perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS
A. Kajian Teori
1. Kemampuan Fisik Pertumbuhan merupakan suatu keadaan yang dialami oleh seseorang manusia sejak di dalam kandungan, hingga pada masa remaja akhir. Pertumbuhan setiap individu manusia tidak sama baik pertumbuhan fisik atau psikis (mental). Pertumbuhan fisik sangatlah mudah untuk diketahui, karena pertumbuhan ini dapat dilihat perkembangan atau perubahannya. Pertumbuhan fisik pada laki-laki dan perempuan berbeda, tahap-tahap, masa pertumbuhan, ciri-ciri dan kecepatan pertumbuhannya berbeda-beda antara laki-laki dan perempuan. Menurut Muhammad (2014:24), “Banyak hal yang mempengaruhi pertumbuhan fisik masing-masing individu baik laki-laki maupun perempuan”. Hal tersebut biasanya dipengaruhi oleh makanan dan pola hidup masing-masing individu, makanan yang baik dan pola hidup yang baik dapat mempercepat pertumbuhan, dan sebaliknya dengan makanan yang kurang sehat dan pola hidup yang buruk dapat menghambat pertumbuhan. Kondisi berasal dari kata “condition” (bahasa latin) yang berarti keadaan. Sedangkan secara definitif kondisi menurut Luttgens, K and Hamilton, N. (1997:143) adalah “Keadaan fisik dan psikis serta kesiapan seseorang terhadap tuntutan-tuntutan khusus suatu cabang olahraga”. Beberapa ahli mengemukakan batasan tentang pengertian kondisi fisik yang dapat dibedakan atas pengertian sempit dan luas. Dalam arti sempit menurut Syafruddin, (1992:35) “Kondisi merupakan keadaan yang meliputi faktor kekuatan, kecepatan, dan daya tahan. Sedangkan dalam arti luas ketiga faktor di atas ditambah dengan faktor fleksibilitas (fleksibility) dan koordinasi”. Unsur-unsur kebugaran jasmani atau kondisi fisik ada 10 komponen. commit to user unsur-unsur kebugaran jasmani Komponen tersebut sebagian besar merupakan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
yang sangat dibutuhkan oleh seseorang agar mampu melakukan aktivitas secara efisien dan produktif, baik sewaktu bekerja, maupun berolahraga. Menurut Depdiknas (2003:4), “Unsur-unsur kebugaran jasmani yang dapat dikategorikan sebagai komponen kondisi fisik yaitu: a.
Daya Tahan (Endurance), dalam Unsur-unsur kebugaran jasmani dalam hal Daya Tahan dikenal dua macam daya tahan, diantaranya: 1)
Daya tahan umum (general endurance)
2)
Daya tahan otot (local endurance)
b.
Daya Ledak Otot (muscular Explosive power)
c.
Kekuatan Otot (Strength)
d.
Kelenturan (Flexibility)
e.
Kecepatan (Speed)
f.
Kelincahan (Agility)
g. Koordinasi (Coordination) h. Keseimbangan (Balance) i.
Ketepatan (Accuracy)
j.
Reaksi (Reaction)
Latihan kondisi fisik (physical conditioning) memegang peranan yang sangat penting untuk mempertahankan atau meningkatkan derajat kesegaran jasmani (physical fitness). Derajat kesegaran jasmani seseorang sangat menentukan kemampuan fisiknya dalam melaksanakan tugas sehari-hari. Semakin tinggi derajat kesegaran jasmani seseorang semakin tinggi pula kemampuan kerja fisiknya. Dengan kata lain, hasil kerjanya kian produktif jika kesegaran jasmaninya kian meningkat. Setiap orang membutuhkan kesegaran jasmani yang baik agar ia dapat melaksanakan pekerjaannya dengan efisien dan efektif tanpa mengalami kelelahan yang berarti. Menurut Cornelius (1980:77), “Kesegaran jasmani adalah kesanggupan dan kemampuan tubuh melakukan penyesuaian (adaptasi) terhadap, pembebanan fisik yang diberikan kepadanya (dari kerja yang dilakukan seharihari) tanpa menimbulkan kelelahan yang berlebihan”. Menurut Hidayatullah commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
(1995:12), “Kurangnya daya tahan, fleksibilitas persendian, kekuatan otot, dan kelincahan merupakan penyebab utama timbulnya cedera”. Hal ini disebabkan program latihan fisik yang dilakukan seseorang tidak sempurna sebelum dia terjun melaksanakan kegiatan fisik yang lebih berat. 2. Fleksibilitas Hidayatullah (1995:21) mengemukakan bahwa “Fleksibilitas adalah kemampuan untuk menggunakan lebar ayunan gerakan-gerakan dalam persendian ke mampuan maksimum”. Dengan kelenturan yang baik akan mengurangi pengunaan tenaga yang berlebihan pada saat melakukan suartu gerakan. Menurut Nurhasan (2001:15) “Kelenturan gerakan yang dilakukan membuat gerakan menjadi luwes/tidak kaku”. Fleksibilitas tubuh yang kurang baik maka cenderung kaku dalam hal gerakan dan sulit untuk menerapkan pola yang betul serta dapat membatasi jangkauan dari suatu gerakan, sehingga seseorang akan sulit mencapai prestasi. Menurut Suharno (1986:20) “Fleksibilitas adalah suatu kemampuan dari seseorang dalam melaksanakan gerakan dengan amplitude yang luas atau kemampuan seseorang dalam melakukan gerakan-gerakan jasmani atau usaha fleksibilitas tubuh atau persendian-persendian tertentu”. Fleksibilitas juga didefinisikan sebagai ROM atau Range Of Motion mampu diraih oleh sendi. Menurut Luttgens and Hamilton (1997:146), “ROM pada sendi biasanya diukur dengan jumlah derajat dari posisi awal dari segmen untuk posisinya pada akhir ROM penuh dari pergerakan”. Cara yang paling umum ini dilakukan adalah dengan menggunakan goniometer. Fleksibilitas yang baik diketahui membawa manfaat positif pada otot dan sendi. Ini membantu dengan pencegahan cedera, membantu untuk meminimalkan nyeri otot, dan meningkatkan efisiensi di semua aktifitas fisik. Meningkatkan fleksibilitas juga dapat meningkatkan kualitas hidup dan kemandirian fungsional. Menurut Harrel (2006:41), “Fleksibilitas yang baik dipengaruhi oleh elastisitas otot dan memberikan jangkauan yang lebih luas pada gerak sendi”. Ini memberikan kemudahan dalam gerakan tubuh commit to userdan aktivitas sehari-hari. Sebuah
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
sederhana tugas sehari-hari seperti membungkuk dan mengikat sepatu dicapai baik dengan fleksibilitas. Sayangnya, fleksibilitas umumnya tidak fokus, orang hanya ingin memulai program kebugaran. a.
Fisiologi Fleksibilitas Menurut Kisner (2007:13), “Otot dan tulang bekerja bersama-sama yang
disebut sistem musculoskeletal”. Tulang memberikan postur dan dukungan struktural untuk tubuh dan otot-otot memberikan tubuh dengan kemampuan untuk bergerak (dengan kontraksi, dan dengan demikian menghasilkan suatu gerakan). Sistem muskuloskeletal juga memberikan perlindungan bagi organ internal tubuh. Dalam urutan untuk melaksanakan fungsinya, tulang harus bergabung bersama-sama dengan jaringan lainnya. Titik di mana tulang terhubung satu sama lain disebut sendi, dan hubungan ini diikat oleh ligamen. Ketchum (2013:4) berpendapat bahwa “Fleksibilitas yang berkaitan dengan sendi sangat sedikit diberikan perhatian atau bahkan diabaikan sama sekali”. Sementara manfaat latihan kardiovaskuler biasa dan kekuatan sangat terkenal, hanya sedikit orang yang menyadari yang fleksibilitas sendi juga penting bagi kesehatan untuk mencapai aktivitas yang optimal. Pada umumnya kenaikan fleksibilitas dicapai dari gerakan balistik yang digunakan untuk meningkatkan kekuatan. Dari beberapa survei yang telah dilaksanakan oleh penulis, latihan kelenturan (stretching) sebagian besar orang tidak dilakukan setiap harinya. Jumlah seluruhnya waktu yang dihabiskan dalam rutinitas stretching hampir tidak pernah melebihi 5 menit dan sebagian lagi hampir tidak pernah melakukannya sama sekali. Dari survei oleh penulis terhadap 196 orang mahasiswa yang melaksanakan kegiatan kuliah dari pagi hingga sore, sehingga mengalami nyeri dan kaku pada persendiannya, memperlihatkan bahwa mereka cenderung hanya meregangkan kelompok otot tertentu tidak lebih dari 15 detik. Selain itu, biasanya stretching hanya dilakukan terjadi pada awal sesi olahraga dan sama sekali tidak dilakukan saat memulai suatu aktivitas keseharian. Bahkan dalam pelatihan olahraga, stretching commit to user hanya diberikan minor dalam
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
program pelatihan secara keseluruhan. Bahkan seorang atlet hanya menghabiskan sedikit waktu untuk stretching. Hal ini karena stretching hanya dianggap bagian dari pemanasan (warming up). Setelah latihan, sebagian besar orang yang terlalu lelah untuk melakukan stretching untuk kegiatan pendinginan (cooling down) atau tidak meluangkan waktu untuk melakukannya. Menurut Ferrando (1997:807), “Untuk menjadi efektif, stretching harus dilakukan baik saat warming up sebelum latihan rutin dan sebagai bagian dari cooling down setelah latihan”. Untuk setiap orang, rutinitas stretching teratur dapat membawa banyak manfaat. Menurut Holt, (1970:31), “Studi penelitian tentang cedera telah menunjukkan bahwa orang-orang dengan fleksibilitas rendah memiliki potensi lebih besar mengalami cedera dibandingkan dengan orang yang memiliki fleksibilitas tinggi”. Menariknya, jenis peningkatan fleksibilitas yang diperlukan untuk mengurangi cedera tidak datang dari melakukan latihan stretching tepat sebelum aktivitas. Sebaliknya, peningkatan fleksibilitas yang diperlukan untuk mencegah terjadinya cedera datang dari melakukan pelatihan stretching secara teratur. Penelitian tambahan menunjukkan bahwa pelaksanaan stretching secara intens selama minimal 10 menit per hari akan membawa perubahan besar yang bermanfaat dalam neuromuscular-tendon unit. Menurut Cornelius (1980:77), “Peningkatan kekuatan dan daya tahan telah dilaporkan dapat meningkatkan fleksibilitas dan mobilitas”. Untuk mendapatkan fleksibilitas yang baik harus mengutamakan tentang kedisiplinan. Hal ini tidak membutuhkan teknik khusus tertentu. Kunci utama untuk mendapatkan fleksibilitas adalah melakukan latihan stretching dalam frekuensi yang sering. Jika tidak rutin melakukan stretching, atau melakukannya hanya secara sporadis, keuntungan untuk mendapatkan fleksibilitas akan terbatas. Menurut Func (2003:54), “Meningkatkan fleksibilitas, harus dilakukan setidaknya sekali sehari, jika mungkin, beberapa kali per hari”. Singkatnya, stretching dalam waktu singkat namun dilakukan berulang lebih produktif commit to waktu user lama namun jarang. Stretching daripada stretching yang dilakukan dalam
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
juga merupakan komitmen jangka panjang dan harus terus menerus dilakukan untuk mempertahankan atau meningkatkan fleksibilitas. Fleksibilitas bukanlah sesuatu yang secara otomatis datang dengan latihan kekuatan. Sebaliknya, latihan kekuatan tanpa kelenturan dapat menyebabkan penurunan dramatis dalam fleksibilitas. Dalam banyak kasus, kurangnya fleksibilitas akan mengakibatkan hilangnya fungsi "normal" sendi dalam tubuh, padahal fungsi gerak sendi sangat penting untuk aktivitas sehari-hari. Membuat peningkatan yang signifikan dalam fleksibilitas akan membawa peningkatan yang nyata dalam kinerja tubuh. ROM yang lebih besar akan memerlukan untuk waktu yang lebih lama dari gaya yang diterapkan, perbaikan teknik, peningkatan keuntungan biomekanik, dan pengurangan ketegangan sendi. Menurut Alim (2000:4), “Stretching harus dilakukan sesering mungkin. Kebanyakan resistensi terhadap ROM adalah hasil dari kontraksi otot untuk mencegah cedera, sehingga tahanan berlebih ini bisa diatasi dari sesi stretching yang dilakukan, hasilnya lebih efektif”. Stretching pemanasan ringan dan aktif harus dilakukan sebelum bekerja untuk mempersiapkan aktivitas sehari-hari. Tetapi stretching yang dilanjutkan dengan latihan akan memiliki dampak yang signifikan lebih besar pada fleksibilitas. Setelah latihan, otot yang hangat dan lelah. Hal ini memungkinkan untuk ROM yang lebih besar, yang membantu memastikan bahwa otot-otot yang sebenarnya sedang diregangkan dalam keadaan santai daripada melawan serabut otot yang berkontraksi. Karena stretching yang paling efektif adalah saat santai ROM dimaksimalkan, stretching di kemudian hari akan memiliki efek lebih besar pada fleksibilitas. Menurut Func et al, (2003:164), “Seperti dengan komponen lain untuk program kebugaran, waktu stretching harus bervariasi”. Rekomendasi tersebut adalah pedoman program stretching seharusnya tidak menjadi terlalu rutin. Dari waktu ke waktu, stretching dilakukan sebelum berolahraga dan / atau pagi hari. Salah satu kunci untuk cepat mendapatkan fleksibilitas adalah belajar bagaimana untuk relaks saat stretching. Otot antagonis harus relaks saat dilakukan to userberkontraksi akan menyebabkan stretching. Jika tidak, serabut commit otot yang
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pengurangan yang signifikan dalam ROM, dan otot itu sendiri tidak sedang efektif untuk meregang. Menurut Ferrando et al (1997:82), “Metode utama untuk relaksasi otot stretching sementara hanya untuk berlatih melakukannya”. Berfokus pada santai dan menjaga pernapasan biasa saat meregangkan memiliki dampak yang dramatis pada efektivitas sesi stretching. Aktif berkontraksi dan relaksasi otot antagonis juga akan membantu memastikan bahwa otot-otot yang meregang maksimal. Stretching dilakukan oleh otot, bukan jaringan ikat yang meregang. Stretching yang mendorong sendi di luar fungsi normal tidak boleh dilakukan. Bertujuan untuk menjadi cukup fleksibel sehingga mencapai titik penuh ROM selama gerakan. Menurut Colberg (2007:65), ”Stretching jaringan ikat atau stretching sendi dalam keadaan normal dapat menggoyahkan sendi dan menyebabkan cedera parah”. Fokus pada stretching jaringan otot untuk memaksimalkan ROM dalam gerakan fungsional. b.
Manfaat Flexibilitas Manfaat dapat diperoleh dari pengembangan fleksibilitas menurut Kravitz
dan Heyward (1991:15) adalah sebagai berikut: 1) Penurunan sakit dan nyeri Spasme otot merata di seluruh sendi, menyebabkan tulang misalignment, postur, tubuh yang buruk, kelelahan yang tidak perlu, nyeri otot dan nyeri sendi. Stretching dapat meringankan masalah ini. Peningkatan kemampuan untuk bergerak bebas dan mudah dan melakukan aktivitas. 2) Kemungkinan penurunan risiko cedera. Kekakuan otot (spasme otot) juga merupakan faktor pencetus di cedera berlebihan, karena otot yang elastis mentransfer berlebihan stress bahkan jaringan ikat kurang lentur. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pentingnya stretching dalam pencegahan cedera dapat bervariasi tergantung pada jenis kegiatan untuk mengikuti. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Efek program fleksibilitas jangka panjang dirancang untuk meringankan spasme otot dan ketidakseimbangan kontraksi otot. Keterbatasan gerak diidentifikasi oleh penilaian fleksibilitas yang dapat diperbaiki dengan meningkatkan fleksibilitas dipulihkan untuk kegiatan sehari-hari. Banyak profesional rehabilitasi akan setuju bahwa pencegahan cedera terbaik ditingkatkan dengan termasuk dalam latihan latihan mingguan yang dirancang untuk meningkatkan fleksibilitas dan kekuatan sebagai bagian dari program kebugaran otot yang seimbang. 3) Pemulihan dari cedera. Pelatih dan terapis fisik umumnya memanfaatkan stretching untuk cedera pada program rehabilitasi. Penelitian telah menunjukkan bahwa stretching lembut dalam berbagai gerakan dalam batas rasa sakit gerak adalah penting dalam memperpendek masa rehabilitasi setelah cedera. Hal ini memungkinkan seseorang untuk lebih cepat kembali gerak normal dan kembali ke aktivitas. 4) Peningkatan kinerja atletik. Dalam berbagai jenis olahraga, ROM yang tinggi dan kemampuan untuk menerapkan kekuatan dapat memberi keunggulan. Namun, penelitian menunjukkan bahwa rutinitas kegiatan kekuatan dan stretching sebelumnya akan muncul untuk menurunkan kinerja selanjutnya. Oleh karena itu, beberapa pelatih menganggap mungkin menjadi yang terbaik untuk meminimalkan stretching sebelum acara kompetitif dan menunda stretching untuk membangun sesi latihan kekuatan yang diimbangi dengan latihan fleksibilitas sehingga diperoleh kombinasi antara kekuatan dan fleksibilitas. 5) Pembalikan penurunan fleksibilitas yang berkaitan dengan usia. Kecenderung untuk kehilangan fleksibilitas saat usia semakin bertambah, disebabkan oleh karena usia terkait perubahan jaringan ikat dan otot, sebagian karena untuk mengurangi tingkat aktivitas. Program stretching rutin dapat meningkatkan fleksibilitas pada berbagai tingkatan commit to user usia.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
6) Peningkatan postur dan penampilan. Postur yang baik adalah ketika tubuh kita tegak dengan shoulder, vertebrae, dan thorak tegak dan lurus. Dari waktu ke waktu, kita cenderung "melorot ke gravitasi" dan terbentuklah bentuk punggung yang tidak normal (kifosis vertebrae). Penampilan dengan shoulder protraksi, swan neck, dan kekenduran perut. Spasme otot pernafasan, ditambah dengan kelemahan otot punggung, dan vertebrae dapat berkontribusi untuk postural yang tidak baik. Seiring waktu, postur yang tidak baik cenderung memburuk dan menjadi sulit untuk mengoreksi diri sebagai peningkatan ketidakseimbangan otot. Stretching untuk memperbaiki otot dapat dipersingkat, bersama dengan memperkuat otot-otot yang lemah, dapat meningkatkan postur dan membantu untuk berdiri tegak secara alami. 7) Penurunan nyeri otot setelah latihan. Penelitian menunjukkan bahwa nyeri otot akan menurun ketika onset 1-2 hari setelah latihan dapat menurun ketika dilakukan stretching pada otot-otot yang terkena. Stretching mengurangi ketegangan otot, memberikan efek relaksasi. Fleksibilitas mengacu pada total rentang gerak dari sendi atau kelompok sendi. Fleksibilitas, yang berbeda dari masing-masing orang dipengaruhi oleh komponen dari sistem musculoskeletal serta jalur neuromuscular tertentu dari tubuh. Karakteristik struktural sendi dan sifat mekanik dari jaringan ikat struktur otot-tendon sebagian besar mempengaruhi tingkat gerakan di sekitar sendi yang diberikan. Menurut Colberg (2007:44), “Kekhususan gerakan bahwa seseorang melakukan
dalam
kegiatan
rutin
fisik
dan
metode
stretching
sering
mendefinisikan pengembangan dan peningkatan jangkauan gerak tubuh”. Tujuan dari semua program stretching adalah untuk mengoptimalkan mobilitas sendi tetap menjaga stabilitas sendi. Perhatian harus selalu difokuskan pada aplikasi sistematis, yang aman dan efektif dari berbagai teknik gerak yang dimanfaatkan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pemeriksaan penelitian dilaporkan dan bukti empiris mendukung manfaat stretching: 1) Peningkatan jangkauan fungsional gerak (Taylor, Dalton, Seaber, & Garrett, 1990:43). 2) Pengurangan nyeri pinggang dan cedera (Bach, Hijau, & Jensen, 1985; Farfan, 1973:6). 3) Pengurangan insiden dan keparahan cedera (Safran, Garrett, Seaber, Glisson, & Ribbeck, 1988:178). 4) Peningkatan postur dan simetris otot (Corbin & Noble, 1980:76). 5) Mengurangi dalam timbulnya kelelahan otot (DeVries & Adams 1972:63). 6) Pencegahan dan pengentasan nyeri otot setelah latihan (DeVries, 1961:73). 7) Peningkatan tingkat keterampilan tertentu dan efisiensi otot (Beaulieu, 1980:78). 8) Promosi relakASi mental (DeVries, Wiswell, Bulbulion, & Moritani, 1981:90). 9) Sebuah kesempatan untuk pertumbuhan rohani, meditasi dan evaluasi diri (Alter, 1988:67). 10) kenikmatan pribadi dan gratifikasi. c.
Perhatian dan Pertimbangan dalam Fleksibilitas Pertemuan antara dua atau lebih tulang disebut sendi atau artikulasi.
Menurut Mader (2004:336), “Ada tiga jenis sendi: synarthrodial sendi memungkinkan tidak ada gerakan (seperti di tengkorak), amphiarthrodial sendi memungkinkan gerakan terbatas (seperti di tulang belakang), dan diarthrodial sendi memungkinkan gerakan yang cukup (seperti di lengan dan kaki)”. Diathrodial sendi menjadi perhatian terbesar dalam pelatihan fleksibilitas. Sendi jenis diarthrodial atau sinovial berfungsi untuk menahan tulang dengan aman dan memungkinkan gerakan yang cukup besar. Menurut Kisner (2007:284), “Ujung yang berdekatan dari tulang ditutupi dengan permukaan commit sebagai to user tulang rawan artikular. Tulang menahan beban atau artikular dikenal
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
rawan ini menyerap tekanan dan mencegah keausan langsung pada tulang”. Karakteristik komposisi tulang rawan artikular adalah sesuatu antara padat dan cair. Pengikat dari sendi disebut kapsul ligamentum terpasang kuat ke kedua tulang sendi. Menurut Davies (2007:79), “Kapsuler ligamen dilapisi dengan membran sinovial tipis yang mengeluarkan cairan sinovial ke dalam rongga sendi. Cairan sinovial ini menyediakan makanan untuk tulang rawan artikular dan berfungsi sebagai pelumas pada sendi”. Hal ini menyebabkan berubahnya tegangan tekan ditempatkan pada sendi dari aktivitas fisik untuk stres hidrostatik yang membatasi potensi bahaya untuk sendi. Selain ligamen kapsul, setiap sendi biasanya memiliki beberapa ligamen lainnya yang berfungsi untuk membantu ikatan tulang bersama-sama. Menurut Ketchum (2013:6), “Ligamen adalah pita fibrosa yang kuat yang terbuat dari jaringan yang sama ditemukan dalam kapsul sendi”. Selain membantu untuk mengikat tulang, ligamen berfungsi untuk mencegah dislokasi, dan membatasi beberapa rentang gerakan. Jika sembarangan dilakukan, stretching dapat menyebabkan cedera. Sehingga harus berhati-hati untuk tidak memberikan stretching yang berlebihan, terutama ketika otot spasme. Stretching bukan merupakan aktivitas kompetitif, sehingga tidak disarankan mencoba untuk meniru orang lain yang lebih fleksibel. Jika ada daerah yang terjadi injury, stretching harus membentang dengan hati-hati dan tidak ke rasa sakit, jika tidak maka risiko terjadinya reinjury. Jika merasa sakit selama stretching, nyeri terutama sendi, maka hentikan stretching. Ada beberapa kekhawatiran berlebihan pada fleksibilitas, menurut Harrel (2006:33), “Jika tidak disertai dengan kekuatan otot, kemungkinan dapat terjadi overstretch pada ligamen dan tendon serta meningkatkan kelemahan sendi dan kerentanan terhadap cedera”. Untuk itu adalah bijaksana untuk memperkuat otot-otot sebelum meregangkan, sehingga, lebih optimal dalam manfaatnya dalam kebugaran. d.
Faktor yang Mempengaruhi Fleksibilitas
Beberapa faktor yang mempengaruhi fleksibilitas sendi. Ini termasuk sendi commitotot, to user struktur, jaringan lunak (sendi kapsul, tendon), tidak aktif, suhu otot, usia,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
genetik, jenis kelamin, obesitas, cedera, dan faktor saraf. Menurut Ellis (2006:18), “Kapsul sendi adalah jaringan ikat yang mengelilingi sendi dan memberikan stabilitas sambil mengontrol mobilitas”. Struktur bersama rentang gerak sendi bervariasi dari satu sendi ke lain tergantung pada struktur sendi, kapsul sendi, dan jaringan ikat dari struktur otot-tendon sekitar sendi. Jika sendi struktur sendiri ditentukan rentang gerak, stretching tidak akan efektif, karena hal ini tidak setuju untuk mengubah. Namun, stretching tidak mempengaruhi kisaran gerak jaringan lunak sekitar sendi. 1) Jaringan lunak Otot dan selubung fibrosa pada jaringan ikat, ligamen, tendon, dan kulit di sekitar sendi juga mempengaruhi jangkauan gerak. Menurut Harrel (2006:74), “Diperkirakan bahwa sekitar 47 persen dari total stabilitator untuk stretching adalah disumbangkan oleh ligamen dan struktur sendi, sekitar 41 persen dari jaringan ikat, 10 persen dari tendon, dan 2 persen dari kulit”. Otot mengandung elastin, serabut elastis, dan kolagen, jaringan ikat fibrosa. Seperti karet gelang, ketika meregang, otot sementara memanjang, kemudian kembali ke panjang istirahat mereka. Saat stretching diulang dari waktu ke waktu meningkatkan kemampuan dari otot untuk memperpanjang dengan resistensi yang lebih kecil. 2) Inactivity Secara fisik individu yang aktif cenderung lebih fleksibel dari individu pasif. Mungkin yang paling umum penyebab fleksibilitas rendah adalah gaya hidup. Menurut Hobskin (2005:85), “Dengan tidak digunakannya tubuh, maka tubuh akan menyesuaikan dengan rentang gerak yang terbatas”. Otot dan jaringan ikat menjadi kurang lentur, memperpendek dan melemahkan, meninggalkan seseorang lebih rentan terhadap cedera. 3) Suhu otot Menurut Holt (1970:16), “Stretching lebih mudah dan lebih nyaman jika otot telah menghangat dengan aktivitas otot-otot besar seperti berjalan atau senam ringan”. Ketika otot dingin, mereka kaku dan sulit untuk menerima stretching. Ketika suhu otot meningkat, jaringan ikat menjadi lebih lembut, dan ketahanan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
terhadap stretching sebanyak 20 persen. Panas dengan stretching melonggarkan serabut kolagen dan memungkinkan peningkatan elongasi. Stretching tidak hanya menimbulkan pemanasan otot. Inilah alasannya, meningkatnya suhu otot deep dengan pemanasan yang memadai mungkin lebih penting dalam mengurangi risiko cedera dalam latihan yang mengikuti daripada stretching sendiri. Juga, stretching selama pendinginan memungkinkan kolagen otot untuk restabilize menuju meningkat panjang baru, membuat perubahan yang lebih permanen dan lebih tahan lama. 4) Usia Saat kita beranjak tua, kita cenderung kehilangan fleksibilitas, terkait sebagian untuk mengurangi tingkat aktivitas karena usia dan sebagian karena perubahan
jaringan
ikat
akibat
penuaan.
Sebuah
program
stretching
dapat menangkal penurunan fleksibilitas. Menurut Brilin (2010:23), “Penelitian telah menunjukkan bahwa rentang gerak dapat ditingkatkan pada usia berapa pun, bahkan di tahun 80-an dan 90-an”. 5) Genetika Beberapa orang dapat tampak lebih fleksibel secara alami daripada lain. Menurut Deitrick (1948:11), “Hal tersebut terjadi karena perbedaan dalam struktur sendi dan elastisitas jaringan ikat yang diwariskan dari genetika keluarga”. Bagi beberapa orang yang tidak memiliki genetik fleksibilitas tinggi, dan meskipun tidak mungkin dapat mengubah genetika, kita dapat meningkatkan fleksibilitas dalam jangkauan ditentukan secara latihan gerak. 6) Jenis kelamin Wanita cenderung lebih fleksibel daripada laki-laki di seluruh rentang hidup. Menurut Deitrick (1948:11), “Hal ini karena variasi spesifik gender dalam struktur sendi dan jaringan lunak”. 7) Obesitas Kelebihan lemak tubuh di dalam dan sekitar sendi dan otot bisa memberikan blok mekanik untuk berbagai gerak. Menurut Deforche (2003:45) “Kelebihan jaringan bertindak seperti baji, mencegah gerakan penuh karena commit user jaringan yang berdesakan. Hipertrofi otot to yang berlebihan juga dapat menghambat
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
berbagai sendi bergerak penuh”. Cedera, scar tissue, cedera otot, dan sendi dapat menghasilkan penurunan lingkup gerak, diawali karena rasa sakit dan menjaganya agar tidak berlarut-larut. Kelenturan dapat hilang dari waktu ke waktu karena penurunan gerak yang diakibatkan oleh recovery cedera, menyebabkan otot-otot dan jaringan ikat menjadi spasme dan lemah. Fleksibilitas juga terganggu oleh jaringan parut, yang menimbulkan keketatan, melemahkan, dan mengurangi elastisitas dari jaringan asli. 8) Faktor saraf Ketika otot meregang, otot merangsang muscle spindle dan reseptor stretching yang berada dalam sel-sel otot,. Menurut Cuthbertson (1929:40) “Mereka merasakan jumlah dan kecepatan stretching, dan jika otot kewalahan atau meregang terlalu cepat, mereka mengaktifkan refleks stretching untuk mencegah cedera”. Penyebab berkontraksinya stretching refleks otot adalah untuk mencegah stretching berlebihan pada sendi. Organ Tendon Golgi (GTO), merupakan jenis lain dari reseptor terletak di dalam tendon otot. Tugasnya adalah mendeteksi jumlah ketegangan di otot. Menurut Appleton (1998:290) “Ketika ketegangan yang berlebihan terjadi pada otot, GTO memicu respon stretching refleks terbalik, menyebabkan otot untuk bersantai untuk mencegah cedera. GTO merespon setelah muscle spindle, jika stretching berkelanjutan selama 5 detik atau lebih. Sinyal dikirim oleh GTO tertentu mengesampingkan sinyal oleh muscle spindle, dan menyebabkan otot untuk bersantai, menggarisbawahi efektivitas dari berkelanjutan stretching. Muscle spindle dan GTO memiliki efek yang berlawanan, namun keduanya memantau dan memelihara unit tendon dalam berbagai gerakan yang aman”. Ada beberapa faktor lain yang mempengaruhi fleksibilitas. Jaringan ikat terkait dengan setiap sendi berkontribusi fleksibilitas sendi. Dengan otot rileks, dan mekanisme refleks terlibat sangat minimal. Menurut Krafitz dan Heyward (1995:123), “Sebuah penelitian telah menemukan kontribusi relatif dari jaringan lunak untuk kekakuan sendi menjadi sebagai berikut: kapsul sendi, termasuk commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ligamen (47%), otot dan selubung fasianya (41 %), tendon (10%), dan kulit (2%)”.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Faktor-faktor lain yang mempengaruhi fleksibilitas adalah: 1)
Jenis sendi. Hal ini sangat mapan bahwa fleksibilitas adalah spesifik untuk setiap sendi. Misalnya, penari yang terlatih menunjukkan fleksibilitas unggul dari pergelangan kaki dan kaki tetapi hanya fleksibilitas moderat dalam ekstremitas bagian atas mereka. Derajat berbagai gerakan di sendi juga dipengaruhi oleh struktur sendi dan jenis gerakan yang berperan bersama (yaitu, fleksi-ekstensi, rotasi, adduksiabduksi, pronasi- supinasi, protraksi-retraksi dan circumduksi).
2)
Sejarah Latihan. Menurut (Beaulieu, 1980:32) “Partisipasi dalam olahraga teratur melibatkan berbagai gerak yang pada umumnya meningkatkan fleksibilitas”. Di sisi lain, gaya hidup sering menyebabkan fleksibilitas berkurang.
3)
Suhu. Menurut Butler (1981:60), “Peningkatan suhu tubuh melalui pemanasan atau partisipasi dalam aktivitas fisik akan meningkatkan jangkauan gerak”. Suhu tubuh yang turun berhubungan dengan penurunan fleksibilitas.
4)
Komposisi tubuh. Alter (1988:40) menyebutkan bahwa, “bukti menyebutkan dengan faktor termasuk panjang tangan dan kaki, rentang lengan, tinggi dan berat badan tidak signifikan mempengaruhi rentang gerak”. Sehingga komposisi tubuh secara nyata mempengaruhi fleeksibilitas.
5)
Latihan Resistance. Wickstrom (1963:56) mengemukakan bahwa “Latihan resistensi merupakan latihan yang dijalankan melalui berbagai gerak dapat membantu untuk meningkatkan fleksibilitas seseorang”. Di samping hanya
meningkatkan
fleksibilitas
saja,
mempengaruhi luas dari lingkup gerak sendi. commit to user
kekuatan
tubuh
juga
perpustakaan.uns.ac.id
e.
digilib.uns.ac.id
Jenis Fleksibilitas Banyak orang tidak menyadari fakta bahwa ada perbedaan jenis dari
fleksibilitas. Ini berbagai jenis fleksibilitas dikelompokkan sesuai dengan berbagai jenis kegiatan yang terlibat dalam pelatihan atletik. Yang yang melibatkan gerak disebut dinamis dan statis. Menurut Apleton (1998:131) mengemukakan bahwa perbedaan jenis dari fleksibilitas tersebut adalah: 1) Fleksibilitas dinamis (juga disebut fleksibilitas kinetik) adalah kemampuan untuk melakukan dynamic (atau kinetik) gerakan otot untuk membawa anggota badan melalui penuh rentang gerak pada sendi. 2) Fleksibilitas statis (juga disebut fleksibilitas aktif) adalah kemampuan untuk mengasumsikan dan mempertahankan posisi diperpanjang hanya menggunakan ketegangan dari agonis dan sinergis sedangkan antagonis yang sedang diregangkan. Misalnya, mengangkat kaki dan menjaga tinggi tanpa dukungan eksternal (selain dari otot otot kaki sendiri). 3) Fleksibilitas statis-pasif (juga disebut fleksibilitas pasif) adalah kemampuan untuk mengasumsikan posisi dan kemudian menahan mereka hanya menggunakan berat badan, dukungan anggota badan, atau peralatan lainnya (seperti kursi atau barre).” f.
Pengembangan Fleksibilitas Latihan merupakan langkah yang dilakukan untuk meningkatkan kebugaran.
Latihan fleksibilitas adalah bagian dari program kebugaran. Tujuannya adalah untuk mengembangkan dan mempertahankan lingkup gerak sendi yang memadai untuk kemudahan gerakan di kegiatan sehari-hari. Menurut Kisner (2007:14) memaparkan bahwa “peningkatan fleksibilitas dapat ditentukan dari: frekuensi, intensitas, dan waktu (durasi) dari stretching. Tergantung juga pada sesi dan repetisi, sesi fleksibilitas bisa bertahan 10 sampai 30 menit”. Prinsip Pengembangan fleksibilitas pada dasarnya program reguler stretching dapat menghasilkan perubahan yang bermanfaat dalam otot dan berbagai gerak sendi. Menurut Colberg (2007:65), “untuk mengembangkan program stretching yang efektif, harustomempertimbangkan beberapa prinsip commit user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
mempengaruhi pengembangan fleksibilitas, meliputi progressive overload, spesifisitas, reversibilitas, perbedaan individu, dan keseimbangan”. 1) Progressive Overload Peningkatan dalam kisaran gerak sendi dapat terjadi ketika berkelanjutan stretching menghasilkan elastis dan plastic elongation. Elongasi elastis merupakan pemanjangan sementara pada jaringan halus, terjadi ketika otot ditarik dan kembali ke panjang istirahat. Jaringan ikat dalam dan di sekitar otot memiliki kedua sifat elastis dan plastik. Stretching lebih intens dapat menghasilkan elongasi plastik, yaitu pemanjangan semi permanen jaringan. Setelah stretching dihentikan, perpanjangan elastis dan elongasi plastik tetap. plastic elongation adalah tujuan dari program stretching. Hal ini terbaik diperoleh melalui stretching statis atau lambat, namun berkelanjutan. Lama perpanjangan plastis elongation tergantung dan sebanding dengan jumlah gaya yang diterapkan. Jika jaringan ditarik ke titik stretching maksimal tapi tidak nyeri, jaringan secara bertahap akan rileks dan memanjang, dan membutuhkan lebih sedikit kekuatan untuk mempertahankan panjang baru. Sebuah stretching berkepanjangan diperlukan untuk mencapai elongasi plastis. 2) Spesifisitas Fleksibilitas hanya khusus untuk satu sendi. Fleksibilitas satu tungkai tidak menjamin fleksibilitas dalam tungkai yang lain, dan fleksibilitas pada satu bahu tidak menjamin fleksibilitas punggung bawah. 3) Reversibilitas Seperti komponen kebugaran lain, perubahan fleksibilitas adalah reversibel. Jika seseorang berhenti stretching, dari waktu ke waktu, rentang gerak akan menurun kembali ke kemampuan semula. Kemampuan fleksibilitas dapat hilang dalam waktu kurang lebih 3-4 minggu tanpa stretching. Di sisi lain, fleksibilitas dapat dipertahankan dengan stretching sedikitnya 2-3 hari per minggu. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4) Perbedaan Individual Kemampuan orang bervariasi dalam mengembangkan fleksibilitas. Variasi dalam proporsi kolagen dan elastin di jaringan otot, struktur sendi, panjang otot, dan tendon pada tulang dapat berkontribusi dalam menentukan perbedaan rentang gerak sendi serta sebagai kemampuan untuk meningkatkan jangkauan itu. Dalam genetik endowment, memiliki potensi untuk perbaikan. Sebuah program stretching teratur dapat membantu menyempurnakan dan mempertahankan fleksibilitas. 5) Keseimbangan Kita sering memiliki otot yang lebih kuat di satu sisi tubuh (kanankiri atau depan-belakang). Harus diperhatikan perbedaan fleksibilitas yang bekerja pada masing-masing sisi untuk mempermudah memperbaikinya. Memberikan lebih banyak waktu stretching di daerah yang mengalami kelemahan akan meringankan ketidakseimbangan. 3.
Togok Kegiatan togok yang kuat sangat penting untuk fungsi yang baik bagi tubuh
manusia. Kontrol togok adalah basis yang mendukung gerakan ekstremitas. Ketika togok tidak stabil, gerakan normal pada ekstremitas adalah mustahil. Dengan togok dapat bergerak dan menstabilkan secara efektif, pasien dapat meningkatkan kontrol dari lengan dan kaki mereka. a. Anatomi Struktur Togok Menurut Zain (2010:7), ”Columna vertebralis merupakan pilar utama tubuh dan berfungsi menyangga cranium, gelang bahu, extremitas atas dan dinding thorax serta melalui gelang panggul meneruskan berat badan ke extermitas bawah”. Di dalam rongganya terletak medula spinalis, radix nervus spinalis dan lapisan penutup meningen yang dilindungi oleh columna vertebralis. Sistem tulang dari vertebra cervicalis dari segi bentuknya termasuk tulang pendek, dimana panjang dan lebarnya hampir sama. Keseluruhan dari vertebra akan berderet satu dengan yang lainnya membentuk suatu tiang yang disebut commit to user juga tulang belakang yang terdiri Columna vertebra. Columna vertebra ini disebut
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dari 7 segmen cervical, 12 segmen thorakal, 5 segmen lumbal, 5 segmen sacral dan 1 segmen coccygeus. Struktur columna vertebralis ini sangat fleksibel karena columna ini bersegmen-segmen dan tersusun atas vertebra, sendi-sendi dan bantalan fibrocartilago yang disebut discus intervertebralis. Vertebra servikal, torakal, lumbal bila diperhatikan satu dengan yang lainnya ada perbedaan dalam ukuran dan bentuk, tetapi bila ditinjau lebih lanjut tulang tersebut mempunyai bentuk yang sama. Menurut Cailliet (1981:181), “Fungsi kolumna vertebralis adalah menopang tubuh manusia dalam posisi tegak, yang secara mekanik sebenarnya melawan pengaruh gaya gravitasi agar tubuh secara seimbang tetap tegak”. Korpus vertebrae merupakan struktur yang terbesar karena mengingat fungsinya sebagai penyangga berat badan. Prosesus transverses terletak pada ke dua sisi korpus vertebra, merupakan tempat melekatnya otot-otot punggung. Sedikit ke arah atas dan bawah dari prosesus transverses terdapat fasies artikularis vertebrae dengan vertebrae yang lainnya. Menurut Kuntono (2009:19), “Arah permukaan facet join mencegah/membatasi gerakan yang berlawanan arah dengan permukaan facet join. Pada daerah lumbal facet etak pada bidang vertical sagital memungkinkan gerakan fleksi dan ekstensi ke arah anterior dan posterior. Pada sikap lordosis lumbalis (hiperekstensi lubal) kedua facet saling mendekat sehingga gerakan kalateral, obique dan berputar terhambat, tetapi pada posisi sedikit fleksi kedepan (lordosis dikurangi) kedua facet saling menjauh sehingga memungkinkan gerakan ke lateral berputar”.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 1. Arah pergerakan vertebrae
Gambar 2. Pergerakan facet pada fleksi dan hiperekstensi (Cailliet 1981:178)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 3. Posisi kolumna vertebralis saat melakukan gerakan sederhana. Sesuai dengan gambar di atas, menurut penuturan Kapandji (1974:9), “A=pada saat beristirahat, B=pada saat kolumna teregang, C=pada saat kolumna terkompresi. D=saatekstensi, tulang vertebra di atas bergerak ke arah posterior, sehingga nucleus terdorong ke anterior. E= pada saat fleksi, tulang vertebrae di atas bergerak ke anterior, sehingga nucleus bergerak ke posterior. F= pada saat laterofleksi. G= pada saat terdapat tekanan oblique pada kolumna. H= pada saat rotasi aksial”. Pada gerakan ini sering merobekkan annulus dan, diskus keluar ke posterior melalui robekan annulus”. Bagian lain dari vertebrae, adalah “lamina” dan “pedikel” yang membentuk arkus tulang vertebra, yang berfungsi melindungi foramen spinalis. Prosesus spinosus merupakan bagian posterior dan vertebra yang bila diraba terasa sebagai tonjolan, berfungsi tempat melekatnya otot-otot punggung. Menurut Kuntono (2009:21), “Diantara dua buah buah tulang vertebrae terdapat intervertebralis yang berfungsi sebagai bentalan atau “shock absorbers” bila vertebra bergerak”. Diskus intervertebralis terdiri dari annulus fibrosus yaitu masa fibroelastik yang membungkus nucleus pulposus, suatu cairan gel kolloid yang mengandung mukopolisakarida. Menurut Cailliet (1981:180), “Fungsi mekanik diskus intervertebralis mirip dengan balon yang diisi air yang diletakkan diantara ke dua telapak tangan . Bila suatu tekanan kompresi yang merata bekerja pada vertebrae maka tekanan itu akan disalurkan secara merata ke seluruh diskus intervertebralis. Bila suatu gaya bekerja pada satu sisi yang lain, nucleus polposus akan melawan gaya tersebut secara lebih dominan pada sudut sisi lain yang berlawanan”. Keadaan ini terjadi pada berbagai macam gerakan vertebra seperti fleksi, ekstensi, laterofleksi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 4. Ligamentum longitudinale posterior (Cailliet 1981:184) Gaya yang bekerja pada diskus intervebralis akan makin bertambah setiap individu melakukan gerakan membungkuk, gerakan yang berulang-ulang setiap hari yang hanya bekerja pada satu sisi diskus intervebralis, akan menimbulkan robekan kecil pada annulus fibrosus, tanpa rasa nyeri dan tanpa gejala prodromal. Menurut Cailliet (1981:184), “Ligamentum spinalis berjalan longitudinal sepanjang tulang vertebrae”. Ligamentum ini berfungsi membatasi gerak pada arah tertentu dan mencegah robekan.. Diskus intervebralis dikelilingi oleh ligamentum anterior dan ligamentum posterior. Menurut Luttgens, K., & Hamilton, N (1997:88), “Ligamentum longitudinal anterior berjalan di bagian anterior corpus vertebrae, besar dan kuat, berfungsi sebagai alat pelengkap penguat antara vertebrae yang satu dengan yang lainnya”. Ligamentum longitudinal posterior berjalan di bagian posterior corpus vertebrae, yang juga turut memebntuk permukaan anterior kanalis spinalis. Ligamentum tersebut melekat sepanjang kolumna vertebralis, sampai di daerah lumbal yaitu setinggi L1, secara progresif mengecil, maka ketika mencapai L5– commit to user sacrum ligamentum tersebut tinggal sebagian lebarnya, yang secara fungsional
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
potensiil mengalami kerusakan. Ligamentum yang mengecil ini secara fisiologis merupakan titik lemah dimana gaya statistik bekerja dan dimana gerakan spinal yang terbesar terjadi, disitulah mudah terjadi cidera kinetik. Medulla spinalis dilindungi oleh vertebrae. Radix saraf keluar melalui canalis spinalis, menyilang discus intervertebralis di atas foramen intervertebralis.
Gambar 5. Bangunan anatomis vertebrae (Mancini, 1985:90) Ketika keluar dari foramen intervertebralis saraf tersebut bercabang dua yaitu ramus anterior dan ramus posterior dan salah satu cabang saraf tersebut mempersarafi “face t”. Semua ligamen, otot, tulang dan facet join adalah struktur tubuh yang sensitive terhadap rangsangan nyeri, karena struktur persarafan sensoris.
Gambar 6. Kiri:vertebrae dari samping menggambarkan sikap badan statis. commit1981:169). to user (Cailliet
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Kecuali ligament flavum, discus intervertebralis dan ligamentum interspinosum karena tidak dirawat oleh saraf sensoris. Dengan demikian semua proses yang mengenai struktur tersebut di atas seperti tekanan dan tarikan dapat menimbulkan keluahan nyeri. Tulang belakang mempunyai tiga lengkungan fisiologis yaitu lordosis servikalis, kyphosis thorakalis dan lordosis lumbalis. Bila dilihat dari samping dalam posisi tegak ketiga lengkungan fisiologis ini disebut posture atau sikap (lihat gambar 6). Menurut Appleton (1998:78), “Posture yang baik adalah posture tidak memerlukan tenaga, tidak melelahkan, tidak menimbulkan nyeri, yang dapat dipertahankan untuk jangka waktu tertentu dan secara estetis memberikan penampilan yang dapat diterima”. Disini terjadi keseimbangan antara kerja ligamen dan torus minimal otot.
Gambar 7. Sudut lumbosakral (Cailliet 1981:181) A. sudut lumbosakral pada sikap tegak. B. Dengan bertambahnya sudut lumbosakral. Lordosis lumbalis bertambah. C. Lordosis berkurang dengan mengecilnya sudut lumbosakral Secara keseluruhan posture dipengaruhi oleh keadaan anatomi, suku commit to user bangsa, latar belakang kebudayaan, lingkungan pekerjaan, jenis kelamin, dan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
keadaan psikis seseorang. Menurut Davies (2007:112), “Sudut lumbosakral adalah sudut yang dibentuk oleh permukaan ossakrum dengan garis horizontal. Normal besar sudut lumbosakral (sudut Ferguson) 30 derajat”. Rotasi pelvis ke atas memperkecil sudut lumbosakral sedangkan rotasi pelvis ke bawah memperbesar sudut lumbosakralis. Menurut Deitric (1948:16), “Gerakan ekstensi vertebrae dari vertebrae lumbalis hanya sedikit. Hiperekstensi dicegah oleh Ligamantum longitudinale anterior”. Sedangkan gerakan fleksi 60% - 75% terjadi pada antara L5 dan S1, 20 % - 25 % terjadi antara L4 dan L5 dan 5% - 10% terjadi antara L1 – L4 (terbanyak antara L2 – L4).
Gambar 8. Tempat dan besarnya fleksi pada vertebrae lumbalis (Cailliet, 1981:176) Bila seseorang membungkuk untuk mencoba menyentuh lantai dengan jari tangan tanpa fleksi lutut, selain fleksi dari lumbal harus dibantu dengan rotasi dari pelvis dan sendi koksae. Menurut Cailliet (1981:177), “Perbandingan antara rotasi pelvis dan fleksi lumbal disebut ritme lumbal-pelvis”. Secara singkat punggung bawah merupakan suatu struktur yang kompleks dimana tulang vertebrae, discus commit to user intervertebralis, ligamen dan otot akan akan bekerjasama membuat manusia tegak,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
memungkinkan terjadinya gerakan dan stabilitas. Vertebrae lumbalis berfungsi menahan tekanan gaya static dan gaya kinetik (dinamik) yang sangat besar maka dari itu cenderung terkena ruda paksa dan cedera.
Gambar 9. Ritma Lumbal-pelvis (Cailliet 1981:177) b.
Anatomi Otot Penggerak Togok 1)
Anatomi molekuler otot
Otot bervariasi dalam bentuk dan ukuran, dan bekerja dengan tujuan berbeda-beda. Pada tingkat mikroskopis, semua otot rangka memiliki struktur dasar yang sama. Pada tingkat tertinggi, seluruh otot terdiri dari banyak helai jaringan yang disebut fasikula. Setiap untaian serabut otot terdiri dari kumpulan fasciculi. Menurut Mader (2004:80), “Serabut otot yang pada gilirannya terdiri dari puluhan ribu myofybrils seperti benang, yang dapat berkontraksi, relakASi, dan memanjang”. Myofybril terdiri dari hingga jutaan sarkomer. Setiap sarkomer susun dari protein kontraktil yaitu aktin dan myosin.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 10. Anatomi otot rangka (Mader, 2004:171) 2)
Mekanisme Kontraksi Otot Kontraksi otot dipersarafi dan dirangsang oleh neuron motorik dan akson
di saraf. Menurut Ellis (2006:90), “Akson dari satu motor neuron memiliki beberapa cabang dan dapat merangsang dari beberapa serabut otot dari otot tertentu. Setiap cabang akson berakhir di terminal akson yang terletak dekat dengan sarcolemma dari serabut otot”. Di antaranya, terdapat sebuah celah kecil, yang disebut celah sinaptik, memisahkan akson dari sarcolemma. Seluruh wilayah ini disebut neuromuskular junction. Terminal akson mengandung vesikel sinaptik yang diisi dengan neurotransmitter asetilkolin (Ach).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 11. Mekanisme kontraksi otot (Mader, 2004:170) Ketika saraf impuls bergerak ke neuron motorik dan tiba di terminal akson, vesikula sinaptik melepaskan neurotransmitter ke celah sinaptik. Menurut Mader (2004:170), “Dengan cepat impuls berdifusi melintasi celah dan mengikat reseptor di sarcolemma. Sekarang sarcolemma menghasilkan impuls yang tersebar di sarcolemma dan turun ke tubulus ke retikulum sarkoplasma”. Pelepasan kalsium dari retikulum sarkoplasma menyebabkan filamen dalam sarkomer untuk meluncur melewati satu sama lain. Sarkomer kontraksi. Hasil dalam kontraksi miofibril, yang pada gilirannya menghasilkan serabut otot, dan akhirnya otot berkontraksi. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
3)
digilib.uns.ac.id
Peran aktin dan Myosin Menurut Mader (2004:170), “Benang tropomiosin melayang di sekitar
filamen aktin dan troponin yang berada pada interval sepanjang untaian benang. Ion kalsium (Ca2+) Yang telah dibebaskan dari retikulum sarkoplasma menggabungkan dengan troponin”. Setelah proses pengikatan terjadi, benang tropomiosin menggeser posisi mereka dan berikatan dengan myosin. Kepala globular ganda dari filamen myosin memiliki ATP yang mengikat situs. Menurut Mader (2004:172), “Kepala berfungsi sebagai enzim ATPase, membelah ATP menjadi ADP dan P. Reaksi ini mengaktifkan kepala sehingga mengikat aktin. ADP dan P tetap berada di kepala myosin sampai kepala menyentuh aktin, membentuk lintas jembatan”. Sekarang, ADP dan P dilepaskan, dan membentuk jembatan silang untuk mengubah posisi mereka. Ini adalah kekuatan stroke yang menarik filamen tipis menuju tengah sarkomer. Ketika molekul ATP lain mengikat kepala myosin, jembatan silang terurai dan kepala terlepas dari aktin. Menurut Faiz (2002:94), “Siklus dimulai lagi ketika filamen aktin bergerak lebih dekat ke pusat sarkomer setiap kali siklus ini berulang. Kontraksi berlanjut sampai impuls saraf berhenti dan ion kalsium dikembalikan ke situs penyimpanan mereka”. Membran dari retikulum sarkoplasma mengandung transportasi aktif protein yang memompa ion kalsium kembali ke retikulum sarkoplasma. 4)
Energi untuk Kontraksi otot ATP yang dihasilkan sebelumnya untuk latihan berat berlangsung
beberapa detik, dan kemudian otot memperoleh ATP baru dalam tiga berbeda cara:breakdown fosfat kreatin, respirasi sel, dan fermentasi. Menurut Mader (2004:174), “Breakdown fosfat kreatin dan fermentasi adalah anaerobik, yang berarti bahwa mereka tidak memerlukan oksigen. Creatine Phosphate dipecah menjadi senyawa energi tinggi dibangun ketika otot sedang beristirahat”. Kreatin fosfat tidak dapat berpartisipasi langsung dalam kontraksi otot. Sebaliknya, hal itu dapat menumbuhkan ATP oleh reaksi berikut: commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 12. Pembentukan ATP (Mader, 2004:174) Reaksi ini terjadi di tengah-tengah filamen geser, karena itu adalah cara tercepat untuk membuat ATP untuk otot. Menurut Cantarella (1999:5), “Kreatin fosfat menyediakan energi yang cukup untuk hanya sekitar delapan detik dari aktivitas yang intens”. Kreatin fosfat dibangun kembali ketika otot sedang beristirahat dengan mentransfer gugus fosfat dari ATP ke keratin. Respirasi seluler selesai pada mitokondria menyediakan sebagian besar ATP otot ini. Glikogen dan lemak yang disimpan dalam sel-sel otot. Oleh karena itu, sel otot dapat menggunakan glukosa dari glikogen dan lemak asam dari lemak sebagai bahan bakar untuk menghasilkan ATP jika oksigen tersedia:
Gambar 13. Pembentukan ATP dengan Oksigen (Mader, 2004:174) Mioglobin, merupakan pembawa oksigen mirip dengan hemoglobin, adalah disintesis dalam sel-sel otot, dan kehadirannya merupakan pemberi untuk warna coklat kemerahan dari serat otot rangka. Mioglobin memiliki afinitas yang lebih tinggi untuk oksigen daripada hemoglobin. Oleh karena itu, mioglobin dapat menarik oksigen dari darah dan membuatnya tersedia untuk mitokondria otot yang dibawa pada respirasi seluler. Menurut Mader (2004:174), “Kemampuan mioglobin juga untuk menyimpan oksigen sementara mengurangi otot yang langsung perlu untuk oksigen saat respirasi sel dimulai”. Produk akhirnya adalah karbon dioksida dan air. Karbon dioksida meninggalkan tubuh dari paru-paru, dan air melalui ruang ekstraseluler. Produk lain berupa panas, membuat seluruh tubuh menjadi hangat. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Fermentasi, seperti kerusakan fosfat kreatin, persediaan ATP tanpa mengkonsumsi oksigen. Selama fermentasi, glukosa dipecah ke laktat (asam laktat):
Gambar 14. Pembentukan asam laktat (Mader, 2004:175) Menurut Mader (2004:175), “Akumulasi laktat dalam serat otot membuat sitoplasma lebih asam, dan akhirnya enzim ke fungsi baik. Jika fermentasi terus terjadi lebih dari dua atau tiga menit, akan terjadi spasme dan fatique”. Spasme terjadi karena kurangnya ATP yang dibutuhkan untuk memompa ion kalsium kembali ke retikulum sarkoplasma dan mematahkan hubungan antara aktin dan myosin filamen sehingga serat otot dapat bersantai. Ketika otot menggunakan fermentasi untuk memasok kebutuhan energi, hal itu menimbulkan defisit oksigen. Menurut Appleton (1998:75), “Defisit oksigen jelas terjadi ketika orang terus bernapas berat setelah berolahraga”. Jaringan otak tidak bisa bertahan hampir sepanjang waktu tanpa oksigen, yang dapat dilakukan oleh otot. Untuk mengganti defisit oksigen membutuhkan pengisian persediaan creatine fosfat dan membuang asam laktat. Menurut Harold (2006:342), “Asam dapat diubah kembali menjadi asam piruvat dan dimetabolisme sepenuhnya dalam mitokondria, atau dapat dikirim ke hati untuk merekonstruksi glikogen”. Dibutuhkan sekitar dua hari untuk menggantikan sumber glikogen pada diet tinggi karbohidrat. Orang yang terlatih lebih mengandalkan respirasi selular daripada orang yang tidak terlatih. Pada orang yang terlatih, jumlah mitokondria otot meningkat, dan fermentasi tidak diperlukan untuk menghasilkan ATP. Menurut Cornelius (1998:17), “Mitokondria mereka bisa mulai mengkonsumsi oksigen dengan cepat sehingga konsentrasi ADP mulai naik selama kontraksi otot. Karena mitokondria bisa memecah asam lemak, bukan glukosa, glukosa darah terhindar untuk aktivitas otak”. Otak, tidak commit to user seperti organ lainnya, hanya dapat memanfaatkan glukosa untuk menghasilkan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ATP.) Karena kurang laktat diproduksi pada orang yang terlatih, pH darah tetap stabil, dan defisit oksigen lebih kecil terjadi.
Gambar 15. Pembentukan kembali asam laktat (Mader, 2004:176) 5)
Respon otot Di dalam tubuh, otot dipersarafi untuk kontraksi. Setiap akson dalam saraf
merangsang sejumlah serat otot. Karena semua serat otot dalam unit motor dirangsang sekaligus, baik kontraksi atau tidak. Variabel yang mempengaruhi adalah jumlah otot serat dalam unit motor.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 16. Pengaruh jumlah serat otot terhadap respon otot (Mader, 2004:178) Orang yang unggul dalam fungsi gerak tertentu dapat ditingkatkan dengan berolahraga. Saran utama adalah melaksanakan program latihan sesuai dengan usia. Latihan dan dosisnya disesuaikan untuk stimulasi saraf yang tidak bekerja dengan baik, sehingga serat otot secara bertahap akan berkontraksi dengan maksimal. Aktivitas otot yang kuat dalam waktu lama akan membuat otot bertambah besar karena jumlah miofibril dalam serat otot meningkat. Menurut Colberg (2007:80), “Peningkatan ukuran otot, disebut hipertrofi, terjadi hanya jika kontrak otot untuk setidaknya 75% dari ketegangan maksimum”. Dari peningkatan kinerja otot ini akan meningkatkan kebugaran dari otot tersebut, salah satunya adalah fleksibilitas. Menurut Davies (2007:260), “Serat memiliki daya tahan yang lebih tinggi, walaupun memiliki unit motor neuron dengan jumlah serat kecil”. Serat otot ini membantu dalam kegiatan aerobik seperti jarak jauh berlari, bersepeda, jogging, dan berenang. Karena mereka menghasilkan sebagian besar energi aerobik, mereka akan berkurang kinerjanya ketika pasokan bahan bakar mereka habis. Menurut Kisner (2007: 164), “Serat kontraksi lambat memiliki banyak commit to user mitokondria dan berwarna gelap karena mengandung mioglobin dan pigmen
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pernapasan ditemukan pada otot. Mereka juga dikelilingi oleh pembuluh darah kapiler dan sehingga memberikan lebih banyak darah dan oksigen dari serat kontraksi cepat". Serat kontraksi lambat memiliki tegangan maksimum rendah, yang berkembang lambat, tapi serat otot ini yang sangat tahan terhadap kelelahan. Karena serat kontraksi lambat memiliki cadangan besar glikogen dan lemak, sehingga
mitokondria
berlimpah
dan
dapat
mempertahankan
stabil,
berkepanjangan produksi ATP ketika oksigen tersedia. Kontraksi serat cepat cenderung anaerobik dan tampaknya dirancang untuk kekuatan karena unit motorik mereka mengandung banyak serat. Mereka memberikan ledakan energi dan paling bermanfaat dalam kegiatan olahraga. Kontraksi cepat serat ringan di warna karena mereka memiliki mitokondria lebih sedikit, sedikit atau tidak ada mioglobin, dan pembuluh darah kurang dari serat kontraksi lambat lakukan. Menurut Cuthbertson (1928:15),”Serat kontraksi cepat dapat mengembangkan ketegangan maksimum lebih cepat dari kontraksi lambat serat bisa, dan ketegangan maksimum mereka lebih besar”.
Namun,
ketergantungan mereka pada daun energi anaerobik mereka rentan terhadap akumulasi asam laktat yang menyebabkan mereka kelelahan dengan cepat. 6)
Otot Togok Otot punggung dikelompokkan kesesuai dengan fungsi gerakannya. Pada
dasarnya setiap sendi yang bergerak memiliki otot yang masing-masing memiliki fungsi tertentu dalam menggerakkan sendi tersebut. Menurut Kuntono (2009:17), “Otot yang berfungsi mempertahankan posisi tubuh tetap tegak dan secara aktif mengekstensikan vertebrae lumbalis adalah: M. quadraus lumborum, M. sacrospinalis, M. intertransversarii dan M. interspinalis. Otot fleksor lumbalis adalah muskulus abdominalis mencakup: M. obliqus eksternus abdominis, M. internus abdominis, M. transversalis abdominis dan M. rectus abdominis, M. psoas mayor dan M. psoas minor. Otot latero fleksi lumbalis adalah M. quadratus lumborum, M. psoas mayor dan minor, kelompok M. abdominis dan M. intertransversarii. Di samping itu juga berperan group otot togok yaitu M. semimembranosus, M. semitendinosus, dan M. biceps femoris. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Jadi dengan melihat fungsi otot di atas otot punggung di bawah berfungsi menggerakkan punggung dan membantu mempertahankan posisi tubuh berdiri. 4.
Latihan Fisik Latihan kondisi fisik (physical conditioning) memegang peranan yang
sangat penting untuk mempertahankan atau meningkatkan derajat kesegaran jasmani (physical fitness). Menurut Moeloek (1984:7), “Derajat kesegaran jasmani seseorang sangat menentukan kemampuan fisiknya dalam melaksanakan tugas sehari-hari”. Semakin tinggi derajat kesegaran jasmani seseorang semakin tinggi pula kemampuan kerja fisiknya. Dengan kata lain, hasil kerjanya kian produktif jika kesegaran jasmaninya kian meningkat. Orang yang memiliki tingkat kesegaran jasmani yang baik akan terhindar dari kemungkinan cedera yang biasanya sering terjadi jika seseorang melakukan kerja fisik yang berat. Kurangnya daya tahan, fleksibilitas persendian, kekuatan otot, dan kelincahan merupakan penyebab timbulnya cedera. Menurut Kisner (2007:86), “Hal ini disebabkan program latihan kondisi fisik yang dilakukan seseorang tidak sempurna sebelum melaksanakan kegiatan fisik yang lebih berat”. Setiap orang membutuhkan kesegaran jasmani yang baik agar ia dapat melaksanakan pekerjaannya dengan efisien dan efektif tanpa mengalami kelelahan yang berarti. Kesegaran jasmani adalah kesanggupan dan kemampuan tubuh melakukan penyesuaian (adaptasi) terhadap, pembebanan fisik yang diberikan kepadanya (dari kerja yang dilakukan sehari-hari) tanpa menimbulkan kelelahan yang berlebihan. Menurut Ferrando (1997:4), “Program latihan kondisi fisik perlu direncanakan secara sistematis. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kesegaran jasmani dan kemampuan ergosistem tubuh”. Proses latihan kondisi fisik yang dilakukan secara cermat, berulang-ulang dengan kian hari meningkat beban latihannya, akan meningkatkan kebugaran jasmani. Hal ini akan menyebabkan seseorang kian kuat dan efisien dalam gerakannya. Menurut Kisner (2007:86), “Para ahli olahraga berpendapat, bahwa seseorang yang mengikuti program commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
latihan fleksibilitas secara intensif selama 4-8 minggu akan memiliki fleksibilitas yang jauh lebih baik”. Latihan fisik memiliki macam-macam bentuk. Terdiri dari 10 bentuk latihan dasar, yaitu : a.
Daya Tahan (Endurance), dalam Unsur-unsur kebugaran jasmani dalam hal Daya Tahan dikenal dua macam daya tahan, diantaranya: 1)
Daya tahan umum (general endurance) adalah kemampuan seseorang dalam mempergunakan sistem jantung, paru-paru dan peredaran darahnya secara efektif dan efisien untuk menjalankan kerja secara terus menerus yang melibatkan kontraksi sejumlah otot-otot dengan intensitas tinggi dalam waktu yang cukup lama.
2)
Daya tahan otot (local endurance) adalah kemampuan seseorang dalam mempergunakan ototnya untuk berkontraksi secara terusmenerus dalam waktu yang relatif lama dengan beban tertentu.
b.
Daya Ledak Otot (muscular Explosive power) adalah kemampuan otot atau sekelompok otot melakukan kerja secara eksplosif. Dalam hal ini dapat dinyatakan bahwa daya ledak (power) = kekuatan (strenght) × kecepatan (velocity).
c.
Kekuatan Otot (Strength) adalah komponen kondisi fisik seseorang tentang kemampuannya dalam mempergunakan otot untuk menerima beban sewaktu bekerja.
d. Kecepatan (Speed)adalah kemampuan seseorang untuk mengerjakan gerakan berkesinambungan dalam bentuk yang sama dalam waktu sesingkat-singkatnya. Seperti dalam lari cepat, pukulan dalam tinju, balap sepeda, panahan dan lain-lain. Hal ini merupakan kecepatan gerak dan eksplosif. e.
Kelincahan (Agility) adalah kemampuan seseorang mengubah posisi diarea tertentu. Seseorang yang mampu mengubah satu posisi yang berbeda dalam kecepatan tinggi dengan koordinasi yang baik, berarti kelincahannya cukup baik. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
f.
digilib.uns.ac.id
Koordinasi
(Coordination)
adalah
kemampuan
seseorang
mengintegrasikan bermacam-macam gerakan yang berbeda kedalam pola gerakan tunggal secara efektif. g. Keseimbangan
(Balance)
adalah
kemampuan
seseorang
mengendalikan organ-organ syaraf otot, seperti dalam hand stand atau dalam mencapai keseimbangan sewaktu seseorang sedang berjalan kemudian terganggu (misalnya tergelincir). h. Ketepatan
(Accuracy)
adalah
kemampuan
seseorang
untuk
mengendalikan gerak-gerak bebas terhadap suatu ASaran. ASaran dapat merupakan suatu jarak atau mungkin suatu objek langsung yang harus dikenai dengan salah satu bagian tubuh. i.
Reaksi (Reaction) adalah kemampuan seseorang untuk segera bertindak lewat indera, syaraf atau feeling lainnya.
j.
Kelenturan (Flexibility) adalah kemungkinan gerak maksimal yang dapat dilakukan oleh suatu persendian, meliputi hubungan antara bentuk persendian (tulang yang berbentuk sendi), otot, tendo, ligamen dan kapsul sendi.
Fleksibilitas optimal memungkinkan sekelompok atau satu sendi untuk bergerak dengan efisien.
Latihan fleksibilitas adalah komponen latihan yang
penting dilakukan untuk mengoptimalkan fungsi gerak tubuh. Berikut akan dibahas lebih lanjut tentang latihan fleksibilitas. 5. Latihan Fleksibilitas Fleksibilitas sering mengacu kepada ruang gerak sendi atau sendi-sendi tubuh. Ruang gerak sendi dipengaruhi oleh otot-otot, tendo dan ligamen. Definisi fleksibilitas adalah “kemampuan dari sebuah persendian untuk melakukan gerak melalui luas gerak yang penuh” (Damien Davis, 1986: 39). Fleksibel atau tidaknya seseorang ditentukan oleh luas atau sempitnya ruang gerak sendisendinya dan elastis atau tidak otot-ototnya. Orang yang kaku atau tidak elastis, biasanya terbatas ruang gerak sendi-sendinya. Elastisitas otot (berarti juga fleksibilitas) akan berkurang kalau orang lama tidak latihan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Karakteristik fleksibilitas dapat dicermati dari segi: komponen pembentuk dan faktor yang mempengaruhinya, pengukuran, metode peningkatannya, serta jenis dan fungsinya dalam kegiatan olahraga. Clark dalam (Rushall & Pyke, 1990:275) mengusulkan “tiga faktor yang mempengaruhi pengembangan fleksibilitas yaitu jenis latihan, pemanasan dan panjang atau lamanya waktu bertahan terhadap efek rangsangan fleksibilitas”. Menurut Damien Davis (1986:39), “faktor-faktor yang mempengaruhi fleksibilitas yaitu: tipe atau jenis persendian, elastisnya otot-otot, elastisnya ligamen dan capsule, bentuk tubuh, temperatur otot, jenis kelamin, umur, atau usia, tebal kulit, dan tulang”. Jenis atau metode latihan untuk mengembangkan fleksibilitas dapat dilakukan melalui latihan-latihan peregangan otot dan latihan-latihan memperluas ruang gerak persendian. Rushall at el (1990: 275-284) menjelaskan “Active Stretching (AS) ,Proprioeptive Neuromuscuar Facilitation Stretching (PNF) adalah metode yang sudah diterima dan dapat digunakan dalam olahraga”. Dua jenis peregangan tersebut dapat digunakan untuk memperoleh sejumlah manfaat. Metode AS dan PNF disarankan hendaknya digunakan pertama kali dalam melakukan peregangan otot untuk melatih fleksibiltas. Ketika dilakukan dengan benar, peregangan dapat memberikan lebih dari sekedar peningkatan fleksibilitas. Menurut M. Alter, manfaat dari peregangan meliputi: a. Fitness fisik ditingkatkan b. Kemampuan untuk belajar dan melakukan gerakan-gerakan terampil ditingkatkan c. Meningkat relaksasi mental dan fisik d. Pengembangan ditingkatkan kesadaran tubuh e. Mengurangi risiko cedera pada sendi, otot, dan tendon f. Mengurangi nyeri otot g. Mengurangi ketegangan otot h. Meningkat kekenyalan karena stimulasi produksi bahan kimia yang melumasi jaringan ikat. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Sayangnya, peregangan tidak selalu dilakukan dengan baik dan karenanya tidak semua memperoleh manfaat yang maksimal. Beberapa kesalahan yang paling umum dibuat ketika peregangan adalah: a. Tidak tepat dalam pemanasan b. Tidak seimbang antara latihan dengan pemanasan dan pendinginan c. Peregangan berlebihan d. Melakukan latihan yang salah e. Melakukan latihan di urutan yang salah (atau sub-optimal) Jenis program peregangan umum digunakan diklasifikasikan dalam empat kategori umum: pasif, balistik, statis dan fasilitasi neuromuskuler proprioseptif (PNF). Teknik peregangan pasif dilakukan dengan kekuatan luar. Balistik peregangan cukup populer di tahun 1970-an, tetapi digunakan terutama oleh atlet karena risiko yang lebih besar dari cedera dan efisiensi yang lebih rendah dibandingkan dengan teknik peregangan lainnya. Dengan balistik dan peregangan pasif ada kebutuhan untuk mengontrol berbagai faktor untuk memastikan keselamatan, membatasi aplikasi dari teknik ini. Saat ini, dua metode yang paling diterima meningkatkan fleksibilitas adalah teknik statis dan PNF. Sampai saat ini, teknik tidak telah ditunjukkan untuk menjadi lebih unggul untuk meningkatkan rentang gerak. Setiap metode beroperasi pada premis bahwa untuk meningkatkan fleksibilitas dan mencegah risiko
cedera,
otot
yang
membentang
harus
sesantai
mungkin.
Statis, merupakan teknik fleksibilitas yang paling umum digunakan dan sangat aman dan efektif. Dengan teknik ini, sebuah kelompok otot atau otot secara bertahap membentang ke titik batasan, dan kemudian biasanya diadakan di posisi itu selama 15 sampai 30 detik. Menurut Taylor et al,1990: 4 mengemukakan bahwa peningkatan yang signifikan dalam fleksibilitas menggunakan empat set 15-20 detik per peregangan. PNF peregangan teknik juga sangat efektif untuk meningkatkan fleksibilitas. Teknik-teknik PNF commit dikembangkan to user oleh Dr Herman Kabat di tahun
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1950 sebagai bagian dari pekerjaan terapeutik dengan pasien yang menderita kelumpuhan dan penyakit otot. Selama bertahun-tahun konsep PNF ini dan modifikasi, diperkenalkan, dan telah diterapkan oleh banyak pelatih pribadi dan instruktur kebugaran dengan siswa. Dengan instruksi yang tepat, teknik PNF juga telah terbukti aman dilaksanakan kepada siswa (Kravitz, 1980:187). Teknik PNF stretching adalah teknik hold relax dan contract relax yang dapat dimodifikasi dan digunakan baik secara individu atau dengan pasangan terampil. Dengan adanya teknik latihan fleksibilitas terbaru yang memiliki keamanan dan hasil yang baik untuk meningkatkan fleksibilitas, maka peneliti menggunakan ketiga teknik tersebut yaitu active stretching, hold relax, dan contract relax sebagai berikut : a.
Active stretching Menurut Appleton (1998:145), “Stretching aktif adalah salah satu
di mana subyek menggerakkan ke suatu posisi dan kemudian menahan di sana tanpa bantuan selain menggunakan kekuatan otot agonis”. Aktif stretching yang meningkatkan fleksibilitas dan memperkuat otot-otot agonistik. Dosis pemberian stretching cukup dengan menahan selama 10 detik sampai 15 detik. Selama
bertahun-tahun,
dalam
melatih,
menguatkan
dan
pengkondisian profesional menyarankan atlet untuk melakukan stretching sebelum aktivitas fisik untuk mencapai dua tujuan: pertama, untuk meningkatkan kinerja, dan kedua, untuk mengurangi risiko cedera. Menurut Holt (1970:14), “Stretching telah meningkatkan kinerja karena beberapa alasan, termasuk memaksimalkan lingkup gerak sendi”. Sebagai contoh kurang fleksibilitas yang cukup di grup otot togok dan illiopsoas akan membuat tungkai tidak mampu mempertahankan panjang langkah yang optimal, sehingga mengurangi kecepatan. Kurangnya fleksibilitas dapat mengakibatkan gerakan yang canggung atau tidak terkoordinasi. Menurut Shellock dan Prentice (1985:240), “Kinerja puncak commitditosetiap user acara olahraga membutuhkan
perpustakaan.uns.ac.id
seseorang
digilib.uns.ac.id
untuk
mempertahankan
biomekanik
tertentu
untuk
memaksimalkan kecepatan, efisiensi, atau kekuasaan”. Dengan demikian, perubahan biomekanik terkait dengan gerakan tidak terkoordinasi mungkin seolah-olah memiliki efek pada kinerja. Menurut Cuthbertson (1980:76), “Stretching juga telah menganjurkan sebagai sarana untuk mencegah cedera pada Unit musculotendinous (MTU). MTU terdiri dari kedua aktif elemen kontraktil (serat otot) dan elemen pasif (tendon)”. Sebagai bergerak bersama melalui rentang yang lebih besar gerak, atau sebagai kekuatan yang lebih besar diterapkan pada Unit otot-tendon, tendon lebih compliant dapat menyerap sejumlah besar energi, sehingga melindungi elemen kontraktil aktif dan mengurangi cedera pada serat otot. Oleh karena itu, bahwa MTU lebih compliant akan mampu menahan gaya tarik yang lebih besar, yang pada gilirannya akan bermanfaat dalam hal pengurangan cedera. ini adalah didukung oleh fakta bahwa cedera ketegangan otot cenderung terjadi selama eksentrik fase kontraksi otot, ketika diterapkan pada MTU sangat besar, dan yang paling sering terlihat di insersio dan origo otot - otot yang melintasi dua sendi dan rentan terhadap tingkat yang lebih besar dari stretching. Beberapa studi juga telah menunjukkan bahwa individu dengan fleksibilitas rendah lebih mungkin untuk mengalami cedera dalam bentuk strain otot. Meningkatkan kepatuhan dari MTU tampaknya akan menjadi cara untuk mengurangi insiden cedera. Dari berbagai metode stretching yang efektif meningkatkan jangkauan gerak, jenis yang paling umum adalah stretching. Menurut Holt (1970:612), “Stretching melibatkan perlahan bergerak bersama untuk titik akhir dari rentang gerak, biasanya didefinisikan sebagai titik sebelum timbulnya rasa sakit”. National Strength dan Cooling Asosiation (NSCA) merekomendasikan stretching harus ditahan selama 30 detik. Menurut Perrier (2009:9), “Edisi terbaru dari Pedoman Resep to user Latihan dan Pengujian, daricommit Amerika College of Sports Medicine (ACSM),
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
merekomendasikan stretching harus ditahan selama 15 sampai 30 detik, dan berpendapat bahwa tidak ada perbaikan lebih lanjut dalam fleksibilitas terlihat terakhir 30 detik”. Metode stretching statis adalah menguntungkan karena beberapa alasan:itu adalah sederhana untuk belajar, dapat dilakukan secara individual, dan efektif dalam meningkatkan lingkup gerak sendi. Meskipun prevalensi stretching sebelum kegiatan, ada sedikit bukti yang mendukung bahwa stretching statis meningkatkan kinerja atletik, dan stretching mengurangi insiden cedera muskuloskeletal. Bahkan, banyak dari literatur terbaru menunjukkan bahwa stretching statis, yang dilakukan sebelum kegiatan atletik, mungkin benar-benar meningkatkan kinerja. Dasar dari latihan fleksibilitas untuk Kebugaran adalah warming up dan cooling down. Untuk dasar fleksibilitas kebugaran, dilakukan program latihan stretching penuh seperti pada Gambar. Tahan masing-masing 10 sampai 30 detik dan ulangi setidaknya empat kali. Sesi latihan fleksibilitas yang harus dilakukan secara rutin:
Gambar 17 Active stretching pada togok (Harrel, 2006:76) Sesi latihan active stretching yang akan digunakan adalah gerakan ke arah fleksi trunk. Langkah awal stretching aktif adalah dengan fleksi dengan posisi duduk dan tungkai lurus. Lalu membungkuk ke depan dari pinggang, jari tangan terentang semakin dekat dengan jari-jari kaki. Jika commit to jari-jari user pada awal latihan belum mencapai kaki, jangan khawatir karena
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
stretching ini dapat meningkatkan panjang secara bertahap untuk membangun fleksibilitas tambahan. Tahan posisi sampai satu menit dan kemudian bangkit dengan kembali datar. Menurut Colberg (2007:68), “Pengalaman menunjukkan bahwa elastisitas otot berkurang sesudah masa tak aktif yang panjang. Sebaliknya, stretching otot yang teratur rupanya dapat meningkatkan elastisitas otot”. Dwijowinoto (1993:43) memaparkan bahwa “Tujuan latihan fleksibilitas adalah untuk memaksimalkan elastisitas otot”. Oleh karena itu agar elastisitas otot dapat diperoleh dengan hasil yang maksimal, maka latihan untuk meningkatkan fleksibilitas sangat diperlukan, sebab fleksibilitas seseorang dapat menurun apabila tidak dilatih. b. Teknik PNF Pengertian PNF menurut salah satu ahli, Alim (2000:4) adalah “fasilitasi pada sistem neuromuskuler dengan merangsang propioseptif. PNF terdiri atas dasar konsep, bahwa kehidupan ini adalah sederetan reaksi atas sederetan rangsangan-rangsangan yang diterimanya”. Manusia dengan cara yang demikian akan dapat mencapai bermacam-macam kemampuan motorik. Bila ada gangguan terhadap mekanisme neuromuskuler tersebut berarti seseorang tidak dalam kondisi untuk siap bereaksi terhadap rangsangan-rangsangan yang akan datang sehingga dia tidak mampu untuk bereaksi ke arah yang tepat seperti yang dia kehendaki. Metode ini berusaha memberikan rangsangan-rangsangan yang sesuai dengan reaksi yang dikehendaki, yang pada akhirnya akan dicapai kemampuan atau gerakan yang terkoordinasi. Arti facilitation adalah membuat lebih mudah/ kemudahan. Sehingga kita
dapat
memberikan
tindakan
dengan
efisien
dengan
selalu
memperhatikan ketepatan dan fungsi gerakan yang dilakukan pasien. Propioceptive, dengan metode PNF akan semakin diperkuat dan diintensifkan rangsangan-rangsangan spesifik melalui reseptor sendi commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
(propioseptif). Neuromuscular, juga meningkatkan respons dari sistem neuromuskuler. Lewat rangsangan-rangsangan tadi kita berusaha untuk mengkaktifkan kembali mekanisme latent dan cadangan-cadangannya dengan tujuan utama untuk meningkatkan kemampuan ADL. Tinjauan secara Fisiologis mengenai PNF stretching adalah proprioseptor. Proprioseptor adalah receptor yang mendeteksi perubahan di dalam alat itu sendiri. Menurut Perrier (2009:18), “Setiap perubahan dalam otot selalu dideteksi oleh proprioceptors untuk diinformasikan ke susunan syaraf pusat, dan dari susunan syaraf pusat dikeluarkan instruksi untuk menyesuaikan kondisi otot”. Dari kondisi ini timbul gerak tubuh baru untuk disesuaikan dengan seluruh rangkaian gerak tubuh secara sistemik. Peran dari proprioceptors adalah mengirimkan aliran informasi secara
terus
menerus
(konstan)
kepada
susunan
syaraf
pusat.
Proprioceptors ini terletak pada otot, tendon, dan sambungan-sambungan termasuk di sekitar jaringan pelindung seperti kapsul, ligamen, serta selaput-selaput lain dan dalam labirin dari telinga dalam. Proprioceptors dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian, yaitu : Muscle proprioceptors yang terdiri dari muscle spindle dan golgi tendon organs,
joint
and
skin
proprioceptors,
labyrinthine
and
neck
proprioceptors. Menurut Perrier (2009:18), “Dari ketiga proprioceptors tersebut, maka yang berperan terhadap daya regang otot adalah muscle proprioceptors, yang terdiri dari muscle spindle dan golgi tendon organs”. Jadi setiap proses pergerakan tidak lepas dari peranan muscle spindle dan golgi tendo organs. Muscle Spindle. Muscle spindle terletak di dalam otot. Muscle spindle merupakan suatu receptor yang menerima rangsang dari regangan otot. Menurut Deforche (2003:434), “Regangan yang cepat akan menghasilkan impuls yang kuat pada muscle spindle. Rangsangan yang kuat akan menyebabkan refleks commitmuscle to userspindle yaitu mengirim impuls ke
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
spinal cord menuju jaringan otot dengan cepat, menyebabkan kontraksi otot yang cepat dan kuat”. Muscle spindle sangat berperan dalam proses pergerakan atau pengaturan motorik. Peran muscle spindle dalam pengaturan motorik adalah : a) Mendeteksi perubahan panjang serabut otot. b) Mendeteksi kecepatan perubahan panjang otot. Sebetulnya muscle spindle bekerja sebagai suatu pembanding dari panjang kedua jenis serabut otot intrafusal dan ekstrafusal. Menurut Robbins (2009:14), ”Bila panjang serabut ekstrafusal jauh lebih besar daripada panjang serabut intrafusal, maka spindle menjadi terangsang untuk berkontraksi. Sebaliknya, bila panjang serabut ekstrafusal lebih pendek daripada serabut intrafusal, maka spindle menjadi terinhibisi (keadaan yang menyebabkan refleks seketika untuk menghambat terjadinya kontraksi otot)”. Jadi spindle tersebut dapat dirangsang atau dihambat. Meregangkan suatu kelompok otot hendaknya jangan dilakukan secara tiba-tiba. Sebab apabila stretching otot dilakukan secara tiba-tiba akan merangsang muscle spindle dan ini menyebabkan refleks regang. Refleks muscle spindle sering disebut refleks regang atau refleks myotatik. Hal ini disebabkan karena stretching otot tersebut merangsang muscle spindle sehingga menyebabkan kontraksi otot yang bersangkutan. Menurut Ferrando (1997:9), “Golgi Tendon Organs (GTO). GTO adalah stretching receptor yang terletak di dalam tendon otot tepat di luar perlekatannya pada serabut otot tersebut. Refleks GTO bias terjadi akibat tegangan otot yang berlebihan”. Sinyal-sinyal dari GTO merambat ke medula spinalis yang menyebabkan terjadinya hambatan respon (negative feed-back) terhadap kontraksi otot yang terjadi. Hal ini untuk mencegah terjadinya sobekan otot sebagai akibat tegangan yang berlebihan. Menurut Sady (1982:262), “Refleks GTO merupakan pelindung untuk mencegah terjadinya sobekan otot, namun dapat juga bekerja sama commit to user seluruh kontraksi otot dalam dengan muscle spindle untuk mengontrol
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pergerakan tubuh. Sedangkan peran golgi tendon organs dalam proses pergerakan atau pengaturan motorik adalah mendeteksi ketegangan selama kontraksi otot atau stretching otot”. Namun antara golgi tendon organs dengan muscle spindle ada perbedaan fungsi. Muscle spindle berfungsi untuk mendeteksi perubahan panjang serabut otot, sedangkan golgi tendon organs berfungsi mendeteksi ketegangan otot. Sinyal dari golgi tendon organs dihantarkan ke medula spinalis untuk menyebabkan efek refleks pada otot yang bersangkutan. Efek inhibisi dari golgi tendon organs menyebabkan rileksasi seluruh otot secara tiba-tiba. Menurut Kisner (2007:43), “Efek inhibisi terjadi pada waktu kontraksi atau regangan yang kuat pada suatu tendon. Keadaan ini menyebabkan suatu refleks seketika yang menghambat kontraksi otot serta tegangan dengan cepat berkurang. Pengurangan tegangan ini berfungsi sebagai suatu mekanisme protektif untuk mencegah terjadinya robek pada otot atau lepasnya tendo dari perlekatannya ke tulang”. PNF Stretching adalah teknik umum yang digunakan dalam lingkungan atletik dan klinis untuk meningkatkan baik ROM aktif dan pasif dengan maksud untuk mengoptimalkan kinerja motoris dan rehabilitasi. Menurut Adler (2008:267), “PNF stretching adalah teknik yang paling efektif untuk stretching ketika tujuannya adalah untuk meningkatkan fleksibilitas, khususnya di sehubungan dengan perubahan jangka pendek dalam ROM”. 1)
Contract relax Merupakan salah satu teknik stretching yang digunakan untuk
meningkatkan penurunan rentang gerak pasif. Menurut Rothwell (1994:72), “Terapis atau pasien menggerakkan sendi atau segmen tubuh ke akhir rentang gerak, lebih diutamakan gerak aktif atau gerak melawan tahanan. Terapis meminta pasien untuk kontraksi sekuat mungkin dari otot membatasi atau pola (antagonis) dengan dosis selama 5-8 detik dan dapat diulang selama 8 kali setiap sesi commit to user maksimal dapat akan memicu latihan”. Perpanjangan kontraksi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
perubahan
struktural
di
aktin-myosin
kompleks.
Hal
ini
menyebabkan terjadinya peningkatan elastisitas jaringan otot. Gerakan yang dilakukan untuk terapis dimaksudkan untuk memastikan bahwa semua otot yang dimaksud telah berkontraksi. Setelah waktu yang diperlukan, terapis menyampaikan bahwa pasien relaks, lalu terapis dan pasien relaks. Menurut Adler (2008:272), “Kedua sendi atau bagian tubuh yang telah direposisi, baik aktif oleh pasien atau pasif oleh terapis, akan diperoleh lingkup gerak sendi (ROM) yang baru dan lebih luas. Teknik diulang sampai lingkup gerak sendi (ROM) maksimal”. Latihan aktif resisted dari grup otot agonis dan antagonis otot di lingkup gerak sendi (ROM) yang baru mengakhiri kegiatan latihan. 2) Hold Relax Pengertian Hold Relax menurut Alim (2000:8), “Merupakan suatu teknik dimana kontraksi isometris mempengaruhi otot antagonis yang mengalami pemendekan, yang akan diikuti dengan hilang atau kurangnya ketegangan dari otot-otot tersebut”. Menurut Adler
(2008:269),
“Teknik
ini
merupakan
teknik
yang
mengembalikan pola melawan antara grup otot antagonis dan pola kebalikan atau grup otot agonis”. Tujuan utama pelaksanaan teknik ini adalah untuk meningkatkan lingkup gerak sendi (ROM) pasif dan mengurangi nyeri. Untuk meningkatkan lingkup gerak sendi (ROM), terapis atau pasien menggerakkan segmen sendi ke arah gerakan maksimal sendi, dalam hal ini diutamakan gerakan aktif. Pada akhir gerakan, terapis harus memastikan bahwa akhir batas gerakan tidak sampai melewati batas nyeri. Menurut Adler (2008:280), “Terapis memberikan instruksi untuk berkontraksi secara isometric pada pola grup
otot
antagonisdengan
melawan
tahanan
terapis
lalu
menahannya hingga 5-8 detik. Kontraksi dan tahanan semakin commit toTidak user ada gerakan yang ditimbulkan ditingkatkan perlahan-lahan.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dari subyek maupun terapis”. Setelah menahan kontraksi sampai waktu yang telah ditentukan, terapis menginstruksikan subyek untuk relaks. Sendi yang dituju diberikan tambahan lingkup gerak sendi (ROM) secara aktif. Ulangi langkah tersebut hingga terjadi penambahan lingkup gerak sendi. c.
Program Latihan Program latihan merupakan dasar dilakukannya suatu latihan untuk
mengatasi kondisi tertentu. Program latihan meliputi berbagai komponen yaitu : 1)
Intensity : merupakan ukuran kesungguhan dalam melakukan latihan yang tepat pelaksanaannya. Apabila kita dapat menjalankan secara penuh sesuai dengan kemampuan ini berarti kita menjalankan intensity 100% (maksimal). Tingkat intensity dapat dibedakan : 100 % atas lebih (110%) – super maximal 100% penuh – maxsimal 80% s/d 99% – sub maximal 60% s/d 79% - medium 59% s/d ke bawah – law (rendah)
2)
Volume :jumlah beban yang dinyatakan dengan satuan jarak, waktu, berat, jumlah beban latihan.
3)
Duration :lamanya waktu latihan seluruhnya (penuh) setelah dikurangi dengan waktu yang dipergunakan untuk istirahat.
4)
Frequency :beberpa kali suatu latihan dilakukan setiap minggunya :dua kali, tiga kali atau enam kali. Cepat dan lambatnya suatu latihan dilakukan setiap set atau setiap elemen latihan juga merupakan frequency. Seringnya ulangan yang dilakukan setiap set atau elemen latihan disebut :density.
5)
Ritme :merupakan irama dari latihan, misalnya :berat dan ringannya suatu latihan atau tinggi rendahnya latihan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
Dosis
digilib.uns.ac.id
Active stretching
Contract Relax
Hold Relax Adler
(Nelson, 2007:8)
Adler (2008:280)
(2008:280)
Tahanan 5-13 detik
5-8 detik
5-8 detik
Rest
10 detik
10 detik
10 detik
Repetisi
8 kali
3 kali
3 kali
Sesi
3 sesi
3 sesi
3 sesi
Tabel 1. Program Latihan 6. Adolescent Istilah adolescent atau remaja berasal dari kata latin adolescare (kata bendanya, adolescentia yaitu remaja) yang berarti “tumbuh” atau “tumbuh menjadi dewasa” (Bobak, 2004:43). Menurut Rumini dan Sundari (2004:52), “Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak dengan masa dewasa yang mengalami perkembangan semua aspek atau fungsi untuk memasuki masa dewasa”. Masa remaja adalah masa transisi antara masa anak dan dewasa, dimana terjadi pacu tumbuh (growth spurt), timbul ciri-ciri seks sekunder, tercapai fertilitas dan terjadi perubahan-perubahan psikologik serta kognitif (Soetjiningsih, 2004:3). Tingkatan usia adolescent menurut para ahli berbeda-beda. Menurut Hurlock (1999: 70) tingkatan usia remaja dibagi menjadi 2, yaitu adolescent awal usia 13-16 tahun dan remaja akhir usia 16-18 tahun. Tingkatan adolescent menurut Monks (1999) mengemukakan bahwa terdiri dari 3, yaitu adolescent awal usia 12-15 tahun, adolescent pertengahan usia 15-18 tahun, dan adolescent akhir usia 18-21 tahun. Menurut Sarwono (2001:41), “WHO menetapkan batas usia remaja dalam 2 bagian yaitu remaja awal 10-12 tahun dan remaja akhir 15-20 tahun”. Namun beliau juga mengemukakan bahwa adolescent dibagi menjadi 3 tingkatan yaitu adolescent awal usia 11-15 tahun, adolescent pertengahan usia 1518 tahun, dan adolescent akhir usia 18-24 tahun. Pedoman umum remaja di Indonesia menggunakan batasan usia 11-24 tahun dan belum menikah. Dengan pembatasan usia adolescent yang berbedabeda, peneliti memilih pembatasan adolescent commit to user akhir usia 18-24 tahun menurut
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Sarwono (2004:41). Alas an pemilihan usia tersebut adalah di batasan usia adolescent akhir adalah masa pematangan perkembangan secara maksimal dilihat secara fisiologis, namun fenomena yang terjadi adalah inactive pada kelompok adolescent ini menyebabkan perkembangan mereka mengalami hambatan sehingga dengan adanya pemberian latihan pada penelitian ini semoga dapat memperbaiki perkembangan yang mengalami gangguan. a. Perkembangan Pada Remaja Perkembangan yang terjadi pada remaja meliputi berbagai aspek, di antaranya menurut Hurlock (1999:65), “Perkembangan fisik, perubahan emosional, perubahan sosial, perubahan moral dan perubahan kepribadian”. 1) Perkembangan fisik pada remaja Masa remaja, pertumbuhan fisik berlangsung sangat pesat. Menurut Al-Mighwar (2006:1), “Perkemban/gan seksualitas remaja, ditandai dengan dua ciri yaitu ciri seks primer dan ciri seks sekunder”. Menurut Depkes RI (2002:4), “Ciri-ciri seksualitas primer pada remaja dibedakan atas jenis kelamin yaitu laki-laki dan perempuan. Remaja lakilaki ditandai dengan telah berfungsinya organ reproduksi yakni dengan adanya mimpi basah yang umumnya terjadi pada usia 10-15 tahun”. Hal ini terjadi akibat organ testis telah mulai memproduksi sperma. Sperma yang telah dikeluarkan jika kantungnya telah penuh sementara pada remaja putri ditandai dengan adanya peristiwa menstruasi (menarche). Menstruasi pertama ini menandakan bahwa remaja putri sudah siap untuk hamil. Menurut Depkes RI (2002:6), “Ciri-ciri seks sekunder pada remaja dibedakan atas jenis kelamin yaitu laki-laki dan perempuan. Remaja lakilaki ditandai dengan berubahnya otot-otot tubuh, lengan, dada, paha dan kaki tumbuh menjadi kuat”. Menurut Al-Mighwar (2006:7), “Selain hal-hal tersebut, di sekitar daerah alat kelamin tumbuh rambut yang mulanya hanya sedikit dan halus berwarna terang lalu menjadi gelap lebih kasar dan agak kering, juga tumbuh bulu pada betis dan dada. Terjadi perubahan suara, kulit menjadi lebih kasar dan pori-pori meluas sedangkan pada remaja putri ditandai commit to user dengan membesarnya pinggul, buah dada dan putting susu
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
semakin tampak menonjol. Tumbuh rambut dikemaluan, ketiak, lengan dan kaki serta kulit wajah. Terjadinya perubahan suara dari suara kanak-kanak menjadi lebih merdu (melodious). Kelenjar keringat lebih aktif, kulit menjadi lebih kasar dan pori-pori bertambah besar”. Menurut Muhammad (2014:12), “Perubahan Eksternal Perubahan yang terjadi dan dapat dilihat pada fisik luar anak. Perubahan tersebut ialah: a) Tinggi Badan Rata-rata anak perempuan mencapai tinggi matang pada usia antara tujuh belas dan delapan belas tahun, rata-rata anak laki-laki kira-kira setahun setelahnya. Perubahan tinggi badan remaja dipengaruhi asupan makanan yang diberikan, pada anak yang diberikan imuniASi pada masa bayi cenderung lebih tinggi dari pada anak yang tidak mendapatkan imuniASi. Anak yang tidak diberikan imuniASi lebih banyak menderita sakit sehingga pertumbuhannya terhambat. b) Berat Badan Perubahan berat badan mengikuti jadual yang sama dengan perubahan tinggi badan, perubahan berat badan terjadi akibat penyebaran lemak pada bagian-bagian tubuh yang hanya mengandung sedikit lemak atau bahkan tidak mengandung lemak. Ketidak seimbangan perubahan tinggi badan dengan berat badan menimbulkan ketidak idealan badan anak, jika perubahan tinggi badan lebih cepat dari berat badan, maka bentuk tubuh anak menjadi jangkung (tinggi kurus), sedangkan jika perubahan berat badan lebih cepat dari perubahan tinggi badan, maka bentuk tubuh anak menjadi gemuk gilik / gembrot (gemuk pendek). c) Proporsi Tubuh Berbagai anggota tubuh lambat laun, mencapai perbandingan yang tubuh yang baik. Misalnya badan melebar dan memanjang sehingga anggota badan tidak lagi kelihatan terlalu pandang. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
d) Organ Seks Baik laki-laki maupun perempuan organ seks mengalami ukuran matang pada akhir masa remaja, tetapi fungsinya belum matang sampai beberapa tahun kemudian. Perubahan Internal Perubahan yang terjadi dalam organ dalam tubuh remaja dan tidak tampak dari luar. Perubahan ini nantinya sangat mempengaruhi kepribadian remaja. Perubahan tersebut adalah: a) Sistem Pencernaan Perut menjadi lebih panjang dan tidak lagi terlampau berbentuk pipa, usus bertambah panjang dan bertambah besar, otot-oto di perut dan dinding-dinding usus menjadi lebih tebal dan kuat, hati bertambah berat dan kerongkongan bertambah panjang. b) Sistem Peredaran Darah Jantung tumbuh pesat selama masa remaja, pada usia tujuh belas atau delapan belas, beratnya dua belas kali berat pada waktu lahir. Panjang dan tebal dinding pembuluh darah meningkat dan mencapai tingkat kematangan bilamana jantung sudah matang. c) Sistem Pernafasan Kapasitas paru-paru anak perempuan hampir matang pada usia tujuh belas tahun ; anak laki-laki mencapat tingkat kematangan baru beberapa tahun kemudian. d) Sistem Endokrin Kegiatan gonad yang meningkat pada masa puber menyebabkan ketidak seimbangan sementara dari seluruh sistem endokrin pada masa awal puber. Kelenjar-kelenjar seks berkembang pesat dan berfungsi, meskipun belum mencapai ukuran yang matang sampai akhir masa remaja atau awal masa dewasa e) Jaringan Tubuh commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Perkembangan kerangka berhenti rata-rata pada usia delapan belas tahun. Jaringan selain tulang, khususnya bagi perkembangan otot, terus berkembang sampai tulang mencapai ukuran yang matang”. 2) Perkembangan pada remaja yang kedua adalah perubahan emosional. Masa remaja dianggap sebagai periode badai dan tekanan, yaitu suatu masa dimana ketegangan emosi meninggi, sebagai akibat dari perubahan fisik dan kelenjar. Emosi remaja yang sangat kuat, tidak terkendali dan tampak irasional pada umumnya dari tahun ke tahun terjadi perbaikan perilaku emosional. Menurut Gesell dalam Hurlock (1999:267 ), “Remaja seringkali mudah ramah, mudah dirangsang dan emosinya cenderung meledak tidak berusaha mengendalikan perasaannya”. Remaja tidak lagi mengungkapkan amarahnya dengan cara gerakan amarah yang meledak-ledak, melainkan dengan menggerutu, tidak mau berbicara atau dengan suara keras mengkritik orang-orang yang menyebabkan amarah. Remaja juga iri hati terhadap orang yang memiliki benda lebih banyak. 3) Perkembangan pada remaja yang ketiga adalah perubahan social. Salah satu tugas perkembangan masa remaja yang tersulit adalah berhubungan dengan penyesuaian sosial. Menurut Hurlock (1999:268), “Remaja harus menyesuaikan diri dengan lawan jenis dalam hubungan yang sebelumnya belum pernah ada dan harus menyesuaikan dengan orang dewasa diluar lingkungan keluarga dan sekolah”. Untuk mencapai tujuan dari pola sosialisasi dewasa, remaja juga harus membuat banyak penyesuaian baru yaitu penyesuaian diri dengan pengaruh kelompok sebaya, perubahan dalam perilaku sosial, nilai-nilai baru dalam seleksi persahabatan, nilai-nilai baru dalam dukungan dan penolakan sosial serta nilai-nilai baru dalam seleksi pemimpin. 4) Perkembangan yang terjadi pada remaja keempat adalah perubahan moral. Menurut Kuh (2005:224),”Salah satu tugas perkembangan penting yang harus dikuasai remaja adalah mempelajari apa yang diharapkan oleh kelompok dan kemudian mau membentuk perilakunya agar sesuai dengan commit to userdiawasi, didorong, dan diancam harapan sosial tanpa terus dibimbing,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
hukuman seperti yang dialami waktu anak-anak”. Remaja diharapkan mengganti konsep-konsep moral yang berlaku khusus dimasa kanak-kanak dengan prinsip moral yang berlaku umum dan merumuskannya ke dalam kode moral yang akan berfungsi sebagai pedoman bagi perilakunya. 5) Perkembangan pada remaja yang terakhir adalah perubahan kepribadian. Masa awal remaja, anak laki-laki dan perempuan sudah menyadari sifat-sifat yang baik dan yang buruk mereka juga menilai sifatsifat ini sesuai dengan sifat teman-teman mereka. Remaja sadar akan peran kepribadian dalam hubungan-hubungan sosial dan terdorong untuk memperbaiki kepribadiannya dengan cara membaca buku-buku atau tulisan-tulisan mengenai masalahnya dengan harapan meningkatkan dukungan social. Kondisi – Kondisi yang Mempengaruhi Pertumbuhan Fisik Remaja Pertumbuhan fisik erat hubungannya dengan kondisi remaja. Kondisi yang baik berdampak baik pada pertumbuhan fisik remaja, demikian pula sebaliknya. Adapun kondisi-kondisi yang mempengaruhi sebagai berikut : a) Pengaruh Keluarga Pengaruh
Keluarga
meliputi
faktor
keturunan
maupun
faktor lingkungan. Karena faktor keturunan seorang anak dapat lebih tinggi atau panjang dari anak lainnya, sehingga ia lebih berat tubuhnya, jika ayah dan ibunya atau kakeknya tinggi dan panjang. Faktor lingkungan akan membantu menentukan tercapai tidaknya perwujudan potensi keturunan yang dibawa dari orang tuanya. b)
Pengaruh Gizi Anak yang mendapatkan gizi cukup biasanya akan lebih tinggi
tubuhnya dan sedikit lebih cepat mencapai taraf dewasa dibadingkan dengan mereka yang tidak mendapatkan gizi cukup. Lingkungan juga dapat memberikan pengaruh pada remaja sedemikian rupa sehingga menghambat atau mempercepat potensi untuk pertumbuhan dimasa remaja. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
c)
digilib.uns.ac.id
Gangguan Emosional Anak
yang
sering
mengalami
gangguan
emosional
akan
menyebabkan terbentuknya steroid adrenal yang berlebihan dan ini akan membawa akibat berkurangnya pembentukan hormon pertumbuhan di kelenjar pituitary. Bila terjadi hal demikian pertumbuhan awal remajanya terhambat dan tidak tercapai berat tubuh yang seharusnya. d)
Jenis Kelamin Anak laki cenderung lebih tinggi dan lebih berat dari pada anak
perempuan, kecuali pada usia 12 – 15 tahun. Anak perempuan baisanya akan sedikit lebih tinggi dan lebih berat dari pada laki-laki-laki. Hal ini terjadi karena bentuk tulang dan otot pada anak laki-laki berbeda dengan perempuan. Anak perempuan lebih cepat kematangannya dari pada lakilaki . e)
Status Sosial Ekonomi Anak yang berasal dari keluarga dengan status sosial ekonomi
rendah, cenderung lebih kecil dari pada anak yang bersal dari keluarga dengan tingkat ekonomi rendah. f)
Kesehatan Kesehatan amat berpengaruh terhadap pertumbuhan fisik remaja.
Remaja yang berbadan sehat dan jarang sakit, biasanya memiliki tubuh yang lebih tinggi dan berat disbanding yang sering sakit. g)
Pengaruh Bentuk Tubuh Perubahan psikologis muncul antara lain disebabkan oleh
perubahan-perubahan fisik. Menurut Brilin (2010:8), “Diantara perubahan fisik yang sangat berpengaruh adalah; pertumbuhan tubuh (badan makin panjang dan tinggi), mulai berfungsinya alat-alat reproduksi (ditandai dengan haid pada perempuan dan”mimpi pertama” pada anak laki-laki), dan tanda-tanda kelamin kedua yang tumbuh”. b.
Kemampuan Gerak Masa Remaja (Adolescent)
Kurangnya aktivitas fisik jelas telah terbukti menjadi faktor risiko untuk commit user yang kurang aktif dan kurang fit penyakit kardiovaskular dan kondisi lain.toOrang
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
memiliki risiko lebih besar terkena tekanan darah tinggi. Studi oleh Hobskins, (2005:476) menunjukkan bahwa “Orang yang aktif secara fisik cenderung untuk mengembangkan penyakit jantung koroner dibandingkan mereka yang tidak aktif. Orang kelebihan berat badan atau obesitas aktif secara fisik secara signifikan mengurangi risiko penyakit dengan aktivitas fisik secara teratur”. Fakta-fakta tentang gaya hidup tidak aktif, ribuan kematian akibat setiap tahun karena kurangnya aktivitas fisik secara teratur. Tidak aktif cenderung meningkat dengan usia. Perempuan lebih mungkin untuk melakukan gaya hidup aktif dibandingkan pria. Penurunan aktivitas fisik dapat berkontribusi untuk mengubah komposisi tubuh dalam beberapa cara. Menurut Kuh (2005:224), “Massa otot menurun sementara massa lemak meningkat”. Komposisi tubuh dan Kegiatan fisik di 54 laki-laki dan 75 perempuan selama periode 10 tahun menunjukkan bahwa tingkat yang lebih rendahnya dari aktivitas fisik tingkat hilangnya otot dipercepat karena kurangnya beraktivitas. Perubahan-perubahan dalam penampilan gerak pada masa adolesensi cenderung mengikuti perubahan-perubahan dalam ukuran badan, kekuatan, dan fungsi fisiologis. Perbedaan-perbedaan dalam penampilan keterampilan gerak dasar antara kedua jenis kelamin semakin meningkat, anak laki-laki menunjukan terus
mengalami
peningkatan,
sedangkan
anak
perempuan
menunjukan
peningkatan yang tidak berarti, bahkan menurun setelah umur menstruasi. Hal tersebut dilihat dari berbagai gerakan, seperti lari, lompat jauh tanpa awalan, dan melempar jarak jauh. Anak perempuan mencapai hasil maksimal dalam lari pada usia 13 tahun, dan menunjukan sedikit perubahan dalam melempar dan melompat sesudah umur tersebut. Menurut Espenchade (1960:66), “Pertumbuhan yang cepat pada laki-laki memberikan keuntungan dalam ukuran dan bentuk tubuh, kekuatan, dan fungsi fisiologis yang memberikan kemudahan dalam penampilan fisik selama masa adolesensi”. Menurut studi yang dilakukan oleh Vincent (1968:441), “Anak perempuan mencapai skor terbaik dalam ketepatan melempar, memantulkan ketembok dan commit user lompat tinggi penampilan terbaik melempar jarak jauh pada usia 15,3 tahun,tountuk
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pada usia 14,4 tahun, sedangkan siswa putri yang sehat dan segar mencapi skor tertinggi dalam lompat pada umur 18,4 tahun”. Penampilan fisik sesudah pubertas lebih banyak dipengaruhi oleh lingkungan kebudayaan. Menurut pemaparan Sugiyanto (2015:45), “Penampilan gerak anak perempuan dalam keterampilan dasar cenderung menurun sebelum mencapai kematangan biologis, kira-kira 3 tahun sebelum kematangan tulang sebaliknya anak laki-laki terus mengalami peningkatan penampilan geraknya dengan bertambahnya kematangan tulang”. Kecepatan matang secara biologis laki-laki adanya hubungan dengan penampilan gerak. Umumnya anak laki-laki masa pubertas meningkat secara terus menerus dan teratur dalam lari dan melompat, tetapi sediki terlambat dalam lemparan, hal ini berhubungan dengan serangkaian pertumbuhan fisik, seperti tungkai yang memanjang, pinggul yang melebar sebelum pengembangan bagian pundak. Menurut Suharjana (2013:1), “Dalam lompat jauh tanpa awalan, menggantung dengan lengan ditekuk, berbaring duduk (sit-up) dengan lutut ditekuk anak laki-laki umur 10-16 tahun menunjukkan peningkatan yang berbeda. Peningkatan penampilan tertinggi untuk lompat jauh tanpa awalan terjadi antar umur 14-15 tahun dan umur 11-12 tahun untuk lengan menggantung dan sit-up. Peningkatan maksimum lompat jauh tanpa awalan dan menggantung bertepatan dengan puncak percepatan pertumbuhan tinggi badan, sendangkan peningkatatan pada sit-up 1 tahun sebelum puncak percepatan pertumbuhan tinggi badan”. Peningkatan yang lebih cepat pada anggota badan sehingga secara mekanika memberikan keuntungan dalam melakukan sit-up karena togok relative lebih pendek. 7.
Jenis kelamin Dari penelitian awal Cuthbertson dan Deitrick et al dalam Ferrando
(1997:807), “studi yang lebih baru, salah satu yang paling konsisten dan efek direproduksi dari inactive berkepanjangan adalah peningkatan ekskresi nitrogen. Meskipun studi awal gagal membedakan antara peningkatan laju degradasi protein dan penurunan laju sintesis protein, itu baik diakui bahwa sumber ekskresi commit to user nitrogen meningkat adalah otot rangka”.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Studi awal imobiliASi inactive oleh Cuthbertson dan Deitrick (1929:1328) menunjukkan peningkatan pengecilan otot ditandai oleh ekskresi nitrogen meningkat. Secara bersama-sama, data ini menunjukkan bahwa perubahan dalam metabolisme protein selama periode imobiliASi menyebabkan dari penurunan aktivitas otot. Pemecahan protein seluruh tubuh tidak dipengaruhi oleh imobiliASi. Shangraw et al (1929:1329) “meneliti efek dari inactive lebih dari 7 hari pada indeks metabolisme protein di 6 pria (usia: 21-28 tahun). Mereka menemukan bahwa inactive person meningkatkan ekskresi nitrogen dan mengakibatkan kerugian kumulatif rata-rata 6,3 g nitrogen, dan pencitraan resonansi magnetik dari bagian belakang dan ekstremitas bawah mengungkapkan penurunan 1-4% dalam volume otot”. Mereka mengamati tidak ada peningkatan pemecahan protein seluruh tubuh. Data ini sekaligus memberikan bukti bahwa peningkatan nitrogen dan otot kehilangan mengakibatkan dari penghambatan sintesis protein. Ferrando et al (1997:808) mengemukakan bahwa “Pada adolescent, inactive mulai dari 14 hari mengakibatkan hilangnya seluruh tubuh nitrogen, dengan kehilangan terbesar selama minggu kedua inactive. Kaki dan seluruh tubuh mengalami penurunan massa otot. Sintesis pecahan protein mengalami penurunan sebesar 46%”. Sedangkan Symmons TB (2009:36), “Hilangnya protein tubuh dengan aktivitas didominasi karena penurunan di sintesis protein otot. Sejumlah kecil aktivitas mungkin cukup untuk meredam hilangnya otot, seperti dalam peningkatan kekuatan otot (meningkatkan produksi tenaga)”. Pertumbuhan yang cepat pada laki-laki memberikan keuntungan dalam ukuran dan bentuk tubuh, kekuatan dan fungsi fisiologis yang memberikan kemudahan dalam penampilan fisik selama masa adolesensi. Menurut studi oleh Brilin (2010:35), “Koordinasi gerak pada anak laki-laki pada awal pubertas mengalami perubahan sedikit sekali, tetapi sesudah itu perkembangannya semakin cepat. Sedangkan anak perempuan sudah tidak berkembang sesudah umur 14 tahun”. Kelincahan wanita dewasa kurang baik dibandingkan wanita muda atau anak-anak. Terjadinya penurunan kelincahan sesudah umur 14 tahun, adanya commit user fleksibilitas keseimbangan bagi sedikit perubahan terjadi penurunan padatokontrol
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
perempuan. Terutama pada masa puber berat badan akan bertambah sehingga mempengaruhi terhadap penampilan gerak perempuan. Kombinasi
gerak
anak
laki-laki
pada
awal
pubertas
mengalami
perkembangan sedikit sekali tetepi setelah itu perkembangannya semakin cepat. Ada hubungan yang besar antara keseimbangan dinamik dengan penilaian kemampuan fisik anak laki-laki usia SMP. Perubahan pesat yang terjadi pada masa adolesensi seperti tambahnya fisik,kekuatan dan proporsi tubuh berpengaruh terhadap pengaturan
syaraf
gerak,yang berakibat menurunnya beberapa
kemampuan gerak untuk keseimbangan. Proses penyesuaian integrasi fungsi syaraf gerak memerlukan waktu cukup lama hal ini berpengaruh merugikan terhadap kehilangan koordinasi gerak.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
B. Penelitian Yang Relevan
1.
Menurut Sharman et al tahun 2006, Fasilitasi neuromuskuler proprioseptif (PNF) stretching adalah teknik yang umum digunakan dalam lingkungan atletik dan klinis untuk meningkatkan baik aktif dan pasif lingkup gerak sendi (ROM) dengan maksud untuk mengoptimalkan kinerja motor dan rehabilitasi. PNF stretching diposisikan dalam literatur sebagai teknik stretching yang paling efektif ketika tujuannya adalah untuk meningkatkan ROM, khususnya di sehubungan dengan perubahan jangka pendek dalam ROM. Dengan pertimbangan heterogenitas yang seluruh PNF diterapkan stretching, ringkasan temuan menunjukkan bahwa PNF teknik stretching mencapai keuntungan terbesar dalam ROM, misalnya memanfaatkan kontraksi otot yang berlawanan untuk menempatkan target otot pada stretching, diikuti oleh kontraksi statis otot ASaran. Kontraksi pemendekan otot yang berlawanan (antagonis) tampaknya memiliki dampak terbesar pada peningkatan ROM. Ketika termasuk kontraksi statis otot ASaran, ini perlu diadakan selama kurang lebih 3 detik pada tidak lebih dari 20% dari kontraksi sukarela maksimal. Perubahan terbesar dalam ROM umumnya terjadi setelah pengulangan pertama dan untuk mencapai perubahan yang lebih permanen di ROM, PNF kebutuhan stretching harus dilakukan sekali atau dua kali per minggu. Perubahan ROM dengan PNF stretching lebih menghasilkan dibandingkan dengan teknik stretching lainnya secara tradisional (active atau passive stretching) yang dikaitkan dengan autogenik dan/atau penghambatan timbal balik.
2.
Menurut penelitian Fetri Rahmiati Tahun 2013 dalam Pengaruh Active stretching Dan Hold Relax Stretching Terhadap Fleksibilitas Otot Hamstring Pada Pemain Futsal, menunjukkan adanya hubungan antara latihan active stretching dan Hold Relax stretching pada otot hamstring. Pada uji beda pengaruh mendapatkan hasil bahwa Hold Relax stretching lebih berpengaruh terhadap peningkatan fleksibilitas dibandingkan dengan commit to user active stretching.
perpustakaan.uns.ac.id
3.
digilib.uns.ac.id
Menurut Fredericus Suharjana tahun 2013 dalam Perbedaan Pengaruh Hasil Latihan Peregangan Statis Dan Dinamis Terhadap Kelentukan Togok Menurut Jenis Kelamin Anak Kelas 3 Dan 4 Sekolah Dasar diperoleh bahwa terdapat pengaruh yang berbeda secara signifikan antara latihan peregangan statis dan dinamis pada kelentukan togok anak kelas 3 dan 4 sekolah dasar. Dan menurut jenis kelamin diperoleh tidak ada perbedaan kelentukan togok antara anak laki-laki dan perempuan kelas 3 dan 4 sekolah dasar. Dan interaksi antara hasil latihan peregangan dan jenis kelamin terhadap kelentukan togok didapatkan tidak terdapat interaksi antara hasil latihan peregangan dan jenis Sex terhadap kelentukan togok anak kelas 3 dan 4 sekolah dasar.
4.
Menurut penelitian Terzian dan Moore tahun 2009 dalam Physical Inactivity In U.S. Adolescents: Family, Neighborhood, And Individual Factors menyebutkan bahwa Kekhawatiran tentang aktivitas fisik di kalangan pemuda AS telah meningkat dalam beberapa tahun terakhir, dalam studi ini menunjukkan bahwa beberapa remaja (sekitar satu dari tiga) terlibat dalam aktivitas fisik, sedangkan yang lain tidak. Faktor individu yang dapat berkontribusi untuk masalah ini, seperti menonton televisi dan penggunaan rokok, peran keluarga dan lingkungan pengaruh mungkin memainkan telah sebagian besar belum diselidiki. Data laporan dari Survei Nasional 2003 Kesehatan Anak (NSCH) untuk mengidentifikasi keluarga, lingkungan, dan faktor individu memiliki pengaruh pada aktivitas remaja. Salah satu temuan kunci adalah bahwa, dibandingkan dengan remaja cukup dan sangat aktif, remaja
rendah-aktif
(yaitu,
mereka
yang
tidak
berolahraga
atau
berpartisipasi dalam olahraga sama sekali) lebih mungkin untuk memiliki orang tua yang tidak berolahraga. Temuan lain, tidak mengherankan, adalah bahwa remaja dengan tingkat keaktifan rendah lebih mungkin dibandingkan yang remaja aktif memiliki kelebihan berat badan dan gangguan kebugaran fisik untuk menghabiskan banyak waktu terlibat dalam media elektronik seperti televisi dan komputer. Dapat disimpulkan bahwa faktor lingkungan to user menyebabkan menurunnyacommit aktivitas sehari-hari sehingga kebugarannya
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
menjadi lebih rendah pada adolescent yang pasif dibandingkan dengan adolescent yang aktif dewasa ini. 5.
Func et al tahun 2003 dalam Impact of Prior Exercise on Hamstring Flexibility:A Comparison of Proprioceptive Neuromuscular Facilitation and Static Stretching bahwa penelitian ini membandingkan 5 menit dari peregangan statis dan proprioseptif fasilitasi neuromuskuler (PNF) pada fleksibilitas hamstring dilakukan dengan dan tanpa latihan. Empat puluh mahasiswa-atlet berpartisipasi dalam latihan berulang, diimbangi desain eksperimental. Dalam kelompok perbandingan menunjukkan bahwa PNF menghasilkan (p <0,05) peningkatan yang signifikan dalam fleksibilitas setelah 60 menit latihan bila dibandingkan dengan awal (9,6%) dan tanpa olahraga (7,8%). Tidak ada perbedaan yang diamati dengan peregangan statis sepanjang waktu. Selain itu, tidak ada perbedaan yang diamati antara kelompok pada setiap titik waktu. Hasil menunjukkan bahwa PNF dilakukan setelah latihan ditingkatkan fleksibilitas hamstring akut, dan menerapkan PNF peregangan rutin mengikuti latihan dapat meningkatkan praktik peregangan saat ini di antara atlet.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
C. Kerangka Berpikir
1. Apakah ada perbedaan pengaruh latihan contract relax, Hold Relax, dan active stretching terhadap peningkatan fleksibilitas togok pada adolescent? Contract relax dan Hold Relax adalah teknik latihan PNF (Proprioseptive Neuromuscular Facilitation) stretching. Teknik PNF stretching diterapkan pada penelitian, ditemukan bahwa PNF teknik stretching mencapai keuntungan terbesar dalam peningkatan fleksibilitas, karena mekanisme kontraksi pada otot yang memendek, diikuti oleh kontraksi statis pada teknik contract relax dan kontraksi isometric pada teknik Hold Relax tampak memiliki dampak terbesar pada peningkatan fleksibilitas. Ketika kontraksi pada otot ASaran, selama kurang lebih 3 detik. Perubahan terbesar dalam fleksibilitas terjadi setelah pengulangan pertama dan untuk mencapai perubahan yang lebih permanen di ROM, PNF stretching harus dilakukan sekali atau dua kali per minggu. Perubahan ROM yang PNF hasilkan dibandingkan dengan teknik active stretching secara tradisional dikaitkan dengan autogenik dan / atau hambatan timbal balik (Sharman, 2006:77). PNF stretching (atau fasilitasi otot proprioseptif) adalah salah satu bentuk yang paling efektif dari pelatihan fleksibilitas untuk meningkatkan rentang gerak (Cornelius et al, 1980:79). Sementara ada beberapa variasi PNF stretching, yang memiliki satu kesamaan yaitu mereka memfasilitasi inhibisi otot. Hal ini diyakini bahwa ini adalah mengapa PNF lebih unggul bentuk lain dari pelatihan fleksibilitas (Sady et al, 1982:263). Kedua tindakan otot isometrik dan konsentris diselesaikan sebelum bantuan pasif stretching untuk mencapai penghambatan autogenik - relakASi refleks yang terjadi pada otot yang sama di mana organ Golgi tendon dirangsang. Sering kontraksi isometrik disebut sebagai 'pegangan' dan kontraksi otot konsentris (Tanigawa et al, 1972:732). Teknik yang sama melibatkan konsentris pada kelompok otot yang berlawanan dengan yang sedang diregangkan untuk mencapai inhibisi timbal balik-relakASi otot refleks yang terjadi pada otot yang berlawanan otot di mana organ Golgi tendon dirangsang (Holt et al, 1970:615). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
Contract
digilib.uns.ac.id
relax
stretching
merupakan
salah
satu
teknik
dalam
proprioceptive neuromuscular fascilitation (PNF) yang melibatkan kontraksi isometric dari otot yang mengalami spasme/ketegangan yang diikuti fase relakASi kemudian diberikan stretching secara pasif dari otot yang mengalami ketegangan tersebut. Biasanya contract relax stretching ditujukan pada otot-otot mobilitas. Alasan penerapan teknik ini adalah bahwa kontraksi isometrik yang diberikan sebelum stretching dari otot yang mengalami ketegangan akan menghasilkan rilekASi sebagai hasil dari autogenic inhibition. Pada contract relax stretching, ketika otot berkontraksi mencapai initial stretching, maka kebalikannya stretching reflex membuat otot tersebut menjadi relakASi (reverse innervation), dimana relakASi ini membantu menurunkan berbagai tekanan dan siap untuk melakukan stretching selanjutnya (Irfan, 2012:12). 2. Apakah ada perbedaan peningkatan fleksibilitas togok antara adolescent lakilaki dan perempuan? Sejak lahir sampai pubertas, perbedaan jenis Sex terus berlangsung tidak hanya segi fisik, tetapi juga aspek psikologis. Perbedaan yang paling penting terjadi kadar proses pematangan. Perempuan tumbuh lebih cepat daripada anak laki-laki, memasuki masa pubertas lebih awal dan berhenti tumbuh lebih awal sampai dua tahun daripada anak laki-laki. Perubahan-perubahan dalam penampilan gerak pada masa adolesensi cenderung mengikuti perubahanperubahan dalam ukuran badan, kekuatan, dan fungsi fisiologis. Perbedaanperbedaan dalam penampilan keterampilan gerak dasar antara kedua jenis kelamin semakin meningkat, anak laki-laki menunjukan terus mengalami peningkatan, sedangkan anak perempuan menunjukan peningkatan yang tidak berarti, bahkan menurun setelah umur menstruasi. Anak perempuan mencapai hasil maksimal dalam lari pada usia 13 tahun, dan menunjukan sedikit perubahan dalam melempar dan melompat sesudah umur tersebut. Pertumbuhan yang cepat pada laki-laki memberikan keuntungan dalam ukuran dan bentuk tubuh, kekuatan, dan fungsi fisiologis yang memberikan kemudahan dalam penampilan fisik selama masa adolesensi. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dengan perkembangan yang maksimal ini, seharusnya remaja (adolescent) tidak memiliki permasalahan yang mendasar pada otot dan tulangnya. Tetapi, dengan menurunnya aktivitas yang mereka lakukan sehari-hari, itulah yang menyebabkan inbalance pada otot-ototnya sehingga menyebabkan penurunan fleksibilitas togoknya. Hasil analisis dari data NSCH menunjukkan bahwa perilaku pasif dan tidak berolahraga adalah perilaku terpisah tetapi terkait. Pertama, hanya 1 dari 20 remaja yang pasif, sementara lebih dari 8 di 20 tidak berpartisipasi dalam olahraga. Dari data tersebut, dapat dilihat bahwa kepasifan adolescent jaman sekarang akan mempengaruhi dalam kebugaran, terutama fleksibilitasnya. Perbedaan mendasar yang terdapat pada laki-laki dan perempuan yang menyebabkan terjadinya perbedaan dalam pengaruhnya saat diberikan latihan, terutama latihan fleksibilitas adalah pada struktur anatomisnya. Pada perempuan, memiliki struktur anatomis otot yang lebih lembut dan jaringan lemak yang tebal sehingga menyebabkan mudah dilatih untuk meningkatkan fleksibilitas. Pada lakilaki, struktur otot yang lebih padat dan kuat menyebabkan lebih sulit dalam melatih fleksibilitasnya. Laki-laki cenderung lebih mudah untuk dilatih kekuatan, kelincahan, ataupun kecepatan dibandingkan dengan latihan fleksibilitas. Hal inilah yang menyebabkan terjadi perbedaan dalam pengaruh latihan antara jenis kelamin laki-laki dan perempuan. 3. Apakah ada pengaruh interaksi antara jenis latihan (latihan contract relax, Hold Relax, dan active stretching) dengan jenis kelamin terhadap peningkatan fleksibilitas togok? Proprioseptor adalah receptor yang mendeteksi perubahan di dalam alat itu sendiri. Setiap perubahan dalam otot selalu dideteksi oleh proprioceptors untuk diinformasikan ke susunan syaraf pusat, dan dari susunan syaraf pusat dikeluarkan instruksi untuk menyesuaikan kondisi otot. Dari kondisi ini timbul gerak tubuh baru untuk disesuaikan dengan seluruh rangkaian gerak tubuh secara sistemik. Peran dari proprioceptors adalah mengirimkan aliran informasi secara terus menerus (konstan) kepada susunan syaraf pusat. Proprioceptors ini terletak pada commit totermasuk user otot, tendon, dan sambungan-sambungan di sekitar jaringan pelindung
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
seperti kapsul, ligamen, serta selaput-selaput lain dan dalam labirin dari telinga dalam. Proprioceptors dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian, yaitu : Muscle proprioceptors yang terdiri dari muscle spindle dan golgi tendon organs, joint
and
skin
proprioceptors,
labyrinthine
and
neck
proprioceptors.
Dari ketiga proprioceptors tersebut, maka yang berperan terhadap daya regang otot adalah muscle proprioceptors, yang terdiri dari muscle spindle dan golgi tendon organs. Jadi setiap proses pergerakan tidak lepas dari peranan muscle spindle dan golgi tendo organs. Muscle spindle terletak di dalam otot. Muscle spindle merupakan suatu receptor yang menerima rangsang dari regangan otot. Regangan yang cepat akan menghasilkan impuls yang kuat pada muscle spindle. Rangsangan yang kuat akan menyebabkan refleks muscle spindle yaitu mengirim impuls ke spinal cord menuju jaringan otot dengan cepat, menyebabkan kontraksi otot yang cepat dan kuat. Muscle spindle sangat berperan dalam proses pergerakan atau pengaturan motorik. Peran muscle spindle dalam pengaturan motorik adalah : 1. Mendeteksi perubahan panjang serabut otot. 2. Mendeteksi kecepatan perubahan panjang otot. Sebetulnya muscle spindle bekerja sebagai suatu pembanding dari panjang kedua jenis serabut otot intrafusal dan ekstrafusal. Bila panjang serabut ekstrafusal jauh lebih besar daripada panjang serabut intrafusal, maka spindle menjadi terangsang untuk berkontraksi. Sebaliknya, bila panjang serabut ekstrafusal lebih pendek daripada serabut intrafusal, maka spindle menjadi terinhibisi (keadaan yang menyebabkan refleks seketika untuk menghambat terjadinya kontraksi otot). Jadi spindle tersebut dapat dirangsang atau dihambat. Meregangkan suatu kelompok otot hendaknya jangan dilakukan secara tiba-tiba. Sebab apabila stretching otot dilakukan secara tiba-tiba akan merangsang muscle spindle dan ini menyebabkan refleks regang. Refleks muscle spindle sering disebut refleks regang atau refleks myotatik. Hal ini disebabkan commit tomuscle user spindle sehingga menyebabkan karena stretching otot tersebut merangsang
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kontraksi otot yang bersangkutan. Golgi Tendon Organs (GTO). GTO adalah stretching receptor yang terletak di dalam tendon otot tepat di luar perlekatannya pada serabut otot tersebut. Refleks GTO bias terjadi akibat tegangan otot yang berlebihan. Sinyal-sinyal dari GTO merambat ke medula spinalis yang menyebabkan terjadinya hambatan respon (negative feed-back) terhadap kontraksi otot yang terjadi. Hal ini untuk mencegah terjadinya sobekan otot sebagai akibat tegangan yang berlebihan. Dalam hal ini refleks GTO merupakan pelindung untuk mencegah terjadinya sobekan otot, namun dapat juga bekerja sama dengan muscle spindle untuk mengontrol seluruh kontraksi otot dalam pergerakan tubuh. Sedangkan peran golgi tendon organs dalam proses pergerakan atau pengaturan motorik adalah mendeteksi ketegangan selama kontraksi otot atau stretching otot. Namun antara golgi tendon organs dengan muscle spindle ada perbedaan fungsi. Muscle spindle berfungsi untuk mendeteksi perubahan panjang serabut otot, sedangkan golgi tendon organs berfungsi mendeteksi ketegangan otot. Sinyal dari golgi tendon organs dihantarkan ke medula spinalis untuk menyebabkan efek refleks pada otot yang bersangkutan. Efek inhibisi dari golgi tendon organs menyebabkan rileksasi seluruh otot secara tiba-tiba. Efek inhibisi terjadi pada waktu kontraksi atau regangan yang kuat pada suatu tendon. Keadaan ini menyebabkan suatu refleks seketika yang menghambat kontraksi otot serta tegangan dengan cepat berkurang. Pengurangan tegangan ini berfungsi sebagai suatu mekanisme protektif untuk mencegah terjadinya robek pada otot atau lepasnya tendo dari perlekatannya ke tulang. Kualitas fleksibilitas dipengaruhi oleh stuktur sendi, kualitas otot tendo dan ligamen, usia, serta suhu. Faktor-faktor yang mempengaruhi fleksibilitas seseorang antara lain: a. Bentuk, tipe, struktur, sendi, ligament dan tendo. b. Otot sekitar persendian. c. Umur dan jenis kelamin. Anak-anak dan wanita pada umumnya memiliki fleksibilitas yang baik. Fleksibilitas yang maksimal dicapai pada umur 15-16 tahun. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
d.
digilib.uns.ac.id
Temperatur tubuh dan otot. Pada suhu 40 derajat Celsius fleksibilitas
meningkat 20%, sedangkan pada suhu 18 derajat Celsius menurun 10-20%. e. Waktu harian, fleksibilitas optimum terjadi pada pukul 10.00-11.00 dan pada pukul 16.00-17.00 WIB, sebagai akibat perubahan biologis sistem syaraf pusat dan tegangan otot. Fleksibilitas menyatakan kemampuan gerak maksimal yang dapat dilakukan oleh satu persendian. Jadi meliputi hubungan antara tubuh persendian umumnya tiap persendian mempunyai gerak tertentu sebagian akibat struktur anatominya. Gerak yang paling penting dalam kehidupan sehari-hari adalah fleksi togok tetapi fleksibilitas yang baik pada tempat tersebut belum tentu di tempat lain pula demikian. Faktor yang mempengaruhi fleksibilitas usia dan aktifitas fisik, pada usia lanjut fleksibilitas berkurang akibat menurunya aktivitas otot sebagai akibat berkurang latihan (aktivitas fisik). Perempuan memiliki struktur otot yang berbeda dengan laki-laki. Hal inilah yang menyebabkan terdapat perbedaan saat diberikan latihan. Ketika diberikan suatu latihan fleksibilitas, perempuan cenderung lebih mudah untuk meningkat dan berpengaruh dibandingkan dengan laki-laki. Namun, dengan begitu bukan berarti suatu latihan fleksibilitas tidak cocok bagi jenis kelamin tertentu, hanya terdapat perbedaan dalam pengaruhnya. Dengan begitu, tidak terdapat interaksi antara jenis latihan dengan jenis kelamin karena hasil yang diperoleh berbeda dan pengaruhnya berbeda. D.
Hipotesis
Hipotesis dapat diartikan sebagai
suatu
jawaban
yang
bersifat
sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul dari hasil penelitian (Arikunto, 2010:110). Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir di atas maka
dapat
diajukan hipotesis penelitian sebagai berikut : 4. Ada perbedaan pengaruh latihan contract relax, hold relax, dan active stretching terhadap peningkatan fleksibilitas togok pada adolescent. Hold commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Relax lebih berpengaruh dibandingkan contract relax dan active stretching dalam meningkatkan fleksibilitas togok pada adolescent. 5. Ada perbedaan peningkatan fleksibilitas togok antara adolescent laki-laki dan perempuan. Perempuan lebih meningkat dalam fleksibilitas togok dibandingkan laki-laki. 6. Ada pengaruh interaksi antara jenis latihan (latihan contract relax, hold relax, dan active stretching) dengan jenis kelamin terhadap peningkatan fleksibilitas togok.
commit to user