7
BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS
2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Hakekat Lempar Cakram Lempar cakram adalah salah satu nomor dalam atletik dengan tujuan untuk melemparkan cakram sejauh mungkin untuk mendapatkan hasil yang optimal dengan arah lemparan yang telah ditentukan. Menurut Fadillah Rachmat (2009:39) lempar cakram adalah suatu jenis olahraga atletik yang termasuk dalam nomor lempar. Menurut Nugraha Adrian (2010:68) lempar cakram adalah melemparkan benda cakram sejauh mungkin dengan arah lemparan yang telah ditentukan. Menurut Santoso Teguh (2010:51) lempar cakram adalah salah satu cabang atletik yang dilakukan dengan melepaskan cakram dari lapangan cakram yang berbentuk lingkaran. Menurut Anwarudin Sahadi (2011:44) lempar cakram adalah salah satu nomor lempar dalam atletik. Sejak olimpiade kuno olahraga ini dilombakan. Atlit berusaha melempar objek berbentuk cakram sejauh mungkin sengan mengikuti peraturan yang berlaku. Menurut Kurniawan Feri (2011:20) lempar cakram adalah salah satu cabang olahraga atletik cakram. Dari kelima pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa lempar cakram adalah melemparkan benda cakram sejauh mungkin dengan arah lemparan yang telah ditentukan untuk mendapatkan hasil lemparan yg optimal.
7
8
Menurut Nugraha Adrian (2010:78), cakram dibuat dari kayu atau bahan lainnya dengan bingkai yang terbuat dari logam. Cakram berbentuk lingkaran dengan berat cakram harus berpusat ditengah-tengah, minimal 2 kg untuk pria dan 1 kg untuk wanit. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa lempar cakram adalah salah satu nomor lomba dalam atletik yang menggunakan sebuah benda kayu dengan bingkai yang terbuat dari logam, atau bahan lain yang bundar pipih yang dilemparkan. Beratnya berpusat ditengah, minimal 2 kg untuk pria, dan 1 kg untuk wanita. 2.1.2 Peraturan Lempar Cakram Dalam melakukan lemparan cakram perlu mengetahui peraturan tentang lempar cakram. Hal ini karena teknik melempar cakram akan mempengaruhi hasil lemparan. Menurut Sentence Poetra (2012:3) peraturan lempar cakram antara lain: Lempar cakram harus dimulai dengan sikap berdiri seimbang dengan lingkaran lempar tanpa menginjak garis lingkaran. Pelempar tidak boleh meninggalkan lingkaran lempar sebelum juri mengatakan sah posisi berdirinya melalui setengah lingkaran bagian dalam.pelempar boleh menyentuh dinding bagian dalam dari balok batas lemparan tetapi tidak boleh menyentuh bagian atasnya. Lemparan akan diukur dengan lemparan yang ditarik dari bekas jatuhnya cakram yang terdekat ketepi dalam balok. Bila peserta lebih dari 8 orang, maka peserta akan diberi hak melempar sebanyak 3 kali, kemudian akan ditentukan 8 pelempar terbaik untuk mengikuti babak berikutnya (final). Bila peserta lomba 8 orang atau kurang, kesempatan melempar sebanyak 6 kali langsung final. Lingkaran lemparan tersebut terbuat
9
dari besi, baja atau bahan lain yang sesuai. Bagian atasnya dipasang rata dengan tanah diluarnya. Bagian dalam terbuat dari semen, aspal atau bahan lain yang kokoh tetapi tidak licin permukaannya bagian dalam harus datar lebih rendah 14 mm sampai 26 mm dari sisi atas tepi lingkaran. Ukuran garis tengah sebelah dalam lingkaran lempar adalah 2,5 m, tebal besi lingkaran lempar 6 mm dan harus dicat putih. Garis putih selebar 5 cm harus ditarik dari bagian atas lingkaran besi sepanjang 75 cm pada kedua sisi lingkaran.
Gambar 1 Fasilitas lempar cakram (Fadillah Rachmat 2009:40) Menurut Nugraha Adrian (2010:78), cakram dibuat dari kayu atau bahan lainnya dengan bingkai yang terbuat dari logam. Cakram berbentuk lingkaran dengan berat cakram harus berpusat ditengah-tengah, minimal 2 kg untuk pria dan 1 kg untuk wanit. Garis tengah untuk putra 219-221 mm dan 180-182 mm untuk putri. Tebal lingkar tengah untuk putra 44-46 mm dan 37-39 mm untuk putri.
10
Garis tengah dalam 50-57 mm. Jari-jari lingkar tepi 6 mm. Dan tebal top minimal 12 mm. 2.1.3 Teknik Dasar Lempar Cakram Dalam melakukan lemparan cakram
harus mengetahui teknik dasar
lempar cakram untuk mendapatkan hasil lemparan yang optimal. Ada 4 teknik dasar dalam melakukan lempar cakram oleh Santosa Teguh (2010:52) antara lain: 1. Cara Memegang Cakram a. Cakram dipegang dengan empat jari terbuka. b. Keempat jari diletakkan pada cakram. c. Ujung ruas jari-jari menekuk dan menutupi pinggir cakram untuk menahannya. d. Sementara itu, ibu jari letaknya agak bebas.
Gambar 2 Cara memegang cakram (Santosa Teguh, 2010:52)
11
2. Teknik Gerak Awalan a. Dilakukan dengan cara berdiri menyamping. b. Arah lemparan dan tangan kanan lurus kebelakang dengan kedua lutut direndahkan. c. Ayunkan kembali lengan kanan kedepan atas dengan kedua lutut naik. d. Teknik gerak awalan perlu dilatih secara berulang-ulang agar teknik yang dikuasai lebih mendalam lagi.
Gambar 3 Teknik Gerak Awalan (Santosa Teguh, 2010:52)
3. Teknik Ayunan Tangan Saat Melempar a. Dilakukan dengan berdiri menyamping kearah lemparan. b. Cakram dipegang dua tangan diatas bahu. c. Ayunkan cakram kebelakang disertai kedua lutut merendah. d. Ayunkan kembali kedepan atas bersamaan dengan dua lutut naik.
12
Gambar 4 Teknik Ayunan Tangan Saat Melempar (Santosa Teguh, 2010:52)
4. Teknik Gerak Ikutan (follow trought) Gerak ikutan adalah gerak setelah cakram lepas dari tangan, kemudian mengubah kedudukan langkah kaki kiri dengan kanan. Fungsi gerakan ini adalah menjelaskan kecepatan berat benda dan menjaga keseimbangan. Dalam perlombaan lempar cakram, juara ditentukan oleh atlet yang lemparannya terjauh. Oleh karena itu, untuk memperoleh lemparan jauh harus melempar dengan kecepatan maksimal dengan mengerahkan tenaga besar.
13
2.1.4 Hakekat Media Pembelajaran Media pembelajaan adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan, merangsang pikiran siswa sehingga dapat mendorong proses pembelajaran menjadi lebih konkrit tidak hanya sekedar menggunakan kata-kata melainkan pengalaman belajar lebih berarti bagi siswa. Menurut Sutikno Sobry (2013:105) media adalah salah satu faktor yang turut menentukan keberhasilan pembelajaran. Menurut Sumiati (2009:160) media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan (message), merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong proses belajar. Menurut Hanafiah Nanang (2010:59) media pembelajaran adalah segala bentuk perasaan dan alat yang disediakan guru untuk mendorong siswa belajar secara cepat, tepat, mudah, benar dan tidak terjadi verbalisme. Menurut Rosdiani Dini (2012:71) media pembelajaran adalah alat bantu pendengaran dan penglihatan (Audio Visual Aid) bagi peserta didik dalam rangka memperoleh pengalaman belajar secara signifikan. Menurut Aqib Zainal (2013:50) media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dan merangsang terjadinya proses belajar pada si pembelajar (siswa). Dari kelima pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah proses belajar mengajar yang dapat merangsang dan dapat menciptakan proses mengajar yang berkualitas. Lebih lanjut Sumiati (2009:163) menuliskan tentang beberapa manfaat media pembeelajaran antara lain:
14
1. Menjelaskan materi pembelajaran atau objek yang abstrak (tidak nyata) menjadi konkrit (nyata), seperti menjelaskan rangka tubuh manusia pada mata pelajaran IPA. 2. Memberikan pengalaman nyata dan langsung karena siswa dapat berkomunikasi dan berinteraksi dengan lingkungan tempat belajarnya. 3. Mempelajari materi pembelajaran secara berulang-ulang. 4. Memungkinkan adanya persamaan pendapat dan persepsi yang benar terhadap suatu materi pembelajaran atau obyek. 5. Menarik perhatian siswa, sehingga membangkitkan minat, motivasi, aktivitas, dan kreativitas belajar siswa. 6. Membantu siswa belajar secara individual, kelompok, atau klasikal. 7. Materi pembelajaran lebih lama di ingat dan mudah untuk di ungkapkan kembali dengan cepat dan tepat. 8. Mempermudah dan mempercapat guru menyajikan materi pembelajaran dalam proses pembelajaran, sehingga memudahkan siswa untuk mengerti dan memahaminya. 9. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan indera. 2.1.5 Hakekat Modifikasi Pembelajaran Pendidikan Jasmani Pendidikan jasmani adalah suatu proses pendidikan yang dilakukan secara sadar dan sistematis melalui berbagai kegiatan jasmani dalam rangka memperoleh kemampuan dan keterampilan jasmani, perubahan fisik dan pertumbuhan watak. Menurut Bahagia Yoyo (2013:27) modifikasi adalah menganalisis sekaligus mengembangkan materi pelajaran dengan cara meruntunkannya dalam bentuk
15
aktivitas belajar yang potensial sehingga dapat memperlancar siswa dalam belajarnya. Menurut Lutan Dalam Bahagia Yoyo (2013:29) menyatakan modifikasi dalam mata pelajaran pendidikan jasmani diperlukan dengan tujuan agar: siswa memperoleh kepuasan dalam mengikuti pelajaran, meningkatkan kemungkinan keberhasilan dalam berpartisipasi, siswa dapat melakukan pola gerak secara benar. Menurut Aussie Dalam Bahagia Yoyo (2013:29) mengembangkan modifikasi dengan mempertimbangkan: anak-anak belum memiliki kematangan fisik dan emosional seperti orang dewasa, berolahraga dengan peralatan dan peraturan yang dimodifikasi akan mengurangi cedera pada anak, olahraga yang dimodifikasi akan mampu mengembangkan keterampilan anak lebih cepat dibanding dengan peralatan standard untuk orang dewasa, dan olahraga yang dimodifikasi menumbuhkan kegembiraan dan kesenangan pada anak-anak dalam situasi kompetitif. Menurut Bahagia Yoyo (2013:29) pendekatan modifikasi adalah suatu alternatif dalam pembelajaran pendidikan jasmani. Karena pendekatan ini mempertimbangkan tahap-tahap perkembangan dan karakteristik anak, sehingga anak akan mengikuti pelajaran pendidikan jasmani dengan senang dan gembira. Menurut Aussie Dalam Bahagia Yoyo (2013:35) komponen-komponen penting yang dapat dimodifikasi meliputi: Ukuran, berat atau bentuk peralatan yang digunakan, lapangan permainan, waktu bermain atau lamanya permainan, peraturan permainan, dan jumlah pemain.
16
Menurut Ateng Dalam Bahagia Yoyo (2013:35) mengemukakan modifikasi permainan meliputi: kurangi jumlah pemain dalam setiap regu, ukuran lapangan diperkecil, waktu bermain diperpendek, sesuaikan tingkat kesulitan dengan karakteristik anak. Dari kelima pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa modifikasi pembelajaran pendidikan jasmani adalah menganalisis sekaligus mengembangkan materi pelajaran dengan cara meruntunkannya dalam bentuk aktivitas belajar potensial sehingga dapat memperlancar siswa dalam belajarnya menumbuhkan kegembiraan dan kesenangan pada anak-anak dalam proses pembelajaran. 2.1.6 Pembelajaran Lempar Cakram Dengan Media Modifikasi Pembelajaran lempar cakram dengan media modifikasi adalah suatu perubahan alat dalam proses pembelajaran. Dimana pembelajaran dimodifikasi karena kurangnya sarana olahraga disekolah SMP Negeri 2 Telaga. Dengan kurangnya sarana olahraga maka media alternatif modifikasi yang cocok dan bisa mewakili karakteristis cakram adalah piring plastik. Pada pembelajaran ini peneli memberikan kesempatan kepada siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Telaga untuk lebih banyak melakukan aktivitas gerak yang menjadi indikator penilaian pembelajaran yang terdiri dari beberapa aspek yaitu (1) Cara memegang cakram, (2) awalan, (3) ayunan tangan saat melempar, dan (4) gerak ikutan / follow trought. Setiap siklus terdiri dari 4 kali pertemuan yang terdiri dari 3 kali tindakan setelah
proses
pembelajaran
dengan
menggunakan
pembelajaran yang dimodifikasi yaitu piring plastik.
media
modifiikasi
17
2.2 Pengajuan Hipotesis Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap persoalan yang diajukan oleh peneliti tindakan kelas. Berdasarkan kajian teoritis yang telah dikemukakan sebelumnya, maka diajukan hipotesis tindakan dalam penelitian ini dapat dirumuskan “jika menggunakan media modifikasi piring plastik maka dapat meningkatkan keterampilan teknik dasar lempar cakram pada siswa kelas VIII SMP negeri 2 Telaga”.
2.3 Indikator Kinerja Yang menjadi indikator kinerja pada penelitian ini adalah keterampilan teknik dasar lempar cakram dengan menggunakan media modifikasi piring plastik, sampai meningkat menjadi 85 %. Dari jumlah siswa yang diteliti dengan perolehan nilai rata-rata 85 keatas, maka penelitian dinyatakan selesai.