masa sekolah dasar. Pada masa ini, anak mencapai objektivitas tertinggi, bisa disebut sebagai masa menyelidik, mencoba, dan bereksperimen, yang distimulasi oleh dorongan-dorongan menyelidik rasa ingin tahu yang besar, masa pemusatan dan penimbunan tenaga untuk berlatih, menjelajah, dan bereksplorasi. Pada usia ini, anak mulai “menemukan diri sendiri”, yaitu secara tidak sadar mulai berpikir tentang diri pribadi. Berdasarkan uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa karakteristik siswa kelas IV SD yang berusia antara 9-10 tahun termasuk pada fase operasional konkret yang dapat berpikir logis tentang suatu objek atau peristiwa, senang mencoba, menyelidiki, bereksplorasi, serta memiliki rasa ingin tahu yang besar. Melihat karakteristik siswa kelas IV SD yang
9
rata-rata berada pada fase operasional konkret, maka pembelajaran menggunakan media konkret seperti gambar serta penggunaan model concept sentence yang dilakukan dengan memberikan kartu-kartu yang berisi beberapa kata kunci kepada siswa cocok diterapkan untuk anak kelas IV SD karena sesuai dengan karakteristik perkembangan mereka yang sudah mampu berpikir sistematis mengenai benda-benda dan peristiwa-peristiwa yang konkret.
b. Keterampilan Menulis Karangan pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia 1) Hakikat Bahasa Indonesia Sufanti (2010: 11) menyebutkan bahwa, “mata pelajaran bahasa Indonesia merupakan mata pelajaran yang diajarkan di sekolah sejak sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Berdasarkan KTSP, mata pelajaran ini di SD mendapat alokasi waktu 5 jam pelajaran per minggu”. Berdasarkan KTSP (2008: 37), “Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia”. Dari penjelasan mengenai bahasa Indonesia di atas, dapat disimpulkan bahwa bahasa Indonesia merupakan suatu program pendidikan yang dilaksanakan di semua jenjang, mulai sekolah dasar sampai perguruan tinggi agar individu-individu dapat berkomunikasi secara baik dan benar serta menumbuhkan apresiasi sastra. Dalam pelaksanaan
proses
pembelajaran,
harus
membantu
siswa
mengoptimalkan kemampuan ataupun potensi yang dimiliki agar nantinya dapat melaksanakan tujuan-tujuan pembelajaran bahasa Indonesia yang telah ditetapkan.
10
2) Ruang Lingkup Bahasa Indonesia Pembelajaran
Bahasa
Indonesia
didefinisikan
sebagai
pembelajaran yang diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik dalam berkomunikasi dengan baik, baik secara lisan maupun tulisan. (Zulela, 2013: 4). Tarigan (2008: 1) mengemukakan bahwa keterampilan berbahasa mempunyai empat komponen yaitu: a) Keterampilan menyimak (listening skills). b) Keterampilan berbicara (speaking skills). c) Keterampilan membaca (reading skills). d) Keterampilan menulis (writing skills). Selanjutnya Zulela (2013: 100) menyebutkan bahwa ruang lingkup mata pelajaran bahasa Indonesia SD/MI dalam empat aspek keterampilan berbahasa adalah sebagai berikut: a) Mendengarkan; mendengarkan bunyi, suara, bunyi bahasa, lagu, kaset,
pesan,
penjelasan,
laporan
ceramah,
nara
sumber,
dialog/percakapan, perintah, pengumuman, mendengarkan hasil karya sastra (dongeng, cerita anak, cerita rakyat, cerita binatang, puisi, syair lagu, pantun, dan menonton drama), berita, petunjuk, pengumuman. b) Berbicara; mengungkapkan perasaan, gagasan, menyampaikan sambutan, dialog, pesan, pengalaman, bercerita tentang berbagai topik,
menceritakan
gambar,
pengalaman,
peristiwa,
tokoh,
kegemaran, tata tertib, petunjuk, laporan, berekspresi tentang sastra, mendongeng, puisi, syair lagu, berpantun, drama anak. c) Membaca; membaca permulaan; membaca huruf, suku kata, kata, kalimat, berbagai teks bacaan sederhana; membaca lanjut; membaca denah, petunjuk, tata tertib, pengumuman, kamus, ensiklopedia, berbagai teks iptek, cerita rakyat, dongeng, drama dll.
11
d) Menulis; menulis permulaan; menulis lanjut; menulis karangan naratif, nonnaratif, dengan memperhatikan penggunaan ejaan dan tanda baca. Berdasarkan uraian di atas, ruang lingkup bahasa Indonesia terdapat empat aspek yaitu keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan menulis. Pada penelitian ini ruang lingkup bahasa Indonesia yang diteliti adalah keterampilan menulis yaitu menulis karangan, yang diharapkan dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi dengan baik. 3) Hakikat Keterampilan Menulis Karangan a) Pengertian Keterampilan Menulis Kata keterampilan berasal dari kata dasar “terampil” yang berarti sangat ahli/cakap dalam menyelesaikan tugas. Sutino (Widianti, 2015: 8) menyatakan bahwa keterampilan sebagai kemampuan bertindak atau melakukan suatu pekerjaan dengan baik, cermat, cepat, dan tepat. Terampil atau cekatan adalah kepandaian melakukan sesuatu dengan cepat dan benar. Menulis didefinisikan sebagai suatu aktivitas atau kegiatan memikirkan, menggali, dan mengembangkan suatu ide dan menuangkan secara sistematis dalam bentuk tulisan (Yunus dkk, 2013: 1.3). Menurut Dalman (2015: 3) menjelaskan bahwa menulis merupakan suatu kegiatan komunikasi berupa penyampaian pesan (informasi) secara tertulis kepada pihak lain dengan menggunakan bahasa tulis sebagai medianya. Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain. Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif. Menulis disebut sebagai
12
kegiatan produktif karena kegiatan menulis menghasilkan tulisan, dan disebut sebagai kegiatan yang ekspresif karena kegiatan menulis adalah kegiatan yang mengungkapkan ide, gagasan, pikiran, dan pengetahuan penulis kepada pembaca (Tarigan, 2008: 3). Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pengertian keterampilan menulis merupakan aktivitas atau kegiatan seseorang dalam menuangkan ide ataupun gagasan dengan cepat dan benar, dalam bentuk tulisan dengan tujuan tertentu sebagai sarana komunikasi tidak langsung dengan orang lain. b) Pengertian Menulis Karangan Menulis merupakan suatu kegiatan komunikasi berupa penyampaian pesan secara tertulis kepada pihak lain dengan menggunakan bahasa tulis sebagai medianya (Dalman, 2015: 3). Karangan adalah suatu karya tulis dari kegiatan seseorang untuk mengungkapkan gagasan melalui bahasa tulis kepada pembaca untuk dipahami. Dalman mengemukakan
bahwa mengarang
merupakan proses pengungkapan gagasan, ide, angan-angan, dan perasaan yang disampaikan dalam bentuk tulisan (2015: 86). Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
pengertian
menulis
karangan
yaitu
suatu
kegiatan
mengungkapkan gagasan, ide, dan perasaan ke dalam bentuk tulisan untuk mencurahkan isi hatinya, dan disampaikan kepada pihak lain. c) Macam-macam Karangan Karangan dibedakan menjadi 5 yaitu karangan narasi, deskripsi, eksposisi, argumentasi dan persuasi. (1) Karangan Narasi Zainurrahman (2013: 37), menyatakan bahwa karangan naratif adalah tulisan yang menceritakan sebuah kejadian. Naratif berasal dari kata “to narrate” atau “to tell story” yang artinya menyampaikan cerita
13
Menurut Dalman (2015: 106), narasi merupakan cerita yang berusaha menciptakan, mengisahkan, dan merangkaikan tindak tanduk manusia dalam sebuah peristiwa atau pengalaman manuisa dari waktu ke waktu, juga di dalamnya terdapat tokoh yang menghadapi suatu konflik yang disusun secara sistematis. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa karangan narasi adalah sebuh tulisan yang dibuat dengan tujuan menceritakan sebuah peristiwa atau kejadian. (2) Karangan Deskripsi Dalman (2015: 94) mengemukakan deskripsi
merupakan
karangan
yang
bahwa karangan melukiskan
atau
menggambarkan suatu objek atau peristiwa tertentu dengan kata-kata secara jelas dan terperinci sehingga si pembaca seolaholah turut mengalami langsung apa yang dideskripsikan. Zainurrahman menjelaskan bahwa, tulisan deskripsi adalah tulisan yang bersifat menyebutkan karakteristik-karakteristik suatu objek secara keseluruhan, jelas, dan sistematis (2013: 45). Sedangkan Yunus, dkk. (2013: 5.3) menjelaskan bahwa deskripsi adalah suatu bentuk karangan yang menggambarkan sesuatu sesuai dengan keadaan sebenarnya, sehingga pembaca dapat mencitrai (melihat, mendengar, mencium, dan merasakan) apa yang digambarkan sesuai dengan citra penulisnya. Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
karangan
deskripsi
merupakan karangan yang
menggambarkan tentang hakikat suatu objek tertentu yang terlihat sesuai dengan keadaan sebenarnya. (3) Karangan Eksposisi Zainurrahman (2013: 67) menjelaskan bahwa tulisan ekspositori atau eksposisi adalah tulisan yang memberikan
14
informasi mengenai mengapa dan bagaimana, menjelaskan sebuah proses, atau menjelaskan sebuah konsep. Rusyana
berpendapat
bahwa
karangan
eksposisi
merupakan karangan yang menjelaskan sesuatu dengan cara merumuskan
pengertian,
membandingkan,
memerinci,
memberi
contoh,
dan
menguraikan,
menyimpulkan
dan
menafsirkan sesuatu (Yunus, dkk., 2013: 6.2). Dalman (2015: 120) menjelaskan bahwa karangan eksposisi adalah karangan yang menjelaskan atau memaparkan pendapat, gagasan, keyakinan, yang memerlukan fakta yang diperkuat dengan angka, statistik, peta dan grafik, tetapi tidak bersifat memengaruhi pembaca. Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa karangan
eksposisi adalah
sebuah
karangan
yang
menjelaskan secara rinci dan jelas untuk menerangkan dan menafsirkan sesuatu. (4) Karangan Argumentasi Dalman (2015: 138) menyampaikan bahwa karangan argumentasi adalah karangan yang bertujuan meyakinkan atau membuktikan kepada pembaca agar menerima sesuatu kebenaran sehingga pembaca meyakini kebenaran itu. Menurut Ozagac (dalam Zainurrahman, 2013: 51) mendefinisikan tulisan argumentatif sebagai salah satu tulisan yang mana penulis bukan hanya menginformasikan sesuatu kepada pembaca, tetapi juga menyajikan argumentasi lengkap dengan ideologi yang pro kontra mengenai sesuatu yang sedang diinformasikan itu. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa karangan argumentasi adalah karangan yang berisi pendapat yang menyajikan argumentasi lengkap atau penjelasan yang
15
logis, dan bertujuan untuk meyakinkan pembaca atas pendapat yang dikemukakannya. (5) Karangan Persuasi Dalman (2015: 146) menyatakan bahwa karangan persuasi merupakan karangan yang bertujuan memengaruhi perasaan pembaca agar pembaca yakin dan percaya akan isi karangan tersebut dan mengikuti keinginan si penulisnya. Sedangkan menurut Finoza dan Tarigan (Yunus, dkk., 2013:
6.23)
karangan
persuasi
adalah
karangan
yang
mengandung gaya bahasa untuk meyakinkan dan memengaruhi pembaca agar mau melakukan sesuatu sesuai keinginan penulis. Berdasarkan paparan di atas dapat disimpulkan bahwa karangan persuasi adalah sebuah tulisan yang menonjolkan fakta-fakta mengenai persoalan yang bertujuan memengaruhi perasaan pembaca agar percaya akan isi karangan. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa macam-macam karangan meliputi karangan deskripsi, narasi, ekposisi, argumentasi dan persuasi. Jenis karangan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah materi menulis karangan deskripsi, yaitu karangan yang menggambarkan tentang hakikat suatu objek tertentu yang terlihat sesuai dengan keadaan sebenarnya. Peneliti menggunakan materi menulis karangan deskripsi karena keterampilan menulis karangan deskripsi di SD Negeri 1 Tamanwinangun masih rendah, sehingga perlu diadakan penelitian untuk meningkatkan hasil pembelajaran tentang menulis karangan deskripsi. d) Langkah-langkah dalam Menulis Karangan Kegiatan menulis karangan perlu adanya langkah atau proses menulis karangan, supaya hasil tulisan atau karangan baik. Langkahlangkah dalam menulis karangan ada banyak dan membutuhkan waktu yang cukup lama karena mencakup hal-hal yang kompleks.
16
Langkah dalam menulis karangan juga tidak terlalu jauh dari kegiatan langkah menulis. Dalman (2015: 86-89) menjelaskan langkah-langkah dalam menulis karangan antara lain: (1) Menentukan Tema, Topik, dan Judul Tema adalah pokok persoalan, permasalahan, atau pokok pembicaraan yang mendasari suatu karangan, sedangkan topik adalah pokok persoalan atau hal yang dikembangkan atau dibahas dalam karangan. Selanjutnya, judul adalah kepala karangan atau nama sebuah karangan. Menurut Widyamartaya (Dalman, 2015: 87), hal- yang perlu diperhatikan dalam memilih tema adalah: (a) jangan mengambil tema yang bahasannya terlalu luas, (b) pilih tema yang kita yakini dapat kita kembangkan, (c) pilih tema yang sumber atau bahan-bahannya dapat dengan mudah kita peroleh. (2) Mengumpulkan Bahan Setelah mengumpulkan tema, perlu ada bahan yang menjadi bekal dalam menunjukkan eksistensi tulisan. (3) Menyeleksi Bahan Petunjuk-petunjuk dalam menyeleksi bahan, yaitu: (a) catatan hal penting semampunya, (b) jadikan membaca sebagai kebutuhan, (c) banyak diskusi, dan mengikuti kegiatan-kegiatan ilmiah. (4) Membuat Kerangka Karangan Kerangka karangan menguraikan tiap topik atau masalah menjadi beberapa bahasan yang lebih fokus dan terukur. Kerangka merupakan catatan kecil yang sewaktu-waktu dapat berubah dengan tujuan untuk mencapai tahap yang sempurna. Tahap dalam menyusun kerangka karangan adalah sebagai berikut: (a) mencatat gagasan, (b) mengatur urutan gagasan, (c)
17
memeriksa kembali yang telah diatur dalam bab dan subbab, membuat kerangka karangan. (5) Mengembangkan Kerangka Karangan Proses pengembangan karangan tergantung sepenuhnya pada penguasaan terhadap materi yang hendak ditulis. Jika benar-benar memahami materi dengan baik, permasalahan dapat diangkat dengan kreatif, mengalir, dan nyata. Berdasarkan uraian di atas, maka langkah menulis karangan merupakan langkah-langkah yang di dalamnya memperhatikan tahapan proses penulisan suatu karangan dimulai dari menentukan tema, topik, dan judul; mengumpulkan bahan; menyeleksi bahan; membuat kerangka karangan; mengembangkan kerangka karangan. e) Materi Menulis Karangan Kelas IV SD Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) materi pelajaran Bahasa Indonesia kelas IV semester II, adapun lingkup Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, dan Indikator pelajaran yang akan digunakan dalam penelitian sebagai berikut:
Tabel 2.1. Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, dan indikator pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas IV SD Semester II Standar Kompetensi Indikator Kompetensi Dasar 8. Mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi secara tertulis dalam bentuk karangan, pengumuman, dan pantun anak.
8.1 Menyusun karangan tentang berbagai topik sederhana dengan memperhatika n penggunaan ejaan (huruf besar, tanda titik, tanda koma, dll.)
8.1.1 Menjelaskan pengertian karangan deskripsi. 8.1.2 Menyebutkan langkahlangkah menulis karangan deskripsi. 8.1.3 Menyusun kerangka karangan deskripsi dengan tema binatang. 8.1.4 Mengembangkan kerangka karangan deskripsi menjadi 1 paragraf karangan deskripsi dengan memperhatikan
18
penggunaan ejaan. 8.1.5 Menyusun kerangka karangan deskripsi dengan tema pemandangan. 8.1.6 Mengembangkan kerangka karangan deskripsi menjadi 2 paragraf karangan deskripsi dengan memperhatikan penggunaan ejaan. 8.1.7 Menyusun kerangka karangan deskripsi dengan tema lingkungan. 8.1.8 Mengembangkan kerangka karangan deskripsi menjadi 2 paragraf karangan deskripsi dengan memperhatikan penggunaan ejaan.
Silabus terdapat pada lampiran 2 halaman 198
Berikut ini materi pelajaran bahasa Indonesia kelas IV SD semester II yang akan digunakan dalam penelitian: (1) Pengertian Karangan Deskripsi Karangan deskripsi merupakan salah satu jenis karangan yang harus dikuasai siswa. Menurut Finoza (Dalman, 2015: 93) mengemukakan bahwa deskripsi adalah bentuk tulisan yang bertujuan memperluas pengetahuan dan pengalaman pembaca dengan melukiskan hakikat objek yang sebenarnya. Menurut Mariskan, deskripsi atau lukisan adalah karangan yang melukiskan kesan atau indra semata dengan teliti dan sehidup-hidupnya agar pembaca atau pendengar dapat melihat, mendengar, merasakan, menghayati dan menikmati seperti yang dilihat, didengar, dirasakan dan dihayati, serta dinikmati penulis (Dalman, 2015: 93-94).
19
Dari beberapa uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian karangan deskripsi merupakan gambaran tentang suatu objek tertentu untuk melukiskan hakikat objek yang sebenarnya yang bertujuan memperluas pengalaman pembaca. (2) Langkah-langkah Menulis Karangan Deskripsi Dalman (2015: 99-100) menyebutkan langkah-langkah menulis karangan deskripsi antara lain: (a) menentukan objek atau tema yang akan dideskripsikan; (b) menentukan tujuan; (c) mengumpulkan data dengan mengamati objek atau tema yang akan dideskripsikan; (d) menyusun data tersebut ke dalam urutan
yang
baik (sistematis) atau membuat kerangka
karangan; (e) mengembangkan kerangka karangan menjadi karangan deskripsi yang sesuai dengan tema yang ditentukan. (3) Menyusun Kerangka Karangan Deskripsi Dalman menjelaskan tahapan dalam menyusun kerangka karangan deskripsi antara lain mencatat gagasan, mengatur urutan gagasan, memeriksa kembali gagasan yang telah diatur dan selanjutnya membuat kerangka karangan (2015: 88). Adapun contoh menyusun kerangka karangan adalah sebagai berikut: Tema
: Binatang
Judul
: Komodo
Kerangka karangan
: - Habitat komodo - Ukuran tubuh komodo - Ekor dan lidah komodo - Cara komodo melindungi diri
Tema
: Pemandangan
Judul
: Pemandangan di Sawah
Kerangka karangan
: - Sawah yang luas - Padi di sawah menguning
20
- Petani memanen padi - Hasil panen melimpah - Petani beristirahat di gubug Tema
: Lingkungan
Judul
: Lingkungan sekolahku
Kerangka karangan
: - Sekolahku yang bersih - Sekolahku ada 6 ruang kelas - Halaman sekolah luas - Taman bunga di sekolah
(4) Mengembangkan
Karangan
Deskripsi
berdasarkan
Kerangka Karangan Berikut ini adalah contoh pengembangan karangan deskripsi: (a) Tema: Binatang. Judul: Komodo
Gambar 2.1 Komodo Komodo hidup di Pulau Komodo, Nusa Tenggara Timur. Biawak ini dilindungi di sebuah Taman Nasional Komodo. Komodo adalah kadal terbesar di dunia, dengan rata-rata panjang 2-3 meter, komodo dewasa biasanya memiliki berat 70 kg. Komodo memiliki ekor sama panjang dengan tubuhnya. Komodo memiliki lidah panjang, berwarna kuning, bercabang. Untuk menangkap
21
mangsa, komodo berdiri dengan kaki belakang dan menggunakan ekor sebagai penunjang, bertambahnya umur komodo lebih menggunakan cakar sebagai senjata. (b) Tema: Pemandangan. Judul: Hamparan Sawah
Gambar 2.2 Pemandangan Sawah Terlihat hamparan sawah yang luas. Sawah pak tani ditanami padi. Padi di sawah mulai menguning. Para petani berbondong ke sawah untuk memanen padi mereka. Hasil panen yang melimpah membuat petani sejahtera. Selain hampaan padi yang banyak di sawah, di sana juga terdapat gubuk yang sederhana. Gubuk yang haya terbuat dari bambu dan beratap jerami padi. (c) Tema: Lingkungan. Judul: Lingkungan Sekolahku
Gambar 2.3 Lingkungan sekolah
22
Sekolahku sangat bersih sehingga suasana nyaman ketika belajar. Sekolahku berwarna orange. Dari luar tampak bagus jika dilihat oleh mata. Di sekolah terdapat 6 ruang kelas untuk belajar. Ruang kelas pun tertata sangat rati sehingga nyaman digunakan untuk belajar. Sekolahku juga mempunyai halaman yang luas. Halaman sekolah biasanya digunakan untuk upacara bendera. Selain itu, halaman sekolah juga digunakan untuk bermain ketika waktu istirahat. Di sekolahku juga terdapat taman bunga. Taman bunga terlihat asri dan indah. Semua materi berdasarkan tema binatang, pemandangan, dan lingkungan akan digunakan dalam penelitian menulis karangan deskripsi pada siswa kelas IV di SD Negeri
1
Tamanwinangun. f) Aspek Penilaian Keterampilan Menulis Karangan Aspek penilaian keterampilan menulis yang dimaksudkan disini adalah aspek yang diamati oleh guru dalam sebuah karangan untuk menentukan penilaian dari hasil karangan. Tarigan (2008: 12) mengemukakan bahwa penilaian menulis dapat dilakukan dengan memperhatikan tiga komponen yaitu, struktur, ortografi, dan kecepatan/kelancaran umum dalam menulis. Menurut Zulela (2013: 10), penilaian pada tahap penulisan tingkat lanjutan bahwa penilaiannya sudah menekankan pada hasil yaitu: (1) isi, (ketepatan pengembangan tulisan/karangan dengan tugas yang diminta); (2) bahasa, (struktur kata, diksi, struktur kalimat); (3) ejaan, (meliputi tulisan, penggunaan tanda baca, huruf kapital, dll.). Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa aspek-aspek penilaian menulis disesuaikan hasil yang dituangkan dalam tulisan seperti: (1) isi karangan; (2) unsur kebahasaan;
23
(3) ejaan. Untuk menilai aspek-aspek kemampuan menulis dilihat dari memperhatikan indikator penilaian yang sudah dibuat oleh guru yang di dalamnya termuat indikator-indikator penilaian sebuah tulisan dari isi, unsur kebahasaan, dan ejaan.
Berdasarkan uraian tentang
karakteristik siswa kelas IV SD, dan
hakikat keterampilan menulis karangan, maka dapat disimpulkan bahwa keterampilan menulis karangan siswa kelas IV SD adalah kegiatan mengungkapkan gagasan, ide, dan perasaan ke dalam bentuk tulisan untuk mencurahkan isi hatinya kepada pihak lain melalui serangkaian kegiatan, yaitu menjelaskan pengertian karangan deskripsi, menyebutkan langkahlangkah
menulis
karangan deskripsi, menyusun kerangka karangan
deskripsi dengan tema binatang, keindahan alam, dan lingkungan, dan mengembangkan kerangka karangan deskripsi menjadi 1 sampai 2 paragraf dengan memperhatikan isi, bahasa dan ejaan.
2. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Concept Sentence dengan Media Gambar a. Model Pembelajaran Kooperatif 1) Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Model
pembelajaran
kooperatif
merupakan
suatu
model
pengajaran dimana siswa belajar dalam kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan berbeda, dan setiap anggota saling kerja sama. (Rusman, 2012: 209) Slavin menyatakan “Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran dimana siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pembelajaran.” (2009: 4).
24
Suprijono (2011: 61) menyebutkan bahwa model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai hasil belajar berupa prestasi akademik, toleransi, dan pengembangan keterampilan sosial. Dari berbagai penjelasan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa pengertian
model
pembelajaran
kooperatif
yaitu
pembelajaran
berkelompok yang memiliki tingkat kemampuan berbeda, untuk mencapai tujuan bersama dengan saling membantu satu sama lain dalam mempelajari materi pembelajaran yang dapat mengembangkan sikap sosial siswa.
2) Macam-macam Model Pembelajaran Kooperatif Shoimin
(2014:
31-54)
menyebutkan
beberapa
model
pembelajaran kooperatif dengan langkah-langkah yang berbeda, antara lain: Bamboo Dancing; Circuit Learning; Complete Sentence; Concept Sentence; Connecting, Organizing, Reflecting, Extending (CORE); Contextual Teaching and Learning; Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC); Course Review Horay. Model-model pembelajaran kooperatif menurut Huda (2013: 307) antara lain: a) Mind Map Menurut Buzan (Huda, 2013: 307), mind map merupakan metode efektif untuk mengembangkan gagasan-gagasan melalui rangkaian peta-peta. Seseorang memulainya dengan menulis gagasan utama di tengah halaman, kemudian menciptakan semacam diagram yang terdiri dari kata kunci-kata kunci, frasa-frasa, konsep-konsep, fakta-fakta, dan gambar-gambar. b) Generative Merlin C. Wittrock ( Huda, 2013: 309) menjelaskan bahwa pembelajaran generative berupaya menyatukan gagasan baru dengan
25
skema pengetahuan siswa. Penerapannya di dalam kelas meliputi kegiatan mengingat, menggabungkan, mengolah dan memerinci. c) Circuit Learning
Huda
menjelaskan
bahwa
circuit
learning
merupakan
pembelajaran yang dilakukan memaksimalkan pemberdayaan pikiran perasaan dengan pola penambahan dan pengulangan. (2013: 311 ). d) Concept Sentence Menurut Huda (2013: 316), concept sentence merupakan model pembelajaran yang diawali dengan penyampaian kompetensi, sajian materi, pembentukan kelompok heterogen, penyajian kata kunci sesuai materi bahan ajar, dan penguasaan kelompok. e) Treffinger Treffinger (Huda, 2013: 317), mengungkapkan bahwa model pembelajaran treffinger berupaya untuk mengajak siswa berpikir kreatif dalam menghadapi masalah. Model ini terdiri atas 3 tahapan antara lain memahami tantangan, membangkitkan gagasan, dan mempersiapkan tindakan. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa macam-macam model pembelajaran kooperatif meliputi Bamboo Dancing; Circuit Learning;
Complete
Sentence;
Concept
Sentence;
Connecting,
Organizing, Reflecting, Extending (CORE); Contextual Teaching and Learning; Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC); Course Review Horay; Mind map; Generative; Treffinger. Berdasarkan model pembelajaran kooperatif tersebut, yang digunakan dalam penelitian ini adalah model pembelajaran concept sentence, yang memuat tentang penyampaian kompetensi, sajian materi, pembentukan kelompok heterogen, penyajian kata kunci sesuai materi, dan penguasaan kelompok yang dapat memudahkan siswa untuk menulis karangan sehingga dapat tercapai hasil pembelajaran yang maksimal.
26
3) Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Concept Sentence a) Pengertian Model Concept Sentence Model concept sentence adalah model pembelajaran yang dilakukan dengan memberikan kartu berisi beberapa kata kunci kepada siswa, dan dikembangkan menjadi paragraf. Model ini dilakukan dengan siswa dibentuk kelompok heterogen dan membuat kalimat minimal 4 kata kunci sesuai materi. (Shoimin, 2014: 37) Menurut Huda (2013: 316), concept sentence merupakan model pembelajaran yang diawali dengan penyampaian kompetensi, sajian materi, pembentukan kelompok heterogen, penyajian kata kunci sesuai materi bahan ajar, dan penugasaan kelompok. Suprijono (2011: 132) menyampaikan bahwa concept sentence merupakan salah satu ragam pembelajaran dengan pendekatan kooperatif yang dilakukan dengan menyampaikan kompetensi, sajian materi, pembentukan kelompok heterogen, penyajian kata kunci sesuai materi bahan ajar, dan penugasan kelompok. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, pengertian model concept
sentence
merupakan
model
pembelajaran
secara
berkelompok di mana dalam kegiatan pembelajaran menggunakan kata kunci yang disusun menjadi beberapa kalimat dan paragrafparagraf sesuai materi bahan ajar. b) Karakteristik Model Concept Sentence Model concept sentence merupakan model pembelajaran yang memiliki karakteristik tertentu. Menurut Huda (2013: 216), Model pembelajaran concept sentence mempunyai beberapa karakteristik antara lain: (1) pembelajaran diawali dengan penyampaian kompetensi; (2) penyajian materi; (3) pembentukan kelompok heterogen; (4) penyajian kata kunci sesuai materi bahan ajar; (5) penugasan kelompok; dan (6) presentasi hasil belajar di depan kelas.
27
Shoimin (2014: 38) menyatakan bahwa model pembelajaran concept sentence terdapat beberapa kelebihan dan kekurangan. Kelebihan tersebut, meliputi: (1) siswa lebih memahami kata kunci dari materi pokok pelajaran; (2) siswa yang lebih pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai. Selain memiliki kelebihan, model pembelajaran ini juga memiliki beberapa kekurangan, antara lain: (1) hanya untuk mata pelajaran tertentu; (2) kecenderungan siswa-siswa yang pasif untuk mengambil jawaban dari temannya. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa karakteristik model concept sentence dalam penyampaian materi dengan penyajian kata kunci dan pembentukan kelompok, siswa yang lebih pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai, namun kecenderungan siswa yang pasif mengambil jawaban dari temannya. c) Langkah-langkah Model Concept Sentence Huda (2013: 316) menyebutkan langkah-langkah pembelajaran concept sentence yaitu: (1) guru menyampaikan kompetensi yang akan
dicapai;
(2)
guru
menyajikan
materi
terkait
dengan
pembelajaran; (3) guru membentuk kelompok anggotanya kurang lebih 4 orang secara heterogen; (4) guru menyajikan beberapa kata kunci sesuai materi; (5) setiap kelompok membuat beberapa kalimat dengan menggunakan minimal 4 kata kunci setiap kalimat; (6) hasil diskusi kelompok didiskusikan kembali secara pleno yang dipandu oleh guru; (7) siswa dibantu oleh guru memberikan kesimpulan. Menurut Suprijono (2011: 132), langkah-langkah concept sentence yaitu: (1) guru menyampaikan kompetensi; (2) guru menyajikan materi; (3) guru membentuk kelompok anggotanya ± 4 orang secara heterogen (4) guru menyajikan kata kunci sesuai materi yang disajikan; (5) tiap kelompok disuruh membuat beberapa kalimat dengan menggunakan minimal 4 kata kunci; (6) hasil diskusi kelompok didiskusikan kembali dipandu guru (7) kesimpulan.
28
Shoimin (2014: 37) mengemukakan bahwa langkah-langkah pembelajaran concept sentence adalah sebagai berikut: (1) guru menyampaikan kompetensi; (2) guru menyajikan materi; (3) guru membentuk kelompok anggotanya sekitar 4 orang secara heterogen; (4) guru menyajikan kata kunci sesuai materi; (5) tiap kelompok membuat kalimat menggunakan kata kunci; (6) hasil diskusi didiskusikan dengan guru; (7) guru menyimpulkan pembelajaran. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan langkahlangkah model concept sentence adalah sebagai berikut: (1) Penyampaian kompetensi yang akan dicapai. (2) Penyajian materi pelajaran. (3) Pembentukan kelompok heterogen yang anggotanya kurang lebih 4 orang. (4) Penyajian beberapa kata kunci sesuai materi yang disajikan. (5) Tiap
kelompok
membuat
beberapa
kalimat
dengan
menggunakan minimal 4 kata kunci pokok. (6) Tiap kelompok berdiskusi menyatukan beberapa kalimat menjadi satu paragraf. (7) Presentasi hasil diskusi siswa. (8) Pembahasan hasil diskusi. (9) Penyimpulan materi. (10) Evaluasi.
b. Media Gambar dalam Pembelajaran 1) Pengertian Media Pembelajaran Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga merangang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat, serta kemauan peserta didik, sehingga proses belajar terjadi dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran secara efektif. (Sukiman, 2012: 29)
29
Asyhar (2012: 8) menjelaskan bahwa media pembelajaran merupakan segala sesuatu yang dapat menyampaikan dan menyalurkan pesan dari suatu sumber secara terencana, sehingga terjadi lingkungan belajar yang kondusif dimana penerimanya dapat melakukan proses belajar secara efisien dan efektif. Menurut Arsyad (2011: 3) media dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis, atau elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau verbal. Sedangkan menurut Gerlach dan Elly (Padmono, 2011: 11) media adalah grafik, elektronik, atau alat-alat mekanik untuk menyajikan, memproyeksikan dan menjelaskan informasi lisan atau visual. Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian media pembelajaran adalah alat bantu yang digunakan sebagai sumber belajar untuk menyampaikan pesan dalam kegiatan belajar mengajar, sehingga merangsang siswa untuk menangkap informasi baik visual maupun verbal dalam belajar.
2) Manfaat Media Pembelajaran Hamalik (Arsyad, 2011: 15) mengemukakan bahwa pemakaian media
pembelajaran
dalam
proses
belajar
mengajar
dapat
membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa. Dale (Arsyad, 2011: 23-24) mengemukakan bahwa guru harus selalu hadir untuk menyajikan materi pelajaran dengan bantuan media apa saja agar manfaat berikut ini dapat terealisasi: (a) meningkatkan rasa saling pengertian dan simpati dalam kelas; (b) membuahkan perubahan signifikan tingkah lalu siswa; (c) menunjukkan hubungan antar mata pelajaran dan kebutuhan dan minta siswa dengan
30
meningkatnya motivasi belajar siswa; (d) membawa kesegaran dan variasi bagi pengalaman belajar siswa; (e) membuat hasil belajar lebih bermakna
bagi
berbagai
kemampuan
siswa;
(f)
mendorong
pemanfaatan yang bermakna dari mata pelajaran dengan jalan melibatkan imajinasi dan partisipasi aktif yang mengakibatkan meningkatnya hasil belajar; (g) memberikan umpan balik yang diperlukan yang dapat membantu siswa menemukan seberapa banyak telah mereka pelajar; (h) melengkapi pengalaman yang kaya dengan pengalaman konsep; (i) memperluas wawasan dan pengalaman siswa yang mencerminkan pembelajaran nonverbalistik dan membuat generalisasi yang tepat; (j) meyakinkan diri bahwa urutan dan kejelasan pikiran yang siswa butuhkan jika mereka membangun struktur konsep dan system gagasan yang bermakna. Arsyad (2011: 26-27) mengemukakan manfaat media media pengajaran dalam proses belajar mengajar sebagai berikut: (a) media pengajaran dapat memperjelas penyajian pesan dan informasi sehingga dapat meningkatkan proses dan hasil belajar; (b) media pengajaran dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian anak sehingga dapat menimbulkan motivasi belajar, interaksi langsung antara siswa dengan lingkungannya, dan memungkinkan siswa untuk belajar sendiri-sendiri sesuai dengan kemampuan dan minatnya; (c) media pengajaran dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang, dan waktu; (d) media pengajaran dapat memberikan kesamaan pengalaman kepada siswa tentang peristiwa-peristiwa di lingkungan mereka, serta memungkinkan terjadinya interaksi langsung dengan guru, masyarakat, dan lingkungan. Berdasarkan beberapa pendapat di atas tentang manfaat media pembelajaran dapat disimpulkan yaitu: (a) membantu guru dan siswa dalam kegiatan belajar mengajar; (b) menarik perhatian siswa untuk mengikuti pembelajaran; (c) selama pembelajaran berlangsung siswa merasa senang dan tidak hanya berandai-andai; (d) dengan adanya
31
media
kegiatan
pembelajaran
lebih
efektif
karena
kegiatan
pembelajaran tidak terpusat pada guru sehingga siswa lebih aktif; (e) siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga dalam menjalankan tugasnya
sebagai
pendidik;
(f)
dapat
memberikan
kesamaan
rangsangan, pengalaman, dan persepsi yang sama kepada siswa.
3) Prinsip Pemilihan Media Pembelajaran Sukiman (2012: 47) menyatakan bahwa pemilihan suatu media tertentu oleh seorang guru didasarkan atas pertimbangan antara lain: (a) guru merasa akrab dengan media yang akan digunakan; (b) media yang dipilih dapat menggambarkan dengan lebih baik daripada dirinya sendiri; (c) media yang dipilihnya dapat menarik minat dan perhatian. Menurut Arsyad (2011: 72-74), prinsip-prinsip psikologis yang perlu mendapat pertimbangan dalam pemilihan media dari segi teori belajar adalah sebagai berikut: (a) motivasi; (b) perbedaan individual; (c) tujuan pembelajaran; (d)
organisasi isi; (e) persiapan sebelum
belajar; (f) emosi; (g) partisipasi; (h) umpan balik; (i) Penguatan; (j) latihan dan pengulangan: (k) penerapan. Dapat disimpulkan bahwa prinsip pemilihan media pembelajaran didasarkan atas pertimbangan sebagai berikut: (a) akrab dengan media yang
akan
digunakan;
pembelajaran; (d)
(b)
perbedaan
individual;
(c)
tujuan
organisasi isi; (e) media yang dipilih dapat
menggambarkan dengan lebih baik daripada dirinya sendiri; (f) media yang dipilih dapat menarik minat dan perhatian peserta didik.
4) Macam-macam Media Pembelajaran Media pembelajaran yang lazim digunakan dalam kegiatan belajar mengajar menurut Padmono (2011: 23) yaitu: (a) media grafis; (b) media tiga dimensi; (c) media pandang proyeksi diam; (d) media visual proyeksi gerak; (e) media audio.
32
Asyhar (2012: 44-45) mengelompokkan jenis media pembelajaran menjadi empat jenis, yaitu media visual, media audio, media audiovisual, dan multimedia. Media pembelajaran yang lazim digunakan dalam kegiatan belajar mengajar menurut Padmono (2011: 23) yaitu: (a) media grafis; (b) media tiga dimensi; (c) media pandang proyeksi diam; (d) media visual proyeksi gerak; (e) media audio. Leshin, Pollock & Reigeluth (Arsyad, 2011: 36) mengklasifikasi media ke dalam lima kelompok, yaitu (1) media berbasis manusia (guru, instruktur, tutor, main peran, kegiatan kelompok, field-trip); (2) media berbasis cetak (buku, penuntun, buku latihan (workbook), alat bantu kerja); (3) media berbasis visual (buku, bagan, grafik, peta, gambar, transparansi, slide); (4) media berbasis audio-visual (video, film, program slide-tape, televisi); dan (5) media berbasis komputer (pengajaran dengan bantuan komputer, interaktif video, hypertext). Berdasarkan pendapat-pendapat tentang media pembelajaran, dapat disimpulkan bahwa macam-macam media pembelajaran yaitu: (a) media grafis; (b) media tiga dimensi; (c) media visual proyeksi diam; (d) media visual proyeksi gerak; (e) media audio; (f) media audio visual; dan (g) multimedia. Berdasarkan beberapa macam media pembelajaran di atas, penulis memilih media grafis khususnya media gambar yang akan digunakan untuk penelitian. Peneliti memilih media gambar karena media ini cocok dipadukan dengan model concept sentence yang digunakan untuk melaksanakan pembelajaran tentang keterampilan menulis karangan sehingga dapat tercapai proses dan hasil yang maksimal selama kegiatan pembelajaran. Media gambar ini dapat digunakan guru untuk menentukan kata-kata kunci sesuai materi yang akan disajikan yaitu tentang kegiatan menulis karangan deskripsi.
33
5) Hakikat Media Gambar a) Pengertian Media Gambar Arsyad (2011: 113) memberikan penjelasan bahwa media gambar merupakan media yang digunakan untuk memvisualisasikan konsep yang ingin disampaikan kepada siswa. Menurut Padmono (2011: 24), media gambar merupakan salah satu jenis media grafis. Gambar yang baik sebagai media pendidikan adalah gambar yang sesuai dengan tujuan pembelajaran. Menurut Nana Sudjana, dan Ahmad Rifai (Sukiman, 2012: 86), gambar merupakan media pembelajaran yang sederhana karena tidak perlu perlengkapan, dan diproyeksikan untuk mengamatinya.
Gambar 2.4 Contoh Media Gambar Tema Binatang Dapat disimpulkan bahwa pengertian media gambar adalah salah satu jenis media grafis yang sederhana, dan digunakan sebagai perantara
penyampaian
konsep
kepada
siswa
dengan
cara
memanfaatkan gambar yang sesuai dengan tujuan pembelajaran. b) Langkah-langkah Penggunaan Media Gambar Tarigan (Wardani, 2013: 6) mengemukakan bahwa langkah penggunaan media gambar antara lain: (a) siswa diminta untuk memperhatikan sebuah gambar; (b) siswa diminta untuk menyusun sebuah cerita berdasarkan gambar; (c) siswa secara individu dan
34
bergantian diminta untuk menceritakan gambar tersebut; dan (d) siswa diminta untuk memperhatikan lagi media gambar. Menurut Arsyad (2011: 92), penggunaan yang efektif dalam penerapan media berbasis visual (image atau perumpamaan) antara lain: (1) mengenalkan media gambar kepada siswa, diusahakan gambar sesederhana mungkin agar tidak mengganggu perhatian siswa; (2) menekankan informasi sehingga pembelajaran terlaksana dengan baik; (3) mengulangi sajian visual dengan melibatkan siswa untuk meningkatkan daya ingat; dan (4) siswa diminta mengamati, kemudian mengungkapkan sesuatu mengenai gambar tersebut. Berdasarkan paparan di atas dapat disimpulkan langkahlangkah
penggunaan
media
gambar
antara lain: (1) guru
mengenalkan media gambar sesuai dengan perkembangan siswa; (2) guru menekankan informasi yang terdapat dalam media gambar; (3) guru meminta siswa untuk menyusun sebuah cerita berdasarkan gambar tersebut; (4) beberapa siswa secara individu dan bergantian diminta untuk menceritakan gambar tersebut; (5) guru mengulangi sajian gambar dengan melibatkan siswa untuk meningkatkan daya ingat dengan membahas informasi berdasarkan gambar.
Berdasarkan uraian tentang penerapan model concept sentence dengan media gambar merupakan model pembelajaran secara berkelompok yang dalam kegiatan pembelajarannya menggunakan kata kunci untuk membuat suatu kalimat sesuai materi bahan ajar berdasarkan gambar yang disajikan. Langkah-langkah penerapan model concept sentence dengan media gambar antara lain: 1) Penyampaian kompetensi yang akan dicapai sambil mengenalkan media gambar. 2) Penyajian materi oleh guru melalui media gambar dan tanya jawab tentang media gambar.
35
3) Pembentukan kelompok heterogen yang anggotanya kurang lebih 4 orang. 4) Penyajian beberapa kata kunci sesuai materi yang disajikan dan pemberian contoh karangan berdasarkan media gambar. 5) Pengarahan perhatian siswa dan pengajuan pertanyaan agar tiap kelompok berdiskusi untuk menulis ide gagasan berdasarkan media gambar menggunakan 4 minimal kata kunci pokok. 6) Tiap kelompok menyatukan beberapa kalimat menjadi satu paragraf. 7) Presentasi hasil diskusi siswa. 8) Pembahasan hasil diskusi tentang menulis karangan. 9) Penyimpulan materi. 10) Evaluasi
3. Hasil Penelitian yang Relevan Hasil penelitian yang relevan merupakan uraian sistematis tentang hasilhasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti terdahulu yang relevan sesuai dengan substansi yang akan diteliti. Berikut disajikan contoh penelitian yang berhubungan dengan penelitian yang akan dilakukan: a. Penelitian yang dilakukan oleh Putra (2014: 5) tentang Pemanfaatan Sumber Belajar Lingkungan dengan Pendekatan Pembelajaran SAVI dalam Peningkatan Keterampilan Menulis Karangan Siswa Kelas IV SDN Blengorkulon Tahun Ajaran 2013/2014. Berdasarkan hasil penelitian dari siklus I sampai siklus III, dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan keterampilan menulis karangan siswa pada setiap siklusnya. Hal ini ditandai dengan persentase ketuntasan siswa pada siklus I sebanyak 25,00%, siklus II 67,86%, dan siklus III 92,86%. Persamaannya dengan penelitian ini yaitu melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) kolaborasi, dan peningkatan keterampilan menulis karangan pada siswa kelas IV. Perbedaannya dengan penelitian ini yaitu tempat penelitian, model, dan media pembelajaran yang digunakan. Penelitian yang dilakukan oleh Andrean Perdana Yuwono Putra
36
dilaksanakan di SDN Blengorkulon, model dan media yang digunakan yaitu pendekatan pembelajaran SAVI dengan memanfaatkan sumber belajar lingkungan,
sedangkan
penelitian
ini
dilaksanakan
di
SDN
1
Tamanwinangun, menerapkan model concept sentence dengan media gambar. b. Penelitian yang dilakukan oleh Lestari (2012) tentang Penggunaan Media Gambar untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis Petunjuk Bahasa Indonesia Kelas IV SDN 37 Kubu. Hasil penelitian menyebutkan bahwa keterampilan menulis petunjuk melalui media gambar dapat mengalami peningkatan. Nilai rata-rata pada siklus I, yaitu nilai 60 sebanyak 6 orang siswa (37,5%), sedangkan rata-rata nilai di atas 60 sebanyak 10 orang siswa (62,5%). Nilai rata-rata pada siklus II yaitu 70,62 sebanyak 16 orang siswa (100%). Persamaannya dengan penelitian ini yaitu meneliti tentang keterampilan menulis, dan penggunaan media pembelajaran yang sama yaitu media gambar, dan sama-sama melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) pada siswa SD kelas IV. Perbedaannya dengan penelitian ini yaitu tempat penelitian, penelitian yang dilakukan oleh Uray Desi Lestari dilaksanakan di Kelas IV SDN SDN 37 Kubu, Kabupaten Kubu Raya, sedangkan penelitian ini dilaksanakan di kelas IV SDN 1 Tamanwinangun. c. Penelitian yang dilakukan oleh Rosmawati (2013) yang berjudul “Enhancing the L1 Primary Students’ Achievement in Writing Paragraph by Using Picture”. Hasil penelitiannya menyebutkan bahwa keterampilan menulis dengan media gambar mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dari adanya peningkatan nilai dari siklus pertama yaitu 62,25 dan meningkat pada siklus kedua menjadi 85,50. Persamaannya dengan penelitian ini yaitu sama-sama menggunakan media gambar dan melakukan penelitian tentang keterampilan menulis. Perbedaannya dengan penelitian ini yaitu subjek dan tempat penelitian, Penelitian yang dilakukan oleh Rosmawati dilaksanakan di kelas I Sekolah Dasar di Kota Medan, sedangkan penelitian ini dilaksanakan di kelas IV SDN 1 Tamanwinangum, Kebumen.
37
d. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Durukan (2011: 102-109) yang berjudul “Effects of Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) Technique on Reading-Writing Skills”. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Durukan menyatakan bahwa keterampilan menulis siswa meningkat secara signifikan dengan menggunakan model CIRC. Hal ini dibuktikan dengan skor siswa kelompok eksperimen dan kontrol meningkat. Ketika dipertimbangkan dalam hal tingkat pencapaian mutlak, siswa kelompok eksperimen mencapai 49% dari target di pre-test, 90% dari target dalam post test dan 76% dari target dalam tes retensi. Persamaan dengan penelitian ini terletak pada keterampilan yang diteliti, yaitu keterampilan menulis karangan dan penggunaan diskusi dalam langkah modelnya. Perbedaannya dengan penelitian ini yaitu model pembelajaran, subjek dan tempat, penelitian yang dilakukan Durukan mennggunakan model CIRC, dan subjek yang dilakukan Erhan Durukan adalah mencakup semua siswa SD, sedangkan subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV..
B. Kerangka Berpikir Keberhasilan suatu proses pembelajaran dipengaruhi banyak faktor, baik dalam diri siswa maupun dari luar. Berdasarkan pengamatan peneliti tentang pelaksanaan pembelajaran di kelas IV SDN 1 Tamanwinangun, diperoleh informasi bahwa proses pembelajaran di kelas masih belum optimal sehingga berdampak pada hasil menulis karangan siswa yang masih rendah, yaitu kurang dari KKM yaitu 76. Hal ini dipengaruhi oleh metode ceramah yang mendominasi pembelajaran, model pembelajaran yang kurang sesuai, belum di gunakan kata kunci, dan penggunaan media yang kurang maksimal. Untuk mengatasi permasalahan di atas, peneliti melakukan tindakan dengan menerapkan model pembelajaran dengan penggunaan media pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan anak. Model pembelajaran yang digunakan adalah model concept sentence.
38
Model concept sentence merupakan model pembelajaran berkelompok yang dalam kegiatan pembelajarannya menggunakan kata kunci untuk membuat suatu kalimat sesuai materi. Melalui penerapan model concept sentence siswa dapat menggunakan kata-kata kunci untuk membuat kalimat ketika menulis karangan. Selain itu, penerapan model concept sentence dalam kegiatan pembelajaran dapat dilengkapi dengan penggunaan media pembelajaran. Media pembelajaran yang digunakan yaitu media gambar. Media gambar dapat memudahkan siswa untuk menuangkan ide saat menulis karangan. Hal ini dikarenakan media gambar merupakan salah satu perantara penyampaian pesan oleh guru kepada siswa. Pembelajaran bahasa Indonesia tentang menulis karangan dilaksanakan dalam tiga siklus dengan menerapkan model concept sentence dan media gambar. Pelaksanaan pada siklus I siswa menulis karangan deskripsi dengan tema binatang, pada siklus II siswa menulis karangan deskripsi dengan tema pemandangan, dan pada siklus III siswa akan menulis karangan deskripsi dengan tema lingkungan. Penerapan model dan media sesuai dengan karakteristik siswa kelas IV SD yang berusia antara 9-10 tahun termasuk fase operasional konkret yang dapat berpikir logis tentang suatu objek atau peristiwa, senang mencoba, menyelidiki, bereksplorasi, serta memiliki rasa ingin tahu yang besar. Langkah penerapan model concept sentence dengan media gambar akan meningkatkan semangat belajar, menciptakan suasana belajar kondusif, mendorong proses berpikir kreatif, membuat siswa lebih memahami kata kunci dari materi, serta pembelajaran menulis karangan akan lebih menyenangkan. Penggunaan media gambar dapat merangsang kreativitas siswa, sehingga dapat meningkatkan keterampilan menulis karangan. Kondisi pembelajaran seperti ini akan membuat siswa memperoleh hasil yang baik. Oleh karena itu, penerapan model concept sentence dengan media gambar dapat meningkatkan keterampilan menulis karangan siswa kelas IV SDN 1 Tamanwinangun tahun ajaran 2015/2016. Berikut ini merupakan bagan kerangka berpikir penerapan model concept sentence dengan media gambar dalam peningkatan keterampilan menulis karangan pada siswa kelas IV SDN 1 Tamanwinangun tahun ajaran 2015/2016:
39
KONDISI AWAL
TINDAKAN
KONDISI AKHIR
Metode ceramah yang mendominasi pembelajaran. Model pembelajaran yang kurang sesuai. Penggunaan media kurang maksimal. Belum menggunakan kata kunci Guru menerapkan model concept sentence dengan media gambar dalam pembelajaran bahasa Indonesia tentang keterampilan menulis karangan pada siswa kelas IV SD Negeri 1Tamanwinangun .
Proses pembelajaran di kelas masih belum optimal sehingga berdampak pada hasil menulis karangan siswa yang masih rendah kurang dari KKM yaitu 76. Siklus I Menulis karangan deskripsi dengan tema binatang berkaki dua dan empat.
Siklus II Menulis karangan deskripsi dengan tema pemandangan.
Siklus III Menulis karangan deskripsi dengan tema lingkungan.
Diharapkan melalui penerapan model concept sentence dengan media gambar dapat meningkatkan keterampilan menulis karangan pada siswa kelas IV SD Negeri 1 Tamanwinangun tahun ajaran 2015/2016.
Gambar 2.5 Bagan Kerangka Berfikir
40
C. Hipotesis Tindakan Berdasarkan rumusan masalah, tinjauan pustaka, hasil penelitian yang relevan dan kerangka berfikir di atas, dapat dirumuskan hipotesis dalam penelitian tindakan kelas ini yaitu: “Jika penerapan model concept sentence dengan media gambar dilaksanakan
sesuai
langkah-langkah
yang benar, maka
dapat
meningkatkan keterampilan menulis karangan pada siswa kelas IV SDN 1 Tamanwinangun tahun ajaran 2015/2016”