BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS
A. Kajian Teori 1. Hakikat Keaktifan Siswa dalam Pembelajaran Menulis Teks Berita a. Pengertian Keaktifan Siswa Natawijaya (dalam Sagala 2007: 31) menyatakan bahwa belajar aktif adalah suatu sistem belajar mengajar yang menekankan keaktifan siswa secara fisik, mental, intelektual, dan emosional guna memperoleh hasil belajar yang berupa perpaduan antara kognitif, afektif, dan psikmotor. Belajar aktif sangat diperlukan oleh siswa untuk mendapatkan hasil belajar yang maksimum. Ketika siswa pasif atau hanya menerima informasi dari guru saja, akan timbul kecenderungan untuk cepat melupakan apa yang telah diberikan oleh guru, oleh karena itu diperlukan perangkat tertentu untuk dapat mengingatan apa yang baru saja diterima dari guru. Dalam proses pembelajaran siswa dituntut aktif, dimana siswa banyak melakukan
kegiatan,
sedangkan
guru
lebih banya membimbing
dan
mengarahkan. Menurut Yamin (2007: 80-81) menjelaskan bahwa keaktifan siswa dapat dilaksanakanmanakala: (1) pembelajaran yang dilakukan lebih berpusat pada siswa, (2) guru berperan sebagai pembimbing supaya terjadi pengalaman dalam belajar, (3) tujuan kegiatan pembelajaran tercapai kemampuan minimal siswa (kompetensi dasar), (4) pengelolaan kegiatan pembelajaran lebih menekankan pada kreativitas siswa, meningkatkan kemapuan minimalnya, dan mencapai siswa yang kreatif serta mampu menguasai konsep-konsep, dan (5) melakuan pengukuran secara kontinu dalam berbagai aspek pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Siswa aktif adalah siswa yang terlibat secara intelektual dan emosional dalam kegiatan belajar (Ahmadi & Supriyono, 2004: 207). Siswa aktif adalah siswa yang terlibat secara fisik, psikis, intelektual dan emosional secara terus menerus dalam proses pembelajaran (Yusmiati, 2010: 10). Keaktifan siswa
7
8
dalam proses pembelajaran tidak hanya keterlibatan dalam bentuk fisik seperti duduk melingkar, mengerjakan/ melakukan sesuatu, akan tetapi dapat juga dalam bentuk proses analisis, analogi, komparasi,
penghayatan, yang
kesemuanya merupakan keterlibatan siswa dalam hal psikis dan emosi (Sugandi, 2007: 75). Dari pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa siswa aktif adalah siswa yang terlibat secara terus menerus baik secara fisik, psikis, intelektual maupun emosional dalam proses pembelajaran. b. Jenis-jenis keaktifan dalam belajar Menurut Paul D. Dierich (dalam Hamalik 2001: 172) keaktifan belajar dapat diklasifikasikan dalam delapan kelompok, yaitu: (1) kegiatan-kegiatan visual yaitu membaca, melihat gambar-gambar, mengamati eksperimen, demontrasi, pameran, dan mengamati orang lain bekerja atau bermain. (2) kegiatan-kegiatan lisan yaitu mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu tujuan,mengajukan suatu pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat, wawancara, diskusi, dan interupsi. (3) kegiatankegiatan mendengarkan yaitu mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan
atau
diskusi
kelompok,
mendengaran
suatu
permainan,
mendengarkan radio. (4) kegiatan-kegiatan menulis yaitu menulis cerita, menulis laporan, memeriksa karangan, bahan-bahan kopi, membuat rangkuman, mengerjakan tes, dan mengisikan angket. (5) kegiatan-kegiatan menggambar yaitu menggambar, membuat gafik, chart, diagram, dan peta. (6) kegiatankegiatan metrik yaitu melakukan percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan pameran,
menari,
dan
berkebun.
merenungkan, mengingatkan,
(7)
kegiatan-kegiatan
mental yaitu
memecahkan masalah, menganalisa faktor-
faktor, melihat hubungan, dan membuat keputusan. (8) kegiatan-kegiatan emosional yaitu minat, membedakan, berani,tenang, dan lain-lain. c. Ciri-ciri Keaktifan Siswa Kadar keaktifan siswa dalam proses pembelajaran dapat dilihat pada dimensi siswa yaitu pembelajaran yang berkadar siswa aktif akan terlihat pada diri siswa akan adanya keberanian untuk mengungkapkan pikiran, perasaan, keinginan dan kemauannya. Dalam dimensi siswa ini nanti pada akhirnya akan
9
tumbuh dan berkembang kemampuan kreativitas siswa (Sugandi, 2007: 75-76). Untuk melihat terwujudnya keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar terdapat beberapa indikator cara belajar siswa aktif. Melalui indikator cara belajar siswa aktif dapat dilihat tingkah laku mana yang muncul dalam suatu proses belajar mengajar. Indikator tersebut yaitu: (1) keinginan, keberanian menampilkan minat, kebutuhan dan permasalahannya; (2) keinginan dan keberanian serta kesempatan untuk berpartisipasi dalam kegiatanpersiapan, proses dan kelanjutan belajar; (3) penampilan berbagai usaha/kekreatifan belajar mengajar sampai mencapai keberhasilannya; dan (4) kebebasan melakukan hal tersebut tanpa tekanan guru/ pihak lainnya (Ahmadi & Supriyono, 2004: 207-208). Keaktifan siswa tampak dalam kegiatan, antara lain: (1) berbuat sesuatu untuk memahami materi pelajaran dengan penuh keyakinan; (2) mempelajari, mengalami dan menemukan sendiri bagaimana memperoleh situasi pengetahuan; (3) merasakan sendiri bagaimana tugas-tugas yang diberikan oleh guru kepadanya; (4) belajar dalam kelompok; (5) mencoba sendiri konsep-konsep tertentu; dan (6) mengkomunikasikan hasil pikiran, penemuan, dan
penghayatan
nilai-nilai secara lisan
atau
penampilan
(Suryosubroto, 2002: 71-72) . d. Dasar Pemikiran Perlunya Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) dalam Proses Pengajaran Menurut Ahmadi & Supriyono (2013: 209) mengatakan bahwa proses pengajaran harus mengoptimalkan kadar keaktifan siswa belajar yang dapat dikaji dari empat perangkat, yaitu: a. Asumsi Pendidikan Pendidikan
adaah
usaha
sadar
memanusiakan
manusia,
atau
membudayakan manusia. Atas dasar itu maka hakikat pendidikan adalah: (1) interaksi manusia; (2) membina dan mengembangkan potensi manusia; (3) berlangsung sepanjang hayat; (4) sesuai dengan kemampuan dan tingkat perkembangan individu; (5) ada dalam keseimbangan antara kebebasan subjek didik dengan kewibaan guru; dan (6) meningkatkan kualitas hidup manusia
10
b. Asumsi Anak Didik Asumsi anak didik didasarkan kepada: (1) anak bukan manusia kecil, tapi manusia seutuhnya yang mempunyai potensi ntuk berkembang; (2) setiap individu/anak didik berbeda kemampuannya; (3) individu/anak didik pada dasarnya insan yang aktif, kreatif, dan dinamis dalam menghadapi lingkungannya; (4) anak didik mempunyai motivasi untuk memenuhi kebutuhannya. c. Asumsi Guru Asumsi guru bertolak dari: (1) bertanggung jawab atas terciptanya hasil belajar siswa; (2) memiliki kemampuan profesional sebagai pengajar; (3) mempunyai kode etik keguruan; (4) berperan sebagai sumber belajar, pemimpin belajar, dan fasilitator
belajar sehingga memungkinkan
terciptanya kondisi yang baik bagi siswa untuk belajar. d. Asas Proses Pengajaran Beberapa asumsi proses pengajaran, antara lain: (1) proses pengajaran direncanakan dan dilaksanakan sebagai suatu sistem; (2) peristiwa belajar terjadi apabila siswa berinteraksi dengan lingkungan belajar yang diatur oleh guru; (3) proses pengajaran akan lebih efektif apabila menggunakan metode dan teknik yang tepat dan berdayaguna; (4) pengajaran memberi tekanan kepada proses dan produk secara seimbang; (5) inti dari proses pengajaran adalah adanya kegiatan siswa belajar secara optimal. Berdasarkan pendapat yang telah dikemukakan di atas, dapat disimpulkan bahwa pemikiran cara belajar siswa aktif didasarkan kepada perangkat asumsi yang berkenaan dengan pendidikan, hakikat anak didik, hakikat guru, dan proses pengajaran. d. Indikator Keaktifan Siswa dalam Proses Pembelajaran Penilaian proses pembelajaran terutama adalah melihat sejauh mana penilaian keaktifan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Terdapat beberapa indikator cara belajar siswa aktif. Menurut Ahmadi dan Supriyono (2013: 207) indikator keaktifan dapat dilihat dari lima segi yaitu: 1. Dari sudut siswa, dapat dilihat dari:
11
a. Keinginan,
keberanian
menampilkan
minat,
kebutuhan,
permasalahannya; b. Keinginan dan keberanian serta kesempatan untuk berpartisipasi dalam kegiatan persiapan, proses, dan kelanjutan belajar; c. Kebebasan atau keleluasaan melakukan hal tersebut tanpa tekanan guru/pihak lainnya (kemandirian belajar); dan d. Penampilan berbagai usaha/kekreatifan belajar dalam menjalani dan menyelesaikan
kegiatan
belajar
mengajar
sampai
mencapai
keberhasilannya. 2. Dilihat dari sudut guru, tampak adanya: a. Usaha mendorong, membina gairah belajar, dan partisipasi siswa secara aktif; b. Peranan guru tidak mendominasi kegiatan proses belajar siswa; c. Memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar menurut cara dan keadaan masing-masing; dan d. Menggunakan berbagai jenis metode mengajar serta pendekatan multi media. 3. Dilihat dari segi program belajar, hendaknya: a. Tujuan intraksional serta konsep atau isi pelajaran yang sesuai dengan kebutuhan, minat, serta kemampuan subjek didik; b. Program cukup jelas dapat dimengerti siswa untuk melakukan kegiatan belajar; dan c. Bahan pelajaran mengandung fakta/informasi, konsep, prinsip, dan bahan keterampilan. 4. Dilihat dari situasi belajar, tampak adanya: a. Iklim hubungan intim dan erat antara guru dengan siswa, antara siswa dengan siswa, guru dengan guru, serta dengan unsur pimpinan di sekolah. b. Gairah serta kegembiraan belajar siswa sehingga siswa memiliki motivasi yang kuat serta keleluasaan mengembangkan cara belajar masing-masing.
12
5. Dilihat dari sarana belajar, tampak adanya: a. Sumber-sumber belajar bagi siswa. b. Fleksibilitas waktu untuk melakukan kegiatan belajar. c. Dukungan dari berbagai jenis media pengajaran. d. Kegiatan belajar siswa tidak terbatas di dalam kelas tapi juga di luar kelas. Sedangkan menurut Sudjana (2013: 61) keaktifan para siswa dalam kegiatan belajar dapat dilihat dalam hal: a. Turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya. b. Terlibat dalam pemecahan masalah. c. Melaksanakan diskusi kelompok sesuai dengan petunjuk guru. d. Menilai kemampuan diri dalam memecahkan soal atau masalah sejenis. e. Berusaha mencari
berbagai
informasi yang
diperlukan
untuk
pemecahan masalah. f. Bertanya kepada siswa lain atau kepada guru apabila tidak memahami persoalan yang dihadapinya. g. Kesempatan menggunakan/menerapkan apa yang telah diperolehnya dalam menyelesaikan tugas persoalan yang dihadapinya. Menurut Mc. Keachie dalam
Dimyati dan Mudjiono (2013: 213)
mengatakan bahwa kadar keaktifan ditentukan oleh beberapa dimensi, sebagai berikut: a. Partisipasi
siswa
(peserta
didik)
dalam
menetapkan
tujuan
pembelajaran di kelas; b. Tekanan pada aspek afektif dalam pembelajaran di kelas; c. Partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran; terutama interaksi siswa dengan guru, dan sesama siswa dikelas; d. Kekohesifan (kekompakan) kelas sebagai kelompok; e. Kebebasan atau kesempatan yang diberikan kepada siswa untuk mengambil keputusan-keputusan penting dalam kehidupan sekolah; dan
13
f. Jumlah waktu yang digunakan untuk menanggulangi masalah pribadi siswa, baik yang berhubungan maupun yang tidak berhubungan dengan sekolah/pembelajaran. Dari beberapa pendapat di atas, dapat diperoleh indikator penilaian keaktifan siswa dalam proses pembelajaran, yaitu: 1) Minat siswa dalam mengikuti pembelajaran di kelas; 2) Bertanya kepada siswa lain atau kepada guru apabila tidak memahami persoalan yang dihadapi; 3) Turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya; 4) Terlibat dalam pemecahan masalah; dan 5) Kesempatan
menerapkan
apa yang
telah
diperolehnya
dalam
menyelesaikan tugas/persoalan yang dihadapinya. Tabel 1 Indikator Penilaian Keaktifan Siswa dalam Proses Pembelajaran. LEMBAR PENILAIAN PROSES KEAKTIFAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN MENULIS BERITA No
Nama Siswa
A
B
C
D
E
TOTAL KETERANGAN
Indikator A: Keaktifan selama apersepsi Skor 5 : Jika siswa sepenuhnya atau sangat aktif selama apersepsi (merespon stimulus yang diberikan guru saat apersepsi) Skor 4 : Jika siswa selama apersepsi cukup merespon stimulus yang diberikan guru saat apersepsi Skor 3 : Jika siswa cukup aktif pada saat apersepsi (tidak merespon stimulus yang diberikan oleh guru) Skor 2 : Jika siswa kurang aktif pada apersepsi tidak serius selama apersepsi Skor 1 : Jika siswa sama sekali tidak aktif dan sama sekali tidak mau merespon pertanyaan atau stimulus selama apersepsi
14
B: Mengajukan pertanyaan Skor 5 : Mengajukan pertanyaan dan mengemukakan ide/gagasan dengan luas dan mendalam sesuai dengan data Skor 4 : Mengajukan pertanyaan dengan tidak terlalu luas tetapi sesuai data Skor 3 : Mengajukan pertanyaan singkat kurang sesuai dengan data Skor 2 : Mengajukan pertanyaan secara singkat tidak sesuai data Skor 1 : Tidak mengajukan pertanyaan maupun ide gagasan C: Memperhatikan penjelasan guru Skor 5 : Memperhatikan penjelasan guru dengan baik tanpa melakukan kegiatan lain Skor 4 : Memperhatikan penjelasan guru dengan kurang fokus Skor 3 : Memperhatikan penjelasan guru dengan melakukan kegiatan lain Skor 2 : Lebih banyak melakukan kegiatan lain daripada memperhatikan guru Skor 1 : Sama sekali tidak memperhatikan guru D: Mencatat materi yang dijelaskan guru Skor 5 : Mencatat seluruh materi yang diterangkan Skor 4 : Mencatat poin-poin penting dari materi yang diterangkan Skor 3 : Mencatat kurang dari setengah materi yang diterangkan Skor 2 : Mencatat kurang dari setengah materi Skor 1 : tidak mencatat sama sekali E: Mengerjakan tugas Skor 5 : Mengerjakan tugas dengan aktif dan baik tanpa melakukan kegiatan lain Skor 4 : Mengerjakan tugas dengan kurang fokus Skor 3 : Mengerjakan tugas dengan melakukan kegiatan lain Skor 2 : Lebih banyak mengerjakan kegiatan lain daripada tugas Skor 1: Sama sekali tidak mengerjakan tugas Kriteria nilai Sangat baik
: 25
Kurang
: 10-14
Baik
: 20-24
Sangat Kurang : 5-9
Sedang
: 15-19
15
Nilai = Jumlah total dari 5 indikator Nilai rata-rata =
total nilai jumlah siswa (40)
Diadaptasi dari Suwandi (2008: 134-142)
2. Hakikat Kemampuan Menulis Berita a. Hakikat kemampuan menulis Menulis adalah kegiatan yang sangat kompleks. Kegiatan ini melibatkan cara berpikir yang teratur dan kemampuan mengungkapkannya dalam bentuk bahasa tertulis dengan memperhatikan beberapa syarat diantaranya kesatuan gagasan, kemampuan menyusun kalimat dengan jelas dan efektif, kemampuan menyusun paragraf, kemampuan menguasai teknik penulisan, dan pengetahuan tentang diksi ( Tarigan, 2008:1). Sementara itu, Rusyana (dalam Samsudin, 2012: 3) menulis adalah kemampuan menggunakan pola-pola bahasa dalam penampilannya secara tertulis untuk mengungkapkan suatu gagasan atau pesan. Lasa (2005:141-142) menyatakan, menulis pada dasarnya adalah ekspresi perasaan, emosi, pikiran, dan kemauan secara total. Dalam konteks ini, kegiatan menulis memilik seni tersendiri sama seperti melukis, menyanyi dan sebagainya. Oleh karena itu, dalam menulis hendaknya dikeluarkan seluruh emosi, perasaan, pikiran, dan ide tentang tema yang sedang digarapnya hinga tuntas.Tarigan (dalam Samsudin, 2012:2) berpendapat bahwa keterampilan menulis dapat dikuasai dan dapat diperoleh melalui jalan praktikdan latihan yang sistematis. Sementara itu menurut Andayani (2009:29) mengemukakan bahwa menulis merupakan aktivitas melahirkan pikiran dan perasaan lewat tulisan dengan memperhatikan aspek-aspek kebahasaan yang baik dan benar sehingga dapat dipahami oleh pembaca. Menulis menurut Dalman (2014:3) merupakan sebuah proses kreatif menuangkan gagasan dalam bentuk bahasa tulis dalam tujuan, misalnya memberitahu, meyakinkan, atau menghibur. Hasil dari proses kreatif ini biasa disebut dengan istilah karangan atau tulisan. Menulis juga dapat dikatakan
16
sebagai kegiatan merangkai huruf menjadi kata atau kalimat untuk disampaikan kepada orang lain, sehingga orang lain dapat memahaminya. Dalam hal ini, dapat terjadinya komunikasi antar penulis dan pembaca dengan baik. Keterampilan dasar untuk menghasilkan tulisan yang baik menurut Andayani (2009:29) meliputi: (1) Keterampilan berbahasa, yaitu keterampilan menggunakan ejaan, tanda baca, pembentukan kata, pemilihan kata serta penggunaan kalimat yang efektif (2) Keterampilan
penyajian,
yaitu
keterampilan
pembentukan
dan
pengembangan paragraf, keterampilan merinci pokok bahasan dan subpokok bahasan, menyusun pokok bahasan dan subpokok bahasan ke dalam susunan yang sistematis. (3) Keterampilan perwajahan, yaitu keterampilan pengaturan tipografi dan pemanfaatan sarana tulis secara efektif dan efisien, tipe huruf, penjilidan, penyusunan tabek, dan lain-lain. Kegiatan menulis juga merupakan suatu proses. Jika kita menulis, kita akan melalui beberapa tahap diantaranya tahap prapenulisan, tahap penulisan dan tahap revisi (Akhadiah, 1994:2). Pada tahap prapenulisan hal pertama yang harus kita lakukan adalah menentukan topik, setelah itu kita harus membatasi topik.Selanjutnya adalah menentukan bahan atau materi penulisan.Tahap kedua adalah tahap penulisan yang meliputi penyusunan paragraf, penyusunan kalimat, pemilihan kata (diksi), dan teknik penulisan.Tahap yang terakhir adalah tahap revisi yang meliputi perbaikan dan pembacaan ulang.Menulis adalah
menemukan
atau
melukiskan
lambang-lambang
grafik
yang
melambangkan suatu bahasa yang dipahami seseorang sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafis tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambar grafik itu (Subyantoro 2009: 228). Menulis, mempunyai enam asas, seperti yang dijelaskan oleh The Liang Gie (dalam Andayani, 2009:32-34). Asas tersebut meliputi : (1) asas kejelasan, (2) asas keringkasan, (3) asas ketepatan, (4) asas kesatupaduan, (5) asas
17
pertautan, dan (6) asas penegasan.Menulis memang tidak mudah.Ada berbagai faktor
yang
dapat mempengaruhi dan
menghambat seseorang
untuk
memproduksi sebuah tulisan. Menurut Djuharie (2001:121-122) kendala yang menghambat seseorang dalam memproduksi sebuah tulisan: (1) situasi dan kondisi yang tidak memungkinkan, (2) merasa diri tidak mampu untuk menulis, (3) takut salah atau disepelekan orang lain, (4) tidak berani mengambil risiko, (5) penyakit malas menulis, (6) ada anggapan bahwa gagasan cukup dituangkan dengan lisan, (7) menutup diri dari pengalaman dan gagasan baru, (8) merasa cukup sebagai konsumen. b. Manfaat Menulis Beberapa ahli mengemukakan tentang manfaat dari menulis, salah satu diantaranya adalah Akhadiah (1994:1-2) yang mendiskripsikan manfaat menulis sebagai berikut: (1) kita dapat mengenali kemampuan dan potensi diri kita, (2) dapat mengembangkan gagasan, (3) dapat menyerap berbagai informasi sehubungan
dengan
apa yang
akan
kita tulis, (4) dapat
mengorganisasikan gagasan secara sistematik serta mengungkapkannya secara tersurat, (5) dapat meninjau dan menilai gagasan secara objektif, (6) dengan menulis akan lebih mudah memecahkan masalah, (7) dapat mendorong kita belajar secara aktif, (8) Serta membiasakan kita untuk berpikir dan berbahasa secara tertib. Menulis
mempunyai banyak
manfaat,
diantaranya
adalah:
1)
peningkatan kecerdasan, 2) pengembangan daya inisiatif dan kreativitas, 3) penumbuhan keberanian, dan 4) pendorongan dan kemampuan mengumpulkan informasi Dalman (2014:6). Kegiatan tulis-menulis mendorong setiap calon penulis terbiasa mengembangkan suatu gaya penulisan pribadi dan terbiasa mencari-cari pengorganisasian sesuai dengan gagasannya sendiri.Keterampilan menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang menjadi tujuan setiap pengajaran bahasa di sekolah. Sebagai sebuah keterampilan berbahasa, menulis merupakan sebuah kemampuan yang kompleks, yang menuntut sejumlah pengetahuan dan keterampilan (Sujanto 1998:56).
18
c. Tujuan Menulis Hugo hartig (dalam Tarigan, 2008: 25) merangkum beberapa tujuan penulisan sebagai berikut: 1) A ssigment purpose (tujuan penugasan) Tujuan Penugasan sebenarnya tidak mempunyai tujuan sama sekali. Penulis menulis sesuatu karena ditugaskan bukan atas kemauan sendiri (misalnya siswa diberi tugas merangkum buku, sekretaris yang ditugaskan membuat laporan, dan lain-lain.) 2) A ltrustio purpose (tujuan altruistik) Penulis bertujuan untuk menyenangkan para pembaca, menghilangkan kedudukan pembaca, ingin menolong para pembaca memahami, menghargai perasaan dan penalarannya, ingin membuat hidup para pembaca lebih mudah dan lebih menyenangkan dengan karyanya tersebut. Seseorang tidak akan dapat menulis secara tepat guna jika orang tersebut percaya, baik secara sadar maupun secara tidak sadarbahwa pembaca atau penikmat karyanya itu adalah “ lawan”atau “ musuh”. Tujuan altruistik asalah kunci keterbacaan suatu tulisan. 3) Persuasive purpose (tujuan persuasif) Tulisan yang bertujuan meyakinkan para pembaca akan kebenaran gagasan yang diutarakan. 4) Informational purpose (tulisan informasional, tujuan penerangan) Tulisan yang bertujuan memberi informasi atau keterangan/penerangan kepada pembaca. 5) Self-ekspressive purpose (tujuan pernyataan diri) Tulisan yang bertujuan memperkenalkan atau menyatakan diri sang pengarang kepada para pembaca. 6) Creative purpose (tujuan kreatif) Tulisan yang bertujuan mencapai nilai-nilai artistik dan nilai-nilai kesenian. 7) Problem-solving purpose (tujuan pemecahan masalah)
19
Dalam tulisan seperti ini sang penulis ingin memecahkan masalah yang dihadapi. Sang penulis ingin menjelaskan, menjernihkan, serta menjelajahi dan meneliti secara sermat pikiran-pikiran dan gagasannya sendiri agar dapat dimengerti dan diterima oleh para pembaca. d. Tahap-tahap Penulisan 1) Tahap Prapenulisan (Persiapan) Pada tahap ini merupakan tahap pertama, tahap persiapan atau prapenulisan adalah ketika pembelajar menyiapkan diri, mengumpulkan informasi, merumuskan masalah, menentukan fokus, mengolah informasi, menarik tafsiran dan inferensi terhadap realitas yang dihadapinya, berdiskusi, membaca, mengamati, dan lain-lain yang memperkaya masukan kognitifnya yang akan diproses selanjutnya. Pada tahap menentukan
prapenulisan ini terdapat aktivitas memilih
karangan
maksud atau (pembaca),
topik,
tujuan penulisan, memerhatikan sasaran
mengumpulkan
informasi
pendukung,
dan
mengorganisasikan ide dan informasi. 2) Tahap Penulisan Pada tahap menentukan karangan
prapenulisan ini terdapat aktivitas memilih
maksud atau (pembaca),
topik,
tujuan penulisan, memerhatikan sasaran
mengumpulkan
informasi
pendukung,
dan
mengorganisasikan ide dan informasi, selanjutnya kita siap untuk menulis. Kita mengembangkan butir demi butir ide yang terdapat dalam kerangka karangan, dengan memanfaatkan bahan atau informasi yang telah kita pilih dan kita kumpulkan. 3) Tahap Pasca Penulisan Tahap ini merupakan tahap penghalusan dan penyempurnaan dari hasil tulisan yang telah kita tulis. Kegiatannya terdiri dari atas penyuntingan dan perbaikan (revisi). Adapun revisi atau perbaikan lebih mengarah pada pemeriksaan dan perbaikan isi karangan. Kegiatan penyuntingan dan perbaikan dapat dilakukan dengan langkahlangkah sebagai berikut: 1) membaca keseluruhan karangan; 2) menandai
20
hal-hal yang perlu diperbaiki atau memberi catatan bila ada hal-hal yang harus diganti, ditambahkan, disempurnakan 3) melakukan perbaikan sesuai dengan temuan saat penyuntingan Dalman(2014:15-19). e.
Hakikat Berita Berita merupakan tulisan berisi fakta tentang kejadian yang bertujuan menyampaikan suatu informasi kepada khalayak. Berita berisi fakta, namun tidak semua fakta adalah sebuah berita. Berita adalah laporan tercepat mengenai fakta atau ide terbaru yang benar, menarik, dan atau penting bagi sebagian besar khalayak, melalui media berkala seperti surat kabar, radio, televisi, maupun media onlineinternet (Sumandiria 2005:65). Sehingga dapat dikatakan bahwa fakta yang tidak memenuhi kelayakan tersebut tidak termasuk ke dalam jenis berita. Djuraid (2006:11) juga berpendapat bahwa berita adalah sebuah laporan atau pemberitahuan mengenai terjadinya sebuah peristiwa atau keadaan yang bersifat umum dan baru saja terjadi yang disampaikan oleh wartawan di media massa. Peristiwa atau keadaan yang disampaikan tersebut merupakan fakta atau benar-benar terjadi. Dengan kata lain, berita sama sekali tidak boleh mengandung unsur rekaan atau fiksi dari penulis. Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa berita adalah informasi mengenai sebuah peristiwa terbaru yang disampaikan kembali kepada orang lain melalui media lisan maupun tulisan. Informasi peristiwa atau keadaan tersebut bersifat umum dan berpengaruh terhadap masyarakat. Sebuah fakta atau peristiwa yang hendak diberitakan juga harus memenuhi syarat-syarat kelayakan yang telah ditentukan untuk sebuah berita layak terbit. Willard (dalam Barus 2010:26) mengemukakan berita adalah suatu kejadian aktual yang diperoleh wartawan untuk dimuat dalam surat kabar karena menarik atau mempunyai makna bagi pembaca. Sementara itu Amak Syariffudin (dalam Djuroto, 2002:7) menjelaskan bahwa berita adalah laporan kejadian yang ditimbulkan sebagai bahan yang menarik perhatian publik massa media.
21
Dari beberapa definisi di atas dapat menyimpulkan bahwa berita adalah laporan tentang peristiwa atau kejadian yang bersifat penting dan menarik perhatian kemudian disampaikan dalam media massa. f. Persyaratan Berita Sebuah fakta layak disebut sebuah berita apabila memenuhi syarat tertentu. Pakar jurnalistik telah menyepakati syarat tersebut adalah 5W+1H (what, where, when, who, why, dan how). Unsur-unsur berita tersebut akan saling mendukung membuat sebuah berita yang mengandung informasi lengkap. Hal tersebut akan lebih memuaskan pembaca, karena pembaca mendapatkan sebuah informasi secara jelas dan tidak samar. Romli (2000:6) menjelaskan bahwa fakta yang layak diberitakan harus memenuhi unsur-unsur 5W+1H, 5W+1H tersebut adalah: (1) what: apa yang terjadi; (2) where: di mana hal itu terjadi?;(3)when: kapan peristiwa itu terjadi?; (4) who: siapa yang terlibat dalam kejadian itu?;(5) why: kenapa hal itu terjadi? (6) how: bagaimana peritiwa itu terjadi? Djuraid (2006:85-86) menyebutkan secara lebih rinci bahwa dalam pelajaran dasar menulis berita dimulai dengan pengenalan bagian berita yang sangat populer yakni 5W+1H. Siapa tokohnya, di mana kejadiannya, apa yang terjadi, mengapa terjadi, bagimana bisa terjadi dan seterusnya. Pedoman ini setidaknya akan memudahkan untuk mulai menulis. Setelah bahan-bahan berita terkumpul, selanjutnya dilakukan identifikasi sesuai dengan 5W+1H. dengan demikian, akan muncul gambaran tentang kerangka berita yang akan ditulis. Mulyadi (dalam Kuncoro, 2009:26) menunjukkan adanya 7 kriteria kelayakan berita, yaitu sebagai berikut: (1) penting; (2) peristiwa yang baru terjadi, bukan peristiwa lama. (3) unik, bukan sesuatu yang biasa; (4) asas keterkenalan; (5) asas kedekatan; (6) magnitude (dampak dari suatu peristiwa); (7) tren, sesuatu bisamenjadi berita ketika menjadi kecenderungan yang meluas di masyarakat. Syarat menulis berita yang baik harus menggunakan kalimat yang tepat, ringkas, jelas, sederhana dan dapat dipercaya(Muslimin, 2002:44).
22
1. Berita harus tepat, artinya pemilihan kata-kata dalam menyusun kalimat harus tepat dan benar. 2. Berita harus ringkas, artinya dalam menyusun kalimat untuk naskah berita, harus menggunakan kalimat yang ringas, tida berbelit dan hindari kata-kata yang tidak perlu. Jangan menggunakan kalimat majemuk, karena banyak membuang kata-kata. 3. Berita harus sederhana, artinya susunan kata dan rangkaian kalimat dibuat sesederhana mungkin dan harus sesuai dengan standar bahasa Indonesia yang baik dan benar. 4. Berita harus dipercaya, artinya semua kalimat untuk berita harus mempunyai arti dan makna yang benar dan masuk akal. Berita merupakan suatu informasi yang harus disampaikan dengan tepat. Suatu informasi akan tersampaikan dengan baik kepada pembaca atau pendengar jika penyampainya menggunakan kalimat yang efektif. Maka dari itu, penggunaan kalimat efektif sangatlah penting dalam penulisan teks berita. Ciri-cirikalimat efektif adalah sebagai berikut: (1) memiliki unsur-unsur penting atau pokok dalam setiap kalimat; (2) taat terhadap tata ujaran ejaan yang berlaku; (3) menggunaan diksi secara tepat; (4) menggunakan kesepadanan antara struktur bahasa dan jalan pikiran yang logis dan sistematis; (5) menggunakan kesejajaran bentuk bahasa yang dipakai; (6) melakukan penekanan ide pokok;(7) hemat dalam penggunaan kata; (8) menggunakan variasi struktur kalimat (Keraf, 2006:34-35). Kalimat efektif menurut Akhadiah, dkk (1988:116) adalah kalimat yang benar dan jelas serta akan dengan mudah dipahami oleh orang lain secara tepat. Adapun ciri-ciri kalimat efektif, yaitu (1) kesepadanan dan kesatuan berarti kalimat harus memiliki unsur-unsur subjek dan predikat, atau bisa ditambah objek, keterangan, dan unsur subjek, predikat, objek, keterangan, dan pelengkap sehingga melahirkan melahirkan keterpaduan arti, (2) kesejajaran bentuk berarti terdapat kesamaan penggunaan bentuk bahasa yang digunakan dalam kalimat, (3) penekanan berarti pemberian penekanan pada gagasan atau ide pokok, (4) kehematan berarti kehematan dalam pemakaian kata, frase atau
23
bentuk lainnya yang dianggap tidak diperlukan, dan (5) kevariasian berarti sebuah kalimat merupakan satu komposisi yang dapat memikat dan mengikat pembacanya (Akadiah, dkk 1988:117-127). Pendapat lain tentang kalimat efektif juga dikemukakan oleh Keraf (1997:36) yaitu kalimat yang secara tepat dapat mewakili gagasan atau perasaan pembicara atau penulis dan sanggup menimbulkan gagasan yang sama tepatnya dalam pikiran pembaca atau pendengar seperti yang dipikirkan oleh penulis atau pembicara. Jadi berdasarkan pendapat-pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa kalimat efektif adalah kalimat yang bisa dengan baik menyampaikan maksud yang hendak disampaikan oleh penulis atau pembicara kepada pembaca atau pendengar. g. Jenis Berita Wagiran (dalam Suwarti 2011:79) menyatakan jenis berita meliputi: (1) straight news, (2) depth news, (3) investigations news, (4) interpretative news, dan (5) opinion news. Straight news, berita mendalam, berisi tentang analisis terhadap hal-hal yang ada di balik permukaan berita, (biasanya disajikan pada bagian tengah surat kabar atau pada tabloidatau majalah bulanan). Investigation news, berita yang dikembangkan berdasarkan penelitian, penyelidikan, peninjauan, dan kunjungan objek, (biasanya disajikan pada bagian khusus, paling
bawah
halaman
pertama).
Interpretative
news,
berita
yang
dikembangkan dengan pendapat atau penilaian penulis/ reporter, (sering dikenal dengan ulasan berita). Opini news, berita mengenai pendapat seseorang. Berita dapat dikategorikan menjadi tiga bagian yaitu hard news (berita berat), soft news (berita ringan), dan investigative report (laporan penyelidikan). a) Hard news (berita berat) adalah berita tentang peristiwa yang dianggap penting bagi masyarakat baik sebagai individu, kelompok maupun organisasi. b) Soft news (berita ringan) seringkali juga disebut dengan feature yaitu berita yang tidak terikat dengan aktualitas namun memiliki daya tarik bagi pemirsanya. Berita-berita semacam ini seringkali lebih menitikberatkan pada
24
hal-hal yang menabjubkan atau mengherankan pemirsa. Berita ini juga dapat menimbulkan kekhawatiran bahkan ketakutan atau juga dapat menimbulkan simpati. Objeknya bisa manusia, hewan, binatang, tempat, atau apa saja yang dapat membuat pemirsa tertarik. c) Investigative
Reports
atau
disebut
juga
laporan
penyelidikan
(investigasi)adalah jenis berita yang eksklusif. Datanya tidak bisa diperoleh dipermukaan, tetapi harus dilakukan berdasarkan penyelidikan. Sehingga, penyajian berita seperti ini membutuhkan waktu yang lama dan tentu akan menghabiskan energi reporternya Muda (2003: 40). h. Unsur Berita Beberapa unsur yang harus ada dalam berita menurut H. Assegaff (dalam Barus, 2010: 32) yaitu: 1) aktual (terkini, kebaruan); 2) jarak; 3) penting (interest); 4) luar biasa (extraordinary); 5) akibat yang ditimbulkannya; 6) ketegangan (suspense); 7) mengandung konflik; 8) seks; 9) kemajuankemajuan yang dimiliki (progres); 10) emosi; 11) humor.Sementara itu, Djawoto (dalam Barus, 2010: 32) menyebutkan bahwa sebuah berita haruslah mencakup lima unsur, yaitu: 1) benar; 2) cepat; 3) lengkap; 4) objektif; dan 5) tersusun dengan baik.Unsur –unsur layak berita menurut Budyatna (2009:48) yaitu akurat, lengkap, adil dan berimbang, objektif ringkas, jelas dan hangat. i. Teknik Penulisan Berita Berita merupakan fakta objektif. Sebagai fakta yang objektif berita harus bebas dari pendapat pribadi manapun termasuk dari jurnalis maupun editor. Berita adalah laporan tentang fakta secara apa adanya dan tidak dibuatbuat kebenarannya. Faqih (2003:45) berpendapat bahwa berita memiliki keterbatasan ruang, sehingga harus disampaikan secara efektif. Bentuk yang dipakai adalah piramida terbalik. Artinya meletakkan unsur terpenting dan utama dari suatu fakta pada bagian atas atau lead, diikuti detail fakta pada tubuh dan kesimpulan pada ekor atau penutup. Menurut Sumandiria (2005:117-118) karena fakta dalam bentuk berbagai peristiwa yang terjadi begitu banyak, sedangkan waktu yang dimilki jurnalis dan editor media massa sangat terbatas, maka harus dicari teknik untuk
25
melaporkan atau menuliskan kata-kata tersebut. Teknik itu dinamakan dengan piramida terbalik. Dengan piramida terbalik, berarti pesan berita disusun secara deduktif . kesimpulan dinyatakan terlebih dahulu pada paragraf utama, baru kemudian disusul dengan penjelasan dan uraian yang lebih rinci pada paragrafparagraf berikutnya. Alasan penggunaan piramida terbalik dalam menulis berita dikarenakan berbagai alasan sebagai berikut: 1) memudahkan khalayak pembaca, pendengar, atau pemirsa yang sangat sibuk untuk segera menemukan berita yang dianggapnya menarik atau penting yang sedang dicari atau ingin diketahuinya; 2) memudahkan reporter dan editor memotong bagian-bagian berita yang dianggap kurang atau tidak penting ketika dihadapkan pada kendala teknis, missal berita terlalu panjang sementara kapling atau ruangan yang tersedia sangat terbatas; 3) memudahkan para jurnalis dalam menyusun pesan berita melalui rumus baku yang sudah sangat dikuasainya sekaligus untuk menghindari kemungkinan adanya fakta atau informasi penting yang terlewat tidak dilaporkan. Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa teknik yang digunakan dalam menulis teks berita adalah teknik piramida terbalik. Piramida terbalik yang dimaksud adalah dengan menyampaikan pesan yang hendak disampaikan secara deduktif. Kesimpulan dinyatakan terlebih dahulu di paragraf utama, kemudian disusul dengan penjelasan dan uraian yang lebih rinci pada paragraph-paragraf berikutnya. Teknik piramida terbalik ini ditetapkan karena faktor keterbatasan ruang berita. j. Bahasa Berita Bahasa yang digunakan dalam berita berbeda dengan bahasa yang digunakan sehari-hari. Bahasa berita biasa disebut dengan istilah bahasa jurnalistik. Sumandiria (2005:53-59) berpendapat bahwa ciri utama bahasa jurnalistik di antaranya: (1) sederhana, (2) singkat, (3) padat, (4) lugas, (5) jelas, (6) jernih, (7) menarik, (8) demokratis, (9) mengutamakan kalimat aktif, (10) sejauh mungkin menghindari penggunaan kata atau istilah teknis, dan (11) tunduk kepada kaidah serta etika bahasa baku.
26
1) Sederhana Sederhana berarti selalu mengutamakan dan memilih kata atau kalimat yang paling banyak diketahui maknanya oleh khalayak pembaca. Khalayak pembaca
sifatnya
intelektualitasnya
sangat maupun
heterogen, karakteristik
baik
dilihat
demografis
dati dan
tingkat aspek
psikografisnya seperti status sosial ekonomi, pekerjaan atau profesi, tempat tinggal, suku bangsa, dan budaya serta agama yang dianut. Kata-kata dan kalimat yang rumit, yang hanya dipahami maknanya oleh segelintir orang, tabu digunakan dalam bahasa jurnalistik. 2) Singkat Singkat berarti langsung kepada pokok permasalahan (to the point), tidak bertele-tele, tidak berputar-putar, tidak memboroskan waktu pembaca yang sangat berharga. Ruangan atau kapling yang tersedia pada kolomkolom halaman surat kabar, tabloid, atau majalah sangat terbatas, sementara isinya banyak dan beranekaragam. Konsekuensinya apapun pesan yang akan disampaikan tidak boleh bertentangan dengan filosofi, fungsi, dan karakeristik pers. 3) Padat Padat dalam bahasa jurnalistik berarti sarat informasi. Setiap kalimat dan paragraf yang ditulis memuat banyak informasi penting dan menarik untuk khalayak pembaca. Ini berarti terdapat perbedaan yang tegas antara kalimat singkat dan kalimat padat. Kalimat singkat tidak bererti memuat banyak
informasi,
tetapi kalimat yang padat,
selain
singkat juga
mengandung lebih banyak informasi.
4) Lugas Lugas berarti tegas, tidak ambigu, sekaligus menghindari penghalusan kata dan kalimat yang bisa membingungkan khalayak pembaca, sehingga terjadi perbedaan persepsi dan kesalahan konklusi. Kata yang lugas selalu menekankan pada satu arti serta menghindari kemungkinan adanya
27
penafsiran lain terhadap arti dan makna kata tersebut. Sehingga maksud yang hendak disampaikan bisa tepat sasaran. 5) Jelas Jelas berarti mudah ditangkap maksudnya, tidak kabur. Sebagai contoh, merah adalah warna yang jelas. Putih adalah warna yang jelas. Ketika kedua warna tersebut disandingkan, maka terdapat perbedaan yang tegas, mana yang merah dan mana yang putih. Perbedaan warna merah dan putih melahirkan kesan kontras. Jelas di sini memiliki tiga arti: jelas artinya, jelas susunan kata atau kalimatnya sesuai dengan kaidah subjek objek predikat keterangan (SPOK), dan jelas sasaran atau maksudnya. 6) Jernih Jernih dalam bahasa jurnalistik berarti kata dan kalimat yang tidak memiliki maksud tersembunyi di balik penyampaian suatu berita atau laporan kecuali fakta, kebenaran, kepentingan masyarakat. Bahasa berita harus transparan. Jadi dalam penyampaian berita tidak terdapat maksud terselubung yang ditujukan pada satu pihak tertentu. 7) Menarik Menarik artinya mampu membangkitkan minat dan perhatian khalayak pembaca. Memicu selera baca, membuat orang yang sebelumnya tidak tertarik menjadi tertarik untuk membaca berita yang disajikan. Meskipun demikian, bahasa jurnalistik tetap berpijak pada prinsip menarik, benar, dan baku. 8) Demokratis Bahasa jurnalistik harus bersifat demokratis yang berarti tidak mengenal tingkatan, pangkat, kasta, atau perbedaan dari pihak yang menyapa dan pihak yang disapa sebagaimana dijumpai dalam gramatika bahasa Sunda dan bahasa Jawa. Bahasa jurnalistik memperlakukan siapapun, baik itu presiden, guru, karyawan, maupun tukang becak, pemulung, secara sama. Kalau dalam berita disebutkan presiden mengatakan, maka kata mengatakan tidak bisa atau harus diganti dengan kata bersabda. Presiden maupun pengemis, keduanya tetap harus ditulis mengatakan.
28
9) Mengutamakan Kalimat Aktif Bahasa jurnalistik mengutamakan kalimat aktif karena kalimat aktif lebih mudah dipahami dan lebih disukai khalayak pembaca daripada kalimat pasif. Sebagai contoh: presiden mengatakan, bukan dikatakan oleh presiden. Bahasa jurnalistik harus jelas susunan katanya dn kuat maknanya (clear and strong). Kalimat aktif lebih memudahkan pengertian dan memperjelas tingkat pemahaman. Kalimat pasif sering menyesatkan pengertian dan membingungkan tingkat pemahaman. 10) Menghindari Kata atau Istilah Teknis Bahasa jurnalistik harus sederhana, mudah dipahami, ringan dibaca, dan tidak membuat pusing. Salah satu cara untuk menghindari hal tersebut adalah dengan menghindari penggunaan kata atau istilah-istilah teknis, akarena istilah teknis hanya berlaku untuk komunitas tertentu yang sifatnya homogen. Sebagai contoh istilah dalam dunia mikrobiologi, akan tidak bisa dipahami maksudnya oleh khalayak pembaca apabila dimasukkan ke dalam berita. Istilah-istilah teknis harus diganti dengan istilah yang bisa dipahami oleh masyarakat umum. 11) Tunduk Kepada Kaidah dan Etika Bahasa Baku Bahasa jurnalistik harus tunduk kepada kaidah dan etika bahasa baku. Bahasa baku artinya bahasa resmi sesuai dengan ketentuan tata bahasa serta pedoman ejaan yang disempurnakan berikut pedoman pembentukan istilah yang menyertainya. Selain harus baku, baik, dan benar, dalam berita tidak boleh terdapat kata-kata kurang sopan yang bertentangan dengan norma masyarakat. Dari berbagai pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa bahasa berita haruslah baik dan benar, penggunaanya harus efektif dan sesuai dengan kaidah tata bahasa. Selain harus baik dan benar bahasa berita haruslah bisa menarik minat pembaca agar tertarik pada berita yang disajikan. Bahasa berita juga harus bersifat demokratis yang artinya berarti tidak mengenal tingkatan, pangkat, kasta, atau perbedaan dari pihak yang menyapa dan pihak yang disapa seperti yang terdapat dalam bahsa Jawa dan Sunda.
29
Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Ferdillasari Prima Kurniasari Sukarno pada tahun 2013 dengan judul
“ Peningkatan
Kemampuan
Menulis
Teks
Berita
Berwawasan
Multikultural dengan Penerapan Metode Pembelajaran Berbasis Masalah pada Siswa VIII G SMP Negeri 13 Surakarta Tahun Ajaran 2012/2013” . Tujuan dari penelitian ini adalah (1) meningkatkan kualitas hasil proses pembelajaran menulis teks berita berwawasan multikultural dengan metode pembelajaran berbasis masalah.
(2) meningkatkan kemampuan
menulis teks
berita
berwawasan multikultural dengan penerapan metode pembelajaran berbasis masalah pada siswa kelas VIII G SMP Negeri 13 Surakarta. Kesimpulan dari penelitian ini adalah pembelajaran menulis berita berwawasan multikultural dapat meningkatkan kualitas proses maupun kemampuan menulis puisi berwawasan multikultural. k. Penilaian Keterampilan Menulis Teks Berita Siswa Penilaian
yang
digunakan
hendaknya
disesuaikan
dengan
tujuan
pembelajaran, maka penilaian hasil dalam pembelajaran menulis di kelas VIII B SMP Negeri 1 Banyudono, Boyolali didasarkan pada hasil pekerjaan siswa dalam bentuk menulis teks berita. Pada pembelajaran Bahasa Indonesia KKM yang ditentukan adalah
80 hal ini berarti siswa dinyatakan tuntas dalam
pembelajaran Bahasa Indonesia jika mendapatkan nilai 80. Penilaian terhadap hasil karangan siswa sebaiknya menggunakan rubrik penilaian yang mencakup isi gagasan yang dikemukakan, organisasi isi dalam teks berita, diksi dan kosakata, kalimat, ejaan dan tanda baca. Seperti model penilaian menurut Nurgiyantoro (2010: 441) yang memberi bobot tidak sama untuk setiap komponen, serta rinci dalam melakukan penyekoran yakni dengan model skala interval untuk setiap tingkat tertentu pada setiap aspek yang dinilai. Model penilaian tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 2 Model Penilaian Menulis Teks Berita dengan Skala Interval Penilaian Hasil Pembelajaran Menulis Teks Berita No.
Aspek yang
Skor
Bobot
Kriteria
30
dinilai 1
Isi
30
4
Sangat
baik-Sempurna:
padat
informasi, subtansif, pengembangan tesis tuntas, dan 3
relevan dengan
permasalahan dan tuntas. Cukup-Baik:
informasi
cukup
substansif cukup, pengembangan tesis 2
terbatas, dan relevan dengan masalah tetapi tidak lengkap.
1
Sedang-Cukup: informasi terbatas, subtansi kurang, pengembangan tesis tidak cukup, dan permasalan tidak cukup. Sangat kurang: tidak berisi, tidak ada substansi, tidak ada pengembangan tesis dan tidak ada peermasalahan.
2
Organisasi
20
4
Sangat
baik-Sempurna:
diungkapkan 3
dengan
jelas,
gagasan padat
tertata dengan baik, urutan logis tetapi tidak lengkap. Cukup-Baik: kurang lancar, kurang
2
terorganisir tetapi ide utama terlihat, bahan pendukung terbatas, dan urutan
1
logis tetapi tidak lengkap. Sedang-Cukup: tidak lancar, gagasan kacau, terpotong-potong, urutan dan perkembangan tidak logis Sangat-Kurang: tidak komunikatif, tidak terorganisir,
dan tidak layak
nilai. 3
Kosakata
20
4
Sangat
baik-Sempurna:
31
pemanfaatan potensi kata canggih, 3
pilihan kata dan ungkapan tepat, menguasai pembentukan kata. Cukup-Baik:
2
potensi
kata agak canggih, pilihan kata dan ungkapan
1
pemanfatan
kadang-kadang
kurang
tepat tetapi tidak mengganggu. Sedang-Cukup: pemanfaatan potensi kata terbatas, sering terjadi kesalahan penggunaan
kosakata
dan
dapat
merusak makna. Sangat kurang: pemanfaatan potensi kata asal-asalan, pengetahuan tentang kosakata rendah, tidak layak nilai. 4
Penggunaan Bahasa
25
4
Sangat Baik-Sempurna: kontruksi kompleks tetapi efektif, hanya terjadi
3
sedikit
kesalahan
kebahasaan. Cukup-Baik:
2
penggunaan
kontruksi
kompleks
tetapi efektif, kesalahan kecil pada kontruksi kompleks, terjadi sejumlah
1
kesalahan tetapi makna tidak kabur. Sedang-Cukup:
terjadi
kesalahan
serius dalam kontruksi kalimat, makna membingungkan atau kabur. Sangat-Kurang:
tidak
aturan
terdapat
sintaksis,
menguasai banyak
kesalahan, tidak komunikatif, tidak layak nilai. 5
Mekanik
5
4
Sangat baik-Sempurna: menguasai aturan
penulisan,
hanya
terdapat
32
3
beberapa kesalahan. Cukup-Baik: kadang-kadang terjadi
2
kesalahan
ejaan
tetapi
tidak
mengaburkan makna. 1
Sedang-Cukup: kesalahan
sering
terjadi
ejaan,
makna
membingungkan atau kabur. Sangat-Kurang:
tidak
menguasai
aturan penulisan, ejaan, tulisan tidak terbaca, tidak layak nilai. (Modifikasi Nurgiyantoro, Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra, 2010: 441) Tabel 3 Penilaian Menulis Teks Berita N
No
Aspek yang Dinilai
Skor
A
A
B
C
D
E
M
(Bobot x
(Bobot x
(Bobot x
(Bobot x
(Bobot x
A
Skor)
Skor)
Skor)
Skor)
Skor)
Nilai
Keterangan
1 2 3 (Modifikasi Nurgiyantoro, Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra, 2010: 441)
Pedoman Penskoran Skor maksimal 20 Nilai maksimal: 400/4 = 100 1.
Hitunglah nilai dengan menggunakan rumus berikut:
Nilai = (Bobot 4) + (Bobot 2 x 4) + (Bobot 3 x 4) + (Bobot 4 x 4) + (Bobot 5 x 4)
4 Persentase keberhasilan menulis teks berita =
33
Jumlah siswa yang tuntas (>80) x 100% Jumlah siswa Nilai rata-rata menulis teks berita =
Jumlah nilai siswa Jumlah siswa
3. Hakikat Metode CIRC dengan Media Audio Visual a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif Cooperative learning atau pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang kolaboratif (Isjoni, 2013: 15).Roger(dalam Huda, 2011: 29) berpendapat bahwa: Cooperative learning is group learning activity organized is such a way that learning is based on the socially structured change of information between learners in group in which each learner is held accountable for his or her own learning and his motivated in in creas the learning of other. Maksud pendapat Rogerialah pembelajaran kooperatif merupakan kegiatan belajar kelompok yang terorganisisasi sedemikian rupa didasarkan pada perubahan informasi sosial secara tersetruktur antara peserta didik dalam kelompok, dimana setiap peserta didik bertanggung jawab untuk belajar sendiri dan termotivasi untuk meningkatkan pembelajaran anggota yang lainnya. Pembelajaran kooperatif adalah strategi pengajaran di mana tim kecil, masing-masing dengan siswa dari berbagai tingkat kemampuan, menggunakan berbagai aktivitas belajar untuk meningkatkan pemahaman mereka tentang sebuah subjek. Setiap anggota tim bertanggung jawab tidak hanya untuk belajar apa yang diajarkan tetapi juga untuk membantu rekan belajar, sehingga menciptakan suasana berkelompok. Siswa bekerja melalui penugasan sampai semua anggota kelompok
berhasil memahami dan
menyelesaikannya.
Pembelajaran kooperatif ditandai dengan lima elemen umum, termasuk 1) saling memberikan pengaruh positif, di mana kelompok memiliki tujuan bersama dan kontribusi masing-masing anggota adalah penting untuk keberhasilan kelompok; 2) setiap anggota didorong untuk berpartisipasi, membantu orang lain sukses dan belajar dari satu sama lain; 3) anggota membagi pekerjaan dan secara individual bertanggung jawab untuk tugas-tugas
34
tertentu; 4) berdiskusi dan penggunaan keterampilan interaksi kelompok; dan 5) siswa merefleksikan pengalaman kelompok . Johnson dan Johnson (dalam Wichade, 2012: 93). Huda (2011: 32) menjelaskan, yang dimaksud dengan pembelajaran kooperatif yaitu metode pembelajaran yang mana para siswa bekerjasama dalam kelompok kecil dan saling membantu dalam belajar. Adapun menurut Isjoni(2013: 15), pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran kolaboratif yang menggunakan kelompok belajar dan bekerja dengan anggota berjumlah empat sampai enam orang. Hal tersebut, dapat merangsang siswa bergairah dalam belajar. Joyce (dalam Murtono 2012: 190) memaparkan bahwa model pembelajaran kooperatif dilandasi tujuan dan asumsi sebagai berikut. (1) sinergi yang ditingkatkan dalam bentuk kerja sama akan meningkatkan motivasi yang jauh lebih besar daripada dalam bentuk lingkungan kompetisi individual. (2) anggota-anggota kelompok kooperatif dapat saling belajar satu dengan lainnya. (3) interaksi antar anggota akan menghasilkan aspek kognitif, semisal kompleksitas. (4) kerja sama meningkatkan perasaan positif satu dengan lainnya, menghilangkan penyendirian, membangun sebuah hubungan, dan memberikan pandangan positif terhadap orang lain. (5) kerja sama meningkatkan penghargaan diri, tidak hanya pembelajaran yang berkembang tetapi juga perasaan dihormati dan dihargai oleh orang lain dalam sebuah lingkungan. (6) siswa yang mengalami dan menjalani tugas, merasa harus bekerja sama sehingga dapat meningkatkan kapasitasnya untuk bekerja sama secara produktif. (7) siswa dapat belajar dari beberapa latihan untuk meningkatkan kemampuan dirinya. Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dimana siswa dibagi dalam beberapa kelompok kecil, saling berinteraksi dan saling bekerjasama untuk menyelesaikan tugas yang diberikan guru. b. Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif Menurut Isjoni(2013: 42) ada beberapa cirri dari cooperative learning yakni: (1) Setiapanggota memiliki peran, terjadi hubungan interaksi langsung
35
antar siswa . (2) Setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas belajarnya dan juga, teman-teman sekelompoknya, (3) Membantu mengembangkan keterampilan-keterampilan
interpersonal
kelompok,
dan
(4)Membantu
meningkatkan keterampilan memecahkan masalah secara kelompok.Sedangkan menurut Roger dan David Johnson untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsure model kooperatif harus diterapkan dalam pembelajaran yakni: (1) saling ketergantungan posistif; (2) tanggung jawab perseorangan (3) tatap muka;(4) Komunikasi antar anggota; dan (5) evaluasi proses kelompok (Lie, 2007: 31). Suprijono(2009: 58) menyatakan ada dua ciri pembelajaran kooperatif yang efektif, yakni: (1) memudahkan siswa belajar sesuatu yang bermanfaat seperti fakta,keterampilan,nilai, konsep, dan bagaimana hidup serasi dengan sesama; (2) pengetahuan, nilai dan keterampilan diakui oleh mereka yang berkompeten menilai. c. Pengertian CIRC Pembelajaran kooperatif mempunyai berbagai macam variasi.Salah satunya adalah model kooperatif tipe CIRC. Adapun menurut Slavin(2005: 200),CIRC adalah singkatan dari Cooperative Integrated Reading and Composition.CIRC sebenarnya merupakan hasil pengembangan pembelajaran TA I.CIRC merupakan sebuah program yang komprehensif untuk mengajari pelajaran membaca dan menulis.CIRC menurut Sani dapat diartikan sebagai kelompok kerja/belajar membaca dan menulis yang terintegrasi. Dalam pembelajaran CIRC, setiap siswa bertanggung jawab terhadap tugas kelompok. Setiap anggota kelompok saling mengeluarkan ide-ide untuk memahami suatu konsep dan dapat menyelesaikan tugas, sehingga terbentuk pemahaman dan pengalaman belajar yang lama. Model pembelajaran ini terus mengalami perkembangan dari tingkat SD sampai SMP Huda (2014:221). CIRC dikembangkan oleh Steven dan Slavin (2005: 193) model ini merupakan model yang komprehensif untuk pembelajaran membaca dan menulis.Dari uraian tersebut dapat dikemukakan bahwa CIRC merupakan pembelajaran yang dapat mencakup semua hal yang diperlukan dalam pembelajaran
bahasa,
yaitu membaca dan
menulis.Selanjutnya Slavin
36
mengemukakan
bahwa pembelejaran CIRC adalah pembelajaran
yang
menggunakan kombinasi kelompok kerja heterogen (Slavin 2005: 200). CIRC adalah komposisi terpadu membaca dan menulis secara kooperatif-kelompok. Sintaksnya adalah: membentuk kelompok heterogen 4 orang, guru memberikan wacana bahan bacaan sesuai dengan bahan ajar, siswa bekerja sama (membaca bergantian, menemukan kata kunci, memberikan tanggapan) terhadap wacana kemudian menuliskan hasil kolaboratifnya, presentasi hasil kelompok, refleksi. Model kooperatif tipe CIRC terarah pada satu focus utama, yakni membuat pengguna waktu tindak lanjut menjadi lebih efektif.Siswa bekerja di dalam kelompok kooperatif yang dikoordinasikan dengan pengajaran kelompok membaca, kosakata, dan ejaan.Siswa dituntut oleh seluruh anggota kelompok (Slavin, 2005: 201). Slavin (2005: 168) mengemukakan bahwa tiga unsur utama dalam CIRC, yaitu: 1) Kelompok membaca. Para siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok pembaca yang terdiri dari dua sampai tiga orang berdasarkan tingkat keterampilan membaca mereka yang heterogen. Proses pembentukan kelompok seharusnya ditentukan oleh guru supaya kelompok yang terbentuk benar-benar heterogen. 2) Kelompok membaca. Siswa ditempatkan berpasangan di dalam kelompok baca mereka. Selanjutnya pasangan ini dibagi ke dalam kelompok yang terdiri atas pasangan-pasangan dari dua kelompok membaca yang berbeda, misalnya suatu kelompok mungkin beranggotakan dua siswa yang memiliki keterampilan membaca tinggi dan dua orang siswa yang memiliki keterampilan membaca tinggi dan dua orang siswa yamg memiliki keterampilan membaca rendah. 3) Aktivitas menceritakan kembali. Siswa menggunakan cerpen sebagai bahan bacaan kelompok. Cerita tersebut diperkenalkan dan didiskusikan dalam kelompok mabaca melalui guru sekitar 20 menit. Pada saat kegiatan ini, guru menyusun tujuan membaca, memperkenalkan kosakata baru, meninjau ulang kosakata lama, dan membaca cerita setelah siswa membacanya.
37
Secara umum diskusi mengenai cerita ini harus disusun untuk mengenalkan kemampuan-kemampuan tertentu seperti membuat dan mendukung prediksi cerita dan pemecahan masalah yang terkandung dalam cerita tersebut Slavin (2005: 205) Berdasarkan pendapat di atas dapat disipulkan bahwa CIRC merupakan salah satu jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang khusus untuk pembelajaran membaca dan menulis komprehensif. d. Kelebihan Model Kooperatif Tipe CIRC Menurut Salvin(2005: 201-204) ada beberapa kelebihan model kooperatif tipe CIRC, yakni: 1) Siswa lebih mendapatkan kesempatan untuk membaca secara lisan dan saling merespon dalam kegiatan membaca, 2) dengan kelompok kerja kooperatif, siswa dapat mempelajari kemampuan memahami bacaan yang dapat diaplikasikan secara luas, 3) CIRC adalah pembelajaran yang komprehensif terhadap pelajaran membaca, menulis, dan seni berbahasa. Berdasarkan pendapat di atas peneliti menggunakan model kooperatif tipe CIRC karena model ini adalah model yang komprehensif terhadap pembelajaran membaca dan menulis, sehingga tepat untuk meningkatkan keterampilan menulis berita.
e. Langkah-Langkah Penerapan Model Kooperatif Tipe CIRC Penerapan kooperatif tipe CIRC dapat terlaksana dengan baik, apabila guru harus melaksanakan model tersebut sesuai dengan langkah-langkahnya. Sani (2013: 194)menyatakan bahwa secara umum ada enam langkah model kooperatif tipe CIRC, yaitu: 1) guru membagi siswa ke dalam dua kelompok, 2) guru membagikan wacana/ materi kepada tiap kelompok untuk dibaca dan dijawab serangkaian pertanyaan dari bacaan, 3) guru menetapkan kelompok yang berperan sebagai penyaji dan kelompok yang berperan sebagai pendengar. Kelompok penyaji membacakan jawaban pertanyaan dari bacaan yang telah dikerjakan bersama kelompok.Sementara itu, kelompok pendengar menyimak
38
dan mengoreksi. 4) kelompok bertukar peran, yaitu kelompok yang semula sebagai penyaji menjadi pendengar dan kelompok pendengar menjadi pengaji, 5) siswa menyimpulkan hasil diskusi bersama-sama. Menurut Slavin (2005: 207) ada enam tahap kegiatan dalam kelompok membaca, yaitu: membaca berpasangan, menulis jawaban pertanyaan dari cerita yang bersangkutan, mengucapkan kata-kata dengan keras, makna kata, menceritakan kembali cerita dan ejaan. Sementara itu Suprijono (2009: 130) memaparkan langkah-langkah metode pembelajaran
Cooperative Integrated
Reading and Composition (CIRC) sebagai berikut: 1) membentuk kelompok yang anggotanya empat orang secara heterogen; 2) guru memberikan wacana atau kliping sesuai dengan topik pembelajaran; 3) siswa bekerja sama saling membacakan dan menemukan ide pokok dan memberi tanggapan terhadap wacana atau kliping dan ditulis pada lembar kertas; 4) mempresentasikan atau membacakan hasil kelompok; 5) guru
membuat kesimpulan bersama; 6)
Penutup. Metode CIRC dirancang untuk mengamodasi level kemampuan siswa yang beragam, baik melalui pengelompokan yang heterogen maupun homogen. Huda (2013: 126) menjelaskan langkah-langkah CIRC antara lain: siswa ditempatkan dalam kelompok-kelompok
kecil, baik homogen maupun
heterogen. Pertama, mereka mengikuti serangkaian instruksi guru tentang keterampilan membaca dan menulis. Kemudian praktik, pranilai, dan kuis. Setiap kelompok tidak bisa mengikuti kuis hingga anggota kelompok menyatakan
benar-benar siap. Penghargaan (reward) diberikan kepada
kelompok yang anggotanya menunjukkan perfoma yang meningkat dalam aktivitas membaca dan menulis. Teknik CIRC dikembangkan dan
digunakan "kelompok membaca
berbasis keterampilan" pendekatan. Pertama, kelompok membaca didirikan di kelas. Selanjutnya, siswa berpasangan dalam kelompok. Ketika guru bekerja dengan kelompok membaca, pasangan mencoba untuk mengajar setiap keterampilan membaca dan menulis bermakna lain dengan
menggunakan
teknik pembelajaran timbal balik. Mereka saling membantu dalam melakukan
39
kegiatan keterampilan dasar (seperti membaca lisan, kontekstual menebak, mengajukan pertanyaan, meringkas, menulis komposisi berdasarkan cerita, merevisi mengoreksi komposisi) Durukan (dalam Zainuddin 2015: 14 ). Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Fuzidri tahun 2014 dengan judul “ Peningkatan Keterampilan Membaca Pemahaman Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe CIRC Siswa Kelas VIII 5 MTsN Kamang Kabupaten Agam” . Dalam penelitian ini memiliki kesamaan dengan penelitian yang dilakukan saat ini, yaitu dalam variable metode pembelajaran
Cooperative Integrated
Reading
and
Composition
(CIRC).
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut:
1)
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC dapat meningkatkan proses keterampilan membaca pemahaman siswa kelas VIII 5 MTsN Kamang.; 2) penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran membaca pemahaman, dengan indikator mene-mukan gagasan utama, informasi bacaan, fakta, opini, dan simpulan bacaan. f. Pengertian Media Pembelajaran Kata media berasal dari bahasa latinmedius yang secara harfiah berarti tengah atau pengantar. Secara lebih khusus pengertian media dalamproses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, fotografis, atau elektronik untuk menangkap, memproses dan menyusun kembali informasi Visual atau Verbal menurut Gerlach dan P. Ely (dikutip oleh Arsyad 2004:3) menyatakan bahwa “ media adalah manusia, materi atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap” . Pendapat lain dari Briggs (dalam Musfiqon, 2012: 27) menyatakan bahwa media adalah alat perangsang bagi siswa supaya proses terjadi belajar. Sependapat dengan Briggs, Aqib (2015: 50) menyatakan media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dan merangsang terjadinya proses belajar pada si pembelajar (siswa).
40
Criticos (dalam pembelajaran
Daryanto,
merupakan
salah
2012:4) satu
menjelaskan
komponen
bahwa media
komunikasi,
yaitu
sebagaipembawa pesan dari komunikator menuju komunikan. Dalam suatu proses belajar mengajar, pesan yang disalurkan oleh media dari sumber pesan ke penerima pesan itu ialah isi pelajaran. Dengan kata lain, pesan itu ialah isi pelajaran yang berasal dari kurikulum yang disampaikan oleh guru kepada siswa. Pesan ini dapat bersifat rumit dan mungkin harus dirangsang dengan cermat supaya dapat dikomunikasikan dengan baikkepada siswa. Wibawa (2012:12) Batasan yang diberikan oleh Asosiasi Pendidikan Nasional (National Education A ssociation/NEA ) bahwa “ Media adalah bentuk-bentukkomunikasi baik tercetak maupun audiovisual serta peralatannya.Media hendaknya dapat dimanipulasi, dapat dilihat, didengar dan dibaca.”(dikutip oleh Sadimar ddk, 2009:7).Sementara itu, menurut Hamidjojo (dikutipoleh Arsyad, 2004:4) memberi batasan bahwa media adalah “ Semua bentuk perantara yang digunakan oleh manusia untuk menyampaikan atau menyebarkan ide,gagasan atau pendapat yang dikemukakan itu sampai kepada penerima yang dituju” . Penelitian telah menunjukkan bahwa audio visual dalam bentuk gambar, grafik, peta, slide, film-strip, rekaman bila digunakan dengan benar dapat memberikan kontribusi yang signifikan untuk belajar, memperkuat peran buku pelajaran, intruksi lisan, dan latihan. Roul, (2014: 63) Jadi dapat disimpulkan bahwa media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan atau menjadi perantara pesan dari pengirim kepada penerima pesan sehingga dapat merangsang pikiran,perasaan, perhatian dan minat siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi. g. Fungsi Media Pembelajaran Menurut Sanaky (2009: 6) media pembelajaran berfungsi untuk merangsang pembelajaran dengan:menghadirkan obyek sebenarnya dan obyek yang langkah, a) membuat duplikasi dari obyek yang sebenarnya, b) membuat konsisten persepsi, c) mengatasi hambatan waktu, tempat, jumlah, dan jarak; d) menyajikan ukang informasi secara konsisten, dane) memberi susasana belajar
41
yang tidak tertekan, santai, dan menarik, sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran. Benni Agus (dalam Syukur 2005: 125) menyatakan media pembelajaran berfungsi sebagai berikut: a) membantu memudahkan belajar bagi siswa dan juga memudahkan proses pembelajaran bagi guru, b) memberikan pengalaman lebih nyata (abstrak menjadi konkrit), c) menarik perhatian siswa lebih besar (jalannya pelajaran tidak membosankan, d) semua indera siswa dapat diaktifkan, e) dapat membangkitkan dunia teori dengan realitanya. Sadiman, dkk (2009:17) mengemukakan bahwa media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan, ruang, waktu, dan daya indera.Misalnya (1) objek yang terlalu besar dapat digantikan dengan gambar, film, atau model. (2) objek yang terlalu kecil dapat digunakan menggunakan proyektor ataupun juga gambar. (3) gerak yang terlalu cepat dapat dibantu dengan timelapse atau highspeed photography . (4) kejadian atau peristiwa masa lampau dapat ditampilkan dengan pemutaran film, video, maupun foto. (5) objek yang terlalu kompleks, misalnya mesin-mesin dapat disajikan dengan model, diagram, dan lain-lain. (6) konsep yang terlalu luas, misalnya gunung, laut, iklim, dan lainlain dapat divisualisasikan dalam bentuk film atau gambar. Daryanto (2010:5-6) menambahkan bahwa secara umum media mempunyai kegunaan seperti berikut: (1) Memperjelas pesan agar tidak terlalu verbalistis , (2) Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, tenaga, dan daya indra (3), Menimbulkan gairah belajar, interaksi lebih langsung antara murid dengan sumber belajar, (4) Memungkinkan anak belajar mandiri sesuai dengan bakat dan kemampuan visual, auditori, dan kinestetiknya, (5) Memberi rangsangan yang sama, mempersamakan pengalaman dan menimbulkan persepsi yang sama. Hamalik (dalam Arsyad 2006: 15) mengemukakan bahwa pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologi terhadap siswa. Penggunaan media pembelajaran pada tahap orientasi pembelajaran akan
42
sangat membantu keaktifan proses pembelajaran dan penyampaian pesan dan isi pelajaran pada saat itu. Berbagai
paparan
di
atas
menunjukkan
bahwa fungsi media
pembelajaran cukup luas dan banyak. Namun, secara lebih rinci dan utuh media pembelajaran berfungsi untuk: a) meningkatkan efektifitas dan efisiensi pembelajaran, b) meningkatkan gairah belajar siswa, c) meningkatkan minat dan motivasi belajar, d) menjadikan siswa bernteraksi langsung dengan kenyataan, e) mengefektifkan proses komunikasi dalam pembelajaran, dan meningkatkan kualitas pembelajaran g. Jenis-jenis Media Pembelajaran Jenis-jenis media pembelajaran menurut Aqib (2014: 52), yaitu: 1) Media grafis (simbol-simbol komunikasi visual), seperti: gambar/foto, sketsa, diagram, bagan/chart,grafik/graphs, kartun, poster, peta/globe, papan flannel, papan buletin; 2) Media Audio (dikaitkan dengan indra pendengaran), seperti: radio dan alat perekam pita mekanik; 3) Multimedia (dibantu proyektor LCD), misalnya file program komputer multimedia. Sementara itu, Anitah (2008:7) mengklasifikasikan media pembelajaran menjadi 3 yaitu: 1)media visual yang terdiri media visual yang tidak diproyeksikan dan media visual yang diproyeksikan, 2)media audio, dan 3)media audiovisual. Sudjana dan Rifai (dalam Mashun, 2011: 150) berpendapat beberapa jenis media pembelajaran yang biasanya digunakan dalam proses pengajaran, yaitu:
1) media grafis, seperti: gambar, foto, grafik, bagan atau diagram,
poster, kartun, komik, dan lain-lain; 2) media tiga dimensi, yaitu dalam bentuk model seperti model padat (solid model), model penampang, model susun, model kerja, mock up, diorama, dan lain-lain; 3) media proyeksi sepertinslide, film strips, film, penggunaan OHP dengan transparasi, dan lain-lain; 4) lingkungan, yaitu segala sesuatu yang ada di lingkungan siswa dapat dimanfaatkan sebagai media pengajaran seperti benda di sekitar siswa, pasar, kebun, pedagang, perilaku guru, hewan, dan lain-lain. Pendapat lain dikemukakan oleh Nasution (dalam Mashun, 2011: 150) alat pendidikan seperti fotografi, gramofon, film, filmstip, sampai kepada radio,
43
televisi, komputer, laboratorium bahasa, video tape, dan sebagainya. Wibawa (2001: 67) berpendapat bahwa,ditinjau dari karakteristiknya media audio visual diam pada dasarnya dapat dibedakan menjadi dua yaitu: media audio visual diam dan media audio visual gerak. Jenis-jenis media pengajaran yang tergolong dalam media audio visual diam antara lain: slow scan TV, Time shared TV, TV diam, film rangkai bersuara, dan buku bersuara. h. Kriteria Pemilihan Media Hamid, (2011:151) mengungkapkan bahwa media pembelajaran menjadi alat yang memberi manfaat kepada peserta didik, maka alat bantu atau media tersebut harus memenuhi kriteria sebagai berikut: 1. Media atau alat bantu pendidikan harus menarik perhatian para anak didik , agar
mereka
mampu
memfokuskan
diri
pada
pesan
yang
akan
disampaikanoleh media atau alat bantu tersebut. 2. Media atau alat bantu harus mampu mengembangkan minat para anak didik agar bisa mengikuti materi yang disampaikan dengan baik. Menurut Munadi (2010: 187) kriteria-kriteria yang menjadi fokus pemilihan media sebagai berikut. 1. Karakteristik Siswa Karakteristik siswa adalah keseluruhan pola kelakuan dan kemampuan yang ada pada siswa sebagai hasil dari pembawaan dan pengalamannya sehingga menentukan pola aktivitas dalam meraih cita-cita. Setidaknya ada tiga hal yang berkaitan dengan karakteristik siswa, yaitu: a) karakteristik atau keadaan yang berkenaan dengan kemampuan awal atau prerequisite skill, b) karakteristik yang berhubungan dengan latar belakang lingkungan hidup dan status social (sociocultural), dan c) karakteristik yang berkenaan dengan perbedaan-perbedaan kepribadian. 2. Tujuan Belajar Secara umum tujuan belajar yang diusahakan untuk dicapai meliputi, yakni
untuk
mendapatkan
pengetahuan,
penanaman
konsep
dan
keterampilan, serta pembentukan sikap.Ketiganya dimaksudkan untuk mencapai hasil yang diharapkan. Relevan dengan hal itu, hasil belajar
44
meliputi: a) hal ihwal keilmuan dan pengetahuam konsep atau fakta (kognitif), b) hal ihwal personal kepribadian atau sikap (afektif), dan c) hal ihwal kelakuan keterampilan atau penampilan (psikomotorik). 3. Sifat Bahan Ajar Isi pelajaran atau bahan ajar memiliki keragaman dari sisi tugas yang ingin dilakukan siswa.Tugas-tugas tersebut biasanya menuntut adanya aktivitas dari para siswanya. Setiap kategori pembelajaran itu menuntut aktivitas atau perilaku yang berbeda-beda, dan dengan demilikan akan mempengaruhi pemilihan media beserta teknik pemanfaatnannya. 4. Pengadaan Media Menurut Sadiman (2011: 83) dari segi pengadaannya media ada dua macan yaitu media jadi dan media media rancangan.Media jadi adalah media yang sudah menjadi komoditi perdagangan.Sedangkan media rancangan adalah media yang dirancang secara khusus untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran tertentu. 5. Sifat Pemanfaatan Media Dilihat dari sifat pemanfaatannya, media pembelajaran dibagi menjai dua, yaitu media primer dan sekunder. Media primer yakni media yang diperlukan atau hanya digunakan guru untuk membantu siswa dalam proses pembelajaran. Sedangkan Media sekunder ini bertujuan untuk memberikan pengayaan materi.Kedua macam media tersebut, tentunya tidak cukup hanya memiliki kesesuaian dengan tujuan, materi, dan karakteristik saja, tetapi juga memerlukan sejumlah keahlian dan pengalaman profesionali guru. j. Media Audio Visual Media audiovisual adalah sarana atau media yang utuh untuk mengkolaborasi bentuk-bentuk Media audiovisual adalah media pembelajaran yang pemanfaatannya untuk dilihat sekaligus didengar. Siswa dapat memahami materi pembelajaran dengan indera pendengardan indera penglihatan sekaligus. Oleh karena itu, dengan media ini guru dapat menyuguhkan pengalamanpengalaman yang konkrit kepada siswa yang
sangat sulit jika materi itu
diceritakan. Guru tidak perlu ceramah, tetapi siswa sudah bisa memahami
45
banyak hal dengan media ini. Munadi (2008:113) menyebutkan jenis media audiovisual yaitu film bersuara, televisi, dan video. Syaiful dan Aswan (dalam Mashun, 2011: 150) berpendapat media audiovisual adalah media yang mempunyai unsur suara dan unsur gambar. Jenis media ini mempunyai kemampuan lebih baik karena mencakup 2 media sekaligus. Sementara itu, Dale (dalam Mashun, 2011: 150) mengungkapkan bahwa bahan-bahan audiovisual dapat memberikan banyak manfaat asalkan guru berperan aktif dalam proses pembelajaran. Dengan karakteristik yang lebih lengkap, media audio visual memiliki kemampuan untuk dapat mengatasi kekurangandari media audio atau media visual semata. Misalnya film bingkai dan film rangkai yang dilengkapi dengan suara. Media ini lebih efektif penggunaannya bila dibandingkan dengan media pesan visual saja (seperti gambar yang dicetak yang disusun berurutan). Kemampuannya akan meningkat lagi bila media audio visual ini dilengkapi dengan karakteristik gerak (Wibawa, 2001:67).
k. Video Media video dapat menampilkan unsur gambar (visual) dan suara (audio) secara bersamaan pada saat mengkomunikasian pesan atau informasi. Media audiovisual terbagi dua macam, yakni: (1) Audio visual murni yaitu baik unsur gambar berasal dari satu sumber seperti video aset; dan (2) Audio visual tidak murni yaitu unsur suara dan unsur gambarnya berasal dari sumber yang berbeda. Misalnya film bingkai suara yang unsur gambarnya berasal dari slides proyektor dan unsur suaranya berasal dari tape recorder. (Anitah, 2008:41) Arsyar (2012:144) menjelaskan media video dapat diklasifikasikan sebagai media audiovisual. Walau bentuk fisiknya berbeda, media ini memiliki kesamaan dengan film, yakni sama sama-sama mampu menayangan gambar bergerak. Media video merupakan rekaman gambar dan suara dalma aset pita video ke dalam pita video diperlukan beberapa peralatan, seperti kamera video , mikrofon, pita, alat penyunting gambar (editing machine/program).
46
Media video telah banyak digunakan untuk berbagai keperluan mulai hari hiburan, sampai bidang pendidikan dan pembelajaran.Media ini dapat mengungkapkan objek dan peristiwa seperti keadaan yang sesungguhnya. Perencanaan yang bai dalam menggunaan media video akan membuat proses komunikasi (pembelajaran) menjadi efektif. Dibandingkan dengan film, media video memiliki keunggulan, antara lain: 1) Media video mampu dengan cepat menayangan kembali gambar dan suara
yang telah diream e dalam pesawat TV monitor. 2) Pemakaian
media video lebih disukai daripada media film karena
pengoperasian media film lebih rumit. Media film memerlukan ruangan gelap total agar penayangan gambar terlihat sempurna sedangkan media video tidak memerlukan ruangan yang gelap secara total. Media video dirancang untuk menghasilkan suatu gambaran yang realistis dunia sekitar kita.Video sebenarnya memiliki kemiripan dengan film. Perangkat lunak yang berupa rekaman satu proses atau peristiwa diputar dengan media video. Berbeda dengan televisi yang dikendalikandari stasiun televisi, sehingga ketika pembelajaran tidak bisa diulang, pemanfaatan video memudahkah pengulangan.Kaset yang berisi rekaman bisa diputar berulangulang, dihentikan ditengah jalan, diulang dari tengah atau diputar sesuai dengan keinginan. l. Pelaksanaan Pembelajaran Menulis Teks Berita menggunakan Metode Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) dengan media audio visual Langkah-langkah yang dilakukan dalam pembelajaran menulis dengan metode Cooperative Integrated Reading and Compositon (CIRC) antara lain sebagai berikut: Tahap 1: Pengenalan Konsep
47
Pada fase ini guru, guru mulai mengenalkan suatu konsep mengenai pembelajaran menulis teks berita menggunakan metode Cooperative Integrated Reading and Compositon (CIRC) dengan media audio visual.
Tahap 2: Eksplorasi Pada fase ini, guru mengorganisasikan siswa dalam kelompok kecil yang heterogen beranggotakan 4-5 orang. Setiap kelompok mendapatkan bahan bacaan yang berupa contoh teks berita, kemudian dibaca secara bersama-sama dalam satu kelompok. Guru membimbing dan memberikan pengarahan agar siswa mampu
mengungkap
pengetahuan
awal,
dan
mengembangkan
pengetahuan baru terkait materi yang dipelajari.
Tahap 3: Aplikasi Pada fase ini, guru membimbing siswa agar setelah kegiatan membaca selesai, kemudian menganalisis bagaimana penulisan teks berita yang baik dan benar dari segi struktur isi, serta mengidentifikasi pada bahan bacaan cerpen tersebut kemudian dianalisis secara struktural yang meliputi unsur berita 5W + 1H. Pada pertemuan kedua, guru menayangkan video audio visual berupa video wawancara dengan narasumber, lalu siswa diminta untuk mengidentifikasi unsur 5W + 1H secara berkelompok. Setelah mengidentifikasi unsur 5W + 1H dari tayangan tersebut siswa diminta untuk menulis teks beritasecara individu. Guru selalu membangkitkan minat dan rasa ingin tahu siswa untuk selalu berdiskusi antar tim kelompok agar masalah yang dibahas cepat terselesaikan.
Tahap 4: Publikasi Pada fase ini, guru meminta kelompok yang sudah memperoleh penyelesaian masalah untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompok dan meminta kelompok yang tidak presentasi untuk memberikan tanggapan. Langkah-langkah penerapan metode Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) dengan media audio visual dalam menulis teks berita diatas dilakukan selama dua siklus.
48
Penelitian yang relevan dengan penelitian ini yaitu penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Noor Ahsin pada tahun 2013
dengan judul “
Peningkatan KeterampilanMenulis Karangan Narasi dengan Media Audio Visual dan Metode Quantum Learning (Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas XA MA TBS Kudus Tahun Ajaran 2013/2014)” . Terdapat variabel yang sama dalam penelitian ini yaitu media audio visual. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: (1) Penggunaan media audiovisual dan metode quantum learningdapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran menulis narasi pada siswa kelas X A MA TBS Kudus, (2) Penggunaan media audiovisual dan metode quantum learning dapat meningkatkan keterampilan menulis narasi pada siswa kelas X A MA TBS Kudus.
B. Kerangka Berpikir Dalam pembelajaran menulis teks berita terhadap siswa kelas kelas VIII B SMP Negeri 1 Banyudono dijumpai suatu permasalah.Permasalahan tersebut adalah siswa kurang terampil dan kurang tertarik atau bersungguh-sungguh dalam pembelajaran menulis teks berita. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor: (1) media pembelajaran yang kurang menarik yang mendukung proses kegiatan belajar mengajar;(2) metode yang digunakan kurang inovatif. Peran guru dalam pembelajaran adalah sebagai fasilitator, mediator, motivator, dan evaluator. Guru masih kurang kreatif dalam memberikan pelajaran kepada siswa. Seharusnya guru menggunakan variasi mengajar yang memanfaatkan media atau metode yang menyenangkan dan memberikan inspirasi atau semangat baru bagi siswa. Bila siswa menyadari bahwa menulis
49
merupakan suatu alat untuk mencapai beberapa tujuan yang dianggapnya penting, dan bila siswa melihat bahwa hasil dari pengalaman belajarnya akan membawa kemajuan pada dirinya, kemungkinan besar ia akan berminat mempelajarinya. Proses ini berarti menunjukkan pada siswa bagaimana pengetahuan atau kecakapan tertentu mempengaruhi dirinya, melayani tujuantujuannya, memuaskan kebutuhan-kebutuhannya Metode Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) tepat digunakan
dalam
pembelajaran
menulis
teks
berita
karena
dengan
pembelajaran kooperatif kondisi kelas dapat menjadi dinamis karena interaksi terjadi multiarah. Peran teman sebaya dalam belajar bersama memegang peranan penting untuk memunculkan motivasi siswa dalam memahami pembelajaran. Media audiovisual tepat digunakan dalam pembelajaran menulis berita karena dengan media audiovisualberupa videoakan membantu siswa dalam berimajinasi mencatat poin-poin yang penting dan selanjutnya menuangkan ide-ide dan gagasannya ke dalam bentuk tulisan teks berita. Pada saat ini, kemampuan menulis teks berita siswa kelas VIII B SMP N 1 Banyudono masih rendah. Siswa menganggap menulis teks berita adalah hal yang sulit dan membosankan. Siswa tidak terampil dalam ke dalam bentuk teks berita Rendahnya kemampuan menulis teks berita siswa tersebut disebabkan oleh beberapa faktor yakni, kurangnya latihan, kurangnya minat siswa pada menulis, dan yang paling berpengaruh adalah cara mengajar guru sebagai pendidik. Melalui metode Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) dan media audio visual kemampuan siswa dalam menulis teks berita meningkat karena siswa akan lebih mudah memahami materi pembelajaran.
50
Kondisi Awal Sebelum Tindakan
SISWA · Siswa cenderung pasif · Kemampuan menulis teks berita rendah
· ·
· ·
Pembelajaran Menulis Teks Berita menggunakan Metode CIRC dengan Media Audio
GURU Hanya menggunakan metode ceramah Kurang menguasai metode-metode inovatif Penguasaan kelas masih kurang Pembelajaran terpusat pada guru
Siswa aktif dalam pembelajaran menulis teks berita yang ditandai dengan 5 indikator, yaitu: -Aktif selama apersepsi -Mengajukan pertanyaan dan mengemukakan ide -Memperhatikan penjelasan guru -Mencatat materi yang dijelaskan guru Aktif dalam mengerjakan tugas
Kondisi Akhir Setelah Tindakan Kemampuan menulis teks berita siswa meningkat
Gambar 1.Kerangka Berpikir
51
C. Hipotesis Tindakan Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir, dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: a. Penerapan metode Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) dan media audio visual dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran menulis teks berita pada siswa kelas VIII B SMP N 1 Banyudono tahun ajaran 2015/2016. b. Penerapan metode Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) dan media audio visual dapat meningkatkan kemampuan menulis teks berita pada siswa kelas VIII B SMP N 1 Banyudono tahun ajaran 2015/2016.