BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS A.
Kajian Pustaka
1. Kajian Media Pembelajaran Mindjet Mindmanager a.
Definisi Pembelajaran Pembelajaran adalah proses yang diselenggarakan oleh guru untuk membelajarkan
perserta
didik
untuk
memperoleh
pengetahuan,
keterampilan, dan sikap. Aunurrahman (2010: 34) menjelaskan bahwa “Pembelajaran sebagai suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses belajar perserta didik, yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk mendukung dan mempengaruhi terjadinya proses belajar siswa yang besifat internal”. Sementara itu, Agus N. Cahyo (2013: 18) menjelaskan bahwa “Pembelajaran adalah usaha sadar guru untuk membatu perserta didik, agar mereka dapat belajar sesuai dengan kebutuhan dan minatnya”. Menurut Notoatmodjo, “Pembelajaran dapat beguna untuk kehidupan perserta didik (2007: 28). Pengalaman pembelajaran yang baru dapat diterima dan mampu mengubah tingkah laku merupakan bukti dari pembelajaran. Berdasarkan paparan di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa Pembelajaran adalah usaha dasar yang dilakukan untuk menciptakan kegiatan belajar dengan baik yakni merubah suatu tingkah laku perserta didik, sehingga perserta didik mampu memperoleh kemampuan dan pengetahuan yang memadai sesuai dengan apa yang mereka butuhkan serta berdampak pada kehidupan perserta didik. b.
Teori Belajar Teori merupakan serangkaian konsep yang saling berkaitan dan bertujuan untuk memberikan gambaran tentang suatu fenomena secara ilmiah. Penggunaan teori penting kiranya dalam menelaah suatu masalah atau fenomena yang terjadi sehingga fenomena tersebut dapat diterangkan
10
11
ilmiah. Secara umum terdapat beragam teori belajar yaitu kognitivisme, dan behaviorisme, dan konstruktivisme (R.W Dahar, 2011: 29). Paham konstrukivisme menjelaskan bahwa belajar melibatkan konstruksi pengetahuan saat pengetahuan baru diberikan makna oleh perserta didik (Yahaya dkk, 2005: 42). Pengetahuan lebih dianggap sebagai suatu proses pembentukan yang terus berkembang dan berubah sehingga pengetahuan tidak selamanya berpusat pada guru. Peran guru lebih pada kegiatan melayani dan mengarahkan perserta didik untuk menemukan pengetahuan yang dibangun sesuai dengan konsep yang sebenarnya. Sementara itu teori belajar behaviorisme adalah sebuah terori tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Perolehan pengetahuan dan keterampilan, perubahan-perubahan sikap dan perilaku dapat terjadi karena interaksi antara pengalaman baru dengan pengalaman yang pernah dialami sebelumnya. Menurut Burner (2003: 10-11) terdapat tiga tingkatan utama modus belajar, yaitu pengalaman langsung (enactive), pengalaman piktorial atau gambar (iconic), dan pengalaman abstrak (symbolic). Perserta didik memperoses informasi dan pelajaran melalui upaya mengorganisir, menyimpan, dan kemudian menemukan hubungan antara pengetahuan yang baru dengan pengetahuan yang telah ada merupakan terori belajar kognitivisme. Teori David Ausubel (Shadiq & MUSTAJAB, 2011: 67) merupakan teori yang berhubungan dengan cara perserta didik mendapatkan pengetahuan yaitu, “belajar bermakna (meaningful learning) dan belajar menghafal (rote learning). Berdasarkan pada paparan tersebut, maka teori merupakan prinsip yang menjelaskan suatu fenomena. Teori konstrukivisme menjelaskan bahwa belajar mengkonstruksikan pengetahuan baru diberikan makna oleh perserta didik. Selain itu teori belajar behaviorisme sebuah terori tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Teori kognitivisme
12
merupakan upaya menggabungkan antara pengetahuan baru dengan pengetahuan sebelumnya. c.
Media Pembelajaran Media pembelajaran sangat membantu guru dalam mencapai tujuan pembelajaran. Media pembelajaran menurut Sri Anita (2008:10) menjelaskah bahwa, “media pada hakikatnya adalah peralatan fisik untuk membawakan atau menyempurnakan pembelajaran”. Sementara itu, Azhar Arsyad (2005: 15) mengemukakan bahwa, “media merupakan alat bantu dalam proses pembelajaran yang berfungsi untuk memperlancar dan mempermudah kegiatan belajar mengajar. Sejalan dengan paparan ahli, Gagne juga berpendapat dalam Arief S Sadiman (2006: 6) menyatakan bahwa, “media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsang untuk belajar”. Meninjau dari pendapat lain Miarso dalam Dina Indiana (2011: 14) menyatakan bahwa, “media merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan yang dapat merangsang, perhatian, dan kemauan siswa untuk belajar”. Menurut pendapat di atas dapat dikatakan bahwa media merupakan alat yang dapat membantu guru untuk dapat menarik perhatian peserta didik sehingga memiliki keinginan untuk belajar. Alat atau media yang digunakan dapat mempermudah peserta didik untuk dapat memahami materi yang guru sampaikan. Sedangkan Munir dalam Endang S. Rahayu & I Made Nuryata (2010: 61) mengatakan bahwa “media pembelajaran meliputi segala sesuatu yang dapat membantu pengajar dalam menyampaikan motivasi, daya pikir dan pemahaman peserta didik terhadap materi pembelajaran yang sedang dibahas atau mempertahankan perhatian peserta didik terhadap materi yang sedang dibahas”. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran merupakan alat bantu yang sangat bermanfaat bagi para peserta didik dan pendidik dalam proses belajar mengajar. Peserta didik
13
belajar secara optimal dengan menggunakan media pembelajaran yang dapat merangsang untuk memahami materi yang diajarkan dalam bentuk komunikasi penyampaian pesan yang lebih efektif dan efisien. d. Jenis-jenis Media Pembelajaran Media pembelajaran yang dikembangkan saat ini sangat beragam. Keberagaman media pembelajaran tersebut dapat dilihat dari jenis-jenis media pembelajaran. Salah satu yang mengemukakan jenis-jenis media pembelajaran adalah Zinal Aqib (2013: 52) terdapat tiga jenis media pembelajaran, yakni: 1) Media grafis (simbol-simbol komunikasi visual) seperti gambar, foto, sketsa, diagram, bagan, grafik, kartun, poster, peta, papan flanel, dan papan buletin; 2) Media audio (dikaitkan dengan indera pendengaran) seperti radio dan alat perekam pita magnetik; 3) Multimedia (dibantu proyektor LCD), misalnya file program komputer multimedia. Meninjau dari prespektif lain taksonomi Lenshin dalam Azhar Aryad (2011: 81) media pembelajaran saat ini berbagai jenis, yaitu: Media berbasis manusia yang bertujuan untuk mengubah sikap atau ingin secara langsung terlibat dengan pemantauan pembelajaran siswa, media berbasis cetakan paling umum dikenal dengan buku teks, buku penuntun, jurnal, dan majalah, media berbasis visual digunakan untuk memperlancar pemahaman dan memperkuat ingatan, media berbasis audio visual yang menggabungkan penggunaan suara memerlukan pekerjaan tambahan untuk produksinya, dan media berbasis komputer dimana komputer dapat menyajikan informasi dan tahapan pembelajaran lainnya disampaikan bukan dengan media komputer. e.
Fungsi Media Pembelajaran Media pembelajaran mempunyai fungsi yang sangat penting dalam kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan peserta didik. Menurut Levie dan Lentz dalam buku Cecep Kustandi dan Bambang Sutjipto (2011: 19) fungsi media pembelajaran, yaitu, “Pertama fungsi atensi, kedua fungsi afektif, ketiga fungsi kognitif, dan keempat fungsi kompensatoris”. Pendapat tersebut lebih berfokus pada fungsi media pembelajaran khususnya media visual.
14
Pendapat yang berbeda diungkapkan oleh Yudhi Munadi (2013: 36) bahwa fungsi media pembelajaran dibagi menjadi enam fungsi, yaitu: 1) Fungsi media sebagai sumber belajar, sebagai segala macam sumber yang ada di luar diri seseorang (peserta didik) dan memungkinkan terjadinya proses belajar; 2) Fungsi sematik, kemampuan media dalam menambah perbendaharaan kata (simbol verbal) yang makna atau maksudnya benar-benar dipahami anak didik (tidak verbalistik); 3) Fungsi manipulatif, media memiliki dua kemampuan yakni mengatasi batas-batas rudang dan waktu dan mengatasi keterbatasan inderawi; 4) Fungsi psikologis, meningkatkan perhatian (attention) siswa terhadap materi ajar, menggugah perasaan, emosi, dan penerimaan atau penolakan siswa terhadap sesuatu, mengembangkan kognitif siswa, meningkatkan dan mengembangkan imajinasi siswa, serta memotivasi siswa mendorong melakukan kegiatan belajar sehingga tujuan pembelajaran tercapai; 5) Fungsi sosio-kultural, mengatasi hambatan sosio-kultural antar peserta komunikasi pembelajaran. Setiap media pembelajaran yang digunakan oleh guru mempunyai fungsi tersendiri, sesuai dengan tujuan guru yang akan disampaikan. Secara
umum
fungsi
media
pembelajaran
untuk
mempermudah
penyampaian pesan dari guru kepada peserta didik. Sehingga pesan yang disampaikan oleh guru dapat diterima dengan baik oleh peserta didik. Serta pesan yang disampaikan kepada peserta didik sama dengan pesan yang dikemukakan oleh guru. f.
Tujuan dan Manfaat Media Pembelajaran Guru dalam menggunakan media pembelajaran harus sesuai dengan tujuan dan manfaat yang akan diberikan kepada peserta didik. Setiap media pembelajaran mempunyai tujuan dan manfaat masing-masing untuk proses pembelajaran. Menurut Hujair AH Sanaky (2013: 9), Tujuan media pembelajaran adalah sebagai alat bantu pembelajaran untuk, mempermudah proses pembelajaran yang terjadi di kelas, meningkatkan efisiensi pada proses pembelajaran, menjaga relevansi antara materi pembelajaran dengan tujuan belajar yang ada, dan membantu meningkatkan konsentrasi pembelajaran dalam proses pembelajaran.
15
Media pembelajaran mempunyai beberapa manfaat yang sangat baik dipergunakan dalam kegiatan belajar mengajar. Media pembelajaran yang digunakan harus sesuai dengan tujuan dan manfaat pembelajaran agar dapat tercapainya tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Menurut Edy Tri Sulistyo (2011: 9) media pembelajaran mempunyai beberapa manfaat sebagai berikut: 1) Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistik (dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan belaka); 2) Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan indera; 3) Penggunaan media pembelajaran secara tepat dan bervariasi dapat mengatasi sikap pasif anak didik; 4) Dengan sifat yang unik pada tiap peserta didik ditambah lagi dengan likungan dan pengalaman yang berbeda, sedangkan kurikulum dan materi pendidikan ditentukan sama untuk setiap peserta didik, maka pendidik akan banyak mengalami kesulitan apabila semuanya itu harus diatasi sendiri. Sejalan dengan pendapat tersebut dikemukakan oleh Dina Indriana (2011: 48) yang menyatakan bahwa, Manfaat media pembelajaran adalah membuat konkret berbagai konsep yang abstrak, menghadirkan berbagai objek yang telalu sukar didapat ke dalam lingkungan belajar melalui media pengajaran yang menjadi sampel dari objek tersebut, menampilkan objek yang terlalu besar atau kecil ke dalam ruangan kelas pada waktu kelas membahas objek yang besar atau yang terlalu kecil, dan memperlihatkan gerakan yang terlalu cepat atau lambat. Manfaat dari media pembelajaran yang sudah dipaparkan tersebut dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran dapat membantu guru untuk menyajikan materi kepada peserta didik tanpa adanya keterbatasan ruang, waktu, dan indera serta membuat materi yang abstrak menjadi konkret. Standart kompetensi guru juga menuntut adanya kemampuan guru dalam mengikuti perkembangan yang selalu dinamis. Media Pembelajaran menjadi salah satu cara untuk mengembangkan kompetensi profesional seorang guru, dimana guru harus dapat menguasai materi secara luas dan mendalam meliputi konsep, struktur, metode, teknologi dengan materi ajar sehingga nantinya akan tercapainya tujuan pembelajaran yang optimal.
16
g.
Prinsip dan Kriteria Memilih Media Pembelajaran Pemilihan media pembelajaran yang tepat dapat membantu guru untuk menyajikan materi. Dalam pemilihan media pembelajaran guru harus mempertimbangkan fungsi, manfaat dan jenis media pembelajaran yang dapat mewujudkan tujuan pembelajaran yang akan dicapai guru. Sebelum guru menggunakan suatu media pembelajaan sebaiknya seorang guru harus mengetahui prinsip dan kriteria dalam penggunaan media pembelajaran. Menurut Sri Anitah (2009: 93) seorang guru harus mengetahui prinsip-prinsip umum dalam memilih media pembelajaran, yakni: Penggunaan media pembelajaran hendaknya dipandang sebagai bagian integral dalam sistem pembelajaran, media pembelajaran hendaknya dipandang sebagai sumber daya, guru hendaknya memahami tingkat hirarki (sequence) dari jenis alat dan kegunaannya, pengujian media pembelajaran hendaknya berlangsung terus, sebelum, selama, dan sesudah pemakaiannya, dan penggunaan multimedia akan sangat menguntungkan dan memperlancar proses pembelajaran. Prinsip tersebut menjelaskan bahwa pemilihan dalam penggunaan media pembelajaran guru harus memahami media tersebut dan cara media tersebut untuk menyisipkan media pembelajran dengan materi yang akan disampaikan oleh guru. Setelah guru mengetahui prinsip-prinsip pemilihan media pembelajaran guru juga harus mengetahui kriteria yang dimiliki oleh media pembelajaran demi terciptanya tujuan pembelajaran. Menurut Dick dan Carey dalam Arief dkk (2007: 86) yang menyatakan bahwa: Terdapat kesesuaian dengan tujuan prilaku pembelajaran. Selain itu ketersediaan sumber setempat yang sangat berhubungan dengan ketersediaan sumber setempat. Selanjutnya media pembelajaran membeli atau mempoduksi media tersebut sendiri ketersediaan dana, tenaga dan fasilitasnya. Guru juga harus memperhatikan keluwesan, kepraktisan, dan ketahanan media yang bersangkutan untuk waktu yang lama. Efektivitas biayanya dalam jangka waktu yang panjang.
17
h. Penggunaan Peta Pikiran (Peta Konsep) sebagai Media Pembelajaran Mind Map atau peta pikiran menurut Tony Buzan (2005: 4) adalah cara termudah untuk menempatkan informasi ke dalam otak dan mengambil informasi ke luar dari otak. Secara sederhana, Mind Map adalah cara mencatat yang kreatif, efektif dan secara harfiah akan “memetakan” pikiran-pikiran kita. Selain itu Doni Swadarma (2013: 2) mengutarakan pula bahwa, “Mapping adalah teknik pemanfaatan keseluruhan otak dengan menggunakan citra visual dan prasarana grafis lainnya untuk membentuk kesan. Peta pikiran atau peta konsep ini memberikan kemudahan dalam meringkas informasi-informasi yang masuk menjadi lebih sederhana. Manfaat Mind Map dikemukakan lebih lanjut oleh Tony Buzan (2005: 5) secara ringkas sebagai berikut: 1) Memberikan pandangan menyeluruh pada pokok masalah (materi pembelajaran) secara luas; 2) Mengetahui kemana kita akan pergi dan di mana kita berada, sehingga ketika pelajaran diberikan kita bisa mengetahui alur dari pembelajaran karena lebih terstruktur; 3) Mengumpulkan sejumlah besar data; 4) Menorong pemecahan masalah; 5) Menyenangkan untuk dilihat, dibaca, dicerna dan diingat. Penggunaan Mind Map mempunyai manfaat bagi ingatan merupakan media visual yang memungkinkan kita menyusun fakta dan pikiran sedemikian rupa sehingga cara kerja alami otak dilibatkan sejak awal. Menurut teori Dale (2003: 13), “Perolehan hasil belajar melalui indera pandang berkisar 75% melalui indera dengar sekitar 13%, dan melalui indera lain sekitar 12%”. Ini berarti bahwa mengingat informasi akan menjadi lebih mudah. Seperti yang dikemukakan teori belajar Ausubel bahwa, “Keunggulan Mapping juga diutarakan oleh Doni Swadarma
(2013:
9) yakni, meningkatkan kinerja manajemen
pengetahuan, memaksimalkan sistem kerja otak, saling berhubungan satu sama lain sehingga makin banyak ide, informasi yang dapat disajikan, memacu kreativitas, sederhana, mudah dikerjakan, sewaktu-waktu dapat
18
me-recall data yang ada. Sehingga nantinya peserta didik dapat meningkatkan pemahaman materi pembelajaran, sebab dengan adanya peta pikiran (konsep) ini membantu peserta didik untuk mengingat materi pembelajaran. Sejalan dengan pendapat di atas menurut Ariany Syurdah (2007: ix) Mind Maping juga mempunyai beberapa manfaat sebagai berikut, “Lebih fleksibel, memusatkan perhatian, meningkatkan pemahaman, meningkatkan keaktifan peserta didik, dan menyenangkan”. Manfaat penggunaan Mind Map sangat membantu dalam ranah kognitif atau pengetahuan. Membuat pembahasan yang abstrak menjadi kongkrit. Peta pikiran atau yang disebut Mind Map diciptakan oleh Tony Buzan memasuki tahun 1960-an (Doni Swadarma, 2013: 5). Kini banyak orang yang memakai metode ini untuk berbagai hal dalam aspek kehidupan. Peta pikiran menggabungkan kedua otak kiri dan kanan. Selain itu juga mampu mengvisualisasikan setiap hal dengan menggunakan peta, warna, gambar, kata-kata, dan sebagainya. Sehingga dapat meningkatkan potensi otak. Penggunaan peta pikiran dalam dunia pendidikan yang tedapat pada halaman buku materi belajar yang berisi gambaran materi yang akan disampaikan poleh guru atau yang akan diterima peserta didik. Pemahaman peta konsep berawal dari gagasan bahwa pegetahuan dibangun dalam pikiran orang yang sedang belajar melalui struktur kognitif yang dimilikinya dan merupakan dasar teoritis bagi perbedaan antara belajar bermakna dan belajar untuk menghafal. Peta pikiran dapat menvisualisasikan kerangka
berpikir
seseorang dan menyebabkan
pengetahuan baru dikaitkan pada konsep-konsep yang relevan. Pembelajaran bermakna pengetahuan baru dikaitkan pada konsepkonsep yang relevan dengan konsep yang sudah ada dalam pikiran kita (struktur kognitif) bila dalam struktur kognitif tidak dapat konsep yang relevan, maka pelajaran baru biasanya harus dihafal. Oleh karena itu, penting bagi seorang guru untuk mengetahui apa yang telah diketahui setiap peserta didik sebelum proses pembelajaran dimulai. Sehingga
19
informasi yang ada sebelumnya serta hasil dari pembentukan informasi yang baru menggunakan peta pikiran dapat tercapainya tujuan yang akan dicapai oleh guru dan peserta didik.
i.
Software Mindjet Mindmanager Seiring kemajuan teknologi, ditemukan berbagai aplikasi software yang dibuat sebagai media pembelajaran. Salah satunya adalah aplikasi yang mempermudah pembuatan Mind Map yang sebelumnya dilakukan secara manual saat ini pembuatan Mind Map dibuat software dengan bantuan media komputer. Software Mindjet mindmanager dapat digunakan untuk membuat peta pikiran,
sehingga
membantu
mempercepat
membuat peta pikiran dengan mudah, menyenangkan, serta meingkatkan keaktifan peserta didik. Menurut Nanang, dkk (2013: Volume 1 Nomor 1 halaman
3-4) menyatakan bahwa, “Mindjet
mindmanager sangat
fleksibel dapat mengganti dan memodifikasi peta pikiran. Software ini memiliki kemampuan untuk membuat tautan (link) dengan aplikasi lain, misalnya power point, word, excel, macromedia flash, dan sebagainya”. Menurut Hugh Cameron & Roger Voight (2004: 9-10), “MindManger is a unique software products. The mind manager map is the visual interface. The structure of map is designed to intergrate icon, graphics and other visual elements with next material”. Artinya media pembelajaran Mindjet mindmanager dapat digunakan sebagai fitur canggih dan dengan menggabungkan ikon, grafis, dan gambar dengan teks. Adapun tampilan rancangan media pembelajaran Mindjet mindmanager (2013: 7), “tampilan cover berupa judul dan identitas pembuat, tampilan standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator, tampilan materi, dan tampilan evaluasi penutup”. Berdasarkan
penjelasan
mengenai
Mindjet
mindmanager,
merupakan suatu software yang dapat dipergunakan sebagai media pembelajaran. Membuat peta pikiran yang menggunakan Mindjet mindmanager yang dibantu dengan perangkat komputer akan dapat
20
menarik perhatian, sehingga peserta didik aktif dan meningkatkan pemahaman peserta didik tentang materi yang diajarkan oleh guru. Media pembelajaran Mindjet mindmanager dapat membantu guru untuk mencapai tujuan pembelajaran. j. Definisi Konseptual Media Pembelajaran Mindjet mindmanager adalah suatu media pembelajaran visual berbasis teknologi dengan menggunakan software untuk membantu mempercepat membuat peta pikiran dengan mudah dan menyenangkan. k. Definisi Operasional Berdasarkan definisi konseptual Mindjet mindmanager dapat disimpulkan, bahwa : 1) Media pembelajaran Mindjet mindmanager merupakan jenis media pembelajaran visual; 2) Media pembelajaran Minjet mindmanager membantu guru memusatkan perhatian peserta didik serta adanya komunikasi antara guru dan peserta didik menjadi lebih aktif; 3) Software Mindjet mindmanager digunakan untuk membuat peta pikiran menjadi lebih kreatif, menghemat waktu, mudah dan menyenangkan; 4) Mindjet mindmanager membuat peserta didik lebih mudah mengingat dan memahami materi pembelajaran; 2. Kajian tentang Penguasaan Materi Kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan peserta didik mempunyai tujuan yang jelas, salah satunya adalah untuk meningkatkan kemampuan peserta didik. Ada tiga jenis kemampuan yang harus dikuasai oleh peserta didik, yaitu kemampuan kognitif, kemampuan afektif, dan kemampan psikomotor. Saat ini pembelajaran lebih mengarahkan pada perkembangan aspek kognitif yaitu perkembagan kemampuan berpikir, penguasaan keterampilan.
pengetahuan,
pemahaman
nilai-nilai
dan
dasar-dasar
21
Penguasaan akan suatu materi pembelajaran diperoleh setelah peserta didik berhasil dalam proses pembelajaran. Menurut B.S, Bloom (Moh. Ali. 1998: 32-33) menuliskan beberapa indikator penguasaan hasil belajar aspek kognitif yang meliputi: 1) Memiliki ingatan terhadap bahan pelajaran yang sudah dipelajari sebelumnya; 2) Mampu untuk memahami arti dari suatu bahan yang telah dipelajari; 3) Mampu menggunakan suatu bahan yang telah dipelajari ke dalam situasi yang baru atau situasi yang kongkrit; 4) Mampu menguraikan suatu materi atau bahan ke dalam bagian sehingga susunannya dapat dimengerti; 5) Mampu untuk menghubungkan bagian-bagian untuk membentuk keseluruhan yang baru yang menitikberatkan pada tingkah laku kreatif dengan cara memformulasikan pola dari struktur baru; 6) Mampu membuat penilaian terhadap sesuatu bahan atau materi terhadap maksud atau kriteria tertentu. Penyampaian perkembangan aspek kognitif dilakukan oleh guru kepada peserta didik melalui proses bimbingan. Penguasaan materi atau bahan ajar dicapai melalui proses bimbingan dengan pemberian pembelajaran dan latihan. Bimbingan pengembangan ditunjukan pada segi-segi sosial dan kepribadian yang mendasari atau mendukung penguasaan teori (Nana Syaodih Sukmadinata, 2006: 34). Pendapat lain dikemukakan oleh Dahar (2003: 4), “penguasaan materi merupakan kemampuan peserta didik dalam memahami makna secara ilmiah, baik konsep secara teori maupun penerapannya dalam kehidupan sehari-hari”. Melakukan kegiatan belajar mengajar salah satu cara untuk meningkatkan aspek kognitif. Hal tersebut didukung oleh pendapat dari Anderson dan Krathwhohl, dkk dalam Dewi Salma (2008: 82) beranggapan bahwa, “jika seseorang sedang belajar maka akan terjadi peningkatkan kognitif dalam dirinya”. Tujuan pembelajan yang akan dicapai oleh guru mempunyai kaitan yang erat dengan materi yang hendak diberikan dan dengan media belajar mengajar yang dipakai dan peserta didik dalam menerima materi tersebut.
22
Sejauh mana keberhasilan guru memberikan materi, dan sejauh mana peserta didik dapat menyerap materi yang dijelaskan dapat diperoleh informasinya melalui evaluasi. Menilai hasil belajar dari segi penguasaan materi salah satunya dengan memberikan latihan, berupa pilihan ganda untuk menjawab soal terkait dengan pokok bahasan (Dewi Salma, 2008: 75). Kesimpulan yang dapat diambil mengenai penguasaan materi adalah salah satu yang harus dikuasai oleh peserta didik. Sebab penguasaan materi yang baik peserta didik mampu meningkatkan kemampuan kognitifnya. Mengetahui seberapa besar penguasaan materi peserta didik, guru melakukan penilaian dengan evaluasi. Evaluasi yang dipakai oleh guru harus sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Sehingga seberapa besar peserta didik menyerap materi pembelajaran dapat dilihat dari hasil belajar. a. Definisi Konsep Penguasaan Materi Berdasarkan apa yang telah dipaparkan di atas, definisi konseptual dari penguasaan materi diartikan sebagai pemahaman peserta didik dalam segi kognitif dimana peserta didik mampu untuk menyerap materi yang telah disajikan oleh guru yang nantinya dapat terlihat dari hasil belajar peserta didik. b. Definisi Operasional Penguasaan Materi Berdasarkan definisi konseptual, maka dapat disusun indikator penguasaan materi sebagai berikut: 1) Penguasaan materi merupakan ranah kognitif; 2) Guru dalam menyampaikan materi mudah dipahami oleh peserta didik; 3) Materi yang disajikan guru dapat dikuasai oleh peserta didik; 4) Memberikan tes untuk mengukur penguasaan materi peserta didik. 3. Kajian Sistem Hukum dan Peradilan Internasional a.
Konsep Dasar Hukum Internasional Hubungan antar bangsa sangat mungkin muncul pertikaian akibat ketidak sepahaman antara dua atau beberapa negara mengenai sesuatu hal.
23
Oleh karena itu dibutuhkan suatu aturan yang disepakati bersama dan dihormati secara internasional oleh negara-negara yang ada di dunia. Penerapannya hukum internasional dapat dibedakan menjadi dua yaitu hukum perdata internasional dan hukum publik
internasional.
Hukum perdata internasional adalah hukum internasional yang mengatur pada hubungan hukum antar warga negara suatu negara dengan warga negara dari negara lain atau (hukum antar bangsa). Sedangkan hukum publik internasional pada dasarnya merupakan hukum internasional yang mengatur negara yang satu dengan negara yang lain dalam hubungan internasional atau (hukum antar negara). Hukum internasional dijelaskan oleh Mochtar Kusumaatmaja, (2008: 159) hukum internasional adalah keseluruhan kaidah dan asas yang mengatur
hubungan atau persoalan yang melintasi batas-batas negara
antara negara dengan negara, negara dengan subjek hukum internasional lainnya yang bukan negara atau subjek hukum bukan negara satu sama lain. Sehingga nantinya peserta didik akan dapat memahami hukum internasional baik kedudukannya maupun kerjasama yang dijalin oleh negara internasional. b.
Asas-asas Hukum Internasional Berdasarkan konsideransi Resolusi Majelis Umum PBB No. 2625 tahun 1970, ada tujuh asas utama yang harus ditegakkan dalam praktik hukum internasional (2011: 143). Asas-asas itu, adalah sebagai berikut.
1) Setiap negara tidak melakukan tindakan ancaman agresi terhadap keutuhan wilayah dan kemerdekaan negara lain; 2) Setiap negara harus menyelesaikan masalah-masalah internasional dengan cara damai; 3) Setiap negara tidak melakukan intervensi terhadap urusan dalam negeri negara lain; 4) Negara-negara berkewajiban untuk menjalin kerja sama dengan negara lain berdasarkan pada piagam PBB; 5) Terdapat asas persamaan hak dan penentuan nasib sendiri; 6) Terdapat asas persamaan kedaulatan dari negara; 7) Setiap negara harus dapat dipercaya dalam memenuhi kewajiban. c. Subjek Hukum Internasional
24
Subjek hukum internasional adalah pihak yang dapat dibebani oleh hak dan kewajiban yang diatur oleh hukum internasional. Hak dan kewajiban yang diatur oleh hukum internasional mencakup hak dan kewajiban yang diatur oleh hukum internasional material dan hukum internasional formal. Menurut Starke dalam Setyani Rini (2011: 147), “Subjek hukum internasional terdiri atas negara, tahta suci, Palang Merah Internasional, organisasi internasional, orang-perorangan (individu), pemberontak, dan pihak-pihak yang bersengketa”. d. Sumber Hukum Internasional Pada umumnya istilah sumber hukum internasional menunjuk pada sumber hukum dalam arti formal. Terkait dengan sumber hukum formal tersebut ada empat sumber hukum internasional yang digunakan oleh mahkamah internasional dalam mengadili perkara yang diajukan kepadanya (2011: 146), “Perjanjian internasional, kebiasaan internasional, prinsip hukum umum yang diakui oleh bangsa-bangsa beradab, keputusan pengadilan dan pendapat para sarjana terkemuka dari berbagai negara”. Sedangkan menurut Starke, tiga sumber hukum yang disebut pertama adalah sumber hukum utama (primer), sedangkan selebihnya adalah sumber hukum tambahan (subsider). e. Mahkamah Internasional Mahkamah internasional merupakan organ utama lembaga kehakiman PBB yang berkedudukan di Peace Palace, Den Haag, Belanda dan bertindak sebagai pengadilan dunia yang memutus perkara-perkara dalam sengketa-sengketa hukum internasional sari suatu negara dan juga memberikan pendapat dalam bentuk opini nasihat (2014: 119). Mahkamah itu didirikan pada tahun 1945 berdasarkan piagam PBB. Piagam tersebut menetapkan kedudukan dan wewenang mahkamah internasional yang merupakan bagian integral dari piagam PBB. Fungsi utama mahkamah internasional
adalah
menyelesaikan
internasional yang subjeknya adalah negara. f. Mahkamah Pidana Internasional
kasus-kasus
persengketaan
25
Mahkamah pidana internasional berdiri permanen berdasarkan traktat multilateral (2012: 227). Tujuan mahkamah pidana internasional adalah untuk mewujudkan supremasi hukum internasional dan memastikan bahwa pelaku kejahatan berat internasional dipidana. Mahkamah pidana internasional dibentuk berdasarkan statuta Roma pada tanggal 17 Juli 1998 dan disahkan pada tanggal 1 Juli 2002. Tiga tahun kemudian, yakni pada tanggal 1 Juli 2005 statuta mahkamah pidana internasional telah diterima dan diratifikasi oleh 99 negara. Mahkamah pidana internasional berkedudukan di Den Haag, Belanda. g. Panel Khusus dan Spesial Pidana Internasional Lembaga ini adalah lembaga peradilan internasional yang berwenang mengadili para tersangka kejahatan berat internasional yang bersifat tidak permanen, artinya setelah selesai mengadili peradilan ini dibubarkan. Dasar pembentukan dan komposisi penuntut dan hakim ad hoc ditentukan berdasarkan resolusi Dewan Keamanan PBB. Yurisdiksi atau kewenangan Panel Khusus dan Spesial pidana internasional (ICT & SC) menyangkut tindak kejahatan perang dan genosida tanpa melihat apakah negara dari si pelaku sudah meratifikasi statuta Mahkamah Pidana Internasional atau belum. Berbeda
dengan
Mahkamah
Pidana
Internasional
yang
yurisdiksinya berdasarkan pada kepesertaan negara dalam traktat multilateral tersebut. Perbedaan antara panel khusus pidana internasional dan panel spesial pidana internasional terletak pada komposisi penuntut dan hakim ad hoc. Pada Panel khusus pidana internasional komposisi sepenuhnya ditentukan berdasarkan ketentuann peradilan internasional. Adapun pada panel spesial pidana internasional komposisi penuntut dan hakim ad hoc merupakan gabungan antara peradilan nasional dan peradilan internasional. 4. Kajian Keterkaitan Media pembelajaran Terhadap Penguasaan Materi Penguasaan materi tergantung dari pengetahuan yang dimiliki oleh peserta didik. Salah satunya yakni dipengaruhi oleh media pembelajaran
26
yang diberikan oleh guru di sekolah. Media pembelajaran yang kreatif dan menyenangkan diharapkan mampu mempermudah peserta didik dalam menguasai materi terhadap suatu pengetahuan yang baru. Namun, selain dari media pembelajaran yang kreatif dan menyenangkan terdapat faktor lain di luar penelitian ini yang mampu mempengaruhi penguasaan pengetahuan peserta didik. Menurut Notoatmojo (2003: 121), pengetahuan peserta didik dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: a. Pengalaman, dapat diperoleh dari pengalaman sendiri maupun orang lain; b. Tingkat pendidikan, pendidikan dapat membawa wawasan atau pengetahuan seseorang; c. Keyakinan, diperoleh secara turun temurun dan tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu. Keyakinan ini bisa mempengaruhi pengetahuan seseorng, baik keyakinan itu sifatnya positif maupun negatif; d. Fasilitas, sebagai sumber informasi yang dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang khususnya anak usia sekolah, misalnya radio, televisi, majalah, koran, dan buku; e. Penghasilan, tidak berpengaruh langsung terhadap pengetahuan seseorang. Namun bila seseorang berpenghasilan cukup besar maka dia akan mampu untuk menyediakan atau membeli fasilitas informasi; f. Sosial budaya, kebudaaan setempat dan kebiasaan dalam keluarga dapat mempengaruhi pengetahuan, presepsi, dan sikap seseorang terhadap sesuatu. Faktor yang mempengaruhi pengetahuan di atas, peserta didik diharapkan mampu mencapai keberhasilan dalam pembelajaran. Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan peserta didik dalam mencapai keberhasilan yang optimal. Seperti yang diutaran oleh Wahyusi (2002: 393) terdapat beberapa faktor untuk mencapai keberhasilan yang optimal yaitu: “1) Usia peserta didik (tingkat sekolah: SD, SMP, dan SMA), 2) Pendekatan pembelajaran yang digunakan guru dalam kegiatan belajar mengajar, 3) Motivasi peserta didik”. Berdasarkan faktor di atas, dalam mencapai suatu penguasaan atau pengetahuan terhadap suatu materi pembelajaran tidak hanya dari segi kreativitas guru dalam memberikan variasi pembelajaran, tetapi juga dikarenakan oleh faktor-faktor yang telah dijelaskan di atas. Seperti usia
27
peserta didik, pekerjaan, pendidikan, pengalaman. Namun faktor yang paling mempengaruhi pengetahuan untuk mencapai keberhasilan peserta didik secara optimal adalah pendekatan untuk mencapai keberhasilan peserta didik secara optimal adalah pendekatan pembelajaran yang digunakan guru dalam proses pembelajaran Proses perkembangan dalam pembelajaran dimungkinkan terjadi halangan yang mencegah terjadinya keberhasilan proses perkembangan dalam pembelajaran. Salah satu solusi yang dapat dilakukan adalah menggunakan suatu media pembelajaran. Pemilihan suatu media dapat mewujudkan keberhasilan proses perkembangan dalam belajar serta mencegah halangan-halangan yang terjadi dalam proses pembelajaran. Seperti yang dikemukakan lebih lanjut dalam teori Ertmer bahwa, “penelitian mengenai pengaruh teknologi pada pembelajaran telah meningkat begitu pula usaha-usaha untuk menghilangkan rintangan untuk menyisipkan teknologi ke dalam pembelajaran (2012: 449). Teori menurut Ertmer (2012: 449) menyatakan bahwa, “Masuknya teknologi dalam pembelajaran dapat menghilangkan rintangan untuk menciptakan keberhasilan pembelajaran yang optimal”. Keberhasilan dalam proses perkembangan dapat terjadi, apabila pesan yang akan disampaikan guru dengan menggunakan media pembelajaran dapat sampai dengan baik kepada peserta didik. Seberapa besar pesan yang diterima peserta didik dapat dilihat dari hasil belajar. Pernyataan tersebut sejalan dengan Dina Indriana (2011: 47) yang menyatakan bahwa, “Media yang tepat dan sesuai dengan tujuan belajar akan mampu meningkatkan pengalaman belajar sehingga anak didik bisa mempertinggi hasil belajar”. Berdasarkan penjabaran di atas dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran yang sesuai dengan pembelajaran dapat menjadi alat untuk guru menyampaikan materi pembelajaran kepada peserta didik sehingga peserta didik dapat menguasai materi pembelajaran. Keberhasilan tersebut dapat dilihat dari meningkatnya hasil belajar. 5. Hasil Penelitian yang Relevan
28
Penelitian ini juga mencantumkan beberapa pendapat dari penelitian lain yang hasil penelitiannya relevan dengan penelitian ini. Hal ini dilakukan guna mendukung hipotesis penelitian. Penelitian mengenai media pembelajaran Mindjet mindmanager sudah dilakukan di berbagai jenjang pendidikan dan tahun dilakukan penelitian. a. Nanang Khoirudin, Daru Wahyuningsih, dan Dwi Teguh R (2013) yang berjudul “Pengembangan Media Pembelajran Dengan Menggunakan Aplikasi Mindjet mindmanager 9 Untuk Siswa SMA Pada Pokok Bahasan Alat Optik”. Hasil analisis data dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa media berbasis Mindjet mindmanager untuk materi Fisika SMA kelas X pokok bahasan Alat Optik, termasuk dalam kriteria sangat baik untuk dimanfaatkan sebagai media pembelajaran. Hasil penilaian ahli materi, ahli media dan siswa memberikan rata-rata penilaian 91,77%.
Dengan demikian terdapat adanya pengaruh
penggunaan media aplikasi Mindjet mindmanager pada pokok bahasan alat optik kelas X siswa SMA. (e-Journal Pendidikan Fisika, Universitas Sebelas Maret, Volume 1 Nomor 1 Tahun 2013). b. Dini Devi Aryani (2015) yang berjudul “Pengembangan Media Pembelajaran Akuntansi Dengan Aplikasi Mindjet Mindmanager 9 Pada Kompetensi Dasar Pencatatan Transaksi Akuntasi Perusahaan Dagang Untuk Siswa Kelas X Akuntansi 1 Di SMK Koperasi Yogyakarta Tahun Ajaran 2014/2015”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kelayakan media pembelajaran Akuntansi aplikasi
Mindjet mindmanager 9
dengan
sebagai media pembelajaran
berdasarkan penilaian: 1) Ahli Materi diperoleh rata-rata skor 4,73 yang termasuk dalam kategori
Sangat
Layak, 2) Ahli
Media
diperoleh rata-rata skor 4,10 yang termasuk dalam kategori Layak, dan 3) Praktisi Pembelajaran Akuntansi diperoleh rata-rata skor 4,07 yang termasuk dalam kategori Layak. Respon siswa terhadap media ini pada saat dilakukan uji coba perorangan, uji coba kelompok kecil dan uji coba lapangan rata-rata menunjukkan Respon Positif dengan
29
mendapatkan persentase
≥
65%
setiap
indikatornya.
Dengan
demikian media pembelajaran Akuntansi dengan aplikasi Mindjet mindmanager
ini
layak
digunakan
sebagai media pembelajaran
(Aryani, 2015: 108). c. Bagus Budi Laksono dan Hapsari Peni A T (2016) yang berjudul “Pengembangan
media
pembelajaran
menggunakan
Mindjet
mindmanager pada mata pelajaran dasar perekayasaan sistem radio dan televisi untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada kelas XI AV di SMK Negeri 7 Surabaya”. Hasil dari penelitian tersebut adalah validasi media pembelajaran menggunakan Mindjet mindmanager mendapatkan prosentase sebesar 79,98%, sehingga media pembelajaran menggunakan Mindjet mindmanager pada mata pelajaran Perekayasaan Sistem Radio dan Telivisi dinyatakan valid, respon siswa terhadap penggunaan media pembelajaran Mindjet mindmanager mendapatkan prosentase 87,42% sehingga dapat diketahui bahwa mayoritas siswa menyukai media pembelajaran Mindjet mindmanager. Hasil nilai tes siswa yang dilakukan mendapatkan hasil baik dengan ketuntasan klasikal 100% skor tertinggi 3,84 dan skor terendah 3,04 serta rata-rata skor 3,36 dengan kata lain seluruh siswa tuntas dengan nilai yang memuaskan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa setelah menggunakan media pembelajaran Mindjet mindmanager 100% serta dapat meningkatkan hasil belajar siswa (e-Journal Pendidikan Teknik Elektro, Universitas Negeri Surabaya, Volume 05 Nomor 1 Tahun 2016). Berdasarkan beberapa penelitian yang relevan, dapat dijadikan acuan dalam penelitian ini. Persamaan dengan penelitian yang relevan adalah pemakaian software media pembelajaran Mindjet mindmanager. Namun dalam penelitian yang relevan tersebut terdapat beberapa perbedaaan dengan penelitian ini. Perbedaan tersebut yaitu terletak pada metode penelitian. Penelitian yang relevan menggunakan penelitian research
and
developmen
(R&D)
yang
memiliki
tujuan
untuk
30
mengembangkan media pembelajaran. Sedangkan pada penelitian ini, peneliti mengguakan metode penelitian kuantitatif yang bertujuan untuk mengetahui
ada
tidaknya
pengaruh
penerapan
mindmanager terhadap penguasaan materi
media
Mindjet
hukum dan peradilan
internasional pada mata pelajaran PKn. Selain itu perbedaan terdapat pada mata pelajaran. Mata pelajaran dalam penelitian yang relevan adalah mata pelajaran Fisika, Akuntansi, dan dasar perekayasaan sistem radio dan televisi. Sedangkan penelitian ini meneliti mata pelajaran PKn. Terdapat perbedaan pula pada subjek, objek, dan waktu penelitian antara penelitian yang relevan tersebut. Pada penelitian Nanang Khoirudin dkk memeneliti siswa SMA Negeri I Purwantoro kelas X pada tahun 2013. Selanjutnya Skripsi Dini Devi Aryani memiliki objek siswa kelas X Akuntansi di SMK Koperasi Yogyakarta pada tahun 2015. Selain itu jurnal penelitian yang dilakukan oleh Bagus Budi L dan Hapsari Peni A T mempunyai objek kelas XI AV SMK Negeri 7 Surabaya tahun 2016. Pada penelitian ini khususnya meneliti kelas XI Program Keahlian Teknik Instalansi Tenaga Listrik di SMK Negeri 1 Miri Sragen pada tahun 2016. Perbedaan yang mencolok juga terdapat pada software Mindjet mindmanager yang dipakai oleh beberapa penelitian relevan tersebut. Seperti Dini Devi Aryani dan Nanang Khoirudin dkk menggunakan pengembangan software Mindjet mindmanager 9. Sedangan peneliti Bagus Budi Laksono dan Hapsari Peni A T sependapat dengan peneliti menggunakan Mindjet mindmanager. B. Kerangka Berfikir Berdasarkan latar belakang masalah dan kajian pustaka yang telah dikemukakan, maka dapat disusun kerangka berpikir seperti berikut: Rendahnya penguasaan peserta didik terhadap materi pembelajaran PKn, dilihat dari nilai hasil ulangan harian 20 peserta didik yang masih banyak berada di bawah kriteria ketuntasan mengajar (KKM) pada kelas XI Teknik Ototronik 3 SMK Negeri 1 Miri Sragen. Selain itu pengamatan
31
pada proses kegiatan pembelajaran tahap tanya jawab menunjukkan hanya satu sampai dua orang yang mampu menjawab pertanyaan dari guru, dan tidak ada yang mengajukan pertanyaan kepada guru. Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang dibuat oleh guru, dibelakukan untuk semua program keahlian. Hal tersebut melenceng dari prinsip-prinsip pembuatan rencana pembelajaran yang seharusnya dibuat berbeda sesuai dengan kemampuan perserta didik. Rencana pelaksanaan pembelajaran yang dibuat oleh guru PKn SMK Negeri 1 Miri Sragen ditemukan
hanya
menggunakan
metode
konvensional.
Proses
pembelajaran yang masih menggunakan metode konvensional seperti ceramah, diskusi, dan penugasan dimungkinkan mempengaruhi hasil belajar peserta didik. Metode pembelajaran konvensional membuat peserta didik bosan dan cenderung mengobrol dengan temannya dibandingkan memperhatikan guru. Penggunaan media pembelajaran Mindjet mindmanager dapat memudahkan perserta didik untuk dapat memahami materi pembelajaran sebab menurut peserta didik di SMK Negri 1 Miri Sragen materi pembelajaran PKn sangat sulit untuk dipahami terutama pada materi sistem hukum dan peradilan internasional. Media pembelajaran Mindjet mindmanager ini peserta didik akan mendapatkan materi pembelajaran PKn yang disampaikan dalam bentuk yang lebih sederhana. Media Mindjet mindmanager ini akan membantu untuk membuat peta pikiran yang interaktif dan terorganisir sehingga mampu menyampaikan ide serta informasi secara efektif, menarik, dan mudah dipahami. Selain itu peserta didik akan lebih muda mengeksplor materi lebih mendalam. Penguasaan materi dalam penelitian ini akan menekankan pada penguasaan kognitif peserta didik kelas XI SMK Negeri 1 Miri Sragen pada semester genap tahun ajaran 2015/2016. Terdapat tiga komponen penting yang harus diajarkan pada kurikulum PKn yaitu civic knowledge, civic skill, dan civic dispostion. Dalam penelitian ini, penguasaan materi sistem hukum dan peradilan internasional pada pelajaran PKn termasuk
32
pada ranah kognitif atau pengetahuan yang termasuk dalam civic knowledge.
Hasil
dari
peserta
didik
mampu
menguasai
materi
pembelajaran akan tercermin dalam hasil berlajar peserta didik. Berdasarkan landasan teori dan kerangka berpikir yang telah di jelaskan, adapun skema kerangka berpikir sebagai berikut:
Sebelum menggunakan media pembelajaran Mindjet Mindmanager
1. RPP yang digunakan oleh guru tidak memakai media yang menarik.
Penguasaan materi sistem hukum & peradilan internasional
Prestasi belajar peserta didik rendah
2. Guru membuat RPP tidak sesuai dengan kemampuan peserta didik. 3. Guru menggunakan metode ceramah bervariasi, diskusi dan penugasan. 4. Peserta didik kurang aktif.
Penggunaan media pembelajaran Mindjet Mindmanager pada materi sistem hukum & peradilan internasional
5. Peserta didik belum mampu menjawab pertanyaan dari guru. 6. Peserta didik sulit memahami isi materi yang beragam.
Gambar 2.1 Skema Kerangka Berpikir
Prestasi belajar peserta didik meningkat
33
C. Hipotesis Berdasarkan kerangka berfikir yang merupakan jawaban sementara atas masalah yang dirumuskan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Menurut Sugiyono (2015: 96) mengatakan bahwa, “Hipotesis merupakan jawaban terhadap rumusan masalah penelitian, di mana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan”. Pada penelitian ini dapat ditarik suatu hipotesis yaitu adanya perbedaan antara kelas yang menggunakan media pembelajaran Mindjet mindmanager dengan kelas yang tidak menggunakan media tersebut terhadap penguasaan materi hukum dan peradilan internasional siswa kelas XI SMK Negeri 1 Miri Sragen tahun ajaran 2015/2016.