1
BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1
Hakekat Kemampuan Berbahasa Gorontalo
2.1.1 Pengertian Kemampuan Menurut Partini (dalam Skripsi Valkins 2012:12) kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan, kekuatan Kernampuan dalam hal ini merupakan kesangwepan siswa dalam melaksanakan dan mengerjakan apa yang di perintahkan oleh guru dan teman dan mendapatkan hasil yang lebih baik Menurut kesanggupan) perbuatan.
Chaplin ability (kemampuan, kecakapan, merupakan
Sedangkan
tenaga
menurut
ketangkasan,
bakat,
(daya kekuatan) untuk melakukan suatu Robbins
kemampuan
bisa
merupakan
kesanggupan bawaan sejak lahir, atau merupakan hasil latihan atau praktek. Ada
pula
pendapat
lain
menurut
Akhmat
Sudrajat menghubungkan
kemampuan dengan kata kecakapan. Setiap individu memiliki kecakapan yang berbeda-beda dalam melakukan suatu tindakan. Kecakapan ini mempengaruhi potensi
yang
ada
dalam
diri
individu
tersebut.
Proses
pembelajaran
mengharuskan siswa mengoptimalkan segala kecakapan yang dimiliki. Menurut Zain (dalam Milman Yusdi 2010:10) mengartikan bahwa Kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan, kakuatan kita berusaha dengan diri sendiri. Adapun pengertian Anggiat M.Sinaga dan Sri Hadiati (2001:34) mendefenisikan kemampuan
1
2
sebagai suatu dasar seseorang yang dengan sendirinya berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan secara efektif atau sangat berhasil. Sementara itu, Robbin (dalam Valkins 2007:57) kemampuan berarti kapasitas seseorang individu unutk melakukan beragam tugas dalam suatu pekerjaan. lebih lanjut Robbin menyatakan bahwa kemampuan (ability) adalah sebuah penilaian terkini atas apa yang dapat dilakukan seseorang. Pada dasarnya kemampuan terdiri atas dua kelompok faktor yaitu : 1. kemampuan intelektual (intelectual ability) yaitu kemampuan yang dibutuhkan untuk melakukan berbagai aktifitas mental-berfikir, menalar dan memecahkan masalah. 2. kemampuan fisik (physical ability) yaitu kemampuan melakukan tugas-tugas yang menuntut stamina, keterampilan, kekuatan, dan karakteristik serupa. Endri Meylasari (dalam Valkins 2012:12) : Mampu berarti kuasa (bisa, sanggup) melakukan sesuatu; dapat; berada; kaya; mempunyai harta berlebih. Kemampuan adalah kesanggupan; kecakapan; kekuata. Seseorang dikatakan mampu apabila ia bisa atau sanggup melakukan sesuatu yang harus ia lakukan. Kemampuan adalah kapasitas seorang individu untuk melakukan beragam tugas dalam suatu pekerjaan. Menurut Purwadarminta (dalam Valkins 2012:12) kemampuan berarti kuasa, sanggup melakukan sesuatu. Kemampuan berarti kesanggupan melakukan sesuatu berucap. Dalam hal ini kaitannya dengan kemampuan. membaca dan berbicara. Berdasarkan beberapa pandangan para ahli mengenai pengertian kemampuan di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan (Ability) adalah kecakapan atau potensi 2
3
seseorang individu untuk menguasai keahlian dalam melakukan atau mengerrjakan beragam tugas dalam suatu pekerjaan atau suatu penilaian atas tindakan seseorang. 2.1.2 Pengertian Berbicara Salha dkk (2007:21) Berbicara adalah keterampilan menyampaikan pesan melalui bahasa lisan. Kaitan antara pesan dan bahasa lisan sebagai media penyampaian sangat erat. Menurut Tarigan (dalam Salha dkk 2007:21) berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi
artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan,
menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan serta perasaan. Dari beberapa pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa berbicara merupakan keterampilan menyampaikan pesan berupa bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata dalam bentuk bahasa lisan untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan serta perasaan. 2.1.2.1 Faktor Yang Mempengaruhi Efektivitas Berbicara Hariadi (dalam Salha dkk 2007:22) faktor yang mendukung tercapainya pembicaraan yang efektif yaitu faktor kebahasaan dan faktor non kebahasaan. Faktor kebahasaan yang perlu diperhatikan ialah (1) Pelafalan bunyi, (2) Penggunaan intonasi, (3) Bahsa dan (4) Pemilihan kata. Disampin itu faktor non kebahasaan mendukung keefektifan berbicara ialah (1) Ketenangan dan kegairan, (2) Keterbukaan (3) Keintiman, (4) Isyarat nonverbal dan (5) topik pembicaraan.
3
4
2.1.2.2 Hubungan Berbicara Dengan Keterampilan Berbahasa Lain Menurut Hariadi (dalam Salha dkk 2007:22) hubungan antara keterampilan berbicara dengan keterampilan berbahasa lain sebagai berikut: 1. Berbicara dan menyimak merupakan keterampilan berbahasa yang bersifat langsung. 2. Berbicara dipelajari melalui keterampilan menyimak 3. Peningkatan keterampilan menyimak akan meningkatkan keterampilan berbicara 4. Bunyi dan suara merupakan faktor penting dalam keterampilan berbicara dan menyimak. 5. Berbicara diperoleh sebelum keterampilan membaca. 6. Pembelajaran keterampilan membaca pada tingkat lanjut akan membantu keterampilan berbicara. 7. Keterampilan berbicara diperoleh sebelum keterampilan menulis. 8. Berbicara cenderung kurang terstruktur dibandingkan dengan menulis. 9. Pembuatan bagan, catatan dan sejenisnya dapat membanutu keterampilan berbicara. 10. Performansi menulis dan berbicara berbeda meskipun keduanya adalah keterampilan berbahasa produktif. 2.1.2.3 Kegiatan Berbicara Salha dkk (2007:23) ada beberapa kegiatan berbahasa lisan dalam berbicara. Kegiatan yang dimaksud adalah : 4
5
1. Bercerita. 2. Berdialog. 3. Berpidato. 4. Berceramah dan 5. Berdiskusi. 2.1.3 Pengertian Bahasa Tarigan (2009:1) bahasa dipandang dari segi waktu secara garis besarnya bahasa dibedakan atas tata bahasa seharah (historical grammar) dan tata bahasa deskriptif (descriptive grammar), tata bahasa sejarah adalah studi sistematis mengenai perubahan-perubahan yang terjadi pada bahasa atau sekelompok bahasa, yang membuatnya berbeda dari generasi kegenerasi, dari abad keabad. Sementara itu tata bahasa deskriptif adalah studi mengenai pemakaian dari fakta bahasa yang nyata yang ada pada suatu waktu tertentu. Sunarto (2006:136) sesuai dengan fungsinya bahasa merupakan komunikasi yang digunakan oleh seseorang dalam pergaulannya hubungannya dengan orang lain. Santoso (dalam Faisal 2010:3) mengatakan bahwa ujaranlah yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya. Dengan ujaran inilah manusia mengungkapkan hal yang nyata atau tidak, yang berwujud maupun kasat mata, situasi dan kondisi lampau, kini maupun dan akan datang. Terkait dengan Keraf (dalam Faisal 2010:4) mengatakan bahwa apa yang dalam pengertian kita sehari-hari disebut bahasa meliputi dua bidang yaitu bunyi yang dihasilkan oleh alat-alat ucap dan arti atau makna yang tersirat dalam arus 5
6
bunyi tadi. Bunyi itu merupakan getaran yang bersifat fisik yang merangsang alat pendengar kita, serta arti atau makna adalah isi yang terkandung didalam arus bunyi yang menyebabkan adanya reaksi itu. Dengan melihat pengertian yang dikemukakan para ahli maka dapat disimpulkan bahwa bahasa adalah alat komunikasi verbal berbentuk bahasa tubuh, bahasa binatang, yang mengandung ujaran bahasa dengan meliputi duang bidang antara bunyi dan makna sehingga dapat mengungkapkan hal nyata atau tidak nyata, berwujud maupun kasat mata, kondisi masa lampau, kini dan yang akan datang. 2.1.3.1 Fungsi Bahasa Tambulon (1990:12) Mungkin ada yang berpendapat bahwa dengan semakin meluasnya pemakaian media elektronik seperti radio, televise dan perekam (tape recorder) dalam masyarakat, fungsi bahasa tulisan akan semakin lemah, dan mungkin hilang. Pendapat ini sulit diterima, karena kelihatannya walaupun pemakaian alat-alat elektronik tersebut sudah meluas, jumlah media tulisan seperti surat kabar, buku, dan buku tidak menurun. Keadaan ini juga dapat kita lihat di Negara-negara lain, termasuk negara industri elektronik sendiri. Dan yang lebih penting lagi bahwa media elektronik ini kelihatannya tidak akan mungkin dapat menggantikan bahasa tulisan dalam pendidikan, terutama pendidikan formal. Santoso dkk (dalam Faisal 2010:7) berpendapat bahwa bahasa sebagai alat komunikasi memiliki fungsi sebagai berikut : 1. Fungsi informasi yaitu untuk menyampaikan informasi timbale balik antar nggota keluarga ataupun anggota-anggota masyarakat 6
7
2. Fungsi ekspresi diri, yaitu untuk menyalurkan perasaan, sikap, gagasan, emosi atau tekanan-tekanan perasaan pembaca. 3. Fungsi adaptasi dan integrasi yaitu untuk menyesuaikan dan membaurkan diri dengan anggota masyarakat, melalui bahasa seorang anggota masyarakat sedikit demi sedikit belajar adat istiadat, kebudayaan, pola hidup, perilaku, dan etika masyarakat. 4. Fungsi kontrol sosial berfungsi untuk mempengaruhi sikap dan pendapat orang lain. Sejalan dengan pendapat Santoso dkk, Hallyday (dalam Faisal dkk 2010:7) mengemukakan fungsi bahasa sebagai alat komunikasi untuk berbagai keperluan berikut : 1. Fungsi Instrumental, yakni bahasa digunakan untuk memperoleh sesuatu. 2. Fungsi Regulatoris, yakni bahasa digunakan untuk mengendalikan perilaku orang lain. 3. Fungsi Intraksional, yaitu bahasa digunakan untuk berinteraksi dengan orang lain. 4. Fungsi Personal, yaitu bahasa dapat digunakan untuk berinteraksi dengan orang lain. 5. Fungsi Heuristik, yaitu bahasa yang dapat digunakan untuk belajar dan menemukan sesuatu. 6. Fungsi Imajinatif yaitu bahasa dapat difungsikan untuk menciptakan dunia imajinasi 7
8
7. Fungsi Representasional, bahasa difungsikan untuk menyampaikan informasi. Menurut Lamuddin (2012:11) fungsi bahasa itu ada lima yang selama ini kurang disadari oleh sebagian anggota masyarakat, yaitu: 1. Sebagai alat atau media komunikasi Ini merupakan fungsi esensial dari bahasa. Dalam kehidupan sehari-hari, orang lebih sering memakai bahasa untuk berkomunikasi dengan teman bicaranya. Dengan menggunakan bahasa alat komunikasi, orang dapat saling tukar ide atau informasi. Namun, agar ide atau informasi dapat dipahami ada indikator kemampuan berbahasa Indonesia yang perlu dimiliki, yaitu: a. Kemampuan organisasional yang terdiri dari: • Kemampuan gramatikal (kosakata, dialek/ragam, morfologi, sintaksis, fonologi). • Kemampuan tekstual (retorika dan kohesi). b. Kemampuan pragmatik yang terdiri dari: • Kemampuan ilokusionari (fungsi ideasional, fungsi manipulatif, fungsi heuristik, fungsi imajinatif). • Kemampuan sosiolinguistik (kepekaan pada ragam, kepekaan pada kewajaran dan kiasan). 2. Sebagai alat untuk ekpresi diri Fungsi ini merupakan fungsi paling dasar dari bahasa. Hal ini disebabkan manusia sewaktu kecil mempergunakan bahasa untuk mengekspresikan diri. 8
9
Sebagai contoh, bayi akan mengekspresikan kehendaknya dengan menangis, demikian pula jika lapar atau haus. Pada saat menggunakan bahasa sebagai alat ekspresi diri, manusia menggunakan bahasa hanya untuk kepentingannya sendiri. 3. Sebagai alat integrasi dan adaptasi sosial Suku-suku yang berbeda dapat menjalin persatuan melalui bahasa dan inilah yang merupakan integrasi dari bahasa. Selain itu, bahasa sekaligus berfungsi sebagai alat adaptasi diri. Misalnya, pada saat seseorang beradaptasi dengan lingkungan sosial tertentu, dia akan memilih bahasa yang akan digunakan sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi. 4. Sebagai alat kontrol sosial Kontrol sosial adalah usaha untuk mempengaruhi tingkah laku dan tindak tanduk orang lain. Bahasa yang dipergunakan dengan sepatutnya dan wibawa dapat mempengaruhi bahkan mengendalikan kelompok sosial tertentu. 5. Sebagai alat untuk berpikir Dalam proses berpikir, bahasa selalu hadir bersama logika untuk merumuskan konsep. Semua kegiatan yang berlangsung melaluiproses berpikir pasti disertai alatnya yang tidak lain adalah bahasa. Oleh sebab itu, dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi kemampuan berbahasa seseorang maka semakin tinggi pula kemampuan berpikirnya. 2.1.3.2 Sifat-sifat Bahasa Sebagai alat komunikasi, bahasa mengandung beberapa sifat, yaitu :
9
10
a. Sistematik Bahasa dikatakan bersifat sistematik karena bahasa memiliki pola dan kaidah yang harus ditaati agar dapat dipahami oleh pemakainya. b. Mana Suka Santoso dkk (dalam Faisal 2010 : 5) bahasa disebut manasuka karena unsurunsur bahasa dipilih secara acak tanpa dasar. Tida ada hubungan logis antara makna dan bunyi yang disimbolkannya, misalnya mengapa kursi bukan disebut meja, mengapa anak-anak yang anda ajar disebut murid bukan gur, karena sudah begitu nyatanya. Itulah yang dimaksud dengan mana suka. Jadi pilihan suatu kata disebut kursi, meja, murid, guru ditentukan bukan atas dasar kriteria atau standar tertentu, melainkan secara mana suka. c. Ujar Bahasa disebut ujaran karena bentuk dasar bahasa adalah ujaran karena media bahasa yang terpenting adalah bunyi. d. Manusiawi Bahasa disebut manusiawi karena bahasa menjadi fungsi selama manusia yang memanfaatkannya. e. Komunikatif Bahasa disebut bersifat komunikatif karena fungsi utama bahasa adalah sebagai alat bekomunikasi atau alat perhubungan antara anggota-anggota masyarakat.
10
11
2.1.4 Hakekat Bahasa Gorontalo Bahasa Gorontalo adalah bahasa yang digunakan oleh suku Gorontalo di provinsi Gorontalo, pulau Sulawesi bagian utara, Indonesia. Jumlah penutur bahasa ini adalah sekitar 900.000 jiwa pada tahun 1989. Bahasa Gorontalo terbagi menjadi beberapa dialek: Gorontalo Timur, Gorontalo Kota, Tilamuta, Suwawa, dan Gorontalo Barat. Penarikan garis keturunan yang berlaku di masyarakat Gorontalo adalah bilateral, garis ayah dan ibu. Seorang anak tidak boleh bergurau dengan ayahnya melainkan harus berlaku taat dan sopan. Sifat hubungan tersebut berlaku juga terhadap saudara laki-laki ayah dan ibu. Menurut masyarakat Gorontalo, nenek moyang mereka bernama Hulontalangi, artinya "pengembara yang turun dari langit". Tokoh ini berdiam di Gunung Tilongkabila. Kemudian dia menikah dengan salah seorang perempuan pendatang yang bernama Tilopudeloyang singgah dengan perahu ke tempat itu. Perahu tersebut berpenumpang delapan orang. Mereka inilah yang kemudian menurunkan orang Gorontalo, tepatnya yang menjadi cikal bakal masyarakat keturunan Gorontalo saat ini. Sejarawan Gorontalo pun cenderung sepakat tentang pendapat ini karena hingga saat ini ada kata bahasa Gorontalo, yakni 'Hulondalo' yang bermakna 'masyarakat, bahasa, atau wilayah Gorontalo'. Sebutan Hulontalangi kemudian berubah menjadi Hulontalo dan akhirnya menjadi Gorontalo.
11
12
Sebenarnya ada banyak bahasa daerah di Gorontalo. Namun hanya tiga bahasa yang cukup dikenal masyarakat di wilayah ini, yaitu Bahasa Gorontalo, Bahasa Suwawa, dan Bahasa Atinggola. Dalam proses perkembangannya Bahasa Gorontalo lebih dominan sehingga menjadi lebih dikenal oleh masyarakat Gorontalo. Saat ini Bahasa Gorontalo telah dipengaruhi oleh Bahasa Indonesia, sehingga kemurnian bahasanya agak sulit diperoleh di Gorontalo. 2.1.4.1 Tujuan Bahasa Gorontalo Bahasa dan sastra Gorontaio serta ejaannya mempunyai Tujuan antara lain berikut ini : a. Menjamin kelestarian, kesinambungan pemakaian bahasa dan sastra Gorontalo serta ejaannya; b. Mengembangkan kebudayaan daerah sebagai bagian dari kebudayaan Nasional c. Memantapkan kedudukan dan fungsi bahasa dan sastra Gorontaio serta ejaannya 2.1.4.2 Fungsi Bahasa Gorontalo Bahasa dan sastra Gorontaio serta ejaannya mempunyai fungsi antara lain berikut ini : a. Lambang kebanggaan dan identitas daerah; b. Merupakan alat komunikasi dan ekspresi keluarga dan masyarakat; c. Sebagai media kebudayaan daerah Gorontaio; d. Sebagai bahasa yang dapat memperkaya perbendaharaan bahasa Indonesia 12
13
e. Merupakan muatan lokal untuk sekolah dasar sampai dengan perguruan tinggi. 2.1.5 Pengertian Model Pembelajaran Cooperative Script Pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya 4-6 orang dengan struktur kelompok heterogen”. Model pembelajaran koperatif adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Terdapat empat unsur penting dalam pembelajaran kooperatif yaitu, adanya peserta didik yang terbagi dalam kelompok, adanya aturan kelompok, adanya upaya belajar. Slavin. Hasan (dalam Solihatin 2009:4) cooperative mengandung pengertian bekerja bersama dalam mencapai tujuan bersama. Joice dan Weil (dalam Abimanyu 2010:24) bahwa model pembelajaran adalah kerangka konsektual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu yang berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran. Abdulhak (dalam Rusman 2010:203) bahwa pembelajaran cooperative dilaksanakan melalui sharing proses antara peserta belajar, sehingga dapat mewujudkan pemahaman bersama antara peserta belajar itu sendri.
13
14
Sejalan dengan pengertian pembelajaran kooperatif maka Sanjaya (dalam Rusman 2010:203) mengemukakan cooperative learning
merupakan kegiatan
belajar siswa yang dilakukan dengan cara berkelompok. Model pembelajaran kelompok adalah rangkaian kegiatan belajar dilakukan oleh siswa dalam kelompokkelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Adapun pengertian Savage (dalam Rusman 2010:203) mengemukakan bahwa cooperative learning adalah suatu pendekatan yang menekankan kerja sama dalam kelompok. Ibrahim (dalam Mansur 2010:208) mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah suatu aktifitas pembelajaran yang menggunakan pola belajar siswa berkelompok untuk menjalin kerjasama dan saling ketergantungan dalam struktur tugas, tujuan, dan hadiah. Dari beberapa pengertian yang dikemukakan para ahli diatas maka dapat disimpulkan pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran yang menggunakan pola dimana siswa melakukan pendekatan belajar dan bekerja dalam kelompok melalui sharing proses antara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. 2.1.5.1 Unsur-unsur Pembelajaran kooperatif Rusman (2010:208) Unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif adalah : a. Siswa dalam kelompoknya haruslah beranggapan bahwa mereka sehidup sepenanggungan bersama.
14
15
b. Siswa berganggung jawab atas segala sesuatu didalam kelompoknya, seperti milik mereka sendiri. c. Siswa haruslah melihat bahwa semua anggota didalam kelompoknya memiliki tujuan yang sama. d. Siswa haruslah membagi tugas dan tanggungjawab yang sama diantara anggota kelompoknya. e. Siswa akan dikenakan evaluasi atau diberikan hadiah/penghargaan yang juga akan dikenakan untuk semua anggota kelompok. f. Siswa berbagi kepemimpinan dan mereka membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya. g. Siswa diminta mempertanggung jawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif. Sejalan dengan unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif, Slavin (dalm Yusti Arini 2009:8) Terdapat empat unsur penting dalam pembelajaran kooperatif yaitu, adanya peserta didik yang terbagi dalam kelompok, adanya aturan kelompok, adanya upaya belajar. Searah dengan unsur yang ada maka Siahaan (dalam Rusman 2010:205) mengutarakan ada lima unsur esensial yang ditekankan dalam pembelajaran kooperatif yakni (a) saling ketergantungan positif, (b) interaksi berhadapan (face-toface inteaction), (c) tanggung jawab individu (social skills), (e) terjadi proses dalam kelompok (group processing).
15
16
Nurulhayati (dalam Rusman 2010:203) mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah strategi pembelajaran yang melibatkan partisipasi siswa dalam satu kelompok kecil untuk saling berinteraksi. Ada lima unsur dasar model cooperative learning yaitu : 1. Ketergantungan Positif Maksud dari ketergantungan positif adalah suatu bentuk kerja sama yang sangat erat kaitannya antara anggota kelompok. 2. Pertanggung Jawab Individual Maksud pertanggungjawaban individual adalah kelompok tergantung pada cara belajar perseorangan seluruh anggota kelompok. 3. Kemampuan Bersosialisasi Kemampuan bersosialisasi adalah sebuah kemampuan bekerja sama yang biasa digunakan dalam aktivitas kelompok 4. Tatap Muka Setiap kelompok diberikan kesempatan untuk bertemu muka dan berdiskusi. 5. Evaluasi Proses Kelompok Guru menjadwalkan waktu bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok. 2.1.5.2 Pengertian Model Pembelajaran Cooperative Script Guru PKn (dalam Bahan Ajar : Page 3) Cooperative Scrip berasal dari kata Cooperate yang artinya bekerja sama,bantu-membantu, dan gotong royong. kata dari Cooperation yang memiliki arti kerja sama, koperasi persekutuan. Script ini berasal 16
17
dari kata Script yang memiliki arti uang, kertas, darurat, surat saham sementara dan surat andil sementara. Jadi pengertian dari Cooperative script adalah naskah tulisan tangan, surat saham sementara. Menurut Dansereau (dalam Papam Tulisku.com 2010:1) model Cooperative Script adalah suatu cara bekerja sama dalam membuat naskah tulisan tangan dengan berpasangan dan bergantian secara lisan dalam mengikhtisarkan materi-materi yang dipelajari. Menurut Slavin RE (dalam Papam Tulisku.com 2010:1)model Cooperative script yaitu metode belajar dimana siswa bekerja berpasangan dan bergantian peran sebagai pembicara atau pendengar dalam mengikhtisarkan bagian-bagian materi yang dipelajarinya. Dalam hal ini menurut Departemen Nasional (dalam Papam Tulisku.com 2010:1) mengemukakan cooperative script yaitu dimana siswa bekerja berpasangan dan bergantian secara lisan mengikhtisarkan bagian-bagian materi yang dipelajari. Dari beberapa pengertian yang dikemukakan di atas maka dapat diambil kesmipulan bahwa model pembelajaran cooperative script adalah metode pembelajaran dimana siswa bekerja berpasangan dan bergantian mengikhtisarkan naskah dalam bagian-bagian materi yang dipelajarai. 2.1.5.3 Langkah-langkah Pembelajaran Model Cooperative Script Dansearus dalam Materi Pelatihan KTSP (2009:7) Adapun langkah-langkah yang dilakun pada proses pembelajaran metode cooperative Script antara lain : 1. Guru membagi siswa untuk berpasangan. 17
18
2. Guru membagikan wacana / materi tiap siswa untuk dibaca dan membuat ringkasan. 3. Guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan siapa yang berperan sebagai pendengar. 4. Pembicara membacakan ringkasannya selengkap mungkin, dengan memasukkan ide-ide pokok dalam ringkasannya. Sementara pendengar menyimak / mengoreksi / menunjukkan ide-ide pokok yang kurang lengkap dan membantu mengingat / menghapal ide-ide pokok dengan menghubungkan materi sebelumnya atau dengan materi lainnya. 5. Bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar dan sebaliknya, serta lakukan seperti di atas. 6. Kesimpulan guru. 7. Penutup. 2.1.5.4 Kelebihan dan Kekurangan Model Cooperative Script a. Kelebihan dari metode cooperative script adalah: 1. Melatih pendengaran, ketelitian / kecermatan. 2. Setiap siswa mendapat peran. 3. Melatih mengungkapkan kesalahan orang lain dengan lisan. b. Kekurangan metode cooperative script adalah: 1. Hanya digunakan untuk mata pelajaran tertentu 2. Hanya dilakukan dua orang (tidak melibatkan seluruh kelas sehingga koreksi hanya sebatas pada dua orang tersebut). 18
19
2.2
Kajian Yang Relevan Elis Meisiskawati D. Poiyo, 2012. meningkatkan kemampuan siswa membaca
intensif melalui model cooperative script kelas IV SDN 2 Upomela Kecamatan Bongomeme Kabupaten Gorontalo. Permasalahan dalam penelitian ini yakni apakah ada peningkatan kemampuan siswa membaca intensif melalui model cooperative script kelas IV SDN 2 Upomela Kecamatan Bongomeme Kabupaten Gorontalo. akan meningkat ?. tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran tentang peningkatan kemampuan siswa membaca intensif melalui model cooperative script kelas IV SDN 2 Upomela Kecamatan Bongomeme Kabupaten Gorontalo. Pelaksanaan penelitian tindakan kelas pada pembelajaran dalam upaya meningkatkan kemampuan siswa membaca intensif dengan menggunakan model cooperative script, memiliki indikator kinerja” Apabila jumlah siswa yang mampu membaca intensif dari 5 orang siswa atau 31,25% meningkat menjadi 14 orang siswa atau 87,5% dari jumlah keseluruhan siswa 16 orang”. Adapun peningkatan pada setiap siklus disebabkan adanya kerja sama yang baik antara peneliti dan guru mitra dalam mengupayakan peningkatan kemampuan siswa membaca intensif melalui penggunaan model cooperative script serta antusias siswa dalam menerima pelajaran. Hal ini dapat dilihat pada pelaksanaan penelitian tindakan kelas pada pembelajaran dalam upaya meningkatkan kemampuan siswa membaca intensif dengan menggunakan model cooperative script, memiliki indikator kinerja” Apabila jumlah siswa yang mampu membaca intensif dari 5 orang 19
20
siswa atau 31,25% meningkat menjadi 14 orang siswa atau 87,5% dari jumlah keseluruhan siswa 16 orang maka penelitian ini dikatakan telah berhasil. Jadi dengan melihat hasil capaian yang ada, maka hipotesis penelitian tindakan kelas yang menyatakan bahwa : “Jika guru menggunakan model cooperative script, maka kemampuan siswa membaca intensif di kelas 1V SDN 2 Upomela Kecamatan Bongomeme Kabupaten Gorontalo dapat ditingkatkan “. Olwin saleh. 2010 “Meningkatkan keterampilan Berbicara Bahasa Daerah Gorontalo Dengan Menggunakana Metode Bermain Peran Pada Siswa kelas VI SDN 1 Tunggulo Kabupaten Gorontalo” suatu penelitian tindakan kelas skripsi, Gorontalo, Jurusan Pendidikan Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan, Pembimbing I Dra.Hj. Evi Hasim M.Pd dan Pembimbing II Dra. Dajani Suleman, M.Hum. Permasalahan
dalam
penelitian
ini
adalah
bagaimana
meningkatkan
keterampilan berbicara Bahasa Daerah Gorontalo dengan menggunakan metode bermain peran pada siswa kelas VI SDN 1 Tunggulo. Adapun tujuannya ingin mengetahui sejauh mana keterampilan berbicara dapat ditingkatkan melalui metode bermain peran. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan tujuan mendeskripsikan keadaan atau fenomena yang tejadi dengan fokus permasalahan yang menyangkut keterampilan berbicara bahasa daerah Gorontalo pada siswa kelas VI dengna menggunakan metode bermain peran.
20
21
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada siklus I hanya memperoleh nilai rata-rata 50% dari 20 siswa, sementara pada siklus II perolehan nilai rata-rata suda mencapai 75%. Kesimpulan dari hasil penelitian bahwa dengan menggunakan metode bermain peran dapat meningkatkan keterampilan berbicara bahasa Daerah Gorontalo. Risman laiya. 2010. Pelaksanaan pembelajaran muatan local bahasa Gorotnalo pada peserta didik kelas VI SDN 81 Kota Tengah Kota Gorontalo. Permasalahan yang dikaji 1) bagaimana perencanaan pembelajaran muatan local bahasa Gorontalo di SDN 81 Kota Tengah Kota Gorontalo. 2) bagaimana pelaksanaan pembelajaran muatan local bahasa Gorontalo di SDN 81 Kota Tengah Kota Gorontalo, 3) bagaimana evaluasi pembelajaran muatan local bahasa Gorontalo di SDN 81 Kota Tengah Kota Gorontalo. Metode yang digunakan oleh penulis adalah metode deskriptif yakni menggambarkan bagaimana perencanaan pembelajaran interaksi pembelajaran dan evaluasi pembelajaran. Teknik pengumpulan data yakni observasi, wawancara dan dokumentas. Semua data yang diperoleh kemudian dianalisis. Penelitian ini mendapat kesimpulan bahwa dalam pembelajaran muatan local bahasa Gorontalo masih terdapat kekurangan pada aspek persiapan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, dan evaluasi. 2.3
Hipotesis Tindakan Berdasarkan latar belakang dan kajian teori yang telah dipaparkan
sebelumnya, maka hipotesis tindakan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai 21
22
berikut : Jika dalam pembelajaran bahasa Gorontalo guru menggunakan model cooperative script maka kemampuan siswa berbicara Bahasa Gorontalo di kelas IV SDN 1 Kabila Kecamatan Kabila Kabupaten Bone Bolango dapat meningkat. 2.4
Indikator Kinerja Yang menjadi indikator kinerja dalam penelitian ini adalah jika kemampuan
siswa berbahasa Gorontalo meningkat dengan ditunjukkannya peningkatan belajar mencapai 87,5% dengan nilai 75 keatas dengan daya serap rata-rata 75% maka tindakan dinyatakan berhasil.
22