8 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS
A. Kajian Pustaka 1. Pembelajaran Pecahanpada Siswa Kelas V Sekolah Dasar a. Karakteristik Siswa Kelas V Sekolah Dasar Setiap anak akan mengalami perkembangan secara bertahap dalam hidupnya, baik itu perkembangan fisik maupun perkembangan kognitif. Perkembangan kognitif anak berlangsung secara teratur dan berurutan sesuai dengan perkembangan umurnya. Piaget(Heruman, 2014:1) mengemukakan bahwa anak usia sekolah dasar berusia antara 6 atau 7 tahun, sampai 12 atau 13 tahun. Mereka berada pada fase operasional konkret. Kemampuan yang tampak pada fase ini adalah kemampuan dalam proses berpikir untuk mengoperasikan kaidahkaidah logika, untuk mencapai pemecahan masalah meskipun masih terikat dengan objek yang bersifat konkret, sedangkan menurut Sumantri dan Syaodih (2009:1.16), karakteristik anak usia sekolah dasar yaitu: (1) mempelajari keterampilan fisik yang diperlukan untuk permainan tertentu, (2) membentuk sikap tertentu terhadap diri sendiri sebagai organisme yang sedang tumbuh, (3) belajar bergaul secara rukun dengan teman sebaya, (4) mempelajari peranan yang sesuai dengan jenis kelamin, (5) membina keterampilan dasar membaca, menulis, dan berhitung, (6) mengembangkan konsep-konsep
yang
diperlukan
dalam
kehidupan
sehari-hari,
(7)
membentuk kata hati, moralitas, dan nilai-nilai, (8) memeroleh kebebasan diri, (9) mengembangkan sikap-sikap terhadap kelompok-kelompok dan lembaga sosial. Pendapat lain dikemukakan oleh Basset, Jacka, dan Logan (Sumantri dan Permana, 2001: 11) bahwa karakteristik anak usia sekolah dasar secara umum yaitu: (1) mereka secara alamiah memiliki rasa ingin tahu yang kuat dan tertarik pada dunia sekeliling mereka, (2) mereka senang bermain dan lebih suka bergembira/riang, (3) mereka suka mengatur dirinya untuk 8
9 menangani berbagai hal, mengeksplorasi suatu situasi dan mencobakan usaha-usaha baru, (4) mereka biasanya bergetar perasaannya dan terdorong untuk berprestasi sebagaimana mereka tidak suka mengalami ketidakpuasan dan menolak kegagalan-kegagalan, (5) mereka belajar secara efektif ketika mereka merasa puas dengan situasi yang terjadi, (6) mereka belajar dengan cara bekerja, mengobservasi, berinisiatif, dan mengajar anak-anak lainnya. Berdasarakan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa karakteristik siswa kelas sekolah dasaryaitu berusia antara 6 atau 7 tahun, sampai 12 atau 13 tahun, sehingga siswa berada pada tahap operasional konkret. Karakteristik anak yang berada pada masa operasional konkret yaitu anak mulai mampu berpikir logis dan memiliki rasa ingin tahu yang kuat pada hal-hal yang mengelilingi mereka, senang bermain dan lebih suka bergembira/riang, sudah mampu mengembangkan konsep-konsep dalam kehidupan sehari-hari, mereka belajar secara efektif ketika mereka merasa puas dengan situasi yang terjadi, dan mereka belajar dengan cara bekerja, mengobservasi, berinisiatif, dan mengajar anak-anak lainnya. Dengan melihat karakteristik siswa tersebut, rata-rata siswa kelas V SD berada pada fase operasional konkret, maka dalam kegiatan pembelajaran hendaknya guru menggunakan model pembelajaran dan media yang dapat membuat siswa aktif bekerja, aktif mengobservasi, aktif berinisiatifserta menarik, menyenangkan dan bermakna (meaningful). Dengan hal tersebut maka model Quantum Teachingdengan media grafismerupakan model dan media yang tepat digunakan dalam kegiatan pembelajaran pecahan pada siswa kelas V SDNegeri Mujur 01 tahun ajaran 2015/2016.
b. Tinjauan tentang Belajar danPembelajaran 1) Pengertian Belajar Tanpa disadari dalam kehidupan setiap individu mulai dari seseorang lahir hingga dewasa melakukan kegiatan belajar sesuai dengan kebutuhannya. Kegiatan belajar tidak seutuhnya dilakukan di lingkungan
10 sekolah saja, akan tetapi dapat dilakukan di mana saja, baik di lingkungan keluarga maupun di lingkungan masyarakat. Sumantri dan Permana (2001:13) menjelaskan bahwa belajar secara tradisional belajar diartikan sebagai upaya menambah dan mengumpulkan sejumlah pengetahuan. Menurut paham konstruktivistik (Daryanto, 2013:3) belajar merupakan hasil konstruksi sendiri (pebelajar) sebagai hasil interaksinya terhadap lingkungan belajar.Konstruktivistik menempatkan siswa untuk membangun pengetahuannya sendiri secara aktif.Sedangkan Wahyudi (2013:1) mendefinisikan belajar sebagai suatu usaha yang berupa kegiatan menambah dan mengumpulkan pengetahuan sehingga terjadi perubahan-perubahan tingkah laku yang relatif tetap.Senada dengan pendapat tersebut, Sobur(2011: 219) menegaskan bahwa belajar sebagai suatu perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku akibat (hasil) pengalaman yang lalu. Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu kegiatan menambah dan mengumpulkan pengetahuan hasil interaksi terhadap lingkungan belajarnya akibat (hasil) pengalaman yang laluagar terjadi perubahan tingkah laku yang relatif tetap.
2) Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar Anak Sobur (2011: 244) membagi faktor-faktor yang mempengaruhi belajar anak atau individu menjadi dua bagian, yaitu: (1) faktor endogen atau disebut juga faktor internal, yakni semua faktor yang berada dalam diri individu; (2) faktor eksogen atau disebut juga faktor eksternal, yakni semua faktor yang berada di luar diri individu, misalnya orang tua atau kondisi lingkungan di sekitar individu. Faktor endogen meliputi dua faktor, yaitu faktor fisik dan psikis. Faktor fisik seperti kesehatan dan faktor pembawaan atau keturunan. Jika seorang anak tersebut kurang sehat atau memiliki gizi yang rendah, maka daya tangkap dalam belajarnya pun juga akan rendah. Sedangkan faktor bawaan atau keturunan seperti anak yang tuli atau bisu sejak lahir
11 pastinya juga akan menghambat proses belajarnya. Faktor psikis meliputi faktor intelegensi atau kemampuan, perhatian dan minat, bakat, motivasi, kematangan, dan kepribadian. Faktor eksogen dibagi menjadi tiga faktor, yaitu: faktorkeluarga, sekolah, dan lingkungan lain. Keluarga merupakan kelompok sosial pertama dalam kehidupan manusia, tempat ia menyatakan diri sebagai manusia sosial di dalam hubungan interaksi dengan kelompoknya. Lingkungan sekolah dapat dipengaruhi oleh faktor guru. Faktor guru ini dapat dilihat dari faktor cara guru mengajar dan hubungan antara siswa dan guru tersebut. Jika cara mengajar dan hubungan antara siswa dan guru tersebut kurang baik, akan mempengaruhi belajar siswa yang cenderung kurang berminat dan tidak bersemangat.Faktor lingkungan juga sangat mempengaruhi belajar anak.Aktivitas di luar sekolah baik untuk menumbuhkembangkan potensi anak karena seseorang pada hakikatnya adalah makhluk sosial dan dapat berkembang jika melakukan interaksi sosial. Namun jika aktivitas di lingkungan masyarakat dengan teman bergaul yang kurang baik, mengakibatkan aktivitas belajarnya juga terganggu. Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi belajar anak dapat dibagi dalam dua bagian yaitu faktor endogen dan faktor eksogen, faktor endogen terdiri dari faktor fisik dan faktor psikis, sedangkan faktor eksogen terdiri dar faktor keluarga, sekolah dan lingkungan.
3) Pengertian Pembelajaran Berkenaan dengan pengertian belajar di atas, adapula yang disebut sebagai proses belajar. Proses belajar tersebut dinamakan pembelajaran. Menurut Isjoni (2010: 14), pembelajaran adalah sesuatu yang dilakukan oleh siswa, bukan dibuat untuk siswa. Pendapat yang lain dinyatakan oleh Huda (2014:3) bahwa pembelajaran diartikan sebagai perubahan tingkah perilaku, tindakan, cara, dan performa. Pendapat yang
12 lebih kompleks mengenai pengertian pembelajaran dijelaskan oleh Trianto (2012:17) yang mengatakan: “Pembelajaran merupakan interaksi dua arah dari seorang guru dan peserta didik, dimana antara keduanya terjadi komunikasi (transfer) yang intens dan terarah menuju pada suatu target yang telah ditetapkan sebelumnya”. Berdasarkan pendapat yang tentang pengertian pembelajaran tersebut, maka dapat diambil kesimpulan bahwa pembelajaran adalah interaksi dua arah dari seorang guru dan peserta didik, dimana antara keduanya terjadi komunikasi (transfer) yang intens namun fokus terhadap kegiatan dilakukan oleh siswa sehingga terjadi perubahan tingkah perilaku, tindakan, cara, dan performa.
4) Tujuan Pembelajaran Berkaitan dengan tujuan pembelajaran, Hamdani (2011:23) menyatakan, “Salah satu sasaran pembelajaran adalah membangun gagasan saintifik setelah siswa berinteraksi dengan lingkungan, peristiwa, dan
informasi
dari
alam
sekitar”.Kemudian
Isjoni
(2012:14)
menambahkan, “Tujuan pembelajaran adalah terwujudnya efisiensi dan efektivitas kegiatan belajar yang dilakukan peserta didik”. Berdasarkan pendapat tentang tujuan pembelajaran di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan pembelajaran adalah terwujudnya efisiensi dan efektivitas kegiatan belajar dalam membangun gagasan saintifik setelah siswa berinteraksi dengan lingkungan, peristiwa, dan informasi dari alam sekitar.
13 c. Tinjauan Pembelajaran Matematika SD 1) Pengertian Matematika PengertianMatematika menurut Soedjadi (Heruman, 2014:1) yaitu memiliki objek tujuan abstrak, bertumpu pada kesepakatan, dan pola pikir yang dedukatif.Sejalan dengan pengertian Matematika yang diuraikan dalam kurikulum 2004, Wahyudi (2015: 68) berpendapat bahwa pengertian Matematika adalah suatu bahan kajian yang memiliki objek yang abstrak dan dibangun melalui proses penalaran deduktif. Sedangkan menurutPusat Bahasa (2014:888),Matematika adalah ilmu tentang bilangan, hubungan antara bilangan, dan prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai bilangan. Jadi, dapat disimpulkan bahwa pengertian Matematika adalah bahan kajian yang memiliki objek abstrak dan tujuan yang abstrak serta dibangun melalui proses penalaran deduktif yang mempelajari tentang bilangan, hubungan antara bilangan, dan prosedur operasional untuk memperkuat kebenaran antar konsep dalam penyelesaian masalah.
2) Tujuan Matematika Heruman (2014:2) berpendapat bahwa pada tingkat Sekolah Dasar, mata pelajaran Matematika mempunyai tujuan agar siswa terampil dalam menggunakan berbagai konsep Matematika dalam kehidupan sehari-haridan bersikap ilmiah di dalam memecahkan masalah yang dihadapinya sehari-hari.Wahyudi (2015:68) menjelaskan bahwa tujuan pembelajaran Matematika adalah melatih cara berfikir secara sistematis, logis, kritis, kreatif, dan konsisten. Dari uraian beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan tujuan Matematika adalah melatih cara berfikir secara sistematis, logis, kritis, kreatif, dan konsistenagar siswa terampil dalam menggunakan berbagai konsep Matematika dalam kehidupan sehari-hari dan bersikap ilmiah di dalam memecahkan masalah yang dihadapinya sehari-hari.
14 3) Ruang Lingkup Pembelajaran Matematika Kelas V SD Wahyudi (2015: 70) menjelaskan bahwa ruang lingkup Matematika dikelompokkan dalam kemahiran Matematika, bilangan, pengukuran, geometri, aljabar, statistika, peluang, trigonometri, dan kalkulus.Berdasarkan Kurikulum SD Negeri Mujur 01 Kecamatan Kroya Kabupaten Cilacap (2015: 13-14) bahwa, ruang lingkup Matematika tentang bilangan pada kelas V SD Negeri Mujur 01 yang digunakan sebagai acuan dalam menentukan standar kompetensi dan kompetensi dasar penelitian yaitu: Standar Kompetensi 5 Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah Kompetensi Dasar 5.1 Mengubah pecahan biasa ke bentuk persen dan desimal serta sebaliknya 5.2 Menjumlah dan mengurangkan berbagai bentuk pecahan 5.3 Mengalikan dan membagi berbagai bentuk pecahan Indikator 5.1.1 Mengubah bentuk pecahan biasa menjadi bentuk persen 5.1.2 Mengubah bentuk persen menjadi bentuk pecahanbiasa 5.1.3 Mengubah bentuk pecahan biasa menjadi bentuk desimal 5.1.4 Mengubah bentuk desimal menjadi bentuk pecahan biasa 5.1.5 Mengubah bentuk desimal ke bentuk persen 5.1.6 Mengubah bentuk persen ke bentuk desimal 5.1.7 Mengubah pecahan campuran ke pecahan biasa 5.1.8 Mengubah pecahan campuran ke pecahan desimal 5.1.9 Mengubah pecahan campuran ke persen 5.2.1 Menentukan hasil penjumlahan pecahan biasa 5.2.2 Menentukan hasil penjumlahan pecahan campuran 5.2.3 Menentukan hasil penjumlahan pecahan desimal 5.2.4 Menentukan hasil penjumlahan antara pecahan biasa dengan pecahan desimal
15 5.2.5 Menentukan hasil penjumlahan antara pecahan biasa dengan pecahan campuran 5.2.6 Menentukan hasil pengurangan pecahan biasa 5.2.7 Menentukan hasil pengurangan pecahan campuran 5.2.8 Menentukan hasil pegurangan pecahan desimal 5.2.9 Menentukan hasil pengurangan antara pecahan biasa dengan pecahan desimal 5.2.10 Menentukan hasil pengurangan antara pecahan campuran dengan pecahan biasa 5.3.1 Menentukan hasil perkalian berbagai bentuk pecahan 5.3.2 Menentukan hasil pembagian berbagai bentuk pecahan
4) Materi Pecahan Kelas V SD Menurut Suratijo (2011:6) dijelaskan bahwa pecahan adalah perbandingan bagian yang sama terhadap keseluruhan dari suatu benda atau himpunan bagian yang sama terhadap keseluruhan dari suatu himpunan terhadap himpunan semula. Maksud dari perbandingan bagian yang sama terhadap keseluruhan dari suatu benda adalah apabila suatu benda dibagi menjadi beberapa bagian yang sama, maka perbandingan setiap itu dengan keseluruhan bendanya menciptakan lambang dasar suatu pecahan, sedangkan maksud dari himpunan bagian yang sama terhadap keseluruhan dari suatu dari suatu himpunan terhadap himpunan semula yaitu suatu himpunan dibagi atas himpunan bagian yang sama, maka perbandingan setiap himpunan bagian yang sama itu terhadap keseluruhan himpunan semula akan menciptakan lambang dasar suatu pecahan. Wahyudi (2015:258) menyatakan bahwa: “Pecahan adalah suatu bilangan yang dapat ditulis melalui 𝑎 pasangan terurut dari bilangan cacah 𝑏 , dimana b≠0. Dalam 𝑎
notasi himpunan, himpunan pecahan adalah F = {𝑏 |a dan b 𝑎
adalah bilangan cacah, b ≠ 0}. Pada pecahan , a disebut 𝑏 pembilang dan b disebut penyebut pecahan tersebut”
16 Heruman (2014:43) menjelaskan bahwa pecahan dapat diartikan sebagai bagian dari sesuatu yang utuh.Dalam ilustrasi gambar, bagian yang dimaksud adalah bagian yang diperhatikan, yang biasa ditandai dengan arsiran.Bagian itulah yang dinamakan pembilang.Adapun bagian yang utuh adalah bagian yang dianggap satuan dan dinamakan penyebut. Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pecahan adalah perbandingan bagian yang sama terhadap keseluruhan dari suatu benda terhadap keseluruhan dari suatu himpunan terhadap himpunan semula atau bagian dari sesuatu yang utuh dapat ditulis melalui pasangan 𝑎
terurut dari bilangan cacah 𝑏 , dimana b≠0 . Pembagian pecahan sebagai berikut: (a) pecahan biasa, (b) pecahan campuran, (c) pecahan desimal, (d) pecahan persen, (e) pecahan permil. (a) pecahan biasa adalah pecahan yang pembilangnya lebih kecil dari 1 1 2
penyebutnya, misalnya 2, 3, 3 dan seterusnya. (b) pecahan campuran merupakan pecahan yang terdiri dari pecahan 1
3
biasa dan bilangan bulat. Misalnya 22, 35, dan seterusnya. (c) pecahan desimal merupakan bilangan yang didapat dari hasil pembagian suatu bilangan dengan 10, 100, 1.000, 10.000, dan seterusnya dan ditulis dengan menggunakan tanda koma (,). Contoh: 0,3 didapat dari 3 dibagi 10 0,35 didapat dari 35 dibagi 100 0,125 didapat dari 125 dibagi 1.000 (d) pecahan persen artinya perseratus, yaitu suatu bilangan yang dibagi dengan seratus. 5
Contoh: 5% artinya 100 sama dengan 0,05 10
10% artinya 100 sama dengan 0,1 (e) pecahan permil atau perseribu, yaitu pecahan dengan pembagi seribu dan memiliki tanda ‰.
17 20
Contoh: 20‰ dibaca 20 permil artinya 1000 sama dengan 0,02 25
25‰ dibaca 25 permil artinya 1000 sama dengan 0,025 Dari pendapat ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa pecahan mempunyai banyak jenis, yaitu pecahan biasa, pecahan campuran, pecahan desimal, pecahan persen, dan pecahan permil.
Mengubah Bentuk Pecahan Biasa menjadi Bentuk Desimal Langkah-langkah mengubah pecahan ke desimal caranya sebagai berikut: (1) ubahlah pecahan biasa ke bentuk pecahan berpenyebut 10, 100, 1.000, dan seterusnya. (2) pecahan yang diperoleh diubah ke bentuk desimal. Contoh: 1
1
5
1
1
25
9
9𝑥25
5
(1) 2 = 2 x 5 = 10 = 0,5 25
(2) 4 = 4 x 25 = 100 = 0,25 225
25
(3) 4 = 4𝑥25 = 100 = 2100 = 2,25 Mengubah Bentuk Desimal menjadi Bentuk Pecahan Biasa Langkah-langkah mengubah desimal ke pecahan caranya sebagai berikut: (1) ubahlah bentuk desimal ke bentuk pecahan berpenyebut 10, 100, 1.000, dan seterusnya. (2) sederhanakan bentuk pecahan yang diperoleh tersebut. Contoh: 4
(1) 0,4 = 10 5
5:5
1
1
(2) 2,5 = 2 + 0,5 = 2 + 10 = 2 + 10:5 = 2 + 2 = 22
18 Mengubah Bentuk Pecahan menjadi Bentuk Persen Pecahan dapat diubah ke dalam bentuk persen dengan cara mengubah penyebutnya ke seratus. Langkah-langkah mengubah pecahan ke bentuk persen sebagai berikut: (1) ubahlah pecahan ke bentuk pecahan berpenyebut 100. (2) pecahan tersebut diubah ke bentuk persen. Contoh: 1
1
25
25
3
(1) 4 = 4 x 25 = 100 = 25%
3
25
75
(2) 4 = 4 x 25 = 100 = 75%
Gambar 2.1 Contoh Mengubah Bemtuk Pecahan Biasa menjadi Persen
Mengubah Bentuk Persen menjadi Bentuk Pecahan Biasa Langkah-langkah mengubah bentuk persen ke pecahan caranya sebagai berikut: (1)
ubahlah bentuk persen ke pecahan berpenyebut 100.
(2)
sederhanakan pecahan tersebut.
Contoh: 15
15:5
3
(1) 15% = 100 = 100:5 = 20 148
148:4
37
12
(2) 148% = 100 = 100:4 = 25 = 1100 Mengubah Bentuk Desimal menjadi Bentuk Persen Langkah-langkah mengubah pecahan desimal ke bentuk persen sebagai berikut: (1) ubahlah desimal ke bentuk pecahan berpenyebut 100. (2) dari bentuk pecahan tersebut, kemudian diubah ke bentuk persen.
19 Contoh: 72
(1) 0,72 = 100 = 72% 135
(2) 0,135 = 1000 =
13,5 100
= 13,5%
Mengubah Bentuk Persen menjadi Bentuk Desimal Langkah-langkah mengubah bentuk persen ke bentuk desimal sebagai berikut: (1) ubahlah persen ke bentuk pecahan berpenyebut 100. (2) pecahan ini diubah ke bentuk desimal. Contoh: 24
(1) 24% = 100 = 0,24 65
(2) 65% = 100 = 0,65 Mengubah Pecahan Campuran ke Pecahan Biasa Langkah-langkah mengubah pecahan campuran ke bentuk pecahan biasa sebagai berikut: (1) mengalikan bilangan utuh dengan penyebut. (2) hasil dari perkalian tersebut kemudian dijumlahkan dengan pembilang. Contoh: 1
5
(1) 2 2 = 2 3
(2) 54 =
23 4
Mengubah Pecahan Campuran ke Pecahan Desimal Langkah-langkah mengubah pecahan campuran ke bentuk pecahan desimal sebagai berikut: (1) mengubah pecahan campuran menjadi pecahan biasa. (2) mengubah pecahan biasa menjadi bentuk desimal.
20 Contoh: 1
5
1
21
5𝑥50
250
(1) 2 2 = 2 = 2𝑥50 = 100 = 2,5 (2) 5 4 =
2
=
21𝑥25 4𝑥25
525
= 100 = 5,25
Mengubah Pecahan Campuran ke Persen Langkah-langkah mengubah pecahan campuran ke bentuk pecahan desimal sebagai berikut: (1) mengubah pecahan campuran menjadi pecahan biasa. (2) mengubah pecahan biasa menjadi bentuk persen. Contoh: 1
5
5𝑥50
250
(1) 2 2 = 2 = 2𝑥50 = 100 = 250% 1
(2) 54 =
21 4
=
21𝑥25 4𝑥25
525
= 100 = 525%
Penjumlahan Pecahan Biasa Untuk menjumlahkan dua pecahan berpenyebut sama, kita cukup menjumlahkan pembilang dengan pembilang, sedangkan penyebutnya 2
1
tetap. Contoh: 4 + 4 = =
+ 213 444
Gambar 2.2 Contoh Penjumlahan Pecahan Berpenyebut Sama
Untuk menjumlahkan dua pecahan dengan penyebut tidak sama, lakukan langkah-langkah berikut. (1)
samakan penyebut dengan KPK kedua bilangan.
(2)
jumlahkan pecahan baru seperti pada penjumlahan pecahan berpenyebut sama.
21 1
1
1
1𝑥4
Contoh: 3 + 4 = 1
1𝑥3
4
3
7
Jadi, 3 + 4 = 3𝑥4 + 4𝑥3=12 + 12 = 12 Penjumlahan Pecahan Campuran Gambar 2.3 Contoh Penjumlahan Pecahan Berpenyebut Tidak Sama
Langkah-langkah menjumlahkan dua pecahan campuran yang penyebutnya sama, yaitu: 1) kelompokkan bilangan utuh dengan bilangan utuh dan pecahan dengan pecahan. 2) kemudian dijumlahkan. Contoh: 1
2
1
2
3
2 5 + 1 5 = (2+1) + (5 + 5) = 3 5 Langkah-langkah menjumlahkan dua pecahan campuran yang penyebutnya berbeda, yaitu: 1) Mengubah kedua penyebut dengan KPK. 2) Kelompokkan bilangan utuh dengan bilangan utuh dan pecahan dengan pecahan. 3) Menentukan hasil penjumlahan pecahan tersebut. Contoh: 1
1
2
3
2
3
5
1 6+ 3 4 = 112 +312 = (1+3) + (12 + 12 ) = 412 Penjumlahan Pecahan Desimal Langkah-langkah menjumlahkan dua pecahan desimal, yaitu: 1) penjumlahan pecahan desimal dapat dilakukan dengan cara bersusun pendek. 2) yang perlu diingat yaitu, perseratusan dijumlahkan dengan perseratusan, persepuluhan dijumlahkan dengan persepuluhan.
22 Contoh: 0,2 + 0,1 = … 0,2 0,1 + 0,3
Penjumlahan Pecahan Biasa dengan Pecahan Desimal Langkah-langkah menjumlahkan pecahan biasa dengan pecahan desimal, yaitu: 1) menyamakan kedua bentuk pecahan; 2) menjumlahkan pecahan tersebut. Contoh: 4 5
4
5
+ 0,5 = 5 + 10 =
8+5 10
13
3
= 10 = 1 10
Penjumlahan Pecahan Biasa dengan Pecahan Campuran Langkah-langkah menjumlahkan pecahan biasa dengan pecahan campuran, yaitu: 1) menyamakan kedua bentuk pecahan menjadi pecahan biasa; 2) bila penyebutnya sama, jumlahkan pembilangnya saja. Namun bila penyebutnya berbeda, samakan penyebutnya dengan KPK. 3) menjumlahkan pecahan tersebut. Contoh: 1
2
1
1
1
2
3
+ 1 5 = 1 + (5 + 5 ) = 1 5 5 3
2
3
2
5
+ 3 3 = 6 + 3 6 = 3 + (6 +6 ) = 3 6 2 Pengurangan Pecahan Biasa Untuk mengurangkan dua pecahan berpenyebut sama, kita cukup mengurangkan pembilang dengan pembilang, sedangkan penyebutnya tetap.
23 2
1
Contoh: 4 - 4 = -
= 211 444
Gambar 2.4 Contoh Pengurangan Pecahan Berpenyebut Sama Untuk mengurangkan dua pecahan dengan penyebut tidak sama, lakukan langkah-langkah berikut: (1) samakan penyebut dengan KPK kedua bilangan (mencari bentuk pecahan yang senilai); (2) kurangkan pecahan baru seperti pada penjumlahan pecahan berpenyebut sama. 2
1
Contoh: 5 - 3 =
2
2𝑋3
6 1
1𝑋5
5 2
1
6
5
= 5𝑋3 = 15 3 = 3𝑋5 = 15 5 + 3 = 15 + 15 = 5
1 15
Gambar 2.5 Contoh Pengurangan Pecahan Berpenyebut Tidak Sama
Pengurangan Pecahan Campuran Untuk mengurangkan pecahan campuran agar lebih mudah, kelompokkan bilangan utuh dengan bilangan utuh,dan pecahan dengan pecahan, kemudian dikurangkan. Contoh: 4
2
4
2
2
2 5 - 1 5 = (2-1) + (5 − 5) = 15 1
1
2
1
2
1
1
4 2 - 34 = 44 - 34 = (4-3) + (4 − 4) = 14
24 Pegurangan Pecahan Desimal Untuk megurangkan pecahan desimal dengan pecahan desimal langkah yang mudah yaitu dibuat bersusun ke bawah. Yang perlu diingat adalah perseratusan dikurangkan dengan perseratusan, persepuluhan dikurangkan dengan persepuluhan, persepuluhan dikurangkan dengan persepuluhan. Contoh: 0,9 - 0,4 = (dibuat bersusun ke bawah) 0,9 0,4 – 0,5
Pengurangan Antara Pecahan Biasa dengan Pecahan Desimal Untuk mengurangkan pecahan biasa dan pecahan desimal, kita samakan dulu kedua pecahan menjadi bentuk pecahan yang sama. Bisa dalam bentuk pecahan biasa atau pecahan desimal. Kemudian samakan penyebutnya, lalu kurangkan. Contoh: 1 2 2 5
1
2
– 0,2 = 2 - 10 = 2
1
– 0,1 = 5 - 10 =
5−2 10 4−1 10
3
= 10 3
= 10
Pengurangan antara Pecahan Campuran dengan Pecahan Biasa Contoh: 7
1
7
2
5
2 8 - 4 = 2 8 - 8 =2 8 11
2
11
8
3
1
2 12 - 3 =2 12 - 12 = 2 12 = 2 4
25 Perkalian Sebagai Operasi Perkalian 1
1 2
0
1 3
2 3
1
Gambar 2.6 Contoh Perkalian Pecahan Perhatikan persegi panjang warna kuning. Persegi panjang tersebut memiliki panjang
2 3
1
dan lebar 2. Dari gambar di atas, dengan
jelas kita dapat mengetahui bahwa luas dari persegi panjang tersebut adalah
2 6
bagian dari persegi satuan. Karena luas persegi panjang adalah 2
1
2
panjang dikali lebar, maka kita dapat memperoleh 3 x 2= 6. Apa yang kita simpulkan dari permasalahan di atas? Sebelum kita masuk ke kesimpulan, perhatikan beberapa contoh perkalian pecahan lainnya berikut.
Gambar 2.7 Contoh Perkalian Pecahan 2 Dari gambar 1 kita dapat memperoleh bahwa dengan
6
7
. Pada gambar 2, 8dikali dengan 20
3 4
sama dengan 4
2 5
3
dikali 4sama
21 32
. Sedangkan
pada gambar 3, kita dapat memperoleh bahwa 6dikali dengan
5 6
sama
26 dengan
20 36
. Ketiga perkalian pecahan di atas dapat dituliskan sebagai
berikut. Gambar 1 Gambar 2 Gambar 3
2 5
3
6
3
20 4 6
6
x 4 = 20 21
x 4 = 32 5
20
x 6 = 36
Apa yang dapat kita amati dari perkalian di atas? Bagaimana dengan pembilang dan penyebut dari pecahan hasil perkalian? Pada perkalian pertama, pembilang dari hasil perkaliannya adalah 6, yang sama dengan 2 × 3, yaitu perkalian dari pembilang pecahan-pecahan yang dikalikan. Sedangkan penyebut dari hasil perkaliannya adalah 20, yang sama dengan 5 × 4, yaitu perkalian dari penyebut pecahan-pecahan yang dikalikan. Demikian juga pada operasi perkalian kedua dan ketiga. Jadi, Hasil perkalian dua pecahan didapat dari“perkalian pembilang dengan pembilang dibagi perkalian penyebut dengan penyebut”. Di dalam perkalian bilangan pecahan, akan lebih mudah dikalikan jika bentuk pecahannya adalah pecahan biasa.
Konsep Pembagian Pecahan Ibu memiliki 1 botol aqua berukuran 1000 ml yang hanya berisi air setengah dari botol tersebut. Ibu akan menuangkan air tersebut pada botol ukuran 250 ml. berapa botol baru yang terisi oleh air? 1 2
1
: 4 = ….
Gambar 2.8 Konsep Pembagian Pecahan Berpenyebut Sama
27 dari gambar di atas, terlihat bahwa dua botol terisi penuh oleh air. Maka 1
1
hasil dari 2 : 4 adalah 2. Kemudian perhatikan contoh selanjutnya! 2 3
1
: 2 = ….
Gambar 2.9 Konsep Pembagian Pecahan Berpenyebut Tidak Sama dari gambar di atas, setelah botol a dituang pada tumpukan botol b, 1 terlihat bahwa satu botol terisi penuh, dan botol kedua hanya terisi 3 2
1
1
bagian. Maka kita dapat 3 : 2 adalah 1 3. Pecahan Sebagai Operasi Pembagian Membagi bilangan bulat dengan pecahan sama halnya dengan mengalikan bilangan bulat dengan kebalikan bilangan pembaginya.
Contoh : 1
1.
8 : 4 = 8 x 4 = 32
2.
3:3=3x2=2
3. 4.
2
3 4
2
3
3
9
5
15
:5=4x2= 1
5
5
5
4
2
3
2
5
5
6
kebalikan dari 3 adalah 2 kebalikan dari 5 adalah 2
8 5
1
kebalikan dari 4 adalah 1 atau 4
6
30
2 2 : 6 = 2 : 6 = 2 x 5 = 10 = 3
kebalikan dari 6 adalah 5
Jadi, dalam mencari hasil pembagian pecahan, kalikan bilangan yang dibagi dengan kebalikan bilangan pembagi.
28 Pembagian Pecahan Desimal Pembagian pecahan dapat dilakukan dengan cara mengubah desimal menjadi pecahan biasa terlebih dahulu. Contoh: 8
2
8
0,8 : 0,2 = 10 : 10 = 10 x 28
6
28
2,8 : 0,6 = 10 : 10 = 10 x
10 2 10 6
80
= 20 = 4 280
2
= 60 = 43
d. Peningkatan Pembelajaran Matematika Kelas V SD Dari berbagai uraian tentang karakteristik siswa kelas V SD, peningkatan
pembelajaran
dan
pembelajaran
Matematika,
dapat
disimpulkan bahwa peningkatan pembelajaran Matematika siswa kelas V SD adalah suatu usaha atau kegiatan dalam meningkatkan proses pembelajaran saat kegiatan belajar mengajar berlangsung dan meningkatkan hasil belajar siswa yang diukur melalui hasil evaluasi siswa, sedangkan proses pembelajaran diukur melalui observasi kegiatan yang dilakukan dalam proses interaksi antara guru dan siswa berdasarkan skenario Quantum Teaching dengan menyesuaikan karakteristik siswa kelas V SD yang berada pada fase operasional konkret yaitu anak mulai mampu berpikir logis dan memiliki rasa ingin tahu yang kuat, senang bermain dan bergembira/riang, sudah mampu mengembangkan konsep-konsep dalam kehidupan seharihari, mereka belajar secara efektif ketika mereka merasa puas dengan situasi yang terjadi, dan mereka belajar dengan cara bekerja, mengobservasi, berinisiatif, dan mengajar anak-anak lainnya.
2. Tinjauan Model Pembelajaran Quantum Teaching a. Definisi Model Pembelajaran Model pembelajaran menurut Joyce dan Weil(Rusman, 2012:133) yaitu suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran, danmembimbing pembelajaran di kelas atau yang lain.
29 Sedangkan Arends (Shoimin, 2014:23) menyatakan, “The Term teaching model refers to a particular approach to instruction that includes its goals, syntax, environment, and management system.”Artinya istilah model pengajaran mengarah pada suatu pendekatan pembelajaran tertentu termasuk tujuan, sintaks, lingkungan, dan sistem pengelolaan.Adapun Winataputra (Sugiyanto, 2008:7) mendefinisikan model pembelajaran sebagai: “Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran”. Kesimpulan yang dapat diambil dari uraian diatas,yaitumodelmodel pembelajaran adalah suatu rencana atau pola pengajaran dapat digunakan
untuk
membentuk
kurikulum,
merancang
bahan-bahan
pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain, mengarah pada suatu pendekatan pembelajaran tertentu yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mencapai tujuan tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pembelajaran danpara pendidik. Sugiyanto (2008:7) menjelaskan bahwa ada beberapa model atau strategi pembelajaran dalam mengoptimalkan pembelajaran siswa antara lain: (1) model pembelajaran konseptual, (2) model pembelajaran kooperatif, (3) model pembelajaran quantum, (4) model pembelajaran terpadu, (5) model pembelajaran berbasis masalah.
b. Definisi Model Pembelajaran Quantum Teaching Shoimin
(2014:138)
mengemukakan
bahwa
Quantum
Teachingadalah prinsip-prinsip sistem perancangan pengajaran yang efektif, efisien, dan progresif berikut metode penyajian untuk mendapatkan hasil belajar yang mengagumkan.Menurut A’la (2012:19) bahwa, Quantum Teaching adalah sebuah program yang mengizinkan pendidik untuk memahami perbedaan gaya pembelajaran para siswa di dalam kelas.
30 DePotter, dkk(2014:33) menyebutkan bahwa, Quantum Teaching mencangkup petunjuk spesifik untuk menciptakan lingkungan yang efektif, merancang kurikulum, menyampaikan isi, dan memudahkan proses belajar. Mereka juga mendefinisikan Quantum Teaching sebagai interaksi-interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya. DePotter, dkk (2014: 32) menambahkan bahwa “Quantum Teachingadalah penggubahan belajar
yang meriah, dengan segala
nuansanya”.Mereka menambahkan bahwa model pembelajaran ini berusaha mengubah suasana belajar yang monoton dan membosankan kedalam suasana belajar yang meriah dan gembira dengan memadukan potensi fisik, psikis dan emosi siswa menjadi satu kesatuan kekuatan yang integral. Model pembelajaran ini menyertakan segala kaitan, interaksi dan perbedaan yang memaksimalkan momen belajar. Model Pembelajaran Quantum Teaching berfokus pada hubungan dinamis dalam lingkungan kelas, interaksi yang mendirikan landasan dan kerangka belajar. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Quantum Teachingmerupakan prinsip-prinsip sistem perancangan pengajaran yang efektif, efisien, progresif, dan meriah untuk memahami perbedaan gaya pembelajaran para siswa di dalam kelas agar memudahkan proses belajar.
c. Langkah Model Pembelajaran Quantum Teaching Quantum Teaching disajikan dengan kerangka rancangan yang dikenal dengan TANDUR. Kerangka rancangan ini terdiri atas unsur-unsur yang menjadi langkah-langkah dalam pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan
Quantum
tersebut adalah:
Teaching(Wena,
2009:164).
Langkah-langkah
31 Tabel 2.1 Langkah-langkah pembelajaran dalam Quantum Teaching No Rancangan 1. Tumbuhkan
Penerapan dalam Pembelajaran Tumbuhkan maksudnya menumbuhkan minat siswa dengan mendorong siswa untuk melakukan aktivitas pemahaman, dan ketrampilan untuk tujuan perhatian atau pencapaian. Upaya penerapan langkah tumbuhkan pada pembelajaran pecahan dapat dilakukan dengan cara menyampaikan apersepsi terkait materi yang akan dipelajari, sehingga siswa akan lebih termotivasi dan memiliki minat belajar yang tinggi.
2.
Alami
Alami maksudnya pembelajaran akan lebih bermakna jika materi yang disampaikan dialami langsung oleh siswa. Unsur ini memberi pengalaman kepada siswa. Pengalaman memungkinkan siswa mengalami sendiri di dalam menemukan atau memahami sebuah konsep. Perwujudan langkah alami dalam pembelajaran tentang pecahan dapat dilakukan dengan mengajak siswamemperoleh informasi terkait materi yang sedang ia pelajari dari pengalaman langsung dengan media.
3.
Namai
Namai maksudnya penamaan memuaskan hasrat otak untuk memberikan identitas. Penamaan adalah saatnya mengajarkan konsep, keterampilan berpikir, dan strategi belajar. Misalnya menggunakan gambar, warna, alat bantu, alat tulis dan poster dinding.
4.
Demonstrasikan
Mendemonstrasikan berarti bahwa memberi peluang pada siswa untuk menerjemahkan dan menerapkan pengetahuan mereka ke dalam pembelajaran lain atau ke dalam kehidupan mereka. Siswa diminta mendemonstrasikan kecakapan yang mereka kuasai. Upaya penerapan langkah demonstrasikan pada pembelajaran pecahan dapat diwujudkan dengan memberi kesempatan pada siswa untuk maju kedepan kelas dan menunjukan hasil
5.
Ulangi
Pengulangan memperkuat koneksi saraf dan menumbuhkan rasa tahu atau yakin terhadap kemampuan siswa. Penerapan langkah ulangi pada pembelajaran juga dapat diwujudkan dengan
32 membuat kesimpulan terkait materi yang telah dipelajari dengan menggunakan kalimat mereka sendiri. 6.
Rayakan
Perayaan memberi keyakinan pada siswa bahwa ia telah merampungkan sebuah aktivitas dengan menghormati usaha, ketekunan, dan kesuksesan. Perayaan dapat berarti pula sebagai umpan balik padasiswa atas keberhasilannya. Dalam hal ini strategi yang dapat dilakukan guru pada pembelajaran pecahan adalah dengan memberi pujian, mengajak siswa bernyanyi bersama atau pameran kelas. Penerapan langkah ini membuat suasana pembelajaran menjadi lebih menyenangkansehingga senantiasa bersemangat dalam mengikuti kegiatian pembelajaran pada pertemuan selanjutnya.
Pendapat yang sama diutarakan oleh A’la (2012: 34) bahwa dalam pelaksanaannya, Quantum Teaching melakukan langkah-langkah pengajaran dengan enam langkah yang tercermin dalam istilah TANDUR, yaitu: (1) tumbuhkan minat dengan memuaskan, yakni apakah manfaat yang akan diperoleh dari pelajaran tersebut bagi guru dan muridnya, (2) alami, yakni ciptakan dan datangkan pengalaman umum yang dapat dimengerti semua pelajar, (3) memberi nama, untuk ini harus disediakan kata kunci, konsep, model, rumus, strategi, yang kemudian menjadi sebuah masukan bagi si anak, (4) demonstrasikan, yakni sediakan kesempatan bagi pelajar untuk menunjukkan bahwa mereka tahu, (5) ulangi, yakni tunjukkan kepada pelajar tentang cara-cara mengulang materi dan menegaskan bahwa siswa telah paham mengenai materi yang disampaikan, (6) rayakan, yakni pengakuan untuk penyelesaian, partisipasi, dan perolehan keterampilan dan ilmu pengetahuan.Pendapat tersebut, diperkuat oleh Yuniarsih, E., Susiani, T., dan Suryandari, K. (2013: 1-7) yang menyatakan bahwa penerapan model Quantum Teaching menggunakan langkah TANDUR (Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakan).
33 Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah pembelajaran Quantum Teaching, yaitu:(1) tumbuhkan, (2) alami, (3) namai, (4) demonstrasikan, (5) ulangi, dan (6) rayakan.
d. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Quantum Teaching 1) Kelebihan Model PembelajaranQuantum Teaching Setiap model pembelajaran tentu memiliki kelebihan dan kekurangan, demikian juga dengan model pembelajaran Quantum Teaching.Hal tersebut disampaikan oleh Shoimin (2013:145), bahwa kelebihan model pembelajaran Quantum Teaching,yaitu: a) Dapat membimbing peserta didik ke arah berpikir yang sama dalam satu saluran pikiran yang sama. b) Karena Quantum Teachinglebih melibatkan siswa, saat proses pembelajaran perhatian siswa dapat dipusatkan kepada hal-hal yang dianggap penting oleh guru sehingga hal yang penting itu dapat diamati secara teliti. c) Karena gerakan dan proses dipertunjukkan maka tidak memerlukan keterangan-keterangan yang banyak. d) Proses pembelajaran menjadi lebih nyaman dan menyenangkan. e) Siswa dirangsang untuk aktif mengamati, menyesuaikan antara teori dan kenyataan, dan dapat mencoba melakukannya sendiri. f) Karena
model
pembelajaran
Quantum
Teachingmembutuhkan
kreativitas dari seorang guru untuk merangsang keinginan bawaan siswa untuk belajar, secara tidak langsung guru terbiasa untuk berpikir secara kreatif setiap harinya. g) Pelajaran yang diberikan oleh guru mudah diterima atau dimengerti oleh siswa. Putri
(2013:
27)
menambahkan
kelebihan
dari
model
pembelajaran Quantum Teaching yaitu: (1) selalu berpusat pada apa yang masuk akal bagi siswa, (2) menciptakan tingkah laku dan sikap
34 kepercayaan dalam diri sendiri, (3) ketenangan psikologi, (4) adanya kebebasan dalam berekspresi. Dari pendapat ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa kelebihan dari model pembelajaran Quantum Teaching adalah: (1) membuat siswa lebih aktif dalam proses belajar mengajar, (2) meningkatkan motivasi siswa,
(3)
proses
pembelajaran
menjadi
lebih
nyaman
dan
menyenangkan, (4) dapat megubah pola pikir siswa yang sempit menjadi lebih luas dan menyeluruh dalam memandang dan memecahkan masalah, (5) proses belajar siswa lebih terarah, dan (6) pembelajaran akan lebih mudah diterima siswa,(7) menciptakan tingkah laku dan sikap kepercayaan dalam diri siswa, (8) menciptakan ketenangan psikologi, (9) adanya kebebasan dalam berekspresi.
2) Kekurangan Model Pembelajaran Quantum Teaching Bukan hanya kelebihan yang dimiliki oleh model pembelajaran Quantum Teaching, model ini juga memiliki beberapa kekurangan yang diungkapkan oleh Shoimin (2013:146), yaitu: a) Model ini memerlukan kesiapan dan perencanaan yang matang di samping memerlukan waktu yang cukup panjang, yang mungkin terpaksa mengambil waktu atau jam pelajaran lain. b) Fasilitas seperti peralatan tempat, dan biaya yang memadai tidak selalu tersedia dengan baik. c) Karena dalam metode ini ada perayaan untuk menghormati usaha seorang siswa, baik berupa tepuk tangan, jentikan jari, nyanyian, dan yang lainnya, sehingga perayaan tersebut dapat menggangu kelas lain. d) Banyak memakan waktu dalam persiapan. e) Model ini memerlukan keterampilan guru secara khusus karena tanpa ditunjang hal itu, proses pembelajaran tidak akan efektif. f) Agar belajar dengan model pembelajaran ini mendapatkan hal yang baik, diperlukkan ketelitian dan kesabaran. Namun, kadang-kadang
35 ketelitian dan kesabaran itu diabaikan sehingga apa yang diharapkan tidak tercapai sebagaimana mestinya. Kekurangan model pembelajaran Quantum Teaching juga diungkapkan oleh Putri (2013: 28). Ia berpendapat bahwa kekurangan model Quantum Teaching yaitu: (1) memerlukan persiapan yang matang bagi guru dan lingkungan yang mendukung, (2) memerlukan fasilitas yang memadai, (3) model ini banyak dilakukan di luar negeri sehingga kurang beradaptasi dengan kehidupan di Indonesia, (4) kurang dapat mengontrol siswa. Dari uraian pendapat di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa kekurangan model Quantum teaching, yaitu (1) memerlukan waktu, kesiapan, dan perencanaan yang matang, (2) membutuhkan tempat, dan biaya yang memadai, (3) dapat mengganggu kelas lain, (4) memerlukan keterampilan guru secara khusus, dan (5) sangat memerlukan kesabaran (6) kurang beradaptasi dengan kehidupan Indonesia, (7) siswa sulit dikontrol.
3. Tinjauan tentang Media Grafis a. DefinisiMedia Pembelajaran Definisi media menurut Anitah (2010:5) yaitu setiap orang, bahan, alat, atau peristiwa yang dapat menciptakan kondisi yang memungkinkan pembelajar menerimapengetahuan, keterampilan, dan sikap, sedangkan menurut
Sumantri
dan
Permana
(2001:153),
media
pembelajaran
adalahsegala alat dan pengajaran yang digunakan guru sebagai perantara untuk menyampaikan bahan-bahan instruksional dalam proses belajar mengajar sehingga memudahkan pencapaian tujuan tertentu. Wahyudi (2013:31) mendefinisikan media sebagai seperangkat alat bantu yang berfungsi untuk mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara guru dan siswa dalam proses pembelajaran dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.
36 Dari berbagai pendapat yang telah dijelaskan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah seperangkat alat bantuyang mengefektifkan komunikasi atau sebagai perantara untuk menyampaikan bahan-bahan instruksional agar siswa menerima pengetahuan, keterampilan dan sikap secara jelas dan kuat dalam pembelajaran sehingga memudahkan pencapaian tujuan pembelajaran.
b. Definisi Media Grafis Pengertian media grafis menurut Sudjana dan Rivai (2013:27) adalah alat untuk mengomunikasikan fakta-fakta dan gagasan-gagasan secara jelas dan kuat melalui perpaduan antara pengungkapan kata-kata dan gambar, sedangkan menurut Sumantri dan Pemana (2001:158), definisi media grafis yaitu hasil pemotretan dari berbagai peristiwa/kejadian, objek yang dituangkan dalam bentuk gambar-gambar, garis, kata-kata, simbol, maupun gambaran. Dari berbagai pendapat diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa media grafis adalah suatu alat berupa objek, gambar, atauhasil pemotretan dari berbagai peristiwa/kejadian, untuk mengomunikasikan fakta-fakta dan gagasan-gagasan secara jelas dan kuat yang dituangkan dalam bentuk gambar-gambar, garis, kata-kata, simbol, maupun gambaran.
c. Jenis-Jenis Media Grafis Sudjana dan Rivai (2013:27) mengelompokkanmedia grafis menjadi beberapa jenis. Jenis-jenis media grafis, yaitu:(1) bagan,(2) diagram,(3) grafik,(4) poster,(5) kartun, dan (6) komik. Sudjana dan Rivai (2013:27-51) menguraikan jenis-jenis media grafis sebagai berikut.Jenis media grafis yang pertama yaitu bagan.Istilah bagan meliputi berbagai jenis presentasi grafis seperti peta, grafik, lukisan, diagram, poster bahkan kartun.Bagan didefinisikan sebagai kombinasi antara
media
grafis
memvisualisasikan
dan
secara
gambar logis
dan
foto teratur
yang
dirancang
mengenai
fakta
untuk atau
37 gagasan.Fungsi utama bagan adalah menunjukkan hubungan, perbandingan, jumlah relatif, perkembangan, proses,klasifikasi, dan organisasi.Jenis media inilebih mudah dibaca daripada diagram.Diagram adalah suatu gambaran sederhana yang dirancang untuk memperlihatkan hubungan timbal balik terutama dengan garis-garis.Diagram hanya terdiridari sebuah garis besar dari sebuah objek nyata, atau sebuah sketsa penampang memotong dari suatu objek. Jenis
media
grafis
selanjutnya
yaitu
grafik.Grafik
dapat
didefinisikan sebagai penyajian data berangka.Ada beberapa macam grafik, dan yang paling umum digunakan adalah grafik garis, batang, lingkaran atau piring, dan grafik bergambar. Poster adalah kombinasi visual dari rancangan yang kuat, dengan warna dan pesan dengan maksud untuk menangkap perhatian orang yang lewat tetapi cukup lama menanamkan gagasan yang berarti di dalam ingatannya.Jenis media grafis yang terakhir yaitu kartun.Media kartun adalah
media
pembelajaran
yang
unik
untuk
mengomunikasikan
gagasan.Kartun adalah penggambaran dalam bentuk lukisan atau karikatur tentang orang, gagasan, atau situasi yang didesain untuk mempengaruhi opini masyarakat.Media mempunyai manfaat yang sangat penting dalam pengajaran terutama dalam menjelaskan rangkaian bahan dalam satu urutan logis ataumengandung makna. Pengelompokkan media grafis juga disampaikan oleh Daryanto (2013:119-132) bahwa media grafis dibagi menjadi 4 jenis, antara lain: 1) Bagan Bagan merupakan mediayang membantu menyajikan pesan pembelajaran melalui visualisasi dengan dengan tujuan materi yang kompleks dapat disederhanakan sehingga siswa mudah untuk mencerna materi tersebut. 2) Grafik Secara sederhana, media grafik dapat diartikan sebagai media yang memvisualisasikan data-data dalam bentuk angka.
38
3) Komik Komik adalah bentuk kartun yang mengungkapkan karakter dan menerapkan suatu cerita dalam urutan yang erat hubungannya dengan gambar dan dirancang untuk memberikan hiburan bagi para pembaca. 4) Poster Poster adalah suatu media yang kuatdengan warna serta pesan dengan maksud untuk menangkap perhatian orang yang lewat tetapi cukup lama menanamkan yang berarti dalam ingatannya. Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa jenis-jenis media grafis antara lain: (1) bagan,(2) diagram,(3) grafik,(4) poster,(5) kartun, dan (6) komik. Penelitian ini menggunakan media grafis jenis bagan.Media grafis jenis
bagan
lebih
tepat
digunakan
untuk
menyampaikan
konsep
pembelajaran pecahan kepada siswa karena media ini dapat menampilkan gambaran pecahan secara jelas sehingga siswa lebih mudah memahami materi pembelajaran.
d. Langkah-Langkah Penggunaan Media Grafis Menurut Susilana dan Riyani (Hardianti, 2014: 63-64), langkahlangkah penggunaan media grafis, yaitu: (1) memilih media grafis yang berkaitan dengan materi yang akan disampaikan, (2) memperhatikan kondisi kelas sebelum media disajikan, (3) siswa didesain dengan berbagai pola pengaturan,termasuk
penggunaan
media
grafis,
(4)
mempersiapkan
pertanyaan dan penugasan yang mengaktifkan siswa, (5) menempatkan media sebagai pusat perhatian siswa. Pendapat yang senada diutarakan oleh Primasari (Hardianti, 2014: 64).Ia menjelaskan bahwa langkah-langkah penggunaan media grafis, yaitu: (1) pemilihan jenis bagan, (2) mempersiapkan ruang kelas, (3) mempersiapkan siswa, (4) mempersiapkan pertanyaan dan penugasan yang mengaktifkan siswa, (5) penggunaan bagan saat pembelajaran berlangsung.
39 Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa langkah penggunaan media grafis yaitu: (1) pemilihan media grafis, (2) mempersiapkan ruang kelas, (3) mempersiapkan siswa, (4) mengaktifkan siswa, (5) menempatkan bagan sebagai pusat perhatian siswa. Guru sebaiknya paham langkah-langkah tersebut, sehingga penggunaan media grafis dapat digunakan dengan baik dan maksimal. Dengan begitu, siswa akan mudah memahami materi pembelajaran yang digambarkan melalui media grafis. Dalam penelitian ini, peneliti akan menerapkan langkah penggunaan media grafis dengan menyatukan langkah tersebut dengan langkah penggunaan model Quantum Teaching.
e. Penerapan Model Quantum Teaching dengan Media Grafis Model pembelajaran Quantum Teaching dengan media grafis adalah prinsip-prinsip sistem perancangan pengajaran yang efektif, efisien, progresif, dan meriah untuk memahami perbedaan gaya pembelajaran para siswa di dalam kelas agar memudahkan proses belajardisertai dengan media yang dapatmengomunikasikan fakta-fakta dan gagasan-gagasan secara jelas dan kuat yang dituangkan dalam bentuk gambar-gambar, garis, kata-kata, simbol, maupun gambaran dengan langkah-langkah pembelajaran yaitu tumbuhkan, alami dengan media grafis, namai dengan media grafis, demonstrasikan dengan media grafis, ulangi dengan media grafis, dan rayakan untuk memudahkan pembelajaran pecahan tentang merubah bentuk pecahan, penjumlahan dan pengurangan pecahan, serta perkalian dan pembagian pecahan.
4. Penelitian yang Relevan Hasil penelitian yang relevan merupakan uraian sistematis tentang hasil-hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti terdahulu yang relevan sesuai dengan substansi yang diteliti. Fungsinya untuk memposisikan peneliti yang sudah ada dengan penelitian yang akan dilakukan.
40 Ada beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini. Pertama, penelitian dilakukan oleh Ruqayah (2012: 126-139).Ia melakukan penelitian dengan judul “The Effect Of Quantum Teaching Method Toward Students’ Vocabulary”. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini berdasarkan perhitungan uji t, terlihat bahwa nilai t diamati 7,69sedangkan nilai t tabel pada derajat kebebasan 74 di α = 0.05 tingkat signifikan untuk dua tes 1,658. Kita bisa melihat bahwa perbedaan yang signifikan antara t diamati dan t tabel lebih besar dari t tabel (7,69> 1,658). Karena t diamati lebih besar dari t tabel, maka kesimpulan dari penelitian ini adalah ada efek positif dari kosakata siswa setelah menerapkanmodel pembelajaran Quantum Teaching.Persamaan penelitian oleh Ruqayah dan penelitian ini adalah penggunaan metode Quantum Teaching.Sedangkan perbedaannya terdapat pada tujuan penelitian. Kedua, penelitian dilakukan oleh Rachmawati (2012: 477–485). Penelitian kuantitatif ini berjudul “The Implementaton Quantum Teaching Method Of Graduate Through Up-Grade Hard Skill And Soft Skill”. Hasil dari penelitian yang dilakukan oleh Rachmawatiyaitu berdasarkan perhitungan uji t, didapatkan hasil bahwa nilai t diamati 3,199diα = 0.05%. Tingkat signifikan untuk dua tes ekor 2,093.Kita bisa melihat bahwa perbedaan yang signifikan antara t diamati dan t tabel lebih besar dari t tabel (3,199>2,093).Jadi, penggunaan metode Quantum Teaching dalam penelitian ini memberikan kontribusi yang baik dalam meningkatkan kemampuan hard skill and soft skill siswa.Persamaan penelitian yang dilakukan oleh Rachmawatidengan penelitian ini adalah penggunaan metode Quantum Teaching.Perbedaannya terdapat pada tempat, subjek, dan tujuan penelitian. Ketiga, penelitian dilakukan oleh Jaelani dan Sumadi(2009:81-89).Ia melakukan penelitian dengan judul“Penerapan Metode Quantum Teaching untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika pada Materi Pokok Penjumlahan dan Pengurangan”.Hasil dari penelitian tersebut yaitu melalui penerapan metode Quantum Teachingmampu meningkatkanprestasi belajar Matematikadengan materi pokok penjumlahan dan pengurangan pada siswa-
41 siswi kelas III SD Negeri Kapringan III Kecamatan Krangkeng Kabupaten Indramayu tahun ajaran 2009/2010. Penelitian ini menghasilkan kesimpulan, yaitu pembelajaran dengan menerapkan metode Quantum Teaching dapat meningkatkan prestasi belajar Matematika siswa-siswi kelas III SD Negeri Kapringan III dari 58,33% pada siklus I, mengalami peningkatan pada siklus II menjadi 75%, kemudian pada siklus III juga mengalami peningkatan menjadi 80,13%. Persamaan penelitian Jaelani dan Sumadidengan penelitian ini yaitu terdapat
pada
penerapan
Quantum
Teaching
dalam
pembelajaran
Matematika.Sedangkan perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti yaitu terletak pada subjek penelitian, serta lokasi penelitian. Keempat,
penelitian
dilakukan
oleh
Fransiska(2013:1-11).Ia
melakukan penelitian dengan judul “Penerapan Model Cooperative Learning Tipe Jigsaw dengan Media Grafis pada Pembelajaran Matematika Kelas IV”. Hasil dari penelitian tersebut yaitu melalui penerapan metode Cooperative Learning tipe Jigsaw dengan media grafis dapatmeningkatkan aktivitas dan hasil belajar Matematika siswa kelas IVB SD Negeri 3 Karang Endah, Lampung Tengah tahun pelajaran 2012/2013.Peningkatan tersebut terlihat pada persentase aktivitas belajar siswa pada siklus I yaitu 50,41%, siklus II yaitu 62,58%, dan pada siklus III yaitu81,50%. Sementara persentase hasil belajar siswa yang tuntas pada siklus I sebesar 62,50%, siklus II sebesar 70,84%, dan pada siklus III menjadi 83,33%.Persamaan penelitian Fransiskadengan penelitian ini yaitu terdapat pada penggunaan media grafis pada pembelajaran Matematika.Sedangkan perbedaannya terdapat pada subjek penelitian dan model pembelajaran yang diterapkan.
B. Kerangka Berpikir Penelitian berawal dari hasil observasi dan wawancara pada siswa dan guru di SD Negeri Mujur 01 Kecamatan Kroya Kabupaten Cilacap.Dari hasil observasi dan wawancara tersebut, didapatkan kesimpulan bahwa kondisi sebelum pelaksanaan penelitian, yaitu pembelajaran Matematika di kelas V SD Negeri Mujur 01 belum berlangsung secara maksimal.Selama ini, pembelajaran
42 Matematikabelum menerapkan model pembelajaran yang menarik dan inovatif. Guru hanya menggunakan metode ceramah dan tanya jawab. Metode tersebut didominasi oleh guru (single actor) dan didominasi oleh latihan soal tanpa adanya aktivitas belajar yang menyenangkan.Kurangnya pengetahuan guru dalam penggunaan model pembelajaran yang efektif dan inovatif menjadi alasan kurangnya kualitas pembelajaran.Model pembelajaran yang digunakan sebaiknya mempertimbangkan karakteristik siswa.Siswa kelas V pada umumnya berada pada tahap operasional konkret. Karakteristik anak yang berada pada masa operasional konkret yaitu anak mulai mampu berpikir logis dan memiliki rasa ingin tahu yang kuat pada hal-hal yang mengelilingi mereka, senang bermain dan lebih suka bergembira/riang,
sudah
mampu
mengembangkan
konsep-konsep
dalam
kehidupan sehari-hari. Mereka belajar secara efektif ketika mereka merasa puas dengan situasi yang terjadi, dan mereka belajar dengan cara bekerja, mengobservasi, berinisiatif, dan mengajar anak-anak lainnya. Berdasarkan
hasil
observasi
terhadap
pembelajaran
Matematika,
pembelajaran Matematika biasanya telah menggunakan media untuk menunjang penyampaian materi.Namun sering terkendala dalam pengadaan media yang dapat dijangkau oleh seluruh siswa. Hal-hal tersebut, menyebabkan beberapa dampak terhadap siswa.Siswa merasa sulit menerima materi pelajaran karena pembelajaran yang kurang bermakna (meaningful). Siswa kurang berperan dan kurang aktif dalam pembelajaran, siswa kurang antusias terutama ketika pembelajaran Matematika dampak lain, yaitu seringkali siswa terlihat jenuh dan mengantuk saat pembelajaran, sehingga siswa sering membuat kegaduhan serta mengabaikan penjelasan yang disampaikan guru. Permasalahan dalam pembelajaran Matematika tersebut berakibat pada hasil belajar siswa. Hasil belajar Matematika yang dicapai siswa kelas V SD Negeri Mujur 01 pada Ulangan Tengah Semester 1, dengan jumlah siswa sebanyak 32 anak, terdapat 13 siswa (40,63%) yang tuntas dan 19 siswa (59,38%) dengan nilai rata-rata kelas 64,72, sedangkan KKM untuk mata pelajaran Matematika yang digunakan oleh SD Negeri Mujur 01 yaitu 70. Jika melihat nilai
43 ulangan tengah semester tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa hasil belajar siswa kelas V di SD Negeri Mujur 01 pada mata pelajaran Matematika belum memenuhi standar ketuntasan belajar.Untuk itu, diperlukan suatu model pembelajaran
yang
dapat
mengubah
pola
pembelajaran
tersebut.Model
pembelajaran tersebut harus dapat membuat siswa aktif bekerja, aktif mengobservasi, aktif berinisiatifserta menarik, menyenangkan dan bermakna (meaningful)sehingga dapat meningkatkan hasil belajarMatematika. Alternatif tindakan yang diterapkan peneliti yaitu menggunakan model pembelajaran Quantum Teachingdengan media grafis. Model pembelajaran ini tepat diterapkan untuk mengatasi masalah pada pembelajaran Matematikadi SD Negeri Mujur 01, karena model pembelajaran Quantum Teaching dengan media grafisdapat: (1) membuat siswa lebih aktif dalam proses belajar mengajar, (2) meningkatkan motivasi siswa, (3) proses pembelajaran menjadi lebih nyaman dan menyenangkan, (4) dapat megubah pola pikir siswa yang sempit menjadi lebih luas dan menyeluruh dalam memandang dan memecahkan masalah, (5) proses belajar siswa lebih terarah, dan (6) pembelajaran akan lebih mudah diterima siswa,(7) menciptakan tingkah laku dan sikap kepercayaan dalam diri siswa, (8) menciptakan ketenangan psikologi, (9) adanya kebebasan dalam berekspresi. Langkah model pembelajaran Quantum Teaching dengan media grafis yang diterapkan guru, yaitu: (1) tumbuhkan, (2) alami dengan media grafis, (3) namai dengan media grafis, (4) demonstrasikan dengan media grafis, (5) ulangi dengan media grafis, (6) rayakan.Pembelajaran Matematika tentang pecahan menggunakan model Quantum Teaching dengan media grafis pada siswa kelas V di SD Negeri Mujur 01 dilaksanankan dalam 3 siklus. Penerapan model pembelajaran Quantum Teaching dengan media grafis, diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa terhadap mata pelajaran Matematika terutama materi pecahan pada siswa kelas V SD Negeri Mujur 01 tahun ajaran 2015/2016. Keefektifan penggunaan model pembelajaran Quantum Teaching denganpenggunaan media grafisdiduga dapat meningkatkan presentase
44 ketuntasan menjadi 85% sehingga guru tidak lagi menemui rata-rata nilai siswa terhadap mata pelajaran Matematika yang dibawah KKM (KKM=70). Gambar 2.10 berikut merupakan bagan kerangka berpikir penerapan model Quantum Teachingdengan media grafis dalam pembelajaran Matematika tentang pecahan pada siswa kelas V SDN Mujur 01 tahun pelajaran 2015/2016.
Kondisi Awal
Tindakan
Kondisi Akhir
Gambar 2.10
Guru: Belum menggunakan model yang dapat mengaktifkan siswa. Media yang digunakan guru belum merangsang imajinasi siswa secara penuh.
Pembelajaran menggunakan model Quantum Teaching dengan media grafis. Langkah-langkah pembelajaran tercermin dalam istilah TANDUR
Siswa: Anak mampu berpikir logis, memiliki rasa ingin tahu yang kuat, senang bermain dan berinisiatif. Proses dan hasil belajar siswa rendah, ditandai dengan rendahnya aktivitas belajar siswa dan banyaknya siswa yang memperoleh nilai di bawah KKM
Melalui Penelitian Tindakan Kelas selama tiga siklus: Siswa lebih aktif. motivasi siswa meningkat. Proses pembelajaran menjadi lebih nyaman dan menyenangkan. dapat megubah pola pikir siswa yang sempit menjadi lebih luas dan menyeluruh dalam memandang dan memecahkan masalah. Proses belajar siswa lebih terarah. Pembelajaran akan lebih mudah diterima siswa. Siswa lebih percaya diri Adanya kebebasan berekspresi.
Proses belajar dan hasil belajar siswa meningkat ditandai dengan hasil belajar sebesar 85% siswa mencapai ketuntasan KKM (70) Kerangka berpikir penggunaan model Quantum Teaching dengan media grafis
45 C. Hipotesis Penelitian Berdasarkan uraian pada latar belakang, landasan teori dan kerangka berpikir tersebut, maka hipotesis tindakan penelitian yaitu jika penerapan model Quantum Teaching dengan media grafis sesuai langkah yang benar, maka dapat meningkatkan pembelajaran pecahan pada siswa kelas V SD Negeri Mujur 01 tahun ajaran 2015/2016.